penelitian sma el
Post on 02-Dec-2015
235 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan individu sehingga
menghasilkan perubahan tingkah laku. Slameto (1987 :2) mendifisikan belajar sebagai
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Pendapat tersebut menggambarkan bahwa
dari proses belajar terjadi perubahan tingkah laku karena memperoleh pengalaman
setelah terjadi interaksi dengan lingkungan. Individu yang berinteraksi dengan
lingkungan akan melakukan aktivitas yang merupakan inti dari semua kegiatan belajar.
Prayatno dan Erman Amti (1994 :165) menyatakan inti perbuatan belajat adalah upaya
untuk menguasai suatu yang baru dengan memanfaatkan apa yang sudah ada pada diri
individu.
Sesuatu yang telah dikuasai merupakan hasil belajar. Sehubungan dengan hasil
belajar, Prayitni dan Erman Amti (1994: 166) mengemukakan bahwa hasil belajar yang
diharapkan adalah seseuatu yang baru baik dalam kawasan kognitif, afektif, konatif
maupun psikomotor. Selanjutnya dikatakan setelah seseorang berhasil dalam belajat,
maka ia memperoleh sesuatu yang menjadikan dirinya lebih maju, lebih berkembang,
lebih kaya penguasaan ilmu dari pada keadaan sebelum belajar.
Terdapat perbedaan hasil belajar yang diperoleh siswa di sekolah. Ada siswa
yang memperoleh hasil belajar dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Perbedaan
tersebut dimungkinkan karena memang setiap individu yang belajr itu juga berbeda.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1990 :74) berpendapat bahwa setiap individu
tidak ada yang sama, perbedaan indiidu itu pulalah yang menyebabkan perbedaan
tingkah lau belajar di kalangan anak didik. Sejalan dengan pendapat tersebut Slameto
( 1987 :162) mengemukakan bahwa:
Selain berbeda dalam tingkat kecakapan memecahkan masalah taraf
kecerdasan, atau kemampuan berpikir kreatif, siswa juga dapat berbeda
dalam cara memperoleh, menyimpan, serta menerapkan pengetahuan.
1
Mereka dapat berbeda dalam cara pendekatan terhadap situasi belajar,
dalam cara menerima, mengorganisasikan dan menghubungkan
pengalaman – pengalaman mereka, dalam cara mereka merespon
terhadap metode pengajara tertentu.
Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dilihat dari nilai rapor yang
diterimanya setiap akhir catur wulan, nilai itu menggambarkan tingkat kemajuan belajr
siswa. Hal itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Suharsimi Arikunto ( 1986 : 50 )
bahwa prestasi/hasil belajar adalah nilai kemajuan siswa yang telah dicapai atau yang
dipelajarinya. Pendapat tersebut menunjukan bahwa hasil belajar itu bisa berobah,
peobahan itu terjadi karena dipengauruhi oleh berbagai faktor yang ada pada diri dan
diluar diri siswa itu sendiri. Dalam kaitan ini Slameto ( 1987 : 56 ) berpendapat bahwa
faktor – faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada
diluar individu. Menurut Syahrir dan Riska Ahmad (1984 : 14 ) faktor internal yang
cukup besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar terdiri dari ;
1. Kondisi psikologis, meliputi : kemampuan dasar/ integensi, minat. Bakat
motivasi pengetahuan dasar, dan inspirasi dan cita- cita.
2. Kondisi psikologis, yang meliputi : kondisi tubuh pada umumnya, kondisi
panca indra, cacat tubuh. Sedangkan faktor internal meliputi lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat
Sebagai salah satu faktor internal, motivasi akan mempunyai peranan dalam
proses belajar yang dilakukan siswa. Peranan motivasi belajar tersebut dapat dilihat
dari pengertian motivasi yang dikemukakan Herman Kudoyo (1981 :30 ) bahwa
motivasi sebagai kekatan pendorong yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas –aktivitas tertentu utnuk mencapai suatu tujuan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, W.S. Winkel (1984 :27 ) menyatakan:
Motivasi sebagai faktor psikis yang bersifat non intelektual perananya yang
khas adalah dalam kegairahan atau semangat belajar. Kemauan anak yang
termotivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar.
2
Dari dua pendapat tersebut, jelas bahwa motivasi sebagai kekuatan psikis
mempunyai peranan penting dalam mendorong siswa agar dapat bertingkah laku guna
mencapi tujuan belajar, sehingga diperoleh hasil yang diharapkan.
Dengan demikian motivasi yang dimiliki siswa akan mempengaruhi hasil
belajar yang diperolehnya. Seorang siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar
akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang mempunyai
motivasi rendah (Elida Prayitno : 1989).
Kalau dilihat di SMA 1 Enam Lingkung pada akhir semester I tahun pelajaran
2012/2013, ditemukan banyak siswa yang memperoleh nilai seluruh mata pelajaran
kurang/dibawah KKM ( kriteri Ketuntasan Minimal ) Dari 567 orang siswa kelas X
dan kelas XI ada 84 orang siswa mendapat nilai kurang/dibawah KKM, berarti 15,14%
dari keseluruhan siswa kelas X dan kelas XI dapat dikategorikan memperoleh hasil
belajar rendah. Hal itu sesuai dengan KTSP yang disusun SMA Negeri 1 enam
lingkung bahwa untuk bisa naik kelas siswa tidak boleh tidak tuntas lebih dari 3 mata
pelajarsan, Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai kurang/dibawah KKM lebih
dari 3 mata pelajaran dikategorikan sebagai siswa dengan hasil belajar randah, dan
mereka termasuk siswa yang berkasus untuk naik kelas.
Dari kenyataan demikian banyaknya siswa yang memperoleh hasil belajar
rendah, akan membawa konsekwensi bagi pelayanan disekolah, khususnya dalam
rangka merencanakan layanan bimbingan dan konseling bagi mereka.
Untuk merencanakan layanan bagi siswa tersebut secara tepat diperlukan
pemahaman yang mendalam dan lengkap terhadap diri siswa menyangkut berbagai
aspek kehidupan. Salah satu di antara aspek tersebut adalah motivasi belajar.
Pemahaman motivasi belajar itu penting, mengingat motivasi belajar berperan dalam
keberhasilan belajar siswa. Layanan bimbingan dan konseling tidak akan dapat
memenuhi kebutuhan siswa, apabila tidak didasarkan atas pemahaman bagaimana
motivasi belajar mereka. Sehubungan dengan pemahaman terhadap siswa tersebut,
Prayitno dan Erman Amti (1994 : 202 ) berpendapat bahwa untuk memasuki upaya
penanganan masalah klien, maka pemahaman terhadap masalah klien merupakan
sesuatu yang wajib adanya. Tanpa pemahaman masalah, penanganan masalh itu tidak
mungkin dilakukan. Dengan demikian jelas bahwa pemahaman terhadap masalah
merupakan suatu prasarat sebelum pemberian layanan. Begitu juga untk membantu
3
siswa yang memperoleh hasil belajar rendah, perlu pemahaman terhadap motivas
belajar yang dimilikinya.
Mengingat pentingnya peranan motivasi belajar dalam proses dan hasil belajar
seperti diuraikan diatas, karena di SMA Negeri 1 Enam Lingkung belum ada data –
data tentang permasalahan belajar siswa, apalagi yag berupa hasil penelitian, maka
penulis tertarik untuk mengetahui sebuah penelitian tentang gambaran motivasi belajar
yang terdapat pada siswa yang memperoleh hasil belajar rendah di SMA Negeri 1
Enam Lingkung. Penelitian ini diberi judul motivasi belajar siswa yang memperoleh
hasil belajar rendah di SMA Negeri 1 Enam Lingkung Padang Pariaman.
B. Masalah Penelitian dan Batasan
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan dalam latar belakang, masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran motivasi belajar siswa yang
memperoleh hasil belajar rendah di SMA Negeri 1 Enam Lingkung tahun pelajaran
2012/2013 ?. Masalah ini cukup luas, yang mencakup tipe – tipe motivasi, jenis – jenis
motivasi dan aspek motivasi lainya. Mengingat keterbatasan penulis baik dari segi
kemampuan, biaya dan waktu mengungkap gambaran motivasi belajar siswa yang
memperoleh hasil belajar rendah dari semua aspek tersebut, maka penelitian ini
dibatasi pada upaya mengungkapkan motivasi belajar dari aspek :
1. Keinginan untuk memiliki pengetahuan
2. Keinginan untuk berprestasi
3. Cita – cita
4. Minat
5. Penghargaan
6. Persaingan
7. Ganjaran/ hadiah
(Elida Prayitno, 1989 : 10 – 25)
C. Definisi Operasioanal
Sesuai dengan judul penelitian, makan variable penelitian ini adalah motivasi
belajar. Berikut dikemukakan definisi operasional penelitian. Menurut Herman
Hudoyono ( 1981:30 ) motivasi adalah kekuatan atau pendorong yang ada dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan.
4
Sedangkan Syahril dan Riska Ahmad ( 1984:17 ) mengemukakan bahwa motivasi
adalah kondisi psikologis yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan suatu hal.
Belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang sehingga menghasilkan tingkah
laku baru ( Slameto : 1989 ). Jadi yang dimaksud motivasi belajar dalam penelitian ini
adalah dorongan yang timbul pada diri siswa yang memperoleh hasil belajar rendah,
baik karena pengaruh factor dari dalam diri maupun dari luar dirinya untuk melakukan
aktivitas-aktivitas belajar.
D. Pertanyaan penelitian
Sesuai dengan permasalahan penelitian pertanyaan yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kualitas motivasi belajar siswa dengan hasil belajar rendah di kelas X
dan kelas XI SMA Negeri 1 Enam Lingkung ?
2. Apakah terdapat perbedaan kualitas motivasi belajar siswa dengan hasil belajar
rendah antara kelas X dan kelas XI ?
3. Apakah terdapat perbedaan kualitas motivasi belajar siswa dengan hasil belajar
rendah laki-laki dan perempuan ?
4. Apakah terdapat perbedaan kualitas motivasi belajar siswa dengan hasil belajar
rendah berdasarkan latar belakang pekerjaan orang ?
E. Tujuan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengungkapkan kualitas motivasi belajar siswa dengan hasil belajar rendah di
SMA Negeri 1 Enam Lingkung.
2. Mengungkapkan perbedaan kualitas motivasi belajar siswa dengan hasil belajar
rendah kelas x dan kelas X.
3. Menggungkapkan perbedaan kualitas motivasi belajar siswa dengan hasil belajar
rendah antara laki-laki dan perempuan.
4. Menggungkapakan perbedaan kualitas motivasi belajar siswa dengan hasil belajar
rendah, yang latar belakang pekerjaan orang tuanya bertani dan non tani.
