makalah minyak atsiri kel 1
Post on 26-Oct-2015
471 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
TEKNOLOGI PENGOLAHAN REMPAH & MINYAK ATSIRI
MENGAMATI PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH
Oleh:
Dicky Endrianto S H3511007
Harweni Romawati H3511010
Rachmad Dwi P H3511013
D3 AGRIBISNIS MINAT AGROFARMAKA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah Teknologi Pengolahan Rempah & Minyak atsiri ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima
kasih pada Bapak Ir. Kawiji, M.P. selaku Dosen mata kuliah Teknologi
Pengolahan Rempah & Minyak atsiri yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai proses pembuatan minyak atsiri daun
cengkeh. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata - kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Surakarta, 7 Oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Profil Usaha
Unit penyulingan yang dijalankan oleh Bapak Narso didirikan sejak
tahun 2002. Tempat penyulingan ini beralamat di Dawung, Matesih,
Karanganyar. Penyulingan yang dilakukan pun hanya terbatas pada 1
komoditas saja yaitu daun cengkeh. Awalnya Bapak Narso membangun
tempat penyulingan dekat dengan rumahnya, namun masih menggunakan air
PDAM. Setelah usaha berjalan, Pak Narso mengontrak tanah, persis di
samping sungai dan membangun 2 tempat penyulingan yang baru dengan
tujuan mudahnya mendapatkan air untuk pendingin dan juga proses serta jauh
dari pemukiman warga. Ide berdirinya usaha penyulingan minyak ini berasal
dari kakak Pak Narso yang sebelumnya pernah bekerja di tempat penyulingan
minyak atsiri di daerah Palur, Karanganyar. Dengan pemesanan alat pada
rekan kakak beliau yang pernah menjadi teknisi peralatan di pabrik yang
sama.
Usaha ini pun mendapat tanggapan yang bagus dari masyarakat
sekitar dimana masyarakat sekitar bisa menjual daun-daun cengkeh yang
sudah rontok itu kepada Pak Narso. Dari hasil survey, kami dapat mengetahui
harga untuk bahan baku daun kering yang dijual oleh masyarakat ke
penyulingan perharinya menggunakan sekitar 8 kwintal daun cengkeh
seharga Rp. 800.000,00 sampai dengan Rp. 850.000,00.
Untuk sekarang ini, jumlah pekerja hanya ada 1 orang yaitu bernama
Bapak Sukino. Waktu selama 8 jam merujuk pada sekali tahapan proses
penyulingan.Penyulingan berlangsung setiap hari.Dalam 1 hari biasanya
dilakukan penyulingan sebanyak 2 kali, kira-kira sampai jam 10 malam.
Dandang/ketel penyulingan yang digunakan 1 buah dengan diameter 1,5
meter dan tinggi 3 meter.
BAB II
ISI
A. Proses Produksi
1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam penyulingan minyak atsiri ini
adalah daun cengkeh kering. Ini menyebabkan usaha minyak daun
cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan
bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan
sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku.
Beberapa pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh mengantisipasinya
dengan menyimpan sebagian hasil produksinya untuk dijual pada saat
mereka tidak dapat melakukan proses produksi dengan harga yang lebih
baik. Pada umumnya, proses produksi dapat dilakukan 5-6 bulan dalam
satu tahun.
Bahan baku diperoleh dari daerah jatisroyo karanganyar karena di
daerah tersebut masih banyak warga yang menanam tanaman cengkeh.
Walau pada kenyataannya daun cengkeh yang dibeli dan dikumpulkan
masyarakat sekitar, diperoleh dari rontokan daun pohon-pohon cengkeh
yang ada setiap hari baik saat panen maupun saat belum panen cengkeh,
sesekali didapati daun cengkeh yang belum kering maupun ikutan daun
lainnya. Untuk sekali penyulingan, bahan baku yang masuk sekitar 7 - 8
kwintal/hari
2. Pretreatment Bahan Baku
Pretreatment bahan baku yang dilakukan adalah dengan
meng“awul-awul” atau menghambur-hamburkan daun cengkeh untuk
menghilangkan tanah yang masih menempel pada daun. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar rendemen yang dihasilkan juga semakin banyak.Tidak
ada pemilihan/sortasi dari daun yang masuk dalam ketel penyulingan, hal
ini menunjukkan bahwa daun yang disuling merupakan daun campuran.
