lap. studi kasus gaya belajar
Post on 08-Apr-2016
365 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN STUDI KASUS
HUBUNGAN TIPE GAYA BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN
MEMAHAMI DAN MENGINGAT PELAJARAN
PADA SISWA MTsN MALANG I
Oleh:Siti Manar Mufidah NIM: 06410036
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
SEPTEMBER 2009
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan
antara yang satu dengan yang lain. Manusia secara kodrati diciptakan oleh Tuhan
YME berbeda dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Manusia mempunyai
derajat paling tinggi di antara semua ciptaan Tuhan. Manusia adalah makhluk
hidup yang paling sempurna. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk
lain salah satunya adalah manusia dianugerahi otak sebagai pusat akal dan
pikiran. Otak merupakan pusat kendali perilaku manusia, artinya setiap hal yang
dilakukan manusia akan melibatkan kerja otak.
Otak merupakan tempat menerima, menyimpan kemudian mengenali
informasi yang ada, artinya otak adalah pusat ingatan manusia (Markowitz dan
Jensen, 2002). Di dalam otak tersimpan berbagai macam informasi. Bermacam-
macam jenis ingatan ada dalam otak manusia. Selama otak dalam keadaan sehat
manusia akan selalu melakukan proses mengingat. Otak tidak bekerja sendirian
pada saat proses mengingat, perlu adanya kerjasama dengan organ lain
diantaranya pancaindera. Pancaindera menerima informasi kemudian diantar ke
otak diolah dan disimpan. Lalu pada saat-saat tertentu bila dibutuhkan otak akan
mengeluarkan informasi tersebut sebagai bentuk mengenali. Wujud dari
mengenali adalah dengan diucapkan, ditunjukkan, atau dituliskan. Organ-organ
lain dibutuhkan untuk melakukan itu seperti mulut untuk mengucapkan kata atau
jari untuk menunjukkan sesuatu.
2
Uraian tersebut menunjukkan bahwa proses mengingat adalah proses
biologi yang secara alami pasti terjadi pada manusia. Selain sebagai proses
biologi mengingat juga merupakan proses mental. Proses ini bukan merupakan
kemampuan bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anak, artinya belum
tentu orang tua yang mempunyai kemampuan mengingat rendah anaknya akan
mempunyai kemampuan mengingat yang rendah pula. Ingatan juga bukan
merupakan suatu objek seperti mata, hidung, tangan, dan organ tubuh lainnya.
Ingatan merupakan suatu abstraksi yang menunjuk pada suatu himpunan ciri-ciri,
kegiatan, dan keterampilan. Daya ingat adalah suatu kemampuan untuk mengingat
apa yang telah diketahui (Gie, 1995).
Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki perbedaan dalam
mengingat dan memahami pelajaran yang diperolehnya. Oleh karena itu dalam
dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan
perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan
dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa ternyata
seseorang memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Satu orang akan merasa lebih
efektif dan lebih baik dengan menggunakan lebih banyak mendengarkan, namun
orang lain merasa lebih baik dengan membaca dan bahkan ada yang merasa
bahwa hasilnya akan optimal jika belajar dengan langsung mempraktekkan apa
yang akan dipelajari. Seperti yang dikatakan oleh Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki (2005) dalam bukunya Quantum Learning memaparkan 3 modalitas
belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K).
3
Walaupun masing- masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga
modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada
salah satu di antara ketiganya”. Bagaimana cara seseorang belajar akan sangat
mempengaruhi struktur otaknya. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai gaya
belajar.
Gaya Belajar akan sangat mempengaruhi bagian dari otak yang akan
diaktifkan selama belajar. Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk
membuktikan bahwa gaya belajar tertentu untuk seorang murid akan dapat
menjamin kesuksesannya. Pada saat ini terdapat bermacam-macam model gaya
belajar. Keragaman ini didasarkan pada penekanan yang berbeda dari para ahli
dalam tiap penelitiannya, beberapa ahli melihat proses inputnya, yang lain melihat
cognitive filter-nya, sementara yang lain melihat response-stylenya.(Prayudi:
2007)
Otak manusia tidak hanya memiliki gaya belajar tunggal. Otak manusia
sangatlah kompleks. Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang
paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat
mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang
menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan
reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar
sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari
kerusakan. Salah satu fungsi dari otak itu sendiri adalah sebagai tempat untuk
memahami dan mengingat sesuatu. Baik untuk mengingat kenangan masa lalu,
memahami materi pelajaran, pengalaman, dan sebagainya.
4
Dalam penelitian studi kasus kali ini, tema yang diambil berkaitan erat
dengan bagaimana seorang siswa mengingat dan memahami pelajarannya dilihat
dari gaya belajar yang dipakainya. Terkadang gaya belajar yang dipakai siswa
bukanlah gaya belajar yang sebenarnya dimiliki, karena banyak siswa yang tidak
mengetahui gaya belajar yang efektif bagi dirinya sendiri, sehingga berdampak
pada pemahaman mata pelajaran yang diingatnya. Cara seorang siswa mengingat
dan memahami sangat mempengaruhi sesuatu masuk ke dalam otak. Dalam hal
ini adalah bagaimana cara seorang siswa mengingat dan memahami, sangat
mempengaruhi sesuatu yang diingat tersebut masuk ke dalam otaknya.
Dengan mengingat pentingnya pengaruh mengetahui tipe gaya belajar
dengan kemampuan mengingat pelajaran pada siswa, dan dalam hal ini peneliti
ingin membantu salah satu siswa yang belum mengetahui cara belajar efektif dan
memiliki kesulitan dalam memahami mata pelajaran, maka peneliti mengambil
tema tersebut untuk dijadikan sebuah studi kasus.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana gaya belajar siswa MTsN Malang I?
2. Bagaimana kemampuan memahami dan mengingat pelajaran siswa MTsN
Malang I?
3. Apakah terdapat hubungan antara Gaya Belajar dengan kemampuan
memahami dan mengingat pelajaran siswa MTsN Malang I?
5
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui gaya belajar siswa MTsN Malang I?
2. Untuk mengetahui kemampuan memahami dan mengingat pelajaran
siswa MTsN Malang I?
3. Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar dengan kemampuan
memahami dan mengingat pelajaran siswa MTsN Malang I?
D. MANFAAT
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara umum kepada
pihak sekolah yakni guru untuk selalu memberikan metode pengajaran yang
inisiatif dan tidak monoton agar siswa mampu menangkap pelajaran dengan baik.
