pengaruh nilai tukar rupiah, inflasi, jakarta islamic...
Post on 26-Aug-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, JAKARTA ISLAMIC
INDEX (JII), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS)
TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH
(JANUARI 2012 – DESEMBER 2016)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Hilyatun Nafisah
NIM : 1113086000028
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2017
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Hilyatun Nafisah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 1 Januari 1997
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi/Berat : 160 cm/50 kg
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA / MA
Alamat : Komplek Batan No.9, Jalan Legoso Raya
Kel. Pisangan, Kec. Ciputat Timur, Tangerang
Selatan
No. HP : 085733903828
E-mail : hillhilyatunnafisah@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
2002 – 2008 : MINU Pucang Sidoarjo
2008 – 2010 : MTs Amanatul Ummah Surabaya
2010 – 2012 : MA Amanatul Ummah Surabaya
2013 – 2017 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2014 – 2015 : Wakil Sekretaris HMJ Ekonomi Syariah
2015 – 2016 : Wakil Ketua II Senat Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
vi
IDENTITAS KELUARGA
1. Ayah : Drs. Syaiful Hadi, M.Pdi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 5 April 1958
3. Ibu : Dra. Nur Lailatun Nuzul
4. Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 9 Mei 1966
5. Alamat : Kauman No.18 Rt/Rw 05/02
Kel. Pagerwojo, Kec. Buduran, Kab.
Sidoarjo, Jawa Timur
6. Anak ke dari : 2 dari 4 bersaudara.
vii
ABSTRACT
Net Asset Value (NAV) is a fair market value of securities and other assets of a mutual fund
deducted by an obligation (debt). NAB is one of benchmark in monitoring the result of a mutual fund.
This research aims to analyze the effect of Rupiah Exchange Rate (KURS), Inflation, Jakarta Islamic
Index (JII) and Bank Indonesia Sharia Certificate (SBIS) to Net Asset Value (NAV) of Sharia Mutual
Fund. The data used is secondary data and the method used is panel data regression analysis. The
sample in this study consisted of 5 companies registered in the Otoritas Jasa Keuangan (OJK) from
2012-2016 with Judgment Sampling as sampling method.
The results of this research is that the variable exchange rate, inflation and JII have
significant effects against Islamic mutual fund NAV partially. While the SBIS has no significant
effects against NAB Islamic mutual fund partially. And the result of regression analysis simultaneously
obtained that KURS, Inflation, JII and SBIS jointly affect NAV Mutual Fund Syariah. The prediction
ability of these four variables to NAV Mutual Fund is 47.29% while the rest of 52.71% influenced by
other factor not included in research model.
Keywords: KURS, Inflasi, JII, SBIS, NAV Mutual Fund
viii
ABSTRAK
Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan salah satu ukuran kinerja investasi
untuk reksadana syariah yang berasal dari seluruh nilai portofolio reksadana dan
dikurangi dengan kewajiban. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
Nilai Tukar Rupiah (KURS), Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII) dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah.
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 5 perusahaan yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dari tahun 2012-2016 dengan Judgment Sampling sebagai metode
pengambilan sampel.
Hasil penelitian ini adalah bahwa variabel KURS, Inflasi dan JII memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap NAB Reksadana Syariah secara parsial.
Sedangkan SBIS tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NAB Reksadana
Syariah secara parsial. Dan secara simultan diperoleh bahwa KURS, Inflasi, JII dan
SBIS secara bersama-sama mempengaruhi NAB Reksadana Syariah sebesar 47.29%
sedangkan sisanya 62.71% dipengaruhi oleh factor lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model penelitian.
Kata Kunci : KURS, Inflasi, JII, SBIS, NAB Reksadana Syariah
ix
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Jakarta Islamic Index (JII)
terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa dana Syariah Periode Januari 2012 –
Desember 2016”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak
dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Proses penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari doa, bimbingan,
bantuan, dukungan dan motivasi dari orang-orang yang terbaik yang ada di
sekeliling penulis. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Terima kasih kepada Allah SWT yang telah membberikan saya rezeki untuk
dapat kuliah di Universitas ini dan segala nikmat yang telah Allah berikan
yang harus patut disyukuri dan dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tanpa ridho dan berkah-Mu semua ini sulit terjadi.
2. Kedua orang tuaku Ayah Drs. Syaiful Hadi dan Ibu Dra. Nur Lailatun Nuzul ,
sebagai motivator dan inspirator terbaik yang selalu memberikan dukungan
baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta, dan selalu
mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang.
3. Terima kasih untuk Mas Muhammad Ahsan Ridhoi yang selalu bisa
diandalkan selama saya berkuliah dan mengerjakan skripsi ini dan adik-adikku
Faiqotul Azizah dan Muhammad Ainul Irfan Maulana yang selalu menghibur
dan menghapus segala kejenuhan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
x
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yng sangat berharga selama perkuliahan.
5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan
Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah.
6. Bapak Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA selaku dosen pembimbing I dan Ibu
RR. Tini Anggraini, M.Si selaku dosen pembimbing II dan pembimbing
Akademik yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk
memberikan saran dan arahan baik dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi
yang bapak dan ibu berikan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu
memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen FEB UIN
Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu saya selama perkuliahan.
8. Kakak-kakak tersayang Arghea Permata, Windi Prabowo dan Gita Syardiana
yang telah membimbing dan memberikan semangat kepada penulis selama
pengerjaan skripsi ini sehingga penulis tidak putus semangat walaupun banyak
rintangan yang menghadang
9. Sahabat-sahabat tersayang selama kuliah, Annisa Devy Maharani dan Dita
Fathiani, terima kasih banyak penulis ucapkan kepada kalian yang telah
menjadi sahabat terbaik dari masa perkuliahan hingga sekarang yang telah
berbagi dalam keadaan suka maupun duka, canda dan tawa serta saling
mendoakan dan mendukung satu sama lain dimanapun penulis berada.
10. Serta teman-teman seperjuangan Ekonomi Syariah A angkatan 2013 yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih Ida Fitriyah, Vika Fatimatuz
Zahro, Munjiah, Siti Muzdalifah, Andriawan Yoga, Iqbal Syafei, Asyarie
Muhammad, An Ukhrija Yaumi, Abie Sentani, Abie Ayub, Harish Ahmadi,
Ridho Afriyanto, dan teman-teman Eksyar A lainnya, yang telah saling
support
xi
11. Terima kasih banyak untuk sahabat terbaik Anda Arsyad Anwari yang selalu
siap menjadi human diary disaat penulis jenuh dan butuh tempat untuk
bercerita.
12. Terima kasih teman-teman AKSARA3 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
oleh penulis yang selalu memberi motivasi kepada penulis dimanapun kalian
berada.
13. Terima kasih kepada sahabat-sahabat beda jurusan Sri Rahayu dan Farida
Yunita yang selalu menemani penulis dari masa perkuliahan hingga penulisan
skripsi.
14. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah 2014-2015,
Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2015-2016 yang
telah bekerjasama dan memberikan banyak pengalaman serta pembelajaran
selama ini.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun masih sangat diperlukan
penulis. semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua
pihak.
Jakarta, 27 Agustus 2017
(Hilyatun Nafisah)
xii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. ......................................................................................................................... Latar
Belakang ...................................................................................................................... 1
B. ......................................................................................................................... Rum
usanMasalah ................................................................................................................. 11
xiii
C. ......................................................................................................................... Tujua
nPenelitian.................................................................................................................... 12
D. ......................................................................................................................... Manf
aatPenelitian ................................................................................................................. 12
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………14
A. ......................................................................................................................... Land
asanTeori ...................................................................................................................... 14
1. ..................................................................................................................... Inves
tasiSyariah .............................................................................................................. 14
2. ..................................................................................................................... Reks
adanaSyariah .......................................................................................................... 21
3. ..................................................................................................................... Nilai
Tukar Rupiah ........................................................................................................ 38
4. ..................................................................................................................... Inflas
i .............................................................................................................................. 42
5. ..................................................................................................................... Jakar
ta Islamic Index (JII) ............................................................................................. 47
6. ..................................................................................................................... Sertif
ikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ..................................................................... 49
B. ......................................................................................................................... Keter
kaitanantarVariabelBebasdenganVariabelTerikat ....................................................... 51
1. ..................................................................................................................... Hubu
nganNilaiTukar Rupiah (KURS) dengan NAB ReksadanaSyariah ....................... 51
2. ..................................................................................................................... Hubu
nganInflasidengan NAB ReksadanaSyariah .......................................................... 52
3. ..................................................................................................................... Hubu
ngan Jakarta Islamic Index (JII) dengan NAB ReksadanaSyariah ........................ 53
xv
4. ..................................................................................................................... Hubu
nganSertifikat Bank Indonesia Syariahdengan NAB ReksadanaSyariah .............. 54
C. ......................................................................................................................... Penel
itianTerdahulu .............................................................................................................. 54
D. ......................................................................................................................... Kera
ngkaPemikiran ............................................................................................................. 59
E. .......................................................................................................................... Hipot
esis................................................................................................................................ 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 64
A. ......................................................................................................................... Ruan
gLingkupPenelitian ...................................................................................................... 64
B. ......................................................................................................................... Meto
dePenentuanSampel ..................................................................................................... 64
C. ......................................................................................................................... Meto
dePengumpulan Data .................................................................................................. 65
1. ..................................................................................................................... Data
Sekunder ................................................................................................................ 65
2. ..................................................................................................................... Studi
Kepustakaan (Library Research) ........................................................................... 65
xvi
D. ......................................................................................................................... Meto
deAnalisis Data ........................................................................................................... 66
1. ..................................................................................................................... Peng
ujian Model Regresi Data Panel ............................................................................ 66
a. ................................................................................................................ Com
mon Effect Model (CEM) ............................................................................... 66
b. ............................................................................................................... Fixed
Effect Model (FEM) ....................................................................................... 66
c. ................................................................................................................ Uji
Chow ............................................................................................................... 67
d. ............................................................................................................... Rand
om Effect Model (REM) ................................................................................. 67
e. ................................................................................................................ UjiH
ausman ............................................................................................................. 68
2. ..................................................................................................................... Uji
Signifikansi ............................................................................................................ 68
a. ................................................................................................................ Uji t
.......................................................................................................................... 68
b. ............................................................................................................... Uji F
.......................................................................................................................... 69
c. ................................................................................................................ Koefi
sien Determinasi............................................................................................... 70
xvii
3. ..................................................................................................................... Mode
l Regresi Data Panel .............................................................................................. 70
E. .......................................................................................................................... Oper
asional Variabel Penelitian .......................................................................................... 71
1. ..................................................................................................................... Varia
bel Dependen (Y) .................................................................................................. 71
2. ..................................................................................................................... Varia
bel Independen ....................................................................................................... 72
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ............................................................ 75
A. ......................................................................................................................... Gam
baran Umum Objek Penelitian ..................................................................................... 75
1. ..................................................................................................................... Perke
mbangan NAB Reksadana Syariah ........................................................................ 75
2. ..................................................................................................................... Perke
mbangan Nilai Tukar Rupiah (KURS) ................................................................. 78
3. ..................................................................................................................... Perke
mbangan Inflasi ...................................................................................................... 80
4. ..................................................................................................................... Perke
mbangan Jakarta Islamic Index (JII) ..................................................................... 81
5. ..................................................................................................................... Perke
mbangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ............................................. 83
xviii
B. ......................................................................................................................... Anali
sis dan Pembahasan Uji Ekonometrik.......................................................................... 84
1. ..................................................................................................................... Uji
Model Data Panel .................................................................................................. 84
2. ..................................................................................................................... Peng
ujian Hipotesis dengan Analisa Regresi Data Panel ............................................. 90
3. ..................................................................................................................... Persa
maan Model Regresi .............................................................................................. 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 100
A. ......................................................................................................................... Kesi
mpulan.......................................................................................................................... 100
B. ......................................................................................................................... Saran
...................................................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................................... 104
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Perbedaan Reksadana Terbuka dan Tertutup 31
4.1 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Common
Effect (PLS)
85
4.2 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Fixed Effect 86
4.3 Hasil Uji Chow 87
4.4 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Random
Effect
88
4.5 Hasil Uji Hausman 89
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 60
4.1 Perkembangan NAB Reksadana Syariah Periode Januari 2012
s.d Desember 2016
77
4.2 Perkembangan Kurs Periode Januari 2012 s.d Desember 2016 79
4.3 Perkembangan Inflasi Periode Januari 2012 s.d Desember 2016 80
4.4 Perkembangan JII Periode Januari 2012 s.d Desember 2016
82
4.5 Perkembangan SBIS Periode Januari 2012 s.d Desember 2016 83
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Daftar Reksadana Campuran Syariah 104
2 Data Penelitian 104
3 Hasil Uji Common Effect Model 112
4 Hasil Uji Fixed Effect Model 112
5 Hasil Uji Chow 113
6 Hasil Uji Random Effect Model 114
7 Hasil Uji Hausman 115
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perkembangan pasar modal syariah terus terjadi di seluruh penjuru
dunia, termasuk juga di Indonesia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
indeks yang ditunjukkan dala Jakarta Islamic index (JII). Investasi di bidang
pasar modal sebagai salah satu alternatif dalam mempersiapkan masa depan
sedini mungkin melalui perencanaan keuangan, investasi merupakan hal
menarik untuk dilakukan. Banyak orang melakukan investasi dengan
membayangkan keuntungan yang akan di dapat sekaligus mengharapkan dana
yang diinvestasikannya akan tersimpan dengan aman dan dapat dengan mudah
di ambil kembali bila diperlukan.
Investasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada masa waktu
sekarang, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa
yang akan datang. Investasi yang sesuai dengan ajaran Islam tentu saja
investasi yang dilakukan pada sektor rill dan tentu saja harus sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam. Salah satu tempat untuk para investor dalam
menginvestasikan dananya sesuai dengan prinsip syariah adalah di pasar
modal syariah.
2
Pasar modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang
berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah (Hamid,
2009). Sampai saat ini belum ada undang-undang khusus pasar modal
syariah kecuali dalam bentuk keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : Kep-130/BI/2006 tentang
penerbitan efek syariah pada tanggal 23 November 2006. Namun demikian,
praktek investasi secara syariah sudah berjalan sejak pertengahan 1997
melalui instrumen pasar modal berbasis syariah yaitu Reksa Dana Syariah
dan Obligasi Syariah (Rodoni, 2009).
Selama 20 tahun terakhir pasar modal di Indonesia menunjukkan
perkembangan pesat. Hal ini terlihat dari peningkatan permintaan atas
instrument-instrumen utama kegiatan pasar modal. Seperti, saham, obligasi,
valuta asing, dll. (Fardiansyah, 2002)
Salah satu instrumen investasi di pasar modal syariah yang mengalami
perkembangan pesat adalah reksadana syariah. Reksadana syariah adalah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal, dan selanjutnya di investasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah
3
ditetapkan pokok-pokoknya oleh Allah SWT. Perbedaan reksadana
konvensional dengan syariah terletak pada pemilihan instrumen investasi
dan mekanisme investasi yang harus berpedoman pada sumber Alqur’an dan
Hadist serta hukum Islam yang lainnya. Mekanisme transaksi reksadana
dalam konsep Fiqih Muamalah berjalan menggunakan akad wakalah yaitu
antara investor dengan manajer investasi. Dan Mudharabah antara manajer
investasi dengan perusahaan (Hamid, 2009). Selain itu perbedaan yang paling
menonjol antara reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah dalam
reksadana syariah terdapat screening atau filterisasi atas instrument investasi
berdasarkan pedoman syariah dan proses cleansing untuk membersihkan
pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan yang haram menurut
pedoman syariah. (Soemitra, 2009).
Reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat
yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah karena investasi ini cenderung
tidak memerlukan modal yang besar, tidak menyita waktu investor apalagi
dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyak dan mayoritas beragama
Islam (Rahman, 2015). Perkembangan reksadana syariah dapat dilihat dalam
Tabel 1.1 berikut:
4
Tabel 1.1
Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia
Tahun Jumlah Reksadana
Syariah Total NAB per Tahun (Rp Miliar)
2012 58 8,050.07
2013 65 9,432.19
2014 74 11,158.00
2015 93 11,019.43
2016 136 14,914.63
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Dilihat dari perkembangannya dari tahun 2012 hingga 2016 pada tabel
1.1, reksadana syariah mengalami peningkatan baik dari segi jumlah maupun
dari segi nilai aktiva bersih nya. Pertumbuhan yang paling signifikan terjadi
pada tahun 2015-2016, yaitu dari 93 reksadana syariah di tahun 2015 menjadi
136 reksadana syariah di tahun 2016. Jika dilihat dari data tersebut maka
prospek investasi melalui reksadana syariah menjadi investasi yang sangat
menjanjikan di masa yang akan datang.
Salah satu ukuran kinerja investasi untuk reksadana syariah adalah Nilai
Aktiva Bersih (NAB). Nilai aktiva bersih berasal dari seluruh nilai portofolio
reksadana yang bersangkutan dan dikurangi dengan kewajiban-kewajiban.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau
hasil portofolio reksadana syariah. Investor dalam berinvestasi dapat
5
memilih 4 jenis reksadana berbasis syariah, antara lain: reksadana
syariah pasar uang (Money Market Funds), reksadana syariah saham (Equity
Funds), reksadana pendapatan tetap (Fixed-Income Funds), reksadana
campuran (Balanced Funds) (Rodoni, 2009).
Reksadana syariah merupakan instrumen investasi kolektif yang terus
berkembang pesat di tengah jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas
adalah muslim dan tidak memiliki modal besar serta pengetahuan yang cukup
tentang cara berinvestasi yang baik di pasar modal syariah. Dilihat dari
kinerjanya selama ini, reksadana syariah dapat dikategorikan sebagai salah
satu instrumen investasi berbasis syariah yang potensial serta memiliki
prospek yang akan terus berkembang. Namun baiknya kinerja reksadana
syariah selama ini tidak selamanya menjanjikan investasi ini berada di posisi
yang aman, sedikit saja terjadi perubahan dalam perekonomian dapat
mempengaruhi secara langsung kinerja reksadana syariah. Dibutuhkan
pengetahuan tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja reksadana
syariah, agar investor dapat memilih instrumen syariah mana yang dapat
dipilih saat kondisi perekonomian yang kurang stabil. Baik buruknya investasi
terutama dalam bentuk reksadana syariah, tidak terlepas dari faktor- faktor
yang diduga memiliki pengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih reksadana
saham syariah yaitu Nilai Tukar Rupiah (KURS), Inflasi, JII, IHSG, tingkat
return dan SBIS.
