pengaruh character strengths dan dukungan sosial...
Post on 18-Nov-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH CHARACTER STRENGTHS DAN
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP
PERILAKU EKSPLORASI KARIR PADA SISWA
KELAS IX DI JAKARTA SELATAN
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Magister Sains (M.Si) Bidang Psikologi Pendidikan
Oleh :
Linda Novella
(2112070000019)
PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2015M
i
PENGARUH CHARACTER STRENGTHS DAN
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP
PERILAKU EKSPLORASI KARIR PADA SISWA
KELAS IX DI JAKARTA SELATAN
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Magister Sains (M.Si) Bidang Psikologi Pendidikan
Oleh :
Linda Novella
NIM : 2112070000019
Pembimbing
Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si., Psi
NIP. 201204010901
PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435H/2015M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis berjudul “Pengaruh Character Strengths dan Dukungan Sosial Keluarga
Terhadap Perilaku Eksplorasi karir pada Siswa Kelas IX di Jakarta Selatan
“ telah diujikan dalam sidang munaqosyah Magister Sains Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Juli 2015. Tesis ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si).
Jakarta, 8 Juli 2015
Sidang Munaqosyah
Dekan/Ketua Merangkap Anggota Wakil Dekan
Bidang Akademik/Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag.M.Si. Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si.
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
BambangSuryadi, Ph.D. Dr. Risatianti Kolopaking Msi., Psi.
NIP. 19700529 200312 1 002 NIP. 201204010901
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Linda Novella
NIM : 2112070000019
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul “ Pengaruh Character
Strengths Dan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Perilaku Eksplorasi
Karir Pada Siswa Kelas IX Di Jakarta Selatan” adalah benar merupakan
karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam menyusun tesis
tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan tesis ini telah
dicantumkan sumber pengutipannya. Saya bersedia untuk melakukan proses yang
semestinya sesuai dengan Undang-undang jika ternyata tesis ini secara prinsip
merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Juli 2015
Yang menyatakan,
Linda Novella
NIM : 21122070000019
iv
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) Juni 2015
(C) Linda Novella
(D) Pengaruh Character Strengths Dan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Perilaku Eksplorasi Karir Pada Siswa Kelas IX Di Jakarta Selatan
(E) Halaman: xiii + 116 halaman
(F) Masih sedikit penelitian yang mengkaji tentang perilaku eksplorasi karir pada
siswa Sekolah Menengah khususnya kelas IX, padahal pada tahap ini
eksplorasi karir dibutuhkan untuk menentukan pilihan pendidikan
selanjutnya. Perilaku eksplorasi karir menggambarkan pengetahuan tentang
diri, minat dan kemampuan, lingkungan karir serta mengumpulkan berbagai
informasi yang relevan untuk kemajuan karir, sebagai pedoman bagi siswa
kelas IX dalam memilih dan memutuskan pendidikan selanjutnya.
Character strengths sebagai proses mental yang bersifat positif, dan
dukungan sosial keluarga memiliki peran penting dalam memotivasi perilaku
eksplorasi karir pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
pengaruh character strengths yang terdiri dari intellectual, leadership, other-
directed, temperance, transcendence, metacognitive dan dukungan sosial
keluarga terhadap perilaku eksplorasi karir pada siswa kelas IX. Responden
dalam penelitian adalah siswa kelas IX tahun ajaran 2014/2015 SMP Negeri
41 dan SMP Negeri 153 ( n= 497 responden) di Jakarta Selatan. Instrumen
yang digunakan adalah, Exploration Career Checklist untuk mengukur
eksplorasi karir, Values in Action Inventory Strenght of Youth untuk
mengukur Character Strengths dan Social Provisions Scale untuk mengukur
dukungan sosial keluarga. Uji hipotesis dilakukan dengan metode statistik
multiple regreation analysis. Hasil uji statistik menunjukkan character
strengths dan dukungan sosial keluarga memiliki pengaruh bersama yang
signifikan terhadap perilaku eksplorasi karir remaja dengan sumbangan
sebesar 39%, dan ada hubungan positif dari variabel intellectual, temperance
dan metacognitive terhadap eksplorasi karir, sedangkan trancendence
menunjukan hubungan negatif. Upaya untuk meningkatkan perilaku
eksplorasi karir pada siswa diperlukan program sekolah yang akan
meningkatkan perilaku eksplorasi karir, yaitu melalui kegiatan yang
melibatkan keaktifan siswa seperti dalam kegiatan diskusi, ekskul, mengikuti
training untuk mengembangkan diri, dan memberikan motivasi dengan
memperhatikan kekuatan karakter yang positif.
(G) Kata kunci : Eksplorasi karir, Character Strengths, dan dukungan sosial
keluarga.
(H) Daftar bacaan ; 32 buku + 37 jurnal + 2 disertasi..
v
ABSTRACT
(A) The Faculty of Psychology of Syarif Hidayatullah State Islamic University
of Jakarta
(B) June 2015
(C) Linda Novella
(D) The Effect of Character Strengths And Social Support of Family Against
Career Exploration Behavior of Grade IX in South Jakarta
(E) Page: xiii + 116 pages
(F) There is still few studies that examines the career exploration behavior in
juniour high school students in particular IX classes, whereas at this stage
the career exploration is needed to determine the choice of further
education. Career exploration behavior describes the knowledge of self,
interests and abilities, career environment as well as gathering relevant
information for career advancement, , as a guide for students of classes IX
in selecting and deciding further education. Character strengths as positive
mental processes, and the social support family have an important role in
motivating career exploration behavior on the students. This study aims to
measure the effect of character strengths which consist of intellectual,
leadership, other-directed, temperance, transcendence, metacognitive and
social support of family towards career exploration behavior in class IX.
Respondents in the study were students of class IX academic year
2014/2015 SMPN 41 and SMPN 153 (n = 497 respondents) in South
Jakarta. The instruments used were, Career Exploration Checklist to
measure career exploration, Values in Action Inventory Strength of Youth
to measure the Character Strengths and Social Provisions Scale to measure
social support of family. Hypothesis testing is done by the statistical
method of multiple regreation analysis, statistical test results showed
character strengths and social support of family have shared a significant
influence on the behavior of adolescents career exploration with a
contribution of 39%, and there is a positive relationship of intellectual,
temperance and metacognitive variables toward career exploration, while
trancendence showed a negative relationship. Efforts are needed to
improve exploratory behavior in students the necessary career school
programs that will increase the career exploration behavior, through
activities that involve active students in activities such as discussions,
extracurricular, the training to develop themselves, and provide motivation
by focusing on the power of positive character.
(G) Key words: Career exploration, Character strengths, and Social support
of family
(H) Bibliography; 32 books + 37 journals + 2 dissertation.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah rasa syukur yang mendalam penulis sampaikan ke hadirat Allah
SWT Sang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi inspirasi
dan motivator bagi umatnya.
Dalam kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan tesis ini,
untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Mujib,Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta , beserta seluruh jajaran pimpinan dan staf Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memfasilitasi pendidikan mahasiswa
dalam rangka menciptakan lulusan berkualitas.
2. Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si., Psi. pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, ketelitian, dan
telah memberikan banyak sumbangan pemikiran dan ide-ide kreatif dalam
penyusunan hingga penyelesaian tesis ini.
3. Pak Rahman, Pak Herwindo, Pak Bambang, Bu Nihayah, Bu Sholicha, Bu
Yunita, dan seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran
dan keikhlasan. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat berguna dalam
kehidupan penulis.
4. Pihak sekolah tempat penelitian dilakukan, terutama seluruh siswa-siswi yang
terlibat dalam penelitian ini yaitu siawa-siswi dari SMP Negeri 41 dan SMP
Negeri 153 di Jakarta Selatan.
5. Orang tua kami Bapak H.Boestamam Yoesoef (alm) dan ibu H. Ranjani,
terimakasih yang tiada terhingga atas segala doa dan didikannya, semoga
sedikit karya ini dapat menjadi tambahan amal di akhirat kelak. Suami tercinta
Sofwandi Tarmizi, semangat kehidupanku Abdika Rahmi Wandasari, yang
vii
senantiasa mendo’a kan, menemani dan menjadi motivator dalam
menyelesaikan tesis ini, serta keluarga besar yang telah memberikan motivasi
dan pengertiannya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis
ini.
6. Sahabat-sahabat Magister Sains Psikologi angkatan 2012 yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, khususnya Bu ketua kelas Bu Nur, Mba Alfun,
Mba Ina, Mba Rina, Mba Nurul ,Mba Ghola, Erika, Aida, Rasti, Ummi,Mba
Maisyaroh dan teman lainnya, terima kasih atas segala kenangan indah yang
telah terlewati.
7. Mba Puti, yang telah banyak membantu penulis dengan kesabaran, Mba Susi,
Mba Rini, dan mas Rahmat, terima kasih atas bantuannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini.
Jakarta, Juli 2015
Penulis,
Linda Novella
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
EDUCATION IS THE MOST POWERFUL WEAPON
WHICH YOU CAN USE TO CHANGE THE WORLD
(Nelson Mandela)
Impian tidak akan terwujud dengan sendiri nya,
segera bangun dan berupaya untuk mewujudkannya.
Impian sederhana ini kupersembahkan untuk :
Orang tua dan keluarga besar tercinta yang tiada henti
Mencurahkan doa dan kasih sayang
Serta keluarga kecilku yang senantiasa memberi
kebahagiaan dan semangat
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR vi
MOTTO & PERSEMBAHAN vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2.Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 9
1.2.1. Pembatasan Masalah ....................................................................... 9
1.2.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 10
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 11
1.3.1. Tujuan Penelitian ............................................................................ 11
1.3.2. Manfaat Penelitian .......................................................................... 12
1.4. Sistematika Penulisan ............................................................................... 13
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Eksplorasi Karir........................................................................................... 14
2.1.1. Pengertian Eksplorasi ..................................................................... 14
2.1.2.Teori Perkembangan Karir ............................................................... 18
2.1.2.1. Teori Ginzberg .................................................................. 18
2.2.2.2. Teori Donald Super............................................................. 22
2.1.3. Dimensi Eksplorasi Karir................................................................. 25
2.1.3.1. Informasi............................................................................. 25
2.1.3.2. Perencanaan........................................................................ 25
2.1.3.3. Membuat keputusan........................................................... 26
2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Eksplorasi karir.................................. 26
2.1.5. Pengukuran Eksplorasi Karir............................................................ 27
2.2. Character Strengths.................................................................................... 29
2.2.1. Pengertian Character Strengths........................................................ 29
2.2.2. Dimensi Character Strengths.......................................................... 33
2.2.3. Pengukuran Character Strengths..................................................... 38
2.3. Dukungan Sosial Keluarga ........................................................................ 40
2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial keluarga ............................................ 40
2.3.2. Dimensi Dukungan Sosial keluarga ................................................ 43
2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial Keluarga............................................ 45
x
2.4. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 46
2.4.1. Pengaruh Character Strengths Terhadap Eksplorasi Karir............... 47
2.4.2. Pengaruh Dukungan Sosial keluarga Terhadap Eksplorasi Karir.... 51
2.5. Hipotesis .................................................................................................... 54
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 55
3.1.1. Populasi............................................................................................. 55
3.1.2. Sampel.............................................................................................. 55
3.2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................ 56
3.2.1. Variabel Penelitian .......................................................................... 56
3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 56
3.3. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 57
3.3.1. Karakteristik Responden ................................................................ 57
3.3.2. Skala Eksplorasi Karir ................................................................... 58
3.3.3. Skala Character Strengths .............................................................. 60
3.3.4. Skala Dukungan Sosial Keluarga .................................................... 62
3.4. Prosedur Penelitian ................................................................................... 63
3.4.1. Tahap Persiapan ............................................................................. 63
3.4.2. Tahap Uji Coba (try out)................................................................... 64
3.4.3. Tahap Pelaksanaan .......................................................................... 64
3.4.4. Tahap Pengolahan Data.................................................................... 65
3.5. Uji Validitas Instrumen ............................................................................. 66
3.5.1.Uji Validitas konstruk Eksplorasi Karir ........................................... 68
3.5.2. Uji Validitas konstruk Character Strengths ................................. 70
3.5.2.1. Uji Validitas konstruk Intellectual Strengths .................... 70
3.5.2.2. Uji Validitas konstruk Leadership Strengths .................. 72
3.5.2.3. Uji Validitas konstruk Other- Directed Strengths............... 73
3.5.2.4. Uji Validitas konstruk Temperance Strengths.................... 75
3.5.2.5. Uji Validitas konstruk Trancendence Strengths................. 77
3.5.3.6. Uji Validitas konstruk Metacognitive strengths ................ 78
3.5.3. Uji Validitas kontruk Dukungan Sosial Keluarga............................ 80
3.6. Metode Analisis Data ................................................................................ 82
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Responden Penelitian .......................................................... 87
4.1.1. Karakteristik Pertanyaan Terbuka ................................................... 90
4.2. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ...................................................... 93
4.3.Hasil Uji Hipotesis Penelitian....................................................................... 95
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 103
5.2. Diskusi ...................................................................................................... 103
xi
5.3. Saran .......................................................................................................... 110
5.3.1. Saran Teoritis .................................................................................. 110
5.3.2. Saran Praktis ................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 115
LAMPIRAN
a. Instrumen Penelitian
b. Output Uji Statistik
c. Surat Izin Penelitian
d. Surat Keterangan Penelitian
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahapan Proses Perkembangan Karir Ginzberg ........................... 20
Tabel 2.2. Tahapan Perkembangan Karir Super ............................................. 22
Tabel 3.1. Skor Item Skala Eksplorasi Karir................................................... 58
Tabel 3.2. Blue Print Skala Eksplorasi Karir .................................................. 59
Tabel 3.3. Skor Item Skala Character Strengths ........................................... 60
Tabel 3.4. Blue Print Value in Action Inventory of Youth ( VIA-Youth ......... 61
Tabel 3.5. Skore Social Provision Scale (SPS) ............................................. 62
Tabel 3.6. Blue Print Social Provision Scale (SPS) ...................................... 63
Tabel 3.7. Muatan Faktor Eksplorasi Karir .................................................... 70
Tabel 3.8. Muatan Faktor Intelectual Strengths ............................................. 71
Tabel 3.9 . Muatan Faktor Leadership Strengths ............................................ 73
Tabel 3.10. Muatan Faktor Other Directed Strengths ..................................... 75
Tabel 3.11. Muatan Faktor Temperance Strengths .......................................... 76
Tabel 3.12. Muatan Faktor Trancendence Strengths ....................................... 78
Tabel 3.13 Muatan Faktor Metacognitive Strengths ....................................... 79
Tabel 3.14 Muatan Faktor Dukungan sosial keluarga .................................... 81
Tabel 3.15. Rentangan Nilai Tiap Kategori ..................................................... 85
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Peneleitian ........................................... 88
Tabel 4.2. Karakteristik Pertanyaan Terbuka ................................................. 91
Tabel 4.3. Kategorisasi Skor Variabel ........................................................... 94
Tabel 4.4. Hasil Uji F Eksplorasi Karir.......................................................... 97
Tabel 4.5. Standardized Loading Factor IV ................................................... 98
Tabel 4.6. Urutan Besaran Pengaruh IV terhadap DV ................................... 101
Tabel 4.7. Pengaruh Masing-masing IV.......................................................... 101
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ....................................................................... 53
Gambar 3.1.Model fit Eksplorasi karir ............................................................ 69
Gambar 3.2. Model fit intellectual strength ..................................................... 71
Gambar 3.3 Model fit leadership strength ...................................................... 72
Gambar 3.4 Model fit other directed strength ................................................ 74
Gambar 3.5 Model fit temperance strength ..................................................... 76
Gambar 3.6 Model fit transcendence strength ................................................. 77
Gambar 3.7 Model fit metakocognitive strength .............................................. 79
Gambar 3.8.Model fit dukungan sosial keluarga ............................................. 81
Gambar 4.1 Model pengaruh seluruh IV terhadap eksplorasi karir ................. 96
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistimatika
penulisan.
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kebijakan Pemerintah mengenai kurikulum 2013, yang
menetapkan perubahan dalam pemilihan jurusan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas. Menurut kurikulum 2013 pemilihan jurusan pendidikan ditentukan pada
semester awal kelas X, sehingga siswa tahun terakhir Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau siswa kelas IX telah dihadapkan untuk menentukan atau pemilihan
jurusan, kejuruan pada tingkat pendidikan selanjutnya. Siswa kelas IX sudah
harus memilih dan memutuskan, apakah akan melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA), atau Madrasah Aliyah (MAN) dengan pilihan
jurusan IPA, IPS, Bahasa, dapat juga melanjutkan ke Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), atau Madrasah Aliyah dengan berbagai kejuruan.
Masa transisi selepas SMP khususnya kelas IX ini, merupakan masa
penting dalam perkembangan karir siswa, karena setiap pilihan program
pendidikan selanjutnya akan membentuk jalur karir yang dilalui siswa dan setiap
pilihan akan menentukan aspek-aspek potensi diri yang harus dikembangkan.
Oleh karena itu diperlukan kajian-kajian mengenai eksplorasi karir pada siswa
kelas IX, dalam menentukan pilihan sekolah selanjutnya, sebab tahap ini
merupakan tahap awal dalam pengembangan karir individu.
2
Gambaran tersebut menunjukkan pentingnya keputusan karir yang
harus diambil oleh siswa kelas IX, meskipun proses tersebut bukanlah hal
yang mudah karena mereka harus berusaha mengatasi ketidak jelasan mengenai
kapabilitasnya, kestabilan minat, prospek alternatif pilihan untuk saat ini dan
masa yang akan datang, aksesibilitas karir, dan identitas yang ingin
dikembangkan dalam diri mereka, setiap individu memotivasi dan membimbing
tindakan mereka sebagai bagian dari keyakinan atau efikasi diri (Bandura, 1999).
Hal ini menyebabkan tidak semua siswa dapat dengan mudah mengambil
keputusan karir.
Kondisi ini merupakan isyarat bagi peserta didik khusus nya kelas IX,
bahwa perlu untuk melakukan eksplorasi karir sebelum menentukan pilihan
program pendidikan selanjutnya. Karena begitu siswa menentukan pilihan
pendidikan selanjutnya, sebenarnya mereka telah memilih karir.
Explorasi karir adalah semua aktivitas penjelajahan yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang diri dan lingkungan karir,
sehingga setiap individu dapat memacu perkembangan karirnya (Taveira &
Moreno, 2003). Selain itu Eksplorasi karir juga diartikan sebagai kegiatan
pengumpulan informasi yang relevan untuk kemajuan karir seseorang (Jordaan,
1963; Blustein, 1997; Stumpf, Colarelli & Hartman, 1983 dalam Zikic, 2009).
Ketepatan siswa dalam mempersiapan diri, mengkaji dan memilih
program studi selanjutnya merupakan suatu tuntutan yang perlu difasilitasi.
Siswa sebaiknya memahami kekuatan kelemahan diri seperti, minat,
kemampuan, nilai-nila suatu pekerjaan serta tantangan dalam pekerjaan. Hal ini
3
sejalan dengan tujuan umum layanan bimbingan konseling di sekolah, yaitu
melakukan upaya fasilitasi untuk memandirikan peserta didik dalam mengambil
keputusan (Depdiknas, 2007).
Berdasarkan data Bank Dunia, Wakil Presiden Bank Dunia AsiaTimur dan
Pasifik, Axel van Trotsenburg saat konferensi pers terkait perekonomian
Indonesia dan Asia Timur mengemukakan bahwa "Pengangguran usia muda
yang tinggi, kesenjangan yang meluas dan keterbatasan keterampilan menjadi
masalah yang mendasar ". Pada salah satu laporan, United Nation Development
Programs (UNDP) juga melihat pola pengangguran di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia, sebagai fenomena yang unik, karena tingkat
pengangguran lebih banyak ditemukan di kalangan mereka yang mengenyam
pendidikan tinggi. (Wiesnoe Moerti merdeka.com online, selasa, 6 Mei 2014).
Sedangkan RepublikaOnline, melansir berita dari Badan Pusat Statistik (BPS)
yang menunjukan data pengangguran dari bekas mahasiswa yang tak bekerja
naik 1,34 persen dari 4,31 pada Februari 2014 menjadi 5,65 persen pada Agustus
2014. (Teguh firmansyah RepublikaOnline, Kamis, 06 November 2014)
Dari data faktual ini dapat diketahui bahwa ternyata cukup banyak remaja
yang belum memiliki langkah-langkah nyata dalam menyusun perencanaan masa
depan, mereka tidak mengetahui peluang dan tantangan yang akan mereka
hadapi dalam pekerjaan, mereka tidak terlatih untuk merencanakan masa depan,
mereka tidak terlatih untuk mencari informasi tentang keterkaitan antara
pendidikan dengan jabatan atau pekerjaan. Hal ini juga menjadi salah satu
penghambat pengambilan keputusan karir secara tepat, karena siswa tidak mampu
4
melihat relevansi pelajaran di bangku pendidikan dengan bidang pekerjaan, tidak
paham dengan program pendidikan selanjutnya yang sesuai dengan minat dan
kemampuan, dan jika ingin bekerja juga tidak tahu pekerjaan yang cocok bagi
dirinya. Bahkan kadangkala ada diantaranya yang menganggur setelah lulus dari
bangku sekolah/kuliah, sehingga perlu pengkajian mengenai eksplorasi karir
pada siswa yang akan menunjang keputusan dalam menenrukan pilihan jurusan
atau program pendidikan selanjutnya.
Dalam beberapa penelitian juga terungkap bahwa career exploration
diakui sebagai langkah-langkah yang diperlukan dalam perkembangan karir
individu (Phillips, 1982) yang terjadi terutama selama masa remaja dan dewasa
muda (Super,1963). Partisipasi dalam kegiatan eksplorasi akan meningkatkan
sebuah pemahaman diri serta lingkungan yang memungkinkan individu untuk
mengembangkan tujuan kejuruan yang realistis (Sugalski & Greenhaus, 1986
dalam Stumpf & Maura, 1987).
Eksplorasi pada umumnya, dan eksplorasi karir khususnya, dipengaruhi
oleh sifat-sifat pribadi dan kondisi lingkungan, (Jordan, 1963 dalam Esters &
McCulloh, 2008). Yang paling menonjol pada perilaku eksplorasi karir adalah
faktor kemauan yang muncul dari dalam diri individu seperti bakat atau minat,
sifat (sikap), dan intelegensi, kecocokan antara minat dan kemampuan dari siswa,
karakter, kepribadian, keterampilan yang dimiliki serta pengetahuan tentang dunia
kerja. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti ekonomi
keluarga,orang tua dan masyarakat sekitarnya (Sukardi, 1994). Sedangkan
5
menurut Dalyono (2010) faktor lain yang mempengaruhi eksplorasi adalah
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat
Salah satu faktor eksplorasi yang penting dalam kehidupan remaja saat ini
adalah karakter. Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran
karena didalam pikiran, dan pengalaman hidup akan membentuk sistem
keyakinan diri individu yang pada akhirnya membentuk pola berpikir dan bisa
mempengaruhi perilaku. Jika pikiran yang tertanam tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan sesuai dengan
hukum yang berlaku, menghasilkan perilaku yang membawa ketenangan dan
kebahagiaan.
Character strengths atau kekuatan karakter mengacu pada kualitas atau
mekanisme psikologis yang diwujudkan dalam pikiran, perasaan, dan motivasi,
pada akhirnya tercermin dalam perilaku nyata (Mc Cullough & Snyder, 2000).
Selanjutnya dikatakan bahwa character strengths sebagai proses mental adalah
sifat positif atau kebajikan (virtue) dalam diri individu dan direfleksikan melalui
pikiran, perasaan serta tindakan, (Peterson & Seligman, 2004)
Character strengths sebagai psikologi positif berkembang pada satu
dekade terakhir ini (Seligman, Parks dan Steen, 2004, dalam Hadassah, 2010)
menekankan pada studi karakteristik positif individu dan disebut virtue
(kebajikan). Virtue sebagi karakter utama atau human goodness yang dimiliki
individu secara universal pada berbagai budaya dan sangat membantu dalam
menyelesaikan tugas serta masalah yang dihadapinya Peterson dan Seligman,
(2004)
6
Pembentukan character dimulai sejak usia dini, dipengaruhi oleh faktor
genetik dan lingkungan. Sebagian individu yakin bahwa karakter adalah kualitas
yang penting dalam kehidupan. Proses pembentukan karakter, baik disadari
maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu memandang diri dan
lingkungannya serta akan tercermin dalam perilaku sehari-hari. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa seluruh bagian dari character strengths
berhubungan dengan kepuasan masa lalu, (Peterson & Seligman, 2004) dan
rasa optimisme tentang masa depan (Duckworth, Steen, & Seligman, 2005), serta
menunjukan bahwa dukungan character strengths individu, berkaitan dengan
kesejahteraan (Steger, Hicks, Kashdan, Krueger, & Bouchard, 2007 dalam
Hadassah, 2010)
Hadassah (2010) dalam penelitiannya Effects of Congruence and
Character-Strengths Deployment on Work Adjustment and Well-Being,
menunjukan bahwa character strengths memberikan kontribusi kebaikan dan
memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan dalam pekerjaan, pengaturan
kerja serta kesejahteraan secara pribadi.
