paper tmk bumn
Post on 19-Jun-2015
303 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang PT PLN (Persero)
Sejarah
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika
beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi
untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV.
NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga
listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik
tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17
Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-
pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada
Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden
Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit
tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan
Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan
Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari
1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu
Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan
Gas Negara (PGN) yang mengelola gas.
Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW. Tahun 1972,
Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai
Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui Peraturan
Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha
ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada
sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan
dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari
Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
Visi dan Misi
VISI
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan
Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.
MISI
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.
a. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
b. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
c. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
MOTTO Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik
I.2 Latar belakang PT PERTAMINA (Persero)
Sejarah
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah
Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957
dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama
menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968
namanya berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang
Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan
ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT
PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23
November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis
Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum
& HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober
2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan
Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya
berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "TENTANG PENGALIHAN BENTUK
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NEGARA
(PERTAMINA) MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)"
Sesuai akta pendiriannya, Maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk
menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun
di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan
usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.
Visi dan Misi
Visi
Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia
Misi
Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara terintegrasi,
berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat
Tata Nilai
Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman
pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja
Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa
Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan)
Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset
dan pengembangan.
I.3 Perumusan Masalah
Kehadiran era globalisasi telah membuat para pelaku bisnis mulai menata kembali
strategi yang diusung dalam menjalankan usahanya. Hal ini tidak lepas dari semakin
mudahnya para pesaing atau pemain baru untuk masuk ke pasar di suatu kawasan
regional manapun. Penataan strategi ini salah satunya adalah dengan melakukan
aliansi dengan pihak lain dalam menjaga konsistensi usaha dan eksistensi perusahaan
itu sendiri. BUMN sebagai salah satu unsure pelaku bisnis di Indonesia tidak lepas dari
penataan strategis ini. Oleh karena itu dalam paper kami ini rumusan masalah yang
dijadikan fokus masalah adalah:
1. Bagaimana proses aliansi antar BUMN bisa terjadi; dan
2. Manfaat apa yang dimunculkan dari kehadiran aliansi tersebut. serta;
BAB II Kerangka Teori
II.1 Pengertian Aliansi Strategik
Aliansi Strattegik (Strategic Alliance) adalah upaya dua atau lebih badan (usaha)
yang secara bersama-sama berusaha meraih suatu tujuan yang telah disepakati
bersama ddengan tetap menjaga independensi formasi aliansi dan keterkaitan
badan usaha yang menjadi mitra aliansi (M.Ikhsan, Kerja sama Strategis atau
Aliasi Strategik Hand Out, 2008 (Sierra, 1995)
Prinsip-prinsip Aliansi Strategik
a) Masing-masing pihak harus menjaga independensi (independenceI)
b) Kedua belah pihak sepakat membagi keuntungan dan risiko (risk and benefit
sharing)
c) Kedua belah pihak memiliki kompetensi inti (core competence) yang sudah teruji
dan menjadi faktor kunci sukses (key success factor)
d) Hubungan kerjasama tersebut didasarkan pada hubungan timbal balik
(reciprocity) dengan prinsip pertukaran dan pengintegrasian sumber daya secara
sinergis.
Aliansi strategi merupakan kolaborasi sinergis antara dua atau multipihak dalam
bidang-bidang spesifik yang dinilai strategis. Dalam kecenderungan perkembangan
ekonomi yang makin berbasis pengetahuan (knowledgebased economy) maka
dimensi strategis biasanya terkait dengan isu inovasi, pengetahuan atau teknologi.
Motivasi utama terjadinya aliansi strategis dibidang bisnis biasanya adalah
ekspektasi ke saling menguntungkan (mutual benefit), karena pihak yang
bersangkutan menyadari kekurangan sumber daya yang bernilai strategis bagi
organisasinya untuk mampu berkompetisi diarena persaingan yang semakin ketat
dan dinamis.
