pengembangan lks materi suhu dan kalor dengan …digilib.unila.ac.id/27829/3/tesis tanpa bab...
Post on 03-Mar-2019
263 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Dian Purnamawati
PENGEMBANGAN LKS MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN
MODEL INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN
BERFIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMK
(Tesis)
Oleh:
Dian Purnamawati
MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Dian Purnamawati
PENGEMBANGAN LKS MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN
MODEL INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN
BERFIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMK
Oleh
Dian Purnamawati
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Dian Purnamawati
PENGEMBANGAN LKS MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN
MODEL INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMK
ABSTRAK
Oleh:
Dian Purnamawati
Mata pelajaran fisika sampai saat ini masih merupakan salah satu mata pelajaran
yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Hal ini menjadikan sebuah
tantangan tersendiri, bagi guru fisika untuk membuat pelajaran fisika menjadi
lebih menyenangkan dan mudah dipahami siswa. Untuk itu diperlukan model
pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan dapat menumbuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.Inkuiri salah satu model pembelajaran yang
mampu melatih siswa untuk menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Proses pembelajaran yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa
kendala, salah satunya adalah pembelajaran masih terpusat kepada guru belum
kepada siswa. Pembelajaran akan lebih efektif, jika didukung dengan bahan ajar
yang berupa LKS. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan LKS dengan
model inkuiri untuk menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat timggi siswa.
Metode penelitian ini menggunakan Research and Development.Tahap awal
dalam pengembangan LKS adalah pengumpulan informasi, tahap kedua
perencanaan, kemudian tahap ketiga pengembangan produk awal, selanjutnya
dilakukan uji validasi isi dan validasi konstruk melalui instrument angket dan
diperoleh kategori baik serta layak dipergunakan. Setelah LKS dinayatakan layak
Dian Purnamawati
maka dilakukan uji coba lapangan. Untuk mengetahui efek produk yang
dikembangkan dilakukan pembagian angket respon siswa. Hasil menunjukkan
skor kemenarikan 3,13, skor keterbacaan 3,09 dan skor kemanfaatan 3,3.
Artinya menunjukkan kategori baik. Hasil uji efektivitas diketahui dari nilai
pretest dan postest yang mengalami peningkatan serta N-gain kelas eksperimen
lebih besar dari kelas kontrol. Keefektifan LKS juga dilihat berdasarkan
presentase ketuntasan belajar untuk kelas eksperimen diperoleh 95,83% dan
untuk kelas kontrol 66,67%. Dengan demikian dapat disimpulkan produk yang
dikembangkan yaitu LKS dengan model inkuiri efektif menumbuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa SMK .
Kata Kunci : LKS, Model Inkuiri, Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi.
Dian Purnamawati
THE DEVELOPMENT OF TEMPERATURE AND HEAT MATERIAL
STUDENT WORKING SHEET WITH INQUIRY MODEL
TO GROW HIGH LEVEL THINKING SKILL OF
VOCATIONAL SCHOOL STUDENTS
ABSTRACT
By:
Dian Purnamawati
Physics so far is considered to be a difficult subject by most students. It is a
special challenge for physics teachers to make this subject into more exciting and
easy to understand subject for students. Therefore, a learning model that enable
students to be active and to grow their high level thinking skills is required. A
learning process that train students to have high thinking skills presents some
problems, and one of them is teacher oriented learning, not student oriented
learning. Learning will be more effective when it is supported by teaching
materials in form of student’s working sheet (SWS). The objective of this research
was to develop student’s working sheet with inquiry model to grow high level
thinking skill. This was a research and development research method. The initial
stage of the SWS development was collecting information, the second stage was
planning, the third stage was initial product development, and then followed with
content and construct validation tests through questionnaires and the result was
that it belonged to good category and proper to use. After the SWS was stated to
be proper, the field test was conducted to find out the effect of developed product
by distributing students’ response questionnaires. The results showed score of
Dian Purnamawati
attractiveness of 3.13; readability score of 3.09, and usefulness score of 3.3. It
indicated good categories. The effectiveness test result was determined from
pretest and posttest scores which improved and from N-gain of experiment
classroom which was higher that control classroom. SWS effectiveness was also
considered from learning accomplishment percentage for experiment classroom
(95.83%) compared to control classroom (66.67%). The conclusion was that the
developed SWS product with inquiry model was effective to grow vocational
school student’s high level thinking skill.
Keywords : SWS, inquiry model, high level thinking skill
Dian Purnamawati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 06 Juli 1990, anak
ke-dua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Wukirno S.Pd
dan Ibu Sudarmawati. Adapun kakak penulis adalah Adhi
Wibowo dan adik Destrian Prabowo.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu di Taman Kanak-Kanak (TK)
Xaverius Kotabumi pada tahun 1995. Kemudian pada tahun 1996 menempuh
pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Xaverius Kotabumi hingga tahun 2002.
Penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri
7 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2005. Sekolah Menengah Atas (SMA)
penulis tempuh di SMA Negeri 1 Kotabumi dan diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan pendidikan Strata 1 Pendidikan Fisika
Universitas Lampung, dan saat ini sedang menyelesaikan Program Magister di
Pendidikan Fisika Universitas Lampung
Tahun 2011 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP
Negeri 4 Banjit Way Kanan, serta penelitian pendidikan di SMP Negeri 5 Bandar
Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan / S.Pd ( tahun 2012). Sementara
untuk menyelesaikan program magister penulis melakukan penelitian di SMK
YPIB Kotabumi (2017).
Dian Purnamawati
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menciptakan akal
bagi manusia sehingga manusia dapat meneliti dan mentafakuri ciptaan-Nya yang
menghantarkan pada keimanan yang sempurna. Dengan segala kerendahan hati
kupersembahkan tesis ini kepada :
1. Kedua orang tuaku mama Sudarmawati dan Bapak Wukirno yang selalu
mendukung, membimbing, menasihati, mencurahkan kasih sayang,
pengorbanan serta mendoakanku setiap waktu untuk keberhasilanku di dunia
dan akhirat.
2. Kakak dan Adikku (Adhi Wibowo dan Destrian Prabowo) yang telah
memberikan semangat dan dukungannya.
3. Mamasku yang telah memberikan semangat dan dukungannya.
4. Keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakan.
5. Guru-guruku yang telah memberikan, ilmu, nasihat, dan arahannya kepadaku
6. Almamater tercinta.
Dian Purnamawati
MOTTO:
” Jika kita yakin bahwa Allah punya keajaiban, maka
keajaiban itu pasti akan datang untuk kita”.
”..... Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala disisi
Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka, dan
mereka tidak bersedih hati”
(Q.S. Al-Baqarah : 112)
Dian Purnamawati
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim...
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Hasriadi Mat Akim, M.P., Selaku Rektor Universitas Lampung
2. Bapak Dr. H Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
3. Bapak Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Lampung
4. Bapak Prof. Dr.Agus Suyatna , M.Si. selaku Ketua program Studi Magister
Pendidikan Fisika, dan pembimbing dua atas bantuan dan kesediaannya
dalam memberikan bimbingan, arahan dan masukannya kepada penulis selama
proses penyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si selaku selaku pembahas yang banyak
memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif.
Dian Purnamawati
6. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd.. selaku Pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam proses penyusunan tesis
ini .
7. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku validator/uji ahli serta penguji dua
atas waktu serta saran yang diberikan.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pascasarjana Universitas Lampung.
9. Bapak Munardi, M.Pd. selaku Kepala SMK YPIB Kotabumi beserta jajaran
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah.
10. Rekan-reka Magister Pendidikan Fisika 14 genap atas kebersamaan dan
kekeluargaan selama dibangku kuliah, semoga kita menjadi generasi yang
sukses.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis
dan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, Juli 2017
Penulis
Dian Purnamawati
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran Sains ........................................................ 10
B. Pembelajaran Fisika ........................................................................... 13
C. Bahan Ajar .......................................................................................... 14
D. LKS .................................................................................................... 16
E. Pembelajaran Inkuiri .......................................................................... 18
F. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi .............................................. 25
G. LKS dengan Model Inkuiri Berbasis Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa ...................................................................................... 27
H. Suhu dan Kalor .................................................................................. 29
I. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................ 34
B. Subjek Penelitian ................................................................................ 35
C. Prosedur Pengembangan .................................................................... 35
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi. ...................................... 36
iii
2. Perencanaan ................................................................................. 36
3. Pengembangan Produk Awal ...................................................... 36
4. Uji Coba Terbatas ........................................................................ 41
5. Revisi Produk Awal ...................................................................... 41
6. Uji Coba Lapangan ...................................................................... 41
7. Revisi Produk Akhir .................................................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 42
1. Metode Observasi ......................................................................... 42
2. Metode Angket ............................................................................. 43
3. Metode Tes .................................................................................. 43
E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 44
1. Validitas ........................................................................................ 44
2. Reliabilitas .................................................................................... 46
3. Uji Normalitas ............................................................................. 47
4. Menghitung Skor Gain ................................................................. 50
5. Uji Independent Sample t- test ...................................................... 50
6. Uji One Sampel t-test ................................................................... 51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan LKS
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi. ..................................... 52
2. Perencanaan ................................................................................ 53
3. Pengembangan Produk Awal ..................................................... 54
4. Uji Validitas................................................................................. 57
5. Revisi Produk Awal ..................................................................... 60
6. Uji Coba Lapangan ..................................................................... 61
7. Revisi Produk Akhir ................................................................ . . 69
B. Pembahasan
1. Kelayakan Produk .................................................................... . . 69
2. Kepraktisan ............................................................................ .. 71
3. Kemenarikan, Keterbacaan, dan Kemanfaatan ....................... .. 73
4. Keefektifitas Produk ................................................................ .. 75
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................. .. 82
B. Saran ........................................................................................ .. 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 84
iii
LAMPIRAN
1. Angket Kebutuhan Guru ..................................................................... .. 89
2. Angket Kebutuhan Siswa ..................................................................... .. 92
3. Rekapitulasi hasil angket kebutuhan guru............................................ .. 94
4. Rekapitulasi hasil angket kebutuhan siswa .......................................... .. 95
5. Silabus .................................................................................................. .. 96
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................................ .. 99
7. Lembar validasi isi LKS ...................................................................... ... 106
8. Hasil validasi isi LKS .......................................................................... ... 108
9. Instrumen Lembar Validasi Konstruk .................................................. .. 111
10. Hasil Validasi Konstruk ....................................................................... .. 114
11. Kisi-Kisi Soal Keterampilan berpikir Tingkat Tinggsi Siswa ............ .. 117
12. Rubik Penilaian .................................................................................... .. 121
13. Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa .............................. .. 128
14. Kunci jawaban Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ..... .. 130
15. Hasil Reabilitas dan Validitas Soal ..................................................... .. 133
16. Instrumen uji kemenarikan, keterbacaan, dan kemanfaatan LKS ........ .. 135
17. Uji coba produk ................................................................................... .. 139
18. Respon Siswa ....................................................................................... .. 140
19. Hasil Keterlaksanaan RPP ................................................................ .. 142
20. Hasil Aktivitas Siswa ........................................................................ .. 145
21. N-gain Eksperimen .............................................................................. .. 151
22. N-gain Kontrol .................................................................................... .. 154
23. Hasil Uji Statistik ................................................................................ .. 158
24. Produk LKS
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Tahapan–tahapan Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing ....................... 24
2.2 Tingkatan Berpikir Tingkat Tinggi ............................................................. 26
2.3 Kegiatan Pembelajaran dengan Model Inkuiri Berbasis Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ................................................................... 29
3.4 Skor Penilaian Terhadap Pilihan Jawaban .................................................. 48
3.5 Konversi Skor Penilaian .............................................................................. 49
4.2 Hasil Validasi Isi .......................................................................................... 68
4.3 Rangkuman Valiadsi Isi LKS ...................................................................... 58
4.4 Hasil Validasi Konstruk .............................................................................. 59
4.5 Rangkuman Konstruk LKS .......................................................................... 69
4.6 Hasil Uji Coba Produk ................................................................................ 61
4.7 Keterlaksanaan RPP .................................................................................... 65
4.8 Aktivitas siswa selama PBM ....................................................................... 66
4.9 Hasil Uji Penggunaan Produk ..................................................................... 67
4.10 Uji Normalitas Data .................................................................................... 67
4.11 Uji Indepent t -test ...................................................................................... 68
4.10 Uji One Sampel t-test ................................................................................... 69
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and
Development (R&D) ………………………………………………….. 36
3.2 langkah-langkah pengembangan bahan ajar .................................................. 37
3.3 Nonequivalen Control Group design .............................................................. 42
4.1 Gambar bagian depan LKS ............................................................................. 54
4.2 Gambar contoh fenomena LKS ....................................................................... 56
4.3 Grafik Pencapaian Indikator ........................................................................... 76
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan dasar dari proses pendidikan. Kurikulum diharapkan
dapat mengantarkan kesuksesan dalam dunia pendidikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan perbaikan-perbaikan dalam
kurikulum agar proses pembelajaran lebih tepat sasaran antara lain dengan
menerapkan kebijakan pendidikan dari Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA), Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pendekatan saintifik juga diyakini sebagai langkah yang tepat dalam
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
siswa. Pendekatan saintifik lebih mengedepankan pada penalaran induktif
yaitu memandang fenomena atau bukti-bukti secara spesifik kemudian
menarik kesimpulan secara keseluruhan. Fenomena atau bukti-bukti yang
diamati harus dapat diobservasi, bersifat empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Pelaksanaan pembelajaran melalui
pendekatan saintifik memiliki langkah-langkah yaitu: mengamati, menanya,
menalar, mencoba dan mengomunikasikan.
