makalah colour blindness
Post on 19-Jan-2016
111 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang(1,2,3,4)
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Biasanya
seseorang buta warna akan merasa penglihatannya telah betul. Adalah sangat tepat
bila seseorang dengan buta warna disebut sebagai cacat atau lemah warna, karena
seseorang dengan buta warna masih dapat mengenal warna. Cacat penglihatan yang
paling dikenal adalah buta warna bawaan (kongenital). Cacat penglihatan warna dapat
juga didapatkan, yang kadang-kadang merupakan gejala dini kerusakan mata.
Gangguan penglihatan mata herediter, seperti buta warna mempengaruhi
sejumlah signifikan orang, proporsi yang pasti jumlahnya bervariasi. Di Australia
yang terjadi pada 8% laki-laki dan 0,4% wanita. Komunitas yang terisolasi dengan
populasi gen yang terbatas, biasanya memiliki prevalensi yang cukup tinggi,
contohnya di pedesaan Finlandia, Hongaria, dan Skotlandia. Di Amerika serikat
sekitar 7% dari populasi laki-laki, atau sekitar 10,5 juta laki-laki dan 0,4% populasi
wanita tidak bisa membedakan antar warna merah dan hijau. Jarang dilaporkan laki-
laki ataupun wanita mengalami buta warna biru.
Sebagian besar kasus buta warna ditemukan pada kaum pria, dengan persentase
mencapai 7-10%, sementara pada wanita yang ditemukan kurang dari 1%. Penyakit
ini terjadi secara alami dan biasanya terjadi karena faktor keturunan. Dari sisi genetis,
buta warna terjadi karena mutasi genetis pada kromosom-X. Pria hanya memiliki satu
kromosom-X, sehingga bila satu kromosom ini mengalami mutasi, maka dia akan
menjadi penderita buta warna. Di sisi lain, wanita memiliki lebih dari satu
2
kromosom-X, sehingga bila satu kromosom mengalami mutasi, kromosom yang lain
dapat mengatasi masalah yang terjadi. Karena hal inilah, kasus buta warna lebih
banyak ditemukan pada pria, seperti telah disampaikan di atas.
Buta warna mengakibatkan penderitanya berkemungkinan mengalami kesulitan
dalam berbagai hal, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam lingkup
lingkungan yang lebih khusus. Hal tersebut dikarenakan dalam kehidupan seringkali
warna diasosiasikan dengan hal tertentu atau difungsikan sebagai penanda. Sebagai
contoh, digunakannya warna sebagai penanda dalam rambu-rambu lalu lintas, lampu
lalu lintas, penanda blok pada suatu lokasi, dan lain-lain.
Dalam lingkup yang lebih khusus, warna digunakan sebagai penanda untuk bahan
kimia tertentu, penanda dalam komponen elektronik, dan lain sebagainya.
Kekurangan berupa buta warna tersebut akan menghambat seseorang dalam
kehidupannya. Berawal dari hal inilah, dirancang sebuah sistem bantuan untuk
penderita buta warna menggunakan teknologi perangkat embedded dan augmented
reality untuk memberikan informasi warna dengan interaktif.
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penderita buta warna.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik senior Departemen Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan dan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai penderita
buta warna.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi(5)
Defek penglihatan warna atau yang lebih dikenal dengan buta warna adalah
gangguan penglihatan warna, ketidakmampuan untuk membedakan warna yang orang
normal mampu untuk membedakannya. Seseorang dapat melihat normal apabila
fungsi organ mata (makula dan saraf optik) normal, terdapat cukup cahaya yang
dipantulkan ke mata dan sistem penghantaran impuls melalui saraf normal..
2.2 Klasifikasi(6)
2.2.1 Monochromacy
Monochromacy adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah sel
pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Monochromacy ada
dua jenis, yaitu rod monochromacy dan cone monochromacy .
a. Rod monochromacy (typical) adalah jenis buta warna yang sangat jarang
terjadi, yaitu ketidakmampuan dalam membedakan warna sebagai akibat dari
tidak berfungsinya semua cones retina. Penderita rod monochromacy tidak
dapat membedakan warna sehingga yang terlihat hanya hitam, putih dan abu-
abu.
