peningkatan kualitas pembelajaran …... · melimpahkan berkah-nya, memberikan kekuatan dan ... 40...
Post on 05-Feb-2018
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN
PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SISWA KELAS IV
SD NEGERI 02 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
INDAH PRAWATI
K1206026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN
PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SISWA KELAS IV
SD NEGERI 02 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
INDAH PRAWATI
K1206026
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 30 April 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Suharyanti, M. Hum Sri Hastuti, S. S., M. Pd NIP 19490627 198010 2 001 NIP 19690628 200312 2 001
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 21 Mei 2010
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang tanda tangan
Ketua : Dra. Raheni Suhita, M. Hum _______________
Sekretaris : Drs. H. Purwadi _______________
Anggota I : Dra. Suharyanti, M. Hum _______________
Anggota II : Sri Hastuti, S. S., M. Pd _______________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP 19600727 198702 1 001
ABSTRAK
Indah Prawati. K1206026. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SISWA KELAS IV SD NEGERI II KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei. 2010.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak dengan pendekatan Quantum Learning, (2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak dengan pendekatan Quantum Learning.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sedangkan strategi dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 karanganyar yang berjumlah 40 siswa dan mitra adalah guru kelas IV yaitu Surono, S. Pd. Sumber data yang digunakan adalah: (1) peristiwa, yaitu proses pembelajaran yang berlangsung saat pembelajaran menyimak dengan menggunakan pendekatan quantum learning; (2) informan, yaitu pendidik dan anak didik (siswa kelas IV); dan (3) dokumen, yaitu materi menyimak, hasil pekerjaan siswa, hasil wawancara, dan daftar nilai siswa. Uji validatas data yang digunakan adalah trianggulasi metode dan sumber data. Teknik analisis data yang digunakan adalah: (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) verifikasi. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus dan setiap siklus prosedurnya adalah: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah peningkatan persentase kualitas proses dan hasil pembelajaran. Persentase kenaikan kualitas proses pembelajaran dihitung dari kenaikan persentase minat dan motivasi serta keaktifan siswa dalam pembelajaran 75 % siswa yang berminat dan termotivasi serta aktif dalam pembelajaran. Peningkatan hasil pembelajaran dihitung dari kenaikan persentase siswa yang memperoleh nilai minimal 68 saat mengerjakan soal pembelajaran menyimak.
Hasil penelitian adalah: (1) terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak menggunakan pendekatan quantum learning, (2) terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak menggunakan pendekatan quantum learning. Peningkatan kualitas proses dapat dilihat dari kenaikan persentase minat dan motivasi siswa dan keaktifan siswa. Siswa yang mempunyai minat dan motivasi tinggi terhadap pembelajaran menyimak pada siklus I sejumlah 62,5 %, siklus II sejumlah 80 %, dan siklus III sejumlah 88,9 %. Siswa yang aktif dalam siklus I sejumlah 62,5 %, pada siklus II sejumlah 77,5 %, dan pada siklus III sejumlah 80,6 % . Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari kenaikan persentase siswa yang berhasil mengerjakan soal pembelajaran menyimak. Siswa yang tuntas pada siklus I sejumlah 70 %, siklus II sejumlah 72,5 %, dan siklus III sejumlah 80,6 %.
MOTTO
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), ”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(Ali ’Imran : 190 - 191)
PERSEMBAHAN
1. Bapak Waluyo dan Ibu Sartati, orang tuaku tercinta
2. Om Totok dan seluruh keluarga
besar Yoso Sumarto 3. Mas Agus, Handoko, Sarah, dan
Velinna, kakak dan adik-adikku tersayang
4. Fajar, Umi, Yanti, dan Dewi
Nurhayati, sahabatku yang senantiasa memotivasiku
5. Teman-temanku di Bahasa dan
Sastra Indonesia 2006 PBS FKIP UNS
6. FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, almameter tercinta
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis tujukan kepada Allah Swt yang senantiasa
melimpahkan berkah-Nya, memberikan kekuatan dan pertolongan-Nya, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang digunakan sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Banyak
hambatan yang peneliti alami dalam penyelesaian skripsi ini, namun akhirnya
dapat teratasi atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bantuannya,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
izin penulisan skripsi;
2. Drs. Suparno, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
4. Drs. Dra. Suharyanti, M. Hum., dan Sri Hastuti, S. S., M. Pd., selaku
Pembimbing I dan II yang membimbing peneliti dalam penulisan skripsi ini;
5. Dr. Budhi Setiawan, M. Pd., selaku Pembimbing Akademis yang telah
membimbing peneliti selama menempuh studi;
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah membimbing selama menempuh studi;
7. Suwandi Kasino, A. Ma., Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 02
karanganyar yang telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan
penelitian;
8. Surono, S. Pd., selaku Guru kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu peneliti dalam melakukan
penelitian;
9. Siswa siswi kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar;
10. Teman-teman Bastind ’06 atas segala dukungan dan bantuannya; dan
11. Semua puhak yang telah berkenan membantu yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu.
Surakarta, April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ...................................................................... ii
PERSETUJUAN ............................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ................................. 6
A. Landasan Teori ........................................................................... 6
1. Hakikat Menyimak ............................................................... 6
a. Pengertian Menyimak ..................................................... 6
b. Peranan Menyimak ........................................................ 12
c. Tujuan Menyimak ......................................................... 12
d. Jenis-jenis Menyimak ................................................... 13
2. Hakikat Pembelajaran Menyimak di Kelas IV SD ............. 15
a. Pengertian Pembelajaran Menyimak ............................ 15
b. Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak di Kelas IV SD... 17
3. Hakikat Pendekatan Quantum Learning ............................. 21
4. Relevansi Pendekatan Quantum Learning dengan Pembelajaran
Pembelajaran Menyimak di SD ........................................ 27
5. Tes Kemampuan Menyimak untuk Siswa Kelas IV SD....... 28
B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 31
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 32
D. Hipotesis .................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ........................................ 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 35
B. Subjek Penelitian …………………………………………….. 36
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................. 36
D. Sumber Data ............................................................................. 37
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 37
F. Uji Validitas Data ..................................................................... 38
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 38
H. Prosedur Penelitian …………………………………………... 38
I. Indikator Keberhasilan ............................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………… 42
A. Survei Awal ………………………………………………….. 42
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 45
1. Siklu
s I ............................................................................... 45
a. Peren
canaan Tindakan I ............................................... 45
b. Pelak
sanaan Tindakan I ............................................... 47
c. Obse
rvasi dan Interpretrasi .......................................... 49
d. Anali
sis dan Refleksi ................................................... 52
2. Siklu
s II
...........................................................................
.. 56
a. Peren
canaan Tindakan II
............................................. 56
b. Pelak
sanaan Tindakan II
............................................. 59
c. Obse
rvasi dan Interpretrasi
.......................................... 62
d. Anali
sis dan Refleksi
...................................................64
3. Siklus III ............................................................................. 68
a. Perencanaan Tindakan III .............................................. 68
b. Pelaksanaan Tindakan III ............................................ 71
c. Observasi dan Interpretrasi .......................................... 73
d. Analisis dan Refleksi ................................................... 75
C. Pemb
ahasan .............................................................................. 79
D. Indik
ator Keberhasilan ............................................................. 97
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...................... 99
A. Simp
ulan
..................................................................................
99
B. Implikasi .................................................................................
100
C. Saran
....................................................................................
.... 100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 102
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Menyimak Kelas IV ........................................................................... 18
2. Penilaian Kemampuan Menyimak Pantun ......................................... 30
3. Jadwal dan Kegiatan Penelitian ......................................................... 35
4. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian ......................................... 41
5. Nilai Tes Kemampuan Menyimak Siswa
Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Survei Awal .......................... 44
6. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun
Siklus I Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ....................... 53
7. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun
Siklus II Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ........................ 65
8. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun
Siklus III Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ........................ 76
9. Persentase Peningkatan Kualitas proses
Pembelajaran Menyimak ................................................................... 83
10. Persentase Peningkatan Kualitas Hasil
Pembelajaran Meniyimak .................................................................. 83
11. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................. 84
12. Persentase Hasil Capaian Indikator Keberhasilan ............................... 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Bagan Alur Kerangka Berpikir ........................................................... 33
2. Alur Penelitian Tindakan Kelas .......................................................... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Catatan Lapangan I ............................................................................. 112
2. Catatan Lapangan 2 ............................................................................ 125
3. Angket Survei Awal ………………………………………………… 127
4. Hasil wawancara ……………………………………………………. 128
5. Nilai Survei Awal ………………………………………………….. 135
6. Foto Survei Awal …………………………………………………… 136
7. Catatan Lapangan Siklus I …………………………………………. 137
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Siklus 1) ......................... 140
9. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa
Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ................................................. 146
10. Hasil Obsevasi Siklus I Lembar Observasi
Kegiatan Siswa ................................................................................... 153
11. Foto Siklus I ........................................................................................ 154
12. Catatan Lapangan Siklus II ................................................................ 163
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Siklus 2) ......................... 167
14. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun
Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ....................................... 174
15. Hasil Obsevasi Siklus II
Lembar Observasi Kegiatan Siswa .................................................... 181
16. Foto Siklus II ...................................................................................... 182
17. Catatan Lapangan Siklus III ................................................................ 189
18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Siklus 3) ........................... 192
19. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun
Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ....................................... 199
20. Hasil Obsevasi Siklus III
Lembar Observasi Kegiatan Siswa .................................................. 206
21. Angket Siklus 3 ................................................................................. 207
22. Foto Siklus III ................................................................................... 208
23. Lampiran-lampiran lain .................................................................... 216
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa sangat penting untuk diajarkan di sekolah
karena dengan penguasaan terhadap keterampilan berbahasa berarti telah
meningkatkan keterampilan anak didik dalam berbahasa yang mempunyai tujuan-
tujuan dalam tindak bahasa yang digunakan. Bahasa adalah sarana komunikasi
yang penting bagi manusia. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide
atau gagasan kepada orang lain. Keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki
oleh setiap manusia karena bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Salah
satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan menyimak, di samping
keterampilan berbahasa lainnya yaitu keterampilan berbicara, membaca dan
menulis.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan (Henry Guntur Tarigan, 2008: 31). Peristiwa menyimak selalu
diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau pun
melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga
diidentifikasi. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa,
kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicarapun
turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian
diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil
keputusan menerima atau menolaknya.
Menyimak mempunyai peran penting dalam berbagai hal terutama dalam
tindak tutur berbahasa, termasuk di dunia pendidikan keterampilan menyimak
juga sangat diperlukan. Pemberian materi oleh pendidik melalui komunikasi
verbal yang berbentuk ujaran sehingga anak didik perlu menguasai adanya
keterampilan menyimak guna penguasaan materi yang telah disampaikan, karena
itu, keterampilan menyimak seharusnya diajarkan sejak dini dalam pelajaran
berbahasa di sekolah dasar.
Fakta tentang rendahnya kemampuan menyimak juga peneliti temukan
pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar tahun Pelajaran 2009/2010.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas Surono, S. Pd pada hari Rabu, 4
November 2009 diperoleh data bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran
menyimak. Berdasarkan data nilai pada materi pembelajaran menyimak terdapat
47,5 % siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM (≥ 68) SD Negeri 02
Karanganyar. Selain wawancara guru, peneliti juga melakukan observasi kelas
pada saat pembelajaran menyimak berlangsung yaitu pada jam keempat dan
kelima seusai jam istirahat pertama. Hasil data yang diperoleh saat observasi awal
tersebut adalah siswa tidak berminat pada pembelajaran, pada umumnya siswa
tersebut duduk di bangku bagian belakang. Siswa yang tidak berminat terlihat
dari tingkah laku mereka yaitu berbicara dengan teman sebangku, menempatkan
kepala di atas meja dan tidak menghadap ke arah papan tulis. Selain itu siswa
tidak aktif dalam pembelajaran.
Kegiatan menyimak tidak berjalan dengan baik pada kelas IV yang
terlihat pada (1) peserta didik kurang berminat dan tidak termotivasi dalam
pembelajaran, tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatannya sendiri
sehingga tidak menyimak dengan baik. Hal tersebut merupakan hal yang bertolak
dari pengertian menyimak yaitu menyimak sebagai memperhatikan baik-baik
yang diucapkan atau dibaca orang, karena itu dalam menyimak diperlukan suatu
kemampuan khusus. Kemampuan ini berarti kesanggupan, kecakapan, dan
kekuatan yang harus dikuasai oleh peserta didik, (2) beberapa peserta didik masih
kurang mampu dalam menyimpulkan pesan yang telah didengar, dan (3)
rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, terlihat pada sedikitnya siswa
yang maju secara sukarela dan sedikitnya siswa yang merespon pertanyaan yang
disampaikan guru.
Pembelajar harus berpikir aktif selama mereka melakukan kegiatan
menyimak, dengan mengembangkan ‘sikap aktif’ dan ‘strategi aktif’ dalam
memahami apa yang mereka dengar, kemampuan menyimak para pembelajar
akan dan dapat meningkat. Pendapat tersebut mengisyaratkan adanya sikap aktif
dan strategi aktif yang harus terintegrasi dalam pembelajaran menyimak. Siswa
harus menunjukkan sikap aktif dalam mengikuti pembelajaran menyimak.
Demikian halnya, guru juga dituntut untuk dapat menerapkan strategi aktif dalam
melaksanakan pembelajaran menyimak. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar
menyimak yang baik diperlukan pula proses belajar yang baik.
Berdasarkan hal di atas peneliti berdiskusi dengan pihak guru yaitu
Surono, S. Pd untuk memberikan tindakan sebagai solusi dalam masalah
pembelajaran menyimak tersebut. Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran dan akhirnya guru menyetujui solusi yang diberikan peneliti yaitu
dengan pendekatan quantum learning sebagai pendekatan untuk pembelajaran
menyimak.
Pendekatan quantum learning (quantum learning memiliki petunjuk
yang bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
merancang bahan ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan proses
belajar) (DePorter, 2008: 20). Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan
seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta
membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan
minat, dan belajar aktif, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas:
lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya
membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset
penting untuk belajar (DePorter, 2008: 4-5). Peserta didik quantum dikondisikan
ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental
dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan
mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Pendekatan ini dipilih peneliti untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
menyimak.
Menyadari perlunya peningkatan keterampilan menyimak tersebut, maka
penulis mencoba melakukan penelitian tindakan kelas sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak Penulis berharap semoga
penelitian ini dapat berguna bagi para pengguna bahasa pada umumnya dan para
guru bahasa Indonesia khususnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis
memilih judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak dengan
Pendekatan Quantum Learning Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02
Karanganyar?
2. Apakah pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan:
1. Kualitas proses pembelajaran menyimak dengan pendekatan Quantum
Learning siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar.
2. Kualitas hasil pembelajaran menyimak dengan pendekatan Quantum Learning
siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan
pembelajaran menyimak.
b. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan pembelajaran menyimak.
c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya
kajian penelitian tindakan kelas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar.
2) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
3) Memberikan masukan positif untuk mengatasi kesulitan dalam
pembelajaran menyimak.
b. Bagi Siswa
1) Pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar
akan lebih bermakna.
2) Memotivasi siswa untuk tidak cepat putus asa dan berusaha untuk
berubah agar prestasinya meningkat.
3) Sebagai sarana memotivasi siswa agar ikut berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
4) Melatih siswa untuk terampil dalam kegiatan menyimak.
c. Bagi sekolah
1) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah
berdasarkan indikator-indikator pembelajaran menyimak yang telah
ditentukan.
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak baik proses maupun
hasil sehingga menghasilkan siswa yang berkualitas di sekolah
tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hakikat Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik
secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang
ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku
kata, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai
ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang
diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai
lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya (Djago Tarigan, 1992: 4).
Menyimak menjadikan seseorang dapat menyerap informasi atau
pengetahuan yang disimaknya. Menyimak juga memperlancar keterampilan
berbicara dan menulis. Semakin baik daya simak seseorang maka daya serap
informasi atau pengetahuan yang disimaknya juga semakin baik. Keterampilan
menyimak dipelajari saat seseorang masih bayi dan terus berkembang seiring
bertambahnya usia.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas
makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,
penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa
yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Menyimak
adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Henry Guntur
Tarigan (2008: 31) menjelaskan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan.
Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem,
kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat serta
menghafalkannya dalam berbicara, membaca, atau menulis. Petunjuk-petunjuk
dalam belajar berbicara, membaca, ataupun menulis selalu disampaikan melalui
bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan menyimak memang benar-benar
menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis. Semakin banyak yang
bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara, semakin cepat ia
menguasai bahasa yang dipelajarinya (Djago Tarigan, 1992: 9).
Komunikasi lisan dapat berbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua
arah atau satu arah. Komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor
menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan
pembicara bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia
dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam
komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya
komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak,
penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi
sebagai penyimak bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan
teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula, dengan
demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.
Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring
informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui
menyimak. Seseorang dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para
ahli dalam diskusi, seminar, konvensi, atau pertemuan ilmiah. Seseorang pun
dapat mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya dapat di
simak, karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak
adalah sebagai penambah informasi.
Menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa, namun
sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki
jalan yang berliku-liku, artinya yang bersangkutan harus berupaya bersungguh-
sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif.
Bila perhatian seseorang hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak
selama yang bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah
menyimak memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah
dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak
dianggap bersifat aktif-reseptif. Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak
harus menggunakan sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan
itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Saat penyimak menangkap bunyi bahasa,
yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian.
Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan
linguistik. Bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami
maknanya. Penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-
linguistik. Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula
ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta
pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Situasi ini diperlukan kemampuan
mengevaluasi.
Melalui kegiatan menilai ini penyimak telah pada tahap mengambil
keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan.
Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi
atau menanggapi.
Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak
adalah suatu proses. Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap,
yakni pemahaman, penginterpelasian, dan penilaian. Logan dan Greene membagi
proses menyimak atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami,
mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris membagi proses menyimak itu
atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi
(Djago Tarigan, 1992: 13).
Berdasarkan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut
mencakup enam tahap, yakni:
1) mendengar 2) mengidentifikasikan 3) menginterpretasi 4) memahami 5) menilai 6) menanggapi (Djago Tarigan, 1992: 15-16)
Tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang
sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa untuk menangkap bunyi bahasa
itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Bunyi yang sudah
ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata,
kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi
bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan
linguistik, kemudian bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknanya. Perlu
diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang
dimaksudkan oleh pembicara.
Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut
untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah
berikutnya, yakni penilaian. Makna pesan yang sudah dipahami kemudian
ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan
penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan
dan pengetahuan penyimak.
Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang
telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang
diterimanya dapat berwujud berbagai bentuk seperti mengangguk-angguk tanda
setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.
Setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak
dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan
kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat
pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna di samping itu
penyimak dituntut pula dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh
telinganya. Kemampuan menangkap dan mengingat itu harus dilandasi
kemampuan memusatkan perhatian.
Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik
sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya,
kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase
menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan
memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu.
Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan.
Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya
tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat memusatkan perhatiannya kepada
bagian simakan dalam 15 menit pertama, dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu
menyusut menjadi setengahnya. 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya tinggal
seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan
sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya.
Di samping kemampuan memusatkan kemampuan memusatkan perhatian,
masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak,
yakni kemampuan menyimak, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal
yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Saat menyimak berlangsung,
kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar,
perangkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi
bahasa. Fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan simakan, hasil
penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon,
atau tanggapan yang tepat.
Perlu disadari bahwa kemampuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang
sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah
berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan
berikutnya hanya sedikit yang tinggal. Karena itu, diperlukan penyegaran,
misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kembali catatannya,
mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.
Fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan tiga
atau empat kemampuan diantaranya adalah kemampuan linguistik dan non-
linguistik. Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang
pendengaran diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menerjemahkan
pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu. Di sini diperlukan kemampuan linguistik.
Penyimak harus memahami susunan dan makna dari fonem, kata, kalimat paragraf
atau wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh, ekspresi
wajah, cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang
menyertai pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman
makna tepat. Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik.
Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah
itu makna pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini
diperlukan pengalaman yang luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak.
Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan oleh kualitas orang yang mengujinya.
Fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai.
Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak.
Bunyi itu kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu
kemudian dikaji dari berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar
untuk memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Di sini diperlukan kemampuan
memberikan tanggapan.
Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan
pesan, penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian
pesan, dan ketepatan memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang
berbeda menyebabkan reaksi yang berbeda atas makna pesan yang sama.
Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi.
Pesan yang kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak
didukung oleh argumentasi yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran
atau gelengan kepala penyimak. Sebaliknya, pesan yang meyakinkan akan
menghadirkan reaksi mengiyakan, mengangguk, acungan jempol dari penyimak.
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak
diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan
kemampuan penunjang menyimak.
b. Peranan Menyimak
Menyimak mempunyai peranan yang penting sekali bagi kehidupan
manusia. Menyimak, seseorang dapat mengenal bunyi suatu bahasa. Bunyi-bunyi
bahasa yang sering dan berulang-ulang disimak itu akhirnya dapat ditiru,
diucapkan, dan dipraktekkan dalam kegiatan berbicara, dalam hal ini menyimak
berperan sebagai dasar belajar berbahasa.
Sebagai ilustrasi seorang anak dapat mengucapkan kata mamah, papah,
mamam, dan sebagainya, setelah ia sering dan berulang-ulang menyimak
pengucapan kata-kata tersebut dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Tidaklah
heran apabila seorang anak berkebangsaan Inggris dapat mengucapkan kata
bahasa Inggris, karena ia sering dan berulang-ulang menyimak kata-kata bahasa
Inggris dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula, tidaklah heran
apabila anak Jawa dapat mengucapkan kata-kata bahasa Jawa, anak Sunda dapat
mengucapkan kata-kata bahasa Sunda dan sebagainya.
Demikian pula halnya pada saat orang dewasa belajar bahasa asing.
Kegiatan diawali dengan menyimak cara mengucapkan fonem, kata, dan kalimat.
Setelah itu, ia dapat meniru pengucapan fonem, kata dan kalimat tersebut akhirnya
dapat mempraktekkannya dalam berbicara.
Apabila bahasa pembicara sama dengan bahasa penyimak, maka penyimak
dari hasil simakannya akan dapat mengetahui ciri-ciri berbahasa pembicara,
misalnya: pengucapaan, pemilihan kata dan kalimat, gerak-gerik dan mimik dan
pengorganisasian gagasan. Hal ini dapat menunjang kemampuan berbicara
penyimak (Sabarti Akhadiah, 1992: 148).
c. Tujuan Menyimak
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir
dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak.
Alasan inilah yang disebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya
adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan, karena itu dapat
disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau
menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan
menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu
klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak
untuk tujuan :
1) mendapatkan fakta 2) menganalisis fakta 3) mengevaluasi fakta 4) mendapatkan inspirasi 5) menghibur diri 6) meningkatkan kemampuan berbicara (Djago Tarigan, 1992: 5)
Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan
berbicara. Penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi cara
mengorganisasikan bahan pembicaraan, cara penyampaian bahan pembicaraan,
cara memikat perhatian pendengar, cara mengarahkan perhatian pendengar, cara
menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga, dan cara memulai dan
mengakhiri pembicaraan. Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa tujuan
menyimak adalah:
1) Menyimak untuk belajar 2) Menyimak untuk menikmati keindahan audial 3) Menyimak untuk mengevaluasi 4) Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan 5) Menyimak untuk menunjang ide-ide penyimak sendiri 6) Menyimak untuk dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat 7) Menyimak untuk dapat memecahkan masalah secara analisis dan kreatif 8) Menyimak untuk meyakinkan si penyimak terhadap suatu masalah yang
dia ragukan. (Henry Guntur Tarigan, 2008: 52)
d. Jenis-jenis Menyimak
Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat
melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan
khusus yang diperlukan dalam menyimak. Menurut komisi tersebut ada empat
jenis menyimak. Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah
ini :
1) Menyimak marginal: Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran radio adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit atau kecil.
2) Menyimak apresiatif: Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia terpaku dan terpukau dalam menikmati dramatisasi cerita atau puisi, dalam menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara. Secara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.
3) Menyimak atentif: Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk, pengumuman dan perkenalan. Salah satu karateristik jenis menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab dan sejenisnya.
4) Menyimak analisis: Penyimak mempertimbangkan, menelaah, mengkaji isi bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang mereka simak (Djago Tarigan, 1992: 26-27).
Henry Guntur Tarigan (1983: 38-58) berpendapat bahwa menyimak
dibedakan menjadi dua belas jenis, yaitu:
1) Menyimak ekstensif: Sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan atau mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.
2) Menyimak intensif: Kegiatan menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal.