2
Mata pelajaran fisika adalah satu pembelajaran yang menggunakan
pendekatan saintifik. Mata pelajaran fisika menjelaskan fenomena alam atau
gejala alam serta seluruh interaksi yang ada didalamnya. Peranan
pembelajaran fisika diharapkan dapat melatih siswa dalam menguasai
pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kemampuan ilmiah, serta
membangun keterampilan proses dan berpikir tingkat tinggi siswa.
Salah satu materi dalam pembelajaran fisika adalah suhu dan kalor. Materi
ini banyak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa.
Oleh karena itu perlu dibuat bahan ajar yang menarik dan sistematis
sehingga siswa merasa tertarik dan senang mempelajari fisika. Pembelajaran
dengan model inkuiri telah diterapkan dalam proses pembelajaran akan
tetapi tahapan-tahapan pada model ini belum sempurna dilakukan, apabila
tahapan-tahapan pada model inkuiri tersebut telah diterapkan dengan
sempurna maka akan memunculkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
pada siswa.
Berdasarkan hasil angket kebutuhan siswa dan guru di SMK YPIB
Kotabumi Ketersediaan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada proses
pembelajaran selama ini menggunakan LKS yang disediakan oleh sekolah
yaitu berupa buku teks dan belum memunculkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi pada siswa. Oleh karena itu LKS dengan model inkuiri
berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi suhu dan
kalor perlu disediakan sebagai inovasi dalam pembelajaran fisika.
3
Hasil penelitian tersebut juga menyebutkan sebanyak 100% siswa dan guru
menyatakan mereka bersedia menggunakannya dan mereka membutuhkan
LKS pembelajaran fisika dengan model inkuiri berbasis keterampilan
berpikir tingkat tinggi sesuai dengan SK, KI dan KD yang terdapat pada
KTSP dengan struktur yang berujuk pada Depdiknas, sebagai inovasi
pembelajaran fisika agar pembelajaran lebih efisien dan efektif.
Melalui studi pendahuluan tersebut maka desain LKS pembelajaran fisika
dengan model inkuiri berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
yang terdiri dari: judul, petunjuk penggunaan, tujuan pembelajaran terdiri
dari: (menanya, merumuskan masalah, berhipotesis, merancang,
mengumpulkan data, mengomunikasikan. (Purnamawati & Ertikanto, 2015).
Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator, sehingga
diharapkan guru dapat semaksimal mungkin memfasilitasi semua kebutuhan
yang diperlukan para siswa dalam kegiatannya. Selain itu memberikan
inovasi untuk mengembangkan media pembelajaran. Media pembelajaran
digunakan sebagai pendamping dalam proses pembelajaran untuk mengatasi
permasalahan yang mucul karena keterbatasan waktu, tempat, fasilitas dan
karakteristik siswanya. Salah satu media pembelajaran yang dipergunakan
adalah LKS.
LKS adalah salah satu peran media pembelajaran sebagai bahan ajar yang
digunakan dalam pembelajaran fisika. Menurut Depdiknas (2008) Lembar
kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
4
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas
yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan
dicapainya.
Penulisan LKS terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu: Analisis
Kurikulum (1) Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-
materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Menyusun peta kebutuhan
LKS. Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS
yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat.
Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.
Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar (2)
Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD,
materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam
kurikulum.
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Perumusan KD yang harus dikuasai dan menyusun materi. Materi LKS
sangat tergantung pada KD yang akan dicapai, Struktur LKS secara umum
adalah sebagai berikut: Judul, Petunjuk belajar (Petunjuk siswa),
Kompetensi yang akan dicapai, Informasi pendukung, Tugas-tugas dan
langkah-langkah kerja, Penilaian (Depdiknas, 2008)
Penggunaan LKS didalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya
memandang aktivitas guru, melainkan juga melibatkan siswa aktif dalam
belajar. Selain itu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan LKS akan
menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan
5
belajar secara mandiri. Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam
mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya (Depdiknas, 2008).
LKS yang dikembangkan adalah LKS dengan model inkuiri. Inkuiri adalah
menanyakan, meminta keterangan atau penyelidikan (Isa, 2010). Menurut
Kristianingsih dkk., (2010) model inkuiri merupakan model pembelajaran
yang melatih siswa untuk belajar menemukan masalah, mengumpulkan,
mengorganisasi, dan memecahkan masalah. Pembelajaran dengan
menggunakan model inkuiri merupakan pembelajaran yang mempunyai
tahapan yaitu menanya, mencari atau mencoba, menulis atau
mengumpulkan data, diskusi dan mengkomunikasikan (Konstelnikova &
Ozvoldova, 2013).
Proses pembelajarannya siswa diminta untuk menghubungkan
pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari dengan pertanyaan yang
dihadapkan untuk merumuskan hipotesis, merancang kegiatan,
mengumpulkan data kemudian menarik kesimpulan. Hal ini didukung oleh
pernyataan Nuangchalerm, (2014) proses kegiatan dalam pembelajaran
inkuiri memiliki tahapan; (1) bertanya (questioning), (2) mendefinisikan
(defining terms), (3) bertindak (acting), (4) berdiskusi (discussing), (5)
meringkas (summarizing).Sedangkan menurut Konstelnikova & Ozvoldova,
(2013) tahapan inkuiri yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah
dengan mencocokan fenomena yang terjadi melalui menemukan masalah,
bertanya, menyelidiki, mengumpulkan data, mendiskusikan dan
merefleksikana atau mengkomunikasikan. Berdasarkan pernyataan dari
6
berbagai pendapat maka dapat disimpulkan bahwa tahapan model inkuiri
dalam pembelajaran yaitu menemukan masalah, bertanya, menyelidiki,
mengumpulkan data, mendiskusikan dan merefleksikan atau
mengomunikasikan.
Tahapan pembelajaran dengan model inkuiri merupakan tahapan yang
membantu siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi dimana
siswa akan menggunakan logika, berpikir kreatif dan membangun
pengetahuan siswa yang akhirnya memotivasi siswa dalam proses
pembelajaran. Menurut Lailly &Wisudawati, (2015) HOTS (Higher Order
Thinking Skill) meliputi aspek kemampuan berpikir kritis, kemampuan
berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Berpikir kritis yaitu
kemampuan untuk menganalisis, menciptakan dan menggunakan kriteria
secara objektif,serta mengevaluasi data. Berpikir kreatif yaitu kemampuan
untuk menggunakan struktur berpikir yang rumit sehingga memunculkan
ide yang baru dan orisinil.
Keterampilan siswa dalam memecahkan masalah mulai dari pertanyaan,
kemudian mendesain, mengumpulkan data, mengambil kesimpulan, dan
mengkomunikasikan merupakan cara untuk mendorong siswa dalam
berpikir aktif, (Tawil& Liliasari, 2013). Indikator keterampilan berpikir
tingkat tinggi yaitu: menganalisa, sintesis, dan evaluasi (Hopson dkk.,2001)
Kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai penggunaan
pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru dan menghendaki
seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya
7
dan memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban
dalam situasi baru (Rofiah dkk., 2013). Terdapat beberapa aspek
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang yaitu
kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, serta memecahkan masalah
(Rofiah dkk., 2013).
Keterampilan berpikir dibagi menjadi dua yaitu keterampilan berpikir
tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi. Pada taksnonomi bloom (Zohar &
Dori, 2003) menyatakan menghafal dan mengingat informasi
diklasifikasikan sebagai berpikir tingkat rendah sedangkan menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi diklasifikasikan sebagai bepikir tingkat yang
lebih tinggi.
Berdasarkan uraian diatas telah dilakukan penelitian dengan judul
“Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Model Inkuiri Materi
Suhu dan Kalor untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa SMK”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian pengembangan ini adalah:
1. Bagaimana kelayakan produk LKS materi suhu dan kalor dengan model
inkuiri untuk menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa?
2. Bagaimana kemenarikan, keterbacaan, dan kemanfaatan LKSmateri suhu
dan kalor dengan model inkuiri untuk menumbuhkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa?
8
3. Bagaimana keefektifan LKS materi suhu dan kalor dengan model inkuiri
untuk menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan pengembangan ini adalah:
1. Mengetahui kelayakan produk LKS dengan model inkuiri materi suhu dan
kalor dengan model inkuiri untuk menumbuhkan ketermpilan berpikir
tingkat tinggi siswa
2. Mendeskripsikan kemenarikan, keterbacaan, dan kemanfaatan LKS
dengan model inkuiri materi suhu dan kalor dengan model inkuiri untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
3. Mendeskripsikan keefektifan LKS dengan model inkuiri materi suhu dan
kalor dengan model inkuiri untuk menumbuhkan keterampilanberpikir
tingkat tinggi siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Produk yang dihasilkan berupa LKS yang dapat membantu guru dan
siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan pengalaman belajar
secara langsung dan mandiri, dan dapat digunakan untuk mencapai
penguasaan kompetensi.
