kondisi sosial ekonomi petani padi sawah di kelurahan … · 2017. 2. 26. · dari penghasilan...
Post on 03-Dec-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH DI
KELURAHAN MANGALLI KECAMATAN PALLANGGA
KABUPATEN GOWA
Socio-Ekonomic Condition of Rice Field Farmers Of Mangalli,
Palangga Distric, Gowa Regency
S K R I P S I
WULANDARI
E411 09 273
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL : KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH DI
KEL. MANGALLI KEC. PALLANGGA KAB.GOWA
NAMA : WULANDARI
NIM : E 411 09 273
Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II
Setelah dipertahankan dihadapan panitia Ujian Skripsi Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada tanggal 15 November 2013
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Suparman Abdullah, M.Si Drs. M. Arsyad Genda, M.Si
Nip: 19680715 199403 1 004 Nip: 19651016 199002 1 002
Mengetahui
Pimpinan Jurusan Sosiologi FISIP UNHAS
Dr. H. M. Darwis, MA, DPS
Nip: 19610709 198601 1 002
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
NAMA : WULANDARI
NIM : E411 09 273
JUDUL : KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH DI KELURAHAN MANGALLI KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 23 Januari 2014
Yang Menyatakan
WULANDARI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada Ibu Bapakmu dpengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
peliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, Kasihilah mereka
berdua, sebagai mana mereka berdua telah mendidik aku sewaktu kecil”.
(QS. Al-Israa’ : 23-24)
Orang bijak mengatakan:
“ Kasih ibu itu seperti lingkaran, tak berawal dan tak berakhir
Kasih ibu itu selalu berputar dan senantiasa meluas
Menyentuh setiap orang yang ditemuinya.
Melingkupinya seperti kabut pagi,
Menghangatkannya seperti mentari siang,
Dan menyelimutinya seperti bintang malam”
“Itulah seorang Ibu yang telah melahirkan dan membesarkan ku dengan penuh
kasih sayang yang tiada tara, dan senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan
yang begitu besar hingga aku mampu menyelesaikan studi, terima kasih bunda.”
Karya ini kupersembahkan kepada:
Ibunda Mulyati AM, Makmur Djuhaeni, Ayahanda Hasanuddin S. Sos, Adinda
Huzaefah, dan Seluruh keluarga besar H. AM. Makmur Djuhaeni yang selalu
memberikan doa, motifasi dan dukungan dalam menyelesaikan studi di
Universitas Hasanuddin
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas berkat rahmat dan ridho Allah SWT
yang telah memberikan Inspirasi yang tiada batas sehingga Penulis dapat
menyusun sebuah karya ilmiah, sungguh maha besar karunia yang telah
engkau berikan dan karena dengan izin-Mu lah penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sawah Kelurahan
Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa” karya ini ku persembahkan
untuk mu “Ayahanda Hasanuddin S. Sos dan Ibunda tercinta Mulyati H. AM
Makmur Djuhaeni yang telah memberikan penulis do’a restu serta
pengorbanannya selama ini hingga penulis dapat menyelesaikan studi dari
awal hingga akhir.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Namun keberhasilan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari semua pihak yang senang tiasa ikhlas telah membantu
memberikan bimbingan, dukungan, dorongan yang tak pernah henti.
Harapan dari penulis agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan andil guna pengembangan lebih lanjut. Atas petunjuk - NYA,
skripsi ini dapat selesai, oleh karena itu dengan segala hormat penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
vii
1. Bapak Prof. Dr. dr Idrus A Paturusi, Sp B .Sp BO selaku Rektor
Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Bapak Prof. Dr. H Hamka Naping, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makasaar.
3. Bapak Drs. Suparman Abdullah, M,Si selaku Pembimbing I yang telah
memberikan tuntunan dan nasehat demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. M. Arsyad, M.Si selaku Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. M. Darwis, MA. DPS, Selaku Ketua Jurusan Sosiologi
serta Bapak Dr. Rahmat Muhammad, M.Si, Selaku Sekretaris Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makasaar.
6. Segenap Dosen Sosiologi serta Staf Jurusan Sosiologi (Pak Yan,
Pak Asmudir, Pak Haliq, dan Dg. Rahmang) FISIP UNHAS yang telah
memberi bantuan dan arah tentang hasanah ilmu yang bermanfaat
untuk sarana berpijak guna kelancaran skripsi.
7. Buat Saudaraku (Eva, Ammy, Acca, Kak Ishaq, Ichank, Kak Zul, Sulis,
dan segenap Teman-teman XII IPA 2).
8. Saudara-saudaraku di Mapala E/21:
viii
Kiki, Nirma, Uswa, Umy, Hana, dan Anty, Terima kasih atas
kebersamaan serta dukungannya selama ini.
9. Terima Kasih banyak buat Teman-teman angkatan AMIGOS
SOSIOLOGI “09” (YAYOUK KOMANK NASIR, ALLIAH, IRMA,
IJCHA CHARON, NONA, ANHA, ENJEL, RISMA, ANGGY, WANDY,
ANWAR, RAHMAT, AZIKIN, ICCAD, MUSTAKIM, EKY, MIFTAH,
FAJAR) atas semangat dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
10. Teman-teman KKN UNHAS Gelombang 82. Kak Syukur, Kak yoel,
Kordes, Aprilia, Hikmah, Niya, Imanah, Kety, Le’ Ayu. terima kasih atas
kebersamaan, kekonyolan dan kegilaan selama KKN, terutama buat
Pak Muin Rais Lurah Sarempo Kecamatan Wattang Sawitto Kabupaten
Pinrang bersama Ibu Lurah, terima kasih atas segala bantuan dan kerja
samanya.
11. Kanda-kanda dan adik-adik Sosiologi yang terhimpun dalam keluarga
Mahasiswa Sosiologi (KEMASOS) FISIP UNHAS terima kasih telah
memberikan penulis pengalaman tentang berorganisasi selama di
kampus.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk mencapai kesempurnaan. Namun penulis menyadari dalam
penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, semua itu dikarenakan
ix
karena keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis akan
menerima dengan hati terbuka atas segala kritik dan saran dari berbagai
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini memiliki guna dan manfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Makassar, 05 Oktober 2013
Penulis
WULANDARI
x
ABSTRAK
WULANDARI, NIM E411 09 273, Jurusan Sosiologi Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, dengan judul skripsi “KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH DI KELURAHAN MANGALLI KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA” dan dibimbing oleh Suparman Abdullah Msi, dan Arsyad .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi pola hubungan social pada petani padi sawah. Kegunaan penelitian ini diharapkan agar dapat memberi sumbangsih kepada Kelurahan Mangalli, supaya pemerintah daerah memperhatikan petani sawah yang ada di desa tersebut. Berdasarkan hal itu maka dibahas didalam rumusan masalah yang meliputi bagaimana pola hubungan social yang terjadi antara petani pemilik dan petani penggarap pada petani sawah di Kelurahan mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan dasar penelitian yaitu study kasus dan sumber data primer yaitu melalui wawancara, observasi dan teknik lain.
Penelitian yang saya gunakan ialah dengan metode kualitatif,
adapun lokasi penelitian di Kelurahan Mangalli Kabupaten Gowa. Penunjukan didasarkan karena pada kecamatan ini banyak petani sawah kecil yang cenderung masih mengalami kemiskinan. Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain studi kasus tentang Pola hubungan sosial Pada Masyarakat di Kelurahan Mangalli, dan tipe penelitian yang digunakan yaitu secara deskriktif.
Hasil penelitian ini yang melandasi penyebab kemiskinan pada
petani sawah adalah meningkatnya faktor kebutuhan hidup keluarga yang tidak seimbang dengan penghasilan mereka, sehingga mempengaruhi pola kehidupan para petani sawah, hal ini dapat dilihat dari penghasilan mereka dan pola hidup para petani. Dan yang menjadi penghambat para petani sawah dalam mengatasi kemiskinan ialah kurangnya perhatian pemerintah setempat dalam memberikan solusi atau bantuan bagi para petani untuk meningkatkan hasil panen mereka dan juga para petani dalam teknik pengelolaan sawah.
xi
ABSTRACT
WULANDARI , NIM E411 09 273 , On the Sociology Department of the Faculty of Social and Political Sciences , Hasanuddin University , with a thesis title " SOCIO- ECONOMIC CONDITIONS OF RICE FIELD FARMERS OF MANGALLI, PALLANGGA DISTRICT, GOWA REGENCY " and mentored by Drs. Suparman Abdullah M.Si , and Drs. M. Arsyad, M.Si
This study aims to determine how the pattern of social relationships on the condition of rice farmers . The usefulness of this study are expected to be able to contribute to the village Mangalli , so that local governments pay attention to the rice farmers in the village. Based on that discussed in the formulation of the problem , including how the pattern of social relations that occur between smallholder farmers and the owners of the paddy farmers in Sub mangalli Pallangga Gowa district . To achieve this goal , the researchers used a qualitative approach to the research base and case study primary data source is through interview , observation and other techniques.
My research is to use qualitative methods , while the study site in the Village Mangalli Gowa . Designation is based on the district 's because many small rice farmers who tend to still experience poverty . In this study , the design used was a case study on the design pattern of social relations in the Village At Mangalli Society , and the type of research that is used is the descriptive .
Results of this study the underlying causes of poverty in the rice farmers are increasing needs of family life factors were not balanced with their income , thus affecting the life pattern of rice farmers , it can be seen from their income and lifestyle farmers . And the bottleneck of rice farmers in overcoming poverty is the lack of attention to local government in providing solutions or assistance to farmers to increase their crop yields and farmers in rice management techniques .
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN …………………………………………………..... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ . ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………... iii
LEMBAR PENERIMAAN TIM EVALUASI……………………………………….iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………………………………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………….vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. viii
ABSTRAK ………………………………………………………………………...xii
ABSTRACT ……………………………………………………………………… xiii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………xiv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… .6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………6
D. Kerangka Konseptual ………………………………………………….... 7
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Petani ………………………………………………………. 11
B. Hubungan Kerja ………………………………………………………… 14
C. Hubungan Sosial dan Interaksi………………………………………... 16
D. Konsep Tentang Aspek Sosial Ekonomi ……………………………... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Dasar dan Tipe Penelitian ……………………………………………... 24
1. Dasar penelitian …………………………………………………….. 24
2. Tipe Penelitian ………………………………………………………. 24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………….. 25
1. Lokasi Penelitian …………………………………………………….25
2. Waktu Penelitian ……………………………………………………. 25
C. Fokus Penelitian ………………………………………………………… 25
D. Subjek Penelitian ……………………………………………………….. 25
E. Metode Pengumpulan Data …………………………………………… 25
1. Data Primer …………………………………………………………. 26
2. Data Sekunder ……………………………………………………… 26
F. Analisis Data ……………………………………………………………. 26
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Demografi ……………………………………………………………….. 28
B. Sejarah kelurahan Mangalli ……………………………………………. 29
xiv
C. Keadaan Sosial …………………………………………………………. 32
D. Keadaan Ekonomi ……………………………………………………….33
E. Kondisi Pemerintahan Kelurahan …………………………………….. 35
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Informan ………………………………………………………. 47
Profil Informan …………………………………………………………... 48
B. Kondisi Sosial Ekonomi Padi Sawah …………………………………. 52
1. Kondisi Tempat Tinggal dan Pemilikan Harta benda …………… 52
2. Pemenuhan kebutuhan Sehari-hari Petani Sawah Dalam Mengatasi
Masalah Ekonomi keluarga …………………………... 55
C. Pola Hubungan Sosial Petani …………………………………………. 58
1. Hubungan Kerja Antara Petani Pemilik dan Petani
Penggarap…………………………………………………………… 59
2. Penggarap Pemilik Tanah dan Petani Penggarap Dalam
Melaksanakan Sistem Kerja ……………………………………… 63
D. Hubungan Kekeluargaan Antara Pemilik Tanah, Petani Penggarap,
dan Buruh Tani………………………………………………………… 65
1. Bantuan Yang Diberikan Petani Penggarap Kepada Pemilik
Tanah………………………………………………………………. .. 67
2. Bantuan Yang Diberikan Pemilik Tanah Kepada Petani
Penggarap………………………………………………….…………67
3. Bantuan Yang Diberikan Petani Penggarap Kepada Buruh
xv
Tani…………………………………………………….…………… 68
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN ………………………………………………………69
B. SARAN ……………………………………………………………... 71
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..… 73
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk ……………………………………………………27
Tabel 1.2 Tingkat Pendidikan …………………………………………………..28
Tabel 1.3 Mata Pencaharian …………………………………………………….28
Tabel 1.4 Kepemilikan Ternak ………………………………………………….29
Tabel 1.5 Prasarana Desa ……………………………………………………….30
Tabel 2.1 Fasilitas Pendidikan ………………………………………………....32
Tabel 2.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan …………………………………….33
Tabel 3.1 Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan …………………..34
Tabel 3.2 Luas Lahan Kering Dalam Hektar …………………………………34
Tabel 3.4 Industri Pengelolaan di Bidang Pertanian ……………………….36
Tabel 3.5 Industri Rumah Tangga Menurut jenis ………………………......37
Tabel 3.6 Populasi Ternak Unggas…………………………………………….38
Tabel 3.7 luas Wilayah, Jumlah rumah Tangga, dan
Kepadatan Penduduk……………………………………………......39
Tabel 3.8 Penduduk Menurut Lingkungan dan Jenis Kelamin……………39
Tabel 3.9 Mata Pencaharian Masyarakat Menurut Jenis ………………….40
Tabel 3.10 Penduduk Berumur 10 tahun keatas menurut Jenis Kelamin
dan Pendidikan yang ditamatkan …………………………………41
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah.