3) Menyimak sosial: Menyimak secara sopan santun daan dengan penuh perhatian percakapan dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud.
4) Menyimak sekunder: Menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif. 5) Menyimak estetik: Meliputi menyimak puisi, musik, membaca bersama
atau drama. 6) Menyimak kritis: Menyimak, yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya
keaslian atau prasangka dan ketidaktelitian yang akan diamati. 7) Menyimak konsentratif: Meliputi menyimak untuk mengikuti petunjuk,
urutan ide, dan lain-lain. 8) Menyimak kreatif: Menyimak yang berakibat dalam pembentukan seorang
anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, penglihatan, gerakan dan perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa yang didengarnya.
9) Menyimak penyelidikan: Menyimak intensif dengan tujuan yang agak lebih sempit.
10) Menyimak interogatif: Menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi dan pemilihan.
11) Menyimak pasif: Penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan teliti.
12) Menyimak selektif: Menyimak yang melengkapi menyimak pasif.
2. Hakikat Pembelajaran Menyimak di Kelas IV SD
a. Pengertian Pembelajaran Menyimak
Pembelajaran berasal dari kata “belajar” mendapat imbuhan pe-an. Kata
belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2002: 2)
Menurut Gino, dkk. (1998: 30), istilah pembelajaran sama dengan
“instuction” atau pengajaran, yang berarti: cara, perbuatan atau mengajarkan.
Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru).
Selanjutnya pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu usaha untuk memberi
stimulus kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat seperti yang
diinginkan, atau bisa juga dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara
sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar-mengajar.
Pendapat lain tentang pembelajaran adalah proses penciptaan kondisi
dan pengorganisasian berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik, dalam
menguasai suatu kompetensi (Dian Sukmara, 2003: 57).
Tumbuhnya perhatian pada pembelajaran menyimak sebagai salah satu
alat penting penerimaan komunikasi dapat dilihat dengan nyata dari sejumlah
literatur. Meningkatnya kepentingan menyimak sebagai suatu objek telaah dan
penelitian dicerminkan oleh kenyataan bahwa “menyimak” telah memperoleh satu
bab khusus pada tahun 1995 dalam keterampilan berbahasa yakni “Review of
Educational Research”. Akan tetapi, Heilman menemui bahwa sedikit sekali
perhatian yang diberikan pada keterampilan-keterampilan menyimak dalam buku-
buku pegangan psikologi pendidikan dan mengeluh akan meningkatnya referensi-
referensi yang samar-samar, bukannya mengkhusus, bagi metode-metode
pengajaran dalam petunjuk-petunjuk kurikulum yang ditelitinya. Donald E. Bird
dan Sam Duker menyajikan bibliografi-bibliografi yang ekstensif mengenai
bahan-bahan yang perlu dalam pengajaran menyimak (Henry Guntur Tarigan,
2008: 12).
Salah satu dari telaah-telaah permulaan yang menunjuk betapa
pentingnya menyimak itu adalah telaah yang dilakukan oleh Paul T. Rankin pada
tahun 1926, yang melaporkan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada
menyimak. Pada tahun 1950 Miriam E. Wilt melaporkan bahwa jumlah waktu
yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyimak di kelas-kelas sekolah dasar
kira-kira satu setengah sampai dua jam sehari, walaupun sekolah-sekolah telah
lama menuntut para siswa menyimak secara ekstensif, namun pengajaran
langsung bagaimana cara yang terbaik untuk menyimak tetap saja terlupakan dan
diabaikan berdasarkan asumsi bahwa hal itu merupakan kemampuan “alamiah”.
Caffrey menemui sedikit hubungan yang terdapat antara usia kronologis
dan kemampuan menyimak di antara para siswa sekolah menengah pertama. Jelas
adanya beberapa kenyataan bahwa pria merupakan penyimak yang lebih baik
daripada wanita (Henry Guntur Tarigan, 2008: 13). Walaupun korelasi-korelasi
antara membaca pemahaman dan menyimak pemahaman agak tinggi, tetapi
jangan pula dilupakan faktor-faktor umum intelegensi, daya, dan kecepatan yang
dimiliki oleh para siswa. Jika hal ini diabaikan, tidak akan dapat dianggap bahwa
pengembangan cara peningkatan dalam membaca akan mengakibatkan pula
pengembangan serta peningkatan dalam menyimak, dalam kenyataannya,
kemampuan menyimak yang melampaui membaca pemahaman di antara para
siswa sekolah dasar menjadi kurang efisien. Implikasi yang terlihat adalah bahwa
pengajaran langsung menyimak adalah penting.
Instruksi dalam menyimak akan bermanfaat sebagai alat uji yang
mengembangkan alat ukur yang lebih baik. Kini beberapa tes standar mengenai
menyimak telah tersedia pada tingkatan-tingkatan sekolah dasar, sekolah
menengah, dan perguruan tinggi. Perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku
serta peningkatan-peningkatan dalam dinamika-dinamika kelompok sebagai suatu
akibat peningkatan menyimak merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang penting
di mana tes-tes buku belum tersedia (Henry Guntur Tarigan, 2008: 14)
Berdasarkan pengertian pembelajaran dari beberapa ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran menyimak adalah proses kegiatan
belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan agar siswa mampu
melakukan kegiatan komunikasi secara tidak langsung untuk menerima pesan
dengan menggunakan wacana lisan (suara) sebagai medianya.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak di Kelas IV SD
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan
pengetahuan keterampilan berbahasa Indonesia dan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia. Sebagai sebuah program, berarti pembelajaran harus memiliki
perencanaan dan pengorganisasian yang baik ( Sabarti Akhadiah, dkk, 1992: 11)
Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdiri dari empat
standar kompetensi yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Setiap standar kompetensi dibagi lagi menjadi beberapa kompetensi
dasar. Pembelajaran menyimak di sekolah dasar disamakan dengan pembelajaran
mendengarkan. Pembelajaran menyimak terdiri dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar, berikut merupakan tabel standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang terdapat dalam silabus bahasa Indonesia kelas IV SD semester 2.
Tabel 1. standar kompetensi dan kompetensi dasar menyimak Kelas IV
Standar Kompetensi Kompetensi
Dasar
Indikator
Semester 2
Mendengarkan/Menyimak
Mendengarkan pembacaan
pantun
Menirukan
pembacaan pantun
anak dengan lafal
dan intonasi yang
tepat.
1. Menirukannpembacaan
pantun
2. Membaca pantun
dengan lafal yang
tepat
3. Membaca pantun
dengan intonasi yang
tepat
4. Menyimak pantun
5. Menjelaskan isi pantun
Pembelajaran menyimak di semester 2 untuk kelas IV adalah menyimak
pantun. Pantun adalah sejenis puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam tiap-
tiap rangkap yang mempunyai pembayang dan maksud. Pantun adalah sajak
pendek, tiap-tiap kuplet biasanya empat baris (abab) dan dua baris yang dahulu
biasanya untuk tumpuan sahaja. Pantun adalah perkataan pantun itu pada mulanya
dahulu dipakai orang dengan makna seperti, umpama, laksana.
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal
dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai
parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun
terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan
pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya
merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua
bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris
pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Peran pantun sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai
penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih
seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang
berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.
Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga
sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya
dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-
main dengan kata.
Seperti halnya puisi, pantun juga dibaca disertai dengan irama.
Hal ini bertujuan agar isi pantun enak didengar dan memberi kesan
mendalam bagi yang mendengarnya. Pada saat membacakan pantun, lafal,
intonasi, dan ekspresinya harus tepat. Hal ini dimaksudkan agar pantun yang
disampaikan dapat dinikmati, direnungkan maknanya, dan isinya dapat diterima
atau ditangkap dengan baik oleh pendengar. Azhar (2009 dalam http:
//alyandthenongkojajar.blogspot.com) unsur yang harus ada dalam pembacaan
pantun:
1) Pelafalan
Ketika membacakan pantun, pelafalan harus jelas. Fonem-fonem yang
dilafalkan harus tepat agar tidak menimbulkan salah tafsir. Fonem-fonem
konsonan dan fonem-fonem vokal harus diperhatikan, misalnya: bola pola.
Kata bola dan pola harus dilafalkan dengan jelas agar tidak menimbulkan
salah tafsir. Fonem /b/ pada kata bola dan fonem /p/ pada kata pola
merupakan fonem yang dihasilkan oleh artikulator yang sama, yaitu bibir
atas dan bibir bawah. Kedua fonem itu disebut fonem bilabial.
2) Intonasi
Intonasi adalah lagu kalimat atau ucapan yang ditekankan pada
suku kata atau kata sehingga bagian itu lebih keras (tinggi) ucapannya dari
bagian yang lain. Intonasi dapat ditandai oleh naik-turunnya nada pada
kata atau kalimat. Penandaannya dapat menggunakan garis naik untuk
nada tinggi, garis turun (V) untuk nada rendah, dan garis horizontal (–)
untuk nada datar.
Pickering dan Hoeper berpendapat bahwa nada suara, walaupun
diekspresikan secara eksplisit atau implisit dapat memberikan gambaran
kepada pembaca watak si tokoh, apakah ia seorang yang percaya diri,
sadar akan dirinya atau pemalu, demikian pula sikap ketika si tokoh
bercakap-cakap dengan tokoh lain (Albertine Minderop, 2005: 33).
3) Ekspresi
Ekspresi atau mimik muka pada saat membaca pantun dapat
berbeda-beda. Ketika membaca pantun jenaka, ekspresi wajah harus
menampilkan mimik gembira, ceria, dan suka cita. Begitu pula ketika
membacakan pantun yang berisi kesedihan, ekspresi wajah harus sesuai.
Misalnya: mimik sedih, gembira, dan lain-lain di depan cermin.
Bahasa (gesture) atau ekspresi wajah biasanya tidak terlalu
signifikan untuk dibandingkan dengan tingkah laku, namun tidak
selamanya demikian. Kadangkala tingkah laku samar-samar atau spontan
dan tidak disadari sering kali dapat memberikan gambaran kepada
pembaca tentang kondisi batin, gejolak jiwa tau perasaan si tokoh
(Albertine Minderop, 2005: 33).
Pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Jumlah larik (baris) setiap bait empat.
b) Jumlah suku kata setiap larik delapan hingga dua belas suku kata.
c) Di akhir larik, terdapat aturan ritma, yaitu a b a b.
d) Baris pertama dan kedua berupa sampiran.
e) Baris ketiga dan keempat berupa isi.
Contoh:
Buat apa kain kebaya (a)
Kalau tidak pakai selendang (b)
Buat hidup kaya (a)
Kalau tidak suka sembahyang (b)
Hentakan irama di akhir larik sangat terasa. Kekuatan bunyi irama
menimbulkan kesan indah. Pengulangan bunyi ya pada larik pertama dan larik
ketiga. Begitu pula pengulangan bunyi ang pada larik kedua dan keempat.
(Azhar dalam http://alyandthenongkojajar.blogspot.com, diakses 15
November 2009)
3. Hakikat Pendekatan Quantum Learning
Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat
belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa
teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang
sudah populer dan umum digunakan. (DePorter, Bobbi. Reardon, Mark & Nurie,
Sarah Singer. 2003 dalam http://kafeguru.blogspot.com)
Nyoman Degeng menyebut pendekatan quantum teaching sebagai
“orkestra pembelajarn yang penuh dengan suasana bebas, santai, menakjubkan,
menyenangkan, dan menggairahkan.” Penciptaan suasana seperti itu, dapat:
a. dibangun motivasi b. ditumbuhkan simpati dan saling pengertian c. dibangun sikap takjub kepada pembelajaran d. dibangun perasaan saling memiliki e. dapat memberikan keteladanan (Andayani, 2008: 18-19)
Quantum Learning pada dasarnya adalah suatu konsep belajar dengan
membiasakan belajar dengan suasana nyaman dan menyenangkan. Suasana
tersebut dapat membantu orang untuk berkonsentrasi dengan mudah mengerjakan
pekerjaan mental dengan rileks. Bobbi DePorter (2008: 45) mengembangkan
teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa
menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan
realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari
upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan
eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil
apa pun memberikan sugesti positif atau negatif, untuk mendapatkan sugesti
positif, beberapa teknik digunakan. Murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman.
Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain
ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima,
menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan
orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di
ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada
penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus,
dan tempat belajar yang teratur (Septiawan Santana Kurnia, 2008 dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id)
Quantum learning merupakan salah satu pembelajaran yang
menyenangkan. Pembelajaran harus menarik dan menyenangkan karena
pembelajaran yang menarik berarti mempunyai unsur menggelitik bagi siswa
untuk terus diikuti, dengan begitu, siswa mempunyai motivasi untuk terus
mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran
cocok dengan suasana yang terjadi dalam diri siswa. Kalau siswa tidak senang,
pasti juga siswa tidak ada perhatian. Ujung-ujungnya pasti siswa jenuh dan masa
bodoh ( Suyatno, 2005: 1).
Suasana menyenangkan dalam pembelajaran dapat dicitakan guru
dengan merancang dan menerapkan berbagai strategi. Komunikasi dan interaksi
guru dengan peserta didik yang terbuka dan penuh keriangan dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan. Lingkungan fisik belajar yang kondusif
memungkinkan siswa dapat beraksi dan berkreasi dengan penuh motivasi.
Penataan suasana hati dengan musik dapat meningkatkan kegairahan belajar
(Darmansyah, 2007: 41).
DePorter (2008: 54) dalam pembelajaran Quantum Learning ada ciri
spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu informasi
yang diberikan. Ciri-ciri tersebut adalah: Learning To Know yang artinya belajar
untuk mengetahui, Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan,
Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri, dan Learning
To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan.
Quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah
menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif
dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi,
menggunakan apa yang anda pelajari untuk keuntungan anda, mengupayakan agar
segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan
dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi
belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman
belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” Quantum
learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat”.
Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan
sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik
quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik
maupun mental, dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar
diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman
belajar. Quantum Learning membahasakan kegembiraan dengan terbangunnya
emosi positif, seseorang yang dapat membangun emosi positif di dalam dirinya,
tentulah ia akan dapat menghadirkan suasana gembira. Frederickson menyebutkan
empat keadaan emosi positif: joy (kegembiraan), interest (ketertarikan),
contentment (kepuasaan atau kelegaan), dan love (cinta atau kasih sayang).
Bayangkan jika setiap selesai proses belajar mengajar, senantiasa memiliki emosi
positif (Indra Munawar, 2009 dalam http://.blogspot.com/2009/06/quantum-
learning.html).
Deporter (2008: 4-5) Quantum Learning membahasakan kegembiraan
dengan terbangunnya emosi positif, seseorang yang dapat membangun emosi
positif di dalam dirinya, tentulah ia akan dapat menghadirkan suasana gembira.
Frederickson menyebutkan empat keadaan emosi positif: joy (kegembiraan),
interest (ketertarikan), contentment (kepuasaan atau kelegaan), dan love (cinta
atau kasih sayang). Bayangkan jika setiap selesai proses belajar mengajar,
senantiasa memiliki emosi positif. Apabila emosi positif terus dibangun, tentulah
hal-hal yang berkaitan dengan kehormatan diri dan kepercayaan diri akan semakin
meningkat dan akhirnya, keberhasilan dalam proses belajar mengajar pun tidak
harus dicapai secara 100%. Keberhasilan dapat dicapai di bawah 100% asal
kemudian pencapaian itu terus dapat ditingkatkan akibat dari rasa senang yang
terus menjalar di dalam diri dan proses peningkatan pencapaian kesuksesan dalam
belajar atau mengajar hanya dapat tercapai dengan membangun emosi positif.
Quantum learning memiliki petunjuk yang bersifat spesifik untuk
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyampaikaan isi pembelajaran,
dan memudahkan proses belajar (Deporter, 2008: 4-5).
Cara efektif pelaksanaan quantum learning salah satunya adalah dengan
memotivasi dan menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan
yang dikenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) (Andayani, 2008: 20).
1) TUMBUHKAN Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya
Bagiku (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan pelajar. Penerapan prosedur
T (tumbuhkan) dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas, misalnya:
menyanyi, bertepuk tangan, dan bermain.
2) ALAMI Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua pelajar. A ( alami) yaitu kegiatan dimana murid mulai memasuki
proses belajar dalam pembelajaran. Alami dalam TANDUR menggunakan
permainan yang memanfaatkan media gambar yaitu permainan teka-teki
pantun rumpang. Permainan ini dimaksudkan agar siswa dapat
merumuskan pemahaman tentang suatu konsep: kaidah-kaidah asas
(prinsip), unsur-unsur pokok, proses dan hasil (Suyatno, 2005: 12).
3) NAMAI Prosedur N (namai) yaitu prosedur dimana murid berkesempatan
mengaktualisasikan dirinya menemukan konsep-konsep.
4) DEMONSTRASIKAN D (demonstrasikan) yaitu berwujud aktivitas gerak. aktivitas dapat
dilakukan dengan praktik. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk
“menunjukkan bahwa mereka tahu”.
5) ULANGI
Prosedur U (ulangi) yaitu pengulangan tindakan yang sudah
dipelajari sebelumnya yang bertujuan agar penguasaan materi belajar
semakin baik. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan
menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.
6) RAYAKAN R (rayakan) yaitu murid diberi respon-respon khusus dari guru
maupun dari murid-murid lain dikelasnya secara serentak. Respon tersebut
pada umumnya berbentuk applause, gerakan toss yang diberikan guru
kepada muridnya, dan memberi seruan dengan kata-kata serentak disertai
gerakan dua tangan diangkat ke atas. Pengakuan untuk penyelesaian,
partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Adanya keunggulan-keunggulan yang terdapat dalam metode
quantum learning karena quantum learning merupakan metode gabungan dari
beberapa prinsip belajar yaitu teori sugestologi, teknik pemercepatan belajar,
neurolinguistik, teori keyakinan dan konsep-konsep dasar belajar. Keunggulan
tersebut, antara lain:
a. Dapat memahami materi dengan cepat
b. Dapat memperkuat pemahaman terhadap materi
c. Dapat menciptakan lingkungan dengan mudah
d. Dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah
Pembelajaran quantum memiliki karakteristik umum yang dapat
memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang
tampak membentuk sosok pembelajaran quantum, sebagai berikut:
a. Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif. b. Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis. c. Pembelajaran quantum lebih bersifat konstruktivistis. d. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu
dan bermakna. e. Pembelajaran quantum sangat menekankan pemercepatan pembelajaran
dengan taraf keberhasilan tinggi. f. Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran. g. Pembelajaran quantum menekankan kebermaknaan dan kebermutuan
proses pembelajaran.
h. Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
i. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis dan keterampilan hidup (Sugiyanto, 2009: 73-77).
Quantum learning for teachers professional development programs train
educators in the ”how to: of facilitating the learning process, covering both theory and implementation. Core components include the steps to building a strong foundation, a positive atmosphere of rapport and respect and a supportive environment. The training includes specific teaching strategies, content delivery, curriculum design and learning and life skills. Programs consist of staff development, classroom coaching and reinforcement, and incorporate proven methods to: infuse joy into learning, accelerate learning, make content more meaningful, improve classroom behavior, build rapport and self esteem, and support standards-based curriculum (Sarah Singer-Nourie, 1998: 7).
Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa quantum learning bagi para
pendidik merupakan program pengembangan profisional yang melatih pendidik
dalam “bagaimana” memfasilitasi proses pembelajaran yang mencakup langkah-
langkah untuk membangun sebuah pondasi yang kuat, sebuah hasil maupun
respek yang positif serta lingkungan yang mendukung. Pelatihan tersebut
mencakup strategi pembelajaran khusus, penyampaian isi, desain kurikulum dan
pembelajaran serta keahlian. Program-programnya meliputi staf pengembangan,
kelas pelatihan dan penguatan kembali serta metode yang bertujuan untuk
menghadirkan kesenangan dalam pembelajaran, pembelajaran akselerasi,
membuat pembelajaran lebih bermakna, meningkatkan perilaku dalam kelas,
membangun hasil dan penghargaan diri serta mendukung kurikulum berdasar
standar.
Quantum learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh
siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami
apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus
mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya.
Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang
yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara quantum
learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami
dengan suasana yang menyenangkan.
3. Relevansi Pendekatan Quantum Learning dengan Pembelajaran
Menyimak di SD
Quantum Learning memiliki prinsip serta petunjuk teknis untuk
menciptakjan lingkungan belajar yang efektif, maka sejumlah prinsip dan
petunjuk yang dimiliki quantum learning relevan apabila diterapkan di dalam
pembelajaran menyimak di sekolah dasar karena pembelajaran menyimak di
sekolah dasar memiliki masalah yaitu siswa yang sering ramai senidiri, melamun,
berdiskusi sendiri, dan lain-lain.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas
makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,
penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai
bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan
maknanya (Djago Tarigan, 1992: 16). Menyimak adalah suatu proses kegiatan
menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan. Henry Guntur tarigan (2008: 31) menjelaskan
bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan.
Materi menyimak yang akan disajikan dalam pembelajaran menyimak
untuk kelas IV SD adalah berupa teks pantun dari pihak guru maupun siswa,
cerita-cerita dari siswa yang dijadikan sumber pembuatan pantun, rekaman
pembacaan pantun, dan lain-lain. Setelah itu akan diterapkan pendekatan quantum
learning, agar menyimak menjadi kegiatan yang prioritas dan menyenangkan di
sekolah, maka penciptaan orkestra pembelajaran, seperti yang terkandung dalam
model quantum learning dapat diangkat menjadi model pembelajaran menyimak.
Hal ini menjadi relevan dengan pembelajaran menyimak yang sesuai
dengan hakikatnya, sehingga siswa akan dapat mencapai cheers (kepuasan) dan
applause (kekaguman). Di dalam mewujudkan pembelajaran menyimak yang
dapat mencapai kepuasan dan kekaguman di sekolah dasar, salah satu teknik yang
dapat diwujudkan yaitu dengan mengintegrasikan pembelajaran menyimak
dengan materi yang disenangi siswa. Hal ini bermanfaat untuk membangkitkan
siswa.
5. Tes Kemampuan Menyimak untuk Siswa SD Kelas IV
Burhan Nurgiyantoro (2001: 161) di dalam pengajaran bahasa tes
kebahasaan merupakan salah satu hal yang krusial dan wajib dilakukan. Melalui
kegiatan tes tersebut dapat dilakukan penilaian secara obyektif, khususnya
terhadap hasil belajar bahasa siswa.
Pengajaran karya sastra Indonesia tidak berdiri sendiri sebagai sebuah
mata pelajaran yang mandiri, akan tetapi merupakan bagian dari mata pelajaran
bahasa Indonesia (Burhan nurgiyantoro, 2001: 319). Pada umumnya, di dalam
KTSP Sekolah Dasar, pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan
secara tematik dan sastra diintregasikan dengan keempat aspek keterampilan
berbahasa. Salah satunya diintregasikan dengan keterampilan menyimak.
Penilaian kemampuan menyimak pantun untuk siswa sekolah dasar
sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan tes kesastraan kategori Moody dan
tes dalam bentuk pragmatik untuk kemampuan siswa menjelaskan isi pantun yang
telah disimak. Tes tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan
perkembangan kejiwaan dan kemampuan kognitif siswa (Burhan Nurgiyantoro,
2001: 340). Indikator yang tercantum dalan KTSP mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar dalam standar kompetensi
mendengarkan pembacaan pantun menyebutkan bahwa siswa harus mencapai
poin untuk mampu menjelaskan isi pantun, menyimpulkan ciri-ciri pantun,
membaca intonasi dan lafal yang tepat, dan membuat pantun.
Bentuk tes kesastraan kategory Moody dalam Burhan Nurgiyantoro
(2001: 340-345) terbagi menjadi:
a. Tes kesastraan tingkat informasi
Tes kesastraan tingkat informasi dimaksudkan untuk mengungkap
kemampuan siswa yang berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan
dengan sastra, misalnya mengenai unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik
karya sastra.
b. Tes kesastraan tingkat konsep
Tes kesastraan tingkat konsep berkaitan dengan persepsi tentang
bagaimana data-data atau unsur karya sastra diorganisasikan. Pengerjaan
butir-butir soal tingkat konsep diperlukan anlisis secara kritis dan
menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam karya sastra. Tes
kesastraan tingkat konsep juga tidak sulit untuk dijadikan tes bentuk
objektif, tentu saja dipilih hal-hal yang memungkinkan, juga dengan
pertimbangan tertentu, misalnya pertimbangan praktis.
c. Tes kesastraan tingkat perspektif
Tes kesastraan tingkat perspektif berkaitan dengan pandangan
siswa sehubungan dengan karya sastra yang dinikmati. Bentuk tes pada
tingkat perspektif menuntut siswa untuk mampu menghubungkan antara
sesuatu yang ada di dalam karya sastra dengan sesuatu di luar karya sastra
tersebut. Bentuk tes esai memang lebih tepat untuk mengungkap
kemampuan siswa tingkat perspektif, namun bukan berarti tes objektif
tidak dapat digunakan, walaupun tidak mudah disusun atau kurang
menghemat waktu.
d. Tes kesastraan tingkat apresiasi
Tes kesastraan tingkat apresiasi terutama berkisar pada
permasalahan dan atau kaitan antara bahasa sastra dengan linguistik.