2. Produk berupa LKS yang dihasilkan dapat meningkatkan keefektifan
dalam pembelajaran fisika, pada materi suhu dan kalor.
3. Sebagai inovasi guru dan siswa dalam pembelajaran pada materi suhu
dan kalor
9
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuaan
konseptual dalam pembelajaran melalui latihan berupa wujud fisik
tertentu. Pengembangan yang dimaksudkan adalah pengembangan LKS
dengan model inkuiri materi suhu dan kalor untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. LKS yang dikembangkan dengan menggunakan model inkuiri
terbimbing dalam pembelajarannya.
3. Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa yang merupakan suatu proses
untuk memperoleh informasi dengan melakukan observasi dan atau
eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan cara menganalisis, sintesis dan
evaluasi. Untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
maka dilakukan tes berupa tes tertulis bentuk uraian yaitu: menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.
4. Materi pokok pada penelitian adalah materi Suhu dan Kalor SMK kelas
X semester genap.
5. Uji produk penelitian ini dilakukan oleh ahli desain, ahli isi/materi
pembelajaran, uji coba produk, dan uji pemakaian di lapangan.
6. Uji coba produk di lapangan dilakukan pada salah satu kelas di SMK
YPIB Kotabumi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajan Sains
Belajar merupakan interakasi dengan lingkungan. Interkasi dengan
lingkungan ini akan membangun keterampilan, pengetahuan dan hasil dari
yang dialami. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2013: 9). Belajar
merupakan aktivitas yang dialami karena terjadinya interaksi dengan
lingkunganya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suardi (2015: 10) yang
menyatakan bahwa belajar adalah:
Suatu atau serangkaian akivitas yang dialami seseorang melaluiinteraksinya dengan lingkungan. Dengan terjadinya interaksi denganlingkungan, akan menyebabkan munculnya proses penghayatan dalamdiri individu tersebut, akan memungkinkan terjadinya perubahan padayang bersangkutan.
Berdasarkan uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan dalam diri seseorang berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dari hasil pengalaman yang dialami karena interaksi
dengan lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran seorang pengajar akan
menyajikan pengalaman dan tantangan kepada peserta didik sehingga dapat
11
mengembangkan logikanya sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Proses
belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk
di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya.
Pembelajaran menurut Chodijah dkk., (2012) adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat peserta didik belajar
secara aktif yang menekankan kepada penyediaan sumber belajar. Belajar
sangat berkaitan dengan pembelajaran dimana pembelajaran merupakan
kegiatan guru untuk membuat peserta didik belajar dengan pengalamannya
untuk menciptakan perubahan. Menurut Seifert (Chodijah dkk.,2012)
menjelaskan, “Pembelajaran adalah usaha sistematis yang memungkinkan
terciptanya pendidikan demi meraih internalisasi ilmu pengetahuan sebagai
proses pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan perubahan secara
terus menerus (dinamika) dalam perilaku dan pemikiran manusia”.
Berdasarkan uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa poses
pembelajaran akan mengarahkan peserta didik dapat berinteraksi dengan
lingkungan sehingga dengan pengalaman baru yang didapatkan mampu
mengatasi tantangan dan rintangan dalam kehidupan.
Pembelajaran sains menurut Depdiknas (1996: 3) sebagai berikut:
Model pembelajaran sains merupakan suatu pendekatan pembelajaranyang memungkinkan perserta didik baik secara induvidual maupunkelompok akif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsipsecara holistik dan otentik.
12
Melalui pembelajaran IPA atau sains, peserta didik dapat memperoleh
Pembelajaran IPA atau sains, peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung, sehingga dapat, menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan,
dan menerapkan konsep yang telah diperajarinya. Sains merupakan
pengetahuan ilmiah melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik,
sistematis, dan universal. Menurut Carin, Sund dan Puskur (Trianto, 2007: 100)
Mendefinisikan IPA (Sains) adalah Pengetahuan yang sistematis dan tersusun
secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data observasi
dan eksperimen.
Pada pengertian IPA (Sains), maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA
(Sains) meliputi 4 unsur-unsur, Puskur (Trianto 2007: 101)
Pertama, sikap ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhlukhidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baruyang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar;Kedua, prosesprosedur pemecahan masalah melalui mtode ilmiah.meliputipenyesunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; Ketiga, produk:berupa fakta, prinsip teori, dan hukum; dan keempat, aplikasi:penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul,
sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh,
memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, merode
ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
Standar Pembelajaran sains merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran
karena untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima
13
pembelajaran sains, ada empat standar pembelajaran sains dalam pembelajaran
sekolah terpadu menurut Khoiru, dkk ( 2011: 152) sebagai berikut:
Pertama; merencanakan program sains berbasis Inkuiri, kedua; Sainssebagai Inkuiri pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, ketiga;Pengembangan Kemampuan – kemampuan dan Pemahaman Siswa,keempat; Panduan Untuk mencapai Standar Sains sebagai Inkuiri.
Merencanakan Program Sains Berbasis Inkuiri menurut Khoiru, dkk (2011:
152) sebagai berikut:
a) Mengembangkan suatu kerangka kerja tujuan jangka panjang danjangka pendek (b) memilih isi sains dan mengadaptasi sertamerancang program sains sekolah untuk memenuhi, pengetahuan,pemahaman, kemampuan, dan pengalaman siswa.(c) memilih strategipembelajaran dan asesmen yang nenunjang pengembanganpemahaman siswa dan memilihara suatu masyarakat pebelajar sains.
Langkah-langkah di atas adalah cara untuk merencanakan pembelajaran
sains di sekolah agar pembelajaran sains dapat terlaksana.
B. Pembelajaran Fisika
Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains.
Hakikat sains adalah ilmu pengetahuan yang objek pengamatannya adalah
alam dengan segala isinya termasuk bumi, tumbuhan, hewan serta manusia
(Fahruddin dkk., 2010). Sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode berdasarkan observasi sains berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya
penguasaan kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan (Depdiknas, 2003). Hal
ini didukung oleh Wahyuni (2012) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
14
fisika diperlukan dukungan yang sangat kuat karena fisika dihadapkan pada
hukum-hukum alam yang mendasar dan secara langsung menyelidiki dunia
sebagai tempat kehidupan. Sehingga membutuhkan guru yang dapat
mengajarkan fisika dengan baik dalam proses pembelajaran. Artinya guru
dapat menyeleksi materi pembelajaran dengan model – model yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan (Wahyuni, 2012).
Berdasarkan uraian pendapat di atas mata pelajaran Fisika adalah salah satu
mata pelajaran dalam rumpun sains, hakikat sains adalah ilmu pengetahuan
yang objek pengamatannya adalah alam dengan segala isinya termasuk bumi,
tumbuhan, hewan serta manusia. Pengetahuannya diperoleh dengan
menggunakan metode-metode berdasarkan observasi dengan menggunakan
model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang
saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
C. Bahan Ajar
Kegiatan belajar mengajar harus memiliki suasana belajar yang
menyenangkan. Peran seorang guru sangat penting dalam kegiatan belajar dan
mengajar. Peran dan fungsi guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran selain
itu guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa
nyaman tinggal di kelas, menyenangkan, kondusif bagi terciptanya kreativitas
dan inovasi juga demokratis sehingga efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Selanjutnya seorang guru juga harus mampu menfasilitasi,
mendukung, dan mengakomodasikan agar siswa mampu mengembangkan dan
15
meningkatkan keterampilan sesuai dengan pokok bahasan mata pelajaran, salah
satunya adalah dengan membuat bahan ajar yang menyenangkan dan menarik
perhatian siswa. Bahan ajar menurut Depdiknas (2008: 6) yaitu : Segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis.
Pengembangan bahan ajar harus dikembangakan sesuai dengan kaidah-kaidah
pengembangan. MenurutWidodo dkk., (2008: 42) bahan ajar yang
dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah pengembangan sebagai berikut:
a. Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang sedangmengikuti proses pembelajaran;
b. Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku pesertadidik;
c. Bahan ajar dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dankarakteristik diri;
d. Program belajar-mengajar yang akan dilangsungkan;e. Bahan ajar telah mencakup tujuan kegiatan pembelajaran yang
spesifik;f. Guna mendukung ketercapaiant ujuan, bahan ajar harus memuat
materi pembelajaran secara rinci, baik untuk kegiatan dan latihan;g. Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur
tingkat keberhasilan peserta didik.
Berdasarkan uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS )sebagai bahan ajar dapat
digunakan untuk membantu guru dan peserta didik memahami materi
pembelajaran dengan inovasi yang sesuai, LKS dibuat berdasarkan
karakteristik peserta didiknya, kondisi lingkungan sekolah dan waktu,
sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.
16
D. Lembar Kerja Siswa
LKS merupakan lembaran-lembaran yang berupa panduan untuk latihan
dalam proses pembelajaran. LKS digunakan sebagai perangkat pembelajaran
yang menjadi pendukung buku dalam pencapaian kompetensi dasar siswa.
Pengertian LKS menurut Trianto (2007: 73) yaitu:
LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatanpenyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapatberupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupunpanduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalambentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.
Selanjutnya, pengertian LKS menurut Purwoko (2013) adalah:
LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi materi ajar yang memilikitujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan menguasaimateri. Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkanaktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasilbelajar. Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alatuntuk memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada siswa.Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal,memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan,memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah.
Tujuan LKS seperti yang dikatakan Hidayat (2013) adalah:
1. Memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perludimiliki oleh peserta didik
2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap meteri yangtelah disajikan
3. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulitdisampaikan secara lisan.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses
pembelajaran adalah:
1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran,2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep,
17
3. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkanketerampilan proses,
4. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakanproses pembelajaran,
5. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yangdipelajari melalui kegiatan belajar,
6. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentangkonsep yang dipelajari melalui kegiatan balajar secara sistematis.
Berdasarkan uraian di atas LKS adalah lembaran yang berisi materi dan
latihan yang digunakan untuk melakukan kegiatan dalam pemecahan
masalah, memberikan pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan siswa.
LKS juga dapat digunakan guru dan siswa sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran. Penggunaan LKS juga dapat memungkinkan
guru untuk mengajar secara maksimal. Tujuan adanya LKS adalah untuk
memberikan pengetahuan dan mencari tahu tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi yang telah disajikan. Manfaat LKS dalam pembelajaran
adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan yang
dimiliki, membantu memahami konsep materi yang dipelajari, dan dapat
mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Adapun format LKS yang dikembangkan menurut Suyanto dan Sartinem
(2009: 12) yaitu:
1. Judul: Berupa judul suatu topik pembelajaran.2. Tujuan Pembelajaran: Berupa tujuan pembelajaran khusus (TPK),
yang pengembangannya melalui Analisis Materi Pembelajaran(AMP).
3. Wacana-wacana materi prasyarat berupa pendahuluan, sebagaipengetahuan dan keterampilan yang merupakan bekal awal ajar.Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat berupa kemampuankonseptual fisika ataupun keterampilan-keterampilan dasarlaboratoris.