3. Persiapan Ketel
Persiapan ketel dilakukan dengan mengalirkan air ke dalam ketel
penyulingan untuk kemudian dimasak dan dihasilkan uap air yang akan
digunakan untuk mengambil senyawa volatil yang ada pada bahan yang
kemudian akan keluar dalam bentuk cairan (minyak). Dandang/ketel
penyulingan mempunyai diameter 1,5 meter dan tinggi 3 meter. Angsang
yang digunakan ada 2, di bawah dan di atas.Angsang di bawah berfungsi
untuk menadah daun cengkeh yang masuk sedangkan angsang di atas
berfungsi untuk memudahkan dalam mengeluarkan bahan sehabis
penyulingan menggunakan katrol (agar tidak terlalu berat dibandingkan
bila hanya memakai satu angsang).Jarak antara permukaan air dan angsang
bawah adalah sekitar 30 cm. Tinggi air adalah sekitar 80 cm. Sementara
itu, jarak antara angsangbawah dan angsang atas adalah sekitar 80 cm.
4. Pemadatan
Pemadatan yang dilakukan ada 2 cara, yang pertama yaitu dengan
menginjak daerah pinggir dari daun yang sudah dimasukkan dalam ketel
sebelum memanaskan air. Yang kedua dengan memanaskan air dahulu
baru kemudian memasukkan daun cengkeh ke dalamnya. Pemanasan air
diperkirakan selama 3 jam dengan api besar, untuk api kecil kira-kira
selama 4 jam. Daun yang dimasukkan dalam ketel setelah adanya
pemanasan air akan langsung “ambles”, dengan mudah memadat ke
bawah, volume mengecil karena ada perlakuan panas. Namun karena
waktu untuk menunggu air menguap lama, biasanya dilakukan cara
pemadatan yang pertama yaitu dengan diinjak-injak oleh pekerja yang
bertugas.
5. Proses Penyulingan
Setelah bahan dimasukkan, air menguap, dan ketel ditutup, proses
penyulingan sudah berjalan. Proses penyulingan atau destilasi dengan
sistem kukus ini prinsipnya adalah uap air yang ada dapat mengekstrak
minyak atsiri daun cengkeh khususnya zat eugenol dalam bentuk uap
jenuh yang kemudian uap masuk ke dalam pipa diteruskan ke kolam
pendingin yang berfungsi sebagai kondensor untuk mengembunkan uap air
bersama minyak atsiri daun cengkeh mengalir ke bak penampung.
Pemisahan antara air dan minyak atsiri hasil suling daun cengkeh
akan secara otomatis terjadi karena berat jenis yang berbeda. Berat jenis
minyak atsiri daun cengkeh yang lebih berat dari air membuat minyak
terakumulasi di bawah tempat penampung sedangkan air diatasnya.
Sehingga dengan bak penampung seperti gambar dapat kita peroleh
minyak atsirinya sedikit-demi sedikit.
Gambar 1. Bak Penampung Minyak
Bak penampung sengaja dibuat hingga tiga tingkat dengan maksud
penampungan minyak atsiri lebih optimal, tidak ada minyak atsiri
terbuang.
Gambar 2. Bak Penampungan
6. Kontrol Air Dalam Ketel
Selama proses penyulingan air harus tersedia cukup dalam ketel.
