penelitian 3 ras fkg usu 2007-2009
Post on 28-Dec-2015
39 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ? ?
3.2 Hipotesa Penelitian
1. Terdapat perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
2. Terdapat perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas antara laki-laki dan perempuan pada
mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
Ras 1. Proto Melayu 2. Deutro Melayu 3. Mongoloid (Cina)
Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
Tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas Bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas
Habit/mastikasi
Nutrisi/gizi
Pertumbuhan dan perkembangan gigi
Oklusi
Evolusi
Universitas Sumatera Utara
3.3 Skema Alur Penelitian
Populasi Mahasiswa FKG USU Angkatan 2007/2008, 2008/2009
Kuesioner
Calon sampel
Seleksi
- Ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (dua keturunan) - Gigi molar pertama dan insisivus pertama rahang atas erupsi sempurna mahkota utuh, tidak ada karies/tambalan - Belum pernah perawatan ortodonti dan endodonti
- Kesehatan umum baik
Sampel selektif
Laki-laki Perempuan
Pencetakan lengkung rahang atas
Pengamatan ada/tidak tonjol carabelli Pengamatan tipe tonjol carabelli
dan bentuk shovel insisivus dan variasi bentuk shovel insisivus
Hasil data
Analisa hasil data
Kesimpulan
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional study dengan melakukan
pengamatan pada 121 model studi rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina angkatan 2007/2008, 2008/2009, untuk melihat
tipe tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk shovel pada gigi
insisivus pertama.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat: Laboratorium Biologi Oral FKG USU
Waktu : Bulan Januari 2009 - Februari 2009
4.3 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina angkatan
2007/2008, 2008/2009 yang masih aktif dalam perkuliahan. Dari penyebaran
kuesioner diperoleh mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan
Cina angkatan 2007/2008, 2008/2009 yang masih aktif adalah 174 orang.
4.4 Sampel Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Sampel diperoleh dengan cara penarikan Consequtif sampling.
4.4.1 Kriteria Inklusi
a. Ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina asli (dua keturunan).
b. Mahkota gigi molar pertama dan gigi insisivus pertama rahang atas erupsi
sempurna.
c. Mahkota gigi molar pertama dan gigi insisivus pertama rahang atas utuh.
d. Belum pernah perawatan ortodonti.
e. Belum pernah perawatan endodonti .
f. Kesehatan umum baik.
4.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Gigi molar pertama rahang atas ada karies/ada tambalan yang meluas ke
permukaan palatal.
b. Gigi insisivus pertama rahang atas ada karies/ada tambalan.
c. Ada gigi tiruan pada molar pertama dan gigi insisivus pertama rahang atas
d. Sampel menolak berpartisipasi.
4.4.3 Besar Sampel
Besar sampel diperoleh dengan rumus:21
Universitas Sumatera Utara
N
n = 1+ N ( d )2
Keterangan:
n = besar sampel
N = jumlah populasi 174 orang
d = 0,05 ( untuk taraf kepercayaan 95 %)
Sehingga: N n =
1+ N (d) 2
174 n =
1+ 174 (0.05) 2
n = 121,25 dibulatkan menjadi 121
Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 121 orang.
Jumlah sampel untuk masing-masing ras ditentukan dengan rumus:22
Nh nh = x n
N Keterangan:
Nh 1 = jumlah mahasiswa ras Proto Melayu 88 orang
Nh 2 = jumlah mahasiswa ras Deutro Melayu 53 orang
Nh 3 = jumlah mahasiswa ras Cina 33 orang
Universitas Sumatera Utara
Jumlah sampel untuk ras Proto Melayu:
Nh1 nh1 = x n
N 88
nh1 = x 121 174
= 61,20 dibulatkan menjadi 61
Jadi jumlah sampel untuk ras Proto Melayu adalah 61 orang.
Jumlah sampel untuk ras Deutro Melayu:
Nh2
nh2 = x n N
53 nh2 = x 121
174 = 36,85 dibulatkan menjadi 37
Jadi jumlah sampel untuk ras Deutro Melayu adalah 37 orang.
Jumlah sampel untuk ras Cina:
Nh3
nh3 = x n N
33 nh3 = x 121
174
Universitas Sumatera Utara
= 22,94 dibulatkan menjadi 23
Jadi jumlah sampel untuk ras Cina adalah 23 orang.
4.5 Variabel Penelitian
4.6 Defenisi Operasional
1. Tonjol carabelli adalah tonjol tambahan yang terdapat disisi palatal dari
tonjol mesiopalatal molar permanen pertama rahang atas.
2. Tipe tonjol carabelli ditentukan dengan menggunakan metode Kraus yaitu:
a. Tipe I (Pronounced tubercle) adalah peninggian enamel disisi palatal tonjol
mesiopalatal molar pertama rahang atas dibatasi oleh dua groove yang berbentuk
Variabel Bebas a. Ras - Proto Melayu - Deutro Melayu - Cina b. Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan
Variabel Terikat a. Tipe tonjol carabelli gigi molar perama rahang atas b. Variasi bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas
Variabel Terkendali a. Keterampilan operator dalam mencetak b. Teknik pencetakan rahang atas
Variabel Tidak Terkendali a.Pertumbuhan dan perkembangan gigi b. Nutrisi/gizi c. Habit/mastikasi d.Oklusi e. Evolusi
Universitas Sumatera Utara
panah dengan puncak jelas terpisah dari sisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama
rahang atas (Gambar 8a).
b. Tipe II (Slight tubercle) adalah peninggian enamel di sisi palatal tonjol
mesiopalatal molar pertama rahang atas dibatasi oleh dua groove yang berbentuk
panah dengan puncak menempel di sisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama
rahang atas (Gambar 8b).
c. Tipe III (Groove) adalah cekungan memanjang yang tidak memisahkan
tonjol gigi. Dengan jumlah satu atau lebih disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar
pertama rahang atas (Gambar 8c).
d. Tipe IV (Pit) adalah adanya cekungan kecil berupa titik/pertemuan tiga
groove tipis yang mengarah ke satu titik disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar
pertama rahang atas (Gambar 8d).
e. Tipe V (Absent) adalah tidak ditemukan peninggian enamel maupun
cekungan disisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas (Gambar 8e).