Kebutuhan yang bermacam-macam seperti, makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan yang dipengaruhi oleh
kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat
kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam
kebutuhan yang harus dipenuhi. Akibat dari tuntutan hidup yang harus
dipenuhi manusia harus berjuang demi mencari nafkah bagi keluarganya
mengingat hal tersebut adalah merupakan suatu hal yang tak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Tuntutan hidup tersebut tak lain
adalah untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Banyaknya kebutuhan suatu masyarakat di dalam rumah tangganya
yang dapat di pengaruhi oleh tingkat kesejahteraan hidup di dalam
kehidupan bermasyarakat. Menurut Miftahul Huda (2009:73)
kesejahteraan social dapat dimaknai terpenuhinya kebutuhan seseorang,
kelompok, atau masyarakat dalam hal material, spiritual maupun social.
Seperti tertuang dalam Undang-Undang tentang kesejahteraan social dalam pasal 1 ayat 1 desebutkan bahwa “ Kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan social warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”
2
Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan
hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa
hidupnya. Lima tingkatan yang dapat membedakan setiap manusia dari
sisi kesejahteraan hidupnya.
Lima tingkatan kebutuhan dasar menurut teori Maslow adalah sebagai
berikut:
1. Kebutuhan fisiologis
Contoh: sandang/pakaian, pangan/makanan, papan/rumah, dan
kebutuhan bioligis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas dll.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Contoh : bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa
sakit, bebas dari terror, dan semacamnya.
3. Kebutuhan social
Contoh : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan
jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan penghargaan terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Eksternal
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah dll.
2. Internal
Pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang
lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
3
Dalam berlangsungnya perkembangan dalam kehidupan tersebut
lapangan pekerjaan untuk memperoleh pendapatan merupakan suatu hal
yang diperlukan oleh masyarakat baik secara individual maupun secara
kolektif. Di sinilah masyarakat itu terbentuk dalam berbagai kelompok
berdasarkan jenis pekerjaannya. Dari berbagai kelompok masyarakat
berdasarkan pekerjaan dengan kata lain berdasarkan status dan
peranannya yaitu kelompok petani penggarap sawah.
Usaha meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produksi
berkeluarga petani adalah merupakan usaha pokok dalam pembangunan
petani. Pembangunan petani harus pula ditunjang oleh pembangunan
dibidang lainnya, sebab tanpa dukungan dan saling ketergantungan antara
satu sector dengan sector lainnya, pembangunan pertanian tidak akan
berarti sama sekali (Moshar,1987:67).
Dalam peningkatan pendapatan pembangunan pertanian khususnya
pembangunan kesejahteraan kehidupan petani banyak tantangan yang
harus diatasi. Salah satu dari tantangan tersebut bersumber aspek social
budaya yang berkembang dari lingkungan mereka yaitu sadar akan
perlunya pembangunan hari esok yang lebih baik dari hari ini dan
pengembangan sikap yang diperlukan untuk mengubah nasibnya.
Seseorang dimanapun ia hidup secara sadar maupun secara tidak sadar selalu akan menciptakan suatu kebiasaan bagi dirinya yang khas yang dinamakan habit (Soerjono Soekanto 1977:91)
4
Petani penggarap sawah adalah kelompok masyarakat tani yang
pekerjaannya menggarap sawah yang sangat berperan dalam jasa
pengelolaan sawah yang dimiliki oleh petani pemilik, mulai dari
pengelolaan tanah sampai dengan pemetikan hasil. Dalam hal ini petani
penggarap dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang luas dalam hal
ihwal tentang pertanian, khususnya pengetahuan dalam pengelolaan
sawah. Dengan demikian, keterampilan dalam hal menggarap sawah
merupakan suatu hal yang penting bagi petani penggarap sawah.
Hubungan yang dilakukan antara petani penggarap dengan petani
pemilik pada garis besar hubungan tersebut mencakup hubungan kerja.
Hubungan social yang saling menguntungkan kedua belah pihak, yakni
pemilik lahan yang mempunyai lahan tanah yang kemudian digarap oleh
petani penggarap untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Dalam mekanisme pertanian khususnya persawahan, sesuai dengan
distibusi kerja yang tak dapat terlepas dari pelaksanaan panca usaha tani
maka masyarakat tani tersusun dalam suatu struktur social yang
merupakan suatu sistim yang terbentuk sedemikian rupa sehingga
mewujudkan suatu badan usaha tani yang didalamnya merupakan
solidaritas organis.
Menurut Emile Durkheim masyarakat primitive memiliki kesadaran
kolektif yang lebih kuat yaitu pemahaman norma dan kepercayaan
5
bersama. Peningkatan pembagian kerja menyebabkan menyusutnya
kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif kurang signifikan dalam masyarakat
yang ditopang oleh solidaritas organis.
Solidaritas organis muncul karena pembagian kerja bertambah banyak,
pertambahan pembagian kerja menimbulkan tingkat ketergantungan
sehingga hal itu akan sejalan dengan bertambahnya spesialisasi dibidang
pekerjaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan individu.
Dengan adanya perbedaan yang ada didalamnya menyebabkan adanya
saling ketergantungan antara satu dengan yang lain.
Dalam pembagian kerja ini petani sawah terbagi dalam tiga kelas yaitu
petani pemilik (high class), petani penggarap (middle class) dan buruh tani.
Peranan dan fungsi yang dilakukan oleh petani penggarap dapat dilihat
dari sikap dan tingkah laku mereka dalam hubungan social diantara
mereka. Tentunya dalam melakukan hubungan ini terjadi suatu proses
social yang merupakan hubungan timbal balik dalam system social yang
ada. Untuk meningkatkan penghasilan petani penggarap maka seharusnya
interaksi antara petani penggarap dengan petani pemilik tidak terganggu
sehingga terjadi penyesuaian untuk menentukan keseimbangan dalam
hubungan social yang dilaksakan.
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi social ekonomi petani padi sawah di Kel. Mangalli Kec.
Pallangga Kab. Gowa
2. Bagaimana pengaruh hubungan social antara petani padi sawah terhadap
social ekonomi mereka?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui :
a. Kondisi sosial ekonomi petani sawah di Kel. Mangalli Kec. Pallangga Kab.
Gowa.
b. Sejauh mana pengaruh hubungan sosial yang terjadi antara petani sawah
terhadap social ekonomi mereka.
2. Kegunaan Penelitian
a. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumbangan pikiran bagi pemerintah
setempat untuk dijadikan landasan dalam pengembangan produksi padi
sawah.
b. Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi pihak yang ingin mengetahui
tentang kehidupan social ekonomi petani khususnya petani padi sawah.
7
c. Dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan informasi setiap kebijakan yang
akan ditempuh oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah dalam hal
ini pemerintah kel. mangalli sungguminasa
D. Kerangka konseptual
Dengan melakukan penelitian dalam suatu proses wawancara atau
melakukan penelitian mendalam, kita dapat mengetahui pola fikir dari
petani itu sendiri, bagaimana cara mereka mengatasi permasalahan
ekonomi dan masalah dalam mengerjakan pekerjaannya sebagai petani
sawah.
Karena dengan mereka mempunyai pemikiran untuk lebih maju, dan
mengembangkan kemampuan mereka dalam mengerjakan pekerjaan
mereka dengan melakukan perhatian pada tingkat pendidikan dan ikut
penyuluhan mereka pasti bisa lebih maju. Tetapi jika mereka tidak
mempunyai pemikiran seperti itu dan mengelolah sawah sebatas dengan
kemampuan yang telah mereka ketahui dari nenek mereka itu tidak akan
bisa meningkatkan pendapatan dan kualitas kerja mereka sehingga
mereka akan tetap pada kebiasaan dan hidup mereka tidak ada
peningkatan.
Kita bisa belajar dari seorang penyair Romawi Publius Syrus, pernah
mengatakan 100 tahun sebelum masehi “kita hanya menaruh minat
terhadap orang lain, bila mana dia menaruh minat kepada kita”.
8
Bisa dikatakan sebaliknya “orang lain hanya akan menaruh minat kepada kita, bila mana kita menunjukkan perhatian kepada dia” (Prof. Dr. P. Janssen : 1970, 10)
Karena antar hubungan di antara dua orang selalu bersifat timbale
balik. Oleh karena itu dalam usahanya para petani melakukan kerja sama
dalam hal ini disebut hubungan kerja dimana pemilik lahan yang
mempunyai lahan tanah yang kemudian digarap petani penggarap untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pemilik lahan yang enggan
mengolah lahannya mengadakan system perjanjian bagi hasil dengan
petani penggarap.
Hubungan yang terjadi antara petani pemilik dan petani penggarap menimbulkan ketergantungan antara lapisan bawah dengan lapisan atas bersifat hubungan antara patron dan klien. (Sediono M.P. Tjondronegoro:1999)
Disamping hubungan kerja terkait dengan aspek ekonomi juga terjadi
hubungan social misalnya semakin eratnnya hubungan kekeluargaan dan
sifat gotong royong yang terbangun antara petani pemilik dan petani
penggarap.
Untuk itu petani harus mulai membenahi diri mereka sendiri dengan
mempunyai pemikiran yang bersifat membangun dan tetap mementingkan
kualitas kerja dan pemanfaatan potensi yang ada pada dirinya.
E. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
1. Suharni 2007 Pengaruh Hubungan Kerja dan Keadaan Social Ekonomi
Petani Sawah yang menyatakan bahwa adanya hubungan saling
9
ketergantungan dari petani pemilik dan petani penggarap, karena
terjadinya hubungan kerja pemilik sawah dengan petani penggarap
disebabkan oleh pemilik sawah tidak mampu lagi bekerja karena sibuk
dengan pekerjaan lain sedangkan petani penggarap dikarenakan tidak
mempunyai lahan untuk menambah penghasilan. Dalam hubungan kerja
petani pemilik dan petani penggarap memiliki hubungan yang kerja yang
berlangsung baik dapat terlihat dari bentuk usaha. Petani penggarap
senantiasa bekerja dengan penuh perhatian dan melaksanakan
pekerjaannya guna mendapatkan hasil yang lebih baik.
Pendapatannyapun dari hasil sawah bervariasi karena hal ini di pengaruhi
oleh luas lahan yang digarap serta hasil kerjaan lainnya.
2. Edi Datau 1992 Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Penggarap Sawah yang
menyatakan tingkat pendidikan petani penggarap yang ada di kota utara
gorontalo tergolong tinggi karena masih banyaknya masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dari tanah pertanian sebagai sumber
pendapatan dan juga masih kurangnya lapangan pekerjaan yang dapat
menyerap tenaga kerja terdidik. Serta upaya pemeliharaan kesehatan
pengguna sarana kesehatan oleh petani penggarap umumnya tergolong
baik. Juga Dalam masyarakat tani hubungan sosialnya masih sangat
Nampak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam hubungan kerja
maupun diluar hubungan kerja antara pemilik dan penggarap juga
hubungan kekerabatan antar petani penggarap dengan masyarakat
10
lainnya. Secara umum pendapatan petani penggarap dari hasil bertani
sawah cukup tinggi karena dipengaruhi oleh luasnya garapan yang
dikerjakan. Oleh karena itu dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat
tani penggarap dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik. Serta
terdapat hubungan pendidikan dan keterampilan petani penggarap
terhadap tingkat produktivitasnya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Petani
A.T. Mosher juga membagi pertanian dalam dua golongan, yaitu
pertanian primitif dan pertanian modern. Pertanian primitif diartikan
sebagai petani yang bekerja mengikuti metode-metode yang berasal dari
orang-orang tua dan tidak menerima pemberitahuan (inovasi). Mereka
yang mengharapkan bantuan alam untuk mengelolah pertaniannya.
Sedangkan pertanian modern diartikan sebagai yang menguasai
pertumbuhan tanaman dan aktif mencari metode-metode baru serta dapat
menerima pembaruan (inovasi) dalam bidang pertanian. Petani macam
inilah yang dapat berkembang dalam rangka menunjang ekonomi baik
dibidang pertanian maupun dibidang-bidang lainnya.
Berdasarkan pendapat Wolf (1983:8) yang menyatakan bahwa:
“petani adalah sebagian penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam proses cocok tanam dan secara otonom menetapkan keputusan atas cocok tanam tersebut”.
Nampaknya defenisi yang dikemukakan Wolf menitik beratkan pada
kegiatan seseorang secara nyata bercocok tanam, dengan demikian
mencakup penggarapan dan penerimaan bagi hasil maupun pemilik,
penggarap, selama mereka berada pada posisi membuat keputusan yang
12
relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman mereka, namun tidak
termasuk nelayan dan buruh tani yang tidak bertanah. Petani merupakan
semua orang yang berdiam di pedesaan yang mengelola usaha pertanian
yang membedakan dengan masyarakat lainnya adalah factor pemilikan
tanah atau lahan yang dimilikinya (Soekamto, 1983:25).
Selanjutnya Wolf (1983:27) membedakan petani yaitu (1) petani pemilik
adalah petani memiliki lahan dan memberikan kepada orang lain untuk di
olah, (2) petani penggarap yaitu petani yang menggarap atau mengerjakan
lahan orang lain. Jadi antara petani pemilik dan penggarap terjadi
kesepakatan atau interaksi yang membentuk suatu hubungan social.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka petani adalah semua orang
yang berdiam dipedesaan yang mengelola usaha pertanian serta
membedakan dengan masyarakat lainnya adalah factor pemilikan tanah
atau lahan yang dimilikinya selain konteks petani sebagai peasant ada
juga petani sebagai pengusaha tani (farmer).
