lembaran daerah kabupaten lombok … bagian ketiga pembentukan tim pengawas dan peneliti pasal 6 (1)...
Post on 20-Jul-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
Nomor 2 Tahun 2005 Seri E Nomor 12 Tahun 2006
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
NOMOR 2 TAHUN 2006
T E N T A N G
TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN, PEMBERHENTIAN
KEPALA DESA DAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LOMBOK BARAT,
Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka perlu adanya pengaturan mengenai Tata Pemerintahan Desa;
b. bahwa untuk tertibnya penyelenggaraan Pemerintahan Desa di pandang perlu mengatur Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan, Pemberhentian Kepala Desa dan Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
c. bahwa sebagai unsur penyeLenggara pemerintahan Desa, keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sangat penting sebagai mitra Kepala Desa Dalam menjalankan pemerintahan di desa;.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b dan c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan, Pemberhentian Kepala Desa dan Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Daerah Tingkat II Dalam Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tmbahan Lembaran Negara Nomor 16497);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
3. Undang-undag …………..
2
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587);
5. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 22 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 14 Tahun 2000 tentang Kewenangan Urusan Rumah Tangga Kabupaten Lombok Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Barat Tahun 2001 Nomor 23, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 40);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
DAN
BUPATI LOMBOK BARAT
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN,PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Bupati ialah Bupati Lombok Barat; 2. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Nagara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa;
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa;
5. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.
6. Panitia ………………
3
6. Panitia Pemilihan adalah Lembaga yang dibentuk oleh BPD, bersifat netral untuk menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa;
7. Bakal Calon adalah warga masyarakat setempat yang berdasarkan penjaringan dan penyaringan oleh panitia pemilihan ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa;
8. Penjaringan adalah suatu upaya yang di lakukan oleh Panitia Pemilihan untuk mendapatkan Calon Kepala Desa dari warga masyarakat setempat;
9. Penyaringan adalah seleksi yang di lakukan oleh Panitia Pemilihan baik dari segi administrasi maupun kemampuan dan kepemimpinan Calon guna di tetapkan sebagai Calon Kepala Desa yang berhak di pilih.
10. Calon yang berhak dipilih ialah Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan untuk mengikuti pemilihan dan di tetapkan oleh Panitia Pemilihan;
11. Calon terpilih ialah Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dalam Pemilihan Kepala Desa;
12. Pemilih ialah penduduk desa yang bersangkutan yang telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilihnya
13. Hak pilih adalah hak yang dimiliki pemilih untuk menentukan sikap pilihannya.
14. Kampanye adalah kegiatan calon Kepala Desa untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan program-programnya.
15. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat pemilih memberikan suara pada hari pemungutan suara.
BAB II
PENCALONAN DAN PEMILIHAN KEPALA DESA
Bagian Pertama Proses Pemilihan
Pasal 2
(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan.
(2) BPD memproses pemilihan Kepala Desa paling lama 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa.
(3) Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
(4) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Bagian Kedua Pembentukan Panitia Pemilihan
Pasal 3
(1) Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Penitia Pemilihan yang anggotanya terdiri dari unsur Perangkat Desa, Pengurus lembaga kemasyarakatan dan tokoh masyarakat.
(2) Susunan ……………
4
(2) Susunan Keanggotaan Panitia Pemilihan sebagaimana di maksud pada ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut;
a. Ketua. b. Sekretaris. c. Kepala-kepala Dusun dari desa pemilihan sebagai anggota. d. Ketua / pimpinan lembaga kemasyarakatan dari desa pemilihan
sebagai anggota. e. 1 (satu) orang Tokoh masyarakat dari masing-masing dusun di
desa pemilihan sebagai anggota.
(3) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) pasal ini mempunyai tugas :
a. merencanakan dan mengusulkan biaya pemilihan kepada BPD; b. mengumumkan bahwa di Desa yang bersangkutan akan diadakan
pemilihan Kepala Desa; c. melaksanakan pendaftaran pemilih di tiap-tiap dusun untuk
selanjutnya dibuat daftar pemilih perdusun dan disahkan oleh ketua panitia pemilihan;
d. melaksanakan penjaringan dan menerima pendaftaran bakal calon Kepala Desa yang di lengkapi dengan persyaratan administrasi;
e. melaksanakan penyaringan bakal calon Kepala Desa; f. menetapkan calon Kepala Desa yang berhak dipilih; g. mengumumkan nama calon Kepala Desa yang berhak dipilih; h. menetapkan waktu dan tempat pemungutan suara; i. mengadakan persiapan-persiapan untuk menjamin supaya
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa berjalan dengan tertib, aman, lancar dan teratur;
j. melaksanakan pemilihan Kepala Desa; k. menghadiri pelaksanan pemilihan Kepala Desa sampai selesai; l. mengambil keputusan apabila timbul permasalahan dalam
pelaksanaan Pemilihan.
(4) Panitia pemilihan dalam melaksanakan tugasnya bersifat netral dan tidak memihak kepada salah satu calon serta bertanggung jawab kepada BPD.
Pasal 4
Apabila salah satu unsur dalam Panitia Pemilihan mencalonkan diri menjadi calon Kepala Desa atau berhalangan, maka kedudukannya di gantikan oleh salah satu unsur perangkat desa lainnya berdasarkan keputusan BPD.
Pasal 5
(1) Selambat-lambatnya 5 (lima) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa, BPD menerbitkan petunjuk teknis Pemilihan Kepala Desa untuk dipedomani oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa.
