penggunaan media tiga dimensi untuk …eprints.uny.ac.id/47111/1/jonkenedi.pdf · gunung api pada...
Post on 06-Feb-2018
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI
GUNUNG API PADA KELAS VB SD KRAPYAK WETAN,
SEWON, BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Jonkenedi
NIM 12108249075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DESEMBER 2016
i
PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI
GUNUNG API PADA KELAS VB SD KRAPYAK WETAN,
SEWON, BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Jonkenedi
NIM 12108249075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DESEMBER 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
Belajar dengan melakukan (learning by doing). (John Dewey)
Ketika anda tidak pernah melakukan kesalahan, itu artinya anda tidak pernah
mencoba. (Anonim)
vi
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ibu yang selalu mencurahkan kasih sayang dan pengorbanannya dalam
penelitian ini.
2. Almamater FIP UNY sebagai wujud dedikasi.
3. Nusa, Bangsa, Negara dan Agama.
vii
PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI
GUNUNG API PADA KELAS VB SD KRAPYAK WETAN, SEWON,
BANTUL
Oleh
Jonkenedi
NIM 12108249075
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPA materi gunung api melalui penggunaan media tiga dimensi
pada siswa kelas VB SD Krapyak Wetan, Sewon, Bantul.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan
secara kolaboratif. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart.
Setiap siklus melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
observasi, refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SD
Krapyak Wetan, objek penelitian ini yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran
IPA materi gunung api. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu
lembar observasi dan wawancara. Teknik analisis data yaitu secara deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tiga dimensi
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi gunung api.
Keaktifan siswa pada siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan karena
terbatasnya bahan percobaan yang disediakan oleh peneliti. Peningkatan di siklus
1 hanya 60% pada pertemuan pertama dan 70% pada pertemuan kedua. Siklus 2,
peneliti menyediakan bahan percobaan lebih banyak dari siklus 1 sehingga
seluruh siswa sudah terlayani pada saat proses pembelajaran, peningkatan
keaktifan siswa mencapai 80% . Data tersebut menunjukkan bahwa adanya
peningkatan keaktifan siswa. Dengan demikian penggunaan media tiga dimensi
dalam pembelajaran IPA materi gunung api dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Kata Kunci: keaktifan, gunung api, media tiga dimensi
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas akhir skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir guna memenuhi
salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir skripsi ini tidak lepas dari
kerja sama, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan untuk
saya menyelesaikan studi pada Program Studi PGSD FIP Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti dalam melakukan penelitian ini.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta, yang telah memberikan pengarahan dalam pengambilan Tugas
Akhir Skripsi ini.
4. Bapak/Ibu Tim Penguji yang telah berkenan hadir pada saat pelaksanaan
ujian.
5. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan arahan, motivasi, bimbingan dan meluangkan waktu dalam
menyesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
6. Kepala SD Krapyak Wetan yang telah memberikan izin SD Krapyak Wetan
sebagai tempat penelitian.
7. Bapak Noor Sadiarto, S.Pd selaku guru kelas VB yang telah bersedia sebagai
pelaksana kegiatan penelitian ini.
8. Bapak/Ibu guru dan Karyawan SD Krapyak Wetan yang telah membantu
proses penlitian ini.
9. Dinas Pemuda dan Olahraga kabupaten Gayo Lues.
10. Ira Fitri, adik yang selalu mendengar keluh kesah penulis.
ix
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
PERSETUJUAN ................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ……………………………………………. iii
PENGESAHAN ……………………………………………………… iv
MOTTO ……………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN ……………………………………………………. vi
ABSTRAK …………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR........................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah................................................................... 7
C. Batasan Masalah........................................................................ 7
D. Rumusan Masalah...................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian....................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian..................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan IPA..............................................................................
9
1. Hakekat IPA......................................................................... 9
2. Hakekat Pembelajaran IPA.................................................. 10
a. Belajar Mengajar IPA.................................................... 10
b. IPA untuk Sekolah Dasar............................................... 13
c. Tujuan Pembelajaran IPA......................... 14
B. Kajian Tentang Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran ............. 15
xi
1. Keaktifan ............................................................................. 15
2. Jenis-jenis Keaktifan............................................................ 18
3. Manfaat Keaktifan dalam Pembelajaran.............................. 20
C. Hakekat Karakteristik Siswa...................................................... 21
D. Kajian Tentang Media................................................................ 23
1. Pengertian Media................................................................. 23
2. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran........................... 25
3. Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran.................... 28
4. Fungsi Media Pembelajaran................................................. 32
5. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelajaran............... 34
E. Kajian Tentang Media Tiga Dimensi......................................... 35
1. Pengertian Media Tiga Dimensi.......................................... 35
2. Jenis-jenis Media Tiga Dimensi........................................... 37
3. Cara Penggunaan Media Tiga Dimensi (Benda Model)
dalam Pembelajaran ............................................................
39
F. Kerangka Pikir .......................................................................... 41
G. Hipotesis .................................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian................................................................
43
B. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................... 44
1. Subjek Penelitian.................................................................. 44
2. Objek Penelitian................................................................... 44
C. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 45
1. Tempat Penelitian................................................................ 45
2. Waktu Penelitian.................................................................. 45
D. Desain Penelitian........................................................................ 45
E. Metode Pengumpulan Data........................................................ 48
F. Instrumen Penelitian.................................................................. 51
G. Validitas Instrumen.................................................................... 54
H. Teknik Analisis Data.................................................................. 54
xii
I. Indikator Keberhasilan............................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………..
57
B. Deskripsi Subyek Penelitian …………………………………. 58
C. Kondisi Awal (Pra Tindakan) ………………………………... 58
D. Hasil Penelitian ………………………………………………. 60
1. Siklus 1 …………………………………………………… 60
a. Perencanaan ………………………………………….. 60
b. Pelaksanaan dan Observasi ………………………… 62
c. Refleksi ……………………………………………… 74
2. Siklus 2 …………………………………………………… 77
a. Perencanaan ………………………………………….. 77
b. Pelaksanaan dan Observasi …………………………... 78
c. Refleksi ………………………………………………. 89
E. Pembahasan …………………………………………………... 90
F. Keterbatasan Penelitian ………………………………………. 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………...
94
B. Saran ………………………………………………………….. 95
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
96
LAMPIRAN .......................................................................................... 98
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru............................... 52
Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa............................. 53
Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pra Tindakan ……………… 59
Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 …………………… 71
Tabel 5. Hasil Refleksi dan Perbaikan Tindakan Setelah Refleksi …… 75
Tabel 6. Hasil Wawancara Dengan Siswa Yang Kurang Aktif ………... 76
Tabel 7. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2 …………………… 86
xiv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Model Penelitian Tindakan dari Kemmis dan McTaggart..... 46
Gambar 2. Diagram Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 .. 73
Gambar 3. Diagram Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 .. 88
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Nama dan Inisial Siwa …………………………………… 99
Lampiran 2. Hasil Observasi Pra Tindakan ……………………………. 100
Lampiran 3. Lembar Observasi Aktivitas Guru ……………………….. 101
Lampiran 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ………………………. 117
Lampiran 5. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 ………………. 129
Lampiran 6. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2 ……………….. 130
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……………… 131
Lampiran 8. Materi Ajar ……………………………………………….. 147
Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa (LKS) ……………………………… 157
Lampiran 10. Soal Evaluasi ……………………………………………. 161
Lampiran 11. Foto-foto Dokumentasi Penelitian ……………………… 177
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian .......................................................... 185
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kelas yang aktif ditandai dengan aktivitas yang dilakukan oleh siswanya.
Dalam hal ini aktivitas yang dimaksudmenunjukkan perhatian dan keseriusan
siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga kegiatan yang dilakukan oleh siswa
pada saat pembelajaran berlangsung bervariasi dan bermanfaat bagi
perkembangan pengetahuan kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa.
Aktivitas yang baik ialah dimana siswa sibuk melakukan kegiatan yang
bermanfaat, sehinggaapa yang dilakukan oleh siswa bisa memunculkan
perubahan pola tingkah laku, kecerdasan, dan terpenuhi rasa keingintahuan siswa
terhadap materi pembelajaran. Selain itu, pengalaman siswa juga akan semakin
bertambah dengan keterlibatan siswa dalam melakukan aktivitas pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
Terciptanya kelas yang aktif juga merupakan suatu harapan dan tujuan dari
lembaga pendidikan nasional. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Harapannya, proses pembelajaran pada
tiap mata pelajaran yang dilaksanakan di sekolah bisa bersifat aktif.
2
Proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, idealnya bersifat aktif dan
menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Usman Samatowa (2010:68)
bahwa karakteristik anak SD yang suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang
besar, dan mudah terpengaruh oleh lingkungan perlu terciptanya lingkungan
pembelajaran yang menyenangkan, antara lain prinsip belajar sambil bekerja dan
prinsip bermain sambil belajar. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa
karakteristik proses pembelajaran yang di senangi oleh siswa SD yaitu proses
pembelajaran yang aktif.
Pembelajaran IPA di SD harapannya mampu memberikan berbagai
penelusuran ilmiah yang relevan dan siswa didorong untuk tidak hanya sekedar
mampu menghapal konsep, tapi juga mampu mengaplikasikannya. Baik itu
melalui percobaan dan pengalaman langsung pada saat proses pembelajaran
maupun mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Claxton (Usman Samatowa,2010:9) menyatakan bahwa pendidikan sains
akan dapat ditingkatkan, bila anak dapat lebih berkelakuan seperti seorang
ilmuwan bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka diperbolehkan dan didorong
untuk melakukan hal itu. Dengan demikian, proses pembelajaran IPA yang
dilakukan di SD sebaiknya tidak hanya sekedar menyampaikan materi, tapi juga
mencoba melakukan percobaan dari berbagai materi yang diajarkan kepada siswa.
Tentu saja percobaan yang dilakukan harus disesuaikan dengan jenis materi yang
akan diajarkan. Bahan percobaan tersebut bisa saja dengan menggunakan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
3
Terciptanya suasana belajar yang di warnai percobaan-percobaandengan
menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, tentunya siswa
akan belajar secara aktif di dalam kelas. Melalui percobaan yang dilakukan pada
saat proses pembelajaran, rasa ingin tahu siswa akan terpenuhi dan terjawab.
Siswa akan mampu mengamati dan mengalami secara langsung percobaan yang
dilakukannya. Ketika siswa telah melakukan percobaan, tentu saja akan muncul
berbagai jenis pertanyaan dan mendapat berbagai jawaban pula. Sehingga kelas
yang aktif dengan kegiatan bertanya dan menjawab akan terwujud melalui proses
pembelajaran semacam ini.
Pada saat peneliti melaksanakan Magang di SD Krapyak Wetan. Peneliti
menemukan beberapa kesenjangan proses pembelajaran IPA di SD tersebut jika
dibandingkan dengan kondisi ideal pembelajaran IPA yang telah dibahas di atas.
Proses pembelajaran IPA dilaksanakan secara verbalatau ceramah padahal materi
tersebut seharusnya diajarkan dengan menggunakan media dan kegiatan
percobaan. Siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan materi di depan kelas
dan mencatat materi pelajaran yang ditulis oleh guru di papan tulis, sehingga
penggunaan dan peran media pembelajaran sangat tidak tampak pada saat proses
pembelajaran.Kegiatan pembelajaran terlihat hanya searah, guru sebagai penyaji
dan penyampai materi pelajaran, siswa sebagai penerima informasi dari apa yang
telah guru jelaskan di depan kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat Magang tersebut, mengundang
perhatian peneliti untuk melakukan observasi dan wawancara lebih lanjut dengan
pihak sekolah. Sasaran dari observasi dan wawancara tersebut yaitu guru dan
4
siswa kelas VB SD Krapyak Wetan. Tujuan untuk melakukan observasi dan
wawancara ini yaitu untuk memenuhi rasa ingin tahu peneliti tentang proses
pembelajaran IPA di SD tersebut. Kesenjangan yang peneliti temukan itu hanya
kebetulan, atau memang proses pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan
kondisi ideal Pembelajaran IPA di SD, permasalahan itulah yang ingin peneliti
ketahui.
Pada saat peneliti mewawancarai guru kelas VB SD Krapyak Wetan, guru
tersebut mengakui bahwa selama ini proses pembelajaran yang dilakukannya
yaitu menggunakan metode ceramah dan jarang menggunakan media pada saat
proses pembelajaran. Alasannya, karena tidak semua media pembelajaran IPA
tersedia di sekolah. Selain itu, guru terkadang kesulitan untuk menentukan jenis
media yang sesuai dengan materi pelajaran. Sehingga, ketika guru menggunakan
media pembelajaran, guru lebih memilih media yang berupa poster.
Setelah mewawancarai guru, peneliti selanjutnya mewawancarai siswa
kelas VB SD Krapyak Wetan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa
tersebut, siswa mengungkapkan bahwa selama ini siswa hanya mendengarkan
guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, tidak banyak aktivitas yang
dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara
yang diperoleh peneliti, kemudian peneliti ingin mengamati secara langsung
proses pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas VB di SD Krapyak Wetan
dengan mengadakan observasi di kelas tersebut.
Masih belum puas dengan hasil wawancara, kemudian peneliti
mengadakan observasi terkait proses pembelajaran di SD Krapyak Wetan. Peneliti
5
menemukan beberapa hal terkait proses pembelajaran di kelas VB pada mata
pelajaran IPA tentang Peristiwa Alam materi Gunung Api. Peneliti mengamati
guru tidak memanfaatkan media pembelajaran pada saat proses pembelajaran
berlangsung.Siswa hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru,
padahal materi tersebut lebih cocok diajarkan menggunakan media pembelajaran
yang bisa dilakukan percobaan, sehingga aktivitas yang dilakukan siswa pada saat
proses pembelajaran akan bervariasi.Selain itu, kita ketahui bahwa, anak usia SD
masih pada tahap operasional konkrit, dimana proses penyampaian informasi yang
konkrit akan lebih mudah dipahami oleh anak daripada informasi yang abstrak.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk menyelesaikan
permasalahan kelas yang kurang aktif tersebut melalui penggunaan media tiga
dimensi. Sesuai dengan pendapat Piaget (Rita Eka Izzaty, 2008:105) masa kanak-
kanak akhir berada dalam tahap operasi konkrit dalam berpikir (usia 7-12 tahun)
dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep samar-
samar dan tidak jelas sekarang lebih konkrit. Peneliti berusaha menyampaikam
materi secara konkrit. Karena materi yang akan dijadikan penelitian ini tentang
gunung api, sepertinya tidak memungkinkan untuk membawa siswa secara
langsung ke daerah gunung api dengan berbagai macam pertimbangan. Oleh
karena itu, peneliti menggunakan media tiga dimensi berupa tiruan dari gunung
api untuk media pembelajaran pada materi tersebut.
Harapannya, melalui penggunaan media tiga dimensi ini, akan mampu
meningkatkan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain
itu, siswa juga dapat secara langsung melakukan percobaan dengan media tiruan
6
dari gunung api. Sehingga rasa ingin tahu siswa tentang gunung api akan
terpenuhi dan terjawab melalui penggunaan media tiga dimensi tersebut. Selain
media tiga dimensi, memang masih bisa digunakan media bergambar. Akan
tetapi, setelah peneliti mempertimbangkan keduanya, peneliti menganggap bahwa
untuk materi gunung api, media tiga dimensi lebih cocok ketimbang media
gambar. Karena media gambar hanya bisa dilihat oleh siswa, tapi media tiga
dimensi berupa tiruan gunung api tersebut, selain bisa dilihat siswa juga bisa
melakukan percobaan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, ternyata pada saat
proses pembelajaran guru tidak menggunakan media. Selain itu, selama ini guru
menggunakan metode ceramah pada saat proses pembelajaran berlangsung,
padahal seharusnya guru menggunakan media pada pembelajaran tersebut. Disisi
lain, siswa hanya duduk dan mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran.
Dengan demikian, hal ini tidak menunjukkan bahwa adanya aktivitas yang
bervariasi saat proses pembelajaran, selain aktivitas siswa mendengarkan guru
menjelaskan materi pelajaran.Oleh karena itu, penelitian yang mengkaji lebih
dalam tentang penggunaan media tiga dimensi untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran IPA materi gunung api pada Kelas VB SD Krapyak
Wetan, Sewon, Bantul penting untuk dilakukan.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka
didapatkan identifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh
guru, padahal materi tersebut lebih cocok menggunakan percobaan.
2. Proses pembelajaran hanya searah, guru sebagai pemberi materi dan
siswa sebagai penerima informasi yang disajikan oleh guru.
3. Guru jarang menggunakan media pada saat proses pembelajaran.
4. Kurang bervariasinya aktivitas belajar di kelas.
C. Batasan Masalah
Dari berbagai identifikasi masalah di atas, fokus permasalahan pada
penelitian ini hanya pada upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPA materi gunung api pada kelas VB SD Krapyak Wetan, Sewon,
Bantul.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
Bagaimana penggunaan media tiga dimensi dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran IPA materi gunung api pada kelas VB SD Krapyak
Wetan, Sewon, Bantul?
8
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi gunung api pada kelas VB SD
Krapyak Wetan, Sewon, Bantul melalui penggunaan media tiga dimensi.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain.
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b. Siswa jadi lebih aktif dan senang dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2. Bagi guru
a. Menambah pengetahuan guru dalam memlih media yang
digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan IPA
1. Hakekat IPA
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam
bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam
(IPA) (Usman Samatowa, 2010: 3). Ilmu Pengetahuan Alam
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta.
IPA juga erat kaitannya dengan gejala-gejala alam.
IPA merupakan ilmu yang membahas tentang alam semesta.
Hendro Darmojo (Usman Samatowa, 2010: 2) mengungkapkan bahwa
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta
dengan segala isinya. Dengan demikian, kita ketahui bahwa, IPA
merupakan suatu cara atau metode yang digunakan oleh manusia untuk
mengamati gejala-gejala yang ada di alam semesta.
IPA membahas tentang gejala alam yang disusun secara
sistematis yang berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia (Usman Samatowa, 2010: 3). Gejala alam dan
kebendaan yang terdapat di alam disusun secara teratur dan sistematis
oleh para ahli, penyusunan ini dilakukan berdasarkan hasil pengamatan
dan percobaan yang dilakukan oleh pakar IPA.
IPA tidak hanya berupa kumpulan materi tentang alam dan
kebendaan yang terdapat di alam semesta. Akan tetapi, IPA memerlukan
10
kerja, cara berpikir dan cara untuk memecahkan masalah. Winaputra
(Usman Samatowa, 2010: 3) mengemukakan bahwa tidak hanya
merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup,
tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.
Usman Samatowa (2010: 3) mengemukakan bahwa IPA adalah
ilmu pengetahuan yang:
a. Mempunyai objek
b. Menggunakan metode ilmiah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat kita ketahui bahwa, IPA
adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan
metode ilmiah. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu objek pada
Ilmu Pengetahuan Alam, membutuhkan metode-metode ilmiah dalam
memecahkan masalah IPA. Sehingga, pemecahan masalah dalam IPA
membutuhkan cara kerja, cara berpikir dan cara bersikap yang ilmiah.
2. Hakekat Pembelajaran IPA
a. Belajar Mengajar IPA
Proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPA. Istilah lain
yang sering dipakai adalah kegiatan belajar mengajar. Dalam kedua
istilah tersebut kita melihat adanya dua proses kegiatan. Ada kegiatan
belajar dan kegiatan mengajar.
Hergenhahn dan Olson (Patta Bundu, 2006: 14)
mengemukakan lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
belajar, yaitu: (1) belajar menunjuk pada suatu perubahan tingkah
laku, (2) perubahan tingkah laku tersebut relatif menetap, (3)
11
perubahan tingkah laku tidak segera terjadi setelah mengikuti
pengalaman belajar, (4) perubahan tingkah laku merupakan hasil
pengalaman dan latihan, dan (5) pengalaman dan latihan harus diberi
penguatan. Santrock dan Yussen (Sugihartono, dkk 2012: 74)
mendefisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena
adanya pengalaman.
Berdasarkan pendapat di atas, inti dari belajar adalah
perubahan tingkah laku. Harapannya, setelah siswa mengalami proses
belajar, akan ada perubahan tingkah laku. Meskipun perubahan
tingkah laku tersebut tidak segera terjadi setelah mengikuti
pengalaman belajar. Akan tetapi, perubahan tingkah laku dapat
diperoleh dengan pengalaman belajar dan latihan yang dilakukan
secara terus-menerus. Karena belajar merupakan suatu proses
berlangsung sepanjang hayat manusia. Seperti yang diungkapkan oleh
(Arief S. Sadiman, dkk 2011: 2) belajar adalah suatu yang kompleks
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak
dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Dengan latihan yang
dilakukan sepanjang hayat, maka perubahan tingkah laku dapat
bersifat menetap.
Istilah kedua yaitu mengajar. Seseorang yang mengajar biasa
disebut sebagai guru, dosen, pelatih, instruktur, atau mentor. Wina
Sanjaya (2011: 99) berpendapat bahwa mengajar tidak ditentukan oleh
oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri.
12
Proses pembelajaran seperti ini biasa disebut (Student Centered)
mengajar yang berorientasi atau berpusat pada siswa.
Mengajar yang berorientasi pada siswa sangat cocok
diterapkan dalam mata pelajaran IPA. Kita ketahui bahwa, dalam
pembelajaran IPA siswa diperlukan untuk bekerja, berpikir dan
memecahkan masalah. Mengajar dengan berpusat pada siswa akan
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gayanya sendiri. Sehingga siswa mampu bekerja, berpikir dan
memecahkan masalah dengan gaya belajarnya sendiri ketika guru
mengajar dengan berpusat pada siswa.
Pada tingkat sekolah, IPA diajarkan di Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)
dan sekolah yang setara SD, SMP, dan SMA lainnya. Pembelajaran
IPA di SMP dan SMA sudah dipecah-pecah lagi menjadi beberapa
bagian yaitu, Biologi, Fisika untuk SMP, Fisika, Biologi dan Kimia
untuk SMA.
Penelitian ini hanya membahas tentang pembelajaran IPA
untuk sekolah dasar. Sehingga pembelajaran IPA yang dikaji dalam
penelitian ini difokuskan pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Sekolah Dasar yang menjadi sasaran penelitian ini yaitu SD Krapyak
Wetan, Sewon, Bantul.
13
b. IPA untuk Sekolah Dasar
IPA melatih siswa berpikir kritis, objektif dan rasional. Usman
Samatowa (2010: 4) mengemukakan rasional artinya masuk akal atau
logis, diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan
objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman
pengamatan melalui panca indera.
Berdasarkan uraian di atas, kita tahu bahwa pelajaran IPA
sangat baik diterapkan di Sekolah Dasar karena bersifat objektif dan
rasional. Tapi, sebagai seorang guru tidak cukup hanya mengetahui
alasan di atas. Setiap guru harus memahami akan alasan mengapa
suatu mata pelajaran yang diajarkan perlu diajarkan di sekolahnya
(Usman Samatowa, 2010: 6). Dengan memahami hal-hal tersebut,
maka guru akan tahu manfaat yang akan diperoleh oleh siswa dengan
mempelajari IPA di Sekolah Dasar. Sehingga, siswa mampu
mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari dan
memperoleh manfaat dari pelajaran IPA.
Pembelajaan IPA yang bersifat objektif dan rasional akan lebih
baik diajarkan melalui percobaan-percobaan, sehingga siswa akan
lebih mudah memahami materi IPA. Percobaan-percobaan yang
dilakukan pada saat proses pembelajaran IPA bisa dibantu dengan
menggunakan media pembelajaran. Sehingga siswa akan berperan
aktif melalui bantuan media pembelajaran yang bisa dilakukan
percobaan.
14
Mengingat tidak semua materi pelajaran IPA bisa dijangkau
dengan mudah seperti materi gunung api, maka guru bisa
menggunakan media tiga dimensi yang berupa tiruan dari gunung api.
Melalui penggunaan media tiga dimensi, guru akan lebih mudah
menyampaikan materi pembelajaran yang sulit dijangkau benda
aslinya. Selain itu, media tiga dimensi yang bisa dilakukan percobaan
akan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas
pada saat proses pembelajaran berlagsung.
c. Tujuan Pembelajaran IPA
Berbagai alasan yang menyebabkan pembelajaran IPA
dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Karena pembelajaran IPA
memiliki tujuan tertentu sehingga penting untuk diajarkan pada
siswa.Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Depdiknas (Lestary,
2016) yaitu sebagai berikut:
1. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep Sains,
2. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan
teknologi,
3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan,
4. Ikut serta dalam memelihara, manjaga, dan melestarikan
lingkungan alam,
15
5. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara Sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
Melihat tujuan pembelajaran IPA di atas, kita sadar bahwa
pembelajaran IPA sangat penting diajarkan pada siswa SD. Melalui
pembelajaran IPA siswa akan mengetahui konsep-konsep IPA,
menanamkan rasa ingin tahu siswa, mengembangkan keterampilan
berpikir siswa, ikut melestarikan lingkungan alam dan sadar bahwa
IPA sangat berperan dalam perkembangan teknologi.