5
F. Anggapan dasar
Penelitian ini bertitik tolak dari anggapan dasar sebagai berikut ;
1. Pada diri siswa yang sedang belajar terdapat motivasi belajar yang berbeda
kualitasnya. Perbedaan tersebut terkait dengan factor-faktor yang ada diluar dirinya
.
2. Nilai yang diperoleh siswa merupakan gambaran hasil dari proses belajar yang
dilakukannya selama waktu tertentu.
3. Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh factor motivasi belajar.
G. Kegunaan hasil penelitian
Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk :
1. Sebagai masukan bagi sekolah terutama SMA Negeri 1 Enam Lingkung
mengenai kualitas mitivasi belajar siswa dengan hasil belajar siswa rendah,
untuk dapat dipelajari demi kemajuan sekolah.
2. Pedoman dan bahan bagi guru pembimbing dalam rangka merencanakan
layanan yang akan diberikan kepada siswa, terutama kepada siswa dengan
hasil belajar rendah.
6
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini akan diuraikan kajian teoritis tentang proses belajar, hasil belajar,
factor – factor yang mempengaruhi belajar, motivasi dan motivasi belajar, dan akhirnya
dirumuskan kerangka koseptual penelitian.
A. Belajar
1. Pengertian belajar.
Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Tujuan utama dari belahar adalah perubahan tingkah laku.
Keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar akan tergambar pada tingkah laku
siswa yang belajar. Maka dibawah in dikemukakan beberapa pendapat mengenai
pengertian belajar. Herman Hudoyo ( 1979 : 107) menyatakan belajar merupakan suatu
proses aktif dalam memperoleh pengalaman/ pengetahuan baru sehingga
menyebabakan perubahan tingkah laku. Selanjutnya W.S Winkel ( 1989 : 35 )
berpendapat :
Belajar adalah suatu aktifitas mental psikis yang berlansung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan –
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap.
Sedangkan Oemar Hamalik yang dikutip Syahril dan Riska Ahmad (1984 : 10)
Menyatakan bahwa belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan pada diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara – cara bertingkah laku yang baru berakat
pengalaman dan latihan.
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengalaman/ pengetahuan baru dengan
berinteraksi aktif dengan lingkungan.
7
1. Faktor –fakto yang mempengaruhi belajar.
Belajar merupakan proses kegiatan yang dapat mengubah tingkah laku
seseorang. Karena belajar merupakan suatu proses yang memerlukan waktu dan
tempat, maka untuk berhasil atau tidaknya belajar akan tergantung kepada banya
factor, baik itu yang ada diri orang yang belajar maupun yang ada diluar diri
orang tersebut.
Untuk itu Roestiyah (1986:151) mengemukankan bahwa faktor – faktor
yang memengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal Adalah factor yang
timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa nyaman,
kemanpuan, minat, bakat, motivasi dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang timbul dari luar diri anak itu sendiri, seperti kebersihan
rumah, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Selanjutnya Prayitno, dkk ( 1996:2) juga mengemukakan bahwa
kegiatan belajar siswa didalam mengikuti proses belajar mengajar dan belajar
diluar kelas amat tergantung kepada hal yaitu; (1) prasarat penguasaan materi
pelajaran , (2) keterampilan belajar, (3) sarana belajar, (4) keadaan diri pribadi,
(5) lingkungan dan sosio emosional.
Prasarat penguasaan materi pelajaran yaitu suatu pengetahuan atau
keterampilan yang harus dimiliki siswa sebelum melakukan kegiatan belajar
supaya ia dapat berhasil mengikuti pelajaran berikutnya
Keterampilan belajar merupakan kecakapan untuk melakukan kegiatan
belajar. Kecakapan itu akan terlihat dari metoda belajar yang dilakukan. Metoda
belajar adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan belajar
( Slameto 1989 : 84 ). Cara-cara yang dilakukan dalam belajar dapat menjadi kebiasaan
belajar. Untuk iti Slameto ( 1989 : 84 ) mengemukakan beberapa kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kegiatan belajar yaitu : pembuatan jadwal dan pelaksanaannya,
8
membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dalam
belajar, dan mengerjakan tugas.
Sarana belajar merupakan bahan/alat yang menunjang untuk melakukan
kegiatan belajar,seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis,
buku-buku dan lainnya.
Keadaan diri pribadi, menurut Slameto ( 1989 : 56 ) ada dua faktor pada diri
yang dapat mempengaruhi belajar yaitu faktor psikis meliputi IQ, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor fisik meliputi kesehatan tubuh, dan
cacat tubuh.
Lingkungan belajar dan lingkungan sosio emosional, merupakan keadaan /
situasi yang ada disekitar siswa yang akan belajar, yaitu berupa lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
Oleh karena banyak faktor-faktor yang adapat mempengaruhi belajar, maka
dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti tentang salah satu faktor internal yaitu
faktor motivasi.
1. Hasil Belajar.
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh atau dicapai dari kegiatan belajar.
Ngalim Purwanto ( 1986 : 50 ) menyatakan bahwa hasil belajar siswa adalah
penguasaan kemampuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa tentang materi
pelajaran yang diberikan. Sejalan dengan pendapat tersebut Suharsimi Arikunto
( 1986 :50 ) juga menyatakan bahwa prestasi atau hasil belajar adalah nilai kemajuan
siswa yang telah dicapai atau yang telah dipelajarinya. Artinya bahwa hasil belajar
yang telah dicapai berupa kemampuan-kemampuan dapat dilihat dan diamati dalam
bentuk bermacam-macam penampilan. Asnah Said ( 1998 : 213 ) mengemukakan ada
lima kategori hasil belajar yaitu (a) keterampilan intelektual, (b) strategi kognitif, (c)
informasi, (d) afektif dan (e) psikomotor.
9
Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang memungkinkan masing-
masing individu memiliki kompetensi. Dengan keterampilan ini memungkinkan
individu untuk dapat memberikan respon, untuk dapat memahami sesuatu yang di
ajarkan guru, Gagne ( dalam Asnah Said 1998 : 213 ).
Strategi kognitif merupakan kemampuan yang mengatur proses belajar
seseorang, mengingat dan kegiatan berfikir. Keterampilan ini memungkinkan seseorang
dapat mengontrol tingkah lakunya sendiri untuk dapat ditampilkan dengan tepat, Gagne
( dalam Asnah Said 1998 : 213 )
Informasi yang diterima dan diperoleh siswa tersimpan dalam ingatan, sebagai
hasil belajar disekolah. Informasi yang dimiliki siswa mengenai suatu bidang biasanya
dikenal sebagai pengetahuan, ( Asnah Said 1998 : 214 )
Afektif/sikap adalah suatu sifat yang selalu mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihan untuk bertindak, ( Asnah Said, 1998 ). Setiap siswa yang belajar
biasanya mempunyai berbagai sikap terhadap situasi belajar dan mengajar yang terjadi.
Positif atau negative sikap siswa terhadap bahan pelajaran yang dipelajari akan sangat
berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh.
Psikomotor adalah kecakapan yang penampilan dasarnya tercermen dalam
bentuk kecepatan, ketepatan atau kelembutan gerak tubuh ( Asnah Said, 1998 : 214 ).
B. Motivasi dan motivasi belajar
1. Pengertian motivasi.
Motifasi didefinisikan sebagai suatu kekuatan yang ada dalam diri seseorang
yang dapat menolongnya utnuk melakukan sesuatu. Syahril dan Riska Ahmad
( 1984:17) menyatakan motivasi sebagai kondisi psikologis yang ada dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu hal sedangkan Dimbiati dan
Mudjiono ( 1994 : 40 ) mengamukan bahwa motivasi adalah tenaga yang menggerakan
dan mengarahkan aktifitas seseorang. Sementara Thomas.L.Good dan Jere B.Brophy
(dalam Elida Prayitno, 1989 :8) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energy
penggerak , pengarah, dan memperkuat tingkah laku.
10
Dari kutipan tersebut dapat disimpulakan bahwa motivasi merupakan suatu
kekuatan psikologis yang timbul dari dalam seseorang yang dapat mendorongya utnuk
melakukan suatu kegiatan. Sehubungan dengan motivasi Dimbiati dan Mudjiono
( 1994:41) membaedakan motivasi atas dua bentuk yaitu motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi instriksik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan. Sedangkan motiv ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang
ada diluar perbuatan yang dilakukan, tetapi menjadi penyertanya. Sejalan dengan
pendapat tersebut Syahril dan Riska Ahmad ( 1984 : 17 ) juga membedakan motivasi
atas dua macam yaitu:
a. Motivasi instrinsik; motif yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa ransangan
atau bantuan pihak luar.
b. Motivasi ekstrinsik ; motif yang timbukl karna adanya ransangan dari luar.
Kedua macam motivasi itulah yang memberikan dorongan kepada seseorang
utnuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginan.
2. Pengertian Motivasi Belajar.
Dalam proses belajar mengajar motivasi merupakan suatu yang sangat penting.
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran (Dimyati dan
Mudjiayono; 1994 : 40). Sedangkan motivasi belajar merupakann daya penggerak bagi
siswa yang dapat mendorongnya untuk melakukan kekiagatan belajar, menjamin
kelansunganya, serta mengarahkan kegitan belajar yang dilakukan ( Dimyati dan
Mudjiono 1994 : 75)
Siswa yan memiliki motivasi belajar tinggi menampakan minat yang besar dan
perhatian yang penuh terhadap tugas – tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak
mungkin energy fisik maupun psikis terhadap kegiatan belajar tanpa mengenal
perasaan bosan, apalagi menyerah. Sebaliknya terjadi pada siswa memiliki motivasi
belajar rendah, mereka menampakan keengganan, cepat bosan, dan berusaha
menghindar dari kegiatan belajar ( Elida Prayitno. 1989 : 10)
11
Dari kutipan tersebut terlihat pentingya motivasi belajar dalam kegiatan belajar
yang dilakaukan seseorang. Untuk itu Slameto ( 1987:60) mengemukakan bahwa dalam
proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat
belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan
perhatian , merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
belajar.
Dari pendapat tersebut tergambar bahwa penting bagi guru untuk mengetahui
motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa. Pengetahuan dan pemahaman tentang
motivasi belajar sisiwa bermanfaat bagi guru. Manfaat pemahaman motivasi belajar
siswa bagi guru dikemukakan Dimyati dan Mudjiono ( 1994 :79) sebagai berikut:
a. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa unuk belajar
sampai berhasil.
b. Guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar.
c. Bisa meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara
bermacam-macam peran.
d. Memberi peluang bagi guru untuk kerja rekayasa pedagogis.