Kemudian secara khusus bagi siswa sendiri adalah agar mencoba menemukan
cara atau gaya belajar yang tepat dengan dirinya agar dapat memahami dan
mengingat pelajaran dengan mudah.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. GAYA BELAJAR
1. Pengertian
Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih oleh seseorang untuk
menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Bobbi De
Porter dan Hernachi (2000) menyebutkan dua kategori utama mengenai
bagaimana individu belajar, yaitu cara menyerap informasi dengan mudah, dan
cara mengatur dan mengolah informasi (dominansi otak). Disimpulkan bahwa
gaya belajar adalah kombinasi antara menyerap, kemudian mengatur, serta
mengolah informasi. Dunn & Dunn (1998) berdasarkan tipe stimulus
mengelompokkan gaya belajar menjadi lima kategori, yakni stimulus lingkungan,
emosional, sosiologis, fisiologis dan psikologis. Sedangkan menurut Honey and
Mumford (1986), gaya pembelajaran boleh dikategorikan kepada empat jenis
yaitu aktivis, reflektis, teoris dan pragmatis. Gaya pembelajaran ini berkait erat
dengan sikap, personaliti dan ciri-ciri seseorang individu tersebut.
Macam-macam gaya belajar menurut Barbe dan Swassing (dalam
Hartanti dan Arhatanto, 2003) terdiri atas tiga modalitas (gaya belajar) yaitu :
visual, auditori, dan kinestik. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Fleming
(2002) bahwa terdapat tiga modalitas belajar, yaitu visual, auditori, dan
kinesthetic.
Bobby De Porter dan Hernacki (2000) dalam bukunya Quantum Learning
dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau
7
kinestetik (V-A-K). Walaupun masing2 dari kita belajar dengan menggunakan
ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung
pada salah satu di antara ketiganya”.
Rina Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah menemukan
banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor-
faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sebagian orang, misalnya,
dapat belajar paling baik dengan cahaya yng terang, sedang sebagian yang lain
dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara
berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang
tua atau guru, yang lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi
mereka. Sebagian orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang
lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada orang- orang
yang memerlukan lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lebih
suka menggelar segala sesuatunya supaya semua dapat terlihat.
Selanjutnya, jika seseorang telah akrab dengan gaya belajarnya sendiri,
maka dia dapat membantu dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih
mudah. Dan juga, dengan mempelajari bagaimana memahami cara belajar orang
lain, seperti teman- teman, rekan kerja, suami/istri, anak- anak dan orang tua,
dapat membantu seseorang tersebut memperkuat hubungan dengan orang- orang
disekitarnya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan suatu cara yang cenderung dan sering
dipilih oleh seseorang dalam menangkap suatu informasi yang masuk ke dalam
8
dirinya. Dan secara umum, gaya belajar digolongkan menjadi tiga macam.
Diantaranya adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.
2. Macam- macam gaya belajar
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola
dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3
(tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan
kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini
tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara
belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain.
Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki
salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan
rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk
menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode
belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia
menjadi "pintar" sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif
mungkin tidak diperlukan lagi.
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti
disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut:
a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar Visual yaitu gaya belajar yang ditumpukan pada penglihatan.
Seseorang merasa harus melihat dulu buktinya baru bisa mempercayainya.
Artinya, dalam gaya belajar ini seseorang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk
melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum ia memahaminya.
9
Biasanya orang tipe ini senang belajar dengan membaca (diam) dan
memperhatikan orang mengerjakan sesuatu (senang diberi contoh).
Orang yang memiliki gaya belajar Visual, belajar dengan menitikberatkan
ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih
dahulu agar mereka paham. Ciri-ciri orang yang memiliki gaya belajar visual
adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara
visual sebelum mereka memahaminya. Konkretnya, yang bersangkutan lebih
mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar. Selain itu, mereka memiliki
kepekaan yang kuat terhadap warna, disamping mempunyai pemahaman yang
cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya mereka memiliki kendala
untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga
sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata
atau ucapan.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar visual diantaranya ;
Senantiasa melihat dan memperhatikan gerak bibir seseorang yang
berbicara kepadanya
Cenderung menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan sesuatu
Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang menyukai
untuk mendengarkan orang lain.
Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan secara lisan
Lebih menyukai peragaan daripada penjelasan lisan
Biasanya orang yang Visual dapat duduk tenang di tengah situasi yang
ribut/ramai tanpa merasa terganggu
Selalu rapih dan teratur
10
Berbicara dengan cepat
Teliti pada detail
Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi
Pengeja yang baik dan dapat melihat kata- kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka
Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar
Mengingat dengan asosiasi visual
Pembaca cepat dan tekun
Suka membaca daripada dibacakan
Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
Sering menjawab pertanyaan dengan singkat seperti ya dan tidak.
Lebih suka memperagakan dari pada berbicara
Lebih suka seni daripada musik
Seringkali mengetahi apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata- kata
b. Gaya belajar Auditorial
Gaya belajar Auditorial yaitu gaya belajar yang menempatkan
pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya,
seseorang harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami
informasi yang diterimanya. Seseorang yang memiliki bertipe ini, biasanya
perhatiannya mudah terpecah dan ia mengeluarkan suara/komat-kamit saat
membaca. Pada intinya orang yang termasuk dalam tipe ini mengandalkan indera
pendengarannya saat belajar. Di sekolah misalnya, orang tipe auditory ini akan
lebih mengerti pelajaran saat guru mengajar di depan kelas. Orang bertipe
11
auditory umumnya akan mengeluarkan suara ketika menghafal sesuatu. Dia butuh
sesuatu yang didengarkan oleh indera pendengarannya bahkan ketika dia sedang
belajar sendirian.
Orang yang memiliki gaya belajar Auditory, belajar dengan mengandalkan
pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model
belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk
menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, untuk bisa mengingat dan
memahami informasi tertentu, yang bersangkutan haruslah mendengarnya lebih
dulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini umumnya susah menyerap secara
langsung informasi dalam bentuk tulisan, selain memiliki kesulitan menulis
ataupun membaca.
Ciri- ciri seseorang yang memiliki gaya auditorial antara lain :
Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok
Mengenal banyak sekali lagu / iklan TV,
Suka berbicara.
Pada umumnya bukanlah pembaca yang baik.
Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya.
Mudah terganggu oleh keributan
Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
12
Berbicara dalam irama yang terpola
Lebih suka musik daripada seni
Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada apa yang dilihat
Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu yan panjang
lebar
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
Lebih suka gurauan lisan dripada membaca komik
Suka berbicara pada diri sendiri pada saat kerja
Merasa sulit menulis tapi pandai bercerita
Lebih mudah mengingat dari mendengar
c. Gaya belajar kinestetik
Gaya belajar Kinestetik yaitu gaya belajar yang dilakukan seseorang
dengan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa
mengingatnya. Artinya, seseorang lebih mudah menyerap informasi dengan
melakukan gerakan-gerakan (melibatkan aktifitas fisik) seperti mencoret-coret
pada saat belajar, berjalan mondar-mandir, menggerak-gerakkan tangan, atau
melakukan percobaan. Orang dengan tipe belajar ini biasanya menggunakan
indera peraba (tangan) untuk mengingat informasi yang diberikan. Orang dengan
tipe kinesthetic ini harus aktif mengerjakan sesuatu agar dapat mengerti, daripada
sekadar duduk diam membaca atau duduk diam mendengarkan guru mengajar.
