lp dhf
Post on 14-Apr-2016
95 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DEFINISIDemam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF)
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, terutama
menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri : demam tinggi mendadak disertai
manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok (DSS) dan kematian
(Aryatmo, 2005).
DHF yaitu suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe I-IV
yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Wongso, dkk., 2008).
KLASIFIKASIMenurut WHO (1997) DHF diklasifikasikan menjadi 4 derajat:
a. Derajat I :
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
ialah uji Tourniquet positif
b. Derajat II :
Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lainnya.
c. Derajat III :
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi (systole < 80 mmHg), sianosis di sekitar
mulut, disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah
d. Derajat IV :
Syok atau renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diukur. dapat disertai dengan penurunan kesadaran,
sianotik dan asidosis.
Derajat I dan II disebut DHF tanpa renjatan,sedang III dan IV disebut DHF
dengan renjatan atau DSS.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKOVirus dengue ialah suatu infeksi Arbovirus, tergolong dalam famili / suku / grup
Flaviviridae dan dikenal 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika
berlangsung perang dunia kedua, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat
wabah di Philipina, tahun 1953 -1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat
termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil
pada suhu 70oC (Wongso, dkk., 2008).
Keempat serotype telah ditemukan pada pasien-pasien di Indonesia. Dengue
3 merupakan serotype yang paling banyak beredar. Aedes Aegypti tersebar di daerah
tropis dan subtropik .
Menurut Aryatmo (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan
penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu:
a. Pertumbuhan penduduk yang tinggi,
b. Urbanisasi yang tidak terencana dan terkendali,
c. Tidak adanya control vector nyamuk yang efektif di daerah endemis,
d. Peningkatan sarana transportasi.
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, disamping
pula Aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih
dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas dan lain-lainnya.
Adanya vektor tersebut berhubungan erat dengan beberapa faktor, antara lain :
a. Sanitasi lingkungan yang kurang baik,
b. Penyediaan air bersih yang langka sehingga kebiasaan masyarakat menampung
air bersih untuk keperluan sehari-hari
c. Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak
terbang A.aegpty 40-100 meter.
d. Terdapat salah satu anggota keluarga yang terkena DHF,
Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang ( multiple
biters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.
PATOFISIOLOGI(Lampiran)
MANIFESTASI KLINIKa. Demam : demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua
sampai tujuh hari turun secara cepat.
b. Perdarahan : perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya trombosit
(trombositopeni) serta gangguan fungsi dari trombosit sendiri akibat
metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat terjadi di semua organ yang berupa:
Uji torniquet positif
Ptekie, purpura, echymosis dan perdarahan konjungtiva
Epistaksis dan perdarahan gusi
Hematemesis, melena
Hematuri
c. Hepatomegali :
Biasanya dijumpai pada awal penyakit
Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
Nyeri tekan pada daerah ulu hati
Tanpa diikuti dengan ikterus
Pembesaran ini diduga berkaitan dengan strain serotipe virus dengue
d. Syok : Yang dikenal dengan DSS , disebabkan oleh karena : Perdarahan dan
kebocoran plasma didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak. Sedangkan
tanda-tanda syok adalah:
Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
Gelisah dan Sianosis disekitar mulut
Nadi cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba
Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang dari 80 mmHg)
Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg atau kurang)
e. Trombositopeni: Jumlah trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi
pada hari ke tiga sampai ke tujuh.
f. Hemokonsentrasi : Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator
kemungkinan terjadinya syok.
g. Gejala-gejala lain :
Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi serta kejang.
Penurunan kesadaran
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan lab yang dilakukan yaitu pemeriksaan darah lengkap yang
biasanya didapatkan hasil:
Trombositopeni ( 100.000/mm3)
Hb dan PCV meningkat ( 20% )
Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
Isolasi virus
Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-
6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG,
Foto dada, BUN, creatinin serum.