B. Kajian Tentang Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
1. Keaktifan
Setiap guru tentunya ingin menciptakan suasana belajar yang aktif.
Pembelajaran dikatakan aktif ketika siswa ikut terlibat dalam proses
pembelajaran. Siswa secara aktif berpartisipasi saat proses pembelajaran
berlangsung. Dengan demikian, peran guru tidak hanya sekedar
mengajarkan materi pelajaran, tapi guru juga bertanggungjawab
menciptakan pembelajaran aktif di dalam kelas dan melibatkan siswa saat
proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran yang aktif bisa dilihat dari aktivitas yang
dilakukan siswa di dalam kelas. Aktivitas yang dimaksud yaitu berupa
kegiatan yang bermanfaat, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan
yang bermakna. Siswa sibuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk memenuhi rasa ingin tahu terhadap suatu mata pelajaran. Dengan
16
bervariasinya aktivitas dalam pembelajaran, proses pembelajaran pun akan
semakin berwarna.
Pembelajaran aktif memungkinkan siswa untuk terlibat dan berperan
dalam proses pembelajaran. Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari (2013: 83)
mengemukakan dalam pembelajaran aktif peserta didik terlibat secara aktif
dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih
banyak memberikan arahan, bimbingan, serta mengatur sirkulasi proses
pembelajaran.
Siswa lebih banyak terlibat dan berperan dalam proses pembelajaran
aktif. Karena pembelajaran aktif berpusat pada siswa, guru hanya sebagai
fasilitator pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa diberi
kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan berpikir secara kritis.
Siswa bertanya untuk memperoleh jawaban terhadap sesuatu yang ingin
diketahuinya. Siswa juga diberi kesempatan untuk menjawab, berpendapat,
sehingga kemampuan berpikir siswa juga akan berkembang.
Fink (Warsono dan Hariyanto, 2012: 18) mengemukakan bahwa
pembelajaran aktif terdiri atas dua komponen utama, yakni pengalaman
(experience) dan komponen dialog. Pengalaman yang dimaksud yaitu
pengalaman melakukan (doing) dan pengalaman mengamati (observing) dan
dialog yang dimaksud yaitu dialog dengan diri sendiri ( dialogue with self)
dan dialog dengan orang lain (dialogue with others).
Berdasarkan pendapat di atas, ada dua aspek perlu diperhatikan
dalam pembelajaran aktif. Aspek tersebut yaitu pengalaman dan dialog.
17
Pembelajaran aktif bisa dilihat dari kedua aspek di atas. Misalnya pada
aspek pengalaman, ketika siswa diarahkan untuk mengamati dan melakukan
suatu kegiatan, maka siswa telah melakukan aktivitas mengamati dan
melakukan.
Aspek dialog, aktivitas yang dilakukan bisa dialog dengan diri
sendiri atau berpikir dan dialog dengan orang lain. Dialog dengan orang lain
bisa saja berupa diskusi, bertanya, menjawab dan berpendapat. Aktivitas
yang dilakukan siswa pada saat berdiskusi, bertanya, menjawab dan
berpendapat tentu menjadikan kelas terlihat aktif.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa,
keaktifan siswa dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Semakin banyak variasi kegiatan
pembelajaran, maka kemungkinan siswa terlibat secara aktif akan semakin
besar. Sehingga guru harus mampu menciptakan kegiatan-kegiatan yang
terencana dan memancing siswa untuk melakukan kegiatan lainnya yang
bermanfaat.
Kegiatan yang terencana yang dimaksud ialah kegiatan sudah
direncanakan pada saat sebelum proses pembelajaran. Misalnya, guru
menyediakan media pembelajaran, kemudian guru menyiapkan langkah-
langkah kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa melalui media tersebut.
Sehingga, pada saat proses pembelajaran guru akan mengarahkan siswa
melakukan kegiatan sesuai yang telah direncanakan. Selain kegiatan yang
terencana, guru juga harus mampu memancing siswa untuk melakukan
18
aktivitas lain seperti berdiskusi, bertanya, menjawab, dan berpendapat agar
keaktifan siswa di dalam kelas semakin meningkat.
2. Jenis-jenis Keaktifan
Keaktifan siswa di dalam kelas bisa dilihat dari aktivitas yang
dilakukan oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan
siswa di dalam kelas banyak sekali macam-macamnya. Oleh karena itu, para
ahli mengklasifikasikan keaktifan berdasarkan jenis aktivitas dalam
pembelajaran. Berikut ini keaktifan berdasarkan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran menurut para ahli, beberapa diantaranya ialah:
1) Paul D. Diereich (Oemar Hamalik, 2013: 172-173) membagi kegiatan
belajar siswa dalam 8 kelompok, ialah:
a) Kegiatan-kegiatan visual
Melihat dan mengamati media tiga dimensi (benda model).
b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
diskusi, menjawab pertanyaan.
c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan diskusi kelompok.
d) Kegiatan-kegiatan menulis
Membuat rangkuman.
2) Getrude M. Whipple (Oemar Hamalik, 2013: 173-175) membagi
kegiatan-kegiatan siswa sebagai berikut:
a) Bekerja dengan alat-alat visual
19
1) Mengamati penjelasan materi pelajaran, mengamati media
pembelajaran.
b) Mempelajari masalah-masalah
1) Menjawab pertanyaan-pertanyaan.
2) Mempelajari buku pelajaran.
3) Membuat catatan-catatan saat diskusi kelompok.
4) Melakukan eksperimen, misalnya melakukan percobaan media
tiga dimensi.
5) Membuat rangkuman.
c) Cek dan tes
1) Mengerjakan soal latihan
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat kita simpulkan
bahwa keaktifan belajar siswa banyak sekali macam-macamnya. Macam-
macam keaktifan belajar siswa dapat dikelompokkan berdasarkan jenis
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan adanya pengelompokan
jenis-jenis aktivitas belajar siswa di dalam kelas, akan memudahkan guru
untuk mengamati kegiatan-kegiatan siswa sesuai dengan jenis aktivitas
belajar siswa di dalam kelas.
Seorang guru harapannya mampu mengetahui jenis-jenis keaktifan
belajar siswa di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Agar guru bisa mendesain dan merencanakan suatu pembelajaran yang bisa
memfungsikan berbagai jenis-jenis keaktifan belajar siswa yang telah
dikelompokkan oleh para ahli di atas. Untuk melihat keaktifan siswa, maka
20
kita harus mengetahui jenis-jenis keaktifan siswa di dalam kelas pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengelompokan para ahli di
atas tentang keaktifan belajar, peneliti menyederhanakan jenis-jenis
keaktifan secara umum (keaktifan yang mudah diamati/dilihat), diantaranya
yaitu:
a) Keaktifan visual (kegiatan-kegiatan visual)
b) Keaktifan lisan (kegiatan-kegiatan lisan/oral)
c) Keaktifan mendengarkan ( kegiatan-kegiatan mendengarkan)
d) Keaktifan menulis (kegiatan-kegiatan menulis)
3. Manfaat Keaktifan dalam Pembelajaran
Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran, memiliki
manfaat tertentu bagi siswa. Karena aktivitas yang dilakukan oleh siswa
pada saat proses pembelajaran, secara langsung atau tidak langsung akan
berdampak pada siswa tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Oemar
Hamalik (2013: 175) bahwa aktivitas besar nilainya bagi pengajaran siswa,
oleh karena:
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan orang tua
dengan guru.
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalitas
21
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, kita ketahui bahwa keaktifan belajar
siswa dalam proses pembelajaran sangat bermanfaat bagi siswa, baik secara
kelompok atau individu. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan
suasana belajar yang aktif. Agar siswa dapat berkembang dan memperoleh
manfaat dari aktivitas yang dilakukan di dalam kelas pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Selain itu, semakin banyak variasi aktivitas-
aktivitas belajar siswa di dalam kelas, maka kemampuan sendiri/kelompok,
kerja sama yang harmonis, minat siswa, interaksi sosial dan aspek pribadi
siswa akan semakin berkembang dan terlatih.
C. Hakekat Karakteristik Siswa
Piaget (Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 35) mengemukakan bahwa ada empat
tahap perkembangan kognitif: sensorimotor, preoperational, concret
operational, dan formal operational. Pada usia lahir- 18 bulan anak berada pada
tahap sensorimotor ( sensorimotor), 18 bulan- 6 tahun pada tahap praoperasional
(preoperational), 6 -12 tahun berada pada tahap operasional konkrit (concret
operational), 12 tahun atau lebih berada pada tahap operasional formal (formal
operational).
Siswa Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkrit.
Pengetahuan akan lebih mudah dipahami oleh siswa melalui penyajian yang
konkrit. Penggunaan media pembelajaran pada saat proses pembelajaran sangat
membantu siswa untuk memahami materi pelajaran pada tahap ini. Masa
operasional konkrit ini disebut juga masa kanak-kanak akhir.
22
Rita Eka Izzati, dkk (2008: 116) mengemukakan bahwa masa kanak-
kanak akhir dibagi menjadi dua fase:
a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7
tahun - 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar.
b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9/10
tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah
Dasar.
Berdasarkan uraian di atas, siswa Sekolah Dasar berada pada tahap
operasional konkrit. Proses pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa
melalui penyajian yang konkrit. Dengan demikian, penggunaan media
pembelajaran yang berupa media tiga dimensi akan sangat membantu siswa
untuk memahami pembelajaran. Media tiga dimensi yang berupa benda
model/tiruan dari benda aslinya tentu saja akan menbantu guru untuk
menyajikan pembelajaran secara konkrit. Siswa Sekolah Dasar dapat di
kelompokkan menjadi dua yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Siswa yang
duduk di kelas 1, 2 dan 3 adalah kelas rendah dan siswa yang duduk di kelas 4, 5
dan 6 adalah kelas tinggi.
Perkembangan siswa Sekolah Dasar bisa dilihat dari perkembangan fisik,
kognitif, bahasa, moral, emosi dan sosial. Selain itu, perkembangan siswa
Sekolah Dasar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan siswa yaitu, lingkungan tempat tinggal, status
sosial keluarga siswa, ekonomi keluarga, dan keyakinan dari keluarga siswa.
Sehingga, seorang guru harus mampu memperhatikan perkembangan peserta
didiknya agar bisa menyesuaikan cara mengajar dengan karakteristik belajar
siswa yang ada di kelasnya.
23
D. Kajian Tentang Media
1. Pengertian Media
Menurut Bovee (Hujair AH Sanaky, 2013: 3) media adalah sebuah
alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Sebuah alat yang
memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan kepada sasaran. Dalam sebuah
kelas, berarti media berfungsi untuk menyampaikan pesan kepada siswa
dalam kelas tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa, komunikasi antara guru
dan siswa akan kurang berhasil karena tanpa bantuan sarana untuk
menyampaikan pesan.
Mengingat tidak semua materi pelajaran mudah untuk diterima oleh
siswa, maka guru akan memerlukan sarana untuk menyampaikan materi yang
akan diajarkan. Seperti yang di ungkapkan oleh Schramm (Hujair AH
Sanaky, 2013: 4) media adalah teknologi pembawa informasi atau pesan
instruksional. Maka sarana yang dibutuhkan oleh guru untuk menyampaikan
materi pembelajaran adalah media. Karena media merupakan teknologi yang
akan membantu guru untuk menyampaikan informasi pada saat proses
pembelajaran.
Banyak batasan atau pengertian yang diungkapkan oleh para ahli
tentang media. Berikut ini pendapat para ahli tentang media, diantaranya
adalah:
a. Gagne (Hujair AH Sanaky, 2013:4) mengatakan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam
lingkungan pembelajaran yang dapat merangsang pembelajar
24
untuk belajar. Berdasarkan teori ini dapat kita ketahui bahwa,
media merupakan suatu sarana pendukung yang dapat membantu
siswa untuk belajar dan merangsang siswa untuk dapat menerima
informasi sesuai tujuan pembelajaran.
b. Briggs (Hujair AH Sanaky, 2013: 4) berpendapat bahwa media
adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang pembelajar untuk belajar. Media merupakan
wahana untuk meningkatkan dan merangsang pembelajar untuk
belajar, dimana penyajian dan penyampaian pesan tersebut bisa
dilakukan dengan alat fisik.
c. Hujair AH Sanaky (2013: 4) mengatakan bahwa media
pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat
digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk
mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan
pengajaran. Teori ini menjelaskan bahwa media sebagai sarana
dan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
d. Arief S. Sadiman, dkk (2011: 7) mengungkapkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi.
25
Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa, media
pembelajaran merupakan suatu wahana, sarana atau alat bantu yang
digunakan untuk membantu proses pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran bisa tercapai dan informasi pembelajaran bisa tersampaikan.
Dalam hal ini, media dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dan
pesan pada saat proses pembelajaran. Selain itu, media tidak terbatas karena
semua komponen dalam lingkungan yang bisa merangsang siswa untuk
belajar merupakan media pembelajaran. Sehingga komunikasi guru dengan
siswa bisa searah atau menyambung.
Bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang siswa untuk
belajar bisa digunakan media cetak, audio, visual maupun media audio-visual.
Selain itu masih terdapat jenis media lainnya seperti media grafis dan media
tiga dimensi yang berupa model atau alat tiruan sederhana/mock-up, serta
media proyeksi yang dibantu melalui projector LCD baik itu berupa slide atau
film strip.
2. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki tujuan dan manfaat masing-masing
tergantung dari media dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hujair AH
Sanaky (2013: 5) mengungkapkan tujuan media pembelajaran sebagai alat
bantu pembelajaran yaitu:
1) Mempermudah proses pembelajaran di kelas,
2) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,
3) Menjaga relavansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar,
4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
26
Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa, media
pembelajaran bertujuan untuk mempermudah proses pembelajaran. Pihak
yang dipermudah tidak hanya guru saja melainkan siswa juga akan lebih
mudah untuk menerima pesan dan informasi pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Efisiensi proses pembelajaran juga akan semakin meningkat
melalui penggunaan media.
Selain itu, media pembelajaran bertujuan untuk menjaga relavansi
antara materi pelajaran dengan tujuan belajar. Media pembelajaran tidak
terlepas dari tujuan pembelajaran karena media dibuat sebagai sarana untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan begitu, media pembelajaran akan
membantu siswa untuk konsentrasi terhadap materi pelajaran yang disajikan
oleh guru.
Manfaat dari media pembelajaran dapat dilihat secara umum maupun
secara khusus. Secara umum yaitu manfaat yang di dapat secara keseluruhan
baik itu guru maupun siswa. Secara khusus yaitu manfaat yang di dapat oleh
guru pribadi dan manfaat yang di dapat oleh siswa.
Zainal Aqib (2013: 51) mengungkapkan manfaat media pembelajaran
secara umum yaitu:
1) Menyeragamkan penyampaian materi
2) Pembelajaran jadi lebih jelas dan menarik
3) Proses pembelajaran lebih interaksi
4) Efisiensi waktu dan tenaga
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar
6) Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja
7) Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi
27
8) Meningkatkan peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Manfaat media pembelajaran secara umum mampu menyeragamkan
penyampaian materi. Maksudnya agar persepsi siswa terhadap materi
pelajaran yang disajikan tidak berbeda-beda atau tidak seragam. Proses
pembelajaran juga akan semakin jelas dan menarik karena persepsi siswa
diawal telah seragam, sehingga interaksi antara guru dan siswa akan semakin
jelas dan ter arah. Maka efisien waktu dan hasil belajar yang meningkat pun
akan diperoleh.
Manfaat dari media pembelajaran bagi guru. Hujair AH Sanaky (2013:
6) mengungkapkan sebagai berikut:
1) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan pembelajaran
2) Menjelaskan urutan dan strukstur pengajaran secara baik
3) Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik
4) Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran
5) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran
6) Membangkitkan rasa percaya diri sebagai seorang pengajar
7) Meningkatkan kualitas pengajaran
8) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar
9) Menyajikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik, sehingga
memudahkan penyampaian, dan
10) Menciptakan kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa
tekanan
Media pembelajaran juga memberi manfaat bagi siswa. Hujair AH
Sanaky (2013: 6) mengungkapkan manfaat media pembelajaran bagi siswa
adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan motivasi pembelajar
2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi pembelajar
3) Memudahkan pembelajar untuk belajar
4) Merangsang pembelajar untuk berfikir dan beranalisis
28
5) Pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan
tanpa tekanan, dan
6) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran secara sistematis yang
disajikan.
Berdasarkan Pendapat di atas, media pembelajaran sangat membantu
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Mengingat bahwa motivasi
belajar, gaya belajar, minat setiap siswa berbeda satu sama lainnya.
Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat
tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu
diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan (Arief S. Sadiman, dkk 2011:
14). Oleh karena itu, pemanfaatan media pembelajaran sangat lah penting
dalam proses pembelajaran untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
3. Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran
Sebagaimana yang telah disinggung di depan, kita mengetahui tujuan
dan manfaat media pembelajaran. Langkah yang selanjutnya ialah
menentukan atau memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran. Maka harapannya seorang guru mampu untuk
menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada saat melakukan
kegiatan pembelajaran, agar media pembelajaran bisa mempermudah dan
mempercepat proses penyampaian informasi yang berupa materi pelajaran.
Seorang guru harus mampu untuk mempertimbangkan media yang
akan dipilih sebagai sarana menyampaikan pesan. Saat guru akan memilih
media pembelajaran untuk digunakan, maka saat itulah seorang guru perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa prinsip media. Sudirman
29
(Rostina Sundayana, 2013: 15-16) mengungkapkan prinsip media
pembelajaran yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru dibagi
menjadi tiga kategori, sebagai berikut:
a. Tujuan pemilihan
b. Alternatif pilihan
c. Kriteria pemilihan media
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat kita ketahui bahwa guru
harus mempertimbangkan ketiga kategori tersebut. Pertama, seorang guru
harus mampu menentukan tujuan pemilihan media pembelajaran. Memilih
media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus
berdasarkan maksud dan tujuan yang jelas.
Guru harus menentukan maksud dan tujuan dari media pembelajaran
yang akan digunakan. Apakah media yang dipilih bertujuan untuk sekedar
mengisi waktu kosong di dalam kelas, ataukah untuk mempermudah guru
menyampaikan informasi berupa materi pelajaran kepada siswa. Tujuan
pemilihan media harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tahap ini, guru harus mampu juga menentukan sasaran dari media
yang dipilih, apakah untuk individu ataukah untuk pengajaran berkelompok.
Sehingga media pembelajaran yang dipilih bisa mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Kedua, menentukan alternatif pilihan. Memilih suatu media
pembelajaran, berarti guru harus membuat beberapa alternatif pilihan.
Tujuannya agar beberapa alternatif pilihan itu bisa dibandingkan dan
dicocokan dengan materi maupun tujuan pembelajaran. Ketika guru sudah
30
membandingkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajaran, maka guru sudah bisa memilih salah satu dari beberapa
alternatif pilihan yang tersebut
Ketiga, kriteria pemilihan media. Kriteria utama dalam pemilihan
media pembelajaran adalah ketepatan tujuan pembelajaran, artinya dalam
menentukan media yang digunakan pertimbangannya bahwa media tersebut
harus memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan (Rostina
Sundayana, 2013: 16). Dengan demikian, kriteria pemilihan media
pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, agar media dengan
meteri pelajaran tidak bertolak belakang satu sama lain.
Mengenai pertimbangan pemilihan media pembelajaran. Menurut
Oemar Hamalik (Hujair AH Sanaky , 2013: 6-7) pertimbangan pemilihan
media pembelajaran perlu dilakukan karena harus sesuai dengan:
1) Tujuan pengajaran
2) Bahan pelajaran
3) Metode mengajar
4) Tersedia alat yang dibutuhkan
5) Pribadi pengajar
6) Kondisi siswa; minat dan kemampuan pembelajar, dan
7) Situasi pengajaran yang sedang berlangsung
Media pembelajaran harus sesuai dan terkait dengan tujuan
pembelajaran. Tidak hanya itu, media juga harus terkait dengan materi
pelajaran, metode yang digunakan dan kondisi siswa. Keterkaitan media
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, materi, metode, dan kondisi
pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar dalam
31
memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas,
sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri. Media harus terkait
dan memiliki hubungan secara timbal balik dengan tujuan pembelajaran,
materi, metode dan kondisi pembelajar. Dengan demikian, media
pembelajaran harus sesuai dengan ke empat aspek tersebut, sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dick dan Carey (Arief S. Sadiman, dkk 2011: 86) mengatakan bahwa
dalam mempertimbangkan media pembelajaran, setidaknya masih ada empat
faktor lagi yang perlu diperhatikan. Pertama adalah ketersediaan sumber
setempat. Artinya, bila media yang bersangktan tidak terdapat pada sumber
yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah apakah untuk
membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya.
Ketiga dalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan
media yang bersangkutan untuk waktu yang lama.
Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media
untuk waktu yang lama di atas maksudnya bahwa, media bisa digunakan
dimana saja dengan peralatan yang ada disekitarnya. Selain itu, media mudah
dijinjing dan dipindahkan serta tidak mudah rusak. Faktor terakhir adalah
efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Media yang mahal
tapi bisa digunakan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama , jika
32
dilihat dari kestabilan penggunaanya bisa saja biayanya lebih murah. Karena
media yang hanya sekali pemakaian, meskipun dengan harga murah, bisa saja
akan memakan baiaya yang lebih mahal jika dibuat secara berulang-ulang.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita simpulkan. Bahwa,
dalam mempertimbangkan pemilihan media, seorang guru harus mampu
menyesuaikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode dan kondisi
siswa di dalam kelas. Selain itu, guru juga harus memperhatikan faktor lain
seperti ketersediaan media, harus diproduksi sendiri atau bisa dibeli. Jika
dibeli atau memproduksi sendiri, maka guru harus mengetahui kira-kira ada
dana, tenaga dan fasilitasnya. Setelah itu, guru juga memperhatikan tentang
kepraktisan dan ketahanan media serta efektivitas biayanya dalam waktu yang
panjang.
4. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran berfungsi untuk memberikan pengalaman nyata
kepada siswa karena beberapa media bisa dilakukan percobaan, sehingga
siswa bisa mendapat pengalaman langsung dari percobaan yang
dilakukannya. Wina Sanjaya (Martiyono, 2012: 141) menjabarkan fungsi dan
nilai praktis dari media pembelajaran. Fungsi media pembelajaran adalah:
a. Menangkap objek atau peristiwa tertentu;
b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu;
c. Menambah gairah dan memotivasi belajar siswa
Adapun nilai praktisnya adalah:
a. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa;
b. Mengatasi batas ruang kelas;
c. Memungkinkan interaksi langsung;
33
d. Menghasilkan keragaman pengamatan;
e. Menambahkan konsep yang benar, nyata, dan tepat;
f. Membangkitkan motivasi belajar;
g. Mengontrol kecepatan belajar;
h. Memberikan pengalaman yang menyeluruh dari yang konkrit sampai yang
abstrak.
Media pembelajaran memungkinkan siswa untuk menangkap objek
dan peritiwa tertentu. Maksudnya, media pembelajaran akan membantu siswa
untuk lebih mudah menerima penyampaian materi. Siswa akan lebih mudah
menangkap materi pelajaran, misalnya saja pada materi gunung api, melalui
penggunaan media tiga dimensi berupa tiruan dari gunung api, siswa akan
mampu menangkap seperti apa gunung api dan mengetahui seperti apa objek
gunung api tersebut.
Media juga mampu memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek
tertentu. Seperti contoh di atas, media pembelajaran bisa memanipulasi
keadaan nyata, sehingga siswa akan merasa berada pada kondisi objek yang
sebenarnya melalui penggunaan media berupa tiruan dari gunung api.
Dimanipulasi dalam hal ini artinya, suatu objek tersebut bisa dibuat tiruan
dari objek yang asli. Sehingga siswa akan merasa sedang melihat keadaan
nyata suatu objek tersebut.
Media pembelajaran juga berfungsi untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa. Media yang menarik tentunya mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa. Karena media dapat menarik perhatian siswa dan siswa akan
merasa senang untuk belajar melalui penggunaan media. Sehingga siswa juga
akan semakin bergairah untuk belajar di kelas maupun diluar kelas.
34
5. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran harapanya mampu mempermudah
proses penyampaian materi pelajaran. Mempermudah guru untuk
menyampaikan materi ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan membantu
siswa untuk lebih mudah memahami materi pelajaran. Agar penggunaan
media bisa mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip pennggunaan media.
Wina Sanjaya (2011: 173-174) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran ialah:
a. Media yang akan digunakan guru harus sesuai dan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Media yang akan digunakan guru harus sesuai dengan materi
pembelajaran.
c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi
siswa.
d. Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien.
e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya.