6
Menurut Hamid (2009:101), perubahan kondisi ekonomi, politik,
termasuk juga kondisi sosial, dan keamanan di dalam dan di luar negeri yang
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang
telah go-public/listing di bursa efek. Hal tersebut jelas akan mempengaruhi
efek yang termasuk ke dalam porofolio reksadana. Faktor-faktor yang diduga
memiliki pengaruh terhadap kinerja reksadana syariah yang akan dibahas oleh
penulis diantaranya adalah Nilai Tukar Rupiah (KURS), Inflasi, Jakarta
Islamic Index (JII) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Tabel 1.2
Pertumbuhan KURS, Inflasi, JII, SBIS dan NAB Reksadana
Syariah Tahun 2012-2016
Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
NAB (%) 2.08 2.24 2.41 2.40 2.70
KURS (%) 9.22 9.44 9.47 9.57 9.54
Inflasi (%) 4.3 8.38 8.36 3.35 3.02
JII (%) 6.39 6.37 6.54 6.4 6.54
SBIS (%) 4.8 7.22 6.9 7.1 5.9
Sumber: OJK, Bank Indonesia, Duniainvestasi.com. Diolah
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa KURS pada tahun 2012-2016
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012-2013 KURS mengalami kenaikan
sebesar 0.22 persen dari 9.22 menjadi 9.44, NAB juga mengalami kenaikan
sebesar 0.16 persen. Pada tahun 2013-2014 KURS mengalami kenaikan sebesar
0.03 persen dari 9.44 menjadi 9.47, NAB juga mengalami kenaikan sebesar
0.17 persen. Pada tahun 2014-2015 KURS mengalami kenaikan sebesar 0.10
7
persen dari 9.47 menjadi 9.57, sedangkan NAB mengalami penurunan sebesar
0.01 persen. Pada tahun 2015-2016 KURS mengalami penurunan sebesar 0.03
persen dari 9.57 menjadi 9.54, sedangkan NAB mengalami kenaikan sebesar
0.30 persen.
Fenomena yang tersaji pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa adanya
korelasi dengan hasil penelitian Krugman dan Obstfeld (2005) yaitu fluktuasi
nilai rupiah terhadap mata uang asing sangat mempengaruhi iklim investasi
dalam negeri khususnya pasar modal. Hal tersebut terbukti dengan kenaikan
KURS yang terjadi pada tahun 2012-2014 yang juga diikuti dengan kenaikan
NAB pada tahun yang sama. Namun pada tahun 2014-2015 ketika KURS
mengalami kenaikan NAB mengalami penurunan nilai, hal tersebut
menunjukkan adanya ketidakkonsistenan hubungan antara KURS dengan
investasi di pasar modal.
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012-2013 inflasi
mengalami kenaikan sebesar 4.08 persen dari 4.3 menjadi 8.38, NAB juga
mengalami kenaikan sebesar 0.16 persen. Pada tahun 2013-2014 inflasi
mengalami penurunan sebesar 0.02 persen dari 8.38 menjadi 8.36, sedangkan
NAB mengalami kenaikan sebesar 0.17 persen. Pada tahun 2014-2015 inflasi
mengalami penurunan sebesar 5.01 persen dari 8.36 menjadi 3.35, NAB juga
mengalami penurunan sebesar 0.01 persen. Pada tahun 2015-2016 inflasi
8
mengalami penurunan sebesar 0.33 persen dari 3.35 menjadi 3.02, sedangkan
NAB mengalami kenaikan sebesar 0.30 persen.
Fenomena yang tersaji pada Tabel 1.2 menunjukkan adanya
ketidakkonsistenan antara hubungan inflasi dengan NAB reksadana syariah.
Menurut penelitian Putratama (2007) bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif
terhadap NAB reksadana syariah jika dampak inflasi mengurangi konsumsi dan
daya beli masyarakat. Hasil penelitian ini sesuai dengan Tabel 1.2 pada 2013-
2014 ketika tingkat inflasi mengalami penurunan dan NAB mengalami
kenaikan. Namun teori tersebut bertentangan dengan hasil penelitian pada tahun
2014-2015 ketika tingkat inflasi turun dan NAB juga mengalami penurunan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh secara positif antara inflasi
dan NAB.
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012-2013 JII penurunan
sebesar 0.02 persen dari 6.39 menjadi 6.37, sedangkan NAB mengalami
kenaikan sebesar 0.16. Pada tahun 2013-2014 JII mengalami kenaikan sebesar
0.17 persen dari 6.37 menjadi 6.54, NAB juga mengalami kenaikan sebesar
0.17 persen. Pada tahun 2014-2015 JII mengalami penurunan sebesar 0.14
persen dari 6.54 menjadi 6.40, NAB juga mengalami penurunan sebesar 0.01
persen. Pada tahun 2015-2016 JII mengalami kenaikan sebesar 0.14 persen dari
6.40 menjadi 6.54, NAB juga mengalami kenaikan sebesar 0.30 persen.
9
Menurut penelitian Noviayanty (2016), JII sangat berpengaruh pada
fluktuasi kinerja NAB karena JII merupakan indeks syariah yang dijadikan
tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
syariah. Dengan hasil pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa fluktuasi JII
terkadang berpengaruh positif seperti pada tahun 2013-2016 dan juga negatif
pada tahun 2012-2014 terhadap NAB, maka dari itu dibutuhkan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui sejauh mana pengaruh JII terhadap NAB.
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012-2013 SBIS
mengalami kenaikan sebesar 2.42 persen dari 4.80 menjadi 7.22, NAB juga
mengalami kenaikan sebesar 0.16 persen. Pada tahun 2013-2014 SBIS
mengalami penurunan sebesar 0.32 persen dari 7.22 menjadi 6.90, sedangkan
NAB mengalami kenaikan sebesar 0.17 persen. Pada tahun 2014-2015 SBIS
mengalami kenaikan sebesar 0.2 persen dari 6.90 menjadi 7.10, sedangkan
NAB mengalami penurunan sebesar 0.01. pada tahun 2015-2016 SBIS
mengalami penurunan sebesar 1.2 persen dari 7.1 menjadi 5.9, sedangkan NAB
mengalami kenaikan sebesar 0.30 persen.
Menurut penelitian Putratama (2007) dan Arisandi (2009), kaitan antara
suku bunga SBIS dengan NAB reksadana syariah adalah negatif. Jadi jika SBIS
menurun maka NAB meningkat. Namun hal tersebut ditentang oleh hasil Tabel
1.2 pada tahun 2012-2013 dimana nilai SBIS dan NAB sama-sama mengalami
kenaikan.
10
Beberapa peneliti yang juga meneliti mengenai reksadana syariah,
diantaranya, Mursyidin (2010) mengungkapkan bahwa variabel KURS, inflasi,
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), JII berpengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap NAB Reksadana Syariah dengan variabel JII
sebagai variabel yang memiliki pengaruh paling dominan. Saraswati (2013)
mengungkapkan bahwa variabel SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah
Uang beredar berpengaruh secara simultan terhadap NAB reksadana syariah
sedangkan secara parsial variabel JII dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap
NAB. Dengan adanya berbagai hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh
beberapa peneliti baik yang hasilnya sesuai dengan fenomena pada Tabel 1.2
maupun tidak, hal tersebut menunjukkan adanya ketidakkonsistenan antara
fenomena dan hasil penelitian yang sudah ada, maka dari itu perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian
sebelumnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu KURS,
Inflasi, SBIS, JII, dan memfokuskan pada Nilai Aktiva Bersih reksadana
syariah campuran secara keseluruhan. Penelitian ini dilakukan pada
periode Januari 2012 hingga Desember 2016. Periode tahun 2012 dipilih
karena merupakan tahun transisi pengawasan reksadana syariah dari
BAPEPAM-LK ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sedangkan tahun 2016
merupakan tahun transisi kondisi politik Indonesia yang membuat ekonomi
11
tidak stabil dan berdampak terhadap iklim investasi. Periode tahun tersebut
dipilih untuk melihat bagaimana pengaruh KURS, Inflasi, JII sebagai
indikator perekonomian, serta SBIS sebagai salah satu instrumen moneter
syariah dalam mempengaruhi perubahan NAB Reksadana Syariah.
Dari fenomena uraian latar belakang di atas, maka penulis
memberikan nama pada penelitian skripsi ini dengan judul:
“Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (KURS), Inflasi, SBIS dan Jakarta
Islamic Index (JII) Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
( Januari 2012 – Desember 2016)” .
B. Rumusan Masalah
Dalam menentukan instrument investasi syariah yang tepat sebagai
portofolio dalam investasi reksadana syariah, penting untuk mengetahui
sejauh mana variabel-variabel ekonomi makro nilai tukar rupiah (KURS),
Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), serta salah satu instrument moneter
syariah yaitu SBIS memberikan pengaruh terhadap nilai aktiva bersih
reksadana syariah setelah kita mengetahui bahwa terdapat
ketidakkonsistenan antara fenomena dan teori yang ada.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka diperlukan
penelitian lebih lanjut, sehingga dapat dirumuskan sebuah masalah yang
akan dibahas yaitu bagaimanakah pengaruh KURS, Inflasi, JII dan SBIS
terhadap NAB Reksadana Syariah di Indonesia?
12
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh
variabel KURS, Inflasi, JII dan SBIS dalam mempengaruhi NAB
reksadana syariah. Dari variabel yang dipilih akan terlihat variabel mana
yang memiliki pengaruh dan variabel mana yang tidak. Adapun tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh KURS, Inflasi, JII dan SBIS secara
simultan dan parsial terhadap NAB reksadana syariah.
2. Untuk menganalisis variabel yang paling dominan diantara KURS,
Inflasi, JII dan SBIS dalam mempengaruhi NAB reksadana syariah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik adalah penelitian yang dapat memberikan
manfaat untuk orang banyak yang nantinya dapat dijadikan rujukan atau
pun dilakukan penelitian lanjut mengenai topik yang dibahas pada
penelitian ini. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
tentang pengaruh KURS, Inflasi, JII, dan SBIS terhadap NAB reksadana
syariah di Indonesia periode 2012 sampai dengan 2016.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi
13
mengenai reksadana syariah bagi penulis maupun bagi peneliti selanjutnya
yang tertarik untuk meneliti tentang reksadana syariah.
3. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang akan
menambah wawasan dan pengetahuan bagi investor pasar modal syariah
terutama terkait dengan produk reksadana syariah. Sehingga dapat
dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi
dalam bentuk reksadana syariah.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi Syariah
Investasi sering diartikan sebagai kegiatan menyisihkan sebagian dana
untuk ditempatkan pada sarana investasi dengan harapan dapat memetik
nilai ekonomis di kemudian hari (Syafrida et al, 2014). Suatu pernyataan
penting Al-Ghazali sebagai ulama besar adalah keuntungan merupakan
kompensasi dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan ancaman
keselamatan diri pengusaha. Sehingga sangatlah wajar seseorang
memperoleh keuntungan yang merupakan kompensasi dari risiko yang
ditanggungnya.
Investasi pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah.
Dimana dalam Islam setiap harta ada zakatnya. Jika harta tersebut
didiamkan, lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah
dari zakat ini adalah mendorong setiap muslim untuk menginvestasikan
hartanya agar bertambah (Sholihin, 2010).
Dalam investasi mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau beli dari
sesuatu yang diperdagangkan. Selisih harga beli terhadap harga jual
disebut profit margin. Harga terbentuk setelah terjadinya mekanisme
pasar.
15
Ibnu Taimiah berpendapat bahwa penawaran bisa datang dari produk
domestik dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai
peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan,
sedangkan permintaan sangat ditentukan harapan dan pendapatan. Besar
kecilnya kenaikan harga tergantung besarnya perubahan penawaran dan
atau permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan,
kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah SWT (Sholihin,
2010)
Dalam Islam istilah investasi merupakan tabungan jangka panjang
yang berorientasi keuntungan duniawi dan ukhrowi. Terminologi akhirat
inilah yang memicu pada aspek kerja sebanyak mungkin dengan
pertanggungjawaban yang setimpal dengan perbuatannya, hal ini tertuang
pada firman Allah yang tertulis dalam QS. Al-Zalzalah ayat 7-8. Akibat
dari suatu perbuatan dalam Islam tidak hanya merupakan akibat yang
terlihat di dunia saja seperti kekayaan, namun juga aspek keberkahan dan
bentuk akibat di akhirat juga perlu dipertimbangkan. Sehingga setiap
gerakan dan aktivitas seorang muslim haruslah mengikuti aturan-aturan
syariah yang sudah ada. Hukum tersebut pula berdampak pada pola
investasi di pasar modal maupun bursa efek. Dalam fiqh modern beberapa
kaidah dasar syariah Islam pada pasar modal telah diterapkan. Beberapa
16
bentuk etichal screening telah dirumuskan baik itu untuk emiten maupun
transaksi pada pasar modal dan bursa efek (Islahi, 1997).
Investasi menurut konsep Adiwarman Karim adalah sebuah bisnis
yang tidak dapat diprediksi dan beresiko, karena investasi tidak harus
mengikuti pergerakan yang sama dengan Produk Nasional Bruto (Gross
National Product) beda halnya dengan pengeluaran konsumsi yang dapat
mempengaruhi nilai produk nasional bruto. Investasi merupakan aktivitas
tersendiri dari sektor swasta dan sektor pemerintah. Perbedaannya dengan
konvensional adalah bahwa dalam perhitungan bunga digantikan dengan
prosentase sewa, imbal jasa, atau bagi hasil jika digunakan akad
mudharabah (Karim, 2007).
Menurut investasi syariah, ada hal lain yang turut berperan dalam
investasi. Investasi syariah tidak hanya berorientasi pada persoalan
duniawi sebagaimana yang dikemukakan para ekonom sekuler. Ada unsur
lain yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu investasi di masa
depan, yaitu ketentuan dan kehendak Allah SWT. Islam memadukan
antara dimensi dunia dan akhirat. Investasi dilihat dalam sudut pandang
nonekonomi dapat dinilai dari adakah amal shaleh yang telah dilakukan
manusia sebagai bekal simpanannya (investasi) untuk perhitungan amal
kelak pada hari kiamat. Karena tidak ada seorangpun di alam semesta ini
yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada esok hari, sehingga
17
Allah SWT memerintahkan untuk melakukan investasi sebagai bekal
dunia dan akhirat. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT
dalam QS. Al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Return investasi dalam Islam sesuai dengan besarnya sumber daya
yang dikorbankan. Hasil yang akan didapatkan manusia di dunia bisa
berlipat ganda. Itulah nilai yang membedakan investasi Islam dengan
investasi konvensional. Investasi yang islami adalah pengorbanan sumber
daya pada masa sekarang untuk mendapatkan hasil yang pasti, dengan
harapan memperoleh hasil yang lebih besar di masa yang akan datang,
baik secara langsung maupun tidak langsung seraya tetap berpijak pada
prinsip-prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah). Selain itu, semua
bentuk investasi dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah untuk
mencapai kebahagiaan lahir dan batin di dunia dan akhirat.
18
Ada dua hal yang menjadi landasan dalam ekonomi Islam, yaitu Al-
Qur’an dan Hadist. Hukum-hukum yang diambil dari kedua sumber
tersebut secara konseptual dan prinsip adalah hukum yang tidak dapat
diubah-ubah. Setidaknya ada empat landasan normatif etika Islami, yaitu:
a. Landasan Tauhid
Landasan tauhid merupakan landasan filosofis yang dijadikan
sebagai fondasi bagi setiap muslim dalam melangkah menjalankan
fungsi hidupnya, diantaranya adalah menjalankan fungsi aktivitas
ekonomi. Makna tauhid dalam konteks etika Islam adalah
kepercayaan penuh dan murni terhadap ke-Esaan Tuhan, yang secara
khusus menunjukkan dimensi vertikal Islam.
b. Landasan Keadilan dan Kesejajaran
Adil merupakan salah satu nilai-nilai ekonomi yang ditetapkan dalam
Islam. Landasan keadilan dalam ekonomi berkaitan dengan
pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang terlibat
dalam usaha ekonomi. Landasan kesejajaran berkaitan dengan
kewajiban terjadinya sirkulasi kekayaan pada semua anggota
masyarakat dan mencegah terjadinya konsentrasi ekonomi hanya
pada segelintir orang.
19
c. Landasan Kehendak Bebas
Dalam pandangan Islam, manusia secara sunnatullah terlahir dengan
memiliki kehendak bebas, yakni potensi menentukan pilihan yang
beragam. Oleh karena kebebasan manusia tidak dibatasi, maka
manusia memiliki kebebasan pula untuk menentukan pilihan yang
salah ataupun yang benar.
d. Landasan Pertanggungjawaban
Aksioma tanggungjawab ini erat kaitannya dengan aksioma
kebebasan, karena kedua aksioma tersebut merupakan pasangan
alamiah. Dalam hal ini pemberian segala kebebasan usaha yang
dilakukan manusia tidak terlepas dari pertanggungjawaban atas apa
yang telah dilakukannya.
Keempat landasan etika Islam tersebut dikaitkan dengan
permasalahan ekonomi, khususnya dalam bidang investasi, maka jelas
memiliki akar dari syariah yang menjadi panduan dalam bertindak. Suatu
hal yang dapat menimbulkan dampak serius pada kesejahteraan adalah
pemahaman bahwa memanfaatkan sumber daya ekonomi merupakan
bentuk dari amanah Allah SWT (Rodoni, 2009).
Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada
financial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial
asset dilakukan di pasar uang, berupa sertifikat deposito, commeril paper,
20
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya. Investasi juga dapat
dilakukan di pasar modal, misalnya pasar saham, obligasi, warrant, opsi
dan yang lainnya. Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan
dengan membelikan asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan
pertambangan, perkebunan dan yang lainnya. Salah satu investasi
financial asset yang mengalami perkembangan yang pesat dan
menjanjikan adalah investasi pasar modal. Di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam mulai dikembangkan investasi berbasis
syariah, dimana investasi tersebut menintegrasikan nilai-nilai agama yang
dianut dalam kegiatan investasi dengan cara melakukan proses seleksi
(screening) dalam memilih instrument-instrumen investasinya. Salah satu
sarana dalam berinvestasi sesuai prinsip Islam adalah melalui pasar modal
syariah. Pasar modal syariah memiliki beberapa instrumen insvestasi,
yaitu reksadana syariah, saham syariah dan obligasi syariah. Reksadana
syariah merupakan salah satu instrument investasi pada pasar modal
syariah yang banyak diminati karena merupakan investasi gabungan dari
berbagai investor yang di kelola oleh satu manajer investasi dan
selanjutnya diinvestasikan pada saham ataupun obligasi sesuai dengan
kondisi investasi yang menguntungkan. Tolak ukur dari reksadana syariah
adalah melalui Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang didapatkan.
21
2. Reksadana Syariah
Memilih investasi yang aman dan menguntungkan memang menjadi
tujuan semua pihak, namun tidak jarang investasi palsu, bersentuhan
dengan perusahaan yang memproduksi barang haram dan alih-alih
memberikan keuntungan tinggi sangat banyak dijumpai di masyarakat.
Hal ini diperlukan adanya reksadana sesuai syariah sebagai alternatif
investasi bagi investor yang beragama Islam di Indonesia, yang
menginginkan investasi dengan memperoleh pendapatan dengan cara
yang halalan-thoyyibah.
Kemunculan pasar modal syariah pertama kali di Indonesia ditandai
dengan diluncurkannya Danareksa Syariah oleh Danareksa Invesment
Management pada Juli 1997. Danareksa syariah merupakan reksadana
saham pertama kali secara eksplisit menyatakan investasinya bersifat
syariah.