PENATALAKSANAAN MEDISSoegeng (2006) membedakan penatalaksanaan berdasarkan kenyataan
kasus DHF yang ada dimasyarakat:
1 Kasus DHF yang diperkenankan berobat jalan
Bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih
baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberikan
obat panas Paracetamol 10-15mg/kgBB setiap 3-4 jam diulang jika symptom
panas masih nyata diatas 38,5oC . Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena
mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar
kasus DHF yang berobat jalan ini adalah kasus DHF yang menunjukkan
manifestasi panas pada hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit
lainnya. Apabila penderita DHF ini menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi
dan konvulsi sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.
2 Kasus DHF derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut,
penderita ini disarankan diinfus cairan kristaloid dengan tetesan berdasarkan
tatanan 7,5,3. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah
atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit
meningkat lebih dari 20% dari harga normal merupakan indikator adanya
kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat di ruang observasi di pusat
rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam. Volume dan macam cairan pengganti
penderita DHF sama seperti pada kasus diare dengan dehidrasi sedang (6-10%
kekurangan cairan) tetapi tetesan harus hati-hati. Kebutuhan cairan sebaiknya
diberikan dalam kurun waktu 2-3 jam pertama dan selanjutnya tetesan diatur
kembali dalam waktu 24-48 jam saat kebocoran plasma terjadi.
3 Kasus DHF derajat III dan IV
Dengue Shock Syndrome termasuk kegawatan yang membutuhkan penanganan
secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat. Biasanya
dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). Dalam hal ini perlu
dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah
mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat
dan renjatan yang sukar diatasi. Penggantian secara cepat plasma yang hilang
digunakan larutan garam isotonik dengan jumlah 10-20 ml/kg/1jam. Pada kasus
yang sangat berat (derajad IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg(1 atau 2x). Jika
syok berlangsung terus dengan hematokrit yang tinggi, larutan koloid dapat
diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam. Pada umumnya 48 jam sesudah terjadi
kebocoran atau renjatan tidak lagi membutuhkan cairan. Reabsorbsi plasma yang
telah keluar dari pembuluh darah membutuhkan waktu 1-2 hari sesudahnya. Jika
pemberian cairan berkelebihan dapat terjadi hipervolemi, kegagalan faal jantung
dan edema paru. Dalam hal ini hematokrit yang menurun pada saat reabsorbsi
jangan diinterpretasikan sebagai perdarahan dalam organ. Pada fase reabsorbsi
ini tekanan nadi kuat (20mmHg) dan produksi urine cukup dengan tanda-tanda
vital yang baik.
4 Terapi Oksigen
Semua penderita dengan renjatan sebaiknya diberikan oksigen.
5 Transfusi darah
Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan melena
diindikasikan untuk memperoleh transfusi darah. Darah segar sangat berguna
mengganti volume massa sel darah merah agar menjadi normal.
6 Koreksi Elektrolit dan Kelainan Metabolik
Kadar elektrolit dan gas dalam darah sebaiknya ditentukan secara teratur
terutama pada kasus renjatan yang berulang.
7 Obat Penenang.
Digunakan terutama pada kasus yang sangat gelisah. Di RSU Dr. Soetomo
digunakan valium 0,3-0,5mg/kg/kali (bila tidak terjadi gangguan sistem
pernafasan) atau Largactil 1 mg/kg/hari.
8 Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur
untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring
adalah sebagai berikut :
1) Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperature harus dicatat setiap 15-30
menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi.
2) Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien
stabil.
3) Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan,
jumlah dan tetesan untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah
mencukupi.
4) Jumlah dan frekuensi diuresis.
9 Kriteria memulangkan pasien. Pasien dapat dipulangkan apabila :
1) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2) Nafsu makan membaik
3) Tampak perbaikan secara klinis
4) Hematokrit stabil
5) Tiga hari setelah syok teratasi
6) Jumlah trombosit > 50.000/ml
7) Tidak dijumpai distress pernafasan.
PENGKAJIAN1 Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu
makan menurun.
2 Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh
tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan
menurun.
3 Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
4 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui
gigitan nyamuk aides aigepty.
5 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan.
6 Riwayat Tumbuh Kembang
7 Pengkajian Per Sistem
Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
krakles.
Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat trjadi DSS
Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV
nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke
ekstravaskuler
Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun.
Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto
pembekuan darah ( trombositopeni )
Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan
perdarahan
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.
INTERVENSI (Lampiran)
DAFTAR PUSTAKAAryatmo, Tjokronegoro. 2005. Naskah Lengkap Demam Berdarah Dengue, Pelatihan
bagi Dokter Spesialis Anak dan dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam
Tatalaksana kasus DBD. FKUI.
Depkes RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan. 2004. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
Depkes RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan. 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Penerbit
Airlangga University Press.
World Health Organization. 1998. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis,
Pengobatan,Pencegahan dan Pengendalian. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Wongso, Andry dkk. 2008. Perbedaan Jumlah Penderita DBD Sebelum dan Sesudah
Adanya Kader Jumantik Di Kecamatan Krian. UWK.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN HASIL YANGDIHARAPKAN
RENCANATINDAKAN
RASIONAL
1. Peningkatan suhu tubuh
(hipertermia) sehubungan
dengan proses penyakit
(viremia).
-Suhu tubuh normal (36-
37oC).
-Pasien bebas dari demam.
1. Mengkaji saat timbulnya
demam.
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital: suhu, nadi, tensi,
pernapasan setiap 3 jam atau
lebih sering.
3. Memberikan penjelasan
tentang penyebab demam
atau pening-katan suhu tubuh.
4. Memberikan penjelasan pada
pasien/keluarga tentang hal-
hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi demam &
menganjurkan pasien/keluarga
untuk kooperatif.
5. Menjelaskan pentingnya tirah
Untuk mengidentifikasi pola
demam pasien.
Tanda-tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui kea-
daan umum pasien.
Penjelasan tentang kondisi
yang dialami pasien dapat
membantu pasien/keluarga
mengurangi kecemasan yang
timbul.
Keterlibatan keluarga sangat
berarti dalam proses
penyembuhan pasien di
rumah sakit.
Penjelasan yang diberikan
baring bagi pasien & akibatnya
jika hal tersebut tidak dilaku-
kan.
6. Menganjurkan pasien untuk
banyak minum 2,5 l/24 jam
& jelaskan manfaatnya bagi
pasi-en.
7. Memberikan kompres dingin
(pada daerah axila & lipat
paha).
8. Menganjurkan untuk tidak me
makai selimut & pakaian yang
tebal.
9. Mencatat asupan & keluaran.
10. Memberikan terapi cairan
intravena & obat-obatan
sesuai dengan program dokter
(masa-lah kolaborasi).
pada pasien/keluarga akan
memotivasi pasien untuk
kooperatif.
Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang banyak.
Kompres dingin akan
membantu menurunkan suhu
tubuh
Pakaian yang tipis akan
membantu mengurangi
penguapan tubuh.
Untuk mengetahui adanya
ke-tidakseimbangan cairan
tubuh.
Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien dengan
suhu tinggi. Pemberian
cairan me-rupakan
wewenang dokter sehingga
2. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi; kurang dari
kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah,
anoreksia & sakit saat menelan.
Kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi; pasien mampu
menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang
diberikan/di-butuhkan.
1. Mengkaji keluhan mual, sakit
menelan & muntah yang
dialami oleh pasien.
2. Mengkaji cara/bagaimana
makanan dihidangkan.
3. Memberikan makanan yang
mudah ditelan seperti: bubur,
tim & dihidangkan saat masih
hangat.
4. Memberikan makanan dalam
porsi kecil & frekuensi sering.
5. Menjelaskan manfaat
makanan/ nutrisi bagi pasien
terutama sa-at pasien sakit.
6. Memberikan umpan balik
perawat perlu ber- kolaborasi
dalam hal ini.
Untuk menetapkan cara
mengatasinya.
Cara menghidangkan
makanan dapat
mempengaruhi nafsu makan
pasien.
Membantu mengurangi
kelelahan pasien &
meningkatkan asupan
makanan karena mu-dah
ditelan.
Untuk menghindari mual &
muntah.