Sri Anita (Martiyono, 2012:145) juga mengemukakan pendapatnya
tentang prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran, yaitu:
a. Penggunaan media pembelajaran dipandang sebagai bagian integral dalam
sistem pembelajaran;
b. Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber daya;
c. Guru hendaknya memandang hierarkhi (sequence) dari jenis alat dan
kegunaannya;
d. Pengujian media hendaknya berlangsung terus, sebelum, selama, dan
sesudah pemakaian;
e. Penggunaan multimedia akan sangat menguntungkan dan memperlancar
proses pembelajaran;
35
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa, guru harus
menyesuaikan media pembelajaran yang akan digunakan dengan kondisi,
minat, dan kebutuhan siswa. Sebagaimana kita ketahui bahwa kondisi, minat
dan kebutuhan siswa berbeda tiap-tiap individunya. Oleh karena itu, guru
harus mampu menyesuaikan media dengan kondisi, minat dan kebutuhan
siswa agar media bisa bermanfaat bagi semua siswa yang mengikuti proses
pembelajaran.
Media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran
dan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Media pembelajaran yang
digunakan harus sesuai dan terkait dengan materi pelajaran. selain itu, guru
harus menyesuaikan kemampuannya dalam mengoprasikan media
pembelajaran, agar guru mampu mengopersikan media pembelajaran yang
digunakannya. Sehingga media pembelajaran bisa berguna dan mampu
mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
E. Kajian Tentang Media Tiga Dimensi
1. Pengertian Media Tiga Dimensi
Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang
penyajiannya secara visual tiga dimensional (Daryanto, 2013: 29). Dikatakan
media tiga dimensi, karena penyajiannya secara tiga dimensi. Baik itu berupa
benda yang asli, benda tiruan atau benda yang disederhanakan bentuknya.
Media tiga dimensi dapat dilihat dari sisi depan, belakang, samping kanan
dan kiri. Bisa dikatakan bahwa, media tiga dimensi merupakan media
36
pembelajaran yang bisa dilihat dari segala arah, tidak seperti poster yang
hanya bisa dilihat dari arah depan.
Media tiga dimensi yang berupa benda asli, ketika difungsikan sebagai
media pembelajaran dapat dibawa langsung ke dalam kelas. Jika tidak
memungkinkan untuk dibawa ke kelas, maka siswa bisa dikerahkan langsung
ke dunia sesungguhnya dimana benda itu berada. Seperti yang di kemukakan
Daryanto (2013: 29) bahwa benda asli ketika akan difungsikan sebagai media
pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan
ke dunia sesungguhnya dimana benda asli itu berada.
Jika tidak memungkinkan untuk menggunakan benda asli sebagai
media tiga dimensi, maka bisa menggunakan tiruan dari benda aslinya. Untuk
pembuatan media tiga dimensi berupa model atau tiruan dapat diproduksi
dengan mudah, sesuai kreatifitas guru merancang dan membuatnya. Karena
media tiga dimensi tergolong sederhana, baik dalam proses pembuatan,
penggunaan dan pemanfaatannya. Seperti yang dikemukakan Daryanto
(2013:29) bahwa media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah,
adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatanya, karena
tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru,
bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
Meskipun dalam beberapa kondisi media tiga dimensi bisa tergolong
mahal biayanya, misalnya media tiga dimensi tiruan manusia berupa patung.
Untuk kondisi seperti ini, biasanya media berupa patung sudah tersedia di
sekolah, disediakan oleh pemerintah. Jika di sekolah tidak tersedia, guru
37
harus berupaya menyediakannya dengan mengeluarkan biaya untuk membeli
patung, atau mencoba mengganti dengan media lain yang relevan.
Moedjiono (Daryanto, 2013: 29) mengatakan bahwa media sederhana
tiga dimensi memiliki kelebihan-kebelihan: memberikan pengalaman secara
langsung, penyajian secara konkrit menghindari verbalisme, dapat
menunjukkan objek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat
memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur
suatu proses secara jelas.
2. Jenis-jenis Media Tiga Dimensi
Hujair AH Sanaky (2013: 127) mengatakan bahwa beberapa benda
yang digo-longkan ke dalam media tiga dimensi antara lain: kelompok
pertama, adalah kelompok benda asli, model, atau tiruan sederhana, mock-up,
dan barang contoh atau specimen. Kelompok kedua, adalah diorama dan
pameran.
Berdasarkan pendapat di atas, benda yang tergolong ke dalam jenis-
jenis media tiga dimensi yaitu: benda asli, model ,alat tiruan sederhana/ mock-
up, specimen, diorama, dan pameran. Dalam penelitian ini, media tiga
dimensi yang digunakan sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran
IPA materi gunung api adalah benda model.
Benda model dapat diartikan sebagai suatu yang dibuat dengan ukuran
tiga dimensi, sehingga menyerupai benda aslinya untuk menjelaskan hal-hal
yang mungkin diperoleh dari benda sebenarnya (Hujair AH Sanaky, 2013:
129). Benda yang asli dibuat tiruannya yang menyerupai wujud benda
38
aslinya, sehingga melalui tiruan tersebut siswa dapat memahami apa yang
ingin dijelaskan dari wujud nyatanya.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2013: 156) menjelaskan lebih
lengkap bahwa model adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek
nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu
jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa
dalam wujud aslinya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa media tiga
dimensi yang berupa benda model adalah benda tiruan yang sengaja dibuat
menyerupai benda aslinya, agar dapat digunakan sebagai media
pembelajaran. Media tiga dimensi berupa benda model memiliki tujuan
tertentu dalam penggunaan dan pemanfaatannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Daryanto (2013: 31) ada beberapa
tujuan belajar dengan menggunakan model, yaitu: mengatasi kesulitan yang
muncul ketika mempelajari objek yang terlalu besar, untuk mempelajari
obyek yang menjadi sejarah di masa lampau, untuk mempelajari obyek-obyek
yang tak terjangkau secara fisik, untuk mempelajari obyek yang mudah
dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai (misalnya mata
manusia, telinga manusia), untuk mempelajari konstruksi-konstruksi yang
abstrak, untuk memperlihatkan proses dari obyek yang luas ( misalnya proses
peredaran planet-planet).
Benda model akan mampu mengatasi kesulitan yang muncul ketika
mempelajari suatu objek. Misalnya, objek yang terlalu besar dan berbahaya
39
seperti gunung api. Mengingat gunung api objeknya yang sangat besar dan
berbahaya, tidak memungkinkan untuk membawa siswa secara langsung pada
objek sebenarnya. Oleh karena itu, peneliti ingin menggunakan benda model
sebagai media pembelajaran untuk materi gunung api pada siswa kelas V SD
Krapyak Wetan.
Harapannya melalui penggunaan media tiga dimensi berupa benda
model pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa dapat memahami
materi dengan mudah. Selain itu, siswa juga akan semakin aktif di kelas.
Karena media tiga dimensi berupa benda model yang akan digunakan sebagai
media pembelajaran pada materi gunung api, tidak hanya diperlihatkan pada
siswa, tapi bisa dilakukan percobaan oleh siswa di kelas, sehingga aktivitas
siswa di kelas semakin bervariasi.
3. Cara Penggunaan Media Tiga Dimensi (Benda Model) dalam
Pembelajaran
Seorang guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti:
a) Yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan siap
untuk digunakan.
b) Jelaskan tujuan yang akan dicapai.
c) Jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta didik
selama proses pembelajaran.
d) Hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu
perhatian/konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.
Alvian Putranto. (2012). Langkah Penggunaan Media dan Metode.
Diakses dari http://sialvianputranto.blogspot.co.id/2012/04/langkah-
penggunaan-media-dan-metode.html.
40
Uraian di atas menjelaskan tentang cara penggunaan media secara
umum. Cara penggunaan media yang telah diuraikan di atas dapat
dikembangkan lebih luas lagi. Cara penggunaan media dikembangkan
sesuai dengan jenis media yang akan digunakan. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan media tiga dimensi (benda model) sebagai media
pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi gunung api. Agar penggunaan
media tiga dimensi dapat berfungsi secara optimal perlu diperhatikan
langkah-langkah penggunaan media tiga dimensi benda model berikut ini:
1) Mengecek kelengkapan dan kesiapan media tiga dimensi (benda model)
untuk digunakan.
2) Memberi penjelasan kepada siswa tentang media tiga dimensi (benda
model). Siswa akan aktif secara visual saat memperhatikan penjelasan
guru.
3) Memberi penjelasan tentang tujuan yang ingin dicapai melalui
penggunaan media tiga dimensi (benda model). Saat siswa
mendengarkan penjelasan guru, siswa akan aktif mendengarkan.
4) Memberi penjelasan dan pengarahan kepada siswa tentang langkah-
langkah penggunaan media tiga dimensi (benda model).
5) Membimbing siswa pada saat menggunakan media tiga dimensi (benda
model).
6) Siswa diberi pengarahan dan bimbingan pada saat melakukan percobaan
media tiga dimensi (benda model).
41
7) Siswa berkesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya
tentang apa yang didapatnya selama mengamati dan melakukan
percobaan media tiga dimensi (benda model). Saat berdiskusi, siswa akan
aktif secara lisan.
8) Siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil temuan
kelompoknya dari penggunaan media tiga dimensi (benda model)
9) Siswa diberi kesempatan untuk merangkum dan mencatat materi yang
telah dipelajari. Saat siswa merangkum dan mencatat materi yang telah
dipelajari, siswa akan aktif menulis.
10) Memberi penjelasan tentang manfaat yang diperoleh oleh siswa melalui
penggunaan media tiga dimensi (benda model) pada materi gunung api.
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran IPA pada hakikatnya mengkaji tentang gejala alam. Gejala
alam yang dibahas dalam mata pelajaran IPA akan lebih mudah dipahami oleh
siswa jika disajikan sesuai dengan objeknya. Guru tidak hanya sekedar
mengajarkan teori semata, tapi melibatkan siswa secara langsung untuk
memecahkan masalah dari suatu objek. sehingga siswa akan memperoleh
pengalaman langsung dari masalah yang telah dipecahkannya. Dalam beberapa
kondisi, pembelajaran IPA tidak memungkinkan siswa untuk mengalami secara
langsung terhadap objek nyata karena beberapa alasan tertentu. Ketika guru
mengalami kondisi seperti ini, maka guru bisa menggunakan media
pembelajaran .
42
Media pembelajaran harapannyatidak hanya sekedar diamati oleh siswa,
tapi mampu meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas saat proses
pembelajaran berlangsung. Media pembelajaran yang mampu meningkatkan
aktivitas belajar akan lebih menyenangkan dan tidak monoton.Media
pembelajaran juga mampu membantu guru untuk menyampaikan materi yang
objeknya susah didapatkan, terlalu jauh, terlalu berbahaya atau beberapa
pertimbangan lainnya. Ketika mengalami hal tersebut, maka penggunaan media
pembelajaran merupakan solusinya.
Ada beberapa materi pelajaran yang harus dipertimbangkan jika
membawa siswa secara langsung pada objek aslinya. Seperti materi gunung api,
tentu saja sangat berbahaya dan banyak pertimbangan lainnya. Oleh karena itu,
guru bisa menggunakan media tiga dimensi berupa tiruan/model dari gunung api
yang sesuai dengan objek aslinya. Siswa akan merasa seperti sedang mengalami
dan melihat objek aslinya. Selain itu, siswa bisa melakukan percobaan melalui
media tiga dimensi yang akan meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas.
Sehingga pembelajaran di kelas semakin aktif dan menyenangkan melalui
penggunaan media tiga dimensi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan sebuah rumusan yang memuat usulan
untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Berdasarkan kajian teori di atas
maka peneliti dapat mengambil hipotesis penggunaan media tiga dimensi dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi gunung api pada
siswa kelas VB SD Krapyak Wetan, Sewon, Bantul.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dave
Ebbutt (Zainal Arifin, 2011: 97) menjelaskan, penelitian tindakan kelas
adalah suatu studi percobaan yang sistematis untuk untuk memperbaiki
praktik pendidikan dengan melibatkan kelompok partisipan (guru) melalui
tindakan pembelajaran dan refleksi mereka sebagai akibat dari tindakan
tersebut. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas VB SD
Krapyak Wetan, Sewon, Bantul.
Kolaborasi sangat penting dilakukan dalam PTK agar memperolah
hasil yang lebih baik. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Kemmis dan
McTaggart (Zainal Arifin, 2011: 106) bahwa (a) penelitian tindakan yang
sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu penelitian yang dilakukan
oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama, (b) PTK
kolaboratif dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok
perorangan yang diperiksa secara kritis, refleksi demokratis dan dialogis, (c)
optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dapat mencakup gagasan-gagasan dan
harapan-harapan semua oranga yang terlibat dalam situasi terkait, dan (d)
pengaruh langsung hasil PTK kolaboratif kepad guru dan peserta didik serta
pada situasi dan kondisi yang ada.
Guru dan peneliti berkolaborasi dalam memantau kegiatan
pembelajaran, mulai dari awal perencanaan pembelajaran dan menentukan
44
materi yang akan dipelajari pada saat tindakan. Guru bertindak sebagai
pelaksana proses pembelajaran di kelas, sedangkan peneliti bertindak sebagai
observer. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA melalui penggunaan
media tiga dimensi.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Krapyak
Wetan, Sewon, Bantul, tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 25
siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Peneliti memilih SD Krapyak Wetan karena SD tersebut merupakan SD
dimana peneliti melaksanakan Magang yang telah dilakukan dua kali
periode, sehingga peneliti cukup mengetahui kondisi siswa-siswi di SD
Krapyak Wetan. Termasuk kondisi siswa kelas VB yang memiliki
keaktifan dalam pembelajaran IPA tergolong rendah. Oleh karena itu,
peneliti memutuskan melakukan penelitian di SD N karapyak Wetan
pada siswa kelas VB.
2. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti dalam penelitian adalah keaktifan siswa
dalam pembelajaran IPA materi gunung api pada kelas VB SD Krapyak
Wetan, Sewon, Bantul.
45
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Sekolah yang dipilih untuk penelitian ini adalah kelas VB SD
Krapyak Wetan, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Sekolah ini terletak di
Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini ialah
awal Maret 2016 sampai dengan April 2016. Diperkirakan, peneliti
melakukan penelitian di SD Krapyak Wetan, Sewon, Bantul, Yogyakarta
selama 2 bulan. Rinciannya, 1 bulan digunakan untuk meneliti dan 1
bulannya lagi akan dipergunakan untuk mengolah data dan pengurusan
administrasi penelitian.
D. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas in menggunakan model tindakan yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Zainal Arifin, 2013: 110) yang
mencakup empat komponen, yaitu tahap perencanaan (plan), setelah itu
diadakan tindakan (act), sementara tindakan berlangsung dilakukan
pengamatan (observe), lalu tahap selanjutnya refleksi (reflect). Keempat
komponen di atas saling terkait satu sama lain. Keterkaitan keempat
komponen tersebut bisa kita lihat dari tahapan-tahapannya yang tersusun
secara berurutan mulai dari perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan
(observe) dan refleksi (reflect). Berikut ini adalah gambaran bagan yang
disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart:
46
Gambar 1. Model Penelitian Tindakan dari Kemmis dan
McTaggart.
Berdasarkan gambar di atas, masing-masing siklus terdiri dari empat
tindakan, yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan
refleksi (reflect). Berikut penjelasan dari masing-masing tindakan tersebut:
a. Perencanaan (Plan)
Tahap perencanaan merupakan proses merencanakan tindakan yang
akan dilakukan oleh peneliti. Tahap perencanaan dimuali dari penemuan
masalah, dari menemukan masalah tersebut kemudian dirancang secara
rinci suatu tindakan yang akan dilakukan. Perencanaan dalam penelitian
ini disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Reflect
Keterangan:
Siklus I:
Plan (Perencanaan Tindakan Siklus I)
Act & observe (Tindakan dan Observasi I)
Reflect (Refleksi I)
Siklus II:
Plan (Perencanaan Tindakan Siklus II)
Act & observe (Tindakan dan Observasi II)
Reflect (Refleksi II)
Plan
Act & observe
Act & observe
Reflect
Plan
Revised
47
1. Menemukan suatu masalah berdasarkan hasil wawancara dan diskusi
dengan guru kelas VB.
2. Peneliti dan guru menentukan cara meningkatkan keaktifan melalui
penggunaan media tiga dimensi.
3. Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP disesuaikan dengan langkah-langkah penggunaan media tiga
dimensi yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas VB
SD Krapyak Wetan, Sewon, Bantul. Sebelumnya RPP dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan dosen pembimbing.
4. Peneliti bekerjasama dengan guru menyiapkan media pembelajaran
berupa media tiga dimensi (benda model) yang ditiru dari bentuk
gunung api, sesuai dengan materi pelajaran.
5. Peneliti dan guru mencoba melakukan percobaan media tiga dimensi
sebelum dilakukan penelitian.
6. Peneliti menyusun instrumen penelitian berupa lembar observasi
mengenai aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran IPA dengan
menggunakan media tiga dimensi (benda model). Lembar observasi
digunakan sebagai pedoman dalam mengamati kegiatan guru dan siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
b. Tindakan (Act)
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari isi
rancangan sebelumnya pada tahap perencanaan. Peneliti dan guru
berkolaborasi dalam melaksanakan tindakan. Pelaksanaan tindakan harus
48
benar-benar sesuai dengan RPP, strategi dan skenario pembelajaran yang
telah dirancang pada tahap perencanaan.
c. Pengamatan (Observe)
Tahap observasi yaitu kegiatan pengamatan terhadap proses
pembelajaran. Tahap ini berjalan bersamaan dengan dengan tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh
dua orang rekan peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang
telah ditentukan. Peneliti bersama kedua rekan peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat segala hal-hal yang tercantum dalam lembar
observasi. Kegiatan ini terjadi selama proses pembelajaran berlangsung,
mulai dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi (Reflect)
Refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengevaluasi perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh pada saat
tindakan. Peneliti mengkaji lebih dalam tentang hasil yang diperoleh pada
saat tindakan berdasarkan data yang telah terkumpul. Pada tahap refleksi
ini, peneliti dan guru mendiskusikan tentang kekurangan maupun
ketercapaian pembelajaran dan selanjutnya hasil tindakan tersebut
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Berdasarkan refleksi inilah
bisa dilakukan perbaikan terhadap siklus berikutnya.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam menggunakan metode
49
tersebut, peneliti memerlukan instrumen, yaitu „alat bantu‟ agar pekerjaan
mengumpulkan data menjadi lebih mudah (Suharsimi Arikunto, 2010: 175).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari peneliti, guru dan
siswa dalam pembelajaran IPA materi gunung api dengan menggunakan
media tiga dimensi untuk meningkatkan keaktifan siswa. untuk memperoleh
data yang diperlukan tersebut, peneliti akan menggunakan metode berikut ini
pada saat penelitian:
1. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian
(Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 66). Peneliti mengamati
proses pembelajaran mulai dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran,
baik itu aktivitas siswa maupun aktivitas yang dilakukan oleh guru.
Proses observasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu, yaitu
dengan menggunakan lembar observasi untuk memudahkan peneliti
mengamati keaktifan siswa berdasarkan item-item yang tercantum dalam
lembar penelitian tersebut. Melalui lembar pengamatan yang berisikan
item-item tentang aktivitas siswa dan guru tersebut, peneliti akan lebih
mudah untuk melihat situasi pembelajaran dan memudahkan peneliti
untuk mencatat hasil pengamatan.
Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data
tentang aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Oleh
karena itu, selain proses pengamatan peneliti juga akan mencatat hal-hal
50
penting yang berkaitan dengan penelitian. Hal-hal penting yang berkaitan
dengan penelitian dimaksud adalah hal-hal yang tercantum dalam lembar
pengamatan penelitian yang telah disusun oleh peneliti.
Observasi yang dilakukan difokuskan pada aspek-aspek tertentu
yang telah disusun dalam lembar pengamatan. Observasi adalah
pengamatan dan pencatatan tentang suatu obyek yang difokuskan pada
perilaku tertentu (Daryanto, 2011: 80). Pengamatan yang akan dilakukan
oleh peneliti hanya berfokus pada aspek aktivitas guru dan siswa yang
telah ditentukan dalam lembar pengamatan.
Observasi dalam penelitian ini digunakan oleh peneliti untuk
melihat keaktifan belajar siswa pada saat proses belajar-mengajar
berlangsung. Melihat apakah aktivitas belajar siswa semakin meningkat
melalui penggunaan media tiga dimensi pada pembelajaran IPA materi
gunung api. Mengingat untuk mengetahui keaktifan belajar siswa lebih
efektif dengan melihat dan mengamati aktivitas yang dilakukan oleh
siswa. Maka peneliti berpendapat bahwa melakukan observasi adalah
metode yang tepat untuk mengetahu keaktifan siswa dalam pembelajaran
IPA materi gunung api pada kelas VB SD Krapyak Wetan, Sewon,
Bantul.
2. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti (Wijaya Kusumah dan
Dedi Dwitagama, 2011: 77). Subjek yang akan diteliti oleh peneliti
51
diajukan beberapa pertanyaan yang terkait dengan penelitian. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan diseseuaikan dengan permasalahan yang di
alami oleh siswa.
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siswa terkait dengan
keaktifan belajar. Mengungkap hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan
peneliti pada saat tindakan berlangsung. Sehingga, peneliti akan mampu
menggali dan mengungkap hal-hal tersebut dengan baik melalui
wawancara.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Intstrumen penelitian sesuai dengan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Berdasarkan metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti, maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan lembar observasi tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran
IPA materi gunung api, dengan menggunakan media tiga dimensi sebagai
instrumen penelitian.
1) Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman agar peneliti lebih
mudah dan terarah dalam melaksanakan observasi. Lembar observasi
berisi tentang pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan keaktifan
siswa dalam pembelajaran IPA materi gunung api dengan menggunakan
media tiga dimensi. Peneliti melakukan pengamatan terhadap guru dan
52
siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
media tiga dimensi untuk meningkatkan keaktifan siswa.
Hasil pengamatan ditulis pada lembar observasi yang telah
disediakan. Peneliti menggunakan check list berupa YA atau TIDAK
untuk mengamati aktivitas guru. Tanda check list juga digunakan dalam
lembar observasi keaktifan siswa, peneliti akan memberikan tanda check
list apabila variabel yang terdapat pada lembar observasi muncul atau
dilakukan oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berikut
ini merupakan kisi-kisi aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan
penggunaan media tiga dimensi untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran IPA materi gunung api.
Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru
No. Aspek Yang Diamati Item Jumlah
1. Kegiatan pra pembelajaran 1, 2, 3, 4, 5 5
2. Kegiatan Inti Pembelajaran 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18
13
3. Kegiatan Penutup 19, 20, 21 3
53
Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Aspek Indikator Keaktifan
Siswa
Kemuncul-
an
Penilai-
an
Des-
kripsi
Ya Tidak 1 2 3 4
Keakti-
fan
Siswa
dalam
Proses
Pembela-
jaran
Siswa mengamati guru
menjelaskan materi
dengan serius
Siswa mengamati media
tiga dimensi dengan serius
Siswa mendengarkan guru
menjelaskan materi
dengan baik dan serius
Siswa bertanya apabila ada
hal yang belum dipahami
atau dimengerti
Siswa berani menjawab
pertanyaan dari guru dan
teman-temannya tentang
materi yang sedang
dipelajari
Siswa melakukan
percobaan media tiga
dimensi yang digunakan
pada saat pembelajaran
berlangsung
Siswa melakukan
percobaan media tiga
dimensi dengan baik
sesuai langkah-langkah
penggunaan media tiga
dimensi yang dijelaskan
oleh guru
Siswa aktif berdiskusi
dengan teman
kelompoknya
Siswa merangkum hasil
pengamatan yang
ditemukan dari
penggunaan media tiga
dimensi pada saat proses
pembelajaran
Siswa berani
mengemukakan pendapat
54
2) Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menggali hal-hal
yang terjadi pada saat tindakan. Hal-hal yang dimaksud yaitu hal-hal yang
tidak sesuai dengan harapan peneliti terkait dengan keaktifan belajar siswa.
peneliti akan melakukan wawancara ketika terjadi kesenjangan pada saat
tindakan. Sehingga peneliti akan mampu mengungkap penyebab terjadinya
kesenjangan tersebut dan akan dijadikan refleksi untuk tindakan
selanjutnya.
G. Validitas Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini divalidasi dengan menggunakan teknik
expert judgment. Sebelumnya, peneliti membuat rencana pembelajaran,
lembar observasi, rubrik pengamatan, kemudian instrumen tersebut ditelaah
oleh Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd selaku dosen ahli sebagai expert
judgment.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif digunakan untuk menentukan dan mengungkapkan sejauh mana
peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara. Observasi dilakukan
dengan mengamati aspek-aspek yang tercantum dalam lembar observasi.
Untuk memperoleh data melalui wawancara dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa terkait dengan keaktifan belajar siswa.
55
Untuk hasil observasi yang berupa lembar pengamatan dianalisis
terhadap aspek keaktifan belajar IPA siswa melalui penggunaan media tiga
dimensi. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung pada
saat kegiatan proses pembelajaran. Data yang diperoleh akan diolah kembali
untuk mendapatkan hasil berupa persentase. Berdasarkan hasil persentase
itulah peneliti akan dapat mengetahui peningkatan keaktifan siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung melalui penggunaan media tiga dimensi.
Untuk menghitung persentase peningkatan keaktifan belajar siswa dalam
proses pembelajaran melalui penggunaan media tiga dimensi dapat dihitung
dengan rumus berikut:
NP= R/SM x 100
Keterangan: NP= nilai yang dicari atau diharapkan
R= skor mentah yang diperoleh siswa
SM= skor maksimum ideal
100= bilangan tetap (Ngalim Purwanto, 2006: 102).