18
4. Wacana Utama: suatu wacana yang sesuai dengan topikpembelajaran. Wacana ini dapat berupa ceramah, tuntunanmenggunakan bahan kepustakaan atau tugas-tugas laboratoris.Wacana utama ini menyajikan contoh soal dan atau contohpemecahan masalah menggunakan konsep-konsep yang telahdipelajari untuk memecahkan masalah dengan prosedur ilmiah,soal-soal latihan menyelasaikan soal, atau latihan menyelesaikantugas memecahkan masalah secara laboratoris.
5. Kegiatan pra laboratorium: berupa penyajian masalah yang harusdisampaikan guru untuk dipecahkan oleh siswa dengan prosedurilmiah, berisi pula tuntunan merumuskan hipotesis, tuntunanmerencanakan suatu kegiatan kerja untuk menguji rumusanhiopotesis yang telah dirumuskan. Setiap kegiatan pra laboratoriummelibatkan siswa secara aktif, yang meminta perannya sebagaitempat konsultasi dan memberikan keputusan bahwa prosedur kerjayang direncanakan siswa sungguh dapat dikerjakan.
6. Kegiatan Laboratorium: berupa instruksi untuk melakukan kegiatankerja yang telah direncanakan dan telah diperiksa guru, bimbinganpengumpulan data, bimbingan analisis data, dan bimbinganpenarikan kesimpulan. Semua bimbingan berupa pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya merupakan tuntunan melakukansetiap langkah prosedur ilmiah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa format pengembangan
LKS terdiri dari enam kompenen. Format LKS tersebut terdiri dari judul,
tujuan pembelajaran, wacana-wacana materi prasyarat pendahuluan, wacana
utama, kegiatan pralaboratorium, dan kegiatan laboratorium.
E. Pembelajaran Inkuiri
Pemilihan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sangat
penting dilakukan. Model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan
karakteristik siswa sangat membantu dalam proses kegiatan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran dengan menggunakan model
inkuiri sangat mendukung dalam kegiatan belajar mengajar pada kurikulum
2013. Pembelajaran dengan model inkuiri melibatkan siswa lebih aktif
19
dalam melakukan proses pembelajaran. Menurut Wenning (2011) secara
umum terdapat lima levels model inquiry mulai dari yang bertaraf rendah
sampai yang membutuhkan kemampuan intelektual yang tinggi, yaitu: (1)
Discovery Learning, (2) Interactive Demonstration, (3) Inquiry Lessons, (4)
Inquiry Labs, (5) Hypothetical Inquiry. Lima levels Model Inquiry dapat
dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Lima Levels Model Inquiry
DiscoveryLearning
Pada level ini guru memberikan banyak bimbingan pada siswaketika melakukan observasi khusus serta membuat kesimpulanmelalui petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk-petunjuk ituumumnya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifatmembimbing siswa.Inquiry jenis ini digunakan terutama padasiswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan modelinquiry.
InteractiveDemonstration
Aktivitas demonstrasi dapat berfungsi sebagai pembangkitmasalah untuk mendorong siswa membangun rasa ingintahunya yang besar dan memotivasi mereka untuk membuatdugaan awal (hipotesis). Adanya suatu masalah yang relevanmerupakan salah satu langkah proses sains.
Inquiry Lessons Pada level ini guru membimbing siswa dalam berpikir danmemfokuskan pertanyaan
Inquiry Labs Aktivitas ini membantu siswa belajar dan memahami proses danketerampilan berpikir layaknya ilmuan dan memahamikarakteristik penelitian ilmiah. Siswa melakukan kontrol sendiridalam proses pembelajaran melalui menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikemas dalam lembarkerja siswa (LKS).Indikator-indikator yang menjadi materi pertanyaan dalam LKSadalah: (a) mendorong keterlibatan mental, (b) penggunaanketerampilan berpikir tingkat tinggi, (c) mendorong pemusatanperhatian siswa untuk mengumpulkan dan menginterpretasidata, (d) menuntun siswa menemukan konsep, prinsip, danhukum-hukum baru melalui kreasi dan kontrol sendiri dalameksperimen, (e) mendorong siswa menerapkan prosedur ilmiah,(f) mendorong siswa berlatih membangun keterampilan prosesilmiah. Level ini terbagi menjadi tiga masing-masing sesuaidengan tingkatan bimbingan guru yang semakin berkurang,yaitu: Guided inquiry labs, Bounded inquiry labs, dan Freeinquiry labs.
HypotheticalInquiry
Pada level ini, siswa mengidentifikasi sendiri permasalahanyang menjadi fokus penelitian, membangun hipotesis, membuatprediksi dan merancang eksperimen atau observasi secaramandiri, kemudianmenarik kesimpulan menggunakan dasarpemikiran dan dasar empiris. Level inquiry ini berbasis proyekyang menyangkut konsep-konsep sains kontekstual.
20
Selanjutnya meneurut Bell, et al., (2005) ada 4 Type Inkuiri yaitu : Open,
Guided, Coupled and Structured Inquiry dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Empat Type Inkuiri
Type Inquiry Kegiatan
Open or “Full” Inquiry Membangun pengalamansebelumnya dan menanyakan tentangkonsep menyeluruh
Menampilkan alat, bahan Diawali dengan pertanyaan siswa Melanjutkan dengan siswa yang
merancang dan melakukanpenyelidikan atau eksperimen
Melengkapi siklus belajar denganmengkomunikasikan hasilnya
Klarifikasi: Para siswa memilikipengalaman sebelumnya denganseperangkat alat dan bahan. ItuGuru kemudian menampilkan alat danmateri ini dan menanyakan kepadasiswa pertanyaan apa yang bisamereka buatMenggunakan bahan yang disediakanSiswa merumuskan pertanyaan yangdapat diuji, menyusun rencanamenggunakan materi,Melakukan investigasi mereka, danmencatat dan menganalisa datamereka. Siswa menggunakan datauntuk membuat aGeneralisasi atau kesimpulan ataupertanyaan lebih lanjut dan bagikanproses dan hasil dengan rekansejawat.
Guided Inquiry Guru memilih pertanyaan Seluruh siswa atau kelompok siswa
bekerja membantu pengembanganlaboratorium.
Prosedur dan mempelajariketerampilan khusus yangdibutuhkan untuk pertanyaan terbukadi masa depan.
Menggunakan data yangdikumpulkan atau diberikan, siswamenghasilkan penjelasan.
Temuan dan klaim dikomunikasikanKlarifikasi: Bila konsep yang lebihkompleks tidak dapat diselidiki secaralangsung di kelas,Guru dapat memberikan data ilmiahyang berlaku dari berbagai sumberuntuk digunakan dalam penyelidikan
21
terpandu.Coupled Inquiry Guru memilih pertanyaan pertama
untuk diselidiki - yang secara khususmenargetkan standar atau tolok ukur
Setelah pertanyaan terpandu, siswamelakukan penyelidikan terbuka ataupenuh. (Klarifikasi: Denganmenggunakan pendekatan ini akanmemastikan bahwa pertanyaan siswaakan sangat sesuai dengan
Standar atau tolok ukur. Gurumenciptakan antusiasme untukpenyelidikan dan memprakarsai yangdipandupenyelidikan. Siswa kemudianmelakukan penyelidikan terbuka.Kelompok siswa berbagi temuanmereka mengenai merekaPertanyaan terbuka Siswamenganalisa literatur profesional(elektronik, majalah, teks ...) untukdukunganTemuan penyelidikan mereka Gurumengajukan masalah yangdipecahkan siswa dengan menerapkankemampuan siswa merekaPemahaman standar atau tolok ukur.Ini berfungsi sebagai penilaian.
Structured Inquiry Siswa mengikuti arahan guru untukmenghasilkan titik akhir atau produktertentu
Guru meminta kelas untukmendiskusikan hasilnya saatpenyelidikan selesai
Klarifikasi: Penyiapan laboratorium,pertimbangan waktu, pengembangankonsep, tempat dalam siklus belajar,Kecakapan siswa adalah beberapavariabel yang dapat membantu gurumenentukan penggunaan yang tepatStrategi penyelidikan ini. Ingatlahbahwa pendekatan ini sesuai denganpertanyaan yang ditentukan,Protokol, dan hasil. "Pemikiran siswalebih banyak terjadi saat gurumengizinkan siswa untukmelakukannyaMembuat pilihan dan keputusandalam investigasi kelas (Clough andClark, The Science Teacher 61:34-37). "
22
Model inkuiri menurut Mudjiono dan Dimyati (2010: 173) yaitu:
Merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesansehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.Dalam model inkuiri siswa dirancang untuk terlibat dalam melakukaninkuiri. Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang terpusatpada siswa. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkanketerampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkanmasalah secara ilmiah.
Kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri
menurut Trianto (2010: 168) yaitu:
1. Mengajukan Pertanyaan atau PermasalahanKegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahandiajukan.
2. Merumuskan HipotesisHipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusipermasalahan yang dapat diuji dengan data.
3. Mengumpulkan DataHipotesis digunakan untuk membantu proses pengumpulan data.Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, metrik, atau grafik.
4. Analisis DataSiswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskandengan menganalisis data yang diperoleh. Setelah memperolehkesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yangtelah dirumuskan. Jika hipotesis itu salah atau ditolak maka siswadapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telahdilakukannya.
5. Membuat KesimpulanLangkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuatkesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Model inkuiri menurut Rustaman (2005) yaitu: “ Inkuiri merupakan suatu
proses bagi siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan, dan
melakukan eksperimen”. Unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran
inkuiri (Rustaman, 2005):
(1) Siswa menjadi pelajar yang aktif, untuk mengembangkanpemahaman mereka ke arah pengetahuan ilmiah. (2) Tugas guru lebihmenjadi kompleks dalam mengakomondasikan perbedaan siswasecara individu dan memotivasi siswa mengekspresikan gagasan
23
mereka, dan menfasilitasi proses untuk membentuk pengetahuan tanpaarahan guru. (3) Sains dijadikan buku sebagai suatu pengetahuan yangterstandarisasi atau proses dogmatis, melainkan dalam berbagai sajiandan hakikat pemahaman melalui kombinasi beberapa paradigmapakar.
Berdasarkan uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
inkuiri adalah model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk lebih
aktif dalam proses pembelajaran. Dalam model ini guru hanya bertindak
sebagai fasilitator, tugas guru menjadi lebih kompleks dalam
mengakomondasikan perbedaan siswa secara individu dan memotivasi siswa
mengekspresikan gagasan mereka, dan menfasilitasi proses untuk membentuk
pengetahuan tanpa arahan guru. Tugas guru hanya membimbing siswa dalam
menyelesaikan masalah yang telah disediakan, kemudian siswa memecahkan
masalah, merencanakan, dan melakukan eksperimen.
Lima langkah menurut Suryosubroto (2009) inqury approach adalah:
Untuk dapat melaksanakan kegiatan inkuiri ada lima langkah yangharus ditempuh, yakni: 1) menemukan masalah. (2) pengumpulan datauntuk memperoleh kejelasan. (3) pengumpulan data untukmengadakan percobaan, (4) analisis dari proses inkuiri (5) membuatkesimpulan.
Lima langkah model Guided Inqury yaitu:meliputi penyajikan pertanyaan
atau masalah, pengunpulan data verifikasi, pengumpulan data eksperimen
organisasi data dan formulasi kesimpulan, analisis proses inqury menurut
Wena, (Chodijah dkk., 2012) Tahapan- tahapan tersebut dapat dilihat seperti
Tabel 2.3.