(a) (b) (c)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Tipe-tipe tonjol carabelli: (a) tipe I (Pronounced Tubercle); (b) tipe II
(Slight tubercle); (c) tipe III (Groove); (d) tipe IV (Pit); (e) tipe V (Absent)
3. Bentuk shovel gigi insisivus adalah kombinasi dari bentuk permukaan
lingual yang konkaf dan penonjolan marginal rigdes yang mengelilingi fossa central
pada permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas.
4. Bentuk shovel gigi insisivus ditentukan dengan menggunakan skor
Herdlicka yaitu:
a. Skor 0 (bentuk shovel tidak ada) adalah untuk semua gigi insisivus pertama
rahang atas yang tidak mempunyai bentuk shovel pada permukaan palatal gigi
insisivus pertama rahang atas (Gambar 9a).
b. Skor 1 (bentuk shovel samar-samar) adalah untuk semua gigi insisivus
pertama rahang atas yang bentuk shovelnya samar-samar atau tidak jelas, tapi masih
bisa dilihat pada permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas (Gambar 9b).
c. Skor 2 (semi shovel) adalah untuk semua gigi insisivus pertama rahang atas
yang penonjolan marginal rigdes jelas tetapi fossa centralnya dangkal pada
permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas (Gambar 9c).
(c) (d)
Universitas Sumatera Utara
d. Skor 3 (shovel) adalah bentuk permukaan lingual yang konkaf dan
penonjolan marginal rigdes yang mengelilingi fossa central yang dalam pada
permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas (Gambar 9d).
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 9. Variasi bentuk shovel incisor: (a) grade 0 (Shovel tidak ada); (b) grade 1 (Shovel samar-samar); (c) grade 2 (Semi shovel); (d) grade 3 (Shovel)
5. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki mahasiswa FKG USU
sesuai dengan yang tercatat pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) dikategorikan atas:
- Laki-laki
- Perempuan
6. Ras Proto Melayu terdiri atas suku Batak, Nias, Talang Mamak, Kubu,
Mentawai, Enggano, Dayak, Toraja, Badui dan Tengger yang berasal dari keturunan
sejauh dua generasi yaitu kedua orang tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli suku
Universitas Sumatera Utara
Batak, Nias, Talang Mamak, Kubu, Mentawai, Enggano, Dayak, Toraja, Badui dan
Tengger.
7. Ras Deutro Melayu terdiri atas suku Aceh, Melayu, Minangkabau,
Minahasa, Bugis, Makasar, Sasak, Bali dan Jawa. yang berasal dari keturunan sejauh
dua generasi yaitu kedua orang tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli suku Aceh,
Melayu, Minangkabau, Minahasa, Bugis, Makasar, Sasak, Bali dan Jawa.
8. Suku Cina dari dua generasi adalah suku Cina yang berasal dari keturunan
sejauh dua generasi yaitu kedua orang tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli suku
Cina.
9. Gigi molar pertama rahang atas adalah gigi molar permanen pertama
rahang atas yang telah erupsi sempurna, mahkota utuh tidak ada karies.
10. Gigi insisivus pertama rahang atas adalah gigi insisivus permanen pertama
rahang atas yang telah erupsi sempurna, mahkota utuh tidak ada karies.
11. Teknik pencetakan rahang atas adalah teknik pencetakan rahang atas yang
dilakukan sesuai dengan prosedur pencetakan untuk rahang atas.
4.7 Bahan dan Alat Penelitian
4.7.1 Alat
1. Sendok cetak sebagai alat yang digunakan untuk pencetakan gigi dan
lengkung rahang atas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Sendok cetak
2. Rubber bowl dan spatel untuk pengadukan bahan cetak dan bahan pengisi.
3. Lecron untuk pembuangan kelebihan bahan pencetakan, mengeluarkan dan
merapikan model dari cetakan.
4. Scoope dan measurements (ukuran powder alginat dan air)
5. Kaca mulut, jangka dan pus-pus
6. Kursi dental unit
7. Alat penggetar (HI-SUPARA Yoshida)
Gambar 11. Vibrator
8. Handuk
9. Alat tulis
Universitas Sumatera Utara
4.7.2 Bahan
1. Alginat merk Kromopan sebagai bahan untuk mencetak
Gambar 12. Kromopan
2. Stone gips merk Germany sebagai bahan pengisi cetakan.
Gambar13. Dental Stone
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Pemilihan Sampel
Sampel diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada mahasiswa FKG USU
angkatan 2007/2008, 2008/2009 yang harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
4.8.2 Cara Mendapatkan Model
- Pencetakan untuk mendapatkan model dilakukan oleh operator yang sudah
terampil mencetak.
- Subjek yang telah lulus seleksi diinstruksikan untuk duduk dalam keadaan
rileks dengan pandangan lurus ke depan serta posisi rahang atas sejajar dengan lantai.
- Diukur lebar rahang atas dengan menggunakan jangka kemudian ditentukan
ukuran sendok cetak yang sesuai.
- Setelah didapat sendok cetak yang sesuai dengan rahang atas subjek,
operator mengaduk bahan cetak dengan perbandingan air dan bubuk sesuai dengan
petunjuk pabrik dan mengisikan ke dalam sendok cetak rahang atas.
- Dilakukan pencetakan pada rahang atas subjek.
- Hasil cetakan yang diperoleh segera diisi dengan gips keras (dental stone)
yang telah diaduk dengan perbandingan air dan gips 1:2
- Setelah keras, 1 jam kemudian model dikeluarkan dari cetakan
- Model diberi label nomor.
