pengaruh dpk, kewajiban, pembiayaan, bopo dan...
Post on 25-Apr-2019
213 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH DPK, KEWAJIBAN, PEMBIAYAAN, BOPO DAN NIM
TERHADAP LIKUIDITAS BUS DEVISA DI INDONESIA
(PERIODE 2011-2015)
SKRIPSI
(Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar S.E.Sy)
Oleh:
MAULIA NURUL HAKIM
1112046100174
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/1437 H
ABSTRAK
MAULIA NURUL HAKIM, NIM 1112046100174. “Analisis Total DPK,
Kewajiban, Pembiayaan, BOPO, NIM terhadap Likuiditas BUS Devisa di Indonesia
(Periode 2011-2015),” Skripsi S1, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi
Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Total DPK, Kewajiban,
Pembiayaan, BOPO dan NIM terhadap rasio likuiditas Cash Ratio pada Bank Umum
Syariah (BUS) Devisa di Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama periode tahun
2011-2015 menggunakan data triwulan bank yang terpilih dengan metode purposive
sampling, yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan Bank Negara
Indonesia Syariah.
Metode yang digunakan adalah metode analisis pooled data/data panel dengan
pendekatan fixed effect model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel
independen Total DPK, Total Kewajiban, Total Pembiayaan, rasio BOPO dan NIM
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen Cash Ratio. Secara parsial,
variabel Total DPK berpengaruh positif signifikan terhadap Cash Ratio dengan
tingkat signifikansi 0,0037 < 0,05, Total Kewajiban berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap Cash Ratio dengan tingkat signifikansi 0,6341 > 0,05, Total
Pembiayaan berpengaruh positif signifikan dengan tingkat signifikansi 0,0005 < 0,05,
BOPO berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Cash Ratio dengan tingkat
signifikansi 0,0520 > 0,05, dan variabel NIM pun berpengaruh positif signifikan
terhadap Cash Ratio dengan tingkat signifikansi 0,0003 < 0,05. Kelima variabel
diperoleh Adjusted R-Squared sebesar 82,2413% yang berarti variabel-variabel
independen secara bersamaan memiliki hubungan yang kuat dengan Cash Ratio
(variabel dependen).
Kata kunci: DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO, NIM, dan Cash Ratio
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang terus menerus
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, kepada
segenap keluarga, sahabat, serta seluruh umatnya di sepanjang zaman.
Dengan taufiq, hidayah dan kemudahan Allah SWT, tiada henti saya
panjatkan rasa syukur karena telah menyelesaikan skripsi yang berjudul "Analisis
Total DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO dan NIM Terhadap Rasio Likuiditas"
dengan baik.
Banyak rintangan yang dilalui penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, berbagai bantuan dan doa dari semua
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skrispi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM Hasan Ali, MA dan Bapak Dr. Abdurrof, M.A, Ketua Program
Studi Muamalat dan Sekretaris Kosentrasi Perbankan Syariah Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Ibu Aini Masruroh, SEI., MM Dosen pembimbing yang senantiasa
membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran-
saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Aries Koentjoro, MM sebagai dosen yang beberapa kali
meluangkan waktunya untuk mengoreksi dan memberikan arahan sehingga
penulis dapat mengerjakannya dengan baik.
5. Para dosen FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal
kebaikannya mendapat balasan dari Allah SWT.
6. Kepada yang tercinta Ummi Koimah Maksoem dan Abi Iman Kukuh Santoso
yang telah memberikan kasih sayang dalam segala bentuk rupa hal-hal yang
tak ternilai harganya. Terima kasih atas curahan do'a di setiap solat yang tak
pernah putus. Semoga kebaikan mereka dibalas berkali-lipat oleh Allah SWT
7. Kakak Sabila Nurul Haqi dan kakak iparku Hamzah Assaduddin, serta adik-
adik M. Azmi, Ramy Azhar, dan Kamila Husna yang selalu memberikan
dukungan
8. Sahabat kuliah dari masa ospek hingga akhir kuliah, Selvina, Rafida, dan Ifat
serta Perbankan Syariah D dan semua teman-teman Perbankan Syariah
angkatan 2012. Semoga perjumpaan kita tak lepas hingga wisuda saja
9. Teman-teman terbaik sejak 2006 yang selalu saling mendukung, Arina Shafa,
Dianty Prilia, Devi Larasati, Lintang Cahyo dan seluruh Invacious Crew yang
viii
terus menjaga silaturahmi sampai sekarang. Saya berharap persahabatan kita
tak pernah putus hingga jannah-Nya
10. Teman pendekar Erika, Hamidah, Rizal, Tohirin, Bang Adi dan Bang Awang,
senior, serta junior Pers Mahasiswa Institut dan warga UKM yang telah
mengajarkan dan mengenali saya akan banyak hal
11. Teman-teman KKN Kebangsaan 2015 yang tersebar di seluruh Indonesia,
Anilza, Awaliyatul, Bang Yogi, Nisa, Adhit, Meggy, Mba Zahra, Aan, Malik,
dan Attin.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Namun, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada ekonomi
Islam.
Ciputat, 20 Agustus 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 10
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 11
E. Kerangka Teori ........................................................................................ 13
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah ............................................................................................ 15
B. Bank Umum Syariah Devisa .................................................................... 18
C. Manajemen Likuiditas Bank ................................................................... 21
D. Analisis Laporan Keuangan .................................................................... 27
1. Dana pihak ketiga ........................................................................ 28
2. Posisi kewajiban .......................................................................... 30
3. Pembiayaan ................................................................................. 33
4. BOPO .......................................................................................... 35
5. NIM ............................................................................................. 36
E. Keterkaitan Antar Variabel
1. Hubungan variabel Total DPK dengan Likuiditas ...................... 37
2. Hubungan Variabel Total Kewajiban Lancar Dengan Likuiditas 38
3. Hubungan Variabel Total Pembiayaan Dengan Likuiditas ......... 38
4. Pengaruh BOPO Terhadap Likuiditas ......................................... 39
5. Pengaruh NIM terhadap Likuiditas ............................................. 40
x
F. Penelitian terdahulu ................................................................................. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 43
B. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 44
C. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 45
D. Operasional Variabel Penelitian ............................................................... 46
E. Metode Analisis Data .............................................................................. 50
a. Uji Chow ..................................................................................... 52
b. Uji Hausman ............................................................................... 53
c. Uji Lagrange Multiplier .............................................................. 54
F. Teknik Analisa Data ................................................................................ 55
a. Uji t ............................................................................................. 56
b. Uji F ............................................................................................. 57
c. Koefisien determinasi................................................................... 58
G. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian ........................................................................................ 61
B. Analisis Hasil dan Pembahasan
1. Pemilihan Model Regresi Data Panel ......................................... 65
2. Analisis Uji Regresi
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ......................................... 65
b. Uji t ....................................................................................... 70
c. Koefisisen Determinasi ......................................................... 74
d. Persamaan Regresi ................................................................ 75
e. Interpretasi ............................................................................. 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 82
B. Saran ..................................................................................................... 84
xi
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85
LAMPIRAN ......................................................................................................... 87
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Rata-rata Penelitian ..................................................................... 6
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 41
Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sampel .................................................................. 44
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian .................................................................... 45
Tabel 4.1 Daftar Sampel BUS Devisa ................................................................. 61
Tabel 4.2 Data Rata-rata Cash Ratio BUS Devisa 2011-2015............................ 61
Tabel 4.3 Data Rata-rata Total DPK BUS Devisa 2011-2015 ............................ 62
Tabel 4.4 Data Rata-rata Total Kewajiban BUS Devisa 2011-2015 .................. 63
Tabel 4.5 Data Rata-rata Total Pembiayaan BUS Devisa 2011-2015 ................. 64
Tabel 4.6 Data Rata-rata Rasio BOPO BUS Devisa 2011-2015 ........................ 64
Tabel 4.7 Data Rata-rata Rasio NIM Devisa 2011-2015 ..................................... 65
Tabel 4.8 Hasil Regresi Data Panel Model Common Effect ............................... 66
Tabel 4.9 Hasil Regresi Data Panel Model Fixed Effect ..................................... 67
Tabel 4.10 Hasil Uji Chow .................................................................................... 68
Tabel 4.16 Hasil Uji F .......................................................................................... 69
Tabel 4.17 Hasil Uji t ........................................................................................... 71
Tabel 4.18 Hasil Uji Adjusted R2 ........................................................................ 74
Tabel 4.19 Hasil Uji Signifikansi Fixed Effect Model ....................................... 75
Tabel 4.20 Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian .................................... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum, bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial
intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus unit)
kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan1.
Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota
masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota
masyarakat yang memerlukan dana. Kegiatan tersebut menghasilkan suatu rantai
perekonomian yang meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negara.
Penghimpunan dana sebagai sumber likuiditas hingga penyaluran dana
pada aktiva produktif dan berbagai kegiatan jasa yang ditawarkan bank
menjadikan perbankan sebagai industri yang penuh dengan risiko. Dalam satu
dasarwarsa terakhir (1998-2008), Indonesia mengalami dua goncangan kriris
besar. Pada krisis ekonomi pertama (1997/1998), rupiah mengalami depresiasi
terparah hingga mencapai 329,5% dari Rp 2.375 per dolar pada 31 Januari 1997
menjadi Rp. 10.200 per dolar pada 20 Januari 1998. Korporat harus menyiapkan
rupiah tiga kali lebih banyak untuk membayar utang mereka dalam denominasi
dolar. Akibatnya, terjadi krisis likuiditas yang memicu kebangkrutan massal.
1 Lukman Dendawijaya. Manajemen Perbankan. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), h. 25
2
Puncaknya, kepercayaan masyarakat runtuh ketika pemerintah pada awal
November 1997 mencabut izin 16 bank. Seluruh indikator perbankan seperti
Return of Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan naiknya biaya operasional
dibandingkan pendapatan operasional memburuk2. Sementara, krisis kedua (krisis
global) pada 2008, Indonesia terimbas dampak krisis. Nilai tukar rupiah hampir
menyentuh Rp 13.000 atau terdepresiasi 26,2%. Krisis tersebut membuat
perbankan nasional terpuruk karena mengalami kesulitan likuiditas akut.
Risiko pada industri perbankan harus dikelola dengan penerapan
manajemen risiko, namun pada sisi lain perbankan juga perlu didorong untuk
mengembalikan dana masyarakat yang telah diserap melalui peningkatan jumlah
kredit kepada dunia usaha, maupun investasi langsung pada dunia usaha (bukan
investasi portofolio saham pada bursa efek)3. Bank Indonesia mendefinisikan
risiko sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan
kerugian bank. Menurut Bank Indonesia terdapat beberapa klasifikasi risiko yang
kemungkinan dihadapi oleh industri perbankan, yaitu risiko kredit, risiko pasar,
risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik,
dan risiko kepatuhan.
Risiko tingkat bunga merupakan risiko yang dapat merugikan dan
menguntungkan. Risiko kredit dan risiko operasional juga dapat dikategorikan
2 A. Riawan Amin. Perbankan Syariah sebagi Solusi Perekonomian Nasional. (Jakarta: UIN Press,
2009), h. 26-28 3 Ferry N Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. xi
3
sebagai risiko dua arah. Sedangkan risiko likuiditas merupakan risiko dengan satu
arah ke bawah atau disebut dengan risiko yang merugikan4. Risiko yang terberat
yang kerap menjadi awal dari terjadinya likuidasi ialah risiko likuiditas5.
Risiko likuiditas adalah eksposur yang timbul antara lain karena bank
tidak mampu memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Krisis pembiayaan ini
dapat timbul karena pertumbuhan bank atau ekspansi kredit di luar rencana,
adanya peristiwa tak terduga seperti penghapusan (charge off) yang signifikan,
hilangnya kepercayaan dari masyarakat sehingga menarik dana mereka dari bank,
atau bencana nasional seperti devaluasi mata uang rupiah yang sangat besar6.
Bank harus terus memantau posisi likuiditas dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana yang dikelola
bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan
dapat ditarik sewaktu-waktu.
Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi bisnis sehari-
hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan nasabah
terhadap pinjaman, dan memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan
investasi yang menarik dan menguntungkan7. Keadaan likuiditas bank yang baik
ialah ketika suatu bank memiliki jumlah aset likuid yang dapat menutupi
4 Ibid., h. 21
5 Masyhud Ali, Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional
dalam Perbankan, (Jakarta: PT Gramedia, 2004), h. 246 6 Robert Tampubolon, Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial, h. 26
7 Gerald O. Hatler dalam M. Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h. 178
4
kewajiban jangka pendek dan penarikan dana oleh deposan. Sebagai lembaga
perbankan, di satu sisi bank harus menjaga penarikan dana dari sumber dana yang
dititipkannya seperti giro, deposito, tabungan, dan lainnya. Sementara di sisi lain
bank harus menjaga penarikan permintaan dana seperti kredit yang diberikan,
pembiayaan, pembelian peralatan dan lainnya8.
Manajemen risiko likuiditas pada bank syariah sama pentingnya seperti
pada bank konvensional. Namun, pengelolaan likuiditas pada bank syariah unik
dan lebih menantang dikarenakan fakta bahwa kebanyakan instrumen yang
digunakan untuk mengelola likuiditas adalah berbasis bunga atau riba, dimana hal
terebut tidak sesuai dengan hukum syariah. Sebagai tambahan, rasionalisasi
nasabah bank dalam arti konvesional dalam masalah profit berlaku dalam setiap
transaksi dapat menyebabkan penarikan dana pada bank konvensional ketika
tingkat bunga di bank konvenisonal lebih tinggi. Bank syariah juga mungkin
mengalami mismatch likuiditas yang parah ketika suku bunga berubah karena
perubahan kondisi ekonomi9.