Menurut Darmawan Salman (1996:51) mengemukakan bahwa :
“selain konsep petani sebagai peasant ada juga petani sebagai pengusaha tani (farmer) atau sekedar cocok tanam (cultivator). Populasi petani dipedesaan tersusun oleh tipe-tipe tersebut. Dengan level substensi menuju komersial secara berturut-turut dari culrifator Peasant lalu farmer”.
13
Lebih lanjut Darmawan Salman menguraikan perbedaan antara petani
subsistensi dengan petani komersial adalah sebagai berikut:
“petani subsistensi adalah petani yang melakukan proses cocok tanam dengan motivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja, hasil pertanian semata-mata ditujukan bagi kepentingan konsumen primer atau paling jauh dipertukarkan dengan barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen tadi, sedangkan petani komersial adalah petani yang menjalankan usaha taninya dengan motifasi untuk memperoleh keuntungan. Dalam prakteknya petani melakukan perhitungan-perhitungan rasional antara produksi dengan biaya-biaya dapat dideteksi bila produk tadi memasuki mekanisme pasar.”
Peranan yang dilakukan petani dalam usaha taninya adalah sebagai
berikut: mengelolah, sebagai juru tani, keterampilan bercocok tanam pada
umumnya mencakup kegiatan pikiran yang didorong oleh kemauan,
tercakup didalamnya terutama pengambilan keputusan atau penetapan
pilihan dari alternative yang ada.
Sementara Fadholi (1989:97) memberikan pengertian tentang petani
dengan menyatakan bahwa petani adalah setiap orang melakukan usaha
untuk memenuhi sebahagian atau keseluruhan kebutuhan kehidupan
dibidang pertanian dalam arti luas.
Menurut Menteri pertanian (1986) pada seminar nasional
pengembangan usaha tani kecil tanaman perdagangan. Mengemukakan
bahwa:
14
“Mereka itu (petani kecil) pada umumnya pengetahuannya terbatas. Sehingga mengusahakan kebunnya secara tradisional. Kemampuan permodalanya terbatas dan bekerja dengan alat-alat sederhana. Dengan demikian produktifitas dan produksinya yang sudah rendah itu akan menjadi lebih rendah lagi.”
Dari beberapa ahli diatas yang telah mengemukakan pengertian petani
maka dapat disimpulkan bahwa petani adalah penduduk desa yang mata
pencariannya bercocok tanam dengan menggunakan teknologi yang
sederhana dan dengan kesatuan produksi yang tidak terspesialisasi.
B. Hubungan Kerja
Hubungan kerja merupakan hasil dari adanya interaksi yang dapat
menimbulkan kerjasama, karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompoknya dan bahkan terhadap kelompok lainnya, seperti yang
dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1987:192) bahwa:
“didalam kelompok-kelompok manusia memerlukan perlindungan dari rekan-rekannya, manusia mempunyai kemampuan yang terbatas didalam pergaulan hidup dan lain sebagainya” Pentingnya kerja sama dalam suatu hubungan kerja merupakan suatu
proses, yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang
terdapat diantara orang-perorangan dengan kelompok, seperti yang
dikemukakan oleh Mayor Polak (1982-29) sebagai berikut interaksi itu
akan berupa aksi dan reaksi yang tidak berkesinambungan. Aksi dan
reaksi dari kedua belah pihak selalu menjurus pada keseimbangan.
15
Apabila kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari jelas sekali bahwa
manusia senantiasa bergelut dengan berbagai macam kegiatan yang
sudah tentu sesuai dengan bidangnya masing-masing oleh karena itu
suatu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi yaitu adanya rasa ketergantungan
yang cukup tinggi antara sesamanya, mahluk yang senantiasa hidup
bersama orang lain dengan demikian, maka kerjasama merupakan salah
satu alternative dalam rangka menyeimbangkan dan memajukan
kehidupan bersama.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1987:237)
adalah sebagai berikut:
“kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama kesadaran akan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.” Berdasarkan pendapat diatas, semakin jelas bahwa kerjasama
sebagai salah satu bentuk interaksi social yang universal yang ada pada
masyarakat dimanapun berada khususnya pada masyarakat tani sawah
yang terdapat dua sisi kehidupan manusia. Yaitu adanya pemilik tanah dan
penggarap. Kedua jenis status tersebut dilatarbelakangi oleh adanya
potensi dan sumberdaya yang dimiliki berbeda. Hal inilah yang mendorong
timbulnya kerjasama, untuk mencapai tujuan bersama pula.
16
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kerjasama adalah suatu
bentuk kesepakatan antara orang-perorangan atau kelompok manusia
untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang ingin dicapai serta
manfaat yang diperolehnya.
Sejalan dengan hal di atas yang sering pula dengan perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka spesialisai-
spesialisasi dalam bidang-bidang kehidupan semakin Nampak. Oleh
karena itu sesuatu hal yang tidak dapat dipungkiri lagi yaitu adanya rasa
ketergantungan yang cukup tinggi antar manusia hal tersebut jelas apabila
kembali pada kodrat manusia sebagai mahluk yang senantiasa hidup
bersama dengan orang lain. Dengan demikian, kerjasamalah yang
merupakan salah satu alternative dalam rangka mengembangkan dan
memajukan kehidupan bersama, bila ada orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia mempunyai kepentingan bersama untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka akan melahirkan kerjasama dengan
orang lain.
C. Hubungan social dan interaksi social
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat suatu konsep bagi mereka
yang dianggap bernilai tinggi bahwa manusia itu pada hakekatnya tidak
berdiri sendiri akan tetapi dikelilingi oleh masyarakat. Sehingga ia merasa
dirinya sebagai unsure kecil saja dalam lingkungan sosialnya.
17
Hubungan social merupakan syarat utama terjadinya kegiatan yang
berlangsung dalam suatu masyarakat seperti yang dikemukakan oleh
Syani (1987:43). Yang mengemukakan bahwa :
“interaksi social merupakan syarat utama terjadinya aktifitas social. Interaksi social merupakan hubungan social yang dinamis yang menyangkut hubungan orang perorangan, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara perorangan dengan kelompok.”
Sifat social manusia berasal dari kenyataan bahwa untuk menolong
dirinya sendiri dalam aktivitas yang diperlukan untuk mempertahankan
hidupnya, manusia harus menyandarkan dirinya kepada orang lain. Tidak
ada orang yang secara mutlak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
sendiri.
Beberapa factor yang terkait dalam perubahan social seperti
lingkungan fisik terhadap manusia, bentuk organisasi social dan modern,
hubungan antar kelompok dan fenomena kultur kesenian, kerajinan dan
pengetahuan dan lain sebagainya. Selanjutnya premis yang menyatakan
bahwa manusia adalah mahluk social secara lebih sederhana berarti
manusia harus mempunyai organisasi social.
Berbagai kepustakaan memberi penjelasan tentang hubungan social
dan interaksi social baik langsung maupun tidak langsung memberikan arti
yang sama dalam kedua hal tersebut. Hal ini lebih jelas kita lihat uraian
Syani (1987:52). Yang mengemukakan bahwa interaksi social identik
dengan hubungan social karena, adanya hubungan social berarti sekaligus
18
sudah merupakan interaksi social. Dikatakan demikian karena didalam
interaksi social terdapat hubungan antara satu dengan yang lainnya yang
saling memberi dan menerima dengan mewujudkan suatu kerja sama atau
mungkin terjadi suatu persaingan maupun pertentangan.
Pola hubungan social ada bermacam seperti dalam hubungan
kerja sama antara sesama masyarakat, tolong menolong atau gotong
royong sesama anggota masyarakat, sifat social manusia berasal dari
kenyataan bahwa untuk mempertahankan hidupnya manusia harus
menyandarkan dirinya kepada orang lain. Tidak ada orang secara mutlak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam kehidupan masyarakat adanya sesama manusia dalam prinsip
kemanusiaan membuat orang melihat dimensi fundamental lainnya, yaitu
sebagai mahluk social, berarti manusia dalam segala tindakannya selalu
membutuhkan sesamanya untuk kepentingan bersama.
Interaksi social merupakan hubungan social yang dinamis dan
menyangkut antara hubungan antara orang perorangan, antar kelompok
dengan kelompok manusia. Interaksi social merupakan suatu kunci dalam
kehidupan social karena tanpa interaksi social tersebut tidak akan mungkin
ada kehidupan bersama.
Menurut Syani (1987:25), mengartikan interaksi identik dengan
hubungan social karena adanya hubungan social berarti sekaligus
19
merupakan interaksi social. Dalam interaksi social biasanya ditandai oleh
adanya proses pertukaran.
Kehidupan social terdiri dari manusia yang melakukan hubungan dan
berbagai macam kepentingan ( untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu),
suatu pandangan yang teratur mengenai bentuk masyarakat dalam
kemungkinannya yang bermacam-macam itu tidak tertuju kepada individu
atau golongan yang terbentuk dari manusia-manusia melainkan kepada
hubungan-hubungan social antara masyarakat-masyarakat dan antara
golongan sesamanya dan teristimewa terhadap hubungan social antara
manusia dan golongan atau kelompok masyarakat.
Dalam berbagai kepustakaan hubungan social dan interaksi social
tidaklah dibedakan secara tajam dari pengertiannya. Olehnya dalam uraian
ini lebih banyak dikemukakan interaksi social, menurut Soerjono Soekanto
(1990) yang menyatakan bahwa :
“ interaksi social merupakan hubungan social yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan antara kelompok-kelompok masyarakat ataupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”. Dengan demikian interaksi social adalah kunci dari semua kehidupan
bersama, lebih lanjut Soerjono Soekanto (1990) menjelaskan bahwa:
“ apabila dua orang bertemu, interaksi social dimulai pada saat itu mereka saling mendengar, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi, aktivitas-aktivitas ini merupakan bentuk interaksi social”
20
Selanjutnya Soerjono Soekamto (1985) mengemukakan bahwa
terjadinya suatu kontak social tidaklah semata-mata tergantung dari
tindakan, akan tetapi juga tergantung dari tanggapan terhadap tindakan
tersebut. Hal ini berarti bahwa terjadinya kontak akibat adanya tanggapan
yang berasal dari tindakan pihak pertama oleh pihak kedua.
Hasil dari adanya kontak social yang terjadi dapat memberikan sifat
positif atau negative. Yang bersifat positif mengarah pada kerja sama,
sedangkan yang bersifat negative mengarah pada suatu pertentangan
atau bahwa sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi social.
Mengenai komunikasi dalam interaksi social, Soerjono Soekamto
(1985) menjelaskan bahwa seseorang member arti pada perilaku orang
lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi
tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau orang
perorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang
lainnya. Seperti halnya kontak social maka komunikasi juga dapat
mengarah pada suatu kerja sama ataupun pertikaian.
Dapat pula dikatakan bahwa hubungan social atau interaksi social
sebagai proses social hal tersebut karena hubungan social atau interaksi
social merupakan syarat utama terjadinya berbagai macam aktivitas social
21
sebagai perwujudan dari kedinamisan hidup masyarakat. Sehubungan hal
ini Gillin dan Gillin (1992) menegaskan bahwa:
“ proses-proses social adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dalam kelompok-kelompok masyarakat saling bertemu dan menentukan system bentuk-bentuk hubungan tersebut”. Menurut Gillin (1990) ada dua macam proses social yang timbul
sebagai akibat adanya interaksi social yaitu:
1. Proses yang asosiatif (Processes Of Assosiation) yang terbagi kedalam
tiga bentuk khusus lagi yaitu :
a. Akomodasi
b. Asimilasi dan Akulturasi
2. Proses yang desosiatif (Processes Of Dissosiation) yang mencakup :
a. Persaingan
b. Persaingan yang meliputi kontraversi dan pertentangan atau pertikaian
(conflic)
D. Konsep Tentang Aspek Sosial Ekonomi
Perkembangan manusia dalam hidupnya dapat dilihat dalam hal
pemenuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini dapat menunjukkan tingkat hidup
seseorang atau sekelompok orang. Apakah segala macam kebutuhan
hidup itu tersebut dapat dipenuhi secara keseluruhan atau hanya terbatas
pada kebutuhan pokok saja. Parsudi Suparlan (1990) menyatakan:
“ tingkat hidup masyarakat telah terwujud pada sebagai interaksi antara aspek social adalah ketidaksamaan social antara sesame warga masyarakat yang bersangkutan, yang bersumber pada
22
pendistribusian social yang ada dalam masyarakat tersebut, sedangkan yang termasuk dengan aspek ekonomi adalah ketidaksamaan dalam masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi”. Apabila dikaji lebih lanjut mengenai pendapatan diatas, merupakan
tingkat kehidupan social, dalam hal ini merupakan tingkat kehidupan
social, misalnya tingkat pendidikan, keterampilan, kesejahteraan dan lain
sebagainya dari pendidikan dan keterampilan yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang dengan diperolehnya suatu pekerjaan yang layak
dengan tingkat pendidikan yang layak pula akan membawa kearah tingkat
pendidikan yang layak pula akan membawa kearah tingkat kesejahteraan
social. Selanjutnya Mubyarto (1985:20) menyatakan bahwa :
“kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti sentosa aman dan makmur terlepas dari segala macam gangguan dan kesulitan”
Kalau diperhatikan pendapat di atas, maka jelaslah bahwa keadaan
sentosa, aman, makmur serta terlepas dari segala macam gangguan dan
kesukaran hidup terpenuhi, dengan demikian keadaan sejahtera dalam
kehidupan social ekonomi rakyat.