Penelitian Proyer, Sidler, Weber dan Ruch (2012) A multi-method
approach to studying the relationship between character strengths and vocational
interests in adolescents, menyatakan bahwa character strengths memberikan
nilai tambah dalam konseling karir. Ekspresi kekuatan karakter individu dalam
suatu bidang pekerjaan akan memberikan kepuasan yang lebih besar dalam
pekerjaan yang pada akhirnya akan memberikan hasil kerja lebih baik ditempat
kerja.
7
Secara terpisah banyak kajian mengenai faktor lain yang berperan
terhadap perilaku eksplorasi karir. Studi mengenai proses kognitif dalam
mengatur, mengontrol dan menyusun strategi pada proses belajar dan berpikir,
sehingga kegiatan belajar dan berpikir yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih
efisien dan efektif . Hal tersebut menjadi tantangan bagi siswa untuk mengenal
metacognitive strengths dalam menyusun strategi dan menyelesai kan masalah.
Metakognisi sebagai proses dimana seseorang berpikir tentang berpikir
dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan masalah. (O’Neil &
Brown1997 dalam Mustamin A 2011) Metakognisi memiliki peranan penting
dalam mengatur dan mengontrol proses-proses kognitif seseorang dalam belajar
dan berpikir, sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan oleh siswa menjadi
lebih efektif dan efisien. Melalui pengembangan kesadaran metakognisi, siswa
diharapkan akan terbiasa untuk selalu memonitor, mengontrol dan mengevaluasi
apa yang telah dilakukannya
Dalam proses menentukan pilihan pendidikan selanjutnya kadang-kadang
menegangkan dan menjadi stressor dalam kehidupan seorang remaja. Dalam
reaksinya terhadap stres ini, banyak siswa mencoba menyerahkan tanggung
jawab membuat keputusan karir kepada orang lain misalnya kepada orang tua atau
mungkin membiarkan kehidupannya berjalan tanpa rencana masa depan yang
jelas. Oleh karena itu perlu dukungan lingkungan atau pendampingan orang yang
terdekat dengan individu dalam proses pemilihan pendidikan selanjutnya
Dalam penelitian Edi Purwanta (2012) tentang ― Dukungan orang tua
terhadap perilaku eksplorasi karir siswa SLTP ― menunjukan arah positif, dimana
8
orang tua memposisikan diri sebagai teman diskusi, fasilitator, dan sebagai
model yang mempengaruhi perilaku eksplorasi karir siswa. Aktivitas eksplorasi
karir, dapat mengurangi stres yang dialami siswa, dalam proses pengambilan
keputusan karir. (Witko, 2005)
Dukungan sosial keluarga sebagai sarana dukungan sosial yang utama
berupa dukungan emosi, informasi, dan penghargaan sangat dibutuhkan siswa
sebagai dasar dalam perilaku explorasi diri. Dengan didampingi keluarga
terutama orang tua akan membuat anak lebih mantap menyusun rencana dan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menyongsong masa depan, hal ini
didukung oleh penelitian (Ester dan Bowean, 2005) yang menunjukan bahwa
dukungan keluarga atau orang tua memberikan aspirasi positif dalam eksplorasi
karir anak. Hal yang sama juga dikemukakan (Dalyono, 2010) bahwa dukungan
orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar
sedangkan penelitian (Witko, 2005) menunjukan bahwa Orang tua merupakan
prediktor penting dalam eksplorasi karir
Dengan demikian dapat diketahui bahwa untuk mempersiapkan masa
depan remaja dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, dukungan keluarga
terutama orang tua sebagai madrasah utama tempat individu belajar, tumbuh dan
berkembang sejak dari masa kanak-kanak. Keberadaan keluarga/orang tua sebagai
sosok yang berpengaruh dalam kehidupan remaja, mempunyai peranan penting
untuk menciptakan suasana yang mendukung dalam membangun character
strengths. Kekuatan karakter ini sebagai dasar bagi anak remaja untuk menjalani
tugas-tugas perkembangan yang dihadapi secara mandiri. Salah satu tugas
9
perkembangan yang sedang dihadapi anak remaja adalah menentukan pilihan
pendidikan selanjutnya untuk jalur karir dan masa depan mereka.
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai eksplorasi karir pada siswa kelas IX, dalam
pemilihan pendidikan selanjutnya dengan judul ― Pengaruh Kekuatan Karakter
(Character Strengths) dan Dukungan Sosial Keluarga terhadap Perilaku
Eksplorasi Karir Siswa Kelas IX di Jakarta Selatan.
1.2.Pembatasan Masalah dan Rumusan masalah.
1.2.1. Pembatasan Masalah.
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam latar belakang, terkait dengan
penelitian ini, masalah penelitian akan dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
dengan eksplorasi karir dan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu character
strengths dan dukungan sosial keluarga. Adapun pengertian nya adalah sebagai
berikut :
a. Eksplorasi karir, meliputi semua aktivitas penjelajahan, pegumpulan
informasi yang relevan untuk kemajuan karir yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang diri, lingkungan karirnya, kemungkinan
karir dan pengetahuan dalam pengambilan keputusan, dalam memotivasi
perkembangan karir. (Super, 1990; Taveira & Moreno 2003; Greenhaus &
Callanan 2006)
b. Character strengths merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi arah,
gerakan, dan perilaku siswa yang terdiri atas enam dimensi yaitu (1)
Intellectual strengths (kekuatan intelektual); (2) leadership strengths
10
kekuatan kepemimpinan); (3) Other-directed strengths kekuatan lain yang
diarahkan; (4) Temperance strengths kekuatan kesederhanaan); and (5)
transcendence strengths kekuatan transendensi, dan (6) Metacognitive
Strength (Peterson & Seligman , 2004; Park & Peterson, 2006b dalam
Ruch at.al 2013, Flavell, 1979) .
c. Dukungan sosial keluarga berupa dukungan dari orang- orang terdekat yang
mempunyai potensi sebagai sumber dukungan utama dan senantiasa bersedia
untuk memberikan bantuan dan dukungannya ketika individu
membutuhkannya seperti kedekatan emosional, adanya pengakuan,
ketergantungan yang dapat diandalkan, bimbingan, pengasuhan
membangkitkan perasaan memiliki antara sesama anggota keluarga, yang
berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi anggota- anggotanya. (Weiss
Cutrona, 1984)
1.2.2. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah character strengths (intellectual strengths, leadership strengths,
other-directed strengths, temperance strengths, transcendence strengths,
metacognitive strengths ) dan dukungan sosial keluarga secara bersama
mempengaruhi eksplorasi karir pada Siswa kelas IX .
2. Variabel manakah yang memberi sumbangan terbesar mempengaruhi
eksplorasi karir pada Siswa kelas IX.
11
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan umum penelitian ini
adalah untuk mengukur pengaruh Character strengths dan dukungan orang tua
terhadap perilaku eksplorasi karir siswa kelas IX SMP
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengukur pengaruh kekuatan karakter Intellectual strengths terhadap
Perilaku Eksplorasi Karir Siswa kelas IX SMP.
b. Mengukur pengaruh kekuatan karakter leadership strengths terhadap Perilaku
Eksplorasi Karir Siswa kelas IX SMP.
c. Mengukur pengaruh kekuatan karakter Other-directed strengths terhadap
Perilaku Eksplorasi Karir Siswa kelas IX SMP.
d. Mengukur pengaruh kekuatan karakter Temperance strengths terhadap
Perilaku Eksplorasi Karir Siswa kelas IX SMP.
e. Mengukur pengaruh kekuatan karakter Transcendence strengths terhadap
Perilaku Eksplorasi Karir Siswa kelas IX SMP.
f. Mengukur pengaruh kekuatan karakter Metacognitive strengths terhadap
Perilaku Eksplorasi Karir Siswa kelas IX SMP.
g. Mengukur pengaruh Dukungan sosial keluarga terhadap Perilaku Eksplorasi
Karir Siswa kelas IX SMP.
12
1.3.2. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain:
1. Dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmiah bagi pengembangan keilmuan khususnya psikologi
pendidikan yang berkaitan dengan eksplorasi karir pada siswa SMP. Selain
itu hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan
informasi dan menambah pengetahuan tentang Kekuatan karakter (character
strengths) dan dukungan sosial keluarga serta pentingnya perilaku Eksplorasi
Karir pada remaja khususnya remaja siswa kelas IX
2. Dari segi praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai upaya
pemilihan jurusan atau kejuruan bagi siswa kelas IX, yakni berupa ,
a. Memberikan pandangan kepada guru, bagaimana pentingnya
memberikan bimbingan, arahan dan informasi, tentang jenis-jenis bidang
pekerjaan, tantangan dalam setiap bidang pekerjaan, sehingga para
siswanya mempunyai keyakinan dan kepercayaan diri dalam menentukan
pilihan jurusan pendidikan sesuai dengan kemampuan akademis, minat
dan karakter atau kepribadian.
b. Memberikan pandangan kepada siswa tentang character strengths untuk
mengembangkan keyakinan siswa dalam membangun cita-cita, harapan
masa depan yang selanjutnya akan memberi dampak terhadap prestasi
akademis siswa.
c. Memberikan pandangan dan pemahaman kepada guru dan orang tua
tentang pentingnya mencari informasi mengenai bidang pekerjaan di masa
13
depan sebagai prilaku eksplorasi karir, yang akan menjadi guidance atau
pedoman bagi siswa dalam menentukan pilihan karir nya. Melalui prilaku
eksplorasi diri dan lingkungan sebagai model pembelajaran dan
pendekatan yang tepat, sehingga akan menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih semangat dan fokus.
1.4. Sistematika Penelitian
Bab 1: Pendahuluan meliputi latar belakang penelitian, perumusan dan batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan
Bab 2: Landasan teori akan dipaparkan mengenai sejumlah teori yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti, kerangka berfikir dan hipoteis
penelitian
Bab 3: Metodologi penelitian akan dibahas mengenai populasi dan sampel,
variabel penelitian, definisi operasional, instrumen pengumpulan data, uji
validitas konstruk, dan metode analisis data
Bab 4: Hasil penelitian akan dibahas mengenai gambaran subyek penelitian,
analisis deskriptif dan hasil uji hipotesis
Bab 5: Penutup meliputi esimpulan, diskusi dan saran
Daftar Pustaka
Lampiran
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini, akan diuraikan mengenai teori Eksplorasi Karir, Character
Strengths, Dukungan sosial keluarga, kerangka berpikir dan hipotesis.
2.1. Explorasi karir
2.1.1. Pengertian eksplorasi karir pada Siswa
Istilah eksplorasi karir relatif baru dalam bidang pendidikan terutama psikologi
perkembangan karir pada siswa. Paradigma eksplorasi karir didasari oleh
pandangan kontemporer yang muncul dari lingkungan pendidkan, dan sosiologi
tentang bagaimana anak, remaja, atau siswa dalam meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran diri tentang lingkungan karir sehingga dapat memacu
perkembangan karir individu. (Taveira & Moreno, 2003).
Menurut Tiedeman dan O’Hara, (dalam Sharf, 1992) pengertian
eksplorasi karir adalah penjelajahan terhadap kemungkinan alternatif keputusan
karir yang akan diambil. Melalui eksplorasi karir, individu akan mengetahui
dengan jelas konsekuensi dari keputusan yang akan diambil,
Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa pengertian eksplorasi karir
secara umum adalah perilaku penilaian diri dan kegiatan eksternal yang
menyediakan informasi-informasi untuk mendorong individu dalam proses
pemilihan karir, serta penyesuaian diri dengan suatu bidang pekerjaan (Jordann,
1963; Stumpf et al., 1983; Blustein, 1989, dalam Zikic, 2006).
15
Pengertian lain dari eksplorasi karir adalah kegiatan pengumpulan
informasi yang relevan untuk kemajuan karir seseorang dan berlansung seumur
hidup (Jordaan, 1963; Stumpf, Colarelli, & Hartman, 1983; Blustein, 1997, dalam
Zikic, 2009)
Dalam kerangka lain eksplorasi karir didefinisikan sebagai ―Purposive
behavior and cognition which afford access to information about occupations,
jobs, or organizations which was not previously in the stimulus field ― Perilaku
purposive dan kognisi yang menyediakan akses untuk mendapatkan informasi
tentang bidang pekerjaan, pekerjaan, atau kelompok pekerjaan yang perlu di
lakukan stimulus, (Berlyne, 1960,1965; Jordan, 1965; Stumpf, Colarelli &
Hartman, 1983, dalam Zikic, 2006).
Super (1990) menyatakan bahwa ―individuals are mature or ready to
make appropriate choices when they have engaged in planful exploration and
have appropriate occupational knowledge, self-knowledge and decision-making
knowledge‖. Definisi ini menyatakan bahwa individu matang/ dewasa, adalah
individu yang siap untuk membuat pilihan, yakni ketika individu telah terlibat
dalam kegiatan perencanaan, kegiatan eksplorasi, memiliki pengetahuan diri,
memiliki pengetahuan tentang pekerjaan, dan pengetahuan dalam pengambilan
keputusan (Super, 1990; Greenhaus dan Callanan, 2006).
Setiap individu mendambakan kebahagiaan dalam kehidupannya. Untuk
meraih kebahagiaan tersebut, individu terus berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai kesuksesan, baik dalam belajar, bekerja, berkeluarga, maupun
bermasyarakat. Pada umumnya mereka yang sukses biasanya mereka yang
16
menyenangi bidang pekerjaannya, karena pekerjaan tersebut sesuai dengan minat
serta kemampuannya, dan kesuksesan mereka diakui oleh teman-teman,
masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Menurut Santrock (2003) remaja adalah individu yang berusia antara 12-
21 tahun. Masa ini adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,
dengan pengelompokan yakni usia 12-15 tahun masa remaja awal, usia 15-18
tahun masa remaja pertengahan dan usia 18-21 tahu masa remaja akhir, sedangkan
Siswa kelas IX berusia antara 13-15 tahun, jadi berada pada masa remaja awal.
Super (1990) menyatakan masa remaja merupakan masa awal yang sangat
penting dalam perkembangan karir, yang pada akhirnya akan berdampak pada
kesuksesan di seluruh rentang hidup life-span. Eksplorasi karir juga terkait dengan
penyesuaian diri dan kesejahteraan remaja (Skorikov & Vondracek, 2007 dalam
Hirschi, 2010).
Menurut Super ( dalam Zunker, 2012) eksplorasi terjadi terutama selama
masa remaja dan dewasa muda. Pada masa ini, remaja mulai mengklarifikasi
identitas karir, mengembangkan kesadaran tentang pentingnya kejuruan dan
realitas (Erikson, 1963 dalam Rogers, 2011) serta melakukan tugas-tugas yang
berhubungan dengan karir, seperti perencanaan karir dan eksplorasi karir, karena
mereka mulai berpikir tentang masa depan dan karir Super, (1990). Penelitian
lainnya menyatakan bahwa partisipasi dalam kegiatan eksplorasi akan
menunjukan pada sebuah pemahaman diri dan lingkungan yang memungkinkan
17
individu untuk mengembangkan diri secara realistis sesuai dengan pilihan
kejuruan (Sugalski & Greenhaus, 1986, dalam Ester & Mulloch, 2008).
Lebih lanjut Havinghurst ( dalam Harlock, 1980) mengatakan masa remaja
merupakan periode yang penting, karena pada masa ini remaja mengalami
perkembangan fisik dan mental yang cepat, setiap tahap perkembangan akan
menimbulkan penyesuaian mental, pembentukan sikap, nilai-nilai dan minat.
Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pendidikan atau pekerjaan
merupakan tugas perkembangan penting pada masa remaja, sebab karir atau
pekerjaan akan menentukan berbagai hal dalam kehidupan selanjutnya.
Beberapa hasil penelitian lain tentang eksplorasi karir pada remaja,
diantaranya Seligman (1994), menyatakan bahwa sebagian besar remaja sudah
mulai menunjukkan minat pada bidang pekerjaan tertentu dan memiliki
pengetahuan tentang tugas-tugas dari pekerjaan, aspek psikososial dalam
pekerjaan, atribut-atribut yang dimiliki oleh pekerja, persiapan yang
dibutuhkan untuk memasuki suatu pekerjaan dan pendekatan-pendekatan
untuk merencanakan karir. Dworetzky (1987) menyatakan memikirkan pilihan
pekerjaan atau bidang pekerjaan yang diidamkan merupakan suatu aktivitas
yang penting dalam perjalanan karir individu khususnya remaja. Sedangkan
Gottfredson (2002) menyatakan bahwa setelah usia 14 tahun siswa mulai
menyesuaikan aspirasi karir dengan faktor dari diri pribadi dan kompromi
aspirasi sesuai dengan faktor-faktor yang lebih realistis. Penelitian empiris
lainnya yang menunjukkan bahwa eksplorasi dan perencanaan karir
18
berhubungan positif terhadap komitmen karir pada masa remaja (Creed,
Prideaux, & Patton, 2005; Hirschi & Lage, 2007a dalam Hirschi, A. 2010)
Muro, Jemes dan Kottman (1995) menyatakan bahwa fase eksplorasi
karir terjadi pada usia SLTP . Pada fase ini, siswa harus difasilitasi untuk
menemukan dirinya dalam hal minat, kemampuan, nilai suatu pekerjaan, dan
bagaimana mempertemukan kelebihan dan kekurangan dirinya dengan tuntutan
karir mereka kelak. Semua informasi mengenai harapan karir yang ingin dicapai
atau dengan kata lain perencanaan karir harus di dukung dengan proses
eksplorasi karir.
Dari penjelasan diatas perilaku Eksplorasi karir pada siswa dapat
dikatakan sebagai proses belajar sepanjang hayat meliputi aktivitas yang
melibatkan kognitif, afektif dan emosional dalam mengumpulkan informasi,
memilih informasi dan mengevaluasi informasi, yang relevan dengan kemampuan
diri, linkungan karir serta kemajuan karir sebagai pedoman dalam pengambilan
keputusan untuk memilih pendidikan selanjutnya dan keberhasilan pada masa
mendatang.
2.1.2. Teori Perkembangan Karir.
2.1.2.1. Teori Ginzberg
Menurut kelompok Ginzberg, Ginzburg, Axelrad, dan Herna (1951) dalam
Zunker, Vernon G. (2012) pilihan okupasional atau karir merupakan proses
perkembangan, yang pada umumnya mencakup kurun waktu selama enam hingga
sepuluh tahun, yang dimulai dari sekitar usia 11 tahun dan berakhir sesudah usia
19
17 atau awal masa dewasa. Terdapat tiga periode atau tahapan dalam proses
pemilihan okupasi yaitu periode fantasy, tentative, dan realistic.
1. Periode fantasi, yaitu kegiatan bermain yang secara bertahap berorientasi pada
minat dan merefleksikan preferensi awal, untuk jenis aktivitas tertentu.
Berbagai peran okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang
menghasilkan pertimbangan nilai dalam dunia kerja kelak dimasa dewasanya.
2. Periode tentatif terbagi ke dalam empat tahap:
a. Tahap minat, di mana individu membuat keputusan yang lebih definitif
tentang suka atau tidak suka.
b. Tahap kapasitas, individu untuk menjadi sadar akan kemampuan sendiri
yang terkait dengan aspirasi vokasional.
c. Tahap nilai, yaitu masa terbentuknya persepsi yang lebih jelas tentang
gaya-gaya okupasional.
d. Tahap transisi, yaitu saat di mana individu menyadari keputusannya
tentang pilihan karirnya serta tanggung jawab yang menyertai karir
tersebut
3. Periode realistic terbagi ke dalam tiga tahap.
a. Tahap eksplorasi, pada tahap ini, individu mempersempit pilihan karir
menjadi dua atau tiga kemungkinan tetapi pada umumnya masih belum
pasti.
b. Kristalisasi, yaitu ketika komitmen pada satu bidang karir tertentu sudah
terbentuk. Jika ada perubahan arah, itu disebut ―pseudo-crystallization‖.
20
c. Tahap spesifikasi, yaitu ketika individu sudah memilih suatu pekerjaan
atau memulai pelatihan profesi untuk karir tertentu
Tabel 2.1
Tahapan Proses Perkembangan Karir dari Ginzberg (1988)
Periode
Usia
Karakteristik
Fantasi Masa kanak-kanak
(sebelum usia 11 tahun)
- Murni berorientasi bermain pada
tahap awal. Menjelang akhir tahap
bermain ini menjadi berorientasi
minat
Tentatif Awal masa remaja
(usia 11-17 tahun)
- Proses transisi yang ditandai oleh
pengenalan secara gradual terhadap
persyaratan kerja. Pengenalan
minat, kemampuan, imbalan kerja,
nilai dan perspektif waktu.
Realistik Pertengahan masa remaja
(usia 17 tahun) hingga
awal masa dewasa
- Pengintegrasian kapasitas dan
minat. Kelanjutan perkembangan
nilai-nilai. Spesifikasi pilihan
okupasi.
Dari penelitian ini muncul sebuah proses yang sistematis berdasarkan pada pola
penyesuaian diri remaja yang mengarahkan individu ke pilihan okupasi.
Pemilihan okupasi merupakan proses bertahap yang dinilai secara subjektif oleh
individu yang bersangkutan dalam sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak
hingga awal masa dewasa. Pilihan okupasi itu dirumuskan melalui tahapan-
tahapan sebagaimana dideskripsikan dalam penelitian Ginzberg (1988)
Pada awalnya, Ginzberg et al, (1951) dalam Zunker (2012) menyatakan
bahwa proses pembuatan keputusan okupasional itu tidak dapat diputar balik,
yaitu bahwa individu tidak dapat kembali secara kronologis ataupun psikologis ke
21
masa lalu untuk mengubah keputusannya. Konklusi ini kemudian dimodifikasi,
dimana individu dapat mengubah keputusannya tetapi tetap menekankan
pentingnya pilihan yang dilakukan secara dini dalam proses pembuatan keputusan
karirnya. Dalam kajian ulang terhadap teorinya, Ginzberg menekankan kembali
bahwa pilihan okupasional merupakan proses pembuatan keputusan seumur hidup
bagi mereka yang mencari kepuasan dalam pekerjaannya. Ini berarti bahwa
mereka harus senantiasa menilai ulang bagaimana mereka dapat meningkatkan
kecocokan antara perubahan tujuan karirnya dengan realita dunia kerja.
Teori perkembangan karir Ginzberg menyatakan bahwa perilaku explorasi
karir berkembang pada tahap tertentu dimulai dari masa kanak-kanak sampai
remaja, sedangkan proses explorasi karir dimulai pada usia 17-24 tahun yaitu
pada tahap realistik usia 17-24 tahun, dengan demikian tahap eksplorasi karir
terjadi pada tahap realistik Ginzberg, (1988)
Ginzberg (1988) menyatakan salah satu dari aspek perkembangan karir
yang menunjang karir dimasa depan adalah eksplorasi karir yakni tahap dimana
individu akan melakukan eksplorasi menetapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan
mulai dari masa tentatif. Berdasarkan penilaian , pengalaman, kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan atau keterkaitan dengan tuntutan kerja yang
sebenarnya. Penilaian ini pada hakikatnya berfungsi sebagai acuan untuk memilih
studi selanjutnya atau memasuki lapangan pekerjaan. Pada tahap ini, individu
mulai mempersempit pilihan karir walaupun masih bersifat tentatif .
Dengan demikian selama masa eksplorasi ini, tiap individu secara
ekstentif mencoba mencari berbagai informasi tentang karir yang mungkin, lalu
22
memfokuskan pada satu pilihan program yang akhirnya memutuskan pilihan
program studi lanjutan, atau pilihan bidang pekerjaan tertentu sesuai cita-citanya.
2.1.2.2.Teori Donald Super.
Super (1990) mengatakan bahwa pada usia 14 sampai 24 tahun adalah
tahap exploratory career, pada fase ini remaja melakukakan penjajagan minat,
mulai dari mengidentifikasi pilihan tentatif sampai membuat keputusan akhir
mengenai pilihan karir dan mengaplikasikan dalam pilihan bidang pekerjaan.
Tabel 2.2
Tahapan Perkembangan Karir dari Super (1990)
Periode Usia Karakteristik
Growth sejak lahir hingga
14 atau 15 tahun
- ditandai dengan perkembangan
kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan
yang terkait dengan konsep diri;
Exploratory 15 – 24 - ditandai dengan fase tentative dimana
kisaran pilihan dipersempit tetapi belum
final
Establishment 25 – 44 - ditandai dengan trial dan stabilisasi
melalui pengalaman kerja;
Maintenance 45 – 64 - ditandai dengan proses penyesuaian
berkelanjutan untuk memperbaiki posisi
dan situasi kerja.