Meningkatkan pengetahuan
pasien tentang nutrisi sehing-
ga motivasi untuk makan me-
ningkat.
Memotivasi & meningkatkan
positif saat pasien mau
berusaha menghabiskan
makanannya.
7. Mencatat jumlah/porsi
makanan yang dihabiskan
oleh pasien se-tiap hari.
1. Memberikan nutrisi parenteral
(kolaborasi dengan dokter).
2. Memberikan obat-obat antasi-
da (anti emetik) sesuai prog-
ram dokter.
3. Mengukur berat badan pasien
semangat pasien.
Untuk mengetahui
pemenuhan nutrisi pasien.
Nutrisi parenteral sangat ber-
manfaat/dibutuhkan pasien
te-rutama jika intake per oral
sa- ngat kurang. Jenis &
jumlah pemberian nutrisi
parenteral merupakan
wewenang dokter.
obat antasida (anti emetik)
membantu pasien
mengurangi rasa mual &
muntah. Dengan pemberian
obat tersebut diha-rapkan
intake nutrisi pasien
meningkat.
3. Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit, diet,
perawatan & obat-obatan
pasien sehubung-an dengan
kurangnya informasi.
Pengetahuan pasien/
keluarga tentang proses
penyakit, diet, perawatan &
obat-obatan bagi penderita
DHF meningkat serta
pasien/keluarga mampu
menceritakannya kembali.
setiap hari (bila mungkin).
1. Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien/keluarga tentang
penya- kit DHF.
2. Mengkaji latar belakang pendi-
dikan pasien/keluarga.
3. Menjelaskan tentang proses
penyakit, diet, perawatan &
obat-obatan pada pasien
dengan ba-hasa & kata-kata
yang mudah
dimengerti/dipahami.
4. Menjelaskan semua prosedur
Untuk mengetahui status gizi
pasien.
Untuk memberikan informasi
pada pasien/keluarga,
perawat perlu mengetahui
sejauh mana informasi atau
pengetahuan tentang
penyakit yang diketa-hui
pasien serta kebenaran in-
formasi yang telah
didapatkan sebelumnya.
Agar perawat dapat
memberikan penjelasan
sesuai dengan tingkat
pendidikan mereka sehingga
penjelasan dapat dipa-hami
& tujuan yang direncana
kan tercapai.
Agar informasi dapat diterima
Potensial terjadinya perdarahan
lebih lanjut sehubungan dengan
trombositopenia.
-Tidak terjadi tanda-tanda
per-darahan lebih lanjut
(secara klinis).
-Jumlah trombosit
meningkat.
yang akan dilakukan &
manfaat nya bagi pasien.
5. Memberikan kesempatan pada
pasien/keluarga untuk
menanyakan hal-hal yang
ingin diketahui sehubungan
dengan penyakit yang dialami
pasien.
6. Menggunakan leaflet atau
gam-bar-gambar dalam
memberikan penjelasan (jika
ada/memungkinkan).
1. Memonitor tanda-tanda penu-
runan trombosit yang disertai
dengan tanda-tanda klinis.
2. Memberikan penjelasan
dengan mudah & tepat
sehingga tidak menimbulkan
kesalah pahaman.
Dengan mengetahui
prosedur atau tindakan yang
akan dialami, pasien akan
lebih kooperatif &
kecemasannya menurun.
Mengurangi kecemasan &
memotivasi pasien untuk
koo-peratif selama masa
perawatan atau
penyembuhan.
Gambar-gambar atau media
cetak seperti leaflet dapat
membantu mengingat penje-
lasan yang telah diberikan
ka-rena dapat dilihat atau
dibaca berulang kali.
Penurunan jumlah trombosit
tentang pengaruh
trombositopenia pada pasien.
3. Memonitor jumlah trombosit
setiap hari.
4. Menganjurkan pasien untuk
ba-nyak istirahat.
