makalah kulit
Post on 22-Jul-2015
250 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tugas : Ilmu Penyakit Dalam
Dosen : dr. Lelly Marlina Machmud
“ Kulit & Kelamin “
Disusun Oleh :
Kelompok IV
Rasap Jaseng Wa Ode Yul Sartika
Sukmaria Rosnawati
Sectya Nendya Sukarno Puji Hastuti
Seti Harseni Siti Nurlin
Sumarni Syadaria Muhiddin
Rostini Titin In Lostari Rachman
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kulit dan
Kelamin”.
Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua kalangan yang telah
membaca makalah ini yaitu dapat menambah wawasan / pengetahuan dalam kehidurpan sehari-
hari
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan karena masih miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan partisipasi dalam
penyempurnaannya dengan memberikan saran & kritik agar makalah ini dapat lebih terkonsep
dengan baik.
Kami sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik
& saran anda sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Sekian & terima kasih.
Raha, Oktober 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………………………………
Bab I : Pendahuluan………………………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………………
B. Tujuan………………………………………………………………………….
C. Rumusan Masalah……………………………………………………………..
D. Metode Penulisan……………………………………………………………..
Bab II : Pembahasan………………………………………………………………
1. Kulit dan Penampangnya…………………………………………………….
A. Anatomi dan Fisiologi kulit………………………………………………
B. Penyakit – penyakit Kulit………………………………………………..
2. Kelamin………………………………………………………………………
A. Anatomi dan Fisiologi Kelamin…………………………………………
Laki – laki……………………………………………………….
Perempuan……………………………………………………….
B. Penyakit – penyakit Kelamin……………………………………………
Bab III : Penutup………………………………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………….
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organ reproduksi membentuk apa yang dikenal sebagai traktus genetalis
yang berkembang setelah traktus uranius. Kelamin laki – laki maupun perempuan sejak
lahir sudah dapat ditentukan. Tetapi sifat – sifat kelamin belum dapat dikenal, sel
produksi berkembang disebelah depan ginajal yang tumbuh sebagai koloni – koloni. Sel
kemudian membentuk kelenjar reproduksi. Perkembangan sifat terjadi pada umur 10 – 14
tahun. Perubahan penting terjadi pada usia remaja ketika jiwa dan raganya menjadi
matang.
Pada laki – laki dewasa pubertas dimulai dengan perubahan suara lebih
berat, pembesaran genetalia eksterna, tampilannya bulu diatas tubuh dan muka. Pada
wanita ditandai dengan mentruasi pertama (menarkea), uterus dan vagina membesar,
payudar membesar. Serta jarina n ikat pembuluh darah bertambah, sifat sekunder kelamin
tampil, lengkung tubuh berkembang, adanya bulu ketiak dan pelvis pubis melebar.
Kelamin (laki – laki ♂ dan perempuan ♀) pada dasarnya diselimuti oleh
kulit. Kulit membentuk dinding pelindung yang mengelilingi seluruh tubuh dan memiliki
fungsi sebagai pengatur suhu tubuh, sekresi kelenjar, dan hubungan sensorik dengan
lingkungan luar. Setiap struktur dari kulit memiliki potensi untuk terkena penyakit.
Gangguan kulit dapat hanya terbatas pada kulit saja atau dapat juga menjadi petunjuk dari
suawtu penyakit sistemik.
Dalam makalah ini, kami akan bahas mengenai anatomi dan fisiologi kulit
dan kelamin, secara ringkas. Beberapa penyakit kulit dan kelamin tertentu, definisi,
etiologi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan pengobatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memenuhi tugas dari dosen mata kuliah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi kulit dan kelamin itu sendiri
b. Untuk mengetahui dan mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang dan pengobatan dari beberapa penyakit kulit dan kelamin.
c. Untuk mengetahui penyakit – penyakit yang terrjadi atau terdapat pada kulit dan
kelamin.
C. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang timbul dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi kulit dan kelamin ?
2. Apa dan bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan
pengobatan dari beberapa penyakit kulit dan kelamin ?
3. Apa penyakit yang dapat menyerang pada kulit dan kelamin ?
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan makalah ini adalah tinjauan pustaka dengan mengambil
literatur – literatur atau teori – teori melalui buku – buku yang berkaitan dan informasi
melalui layanan internet.