Kemampuan kognitif yang dituntut untuk mengerjakan butir-butir tes
tingkat apresiasi adalah kemampuan kognitif tingkat tinggi. Siswa dituntut
untuk mampu mengenali, menganalis, membandingkan,
menggeneralisasikan, dan menilai bentuk-bentuk bahasa yang
dipergunakan dalam karya-karya yang dibahas.
Tabel 2. Penilaian Kemampuan Menyimak Pantun
No. Aspek yang dinilai Skor Skor
Maksimal
1. Ketepatan menirukan pembacaan pantun
a. tepat
b. kurang tepat
c. tidak tepat
3
2
1
3
2. Ketepatan membacakan pantun dengan lafal
tepat
a. tepat
b. kurang tepat
c. tidak tepat
3
2
1
3
3. Ketepatan membacakan pantun dengan
intonasi tepat
a. tepat
b. kurang tepat
c. tidak tepat
3
2
1
3
4. Kelengkapan menulis hasil simakan
a. lengkap
b. kurang lengkap
c. tidak lengkap
3
2
1
3
5. Kelengkapan menjelaskan isi pantun
a. lengkap
b. kurang lengkap
c. tidak lengkap
3
2
1
3
Jumlah 15
Perolehan skor
Nilai akhir = X skor ideal (100) =
skor maksimal
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan penelitian dari
1. Doni Prahastomo yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Keterampilan menyimak Menggunakan Media Film Animasi
pada Siswa Kelas VI SDN Carangan Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008”,
yang berkesimpulan: (1) Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran
keterampilan menyimak menggunakan media film animasi. (2) Terjadi
peningkatan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menyimak
menggunakan media animasi. (3) Kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak menggunakan media film
animasi sudah dapat diatasi.
2. Penelitian dari Moh Roza Ashari yang berjudul “Pemanfatan Media Rekaman
Monolog dan Dialog untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak
pada Siswa Kelas X SMA Batik 1 Surakarta”, Yang berkesimpulan: (1)
Terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak pada siswa
kelas X SMA Batik dan (2) Terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran
menyimak pada siswa kelas X SMA Batik.
3. Penelitian dari Sri Mulyani Dwi Hastuti yang berjudul “Bahan Ajar Apresiasi
Puisi untuk SMA dengan Pendekatan Quantum Learning (Penelitian
Pengembangan di SMP Negeri 10 Surakarta), yang berkesimpulan: (1) Bahan
materi ajar apresiasi puisi yaang dibutuhkan oleh guru dan siswa di SMP
Negeri 10 Surakarta adalah materi ajar yang menyenangkan, bervariasi, daan
sesui kebutuhan murid. (2) Protype pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
khususnya apresiasi puisi secara terpadu telaah dikembangkan melalui
persiapan dan eksplorasi menjadi produk awal buku materi ajar apresiasi puisi
dengan pendekatan quantum learning. (3) Model pembelajaran terpadu
apresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning diyakini sangat sesuai
untuk siswa SMP Negeri 10 Surakarta.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran menyimak seringkali kurang mendapatkan tempat yang
proporsionaal dibandingkan pembelajaran kerterampilan berbahasa lainnya.
Sesuai kurikulum yang ada pembelajaran bahasa Indonesia harus
mengintregasikan keempat aspek keterampilan berbahasa dalam tiap bahasan atau
tema baik pada kemampuan bahasa maupun kemampuan bersastra.
Berdasarkan dari hasil wawancara guru dan siswa serta observasi kelas
pada saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan peneliti, menyimak pada
siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat
dari nilai siswa dalam materi menyimak pada semester I yang hanya mencapai
47,5 % siswa masih mendapat nilai di bawah standar ketuntasan minimal untuk
mata pelajaran bahasa Indonesia SD Negeri 02 Karanganyar yaitu 68.
Faktor penyebab dari rendahnya kemampuan menyimak siswa, sebagai
berikut:
1. Siswa kurang berminat dan kurang termotivasi pada pembelajaran
menyimak. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa pembelajaran
menyimak merupakan materi yang tidak menyenangkan.
2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3. Guru mengalami kesulitan dalam menemukan pendekatan yang tepat
untuk pembelajaran menyimak. Guru bercerita bahwa siswa sering
mengalihkan perhatian, diskusi dengan teman sebangku, dan melamun.
Masalah tersebut melatarbelakangi alasan peneliti menggunakan
pendekatan quantum learning dalam pembelajaran menyimak. Nyoman Degeng
menyebut pendekatan quantum teaching sebagai “orkestra pembelajaran yang
penuh dengan suasana bebas, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan
menggairahkan”. Dengan penciptaan suasana seperti itu, dapat:
1. dibangun motivasi 2. ditumbuhkan simpati dan saling pengertian 3. dibangun sikap takjub kepada pembelajaran 4. dibangun perasaan saling memiliki 5. dapat memberikan keteladanan (Andayani, 2008: 18)
Pendekatan quantum learning dipilih agar kualitas pembelajaran
menyimak siswa dapat meningkat sehingga prestasi siswa dalam pembelajaran
menyimak pun juga dapat ikut meningkat. Pendekatan quantum learning dipilih
berdasarkan asumsi peneliti bahwa dalam pendekatan tersebut menerapkan
langkah-langkah pembelajaran yang variatif dan menyenangkan sehingga peserta
didik diharapkan dapat terangsang melalui pendekatan tersebut.
Gambar dari alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Siswa kurang berminat dan tidak termotivasi dalam pembelajaran
menyimak
Guru kesulitan dalam menentukan pendekatan
yang tepat untuk meningkatkan
pembelajaran menyimak
Kemampuan Menyimak Siswa
Rendah
Pendekatan quantum learning sebagai pendekatan pembelajaran menyimak
(Penelitian Tindakan Kelas)
Kualitas proses pembelajaran menyimak
siswa meningkat
Kualitas hasil pembelajaran menyimak
siswa meningkat
D. Hipotesis Tindakan
Peneliti dan guru akan merencanakan dan melakukan tindakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak siswa dengan menggunakan
pendekatan quantum learning dengan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak dengan
pendekatan quantum learning siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak dengan
pendekatan quantum learning siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009/2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Karanganyar yang
beralamat di jalan Abdulrahman Saleh, Tegalmulyo, Karanganyar. Sekolah ini
memiliki enam kelas dari kelas satu hingga kelas enam. Penelitian ini diflakukan
pada siswa kelas IV. Alasan pemilihan SD Negeri 02 Karanganyar karena
terdapatnya permasalahan dalam kegiatan pembelajaran menyimak. Waktu
penelitian dari bulan November 2009 sampai dengan April 2010.
Tabel 3. Jadwal dan Kegiatan Penelitian
No. Jadwal Kegiatan
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Maret 2010
April 2010
1. Persiapan awal sampai penyusunan proposal
2. Persiapan instrument
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Penyusunan Laporan
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 karanganyar.
Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah 40 siswa, 21 putri dan 19
putra dan yang dijadikan guru kolaborator adalah guru pengampu kelas IV yaitu
Surono, S. Pd.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas adalah pencermatan terhadap pembelajaran berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi secara bersama. Suharsimi
Arikunto dkk (2007: 3) penelitian tindakan kelas adalah kerjasama untuk
menghasilkan kinerja sekolah yang lebih baik dengan terjalinnya kerjasama antara
pihak peneliti dengan pihak sekolah baik pendidik maupun anak didik.
Supardi (dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007:
110) menyatakan bahwa karakteristik PTK meliputi: (1) inkuiri reflektif, yaitu
kegiatan penelitian berdasarkan ada pelaksanaan tindakan (proactive driven) dan
pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven),
(2) kolaboratif, yaitu upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan
guru, dan (3) reflektif, PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap
proses dan hasil penelitian.
Langkah-langkah pelaksanan PTK dilakukan melalui lima tahap, yaitu:
hipotesis tindakan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
interpretasi, dan analisis dan refleksi tindakan. Strategi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data berbentuk lisan dan tertulis, dan bukan data
yang berupa angka-angka. Data yang sudah diperoleh dideskripsikan kemudian
disimpulkan. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan
kenyataan di lapangan. Peneliti memberikan gambaran dan menjelaskan berbagai
fenomena dalam pelaksanaan tindakan serta hasil penelitian dalam data tertulis.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Peristiwa, yaitu peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu
proses pembelajaran yang berlangsung saat pembelajaran menyimak dengan
menggunakan pendekatan quantum learning.
2. Informan, yaitu pendidik dan anak didik (siswa kelas IV).
3. Dokumen, yaitu materi pembelajaran, hasil pekerjaan siswa, hasil wawancara,
dan daftar nilai siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan
pembelajaran menyimak yang dilakukan oleh guru dan siswa. Salah satu
teknik pengumpulan data adalah observasi dengan memahami apa yang diteliti
(Rochiati Wiraatmadja, 2007: 104). Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif.
Pemimpin jalannya pembelajaran yaitu guru pengampu kelas IV itu sendiri,
Surono, S. Pd. Pengamatan dilakukan sebelum dan selama penelitian
berlangsung.
2. Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi
guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran,
penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan. Denzin (dalam Rochiati Wiraatmadja, 2007: 117) wawancara
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-
orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal
yang dipandang perlu.
3. Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden (Suharsimi arikunto, 1996: 139).
Sarwiji Suwandi (2009: 51) dengan menganalisis informasi yang diperoleh
melalui angket dapat diketahui peningkatan proses atas kegiatan siswa serta
dapat diketahui ada tidaknya peningkatan motivasi siswa. Jenis angket terbagi
10
menjadi empat, yaitu: (1) angket langsung yang ertutup, (2) angket langsung
yang terbuka, (3) angket tak langsung yang tertutup, dan (4) angket tak
langsung yang terbuka (Sanapiah Faisal, 1981: 5) Pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara meminta informan untuk menjawab beberapa
pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan
angket yang dibagikan kepada siswa kelas IV yang berjumlah 40 siswa.
F. Uji Validitas Data
Uji validitas data dilakukan agar data yang diperoleh valid. Uji validitas
yang dilakukan:
a. Triangulasi metode
Membandingkan data dari metode yang berbeda. Peneliti menguji kebenaran
data yang diperoleh melalui observasi dengan wawancara dan angket.
b. Triangulasi sumber data
Membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi
yang telah diperoleh.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis data yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (H.B Sutopo, 2002: 96). Teknik analisis
interaktif terdiri dari tiga tahap yaitu (1) reduksi data: proses menyeleksi,
menentukan fokus, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam
catatan lapangan. (2) display data: setelah data direkdusi maka data perlu
disajikan secara rapi agar memudahkan kesimpulan atau menentukan tindakan
selanjutnya. (3) verifikasi atau penarikan kesimpulan dalam tahap ini dilakukan
secara bertahap pada akhir setiap siklus.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan
tindakan, (2) pelaksanan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
si.
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2007: 74)
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I
Pengamatan/ Pengumpulan
Data I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan/ Pengumpulan
Data II
Dilanjutkan ke Siklus
Berikutnya
Apabila Permasalahan
Belum Terselesaikan
Rancangan prosedur penelitian tindakan kelas tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Siklus I
a. Merencanakan tindakan, meliputi: media audiovisual (rekaman lagu
dalam bentuk CD), pantun rumpang, dengan media gambar, skenario
pembelajaran, RPP, instrumen tes (unjuk kerja kelompok dan
individu), dan instrumen nontes (pedoman observasi).
b. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam skenario
pembelajaran siklus I.
c. Melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran.
d. Membuat refleksi atas tindakan pada siklus I oleh guru dan peneliti.
2. Siklus II dan Siklus Berikutnya
Siklus II, dilakukan sebagai tindakan untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang ada pada siklus sebelumnya, tahap-tahap yang dilakukan
sama seperti pada siklus I, akan tetapi sebelumnya dilakukan perencanaan
ulang berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, sehingga kelemahan yang
ada pada siklus I tidak terulang pada siklus II. Demikian juga pada siklus
berikutnya, juga sama dengan siklus sebelumnya, hanya saja merupakan
perwujudan tahap pelaksanaan observasi dan interpretasi serta analisis
refleksi pada siklus sebelumnya.
I. Indikator Keberhasilan
Pengukuran keberhasilan tindakan, dilakukan peneliti dengan
merumuskan indikator-indikatornya. Indikator keberhasilan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 4. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian
Aspek
yang
Diukur
Kondisi
Awal
Kondisi
Akhir
Persentase
Target
Capaian
Indikator
Keberhasilan
1. Proses
Pembelajaran
a. Minat
siswa dan
motivasi
siswa
b. Keaktifan
siswa dalam
mengikuti
pembelajaran
menyimak
2. Ketuntasan
hasil belajar
Rendah
Kurang
aktif
Rendah
Tinggi
Aktif
Tinggi
75%
75%
75%
Siswa tampak
senang dalam
pembelajaran
menyimak dan
siswa tampak
antusias dalam
aktivitas
pembelajaran
menyimak
Siswa tampak aktif
dalam proses
pembelajaran
menyimak
Mencapai standar
ketuntasan belajar
minimal untuk
mata pelajaran
bahasa Indonesia,
yaitu 68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Survei Awal
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar. Kelas ini
dipilih dengan pertimbangan hasil wawancara dengan pihak guru kelas tersebut
yaitu Surono, S. Pd dan hasil observasi pada saat proses pembelajaran serta hasil
angket yang dibagikan pada siswa untuk mengetahui sejauh mana respon siswa
terhadap pembelajaran menyimak bahasa Indonesia yang telah berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak guru pada hari Senin, 2
November 2009, diperoleh data yaitu terdapat masalah dalam pembelajaran
menyimak. Pembelajaran menyimak tersebut mempunyai masalah bahwa anak
didik tidak mengikuti pembelajaran menyimak dengan baik, hal ini diungkapkan
oleh pihak guru. Pada umumnya anak didik sering melamun, berbicara atau ramai
sendiri, melakukan kegiatan lain selain menyimak. Pihak guru juga mengatakan
bahwa kemungkinan penyebab dari kurangnya antusias peserta didik karena
metode atau media yang yang digunakan belum memadai serta faktor internal
yang dialami siswa, misalnya sedang mempunyai masalah di rumah, belum
mengerjakan PR pelajaran lain, dan sebagainya.
Hasil wawancara tersebut dijadikan peneliti untuk melakukan observasi
kelas pada hari Rabu, 06 Januari 2010, pada saat proses pembelajaran bahasa
Indonesia berlangsung yaitu pada jam keempat dan kelima. Pada hari tersebut
peneliti juga mengambil data dari angket yang dijawab oleh semua siswa kelas IV,
selain itu peneliti juga melakukan wawancara siswa.
Hasil survai awal atau pra-tindakan menunjukkan keadaan sebagai
berikut:
1. Pengembangan pendekatan dalam mengajar yang digunakan guru masih
kurang.
Guru hanya aktif di depan kelas dengan menerangkan materi menyimak. Guru
tidak menggunakan pendekatan yang menarik sebagai perangsang motivasi
siswa. Akhirnya, sebagian besar siswa acuh pada materi yang disampaikan,
terutama siswa yang duduk di belakang karena merasa berada jauh dengan
posisi guru.
2. Siswa terlihat kurang berminat dan kurang termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran menyimak.
Berdasarkan kegiatan pengamatan di kelas, angket, dan wawancara yang telah
dilakukan peneliti terhadap siswa dan guru, peneliti mendapatkan hasil data
bahwa siswa kurang berminat dan kurang antusias dalam mengikuti proses
pembelajaraan menyimak. Hal tersebut terlihat dari sikap siswa selama
mengikuti pelajaran menyimak pantun, beberapa siswa yang mengalihkan
perhatiannya dengan berbicara dengan teman sebangku, meletekkan kepala di
atas meja, menopang dagu, dan tidak fokus pada materi menyimak yang
dibacakan oleh guru.
3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran menyimak.
Terlihat dari sikap siswa yang pasif saat ditunjuk maju di depan kelas.
Sedikitnya siswa yang merespon petanyaan dari guru.
Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Menyimak Siswa Kelas IV SD Negeri 02
Karanganyar, Survei Awal
No. No. Induk Nama Siswa Nilai 1. 2501 Muhammad Fahrul 55 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 61 3. 2483 Aprilia Latifah 77 4. 2506 Nila Lilis 60 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 74 6. 2504 Muhammad Zuhud 49 7. 2510 Novri Eka Nuryana 59 8. 2536 Alif Purnomo Aji 80 9. 2538 Arinda Ayu 65 10. 2539 Andini Apriani 50 11. 2540 Agus Tiawan 75 12. 2541 Ari Prasetyo 58 13. 2543 Adelia Setyaningrum 81 14. 2545 Bhisma Dhepo 79 15. 2546 Berlian Imani Putri 82 16. 2548 Dani Nur Saputra 58 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 70 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 66 19. 2552 Ferdyansyah Agung 60 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 78 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 56 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 76 23. 2557 Isnaini Kiki 54 24. 2560 Muhammad Aldi 86 25. 2561 Negi Meilana Putri 79 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 67 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 81 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 76 29. 2566 Niratih Sanjaya 63 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 55 31. 2568 Putri Anugrah 88 32. 2569 Rafiq Muhammad 50 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 74 34. 2573 Umi Khasanah 56 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 54 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 70 37. 2633 Amartia Farel 71 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 61 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 58 40. - Iftin Moga Risky Haznah 81
Keterangan:
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 19 siswa.
Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 47, 5 %.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari berbagai
tahap, yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan
interpretasi, dan 4) analisis dan refleksi tindakan.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan 1 dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 11
Januari 2010 di ruang tamu, SD Negeri 02 Karanganyar. Perencanaan tersebut
dirancang oleh pihak guru pengampu kelas IV yaitu Surono, S. Pd bersama
peneliti. Hasil keputusan yang disepakati yaitu bahwa pelaksanaan tindakan
dalam siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2010, pada
jam pelajaran yaitu jam keempat dan kelima selama 2 jam pelajaran (2 x 35
menit).
Hasil rancangan pembelajaran menyimak yang telah didiskusikan
yaitu materi menyimak pada semester 2, standar kompetensi dalam
pembelajaran menyimak semester 2 yaitu mendengarkan pantun dan
kompetensi dasarnya adalah menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal
dan intonasi yang tepat.
Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menyimak pantun
dengan pendekatan quantum learning. Langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
a) Guru memberikan apersepsi dengan memberikan stimulus kepada
siswa yaitu dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak kemudian
diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat belajarnya.
Lagu yang diputar, antara lain: Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek,
Burung Kakak Tua, dan Cicak-Cicak. Langkah ini termasuk dari
konsep TANDUR yaitu T (Tumbuhkan).
b) Guru menjelaskan mengenai materi menyimak pantun dan siswa
menyimak penjelasan guru.
c) Guru membagi 40 siswa menjadi delapan kelompok.
d) Guru membagikan soal pantun rumpang yang bergambar dan
potongan-potongan jawaban.
e) Guru memberi penjelasan kepada siswa agar mengamati gambar pada
pantun rumpang yang telah dibagikan. Langkah ini termasuk dalam
konsep TANDUR yaitu A (Alami).
f) Guru meminta siswa untuk menyusun pantun rumpang tersebut dengan
cara mencari jawaban pada potongan-potongan kertas yang berisi
jawaban pantun.
g) Guru memberi penjelasan bahwa yang telah dikerjakan tersebut adalah
”pantun”. langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu N
(Namai).
h) Guru meminta siswa sebagai perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan pantun bergambar tadi di depan kelas, dengan
intonasi dan lafal yang tepat. Langkah ini termasuk dalam konsep
TANDUR yaitu D (Demonstrasikan) kemudian guru meminta setiap
kelompok saling menyimak kelompok lain untuk mengerjakan tugas
kelompok berikutnya.
i) Guru meminta kelompok lain untuk mengulangi mempresentasikan
pantunnya di depan kelas. Langkah ini merupakan bagian dari konsep
TANDUR yaitu U (Ulangi).
j) Guru meminta siswa lain untuk memberikan tepuk tangan untuk siswa
yang telah maju. Langkah ini termasuk bagian dari konsep TANDUR
yaitu R (Rayakan).
k) Guru bertanya jawab mengenai tugas kelompok yang sudah
dikerjakan.
l) Guru melakukan evaluasi berikutnya dengan tugas individu.
m) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang
telah berlangsung.
n) Guru menutup pembelajaran.
2) Guru bersama peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk materi
menyimak pantun pada siklus I.
3) Guru bersama peneliti menyusun instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I berlangsung selama 2 x 35
menit pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2010 di ruang kelas IV SD Negeri 02
karanganyar. Proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rancangan yang
telah disusun pada hari Senin, tanggal 11 Januari 2010 yang telah disepakati
antara pihak guru dan peneliti. Peneliti dalam pelaksanaan tindakan I
menempatkan diri di kursi paling belakang sebagai partisipan pasif serta untuk
melakukan observasi terhadap proses tindakan I dan mencatat data-data yang
penting, kemudian peneliti melakukan wawancara kepada pihak siswa maupun
pihak guru pasca tindakan.
Materi pelaksanaan tindakan I tersebut adalah menyimak pantun.
Siswa diminta untuk menyimak pantun yang dibawakan oleh temannya.
Pantun yang disampaikan dengan menggunakan media gambar yaitu dengan
menggunakan gambar buah-buahan dan binatang yang terletak pada baris
pertama dan kedua yang merupakan sampiran dari pantun.
Langkah-langkah proses pembelajaran pada tahap pelaksanaan
tindakan siklus I, yaitu:
1) Guru memutarkan lagu-lagu yang diputar melalui VCD, pemutaran lagu
tersebut merupakan bagian dari pendekatan quantum learning yaitu dari
konsep rancangan TANDUR. Pemutaran lagu tersebut merupakan aplikasi
huruf ”T”, yaitu ”Tumbuhkan”, kegiatan ini dilakukan oleh guru dengan
tujuan agar siswa terdorong dan merasa termotivasi mengikuti materi
selanjutnya. Lagu yang diputar pun masih berhubungan dengan materi
pada hari itu, yaitu lagu anak-anak yang bertemakan buah-buahan dan
binatang. Selanjutnya guru membagi siswa yang berjumlah 40 siswa
menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari lima
siswa. Setiap kelompok mendapat pantun rumpang yang bergambar dan
mendapat potongan-potongan jawaban yang merupakan bagian dari baris
pantun yang telah diberikan setiap kelompok.
2) Siswa diminta untuk mengamati pantun rumpang yang bergambar buah-
buahan dan binatang tersebut. Murid mencoba untuk menyusun pantun
rumpang yang bergambar tadi dengan mencari potongan pantun yang
sudah dibagikan setiap kelompok. Tindakan ini merupakan bagian dari
konsep ”TANDUR”, yaitu pada huruf ”A” yang berarti ”Alami”. Tindakan
ini bertujuan agar siswa mengalami sendiri pengalaman dalam belajar dan
turut serta aktif dalam proses pembelaajaran.
3) Siswa sebagai wakil dari kelompok mempresentasikan pantun yang telah
disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat. Selanjutnya menamai
apa yang telah dibacakan tadi sebagai ” PANTUN”, dan termasuk jenis
pantun apa. Selanjutnya kelompok lain diminta untuk menyimak
kelompok yang sedang membacakan pantun di depan kelas. Kelompok
yang menyimak tersebut selanjutnya diminta untuk menuliskan apa yang
telah disimak dan menjelaskan isi dari pantun tersebut berdasarkan jenis
pantun yaang telah disimak serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang telah
disimak. Tindakan ini merupakan bagian dari konsep ”TANDUR”, yaitu
huruf ”N” yang berarti ”Namai”.
4) Siswa mempresentasikan pantun yang telah ditulis berdasarkan hasil
simakannya dan menjelaskan isi pantun tersebut beserta ciri-ciri dari
pantun tersebut. Tindakan ini bagian dari huruf ”D”, yaitu
”Demonstrasikan”.
5) Kelompok lain mengulangi untuk mempresentasikan hasil simakannya
yang tersusun dalam sebuah pantun, menjelaskan isi, dan menyebutkan
ciri-ciri pantun berdasarkan apa yang telah disimak pada kelompok yang
sudah maju. Tindakan ini bagian huruf ”U” yang berarti ”Ulangi.”