4.8.3 Pengamatan
Pengamatan terhadap model dilakukan oleh tiga orang secara bergantian, yang
diamati adalah bentuk tonjol carabelli pada bagian palatal dari tonjol mesiopalatal
gigi molar dan bentuk shovel pada permukaan palatal gigi insisivus rahang atas kiri
dan kanan.
Universitas Sumatera Utara
4.9 Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara ditabulasi. Perhitungan data dilakukan
dengan menghitung persentase tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina angkatan 2007/2008, 2008/2009. Untuk
mengetahui adanya perbedaan tonjol carabelli gigi molar pertama dan bentuk shovel
gigi insisivus pertama rahang atas pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina
dan pada laki-laki dan perempuan dilakukan uji X2.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap
121 model studi rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu
dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009. Dari kuisioner diketahui
mahasiswa angkatan 2007/2008, 2008/2009 berumur antara 17 tahun sampai 21
tahun.
5.1 Jumlah dan persentase sampel berdasarkan jenis kelamin dan ras
pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa FKG USU
angkatan 2007/2008, 2008/2009 diperoleh 121 orang sampel yang memenuhi
kriteria. Pada tabel 1 dapat dilihat sampel laki-laki sebanyak 37 orang (30,6%)
dan sampel perempuan sebanyak 84 orang (69,4%). Sampel ras Proto Melayu
sebanyak 61 orang (50,4%), sampel ras Deutro Melayu sebanyak 37 orang
(30,6%) dan sampel ras Cina sebanyak 23 orang (19,0%).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. JUMLAH DAN PERSENTASE SAMPEL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No Ras Laki-laki Perempuan Total
Jumlah(%) Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Proto Melayu 18
(14,9) 43
(35,5) 61
(50,4) 2 Deutro Melayu 7
(5,8) 30
(24,8) 37
(30,6) 3 Cina (Mongoloid) 12
(9,9) 11
(9,1) 23
(19,0) Total Jumlah (%)
37 (30,6)
84 (69,4)
121 (100,0)
5.2 Persentase tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas pada
mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 2) dari 121 orang sampel mahasiswa FKG
USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008,
2008/2009 yang mempunyai tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas
adalah 40 orang (33,1%), dan yang tidak mempunyai tonjol carabelli dalah 81 orang
(66,9%).
Pada tabel 2 dapat dilihat persentase sampel laki-laki yang mempunyai tonjol
carabelli pada gigi molar pertama rahang atas adalah sebesar 27,0% (10 orang) dan
sampel perempuan adalah sebesar 35,7% (30 orang). Dengan tingkat nilai p 0,349
(p>0,05) maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan tonjol carabelli pada
gigi molar pertama rahang atas antara laki-laki dan perempuan mahasiswa FKG USU
ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina ditolak artinya tidak ada perbedaan tonjol
Universitas Sumatera Utara
carabelli pada gigi molar pertama rahang atas antara laki-laki dan perempuan
mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
Pada ras Proto Melayu persentase sampel yang mempunyai tonjol carabelli
pada gigi molar pertama rahang atas adalah sebesar 29,5% (18 orang). Pada ras
Deutro Melayu sebesar 37,8% (14 orang) dan ras Cina (Mongoloid) sebesar 34,8% (8
orang). Dengan nilai p 0,684 (p>0,05) maka hipotesis yang menyatakan terdapat
perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG
USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina ditolak artinya tidak ada perbedaan
tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras
Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
Tabel 2. PERSENTASE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA
RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No
Variabel
Tonjol Carabelli Total Jumlah (%)
X2
p Ada Tidak Ada
Jumlah(%) Jumlah(%) 1 Jenis Kelamin
- Laki-laki - Perempuan
10 (27,0) 30 (35,7)
27 (73,0) 54 (64,3)
37 (100,0) 84 (100,0)
0,857
0,349
Total 40 (33,1) 81 (66,9) 121 (100,0) 2 Ras
- Proto Melayu - Deutro Melayu - Cina (Mongoloid)
18 (29,5) 14 (37,8) 8 (34,8)
43 (70,5) 23 (62,2) 15 (65,2)
61 (100,0) 37 (100,0) 23(100,0)
0,760
0,684
Total 40 (33,1) 81 (66,9) 121 (100,0)
Universitas Sumatera Utara
5.2.1 Persentase tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)
Pada tabel 3 dapat dilihat persentase perempuan ras Proto Melayu dan Deutro
Melayu yang mempunyai tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas lebih
banyak dari pada laki-laki. Sedangkan pada ras Cina (Mongoloid) didapat laki-laki
lebih banyak daripada perempuan.
Tabel 3. PERSENTASE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID)
No
Ras
Tonjol Carabelli Total Laki-laki Perempuan Laki-
laki Perem puan Ada Tidak Ada Tidak
Jmlh(%) Jmlh(%) Jmlh(%) Jmlh(%) Jmlh(%) Jmlh(%) 1 Proto
Melayu 3
(16,7) 15
(83,3) 15
(34,9) 28
(65,1) 18
(100,0) 43
(100,0) 2 Deutro
Melayu 2
(28,6) 5
(71,4) 12
(40,0) 18
(60,0) 7
(100,0) 30
(100,0) 3 Cina
(Mongoloid) 5
(41,7) 7
(58,3) 3
(27,3) 8
(72,7) 12
(100,0) 11
(100,0)
5.2.2 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli pada gigi molar pertama
rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 20082009
Pada tabel 4 dapat dilihat persentase tipe tonjol carabelli pada gigi molar
pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan persentase tonjol
carabelli antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil uji X2 tidak ada
perbedaan persentase tipe tonjol carabelli yang signifikan (p>0,05) antara laki-laki
dan perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FKG USU RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID) ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No
Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama Rahang Atas
Jenis Kelamin Total Jumlah (%)
X2
p Laki-laki Perempuan
Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Tipe I/pronounced
Tubecle 2
(5,4) 4
(4,8) 6
(5,0) 0,023 0,881
2 Tipe II/slight tubercle 1 (2,7)
5 (6,0)
6 (5,0)
0,576 0,448
3 Tipe III/groove 7 (18,9)
19 (22,6)
26 (21,4)
0,208 0,648
4 Tipe IV/pit 0 (0,0)
2 (2,3)
2 (1,7)
0,896 1,000
5 Tipe V/absent 27 (73,0)
54 (64,3)
81 (66,9)
0,876 0,349
Total 37 (100,0)
84 (100,0)
121 (100,0)
Grafik 1. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FKG USU RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID) ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V
Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama Rahang Atas
Pers
enta
se
Laki-lakiPerempuan
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik 1 dapat dilihat pada sampel laki-laki dan perempuan tipe tonjol
carabelli dengan persentase terbanyak adalah tipe V/absent, dan persentase paling
sedikit adalah tipe IV/pit.