Untuk memahami dan mengembangkan motivasi belajar siswa secara efektif,
maka guru hendaknya mampu membangkitkan kebutuhan berprestasi dan kebutuhan
sosial siswa, dengat mengkaitkannya dengan kegiatan belajar ( Elida Prayitno, 1989 :
9 ). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan
suatu faktor penting dalam kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dari itu Howley
( Elida Prayitno, 1989 : 3 ) menyarankan agar guru-guru sebanyak mungkin
mempergunakan waktunya dalam mengajaruntuk memotivasi siswa-siswanya, sebab
siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar, melakukan kegiatan belajar lebih
banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam
belajar.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar.
Motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar
( Dimyati dan mudjiono ; 1945 : 75 ). Karena merupakan kekuatan mental dan berada
12
pada diri seseorang, maka motivasi belajar akan dapat dipengaruhi berbagai hal dalam
perkembangannya. Dimyati dan Mudjiono ( 1945 : 89 ) menguraikan beberapa unsur
yang dapat mempengaruhi motivasi belajar yaitu :
a. Cita-cita atau aspirasi.
Motivasi belajar akan terlihat pada keinginan siswa untuk memenuhi
kebutuhan . keberhasilan mencapai keinginan akan menumbuhkan kemauan.
Kemauaan yang telah dipertimbangkan dengan baik akan bisa menjadi cita-cita siswa, (
Dimyati dan Mudjiono ; 1994 : )
Dengan mempunyai cita-cita, siswa akan mengarahkan semangat dan perilaku
belajarnya kearah untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Dengan mempunyai cita-
cita, akan mempengaruhi motivasi belajar yang ada pada diri siswa, sebab dengan
tercapainya cita-cita siswa akan dapat terujukan keinginan yang ada paa dirinya.
b. Kemampuan siswa
Dalam melakukan suatu keinginan dibutuhakan berbagai kemampuan untuk
dapat membawa hasil yang memuaskan. Begitu juga dengan belajar, membutuhkan
kemampuan untuk dapat menjalaninya, baik kemampuan kecerdasan maupun dalam
bentuk kemampuan lainya.
Dengan didukung kemampuan yang baik siswa akan mudah melakukan
kegiatan belajar, sehingga memperoleh hasil yang baik. Hasil itu akan menimbulkan
kepuasan pada diri siswa. Dengan adanya rasa puas yang timbul dari kegiatan belajar
yang dilakukan akan dapat memperkuat motivasi untuk belajar selanjutnya ( Dimyati
dan Mudjiono, 1994 : 90 ).
c. Kondisi siswa.
Kondisi siswa, yang meliputi kondisi jasmani dan rohani akan dapat
mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit akan terganggu
perhatiannya belajar, sebaliknya siswa yang sehat akan mudah memusatkan perhatian
untuk mengikuti pelajaran ( Dimyati dan Mudjiono ; 1994 :90 ).
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, teman
sebaya, kehidupan kemasyarakatan, akan dapat berpengaruh terhadap keadaan belajar
siswa. Dengan lingkungan yang aman dan tentram serta mendukung untuk kegiatan
belajar, akan dapaat menambah semangat dan motivasi belajar siswa.
13
e. Unsur-unsur dinamis dimensi dalam belajar dan pembelajaran .
Unsur-unsur dinamis adalah merupakan sumber-sumber belajar yang dapat
memberikan pengaruh terhadap siswa seperti ; surat kabar, radio, televisi, film. Semua
sumber belajar tersebut akan dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Dengan demikian guru di harapkan dapat memanfaatkan sumber belajar itu untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa. Elida Prayitno ( 1989 : 94 ) mengemukakan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain :
1). Aspek pengajaran ; yang terdiri dari sikap guru mengajar, metoda, materi pelajaran,
media pengajaran dan penilaian.
2). Lingkungan yang terdiri dari ; lingkungan fisik sekolah, lingkungan sosial sekolah
dan lingkungan keluarga.
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa faktor-faaktor yang dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa dapat datang dari dirinya sendiri, lingkungan
sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
4. Indikator motivasi belajar
Sebagai telah dikemukakan dalam pengertian motivasi belajar, bahwa motivasi
belajar merupakan kekuatan/tenaga yang mendorong/menggerakkan sehingga
seseorang melakukan kegiatan belajar. Dorongan yang timbul dalam diri seseorang
akan dilahirkan dalam berbagai bentuk perasaab dan tingkah laku. Untuk melihat
apakah seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan kegiatan belajar, baik karena
dorongan dari diri maupun karena pengaruh luar diri, akan dapat dilihat dari berbagai
perasaan dan tingkah laku yang dilakukannya untuk merespon dorongan yang timbul
tersebut.
Dalam buku motivasi belajar ( Elida Prayitno ; 1989 : 10-60) dapat disimpulkan
beberapa inikator yang dapat digunakan untuk melihat motivasi belajar, antara lain :
a. Keinginan untuk memiliki pengetahuan
b. Keinginan untuk berprestasi
c. Cita-cita
d. Minat
e. Penghargaan
14
f. Persaingan
g. Ganjaran / hadiah
a. Keinginan untuk memiliki pengetahuan.
Kebutuhan untuk memiliki pengetahuan atau kecakapan adalah kebutuhan
organisme untuk mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungan.kecakapan ini d
peroleh cecara berunsur-unsur melalui belajar dalam jangka panjang
(Robert.w.wheite,dalam elida prayitno 1989137). Sedangkan sardiman (1992:89)
mengatakan bahwa siswa yang memiliki tujuan belajar untuk menjadi orang terdidik
dan mendapatkan pengetahuan adalah siswa yang belajarnya karena di dorong oleh
motivasi instrisik.
Dari dua pendapat tersebut , terlihat bahwa keinginan untuk memiliki
pengetahuan merupakan kebutuhan yang timbul dari dalam diri siswa, oleh karena itu
kebutuhan tersebut baru akan di peroleh jika telah tercapai suatu kesuksesan dalam
belajar.kesuksesan akan terjamin kalau materi yang di pelajari,di susun dan di sajikan
dalam bentuk topik yang kecil,serta langkah-langkah penyajian di susun dengan hati-
hati ,dan diberikan umpan balik dari setiap langkah tersebut (Skiner ,dalam Elida
ptayitno 1989:38),
b. Keinginan untuk berprestasi
Setiap siswa berbeda kebutuhan berpestasinya, ada siswa yang memiliki
motivasiya berpestasinya tinggi, ada pula yang renda (elida prayitno 1989:39). Berbeda
kebutuhan untuk berpestasi itu di karenakan setiap siswa juga berbeda-beda,Abu
Ahmdi dan Widodo Supriyono (1990 : 74 ) menyatakan bahwa setiap individu itu
pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalahkan anak didik.
Dalam kelas siswa yang memiliki keinginan untuk berpestasi tinggi akan
menampkkan sikap yang balik dan perhatian yang tinggi terhadap semua bahwa
pelajran yang di berikan guru,siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah
cendrung takut gagal dan kurang mau menangung resiko dalam mencapai prestasi yang
lebih tinggi . Dariurutan tersebut tergambar bahwa kebutuhan untuk berprestasi pada
dasarnya ada pada semua siswa yang melakukan kegiatan belajar.
15
Guru yang merupakan salah satu dari berbagai sumber dan media belajar, maka
dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebh luas dan lebih mengarah
kepada peningkatan motivasi belajar siswa (Slameto 1987 : 102).
c. Cita-cita
Cita-cita merupakan suatu kegiatan yang selalau ada dalam pemikiran seseorang
yang di usahakan untuk mencapai nya (KBBI , 1996 : 191) maka cita-cita yang dimiliki
siswa akan mewarnai kegiatanyaa selama mengikuti proses belajar, sekolah yang sesuai
dengan cita-cita siswa biasanya akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajarnya.
Sekolah kejujuran, karena ia sangat mendambakan masuk sekolah umum, menunjuk
kan bahwa ia tidak bemotif untuk belajar di sekolah kejujuran itu , ( Ahmad Thanthawi
1991:106 ).
Dari uraian tersebut mempelihat kan bahwa cita-cita yang dimiliki siswa akan
mempengaruhi sikap nya dalam mengikuti proses belajar. Guru yang mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu perkembangan siswa, di harapkan mendorong siswa untuk senantiasa
belajar. Sehingga siswa akan dapat mewujudkan cita-citanya.
d. Minat
Menurut Slameto (1987 : 182 ) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterkaitan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Dari pengetian itu
terlihat bila siswa berminat terhadap belajar, maka akan timbul rasa senang baginya
dalam melakukan kegiatan belajar tersebut. Sebaliknya Elida Prayitno (1989 : 3 )
menyatakan :
Siswa yang tidak berminat terhadap apa yang di ajar kan guru namun ia di
haruskan mempelajarinya, dapat menimbulkan dalam diri siswa perasaan
benci terhadap mata pelajaran itu, dan bahkan untuk selanjutnya mereka
tidak akn pernah mempelajarinya .
Dari kutipan tersebut terlihat, minat yang dimiliki siswa sangat berpengaruh
terhadap kelangsungankegiatan belajar yang dilakukannya. Dari itu guru sebagai
16
pengelola kegiatan belajar mengajar dalam kelas, perlu untuk merangsang minat siswa,
sehingga ia akan termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar.
e. Penghargaan
Seseorang biasanya ingin untuk dihargai, dikagumi, dihormati oleh orang lain
( Moslaw, dalam Slameto 1987 : 17 ). Perasaan ini dapat menjadi motivasi yang kuat
bagi seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Elida Prayitno ( 1989 : 17 )
menyatakan bahwa penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa dalam
mengerjakan tugas-tugas belajar.
Gloria. L ( dalam Elida Prayitno 1989 : 17 ) membuktikan bahwa sebagian
siswa menampakkan hasil belajar yang lebih baik jika mereka di puji. Dari dua
pendapat tersebut memperlihatkan bahwa pemberian penghargaan terhadap siswa
dalam belajar mempunyai dampak positif terhadap kegiatan belajar yang dilakukannya.
Namun demikian Elida Prayitno(1989 : 18 ) berkesimpulan bahwa guru harus
mempertimbangkan kematangan emosi dan kognitif siswa-siswa dala mempergunakan
pujian dan celaan untuk mmotivasi siswa. Kalau guru mempergunakan pujian tanpa
memepertimbangkan hal-hal diatas, maka guru cenderung akan melakukan kesalahan.
f. Persaingan
Persaingan adalah salah satu motivasi ekstrinsik yang ada pada siswa. Dengan
adanya persaingan setiap siswa akan berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar
yang lebih baik. Adanya persaingan akan menggerakkan keaktifan dalam suatu
kelompok tertentu dan memotivasi siswa untuk menguasai pelajaran dengan lebih baik
lagi.
g. Hadiah / ganjaran
Ganjaran berupa nilai atau hadiah, pujian serta hukuman akan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dengan ganjaran itu siswa akan terdorong
untuk mendapatkan ataupun menghindarinya .
5. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
17
Sebagai kekuatan psikis yang dapat mendorong siswa untuk melakukan
kegiatan belajar, maka motivasi belajar dapat dikatakan sebagai sebuah keadaan, yang
suatu saat bisa hilang dan bisa meningkat keberdaannya.
Guru sebagai penanggung jawab dalam proses belajar mengajar disamping
berperan sebagai fasilitator belajar siswa, juga bertanggung jawab untuk memberikan
dorongan , serta bimbingan terhadap siswa untuk melakukan kegiatan belajar, Elida
Prayitno ( 1989 : 160 ) mengemukakan bahwa guru hendaknya mampu membangun
dan mengembangkan keinginan siswa untuk mempelajari apa yang di ajarkanya.
Ada 4 hal yang dapat diupayakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa seperti dikemukakan Slameto ( 1987 : 101 ) yaitu :
a. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.
b. Menjelaskan secara kongkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir
pengajaran.
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat
merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik dikemudian hari.
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono ( 1994 : 92 ) mengemukakan beberapa cara
yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu ;
mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar, optimalisasi unsur-unsur penunjang
belajar dan pembelajaran, optimalisasi pemenfaatan pengalaman, kemampuan siswa
dan pengembangan cita-cita secara aspirasi siswa.
Dari dua pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa upaya yang dapat
dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara
memberikan layanan kepada siswa, sesuai dengan kebutuhan perkembangannya,
sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
6. Hasil-hasil penelitian tentang motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
bertindak dalam usaha memenuhi kebutuhan ( A. Muri Yusuf 1984 : 32 ). Sebagai
suatu faktoryang cukup penting perananya dalam proses belajar siswa, motivasi belajar
sudah banyak diteliti oleh para ahli. Seperti dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (
18
1994 : 41 ) membedakan motivasi atas motif instrinsik dan motif ekstrinsik. Menurut
Thornburgh ( dalam Elida Prayetno, 1989 : 11) bahwa motivasi instrinsik adalah dalam
keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorongan dari dalam diri individu.
Sedangkan menurut Pinter, dkk ( dalam Elida Prayetno, 1989 : 13 ) motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang keberadaanya karena pengaruh rangsangan dari luar pribadinya.
Dari pendapat ahli tersebut terlihat bahwa, ada motivasi yang timbul dari
dalam diri, dan ada pula yang timbul karena sumber dari luar diri seseorang.peranan
motivasi instrinsik dalam kegiatan belajar yang dilakukan seorang siswa sangatlah
penting. De chams ( dalam Elida Prayetno, 1989 : 11) berpendapat bahwa individu
yang melakukan kegiatan yang didorong oleh motivasi instrinsik, maka kegiatanya
adalah untuk mencapai tujuan yang merupakan hasil kegiatan itu.sementara Grage dan
Berline ( dalam Elida Prayetno, 1989 :11 ) juga mengemukakan bahwa siswa yang
termotivasi secara instrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar dari pada siswa yang
termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik merupakan
keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Siswa seperti ini baru akan
mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah pelajaran dengan benar, atau
kalau dapat mengerjakan tugas dengan baik ( Elida Prayetno, 1989 : 11 ).
Begitu juga dengan motivasi ekstrinsik, menurut penelitian Phil Lauther
( dalam Elida Prayetno, 1989 : 14 ) menemukan di dalam kelas banyak sekali siswa
yang dorongan belajarnya adalah karena motivasi ekstrinsik. Mereka ini memerlukan
perhatian dan pengarahan yang khusus dari guru. Dalam belajar siswa yang terdorong
oleh motivasi ekstrinsik selalu mengharapkan persetujuan guru untuk meyakinkan
dirinya bahwa yang sedang atau yang telah dikerjakan itu benar.
Dari pendapat tersebut daapat disimpulkan bahwa peranan motivasi instrinsik
dan motivasi ekstrinsik dalam proses belajar siswa saling menunjang satu dengan yang
lainnya. Thornbuegh ( dalam Elida Prayetno, 1989 : 14 ) mengemukakan bahwa antara
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik itu saling menambah atau memperkuat,
bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi instrinsik.
Menurut pendapat Purkey ( dalam Elida Prayetno, 1989 : 38 ) bahwa setiap
siswa akan termotivasi secara instrinsik kalau ada kepuasan dari dalam menghadapi
sebagai permasalahan dilingkungan, dan siswa ini akan terdorong untuk berprestasi,
selanjutnya berusaha untuk mengontrol atau mengarahkan tingkah lakunya kearah
yaang positif.
19
Dari pendapat tersebut tergambar bahwa menciptakan lingkungan yang baik
bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar, akan dapat mendorongnya untuk
berprestasi dengan baik. Guru yang merupakan model bagi siswa, akan sangat
berpengaruh tingkah lakunya terhadap aktivitas-aktivitas belajar siswa
dikelas.penelitian yang dilakukan Yekin dan Deno, Klein, Brophy dan Everstzon
( dalam Elida Prayetno, 1989 : 98 ) menemukan sikap guru yang mudah tersinggung
dan terpengaruh oleh siskap siswa. Jika tingkah laku siswa dalam belajar positif, maka
cara mengajar pun menjadi positif.tetapi kalau tingkah laku siswa negatif, maka guru
inipun menampilkan cara mengajar yang negatif ; yaitu masa bodoh terhadap siswa,
kurang bergairah atau kurang ada usaha yang maksimal untuk menjadikan siswa
mengerti.
Selain sikap guru seperti yang dikemukakan tersebut Friendman ( dalam
Elida Prayetno, 1989 : 98 ) juga menemukan adanya perlakuan guru yang berbeda
terhadap siswa yang berasal dari golongan ekonomi tinggi dan siswa dari golongan
ekonomi rendah. Guru lebih banyak memberikan penguatan penghargaan, perhatian,
dan pujian kepada siswa-siswa yang berasal dari golongan ekonomi tinggi dan
menengah dari kepada siswa-siswa dari golongan ekonomi rendah.
Sedangkan untuk pembedaan jenis kelamin, Brophy dan Evertzon ( dalam
Elida Prayetno, 1989 : 100 ) menemukan ada guru menganggap siswa wanita lebih
matang, lebih berprestasi dan lebih menarik hati guru, sedangka siswa pria dianggap
pasif, agresif, dan tidak berminat.sikap guru terhadap siswa pria lebih suka mengritik
daan memberi mereka nilai lebih rendah dari prestasi mereka yang sebenarnya.
Dari beberapa hasil penelitian tentang sikap guru terhadap siswa tersebut,
dapat disimpulkan bahwa, penilaian dan sikap guru terhadap siswa akan banyak
berpengaruh terhadap kegiatan belajar yang dilakukan, sehingga akan berdampak
terhadap hasil belajar yang diperolehnya.s
C. Kerangka konseptual
Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian kerangka
konseptual penelitian dapat dilihat seperti bagan berikut :
20
SISWAProses
Belajar
OUT PUT
(HASIL BELAJAR)
Dari bagan diatas dapat dijelaskan, bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa ada yang
tinggi dan ada yang rendah, hasil belajar tersebutbisa dipengaruhi oleh motivasi belajar.
Untuk itu dalam penelitian ini akan dilihat keadaan motivasi belajar siswa yang
memperoleh hasil belajar rendah, berkenaan dengan kualitas motivasi belajar,
perbedaan kualitas motivasi belajar antara siswa kelas X dan kelas XI, siswa laki-laki
dan perempuan dan antara siswa yang pekerjaan orang tuanya tani dan non tani.
21
RENDAH TINGGI
MOTIVASI BELAJAR
- KUALITAS MOTIVASI BELAJAR.- PERBEDAAN KUALITAS MOTIVASI
BELAJAR ANTARA:SISWA KELAS 1 DAN KELAS 2, LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN, SISWA YANG PEKERJAAN ORANG TUA TANI DAN NON TANI
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan metodologi penelitian, yang terdiri dari jenis
penelitian, populasi dan sampel, jenis data, sumber dan alat pengumpul data, serta
teknik analisis data
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian yang diadakan,
penelitian ini berbentuk deskriptif, yaitu mengungkapkan suatu keadaan subjek
penelitian apa adanya. Bentuk penelitian deskriptif menurut A. Muri Yusuf (1997:80)
adalah penelitan yang bertujuan mendiskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta – fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan
fenomena secara detail. Tujuan penelitian deskriptif yaitu untuk mendiskripsikan apa –
apa yang saat ini berlaku, di dalamnya terdapat upaya mendiskripsikan, mencatat,
analisis, dan menginterprestasikan kondisi – kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada
( Mardalis, 1989 : 26 ).
Dengan demikian penelitian ini mencoba mendeskripsikan, mencatat dan
mengalisis secara faktual mengenai motivasi belajar siswa yang memperoleh hasil
belajar rendah di SMA Negeri 1 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman.
B. Populasi dan Sampel.
1. Populasi
22
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian, dalam penelitian ini
adalah semua siswa yang memperoleh hasil belajar rendah di SMA Negeri 1 Enam
Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. Hasil belajar yang menjadi acuan adalah hasil
belajar semester I tahun pelajaran 2012/2013 yang memperoleh nilai dari semua mata
pelajaran kurang/dibawah KKM . Berdasarkan analisis hasil belajar di SMA Negeri 1
Enam Lingkung terdapat 84 orang siswa yang memperoleh hasil belajar rendah, yang
terdiri dari kelas X sebanyak 51 orang dan kelas XI sebanyak 33 orang. Adapun pada
siswa kelas XII tidak terdapat lagi yang memperoleh nilai dari semua mata pelajaran
kurang/dibawah KKM . Dengan demikian populasi dalam penelitian ini berjumlah 84
orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri – ciri populasi
tersebut. Mengingat siswa yang memperole hasil belajar rendah pada akhir semester I
tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 84 orang, maka penelitian ini menggunakan
sampel total atau sensus. Husaini dan Purnomo ( 1995:181) menyatakan bahwa
penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total atau
sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil. Karena populasi
penelitian berjumlah 84 orang, jumlah ini dimungkinkan utuk diberi angket, maka
semua anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Untuk lengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1
SEBARAN SAMPEL PENELITIAN
NO: Identitas Jumlah
1
2
3
4
5
Kelas X
Kelas XI
Laki – laki
Perempuan
Siswa yang pekerjaan orang tua
tani
52
32
58
26
32
23
6 Siswa yang pekerjaan orang tua
non tani52
C. Jenis Data, Sumber Data dan Alat Pengumpul Data.
1. Jenis Data
Data primer yang diperlukan dalam penelitia ini adalah motivasi belajar
siswa. Di samping itu piperlukan juga data berkenan dengan hasil belajar
siswa pada semester I Tahun Pelajaran 2012/2013
2. Sumber Data
Data tentang motivasi belajar dan identitas diri diperoleh lansung dari siswa,
sedangkan data tentang hasil belajar diperoleh dari tata usaha SMA 1 Enam
Lingkung.