24
Tabel 2.3 Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Inkuiri TerbimbingFaseke
LangkahPembelajaran
Kegiatan guru Kegiatan peserta didik
1 PenyajianMasalah
Menyajikan masalah Memahami dan mencermatipermasalahan dari berbagaiaspek
Menjelaskan prosedur ataulangkah inkuiri
Memahami prosedur ataulangkah inkuiri
2 Pengumpulandata verifikasi
Membimbing peserta didikuntuk mengumpulkaninformasi
Melakukan pengumpulaninformasi atau data
Membimbing cara-caramencari atau pengumpulandata
Melakukan pengumpulan data
Membimbing cara-caramentabulasi data
Melakukan tabulasi ataupenataan data
Membimbingmengklarifikasi data
Mengklarifikasi data sesuaidengan kategorisasipermasalahan
3 Pengumpulandataeksperimentasi
Membimbing peserta didik Melakukan eksperimen
Melakukan eksperimenMembimbing peserta didikmengatur data atau variabel
Melakukan pengaturan data ataupengontrolan variabel yangselanjutnya dilakukan uji coba
Membimbing danmengarahkan pertanyaan-pertanyaan peserta didik
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan eksperimenyang dilakukan.
Membimbing peserta didikmengamati perubahan yangterjadi
Mencatat dan menganalisa hasileksperimen
Menumbuhkan danmeningkatkan interaksi antarpeserta didik
Berinteraksi dan bekerja samasesama anggota kelompokdalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran
4 Organisasidata danformulasikesimpulan
Membimbing peserta didikmelakukan penataan dataatau hasil eksperimen
Melakukan penataan data atauinterpretasi terhadap hasileksperimen atau uji coba
Membimbing peserta didikmembuat suatu kesimpulan
Membuat kesimpulan
5 Analisisproses inkuiri
Membimbing peserta didikuntuk memahami pola-polapenemuan yang telahdilakukan
Memahami atau memperhatikanpola-pola penemuan yang telahdilakukan
Membimbing peserta didikmenganalisis tahap-tahapinkuiri yang telah dilaksanakan
Menganalisis tahap-tahapinkuiri yang telah di laksanakan
Membimbing peserta didikmelihat kelemahan-kelemahan atau kesalahanyang mungkin terjadi
Menganalisis kelemahan-kelemahan atau kesalahan yangmungkin terjadi
25
Enam tahap dalam IBL (Inqury Based Learning) atau pembelajaran model
inkuiri menurut Konstelnikova & Ozvoldova, (2013) adalah:
Tahap kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu menemukan masalah,bertanya, menyelidiki, mengumpulkan data, mendiskusikan danmerefleksikan atau mengkomunikasikan
Berdasarkan uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tahapan-
tahapan dalam metode inkuiri adalah menemukan masalah, bertanya,
menyelidiki, mengumpulkan data, mendiskusikan, dan merefleksikan.
F. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Berpikir adalah memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat
keputusan berperilaku menurut Dharma (Tawil & Liliasari, 2013). Untuk
membuat keputusan memerlukan proses mental yang lebih tinggi yang di
sebut berpikir terjadi didalam otak. Secara umum berpikir merupakan suatu
proses kognitif, suatu aktifitas mental untuk memperoleh pengetahuan (Tawil
& Liliasari, 2013). Tingkatan berpikir tingkat tinggi menurut Rustaman
(2011) adalah: “Tingkatan berpikir tingkat tinggi (HOT) yaitu mengumpulkan
dan memahami pengetahuan, pemprosesan dan analisis informasi, serta
penalaran dan berpikir tingkat tinggi”.
Inti urutan berpikir lebih tingkat tinggi terdapat pada mensintesis dan
evaluasi. (Rustaman, 2013). Dimana dapat dilihat pada Tabel 2.4 tingkatan
berfir tingkat tinggi.
26
Tabel 2.4 Tingkatan berpikir tingkat tinggiTingkatanberpikir
Aspek dan aktivitas pada level Proses berpikir untukmerangsang tingkat berpikir
Higher OrderThinking
Mensintesis Menggunakan
pengetahuan untukmenghasilkan komunikasibaru
Merancang untukmenggunakanmemngimplementasikanpengetahuan
Mengumpulkan intisarirelasi dan hubunganterhadap pengetahuan lain
Merancang, merancangkembali, menggabungkan,menambah, menyusun,membuat hipotesis,membangun, membayangkan,membuat kesimpulan, jika...maka... mengintergrasikandengan hasil belajar yang lain,menciptakan, mengaplikasikan.
Mengevaluasi Menyelidiki bukti-bukti
internal konsistensiinformasi yang di pelajari
Menyelidiki bukti-buktieksternal konsistensiinformasi yang di pelajari
Menginvestasikanpembelajaran dengankepentingan dankebermaknaan personal
Menginterpretasikan, menilai,mengkritisi, memutuskan,memperkirakan, meramalkan,berspekulasi, menjelaskan,pentingnya, menceritakanmakna personal.
Pada taksonomi bloom (Zohar & Dori, 2003) menyatakan:
Menghafal dan mengingat informasi diklasifikasikan sebagai berpikirtingkat rendah sedangkan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasidiklasifikasikan sebagai bepikir tingkat yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat di artikan penalaran yang lebih
tinggi dimana dalam taksonomi bloom menghafal dan mengingat informasi
diklasifikasikan sebagai berpikir tingkat rendah sedangkan menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi diklasifikasikan sebagai bepikir tingkat yang
lebih tinggi. Serta inti dari berpikir tingkat tinggi yaitu terdapat pada
mensintesis dan mengevaluasi.
27
G. Lembar Kerja siswa (LKS) Dengan Model Inkuiri Berbasis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa.
Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model inkuiri dimana
model pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam
pembelajaran. Model belajar tersebut dapat dipermudah dengan
menggunakan media pembelajaran yang tepat. LKS merupakan media yang
sering digunakan dalam pembelajaran. LKS yang digunakan dalam proses
pembelajaran merupakan pelengkap sekaligus alat untuk menunjang proses
inkuiri agar berjalan sistematis dan dapat membantu siswa secara langsung
untuk memulai pekerjaannya dengan memulai permasalahannya apa yang
harus dikaji, kenapa mereka harus melakukan penyelidikan, dengan berbagai
langkah-langkah seperti diskusi, sehingga dalam melakukan penyelidikan itu
menjadi menyenangkan dan tujuan pembelajaran tercapai dalam mempelajari
suatu materi.
LKS dengan model inkuiri menekankan pada proses pencapaian konsep
secara mandiri dengan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Format
LKS dengan model inkuiri seperti yang telah dikemukakan di atas
(Depdiknas, 2008 ). LKS dengan model inkuiri lebih menekankan pada
lembar kegiataan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dimaksimalkan oleh
guru untuk mengaktifkan siswa mengisi dan mengikuti segala petunjuk yang
dituliskan dalam LKS. Terdapat kolom-kolom yang harus diisi mandiri secara
individual untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan berbagai
kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran.
28
Peran LKS dengan model inkuiri sebagai media pembelajaran yaitu sebagai
alat siswa untuk memulai, memandu, dan merekam segala aktivitas yang
dilakukan dalam proses pemebelajaran dengan menggunakan model inkuiri.
Langkah-langkah dalam proses pembelajaran inkuiri meliputi: tahapan
penyajian masalah, tahapan pengumpulan data, melakukan eksperimen,
merumuskan penjelasan dan mengadakan analisis terhadap proses inkuiri
yang telah dilakukan serta dilengkapi soal-soal evaluasi yang telah
disesuaikan oleh guru sebagai perancang modul. Soal-soal tersebut mengacu
pada cara berpikir tingkat tinggi siswa berdasarkan dari langkah-langkah
tahapan pembelajaran inkuiri. Berikut ini adalah tabel kegiatan pembelajaran
dengan model inkuiri berbasis keterampilan berfikir tingkat tinggi
2.5 Tabel Kegiatan Pembelajaran dengan model Inkuiri Berbasis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa.
Fase Pembelajarandengan ModelInkuiri
Kegiatan Berpikir TingkatTinggi
Kegiatan
1 Mengajukanpertanyaan atauPermasalahan
Dimulai denganpertanyaan ataupermasalahan
2 Merumuskan
masalah
Memberikanjawabansementara ataspertanyaan atausolusipermasalahanyang dapat diujidengan data
3 Mengumpul-kandata
Pengumpulandata yangdihasilkan dapatberupa tabel,grafik, dll
Analisis
4 Analisis data Mengujihipotesis yangtelahdirumuskandengan analisisdata yang
Sintesis Merancang,merancangkembali,menggabungka,menambah,menyusun,
29
Fase Pembelajarandengan ModelInkuiri
Kegiatan Berpikir TingkatTinggi
Kegiatan
diperoleh membuat hipotesis,membangun,membayangkan,membuatkesimpulan
5 MembuatKesimpulan
Membuatkesimpulansementaraberdasarkandata yangdiperoleh siswa
Memutuskan,memperkirakan,meramalkan,berspekulasi,menjelaskan,pentingnya,menceritakanmakna personal.
Berdasarkan uraian di atas maka model pembelajaran dengan model inkuiri sangat
baik digunakan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa melalui
tahapan-tahapan dalam pembelajarannya yang tercantum pada lembar
kegiatannya, sehingga siswa mampu melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa yaitu cara siswa mensintesis dan mengevaluasi dari permasalahan yang
telah diberikan.
H. Suhu dan Kalor
1. Pengertian Suhu
Suhu (Temperatur) dapat didefinisikan sebagai sifat fisik suatu benda
untuk menentukan apakah keduanya berada dalam kesetimbangan termal.
Dua buah benda akan berada dalam kesetimbangan termal jika keduanya
memiliki temperatur yang sama. Alat yang dapat mengukur suhu suatu
benda disebut termometer.
30
Skala pada Beberapa Termometer
Berikut rentang temperatur yang dimiliki setiap skala.
Termometer skala Celsius Memiliki titik didih air 100°C dan titik
bekunya 0°C. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 0°C –
100°C dan dibagi dalam 100 skala.
Temometer skala Reamur Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya
0°R. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 0°R – 80°R dan
dibagi dalam 80 skala
Termometer skala Fahrenheit Memiliki titik didih air 212°F dan titik
bekunya 32°F. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 32°F –
212°F dan dibagi dalam 180 skala
Termometer skala Kelvin Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik
bekunya 273,15 K. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 273,15
K – 373,15 K dan dibagi dalam 100 skala
RUMUS = (2.1)
dimana
X = skala yang ditanyakan
X1 = titik beku pada skala yang ditanyankan
31
X2 = titik didih pada skala yang ditanyakan
Y = skala yang diketahui
Y1 = titik beku pada skala yang diketahui
Y2 = titik didih pada skala yang diketahui
I. Kerangka Pemikiran.
Kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti mengutamakan keterlibatan aktif
siswa secara langsung seperti mendorong siswa mengungkapkan dugaan awal
dengan cara mengajukan pertanyaan membimbing, eksperimen menggunakan
media yang secara langsung digunakan oleh siswa, dan melibatkan siswa
dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran. Siswa
akan memperoleh keuntungan jika mereka dapat “melihat” dan “melakukan”.