(2) Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini pedomannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian ……………
5
Bagian Ketiga Pembentukan Tim Pengawas dan Peneliti
Pasal 6
(1) Di Kabupaten dibentuk Tim Pengawas dan Peneliti Pemilihan Kepala Desa yang keanggotaannya ditentukan kemudian dengan Keputusan Bupati.
(2) Tim Pengawas dan Peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini mempunyai Tugas:
a. melaksanakan pengawasan dan memfasilitasi pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;
b. meniliti persyaratan calon Kepala Desa terpilih dan memberikan pertimbangan kepada panitia pemilihan mengenai calon terpilih berdasarkan temuan-temuan di lapangan;
c. menghadiri pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sampai selesai; d. menginvantarisir / mencatat segala sesuatu yang terjadi dalam
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa; e. melaporkan hasilnya kepada Bupati.
Bagian Keempat Hak Memilih dan Dipilih
Pasal 7
Penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai hak untuk memilih.
Pasal 8
(1) Untuk dapat menggunakan hak memilih, penduduk desa warga Negara Republik Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.
(2) Untuk dapat didaftar sebagai pemilih, penduduk desa warga negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 harus memenuhi syarat :
a. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya; b. terdaftar sebagai penduduk desa yang bersangkutan secara sah
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan yang tidak terputus-putus; c. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; d. tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bedasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 atau organisasi terlarang lainnya kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
(3) Seorang penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini tidak dapat menggunakan hak memilihnya.
Pasal 9 ………………
6
Pasal 9
Yang dapat di pilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa warga Negara Republik Indonesia yang :
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar
negara Republik Indonesia tahun 1945 dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan yang menghianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 atau kegiatan organisasi terlarang lainnya kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah lanjutan tingkat pertama dan/atau sederajat;
e. berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun; f. penduduk desa setempat; g. sehat jasmani dan rohani; h. berkelakuan baik; i. tidak pernah di hukum penjara karena melakukan tindak pidana
kejahatan yang diancam dengan hukuman pidana minimal 5 (lima) tahun;
j. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
k. mengenal Desanya dan dikenal oleh masyarakat Desa setempat; l. bersedia dicalonkan sebagai Kepala Desa; m. memenuhi syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat setempat; n. belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10
(sepuluh) tahun atau 2 (dua) kali masa Jabatan.
Pasal 10
(1) Pegawai Negeri Sipil, TNI / POLRI yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana di maksud pasal 9 juga harus memiliki Surat Keterangan Persetujuan dari atasannya yang berwenang.
(2) Surat Keterangan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini juga berlaku bagi Kepala Desa yang pada saat menjabat diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI / POLRI.
(3) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil, TNI / POLRI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, terpilih dan telah dilantik menjadi Kepala Desa, maka yang bersangkutan akan dibebaskan sementara dari jabatan organiknya selama menjadi Kepala Desa tanpa kehilangan hak-haknya sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI / POLRI.
Bagian Kelima Pencalonan Kepala Desa
Pasal 11
Permohonan menjadi Calon Kepala Desa diajukan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan dengan dilengkapi persyaratan-persyaratan sebagaimana tercantum dalam pasal 9 Peraturan Daerah ini serta keterangan-keterangan lain yang di perlukan.
Pasal 12 ………………
7
Pasal 12
(1) Panita Pemilihan melakukan penjaringan dan penyaringan terhadap Bakal Calon Kepala Desa melalui persyaratan Administrasi dan seleksi ujian pengetahuan atau hal-hal lain yang diperlukan.
(2) Hasil penjaringan dan Penyaringan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dituangkan dalam Berita Acara dengan jumlah calon yang berhak dipilih sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.
(3) Berkas persyaratan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini diserahkan kepada Tim Pengawas dan Peneliti Kabupaten.
(4) Bakal calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.
(5) Panitia Pemilihan mengumumkan calon Kepala Desa yang berhak dipilih kepada masyarakat ditempat-tempat terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Bagian Keenam Kampanye Pemilihan
1Pasal 13
(1) Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
(2) Dalam kampanye pemilihan Kepala Desa, masyarakat mempunyai kebebasan untuk menghadiri kampanye.
(3) Kegiatan kampanye dilakukan selama 2 (dua) minggu dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara.
(4) Materi kampanye berisi program calon Kepala Desa. (5) Penyampaian materi kampanye dilakukan dengan cara yang sopan,
tertib dan bersifat edukatif.
(6) Pedoman dan jadwal pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dengan memperhatikan usul dari calon Kepala Desa.
Pasal 14
Kampanye Pemilihan Kepala Desa dilakukan melalui :
a. pertemuan terbatas; b. tatap muka; c. penyebaran melalui media cetak dan media elektronik; d. penyiaran melalui radio dan/atau televisi; e. penyebaran bahan kampanye kepada masyarakat; f. pemasangan tanda gambar ditempat umum; g. rapat umum; dan h. kegiatan lain yang tidak melanggar Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 15
Dalam kampanye pemilihan Kepala Desa dilarang :
a. mempersoalkan dasar Negara Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. menghina …………………
8
b. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon Kepala Desa lainnya;
c. menghasut dan mengadu domba antar perseorangan maupun antar kelompok masyarakat;
d. mengganggu ketertiban umum; e. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan tempat
pendidikan.
Pasal 16
Pelanggaran atas ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Peraturan Daerah ini dikenai sanksi berupa penghentian kampanye selama masa kampanye pemilihan Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 17
(1) Selama masa kampanye sampai dilaksanakan pemungutan suara, calon Kepala Desa dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih.