Suatu studi di Amerika Serikat bahkan menyebutkan bahwa aliansi strategis dinilai
lebih banyak mempumyai perusahaan unggul (winners) dibanding perusahan modal
ventura dan yang melakukan akuisisi. Kecenderungan makin signifikannya formasi
alainsi strategis terjadi dinegara maju dan dinilai sangat penting bagi perkembangan
daya saing usaha diera kompetisi global. (www.bppt.go.id, SEMINAR ALIANSI
STRATEGIS BERBASIS TEKNOLOGI: 2008)
II.2 Proses Aliansi Strategik
Terjadinya suatu aliansi antar dua atau lebih badan usaha merupakan hasil dari
suatu rangkaian proses dimana didalamnya telah melalui proses penilaian
terhadap calon mitra kerja yang meliputi kesemaan visi, kemampuan pemenuhan
layanan serta kesamaan tujuan antar dua pihak yang akan bekerjasama. Hal
yang lumrah bahwa sebelum melakukan kerjasama kedua perusahaan harus
memiliki kesamaan-kesamaan yang akan menjadikan kerjasama tersebut dapat
berjalan lancar.
Dalam memilih usaha dan mitra kerjasama, ada beberapa hal substansial yang
harus dipertimbangkan, yaitu:
1) Apakah usaha yang akan dikerjasamakan bisa untuk memenangkan
peluang?
2) Apakah usaha yang akan dikerjasamakan bisa untuk membangun
kompetensi inti ?
3) Apakah usaha yang akan dikerjasamakan sesuai dengan visi bisnis ?
(M.Ikhsan, Kerja sama Strategis atau Aliasi Strategik Hand Out, 2008)
Tiga pertanyaan tersebut perlu dipertimbangkan untuk dibahas sebelum masuk
pada tahap melakukan kerjasama dengan pihak lain. Dengan terjawabnya
pertanyaan tersebut berarti perusahaan telah merumuskan kerangka kerjasama
yang hendak dibangun dengan pihak lain sehingga kerjasama yang terjalin
nantinya akan memiliki arah yang pasti dan jelas.
Setelah berbagai pertanyaan di atas terjawab, maka tahap selanjutnya adalah
tahap pemilihan mitra kerjasama. Pemilihan mitra kerjasama dilakukan dengan
memeprtimbangkan 3 C :
1) Compatibility (Keserasian) yaitu kemampuan untuk menyelesaikan
permasalahan dan perbedaan yang dibawa oleh masing-masing
perusahaan yang beraliansi.
2) Capability (Kemampuan) yaitu kemampuan untuk memberikan kontribusi
kekuatan sumber daya kepada perusahaan kita.
3) Comitment (Komitmen) yaitu kesungguhan pihak mitra untuk beraliansi
dengan perusahaan kita.
BAB III
Pembahasan
III.1 Bentuk kerja sama antara PT PLN (Persero) dengan PT PERTAMINA
Semenjak terjadinya krisis ekonomi dari 1997 sampai 2002, pelaku usaha di
sektor ketenagalistrikan yang dilakoni oleh PLN, mengalami kesulitan untuk melakukan
investasi baru dalam rangka memenuhi kebutuhan daya listrik. Akibatnya saat ini
masih banyak wilayah [area] pelayanan khususnya diluar Jawa, Madura dan Bali
[Jamali] yang mengalami kekurangan daya listrik dan dalam jangka waktu 1 atau 2
tahun kedepan kekurangan daya tersebut dapat pula melanda Jamali, jika program
investasi srana pembangkit dan penyaluran mengalami penundaan.
Penyesuaian tarif PLN secara berkala menuju harga keekonomiannya sebagai bagian
upaya mengatasi krisis PLN , direspon konsumen dengan semakin meningkatnya
tuntutan mutu pelayanan yang mereka harapkan harus lebih baik, serta tudingan dan
tuntutan agar PLN lebih mengefisienkan dirinya, sehingga adanya ketidak efisienan
tersebut tidak menjadi beban yang diteruskan kepada konsumen pelanggan PLN.
