pemeriksaan fisik leher
Post on 11-Dec-2015
16 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PEMERIKSAAN FISIK
LEHER
Leher dibagi oleh muskulus sternokleidomastoideus menjadi trigonum anterior atau
medial dan trigonum posterior atau lateral. Sternokleidomastoideus adalah otot kuat yang
berfungsi mengangkat sternum selama respirasi. Sternokleidomastoideus memiliki dua
kaput: kaput sternal berasal dari manubrium sterni, sementara kaput klavikula muncul
pada ujung sternum dari klavikula. Kedua kaput menyatu dan berinsersi pada aspek
lateral dari prosesus mastoideus. Sternokleidomastoideus dipersarafi oleh nervus spinalis
asessorius, atau saraf kranial kesebelas.
Anterior terhadap muskulus sternokleidomastoideus terdapat trigonum anterior. Batas
inferior trigonum anterior adalah klavikula dan batas anterior adalah garis tengah.
Trigonum anterior terdiri dari kelenjar tiroid, laring, dan faring. Trigonum anterior juga
terdiri dari kelenjar limfe, kelenjar submandibula, dan lemak.
Kelenjar tiroid membungkus trakea bagian atas dan terdiri atas dua lobus yang
dihubungkan oleh isthmus, merupakan kelenjar endokrin terbesar dalam tubuh. Bila
dilihat dari depan, tiroid berbentuk kupu-kupu dan membungkus laring dan trakea bagian
anterior dan lateral.
Ismus tiroid melintang trakea tepat di bawah tulang rawan krikoid dari laring. Lobus
lateral meluas sepanjang salah satu sisi laring, sampai setinggi pertengahan tulang rawan
tiroid dari laring. Fungsi kelenjar tiroid ialah menghasilkan hormon tiroid sesuai
kebutuhan tubuh. Muskulus sternokleidomastoideus menutupi vagina karotis. Vagina
karotis terletak lateral terhadap laring. Sarung ini mengandung arteri karotis komunis,
vena jugularis interna, dan nervus vagus.
Posterior terhadap sternokleidomastoideus terdapat trigonum posterior. Daerah ini
dibatasi oleh muskulus trapezius di posterior, dan oleh klavikula di interior. Trigonum
posterior juga kelenjar limfe.
Diperkirakan bahwa leher mengandung lebih dari 75 kelenjar limfe pada setiap sisinya.
Untaian kelenjar limfe ini dinamai sesuai dengan letaknya. Dimulai dari posterior
terdapat untaian oksipital, aurikularis posterior, servikalis posterior, servikalis
superfisialis dan profunda (dekat muskulus sternokleidomastoideus), tonsilaris,
submaksilaris, submentalis (pada ujung rahang dekat garis tengah), aurikularis anterior,
dan supraklavikularis (diatas klavikula). Mengetahui jalannya drainase limfatik ini
penting, karena adanya pembesaran kelenjar limfe dapat menunjukkan adanya penyakit di
daerah yang mencurahkan limfenya kesitu.
INSPEKSI
Periksa leher terhadap kemungkinan asimetri. Minta pasien menjulurkan lehernya. Cari
adanya luka parut, asimetri, atau massa. Tiroid normal hampir tidak tampak. Persilahkan
pasien untuk menelan, sambil mengamati gerak naik tiroid. Pembesaran tiroid secara
difus seringkali menyebabkan pembesaran leher secara merata. Amati pasien dengan
tiromegali difusa, yakni pada pasien yang menderita penyakit Grave dengan proptosis
bilateral.
Apakah tampak benjolan-benjolan pada leher? Seorang pasien dengan massa nodular
pada leher akibat goiter multinodular akan tampak benjolan pada lehernya yakni
pembesaran kelenjar tiroid. Apakah tampak bendungan vena superfisial? Bendungan vena
di leher penting untuk dinilai, karena mungkin berhubungan dengan goiter.
PALPASI
Palpasi kelenjar tiroid
Terdapat dua cara palpasi kelenjar tiroid. Cara anterior dilakukan dengan pasien dan
pemeriksa duduk berhadapan. Dengan memfleksi leher pasien atau memutar dagu sedikit
ke kanan, pemeriksa dapat merelaksasi muskulus sternokleidomastoideus pada sisi itu,
sehingga memudahkan pemeriksaan. Tangan kanan pemeriksa menggeser laring ke kanan
dan selama menelan, lobus tiroid kanan yang tergeser dipalpasi dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri. Setelah memeriksa lobus kanan, laring digeser ke kiri dan lobus kiri
dievaluasi melalui cara serupa dengan tangan sebelah.