(2) Calon Kepala Desa yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dinyatakan batal sebagai calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 18
Dana kampanye pemilihan Kepala Desa ditanggung oleh masing-masing calon Kepala Desa.
Bagian Ketujuh Pemungutan Suara
Pasal 19
(1) Pemungutan suara pemilihan Kepala Desa diselenggarakan secara serentak.
(2) Untuk memberikan suara dalam pemilihan Kepala Desa, dibuat surat suara pemilihan Kepala Desa.
(3) Surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini memuat nomor, tanda gambar dan/atau photo Calon Kepala Desa.
(4) Jumlah, jenis, bentuk, ukuran dan warna surat suara sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 20
(1) Jumlah surat suara sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) Peraturan Daearah ini adalah sama dengan jumlah pemilih yang telah terdaftar dan disahkan oleh Panitia Pemilihan ditambah 2,5 % (dua setengah persen).
(2) Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini digunakan sebagai cadangan disetiap TPS.
(3) Penggunaan tambahan surat suara sebagimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini dibuatkan berita acara.
(4) Format ………………
9
(4) Format berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3)pasal ini ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 21
Pemberian suara untuk pemilihan Kepala Desa dilakukan dengan mencoblos salah satu tanda gambar atau photo calon Kepala Desa dalam surat suara atau dengan cara lain sesuai situasi dan kondisi masyarakat desa setempat.
Pasal 22
(1) Pemilih tuna netra atau yang mempunyai halangan fisik lain saat memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh Panitia Pemilihan atau orang lain atas permintaan pemilih.
(2) Panitia Pemilihan atau orang lain yang membantu pemilih sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini wajib merahasiakan pilihan pemilih.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian bantuan kepada pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 23
(1) Pemberian suara dilakukan di TPS pada hari pemungutan suara. (2) Tata cara pemberian dan pemungutan suara lebih lanjut diatur oleh
Panitia Pemilihan.
Pasal 24
(1) Jumlah TPS pada desa pemilihan disesuaikan dengan jumlah pemilih. (2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditentukan di
tempat yang mudah dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat, serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya.
(3) Jumlah, lokasi, bentuk dan tata letak TPS ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 25
(1) Untuk keperluan pemungutan suara dalam pemilihan Kepala Desa disediakan kotak suara untuk tempat surat suara yang digunakan oleh pemilih.
(2) Jumlah, bahan, bentuk, ukuran dan warna kotak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)pasal ini ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 26
(1) Pemungutan suara dilaksanakan mulai pukul 07.00 s/d 14.00 wita. (2) sebelum melaksanakan pemungutan suara, Panitia Pemilihan
melakukan :
a. pembukaan …………………
10
a. pembukaan kotak suara; b. pengeluaran seluruh isi kotak suara; c. pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan; serta d. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
(3) Kegiatan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri oleh Calon Kepala Desa, Tim Pengawas dan Peneliti dari Kabupaten dan warga masyarakat.
(4) Kegiatan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh anggota Panitia Pemilihan dan saksi dari calon Kepala Desa.
Pasal 27
(1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Peraturan daerah ini Panitia Pemilihan memberikan penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara.
(2) Dalam memberikan suara, pemilih diberi kesempatan oleh Panitia Pemilihan berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih.
(3) Apabila menerima surat suara yang ternyata rusak, pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada Panitia Pemilihan.
(4) Apabila terdapat kekeliruan dalam cara memberikan suaranya, pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada Panitia Pemilihan, kemudian Panitia Pemilihan memberikan surat suara pengganti hanya satu kali.
Pasal 28
(1) Pemilih yang telah memberikan suara di TPS diberi tanda khusus oleh Panitia Pemilihan.
(2) Tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 29
(1) Pemilihan Kepala Desa, dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua sepertiga) dari jumlah seluruh pemilih terdaftar yang disahkan oleh panitia Pemilihan.
(2) Apabila saat berakhirnya pemungutan suara quorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini belum tercapai, maka penutupan pemungutan suara dapat diundurkan paling lama 3 (tiga) jam dengan ketentuan quorum ditentukan 1/2 (setengah) dari jumlah pemilih yang telah disahkan oleh ketua panitia pemilihan dan dimuat dalam Berita Acara pemilihan.
(3) Apabila setelah diundurkan sampai batas waktu 3 (tiga) jam, quorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini tidak tercapai maka Pemilihan Kepala Desa dinyatakan batal dengan berita Acara.
(4) Apabila Pemilihan Kepala Desa dinyatakan batal, maka masa jabatan Kepala Desa yang telah berakhir dapat diperpanjang untuk paling lama 3 (tiga) bulan atau ditunjuk Penjabat lain yang dianggap mampu.
(5) Apabila …………………
11
(5) Apabila dalam perpanjangan masa jabatan Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat 4 (empat) pasal ini, belum juga dapat dilantik Kepala Desa yang baru hasil pemilihan, maka dapat diangkat penjabat Kepala Desa.
Pasal 30
Panita Pemilihan dan calon yang Berhak dipilih yang terdaftar dalam daftar pemilihan dan sudah disahkan oleh ketua Panitia pemilihan tetap mempunyai hak untuk menggunakan hak pilihnya.
Bagian Kedelapan Perhitungan Suara
Pasal 31
(1) Perhitungan suara dapat dilaksanakan setelah batas waktu yang ditentukan dinyatakan selesai dan telah mencapai quorum.
(2) Perhitungan suara dapat dilaksanakan pada 1 (satu) tempat atau pada tiap tiap tempat dilaksanakannya pemungutan suara.