Dalam pembelajarannya siswa dan guru menggunakan modul. Lembar Kerja
siswa (LKS) ini di buat dengan menerapakan model inkuiri. Tahapan-tahapan
model inkuiri yaitu: menemukan masalah, bertanya, menyelidiki,
mengumpulkan data, mendiskusikan, membuat kesimpulan digunakan dalam
proses pembelajaran, yang mengacu siswa terlibat aktif dan memiliki
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
LKS dengan model inkuiri merupakan bentuk lembar kerja yang menekankan
pada proses pencapaian konsep secara mandiri dengan berbagai aktivitas yang
dilakukan oleh siswa. Format Lembar Kerja siswa (LKS) dengan model inkuiri
seperti yang telah dikemukakan di atas (Depdiknas, 2008) LKS secara umum
adalah sebagai berikut: Judul, Petunjuk belajar (Petunjuk siswa), Kompetensi
yang akan dicapai, Informasi pendukung, Tugas-tugas dan langkah-langkah
32
kerja, Penilaian. LKS dengan model inkuiri lebih menekankan pada lembar
kegiataan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dimaksimalkan oleh guru
untuk mengaktifkan siswa mengisi dan mengikuti segala petunjuk yang
dituliskan dalam LKS. Terdapat kolom-kolom yang harus diisi mandiri secara
individual untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan berbagai
kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran serta dilengkapi soal-soal
evaluasi yang telah disesuaikan oleh guru sebagai perancang LKS. Soal-soal
tersebut mengacu pada cara berpikir tingkat tinggi siswa berdasarkan dari
langkah-langkah tahapan pembelajaran Inkuiri.
33
Berikut adalah bagan kerangka pikir penelitian
Bagan 1. Kerangka pikir penelitian
1. ModelPembelajaranmasihkonvensional
2. BelumtersedianyaLKS
3. Keterampilanberpikir siswamasih rendah
Upaya menumbuhkanketerampilan berpikir tingkat
tinggi siswa SMK
Standar Isi1. KI, KD, IPK2. Tujuan
Pembelajaran
Standar Proses
1. SIlabus2. RPP3. Pelaksanaan
Pembelajaran4. Student Center
Bahan Ajar
LKS dengan Model Inkuiri
KBM
Model Inkuiri
Keterampilan Berpikir Tingkat tinggimeningkat
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan (Research and Development/ R&D) adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut( Sugiono, 2010: 407). Pernyataan ini
didukung oleh Borg and Gall (Sugiono, 2010: 9) menyatakan bahwa
penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D), Model
penelitian ini diadaptasi dari model Borg & Gall yang terdiri dari 10 langkah
pengembangan. Namun pada penelitian ini digunakan 7 langkah saja, yang
terdiri dari: (1) penelitian dan pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3)
pengembangan produk awal, (4) uji coba terbatas, (5) revisi produk awal, (6)
uji coba lapangan, dan (7) revisi produk akhir . Metode penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan atau menvalidasi produk-produk yang
digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian dan
pengembangan merupakan jembatan antara penelitian dasar dengan penelitian
terapan dimana penelitian ini bertujuan menemukan pengetahuan yang secara
praktis dan dapat diaplikasikan (Sugiono, 2010: 11). Tujuan dari penelitian
ini menghasilkan suatu produk berupa LKS dengan model inkuiri berbasis
keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa pada materi suhu dan kalor (kelas
X), LKS ini diharapkan menjadi inovasi baru bagi siswa dan guru selain itu
35
juga sebagai media pembelajaran untuk memahami materi pelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran inkuiri.
B. Subjek Penelitian
Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk menganalisis kebutuhan bahan
ajar, dan analisis materi yang diperlukan kepada guru-guru fisika dan siswa
SMK YPIB Kotabumi kelas X, selanjutnya subjek evaluasi pada
pengembangan produk ini terdiri atas ahli bidang isi atau materi, ahli media
atau desain, uji lapangan. Uji ahli materi dilakukan oleh ahli bidang isi atau
materi untuk mengevaluasi isi materi pembelajaran. Uji ahli desain dilakukan
oleh ahli media atau desain. Subjek uji coba produk yaitu, uji coba produk
akan dilakukan pada 5 siswa kelas X, sedangkan subjek uji coba pemakaian
adalah salah satu kelas eksperimen dan satu kelas control di SMK YPIB
Kotabumi kelas X.
C. Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan berpedoman dari desain penelitian
pengembangan Borg and Gall (Sugiono, 2010: 9). Produk yang dihasilkan
berupa LKS materi suhu dan kalor dengan model inkuiri berbasis
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Langkah langkah dari desain
penelitian ini meliputi : (1) penelitian dan pengumpulan informasi, (2)
perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba terbatas, (5) revisi
produk awal, (6) uji coba lapangan, dan (7) revisi produk akhir dengan. Secara
36
umum prosedur pengembangan produk dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut
ini :
Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and
Development (R&D)
1. Penelitian dan pengumpulan informasi
Penelitian dan pengumpulan informasi yaitu dengan melakukan penelitian
awal melalui penyebaran angket guru dan siswa tentang model
pembelajaran yang telah diterapkan di sekolah dan penggunaan bahan ajar
di sekolah.
2. Perencanaan
Perencanaan mengembangkan bahan ajar yang sesuai, bahan ajar yang
dikembangkan yaitu LKS.
3. Pengembangan Produk Awal
Pengembangan produk awal yaitu mengembangan LKS dengan langkah
pengembangan bahan ajar menurut depdiknas (2008: 20) dengan langkah-
langkah yaitu: (1) Analisis SK dan KD, (2) Menentukan judul LKS, (3)
Penulisan LKS (Perumusan KD yang harus dikuasai, Menentukan alat
evaluasi/penilaian, Penyusunan Materi, Urutan pembelajaran, Struktur
bahan ajar/LKS).
Penelitian danpengumpulan
informasi
Perencanaan Pengembangan produk awal
Uji cobaterbatas
Revisi produk
awalUji Cobalapangan
Revisi Produkakhir
37
Langkah – langkah tersebut digambarkan seperti Gambar 3.2
.
Gambar 3.2 langkah-langkah pengembangan bahan ajar
a. Analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Analisis dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi dianalisis yaitu
dengan cara melihat inti dari materi yang akan diajarkan, kemudian
kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa dan hasil belajar yang
harus dimiliki oleh siswa (critical learning outcomes) serta
indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
b. Menentukan Judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD atau materi
pembelajaran yang terdapat dalam silabus SMA kelas X kemudian
dari analisis KD-KD yang terdapat pada silabus tersebut maka
dipilih materi suhu dan kalor sebagai LKS yang akan
dikembangakan dalam penelitian ini.
c. Penulisan LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
PengembanganLKS
Analisis SK danKD
Menentukan judulLKS
Penulisan LKS
38
Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS merupakan spesifikasi kualitas yang
seharusnya telah dimiliki oleh siswa menyelesaikan LKS tersebut
pada materi suhu dan kalor. KD yang tercantum dalam LKS diambil
dari pedoman khusus kurikulum 2004. Apabila siswa tidak berhasil
memiliki tingkah laku sebagai yang dirumuskan dalam KD itu, maka
KD pembelajaran dalam LKS itu harus dirumuskan kembali. Dalam
hal ini barangkali bahan ajar yang gagal, bukan siswa yang gagal.
Maka perlu direvisi sampai tujuan pembelajaran materi suhu dan
kalor dapat tercapai.
Menentukan alat evaluasi/penilaian
Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang akan
dicapai sebelum menyusun materi dan lembar kerja/tugas-tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa. Evaluasi yang dikerjakan benar-benar
sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh siswa.
Criterion items adalah sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai suatu
KD dalam bentuk tingkah laku yaitu keterampilan berpikir tingkat
tinggi siawa. Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan
adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya didasarkan pada
penguasaan kompetensi.
39
Penyusunan Materi
Materi atau isi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai.
Materi LKS akan sangat baik jika menggunakan referensi–referensi
yang memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku.
Materi LKS tidak harus ditulis seluruhnya, dapat saja dalam LKS itu
ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih
jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna
mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya
siswa dapat melakukannya sendiri misal terdapat lembar kerja (LK).
LK dalam penelitian ini dibuat dengan model inkuiri agar siswa
dapat menemukan sendiri sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dan menjadi inovasi baru pada proses belajar mengajar
sehingga pembelajaran lebih menarik pada materi suhu dan kalor.
Selanjutnya dalam LK judul diskusi diberikan secara jelas dan
didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi
dan berapa lama.
Urutan pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan
LKS. Dibuatkan petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi
tersebut dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan kepada
hal-hal yang harus dikerjakan sehingga pembelajaran lebih tertib
dan terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran.
40
Struktur bahan ajar/LKS
Struktur LKS dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang
akan disajikan, ketersediaan sumber daya dan kegiatan belajar yang
akan dilakukan. Secara umum LKS harus memuat paling tidak:
- Judul. Judul pada penelitian ini yairu suhu dan kalor berdasarkan
analisis dari SK dan KD pada mata pelajaran Fisika SMA kelas X
dipilihlah materi suhu dan kalor sebagai judul dalam penelitian ini.
- Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
Dibuatkan petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi
tersebut dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan
kepada hal-hal yang harus dikerjakan sehingga pembelajaran lebih
tertib dan terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran.
- Kompetensi yang akan dicapai. Berupa analisi tujuan pembelajaran
yang terdapat dalam materi suhu dan kalor dengan menggunakan
model inkuiri berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
- Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK). Pada penelitian
ini LK menggunakan tahapan model inkuiri.
- Informasi pendukung, dapat berupa sumber-sumber dari media lain
seperti internet, buku yang tidak dicantumkan dalam LKS secara
keseluruhan akan tetapi siswa dapat mengaksesnya dengan
mencantumkan sumber-sumbernya.
41
- Latihan-latihan. Latihan-latihan soal dibuat untuk melatih
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa berupa soal uraian.
- Evaluasi/Penilaian
4. Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dengan validasi ahli terlebih dahulu. Validasi ahli terdiri
dari validasi desain dan validasi materi yang dilakukan oleh 2 dosen
Unila, serta validasi materi dilakukan juga oleh guru. Kemudian uji satu
lawan satu, yaitu dengan mengambil sampel penelitian 5 orang siswa
yang dapat mewakili populasi target. Uji coba pada siswa bertujuan
untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan
kemanfaatan, keterbacaan serta keefektifan LKS yang telah dibuat.
5. Revisi Produk Awal
Revisi produk. Merevisi produk sesuai dengan catatan dan masukan dari
validasi ahli kemudian menghasilkan Produk II.
6. Uji Coba Lapangan
Uji coba lapangan. yaitu penggunaan produk untuk pembelajaran fisika.
dengan mengambil sampel penelitian satu kelas eksperimen dan satu
kelas kontrol di SMK YPIB Kotabumi siswa kelas X. Desain penelitian
yang digunakan adalah Nonequivalen Control Group design. Pada desain
ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random. Desain yang digunakan dalam Sugiono (2010: 116) dapat dilihat
pada Gambar 3.3.