Decline 65 + - ditandai dengan pertimbangan-
pertimbangan pra-pensiun, output kerja,
dan akhirnya pensiun
Penelitian ini hanya fokus membahas Tahap Explatory Career yang terdiri dari
tiga sub tahap, yaitu:
a. Sub tahap Sementara, usia 14-17 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini
adalah mengkristalisasi pilihan pekerjaan. Pengembangan karir bersifat lebih
23
internal. Individu mulai dapat menggunakan self-preference nya dan mulai
dapat melihat bidang serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan dirinya.
b. Sub tahap Peralihan, usia 18-21 tahun. Perkembangan pada tahap ini
mengkhususkan pilihan pekerjaan.
c. Sub tahap Ujicoba, usia 22-24 tahun. Perkembangan pada tahap ini adalah
mengaplikasikan pilihan pekerjaan
Teori Life-Span Super, (1990) menyatakan bahwa keberhasilan dan kesiapan
remaja dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan pada masing-masing tahapan
merupakan indikasi sebagai kematangan karir. Kesesuaian kematangan karir
dengan usia pada setiap jenjang, menunjukan peran yang harus dijalankan sesuai
dengan tahapan perkembangannya.
Hasil penelitian longitudinal (Super, 1951 dalam Zunker, 2012) yang
mengikuti perkembangan sejumlah siswa kelas IX menunjukkan bahwa berbagai
ciri kematangan karir (seperti perencanaan, eksplorasi, bertanggung jawab, dan
kesadaran akan berbagai aspek pekerjaan ) tidak stabil selama periode SMA.
Akan tetapi, individu yang dipandang memiliki kematangan karir di kelas IX,
secara signifikan lebih berhasil ketika mereka mencapai awal masa dewasa. Hal
ini mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan antara kematangan karir dengan
pencapaian self-awareness pada siswa kelas IX, dalam pengetahuannya tentang
okupasi, dan kemampuannya dalam perencanaan. Jadi, perilaku eksplorasi di
kelas IX memiliki validitas prediktif untuk masa depannya. Dengan kata lain,
individu yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap
24
tahapan cenderung mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada masa
kehidupan selanjutnya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplorasi karir dapat
membantu siswa lebih mempelajari tentang diri mereka sendiri dan dunia kerja
(Taylor, 1985), untuk mengejar pekerjaan pilihan nya (Greenhaus, Hawkins, &
Brenner, 1983), mengembangkan keterampilan mencari kerja yang efektif
(Stumpf, Austin, & Hartman, 1984; Stumpf & Colarelli, 1981), dan
mengembangkan harapan pekerjaan yang lebih realistis (Stumpf & Hartman,
1984, sedangkan (Super, 1957) mengemukakan bahwa tahap eksplorasi adalah
periode penting dalam pengembangan karir yang dikenal sebagai salah satu pilar
dari proses pemilihan pekerjaan (Raskin, 1985; Vondracek, 1992). Selama fase ini
individu memulai memikirkan perilaku yang kemungkinan akan menyebabkan
pilihan karir masa depan (Bartley & Robitschek, 2000). Jika individu tidak
berhasil menyelesaikan tugas-tugas tahap ini, mereka akan lemah pada saat masuk
dalam dunia pekerjaan, Ester & McMulloh (2008)
Penelitian ini melihat kecenderungan perilaku eksplorasi karir remaja
berdasarkan tahap explorasi karier yang dikemukakan oleh Super (1990) yakni
usia 14-24, sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas IX, yang berusia
antara 12-17, dengan tujuan untuk mengetahui perilaku eksplorasi karir siswa
kelas IX yang sudah dihadapkan pada tahap pengambilan keputusan
menentukan pilihan program pendidikan selanjutnya.
25
2.1.3. Dimensi Eksplorasi Karir
Eksplorasi karir adalah aktivitas mengumpulkan informasi karir dari berbagai
sumber dan bagaimana memanfaatkan informasi yang telah diperoleh dalam
memilih program pendidikan selanjutnya bagi siswa. Beberapa ahli seperti
(Super, 1990, Taveira & Moreno, 2003, Greenhaus & Callanan, 2006)
menyebutkan dimensi eksplorasi karir pada siswa SMP meliputi hal-hal sebagai
berikut :
2.1.3.1.Informasi
Informasi yaitu aktivitas mengumpulkan informasi dengan menggali dari berbagai
sumber informasi yang potensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor
mengenai potensi diri, dunia kerja, lingkungan kerja, termasuk kemungkinan
karir, persyaratan dan manfaat pekerjaan. Pada dimensi informasi ini indikator-
indikator yang menjadi perhatian yakni ; usaha untuk menggali dan mencari
informasi karir dari berbagai sumber; memiliki pengetahuan tentang potensi
diri seperti minat, bakat, intelegensi; mendapatkan cukup banyak informasi
tentang karir (Super, 1990, Greenhaus & Callanan, 2006)
2.1.3.2.Perencanaan
Perencanaan yaitu menyusun rencana dengan mengidentifikasi bidang pekerjaan
yang cocok dengan minat dan kemampuan diri, serta memanfaatkan berbagai
informasi yang berhubungan dengan bidang pekerjaan. Pada dimensi ini indikator
yang menjadi perhatian seperti ; mempelajari informasi karir; membicarakan
karir dengan orang dewasa; mengikuti kursus untuk menambah pengetahuan
tentang keputusan karir; berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler;
26
mengetahuai persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diinginkan; dapat
merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah dan mampu untuk
mengatur waktu luang secara efektif. (Super, 1990, Taveira & Moreno 2003)
2.1.3.3.Membuat keputusan
Keterampilan membuat keputusan karir berdasarkan informasi-informasi yang
relevan dalam membuat keputusan menentukan pilihan program pendidkan
selanjutnya, dengan indikator yang menjadi perhatian yakni; memiliki
pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan diri berhubungan dengan
pilihan karir; mampu melihat faktor yang akan mendukung atau menghambat
karir; mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan dari berbagai ragam
pekerjaan dan dapat mengembangkan kebiasaan belajar dan bekerja secara efektif
(Super 1990)
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eksplorasi Karir
Menurut Greenhaus dan Callanan (2006), Sebagai proses belajar,
eksplorasi karir dalam perkembangannya di pengaruhi dua faktor, yakni :
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang
meliputi inteligensi, bakat, minat, kepribadian atau karakter, harga diri,
dan nilai-nilai.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang
meliputi keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, teman sebaya,
lingkungan sekolah, faktor realitas, dan proses pendidikan.
Salah satu faktor internal yang perlu dipertimbangkan adalah karakter.
Kajian tentang karakter termasuk dalam pendekatan predisposisional pada
27
perilaku eksplorasi karir. Menurut Peterson dan Seligman (2004) Character
strengths merupakan kebajikan yang dimiliki individu untuk menampilkan
virtue yakni trait positive yang dimiliki individu secara universal, dalam hal
ini merupakan human goodness yang akan direfleksikan melalui pikiran,
perasaan serta tindakannya. Peterson dan Seligman, (2004). membagi
Character strengths dalam enam virtue yakni wisdom and knowledge, courage,
humanity, justice, temperance, dan transcendence. Virtue tersebut dibangun dan
ditampilkan oleh 24 character strengths melalui perilaku individu.
Dalam Penelitian ini, peneliti ingin melihat kecenderungan kekuatan
karakter (character strengths ) terhadap perilaku eksplorasi karir pada remaja,
khusus nya kelas IX, sebagai faktor internal. Sedangkan faktor eksternal yaitu
melihat kecenderungan dukungan sosial keluarga terhadap proses eksplorasi
karir pada remaja untuk menentukan program pendidikan selanjutnya
2.1.5. Pengukuran Explorasi Karir
Ada beberapa metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran eksplorasi
karir, dan sebagian besar inventori eksplorasi karir dirancang untuk menaksir
minat individu dalam berbagai bidang pekerjaan dan kemampuan mencari
imformasi untuk lebih mengenal kekuatan dan kemampuan diri. Sejumlah
inventori juga memberikan analisis minat dalam kurikulum pendidikan atau
bidang studi, yang pada gilirannya terkait dengan keputusan karir. Adapun
instrumen pengukuran karir yang sering dipakai adalah :
28
a. Career Development Inventory (CDI)
Career Development Inventory (CDI ) dikembangkan oleh Super (1990), CDI
mengukur lima skala dimensi perkembangan karir yaitu career planning,
career exploration, decision making, world of work information dan
kenowledge of preferred occupational. CDI terdiri dari 120 item yang
dikembangkan oleh Super untuk mengukur perkembangan karir yang pada
akhirnya akan menggambarkan orientasi karir, yaitu kematangan karir.
b. Career Exploration Survey (CES)
Career Exploration Survey (CES) dikembangkan oleh Stumpf et al. (1983).
CES mengukur perilaku eksplorasi karir yang menggunakan skala Self
Eksploration (SE) dan skala Environmental Exploration (EE) Skala Self
Eksploration mengukur tingkat eksplorasi karir yang melibatkan penilaian
diri. Sedangkan Environment Eksploration menilai tingkat eksplorasi karir
tentang lingkungan pekerjaan.
c. Career Exploration Checklist (CEC)
Career Exploration Checklist, (CEC) dikembangkan oleh (Pesch 2014). CEC
digunakan untuk menilai sejauh mana individu telah terlibat dalam kegiatan
eksplorasi karir. Item berasal dari kegiatan eksplorasi karir dalam Skala
Keputusan Karir Self-Efficacy (Taylor & Betz, 1983), dan model
pengambilan keputusan karir (Crites, 1976; Gati, 1986; Harren 1979, Hirschi
& Lage, 2007). Ada 17-item checklist untuk mengetahu sejauh mana individu
telah terlibat dalam berbagai kegiatan eksplorasi yang berkaitan dengan karir
pilihannya. Career Exploration Checklist Pesch mengukur kemampuan
29
remaja dalam menyusun rencana karir, mengumpulkan informasi yang
mendukung rencana serta kemampuan mengambil keputusan karir.
berdasarkan perencanaan dan informasi yang didapat.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Career Exploration Checklist
sebagai alat ukur, karena CEC merupakan alat ukur yang dirancang untuk
mengukur sejauh mana siswa telah terlibat dalam kegiatan eksplorasi,
kemampuan siswa dalam menyusun rencana pendidikan selanjutnya. Alat ukur ini
berbentuk self report dimana siswa mempersepsikan dirinya sendiri terhadap
perilaku eksplorasi, menggunakan skala Likert dengan rentangan nilai (1) Sangat
tidak sesuai, sampai (5) Sangat sesuai.
2.2. Character Sthrengths
2.2.1 Pengertian Character Strengths
Character Strengths atau kekuatan karakter apabila ditinjau dari bahasa
mempunyai arti yang sangat luas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)
istilah karakter itu sering disinonimkan dengan kata-kata akhlak, budi pekerti,
moral. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah ―bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak‖.
Sedangkan kata kekuatan berasal dari kata kuat yang diartikan dalam kamus
Bahasa Indonesia (1989) yaitu tenaga, atau energi.
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena
didalam pikiran, terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman
hidupnya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya
dapat membentuk pola berpikirnya yang dapat mempengaruhi perilakunya. Jika
30
program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran
universal, maka perilakunya berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Hasilnya, perilaku tersebut membawa kenyamanan dan kebahagiaan. Sebaliknya,
jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka
perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu,
pikiran harus mendapatkan perhatian serius, dengan memahami cara kerja
pikiran, individu memahami bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat penting.
Kemampuan dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan, akan memudahkan
individu untuk mendapatkan apa yang di inginkan, yaitu kebahagiaan.
Allport mengemukakan ― Character as personality evaluated and
personality as character devaluated ― yang menyatakan bahwa karakter dan
kepribadian adalah satu dan sama. Pembentukan karakter sama halnya pula
dengan pembentukan kepribadian dalam Lounsbury, Fisher, Levy, & Deborah
(2009)
Hill (2005) dalam Hadassah (2010) menyatakan ―Character determines
someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good character is the
inward motivation to do what is right, according to the highest standard of
behaviour, in every situation‖. Karakter menentukan pikiran pribadi seseorang
dan tindakan yang akan dilakukan seseorang . Karakter yang baik adalah motivasi
untuk melakukan apa yang benar, sesuai dengan standar prilaku tertinggi, dalam
setiap situasi.
Character strengths didefinisikan sebagai proses mental yang membantu
orang berpikir dan berperilaku dengan cara yang meningkatkan kualitas hidup
31
dan pengalaman kerja, juga memperbaiki diri untuk kepentingan masyarakat
mereka. (McCullough & Snyder, 2000). Character strengths mengacu pada
kualitas psikologis ( proses atau mekanisme) yang diwujudkan dalam pikiran,
perasaan, motivasi, dan akhirnya dalam perilaku nyata.
Character strengths menurut Peterson dan Seligman (2004) berkaitan erat
dengan kebajikan (Virtue) yang dimiliki individu sebagai trait positive. Virtue
merupakan human goodness yakni kebaikan pada diri individu yang bersifat
universal dan direfleksikan melalui pikiran, perasaan serta perilaku, yang
terbentuk melalui proses evolusi sangat penting untuk keberlansungan hidup.
Menurut Peterson dan Seligman (2004) seseorang dikatakan memiliki karakter
baik apabila memiliki seluruh virtue dengan nilai yang tinggi, traits positif ini
dibagi dalam tiga level sebagai berikut :
a. Virtue merupakan karakter utama atau disebut human goodness yang dimiliki
individu secara universal pada berbagai budaya dan sangat membantu dalam
menyelesaikan tugas serta masalah yang dihadapinya, yakni wisdom and
knowledge, courage, humanity, justice, temperance, dan transcendence.
b. Character strengths merupakan unsur-unsur, proses dan mekanisme
psikologis dalam pencapai virtue yang ditampilkan oleh 24 Character
Strengths melalui pikiran, perasaan dan perilaku individu.
c. Situational themes merupakan kebiasaan spesifik mengarahkan individu untuk
mencapai character strengths.
Menurut Seligman (2005) setiap individu memiliki karakter positif dan
negatif. Namun yang dimaksud dengan kekuatan karakter adalah karakter positif
32
yang membawa individu kepada perasaan yang positif. Pendidikan karakter akan
mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku positif yang membantu
individu dalam kehidupan dan bekerja sama sebagai anggota keluarga, anggota
masyarakat, dan bernegara. Kekuatan karakter akan membantu individu dalam
membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Namun dalam proses perjalanan hidup, virtue mungkin berubah. Dengan
mengembangkan pendidikan yang berbasis pada nilai karakter, maka diharapkan
dapat terbentuk generasi yang kokoh idiologinya, mempunyai kekuatan sikap dan
mental, serta memiliki pondasi yang kuat dalam menghadapi serangan nilai-nilai
dari luar yang datang bersamaan dengan derasnya arus global. Dengan demikian
generasi yang memiliki character strengths adalah generasi yang mampu melihat
secara tegas tentang apa yang baik dan apa yang buruk, menyadari hak dan
kewajiban moral (akhlak), mampu mengejawantahkan kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak, serta memegang teguh sistem nilai-nilai yang
dianut.
Dari pendapat di atas dipahami bahwa character strengths berkaitan
dengan kekuatan moral, yang berkonotasi positif. Individu yang berkarakter,
adalah individu yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, berwatak dan
bermoral positif.
Penelitian ini akan memfokuskan pada kekuatan karakter atau character
strengths pada remaja yang menurut (Peterson & Seligman 2004; Park &
Peterson, 2006b dalam Ruch at.all 2013) yaitu kebajikan yang dimiliki
33
individu secara universal pada berbagai budaya dan sangat membantu dalam
menyelesaikan tugas serta masalah yang dihadapinya
2.2.2. Dimensi Character strengths
Beberapa ahli yakni Peterson & Seligman, (2004); Park & Peterson,
2006b dalam Ruch at.all (2013); Flavell (1979) menyebutkan pada masa usia
remaja ada beberapa dimensi character strengths yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Intellectual strengths
Intellectual strengths dipahami sebagai kemampuan kognitif yang dimiliki
individu terhadap suatu keahlian, kemahiran dalam penggunaan pengetahuan
yang menjadi landasan dalam proses mencapai kehidupan yang baik. (Park &
Peterson, 2006b). Terdapat empat indikator character strength yang
menampilkan intellectual strengths yaitu,
a. Curiosity : (interest, openness to experience) Menyukai seluruh
pengalaman; mencari semua topik dan pokok persoalan yang sangat
menarik; menggali dan menemukan banyak hal.
b. Love of learning : Menguasai berbagai keterampilan baru; menguasai
topik-topik ilmu pengetahuan baik formal maupun informal.
c. Appreciation of beauty and excellence: Menyadari dan menghargai
keindahan, kesempuarnaan dan kinerja di dalam seluruh aspek kehidupan,
mulai dari alam, seni, sains matematika hingga pengalaman sehari-hari.
d. Creativity : Cara berpikir yang produktif dan baru, termasuk pencapaian
artistik.
34
2. Leadership strengths
Leadership strengths yaitu kemampuan memperlakukan, mempengaruhi,
mengarahkan dan memotivasi orang lain atau kelompok untuk mencapai
kesuksesan. Orang yang memiliki sifat kepemimpinan merasa nyaman dalam
mengatur aktifitas dirinya maupun orang lain dalam suatu sistem yang
terintegrasi. (Park & Peterson, 2006b). Terdapat lima indikator character
strength yang menampilkan leadership strengths yaitu
a. Leadership: Mendorong orang dalam kelompok untuk bekerja sekaligus
menjaga hubungan baik dengan anggota kelompok.
b. Humor: Senang membuat orang lain tersenyum, membuat gurauan
c. Perspective : Mampu memberi saran; Memiliki cara pandang yang luas
dan dapat diterima oleh orang lain.
d. Social intelligence : Sensitif terhadap motif dan perasaan orang lain dan
diri sendiri; dapat menyesuaikan diri dengan pada situasi yang berbeda;
mengetahui cara menggerakan orang lain.
e. Bravery : Tidak taku pada ancaman, tantangan, atau rasa sakit; berani
mengungkapkan keinginan walaupun ada lawan; berani tampil beda
walaupun tidak populer.
3. Other-directed strengths,
Other-directed strengths, yaitu sebagai sifat positif yang berujud kemampuan
menjaga hubungan interpersonal dan kemampuan untuk memperhatikan hak-
hak dan kewajiban individu dalam kehidupan komunitas (Park & Peterson,
2006b)
35
Terdapat lima indikator character strength yang menampilkan other directed
strengths yaitu,
a. Modesty ( Humility): Membiarkan prestasi yang berbicara; tidak mencari
perhatian; tidak mengganggap diri lebih spesial dari orang lain.
b. Forgiveness and mercy : Memaafkan orang lain yang berbuat salah;
memberi kesempatan pada orang lain; tidak mendendam.
c. Kindness : Melakukan kebaikan terhadap orang lain; menolong orang
lain; menjaga orang lain.
d. Fairnes : Memperlakukan setiap orang secara adil; tidak membiarkan
perasaan subjective mempengaruhi keputusan yang menyangkut orang
lain; memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang.
e. Team work (loyality) : Dapat bekerja sama dengan baik dalam satu
kelompok; setia pada kelompok; berbagi dengan kelompok
4. Temperance strengths
Temperance strengths yaitu kemampuan untuk menahan diri dan tidak
melakukan sesuatu yang dianggap berlebihan. ( Peterson & Seligman , (2004)
Terdapat lima indikator character strength yang menampilkan temperance
strengths yaitu
a. Prudence : Berhati-hati dengan keputusan yang dibuat; tidak mengambil
resiko yang tidak semestinya; tidak melakukan sesuatu yang tidak
bertanggung jawab.
b. Self-regulation : Mengatur perasaan dan tingkah laku; disiplin; mengontrol
emosi.
36
c. Preverence : Menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai; tekun
menjalankan kegiatan walaupun terdapat hambatan; fokus pada tujuan
yang ingin dicapai; senang dalam meyelesaikan tugas
d. Open-mindedness : Berpikir dari segala sudut pandang; berhati-hati dalam
mengambil kesimpulan; mempertimbangkan semua bukti/kemungkinan
dengan adil; mampu mengubah pikiran pada bukti yang nyata.
e. Honesty ( Integrity): Menyampaikan kebenaran yang menampilkan diri
sendiri apa adanya; bertanggung jawab terhadap perasaan dan tingkah laku
5. Transcendence strengths
Transcendence strengths merupakan character strength terakhir yang
dikemukakan oleh Peterson dan Seligman (2004), character strengths ini
berkaitan dengan kemampuan menjalin hubungan dengan kekuatan semesta
yang lebih luas dalam memaknai kehidupan individu tersebut.
Terdapat lima indikator character strength yang menggambarkana
transcendence, yaitu
a. Religiousness ( Spirituality) : Memiliki keyakinan yang koheren tentang
kehendak yang lebih tinggi dan makna dari alam semesta; memiliki
keyakinan mengenai makna kehidupan yang membentuk tingkah laku dan
memberikan kenyamanan.
b. Zest ( vitality, enthusiasm) : penuh suka cita; melakukan sesuatu hingga
selesai, menjalani hidup seolah sedang berpetualang; penuh
semangat/aktif
37
c. Gratitude : Menyadari dan berterima kasih atas hal-hal baik yang terjadi;
menyediakan waktu untuk mengekspresikan rasa bersyukur.
d. Love : Menghargai hubungan dengan orang lain; saling berbagi dan
memperhatikan; dekat dengan orang lain.
e. Hope ( Optimisme ) : Mengharapkan yang terbaik untuk masa depan dan
berusaha mewujudkannya; meyakini bahwa nasib bisa berubah dan masa
depan yang baik bisa dicapai.
6. Metacognitive strengths
Metacognitive strengths sebagai proses dimana seseorang berpikir tentang
berpikir dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan masalah
sebagai dasar dalam memutuskan masalah. Flavell, (1979); O’Neil dan
Brown, 1997; Terdapat 2 indikator character strength yang menggambarkan
metacognitive strength yaitu
a. Strategy : Memiliki gaya belajar yang efisien dan efektif; mengetahui
kelemahan diri dan mampu mengatasi,.
b. Goal : Menyusun aktivitas untuk mencapai tujuan; mengetahui tujuan
yang hendak dicapai;
Pengetahuan metakognitif memiliki banyak kesamaan dengan pengetahuan
kognitif. Terdapat beberapa kekuatan yang menggambarkan metacognitive
strength diantaranya, target dan strategi, ( Flavell, 1979; O’Neil dan Brown,
1997; dalam Lee dan Baylor, 2006)
Siswa yang memiliki kesadaran metakognitif yang tinggi memiliki
karakteristik belajar yang efisien, gaya belajar yang membantu pelajar
38
menggunakan sumber-sumber ilmu disekitarnya, dan mengerti dalam mengakses
ketrampilan yang dibutuhkan, selanjutnya mampu untuk memilih informasi yang
diperlukan, dan menyusun strategi dalam menyelesaikan masalah (Reid, 2005
dalam Rayner, 2011). Metakognisi dalam dunia pendidikan akhir ini telah cukup
luas digunakan, terutama yang berkaitan dengan usaha mengoptimalkan
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah (Gartman dan Freiberg, 1993), atau
mengoptimalkan hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa (Gama, 2004 dalam
Lee & Baylor, 2006). Aktivitas kognitif seseorang seperti perencanaan,
monitoring, dan evaluasi merupakan metakognisi secara alami (Livingston, 1997;
Schneider, 2008). Dengan demikian upaya-upaya melibatkan proses metakognisi
dalam menyelesaikan masalah, sebagai dasar pengambilan keputusan sangat
perlu dilakukan siswa
Pada penelitian ini, dimensi yang mempengaruhi character strengths
siswa diantaranya adalah kecenderungan intellectual strength, leadership
strength, other direct strength, temperance strength, trancendence strength dan
metacognitive strength, yang menjadi kekuatan bagi siswa dalam menyusun
strategi aktivitas perilaku explorasi karir.