Dengan tipe ini, orang butuh praktek ketika mempelajari sesuatu.
Orang yang memiliki gaya belajar, Kinesthetic mengharuskan individu
yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar
13
ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti
ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah
menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus
mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya
belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak tahan duduk
manis berlama-lama mendengarkan penyampaian informasi. Tak heran kalau
individu yang memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau
prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan
mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak
tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter ini
lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar
atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Mereka yang memiliki karakteristik-karakteristik di atas dianjurkan untuk
belajar melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model peraga, semisal
bekerja di lab atau belajar yang membolehkannya bermain. Cara sederhana yang
juga bisa ditempuh adalah secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak
beristirahat di tengah waktu belajarnya.Beberapa karakteristiknya adalah:
Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya
Sulit untuk berdiam diri
Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan
Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik
Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar
Mempelajari hal-hal yang abstrak merupakan hal yang sangat sulit
14
Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
Banyak menggunakan isyarat tubuh
Tidak dapat diam untuk waktu lama
Banyak bergerak
Menyukai buku- buku yang berorientasi pada plot- mereka mencerminkan
aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
Kemungkinan tulisannya jelek
Menyukai permainan yang menyibukkan
Merasa bisa belajar lebih baik bila dengan berjalan
3. Aspek – aspek yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar
Dalam hal ini, aspek fisik atau lingkungan yang paling banyak
mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam belajar, antara lain:
a. Suara
Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang
menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun
nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman.
Tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi kalau banyak orang di sekitarnya.
Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu
konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat
yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak
15
merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat berkonsentrasi
belajar dalam keadaan apapun.
b. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan
dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur
pencahayaan sesuai dengan kebutuhan.
c. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga
tidak terlalu dipermasalahkan orang. Namun, perlu diketahui bahwa reaksi tiap
orang terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingin,
atau sejuk, sedangkan orang yang lain memilih tempat yang hangat.
d. Desain Belajar
Jika seseorang sedang membaca, menulis, atau meringkas modul yang
membutuhkan konsentrasi dan merasa lebih nyaman untuk melakukannya sambil
duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur, tikar, karpet atau duduk santai di lantai,
maka mungkin dia termasuk orang yang membutuhkan desain informal atau cara
belajar tidak formal yang santai.
B. MENGINGAT DAN MEMAHAMI
1. Memahami
Wahyu Dwinoto (2009) menyatakan bahwa memahami merupakan sebuah
kata kerja yang memiliki kata dasar faham yang berarti sebuah proses yang
dilatarbelakangi karena mengetahui objek yang ingin dipahami. Artinya,
memahami dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengetahui suatu objek dari latar
16
belakang, sifat- sifatnya serta segala sesuatu yang ada di dalam sebuah objek.
Tanpa mengetahui latar belakangnya, maka tidak akan bisa memahami sebuah
objek.
Jika hal ini dikaitkan dengan sebuah usaha untuk memhami pelajaran,
maka dapat dikatakan bahwa memahami sebuah pelajaran adalah bagaimana
seorang pelajar dapat mengetahui dan menguasai latar belakang atau isi dari
sebuah materi. Sehingga tanpa mengetahui dan menguasai isi dari materi, materi
tidak akan bisa difahami oleh seorang pelajar.
2. Mengingat
Mengingat adalah tingkah laku manusia yang selalu diperoleh pengalaman
masa lampau yang diingatnya. Mengingat dapat didefinisikan sebagai
pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau. Mengingat dapat terjadi
dalam beberapa bentuk. Diantaranya adalah:
a. Bentuk yang paling sederhana adalah mengingat sesuatu apabila
sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi. Misalnya,
kita mengingat wajah kawan, komposisi musik, lukisan, dan sebagainya.
b. Bentuk mengingat yang lebih sukar adalah recall. Seseorang me-
recall sesuatu apabila sadar bahwa dirinya telah mengalami sesuatu di
masa yang lalu, tanpa mengenakan sesuatu itu pada inderanya. Misalnya,
kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu lalu.
c. Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan cukup tepat untuk
memproduksi bahan yang pernah dipelajari. Misalnya mengenal kembali
(rekognisi) sebuah nyanyian dan ingat juga bahwa pernah mempelajari
17
nyanyian itu (recall), tetapi kemudian menyanyikannya kembali
(reproduksi)
d. Bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance)
kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis. Apabila melakukan rekognisi,
recall, reproduksi ataupun performance, pertama-tama harus memperoleh
materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam
keseluruhan proses yang bertitik puncak pada mengingat.
Suatu bentuk memperoleh materi tertentu dikaitkan dengan tiap bentuk
mengingat. Untuk merekognisi dan me-recall, seseorang harus mempersepsi,
sedangkan untuk memperoduksi, seseorang harus membentuk kebiasaan. Karena
itu, seseorang perlu belajar. Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal
yang sudah pernah diketahui sebelumnya.
1. Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali ingatan suatu peristiwa, lengkap
dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa
yang terjadi pada masa lalu. Misalnya: seorang pria mengingat peristiwa
pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.
2. Pembauran ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatannya
hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu. Misalnya dalam
contoh di atas ingatan timbul setelah pria tersebut secara kebetulan
berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkut.
3. Memanggil kembali ingatan, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama
sekali terlepas dari hal-hal lain di masa lalu. Misalnya, mengingat sajak.
Yang diingat di sini hanya sajaknya saja, tetapi pada suatu saat apa saja
yang dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.
18
4. Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian
dari hal tersebut. Misalnya ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian
dari nada lagu tersebut.
5. Mempelajari kembali, terjadi kalau kita mempelajari hal sama untuk kedua
kalinya, bhanyak hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo
belajar dapat menjadi jauh lebih singkat.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian studi kasus pada kali ini adalah bertempat di MTsN
Malang I (Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I) yang terletak di Jl. Bandung
no. 7 Malang. MTsN Malang I merupakan sebuah sekolah yang terletak satu
lokasi dengan BA Restu, MIN Malang I dan MAN III Malang. Kesemuanya
merupakan sekolah terpadu.
B. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini memakai desain penelitian dengan pendekatan kualitatif
deskriptif. Artinya suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang
alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3)
mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati.
Makna dari secara deskriptif merupakan sebuah proses pemecahan
masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau bagaimana adanya.