6) Kelompok lain memberian tepuk tangan kepada siswa yang telah
mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan telah
menyelesaikaan tugasnya. Tindakan ini bagian dari huruf ”R” yang berarti
”Rayakan.”
7) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai tugas kelompok yang telah
dikerjakan.
8) Guru memberikan evaluasi dengan meminta siswa untuk mengerjakan tes
secara individu berdasarkan apa yang materi menyimak yang telah
diperoleh dalam proses pembelajaran menyimak secara kelompok.
9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran menyimak
yang telah berlangsung.
10) Guru menutup pembelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti sebagai partisipan pasif hanya menempatkan diri di tempat
duduk paling belakang dan mengamati jalannya proses pembelajaran
menyimak dengan pendekataan quantum learning. Tindakan pertama yang
dilakukan pada siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2010,
pukul 09.00 WIB, yaitu pada jam keempat dan kelima yang berlangsung
selama 2 x 35 menit. Guru memutarkan lagu yang bertema buah-buahan dan
binatang sesuai materi yang akan disampaikan yang menggunakan rangsangan
media gambar berupa buah-buahan serta binatang. Guru membagi siswa
menjadi delapan kelompok dan memberikan penjelasan untuk menjadi
presentator dan penyimak yang baik.
Deskripsi peneliti atas hasil yang diperoleh dari proses
pembelajaran menyimak pada siklus pertama dengan menggunakan
pendekatan quantum learning yang memanfaatkan media gambar maupun
media audiovisual adalah pihak guru belum melaksanakan kegiatan
pembelajaran menyimak dengan pendekatan quantum learning secara total.
Guru hanya aktif menerangkan langkah-langkah pembelajaran menyimak,
posisi guru masih banyak berada di depan kelas, sehingga kurang begitu
mengelola kelas dengan baik, hal ini menyebabkan masih terdapat siswa yang
ramai terutama yang berada di tempat duduk di deretan belakang.
Tindakan pada siklus pertama diawali guru dengan mengemukakan
materi pada hari tersebut yaitu menyimak pantun, materi pada hari tersebut
disampaikan guru dengan pendekatan quantum learning. Guru menerangkan
terlebih dahulu pengertian quantum learning itu sendiri dan rancangan konsep
yang dipakai dalam pendekatan tersebut yaitu dengan konsep TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
Selanjutnya guru menerangkan langkah-langkah konsep TANDUR yang
diterapkan dalam pembelajaran menyimak pantun. Langkah awal yang
dilakukan guru adalah memutarkan lagu dalam bentuk CD, yaitu lagu anak-
anak yang berjudul: Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua,
dan Cicak-Cicak. Lagu tersebut diputar oleh guru sebagai motivasi siswa
untuk melanjutkan materi selanjutnya serta lagu tersebut masih berhubungan
dengan media gambar yang digunakan dalam penyampaian materi pantun
pada hari tersebut yaitu gambar yang berupa gambar buah-buahan dan
binatang yang merupakan deret sampiran dalam pantun.
Guru melanjutkan langkah berikutnya yaitu pembagian kelompok
dan membagikan gambar serta potongan-potongan jawaban dan meminta
siswa untuk segera mengerjakan secara berkelompok. Hasil penyusunan
pantun setiap kelompok dipresentasikan siswa di depan kelas dan kelompok
lain menyimak kemudian menuliskan hasil simakan yang berupa satu bait
pantun, penjelasan isi dari pantun tersebut, dan menyebutkan ciri-ciri pantun.
Hasil simakan dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan pantun
secara tepat kemudian kelompok lain mengulang untuk mempresentasikan
hasil simakan masing-masing di depan kelas. Siswa memberi tepuk tangan
pada siswa yang telah mempresentasikan hasil simakan. Tindakan pada awal
pembelajaran menyimak dilakukan guru dengan cara tugas kelompok dan
selanjutnya secara individu sebagai evaluasi dalam proses pembelajaran
menyimak secara kelompok sebelumnya.
Proses pembelajaran yang berlangsung dalam siklus I, masih
terdapat kelemahan baik dari guru maupun siswa, antara lain:
1) Posisi guru masih terfokus di depan kelas sehingga pengelolaan kelas
kurang maksimal. Siswa yang duduk di deretan belakang masih
menunjukkan sikap ramai dan tidak memperhatikan siswa yang sedang
berpresentasi dan dalam tugas kelompok tidak turut berpartisipasi dalam
mengerjakan tugas kelompok.
2) Guru tidak memberi teguran kepada kelompok lain yang tidak bertugas
untuk menyimak kelompok yang sedang bertugas presentasi.
3) Guru tidak memperhatikan kondisi fisik ruang kelas. Pintu dan jendela
dibiarkan terbuka, sehingga siswa sering mengalihkan pandangan ke luar
kelas.
4) Guru tidak mengembalikan posisi tempat duduk siswa ketika tugas
kelompok sudah selesai, sehingga dalam mengerjakan tugas individu,
siswa malah berdiskusi dengan anggota kelompok.
Kelemahan dari siswa, sebagai berikut:
1) Siswa terlihat belum sepenuhnya termotivasi dalam pembelajaran. Siswa
yang duduk di deret bangku paling belakang terlihat masih berbicara
dengan teman sebangku, menopang dagu, bermain dengan teman yang
duduk di dekatnya.
2) Siswa masih kesulitan dalam maju secara sukarela untuk presentasi di
depan kelas, masih merasa malu dan enggan untuk tampil di depan kelas.
3) Siswa masih kurang aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil
pembelajaran diperoleh gambaran, sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung Sebanyak 25
siswa atau 62, 5 % siswa, sedangkan 15 siswa atau 37, 5 % lainnya kurang
memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa tersebut pada umumnya duduk
di deret bangku bagian tengah, dekat dinding, dan deret paling belakang.
2) Siswa yang menunjukkan minat dan motivasinya dalam mengikuti proses
pembelajaran menyimak pantun sebanyak 25 siswa atau 62,5 %,
sedangkan 15 siswa lainnya atau 37,5 % menunjukkan sikap kurang
berminat dengan pembelajaran menyimak pantun.
3) Berdasarkan hasil tes terdapat 28 siswa atau 70 % siswa yang
mendapatkan ketuntasan belajar, sedangkan 12 siswa atau 30 % siswa
belum mencapai nilai ketuntasan belajar.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti melakukan
analisis dan refleksi, sebagai berikut:
1) Posisi guru tidak hanya di depan kelas ketika proses pembelajaran
berlangsung. Guru juga harus berkeliling untuk memonitoring siswa yang
berada di tempat duduk deret tengah maupun berlakang agar siswa-siswa
tersebut juga dapat ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
menyimak. Selain itu, guru juga perlu menegur ulang siswa yaang tidak
fokus pada pembelajaran.
2) Kelompok yang tidak bertugas untuk menyimak, diharapkan agar turut
serta menyimak dengan tujuan agar semua paham akan materi simakan
yang disajikan setiap kelompok.
3) Guru sebaiknya memberikan reward kepada siswa yang dianggap aktif
atau cerdas dengan tujuan untuk mendorong siswa agar konsentrasi dan
aktif selama proses pembelajaran. Misalnya berupa pujian seperti: jawaban
bagus, baik sekali, benar, pintar, atau juga bisa dengan memberi nilai
tambahan kepada siswa yang aktif atau bisa juga dengan memberi hadiah
kecil ( buku, pensil, dan lain-lain).
4) Guru sebaiknya menutup jendela dan pintu agar siswa tidak mengalihkan
pandangan ke luar kelas.
5) Setelah tugas kelompok selesai, sebaiknya posisi tempat duduk siswa
dikembalikan seperti posisi semula.
Tabel 6. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa
Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar.
a. Perolehan Penilaian Proses Pembelajaran Menyimak Siklus I.
No.
No.
Induk
Nama Siswa
Perilaku
I II
1. 2501 Muhammad Fahrul 3 3 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 4 3 3. 2483 Aprilia Latifah 3 4 4. 2506 Nila Lilis 4 4 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 5 5 6. 2504 Muhammad Zuhud 3 3 7. 2510 Novri Eka Nuryana 4 4 8. 2536 Alif Purnomo Aji 4 3 9. 2538 Arinda Ayu 5 4
10. 2539 Andini Apriani 3 4 11. 2540 Agus Tiawan 5 4 12. 2541 Ari Prasetyo 4 3 13. 2543 Adelia Setyaningrum 5 4 14. 2545 Bhisma Dhepo 3 3 15. 2546 Berlian Imani Putri 5 4 16. 2548 Dani Nur Saputra 4 3 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 5 5 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 3 4 19. 2552 Ferdyansyah Agung 4 4 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 5 5 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 5 4 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 3 3 23. 2557 Isnaini Kiki 4 4 24. 2560 Muhammad Aldi 3 3 25. 2561 Negi Meilana Putri 5 4 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 3 3 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 3 4 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 5 4 29. 2566 Niratih Sanjaya 4 3 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 3 4 31. 2568 Putri Anugrah 5 5 32. 2569 Rafiq Muhammad 4 3 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 3 4 34. 2573 Umi Khasanah 3 4 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 3 4 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 5 3 37. 2633 Amartia Farel 5 3 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 3 3 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 4 4 40. - Iftin Moga Risky Haznah 5 5 Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik 62,5 % 62,5 %
Keterangan:
Aspek Penilaian:
I : Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II : Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran:
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : sedang
4 : baik
5 : sangat baik
b. Perolehan Penilaian Hasil Tes Pembelajaran Menyimak Siklus I.
No. No. Induk Nama Siswa Nilai 1. 2501 Muhammad Fahrul 73,3 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 73,3 3. 2483 Aprilia Latifah 73,3 4. 2506 Nila Lilis 60 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 53,3 6. 2504 Muhammad Zuhud 53,3 7. 2510 Novri Eka Nuryana 53,3 8. 2536 Alif Purnomo Aji 73,3 9. 2538 Arinda Ayu 73,3 10. 2539 Andini Apriani 60 11. 2540 Agus Tiawan 73,3 12. 2541 Ari Prasetyo 73,3 13. 2543 Adelia Setyaningrum 73,3 14. 2545 Bhisma Dhepo 53,3 15. 2546 Berlian Imani Putri 80 16. 2548 Dani Nur Saputra 73,3 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 73,3 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 73,3 19. 2552 Ferdyansyah Agung 73,3 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 73,3 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 73,3 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 73,3 23. 2557 Isnaini Kiki 73,3 24. 2560 Muhammad Aldi 73,3 25. 2561 Negi Meilana Putri 66,6 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 60 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 60 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 80 29. 2566 Niratih Sanjaya 73,3 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 73,3 31. 2568 Putri Anugrah 80 32. 2569 Rafiq Muhammad 53,3 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 80 34. 2573 Umi Khasanah 60 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 73,3 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 73,3 37. 2633 Amartia Farel 66,6 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 73,3 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 73,3 40. - Iftin Moga Risky Haznah 80
Keterangan:
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 28 siswa.
Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 70 %.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan II
Kegiatan untuk siklus kedua dilaksanakan pada hari Senin, 18
Januari 2010 di ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar. Berdasarkan
kesepakatan guru dan peneliti maka tindakan pada siklus dilaksanakan pada
hari Rabu, 20 Januari 2010 selama 2 x 35 menit, pada jam keempat dan
kelima. Guru dan peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang dilakukan
dalam proses penelitian selanjutnya. Rancangan kegiatan dalam siklus II
meliputi pembuatan rencana pembelajaran menyimak pantun dengan
pendekatan quantum learning yang merupakan refleksi dari siklus I, sebagai
upaya perbaikan pada kegiatan pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini
dilakukan untuk menyempurnakan kelemahan yang ada di siklus I, sehingga di
dalam siklus II rencana pembelajaran hampir sama dengan siklus I dengan
mengubah rencana pembelajaran yang lemah pada siklus I.
Kesepakatan dari pihak guru dan peneliti untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah guru harus bisa menempatkan
posisi yang tepat selama proses pembelajaran berlangsung, misalnya selalu
berputar dari depan sampai posisi siswa yang menempati bangku paling
belakang dengan tujuan guru dapat mengamati perilaku seluruh siswa. Guru
memperhatikan kondisi kelas, misalnya jendela dan pintu agar ditutup rapat
dengan tujuan siswa tidak mengalihkan pandangan ke luar kelas. Guru tidak
segan untuk kembali menegur siswa yang kurang bisa menuruti perintah guru
dengan tujuan agar siswa menghargai perintah guru dan tidak menimbulkan
keramaian.
Kekurangan dari siswa yaitu ketidakaktifan siswa dalam berperan
serta dalam tugas kelompok dapat diatasi dengan memberikan reward kepada
siswa yang ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran menyimak pantun.
Pemberian reward tersebut direncanakan guru dan peneliti berupa: kalimat
pujian seperti bagus, tepat sekali, pintar, dan tepuk tangan dari teman-teman.
Pemberian reward ini dilakukan agar siswa lebih giat dalam menyimak
kelompok lain yang sedang mempresentasikan hasil kelompoknya dengan
tujuan siswa dapat menunjukkan eksistensinya selama pembelajaran
berlangsung.
Peneliti dan guru kemudian menyusun rencana pembelajaran
menyimak pantun dengan pendekatan quantum learning untuk tindakan pada
siklus II. Berdasarkan pertimbangan bersama antara peneliti dan guru maka
untuk tindakan pada siklus II memutuskan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran pantun yaitu dengan memilih aneka jenis pantun, jika pada
siklus I jenis pantun hanya ditekankan pada jenis pantun nasihat, maka untuk
siklus II digunakan aneka jenis pantun, misalnya; pantun jenaka, pantun teka-
teki, pantun cinta, dan lain sebagainya.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menyimak pantun
dengan media audiovisual dan media gambar. Langkah-langkah yang
ditempuh sebagai berikut:
a) Guru sebelumnya memeriksa kondisi kelas dengan menutup jendela
dan pintu kelas.
b) Guru memberikan apersepsi dengan memberikan stimulus kepada
siswa yaitu dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak kemudian
diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat belajarnya.
Lagu yang diputar, antara lain: Nama-Nama Rasa dan Cicak-Cicak.
Langkah ini termasuk dari konsep TANDUR yaitu T (Tumbuhkan).
c) Guru menjelaskan mengenai materi menyimak pantun dan siswa
menyimak penjelasan guru.
d) Guru membagi 40 siswa menjadi delapan kelompok.
e) Guru membagikan soal pantun rumpang yang bergambar buah-buahan
dan binatang dan potongan-potongan jawaban. Pantun yang diberikan
untuk tindakan kedua ini tidak hanya pantun nasehat, namun guru telah
menyusun aneka jenis pantun dengan tujuan agar siswa mengerti jenis
pantun lain selain pantun nasihat dan tidak menimbulkan kebosanan
siswa terhadap materi yang disampaikan.
f) Guru memberi penjelasan kepada siswa agar mengamati gambar pada
pantun rumpang yang telah dibagikan. Langkah ini termasuk dalam
konsep TANDUR yaitu A (Alami).
g) Guru meminta siswa untuk menyusun pantun rumpang tersebut dengan
cara mencari jawaban pada potongan-potongan kertas yang berisi
jawaban pantun. Guru meminta semua anggota kelompok untuk
bekerjasama mengerjakan tugas kelompok.
h) Guru betindak sebagai fasilitator dan mengawasi kelas secara
menyeluruh dengan berputar posisi mengelilingi setiap kelompok.
i) Guru memberi penjelasan bahwa yang telah dikerjakan tersebut adalah
”pantun”, serta termasuk jenis pantun apa. langkah ini termasuk dalam
konsep TANDUR yaitu N (Namai).
j) Guru meminta siswa sebagai perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan pantun bergambar tadi di depan kelas, dengan
intonasi dan lafal yang tepat. Presentasi ini dilakukan secara sukarela
siapa yang maju paling awal. Langkah ini termasuk dalam konsep
TANDUR yaitu D (Demonstrasikan).
k) Guru memberi reward berupa pujian untuk siswa yang berkenan maju
tanpa disuruh dan siswa yang aktif selama proses pembelajaran.
l) Guru meminta setiap kelompok saling menyimak kelompok lain untuk
mengerjakan tugas kelompok berikutnya. Tidak hanya kelompok yang
mendapat tugas menyimak tersebut, namun kelompok yang tidak
bertugas diharapkan untuk turut serta menyimak kelompok yang
sedang berpresentasi.
m) Guru meminta kelompok lain untuk mengulangi mempresentasikan
pantunnya di depan kelas dengan sukarela. Langkah ini merupakan
bagian dari konsep TANDUR yaitu U (Ulangi).
n) Guru meminta siswa lain untuk memberikan tepuk tangan untuk siswa
yang telah maju. Langkah ini termasuk bagian dari konsep TANDUR
yaitu R (Rayakan).
o) Guru bertanya jawab mengenai tugas kelompok yang sudah
dikerjakan.
p) Guru melakukan evaluasi berikutnya dengan tugas individu.
q) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang
telah berlangsung.
r) Guru menutup pembelajaran.
2) Guru bersama peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk materi
menyimak pantun pada siklus II.
3) Peneliti memberikan CD rekaman lagu dan media gambar yang akan
digunakan dalam tindakan II.
4) Guru bersama peneliti menyusun instrumen penelitian. Instrumen
penilaian yang disusun berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari
hasil unjuk kerja siswa dalam mengerjakan tugas kelompok dan individu.
Instumen non tes dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II berlangsung selama 2 x 35
menit pada hari Rabu, tanggal 20 Januari 2010 di ruang kelas IV SD Negeri 02
karanganyar. Proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rancangan yang
telah disusun pada hari Senin, tanggal 18 Januari 2010 yang telah disepakati
antara pihak guru dan peneliti. Guru dan peneliti merencanakan skenario
pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada siklis I dalam pembelajaran menyimak pantun. Peneliti dalam
pelaksanaan tindakan II menempatkan diri di kursi paling belakang sebagai
partisipan pasif serta untuk melakukan observasi terhadap proses tindakan II
dan mencatat data-data yang penting, kemudian peneliti melakukan
wawancara kepada pihak siswa maupun pihak guru pasca tindakan.
Materi pelaksanaan tindakan II tersebut adalah mendengarkan
pantun. Siswa diminta untuk menyimak pantun yang dibawakan oleh
temannya. Pantun yang disampaikan dengan menggunakan media gambar
yaitu dengan menggunakan gambar buah-buahan dan binatang yang terletak
pada baris pertama dan kedua yang merupakan sampiran dari pantun.
Langkah-langkah proses pembelajaran pada tahap pelaksanaan
tindakan siklus II, yaitu:
1) Guru memutarkan lagu-lagu yang diputar melalui VCD, pemutaran lagu
tersebut merupakan bagian dari pendekatan quantum learning yaitu dari
konsep rancangan TANDUR. Pemutaran lagu tersebut merupakan aplikasi
huruf ”T”, yaitu ”Tumbuhkan”, kegiatan ini dilakukan oleh guru dengan
tujuan agar siswa terdorong dan merasa termotivasi mengikuti materi
selanjutnya. Lagu yang diputar pun masih berhubungan dengan materi
pada hari itu, yaitu lagu anak-anak yang bertemakan buah-buahan dan
binatang. Selanjutnya guru membagi siswa yang berjumlah 40 siswa
menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari lima
siswa. Setiap kelompok mendapat pantun rumpang yang bergambar dan
mendapat potongan-potongan jawaban yang merupakan bagian dari baris
pantun yang telah diberikan setiap kelompok.
2) Siswa diminta untuk mengamati pantun rumpang yang bergambar buah-
buahan dan binatang tersebut. Murid mencoba untuk menyusun pantun
rumpang yang bergambar tadi dengan mencari potongan pantun yang
sudah dibagikan setiap kelompok. Tindakan ini merupakan bagian dari
konsep ”TANDUR”, yaitu pada huruf ”A” yang berarti ”Alami”. Tindakan
ini bertujuan agar siswa mengalami sendiri pengalaman dalam belajar dan
turut serta aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diminta untuk turut
berpartisipasi pada kelompoknya masing-masing dan tidak boleh
menggantungkan pada teman satu kelompok.
3) Siswa sebagai wakil dari kelompok mempresentasikan pantun yang telah
disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat dengan sukarela.
Selanjutnya menamai apa yang telah dibacakan tadi sebagai ” PANTUN”,
dan termasuk jenis pantun apa. Selanjutnya kelompok lain diminta untuk
menyimak kelompok yang sedang membacakan pantun di depan kelas,
namun kelompok yang tidak bertugas menyimak harus turut menyimak
agar juga paham akan pantun yang sedang dibawakan. Kelompok yang
bertugas menyimak tersebut selanjutnya diminta untuk menuliskan apa
yang telah disimak dan menjelaskan isi dari pantun tersebut berdasarkan
jenis pantun yang telah disimak serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang
telah disimak. Tindakan ini merupakan bagian dari konsep ”TANDUR”,
yaitu huruf ”N” yang berarti ”Namai.”
4) Siswa mempresentasikan pantun yang telah ditulis berdasarkan hasil
simakannya dan menjelaskan isi pantun tersebut beserta ciri-ciri dari
pantun tersebut. Tindakan ini bagian dari huruf ”D”, yaitu
”Demonstrasikan”. Guru memberikan reward berupa pujian untuk siswa
yang berani maju dan aktif dalam proses pembelajaran.
5) Kelompok lain mengulangi untuk mempresentasikan hasil simakannya
yang tersusun dalam sebuah pantun, menjelaskan isi, dan menyebutkan
ciri-ciri pantun berdasarkan apa yang telah disimak pada kelompok yang
sudah maju dan dilakukan secara sukarela. Tindakan ini bagian huruf ”U”
yang berarti ”Ulangi.”
6) Kelompok lain memberian tepuk tangan kepada siswa yang telah
mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan telah
menyelesaikaan tugasnya. Tindakan ini bagian dari huruf ”R” yang berarti
”Rayakan.”
7) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai tugas kelompok yang telah
dikerjakan.
8) Guru memberikan evaluasi dengan meminta siswa untuk mengerjakan tes
secara individu berdasarkan apa yang materi menyimak yang telah
diperoleh dalam proses pembelajaran menyimak secara kelompok.
9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran menyimak
yang telah berlangsung.
10) Guru menutup pembelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti sebagai partisipan pasif hanya menempatkan diri di tempat
duduk paling belakang dan mengamati jalannya proses pembelajaran
menyimak dengan pendekataan quantum learning. Tindakan kedua yang
dilakukan paada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 Januari
2010, pukul 09.00 WIB, yaitu pada jam keempat dan kelima yang berlangsung
selama 2 x 35 menit. Guru memutarkan lagu yang bertema buah-buahan dan
binatang sesuai materi yang akan disampaikan yang menggunakan rangsangan
media gambar berupa buah-buahan serta binatang. Guru membagi siswa
menjadi delapan kelompok dan memberikan penjelasan untuk menjadi
presentator dan penyimak yang baik.
Deskripsi peneliti atas hasil yang diperoleh dari proses
pembelajaran menyimak pada siklus kedua dengan menggunakan pendekatan
quantum learning yang memanfaatkan media gambar maupun media
audiovisual adalah pihak guru belum melaksanakan kegiatan pembelajaran
menyimak dengan pendekatan quantum learning secara total. Guru hanya
aktif menerangkan langkah-langkah pembelajaran menyimak, posisi guru
sudah merata, artinya sudah mengelola kelas dengan baik dengan berjalan
berkeliling kelas, mengontrol jalannya tugas kelompok. Guru juga sudah
memperhatikan kondisi fisik kelas dengan menutup jendela dan pintu kelas.
Tindakan pada siklus kedua diawali guru dengan mengemukakan
materi pada hari tersebut yaitu menyimak pantun, materi pada hari tersebut
disampaikan guru dengan pendekatan quantum learning. Guru menerangkan
terlebih dahulu pengertian quantum learning itu sendiri dan rancangan konsep
yang dipakai dalam pendekatan tersebut yaitu dengan konsep TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
Selanjutnya guru menerangkan langkah-langkah konsep TANDUR yang
diterapkan dalam pembelajaran menyimak pantun. Langkah awal yang
dilakukan guru adalah memutarkan lagu dalam bentuk CD, yaitu lagu anak-
anak yang berjudul: Nama-Nama Rasa dan Cicak-Cicak. Lagu tersebut diputar
oleh guru sebagai motivasi siswa untuk melanjutkan materi selanjutnya serta
lagu tersebut masih berhubungan dengan media gambar yang digunakan
dalam penyampaian materi pantun pada hari tersebut yaitu gambar yang
berupa gambar buah-buahan dan binatang yang merupakan deret sampiran
dalam pantun.