BAB II PEMBAHASAN
1. KULIT DAN PENAMPANGNYA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan
kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .
Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Anatomi kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima
lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berSSSkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung
melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal
pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin
berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak
mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.
Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut
daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke
dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai
barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah
diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena
banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal.
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila
temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi- fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
B. PENYAKIT – PENYAKIT PADA KULIT
1) KUSTA
A. Pengertian
Kusta ( lepra atau morbus Hansen ) adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae )
B. Etiologi
M. leprae merupakan basil tahan asam ( BTA ), bersifat obligat
intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit, dan organ lain sepeti mukosa saluran
napas bagian atas, hati, dan sum – sum tulang dan sususnan saraf pusat. Masa
membela diri M. leprae 12 – 21 hari dan masa tunasnya antara lain 40 hari sampai
40 tahun.
C. Patofisiologi
Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian besar
ahli melalui saluran pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung lama dan
erat). Kuman mencapai permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat,
dan diduga juga melalui air susu ibu. Tempat implantasi tidak selalu menjadi
temapt lesi pertama.
Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidal mudah sehingga tidak
perlu ditakuti. Hal ini bergantung pada bebrap faktor, antara lain sumber
penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial ekonomi, dan iklim.
Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari
pasien kusta tipe MB (Multi Basiler) yang belim diobati atau tidak teratur berobat.
Bila seseoarng terinfeksi M. leprae, sebagian besar (95%) akan senbuh
sendiri dan 5% akan menjadi inderminate. Dari 5% indeterminate, 30%
bermanifestasi klinis menjadi determinate dan 70% sembuh.
D. Pemeriksaan Klinis
a. Inspeksi
Pasien diminta memejamkan mata, menggwrakkan mulut, bersiul,
dan tertawa untuk mengetahui fungsi saraf wajah. Semua
kemalinan kulit diseluruh tubuh diperhatikan, seperti adanya
macula, nodul, jaringan parut, kulit yang keriput, penebalan kulit,
dan kehilangan rambut tubuh.
b. Pemeriksaan sensibilitas pada lesi kulit engan menggunakan kapas
(rasa raba), jarung pentul yang tajam dan tumpul (rasa nyeri), serta
air panas dan dingin dalam tabung reaksi (rasa suhu).
c. Pemerikasaan saraf tepid an fungsi pada nervus auricularis
magmus, nervus ulnaris, nervus radialis, nervus medianus, nervus
peroneus dan nervus tibialis posterior. Hasil pemeriksaan perlu
dicatat adalah pembesaran, konsistensi, penebalan, dan adanya
nyeri tekan. Perhatikan raur muka pasien apakah ia kesakitan atau
tidak saat saraf diraba.
d. Pemerikassan fungsi saraf otonom, yaitu memerikasa ada tidaknya
kekringan pada lasi akibat tudak berfungsinay kelenjar keringat
dengan menggunakan pensil tinta.
E. Pemeriksaan Penunjang / Laboratorium
Ketentuan pengambilan sedian adalah sebagai berikut :
1. Sediaan diamb il dari keliana kulit yang paling aktif
2. Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik, kecualu tidak
ditemukan lesi ditempat lain
3. Pemeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila
perlu ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul
4. Likaso pengsmbilsn sediaan apus untuk pemriksaan M. leprae adalah :
a. Cupina telinga kiri / kanan
b. Dua sampai emapt lesi kulit yang aktif ditempat lain
5. Sediaan dari selaput lender hidung sebaiknya dihindari krena :
a. Tidak menyenangkan pasien
b. Positif palsu karena ada mikrobakterium lain
c. Tidak perna ditemukan M. leprae pada selaput lender hidung
apabila sediaan apus kulit negative
d. Pada pengobatan, pemeriksaan bakterioskopik selaput lender
hidung lebih dahulu negative daripada sediaan kulit ditempat lain.