Adapun pelaksanaan dari metode ini tidak sampai pada pengumpulan dan
20
penyusunan data, melainkan meliputi analisis dan interpretasi tentang data
tersebut, selain itu, semua yang dikumpulkan juga memungkinkan menjadi kunci
apa yang sedang diteliti.
Fenomena sosial dan masalah manusia yang dimaksud disini adalah
masalah mengenai pengaruh dari tipe gaya belajar terhadap kemampuan
memahami dan menerima pelajaran. Dan dalam laporannya, peneliti akan
memaparkan secara rinci dalam kalimat yang deskriptif berdasarkan data yang
diperoleh melalui metode pengumpulan data yang dipakai, yaitu metode
wawancara, questionnaire, tes psikologi serta metode dokumentasi.
Adapun jenis penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Penelitian studi
kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci,
memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber
informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari
berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. (Bungin, B. 2007)
C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah salah satu siswi kelas 7 MTsN Malang
I. Subjek bernama Awa (fiktif) anak sulung dari dua bersaudara. Peneliti memilih
subjek dalam penelitiannya dikarenakan subjek memiliki kesulitan dalam
menghafal pelajaran serta masih belum menemukan cara belajar yang efektif bagi
dirinya sendiri. Hal ini diketahui peneliti dari data pribadi subjek (DCM) atau data
dokumentasi dan wawancara secara pribadi terhadap subjek.
21
D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang diambil dalam penelitian studi kasus kali ini
adalah:
1. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Wawancara adalah metode
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan
sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. (Hadi, 1993)
Teknik wawancara yang dipakai adalah wawancara terpimpin terbuka dan
wawancara pribadi. Wawancara terpimpin terbuka adalah melakukan wawancara
dengan memakai pedoman yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan
dikatakan terbuka karena pertanyaan yang diajukan membebaskan interviewee
untuk menjawab dengan singkat atau panjang lebar. Akan tetapi tidak
menyimpang dari tema dan pertanyaan yang telah diajukan.
Dalam penelitian ini, pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pedoman
wawancara yang telah dibuat oleh peneliti yaitu seputar gaya belajar berdasarkan
karakteristik- karasteristiknya dari teori yang telah di dapat sebelumnya serta
mengenai kegiatan belajar yang dilakukan subjek dalam kesehariannya.
Wawancara pribadi adalah bahwa dalam tiap- tiap kali wawancara hanya antara
subjek dan peneliti berhadap- hadapan secara face to face. Wawancara secara
pribadi memberikan privacy yang maksimal, sehingga kemungkinan untuk
memperoleh data yang intensif sangat besar.
22
2. Metode Kuisioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara
tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).
Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai
dengan presepsinya.( Moleong, Lexy J. 2007)
Dalam penelitian kali ini, metode yang diberikan kepada subjek untuk
mendapatkan informasi adalah dalam bentuk portfolio dimana telah disediakan
beberapa pernyataan (36 pernyataan) yang nantinya subjek hanya tinggal memberi
lingkaran pada beberapa pernyataan yang sesuai dengan dirinya. Portfolio ini
dipakai untuk mengetahui gaya belajar yang sesuai dengan diri subjek.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,baik dokumen
tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian
dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil
kajian yang sistematis, padu dan utuh. (Ardhana:2008)
Jadi studi dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau
melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang
dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen
tersebut. Dalam studi kasus ini, metode dokumen yang dipakai adalah dengan
menganalisis DCM (Daftar Cek Masalah) atau Data Pribadi milik subjek.
23
4. Tes Psikologi
Dalam proses pengumpulan data, salah satu instrument yang dipakai
adalah tes psikologi. Hal ini dikarenakan untuk mencocokkan hasil yang diperoleh
dari metode- metode lainnya apakah sudah sesuai ataukah belum. Alat tes yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah 16 PF dan Tes WISC. 16 PF untuk
mengetahui kepribadiannya sedangkan WISC untuk mengetahui kecerdasan
subjek.
The Sixteen Personality Factor Questionnaire (16PF) adalah suatu tes
dengan pilihan ganda kuesioner kepribadian yang ilmiah, dikembangkan selama
beberapa dekade riset oleh Raymond B. Cattell dan para koleganya. Dalam
penelitian ini, 16 PF digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang.
Kepribadian tersebut diketahui dari 16 aspek yang dapat mengungkap siapa diri
seseorang sebenanrnya. Yaitu mulai dari aspek hubungan personal, kepercayaan
diri, pengelolaan emosi, kemandirian, aktivitas, tanggung jawab, keberanian
menampilkan diri, cara berpikir, kerjasama, pendekatan masalah, kejujuran
(hubungan antar individu), rspon terhadap perubahan, pengambilan keputusan,
kesadaran sosial dan aspek motivasi. Semua aspek tersebut pada akhirnya akan
menggambarkan kepribadian dari seseorang.
Sedangkan skala The Wechsler Intelligence for Children (WISC), yang
dikembangkan oleh David Wechsler, adalah tes kecerdasan untuk anak-anak usia
antara 6 dan 16 inklusif yang dapat diselesaikan tanpa membaca atau menulis. Tes
WISC menghasilkan sebuah nilai IQ. Tes WISC merupakan sebuah tes
kecerdasan yang di dalamnya meliputi beberapa tes yang dapat mengungkap
tingkat imajinasianak, hubungan interpersonal, proses mengingat, ketelitian,
24
konsentrasi dan sebagainya. Tes- tes dalam WISC tersebut adalah meliputi tes
informasi, pengertian, perbendaharaan kata, hitungan, persamaan, rentangan
angka (kemampuan mengingat), melengkapi gambar, mengatur gambar,
rancangan balok, merakit obyek dan symbol. Jika kesemua hasil tes itu
dikumpulkan, maka akan menghasilkan IQ seseorang.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan
bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke
dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor,
(1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang
disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada
hipotesis.
Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan
pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan
tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan
menjadi: Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Analisis data dalam studi kasus kali ini adalah dengan memakai teknik
deskriptif yaitu dengan menceritikan atau mendekripsikan semua data yang
diperoleh dari subjek sehingga dapat diketahui diri subjek sebenarnya dan
ditemukan problem solving yang tepat jika hal tersebut diperlukan.
25
F. PENGECEKAN KEABSAHAN DATA
Dalam menguji keabsahan data, yaitu suatu pengujian kekokohan atau
validitas suatu data, dalam penelitian ini dengan menggunakan langkah- langkah
sebagai berikut:
1. Triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Triangulasi ini dengan menggunakan beberapa sumber data dan metode
pengumpulan data. Dengan begitu keseluruhan data dapat memberikan
pemahaman yang mendalam dan saling menguatkan
2. Membuat catatan rinci tentang setiap tahapan penelitian dan dokumentasi
yang lengkap dan rapi. Secara berkala peneliti juga membuat beberapa
pemikiran yang muncul.