Risiko likuiditas yang dihadapi oleh bank syariah saat ini terlihat lebih
rendah, hal ini karena bank syariah menghadapi kelebihan likuiditas sebagai
akibat dari tidak tersedianya instrumen yang sesuai dengan syariah. Beberapa hal
yang dapat meningkatkan risiko likuiditas di masa mendatang, yaitu masih
8 Imam Rusyamsi, Asset Liability Management: Strategi Pengelolaan Aktiva Pasiva Bank.
(Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, 1999), h. 37 9 Noraini Mohd Ariffin, Liquidity Risk Management And Financial Performance In Malaysia:
Empirical Evidence From Islamic Banks, 2012, h. 68
5
tingginya rekening giro yang dapat ditarik setiap saat, adanya batasan fikih dalam
jual-beli utang yang merupakan bagian utama dari asset dan lambatnya
pengembangan instrumen keuangan syariah menyebabkan bank syariah tidak
mampu meningkatkan dananya dengan cepat10
.
Bank syariah dikategorikan menjadi dua, yaitu bank syarah devisa dan
non devisa. Untuk memperluas jangkauan bank syariah, baik dari segi
funding maupun leanding, tahun 2016 Bank Indonesia telah mengizinkan 4
bank syariah beroprasi sebagai bank devisa. Sebagai bank devisa, bank
tersebut dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor dan impor,
jual beli valuta asing, dan lain sebagainya sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia. Sedangkan, bank non devisa belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan
transaksi seperti halnya bank devisa.
Di samping itu, likuiditas yang berlebih di pasar merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan kurs rupiah menurun. Tersedianya likuiditas yang jauh
lebih besar daripada kebutuhan untuk operasional digunakan BUS devisa untuk
membeli valuta asing, khususnya dolar AS. Akibatnya, kurs dolar AS terhadap
rupiah terus naik dan rupiah semakin rendah.
Dalam merumuskan faktor dan fungsi likuiditas suatu bank, analisa
laporan keuangan dapat digunakan untuk mempermudah pengamatan. Melalui
10
Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2000), h. 71
6
proses perbandingan prestasi dari suatu periode dibandingkan dengan periode
sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tersebut,
evaluasi dari hasil analisis tersebut sehingga akan diperoleh prediksi yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang11
.
Tabel 1.1
Rata-rata DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO, NIM dan Cash
Ratio BUS Devisa 2011-2015
DPK Kewajiban Pembiayaan BOPO NIM
Cash
Ratio
2011 15,436,976.50 2,200,140.25 3,600,274.17 80.88% 10.12% 134.54%
2012 19,195,014.67 2,809,146.92 3,817,067.92 79.34% 10.37% 107.28%
2013 23,351,599.00 3,498,963.33 4,196,588.50 82.25% 9.33% 121.49%
2014 25,780,692.17 3,837,855.25 4,373,694.08 90.47% 7.66% 201.90%
2015 27,578,273.50 3,726,745.58 5,219,356.25 96.55% 7.98% 93.60% Sumber: Data diolah
Dari tabel 1.1, struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) yang semakin tinggi
dihimpun BUS devisa dalam bentuk simpanan jangka pendek berupa tabungan,
deposito dan giro. Memiliki jumlah aset dan DPK yang cukup baik belum tentu
tidak berpengaruh terhadap terjadinya risiko likuiditas pada suatu bank, karena
bank dapat dinilai rentan terhadap risiko likuiditas yaitu dengan cara melihat
apakah bank tersebut memiliki aset lancar yang melebihi kewajiban jangka
pendeknya dan memenuhi penarikan dana oleh deposan.
11
Dwi Nuraini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Banten: UIN Jakarta Press,
2009), h. 57-58
7
Bank sangat mungkin mengalami keadaan tidak likuid (illiquidity) yakni
ketika arus kas keluarnya (penarikan deposito oleh nasabah, pemberian kredit,
pembiayaan, dan lainnya) jauh lebih besar daripada arus kas masuk12
.
Pembiayaan diperlukan untuk menjalankan sektor riil masyarakat berupa
penyaluran kredit, seperti modal usaha. Namun perlu diperhatikan tentang
pemberian sebuah pembiayaan, bank tentu harus tetap menjaga likuiditasnya,
karena pembiayaan yang diberikan ke masyarakat dapat berisiko macet, untuk itu
pengukuran peembiayaan yang disalurkan sangatlah penting untuk menilai tingkat
likuiditas suatu bank.
Menurut Dendawijaya13
, rasio biaya operasional digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Tetapi pada tabel 1.1 di tahun 2011-2015 BOPO mengalami kenaikan
dan Cash Ratio juga naik. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan teori bahwa jika
BOPO meningkat menunjukkan bahwa bank tersebut kurang berhasil dalam
mendistribusikan biaya untuk memperoleh pendapatan.
Dalam hal ini terjadi suatu kesenjangan gap (research gap dan fenomena
gap) antara teori yang selama ini dianggap benar dan selalu diterapkan pada
industri perbankan dengan kondisi empiris bisnis perbankan. Apabila hal–hal di
12
Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko Pada Perusahaan dan Birokrasi. (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2009), h. 134 13
Lukman Dendwaijaya. Manajemen Perbankan, h. 120
8
atas dibiarkan terjadi maka dikhawatirkan akan mempengaruhi likuiditas
perbankan di tahun mendatang.
Di samping itu, rasio profitabilitas bank yang digunakan pada penelitian
ini adalah Net Interest Margin (NIM). NIM merupakan pendapatan bunga bersih
yang dibandingkan dengan rata-rata aktiva produktif. Laba suatu bank mutlak
harus ada untuk menjamin kontinuitas bank tersebut. Tetapi bank yang hanya
mengejar profitabilitas yang tinggi, besar kemungkinan posisi likuiditasnya
terancam. Sebaliknya, jika alat-alat likuid menumpuk, penawaran dana bertambah
yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas. Maka dari itu, pimpinan bank
harus mengambil suatu kebijakan yang tepat dalam rangka penyaluran dana.
Dari sudut pandang manajemen, perusahaan (industri riil) memiliki dua
tujuan, yaitu di satu sisi memaksimalkan laba (profit), di sisi lain meminimalkan
risiko likuiditasnya. Dalam hal ini risiko likuiditas diartikan sebagai risiko karena
tidak tersedianya likuditas yang cukup dan risiko karena tidak mendapatkan
pinjaman atau kredit untuk mendukung pendapatannya. Jika tujuan tersebut
diadopsi ke dalam perbankan, profitabilitas berhubungan dengan tujuan
memaksimalkan kekayaan stakeholders, sedangkan likuiditas berhubungan
dengan kepastian bahwa bank dapat memenuhi kewajiban keuangannya serta
memiliki pendanaan yang cukup untuk melangsungkan aktivitasnya dalam jangka
pendek. Namun demikian, tujuan profitabilitas dan likuiditas cenderung
9
berlawanan satu sama lain. Keputusan untuk memaksimalkan profitabilitas
cenderung tidak akan memaksimalkan likuiditas dan demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu, terdapat suatu trade-off antara kebutuhan likuiditas dan
profitabilitas bank. Keinginan bank syariah untuk tingkat keuntungan yang tinggi
harus bersinggungan dengan manajemen likuiditas14
. Kekurangan likuiditas akan
mengakibatkan bank mengalami kebangkrutan lebih cepat, sedangkan jika
kelebihan likuiditas juga berbahaya, yaitu profitabilitas yang rendah, yang pada
akhirnya berujung pada hal yang sama. Singgungan antara profitabilitas dan
likuiditas ini didasarkan atas argumen bahwa investasi dan pendanaan jangka
pendek memberi efek yang berlawanan terhadap likuiditas dan profitabilitas.
Investasi pada aset lancar walaupun akan meningkatkan likuiditas, namun tidak
dapat menghasilkan laba sebanyak investasi pada aset tetap. Pendanaan yang
berasal dari kewajiban lancar walaupun lebih murah dan lebih menjanjikan dari
segi laba, namun lebih beresiko karena waktu pengembaliannya pendek. Oleh
karena itu perlu diketahui faktor–faktor yang menyebabkan fluktuasi likuiditas
perbankan (Cash Ratio) agar dapat segera diatasi, maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut.
Dengan demikian perlu diketahui bagaimana pengelolaan likuiditas yang
baik pada suatu bank agar terhindar dari kemungkinan terjadinya risiko likuiditas,
14
Tariqullah Khan, Risk Management, an Analysis of Issues in Islamic Financial Industry, (IRT
IDB, 2011), h. 36
10
dengan memperhatikan rasio-rasio keuangan yang berpengaruh terhadap keadaan
likuiditas suatu bank. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul "Pengaruh DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO dan
NIM Terhadap Likuiditas Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia (Periode
2011-2015)"
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi bahwa masalah tingkat
likuiditas bank umum syariah devisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
jumlah dana yang dihimpun berjangka waktu pendek, tingginya kewajiban pada
pihak lain, pembiayaan berjangka waktu panjang dan fluktuasi rasio-rasio
penghasilan bank yang memungkinkan digunakannya modal bank untuk
mencukupi kebutuhan operasional bank.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, peneliti membatasi permasalahan yang akan
diteliti pada faktor-faktor rasio keuangan bank yang mempengaruhi rasio
likuiditas bank. Rasio keuangan tersebut diantaranya rasio BOPO, NIM, dan
Total DPK, Total Kewajiban serta Total Pembiayaan yang berisiko jangka pendek
terhadap rasio likuiditas bank umum syariah devisa yang dijelaskan oleh Cash
Ratio.
11
Dari pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah yang ingin
dijawab dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO dan NIM secara parsial
berpengaruh terhadap likuiditas BUS devisa di Indonesia pada periode
2011-2015?
2. Apakah DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO dan NIM secara simultan
berpengaruh terhadap likuiditas BUS devisa di Indonesia pada periode
2011-2015?
3. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi likuiditas BUS
devisa di Indonesia pada periode 2011-2015?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO
dan NIM secara parsial mempengaruhi risiko likuiditas bank umum
syariah devisa di Indonesia
b. Untuk mengetahui pengaruh DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO
dan NIM secara simultan mempengaruhi rasio likuiditas bank umum
syariah devisa di Indonesia
c. Untuk mengetahui variabel rasio keuangan yang dominan
mempengaruhi rasio likuiditas bank umum syariah devisa di Indonesia
2. Manfaat penelitian
12
a. Bagi Perbankan
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai faktor-
faktor yang mempengaruh rasio likuiditas yang akan dihadapi dalam
perkembangan perusahaan kedepannya. Sehingga manajemen
perbankan dapat lebih berhati-hati dan waspada dalam mengelola dana
yang dimiliki dan berhati-hati dalam menyalurka dana ke masyarakat.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai
kemungkinan terjadinya risiko likuiditas dalam perusahaan BUS devisa,
dimana likuiditas tersebut mengacu kepada kemampuan bank untuk
memenuhi penarikan deposito, pembayaran pinjaman jatuh tempo, dan
kewajiban-kewajiban lainnya tanpa mengalami kemunduran.
c. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan
terutama yang berhubungan dengan likuiditas perbankan yang
dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan.
13
E. Kerangka Teori
Bank Umum Syariah Devisa
Analisis Laporan Keuangan
Manajemen Risiko Perbankan
Rasio Keuangan
Total Kewajiban
Total Pembiayaan
BOPO
Net Interest Margin (NIM)
Total DPK
Rasio Likuiditas (Y)
Hasil
Kesimpulan
14
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori, review studi terdahulu, yang
berhubungan dengan pokok pembahasan dan penelitian terdahulu serta
menjadi dasar acuan teori yang digunakan dalam analisa penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menyajikan data penelitian, berupa deskripsi data berkenaan
dengan variabel yang diteliti secara objektif
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian tentang hasil analisis terhadap data penelitian
guna menjawab masalah penelitian. Uraian-uraian tersebut memuat tafsiran-
tafsiran, analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan sebagai jawaban
terinci atas persoalan-persoalan pokok permasalahan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang simpulan dari laporan penelitian yang telah
dilakukan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, keterbatasan penelitian,
serta saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian
maupun bagi penelitian selanjutnya.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah
Lembaga yang menjadi pelopor berdirinya Bank Islam adalah Islamic
Development Bank (IDB), yang secara resmi didirkan pada tanggal 20 Oktober
1975 dengan jumlah anggota 22 negara anggota (termasuk Indonesia) dari
Organisiasi Konferensi Islam. Munculnya upaya mendirikan lembaga ini
didasarkan atas pemahaman bahwa bunga bank yang ditimbulkan dari transaksi
simpan pinjam di bank konvensional adalah riba, sebagaimana dilarang dalam
Islam 1.
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan
mendefinisikan bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif
investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering pula
disebut lembaga kepercayaan.
1 Muhammad Sadi I, Konsep Hukum Perbankan Syariah. (Malang: Setara Press, 2015) h. 11
16
Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS), mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Sedangkan menurut Ascarya, Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang
berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sector riil melalui aktivitas kegiatan
uasaha (investasi, jual beli, atau lainnya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro ataupun mikro.
Dimensi keberhasilan bank syariah meliputi keberhasilan dunia dan akhirat (long
term oriented) yang sangat memperhatikan kebersihan sumber, kebenaran proses dan
kemanfaatan hasil. Konsep yang diterapkan bank syariah meliputi2:
1. Konsep operasi
Mekanisme kerja bank syariah yaitu dengan melakukan kegiatan
pengumpulan dana dari nasabah melalui deposito/investasi maupun titipan giro
dan tabungan. Dana yang terkumpul kemudian diinvestasikan pada dunia usaha
melalui investasi sendiri (nonbagi hasil/trade financing) dan investasi dengan
2 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2007), h. 30
17
pihak lain (bagi hasil/investement financing). Ketika ada hasil (keuntungan), maka
bagian keuntungan untuk bank dibagi kembali antara bank dan nasabah
pendanaan.
Bagian nasabah atau hak pihak ketiga akan didistribusikan kepada nasabah,
sedangkan bagian bank akan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi sebagai
pendapatan operasi utama.
2. Konsep akad
Akad atau transaksi yang digunakan bank syariah dalam operasionya
terutama diturunkan dari kegiatan mencari keuntungan (tijarah) dan sebagian dari
kegiatan tolong menolong (tabarru). Turunan dari tijarah adalah perniagaan (al-
ba’i) yang berbentuk kontrak pertukaran dan kontrak bagi hasil dengan segala
variasinya3.