Hasil wawancara akan dianalisis berdasarkan indikator-indikator
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Data dalam penelitian ini diperoleh
dari wawancara langsung dengan siswa. pertanyaan-pertanyaan diajukan
kepada siswa untuk mengungkap hal-hal yang ingin diketahui oleh peneliti.
hasil wawancara tersebut digunakan untuk menentukan dan mengungkapkan
sejauh mana peningkatan keaktifan belajar siswa dan akan dideskripsikan
dalam penelitian ini.
56
I. Indikator Keberhasilan
Setiap siklus pada kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini
dikatakan berhasil jika setiap siswa kelas VB mengalami perbaikan dan
peningkatan keaktifan dalam pembelajaran IPA materi gunung api. Tingkat
keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukkan dengan meningkatknya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA. Semakin tinggi keaktifan
siswa dan persentase keaktifannya meningkat tiap siklus, maka penelitian ini
dikatakan berhasil. Persentase keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian
ini yaitu 75% dari keseluruhan siswa meningkat keaktifannya dalam
pembelajaran IPA materi gunung api melalui media tiga dimensi.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Krapyak Wetan merupakan salah satu sekolah yang
terletak di Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Adapun sarana dan prasarananya yaitu:
a) Kondisi Fisik
SD Krapyak Wetan mempunyai 11 ruang kelas untuk kelas 1 sampai
dengan kelas 6. Selain itu juga mempunyai ruang guru, ruang kepala
sekolah, ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), laboratorium, mushola
dan ruang seni.
b) Kondisi Non Fisik
Kondisi non fisik disini adalah sumber daya manusia, baik itu tenaga
pendidik maupun siswanya.
1) Kondisi Guru
Guru di SD Krapyak Wetan berjumlah 14 orang yang terdiri dari 11
guru kelas, 1 guru olahraga, 1 guru agama islam dan 1 kepala sekolah.
2) Kondisi Siswa
Jumlah siswa SD Krapyak Wetan, Sewon, Bantul, Yogyakarta adalah
290 orang yang terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Siswa
SD Krapyak Wetan memiliki karakter yang beraneka ragam sehingga
membutuhkan energi dalam proses pembelajaran yang tepat bagi guru.
Selin itu, SD Krapyak Wetan juga merupakan sekolah inklusi.
58
3) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah sangat mendukung dalam pembelajaran, karena
sekolah terletak agak jauh dari jalan raya. SD Krapyak Wetan sangat
kondusif dan mendukung dalam proses pembelajaran karena
tempatnya tidak terlalu ramai.
B. Deskripsi Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Krapyak
Wetan, Sewon, Bantul, tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 25 siswa
yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Berdasarkan
kesepakatan dengan guru kelas, materi yang dibahas tentang gunung api pada
mata pelajaran IPA. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus yang
terdiri dari 2 pertemuan pada siklus 1 dan 2 pertemuan pada siklus 2, total
keseluruhan pertemuan dalam semua siklus ada 4 pertemuan. Dengan alokasi
waktu pada setiap tindakan yaitu 2 x 35 menit. Adapun nama dan inisial siswa
subjek penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada lampiran halaman 102.
C. Kondisi Awal (Pra Tindakan)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas VB SD Krapyak
Wetan yang berjumlah 25 siswa pada mata pelajaran IPA materi gunung api,
terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari data
hasil observasi yang diperoleh oleh peneliti. Data hasil observasi keaktifan
siswa sebelum dilakukan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut:
59
Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pra Tindakan
No. Indikator Keaktifan Siswa Pra Tindakan
1. Siswa mengamati guru menjelaskan
materi dengan serius
4
2. Siswa mengamati media tiga dimensi
dengan serius
-
3. Siswa mendengarkan guru menjelaskan
materi dengan baik dan serius
3
4. Siswa bertanya apabila ada hal yang
belum dipahami atau dimengerti
2
5. Siswa berani menjawab pertanyaan dari
guru dan teman-temannya tentang materi
yang sedang dipelajari
2
6. Siswa melakukan percobaan media tiga
dimensi yang digunakan pada saat
pembelajaran berlangsung
-
7. Siswa melakukan percobaan media tiga
dimensi dengan baik sesuai langkah-
langkah penggunaan media tiga dimensi
yang dijelaskan oleh guru
-
8. Siswa aktif berdiskusi dengan teman
kelompoknya
2
9. Siswa merangkum materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru
3
10. Siswa berani mengemukakan pendapat 2
Jumlah 18
Persentase 45%
Berdasarkan data yang disajikan di atas, dapat dilihat keaktifan siswa
masih relatif rendah. Dari data hasil observasi pra tindakan tersebut kita lihat
bahwa siswa yang aktif di kelas VB baru mencapai 45% dari keseluruhan
siswa yang berjumlah 25 siswa. Rendahnya keaktifan siswa kelas VB SD
Krapyak Wetan, Sewon, Bantul diduga dipengaruhi oleh guru yang tidak
60
menggunakan media pembelajaran pada saat mengajarkan mata pelajaran IPA
materi gunung api. Dengan kondisi seperti ini, peneliti bekerja sama dengan
guru kelas VB SD Krapyak Wetan, Sewon, Bantul sesuai dengan rencana
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Rancangan penelitian ini
menggunakan media tiga dimensi untuk meningkatkan keaktifan siswa pada
mata pelajaran IPA materi gunung api.
D. Hasil Penelitian
Kegiatan dalam penelitian dari setiap siklus meliputi:
1. Siklus I
Siklus 1 mulai dilakukan pada tanggal 21 Maret 2016. Kegiatan pada
siklus ini yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan dalam penelitian ini melibatkan guru dan
peneliti. Guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai
pengamat membantu guru apabila mengalami kesulitan. Hal-hal yang
perlu dipersiapkan dalam perencanaan tindakan yaitu:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti menyusun RPP dan kemudian dikonsultasikan kepada guru
kelas VB. Setelah dikonsultasikan dengan guru kelas, peneliti
masih menemui dosen pembimbing skripsi untuk dikonsultasikan
kembali RPP yang telah disusun oleh peneliti. Kompetensi dasar
yang dipelajari dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi
peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi
61
makhluk hidup dan lingkungan dengan indikator: menyebutkan
pengertian gunung api, mendeskripsikan struktur gunung api,
mendeskripsikan proses erupsi gunung api, dilengkapi dengan
media tiga dimensi dan LKS.
2) Mempersiapkan Media Pembelajaran
Media yang dipersiapkan oleh adalah media tiga dimensi. Dalam
pembuatan media tiga dimensi, peneliti sepenuhnya berperan
sebagai pembuat media tiga dimensi tanpa campur tangan guru
kelas. Media tiga dimensi yang dipersiapkan oleh peneliti berupa
tiruan atau miniatur dari gunung api. Tiruan gunung api tersebut
dibuat dari bubur kertas koran, tepung tapioka, lem Fox dan nampan
sebagai dasar gunung api. Setelah miniatur gunung api siap pakai,
peneliti menyiapkan soda kue, pewarna makanan, cuka dan air
detergent sebagai bahan percobaan erupsi gunung api.
3) Menyusun lembar observasi
Lembar observasi disusun sebagai salah satu instrumen dalam
penelitian ini. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui
kegiatan gutu dan siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan media tiga dimensi. Instrumen observasi terlebih
dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi agar
instrumen yang digunakan valid. Dalam instrumen tersebut
terdapat indikator-indikator aspek yang akan dimati oleh peneliti,
62
sehingga peneliti akan lebih mudah dalam proses pengamatan di
kelas.
4) Menyiapkan soal evaluasi
Soal evaluasi pada siklus ini diberikan pada tiap akhir pertemuan.
Bentuk soal evaluasi adalah pilihan ganda yang terdiri dari 10 soal
pada tiap akhir pertemuan.
b. Pelaksanaan dan Observasi
Siklus 1 dilakukan 2 kali pertemuan. Pada saat pelaksanaan
tindakan, peneliti berperan sebagai observer dan guru kelas bertindak
sebagai pengajar atau pelaksana pembelajaran. Pada saat-saat tertentu
peneliti membantu guru dalam pelaksanaan pembelajaran jika guru
membutuhkan bantuan.
Pertemuan pertama siklus 1 dilakukan pada tanggal 21 Maret
2016 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2016.
Evaluasi diberikan pada tiap akhir pertemuan, menyesuaikan dengan
permintaan guru yang harus menyediakan soal evaluasi pada tiap akhir
pertemuan.
1) Pertemuan Pertama Siklus 1
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 21 Maret 2016.
Pada pertemuan pertama guru melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat oleh
peneliti. Materi yang disampaikan berupa pengertian gunung api,
struktur gunung api.
63
Pada kegiatan awal, guru menyiapkan kelas, kemudian
membuka pelajaran dengan berdo‟a, dilanjutkan dengan apersepsi
karena mata pelajaran IPA masuk pada jam kedua jadi guru tidak
lagi mempresensi siswanya. Guru hanya mengecek siswa pada saat
menyiapkan kelas diatas. Guru menyampaikan apersepsi yang
berkaitan dengan materi pelajaran.
Guru bercerita tentang letusan gunung api yang pernah
terjadi di indonesia. Kemudian guru menyampaikan materi
pelajaran yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan
pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran di depan kelas
serta memberi penjelasan dan pengarahan kepada siswa tentang
penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran IPA materi
gunung api.
Kegiatan inti pembelajaran, guru menyampaikan materi
pelajaran tentang pengertian gunung api dan struktur gunung
apidengan baik. Guru menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan
materi pelajaran yang tertera pada RPP yang telah disediakan oleh
peneliti. Karena peneliti memberikan RPP kepada guru jauh-jauh
hari sebelum melakukan tindakan, guru terlihat sangat menguasai
materi pelajaran.
Setelah menjelaskan materi pelajaran, guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum dimengerti dan dipahami oleh siswa. Siswa yang bertanya
64
dapat dilihat pada lampiran gambar. Muncul beberapa siswa yang
berani bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa.
Sebelum guru menjawab pertanyaan dari siswa, guru memberi
kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan dari
teman sekelasnya.
Guru menjawab pertanyaan dari siswa setelah beberapa
siswa berani menjawab pertanyaan dari teman sekelasnya. Guru
menambahkan jawaban agar siswa lebih mudah memahami dan
menyamakan persepsi siswa tentang jawaban dari pertanyaan yang
telah disampaikan oleh siswa kelas VB.
Siswa membentuk kelompok sesuai dengan perintah guru.
Guru membantu siswa dalam membentuk kelompok. Setelah siswa
sudah berkumpul dengan kelompoknya masing-masing kemudian
setiap kelompok diberikan satu buah media tiga dimensi lengkap
berupa miniatur gunung api.
Sebelum siswa melakukan pengamatanstruktur gunung api
melalui media tiga dimensi. Guru terlebih dahulu menjelaskan
langkah-langkah pengamatan media tiga dimensi agar siswa tidak
salah dalam melakukan pengamatan struktur gunung api. Guru
juga menjelaskan manfaat penggunaan media tiga dimensi dalam
pembelajaran IPA materi gunung api.
Ketika siswa melakukan pengamatan, guru mengamati
siswa. Apabila guru melihat siswa yang kurang teliti, maka guru
65
akan memberi pengarahan dalam mempergunakan media tiga
dimensi, sehingga dalam melakukan pengamatan siswa tidak
melakukan kesalahan.
Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing
setelah melakukan pengamatan struktur gunung api. Kemudian
guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
pengamatan kelompoknya di depan kelas. Siswa diberi apresiasi
oleh guru setelah mempresentasikan hasil pengamatan
kelompoknya.
Siswa diberi kesempatan untuk merangkum hasil
pengamatan di buku catatan masing-masing. Peneliti mengamati
terdapat beberapa siswa yang tidak mencatat hasil pengamatan di
buku catatannya. Setelah merangkum hasil pengamatan di buku
catatan, kemudian guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan
oleh siswa. Pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan
pembelajaran IPA materi gunung api dengan menggunakan media
tiga dimensi dan guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin
do‟a menutup pembelajaran.
2) Pertemuan Kedua Siklus 1
Pertemuan kedua siklus 1 dilakukan pada tanggal 23 Maret
2016. Pada pertemuan kedua ini guru melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti. Materi pada pertemuan
66
kedua adalah menyebutkan jenis-jenis gunung api dan proses
erupsi gunung api.
Kegiatan awal pembelajaran diwali oleh guru dengan
menyiapkan kelas. Kemudian guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdo‟a. Guru hanya mengecek kehadiran
siswa, tidak dipresensi seperti pagi hari karena pembelajaran IPA
dilaksanakan pada jam kedua pembelajaran.
Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari,
tujuan pembelajaran dan menyiapkan bahan yang dibutuhkan
dalam menggunakan media tiga dimensi untuk ditempatkan
didepan kelas. Pada pertemuan kedua, guru memberipenjelasan
dan pengarahan kepada siswa tentang penggunaan media tiga
dimensi dalam pembelajaran IPA materi gunung api.
Kegiatan inti pembelajaran, guru menjelaskan materi
pelajaran tentang jenis-jenis gunung api dan proses erupsi gunung
api dengan baik. Guru terlihat sangat menguasai materi pelajaran
sesuai dengan RPP yang dibuat oleh peneliti. Karena jauh-jauh hari
sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti telah memberikan RPP
kepada guru untuk kemudian didalami oleh guru kelas VB.
Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya tentang
hal-hal yang belum dipahami dan dimengerti oleh siswa mengenai
materi yang dijelaskan oleh guru. Pada pertemuan kedua tampak
67
lebih banyak siswa yang berani bertanya kepada guru tentang hal-
hal yang belum dipahami.
Sebelum guru menjawab pertanyaan dari siswa, guru
memberi kesempatan kepada siswa yang lain untuk menjawab
pertanyaan dari teman sekelasnya. Siswa yang berani menjawab
pada pertemuan kedua meningkat dari pertemuan pertema. Setelah
mendengar jawaban dari siswa, kemudian guru menjawab
pertanyaan untuk menyamakan pendapat siswa agar siswa tidak
berbeda persepsi tentang jawaban bervariasi yang disampaikan
oleh siswa yang lainnya.
Siswa kemudian diarahkan oleh guru untuk membentuk
kelompok. Kelompok yang digunakan pada pertemuan kedua ini
tidak sama dengan kelompok yang digunakan pada pertemuan
pertama. Setelah siswa sudah berkumpul dengan kelompoknya
masing-masing, kemudian guru memberikan media tiga dimensi
pada setiap kelompok lengkap dengan bahan-bahan yang
digunakan untuk percobaan.
Sebelum siswa melakukan percobaan erupsi gunung api.
Terlebih dahulu guru menjelaskan langkah-langkah percobaan
media tiga dimensi kepada siswa kelas VB. Selain itu, guru juga
menjelaskan manfaat yang dapat diperoleh oleh siswa melalui
penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran IPA materi
gunung api. Setelah itu, siswa melakukan percobaan media tiga
68
dimensi sesuai dengan langkah-langkah yang disampaikan oleh
guru dan juga tertera pada LKS.
Siswa terlihat sangat senang dan aktif pada saat melakukan
percobaan media tiga dimensi. Siswa meminta berulang kali untuk
melakukan percobaan media tiga dimensi meskipun guru sudah
mengatakan bahwa waktu pembelajaran sudah akan selesai. Pada
saat siswa melakukan percobaan media tiga dimensi, guru
mengamati siswa dan memberi pengarahan kepada siswa dalam
melakukan percobaan media tiga dimensi. Guru juga mengamati
siswa pada saat berdiskusi dengan teman kelompoknya. Kemudian
guru meminta perwakilan kelompok untuk mendeskripsikan hasil
pengamatan di depan kelas.
Sebelum siswa diberi soal evaluasi, siswa diminta untuk
merangkum hasil pengamatan saat percobaan erupsi gunung api di
buku catatan masing-masing. Setelah siswa selesai merangkum
hasil pengamatan kemudian siswa diberi soal evaluasi. kegiatan
selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran IPA
materi gunung api menggunakan media tiga dimensi. Guru juga
memberi pesan moral berupa motivasi agar siswa semakin giat
belajar. Guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin do‟a
menutup pembelajaran.
69
Guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai observer.
Hal-hal yang di observasi adalah keaktifan siswa dan aktivitas selama
proses pembelajaran. Keaktifan siswa yang akan dimati oleh peneliti
sudah tersedia pada lembar observasi sebagai instrumen penelitian.
Begitu juga dengan aktivitas guru selama pembelajaran sudah ada
indikator yang akan diteliti dan tercantum dalam lembar instrumen
penelitian.
Deskripsi observasi pada siklus 1 yang dijabarkan adalah
pelaksanaan dan hasil observasi yang diperoleh pada tiap pertemuan
siklus 1. Siklus 1 dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Berdasarkan hasil
observasi yang diperoleh peneliti, keaktifan siswa pada pertemuan
pertama dan kedua siklus 1 mengalami peningkatan. Meskipun
peningkatan keaktifan siswa pada siklus 1 belum mencapai kriteria
keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini.
Hasil observasi pada siklus 1 bahwa guru sudah melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Guru juga
menguasai materi dengan baik dan mengajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hanya saja
pada pertemuan kedua siklus 1 guru tidak lagi menjelaskan dan
memberi pengarahan tentang langkah-langkah penggunaan media tiga
dimensi pada mata pelajaran IPA materi gunung api, guru hanya
bertanya kepada siswa. Saat ditanyai oleh guru, siswa mengaku masih
mengingat langkah-langkah penggunaan media tiga dimensi dalam
70
mata pelajaran IPA materi gunung api, oleh karena itu guru tidak
menjelaskan dan memberi pengarahan lagi.
Siswa terlihat lebih aktif pada pertemuan pertama siklus 1
daripada ketika pra tindakan. Siswa mengamati dan mendengarkan
guru menjelaskan materi dengan serius, meskipun masih terdapat
beberapa siswa yang kurang memperhatikan. Ketika guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tampak beberapa siswa yang
antusias untuk bertanya seputar materi pelajaran yang belum dipahami
dan dimengerti oleh siswa.
Saat siswa bertanya kepada guru, guru tidak langsung
menjawab pertanyaan dari siswa yang bertanya. Guru terlebih dahulu
memberi kesempatan kepada siswa yang lain untuk menjawab
pertanyaan dari teman kelasnya. Setelah beberapa siswa menjawab
pertanyaan dari teman sekelasnya, kemudian guru menjawab
pertanyaan siswa dengan menggabungkan jawaban siswa yang
awalnya bervariasi menjadi jawaban yang lebih sempurna.
Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat lebih
aktif dibandingkan kondisi saat pra tindakan. Siswa aktif pada saat
melakukan percobaan media tiga dimensi. Melalui percobaan media
tiga dimensi berupa tiruan gunung api yang bisa dilakukan percobaan,
siswa mampu mengetahui proses erupsi gunung api. Data hasil
observasi keaktifan siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel
berikut.
71
Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1
No. Indikator Keaktifan Siswa Pertemuan
1
Pertemuan
2
1. Siswa mengamati guru
menjelaskan materi dengan
serius
4 4
2. Siswa mengamati media tiga
dimensi dengan serius
3 3
3. Siswa mendengarkan guru
menjelaskan materi dengan baik
dan serius
3 3
4. Siswa bertanya apabila ada hal
yang belum dipahami atau
dimengerti
2 3
5. Siswa berani menjawab
pertanyaan dari guru dan teman-
temannya tentang materi yang
sedang dipelajari
2 2
6. Siswa melakukan percobaan
media tiga dimensi yang
digunakan pada saat
pembelajaran berlangsung
2 3
7. Siswa melakukan percobaan
media tiga dimensi dengan baik
sesuai langkah-langkah
penggunaan media tiga dimensi
yang dijelaskan oleh guru
2 3
8. Siswa aktif berdiskusi dengan
teman kelompoknya
2 2
9. Siswa merangkum hasil
pengamatan yang ditemukan
dari penggunaan media tiga
dimensi pada saat proses
pembelajaran
3 3
10. Siswa berani mengemukakan
pendapat
1 2
Jumlah 24 28
Persentase 60% 70%
72
Berdasarkan data hasil observasi siklus 1 pertemuan pertama
dan kedua di atas, dapat kita lihat bahwa keaktifan siswa mengalami
peningkatan. Pada pertemuan pertama siklus 1, keaktifan siswa
meningkat hingga 60% dari keseluruhan siswa. Peningkatan keaktifan
siswa pada siklus 1 memang belum mencapai kriteria yang diinginkan
oleh peneliti. Akan tetapi keaktifan siswa mengalami perubahan dan
peningkatan diamati dari indikator keaktifan yang tercantum pada
lembar istrumen observasi.
Pertemuan kedua siklus 1 mengalami peningkatan. Meskipun
peningkatan keaktifan siswa pada pertemuan kedua siklus 1 tidak
begitu banyak. Berdasarkan data hasil observasi di atas, kita dapat
melihat bahwa keaktifan siswa pada pertemuan kedua siklus satu
meningkat menjadi 70%. Pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua
siklus 1 ini mengalami peningkatan. Akan tetapi, peningkatan
keaktifan siswa pada pertemuan kedua siklus 1 ini masih belum
mencapai kriteria yang diinginkan dalam penelitian ini. Sehingga
masih memerlukan tindakan selanjutnya untuk mencapai kriteri
keberhasilan penelitian ini.
Data di atas menunjukkan bahwa, keaktifan siswa mengalami
peningkatan. Data di atas diamati berdasarkan indikator keaktifan
siswa yang telah dicantumkan pada lembar instrumen observasi.
Sehingga peneliti akan mengetahui setiap indikator dilakukan oleh
berapa siswa untuk diolah dan memperoleh data berupa persentase.
73
Persentase keaktifan siswa mengalami peningkatan mulai dari saat
pelaksanaan pra tindakan sampai dengan pelaksanaan siklus 1
pertemuan pertama dan kedua. Untuk melihat perbandingan
peningkatan keaktifan siswa pada saat pra tindakan dan sesudah
dilaksanakan siklus 1 dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 2. Diagram Perbandingan Keaktifan Siswa Pra Tindakan
dan Siklus 1
Diagram di atas menunjukkan bahwa, keaktifan siswa
mengalami peningkatan dari saat pra tindakan dan siklus 1. Keaktifan
siswa meningkat 15% dari kondisi pra tindakan yang awalnya 45% dan
saat dilakukan tindakan siklus 1 pertemuan pertama menjadi 60%.
Pada pertemuan kedua siklus 1, keaktifan siswa meningkat 10% dari
pertemuan pertama siklus 1 yang awalnya 60% menjadi 70% pada
pertemuan kedua siklus pertama. Diagram perbandingan di atas
45%
60% 70%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Pra Tindakan Siklus IPersentase
Pra Tindakan Pertemuan I Pertemuan II
74
menunjukkan bahwa keaktifan siswa mengalami peningkatan dan
perubahan. Kondisi keaktifan siswa meningkat 25% dari saat kondisi
pra tindakan dan sesudah dilakukan tindakan siklus 1 pertemuan
pertama dan kedua.
c. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus 1, untuk mengetahui
kekurangan pada siklus 1 dalam penggunaan media tiga dimensi dalam
mata pelajaran IPA materi gunung api. Pada tahap refleksi ini, peneliti
berdiskusi dengan guru kelas terkait masalah atau kekurangan yang
muncul pada proses pembelajaran. Hasil refleksi ini dijadikan acuan
untuk melakukan perbaikan untuk tindakan siklus selanjutnya. Dari
hasil refleksi ditemukan beberapa permasalahan.
Permasalahan yang ditemukan pada refleksi siklus 1 ini sesuai
dengan apa yang ditemukan oleh peneliti pada saat proses
pembelajaran menggunakan media tiga dimensi. Berdasarkan hasil
refleksi, peneliti menemukan beberapa permasalahan pada saat proses
pembelajaran. Permasalahan tersebut bersumber dari siswa sebagai
subjek penelitian dan guru selakupelaksana kegiatan. Siswa berebut
saat melakukan percobaan karena di awal kegiatan guru tidak
memberitahu kepada siswa agar bergantian pada saatmelakukan
percobaan media tiga dimensi. Hasil refleksi dan perbaikan tindakan
pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
75
Tabel 5. Hasil Refleksi dan Perbaikan Tindakan Setelah Refleksi
No. Hasil Refleksi Perbaikan Setelah Refleksi
1. Masih terdapat beberapa
siswa yang belum berani
mengemukakan pendapat,
bertanya, dan menjawab
pertanyaan.
Guru dan peneliti memberi
bimbingan dan arahan agar siswa
berani mengemukakan pendapat,
bertanya dan menjawab
pertanyaan saat proses
pembelajaran berlangsung.
2. Kurangnya bahan-bahan
percobaan media tiga
dimensi, sehingga sebagian
siswa tidak berkesempatan
untuk melakukan
percobaan.
Peneliti menyediakan bahan
percobaan media tiga dimensi
sebanyak-banyaknya, sehingga
seluruh siswa dapat melakukan
percobaan secara bergantian.