(3) Pada tiap-tiap tempat perhitungan suara masing-masing Calon Kepala Desa dapat menunjuk 1 (satu) orang saksi.
(4) Sebelum penghitungan suara dimulai, Panitia Pemilihan menghitung: a. jumlah pemilih yang memberikan suara; b. jumlah pemilih dari TPS lain; c. jumlah surat suara yang tidak terpakai; d. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak
atau keliru dicoblos;
Pasal 32
(1) Penghitungan suara dilakukan dengan cara yang memungkinkan saksi calon Kepala Desa, Tim Pengawas dan Peneliti Kabupaten dan warga masyarakat yang hadir dapat menyaksikan secara jelas proses penghitungan suara.
(2) Calon Kepala Desa atau saksi yang ditunjuk dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara oleh Panitia Pemilihan apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
(3) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh Calon Kepala Desa atau saksi yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diterima, Panitia Pemilihan seketika itu juga mengadakan pembetulan.
Pasal 33
(1) Surat suara dianggap tidak sah / batal apabila : a. tidak memakai surat suara yang telah ditentukan; b. tidak terdapat tanda tangan ketua panitia pemilihan pada surat
suara; c. ditanda tangani oleh pemilih atau memuat tanda yang menunjukan
identitas pemilih;
d. mencoblos …………………
12
d. mencoblos lebih dari 1 (satu) tanda gambar; e. mencoblos tidak didalam kolom tanda gambar yang disediakan.
(2) Surat Suara dianggap sah apabila : a. memakai surat suara yang telah ditentukan; b. terdapat tanda tangan Ketua Panitia pemilihan pada surat
suara; c. tidak ditanda tangani oleh pemilih atau tidak memuat tanda
yang menunjukan identitas pemilih; d. mencoblos 1 (satu) tanda gambar; e. mencoblos didalam kolom tanda gambar yang disediakan.
Pasal 34
(1) Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya.
(2) Apabila lebih dari 1 (satu) orang Calon yang berhak dipilih mendapat jumlah dukungan suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dengan jumlah yang sama, maka diadakan pemilihan ulang hanya untuk calon-calon yang memperoleh suara terbanyak sama.
(3) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak saat penandatanganan Berita Acara Pemilihan.
(4) Apabila setelah pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini hasilnya tetap sama maka dapat diangkat Penjabat Kepala Desa.
Pasal 35
(1) Apabila terjadi kelebihan suara antara jumlah pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya dengan jumlah suara melampaui 1% maka Pemilihan Calon Kepala Desa dinyatakan batal dengan Berita Acara.
(2) Jika kelebihan suara sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak melampaui 1%, maka pemilihan dinyatakan sah, dan kelebihan suara tersebut dianggap tidak ada.
Pasal 36
(1) Setelah perhitungan suara selesai, panitia pemilihan menandatangani Berita Acara Perhitungan Suara yang telah ditandatangani oleh saksi calon yang berhak dipilih.
(2) Ketua Panitia Pemilihan sebelum mengumumkan calon terpilih memberikan kesempatan kepada BPD untuk memberikan penilaian pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
(3) Ketua panitia pemilihan mengumumkan hasil pemilihan Kepala Desa.
Pasal 37 …………………
13
Pasal 37
(1) Segera setelah perhitungan suara selesai, Ketua Panitia Pemilihan melaporkan hasil pemilihan Kepala Desa dan mengajukan Calon Kepala Desa terpilih kepada BPD dengan dilengkapi berita acara pemilihan.
(2) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimna dimaksud pada ayat (1) pasal ini, ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan laporan dan berita acara pemilihan.
Pasal 38
Panitia Pemilihan yang terbukti melakukan pelanggaran dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa untuk kepentingan pribadi atau golongan dikenakan sanksi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PENGESAHAN DAN PELANTIKAN KEPALA DESA
Pasal 39
(1) Pengesahan Kepala Desa terpilih ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2) Usul pengesahan Kepala Desa disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat dengan dilampiri Berita Acara Pemilihan dan persyaratan Administrasi dari Calon Kepala Desa terpilih selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah BPD menerima laporan panitia pemilihan.
(3) Bupati menerbitkan Keputusan tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD.
(4) Apabila Usul pengesahan pengangkatan yang diajukan oleh BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) pasal ini, yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud didalam Peraturan Daerah ini, maka Bupati dapat menolak usulan dimaksud.
Pasal 40
(1) Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan Keputusan Bupati tentang Pengesahan Penetapan Kepala Desa Terpilih.
(2) Pada saat pelantikan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, Kepala Desa yang bersangkutan bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk, para anggota BPD dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya dalam wilayah desa yang bersangkutan.
(3) Susunan Kata-Kata Sumpah / Janji Kepala Desa adalah sebagai Berikut:
Demi Allah ………………
14
Demi Allah ( Tuhan ) saya bersumpah / berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya;
Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara;
Dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Tata Cara Pelantikan dan pengucapan Sumpah / Janji termasuk Serah Terima Jabatan Kepala Desa diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 41
Apabila pelaksanaan pelantikan Kepala Desa jatuh pada hari libur, maka pelantikan dilaksanakan pada hari kerja berikutnya atau sehari sebelum hari libur.
Pasal 42
Pelantikan Kepala Desa yang tidak dapat dilaksanakan tepat waktu karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, dapat ditunda selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal berakhirnya masa jabatan Kepala Desa yang bersangkutan atas persetujuan Bupati dengan ketentuan bahwa Kepala Desa yang bersangkutan tetap melaksanakan tugasnya selama masa penundaan tersebut.