Guru melanjutkan langkah berikutnya yaitu pembagian kelompok
dan membagikan gambar serta potongan-potongan jawaban dan meminta
siswa untuk segera mengerjakan secara berkelompok. Hasil penyusunan
pantun setiap kelompok dipresentasikan siswa di depan kelas dan kelompok
lain menyimak kemudian menuliskan hasil simakan yang berupa satu bait
pantun, penjelasaan isi dari pantun tersebut, dan menyebutkaan ciri-ciri
pantun. Hasil simakan dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan
pantun secara tepat kemudian kelompok lain mengulang untuk
mempresentasikan hasil simakan masing-masing di depan kelas. Siswa
memberi tepuk tangan pada siswa yang telah mempresentasikan hasil
simakan. Tindakan pada awal pembelajaran menyimak dilakukan guru dengan
cara tugas kelompok dan selanjutnya secara individu sebagai evaluasi dalam
proses pembelajaran menyimak secara kelompok sebelumnya.
Proses pembelajaran yang berlangsung dalam siklus II, masih
terdapat kelemahan yaitu meskipun siswa terlihat sudah paham akan materi
yang diberikan tetapi siswa nampak sedikit bosan dengan lagu-lagu yang
dipilih guru dan peneliti dalam langkah awal sebagai motivasi, selain itu
media gambar yang diberikan juga berjenis sama dengan siklus pertama yaitu
buah-buahan dan binatang.
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil
pembelajaran, sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung Sebanyak 31
siswa atau 77,5 % siswa , sedangkan 9 siswa atau 22,5 % lainnya kurang
memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa tersebut pada umumnya duduk
di deret bangku paling belakang.
2) Siswa yang menunjukkan minat dan motivasinya dalam mengikuti proses
pembelajaran menyimak pantun sebanyak 32 siswa atau 80 %.
3) Berdasarkan hasil tes terdapat 29 siswa atau 72,5 % siswa yang
mendapatkan ketuntasan belajar.
Tindakan II ini masih mempunyai kelemahan terutama siswa
nampak sedikit bosan dengan lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II
karena lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II masih sama dengan lagu
dan gambar yang disajikan pada siklus I, sehingga siswa merasa seakan sudah
paham dan mengerti terhadap materi yang disampaikan.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti melakukan
analisis dan refleksi bahwa proses pembelajaran menyimak dengan
menggunakan pendekatan quantum learning di kelas IV SD Negeri 02
Karanganyar pada siklus II yang dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Januari
2010 selama 2 jam (2 x 35 menit) berjalan dengan sukses. Siswa merespon
stimulus dari guru dengan semangat dan antusias. Respon siswa terhadap
pembelajaran cukup memuaskan.
Kekurangan yang ada pada siklus pertama telah dapat diatasi,
namun untuk mencapai indikator yang lebih baik lagi dan mengatasi
kelemahan yang masih ditemukan pada siklus II yaitu perihal kebosanan siswa
terhadap jenis lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II karena lagu dan
gambar yang disajikan pada siklus II masih sama dengan lagu dan gambar
yang disajikan pada siklus I, sehingga siswa merasa seakan sudah paham dan
mengerti terhadap materi yang disampaikan, maka peneliti dan guru akan
melakukan tindakan kembali pada siklus berikutnya.
Tabel 7. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa
Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar.
a. Perolehan Penilaian Proses Pembelajaran Menyimak Siklus II.
No.
No. Induk
Nama Siswa Perilaku
I II
1. 2501 Muhammad Fahrul 4 4 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 4 3 3. 2483 Aprilia Latifah 3 4 4. 2506 Nila Lilis 4 4 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 5 5 6. 2504 Muhammad Zuhud 3 3 7. 2510 Novri Eka Nuryana 4 4 8. 2536 Alif Purnomo Aji 4 4 9. 2538 Arinda Ayu 5 4
10. 2539 Andini Apriani 4 5 11. 2540 Agus Tiawan 5 4 12. 2541 Ari Prasetyo 4 3 13. 2543 Adelia Setyaningrum 5 5 14. 2545 Bhisma Dhepo 3 3 15. 2546 Berlian Imani Putri 5 4 16. 2548 Dani Nur Saputra 4 3 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 5 5 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 4 5 19. 2552 Ferdyansyah Agung 4 4 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 5 5 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 5 4 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 5 4 23. 2557 Isnaini Kiki 4 4 24. 2560 Muhammad Aldi 3 3 25. 2561 Negi Meilana Putri 5 4 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 3 3 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 4 4 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 5 4 29. 2566 Niratih Sanjaya 4 4 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 3 4 31. 2568 Putri Anugrah 5 5 32. 2569 Rafiq Muhammad 4 3 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 3 4 34. 2573 Umi Khasanah 5 4 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 3 4 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 5 4 37. 2633 Amartia Farel 5 3 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 5 4 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 4 5 40. - Iftin Moga Risky Haznah 5 5 Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik 80 % 77,5 %
Keterangan:
Aspek Penilaian:
I : Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II : Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran:
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : sedang
4 : baik
5 : sangat baik
b. Perolehan Penilaian Hasil Tes Pembelajaran Menyimak Siklus II.
No. No. Induk Nama Siswa Nilai 1. 2501 Muhammad Fahrul 80 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 93,3 3. 2483 Aprilia Latifah 60 4. 2506 Nila Lilis 93,3 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 93,3 6. 2504 Muhammad Zuhud 93,3 7. 2510 Novri Eka Nuryana 93,3 8. 2536 Alif Purnomo Aji 80 9. 2538 Arinda Ayu 86,6
10. 2539 Andini Apriani 93,3 11. 2540 Agus Tiawan 80 12. 2541 Ari Prasetyo 80 13. 2543 Adelia Setyaningrum 60 14. 2545 Bhisma Dhepo 93,3 15. 2546 Berlian Imani Putri 93,3 16. 2548 Dani Nur Saputra 93,3 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 93,3 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 86,6 19. 2552 Ferdyansyah Agung 66,6 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 86,6 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 60 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 93,3 23. 2557 Isnaini Kiki 86,6 24. 2560 Muhammad Aldi 66,6 25. 2561 Negi Meilana Putri 93,3 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 93,3 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 93,3 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 60 29. 2566 Niratih Sanjaya 60 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 86,6 31. 2568 Putri Anugrah 93,3 32. 2569 Rafiq Muhammad 93,3 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 93,3 34. 2573 Umi Khasanah 60 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 80 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 86,6 37. 2633 Amartia Farel 66,6 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 66,6 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 93,3 40. - Iftin Moga Risky Haznah 93,3
Keterangan:
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa.
Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 72,5 %.
3. Siklus Ketiga
a. Perencanaan Tindakan III
Kegiatan untuk siklus ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 25
Januari 2010 di ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar, peneliti bersama guru
melakukan diskusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus
sebelumnya berdasarkan dari hasil analisis dan refleksi pada siklus kedua.
Berdasarkan kesepakatan guru dan peneliti maka tindakan pada siklus ketiga
dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Januari 2010 selama 2 x 35 menit, pada jam
keempat dan kelima. Guru dan peneliti mendiskusikan rancangan tindakan
yang akan dilakukan dalam proses penelitian selanjutnya. Rancangan kegiatan
dalam siklus III meliputi pembuatan rencana pembelajaran menyimak pantun
dengan pendekatan quantum learning yang merupakan refleksi dari siklus II,
sebagai upaya perbaikan pada kegiatan pembelajaran pada siklus II.
Kesepakatan dari pihak guru dan peneliti untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang terjadi pada siklus II adalah rekaman lagu akan ditambah
dengan lagu yang sedang up to date dan media gambar selain gambar buah-
buahan dan binatang.
Tindakan II ini masih mempunyai kelemahan terutama siswa
nampak sedikit bosan dengan lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II
karena lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II masih sama dengan lagu
dan gambar yang disajikan pada siklus I, sehingga siswa merasa seakan sudah
paham dan mengerti terhadap materi yang disampaikan.
Peneliti dan guru kemudian menyusun rencana pembelajaran
menyimak pantun dengan pendekatan quantum learning untuk tindakan pada
siklus III. Berdasarkan pertimbangan bersama antara peneliti dan guru maka
untuk tindakan pada siklus III memutuskan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran pantun yaitu dengan memilih lagu yang sedang up to date dan
gambar selain gambar buah-buahan dan binatang.
Tahap perencanaan tindakan III meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menyimak pantun
dengan media audiovisual dan media gambar. Langkah-langkah yang
ditempuh sebagai berikut:
a) Guru memberikan apersepsi dengan memberikan stimulus kepada
siswa yaitu dengan memutarkan rekaman lagu yang sedang up to date
kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat
belajarnya. Lagu yang diputar, antara lain: Buka Semangat Baru dan
Ulat Kepompong. Langkah ini termasuk dari konsep TANDUR yaitu T
(Tumbuhkan).
b) Guru menjelaskan mengenai materi menyimak pantun dan siswa
menyimak penjelasan guru.
c) Guru membagi jumlah siswa menjadi delapan kelompok.
d) Guru membagikan soal pantun rumpang yang bergambar alat-alat
transportasi dan potongan-potongan jawaban.
e) Guru memberi penjelasan kepada siswa agar mengamati gambar pada
pantun rumpang yang telah dibagikan. Langkah ini termasuk dalam
konsep TANDUR yaitu A (Alami).
f) Guru meminta siswa untuk menyusun pantun rumpang tersebut dengan
cara mencari jawaban pada potongan-potongan kertas yang berisi
jawaban pantun. Guru meminta semua anggota kelompok untuk
bekerjasama mengerjakan tugas kelompok.
g) Guru memberi penjelasan bahwa yang telah dikerjakan tersebut adalah
”pantun”, serta termasuk jenis pantun apa. Langkah ini termasuk dalam
konsep TANDUR yaitu N (Namai).
h) Guru meminta siswa sebagai perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan pantun bergambar tadi di depan kelas, dengan
intonasi dan lafal yang tepat. Presentasi ini dilakukan secara sukarela
siapa yang maju paling awal. Langkah ini termasuk dalam konsep
TANDUR yaitu D (Demonstrasikan).
i) Guru memberi reward berupa pujian untuk siswa yang berkenan maju
tanpa disuruh dan siswa yang aktif selama proses pembelajaran.
j) Guru meminta setiap kelompok saling menyimak kelompok lain untuk
mengerjakan tugas kelompok berikutnya. Tidak hanya kelompok yang
mendapat tugas menyimak tersebut, namun kelompok yang tidak
bertugas diharapkan untuk turut serta menyimak kelompok yang
sedang berpresentasi.
k) Guru meminta kelompok lain untuk mengulangi mempresentasikan
pantunnya di depan kelas dengan sukarela. Langkah ini merupakan
bagian dari konsep TANDUR yaitu U (Ulangi).
l) Guru meminta siswa lain untuk memberikan tepuk tangan untuk siswa
yang telah maju. Langkah ini termasuk bagian dari konsep TANDUR
yaitu R (Rayakan).
m) Guru bertanya jawab mengenai tugas kelompok yang sudah
dikerjakan.
n) Guru melakukan evaluasi berikutnya dengan tugas individu.
o) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang
telah berlangsung.
Guru menutup pembelajaran.
2) Guru bersama peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk materi
menyimak pantun pada siklus III.
3) Peneliti memberikan CD rekaman lagu dan media gambar yang akan
digunakan dalam tindakan III.
4) Guru bersama peneliti menyusun instrumen penelitian. Instrumen
penilaian yang disusun berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari
hasil unjuk kerja siswa dalam mengerjakan tugas kelompok dan individu.
Instumen non tes dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan.
Pelaksanaan tindakan pada siklus III berlangsung selama 2 x 35
menit pada hari Rabu, tanggal 27 Januari 2010 di ruang kelas IV SD Negeri 02
karanganyar. Proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rancangan yang
telah disusun pada hari Senin, tanggal 25 Januari 2010 yang telah disepakati
anatara pihak guru dan peneliti. Guru dan peneliti merencanakan skenario
pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada
siklis II dalam pembelajaran menyimak pantun.
Materi pelaksanaan tindakan III tersebut adalah mendengarkan
pantun. Siswa diminta untuk menyimak pantun yang dibawakan oleh
temannya. Pantun yang disampaikan dengan menggunakan media gambar
yaitu dengan menggunakan gambar alat-alat transportasi yang terletak pada
baris pertama dan kedua yang merupakan sampiran dari pantun.
Langkah-langkah proses pembelajaran pada tahap pelaksanaan
tindakan siklus III, yaitu:
1) Guru memutarkaan lagu-lagu yang diputar melalui VCD, pemutaran lagu
tersebut merupakan bagian dari pendekatan quantum learning yaitu dari
konsep rancangan TANDUR. Pemutaran lagu tersebut merupakan aplikasi
huruf ”T”, yaitu ”Tumbuhkan”, kegiatan ini dilakukan oleh guru dengan
tujuan agar siswa terdorong dan merasa termotivasi mengikuti materi
selanjutnya. Lagu yang diputar pun masih berhubungan dengan materi
pada hari itu, yaitu lagu anak-anak yang bertemakan buah-buahan dan
binatang serta lagu yang sedang up to date yaitu Buka Semangat Baru dan
Ulat Kepompong. Selanjutnya guru membagi siswa yang berjumlah 40
siswa menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari
lima siswa. Setiap kelompok mendapat pantun rumpang yang bergambar
dan mendapat potongan-potongan jawaban yang merupakan bagian dari
baris pantun yang telah diberikan setiap kelompok.
2) Siswa diminta untuk mengamati pantun rumpang yang bergambar alat-alat
transportasi. Siswa mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang
bergambar tadi dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan
setiap kelompok. Tindakan ini merupakan bagian dari konsep
”TANDUR”, yaitu pada huruf ”A” yang berarti ”Alami”. Tindakan ini
bertujuan agar siswa mengalami sendiri pengalaman dalam belajar dan
turut serta aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diminta untuk turut
berpartisipasi pada kelompoknya masing-masing dan tidak boleh
menggantungkan pada teman satu kelompok.
3) Siswa sebagai wakil dari kelompok mempresentasikan pantun yang telah
disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat dengan sukarela.
Selanjutnya menamai apa yang telah dibacakan tadi sebagai ” PANTUN”,
dan termasuk jenis pantun apa. Selanjutnya kelompok lain diminta untuk
menyimak kelompok yang sedang membacakan pantun di depan kelas,
namun kelompok yang tidak bertugas menyimak harus turut menyimak
agar juga paham akan pantun yang sedang dibawakan. Kelompok yang
bertugas menyimak tersebut selanjutnya diminta untuk menuliskan apa
yang telah disimak dan menjelaskan isi dari pantun tersebut berdasarkan
jenis pantun yang telah disimak serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang
telah disimak. Tindakan ini merupakan bagian dari konsep ”TANDUR”,
yaitu huruf ”N” yang berarti ”Namai.”
4) Siswa mempresentasikan pantun yang telah ditulis berdasarkan hasil
simakannya dan menjelaskan isi pantun tersebut beserta ciri-ciri dari
pantun tersebut. Tindakan ini bagian dari huruf ”D”, yaitu
”Demonstrasikan”. Guru memberikan reward berupa pujian untuk siswa
yang berani maju dan aktif dalam proses pembelajaran.
5) Kelompok lain mengulangi untuk mempresentasikan hasil simakannya
yang tersusun dalam sebuah pantun, menjelaskan isi, dan menyebutkan
ciri-ciri pantun berdasarkan apa yang telah disimak pada kelompok yang
sudah maju dan dilakukan secara sukarela. Tindakan ini bagian huruf ”U”
yang berarti ”Ulangi”.
6) Kelompok lain memberian tepuk tangan kepada siswa yang telah
mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan telah
menyelesaikaan tugasnya. Tindakan ini bagian dari huruf ”R” yang berarti
”Rayakan.”
7) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai tugas kelompok yang telah
dikerjakan.
8) Guru memberikan evaluasi dengan meminta siswa untuk mengerjakan tes
secara individu berdasarkan apa yang materi menyimak yang telah
diperoleh dalam proses pembelajaran menyimak secara kelompok.
9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran menyimak
yang telah berlangsung.
10) Guru menutup pembelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti sebagai partisipan pasif hanya menempatkan diri di tempat
duduk paling belakang dan mengamati jalannya proses pembelajaran
menyimak dengan pendekataan quantum learning. Tindakan ketiga yang
dilakukan pada siklus III dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 Januari
2010, pukul 09.00 WIB, yaitu pada jam keempat dan kelima yang berlangsung
selama 2 x 35 menit. Pada siklus ketiga ini jumlah siswa hanya 36 siswa saja
karena 4 siswa tidak masuk. Guru memutarkan lagu yang sedang up to date
yaitu Buka Semangat Baru dan Ulat Kepompong. Guru membagi siswa
menjadi delapan kelompok dan memberikan penjelasan untuk menjadi
presentator dan penyimak yang baik.
Tindakan pada siklus ketiga diawali guru dengan mengemukakan
materi pada hari tersebut yaitu menyimak pantun, materi pada hari tersebut
disampaikan guru dengan pendekatan quantum learning. Guru menerangkan
terlebih dahulu pengertian quantum learning itu sendiri dan rancangan konsep
yang dipakai dalam pendekatan tersebut yaitu dengan konsep TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
Selanjutnya guru menerangkan langkah-langkah konsep TANDUR yang
diterapkan dalam pembelajaran menyimak pantun. Langkah awal yang
dilakukan guru adalah memutarkan lagu dalam bentuk CD, yaitu lagu yang
berjudul Buka Semangat Baru dan Ulat Kepompong. Lagu tersebut diputar
oleh guru sebagai motivasi siswa untuk melanjutkan materi selanjutnya.
Guru melanjutkan langkah berikutnya yaitu pembagian kelompok
dan membagikan pantun rumpang yang bergambar alat-alat transportasi serta
potongan-potongan jawaban dan meminta siswa untuk segera mengerjakan
secara berkelompok. Hasil penyusunan pantun setiap kelompok
dipresentasikan siswa di depan kelas dan kelompok lain menyimak kemudian
menuliskan hasil simakan yang berupa satu bait pantun, penjelasan isi dari
pantun tersebut, dan menyebutkan ciri-ciri pantun. Hasil simakan
dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan pantun secara tepat
kemudian kelompok lain mengulang untuk mempresentasikan hasil simakan
masing-masing di depan kelas. Siswa memberi tepuk tangan pada siswa yang
telah mempresentasikan hasil simakan. Siswa mengerjakan tes secara individu
berdasarkan apa yang materi menyimak yang telah diperoleh dalam proses
pembelajaran menyimak secara kelompok. Guru dan siswa melakukan
refleksi terhadap pembelajaran menyimak yang telah berlangsung. Guru
menutup pembelajaran dengan memberi kesempatan pada peneliti untuk
mengucapkan terimakasih pada siswa yang telah bersedia membantu dalam
penelitian.
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil
pembelajaran, sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung Sebanyak 29
siswa atau 80,6 % siswa , sedangkan 7 siswa atau 19,4 % lainnya kurang
memperhatikaan penjelasan dari guru. Siswa tersebut pada umumnya
duduk di deret bangku bagian tengah, dekat dinding, dan deret paling
belakang.
2) Siswa yang menunjukkan minat dan motivasinya dalam mengikuti proses
pembelajaran menyimak pantun sebanyak 32 siswa atau 88,9 %.
3) Berdasarkan hasil tes terdapat 29 siswa atau 80,6 % siswa yang
mendapatkan ketuntasan belajar, sedangkan 7 siswa atau 19,4 % siswa
belum mencapai nilai ketuntasan belajar.
Berdasarkan wawancara siswa pasca tindakan, siswa menyatakan
bahwa pembelajaran menyimak dengan pendekataan quantum learning pada
siklus ketiga lebih fresh karena lagu yang diputarkan lagu sedang up to date
dan gambar yang disajikan berbeda dengan dua siklus sebelumnya.
Penggunaan quantum learning lebih menarik daripada pembelajaran biasanya.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti melakukan
analisis dan refleksi bahwa secara umum semua kekurangan yang terdapat
pada siklus-siklus sebelumnya dalam proses pembelajaran menyimak dengan
pendekatan quantum learning dapat diatasi dengan baik. Guru telah berhasil
membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran menyimak dengan baik. Siswa lebih terfokus dalam
memperhatikan materi yang diberikan. Sebagian besar siswa berani maju
secara sukarela tanpa ditunjuk untuk mempresentasikan hasil tugas kelompok.
Sebagian besar siswa juga berhasil dalam tugas individu pada materi
menyimak pantun.
Pendekatan quantum learning yang digunakan pada siklus III
sudah dapat membangkitkan minat siswa, siswa merasa tertarik untuk
mengikuti materi selanjutnya. Simpulan ini diambil dari hasil perbandingan
antar pekerjaan siswa pada saat observasi siklus I, II, dan III. Setelah
pelaksanaan pembelajaran kemampuan menyimak dengan pendekatan
quantum learning, kemampuan menyimak siswa semakin meningkat. Hal ini
terbukti dengan pendekatan quantum learning siswa lebih mudah untuk
memahami seluk beluk pantun.
Tabel 8. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa
Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar.
a. Perolehan Penilaian Proses Pembelajaran Menyimak Siklus III.
No.
No. Induk
Nama Siswa
Perilaku
I II
1. 2501 Muhammad Fahrul 4 3 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 4 3 3. 2483 Aprilia Latifah 4 4 4. 2506 Nila Lilis 5 5 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 5 5 6. 2504 Muhammad Zuhud - - 7. 2510 Novri Eka Nuryana 4 4 8. 2536 Alif Purnomo Aji 4 4 9. 2538 Arinda Ayu 5 4
10. 2539 Andini Apriani 4 5 11. 2540 Agus Tiawan 5 5 12. 2541 Ari Prasetyo 4 4 13. 2543 Adelia Setyaningrum 5 5 14. 2545 Bhisma Dhepo 4 4 15. 2546 Berlian Imani Putri - - 16. 2548 Dani Nur Saputra 4 3 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 5 5 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro - - 19. 2552 Ferdyansyah Agung 4 4 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 5 5 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 5 5 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 5 4 23. 2557 Isnaini Kiki 4 4 24. 2560 Muhammad Aldi 4 3 25. 2561 Negi Meilana Putri 5 4 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 4 3 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 4 4 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 5 4 29. 2566 Niratih Sanjaya 5 5 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 3 4 31. 2568 Putri Anugrah 5 5 32. 2569 Rafiq Muhammad 4 4 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 3 4 34. 2573 Umi Khasanah - - 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 3 4 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 5 5 37. 2633 Amartia Farel 5 3 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 3 3 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 4 5 40. - Iftin Moga Risky Haznah 5 5 Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik 88,9 % 80,6 %
Keterangan:
Aspek Penilaian:
I : Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II : Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran:
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : sedang
4 : baik
5 : sangat baik
b. Perolehan Penilaian Hasil Tes Pembelajaran Menyimak Siklus III.
No. No. Induk Nama Siswa Nilai 1. 2501 Muhammad Fahrul 93,3 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 66,6 3. 2483 Aprilia Latifah 66,6
4. 2506 Nila Lilis 80 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 93,3 6. 2504 Muhammad Zuhud - 7. 2510 Novri Eka Nuryana 93,3 8. 2536 Alif Purnomo Aji 86,6 9. 2538 Arinda Ayu 66,6
10. 2539 Andini Apriani 80 11. 2540 Agus Tiawan 93,3 12. 2541 Ari Prasetyo 93,3 13. 2543 Adelia Setyaningrum 80 14. 2545 Bhisma Dhepo 93,3 15. 2546 Berlian Imani Putri - 16. 2548 Dani Nur Saputra 93,3 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 93,3 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro - 19. 2552 Ferdyansyah Agung 86,6 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 66,6 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 66,6 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 93,3 23. 2557 Isnaini Kiki 66,6 24. 2560 Muhammad Aldi 93,3 25. 2561 Negi Meilana Putri 86,6 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 66,6 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 86,6 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 93,3 29. 2566 Niratih Sanjaya 80 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 93,3 31. 2568 Putri Anugrah 93,3 32. 2569 Rafiq Muhammad 93,3 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 86,6 34. 2573 Umi Khasanah 80 35. 2574 Yayan Wisnu Murti - 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 86,6 37. 2633 Amartia Farel 93,3 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 93,3 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 93,3 40. - Iftin Moga Risky Haznah 93,3
Keterangan:
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa.
Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 80,6 %.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, baik proses maupun hasil kemampuan
menyimak dengan pendekatan quantum learning dari siklus I sampai dengan
siklus III. Secara garis besar penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan
masalah yang telah dikemukakan peneliti. Rumusan masalah tersebut adalah:
1. Apakah pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar?
2. Apakah pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar?
Jawaban untuk rumusan masalah di atas dapat penulis paparkan sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas terhadap peningkatan kemampuan menyimak
dengan pendekatan quantum learning pada siswa kelas IV SD Negeri 02
Karanganyar ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam
empat tahap, yaitu: (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan
tindakan, (3) tahap observasi dan interpretasi dan, (4) tahap analisis dan refleksi.
