penelitian penerapan teknologi pengolahan citra … · pengambilan citra tanaman tomat dan...
Post on 06-Mar-2019
247 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENELITIAN
PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN CITRA UNTUK
MENGANALISA RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP
PEMBERIAN AIR IRIGASI
Oleh :
LUQMAN HAKIM
F14104047
2010
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ii
PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN CITRA UNTUK
MENGANALISA RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP
PEMBERIAN AIR IRIGASI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
LUQMAN HAKIM
F14104047
2010
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
iii
Judul Skripsi : Penerapan Teknologi Pengolahan Citra Untuk Menganalisa
Respon Tanaman Tomat Terhadap Pemberian Air Irigasi
Nama : Luqman Hakim
NIM : F14104047
Menyetujui,
Pembimbing
(Dr. Ir. Dewa Made Subrata, M.Agr)
NIP. 19620803 198703 1 002
Mengetahui :
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Desrial, M.Eng)
NIP. 19661201 199103 1 004
Tanggal Lulus :
iv
Luqman Hakim. F14104047. Penerapan Teknologi Pengolahan Citra Untuk
Menganalisa Respon Tanaman Tomat Terhadap Pemberian Air Irigasi. Di
bawah bimbingan : Dr. Ir. Dewa Made Subrata, M.Agr. 2010
RINGKASAN
Dengan kemajuan teknologi, kini tanaman holtikultura dapat
dibudidayakan dalam lingkungan yang terkontrol seperti greenhouse dan rumah
jaring, baik secara hidroponik maupun dengan menggunakan media tanam khusus
seperti arang sekam. Pada teknik budidaya ini, baik ditanam secara hidroponik
maupun dengan menggunakan media tanam khusus, pemberian nutrisi tanaman
dapat dilakukan melalui irigasi pompa. Dengan demikian, pemberian nutrisi pada
tanaman dapat dikendalikan secara otomatik sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Dosis pemberian nutrisi sudah diketahui untuk beberapa jenis tanaman tertentu,
tetapi meramu air dan nutrisi tanaman sedemikian rupa dan menakar jumlah air
yang perlu dialirkan ke tanaman yang dibudidayakan, serta waktu pemberian yang
tepat perlu dilakukan melalui analisa respon tanaman.
Pemberian air irigasi yang terus menerus memungkinkan pertumbuhan
tanaman akan berlangsung dengan baik, akan tetapi dapat menimbulkan resiko
busuk akar bila drainase tidak lancar. Namun demikian pemberian air yang
berlebihan berarti pemborosan dalam pemberian nutrisi. Selain itu, pemberian air
irigasi yang tetap jumlahnya juga kurang efisien dan kurang tepat sebab
kebutuhan tanaman akan air irigasi berubah seiring dengan perubahan suhu dan
kelembapan lingkungannya. Agar dapat memberikan jumlah air yang tepat
sepanjang waktu pertumbuhan, respon tanaman perlu diketahui. Dengan
mengetahui respon tanaman secara langsung (real time), pemberian air irigasi
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga dosis pemberian nutrisi
yang optimum dapat tercapai. Respon tanaman terhadap kekurangan air dapat
dimonitor secara real time menggunakan kamera CCD yang menangkap citra dari
beberapa sampel tanaman.
Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan teknologi pengolahan citra
dengan kamera CCD untuk mengetahui respon tanaman terhadap nutrisi pada
masa pertumbuhan hingga saat panen untuk tanaman tomat serta menganalisa
hubungan warna ,tinggi dan luas citra tanaman terhadap kebutuhan nutrisi.
Penelitian dilakukan di greenhouse Lahan Percobaan Leuwikopo
Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Waktu penelitian berlangsung mulai dari bulan Mei sampai dengan
Oktober 2008.
Kegiatan penelitian ini meliputi penyiapan media semai, perkecambahan,
pemeliharaan bibit, instalasi jaringan irigasi tetes, pembuatan larutan nutrisi,
pengambilan citra tanaman tomat dan kalibrasi pengolahan data citra tanaman.
Pengambilan data citra dilakukan setiap harinya dengan data yang diolah adalah
data citra setiap 3 hari.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh pemberian nutrisi
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Hasil pengolahan data menunjukkan pada
baris 1 ( EC > 10 mS ) memiliki pertumbuhan rata-rata 93.19 mm dan pada
v
baris 2 ( 2,5 < EC < 5 mS ) memiliki pertumbuhan rata-rata 93.59 mm. Sedangkan
pada baris 3 ( EC < 2,5 mS ) memiliki pertumbuhan rata-rata 93. 55 mm.
Pertumbuhan tanaman secara horizontal, yaitu luasan permukaan tanaman
juga tidak terlihat dipengaruhi oleh pemberian nutrisi. Hasil pengolahan data
menunjukkan pada baris 1 ( EC > 10 mS ) memiliki pertumbuhan rata-rata
13965.79 mm2 dan pada baris 2 ( 2,5 < EC < 5 mS ) memiliki pertumbuhan rata-
rata 14963.22 mm2. Sedangkan pada baris 3 ( EC < 2,5 mS ) memiliki
pertumbuhan rata-rata 14576.41 mm2.
Warna hijau pada tanaman ikut menentukan tingkat kesuburan tanaman itu
sendiri. Dalam hal ini kecukupan nutrisi yang didapat oleh tanaman. Namun pada
penelitian ini tidak terlihat dampak pemberian nutrisi terhadap warna hijau
tanaman. Dari ketiga baris tanaman dengan pemberian tingkat nutrisi yang
berbeda memiliki rata-rata fraksi nilai hijau tanaman sebesar 0.40.
Hasil penelitian menunjukka bahwa terdapat pengaruh tingkat pemberian
nutrisi dengan pertumbuhan tinggi , luasan tanaman dan warna hijau pada
tanaman.
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1987 sebagai anak
pertama dari pasangan H. Darisdal Darisan dan Santi Iriani.
Pendidikan formal dimulai di SDN Menteng 02 Jakarta pada tahun 1993-
1998 . Pendidikan yang ditempuh selanjutnya adalah di SMP 115 Jakarta pada
tahun 1999 – 2001. Setelah itu di SMU 68 Jakarta dari tahun 2002 – 2004. Pada
tahun 2004, penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian IPB untuk program S1.
Kegiatan kemahasiswaan yang pernah dikuti selama menempuh
pendidikan adalah ikut bergabung dalam Forum Bina Islami – FATETA,
kepanitiaan dalam acara penyambutan mahasiswa baru Fakultas Teknologi
Pertanian angkatan 43 dan SAPA HIMATETA-Teknik Pertanian angkatan 44.
Dalam menyelesaikan tugas akhirnya ,penulis melakukan penelitian
dengan judul ”Penerapan Teknologi Pengolahan Citra Untuk Menganalisa
Respon Tanaman Tomat Terhadap Pemberian Air Irigasi ”.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang berkat rahmatNya, penulis dapat
menyelesaikan draft penelitian yang berjudul “PENERAPAN TEKNOLOGI
PENGOLAHAN CITRA UNTUK MENGANALISA RESPON TANAMAN
TOMAT TERHADAP PEMBERIAN AIR IRIGASI” ini sebagai syarat untuk
ujian akhir skripsi.
Penelitian yang telah dilakukan merupakan aplikasi dari teknologi
pengolahan citra dalam bidang pertanian. Dengan menggunakan teknologi
pengolahan citra dilakukan analisa respon dari tanaman yang menjadi objek
penelitian ini terhadap tingkat konsentrasi pemberian air nutrisi sehingga dapat
dikembangkan lebih lanjut untuk membangun sistem kontrol otomatis pemberian
nutrisi kepada tanaman secara tepat.
Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga,
wajib saya berikan kepada :
1. Dr. Ir I Dewa Made Subrata ,M.Agr , selaku dosen pembimbing yang
telah berkenan membimbing penulis dalam penulisan skripsi.
2. Dr. Ir. Usman Ahmad ,M.Agr , yang telah berkenan sebagai penguji
pada skripsi penulis.
3. Ir. Mad Yamin ,MT , yang telah berkenan sebagai penguji pada skripsi
penulis dan atas segala masukkannya selama perbaikan skripsi penulis.
4. Chusnul Arif, STP., MSi , yang telah berkenan membimbing penulis
dalam melakukan penelitian dan atas segala masukkannya selama
melakukan penelitian .
5. Rekan-rekan mahasiswa TEP angkatan 41 yang telah memberikan
supportnya kepada penulis selama melakukan penelitian.
6. Orangtua dan ketiga adik penulis, atas pengorbanan serta kasih sayang
yang tak terhitung dan tak terhingga banyaknya serta support yang
diberikan selama penulis melakukan penelitian.
7. Semua pihak yang mustahil saya sebutkan satu per satu, yang telah
berjasa kepada saya. Kiranya Tuhan YME membalas kebaikan mereka.
viii
Penulis sadar, dalam penulisan skripsi penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Penulis berharap emoga skripsi yang amat sederhana ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Terima kasih.
Bogor, Juni 2010
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................. 1
B. TUJUAN................................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
A. PENGOLAHAN CITRA ......................................................................... 3
B. HIDROPONIK TANAMAN TOMAT..................................................... 5
C. IRIGASI TETES ..................................................................................... 9
III. METODE PENELITIAN............................................................................... 14
A. TEMPAT DAN WAKTU........................................................................ 14
B. BAHAN DAN PERALATAN ................................................................. 14
C. PROSEDUR PENELITIAN .................................................................... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
A. PENGOLAHAN CITRA TANAMAN TOMAT...................................... 24
B. PENGARUH PEMBERIAN AIR IRIGASI ............................................ 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 40
B. SARAN................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Dosis pemberian pupuk ............................................................................. 8
Tabel 2. .Perbandingan air dan bahan nutrisi A & B mix........................................... 19
Tabel 3 Kalibrasi Pengukuran Citra......................................................................... 23
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Budidaya tanaman tomat dengan hidroponik dalam greenhouse.............. 5
Gambar 2. Tanaman tomat ....................................................................................... 6
Gambar 3. Media semai berupa arang sekam............................................................ 15
Gambar 4. Bibit Tomat dalam media semai............................................................... 16
Gambar 5. Skema Instalasi jaringan irigasi tetes........................................................ 18
Gambar 6. Skema pengambilan citra pada tanaman tomat percobaan
di dalam greenhouse yang ditangkap oleh kamera CCD........................... 21
Gambar 7. Tampilan halaman utama program pengolahan citra ............................... 24
Gambar 8 Menu perintah pada program pengolahan citra......................................... 25
Gambar 9 Tampilan perintah Open File ................................................................... 25
Gambar 10 Tampilan hasil perintah Open ................................................................. 26
Gambar 11 Tampilan hasil Thresholding ................................................................... 26
Gambar 12 Proses erosion dan dilation pada citra ..................................................... 27
Gambar 13 Tampilan pada kolom hasil perintah Area/Shape Factor ......................... 27
Gambar 14 Tampilan hasil perintah Color ................................................................ 28
Gambar 15 Tampilan pada kolom hasil Show Results............................................... 29
Gambar 16. Perbandingan Luasan Rata-rata Penampang Atas Tanaman.................... 31
Gambar 17a. Perbandingan Tinggi Rata-rata Tanaman (Fase Pertumbuhan Awal) .... 35
Gambar 17b. Perbandingan Tinggi Rata-rata Tanaman (Fase Pembungaan) .............. 35
Gambar 17c. Perbandingan Tinggi Rata-rata Tanaman (Fase Pembuahan) ................ 36
Gambar 18. Perbandingan Warna Hijau Citra Tanaman ........................................... 37
Gambar 19. Pemasangan Tali Untuk Ketgakkan Tanaman ....................................... 38
Gambar 20. Foto tanaman yang terserang bakteri .................................................... 38
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Nilai Luasan Permukaan Tiap Tanaman dalam Satu Baris .................... 41
Lampiran 2. Nilai Tinggi Tiap Tanaman dalam Satu Baris ....................................... 47
Lampiran 3. Nilai Warna Hijau Tiap Tanaman dalam Satu Baris.............................. 53
Lampiran 4. Layout Sistem Irigasi Tetes dalam Greenhouse .................................... 62
Lampiran 5. Contoh Gambar Saat kegiatan Pengambilan Citra ................................. 63
1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan kemajuan teknologi, kini tanaman holtikultura dapat
dibudidayakan dalam lingkungan yang terkontrol seperti greenhouse dan
rumah jaring, baik secara hidroponik maupun dengan menggunakan media
tanam khusus seperti arang sekam. Pada teknik budidaya ini, baik ditanam
secara hidroponik maupun dengan menggunakan media tanam khusus,
pemberian nutrisi tanaman dapat dilakukan melalui irigasi pompa. Dengan
demikian, pemberian nutrisi pada tanaman dapat dikendalikan secara
otomatik sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dosis pemberian nutrisi sudah
diketahui untuk beberapa jenis tanaman tertentu, tetapi meramu air dan nutrisi
tanaman sedemikian rupa dan menakar jumlah air yang perlu dialirkan ke
tanaman yang dibudidayakan, serta waktu pemberian yang tepat perlu
dilakukan melalui analisa respon tanaman.
Pemberian air irigasi yang terus menerus memungkinkan pertumbuhan
tanaman akan berlangsung dengan baik, akan tetapi dapat menimbulkan
resiko busuk akar bila drainase tidak lancar. Namun demikian pemberian air
yang berlebihan berarti pemborosan dalam pemberian nutrisi. Selain itu,
pemberian air irigasi yang tetap jumlahnya juga kurang efisien dan kurang
tepat sebab kebutuhan tanaman akan air irigasi berubah seiring dengan
perubahan suhu dan kelembapan lingkungannya. Agar dapat memberikan
jumlah air yang tepat sepanjang waktu pertumbuhan, respon tanaman perlu
diketahui. Dengan mengetahui respon tanaman secara langsung (real time),
pemberian air irigasi dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga
dosis pemberian nutrisi yang optimum dapat tercapai. Respon tanaman
terhadap kekurangan air dapat dimonitor secara real time menggunakan
kamera CCD yang menangkap citra dari beberapa sampel tanaman.
Melalui penelitian ini, diharapkan pemberian nutrisi dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan mengetahui respon dari tanaman
terhadap dosis pemberian air irigasi.
2
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menerapkan teknologi
pengolahan citra dengan kamera CCD untuk mengetahui respon tanaman
terhadap nutrisi pada masa pertumbuhan hingga saat panen untuk tanaman
tomat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :
1. Mempelajari respon, dalam hal ini pertumbuhan tinggi dan luas kanopi
tanaman terhadap suplai nutrisi
2. Mempelajari perubahan warna tanaman terhadap pemberian nutrisi
melalui air irigasi.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGOLAHAN CITRA
Menurut Gao dan Tan (1996), pengolahan citra adalah teknologi visual
yang berusaha menganalisis dan mengamati suatu obyek tanpa merusaknya.
