laporan praktikum massa jenis
Post on 26-Nov-2015
1.373 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LABORATORIUM FARMASEUTIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM
PENETAPAN BOBOT JENIS DAN RAPAT JENIS
OLEH :
NAMA : Nana Juniarti
NIM : N11108290
KELOMPOK : III
ASISTEN : AKBAR AWALLUDIN
M A K A S S A R
2 0 0 9
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan
antara massa (g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml.
Sedangkan Rapat jenis adalah perbandingan antara bobot janis sampel
dengan bobot jenis air suling, jadi rapat jenis tidak memiliki satuan.
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh
seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat
mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk
larutan.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka
akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan
mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat
dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.Dengan mengetahui
banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini
dilakukan.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan bobot jenis dan rapat
jenis suatu zat cair dengan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari Air suling, bensin,
minyak goreng dengan menggunakan piknometer dan hydrometer.
I.3 Prinsip Percobaan
A. Penentuan bobot jenis dengan Piknometer
Penentuan bobot jenis suatu zat cair (air suling, bensin, minyak
tanah, minyak kelapa) dengan metode piknometer, dimana ditimbang
lebih dahulu berat piknometer kosong dan piknometer berisi zat cair yang
diuji. Selisih dari penimbangan adalah massa zat cair tersebut pada
pengukuran suhu kamar (250C) dan dalam volume konstan, tertera pada
piknometer. Maka bobot jenis zat cair tersebut adalah massanya sendiri
dibagi dengan volume piknometer, dengan satuan g/mL.
B. Penentuan rapat jenis dengan Piknometer
Penentuan rapat jenis suatu zat cair (air suling, bensin, minyak
tanah, minyak kelapa) dengan metode piknometer, dimana rapat jenis zat
cair tersebut adalah bobot jenisnya sendiri yang diperoeleh dari
pengukuran sebelumnya dengan piknometer, dibagi dengan bobot jenis
air suling pada suhu 250C, tanpa menggunakan satuan.
C. Penentuan rapat jenis dan bobot jenis dengan metode Hidrometer
Penentuan bobot jenis dan rapat jenis suatu zat cair (air suling,
bensin, minyak tanah, minyak kelapa) dengan memasukkan zat cair ke
dalam gelas ukur 500 ml, lalu dimasukkan hidrometer dimana angka yang
terbaca pada permukaan zat cair menunjukkan bobot jenis zat cair
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat
disbanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C).
Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis
suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o,
25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi biasanya 25o/25o. (1)
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali
dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara
pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 250C
zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah
tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air yang
tetap pada suhu 250C (2 ; 1030).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang
dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari
standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature
yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan
untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk
gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut
cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk
digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah
dimurnikan (3).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni
atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan
praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari
suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau
temperatur lain yang telah ditentukan (4 ; 65).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam
bobot jenis yaitu : (5 ;77)
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang
terbuka dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang
terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka
dan tertutup.
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias).
Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat
digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa
aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi (6 ; 464-465).
Metode penentuan untuk cairan (6 ; 466) :
Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas
penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan
ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan
piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga
mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum
Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan
kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan
tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian
sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan
penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah
penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer
berskala (timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan
seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan
pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
II.2 Uraian Bahan
1 Air suling (7 ; 96)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Aquadest
RM / BM : H2O / 18,02
Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak
berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan uji
2 Minyak kelapa
(7 ;456)
Nama resmi : Oleum Cocos
Nama lain : Minyak kelapa
Bobot jenis : 0,845 – 0,905 g/ml
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau
kuning pucat; bau khas, tidak tengik
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P
pada suhu 600C; sangat mudah larut
dalam kloroform P dan juga mudah
larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya, di tempat sejuk.
Kegunaan : sebagai sampel
3 Minyak tanah (7 ; 739)
Nama resmi : Oleum mineralle
Nama lain : Minyak tanah
Bobot jenis : 0,812 sampai 0,813 g/mL
Pemerian : Cairan minyak, jenuh tidak berwarna
bebas/praktis bebas dari flouresensi
dalam wadah dengan tidak berbau,
berasa dan jika dipanaskan berbusa.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam
etanol, larut dalam minyak menguap
dapat bercampur dengan minyak
jenuh.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai sampel.
4 Bensin ( 8 ; 737 )
Nama resmi : Petrolium benzin
Nama lain : Bensin
Bobot jenis : 0,63 – 0,66 g/mL
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berpijar, mudah terbakar, sangat
mudah menguap bercampur dengan
udara, jika dinyalakan meledak.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, praktis tidak
larut dalam alkohol absolut benzene,
kloroform dan eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada
tempat yang sejuk dan jauh dari api.
Kegunaan : Sebagai sampel
5 Alkohol (7 ; 65 )
Nama resmi : Aethanolum
Sinonim : Etanol, etil alkohol
BM/RM : 46, 07 / C2H6O
Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan
pelarut. Menghasilkan bau yang khas
dan rasa terbakar pada lidah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
dijauhkan dari api
Kegunaan : Sebagai pembilas piknometer dan
gelas ukur.