Sebelum pelaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk
mengetahui permasalahan yang terjadi dan kondisi yang ada di lapangan.
Berdasarkan hasil kegiatan survei awal peneliti menemukan bahwa kualitas proses
dan hasil kemampuan menyimak dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas
IV SD Negeri 02 Karanganyar masih tergolong rendah. Peneliti bersama guru
kelas membuat kesepakatan untuk melakukan upaya dalam mengatasi masalah
tersebut dengan menerapkan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran
menyimak.
Peneliti bersama guru menyusun rencana guna melaksanakan siklus I.
Siklus I merupakan tindakan awal dan utama untuk mengatasi permasalahan di
dalam pembelajaran menyimak. Siklus pertama guru telah menggunakan
pendekatan quantum learning sebagai pendekatan pembelajaran menyimak pantun
jenis pantun nasehat dengan media audiovisual sebagai motivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran dan media gambar sebagai perangsang siswa untuk
menyimak pantun. Deskripsi hasil dari siklus pertama yaitu pembelajaran
menyimak dengan pendekatan quantum learning adalah masih terdapat
kekurangan di dalam pelaksanaan tindakan.
Kekurangan tersebut berasal dari guru dan siswa. Kekurangan dari
pihak guru yaitu, posisi guru masih terfokus di depan kelas sehingga pengelolaan
kelas kurang maksimal. Siswa yang duduk di deretan belakang masih
menunjukkan sikap ramai dan tidak memperhatikan siswa yang sedang
berpresentasi dan dalam tugas kelompok tidak turut berpartisipasi dalam
mengerjakan tugas kelompok, guru tidak memberi teguran kepada kelompok lain
yang tidak bertugas untuk menyimak kelompok yang sedang bertugas presentasi,
guru tidak memperhatikan kondisi fisik ruang kelas. Pintu dan jendela dibiarkan
terbuka, sehingga siswa sering mengalihkan pandangan ke luar kelas, dan guru
tidak mengembalikan posisi tempat duduk siswa ketika tugas kelompok sudah
selesai, sehingga dalam mengerjakan tugas individu, siswa malah berdiskusi
dengan anggota kelompok.
Kelemahan dari siswa, yaitu siswa terlihat belum sepenuhnya aktif
dalam pembelajaran. Siswa yang duduk di deret bangku paling belakang terlihat
masih berbicara dengan teman sebangku, menopang dagu, bermain dengan teman
dengan teman yang duduk di dekatnya, siswa masih kesulitan dalam maju secara
sukarela untuk presentasi di depan kelas, masih merasa malu dan enggan untuk
tampil di depan kelas. Selain itu, dalam mengerjakan tugas menyimak masih
kurang memuaskan. Berdasarkan hasil tes, siswa yang mendapatkan ketuntasan
belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 28 siswa, persentase siswa yang mendapatkan
ketuntasan belajar adalah 70 %.
Siklus II merupakan siklus untuk memberikan solusi yang
dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan yang terjadi selama proses
pembelajaran kemampuan menyimak dengan menggunakan pendekatan quantum
learning pada siklus I. Solusi yang disepakati peneliti dan guru berupa perubahan
posisi guru agar tidak hanya di depan kelas ketika proses pembelajaran
berlangsung. Guru juga harus berkeliling untuk memonitoring siswa yang berada
di tempat duduk deret tengah maupun belakang agar siswa-siswa tersebut juga
dapat ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran menyimak. Selain itu,
guru juga perlu menegur ulang siswa yang tidak fokus pada pembelajaran.
Kelompok yang tidak bertugas untuk menyimak, diharapkan agar turut serta
menyimak dengan tujuan agar semua paham akan materi simakan yang disajikan
setiap kelompok.
Guru sebaiknya memberikan reward kepada siswa yang dianggap aktif
atau cerdas dengan tujuan untuk mendorong siswa agar konsentrasi dan aktif
selama proses pembelajaran. Misalnya berupa pujian seperti: jawaban bagus, baik
sekali, benar, pintar, atau juga bisa dengan memberi nilai tambahan kepada siswa
yang aktif atau bisa juga dengan memberi hadiah kecil ( buku, pensil, dan pujian).
Guru sebaiknya menutup jendela dan pintu agar siswa tidak mengalihkan
pandangan ke luar kelas setelah tugas kelompok selesai, sebaiknya posisi tempat
duduk siswa dikembalikan seperti posisi semula.
Berdasarkan pelaksanaan siklus II terbukti bahwa terjadi peningkatan
proses dan hasil pembelajaran menyimak jika dibandingkan dengan siklus I. Pada
siklus II mengalami peningkatan yaitu sebesar 75 %. Nilai KKM yang digunakan
oleh sekolah tersebut pada bidang studi bahasa Indonesia adalah 6
Peningkatan yang terjadi pada siklus II memang cukup signifikan,
namun masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut siswa banyak yang protes
akan lagu yang diputar, siswa menginginkan lagu yang up to date dan gambar
yang digunakan agar lebih bervariasi. Upaya untuk mengatasi kekurangan pada
siklus II, guru dan peneliti mencari solusi yang akan digunakan pada siklus
berikutnya yaitu dengan mencari lagu-lagu yang up to date dan gambar yang
berbeda dengan siklus pertama dan kedua.
Siklus III dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan yang terjadi
selama proses pembelajaran menyimak pada siklus II. Upaya mengatasi
kekurangan pada siklus II berupa pemutaran lagu yang sedang up to date dan
gambar yang lain dari siklus sebelumnya. Siklus III merupakan siklus terakhir
dalam tindakan penelitian ini. Pada siklus ini guru dan peneliti berusaha
memperkecil segala kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran
menyimak berlangsung. Siklus III dilaksanakan dengan pemutaran lagu milik
Cinta Kuya yang berjudul Ulat Kepompong dan lagu milik Ipang , Ello, dan
kawan-kawan yang berjudul Buka Semangat Baru, pemutaran lagu tersebut agar
siswa termotivasi dan bersemangat mengikuti materi pada hari tersebut. Selain itu,
gambar yang digunakan dalam siklus III berupa gambar alat-alat transportasi.
Hasil yang didapatkan pada siklus III ini jauh lebih baik dan
memuaskan. Jumlah siswa yang mampu mencapai ketuntasan nilai sebesar 80,6
%. Hasil peningkatan nilai siswa pada setiap siklus dari siklus pertama hingga
siklus terakhir mengindikasikan adanya efektifitas pendekatan quantum learning
dalam pembelajaran menyimak.
Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru dan peneliti,
guru berhasil melaksanakan pembelajaran yang mampu menarik minat siswa
sehingga terjadi peningkatan terhadap kemampuan menyimak siswa. Selain itu,
penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan di kelas.
Keberhasilan penggunaan pendekatan quantum learning dalam upaya
meningkatkan kemampuan menyimak dapat dilihat dari pembahasan peningkatan
kualitas pembelajaran menyimak, sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak.
Keberhasilan penggunaan pendekatan quantum learning dalam
meningkatkan pembelajaran menyimak ini dapat dilihat dari indikator-
indikator, sebagai berikut:
a) Siswa terlihat lebih berminat dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
b) Siswa terlihat aktif dan lebih berani untuk maju di depan kelas tanpa
ditunjuk.
Tabel 9. Persentase Peningkatan Kualitas proses Pembelajaran Menyimak
Kegiatan
Siswa
Persentase
Siklus I Siklus II Siklus III
Berminat dan
termotivasi
selama kegiatan
belajar mengajar
62,5 %
80 %
88,9 %
Aktif mengikuti
proses
pembelajaran
62, 5 %
77,5 %
80,6 %
2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak.
Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari nilai belajar siswa yang
mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya dan mencapai
ketuntasan nilai berdasarkan KKM SD Negeri 02 Karanganyar.
Tabel 10. Persentase Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Meniyimak
Kegiatan
Siswa
Persentase
Siklus I Siklus II Siklus III
Mencapai nilai
ketuntasan
belajar (68)
70 %
72,5 %
80,6 %
Deskripsi hasil penelitian dari siklus I hingga siklus III dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 11. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi
Hasil
Penelitian
Siklus I Siklus II Siklus III
Perencanaan
Tindakan
1. Peneliti dan guru
merancang
skenario
pembelajaran
2. Guru menyusun
rencana
pembelajaran
3. Peneliti dan guru
merancang
pendekatan
quantum learning
4. Peneliti dan guru
menyusun
instrumen
penelitian
1. Guru memeriksa
kondisi kelas
dengan menutup
jendela dan pintu
kelas
2. Guru menyusun
pantun menjadi
beberapa jenis
pantun
3. Gurumakan
merotasi posisi
sebagai fasilitator
dan mengawasi
kelasmsecara
menyeluruh
dengan berputar
posisi
mengelilingi
setiap kelompok
4. Guru
memberikan
reward kepada
kelompok yang
berani tampil
sukarela dan
Guru dan peneliti
menyusun
pergantian jenis
lagu dan jenis
gambar
Pelaksanaan
1. Dilakukan guru
dengan
memutarkan
rekaman lagu
anak-anak
kemudian diikuti
siswa dengan
menyanyikan
nya. Tujuan dari
tahap ini adalah
untuk
mendorong siswa
gembira dan
menumbuhkan
minat belajarnya.
(Nama-Nama
Rasa, Tek Kotek-
Kotek, Burung
Kakak Tua, dan
Cicak-Cicak)
2. Murid dibagi
menjadi delapan
kelompok.
3. Setiap kelompok
mendapat soal
yang berupa
pantun rumpang
yang bergambar
kepada siswa
yang aktif
bertanya
1. Sebelumnya guru
memeriksa
kondisi kelas
dengan menutup
jendela dan pintu
kelas.
2. Dilakukan guru
dengan
memutarkan
rekaman lagu
anak-anak
kemudian diikuti
siswa dengan
menyanyikannya
Tujuan dari
tahap ini adalah
untuk
mendorong siswa
gembira dan
menumbuhkan
minat belajarnya.
(Nama-Nama
Rasa, Tek Kotek-
Kotek, Burung
Kakak Tua, dan
Cicak-Cicak).
3. Murid dibagi
menjadi delapan
1. Sebelumnya
guru
memeriksa
kondisi kelas
dengan
menutup
jendela dan
pintu kelas.
2. Dilakukan
guru dengan
memutarkan
rekaman lagu
anak-anak
kemudian
diikuti siswa
dengan
menyanyikan
nya. Tujuan
dari tahap ini
adalah untuk
mendorong
siswa
gembira dan
menumbuh
kan minat
belajarnya.
(ulat
kepompong
buah-buahan dan
binatang.
4. Murid menerima
penjelasan dari
guru, murid
diminta untuk
mengamati
pantun rumpang
yang bergambar
tersebut
5. Murid mencoba
untuk menyusun
pantun rumpang
yang bergambar
tadi dengan
mencari
potongan pantun
yang sudah
dibagikan setiap
kelompok
6. Murid menerima
penjelasan dari
guru bahwa apa
yang telah dibaca
tadi merupakan “
PANTUN”.
7. Murid
menyimpulkan
ciri-ciri pantun
berdasarkan
pantun yang
kelompok.
4. Setiap kelompok
mendapat soal
yang berupa
pantun rumpang
yang bergambar
buah-buahan dan
binatang. Jenis
pantun terbagi
menjadi
beberapa jenis
pantun antara
lain: pantun
jenaka, pantun
nasehat, pantun
agama, dan lain-
lain.
5. Murid menerima
penjelasan dari
guru, murid
diminta untuk
mengamati
pantun rumpang
yang bergambar
tersebut.
6. Murid mencoba
untuk menyusun
pantun rumpang
yang bergambar
tadi dengan
mencari
dan Buka
Semangat
baru).
3. Murid dibagi
menjadi
delapan
kelompok.
4. Setiap
kelompok
mendapat
soal yang
berupa
pantun
rumpang
yang
bergambar
alat-alat
transportasi.
Jenis pantun
terbagi
menjadi
beberapa
jenis pantun
antara lain:
pantun
jenaka,
pantun
nasehat,
pantun
agama, dan
lain-lain.
telah disusun tadi
8. Murid
mempresentasika
n pantun yang
telah disusun di
depan kelas
dengan intonasi
yang tepat secara
bergantian setiap
kelompok
9. Murid yang lain
menyimak
10. Murid yang telah
terbentuk dalam
kelompok tadi,
menulis hasil
simakan yaitu
berupa satu bait
pantun,
penjelasan isi
pantun, dan ciri-
ciri pantun yang
ditemukan
berdasarkan
pantun yang
telah disimak.
11. Murid sebagai
perwakilan
kelompok lain
mengulangi
untuk
potongan pantun
yang sudah
dibagikan setiap
kelompok.
7. Guru bertindak
sebagai
fasilitator dan
mengawasi kelas
secara
menyeluruh
dengan berputar
posisi
mengelilingi
setiap kelompok.
8. Murid menerima
penjelasan dari
guru bahwa apa
yang telah dibaca
tadi merupakan “
PANTUN” dan
termasuk jenis
pantun apa.
9.Murid
menyimpulkan
ciri-ciri pantun
berdasarkan
pantun yang
telah disusun
tadi.
10. Murid
mempresentasika
5. Murid
menerima
penjelasan
dari guru,
murid
diminta
untuk
mengamati
pantun
rumpang
yang
bergambar
tersebut.
6. Murid
mencoba
untuk
menyusun
pantun
rumpang
yang
bergambar
tadi dengan
mencari
potongan
pantun yang
sudah
dibagikan
setiap
kelompok.
7. Guru
bertindak
mempresentasi
kan hasil
simakan yaitu
membaca pantun
dengan intonasi
yang tepat,
menjelaskan isi
pantun, dan
menyebutkan
ciri-ciri pantun
12. Ditandai dengan
pemberian tepuk
tangan kepada
murid yang telah
mempresentasi
kan hasil
kelompok di
depan kelas dan
telah
menyelesaikan
tugasnya.
13. Siswa dan guru
melakukan
refleksi
14. Siswa
mengerjakan
evaluasi
n pantun yang
telah disusun di
depan kelas
dengan intonasi
yang tepat secara
bergantian setiap
kelompok.
11. Murid yang
lain menyimak
12. Murid yang
telah terbentuk
dalam
kelompok tadi,
menulis hasil
simakan yaitu
berupa satu
bait pantun,
penjelasan isi
pantun, dan
ciri-ciri pantun
yang
ditemukan
berdasarkan
pantun yang
telah disimak.
13. Guru
memberikan
reward kepada
kelompok yang
berani tampil
sukarela dan
sebagai
fasilitator dan
mengawasi
kelas secara
menyeluruh
dengan
berputar
posisi
mengelilingi
setiap
kelompok.
8. Murid
menerima
penjelasan
dari guru
bahwa apa
yang telah
dibaca tadi
merupakan “
PANTUN”
dan termasuk
jenis pantun
apa.
9. Murid
menyimpul
kan ciri-ciri
pantun
berdasarkan
pantun yang
telah disusun
tadi.
kepada siswa
yang aktif
bertanya.
14. Murid sebagai
perwakilan
kelompok lain
mengulangi
untuk
mempresentasi
kan hasil
simakan yaitu
membaca
pantun dengan
intonasi yang
tepat,
menjelaskan isi
pantun, dan
menyebutkan
ciri-ciri pantun.
15. Ditandai
dengan
pemberian
tepuk tangan
kepada murid
yang telah
mempresentasi
kan hasil
kelompok di
depan kelas
dan telah
menyelesaikan
10. Murid
mempresenta
sikan pantun
yang telah
disusun di
depan kelas
dengan
intonasi yang
tepat secara
bergantian
setiap
kelompok.
11. Murid yang
lain
menyimak
12. Murid yang
telah
terbentuk
dalam
kelompok
tadi, menulis
hasil simakan
yaitu berupa
satu bait
pantun,
penjelasan isi
pantun, dan
ciri-ciri
pantun yang
ditemukan
berdasarkan
tugasnya.
16. Siswa dan guru
melakukan
refleksi
17. Siswa
mengerjakan
evaluasi
pantun yang
telah
disimak.
13. Guru
memberika
reward
kepada
kelompok
yang berani
tampil
sukarela dan
kepada siswa
yang aktif
bertanya.
14. Murid
sebagai
perwakilan
kelompok
lain
mengulangi
untuk
mempresenta
sikan hasil
simakan
yaitu
membaca
pantun
dengan
intonasi yang
tepat,
menjelaskan
Hasil
1. Siswa yang aktif
selama proses
pembelajaran
berlangsung
Sebanyak 25 siswa
1. Siswa yang aktif
selama proses
pembelajaran
berlangsung
Sebanyak 31
isi pantun,
dan
menyebutkan
ciri-ciri
pantun.
15. Ditandai
dengan
pemberian
tepuk tangan
kepada murid
yang telah
mempresenta
sikan hasil
kelompok di
depan kelas
dan telah
menyelesaika
n tugasnya.
16. Siswa dan
guru
melakukan
refleksi
17. Siswa
mengerjakan
evaluasi
1. Siswa yang
aktif selama
proses
pembelajaran
berlangsung
atau 62, 5 % siswa
, sedangkan 15
siswa atau 38 %
lainnya kurang
memperhatikaan
penjelasan dari
guru. Siswa
tersebut pada
umumnya duduk di
deret bangku
bagian tengah,
dekat dinding, dan
deret paling
belakang.
2. Siswa yang
menunjukkan
minat dan
motivasinya dalam
mengikuti proses
pembelajaran
menyimak pantun
sebanyak 25 siswa
atau 62,5 %,
sedangkan 15
siswa lainnya atau
38 % siswa
menunjukkan
sikap kurang
berminat dengan
pembelajaran
menyimak pantun.
siswa atau 77,5
% siswa ,
sedangkan 9
siswa atau 22,5
% lainnya
kurang
memperhatikaan
penjelasan dari
guru. Siswa
tersebut pada
umumnya duduk
di deret bangku
paling belakang.
2. Siswasyang
menunjukkan
minatsdan
motivasinya
dalam mengikuti
proses
pembelajaran
menyimak
pantun sebanyak
32 siswa atau 80
%.
3. Berdasarkan
hasil tes terdapat
29 siswa atau
72,5 % siswa
yang
mendapatkan
ketuntasan
Sebanyak 29
siswa atau
80,6 % siswa ,
sedangkan 7
siswa atau
19,4 % lainnya
kurang
memperhatika
an penjelasan
dari guru.
Siswa tersebut
pada
umumnya
duduk di deret
bangku bagian
tengah, dekat
dinding, dan
deret paling
belakang.
2. Siswa yang
menunjukkan
minat dan
motivasinya
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran
menyimak
pantun
sebanyak 32
siswa atau
3. Berdasarkan hasil
tes terdapat 28
siswa atau 70 %
siswa yang
mendapatkan
ketuntasan belajar,
sedangkan 12
siswa atau 30 %
siswa belum
mencapai nilai
ketuntasan belajar.
4. Berdasarkan
wawancara siswa
pasca tindakan,
siswa menyatakan
bahwa
pembelajaran
menyimak dengan
pendekataan
quantum learning
lebih menarik dan
menyenangkan
karena siswa suka
terhadap lagu-lagu
dansgambar-
gambar.
belajar,
sedangkan 10
siswa atau 25 %
siswasbelum
mencapaimnilai
ketuntasan
belajar.
4. Berdasarkan
wawancara siswa
pasca tindakan,
siswa
menyatakan
bahwa
pembelajaran
menyimak
dengan
pendekataan
quantum
learning lebih
menarik dan
menyenangkan
karena siswa
suka terhadap
lagu-lagu dan
gambar-gambar.
88,9 %.
3. Berdasarkan
hasilmtes
terdapatm29
siswamatau
80,6 % siswa
yang
mendapatkan
ketuntasan
belajar,
sedangkanm7
siswamatau
19,4 % siswa
belum
mencapai nilai
ketuntasan
belajar.
4. Berdasarkan
wawancara
siswa pasca
tindakan,
siswa
menyatakan
bahwa
pembelajaran
menyimak
dengan
pendekataan
quantum
learning pada
siklus ketiga
Kelemahan
1. Posisi guru masih
terfokus di depan
kelas sehingga
pengelolaan kelas
kurang maksimal.
Siswa yang duduk
dimderetan
belakang masih
menunjukkan
sikap ramai dan
tidak
memperhatikan
siswa yang sedang
berpresentasi dan
dalammtugas
kelompok tidak
turut berpartisipasi
dalam
Perihal kebosanan
siswa terhadap jenis
lagu dan gambar
lebih fresh
karena lagu
yang
diputarkan
lagu yang
sedang up to
date dan
gambar yang
disajikan
berbeda
dengan dua
siklus
sebelumnya.
Secara
keseluruhan
proses
pembelajaran
menyimak
dengan
menggunakan
pendekatan
quantum
learning berjalan
dengan lancar.
Kekurangan-
kekurangan yang
ada dapat diatasi
dengan baik.
Dengan demikian
dapat dikatakan
bahwa
mengerjakan tugas
kelompok
2. Guru tidak
memberi teguran
kepada kelompok
lain yang tidak
bertugas untuk
menyimak
kelompok yang
sedang bertugas
presentasi
3. Guru tidak
memperhatikan
kondisi fisik ruang
kelas. Pintu dan
jendela dibiarkan
terbuka, sehingga
siswa sering
mengalihkan
pandangan ke luar
kelas.
4. Guru tidak
mengembalikan
posisi tempat
duduk siswa ketika
tugas kelompok
sudah selesai,
sehingga dalam
mengerjakan tugas
individu, siswa
malah berdiskusi
pembelajaran
menyimak
tersebut telah
berhasil dan
menunjukkan
peningkatan, baik
dari segi proses
maupun dari
hasil belajar
siswa.
dengan anggota
kelompok
5. Siswa terlihat
belum sepenuhnya
aktif dalam
pembelajaran.
Siswa yang duduk
di deret bangku
paling belakang
terlihat masih
berbicara dengan
teman sebangku,
menopang dagu,
bermain dengan
teman dengan
teman yang duduk
di dekatnya.
6. Siswa masih
kesulitan dalam
maju secara
sukarela untuk
presentasi di depan
kelas, masih
merasa malu dan
enggan untuk
tampil di depan
kelas.
D. Indikator Keberhasilan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki dampak positif terhadap kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung
secara konvensional di mana guru hanya bertindak monoton dapat teratasi dengan
sikap guru yang lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan suatu kondisi kelas
yang menyenangkan.Guru mampu memberikan stimulus sehingga siswa mampu
merespon stimulus tersebut dengan senang dan baik. Siswa yang tadinya tidak
begitu aktif, akhirnya turut aktif mengikuti proses pembelajaran seperti menjwab
pertanyaan guru, memperhatikan guru secara penuh, berani mengungkapkan
pendapat dan berani tampil maju di depan kelas serta senang mengikuti jalannya
permainan penyampaian materi.
Ditinjau dari segi keaktifan siswa, telah terjadi perubahan positif terhadap
sikap siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa mau aktif dan berperan serta dalam
proses belajar mengajar. Selain itu, kemampuan siswa dalam menyimak
meningkat dengan penyampaian materi menggunakan pendekatan quantum
learning. Pengetahuan siswa bertambah dengan penggunaan pendekatan quantum
learning. Perubahan positif tersebut membawa dampak baik berupa peningkatan
nilai siswa dalam pembelajaran menyimak. Ditinjau dari segi pemanfaatan
fasilitas dan pengembangan bahan ajar telah terjadi peningkatan yang cukup
memuaskan. Guru mampu menggunakan fasilitas belajar dengan maksimal dan
mampu mengembangkan bahan ajar yang ia gunakan. Bahan ajar yang semula
bersumber dari buku teks yang dimiliki siswa berkembang menjadi pemanfaatan
media lain selain buku yang lebih menarik perhatian siswa.
Tabel 12. Persentase Hasil Capaian Indikator keberhasilan
Aspek yang
diukur
Persentase Hasil Capaian Indikator
Keberhasilan Siklus I Siklus II Siklus III
1. Proses
Pembelajaran
a.SMinatSdan
SSMotivasi
SSsiswa
a. Keaktifan
siswa
62,5 %
62,5%
80 %
77,5 %
88,9 %
80,6%
Siswa tampak
senang dan
antusias
dalam
pembelajaran
menyimak
Siswa tampak
aktif dalam
proses
pembelajaran
menyimak.