3. Melakukan pengecekan beberapa kali untuk mendapatkan beberapa alternatif
penjelasan.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PAPARAN DATA
Tugas utama dari seorang pelajar adalah belajar. Belajar merupakan suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman.
( Menurut Gagne:1984). Dalam proses belajar, maka masih banyak seorang
pelajar yang belum mengetahui bagaimana cara belajar yang baik dan sesuai
dengan dirinya sendiri. Hal ini menjadi suatu masalah khusus yang berdampak
pada pemahaman terhadap pelajaran. Sebagaimana yang dialami oleh subjek,
bahwa dikarenakan tidak mengetahui gaya belajar yang sesuai, maka berdampak
pada sulitnya memahami dan menerima pelajaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui beberapa pendekatan
terhadap subjek, maka diperoleh data- data sebagai berikut:
1. Data Pribadi
Identitas Siswa
Nama : Awa (Fiktif)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ tgl lahir : Malang, 20 Mei (fiktif)
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Malang
Kelas : VII
27
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Nama Ayah : Drs. H. Saipul (Fiktif)
Pekerjaan : GM BMT- PSU
Nama Ibu : Hj. Shofiyah, SE (Fiktif)
Pekerjaan : IRT
Cita- cita : Dokter
Riwayat Pendidikan
BA Restu : Tahun 2001 – 2003
MIN Malang I : Tahun 2003 – 2009
MTs N Malang I : Tahun 2009 – sekarang
2. Wawancara
Dari hasil wawancara pribadi dengan subjek diperoleh data mengenai
keseharian subjek, kehidupan serta kegiatan belajar yang dilakukan oleh subjek.
Secara rinci, kegiatan sehari- hari yang dilakukan oleh subjek adalah sepulang
sekolah langsung mandi, nonton TV dan sehabis sholat maghrib baru belajar.
Setelah belajar nonton TV lagi. Kegiatan belajar yang biasanya dilakukan subjek
adalah dengan sedikit malas- malasan, baru kemudian kalau ada tugas/ PR dari
sekolah, subjek melakukannya dengan sungguh- sungguh. Dalam melakukan
kegiatan belajarnya, biasanya subjek selalu belajar sendirian di dalam kamar.
Karena subjek tidak bisa melakukan aktifitas belajarnya di tempat yang bising.
Kemudian jika ada yang kurang jelas, maka menanyakannya kepada orang tua
subjek.
28
Dalam mengerjakan suatu tugas, subjek lebih suka mengerjakannya
sendiri daripada mengerjakan dengan kelompok. Namun, jika memperoleh suatu
tugas yang diharuskan untuk bekerja dalam suatu kelompok, subjek tetap ikut
andil dan mengerjakan tugas tersebut dengan teman- teman kelompoknya. Bisa
dikatakan bahwa subjek jarang sekali melakukan kegiatan belajar secara
kelompok meskipun subjek sebenarnya menyukai belajar secara berkelompok.
Untuk memahami pelajaran yang sulit, subjek sering memakai metode membaca
kemudian menggarisbawahi hal- hal yang sulit dan dibaca kembali. Hal ini juga
diterapkan jika subjek mengingat/ menghafal suatu pelajaran. Subjek sering
menggunakan metode membaca, menggarisbawahi hal- hal yang penting untuk
kemudian dihafalkan.
Subjek memiliki satu teman akrab yang selalu berdua ketika istirahat
ataupun di kelas. Namun meskipun mereka selalu bersama, mereka tidak pernah
melakukan kegiatan belajar bersama baik di dalam maupun di luar kelas. Ketika
pelajaran di dalam kelas, subjek lebih mudah memahami apa yang dijelaskan oleh
guru melalui perkataan daripada apa yang dijelaskna melalui tulisan guru di
papan. Terkadang subjek sering tidak menulis apa yang diterangkan oleh guru,
akan tetapi menyalinnya ketika pelajaran sudah selesai dengan meminjam catatan
teman. Dan hal- hal yang belum difahami biasanya ditanyakan kepada temannya.
Subjek merasa bahwa dirinya adalah pribadi yang pelupa. Yang dimaksud
pelupa disini adalah ketika menghafalkan suatu pelajaran, subjek sering
mengalami lupa apa yang sudah dihafalkannya. Subjek juga sering merasa tidak
percaya diri terutama di dalam kelas. Sering takut ditunjuk untuk maju ke depan
kelas oleh guru. Sepulang sekolah subjek sering membeli makanan di depan
29
sekolah, seperti pentol cilok, dll. Subjek juga sering dan suka dengan bakso.
Ketika bepergian dengan keluarga, subjek sering sekali memilih untuk makan
bakso ketika makan bersama keluarga
3. Quissionnaire
Quissionnaire disini merupakan sebuah bentuk portfolio yang berisi
beberapa pernyataan mengenai tiga gaya belajar yang nanti pada akhirnya
berfungsi untuk mengungkap gaya belajar yang sesuai dengan subjek. Setelah
dilakukan analisis, maka diperoleh data bahwa subjek mendapatkan nilai yang
hampir setara antara gaya belajar visual dan auditorial. Akan tetapi subjek lebih
cenderung kepada gaya belajar auditorial. Dimana cenderung lebih mudah
menyerap, mengatur dan mengolah suatu informasi melalui indera pendengaran
(mendengar).
4. Tes Psikologi
Tes psikologi yang dilakukan adalah tes kepribadian 16 PF dan WISC. Tes
16 PF dilakukan untuk mengetahui kepribadian subjek sedangkan tes WISC
dilakukan untuk mengetahui kemampuan umum atau kecerdasan subjek. Hasil
kedua tes tersebut adalah:
a. Tes 16 PF
Pada tes kepribadian ini, kebanyakan subjek mendapatkan skor yang
sedang. Hanya pada dua aspek subjek mendapatkan skor rendah. Yaitu aspek
Hubungan personal dan aspek Kepercayaan Diri. Artinya, subjek merupakan
30
pribadi yang pendiam, suka menyendiri, tidak ramah dan yakin akan dirinya
sendiri, tenang dan puas akan dirinya sendiri.
Pada aspek- aspek lainnya subjek mendapatkan skor sedang yakni aspek
Motivasi, kesadaran sosial, pengambilan keputusan, respon terhadap perubahan,
kejujuran (hubungan antar individu), pendekatan masalah, kerjasama, cara
berpikir, keberanian menampilkan diri, tanggung jawab, aktivitas, kemandirian
dan pengelolaan emosi. Artinya, subjek merupakan pribadi yang agak dipengaruhi
oleh perasaan, agak percaya pada orang lain, agak bisa menerima semua keadaan,
cukup sederhana, cukup serius, kurang jujur, cukup mudah adaptasi, bisa
bekerjasama dengan kelompok, cukup patuh, mudah dituntun, punya keinginan
untuk berubah, agak sembrono dan agak lalai.
b. Tes WISC
Tes ini diberikan khusus untuk mengungkap kecerdasan dan kemampuan
umum dari subjek. Secara keseluruhan dari hasil tes WISC, subjek memiliki IQ.