PLN sebagai BUMN terus berupaya merespon tuntutan konsumen tersebut.
Sebagai wujud respon tersebut, PLN melakukan sinergi antar sesama BUMN yaitu
dengan PERTAMINA selaku pemasok bahan bakar pembangkit listrik. Pertamina dan
PLN telah melakukan penandatanganan perjanjian Jual Beli BBM untuk jangka waktu 5
tahun yaitu mulai dari tahun 2007 s.d 2012. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Ari H. Soemarno dan Direktur Utama Eddie
Widiono. Pengadaan BBM tersebut akan dipergunakan untuk kegiatan operasional
pembangkit PLN di seluruh Indonesia. Sedangkan jenis BBM yang masuk kedalam
perjanjian jual beli tersebut adalah Minyak Solar (HSD/ADO/Gas Oil), Minyak Diesel
(MDF/IDF/IDO) dan Minyak Bakar (MFO/IFO/FO). Perjanjian ini ditujukan agar kedua
belah pihak merasa terjamin baik untuk kelangsungan supply BBM ke masing-masing
pembangkit listrik milik PLN maupun jaminan pembayaran terhadap jual beli BBM
Pertamina.
Pertamina berharap dengan tercapainya perjanjian jual beli ini akan semakin memicu
peningkatan sinergi dan soliditas antar sesama BUMN. Dengan kondisi tersebut
diharapkan kedua BUMN tersebut dapat efisien, produktif dan inovatif dalam kegiatan
operasionalnya sehingga dapat tercipta produk ataupun jasa yang lebih baik (better),
lebih cepat (quicker) dan lebih murah (cheaper).
Berdasarkan informasi diatas dapat kita ketahui bahwa PT PLN sebagai perusahaan
listrik di Indonesia menyadari bahwa PLN memerlukan pasokan bahan bakar yang
murah dan cepat dalam pengoperasian pembangkit listriknya. Terkait dengan
kepentingan tersebut PLN merasa perlu melakukan sinergi atau kerjasama dengan
pihak yang memiliki kompetensi yang baik sebagai penyedia bahan bakar pembangkit
listrik.
Pemilihan PERTAMINA sebagai mitra kerjasama PLN sebagai penyedia bahan bakar
merupakan pilihan yang tepat. Menurut kami dengan memilih PERTAMINA sebagai
mitra kerjasamanya, PLN menunjukan bahwa berbisnis dengan perusahaan lokal pun
(baca:BUMN) mendatangkan keuntungan bagi PLN. Selain itu melalui kerja sama ini
PLN setidaknya telah turut andil dalam pemberdayaan antar BUMN yang diharapkan
menstimulus pembangunan ekonomi Indonesia.
Melalui kerjsama ini, baik PLN maupun PERTAMINA memperoleh keuntungan yang
sama yaitu pasokan bahan bakar pembangkit listrik bagi PLN setidaknya sudah dapat
dipastikan dijamin tersedia minimal selama lima tahun kedepan. Kondisi ini setidaknya
sedikit banyak membantu PLN dalam menyusun perencanaan pembangunan jaringan
pembangkit listrik yang baru sebagai upaya dalam memperluas basis konsumen dan
kemampuan dalam menjaga konsistensi produksi listrik nasional.
PERTAMINA sebagai perusahaan minyak nasional melalui kerja sama ini memperoleh
manfaat berupa penjualan bahan bakar minyak dan gas yang pasti karena telah
dipesan oleh PLN. Dengan demikian pangsa pasar PERTAMINA bertambah luas
dengan PLN sebagai loyal cutomer PERTAMINA minimal selama lima tahun
kesepakatan.
Selain mendatngkan kemanfaatan bagi kedua belah pihak, kerja sama seperti ini juga
memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi bangsa. Aliran uang atau transfer
produk yang terjadi antar BUMN akan mendorong terciptanya iklim perekonomian yang
kondusif dan bagi BUMN itu sendiri akan semakin menguatkan posisi daya saing
mereka di pasaran baik pasar regional maupun pasar global.