Kemudian, pemeriksa harus berdiri di belakang pasien untuk meraba tiroid melalui cara
posterior. Pada cara posterior ini, pemeriksa meletakkan kedua tangannya pada leher
pasien, yang posisi lehernya sedikit ekstensi. Pemeriksa memakai tangan kirinya
mendorong trakea ke kanan. Pasien diminta menelan sementara tangan kanan pemeriksa
meraba tulang rawan tiroid. Saat pasien menelan, tangan kanan pemeriksa meraba
kelenjar tiroid berlatar-belakang muskulus sternokleidomastoideus. Pasien diminta sekali
lagi untuk menelan saat trakea terdorong ke kiri, dan pemeriksa meraba kelenjar tiroid
berlatar-belakang muskulus sternokleidomastoideus kiri dengan tangan kiri. Segelas air
akan memudahkan pasien untuk menelan. Meskipun kedua cara palpasi itu dikerjakan,
pemeriksa jarang dapat meraba kelenjar tiroid dalam keadaan normal.
Konsistensi kelenjar harus dinilai. Kelenjar tiroid normal mempunyai konsistensi mirip
jaringan otot. Keadaan padat keras terdapat pada kanker atau luka parut. Lunak, atau
mirip spons seringkali dijumpai pada goiter toksik. Nyeri tekan pada kelenjar tiroid
terdapat pada infeksi akut atau perdarahan ke dalam kelenjar.
Jika tiroid membesar, harus pula dilakukan auskultasi. Bagian corong stetoskop
diletakkan di atas lobus tiroid untuk mendengar adanya bruit (bising yang terdengar bila
terjadi percepatan aliran dalam pembuluh darah). Terdapatnya bruit tiroid sistolik atau to-
and-fro, terutama jika terdengar di atas polus superior, menunjukkan adanya aliran darah
yang abnormal besar dan sangat mungkin terdapat pada goiter toksik.
Palpasi kelenjar supraklavikularis
Palpasi adanya kelenjar supraklavikularis mengakhiri pemeriksaan leher. Pemeriksa
berdiri di belakang pasien dan meletakkan jari-jarinya ke dalam fossa supraklavikularis
medialis, di bawah klavikula dan di samping muskulus sternokleidomastoideus. Pasien
diminta menarik napas yang dalam sewaktu pemeriksa menekan ke dalam dan di
belakang klavikula. Setiap kelenjar supraklavikularis yang membesar akan teraba
sewaktu pasien menarik napas.
PEMERIKSAAN TRAKEA
Evaluasi posisi trakea
Posisi trakea dapat ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan di incisura
suprasternal dan menggerakannya sedikit ke lateral untuk meraba lokasi trakea. Teknik
ini diulangi, dengan menggerakkan jari dari incisura suprasternal ke sisi lain. Ruang di
antara trakea dan klavikula harus sama. Pergeseran mediatinum dapat memindahkan
trakea ke satu sisi.
Pemeriksaan mobilitas trakea
Gerakan trakea ke atas dipakai untuk menentukan apakah trakea terfiksasi pada
mediastinum. Teknik ini disebut tarikan trakea. Kepala pasien harus agak di fleksikan dan
tangan kiri anda harus menyokong bagian belakang kepala pasien. Tangan kanan harus
diletakkan sejajar dengan trakea dengan telapak tangan menghadap keluar. Jari tengah
dimasukkan ke dalam ruang krikotiroid, dan laring didorong ke atas. Laring dan trakea
biasanya bergerak kira-kira 1-2cm. Setelah menggerakan laring ke atas, secara perlahan-
lahan turunkan sebelum melepaskan jari-jari anda. Jangan melepaskannya secara tiba-tiba
dari posisinya di bagian atas. Trakea yang terfiksasi menunjukkan fiksasi mediastinal,
yang dapat terjadi pada neoplasma atau tuberkulosis. Anda harus berhati-hati untuk tidak
meletakkan jari-jari yang memeriksa secara horizontal, mendorong ke belakang, atau
menjatuhkan trakea. Tindakan-tindakan ini dapat menimbulkan perasaan tidak enak pada
pasien.
top related