42
Gambar 3.3 Nonequivalen Control Group design
Keterangan : X = Treatment, penggunaan LKS
O1= nilai pretestkelas eksperimen
O2 = nilai posttestkelas eksperimen
O1 = nilai pretest kelas kontrol
O2 = nilai posttest kelas kontrol
Sumber: Sugiono (2010:116)
7. Revisi Produk Akhir
Revisi produk akhir. Merevisi produk sesuai dengan catatan dan masukan
dari hasil uji coba lapangan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengembangan ini untuk memperoleh data dilakukan
melalui tiga metode. Ketiga metode tersebut adalah metode observasi, metode
angket dan metode tes.
1. Metode Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sumber belajar
sumber belajar, laboratorium, dan perpustakaan sekolah, dan kurikulum
yang digunakan.
O1 X O2
O3 O4
43
2. Metode Angket
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa angket.
Angket analisis kebutuhan digunakan untuk mendapatkan informasi
mengenai kebutuhan sekolah, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran.
Angket kepada guru dan siswa SMK YPIB Kotabumi. Selanjutnya
instrumen angket juga digunakan pada uji validasi ahli untuk
mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan isi materi dan
kesesuaian desain. Instrumen angket respon pengguna digunakan untuk
mengumpulkan data kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan , serta
keterbacaan produk.
3. Metode Tes
Metode tes dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan suatu produk
yang dikembangkan. Tes ini berupa soal uraian yang melatih siswa untuk
memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tes dilakukan pada satu
kelas sebagai sampel, dan satu kelas sebagai kelas kontrol di SMK YPIB
Kotabumi, pertama-tama siswa diberikan pretest untuk mengetahui hasil
belajar, selanjutnya mereka di berikan perlakuan, pada tahap ini siswa
menggunakan LKS yang dibuat dan melakukan tahapan-tahapan dalam
LKS pada pembelajaran. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan posttest
untuk mengetahui hasil belajar mereka dengan menggunakan LKS
tersebut. Evaluasi berupa tes soal yang berbasis keterampilan berfikir
tingkat tinggi siswa, kemudian hasil evaluasi tersebut dianalisis dan
digunakan untuk melihat nilai gainnya pada mata pelajaran fiska di
sekolah sebagai pembanding. Apabila n gainnya pada kelas ekseprimen
44
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol setelah diuji cobakan
maka, dapat disimpulkan produk pengembangan dapat digunakan sebagai
media pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data telah dilakukan di SMK YPIB Kotabumi, melalui uji
validitas dan reabilitas selanjutnya menggunakan angket kebutuhan siswa dan
guru untuk mengetahui produk yang dikembangkan. Untuk mengetahui
kesesuaian materi pembelajaran maka dilakukan uji ahli materi dan uji ahli
desain, melalui uji validasi ahli. Kesesuaian data tersebut digunakan untuk
mengetahui tingkat kelayakan produk. Untuk mengetahui kemenarikan,
kemudahan, dan kemanfaatan produk dilakukan uji coba lapangan secara
langsung kepada siswa. Selanjutnya untuk megetahui keefektivitas produk
dilakukan tes berupa hasil belajar siswa.
Uji validitas dan uji coba lapangan yang dilakukan bertujuan untuk menilai
kesesuaian produk sebagai media pembelajaran. Penilaian uji validitas
memiliki 2 pilihan jawaban yaitu: “ Ya” atau “tidak”. Jawaban tersebut
memberikan arti tentang kelayakan produk tersebut. Untuk jawaban tidak
maka perlu dilakukan revisi kembali.
1. Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
45
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas
jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran
antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
= ∑ − (∑ )(∑ )∑ 2 − (∑ )2 ∑ 2 − (∑ )2(Arikunto, 2010: 213)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α =
0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skortotal) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa itemtersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syaratminimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3(Sugiyono, 2010: 188).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 22.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total
correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan
construck yang kuat (valid).
46
2. Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan
pada pendapat Arikunto (2010: 109) yang menyatakan bahwa untuk
menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
11 = − 1 1− ∑ 122Di mana:
r11 = reliabilitas instrumenΣσi
2 = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soalσt
2 = varians total(Arikunto, 2010: 239)
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 22.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur
berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.
Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto (2009: 97), kuesioner dinyatakan
reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran
kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:
47
1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang
reliabel.
2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat
reliabel.
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang
sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap
nomor soal.
3. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui distribusi data normal
atau tidak. Pada dasarnya uji normalitas dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu dengan menggunakan uji statistik parametik (uji frequence
atau descriptive), uji menggunakan statistik nonparametrik ( uji
kolmogorov smirnov) dan menggunakan uji grafik. Pada penelitian ini
uji normalitas digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar
pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program
SPSS 22,0 dengan metode kolmogorov smirnov berdasarkan pada
besaran probabilitas atau nilai . (2 − ), nilai yang
digunakan adalah 0,05 dengan demikian kriteria uji sebagai berikut: (1)
jika nilai sig atau signifikan atau probabilitas < 0,05 maka Ho diterima
48
dengan arti bahwa data tidak terdistribusi normal. (2) jika nilai sig atau
signifikan atau probabilitas> 0,05 maka H1 diterima dengan arti bahwa
data terdistribusi normal.
Sedangkan untuk mengetahui kemenarikan produk, kemudahan, dan
kemanfaatan serta keterbacaan produk. Maka digunakan instrumen
berupa angke liket yang memiliki 4 pilihan jawaban berikut skor
perolehannya. Pada tabel 3.4 telah dirangkum perolehan skala skor
penilian terhadap pilihan jawaban.
Tabel 3.4 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban
PilihanJawaban SkorUji Kemenarikan Uji Kemudahan Uji Kemanfaatan
Sangat Menarik Sangat Mudah Sangat Bermanfaat 4
Menarik Mudah Bermanfaat 3
Cukup Menarik Cukup Mudah Cukup Bermanfaat 2
Tidak Menarik Sangat Mudah Tidak Bermanfaat 1
Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009: 20)
Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga
penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
= ℎ ℎℎ × 4Dari hasil penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah
subjek sampel uji coba dan dikonversikan untuk menentukan
49
kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan, serta keterbacaan produk
yang dihasilkan.
Hasil konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif
terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengkonversian skor menjadi
pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.5
Tabel 3.5 Konversi Skor Penilaian
SkorPenilaian RerataSkor Klasifikasi
4 3,26 – 4,00 Sangat baik
3 2,51 – 3,25 Baik
2 1,76 – 2,50 Kurang baik
1 1,01 – 1,75 Tidak baik
Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009: 20)
Untuk mengetahui kefektifan produk maka dilakukan tes. Hasil tes ini
berdasarkan n-gain dari kedua kelas yang diteliti dan berpatokan juga
pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika di SMK
YPIB Kotabumi yaitu 73. Apabila 50% siswa kelas eksperimen memiliki
nilai lebih tinggi dari kelas kontrol dan mencapai KKM, maka produk
dapat dikatakan layak dan efektif digunakan, selanjutnya dilakukan uji
prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan independen sampel t-test, dan
uji one sampel t-test. Setelah kedua uji tersebut dilakukan, maka tahapan
berikutnya adalah uji prasyarat. Keputusan hasil pengujian dilakukan
dengan membandingkan hasil analisis dengan kriteria uji dari masing-
masing jenis pengujian.
50
4. Menghitung Skor Gain
Untuk mendapatkan gain ternormalisasi (g) pada setiap pertemuan
menggunakan rumus sebagai berikut :
= −−Keterangan: g = N - Gain
= Skor posttest= Skor pretest= Skor max
Skor gain ini dihitung setelah dilakukannya pretest dan posttest.
Kategori: Tinggi : 0,7N-gain 1Sedang : 0,3 N-gain< 0,7Rendah : N-gain< 0,3
Meltzer (2002: 34)
Untuk menganalisis peningkatan efektivitas pengunaan LKS maka
dilakukan penskoran pretest dan posttest. Peningkatan skor antara tes
awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya
peningkatan atau penurunan efektivitas penggunaan LKS tersebut.
5. Uji Independent Sample t-test
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas penggunaan LKS materi
suhu dan kalor dengan model inkuiri berbasis keterampilan berfikir tingkat
tinggi siswa, maka digunakan uji Independet Samples t-test.
Hipotesis:
OH : Rata-rata nilai hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan
LKS pembelajaran fisika materi suhu dan kalor dengan model inkuiri
untuk menumbuhkan keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa lebih
kecil atau sama dengan dari kelas kontrol.
51
1H : Rata-rata nilai hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan
LKS pembelajaran fisika materi suhu dan kalor dengan model inkuiri
untuk menumbuhkan keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa lebih
besar dari kelas kontrol
Hipotesis statistik:
H0 : 1 ≤
H1 : 1> 26. Uji One Sampel t-tes
Uji One Sampel t-tes adalah pengujian satu sampel pada prinsipnya ingin
menguji apakah suatu nilai tertentu yang digunakan sebagai pembanding
berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Nilai
tertentu disini pada umumnya adalah sebuah.nilai parameter untuk mengukur
suatu populasi. Uji ini digunakan untuk mengetahui nilai efektifitas dengan
menggunakan LKS lebih besar dari KKM atau sama dengan KKM.
Hipotesis:
OH : Nilai hasil belajar dengan menggunakan LKS materi suhu dan kalor
dengan model inkuiriuntuk menubuhkan keterampilan berpikir tingkat
inggi siswa sama dengan nilai KKM yaitu 70.
1H : Nilai hasil belajar dengan menggunakan LKS materi suhu dan kalor
dengan model inkuiri untuk menumbuhkan keterampilan berpikir
tingkat inggi siswa lebih besar dari nilai KKM yaitu 70.
Hipotesis statistik:
H0 : 1 ≤ 2H1 : 1> 2
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Menghasilkan produk berupa LKS Materi Suhu dan Kalor dengan
Model Inkuri Berbasis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
yang layak untuk menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa khususnya materi suhu dan kalor dipergunakan sebagai inovasi
pembelajaran fisika.
2. LKS Materi Suhu dan Kalor dengan Model Inkuri Berbasis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa memiliki kriteria menarik
dengan skor: 3,13, kemudian kriteria mudah dibaca dengan skor 3,09
dan kriteria bermanfaat dengan skor 3,3.
3. LKS ini dinyatakan efektif sebagai inovasi pembelajaran berdasarkan
persentase ketuntasan belajar sebesar 84,61% untuk kelas farmasi dan
untuk kelas keperawatan 83,33%. Hasil pretest dan posttest mereka
mengalami peningkatan skor rata-rata untuk kelas farmasi dari 22,5
meningkat menjadi 75,83 sedangkan untuk kelas keperawatan
meningkat dari 20,55 menjadi 68,6.
83
B. Saran
1. Persiapan alat-alat praktikum sebaiknya dilakukan lebih awal terutama
pada percobaan pembuatan termometer dan percobaan Asas Black
sebaiknya memanaskan air dilakukan terlebih dahulu sehingga efisien
waktu dan hasilnya optimal untuk melaksanakan kegiatan berikutnya.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
kelayakan dan keefektifan LKS dalam lingkup yang luas dibeberapa
SMK lainnya.
3. Pengelolahan waktu sebaikya dioptimalkan sebaik-baiknya agar proses
dalam pembelajaran menggunakan LKS ini mendaptkan hasil yang
optimal.