3. Masih terdapat beberapa
siswa yang kurang
memperhatikan guru pada
saat menjelaskan materi
pelajaran.
Guru menegur dan memberi
amanat kepada siswa yang
kurang memperhatikan saat guru
menjelaskan materi pelajaran,
agar tidak diulangi lagi
Selain berdiskusi dengan guru kelas VB, peneliti juga
mewawancarai siswa kelas VB. Wawancara ini dilakukan setelah
pelaksanaan pertemuan kedua siklus 1. Pertanyaan-pertanyaan
wawancara dibuat secara spontanitas oleh peneliti melihat kondisi
kelas yang masih terdapat beberapa siswa yang tidak sesuai harapan.
Peneliti menemukan beberapa siswa yang kurang memperhatikan guru
pada saat menjelaskan materi pelajaran dan tidak merangkum hasil
pengamatan di buku catatannya padahal guru sudah memberi perintah
untuk merangkum.
Berdasarkan hasil wawancara, siswa yang bersangkutan
mengaku bahwa siswa senang belajar dengan menggunakan media tiga
76
dimensi. Terkait dengan siswa yang tidak merangkum hasil
pengamatan di buku catatannya, berikut ini alasan siswa pada saat
peneliti melakukan wawancara:
Tabel 6. Hasil Wawancara Dengan Siswa Yang Kurang Aktif
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu senang
belajar IPA menggunakan
media tiga dimensi pada
saat proses pembelajaran?
Iya, saya senang belajar IPA
dengan media tiga dimensi, Mas.
Karena saya bisa melakukan
percobaan dan saya tidak bosan
saat belajar di kelas.
2. Apakah kamu mengamati
dan mendengarkan guru
dengan serius pada saat
guru menjelaskan materi
pelajaran?
Iya Mas, tapi kalau gurunya
terlalu lama menjelaskan materi
pelajaran saya tidak serius lagi.
Saya mau sering ada percobaan
saja seperti menggunakan media
tiga dimensi.
3. Kenapa kamu tidak
merangkum hasil
pengamatan di buku
catatan padahal guru
sudah meminta untuk
merangkum?
Capek, Mas. Sakit tangannya
kalau mencatat selalu. Kalau
mencatat saya mau nya dicatat di
papan tulis sama guru, terus saya
catat di buku. Kalau di dikte
capek Mas.
4. Mengapa kamu tidak
bertanya pada saat guru
memberi kesempatan
untuk bertanya?
Saya tidak tau Mas, apa yang mau
saya tanya.
5. Mengapa kamu tidak
menjawab pertanyaan
yang dilontarkan oleh
guru dan teman kelas
kamu?
Iya Mas, soalnya saat saya mau
menjawab pertanyaan teman-
teman, pasti teman yang lain juga
pada tunjuk tangan. Saya takut
nant bukan saya yang dipilih guru
untuk menjawab, makanya saya
diam saja.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka perlu diadakan
perbaikan agar siswa yang bersangkutan tidak mengulangi lagi hal
yang sama pada siklus selanjutnya. Peneliti mendekati siswa yang
77
bersangkutan, memberi motivasi dan semangat agar lebih aktif lagi di
dalam kelas pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
Sehingga siswa tersebut bisa aktif seperti siswa yang lainnya.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus 2 dilaksanakan mulai tanggal
28 Maret 2016. Tahap perencanaan siklus 2 ini, peneliti masih tetap
berkolaborasi dengan guru kelas VB. Adapun hal-hal yang dilakukan
oleh peneliti dalam tahap perencanaan siklus 2 yaitu:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP dibuat oleh peneliti, kemudian dikonsultasikan kepada guru
kelas VB. Adapun kompetensi dasar materi pelajaran yang
dipelajari pada siklus 2 ini tentang mengidentifikasi peristiwa alam
yang terjadi di indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungan dengan indikator: mendeskripsikan pengertian gunung
api dan mendeskripsikan proses erupsi gunung api. Peneliti juga
menyediakan LKS.
2) Mempersiapkan Media Pembelajaran
Persiapan media pembelajaran pada siklus 2 ini tidak seperti pada
siklus 1. Media tiga dimensi yang digunakan dalam penelitian ini
bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama, sehingga media masih
bisa digunakan pada siklus 2. Tapi, peneliti masih mempersiapkan
78
bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses erupsi gunung api
seperti cuka, pewarna makanan, air detergent dan soda kue.
3) Menyusun lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam siklus 2 masih sama
dengan instrumen lembar observasi pada siklus 1. Intrumen lembar
observasi yang digunakan dalam siklus 2 ini bertujuan untuk
mengetahui kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan media tiga dimensi pada mata pelajaran IPA
materi gunung api.
4) Menyiapkan soal evaluasi
Peneliti menyiapkan soal evaluasi untuk dua pertemuan. Sesuai
permintaan guru kelas VB, siswa sudah terbiasa diberikan soal
evaluasi di akhir pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti
menyiapkan soal evaluasi untuk 2 pertemuan. Soal evaluasi
terlebih dahulu dikonsultasikan dengan guru kelas VB.
b. Pelaksanaan dan Observasi
Pelaksanaan siklus 2 dilakukan 2 kali pertemuan. Pada saat
pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai observer dan guru
kelas bertindak sebagai pengajar atau pelaksana pembelajaran. Pada
saat-saat tertentu peneliti membantu guru dalam pelaksanaan
pembelajaran jika guru membutuhkan bantuan.
Pertemuan pertama siklus 2 dilakukan pada tanggal 28 Maret
2016 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2016.
79
Evaluasi diberikan pada tiap akhir pertemuan, menyesuaikan dengan
permintaan guru yang harus menyediakan soal evaluasi pada tiap akhir
pertemuan.
1) Pertemuan Pertama Siklus 2
Tindakan pertama siklus 2 dilakukan pada tanggal 28 Maret
2016. Pada pertemuan pertama guru melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disediakan oleh peneliti. Guru
terlihat sangat menguasai materi pelajaran, karena peneliti sudah
memberikan RPP kepada guru kelas jauh-jauh hari sebelum
pelaksanaan tindakan.
Kegiatan awal pertemuan pertama siklus 2 diawali dengan
guru menyiapkan kelas. Kemudian guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam dan salah satu siswa diminta untuk
memimpin do‟a untuk memulai pembelajaran. Guru hanya
mengecek kehadiran siswa dengan mengamati dan menghitung
jumlah siswanya, karena mata pelajaran IPA dimulai pada jam
kedua.
Sebelum masuk ke kegiatan inti, guru menyampaikan
apersepsi dan materi yang akan dipelajari serta tujuan
pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa. Kemudian guru
menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan sebagai media
pembelajaran selama proses pembelajaran di depan kelas. Hal ini
dilakukan untuk menarik minat siswa. Guru juga memberi
80
penjelasan dan pengarahan kepada siswa dalam menggunakan
media tiga dimensi.
Siswa mengamati dan mendengarkan guru menyampaikan
materi pelajaran tentang proses erupsi gunung api. Guru terlihat
sangat menguasai materi pelajaran, guru dengan santai dan tenang
menyampaikan materi pelajaran. Siswa juga terlihat serius dalam
mengamati dan mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran.
Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, siswa diberi
kesempatan untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum
dipahami dan dimengerti. Pada siklus 2 pertemuan pertama ini,
siswa yang bertanya juga semakin meningkat dari siklus 1.
Sebelum guru menjawab pertanyaan dari siswa, guru memberi
kesempatan kepada siswa yang lain untuk menjawab pertanyaan
dari teman sekelasnya. Siswa yang berani menjawab pertanyaan
juga semakin meningkat meskipun jawaban yang bervariasi setiap
siswanya. Guru kemudian menjawab pertanyaan untuk
menyamakan pendapat siswa.
Siswa diarahkan oleh guru untuk membentuk kelompok.
Kelompok yang digunakan pada siklus 2 pertemuan pertama ini
tidak sama dengan kelompok sebelumnya. Kemudian, guru
memberikan media tiga dimensi kepada tiap kelompok lengkap
dengan bahan-bahan yang akan diperlukan untuk percobaan erupsi
gunung api. Sebelum siswa melakukan percobaan, terlebih dahulu
81
guru menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah
percobaan erupsi gunung api dengan menggunakan media tiga
dimensi. Guru juga menjelaskan manfaat yang akan diperoleh dari
percobaan erupsi gunung api melalui media tiga dimensi.
Saat siswa melakukan percobaan, guru mengamati siswa
dan memberi pengarahan dalam percobaan erupsi gunung api
melalui media tiga dimensi. Siswa terlihat sangat senang dan aktif
pada saat percobaan, siswa mengamati percobaan erupsi gunung
api dengan baik dan serius. Siswa melakukan percobaan sesuai
dengan langkah-langkah yang tertera pada LKS.
Guru juga mengamati siswa ketika melakukan diskusi
dengan kelompoknya masing-masing. Pada saat siswa berdiskusi
dengan kelompoknya, guru meminta siswa untuk merangkum hasil
pengamatan pada buku catatan masing-masing. Hasil pengamatan
pada awalnya dicatat pada LKS yang telah disediakan oleh peneliti.
Sehingga siswa mudah untuk mengisi dan mencatat hasil
pengamatan.
Sebelum memberikan soal evaluasi, terlebih dahulu guru
meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasil
pengamatan masing-masing di depan kelas. Setelah selesai
presentasi, siswa diarahkan oleh guru untuk kembali ke tempat
duduk seperti semula. Kemudian guru memberikan soal evaluasi
untuk dikerjakan oleh siswa.
82
Pada kegiatan akhir pebelajaran, guru dan siswa bersama-
sama menyimpulkan pembelajaran IPA materi gunung api dengan
menggunakan media tiga dimensi. Siswa juga diberi pesan moral
oleh guru berupa motivasi agar lebih giat dan lebih rajin belajar.
Kemudian, salah satu siswa diminta untuk memimpin do‟a untuk
menutup pembelajaran.
2) Pertemuan Kedua Siklus 2
Pertemuan kedua siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 30
Maret 2016. Pada pertemuan kedua ini, guru melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti.
RPP yang diberikan kepada guru sudah diberikan beberapa hari
sebelum pelaksanaan tindakan siklus 2 pertemuan kedua.
Kegiatan awal pembelajaran, diawali dengan guru
menyiapkan kelas terlebih dahulu, karena mata pelajaran IPA
masuk pada jam kedua. Sehingga guru masih perlu menyiapkan
tata letak tempat duduk siswa. Guru mengucapkan salam dan
meminta salah satu perwakilan siswa untuk memimpin do‟a
memulai pembelajaran.
Guru menyampaikan apersepsi dengan menceritakan
gunung merapi yang terdapat di Yogyakarta. Sebelum masuk ke
materi pelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan materi yang
akan dipelajari dan tujuan yang akan dicapai. Guru juga sedikit
bertanya tentang materi yang sudah dipelajari pada pertemuan
83
pertama siklus 2 agar siswa dapat mengingat kembali pelajaran
yang telah dipelajari.
Kegiatan inti pembelajaran, diawali dengan guru
menjelaskan materi pelajaran. Siswa mengamati dan
mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran dengan serius.
Guru juga terlihat sangat menguasai materi pelajaran, karena jauh-
jauh hari sebelum pelaksanaan tindakan peneliti sudah memberikan
RPP yang akan digunakan pada saat tindakan kepada guru kelas
yang bersangkutan. Sehingga guru dapat mempelajari materi
dengan matang dan dapat menguasai materi dengan baik.
Guru berperan sebagai pelaksana kegiatan siklus 2 dan peneliti
sebagai observer kegiatan. Hal-hal yang di observasi oleh peneliti
adalah keaktifan siswa dan aktivitas selama proses pembelajaran.
Keaktifan siswa yang akan dimati oleh peneliti sudah tersedia pada
lembar observasi sebagai instrumen penelitian. Begitu juga dengan
aktivitas guru selama pembelajaran sudah ada indikator yang akan
diteliti dan tercantum dalam lembar instrumen penelitian.
Deskripsi observasi pada siklus 2 yang dijabarkan adalah
pelaksanaan dan hasil observasi yang diperoleh pada tiap pertemuan
siklus 2. Siklus 2 dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Berdasarkan hasil
observasi yang diperoleh peneliti, keaktifan siswa pada pertemuan
pertama meningkat dan sudah mencapai kriteria keberhasilan dalam
penelitian ini. Sehingga sebenarnya penelitian bisa dihentikan pada
84
pertemuan pertama siklus 2. Peneliti masih melaksanakan tindakan
pertemuan kedua siklus 2. Hal ini berdasarkan permintaan guru kelas
VB dengan alasan agar materi gunung api tuntas diajarkan, sehingga
bisa lanjut pada materi selanjutnya.Meskipun masih melanjutkan pada
pertemuan kedua siklus 2, peneliti mengobservasi aktivitas guru dan
siswa hanya sekedar data tambahan.
Hasil observasi pada siklus 2 bahwa guru sudah melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Guru juga
menguasai materi dengan baik dan mengajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Pada siklus 2
ini, siswa semakin terlihat aktif di dalam kelas. Siswa aktif
mendengarkan dan mengamati guru menyampaikan materi pelajaran.
Jika pada siklus 1 masih terdapat beberapa siswa yang kurang
memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran. Pada pertemuan
kedua siklus 2 ini semua siswa terlihat serius mengamati dan
mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran tentang proses
erupsi gunung api dan cara penanggulangan bencana gunung api.
Siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan juga semakin
meningkat dari siklus 1.
Saat siswa mengajukan pertanyaan kepada guru, guru masih
menerapkan teknik yang sama seperti siklus 1. Sebelum guru
menjawab pertanyaan dari siswa, guru terlebih dahulu memberi
kesempatan bagi siswa yang lain untuk menjawab pertanyaan dari
85
teman sekelasnya. Sehingga selain siswa berkesempatan untuk
bertanya, siswa yang lain juga memiliki kesempatan untuk menjawab
pertanyaan dari guru maupun teman sekelasnya. Kemudian, guru
menyempurnakan jawaban yang bervariasi dari siswa, sehingga siswa
tidak akan berbeda pendapat mengenai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan oleh guru maupun siswa.
Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat lebih
aktif dari tindakan siklus 1. Hal ini semakin terlihat pada saat siswa
melakukan percobaan media tiga dimensi untuk simulasi erupsi
gunung api. Pada pertemuan pertama siklus 2, sudah terlihat
peningkatan keaktifan siswa dari siklus 1. Keaktifan siswa lebih
terlihat lagi pada pertemuan kedua siklus 2. Bahkan siswa secara
bergantian melakukan percobaan erupsi gunung api melalui media tiga
dimensi.
Pertemuan kedua siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 30 Maret
2016. Peneliti masih mengadakan penelitian karena berdasarkan
permintaan guru kelas VB. Meskipun peneliti masih melaksanakan
tindakan pada pertemuan kedua siklus 2. Peneliti melakukan observasi
hanya untuk data tambahan, tidak seperti proses observasi siklus 1 dan
siklus 2 pertemuan pertama yang datanya diolah dan di persentasekan.
Data hasil observasi keaktifan siswa pada siklus 2 dapat dilihat
pada tabel berikut.
86
Tabel 7. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2
No. Indikator Keaktifan Siswa Pertemuan
1
Pertemuan
2
1. Siswa mengamati guru
menjelaskan materi dengan
serius
4
2. Siswa mengamati media tiga
dimensi dengan serius
3
3. Siswa mendengarkan guru
menjelaskan materi dengan baik
dan serius
3
4. Siswa bertanya apabila ada hal
yang belum dipahami atau
dimengerti
3
5. Siswa berani menjawab
pertanyaan dari guru dan teman-
temannya tentang materi yang
sedang dipelajari
3
6. Siswa melakukan percobaan
media tiga dimensi yang
digunakan pada saat
pembelajaran berlangsung
4
7. Siswa melakukan percobaan
media tiga dimensi dengan baik
sesuai langkah-langkah
penggunaan media tiga dimensi
yang dijelaskan oleh guru
4
8. Siswa aktif berdiskusi dengan
teman kelompoknya
3
9. Siswa merangkum hasil
pengamatan yang ditemukan
dari penggunaan media tiga
dimensi pada saat proses
pembelajaran
3
10. Siswa berani mengemukakan
pendapat
2
Jumlah 32
Persentase 80%
87
Berdasarkan data hasil observasi siklus 2 pertemuan pertama di
atas, dapat kita lihat bahwa keaktifan siswa mengalami peningkatan.
Pada pertemuan pertama siklus 2, keaktifan siswa meningkat hingga
80% dari keseluruhan siswa. Peningkatan keaktifan siswa pada siklus 2
pertemuan pertama sudah mencapai indikator keberhasilan yang
diinginkan oleh peneliti. Sehingga peneliti tidak lagi menghitung data
pada pertemuan kedua.
Data hasil observasi diatas menunjukkan bahwa keaktifan
siswa pada siklus 2 meningkat hingga 80%. Data di atas diamati
berdasarkan indikator-indikator keaktifan yang telah tercantum pada
lembar instrumen penelitian. Kemudian data yang diperoleh diolah
menggunakan rumus yang telah ditentukan pada bab sebelumnya
sehingga hasil akhirnya berupa persentase. Untuk melihat
perbandingan peningkatan keaktifan dari siklus 1 dan siklus 2 dapat
dilihat pada diagram berikut.
88
Gambar 3. Diagram Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus 1 dan
Siklus 2
Diagram di atas menunjukkan bahwa, keaktifan siswa
mengalami peningkatan pada tiap siklus. Pada siklus 1 keaktifan siswa
meningkat 15% dari kondisi pra tindakan yang awalnya 45% hingga
60% pada pertemuan pertama. Pertemuan kedua mengalami
peningkatan lagi dari pertemuan pertama yang awalnya 60% menjadi
70%. Berarti meningkat 10% dari pertemuan pertama siklus 1.
Tindakan yang dilakukan pada siklus 2 mengalami peningkatan
dari siklus 1. Pertemuan pertama siklus satu meningkat menjadi 80%
berarti meningkat 10% dari pertemuan kedua siklus 1. Berdasarkan
data tersebut keaktifan siswa pada pertemuan pertama siklus 2 sudah
mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini.
60%
80%
70%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Siklus 1 Siklus 2Persentase
Pertemuan I Pertemuan II
89
c. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus 2, untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA
materi gunung api melalui penggunaan media tiga dimensi. Pada tahap
refleksi ini, peneliti berdiskusi dengan guru kelas terkait masalah atau
kekurangan yang muncul pada proses pembelajaran.
Refleksi pada siklus 2 yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa, tidak ditemukannya permasalahan dan
kekurangan seperti pada siklus 1. Karena sudah diperbaiki berdasarkan
hasil refleksi pada siklus 1. Berdasarkan refleksi dan perbaikan setelah
siklus 1, permasalahan yang ditemukan pada siklus 1 tidak terjadi lagi
pada siklus 2.
Hasil refleksi pada siklus 2 menunjukkan bahwa siswa sudah
sepenuhnya memperhatikan dan mendengarkan guru saat menjelaskan
materi pelajaran. Selain itu, siswa juga tidak berebut saat melakukan
percobaan media tiga dimensi, karena guru memberi bimbingan dan
pengarahan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang aktif
mencapai 80% dari keseluruhan siswa. Penelitian tindakan ini
dinyatakan berhasil karena memenuhi indikator keberhasilan.
Sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus 2.
90
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di siklus 1 dan siklus 2, keaktifan siswa
dalam pembelajaran IPA materi gunung api meningkat dari kondisi pra
tindakan. Keaktifan yang diamati dalam penelitian ini yaitu keaktifan visual,
keaktifan lisan, keaktifan mendengarkan dan keaktifan menulis. Dari ke empat
aspek keaktifan tersebut kemudian dipecah menjadi 10 indikator yang terdapat
pada instrumen penelitian. Berdasarkan indikator yang diamati oleh peneliti,
siswa terlihat aktif di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran IPA materi gunung api menggunakan media tiga
dimensi dapat mengaktifkan siswa. Siswa tidak hanya aktif melihat, dan
mendengarkan guru menyampaikan materi pembelajaran. Tapi, siswa aktif
dalam segala hal yang terkait dengan indikator dalam penelitian tindakan ini.
Hal ini sesuai dengan pendapat Richard M. Felder dan Rebecca Brent
(Warsono & Hariyanto, 2013: 16) mendefinisikan bahwa pembelajaran aktif
sebagai semua hal yang terkait dengan pembelajaran di kelas yang
memfasilitasi para siswa untuk melakukan banyak kegiatan dan tidak sekedar
melihat, mendengarkan dan membuat catatan.
Penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran IPA materi
gunung api tidak hanya mengaktifkan visual siswa. Melalui penggunaan
media tiga dimensi dalam pembelajaran IPA materi gunung api, siswa aktif
secara visual, lisan, mendengarkan dan menulis. Karena media tiga dimensi
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilakukan percobaan oleh siswa
untuk mensimulasikan erupsi gunung api. Sehingga, siswa tidak hanya aktif
91
mengamati dan mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran. Tapi siswa
juga aktif bertanya, menjawab, melakukan percobaan media tiga dimensi,
berdiskusi, mencatat hasil pengamatan dan mengemukakan pendapat.
Penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran IPA materi
gunung api memiliki kelebihan-dan kekurangan. Moedjiono
(Daryanto,2013:29) menyebutkan bahwa media sederhana tiga dimensi
memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung,
penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan
obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat
memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu
proses dengan jelas. Oleh karena itu, media tiga dimensi sangat cocok untuk
meningkatkan keaktifan siswa karena penyajiannya kongkrit dan menghindari
verbalisme, sehingga siswa akan aktif dalam proses pembelajaran.
Media tiga dimensi memiliki kekurangan dalam penggunaannya.
Seperti yang diungkapkan Moedjiono (Daryanto, 2013:29) kelemahannya
adalah: tidak bisa menjangkau sasaran yang dalam jumlah yang besar,
penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit.
Peneliti mencari solusi untuk mengatasi kelemahan di atas. Peneliti
menyediakan 5 buah media tiga dimensi agar bisa mengjangkau sasaran yang
berjumlah 25 siswa. Agar penyimpanannya tidak memerlukan ruang yang
besar dan rumit, peneliti sengaja membuat media tiga dimensi dengan ukuran
tidak terlalu besar, sehingga mudah menyimpan dan merawat media tiga
dimensi yang digunakan.
92
Peningkatan ini dibuktikan dengan data hasil observasi keaktifan siswa
pada saat pra tindakan 45% dari keseluruhan siswa meningkat menjadi 60%
pada siklus 1 pertemuan pertama. Pertemuan kedua siklus 1 menigkat kembali
menjadi 70%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa pada
tiap pertemuan siklus 1. Meskipun belum mencapai indikator keberhasilan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, peningkatan tersebut menantang
peneliti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus 2.
Data hasil observasi pada siklus 2 pertemuan pertama meningkat
menjadi 80%. Peningkatan ini sudah mencapai indikator keberhasilan dalam
penelitian ini. Berdasarkan hasil observasi pertemuan pertama siklus 2 yang
sudah mencapai 80%, peneliti sebenarnya sudah bisa menghentikan tindakan
dengan alasan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan
sebelumnya. Akan tetapi, peneliti masih melakukan tindakan pada pertemuan
kedua siklus 2 meskipun data tidak dipersentasekan lagi, hanya sekedar
mengumpulkan data tambahan. Pada bab 3 sudah dibahas jika 75% dari
keseluruhan siswa telah aktif atau melakukan indikator yang tercantum dalam
instrumen penelitian tindakan ini maka penelitian dikatakan berhasil. Data
hasil observasi terakhir menunjukkan >75%, jadi penelitian ini dapat
dikatakan berhasil.
93
F. Keterbatasan Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SD Krapyak Wetan pada
kelas VB memiliki keterbatasan yang perlu diungkapkan diantaranya:
1. Pelaksanaan tindakan dengan menggunakan media tiga dimensi dalam
pembelajaran IPA materi gunung api sering melebihi jam pelajaran. Jika
tidak dibatasi waktu percobaan, maka siswa ingin terus menerus
melakukan percobaan media tiga dimensi.
2. Terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan guru menjelaskan
materi pelajaran. Siswa yang kurang memperhatikan akan ditangani secara
khusus oleh guru.
3. Pertanyaan wawancara dalam penelitian ini dibuat secara spontanitas oleh
peneliti pada saat pertemuan kedua siklus 1. Tepatnya setelah proses
pembelajaran selesai dilaksanakan.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa,
prosespenggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran IPA materi gunung
api yang dilaksanakan di kelas VB SD Krapyak Wetan, Sewon, Bantul dapat
meningkatkan keaktifan siswa.Penggunaan media tiga dimensi yang bisa
dilakukan percobaan oleh siswa menjadikan aktivitas dalam pembelajaran
semakin bervariasi. Aktivitas siswa semakin bervariasi karena selain siswa
mengamati media, siswa juga bisa melakukan percobaan media tiga dimensi,
sehingga proses pembelajaran semakin aktif dan menyenangkan.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 2 siklus. pelaksanaan siklus
1, keaktifan siswa belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini
karena masih terdapat beberapa kekurangan pada saat pelaksanaan proses
pembelajaran. Siklus 1, sebagian siswa tidak melakukan percobaan media tiga
dimensi karena terbatasnya bahan percobaan yang disediakan oleh peneliti.