Aspek social ekonomi merupakan aspek yang tidak bisa terlepas dari
kehidupan manusia, dalam hal ini aspek ekonomi seseorang yang terdiri
atas pendapatan, kebutuhan pokok, dan pemeliharaan harta benda
merupakan cermin dari tingkat hidup seseorang dapat diukur dengan
23
keadaan ekonomi yang bersangkutan sehubungan dengan hal ini
Mubyarto (1985:23) mengatakan bahwa:
“ tingkat kesejahteraan dapat diukur dengan aspek ekonomi yaitu jumlah pendapatan, macam dan jumlah barang yang dimiliki atau yang dikuasai secara kebebasan untuk menentukan barang atau usaha apa yang dilakukan untuk meningkatkan kepuasan hidupnya”. Payaman J Simanjuntak (1996) menyatakan :
“pendidikan merupakan landasan untuk mengembangkan diri dan kemampuan memanfaatkan segala sarana yang tersedia semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula produktivitas kerja”. Dengan demikian dapat dikatakan dari pendidikan yang dimiliki
seseorang atau sekelompok orang. Dengan diperolehnya pekerjaan yang
layak akan membawa kearah tingkat kesejahteraan social.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena
yang sedikit pun belum diketahui (Strauss dan Corbin, 2007:5)
A. Dasar dan Tipe Penelitian
1. Dasar Penelitian
Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus, yaitu suatu pendekatan untuk melihat objek penelitian sebagai
suatu kesatuan yang terpadu agar dapat memperoleh fakta yang
meyakinkan. Studi kasus merupakan laporan kejadian, situasi atau
perkembangan secara rinci dan lengkap, berupa life history seseorang,
organisasi dan sebagainya (Purwanto, 2007 : 19)
2. Tipe Penelitian
Sesuai dengan judul yaitu tentang Kondisi Sosial Ekonomi Petani Padi
Sawah yang penting untuk kita ketahui bersama maka tipe penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu tipe penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam, menguraikan dan
menggambarkan tentang kondisi social ekonomi petani.
25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan berlangsung di Desa Mangalli Kelurahan Mangalli
Kecamatan Pallanga Kabupaten Gowa.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian akan dilakukan mulai dari bulan Mei 2013
C. Fokus Penelitian
Focus penelitian berisi pokok kajian yang menjadi pusat perhatian.
Dalam penelitian ini yang menjadi focus penelitiannya, adalah deskripsi
dari kondisi social ekonomi petani sawah yang penting untuk kita ketahui
bersama.
D. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek penelitian didasarkan pada tujuan penelitian,
dengan harapan untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya,
dengan demikian peneliti mengobservasi terlebih dahulu situasi social
lokasi penelitian. Dan penentuan subjek penelitian didapatkan secara
sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Subjek penelitian
dalam penelitian ini meliputi 9 orang yang terdiri dari : tiga orang petani
pemilik, lima orang petani penggarap dan satu orang buruh tani.
E. Metode Pengunmpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data adalah :
1. Data Primer
26
Data ini dikumpulkan dengan menggunakan :
a. Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan untuk
mengetahui dan mengamati keadaan kehidupan dilokasi penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui objektivitas dari kenyataan yang akan ada
tentang keadaan kondisi objek yang akan diteliti.
b. Wawancara mendalam, yaitu mengumpulkan sejumlah data dan informasi
secara mendalam dari informan dengan menggunakan pedoman
wawancara atau peneliti melakukan kontak langsung dengan subjek
meneliti secara mendalam utuh dan terperinci.
2. Data Sekunder
Data ini dikumpulkan melalui penelusuran atau studi pustaka dari
berbagai arsip-arsip penelitian, artikel-artikel, dokumen-dokumen dan
buku-buku yang berkaitan dengan kajian penelitian ini.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder
dianalisis kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif, yaitu menjelaskan,
menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan judul yang diteliti.
1. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif,
dimana data yang diperoleh dilapangan, diolah kemudian disajikan dalam
bentuk tulisan. Menyangkut analisis data kualitatif, menganjurkan tahapan-
tahapan dalam menganalisis data kualitatif sebagai berikut : reduksi data,
yaitu, menyaring data yang diperoleh dilapangan yang masih ditulis dalam
27
bentuk uraian atau laporan terperinci, laporan tersebut direduksi,
dirangkum, disusun lebih sistematis, sehingga mudah dipahami.
2. Penyajian data, yaitu usaha untuk menunjukkan sekumpulan data atau
informasi, untuk melihat gambaran keseluruhannya atau bagian tertentu
dari penelitian tersebut.
3. Kesimpulan merupakan proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan
sehingga ditentukan saran dan masukan untuk pemecahan masalah.
28
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Demografi
- Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Mangalli merupakan salah satu dari 16 Desa kelurahan di
wilayah Keamatan Pallangga, yang terletak 2 Km ke arah selatan dari kota
kabupaten. Kelurahan Mangalli mempunyai luas wilayah seluas 143,42
hektar. Adapun batasan administrasi dan luas masing-masing wilayah
adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pangkabinanga
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tetebatu
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pallangga
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jenetallasa dan Bontoala
- Iklim
Iklim Kelurahan Mangalli, sebagaimana desa-desa lain di wilayah
Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut
mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di
Kelurahan Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
B. SEJARAH KELURAHAN MANGALLI
29
Asal mula mangalli di awali ketika pada kisah jaman kerajaan
pemerintah di Tanah Goa (Kab. Gowa), suatu saat permaisuri dari somba
di barombong (gelar raja yang memerintah di Barombong) ditemani oleh
Pa’lapa Barambanna Sombaya (pengawal dan dayang-dayang kerajaan),
pergi berkeliling naik perahu dari laut Barombong menyusuri sungai hingga
masuk kesungai Boronguntia dan tiba di suatu kampong kecil dan singgah
untuk bertanya kepada rakyatnya yang ditemui menanyakan nama
kampung yang menjadi tempat persinggahannya dan si rakyat yang
ditanyai dengan penuh rasa hormat kepada sang permaisuri menjawab “
Mangngalika Sombangku ampaui” (saya segan untuk memberitahukan),
karena nama kampung yang ditanyakan sang permaisuri namanya
menyerupai alat kelamin perempuan “Lompo Ditti”. Kampung tersebut
bentuknya persis sama dengan bentuk alat kelamin perempuan, dimana
tanah yang dimaksud dikelilingi oleh sungai-sungai yang didalamnya ada
pulau kecil yang berbentuk alat kelamin perempuan, sehingga sang
permaisuri dengan bijak memaklumi kondisi dan memahami
penghormatan rakyatnya dengan tidak langsung menjawab pertanyaan
yang diberikan karena rasa hormat yang tinggi pada sang permaisuru
ditambah rasa takut akan ketersinggungan sang istri raja sehingga sifat
keengganan dan penuh hormat rakyatnya sampai sang permaisuri
mengganti nama kampung menjadi “Mangalli” (keterwakilan sifat dasar
orang kampung yang sopan bermatabat dan menjunjung tinggi adat
istiadat yang berlaku). (kisah/cerita tersebut diatas bersumber dari
informasi tokoh-tokoh masyarakat yang tinggal di Mangalli).
Kampung Mangalli adalah salah satu bagian dari wilayah pemerintahan
Gallarang Tetebatu (istilah kampung/lingkungan/desa zaman penjajah
VOC memerintah) bersama dengan Kampung Pangkabinanga, Kampung
Taborong, Kampung Pa’langiseng, Kampung Biringkaloro, Kampung
30
Pekanglabbu yang pada waktu itu dijabat oleh Makkuseng sejak tahun
1889-1940 dengan panggilan “Punggawa Mangalli”
Pada tahun 1941-1945 Punggawa Mangalli berubah nama menjadi
kepala Kampung Mangalli yang dikepalai oleh Haeruddin Dg.Pole beralih
kepada Kawarang Dg. Ngesa yang menjabat sejak tahun 1945-1950.
Pada tahun 1950-1980 merupakan masa peralihan pergantian nama
kampung Mangalli menjadi Lingkungan Mangalli yang dijabat pada waktu
itu oleh Sup Dg. Ramma. Kemudian setelah masa kepemimpinan Supu
Dg. Ramma dilanjutkan oleh Abd Latif Dg. Mangung menjadi Kepala
Lingkungan sejak tahun 1980-1999 dan sejak periode tahun 2000 sampai
sekarang Lingkungan Mangalli dikepalai oleh Faharuddin Dg. Sila.
Kampung Mangalli sejak Zaman Pemerintahan Gallarang Tetebatu
bersama dengan kampung Pangkabinanga, Kampung Taborong,
Kampung Pa’langiseng, Kampung Biringkaloro, Kampung Pekanlabbu,
yang pada waktu itu dijabat oleh Sogito dan Dehang Dg. Bella.
Pada tahun 1962 penggabungan wilayah pemerintahan
Administrasi Desa menjadi Desa Tetebatu dibawah pimpinan Kepala desa
Sonda Dg. Tayang dengan wilayah administrasi meliputi Lingkungan
Mangalli, Lingkungan Biringkaloro, Lingkungan Pangkabinanga, Kampung
Taborong, Kampung Pa’langiseng, Kampung Biringkaloro, Kampung
Pekanlabu, yang pada waktu itu dijabat oleh Sogito dan Dehang Dg. Bella.
Pada tahun 1962 penggabungan wilayah pemerintahan administrasi
Desa menjadi Desa Tetebatu dibawah pimpinan Kepala Desa Sonda
Dg.Tayang dengan wilayah administrasi meliputi Lingkungan Mangalli,
Lingkungan Biringkaloro, LIngkungan Pangkabinanga dan Lingkungan
Parangbanoa, sedangkan kampung Pa’langiseng masuk ke dalam Desa
Pallangga dan Kampung Taboron masuk dalam DEsa Bontoala. Semenjak
tahun 1981 sesuai dengan UU No.5 Tahun 1977 DEsa Tetebatu berubah
menjadi Kelurahan Tetebatu dengan wilayah administrasi meliputi
31
Lingkungan Mangalli, Lingkungan Pangkabinanga, Lingkungan
Pekanlabbu, LIngkungan Biringkaloro, Lingkungan Parangbanoa.
Kemudian pada tahun 1992 Kelurahan Tetebatu mengalami pemekaran
wilayah menjadi 2 (dua) Kelurahan yaitu Kelurahan Pangkabinanga dan
Kelurahan Parangbanoa sementara Lingkungan Mangalli, Lingkungan
Pangkalabbu dan Lingkungan Biringkaloro tetap bergabung pada
Kelurahan Tetebatu.
Pada tahun 2000 seiring dengan pertumbuhan penduduk dan
pelaksanaan otonomi daerah di Wilayah Kabupaten Gowa Beberapa
wilayah administrasi keamatan dan kelurahan termasuk Keluraha Tetebatu
mengalami pemekaran wilayah, dimana Lingkungan Mangalli defenitif
menjadi Kelurahan Mangalli membawahi wilayah administrasi
pemerintahan Lingkungan Mangalli, Lingkungan Allatappampang dan
Lingkungan Kalegowa. Pejabat yang bertugas pada waktu itu dijabat oleh
H. Muh.Rais (Tahun 2000-2005) dan dilanjutkan oleh Bapak Abd.Chalid
Adam yang memimpin wilayah Kelurahan Mangalli dari tahun 2005-2010.
32
C. Keadaan Sosial
Jumlah Penduduk
Kelurahan Mangalli mempunyai jumlah penduduk 9.148 jiwa, yang
tersebar dalam 3 Lingkungan dengan perincian sebagaimana table 1
berikut:
Table 1.1 : Jumlah Penduduk
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
Lingkungan Laki-laki Perempuan Jumlah KK KK RTM
MANGALLI 1.869 1.813 3.628 739 185
KALEGOWA 1.461 1.440 2.901 765 33
ALLATTAPA
MPAN
1.099 1.466 2.565 513 100
JUMLAH 4.429 4.719 9.148 2.017 318
33
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Mangalli adalah sebagai
berikut:
Table 1.2 : Tingkat Pendidikan
Pra Sekolah 750
SD 535
SMP 735
SMA 525
SARJANA 767
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
D. Keadaan Ekonomi
a. Mata Pencaharian
Karena Kelurahan Mangalli merupakan desa pertanian, maka sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selengkapnya
sebagai berikut :
Tabel 1.3 : Mata Pencaharian
Petani 1405
Pedagang 769
PNS/TNI/POLRI 1142
Buruh 580
Lain-lain 1933
34
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
b. Pola Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah di Kelurahan Mangalli sebagian besar
diperuntukkan untuk tanah pertanian sawah sedangkan sisanya untuk
tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya.
c. Pemilikan Ternak
Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Kelurahan Mangalli
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4 : Kepemilikan Ternak
Ayam/Itik 500
Kambing 12
Sapi -
Kerbau -
Lain-lain -
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
35
d. Sarana dan Prasana Desa
Kondisi sarana dan prasarana umum Kelurahan Mangalli secara garis
besar adalah sebagai berikut :
Table 1.5 : Prasarana Desa
Balai Desa 1
Jalan Kab. 1.500 M
Jalan Kec. 2.000 M
Jalan Desa 3.500 M
Rumah Ibadah 9
Sekolah 6
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
E. Kondisi Pemerintahan Kelurahan
1. Pembagian Wilayah Kelurahan
Ketersediaan fasilitas umum dan social yang terdapat di Kelurahan
Mangalli meliputi fasilitas perumahan, pemerintahan dan pelayanan umum,
fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas
perdagangan dan industry, fasilitas olah raga dan ruang terbuka hijau.