5.2.3 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli gigi molar pertama
rahang atas berdasarkan ras dan pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009
Pada tabel 5 dapat dilihat persentase tipe tonjol carabelli pada gigi molar
pertama rahang atas berdasarkan ras, terdapat perbedaan persentase tipe tonjol
carabelli antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid).
Berdasarkan hasil uji X2 tidak ada perbedaan persentase tipe tonjol carabelli yang
signifikan (p>0,05) pada ketiga ras tersebut.
Tabel 5. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No
Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama Rahang Atas
Ras X2
p Proto
Melayu Deutro
Mekayu Cina
Jmlh (%) Jmlh (%) Jmlh (%) 1 Tipe I/pronounced
Tubecle 1
(1.6) 4
(10,8) 1
(4,3) 4,133 0,127
2 Tipe II/slight tubercle 3 (5,0)
2 (5,4)
1 (4,3)
0,034 0,983
3 Tipe III/groove 13 (21,3)
7 (18,9)
6 (26,1)
0,434 0,805
4 Tipe IV/pit 1 (1,6)
1 (2,7)
0 (0,0)
0,637 0,727
5 Tipe V/absent 43 (70,5)
23 (62,2)
15 (65,3)
0,706 0,684
Total 61 (100,0)
37 (100,0)
23 (100,0)
Universitas Sumatera Utara
Grafik 2. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
Dari grafik 2 dapat dilihat pada sampel ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan
Cina (Mongoloid) tipe tonjol carabelli dengan persentase terbanyak adalah tipe
V/absent, dan persentase paling sedikit adalah tipe IV/pit.
5.2.4 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli berdasarkan keberadaan
bilateral atau unilateral pada gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Pada tabel 6 dapat dilihat keberadaan tipe tonjol carabelli pada gigi molar
pertama rahang atas yang bilateral 96,7% dan unilateral 3,3%. Untuk tonjol carabelli
tipe I/pronounced tubercle 100,0% (6 orang) bilateral. Tipe II/slight tubercle 100,0%
(6 orang) bilateral. Tipe III/groove 92,3% (24 orang) bilateral dan 7,7% (2 orang)
unilateral. Tipe IV/pit 100,0% (2 orang) unilateral. Tipe V/absent 100,0% (81 orang)
bilateral.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V
Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama Rahang Atas
Pers
enta
se Proto MelayuDeutro MelayuCina (Mongoloid)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI BERDASARKAN KEBERADAAN BILATERAL ATAU UNILATERAL PADA GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS PADA MAHASISWA FKG USU RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID) ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No Tipe Carabelli Bilateral Unilateral Total
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Tipe I /pronounced tubercle 6 (100,0) 0 (0,0) 6 (100,0) 2 Tipe II /slight tubercle 6 (100,0) 0 (0,0) 6 (100,0) 3 Tipe III /groove 24 (92,3) 2 (7,7) 26 (100,0) 4 Tipe IV /pit 0 (0,0) 2 (100,0) 2 (100,0) 5 Tipe V /absent 81 (100,0) 0 (0,0) 81 (100,0)
Total 117 (96,7) 4 (3,3) 121 (100,0)
5.3 Persentase bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 7) dari 121 orang mahasiswa FKG USU
ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008,
2008/2009 yang mempunyai bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas
adalah 116 orang (95,9%) dan yang tidak mempunyai bentuk shovel pada gigi
insisivus pertama rahang atas adalah 5 orang (4,1%).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. PERSENTASE BENTUK SHOVEL GIGI INSISIVUS PERTAMA RAHANG
ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No
Variabel
Shovel Iincisor Total Jmlh (%)
X2
p Ada Tidak Ada
Jmlh (%) Jmlh (%) 1 Jenis Kelamin
- Laki-laki - Perempuan
35 (94,6) 81 (96,4)
2 (5,4) 3 (3,6)
37 (100,0) 84 (100,0)
0,218
0,641
Total 116 (95,9) 5 (4,1) 121 (100,0) 2 Ras
- Proto Melayu - Deutro Melayu - Cina (Mongoloid)
56 (91,8) 37(100,0) 23(100,0)
5 (8,2)
0 (0,0) 0 (0,0)
61 (100,0) 37 (100,0) 37 (100,0)
5,130
0,077
Total 116 (95,9) 5 (4,1) 121 (100,0)
Pada tabel 7 dapat dilihat persentase sampel laki-laki yang mempunyai bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas adalah sebesar 94,6% (35 orang)
dan sampel perempuan adalah sebesar 96,4% (81 orang). Dengan nilai p 0,641
(p>0,05) maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bentuk shovel pada
gigi insisivus pertama rahang atas antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa
FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina ditolak artinya tidak ada
perbedaan bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas antara laki-laki dan
perempuan pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
Pada ras Proto Melayu sampel yang mempunyai bentuk shovel pada gigi
insisivus pertama rahang atas adalah sebesar 91,8% (56 orang). Pada ras Deutro
Melayu 100,0% (37 orang) dan ras Cina (Mongoloid) 100,0% (23 orang). Dengan
nilai p 0,077 (p>0,05) maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bentuk
Universitas Sumatera Utara
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina ditolak artinya tidak ada perbedaan bentuk shovel
pada gigi insisivus pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu,
Deutro Melayu dan Cina.