2.2.3. Pengukuran ( Character Strengths)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran character
strengths, diantaranya adalah :
39
a. Value in Action Inventory of Strength ( VIA-IS )
Value in Action Inventory of Strength ( VIA-IS ) dikembangkan oleh Peterson
dan Seligman (2004) sebagai alat ukur untuk karakter baik pada orang
dewasa dalam enam virtue yang bersifat universal dan dikembangkan dalam
24 character strength yakni virtue (1) Wisdom and knowledge ( Creativity,
Curiosity, Open-mindedness, Love of learning, Perspective) (2) Courage
(Bravery, Perseverance, Honesty, Zest) (3) Humanity ( Love, Kindness,
Social intelligence) (4) Justice (Teamwork, Fairness, Leadership) (5)
Temperance (Forgiveness, Modesty, Prudence, Self-regulation. (6)
Transcendence ( Appreciation of beauty and excellence, Gratitude Hope
Humor, Religiousness). VIA-IS ada 96 item untuk mengukur klasifikasi
karakter baik.
b. Values in Action Inventory Strenght of Youth (VIA-Youth)
Values in Action Inventory Strenght of Youth (VIA-Youth) dikembangkan
oleh Park dan Peterson 2006b, Ruch at.al 2013 menulis sebuah analog
instrumen untuk menilai beberapa karakter baik yang ada pada usia remaja
dalam lima virtue dan dikembangkan dalam 24 character strentghs yaitu (1)
intellectual strengths (i.e., curiosity, love of learning, appreciation of beauty
and excellence, and creativity); (2)leadership strengths
(i.e.,leadership,humor,perspective, social intelligence, and bravery); (3)
other-directed strengths (i.e.,modesty, forgiveness, kindness, fairness, and
teamwork); (4) temperance strengths (i.e., prudence, self-regulation,
40
perseverance, open-mindedness, and honesty); and (5) transcendence
strengths (i.e., religiousness, zest, gratitude, love, and hope)
Penelitian ini menggunakan alat ukur Values in Action Inventory Strenght
of Youth (VIA-Youth) yang diadaptasi dan dikembangkan lagi untuk mengukur
kekuatan metacognitive Flavel, 1979 pada remaja dalam menyusun strategi dan
target yang hendak dicapai, sehingga dalam alat ukur ini dimensi yang diukur
adalah VIA - Youth yaitu (1) Intellectual strengths (2). Leadership strengths (3)
Other-directed strengths (4) Temperance strengths (5) Transcendence strengths
dan (6) Metacognitive strengths. Alat ukur ini berbentuk self report dimana siswa
mempersepsikan dirinya sendiri sesuai dengan Character Strengths dirinya.
dengan menggunakan skala Likert
2.3. Dukungan Sosial Keluarga.
2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga
Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau
pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang memberi arti bagi diri
individu seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Dukungan
sosial berupa informasi yang mengakibatkan seseorang atau individu merasa
yakin bahwa ia dicintai dan diperhatikan, dihargai dan merupakan bagian dari
jaringan komunikasi dan kemajuan
Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah
kenyamanan secara fisik & psikologis yang diberikan oleh teman atau anggota
keluarga. Menurut Taylor (2006) dukungan sosial merupakan bentuk pemberian
41
imformasi serta merasa dirinya dicintai dan diperhatikan, dihormati dan dihargai,
serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik bagi
orang tua, kekasih, kerabat, teman jaringan lingkungan sosial serta lingkungan
masyarakat. Hal senada juga didefinisikan Gottlieb (1983), dalam Merz (2009)
bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi verbal maupun non verbal atau
nasehat, bantuan yang nyata atau terlihat, atau tingkah laku yang diberikan oleh
orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya dan hal-hal
yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Salah satu bentuk dari dukungan sosial adalah dukungan sosial
keluarga, yaitu dukungan sosial yang bersumber dari keluarga.
Keluarga adalah orang- orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai
sumber dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan
dukungannya ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial,
mempunyai fungsi- fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama bagi
individu, seperti membangkitkan perasaan memiliki antara sesama anggota
keluarga, memastikan keamanan dan perhatian yang berkelanjutan sehingga
memberikan rasa aman bagi anggota- anggotanya.
Menurut Argyle (dalam Veiel & Baumann,1992), bila individu
dihadapkan pada suatu stresor maka hubungan kekerabatan yang muncul karena
adanya sistem keluarga dapat menghambat, mengurangi, bahkan mencegah
timbulnya efek negatif stresor, kekuatan ikatan dalam keluarga dapat
menimbulkan efek buffering (penangkal) terhadap dampak stresor. Munculnya
efek penangkal ini dimungkinkan karena keluarga selalu siap dan bersedia untuk
42
membantu individu setiap saat ketika dibutuhkan serta hubungan antar anggota
keluarga memunculkan perasaan dicintai dan mencintai. Intinya adalah bahwa
anggota keluarga merupakan orang- orang yang penting dalam memberikan
dukungan instrumental, emosional dan kebersamaan menghadapi berbagai
peristiwa menekan dalam kehidupan.
Dukungan sosial terutama dukungan keluarga berperan penting dalam
memelihara keadaan psikologi individu yang mengalami tekanan selama proses
belajar. Dukungan keluarga akan meningkatkan, kesejahteraan psikologis dengan
perhatian dan pengertian dari keluarga akan menimbulkan perasaan nyaman, rasa
memiliki, kondisi ini meningkatkan rasa percaya diri yang memberikan pengaruh
positif mengenai diri sendiri. Hurlock (1980) menjelaskan bahwa keluarga terdiri
orang-orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber dukungan dan
senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya ketika individu
membutuhkan. Penelitian ini lebih menekankan pada dukungan sosial yang
bersumber dari keluarga
Dari penjelasan di atas dukungan sosial keluarga adalah dukungan dari
orang- orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber dukungan utama
dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan ketika individu
membutuhkannya seperti kedekatan emosional, adanya pengakuan,
ketergantungan yang dapat diandalkan, bimbingan, pengasuhan yang
membangkitkan persaan memiliki antara sesama anggota keluarga, bersifat
berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi anggota- anggotanya.
43
2.3.2. Dimensi Dukungan Sosial Keluarga
Weiss Cutrona et.al (1984), mengemukakan dua kategori dari konsep
dukungan sosial secara luas yaitu kategori: bantuan terkait dan bantuan non
terkait. Bantuan terkait merupakan fungsi langsung yang relevan dengan
pemecahan masalah dalam konteks stres: guidance atau bimbingan (saran atau
informasi), sedangkan bantuan non terkait merupakan jaminan bahwa ada orang
lain dapat diandalkan untuk memberikan bantuan nyata : reliable alliance atau
ketergantunga dapat diandalkan. Menurut Weiss, guidance atau bimbingan paling
sering diperoleh dari guru, mentor, atau tokoh-tokoh, sedangkan reliable alliance
yang paling sering diberikan oleh anggota keluarga. Weiss Cutrona et.al (1984)
menyatakan ada 6 dimensi dukungan sosial yang disebut sebagai ―The social
provision scale‖ ,dimana masing- masing dimensi dapat berdiri sendiri- sendiri,
namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun dimensi tersebut adalah :
1. Emotional Attachment ( kedekatan emosional)
Merupakan perasaan akan kedekatan emosional dan dan rasa aman. Jenis
dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh
kerekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima.
Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah
diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga atau teman dekat atau
sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis.
2. Social integrasion (Integrasi sosial)
Merupakan perasaan menjadi bagian dari keluarga, tempat seseorang berada
dan tempat saling berbagi minat dan aktivitas. Jenis dukungan sosial semacam
44
ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan memiliki suatu
keluarga yang memungkinkanya untuk membagi minat, perhatian serta
melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif atau secara bersamaan. Sumber
dukungan semacam ini memungkinkan mendapat rasa aman, nyaman serta
memiliki dan dimilki dalam kelompok.
3. Re-assurance of Worth (Adanya pengakuan)
Meliputi pengakuan akan kompetensi dan kemampuan seseorang dalam
keluarga. Pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapat pengakuan
atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain
atau lembaga. Sumber dukungan semacam ini dapat berasal dari keluarga atau
lembaga atau instansi atau perusahaan atau organisasi dimana seseorang
bekerja.
4. Reliable alliance ( Ketergantungan yang dapat diandalkan)
Meliputi kepastian atau jaminan bahwa seseorang dapat mengharapkan
keluarga untuk membantu semua keadaan. Dalam dukungan sosial jenis ini,
seseorang akan mendapatkan dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada
orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika sseorang membutuhkan
bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini pada umunya berasal dari
keluarga.
5. Guidance (Bimbingan)
Dukungan sosial jenis ini adalah adanya hubungan kerja ataupun hubungan
sosial yang dapat memungkinkan seseorang mendapat informasi, saran, atau
nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mangatasi
45
permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru,
alim ulama, pamong dalam masyarakat, dan juga figur yang dituakan dalam
keluarga.
6. Opportunity for Nurturance (Kesempatan untuk mengasuh)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan yang
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan
seseorang untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya
untuk memperoleh kesejahteraan. Sumber dukungan sosial ini adalah
keturunan (anak- anaknya) dan pasangan hidup.
2.3.3. Pengukuran Dukungan Sosial Keluarga
Dalam mengukur social support, terdapat beberapa instrument (alat ukur) yang
dapat dipergunakan secara umum. Setiap bentuk pengukurannya memiliki
keunikan yang berbeda-beda. Adapun instrument (alat ukur) penelitian yang dapat
dipergunakan untuk mengukur social support secara umum, diantaranya adalah:
a. ―Social Provisions Scale‖(SPS)
Daniel R & Carolyne C, (1984) mengembangkan ―Social Provisions Scale‖
untuk mengukur ketersediaan dukungan yang diperoleh dari hubungan
individu dengan orang lain. Terdapat enam aspek di dalamnya, yaitu: (1)
Attachment (kedekatan emosiona). (2) Social integration (integrasi social). (3)
Re-assurance or worth (adanya pengakuan). (4) Reliable alliance
(ketergantungan yang dapat diandalkan). (5) Guidance (bimbingan). (6)
Opportunity for nurturance (kesempatan untuk mengasuh). SPS terdiri dari 24
item
46
b. Perceieved Social Support Scale (PSSS)
Perceieved Social Support Scale dikembangkan oleh Procidano dan Heller,
(1983) yang mengukur dua bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosional
dan informasi melalui dua faktor yang berkaitan dengan sumber social support
yang dirasakan yaitu teman dan keluarga. PSSS terdiri dari 40 item dengan 20
item pada tiap subdimensinya akan tetapi perlu penelusuran lebih lanjut dalam
melakukan administrasi penilaian (Lopez&Cooper, 2011).
c. Child and Development Social Support Scale (CASSS)
Child and Development Social Support Scale dikembangkan oleh Rueger,
Malecki dan Demaray (2010). CASSS mengukur empat bentuk dukungan
sosial yaitu dukungan emosional, instrumental, informasi dan penghargaan
melalui empat faktor yang berkaitan dengan sumber social support. CASSS
terdiri dari 60 item dan dalam administrasi penilaiannya dibutuhkan
penelusuran lebih lanjut (Demaray, Malecki, Jenkins & Cunningham, dalam
Doll, Pfohl & Yoon, 2010).
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan SPS sebagai alat ukur
penelitian, karena SPS merupakan alat ukur yang dirancang untuk mengukur
bentuk dukungan sosial melalui dimensi-dimensi yang berkaitan dengan
ketersediaan dukungan yang diperoleh dari hubungan individu dengan orang lain.
2.4. Kerangka Berpikir
Setiap individu mempunyai cita-cita untuk kehidupan masa depannya. Hal ini
merupakan manifestasi sifat manusia yang selalu mengharapkan kehidupan karir
yang lebih baik atau mendapatkan bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat,
47
dan kemampuan. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut tidak hanya dengan
menyusun perencanaan saja tetapi harus bersamaan dengan proses eksplorasi
untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam mencapai cita-
cita harapan masa depan.
Eksplorasi karir adalah kegiatan pengumpulan informasi yang relevan
untuk kemajuan karir. (Jordann, 1963; Stumpf et al., 1983 dalam Zikic 2009).
Sedangkan tujuan eksplorasi karir adalah mengembangkan pemahaman secara
luas terhadap diri dan lingkungan karir yang tersedia, variasi karakteristik pekerja,
relevansi mata pelajaran dengan dunia kerja, dan evaluasi diri (Studer, 2005)
sebagai upaya untuk mencari dan menguji informasi tentang karakteristik diri
yang berkaitan dengan kelemahan (weakness) dan kekuatan (strengthening) dan
menguji informasi tentang karir dan lingkungan karir yang berkaitan dengan
kesempatan (opportunities) dan ancaman (threat) dalam rangka mencapai cita-cita
masa depan. (Stumpf & Hartman, 1984 dalam Stumpf &Maura 1987).
2.4.1 Pengaruh (Character Strenghts) terhadap Eksplorasi Karir.
Pendidikan karakter adalah proses membangun watak, tabiat, moral, akhlak, atau
kepribadian. Karakter terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang
diyakini akan digunakan sebagai landasan sebagai cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak, yang mendorong individu untuk berbuat baik, karena hati
nuraninya membawa kebaikan, dan bersifat universal.
Sebagaimana kita ketahui, banyak Sumber Daya Manusia yang
mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi, tetapi tidak memberikan manfaat
48
bagi masyarakat, jika mereka tidak memiliki sifat-sifat universal yang positif.
Berbagai kasus yang tidak sejalan dengan etika, moralitas, dan sopan santun,
demikian marak dalam masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi, perilaku itu tidak
sedikit dilakukan oleh orang-orang yang terdidik. Ini menujukan bahwa proses
pendidikan kita kurang berhasil dalam pembentukan watak (karakter) yang baik.
Peterson dan Seligman (2004) berpendapat bahwa character strengths atau
kekuatan karakter sebagai sifat positif yang melekat pada setiap individu akan
memungkinkan mereka untuk mendapatkan '' kehidupan yang baik ''. Secara
psikologis mereka akan mendapatkan kepuasan, karena kekuatan karakter akan
mengembangkan kemampuan mereka seutuhnya
Proses career exploration yang dilandasi dengan nilai-nilai moral positif
akan memberikan peranan penting dalam kehidupan masa depan seorang,
dimana individu dapat mengaktifkan dan menggerakkan semua nilai-nilai positif
dan kompetensi diri yang dimiliki secara maksimal untuk diimplementasikan
dalam mempertahankan kehidupan sehari-hari dan direfleksikan melalui pikiran,
perasaan serta perilaku.
Penelitian Weber dan Ruch, (2013) mengidentifikasi bahwa character
strengths cenderung memberikan hubungan yang positif antara kekuatan
karakter terhadap perilaku di kelas yang pada akhirnya, sebagai prediktif
keberhasilan anak-anak di sekolah. Kekuatan karakter ini memberikan
relevansi dalam membuat keputusan karir secara keseluruhan, dan beberapa
peneliti menyatakan bahwa kekuatan karakter memberikan peranan penting
49
dalam periode selama masa sekolah dan kemudian dari sekolah ke dunia
pekerjaan (Park & Peterson, 2006). Character Strengths atau kekuatan karakter
juga dikaitkan dengan perilaku kerja yang positif, fokus pada kekuatan karyawan,
dan dapat memfasilitasi kesempatan kerja, Proyer, Nicole, Marco & Ruch, (2012)
Penelitian Senowarsito, ( 2011) menunjukan bahwa program pendidikan
yang ditujukan untuk membangun karakter telah menghasilkan pengaruh yang
besar terhadap, menurunnya perilaku kejahatan, perilaku self-distructive
meningkatkan perilaku sosial yang baik, meningkatkan kemampuan untuk
merencanakan ke depan dan memilih solusi yang efektif terhadap suatu masalah,
juga memperbaiki self-image, kesadaran diri, kemampuan menyesuaikan diri
dalam lingkungan dan mengontrol emosi, peningkatan pemerolehan pengetahuan,
perbaikan perilaku di kelas, mampu mengendalikan diri dan mengatasi masalah
interpersonal dan mengatasi kegamangan, mampu mencari pemecahan masalah.
Kekuatan karakter juga berkaitan dengan popularitas mahasiswa, karena dorongan
character strengths tidak hanya membuat siswa lebih bahagia, lebih sehat, dan
lebih terhubung secara sosial, tetapi juga membantu mereka mencapai nilai yang
lebih baik dalam bekerja kelak (Park, Peterson, & Seligman, 2006)
Meskipun ada perbedaan dari ciri-ciri kepribadian berdasarkan nilai-nilai
moral dan budaya masyarakat setempat. Namun character strenghts dianggap
menonjolkan kualitas-kualitas yang terbaik pada individu dan mencerminkan
potensi masyarakat untuk mencapai kesejahteraan pribadi dan berkontribusi
terhadap lingkungan kerja dan lingkungan di sekitar mereka (Peterson &
Seligman, 2004). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dukungan character
50
strengts dari individu telah dikaitkan dengan kesejahteraan (Steger, Hicks,
Kashdan, Krueger, & Bouchard, 2007). Lebih khusus, character strengths yang
disebut kekuatan optimis ( harapan, antusiasme) dan kekeuatan interaksi sosial
(cinta altruistik dan syukur) sangat terkait dengan kesejahteraan (Park & Peterson,
2008; Park, Peterson, & Seligman, 2004). Selain itu, keseluruhan character
strengts berhubungan positif dengan kepuasan masa lalu (Peterson & Seligman,
2004) dan optimisme tentang masa depan (Duckworth, Steen, & Seligman, 2005)
dalam Hadasah (2010)
Peterson dan Seligman 2004, Park dan Peterson 2006, Flavell 1979,
menyebutkan bahwa perlu diperhatikan kekuatan karakter (character strengths)
baik pada remaja meliputi (1) Intellectual strengths (2). Leadership strengths (3)
Other-directed strengths (4) Temperance strengths (5) Transcendence strengths
dan (6) Metacognitive strengths. Pembentukan karakter yang mengembangkan
enam nilai-nilai kebajikan dan kekuatan akan mengajarkan kebiasaan cara berpikir
dan bertindak serta menyusun strategi yang akan membantu individu dalam
kehidupan, pekerjaan, sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, bernegara
serta akan membantu dalam membuat keputusan yang dapat lebih dipertanggung
jawabkan.
Dari penjelasan ini dapat dicermati bahwa pendidikan karakter adalah
usaha membangun perilaku eksplorasi diri, untuk pemilihan pendidikan
selanjutnya yang akan berdampak pada karir masa depan serta kepuasan hidup.
Untuk mencapai cita-cita harapan masa depan, tidak cukup hanya membangun
51
kecerdasan intelektual saja , tetapi harus paralel dengan membangun karakter diri
dalam perilaku eksplorasi diri dalam menghadapi kecakapan hidup.
2.4.2. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga terhadap Eksplorasi Karir
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting bagi individu untuk bersosialisasi
dalam masyarakat karena keluarga adalah tempat yang pertama kali dikenal
individu.
Dukungan keluarga adalah salah satu dari sumber dukungan sosial yang
diterima oleh remaja selain dari lingkungan sekolah dan teman sebaya. Oleh
karena itu dukungan keluarga sangat penting bagi individu dalam menjalani
kehidupannya. Dukungan keluarga akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi
individu dalam proses belajar dan aktivitas eksplorasi, melakukan eksperimen-
eksperimen yang pada akhirnya akan meningkatkan rasa percaya diri individu
dalam menjalani tugas-tugasnya sebagai siswa menghadapi tantangan.
Menurut Ladd, LeSeuir dan Profilet (Santrock, 2003) orang tua
mempunyai peran penting dalam membantu perkembangan anak. Keluarga
khususnya orang tua memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan proses
eksplorasi karir. Keluarga atau Orang tua dengan status sosial, dan tingkat
pendidikan yang baik, akan memudah kan untuk memberikan layanan informasi,
mengenai jenis vokasion yang tepat ataupun informasi lainnya sesuai dengan
kemampuan dan minat anak. Didukung oleh penghasilan yang cukup , maka
orang tua dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak nya seperti bimbingan
belajar, bimbingan konsultasi minat dan sarana penunjang lainnya. Dukungan
keluarga seperti rasa dihargai dan pendampingan emosional menimbulkan rasa
52
nyaman bagi anak dan akan semakin memperkuat keyakinan anak untuk
melakukan eksplorasi diri dalam mencapai cita-cita nya. Khususnya siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas IX yang akan menentukan pilihan
pendidikan selanjutnya, melalui aspirasi keluarga khususnya orang tua membantu
perkembangan eksplorasi karier remaja dan keyakinan dalam pengambilan
keputusan menetapkan pilihan program pendidikan selanjutnya.
Proses eksplorasi diri dan lingkungan merupakan persiapan dalam
perencanaan masa depan. Upaya pengumpulan informasi tentang bidang
pekerjaan, mengenali potensi diri, melalui eksplorasi diri perlu dipertimbangkan
siswa kelas IX, dalam memutuskan pendidikan selanjutnya. Apakah akan
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan jurusan IPA,
IPS atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan beberapa pilihan
kenjuruan. Namun dengan keterbatasan pengalaman, pengetahuan kehidupan di
masa mendatang, diperlukan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak dalam
membangun character strengths sebagai kekuatan diri menghadapi kehidupan
ber masyarakat secara luas. maupun dalam memilih pendidikan selanjutnya yang
akan berdampak dalam kesuksesan mencapai cita-cita,
Pada kondisi ini dukungan dan pendampingan keluarga khususnya orang
tua sangat dibutuhkan, mengacu pada pendapat ( Gottlieb 1983, dalam Merz
2009) bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi verbal maupun non verbal,
nasehat, bantuan yang nyata atau tindakan yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat
53
Character Strengths
1. Intellectual strengths
2. Leadership strengths
3. Other-directed strengths
4. Temperance strengths
5.Transcendence strengths
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya.
Apabila siswa tidak tepat dalam memilih akan berdampak dalam
kesuksesan mencapai cita-cita, untuk itu dukungan keluarga terutama orang tua
dibutuhkan dalam mengantisipasi penjaringan bakat minat pada siswa kelas IX
sebelum menentukan pilihan sekolah selanjutnya. Dari penjelasan di atas maka
kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Support Social
1. Attachment
6. Metacognitif
Eksplorasi
Karir
2. Social integration
3. Re-assurance of worth
4. Relliable alliance
5. Guidance
6. Opportunity for nurturance
54
2.5. Hipotesis Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian teori dan kerangka
berfikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
Hipotesis
- Ha : Ada pengaruh character strengths dan dukungan orang tua secara
bersama-sama terhadap perilaku Eksplorasi karir pada Siswa Kelas IX
- Ha1 : Ada pengaruh intellectual strengths terhadap perilaku Eksplorasi karir
pada Siswa Kelas IX.
- Ha2 : Ada pengaruh leadership strengths terhadap perilaku Eksplorasi karir
pada Siswa Kelas IX
- Ha3 : Ada pengaruh other-directed strengths terhadap perilaku Eksplorasi
karir pada Siswa Kelas IX
- Ha4 : Ada pengaruh temperance strengths terhadap perilaku Eksplorasi karir
pada Siswa Kelas IX
- Ha5 : Ada pengaruh trancendence strengths terhadap perilaku Eksplorasi
karir pada Siswa Kelas IX
- Ha6 : Ada pengaruh metacognitive terhadap perilaku Eksplorasi karir pada
Siswa Kelas IX
- Ha7 : Ada pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap perilaku Eksplorasi
karir pada Siswa Kelas
55
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi
operasional variabel, instrumen pengumpulan data, prosuder penelitian, uji
validitas instrumen, dan metode analisis data.
3.1. Populasi dan Sampel
3.1.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas IX pada Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 41 Ragunan dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 153 Kebayoran Lama di Jakarta Selatan sebesar 505 responden
3.1.2. Sampel
Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik accidental
sampling, yakni melibatkan seluruh siswa kelas IX yang hadir pada saat
pelaksanaan pengambilan sample, dan bersedia dijadikan sample penelitian.
Sample penelitian yang telah ditentukan adalah siswa kelas IX yang terdiri dari
tujuh kelas IX pada SMP Negeri 41 dan sembilan kelas pada SMP Negeri 153 di
Jakarta Selatan. Adapun kriteria sampel yang harus dipenuhi adalah siswa berada
dikelas IX pada sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), dan bersedia menjadi
responden penelitian.
Peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 231 buah angket di SMP 41
kembali dalam jumlah yang sama, dan diikutsertakan dalam analisis data.
Sedangkan pada SMP 153 peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 274 buah,
dan kembali dalam jumlah yang sama, tetapi 8 buah kuesioner tidak dapat diolah
56
karena tidak lengkap dalam pengisian jawaban sehingga hanya sebanyak 266 buah
kuesioner yang dapat dianalisa datanya. Dengan demikian dari 505 kuesioner
yang disebarkan 497 yang dapat diolah dan diikutsertakan dalam analisis data.
3.2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel terikat
(dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat
adalah eksplorasi karir, sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah character
strengths, dan dukungan sosial keluarga.
3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Eksplorasi karir adalah kemampuan evaluasi diri, yang berkaitan dengan
aktivitas penjelajahan, pegumpulan informasi yang relevan untuk kemajuan
karir yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang diri, berkaitan
dengan minat, kelemahan dan kekuatan diri, lingkungan karirnya,
kemungkinan karir dan pengetahuan dalam pengambilan keputusan, serta
mengatur langkah-langkah sebagai dasar menentukan bidang studi
selanjutnya (Super, 1990, Taveira & Moreno 2003, Greenhaus & Callanan
2006)
2. Character strengths yaitu kemampuan evaluasi diri dengan sifat positif yang
merupakan karakter utama secara universal dimiliki individu dan
direfleksikan melalui pikiran, perasaan serta tindakannya. Yang terdiri dari (1)
Intellectual strengths (2) leadership strengths (3) Other-directed strengths (4)
Temperance strengths (5) transcendence strengths, (6) Metacognitive
57
strengths (Peterson dan Seligman 2004, Park dan Peterson 2006b; dalam
Ruch at.al. 2013, Flavell 1979).