Secara umum ketersediaan fasilitas dan social di Kelurahan Mangalli
relative cukup lengkap yang tersebar cukup merata di setiap kelurahan.
Namun keberadaan beberapa fasilitas masih terlihat kurang memadai,
36
tidak berfungsi optimal dan kondisi bangunan menurun, untuk lebih
jelasnya pembahasan ketersediaan fasilitas akan dibahas dalam
penjelasan berikut :
a. Fasilitas Perumahan dan Permukiman
Fasilitas perumahan yang tersebar di Kelurahan Mangalli berdasarkan
hasil PS-PLPBK pada tahun 2010 tersebar masing-masing
basis/lingkungan dengan membentuk kelompok-kelompok permukiman.
Pola penyebaran permukiman secara linier dengan mengikuti pola jaringan
jalan, utamanya disepanjang jalur utama Poros Pallangga dan jalur poros
lingkungan.
Berdasarkan pada penilaian klasifikasi kondisi bangunan untuk tiga
kategori yaitu, permanen, semi permanen dan temporer, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kondisi bangunan permanen lebih dominan
dibandingkan kondisi bangunan semi permanen dan temporer.
Kawasan permukiman di Kelurahan Mangalli sebagian telah tertata
terutamanya dengan system jaringan jalan secara gridion dan cul de sac,
akan tetapi adanya kawasan padat dengan tata letak rumah yang tidak
teratur akan berdampak pada citra lingkungan itu sendiri dan menurunnya
kualitas lingkungan permukiman.
b. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Tingkatan hirarki suatu lingkungan di tandai keberadaan salah satu
indicator tentang jumlah suatu fasilitas penunjang antara lain ketersediaan
37
fasilitas pemerintah dan pelayanan umum serta social. Dengan fasilitas
tersebut, masyarakat dapat terlayani dalam memenuhi kebutuhan berbagai
unsure kegiatan yang berkaitan dengan palayanan pemerintahan dan
pelayanan umum di Kelurahan Mangalli meliputi kantor camat, kantor
Kelurahan Mangalli, kantor Koramil Pallangga, Polsek Pallangga, BRI,
Puskesmas Pallangga, kantor cabang dinas pendidikan. Keberadaan
fasilitas pemerintahan dan palayanan umum tersebut di Mangalli cukup
memadai dalam skala pelayanan yang berbeda.
c. Fasilitas Pendidikan
Adapun fasilitas pendidikan yang terdapat di Kelurahan Mangalli
terdiri dari TK, SD, SLTP, SMA/SMK dan pendidikan berbasis keagamaan
yakni kelompok belajar taman pendidikan al qur’an (TPA).
Ditinjau dari ketersediaan fasilitas pendidikan yang relative menyebar di
wilayah Kelurahan Mangalli dan cukup mudah di jangkau oleh masyarakat
ditunjang dengan ketersediaan jaringan jalan, namun disisi lain beberapa
sekolah memerlukan peningkatan bangunan karena telah mengalami
kerusakan bangunan.
38
Untuk lebih jelasnya mengenai distributive sebaran fasilitas pendidikan
di Kelurahan Mangalli, sebagai berikut :
Table 2.1 Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Mangalli
No Fasilitas Jumlah
1. Fasilitas Pendidikan Taman
Kanak-kanak
3 Unit
2. Fasilitas Pendidikan SD Negri 2 Unit
3. Fasilitas Pendidikan SD Inpres 2 Unit
4. Fasilitas Pendidikan SLTP
Negeri
1 Unit
5. Fasilitas Pendidikan SMA
Negeri
1 Unit
6. Fasilitas Pendidikan SMK 1 Unit
7. Kelompok Belajar (TPA) 9 Unit
d. Fasilitas Kesehatan
Ketersediaan fasilitas kesehatan sangat bermanfaat bagi pelayanan
kesehatan masyarakat, baik layanan medic maupun pelayanan tenaga
39
kesehatan. Fasilitas pelayanan yang ada di Kelurahan mangalli adalah
sebagai berikut:
Table 2.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
No Fasilitas Jumlah
1. Fasilitas Rumah Bersalin / BKIA 1 Unit
2. Fasilitas Puskesmas 1 Unit
3. Fasilitas Poliklinik 1 Unit
4. Fasilitas Posyandu 3 Unit
5. Fasilitas Toko Obat 4 Unit
Keberadaan fasilitas kesehatan ini sangat di perlukan untuk memenuhi
pelayanan kesehatan masyarakat terutama dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan munculnya berbagai macam jenis
penyakit yang harus segera tertangani. Selain budaya masyarakat kita
seiring dengan perkembangan waktu tingkat kesadaran terus meningkat
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk memeriksakan
kesehatannya, ditambah Program Pemerintah dalam Pelayanan
Kesehatan Gratis.
e. Pertanian
1. Penggunaan Tanah
40
Penggunaan tanah di Kelurahan Mangalli di bedakan menjadi lahan
kering dan lahan sawah. Lahan sawah meliputi sawah yang berpengairan
baik secara teknis maupun sederhana dan sawah tadah hujan . sedangkan
lahan kering meliputi lahan untuk bangunan dan pekarangan,
tegalan/kebun, lading/huma, hutan dll.
Table 3.1 luas lahan sawah menurut jenis pengairan di Kelurahan Mangalli
tahun 2010
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
Table 3.2 luas lahan kering dalam hektar di Kelurahan Mangalli tahun 2010
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
Jenis Pengairan (Ha)
Lingkungan Teknis Semi teknis Sederhana Tadah Hujan Desa /
Non PU
Total
mangalli
kalegowa
A.Pampan
g
-
-
-
37.50
10.00
33,98
2.00
-
1.5
-
-
-
-
-
-
39.50
10.00
35.48
Jumlah - 81.48 3,5 - - 84.98
Dusun Pekarangan Tegalan/kebun Ladang/Huma Hutan Total
Mangalli
Kalegowa
A.Pampang
20.55
14.50
18.91
1.00
-
-
-
-
-
-
-
-
21.55
14.50
18.91
Jumlah 53.96 1.00 54.96
41
2. Tanaman Pangan
Table 3.3. Luas Panen Produksi dan hasil per hektar tanaman pangan
menurut Lingkungan di Kelurahan Mangalli tahun 2010
Lingkungan
Jenis Tanaman Mangalli Kalegowa A. Pampang Total
Padi
- Luas Panen
- Produksi (Ton)
- Produktivitas
(Ton/Ha)
Jagung
- Luas Panen
- Produksi (Ton)
- Produktivitas
-
- (Ton/Ha)
Kacang Hijau
20.55
389,04
4Ton
-
-
-
-
10.00
279
4 Ton
-
-
-
-
33,98
147,32
4 Ton
-
-
-
-
81.48
1138,24
-
-
-
-
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
42
3. Industri Pengelolaan
Table 3.4 industri pengelolaan dibidang pertanian
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
4. Industri Rumah Tangga
Table 3.5. industri rumah tangga menurut jenis setiap Lingkungan di
Kelurahan Mangalli tahun 2010
Jenis Ind.Rumah
Tangga
Lingkungan Total
Mangalli Kalegowa A. Pampang
Anyam-Anyaman
Kue-kue
Batu – Bata
Menjahit
1
7
-
7
-
10
-
8
3
5
-
5
4
25
-
20
Jenis Industri Lingkungan Total
Mangalli Kalegowa A. Pampang
Hand Traktor
Gilingan Padi
Droos
Mesin Pompa
Air
Sprayerd
2
3
-
-
2
-
-
-
-
-
3
2
-
4
2
5
5
-
4
43
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
5. Peternakan
Table 3.6. Populasi Ternak unggas Menurut Jenis Perlingkungan di
Kelurahan Mangalli tahun 2010
Jenis
Ternak/Unggas
Lingkungan Total
Mangalli Kalegowa A. Pampang
Kerbau
Sapi
Kuda
Kambing
Ayam Buras
Ayam Ras
Itik
-
-
-
2
-
-
1974
-
15
-
3
-
-
-
-
-
-
5
-
-
1561
-
15
-
10
-
-
3535
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
6. Social Ekonomi
1. Penduduk dan Ketenagakerjaan
Dilihat dari jumlah penduduknya, Kelurahan Mangalli termasuk
Kelurahan/Desa terbesar ke 14 di Kecamatan Pallangga pada tahun 2009
44
jumlah penduduk Kelurahan tercatat sebesar 8296 jiwa. Pada tahun 2008
jumlah penduduk mencapai 8019 jiwa, sehingga penduduk pada tahun
2009 sebesar 0,25%. Perbesaran penduduk di Kelurahan Mangalli pada
Lingkungan umumnya merata.
Table 3.7. luas wilayah, jumlah rumah tangga, penduduk dan kepadatan
penduduk menurut lingkungan di kelurahan Mangalli tahun 2010
Lingkungan Luas Wilayah Jumlah
Rumah
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
Rata2 Anggota
Rumah
Mangalli
Kalegowa
A.Pampang
61,54
19,47
68,99
-
-
-
3,682
2,901
2,565
60
149
37
5
4
4
Jumlah 150,00 - 9,148 61 5
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
Table 3.8. Penduduk menurut Lingkungan dan Jenis kelamin
Lingkungan Jenis Kelamin Total (org) Rasio Jenis
Kelamin Laki – Laki (org) Perempuan
(org)
Mangalli
Kalegowa
A.Pampang
1.869
1.461
1.099
1.813
1.440
1.466
3.682
2.901
2.565
40,25 %
31,71 %
28,04 %
45
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
2. Mata Pencaharian
Berdasarkan data penduduk yang ada, mata pencaharian utama
masyarakat adalah bertani, khususnya pertanian tanaman pangan dan
holtikultura di ikuti dengan jualan dan buruh. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table berikut :
Table 3.9. Mata pencaharian masyarakat menurut jenis dan lingkungan di
Kelurahan Mangalli Tahun 2010
Jenis Mata
Pencaharian
Lingkungan (org) Total
Mang
alli
Kalego
wa
Allatappamp
ang
Petani
Peg.
(PNS,TNI,Po
lri)
Pedagang
Tukang
Buruh
237
382
126
79
60
25
965
102
32
58
260
188
166
52
100
520
1.51
5
374
163
283
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
46
3. Pendidikan
Peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya petani pada
khususnya saling berkaitan erat dengan tingkat pendidikan.
Table 3. 10. Penduduk berumur 10 tahun keatas menurut jenis kelamin
dan pendidikan yang ditamatkan di Kelurahan Mangalli tahun 2010.
Pendidikan yang
di tamatkan
Jenis Kelamin (org) Total
(org) Laki –
laki
Perempuan
Tidak/Belum
tamat SD
-SD/Sederajat
-SLTP/Sederajat
-SLTA/Sederajat
-Diploma I/II
-Diploma
III/Sarjana Muda
-Diploma
245
-
-
-
-
-
-
246
-
-
-
-
-
-
491
1590
1390
1130
97
42
524
47
IV/S1,S2,S3
Jumlah 5264
Sumber : Buku Profil Kelurahan Mangalli Tahun 2011-2015
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan pada BAB V ini didasarkan pada seluruh data yang
berhasil dihimpun pada saat penulis melakukan penelitian di Kel. Mangalli
Kec. Pallangga Kab. Gowa. Data yang dimaksud dalam hal ini merupakan
data primer yang bersumber dari jawaban para informan dengan
menggunakan pedoman wawancara atau wawancara secara langsung
sebagai media pengumpulan data yang dipakai untuk keperluan penelitian.
Dari data ini diperoleh beberapa jawaban menyangkut tentang “
Kondisi Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah” di Kelurahan Mangalli,
termasuk bagaimana petani sawah melakukan hubungan kerja sama antar
petani penggarap dalam peningkatan hasil produksi sawah.
A. Identitas Informan
Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang yaitu terdiri
dari 3 orang petani pemilik, 5 orang petani penggarap, dan 1 buruh tani,
dimana dalam menentukan informan dilakukan dengan cara teknik
48
(purposive sampling) yang dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria
tertentu yaitu petani sawah. Dalam penentuan informan, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari
orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
informan yang peneliti temukan sebanyak sembilan orang.
Identitas informan yang dipilih didasarkan atas beberapa identifikasi
seperti, Nama, Umur, Agama, Jenis kelamin, Alamat, Pendidikan terakhir,
Status dalam keluarga, dan sudah berapa lama dia menjadi Petani sawah.
Profil Informan Petani Pemilik
- Informan Dg. AN (Laki-laki)
Informan Dg. An berumur 48 tahun beragama islam, Dg An adalah
penduduk asli di kel. mangalli dan berstatus sebagai kepala keluarga
dengan satu istri dan 5 orang anak. Pekerjaan sehari-hari sebagai guru
sekolah dasar di SD , Dg. An mempunyai sawah yang digarap oleh petani
penggarap kepercayaannya selama kurang lebih 20 tahun seluas 80 are,
dan juga Dg. An juga mempunyai kebun rambutan yang dikelolahnya
sendiri seluas 20 are.