Pasal 43
Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
BAB IV
PEMBERHENTIAN DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA KEPALA DESA
Pasal 44
(1) Kepala Desa berhenti karena : a. Meninggal Dunia; b. permintaan sendiri; c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf “c” karena :
a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Pejabat yang baru; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; e. tidak melaksanakan kewajiban Kepala Desa; dan/atau f. melanggar larangan bagi Kepala Desa.
(3) Usul …………………
15
(3) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan ayat (2) huruf a dan huruf b diusulkan oleh pimpian BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan Keputusan musyawarah BPD.
(4) Usul pemberhentian Kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan Keputusan musyawarah BPD yang dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD.
(5) Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima.
(6) Setelah dilakukan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pasal ini, Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa.
Pasal 45
(1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tatap.
(2) Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 46 Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi,tindak pidana terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
Pasal 47 (1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 45 ayat (1) dan pasal 46, setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali Kepala Desa yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatannya.
(2) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya Bupati hanya merehabilitasi Kepala Desa yang bersangkutan.
Pasal 48
Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (1) dan pasal 46, Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 49 …………………
16
Pasal 49 Apabila Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (2) dan pasal 46, Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa dengan tugas pokok menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tatap.
BAB V
PENJABAT YANG MEWAKILI DALAM HAL KEPALA DESA BERHALANGAN
Pasal 50
(1) Dalam hal Kepala Desa berhalangan kurang dari 7 (tujuh) hari, maka Sekretaris Desa menjalankan fungsi,tugas dan wewenang Kepala Desa.
(2) Dalam hal Sekretaris Desa tidak dapat menjalankan tugas Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) maka fungsi, tugas dan wewenang Kepala Desa dijalan kan oleh seorang Perangkat Desa yang dianggap mampu yang ditunjuk dengan Surat Perintah Tugas dari Kepala Desa.
Pasal 51
Dalam hal Kepala Desa berhalangan 7 (tujuh) hari atau lebih, maka Sekretaris Desa menjalankan fungsi, tugas dan wewenang Kepala Desa ditunjuk dengan keputusan Bupati.
Pasal 52
(1) Kepala Desa yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugasnya, maka sekretaris desa ditunjuk oleh Bupati untuk menjalankan hak, wewenang dan kewajiban sebagai Kepala Desa.
(2) Apabila setelah 6 (enam) bulan berdasarkan keterangan Majelis Penguji Kesehatan menyatakan bahwa Kepala Desa dimaksud belum dapat menjalankan, tugas wewenang dan kewajiban, maka Bupati memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya dan menetapkan Penjabat Kepala Desa.
BAB VI
LARANGAN BAGI KEPALA DESA
Pasal 53
Kepala Desa dilarang :
a. Menjadi pengurus partai politik; b. Merangkap jabatan sebagai Ketua dan/ atau anggota BPD, dan
lembaga kemasyarakatan didesa bersangkutan; c. Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD; d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan Presiden dan
pemilihan Kepala Daerah;
e. Merugikan …………………
17
e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
f. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
g. Menyalahgunakan wewenang; dan h. Melanggar sumpah/janji jabatan.
BAB VII
PENGANGKATAN PENJABAT KEPALA DESA
Pasal 54
(1) Pengangkatan Penjabat Kepala Desa di tetapkan dengan Keputusan Bupati atas usul Camat.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah Sekretaris Desa yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Bupati.
(3) Masa jabatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini selama-lamanya 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal penetapan.
(4) Penjabat Kepala Desa diambil sumpah / janji dan dilantik oleh Bupati, atau pejabat lain yang ditunjuk.
Pasal 55
Hak, wewenang dan kewajiban Penjabat Kepala Desa adalah sama dengan hak, wewenang dan kewajiban Kepala Desa.
BAB VIII
PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
Pasal 56
(1) Di Desa di bentuk Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD.
(2) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
(3) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini terdiri dari Ketua Rukun Warga, Pemangku Adat, Golongan Profesi, Pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.
BAB IX
PERSYARATAN ANGGOTA BPD
Pasal 57
Yang dapat dipilih menjadi anggota BPD ialah Penduduk Desa Warga Negara Indonesia dengan syarat-syarat :
a. bertakwa ………………
18
a. bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila dan UUD 1945; c. tidak pernah terlibat langsung dalam kegiatan yang menghianati
Pancasila dan UUD 1945 atau kegiatan organisasi terlarang lainnya kecuali ditentukan lain dengan peraturan perundang undangan yang berlaku;
d. berpendidikan minimal Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat;
e. berumur sekurang kurangnya 25 tahun; f. sehat jasmani dan rohani; g. berkelakuan baik, jujur dan adil; h. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap; i. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat setempat; j. bersedia dicalonkan menjadi Anggota BPD.
Pasal 58
(1) Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI / POLRI yang mencalonkan diri sebagai anggota BPD, selain memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 57 Peraturan Daerah ini, harus mendapat persetujuan dari atasannya yang berwenang.
(2) Persetujuan atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dituangkan dalam bentuk surat Keterangan Pejabat yang berwenang memberi persetujuan.
(3) Surat Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini juga berlaku bagi anggota BPD yang pada saat menjabat diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI / POLRI.
BAB X Penetapan Anggota BPD
Pasal 59
(1) Calon anggota BPD ditetapkan secara musyawarah dan mufakat. (2) Musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal
ini difasilitasi oleh Kepala Desa selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan BPD.