5. Memberikan penjelasan pada
pasien/keluarga untuk segera
melapor jika ada tanda-tanda
perdarahan lebih lanjut seperti:
hematemesis, melena,
merupakan tanda-tanda
adanya kebocoran pembuluh
darah yang pada tahap
tertentu dapat menimbulkan
tanda-tan-da klinis berupa
perdarahan (nyata) seperti
epistaksis, petikiae, dll.
Agar pasien/keluarga menge-
tahui hal-hal yang mungkin
terjadi pada pasien & dapat
membantu mengantisipasi
terjadinya perdarahan karena
trombositopenia.
Dengan jumlah trombosit
yang dipantau setiap hari, da-
pat diketahui tingkat kebocor-
an pembuluh darah & ke-
mungkinan perdarahan yang
dapat dialami pasien.
Aktivitas pasien yang tidak
terkontrol dapat
epistak-sis.
6. Menjelaskan obat-obat yang di
berikan & manfaatnya serta
akibatnya bagi pasien.
7. Mengantisipasi/mencegah
terjadinya perlukaan atau
perdarahan:
- menggunakan sikat gigi
lunak.
- memelihara kebersihan mu-
lut.
- menghindari tindakan inva-
sif melalui rektum seperti:
pemberian obat
suppositoria, enema, rektal
termometer.
- menggunakan pencukur lis-
trik (jika pasien butuh
menyebabkan terjadinya
perdarahan.
Keterlibatan keluarga dengan
segera melaporkan terjadinya
perdarahan (nyata) akan
mem-bantu pasien
mendapatkan penanganan
sedini mungkin.
Dengan mengetahui obat-
obatan yang diminum & man-
faatnya, maka pasien akan
termotivasi untuk mau minum
obat sesuai dosis atau jumlah
yang diberikan.
Gangguan aktifitas sehari-hari
sehubungan dengan kondisi
tubuh yang lemah.
-Kebutuhan aktifitas sehari-
hari terpenuhi.
-Pasien mampu mandiri sete-
lah bebas demam.
bercu-kur).
- memberikan tekanan 5-10
menit setiap kali selesai
me-ngambil darah.
1. Mengkaji keluhan pasien.
2. Mengkaji hal-hal yang mampu/
tidak mampu dilakukan oleh
pasien sehubungan dengan
ke-lemahan fisiknya.
3. Membantu pasien memenuhi
kebutuhan aktifitasnya sehari-
hari sesuai dengan tingkat
keterbatasan pasien seperti
mandi, makan, eliminasi.
4. Membantu pasien untukk man-
Untuk mengidentifikasi masa-
lah-masalah pasien.
Untuk mengetahui tingkat ke-
tergantungan pasien dalam
memenuhi kebutuhannya.
Pemberian bantuan sangat di
perlukan oleh pasien pada
saat kondisinya lemah &
perawat mempunyai
tanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari pasien tanpa
mem-buat pasien mengalami
keter-gantungan pada
perawat.
Dengan melatih kemandirian
diri sesuai dengan
perkembang-an kemajuan
fisiknya.
5. Memberi penjelasan tentang
hal-hal yang dapat membantu
& meningkatkan kekuatan fisik
pasien.
6. Meletakkan barang-barang
ditempat yang mudah terjang-
kau oleh pasien.
7. Menyiapkan bel di dekat
pasien
1. Mengkaji tingkat nyeri yang di
pasien maka pasien tidak
mengalami ketergantungan
pada perawat.
Dengan penjelasan yang
diberikan kepada pasien,
maka pa-sien termotivasi
untuk koo-peratif selama
perawatan terutama terhadap
tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan
fisiknya seperti pasien mau
menghabiskan porsi makan-
nya.
Akan membantu pasien
untuk memenuhi
kebutuhannya sen-diri tanpa
orang lain.
Agar pasien dapat segera
me-minta bantuan perawat
saat membutuhkannya.
Untuk mengetahui berapa
Gangguan rasa nyaman: nyeri
sehubungan dengan
mekanisme patologis (proses
penyakit).
-Rasa nyaman pasien
terpenuhi.