5.3.1 Persentase bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas
berdasarkan jenis kelamin pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)
Pada tabel 8 dapat dilihat persentase perempuan ras Proto Melayu yang
mempunyai bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas lebih banyak dari
pada laki-laki. Untuk perempuan dan laki-laki ras Deutro Melayu dan Cina
(Mongoloid) persentase bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas sama.
Tabel 8. PERSENTASE BENTUK SHOVEL GIGI INSISIVUS PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID)
No
Ras
Bentuk Shovel Total
Laki-laki Perempuan Laki-laki
Perempuan Ada Tidak
Ada Ada Tidak
Ada Jumlah
(%) Jumlah
(%) Jumlah
(%) Jumlah
(%) Jumlah
(%) Jumlah
(%) 1 Ras Proto
Melayu 16
(88,9) 2
(11,1) 40
(93,0) 3
(7,0) 18
(100,0) 43
(100,0) 2 Ras Deutro
Melayu 7
(100,0) 0
(0,0) 30
(100,0) 0
(0,0) 7
(100,0) 30
(100,0) 3 Ras Cina
(Mongoloid) 12
(100,0) 0
(0,0) 11
(100,0) 0
(0,0) 12
(100,0) 11
(100,0)
5.3.2 Persentase distribusi variasi bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 20082009
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 9 dapat dilihat persentase variasi bentuk shovel pada gigi insisivus
pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan persentase variasi
bentuk shovel antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil uji X2 tidak ada
perbedaan persentase variasi bentuk shovel yang signifikan (p>0,05) antara laki-laki
dan perempuan.
Tabel 9. PERSENTASE DISTRIBUSI VARIASI BENTUK SHOVEL GIGI INSISIVUS PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FKG USU RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID) ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No
Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus Pertama Rahang Atas
Jenis Kelamin Total Jumlah
(%)
X2
p Laki-laki Perempuan
Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Skor 0 2
(5,4) 3
(3,6) 5
(4,1) 0,218 0,641
2 Skor 1 20 (54,1)
31 (36,9)
51 (42,2)
3,098 0,078
3 Skor 2 10 (27,0)
36 (42,8)
46 (38,0)
2,732 0,098
4 Skor 3 5 (13,5)
14 (16,7)
19 (15,7)
0,193 0,660
Total 37 (100,0)
84 (100,0)
121 (100,0)
Universitas Sumatera Utara
Grafik 3. PERSENTASE DISTRIBUSI VARIASI BENTUK SHOVEL GIGI INSISIVUS PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FKG USU RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID) ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
Pada grafik 3 dapat dilihat pada sampel laki-laki bentuk shovel dengan
persentase terbanyak adalah shovel samar-samar (skor 1) dan pada sampel perempuan
bentuk shovel dengan persentase terbanyak adalah semi shovel (skor 2).
0
10
20
30
40
50
60
Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3
Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus Pertama Rahang atas
Pers
enta
se
Laki-lakiPerempuan
Universitas Sumatera Utara
5.3.3 Persentase distribusi variasi bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas berdasarkan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009
Pada tabel 10 dapat dilihat perbedaan persentase bentuk shovel dengan skor 0,
1 dan 2 pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) tidak ada yang
signifikan (p>0,05), sedangkan bentuk shovel dengan skor 3 signifikan (P<0,05)
artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara bentuk shovel skor 3 pada ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid).
Tabel 10. PERSENTASE DISTRIBUSI VARIASI BENTUK SHOVEL GIGI INSISIVUS PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No
Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus Pertama Rahang Atas
Ras X2
p Proto
Melayu Deutro
Mekayu Cina
Jmlh (%) Jmlh (%) Jmlh (%) 1 Skor 0 5
(8,2) 0
(0,0) 0
(0,0) 5,130 0,077
2 Skor 1 24 (39,3)
19 (51,4)
8 (34,8)
1,994 0,369
3 Skor 2 27 (44,3)
12 (32,4)
7 (30,4)
2,061 0,357
4 Skor 3 5 (8,2)
6 (16,2)
8 (34,8)
8,929 0,012*
Total 61 (100,0)
37 (100,0)
23 (100,0)
* signifikan p< 0,05
Pada grafik 4 dapat dilihat pada ras Proto Melayu bentuk shovel terbanyak
adalah semi shovel (skor 2), pada ras Deutro Melayu adalah shovel samar-samar (skor
1), dan pada ras Cina (Mongoloid) adalah shovel samar-samar (skor 1) dan shovel
(skor 3).
Universitas Sumatera Utara
Grafik 4. PERSENTASE DISTRIBUSI VARIASI BENTUK SHOVEL GIGI INSISIVUS PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
5.3.4 Persentase variasi bentuk shovel berdasarkan keberadaan
bilateral/unilateral pada gigi insisivus pertama rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Pada tabel 11 dapat dilihat bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang
atas selalu dijumpai bilateral.
Tabel 11. PERSENTASE VARIASI BENTUK SHOVEL BERDASARKAN KEBERADAAN BILATERAL/UNILATERAL PADA GIGI INSISIVUS PERTAMA RAHANG ATAS PADA MAHASISWA FKG USU RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID) ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No Bentuk Shovel Bilateral Unilateral Total
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Skor 0 5 (100,0) 0 (0,0) 5 (100,0) 2 Skor 1 51 (100,0) 0 (0,0) 51 (100,0) 3 Skor 2 46 (100,0) 0 (0,0) 46 (100,0) 4 Skor 3 19 (100,0) 0 (0,0) 19 (100,0)
0
10
20
30
40
50
60
Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3
Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus Pertama Rahang Atas
Pers
enta
se Proto MelayuDeutro MelayuCina (Mongoloid)
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan terhadap 121 model studi rahang
atas mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)
angkatan 2007/2008, 2008/2009. Hasil pengamatan ditabulasi dan dihitung persentase
distribusi tipe tonjol carabelli gigi molar pertama dan variasi bentuk shovel gigi
insisivus pertama rahang atas pada masing-masing ras, pada laki-laki dan perempuan
serta keberadaannya yang bilateral dan unilateral, dilanjutkan dengan uji X2 untuk
melihat perbedaan tonjol carabelli dan bentuk shovel antara ras Proto Melayu, Deutro
Melayu dan Cina (Mongoloid) serta antara laki-laki dan perempuan.