- Informan Dg. KB (perempuan)
49
Informan Dg. Kb berumur 60 tahun beragama islam, Dg. Kb adalah orang
pendatang dari bulukumba, ia menetap di kel. mangalli karena ikut suami
setelah menikah dan berstatus sebagai ibu rumah tangga keluarga dengan
satu suami (almarhum) dan 3 orang anak. Pekerjaan wiraswasta. Anak-
anaknya sudah berkeluarga semua dan tidak ada yang bisa menggantikan
bapaknya untuk mengerjakan sawah. Dg. Kb mempunyai sawah seluas 50
are yang digarap sendiri oleh suaminya sewaktu masih hidup, Ia
mempercayakan sawahnya kepada petani penggarap selama kurang lebih
10 tahun setelah suaminya meninggal.
- Informan Dg. Bl (Perempuan)
Informan Dg. Bl berumur 51 tahun beragama islam, ia penduduk asli di
kel. mangalli dan tinggal di Btn. Nuki wilayah mangalli. Dg. Bl belum
berkeluarga. Dg. Bl bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi
di Makassar. Dg. Bl mempunyai sawah seluas 40 are dulunya ia
mempunyai sawah seluas 100 are, tapi ia ingin membangun rumah dan
kebetulan ada yang ingin membeli sawahnya, jadi ia menjualnya kepada
kerabatnya di makassar. Ia juga mempunyai rumah kontrakan disekitar
rumahnya. Ia memperkerjakan petani penggarap sudah dua kali
penggarap yang pertama itu, sudah tua tidak mampu lagi menggarap
sawahnya. Dan yang sekarang ia bekerja sama dengan orang kedua
sudah hampir kurang lebih 7 tahun.
profil Informan petani penggarap
50
- Informan Dg. M (Laki-laki)
Informan Dg. M berumur 45 tahun beragama islam, berstatus sebagai
kepala rumah tangga dengan satu istri dan 2 orang anak. Anak
pertamanya sudah tamat sekolah menengah atas (SMA), dan anak
keduanya baru masuk sekolah menengah pertama (SMP) Dg M bekerja
sebagai petani penggarap sudah hampir 30 tahun. Ia mulai mengerjakan
sawah bersama almarhum bapaknya sejak umur 15 tahun. Pendidikan
terakhir Dg. M hanya sampai tingkat sekolah menengah pertama (SMP).
Dg. M mengerjakan sawah seluas 80 are. Pekerjaan sampingan Dg. M
adalah menjadi kuli bangunan.
- Informan Dg. N (Laki-laki)
Informan Dg. N berumur 49 tahun beragama islam, berstatus sebagai
kepala rumah tangga dengan satu istri dan 3 orang anak. Anak
pertamanya sudah berumah tangga, anak kedua masih kelas 2 sekolah
menengah pertama (SMP), dan anak ketiganya duduk di bangku kelas 4
sekolah dasar . Pendidikan terakhir Dg. N hanya tingkat sekolah dasar.
Dg. N menjadi petani penggarap sudah 21 tahun. Dg. N mengerjakan
sawah seluas 60 are. Dirumah istrinya mengurus anak dan menjual
macam-macam kue .
- Informan Dg. A (Laki-laki)
51
Informan Dg. A berumur 42 tahun beragama islam, berstatus sebagai
kepala keluarga dari seorang istri dan mempunyai 4 orang anak.
pendidikan terakhir Dg. A kelas 2 sekolah menegah pertama. Ia sudah 18
tahun menjadi petani penggarap. Dg A menggarap sawah seluas 45 are.
Dg A menjual hasil panennya sendiri langsung kepada konsumen warga
sekitar wilayah kelurahan mangalli. Dirumah ada kios kecil yang di buat
sendiri oleh Dg. A untuk jualan makanan ringan atau pun tempat berasnya
dijual.
- Informan Dg. L (Laki-laki)
Informan Dg. L berumur 46 tahun beragama islam, berstatus sebagai
kepala keluarga dari seorang istri dan mempunyai 2 orang anak.
pendidikan terakhir sampai sekolah dasar. Ia sudah 22 tahun menjadi
petani penggarap. Dg. L menggarap sawah seluas 40 are. Dg. L
mempunyai ternak itik sekitar 20 ekor.
- Informan Dg. T (Laki-laki)
Informan Dg. T berumur 50 tahun beragama islam, berstatus sebagai
kepala keluarga dari seorang istri (almarhumah) dan mempunyai 5 orang
anak. Pendidikan terakhir sampai kelas satu sekolah menengah pertama
(SMP). Ia sudah 30 tahun menjadi petani penggarap. Dg. T menggarap
sawah seluas 45 are. Ia mempunyai ternak ayam sekitar 15 ekor.
Informan Buruh Tani
- Informan Dg. I (perempuan)
52
Informan Dg. I berusia sekitar 37 tahun, beragama islam bekerja sebagai
buruh tani dan berkebun. Beragama Islam, dia tidak sempat mengenyam
pendidikan dikarenakan orang tuanya tidak mengijinkan untuk bersekolah.
Dg. I berstatus ibu rumah tangga dengan satu suami dan 3 orang anak.
Dg. I tidak mempunyai sawah hanya mengerjakan sawah milik orang lain
sebagai buruh tani, ia bekerja saat di panggil mengerjakan sawah oleh
petani sawah (petani penggarap) untuk mengerjakan tugas seperti
membibit padi, memberi racun, pupuk, ataupun saat panen tiba.
B. Kondisi sosial ekonomi petani sawah.
- Kondisi Tempat tinggal dan pemilikan harta benda informan.
Kesejahteraan hidup merupakan suatu hal yang menjadi tujuan
dari masyarakat di manapun di dunia ini, baik secara individual maupun
secara kolektif. Kesejahteraan hidup tersebut hanya dapat dicapai apabila
segala macam kebutuhan hidup sehari-hari terpenuhi yang antara lain
terdiri atas sandang, pangan, dan papan serta berbagai kebutuhan hidup
tersebut menjadi tolak ukur terhadap kehidupan social ekonomi seseorang
atau sekelompok orang.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan barang-barang/alat-alat rumah
tangga yang lazim digunakan dalam sebuah rumah tangga, demikian pula
53
dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok, masyarakat telah dapat
memenuhi kebutuhannya dengan baik.
Menurut pengamatan penulis saat wawancara di rumah pemilik tanah:
Informan Dg. An :
“Saat mewawancarai informan Dg. An peneliti melihat kondisi rumah sudah permanen, berlantai dua, perabotan rumah tangga lengkap, berkendaraan pribadi mobil dan satu motor. Bisa dilihat kehidupan pemilik tanah yang juga berprofesi seorang guru SD tingkat perekonomian rumah tangganya itu sudah sejahtera.”
Informan Dg. Kb
“Dan saat wawancara dirumah Dg. Kb peneliti melihat rumah permanen, perabotan rumah tangga lengkap, bersih dan terlihat baik.” Informan Dg. Bl
“Begitu juga saat wawancara dirumah informan Dg. Bl rumah permanen, perabotan rumah tangga lengkap. Melihat kondisi rumah Dg. Bl dengan profesi seorang dosen, ia sudah sejahtera jadi hasil panen dalam bentuk beras ia konsumsi sendiri dan dibagikan juga kepada saudaranya.”
Menurut pengamatan penulis saat wawancara dirumah petani
penggarap :
Informan Dg. M :
“dirumah Dg. M penulis melihat kondisi rumah permanen setengah bangunan batu, tiang atap kayu dan seng. Kendaraan pribadi tidak ada, perabotan rumah ada kursi sudut dan meja ukir. Di depan rumah ada dua kursi kayu.” Informan Dg. N :
“dirumah Dg. N cukup sederhana, dan biasa-biasa saja, atap rumah bagian depan beratapkan seng dan berbentuk panggung di dalamnya terdapat kursi kayu dan sebuah tv.”
54
Informan Dg. A :
“saat wawancara, dirumah informan Dg. A penulis melihat keadaan rumah yang sederhana tidak luas, tapi bersih tertata rapi, ruang tamu ada kursi sudut dan dua buah meja kecil, dan tv 16 inci juga radio tap. Dg. A tidak mempunyai kendaraan pribadi” Informan Dg. L :
“sama dengan keadaan rumah Dg.A tidak jauh berbeda hanya sedikit lebih luas dan perabotan rumah yang lebih banyak, Dg. L mempunyai sebuah kendaraan pribadi sepeda motor” Informan Dg. T :
“rumah Dg. T sederhana, masih berdinding papan, dan lantai semen kasar. Perabotan rumah lengkap. Ada tv 16 inci, dan sebuah kendaraan pribadi sebuah motor.” Informan Dg. I :
“keadaan rumahnya cukup sederhana, atap rumahnya beratapkan seng, pada bagian belakang beratapkan daun nipa, dinding rumahnya terbuat dari batu bata dan lantainya lantai semen kasar, ia tinggal bersama ibunya, kondisi kehidupan keluarganya masih kesulitan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari hanya mengandalkan kerja sebagai buruh tani, karena ia juga tidak punya lahan sendiri untuk dijadikan sebagai sumber mata pencaharian.” Melihat kondisi tempat tinggal pemilik petani, petani penggarap
dan buruh tani ada perbedaan yang sangat jauh berbeda dari segi
bangunan dan kondisi rumah yang dimiliki. Dimana kondisi tempat tinggal
pemilik tanah itu lebih baik dan mewah dibanding dengan tempat tinggal
petani penggarap dan buruh tani. Kondisi tempat tinggal pemilik tanah
sesuai dengan penghasilan dari kerja sehari-hari mereka ada yang
55
berprofesi sebagai guru, dosen juga ibu rumah tangga yang anak-anaknya
berpenghasilan tetap perbulannya. Sedangkan kondisi tempat tinggal
petani penggarap dan burh tani masing-masing mengandalkan
pendapatan dari hasil sawah setiap panen dan kerja sampingan yang tidak
tetap. Petani penggarap dan buruh tani yang tempat tinggalnya sudah
permanen dan mempunyai kendaraan itu karena sudah puluhan tahun
menabung sedikit demi sedikit dan dibantu dengan hasil kerja dari
anaknya yang sudah berpenghasilan.
- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari petani sawah dalam mengatasi
masalah ekonomi keluarga.
Secara umum kebutuhan konsumsi rumah tangga berupa
kebutuhan pangan dan non pangan, dimana kebutuhan keduanya
berbeda. Pada kondisi pendapatan yang terbatas lebih dahulu
mementingkan kebutuhan konsumsi pangan, sehingga dapat dilihat pada
kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah sebagian besar
pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun
demikian seiring pergeseran peningkatan pendapatan, proporsi pola
pengeluaran untuk pangan akan menurun dan meningkatnya pengeluaran
untuk kebutuhan nonpangan, salah satu indikator tingkat kesejahteraan
petani padi sawah adalah luas lahan yang diusahakan petani, apabila luas
56
lahan yang dimiliki oleh petani lebih kecil dari luas lahan standar maka
petani masih belum bisa memenuhi kebutuhannya.
Penghasilan petani sawah demi kesejahteraan keluarganya serta
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, ialah
pendapatan yang dihasilkan petani sawah dalam setiap kali panen, dan
pekerjaan lainnya yang dikerjakan saat bukan musim menanam dan
musim panen tiba. Usaha sampingan yang dilakukan para istri dan anak
petani sawah juga bisa menunjang kebutuhan ekonomi keluarganya.
Berikut penuturan informan pemilik tanah :
Informan Dg. An menuturkan bahwa :
“kalau hanya mengandalkan penghasilan dari sawah, pemenuhan kebutuhan sehari-hari itu cukup, tetapi kalau kebutuhan lain itu harus ada penghasilan tambahan, misalnya biaya membangun rumah, kalau masih tanah orang lain kan harus dulu cari tanah sendiri, mana sekolah anak, kaperluan rumah tangga dll. untuk hasil sawah dan gaji bulanan itu cukup untuk, modal usaha dan kebutuhan lainnya”
Informan Dg. Kb menuturkan bahwa :
“alhamdullillah, selama ini cukup, dengan hasil sawah juga penghasilannya anak-anak. walaupun tinggal jauh tapi semuanya sudah kerja. untuk hasil sawah cukup, untuk kebutuhan sehari-hari, kalau yang lain-lain kalau tidak dibantu dengan anak-anak ya tidak mungkin cukup, saya tinggal sendiri suami sudah meninggal karena hasil panen itu hanya sebagian di jual sebagian lagi kita konsumsi sendiri.”
Informan Dg. Bl menuturkan bahwa :
“untuk hasil panen itu sedikit dek, tidak banyak biasa 13 karung masih kotor hasilnya biasa jadi 11 karung, tapi kalau lagi bagus biasa juga 20 karung masih gabah. jadi saya tidak jual, untuk beras saya konsumsi
57
sendiri, juga dibagikan sama keluarga, kakak dan adik saya juga dapat hasil panen.”
Berikut penuturan informan petani penggarap :
Informan Dg. M menuturkan bahwa :
“Alhamdulillah selama ini hasilnya selalu bagus, bisa sampai 60 karung kalau lagi bagus, biaya perawatannya saja yang dikeluarkan lagi setelah ada hasil, ditambah saya kerja sampingan biasa kalau dipanggil kerja kuli bangunan, istri juga jual kue sehari-hari jadi bisa dapat uang sekolahnya anak-anak”
Informan Dg. N menuturkan bahwa :
“untuk kebutuhan rumah tangga, dicukupkan saja istri ku jual kue dipasar, dan kalau tidak musim menanam lagi setelah panen itu tanam sayur juga baru dijual dipasar.”