-Nyeri berkurang atau hilang.
alami pasien dengan memberi
rentang nyeri (0-10), biarkan
pasien menentukan tingkat
nyeri yang dialaminya,
tetapkan tipe nyeri yang
dialami pasien, respons pasien
terhadap nyeri yang dialami.
2. Mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi pasien
terhadap nyeri (budaya, pendi-
dikan, dll).
berat nyeri yang dialami
pasien.
Reaksi pasien terhadap nyeri
dapat dipengaruhi oleh
berba-gai faktor, dengan
mengetahui faktor-faktor
tersebut maka perawat dapat
melakukan intervensi yang
sesuai dengan masalah klien.
Respon individu terhadap
nyeri sangat berbeda atau
bervariasi, sehingga perawat
perlu mengkaji lebih lanjut
menghindari kesalahan
persepsi terhadap kondisi
yang dialami pasien.
3. Memberikan posisi yang nya-
man, usahakan situasi
ruangan yang tenang.
4. Memberikan suasana gembira
bagi pasien, alihkan perhatian
pasien dari rasa nyeri (libatkan
keluarga). Menganjurkan pa-
sien untuk membaca buku,
mendengar musik, nonton TV
(mengalihkan perhatian).
5. Memberikan kesempatan pada
pasien untuk berkomunikasi
dengan
teman-temannya/orang
terdekat.
Misalnya pasien yang berteri-
ak karena nyeri belum tentu
mengalami nyeri yang lebih
hebat dari pasien lain yang
menutup mata, menggigit bi-
bir atau berpegangan erat.
Untuk mengurangi rasa nyeri.
Dengan melakukan aktifitas
lain, pasien dapat sedikit me-
lupakan perhatiannya
terhadap nyeri yang dialami.
Tetap berhubungan dengan
orang-orang terdekat/teman
membuat pasien gembira/ba-
hagia & dapat mengalihkan
perhatiannya terhadap nyeri.
Obat-obatan analgetik dapat
Potensial terjadi syok hipovole-
mik sehubungan dengan perda-
rahan hebat.
-Tidak terjadi syok hipovole-
mik.
-Tanda-tanda vital dalam ba-
tas normal.
-Keadaan umum baik.
6. Memberikan obat-obat analge-
tik (kolaborasi dokter).
1. Monitor keadaan umum
pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital
tiap 2-3 jam.
menekan/mengurangi nyeri
pasien. Perlu adanya
kolabo-rasi dengan dokter
karena pemberian obat
merupakan wewenang
dokter.
Untuk memantau kondisi pa-
sien selama masa perawatan
terutama saat terjadi
perdarahan. Dengan
memonitor kea-daan umum
pasien, perawat dapat segera
mengetahui jika terjadi tanda-
tanda pre syok/ syok
sehingga dapat segera di
tangani.
Tanda vital dalam batas nor-
mal menandakan keadaan u-
mum pasien baik, perawat
perlu terus mengobservasi
tan-da-tanda vital selama
3. Monitor tanda-tanda
perdarahan
4. Jelaskan pada pasien/keluarga
tentang tanda-tanda
perdarahan yang mungkin
dialami pasien.
5. Anjurkan pasien/keluarga
untuk segera melapor jika ada
tanda-tanda perdarahan.
pasien mengalami
perdarahan untuk
memastikan tidak terjadi pre
syok/syok.
Perdarahan yang cepat
diketa-hui dapat segera
diatasi, se-hingga pasien
tidak sampai ke tahap syok
hipovolemik akibat
perdarahan hebat.
Dengan memberi penjelasan
& melibatkan keluarga diha-
rapkan tanda-tanda
perdarah-an dapat diketahui
lebih cepat & pasien/keluarga
menjadi kooperatif selalma
pasien di rawat.
Keterlibatan keluarga untuk
segera melaporkan jika
terjadi perdarahan terhadap
pasien sangat membantu tim
6. Pasang infus, beri terapi cairan
intravena jika terjadi perdarah-
an (kolaborasi dengan dokter).
7. Segera puasakan jika terjadi
perdarahan saluran
pencernaan.