122. Artinya subjek memiliki IQ dengan klasifikasi superior. Sedangkan pada
kemampuan verbal dan performance subjek memiliki IQ di atas rata- rata.
Dengan rincian, subjek mendapatkan skor rendah pada tes pengertian dan
melengkapi gambar. Pada tes merakit objek dan persamaan, subjek menadapatkan
skor cukup baik. Subjek juga mendapatkan skor tinggi yang cukup banyak.
Diantaranya adalah tes informasi, hitungan, rentangan angka (hafalan), mengatur
gambar dan rancangan balok. Dan subjek juga mendapatkan satu skor tinggi
sekali yaitu pada tes simbol. Dari kesemua itu dapat dikatakan bahwa subjek
memiliki daya imajinasi yang cukup bagus, serta ketelitian yang baik.
31
5. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi disini adalah dengan melihat dokumen- dokumen
yang berkaitan dengan diri subjek. Dalam hal ini adalah dengan melihat data
pribadi siswa (Daftar Cek Masalah) yang sudah diisi oleh subjek. DCM
merupakan buku yang berisi daftar masalah mulai dari masalah penampakan fisik
sampai muda- mudi asmara. Adapun masalah subjek yang muncul dari data
pribadinya adalah:
I. MASALAH PENAMPAKAN FISIK DAN KESEHATAN
1. Merasa tubuhnya terlalu pendek
2. Sering gemetar
3. Sering merasa mengantuk
II. MASALAH KEHIDUPAN EKONOMI
(None)
III. MASALAH KELUARGA
1. Saya adalah anak sulung
2. Saya sering bertengkar dengan adik/kakak
3. Saya merasa tidak dekat dengan ayah
4. Saya tidak bisa menyampaikan perasaan pada orang tua
IV. MASALAH AGAMA DAN MORAL
1. Sering berbicara dengan teman saat khotbah di masjid
2. Sulit untuk jujur
3. Sering tidak mengakui kesalahan
V. MASALAH PRIBADI
Mudah lupa
32
VI. MASALAH HUBUNGAN SOSIAL DAN ORGANISASI
1. Tidak senang bergaul dengan wanita / pria yang ugal-ugalan
2. Lebih senang menjadi anggota biasa daripada ketua
VII. MASALAH REKREASI, HOBI, DAN PENGGUNAAN WAKTU
Kesenangan menonton TV sering menghabiskan waktu belajar
VIII.MASALAH PENYESUAIAN TERHADAP SEKOLAH
Ingin dekat dengan guru tapi tak tahu caranya
IX. MASALAH PENYESUAIAN TERHADAP KURIKULUM
1. Ada beberapa pelajaran yang tidak saya senangi
2. Sering kuatir kalau-kalau mendapat giliran maju ke depan
3. Pelajaran yang bersifat hafalan sukar bagi saya
X. MASALAH MASA DEPAN
Ingin mengetahui bakat dan kemampuan diri saya
XI. MASALAH KEGIATAN BELAJAR
1. Sulit mengingat pelajaran yang telah dihafalkan
2. Tidak dapat menerapkan cara belajar yang baik
XII. MASALAH MUDA-MUDI DAN ASMARA
Saya mulai tertarik pada Wanita / Pria
B. PEMBAHASAN
Dari pemaparan data di atas dapat dikatakan bahwa tipe gaya belajar
sangat mempengaruhi terhadap pemahaman suatu pelajaran. Akan tetapi,
seseorang yang tidak memahami tipe gaya belajarnya, maka akan berdampak pula
33
pada ketidaksesuaian metode dalam mempelajari dan memahami suatu pelajaran
sehingga sulit untuk memahami suatu informasi.
Berbagai macam gaya belajar tersebut pada dasarnya dimiliki oleh setiap
individu namun ada salah satu yang lebih dominan. Individu yang satu dengan
yang lain mempunyai gaya belajar yang berbeda. Individu yang mengenali gaya
belajarnya sendiri akan dapat membantu dalam memahami materi yang diberikan
guru sehingga dengan mudah memproses materi. Jika mudah dalam memproses
materi dan mudah mengingat maka mudah dalam mengerjakan ujian sehingga
prestasi belajar meningkat. (Tri Wulandari: 2009)
Salah satu kasus ketidakfahaman terhadap tipe gaya belajar dan
berdampak pada pemahaman pelajaran adalah yang dialami oleh Awa (fiktif).
Bahwa dari hasil beberapa data yang diambil dari beberapa instrumen
pengumpulan data, maka diketahui bahwa subjek masih belum menemukan cara
belajar yang tepat. Hal ini diketahui dari data pribadinya. Disana juga dijelaskan
bahwasannya subjek memiliki kesulitan dalam memahami pelajaran yang bersifat
hafalan serta memiliki masalah pribadi mudah lupa. Akan tetapi, dari hasil
quissionnaire, diketahui bahwa subjek memiliki kecenderungan kepada gaya
belajar auditorial.
Setelah di cros check melalui wawancara pribadi dengan subjek, diketahui
bahwa terdapat sedikit ketidaksesuaian antara tipe gaya belajar subjek dengan
cara belajar yang sering dipakainya. Sebenarnya, sebagian besar hasil wawancara
menunjukkan kesesuaian dengan tipe gaya belajarnya, hanya beberapa yaitu
kebiasaan subjek memahami dan menghafalkan pelajaran yang menurutnya sulit
dengan metode membaca buku. Dan subjek sering melakukan belajar sendiri serta
34
jarang berkelompok atau berdiskusi dengan teman. Padahal tipe gaya belajar
auditorial akan lebih mudah memahami pelajaran jika berdiskusi dengan beberapa
teman mengenai suatu pelajaran. Atau dengan cara membaca tetapi kemudian
mengulanginya dengan keras.
Kesalahan dalam memilih metode belajar sangat berpengaruh terhadap
pemahaman pelajaran. Begitu juga dengan subjek, karena terdapat sedikit
ketidaksesuaian tersebut pada akhirnya berdampak subjek masih sering
merasakan kesulitan dalam memahami pelajaran yang bersifat hafalan serta
beranggapan bahwa subjek masih belum menemukan cara belajar yang efektif.