Sesuai dengan Undang-undang Pasar Modal no.8 tahun 1995, pasal 1
ayat 27, reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manager investasi yang telah
mendapat izin dari Bapepam (Badan Pengawan Pasar Modal).
Sedangkan reksadana syariah menurut fatwa DSN (Dewan Syariah
Nasional) MUI N0.20/DSN-MUI/IX/2000 adalah reksadana yang
22
beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam
bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rab al-
mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun
antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna
investasi.
Reksadana syariah disebut juga dengan Islamic Invesment Fund. Pada
dasarnya, reksadana syariah sama dengan reksadana konvensional, yang
bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola
oleh manajer investasi untuk kemudian diinvestasikan pada instrumen-
instrumen di pasar modal dan pasar uang. Instrumen itu seperti halnya
saham, obligasi, deposito, sertifikat deposito, valuta asing dan surat utang
jangka pendek (commercial paper). Reksadana syariah ini termasuk
dalam kategori reksadana terbuka (kontrak investasi kolektif). Reksadana
syariah memiliki kebijakan invetasi yang berbasis pada prinsip-prinsip
Islam. Instrument investasi yang dipilih dalam portofolionya haruslah
yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika pihak yang menerbitkan
instrument investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam, tidak melakukan riba atau membungakan
uang. Instisarinya, hanyalah sekuritas yang dikategorikan halal yang bisa
masuk dalam protofolio reksadana syariah ini. Disamping itu, segi
pengelolaan dana reksadana ini juga berdasarkan Islam, yang tidak
23
mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus kearah
spekulasi.
Reksadana merupakan salah satu alternative investasi bagi masyarakat
pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki
banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi
mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana
dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan
yang terbatas (Sutedi, 2011).
a) Prinsip-prinsip Reksadana Syariah
Menurut Hamid (2009), dalam pelaksanaan di pasar modal
syariah, reksadana syariah harus sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah, yaitu:
1) Pemilihan portofolio investasi yang sesuai dengan syariah
Dimana pemilihan portofolio efek harus didasarkan pada
prinsip keuangan Islam yaitu menghindari unsur riba, gharar dan
maysir dan transaksi-transaksi yang batil yang dilarang oleh
syariah sebagaimana firman Allah SWT pada QS. An-nisa ayat :
29:
24
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau memakan
harta sesamamu secara bathil kecuali dengan perniagaan yang
berlangsung secara suka sama suka diantara kamu…”
2) Larangan Riba
Islam melarang riba sudah diketahui bersama, dan pelarangan
ini bukan saja untuk muslim tetapi juga dilarang dalam ajaran lain
selain Islam. Walaupun masih terdapat perbedaan pandangan
terhadap bunga akan tetapi pelarangan riba telah tercantum jelas di
dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah ayat 275 :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
25
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat):
“Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabb-Nya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang meng-ulangi
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.”
3) Larangan Gharar
Gharar atau transaksi yang tidak jelas adalah bagian dari
sistem judi. Gharar dipahami sebagai transaksi yang tidak jelas. Di
dalam hadist Rasulullah bersabda:
“Rasulullah SAW melarang jual beli dengan hasah dan
penjualan Gharar” (HR Muslim)
Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan gharar adalah sesuatu yang mengandung ketidakpastian
yang dapat menimbulkan kerugian. Transaksi semacam ini
dilarang dalam Islam.
4) Larangan investasi pada makanan dan minuman yang tidak halal.
Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa barang yang haram adalah
26
khamar, babi, darah bangkai. Dan Al-Qur’an memberikan
landasan kepada manusia untuk memilih makanan dan minuman
selain dilarang dengan tetap mengedepankan prinsip maslahah.
5) Prinsip keseimbangan
Syariah menekankan kepada umatnya untuk menjaga
kesemimbangan dalam segala hal yang dilakukan. Landasan ini
dapat dijadikan acuan bagi muslim terutama dalam berinteraksi
di pasar modal sehingga terhindar dari sikap serakah dan
melakukan tindakan-tindakan yang dilarang syariah.
6) Prinsip Etika
Etika merupakan hal yang ditekankan dalam syariah. Islam
bukan hanya membahas tentang bagaimana etika dan moral yang
baik akan tetapi juga memberikan guidelines tentang hal-hal
yang dapat mencegah tindakan yang tidak etis dan bermoral
dalam berbagai aspek. Hal-hal yang jelas-jelas tidak
diperbolehkan adalah insider tranding, manipulasi pasar yang
seringkali terjadi karena keserakahan manusia.
7) Kepemilikan Penuh
Artinya syariah melarang kita bertindak curang dan menjual
barang yang tidak kita miliki. Seperti perilaku short selling yang
biasa terjadi di pasar modal.
27
b) Pihak-pihak yang terlibat
Menurut Hamid dan Rodoni (2007), seorang calon investor yang
akan menginvestasikan dananya pada salah satu reksadana terbuka
umumnya akan menghadapi pihak-pihak terkait sebagai berikut:
1) Perusahaan Reksadana
Merupakan perseroan terbatas yang telah memperoleh izin
usaha dari Bapepam dengan tujuan untuk reksadana yang akan
mengelola dan bertanggung jawab atas dana para pemegang
saham reksadana.
2) Manajer Investasi
Merupakan perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari
Bapepam sebagai manajer investasi dan minimum ada pegawainya
yang telah memperoleh izin profesi dari Bapepam sebagai wakil
manajer invetasi. Perseroan ini mempunyai kontrak dengan
perusahaan reksadana untuk melaksanakan investasi kembali dana
yang telah dihimpun. Kegiatan manajer investasi adalah
manajemen portofolio (jual beli efek), analisis efek serta
perdagangan (jual beli) efek dengan harga terbaik. Biasanya
manajer investasi ini dirangkap oleh perusahaan reksadana.
Menurut Pratomo (2000), manajer investasi adalah
perusahaan, bukan perorangan, yang kegiatan usahanya mengelola
28
portofolio efek milik nasabah. Untuk dapat melakukan kegiatan
usahanya, perusahaan manajer investasi harus memperoleh izin
dari Bapepam untuk melakukan kegiatan sebagai manajer
investasi. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
Bapepam mengeluarkan izin kepada perusahaan untuk melakukan
kegiatan sebagai manajer investasi. Salah satu diantaranya adalah
adanya paling sedikit seorang direksi dan seorang wakil manajer
investasi. Izin perorangan seorang wakil manajer investasi yang
juga dikeluarkan oleh Bapepam baru dapat diperoleh jika
seseorang telah mengikuti dan lulus ujian wakil manajer investasi
yang diadakan oleh Asosiasi Standar Profesi Pasar Modal,
kemudian lulus dari wawancaranya yang dilakukan oleh Bapepam.
3) Agen Penjualan
Agen penjualan melaksanakan penjualan secara langsung
kepada masyarakat pemodal melalui cabang-cabangnya atau sub
agensi lainnya. Transaksi jual beli berlangsung dengan investor
terjadi di sini. Di sinilah anda dapat meminta prospectus
penawaran umum saham reksadana agen pejualan ini biasanya
dirangkap oleh manajer investasi.
29
4) Custodian
Kustodian atau custodian (dalam bahasa inggris) merupakan
institusi untuk menyimpan dan mengamankan dokumen efek
(surat berharga). Kustodian tidak terlibat di dalam operasi sehari-
hari yang berhubungan dengan keputusan investasi. Untuk
menghindari terjadinya kolusi, kustodian tidak boleh berafiliasi
dengan manajer investasi. Kustodian umunya adalah bank yang
telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai kustodian.
Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi dalam
transaksi jual beli efek dalam hal pengeluaran dan pemasukan
dana serta penyimpanan efek hasil pembelian yang dilakukan oleh
manajer investasi. Maka manajer investasi tidak menyimpan efek
yang telah dibeli maupun uang yang dihimpun dari para pemegang
saham reksadana. Praktik kustodian di Indonesia dipercaya oleh
Bapepam untuk menghitung NAB setiap hari, jadi tidak dilakukan
oleh suatu institusi yang disebut trustee.
5) Transfer Agent
Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan registrasi dari
pencatatan permintaan para pemegang saham reksadana mengenai
pembelian dan penebusan serta membuat daftar para pemegang
30
saham yang up-to-date. Fungsi ini di Indonesia dipercayakan
kepada kustodian.
c) Bentuk dan Jenis Reksadana
Menurut Pratomo (2000), di Indonesia sesuai dengan peraturan
yang berlaku terdapat dua bentuk hukum Reksadana, yaitu Reksadana
berbentuk Perseroan Terbatas (PT.Reksadana) dan Reksadana
berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Reksadana KIK).
Reksadana berbentuk perseroan (PT.Reksadana) adalah suatu
perusahaan (perseroan terbatas), yang dari sisi bentuk hukum tidak
berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan hanya terletak pada
jenis usaha. Pada PT.Reksadana, pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan perusahaan adalah Direksi PT.Reksadana itu sendiri,
Manajer Investasi dan Bank kustodian. Reksadana berbentuk
perseroan dapat beroperasi secara terbuka maupun tertutup.
31
Tabel 2.1
Perbedaan Reksadana Terbuka dan Tertutup
PT.Reksadana Tertutup PT.Reksadana Terbuka
Menjual sahamnya pada
penawaran umum perdana
sampai batas modal dasar
Menjual sahamnya secara terus
menerus sepanjang ada pemodal
yang membeli
Saham reksadana dicatatkan di
Bursa Efek
Saham reksadana tidak perlu
dicatat di Bursa Efek
Investor tidak dapat menjual
kembali saham yang
dimilikinya kepada reksadana,
tetapi kepada investor lain
melalui bursa
Investor dapat menjual kembali
saham yang dimilikinya kepada
reksadana
Harga jual/beli saham
tergantung pada penawaran dan
permintaan antar investor di
bursa
Harga jual/beli saham antar
PT.Reksadana dengan investor
didasarkan atas Nilai Aktiva
Bersih (NAB) per saham yang
dihitung oleh bank kustodian
Sumber: Pratomo, 2000
Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak
yang dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga
mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Fungsi KIK
mirip dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dalam suatu
perusahaan. KIK mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing
32
pihak (manajer investasi dan bank kustodian), tujuan dan jenis
investasi yang dilakukan, tata cara transaksi, biaya-biaya, hak
pemegang unit penyertaan sebagai investor, dan aturan serta
ketentuan lainnya yang menyangkut pengelolaan reksadana KIK
tersebut.
Menurut Sutedi (2011), dilihat dari portofolio investasinya,
reksadana dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
1) Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund) adalah reksadana
yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang. Reksadana
ini merupakan jenis reksadana dengan tingkat risiko paling
rendah. Reksadana ini hanya melakukan investasi pada efek
bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan
modal.
2) Reksadana Pendapatan Tetap (Fix Income Fund). Reksadana jenis
ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya
dalam bentuk efek bersifat utang. Reksadana ini memiliki risiko
yang relatif lebih besar dari reksadana pasar uang. Tujuannya
adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
3) Reksadana Saham (Equity Funds). Reksadana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk
33
efek bersifat ekuitas. Sifat investasinya dilakukan pada saham
maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksadana sebelumnya,
namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
4) Reksadana Campuran (Discretionary Funds). Reksadana jenis ini
melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat
uang.
d) Manfaat dan Risiko Reksadana Syariah
Menurut Soemitra (2009) dalam berinvestasi di reksdana tentu saja
mengandung aspek risiko dan keuntungan. Risiko naik turunnya harga
yang mungkin dihadapi dalam melakukan investasi di pasar modal
pada prinsipnya sama dengan risiko yang mungkin dialami dalam
melakukan investasi di reksadana. Namun, risiko investasi dalam
reksadana relatif lebih rendah dibandingkan dengan melakukan
investasi dalam saham-saham di bursa efek. Investasi di reksadana
dapat memberikan beberapa keuntungan antara lain dapat melakukan
investasi dengan modal relatif kecil, mendaparkan deviden dari
penerbit reksadana, capital gain yang diperoleh dari penjualan
portofolio reksadana, penyebaran risiko melalui diversifikasi
portofolio efek, akses investasi lebih banyak walaupun dengan dana
yang terbatas, saham reksadana untuk reksadana terbuka dapat dijual
kembali setiap saat, pembagian uang tunai secara berkala, dan terbebas
34
dari pekerjaan administrasi dan analisis investasi karena reksadana
sudah dikelola oleh manajer investasi. Menurut Heykal (2012), pada
dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur yaitu return
(keuntungan) dan risiko.
Sedangkan manfaat yang diberikan Reksadana Syariah bagi
pemerintah dan Bursa Efek yaitu sebagai berikut (Rodoni, 2009):
1) Memobilisasi dana masyarakat, dimana reksadana (sebagai emiten)
merupakan lahan yang tepat bagi investor pemodal segala strata,
baik besar maupun kecil. Investor-investor lembaga akan lebih
percaya kepada manajer investasi yang mengelola reksadana.
2) Meningkatkan peranan swasta nasional dalam menghimpun dana
masyarakat. Selama ini produk reksadana dikelola oleh manajer
investasi asing, sehingga dikhawatirkan dapat menaikkan capital
outflows yang berimplikasi pada mengguncangnya stabilitas neraca
pembayaran (balance of payment).
3) Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal
Indonesia, sehingga dapat meningkatkan likuiditas bursa dan
kapitalis pasar (market capitalization). Tingginya transaksi
perdagangan efek di bursa akan menarik masuknya modal asing
(capital inflows) sehingga makin menguatkan neraca pembayaran.
35
4) Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena pergeseran dana dari bank
ke capital market.
Menurut Manan (2009), BAPEPAM menyebutkan beberapa risiko
yang kemungkinan bisa terjadi apabila investor berinvestasi di
reksadana, antara lain:
1) Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham,
obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) yang menjadi bagian dari
portofolio reksadana di bursa yang mengakibatkan menurunnya
nilai unit penyertaan.
2) Risiko Likuiditas
Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan
oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat
menyulitkan manajer investasi dalam menyediakan uang tunai bagi
pembayaran tersebut.
3) Risiko Politik dan Ekonomi
Perubahan kebijakan di bidang politik dan ekonomi mempengaruhi
kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang
mempengaruhi efek yang termasuk dalam portofolio reksadana.
36
4) Risiko Wanprestasi
Risiko ini dapat timbul saat perusahaan asuransi yang mengasuransi
harta kekayaan reksadana tidak dapat membayar ganti rugi atau
membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan, seperti pihak-pihak terkait dengan reksadana
yakni pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana
alam, kebakaran serta kerusuhan yang mungkin dapat
mempengaruhi penurunan NAB yang bersangkutan.
e) Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Menurut Rodoni (2009), Nilai Aktiva Bersih atau Net Asset Value
diperoleh dari hasil penjumlahan nilai seluruh portofolio yang terdiri
dari:
Uang Kas
Deposito
Instrumen pasar uang lainnya
Obligasi
Saham
Instrumen pasar modal lainnya
Yang ditambah dengan:
Tagihan kepada Broker
Piutang dividen
37
Piutang bunga
Dan piutang lainnya
Dan dikurangi dengan kewajiban yang terdiri dari:
Pinjaman
Kewajiban ke Broker
Kewajiban atas fee Broker yang belum dibayar
Kewajiban atas fee Kustodian yang belum dibayar, dan
Amortisasi biaya pendirian jika ada.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV)
merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio
reksadana. Net Asset Value (NAV) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
Keterangan:
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada periode t
LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t
NSOt = Jumlah Unit Penyertaan Beredar pada periode t
NAVt = (MVAt – LIABt/NSOt)
38
f) Mekanisme Kerja Reksadana Syariah
Perbedaan paling mendasar antara reksadana konvensional dan
reksadana syariah adalah terletak pada proses screening dalam
mengkontruksi portofolio. Filterisasi menurut prinsip syariah adalah
mengeluarkan saham-saham yang memiliki aktivitas haram seperti
riba, gharar, minuman keras, judi, daging babi, rokok, dan lain
sebagainya. Di samping itu, proses filterisasi juga dilakukan dengan
cara membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari
kegiatan haram dan membersihkannya dengan cara charity.
3. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar valuta asing adalah harga satuan mata uang dalam satuan
mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta
asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda
diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004).
Menurut Hadi (2010), valuta asing (valas) atau foreign exchange
(forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat
pembayaran lainnya digunakan untuk melakukan atau membiayai
transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan
kurs resmi pada bank sentral.
Menurut Sukirno (2006), kurs valuta asing atau kurs mata uang asing
menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam
39
nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan
sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah
yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs
valuta di antara negara kerapkali berbeda di antara satu masa dengan
masa lainnya.
Nilai tukar atau kurs merupakan harga suatu mata uang terhadap mata
uang lainnya. Pada kurs, yakni suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya, juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga asset (asset
price), prinsip-prinsip pengaturan harga asset-aset lainnya juga berlaku.
Setiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan atau
menetapkan harga-harga dari setiap barang dan jasa yang ada. Indonesia
dengan Rupiahnya, Amerika Serikat memiliki Dollar, Jerman punya DM,
di Inggris kita mendapatkan Poundsterling, dan seterusnya. Kurs
memainkan peranan penting dalam hubungan perdagangan internasional,
karena kurs memungkinkan kita untuk membandingkan harga-harga
segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. Perubahan
kurs biasa disebut dengan apresiasi dan depresiasi. Depresiasi mata uang
suatu negara membuat harga-harga barangnya menjadi lebih murah bagi
pihak luar negeri, dengan anggapan semua kondisi lainnya tetap (cateris
paribus). Sebaliknya, jika terjadi apresiasi mata uang suatu negara
menyebabkan harga barang-barangnya menjadi lebih mahal bagi pihak
40
luar negeri dengan anggapan semua kondisi lainnya tetap (Krungman dan
Obstfeld, 2005).
Jika di dalam istilah konvensional nilai tukar mata uang asing dikenal
sebagai foreign exchange, maka dalam Islam nilai tukar mata uang asing
atau valuta asing disebut dengan al-sharf. Dalam kamus Al-Munjid Fi Al-
Lughah disebutkan bahwa Al-sharf berarti menjual uang dengan uang
lainnya. Secara harfiyah al-sharf berarti penambahan, penukaran,
penghindaran, atau transaksi jual beli. Dengan demikian al-sharf adalah
pertukaran mata uang (money changer), baik antarmata uang sejenis
maupun antarmata uang berlainan jenis (Sholihin, 2010).
Para Fuqaha mengatakan bahwa kebolehan melakukan prakterk sharf
didasarkan pada sejumlah hadis Nabi yang antara lain pendapat jumhur
ulama yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Nafi’ dari Abu Said
berkata Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, garam dengan garam sama-sama dari tangan ke tangan, siapa
yang menambahkan atau minta ditambahkan sungguh ia telah berbuat
riba, pengambilan dari pemberi sama.” (HR.Ahmad dan Bukhari)
41
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002
tentang jual beli mata uang atau al-sharf mengemukakan tentang
ketentuan-ketentuan umum pada transaksi jual beli mata uang yang pada
prinsipnya diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
2) Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)
3) Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya
harus sama dan secara tunai (at-taqabudh)
4) Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs)
yang berlaku pada saat transaksi dilakukan secara tunai
Jenis-jenis transaksi valuta asing menurut DSN-MUI, yaitu:
1) Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing
(valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau
penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari.
Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu
dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa
dihindari dan merupakan transaksi internasional.
2) Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas
yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukaan untuk
waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun.
Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga
42
yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya dilakukan di
kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum
tentu sama dengan harga yang disepakati, kecuali dilakukan dalam
bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat
dihindari (lil hajah).
3) Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas
dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara
penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram,
karena mengandung unsur maysir (spekulasi).
4) Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka
membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal
akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maysir
(spekulasi).
4. Inflasi
Inflasi merupakan suatu keadaan perekonomian yang ditandai oleh
kenaikan harga secara cepat sehingga berdampak pada menurunnya daya
beli; sering pula diikuti menurunnya tingkat tabungan dana atau investasi
karena meningkatknya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit untuk
tabungan jangka panjang (Sholihin, 2010).
43
Menurut Karim (2008), secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat
harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode
tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena
terjadinya kenaikan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu
komoditas. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit
perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa
didefinisikan sebagai deflasi (deflation).
Dari segi penyebabnya inflasi dapat digolongkan menjadi (Karim,
2007):
a. Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural inflation adalah
inflasi yang terjadi karena sebab alamiah yang tidak dapat dicegah
oleh manusia, sedangkan human error inflation adalah inflasi yang
terjadi karena kesalahan manusia.
b. Expected Inflation dan Unexpected Inflation. Pada expected inflation,
tingkat suku bunga pinjaman riil sama dengan tingkat suku bunga
pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan pada unexpected
inflation, tingkat suku bungan pinjaman nominal belum atau tidak
merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.
c. Deman Pull dan Cost Push Inflation. Demand pull inflation
diakibatkan oleh perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregat
(AD) barang dan jasa pada suatu perekonomian, sedangkan cost push
44
inflation terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi
penawaran agegat (AS) barang dan jasa pada suatu perekonomian.
d. Spiraling Inflation, yaitu inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang
terjadi sebelumnya, sementara inflasi yang sebelumnya itu terjadi
akibat inflasi terdahulu, demikian seterusnya.
e. Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported inflation adalah
inflasi yang dialami oleh suatu negara karena posisinya sebagai price
taker dalam pasar perdagangan internasional. Sedangkan domestic
inflation hanya terjadi di suatu negara yang tidak begitu
mempengaruhi negara-negara lainnya.
Kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus-menerus bukan saja
menimbulkan beberapa efek buruk atas kegiatan ekonomi, tetapi juga
kepada kemakmuran individu dan masyarakat, diantaranya (Sukirno,
2006):
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat
kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil
individu-individu yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. sebagian
kekayaan masyarakat disimpan dalam uang. Simpanan di bank,
simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain
45
merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila
inflasi berlaku.
c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa
penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai
riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan
mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi
pemilik harta-harta tetap (tanah, bangunan, dan rumah) dapat
mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga
sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil
pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian
pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-
pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak
merata.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di
suatu negara mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman
modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembagunan,
ketidak stabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Secara umum penyebab terjadinya inflasi menurut ekonomi Islam
seperti yang dikemukakan Al-Maqrizi adalah:
46
a. Natural Inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab
alamiah, manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini
adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregat (AS)
atau naiknya permintaan agregat (AD). Ketika bencana alam terjadi
berbagai bahan makanan, dan hasil bumi lainnya mengalami gagal
panen, sehingga persediaan barang-barang kebutuhan tersebut
mengalami penurunan dan terjadi kelangkaan. Di pihak lain, karena
barang-barang tersebut sangat signifikan dalam kehidupan,
permintaan terhadap berbagai barang mengalami peningkatan. Harga-
harga melambung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat.
Akibatnya kegiatan ekonomi mengalami kemacetan bahkan berhenti
sama sekali yang pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan,
wabah penyakit, kematian. Keadaan ini memaksa masyarakat untuk
menekan pemerintah agar memperhatikan mereka. Untuk
menanggulangi bencana ini, pemerintah mengeluarkan dana besar
yang mengakibatkan perbendaharaan negara menjadi berkurang
secara drastis dan defisit anggaran.
b. Human Error Inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan
manusia. Sebab pertama adalah adanya korupsi yang dilakukan oleh
pemerintah maupun orang penting lainnya dan administrasi yang
buruk. Kedua, pajak yang berlebihan. Ketiga, mencetak uang secara
47
besar-besaran dengan maksud untuk menarik keuntungan yang
berlebihan.
5. Jakarta Islamic Index
Menurut Martalena dan Malinda (2011), Indeks syariah atau JII
(Jakarta Islamic Index) merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham yang
mengakomodasi syarat investasi dalam Islam atau indeks yang
berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam indeks ini
dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat
Islam.
Menurut Rodoni dan Hamid (2007), Jakarta Islamic Index (JII)
merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh Bursa Efek Jakarta
(BEJ) yang bekerjasama dengan Danareksa Invesment Management
untuk merespons kebutuhan informasi yang berkaitan dengan investasi
syariah. JII merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan
tahun 1 Januari 1995 sebagai base date (dengan nilai 100). JII melakukan
penyaringan (filter) terhadap saham yang listing. Rujukan dalam
penyaringannya adalah fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan
Syarian Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa inilah BEJ memilah emiten
yang unit usahanya sesuai dengan syariah. Adapun kriteria yang
48
ditetapkan untuk indeks Islam berdasarkan Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) No.20 adalah:
a. Usaha emiten bukan usaha perjudian dan permainan yang tergolong
judi atau perdagangan yang dilarang.
b. Bukan merupakan lembaga keuangan ribawi, termasuk bank dan
asuransi konvensional.
c. Bukan termasuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan serta
memperdagangkan makanan dan minuman haram.
d. Bukan termasuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan dana atau
menyediakan barang-barang atau jasa yang merusak moral dan
bersifat mudharat.
Emiten dilihat dari rasio keuangannya yaitu kriteria investasi Islami
berdasarkan fatwa DSN adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana
dari utang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya.
b. Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15%.
c. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah
piutang dagangnya atau total piutangnya tidak lebih dari 50%.
Dari beberapa penilaian tersebut, maka saham-saham yang dipilih
untuk dapat masuk ke dalam indeks syariah adalah sebagai berikut:
49
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis utama yang tidak bertentangan
dengan syariah dan sudah tercatat minimum tiga bulan, kecuali
saham-saham tersebut termasuk dalam 10 besar kapitalisasi.
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal
90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasrkan tingkat likuiditas rata-
rata nilai perdagangan selama satu tahun.
Pengkajian ulang dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Juli setiap tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus-menerus
berdasarkan data publik dan media. Indeks harga saham setiap hari
dihitung menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di bursa.
6. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip
syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai salah satu instrument operasi pasar terbuka dalam rangka
50
pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. SBIS
bagi bank syariah dijadikan sebagai alat instrument investasi,
sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank konvensional.
Akad yang digunakan dalam SBIS adalah jualah, yaitu perjanjian atau
komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu
(reward/’iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan
dalam suatu pekerjaan. SBIS memiliki karakter sebagai berikut:
a. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan;
c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);
d. Dapat digunakan kepada Bank Indonesia; dan
e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang
diterbitkan. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau
UUS pada saat SBIS jatuh tempo. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia
melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak mengikuti lelang adalah
Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan pialang
yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS. Namun, BUS dan
UUS baru dapat mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan
Financing to Deposit Ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
51
Terbitnya SBIS merupakan pengganti dari SWBI (Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia). Setelah ketentuan SBIS berlaku, maka SWBI tidak lagi
digunakan. Namun, untuk SWBI yang sudah terbit sebelum PBI
No.10/11/PBI/2008 diberlakukan, SWBI tetap berlaku dan tunduk pada
ketentuan PBI No.6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang SWBI
sampai SWBI tersebut jatuh tempo. Penempatan dana dalam SWBI,
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sejak bulan April 2008 menjadi
SBI Syariah. Jadi, secara otomatis bank-bank syariah yang telah
menempatkan dananya pada SWBI berarti secara langsung telah
menempatkan dananya pada instrument Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS).
B. Keterikatan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Hubungan Nilai Tukar Rupiah (KURS) dengan NAB Reksadana
Syariah
Hubungan nilai tukar dengan harga saham yang dikemukakan Madura
(2001) adalah pada saat mata uang suatu negara mengalami depresiasi dan
hal-hal lain tetap maka para pemodal mengalihkan investasinya dengan
melakukan pembelian saham akibatnya permintaan saham naik dan
demikian juga dengan harga saham. Hal ini berlaku sebaliknya bila mata
uang negara tersebut mengalami apresiasi. Nilai tukar rupiah terhadap US
Dollar memiliki hubungan positif terhadap return saham yang
52
diperdagangkan emiten yang bergerak di bidang impor dalam artian makin
tinggi nilai tukar maka makin tinggi return yang dihasilkan bursa saham.
Ketika rupiah terdepresiasi terhadap US Dollar karena pada saat ekspor,
keuntungan yang didapatkan dalam bentuk dollar sehingga laba
perusahaan meningkat. hal ini meyebabkan meningkatnya kinerja
perusahaan tersebut sehingga harga saham yang dijual pada bursa saham
meningkat, dimana hal ini akhirnya akan mengakibatkan return yang
didapat investor meningkat.
Begitu pula hubungan nilai tukar rupiah dengan NAB, apabila kurs
meningkat saham-saham juga akan mengalami peningkatan tentu saja
akan meningkatkan NAB Reksadana Syariah karena salah satu
portofolionya adalah berbentuk saham. Penelitian yang dilakukan
Mursyidin (2010) menunjukkan hasil bahwa nilai tukar rupiah mempunyai
pengaruh positif terhadap NAB Reksadana Syariah.
2. Hubungan Inflasi dengan NAB Reksadana Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Hifdzia (2012) menyimpulkan bahwa
inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB Reksadana Syariah. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa NAB Reksadana Syariah tidak bergantung pada
inflasi. Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena (i) menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang,
terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), (ii) melemahkan
53
semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat
(turunnya Marginal Propensity to Save), (iii) meningkatkan
kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-
barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume), dan (iv)
mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti tanah, bangunan, logam mulia,
mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti
pertanian, industrial, perdagangan, transportasi dan lainnya (Karim, 2008).
3. Hubungan Jakarta Islamic Index (JII) dengan NAB Reksadana
Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Mursyidin (2010) menunjukkan hasil
bahwa JII memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap NAB
Reksadana Syariah. JII sebagai salah satu tempat investor mengetahui
jenis-jenis saham apa saja yang diperbolehkan secara syariah dan tidak
mengandung unsur-unsur yang dilarang, maka JII menjadi indeks yang
dapat diperhitungkan oleh investor dalam memilih saham yang akan
dipilih sesuai syariah. Peningkatan JII mencerminkan kinerja perusahaan
yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang
lebih besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan
kenaikan return bagi hasil reksadana syariah. Oleh karena itu, masyarakat
akan menginvestasikan dananya melalui reksadana syariah dengan
54
harapan memperoleh return yang lebih besar. Dengan kata lain
meningkatnya kinerja saham di JII akan memacu peningkatan dana pada
reksadana syariah terutama saham syariah yang dapat menyebabkan total
NAB Reksadana Syariah yang didapatkan pun meningkat.
4. Hubungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan NAB
Reksadana Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah (2008) menyimpulkan bahwa
SBIS tidak berpengaruh terhadap NAB Reksadana Syariah. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa NAB Reksadana Syariah tidak bergantung pada SBIS.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, SBIS menunjukkan penurunan. Hal itu
menunjukkan bahwa bank syariah lebih suka melakukan ekspansi pada
pembiayaan karena memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bonus
SBIS/tingkat imbalan yang didapatkan. Kondisi tersebut mencerminkan
ekspansi pembiayaan bank syariah yang semakin baik. Hal tersebut secara
umum menunjukkan bahwa perkembangan sektor riil lebih menjadi
pertimbangan investasi bank syariah dibandingnkan kondisi pasar uang.
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang
lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode waktu
yang digunakan dan penetuan sampel berbeda maka terdapat banyak hal yang
55
tidak sama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling
melengkapi. Berikut ringkasan beberapa penelitian:
1. Anwar Hasan Abdullah Othman, Ahamed Kameel dan Hasanuddeen
Abdul Aziz (2015)
Penelitian dengan judul “Causal Relationship between
Macroeconomic Indicators and Funds Unit Prices Behavior: Evidence
from Malaysian Islamic Equity Unit Trust Fund Industry”. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Industrial Production
(LIPI), harga minyak mentah (LOP), LTBR, LM3, LFER dan NAV. Alat
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah VECM Causality
Approach.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa VECM kausalitas menunjukkan
signifikn searah efek kausal jangka pendek terkait dengan LIPI, dan dua
arah yang hubungan dengan LOP ke NAV dari dana ekuitas Islam.
Namun, sisa variabel makroekonomi, seperti LTBR, LM3, dan LFER
tidak memiliki kausalitas yang signifikan dengan NAV dari dana ekuitas
Islam dalam jangka pendek. Selain itu, hasil uji kausalitas granger
menemukan bahwa FC dan NPE memiliki efek kausalitas pada NAV dari
ekuitas Islam di Malaysia Fund Unit Trust, sedangkan LCI tidak
menyebabkan perubahan dana NAV.
56
2. Fitria Saraswati (2013)
Penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah dan Jumlah Uang Beredar Terhadap NAB Reksadana Syariah”.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah SBIS, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar dan NAB Reksadana Syariah. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SBIS, Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah dan Jumlah Uang Beredar secara simultan berpengaruh terhadap
NAB Reksadana Syariah. Secara parsial SBIS dan Inflasi tidak
berpengaruh terhadap NAB Reksadana Syariah, Nilai Tukar Rupiah
berpengaruh negatif terhadap NAB Reksadana Syariah, dan Jumlah Uang
Beredar berpengaruh positif terhadap NAB Reksadana Syariah.
3. Rahmi Hifdzia (2012)
Penelitian dengan judul “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
perkembangan NAB Reksadana Syariah di Indonesia Tahun 2009-2011”.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI Rate, Nilai Tukar
Rupiah, Inflasi, Jumlah Uang Beredar dan NAB Reksadana Syariah. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda.
57
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif
antara BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Reksadana Syariah,
sedangkan Inflasi dan Jumlah Uang Beredar tidak memiliki pengaruh
terhadap NAB Reksadana Syariah.
4. Ahmad Mursyidin (2010)
Penelitian dengan judul “Analisis Variabel Makroekonomi dan Indeks
Syariah terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah KURS, Inflasi, SWBI, JII dan
NAB Reksadana Syariah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis jalur.
Hasil penelitian ini adalah dari empat variabel yang diteliti dengan
menggunakan analisis jalur, variabel KURS, Inflasi, SWBI dan JII
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap NAB
Reksadana Syariah. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan
adalah JII.
5. Annisa Sholihah (2008)
Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan
Inflasi Terhadap Kinerja Reksadana Syariah”. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah JII, SWBI, IHSG, Inflasi dan Kinerja
Reksadana Syariah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda.
58
Hasil penelitian ini menunjukkan perolehan return dan pengukuran
kinerja dengan metode sharpe dapat terlihat bahwa reksadana syariah
memiliki kinerja yang baik setiap tahun. Variabel dominan yang
mempengaruhi reksadana syariah adalah inflasi. Artinya variabel ini
memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kinerja reksadana
syariah.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan
sebelumnya, persamaan yang bisa dilihat diantaranya adalah variabel-variabel
yang digunakan untuk mempengaruhi variabel Y Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah baik konvensional maupun syariah terdapat variabel yang
peneliti gunakan yaitu KURS, Inflasi, SBIS, dan JII. Sementara perbedaan
yang terlihat adalah dalam penelitian ini peneliti fokus untuk membahas
bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam hal ini
NAB Reksadana Syariah Saham Campuran. Penelitian ini menggunakan
variabel ekonomi makro, indeks syariah dan salah satu instrument moneter
syariah dalam melihat pengaruhnya terhadap NAB Reksadana Syariah Saham
Campuran dengan mengambil tahun 2012-2016 sebagai tahun yang dianalisis.
Data yang digunakan peneliti, yakni menggunakan data bulanan dari tahun
2012 sampai dengan 2016.
59
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangkaa pemikiran dapat
disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan
keduanyan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai
berikut:
60
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
KURS (X1) SBIS (X4) JII (X3) Inflasi (X2)
Pengaruh KURS, Inflasi, JII, dan SBIS Terhadap NAB Reksadana Syariah
(Periode Januari 2012 – Desember 2016)
NAB Reksadana Syariah
Model Regresi Data Panel
Common Effect
Fixed Effect
Random Effect
Uji Chow
Uji Hausman
Uji Chow
Uji t
Uji F
Koefisien Determinasi
Interpretasi dan Kesimpulan
61
Berdasarkan gambar 2.1, NAB Reksadana Syariah yang merupakan
salah satu tolak ukur kinerja reksadana syariah merupakan hal yang penting
bagi para investor. Demi mendapatkan keuntungan yang maksimal, banyak
hal yang harus dipertimbangkan bagi para investor sebelum berinvestasi.
NAB Reksadana Syariah dapat diperkirakan dengan melihat keadaan
perekonomian negara dan laporan keuangan suatu perusahaan yang
ekuitasnya menjadi komponen portofolio reksadana syariah. Dengan
menggunakan analisis data panel penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, JII dan SBIS terhadap NAB Reksadana
Syariah.
Penelitian ini menggunakan analisis data panel yang merupakan gabungan
dari data time series dan cross section. Langkah pertama dalam penelitian ini
yaitu menguji dengan metode data panel. Common Effect Model atau Pooling
Least Square adalah pendekatan yang pertama, dimana model ini adalah yang
paling sederhana dan tidak ada perbedaan antar individu dan antar waktu karena
memiliki intersep yang sama. Selanjutnya adalah Fixed Effect Model, dalam
model digunakan variabel dummy untuk membedakan setiap objek. Selanjutnya
Random Effect Model, Random Effect Model digunakan untuk mengatasi
kelemahan Fixed Effect Model yang menggunakan variabel dummy, dan oleh
karena itu Random Effect Model menggunakan residual yang diduga memiliki
hubungan antarwaktu dan antarobjek (Winarno, 2015).
62
Selanjutnya langkah ketiga, dalam analisis data panel terdapat uji chow
dan uji hausman yang digunakan untuk memilih model regresi yang terbaik. Uji
chow adalah uji yang dilakukan untuk menentukan antara Common Effect Model
atau Fixed Effect Model yang akan digunakan. Sedangkan dalam uji hausman
digunakan untuk menentukan antara Fixed Effect Model atau Random Effect
Model yang akan digunakan.