4
b. Cone monochromacy (atypical) adalah tipe monochromacy yang sangat
jarang terjdi yang disebabkan oleh tidak berfungsinya dua sel cones. Penderita
cone monochromacy masih dapat melihat warna tertentu, karena masih
memiliki satu sel cones yang berfungsi
2.2.2 Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna dimana salah satu dari tiga sel cone tidak
ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada
cone, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan
penglihatan terhadap warna-warna tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga
bagian berdasarkan sel pigmen yang rusak.
a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak
adanya photoreseptor retina merah . Pada penderita protanopia, penglihatan
terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1% dari
seluruh pria. Protanopia juga dikenal dengan buta warna merah-hijau seperti
terlihat pada gambar 1.
5
Gambar 1. Perubahan sensitivitas panjang gelombang warna merah
b. Deutanopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan
tidak
adanya photoreseptor retina hijau. Hal inimenimbulkan kesulitan dalam
membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).
Seperti terlihat pada gambar 2.
Gambar 2. Perubahan sensitivitas panjang gelombang warna hijau
6
c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength
cone . Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam
membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tampak. Tritanopia
disebut juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang
sangat jarang dijumpai.
2.2.3. Anomalous trichromacy
Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat
disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa.
Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel cones yang lengkap,
namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga
sel reseptor warna tersebut.
a. Protanomaly adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi
kelainanterhadap long-wavelength (red) pigment, sehingga menyebabkan
rendahnya sensitifitas terhadap cahaya merah. Artinya penderita protanomaly
tidak akan mampu membedakan warna dan melihat campuran warna yang
dapat dilihat oleh mata normal.
7
Gambar 3. Pergeseran panjang gelombang warna merah
Penderita juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna
spectrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan
warna merah dan hitam.
b. Deuteranomaly disebabkan oleh kelainan pada bentuk pigmen middle-
wavelength
(green). Sama halnya dengan protanomaly, deuteranomaly tidak mampu
melihat perbedaan kecil pada nilai hue dalam area spektrum untuk warna
merah, orange, kuning, dan hijau. Penderita salah dalam menafsirkan hue
dalam region warna tersebut karena hue-nya lebih mendekati warna merah..
Perbedaan antara keduanya yaitu penderita deuteranomaly tidak memiliki
masalah dalam hilangnya penglihatan terhadap kecerahan (brigthness).
Seperti terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Pergeseran panjang gelombang warna hijau
8
a. Tritanomaly adalah tipe anomalous trichromacy yang sangat jarang
terjadi,baik pada pria maupun wanita. Pada tritanomaly, kelainan
terdapat pada shortwavelength pigment (blue). Pigmen biru ini
bergeser ke area hijau dari spektrum warna. Tidak seperti protanomaly
dan deuteranomaly, tritanomaly diwariskan oleh kromosom 7. Inilah
alasan mengapa penderita tritanomaly sangat jarang ditemui.
2.3. Etiopatogenesis Defek Penglihatan Warna(7)
Banyak tipe dari buta warna, tipe yang paling sering adalah buta warna
merah-hijau yang bersifat herediter/genetik karena kerusakan pada photoreseptor oleh
karena kehilangan gen pembentuk pigmen warna atau gen tersebut gagal bekerja.
Seseorang tidak mampu membedakan warna ketika kehilangan gen ini yang bisa saja
terjadi pada salah satu kelompok pigmen sel kerucut (warna hijau, kuning, oranye dan
merah), warna – warna ini memiliki panjang gelombang antara 525–675 nanometer
bisa dibedakan apabila memiliki pigmen warna merah dan hijau, ketika salah satunya
hilang, orang ini tidak akan dapat membedakan keempat warna tersebut.