6.1 Persentase dan jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin dan ras
pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Persentase sampel berdasarkan jenis kelamin (Tabel 1) yaitu laki-laki sebesar
30,6% (37 orang) dan perempuan sebesar 69,4% (84 orang). Dari jumlah tersebut
didapat persentase sampel perempuan lebih banyak dari sampel laki-laki. Hal ini
disebabkan oleh populasi mahasiswa FKG-USU angkatan 2007/2008, 2008/2009
yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jenis kelamin laki-laki.
Persentase sampel berdasarkan ras (Tabel 1) untuk ras Proto Melayu sebesar
50,4% (61 orang), ras Deutro Melayu sebesar 30,6% (37 orang) dan ras Cina
(Mongoloid) sebesar 19,0% (23 orang). Dari jumlah tersebut didapat persentase
Universitas Sumatera Utara
sampel ras Proto Melayu lebih banyak daripada ras Deutro Melayu dan Cina oleh
karena populasi mahasiswa FKG-USU angkatan 2007/2008, 2008/2009 lebih banyak
berasal dari ras Proto Melayu daripada ras Deutro Melayu dan Cina.
6.2 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli gigi molar pertama rahang
atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Persentase keberadaan tonjol carabelli pada mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
rendah (Tabel 2) yaitu 33,1%. Beberapa penelitian yang mendapatkan persentase
tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas diantaranya pada ras
Mongoloid: Rusmah (1992 cit. Mavrodisz K et al, 2007) pada 320 anak-anak
Malaysia sebesar 54,2%;9 John W Hsu (1999) pada 280 orang Cina sebesar 36,8%;
Mavrodisz K et al (2007) pada 600 orang Hongaria (campuran Mongoloid dan
Kaukasoid) sebesar 65,34%;6 Pada ras Kaukasoid: Joshi (1975) pada 489 anak-anak
Hindu India sebesar 88,2%;23 Iztok et al (2006) pada 254 orang Slovenia sebesar
79,7%;13 Pada ras Negroid: Folomo (1995) pada 2604 populasi Nigeria (ras Negroid)
sebesar 17,43%;24 Hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian di Malaysia,
Hongaria, India dan Slovenia, lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian di Nigeria,
tetapi mendekati hasil penelelitian di Cina (Mongoloid). Walaupun penelitian yang
dilaksanakan di Malaysia dan India subjek penelitiannya anak-anak, perbedaan umur
yang menjadi subjek penelitian tidak begitu besar pengaruhnya terhadap keberadaan
tonjol carabelli. Mavrodisz K et al (2007) menyebutkan karakteristik gigi seperti
Universitas Sumatera Utara
ukuran, bentuk dan jumlah tonjol ditentukan oleh genetik, faktor lingkungan hanya
berpengaruh sedikit dalam perkembangannya.9
Tipe tonjol carabelli dengan persentase terbesar (Tabel 4) adalah tipe
V/absent (66,9%) dan terendah adalah tipe IV/pit (1,7%). Hasil penelitian Mindya
Juniasti (2006) pada mahasiswa FKG UI suku Batak, Jawa dan Cina didapat
frekuensi tonjol carabelli terbesar adalah tipe V/absent (42-51%) dan terendah adalah
tipe I/pronounced tubercle (2-4%).3 Perbedaan tipe tonjol carabelli dengan
persentase terendah ini kemungkinan disebabkan oleh karena perbedaan variasi
populasi yang diteliti, pada penelitian ini yaitu: Batak, Minang, Melayu, Jawa, Aceh
dan Cina. Hasil penelitian pada ras Kaukasoid: Joshi pada 489 anak-anak Hindu
India didapat persentase tipe tonjol carabelli tipe V/absent adalah sebesar 35,4% dan
tipe terbanyak adalah tipe III/groove (35,7%). Tipe V/absent pada orang Amerika
kulit putih sebesar 14,3% dan untuk anak-anak Eropa Utara sebesar 16,5% (Dahlberg,
1963; Meredith, 1954 cit. Joshi,1972). Tipe yang paling banyak dijumpai adalah tipe
I/pronounced tubercle dan tipe II/slight tubercle (83,5%). 23 Mavrodisz K et al (2007)
menyatakan insiden dan derajat perbedaan tipe tonjol carabelli bisa digunakan untuk
menentukan, membandingkan perbedaan karakteristik gigi antar populasi yang ada.9
Jika dilihat persentase keberadan tonjol carabelli berdasarkan jenis kelamin
(Tabel 2) didapat lebih besar pada perempuan (35,7%) daripada laki-laki (27,0%),
berdasarkan hasil uji X2 perbedaan persentase ini tidak signifikan (p 0,349) artinya
tidak ada perbedaan tonjol carabelli antara laki-laki dan perempuan. Persentase
perempuan ras Proto Melayu (Tabel 3) yang mempunyai tonjol carabelli adalah
34,9% lebih tinggi daripada laki-laki 16,7%. Begitu juga pada ras Deutro Melayu
Universitas Sumatera Utara
persentase untuk perempuan 40,0% dan laki-laki 28,6%. Hasil ini berbeda untuk ras
Cina (Mongoloid) didapat lebih besar pada laki-laki 41,7% daripada perempuan
27,3%. Hasil penelitian pada ras Cina (Mongoloid) ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh John W. Hsu (1999) pada populasi Cina (Mongoloid) yang
mendapatkan tonjol carabelli lebih banyak pada laki-laki (49,7%) daripada
perempuan (20,3%).6
Pada laki-laki (Grafik 1) didapat tipe tonjol carabelli dengan persentase
terbesar adalah tipe V/absent (73,0%) dan terendah adalah tipe IV/pit (0,0%). Pada
perempuan terbesar adalah tipe V/absent (64,3%) dan terendah adalah tipe IV/pit
(2,3%). Tonjol carabelli tipe I/pronounced tubercle, dan tipe V/absent lebih tinggi
persentasenya pada laki-laki. Sedangkan tonjol carabelli tipe II/slight tubercle, tipe
III/groove, tipe IV/pit lebih tinggi persentasenya pada perempuan. Berdasarkan hasil
uji X2 perbedaan persentase tipe tonjol carabelli antara laki-laki dan perempuan tidak
signifikan (p>0,05).