6. Indikasi pengambilan sediaan apus kulit :
a. Semua orang yang orang dicurigai menderita kusta
b. Semua pasien baru yang didiagnosa secara klinis sebagai pasien
kusta
c. Semua pasien kusta yang diduga kambuh (relaps) atau karena
tersangka kuman resisten terhadap obat
d. Senua pasien kusta setiap 1 tahun sekali.
7. Pemerikasaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam
8. Cara penghitungan BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode,
yaitu cara zigzag, huruf z dan setengah / seperemapt lingakaran.
Bentuk kuman yang mungkin ditemukan adalah bentuk utuh (solid),
pecah – pecah (fragmented), dan granular (granuler).
F. Pengobatan
Obat yang dugunakan adalah :
1. Pemberian obat antireaksi
a. Aspiran 600 – 1200 mg yang diberikan tiap 4 jam, 4 -6 kali sehari
b. Klorokuin 3 x 150 mg / hari
c. Prednison 30 – 80 mg / hari, dosis tunggal pada pagi hari sesudah
makan atau dapat juga dibrikan secara dosis terbagi misalnya 4 x 2
tablet / hari, berangsur – angsur diturunkan 5 – 10 mg / dua
minggu setelah terjadi respon maksimal.
2. Pemebrian analgetik dan sedative
a. Aspiran 600 – 1200 mg yang dibarikan tiap 4 jam, 4 – 6 kali sehari
b. Parasetamol 300 -1000 mg yang deberikan 4 – 6 kali sehari
(dewasa)
c. Antimon 2 – 3 ml diberika secara selang seling, maksimal 30 ml.
2) Herpez zoster
A. Pengertian
Herpes zoster (dampa, cacar ular) adalah penytakit yang
disebabkan oleh infeksi virus farisela zoster yang menyerang kulit dan
mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivitasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer. Kadang – kadang infeksi primer dan berlangsung sublikins.
Frekwensi penyakit pada pria dan wanita sama, lebih sering mengenai usia
dewasa.
B. Etiologi
Penyebab penyakit Herpes zoster adalah reaktivasi virus varisela
zoster.
C. Patofisiologi
Virus ini berdiam diganglion posterior susunan saraf tepid an
ganglion kranialis kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang
setingkat dwengan daerah persyarafan ganglion tersebut. Kadang virus ini
juga menyerasng ganglion anterior, bagian motoric kranialis sehingga
memberikan gejala - gejala motoric.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan percobaan Tzank dapat ditemukan sel datia
berinti banyak.
E. Pengobatan
Obat yang digunakan :
1. Asikolovir 5 x 800 mg / hari selama 7 hari sejak lesi muncul dalam 3
hari pertama karena lewat dari masa ini pengobatan tidak efektif.
2. Isoprinosin 50 mg / hari BB / hari , dosis maksimal 3000 mg sehari.
Onat ini juga diberikan dalam 3 hari pertama lesi muncul.
3. Prednison 3 x 20 mg / hari setelah seminggu dosis diturunkan
bertahap.
3) Dermatitis atopic
A. Pengertian
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang
didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif
dengan gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang
hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik,
atau akibat bahan kimia atau iritan.
B. Etiologi
Terdapat stigma atopi (herediter) pada pasien berupa :
1. Alergi terhadap berbagai allergen protein (polivalen)
2. Pada kulit dermatitis atopic, dermatografisme putih, dan
kecenderungan timbul urtika
3. Reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa Udara
panas dingin)
4. Resisten menurun terhadap infeksi virus dan bakteri
5. Lebih sensitive terhadap serum dsn obat
C. Patofisiologi
Belum diketahui dengan pasti. Histamin dianggap zat penting yang
memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat
kemokstatis dan menekan produksi sel.
Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atropik kronis. Sel ini mempunyai
kemampuan melepaskan histamine. Histamin sendiri tidak dapat
menyebabkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan
pruritus dan eritema, mungkin akibat garukkan akibat gatal menimbulkan
lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopic kapasitas untuk menghssilkan IgE secara
berlebihan diturunkan secara genetic. Demikian pula defisiensi sel T
penekan (suppressor). Defisiensi sel ini menyebabkan produksi berlebihan
IgE.