Sebuah sistem visual memiliki kemampuan untuk memperbaiki informasi
yang berguna dari sebuah pemandangan proyeksi dua dimensi. Kata
memperbaiki disini dipakai karena citra merupakan proyeksi dua dimensi dari
benda tiga dimensi, sehingga informasi yang dipakai harus diperbaiki (ada
bagian informasi yang hilang setelah citra diperbaiki).
Pengolahan citra (image processing) adalah ilmu untuk memanipulasi
gambar, yang melingkupi teknik-teknik untuk memperbaiki atau mengurangi
kualitas gambar, menampilkan bagian tertentu dari gambar, membuat sebuah
gambar yang baru dari beberapa bagian gambar yang sudah ada, dan beberapa
teknik manipulasi gambar lainnya (Budhi et al. 2005).
Pengolahan citra (image processing) merupakan suatu sistem dimana
proses dilakukan dengan masukan berupa citra (image) dan hasilnya juga
berupa citra (image). Pada awalnya pengolahan citra ini dilakukan untuk
memperbaiki kualitas citra, namun dengan berkembangnya dunia komputasi
yang ditandai dengan semakin meningkatnya kapasitas dan kecepatan proses
komputer, serta munculnya ilmu-ilmu komputasi yang memungkinkan
manusia dapat mengambil informasi dari suatu citra, maka image processing
yang tercakup dalam bidang computer vision juga berkembang dengan pesat.
Sesuai dengan perkembangan computer vision itu sendiri, pengolahan
citra mempunyai dua tujuan utama, yaitu memperbaiki kualitas citra dan
mengekstraksi informasi ciri yang menonjol pada suatu citra, dimana hasilnya
adalah informasi citra dimana manusia mendapatkan informasi ciri dari citra
secara numerik.
Dalam perkembangan lebih lanjut image processing dan computer
vision digunakan sebagai pengganti mata manusia, dengan perangkat input
image capture seperti kamera dan scanner sebagai mata dan mesin komputer
sebagai otak yang mengolah informasi.
4
Teknologi pengolahan citra telah dicoba untuk mendeteksi buah tomat
mini dalam kerimbunan daun pada tanaman tomat mini dengan
memanfaatkan perbedaan warna untuk digunakan pada robot pemanen tomat
mini (Kondo et al., 1996). Pengolahan citra juga telah digunakan untuk
mengamati pertumbuhan mahluk hidup, mulai dari koloni mikroba hingga
tanaman yang cukup besar untuk diamati perkembangannya. Dengan bantuan
citra yang ditangkap oleh kamera, dan selanjutnya diolah, dapat diketahui
bahwa fase pertumbuhan awal tanaman air sangat penting bagi kemampuan
tanaman tersebut dalam memperoleh udara untuk bertahan hidup (Marjoline
et al., 2003).
Pengolahan citra dapat digunakan untuk mempelajari karakteristik
pertumbuhan tanaman holtikultura yang dihubungkan dengan kebutuhan
nutrisi dan air irigasi. Tanaman holtikultura akan mempunyai penampilan
yang berbeda pada kondisi yang berbeda. Warna daun dan batang memang
didominasi warna hijau, akan tetapi kadar kehijauannya akan berbeda bila
tanaman kekurangan salah satu nutrisi. Demikian pula dengan ukuran daun,
ukuran tanaman secara keseluruhan pada umur tertentu, akan dapat digunakan
untuk mengetahui apakah tanaman mengalami kekurangan nutrisi atau tidak.
Kekurangan air irigasi akan direspon oleh tanaman dengan mengecilkan
ukuran stomata pada daun, mengurangi ketegakkan posisi daun dan
penampilan daun yang kurang tegak. Semua penampilam tersebut dapat
dipelajari melalui citra foto digital dari tanaman yang selanjutnya diolah
menggunakan program pengolah citra. Setiap parameter yang dianalisis akan
dihubungkan dengan kebutuhan nutrisi dan air irigasi, sehingga respon yang
ditangkap dan dianalisis dapat digunakan unuk memperkirakan kondisi
tanaman dan kebutuhan nutrisi dan air untuk membuatnya kembali dalam
kondisi optimum.
Pada pengolahan citra terdapat dua unsur utama yaitu: perangkat keras
dan perangkat lunak. Komponen utama dari perangkat keras pengolahan citra
secara digital adalah kamera penangkap citra, komputer, alat peraga, dan
lampu-lampu khusus. Kamera yang sering digunakan untuk menangkap citra
adalah kamera CCD (charge-coupled device). Kamera CCD menghasilkan
5
keluaran berupa citra analog sehingga dibutuhkan perangkat digitasi yang
terpisah dari kamera. Sistem perangkat keras terdiri dari beberapa subsistem
komputer, masukan video, keluaran video, kontrol proses interaktif,
penyimpanan berkas citra, dan perangkat khusus pengolahan citra.
B. HIDROPONIK TANAMAN TOMAT
Hidroponik berasal dari bahasa latin, yakni hidros yang berarti air dan
ponos yang berarti kerja. Dengan demikian secara tekstual hidroponik bisa
diartikan bekerja dengan air. Kebutuhan unsur hara tanaman pada sistem
hidroponik disuplai lewat air yang disiramkan setiap hari secara otomatis ke
dalam media tanam ataupun tanaman memang sengaja ditanam di dalam air
seperti pada hidroponik sistem NFT (Nutrition Film Technique). Media tanam
yang digunakan dalam hidroponik sistem NFT bukan lagi tanah, pasir, atau
sekam melainkan sebuah rangkaian sistem aliran larutan yang mengalir secara
terus menerus. Di dalam aliran tersebut mengandung berbagai jenis unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Hidroponik dapat dilakukan di dalam greenhouse atau dikebun seperti
tanaman-tanaman lainnya. Keuntungan hidroponik di dalam greenhouse
adalah suhu, kelembapan, curah hujan, dan sinar matahari dapat diatur sesuai
dengan keinginan serta dapat mengurangi resiko seranngan hama dan
penyakit.
Gambar 1. Budidaya tanaman tomat dengan hidroponik dalam greenhouse
6
Keuntungan lainnya dari bercocok tanam secara hidroponik jika
dibandingkan dengan bercocok tanam secara biasa antara lain penggantian
tanaman yang mati dapat dilakukan secara cepat, dosis pemakain pupuk lebih
tepat, dan tempat menaruh tanaman dapat dilakukan pada lahan yang sulit
ditanami secara biasa, misalnya lahan berbatu, berkapur atau lahan yang
kondisi tanahnya amat kurus ( Pinus Lingga, 1985).
Umumnya hidroponik tanaman tomat dilakukan di dalam plastik
polibag yang diisi media tanam berupa sekam bakar, gambut, rockwool dan
sabut kelapa. Sementara itu, sistem pengairan yang digunakan adalah drip
irigation atau irigasi tetes.
Tanaman tomat sendiri merupakan tanaman tahunan yang di usahakan
sebagai tanaman semusim (Janick, 1972). Bunga tomat tersusun dalam tandan
yang terletak diantara ruas batang, terdiri dari lima helai kelopak bunga, lima
helai mahkota yang berwarna kuning, lima benag sari yang muncul dari dasar
mahkota serta kepala putik. Tomat pada umumnya menyerbuk sendiri
(Thompson dan Kelly, 1979).
Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup
kuat. Warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada
permukaan batangnya ditumbuhi banyak rambut halus terutama di bagian
Gambar 2. Tanaman tomat
7
yang berwarna hijau. Di antara rambut-rambut halus tersebut biasanya
terdapat rambut kelenjar. Pada bagian buku-bukunya terjadi penebalan dan
kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek. Jika
dibiarkan (tidak dipangkas), tanaman tomat akan memiliki banyak cabang
yang menyebar merata (Anonim, 1993).
Daun tomat mudah dikenali karena memilki bentuk daun yang khas,
yaitu berbentuk oval, bergerigi, dan memiliki celah yang menyirip. Daunnya
merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah daun antara 5-7. Daunnya
berukuran sekitar 15-30 cm x 10-25 cm. Tangkai daun majemuk memiliki
panjang sekitar 3-6 cm. Umumnya di antara pasangan daun yang besar
terdapat 1-2 daun kecil. Daun majemuk tersusun spiral mengelilingi
batangnya (Anonim,1993).
Bunga tomat berukuran kecil dan berwarna kuning cerah. Di bagian
bawah terdapat kelopak bunga yang berwarna hijau. Bagian mahkota bunga
nya berwarna kuning cerah dan jumlahnya sekitar 6 buah dengan ukuran
sekitar 1 cm. Bunganya memiliki 6 buah benang sari dengan kepala sari yang
juga berwarna kunig cerah (Anonim, 1993).
Tomat merupakan tanaman yang sensitif terhadap air. Terlalu banyak
air atau kurang, sama-sama berakibat buruk bagi tanaman. Sedangkan
kebutuhan air juga berubah seiring dengan pertumbuhan tanaman, sehingga
kontrol terhadap pemberian air irigasi sangat penting untuk dilakukan.
Kebutuhan nutrisi tanaman tomat adalah 175 kg/ha untuk urea, 350 kg/ha
untuk TSP dan 200 kg/ha untuk KCL (Ferziana, 2001). Sementara hasil
penelitian lain mengatakan, kebutuhan nutrisi tanaman tomat adalah 8-10
g/tanaman untuk urea dan 10-15 g/tanaman untuk TSP (Marr, 1996).
8
Jenis
Tanaman
Dosis
(cc/ltr air)
Interval Pemberian
(hari)
Kebutuhan Larutan
(ml/tanaman)
Cabai merah 2 – 4 10 – 14 100 - 200
Tomat 2 – 4 10 – 14 100 - 200
Terung 2 – 4 10 – 14 100 – 200
Mentimun 2 – 4 7 – 10 100 – 200
Melon 2 – 4 7 – 10 100 – 200
Semangka 3 – 5 10 – 14 100 - 300
Kebutuhan nutrisi untuk beberapa jenis tanaman holtikultura termasuk
tomat yang dirilis oleh suatu perusahaan distributor pupuk cair diperlihatkan
pada tabel 1. Teknik aplikasinya dilakukan dengan menyiramkan larutan yang
dibuat pada sistem perakaran atau menyemprotkannya pada daun tanaman
selama belum terjadi pembungaan.
Suhu bulanan rata-rata yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
berkisar anatara 21oC – 24
oC, sedangkan suhu malam yang sesuai bagi
pembentukan bunga dan buah berkisar anatara 15oC – 20
oC. Untuk
pertumbuhan dan hasil yang baik, tomat memerlukan penyinaran matahari
sepanjang hari (Thompson dan Kelly, 1979).
Subhan et all.(1989) mengatakan bahwa tanaman tomat dapat
beradaptasi secara luas, baik di dataran tinggi (lebih tinggi dari 750 m dpl),
medium (antara 450 - 750 m dpl) dan dataran rendah (antara 0 – 450 m dpl).
Syarat penting untuk tumbuh adalah tanahnya gembur, sedikit mengandung
pasir dan subur (banyak menganduing humus) tetapi yang paling baik adalah
tanah liat yang sedikit mengandung pasir dengan pH 5 – 6 (Halim et
all.,1981; Sunaryo dan Rismunandar, 1981).
Tabel 1. Dosis pemberian pupuk
Sumber : (www.indonetwork.co.id)
9
Secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat
sebagai berikut :
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflarae
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon atau Lycopersicum
Spesies : Lycopersicon lycopersicum (L) karst
atau Lycopersicon esculentum Mill.
C. IRIGASI TETES
Secara umum irigasi didefinisikan sebagai usaha pemberian air kepada
tanah agar dicapai kelembaban tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Air irigasi merupakan air pelengkap untuk mencapai kelembaban tanah yang
diinginkan selain air hujan dan air tanah.
Manfaat air irigasi secara terperinci adalah sebagai berikut :
1. Menambah kelembaban tanah
2. Menghindarkan tanaman dari kekeringan
3. Menjaga suhu tanah dan udara sehingga membuat lingkungan yang
mendukung pertumbuhan tanaman
4. Mencuci dan melarutkan garam
5. Mencegah keretakan tanah
6. Mempermudah pengolahan tanah
7. Memperlambat terbentuknya buah
8. Mencegah pembekuan
Pemberian air irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi
yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang
tinggi di sekitar perakaran tanaman.
Pada irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum
dapat dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan
secara harian.
10
Irigasi tetes dapat diterapkan pada daerah-daerah dimana:
1. Air tersedia sangat terbatas atau sangat mahal
2. Tanah berpasir, berbatu atau sukar didatarkan
3. Tanaman dengan nilai ekonomis tinggi
Irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan
menggunakan pipa tanah liat. Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang
mulai tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi. Pada tahun 1940-
an irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di Inggris. Penerapan
irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada tahun 1960-an.
Irigasi tetes memiliki kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi
lainnya, yaitu:
1. Meningkatkan nilai guna air
Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang bersifat lokal dan
jumlah yang sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran permukaan
dan perkolasi. Transpirasi dari gulma juga diperkecil karena daerah yang
dibasahi hanya disekitar tanaman.
2. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi
tetes ini dan kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal
bagi pertumbuhan tanaman.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian
Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air
irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih
sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya disekitar
daerah perakaran.
4. Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam
dari daerah perakaran.
5. Menekan pertumbuhan gulma
Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman,
sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
6. Menghemat tenaga kerja
11
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis,
sehinga tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan
tenaga kerja pada pekerjaan pemupukan , pemberantasan hama dan
penyiangan juga dapat dikurangi.
Sedangkan kelemahan dari metode irigasi tetes adalah sebagai berikut:
1. Memerlukan perawatan yang intensif
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada
irigasi tetes, karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian
air. Untuk itu diperlukan perawatan yang lebih intensif dari jaringan irigasi
tetes agar resiko penyumbatan dapat diperkecil.
2. Penumpukan garam
Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada daerah
yang kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
3. Membatasi pertumbuhan tanaman
Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko
kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat.
4. Keterbatasan biaya dan teknik
Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam
pembangunannya. Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk
merancang, mengoperasikan dan memeliharanya.
Pemberian air irigasi pada irigasi tetes meliputi beberapa metode
pemberian, yaitu sebagai berikut:
1. Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam
bentuk tetesan yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar
daerah perakaran dengan menggunakan emitter. Debit pemberian sangat
rendah, biasanya kurang dari 12 l/jam untuk point source emiitter atau
kurang dari 12 l/jam per m untuk line source emitter.
2. Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation ). Pada metoda ini air
irigasi diberikan menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit
pemberian pada metoda irigasi ini sama dengan yang dilakukan pada
irigasi tetes.
12
3. Bubbler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan
tanah seperti aliran kecil menggunakan pipa kecil (small tube ) dengan
debit sampai dengan 225 l/jam. Untuk mengontrol alran permukaan (run
off) dan erosi, seringkali dikombinasikan dengan cara penggenangan (
basin ) dan alur ( furrow ).