Pada laki-laki, gen yang membentuk protein opsin yang bergabung dengan
retinol dalam penentuan pigmen warna biru berada pada kromosom 3, sedangkan gen
penentu untuk pigmen merah hijau terletak pada lengan panjang kromosom X . Pada
penglihatan warna normal pada kromosom X banyak ditemukan gen yang terkait
dengan pigmen warna, oleh karena itu jarang ditemukan penderita perempuan, karena
paling tidak satu dari dua kromosom X nya merupakan gen normal untuk masing-
masing sel kerucut. Buta warna yang didapat bisa karena pengaruh dari kerusakan
retina, saraf optik, dan daerah otak bagian atas (cranial) karena daerah otak bagian
atas memiliki peran dalam identifikasi warna yang meliputi “parvocellular pathway”
dari nuklei lateral geniculate dari talamus, visual area V4 dari korteks penglihatan.
Buta warna yang didapat tidak sama dengan buta warna karena pengaruh genetik.
9
Misalnya sangat mungkin mengalami buta warna pada satu porsi dari daerah
penglihatan warna namun daerah lainnya berfungsi normal.
Penurunan penglihatan warna merupakan indikator sensitif untuk beberapa
bentuk dari kelainan makula yang didapat atau penyakit saraf , seperti pada optik
neuritis atau tekanan saraf optik oleh karena adanya massa, kelainan penglihatan
warna lebih awal muncul dibanding penurunan tajam penglihatan. Usia juga
berpengaruh terhadap kejadian buta warna, kejadian buta warna meningkat pada
penderita alzheimer.Tidak ada pengaruh neuroendokrin pada kelainan buta warna ini.
Jenis yang berbeda dari buta warna yang diturunkan terjadi oleh karena kehilangan
fungsi sistem sel kerucut secara parsial atau komplit. Ketika satu sistem sel kerucut
yang terkena, akan terjadi buta warna dichromacy. Bentuk yang paling sering dari
buta warna terjadi oleh karena masalah pada sistem sel kerucut yang sensitif terhadap
gelombang cahaya sedang dan panjang sehingga nantinya sulit untuk membedakan
warna merah, kuning, hijau. Kelainan ini disebut buta warna merah-hijau. Bentuk
buta warna yang lainnya jarang ditemukan, dan bentuk yang paling jarang terjadi
adalah buta warna komplit atau buta warna monochromacy, dimana seseorang tidak
bisa membedakan warna dari warna abu-abu, serperti yang terlihat dalam siaran
televisi hitam putih.
Penyakit genetik buta warna merah-hijau lebih banyak menyerang laki-laki
dibandingkan perempuan, karena gen yamg mengkodekan pigmen merah dan hijau
berada pada lengan panjang kromosom X, dimana laki-laki hanya punya satu dan
wanita memiliki dua (XX). Wanita yang memiliki genotipe 46 XX akan menjadi buta
warna, apabila kedua kromosom X mengalami kelainan, sedangkan pada laki-laki 46
XY, akan terjadi buta warna bila satu kromosom X nya mengalami kelainan. Gen
yang mengkode pigmen merah-hijau diturunkan dari laki-laki yang buta warna
kepada semua anak perempuan mereka yang heterozigot carrier , dan wanita carrier
berkesempatan menurunkan sifat buta warna 50% kepada anak laki-laki mereka. Jika
10
seorang laki-laki buta warna menikah dengan wanita carrier buta warna, anak
perempuan mereka kemungkinan akan lahir dengan buta warna.