3. Alat Pengumpul
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan adalah
angket. Materi angket disusun berdasarkan pada tujuan, pembatasan
masalah dan pertanyaan penelitian. Angket yang dimaksud sebelum
digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba,
ujicoba dilakukan terhadap 15 orang siswa kelas XII yang tidak termasuk
responden penelitian, dan dilaksanakan tanggal 26 Februari 2013. Selama
pelaksanaan ujicoba, dari 15 orang responden, umumnya mereka sulit
memahami pernyataan nomor 25 yang berhubungan dengan variabel cita-
cita dan pernyataan nomor 42 yang berhubngan dengan variabel persaingan.
Berdasarkan pencatatan waktu diujicoba dan pengolahan jawaban, . Item
nomor 25 dan 42 dihilangkan. Dengan hasil itu jadilah angket penelitian
dengan 50 butir pernyataan yang digunakan untuk mengumpul data.
D. Teknik Analisa Data
Untuk melihat kualitas motivasi belajar siswa yang memperoleh hasil
belajar rendah, akan penulis lakukan dengan membandingkan perolehan rata –
rata skor aktual dengan rata-rata skor ideal pada masing – masing aspek motivasi
24
belajar. Dengan cara membandingkan ini akan dapat ditentukan porsentase siswa
yang kualitas motivasi belajarnya rendah, sedang atau tinggi.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian 2, 3, dan 4 digunakan rumus t-
test. Sebelum menggunakan rumus tersebut, skor responden dari tabel induk
dikelompokan menurut kelas, jenis kelamin, dan pekerjaan orang tua. Selanjutna
skor ditabulasikan dalam bentuk didtribusi frekwensi, setelah itu ditentukan rata –
rata dengan menggunakan rumus berikut :
M = MT
Keterangan :
M = Rata – rata /
MT = Rata – rata terkaan ( titik tengah dari kelas interval )
f = Jumlah penyimpanan ( deviasi ) dari rata – rata terkaan setelah
dikalikan dengan frekwensi
= Deviasi dari mean terkaan
N = Kelas interval
(A. Murni Yusuf, 1986 : 83)
Setelah diperoleh nilai rata- rata (mean), selanjutnya ditentukan standar deviasi dengan rumus.
25
SD = i
Keterangan :
f = Jumlah penyimpangan ( deviasi ) dari mean terkaan
setelah dikalikan dengan deviasi dari mean terkaan.
fx = Jumlah penyimpangan ( deviasi ) dari mean terkaan
setelah dikalikan dengan frekwensi.
N = Jumlah individu atau jumlah responden
SD = Standar deviasi
i = Kelas interval
Dengan demikian didapatkanya nilai mean dan standar deviasi,
selanjutnya dipergunakan rumus t- test yang dikemukakan Louis Cohen yaitu
t =
keterangan :
26
1 = Mean kelompok 1
2 = Mean kelompok 2
SD = Kuadrat standar deviasi kelompok 1
SD = Kuadrat standar deviasi kelompok 2
N1 = Jumlah sampel kelompok 1
N2 = Jumlah sampel kelompok 2
(Louis Cohn, Zamahsyari, 1988 : 64)
Pemakaian rumus t- test ini akan menghasilkan harga t. Harga t ini kualitas
motivasi belajar siswa yang memperoleh hasil belajar rendah di SMA Negeri 1 Enam
Lingkung sesuai dengan pertanyaan penelitian, dengan terlebih dahulu menetapkan tara
kepercayaan dan derajat kebebasan (db). Taraf kepercayaan adalah 95% dan 99%.
Sedangkan db dicari dengan menjmlahkan N1 + N2 – 2 . Dengan melihat taraf
kepercayaan dan derajat kebebasan, harga t yang diperoleh dibandingkan dengan harga
t tabel. Bila harga t yang diperoleh sama atau lebih besar dari harga t tabel, maka
artinya terdapat perbedaan yang berarti antara kualitas motivasi belajar siswa.
Sebaliknya bila harga t yang diperoleh lebih kecil dari harga t tabel maka artinya tidak
terdapat perbedaan yang berarti antara kualitas motivasi belajar siswa.
27
BAB IV
PROSEDUR PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
HASIL PENELITIAN SERTA PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang prosedur pengumpulan data, pengolahan
data dan pembahasan.
A. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolaha Data.
1. Pengumpulan Data
Setelah prosedur administrasi dipenuhi dan persetujuan peneltian keluar,
maka pelaksanaan pengumpulan data dmulai tanggal 8 April 1999. Pegadministrasian
angket dilakukan secara klasikal untuk masing – masing tingkat, sesuai dengan sampel
yang ditentukan. Pengadministrasian angket ini memerlukan waktu sekitar 35 menit.
Distribusi jumlah responden yang telah mengisi angket dapat dilihat dalam tabel
berikut :
28
Tabel 2
SEBARAN RESPONDEN YANG TELAH MENGISI ANGKET PENELTIAN
NO Kelas Jumlah Responden Katerangan1
2345678910111213141516
17
XI IPA4XI IPA5XI IPS 1XI IPS 2XI IPS3XI IPS4XI IPS5
X1X2X3X4X5X6X7X8X9X10
22344325467756665
Jumlah 77
Dari tabel dapat dilihat bahwa responden yang mengisi angket berjumlah
77 oran dari 84 orang yang menjadi sampel penelitian, empat orang siswa kelas XI
sudah pindah dan tiga oran siswa kelas X berhenti sekolah sebelum data dikumpulkan.
2. Pengolahan Data
Angket yang telah diadmistrasikan, selanjutnya diberi skor, untuk pemberian skor
dan pengilahan dilakukan langkah sebagai berikut:
a. Verifikasi Data
Langkah ini dilakukan dengan memeriksa jawaban responden setiap butirnya,
pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah semua pertanyaan dijawab,
atau ada responden yang menjawab lebih dari satu kemungkinan jawaban.
Bila ada responden yang seperti itu, maka angketnya dikeluarkan dan tidak
diberi skor. Sengan melakukan seleksi ini akan terkumpul hasil angket yang
betul –betul dipercaya.
29
b. Pemberian Skor
Setelah didapatkan angket yang betul- betul dapat dipercaya, selanjutnya
diberi skor. Utnuk pernyataan psitif skornya bergerak dari 4,3,2,1 dan 0,
sedangkan pernyataan negatif skornya bergerak dari 0,1,2,3 dan 4. Setelah
semua jawaban responder diberi skor, selanjutna dimasukan dam tabel induk,
yang memuat identitas siswa ( tanpa nama), skor masing – masing pernyataan
yang diperoleh. Kemudian skor tersebut di jumlahkan sesuai aspek
penelitian.
c. Pemakaian Rumus
Skor yang sudah dijumlahkan sesuai dengan aspek penelitian diolah dengan
menggunakan teknik seperti diuraikan pada bab 3. Untuk melihat kualitas
motivasi belajar siswa secara keseluruhan kelas X dan kelas XI dilakukan
dengan cara menentukan skor maksimal ideal, rata-rata ideal dan standar
deviasi ideal dari masing-masing aspek motivasi belajar siswa, maka terlebih
dahulu dibuatkan rentang skor yang dapat di klasifikasikan tinggi, sedang,
dan rendah. Dalam penelitian ini tolak ukur yang digunakan untuk
menentukan klasifikasi tersebut mengacu pada porsentase kurva normal.
Berdasarkan tolak ukur kurva normal, maka klasifikasi sedang berada pada
rentangan -1 SD sampai +2 SD atau 34,13% dibawaj mean dan 34,13%
diatas mean. Sedangkan untuk klasifikasi tinggi skor yang berada di atas
+1SD. Perbedaan kualitas motivasi belajar ditentukan dengan terlebih dahulu
mencari nilai rata –rata standar deviasi, dan nilai t dari masing – masing aspek
sesuai pertanyaan peneltian.
B. Hasil Penelitian.
Dari peerapan kriteria yang telah ditentukan dan hasil pengilahan data-
data yang diperoleh, maka didapatkan hasil peneltian. Hasil penelitian yang dimaksud
sehuungan dengan pertanyaan yang diajuka pada penelitian ini adalah :
1. Kualitas Motivasi Belajar Siswa Yang Memperoleh Hasil Belajar Rendah di
SMA Negeri 1 Enam Lingkung.
Berdasarkan penerapan kriteria untuk menentukan klasifikasi kualitas
motivasi belajar siswa, didapatkan rentangan skor untuk masing – masing
aspek motivasi belajar sebagai berikut :
Tabel 3
30
TOLAK UKUR KLASIFIKASI KUALITAS MOTIVASI BELAJAR SISWA
NO ASPEK MOTIVASI KLASIFIKASI RENTANGAN SKOR1.
2.
3.4.5
6
7
Keinginan untuk memiliki pengetahuan
Keinginan untuk berprestasi
Cita – citaMinat
Penghargaan
Persaingan
Ganjaran /Hadiah
RendahSedangTinggiRendahSedangTinggiRendahSedangTinggiRendahSedangTinggiRendahSedangTinggiRendahSedangTinggi
0 − 1819 − 3738 − 560 − 1314 − 2223 − 360 − 78 − 1617 − 240 − 67 − 1314 − 200 − 78 − 1617 − 240 − 45 − 1112 − 16
KeseluruhanRendahSedangTinggi
0 − 6667 − 133134 − 200
Mengacu pada rentangan skor yang di kemukakan dalam tabel 3, dapat dilihat
kualitas motivasi belajar siswa yang memperoleh hasil belajar rendah di SMA 1 Enam
Lingkung. Dalam hal ini didapat 3,90% (3/77 x 100%) siswa termasuk klasifikasi
rendah kualitas motivasi belajarnya untuk aspek keinginan untuk memiliki
pengetahuan, 68,83% berkualitas sedang dan 22,27% termasuk klasifikasi tinggi. Data
lengkap hasil perhitungan kualitas motivasi belajar siswa untuk semua aspek, disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 4
KUALITAS MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG MEMPEROLEH HASIL
BELAJAR RENDAH DI SMA 1 ENAM LINGKUNG
NO ASPEK MOTIVASI BELAJAR
KLASIFIKASI KECENDRUGAN
1 Keinginan untuk Rendah 3,90 %
31
2
3
4
5
6
7
memiliki pengetahuan
Keinginan untuk berprestasi
Cita - cita
Minat
Penghargaan
Persaingan
Ganjaran /Hadiah
Sedang Tinggi
Rendah Sedang
Tinggi
Rendah Sedang
Tinggi Rendah
Sedang Tinggi Rendah
Sedang Tinggi
Rendah Sedang
Tinggi
Rendah Sedang
Tinggi
68,83%27,27%
1,30 %14,29 %84,42%
1,30%31,17%67,53%
2,60%50,65%46,75%
1,30%29,87%68,83%
0,00%42,86%57,14%
0,00%23,83%
KeseluruhanRendah
Sedang
Tinggi
0.00%
37,66%
62,34%
Berasarkan hasil yang telah dikemukakan pada tabel 4 dapat dijawab
pertanyaan penelitian 1, bahwa 62,34% siswa yang memperoleh hasil belajar rendah di
SMA Negeri 1 Enam Lingkung mempunyai kualitas motivasi belajar tinggi, 37, 66%
kategori sedang dan tidak ada yang rendah.