Informan Dg. A menuturkan bahwa :
“tidak cukup untuk hasil sawah saja, untung yang punya sawah mengerti jadi biasa biaya bibit, pupuk, dan racun itu biasa dia yang tanggung. Istri penghasilannya juga tidak tentu, sudah banyak kios-kios kecil juga disekitar sini”
Informan Dg. L menuturkan bahwa :
“pintar-pintar kita saja mengelola uang supaya cukup semua kebutuhan, istri juga tidak kerja hanya ada sedikit ternak diurus, hasilnya itu yang untuk sekolah anak-anak.”
Informan Dg. T menuturkan bahwa :
“untuk makan sehari-hari kalau tidak disimpan hasil panen nak itu tidak cukup, begini terus juga keadaan rumah, tidak bisa dibangun. Anak-anak juga sudah berkeluarga, sebagian kerja ada juga tanggungannya, jadi menabung sedikit-sedikit untuk bisa bangun rumah.”
58
Berikut penuturan informan buruh tani:
Informan Dg. An menuturkan bahwa :
“hasil buruh tani sedikit sekali dek, itu biayanya kalau ditraktor 10 ribu/are. Biaya menanam itu kalau tidak dibayar perkelompok, dibayar sendiri 40ribu. Kalau perkelompok biasa 4-5orang. Beda lagi bayarnya kalau sangking 50 ribu biasa perhari. Saat panen itu satu orang satu gantan/ ember di dapat perhari”
Penghasilan yang didapatkan pemilik dan petani penggarap juga buruh
tani setiap kali panen sangat beragam dan bergantung pada hasil panen
yang menghasilkan kualitas dan pendapatan padi yang memuaskan. Dan
itu tidak semua bisa menghasilkan keuntungan lebih. Maka dari itu para
petani penggarap mempunyai pekerjaan sampingan diluar mengerjakan
sawah, dan pekerjaan mereka beragam tetapi tidak begitu meghasilkan
banyak pendapatan. Mereka mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan mereka dan membutuhkan pendapatan lebih untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari juga biaya sekolah dari anak-anak
mereka yang sekolah, juga untuk biaya membangun rumah yang masih
seadanya.
C. Pola Hubungan Sosial Petani
Hubungan kerja antara petani pemilik dan petani penggarap.
Para petani di Kelurahan Mangalli mempunyai hubungan sosial
yang baik antara petani pemilik, antara petani penggarap, dan buruh tani.
Karena semua warga yang tinggal di lingkungan Mangalli merasa masih
59
ada hubungan kekerabatan. Jadi, segala macam yang memerlukan
kerjasama akan berjalan dengan baik. Begitu pula dalam hal Ekonomi
pembagian tugas dan hasil dibagi seadil-adilnya sesuai kesepakatan
bersama.
Wujud interaksi social ekonomi dikalangan petani pemilik dan
penggarap mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mempergunakan atau mengerjakan lahan milik orang yang dikerjakan
oleh penggarap.
2. Ada izin dari petani pemilik lahan yang kemudian juga dikerjakan oleh
penggarap.
3. Adanya perjanjian antara pemilik dan penggarap bahwa hasil lahan
akan dibagi.
4. Senantiasa ada dua pihak yang bekerja sama.
- Hubungan kerja sama antara pemilik tanah dan petani penggarap.
Pola hubungan kerja antara pemilik sawah dan petani penggarap
di kel. Mangalli termasuk bagian dari system social yang terdapat dua
kelompok yang membentuk suatu kesatuan, terjadinya interaksi hubungan
timbal balik diantara mereka yang mempunyai suatu tujuan tertentu dan
memiliki hak dan harapan bersama yang dipedomani dalam usaha untuk
mencapai hasil yang baik.
Seperti penuturan informan pemilik tanah sebagai berikut:
Informan Dg. An:
60
““saya mempunyai beberapa usaha yang tidak bisa saya kerjakan sendiri, saya seorang guru, dan saya juga tau caranya berkebun tetapi untuk mengelolah sawah sendiri saya tidak bisa, bukan hal mudah untuk mengerjakannya. maka dari itu saya memperkerjakan petani penggarap (Dg M) untuk membantu menggarap sawah saya, pembagian hasil kami atur sebanyak 4 : 1. Terkadang saya membantu masalah permodalan seperti pupuk, dan racun, Tetapi soal bibit dia yang tau dan mengerjakan semuanya. Karena dia sudah lebih 30 tahun menggarap sawah saya dan menganggap dia keluarga saya maka harus bisa saling mengerti. Hubunganku selama ini Alhamdulillah sangat baik, tidak pernah ada salah paham, saling mengerti mami dek orang kalau bekerja sama di awal sampai sekarang sudah 30 tahun ma sama-sama”
Informan Dg. Kb menuturkan bahwa:
“sawah saya dikerjai sama orang daerah siniji, sejak meninggal suami ku nak. ada hubungan keluarga ji sama ini yang kerjakan sawahku. masalah bibit, pupuk, dan racun ditanggung setengah-setengah, jadi hasil juga diterima masing-masing setengah-setengah . Hubungan kerjasama baik sekali kasian sejak suami ku almarhum tidak ada, dia kerjai sawahku nak, sepuluh tahun mi mudah-mudahan tidak ada masalah, kalaupun itu sedikit lagi hasilnya tidak apa-apa, itu sudah rezeki, kita juga sudah berusaha. Anak-anak ku tidak bisa kerja sawah jadi semua kuserahkan saja sama Dg. Iwang, saya hanya terima saja hasilnya”
Informan Dg. Bl menuturkan bahwa:
“ saya dek, ini sawah sejak masih ada orang tua ku, satu orang ji kerja tapi sekarang tidak ada mi orang tua ku, tua mi juga yang kerjai kasian tidak na kuatmi, saya juga tidak mau jual ini sawah dulu ada seratus are, tapi perlu biaya rumah jadi saya jual sama keluargaku di Makassar. Sekarang sama penggarapnya orang disini,ji tapi dibelakang rumahnya, pembagiannya itu beda sedikitji dek, misalnya panen dapat 25 karung saya dapat 12 karung dia itu 13 karung. Kalau panen bagus lagi bisa 1 karung 25-30 liter. Harus bisa saling mengertimi saja, saya tidak masalah ji yang penting ada hasilnya saja. Hubungan kerja Alhamdulillah baik dek, selama ini 7 tahun dia kerja sawahku, ada hubungan keluarga juga ini sama yang kerja sawahku dulu, kebetulan yang dulu itu tua mi kasian. Kalau yang ini masih
61
muda. Rajin bekerja, serius orangnya. Waktu bangun rumah ka ini datang juga bantu-bantu sama tukang.” Hubungan kerja sama antara petani pemilik dan petani penggarap
sangat harmonis dimana antara petani pemilik dan petani penggarap
masing-masing mengerti posisi antara satu sama lain, yang tidak banyak
menuntut hasil padi yang sangat tinggi bila panen, mengerti dimana petani
penggarap sudah melakukan yang terbaik bagi hasil panen padinya.
Petani pemilik mengerti dan memberikan modal untuk pembelian benih,
pupuk, antioksidan, dll untuk biaya perawatan padi.
Berikut penuturan petani penggarap :
Informan Dg. M menuturkan bahwa:
“saya ini sudah kurang lebih 30 tahun mi menggarap sawah, saya tidak ada hubungan keluarga sama sekali tapi karena dulu bapaknya yang panggilka kerja sawahnya sampai sekarang saya terusmi bisa dibilang jadi seperti keluarga maki, karena lama mi sampai almarhum mi bapaknya tetapji saya yang kerja sawahnya. kalau masalah perawatan disawah saya yang tau dan masalah modal saya selalu sama pembiayaannya kalau perlu pupuk atau bibit saya kasih tau lagi pkoknya selalu komunikasi dulu bapaknya sering kesini tapi sekarang ka nada mi hp jadi tinggal telfon. Masalah pembagian itu 4:1 berapa hasil didapat dikeluarkan satu. Saya ini, sawah kukerja masih tanah raja, pemiliknya naserahkan semua sama saya. Dia tinggal menerima hasil. Mudah-mudahan tidak ada perubahan baik terus ji, tidak ada masalah. Mudah-mudahan saya terusji yang kerja ini sawah.”
Informan Dg. N menuturkan bahwa :
“ saya sudah 21 tahun menjadi petani penggarap, untuk menambah penghasilan istri saya menjual kue sehari-hari dipasar, karena tidak bisa kuharap sawah ku kerja hasilnya saja untuk penuhi belanja sehari-hari apalagi untuk sekolahnya anakku. kalau masalah bibit tidak terlalu masalahji untuk dipakai menanam, Cuma yang jadi masalah itu pupuk sama racun kadang yang punya sawah tidak mau mengerti untuk
62
membantu kebetulan, keluarga yang sudah jauh hubungannya. Jadi kalau ada biaya mendadak saya pakai uang ku . kalau pembagiannya itu lebih banyak saya karena biaya pupuk sama racun saya yang tanggung, untung-untung kalau bagus lagi hasilnya. Contoh Misalnya kalau 1000 karung hasil panen, saya bagian ku 60 karung yang punya 40 karung itu masih hitungan kotornya. Hubungan kerja sama bisa dibilang baik, begitu mi kan biasa tidak mengerti kasian yang punya tanah soal biaya pupuk sama racun kan mahal, tapi kalau ada uang ku saya ji yang biayai dek, tapi kalau tidak saya minta. “
Informan Dg. A menuturkan bahwa:
“ saya sudah 18 tahun menjadi petani penggarap, saya dengan pemilik tidak mempunyai hubungan keluarga. Saya asli disini, tetapi pemiliknya ini orang Makassar, soal biaya bibit, pupuk, sama racun ditanggung sama pemilik, tapi soal alat menggarap dan biaya penggarapan dan saat panen saya semua yang tanggung. Pemilik tinggal ambil hasilnya saja. Kalau hasilnya panen itu beda sedikit ji bagian ku sama pemilik misalnya kalau bersihnya dapat 35 karung, 17 karung itu pemilik 18 karung itu bagian ku. Kerja samanya baik, soal bibit pupuk, sama racun dia semua yang tanggung. Saya soal penggarapannya semua biaya menanam, bajak, sewa traktor, sangking, buruh tani semua saya yang tanggung.”
Informan Dg. L menuturkan bahwa :
“ sudah 22 tahun saya menjadi petani penggarap, sudah macam-macam pemilik saya tempati, ada yang jual tanah sawahnya, ada mi juga karena sudah tidak cocok bekerja sama. Yang sekarang ini lumayan lama mi karena tidak ada ji masalah selama ku kerja sawahnya. Soal bibit, pupuk dan racun saya yang tanggung, tapi biasa juga pemilik yang tanggung pupuk sama racun. Pembagiannya rata 50:50. Soal sewa traktor sama buruh ditanggung berdua. Selama ini hubungan kerja sama baik, tidak ada masalah. Saya cocok ji bekerja jadi penggarapnya.” Informan Dg. T menuturkan bahwa:
“ saya kerja sawah sudah kurang lebih 30 tahun, pemilik sawah ada hubungan keluarga tapi keluarga jauh, sekarang sudah jadi keluarga dekat mi, semua soal sawah saya yang tau tapi modal untuk pupuk, bibit, sama pupuk semua yang tanggung itu pemilik, kalau untuk menanam saya yang tanggung, sewa traktor juga, sama buruh panennya saya semua.
63
Sudah dari dulu begitu, pambagiannya itu beda sedikit ji, biasa bersihnya kalau panen lagi bagus itu bisa 50 karung masih gabah, satu karung bisa 25-30 liter, saya jual sendiri kekonsumen di sekitar sini seharga Rp. 6000,00 satu liter. Hubungan kerja baik, semua rata pembagian modal, sampai hasilnya juga. Tidak pernah ada masalah. Malah dia sering bantu informasi soal pupuk dan racun yang bagus.” Informan Dg. I menuturkan bahwa:
“saya dek kukerja sawahnya orang kalau dipanggil sama yang punya sawah atau penggarap, itupun dalam waktu menanam sama memanen, saya tidak punya hubungan keluarga dengan yang punya sawah tapi ada juga keluargaku penggarap setiap mau menanam sama memanen selalu dipanggil , upah yang dikasihkan kalau menanam itu empat puluh ribu rupiah perhari itu juga kalau memanenki dikasihka 1 gantan kalau yang punya 6 gantan, kita buruh tani biasa di panggil sekitar 4-5 orang. Kalau masalah perawatan disawah dan masalah modal saya tidak dimintai.”
Hubungan kerja petani penggarap sama dengan apa yang
dituturkan oleh petani pemilik, hubungan kerja mereka baik-baik saja tidak
ada hambatan dalam menjalin hubungan kerja sama, terkadang ada
perbedaan pendapat tetapi itu tidak menjadikan hubungan kerja sama di
antara mereka terputus. Mereka saling mengerti bagian kerja masing-
masing melalui kesepakatan bersama.
- Peranan pemilik tanah dan petani pengarap dalam melaksanakan
system kerja.
Keterkaitan antara pemilik tanah dan petani penggarap
membuahkan hasil yang maksimal bilamana pihak pemilik tanah selalu
kontak atau menjalin hubungan yang baik dengan petani penggarap
karena petani penggaraplah yang sebagai pelaksana utama dalam
64
menjalankan pekerjaannya baik mengenai hasil, mutu dan kwalitasnya.