(3) Peserta musyawarah adalah Ketua Rukun Warga, Pemangku Adat, Golongan Profesi, Pemuka Agama dan Tokoh atau Pemuka Masyarakat lainnya.
(4) Yang dapat dipilih menjadi calon anggota BPD adalah peserta musyawarah.
Pasal 60
Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan desa.
BAB XI ………………
19
BAB XI Pengesahan Dan Pelantikan Anggota BPD
Pasal 61
(1) Hasil musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) Peraturan Daerah ini diusulkan oleh Kepala Desa dengan melampirkan Berita Acara hasil musyawarah dan mufakat kepada Bupati melalui Camat untuk mendapat pengesahan.
(2) Selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima usul dimaksud ayat (1) pasal ini Bupati menetapkan Keputusan tentang pengesahan Penetapan Anggota BPD.
(3) Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari Bupati belum menerbitkan surat Keputusan Pengesahan, maka Keanggotaan BPD dianggap sah dan dapat dilantik.
(4) Bupati dapat mendelegasikan kewenangan pengesahan penetapan anggota BPD kepada Camat.
Pasal 62
(1) Selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah ditetapkannya Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud dalam pasal 61 ayat (2) Peraturan Daerah ini, maka anggota BPD yang bersangkutan dilantik oleh Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk.
(2) Pada saat pelantikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, anggota BPD bersumpah menurut agamanya dan berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk.
(3) Susunan kata kata sumpah / janji anggota BPD adalah sebagai berikut :
Demi Allah ( Tuhan ) saya bersumpah / berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya;
Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara;
Dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Tata cara pengucapan sumpah / janji anggota BPD diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati
(5) Pada saat pelantikan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini Anggota BPD diberikan Petikan Keputusan Bupati.
(6) Pelantikan Anggota BPD dilaksanakan pada hari kerja.
(7) Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari pelantikan anggota BPD belum dilaksanakan, maka anggota BPD dapat melaksanakan tugas dan fungsinya.
Pasal 63 …………………
20
Pasal 63
(1) Masa Jabatan Anggota BPD adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan berakhir bersama-sama setelah masa keanggotaannya berakhir.
(2) Apabila masa jabatan anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini telah berakhir, yang bersangkutan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
BAB XII
KEDUDUKAN, FUNGSI, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 64
BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
Pasal 65
(1) BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
(2) Pelaksanaan fungsi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur dengan Peraturan Tata Tertib BPD.
Pasal 66
Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pasal 65 ayat (1) Peraturan Daerah ini, BPD mempunyai tugas dan wewenang :
a. membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa; b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan Kepala Desa; c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa; d. membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa; e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat; dan f. menyusun tata tertib BPD.
Pasal 67
BPD mempunyai hak :
1. meminta keterangan kepada Pemerintah Desa; 2. menyatakan Pendapat.
Pasal 68
Anggota BPD mempunyai hak : a. mengajukan rangcangan peraturan desa; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; dan e. memperoleh tunjangan.
22
Pasal 69
Anggota BPD mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundang-undangan;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
e. memproses pemilihan kepala desa; f. mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi,
kelompok dan golongan; g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat
masyarakat setempat; dan h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan.
Pasal 70
(1) BPD mempunyai kewajiban menyampaikan informasi hasil kinerjanya kepada masyarakat.
(2) Penyampaian hasil kinerja BPD disampaikan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
(3) Penyampaian hasil kinerja BPD dapat dilakukan melaui pertemuan atau media cetak.
BAB XIII
PIMPINAN DAN RAPAT BPD
Pasal 71
(1) Pimimpin BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu) orang Sekretaris.
(2) Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(3) Rapat Pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kalinya dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota yang termuda dari yang hadir.
Pasal 72
(1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD. (2) Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.
(3) Dalam ………………
23
(3) Dalam hal tertentu rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ⅔ (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir.
(4) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD.
Pasal 73
(1) Untuk Kelancaran pelaksanaan rapat / sidang BPD, terlebih dahulu BPD menetapkan peraturan Tata Tertib.
(2) Peraturan Tata Tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan melalui sidang BPD.
(3) Peraturan Tata Tertib ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Bupati.
BAB XIV
SEKRETARIAT BPD
Pasal 74
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BPD dibantu oleh Sekretariat BPD. (2) Sekertariat BPD dipimpin oleh sekretaris BPD. (3) Sekretaris BPD dipilih dan ditetapkan dari anggota BPD. (4) Alat kelengkapan BPD lainnya seperti komisi atau panitia dapat
dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
(5) Seketaris BPD dan alat kelengkapan lainnya ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan BPD.
BAB XV
LARANGAN TERHADAP ANGGOTA BPD
Pasal 75
(1) Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.
(2) Pimpinan dan Anggota BPD dilarang : a. sebagai pelaksana proyek desa; b. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat
dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lainnya; c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang
dan /atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
d. menyalahgunakan wewenang; dan e. melanggar sumpah/janji jabatan.
BAB XVI ……………………
24
BAB XVI
PEMBERHENTIAN ANGGOTA BPD
Pasal 76
Keanggotaan BPD berhenti atau diberhentikan karena :
a. meninggal dunia. b. atas permintaan sendiri. c. tidak lagi bertempat tinggal di desa yang bersangkutan. d. tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud pasal 57
Peraturan Daerah ini. e. melalaikan tugas-tugasnya sebagai Anggota BPD. f. melanggar sumpah/ janji sebagai anggota BPD. g. tidak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat yang diwakilinya.
Pasal 77
(1) Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya diadakan pergantian.