8. Cek Hb, Ht, trombosit (sito).
pera-watan untuk segera
melaku-kan tindakan yang
tepat.
Pemberian cairan intravena
sangat diperlukan untuk me-
ngatasi kehilangan cairan tu-
buh yang hebat yaitu untuk
mengatasi syok hipovolemik.
Pemberian infus dilakukan
dengan kolaborasi dokter.
Puasa membantu mengistira-
hatkan saluran pencernaan
untuk sementara selama
perdarahan berasal dari
saluran cerna.
Untuk mengetahui tingkat
kebocoran pembuluh darah
yang dialami pasien & untuk
acuan melakukan tindakan
le-bih lanjut terhadap
perdarahan tersebut.
Untuk mengetahui seberapa
9. Perhatikan keluhan pasien se-
perti mata berkunang-kunang,
pusing, lemah, ekstremitas di-
ngin, sesak nafas.
10. Berikan tranfusi sesuai
dengan program dokter.
11. Monitor masukan & keluaran,
catat & ukur perdarahan yang
terjadi, produksi urin.
jauh pengaruh perdarahan
ter-sebut pada pasien
sehingga tim kesehatan lebih
waspada.
Untuk menggantikan volume
darah serta komponen darah
yang hilang.
Pengukuran & pencatatan
sa-ngat penting untuk
mengeta-hui jumlah
perdarahan yang dialami
pasien. Untuk menge-tahui
keseimbangan cairan tu-buh.
Produksi urin yang lebih
pekat & lebih sedikit dari
normal (sangat sedikit)
menunjukkan pasien
kekurangan cairan &
mengalami syok. Hati-hati
terhadap perdarahan di
dalam.
Untuk membantu menghenti-
Koping individu yang tidak efek- Pasien dapat:
12. Berikan obat-obatan untuk
mengatasi perdarahan sesuai
dengan program dokter.
13. Bila terjadi tanda-tanda syok
hipovolemik, baringkan pasien
terlentang atau posisi datar.
14. Berikan terapi oksige sesuai
dengan kebutuhan.
15. Segera lapor dokter jika tam-
pak tanda-tanda syok hipovo-
lemik & observasi ketat pasien
serta percepat tetesan infus
sambil menunggu program
dokter selanjutnya.
1. Membina hubungan saling per-
kan perdarahan.
Untuk menghindari kondisi
yang lebih buruk.
Pemberian O2 akan
membantu oksigenasi
jaringan, karena dengan
terjadinya perdarahan hebat
maka suplai oksigen ke
jaringan terganggu.
Untuk mendapatkan pena-
nganan lebih lanjut sesegera
mungkin.
Hubungan saling percaya
antar pasien-perawat sangat
tif sehubungan dengan
perawatan di rumah sakit.
-mengungkapkan
perasaannya selama
dirawatdi rumah sakit.
-mengidentifikasi kekuatan
di-rinya.
-mengidentifikasi koping
yang efektif.
-mengidentifikasi & meman-
faatkan sumber-sumber eks-
ternal.
-menetapkan cara mengatasi
masalah selama dirawat di
rumah sakit.
caya dengan pasien.
2. Bekomunikasi dengan bahasa
yang mudah dimengerti oleh
pasien & melindungi pasien
da-ri situasi stress.
3. Beri kesempatan & dorongan
pada pasien untuk
mengungkap kan perasaaan &
persepsinya.
penting & merupakan hal
yang mendasar dalam
pembe-rian asuhan
keperawatan.
Bahasa yang sederhana,
jelas & mudah dimengerti
akan sangat membantu
pasien me-mahami setiap
penjelasan atau informasi
yang diterimanya sehingga
terhindar dari kesa-
lahpahaman informasi yang
dapat memperburuk kondisi-
nya.
Stressor yang meningkat da-
pat menambah beban bagi
pa-sien sehingga perawat
perlu melindungi pasien dari
situasi stres yang tidak perlu.
Pera-wat dapat membantu
meng-
hindari stres dengan melibat-
4. Membantu pasien mengkaji &
mengidentifikasi situasi & ma-
salah yang timbul saat ini.