3. Dukungan sosial keluarga yaitu dukungan dari orang- orang terdekat yang
mempunyai potensi sebagai sumber dukungan utama dan senantiasa bersedia
untuk memberikan bantuan dan dukungannya ketika individu
membutuhkannya seperti kedekatan emosional, adanya pengakuan,
ketergantungan yang dapat diandalkan, bimbingan, pengasuhan
membangkitkan persaan memiliki antara sesama anggota keluarga, yang
berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi anggota- anggotanya. (Weiss
Cutrona, 1984)
3.3. Instrumen pengumpulan data
Dalam penelitian ini akan digunakan lima macam instrumen pengumpulan data,
yaitu lembar identitas responden, pertanyaan terbuka dalam penyusunan langkah-
langkah dalam mencapai cita-cita, skala eksplorasi karir, skala Character
Strengths, skala social support ( dukungan sosial keluarga) . Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
3.3.1. Karakteristik responden.
Lembar karakteristik responden ini berisi (1) data pribadi siswa, pilihan program
pendidikan selanjutnya dan data pendidikan serta pekerjaan orang tua. Keterangan
yang didapatkan dari instrumen ini akan menjadi data karakteristik sampel
penelitian. (2) Pertanyaan terbuka untuk mengetahui, mata pelajaran yang
disenangi, tidak disenangi serta langkah-langkah yang akan dilalui siswa dalam
mencapai harapan yang diinginkan
58
3.3.2. Skala eksplorasi Karir.
Alat ukur Eksplorasi karir menggunakan Career Exploration Checklist (Pesch,
2014) yang telah diadaptasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa. Instrument ini
terdiri dari 15 item. Adapun blueprint dari skala Eksplorasi karir yang digunakan
dapat dilihat pada tabel 3.2.
Skala ini terdiri dari pernyataan self report yaitu pernyataan-pernyataan yang
menempatkan individu pada situasi yang menggambarkan dirinya pada saat
menysusun langkah-langkah dalam merencanakan dan memutuskan program
pendidikan selanjutnya , pengukurannya dengan menggunakan skala Likert lima
poin dari sangat tidak sesuai sampai sangat sesuai. Penilaiannya dengan memilih
salah satu dari lima alternatif jawaban, berikut pedoman penilaiannya terlihat pada
tabel 3.1 berikut ;
Tabel 3.1
Skor Item Skala Career Eploration
Pilihan jawaban Skor jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat tidak seusuai 5 1
Tidak sesuai 4 2
Cukupsesuai 3 3
Sesuai 2 4
Sangat sesuai 1 5
59
Tabel 3.2
Blueprint Skala Career Eksploration
No
Indikator
Nomor Item
Jumlah Dimensi Favora
ble
Unfav
orable
1. Informasi -Mencari informasi karir
dari berbagai sumber
-Mengumpulkan cukup
banyak informasi tentang
karir/pilihan jurusan
1,13
4, 7, 10
2
3
2 Perencanaan -Membicarakan karir
dengan orang dewasa.
-Berpartisipasi dalam
kegiatan ekstrakurikuler
-Dapat merencanakan apa
yang harus dilakukan
setelah tamat sekolah.
-Mengetahui cara dalam
memasuki dunia kerja
-Memiliki pengetahuan
tentang potensi diri
2,
5
11
14
8
1
1
1
1
1
3 Mengambil
keputusan
-Menambah pengetahuan
tentang keputusan karir
-Memiliki pemahaman
yang baik tentang
kekuatan dan kelemahan
diri berhubungan dengan
pilihan karir
-Mampu melihat faktor
yang akan mendukung
atau menghambat karir
12
3, 6
9
15 2
2
1
total 15
60
3.3.3. Skala Character Strengths
Alat ukur character strengths, menggunakan Values in Action Inventory Strenght
of Youth (VIA-Youth) yang telah diadaptasi dan dikembang kan (Peterson dan
Seligman 2004, Park dan Peterson 2006, Flavell 1979). terdiri dari(1)
Intellectual strengths (2). Leadership strengths (3) Other-directed strengths (4)
Temperance strengths dan (5) Transcendence strengths dan (6) Metacognitive
strengths). Instrument ini terdiri dari 37 item. Adapun blueprint dari skala
character strengths yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.4
Skala ini terdiri dari pernyataan self report yaitu pernyataan-pernyataan
yang menempatkan individu pada situasi yang menggambarkan dirinya,
pengukurannya dengan menggunakan skala Likert lima poin dari sangat tidak
sesuai sampai sangat sesuai. Penilaiannya dengan memilih salah satu dari lima
alternatif jawaban, berikut pedoman penilaiannya seperti tabel 3.3 .
Tabel 3.3
Skor Item Skala Character Strengths
Pilihan jawaban Skor jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai 1 5
Tidak Sesuai 2 4
Cukup Sesuai 3 3
Sesuai 4 2
Sangat Sesuai 5 1
61
Tabel 3.4
Blueprint Values in Action Inventory of Youth (VIA- Youth).
No
Dimensi
Nomor Item
Jumlah Indikator Favor Un
favor
1. Intelectual
strengths - curiosity,
- love of
learning,
- appreciation of
beauty and
excellence
- creativity.
38, 39
52, 53.
36
55.
6
2. Leadership
Stregths - leadership,
- humor,
- perspective,
- social
intelligence,
- bravery
34
59
40
42, 43
49
6
3. Other –
directed
Strengths
- modesty
- forgiveness,
- kindness,
- fairnes,
- team work .
45,
58
48, 60
47
35
6
4. Temprance
Strengths - prudence,
- self-regulation,
- preverence,
- open
mindedness,
- honesty
61
50,57,
46
56
54
6
5 Transcendent
Strengths
- religiousness ,
- zest ,
- gratitude,
- love ,
- hope
51
44
63
37
41
62
6
6. Metakognitif - goals
- strategic
64,66,68
65,67,69,
70
7
Total 37
62
3.3.4. Skala dukungan sosial keluarga
Pengukuran social support dalam penelitian ini dengan mengadaptasi ―Social
Provisions Scale‖ yang dikembangkan oleh Daniel R & Carolyne C, (1984)
untuk mengukur ketersediaan dukungan yang diperoleh dari hubungan individu
dengan orang lain. Terdapat enam aspek di dalamnya, yaitu: (1) Attachment (kasih
sayang atau kelekatan). (2) Social integration (integrasi social). (3) Re-assurance
or worth (penghargaan atau pengakuan). (4) Reliable alliance (ikatan atau
hubungan yang dapat diandalkan). (5) Guidance (bimbingan). (6) Opportunity for
nurturance (kemungkinan dibantu).terdiri dari 18 item menggunakan skala Likert
lima poin dari sangat sesuai sampai sangat tidak sesuai. Adapun blueprint nya
dapat dilihat pada tabel 3.6
Skala ini terdiri dari pernyataan self report yaitu pernyataan-pernyataan
yang menempatkan individu pada situasi yang menggambarkan dirinya,
pengukurannya dengan menggunakan skala Likert lima poin dari sangat sesuai
sampai sangat tidak sesuai. Penilaiannya dengan memilih salah satu dari dari lima
alternatif jawaban, pedoman penilaiannya pada tabel 3.5.
Tabel 3.5
Skor Social Provision Scale (SPS)
Pilihan jawaban Skor jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai 1 5
Tidak Sesuai 2 4
Cukup Sesuai 3 3
Sesuai 4 2
Sangat Sesuai 5 1
63
Tabel 3.6.
Blueprint Skala Social Provisions Scale ( SPS)
No
Dimensi
Nomor Item
Jumlah Indikator Favorable Unfavr
1 Attachment Merasakan kedekatan
emosional dan rasa
aman dengan orang
lain
23, 27 30 3
2 Social
Integration
Mempunyai
kesempatan untuk
berbagi minat dan
kesenangan serta
mempunyai
kesempatan untuk
melakukan aktivitas
19, 21 31 3
3 Reassurance Mendapatkan
persetujuan terhadap
ide dan pendapat
25, 29 22 3
4 Reliable
Alliance
Mendapatkan
kesempatan untuk
berbagi cerita suka
dan duka dengan
orang lain
16, 32 28 3
5 Guidance Mendapatkan nasehat
/ saran dari orang lain
24, 26 17 3
6 Opportunity
for
Nurturance
Pemenuhan
kebutuhan sehari-
hari
18, 20 33 3
Total 18
3.4. Prosedur Penelitian
Secara garis besar prosedur penelitian yang akan dilakukan antara lain:
3.4.1. Tahap Persiapan
a. Perumusan masalah yang akan diteliti.
b. Menentukan variabel yang akan diteliti.
64
c. Melakukan tinjauan kepustakaan untuk mendapatkan landasan teori yang
tepat mengenai variabel penelitian.
d. Menentukan subjek penelitian.
e. Mempersiapkan alat pengumpulan data dengan menggunakan dan menyusun
alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.
f. Mempersiapkan segala hal yang menyangkut perizinan penelitian.
3.4.2. Tahap Uji Coba Alat Ukur (tryout)
a. Melakukan uji coba (tryout) untuk mengetahui keterbacaan item yang
peneliti adaptasi dari skala baku. Kegiatan atau keterbacaan ini diberikan
kepada siswa di salah satu bimbel dengan tingkat pendidikan yang sama
dengan sample penelitian yakni kelas IX. .
b. Mendapatkan feedback (umpan balik) yang diperlukan dalam memperbaiki
alat ukur sebelum dijadikan alat ukur siap pakai.
c. Mengkoreksi atau memperbaiki item dalam penulisan dan pemahaman
bahasa, agar apa yang peneliti ingin ketahui dapat dipahami responden
d. Menyusun kembali item-item yang telah direvisi untuk dijadikan alat ukur
yang siap pakai dalam penelitian ini.
3.4.3. Tahap Pelaksanaan
a. Menentukan jumlah sampel penelitian.
b. Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden
untuk mengisi angket/kuesioner dalam penelitian dan melakukan
pengambilan data.
65
c. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan skala baku yang telah
diadaptasi dan dikembangkan serta melakukan try out untuk mengetahui
keterbacaan item, kemudian peneliti melakukan field test kepada responden
pada dua sekolah yakni SMP negeri 41 dan SMP negeri 153 di Jakarta
Selatan. Responden diberikan informasi bahwa tidak ada jawaban yang
benar ataupun salah. Untuk penyebaran kuesioner pada SMP negeri 153,
peneliti mendatangi tiap kelas untuk membagikan dan menjelaskan tentang
pengisian kuesioner, selanjutnya pengawasan dibantu oleh guru. Siswa
diberikan waktu untuk mengisi kuesioner selama 45 menit. Setelah selesai
kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti. Sedangkan penyebaran
kuesioner di SMP negeri 41, peneliti menyerahkan kuesioner kepada Wakil
Kepala Sekolah yang bertanggung jawab untuk menyebarkan kuesioner,
selanjutnya kuesioner yang telah diisi siswa diambil lagi oleh peneliti pada
hari berikutnya, untuk selanjutnya dilakukan pemgolahan data dengan
menggunakan analisa statistik.
3.4.4. Tahap Pengolahan Data
a. Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.
b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh.
c. Menguji validitas konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA)
pada setiap variable baik Dependent Variable maupun Independent
Variable.
d. Menganalisis data menggunakan teknik Murtiple Regreation Analysis
e. Membuat laporan hasil, kesimpulan dan saran.
66
3.5.Uji Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini yang diuji adalah sebuah model unidimensional (satu faktor)
dan jika ternyata model ini fit dengan data maka dapat dilakukan uji hipotesis
apakah masing-masing item signifikan dalam mengukur apa yang ingin diukur.
Untuk menguji hal ini peneliti menggunakan software M Plus 7.12 (Muthen &
Muthen, 2012). Caranya terdiri tiga langkah:
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai chi-square yang
dihasilkan. Jika nilai chi-square tidak signifikan (p>0.05) berarti semua item
hanya mengukur satu faktor saja, namun, jika nilai chi-square signifikan
(p<0.05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model dengan
memperbolehkan kesalahan pengukuran pada item yang saling berkorelasi.
Jika sudah diperoleh model yang fit maka dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Dalam
menganalisisnya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor (faktor
loading) dari masing-masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai
t<1.96, maka item tersebut akan dikeluarkan karena dianggap tidak
signifikan sumbangannya terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.
b. Melihat koefisien muatan factor (factor loading), jika suatu item memiliki
faktor negatif, maka item tersebut akan dikeluarkan, namun jika item
memiliki muatan faktor positif maka item akan diikutsertakan dalam
perhitungan faktor skor. Dalam pemeriksaan matriks faktor, ada rule of
thumb yang sering digunakan.Factor loading lebih besar dari 0.3 dapat
67
dipertimbangkan memenuhi level minimal; loading sebesar 0.4
dipertimbangkan lebih penting; dan loading yang lebih besar dari 0.5
dipertimbangkan signifikan. Secara ringkas kriteria signifikansi factor
loading mengikuti pedoman sebagai berikut: semakin besar ukuran sampel,
semakin kecil loading yang dipertimbangkan signifikan; semakin banyak
jumlah variabel yang dianalisis, semakin kecil loading yang
dipertimbangkan signifikan; semakin banyak jumlah faktor, semakin besar
ukuran loading pada faktor berikutnya dipertimbangkan signifikan. Namun
dalam beberapa kejadian, khususnya penelitian dengan tujuan exploratory,
factor loading harus diintepretasikan berdasarkan teori yang digunakan,
bukan berdarkan batasan level tertentu.
c. Melihat kesalahan pengukuran item, apabila kesalahan pengukuran item
terlalu banyak berkorelasi (lebih dari tiga atau sama dengan tiga), maka
item tersebut juga akan dikeluarkan. Alasannya karena item yang demikian
selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur hal lain
(multidimensional item).Tetapi kegiatan no 3 ini, tidak peneliti lakukan,
karena jumlah item yang dianalisis pada setiap variabel sangat sedikit.Oleh
sebab itu peneliti hanya mempertimbangkan muatan faktor loading yang
positif (+) dan T.Value > 1,96, sebagai kriteria item yang dinyatakan valid
atau tidak.
3. Menghitung faktor skor. Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka
diperoleh item-item yang valid untuk mengukur apa yang ingin diukur. Item-
item yang valid tersebut akan diikut sertakan dalam mengestimasi faktor skor
68
dari masing-masing variabel. Faktor skor yang telah diperoleh kemudian
dikonversi T.score. Konversi ini dilakukan untuk menghindari nilai faktor
score yang bertanda negatif. Untuk mengkorversinya digunakan rumus
sebagai berikut:
T.score = (faktor score x 10) + 50
dimana nilai mean =50 dan standar deviasi =10, jadi dengan menggunakan
T score, nilai mean dan standar deviasi seluruh variabel disamakan.
Setelah didapat faktor skor yang diubah menjadi T.score, maka nilai baku
inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis dan regresi dan hal ini
berlaku untuk semua variabel dalam penelitian ini.
3.5.1.Uji validitas konstruk ekplorasi karir
Peneliti menguji apakah limabelas item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur ekplorasi karir. Dari hasilanalisis CFA yang dilakukan
dengan first order unidimensional, ternyata model tidak fit, dengan Chi–Square =
489,997 , df = 90 , P-value = 0,0000 , RMSEA = 0,095. Oleh karena itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi–Square = 83,029 , df = 67 , P-value = 0,0895 , RMSEA = 0,022. Nilai
Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model
dengan first order unidimensional, di mana seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu eksplorasi karir diterima, seperti gambar di bawah ini:
69
Gambar .3.1 Model fit eklporasi karir
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Seperti yang terlihat pada tabel 3.7.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t bagi
setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7.
Pada tabel 3.7 terdapat keseluruhan item pada ekplorasi karir, memiliki
nilai koefisien t > 1,96 dan memiliki loading bermuatan positif. Oleh sebab itu,
keseluruhan item akan ikut dianalisis dan dihitung true score nya.
70
Tabel 3.7
Muatan Faktor Ekplorasi Karir
Standardize
d Loading
Factor
Std. Error T-value P-value Keterang
an
Karir –1 0.55 0.04 14,33 0.00 Karir – 2 0.62 0.04 17,29 0.00 Karir – 3 0.43 0.04 9,50 0.00 Karir – 4 0.46 0.04 11,77 0.00 Karir – 5 0.44 0.04 11,99 0.00 Karir – 6 0.48 0.04 11,59 0.00 Karir – 7 0.55 0.04 15,14 0.00 Karir – 8 0.44 0.04 10,15 0.00
Karir – 9 0.56 0.04 15,34 0.00 Karir –10 0.32 0.05 6,77 0.00 Karir –11 0.60 0.03 17,54 0.00 Karir –12 0.57 0.03 16,97 0.00 Karir –13 0.72 0.03 26,16 0.00 Karir –14 0.57 0.04 16,17 0.00 Karir –15 0.32 0.05 6,57 0.00
Keterangan: tanda = signifikan (t>1,96), X = tidak signifikan.
3.5.2. Uji validitas konstruk character strength
3.5.2.1 Uji validitas konstruk intellectual strength
Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur character strength dimensi intellectual strength. Dari
hasilanalisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata model tidak
fit, dengan Chi–Square = 86,143 , df = 9 , P-value = 0,0000 , RMSEA = 0,131.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–Square = 10,719 , df = 6 , P-value
= 0,0974 , RMSEA = 0,040. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional), di mana
71
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu character strength dimensi
intellectual strength diterima, seperti gambar di bawah ini:
Gambar.3.2 Model fit intellectual strength
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Intellectual Strength
Item Koefisien faktor
loading
Std.
Error
T-
value
P-
value Keterangan
CS-36 0.37 0.06 6.51 0.00 CS-38 0.58 0.04 13.99 0.00 CS-39 0.72 0.03 22.94 0.00 CS-52 0.64 0.04 15.46 0.00 CS-53 0.70 0.04 16.13 0.00 CS-55 0.51 0.04 12.01 0.00
Keterangan: tanda = signifikan (t>1,96), X = tidak signifikan.
72
Pada tabel 3.8, enam item yang dianalisis memiliki nilai koefisien t > 1,96
dan muatan faktor loading positif. Hal ini menunjukan keseluruhan item akan ikut
dianalisis dan dihitung true score nya.
3.5.2.2 Uji validitas konstruk leadership strength
Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur character strength dimensi leadership strength.Dari
hasilanalisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata model tidak
fit, dengan Chi–Square = 84,282 , df = 9 , P-value = 0,0000 , RMSEA = 0,130.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–Square = 10,993 , df = 6 , P-value
= 0,0886 , RMSEA = 0,041. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional), di mana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu character strength dimensi
leadership strength diterima, seperti gambar di bawah ini:
Gambar . 3.3
Model fit leadership strength
73
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9.
Muatan Faktor Leadership Strength
Item Koefisien
faktor loading
Std.
Error T-value P-value Keterangan
CS-34 0.60 0.05 11.06 0.00 CS-40 0.62 0.06 10.60 0.00 CS-42 0.45 0.05 9.65 0.00 CS-43 0.25 0.05 4.68 0.00 CS-59 0.33 0.06 5.44 0.00 CS-49 0.08 0.08 1.19 0.23 X
Keterangan: tanda = signifikan (t>1,96), X = tidak signifikan.
Pada tabel 3.9 terdapat satu item character strength dimensi leadership
strength yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 dan muatan faktor loading positif
yakni item CS-49. Sehingga, untuk dimensi ini hanya lima item yang akan
dianalisis dan dihitung true score nya.
3.5.2.3. Uji validitas konstruk other directed strength
Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur character strength dimensi other directed strength. Dari
hasilanalisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata model tidak
fit, dengan Chi–Square = 57,669 , df = 9 , P-value = 0,0000 , RMSEA = 0,104.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
74
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–Square = 10,569 , df = 8 , P-value
= 0,2273 , RMSEA = 0,025. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional), di mana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu character strength dimensi other
directed strength diterima, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3.4 Model fit other directed strength
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10. ada enam item
memiliki nilai koefisien t > 1,96 dengan muatan faktor loading positif. Oleh sebab
itu, keseluruhan item akan dianalisis dan dihitung true score nya.
75
Tabel 3.10.
Muatan Faktor Other Directed Strength
Item Koefisien
faktor loading
Std.
Error
T-
value
P-
value Keterangan
CS-45 0.25 0.05 5.17 0.00 CS-47 0.44 0.04 10.27 0.00 CS-48 0.59 0.04 14.17 0.00 CS-58 0.51 0.04 12.62 0.00 CS-60 0.82 0.05 17.55 0.00 CS-35 0.20 0.05 4.32 0.00
Keterangan: tanda = signifikan (t>1,96), X = tidak signifikan.
3.5.2.4. Uji validitas konstruk temperance strength
Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur character strength dimensi temperance strength. Dari
hasilanalisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata model tidak
fit, dengan Chi–Square = 50,649 , df = 9 , P-value = 0,0000 , RMSEA = 0,096.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–Square = 6,965 , df = 7, P-value =
0,4325 , RMSEA = 0,048. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional), di mana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu character strength dimensi
temperance strength diterima, seperti gambar di bawah ini:
76
Gambar 3.5 Model fit temperance strength
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11
Pada tabel 3.11 item pertama hingga terakhir memiliki nilai koefisien t >
1,96 dan muatan faktor loading positif. Untuk itu, dari enam item skala character
strength dimensi temperance strength, akan dianalisis dan dihitung true score.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Temperance Strength
Item Koefisien
faktor loading
Std.
Error T-value P-value Keterangan
CS-46 0.57 0.05 11.71 0.00 CS-50 0.58 0.04 13.84 0.00 CS-54 0.61 0.04 14.56 0.00 CS-56 0.48 0.05 9.87 0.00 CS-57 0.34 0.05 7.16 0.00 CS-61 0.45 0.05 8.62 0.00
Keterangan: tanda = signifikan (t>1,96), X = tidak signifikan.
77
3.5.2.5. Uji validitas konstruk trancendence strength
Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur character strength dimensi trancendent strength. Dari
hasilanalisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata model tidak
fit, dengan Chi–Square = 51,072 , df = 9 , P-value = 0,0000 , RMSEA = 0,097.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–Square = 11,845 , df = 6 , P-value
= 0,0655 , RMSEA = 0,044. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional), di mana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu character strength dimensi
trancendent strength diterima, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3.6 Model fit trancendence strength
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
78
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12.
Muatan Faktor Trancendence Strength
Item
Koefisien
faktor
loading
Std.
Error
T-
value
P-
value Keterangan
CS-37 0.60 0.08 7.34 0.00 CS-44 0.43 0.06 6.65 0.00 CS-51 0.74 0.08 8.78 0.00 CS-63 0.28 0.06 4.35 0.00 CS-41 0.13 0.07 1.91 0.06 X
CS-62 0.29 0.07 4.16 0.00
Keterangan: tanda = signifikan (t>1,96), X = tidak signifikan.
Pada tabel 3.12 enam item pada skala character strength dimensi
trancendence strength memiliki nilai koefisien t >1,96 dan muatan faktor loading
positif. Oleh sebab itu, keenam item skala character strength dimensi
trancendence strengthvakan dianalisis dan dihitung true score nya
3.5.2.6. Uji validitas konstruk metacognitive strength
Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur character strength dimensi metacognitive strength. Dari
hasilanalisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata model tidak
fit, dengan Chi–Square = 163,949 , df = 14 , P-value = 0,0000 , RMSEA = 0,147.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–Square = 12,932 , df = 8 , P-value
= 0,1142 , RMSEA = 0,035. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
79
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional), di mana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu character strength dimensi
metacognitive strength diterima, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3. 7 Model fit metacognitive strength
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.13.
Muatan Faktor Metacognitive Strength
Item Koefisien
faktor loading
Std.
Error T-value P-value Keterangan
CS-64 0.58 0.04 14.76 0.00 CS-65 0.40 0.05 7.62 0.00 CS-55 0.56 0.04 13.62 0.00 CS-67 0.63 0.04 17.24 0.00 CS-68 0.39 0.06 6.81 0.00 CS-69 0.50 0.04 11.31 0.00 CS-79 0.46 0.05 9.46 0.00
Keterangan: tanda = signifikan (t>1,96), X = tidak signifikan.
80
Pada tabel 3.13 enam item pada skala character strength dimensi
metacognitive strength memiliki nilai koefisien t >1,96 dan muatan faktor loading
positif. Oleh sebab itu, keenam item skala character strength dimensi
metacognitive strength akan dianalisis dan dihitung true score nya.
3.5.3. Uji validitas konstruk dukungan sosial keluarga
Peneliti menguji apakah delapan belas item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dukungan sosial keluarga. Dari hasilanalisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata model tidak fit, dengan Chi–
Square = 1227,616 , df = 135 , P-value = 0,0000 , RMSEA = 0,128. Oleh karena
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
model fit dengan Chi–Square = 101,807 , df = 81 , P-value = 0,0589 , RMSEA =
0,023. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional), di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu dukungan sosial diterima, seperti gambar 3.8.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.14
81
Gambar.3. 8 Model fit dukungan sosial keluarga
Pada tabel 3.14 terdapat dua item pada skala dukungan sosialmemiliki nilai
koefisien t <1,96 dan muatan faktor loading negative yakni item duksos-22 dan
duksos-31. Oleh sebab itu, enam belas item dari delapan belas item skala
dukungan sosial yang akan dianalisis dan dihitung true score nya
Tabel 3.14
Muatan Faktor Dukungan Sosia Keluarga
Item
Koefisien
faktor
loading
Std.