Selanjutnya setelah dilakukan pengujian untuk pemilihan model regresi
yang terbaik, langkah selanjutnya adalah uji signifikansi untuk melihat pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan melihat uji t, uji
F dan Koefisien Determinasi yang selanjutnya akan dilakukan interpretasi dan
diambil sebuah kesimpulan.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu konsep yang perlu diuji
kebenarannya (Siregar, 2011:151). Sesuai teori dan kerangka pemikiran, maka
hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap
suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Nilai Tukar Rupiah (KURS)
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara KURS terhadap NAB
Reksadana Syariah
63
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara KURS terhadap NAB
Reksadana Syariah
2. Variabel Inflasi
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Inflasi terhadap NAB
Reksadana Syariah
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Inflasi terhadap NAB
Reksadana Syariah
3. Variabel Jakarta Islamic Index (JII)
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara JII terhadap NAB
Reksadana Syariah
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara JII terhadap NAB
Reksadana Syariah
4. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Ho4 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara SBIS terhadap NAB
Reksadana Syariah
Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara SBIS terhadap NAB
Reksadana Syariah
Ho5 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara KURS, Inflasi, JII,
dan SBIS terhadap NAB Reksadana Syariah
Ha5 : Terdapat pengaruh secara simultan antara KURS, Inflasi, JII, dan
SBIS terhadap NAB Reksadana Syariah
64
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan dimulai
dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek penelitian,
menginvestarisasikan, mengolah data hingga akhirnya diperoleh gambaran yang jelas
tentang pokok permasalahan yang diteliti.
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh KURS, Inflasi, JII, dan
SBIS terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah selama periode Januari
2012 sampai dengan Desember 2016. Data yang diambil merupakan data bulanan.
Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data runtun waktu
(time series) dan data silang (cross section).
B. Metode Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Judgment Sampling. Menurut Hamid (2012), metode ini merupakan metode penentuan
sampel dimana pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan
pribadi semata. Penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan sampel yang
representative sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu seluruh produk
reksadana syariah campuran yang terdaftar di OJK periode Januari 2012 – Desember
2016. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data panel yaitu gabungan dari
data time series berskala bulanan yaitu dari bulan Januari 2012 – Desember 2016 dan
data silang (cross section).
65
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada penelitian ini
adalah data sekunder dengan skala bulanan yaitu dari Januari 2012 – Desember 2016.
Menurut Wijaya (2013), data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang
menerbitkan dan bersifat siap pakai. Data-data sekunder yang digunakan penulis
adalah data-data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan
bersumber dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank
Indonesia. Data-data sekunder yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah dan Data Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) setiap bulannya selama periode Januari 2012 –
Desember 2016 diperoleh dari laporan bulanan statistik keuangan syariah di OJK.
b. Data Nilai Tukar Rupiah terhadap USD dan Tingkat Inflasi setiap bulannya
selama periode Januari 2012 – Desember 2016 diperoleh dari website Bank
Indonesia (www.bi.go.id)
c. Data Jakarta Islamic Indeks (JII) setiap bulannya selama periode Januari 2012 –
Desember 2016 diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
(www.duniainvestasi.com)
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Library Research merupakan teknik pengambilan data yang dilengkapi pula
dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari
buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan
66
penelitian dengan membaca dan mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan
penelitian.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh KURS, Inflasi, JII, dan SBIS
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Penelitian ini menggunakan
metode analisi regresi data panel dengan menggunakan program computer (software)
Eviews versi 9 dan Microsoft Excel 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data Ln pada data variabel independen dan variabel dependen, karena penyertaan
data dari variabel tersebut satuan datanya berbeda. Berikut adalah metode yang
digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Pengujian Model Regresi Data Panel
a. Common Effect Model (CEM)
Langkah pertama untuk menguji model regresi data panel adalah dengan
menguji Common Effect. Model ini merupakan model paling sederhana
dibandingkan dengan kedua model lainnya karena hanya mengkombinasikan data
time series dan cross section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu
maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama
dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary
Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data
panel.
b. Fixed Effect Model (FEC)
Langkah kedua untuk menguji model regresi data panel adalah dengan
menguji model Fixed Effect. Model ini menggunakan teknik variabel dummy
67
untuk menangkap perbedaan intersep antar perusahaan, perbedaan intersep bisa
terjadi karena perbedaan budaya kerja, manajerial, dan insentif. Namun demikian
slopenya sama antar perusahaan. Model estimasi ini sering juga disebut dengan
teknik Least Square Dummy Variabel (LSDV).
c. Uji Chow
Langkah ketiga untuk menguji model regresi data panel adalah dengan Uji
Chow. Uji ini dilakukan untuk menentukan model Pooled Least Square atau
Fixed Effect Model yang digunakan dalam estimasi. Untuk mrngujinya dapat
menggunakan F-test dengan hipotesis:
H0 = Pooled Least Square
H1 = Fixed Effect Model
Jika nilai probabilitas α < 0,05 maka H0 ditolak, artinya model regresi data
panel yang tepat digunakan adalah Fixed Effect Model sebaliknya jika H0 diterima
maka model regresi data panel yang tepat untuk digunakan adalah Pooled Least
Square. Namun jika H0 ditolak, maka model Fixed Effect harus diuji kembali
untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect setelah itu barulah
data siap untuk dianalisa.
d. Random Effect Model (REM)
Langkah keempat untuk menguji model regresi data panel adalah dengan
menguji model Random Effect. Model ini mengestimasi data panel yang variabel
residual diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar subjek. Model Random
Effect digunakan untuk mengatasi kelemahan model Fixed Effect yang
menggunakan variabel dummy. Metode analisis data panel dengan model Random
68
Effect harus memenuhi persyaratan yaitu jumlah cross section harus lebih besar
daripada jumlah variabel penelitian.
e. Uji Hausman
Langkah kelima untuk menguji model regresi data panel adalah dengan Uji
Hausman. Keputusan menggunakan Fixed Effect Model atau Random Effect
Model dapat ditentukan dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan
dengan Uji Hausman. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan
menggunakan Chi Square statistic sehingga keputusan pemilihan model akan
dapat ditentukan secara statistic. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis:
H0 = Random Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Jika nilai probabilitas α < 0,05 maka H0 ditolak, artinya model regresi data
panel yang tepat untuk digunakan adalah Fixed Effect Model sebaliknya jika H0
diterima maka model panel yang tepat untuk digunakan adalah Random Effect
Model.
2. Uji Signifikansi
a. Uji t
Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel
independen lainnya konstan (Ghozali, 2013). Uji statistic t dalam penelitian ini
dapat dilihat pada nilai probabilitas t-statistic.
Jika nilai probabilitas t-statistic lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0,05
atau 5% maka secara parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan
69
terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas t-statistic lebih
kecil dari tingkat signifikan maka secara parsial variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 = Secara parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen
H1 = Secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen
Bila probabilitas α < 0,05 H0 ditolak
Bila probabilitas α > 0,05 H1 diterima
b. Uji F
Uji statistic F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau
simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Uji statistic F dalam
penelitian ini dilihat pada nilai probabilitas F-statistic.
Jika nilai probabilitas F-statistic lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0,,05
atau 5% maka secara simultan variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistic lebih
kecil dari tingkat signifikan maka secara simultan variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0 = Secara simultan variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
70
H1 = Secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Bila probabilitas α > 0,05 variabel independen tidak signifikan, maka H0
diterima.
Bila probabilitas α < 0,05 variabel independen signifikan, maka H1 diterima.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah nol dan satu. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (cross
section) relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali dan Ratmono, 2013).
Koefisien determinasi (R-squared) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah adjusted R-squared. Dikerenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih
dari satu variabel independen. Nilai adjusted R2 dikatakan baik jika nilainya diatas
0,5 hal ini dikarenakan nilai R2 berkisar antara 0-1. Nilai adjusted R-squared
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam
model.
3. Model Regresi Data Panel
Model persamaan dasar data panel adalah:
Model persamaan yang akan di estimasi pada penelitian ini adalah:
NABit = β0 + β1 KURSt + β2 INFLASIt + β3 JIIt + β4 SBISt + εit
71
Dimana:
NAB = Nilai Aktiva Bersih
β0 = Konstanta
β1, β2, β3, β4 = Koefisien Variabel Independen
KURS = Nilai Tukar Mata Uang
INFLASI = Tingkat Kenaikan Harga
JII = Jakarta Islamic Indeks
SBIS = Sertifikat Bank Indonesia Syariah
= Koefisien Error
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah salah satu instrumen pasar
modal syariah yaitu reksadana syariah. Reksadana syariah adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan
ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan pokok-pokoknya oleh
Allah (Rodoni, 2009:80).
Di dalam reksadana syariah yang menggambarkan baik buruknya kinerja
reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Menurut Rodoni (2009), NAB
atau Net Asset Value (NAV) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil
portofolio reksadana. NAV dapat diformulasikan sebagai berikut:
72
NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt )
Keterangan:
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada periode t
LIABt = Total kewajiban Reksadana pada periode t
NSOt = Jumlah Unit Penyertaan Beredar pada periode t
Data NAB Reksadana Syariah diperoleh langsung dari www.ojk.go.id. Data
yang digunakan adalah data tiap akhir bulan selama periode pengamatan antara
Januari 2012 sampai Desember 2016.
2. Variabel Independen
a. Nilai Tukar Mata Uang (KURS)
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai
mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta
asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan,
yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing (Sukirno, 2011).
Sedangkan menurut Karim (2007), nilai tukar mata uang merepresentasikan
tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan
dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme,
investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang
melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.
73
Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah nilai
kurs jual selama periode Januari 2012 sampai Desember 2016. Data diambil dari
www.bi.go.id.
b. Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena
secara riil tingkat pendapatan juga menurun. Indikator inflasi yang digunakan
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. IHK merupakan pengukur
perkembangan daya beli rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa
dari bulan ke bulan. Rumus perhitungan inflasi adalah sebagai berikut:
Keterangan:
INF = Inflasi
IHKt = Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t
Penelitian ini akan menggunakan data inflasi yang dipublikasikan di
www.bi.go.id dengan periode data Januari 2012 sampai dengan Desember 2016.
c. Jakarta Islamic Index (JII)
Menurut Rodoni dan Hamid (2007), Jakarta Islamic Index (JII) merupakan
indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ yang bekerjasama dengan
74
Danareksa Invesment Manajement untuk merespons kebutuhan informasi yang
berkaitasn dengan investasi syariah. JII merupakan subset dari Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan
menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base date (dengan nilai 100). JII
melakukan penyaringan (filter) terhadap saham yang listing. Rujukan dalam
penyaringannya adalah fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa inilah BEJ memilah emiten yang unit
usahanya sesuai dengan syariah. Data JII yang dipakai peneliti adalah data JII
pada penutupan perdagangan saham setiap bulan, yaitu dari bulan Januari 2012
sampai dengan Desember 2016.
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah
berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia.
75
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan NAB Reksadana Syariah
Reksadana syariah pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995 oleh
National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity
dengan kapitalisasi sebesar $150 juta (Huda, 2007). Kemudian industri ini
berkembang di Malaysia melalui pengembangan industri unit trust mereka, yang
dimulai pertama kali pada tahun 1959. Perkembangan unit trust di Malaysia
cukup pesat, karena adanya keinginan untuk memberikan alternatif investasi bagi
masyarakat di negara tersebut. Termasuk juga perkembangan reksadana syariah
yang dikenal dengan nama Islamic Unit Trust. Islamic Unit Trust merupakan
reksadana syariah dengan tujuan investasi yang dilakukan pada instrumen yang
sejalan dengan prinsip syariah, dan sudah mendapat persetujuan dari Suruhanjaya
Sekuriti (Bapepam-LK Malaysia). Islamic Unit Trust di Malaysia mulai
berkembang pada periode sebelum 1997. Sedangkan di Indonesia reksadana
syariah diluncurkan pertama kali pada tahun 1997 oleh PT Danareksa Investment
Management, dimana pada saat itu PT Danareksa mengeluarkan produk
reksadana berdasarkan prinsip-prinsip syariah dengan jenis reksadana campuran
yang dinamakan Danareksa Islam Berimbang.
Menurut Hamid (2009), di Indonesia pasar modal yang menerapkan sistem
syariah Islam dalam operasionalnya, sementara ini masih dalam bentuk indeks
yaitu Jakarta Islamic Index (JII) pada PT. Bursa Efek Jakarta. Ditinjau dari segi
76
landasan hukum positif Indonesia, sampai saat ini belum terdapat Undang-
Undang khusus pasar modal syariah kecuali dalam bentuk Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : Kep-130/BI/2006
tentang penerbitan efek syariah pada tanggal 23 November 2006. Meskipun
demikian, praktek investasi secara syariah sudah berjalan sejak pertengahan 1997
melalui instrument pasar modal berbasis syariah yaitu reksadana syariah dan
obligasi syariah seperti yang dikeluarkan Indosat pada tahun 2002 serta Jakarta
Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000 dimana saham-saham yang tercantum
di dalam indeks ini sudah ditentukan oleh Dewan Syariah. Secara formal,
peluncuran pasar modal dengan prinsip-prinsip syariah Islam dilakukan pada
Maret 2003. Pada kesempatan itu ditandatangani nota kesepahaman Bapepam dan
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang dilanjutkan
dengan nota kesepahaman antara DSN-MUI dengan SROs (Self Regulatory
Organizations).
Pada tanggal 4 Oktober 2003, Dewan Syariah Nasional (DSN) telah
mengeluarkan Fatwa Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal Syariah
dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. Fatwa ini
dikeluarkan mengingat pasar modal di Indonesia telah lama berlangsung dan perlu
mendapat kajian dan prespektif hukum Islam. Beberapa dasar hukum atas
pelaksanaan pasar modal ini harus sesuai dengan QS. An-Nisa ayat 29, Al-
Maidah ayat 1, dan Al-Jumuah ayat 10 serta beberapa hadist Rasulullah SAW.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan salah satu tolak ukur dalam
memantau hasil dari suatu reksadana. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari,
77
tergantung pada perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB
menandakan naikknya nilai investasi pemegang saham atau unit penyertaan
lainnya; begitupun sebaliknya. Nilai NAB tidak hanya dipengaruhi oleh
pembelian dan penjualan reksadana oleh para investor, tetapi juga oleh harga
pasar dari portofolio yang menjadi underlying asset reksadana tersebut. Adapun
data NAB reksadana syariah berdasarkan total NAB dari seluruh produk
reksadana syariah dari periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2016
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1
Perkembangan NAB Reksadana Syariah Periode Januari 2012 s.d
Desember 2016
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, nilai NAB Reksadana Syariah tertinggi
pada tahun 2012 terjadi pada bulan Desember sebesar 8.050,07 (Rp. Miliar) dan
terendah pada bulan Mei sebesar 5.050,63. Pada tahun 2013 NAB tertinggi terjadi
pada bulan Oktober sebesar 9.800,15 dan terendah pada bulan April sebesar
78
7.978,14. Pada tahun 2014 NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar
11.158,00 dan terendah pada bulan Maret sebesar 8.918,50. Pada tahun 2015
NAB tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 12.035,97 dan terendah bulan
Juni sebesar 9.303,46. Pada awal tahun 2016 total NAB Reksadana Syariah
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, penurunan total NAB ini disinyalir
akibat turunnya dana kelolaan reksadana saham syariah yang memiliki porsi lebih
dari 40 persen dari industri, dana kelolaan reksadana saham syariah turun karena
tergerus anjloknya pasar saham yang terjadi sejak kuartal II-2015. Namun, pada
kuartal III-2016 reksadana saham syariah mengalami kenaikan secara pesat, hal
tersebut tercermin dari kenaikan total NAB Reksadana Syariah pada kuartal III-
2016. Pada tahun 2016 NAB Reksadana Syariah tertinggi terjadi pada akhir
kuartal III-2016 yaitu bulan Desember sebesar 14.914,63 dan terendah pada bulan
Februari sebesar 9.061,02. Sedangkan selama periode penelitian NAB Reksadana
Syariah tertinggi terjadi pada bulan Desember tahun 2016, yaitu sebesar
14.914,63 dan nilai terendah terjadi pada bulan Mei tahun 2012, yaitu sebesar
5.050,63.
2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS)
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai
mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta
asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan,
yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing (Sukirno, 2011).
79
Berikut adalah tingkat kurs yang terjadi di Indonesia dalam periode Januari
2012 sampai dengan Desember 2016.
Gambar 4.2
Perkembangan Kurs Periode Januari 2012 s.d Desember 2016
Sumber: Bank Indonesia
Berdasarkan gambar 4.2 diatas, perkembangan tingkat kurs di Indonesia
dari periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2016 dapat diketahui bahwa
nilai tukar rupiah terhadap dollar yang tertinggi terjadi pada Desember 2016
mencapai Rp 14.914. Terlihat bahwa setiap bulannya dari bulan Januari 2012
sampai dengan awal tahun 2015 nilai tukar IDR/USD melemah dan sebaliknya
nilai tukar USD/IDR menguat. Kenaikan cukup tinggu terjadi di bulan September
2014 disinyalir karena penguatan pasar luar negeri terhadap dalam negeri
sehingga pasar dalam negeri tidak sanggup menahan derasnya aliran barang dan
jasa yang masuk ke dalam negeri. Nilai rupiah terapresiasi pada bulan Maret 2015
sebesar Rp 13.693. Sejak saat itu nilai tukar rupiah menguat hingga pertengahan
tahun 2016 yang menyentuh angka Rp 9.061. Namun, pada akhir periode tahun
80
2016 nilai rupiah mulai melemah kembali dan mencapai angka Rp. 14.914 per
dollarnya.
3. Perkembangan Inflasi
Secara umum inflasi merupakan kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang atau komoditas dan jasa selama satu periode waktu tertentu. Inflasi dapat
dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit
perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Berikut adalah tingkat inflasi
yang terjadi di Indonesia dalam periode waktu Januari 2012 sampai dengan
Desember 2016.
Gambar 4.3
Perkembangan Inflasi Periode Januari 2012 s.d Desember 2016
Sumber: Bank Indonesia
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, perkembangan tingkat inflasi di Indonesia
dari periode Januri 2012 sampai dengan periode Desember 2016. Dapat terlihat
bahwa inflasi pada awal periode penelitian tercatat sebesar 3,65%. Rendahnya
inflasi dapat terjadi karena di tengah menurunnya kinerja ekspor, pertumbuhan
81
ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat. Hal ini
didukung oleh kondisi ekonomi makro dan sistem keuangan yang kondusif
sehingga memungkinkan sektor rumah tangga dan sektor usaha melakukan
kegiatan ekonominya dengan lebih baik. Pada tahun 2013 dapat terlihat bahwa
tingkat inflasi di Indonesia mencapai tingkat tertingginya yaitu pada bulan
Agustus sebesar 8,79%. Hal ini disebabkan karena kenaikan harga BBM
bersubsidi diikuti kenaikan harga pangan memasuki bulan suci Ramadhan pada
pertengahan tahun 2013, sehingga inflasi tercatat lebih tinggi dari target yang
ditetapkan. Selanjutnya tingkat inflasi selalu mengalami kenaikan kembali
menjelang akhir tahun 2014. Kenaikkan tingkat inflasi ini cenderung diakibatkan
karena tingginya tekanan inflasi tersebut terkait dengan upaya reformasi subsidi
energi yang mencakup Liquefied Petroleum Gas (LPG), Tarif Tenaga Listrik
(TTL), dan Bahan Bakar Minyak (BBM), Sedangkan pada bulan Desember tahun
2016 tingkat inflasi tersebut mengalami penurunan kembali di angka 3,02% Hal
ini dipengaruhi oleh menurunnya inflasi inti dan juga komponen harga diatur
pemerintah (Bank Indonesia).
4. Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan prinsip Islam. JII dimaksudkan untuk
digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham
dengan basis syariah. Melalui indeks ini diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara
82
syariah. Adapun data indeks JII periode Januari 2012 sampai dengan Desember
2016 sebagai berikut.
Gambar 4.4
Perkembangan Jakarta Islamic Index Periode Januari 2012 s.d
Desember 2016
Sumber: Dunia Investasi
Berdasarkan gambar 4.4 di atas, nilai JII tertinggi pada tahun 2012 terjadi
pada bulan Oktober sebesar 619.27 dan terendah pada bulan Mei sebesar 525.052.
Pada tahun 2013 nilai JII tertinggi terjadi pada bulan April sebesar 682.691 dan
terendah pada bulan November sebesar 579.868. Pada tahun 2014 nilai JII
tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 691.132 dan terendah pada bulan
Januari sebesar 602.873. Pada tahun 2015 nilai JII tertinggi terjadi pada bulan
Maret sebesar 728.204 dan terendah pada bulan September sebesar 556.088. Pada
tahun 2016 nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 746.872 dan
terendah pada bulan Januari sebesar 612.75. Sedangkan selama periode penelitian
83
nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Agustus tahun 2016, yaitu sebesar 746.872
dan nilai terendah terjadi pada bulan Mei tahun 2012, yaitu sebesar 525.052.
5. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan salah satu instrumen
moneter syariah dalam mengatasi kelebihan likuiditasnya. Imbalan yang diperoleh
dalam SBIS tidak sebesar Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada bank
konvensional. Namun, perkembangan yang baik dari SBIS dapat memotivasi
masyarakat ataupun pengusaha untuk melakukan investasi di sektor pasar modal
syariah. Data SBIS yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari
laporan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode Januari 2012 sampai
dengan Desember 2016.
Gambar 4.5
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Periode Januari
2012 s.d Desember 2016
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
84
Berdasarkan gambar 4.5 di atas, nilai SBIS tertinggi pada tahun 2012
terjadi pada bulan Januari sebesar 4.88% dan terendah pada bulan Februari
sebesar 3.82%. Pada tahun 2013 nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan November
sebesar 7.22% dan terendah pada bulan Januari sebesar 4.84%. Pada tahun 2014
nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 7.23% dan terendah pada
bulan Oktober sebesar 5.85%. Pada tahun 2015 nilai SBIS tertinggi terjadi pada
bulan September sebesar 7.10% dan terendah pada bulan Maret sebesar 6.65%.
Pada tahun 2016 nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 6.65% dan
terendah pada bulan Oktober sebesar 5.90%. Sedangkan selama periode penelitian
nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan Januari tahun 2014, yaitu sebesar 7.23%
dan nilai terendah terjadi pada bulan Februari tahun 2012, yaitu sebesar 3.82%.
B. Analisis dan Pembahasan Uji Ekonometrik
1. Uji Model Data Panel
Regresi data panel memiliki karakteristik gabungan yaitu data yang terdiri
atas beberapa objek dan meliputi waktu. Data semacam ini memiliki keunggulan
terutama karena bersifat robust (kuat) terhadap beberapa tipe pelanggaran yakni
heterokedastisitas dan normalitas.
Regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga model yaitu pooled, fixed
effect dan random effect. Masing-masing model memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Pemilihan model tergantung pada asumsi yang
dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat pengolahan data statistic yang benar
sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara statistic. Oleh karena itu langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memilih model dari kegita model yang
85
tersedia. Data panel yang telah dikumpulkan, diregresikan menggunakan metode
pooled yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.1
Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Common Effect (PLS)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.322754 1.694383 -0.190485 0.8491
KURS? 0.393166 0.173370 2.267785 0.0241
INFLASI? -0.013514 0.008748 -1.544724 0.1235
JII? 0.675786 0.150290 4.496546 0.0000
SBIS? -0.001602 0.025112 -0.063787 0.9492
R-squared 0.210919 Mean dependent var 7.650900
Adjusted R-squared 0.200219 S.D. dependent var 0.216846
S.E. of regression 0.193927 Akaike info criterion -
0.426148
Sum squared resid 11.09421 Schwarz criterion -
0.364419
Log likelihood 68.92227 Hannan-Quinn criter. -
0.401444
F-statistic 19.71312 Durbin-Watson stat 0.052165
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output EViews
86
Sedangkan untuk hasil regresi dengan model fixed effect dapat dilihat sebagai
berikut.
Tabel 4.2
Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Fixed Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.322754 0.911804 -0.353973 0.7236
KURS? 0.393166 0.093296 4.214169 0.0000
INFLASI? -0.013514 0.004708 -2.870521 0.0044
JII? 0.675786 0.080876 8.355820 0.0000
SBIS? -0.001602 0.013514 -0.118533 0.9057
Fixed Effects (Cross)
AAA--C 0.086600
CIPTADANA--C -0.210567
MANDIRI--C 0.239267
SAM--C -0.148067
TRIM--C 0.032767
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.774590 Mean dependent var 7.650900
Adjusted R-squared 0.768393 S.D. dependent var 0.216846
S.E. of regression 0.104358 Akaike info criterion -
1.652431
Sum squared resid 3.169184 Schwarz criterion -
1.541318
Log likelihood 256.8647 Hannan-Quinn criter. -
1.607963
F-statistic 124.9978 Durbin-Watson stat 0.182612
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output EViews
Setelah hasil dari model common effect pada tabel 4.1 dan fixed effect pada
tabel 4.2 diperoleh maka selanjutnya dilakukan uji chow. Pengujian tersebut
dibutuhkan untuk memilih model mana yang paling tepat diantara model common
effect dan fixed effect. Hasil dari uji chow dapat dilihat sebagai berikut.
87
Tabel 4.3
Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 181.922475 (4,291) 0.0000
Cross-section Chi-square 375.884820 4 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.322754 1.694383 -0.190485 0.8491
KURS? 0.393166 0.173370 2.267785 0.0241
INFLASI? -0.013514 0.008748 -1.544724 0.1235
JII? 0.675786 0.150290 4.496546 0.0000
SBIS? -0.001602 0.025112 -0.063787 0.9492
R-squared 0.210919 Mean dependent var 7.650900
Adjusted R-squared 0.200219 S.D. dependent var 0.216846
S.E. of regression 0.193927 Akaike info criterion -
0.426148
Sum squared resid 11.09421 Schwarz criterion -
0.364419
Log likelihood 68.92227 Hannan-Quinn criter. -
0.401444
F-statistic 19.71312 Durbin-Watson stat 0.052165
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output EViews
Hasil uji chow pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas
cross section adalah 0.0000 atau < 0.05, maka H0 ditolak. Oleh karena itu model
yang dipilih adalah fixed effect. Selanjutnya kita akan melakukan regresi dengan
model random effect, untuk menentukan model mana yang tepat. Hasil regresi
dengan menggunakan model random effect dapat dilihat sebagai berikut.
88
Tabel 4.4
Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Random Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.322754 0.915399 -0.352583 0.7247
KURS? 0.393166 0.093296 4.214169 0.0000
INFLASI? -0.013514 0.004708 -2.870521 0.0044
JII? 0.675786 0.080876 8.355820 0.0000
SBIS? -0.001602 0.013514 -0.118533 0.9057
Random Effects (Cross)
AAA--C 0.086124
CIPTADANA--C -0.209409
MANDIRI--C 0.237951
SAM--C -0.147253
TRIM--C 0.032587
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.181217 0.7510
Idiosyncratic random 0.104358 0.2490
Weighted Statistics
R-squared 0.479986 Mean dependent var 0.567243
Adjusted R-squared 0.472935 S.D. dependent var 0.143746
S.E. of regression 0.104358 Sum squared resid 3.212747
F-statistic 68.07306 Durbin-Watson stat 0.180136
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.210919 Mean dependent var 7.650900
Sum squared resid 11.09421 Durbin-Watson stat 0.052165
Sumber: Output EViews
Tabel 4.4 menunjukkan hasil dari random effect model, dimana model
tersebut harus diuji kembali untuk menentukan model mana yang akan kita
gunakan antara fixed effect model atau random effect model. Oleh karena itu,
diperlukan uji hausman untuk mengetahuinya. Hasil uji hausman dapat dilihat
sebagai berikut.
89
Tabel 4.5
Hasil Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 4 1.0000
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to
zero.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
KURS? 0.393166 0.393166 -0.000000 NA
INFLASI? -0.013514 -0.013514 -0.000000 NA
JII? 0.675786 0.675786 0.000000 1.0000
SBIS? -0.001602 -0.001602 -0.000000 NA
Cross-section random effects test equation:
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.322754 0.911804 -0.353973 0.7236
KURS? 0.393166 0.093296 4.214169 0.0000
INFLASI? -0.013514 0.004708 -2.870521 0.0044
JII? 0.675786 0.080876 8.355820 0.0000
SBIS? -0.001602 0.013514 -0.118533 0.9057
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.774590 Mean dependent var 7.650900
Adjusted R-squared 0.768393 S.D. dependent var 0.216846
S.E. of regression 0.104358 Akaike info criterion -
1.652431
Sum squared resid 3.169184 Schwarz criterion -
1.541318
Log likelihood 256.8647 Hannan-Quinn criter. -
1.607963
F-statistic 124.9978 Durbin-Watson stat 0.182612
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output EViews
Berdasarkan hasil uji hausman pada tabel 4.5, dapat dilihat dari nilai
probabilitas cross-section random yaitu sebesar 1.0000 nilai tersebut lebih besar
dari 0.05, maka H0 diterima sehingga model yang dipilih yaitu random effect
model (REM).
90
2. Pengujian Hipotesis dengan Analisa Regresi Data Panel
1. Pengaruh Variabel Nilai Tukar Rupiah (KURS), Inflasi, Jakarta Islamic
Index (JII) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap NAB
Reksadana Syariah secara Parsial (Uji t)
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel makro ekonomi secara parsial
terhadap NAB Reksadana Syariah digunakan Uji t. Pengujian parsial atau uji t
ini digunakan untuk menguji pengaruh setiap variabel independen terhadap
variabel dependennya.
Apabila nilai probabilitas t lebih kecil dari 0.05 maka hasilnya signifikan
berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial menggunakan uji t dapat dilihat
sebagai berikut.
a) Pengaruh KURS terhadap NAB Reksadana Syariah
Hasil pengujian analisis regresi data panel pada tabel 4.4
menunjukkan hasil t-hitung untuk variabel KURS adalah sebesar 4.214169
dan probabilitas sebesar 0.0000 < 0.05, hal ini menunjukkan pengaruh
KURS terhadap NAB Reksadana Syariah positif dan signifikan. Hal ini
berarti KURS memiliki pengaruh terhadap NAB Reksadana Syariah.
Ketika KURS mengalami kenaikan maka akan mendorong adanya
kenaikan pada NAB Reksadana.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mursyidin (2010) mengemukakan bahwa KURS berpengaruh positif
terhadap NAB Reksadana Syariah. Menurut Madura (2001), Nilai Tukar
91
Rupiah terhadap US Dollar memiliki hubungan positif terhadap return
saham yang diperdagangkan emiten yang bergerak di bidang impor dalam
artian semakin tinggi nilai tukar maka semakin tinggi return yang
dihasilkan pada bursa saham. Ketika rupiah terdepresiasi terhadap US
Dollar pada saat ekspor, maka keuntungan yang didapatkan dalam bentuk
dollar sehingga laba perusahaan meningkat. Hal ini menyebabkan
meningkatnya kinerja perusahaan sehingga harga saham yang dijual pada
bursa saham meningkat, dimana hal ini akhirnya akan mengakibatkan
return yang didapatt investor meningkat. Apabila mata uang domestik
meningkat terhadap mata uang asing, maka daya beli masyarakat akan
meningkat sehingga kemampuan masyarakat akan berinvestasipun akan
meningkat. Selain itu menurut teori LM dalam ekonomi makro
menyebutkan apabila jumlah uang beredar naik maka tingkat suku bunga
akan turun yang menyebabkan tabungan akan turun dan investasi akan
naik. Secara ekonomi apabila kurs mengalami apresiasi menyebabkan
harga mata uang negara kita lebih mahal untuk pihak asing, begitupun
sebaliknya jika terjadi depresiasi. Bila mata uang kita terdepresiasi jumlah
uang beredar akan semakin banyak, jika terapresiasi maka jumlah uang
beredar semakin sedikit. Hal ini yang menyebabkan apabila kurs
mengalami kenaikan (dari segi nominal), maka NAB Reksadana Syariah
sebagai salah satu instrumen investasi juga akan mengalami peningkatan.
Hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan pasar modal syariah
92
seperti reksadana syariah yang dicerminkan dengan peningkatan NAB
Reksadana Syariah.
b) Pengaruh Inflasi terhadap NAB Reksadana Syariah
Hasil pengujian analisis regresi data panel yang terdapat pada tabel
4.4 menunjukkan hasil t-hitung untuk variabel inflasi adalah sebesar -
2.870521 dan probabilitas sebesar 0.0044 < 0.05, hal ini menunjukkan
pengaruh inflasi terhadap NAB Reksadana Syariah negatif dan signifikan.
Hal ini berarti inflasi memiliki pengaruh terhadap NAB Reksadana
Syariah. Namun pengaruh yang dihasilkan oleh inflasi adalah pengaruh
negatif, dimana ketika inflasi menurun maka NAB Reksadana Syariah
akan mengalami kenaikan, begitu pula sebaliknya.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Putratama (2007)
menemukan bahwa variabel makroekonomi jumlah uang beredar (M2) dan
inflasi memberikan pengaruh negatif signifikan pada jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap NAB Reksadana Syariah di Indonesia.
Menurut Sukirno (2006), inflasi menimbulkan efek buruk seperti akan
menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap, inflasi
juga akan mengurangi nilai kekayaan berbentuk uang sehingga masyarakat
akan lebih memilih menginvestasikan uangnya dalam bentuk aset riil hal
tersebut akan mengakibatkan berkurangnya investasi di pasar keuangan
dan pasar modal yang berarti akan menurunkan nilai NAB Reksadana
Syariah sebagai salah satu instrumen investasi di pasar modal syariah di
Indonesia. Begitu pula sebaliknya ketika tingkat inflasi turun maka
93
masyarakat akan mulai berbondong-bondong meningkatkan investasinya
pada sektor keuangan salah satunya pada pasar modal syariah, hal tersebut
nantinya akan meningkatkan nilai NAB Reksadana Syariah.
c) Pengaruh JII terhadap NAB Reksadana Syariah
Hasil pengujian analisis regresi data panel pada tabel 4.4
menunjukkan hasil t-hitung untuk variabel JII adalah sebesar 8.355820
dan signifikasnsi sebesar 0.0000 < 0.05, hal ini menunjukkan pengaruh JII
terhadap NAB Reksadana Syariah positif dan signifikan. Hal ini berarti JII
memiliki pengaruh terhadap NAB Reksadana Syariah. Ketika nilai JII naik
maka akan mendorong adanya kenaikan pula pada nilai NAB Reksadana
Syariah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sholihah (2008)
dan Muryidin (2010) menyimpulkan bahwa JII berpengaruh positif
terhadap NAB Reksadana Syariah. JII menggambarkan kinerja dari
saham-saham yang menjadi salah satu portofolio dari reksadana syariah.
Jika nilai indeks JII meningkat, maka peningkatan portofolio reksadana
syariah yang berjenis saham pun akan naik yang akan berdampak pada
peningkatan nilai aktiva bersih reksadana syariah.
d) Pengaruh SBIS terhadap NAB Reksadana Syariah
Hasil pengujian analisis regresi data panel pada tabel 4.4
menunjukkan hasil t-hitung untuk variabel SBIS adalah sebesar -0.118533
dan signifikasnsi sebesar 0.9057 > 0.05, hal ini menunjukkan pengaruh
SBIS terhadap NAB Reksadana Syariah negatif dan tidak signifikan. Hal
94
ini berarti SBIS tidak memiliki pengaruh terhadap NAB Reksadana
Syariah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sholihah (2008)
bahwa SBIS tidak berpengaruh terhadap NAB Reksadana Syariah. Pada
dasarnya hubungan SBIS dengan NAB Reksadana Syariah seperti halnya
hubungan antara suku bungan dengan harga saham yaitu negatif atau
berlawanan arah. Bila suku bunga naik dengan tingkat yang memadai
maka pemodal akan berusaha memindahkan investasinya dari saham ke
deposito. Dengan kata lain, akan terjadi aksi jual saham yang berakibat
turunnya harga saham, demikian pula sebaliknya. Begitu pula yang terjadi
pada SBIS dan NAB, apabila SBIS menawarkan tingkat profit sharing
yang memadai maka pemodal akan memindahkan investasinya dari
reksadana syariah ke deposito syariah sehingga NAB dari reksadana
syariah akan menurun, demikian pula sebaliknya.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, SBIS menunjukkan fluktuasi.
Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah lebih suka melakukan ekspansi
pada pembiayaan karena memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
bonus SBIS/tingkat imbalan yang didapatkan. Hal tersebut secara umum
menunjukkan bahwa perkembangan sektor riil masih menjadi
pertimbangan investasi bank syariah dibandingkan kondisi pasar uang.
95
2. Pengaruh Variabel Nilai Tukar Rupiah (KURS), Inflasi, Jakarta Islamic
Index (JII) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap NAB
Reksadana Syariah secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau untuk mengetahui
apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen
atau tidak.
Apabila nilai probabilitas f lebih kecil dari 0.05 maka hasilnya signifikan
berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen. Uji hipotesis secara simultan menggunakan uji F dapat
dilihat sebagai berikut.
Dengan hipotesis:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel KURS, Inflasi,
JII dan SBIS secara simultan terhadap NAB Reksadana Syariah
H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel KURS, Inflasi, JII
dan SBIS secara simultan terhadap NAB Reksadana Syariah
Berdasarkan hasil output pada tabel 4.4, nilai F hitung yaitu sebesar
68.07306 dengan probabilitas sebesar 0.000000 < 0.05 sebagai tingkat
signifikansi maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel KURS,
inflasi, JII dan SBIS secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap NAB Reksadana Syariah, sehingga model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
96
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Koefisien determinasi (Adjusted R-Square) pada intinya adalah untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependennya. Nilai Adjusted R-square yang mendekati satu berarti
kemampuan variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen.
Berdasarkan tabel pada tabel 4.4 besar angka Adjusted R-square (R2)
adalah sebesar 0.472935. Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar
47.29%. Atau dapat diartikan bahwa variabel independen yang digunakan
dalam model mampu menjelaskan sebesar 47.29% terhadap variabel
dependennya. Sisanya 52.71% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain di luar
model regresi tersebut.
