pendahuluan 1.1. - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2007/240210070021_1_3553.pdf ·...
Post on 08-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FTIP001628/014
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
14
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berawal dari 10-15 tahun yang lalu masyarakat semakin peduli terhadap
makanan yang mereka konsumsi karena ada keterkaitannya dengan kesehatan. Hal ini
dilihat dari meningkatnya konsumsi suplemen makanan. Klorofil merupakan pigmen
tumbuhan yang sudah dikonsumsi sebagai suplemen makanan karena mengandung
nutrisi yang dibutuhkan tubuh (MacDougall, 2002). Salah satu suplemen makanan
yang dikonsumsi masyarakat adalah klorofil cair yang berbahan dasar ekstrak
klorofil daun alfalfa (Setiari, 2009).
Menurut Kabinawa (2006), alasan klorofil dijadikan sebagai suplemen
makanan ialah karena dapat berperan sebagai detoksifikasi yang menghilangkan
senyawa beracun dari tubuh, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan jumlah
bakteri usus, meningkatkan hemoglobin (Hb) darah, dan meningkatkan sel darah
putih.
Klorofil secara alami terdapat sebagai pigmen tumbuhan yang diproduksi oleh
semua tumbuhan yang mengalami fotosintesis termasuk alga dan beberapa bakteri.
Bahan baku klorofil tersebar luas karena produksi klorofil tiap tahunnya
1.100.000.000 ton dengan 75% dari jumlah tersebut diproduksi dalam air tawar, air
laut, dan daratan (MacDaugall, 2002). Klorofil dapat berasal dari tanaman hijau yang
mudah didapatkan dan biasa dikonsumsi. Kandungan klorofil dari tiap tanaman hijau
berbeda-beda tergantung dari umur dan tahapan fisiologis tumbuhan tersebut.
Beberapa tanaman hijau potensial berbentuk sayur yang mudah didapat yaitu daun
FTIP001628/015
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
15
singkong, daun bayam, dan daun pepaya. Ketiga komoditas tersebut umumnya
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran dan memiliki harga yang sangat murah.
Menurut BPS (2009), selama tahun 2009 Indonesia menghasilkan 22.039.145 ton
singkong, 173.750 ton bayam, dan 772.844 ton pepaya.
Pelarut yang umum digunakan untuk ekstraksi pigmen klorofil dapat bersifat
non polar seperti aseton, etanol, metanol, eter dan kloroform maupun polar seperti air.
Klorofil larut dalam sebagian besar pelarut organik yang bersifat non polar
dikarenakan rantai fitolnya memiliki karakteristik hidrofobik yang juga dimiliki
alkohol (pelarut non polar). Etanol paling baik digunakan untuk mengekstraksi karena
memiliki titik didih yang rendah dan cenderung aman (Socaciu, 2008).
Menurut percobaan yang telah dilakukan Wulandari (2011), ekstrak cair
pigmen klorofil yang mempunyai intensitas warna tertinggi dihasilkan dengan cara
maserasi daun menggunakan larutan pengekstrak dengan perbandingan daun dan
larutan pengekstrak sebesar 1:4. Larutan pengekstrak yang digunakan ialah pelarut
etanol 96% yang telah ditambahkan natrium bikarbonat sebanyak 1000 ppm. Fungsi
penambahan natrium bikarbonat untuk memberikan kondisi basa sehingga dapat
mempertahankan warna hijau klorofil selama proses ekstraksi.
Ekstrak klorofil memiliki sifat tidak stabil, peka terhadap suhu tinggi, pH
asam, serta mudah terdegradasi oleh cahaya. Ekstrak klorofil yang berbentuk cairan,
sulit dan kurang praktis dalam penggunaannya (Vargas dan Lopez, 2003). Cara untuk
mempermudah pemanfaatan klorofil ialah ekstrak cair klorofil dibuat bubuk menjadi
klorofil terenkapsulasi dengan cara disalut polimer seperti dekstrin, kemudian
dikeringkan yang dikenal dengan istilah mikroenkapsulasi. Proses mikroenkapsulasi
FTIP001628/016
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
16
dengan bahan penyalut khusus dirancang untuk melindungi pigmen dari panas selama
proses pemanasan yang dapat menurunkan kualitas bahan, sehingga klorofil yang
terenkapsulasi memiliki daya tahan simpan yang lebih baik (Sadikin, 1993).
Mikroenkapsulasi menggunakan pengering oven vakum merupakan metode yang
sederhana, ekonomis, dan efektif untuk klorofil yang sensitif terhadap panas. Selain
itu pengeringan dapat menghilangkan residu etanol. Berdasarkan standar Federal
food, drug, and cosmetic regulation (USFDA, 2012), pada ekstraksi bahan pangan
tidak boleh ada residu etanol pada bahan pangan yang diekstraksi.
Pengering oven vakum dikondisikan pada suhu minimum 40±5ºC dengan
lama pengeringan yang berbeda. Kandungan klorofil berupa total klorofil, klorofil a,
dan klorofil b dalam pigmen klorofil dapat dijadikan sebagai parameter kerusakan
klorofil akibat panas dengan cara menghitung kandungan klorofil dalam bentuk
ekstrak sebelum pengeringan dan bubuk klorofil terenkapsulasi setelah pengeringan
sehingga didapatkan kandungan klorofil yang tetap tinggi pada waktu pengeringan
tertentu. Berdasarkan latar belakang di atas, dirasakan perlu untuk dilakukan
penelitian mengenai pengaruh lama pengeringan terhadap kandungan klorofil pada
klorofil terenkapsulasi dari daun singkong, daun bayam, dan daun pepaya.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasikan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimana pengaruh lama pengeringan pada oven vakum terhadap
kandungan klorofil dari tiga jenis sayuran.
FTIP001628/017
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
17
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk menentukan jenis sayuran dan lama
pengeringan pada oven vakum supaya kandungan klorofilnya tidak banyak
mengalami perubahan dan menghasilkan kandungan klorofil yang tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan klorofil dari tiga jenis
sayuran selama proses pengeringan ekstrak klorofil dengan oven vakum pada waktu
yang berbeda.
1.4. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai lama
pengeringan pada oven vakum dan sumber klorofil yang potensial terhadap
kandungan klorofil terenkapsulasi dilihat dari total klorofilnya untuk diproduksi lebih
lanjut menjadi suplemen makanan.
top related