Akad Produk bank syariah
Pendanaan - Pola titipan: wadiah yadh dhamanah (giro dan
tabungan)
- Pola pinjaman: qardh (Giro dan tabungan)
- Pola bagi hasil: mudharabah mutlaqah dan
mudharabah muqayyadah (tabungan, deposito,
investasi dan obligasi)
- Pola sewa: ijarah (sewa)
Pembiayaan - Pola bagi hasil: mudharabah musyarakah
(investment financing)
- Pola jual beli: mudharabah, salam, dan istishna
3 Ibid, h. 35
18
- Pola sewa: ijarah dan ijarah wa iqtina
- Pola pinjaman: qardh
Jasa perbankan - Pola titipan: wadiah yad amanah (jasa
nonkeuangan)
- Pola bagi hasil mudharabah muqayyadah (jasa
keagenan)
- Pola lainnya: wakalah, kafalah, hawalah, rahn,
sharf
Sosial Pola pinjaman: qardhatul hasan
Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan
Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan di akhirat. Sistem ekonomi
syariah menekankan konsep manfaat di setiap akhir kegiatan, melainkan pada
setiap proses transaksi. Realisasi dari konsep syariah, pada dasarnya sistem
ekonomi/perbankan syariah memiliki tiga ciri mendasar, yaitu4:
a. Keadilan
b. Menghindari aktivitas yang dilarang
c. Kemanfaatan
B. Bank Umum Syariah Devisa
Kedudukan atau status menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
4 Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 20
19
pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan
penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank yang dimaksud
adalah5:
a. Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Persyaratan untuk
menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi
sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti
halnya bank devisa.
c. Bank Sentral
Bank yang didirikan berdasarkan Undang - Undang No.13 Tahun 1968 yang
memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-
dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata
uang, mengajukan pencetakan atau penambahan mata uang rupiah dan lain
sebagainya. Bank sentral hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang
ada di Indonesia.
Dalam era globalisasi dewasa ini, perkembangan perekonomian suatu negara
tidak hanya ditentukan oleh negara yang bersangkutan, akan tetapi terpaut dengan
5 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h.6
20
sistem perekomian global, khususnya dalam bidang perdagangan internasional.
Dalam operasional sehari-hari bank, khususnya bank-bank devisa, mereka
melakukan kegiatan transaksi yang berkaitan dengan valuta asing, misalnya jual
beli mata uang asing, travelers check atau berfungsi sebagai money changer
berdasarkan kurs beli atau kurs jual yang telah ditetapkan. Kegiatan bank lainnya
seperti menerima deposito berjangka, transfer ke luar negeri, menerbitkan
sertifikat valuta asing dan kegiatan tersebut digolongkan sebagai transaksi valuta
asing tradisional.
Dalam fiqh, transaksi yang melibatkan perdagangan valuta asing seperti
diatas dapat dianalogikan dengan pertukaran antara emas dan perak (sharf)6.
Perbedaan antara al-sharf yang dilakukan bank syariah dengan perdagangan uang
secara konvensional terletak pada hukum yang diterapkan pada al-sharf.
Walaupun al-sharf itu merupakan salah satu variasi dari jual beli, akan tetapi ia
tidak dihukumi dengan konsep jual beli secara umum, karena dalam konsep jual
beli boleh untuk ditangguhkan.
Sedangkan dalam variasi jual beli uang dengan uang memakai hukum
khusus yang tidak terdapat dalam bai’ mutlak (jual beli barang dengan uang) dan
bai’ muqayyadah (jual beli barang dengan barang) yaitu dalam hal time
settlement-nya. Artinya, dalam aqad al-Sharf ini harus dilakukan secara tunai
6 Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h. 196
21
(tidak boleh ditangguhkan). Tujuan dari keharusan tunai dalam aqad al-sharf ini
adalah untuk menghindari adanya gharar yang terdapat dalam riba fadl. Gharar
dalam aqad al-sharf ini akan lenyap karena time of settlement-nya dilaksanakan
secara tunai.
Para fuqaha mengatakan bahwa kebolehan melakukan praktek al-sharf
didasarkan pada sejumlah hadis nabi yang antara lain pendapat jumhur ulama
yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Nafi’ dari Abu Said berkata Rasulallah
SAW bersabda:
ة والبر ة بالفض هب والفض هب بالذ عر عن اب سعدالخدري قال رسول هللا صلى هللا عله وسلم الذ بالبر والش
ا فمن زاد اواستزاد فقد اربى االخد والمعطى فه سواء بالشعر والتمر بالتمر والملح بالملح دا د مثلا بمثل ب
Artinya : “Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam
dengan garam, bayaran harus dari tangan ke tangan (cash). Barang siapa memberi
tambahan atau meminta tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan dengan riba.
Penerima atau pemberi sama-sama bersalah.” (HR. Muslim)
C. Manajemen Likuiditas Bank
Persoalan likuiditas merupakan salah satu berita utama dalam dunia
perbankan tak terkecuali perbankan syariah. Perbankan pada umumnya mengubah
dana janga pendeknya ke dalam bentuk aset-aset jangka panjang yang tidak likuid.
22
Dalam menjalankan fungsi ekonominya, bank melindungi nasabahnya dari
masalah likuiditas, namun pada saat yang sama, perbankan juga terekspos oleh
risiko likuiditas7.
Dilihat dari prioritas penggunaan dana bank, alat likuid termasuk dalam
primary reserve (cadangan primer) yang bertujuan untuk memenuhi reserve
requirement yang ditempatkan dalam bentuk Giro Wajib Minimum di Bank
Indonesia, memenuhi keperluan operasional bank sehari-hari, penyelesaian kliring
antar bank, dan kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.
Dalam beberapa kasus yang ekstrim, masalah likuiditas ini muncul dalam
bentuk rush oleh nasabah yang menarik dananya secara bersamaan. Lebih buruk
lagi, jika persoalan tersebut tidak hanya menimpa satu dua bank, tapi meluas
sampai keseluruh sistem perbankan. Sarana untuk menjaga hal tersebut adalah
dalam bentuk asuransi deposito, aturan pencadangan, dan bantuan likuiditas bank
sentral.
Pada sisi pasiva terdapat pos-pos yang setiap saat berubah karena kegiatan
dari bank dan juga karena kegiatan dari para nasabah bank dengan pihak ketiga
lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi aktiva tidak semata-mata
tergantung pada inisiatif manajemen bank tersebut. Sebagian besar dari perubahan
7 Greuning, Hennie Van dkk, Analisis Risiko Perbankan Syariah. (Jakarta: Salemba Empat, 2011),
h. 143
23
yang terjadi pada sisi aktiva dalam neraca bank justru dipengaruhi oleh kinerja
para debitur bank dan kinerja unit-unit ekonomi lainnya8.
Oleh karena itu, bank dikatakan likuid apabila9:
a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya;
b. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari butir (a) di atas,
tetapi yang bersangkutan juga mempunyai aset lainnya (khususnya
surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa
mengalami penurunan nilai pasarnya
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets
baru melalui berbagai bentuk hutang
Risiko likuiditas muncul karena tidak cukupnya likuiditas untuk operasional
normal yang mengurangi kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya
ketika jatuh tempo. Risiko ini muncul karena kesulitan memperoleh kas dengan
biaya yang wajar dari dana pinjaman (risiko likuiditas pendanaan atau
pembiayaan) atau dari penjualan aset (risiko likuiditas aset). Salah satu aspek
8 Ali, Masyhud, Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional
dalam Perbankan. (Jakarta : PT Gramedia, 2004), h. 108 9 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. (Jakarta: Pustaka Alvabet cet. 4, 2006), h.
133
24
dari manajemen aset dan kewajiban di dunia perbankan adalah meminimalkan
risiko likuiditas10
.
Risiko likuiditas yang berasal dari aset maupun kewajiban merupakan hal
yang penting bagi bank syariah. Karena pinjaman dengan basis bunga dilarang
oleh syariah, maka bank syariah tidak dapat memperoleh pinjaman untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Lebih jauh lagi, syariah melarang penjualan
hutang. Oleh karena itu, memperoleh dana dari hasil penjualan aset berbasis
hutang bukan merupakan pilihan bagi perbankan syariah11
.
Jenis-jenis rasio yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas, yaitu12
:
1. Current Ratio (rasio lancar)
Current ratio atau rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berikut:
10
Khan, Tariqullah and Habib Ahmed. Risk Management: Analysis of Issues in Islamic Financial
Industry, (IRT IDB, 2011), h. 28 11
Ibid, h. 52 12
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta, Rajawali Pers, 2009), h. 134
25
Tidak ada ketentuan mutlak mengenai berapa tingkat rasio lancar yang
dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh perusaan karena rasio
ini bergantung pada jenis usaha masing-masing perusahaan. Namun
tingkat current ratio sebaiknya ditargetkan 2:1 dijadikan sebagai
pedoman umum13.
2. Quick Ratio (rasio sangat lancar)
Quick Ratio (rasio cepat) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka
pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan
(inventory)14
.
Rumus quick ratio yaitu:
3. Cash Ratio (rasio kas)
Cash Ratio (rasio kas) adalah rasio yang menunjukkan posisi kas
yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki
dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
13
Kuswadi, Cara Mudah Memahami Angka-angka dan Manajemen Keuangan bagi Orang Awam,
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 19 14
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h. 136-137
26
Menurut Kasmir15
, cash ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajiban yang harus
segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank tersebut. Rasio
tersebut dirumuskan sebagai berikut:
Cash ratio digunakan pada penelitian ini karena adanya
keterkaitan dengan kas, dimana apabila jumlah kas besar, maka cash ratio
tinggi. Begitu juga sebaliknya, bila jumlah kas kecil maka cash ratio
rendah. Hasil perhitungan cash ratio akan diketahui bagaimana likuiditas
bank untuk membayar hutang lancarnya hanya dengan alat-alat likuid
yang dimilikinya16
.
Menurut Muchdarsyah17
, setiap bank yang sehat wajib
memelihara likuiditas minimum yang lazim disebut cash ratio atau
reserve requirement, yaitu perbandingan antara alat-alat likuid yang
dikuasai bank dengan kewajiban yang segera harus dibayar.
15
Ibid., h. 224 16
Indah Surya Dewi, Pengaruh DPK, BOPO, dan Size of Bank terhadap Cash Ratio (Studi Pada
BPR Syariah di Yogyakarta 2012-2014), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2015), h.5 17
Muchdarsyah Sinungan dalam Gunarto Suhadi, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum
(Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 140
27
D. Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan memberikan informasi bagi para penggunanya dalam
pengambilan keputusan. Para pengguna atau pihak yang berkepentingan dengan
bank dapat memakai serta menganalisis laporan keuangan dengan berbagai
metode dan teknik analisis laporan keuangan. Melalui proses perbandingan
prestasi dari suatu periode dibandingkan dengan periode sembelumnya sehingga
diketahui adanya kecenderungan selama periode tersebut, evaluasi dari hasil
analisis tersebut sehingga akan diperoleh prediksi yang mungkin terjadi di masa
yang akan datang18
.
Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada
para pemakai laporan keuangan dengan berbagai teknik dan metode yang berguna
untuk menilai kinerja, keputusan investasi dan memprediksi keadaan perusahaan
di masa yang akan datang19
. Di sisi lain, analisis laporan keuangan menurut
Bernstein adalah sebagai berikut:
1) Screening, analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan
dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.
2) Forecasting, analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan
perusahaan pada masa yang akan datang.
18
Dwi Nuraini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Banten: UIN Jakarta Press,
2009), h. 57-58 19
Ibid, h. 56-57
28
3) Diagnosis, analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya
masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau
masalah lain dalam perusahaan.
4) Evaluation, analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional,
efisiensi dan lainnya dalam mengelola perusahaan.
Menurut Harahap20
, kegiatan yang selalu lazim dilakukan dalam
analisis laporan keuangan dari berbagai tenik yang akan dilakukan yaitu dengan
menghitung rasio, indeks, perbedaan, kenaikan, penurunan dan persentase serta
membandingkan laporan keuangan baik dengan menggambarkannya, membuat
indeks, membuat angka asli dan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
a. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertindak
selaku perantara bagi keuangan masyarakat. Oleh karena itu, bank harus
selalu berada di tengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang
kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan kembali kepada masyarakat.
Kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat
akan bahwa bank akan menyelesaikan permasalahan keuangan dengan
sebaik-baiknya merupakan suatu keadaan yang diharapkan oleh semua bank.
20
Ibid, h. 62
29
Untuk itu, bank selalu berusaa untuk memberikan pelayanan (service) yang
memuaskan masyarakat21
.
Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber
dana terbesar yang yang diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%-90%
dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Meski jenis produk tabungan di
bank syariah mirip dengan bank konvensional, yaitu giro, tabungan dan
deposito tetapi dalam bank syariah terdapat perbedaan yang prinsipil,
seperti22
:
i) Giro
Pada umumnya, bank syariah menggunakan akad wadiah pada
rekening giro. Nasabah yang membuka rekening giro berarti melakukan
akad wadiah titipan. Dalam fiqih muamalah, dibagi menjadi dua macam,
antara lain:
Wadiah yad al-amanah, yaitu akad titipan yang dilakukan dengan
kondisi penerima titipan (bank) tidak wajib mengganti jika terjadi
kerusakan. Biasanya akad ini diterapkan bank pada titipan murni, seperti
safe deposit box.
Wadiah yad adh-dhomanah, yaitu titipan yang dilakukan dengan kondisi
penerima titipan bertanggung jawab atas nilai dari uang yang dititipkan.
21
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia ed. Kedua, 2005), h.