2.4. Diagnosis(8)
Buta warna dapat dites dengan tes Ishihara, dimana lingkaran lingkaran
berwarna yang beberapa diantaranya dirancang agar ada tulisan tertentu yang hanya
dapat dilihat atau tidak dapat dilihat oleh penderita buta warna. Macam-macam plat
ini dirancang untuk menyediakan sebuah test yang memberikan sebuah penilaian
yang cepat dan akurat mengenai buta warna bawaan. Dan ini adalah beberapa bentuk
sederhana dari gangguan penglihatan warna. Cara melakukan test buta warna untuk
kelainan ini adalah dengan membedakan macam-macam plat ini. Plat-plat yang ada di
alat test kebutaan warna Ishihara membentuk sebuah metode yang mudah dalam
mendiagnosa untuk kasus-kasus gangguan peglihatan merah-hijau. Salah satu
kelainan dari gangguan penglihatan warna merah-hijau adalah warna biru dan kuning
yang muncul lebih jelas dibandingkan dengan warna merah-hijau. Tapi ada juga
beberapa kelompok orangyang sangat jarang yang menderita buta warna total dan
tidak bisa membedakan variasi warna sama sekali. Biasanya, itu disertai dengan
kerusakan pusat penglihatan.
Isi Materi Ishihara dengan 38 macam Plat
Terdapat 38 macam plat dalam alat test kebutaan warna Ishihara, yaitu :
Plat No. 1 :
Orang normal dan mereka yang buta warna sama-sama akan terbaca 12. Plat nomer 1
terlihat pada gambar 2
11
Gambar 2. Plat nomer 1
Plat No. 2-5 :
Orang normal akan membacanya 8 (No.2), 6 (No.3), 29 (No.4), dan 57 (No.5).
Mereka yang menderita gangguan penglihatan merah-hijau akan membacanya 3
(No.2), 5(No.3), 70 (No.4) dan 35 (No.5). Mereka yang buta warna tidak bisa
membaca nomer apapun. Plat nomer 2, 3, 4 dan 5 terlihat pada gambar 3, 4, 5, 6.
Gambar 3. Plat no. 2.
Gambar 4. Plat no. 3
Gambar 5. Plat no. 4
Gambar 6. Plat no. 5
Plat No. 6-9 :
12
Orang normal akan membacanya 5(No.6), 3 (No.7), 15 (No.8) dan 74 (No.9). Mereka
yang menderita gangguan penglihatan merah-hijau akan membacanya 2 (No.6),
5(No.7), 17 (No.8) dan 21 (No.9). Mereka yang buta warna tidak bisa membaca
nomer apapun. Plat nomer 6, 7, 8 dan 9 terlihat pada gambar 7, 8, 9 dan 10
Gambar 7. Plat no. 6 Gambar 8. Plat no. 7
Gambar 9. Plat no. 8 Gambar 10.Plat no. 9
Plat No.10-13:
Orang normal akan membacanya 2(No.10), 6 (No.11), 97 (No.12) dan 45 (No.13).
Sebagian besar orang yang menderita gangguan penglihatan warna tidak bisa
membaca satu nomer pun dan walaupun bias dibaca, jawabannya salah. Plat nomer
10, 11, 12 dan 13 terlihat pada gambar 11, 12, 13 dan14.
13
Gambar 11.Plat no.10 Gambar 12.Plat no. 11
Gambar 13. Plat no. 12 Gambar 14. Plat no. 13
Plat No.14-17 :
Orang normal akan membacanya 5(No.14), 7 (No.15), 16 (No.16) dan 73(No.17).
Sebagian besar orang dengan gangguan penglihatan warna tidak bias membaca satu
nomer pun dan walaupun bias dibaca, jawabannya salah. Plat nomer 14, 15, 16 dan
17 terlihat pada gambar 15, 16, 17 dan 18.
Gambar 15. Plat no. 14 Gambar 16. Plat no. 15
14
Gambar 17. Plat no. 16 Gambar 18. Plat no. 17
Plat No.18-21:
Sebagian besar orang yang menderita gangguan penglihatan merah-hijau akan
membacanya 5 (No.18), 2 (No.19), 45 (No.20) dan 73 (No.21). Sebagian besar orang
normal dan buta warna tidak bisa membacanya sama sekali. Plat nomer 18, 19. 20
dan 21 terlihat pada gambar 19, 20, 21 dan 22.