II.3 Prosedur percobaan
Menentukan Bj menggunakan Piknometer
- Bersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas
tetesan air dengan cara setelah dibersihkan dengan
aquadest, bilas dengan pelarut aseton atau alcohol pekat.
- Piknometer panaskan pada suhu 100o C selama 1 jam,
kemudian masukkan kedalam eksikator sampai dingin.
Timbang dalam neraca analitik ( bobot a gram).
- Isikan air suling yang akan diukur ke dalam piknometer
hingga penuh.
- Seluruh piknometer mencapai derajat 20 derajat
menggunakan thermometer.
- Setelah suhu mencapai tepat 25 derajat segera piknometer
ditutup dan lap dengan kain bersih. Biarkan pada suhu
kamar dan timbang secara teliti menggunakan neraca
analitik (bobot b gram).
- Hitung bobot jenis = (b-a) gram/volume ml.
Mengukur bobot jenis dengan Hidrometer
Ambil gelas ukur volume 500 ml, selanjutnya masukkan
cairan yang akan diukur. Hidrometer yang akan digunakan
dibersihkan terlebih dahulu dan masukkan ke dalam gelas ukur
yang telah berisi cairan yang akan diperiksa. Catat angka yang
bertanda tepat dipermukaan cairan. Angka tersebut menunjukkan
bobot jenisnya.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah baskom, botol
semprot, gelas ukur 500ml, hidrometer, lap kasar, lap halus, oven,
piknometer 25ml, pipet tetes, timbangan analitik dan termometer.
III.1.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air suling,
bensin, dan minyak kelapa an alkohol.
III.2 Cara Kerja
A. Pengukuran Bobot Jenis dengan Piknometer
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Piknometer dibersihkan dengan air suling, kemudian dibilas dengan
alkohol
3. Piknometer dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C selama 60
menit, lalu didinginkan pada suhu kamar
4. Dikeluarkan piknometer setelah pengeringan selama 1 jam,
kemudian ditimbang bobotnya dalam keadaan kosong pada
timbangan analitik, hasilnya dicatat. Penimbangan dilakukan 3 kali.
5. Dimasukkan dalam baskom berisi es/air dingin piknometer kosong
tadi, sampai mencapai 250C dan ditimbang dengan timbangan
analitik (secara triplo) dan dicatat hasilnya.
6. Aquadest dikeluarkan dari piknometer lalu dibilas dengan alkohol
70% lalu dikeringkan
7. Diisikan piknometer kosong dengan sampel lain yaitu minyak
kelapa dan bensin dengan volume sesuai yang tertera pada
piknometer (perlakuan dilakukan secara triplo) dengan prosedur
yang sama.
8. Dihitung bobot jenis masing-masing sampel termasuk aquadest,
dengan cara menghitung selish dari penimbangan piknometer
berisi sampel dengan piknometer kosong.
B. Pengukuran Bobot Jenis Dengan Metode Hidrometer
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Kedalam gelas ukur 500 ml (3 buah), dimasukkan air suling untuk
menghilangkan kotoran. Kemudian dibilas dengan alkohol untuk
menguapkan kotoran dan lemak yang melekat.
3. Gelas ukur diisi masing-masing 500 ml aquadest, minyak kelapa
dan bensin sampai batas tanda.
4. Dimasukkan hidrometer ke dalam gelas ukur tadi, dan diamati
skalanya pada permukaan zat cair yang menunjukkan bobot jenis
zat cair tersebut.
5. Dicatat hasilnya masing-masing.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Hasil Pengamatan
1.Pengukuran bobot jenis menggunakan alat hidrometer.