4. LKS dengan model Inkuiri dapat digunakan untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
5. Penerapan LKS dengan model inkuiri hendaknya dilakukan sesuai
dengan prosedur, dengan adanya persiapan guru dan siswa untuk
memperoleh hasil yang optimal sesuai tujuan instrument penilaian
yang ingin dicapai yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
6. Pihak sekolah hendaknya dapat memfasilitasi sarana pembelajaran
fisika untuk mengomptimalkan implementasi model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika terutama model
inkuiri sehingga tujuan pembelajarannya tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Afcariono, Muhammad. 2008. Penerapan pembelajaran berbasis masalah untukmeningkatkan kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran biologi.Jurnal Pendidikan Inovatif, 3(2). 65-68. https://scholar.google.co.id/
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara.Jakarta.
Arnyana, I. B. P. 2006. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada
pelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 3(6).496-515.
https://scholar.google.co.id/
Ayuningtyas, P., Soegimin, W. W., & Supardi, Z. I. 2017. PengembanganPerangkat Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing untukMelatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Materi FluidaStatis. JPPS: Jurnal Peneilitian Pendidikan Sains, 4(2), 636-647.https://scholar.google.co.id/
Bell, Randy. L., Smetana, Lara., & Binns, Ian. 2005. Simplifying inquiryinstruction. The Science Teacher, 72(7), 30https://scholar.google.co.id/
Bindel, T.H & Fochi, J.C. 1997. “Guided Discovery: Law of Specific Heats”.Journal of Chemical Education. 74 (8), 955-957.https://scholar.google.co.id/
Bukhori, M. A. F. 2012. Pembelajaran Fisika dengan Contextual Teaching andLearning (CTL) Melalui Pengalaman Empiris: Kasus PerbedaanPemahaman Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X di Sma Negeri 4Magelang, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia, 5. (1) 07-14.https://scholar.google.co.id/
Chodijah, Siti., Fauzi, Ahmad., & Ratnawulan, Ratna. 2012. PengembanganPerangkat Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yangDilengkapi Penilaian Portofolio Pada Materi Gerak Melingkar. JurnalPenelitian Pembelajaran Fisika, 1. (1).1-19. https://scholar.google.co.id/
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan bahan Ajar. Jakarta: DirektoratPembinaan Sekolah Menengah Atas.
85
________. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Pembinaan SekolahMenengah Atas.
________. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar.Jakarta: Depdiknas
Dewi, K., Sadia, W., & Ristiati, N. P. 2013. Pengembangan perangkatpembelajaran IPA terpadu dengan setting inkuiri terbimbing untukmeningkatkan pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa. JurnalPendidikan IPA, 3 (1). 1-11. https://scholar.google.co.id/
Ertikanto, Chandra. 2014. Kemampuan Sciencetific Inquiri Guru Sekolah DasarDalam Perkuliahan Pembelajaran IPA-SD. Jurnal Pendidikan MIPA, 15 (1)1-7. https://scholar.google.co.id/
Ertikanto, Chandra., Wahyudi, Ismu., & Viyanti, V. 2015. Increasing TeachersInquiry Ability With Training Inquiry Ability Programme And TeachingScience. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 4 hal (2). 142-148 DOI:10.15294/jpii.v4i2.4183. https://scholar.google.co.id/
Fakhruddin, Eprina, E. & Syahril. 2013. Sikap Ilmiah Siswa Dalam PembelajaranFisika Dengan Penggunaan Media Komputer Melalui Model KooperatifTipe Stad Pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri I Bangkinang Barat. JurnalGeliga Sains, 34. (1). l 6-12. https://scholar.google.co.id/
Hidayat, Rahmat. 2013. Pengembangan lembar kerja siswa beracuan pendekatanpenemuan terbimbing pada meteri segitiga untuk siswa kelas VII SekolahMenengah Pertama. http://propsem.blogspot.com/2013/06/pengembangan-lembar-kerja-siswa.html. Diakses 20 Juli 2016.https://scholar.google.co.id/
Hopson, M. H., Simms, R. L., & Knezek, G. A. 2001. Using a technology-enriched environment to improve higher-order thinking skills. Journal ofResearch on Technology in education, 34. (2), 109-119.https://scholar.google.co.id/
Isa, A. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia MenggunakanMetode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan PemahamanSiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Indonesian Journal of PhysicsEducation), 6. (1). 133-138. https://scholar.google.co.id/
Khoiru Iif Ahmadi, Amir Sofan, dan Elisah Tatik. 2011. Strategi PembelajaranSekolah terpadu. PT. Prestasi Pustaka.Jakarta
Khomsiatun, Siwi., & Retnawati, Heri. 2015. Pengembangan PerangkatPembelajaran dengan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
86
Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2.(1). 92-106. https://scholar.google.co.id/
King, L. Goodson and F. Rohani. (2012). Higher Order Thinking Skill: Definition,
Teaching Strategies, & Assessment. Educational Service Program,
(online), http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf,
Kostelníková, M., & Ožvoldová, M. 2013. Inquiry in Physics Classes by Means ofRemote Experiments. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 89,pp.133-138. https://scholar.google.co.id/
Kristianingsih, D. D., Sukiswo, S. E., & Khanafiyah, S. 2010. Peningkatan hasilbelajar siswa melalui model pembelajaran inkuiri dengan metode pictorialriddle pada pokok bahasan alat-alat optik di SMP. Jurnal PendidikanFisika Indonesia (Indonesian Journal of Physics Education),Vol 6 No (1).Hal 10-13. https://scholar.google.co.id/
Lailly, N. R., & Wisudawati, A. W. 2015. Analisis Soal Tipe Higher OrderThinking Skill (Hots) Dalam Soal UN Kimia SMA Rayon B Tahun2012/2013. Jurnal Kaunia, 9 (1), 27-39. https://scholar.google.co.id/
Meltzer, G.2002.Based for Statistic.Jakarta:Pelita Harapan
Minawati, Z., Haryani, S., & Pamelasari, S. D. 2014. Pengembangan LembarKerja Siswa IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Tema SistemKahidupan Dalam Tumbuhan Untuk SMP Kelas VIII. Unnes ScienceEducation Journal, 3(3). https://scholar.google.co.id/
Mudjiono & Dimyati. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Muna, F & Sugianto 2014. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) FisikaBerkarakter Bangsa Berbentuk Dialog Dengan Pendekatan Inkuiri PadaSiswa Madrasah Aliyah. Unnes Physics Education Journal, 3(3).https://scholar.google.co.id/
Nieveen, N. And Plomp, T. 2007.An Introduction ToEducational DesignResearch. Netherland: Netherlands Institute For Curriculum Developmen.
Noma, l. D., prayitno, B. A., & Suwarno, s. 2016. Penerapan Model ProblemBased Learning (PBL) Pada Materi Pencemaran Lingkungan UntukMeningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi peserta didik kelas XMIA 3 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Bio-pedagogi: jurnal pembelajaran biologi, 5(2), 15-20.https://scholar.google.co.id/
Nuangchalerm, P. 2014. Inquiry-based Learning in China: Lesson learned forSchool Science Practices. Asian Social Science, 10. (13). 64-71.https://scholar.google.co.id/
87
Purnamawati, D., & Ertikanto, C. 2015. Desain Modul Pembelajaran fisikadengan Model Inkuiri Berbasis Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa.Seminar Nasional Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Purwoko, Prida. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lembar Kerja Siswa.http://pridapurwoko.blogspot.com/. Diakses pada 25 Juli 2016.
Rahmadani, Wemelia. Citra., As’ari, Abdur. Rahman., & Rahardjo, Swasono.(2016). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Bercirikan StrategiGeneratif Dengan Pembelajaran PMII Tipe Classwide Peer Tutoring. JurnalPendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1 (6), 1033-1041.https://scholar.google.co.id/
Rahmawati., Widodo, Wahono., & Prabowo. 2017. Pengembangan PerangkatPembelajaran Dengan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing(Guided Discovery Learning) Untuk Melatih Keterampilan Berpikir KritisDan Penguasaan Konsep Pada Siswa Smp. JPPS: Jurnal PeneilitianPendidikan Sains,1 (2). 68-73. https://scholar.google.co.id/
Retnosari, Gesti., Maharta, Nengah., Ertikanto, Chandra,. 2015. PengembanganLKS Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Suhu dan Perubahannya.Jurnal Pembelajaran Fisika, 3. (3), 97-108. https://scholar.google.co.id/
Rofiah, Emi., Aminah, Nonoh. Siti., & Ekawati, Elvin. Yustiana. 2013.Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisikapada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, 1 (2). 2-22.https://scholar.google.co.id/
Rohman, Muhammad & Amrin, Sopian. 2013. Strategi dan DesainPengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Rustaman, N. Y. 2013. Pendidikan dan Penelitian Sains dalam MengembangkanKeterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter.Prosiding Seminar Biologi (1). https://scholar.google.co.id/
______________ 2005. Perkembangan penelitian pembelajaran berbasis inkuiridalam pendidikan sains. Makalah dipresentasikan dalam Seminar NasionalII Himpunan Ikatan Sarjada dan Pemerhati Pendidikan IPA IdonesiaBekerjasama dengan FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung(pp. 22-23). https://scholar.google.co.id/
Sinatra, Yanuar. (2015). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) BerbasisInkuiri Pokok Bahasan Energi Dan Perubahannya. Sinteks, Vol 2 No (1).Hal 1-7. https://scholar.google.co.id/
Suardi, Moh. 2015. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish
88
Sudrajat, Akhmad. Metode Pembelajaran Inkuiri, diakses darihttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran-inkuiriDiakses 31 Maret 2017
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Kualitatifdan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 17.0. Jakarta.: PrestasiPustaka.
Suryawati, E., Almansyahnis., Hamzah Amir., Hayati Ermi., 2017.
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Biologi SMA Berbasis Pendekatan
Ilmiah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Siswa. Jurnal
Pendidikan Biologi, 6(2).91-99. https://scholar.google.co.id/
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT RinekaCipta
Suyanto, Eko & Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja FisikaSiswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka danKeterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. ProsidingSeminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila.https://scholar.google.co.id/
Suyono & Hariyanto. 2013. Belajar & Pembelajaran. Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset.
Tawil, M., & Liliasari. 2013. Berpikir kompleks. Makasar: Badan Penerbit UNM.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, danImplementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP).Jakarta: Bumi Aksara.
. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.Surabaya: Prestasi Pustaka.
Wahyuni, Esti. 2012. Pengaruh pemanfaatan multimedia dalam pembelajaranfisika terhadap pemerolehan belajar. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan (J-VIP),7 (1). 1-7. https://scholar.google.co.id/
Wenning, Carl. J. 2011. The Levels of Inquiry Model of Science Teaching.Journal of Physics Teacher Education Online, 6(2), 2-9.https://scholar.google.co.id/
Widodo, Chomsin. S & Jasmadi. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar BerbasisKompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
89
Winarno., Sunarno, Widha., & Sarwanto, . 2015. Pengembangan Modul IpaTerpadu Berbasis High Order Thinking Skill (HOTS) Pada Tema Energi.Inkuiri, 4(1), 82-91. https://scholar.google.co.id/
Zohar, A., & Dori, Y. J. 2003. Higher order thinking skills and low-achievingstudents: Are they mutually exclusive?. The Journal of the LearningSciences,12. (2). 145-181. https://scholar.google.co.id/
top related