Gambar 19. Plat no. 18 Gambar 20. Plat no. 19
Gambar 21. Plat no. 20 Gambar 22. Plat no. 21
Plat No.22-25:
15
Orang normal akan membacanya 26(No.22), 42 (No.23), 35 (No.24) dan 96(No.25).
Untuk kasus protanopia dan protanomalia yang parah hanya 6 (No.22), 2(No.23), 5
(No.24) dan 6 (No.25) yang terbaca dan untuk kasus protanomalia yang ringan, kedua
nomer-nomer di tiap plat terbaca tapihanya nomer 6 (No.22), 2 (No.23), 5 (No.24)
dan 6 (No.25) yang paling jelas dari nomer lain. Untuk kasus deuteranomalia hanya
nomer 2 (No.22), 4 (No.23), 3 (No.24) dan 9(No.25) yang terbaca. Dan untuk kasus
deuteranomalia yang ringan, kedua nomer di tiap plat terbaca tapi hanya nomer 2
(No.22), 4 (No.23), 3(No.24) dan 9 (No.25) yang terlihat paling jelas dari nomer
lainnya. Plat nomer 22, 23, 24 dan 25 terlihat pada gambar 23, 24, 25 dan 26.
Gambar 23. Plat no. 22 Gambar 24. Plat no. 24
Gambar 25. Plat no. 23 Gambar 26. Plat no. 25
Plat No.26 & 27 :
16
Dalam menemukan lilitan garis–garis antara dua x, orang normal akan mengikuti
garis ungu dan merah. Penderita protanopia dan protanomalia yang parah hanya garis
ungu yang ditemukan, dan untuk kasus protanomalia yang ringan, kedua garis dapat
ditemukan, namun garis ungu lebih mudah untuk diikuti. Untuk kasus deuteranopia
dan deuteranomalia yang parah hanya garis merah yang ditemukan, dan untuk
deuteranomalia yang ringan kedua garis dapat ditemukan, namun garis merah lebih
mudah diikuti. Plat nomer 26 dan 27 terlihat pada gambar 27 dan 28.
Gambar 27. Plat no. 26 Gambar 28. Plat no. 27
Plat No.28 & 29 :
Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, sebagian besar dari penderita gangguan
panglihatan merah-hijau akan mengikuti garis. Tapi sebagian besar orang normal dan
buta warna tidak bisa mengikuti garisnya. Plat nomer 28 dan 29 terlihat pada gambar
28 dan 29 .
Gambar 28. Plat no. 28 Gambar 29. Plat no. 29
17
Plat No.30 & 31 :
Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal menemukan garis hijau
Kebiru-biruan, tapi sebagian besar orang dengan gangguan penglihatan warna tidak
bisa mengikuti garis atau mengikuti garis tapi berbeda garis dengan yang normal. Plat
nomer 30 dan 31 terlihat pada gambar 30 dan 31.
Gambar 30. Plat no. 30 Gambar 31. Plat no. 31
Plat No.32 & 33 :
Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal akan menemukan garis
orange, tapi sebagian besar penderita gangguan penglihatan warna tidak bisa
mengikuti garis atau mengikuti garis tapi berbeda garis dengan yang normal. Plat
nomer 32 dan 33 terlihat pada gambar 32 dan 33.
18
Gambar 32. Plat no. 32 Gambar 33. Plat no. 33
Plat No 34 & 35 :
Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal akan menemukan garis
yang menghubungkan warna hijau kebiru-biruan dan hijau kekuningkuningan dan
penderita gangguan penglihatan merahhijau menemukan garis yang menghubungkan
warna hijau kebirubiruan dengan ungu, dan orang buta warna tidak bisa menemukan
garis. Plat nomer 34 dan 35 terlihat pada gambar 34
dan 35.
Gambar 34. Plat no. 34 Gambar 35. Plat no. 35
Plat No.36 & 37 :
Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal akan menemukan garis
yang menghubungkan warna ungu dan orange, dan penderita gangguan penglihatan
merah-hijau menemukan garis yang menghubungkan warna ungu dan hijau kebiru-
19
biruan dan orang buta warna tidak bisa menemukan garis. Plat nomer 36 dan 37
terlihat pada gambar 36 dan 37.