Proses penyulingan dapat mengurangi volume air karena diuapkan oleh
panas. Terdapat pipa yang dihubungkan dengan ketel yang berfungsi
sebagai control kesedian air dalam ketel. Ketika air kurang dari batas yang
diperlukan, dari pipa tersebut akan mengeluarkan asap. Sehingga air harus
diisi dengan memutar keran. Air masuk dari pipa sambungan sumber air
(ada dari PDAM maupun dari sungai) ke ketel, dan tandanya penuh adalah
mengucurnya kelebihan air ke luar keran kecil yang sengaja dibuat di
pinggir ketel dengan ketinggian tepat dimana volume air di dalam ketel
cukup untuk berlangsungnya proses penyulingan
7. Tetesan Pertama Minyak
Keluarnya minyak tetesan pertama sekitar 1 jam dari dimulainya
penyulingan. Tanda-tanda saat minyak yang dihasilkan sudah habis adalah
minyak yang dikeluarkan menjadi sangat lembut, kira-kira 6-8 jam.
8. Randemen
Randemen dapat dihitung dari perbandingan berat bahan yang
masuk dengan berat minyak yang keluar untuk setiap satu kali
penyulingan.Berat daun cengkeh dari daerah sekitar Desa Dawung, yang
masuk adalah sekitar 8 kwintal atau 800 kg sementara berat minyak yang
dihasilkan sebesar 10 kg. Sehingga randemennya (10/800) x 100% =
1,25%.
B. Kondensor
Panjang pipa kondensor yang digunakan adalah 8 x 6 meter, dengan
jumlah 48 meter yang dibuat berkelok-kelok membentuk persegi panjang.
Diameter pipa kondensor dari ketel berturut-turut adalah 3 inci; 2,5 inci; dan 1
inci. Diameter pipa kondensor ini dibuat semakin mengecil dengan tujuan agar
minyak dan air yang keluar sudah turun suhunya dan lebih efektif dalam
pengembunan.Pipa kondensor ini terbuat dari aluminium. Kualitas warna
minyak atsiri yang dihasilkan dengan menggunakan pipa aluminium dan
stainless steel sama, yaitu bening. Penggunaan alumunium karena harganya
lebih murah walaupun lebih awet jika menggunakan stainless steel. Jika ada
penyumbatan pada pipa kondensor berbahan dasar aluminium, maka harus
dilakukan pembongkaran dan pemasangan ulang.Sedangkan bila memakai
stainles steel akan sulit dilakukan pembongkaran ketika terjadi penyumbatan.
Prinsip kondensor adalah uap air yang membawa senyawa volatil dari daun
cengkeh akan masuk dalam pipa kondensor yang kemudian akan didinginkan
dalam kolam pendingin berisi air dingin sehingga uap dan senyawa volatil
akan mengembun menjadi tetesan air.
C. Minyak
Minyak daun cengkeh dapat dibedakan berdasarkan mutunya. Mutu
minyak daun cengkeh dipengaruhi setidaknya oleh 3 hal. Pertama, pemilihan
bahan baku. Daun cengkeh yang kering, bersih dan tidak tercampur bahan-
bahan lain akan menghasilkan minyak sesuai dengan yang diinginkan. Kedua,
proses produksi. Mutu minyak daun cengkeh dipengaruhi oleh kondisi
peralatan yang digunakan dan waktu proses penyulingan. Ketel dengan bahan
anti karat akan menghasilkan minyak daun cengkeh yang lebih baik
dibandingkan penyulingan dengan menggunakan ketel yang terbuat dari besi
plat biasa, apalagi dengan menggunakan drum-drum kaleng biasa. Waktu
penyulingan yang lebih singkat juga mempengaruhi kualitas minyak daun
cengkeh yang dihasilkan. Ketiga, penanganan hasil produksi. Minyak daun
cengkeh yang seharusnya ditampung dan disimpan dalam kemasan dari bahan
gelas, plastik atau bahan anti karat lainnya akan menurun kualitasnya jika
hanya disimpan dalam kemasan dari logam berkarat. Minyak daun cengkeh
mudah beroksidasi dengan bahan logam.