4. Irigasi percik ( spray irrigation ). Pada metoda ini, air irigasi diberikan
dengan menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan
tanah. Debit pemberian air irigasi percik samapai dengan 115 l/jam. Pada
metoda ini, kehilangan air karena evaporasi lebih besar dibandingkan
dengan metoda irigasi tetes lainnya.
D. PENGUKURAN DAN PEMBUATAN LARUTAN NUTRISI
Dalam sebuah sistem hdroponik, bahan-bahan yang mengandung unsur-
unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dilarutkan dalam air.
Perkiraan konsentrasi unsur-unsur nutrisi dalam larutan tersebut dapat
diperoleh dengan melakukan pengukuran kemampuan air / larutan
menghantarkan arus listrik, karena semakin pekat larutan semakin besar arus
listrik yang dapat dihantarkan oleh larutan tersebut.
Untuk mengukuran tingkat kepekatan larutan nutrisi digunakan EC
(electrical conductivity / konduktivitas listrik)meter. Konduktivitas listrik
biasanya dinyatakan dalam satuan milimhos. Dalam kimia pertanian,
konduktivitas listrik sering dinyatakan dalam faktor konduktivitas/
conductivity factor atau cF. Tujuannya untuk menghindari pengunaan angka
nol yang terlalu banyak apabila dinyatakan dalam mikrohos
Keterangan :
Larutan nutrisi dapat dibuat dengan cara melarutkan langsung bahan-
bahan penyusun larutan nutrisi yang ditakar ke dalam air yang akan
cF 10 = 1 milimhos = 1 mS cm-1
= 1000 µS cm-1
mS cm-1
: milisiemens per centimeter
µS cm-1
: mikrosiemens per centimeter
13
disirkulasikan ke dalam sistem irigasi tetes. Namun demikian akan lebih
praktis apabila kita menggunakan larutan stok/pekat untuk pengendalian
secara manual maupun jika kontrol otomatis digunakan. Larutan pekat yang
dibuat dapat diencerkan menjadi larutan siap pakai untuk hidroponik sesuai
dengan kepekatan yang dibutuhkan.
Larutan stok merupakan larutan nutrisi yang memiliki konsentrasi yang
tinggi atau pekat. Larutan stok dalam jumlah yang relatif sedikit ditambahkan
kedalam larutan nutrisi yang tersirkulasi dalam volume yang besar untuk
menambah unsur nutrisi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan larutan stok adalah
pengendapan. Pengendapan adalah pemindahan salah satu zat dari larutan
sebagai hasil dari reaksi kimia antara dua zat terlarut yang menghasilkan zat
dalam bentuk/wujud baru, zat yang memiliki daya larut rendah sehingga
berbentuk padatan yang mengendap. Dalam sebuah larutan jenuh, konsentrasi
dari anion dan kation dari suatu bahan yang dilarutkan ,memiliki nilai-nilai
tertentu tergantung dari sifat bahan tersebut. Nilai-nilai tersebut dikenal
sebagai angka kelarutan/daya larut bahan. Jika jumlah ion-ion dari
produk/bahan yang dilarutkan melebihi dari angka kelarutan bahan tersebut,
akan terjadi endapan. Sehingga apabila 2 jenis bahan dilarutkan kedalam air
yang akan saling bereaksi membentuk zat ketiga ,tidak akan terbentuk
endapan berupa bahan ketiga tersebut jika volume airnya relatif lebih tinggi
dari daya larut zat keiga tersebut.
14
III. METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di greenhouse Lahan Percobaan Leuwikopo
Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Waktu penelitian berlangsung mulai dari bulan Mei sampai
dengan Oktober 2008.
B. BAHAN DAN PERALATAN
Bahan untuk penelitian adalah bibit tomat ambrosia F1, bibit tomat San
Marino, media tanam arang sekam, polybag, dan larutan nutrisi untuk tanaman
tomat. Pompa air 125 Watt, pipa PVC,pipa polyetylen, arrow dripper, filter
dan 3 buah bak penampung larutan nutrisi digunakan untuk membangun
sistem irigasi tetes.
Peralatan yang digunakan adalah satu unit greenhouse, kamera
digital,tripod, meteran, kain untuk background gambar dan 1 unit komputer
beserta program pengolah citra.
C. POSEDUR PENELITIAN
•••• Penyiapan Media Semai
Pembibitan adalah kegiatan budidaya yang bertujuan menyediakan
bibit tanaman yang berkualitas dalam jumlah yang memadai, yaitu dengan
cara melakukan penyemaian di tempat khusus. Bibit merupakan calon
tanaman produktif yang kondisinya masih lemah sehingga penanganan dan
perawatannya lebih intensif.
Media persemaian berupa arang sekam yang telah dikondisikan
sedemikian rupa sehingga memudahkan benih dapat tumbuh dengan baik.
Media semai dibasahi terlebih dahulu sehingga seluruh permukaan arang
sekam dalam kondisi basah atau lembab. Kemudian arang sekam
ditempatkan ke dalam wadah yang sudah disediakan.
15
Benih tomat sebelum ditempatkan ke dalam media semai, diberi
perlakuan dengan direndam kedalam air hangat (30oC – 40
oC) selama 2-3
menit (Wiryanta : 2002) . Benih yang mengapung saat direndam dibuang
karena berkualitas rendah. Setelah itu benih ditiriskan dan dipisah-
pisahkan untuk mempermudah penebaran dalam media semai. Suhu air
untuk merendam benih yang berada di atas 40oC dapat merusak dan
menggumpalkan protein pada kulit benih sehingga dapat menyebabkan
kematian benih. Suhu rendaman yang terlalu rendah mengakibatkan benih
memerlukan waktu yang cukup lama dalam fase perkecambahan.
Benih tomat kemudian disebar dalam media persemaian yang
kemudian ditutup kembali dengan arang sekam. Media persemaian
kemudian ditutup dengan koran hingga berkecambah.
•••• Perkecambahan
Temperatur optimum untuk perkecambahan berkisar antara 20oC –
30oC. Perkecambahan berlangsung lebih cepat pada lingkungan tumbuh
yang gelap dan hangat atau dikenal dengan kegiatan penutupan. Penutupan
dilakukan 2-3 hari dan perlu diawasi setiap hari untuk mengetahui
kemunculan kecambah. Kegiatan penutupan diakhiri apabila kecambah
Gambar 3. Media semai berupa arang sekam
16
mulai terlihat, karena keterlambatan membuka penutup dapat
mengakibatkan pertumbuhan kecambah menjadi berkualitas buruk dan
dapat menyebabkan kecambah tumbuh terlalu besar. Kelembaban media
penyemaian juga tetap dijaga dengan memberikan penyiraman sebanyak
dua kali dalam sehari,yaitu pagi dan sore hari saat matahari tidak terlalu
tinggi.
Setelah bibit berumur sekitar 4 minggu atau tanaman sudah
menunjukkan 2 pasang atau 4 helai daun sejati maka bibit tanaman
dipindahkan ke wadah tanam berupa polybag yang telah diberi media
tanam berupa arang sekam. Pengisian media tanam ke dalam polybag
dilakukan sedemikian rupa agar kelebihan air irigasi nantinya akan dapat
dikeluarkan melalui lubang-lubang drainase.
Pemindahan memerlukan perhatian dan perlakuan yang cukup hati-
hati dan dilakukan sekaligus. Pemindahan ke media tanam dilakukan pada
saat matahari tidak terik (pagi hari) karena kondisi perakaran dan tanaman
tersebut dalam keadaan lemah.
Gambar 4. Bibit Tomat dalam media semai
17
•••• Pemeliharaan Bibit
Pemeliharaan bibit dilakukan sampai bibit siap dipindahkan pada
lahan produksi. Hal-hal yang harus diperhatikan selama pemeliharaan bibit
adalah berkaitan dengan penyiraman, pengendalian mikroklimat dan
menjaga sanitasi lingkungan tumbuh.
Media tanam yang kering tidak baik bagi pertumbuhan bibit
sehingga kondisinya harus dipertahankan tetap dalam kondisi lembab.
Penyiraman dilakukan setiap hari, yaitu pagi dan di sore hari. Namun,
waktu pemberian air juga perlu diperhatikan yaitu tidak terlalu siang
(pukul 08.00 -09.00) karena jika suhu sudah mulai tinggi penyiraman
dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan jangan pula terlalu sore
(pukul 15.30 -16.30) karena dapat menyebabkan pertumbuhan
mikroorganisme pathogen yang dapat menimbulkan penyakit pada
tanaman. Pemberian air dengan cara dipercikan sehingga tidak sampai
merusak permukaan media tanam dan tidak mengganggu kedudukan
tanaman.
Pengaturan mikroklimat lingkungan pembibitan adalah dengan
memperhatikan sirkulasi udara dan drainase sehingga tidak terjadi
genangan air, selain itu harus dihindari kontak langsung dari sinar
matahari terhadap tanaman dengan cara ditempatkan pada tempat terbuka
yang teduh. Kebersihan lingkungan pembibitan juga dijaga untuk
menghindari berkembangnya hama pengganggu dan mencegah timbulnya
penyakit pada tanaman, sehingga diharapkan didapat bibit tanaman tomat
yang berkualitas baik.
•••• Instalasi Jaringan Irigasi Tetes
Komponen irigasi tetes yang digunakan meliputi:
a. Pipa utama yang terbuat dari plastik polyvinyl chloride (PVC)
berukuran ¾ inchi dengan panjang 3 meter.
b. Pipa sekunder dan pipa lateral yang terbuat dari bahan polyethylen
(PE). Pipa PE untuk pipa sekunder yang digunakan berukuran 13 mm
dengan panjang 12 meter untuk masing-masing barisan tanaman.
18
Sedangkan pipa PE untuk pipa lateral yang digunakan berukuran 5 mm
dengan panjang 40 cm sebanyak 60 buah sesuai dengan jumlah tanaman
yang digunakan di dalam penelitian.
c. Arrow dripper, sebagai penetes.
d. Dist. Filter
e. Pompa air 125 watt
Adapun skema instalasi dari jaringan irigasi tetes yang digunakan
dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 5. Skema Instalasi jaringan irigasi tetes
Keterangan :
Pipa Lateral
: Pompa Air
: Filter
: Katup
: Arrow dripper
Pipa Utama
Pipa Pembagi
Larutan Nutrisi
EC > 10 mS
Larutan Nutrisi
2,5 < EC < 5 mS
Larutan Nutrisi
EC < 2,5 mS
19
•••• Penyiapan Media Tanam
Penyiapan media tanam dilakukan sebelum bibit tanaman siap tanam
agar pada saat pindah tanam media tanam sudah benar-benar siap untuk
ditanami disertai dengan bangunan dan instalasi jaringan irigasi tetes.
Media tanam yang digunakan adalah arang sekam yang ditempatkan dalam
wadah tanam berupa polybag berukuran 30 cm x 30 cm. Banyaknya
polybag disesuaikan dengan kebutuhan banyaknya tanaman yang
digunakan di dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60 buah.
•••• Pembuatan Larutan Nutrisi
Larutan stok nutrisi dibuat dengan cara mencampurkan bahan-bahan
nutrisi dengan air. Bahan nutrisi yang digunakan adalah larutan A & B mix
untuk tomat. Kedua larutan dicampur kedalam 3 buah ember plastik yang
berbeda yang diisi sebelumnya dengan air sebanyak 45 liter. Untuk
mendapatkan tingkat kepekatan larutan yang berbeda, bahan larutan yang
dicampurkan memiliki perbandingan volume yang berbeda pula.
Perbandingan campuran yang digunakan seperti yang terlihat pada Tabel
3.
Nilai pada tabel diatas didapat dengan cara mencampurkan bahan A
dan B kedalam air sedikit demi sedikit dengan perbandingan yang sama
hingga didapat nilai EC yang diinginkan. Nilai EC diukur dengan
menggunakan EC meter. Setelah nilai yang didapat stabil, larutan nutrisi
disimpan di wadah yang berbeda.
Adanya objek-objek dari luar yang masuk ke dalam wadah seperti
hewan-hewan kecil dan dedaunan mempengaruhi tingkat kelarutan nutrisi.
Hal tersebut dapat dicegah dengan menutup wadah larutan nutrisi. Namun
pada kenyataannya, nilai EC akan tetap berkurang akibsat terbentuknya
endapan pada dasar wadah. Oleh karena itu, nilai EC selalu dijaga dengan
Bahan A (mL) Bahan B (mL) Air (liter) EC (mS)
Ember 1 300 300 45 1.2
Ember 2 1100 1100 45 3.6
Ember 3 2200 2200 45 10.7
Tabel 2. Perbandingan air dan bahan nutrisi A & B mix
20
cara menambahkan campuran air dan bahan kembali hingga nilai EC
kembali stabil ke nilai awal.
•••• Penanaman
Bibit tanaman yang sudah berumur sekitar 5 minggu atau sudah
menunjukkan adanya 4 pasang atau delapan daun sejati sudah dapat
dipindahkan ke dalam polybag yang telah disiapkan sebelumnya. Setiap
polybag telah berisi media tanam berupa arang sekam.
Setelah dilakukan pemindahan ke polybag kemudian tanaman
disiram dengan air dan jangan sampai merusak permukaan media tanam
sehingga perakaran tetap tertutup oleh media tanam. Setelah seluruh bibit
dipindahkan ke dalam polybag, tanaman ditempatkan pada tempat yang
teduh dan tidak mendapatkan kontak langsung dengan cahaya matahari.
Dikarenakan kondisi tanaman masih terlalu peka terhadap gangguan dari
lingkungan. Tanaman memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan
lingkungan barunya, oleh sebab itu pertumbuhan tanaman sedikit
terhambat atau tidak mengalami pertumbuhan.
Tanaman tomat ditumbuhkan dalam tiga kelompok dengan jumlah
30 sampai 40 tanaman per kelompok. Setiap kelompok tanaman akan
mendapatkan nutrisi yang telah dilarutkan dalam air sesuai dengan dosis
yang dianjurkan, dengan jumlah yang berbeda.
Pemberian air nutrisi pada tanaman dibedakan menjadi tiga menurut
tingkat kepekatan larutan nutrisi, yaitu larutan dengan kepakatan tinggi(
>10 mS), kepekatan sedang (2.5 – 5 mS) , dan kepekatan rendah (<2.5
mS). Dosis yang diberikan setiap harinya berbeda menurut fase-fase
pertumbuhan pada tanaman tomat. Pada fase awal pertumbuhan, dosis air
nutrisi yang diberikan sebanyak 50 mL per pemberian dengan frekuensi
dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pada fase pembentukan
bunga, dosis pemberian air nutrisi ditingkatkan hingga 100 mL dengan
frekuensi pemberian yang sama. Dan pada fase pembentukan buah, dosis
pemberian air nutrisi pada tanaman tomat sebanyak 200 mL.