Error T-value P-value Keterangan
DUKSOS-16 0.58 0.04 12.94 0.00 DUKSOS-17 0.40 0.04 9.19 0.00 DUKSOS-18 0.27 0.05 5.36 0.00 DUKSOS-19 0.29 0.04 6.67 0.00 DUKSOS-20 0.25 0.05 5.05 0.00 DUKSOS-21 0.27 0.05 5.61 0.00 DUKSOS-22 -0.03 0.05 -0.57 0.57 X
DUKSOS-23 0.37 0.05 7.73 0.00 DUKSOS-24 0.63 0.04 17.69 0.00
82
Item
Koefisien
faktor
loading
Std.
Error T-value P-value Keterangan
DUKSOS-25 0.59 0.04 15.33 0.00 DUKSOS-26 0.71 0.03 24.22 0.00 DUKSOS-27 0.53 0.04 13.90 0.00 DUKSOS-28 0.45 0.04 10.90 0.00 DUKSOS-29 0.38 0.04 9.61 0.00 DUKSOS-30 0.12 0.05 2.65 0.01 DUKSOS-31 0.09 0.05 1.82 0.07 X
DUKSOS-32 0.66 0.03 19.83 0.00 DUKSOS-33 0.25 0.05 5.24 0.00
Keterangan: tanda = signifikan (t>1,96), X = tidak signifikan.
Pada tabel 3.14 terdapat dua item pada skala dukungan sosial memiliki
nilai koefisien t <1,96 dan muatan faktor loading negative yakni item duksos-22
dan duksos-31. Oleh sebab itu, enam belas item dari delapan belas item skala
dukungan sosial yang akan dianalisis dan dihitung true score nya
3.6. Metode Analisis Data
Analisa statistik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi beganda (multiple regression analysis) yaitu suatu metode untuk
meramalkan dan menguji signifikan tidaknya pengaruh dari sekumpulan variabel
bebas (IV) terhadap satu variabel terikat (DV). Tehnik analisis berganda (multiple
regression analysis) yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pengaruh dari ke tujuh variabel bebas (IV) terhadap
Eksplorasi karir (DV) yang dilakukan dengan menggunakan software Mplus 7.12
(Muthen & Muthen, 2012).
Berikut adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X 4 + b 5 X5 + b6X 6 + b 7X 7 + e
83
Keterangan:
Y = Eksplorasi Karir
a = konstan
b = koefisien regresi
X1 = Intellectual strength
X2 = Leadership strength
X3 = Other directed strength
X4 = Temperance strength
X5 = Trancendent strength
X6 = Metakognitif strength
X7 = Dukungan sosial keluarga
e = Residu
Untuk mengetahui apakah model regresi yang dihasilkan merupakan
model yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa
pengujian dan analisis sebagai berikut:
1. R2 (koefisien determinasi berganda)
Melalui regresi berganda akan diperoleh nilai R, yang merupakan koefisien
korelasi berganda antara independent variable dengan dependent variable.
Kemudian besarnya kemungkinan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah
disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda (R2). Fungsi R
2
ini digunakan untuk melihat proporsi varians Eksplorasi karir yang dipengaruhi
oleh dimensi dari Character Strengths, dan dukungan sosial keluarga. Untuk
mendapatkan nilai R2, digunakan rumusan sebagai berikut:
84
jumlah kuadrat regresi = SSreg
R2 =
jumlah kuadrat y total SS y
Adapun jumlah kuadrat regresi bisa diperoleh jika semua koefisien regresi telah
dihitung. Rumus untuk menghitung jumlah kuadrat regresi adalah:
SS reg = ∑(yʹ- ӯ)2 = b1∑x1y + b2∑x2y + ... + b12 ∑x12y, dimana:
yʹ= a + bx
∑x1y = ∑(x1-x) (y - ӯ)
Dan rumus untuk menghitung jumlah kuadrat y total adalah:
SSy = ∑(y - ӯ)2
2. Uji F
Untuk menguji signifikan atau tidaknya R2, maka digunakan uji F untuk
membuktikan hal tersebut, rumus F tes adalah:
SSreg/k
F = , dimana:
SSres/n-k-1
SSres = ∑(e – ē)2 = ∑e
2 = ∑(y – ӯ)
2
n = banyaknya sampel
k = banyaknya IV
Dari hasil uji F yang dilakukan dapat diketahui apakah IV yang diujikan
berpengaruh terhadap DV. Jika R2 (P<0.05) berarti besarnya proporsi varian Y
yang dipengaruhi oleh dimensi dari Character Strengths , dan dukungan sosial
85
keluarga (orang tua ) secara keseluruhan adalah signifikan. Kemudian peneliti
akan menguji variabel mana dari tujuh IV yang signifikan terhadap DV.
3. Uji t
Uji t digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan variabel bebas (X)
signifikan terhadap variabel terikat (Y). Dalam hal ini peneliti menguji signifikan
atau tidaknya koefisien regresi (β) dengan t-tes, adapun rumusnya adalah:
βi
tβi =
Sβi
βi = koefisien regresi variabel yang ke-i
Sβi = standar deviasi sampling dari koefisien regresi yang ke-i
Jika tβi memiliki skor t>1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut
dinyatakan signifikan, sebaliknya jika t<1.96 maka variabel tersebut dinyatakan
tidak signifikan (dalam taraf signifikan 0.05 atau 5%).
Peneliti melakukan kategorisasi masing-masing variabel dengan
menggunakan true score yang sudah ditransformasikan kedalam T scale. Peneliti
membagi klasifikasi skor menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah.
Rentangan untuk tiap kategori adalah seperti pada tabel 3.15
Tabel 3.15
Rentangan Nilai Tiap Kategori
Kategori Rentangan Nilai
Rendah X < Ẍ
Tinggi X ≥ Ẍ
86
Dengan begitu, interval masing-masing kategorisasi rendah dan tinggi
serta frekuensi tiap kategori yang diperoleh untuk masing-masing variabel
Selain itu sebagai tambahan peneliti juga akan menghitung dan menguji
proporsi/prosentase varians yang merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-
masing IV. Untuk itu peneliti melakukan analisis terhadap perubahan R2 mulai
dari IV, kemudian dua IV dan seterusnya hingga tujuh IV. Semua perhitungan ini
dilakukan dengan bantuan software Statistical Packages for the Social Sciences
(SPSS) versi 20.0.
87
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai gambaran subjek penelitian,
deskripsi data, kategorisasi data, analisis data dan hasilnya.
4.1. Karakteristik Responden Penelitian
Dalam sub bab ini akan dibahas karakteristik responden mengenai usia, jenis
kelamin, asal sekolah, jurusan pendidikan yang diinginkan, pekerjaan dan
pendidikan ayah, serta pekerjaan dan pendidikan ibu responden. Sample dalam
penelitian ini adalah siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang berasal dari
SMPN 41 dan SMPN 153 di Jakarta Selatan. Pemaparan karakteristik responden
berdasarkan usia, jenis kelamin, asal sekolah, jurusan pendidikan yang diinginkan,
pekerjaan ayah, pendidikan ayah, pekerjaan ibu dan pendidikan ibu dari tabel
seperti tabel 4.1.
Dari tabel 4.1. terlihat bahwa responden memiliki persentase yang
bervariasi dari usia 12 hingga 17 tahun. Pada tabel terlihat bahwa responden
dengan usia 14 tahun memiliki jumlah terbanyak yakni 278 orang (55,9%).
Sedangkan responden dengan jumlah yang paling sedikit berada pada usia 17
tahun sebanyak 3 orang (0,6%). Dari hasil pengisian kuisioner, terlihat bahwa
responden dalam penelitian ini umumnya berada pada usia 14 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa responden dalam penelitian ini
jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 211 orang (42,5%), sedangkan perempuan
sebanyak 286 orang (57,5%).
88
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik Responden N = 497
n (%)
Usia
12 tahun
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
2 (0,4)
18 (3,6)
278 (55,9
187 (37,6)
9 (1,8)
3 (0,6)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
211 (42,5)
286 (57,5)
Asal Sekolah
SLTPN 41 Jakarta
SLTPN153 Jakarta
231 (46,5)
266 (53,5)
Pilihan Jurusan
SMA IPA
SMA IPS
SMA Bahasa
SMK
Tidak tahu
253 (50,9)
75 (15,1)
5 (1,0)
138 (27,8)
26 (5,2)
Pekerjaan Ayah
PNS
Pegawai Swasta
Wirausaha
Profesi
ABRI
Buruh
49 (9,9)
194 (39,0)
144 (29,0)
9 (1,8)
8 (1,6)
93 (18,71)
Pendidikan Ayah
SMP
SMA
S1
S2
S3
110 (22,1)
190 (38,2)
142 (28,6)
49 (9,9)
6 (1,2)
Pekerjaan Ibu
PNS
Pegawai Swasta
Wirausaha
Profesi
Ibu Rumah Tangga
Buruh
31 (6,2)
50 (10,1)
37 (7,4)
8 (1,6
348 (70,0)
23 (4,6)
Pendidikan Ibu
SMP
SMA
S1
S2
S3
148 (29,8)
194 (39,0)
123 (24,7)
28 (5,6)
4 (0,8)
89
Selanjutnya, berdasarkan asal sekolah atau responden yang digunakan
terdapat dua sekolah yakni SLTPN 41 dan SLTPN 153 Jakarta. Untuk SLTPN 41
Jakarta sebanyak 231 orang (46.5%), sedangkan responden yang berasal dari
SLTPN 153 Jakarta yakni 266 orang (53,5%)
Berdasarkan pilihan jurusan yang diinginkan oleh responden untuk
melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas terbanyak ditempati pada SMA
jurusan IPA yakni 253 orang (50,9%) diikuti SMK, SMA jurusan IPS yang
terakhir SMA Bahasa paling sedikit peminatnya yakni 5 (1,0%). Dari 497
responden, masih terdapat 26 orang (5,25) yang belum tahu atau belum dapat
menentukan pilihan jurusan setelah mereka selesai dari SLTP.
Berdasarkan pekerjaan ayah pilihan pegawai swasta menempati posisi
yang paling banyak yakni 194 (39,0%), selanjutnya pilihan wirausaha menempati
posisi yang kedua sebanyak 144 orang (29,0%), dan paling sedikit pekerjaan
ABRI sebanyak 8 orang (1,6%). dari 497 responden. Untuk pendidikan ayah,
lulusan SMA paling banyak didapat yakni 190 (38,2%), disusul lulusan S1
sebesar 142 orang (28,6), dan yang paling sedikit dari lima pilihan yang
disediakan yakni lulusan S3 sebesar 6 orang (1,2%).
Pekerjaan ibu rumah tangga mendominasi karakteristik pilihan perkerjaan
ibu responden sebesar 348 orang (70,0%), kemudian pilihan yang kedua pekerjaan
ibu sebagai pegawai swasta sebanyak 50 orang (10,1%), dan tidak ada responden
yang memiliki ibu dengan pekerjaan dibidang militer atau ABRI. Untuk tingkat
pendidikan ibu, paling banyak 194 orang (39,0%) yakni SMA, dan diposisi
terakhir pendidikan S3 ibu sebanyak 4 orang (0,8%).
90
4.1.1. Karakteristik Pertanyaan Terbuka
Selanjutnya akan dibahas karakteristik responden untuk pertanyaan terbuka yaitu
mengenai mata pelajaran yang paling disenangi, mata pelajaran yang tidak
disenangi, Cita-cita, hal-hal yang akan responden lalui dalam 15 tahun kedepan
dan lima hal yang di inginkan responden dalam kehidupannya yang hasil
pemaparannya pada tabel 4.2.
Dari tabel 4.2 dibawah terlihat bahwa responden memiliki persentase yang
bervariasi dari mata pelajaran yang disenangi. Pada tabel terlihat bahwa
responden memilih Matematika menjadi mata pelajaran yang paling disenangi
yaitu 102 orang (20,5%). Sedangkan mata pelajaran IPA 70 orang (14%) dan
Bahasa Inggris 57 orang ( 11,6%).
Sedangkan untuk mata pelajaran yang tidak disenangi, dari tabel di atas,
terlihat bahwa responden terbanyak juga tidak menyenangi mata pelajaran
matematika yaitu 88 orang (17,7%), dan mata pelajaran IPS dan PPKN menjadi
mata pelajaran terbanyak kedua dan ketiga yang tidak disenangi responden.
Berdasarkan Cita-cita, terlihat bahwa responden 323 orang (65,1%) sudah
mempunyai cita-cita, dan 62 orang (12,4%) belum mempunyai cita-cita. Dari
responden yang sudah mempunyai cita-cita, memilih profesi sebagai dokter yakni
64 orang (12,8%) sebagai pilihan tertinggi, Pengusaha 45 orang (9,2%) dan
psikolog 18 orang (3,6%). Variasi profesi yang menjadi cita-cita responden
tersebar dalam 57 bidang pekerjaan.
91
Tabel 4.2.
Karakteristik Responden untuk pertanyaan terbuka.
Karakteristik Responden N = 497
n (%)
Mata Pelajaran Yang Paling Disenangi :
1. Matematika
2. IPA
3. Bahasa Inggris
4. Pilihan lainnya dari 16 mata pelajaran
102 (20,5)
70 (14)
57 (11,6)
268(53,9)
Mata Pelajaran Yang Tidak Disenangi :
1. Matematika
2. IPS
3. PKN
4. Pilihan lainnya dari 16 mata pelajaran
88 (17,7)
61 (12,2)
51 (10,4)
297 (59,7)
Cita-Cita :
1. Sudah punya cita-cita
2. Belum punya cita-cita
3. Tidak mengisi
323 (65,1)
62 (12,4)
112(22,5)
Profesi Yang di cita-cita kan :
1. Dokter
2. Pengusaha
3. Psikolog
4. Pilihan lainnya dari 57 profesi
64 (12,8)
45 ( 9.2 )
18 ( 3,6)
370 (74,4)
Rencana 15 Tahun kedepan :
Setelah Selesai SMP :
1. Melanjutkan ke SLTA
2. Melanjutkan ke SMK
3. Bekerja
4. Tidak Mengisi
5. Pilihan lainnya 20 pilihan
179 (36 )
68 (13,7)
20 (4. )
24 (4,7)
206 (41,4)
Setelah Selesai SLTA :
1. Melanjutkan ke Universitas S1
2. Bekerja
3. Menikah
4. Tidak Mengisi
5. Pilihan lainnya 20 pilihan
162 (32,6)
62 (12,5)
20 (4 )
59 (11,9)
194 (39)
Setelah selesai S1 :
1. Bekerja
2. Menikah
3. Melanjutkan S2
4. Tidak Mengisi
5. Pilihan lainnya 20 pilihan
107 (21,5)
39 (7,8)
28 (5,6 )
101 (20,5)
222 (44,6)
Setelah selesai S2 :
1. Menikah
2. Bekerja
3. Melanjutkan S3
4. Mengerjakan Hobby
5. Tidak Mengisi
6. Pilihan lainnya 20 pilihan
49 (9,8)
19 (3,8)
5 (1)
5 (1)
296 (84,4))
123 (24,7)
Harapan Dimasa Yang Akan Datang :
1. Sukses dalam karir dan keluarga
2. Membahagiakan orang tua
3. Bahagia dunia akhirat
4. Memberangkatkan haji orang tua
5. Menikah dengan orang sholeh/sholeha/cantik/ganteng
6. Pilihan lainnya dari 75 harapan
78 (15,7)
46 (9,2)
40 (8)
29 (5,8)
25 (5,2)
279( 56,1)
92
Untuk pertanyaan hal-hal apa saja yang akan responden lalui dalam 15 tahun
kedepan, tabel 4.2 diatas menunjukan
- Rencana pertama setelah menyelesaikan SLTP responde yang ingin
melanjutkan ke SLTA 179 orang (36) Melanjutkan ke SMK 68 orang (13,7)
dan Bekerja 20 orang (4) sedangkan yang tidak mengisi Tidak mengisi 24
orang (4,7)
- Rencana setelah menyelesaikan SLTA, responden yang ingin melanjutkan ke
Universitas S1, 162 orang (32,6) Bekerja 62 orang (12,5) Menikah 20 orang
(4) dan tidak Mengisi 59 orang (11,9)
- Rencana setelah menyelesaikan Universitas S1, responden yang ingin bekerja
107 orang (21,5), menikah 39 orang (7,8) dan yang ingin melanjutkan S2
sebanyak 28 orang (5,6) sedangkan yang tidak mengisi 101 orang (20,5).
- Rencana berikut nya ada yang ingin menikah 49 orang (9,8) Bekerja 19
orang (3,8) dan melanjutkan S3 sebanyak 5 orang (1) dan tidak mengisi 296
orang (84,4)
Dari tabel diatas terlihat, jumlah responden yang tidak mengisi untuk setiap
langkah semakin besar jumlah nya, dimana di rencana awal hanya 24 orang (4,7)
yang tidak mengisi sedangkan di rencana ke empat ada 296 orang (84,4) yang
tidak mengisi.
Berdasarkan harapan dan keinginan dalam hidup, dari tabel diatas dapat
dilihat yaitu keinginan untuk Sukses dalam karir dan keluarga 78 orang (15,7),
menjadi harapan yang tertinggi, sedangkan keinginan membahagiakan orang tua
46 orang (9,2) bahagia dunia akhirat 40 orang (8) , memberangkatkan haji orang
93
tua 29 orang ( 5,8) dan ingin menikah dengan orang sholeh / sholehah , cantik /
ganteng 25 orang (5,2).
Variasi harapan siswa SMP kelas IX cukup besar variasi nya yaitu
sebanyak 65 varians. Hal ini menunjukan bahwa siswa SMP kelas IX, mempunyai
harapan masa depan yang masih bersifat tentatif, sesuai dengan teori Explorasi
karir Super.
Dari tabel juga dapat terbaca langkah-langkah yang akan dilalui responden
cukup terarah yaitu setelah menyelesaikan SMP akan melanjutkan ke SMA, SMK,
setelah SLTA melanjutkan ke Universitas S1, bekerja, menikah dan ada juga yang
akan melanjutkan pendidikan S2 dan S3. Variasi rencana siswa SMP kelas IX
untuk hal-hal yang akan dilalui mereka 15 tahun kedepan ada 16 variasi rencana
yang akan mereka lakukan. Banyak nya varians rencana rencana respoden,
menunjukan bahwa siswa SMP kelas IX, mempunyai harapan masa depan yang
masih bersifat tentatif, sesuai dengan teori Explorasi karir Super.
4.2. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Peneliti melakukan kategorisasi masing-masing variabel dengan menggunakan
true score yang sudah ditransformasikan kedalam T scale. Peneliti membagi
klasifikasi skor menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Dengan begitu,
interval masing-masing kategorisasi rendah dan tinggi serta frekuensi tiap
kategori yang diperoleh untuk masing-masing variabel adalah sebagaimana dalam
tabel 4.3
94
Tabel 4.3.
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel
Mean
Rent Nilai
Rendah
Tinggi
Eksplorasi Karir
50.05
15,77 - 82.09
265
(53,5%)
232
(46,7%)
Character Strengths
- Intellectual
49.91
17,54 - 67,98
252
(50,7%)
245
(49,3%)
- Leadership
50.01
33,68 - 73,61
253
(50,9%)
244
(49,1%)
- Other - Direct
49.89
24,30 – 69,32
233
(46,9%)
264
(53,1%)
- Temperance
50.04
20,16 - 73,80
256
(51,1%)
241
(48,9%)
- Transcendence
49.65
23,37 – 61,58
182
(36,6%)
315
(63,4%)
- Metakognitif
49.96
25,98 – 75,36
254
(51,1%)
243
(48,9%)
Dukungan sosial keluarga
49.96
32,18 – 63-83
260
(52,3%)
237
(47,7%)
Dari tabel 4.4 diatas diketahui bahwa variabel eksplorasi karir terdapat 265
orang (53,5%) responden memiliki skor rendah dan 232 orang (46,7%) responden
yang memiliki skor tinggi. Dapat dilihat pada tabel 4.4 hampir semua variabel
menunjukan sebagian besar responden berada pada kategori rendah. Hanya
95
variabel, other- direct dan transcendence yang memiliki jumlah responden paling
banyak pada kategori tinggi.
Variabel transcendent, memiliki jumlah responden paling banyak pada
kategori tinggi yakni 315 orang (63,4%) dan rendah dengan jumlah 182 orang
(36,6%). Perbedaan ini cukup mencolok dibandingkan variabel lainnya yang
tertera pada tabel 4.4.
4.3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian yaitu character strength
(intellectual strength, leadership strength, other directed strength, temperance
strength, transcenden strength dan metacognitive) dan dukungan sosial keluarga
terhadap eksplorasi karir dengan teknik analisa regresi berganda (multiple
regression analysis) menggunakan software MPlus. Dari hasil analisis diperoleh
hasil chi square = 0.000, df = 0, p-value = 0.0000, root mean square error of
approximation (RMSEA) = 0.000 dan comparative fit index (CFI) = 1.000. Ini
diartikan bahwa model penelitian dimana intellectual strength, leadership strength,
other directed strength, temperance strength, transcenden strength, metacognitive
dan dukungan sosial keluarga terhadap eksplorasi karir diterima, seperti gambar
4.1
Peneliti juga memaparkan berapa besar pengaruh keseluruhan independent
variable atau variable exogenous terhadap dependent variable atau variable
endogenous.
Dari tujuh Independen Variabel yang diteliti, yaitu character strength
(intellectual strength, leadership strength, other directed strength, temperance
96
strength, transcenden strength dan metacognitive) dan dukungan sosial keluarga,
berdasarkan pertambahan R2 yang dihasilkan dari setiap penambahan Independent
Variable yang dilakukan (sumbangan proporsi varians yang diberikan) hanya
variabel (intellectual strength,, temperance strength, transcenden strength,
metacognitive strength ) dan dukungan sosial keluarga yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap Eksplorasi Karir. Sedangkan dua variabel lainnya leadership
strength, other directed strength tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap eksplorasi karir siswa.
Gambar 4.1. Model pengaruh seluruh IV terhadap eksplorasi karir
97
Selanjutnya dilakukan analisis apakah dampak dari seluruh IV terhadap eksplorasi
karir signifikan atau tidak. Uji signifikan dihitung dengan menggunakan rumus uji
F yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Adapun hasil uji F dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4. Hasil Uji F Eksplorasi Karir
r2 F Hitung F Tabel Keterangan
0.39 44.66 1.83 Signifikan
Berdasarkan table 4.4 di atas, bahwa pengaruh seluruh IV terhadap
eksplorasi karir menunjukan hasil pengujian F hitung lebih besar dari pada F
tabel, sehingga menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini dapat diartikan
hipothesis nihil yang ditulis ―tidak ada pengaruh character strength (intellectual
strength, leadership strength, other directed strength, temperance strength,
transcenden strength dan metacognitive) dan dukungan sosial keluarga terhadap
eksplorasi karir‖ ditolak. Hal ini dapat diartikan terdapat pengaruh yang
signifikan antara IV terhadap eksplorasi karir.
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pengaruh intellectual strength,
leadership strength, other directed strength, temperance strength, transcenden
strength, metacognitive dan dukungan sosial keluarga terhadap eksplorasi karir
sebesar 0,39 atau 39% pengaruh keseluruhan variabel exogenous terhadap
eksplorasi karir. Sisanya 61% dipengaruhi oleh error atau faktor lain yang tidak
diteliti.
98
Langkah selanjutnya ialah melihat signifikan tidaknya dampak dari tiap
independent variable atau variable exogenous terhadap dependent variable atau
variable endogenous. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value dan p-value
untuk setiap koefisien muatan faktor. Jika t-value yang dihasilkan > 1,96 (dengan
taraf keyakinan 95%) dan p-value yang dihasilkan < 0.05 artinya muatan koefisien
faktor loading tersebut signifikan dan sebaliknya. Berikut ini hasil penghitungan
koefisien muatan faktor dalam satuan baku (standardized loading factor atau
SLF), standard error (S.E.) dari muatan faktor loading, t-value dan p-value setiap
independent variable (exogenous) terhadap eksplorasi karir yang disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.5.
Standardized Loading Factor tiap IV
Exogenous LF .E. T-value P-value Keterangan
intellectual .28 .04 6.28 .00 leadership .08 .05 1.82 0.07 X
other directed .06 .04 1.47 0.14 X
temperance .13 .05 2.74 0.01 transcenden -0.08 .04 2.09 0.04 metacognitive .21 .04 4.84 0.00 Duksos keluarga .13 .04 3.18 0.00
Keterangan: = signifikan; X = tidak signifkan
Berdasarkan standardized factor loading (SLF) pada tabel di atas, dapat
dituliskan persamaan regresi sebaagai berikut:
ZKARIR = 0.28 * Zintellectual + 0.08 * Zleadership + 0.06 * Zother_direction +
0.13 * Ztemperance - 0.08 * Ztranscenden + 0.21 * Zmetacognitive
+ 0.13 * Zdukungan_sosial
99
Hasil model penelitian ini, terdapat lima dari tujuh variabel yang
berpengaruh secara signifikan terhadap eksplorasi karir yakni intellectual,
temperance, transcenden, metakognitive dan dukungan sosial. Adapun penjelasan
dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent
variable adalah sebagai berikut:
1. Variabel intellectual strength
Nilai koefisien regresi variabel intellectual strength adalah 0,28 dengan t-value
= 6,28 artinya variabel intellectual strength dengan arah positif mempengaruhi
eksplorasi karir secara signifikan. Sehingga, semakin tinggi intellectual
strength maka semakin tinggi eksplorasi karir, dan sebaliknya.