Hal ini juga berkaitan erat dengan masalah pribadi subjek lainnya yaitu sering
merasakan mudah lupa. Jika ditelusuri lebih jauh, hal ini juga berkaitan erat
dengan makanan yang sering dikonsumsinya. Makanan yang mengandung banyak
vetsin atau makanan yang dirasa bukan makanan sehat sangat mempengaruhi
kerja otak. Keseringan mengkonsumsi makanan seperti itu sangatlah tidak sehat
dan salah satu dampaknya adalah dapat menurunkan daya ingat. Begitu juga yang
dialami subjek. Hasil wawancara mengatakan bahwa subjek sering membeli
makanan yang mengandung vetsin seperti bakso dan makanan pedagang kaki
lima seperti pentol cilok.
Pemahaman terhadap suatu pelajaran juga melibatkan proses dalam
sebuah pembelajaran. Bukan hanya tipe gaya belajar saja yang berfungsi sebagai
pemahaman, akan tetapi sikap subjek dalam proses belajar mengajar. Dari data
yang diperoleh, subjek sering merasakan mengantuk di dalam kelas. Sehingga hal
ini juga berdampak pada ketidakmaksimalan subjek menyerap sebuah pelajaran.
35
Usaha yang dilakukan untuk menolong subjek adalah dengan memberikan
pemahaman kepada subjek mengenai managemen waktu. Hal ini dilakukan
karena meskipun subjek sudah menerapkan metode belajar sesuai dengan tipe
gaya belajarnya yaitu auditorial, akan tetapi subjek masih belum bisa membagi
waktunya dengan baik, maka kemungkinan hasil yang maksimal sangatlah kecil.
Managemen waktu dimulai dengan mengajak subjek untuk bisa membagi
waktunya antara hobi, istirahat dan belajar. Dalam hal ini adalah dengan
menyisakan waktu setelah sekolah untuk istirahat. Kemudian setelah sholat
maghrib barulah belajar. Belajar dilakukan tiap hari kecuali sabtu akan tetapi
durasinya tidak harus lama yang penting maksimal dan dilakukan setiap hari.
Barulah subjek melakukan hobinya, misalnya menonton TV, membaca komik dan
sebagainya.
Usaha kedua yang dilakukan adalah dengan mencoba memahami pelajaran
sesuai dengan tipe gaya belajar subjek. Yaitu dengan cara mengajak subjek
sesekali belajar kelompok atau berdiskusi dengan teman tentang pelajaran yang
belum difahaminya. Membaca buku yang dipelajari dengan bersuara agar telinga
subjek dapat menangkap apa yang dibacanya. Untuk pelajaran yang bersifat
hafalan, maka peneliti memberikan solusi dengan cara membaca materi yang akan
dihafalkan dengan bersuara, kemudian mencoba untuk menghafalnya. Dan untuk
meyakinkan hafalan, subjek meringkas atau menulis yang telah dihafalkannya di
kertas secara ringkas kemudian dicocokkan dengan materi yang dihafalkan
sehingga tampak apa yang belum sesuai. Dengan begitu subjek bisa menghafal
materi sekaligus penulisannya.
36
Mengenai masalah pribadi subjek, peneliti menyarankan agar subjek lebih
meminimalisir makanan yang mengandung banyak vetsin dan tidak menyehatkan.
Sekali- kali tidak apa- apa namun diharapkan mampu dikurangi sedikit- demi
sedikit. Hasil dari kesemuanya akan dilihat sesuai keinginan subjek yaitu tiap
minggunya.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah
informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan
individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar
tersebut adalah gaya belajar Visual (belajar dengan cara melihat), Auditory
(belajar dengan cara mendengar), dan Kinesthetic (belajar dengan cara bergerak,
bekerja, dan menyentuh).
Ketidaksesuaian antara gaya belajar dengan cara belajar yang dipakai
dapat berpengaruh terhadap pemahaman serta kemampuan mengingat suatu
pelajaran ataupun informasi. Sehingga gaya belajar merupakan salah satu alat
penting yang digunakan dalam membantu proses terlaksananya suatu proses
belajar, yaitu dalam memahami dan mengingat suatu informasi atau pelajaran.
B. SARAN
Dalam upaya perbaikan dan pemecahan masalah yang berhubungan
dengan gaya belajar serta pemahaman dan mengingat suatu pelajaran, maka
terdapat beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Sebaiknya seorang guru di dalam kelas tidak memberikan metode
yang monoton hanya ceramah atau praktek saja. Karena tidak semua murid
memiliki satu gaya belajar. Akan tetapi setiap siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda- beda. Sehingga kreatifitas seorang guru dalam memberikan
38
metode pengajaran sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
memahami pelajaran.
2. Siswa harus berusaha untuk mengetahui dan peka terhadap diri
sendiri. Dengan begitu akan diketahui gaya belajar yang sesuai sehingga
berdampak positif terhadap dirinya sendiri, yaitu mudah dalam memahami
pelajaran.
3. Sebagai orang tua, maka tugas yang harus dilakukan adalah selalu
memantau kegiatan anak ketika di rumah. Dengan membiasakan siswa belajar
tiap hari dan menunjukkan cara yang tepat untuk membagi waktu serta
menjaga makanan anak agar tetap sehat dan tidak terkontaminasi.
39
40
PEDOMAN WAWANCARA
1. Menurut saudara manakah yang lebih mudah dipahami,
membaca dengan tidak bersuara atau dengan bersuara?
2. Jika disuruh memilih, saudara lebih suka melihat acara
humor seperti ludruk, ekstravaganza dll atau membaca komik bertema
humor?
3. Metode apa yang sering anda pakai untuk mengingat suatu
pelajaran?membaca ataukah berdiskusi?
4. Manakah menurut saudara yang paling mudah bagi anda
dalam menyerap dan mengingat pelajaran yang sedang saudara pelajari,
dengan melihat atau mendengar?
5. Manakah yang Lebih disukai, belajar sendiri atau
berkelompok?
6. Metode seperti apa yang dipakai saudara untuk mengingat/
menghafal sebuah pelajaran?
7. Ketika belajar, saudara lebih menyukai tempat yang sepi
atau yang ramai?
8. Bagaimana cara saudara dalam memahami sebuah
pelajaran yang sulit?
9. Apa saja kegiatan yang saudara lakukan ketika seusai
pulang sekolah?