No Sampel BJ yang diukur
1 Air suling 0,995 g/ml
2 Minyak goreng 0,906 g/ml
3 Bensin 0,730 g/ml
2. Pengukuran bobot jenis dengan menggunakan alat piknometer
No Sampel
Berat piknometer
kosong (gram)
Berat piknometer +
sampel (gram)
1 Air suling 28 77,6
2 Minyak goreng 25,8 70,7
3 Bensin 25,9 62,8
IV.2 Perhitungan
1. Piknometer
BJ = Bobot pikno berisi cairan - bobot pikno kosong
Volume piknometer
Volume piknometer = 50 ml
a. Air suling
( 77,6 - 28 ) g BJ =
50ml 49,6g =
50 ml
= 0.992 g/ml
b. Minyak goreng
70,7g-25,8g BJ =
50ml 44,9g =
50ml
= 0,898 g/ml
c. Bensin
62,8g-25,9g BJ =
50ml 36,9 g =
50ml
= 0,738 g/ml
RJ = BJ sampel
BJ air suling
a. Minyak goreng
Rapat Jenis = 0,898 g/ml
0,992 g/ml
= 0,9052
b. bensin
Rapat Jenis = 0,738 g/ml
0,992 g/ml
= 0,7440
2. Hidrometer
a. Air suling
Rapat Jenis = 0,995
0,995
= 1
b. Minyak goreng
Rapat Jenis = 0,906
0,995
= 0,9106c. Bensin
Rapat Jenis = 0,73
0,995
= 0,7336
BAB V
PEMBAHASAN
Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding
dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25ºC),
sedangkan rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot
zat pada suhu tertentu ( dalam bidang farmasi biasanya digunakan
25º/25º). Berat jenis didefenisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu
zat terhadap kerapatan air. Harga kedua zat itu ditentukan pada
temperatur yang sama, jika dengan tidak cara lain yang khusus. Oleh
karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat jenis sangat lemah. Akan
lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis adalah
perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis
air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. Berat jenis
merupakan bilangan murni tanpa dimensi (Berat jenis tidak memiliki
satuan), dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus
yang cocok.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam
menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan
kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat
pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Terdapat dua alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
hidrometer dan piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot
jenis dan hidrometer digunakan untuk mencari rapat jenis. Piknometer
biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas
antara 10ml-50ml. Hidrometer pula berupa pipa kaca yang ujung dan
bagian bawahnya tertutup dan diberi pemberat pada bagian bawahnya.
Bila alat ini dicelupkan dalam cairan yang akan diuji, maka angka
menunjukkan bobot jenis zat tersebut.
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer
dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan
alkohol untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi.
Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan,
karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang
dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan
piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis
sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-sifat yang baik
seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum. Jadi
sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di
luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri.
Piknometer kemudiannya dikeringkan di dalam oven dengan suhu
1000C selama 1 jam. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengembalikan piknometer pada bobot sesungguhnya. Setelah itu
didiamkan sampai dingin dalam baskom berisi air es. Akhirnya piknometer
ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah
ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan
aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain
(minyak kelapa, dan bensin). Pengisiannya harus melalui bagian dinding
dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara.
Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue.
Akhirnya piknometer yang berisi sampel ditimbang.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan
menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan
kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika
proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot
jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan hidrometer lebih cepat
daripada penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer, tetapi
biasanya dapat menunjukkan hasil yang tidak tepat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat
adalah :
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur
berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi
bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat
rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit
untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu
dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu
kamar).
2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka
kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan
berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana
ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari
suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat
jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari rumus :
V = k x d x t
Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis
(d). Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula
berat jenisnya.
Setelah melakukan percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk
air suling adalah 0,874g/ml, bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 1 g/ml
dan bobot jenis bensin adalah 0,74g/ml. Secara literatur, bobot jenis untuk
air suling adalah 0,997g/ml, bobot jenis untuk minyak kelapa adalah
0,903g/ml, dan bobot jenis untuk bensin adalah 0,625g/ml. Untuk
percobaan penentuan rapat jenis pula diperoleh hasilnya, yaitu untuk air
suling adalah 1, untuk minyak kelapa adalah 0,918, untuk bensin adalah
0,74. Terdapat penyimpangan dalam percobaan ini. Namun hal tersebut
tidak menjadi masalah karena penyimpangannya itu sendiri masih relatif
kecil sehingga dapat diabaikan.
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kesalahan pembacaan skala pada alat
2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga
mempengaruhi bobot jenisnya
3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang
piknometer
5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdpt gelembung
atu titik air dalam piknomter setelah dipanaskan.
BAB VI
P E N U T U P
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa berat jenis semua bahan yang diperoleh baik dengan metode
piknometer maupun dengan metode hidrometer adalah sbb :
Sampel
Piknometer Hidrometer
BJ (g/ml) RJ BJ (g/ml) RJ
Air suling 0,992 1 0,995 1
Minyak
goreng
0,898 0,9052 0,906 0,918
Bensin 0,738 0,7440 0,73 0,743
VI.2 Saran
Untuk laboratorium : Lengkapi alat-alat lab
Untuk asisten : Tetap bersemangat menjelaskan dan agar
suara lebih diperbesar
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim asisten, (2008), “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”, Jurusan
Farmasi UNHAS, Makassar.
2. Ditjen POM, (1995), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depkes RI,
Jakarta, 1030
3. Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., (1988), “Analisis
Farmasi”, UGM-Press, Yogyakarta, 466-468
4. Ansel H.C.,(1989),”Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi”,
Terjemahan Faridah Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
625
5. Lachman, L., dkk., (1994), ”Teori dan Praktek Farmasi Industri II”,
Edisi III, diterjemahkan oleh Siti suyatmi, UI Press, Jakarta, 78
6. Voigt, R., (1994), “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”, Edisi V,
UGM-Press, Yogyakarta, 65
7. Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, edisi III, Depkes RI,
Jakarta, 64, 96, 456
8. United States Pharmacopeia, (1975), ”The United States
Pharmacopeia”, Nineteenth revision, Twinbrook Parkway,
Rockville,17.
top related