2. Variabel leadership strength
Nilai koefisien regresi variabel leadership strength adalah 0,08 dengan t-value
= 1,82 artinya variabel leadership strength dengan arah positif tidak
mempengaruhi eksplorasi karir secara signifikan.
3. Variabel other directed strength
Nilai koefisien regresi variabel other directed strength adalah 0,06 dengan t-
value = 1,47 artinya variabel other directed strength dengan arah positif tidak
mempengaruhi eksplorasi karir secara signifikan.
4. Variabel temperance strength
Nilai koefisien regresi variabel temperance strength adalah 0,13 dengan t-value
= 2,74 artinya variabel temperance strength dengan arah positif mempengaruhi
eksplorasi karir secara signifikan. Sehingga, semakin tinggi temperance
strength maka semakin tinggi eksplorasi karir, dan sebaliknya.
100
5. Variabel transcendence strength
Nilai koefisien regresi variabel transcenden strength adalah -0,08 dengan t-
value = -2,09 artinya variabel transcenden strength dengan arah negatif
mempengaruhi eksplorasi karir secara signifikan. Sehingga, semakin tinggi
transcenden strength maka semakin rendah eksplorasi karir, dan sebaliknya.
6. Variabel metacognitive strength
Nilai koefisien regresi variabel metakognitive adalah 0,21 dengan t-value =
4,84 artinya variabel metacognitive dengan arah positif mempengaruhi
eksplorasi karir secara signifikan. Sehingga, semakin tinggi metakognitive
maka semakin tinggi eksplorasi karir, dan sebaliknya.
7. Variabel dukungan sosial keluarga
Nilai koefisien regresi variabel dukungan sosial adalah 0,13 dengan t-value = 3,18
artinya variabel dukungan sosial keluarga dengan arah positif mempengaruhi
eksplorasi karir secara signifikan. Sehingga, semakin tinggi dukungan sosial
keluarga maka semakin tinggi eksplorasi karir, dan sebaliknya.
Dengan demikian dari ketujuh IV tersebut dapat diukur yang paling besar
pengaruhnya terhadap DV. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai T-
Value nya, semakin besar maka semakin besar pengaruh yang diberikan terhadap
DV. Dari tabel 4.6 dibawah dapat diketahui urutan sumbangan IV yang signifikan
101
Tabel 4.6.
Urutan Besaran Pengaruh Independet Variable terhadap Dependent Variable
Independent Variable T-value P-value Keterangan
intellectual 6.28 0.00 metacognitive 4.84 0.00 Duksos kel 3.18 0.00 temperance 2.74 0.01 transcendence -2.09 0.04 leadership 1.82 0.07 X
other directed 1.47 0.14 X
Keterangan: = signifikan; X = tidak signifkan
Selanjutnya, pada bagian ini peneliti memaparkan sumbangan masing-
masing IV terhadap DV (eksplorasi karir) yang diperoleh dari R Square change,
seperti table di bawah ini:
Tabel 4.7.
Pengaruh masing-masing Independent Variable
Model R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 0,269 0,267 7,65255 0,269 182,099 1 495 0,000
2 0,308 0,306 7,45089 0,039 28,158 1 494 0,000
3 0,317 0,313 7,40905 0,009 6,594 1 493 0,011
4 0,341 0,336 7,28468 0,024 17,979 1 492 0,000
5 0,342 0,336 7,28788 0,001 0,568 1 491 0,451
6 0,376 0,369 7,10495 0,034 26,608 1 490 0,000
7 0,389 0,380 7,04135 0,013 9,892 1 489 0,002
Keterangan:
1. Intellectual strength
2. Intellectual strength, leadership strength
3. Intellectual strength, leadership strength, other directed strength
4. Intellectual strength, leadership strength, other directed strength,
temperance strength
5. Intellectual strength, leadership strength, other directed strength,
temperance strength, transcendent strength
6. Intellectual strength, leadership strength, other directed strength,
temperance strength, transcendent strength, metacognitive
102
7. Intellectual strength, leadership strength, other directed strength,
temperance strength, transcendent strength, metacognitive, dukungan
social
Berdasarkan tabel 4.7. maka dapat diketahui berapa besar sumbangan
masing-masing IV terhadap DV. Apabila dijumlahkan sumbangan tiap IV (R
square change) hasilnya akan sama dengan sumbangan keseluruhan IV (R
square). Berikut peneliti paparkan dalam point di bawah ini:
1. Besarnya sumbangan intellectual strength terhadap eksplorasi karir sebesar
26,9% dengan sig. = 0,000. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh intellectual
strength signifikan.
2. Besarnya sumbangan leadership strength terhadap eksplorasi karir sebesar
3,9% dengan sig. = 0,000. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh leadership
strength signifikan.
3. Besarnya sumbangan other directed strength terhadap eksplorasi karir sebesar
0,9% dengan sig. = 0,011. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh other directed
strength signifikan.
4. Besarnya sumbangan temperance strength terhadap eksplorasi karir sebesar
2,4% dengan sig. = 0,000. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh temperance
strength signifikan.
5. Besarnya sumbangan transcendent strength terhadap eksplorasi karir sebesar
0,1% dengan sig. = 0,451. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh transcendent
strength tidak signifikan.
6. Besarnya sumbangan metacognitive terhadap eksplorasi karir sebesar 3,4%
dengan sig. = 0,000. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh metacognitive
signifikan.
7. Besarnya sumbangan dukungan sosial keluarga terhadap eksplorasi karir
sebesar 1,3% dengan sig. = 0,002. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh
dukungan sosial keluarga signifikan.
103
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab lima peneliti akan memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan
saran.
5.1.Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
dimensi Intelectual strength, Leadership strength, Other Directed strength
Temprance strength, Trancendence strength Metacognitive strength, dan
dukungan sosial keluarga secara bersama-sama terhadap perilaku eksplorasi karir
pada Siswa SMP kelas IX, sebesar 39.%. Selain itu terdapat arah pengaruh
positif secara signifikan dimensi Intelectual strength, Temprance strength,
Metacognitive strength, dan dukungan sosial keluarga terhadap perilaku
eksplorasi karir. Sedangkan transcendence strength berpengaruh arah negatif
secara signifikan, sementara leadership strength dan other directed strength tidak
memiliki pengaruh terhadap perilaku karir siswa kelas IX.
5.2.Diskusi
Penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk mengetahui adanya pengaruh
variabel Intelectual strength, Leadership strength, Other Directed strength
Temprance strength, Trancendence strength Metacognitive strength, dan
dukungan sosial keluarga secara bersama-sama terhadap perilaku eksplorasi karir
pada Siswa SMP kelas IX. Selanjutnya dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa
104
ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap eksplorasi karir yang akan
diuraikan sebagai berikut :
Pada penelitian ini ditemukan variabel character strengths dengan dimensi
Intelectual strength, Leadership strength, Other Directed strength Temprance
strength, Trancendence strength Metacognitive strength, dan dukungan sosial
keluarga memiliki pengaruh bersama secara signifikan terhadap perilaku
eksplorasi karir remaja sebesar 39%. Hasil temuan ini sejalan dengan temuan
Peterson dan Seligman, (2004) yang menyatakan bahwa character strengths
(Intelectual strength, Leadership strength, Other Directed strength Temprance
strength, Trancendence strength Metacognitive strength,) sebagai sifat positif
yang melekat pada setiap individu akan memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuan mereka seutuhnya disertai dengan dukungan sosial keluarga
khususnya orang tua, yang mempunyai peranan penting dalam membantu
perkembangan anak, Santrock, (2003). Sisanya 61% dipengaruhi oleh faktor
lain atau error yang tidak diteliti. Beberapa kemungkinan pengaruh faktor-faktor
lain tersebut seperti minat, jenis kelamin, interaksi dengan guru, teman sebaya,
keterampilan sosial, latar belakang keluarga, status sosial ekonomi orangtua,
motivasi berprestasi, orientasi masa depan dan lainnya yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Dari enam dimensi Character strengths terdapat tiga variabel berpengaruh
positif secara signifikan yaitu, Intelectual strength, Metacognitive strength dan
Temprance strength, satu variabel, Trancendence mempunyai pengaruh negatif
105
dan signifikan. Dua variabel tidak signifikan yakni leadership dan other directed
dengan penjelasan sebagai berikut :
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Intelectual strength berpengaruh
positif secara signifikan terhadap eksplorasi karir siswa SMP kelas IX. Artinya
siswa secara intelectual yaitu kemampuan kognitif, keahlian dan ilmu
pengetahuan yang menjadi landasan utama dalam proses mencapai kehidupan
yang baik, meliputi sikap positif yang berhubungan dengan kemahiran
menggunakan informasi dalam mencapai kehidupan yang berkualitas (Peterson &
Seligman 2004). Hasil temuan ini sejalan dengan penelitian Weber dan Ruch,
(2013). yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
beberapa dimensi character strengths terhadap perilaku di kelas, yang akhirnya
mempengaruhi keberhasilan anak-anak di sekolah. Kemampuan intellectual
strength akan memberikan pengaruh dalam membuat keputusan karir atau
memilih program pendidikan selanjutnya.
Sedangkan Metacognitive strength berpengaruh positif secara signifikan
terhadap perilaku eksplorasi karir pada siswa SMP kelas IX. Artinya keterlibatan
siswa secara metakognitif yang meliputi proses berpikir siswa tentang berpikir
dalam rangka membangun strategi sebagai dasar dalam memutuskan masalah.
(O’Neil & Brown 1997, Lee & Baylor, 2006). Metakognitive sebagai strategi
dalam belajar dan kemampuan menguasai keterampilan dalam memecahkan
masalah yang sulit berpengaruh signifikan terhadap perilaku eksplorasi karir.
Aktivitas kognitif seperti perencanaan, monitoring, evaluasi merupakan
metakognisi secara alami (Livingston, 1997; Schneider, 2008). Hal ini
106
menunjukan bahwa kemampuan metacognitive strength akan memberikan
pengaruh dalam menyusun strategi dan langkah-langkah untuk membuat
keputusan karir atau memilih program pendidikan selanjutnya
Selanjutnya Temperance strength ditemukan dalam penelitian ini berpengaruh
positif secara signifikan terhadap perilaku eksplorasi karir pada siswa SMP kelas
IX. Artinya kesederhanaan, kemampuan untuk menahan diri, tidak melakukan
sesuatu yang dianggap berlebihan. tidak mencari popularitas, menghargai
kemampuan orang lain rendah hati terhadap kemampuan diri, yakin terhadap
kemampuan dan prestasi, yang mencerminkan kebaikan. Hasil ini sejalan
Peterson dan Seligman (2004) yang berpendapat bahwa temperance strengths
sebagai sifat positif yang melekat pada setiap individu akan memungkinkan
mereka untuk mendapatkan '' kehidupan yang baik ''. Karena secara psikologis
kemampuan mereka untuk bersikap sederhana tidak berlebihan akan memberikan
kepuasan dalam kehidupannya dan akan mengembangkan kemampuan mereka
seutuhnya. Temperance strength tidak hanya membuat siswa lebih bahagia, lebih
sehat, dan lebih terhubung secara sosial, tetapi juga membantu mereka mencapai
nilai yang lebih baik dalam bekerja, (Park, Peterson, & Seligman, 2006) Hal ini
menunjukan bahwa kemampuan temperance strength akan memberikan
kenyamanan dan keyakinan dalam membuat keputusan atau memilih program
pendidikan selanjutnya bagi siswa.
Sedangkan Trancendence strength ditemukan dalam penelitian ini
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap perilaku Eksplorasi karir Siswa
SMP kelas IX. Artinya kemampuan menjalin hubungan dengan kekuatan,
107
keyakinan dan kepercayaan kepada Pencipta Alam Semesta, dalam memaknai
kehidupan yang meliputi rasa kagum pada hal-hal yang berkaitan dengan emosi,
bersyukur, berpikir tentang masa depan, optimis, humor, berpengaruh negatif
terhadap perilaku eksplorasi karir siswa. Dengan kata lain hasil penelitian ini
menemukan kecenderungan semakin tinggi kekuatan transenden, semakin
rendah perilaku eksplorasi karir siswa artinya siswa yang mempunyai kemampuan
untuk memaknai kehidupan keyakinan kepada Pencipta Alam Semesta lebih
tinggi, maka semakin rendah perilaku eksplorasinya. Hasil ini bertentangan
dengan penelitian dilakukan Anat dan Michelle (2012) yang menemukan bahwa
trancendence strength memberikan dukungan yang tinggi untuk kesejahteraan
subjektif atau subjective well-being (SWB), pada siswa sekolah menengah.
Temperance dan transendence merupakan prediktor positif yang kuat dari SWB
siswa. Dengan demikian diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh
apakah yang menyebabkan hasil temuan penelitian ini tidak sesuai dengan teori
dan penelitian sebelumnya, apakah siswa kelas IX memaknai kehidupan yang
lebih, diluar dari dirinya sebagai sikap yang pasrah, sehingga siswa tidak terlalu
berambisi memperjuangkan masa depan nya, karena mereka berpikir semua nya
akan tergantung pada nasib atau takdir Allah. Berbagai kemungkinan lain seperti
percaya akan memperoleh hak-hak khusus sehingga tidak perlu pesimis dengan
masa depan, atau kemungkinan kelelahan fisik hingga menyebab kan mereka
menjadi orang yang pasif. Oleh karena itu perlu pendekatan lain pada siswa SMP
kelas IX dalam memaknai pemahaman trancendence pada perilaku eksplorasi
karir mereka agar mereka tetap mempunyai keinginnan untuk maju, punya
108
semangat, ambisi untuk meraih kebaikan dimasa yang akan datang selain hanya
pasrah dengan doa dan takdir,
Dukungan Sosial keluarga menunjukan arah pengaruh positif secara
signifikan terhadap perilaku eksplorasi karir pada siswa SMP kelas IX. Artinya
dukungan sosial keluarga, khususnya seperti kedekatan emosional, adanya
pengakuan, ketergantungan yang dapat diandalkan, bimbingan, pengasuhan
membangkitkan perasaan memiliki antara sesama anggota keluarga, yang
berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi anggota- anggotanya Dukungan
sosial khususnya dukungan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap perilaku
Eksplorasi karir pada siswa SMP kelas IX secara signifikan. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Dalyono (2010) bahwa faktor dukungan orang tua sangat
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar, yaitu besar kecilnya
perhatian dan bimbingan orang tua, tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar
kecilnya penghasilan, dan lain-lain. Selanjutnya hasil penelitian Witko (2005)
dinyatakan bahwa orang atau individu yang membantu dalam perencanaan karir
individu secara berurutan dari ranking tertinggi ternyata adalah orang tua, tokoh
karir, teman, konselor sekolah, guru, orang yang dipercaya, wali kelas, dan
lainnya. Hasil penelitian ini juga mendukung peran aspirasi orang tua dalam
eksplorasi karier anak karena perilaku eksplorasi selalu mengawali perencanaan
karir individu.
Selanjutnya pertanyaan yang bersifat terbuka yang yang diisi responden,
peneliti menemukan bahwa dari pertanyaan mengenai mata pelajaran yang
disenangi, mata pelajaran yang tidak disenangi, dan cita-cita, sebagian besar
109
responden menyenangi mata pelajaran Matematika, dan IPA . Hal ini tergambar
dari pilihan profesi yang menjadi cita-cita responden yang paling diminati
adalah profesi Dokter. Hasil penemuan ini sesuai dengan hasil penelitian
(Sugalski & Greenhaus, 1986) dalam Ester&Mulloch (2008) yang menyatakan
partisipasi dalam kegiatan eksplorasi akan menunjukan pada sebuah pemahaman
diri dan lingkungan yang memungkinkan orang untuk mengembangkan diri secara
realistis sesuai dengan pilihan kejuruan (Sugalski & Greenhaus, 1986) dalam
Ester&Mulloch (2008)
Sedangkan berdasarkan pertanyaan mengenai rencana 15 tahun kedepan
setelah selesai SMP, ditemukan jumlah responden yang tidak mengisi pada setiap
tahap semakin besar, dimana pada rencana awal setelah selesai SLTP hanya
(4,7%) yang tidak mengisi, dan pada rencana ke empat setelah selesai pendidikan
S2 ada (84,4%) yang tidak mengisi, hanya ada (15,6%, responden yang telah
menyusun langkah-langkah rencana 15 tahun kedepan, artinya perilaku eksplorasi
siswa masih rendah, sehingga perlu pengayaan dan arahan yang lebih kuat dari
Guru serta dukungan keluarga yang semakin besar. Hasil ini sesuai dengan teori
Ginzberg yang menyatakan bahwa prilaku eksplorasi karir selama masa remaja
awal yakni usia 11-17 tahun dan bersifat tentatif.
Berdasarkan hasil temuan untuk harapan dan keinginan dalam hidup nanti,
siswa mempunyai kecenderungan untuk mencapai kesuksesan dalam karir,
membahagiakan orang tua dan ingin mendapat kan pasangan hidup yang baik, hal
ini menunjukan bahwa siswa SMP sudah mempunyai arah untuk masa depan nya
sesuai dengan proses berpikirnya. Hasil ini menunjukan bahwa siswa kelas IX
110
telah memulai perilaku eksplorasi karir sesuai dengan teori Super yang
menyatakan bahwa proses perkembangan karir selama masa remaja awal masih
bersifat tentatif.
Dari penelitian ini juga ditemukan Siswa SMP kelas IX yang menjadi
responden berada pada usia antara 12 tahun sampai 17 tahun dengan varian
responden yang terbesar yaitu usia 14 tahun (55,9%) dan usia 15 tahun (37,6%).
Hasil penelitian sesuai dengan Teori, Super (1990) mengatakan bahwa Tahap
Exploratory Career berlansung pada usia 14 sampai 24 tahun, dimana remaja
pada fase ini melakukakan penjajagan pemilihan karir, mulai dari
mengidentifikasi pilihan tentatif sampai membuat keputusan akhir mengenai
pilihan karir dan mengaplikasikan dalam pilihan bidang pekerjaan. Teori
perkembangan karir menyatakan bahwa perilaku explorasi karir berkembang
pada tahap tertentu dimulai dari masa kanak-kanak sampai remaja, sedangkan
proses explorasi karir dimulai pada usia 17-24 tahun. Salah satu dari aspek
perkembangan karir yang menunjang karir dimasa depan adalah eksplorasi karir,
tahap ini terjadi terutama selama masa remaja dan dewasa muda (Super, 1990)
5.3. Saran
5.3.1. Saran teoritis
1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat meninjau faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap perilaku eksplorasi karir remaja, seperti jenis kelamin,
minat, kepribadian, interaksi dengan guru dan teman sebaya, keterampilan
sosial, latar belakang keluarga, status sosial ekonomi orangtua, motivasi
111
berprestasi, orientasi masa depan, kepuasan dan kesesuain ( congruence) dan
hal lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini sehingga dapat memperkaya
hasil penelitian.
2. Penelitian mengenai eksplorasi karir buat siswa masih sedikit, maka perlu
untuk penelitian lebih lanjut. Dalam rangka memperdalam hasil penelitian,
diharapkan dapat mengembangkan alat ukurnya yang sesuai dengan tahapan
perkembangan usia dan lingkungan sosial budaya dari populasi penelitian
mengingat masih terbatasnya alat ukur eksplorasi karir.
3. Dari hasil penelitian ini ditemukan pengaruh trancendence negatif dan
signifikan terhadap perilaku eksplorasi karir pada Siswa SMP, diharapkan
dapat dilakukan penelitian lebih lanjut, karena ketidak sesuaian dengan teori
dan hasil penelitian terdahulu. Apakah ketidak sesuaian ini cenderung
dipengaruhi oleh budaya lokal, alat ukur yang tidak sesuai atau pemahaman
remaja dalam memaknai trancendence strengths dan aplikasi nya dalam
kehidupan masa depan.
5.3.2. Saran Praktis
Dalam usaha meningkatkan perilaku eksplorasi karir yang dapat meningkatkan
prestasi kerja, kepuasan kerja dan kenyamanan masa depan individu diperlukan
kerjasama dari berbagai pihak, sebagai berikut:
1. Kepada pihak sekolah agar lebih memperhatikan keterlibatan dan keaktifan
siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan atau keaktifan
siswa di sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
112
perilaku eksplorasi karir dalam kegiatan belajar mengajar yang akan
berpengaruh terhadap masa depan mereka, misalnya sebagai berikut:
- Siswa diharapkan dapat dilibatkan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan
sekolah seperti mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, studi lapangan,
kunjungan belajar, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar yang lebih memahami materi pelajaran
dengan berpartisipasi aktif terhadap tugas-tugas yang diberikan, dengan
demikian siswa dapat menemukan relevansi antara teori yang didapat
dengan kenyataan yang ditemui di lapangan, seingga siswa lebih
memahami kemampuan diri, minat dan profesi yang diingin kan kelak.
- Siswa juga diharapkan dapat dilibatkan secara aktif dalam kegiatan diskusi
pada kegiatan belajar mengajar. Diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran
umum dimana siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitif,
metakognitif, afektif dan emosi. Dengan keterlibatan siswa secara aktif,
akan membantu siswa untuk mengetahui potensi diri, mengenal kekuatan (
strength) dan kelemahan (weakness) diri. Dengan keterlibatan siswa secara
aktif dengan menggunakan kemampuan, pengetahuan dan informasi
yang dimiliki akan lebih mengenal kemampuan diri dan belajar untuk
menyampaikan pemikiran mereka sehingga akan meningkat kan
kemampuan berkomunikasi dalam rangka mencari atau menggali informasi
dari berbagai sumber.
2. Guru sesuai dengan bidang study juga diharapkan lebih kreatif melibatkan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar, yang akan menstimulasi rasa ingin
113
tau siswa, memberikan informasi tentang relevansi bidang study yang
dipelajari dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, dan khusus nya guru BK
juga selalu membimbing siswa dengan melibatkan siswa dalam mencari
dan mengumpulkan informasi dari berbagai bidang pekerjaan atau profesi,
kesempatan dan tantangan untuk setiap bidang pekerjaan atau profesi dan
membantu mengarahkan siswa dalam proses memilih atau memutuskan
pilihan rogram pendidikan selanjutnya.
3. Keluarga terutama kepada orangtua diharapkan dapat meningkatkan
kualitas hubungan terhadap sesama anggota keluarga khusus nya dengan
anak yang sedang dalam menjalankan masa pendidikan, karena keluarga
memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan prilaku
eksplorasi diri, membangun karakter yang dimulai sejak masa kanak-
kanak. Prilaku yang merupakan kebiasaan yang ditanamkan kepada anak
sejak dini secara disiplin yang akan menjadi terbiasa, setelah terbiasa
perilaku ini akan menjadi budaya yang melekat pada diri individu,
misalnya menanamkan sikap rasa ingin tahu anak, dengan membiasakan
membaca kan buku cerita, tentang kebaikan, rasa saling menghargai dan
menghormati, mengenalkan profesi dalam kegiatan bermain secara fantasi
kepada anak sejak usia dini. Dengan bertambah usia dan tahap
perkembangan, anak akan mengenal kemampuan diri yang awalnya
bersifat tentatif menuju arah realistik. sehingga pada masa masa remaja
anak sudah mulai mengenal kemampuan diri dan arah minat. Orang tua
diharapkan selalu membantu, mendampingi, mengarah kan dan
114
memfasilitasi dengan berbagai sarana dan informasi yang dibutuhkan
anak.
4. Untuk para remaja dapat mengikuti training untuk mengembangkan diri,
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, sehingga dapat
beradaptasi dengan baik dalam menghadapi tuntutan kehidupan
menghadapi era globalisai, seperti dengan mengikuti kegiatan sekolah
yang disenangi, mengikuti les yang mendukung minat , mengikuti
organisasi remaja yang positif dalam menjalin persahabatan, membangun
network dengan komunitas yang mempunyai hobby sama, optimis
menghadapi masa depan, meningkatkan motivasi belajar dan disiplin
dengan apa yang telah diprogram secara teratur.
115
Daftar Pustaka.
Anat, S. & Michelle, S. (2013). Middle school transition from the strengths
perspective: young adolescents’ character strengths, subjective well-being,
and school adjustment, J Happiness Springer Science Stud, 14:1163-1181
Anderson, L.W. & Krathwohl, D. ( 2001). A taxonomy for learning, teaching, and
assessing ( a revision of bloom’s taxonomy of educational objectives).
New York: Addision Wesley Longman.
Bandura, A. (1999). A sociocognitive analysis of substance abuse : an agentic
perspective; Psychologi Science, Special Section 10 (3), 214-217
Baron. R.A. & Byrne, D. (2003). Psikologi sosial Edisi Kesepuluh Jilid 2 .
Jakarta: Erlangga.
Crites, J. O. ( 1981). Career councelling ; models, methods and materials. Book
reviewed New York : McGraw-Hill Book Com.