(2) Pemberhentian anggota BPD karena meninggal dunia dan atas permintaan sendiri diusulkan oleh Ketua BPD kepada Bupati melalui camat untuk mendapat pengesahan.
(3) Pemberhentian anggota BPD karena tidak lagi bertempat tinggal di desa yang bersangkutan, melalaikan tugas-tugasnya dan melanggar sumpah janji sebagai anggota BPD diusulkan oleh Ketua BPD berdasarkan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota BPD kepada Bupati melalui Camat untuk mendapat pengesahan.
(4) Pemberhentian anggota BPD karena tidak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat yang diwakilinya sebagaimana dimaksud pasal 76 huruf “g” Peraturan Daerah ini diusulkan oleh Kepala Dusun berdasarkan usul sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah penduduk yang berhak memilih dimana Anggota BPD berasal, kepada Bupati melalui Camat untuk mendapat pengesahan.
Pasal 78
(1) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti adalah sisa waktu yang belum dijalankan oleh anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan.
(2) Pergantian antar waktu anggota BPD diambil dari dusun yang diwakili.
(3) Mekanisme penetapan anggota BPD pengganti dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat tingkat dusun.
Pasal 79
(1) Hasil musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (3) Peraturan Daerah ini diusulkan oleh Ketua BPD dengan melampirkan Berita Acara hasil musyawarah dan mufakat kepada Bupati melalui Camat untuk mendapat pengesahan.
(2) Selambat………………
25
(2) Selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari setelah menerima usul dimaksud pada ayat (1) pasal ini Bupati menetapkan Keputusan tentang pengesahan Pergantian Antar Waktu Anggota BPD.
(3) Apabila dalam waktu 30 (tigapuluh) hari Bupati belum menerbitkan surat Keputusan Pengesahan, maka Keanggotaan BPD dianggap sah.
(4) Bupati dapat mendelegasikan kewenangan pengesahan Pergantian Antar Waktu Anggota BPD kepada Camat.
BAB XVII
TUNJANGAN DAN KEDUDUKAN KEUANGAN BPD
Pasal 80
(1) Pimpinan dan anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan desa.
(2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, ditetapkan dalam APB Desa.
Pasal 81
(1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD.
(2) Biaya penyelenggaraan kegiatan BPD dianggarkan setiap tahun dalam APB Desa.
BAB XVIII
TINDAKAN PENYIDIKAN KEPALA DESA DAN
ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
Pasal 82
(1) Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa, anggota dan pimpinan BPD dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati.
(2) Hal hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah :
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan ; b. diduga melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana mati.
(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari.
BAB XIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 83
Sementara belum terbentuknya BPD, maka Badan Perwakilan Desa yang ada berfungsi sama dengan BPD.
BAB XX …………………
26
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 84
Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini maka :
a. Peraturan Daerah kabupaten Lombok Barat Nomor 3 tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa;
b. Peraturan Daerah kabupaten Lombok Barat Nomor 4 tahun 2001 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa;
c. Peraturan Bupati Nomor 6 tahun 2006 tentang Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa;
d. Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2006 tentang tata Cara Pencalonan, Pemilihan dan Pelantikan Kepala Desa;
Dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 85
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai pelaksanaannya ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 86
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Barat.
Ditetapkan di Gerung pada tanggal 26 Juli 2006
BUPATI LOMBOK BARAT
H. ISKANDAR
Diundangkan di Gerung pada tanggal 28 Juli 2006
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
Drs. H. LALU SERINATA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2006 NOMOR
27
PENJELASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
NOMOR TAHUN 2006
TENTANG
TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN, PEMBERHENTIAN
KEPALA DESA DAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
I. Ketentuan Umum
Pemilihan Kepala Desa merupakan perwujudan demokrasi di tingkat Desa sebagai salah satu hak Desa dalam rangka mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya.
Kepala Desa sebagai pemimpin pemerintah Desa didalam
melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangannya sangat bergantung pada dukungan masyarakat. Oleh karena itu pemilihan Kepala Desa menjadi sangat penting dalam menentukan figur seorang Kepala Desa yang dapat diterima oleh masyarakat sehingga dapat menjalankan roda Pemerintahan dengan baik.
Kepala Desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa
warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dengan masa jabatan 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Sebagai perwujudan demokrasi, dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di Desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan belanja Desa.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD berasal dari Ketua Rukun Warga, Pemangku Adat, Golongan Profesi, Pemuka Agama dan Tokoh atau Pemuka Masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
II. Penjelasan Pasal demi Pasal
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1) Cukup jelas
28
Ayat (2) Yang dimaksud dengan “memproses pemilihan Kepala Desa” adalah membentuk panitia pemilihan, menetapkan calon Kepala Desa yang berhak dipilih, menetapkan calon Kepala Desa terpilih dan mengusulkan calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati untuk disyahkan menjadi Kepala Desa terpilih.
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “tokoh masyarakat” adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya.
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1) Tim Pengawas dan Peneliti Pemilihan Kepala Desa yang dimaksud dalam ketentuan ini dapat terdiri dari : a. asisten yang membidangi Pemerintahan sebagai ketua; b. kabag. Pemerintahan sebagai sekretaris; c. unsur PMD sebagai anggota; d. unsur Badan Pengawas Daerah sebagai anggota; e. unsur Kesatuan Bangsa dan perlindungan masyarakat
sebagai anggota; f. unsur Satuan Polisi Pamong Praja sebagai anggota; g. unsur Bagian hukum sebagai anggota; h. Para Kasubbag di Bagian Pemerintahan dan lain-lain
yang terkait sebagai anggota.