46 22
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h. 155
30
ii) Tabungan
Bank syariah menerapkan dua akad dalam tabungan yaitu wadiah dan
mudharabah23
. Tabungan yang menerapkan akad wadiah mengikuti
prinsip wadiah yad adh-dhomanah. Tabungan ini tidak mendapatkan
keuntungan karena titipan dan dapat diambil sewaktu-waktu dengan
menggunakan buku tabungan, atau media lain seperti kartu ATM. Akan
tetapi bank tidak dilarang jika ingin memberikan semacam bonus atau
hadiah.
iii) Deposito
Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito24
. Dalam
hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul maal dan bank
selaku mudharib. Penerapan mudharabah terhadap deposito dikarenakan
kesesuaian yang terdapat diantara keduanya.
b. Posisi Kewajiban
Posisi kewajiban merupakan kemungkinan pengorbaan manfaat
ekonomi masa depan dengan adanya kearusan bank saat periode berjalan
untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di
masa depan sebagai hakikat transaksi atau kejadian masa lalu atau hak para
kreditur atas kekayaan bank yang berasal dari dana masyarakat, dana
23
Hasan Abdullah Al-Ami dalam Muhammad Syafii Antonio. Bank Syariah dari Teori Ke Praktik,
156 24
Mahmud mohammad Babily dalam Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke
Praktik, h. 157
31
pinjaman antar bank, dana pinjaman dari pihak ketiga, bukan bank dan
sumber dana lain yang sesuai syariah25.
a. Kewajiban segera
Kewajiban segera merupakan kewajiban bank kepada pihak lain yang
sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai dengan perintah pemberi
amanah atau perjanjian yang ditetapkan sebelumnya.
b. Bagi hasil yang belum dibagikan
Bagi hasil yang belum dibagikan merupakan jumlah bagi hasil
yang belum dibagikan oleh bank kepada shahibul maal atas bagian
keuntungan hasil usaha bank yang telah disisihkan dari pengelolaan
dana mudharabah dan wadiah yang terdiri dari pihak ketiga bukan
bank dan bank.
c. Kewajiban pada Bank Indonesia
Yaitu seluruh fasilitas yang diterima bank pelopor dari BI. Antara
lain fasilitas pinjaman jangka pendek syariah dan pinjaman subordinasi
sesuai dengan prinsip syariah.
d. Kewajiban kepada bank lain
Yaitu seluruh jenis kewajiban bank pelapor dalam rupiah dan valuta
asing kepada bank lain, baik yang melalukan kegiatan operasional di
Indonesia, maupun di luar Indonesia.
e. Simpanan bank lain
25
Dwi Nuraini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah. (Banten: UIN Press), h. 29
32
Adalah kewajiban bank kepada bank lain dalam bentuk giro wadiah,
tabungan wadiah dan sertifikat investasi mudharabah antar bank
(SIMA). Simpanan dari bank lain dinyatakan sebesar kewajiban bank
kepada bank lain.
f. Kewajiban lain
1. Hutang salam
2. Hutang istishna
g. Pembiayaan yang diterima
Merupakan dana yang diperoleh dari entitas lain dengan kewajiban
pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan dalam akad.
h. Hutang pajak
Yaitu menyajikan jumlah kewajiban pajak bank kepada pemerintah
yang terdiri dari perhitungan manfaat(beban) pajak tangguhan
(pengaruh beda temporer pada tarif pajak maksimum 30%).
i. Estimasi kerugian dan komitmen kontinjensi
Komitmen dan kontinjensi bank kepada nasabah berupa bank garansi,
akesptasi, Irrevocale Letter of Credit (L/C) yang masih berjalan,
akseptasi wesel impor atas dasar L/C berjangka, standby L/C dan
garansi lain berdasarkan prinsip syariah.
j. Pinjaman subordinasi
Yaitu berupa pinjaman dari BI sebagai tambahan modal kerja bank.
Pelunasan pinjaman dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo.
33
k. Ekuitas
Adalah hak para pemilik (pemegang saham) terhadap kekayaan bank.
Setiap penambahan modal akan dicatat pada sisi kredit dan ketika
berkurang akan dicatat di sisi debet.
c. Pembiayaan
Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia
mendapatkan rizki guna memenuhi kebutuhan kehidupannya. Hubungan
pinjam-meminjam tidak dilarang, bahkan dianjurkan agar terjadi
hubungan saling menguntungkan26
.
Menurut Rifaat Ahmad Abdul Karim27
, pembiayaan merupakan salah
satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Pembiayaan produktif, menurut keperluannya, dibagi menjadi dua hal
yaitu pembiayaan modal kerja (PMK) dan pembiayaan investasi. PMK
yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi
demi meningkatkan kualitas atau hasil produksi serta untuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
Sedangkan pembiayaan investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu. Investasi bank syariah menggunakan skema
26
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, h. 169 27
Rifaat Ahmad Abdul Karim dalam Muhammad Syafii Antonio, Ibid, h. 160
34
musyarakah mutanaqisah. Dalam hal ini bank memberikan pembiayaan
dengan prinsip penyertaan dan secara bertahap bank melepaskan
penyertaanya dan pemilik perusahaan akan mengambil alih kembali, baik
menggunakan surplus cash flow yang tercipta maupun dengan menambah
modal, baik yang berasal dari setoran pemegang saham yang ada maupun
dengan mengundang pemegang saham yang baru28
.
Selain musyarakah, sistem profit loss sharing (tidak didasarkan pada
bunga), modal diberikan juga dalam bentuk mudharabah yang modalnya
diberikan sebagai penyertaan dan tidak sebagai hutang. Menurut
Chaudry29
, sistem ini akan menumbuhkan usaha kecil dan menengah
sebagaimana yang dibuktikan oleh teori ekonomi yang pada giliran
berikutnya akan mendorong pembangunan ekonomi suatu bangsa.
Mudharabah merupakan salah satu bentuk kerja sama antara pemilik
modal/shahibul maal terhadap pengusaha/mudharib yang memiliki
keahlian dalam berbisnis tetapi tidak memiliki modal yang cukup untuk
berbisnis, maka pihak pemiliki modal akan menyerahkan modalnya
kepada mudharib dengan perjanjian bagi hasil.
28
Ibid., h. 160-167 29
Muhammad Sadi I, Konsep Hukum Perbankan Syariah, h. 97-98
35
d. BOPO
BOPO merupakan rasio perbandingan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional30
. Biaya operasional merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha
pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran).
Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu
pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk
kredit dan penempatan operasi lainnya.
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil
rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank
yang bersangkutan atau dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Semakin
efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya maka laba yang dapat
dicapai bank semakin meningkat. BOPO maksimum sebesar 90% (Surat
Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
( )
30
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 120
36
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat),
maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga
dan hasil bunga.
Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap
rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. BOPO termasuk rasio
rentabilitas (earnings).
e. NIM
Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi
beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam
memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan
dalam bentuk pinjaman (kredit).
NIM adalah perbandingan antara Interest Income (pendapatan bunga
bank yang diperoleh) dikurangi Interest Expenses (biaya bunga bank yang
menjadi beban) dibagi dengan Average Interest Earning Assets (rata-rata
37
aktiva produktif yang digunakan)31
. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut32
:
Pendapatan bersih sama dengan pendapatan bunga dan beban bunga,
sedangkan aktiva produktif merupakan penanaman dana bank baik dalam
rupiah maupun valas dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan
antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan kontingensi pada transaksi
rekening administratif yang diperhitungkan untuk aktiva produktif yang
menghasilkan bunga (interest bearing assets).
E. Keterkaitan Antar Variabel
a. Hubungan variabel Total DPK dengan Likuiditas
Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana
terbesar yang yang diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%-90% dari seluruh
dana yang dikelola oleh bank)33
. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan salah satu
alasan utama bagi bank untuk menjaga tingkat likuiditasnya.
Dana simpanan nasabah adalah dana yang dihimpun oleh bank dalam
melakukan fungsi intermediasinya. Fungsi bank yang menjamin ketersediaan
likuditas bagi para nasabahnya menyebabkan bank harus menghitung prosporsi
31
Slamet Riyadi, Banking Asset & Liabillity Management, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia, Edisi ke-2. 2004) 32
SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 33
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, hal. 49
38
tertentu dari jumlah dana DPK ini pada kas dan primary reserve di BI. Pada bank
syariah, DPK dapat tediri dari simpanan wadiah dan dana investasi tidak terikat.
DPK yang dihimpun kemudian digunakan untuk membiayai aktiva
produktif bank untuk jangka panjang. Namun, likuiditas bank wajib tersedia
setiap saat (jangka pendek).
b. Hubungan Variabel Total Kewajiban Lancar Dengan Likuiditas
Kewajiban lancar merupakan kewajiban yang harus segera dipenuhi bank
dalam waktu kurang dari satu tahun (jangka pendek). Kewajiban lancar ini
termasuk dalam perhitungan rasio likuiditas dalam Cash Ratio34
. Bagi bank,
kewajiban lancar ini merupakan seluruh transaksi baik yang dalam rangka
transaksi baik bank maupun dalam rangka kegiatan operasional perusahaan35
.
c. Hubungan Variabel Total Pembiayaan Dengan Likuiditas
Selain sebagai lembaga penghimpun, demi menjalankan fungsi
intermediasinya, bank memiliki kewajiban untuk menyalurkan kredit kepada
pihak yang membutuhkan berupa pembiayaan. Pembiayaan tersebut dapat
berjangka waktu pendek atau berjangka waktu panjang.
34
Rimsky K Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2005), h. 139 35
Shopy Nadia. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas, (Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2010), h. 42
39
Pembiayaan yang diberikan merupakan variabel yang mempengaruhi
likuiditas bank berupa hambatan finansial dalam menumpul likuiditas36
.
Pembiayaan yang diberikan dihitung berupa perkembangan yang merupakan
kemampuan bank untuk ekspansi sehingga mengurangi jumlah pos lain dalam
neraca bank. Pertumbuhan pembiayaan diukur dengan membandingkan posisi
pembiayaan antara satu periode dengan periode sebelumnya.
d. Pengaruh BOPO Terhadap Likuiditas
Salah satu fungsi likuiditas bank secara umum yaitu menjalankan
transaksi bisnis sehari-hari. Fungsi ini berhubungan dengan efisiensi biaya
operasional suatu bank. Menurut Dendawijaya37
, rasio biaya operasional
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Biaya operasional merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya
(seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran). Pendapatan
operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang
diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi
lainnya.
Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
36
Aspachs, Nier, Tiesset. Liquidity, Banking Regulation And The Macroeconomy. (Bank For
International Settlements, 2005), h. 10 37
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 120
40
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Dengan kata lain semakin
tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mita Puji Utari (2011) yaitu BOPO
berpengaruh positif signifikan terhadap rasio likuiditas, sedangkan penelitian
Indah Surya Dewi (2015) berpengaruh negatif signifikan terhadap rasio
likuiditas.
e. Pengaruh NIM terhadap Likuiditas
Net Interest margin (NIM) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin
tinggi perolehan nilai NIM maka semakin baik kinerja bank tersebut pada
penempatan aktiva produktifnya dalam bentuk kredit. NIM secara langsung
dipengaruhi oleh fungsi intermediasi bank, dimana jika kegiatan
perhimpunan dan penyaluran dana bank berjalan dengan lancar maka
pendapatan bunga bersih yang diterima bank juga akan baik. Semakin baik
intermediasi perbankan maka semakin baik pula NIM bank yang
bersangkutan.
Guna mencapai pendapatan yang tinggi maka bank akan berusaha
menggunakannya ke aset yang menghasilkan bunga yang tinggi, aset jangka
panjang dan dengan harapan bahwa operasi harian akan tertutup dengan dana
41
baru. Namun tindakan seperti ini sangat berisiko karena apabila dana yang
telanjur digunakan tidak dapat ditarik, sedangkan dana baru yang diharapkan
tidak tersedia, bagaimana suatu bank dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dan memenuhi penarikan dana oleh deposan, pada akhirnya akan
menimbulkan masalah likuiditas38
.
F. Penelitian terdahulu
No Penelitian Variabel Hasil
1 Shopi Nadia. 2010. Analisis
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Likuiditas
Bank Syariah. (Studi kasus
Bank Syariah Mandiri
tahun 2007-2009). UIN
Jakarta.
Variabel dependen:
Buffer likuiditas dengan
rasio LDR
Variabel independen:
DPK, asset siap konversi
menjadi kas, akses pasar
antar bank, kewajiban
lancar, pembiayaan, dan
profit bank.
Total DPK, asset
siap konversi
menjadi kas, akses
pasar antar bank,
pembiayaan dan
profit bank
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap likuiditas
bank dan variabel
Kewajiban Lancar
tidak signifikan.
2. Indah Surya Dewi. 2015.
Pengaruh DPK, BOPO dan
Variabel Dependen:
Cash Ratio
Variabel Independen:
DPK tidak
berpengaruh
terhadap cash ratio,
38
Imam Rusyamsi, Asset Liability Management: Strategi Pengelolaan Aktiva Pasiva Bank,
(Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, 1999), h. 38
42
Size of Bank terhadap
likuiditas Cash Ratio (Studi
Pada BPRS di Yogyakarta
yang terdaftar di Bank
Indonesia 2012-2014). FSH
UIN Yogyakarta.
DPK, BOPO, Size of
Bank
BOPO dan Size Of
bank berpengaruh
negatif signifikan
terhadap cash ratio
3. Jen Kharisa Granita. 2011.
Analisis Pengaruh DPK,
CAR, ROA, NPL, NIM,
BOPO, Suku Bunga, Inflasi,
dan kurs terhadap LDR
(Studi pada BUSN Devisa
periode 2002-2009). FE
Universitas Dipongoro
Varibel Dependen: LDR
Variabel Independen:
DPK, CAR, ROA, NPL,
NIM, BOPO, Suku
Bunga, Inflasi, dan kurs
DPK, CAR, NPL,
NIM, Suku Bunga,
Inflasi, dan Kurs
secara parsial
berpengaruh
signifikan terhadap
Loan to Deposit
Ratio (LDR)
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif. Dimana data
kuantitatif adalah data yang bersifat numerik atau angka1. Penelitian ini menggunakan
studi literatur tentang pengaruh DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO dan NIM
secara parsial berpengaruh terhadap rasio likuiditas Bank Umum Syariah (BUS)
devisa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi time series dan cross section
dari tahun 2011 - 2015. Serta pengolahan data dengan menggunakan metode analisis
regresi data panel.
Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari empat variabel yang
terdiri dari satu variabel tidak bebas (dependent variabel) dan lima variabel bebas
(independet variabel).
Dependet variabel, yaitu:
1. Rasio Likuiditas dilambangkan dengan Cash Ratio (CR)
Independent variabel, yaitu:
1. Total Dana Pihak Ketiga (DPK)
2. Total Kewajiban
1 Lukman Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2007), h. 4
44
3. Total Pembiayaan
4. BOPO
5. Net Interest Margin (NIM)
B. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan.