21
Larutan nutrisi yang digunakan adalah A & B mix. Perbandingan
campuran larutan yang digunakan adalah 1 : 1. Pemberian larutan nutrisi
memanfaatkan sistem irigasi tetes, sehingga pemberian dosis dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan tanaman selama penelitian.
•••• Perempelan
Perempelan merupakan kegiatan membuang tunas-tunas baru yang
tumbuh pada batang utama dan pada ketiak daun dan daun-daun tua yang
tumbuh sebelum pucuk tanaman. Perempelan selanjutnya dilakukan untuk
membuang daun-daun tua yang telah rusak dan juga daun-daun yang
terkena penyakit. Perempelan dilakukan tidak terlalu sering karena dapat
mengganggu proses fotosintesis untuk menghasilkan substrat yang
dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Perempelan dilakukan dengan
berhati-hati dan sebaiknya menggunakan gunting tanaman sehingga dapat
mengurangi resiko tanaman menjadi rusak dan terkena penyakit.
•••• Pengambilan dan Pengolahan Citra Tanaman Tomat
Sejak ditempatkan dalam rumah kaca, keadaan dan perkembangan
tanaman diamati dengan cara merekam tanaman sampel menggunakan
kamera CCD dan disimpan ke dalam memori komputer. Pengambilan citra
dilakukan dari atas dan dari samping.
Polybag
Kamera CCD
Tangki
Air + unsur hara
Pompa
Gambar 6. Skema pengambilan citra pada tanaman tomat percobaan di
dalam greenhouse yang ditangkap oleh kamera CCD
22
Citra yang ditangkap dari samping selanjutnya dianalisis lebar dan
tinggi tanaman serta warna permukaan tanaman.. Data-data hasil
pengolahan citra ini kemudian diolah secara statistik dan diinterpretasikan
untuk menentukan respon tanaman terhadap pemberian larutan nutrisi
dalam air irigasi..
Pengambilan data dilakukan setiap hari dengan interval waktu dari
siang hari (11.00) hingga sore hari (16.00) dengan asumsi tanaman
melakukan proses fotosintesis pada interval waktu tersebut. Pengambilan
data citra menggunakan kamera digital dilengkapi dengan dudukan kamera
atau tripod. Data yang diambil sebanyak 120 buah untuk tampak samping
tanaman dan 120 buah untuk pengambilan citra tanaman dari atas. Jarak
pengambilan data citra diatur sesuai dengan keadaan tanaman saat
pengambilan data citra dilakukan. Jarak pengambilan data citra untuk
setiap harinya adalah seragam.
Citra digital ini selanjutnya dianalisis menggunakan program
pengolah citra yang telah dikembangkan. Data citra digital tersebut
sebelumnya akan dikalibrasi .
Rangkaian proses pengolahan citra menggunakan program pengolah
citra adalah sebagai berikut:
1. thresholding, yaitu proses pemisahan antara objek yang akan diolah
dengan background-nya. Untuk objek yang akan diolah akan
menjadi berwarna putih sedangkan background-nya berwarna hitam.
2. erotion dan dilation, merupakan proses pengurangan dan
penambahan pixel-pixel pada bidang batas suatu objek citra.
3. area shape factor, perhitungan luasan pada permukaan objek yang
berwarna putih.
4. color, proses ini akan mengembalikan warna asli pada objek yang
berwarna putih akibat proses thresholding sebelumnya.
5. selanjutnya data hasil pengolahan akan dsimpan dalam bentuk
kolom-kolom dalam MS Database. Kolom-kolom tersebut terdiri
dari nama objek, ukuran tinggi ,luasan dan warna pada objek citra
yang telah diolah. Kemudian data tersebut dapat dianalisis secara
23
terpisah masing-masing menurut tinggi ,luasan dan warna dari objek
tanaman.
•••• Kalibrasi Pengukuran Citra
Kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan nilai perbandingan antara
ukuran citra yang tertangkap menggunakan kamera dengan nilai ukuran
citra yang sebenarnya. Kalibrasi dilakukan menggunakan objek yang telah
diketahui ukuran panjang dan tinggi sebenarnya, sehingga ukuran tinggi
dan luasan sebenarnya dapat dibandingkan dengan ukuran luas dan tinggi
yang tertangkap dari kamera.
Hasil Kalibrasi (mm) Ukuran Sebenarnya (mm) Faktor pengali kalibrasi Jarak ukur (cm) Luas panjang tinggi Luas panjang tinggi Luas panjang tinggi
30 112518 398 281 62370 297 210 0.55 0.75 0.75
40 70641 337 208 62370 297 210 0.88 0.88 1.01
50 47487 280 168 62370 297 210 1.31 1.06 1.25
60 32769 225 144 62370 297 210 1.90 1.32 1.46
70 24821 196 125 62370 297 210 2.51 1.52 1.68
80 18748 171 108 62370 297 210 3.33 1.74 1.94
90 15582 158 97 62370 297 210 4.00 1.88 2.16
100 12780 141 89 62370 297 210 4.88 2.11 2.36
110 10206 125 80 62370 297 210 6.11 2.38 2.63
120 9044 118 75 62370 297 210 6.90 2.52 2.80
130 7547 110 67 62370 297 210 8.26 2.70 3.13
140 6464 100 63 62370 297 210 9.65 2.97 3.33
150 5605 94 58 62370 297 210 11.13 3.16 3.62
160 5040 89 55 62370 297 210 12.38 3.34 3.82
170 4452 83 52 62370 297 210 14.01 3.58 4.04
180 4029 78 50 62370 297 210 15.48 3.81 4.20
190 3478 73 46 62370 297 210 17.93 4.07 4.57
200 3359 69 45 62370 297 210 18.57 4.30 4.67
Hasil perbandingan yang didapat kemudian dapat digunakan untuk
mengetahui nilai ukuran sebenarnya dari objek tanaman tomat yang
digunakan.
Tabel 3. Kalibrasi Pengukuran Citra
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGOLAHAN CITRA TANAMAN TOMAT
Pengolahan data tanaman tomat dilakukan dengan menggunakan
program pengolahan citra yang berbasiskan pemograman C. Tampilan
halaman utama pada program pengolahan citra dapat dilihat pada Gambar 7.
Layout program terdiri dari 4 kolom utama yang difungsikan untuk
menampilkan data citra tanaman tomat yang dikonversikan ke dalam bentuk
angka-angka, yang pada penelitian ini angka-angka yang di konversi berupa
panjang dan lebar tanaman, luasan tampak atas dan tampak samping tanaman,
serta tingkat warna dari tanaman tomat secara keseluruhan.
Terdapat sembilan fungsi tombol perintah pada layout program yang
bertujuan untuk menjalankan perintah berdasarkan urutan sehingga didapatkan
hasil konversi data citra yang optimal. Tombol-tombol perintah pada program
dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 7. Tampilan halaman utama program pengolahan citra
Kolom Objek
Tampak Atas
(thresholding)
Kolom Objek
Tampak Samping
(thresholding)
Kolom Objek
Tampak Atas
Kolom Objek
Tampak
Samping
25
Perintah “open file” merupakan langkah pertama dari urutan proses
untuk mendapatkan hasil data citra. Perintah ini difungsikan untuk membuka
file data citra yang akan diolah (gambar 9). File yang di-input secara berurutan
adalah data citra tanaman tomat tampak atas dan data citra tanaman tomat
tampak samping. Hasil input akan terlihat pada halaman utama program seprti
pada gambar 10.
Langkah berikutnya adalah perintah “thresholding”. Thresholding adalah
suatu proses yang digunakan untuk menghasilkan citra biner yaitu citra
dengan hanya dua warna, yaitu: hitam dan putih.. Proses ini dapat dilakukan
Gambar 8. Menu perintah pada program pengolahan citra
Gambar 9. Tampilan perintah Open File
26
apabila kita telah mengetahui brightness level (contrast) dari gambar tersebut.
Bentuk teknik Thresholding ada 2 macam, yaitu: Uniform Thresholding dan
Adaptive Thresholding (Rafael C. Gonzalez & Richard E. Woods, 2002).
Didalam penelitian ini digunakan teknik uniform thresholding. Dimana
metode yang digunakan adalah dengan menentukan suatu batas level, yang
nantinya akan dipergunakan untuk menentukan warna piksel. Piksel yang
levelnya lebih dari threshold level akan dirubah menjadi putih, dan sebaliknya
piksel yang levelnya ada di bawah dari level threshold akan dirubah menjadi
hitam. Hasil dari proses thresholding pada kedua citra dapat dilihat pada
gambar 11.
Gambar 11. Tampilan hasil Thresholding
Kolom Objek
Tampak Atas
(thresholding)
Kolom Objek
Tampak
Samping
Gambar 10. Tampilan hasil perintah Open
27
Perintah “erosion” dan “dilation” merupakan proses mengurangi dan
menambahkan piksel-piksel pada bidang batas suatu objek citra
(Gonzalez,2004). Pada hasil dari proses thresholding masih terdapat noise
pada citra. Sehingga dibutuhkan cara untuk memanipulasi noise tersebut
sehingga didapatkan hasil yang mendekati citra sebenarnya.
Data citra kemudian dikonversikan ke dalam bentuk angka-angka.
Perintah yang digunakan adalah “Areal/shape factor”. Data citra kemudian
ditampilkan ke dalam jendela hasil yang terdiri dari :
a) Area1 dan Area2, merupakan hasil konversi luasan permukaan
tampak atas dan tampak samping dari objek dalam satuan pixel
b) Panjang1 dan panjang2, merupakan hasil konversi nilai dari titik
batas terluar dari objek secara horizontal. (pixel)
c) Tinggi1 dan tinggi2, merupakan hasil konversi nilai dari titik batas
terluar dari objek secara vertical. (pixel)
Gambar 13. Tampilan pada kolom hasil perintah
Area/Shape Factor
Erosion DilationOriginal
Gambar 12. Proses erosion dan dilation pada citra
28
Untuk mendapatkan nilai RGB dari objek, perintah selanjutnya yang
digunakan adalah “Color”. Perintah ini mengembalikan warna asli dari objek
yang kemudian mengkonversikan warna objek tersebut ke dalam model warna
RGB.
Nilai RGB ini kemudian digunakan untuk melihat tingkat warna hijau
pada tanaman tomat, dimana warna hijau pada bagian tanaman terutama daun
dan batang, dapat dijadikan sebagai ukuran kesuburan dari tanaman tersebut
(Anwar. C, 1999 )
Data-data hasil pengolahan citra digital ini kemudian disimpan ke dalam
format data Access. Data-data tersebut dapat diproses lebih lanjut ke dalam
bentuk grafik sehingga memudahkan dalam menentukan pengaruh air irigasi
atau pemberian unsur hara pada tanaman terhadap tanaman tomat.
Gambar 14. Tampilan hasil perintah Color
29
B. PENGARUH PEMBERIAN AIR IRIGASI
Pemberian air irigasi dibedakan menjadi tiga jenis dengan nilai atau
tingkat kepekatan larutan nutrisi yang berbeda. Pada skema pemberian larutan
nutrisi (gambar.5) terlihat terdapat tiga barisan pipa lateral, yang masing-
masing pipa dialirkan larutan dengan tingkat kepekatan berbeda.
Pemberian air nutrisi pada tanaman dibedakan menjadi tiga menurut
tingkat kepekatan larutan nutrisi, yaitu larutan dengan kepakatan tinggi( >10
mS), kepekatan sedang (2.5 – 5 mS), dan kepekatan rendah (<2.5 mS). Dosis
yang diberikan setiap harinya berbeda menurut fase-fase pertumbuhan pada
tanaman tomat.
Menurut Nony Fiartasari dalam penelitiannya yang berjudul
“PENGARUH KONDUKTIVITAS ELEKTRIK (ELECTRICAL
CONDUCTIVITY, EC) LARUTAN JORO A&B MIX TERHADAP HASIL
DAN KUALITAS BUAH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) YANG
DIBUDIDAYAKAN SECARA HIDROPONIK” tingkat kepekatan larutan
yang disebut juga dengan konduktivitas elektrik (Electrical Conductivity, EC)
yang dimulai pada minggu ke-13 tidak berpengaruh terhadap hasil tanaman
tomat, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap total kandungan padatan
terlarut (KPT) buah tomat.
Gambar 15. Tampilan pada kolom hasil perintah Show
Results
30
Pada baris 1 diberikan tingkat kepakatan tinggi (>10 mS), kepekatan
sedang (2.5 – 5 mS) pada baris 2, dan kepekatan rendah (<2.5 mS) pada baris
3. Pertumbuhan tanaman dibagi menjadi 3 fase, yaitu awal pertumbuhan, masa
pembungaan dan masa pembentukkan buah. Masing-masing Grafik
pertumbuhan tinggi ,luas dan warna hijau citra tanaman disajikan pada
Gambar 16, Gambar 17 dan Gambar 18. Di dalam grafik tersebut, data yang
ditampilkan merupakan data tanaman setiap 3 hari pengambilan data.
1. Fase Pertumbuhan Awal ( 1 – 15 HST )
Pertumbuhan tinggi pada baris tanaman dengan kepekatan >10
mS dan 2,5 – 5 mS cenderung memiliki pertumbuhan tinggi tanaman
yang lebih rendah dibandingkan dengan baris tanaman dengan kepekatan
kurang dari 2,5 mS. Pertumbuhan rata-rata tinggi pada baris dengan
kepekatan >10 mS sebesar 142 mm, pada kepekatan 2,5 – 5 mS sebesar
133 mm dan pada < 2,5 mS memiliki pertumbuhan rata-rata tinggi
tanaman sebesar 178 mm.
Pertumbuhan luas pada baris tanaman dengan kepekatan >10 mS
dan 2,5 – 5 mS juga cenderung memiliki pertumbuhan luas tanaman
yang lebih rendah dibandingkan dengan baris tanaman dengan kepekatan
kurang dari 2,5 mS walaupun perbedaan yang terlihat pada Gambar 19
tidak terlalu jauh. Pertumbuhan rata-rata luas pada baris dengan
kepekatan >10 mS sebesar 394 mm2, pada kepekatan 2,5 – 5 mS sebesar
882 mm2 dan pada < 2,5 mS memiliki pertumbuhan rata-rata tinggi
tanaman sebesar 1599 mm2.
Pertumbuhan tanaman yang cenderung rendah pada kepekatan
>10 mS dan 2,5 – 5 mS dapat disebabkan oleh tingkat kepekatan larutan
yang masih terbilang tinggi untuk umur tanaman. Tingginya konsentrasi
atau kepekatan larutan nutrisi berbanding lurus dengan tingkat
penyerapan nutrisi oleh akar tanaman, sehingga makin tinggi kepekatan
akan semakin rendah tingkat penyerapan larutan oleh akar tanaman.
Yang selanjutnya berpengaruh terhadap nutrisi yang dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhan tanaman..