Pada ras Proto Melayu persentase tonjol carabelli (Tabel 2) yaitu sebesar
29,5%, ras Deutro Melayu sebesar 37,8% dan ras Cina (Mongoloid) sebesar 34,8%,
berdasarkan hasil uji X2 perbedaan persentase ini tidak signifikan (p 0,684) artinya
tidak ada perbedaan tonjol carabelli antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan
Cina (Mongoloid). Persentase ketiga ras ini mendekati hasil penelitian John W Hsu di
Cina (Mongoloid) (36,8%). Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya kedekatan
hubungan antara ketiga ras ini dengan Ras Mongoloid. Pada ras Proto Melayu
diperoleh tipe tonjol carabelli dengan persentase terbesar (Grafik 2) adalah tipe
V/absent (70,5%) dan terendah adalah tipe I/pronounced tubercle (1,6%) dan tipe
Universitas Sumatera Utara
IV/pit (1,6%). Pada ras Deutro Melayu terbesar adalah tipe V/absent (62,2%) dan
terendah adalah tipe IV/pit (2,7%). Pada ras Cina (Mongoloid) terbesar adalah tipe
V/absent (65,3%) dan terendah adalah tipe IV/pit (0,0%). Berdasarkan hasil uji X2
perbedaan persentase tipe tonjol carabelli antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu
dan Cina (Mongoloid) tidak signifikan (p>0,05).
Persentase keberadaan tipe tonjol carabelli yang bilateral (Tabel 6) adalah
sebesar 96,7% dan yang unilateral adalah sebesar 3,3%. Hal ini sesuai dengan
pernyataaan Hsu JW (1999) bahwa keberadaan tonjol carabelli bersifat diturunkan,
dan sering kali bilateral. Namun karena adanya proses evolusi dan sistem mastikasi,
keberadaannya bisa unilateral.6 Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kebiasaan
mengunyah satu sisi. Pada 747 orang tentara Amerika dilaporkan persentase
keberadaan tonjol carabelli yang unilateral 2,3% (Diez, 1994 cit. Mavrodisz K et al,
2007).9 Sementara Folomo (2002) pada populasi Nigeria melaporkan 70,71%
bilateral.24
6.3 Persentase distribusi variasi bentuk shovel gigi insisivus pertama
rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Persentase bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas pada mahasiswa
FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan
2007/2008, 2008/2009 tinggi (Tabel 7) yaitu 95,9%. Beberapa penelitian yang
mendapatkan persentase bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas
diantaranya pada ras Mongoloid yaitu: Brewer-Carias et al (1976 cit. Mizoguchi Y,
1985) pada 1204 orang Indian Amerika sebesar 100%; Goose (1977 cit. Mizoguchi
Universitas Sumatera Utara
Y, 1985) pada 138 orang Cina sebesar 100%; Hanihara (1976 cit. Mizoguchi Y,
1985) pada orang Eskimo Alaska sebesar 100%; pada 452 orang Jepang (Tokyo dan
Hokaido) sebesar 95,6%.14 Pada ras Kaukasoid: Hanihara (1976 cit. Mizoguchi Y,
1985) pada orang kulit putih Amerika sebesar 27,7%; Carbonel (1963 cit. Mizoguchi
Y, 1985) pada orang Arab (Palestina) sebesar 24,8%; pada 100 orang Swedia sebesar
17,0%; Kieverskari (1978 cit. Mizoguchi Y, 1985) pada 223 orang Finlandia sebesar
44,3%.14 Pada ras Negroid: Hanihara (1976 cit. Mizoguchi Y, 1985) pada orang
Negro Amerika sebesar dan 37,2%, Carbonel (1963 cit. Mizoguchi Y, 1985) pada
122 orang Bantu di Afrika sebesar 34,3%.14
Hasil penelitian ini mendekati hasil penelitian pada ras Mongoloid. Hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya kedekatan hubungan ras Proto Melayu, Deutro
Melayu dan Cina yang ada di Indonesia dengan ras Mongoloid. Sesuai dengan
pernyataan Hanihara (1966 cit. Tongkom S, 1994) yang menyatakan bentuk shovel
insisivus merupakan salah satu bagian yang membuat komplek dental Mongoloid
karena prevalensinya tinggi. Bentuk shovel gigi insisivus muncul sebagai
karakteristik khas pada populasi Asia Timur (Sciulli, 1990 cit. Tongkom S, 1994).