3. Persamaan Model Regresi
Penelitian dengan regresi data panel digunakan untuk melihat pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Berdasarkan hasil Eviews 8 pada tabel 4.4, maka didapat persamaan model
regresi antara variabel KURS, Inflasi, JII dan SBIS sebagai berikut:
NABit = -0.322754 + 0.393166 KURSt – 0.013514 INFLASIt + 0.675786
JIIt – 0.001602 SBISt + εit
97
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
a. Konstanta sebesar -0.322754 menunjukkan bahwa jika variabel independen
(KURS, Inflasi, JII, SBIS) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
konstan, maka NAB Reksadana Syariah adalah sebesar -0.322754.
b. Konstanta KURS sebesar 0.393166. Jika KURS pada periode ke t naik
sebesar 1% akan menaikkan NAB Reksadana Syariah pada periode ke t
sebesar 0.393166 apabila variabel independen lainnya dianggap konstan.
c. Konstanta Inflasi sebesar -0.013514. Jika Inflasi pada periode ke t naik
sebesar 1% akan menurunkan NAB Reksadana Syariah pada periode ke t
sebesar 0.013514 apabila variabel independen lainnya dianggap konstan.
d. Konstanta JII sebesar 0.675786. Jika JII pada periode ke t naik sebesar 1%
akan menaikkan NAB Reksadana Syariah pada periode ke t sebesar 0.675786
apabila variabel independen lainnya dianggap konstan.
e. Konstanta SBIS sebesar -0.001602. Jika SBIS pada periode ke t naik sebesar
1% akan menurunkan NAB Reksadana Syariah pada periode ke t sebesar -
0.001602 apabila variabel independen lainnya dianggap konstan.
98
Berdasarkan hasil Eviews 8 di atas, maka didapat persamaan model regresi
tiap perusahaan reksadana syariah sebagai berikut:
a. Persamaan Model Regresi PT. AAA Asset Management
NAB Reksadana AAA Amanah Syariah Fund = 0.086124 + 0.393166 KURSt
– 0.013514 INFLASIt + 0.675786 JIIt – 0.001602 SBISt + εit
Konstanta sebesar 0.086124 menunjukkan bahwa jika variabel independen
(KURS, Inflasi, JII, SBIS) pada periode ke t adalah konstan, maka NAB
Reksadana AAA Amanah Syariah Fund sebesar 0.086124.
b. Persamaan Model Regresi PT. Mandiri Manejemen Investasi
NAB Reksadana Mandiri Investa Syariah Berimbang = 0.237951 + 0.393166
KURSt – 0.013514 INFLASIt + 0.675786 JIIt – 0.001602 SBISt + εit
Konstanta sebesar 0.237951menunjukkan bahwa jika variabel independen
(KURS, Inflasi, JII, SBIS) pada periode ke t adalah konstan, maka NAB
Reksadana Mandiri Investa Syariah Berimbang sebesar 0.237951.
a. Persamaan Model Regresi PT. Ciptadana Asset Management
NAB Reksadana Cipta Syariah Balance = -0.209409 + 0.393166 KURSt –
0.013514 INFLASIt + 0.675786 JIIt – 0.001602 SBISt + εit
Konstanta sebesar -0.209409 menunjukkan bahwa jika variabel independen
(KURS, Inflasi, JII, SBIS) pada periode ke t adalah konstan, maka NAB
Reksadana Cipta Syariah Balance sebesar -0.209409.
99
b. Persamaan Model Regresi PT. Samuel Aset Manajemen
NAB Reksadana SAM Syariah Berimbang = -0.147253 + 0.393166 KURSt –
0.013514 INFLASIt + 0.675786 JIIt – 0.001602 SBISt + εit
Konstanta sebesar -0.147253 menunjukkan bahwa jika variabel independen
(KURS, Inflasi, JII, SBIS) pada periode ke t adalah konstan, maka NAB
Reksadana SAM Syariah Berimbang sebesar -0.147253.
c. Persamaan Model Regresi PT. Trimegah Asset Management
NAB Reksadana TRIM Syariah Berimbang = 0.032587 + 0.393166 KURSt –
0.013514 INFLASIt + 0.675786 JIIt – 0.001602 SBISt + εit
Konstanta sebesar 0.032587 menunjukkan bahwa jika variabel independen
(KURS, Inflasi, JII, SBIS) pada periode ke t adalah konstan, maka NAB
Reksadana TRIM Syariah Berimbang sebesar 0.032587.
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yan telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi data panel menunjukkan bahwa secara parsial variabel Nilai
Tukar Rupiah (KURS) dan Jakarta Islamic Index (JII) berpengaruh secara
positif terhadap NAB Reksadana Syariah, Inflasi berpengaruh secara negatif
terhadap NAB Reksadana Syariah. Sedangkan Sertifikan Bank Indonesia
Syariah tidak berpengaruh terhadap NAB Reksadana Syariah. Hasil uji regresi
data panel juga menunjukkan bahwa secara simultan variabel KURS, Inflasi,
JII dan SBIS berpengaruh terhadap NAB Reksadana Syariah.
2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi NAB Reksadana Syariah adalah
JII. Dengan nilai koefisien 0.675786, JII memberikan pengaruh paling dominan
terhadap NAB Reksadana Syariah. Hal ini juga dipicu oleh saham-saham
portofolio dari Reksadana Syariah mayoritas berada pada JII sehingga jika JII
mengalami perubahan sedikit saja akan berpengaruh terhadap NAB Reksadana
Syariah.
B. Saran
1. Pertumbuhan reksadana syariah yang sangat pesat perlu mendapatkan
dukungan pemerintah selaku pengambil kebijakan mengingat potensi
pengembangannya di Indonesia yang sangat besar. Kurangnya pengetahuan
101
masyarakat terhadap reksadana syariah perlu menjadi perhatian tersendiri
dengan diadakannya sosialisasi mengenai reksadana syariah oleh pemerintah
oleh hal ini Otoritas Jasa Keuangan agar semakin meningkatnya minat
masyarakat yang ingin berinvestasi melalui reksadana syariah.
2. Diketahui bahwa JII sebagai variabel makro yang berpengaruh secara
signifikan yang mempengaruhi NAB Reksadana Syariah, oleh karenanya
pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia dapat meningkatkan kinerja dari
saham-saham syariah yang ada di JII agar kestabilan investasi syariah terutama
saham syariah dan reksadana syariah dapat tercapai. BEI juga dapat
meningkatkan jumlah saham syariah yang masuk ke dalam JII agar semakin
banyak saham yang dapat dipilih investor dengan cara sesuai filter syariah.
3. Bagi penelitian selanjutnya, faktor-faktor non-ekonomi (regulasi, politik,
keamanan, pengawasan, edukasi) sangat baik jika dimasukkan ke dalam model
reksadana syariah bersama-sama dengan factor-faktor ekonomi. Hal ini penting
mengingat reksadana syariah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
ekonomi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomi.
101
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shochrul Rohmatul. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews, Jakarta: Salemba Empat.
Arisandi, Tanto Dikdik. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Reksadana Syariah di Indonesia, Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Fardiansyah, Tedy. 2002. Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai: Kiat-kiat Investasi pada
Deposito, Saham, Obligasi, Valas, Emas, Reksadana, dan Derivatif, Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Ghazali, Imam dan Dwi Ratmono. 2013. Analisis Multivariat dan Ekonometrika, Teori, Konsep
dan Aplikasi dengan Eviews 8, Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hady, Hamdy. 2010. Manajemen Keuangan Internasional Edisi 2, Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
Hamid, Abdul. 2009. Pasar Modal Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Heykal, Mohamad. 2012. Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syaria, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Hifdzia, Rahmi. 2012. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Perkembangan NAB
Reksadana Syariah di Indonesia Tahun 2009-2011, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Huda, Nurul. 2007. Investasi pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Islahi, A.A. 1997. Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, Surabaya: Bina Ilmu.
Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Makro Islami, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
102
Karim, Adiwarman. 2008. Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Kraugman, Paul R dan Maurice Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan,
Jakarta: Indeks.
Madura, Jeff. 2001. International Finance terjemahan edisi pertama, Yogyakarta.
Manan, Abdul. 2009. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah
Indonesia, Jakarta: Kencana.
Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter
(Kajian Kontekstual Indonesia), Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Martalena, dan Maya Melinda. 2011. Pengantar Pasar Modal, Yogyakarta: Andi.
Mursyidin, Ahmad. 2010. Analisis Variabel Makro Ekonomi dan Indeks Syariah terhadap NAB
Reksadana Syariah, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Noviayanty, Putri, Asep Ramdan Hidayat, dan Nurdin. 2016. Analisis Perbandingan Produk
Danareksa Syariah berimbang dan Danareksa Indeks Syariah pada Reksadana Syariah
Sebagai Keputusan Berinvestasi Dengan Tolak Ukur JII. Jurnal Univ. Bandung Vol.2
No.2.
Pratomo, EP, Nugraha, U. 2005. Reksadana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pratomo, Eko P. 2007. Berwisata ke Dunia Reksadana, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Putratama, Hendra. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai
Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
103
Rahman, Taufiqur. 2015. Membangun Brand Image Reksadana Syariah di Indonesia. Jurnal
Miyah Vol.X No.1
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. 2007. Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim.
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika dan Analisis Runtut Waktu Terapan dengan Eviews,
Yogyakarta: Andi Offset.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makroekonomi Edisi 17, Jakarta: PT.
Media Global Edukasi.
Saraswati, Fitria. 2013. Analisis Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Uang
Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sholihah, Annisa. 2008. Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap Kinerja
Reksadana Syariah, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Siregar, Syofian. 2011. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Soemitra, Andri. 2009. Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana.
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
104
Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sutedi, Adrian. 2011. Pasar Modal Syariah, Jakarta: Sinar Grafika.
Syafrida, Ida, Indianik Aminah, Bambang Waluyo. 2014. Perbandingan Kinerja Instrumen
Investasi Berbasis Syariah Dengan Konvensional Pada Pasar Modal di Indonesia. Jurnal
Al-Iqtishad Vol.VI No.2
Tim Penyusun. 2010. Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wijaya, Tony. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Teori dan Praktik, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews,
Yogyajakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
www.duniainvestasi.com
104
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Reksadana Campuran Syariah
NO NAMA PERUSAHAAN NAMA REKSADANA KETERANGAN
1 PT. AAA Asset Management AAA Amanah Syariah
Fund
Campuran
2 PT. Mandiri Manajemen Investasi Mandiri Investa Syariah
Berimbang
Campuran
3 PT. Ciptadana Asset Management Cipta Syariah Balance Campuran
4 PT. Samuel Aset Manajemen SAM Syariah Berimbang Campuran
5 PT. Trimegah Asset Management TRIM Syariah
Berimbang
Campuran
Sumber: www.ojk.go.id
Lampiran 2: Data Penelitian
periode perusahaan NAB KURS INFLASI JII SBIS
2012M01 AAA 7,61 9,17 3,65 6,33 4,88
2012M02 AAA 7,61 9,16 3,56 6,34 3,82
2012M03 AAA 7,63 9,18 3,97 6,37 3,83
2012M04 AAA 7,62 9,18 4,5 6,35 3,93
2012M05 AAA 7,55 9,19 4,45 6,26 4,24
2012M06 AAA 7,57 9,21 4,53 6,3 4,32
2012M07 AAA 7,62 9,21 4,56 6,35 4,46
2012M08 AAA 7,61 9,21 4,58 6,35 4,54
2012M09 AAA 7,65 9,22 4,31 6,4 4,67
2012M10 AAA 7,67 9,22 4,61 6,43 4,75
2012M11 AAA 7,66 9,22 4,32 6,38 4,77
2012M12 AAA 7,67 9,22 4,3 6,39 4,8
2013M01 AAA 7,67 9,23 4,57 6,4 4,84
2013M02 AAA 7,7 9,23 5,31 6,47 4,86
105
2013M03 AAA 7,72 9,23 5,9 6,49 4,87
2013M04 AAA 7,75 9,23 5,57 6,53 4,9
2013M05 AAA 7,75 9,24 5,47 6,52 5,02
2013M06 AAA 7,73 9,25 5,9 6,49 5,28
2013M07 AAA 7,7 9,27 8,61 6,44 5,52
2013M08 AAA 7,67 9,31 8,79 6,38 5,86
2013M09 AAA 7,69 9,38 8,4 6,37 6,96
2013M10 AAA 7,72 9,38 8,32 6,42 6,97
2013M11 AAA 7,68 9,4 8,37 6,36 7,22
2013M12 AAA 7,68 9,44 8,38 6,37 7,22
2014M01 AAA 7,69 9,45 8,22 6,4 7,23
2014M02 AAA 7,73 9,43 7,75 6,44 7,17
2014M03 AAA 7,76 9,39 7,32 6,46 7,13
2014M04 AAA 7,78 9,39 7,25 6,47 7,14
2014M05 AAA 7,78 9,39 7,32 6,49 7,15
2014M06 AAA 7,77 9,42 6,7 6,48 7,13
2014M07 AAA 7,8 9,41 4,53 6,54 7,09
2014M08 AAA 7,81 9,41 3,99 6,54 6,97
2014M09 AAA 7,8 9,42 4,53 6,53 6,88
2014M10 AAA 7,8 9,45 4,83 6,51 6,85
2014M11 AAA 7,81 9,45 6,23 6,53 6,87
2014M12 AAA 7,81 9,47 8,36 6,54 6,9
2015M01 AAA 7,81 9,48 6,96 6,56 6,93
2015M02 AAA 7,82 9,49 6,29 6,58 6,67
2015M03 AAA 7,84 9,52 6,38 6,59 6,65
2015M04 AAA 7,79 9,51 6,79 6,5 6,66
2015M05 AAA 7,8 9,52 7,15 6,55 6,66
2015M06 AAA 7,77 9,53 7,26 6,49 6,67
2015M07 AAA 7,74 9,54 7,26 6,46 6,69
2015M08 AAA 7,67 9,57 7,18 6,39 6,75
2015M09 AAA 7,62 9,61 6,83 6,32 7,1
2015M10 AAA 7,7 9,57 6,25 6,37 7,1
2015M11 AAA 7,7 9,56 4,89 6,36 7,1
2015M12 AAA 7,71 9,57 3,35 6,4 7,1
2016M01 AAA 7,72 9,57 4,14 6,42 6,65
2016M02 AAA 7,75 9,55 4,42 6,46 6,55
2016M03 AAA 7,79 9,52 4,45 6,48 6,6
2016M04 AAA 7,82 9,52 3,6 6,48 6,6
2016M05 AAA 7,81 9,54 3,33 6,48 6,6
2016M06 AAA 7,85 9,54 3,45 6,54 6,4
2016M07 AAA 7,89 9,52 3,21 6,59 6,4
106
2016M08 AAA 7,9 9,52 2,79 6,62 6,4
2016M09 AAA 7,9 9,52 3,07 6,61 6,15
2016M10 AAA 7,9 9,51 3,31 6,61 5,9
2016M11 AAA 7,83 9,53 3,58 6,53 5,9
2016M12 AAA 7,85 9,54 3,02 6,54 5,9
2012M01 MANDIRI 7,82 9,17 3,65 6,33 4,88
2012M02 MANDIRI 7,83 9,16 3,56 6,34 3,82
2012M03 MANDIRI 7,85 9,18 3,97 6,37 3,83
2012M04 MANDIRI 7,84 9,18 4,5 6,35 3,93
2012M05 MANDIRI 7,78 9,19 4,45 6,26 4,24
2012M06 MANDIRI 7,79 9,21 4,53 6,3 4,32
2012M07 MANDIRI 7,82 9,21 4,56 6,35 4,46
2012M08 MANDIRI 7,81 9,21 4,58 6,35 4,54
2012M09 MANDIRI 7,83 9,22 4,31 6,4 4,67
2012M10 MANDIRI 7,85 9,22 4,61 6,43 4,75
2012M11 MANDIRI 7,85 9,22 4,32 6,38 4,77
2012M12 MANDIRI 7,84 9,22 4,3 6,39 4,8
2013M01 MANDIRI 7,85 9,23 4,57 6,4 4,84
2013M02 MANDIRI 7,9 9,23 5,31 6,47 4,86
2013M03 MANDIRI 7,94 9,23 5,9 6,49 4,87
2013M04 MANDIRI 7,94 9,23 5,57 6,53 4,9
2013M05 MANDIRI 7,95 9,24 5,47 6,52 5,02