2. Perbedaan Kualitas Motivasi Belajar Siswa yanag Memperoleh Hasil Belajar
Rendah Antara Siswa Kelas X dan kelas XI
Berdasarkan pertanyaan peneltian 2. Temuan penelitian menunjukan,
untuk aspek keinginan memiliki pengetahuan didapatkan nilai t hitung 0.57,
sedangakan nilai t tabel untuk derajat kebebasan (db)75,
32
Pada taraf kepercayaan 95% sebesar 1,99 dan untuk taraf kepercayaan
99% nilai t = 2,64. Hasil ini menunjukan terdapat perbedaan yang tidak
signifikan antara kualitas motivasi belajar siswa kelas X dan siswa kelas XI.
Artinya antara siswa kelas X dan kelas XI yang hasil belajarnya rendah
mempunyai kualitas motivasi yang hampir bersamaan pada aspek keinginan
untuk memiliki pengetahuan. Hasil lengkap perbedaan kualitas motivasi elajar
siswa untuk semua aspek penulis sajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5
PERBEDAAN KUALITAS MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X
DAN KELAS XI
NO Aspek Motivasi Belajar
X t hitung
t tabel signifikansi
KLS.X
KLS.XI
95% 99%
1
2
34567
Keinginan untuk memiliki pengetahuanKeinginan untuk berprestasiCita –ciataMinatPenghargaanPersainganGanjaran/ hadiah
32, 10
27,51
17,0015.8814.6017,3613,35
31,10
27,53
18,6116.1113.7916.1114,14
0,57
0,01
1,550.230,911.300,97
1,99
1,99
1,991,991,991,991,99
2,64
2,64
2,642,642,642,642,64
Tidak
Tidak
TidakTidakTidakTidakTidak
keseluruhan 137.76 136,64 0.19 1,99 2,64 Tidak
Dengan memperhatikan Tabel 5, dapat di jawab pertanyaan penelitian 2
bahwa, untuk keseluruhan aspek motivasi belajar, diperoleh hasil yaitu terdapat
perbedaan yang tidak signifikan antara kwalitas motifasi belajar siswa kelas X dan
siwa kelas XI yang memperoleh hasil belajar rendah.
3. Perbedaan Kualitas Motivasi Belajar Siswa Yang Memperoleh Hasil Belajar
Rendah Antara Laki – Laki dan Perempuan.
Temuan penelitian memperlihatkan untuk aspek motivasi keinginan
memiliki pengetahuan diperoleh niai t hitung 6.14, sedangkan nilai t tabel untuk
33
derajat kebebasan (db) 75, pada taraf kepercayaan 95% sebesar 1,99, dan untuk taraf
kepercayaan 99% nilai t = 2, 64. Dengan harga t hitung lebih besar dari harga t tabel,
maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas motivasi belajar yang hasil
belajarnya rendah laki – laki dan perempuan. Artinya siswa laki –laki yang hasil
belajarnya rendah, mempunyai kualitas motivasi yang berbeda dengan isswa
perempuan yang hasil belajarnya rendah. Perbedaan itu dapat dilihat dari rata – rata
skor yang diperoleh masing – masing, yaitu siswa laki – laki skor rata – ratanya 26,64
dan perempuan 32,57. Hal ini menunjukan bahwa siswa perempuan sebernarnya lebih
mempunyai keinginan yang kuat untuk mendapatkan ilmu dalam belajar dari siswa
laki –laki. Hasil lengkap perhitungan perbedaan kualitas motivasi belajar untuk semua
aspek motivasi penulis sajikan dalam Tabel 6
Tabel 6
PERBEDAAN KUALITAS MOTIVASI BELAJAR SISWA
LAKI-LAKI DAN PERMPUAN
NO Aspek motifasi Xt
hitung
t tabelSigni
fikansi
Lk Pr 95% 99%1
2
34567
keinginan untuk memiliki pengetahuankeinginan untuk berprestasiCita – citaMinatPenghargaanPersainganGanjaran / Hadiah
26,64
27,39
19,2616,3115,9213,86
32,57
27,76
16,5015,2717,7512,77
6,14
0,25
2,731,041,991,35
1,99
1,99
1,991,991,991,99
2,64
2,64
2,642,642,642,64
Ya
Tidak
YaTidakTidak
Ya
Tidak
137,24 136,43 0,16 1,99 2,64 Tidak
Dengan melihat penelitian pada Tabel 6 dapat dijawab pertanyaan
penelitian 3 yaitu : terdapat perbedaan signifikan kwalitas motivasi belajar sisswa
yang memperoleh belajar rendah antara siswa laki – laki dan siswa perempuan pada
aspek keinginan untuk memiliki pengetahuan, aspek cita-ciata dan aspek persaingan.
34
4. Perbeaan Kualitas Motivasi Belajar siswa Yang Memperileh Hasil Belajar
Rendah Antara Pekertjaan Orang Tuanya Tani dan Non Tani
Temuan penelitian menunjukan, untuk aspek motivasi keinginan memiliki
pengetahuan, diperoleh nilai t hitung 0,10, sedangkan nilai t tabel untuk (db) 75 pada
taraf kepercayaan 95% sebesar 1,99 dan taraf kepercayaan 99% sebesar 2,64. Hasil ini
memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara kualitas
motivasi belajar siswa yang latar belakang pekerjaan orang tuangya tani dengan siswa
yang latar belakang pekerjaan orang tuanya non tani. Artinya siswa yang memperoleh
hasil belajar rendah, baik yang pekerjaan orang tuanya tani maupun non tani
mempunyai kualitas motivasi belajar yang sama tentang keinginan untuk memiliki
pengetahuan. Hasil lengkap temuan penelitian tentang perbedaan kualitas motivasi
belajar tersebut, penulis sajikan dalam tebel berikut.
Tabel 7
PERBEDAAN KUALITAS MOTIVASI BELAJAR SISWA
YANG PEKERJAAN ORANG TUANYA TANI DAN NON TANI
NO Aspek Motivasi Belajar
Xt
Hi tung
t Tabel signifikansi
Tani Non Tani
95% 99%
1
2
34567
Keinginan untuk memmiliki pengetahuanKeinginan untuk berprestasiCita –citaMinatPenghargaanPersainganGanjaran / Hadiah
32,50
25,11
16,4915,1113,5616,6612,69
32,31
28,98
18,2516,5814,7116,4813,98
0,10
2,82
1,661,631,310,181,54
1,99
1,99
1,991,991,991,991,99
6,64
6,64
6,646,646,646,646,64
Tidak
ya
TidakTidakTidakTidakTidak
131,40 140,13 1,51 1,99 6,64 Tidak
Berdaskan hasil penelitian yang dikemukakan pada Tabel 7, dapat dijawab
pertanyaan penelitian 4 yaitu : terdapat perbedaan yang signifikan kwalitas motivasi
belajar siswa yang memperoleh hasik belajar rendah antara siswa yang pekerjaan orang
35
tuanya tani dan siswa yang pekerjaan orang tuanya non tani pada aspek keinginan
untuk berprestasi.
C. Pembahasan
1. Kualiatas Motivasi Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar Rendah Di SMA
Negeri 1 Enam Lingkung.
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar ( 62,34%) siswa yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi
belajar sedang hanya 37,66% dan tifak ada siswa yang memiliki motivasi
belajar yang rendah. Kalau diperhatikan temuan penelitian ini, terlihat bahwa
siswa – siswa dengan hasil belajar rendah ternyata sebagian besar mereka
mempunyai kualitas motivasi belajar yang tinggi.
Dengan keadaan seperti itu timbul pertanyaan, kenapa siswa yang hasil
belajarnya rendah mempunyai kualitas motivasi belajar tinggi? Pertanyaan itu
timbu karena spereti di kemukakan para ahli bahwa siswa yang memiliki
motivasi tinggi untuk belajar, biasanya akan memperlihatkan minat yang besar
dan perhatian yang penuh terhasap tugas-tugas belajar, sehingga ia akan
memperoleh hasil yang lebih baik siri siswa yang memiliki motivasi rendah
untuk belajar (Elida Prayitno :1989).
Dengan temuan penelitian seperti itu, ada kemungkinan yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa –siswa tersebut bukan faktor
motivasi belajar, tetapi ada faktot – faktor lain sebab deperti dikemukakan
Slameto ( 1987:57) faktor psikologis yang mempengaruhi belajar tidak hanya
motivasi, tetapi juga intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, dan
kelelahan.
Dari beberapa faktor yang dikemukakan tersebut memperlihatkan faktor
intelegensi mempunyai kemungkinan besar yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar itu. Sebab seperti dikemukakan J.P Chaplin ( dalam Slameto 1989:57)
intelegensi yaitu kecakapan untuk mengahadapi dan menyesuaikan diri kedalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui / menggunaan konsep –
konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan tepet. Jadi bila tinggi intelegensi seseorang, akan semakin cepat ia dapat
36
menyesuaikan diri, mengetahui / menggunakan konsep – konsep dan
mempelajari pelajaran yang diberikan guru.