Carolyn E. C and Russell W.D. (1987) The provisions of social relationships and
adaptation to stress, Advances in Personal Relationships, (1), 37-67.
Copyright © 1987 by .JAI Press Inc.
Carolyne E.C, Cole V, Nicholas C, Susan G.A, and Russel W.D. (1994)
Perceived parental social support and academic achievement: an
attachment theory perspective, Journal of Personality and Social
Psychology, 66(2), 369-378
Dalyono, M. (2010). Psikologi pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Dworetzky, J. P. (1987). Introduction to child development. New York : West
Publishing company.
Depdiknas, (2007). Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan
bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Depdiknas:
Deanna, K. (2000). Metacognitive development current directions in
psychological science, 9 (5), (Oct., 2000), 178-181
Dietrich, J., Kracke1, B., & Nurmi, J.E., (2010) Parents role in adolescents
decision on a college major: a weekly diary study, Finland. Department of
Psychology, University of Jyväskylä,
116
Duane, B. (2002). Career choice and development fourth edition. San Francisco
CA 94103-1741 : A Willey Company.
Esters, L.T., (2008). Influence of career exploration process behaviors on
agriculture students’ level of career certainty Journal of Agricultural
Education, 49 (3), 23-33
Esters, L.T., & Bowen, B.E., (2005). Factors influencing career choices of urban
agricultural education student. Journal of Agricultural Education 46 (2),
24-35
Esters, L.T., & McCulloh, R.E., (2008). Career exploratory behaviors of
postsectondary agriculture students Journal Of Agricultural Education 49
(1), 6-16
Flavell, J.H, (1979) Metacognition and cognitive monitoring a new area of
cognitive—developmental inquiry American Psychological Association,
Inc. 34 (10), 906-911
Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. (1996).A taxonomy of difficulties in career
decision making. Journal of Counseling Psychology, 43(4), 510-526.
Ginzberg, E,. (1988). Toward a theory of occupational choice. The Occupations:
The Vocational guidance Journal 36, 358-363
Gerald, G., & Hersen M. (2000) : Handbook of psychological assessment ; third
edition , Kiddington Oxford
Gottfredson, L.S. (2002). Gottfredson’s Theory of circumscription, compromise,
and self-creation. In D. Brown & Associates (Eds.), Career choice and
development San Francisco, CA: Jossey-Bass (4th ed., pp. 85-148)
Greenhaus, J.H., & Callanan, G.A., (2006). Encyclopedia of career Development
(1) london; Sage Publication
Gushue, V.G., Scanlan K.R.L., Karen M.P. & Clarke C.P., (2006). The
relationship of career decision-making self-efficacy, vocational identity,
and career exploration behavior in african american high school students.
Journal of Career Development 33 (1), 19-28
Hadassah, L. & Ovadia (2010). Effects of congruence and character-strength
deployment on work adjustment and well-being. International Journal of
Business and Social Science. 1 (3), (Dec., 2010), 137-145
117
Hirschi, A. (2009). Career adaptability development in adolescence: Multiple
predictors and effect on sense of power and life satisfaction. Journal of
Vocational Behavior 74(2), 145-155
Hirschi, A., et al., (2010) Engagement in adolescent career preparation: Social
support,personality and the development of choice decidedness and
congruence, Journal of Adolescence.doi 10.1016/j
Hirschi, A. (2010). Positive adolescent career development: The role of intrinsic
and extrinsic work values. Career Development Quarterly, 58(3), 276-287.
Hui Xu, Zhi-Jin H., & T.J.G. Tracey, (2013). Relation of environmental and self-
career exploration with career decision-making difficulties in chinese
students. Journal of Career Assessment 20(10) 1-12
Hurlock, E. (1980). Developmental psychology: A life spanapproach. Terjemahan
Dra Istiwidayanti dan Drs Soedjarwo M.Sc (5th ed). NewDelhi: McGraw-
Hill.
Jennifer, C. & Amy, M. (2014). Career counseling in p-12 schools. New York,
Springer Publishing Company.
Jessica S., Michael F., Steger M.F., Krueger R.F., Christopher S.K., ( 2010). The
structure of virtue: An empirical investigation of the dimensionality of the
virtues in action inventory of strengths, Journal Personality and Individual
Differences 48 (2010) 714–719
Lee, M., & Baylor, A. L., (2006). Designing metacognitive maps for web-based
learning, Educational Technology & Society, 9 (1), 344 – 348
Luzzo, D. A. & MacGregor, M. W. (2001). Practice and research in career
counseling and development—2000. The Career Development Quarterly,
50: 98–139.
Louw, D.A. (2007). Human development ; Pineland, Cape Town South Africa
Lounsbury J.W., Fisher L.A., Levy J, & Deborah P.W., (2009). An investigation
of character strengths in relation to the academic success of college
students Dept. of Psychology; University of Central Missouri
Warrensburg, Individual Differences Research 7 (1)
Merz E.M., & Consedine N. S (2009) The association of family support and
wellbeing in later life depends on adult attachment style Attachment &
Human Development 11 (2), 203–221
118
Mc Cullough, M. E., & Snyder, C. R. (2000). Classical sources of human
strength: revisiting an old home and building a new one. Journal of Social
and Clinical Psychology, 19. 1–10.
Muro, J., Jemes & Kottman, T. (1995). Guidance and counseling in the
elementary and middle schools: a practical approach. Winconsin-
Dubuque, Iowa: Wm.C. Brown Communications, Inc.
Nurmi, J.E. (1991). How adolescent see their future ?. a review of the
development of future orientation and planning. University of Hongkong
Libraries, 11, 1-59
Osipow, S.H. (1999). Assessing career indecision Journal of Vocational Behavior
55, 147–154
Patton, W. & McMahon, M (2006); Career development and system teory :
connecting theory and practice, AW Rotterdam The Nederland
Pesch, K.M. (2014) Occupational knowledge in college students: Examining
relations to career certainty, career decision-making self- efficacy, and
interest congruence . Dissertation Iowa State University
Peterson, C. & Seligman, M. E. P. (2004). Character strengths and virtues: A
handbook and classification. NewYork: Oxford University
Press/Washington, DC: American Psychological Association
Porfeli, E.J. & Bora, L. ( 2012). Career development during childhood and
adolescence New Directions For Youth Development. DOI:10.1002/yd
134, 11-22
Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (2010), Bahan Pelatihan
Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya
untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa
Purwanta, E. (2012). Faktor yang memengaruhi eksplorasi karier siswa SLTP,
Cakrawala Pendidikan, 31(2), 228-243
Precious, B. M. (2010). Knowledge among psychology honours career maturity,
career knowledge and self . student : an exploratory study. Disertation
University of Pretoria.
Proyer, R.T., Sidler, N., Weber, M., Ruch, W. ( 2012 ). A multi-method approach
to studying the relationship between character strengths and vocational
interests in adolescents; Int J Educ Vocat Guidance _ Springer Science 12:
141-147
Rayner, S. & Eva, C. Style, (2011), Differences in cognition, learning, and
management: theory, research; New York, Madison Ave
119
Ruch, W., Weber, M., Park, N. & Peterson, C. (2013) Character strengths in
childrenand adolescents reliability and initial validity of the german values
in action inventory of strengths for youth (German VIA-Youth),
European Journal of Psychological Assessment- Article doi 10.1027/1015
Rogers, M. (2011) , A longitudinal examination of adolescent career planning
and exploration using a social cognitive career theory framework .
Griffith University, Qld, 4222, Australia. Journal of Adolescence, 2011 –
Elsevier
Sharf, Richard S. (1992). Applying career development theory to counseling.
California: Brooks/ Cole Publishing Company.
Savickas, M.L. (2001). A developmental perspective on vocational behavior:
career pattern, salience, and themes. International Journal for Educational
and Vocational Guidance, 1, 49-57
Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Terjemahan oleh
Shinto B Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga
Schmitt, E. & Vondracek F.W. (1999). Breadth of interests, exploration, and
identity development in adolescence Journal of Vocational Behavior 55,
298–317
Schraw, G. & Dennison R.S. ( 1994). Assesing metacognitive awareness, Journal
Contenpory Educational Psycholagi 19, 460-475
Seligman, L. (1994). Developmental career counceling and assesment 2nded.
Thousand Oaks: Sage
Senowarsito, (2011). Pengembangan Model Pembelajaran Berperspektif Life-
Skills (Implementasinya dalam Teaching/Learning Stages For A Genre-
Based Approach di SMA/SMK di Kota Semarang. Laporan Hasil
Penelitian, DP3M, Dikti
Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo.
Solso, R. L., Maclin, O. H., dan Maclin, M. K. ( 2008). Psikologi Kognitif Edisi 8
(terjemahan), Erlangga, Jakarta.
Studer, J. R. (2005). The profesional school counselor: an advocate for student.
Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.
120
Stumpf, S.A. & Maura, C.L. ( 1987 ) Career exploration : work-role salience,
work prefernces, beliefs, and behaviour. Journal of Vocational Behaviour
30, 258-269 .
Sukardi, D.K, (1994). Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Supriatna, M. (2009). Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengah.
Depdiknas dan UPI Bandung
Super, D. E. (1990). A life-span, life-space approach to career development. In D.
Brown & L. Brooks (Eds.), Career choice and development: Applying
contemporary theories to practice (2nd ed.), San Francisco, CA: Jossey-
Bass. 197-262.
Taylor, S.E. (2006). Health Psychology 6 th edition. New York: Mc.Graw Hill.
Taveira, M. D. C. & Moreno, M. L. R. (2003). “Guidance theory and practice:
The status of career exploration‖. British Journal of Guidance and
Counseling.
Thomas, A.R. (1975). The affective domain in education. Boston-Toronto:
copyright by Little, Brown, and Company
Walsh, B. (2003). Counseling psychology and optimal human functioning Edited
by Ohio State University Lawrence Erlbaum Associates. New Jersey
London, Publishers Mahwah,
Witko, K., Bernes K., Magnuson K. & A. D. Bardick. (2005). ―Senior high
school career planning: what students want ― Journal of Educational
Enquiry, 6(1), 34-49
Zikic, J. ( 2006) Repatriate career exploration: a path to career growth and
success, Career Development International 11(7), 633-649
Zikic. J., Ute-Christine Klehe (2006). Job loss as a blessing in disguise: The role
of career exploration and career planning in predicting reemployment
quality. Journal of Vocational Behavior 69; 391-409
Zikic, J. & Douglas T. H. (2009). Toward more complex view of career
exploration, The Career Development Quartely, 58 (2) 181
Zunker, G.V. (2012) Career Counselling : A holistic approach. (9th Ed), Boston
USA.
121
Firmansyah, T. (2014). Pengangguran terdidik bertambah, RepublikaOnline
http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/11/06/neltsa-
pengangguran-terdidik-bertambah di unduh Kamis, 06 November 2014,
13:00
Moerti, W. (2014). merdeka.com online http://warta-andalas.com/berita-
pengangguran-terdidik-dilema-kependudukan-di-
indonesia.html#ixzz3CYnitb8D di unduh Selasa, 6 Mei 2014 06:03
Yaumi, M (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Melalui Transdisiplinaritas.
http://www.bharatbhasha.com/education.php/208471. diunduh pada 20
Mei 2010.
1
Assalammua’alaikum Wr Wb
Salam Sejahtera buat kita semua.
Perkenalkan, saya mahasiswa Program Magister Sains Psikologi dari Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sedang melakukan penelitian tentang
pemilihan karir pada siswa SMP. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku pemilihan
karir pada siswa SMP sebagai salah satu dasar bagi siswa dalam pengambilan keputusan untuk
pemilihan pendidikan selanjutnya.
Oleh karena itu saya mengharapkan kesediaan adik-adik untuk ikut serta dalam
penelitian ini dengan mengisi beberapa pernyataan berikut ini. Pernyataan ini bukan
merupakan test, jadi TIDAK ADA JAWABAN YANG BENAR ATAU SALAH, dengan
demikian berikanlah jawaban sejujurnya sesuai dengan apa yang adik-adik pikirkan.
Sebelum mengisi kuesioner, bacalah petunjuk pengisian secara cermat, kemudian
jawablah pada kolom jawaban yang telah tersedia. Setelah selesai mengisi kuesioner ini,
diharapkan adik-adik untuk meneliti kembali jawaban nya, agar tidak ada pernyataan yang
tidak terjawab atau terlewati. Kami mengharapkan adik-adik untuk menjawab semua
pertanyaan, tidak mengosongkan dan tidak menjawab pertanyaan secara asal, karena akan
sangat berpengaruh pada hasil penelitian ini nantinya. Setiap jawaban yang adik-adik berikan
akan terjamin kerahasiaannya, dan hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian saja.
Terima kasih atas kesediaan dan partisipasi adik-adik yang telah meluangkan waktu
untuk menyelesaikan questioner ini, semoga jawaban yang adik-adik berikan dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassamua’laikum WrWb
Peneliti
Linda Novella.
2
Pernyataan Kesediaan Responden
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini. Dengan ketentuan semua data jawaban harus dijamin kerahasiaan nya dan hanya
dipergunakan untuk penelitian.
Demikian pernyataan ini saya buat, agar yang berkepentingan maklum. Semoga penelitian ini
berjalan dengan baik dan bermanfaat.
Terima kasih.
Jakarta,........................................2015
(...........................................................)
3
IDENTITAS RESPONDEN
(Isi lah data berikut dengan melingkari nomor yang tersedia)
1. Nama :.....................................................................................................
2. Kelas :.........................................Umur : ...............................................
3. Nama Sekolah :.....................................................................................................
4. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
5. Apa pilihan jurusan pendidikan selanjutnya yang anda inginkan setelah SMP.
a. SMA IPA b. SMA IPS c. SMA Bahasa d. SMK e. Tidak tahu
6. Pekerjaan Ayah saat ini dan pendidikan terakhir.
Pekerjaan Ayah
Pendidikan Ayah
a. Pegawai Negeri Sipil a. Lulus SMA
b. Pegawai Swasta b.S1
c. Wira Usaha c.S2
d. Profesi mis: dokter, pengacara dll d.S3
e. ABRI e.Lainnya......................(isi)
f. Lainnya ..................................................(isi)
7. Pekerjaan Ibu saat ini dan pendidikan terakhir
Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ibu
a. Pegawai Negeri Sipil a. Lulus SMA
b. Pegawai Swasta b.S1
c. Wira Usaha c.S2
d. Profesi mis: dokter, pengacara dll d.S3
e. ABRI e.Lainnya..............................(isi)
f. Ibu Rumah Tangga
g. Lainnya ..................................................(isi)
4
8. Sebutkan 3 mata pelajaran yang paling disenangi dan paling tidak disenangi
Mata Pelajaran paling disenangi
Mata Pelajaran tidak disenangi
1. 1.
2. 2.
3. 3.
9. Apakah Anda sudah mempunyai Cita-cita ? : 1. Sudah 2. Belum
Jika sudah, sebut kan bidang pekerjaan nya,
........................................................................................................................................
Jika belum, apa kemungkinan bidang pekerjaan yang anda inginkan
..........................................................................................................................................
10. Sebutkan hal-hal apa saja yang akan anda lalui dalam 15 tahun kedepan mulai dari
sekarang (selesai pendidikan SMP )
No
Rencana 15 tahun kedepan
1
2
3
4
5
11. Sebutkan 5 hal yang ingin anda dapat kan dalam hidup .
No
Keterangan
1
2
3
4
5
5
Petunjuk Pengisian :
a. Bacalah setiap pernyataan dibagian kiri, kemudian berilah (X) pada kolom jawaban
yang tersedia, yang paling sesuai dengan kondisi atau pendapat adik-adik.
b. Tidak ada jawaban benar atau salah, dan tidak ada pengaruh pada nilai akademik adik-
adik. .
c. Tidak mengosongkan jawaban atau tidak menjawab pertanyaan
d. Jawabanadik-adik dijamin kerahasiaan nya
e. Keterangan jawaban :
1. STS=Sangat Tidak Sesuai , jika kalimat pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan
keadaan diri anda.
2. TS=Tidak Sesuai, jika kalimat pernyataan Tidak Sesuai dengan keadaan diri anda.
3. CS=Cukup Sesuai, jika kalimat pernyataan Cukup Sesuai dengan keadaan diri
anda.
4. S=Sesuai, jika kalimat pernyataan Sesuai dengan keadaan diri anda.
5. SS=Sangat Sesuai, jika kalimat pernyataan Sangat Sesuai dengan keadaan diri
anda.
Contoh :
No Pernyataan Jawaban
1
Saya suka membaca .
STS
1
TS
2
CS
3
S
4
X
SS
5
Note : Jika adik-adik merasa pernyataan tersebut sesuai dengan perilaku adik-adik, maka
berilah tanda silang (X) pada kotak jawaban no 4.
SELAMAT MENGERJAKAN
6
Pernyataan Jawaban
Bagian A ST
S
TS CS S SS
1 Saya mencari informasi tentang bidang pekerjaan yang sesuai
dengan minat saya di internet atau media lainnya
1 2 3 4 5
2 Saya berbicara dengan orang-orang yang dianggap sukses dalam
karir nya
1
2 3 4 5
3 Pengetahuan saya mengenai bidang pekerjaan, adalah sebagai
dasar pertimbangan bagi saya dalam memilih jurusan pendidikan
1 2 3 4 5
4 Saya bertanya dengan kakak-kakak kelas yang sedang sekolah
di jurusan yang saya cita-citakan
1 2 3 4 5
5 Saya mengikuti ekskul sesuai jurusan pendidikan yang akan
saya pilih.
1 2 3 4 5
6 Saya mengambil kursus yang sesuai dengan minat, hobi , dan
nilai-nilai yang terkait dengan cita-cita saya
1 2 3 4 5
7 Saya bertanya pada guru, mengenai tantangan yang akan saya
hadapi pada jurusan yang saya pilih
1
2 3 4 5
8 Saya berupaya untuk mengetahui minat saya
1 2 3 4 5
9 Saya konsultasi dengan konsultan karir atau psikolog dalam
penjurusan pendidikan saya.
1 2 3 4 5
10 Saya bertanya pada guru Bimbingan Konselling disekolah
tentang bidang pekerjaan yang saya cita-citakan
1 2 3 4 5
11 Saya mengunjungi sekolah yang berhubungan dengan jurusan
pendidikan yang saya inginkan
1
2 3 4 5
12 Saya mencari informasi tentang hal-hal baru sesuai minat saya
untuk membantu saya memahami pemilihan jurusan pendidikan
yang tepat
1 2 3 4 5
13
Saya berbicara dengan orang-orang yang bekerja dibidang
pekerjaan yang saya cita-citakan.
1
2
3
4
5
14
Saya menghadiri pameran atau presentasi mengenai penjurusan
pendidikan
1 2 3 4 5
15
Saya memilih jurusan pendidikan dengan melihat trend bidang
pekerjaan yang lagi populer saat sekarang.
1 2 3 4 5
Bagian B
16 Saya yakin ada dukungan dari orang-orang sekitar
saya dalam mencapai cita-cita saya.
1 2 3 4 5
17 Tidak ada seorangpun yang dapat memberikan arahan,
ketika saya dalam kebingungan.
1 2 3 4 5
7
18 Saya merasa ada orang-orang yang membutuhkan bantuan
saya
1 2 3 4 5
19 Saya menikmati kegiatan sosial bersama orang- orang lain
1 2 3 4 5
20 Saya merasa bertanggung jawab untuk membahagiakan
orang lain
1 2 3 4 5
21 Saya merasa menjadi bagian dari suatu kelompok 1 2 3 4 5
22 Saya tidak memikirkan, apakah orang lain menghargai
bakat dan kemampuan saya.
1 2 3 4 5
23 Saya memiliki hubungan dekat, dengan siapa pun yang
memberikan rasa nyaman dan bahagia secara emosional
1 2 3 4 5
24 Saya memiliki seseorang yang dapat diajak bicara tentang
keputusan penting dalam pendidikan saya
1 2 3 4 5
25 Saya memiliki keluarga yang mengakui kemampuan dan
keterampilan saya
1 2 3 4 5
26 Ada orang yang dapat saya percayai, untuk di mintai
pendapat ketika saya sedang ada masalah.
1 2 3 4 5
27 Saya merasakan punya ikatan emosional yang kuat dengan
seseorang
1 2 3 4 5
28 Saya merasa tidak punya tempat untuk meminta bantuan
ketika saya membutuhkan
1 2 3 4 5
29 Saya rasa ada orang yang mengagumi bakat dan kemampuan
saya dalam mencapai cita-cita saya
1 2 3 4 5
30 Saya suka merasa sendiri
1 2 3 4 5
31 Tidak ada orang yang senang dengan hal-hal yang saya
lakukan
1 2 3 4 5
32 Saya masih mempunyai orang yang dapat saya percaya
dalam keadaan darurat
1 2 3 4 5
33 Saya merasa tidak ada orang yang butuh perhatian saya
1 2 3 4 5
Bagian C
34 Saya dipercaya untuk memimpin suatu kegiatan.
1 2 3 4 5
35 Saya masih marah pada orang yang telah menyakiti perasaan
saya, meskipun mereka telah meminta maaf.
1 2 3 4 5
36 Saya senang melihat gambar yang indah dan mendengar musik
yang bagus
1 2 3 4 5
8
37 Saya berharap hal-hal baik datang dalam ke hidupan saya.
1 2 3 4 5
38 Saya tertarik dalam hal-hal baru.
1 2 3 4 5
39 Saya ikut terlibat, jika ada kesempatan untuk
belajar sesuatu yang baru untuk menambah wawasan saya
1 2 3 4 5
40 Saya mampu menyelesaikan masalah yang bisa diterima semua
pihak.
1 2 3 4 5
41 Saya tidak merasa bersyukur
1 2 3 4 5
42 Saya tetap akan melakukan sesuatu kebenaran meskipun saya
menghadapi ejekan
1 2 3 4 5
43 Saya memikirkan dampak dari perilaku saya sebelum melakukan
tindakan
1 2 3 4 5
44 Saya memiliki banyak antusiasme /ketertarikan yang tinggi
terhadap sesuatu
1 2 3 4 5
45 Saya menjalani kehidupan ini apa adanya. 1
2 3 4 5
46 Saya menyelesaikan pekerjaan saya meskipun banyak
tantangan yang muncul
1 2 3 4 5
47 Saya menghormati pendapat teman kelompok saya, meskipun
saya tidak setuju.
1 2 3 4 5
48 Saya bersikap, adil meskipun saya tidak menyukai mereka
1 2 3 4 5
49 Saya suka melakukan sesuatu dilingkungan yang dilarang
melakukannya
1 2 3 4 5
50 Saya sabar menunggu, jika ingin melakukan sesuatu 1
2 3 4 5
51 Saya yakin ada KekuatanTuhan yang membantu saya menghadapi
segala kesulitan
1 2 3 4 5
52 Saya suka mencari informasi tentang hal-hal baru yang terkait
dengan minat saya
1 2 3 4 5
53 Saya sering bertanya untuk mempelajari hal-hal baru yang akan
menambah keterampilan atau pengetahuan saya
1 2 3 4 5
54 Saya berkata jujur meskipun karena itu saya tidak akan
mendapatkan apa yang saya inginkan
1 2 3 4 5
55 Saya senang melakukan kegiatan yang bersifat kreatif 1
2 3 4 5
56 Saya mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan dahulu
sebelum saya membuat keputusan
1 2 3 4 5
57 Saya mampu mengkontrol kemarahan saya dengan baik.
1 2 3 4 5
9
58 Saya melakukan apapun, ketika melihat orang membutuhkan
bantuan saya .
1 2 3 4 5
59 Saya suka bercanda dan menceritakan cerita lucu kepada orang
lain
1 2 3 4 5
60 Saya adil memperlakukan semua orang, meskipun mereka tidak
saya kenal.
1 2 3 4 5
61 Saya sangat berhati-hati menetapkan sesuatu yang akan membuat
saya menyesal dikemudian hari nanti
1 2 3 4 5
62 Saya memiliki pandangan yang pesimis tentang masa depan
nanti.
1 2 3 4 5
63 Saya tidak segan untuk mengatakan kepada keluarga dan teman
saya bahwa saya mencintai mereka
1 2 3 4 5
64 Saya membuat jadwal kegiatan aktivitas harian, agar kegiatan
saya terlasana sesuai rencana.
1 2 3 4 5
65 Saya menggambar atau membuat peta konsep untuk membantu
saya memahami pelajaran.
1 2 3 4 5
66 Ketika selesai belajar, saya bertanya pada diri sendiri apakah
yang saya pelajari berkaitan dengan yang ingin saya ketahui
.
1 2 3 4 5
67 Saya pikir saya harus belajar dahulu sebelum saya mengerjakan
tugas
1 2 3 4 5
68 Saya lebih termotivasi belajar ketika saya tertarik dengan
materinya.
1 2 3 4 5
69 Saya tahu kapan menggunakan strategi belajar yang paling tepat
untuk mengerjakan tugas – tugas sekolah
1 2 3 4 5
70 Saya mengetahui kelemahan saya, dan saya mampu
mengatasi kelemahan tersebut .
1 2 3 4 5
***** Terima kasih atas partisipasinya *****
top related