2013M06 MANDIRI 7,93 9,25 5,9 6,49 5,28
2013M07 MANDIRI 7,88 9,27 8,61 6,44 5,52
2013M08 MANDIRI 7,82 9,31 8,79 6,38 5,86
2013M09 MANDIRI 7,81 9,38 8,4 6,37 6,96
2013M10 MANDIRI 7,84 9,38 8,32 6,42 6,97
2013M11 MANDIRI 7,8 9,4 8,37 6,36 7,22
2013M12 MANDIRI 7,8 9,44 8,38 6,37 7,22
2014M01 MANDIRI 7,81 9,45 8,22 6,4 7,23
2014M02 MANDIRI 7,84 9,43 7,75 6,44 7,17
2014M03 MANDIRI 7,86 9,39 7,32 6,46 7,13
2014M04 MANDIRI 7,88 9,39 7,25 6,47 7,14
2014M05 MANDIRI 7,88 9,39 7,32 6,49 7,15
2014M06 MANDIRI 7,88 9,42 6,7 6,48 7,13
2014M07 MANDIRI 7,92 9,41 4,53 6,54 7,09
2014M08 MANDIRI 7,92 9,41 3,99 6,54 6,97
2014M09 MANDIRI 7,91 9,42 4,53 6,53 6,88
2014M10 MANDIRI 7,9 9,45 4,83 6,51 6,85
2014M11 MANDIRI 7,92 9,45 6,23 6,53 6,87
2014M12 MANDIRI 7,94 9,47 8,36 6,54 6,9
107
2015M01 MANDIRI 7,95 9,48 6,96 6,56 6,93
2015M02 MANDIRI 7,96 9,49 6,29 6,58 6,67
2015M03 MANDIRI 7,96 9,52 6,38 6,59 6,65
2015M04 MANDIRI 7,92 9,51 6,79 6,5 6,66
2015M05 MANDIRI 7,95 9,52 7,15 6,55 6,66
2015M06 MANDIRI 7,92 9,53 7,26 6,49 6,67
2015M07 MANDIRI 7,91 9,54 7,26 6,46 6,69
2015M08 MANDIRI 7,87 9,57 7,18 6,39 6,75
2015M09 MANDIRI 7,82 9,61 6,83 6,32 7,1
2015M10 MANDIRI 7,86 9,57 6,25 6,37 7,1
2015M11 MANDIRI 7,85 9,56 4,89 6,36 7,1
2015M12 MANDIRI 7,88 9,57 3,35 6,4 7,1
2016M01 MANDIRI 7,88 9,57 4,14 6,42 6,65
2016M02 MANDIRI 7,91 9,55 4,42 6,46 6,55
2016M03 MANDIRI 7,92 9,52 4,45 6,48 6,6
2016M04 MANDIRI 7,93 9,52 3,6 6,48 6,6
2016M05 MANDIRI 7,93 9,54 3,33 6,48 6,6
2016M06 MANDIRI 7,97 9,54 3,45 6,54 6,4
2016M07 MANDIRI 8 9,52 3,21 6,59 6,4
2016M08 MANDIRI 8,01 9,52 2,79 6,62 6,4
2016M09 MANDIRI 8,01 9,52 3,07 6,61 6,15
2016M10 MANDIRI 8,02 9,51 3,31 6,61 5,9
2016M11 MANDIRI 7,97 9,53 3,58 6,53 5,9
2016M12 MANDIRI 7,98 9,54 3,02 6,54 5,9
2012M01 SAM 7,24 9,17 3,65 6,33 4,88
2012M02 SAM 7,23 9,16 3,56 6,34 3,82
2012M03 SAM 7,28 9,18 3,97 6,37 3,83
2012M04 SAM 7,33 9,18 4,5 6,35 3,93
2012M05 SAM 7,29 9,19 4,45 6,26 4,24
2012M06 SAM 7,31 9,21 4,53 6,3 4,32
2012M07 SAM 7,35 9,21 4,56 6,35 4,46
2012M08 SAM 7,32 9,21 4,58 6,35 4,54
2012M09 SAM 7,35 9,22 4,31 6,4 4,67
2012M10 SAM 7,38 9,22 4,61 6,43 4,75
2012M11 SAM 7,41 9,22 4,32 6,38 4,77
2012M12 SAM 7,4 9,22 4,3 6,39 4,8
2013M01 SAM 7,43 9,23 4,57 6,4 4,84
2013M02 SAM 7,49 9,23 5,31 6,47 4,86
2013M03 SAM 7,55 9,23 5,9 6,49 4,87
2013M04 SAM 7,58 9,23 5,57 6,53 4,9
2013M05 SAM 7,63 9,24 5,47 6,52 5,02
108
2013M06 SAM 7,58 9,25 5,9 6,49 5,28
2013M07 SAM 7,55 9,27 8,61 6,44 5,52
2013M08 SAM 7,47 9,31 8,79 6,38 5,86
2013M09 SAM 7,48 9,38 8,4 6,37 6,96
2013M10 SAM 7,51 9,38 8,32 6,42 6,97
2013M11 SAM 7,44 9,4 8,37 6,36 7,22
2013M12 SAM 7,44 9,44 8,38 6,37 7,22
2014M01 SAM 7,46 9,45 8,22 6,4 7,23
2014M02 SAM 7,51 9,43 7,75 6,44 7,17
2014M03 SAM 7,56 9,39 7,32 6,46 7,13
2014M04 SAM 7,58 9,39 7,25 6,47 7,14
2014M05 SAM 7,59 9,39 7,32 6,49 7,15
2014M06 SAM 7,57 9,42 6,7 6,48 7,13
2014M07 SAM 7,61 9,41 4,53 6,54 7,09
2014M08 SAM 7,62 9,41 3,99 6,54 6,97
2014M09 SAM 7,57 9,42 4,53 6,53 6,88
2014M10 SAM 7,58 9,45 4,83 6,51 6,85
2014M11 SAM 7,62 9,45 6,23 6,53 6,87
2014M12 SAM 7,67 9,47 8,36 6,54 6,9
2015M01 SAM 7,69 9,48 6,96 6,56 6,93
2015M02 SAM 7,72 9,49 6,29 6,58 6,67
2015M03 SAM 7,67 9,52 6,38 6,59 6,65
2015M04 SAM 7,61 9,51 6,79 6,5 6,66
2015M05 SAM 7,62 9,52 7,15 6,55 6,66
2015M06 SAM 7,56 9,53 7,26 6,49 6,67
2015M07 SAM 7,54 9,54 7,26 6,46 6,69
2015M08 SAM 7,43 9,57 7,18 6,39 6,75
2015M09 SAM 7,39 9,61 6,83 6,32 7,1
2015M10 SAM 7,47 9,57 6,25 6,37 7,1
2015M11 SAM 7,45 9,56 4,89 6,36 7,1
2015M12 SAM 7,46 9,57 3,35 6,4 7,1
2016M01 SAM 7,47 9,57 4,14 6,42 6,65
2016M02 SAM 7,48 9,55 4,42 6,46 6,55
2016M03 SAM 7,52 9,52 4,45 6,48 6,6
2016M04 SAM 7,54 9,52 3,6 6,48 6,6
2016M05 SAM 7,52 9,54 3,33 6,48 6,6
2016M06 SAM 7,56 9,54 3,45 6,54 6,4
2016M07 SAM 7,61 9,52 3,21 6,59 6,4
2016M08 SAM 7,61 9,52 2,79 6,62 6,4
2016M09 SAM 7,57 9,52 3,07 6,61 6,15
2016M10 SAM 7,58 9,51 3,31 6,61 5,9
109
2016M11 SAM 7,56 9,53 3,58 6,53 5,9
2016M12 SAM 7,56 9,54 3,02 6,54 5,9
2012M01 TRIM 7,51 9,17 3,65 6,33 4,88
2012M02 TRIM 7,52 9,16 3,56 6,34 3,82
2012M03 TRIM 7,58 9,18 3,97 6,37 3,83
2012M04 TRIM 7,6 9,18 4,5 6,35 3,93
2012M05 TRIM 7,5 9,19 4,45 6,26 4,24
2012M06 TRIM 7,52 9,21 4,53 6,3 4,32
2012M07 TRIM 7,58 9,21 4,56 6,35 4,46
2012M08 TRIM 7,54 9,21 4,58 6,35 4,54
2012M09 TRIM 7,58 9,22 4,31 6,4 4,67
2012M10 TRIM 7,61 9,22 4,61 6,43 4,75
2012M11 TRIM 7,61 9,22 4,32 6,38 4,77
2012M12 TRIM 7,62 9,22 4,3 6,39 4,8
2013M01 TRIM 7,64 9,23 4,57 6,4 4,84
2013M02 TRIM 7,69 9,23 5,31 6,47 4,86
2013M03 TRIM 7,7 9,23 5,9 6,49 4,87
2013M04 TRIM 7,71 9,23 5,57 6,53 4,9
2013M05 TRIM 7,73 9,24 5,47 6,52 5,02
2013M06 TRIM 7,7 9,25 5,9 6,49 5,28
2013M07 TRIM 7,64 9,27 8,61 6,44 5,52
2013M08 TRIM 7,57 9,31 8,79 6,38 5,86
2013M09 TRIM 7,57 9,38 8,4 6,37 6,96
2013M10 TRIM 7,6 9,38 8,32 6,42 6,97
2013M11 TRIM 7,56 9,4 8,37 6,36 7,22
2013M12 TRIM 7,57 9,44 8,38 6,37 7,22
2014M01 TRIM 7,59 9,45 8,22 6,4 7,23
2014M02 TRIM 7,64 9,43 7,75 6,44 7,17
2014M03 TRIM 7,67 9,39 7,32 6,46 7,13
2014M04 TRIM 7,68 9,39 7,25 6,47 7,14
2014M05 TRIM 7,7 9,39 7,32 6,49 7,15
2014M06 TRIM 7,69 9,42 6,7 6,48 7,13
2014M07 TRIM 7,74 9,41 4,53 6,54 7,09
2014M08 TRIM 7,75 9,41 3,99 6,54 6,97
2014M09 TRIM 7,75 9,42 4,53 6,53 6,88
2014M10 TRIM 7,75 9,45 4,83 6,51 6,85
2014M11 TRIM 7,77 9,45 6,23 6,53 6,87
2014M12 TRIM 7,79 9,47 8,36 6,54 6,9
2015M01 TRIM 7,81 9,48 6,96 6,56 6,93
2015M02 TRIM 7,82 9,49 6,29 6,58 6,67
2015M03 TRIM 7,81 9,52 6,38 6,59 6,65
110
2015M04 TRIM 7,76 9,51 6,79 6,5 6,66
2015M05 TRIM 7,78 9,52 7,15 6,55 6,66
2015M06 TRIM 7,72 9,53 7,26 6,49 6,67
2015M07 TRIM 7,72 9,54 7,26 6,46 6,69
2015M08 TRIM 7,66 9,57 7,18 6,39 6,75
2015M09 TRIM 7,62 9,61 6,83 6,32 7,1
2015M10 TRIM 7,66 9,57 6,25 6,37 7,1
2015M11 TRIM 7,64 9,56 4,89 6,36 7,1
2015M12 TRIM 7,67 9,57 3,35 6,4 7,1
2016M01 TRIM 7,69 9,57 4,14 6,42 6,65
2016M02 TRIM 7,72 9,55 4,42 6,46 6,55
2016M03 TRIM 7,74 9,52 4,45 6,48 6,6
2016M04 TRIM 7,75 9,52 3,6 6,48 6,6
2016M05 TRIM 7,75 9,54 3,33 6,48 6,6
2016M06 TRIM 7,8 9,54 3,45 6,54 6,4
2016M07 TRIM 7,83 9,52 3,21 6,59 6,4
2016M08 TRIM 7,84 9,52 2,79 6,62 6,4
2016M09 TRIM 7,83 9,52 3,07 6,61 6,15
2016M10 TRIM 7,84 9,51 3,31 6,61 5,9
2016M11 TRIM 7,79 9,53 3,58 6,53 5,9
2016M12 TRIM 7,8 9,54 3,02 6,54 5,9
2012M01 CIPTADANA 7,2 9,17 3,65 6,33 4,88
2012M02 CIPTADANA 7,21 9,16 3,56 6,34 3,82
2012M03 CIPTADANA 7,23 9,18 3,97 6,37 3,83
2012M04 CIPTADANA 7,22 9,18 4,5 6,35 3,93
2012M05 CIPTADANA 7,15 9,19 4,45 6,26 4,24
2012M06 CIPTADANA 7,18 9,21 4,53 6,3 4,32
2012M07 CIPTADANA 7,2 9,21 4,56 6,35 4,46
2012M08 CIPTADANA 7,16 9,21 4,58 6,35 4,54
2012M09 CIPTADANA 7,2 9,22 4,31 6,4 4,67
2012M10 CIPTADANA 7,21 9,22 4,61 6,43 4,75
2012M11 CIPTADANA 7,21 9,22 4,32 6,38 4,77
2012M12 CIPTADANA 7,22 9,22 4,3 6,39 4,8
2013M01 CIPTADANA 7,24 9,23 4,57 6,4 4,84
2013M02 CIPTADANA 7,28 9,23 5,31 6,47 4,86
2013M03 CIPTADANA 7,3 9,23 5,9 6,49 4,87
2013M04 CIPTADANA 7,3 9,23 5,57 6,53 4,9
2013M05 CIPTADANA 7,31 9,24 5,47 6,52 5,02
2013M06 CIPTADANA 7,33 9,25 5,9 6,49 5,28
2013M07 CIPTADANA 7,29 9,27 8,61 6,44 5,52
2013M08 CIPTADANA 7,28 9,31 8,79 6,38 5,86
111
2013M09 CIPTADANA 7,28 9,38 8,4 6,37 6,96
2013M10 CIPTADANA 7,33 9,38 8,32 6,42 6,97
2013M11 CIPTADANA 7,29 9,4 8,37 6,36 7,22
2013M12 CIPTADANA 7,25 9,44 8,38 6,37 7,22
2014M01 CIPTADANA 7,26 9,45 8,22 6,4 7,23
2014M02 CIPTADANA 7,3 9,43 7,75 6,44 7,17
2014M03 CIPTADANA 7,34 9,39 7,32 6,46 7,13
2014M04 CIPTADANA 7,38 9,39 7,25 6,47 7,14
2014M05 CIPTADANA 7,4 9,39 7,32 6,49 7,15
2014M06 CIPTADANA 7,39 9,42 6,7 6,48 7,13
2014M07 CIPTADANA 7,41 9,41 4,53 6,54 7,09
2014M08 CIPTADANA 7,41 9,41 3,99 6,54 6,97
2014M09 CIPTADANA 7,38 9,42 4,53 6,53 6,88
2014M10 CIPTADANA 7,38 9,45 4,83 6,51 6,85
2014M11 CIPTADANA 7,4 9,45 6,23 6,53 6,87
2014M12 CIPTADANA 7,41 9,47 8,36 6,54 6,9
2015M01 CIPTADANA 7,4 9,48 6,96 6,56 6,93
2015M02 CIPTADANA 7,42 9,49 6,29 6,58 6,67
2015M03 CIPTADANA 7,38 9,52 6,38 6,59 6,65
2015M04 CIPTADANA 7,28 9,51 6,79 6,5 6,66
2015M05 CIPTADANA 7,16 9,52 7,15 6,55 6,66
2015M06 CIPTADANA 7,09 9,53 7,26 6,49 6,67
2015M07 CIPTADANA 7,1 9,54 7,26 6,46 6,69
2015M08 CIPTADANA 7,69 9,57 7,18 6,39 6,75
2015M09 CIPTADANA 7,74 9,61 6,83 6,32 7,1
2015M10 CIPTADANA 7,8 9,57 6,25 6,37 7,1
2015M11 CIPTADANA 7,79 9,56 4,89 6,36 7,1
2015M12 CIPTADANA 7,81 9,57 3,35 6,4 7,1
2016M01 CIPTADANA 7,82 9,57 4,14 6,42 6,65
2016M02 CIPTADANA 7,84 9,55 4,42 6,46 6,55
2016M03 CIPTADANA 7,85 9,52 4,45 6,48 6,6
2016M04 CIPTADANA 7,84 9,52 3,6 6,48 6,6
2016M05 CIPTADANA 7,84 9,54 3,33 6,48 6,6
2016M06 CIPTADANA 7,87 9,54 3,45 6,54 6,4
2016M07 CIPTADANA 7,89 9,52 3,21 6,59 6,4
2016M08 CIPTADANA 7,91 9,52 2,79 6,62 6,4
2016M09 CIPTADANA 7,91 9,52 3,07 6,61 6,15
2016M10 CIPTADANA 7,91 9,51 3,31 6,61 5,9
2016M11 CIPTADANA 7,87 9,53 3,58 6,53 5,9
2016M12 CIPTADANA 7,88 9,54 3,02 6,54 5,9
112
Lampiran 3: Uji Common Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 10/02/17 Time: 13:28
Sample: 2012M01 2016M12
Included observations: 60
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 360 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.047514 1.444046 -0.032903 0.9738
KURS? 0.307455 0.147756 2.080835 0.0382
INFLASI? -0.010758 0.007456 -1.442924 0.1499
JII? 0.754242 0.128085 5.888585 0.0000
SBIS? 0.002104 0.021402 0.098331 0.9217 R-squared 0.225935 Mean dependent var 7.664833
Adjusted R-squared 0.217213 S.D. dependent var 0.204633
S.E. of regression 0.181049 Akaike info criterion -0.566301
Sum squared resid 11.63652 Schwarz criterion -0.512327
Log likelihood 106.9342 Hannan-Quinn criter. -0.544840
F-statistic 25.90441 Durbin-Watson stat 0.051539
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 4: Uji Fixeed Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 10/02/17 Time: 13:28
Sample: 2012M01 2016M12
Included observations: 60
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 360 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.047514 0.781720 -0.060781 0.9516
KURS? 0.307455 0.079986 3.843860 0.0001
INFLASI? -0.010758 0.004036 -2.665467 0.0080
JII? 0.754242 0.069338 10.87780 0.0000
SBIS? 0.002104 0.011586 0.181643 0.8560
Fixed Effects (Cross)
AAA--C 0.072667
BNP--C 0.069667
CIPTADANA--C -0.224500
MANDIRI--C 0.225333
SAM--C -0.162000
TRIM--C 0.018833
113
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.776356 Mean dependent var 7.664833
Adjusted R-squared 0.770605 S.D. dependent var 0.204633
S.E. of regression 0.098009 Akaike info criterion -1.780124
Sum squared resid 3.362039 Schwarz criterion -1.672177
Log likelihood 330.4223 Hannan-Quinn criter. -1.737202
F-statistic 134.9985 Durbin-Watson stat 0.178383
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 5: Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 172.280397 (5,350) 0.0000
Cross-section Chi-square 446.976173 5 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: NAB?
Method: Panel Least Squares
Date: 10/02/17 Time: 13:32
Sample: 2012M01 2016M12
Included observations: 60
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 360 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.047514 1.444046 -0.032903 0.9738
KURS? 0.307455 0.147756 2.080835 0.0382
INFLASI? -0.010758 0.007456 -1.442924 0.1499
JII? 0.754242 0.128085 5.888585 0.0000
SBIS? 0.002104 0.021402 0.098331 0.9217 R-squared 0.225935 Mean dependent var 7.664833
Adjusted R-squared 0.217213 S.D. dependent var 0.204633
S.E. of regression 0.181049 Akaike info criterion -0.566301
Sum squared resid 11.63652 Schwarz criterion -0.512327
Log likelihood 106.9342 Hannan-Quinn criter. -0.544840
F-statistic 25.90441 Durbin-Watson stat 0.051539
Prob(F-statistic) 0.000000
114
Lampiran 6: Uji Random Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 10/02/17 Time: 13:33
Sample: 2012M01 2016M12
Included observations: 60
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 360
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.047514 0.784637 -0.060555 0.9517
KURS? 0.307455 0.079986 3.843860 0.0001
INFLASI? -0.010758 0.004036 -2.665467 0.0080
JII? 0.754242 0.069338 10.87780 0.0000
SBIS? 0.002104 0.011586 0.181643 0.8560
Random Effects (Cross)
AAA--C 0.072245
BNP--C 0.069262
CIPTADANA--C -0.223197
MANDIRI--C 0.224025
SAM--C -0.161060
TRIM--C 0.018724 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.165594 0.7406
Idiosyncratic random 0.098009 0.2594 Weighted Statistics R-squared 0.499001 Mean dependent var 0.583962
Adjusted R-squared 0.493356 S.D. dependent var 0.137694
S.E. of regression 0.098009 Sum squared resid 3.410068
F-statistic 88.39622 Durbin-Watson stat 0.175870
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.225935 Mean dependent var 7.664833
Sum squared resid 11.63652 Durbin-Watson stat 0.051539
115
Lampiran 7: Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 4 1.0000 * Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. KURS? 0.307455 0.307455 -0.000000 NA
INFLASI? -0.010758 -0.010758 -0.000000 NA
JII? 0.754242 0.754242 -0.000000 NA
SBIS? 0.002104 0.002104 -0.000000 NA
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: NAB?
Method: Panel Least Squares
Date: 10/02/17 Time: 13:33
Sample: 2012M01 2016M12
Included observations: 60
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 360 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.047514 0.781720 -0.060781 0.9516
KURS? 0.307455 0.079986 3.843860 0.0001
INFLASI? -0.010758 0.004036 -2.665467 0.0080
JII? 0.754242 0.069338 10.87780 0.0000
SBIS? 0.002104 0.011586 0.181643 0.8560 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.776356 Mean dependent var 7.664833
Adjusted R-squared 0.770605 S.D. dependent var 0.204633
S.E. of regression 0.098009 Akaike info criterion -1.780124
Sum squared resid 3.362039 Schwarz criterion -1.672177
Log likelihood 330.4223 Hannan-Quinn criter. -1.737202
F-statistic 134.9985 Durbin-Watson stat 0.178383
Prob(F-statistic) 0.000000
top related