31
Gambar 16. Perbandingan Luasan Rata-rata Penampang Atas Tanaman
Luasan Penampang Atas
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
4000001 H
ST
4 H
ST
7 H
ST
10 H
ST
13 H
ST
16 H
ST
19 H
ST
22 H
ST
25 H
ST
28 H
ST
31 H
ST
34 H
ST
37 H
ST
40 H
ST
43 H
ST
46 H
ST
49 H
ST
52 H
ST
55 H
ST
58 H
ST
61 H
ST
64 H
ST
67 H
ST
70 H
ST
73 H
ST
Lu
as (m
m2)
EC > 10 mS
2.5 < EC < 5 mS
EC < 2.5 mS
Fase awal
Pertumbuhan
Fase
Pembungaan
Fase Pembuahan
32
Pada respon warna citra tanaman , grafik warna hijau tanaman
ketiga baris tanaman memiliki perubahan naik-turun yang sangat besar.
Namun besar perubahan sebenarnya yang terjadi adalah sebesar 0,01 –
0,02. Nilai fraksi hijau tertinggi selama fase pertumbuhan sebesar 0,43
bagian.
Nilai yang digunakan merupakan nilai fraksi warna RGB yang
terdiri dari warna merah ,hijau dan biru. Nilai 0,42 pada warna hijau
berarti warna tanaman memiliki 0,42 bagian atau 42% dari keseluruhan
warna tanaman.
Grafik citra hijau tanaman selama fase pertumbuhan awal yang
didapat memiliki perubahan naik-turun yang cukup besar. Hal ini dapat
dikarenakan kondisi penyerapan nutrisi tanaman oleh akar yang belum
terserap dengan baik.
2. Fase Pembungaan ( 15 – 30 HST )
Pertumbuhan tinggi pada baris tanaman dengan kepekatan >10
mS cenderung memiliki pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih rendah
dibandingkan dengan baris tanaman dengan kepekatan kurang dari 2,5
mS dan 2,5 – 5 mS. Pertumbuhan rata-rata tinggi pada baris dengan
kepekatan >10 mS sebesar 340 mm, pada kepekatan 2,5 – 5 mS sebesar
389 mm dan pada < 2,5 mS memiliki pertumbuhan rata-rata tinggi
tanaman sebesar 418 mm.
Pertumbuhan luas pada baris tanaman dengan kepekatan 2,5 – 5
mS juga cenderung memiliki pertumbuhan luas tanaman yang lebih
tinggi dibandingkan dengan baris tanaman dengan kepekatan >10 mS
dan kurang dari 2,5 mS. Pertumbuhan rata-rata luas pada baris dengan
kepekatan >10 mS sebesar 9447 mm2, pada kepekatan 2,5 – 5 mS
sebesar 12028 mm2 dan pada < 2,5 mS memiliki pertumbuhan rata-rata
tinggi tanaman sebesar 8991 mm2.
Pertumbuhan tanaman yang cenderung rendah pada kepekatan
>10 mS disebabkan oleh tingkat kepekatan larutan yang tinggi sehingga
sulit diserap oleh akar tanaman. Pertumbuhan pada baris tanaman
33
dengan kepekatan kurang dari 2,5 mS menjadi menurun dibandingkan
dengan baris tanaman pada kepekatan 2,5 – 5 mS. Hal ini disebabkan
tingkat nuttrisi yang dibutuhkan oleh tanaman juga ikut meningkat
akibat proses pembentukkan bunga oleh tanaman. Sehingga tingkat
konsentrasi yang dibutuhkan juga ikut meningkat dibandingkan pada
fase sebelumnya.
Pada respon warna citra tanaman , grafik warna hijau tanaman
ketiga baris tanaman masih memiliki perubahan naik-turun yang cukup
besar walaupun tidak sama besar pada fase pertumbuhan awal. Nilai
fraksi hijau tertinggi selama fase pembungaan sebesar 0,46 bagian.
3. Fase Pembuahan ( 30 – 75 HST )
Pertumbuhan tinggi pada baris tanaman dengan kepekatan >10
mS dan 2,5 – 5 mS cenderung memiliki pertumbuhan tinggi tanaman
yang lebih rendah dibandingkan dengan baris tanaman dengan kepekatan
kurang dari 2,5 mS. Pertumbuhan rata-rata tinggi pada baris dengan
kepekatan >10 mS sebesar 1191 mm, pada kepekatan 2,5 – 5 mS sebesar
1385 mm dan pada < 2,5 mS memiliki pertumbuhan rata-rata tinggi
tanaman sebesar 1397 mm.
Pertumbuhan luas pada baris tanaman dengan kepekatan >10 mS
dan 2,5 – 5 mS juga cenderung memiliki pertumbuhan luas tanaman
yang lebih rendah dibandingkan dengan baris tanaman dengan kepekatan
kurang dari 2,5 mS walaupun perbedaan yang terlihat pada Gambar 19
tidak terlalu jauh. Pertumbuhan rata-rata luas pada baris dengan
kepekatan >10 mS sebesar 394 mm2, pada kepekatan 2,5 – 5 mS sebesar
882 mm2 dan pada < 2,5 mS memiliki pertumbuhan rata-rata tinggi
tanaman sebesar 1599 mm2.
Pertumbuhan tanaman yang cenderung rendah pada kepekatan
>10 mS dan 2,5 – 5 mS dapat disebabkan oleh tingkat kepekatan larutan
yang masih terbilang tinggi untuk umur tanaman. Tingginya konsentrasi
atau kepekatan larutan nutrisi berbanding lurus dengan tingkat
penyerapan nutrisi oleh akar tanaman, sehingga makin tinggi kepekatan
34
akan semakin rendah tingkat penyerapan larutan oleh akar tanaman.
Yang selanjutnya berpengaruh terhadap nutrisi yang dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhan tanaman..
Pada respon warna citra tanaman , grafik warna hijau tanaman
ketiga baris tanaman memiliki perubahan naik-turun yang sangat besar.
Namun besar perubahan sebenarnya yang terjadi adalah sebesar 0,01 –
0,02. Nilai fraksi hijau tertinggi selama fase pertumbuhan sebesar 0,43
bagian.
Nilai yang digunakan merupakan nilai fraksi warna RGB yang
terdiri dari warna merah ,hijau dan biru. Nilai 0,42 pada warna hijau
berarti warna tanaman memiliki 0,42 bagian atau 42% dari keseluruhan
warna tanaman.
Grafik citra hijau tanaman selama fase pertumbuhan awal yang
didapat memiliki perubahan naik-turun yang cukup besar. Hal ini dapat
dikarenakan kondisi penyerapan nutrisi tanaman oleh akar yang belum
terserap dengan baik.
35
Pertumbuhan Tinggi Tanaman
50
150
250
1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST
Umur Tanaman
Tin
gg
i (m
m)
> 10 mS
2.5 - 5 mS
< 2,5 mS
Pertumbuhan Tinggi Tanaman
100
200
300
400
500
600
16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST
Umur Tanaman
Tin
gg
i (m
m)
> 10 mS
2.5 - 5 mS
< 2,5 mS
Gambar 17a. Perbandingan Tinggi Rata-rata Tanaman (Fase Pertumbuhan Awal)
Gambar 17b. Perbandingan Tinggi Rata-rata Tanaman (Fase Pembungaan)
36
Gambar 17c. Perbandingan Tinggi Rata-rata Tanaman (Fase Pembuahan)
Pertumbuhan Tinggi Tanaman
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2100
2200
31
HS
T
34
HS
T
37
HS
T
40
HS
T
43
HS
T
46
HS
T
49
HS
T
52
HS
T
55
HS
T
58
HS
T
61
HS
T
64
HS
T
67
HS
T
70
HS
T
73
HS
T
Umur Tanaman
Tin
gg
i (m
m)
> 10 mS
2.5 - 5 mS
< 2,5 mS
37
Warna Hijau Citra Tanaman
0.30
0.32
0.34
0.36
0.38
0.40
0.42
0.44
0.46
0.481 H
ST
7 H
ST
13 H
ST
19 H
ST
25 H
ST
31 H
ST
37 H
ST
43 H
ST
49 H
ST
55 H
ST
61 H
ST
67 H
ST
73 H
ST
fraksi h
ijau
citra
> 10 mS
2,5 - 5 mS
< 2,5 mS
Gambar 18. Perbandingan Warna Hijau Citra Tanaman
Fase awal
Pertumbuhan
Fase
Pembungaan
Fase Pembuahan
38
Pada grafik pertumbuhan terdapat penurunan tinggi tanaman dimana hal
tersebut seharusnya tidak mungkin terjadi. Namun hal tersebut terlihat pada
penelitian ini. Adapun penurunan tinggi tanaman tersebut dapat terjadi karena
beberapa hal. Perubahan pemasangan tali untuk membantu ketegakkan batang
tanaman , posisi kamera untuk pengambilan citra yang berubah dan juga
kondisi layu tanaman saat diambil citranya. Kondisi layu pada tanaman
menyebabkan pucuk atas tanaman terlihat membungkuk. Kondisi ini
disebabkan akibat tidak terserapnya larutan nutrisi dengan baik, sehingga
proses fotosintesis tidak memberikan hasil yang baik untuk keseluruhan
tanaman.
.
Gambar 20. Foto tanaman yang terserang bakteri
Gambar 19. Pemasangan Tali Untuk Ketgakkan Tanaman
( Tetranichus sp. )
39
Penurunan juga terlihat pada grafik luas tanaman. Hal tersebut
disebabkan adanya proses perempelan cabang dan daun pada tanaman yang
dilakukan setiap harinya. Perempelan dilakukan pada daun dan cabang yang
berada pada bagian paling bawah tangkai tanaman. Namun perempelan juga
dilakukan pada daun yang mengalami penyakit yang disebabkan oleh bakteri
yang menyerang daun.
Penyerapan air nutrisi yang baik merupakan syarat bagi terpenuhinya
kecukupan unsur hara bagi tanaman. Dan penyerapan nutrisi sangat tergantung
pada tingkat kepekatan nutrisi yang diberikan (Colheedas, 1997). Sehingga,
melihat adanya perbedaan tingkat kepekatan nutrisi yang diberikan akan
terlihat pula perbedaan pada respon tanaman pada masing-masing perlakuan
yang diberikan. Pada penelitian ini perbedaan ditemukan terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman dan luasan permukaan terutama pada fase
pembuahan dimana pada fase ini kebutuhan nutrisi diperlukan lebih banyak
dibandingkan fase-fase sebelumnya.
Ada pun selama pengambilan data citra, terdapat kesulitan-kesulitan
dalam pengambilan citra yang diakibatkan dari lingkungan sekitar tanaman itu
sendiri. Seperti pada background tanaman yang dapat mempengaruhi hasil
citra yang diambil, walaupun hal tersebut selama penelitian telah diatasi
dengan pemberian layar/background dibelakang tanaman sehingga
mengurangi perngaruh objek-objek dibelakang tanaman. Dan juga pengaruh
intensitas cahaya selama pengambilan data citra yang dapat berubah sewaktu-
waktu.
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
•••• Perbedaan respon yang diberikan oleh masing-masing baris tanaman
terlihat berbeda terutama pada fase pembuahan, dimana baris tanaman
dengan tingkat kepekatan tinggi ( > 10 mS ) memiliki pertumbuhan lebih
lambat dibandingkan baris tanaman dengan tingkat kepekatan yang lebih
rendah yaitu tingkat kepekatan < 2,5 mS dan antara 2,5 – 5 mS.
•••• Respon warna hijau tanaman pada masing-masing baris pada awal fase
pertumbuhan cenderung fluktuatif dibandingkan pada fase akhir yaitu fase
pembuahan.
•••• Respon warna hijau tanaman yang diberikan oleh masing-masing baris
tanaman cenderung memiliki tingkat perubahan ( naik-turun ) yang sedikit
berbeda.
B. SARAN
•••• Pemberian layar background yang lebih baik, sebaiknya menggunakan
background dengan warna yang tidak banyak memantulkan cahaya.
•••• Posisi jarak tanam yang lebih jauh antara satu tanaman dengan tanaman
yang lainnya, sehingga dapat mempermudah kondisi saat pengambilan
citra tanaman.
41
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, H. 2000. Mengenal Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta.
Agromedia Pustaka
Ahmad, Usman. 2005. Pengolahan Citra Digital dan Teknik Pemrogamannya.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Ahmad, U, Subrata, D.M, dan Gunayanti, S. 2004. Pemutuan Buah Mangga
Berdasarkan Penampakannya Menggunakan Pengolahan Citra. Jurnal
Keteknikan Pertanian, Vol 18 No 1.
Anonim. 2006. Budidaya Tomat Secara Komersial. Jakarta. Penebar Swadaya.
Anonim. 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Jakarta. Agromedia Pustaka
Basuki, Ahmad., Palandi, F. dan Fatchurrochman. 2005. Pengolahan Citra Digital
Menggunakan Visual Basic. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Colcheedas, Tom. 1997. “Nutrient Simplified”, Practical hydroponic and
greenhouse, issue 36. NSW, Australia
Cooper, Allen. 1982. Nutrient film Technique. The English Language Book
Society and Grower Books, London.
Cuarteo, J and R. Munoz. 1999. Tomato dan Salinity. Sci. Hortic. 78: 83 – 125
Damiri, D.J, Ahmad, U, dan Suroso. 2004. Identifikasi Tingkat Ketuaan dan
Kematangan Jeruk Lemon ( Citrus Medica ) Menggunakan Pengolahan
Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Keteknikan Pertanian, Vol 18
No. 1 April 2004.
Gonzalez, Rafael C. & Woods, Richard E. (2002). Thresholding. In Digital Image
Processing, pp. 595–611. Pearson Education.
Kartapradja, R. dan D. Djuariah, 1992. Pengaruh Tingkat Kematangan Buah
Tomat Terhadap Daya Kecambah, Pertumbuhan dan Hasil Tomat. Buletin
Penelitian Holtikultura Vol XXIV/2
Roberto, Keith. 2004. How to hdroponics. 4th Edition. The Future Garden Press.
New York,USA
Shapiro, Linda G & Stockman, George C. ( 2002 ). Computer Vision. Prentice
Hall
42
Siswadi. 2008. Berbagai Formulasi Kebutuhan Nutrisi Pada Sistem Hidroponik.
INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No. 1, 2008 (103-110).
Susila, A. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi bn
Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB.
Wijayani, A. dan Wahyu, W. 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa
Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Ilmu Pertanian Vol.