Selain intelegensi, faktor lain yang juga mungkin mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa yang memperoleh hasil belajar rendah adalah prasyarat
penguasaan meteri pembelajaran, keterampilan belaar, sarana belajar, diri
pribadi dan lingkungan siswa yang belajar ( Prayitno,dkk;1996:2)
Belajar di SMA adalah belajar yang dilakukan secara klasikal, dengan
mengajar secara klasikal membuat guru sukar untuk menyesuaian metoda
dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Akibatnya akan sulit dihindari
adanya siswa yang lambat mengikuti dan menerima pelajaran dan yang lebih
cepat dalam mengikuti dan menerima pelajaran yang diberikan guru. Makan
dalam keadaan seperti itu akan membuat siswa yang memiliki intelegensi
rendah akan mengalami kesulitan belajar. Begitu juga kalau dilihat dari
prasyaratan penguasaan materi pelajaran ada kemungkinan siswa yang
memperoleh hasil belajar rendah belum memiiki persyaratan untuk mengikuti
pelajaran yang disajikan guru. Demikian juga dengan keterampilan belajar,
sarana belajar, kesiapan diri untuk belajar dan lingkungan siswa itu sendiri tidak
mendukung untuk melakukan proses belajar dengan baik.
Dalam kondisi dikemukakan tersebut tergambar bahwa bimbingan
sosial, bimbingan pribadi, bimbingan belajar dalam bimbingan dan konseling
akan sangat berperantan untuk membantu mengatasi permasalhan yang dihadapi
oleh siswa yang bermasalah dalam belajar tersebut.
2. Perbedaan Kualitas Motivasi Belajar Siswa Kelas X Dan Siswa Kelas XI
Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat perbedaan yang berarti
kualitas motivasi belajar siswa kelas X dan siswa kelas XI dengan hasil belajar
rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata – rata skor aktual yang memperoleh
masing-masingnya. Untuk siswa kelas X rata – rata skor aktual keseluruhan
137,76 dan siswa kelas XI rata- ratanya 136,64
Dengan tidak berartinya perbedaan kualitas motivasi belajar antara
siswa kelas X dan kelas XI, dapat menimbulkan pertanyaan, kenapa hal itu bisa
terjadi. Sebab kalau dilihat dari tingkat kelas, jelas bahwa siswa 2 sudah 2
tahun berada disekolah dan sudah lama mengikuti proses belajar mengajar,
37
sedangkan siswa kelas X baru 6 bulan. Dengan perbedaan lama berada
disekolah tersebut, seharusnya mereka akan memiliki kuaitas motivasi belajar
yang berbeda, sebab seperti dikemukakan Dimyati dan Mudjiono ( 1994 : 41)
bahwa motivasi belajr yang dimiliki seseorang dapat bersifat internal, yaitu
motivasi yang datang dari diri sendiri dan bersifat eksternal yaitu motivasi
yang datang dari orang lain seperti : guru, orang tua,teman dan sebagainya.
Berdasarkan sifat motivasi itu kalau dikaitkan dengan tingkatan kelas
siswa tersebut jelas bahwa siswa kelas XI yang sudah 1,5 tahun mengikuti
proses belajar mengajar disekolah, berarti ia sudah lebih dewasa, sudah
berinteraksi dengan banyak guru dan banyak teman. Dengan keadaan seperti itu
karena lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan, tentu akan dapat
berpengaruh positif terhadap kualitas motivasi belajarnya. Sehingga,
seharusnya mereka mempunyai kualitas motivasi belajar yang lebih baik dari
siswa kelas X. Tetapi hasil penelitian menunjukan walau perbedaan kualitas
motivasi belajar mereka tidak signifikan siswa kelas X memperoleh skor rata –
rata lebih baik dari siswa kelas XI.
Dengan hasil penelitian yang demikian, mempeliahtkan lamanya siswa
mengikuti pelajaran disekolah belum bisa memberikan dampak positif terhadap
perkembangan motivasi belajar.
3. Perbedaan Kualitas Motivasi Belajar Siswa Laki – Laki Dan Perempuan
Hasil penelitian menujukan bahwa kualitas motivasi belajar siswa
dengan hasil belajar rendah untuk aspek keinginan untuk memiliki pengetahuan,
aspek cita – cita dan aspek persaingan terdapat perbedaan yang berarti antara
siswa laki – laki dan permpuan. Dalam proses belajar yang belansung dikelas
biasanya akan terdapat perbedaan motivasi yang mendasari seseorang untuk
ikut belajar, perbedaan itu akan membuat guru berbeda – beda pula dalam
memahami siswa yang sedang belajar. Brophy dan Everton ( dalam Elida
Prayitno, 1989) menemukan ada sikap guru yang mengganggap siswa wanita
lebih matang, lebih berprestasi dan lebih menarik hati guru. Sedangkan siswa
pria dianggap oleh guru sebagai pasif dan tidak berminat. Sementara penelitian
Brophy dan Good ( dalam Elida Prayitno, 1989) menyimulkan bahwa anak laki
– laki sangat menonjol dan aktif tingkah lakunya dalam belajar, mereka suka
menarik perhatian guru dalam semua bentuk tingkah laku.
38
Dari dua pendapat yang berbeda tersebut, memperlihatkan bahwa yang
mendasari sesorang itu untuk melakukan kegiatan belajar berbeda-beda. Begitu
juga dari perbeda untuk melakungan kegiatan belajar, sehingga hasil penelitian
memperlihatkan bahwa untuk aspek keinginan untuk memiliki pengetahuan dan
aspek persaingan kualitas motivasi belajar siswa perempuan lebih baik dari
siswa laki – laki. Sebaliknya untuk aspek cita-cita, kualitas motivasi belajar
siswa laki – laki lebih baik dari siswa perempuan. Bila temuan penelitian ini
dikaitkan dengan keadaan sosio budaya masyarakat Minangkabau, hasil yang
menunjukan tingginya kualitas motivasi siswa laki –laki dari siswa perempuan,
sangat singkron dengan tuntunan budaya terhadap kaum laki–laki di
Minangkabau, sebab dalam adat Minangkabau kaum laki–laki samping harus
bertanggung jawab secara moril dan materil terhadap keluarga sendiri, juga
mempunyai tanggung jawab terhadap anak kemenakan. Dengan besarnya
tanggung jawab yang harus diemban tersebut akan dapat menimbulkan
dorongan dalam diri untuk meraih cita-cita yang diinginkan demi terpikulnya
tanggung jawab yang harus diemban nantinya. Dengan perbedaan kualitas
motivasi belajar sebagaimana temuan penelitian ini, memperlihatkan bahwa
pemberian layanan pembelajaran akan sangat berguna bagi siswa, terutama
siswa dengan hasil belajar rendah, sehingga mereka akan dapat memehami
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya untuk dapat
dikembangkan dan diatasi, sehingga mereka dapat berkemban secara optimal
dan memperoleh hasil belajar yang diharapkan.
4. Perbedaan Kualitas Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Latar Belakang
Pekerjaan Orang Tua.
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk aspek keinginan untuk
berprestasi terdapat perbedaan yang berarti kualitas motivasi belajar antara
siswa yang latar belakang pekerjaan orang tuanya bertani dan non tani.
Perbedaan itu terlihat dari perolehan rata-rata skor masing-masing. Siswa yang
pekerjaan orang tuanya non tani memperoleh rata-rata skor lebih tinggi dari
siswa yang pekerjaan orang tuanya tani.
Dari hasil itu memperlihatkan bahwa kondisi keluarga di rumah yang
berbeda, juga dapat membedakan motivasi belajar yang dimiliki. Begitu juga
untuk siswa yang pekerjaan orang tuanya tani, kemungkinan keadaan ekonomi
39
keluarga di rumah lebih banyak berpengaruh terhadap kesiapanya untuk
mengikuti pelajaran di sekolah. Haditono ( 1976 : 20 ) mengemukakan bahwa
dalam keluarga yang miskin anak-anak tidak dapat membeli alat-alat
perlengkapan belajar yang dibutuhkan, dan tempat belajar si anak seadanya saja.
Keadaan ini akan menimbulkan kekecawaan yang mendalam pada hati anak dak
akan menyebabkan dia mundur, segan untuk belajar dengan baik. Pada keadaan
lain sikap guru ada yang kurang menguntungkan dalam meningkatkan
keinginan belajar siswa, ada guru yang meramalkan keberhasilan siswa
berdasarkan status sosial ekonomi ( Elida Prayitno; 1989). Friend ( dalam Elida
Prayitno; 1989) menemukan bukti-bukti bahwa perilaku guru terhadap siswa-
siswa yang berasal dari golongan ekonomi rendah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa untuk siswa yang latar belakang pekerjaan orang tuanya tani, ada
kemungkinan hasil belajar rendah yang diperoleh sekarang ini memang karena
disebabkan faktor keluarga di rumah yang kurang dapt memenuhi kebutuhan
sekolah, dan sikap guru yang kurang menungjang. Hal itu perlu untuk diteliti
lebih lanjut.
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 62,34 % dari siswa yang menjadi
responden kelas X dan siswa kelas XI, memiliki kualitas motivasi belajar
kategori tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa itu
bukan karena faktor motivasi belajar, karena ada faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi proses belajar siswa, seperti intelegensi, bakat, minat, keadaan
lingkungan sekolah, lingkungan rumah dan faktor lainnya.
2. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara
kualitas motivasi belajar siswa kelas X dan siswa kelas XI yang memperoleh
hasil belajar rendah di SMA Negeri 1 Enam Lingkung, baik pada taraf
kepercayaan 95% maupun pada taraf kepercayaan 99%. Hasil ini
mempelihatkan bahwa tingkat kelas bahwa pada tingkat kelas yang berbeda,
tidak menyebabkan kualitas motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan
keadaan pribadi siswa yang belajar dan keadaan lingkungan tempat belajar.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas motivasi belajar antar siswa
laki-laki dan perempuan untuk aspek keinginan memiliki pengetahuan, cita-cita
dan persaingan, pada taraf kepercayaan 95% sampai 99%. Terjadinya
perbedaan kualitas motivasi belajar pada kemungkinan ini ddisebabkan
perbedaan jenis kelamin, sebab antara laki-laki dan perempuan yang dalam
perkembangan dan tuntutan kebutuhannya juga berbeda-beda, sehingga
bertingkah laku yang berbeda. Perbedaan ini juga dimungkinkan karena
perbedaan lingkungan sosial, baik dirumah, maupun di sekolahyang dapat
berpengaruh terhadap pola pikir siswa sehingga akan mempengaruhi sikap dan
pandangan siswa dalam mengikuti proses belajar.
41
4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas motivasi belajar siswa yang
latar belakang pekerjaan orang tuanya tani dan non tani pada aspek keinginan
untuk berprestasi pada taraf kepercayaan 95% sampai 99%. Siswa yang
pekerjaan orang tuanya non tani, mempunyai kualitas motivasi belajar lebih
baik dari siswa yang pekerjaan orang tuanya tani. Perbedaan ini dimungkinkan
karena pengaruh keadaan keluarga di rumah yang kurang dapat memenuhi
kebutuhan belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
sehingga berpengaruh terhadap motivasi belajar mereka.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, selanjutnya dikemukakan saran-saran
berikut :
1. Dari hasil pnelitian diperoleh bahwa, kualitas motivasi belajar siswa tergolong
tinggi. Dengan kualitas belajar tinggi, sedangkan mereka memperoleh hasil
belajar rendah, dari itu diperlukan penelitian selanjutnya untuk melihat faktor
apa yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar tersebut.