2. Ketuntasan hasil
belajar
(Kemampuan
hasil tes dalam
unjuk kerja)
70 % 72,5 % 80,6 % Mencapai
standar
ketuntasan
belajar miimal
untuk mata
pelajaran
bahasa
Indonesia,
yaitu 68.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ini berhasil menjawab
rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti. Melalui survei awal, peneliti
memperoleh data bahwa kualitas pembelajaran menyimak di kelas tersebut masih
rendah. Penelitian yang terdiri dari tiga siklus ini mengalami peningkatan baik
dari segi proses maupun hasil pembelajaran yang dicapai. Kendala-kendala dalam
pembelajaran juga sudah berhasil diatasi. Adapun simpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak menggunakan
pendekatan quantum learning. Pada survei awal, siswa tidak tertarik dengan
pembelajaran, sehingga berpengaruh terhadap minat maupun motivasi serta
keaktifan mereka akibatnya proses pembelajaran menjadi tidak maksimal.
Tindakan yang dilakukan oleh guru berupa penggunaan pendekatan quantum
learning dengan penyempurnaan tindakan pada setiap siklus terbukti mampu
meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan kualitas proses
pembelajaran ini dapat dilihat dari persentase minat dan motivasi serta
keaktifan siswa yang mengalami peningkatan dari setiap siklus. Pada siklus
terakhir yang dilakukan yaitu siklus ketiga diperoleh data bahwa siswa yang
minat dan motivasinya tinggi sebanyak 88,9 % (32 siswa). Siswa yang aktif
sebanyak 80,6 % (29 siswa). Proses pembelajaran sudah dikatakan berkualitas
karena setiap indikator mencapai persentase 75 % atau lebih.
2. Terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak menggunakan
pendekatan quantum learning. Peningkatan proses pembelajaran
menyebabkan kenaikan kualitas hasil pembelajaran yang dicapai para siswa.
Kualitas hasil tersebut dapat dilihat dari hasil pekerjaan menyimak siswa yang
mengalami peningkatan dari setiap siklus. Pada siklus ketiga siswa yang
memperoleh nilai sesuai standar ketuntasan belajar minimal (≥68) sebanyak
80,6 % siswa. Hasil pembelajaran sudah dikatakan berkualitas karena
persentase hasil pembelajaran siswa lebih dari 75 %.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses
pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran
meningkat setelah diterapkan pendekatan quantum learning. Oleh karena itu,
pendekatan quantum learning ini dapat digunakan guru sebagai bahan
pertimbangan dalam kegiatan pembelajaran. Di samping itu, pendekatan quantum
learning dapat digunakan sebagai pendekatan alternatif yang menyenangkan
dalam pembelajaran menyimak.
Penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam pembelajaran menyimak. Pendekatan quantum learning ini
menjadikan siswa lebih bisa mengoptimalkan kemampuan yang ada pada dirinya.
Siswa mencoba untuk mencari sesuatu hal yang baru berdasarkan pengalaman
sendiri, siswa bisa menirukan pembacaan pantun berdasarkan hasil menyimak dan
siswa bisa merayakan keberhasilan yang diperoleh, maka dari itu siswa merasa
lebih nyaman dan senang akan pembelajaran menyimak yang disajikan dengan
pendekatan quantum learning.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Guru hendaknya terus berupaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan
kreatif.
b. Guru bisa menggunakan pendekatan lain dengan memanfaatkan media
yang menarik sehingga siswa mempunyai minat dan motivasi yang tinggi
dalam proses pembelajaran.
2. Bagi sekolah
a. Sekolah perlu melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung
jalannya pembelajaran.
b. Sekolah perlu memotivasi guru untuk senantiasa melakukan peningkatan
kinerjanya dengan jalan melakukan pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Albertine Minderop. 2005. Metode Karakteristik Telaah Fiksi. Jakarta:Yayasan
Obor Indonesia. Andayani. 2008. Buku Pedoman Pembelajaran Apresiasi Sastra Berbasis
Quantum Learning di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press. Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Darmansyah. 2007. Menciptakan Pembelajaran Menyenangkan Melalui
Optimalisasi Jeda Strategis dengan Karikatur Humor dalam Belajar Matematika. Jurnal Teknodik. No. 21/XI. Ciputat: Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Depdiknas.
DePorter, Bobbi. Reardon, Mark & Nurie, Sarah Singer. 2003. Quantum Teaching
Orchestrating student Success. ( Dalam http://kafeguru.blogspot.com. Diakses 15 November 2009).
DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2007. Quantum Learning: Membiasakan
Belajar nyaman dan Menyenangkan. Diterjemahkan oleh alwiyah Abdurrahman. Bandung: penerbit Kaifa.
DePorter, Bobbi. 2008. Quantum Teaching Mempaktekkan Quantum Laerning di
Ruang-ruang Kelas. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Penerbit Kaifa.
Dian Sukmara. 2003. Implementasi Program Life Skill. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Djago Tarigan. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta:
Depdikbud. Doni Prahastomo. 2007. Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Keterampilan menyimak Menggunakan Media Film Animasi pada Siswa Kelas VI SDN Carangan Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Surakarta.
Gino, Suwarni, Suripto H.S., dan Sutijan. 1998. Belajar dan Pembelajaran 1.
Surakarta: Depdikbud. H.B, Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press. Henry Guntur Tarigan. 2008. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
313
IndraSMunawar.S2009.SQuntumLearning.S(DalamShttp://indramunawar.blogspot.com/2009/06/quantum-learning.html. Diakses 11 Oktober 2009).
Moh Roza Ashari. 2007. Pemanfatan Media Rekaman Monolog dan Dialog untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak pada Siswa Kelas X SMA Batik 1 Surakarta. Surakarta.
Rochiati Wiraatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Sabarti Akhadiah, dkk. 1992. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Dekdikbud. Sanapiah Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha
Nasional. Sarah Singer-Nourie. 1998. ”Quantum Learning”. Quantum Learning Education,
7. Sarwiji Suwandi. 2008. Model Assesment dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13. Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Panitia sertifikasi guru rayon 13 FKIP UNS.
Septiawan Santana Kurnia. 2008. Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik Studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill. (Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id. Diakses 15 November 2009).
Slameto. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Sri Mulyani Dwi Hastuti. Bahan Ajar Apresiasi Puisi untuk SMA dengan Pendekatan Quantum Learning. Surakarta.
Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta:Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, Suhadjono, dan Suparti. 2007. PTK. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta. Suyatno. 2005. Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa & Sastra. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Catatan Lapangan I
Hari/tanggal : Rabu/06 Januari 1010
Waktu : 09.00-10.10 WIB
Jenis : Observasi Pra-Tindakan (Survei awal)
Tempat : Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya,
Karanganyar
Setting:
Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut
terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa.
Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depan
kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan
wakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat
gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal
pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan
bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang
kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas
V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruangan untuk diadakan rapat
wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena
sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung
pertemuan. Saat observasi ini dilakukan, semua siswa masuk mengikuti pelajaran.
Observsi ini dilakukan saat mata pelajaran bahasa Indonesia yang jatuh pda hari
Rabu jam keempat daan kelima yaitu jam setelah istirahat pertama. Otomatis
ketika guru dan peneliti masuk kelas, belum sepenuhnya siswa kelas IV masuk,
untuk itu pihak guru meminta siswa yang masih di luar kelas untuk segera masuk.
Suasana kelas nampak begitu gaduh dan siswa-siswi nampak heran dengan
kedatangan peneliti. Guru kemudian membuka salam dan memperkenalkan
peneliti kepada siswa, setelah itu guru meminta salah satu siswa untuk mencarikan
kursi dan meletakkannya di bagian belakang sebagai tempat duduk peneliti dan
guru pun memulai kegiatan belajar mengajar.
Deskripsi:
Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan meminta siswa untuk
mengeluarkan buku teks bahasa Indonesia beserta buku tulis. Peneliti
menempatkan diri dio bagian belakang sebagai partisipan pasif, sehingga peneliti
dapat melakukan proses pengamatan pembelajaran tanpa mengganggu proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Hari itu, guru mengajarkan materi
menyimak pantun. Guru meminta siswa untuk membuka halaman buku yang
berhubungan dengan pantun, setelah itu guru menerangkan apa itu pantun dan
mencontohkan satu buah pantun. Siswa nampak masih terbawa dengan suasana
istirahat pertama, sehingga banyak siswa yang ramai sendiri, tidak memperhatikan
guru, namun beberapa dari mereka nampak memperhatikan apa yang dibicarakan
guru. Siswa yang memperhatikan tersebut duduk di deretan bangku depan. Sesaat
guru melemparkan pertanyaan kepada siswa untuk mengulangi apa yang telah
dijelaskan guru. Fahrul yang duduk di deretan bangku belakang harus menjawab
pertanyaan dari guru karena guru menunjuknya, ia nampak kebingungan dan
tertunduk dengan menjawab tidak bisa. Kemudian guru meminta teman
sebangkunya untuk membantu, namun ia juga tidak bisa. Guru menghela napas
kemudian meminta agar siswa konsentrasi terhadap pelajaran. Keadaan kelas
memang tidak mendukung karena jendela kelas terbuka, sehingga banyak siswa
yang mengalihkan pandangan ke luar kelas.
Setelah guru menerangkan, guru meminta beberapa siswa untuk maju ke
depan membacakan pantun. Namun hanya sedikit yang maju sukarela, nampaknya
mereka merupakan siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru sebelumnya,
siswa tersebut bernama Putri, Moga, Berlian, Nisa, Aldi, dan lain-lain. Guru harus
memanggil satu persatu siswa agar siswa berkenan maju ke depan kelas. Siswa
yang maju dengan disuruh guru nampak agak kesulitan dalam membacakan
pantun. Siswa-siswa tersebut merupakan siswa yang terlihat gaduh dan tidak
mempedulikan penjelasan guru sebelumnya.
Setelah siswa maju membacakan pantun, guru meminta siswa untuk
membuat pantun dan menyimpulkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang
telah disimak tadi. Setelah beberapa menit, guru bertanya pada siswa sudah selesai
apa belum. Banyak siswa yang masih salah dalam menyimpulkan pantun yang
telah disimak tadi dan masih salah dalam membuat pantun, karena jam sudah
menunjukkan 10.00 WIB guru mengakhiri pelajaran dengan merefleksi kembali
materi yang disampaikan kepada siswa dan mengevaluasi hasil pekerjaan siswa
bersama siswa.
Refleksi:
Kegiatan belajar mengajar di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar,
khususnya pelajaran menyimak masih mengalami permasalahan. Siswa kurang
aktif selama proses pembelajaran berlangsung karena banyak siswa yang tidak
bisa menjawab pertanyaan guru ketika dilempari pertanyaan. Siswa mengalihkan
pandangan ke luar kelas daan tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan
guru. Guru kelas hanya aktif di bagian depan kelas dan monoton terhadap materi
yang hanya terpacu pada buku teks.
Observasi ini merupakan survei awal yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui kondisi awal dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Survei awal ini dilakukan untuk mengidentifikasi garis besar permasalahan yang
ada di lapangan, sehingga peneliti dapat menentukan tindakan yang tepat dan
pemecahan permasalahan yang dihadapi guru di dalam proses pembelajaran
menyimak.
Catatan Lapangan 2
Hari/tanggal : Kamis/07 Januari 1010
Waktu : 07.00-08.45 WIB
Jenis : Angket ( Survei awal)
Tempat : Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya,
Karanganyar
Setting:
Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut
terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa.
Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depaan
kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan
waakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat
gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal
pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan
bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang
kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas
V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruangan untuk diadakan rapat
wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena
sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung
pertemuan. Saat observasi ini dilakukan semua siswa mengikuti pelajaran dan
tidak ada siswa yang terlambat masuk. Guru memberikan secara singkat tujuan
peneliti hadir pada hari itu.
Deskripsi:
Guru menjelaskan tujuan peneliti hadir, yaitu menyebarkan angket untuk
dijawab secara jujur. Siswa nampak ragu dan enggan menjawab angket tersebut.
Siswa kemungkinan takut jika angket tersebut akan mempegaruhi nilai bahasa
Indonesia mereka. Banyak siswa yang ramai dan saling bertanya kepada teman
apakah jawaban yang harus dipilih. Guru pun akhirnya memberi panduan dan
penjelasan untuk mengiusi angket tersebut. Peneliti hanya duduk di bagian
belakang, proses pengumpulan data melalui angket tersebut berlangsung selama
30 menit.
Guru berputar mengelilingi kelas, memeriksa pekerjaan siswa. Setelah
semua siswa selesai mengisi angket tersebut, siswa diminta untuk mengumpulkan
data angket tersebut di meja guru. Setelah itu peneliti ijin untuk mengecek hasil
jawaban siswa di ruang tamu sekolah. Sementara itu guru melanjutkan materi
pelajaran di kelas. Penarikan kesimpulan didiskusikan peneliti dan guru ketika
istirahat pertama, serta membuat perencanaan penelitian.
Refleksi:
Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen angket ini berjalan
dengan cukup lancar. Setelah hasil angket disimpulkan, guru dan peneliti
mendapatkan data bahwa sebagian besar siswa menyatakan kurang menyukai
pembelajaran menyimak yang disampaikan guru kelas mereka. Selain itu mereka
menyatakan bahwa mereka senang dengan musik, lagu dan gambar. Hasil angket
tersebut mendukung peneliti untuk memanfaatkan pendekatan quantum learning
dalam pembelajaran menyimak di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar.
Angket Survei Awal
Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda centang (V) jawaban yang sesuai dengan jawaban kamu!
2. Isilah angket ini dengan jawaban yang jujur!
3. Jawaban dari angket ini tidak mempengaruhi nilai Bahasa Indonesia kamu!
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Pernahkah kamu mendapat materi berkaitan dengan pembelajaran keterampilan menyimak?
2. Masih ingatkah kamu dengan materi tersebut?
3. Apakah kamu tertarik dengan materi yang disampaikan pada saat pembelajaran menyimak tersebut?
4. Apakah kamu memperhatikan pembelajaran tersebut?
5. Apakah kamu aktif mengikuti pembelajaran tersebut?
6. Apakah guru sudah menerapkan suatu metode yang mendorong kamu untuk aktif belajar?
7. Apakah guru sudah menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran?
8. Apakah kebanyakan diantara kalian ramai sendiri?
9. Apakah kamu menyukai lagu?
10. Apakah kamu suka menyanyi?
11. Apakah kamu suka melihat gambar daripada tulisan?
12. Apakah kamu pernah mendapat pembelajaran menyimak dengan lagu atau media gambar?
13. Apakah kamu setuju apabila dalam pembelajaran menyimak menggunakan metode yang mengasyikkan?
Nama : ……………………. No Absen :…………………….
Hasil wawancara
Hari/tanggal : 4 November 2009
Informan : Suwandi Kasino, A. Ma. Pd dan Surono, S. Pd
Tempat : Ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
Deskripsi
P : Selamat, pagi Pak?
G : Pagi mbak! Ada perlu apa ya Mbak?
P : Begini Pak, saya mahaasiswi FKIP UNS dan saat ini saya akan melakanakan
skripsi, untuk itu saya akan melakukan penelitian tindakan kelas. Sehubungan
dengan hal tersebut, bolehkah saya mengadakan penelitian di sekolah ini, Pak?
G : Ow, kalau begitu harus dengan persetujuan Kepala Sekolah dulu, Mbak!
(wawancara kemudian dilanjutkan dengan Kepala Sekolah)
K : Jika penelitian tersebut dapat membuat pembelajaran sekolah ini lebih baik,
boleh-boleh saja. Nanti, Anda buat surat ijin penelitian. Selanjutnya dalam
penelitian nanti, silahkan Anda berhubungan dengan pak Surono selaku guru
kelas IV. Begitu ya, Mbak. Saya tinggal dulu?
P : Baik, Pak. Terimakasih.
P : Ow, iya, Pak? Sebelumnya saya akan wawancara mendalam terlebih dahulu
tentang pembelajaran di kelas IV selama ini?
G : Silahkan!
P : Kurikulum yang digunakan di sekolah ini?
G : KTSP
P : Terdiri dari berapa kelas di sekolah ini?
G : 6 kelas, Mbak!
P : Untuk kelas IV sendiri, berapa jumlah siswanya?
G : 40 siswa, 21 putra dan 19 putri.
P : Untuk pelajaran bahasa Indonesia berapa jam pelajaran? Dan berapa kali
pertemuan setiap minggunya?
G : 2 kali pertemuan, setiap hari Rabu dan Kamis. Untuk hari Rabu 2 x 35 menit
pada jam keempat dan kelima. Hari Kamis 3 x 35 menit, dari jam pertama
hingga jam ketiga. Jadi, setiap minggunya ada 175 menit untuk pelajaran
Bahasa Indonesia.
P : Materi bahasa yang Bapak kira masih sulit diterima siswa atau masih
bermasalah, menurut Bapak terletak pada materi apa?
G : Untuk materi bahasa yang selama ini saya ajarkan, ada keterampilan bahasa
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan
tersebut pada dasarnya siswa-siswa sudah cukup paham dan menguasai,
hanya untuk keterampilan menyimak ada sedikit problem.
P : Masalah apa yang timbul saat pembelajaran tersebut?
G : Data nilai siswa yang tidak mencapai nilai KKM di sekolah ini. Siswa-siswa
saat proses pembelajaran tersebut kurang begitu konsentrasi, dan pada
umumnya anak yang duduk di belakang malah ramai sendiri sehingga tidak
melakukan menyimak dengan baik.
P : Kalau boleh tahu, materi menyimak saat itu apa Pak? Bagaimana cara Bapak
dalam menyampaikan materi menyimak tersebut?
G : Materi menyimak pada semester satu ini yaitu menyimak petunjuk denah dan
simbol daerah, Mbak! Saya sederhana saja, Mbak! Saya jelaskan pengertian
menyimak petunjuk denah dan simbol daerah dan saya sebutkan contohnya
kemudian saya minta anak-anak untuk menyimak dan tugas berikutnya saya
minta untuk menuliskan hasil simakan.
P : Apakah Bapak tidak menggunakan metode lain selain ceramah atau media
apa yang Bapak gunakan saat proses pembelajaran tersebut?
G : Dalam menyampaikan materi saya menggunakan buku teks pelajaran bahasa
Indonesia kelas IV yang dimiliki siswa.
P : Kesulitan atau masalah yang Bapak temukan saat proses pembelajaran
tersebut?
G : Ya, seperti yang saya katakan di awal tadi. Mungkin karena anak-anak belum
siap belajar, ada pikiran di rumah sehingga mereka tidak memperhatikan
atau menyimak dengan baik. Ada yang melamun, menopang dagu, melihat
ke arah luar, dan lain-lain. Apalagi anak seusia kelas IV masih suka ngobrol
dengan teman-temannya meskipun sedang pembelajaran.
P : Ow, begitu. Kalau begitu saya akan mencoba untuk meneliti permasalahan
tersebut dengan memikirkan solusinya, Pak!
G : Baik, nanti perencanaannya silahkan diberitahukan kepada saya.
P : Baik, Pak. Terimakasih. Saya akan kembali dengan perencanaan saya.
Karanganyar, November 2009
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd Surono, S.Pd
NIP. 19500510 1974011006 NIP. 19630527 198405 1006
Hasil wawancara
Hari/tanggal : 25 November 2009
Informan : Suwandi Kasino, A. Ma. Pd dan Surono, S. Pd
Tempat : Ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
P : Selamat pagi, Pak!
G : Selamat pagi!
P : Saya menyerahkaan perencanaan penelitian saya yang berkaitan dengan
masalah yang terjadi di kelas IV.
G : Oh, ya!
P : Setelah saya kaji dari hasil wawancara lalu bahwa terdapat masalah dalam
pembelajaran menyimak. Saya akan melakukan tindakan dengan suatu
pendekatan, yaitu quantum learning. Berikut langkah-langkahnya, Pak!
G : Ow, begitu (membaca rencana tindakan)
Ehm, begini mbak karena semester satu, pembelajaran keterampilan
menyimak sudah habis dan ini sudah mendekati semesteran. Bagaimana
kalau penelitian Anda nanti dilaksanakan pada semester dua?
P : Baik, Pak! Nanti akan saya sesuaikan dengan silabus pembelajaran pada
semester II mengenai materi menyimak.
G : Baik, kalau begitu. Rencana ini akan saya beri kepada Kepala Sekolah
dahulu?
K : Ow, Mbaknya yang dari UNS? Yang mau penelitian itu? Baik, saya baca
terlebih dahulu rencana tindakannya. Ehmm,,,Baik saya rasa tindakan ini
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah ini. Saya rasa Anda
tinggal mendiskusikan dengan pak Surono bagaimana proses tindakan
nantinya dan saya berharap penelitian anda sukses.
P : Terimakasih, Pak!
P : Pak, sebelum nanti saya masuk pada tindakan siklus I, bolehkah saya
melakukan survei awal terlebih dahulu?
G : Baiklah, Mbak. Nanti Anda kembali saja kemari setelah memasuki semester
II!
P : Baik, Pak!
G : Baik, nanti kita lanjutkan perencanaan pembelajarannya. Saya tunggu
perencanaan yang lebih matang lagi.
P : Baik, terimakasih, Pak!
Karanganyar, November 2009
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd Surono, S.Pd
NIP. 19500510 1974011006 NIP. 19630527 198405 1006
Hasil wawancara
Hari/tanggal : 03 Desember 2009
Informan : Surono, S. Pd
Tempat : Ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
P : Selamat pagi, Pak!
G : Selamat, pagi!
P : Saya menyerahkan surat ijin penelitian beserta proposal penelitian, Pak!
G : Baik, nanti saya sampaikan kepada Kepala sekolah!
P : Pak, kira-kira nanti untuk observasi pertama dilaksanakan tanggal berapa?
Saya kira awal Januari saja, anda bisa langsung masuk kelas dan melakukan
observasi tersebut.
P : Baik, Pak! Setelah observasi nanti saya akan melakukan pengambilan data
untuk membuat perencanaan yang nantinya saya serahkan kepada Bapak,
dan dapat didiskusikan kembali untuk pembuatan RPP.
G : Ya, baik.
Karanganyar, Desember 2009
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd Surono, S.Pd
NIP. 19500510 1974011006 NIP. 19630527 198405 1006
Hasil wawancara
Hari/tanggal : 03 Desember 2009
Informan : (Putri) Siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar
Tempat : Ruang kelas SD Negeri 02 Karanganyar
P : Apakah kamu pernah menerima pelajaran menyimak di sekolah?
I : Pernah, Mbak!
P : Menurut kamu, bagaimana cara mengajar yang dilakukan oleh guru kamu
dalam pembelajaran menyimak selama ini?
I : Guru seperti biasanya, Mbak! Menerangkan dari buku teks kemudian siswa
diberi tugas.
P : Kamu suka dengan cara yang digunakan guru kamu tersebut?
I : Kurang suka, Mbak! Bosan.....
P : Menurut kamu, cara yang bagaimana yang kamu inginkan agar digunakan
oleh gurumu dalam pembelajaran menyimak?
I : Cara yang menyenangkan dan siswa menjadi nyaman sehingga kami tidak
bosan.
P : Jika penggunaan pembelajaran yang menyenangkan itu, memanfaatkan media
audio atau visual kamu suka tidak?
I : Suka, Mbak! Pasti akan menimbulkan suasana baru sehingga kami menjadi
senang akan materi yang disampaikan.
P : Kamu suka lagu maupun gambar?
I : Suka, saya suka menyanyi dan saya juga suka dengan gambar-gambar.
P : Pernahkah media gambar maupun audio digunakan guru kamu saat
pembelajaran menyimak?
I : Guru saya, jarang menggunakan Mbak! Guru hanya menggunakan buku teks.
P : Kamu setuju tidak jika digunakan suatu pembelajaran yang menyenangkan
dengan memanfaatkan media audio maupun gambar dalam pembelajaran
menyimak?
I : Setuju, mbak!
Informan
Nilai Survei Awal No. No. Induk Nama Siswa Nilai 1. 2501 Muhammad Fahrul 55 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 61 3. 2483 Aprilia Latifah 77 4. 2506 Nila Lilis 60 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 74 6. 2504 Muhammad Zuhud 49 7. 2510 Novri Eka Nuryana 59 8. 2536 Alif Purnomo Aji 80 9. 2538 Arinda Ayu 65 10. 2539 Andini Apriani 50 11. 2540 Agus Tiawan 75 12. 2541 Ari Prasetyo 58 13. 2543 Adelia Setyaningrum 81 14. 2545 Bhisma Dhepo 79 15. 2546 Berlian Imani Putri 82 16. 2548 Dani Nur Saputra 58 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 70 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 66 19. 2552 Ferdyansyah Agung 60 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 78 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 56 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 76 23. 2557 Isnaini Kiki 54 24. 2560 Muhammad Aldi 86 25. 2561 Negi Meilana Putri 79 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 67 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 81 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 76 29. 2566 Niratih Sanjaya 63 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 55 31. 2568 Putri Anugrah 88 32. 2569 Rafiq Muhammad 50 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 74 34. 2573 Umi Khasanah 56 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 54 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 70 37. 2633 Amartia Farel 71 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 61 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 58 40. - Iftin Moga Risky Haznah 81
Keterangan: Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa. Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 47,5 %.