Studi kepustakaan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun
informasi yang relavan dengan topik atau masalah yang akan diteliti. Informasi itu
diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis
dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, dan sumber-
sumber lain yang tertulis baik dalam media cetak maupun media elektronik lainnya.
Metode kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan kegiatan bank syariah untuk memperoleh landasan teoritis secara
komprehensif. Selain itu, metode kepustakaan digunakan untuk mengeksplorasi
laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rasio keuangan dalam laporan
keuangan tahunan yang dipublikasikan website Bank Indonesia maupun website
resmi masing-masing bank.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-
data yang dikumpulkan adalah Total DPK, Total Kewajiban, Total Pembiayaan, rasio
BOPO, dan rasio NIM yang diperoleh dari laporan keuangan publikasi triwulan yang
diterbitkan oleh website Bank Indonesia dan laporan keuangan yang dipublikasikan
pada website masing-masing bank. Periodesasi data menggunakan data laporan
45
keuangan triwulan BUS Devisa yang dipublikasikan selama tahun 2011-2015. Jangka
waktu ini dirasa cukup untuk meliput perkembangan kinerja bank karena
menggunakan data panel.
C. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yakni
pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata atau random tetapi didasarkan atas
adanya tujuan dan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil Bank Umum Syariah
Devisa yang menerbitkan laporan keuangan triwulan karena bank tersebut mampu
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sampel digunakan
apabila memenuhi kriteria:
Tabel 3.1
Kriteria Penentuan Sampel
No Kriteria Jumlah Bank
1 Bank Umum Syariah di Indonesia 12
2 Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia 4
3 Tersedia perhitungan rasio keuangan pada
laporan keuangan triwulan di periode waktu
penelitian
3
Berdasarkan kriteria dalam tabel 3.1 di atas, maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ada 3 Bank Umum Syariah Devisa yaitu:
46
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No. Nama Bank
1 Bank Syariah Mandiri
2 Bank Mega Syariah
3 BNI Syariah
D. Operasional Variabel Penelitian
Secara garis besar, definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Variabel Dependent
a. Cash Ratio (Y)
Rasio likuditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cash Ratio.
Rasio ini untuk mengukur perbandingan alat likuid terhadap dana pihak
ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali
simpanan nasabah atau deposan pada saat ditarik dengan menggunakan
alat likuid yang dimilikinya. Besarnya Cash Ratio menurut peraturan
pemerintah minimum adalah 2%2. Cash Ratio dihitung menggunakan
rumus berikut:
b. Variabel Independen
2 Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.
272
47
a. Total DPK (X1)
Variabel total Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan jumlah dari dana
simpanan wadiah dan dana investasi tidak terikat (mudharabah mutlaqah).
Dana simpanan wadiah didapatkan dari jumlah giro dan tabungan wadiah di
sisi pasiva laporan keuangan neraca. Sedangkan dana investasi tidak terikat
tersebut yaitu berupa tabungan dan deposito mudharabah yang juga berada di
sisi pasiva laporan keuangan neraca. Jumlah ini diukur dengan logaritma
natural (Ln).
Hal ini dikarenakan besarnya total DPK masing-masing perusahaan
berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga didapat
menyebabkan nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak
normal tersebut maka data Total DPK perlu di Ln kan. Penggunaan Total
DPK didasarkan pada penelitian.
Total DPK = Ln(simpanan wadiah + dana investasi tidak terikat).
b. Total Kewajiban (X2)
Variabel Total Kewajiban diukur dengan logaritma natural (Ln)
jumlah dari kewajiban segera lainnya, kewajiban kepada Bank Indonesia,
kewajiban pada bank lain, estimasi kerugian komitmen dan kontijensi, beban
yang masih harus dibayar, kewajiban pajak tangguhan, kewajiban lainnya,
pinjaman subordinasi, dan ekuitas. Pos-pos tersebut berada di sisi pasiva
laporan keuangan neraca.
48
Total dari pos Kewajiban ini pun ditransformasi karena besarnya Total
Kewajiban masing-masing perusahaan memiliki selisih yang besar, sehingga
dapat menyebabkan nilai yang sangat beragam karena besarannya. Untuk
menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data Total
Kewajiban perlu di Ln kan.
Total Kewajiban = Ln(kewajiban segera lainnya + kewajiban kepada
Bank Indonesia + kewajiban pada bank lain + estimasi kerugian komitmen
dan kontijensi + beban yang masih harus dibayar + kewajiban pajak
tangguhan + kewajiban lainnya + pinjaman subordinasi + ekuitas).
c. Total Pembiayaan (X3)
Variabel Total Pembiayaan diukur dengan logaritma natural (Ln) dari
pos pembiayaan bagi hasil di sisi aktiva neraca. Jumlah pembiayaan bagi hasil
ini merupakan penjumlahan dari pembiayaan mudharabah dan musyarakah
yang diterima bank dari kreditor dan disalurkan kepada debitor.
Hal ini dikarenakan besarnya Total Pembiayaan masing-masing bank
umum syariah berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga
didapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data
yang tidak normal, maka data tersebut perlu di-Ln kan. Variabel Total
Pembiayaan dapat dinyatakan dengan rumus:
Total Pembiayaan = Ln(pembiayaan mudharabah + pembiayaan musyarakah).
49
d. BOPO (X4)
BOPO merupakan rasio perbandingan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, terutama kredit3.
Dengan ketentuan semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalnya
akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban)
operasional dengan pendapatan operasionalnya. BOPO dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:4
e. NIM (X5)
Menurut Riyadi, NIM adalah perbandingan antara Interest Income
(pendapatan bunga bank yang diperoleh) dikurangi Interest Expenses (biaya
bunga bank yang menjadi beban) dibagi dengan Average Interest Earning
Assets (rata-rata aktiva produktif yang digunakan). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut5:
3 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia ed. Kedua, 2005), h.
120 4 Ibid, h. 147
5 SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004
50
E. Metode Analisis Data Panel
Penelitian ini menggunakan bentuk data panel (pool) yang merupakan
gabungan antara data runtun waktu (time series) dengan seksi silang (cross
section). Uji regresi data panel ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen yang terdiri Total DPK, Total Kewajiban, Total Pembiayaan,
BOPO dan NIM terhadap variabel dependen Cash Ratio perusahan di industri
Bank Umum Syariah Devisa. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
software Eviews 9 untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen melalui data panel. Software Microsoft Excel 2007 juga
dipakai untuk mempermudah pengolaan data seperti pembuatan grafik, tabel dan
lain-lain.
Metode analisis inferensa yang dilakukan untuk mengestimasi model ini
adalah pendekatan ekonometrika dengan metode analisis regresi linier berganda
data panel. Menurut Setiawan6, keunggulan penggunaan data panel dibanding
data runtun waktu dan data lintas sektor adalah:
1) Data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara dan lain-lain
selama beberapa waktu dengan batasan heterogenetitas dalam setiap unitnya
2) Dengan mengombinasikan data berkala (runtun waktu) dan data lintas sector,
data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih variatif, kurang
6 Setiawan, Ekonometrika, (Yogyakarta, Penerbit Andi, 2010), h. 181
51
korelasi antar variabelnya, lebih banyak derajat kebebasannya dan lebih
efisien
3) Lebih sesuai untuk mempelajari perubahan secara dinamis
4) Data panel dapat mendeteksi dan mengukur efek suatu data yang tidak dapat
diukur oleh data runtun waktu dan lintas sector
5) Data panel juga dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku
6) Dengan membuat data untuk beberapa ribu unit, data panel dapat
meminimalkan bias yang mungkin terjadi apabila membahasnya dalam bentuk
agregat.
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain :
a. Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS) merupakan pendekatan
model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data
time series dan cross section. Pada model ini data digabungkan tanpa
mempedulikan waktu dan perusahaan sehingga hanya memiliki data yang terdiri
dari variabel-variabel. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least
Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
b. Fixed Effect Model: Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antara
individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi
data panel model fixed effect menggunakan teknik variabel dummy untuk
52
menangkap perbedaan intersep antar perusahaan, perbedaan intersep bisa terjadi
karena perbedaan budaya kerja, manajerial, dan insentif. Namun demikian
slopnya sama antar perusahaan. Model estimasi ini sering juga disebut dengan
teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).
c. Random Effect Model : Model ini akan mengestimasi data panel dimana
variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu.
Pada model random effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error term
masing-masing perusahaan. Keuntungan menggunakan model random effect
yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error
Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).
Dalam memilih model yang paling tepat untuk digunakan dalam regresi data
panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan diantaranya :
a. Uji Chow
Uji Chow adalah pengujian untuk menentukan model fixed effect atau
common effect yang lebih tepat untuk digunakan dalam estimasi data panel.
Dalam uji Chow hipotesisnya adalah sebagai berikut :
H0 : Common Effect
H1 : Fixed Effect
53
Penguji uji Chow menggunakan software Eviews 9 adalah dengan
menggunkaan Uji Likelihood Ratio, lalu yang menjadi dasar penolakan dalam
hipotesis diatas adalah dengan membandingkan perhitungan F-hitung dengan F-
tabel atau membandingkan nilai probabilitasnya dengan α = 5%. Perbandingan
yang dimaksud adalah apabila F-hitung pada uji Chow lebih besar dari F-tabel,
atau nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak artinya model yang
lebih tepat digunakan adalah fixed effect, sebaliknya jika F-hitung lebih kecil dari
F tabel atau nilai probability lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan model
yang lebih tepat digunakan adalah common effect.
c. Uji Hausman
Uji Hausman adalah uji yang digunakan dalam menentukan model fixed
effect atau random effect yang lebih sesuai untuk digunakan dalam estimasi data
panel. Hipotesis dalam uji Hausman adalah sebagai berikut :
H0 : Random Effect
H1 : Fixed Effect
Uji dikembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada ide bahwa
LSDV di dalam model fixed effect dan GLS adalah efisien sedangkan model
OLS adalah tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode OLS efisien dan
GLS tidak efisien. Statistik uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi-
Squares dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel
54
independen. Hipotesis null pada uji Hausman adalah model random effect lebih
baik, jika nilai Hausman lebih besar daripada nilai kritis Chi-Squares, maka
hipotesis null akan ditolak, yang berarti model estimasi yang yang tepat untuk
regresi dat panel adalah fixed effect. Sebaliknya apabila nilai statistik Hausman
lebih kecil dari nilai kritis chi-squares maka hipotesis null diterima yang artinya
model yang tepat untuk regresi data panel adalah random effect.
c. Uji Lagrange Multiplier
Uji Lagrange Multiplier digunakan untuk mengetahui apakah model
random effect lebih baik dari model common effect digunakan Lagrange
Multiplier (LM). Uji signifikansi random effect ini dikembangkan oleh Breusch-
Pagan. Pengujian didasarkan pada nilai residual dari metode common effect. Uji
LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan derajat kebebasan (df)
sebesar jumlah variabel independen. Hipotesis null-nya adalah bahwa model
yang tepat untuk regresi data panel adalah common effect, dan hipotesis
alternatifnya adalah model yang tepat untuk regresi data panel adalah random
effect.
H0 : common effect
H1 : random effect
Apabila nilai LM hitung lebih besar dari nila kritis Chi-Squares maka
hipotesis null ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel
55
adalah model random effect. Sebaliknya, apabila nilai LM hitung lebih kecil dari
nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis null diterima yang artinya model yang
tepat untuk regresi data panel adalah model common effect.
F. Teknik Analisa Data
Metode deskriptif dan regresional diaplikasikan untuk mempelajari dan
membandingkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat pada objek
penelitian. Untuk mengetahui pengaruh variabel hubungan antar variabel
dilakukan dengan pengujian regresional statistik dengan menggunakan alat
analisis Eviews versi 9.
Pengujian yang dilakukan melalui uji statistik yang meliputi uji
signifikansi parameter individu (uji statistik t), uji signifikansi simultan (uji
statistik F), dan uji koefiseien determinasi (R2).
Uji analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji t, Uji F, dan Koefisien
Determinasi (R2).
a. Uji t
56
Pengujian hiotesis secara individu dengan uji t bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas X terhadap variabel
terikat Y.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
H0 : variabel X berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel Y
H1 : variabel X berpengaruh signifikan terhadap variabel Y
Pengujian hipotesis secara individu dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus7:
Kriteria uji t adalah:
Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak dan H1diterima (variabel bebas X
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y),
Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (variabel bebas X
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y). Dalam
penelitian ini tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 (5%) pada
taraf signifikansi 95%
Selain itu, tingkat signifikansi dapat ditentukan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak H1
7 Damodar Gujarati, Ekonometrika Dasar, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 249
57
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima H1
b. Uji F
Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel
independen, dalam hal ini adalah Total DPK, Total Kewajiban, Total
Pembiayaan, BOPO dan NIM terhadap variabel dependen Cash Ratio secara
simultan.