Minyak yang dihasilkan langsung tidak diberikan perlakuan lanjutan
terkait pemurnian. Hasil minyak yang didapatkan langsung didistribusikan ke
Daerah Karangpandan Karanganyar. Yang mana nantinya dikatakan oleh
Bapak Narso, minyak atsiri yang dikumpulkan akan diteruskan penjualannya
pada berbagai industri di daerah Purwokerto dominannya. Dari harga bahan
baku Rp 1.000,00 per kilogramnya, 800 kg daun cengkeh dapat menghasilkan
hingga 10 kg minyak atsiri daun cengkeh dengan harga jual di minyak Daun
berkisar Rp 130.000,00 per kilogram minyak.
D. Pemasaran
Permintaan akan minyak daun cengkeh sangatlah besar dan sering terjadi
kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi
industri kecil minyak daun cengkeh yang terbatas. Untuk itulah Pemasaran
dilakukan dengan cara menyetorkan minyak atsiri daun cengkeh ke pengepul
di daerah Karangpandan, Karanganyar.
E. Pembersihan Alat
Pembersihan ketel penyulingan dilakukan seminggu sekali karena kadang
adanya tanah yang ikut masuk dalam proses penyulingan, mengendap, dan
kemudian menjadi kerak di bawah ketel. Pembersihan dilakukan secara
manual yaitu menggunakan sekop dan ember.Untuk pipa-pipa kondensor,
tidak dilakukan pembersihan.
F. Kadar Aktif
Kandungan dalam minyak cengkeh ini terdiri dari 82-88% eugenol
dengan sedikit atau tanpa eugenyl acetate, kecil dan konstituen. Minyak daun
cengkeh mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang digunakan untuk bahan
baku obat, pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun cengkeh juga digunakan
di industri wewangian dengan ketetapan standar mutu tertentu yang lebih
ketat.
Tabel 1.2 Standar mutu minyak atsiri daun cengkeh menurut SNI 1991
Minyak Daun Cengkeh Karakteristik
Berat Jenis pada 150C 1,03 – 1,06
Putaran Optik (ad) -10 35
Indeks Refraksi pada 200C (nd20) 1,52 – 1,54
Kadar Euganol (%) 78 – 93 %
Minyak pelikan Negatif
Minyak lemak Negatif
Kelarutan dalam Alkohol 70% Larut dalam 2 volume
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tempat penyulingan minyak cengkeh milik Bapak Narso beralamatkan di
Dawung, Matesih, Karanganyar.
2. Dalam ketel berukuran diameter 1,5 m dan tinggi 3 m, diberi 2 angsang
yang bertujuan untuk memudahkan ketika pembongkaran setelah selesai
penyulingan.
3. Pemadatan bahan baku dilakukan dengan cara diinjak-injak bagian
pinggirnya dan mendapatkan randemen minyak yang lebih tinggi.
4. Tetesan pertama keluar sekitar 1 jam setelah dimulainya penyulingan dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 jam .
5. Randemen minyak cengkeh dari karanganyar 1,25%
6. Pipa kondensor terbuat dari alumunium yang mudah dibongkar pasang
bila terjadi penyumbatan dan ukurannya yang semakin bawah semakin
mengecil.
7. Penyulingan ini tidak dilakukan pemurnian.
8. Alat dibersihkan secara manual menggunakan air dan sekop.
B. Saran
1. Perlunya dikoordinir pembentukan asosiasi pengusaha minyak atsiri yang
juga merangkul UKM-UKM kecil hingga menengah untuk menjaga
stabilitas harga.
2. Perlunya kegiatan-kegiatan terkoordinir memberikan pemahaman dan
pengetahuan kepada warga sekitar daerah penghasil minyak atsiri daun
cengkeh mengatasi ketidaktahuan tentang apa itu minyak yang selama ini
mereka produksi, dan untuk apa kegunaannya, berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Narso dan beberapa warga yang menuturkan
betapa rasa ingin tahunya akan fungsi dan kegunaan minyak atsiri.
LAMPIRAN
Gambar dandang/ketelGambar kondensor
top related