10. Makanan apa yang sering dan disukai saudara?
11. Apakah saudara sering merasa tidak percaya diri?
41
42
LAPORAN PEMERIKSAANTes WISC
(Weschler Intellegence Scale for Children)
I. IDENTITAS SUBYEK
Nama : Awa (Fiktif)Jenis Kelamin : PerempuanTgl Lahir/Umur : 20 Mei (Fiktif)Tanggal Tes : 1 September 2009Tester : Siti Manar Mufidah
II. PSIKOGRAM
No Tes Angka Kasar Angka Skala
1 Informasi 21 14
2 Pengertian 11 7
3 Hitungan 13 13
4 Persamaan 15 12
5 Perbendaharaan kata 28 6
6 Rentangan Angka 13 14Jumlah angka skala verbal: 66
7 Melengkapi gambar 11 8
8 Mengatur gambar 38 13
9 Rancangan balok 42 14
10 Merakit obyek 23 9
11 Simbol 80 20
Jumlah angka skala performance: 64
ANGKA VERBAL = 66 I.Q.= 120
ANGKA PERFORMANCE = 64 I.Q.= 120
ANGKA SKALA LENGKAP = 130 I.Q.= 122
43
RAHASIA
III. KATEGORI IQ IQ VERBAL
IQ VERBAL Klasifikasi Kategori
133 – 155 Tinggi/ Superior
111 – 132 Rata- rata atas
89 – 110 Normal
67 – 88 Rata- rata bawah
45 – 66 Rendah
Berdasarkan Kriteria I.Q Verbal di atas maka dapat disimpulkan bahwa I.Q =120 terletak pada kriteria DI ATAS RATA- RATA IQ PERFORMANCE
I.Q PERFORMANCE Klasifikasi Kategori132 – 156 Tinggi/ Superior110 – 131 Rata- rata atas
88 – 109 Normal
66 – 87 Rata- rata bawah44 – 65 Rendah
Berdasarkan Kriteria I.Q. Diatas maka dapat disimpulkan bahwa I.Q. = 120 terletak pada kriteria DI ATAS RATA- RATA IQ TOTAL
I.Q. Klasifikasi Kategori65 and below Mental defective
66 – 79 Borderline80 – 90 Dull normal91 – 110 Average111 – 119 Bright normal120 – 127 Superior
128 and over Very superior
Berdasarkan Kriteria I.Q. Diatas maka dapat disimpulkan bahwa I.Q. = 122 terletak pada kriteria SUPERIOR
IV. KLASIFIKASI IQ PER ASPEK
ASPEK TS T S R RS
Informasi
Pengertian
Hitungan
Persamaan
44
Perbendaharaan Kata
Melengkapi Gambar
Mengatur Gambar
Rancangan Balok
Merakit Obyek
Simbol
Keterangan:0 – 4 : Rendah sekali 13 – 16: Tinggi5 – 8 : Rendah 17 – 20: Tinggi sekali9 – 12 : Sedang
V. HASIL
Berdasarkan hasil tes WISC yang telah dilakukan, maka subjek memiliki
IQ verbal 120 yang berada pada kategori di atas rata- rata, IQ Performance 120
pada kategori di atas rata- rata dan IQ total 122 pada kategori Superior.
Dari hasil tersebut, dapat dilihat subjek memiliki daya ingat yang baik,
ketrampilan berhitung yang baik pengetahuan yang cukup luas dan imajinasi yang
cukup tinggi. Hal ini diketahuik dari skor tes informasi, hitungan, rentangan
angka simbol dan mengatur gambar yang tinggi. Bahkan pada tes simbol subjek
mendapatkan nilai yang sangat tinggi. Akan tetapi subjek mendapatkan nilai
rendah pada tes pengertian, perbendaharaan kata dan melengkapi gambar.
45
PORTFOLIO SISWA UNTUK MENGETAHUI GAYA BELAJAR
Petunjuk:
Bacalah 36 pertanyaan berikut, kemudian berilah lingkaran pada nomor
pernyataann yang disetujui di lembar jawaban yang tersedia!
1. Saya lebih suka mendengarkan informasi yang ada
di kaset daripada membaca buku
2. Jika saya mengerjakan sesuatu, saya selalu
membaca instruksinya terlebih dahulu
3. Saya lebih suka membaca daripada mendengarkan
kuliah/ guru mendengarkan
4. Saat saya seorang diri, biasanya saya memainkan
musik atau lagu atau bernyanyi
5. Saya lebih suka berolah raga daripada membaca
buku
6. Saya selalu dapat menunjukkan arah utara ataupun
selatan dimanapun saya berada
7. Saya suka menulis surat ataupun jurnal
8. Saat saya berbicara, saya suka mengatakan ”Saya
mendengarkanmu, itu terdengan bagus, itu bunyinya bagus”.
9. Ruangan, meja, mobil atau rumah saya biasanya
berantakan/ tidak teratur
10. Saya suka merancang, mengerjakan dan membuat
sesuatu dengan kedua tangan saya
11. Saya tahu hampir semua kata- kata dari lagu yang
saya dengar
12. Ketika mendengar orang lain berbicara, saya
biasanya membuat gambar dari apa yang mereka katakan dalam pikiran saya
13. saya suka olahraga dan saya rasa saya adalah
olahragawan yang baik
14. Mudah sekali bagi saya untuk mengobrol dalam
waktu yang lama dengan kawan saya saat berbicara di telepon
46
15. Tanpa musik, hidup amat membosankan
16. Saya sangat senang berkumpul dan biasanya dapat
dengan mudah berbicara dengan siapa saja
17. Saat melihat objek dalam bentuk gambar, saya
dengan mudah mengenali objek yang sama walaupun posisi objek itu diputar
dan diubah
18. saya biasanya mengatakan, ”saya rasa, saya perlu
menemukan pijakan atas hal ini, atau saya ingin bisa menangani hal ini”
19. Saat mengingat suatu pengalaman, saya seringkali
melihat pengalaman itu dalam bentuk gambar di dalam pikiran saya
20. Saat mengingat suatu pengalaman, saya seringkali
mendengar suara dan berbicara pada diri saya mengenai pengalaman itu
21. saat mengingat suatu pengalaman, saya seringkali
ingat bagaimana perasaan saya terhadap pengalaman itu
22. Saya lebih suka musik daripada seni musik
23. Saya sering mencoret- coret kertas saat berbicara di
telepon atau dalam suatu pertemuan
24. Saya lebih suka melakukan contoh peragaan
daripada membuat laporan tertulis atau suatu kejadian
25. Saya lebih suka membacakan suatu cerita daripada
mendengarkan cerita
26. Saya biasanya berbicara dengan perlahan
27. Saya lebih suka berbicara daripada menulis
28. Tulisan tangan saya biasanya tiidak rapi
29. Saya biasanya menggunakan jari saya untuk
menunjuk kalimat yang saya baca
30. Saya dapat dengan cepat melakukan penjumlahan
dan perkalian dalam pikiran saya
31. Saya suka mengeja dan saya pikir saya pintar
mengeja kata- kata
32. Saya akan sangat terganggu apabila ada orang yang
berbicara dan pada saat saya sedang menonton televisi
47
33. saya suka mencatat perintah atau instruksi yang
dismpaikan pada saya
34. Saya dapat mengingat dengan mudah apa yang
dikatakan orang
35. Saya paling mudah belajar sambil mempraktekkan/
melakukan
36. Sangat sulit bagi saya untuk duduk diam dalam
waktu yang lama
48
top related