12 No.1, 2005: 77 – 83.
Wiryanta, Wahyu. 2002. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta
43
44
Baris I ( EC > 10 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST 16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST 31 HST 34 HST 37 HST
1 1283.2 1568.0 1852.7 2137.4 2422.2 2706.9 3172.8 5776.6 10294.1 14811.7 25197.2 35582.8 45968.4
2 1287.1 1555.9 1824.6 2093.3 2362.0 2630.8 3271.8 5569.1 9924.4 14279.7 24292.3 34304.9 44317.5
3 554.3 623.3 692.4 761.5 830.6 899.7 1577.9 3907.5 6963.4 10019.2 17044.5 24069.7 31094.9
4 685.6 752.3 819.0 885.8 952.5 1019.2 1918.5 3713.4 6617.4 9521.4 16197.6 22873.8 29550.0
5 973.2 970.1 966.9 963.8 960.6 957.5 1509.3 1349.5 2404.8 3460.1 5886.3 8312.4 10738.6
6 500.4 641.7 783.1 924.4 1065.7 1207.0 1509.3 4585.1 8170.9 11756.6 20000.0 28243.5 36486.9
7 2327.4 2464.7 2602.1 2739.5 2876.9 3014.3 5788.0 14665.1 26133.8 37602.6 63968.6 90334.6 116700.6
8 1876.9 2027.4 2177.9 2328.4 2478.9 2629.5 5298.9 18487.0 32944.6 47402.2 80639.4 113876.7 147114.0
9 1204.4 1379.9 1555.3 1730.8 1906.3 2081.8 4341.5 12689.5 22613.1 32536.8 55350.9 78164.9 100979.0
10 1930.7 1958.3 1885.9 2013.5 2041.0 2068.6 4385.3 12710.4 22650.5 32590.5 55442.2 78293.9 101145.6
11 627.8 886.3 1144.8 1403.2 1661.7 1920.2 1876.7 5502.5 9805.7 14108.9 24001.7 33894.5 43787.3
12 1836.2 1835.7 2035.3 2134.8 2234.4 2333.9 2702.7 7472.4 13316.2 19160.0 32594.5 46029.0 59463.5
13 1618.1 2220.7 2833.3 3425.9 4018.5 4631.1 2788.4 11374.3 20269.4 29164.6 49614.1 70063.5 90513.0
14 1752.1 2732.7 3713.3 4693.9 5674.5 6655.1 6509.4 17626.7 31411.5 45096.3 76886.8 106577.4 140267.9
15 3259.9 3436.9 3614.0 3791.0 3968.1 4145.1 27169.9 14141.7 25201.1 36260.5 61685.5 87110.5 112535.4
16 3007.7 4404.4 5801.1 7197.8 8594.4 9991.1 20873.7 21029.8 37476.0 53932.2 91731.2 129540.2 167349.1
17 2303.7 3199.5 4095.2 4991.0 5886.7 6782.5 15822.3 22305.0 39748.5 57192.0 97293.7 137395.4 177497.0
18 1752.1 2552.5 3352.9 4153.3 4953.7 5754.1 14739.3 15662.4 27911.1 40159.8 68319.0 96478.1 124637.2
19 1712.7 2394.9 3077.1 3759.2 4441.4 5123.6 4042.7 15632.0 27856.9 40081.8 68186.1 96290.5 124394.8
20 1675.9 2345.2 3014.5 3683.9 4353.2 5022.5 4529.9 18802.9 33507.6 48212.3 82017.6 115822.9 149628.2
Rata-rata 1608.5 1997.5 2392.1 2790.6 3184.2 3578.7 6691.4 11650.1 20761.1 29867.5 50817.5 71663.0 92708.5
*Luasan dalam satuan millimeter persegi (mm2)
Lampiran 1 . Nilai Luasan Permukaan Tiap Tanaman dalam Satu Baris
45
Baris I ( EC > 10 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 40 HST 43 HST 46 HST 49 HST 52 HST 55 HST 58 HST 61 HST 64 HST 67 HST 70 HST 73 HST
1 56354.0 67250.3 78146.6 89043.0 99939.3 110835.6 121732.0 132628.3 143524.7 154421.0 165317.3 176213.7
2 54330.0 65395.0 76460.0 87525.0 98590.0 109655.0 120720.0 131785.0 142850.0 153915.0 164980.0 176045.0
3 38120.2 50536.0 62951.8 75367.6 87783.4 100199.3 112615.1 125030.9 137446.7 149862.5 162278.4 174694.2
4 36226.2 48799.9 61373.5 73947.2 86620.8 99094.5 111668.1 124241.8 136815.4 149389.1 161962.7 174536.4
5 13164.7 27660.2 42155.6 56651.0 71146.5 85641.9 100137.4 114632.8 129128.2 142623.7 158119.1 172614.6
6 44730.4 56595.3 68460.3 80325.3 92190.3 104055.2 115920.2 127785.2 139650.1 151515.1 163280.1 175245.0
7 143066.6 162329.4 181592.2 200855.0 220117.8 239380.5 258643.3 277906.1 297168.9 316431.7 335694.4 354957.2
8 180351.2 196507.0 212662.7 228818.4 244974.2 261129.9 277285.6 293441.3 309597.1 325752.8 341908.5 358064.3
9 123793.0 144661.9 166530.9 186399.8 207268.7 238137.6 249006.5 269875.4 290744.3 311613.3 332482.2 353351.1
10 123997.3 144849.2 165701.1 186653.0 207404.9 228256.7 249108.6 269660.5 290812.4 311664.3 332516.2 353368.1
11 53680.2 64799.3 75918.5 87037.6 98156.8 109275.9 120395.1 131514.2 143633.4 153752.5 164871.7 175890.8
12 72898.1 82415.7 91933.4 101451.1 110968.7 120486.4 130004.0 139521.7 149039.4 158557.0 168074.7 177592.3
13 110962.5 132900.6 154838.8 176776.9 198715.0 220653.1 242591.3 264529.4 286467.5 308405.6 330343.8 352281.9
14 171958.5 188813.6 205668.7 222523.9 239379.0 256234.1 273089.2 289944.4 306799.5 323654.6 340509.7 357364.9
15 137960.4 157648.7 177337.0 197025.3 216713.6 236401.9 256090.2 275778.5 295466.8 315155.1 334843.4 354531.7
16 205158.1 224444.1 243730.1 263016.1 282302.1 301588.1 320874.1 340160.1 359446.0 378732.0 398018.0 417304.0
17 217598.7 235848.0 254097.2 272346.5 290595.8 308845.1 327094.3 345343.6 363592.9 381842.2 400091.4 418340.7
18 152796.3 176445.8 200095.2 223744.7 247394.2 271043.7 294693.1 318342.6 341992.1 365641.6 389291.0 412940.5
19 152499.2 176173.4 199847.7 223521.9 247196.1 270870.4 294544.6 318218.8 341893.1 365567.3 389241.5 412915.8
20 183433.5 204529.9 225626.3 246722.6 267819.0 288915.4 310011.8 331108.1 352204.5 373300.9 394397.3 415493.6
Rata-rata 113654.0 130430.2 147256.4 163987.6 180763.8 198035.0 214311.2 231072.4 247913.7 264589.9 281411.1 298187.3
*Luasan dalam satuan millimeter persegi (mm2)
Lampiran 1. Nilai Luasan Permukaan Tiap Tanaman dalam Satu Baris (Lanjutan)
46
Baris II ( 2.5 < EC < 5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST 16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST 31 HST 34 HST 37 HST
21 429.5 629.1 828.8 1028.4 1228.0 1427.7 112.3 3544.0 6315.5 9087.1 15458.7 21830.4 28202.0
22 556.9 761.3 965.6 1170.0 1374.4 1578.7 525.3 2476.2 4412.7 6349.2 10801.2 15253.1 19705.1
23 794.6 1102.7 1410.9 1719.0 2027.1 2335.2 2961.6 7596.2 13536.7 19477.2 33134.2 46791.1 60448.0
24 2164.5 2714.6 3264.6 3814.7 4364.7 4914.8 6159.2 14023.7 24990.8 35957.9 61170.7 86383.6 111596.4
25 753.9 1100.4 1446.9 1793.3 2139.8 2485.3 2853.1 7660.9 13652.0 19643.1 33416.4 47189.7 60963.0
26 1457.9 2136.1 2814.4 3492.6 4170.9 4849.1 13705.8 10005.8 17830.7 25655.6 43644.8 61633.9 79623.0
27 3590.9 4507.9 5424.9 6341.9 7259.0 8176.0 14118.9 19077.0 33996.0 48915.1 83213.1 117511.2 151809.3
28 1610.2 2200.5 2790.7 3381.0 3971.2 4561.5 16488.5 17082.3 30441.4 43800.5 74512.4 105224.3 135936.2
29 3064.2 3970.2 4876.2 5782.2 6888.2 7594.1 13349.9 25900.4 46155.6 66410.9 112976.6 159542.3 206108.0
30 2067.3 2725.6 3383.9 4042.2 4700.4 5358.7 12126.1 18403.2 32795.3 47187.4 80274.1 113360.8 146447.5
31 4251.5 5527.1 6802.7 8078.3 9353.9 10629.4 6317.1 23428.0 41749.7 60071.4 102192.0 144312.6 186433.2
32 3548.8 5013.6 6478.3 7943.0 9407.7 10872.4 7011.8 13557.4 24159.8 34762.2 59136.7 83511.1 107885.6
33 2802.8 4352.4 5801.9 7451.5 9001.1 10550.6 14037.0 24596.6 43832.3 63067.9 107289.6 151511.2 195732.9
34 3346.6 5181.1 7015.7 8850.3 10684.9 12519.4 5580.5 29655.7 52847.7 76039.7 129356.9 182674.0 235991.2
35 1129.5 1669.9 2210.2 2750.5 3290.9 3831.2 13877.1 12841.7 22884.5 33927.3 56015.1 79102.9 102190.7
36 1790.2 2928.4 4066.6 5204.8 6343.0 7481.2 8001.6 18369.0 32734.3 47099.6 80124.7 113149.8 146174.9
37 1587.9 2361.0 3134.1 3907.1 4680.2 5453.3 15207.6 10453.1 18627.8 26802.5 45595.8 64389.1 83182.3
38 1142.7 1880.0 2617.4 3354.7 4092.1 4829.4 11201.1 15409.3 27460.0 39510.8 67214.8 94918.8 123622.7
39 2146.1 3580.9 5015.7 6450.4 7885.2 9320.0 10000.1 11212.5 19981.1 28749.7 48908.4 69067.0 89225.6
40 2735.8 4275.4 5815.0 7354.6 8894.2 10433.7 12719.9 20097.2 35814.0 51530.9 87663.1 123795.3 159927.6
Rata-rata 2048.6 2930.9 3808.2 4695.5 5587.8 6460.1 9317.7 15269.5 27210.9 39202.3 66605.0 94057.6 121560.3
*Luasan dalam satuan millimeter persegi (mm2)
Lampiran 1. Nilai Luasan Permukaan Tiap Tanaman dalam Satu Baris (Lanjutan)
47
Baris II ( 2.5 < EC < 5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 40 HST 43 HST 46 HST 49 HST 52 HST 55 HST 58 HST 61 HST 64 HST 67 HST 70 HST 73 HST
21 34573.7 47285.0 59996.4 72707.7 85419.1 98130.5 110841.8 123553.2 136264.6 148975.9 161687.3 174398.6
22 24157.0 37736.4 51315.8 64895.3 78474.7 92054.1 105633.5 119212.9 132792.3 146371.8 159951.2 173530.6
23 74105.0 99114.6 124124.2 149133.7 174143.3 199152.9 224162.5 249172.1 274181.7 299191.2 324200.8 349210.4
24 136809.2 156593.4 176377.7 196161.9 215946.1 235730.4 265514.6 275298.8 295083.1 314867.3 334651.5 354435.8
25 74736.3 99693.3 124650.3 149607.2 174564.2 198521.2 224478.2 249435.1 274392.1 299349.1 324306.1 349263.0
26 97612.1 120662.8 143713.4 166764.1 189814.7 212865.4 235916.1 258986.7 282017.4 305068.0 328118.7 351169.3
27 186107.3 201783.4 217459.4 233135.5 248811.6 264487.6 280163.7 295839.7 311515.8 327191.8 342867.9 358543.9
28 166648.0 183945.7 201243.4 218541.0 235838.7 253136.4 270434.0 287731.7 305029.3 322327.0 339624.7 356922.3
29 252673.7 268000.1 283326.4 298652.8 313979.1 329305.5 344631.9 359958.2 375284.6 390610.9 405937.3 421263.6
30 179534.2 200955.6 222376.9 243798.2 265219.5 286640.8 308062.1 329483.4 350904.7 373326.1 398747.4 415168.7
31 238553.8 245890.2 263226.5 280662.9 297889.2 315235.6 332571.9 349908.3 367244.6 384581.0 401917.3 419253.7
32 132260.1 152423.4 172586.7 192750.0 212913.4 233076.7 253240.0 273403.4 293566.7 313730.0 333893.3 354056.7
33 239954.6 266340.9 272727.2 289113.5 305499.7 321886.0 338272.3 354658.6 371044.9 387431.2 403817.4 420203.7
34 289308.4 301581.9 313855.3 326128.8 338402.3 350675.7 362949.2 375222.7 387496.1 399769.6 412043.1 424316.5
35 125278.5 146023.6 166768.7 187513.9 208259.0 229004.1 249749.2 270494.4 291239.5 311984.6 332729.7 353474.9
36 179200.0 200649.2 222098.4 243547.5 264996.7 286445.8 307895.0 329344.2 350793.3 372242.5 393691.7 415140.8
37 101975.6 124662.6 147349.7 170036.7 192723.7 215410.8 238097.8 260784.8 283471.9 306158.9 328845.9 351533.0
38 150326.7 174182.0 198037.3 221892.6 245747.8 269603.1 293458.4 317313.6 341168.9 365024.2 388879.5 412734.7
39 109384.2 131453.9 153523.5 175593.2 197662.8 219732.5 241802.1 263871.8 285941.4 308011.1 330080.7 352150.4
40 196059.8 216104.0 236148.2 256192.3 276236.5 296280.7 316324.9 336369.1 356413.3 376457.4 396501.6 416545.8
Rata-rata 149462.9 168754.1 187545.3 206841.4 226127.1 245368.8 265210.0 284002.1 303292.3 322633.5 342124.7 361165.8
*Luasan dalam satuan millimeter persegi (mm2)
Lampiran 1 . Nilai Luasan Permukaan Tiap Tanaman dalam Satu Baris (Lanjutan)
48
Baris III ( EC < 2,5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST 16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST 31 HST 34 HST 37 HST
41 429.5 492.0 554.5 617.0 679.6 742.1 666.2 1802.4 3212.0 4621.6 7862.2 11102.8 14343.3
42 3498.9 3207.9 2916.8 2625.8 2334.7 2043.7 4137.8 10182.8 18146.1 26109.5 44416.9 62724.2 81031.6
43 4352.6 6028.3 7703.9 9379.6 11055.3 12730.9 6109.7 18901.9 33684.0 48466.1 82449.3 116432.6 150415.8
44 6048.3 8261.9 10475.5 12689.1 14902.8 17116.4 9505.2 19387.3 34548.9 49710.5 84566.4 119422.2 154278.1
45 5299.6 7081.9 8964.2 10646.5 12428.8 14211.1 6050.7 15061.0 26839.3 38617.7 65695.4 92773.2 119851.0
46 2978.8 4645.5 6312.3 7979.0 9645.7 11312.4 5814.7 15685.3 27951.8 40218.4 68418.6 96618.8 124818.9
47 3522.6 4532.3 5542.1 6561.8 7561.6 8571.3 5856.5 13231.9 23579.8 33927.7 57717.0 81506.3 105295.6
**48 6820.5 9147.4 11474.2 13801.1 16127.9 18454.8 7257.4 23726.8 42282.2 60837.6 103495.4 146153.3
49 4377.6 5200.1 6022.5 6845.0 7667.4 8489.9 6829.1 10110.5 18017.3 25924.1 44101.4 62278.7 80456.0
50 2542.8 3670.0 4777.1 5894.3 7011.5 8128.7 5593.9 9914.4 17667.9 25421.4 43246.3 61071.1 78896.0
51 3031.4 4733.3 6435.2 8137.1 9839.0 11541.0 7375.4 15729.1 28029.9 40330.6 68609.5 96998.4 125167.3
52 2442.9 3579.6 4716.2 5852.8 6989.5 8126.1 1079.2 5647.2 10063.5 14479.8 24632.7 34785.6 44938.4
53 2534.9 3984.6 5434.4 6884.1 8333.9 9783.6 4918.2 11669.3 20795.1 29821.0 50900.9 71880.8 92860.7
54 3600.1 6246.6 8893.1 11539.6 14186.2 16832.7 6039.2 12447.7 22182.4 31917.0 54296.5 76676.0 99055.4
55 4209.5 5915.1 7620.7 9326.3 11031.9 12737.5 2440.1 5184.7 9239.3 13293.9 22615.2 31936.6 41257.9
56 3273.0 5249.4 7225.9 9202.3 11178.7 13155.1 4472.8 16046.9 28596.3 41145.7 69996.0 98846.3 127696.7
57 4808.4 6613.6 8418.7 10223.9 12029.0 13834.2 5110.4 20489.3 36512.8 52536.2 89373.4 126210.5 163047.7
58 5454.6 7288.6 9122.7 10956.7 12790.8 14624.8 6050.7 16503.7 29410.3 42316.9 71988.5 101660.1 131331.7
59 1915.0 4905.1 7895.2 10885.3 13875.4 16865.5 6933.8 11562.7 20605.2 29647.7 50436.0 71224.2 92012.5
60 4329.0 6678.2 9027.3 11376.5 13725.7 16074.9 8123.4 6808.2 12132.5 17456.8 29697.0 41937.3 54177.6