III.2 Kemungkinan proses aliansi antara PT PLN (Persero) dengan pihak lain
Dalam rangka menghadapi era persaingan di masa yang akan datang dan agar
perusahaan bisa memenangkan persaingan tersebut, ditempuh strategi dan kebijakan
yang cukup mendasar baik pada tingkat Wilayah maupun pada tingkat Unit
Operasionalnya, yaitu :
Perbaikan infrastruktur penyediaan tenaga listrik dan peningkatan pelayanan
kepada masyarakat/pelanggan dengan kualitas yang baik dan professional,
dekat dengan pelanggan dan akrab lingkungan, yang pada tahap berikutnya
diharapkan pelanggan akan loyal terhadap perusahaan.
Membangun aliansi strategis dengan Pemda dan swasta untuk membangun
infrastruktur ketenagalistrikan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga listrik
yang terus meningkat.
Pemanfaatan teknologi informasi secara bertahap di semua lini untuk menunjang
percepatan dan kelancaran pelayanan serta proses bisnis.
Restrukturisasi perusahaan untuk meraih corporate gain, meliputi aspek
organisasi, proses bisnis, SDM, teknologi informasi serta budaya perusahaan.
Pemberdayaan unit yaitu desentralisasi kewenangan kepada Unit Operasional
seiring kebijakan otonomi daerah agar unit bisa bergerak lebih cepat mengatasi
permasalahan serta menangkap peluang yang ada.
Membangun budaya perusahaan.
Mendorong pengembangan usaha non inti untuk mendukung bisnis inti.
Hal tersebut di atas merupakan langkah-langkah strategis yang akan dilakukan guna
meningkatkan pelayanan, khususnya bagi masyarakat yang menjadi pelanggan PT.
PLN (Persero).
BAB IV
Penutup
IV.1 Kesimpulan
Dalam menghadapi era persaingan yang semakin ketat, sebuah perusahaan harus
mampu menyusun strategi yang mampu menjaga eksistensi perusahaan. Salah satu
strategi tersebut adalah strategi aliansi atau kerjasama, melalui strategi aliansi ini suatu
perusahaan dapat memaksimalkan kesempatan atau peluang yang ada dengan
memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan lain. Melalui kerjasama ini
pula suatu perusahaan dapat mencapai efisiensi dan efektifitas karena tidak semua hal
harus dilakukan perusahaan tersebut.
Dalam kaitannya dengan kerjasama antara PLN dan PERTAMINA ini, model kerjasama
seperti ini dapat disimpulkan sebagai Model Aliansi Komplementer dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusinya terhadap kegiatan yang dikelola.
IV.2 Saran
Sebagai perusahaan listrik satu-satu nya di Indonesia, PLN harus terus berupaya
meningkatkan pelayanannya. Salah satunya adalah mulai mengembangkan jaringan
pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar selain minyak atau batu bara. Gas
mungkin menjadi salah satu alternatif yang terbaik bagi bahan bakar pembangkit listrik
PLN. Dalam hal penyediaan bahan bakar alternatif ini PLN dapat menjalin kerjasama
dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Perluasan pembangunan infrastruktur
jaringan pembangkit listrik di seluruh Indonesia harus terus dijalankan, solusi untuk ini
adalah dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang memiliki dana (investor).
Agar investor asing tertarik menanamkan dana nya ke proyek PLN, pihak manajemen
PLN harus melakukan pembenahan internal berupa pengembangan budaya kerja yang
menunjang peningkatan kinerja PLN yang muaranya adalah citra PLN sebagai
penyedia layanan listrik akan meningkat sehingga menaikkan daya saing perusahaan.
Daftar Pustaka
M. Ikhsan, Hand Out Kerja sama Strategis atau Aliasi Strategik , 2008
www.pertamina.com
www.pln.co.id
www.bppt.go.id
top related