Inilah yang membedakan ras Mongoloid dengan ras Kaukasoid, ras Mongoloid
mempunyai prevalensi yang tinggi bentuk shovel pada gigi insisivus.7
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 9) diperoleh bentuk shovel incisor
dengan persentase terbanyak adalah skor 1/shovel incisor samar-samar (42,2%) dan
terendah adalah skor 0/shovel incisor tidak ada (4,1%). Dari hasil penelitian
Mizoguchi (1985) pada 305 orang Jepang (ras Mongoloid) didapat bentuk shovel
Universitas Sumatera Utara
paling banyak adalah skor 2/semi shovel (47,5%) dan yang paling sedikit adalah skor
0/shovel incisor tidak ada (2,8%-5,6%).14
Jika dilihat keberadan bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas
berdasarkan jenis kelamin (Tabel 7) pada perempuan (96,4%) lebih besar daripada
laki-laki (94,6%), berdasarkan hasil uji X2 perbedaan persentase ini tidak signifikan
(p 0,641) artinya tidak ada perbedaan bentuk shovel antara laki-laki dan perempuan.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Herdlicka (1920 cit. Mizoguchi Y, 1985) pada
1302 orang Cina didapat pada perempuan (95,19%) lebih besar daripada laki-laki
(89,58%). Liu (1977 cit. Mizoguchi Y, 1985) pada 321 orang Taiwan didapat pada
perempuan sebesar 90,24% dan pada laki-laki sebesar 71,55%.14 Edward F. Haris
(1979) menyatakan bahwa gigi insisivus perempuan Asia dan Indian Amerika lebih
banyak dijumpai mempunyai marginal rigde daripada laki-laki.25
Pada perempuan diperoleh bentuk shovel incisor dengan persentase terbanyak
(Grafik 3) adalah skor 2/semi shovel (42,8%) dan terendah adalah skor 0/shovel
incisor tidak ada (3,6%). Pada laki-laki persentase terbanyak adalah skor 1/shovel
incisor samar-samar (54,1%) dan bentuk shovel incisor dengan persentase yang
paling rendah adalah skor 0/shovel incisor tidak ada (5,4%).Bentuk shovel incisor
dengan skor 0 dan 1 paling besar persentase pada laki-laki. Sedangkan bentuk shovel
incisor dengan skor 2 dan 3 lebih besar persentase pada perempuan. Berdasarkan
hasil uji X2 perbedaan persentase variasi bentuk shovel antara laki-laki dan
perempuan tidak signifikan (p>0,05).
Persentase bentuk shovel (Tabel 7) pada ras Proto Melayu sebesar 91,8%,
pada ras Deutro Melayu dan ras Cina (Mongoloid) sebesar 100,0%, berdasarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
uji X2 perbedaan persentase ini tidak signifikan (p 0,077) artinya tidak ada perbedaan
bentuk shovel antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid).
Persentase pada ketiga ras ini mendekati hasil penelitian pada ras Mongoloid,
walaupun Indonesia bukan asli ras Mongoloid (campuran ras Mongoloid dan
Austramelanesid) dari hasil penelitian ini membuktikan gigi insisivus orang
Indonesia mirip gigi insisivus ras Mongoloid dalam hal frekuensi bentuk shovel.
Pada ras Proto Melayu diperoleh bentuk shovel incisor dengan persentase
terbanyak (Grafik 4) adalah skor 2/semi shovel (44,3%) dan terendah adalah skor
0/shovel incisor tidak ada (8,2%) dan skor 3/shovel (8,2%). Pada ras Deutro Melayu
terbanyak adalah skor 1/shovel incisor samar-samar (51,4%) dan terendah adalah skor
0/shovel incisor tidak ada (0,0%). Pada ras Cina (Mongoloid) terbanyak adalah skor
1/shovel incisor samar-samar (34,8%) dan skor 3/shovel (34,8%) dan terendah adalah
skor 0/shovel incisor tidak ada (0,0 %). Berdasarkan hasil uji X2 perbedaan persentase
variasi bentuk shovel dengan skor 0, 1 dan 2 pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu
dan Cina (Mongoloid) tidak ada yang signifikan (p>0,05), sedangkan bentuk shovel
dengan skor 3 signifikan (p<0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara
bentuk shovel skor 3 pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid).
Persentase bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas yang
bilateral (Tabel 11) adalah 100,0%. Hanihara (1965 cit. Tongkom S, 1994) dan
Kuusk (1973 cit. Tongkom S, 1994) menyatakan tidak ada perbedaan prevalensi
shovel incisor yang berarti antara gigi insisivus kiri dan kanan.7
Universitas Sumatera Utara
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada 121 mahasiswa FKG ras Proto Melayu, Deutro
Melayu dan Cina (Mongoloid) dapat disimpulkan sebagai berikut:
Persentase keberadaan tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas pada
mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)
rendah (33,1%), sedangkan persentase shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas
tinggi (95,9%). Tipe tonjol carabelli terbanyak adalah tipe V/absent (66,9%) dan
yang paling sedikit adalah tipe VI/pit (1,7%). Bentuk shovel terbanyak adalah skor
1/bentuk shovel samar-samar (42,2%) dan yang paling sedikit adalah skor 0/bentuk
shovel tidak ada (4,1%).
Pada ras Proto Melayu persentase tonjol carabelli pada gigi molar pertama
rahang atas adalah 29,5%, pada ras Deutro Melayu 37,8% dan ras Cina (Mongoloid)
34,8%. Untuk ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) tipe tonjol
carabelli terbanyak adalah tipe V/absent. Persentase shovel incisor pada ras Proto
Melayu 91,8%, pada ras Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) 100,0%. Untuk shovel
incisor pada ras Proto Melayu yang terbanyak adalah grade 2/semishovel, ras Deutro
Melayu grade 1/shovel incisor samar-samar dan untuk ras Cina (Mongoloid) grade
1/shovel incisor samar-samar dan grade 3/shovel.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uji X2, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tonjol
carabelli dan bentuk shovel pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina, begitu
juga pada laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan kemungkinan
adanya kedekatan hubungan antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina yang
ada di Indonesia dengan ras Mongoloid. Walaupun Indonesia campuran ras
Mongoloid dan Austromelanesit, dari frekuensi tonjol carabelli pada gigi molar
pertama dan bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas mirip ras
Mongoloid.
Keberadan tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa
FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) tidak selalu
bilateral, sedangkan keberadaan bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang
atas selalu bilateral.
7.2 Saran
Saran penulis dalam penelitian ini:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang banyak
dan cakupan yang luas untuk mendapatkan hasil yang bisa mewakili ras-ras yang ada
di Indonesia, khususnya ras-ras yang ada di Sumatera Utara.
2. Bagi dokter gigi yang melakukan pencetakan terhadap pasien, diharapkan
dapat menyimpan hasil cetakannya dengan baik, untuk kepentingan identifikasi yang
mungkin suatu saat diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
top related