Rata-rata 3773.5 5373.1 6976.6 8571.2 10169.8 11768.8 5518.2 13004.6 23174.8 33340.0 56725.7 80112.0 98996.4
*Luasan dalam satuan millimeter persegi (mm2) **Tanaman mati akibat penyakit
Lampiran 1 . Nilai Luasan Permukaan Tiap Tanaman dalam Satu Baris (Lanjutan)
49
Baris III ( EC < 2,5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 40 HST 43 HST 46 HST 49 HST 52 HST 55 HST 58 HST 61 HST 64 HST 67 HST 70 HST 73 HST
41 17583.9 52501.1 87418.3 122335.4 157252.6 192169.8 227087.0 262004.1 296921.3 331838.5 366755.7 401672.8
42 99338.9 122245.7 145152.5 168059.2 190966.0 213872.7 236779.5 259686.2 282593.0 305499.7 328406.5 351313.2
43 184399.1 205415.0 226430.9 247446.8 268462.7 289478.6 310494.5 331510.4 352526.4 373542.3 394558.2 415574.1
**44 189133.9
45 146928.8 171067.2 195205.7 219344.1 243482.5 267621.0 291759.4 315897.8 340036.3 364174.7 388313.1 412451.6
46 153019.1 176650.0 200280.9 223911.8 247542.7 271173.6 294804.6 318435.5 342066.4 366697.3 389328.2 412959.1
47 129084.9 149512.8 169940.8 190368.7 210796.6 231224.5 251652.5 272080.4 292508.3 312936.2 333364.2 353792.1
**48
49 98633.4 121598.9 144564.5 167530.0 190495.6 213461.1 236426.7 259392.2 282357.8 305323.3 328288.9 351254.4
50 96720.8 119845.8 142970.7 166095.6 199220.6 212345.5 235470.4 258595.4 281720.3 304845.2 327970.1 351095.1
51 153446.2 177041.5 200636.8 224232.1 247827.4 271422.8 295018.1 318613.4 342208.7 366804.0 389389.4 412994.7
52 55091.3 66092.9 77094.4 89096.0 99097.6 110099.1 121100.7 132102.2 143103.8 154105.3 165106.9 176108.4
53 113840.6 135538.9 157237.1 178935.4 200633.7 222332.0 244030.3 265728.6 287426.9 309125.1 330823.4 352521.7
**54 121434.9
55 50579.3 61956.9 73334.4 84712.0 96089.5 107467.1 119844.7 130222.2 141599.8 152977.3 164354.9 175732.4
56 156547.0 174686.4 192825.9 210965.3 229104.7 247244.1 265383.5 283522.9 301662.3 319801.8 337941.2 356080.6
**57 199884.8
58 161003.4 183968.9 206934.5 229900.0 252865.6 275831.1 298796.7 321762.2 344727.8 367693.3 390658.9 413624.4
59 112800.8 134585.7 156370.6 178155.6 199940.5 221725.4 243510.4 265295.3 287080.3 308865.2 330650.1 352435.1
60 66417.8 76475.5 86533.2 96590.9 106648.6 116706.2 126763.9 136821.6 146879.3 156937.0 166994.6 177052.3
Rata-rata 121362.6 133073.9 153933.2 174854.9 196276.7 216510.9 237432.7 258229.4 279088.7 300072.9 320806.5 341666.4
*Luasan dalam satuan millimeter persegi (mm2) **Tanaman mati akibat penyakit
Lampiran 1. Nilai Luasan Permukaan Tiap Tanaman dalam Satu Baris (Lanjutan)
50
Lampiran 2. Nilai Tinggi Tiap Tanaman dalam Satu Baris
Baris I
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST 16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST 31 HST 34 HST 37 HST
1 72.5 111.5 150.5 192.0 228.5 267.5 208.3 304.8 399.0 495.7 559.0 624.9 690.8
2 59.0 95.5 134.5 180.0 212.5 241.3 196.6 242.1 316.9 398.2 444.0 509.9 575.8
3 56.0 97.8 136.8 177.3 214.8 265.0 228.5 180.8 236.7 294.0 331.7 397.6 463.5
4 44.1 84.5 123.5 171.0 201.5 246.3 228.5 210.0 274.9 348.2 385.2 451.1 517.0
5 129.3 131.2 170.2 224.6 248.2 138.8 221.8 198.3 259.6 336.4 363.8 429.7 495.6
6 53.8 78.5 117.5 201.1 195.6 177.5 221.8 236.3 309.2 426.8 433.3 499.2 565.1
7 87.4 96.2 135.2 240.4 213.2 131.3 373.0 323.8 423.8 590.0 593.8 659.7 725.6
8 71.0 92.3 131.3 221.4 209.3 177.5 366.2 332.5 435.2 589.1 609.9 675.8 741.7
9 74.0 102.9 141.9 182.1 219.9 218.8 302.4 268.3 351.2 435.3 492.2 558.1 624.0
10 84.4 114.8 153.8 214.7 231.8 236.3 310.8 268.3 351.2 456.1 492.2 558.1 624.0
11 77.0 93.3 132.3 195.4 210.3 158.8 252.0 195.4 255.8 340.3 358.4 424.3 490.2
12 70.2 89.9 129.0 194.0 207.0 168.8 267.1 194.0 253.9 339.9 355.8 421.6 487.5
13 62.0 67.9 106.9 174.6 184.9 91.3 344.4 284.4 372.2 488.9 521.6 587.5 653.4
14 74.0 77.2 116.2 186.2 194.2 90.0 411.6 341.3 446.7 583.2 625.9 691.8 757.7
15 98.6 96.7 135.7 207.4 213.7 88.8 322.6 261.0 341.7 455.1 478.8 544.7 610.6
16 101.6 101.3 140.3 210.8 218.3 100.0 475.4 345.6 452.4 590.7 633.9 699.8 765.7
17 88.2 105.8 144.8 211.4 222.8 176.3 381.4 329.6 431.4 560.8 604.5 670.4 736.3
18 56.8 75.4 114.4 178.4 192.4 150.0 371.3 280.0 366.5 478.0 513.6 579.5 645.4
19 67.3 79.3 118.3 184.9 196.3 127.5 367.9 284.4 372.2 487.7 521.6 587.5 653.4
20 80.0 87.5 126.5 193.7 204.5 117.5 347.8 272.7 357.0 469.5 500.2 566.1 619.3
Rata-rata 75.4 94.0 133.0 197.1 211.0 168.4 310.0 267.7 350.4 458.2 491.0 556.9 622.1
*Tinggi dalam satuan millimeter (mm)
51
Lampiran 2 . Nilai Tinggi Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris I
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 40 HST 43 HST 46 HST 49 HST 52 HST 55 HST 58 HST 61 HST 64 HST 67 HST 70 HST 73 HST
1 756.7 849.9 943.1 1038.8 1130.5 1223.7 1317.9 1412.1 1507.2 1603.4 1701.6 1802.8
2 601.0 707.2 800.4 900.1 988.8 1082.0 1177.1 1272.3 1369.5 1468.7 1571.9 1681.1
3 449.0 567.8 661.0 755.6 848.4 941.6 1035.8 1129.9 1225.1 1321.3 1419.5 1520.7
4 521.4 634.2 727.4 829.0 915.8 1008.9 1104.1 1199.3 1296.5 1395.7 1498.9 1608.1
5 492.4 607.6 700.8 809.5 889.2 982.4 1077.6 1172.8 1270.0 1369.1 1472.3 1581.5
6 586.6 693.9 787.1 924.8 973.5 1066.7 1159.9 1253.1 1346.3 1439.4 1532.6 1625.8
7 803.8 1049.3 1142.5 1301.8 1330.9 1424.1 1519.3 1614.4 1711.6 1810.8 1914.0 2023.2
8 825.5 1069.2 1162.4 1306.7 1352.8 1446.0 1543.2 1640.4 1741.6 1846.7 1959.9 2085.1
9 666.2 923.2 1016.4 1110.7 1206.6 1299.8 1396.9 1493.9 1594.8 1699.6 1812.0 1936.1
10 666.2 923.2 1016.4 1131.5 1206.5 1299.7 1396.6 1493.5 1594.1 1698.4 1810.2 1933.1
11 485.2 601.0 694.2 811.5 884.1 977.3 1074.1 1170.8 1271.2 1375.1 1486.1 1607.9
12 481.6 597.7 690.9 810.1 880.7 973.9 1070.5 1167.1 1267.1 1370.6 1481.0 1601.6
13 706.0 959.7 1052.9 1174.8 1240.3 1333.5 1427.6 1521.8 1617.0 1713.2 1811.4 1912.6
14 847.2 1089.1 1182.3 1306.5 1369.7 1462.9 1557.1 1651.3 1746.5 1842.7 1940.8 2042.0
15 648.1 906.6 999.8 1125.7 1187.2 1280.4 1374.5 1468.7 1563.9 1660.1 1758.3 1859.5
16 858.1 1151.2 1244.4 1369.0 1430.9 1524.1 1617.5 1710.9 1804.5 1898.3 1992.5 2087.3
17 818.3 1114.7 1207.9 1328.6 1394.7 1487.9 1581.6 1675.3 1769.5 1864.2 1959.9 2057.1
18 695.2 1001.8 1095.0 1213.2 1282.4 1375.6 1469.8 1564.0 1659.2 1755.3 1853.5 1954.7
19 706.0 1011.8 1105.0 1225.8 1358.3 1385.5 1479.7 1573.9 1669.1 1765.3 1863.5 1964.7
20 677.1 985.2 1078.4 1199.9 1265.3 1358.5 1452.2 1545.9 1640.1 1734.7 1830.4 1927.6
Rata-rata 664.6 872.2 965.4 1083.7 1156.8 1246.7 1341.6 1436.6 1533.2 1631.6 1733.5 1840.6
*Tinggi dalam satuan millimeter (mm)
52
Lampiran 2. Nilai Tinggi Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris II ( 2.5 < EC < 5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST 16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST 31 HST 34 HST 37 HST
21 50.8 63.7 104.7 143.2 180.7 115.0 223.4 180.8 236.7 292.6 331.7 397.6 463.5
22 32.9 46.8 89.8 127.8 163.8 102.5 351.1 182.3 238.6 294.9 334.4 400.2 466.1
23 16.4 39.7 80.7 119.2 156.7 132.5 325.9 262.5 343.6 424.7 481.5 547.4 613.3
24 116.6 126.5 169.5 207.5 243.5 166.3 341.0 312.1 408.5 504.9 572.4 638.3 704.2
25 78.5 91.8 134.8 172.8 208.8 145.0 337.7 278.5 364.6 450.7 510.9 576.8 642.7
26 74.7 101.8 140.8 179.8 218.8 210.0 173.0 358.8 469.6 580.4 658.0 723.9 789.8
27 93.4 106.5 149.5 187.5 223.5 158.8 230.2 398.1 521.1 644.2 730.2 796.1 862.0
28 85.2 94.4 141.4 178.4 211.4 131.3 168.0 323.8 423.8 523.8 593.8 659.7 725.6
29 100.1 106.1 152.8 189.9 223.1 130.0 233.5 374.8 490.6 606.4 687.4 753.3 819.2
30 79.2 93.4 139.8 176.9 210.4 150.0 283.9 323.8 423.8 523.8 593.8 659.7 725.6
31 92.7 98.6 144.8 182.0 215.6 122.5 304.1 414.2 542.1 670.1 759.7 825.5 891.4
32 77.7 85.4 131.3 168.6 202.4 116.3 147.8 387.9 507.8 627.6 711.5 777.4 843.3
33 77.7 91.9 132.9 171.4 208.9 148.8 156.2 417.1 546.0 674.8 765.0 830.9 896.8
34 75.5 97.1 138.1 176.6 214.1 183.8 193.2 422.9 553.6 684.3 775.7 841.6 907.5
35 54.6 72.6 113.6 152.1 189.6 145.0 245.3 282.9 370.3 457.8 518.9 584.8 650.7
36 70.2 90.2 129.6 168.5 207.2 170.0 161.3 364.6 477.2 589.9 668.7 734.6 800.5
37 66.5 101.2 141.2 180.0 218.2 240.0 231.8 307.7 402.8 497.9 564.4 630.3 696.2
38 71.0 92.5 133.5 172.1 209.6 178.8 325.9 291.7 381.8 471.9 535.0 600.9 696.3
39 44.1 81.3 122.3 160.8 198.3 230.0 240.2 414.2 542.1 670.1 759.7 825.5 891.4
40 80.7 96.8 136.8 175.6 213.8 161.3 295.7 404.0 528.8 653.6 740.9 806.8 872.7
Rata-rata 71.9 88.9 131.4 169.5 205.9 156.9 248.5 335.1 438.7 542.2 614.7 680.6 747.9
*Tinggi dalam satuan millimeter (mm)
53
Lampiran 2. Nilai Tinggi Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris II ( 2.5 < EC < 5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 40 HST 43 HST 46 HST 49 HST 52 HST 55 HST 58 HST 61 HST 64 HST 67 HST 70 HST 73 HST
21 449.0 567.8 661.0 761.1 848.4 945.6 1035.8 1131.9 1227.1 1325.3 1419.5 1520.7
22 452.6 571.1 664.3 765.6 852.7 953.9 1041.1 1140.3 1237.4 1340.6 1435.8 1545.0
23 651.7 909.9 1003.1 1109.3 1190.5 1287.7 1377.9 1474.1 1569.2 1667.4 1761.6 1862.8
24 774.8 1022.8 1115.9 1227.4 1304.3 1405.5 1492.7 1591.9 1689.1 1792.3 1887.5 1996.7
25 691.6 946.4 1039.6 1155.3 1228.0 1329.2 1416.4 1515.6 1612.8 1715.9 1811.1 1920.3
26 890.7 1129.0 1222.2 1333.3 1408.5 1501.7 1594.9 1688.1 1781.3 1874.5 1967.7 2060.9
27 988.4 1218.6 1311.8 1421.5 1500.1 1601.3 1688.5 1787.7 1884.9 1988.1 2083.3 2192.5
28 803.8 1049.3 1142.5 1250.4 1332.9 1442.1 1523.3 1628.4 1729.6 1842.8 1940.0 2065.2
29 930.5 1217.6 1310.7 1418.7 1501.0 1609.6 1691.2 1796.0 1896.9 2009.4 2106.4 2230.5
30 803.8 1101.4 1194.6 1290.3 1384.7 1492.7 1574.8 1679.1 1779.7 1891.5 1988.4 2111.3
31 1028.3 1307.2 1400.4 1500.1 1590.3 1697.8 1780.3 1884.2 1984.5 2095.5 2192.3 2314.1
32 963.1 1195.3 1288.5 1383.2 1478.3 1585.2 1668.2 1771.6 1871.7 1982.0 2078.6 2199.2
33 1035.5 1313.8 1407.0 1508.6 1594.4 1691.6 1781.8 1877.9 1973.1 2071.3 2165.5 2266.7
34 1050.0 1327.1 1420.3 1528.9 1607.7 1704.8 1795.0 1891.2 1986.4 2084.6 2178.8 2280.0
35 702.4 956.4 1049.6 1151.2 1236.9 1334.1 1424.3 1520.5 1615.7 1713.9 1808.1 1909.3
36 905.2 1194.3 1287.5 1412.1 1474.1 1568.1 1660.7 1754.5 1848.1 1942.2 2035.6 2130.4
37 764.0 1012.8 1106.0 1226.8 1292.9 1388.1 1479.8 1574.4 1668.6 1764.3 1858.0 1955.2
38 724.1 1028.4 1121.6 1244.3 1308.9 1406.1 1496.3 1592.5 1687.7 1785.9 1880.1 1981.3
39 1028.3 1255.1 1348.3 1470.0 1535.7 1632.8 1723.0 1819.2 1914.4 2012.6 2106.8 2208.0
40 1002.9 1283.9 1377.1 1499.3 1564.0 1659.2 1750.9 1845.6 1939.8 2035.5 2129.1 2236.5
Rata-rata 832.0 1080.4 1173.6 1282.9 1361.7 1461.9 1549.8 1648.2 1744.9 1846.8 1941.7 2049.3
*Tinggi dalam satuan millimeter (mm)
54
Lampiran 2. Nilai Tinggi Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris III ( EC < 2,5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST 16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST 31 HST 34 HST 37 HST
41 51.6 92.3 134.3 181.3 209.3 255.0 94.1 129.8 169.9 210.0 238.1 304.0 369.8
42 139.0 153.0 198.0 253.0 270.0 208.8 268.8 345.6 452.4 559.2 633.9 699.8 765.7
43 90.4 136.3 178.3 225.3 253.3 320.0 295.7 395.2 517.3 639.4 724.9 790.8 856.7
44 184.6 212.4 257.4 312.4 329.4 323.8 361.2 427.3 559.3 691.3 783.7 849.6 915.5
45 114.3 140.7 185.7 240.7 257.7 246.3 341.0 341.3 446.7 552.1 625.9 691.8 757.7
46 110.6 137.7 176.7 215.7 254.7 246.3 290.6 377.7 494.4 611.1 692.8 758.7 824.6
47 79.2 101.1 146.1 201.1 218.1 188.8 223.4 322.3 421.9 521.5 591.1 657.0 722.9
** 48 125.6 152.2 203.2 274.2 269.2 258.8 366.2 415.6 544.0 672.5 762.3 828.2
49 109.9 134.1 184.7 254.6 251.1 231.3 287.3 313.5 410.4 507.3 575.1 641.0 706.9
50 90.4 136.8 187.0 255.7 253.8 322.5 233.5 310.6 406.6 502.6 569.7 635.6 701.5
51 97.9 131.3 181.0 248.6 248.3 265.0 283.9 363.1 475.3 587.5 666.0 731.9 797.8
52 90.4 140.6 189.9 256.3 257.6 341.3 236.9 323.8 423.8 523.8 593.8 659.7 725.6
53 77.0 119.1 161.1 208.1 236.1 287.5 233.5 320.8 420.0 519.1 588.5 654.4 720.3
54 96.4 151.1 193.1 240.1 268.1 370.0 272.2 363.1 475.3 587.5 666.0 731.9 797.8
55 85.2 131.7 173.7 216.7 248.7 317.5 255.4 351.5 460.1 568.7 644.6 710.5 776.4
56 81.5 123.4 163.0 202.8 240.4 291.3 260.4 315.0 412.3 509.7 577.8 643.7 709.6
57 75.5 122.6 163.1 204.1 239.6 311.3 248.6 361.7 473.4 585.2 663.4 729.3 795.1
58 83.0 109.4 151.4 194.4 226.4 215.0 255.4 336.9 441.0 545.1 617.9 683.8 749.7