Uji F yaitu untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas (independen)
terhadap variabel tak bebas (dependen) secara bersama-sama. Menurut
Kuncoro8, uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Prosedurnya uji F sebagai
berikut:
1) Menentukan H0 dan H1 (Hipotesis Nihil dan Hipotesis alternatif);
2) Menentukan level of signifikans (α = 5 % );
3) Kriteria uji F, dengan melihat hasil statistik, jika nilai signifikansi
< 5%, maka model dalam analisis sudah tepat (fit), berarti
signifikansi pada α = 5%.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:
8 Mudrajat Kuncoro, Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi,(Yogyakarta: AMP YKPN, cet. 1, 2001), h. 98
58
1. Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (keseluruhan
variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
2. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan
variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
c. Koefisien Determinasi (R2)
Adjusted R2
digunakan untuk menghitung seberapa besar variasai dari
variabel tergantung dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Nilai R2
berada di
antara 0 sampai 1, dimana semakin dekat nilai R2
dengan 1 menunjukkan R2
yang semakin baik.jika nilai R2
sama dengan 1, maka regresi yang dicocokkan
menjelaskan 100% variasi dalam Y. Sebaliknya, kalau nilai R2
sama dengan 0,
maka garis regresi tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam Y. Besarnya nilai
R2
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus9:
Dimana:
= ∑ kuadrat residual (residual sum of squares, RSS)
= ∑ kuadrat total (Total sum of squares, TSS)
G. Hipotesis penelitian
9 Damodar Gujarati, Ekonometrika Dasar, h. 13
59
Berdasarkan penelitian yang direncanakan, dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut:
1. Total DPK
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Total DPK terhadap
Cash Ratio BUS Devisa
H1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari Total DPK terhadap Cash
Ratio BUS Devisa
2. Total Kewajiban (X2)
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Total Kewajiban
terhadap Cash Ratio BUS Devisa
H2 : terdapat pengaruh yang signifikan dari Total Kewajiban terhadap
Cash Ratio BUS Devisa
3. Total Pembiayaan (X3)
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Total Pembiayaan
terhadap Cash Ratio BUS Devisa
H3 : terdapat pengaruh yang signifikan dari Total Pembiayaan terhadap
Cash Ratio BUS Devisa
4. BOPO (X4)
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari BOPO terhadap Cash
Ratio BUS Devisa
H4 : terdapat pengaruh yang signifikan dari BOPO terhadap Cash Ratio
Bank BUS Devisa
60
5. NIM (X5)
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari NIM terhadap Cash
Ratio BUS Devisa
H4 : terdapat pengaruh yang signifikan dari NIM terhadap Cash Ratio
BUS Devisa
6. Total DPK, Total Kewajiban, Total Pembiayaan, BOPO dan NIM
H0 : tidak terdapat hubungan yang simultan antara Total DPK, Total
Kewajiban, Total Pembiayaan, BOPO dan NIM terhadap Cash Ratio BUS
Devisa
H6 : terdapat hubungan secara simultan antara Total DPK, Total
Kewajiban, Total Pembiayaan, BOPO dan NIM terhadap Cash Ratio BUS
Devisa.
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Data Penelitian
Bab ini menganalisis data yang akan digunakan. Data yang digunakan berupa
variabel-variabel Total Dana Pihak Ketiga, Total Kewajiban, Total Pembiayaan,
rasio BOPO, rasio NIM, dan Cash Ratio. Objek penelitian ini adalah Bank Umum
Syariah (BUS) Devisa yang telah terpilih dengan metode purposive sampling
yang cocok digunakan bagi penelitian ini.
Bank umum syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:
Tabel 4.1
Daftar Sampel Bank Umum Syariah Devisa
No. Nama Bank
1 Bank Syariah Mandiri
2 Bank Mega Syariah
3 BNI Syariah
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi
masing-masing BUS dan situs Bank Indonesia. Deskripsi data masing-masing
variabel yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Dependen Cash Ratio (Y)
Tabel 4.2
Data Rata-rata Cash Ratio BUS Devisa 2011-2015
BSM BMS BNIS
2011 134.92% 96.09% 172.61%
62
2012 108.45% 68.46% 144.91%
2013 113.30% 145.86% 105.31%
2014 192.65% 300.61% 112.46%
2015 128.70% 56.35% 95.75% Sumber: data diolah
Variabel Cash Ratio 3 BUS Devisa periode 2011-2015 cenderung
fluktuatif. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat nilai minimum variabel
Cash Ratio sebesar 56,35% pada Bank Mega Syariah (BMS) tahun 2015 dan
nilai maximum sebesar 300,61% juga pada BMS tahun 2011. Jika mengacu
pada ketentuan BI No.9/1/PBI/2007 yang mewajibkan Cash Ratio minimum
sebesar 2%. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik kinerja suatu bank.
Dari tabel di atas, Cash Ratio BUS dalam kategori bank yang berkinerja
baik/sehat karena hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan angka di
atas ketentuan BI yaitu 2%
2. Variabel Independen
a. Total DPK (X1)
Tabel 4.3
Data Rata-rata Total DPK BUS Devisa
2011-2015
BSM BMS BNIS
2011 36,345,861 4,194,575 5,770,494
2012 43,926,112 5,941,401 7,717,532
2013 51,891,523 7,283,744 10,879,530
2014 56,379,519 6,637,105 14,325,453
2015 60,039,888 4,445,613 18,249,319 Sumber: data diolah
63
Terlihat pada tabel 4.3 setiap tahunnya Total DPK mengalami
peningkatan. Terlihat paling rendah pada tahun 2011 Rp 4.194.575 juta yang
dihimpun Bank Mega Syariah dan total tertinggi pada tahun 2015 sebesar Rp
60.039.888 juta yang dihimpun Bank Syariah Mandiri (BSM). Rata-rata
keseluruhan Total DPK BUS yaitu Rp 22.268.511,27 juta. Total DPK
merupakan jumlah dana yang dititipkan nasabah dalam dana simpanan
wadiah dan dana investasi tidak terikat (mudharabah mutlaqah).
b. Total Kewajiban (X2)
Tabel 4.4
Data Rata-rata Total Kewajiban BUS Devisa
2011-2015
BSM BMS BNIS
2011 4,700,128 505,720 1,394,573
2012 5,935,414 701,554 1,790,473
2013 6,921,349 899,994 2,675,548
2014 7,159,649 953,268 3,400,649
2015 7,105,447 936,680 3,138,111 Sumber: data diolah Ms Excel
Terlihat pada tabel 4.4 di atas setiap tahunnya Total Kewajiban
cenderung fluktuatif. Terlihat paling rendah pada Bank Mega Syariah tahun
2011 sebesar Rp 505.720 juta dan Total Kewajiban tertinggi pada Bank
Syariah Mandiri (BSM) tahun 2015 sebesar Rp 7.105.447 juta. Rata-rata
keseluruhan Total Kewajiban BUS yaitu Rp 3.214.570,46 juta. Total
Kewajiban merupakan dana sebagai kesediaan jasa transaksi para kreditur atas
kekayaan bank yang berasal dari dana masyarakat, dana pinjaman antar bank,
64
dana pinjaman dari pihak ketiga, bukan bank dan sumber dana lain yang
sesuai syariah.
c. Total Pembiayaan (X3)
Tabel 4.5
Data Rata-rata Total Pembiayaan BUS Devisa
2011-2015
BSM BMS BNIS
2011 9,725,364 114,553 960,906
2012 10,292,585 44,058 1,114,561
2013 10,910,188 34,875 1,644,703
2014 10,861,136 38,322 2,221,625
2015 12,598,187 41,249 3,018,633
Sumber: data diolah Ms Excel
Terlihat pada tabel di atas setiap tahunnya Total Pembiayaan cenderung
mengalami kenaikan. Terlihat paling rendah pada Bank Mega Syariah tahun
2013 Rp 34.875 juta dan Total Pembiayaan tertinggi pada Bank Syariah
Mandiri (BSM) tahun 2015 sebesar Rp 12.598.187 juta. Rata-rata keseluruhan
Total Pembiayaan BUS yaitu Rp 4.241.396,33 juta.
d. Rasio BOPO (X4)
Tabel 4.6
Data Rata-rata Rasio BOPO BUS Devisa
2011-2015
BSM BMS BNIS
2011 74.35% 90.28% 78.03%
2012 71.18% 77.88% 88.97%
2013 80.61% 82.30% 83.85%
2014 91.67% 94.32% 85.43%
2015 94.98% 104.29% 90.37% Sumber: data diolah
65
Terlihat pada tabel di atas setiap tahunnya rasio BOPO cenderung
fluktuatif. Terlihat paling rendah pada Bank Syariah Mandiri tahun 2012
sebesar 71,18% dan rasio BOPO tertinggi pada Bank Mega Syariah tahun
2011 sebesar 104,29%. Rata-rata keseluruhan rasio BOPO BUS yaitu 85,9%.
e. Rasio Net Interest Margin/NIM (X5)
Tabel 4.7
Data Rata-rata Rasio NIM BUS Devisa
2011-2015
BSM BMS BNIS
2011 6.56% 15.84% 7.95%
2012 6.98% 14.42% 9.72%
2013 7.22% 11.26% 9.52%
2014 6.21% 8.30% 8.49%
2015 6.37% 9.40% 8.18% Sumber: data diolah Ms Excel
Terlihat pada tabel di atas setiap tahunnya rasio NIM cenderung
fluktuatif. Terlihat paling rendah pada Bank Syariah Mandiri tahun 2014
sebesar 6,21% dan rasio NIM tertinggi pada Bank Mega Syariah tahun 2011
15,84%. Rata-rata keseluruhan rasio NIM yaitu 9,09%.
D. Analisis Hasil dan Pembahasan
1. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Dalam aplikasi praktis, terdapat data ekonometri yang merupakan
kombinasi dari data bertipe cross-section dan data time series yaitu sejumlah
66
variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka
waktu tertentu1.
Regresi yang menggunakan data panel disebut dengan regresi data panel.
Data panel memiliki gabungan karakter yaitu data yang terdiri atas beberapa
objek dan runtutan waktu2. Data semacam ini memiliki keunggulan terutama
karena bersifat robust (kuat) terhadap beberapa tipe pelanggaran yakni
heteroskredastisitas dan normalitas.
Secara umum terdapat 3 model analisis panel yang sering digunakan yaitu,
common, fixed, dan random effect. Masing-masing model tergantung pada asumsi
yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat pengolahan data statistik yang
benar, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara statistik. Oleh karena itu
pertama-tama yang harus dilakukan adalah memilih model yang tepat dari ketiga
model yang ada.
Tabel 4.8
Hasil Regresi Data Panel Model Common Effect
Dependent Variable: CR?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/29/16 Time: 00:03
Sample: 2011Q1 2015Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
1 Dedi Rosadi, Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews. (Yogyakarta:
Penerbit ANDI, 2012) 2 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2011), h. 91
67
C -22.22848 5.932711 -3.746766 0.0004
DPK? -0.474743 0.776737 -0.611202 0.5436
KEWAJIBAN? 3.307975 0.643681 5.139153 0.0000
PEMBIAYAAN? -1.160887 0.100250 -11.57988 0.0000
BOPO? -3.026840 1.439853 -2.102186 0.0402
NIM? 3.147197 8.285170 0.379859 0.7055 R-squared 0.984566 Mean dependent var 5.488598
Adjusted R-squared 0.983137 S.D. dependent var 7.627124
S.E. of regression 0.990446 Akaike info criterion 2.913316
Sum squared resid 52.97309 Schwarz criterion 3.122751
Log likelihood -81.39949 Hannan-Quinn criter. 2.995238
F-statistic 688.9486 Durbin-Watson stat 0.278191
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Output Eviews 9
Tabel 4.9
Hasil Regresi Data Panel Model Fixed Effect
Dependent Variable: CR?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/29/16 Time: 00:03
Sample: 2011Q1 2015Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -17.42328 3.761479 -4.632029 0.0000
DPK? 0.918232 0.302498 3.035495 0.0037
KEWAJIBAN? -0.144463 0.301742 0.478762 0.6341
PEMBIAYAAN? 1.002959 0.268023 3.742066 0.0005
BOPO? -1.449747 0.728892 -1.988973 0.0520
NIM? -17.17888 4.468218 -3.844682 0.0003
Fixed Effects (Cross)
_BSM--C -14.72719
_BMS--C -6.236559
_BNIS--C 20.96375 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.911206 Mean dependent var 0.243052
Adjusted R-squared 0.822413 S.D. dependent var 0.228537
S.E. of regression 0.096308 Akaike info criterion -1.538002
Sum squared resid 0.064927 Schwarz criterion -1.160375
Log likelihood 19.53501 Hannan-Quinn criter. -1.542024
F-statistic 10.26206 Durbin-Watson stat 2.629501
68
Prob(F-statistic) 0.003251
Sumber: Output Eviews 9
Setelah hasil regresi dengan menggunakan model common effect dan fixed
effect didapat maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji untuk menentukan
model estimasi mana yang lebih tepat antara model common effect atau fixed effect.
Dalam menentukan diantara kedua model tersebut maka digunakan uji Chow sebagai
uji pemilihan model regresi data panel.
Tabel 4.10
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: CR
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 168.412324 (2,52) 0.0000
Cross-section Chi-square 120.713085 2 0.0000 Sumber: Output Eviews 9
Hasil dari uji Chow pada tabel diatas menunjukkan bahwa probabilitas cross
section adalah sebesar 0,0000 dengan kata lain nilai probabilitas pada tabel di atas
berada di bawah nilai 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih
tepat dibandingkan dengan model common effect.
Dalam penelitian ini model random effect tidak dapat digunakan karena
jumlah perusahaan objek penelitian tidak lebih banyak dari variabel X.
69
2. Analisis Uji Regresi
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian mempunyai pengaruh secara simultan terhadap
variabel dependennya, pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F
hitung dengan F-tabel. Jika hasil statistik pada F-hitung > F-tabel berarti H0
ditolak atau semua variabel bebas yang digunakan dalam model regresi secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel bebasnya. Tetapi
sebaliknya jika F-hitung < F-tabel itu berarti H0 diterima atau dengan kata lain
semua variabel bebas tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel
bebasnya.
Nilai F-hitung diperoleh dari hasil nilai F-statistik yang diperoleh dari
uji model regresi data panel yang terpilih (fixed effect).
Tabel 4.16
Hasil Uji F dengan Model Fixed Effect
R-squared 0.911206 Mean dependent var 0.243052
Adjusted R-squared 0.822413 S.D. dependent var 0.228537
S.E. of regression 0.096308 Akaike info criterion -1.538002
Sum squared resid 0.064927 Schwarz criterion -1.160375
Log likelihood 19.53501 Hannan-Quinn criter. -1.542024
F-statistic 10.26206 Durbin-Watson stat 2.629501
Prob(F-statistic) 0.003251
Sumber: Data diolah.
Berdasarkan hasil F-statistik yang diperoleh dari model diperoleh nilai
F- hitung sebesar 10,26206. Sementara dengan n = 60 dan k = 5, nilai pada F-
70
tabel diperoleh nilai 2,54 dengan df1 (k-1) dan df2 (n-k) sebesar 4 dan 55,
nilai probabilitas 5%. Berdasarkan hasil diatas berarti nilai F-hitung > F-tabel
(10,26206 > 2,54) dengan hasil tersebut berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel Total DPK, Total Kewajiban, Total
Pembiayaan, BOPO, dan NIM berpengaruh secara simultan terhadap
profitabilitas industri BUS Devisa periode 2011 - 2015.