Berdasarkan hal tersebut, dilaksanakan perbaikan pada siklus ke 2. Siklus
2,peneliti menyediakan bahan percobaan sebanyak mungkin sehingga semua
siswa dapat melakukan percobaan media tiga dimensi. Berdasarkan perbaikan
tersebut siswa terlayani dan aktif pada saat proses pembelajaran.
Peningkatan keaktifan siswa ditunjukkan dengan data hasil observasi
keaktifan siswa pada siklus 1 dan siklus 2. Keaktifan siswa pada siklus 1
pertemuan pertama adalah 60% dan meningkat menjadi 70% pada pertemuan
kedua. Keaktifan siswa kembali meningkat pada siklus 2 pertemuan pertama
95
menjadi 80%. Penelitian ini dikatakan berhasil karena sudah mencapai
indikator keberhasilan dalam penelitian ini.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian, maka
saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
Media tiga dimensi dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran
IPA atau pun mata pelajaran lain pada materi tertentu yang bisa dibawa benda
asli, tiruan atau miniaturnya ke dalam kelas agar proses pembelajaran semakin
aktif dan menyenangkan. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan
media tiga dimensi akan menjadikan proses pembelajaran semakin bervariasi
dan tidak membosankan.
96
DAFTAR PUSTAKA
Alvian Putranto. (2012). Langkah Penggunaan Media dan Metode. Diakses dari
http://sialvianputranto.blogspot.co.id/2014/04/langkah-penggunaan-media-
dan-metode.html.
Arief S. Sadiman, dkk. (2011). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Daryanto. (2013). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Hujair AH Sanaky. (2013). Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta:
Kaukaba.
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari. (2012). Strategi Pembelajaran
Terpadu.Yogyakarta: Familia.
Lestary. (2016). Hakikat dan Tujuan Pembelajaran IPA. Diakses dari
http://lestarysnote.blogspot.co.id/2016/03/hakikat-dan-tujuan-
pembelajaran-ipa.html.
Martiyono. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2013). Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Oemar Hamalik. (2013). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses Dan Sikap Ilmiah Dalam
Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:
UNY Press.
Rostina Sundayana. (2013). Media Pembelajaran Matematika. Bandung:
Alfabeta.
Sugihartono, dkk. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya
Media.
97
Usman Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
Warsono dan Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2011). Penelian Tindakan Kelas.
Jakarta: Indeks.
Wina Sanjaya. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Zainal Arifin. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Zainal Aqib. (2013). Model-Model Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual ( Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
98
LAMPIRAN
99
Lampiran 1. Nama dan Inisial Siswa
No. Nama Siswa Kelas VB Inisial
1. DIAN NURUL INSANI DNI
2. SATRIA KLIWONDANO SK
3. BAGUS PRASETYO BP
4. RIYAN KRISMAWAN RK
5. SOLIKHIN RESTU SR
6. ALYA MEILYANI GADING P AMGP
7. ANDREAN SIGNA ANDRIANO ASA
8. BIMA ADE KURNIAWAN BAK
9. DEVI APRILIA MUTMAINAH DAM
10. INTAN WAHYU PERMATASARI IWP
11. NABILA NADIANA NN
12. MELISA DWI ANGGRAINI MDA
13. MIA SABILLA NURHALIZA MSN
14. MUH. HABIB BAIHAQI MHB
15. MUH. HILAL ARIFIN MHA
16. SAKA FAKHRUL ARIFIN SFA
17. SOFI UBAIDAH SU
18. RENI DWI ANDRIANI RDA
19. RIZQI DWI ALFIANANDO RDAL
20. TANIA RAHMADHANI TR
21. SITI HOFIATUN SH
22. ALIF SETIAWAN AS
23. MUH. ROZAK A MRA
24. PUNDHI AHMAD A PAA
25. ALIFA HUSNA ASY SYIFA AHAS
100
Lampiran 2. Hasil Observasi Pra Tindakan
No. Indikator Keaktifan Siswa Pra Tindakan
1. Siswa mengamati guru menjelaskan
materi dengan serius
4
2. Siswa mengamati media tiga dimensi
dengan serius
-
3. Siswa mendengarkan guru menjelaskan
materi dengan baik dan serius
3
4. Siswa bertanya apabila ada hal yang
belum dipahami atau dimengerti
2
5. Siswa berani menjawab pertanyaan dari
guru dan teman-temannya tentang materi
yang sedang dipelajari
2
6. Siswa melakukan pengamatan atau
percobaan media tiga dimensi yang
digunakan pada saat pembelajaran
berlangsung
-
7. Siswa melakukan pengamatan atau
percobaan media tiga dimensi dengan
baik sesuai langkah-langkah penggunaan
media tiga dimensi yang dijelaskan oleh
guru
-
8. Siswa aktif berdiskusi dengan teman
kelompoknya
2
9. Siswa merangkum materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru
3
10. Siswa berani mengemukakan pendapat 2
Jumlah 18
Persentase 45%
101
Lampiran 3. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Siklus : 1
Pertemuan : 1
Hari/Tanggal : Senin, 21 Maret 2016
Sasaran Observasi : Guru
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kolom yang tersedia!
No. Aktivitas
Guru
Sub Aktivitas
Yang Diamati
Kemunculan Keterangan.
YA TIDAK
1. Kegiatan
Pra
Pembelajar
-an
1. Menyiapkan
kelas
√ Guru menyiapkan
kelas sebelum
membuka pelajaran.
2. Membuka
pelajaran
dengan
mengucapkan
salam
√ Guru membuka
pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Salah satu siswa
memimpin do‟a.
3. Menyampaikan
materi yang
akan dipelajari
√ Guru menyampaikan
materi yang akan
dipelajari. Guru juga
menyampaikan
tujuan pembelajaran.
4. Menyiapkan
bahan yang
dibutuhkan
dalam
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru bersama
peneliti menyiapkan
bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam
menggunakan media
tiga dimensi.
5. Memberi
penjelasan dan
pengarahan
kepada siswa
dalam
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru memberi
penjelasan kepada
siswa tentang
penggunaan media
tiga dimensi dalam
pembelajaran IPA
materi gunung api.
2. Kegiatan
Inti
Pembelajar
-an
6. Menjelaskan
pengertian dan
struktur
gunung api
dengan baik
√ Guru menjelaskan
materi pelajaran
tentang pengertian
dan struktur gunung
api dengan baik.
102
7. Memberi
kesempatan
kepada siswa
untuk bertanya
atau menjawab
pertanyaan
baik dari guru
ataupun teman-
temannya.
√ Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
seputar materi yang
dipelajari. Guru juga
memberi kesempatan
kepada siswa lain
untuk menjawab
pertanyaan dari
teman kelasnya
maupun dari guru.
8. Mengelompokk
an siswa untuk
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru membentuk
siswa ke dalam 5
kelompok.
Kelompok ini akan
digunakan untuk
kelompok dalam
melakukan
percobaan media
tiga dimensi.
9. Mendistribusik
an media tiga
dimensi kepada
tiap-tiap
kelompok
siswa
√ Guru terlebih dahulu
medistribusikan
media tiga dimensi
kepada tiap
kelompok. Tiap
kelompok mendapat
satu media tiga
dimensi.
10. Menjelaskan
kepada siswa
bagaimana
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru menjelaskan
dan memberi
pengarahan kepada
siswa tentang
bagaimana
penggunaan media
tiga dimensi dalam
pembelajaran IPA.
11. Menjelaskan
manfaat
penggunaan
media tiga
dimensi
dalam
pembelajaran
IPA materi
gunung api
√ Guru menjelaskan
kepada siswa tentang
manfaat yang akan
diperoleh siswa
melalui penggunaan
media tiga dimensi
dalam pembelajaran
IPA materi gunung
api.
103
12. Mengamati
siswa dan
memberi
pengarahan
ketika siswa
mengamati
media tiga
dimensi
√ Pada saat siswa
mengamati media
tiga dimensi. Guru
mengamati dan
memberi pengarahan
kepada siswa. Agar
siswa tidak salah
dalam melakukan
percobaan media
tiga dimensi.
13. Mengamati
siswa ketika
berdiskusi
dengan
kelompok
masing-
masing
√ Pada saat siswa
berdiskusi. Guru
mengamati siswa
yang berdiskusi
denga teman
kelompoknya.
Sesekali guru
bertanya pada salah
satu kelompok.
14. Meminta
siswa untuk
mendeskripsi
kan hasil
pegamatan di
catatan
masing-
masing
√ Guru meminta siswa
untuk
mendeskripsikan
hasil pengamatan
pada saat percobaan
di buku catatan
masing-masing.
15. Memberi
apresiasi
kepada siswa
yang telah
berani
mengemukak
an pendapat
√ Guru memberi
apresiasi kepada
siswa yang berani
mengemukakan
pendapat dengan
memberi tepuk
tangan. Diikuti oleh
siswa yang lainnya.
16. Memanfaatkan
sumber
belajar/media
pembelajaran
√ Guru memanfaatkan
media dan sumber
pembelajaran dengan
baik selama proses
pembelajaran.
17. Melibatkan
siswa untuk
berperan aktif
dalam
pembelajaran
√ Guru melibatkan
siswa untuk berperan
aktif dalam
pembelajaran.
Sehingga kelas tidak
monoton.
104
18. Menilai proses
dan hasil
belajar
√ Guru menilai proses
dan hasil belajar
siswa untuk acuan
dan data tambahan
bagi guru.
3. Kegiatan
Penutup
19. Memberikan
evaluasi
Guru memberikan
evaluasi berupa soal.
Soal dalam bentuk
pilihan ganda.
20. Menyimpulkan
pembelajaran
IPA materi
gunung api
dengan
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru bersama siswa
menyimpulkan
pembelajaran IPA
materi gunung api
dengan
menggunakan media
tiga dimensi.
21. Menutup
pembelajaran
(berdo‟a)
√ Guru menutup
pembelajaran. Salah
satu siswa
memimpin do‟a
untuk menutup
pembelajaran.
Senin, 21 Maret 2016
Observer
Jonkenedi
105
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Siklus : 1
Pertemuan : 2
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Maret 2016
Sasaran Observasi : Guru
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kolom yang tersedia!
No. Aktivitas
Guru
Sub Aktivitas
Yang Diamati
Kemunculan Keterangan.
YA TIDAK
1. Kegiatan
Pra
Pembelajar
-an
1. Menyiapkan
kelas
√ Guru menyiapkan
kelas sebelum
membuka pelajaran.
Seperti menata
tempat duduk siswa.
2. Membuka
pelajaran
dengan
mengucapkan
salam
√ Guru membuka
pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Salah satu siswa
diminta untuk
memimpin do‟a
untuk membuka
pelajaran.
3. Menyampaikan
materi yang
akan dipelajari
√ Guru menyampaikan
materi yang akan
dipelajari. Guru juga
menyampaikan
tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
4. Menyiapkan
bahan yang
dibutuhkan
dalam
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru dan peneliti
menyiapkan bahan-
bahan yang
dibutuhkan dalam
menggunakan media
tiga dimensi. Lalu
diletakkan di depan
kelas.
5. Memberi
penjelasan dan
pengarahan
√ Guru memberi
penjelasan dan
pengarahan kepada
106
kepada siswa
dalam
menggunakan
media tiga
dimensi
siswa dalam
menggunakan media
tiga dimensi pada
pelajaran IPA materi
gunung api.
2. Kegiatan
Inti
Pembelajar
-an
6. Menjelaskan
jenis-jenis
gunung api dan
erupsi gunung
api dengan
baik
√ Guru menjelaskan
materi pelajaran
tentang jenis-jenis
gunung api dan
erupsi gunung api
dengan baik.
7. Memberi
kesempatan
kepada siswa
untuk bertanya
atau menjawab
pertanyaan
baik dari guru
ataupun teman-
temannya.
√ Setelah selesai
menjelaskan materi.
Siswa diberi
kesempatan untuk
bertanya tentang
materi pelajaran
yang belum
dimengeri atau
dipahami. Lalu siswa
yang lainnya
berkesempatan untuk
menjawab
pertanyaan dari guru
dan teman
sekelasnya.
8. Mengelompok
kan siswa
untuk
menggunakan
media tiga
dimensi
Guru membentuk
siswa menjadi 5
kelompok.
Kelompok tersebut
akan digunakan
untuk melakukan
percobaan media
tiga dimensi.
9. Mendistribusik
an media tiga
dimensi kepada
tiap-tiap
kelompok
siswa
√ Guru
mendistribusikan
media tiga dimensi
kepada tiap
kelompok. Tiap
kelompok mendapat
1 media tiga
dimensi.
10. Menjelaskan
kepada siswa
bagaimana
proses
√ Sebelum percobaan.
Guru menjelaskan
kepada siswa
bagaimana proses
107
pembelajaran
dengan
menggunakan
media tiga
dimensi
penggunaan media
tiga dimensi dalam
pembelajaran IPA.
11. Menjelaskan
manfaat
penggunaan
media tiga
dimensi dalam
pembelajaran
IPA materi
gunung api
√ Guru juga
menjelaskan manfaat
yang akan diperoleh
siswa dalam
pembelajaran IPA
materi gunung api
dengan
menggunakan media
tiga dimensi.
12. Mengamati
siswa dan
memberi
pengarahan
ketika siswa
mengamati dan
melakukan
percobaan
media tiga
dimensi
√ Saat siswa
melakukan
percobaan media
tiga dimensi. Guru
mengamati dan
memberi pengarahan
kepada siswa, agar
siswa tidak salah
dalam melakukan
percobaan media
tiga dimensi.
13. Mengamati
siswa ketika
berdiskusi
dengan
kelompok
masing-masing
√ Guru mengamati
ketika siswa sedang
berdiskusi dengan
teman
sekelompoknya.
Sesekali guru
mengajukan
pertanyaan pada tiap
kelompok.
14. Meminta siswa
untuk
mendeskripsika
n hasil
pegamatan di
catatan
masing-masing
√ Guru meminta siswa
untuk
mendeskripsikan
hasil pengamatan di
buku catatan masing
masing. Agar materi
yang dipelajari bisa
diulang dirumah.
15. Memberi
apresiasi
kepada siswa
yang telah
√ Guru memberi
apresiasi kepada
siswa yang telah
mengemukakan
108
berani
mengemukaka
n pendapat
pendapat dengan
tepuk tangan, siswa
yang lain mengikuti.
16. Memanfaatkan
sumber
belajar/media
pembelajaran
√ Guru memanfaatkan
sumber dan media
pembelajaran dengan
sebaik mungkin pada
saat proses
pembelajaran.
17. Melibatkan
siswa untuk
berperan aktif
dalam
pembelajaran
√ Guru melibatkan
siswa untuk berperan
aktif dalam
pembelaaran sehinga
pembelajaran tidak
monoton.
18. Menilai proses
dan hasil
belajar
√ Guru menilai proses
dan hasil belajar
siswa untuk di
dokumentasikan.
3. Kegiatan
Penutup
19. Memberikan
evaluasi
√ Guru memberikan
soal evaluasi berupa
soal pilihan ganda.
20. Menyimpulkan
pembelajaran
IPA materi
gunung api
dengan
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru menyimpulkan
pembelajaran.
Menyimpulkan
pembelajaran IPA
materi gunung api
dengan
menggunakan media
tiga dimensi.
21. Menutup
pembelajaran
(berdo‟a)
√ Guru meminta salah
satu siswa untuk
memimpin do‟a
menutup
pembelajaran.
Rabu, 23 Maret 2016
Observer
Jonkenedi
109
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Siklus : 2
Pertemuan : 1
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Maret 2016
Sasaran Observasi : Guru
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kolom yang tersedia!
No. Aktivitas
Guru
Sub Aktivitas
Yang Diamati
Kemunculan Keterangan.
YA TIDAK
1. Kegiatan
Pra
Pembelajar
-an
1. Menyiapkan
kelas
√ Guru menyiapkan
kelas sebelum
membuka pelajaran.
2. Membuka
pelajaran
dengan
mengucapkan
salam
√ Guru membuka
pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Salah satu siswa
memimpin do‟a.
3. Menyampaikan
materi yang
akan dipelajari
√ Guru menyampaikan
materi yang akan
dipelajari. Guru juga
menyampaikan
tujuan pembelajaran.
4. Menyiapkan
bahan yang
dibutuhkan
dalam
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru bersama
peneliti menyiapkan
bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam
menggunakan media
tiga dimensi.
5. Memberi
penjelasan dan
pengarahan
kepada siswa
dalam
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru memberi
penjelasan kepada
siswa tentang
penggunaan media
tiga dimensi dalam
pembelajaran IPA
materi gunung api.
2. Kegiatan
Inti
Pembelajar
-an
6. Menjelaskan
pengertian dan
proses erupsi
gunung api
dengan baik
√ Guru menjelaskan
materi pelajaran
tentang pengertian
dan proses erupsi
gunung api dengan
110
baik.
7. Memberi
kesempatan
kepada siswa
untuk bertanya
atau menjawab
pertanyaan
baik dari guru
ataupun teman-
temannya.
√ Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
seputar materi yang
dipelajari. Guru juga
memberi kesempatan
kepada siswa lain
untuk menjawab
pertanyaan dari
teman kelasnya
maupun dari guru.
8. Mengelompokk
an siswa untuk
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru membentuk
siswa ke dalam 5
kelompok.
Kelompok ini akan
digunakan untuk
kelompok dalam
melakukan
percobaan media
tiga dimensi.
9. Mendistribusik
an media tiga
dimensi kepada
tiap-tiap
kelompok
siswa
√ Guru terlebih dahulu
medistribusikan
media tiga dimensi
kepada tiap
kelompok. Tiap
kelompok mendapat
satu media tiga
dimensi.
10. Menjelaskan
kepada siswa
bagaimana
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru menjelaskan
dan memberi
pengarahan kepada
siswa tentang
bagaimana
penggunaan media
tiga dimensi dalam
pembelajaran IPA.
11. Menjelaskan
manfaat
penggunaan
media tiga
dimensi
dalam
pembelajaran
IPA materi
√ Guru menjelaskan
kepada siswa tentang
manfaat yang akan
diperoleh siswa
melalui penggunaan
media tiga dimensi
dalam pembelajaran
IPA materi gunung
111
gunung api api.
12. Mengamati
siswa dan
memberi
pengarahan
ketika siswa
mengamati
dan
melakukan
percobaan
media tiga
dimensi
√ Pada saat siswa
melakukan
percobaan media
tiga dimensi. Guru
mengamati dan
memberi pengarahan
kepada siswa. Agar
siswa tidak salah
dalam melakukan
percobaan media
tiga dimensi.
13. Mengamati
siswa ketika
berdiskusi
dengan
kelompok
masing-
masing
√ Pada saat siswa
berdiskusi. Guru
mengamati siswa
yang berdiskusi
denga teman
kelompoknya.
Sesekali guru
bertanya pada salah
satu kelompok.
14. Meminta
siswa untuk
mendeskripsi
kan hasil
pegamatan di
catatan
masing-
masing
√ Guru meminta siswa
untuk
mendeskripsikan
hasil pengamatan
pada saat percobaan
di buku catatan
masing-masing.
15. Memberi
apresiasi
kepada siswa
yang telah
berani
mengemukak
an pendapat
√ Guru memberi
apresiasi kepada
siswa yang berani
mengemukakan
pendapat dengan
memberi tepuk
tangan. Diikuti oleh
siswa yang lainnya.
16. Memanfaatkan
sumber
belajar/media
pembelajaran
√ Guru memanfaatkan
media dan sumber
pembelajaran dengan
baik selama proses
pembelajaran.
17. Melibatkan
siswa untuk
berperan aktif
dalam
√ Guru melibatkan
siswa untuk berperan
aktif dalam
pembelajaran.
112
pembelajaran Sehingga kelas tidak
monoton.
18. Menilai proses
dan hasil
belajar
√ Guru menilai proses
dan hasil belajar
siswa untuk acuan
dan data tambahan
bagi guru.
3. Kegiatan
Penutup
19. Memberikan
evaluasi
√ Guru memberikan
evaluasi berupa soal.
Soal dalam bentuk
pilihan ganda.
20. Menyimpulkan
pembelajaran
IPA materi
gunung api
dengan
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru bersama siswa
menyimpulkan
pembelajaran IPA
materi gunung api
dengan
menggunakan media
tiga dimensi.
21. Menutup
pembelajaran
(berdo‟a)
√ Guru menutup
pembelajaran. Salah
satu siswa
memimpin do‟a
untuk menutup
pembelajaran.
Senin, 28 Maret 2016
Observer
Jonkenedi
113
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Siklus : 2
Pertemuan : 2
Hari/Tanggal : Rabu, 30 Maret 2016
Sasaran Observasi : Guru
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kolom yang tersedia!
No. Aktivitas
Guru
Sub Aktivitas
Yang Diamati
Kemunculan Keterangan.
YA TIDAK
1. Kegiatan
Pra
Pembelajar
-an
1. Menyiapkan
kelas
√ Guru menyiapkan
kelas sebelum
membuka pelajaran.
Seperti menata
tempat duduk siswa.
2. Membuka
pelajaran
dengan
mengucapkan
salam
√ Guru membuka
pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Salah satu siswa
diminta untuk
memimpin do‟a
untuk membuka
pelajaran.
3. Menyampaikan
materi yang
akan dipelajari
√ Guru menyampaikan
materi yang akan
dipelajari. Guru juga
menyampaikan
tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
4. Menyiapkan
bahan yang
dibutuhkan
dalam
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Pada pertemuan
kedua siklus 2 ini
sudah tidak
menggunakan media
tiga dimensi
5. Memberi
penjelasan dan
pengarahan
kepada siswa
dalam
menggunakan
media tiga
√ Karena pada siklus 2
pertemuan kedua
sudah tidak
menggunakan media
tiga dimensi, jadi
guru tidak lagi
memberi pengarahan
114
dimensi
2. Kegiatan
Inti
Pembelajar
-an
6. Menjelaskan
jenis-jenis
gunung api dan
cara
penanggulanga
n bencana
gunung api
dengan baik
√ Guru menjelaskan
materi pelajaran
tentang jenis-jenis
gunung api dan cara
penanggulangan
bencana gunung api
dengan baik.
7. Memberi
kesempatan
kepada siswa
untuk bertanya
atau menjawab
pertanyaan
baik dari guru
ataupun teman-
temannya.
√ Setelah selesai
menjelaskan materi.
Siswa diberi
kesempatan untuk
bertanya tentang
materi pelajaran
yang belum
dimengeri atau
dipahami. Lalu siswa
yang lainnya
berkesempatan untuk
menjawab
pertanyaan dari guru
dan teman
sekelasnya.
8. Mengelompok
kan siswa
untuk
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru membentuk
siswa menjadi 5
kelompok.
Mendiskusikan cara
penanggulangan
bencana gunung api
9. Mendistribusik
an media tiga
dimensi kepada
tiap-tiap
kelompok
siswa
√ Guru tidak lagi
mendistribusikan
media tiga dimensi
karena pada
pertemuan kedua
sudah tidak
menggunakan media
tiga dimensi.
10. Menjelaskan
kepada siswa
bagaimana
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
media tiga
√ Guru tidak lagi
menjelaskan
penggunaan media
tiga dimensi, karena
sudah tidak
menggunakan media
tiga dimensi.
115
dimensi
11. Menjelaskan
manfaat
penggunaan
media tiga
dimensi dalam
pembelajaran
IPA materi
gunung api
√ Guru tidak lagi
menjelaskan manfaat
yang akan diperoleh
siswa dalam
pembelajaran IPA
materi gunung api
dengan
menggunakan media
tiga dimensi karena
sudah tidak
menggunakan media
tiga dimensi.
12. Mengamati
siswa dan
memberi
pengarahan
ketika siswa
mengamati dan
melakukan
percobaan
media tiga
dimensi
√ Guru tidak
mengamati siswa
melakukan
percobaan, karena
sudah tidak
menggunakan media
tiga dimensi.
13. Mengamati
siswa ketika
berdiskusi
dengan
kelompok
masing-masing
√ Guru mengamati
ketika siswa sedang
berdiskusi dengan
teman
sekelompoknya.
Sesekali guru
mengajukan
pertanyaan pada tiap
kelompok.
14. Meminta siswa
untuk
mendeskripsika
n hasil
pegamatan di
catatan masing-
masing
√ Guru meminta siswa
untuk
mendeskripsikan
hasil pengamatan di
buku catatan masing
masing. Agar materi
yang dipelajari bisa
diulang dirumah.
15. Memberi
apresiasi
kepada siswa
yang telah
berani
mengemukaka
√ Guru memberi
apresiasi kepada
siswa yang telah
mengemukakan
pendapat dengan
tepuk tangan, siswa
116
n pendapat yang lain mengikuti.
16. Memanfaatkan
sumber
belajar/media
pembelajaran
√ Guru memanfaatkan
sumber dan media
pembelajaran dengan
sebaik mungkin pada
saat proses
pembelajaran.