D. Faktor Predisposisi / Pencetus
Pasien biasanya gugup dan irritable. Faktor psikologis dan psikosomatis
dapat menajdi factor pencetus. Fenomena sensitisasi disebabkan oleh
allergen per ingestionem, per inhalationem, dan kontak langsung.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer ditemukan eusinofilia dan peningkatan kadar IgE
2. Dermatografisme putih.
3. Percobaab asetilkolin. Suntikan secara intrakutan solusi asetilkolin
1 / 5000 akan menyebabkan hyperemia pada orang normal.
4. Pada orang dengan dermatitis atopic akan timbul fasokontriksi,
terlihat kepucatan
5. Percobaab histamine. Jika histamine fosfat disuntikkan pada lesi,
eritema akan berkurang dibandingkan orang lain sebagai control.
Kaqlau obat tersebut disuntikkan parental, tampak eritema
bertambah pada kulit yang normal.
F. Pengobatan
1. Thymopentin.
Untuk dapat mengurangi gatal-gatal dan eritem digunakan
timopentin subkutan 10 mg/ dosis 1 kali/hari selama 6
minggu, atau 3 kali/minggu selama 12 minggu.
2. Interferon-gamma.
-
subkutan diberikan selama 12 minggu.
3. Siklosporin A.
Pemberian per oral 5 mg/kg/hari selama 6 minggu. Dapat
pula diberikan secara topikal dalam bentuk salep atau gel
5%.
4) Pioderma
A. Pengertian
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus, Streptococcus B Hemoliticus, atau oleh kedua-duanya
B. Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B
hemolitikus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni
normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi.
C. Patofisiologi
Bakteri masuk kedalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis
yang tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri, pada keadaan
yang berat dapat disertai demam, malaise, mual dan muntah. Setelah dua
sampai empat hari terjadi proses supurasi dan terbentuk abses yang dapat
diketahui dengan terjadinya fluktuasi, ada bagian tengah lesi terdapat
bintik kekuningan yang merupakan jaringan nikrotik yang disebut mata
bisul (core).
Bila penyebaran bakteri lebih dalam atau lebih luas terjadi selulitis. Pada
pasien Diabetes militus furunkel sering kambuh terutama dengan hygiene
yang jelek.
D. Faktor Predisposisi
1. Higiene yang kurang
2. Menurunnya daya tahan Misalnya: kekurangan gizi,
anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas, diabetes
mellitus
3. Telah ada penyakit lain di kulit.Karena terjadi kerusakan di
epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan
terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada
kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes
resistensi. Ada kemungkinanpenyebabnya bukan stafilokokus
melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat
menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.
2. Pemerisaan darah tepi, terdapat leukosit
3. Kultur dan tes resisten dilakukan pada kasus – kasus kronis dan sukar
sembuh. Hasil tes resisten hanya bersifat mentokong.
F. Pengobatan
1. Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene
perorangan dan lingkungan harus diperhatikan
2. Sistemik
a. Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis
anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
b. Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis
karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi
dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam
plasma lebih tinggi.
c. Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin,
dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari
sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah
6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4 dosis.
5) Skabies
A. Pengertian
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiae var. hominis dan produknya.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit ini adalah infeksi virus Sarcoptes
scabiae var. hominis.
C. Patofisiologi
Kelaian kulit disebabkan oleh tungau scabies dan garukan gatal
akibat sensitisasi terhadap secret dan eksret tungau kurang lebih sebulan
setelah infeksi. Pda saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukan papul, vesikel dan urika. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.
D. Pemeriksaan Penunjang / laboratorium
Cara penemuan tungau :
1. Carilah mula – mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat
papul atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca
objek, lalu tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop
cahaya.
2. Dengan cara mengikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar
3. Dengan membuat biopin irisan. Caranya : jepit lesi dengan 2 jari
kemudian buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop
cahaya
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE.
E. Pengobatan
Jenis oabat topical yang digunakan
1. Emulsi benzil-benzoat 20 – 25% diberikan setiap malam selama 3 kali.
2. Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau
lusio. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 bulan dan ibu
hamil. Pemberiannya cukup sekali selama 8 jam.
3. Krotamiton 10% dalam krim atau lusio digunakan selama 2 malam
berturut – turut dan dibersihakan setelah 2 jam pemakaian terakhir.
top related