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara
variabel bebas yang dipakai dalam model regresi terhadap variabel
dependennya. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-
tabel.
Jika t-hitung > t-tabel, berarti H0 ditolak, artinya variabel Xi
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika t-hitung <
t-tabel berarti H0 diterima atau variabel X1 tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Uji t yang dilakukan menggunakan uji satu sisi (one tail test), dengan
k = 5, n = 60 dan dengan α = 5%, maka diperoleh nilai df (n-k) = (60-5) = (55)
sebesar 1,67303. Selain membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel, untuk
mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen juga dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas
71
variabel independennya terhadap tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%
atau 0,05.
Tabel 4.17
Hasil Uji t dengan Model Fixed Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -17.42328 3.761479 -4.632029 0.0000
DPK? 0.918232 0.302498 3.035495 0.0037
KEWAJIBAN? -0.144463 0.301742 0.478762 0.6341
PEMBIAYAAN? 1.002959 0.268023 3.742066 0.0005
BOPO? -1.449747 0.728892 -1.988973 0.0520
NIM? -17.17888 4.468218 -3.844682 0.0003
Fixed Effects (Cross)
_BSM--C -14.72719
_BMS--C -6.236559
_BNIS--C 20.96375
Sumber: Output Eviews 9
Dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel sebesar 1,67303
dan melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Uji t terhadap Variabel DPK (X1)
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan, hasil uji t-
hitung untuk variabel DPK sebesar 3,035495 sementara nilai t-tabel dengan α
= 5% dan df (n-k) 60-5 = 55 adalah sebesar 1,67303, yang berarti diperoleh
bahwa nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (3,035495 > 1,67303),
sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,0037 yang berarti lebih kecil dari
nilai signifikansi yang digunakan 0,05 (0,0037 < 0,05). Berdasarkan hasil
tersebut maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
72
variabel Total DPK berpengaruh signifikan terhadap Cash Ratio BUS Devisa.
Dan besar pengaruh tersebut adalah 0,918232.
Uji t terhadap Variabel Total Kewajiban (X2)
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan, hasil uji t-
hitung untuk variabel kewajiban sebesar 0,478762, sementara nilai t-tabel
dengan α = 5% dan df (n-k) 60-5 = 55 adalah sebesar 1,67303, yang berarti
diperoleh bahwa nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (0,478762 <
1,67303), sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,6341 yang berarti lebih
besar dari nilai signifikansi yang digunakan 0,05 (0,6341 > 0,05). Berdasarkan
hasil tersebut maka H0 diterima dan H2 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Total Kewajiban tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko
likuiditas industri bank umum syariah devisa.
Uji t terhadap Variabel Total Pembiayaan (X3)
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan, hasil uji t-
hitung untuk variabel Total Pembiayaan sebesar 3,742066, sementara nilai t-
tabel dengan α = 5% dan df (n-k) 60-5 = 55 adalah sebesar 1,67303, yang
berarti diperoleh bahwa nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (3,742066 >
1,67303), sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,0005 yang berarti lebih
kecil dari nilai signifikansi yang digunakan 0,05 (0,0005 < 0,05). Berdasarkan
hasil tersebut maka H0 ditolak dan H3 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Total Pembiayaan berpengaruh terhadap risiko likuiditas
73
profitabilitas industri bank umum syariah devisa. Dan besar pengaruh tersebut
adalah 1,002959.
Uji t terhadap Variabel BOPO (X4)
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan, hasil uji t-
hitung untuk variabel BOPO sebesar -1,988973, sementara nilai t-tabel
dengan α = 5% dan df (n-k) 60-5 = 55 adalah sebesar 1,67303, yang berarti
diperoleh bahwa nilai t-hitung lebih kecil dari nilai -t-tabel (-1,988973 < -
1,67303), sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,0520 yang berarti lebih
besar dari nilai signifikansi yang digunakan 0,05 (0,0520 > 0,05). Berdasarkan
hasil tersebut maka H0 diterima dan H4 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel BOPO secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
Cash Ratio industri bank umum syariah devisa.
Uji t terhadap Variabel NIM (X5)
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan, hasil uji t-
hitung untuk variabel NIM sebesar -3,844682, sementara nilai t-tabel dengan
α = 5% dan df (n-k) 60-5 = 55 adalah sebesar 1,67303, yang berarti diperoleh
bahwa nilai t-hitung lebih besar dari nilai -t-tabel (-3,844682 < -1,67303),
sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,0003 yang berarti lebih besar dari
nilai signifikansi yang digunakan 0,05 (0,0003 < 0,05). Berdasarkan hasil
tersebut maka H0 ditolak dan H5 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel NIM secara parsial berpengaruh terhadap Cash Ratio industri bank
74
umum syariah devisa. Dan besar pengaruh NIM terhadap Cash Ratio adalah -
17,17888.
d. Uji Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan semua variabel bebas yang terdapat dalam model regresi dalam
menjelaskan varians dari variabel dependennya.
Tabel 4.18
Hasil Uji Adjusted R2 dengan Model Fixed Effect
R-squared 0.911206 Mean dependent var 0.243052
Adjusted R-squared 0.822413 S.D. dependent var 0.228537
S.E. of regression 0.096308 Akaike info criterion -1.538002
Sum squared resid 0.064927 Schwarz criterion -1.160375
Log likelihood 19.53501 Hannan-Quinn criter. -1.542024
F-statistic 10.26206 Durbin-Watson stat 2.629501
Prob(F-statistic) 0.003251
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil uji regresi diatas dapat diperoleh nilai Adjusted R-
Squared sebesar 0,822413 artinya menunjukkan bahwa kemampuan variabel
independen (Total DPK, Total Kewajiban, Total Pembiayaan, BOPO dan NIM)
dalam menjelaskan variabel dependen (Cash Ratio) sebesar 82,2413% lalu sisanya
sebesar 17,7587% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian ini.
Penggunaan R2 sering menimbulkan permasalahan, yaitu bahwa nilainya
akan selalu meningkat dengan adanya penambahan variabel bebas dala suatu
model. Hal ini akan menimbulkan bias dan tidak tergantung apakah variabel bebas
tambahan itu berhubungan dengan variabel dependen atau tidak.
75
Oleh karena itu penggunaan Adjusted R-Squared dianggap lebih baik
daripada R2, karena nilai Adjusted R-Squared dapat naik atau turun dengan adanya
penambahan variabel baru, tergantung dari korelasi antara variabel bebas
tambahan tersebut dengan variabel terikatnya. Nilai Adjusted R-Squared berkisar
antara 0 hingga 1, artinya semakin mendekati 1 berarti variabel-variabel
independen dalam model regresi semakin besar kemampuannya dalam
menjelaskan varians dari variabel dependennya.
D. Persamaan Regresi
Analisis regresi yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Total DPK, Total Kewajiban, Total Pembiayaan, BOPO dan NIM terhadap Cash
Ratio BUS Devis. Berdasarkan model estimasi yang terpilih, diperoleh persamaan
fixed effect model regresi data panel yang terpilih dengan menggunakan perangkat
lunak Eviews 9 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.19
Hasil Uji Signifikansi Fixed Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -17.42328 3.761479 -4.632029 0.0000
DPK? 0.918232 0.302498 3.035495 0.0037
KEWAJIBAN? -0.144463 0.301742 0.478762 0.6341
PEMBIAYAAN? 1.002959 0.268023 3.742066 0.0005
BOPO? -1.449747 0.728892 -1.988973 0.0520
NIM? -17.17888 4.468218 -3.844682 0.0003
Fixed Effects (Cross)
_BSM--C -14.72719
_BMS--C -6.236559
_BNIS--C 20.96375
Sumber: Output Eviews 9
76
Berdasarkan tabel 4.19, maka ditemukan hasil perhitungan pengaruh
Total DPK, Total Kewajiban, Total Pembiayaan, BOPO dan NIM terhadap
Cash Ratio sebagai berikut
CashRatioit = -17,42328 + 0,918232DPKit – 0,144463Kewajibanit +
1,002959Pembiayaanit - 1,449747BOPOit - 17,17888NIMit
Y = -17,42328 + 0,918232X1 – 0,144463X2it + 1,002959X3it - 1,449747X4it -
17,17888X5it
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa intersep adalah -
17.42328 artinya ketika variabel-variabel independen pada observasi ke-i dan
ke-t, maka Cash Ratio adalah sebesar -17,42328, lalu jika masing-masing
variabel independen meningkat sebesar 1%, maka:
1. Nilai koefisien pada variabel Total DPK sebesar 0,918232. Maka, pada
observasi ke i dan ke t akan menaikkan Cash Ratio bank umum syariah
devisa pada observasi ke i dan pada periode sebesar 0,918232 apabila nilai
variabel independen lainnya dianggap konstan.
2. Nilai koefisien pada variabel Total Kewajiban sebesar -0,144463. Maka,
pada observasi ke i dan ke t akan menurunkan Cash Ratio bank umum
syariah devisa pada observasi ke i dan pada periode sebesar -0,144463
apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
3. Nilai koefisien pada variabel Total Pembiayaan sebesar 1,002959. Maka,
pada observasi ke i dan ke t akan menaikkan Cash Ratio bank umum
77
syariah devisa pada observasi ke i dan pada periode sebesar 1.002959
apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
4. Nilai koefisien pada variabel BOPO sebesar -1,449747. Maka, pada
observasi ke i dan ke t akan menurunkan Cash Ratio bank umum syariah
devisa pada observasi ke i dan pada periode sebesar -1,449747 apabila
nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
5. Nilai koefisien pada variabel NIM sebesar -17,17888. Maka, pada
observasi ke i dan ke t akan menurunkan Cash Ratio bank umum syariah
devisa pada observasi ke i dan pada periode sebesar -17,17888 apabila
nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
Tabel 4.20
Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian
Fixed Effects (Cross)
_BSM--C -14.72719
_BMS--C -6.236559
_BNIS--C 20.96375 Sumber: Output Eviews 9
Berdasarkan tabel 4.20, maka didapat persamaan model regresi tiap bank umum bank
syariah sebagai berikut:
1) Persamaan model regresi Bank Syariah Mandiri
CR BSM = -14,72719 + 0,918232DPK – 0,144463Kewajiban +
1,002959Pembiayaan - 1,449747BOPO - 17,17888NIM
78
Konstanta sebesar -14,72719 menunjukkan jika variabel independen
(DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO dan NIM) adalah nol, maka Cash
Ratio adalah sebesar -14,72719.
2) Persamaan model regresi Bank Mega Syariah
CR BMS = -6,236559 + 0,918232DPK – 0,144463Kewajiban +
1,002959Pembiayaan - 1,449747BOPO - 17,17888NIM
Konstanta sebesar -6,236559 menunjukkan jika variabel independen
(DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO dan NIM) adalah nol, maka Cash
Ratio adalah sebesar -6,236559.
3) Persamaan model regresi Bank Negara Indonesia Syariah
CR BNIS = 20,96375 + 0,918232DPK – 0,144463Kewajiban +
1,002959Pembiayaan - 1,449747BOPO - 17,17888NIM
Konstanta sebesar 20,96375 menunjukkan jika variabel independen
(DPK, Kewajiban, Pembiayaan, BOPO dan NIM) adalah nol, maka Cash
Ratio adalah sebesar 20,96375.
E. Interpretasi
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Total DPK berpengaruh terhadap likuiditas Cash Ratio industri BUS Devisa
di Indonesia. Dengan demikian kenaikan atau penurunan Total DPK akan
berpengaruh signifikan terhadap likuiditas Cash Ratio. Hasil penelitian ini
mendukung H1 yang menyatakan bahwa Total DPK berpengaruh positif
79
signifikan terhadap likuditas Cash Ratio. Dengan demikian meningkatnya
Total DPK akan memberikan sinyal positif signifikan bagi likuiditas Cash
Ratio. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Shopy
Nadia (2010) bahwa Total DPK yang berpengaruh positif signifikan terhadap
likuiditas industri perbankan.
2. Total Kewajiban berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap likuiditas Cash
Ratio industri bank umum syariah devisa di Indonesia. Dengan demikian
kenaikan atau penurunan Total Kewajiban tidak akan berpengaruh terhadap
likuiditas Cash Ratio. Hasil penelitian ini tidak mendukung H2 yang
menyatakan bahwa Total Kewajiban berpengaruh negatif signifikan terhadap
likuditas Cash Ratio. Dengan demikian meningkatnya Total Kewajiban akan
mempengaruhi likuiditas Cash Ratio berupa penurunan yang tidak signifikan.
Kewajiban sebagai beban bank akan mengurangi kemampuan likuiditas bank
umum syariah devisa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian
Shopy Nadia (2010).
3. Total Pembiayaan berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas Cash
Ratio industri bank umum syariah devisa di Indonesia. Dengan demikian
kenaikan atau penurunan Total Pembiayaan akan berpengaruh terhadap
likuiditas Cash Ratio. Hasil penelitian ini mendukung H3 yang menyatakan
bahwa Total Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap likuditas Cash
Ratio. Maka setiap peningkatan Total Pembiayaan akan diikuti naiknya Cash
Ratio industri bank umum syariah devisa. Semakin banyak bank menyediakan
80
pembiayaan, maka semakin banyak bank memperoleh laba yang masuk ke
dalam kas. Pembiayaan musyarakah dan mudharabah menjadi fungsi sosial
yang akan membantu masyarakat dalam menyediakan modal usaha. Dalam
menjalankan fungsi ini, bank mendapat bagi hasil dari debitur.
4. BOPO berpengaruh tidak signifikan terhadap likuiditas Cash Ratio industri
bank umum syariah devisa di Indonesia. Dengan demikian kenaikan atau
penurunan BOPO akan berpengaruh tidak signifikan terhadap likuiditas Cash
Ratio. Hasil penelitian ini tidak mendukung H4 yang menyatakan bahwa
BOPO berpengaruh signifikan terhadap likuditas Cash Ratio. Namun, setiap
peningkatan BOPO akan diikuti pengaruh Cash Ratio berupa sinyal negatif
industri bank umum syariah devisa. Hasil penelitian ini didukung oleh Indah
Surya Dewi (2015) yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif
terhadap likuiditas bank syariah.