Dalam menjalankan pekerjaannya pihak pemilik juga tak lepas
memberikan petunjuk dan bimbingan dan cara kerja yang harus dilakukan
oleh petani penggarap. Seperti penuturan dari informan sebagai berikut:
Penuturan dari informan pemilik tanah:
Informan Dg. An menuturkan bahwa:
“ cukup banyak sekali kalau bukan dia yang kerja keras hasil sawahku pasti tidak banyak hasilnya. Dia rajinji ikut penyuluhan, kalau ada saya dapat buku-buku pertanian saya bawakan.” Informan Dg. Kb menuturkan bahwa :
“ selama dia kerja sawahku baik hasilnya, karena dia mendengarji apa yang dikasih tau, tidak beda caranya kerja dengan almarhum suami ku dulu. Saya liat kerjanya ini bagus tidak banyak masalah.” Informan Dg. Bl menuturkan bahwa :
“ saya merasa sangat terbantu, tidak apa-apa hasilnya kurang atau sedikit tidak masalah, karena tidak pernah ji sampai yang gagal terus panen. Penuturan informan petani penggarap:
Informan Dg. M menuturkan bahwa :
“ baik sekali selama ini hasilnya kalau panen selalu bagus, karena kerja ki itu tidak Cuma kerja, kalau tanaman dikerja tidak dari hati atau tidak baik ki sama orang yang punya itu tanah tidak juga bagus hasilnya. “ Informan Dg. N menuturkan bahwa :
65
“ Mau bilang berperan tidak juga karna semuanya saya yang kerja, tapi kalau bilang perhatiannya, ya bagus karena seringja di pantau. Baru kan lama mi jadi dia tau mi bagaimana kerjaku. “ Informan Dg. A menuturkan bahwa :
“ Selalu sama-sama ikut penyuluhan kalau ada, atau ada informasi baru selalu datang juga cerita-cerita tidak jauh dari sini rumahnya” Informan Dg. L menuturkan bahwa :
“ kalau pemilik berperan di masalah modal saja, yang berperan penting juga buruh taninya.” Informan Dg. T menuturkan bahwa :
“ tidak banyak tuntutannya, selalu ada dukungannya kalau hasilnya lagi tidak bagus bertanya apa penyebabnya, kalau ada masalah dibicarakan dulu baru diselesaikan sama-sama” Penuturan informan dari buruh tani:
Informan Dg. I menuturkan bahwa :
“ baik sekali, selalu panggil kalau ada kerjaan atau ada penyuluh datang, di ajak ki juga ikut ramai-ramai. Disini banyak penggarap baru rata ada hubungan keluarga sama buruh tani” Peranan pemilik tanah dan petani penggarap mengolah sawah
disini sangat terlihat hubungan kerja yang sangat tinggi di antara keduanya
karena saat petani pemilik memiliki perhatian yang tinggi kepada
pekerjaan sawah maka petani pemilik memberikan informasi dan
memenuhi semua kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh petani
penggarap, begitupun sebaliknya. Jika kita melihat disana terjadi
hubungan kekeluargaan yang tinggi dimana petani pemilik yang dahulunya
66
tidak memiliki hubungan keluarga dengan petani penggarap telah berubah
dan menganggap petani penggarap seperti keluarganya sendiri.
D. Hubungan kekeluargaan antara pemilik tanah, petani penggarap dan
buruh tani.
Kehidupan social merupakan suatu kehidupan bersama manusia
atau sekelompok kesatuan yang hidup dalam suatu pergaulan untuk saling
mengadakan interaksi yang ditandai dengan adanya manusia yang hidup
bersama, yang dalam ukurannya minimal berjumlah dua orang.
Sekelompok manusia tersebut berhubungan dan hidup pada daerah yang
sama dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu mereka hidup
bersama tentunya akan terjadi adaptasi dan perilaku serta munculnya
suatu perasaan bahwa mereka merupakan satu kesatuan yang saling
berinteraksi satu sama lain sebagai satu system dalam kehidupan
bersama.
Di kelurahan Mangalli ini khususnya pemilik tanah menduduki
lapisan social atas dan 100% responden yang berstatus sebagai pemilik
sawah mempunyai pengaruh yang cukup kuat. Kedudukan pemilik tanah
berada pada lapisan atas karena disamping mempunyai gelar juga
mempunyai tanah persawahan yang cukup luas.
Hubungan kekeluargaan yang terjadi antara pemilik tanah, petani
penggarap dan buruh tani terjalin selama berapa tahun mereka bekerja
67
sama, baik mereka ada hubungan keluarga maupun baru kenal saat mulai
bekerja sama. Ketergantungan antara pemilik tanah, petani penggarap dan
buruh tani menjadi hal yang membuat satu sama lain untuk selalu
mengadakan hubungan kerja yang baik, serasi, dan harmonis dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaannya.
- Bantuan-bantuan yang diberikan petani penggarap kepada pemilik
tanah. Berikut penuturan dari informan pemilik tanah:
Informan Dg. An menuturkan bahwa :
“ biasa saya dibantu di kebun ku, kalau mau dibersihkan, saya panggil, biasa juga kalau mau diracun rumput. Kalau ada yang mau diperbaiki dirumah dia yang saya panggil, waktu bikin kandang ayam juga dia yang bikin.” Informan Dg. Kb menuturkan bahwa:
“ bantuannya biasa hasil kebunnya dia bawakan ka, macam-macam ada sayur, ubi, sama pisang. Informan Dg. Bl menuturkan bahwa :
“istrinya sama anaknya biasa saya panggil kesini kalau ada acara, biasa kalau syukuran dirumah, datang bermalam sama anaknya tapi kan dekatji rumahnya, jadi biasa pulang ji.”
- Bantuan-bantuan yang diberikan pemilik tanah kepada petani
penggarap. Berikut penuturan dari petani penggarap :
Informan Dg. M menuturkan bahwa :
“ banyak biasa nabantuka kalau mau pergi cari pupuk, sama racun. Tapi biasa juga langsung ji bawa sendiri kesini. Biasa nakasihka pekerjaan dikebunnya, kalau mau diracun, atau ada mau ditanam saya dipanggil.” Informan Dg. N menuturkan bahwa :
68
“ bantuannya, kalau disawah tidak adaji tapi kalau bantuan lain biasa kalau mau lebaran atau puasa datang dirumah bawakan istriku sembako, kalau mau lebaran baju atau sarung dikasihkan ka.” Informan Dg. A menuturkan bahwa :
“ kalau bantuan karena di anggap keluarganya mi juga keluarga ku, seperti waktu menikah anak ku, mobilnya dipake pergi antar pegantin.” Informan Dg. L menuturkan bahwa :
“ bantuannya itu, barang-barang nasuka kasihka ada lemari pakaian, sama kulkas lamanya nakasihkan,ka. kalau mau masuk sekolah biasa buku tulis sama tas nakirim untuk anak ku.” Informan Dg. T menuturkan bahwa :
“ banyak baru-baru ini waktu bangun rumah ini sebagian dibatu, semennya tidak saya beli, dikasihka semen sama cat kalau catnya saya pakai cat pagar.”
- Bantuan-bantuan yang diberikan petani penggarap kepada buruh tani.
Berikut penuturan dari buruh tani :
Informan Dg. I menuturkan bahwa :
“ bantuannya banyak, kalau ditempat yang pertama itu masalah kerjaan biasa napanggilka, kalau bukan musim menanam atau panen biasa kerja dikebun. Kalau banyak hasil panen kadang lebih satu gantan dikasihka.”
hubungan kekeluargaan yang terjalin diantara petani pemilik dan
petani penggarap sangat erat terjalin jika ada kecocokan diantara mereka
sejak hubungan kerja sama berlangsung, tidak sedikit yang tidak cocok
saat hubungan kerja berlangsung. Dan itu bisa terjalin hanya jika mereka
mau mengalah dan mengerti antara satu sama lain. Dan ini bisa
meningkatkan hasil pendapatan hasil panen padi, karena petani pemilik
69
memiliki kepercayaan penuh dan petani penggarap memiliki tanggung
jawab penuh terhadap pengerjaan sawah.
70
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil dari
pembahasan data dan informasi yang telah diperoleh di lokasi penelitian,
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Latar belakang terjadinya hubungan kerja pemilik sawah tidak mampu lagi
bekerja sibuk dengan pekerjaan lain dan untuk membantu petani
penggarap. Sedangkan petani penggarap dikarenakan tidak punya lahan
untuk menambah penghasilan. Hubungan yang terjalin diantara mereka
yaitu hubungan kerja pada prinsipnya, didasarkan pada pengertian bahwa,
kehidupan sosial adalah keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur
yang saling berhubungan sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan,
untuk mengadakan kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Hubungan antara petani pemilik dengan petani penggarap berlangsung
dengan baik. Pada prinsipnya didasarkan pada pengertian bahwa
kehidupan social adalah keseluruhan bagian-bagian atau unsure-unsur
yang saling berhubungan sebagai salah satu kesatuan yang tak
terpisahkan dalam melaksakan suatu pekerjaan. Pola hubungan kerja
71
yang terjadi diantara mereka terlihat dalam bentuk usaha sesuai dengan
peran masing-masing. Pola hubungan kerja yang terjadi melahirkan dua
aspek yang saling menguntungkan diantara mereka, yaitu aspek sosial
dan aspek ekonomi.
3. Hubungan kerja antar petani pemilik dan penggarap terlihat dalam bentuk
usaha. Petani penggarap senantiasa bekerja dengan penuh perhatian
dalam melaksanakan pekerjaannya guna mendapatkan hasil yang lebih
baik. Pemilik sebagai pemilik sawah mengaharapkan hasil dari sawahnya
yang dikerjakan oleh petani penggarap. Jadi dalam hal ini ada hubungan
saling ketergantungan yang menguntungkan kedua belah pihak.
4. Pendapatan dari hasil sawah yang bervariasi. Hal ini di pengaruhi oleh
luas lahan yang digarap serta hasil kerjaan yang lain. Pendapatan dari
hasil pengolahan sawah sangat tidak memungkinkan untuk memenuhi
kehidupan mereka. Dilihat dari jumlah hasil panen yang begitu minim dan
harga penjualan padi yang begitu rendah, serta perlengkapan untuk
menggarap sawah yang sangat besar biayanya. Ini membuat para petani
kewalahan dalam mengelola sawah dan membuat mereka terjebak dalam
kemiskinan.
5. Kebijakan pemerintah belum bisa mengatasi masalah kemiskinan
khususnya bagi para petani sawah disebabkan karena kurangnya
perhatian serta bantuan pemerintah dalam peningkatan produksi hasil
panen. Pemerintah belum maksimal dalam menjalankan programnya,
72
dilihat dari bentuk bantuan dalam pengadaan traktor dan benih padi.
Pemerintah juga kurang memperhatikan petani akibatnya pemerintah tidak
memahami apa-apa saja yang menjadi penghambat petani dalam
mengelolah sawahnya, seperti keterbatasannya pupuk organik di toko-toko
terdekat dan pengairan irigasi yang hanya dibendung oleh petani sawah
dengan daun sagu yang dianyam.
B. saran
Berdasarkan hasil penelitian akhirnya penulis ingin
mengetengahkan masukan-masukan yang berupa saran khususnya
dikalangan masyarakat kel. mangalli maupun pemerintah setempat.
Masyarakat kelurahan mangalli agar terus memeupuk dan membina
hubungan kerja dengan sesamanya dan meningkatkan pemikiran tentang
hubungannya dengan alam lingkungannya. Dengan demikian alam akan
selalu memberi manfaat yang optimal untuk kehidupan manusia.
1. Untuk meningkatkan hasil produksi khususnya tanaman padi pemerintah
perlu memberikan bimbingan dan penyuluhan dalam pola produksi
terutama dalam teknik bertani, meskipun para petani telah memiliki
kemampuan dan setumpah pengalaman yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Untuk menghadapi tantangan hidup yang semakin konflik sudah
waktunya para petani utnuk tidak hanya menggantungkan diri pada bidang
pertanian, tetapi perlu member lahan pekerjaan lain yang dapat dijadikan
73
sebagai mata pencaharian misalnya industry rumah tangga dan lain-lain
yang dapat menambah pengahasilan. Kepada aparat pemerintah di
Kelurahan Mangalli Kecamatan Pallangga Kab. Gowa yang terkait, agar
dapat lebih memperhatikan kehidupan petani sawah dan mengetahui apa-
apa saja yang mereka butuhkan untuk peningkatan produksi tani serta
meningkatkan kesejahteraan yang lebih baik.
74
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Fajar Agung.
Jakarta
Berry, David. 1995. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. PT RajaGrafindo
Persada. Jakarta
Datau, Edi. 1992. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Penggarap Sawah.
Makassar. Skripsi Unhas
Hans, Jen ZA. 2006. Strategi Pengembangan Diri. Personal Development
Training. Jakarta
Huda, Miftachul. 2009. Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta
Janssen, Prof. Dr. P. 1970. Tehnik-Tehnik Pengembangan Masyarakat.
Iinstitut Pembangunan Masyarakat. Malang
Mubyarto, 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Yogyakarta.
Salim, E. 1984. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan.
Intidayu Press, Jakarta.
Soekanto Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers, Jakarta.
75
Suharni. 2007. Pengaruh Hubungan Kerja Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi
Petani Sawah. Makassar. Skripsi Unhas
Tjondronegoro Sediono, M. P. 1999. Keping-Keping Sosiologi Pedesaan.
Sediono M. P. Tjondronegoro, Bogor.
Sumber Website :
https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Sawah
http://carakata.blogspot.com/2012/03/pengertian-pendidikan-menurut-para-
ahli.html
http://www.praswck.com/teori-kebutuhan-abraham-maslow
http://fisip.uns.ac.id/blog/purwitososiologi/2011/06/13/solidaritas-mekanis-dan-
solidaritas-organis-emile-durkheim/
76
77
DOKUMENTASI
78
79
80
top related