17. Melibatkan
siswa untuk
berperan aktif
dalam
pembelajaran
√ Guru melibatkan
siswa untuk berperan
aktif dalam
pembelaaran sehinga
pembelajaran tidak
monoton.
18. Menilai proses
dan hasil
belajar
√ Guru menilai proses
dan hasil belajar
siswa untuk di
dokumentasikan.
3. Kegiatan
Penutup
19. Memberikan
evaluasi
√ Guru memberikan
soal evaluasi berupa
soal pilihan ganda.
20. Menyimpulkan
pembelajaran
IPA materi
gunung api
dengan
menggunakan
media tiga
dimensi
√ Guru menyimpulkan
pembelajaran.
Menyimpulkan
pembelajaran IPA
materi gunung api
dengan
menggunakan media
tiga dimensi.
21. Menutup
pembelajaran
(berdo‟a)
√ Guru meminta salah
satu siswa untuk
memimpin do‟a
menutup
pembelajaran.
Rabu, 30 Maret 2016
Observer
Jonkenedi
117
Lampiran 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Siklus : 1
Pertemuan : 1
Hari/Tanggal : Senin, 21 Maret 2016
Sasaran Pengamatan: Siswa
Petunjuk :
Berilah tanda ( √ ) pada kolom penilaian dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Skor 1 dikatakan kurang. Skor 1 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 0-25% dari keseluruhan siswa atau 1-6 siswa.
2. Skor 2 dikatakan cukup. Skor 2 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 25-50% dari keseluruhan siswa atau 7-12 siswa.
3. Skor 3 dikatakan baik. Skor 3 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 50-75% dari keseluruhan siswa atau 13-18 siswa.
4. Skor 4 dikatakan sangat baik. Skor 4 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 75-100% dari keseluruhan siswa atau 19-25 siswa.
No. Indikator
Keaktifan Siswa
Kemuncu-
lan
Penilai-
an
Deskripsi
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Siswa mengamati
guru menjelaskan
materi dengan
serius
√ √ Siswa mengamati guru
menjelaskan materi
pelajaran. Terdapat 6
siswa yang kurang
memperhatikan guru
pada saat menjelaskan
materi pelajaran.
2. Siswa mengamati
media tiga dimensi
dengan serius
√ √ Siswa mengamati
media tiga dimensi
pada saat ditunjukkan
oleh guru. Terdapat 11
siswa yang kurang
memperhatikan.
3. Siswa
mendengarkan guru
menjelaskan materi
dengan baik dan
serius
√ √ Siswa yang
mendengarkan guru
menjelaskan materi
dengan baik berjumlah
15 siswa.
4. Siswa bertanya
apabila ada hal
yang belum
dipahami atau
√ √ Siswa yang bertanya
pada saat pembelajaran
berjumlah 8 siswa.
118
dimengerti
5. Siswa berani
menjawab
pertanyaan dari
guru dan teman-
temannya tentang
materi yang sedang
dipelajari
√ √ Siswa berani menjawab
pertanyaan dari guru
dan teman sekelasnya
berjumlah 7 orang.
6. Siswa melakukan
percobaan media
tiga dimensi yang
digunakan pada saat
pembelajaran
berlangsung
√ √ Siswa yang melakukan
percobaan media tiga
dimensi pada saat
pembelajaran
berjumlah 7 siswa.
7. Siswa melakukan
percobaan media
tiga dimensi dengan
baik sesuai
langkah-langkah
penggunaan media
tiga dimensi yang
dijelaskan oleh guru
√ √ Siswa melakukan
percobaan media tiga
dimensi dengan baik
berjumlah 7 siswa.
Siswa melakukan
percobaan sesuai
dengan langkah-
langkah penggunaan
media tiga dimensi
yang telah dijelaskan
oleh guru.
8. Siswa aktif
berdiskusi dengan
teman kelompoknya
√ √ Siswa yang aktif
berdiskusi dengan
kelompoknya
berjumlah 8 siswa.
9. Siswa merangkum
hasil pengamatan
yang ditemukan
dari penggunaan
media tiga dimensi
pada saat proses
pembelajaran
√ √ Siswa merangkum
hasil pengamatan pada
saat percobaan.
Terdapat 13 siswa yang
merangkum hasil
pengamatan.
10. Siswa berani
mengemukakan
pendapat
√ √ Setelah melakukan
percobaan, guru
meminta siswa untuk
mengungkapkan
pendapat seputar
materi pelajaran.
Terdapat 4 siswa yang
berani mengemukakan
pendapat di kelas.
119
Senin, 21 Maret 2016
Observer
Jonkenedi
120
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Siklus : 1
Pertemuan : 2
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Maret 2016
Sasaran Pengamatan: Siswa
Petunjuk :
Berilah tanda ( √ ) pada kolom penilaian dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Skor 1 dikatakan kurang. Skor 1 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 0-25% dari keseluruhan siswa atau 1-6 siswa.
2. Skor 2 dikatakan cukup. Skor 2 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 25-50% dari keseluruhan siswa atau 7-12 siswa.
3. Skor 3 dikatakan baik. Skor 3 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 50-75% dari keseluruhan siswa atau 13-18 siswa.
4. Skor 4 dikatakan sangat baik. Skor 4 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 75-100% dari keseluruhan siswa atau 19-25 siswa.
No. Indikator
Keaktifan Siswa
Kemuncu-
lan
Penilai-
an
Deskripsi
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Siswa mengamati
guru menjelaskan
materi dengan
serius
√ √ Siswa mengamati guru
menjelaskan materi
pelajaran dengan serius.
Terdapat 24 siswa yang
mengamati guru
menjelaskan pelajaran
dengan serius.
2. Siswa mengamati
media tiga dimensi
dengan serius
√ √ Siswa mengamati media
tiga dimensi yang
ditunjukkan oleh guru di
depan kelas. Terdapat 17
siswa yang mengamati
media dengan serius.
3. Siswa
mendengarkan
guru menjelaskan
materi dengan baik
dan serius
√ √ Siswa mendengarkan
guru menjelaskan materi
pelajaran dengan baik.
Terdapat 17 siswa yang
mendengarkan dengan
serius.
4. Siswa bertanya
apabila ada hal
yang belum
√ √ Siswa diberi kesempatan
untuk bertanya. Terdapat
15 siswa yang bertanya
121
dipahami atau
dimengerti
selama proses
pembelajaran
berlangsung.
5. Siswa berani
menjawab
pertanyaan dari
guru dan teman-
temannya tentang
materi yang
sedang dipelajari
√ √ Siswa diberi kesempatan
oleh guru untuk
menjawab pertanyaan.
Terdapat 10 siswa yang
berani menjawab
pertanyaan selama
proses pembelajaran.
6. Siswa melakukan
percobaan media
tiga dimensi yang
digunakan pada
saat pembelajaran
berlangsung
√ √ Siswa melakukan
percobaan media tiga
dimensi. Terdapat 13
siswa yang melakukan
percobaan media tiga
dimensi.
7. Siswa melakukan
percobaan media
tiga dimensi
dengan baik sesuai
langkah-langkah
penggunaan media
tiga dimensi yang
dijelaskan oleh
guru
√ √ Siswa melakukan
percobaan media tiga
dimensi dengan baik.
Terdapat 13 siswa yang
melakukan percobaan
sesuai dengan langkah-
langkah penggunaan
media tiga dimensi yang
dijelaskan oleh guru.
8. Siswa aktif
berdiskusi dengan
teman
kelompoknya
√ √ Siswa aktif berdiskusi
dengan teman
kelompoknya. Terdapat
10 siswa yang aktif
berdiskusi.
9. Siswa merangkum
hasil pengamatan
yang ditemukan
dari penggunaan
media tiga dimensi
pada saat proses
pembelajaran
√ √ Siswa merangkum hasil
pengamatan di buku
catatan masing-masing.
Terdapat 16 siswa yang
merangkum hasil
pengamatan di buku
catatan masing-masing.
10. Siswa berani
mengemukakan
pendapat
√ √ Setelah melakukan
percobaan, siswa
diminta mengemukakan
pendapat seputar materi
pelajaran. Terdapat 8
siswa yang berani
mengemukakan
pendapat.
122
Rabu, 23 Maret 2016
Observer
Jonkenedi
123
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Siklus : 2
Pertemuan : 1
Hari/Tanggal : Senin, 28 Maret 2016
Sasaran Pengamatan: Siswa
Petunjuk :
Berilah tanda ( √ ) pada kolom penilaian dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Skor 1 dikatakan kurang. Skor 1 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 0-25% dari keseluruhan siswa atau 1-6 siswa.
2. Skor 2 dikatakan cukup. Skor 2 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 25-50% dari keseluruhan siswa atau 7-12 siswa.
3. Skor 3 dikatakan baik. Skor 3 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 50-75% dari keseluruhan siswa atau 13-18 siswa.
4. Skor 4 dikatakan sangat baik. Skor 4 diberikan jika keaktifan yang diamati
dilakukan oleh 75-100% dari keseluruhan siswa atau 19-25 siswa.
No. Indikator
Keaktifan Siswa
Kemuncu-
lan
Penilai-
an
Deskripsi
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Siswa mengamati
guru menjelaskan
materi dengan
serius
√ √ Siswa mengamati guru
menjelaskan materi
pelajaran dengan serius.
Terdapat 25 siswa yang
mengamati guru
menjelaskan materi
pelajaran dengan serius.
2. Siswa mengamati
media tiga dimensi
dengan serius
√ √ Siswa mengamati media
pembelajaran yang
ditunjukkan oleh guru di
depan kelas. Terdapat 18
siswa yang mengamati
media dengan serius.
3. Siswa
mendengarkan
guru menjelaskan
materi dengan baik
dan serius
√ √ Terdapat 18 siswa yang
mendengarkan guru
menyampaikan materi
pelajaran dengan baik
dan serius.
4. Siswa bertanya
apabila ada hal
yang belum
dipahami atau
√ √ Siswa diberi kesempatan
untuk bertanya oleh
guru. Terdapat 16 siswa
yang mengajukan
124
dimengerti pertanyaan selama prose
pembelajaran
berlangsung.
5. Siswa berani
menjawab
pertanyaan dari
guru dan teman-
temannya tentang
materi yang
sedang dipelajari
√ √ Siswa diberi kesempatan
untuk menjawab
pertanyaan. Terdapat 14
siswa yang berani
menjawab pertanyaan
dari guru dan teman
sekelasnya.
6. Siswa melakukan
percobaan media
tiga dimensi yang
digunakan pada
saat pembelajaran
berlangsung
√ √ Siswa melakukan
percobaan media tiga
dimensi. Terdapat 18
siswa yang melakukan
percobaan media tiga
dimensi.
7. Siswa melakukan
percobaan media
tiga dimensi
dengan baik sesuai
langkah-langkah
penggunaan media
tiga dimensi yang
dijelaskan oleh
guru
√ √ Siswa melakukan
percobaan media tiga
dimensi dengan baik.
Terdapat 18 siswa yang
melakukan percobaan
media tiga dimensi
sesuai dengan langkah-
langkah penggunaan
media tiga dimensi yang
dijelaskan oleh guru.
8. Siswa aktif
berdiskusi dengan
teman
kelompoknya
√ √ Siswa aktif berdsikusi
dengan teman
kelompoknya. Terdapat
14 siswa yang aktif
berdiskusi selama proses
pembelajaran.
9. Siswa merangkum
hasil pengamatan
yang ditemukan
dari penggunaan
media tiga dimensi
pada saat proses
pembelajaran
√ √ Siswa merangkum hasil
pengamatan di buku
catatan masing-masing.
Terdapat 18 siswa yang
merangkum hasil
pengamatan di buku
catatan masing-masing.
10. Siswa berani
mengemukakan
pendapat
√ √ Siswa diminta untuk
mengemukakan
pendapat seputar materi.
Terdapat 9 siswa yang
berani mengemukakan
pendapat.
125
Senin, 28 Maret 2016
Observer
Jonkenedi
126
Tabel Keaktifan Siswa Pada Siklus 1 Pertemuan 1
Nama
Inisial
Indikator Keaktifan Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DNI 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
SK 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
BP 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0
RK 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
SR 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0
AMGP 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1
ASA 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
BAK 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
DAM 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
IWP 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0
NN 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
MDA 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
MSN 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
MHB 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
MHA 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
SFA 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
SU 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
RDA 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
RDAL 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
TR 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
SH 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1
AS 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
MRA 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0
PAA 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
AHAS 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0
Jumlah 19 16 15 8 7 7 7 8 13 4
127
Tabel Keaktifan Siswa Pada Siklus 1 Pertemuan 2
Nama
Inisial
Indikator Keaktifan Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DNI 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
SK 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
BP 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0
RK 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
SR 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
AMGP 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1
ASA 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
BAK 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0
DAM 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1
IWP 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1
NN 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0
MDA 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
MSN 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0
MHB 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
MHA 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0
SFA 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0
SU 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
RDA 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0
RDAL 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0
TR 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0
SH 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1
AS 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
MRA 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0
PAA 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
AHAS 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0
Jumlah 24 17 17 15 10 13 13 10 16 8
128
Tabel Keaktifan Siswa Pada Siklus 2 Pertemuan 1
Nama
Inisial
Indikator Keaktifan Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DNI 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
SK 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
BP 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0
RK 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
SR 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
AMGP 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1
ASA 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
BAK 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0
DAM 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1
IWP 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
NN 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
MDA 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
MSN 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
MHB 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
MHA 1 0 1 1 0 1 0 1 0
SFA 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0
SU 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
RDA 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0
RDAL 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
TR 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0
SH 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1
AS 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
MRA 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0
PAA 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1
AHAS 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1
Jumlah 25 18 18 16 14 18 18 14 18 9
129
Lampiran 5. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1
No. Indikator Keaktifan Siswa Pertemuan
I
Pertemuan
II
1. Siswa mengamati guru menjelaskan materi
dengan serius
4 4
2. Siswa mengamati media tiga dimensi
dengan serius
3 3
3. Siswa mendengarkan guru menjelaskan
materi dengan baik dan serius
3 3
4. Siswa bertanya apabila ada hal yang belum
dipahami atau dimengerti
2 3
5. Siswa berani menjawab pertanyaan dari
guru dan teman-temannya tentang materi
yang sedang dipelajari
2 2
6. Siswa melakukan percobaan media tiga
dimensi yang digunakan pada saat
pembelajaran berlangsung
2 3
7. Siswa melakukan percobaan media tiga
dimensi dengan baik sesuai langkah-
langkah penggunaan media tiga dimensi
yang dijelaskan oleh guru
2 3
8. Siswa aktif berdiskusi dengan teman
kelompoknya
2 2
9. Siswa merangkum hasil pengamatan yang
ditemukan dari penggunaan media tiga
dimensi pada saat proses pembelajaran
3 3
10. Siswa berani mengemukakan pendapat 1 2
Jumlah 24 28
Persentase 60% 70%
130
Lampiran 6. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2
No. Indikator Keaktifan Siswa Pertemuan
I
Pertemuan
II
1. Siswa mengamati guru menjelaskan materi
dengan serius
4
2. Siswa mengamati media tiga dimensi
dengan serius
3
3. Siswa mendengarkan guru menjelaskan
materi dengan baik dan serius
3
4. Siswa bertanya apabila ada hal yang belum
dipahami atau dimengerti
3
5. Siswa berani menjawab pertanyaan dari
guru dan teman-temannya tentang materi
yang sedang dipelajari
3
6. Siswa melakukan percobaan media tiga
dimensi yang digunakan pada saat
pembelajaran berlangsung
4
7. Siswa melakukan percobaan media tiga
dimensi dengan baik sesuai langkah-
langkah penggunaan media tiga dimensi
yang dijelaskan oleh guru
4
8. Siswa aktif berdiskusi dengan teman
kelompoknya
3
9. Siswa merangkum hasil pengamatan yang
ditemukan dari penggunaan media tiga
dimensi pada saat proses pembelajaran
3
10. Siswa berani mengemukakan pendapat 2
Jumlah 32
Persentase 80%
131
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus 1 Pertemuan 1
Satuan Pendidikan : SD Krapyak Wetan
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : VB/II
Hari/Tanggal : Senin, 21 Maret 2016
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
7.memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumberdaya alam.
B. Kompetensi Dasar
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan.
C. Indikator
7.6.1 Menyebutkan pengertian gunung api.
7.6.2 Mendeskripsikan struktur gunung api.
D. Tujuan Pembelajaran
7.6.1 Melalui penjelasan guru, siswa mampu menyebutkan pengertian
gunung api dengan benar.
7.6.2 Melalui media tiga dimensi, siswa mampu mendeskripsikan
struktur gunung api dengan tepat.
E. Bahan Ajar/Materi
Gunung api
132
F. Pendekatan/Model/Metode
Pendekatan : Student Centered
Model : Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi
Metode : Tanya jawab, Diskusi, Pengamatan, Penugasan, Ceramah
G. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (± 10 menit)
1. Guru menyiapkan kelas.
2. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
kemudian memimpin do‟a.
3. Guru mengecek kehadiran siswa.
4. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
5. Guru menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam menggunakan
media tiga dimensi.
6. Guru memberi penjelasan dan pengarahan kepada siswa dalam
menggunakan media tiga dimensi.
7. Guru memberikan apersepsi dengan cara menunjukkan media tiga
dimensi.
b. Kegiatan Inti (± 50 menit)
Eksplorasi
1. Siswa mengamati dan mendengarkan guru menjelaskan pengertian
dan struktur gunung api (mengamati & mendengarkan).
133
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
dari guru atau siswa yang lainnya (bertanya & menjawab
pertanyaan).
3. Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok, dimana tiap-tiap kelompok
terdiri dari 5 orang siswa (heterogen).
4. Setiap kelompok diberikan satu media tiga dimensi.
5. Siswa mendengarkan guru menjelaskan langkah-langkah
penggunaan media tiga dimensi dan manfaat yang akan diperoleh
siswa dalam pembelaran IPA materi gunung api (mendengarkan).
6. Siswa mengamati dan media tiga dimensi yang ada pada kelompok
masing-masing.
Elaborasi
7. Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang hasil
pengamatan yang ditemukan (aktif diskusi & mendengarkan
diskusi kelompok).
8. Siswa mendeskripsikan hasil pengamatan di buku catatan masing-
masing (merangkum/menulis).
9. Siswa mengemukakan pendapat di depan kelas tentang hasil
pengamatannya (mengemukakan pendapat).
Konfirmasi
10. Siswa diminta untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
134
135
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus 1 Pertemuan 2
Satuan Pendidikan : SD Krapyak Wetan
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : VB/II
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Maret 2016
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
7.memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumberdaya alam.
B. Kompetensi Dasar
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan.
C. Indikator
7.6.1 Menyebutkan jenis-jenis gunung api.
7.6.2 Mendeskripsikan proses erupsi gunung api.
D. Tujuan Pembelajaran
7.6.1 Melalui penjelasan guru, siswa mampu menyebutkan jenis-jenis
gunung api dengan benar.
7.6.2 Melalui percobaan media tiga dimensi, siswa dapat mendeskripsikan
proses erupsi gunung api dengan baik.
E. Bahan Ajar/Materi
Gunung api
136
F. Pendekatan/Model/Metode
Pendekatan : Student Centered
Model : Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi
Metode : Tanya jawab, Diskusi, Pengamatan, Penugasan, Ceramah
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan II
a. Kegiatan Awal (± 10 menit)
1. Guru menyiapkan kelas.
2. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
kemudian memimpin do‟a.
1. Guru mengecek kehadiran siswa.
2. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
3. Guru menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam menggunakan
media tiga dimensi.
4. Guru memberi penjelasan dan pengarahan kepada siswa dalam
menggunakan media tiga dimensi.
5. Guru memberikan apersepsi dengan cara menunjukkan media tiga
dimensi.
b. Kegiatan Inti (± 50 menit)
Eksplorasi
1. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru melakukan
tanya jawab dengan siswa seputar materi yang telah disampaikan
137
pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu siswa mengamati dan
mendengarkan guru menjelaskan topik yang akan dipelajari yaitu
tentang jenis-jenis gunung api (mengamati & mendengarkan).
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
dari guru atau siswa yang lainnya (menjawab pertanyaan).
3. Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok, dimana tiap-tiap kelompok
terdiri dari 5 orang siswa (heterogen).
4. Setiap kelompok diberikan satu media tiga dimensi
5. Siswa mengamati dan melakukan percobaan media tiga dimensi
yang ada pada kelompok masing-masing sesuai dengan petunjuk
yang diberikan oleh guru.
Elaborasi
6. Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang hasil
pengamatan yang ditemukan (aktif diskusi & mendengarkan
diskusi kelompok).
7. Siswa mendeskripsikan hasil pengamatan di buku catatan masing-
masing (merangkum/menulis).
8. Siswa mengemukakan pendapat di depan kelas tentang hasil
pengamatannya (mengemukakan pendapat).
Konfirmasi
9. Siswa diminta untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
dan menjelaskannya soal tersebut.
138
139
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus 2 Pertemuan 1
Satuan Pendidikan : SD Krapyak Wetan
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : VB/II
Hari/Tanggal : Senin, 28 Maret 2016
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
7.memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumberdaya alam.
B. Kompetensi Dasar
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan.
C. Indikator.
7.6.3 Mendeskripsikan proses erupsi gunung api
D. Tujuan Pembelajaran
7.6.3 Melalui percobaan media tiga dimensi, siswa mampu
mendeskripsikan proses erupsi gunung api dengan tepat.
E. Bahan Ajar/Materi
Gunung api
F. Pendekatan/Model/Metode
Pendekatan : Student Centered
Model : Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi
Metode : Tanya jawab, Diskusi, Pengamatan, Penugasan, Ceramah
140
G. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (± 10 menit)
1. Guru menyiapkan kelas.
2. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
kemudian memimpin do‟a.
3. Guru mengecek kehadiran siswa.
4. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
5. Guru menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam menggunakan
media tiga dimensi.
6. Guru memberi penjelasan dan pengarahan kepada siswa dalam
menggunakan media tiga dimensi.
7. Guru memberikan apersepsi dengan cara menunjukkan media tiga
dimensi.
b. Kegiatan Inti (± 50 menit)
Eksplorasi
1. Siswa mengamati dan mendengarkan guru menjelaskan proses
erupsi gunung api (mengamati & mendengarkan).
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
dari guru atau siswa yang lainnya (bertanya & menjawab
pertanyaan).
3. Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok, dimana tiap-tiap kelompok
terdiri dari 5 orang siswa (heterogen).
4. Setiap kelompok diberikan satu media tiga dimensi.
141
5. Siswa mendengarkan guru menjelaskan langkah-langkah
penggunaan media tiga dimensi dan manfaat yang akan diperoleh
siswa dalam pembelaran IPA materi gunung api (mendengarkan).
6. Siswa mengamati dan melakukan percobaan media tiga dimensi
yang ada pada kelompok masing-masing.
Elaborasi
7. Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang hasil
pengamatan yang ditemukan (aktif diskusi & mendengarkan
diskusi kelompok).
8. Siswa mendeskripsikan hasil pengamatan di buku catatan masing-
masing (merangkum/menulis).
9. Siswa mengemukakan pendapat di depan kelas tentang hasil
pengamatannya (mengemukakan pendapat).
Konfirmasi
10. Siswa diminta untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
c. Kegiatan Akhir (± 10 menit)
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran.
2. Guru memberi pesan moral dan motivasi dengan mengajak siswa
agar lebih giat belajar di rumah.
3. Menutup pelajaran dengan berdo‟a dan mengucapkan salam.
142
143
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus 2 Pertemuan 2
Satuan Pendidikan : SD Krapyak Wetan
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : VB/II
Hari/Tanggal : Rabu, 30 Maret 2016
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
7.memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumberdaya alam.
B. Kompetensi Dasar
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan.
C. Indikator
7.6.2 Mendeskripsikan cara penanggulangan bencana gunung api.
D. Tujuan Pembelajaran
7.6.3 Melalui penjelasan guru, siswa mampu menyebutkan langkah-
langkah penanggulangan bencana gunung api.
E. Bahan Ajar/Materi
Gunung api
F. Pendekatan/Model/Metode
Pendekatan : Student Centered
Model : Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi
Metode : Tanya jawab, Diskusi, Pengamatan, Penugasan, Ceramah
144
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan II
a. Kegiatan Awal (± 10 menit)
1. Guru menyiapkan kelas.
2. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
kemudian memimpin do‟a.
3. Guru mengecek kehadiran siswa.
4. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
5. Guru menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam menggunakan
media tiga dimensi.
6. Guru memberi penjelasan dan pengarahan kepada siswa dalam
menggunakan media tiga dimensi.
7. Guru memberikan apersepsi dengan cara menunjukkan media tiga
dimensi.
b. Kegiatan Inti (± 50 menit)
Eksplorasi
1. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru melakukan
tanya jawab dengan siswa seputar materi yang telah disampaikan
pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu siswa mengamati dan
mendengarkan guru menjelaskan topik yang akan dipelajari yaitu
tentancara penanggulangan bencana gunung api (mengamati &
mendengarkan).
145
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
dari guru atau siswa yang lainnya (menjawab pertanyaan).
3. Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok, dimana tiap-tiap kelompok
terdiri dari 5 orang siswa (heterogen).
4. Setiap kelompok diberikan satu media tiga dimensi
5. Siswa mengamati dan melakukan percobaan media tiga dimensi
yang ada pada kelompok masing-masing sesuai dengan petunjuk
yang diberikan oleh guru.
Elaborasi
6. Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang hasil
pengamatan yang ditemukan (aktif diskusi & mendengarkan
diskusi kelompok).
7. Siswa mendeskripsikan hasil pengamatan di buku catatan masing-
masing (merangkum/menulis).
8. Siswa mengemukakan pendapat di depan kelas tentang hasil
pengamatannya (mengemukakan pendapat).
Konfirmasi
9. Siswa diminta untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
c. Kegiatan Akhir (± 10 menit)
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran.
2. Guru memberi pesan moral dan motivasi dengan mengajak siswa
agar lebih giat belajar di rumah.
146
147
Lampiran 8. Materi Ajar
MATERI AJAR SIKLUS 1 PERTEMUAN 1
A. PENGERTIAN GUNUNG API
Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi
tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan
bumi. Material yang dierupsikan kepermukaan bumi umumnya membentuk
kerucut terpancung. Gunung api terbentuk akibat material hasil erupsi
yang menumpuk di sekitar pusat erupsi atau gunung yang terbentuk dari
erupsi magma. Gunung api hanya terdapat pada tempat-tempat tertentu, yaitu
pada jalur punggungan tengah samudera, pada jalur pertemuan dua buah
lempeng kerak bumi, dan pada titik-titik panas di muka bumi tempat
keluarnya magma, di benua maupun di samudera.
Gunungapi terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang.
Pengetahuan tentang gunungapiberawal dari perilaku manusia dan manusia
purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut
diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik
dansebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia
berupa tulang belulangmanusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua,
terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat
penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi
akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samuderayang terjadi
akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi
yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur
Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik
merupakan garis bergeseknya antara 2 lempengan tektonik. Apabila gunung
berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah
gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran
148
lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti
berikut:
Gas Vulkanik
Lava dan Aliran Pasir serta Batu Panas
Lahar
Abu Letusan
Awan Panas (Piroklastik
1. Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung
berapi yang dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO),
Carbondioksida(Co2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida(SO2) dan
nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia.
2. Lava adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke
permukaan melalui kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir
jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada sedangkan
lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
3. Laharmerupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di lereng
gunung berapi. Lahar adalah banjir Bandang di lereng gunung yang terdiri
dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah.
Dikenal sebagai lahar letusan dan lahar hujan. Lahar letusan terjadi apabila
gunung berapi yang memiliki danau kawah meletus, sehingga air danau
yang panas bercampur dengan material letusan, sedangkan lahar hujan
terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar
puncaknya.
4. Abu letusan gunung berapi adalah material yang sangat halus. Karena
hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya.
Dampak abu letusan permasalahan pernafasan, kesulitan penglihatan,
pencemaran sumber air bersih, menyebabkan badai listrik, mengganggu
kerja mesin dan kendaraan bermotor, merusak atap, merusak ladang,
merusak infrastruktur tubuh.
5. Awan panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan
awan panas jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan
149
besar yang panas, mengalir Turun dan akhirnya mengendap di dalam dan
disekitar sungai dari lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari
material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan
mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material
letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan
letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak
sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan
km dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas bisa
mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala,
lengan, leher atau kaki dan juga menyebabkan sesak sampai tidak
bernafas.
B. STRUKTUR GUNUNG API
Struktur gunungapi, terdiri atas :
(1) Struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif ataudepresi akibat
kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar;
(2) Kaldera, bentukmorfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih
dari 2 km.
(3) Rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi
yang memanjang mencapai puluhankilometer dan dalamnya ribuan
meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok diantara
rekahan disebut graben;
(4) Depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan
pegunungan yang berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat
ekspansi volumebesar magma asam ke permukaan yang berasal dari
kerak bumi. Depresi ini dapat mencapaiukuran puluhan kilometer dengan
kedalaman ribuan meter
Sumber: http://www.duniapelajar.com/2013/12/22/proses-terjadinya-letusan-
gunung-berapi/
150
MATERI AJAR SIKLUS 1 PERTEMUAN 2
A. JENIS-JENIS GUNUNG API
Beberapa jenis gunung berapi yang mudah dikenali dan ada juga yang
tidak. jenis yang mudah dikenali. Banyak yang terletak di daerah-daerah
berpenduduk dan memiliki nama terkenal, seperti: Vesuvius, Krakatau,
Fujiyama, dan Gunung St Helens. Gunung berapi ini biasanya tingginya
puluhan mil sampai sepuluh ribu meter atau lebih. Seperti diilustrasikan
dalam gambar di atas, mereka memiliki sisi cukup curam dan kadang-kadang
memiliki kawah kecil di puncak mereka. Volcanologists menyebutnya
“strato” atau komposit gunung berapi karena mereka terdiri dari lapisan lava
padat arus dicampur dengan lapisan pasir atau batu vulkanik yang disebut abu
kerikil atau abu vulkanik.
Jenis lain mudah dikenali dari gunung berapi adalah “cinder cone”.
Seperti yang mungkin Anda harapkan dari nama, gunung berapi ini terdiri
hampir seluruhnya longgar, abu kasar dan hampir tidak ada lava. Mereka
adalah gunung berapi kecil, biasanya tingginya hanya sekitar satu mil sampai
sekitar seribu meter. Mereka memiliki sisi sangat curam dan biasanya
memiliki kawah kecil di atas.
1. Berdasarkan Bentuknya
a. Strato Volcano (Kerucut)
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-
ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari
beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar
(raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan
terjadi sudah beberapa ratus kali.
Gunung api ini berbentuk seperti kerucut. Puncak gunung api
ini semakin lama semakin tinggi karena endapan erupsi lava dan
bahan piroklastik dari kawah gunung. Pembentukan stratovolcano ini
terjadi di zona subduksi. Di Indonesia gunung api strato paling banyak
151
dijumpai. Contoh gunung api ini adalah Gunung Merapi, Gunung
Tangkubanperahu, Gunung Semeru.
b. Shield Vulcano (Perisai/Tameng)
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan
masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang
tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya
terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh: gunung berapi
yang terdapat di kepulauan Hawai.
Gunung api ini berbentuk seperti perisai atau tameng. Bentuk
gunung api ini relatif datar dan landai karena jenis lava yang
dierupsikan merupakan lava cair bersifat basalt. Shield volcano
banyak terbentuk pada zona hot spot di tengah samudera. Contoh
gunung api ini adalah Gunung Maona Loa di Hawai.
152
c. Cinder Vulcano
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan
vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis
ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas
500 meter dari tanah di sekitarnya.Gunung api ini memiliki
karakteristik lubang kepundannya yang berbentuk seperti
corong/kubah dengan kemiringan lereng yang curam. Gunung api ini
memiliki letusan yang sangat besar berjenis stromboli. Contoh gunung
api yang bertipe ini adalah Gunung Vesuvius di Italia.
d. Calder (Kaldera)
Adalah gunung api yang terbentuk karena runtuhan puncak
gunung api sebelumnya. Kaldera merupakan kawah gunung api yang
sangat luas dan di dalam kompleks kawah tersebut sering muncul
gunung api baru seperti Kaldera Bromo dan Yellowstone.Gunung
berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Contoh:
Gunung Bromo di Jawa Timur.
153
B. PROSES ERUPSI GUNUNG API
Proses erupsi pada umunya disebabkan oleh tekanan gas yang kuat
yang berasal dari dalam bumi yang terus menerus mendorong magma.
Magma yang terodorong sedikit demi sedikit terus bergerak baik karena
massanya yang lebih ringan dibandingkan batuan padat di sekitarnya. Dalam
perjalanannya, magma yang bersuhu sekitar 1200ᵒc ini melelehkan batuan di
sekitarnya dan terjadilah penumpukan magma.
Tekanan yang berasal dari dalam bumi menjadi semakin besar karena
magma terhambat oleh lapisan batuan padat (lithosfer) yang sulit ditembus.
Karena tekanan yang sangat besar di daerah ini, maka di sini tersimpan tenaga
yang sangat besar sehingga lapisan batuan yang sedikit lebih rapuh menjadi
retak dan lewat celah etakan inilah magma menjalar keluar. Sambil menjalar,
magma melelehkan saluran retakan sehingga membentuk saluran yang
disebut pipa kepundan. Ketika lapisan batuan (lithosfer) ini sudah tidak
mampu membendung tenaga dari magma, maka akan terjadi ledakan dan
semburan yang sangat kuat sebagai reeaksi dari pelepasan energi (tenaga) dari
dalam bumi. Alhasil lapisan bumi tertembus dan terjadilah erupsi gunung api.
Sumber: http://budisma.net/2015/01/jenis-jenis-gunung-berapi.html
http://geograph88.blogspot.co.id/2013/01/bentuk-bentuk-gunung-
api.html
154
MATERI AJAR SIKLUS 2 PERTEMUAN 1
A. PROSES ERUPSI GUNUNG API
Proses terjadinya letusan gunung berapi bermula ketika endapan
magma yang terkubur sejauh kira-kira 10 km di bawah permukaan tanah
mengalami tekanan berkekuatan tinggi yang berasal dari gas bumi. Gas bumi
akan terus menekan endapan magma bersama dengan bebatuan yang terkubur
bersamanya. Hingga akhirnya, tekanan gas bumi yang semakin tinggi
memaksa endapan magma tersebut menyembur keluar dari gunung tersebut.
Adapula yang disebut gunung berapi dorman atau gunung berapi tidur,
dimana terdapat tumpukkan batu yang sangat banyak sehinggan menghalangi
keluarnya endapan magma dari dalam gunung. Gunung berapi dorman dapat
memakan waktu yang sangat lama untuk meletus. Tapi jika tiba saatnya ia
meletus, gunung api jenis ini akan menyebabkan letusan yang sangat dahsyat.
Salah satu contoh dari gunung berapi yang sedang dalam keadaan dorman
saat ini adalah gunung Krakatau yang sempat menggemparkan dunia karena
letusan maha dahsyatnya puluhan tahun yang lalu.
Ketika gunung berapi siap untuk memuntahkan isinya, biasanya akan
muncul tanda-tanda seperti gempa-gempa vulkanik, dan awan panas yang
terus keluar dari puncak gunung berapi tersebut. Ketika meletus gunung
berapi dapat melontarkan material-materialnya seperti batu-batu yang
membara dengan radius 18 km.
Letusan gunung berapi biasanya dapat dideteksi dengan menggunakan
seismograph. Seismograph sendiri merupakan alat yang digunakan untuk
mendeteksi getaran-getaran yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi
tersebut. Sehingga letusan gunung dapat dideteksi dan warga yang tinggal di
sekitar gunung berapi dapat diefakuasi agar tak menimbulkan korban jiwa.
Sumber: http://www.duniapelajar.com/2013/12/22/proses-terjadinya-letusan-
gunung-berapi/
155
MATERI AJAR SIKLUS 2 PERTEMUAN 2
A. Penanggulangan Bencana Gunung Api
1. Penanggulangan Sebelum Terjadi Letusan
a. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunung api aktif
b. Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana gunung api
c. Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunungapi
d. Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunung api.
e. Waspadai bahaya yang menyertai letusan gunung api seperti lahar, hujan
abu.
2. Selama Terjadi Letusan
a. Ikuti perintah pengungsian yang diperintahkan oleh yang berwenang.
b. Hindari melewati searah dengan arah angin dan sungai-sungai yang
berhulu di puncak gunung yang sedang meletus.
c. Apabila terjebak di dalam ruangan/ rumah :
Tutup seluruh jendela, pintu-pintu masuk dan lubang /keran
Letakkan seluruh mesin ke dalam garasi atau tempat yang tertutup
Bawa binatang atau hewan peliharaan lainnya ke dalam ruang yang
terlindung
d. Hindari daerah berbahaya yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat
3. Pasca Letusan Gunung Api
a. Apabila mungkin, hindari daerah-daerah zona hujan abu.
b. Hindari mengendarai kendaraan di daerah hujan abu yang lebat.
c. Mengendarai kendaraan mengakibatkan debu tersedot dan dapat
merusak mesin kendaraan tersebut.
d. Apabila anda punya penyakit pernapasan, hindari sedapat mungkin
kontak dengan debu gunung api.
156
e. Tinggallah di dalam rumah sampai keadaan dinyatakan aman di luar
rumah.
f. Ingat untuk membantu tetangga yang mungkin membutuhkan
pertolongan seperti orang tua, orang yang cacat fisik, anak-anak yang
tidak memiliki orang tua dan sebagainya.
Sumber: http://alampenuhbencana.blogspot.co.id/p/gunung-meletus.html
http://budisma.net/2015/01/jenis-jenis-gunung-berapi.html
http://geograph88.blogspot.co.id/2013/01/bentuk-bentuk-gunung-
api.html
157
Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus 1 Pertemuan 2
Tujuan:
untuk simulasi dan mengetahui erupsi gunung api
Alat dan Bahan:
Pewarna makanan
Air detergent
Cuka
Soda kue
Miniatur gunung api
Langkah Kerja:
1. Amati dengan baik miniatur gunung api, alat dan bahan apakah sudah
lengkap.
2. Buka soda kue, masukkan 2 sendok makan ke dalam lubang gunung api.
3. Lalu masukkan air detergent secukupnya.
4. Setelah itu, masukkan pewarna makanan secukupnya.
5. Aduklah sampai merata.
6. Masukkan cuka secara perlahan ke dalam lubang gunung api.
7. amati dengan baik proses yang akan terjadi.
8. Tulislah hasil pengamatan kamu ke dalam tabel seperti di bawah ini:
No. Waktu Pengamatan Hasil pengamatan
1. Bagaimana reaksi ketika
Pewarna dicampur dengan
Soda Kue dan detergent yang
telah dimasukkan ke dalam
lubang gunung api
2. Apakah yang terjadi ketika
Cuka bereaksi dengan
campuran soda kue, detergent
dan pewarna makanan.
158
Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus 2 Pertemuan 1
Tujuan:
untuk simulasi dan mengetahui erupsi gunung api
Alat dan Bahan:
Pewarna makanan
Air detergent
Cuka
Soda kue
Miniatur gunung api
Langkah Kerja:
1. Amati dengan baik miniatur gunung api, alat dan bahan apakah sudah
lengkap.
2. Buka soda kue, masukkan 2 sendok makan ke dalam kawah gunung api.
3. Lalu masukkan air detergent secukupnya.
4. Setelah itu, masukkan pewarna makanan secukupnya.
5. Aduklah sampai merata.
6. Masukkan cuka secara perlahan ke dalam kawah gunung api.
7. amati dengan baik proses yang akan terjadi.
8. Tulislah hasil pengamatan kamu ke dalam tabel seperti di bawah ini:
No. Waktu Pengamatan Hasil pengamatan
1. Apa yang terjadi ketika soda
kue dicampur dengan larutan
detergent
2. Bagaimana reaksi ketika cuka
dimasukkan ke dalam kawah
gunung api yang di dalamnya
terdapat soda kue, detergent,
dan pewarna yang telah di
aduk
159
160
161
Lampiran 10. Soal Evaluasi
Soal Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 1
Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar, berilah tanda silang (x) pada
jawaban yang menurut kamu benar!
1. Lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan
magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi disebut...
a. Gunung
b. Gunung api
c. Gunung everest
d. Gunung kidul
2. Gunung api yang paling mudah di kenali adalah gunung api yang berada di
sepanjang busur...
a. Busur
b. Busur panah
c. Busur cincin api pasifik (Pacific Ring of Fire).
d. Busur patah
3. Busur yang merupakan garis bergeseknya antara 2 lempengan tektonik
disebut...
a. Cincin api pasifik
b. Cincin api
c. Pasifik cincin
d. Gunung api
4. Gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang dikeluarkan
antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida(Co2), Hidrogen Sulfida
(H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang membahayakan
manusia disebut...
a. Lava
b. Lahar
c. Awan
162
d. Gas Vulkanik
5. Coba perhatikan struktur di bawah ini!
- Kawah
- Kaldera
- Rekahan
- Depresi Volcano
Urutan di atas disebut....
a. Struktur Gunung Api
b. Struktur Gunung
c. Struktur Magma
d. Struktur Bumi
6. Gas bumi akan terus menekan endapan magma bersama dengan bebatuan
yang terkubur bersamanya. Hingga akhirnya, tekanan gas bumi yang semakin
tinggi memaksa endapan magma tersebut menyembur keluar dari gunung,
proses ini disebut...
a. Proses Makan
b. Proses Distribusi
c. Proses Erupsi Gunung Api
d. Proses Pengairan
7. Ketika gunung berapi siap untuk memuntahkan isinya, biasanya akan muncul
tanda-tanda seperti...
a. Gempa-gempa Vulkanik
b. Gempa Bumi
c. Gempa Buatan
d. Gempa Tektonik
8. Alat yang digunakan untuk mendeteksi letusan gunung api disebut...
a. Termometer
b. Barometer
c. Seismograph
d. Meteran
163
9. Banjir Bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik
berukuran lempung sampai bongkahan adalah...
a. Banjir Bandang
b. Lahar
c. Awan Panas
d. Awan Debu
10. Material yang sangat halus yang disemburkan oleh gunung api ketika meletus
disebut...
a. Tektonik
b. Lahar
c. Lava
d. Abu Letusan Gunung Api
164
Soal Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 2
Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar, berilah tanda silang (x) pada
jawaban yang menurut kamu benar!
1. Gunung api yang berbentuk kerucut disebut...
a. Strato Vulcano
b. Maar
c. Cinder
d. Bromo
2. Gunung api Tangkuban perahu dan Semeru termasuk ke dalam jenis gunung
api...
a. Cinder cone
b. Strato Vulcano
c. Perisai
d. Tameng
3. Gunung api yang berbentuk tameng disebut...
a. Caldera
b. Cinder cone
c. Shield Vulcano
d. Kerucut
4. Gunung vesuvius di italia termasuk ke dalam jenis gunung api...
a. Cinder Vulcano
b. Kerucut
c. Kaldera
d. Perisai
5. Gunung Maona loa di Hawai disebut...
a. Shield Vulcano (Perisai /Tameng)
b. Gunung Krakatau
c. Gunung Sumbing
d. Gunung Sinabung
165
6. Gunung api ini memiliki karakteristik lubang kepundannya yang berbentuk
seperti corong/kubah dengan kemiringan lereng yang curam disebut...
a. Sumbing
b. Semeru
c. Cinder Vulcano
d. Gunung Kidul
7. Gunung Bromo di Jawa Timur termasuk dalam jenis gunung api...
a. Kaldera
b. Perisai
c. Tameng
d. Kubah
8. Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan disebut...
a. Perisai
b. Tameng
c. Kaldera
d. Kubah
9. Cairan yang keluar saat erupsi gunung api, bersuhu sekitar 1200ᵒc dan dapat
melelehkan batuan di sekitarnya adalah...
a. Magma
b. Lahar
c. Lava
d. Tektonik
10. Batuan padat yang terdapat pada gunung api disebut...
a. Awan debu
b. Lithosfer
c. Pili
d. lahar
166
Soal Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 1
Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar, berilah tanda silang (x) pada
jawaban yang menurut kalian benar!
1. Lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan
magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi disebut...
a. Gunung
b. Gunung api
c. Api gunung
d. Gunung-gunung
2. Gunung api yang paling mudah di kenali adalah gunung api yang berada di
sepanjang busur...
a. Busur
b. Busur panah
c. Busur cincin api pasifik
d. Busur patah
3. Busur yang merupakan garis bergeseknya antara 2 lempengan tektonik
disebut...
a. Busur cincin api pasifik
b. Cincin api
c. Pasifik cincin
d. Gunung api
4. Gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi dan dapat
membahayakan manusia disebut...
a. Lava
b. Lahar
c. Awan
d. Gas Vulkanik
167
5. Banjir Bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik
berukuran lempeng sampai bongkahan disebut…
a. Lava
b. Lahar
c. Awan debu
d. magma
6. Gas bumi akan terus menekan endapan magma bersama dengan bebatuan
yang terkubur bersamanya. Hingga akhirnya, tekanan gas bumi yang semakin
tinggi memaksa endapan magma tersebut menyembur keluar dari gunung,
proses ini disebut...
a. Proses terjadinya gunung api
b. Proses terciptanya gunung
c. Proses Erupsi Gunung Api
d. Proses terjadinya bumi
7. Ketika gunung berapi siap untuk memuntahkan isinya, biasanya akan muncul
tanda-tanda seperti...
a. Gempa-gempa Vulkanik
b. Gempa Bumi
c. Gempa Buatan
d. Gempa Tektonik
8. Alat yang digunakan untuk mendeteksi letusan gunung api disebut...
a. Termometer
b. Barometer
c. Seismograph
d. Meteran
9. cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke permukaan melalui
kawah gunung berapi disebut…
a. Lava
b. Lahar
c. Awan Panas
d. Awan Debu
168
10. Material yang sangat halus yang disemburkan oleh gunung api ketika meletus
disebut...
a. Tektonik
b. Lahar
c. Lava
d. Abu Letusan Gunung Api
169
Soal Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 2
Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar, berilah tanda silang (x) pada
jawaban yang menurut kamu benar!
1. Berikut ini cara penanggulangan bencana gunung api pasca letusan yang
benar adalah…
a. Keluar rumah meskipun belum dinyatakan aman untuk keluar rumah
b. Pergi ke kawah gunung api
c. Berjalan di sekitar gunung api
d. Tinggallah di dalam rumah sampai keadaan dinyatakan aman di luar
rumah.
2. Gunung api yang berbentuk kerucut disebut...
a. Strato Vulcano
b. Maar
c. Cinder
d. Bromo
3. Gunung api Tangkuban perahu dan Semeru termasuk ke dalam jenis gunung
api...
a. Cinder cone
b. Strato Vulcano
c. Perisai
d. Tameng
4. Ikuti perintah pengungsian yang diperintahkan oleh yang berwenang,
merupakan salah satu langkah-langkah dari…
a. Penanggulangan sebelum terjadi letusan
b. Penanggulangan sesudah terjadi letusan
c. Penanggulangan selama terjadi letusan
d. Penanggulangan sebelum dan sesudah terjadi letusan
5. Gunung api yang berbentuk tameng disebut...
a. Caldera
b. Cinder cone
170
c. Shield Vulcano
d. Kerucut
6. Gunung vesuvius di italia termasuk ke dalam jenis gunung api...
a. Cinder Vulcano
b. Kerucut
c. Kaldera
d. Perisai
7. Gunung Maona loa di Hawai disebut...
a. Shield Vulcano (Perisai /Tameng)
b. Gunung Krakatau
c. Gunung Sumbing
d. Gunung Sinabung
8. Berikut ini cara penanggulangan bencana gunung api sebelum terjadi letusan
yang benar adalah….
a. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunung api aktif
b. Mengungsi
c. Tidak keluar rumah
d. Memakai pelindung pernafasan
9. Gunung api ini memiliki karakteristik lubang kepundannya yang berbentuk
seperti corong/kubah dengan kemiringan lereng yang curam disebut...
a. Sumbing
b. Semeru
c. Cinder Vulcano
d. Gunung Kidul
10. Gunung Bromo di Jawa Timur termasuk dalam jenis gunung api...
a. Kaldera
b. Perisai
c. Tameng
d. Kubah
171
172
173
174
175
176
Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
No. Jawaban No. Jawaban
1. B 1. A
2. C 2. B
3. A 3. C
4. D 4. D
5. A 5. A
6. C 6. C
7. A 7. B
8. C 8. D
9. B 9. A
10. D 10. B
Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 2
Pertemuan 1 Pertemuan 2
No. Jawaban No. Jawaban
1. B 1. D
2. C 2. A
3. A 3. B
4. D 4. C
5. B 5. C
6. C 6. A
7. A 7. A
8. C 8. A
9. A 9. C
10. D 10. A
177
Lampiran 11. Foto-foto Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Guru mengkondisikan kelas dan mengecek kesiapan siswa
Gambar 2. Media tiga dimensi ditunjukkan di depan kelas
178
Gambar 3. Guru menjelaskan materi pelajaran
Gambar 4. Siswa mengacungkan tangan untuk bertanya
179
Gambar 5. Peneliti membantu mendistribusikan media tiga dimensi
Gambar 6. Siswa melakukan percobaan media tiga dimensi
180
Gambar 7. Siswa melakukan percobaan media tiga dimensi
Gambar 8. Siswa melakukan percobaan sesuai langkah-langkah percobaan
181
Gambar 9. Siswa senang karena percobaan berhasil
Gambar 10. Siswa berhati-hati dalam melakukan percobaan
182
Gambar 11. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing
Gambar 12. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing
183
Gambar 13. Siswa mengemukakan pendapat mewakili kelompoknya
Gambar 14. Siswa menjawab pertanyaan dari teman kelasnya
184
Gambar 15. Siswa menyelesaikan soal evaluasi
Gambar 16. Siswa menyelesaikan soal evaluasi
185
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian
186
187
188
top related