5. NIM berpengaruh negatif signifikan terhadap likuiditas Cash Ratio industri
bank umum syariah devisa di Indonesia. Dengan demikian kenaikan atau
penurunan NIM akan berpengaruh terhadap likuiditas Cash Ratio. Hasil
penelitian ini mendukung H5 yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh
negatif signifikan terhadap likuiditas Cash Ratio. Maka, setiap peningkatan
NIM akan diikuti oleh menurunnya Cash Ratio industri bank umum syariah
devisa di Indonesia. Keinginan industri BUS Devisa untuk meningkatkan
tingkat keuntungan yang tinggi bersinggungan dengan manajemen likuiditas.
Ketika BUS devisa ingin mencapai profitabilitas yang tinggi melalui
81
pembiayaan maksimal, di sisi lain BUS devisa mempunyai likuiditas yang
dikorbankan. Profitabilitas berhubungan dengan tujuan memaksimalkan
kekayaan stakeholders, sedangkan likuiditas berhubungan dengan kepastian
bahwa bank dapat memenuhi kewajiban keuangannya serta memiliki
pendanaan yang cukup untuk melangsungkan aktivitasnya dalam jangka
pendek.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil uji regresi secara simultan ditemukan bahwa variabel Total Dana Pihak
Ketiga, Total Kewajiban, Total Pembiayaan, BOPO, dan NIM berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel Cash Ratio.
2. Hasil uji regresi secara parsial variabel Total DPK, Total Kewajiban, Total
Pembiayaan, BOPO dan NIM memiliki pengaruh terhadap Cash Ratio
berdasarkan hasil penelitian:
- Variabel Total DPK berpengaruh positif signifikan terhadap Cash Ratio
industri bank umum syariah devisa. Nilai probabilitas pada hasil uji yaitu
sebesar 0,0037 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikansi yang
digunakan 0,05 (0,0037 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Total DPK berpengaruh terhadap Cash Ratio dan besar
pengaruhnya adalah 0,918232.
- Variabel Total Kewajiban berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Cash Ratio industri bank umum syariah devisa. Nilai probabilitas pada
hasil uji yaitu sebesar 0,6341 yang berarti lebih besar dari nilai
signifikansi yang digunakan 0,05 (0,6341 > 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Total Kewajiban berpengaruh negatif tidak
83
signifikan terhadap rasio likuiditas industri BUS devisa. Besar pengaruh
tersebut adalah -0,144463.
- Variabel Total Pembiayaan berpengaruh positif signifikan terhadap Cash
Ratio industri bank umum syariah devisa. Nilai probabilitas pada hasil uji
yaitu sebesar 0,0005 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikansi yang
digunakan 0,05 (0,0005 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Total Pembiayaan berpengaruh terhadap rasio likuiditas dan besar
pengaruh tersebut adalah 1,002959.
- Variabel BOPO berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Cash Ratio
industri bank umum syariah devisa. Nilai probabilitas pada hasil uji yaitu
sebesar 0,8942 yang berarti lebih besar dari nilai signifikansi yang
digunakan 0,05 (0,8942 > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel BOPO secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Cash
Ratio industri BUS devisa.
- Variabel NIM berpengaruh negatif signifikan terhadap Cash Ratio industri
bank umum syariah devisa. Nilai probabilitas pada hasil uji yaitu sebesar
0,0000 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan 0,05
(0,0000 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel NIM
berpengaruh terhadap Cash Ratio industri BUS devisa dan besar pengaruh
NIM terhadap Cash Ratio adalah -17,17888
84
3. Variabel yang paling berpengaruh terhadap Cash Ratio adalah Total
Pembiayaan dan rasio NIM.
B. Saran
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah
1. Bagi bank umum syariah, sebaiknya meningkatkan jumlah penggunaan
Dana Pihak Ketiga
2. Penelitian ini menggunakan variabel Total DPK, Total Kewajiban, Total
Pembiayaan, rasio BOPO dan rasio NIM. Sebaiknya, penelitian
selanjutnya dapat menggunakan variabel tambahan seperti ROA, ROE,
Size of Firm dan lain-lain
3. Penelitian ini menggunakan sampel industri BUS devisa di Indonesia.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengambil sampel dalam lingkup
yang lebih luas seperti bank BUMN, bank swasta ataupun BPD yang lebih
variatif.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Masyhud. Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko
Operasional dalam Perbankan. Jakarta: PT Gramedia, 2004.
Amin A. Riawan. Perbankan Syariah sebagi Solusi Perekonomian Nasional.
Jakarta: UIN Press, 2009.
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2007.
Aspachs, Nier, Tiesset. Liquidity, Banking Regulation And The Macroeconomy.
Bank For International Settlements, 2005.
Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet
cet. 4, 2006.
Dewi, Indah Surya. Pengaruh DPK, BOPO, dan Size of Bank terhadap Cash
Ratio (Studi Pada BPR Syariah di Yogyakarta 2012-2014). Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Dendwaijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia ed.
Kedua, 2005.
Ihsan, Dwi Nuraini. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Banten:
UIN Jakarta Press, 2009.
Ihsan, Dwi Nuraini. Manajemen Treasury Bank Syariah. Banten: UIN Press, 2015.
Greuning, Hennie Van dkk, Analisis Risiko Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba
Empat, 2011.
Gujarati, Damodar N. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga, 2003.
Winarno, Wing Ayu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, 2011.
Hasan, Iqbal. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: Bumi
Aksara, 2001.
86
Hinsa, Siahaan. Manajemen Risiko Pada Perusahaan dan Birokrasi. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo, 2009.
Idroes. Ferry N. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta, Rajawali Pers, 2009.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008.
Kuswadi, Cara Mudah Memahami Angka-angka dan Manajemen Keuangan bagi
Orang Awam, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004.
Ningtyas, Nurrahmi. Pengaruh CAR, DER, ROA, dan FDR terhadp Risiko
Likuiditas Bank Syariah di Indonesia. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Jakarta, 2013.
Parinsi, Elvira M.C. Analisis Pengaruh CAR, NPL, NIM dan ROA terhadap
Likuiditas PT Bank BUMN. Skripsi S1Universitas Hasanuddin Makassar, 2013.
Tampubolon, Robert Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk Bank
Komersial. Jakarta :PT Elex Media Komputindo, 2004.
Riyadi, Slamet Banking Asset & Liabillity Management. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Edisi ke-2, 2004.
Rimsky K Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Rusyamsi, Imam. Asset Liability Management: Strategi Pengelolaan Aktiva
Pasiva Bank. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, 1999.
Sadi I, Muhammad. Konsep Hukum Perbankan Syariah. Malang: Setara Press,
2015.
Shopy Nadia. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengarhui Likuiditas. Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2010.
Suhadi, Gunarto. Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum. Yogyakarta:
Kanisius, 2003.
Syamsudin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2007.
87
Lampiran 1
Data-data Penelitian
Tabel Cash Ratio BUS
Periode 2011-2015
T BSM BMS BNIS
2011 1 73.07% 90.03% 67.98%
2 74.02% 89.49% 78.20%
3 73.85% 90.79% 78.06%
4 76.44% 90.80% 87.86%
2012 1 70.47% 80.03% 91.20%
2 70.11% 77.30% 92.81%
3 71.14% 76.89% 86.46%
4 73.00% 77.28% 85.39%
2013 1 69.24% 77.48% 82.95%
2 81.63% 81.41% 84.44%
3 87.53% 84.21% 84.06%
4 84.03% 86.09% 83.94%
2014 1 81.99% 89.82% 84.51%
2 93.03% 91.90% 86.32%
3 93.02% 97.96% 85.85%
4 98.64% 97.61% 85.03%
2015 1 91.57% 110.53% 89.87%
2 96.16% 104.80% 90.39%
3 97.41% 102.33% 91.60%
4 94.78% 99.51% 89.63%
Tabel Total DPK BUS
Periode 2011-2015
T BSM BMS BNIS
2011 1 31,877,266 3,821,143 5,041,153
2 33,549,058 3,848,390 5,319,279
3 37,823,467 4,180,325 5,965,281
4 42,133,653 4,928,442 6,756,261
2012 1 42,371,223 5,124,808 6,921,122
2 42,727,170 5,019,289 7,247,944
3 43,918,084 6,531,083 7,721,027
88
4 46,687,969 7,090,422 8,980,035
2013 1 47,619,185 7,251,018 10,683,235
2 50,529,792 7,046,031 10,386,112
3 53,649,161 7,107,187 10,960,565
4 55,767,955 7,730,738 11,488,209
2014 1 54,510,183 7,073,389 12,613,835
2 54,652,683 6,898,350 13,509,005
3 57,071,718 6,755,362 14,932,565
4 59,283,492 5,821,319 16,246,405
2015 1 59,198,066 5,075,152 17,422,874
2 59,164,461 4,429,784 17,321,427
3 59,695,649 4,008,682 18,930,220
4 62,101,377 4,268,834 19,322,756
Tabel Total Kewajiban BUS
Periode 2011-2015
T BSM BMS BNIS
2011 1 4,138,266 473,960 1,238,993
2 4,446,478 504,304 1,273,827
3 5,172,807 507,334 1,358,867
4 5,042,959 537,282 1,706,606
2012 1 5,890,953 607,089 2,289,858
2 5,447,075 665,473 1,602,809
3 5,962,200 744,156 1,626,865
4 6,441,427 789,499 1,642,359
2013 1 6,673,083 855,942 1,791,793
2 6,853,772 896,242 2,609,444
3 7,061,134 920,954 3,096,967
4 7,097,406 926,837 3,203,986
2014 1 7,399,213 962,081 2,985,293
2 7,033,889 963,093 3,841,349
3 7,196,563 916,728 3,547,774
4 7,008,930 971,170 3,228,180
2015 1 7,449,525 911,288 3,072,665
2 7,041,918 902,716 3,009,944
3 6,492,655 891,931 3,300,496
4 7,437,689 1,040,783 3,169,337
89
Tabel Total Pembiayaan BUS
Periode 2011-2015
T BSM BMS BNIS
2011 1 9,254,114 139,664 734,549
2 9,792,439 126,643 1,014,510
3 9,891,985 119,363 1,085,218
4 9,962,919 72,540 1,009,346
2012 1 9,912,866 56,990 1,064,773
2 10,355,069 42,890 999,206
3 10,440,296 40,002 1,123,041
4 10,462,107 36,351 1,271,224
2013 1 10,513,006 33,868 1,424,136
2 11,060,256 30,787 1,582,643
3 10,954,265 31,252 1,739,500
4 11,113,224 43,593 1,832,532
2014 1 10,796,645 39,615 1,976,568
2 10,826,614 37,178 2,172,187
3 11,131,425 35,076 2,265,910
4 10,689,858 41,418 2,471,835
2015 1 10,937,562 38,339 2,603,676
2 12,965,714 34,986 2,950,927
3 13,009,829 33,190 3,071,174
4 13,479,643 58,481 3,448,754
Tabel Rasio BOPO BUS
Periode 2011-2015
T BSM BMS BNIS
2011 1 73.07% 90.03% 67.98%
2 74.02% 89.49% 78.20%
3 73.85% 90.79% 78.06%
4 76.44% 90.80% 87.86%
2012 1 70.47% 80.03% 91.20%
2 70.11% 77.30% 92.81%
3 71.14% 76.89% 86.46%
4 73.00% 77.28% 85.39%
90
2013 1 69.24% 77.48% 82.95%
2 81.63% 81.41% 84.44%
3 87.53% 84.21% 84.06%
4 84.03% 86.09% 83.94%
2014 1 81.99% 89.82% 84.51%
2 93.03% 91.90% 86.32%
3 93.02% 97.96% 85.85%
4 98.64% 97.61% 85.03%
2015 1 91.57% 110.53% 89.87%
2 96.16% 104.80% 90.39%
3 97.41% 102.33% 91.60%
4 94.78% 99.51% 89.63%
Tabel Rasio NIM BUS
Periode 2011-2015
T BSM BMS BNIS
2011 1 5.96% 16.13% 7.87%
2 5.89% 16.14% 7.96%
3 6.90% 15.76% 7.89%
4 7.48% 15.33% 8.07%
2012 1 6.88% 14.37% 7.92%
2 6.80% 14.70% 9.97%
3 7.00% 14.65% 9.97%
4 7.25% 13.94% 11.03%
2013 1 7.09% 11.66% 10.28%
2 7.31% 11.50% 9.07%
3 7.23% 11.21% 9.22%
4 7.25% 10.66% 9.51%
2014 1 6.39% 8.39% 8.47%
2 6.20% 8.38% 8.22%
3 6.04% 8.08% 8.21%
4 6.19% 8.33% 9.04%
2015 1 6.31% 8.97% 8.12%
2 6.27% 9.55% 8.15%
3 6.36% 9.73% 8.21%
4 6.53% 9.34% 8.25%
91
Lampiran 2
Tabel Hasil Uji
Tabel 4.10
Hasil uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: CR
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 168.412324 (2,52) 0.0000
Cross-section Chi-square 120.713085 2 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: CR?
Method: Panel Least Squares
Date: 10/01/16 Time: 21:56
Sample: 2011Q1 2015Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -22.22848 5.932711 -3.746766 0.0004
DPK? -0.474743 0.776737 -0.611202 0.5436
KEWAJIBAN? 3.307975 0.643681 5.139153 0.0000
PEMBIAYAAN? -1.160887 0.100250 -11.57988 0.0000
BOPO? -3.026840 1.439853 -2.102186 0.0402
NIM? 3.147197 8.285170 0.379859 0.7055 R-squared 0.984566 Mean dependent var 5.488598
Adjusted R-squared 0.983137 S.D. dependent var 7.627124
S.E. of regression 0.990446 Akaike info criterion 2.913316
Sum squared resid 52.97309 Schwarz criterion 3.122751
Log likelihood -81.39949 Hannan-Quinn criter. 2.995238
F-statistic 688.9486 Durbin-Watson stat 0.278191
Prob(F-statistic) 0.000000
top related