5. Membantu pasien mengidenti-
fikasi koping sebelumnya baik
yang efektif maupun yang
tidak efektif.
kan keluarga karena
seringkali sumber dari
stressor tersebut adalah
keluarganya.
Pasien butuh seseorang
untuk mendengarkan &
mengerti perasaannya
sehingga perawat harus
mampu menunjukkan rasa
empati & menjadi pende-ngar
yang baik.
Identifikasi masalah adalah
hal yang penting bagi pasien
& dengan bantuan perawat
maka pasien menyadari
masa-lah yang dihadapinya.
Hal ini dapat membantu pasi-
en menentukan tindakan
mana yang baik & mana
yang buruk dalam mengatasi
masalahnya.
Pasien perlu menyadari
6. Bantu pasien menilai kekuatan
dirinya & kemungkinan peme-
cahan masalah.
7. Mendiskusikan koping yang e-
fektif yang akan digunakan.
8. Libatkan pasien dalam
perawat-an dirinya.
9. Jelaskan proses penyakit,
hasil pemeriksaan
laboratorium, test diagnosis
lain & pengobatan yang
diberikan (kolaborasi de-ngan
dokter).
10. Jelaskan tiap tindakan
keku-atan yang dimilikinya
atau hal-hal positif yang
dapat di lakukannya untuk
memecah-kan masalahnya.
Diskusi tentang koping efektif
yang akan digunakan oleh
pa-sien akan sangat berarti
bagi pasien & akan
memberikan dampak yang
positif bagi pa-sien.
Hal ini akan mendorong pasi-
en untuk bersikap kooperatif
& merasa lebih berarti.
Dengan mengetahui kondisi-
nya, pasien akan dapat
meng-antisipasi hal-hal yang
akan di alaminya.
Penjelasan informasi
sebelum tindakan dilakukan
Potensial terjadi reaksi tranfusi
sehubungan dengan pemberian
tranfusi.
Reaksi tranfusi tidak terjadi.
kepera-watan yang akan
dilakukan pada pasien &
beritahukan manfaatnya.
11. Libatkan keluarga terutama
dalam memberikan dorongan
pada pasien.
1. Pesan darah/komponen darah
sesuai dengan instruksi medis.
2. Cek ulang formulir permintaan
darah sebelum dikirim.
3. Sebelum pemberian tranfusi
ya-kinkan bahwa daerah
tusukan infus tidak tampak
tanda-tanda plebitis & aliran
akan membantu mengurangi
kece-masan pasien.
Dukungan keluarga/orang
ter-dekat akan sangat berarti
bagi pasien & memberikan
sema-ngat bagi pasien.
Golongan darah yang tidak
se-suai akan membahayakan
pa-sien bahkan dapat
mengakibat kan hal yang
fatal.
Pengecekkan ulang amat di
perlukan untuk meyakinkan
bahwa permintaan darah
sesu-ai dengan yang ditulis
pada formulir permintaan.
Untuk meyakinkan bahwa
tranfusi dapat diberikan
deng-an lancar.
infus lancar.
4. Gunakan Blood Set untuk
pem-berian tranfusi.
Agar darah dapat menetes
de-ngan lancar & tidak
membeku (infus set biasanya
tidak dapat dipaksa untuk
pemberian tran-fusi.
PATOFISIOLOGIINFEKSI DENGUE
Demam Mual Hepatomegali Alkalosis Trombo Voskulitis Reaksi Kompleks
Muntah respiratorik sitopenia umum Ag Ab +
komplemen
Dehidrasi Haemoragic Permeabilitas
Diastesis Vasculair ↑
Kebocoran plasma
Hipovolemia Hemokonsentrasi
Hipoproteinemia
Hipotensi Efusi serosa
Hiponatremia
Syok
Hipoksia jaringan
DIC Asidosis
metabolik
Perdarahan masif
Kematian
Patogenesis perdarahan pada DHF
LAPORAN PENDAHULUANDEPARTEMEN MEDIKAL
DHF
Dika Arini P
115070201111007
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG2015
top related