Gambar 36. Plat no. 36 Gambar 37. Plat no. 37
Plat No. 38 :
Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal dan penderita gangguan
penglihatan warna mampu menemukan garisnya. Plat nomer 38 terlihat pada gambar
38
Gambar 38. Plat no. 38
2.5. Komplikasi(3,4)
Buta warna mengakibatkan penderitanya berkemungkinan mengalami
kesulitan dalam berbagai hal, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam
lingkup lingkungan yang lebih khusus. Hal tersebut dikarenakan dalam kehidupan
20
seringkali warna diasosiasikan dengan hal tertentu atau difungsikan sebagai penanda.
Sebagai contoh, digunakannya warna sebagai penanda dalam rambu-rambu lalu
lintas, lampu lalu lintas, penanda blok pada suatu lokasi, dan lain-lain.
Dalam lingkup yang lebih khusus, warna digunakan sebagai penanda untuk
bahan kimia tertentu, penanda dalam komponen elektronik, dan lain sebagainya.
Kekurangan berupa buta warna tersebut akan menghambat seseorang dalam
kehidupannya. Berawal dari hal inilah, dirancang sebuah sistem bantuan untuk
penderita buta warna menggunakan teknologi perangkat embedded dan augmented
reality untuk memberikan informasi warna dengan interaktif.
BAB 3
KESIMPULAN
Penyebab buta warna ada beberapa hal salah satunya adalah karena kelainan
warisan. Karena gen untuk pigmen visual merah dan hijau terdapat pada kromosom
X, buta warna merah atau hijau umumnya terjadi pada laki-laki. Tidak seperti wanita,
laki-laki hanya memiliki satu kromosom X sehingga tidak ada salinan cadangan yang
bisa mengganti gen cacat yang sesuai. Seorang wanita harus memiliki cacat pada
kedua-kromosom X agar menjadi buta warna merah atau hijau. Bila hal itu terjadi,
anak laki-lakinya juga pasti buta warna, karena dia mewarisi kromosom X dari
ibunya. Selain karena keturunan, bentuk buta warna yang ringan juga disebabkan oleh
mutasi gen opsin pada kromosom X.
Memperkerjakan seseorang dengan buta warna pada perkerjaan tertentu
sering tidak memberikan kesulitan nyata akan tetapi dapat menyulitkan teman
sekerjanya dan tidak jarang banyak menita waktu kerja,yang tentu di pandang dari
segi hasil guna akan merugikan perusahaan.Terdapat beberapa aspek buta warna yang
akan mengakibatkan gangguan pada kegiatan tertentu di tempat tertentu.
21
Pemerikasaan buta warna di perlukan untuk mengetahui adanya kelainan cacat
penglihatan warna bawaan atau di dapat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2008. Edisi ketiga. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI
2. Snell, Richard., 2006. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6.
Jakarta: EGC
3. Poret, S., Jony, R. D., & Gregori, S. (2009). Image Processing for Colour
Blindness Correction. Science and Technology for Humanity, 2009 IEEE
4. Daniel Flück: 15 Tools If You Are (Not) Colorblind.
http://www.colblindor.com/2008/12/23/15-tools-color-blindness/ diakses pada
10 Mei 2014
5. Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Edisi 9. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 804-805
6. Sofiar Agusta, Tony Mulia, M. Sidik. Instrumen Pengujian Buta Warna
Otomatis. JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO 2012; 3(1): 16-17.
22
7. Vaughan, G. Daniel dan Taylor Asbury. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi ke-
14. Jakarta: Widya Medika
8. Hari Murti, Rina Candra Noor Santi. Aplikasi Pendiagnosa Kebutaan Warna
dengan Menggunakan Pemrograman Borland Delphi.Jurnal Teknologi
Informasi DINAMIK 2012; 16(2): 162-164.
top related