59 87.4 141.0 183.0 226.0 258.0 355.0 270.5 329.6 431.4 533.3 604.5 670.4 736.3
60 83.0 126.9 167.4 208.4 243.9 302.5 250.3 367.5 481.1 594.6 674.1 740.0 805.8
Rata-rata 97.6 134.7 178.9 231.0 251.7 282.9 266.4 340.6 445.8 551.1 624.7 690.6 749.3
*Tinggi dalam satuan millimeter (mm) **Tanaman mati akibat penyakit
55
Lampiran 2 . Nilai Tinggi Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris III ( EC < 2,5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke- 40 HST 43 HST 46 HST 49 HST 52 HST 55 HST 58 HST 61 HST 64 HST 67 HST 70 HST 73 HST
41 322.2 660.0 753.2 890.9 940.5 1037.7 1170.4 1224.1 1361.8 1460.0 1519.7 1604.9
42 858.1 1099.1 1192.3 1351.6 1380.7 1481.9 1631.2 1668.2 1827.6 1930.8 1979.8 2057.0
43 981.2 1264.0 1357.2 1501.5 1544.6 1641.8 1781.1 1828.2 1972.5 2070.7 2123.7 2208.9
** 44 1060.9
45 847.2 1141.2 1234.4 1349.5 1422.8 1524.0 1629.1 1710.4 1825.5 1928.7 2021.9 2099.1
46 937.8 1224.2 1317.4 1434.7 1503.8 1597.0 1714.2 1783.3 1900.6 1993.8 2062.9 2156.1
47 800.2 1046.0 1139.2 1258.4 1327.6 1428.8 1538.0 1615.1 1734.4 1837.5 1926.7 2003.9
** 48 1031.9 1310.5 1403.7 1498.3 1594.1 1703.2 1777.9 1889.6 1984.3 2097.5 2233.2 2294.4
49 778.4 1026.1 1119.3 1220.9 1309.5 1418.1 1500.5 1604.5 1706.1 1818.6 1945.8 2008.1
50 771.2 1019.4 1112.6 1221.3 1302.7 1410.8 1500.8 1597.1 1705.8 1817.6 1936.1 1999.6
51 901.6 1191.0 1284.2 1385.8 1474.1 1581.6 1665.4 1768.0 1869.6 1980.7 2104.7 2169.3
52 803.8 893.1 986.3 1110.9 1176.1 1283.0 1390.4 1469.3 1594.0 1704.3 1803.8 1869.5
53 796.6 1042.7 1135.9 1254.1 1323.2 1420.4 1533.6 1606.8 1725.0 1823.2 1902.4 1987.6
** 54 901.6
55 872.6 956.1 1049.3 1150.6 1236.7 1333.9 1430.1 1520.3 1621.5 1719.7 1807.8 1901.0
56 782.1 1029.4 1122.6 1228.8 1309.2 1403.2 1508.4 1589.5 1695.8 1790.0 1870.7 1963.9
** 57 897.9
58 836.4 1131.3 1224.5 1340.1 1411.8 1509.0 1619.7 1695.4 1811.1 1909.3 1983.0 2076.2
59 818.3 1062.6 1155.8 1266.9 1343.2 1440.3 1546.5 1626.7 1737.9 1836.1 1914.3 2007.5
60 912.4 992.6 1085.8 1195.5 1272.7 1367.9 1475.1 1554.3 1664.0 1759.6 1837.8 1931.0
Rata-rata 845.6 1064.1 1157.3 1274.1 1345.5 1446.0 1553.7 1632.4 1749.3 1851.6 1939.7 2019.9
*Tinggi dalam satuan millimeter (mm) **Tanaman mati akibat penyakit
56
Lampiran 3. Nilai Warna Hijau Tiap Tanaman dalam Satu Baris
Baris I ( EC > 10 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke-
1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST 16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST 31 HST 34 HST 37 HST
1 0.33 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
2 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.30 0.32 0.30 0.31 0.30 0.31
3 0.34 0.31 0.33 0.33 0.31 0.32 0.31 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
4 0.35 0.31 0.33 0.33 0.31 0.33 0.31 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
5 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.31 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
6 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.31 0.31 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32
7 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.32 0.31 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32
8 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.32 0.31 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32
9 0.34 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.34 0.32 0.33 0.32 0.33 0.32 0.33
10 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.31 0.33 0.31 0.33 0.31 0.33
11 0.35 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.33 0.31 0.33 0.31 0.33 0.31 0.33
12 0.33 0.32 0.33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
13 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
14 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
15 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.31 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32
16 0.34 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.32 0.30 0.33 0.30 0.32 0.30 0.32
17 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.33 0.30 0.33 0.30 0.32 0.30 0.32
18 0.34 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.34 0.30 0.33 0.30 0.33 0.30 0.32
19 0.34 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.30 0.33 0.30 0.32 0.30 0.32
20 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.30 0.33 0.30 0.33 0.30 0.32
Rataan 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
57
Lampiran 3. Nilai Warna Hijau Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris I ( EC > 10 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke-
40 HST 43 HST 46 HST 49 HST 52 HST 55 HST 58 HST 61 HST 64 HST 67 HST 70 HST 73 HST
1 0.31 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
2 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
3 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
4 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.32
5 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
6 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
7 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
8 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
9 0.32 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.32
10 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
11 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
12 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
13 0.30 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
14 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
15 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31
16 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31
17 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.31
18 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31
19 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.31
20 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
Rataan 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
58
Lampiran 3. Nilai Warna Hijau Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris II ( 2.5 < EC < 5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke-
1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST 16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST 31 HST 34 HST 37 HST
21 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.33 0.31 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32
22 0.35 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.31 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
23 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
24 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
25 0.35 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.32 0.33 0.32 0.33 0.32 0.33
26 0.34 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.33 0.32 0.33
27 0.33 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
28 0.34 0.33 0.34 0.34 0.33 0.34 0.33 0.32 0.33 0.32 0.33 0.32 0.33
29 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
30 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32
31 0.33 0.32 0.33 0.33 0.32 0.32 0.31 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
32 0.34 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
34 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.33 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
35 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32
36 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
37 0.34 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
38 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32
39 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
40 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
Rataan 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
59
Lampiran 3. Nilai Warna Hijau Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris II ( 2.5 < EC < 5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke-
40 HST 43 HST 46 HST 49 HST 52 HST 55 HST 58 HST 61 HST 64 HST 67 HST 70 HST 73 HST
21 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
22 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
23 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
24 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
25 0.32 0.33 0.33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.33
26 0.32 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33
27 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
28 0.32 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33
29 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
30 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
31 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.32
32 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
33 0.30 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
34 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
35 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
36 0.30 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
37 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
38 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
39 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
40 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
Rataan 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
60
Lampiran 3. Nilai Warna Hijau Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris III ( EC < 2,5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke-
1 HST 4 HST 7 HST 10 HST 13 HST 16 HST 19 HST 22 HST 25 HST 28 HST 31 HST 34 HST 37 HST
41 0.34 0.31 0.33 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
42 0.33 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
43 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.31
44 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.30 0.31 0.30 0.31 0.30 0.31
45 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.31
46 0.33 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
47 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.31
48 0.33 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30
49 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.30 0.31 0.30 0.31 0.30 0.31
50 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.31
51 0.34 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.31
52 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.30 0.31 0.30 0.31 0.30 0.31
53 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.30 0.31 0.30 0.31 0.30 0.31
54 0.33 0.32 0.33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
55 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
56 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
57 0.33 0.32 0.33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
58 0.33 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
59 0.34 0.32 0.33 0.33 0.32 0.33 0.33 0.31 0.33 0.31 0.32 0.31 0.32
60 0.33 0.32 0.33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32 0.31 0.32
Rataan 0.33 0.31 0.32 0.32 0.31 0.32 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32 0.30 0.32
61
Lampiran 3. Nilai Warna Hijau Tiap Tanaman dalam Satu Baris (lanjutan)
Baris III ( EC < 2,5 mS )
Tanggal Pengambilan Tanaman ke-
40 HST 43 HST 46 HST 49 HST 52 HST 55 HST 58 HST 61 HST 64 HST 67 HST 70 HST 73 HST
41 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
42 0.31 0.32 0.32 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.32
43 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.32
** 44 0.30
45 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
46 0.31 0.32
47 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
** 48
49 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
50 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
51 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
52 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
53 0.30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
** 54 0.30
55 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
56 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
** 57 0.31
58 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
59 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
60 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 0.31
Rataan 0.30 0.32 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
**Tanaman mati akibat penyaki
62
Lampiran 4. Layout Sistem Irigasi Tetes dalam Greenhouse
63
Lampiran 5. Contoh Gambar Saat kegiatan Pengambilan Citra
top related