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
29
Pasal 8
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 9
Huruf a Yang dimaksud dengan “bertaqwa” dalam ketentuan ini dalam arti taat menjalankan kewajiban agamanya.
Huruf b Yang dimaksud dengan “setia” adalah tidak pernah terlibat gerakan separatis, tidak pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah Dasar Negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Yang dimaksud dengan “setia kepada Pemerintah” adalah yang mengakui Pemerintahan yang sah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf c Cukup jelas
Huruf d Cukup jelas
Huruf e Cukup jelas
Huruf f Yang dimaksud dengan “penduduk desa setempat” adalah penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk Desa bersangkutan atau memiliki tanda bukti yang sah sebagai penduduk desa bersangkutan.
Huruf g Cukup jelas
Huruf h Cukup jelas
Huruf i Cukup jelas
Huruf j Cukup jelas
Huruf k Cukup jelas
Huruf l Cukup jelas
Huruf m Cukup jelas
30
Huruf n
Yang dimaksud dengan “masa jabatan paling lama 10 (sepuluh) tahun” adalah masa jabatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Yang dimaksud dengan “2 (dua) kali masa jabatan” adalah seseorang yang menjabat sebagai Kepala Desa selama 2 (dua) kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun tidak.
Pasal 10
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “atasan yang berwenang” adalah pimpinan Dinas instansi dimana yang bersangkutan bertugas seperti Gubernur, Bupati, Kepala Dinas / Badan / Kantor, Komandan Korem, Komandan Kodim, Kapolda, Kapolres dll.
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 11 Yang dimaksud dengan “keterangan-keterangan lain” adalah surat keterangan yang dibutuhkan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa dalam proses penyaringan bakal calon Kepala Desa.
Pasal 12
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5) Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Waktu 3 (tiga) hari sebelum pemungutan suara merupakan masa tenang dan dilarang melakukan kegiatan yang dikatagorikan sebagai kegiatan kampanye.
Ayat (4) Cukup jelas
31
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6) Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Huruf a Cukup jelas
Huruf b Cukup jelas
Huruf c Cukup jelas
Huruf d Yang dimaksud dengan “ketertiban umum” adalah suatu keadaan yang memungkinkan penyelenggaraan Pemerintahan, pelayanan umum dan kegiatan masyarakat dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
Huruf e Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1) Yang dimaksud dengan menjanjikan dan atau memberikan, inisiatifnya berasal dari calon yang menjanjikan dan memberikan untuk mempengaruhi pemilih.
Ayat (2) Yang dimaksud dengan “terbukti” dalam ayat ini adalah terbukti dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hokum tetap.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1) Pemungutan suara di tiap-tiap TPS dilaksanakan secara bersamaan.
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1) Cukup jelas
32
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 27
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
33
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5) Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 32 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 33 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
34
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 35 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 37 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 40
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 41
Pelantikan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini juga berlaku bagi pelantikan penjabat Kepala Desa.
Pasal 42
Cukup jelas
35
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan dan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan, tidak termasuk dalam rangka melaksanakan tugas dalam rangka kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan.
Huruf c Cukup jelas
Huruf d Pernyataan melanggar sumph atau janji jabatan ditetapkan dengan Keputusan Pengadilan.
Huruf e Cukup jelas
Huruf f Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5) Cukup jelas
Ayat (6) Cukup jelas
Pasal 45
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
36
Pasal 49 Cukup jelas
Pasal 50 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 51 Cukup jelas
Pasal 52
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 55 Cukup jelas
Pasal 56
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Yang dimaksud dengan “Pejabat yang berwenang” adalah pimpinan Dinas instansi dimana yang bersangkutan bertugas seperti Gubernur, Bupati, Kepala Dinas / Badan / Kantor, Komandan Korem, Komandan Kodim, Kapolda, Kapolres dll.
Ayat (3) Cukup jelas
37
Pasal 59
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 62
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5) Cukup jelas
Ayat (6) Cukup jelas
Ayat (7) Cukup jelas
Pasal 63
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 64 Cukup jelas
Pasal 65
Ayat (1) Cukup jelas
38
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Huruf e Yang dimaksud dengan “memproses pemilihan Kepala Desa” adalah membentuk panitia pemilihan, menetapkan calon kepala desa yang berhak dipilih, menetapkan calon kepala desa terpilih dan mengusulkan calon kepala dwsa terpilih kepada Bupati untuk disyahkan menjadi kepala desa terpilih.
Pasal 70
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 71
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Pemilihan Pimpinan BPD dilakukan sedapat mungkin melalui musyawarah dan mufakat. Apabila musyawarah tidak mencapai mufakat, maka pengambilan keputusan ditentukan dengan suara terbanyak.
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 72
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Yang dimaksud dengan “hal tertentu” adalah rapat BPD yang akan membahas dan memutuskan kebijakan yang bersifat prinsip dan strategis bagi kepentingan masyarakat desa seperti usul pemberhentian kepala desa dan melakukan pinjaman.
Ayat (4) Cukup jelas
39
Pasal 73
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 74 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5) Cukup jelas
Pasal 75 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 78
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 79
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
40
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 80
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 81
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 82
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Pemberitahuan secara tertulis dapat didahului dengan pemberitahuan lisan melalui alat komunikasi.
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5) Cukup jelas
Ayat (6) Cukup jelas
Pasal 83 Cukup jelas
Pasal 84 Cukup jelas
Pasal 85 Cukup jelas
Pasal 86 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 79
top related