2. Karena kualitas motivasi belajar siswa tinggi, untuk dapat hasilnya siswa dalam
mengikuti pelajaran, maka guru harus kreaktif dalam menggunakan metode,
menampilkan materi pelajaran dan menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bag siswa, sehingga dengan suasana belajar mengajar yang
menyenangkan akan dapat mewujudkan keinginan siswa untuk berhasil belajar.
3. Guru pembimbing di SMA Negeri 1 Enam Lingkung untuk dapat lebih
mengintensifkan pola 17 Bimbingan dan Konseling terutama konseling
individual dalam pemberian layanan terhadap siswa, sehingga mereka akan
dapat terlayani sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan.
4. Untuk sekolah, hendaknya dapat menciptakan suasana yang pendukung seperti
lebih meningkatkan disiplin belajar siswa disiplin mengajar guru, dan
penyedian buku penunjang yang lebih lengkap bagi terlaksananya kegiatan
belajar siswa secara baik.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1990). Psikologi BelajarJakarta. Pt. Rineka Cipta.
A. Muri Yusuf ( 1997 ). Metode Penelitian Dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang FIP IKIP Padang.
_______________________(1986). Statistik Pendidikan. Padang Angkasa Raya.
_______________________( 1984). Pengaruh Karakteristik Psikologik
Mahasiswa dan Nilai Tes Masuk Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program S1 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Padang. IKIP Jakarta.
Ahmad Thonthawi ( 1991). Psikologi Pendidikan. BandungAngkasa.
Asnah Said ( 1989 ). Pengembangan Program Muatan Lokal.Jakarta. Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono (1994). Belajar dan Pembelajaran.Jakarta. Depdikbut.
Elida Prayitno (1989). Motivasi Belajar. Jakarta. Depdikbud
Haditono (1976). Dasar-Dasar Pendidikan. Padang. Angkasa
Herman Hudoyo ( 1981). Pengembangan Kurikulum dan Pelaksanaanya diDepan Kelas. Surabaya. Usaha Nasional.
Husaini dan Purnomo (1995). Pengantar Statistik. Jogyakarta. Bumi Aksara.
Mardalis (1989). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta. BumiAksara.
Ngalim Purwanto (1986 ). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.
Prayitno dan Erman Amti (1994). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta. Depdikbut.
Rostiah (1986). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.
43
Jakarta. Ghalia Indonesi.
Sadirman (1992). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. CV. Rajawali.
Suharsimi Arikunto (1986). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.Jakarta. Bina Aksara.
Slameto (1987). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Sala Tiga.Rineka Cipta.
Syahril dan Riska Ahmad (1984). Layanan Bimbingan Belajar (diktat). Padang FIP IKIP Padang.
W. S Winkel (1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Gramedia.
Zamahsyari (1988). Minat Siswa Mengikuti Bimbingan Karir. Di SMA Kodya Padang. FIP IKIP Padang.
44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Anket
Lampiran II Surat izin Penelitian dari Dinas Pendidikan
Lampiran IV Surat izin penelitian dari SMA Negeri 1 Enam Lingkung.
45
PENGANTAR
Para siswa-siswa yang dimuliakan, berikut ini terdapat jumlah pernyataan
Tentang aktivitas belajar anda. Anda diharapkan dapat menjawab dengan
sesungguhnya dan sesuai dengan keadaan anda lakukan atau alami selama ini
Maksud dari pengisian anket ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang aktivitas belajar Anda, yang diperlukan bagi upaya bimbingan di sekolah ini
pada masa yang akan datang. Jawaban yang Anda berikan akan dijamin kerahasianya
serta tidak akan berpengaruh terhadap hasil belajar Anda.
Jawaban yang Anda berikan tidak akan dinilai benar atau salah. Anda diminta
untuk mencocokan isi pernyataan berikut dangan keadaan diri, dengan cara memilih
alternatif sebagai berikut :
Anda memberi cek (V) pada kolom;
Selalu (SL) : Apabila Anda mengalami/melakukan sebagaimana maksud
isi pernyataan tersebut terjadi pada diri Anda anta 81% -
100%
Umumnya (U) : Apabila Anda mengalami/ melakukan sebagaimana maksud isi
pernyataan tersebut terjadi pada diri Anda antara 61% - 80%.
Sering (SR) : Apabila anda mengalani / melakukan sebagaimana maksud isi
pernyataan tersebut terjadi pada diri Anda antara 41% - 60%.
Kadang-Kadang (KD) Apabila Anda mengalami / melaukan sebagaiman maksud isi
pernyataan tersebut terjadi pada diri Anda antara 21% - 40%
Jarang (J) : Apabila Anda mengalami / melaukan sebagaiman maksud isi
pernyataan tersebut terjadi pada diri Anda antara 21% - 40%
Contoh:
Pernyataan : saya merasa senang menonton TV pada malam hari dari pada belajarJika hal itu Anda lakukan / alami antara 81% - 100%, maka Anda memberi cek (V) pada kolom SL. Demikian selanjutnya.
46
Atas kerja sama dan kesediaan Anda menjawab anket ini saya ucapkan terima kasih
ANGKET UNTUK SISWA
NAMA : PEKERJAAN ORANG TUA :JENIS KELAMIN : KELAS :
NO PERNYATAAN SL U SR KD J1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Saya mempunyai perhatian yang lebih tinggi untuk semua mata pelajaran.Saya merasa puas dengan pengetahuan yang sudah saya dapatkan selama pelajaran di sekolah ini.Apabila ada pelajaran yang tidak saya mengerti, saya berusaha menanyakan kepada guru / teman.Saya membaca bahan yang terkait dengan pelajaran yang sudah dipelajari disekolah.Belajar di rumah saya lakukan dengan rencana belajar yang saya buat sendiri.Saya mengulangi kembali di rumah pelajaran yang sudah saya pelajari di sekolah.Saya mengikuti pelajaran karena saya ingin memiliki ilmu tentang pelajaran tersebut.Saya tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.Apabila saya tidaj bisa mengikuti pelajaran tertentu saya merasa rugi sekali.Saya meyakini apa yang diajarkan guru tidak ada manfaatnya bagi kehidupan saya.Apabila tugas-tugas yang diberikan guru terlalu sukar, maka saya tidak mengerjakan tugas tersebut.Saya melengkapi catatan meta pelajaran yang sudah diajarkan guru dengan mengambil dari buku-buku lain.
47
13
14
15
Apabila guru yang mengajar tidak hadir bagi saya tidak merugikan, karena saya bisa bercerita-cerita dengan teman.Saya mempersiapkan buku-buku pelajaran dengan lengkap di rumah, supaya dapat mengikuti pelajaran dengan baik.Saya merasa perlu belajar lebih giat lagi karena nilai yang saya peroleh sekarang tidak sesuai dengan keinginan saya.
NO PERNYATAAN SL U SR KD J16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Saya merasa tidak perlu memperbaiki nilai yang rendah karena tidak ada menfaatnya.Saya merasa tidak perlu rajin belajar karena saya tidak akan mendapat peringkat kelas.Nilai ujian yang baik yang saya peroleh membuat saya lebih terdorong untuk belajar.Saya berusaha untuk mengikuti semua meta pelajaran yang diajarkan guru.Di surumah saya lebih suka bermain atau mengerjakan pekerjaan lain daripada belajar.Saya mengulang mempelajari bahan-bahan pelajaran sewaktu akan ujian.Bagi saya meraih prestasi balajar tinggi tidak penting asal dapat naik kelas.Saya meras harus lebih giat belajar untuk meningkatkan prestasi pada caturwulan berikutnya.Pelajaran yang saya pelajari sekarang sesuai dengan keingainan saya untuk meraih cita-cita.Hasil belajar yang saya peroleh sekarang ini akan mengahmbat pencapaian cita-cita saya,mengakibatkan saya malas belajar.Saya merasa bahwa sekolah saya sekarang tidak ada hubunganya dengan cita-cita saya, sehingga membuat saya tidak bersemangat belajar.
48
27
28
29
Keinginan orang tua tidak cocok dengan cita-cita saya, membuat saya malas belajar.Seandainya saya bersekolah di SMK sekolah lain akan lebih sesuai dengan cita-cita saya.Saya tidak begitu serius mengikuti beberapa mata pelajaran, karena mata pelajaran tersebut tidak da hubunganya dengan cita-cita saya.
NO PERNYATAAN SL U SR KD J30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Tugas-tugas yang diberikan guru kurang menarik bagi saya.Saya senang mengikuti semua mata pelajaran yang diberikan guru karena semua pelajaran itu saya sukai.Jika guru berhalangan hadir, saya tidak berusaha mengerjakan tugas/latihan dari mata pelajaran yang saya minati.Ilmu yang saya peroleh sekarang sudah sesuai dengan usaha yang saya lakukan selama iniSaya tidak terdorong untuk belajar karena apa yang diajarkan guru tidak saya minati.Saya mengerjakan tugas-tugas atau latihan yang diberikan guru walau pelajaran tersebut tidak saya sukai.Saya tidak mengikuti pelajaran karena guru-guru sukan marah.Saya mengejakan tugas tugas-tugas yang diberikan guru karena mengharap nilai dari tugas tersebut.Nilai yang diberikan guru pada tugas-tugas yang saya kerjakan mendorong saya lebih giat belajar.Jika nilai ujian yang saya peroleh rendah, maka membuat saya tambah malas belajar.Saya berusaha melengkapi catatan, karena guru memuji siswa yang
49
41
42
43
44
catatannya rapi.Saya tidak bersemangat belajar karena teman-teman banyak pandai.Saya lebih giat belajar agar mendapat nilai yang sama dengan teman-teman lain.Saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru supaya peringkat kelas saya lebih baik.Saya mendorong untuk belajar lebih giat karena saua dianggap anak yang kurang pandai oleh anggota keluarga lain.
NO PERNYATAAN SL U SR KD J45.
46
47
48
49
50
Saya tidak bersemangat belajar, karena guru-guru lebih memperhatikan siswa yang lebi pandai dalam belajar.Saya melengkapi buku-buku pelajaran supaya nilai saya tidak ketinggalan dari teman.Saya merasa harus belajar karena nilai yang saya peroleh rendah.Saya berusaha belajar dengan baik agar orang tua menyangi sikap saya.Saya belajar hanya karena takut dengan guru.Nasehat yang diberikan guru membuat saya lebih terdorong untuk mengerjakan tugas-tugas belajar.
Terima Kasih
50
top related