Foto Survei Awal
Pengembangan metode dan media yang digunakan guru masih kurang
Siswa terlihat kurang berminat dan kurang termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran menyimak
Siswa tidak diikutsertakan secara langsung dalam pembelajaran menyimak
Catatan Lapangan Siklus I
Hari/tanggal : Rabu/13 Januari 2010
Waktu : 09.00-10.10 WIB
Jenis : Pelaksanaan siklus I
Tempat : Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya,
Karanganyar
Setting:
Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut
terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa.
Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depan
kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan
waakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat
gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal
pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan
bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang
kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas
V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruangan untuk diadakan rapat
wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena
sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung
pertemuan. Saat penelitian ini dilakukan, semua siswa masuk mengikuti pelajaran.
Pelaksanaan siklus I ini dilakukan saat mata pelajaran bahasa Indonesia yang jatuh
pada hari Rabu jam keempat daan kelima yaitu jam setelah istirahat pertama.
Siswa- siswa masih banyak yang berada di luar kelas, menghabiskan jam istirahat
mereka. Guru pengampu kelas kemudian meminta siswa untuk segera memasuki
kelas dengan cara mengitung angka, satu persatu siswa masuk kelas dengan saling
dorong. Peneliti langsung menempatkan diri di bangku belakang sebagai
partisipan pasif. Guru kelas kemudian memulai KBM Mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Deskripsi:
Guru memulai pelajaran dengan memberi apersepsi siswa bahwa materi
pada hari itu merupakan materi menyimak pantun. Guru juga menerangkan bahwa
materi akan disampaikan dengan menggunakan pendekatan quantum learning.
Secara singkat guru menerangkan pengertian pendekatan quantum learning dan
langkah-langkah yang akan diterapkan. Pendekatan quantum learning yang akan
digunakan memanfaatkan media audiovisual berupa rekaman lagu dan media
gambar berupa gmbar buah-buahan dan binatang. Siswa-siswi langsung bersorak
sorai mendengar kata video lagu dan gambar.
Guru memulai langkah dengan memainkan video untuk diputar. Lagu
yang diputar antara lain lagu yang berhubungan dengan gambar yang akan
digunakan dalam materi Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua,
dan Cicak-Cicak. Siswa siswi nampak begitu senang melihat video yaang diputar,
mereka pun turut menyanyikan lagu-lagu tersebut karena dalam video pun
disertakan lirik lagu agar para penonton dapat membaca lirik tersebut. Siswa-siswi
nampak termotivasi akan pembelajaran yang diberikan oleh guru dan semakin
terdorong untuk mengikuti materi selanjutnya.
Setelah tahap pertama dari quantum learning tersebut, guru kemudian
membagi 40 siswa menjadi 8 kelompok, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5
anak. Setiap kelompok diminta untuk merapatkan posisi, di sisi lain guru
membagikan pantun rumpang bergambar dan potongan-potongan kalimat yang
merupakan jawaban dari pantun rumpang tersebut. Setiap kelompok diminta
untuk segera mengisi pantun rumpang tersebut dengan potongan-potongan
jawaban. Siswa-siswi nampak tertarik sekali dengan permainan materi pantun
rumpang tersebut, mereka asyik mencari jawaban dari pantun bergambar.
Setelah penyusunan pantun selesai, setiap kelompok ditugasi untuk
mempresentasikan hasil penyusunan pantun tersebut dan menugasi kelompok lain
untuk menyimak dan mencatat hasil simakan dan menjelaskan serta menyebutkan
ciri-ciri pantun yang telah disimak. Hasil simakan dipresentasikan lagi di depan
kelas dengan pembacaan pantun secara tepat kemudian kelompok lain mengulang
untuk mempresentasikan hasil simakan masing-masing di depan kelas. Siswa
memberi tepuk tangan pada siswa yang telah mempresentasikan hasil simakan.
Setelah tugas kelompok selesai, guru melanjutkan materi dengan melakukan
evaluasi terakhir berupa pemberian tugas individu. Setelah tugas dikumpulkan,
guru dan siswa melakukan refleksi dan menutup pembelajaran bahasa Indonesia.
Refleksi:
Kegiatan belajar mengajar pada siklus I di kelas IV berlangsung cukup
aktif. Siswa sudah mulai menunjukkan keaktifan daan terlihat cukup antusias
mengikuti proses pembelajaran menyimak. Hal itu dapat dilihat dari cukup
banyaknya siswa yang mau berinteraksi terhadap penyampaian materi guru. Siswa
terlihat asyik mengikuti permainan quantum learning dari pemutaran video hingga
pengisian pantun rumpang bergambar, meskipun masih ada siswa yang
mengalihkan pandangan ke luar kelas karena jendela dan pintu kelas dibiarkan
terbuka. Sementara di luar kelas nampak siswa kelas lain sedang berolahraga, dan
saling berdiri di luar jendela kelas IV. Deretan bangku yang terletak di bagian
belakang pun msih memperlihatkan sikap acuh pada guru. Sementara posisi guru
nampak aktif di bagian depan saja dan guru juga tidak mengembalikan posisi
ketika tugas kelompok siswa sudah selesai, namun pada dasarnya guru
memberikan landasan dasar mengenai materi menyimak dengan penggunaan
pendekatan quantum learning yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah ditetapkan dan berhasil membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran
menyimak.
Hal ini terbukti dengan hasil pemerolehan nilai siswa dengan batas
ketuntasan 68 adalah data siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥
6,8) sebanyak 28 siswa atau 70 %, sedangkan 12 siswa atau 30 % siswa belum
mencapai nilai ketuntasan belajar.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Siklus 1)
Sekolah : SD Negeri 2 Karanganyar
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : IV/II
Standar Kompetensi : Mendengarkan pembacaan pantun
Kompetensi Dasar : Menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal dan
intonasi yang tepat.
Hari/tanggal : Rabu/13 Januari 2010
Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit
A. INDIKATOR
1. Menirukan pembacaan pantun
2. Membaca pantun dengan lafal yang tepat
3. Membaca pantun dengan intonasi yang tepat
4. Menyusun hasil simakan
5. Menjelaskan isi pantun
B. MATERI PEMBELAJARAN
Teks/bacaan sebagai contoh pantun
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Quantum Learning
D. MEDIA PEMBELAJARAN
1. VCD Berisi Rekaman Pembacaan Pantun
2. Media Gambar
E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
Tumbuhkan
a. Dilakukan guru dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak
kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat
belajarnya. (Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua,
dan Cicak-Cicak)
b. Murid dibagi menjadi delapan kelompok.
c. Setiap kelompok mendapat soal yang berupa pantun rumpang yang
bergambar buah-buahan dan binatang.
2. Kegiatan Inti
Alami
a. Murid menerima penjelasan dari guru, murid diminta untuk mengamati
pantun rumpang yang bergambar tersebut
b. Murid mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang bergambar tadi
dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan setiap
kelompok
Namai
a. Murid menerima penjelasan dari guru bahwa apa yang telah dibaca
tadi merupakan “ PANTUN”.
b. Murid menyimpulkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah
disusun tadi
Demonstrasikan
a. Murid mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas
dengan intonasi yang tepat secara bergantian setiap kelompok
b. Murid yang lain menyimak
c. Murid yang telah terbentuk dalam kelompok tadi, menulis hasil
simakan yaitu berupa satu bait pantun, penjelasan isi pantun, dan ciri-
ciri pantun yang ditemukan berdasarkan pantun yang telah disimak.
Ulangi
Murid sebagai perwakilan kelompok lain mengulangi untuk
mempresentasikan hasil simakan yaitu membaca pantun dengan intonasi
yang tepat, menjelaskan isi pantun, dan menyebutkan ciri-ciri pantun.
Rayakan
Ditandai dengan pemberian tepuk tangan kepada murid yang telah
mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan telah menyelesaikan
tugasnya.
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru melakukan refleksi
b. Siswa mengerjakan evaluasi
F. SUMBER BELAJAR
1. Buku teks
2. Buku referensi
G. PENILAIAN
1. Penilaian proses
Menilai keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
2. Penilaian hasil
Menilai hasil pekerjaan siswa baik secara kelompok dan individu dalam
menginterpretasikan materi simakan yang telah diperdengarkan.
Karanganyar, Januari 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah SD II Karanganyar Guru mata Pelajaran
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd Surono, S.Pd
NIP. 19500510 1974011006 NIP. 19630527 198405 1006
Soal Penugasan Siklus I
1. Susunlah pantun yang telah disajikan pada setiap kelompok dengan benar!
Pantun rumpang
a. Buah alpukat buah semangka
Buah mangga buah strowberi
Jika kamu ingin pahala
.....................................
b. Buah kelengkeng buah pepaya
Buah jeruk buah nanas
Kalau kamu ingin kaya
...............................
c. Buah anggur buah jambu
Buah ceri buah manggis
.........................................
Janganlah kamu suka menangis
d. Buah belimbing buah salak
Buah jeruk buah melon
Kalau kamu makan banyak
..........................................
e. Ada kuda ada keledai
Ada kupu-kupu ada kanguru
...................................
Ikutilah perintah guru
f. Ada onta ada sapi
Ada kambing ada domba
Meski kamu boleh menonton tivi
......................................
g. Ada zebra ada gajah
Ada badak ada kelinci
................................................
Jika kamu tidak saling membenci
h. Ada monyet ada rusa
Ada panda ada jerapah
................................
Taatilah perintah ayah
2. Tuliskan hasil simakan kalian tentang pantun yang dipresentasikan teman
kamu!
3. Jelaskan isi pantun tersebut!
4. Sebutkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah kalian simak!
5. Presentasikan di depan kelas hasil pantun yang telah kalian susun!
Kunci Jawaban
1. Pantun rumpang
a. Iklaslah kamu dalam memberi
b. Hati-hati nanti kamu kayak balon
c. Kalau kamu ingin disayang ibu
d. Jangan jadi anak malas
e. Kalau kamu ingin pandai
f. Jangan lupa tugas membaca
g. Temanmu akan bertambah
h. Kalau kamu tak ingin dosa
2. Jawaban sesuai pantun yang dipresentasikan pada nomor 1.
3. Isi Pantun
a. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa jika kita ingin bertambah
pahala kita harus iklas dalam memberikan sesuatu kepada orang lain.
b. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan nasihat agar kita tidak malas supaya
nantinya kita bisa jadi orang kaya.
c. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahawa kita akan disayang orang
tua apabila kita bisa menjaga perilaku kita dengan tidak sering menangis
karena kita sudah besar.
d. Berupa pantun nasihat. Yaitu berisikan kita harus mengtur pola makan kita
dengan tidak banyak makan karena jika tidak dapat mengatur pola makan
kita, maka kita akan bertambah gendut.
e. Berupa pantun naasiht, yaitu berisikan agaar kita taat pada perintah guru
supaya kita bisa menjadi anak pandai.
f. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus ingat waktu,
meskipun kita diperbolehkan menonton tivi tetapi kita harus ingat tugas
kita sebagai pelajar yaitu belajar.
g. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita tidak boleh membeda-
bedakan teman, dalam arti kita tidak boleh saling membenci agar teman
kita banyak.
h. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus patuh pada orang
tua kita agar kita tidak berdosa.
4. Ciri-ciri Pantun
a. Pantun terdiri atas empat larik atau empat baris
b. Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b
c. Sampiran adalah dua baris pertama ( baris 1 & 2), kerap kali berkaitan
dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan
maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak.
d. Dua baris terakhir (baris 3 & 4) merupakan isi, yang merupakan tujuan
dari pantun tersebut.
5. Presentasi Pembacaan Pantun
a. Intonasi tepat sesuai nada pantun
b. Keberanian siswa
c. Kejelasan dalam mempresentasikan pantun
Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV
SD Negeri 02 Karanganyar.
a. Nilai Proses
No.
No. Induk
Nama Siswa
Perilaku
I II
1. 2501 Muhammad Fahrul 3 3 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 4 3 3. 2483 Aprilia Latifah 3 4 4. 2506 Nila Lilis 4 4 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 5 5 6. 2504 Muhammad Zuhud 3 3 7. 2510 Novri Eka Nuryana 4 4 8. 2536 Alif Purnomo Aji 4 3 9. 2538 Arinda Ayu 5 4
10. 2539 Andini Apriani 3 4 11. 2540 Agus Tiawan 5 4 12. 2541 Ari Prasetyo 4 3 13. 2543 Adelia Setyaningrum 5 4 14. 2545 Bhisma Dhepo 3 3 15. 2546 Berlian Imani Putri 5 4 16. 2548 Dani Nur Saputra 4 3 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 5 5 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 3 4 19. 2552 Ferdyansyah Agung 4 4 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 5 5 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 5 4 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 3 3 23. 2557 Isnaini Kiki 4 4 24. 2560 Muhammad Aldi 3 3 25. 2561 Negi Meilana Putri 5 4 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 3 3 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 3 4 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 5 4 29. 2566 Niratih Sanjaya 4 3 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 3 4 31. 2568 Putri Anugrah 5 5 32. 2569 Rafiq Muhammad 4 3 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 3 4 34. 2573 Umi Khasanah 3 4 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 3 4 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 5 3 37. 2633 Amartia Farel 5 3 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 3 3 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 4 4 40. - Iftin Moga Risky Haznah 5 5
Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik 62,5 % 62,5 %
Keterangan:
Aspek Penilaian:
I : Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II : Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran:
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : sedang
4 : baik
5 : sangat baik
b. Nilai Hasil
No. Nama Aspek Skor Nilai
I II II IV V 1. Muhammad Fahrul 2 2 2 3 2 73,3 2. Nur Rahman Fauzi 2 2 2 3 2 73,3 3. Aprilia Latifah 3 3 2 2 1 73,3 4. Nila Lilis 2 1 1 3 2 60 5. Dimas Alvin Kurniawan 3 2 53,3 6. Muhammad Zuhud 3 1 53,3 7. Novri Eka Nuryana 3 2 53,3 8. Alif Purnomo Aji 3 2 73,3 9. Arinda Ayu 3 2 73,3 10. Andini Apriani 3 1 60 11. Agus Tiawan 3 3 73,3 12. Ari Prasetyo 3 3 73,3 13. Adelia Setyaningrum 3 2 73,3 14. Bhisma Dhepo 3 1 53,3 15. Berlian Imani Putri 3 2 80 16. Dani Nur Saputra 3 2 73,3 17. Endrianto Purwo Legowo 3 2 73,3 18. Ferdian Agung Baskoro 3 2 73,3 19. Ferdyansyah Agung 3 2 73,3 20. Hayati Nisa Aliminati 3 2 73,3 21. Hailda Erlindia Rinzi 3 3 73,3 22. Ihtiar Insan Permana 3 2 73,3 23. Isnaini Kiki 3 2 73,3 24. Muhammad Aldi 3 2 73,3 25. Negi Meilana Putri 3 2 66,6 26. Nur Rahmad Adi Permana 3 1 60 27. Nadifa Alifia Nisa 3 1 60 28. Nadia Sri Suryaningsih 3 2 80 29. Niratih Sanjaya 3 3 73,3 30. Oktavian Indra Pratama 3 1 73,3 31. Putri Anugrah 3 3 80 32. Rafiq Muhammad 3 2 53,3 33. Syaiful Adi Saputro 3 1 80 34. Umi Khasanah 3 2 60 35. Yayan Wisnu Murti 3 1 73,3 36. Yustitia Hening Lusia Andi 3 2 73,3 37. Amartia Farel 3 2 66,6 38. Paulus Deka Nur Prasetyo 3 2 73,3 39. Abdur Rahman Yahya 3 2 73,3 40. Iftin Moga Risky Haznah 3 2 80
Keterangan :
I. Ketepatan Menirukan Pantun
II. Ketepatan lafal dalam membacakan pantun
III.Ketepatan intonasi dalam membacakan pantun
IV.Ketepatan menyimak pantun
V. Kelengkapan penjelasan isi pantun
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 28 siswa.
Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 70 %.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I
Persentase Instumen Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran Menyimak
Kondisi Siswa Indikator Persentase
1. Proses
a. Minatbdan
Motivasi siswa
b. Keaktifan siswa
Siswa tampak senang dan
antusias dalam
pembelajaran menyimak
Siswa tampak aktif dalam
proses pembelajaran
menyimak
62,5 %
62, 5 %
2.nKetuntasanmhasil
belajar
Mencapai standar
ketuntasan belajar
minimal untuk mata
pelajaran bahasa
Indonesia, yaitu 68.
70 %
Foto Siklus I
Posisi guru masih terfokus di depan kelas
Guru tidak memperhatikan kondisi fisik ruang kelas (Pintu dan jendela terbuka)
Guru tidak memberi teguran terhadap siswa yang ramai
Siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran
Siswa masih merasa malu dan enggan untuk tampil di depan kelas
Catatan Lapangan Siklus II
Hari/tanggal : Rabu/20 Januari 2010
Waktu : 09.00-10.10 WIB
Jenis : Pelaksanaan siklus II
Tempat : Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya,
Karanganyar
Setting:
Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut
terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa.
Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depaan
kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan
wakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat
gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal
pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan
bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang
kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas
V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruang untuk diadakan rapat
wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena
sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung
pertemuan. Saat penelitian ini dilakukan, semua siswa masuk mengikuti pelajaran.
Pelaksanaan siklus II ini dilakukan saat mata pelajaran bahasa Indonesia yang
jatuh pada hari Rabu jam keempat daan kelima yaitu jam setelah istirahat pertama.
Melihat kedatangan guru dan peneliti, siswa-siswi yang masih di luar kelas karena
istirahat, satu persatu menyalami guru dan peneliti disusul siswa-siswi yang sudah
bertada di dalam kelas. Mereka nampak senang melihat kedatangan peneliti. Guru
kemudian meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk masing-masing dan
memulai pembelajaran.
Deskripsi:
Guru memulai pelajaran dengan memberi apersepsi siswa bahwa materi
pada hari itu merupakan materi menyimak pantun. Sebelumnya guru
memperhatikan kondisi kelas dengan menutup jendela dan pintu agar kekurangan
yang terjadi pada siklus I tidak terulang kembali. Guru juga menerangkan bahwa
materi akan disampaikan dengan menggunakan pendekatan quantum learning
sebagai penyempurnaan dari pelaksanan siklus I. Secara singkat guru kembali
menerangkan pengertian pendekatan quantum learning dan langkah-langkah yang
akan diterapkan yaitu sama dengan pelaksanan siklus I, hanya saja untuk siklus II,
materi pantun diperluas dengan adanya aneka jenis pantun, kalau saja pada siklus
I hanya pantun nasihat, maka pada siklus II terdapat pantun jenaka, pantun cinta,
pantun agama, dan lain-lain. Pendekatan quantum learning yang akan digunakan
memanfaatkan media audiovisual berupa rekaman lagu dan media gambar berupa
gambar buah-buahan dan binatang. Siswa-siswi langsung bersorak sorai
mendengar kata video lagu dan gambar, sehingga mereka akan mendapatkan
keasyikan yang sama dengan siklus I. Sebelumnya guru memeriksa kelas dengan
menutup jendela dan pintu kelas.
Guru memulai langkah dengan memainkan video untuk diputar. Lagu
yang diputar antara lain lagu yang berhubungan dengan gambar yang akan
digunakan dalam materi Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua,
dan Cicak-Cicak. Siswa siswi nampak begitu senang melihat video yaang diputar,
mereka pun turut menyanyikan, namun beberapa anak tampak bosan dengan lagu-
lagu tersebut dan ada yang menyarankan agar lagu diganti dengan lagu jaman
sekarang, misalnya lagu dari Nidji, Paterpan dan ST 12. Lagu-lagu tersebut masih
diputar karena peneliti dan guru masih berpikir lagu-lagu tersebut relevan dengan
materi pada hari itu. Meskipun, siswa-siswa ada beberpa yang tampak bosan
namun pada dasarnya mereka tetap terdorong untuk mengikuti materi selanjutnya,
apalagi pemutaran lagu semacam itu hanya diberikan pada hari itu dan pelajaran
itu.
Setelah tahap pertama dari quantum learning tersebut, guru kemudian
membagi 40 siswa menjadi 8 kelompok, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5
anak. Setiap kelompok diminta untuk merapatkan posisi, di sisi lain guru
membagikan pantun rumpang bergambar dan potongan-potongan kalimat yang
merupakan jawaban dari pantun rumpang tersebut. Setiap kelompok diminta
untuk segera mengisi pantun rumpang tersebut dengan potongan-potongan
jawaban. Siswa-siswi nampak tertarik sekali dengan permainan materi pantun
rumpang tersebut, mereka asyik mencari jawaban dari pantun bergambar. Kali ini
guru mengawasi siswa secara menyeluruh agar setiap anggota kelompok turut
serta berpartisipasi dalam pengerjaan tugas kelompok, selain itu guru menegur
siswa yang tampak berjalan-jalan ke kelompok lain dan menimbulkan kegaduhan.
Setelah penyusunan pantun selesai, setiap kelompok ditugasi untuk
mempresentasikan hasil penyusunan pantun tersebut dan menugasi kelompok lain
untuk menyimak dan mencatat hasil simakan dan menjelaskan serta menyebutkan
ciri-ciri pantun yang telah disimak. Hasil simakan dipresentasikan lagi di depan
kelas dengan pembacaan pantun secara tepat kemudian kelompok lain mengulang
untuk mempresentasikan hasil simakan masing-masing di depan kelas. Guru juga
memberikan reward bagi kelompok yang berkenan maju sukarela dan yang paling
berani menampilkan hasil kelompoknya di depan kelas serta bagi siswa yang aktif
bertanya pada guru. Siswa memberi tepuk tangan pada siswa yang telah
mempresentasikan hasil simakan. Setelah tugas kelompok selesai, tak lupa guru
meminta agar posisi tempat duduk dikembalikan seperti semula agar ketika tugas
evaluasi berikutnya, setiap siswa dapat berkonsentrasi tanpa adanya diskusi antar
siswa. Setelah tugas kelompok selesai, guru melanjutkan materi dengan
melakukan evaluasi terakhir berupa pemberian tugas individu. Setelah tugas
dikumpulkan, guru dan siswa melakukan refleksi dan menutup pembelajaran
bahasa Indonesia.
Refleksi:
Kegiatan belajar mengajar pada siklus II berlangsung cukup sukses. Siswa
sudah menunjukkan keaktifan dan terlihat antusias mengikuti proses pembelajaran
menyimak dengan penggunaan pendekatan quantum learning. Hal itu dapat
dilihat dari sebagian besar siswa yang asyik menyimak pemutaran lagu dan asyik
terhadap perminan quantum learning berupa pantun rumpang bergambar serta
antusias perhatian mereka dalam menyimak kelompok yang sedang menampilkan
hasil kelompok.
Hal ini terbukti dengan hasil pemerolehan nilai siswa dengan batas
ketuntasan 68 adalah berdasarkan hasil tes terdapat 29 siswa atau 72,5 % siswa
yang mendapatkan ketuntasan belajar, sedangkan 10 siswa atau 25 % siswa belum
mencapai nilai ketuntasan belajar.
Sikap guru yang mengelola kelas secara menyeluruh dan memberikan
reward terhadap siswa mendukung proses pembelajaran pada siklus II berjalan
sukses. Pada siklus II ini, kelemahan yang masih tampak adalah siswa yang
sedikit bosan dengan video lagu dan gambar yang sama jenisnya dengan video
dan gambar yang diputar pada siklus I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Siklus 2)
Sekolah : SD NEGERI 2 KARANGANYAR
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : IV/II
Standar Kompetensi : Mendengarkan pembacaan pantun
Kompetensi Dasar : Menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal dan
intonasi yang tepat.
Hari/tanggal : Rabu/20 Januari 2010
Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit
A. INDIKATOR
1. Menirukan pembacaan pantun
2. Membaca pantun dengan lafal yang tepat
3. Membaca pantun dengan intonasi yang tepat
4. Menyusun hasil simakan
5. Menjelaskan isi pantun
B. MATERI PEMBELAJARAN
Teks/bacaan sebagai contoh pantun
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Quantum Learning
D. MEDIA PEMBELAJARAN
1. VCD Berisi Rekaman Pembacaan Pantun
2. Media Gambar
E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
Tumbuhkan
a. Sebelumnya guru memeriksa kondisi kelas dengan menutup jendela
dan pintu kelas.
b. Dilakukan guru dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak
kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat
belajarnya. (Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua,
dan Cicak-Cicak).
c. Murid dibagi menjadi delapan kelompok.
d. Setiap kelompok mendapat soal yang berupa pantun rumpang yang
bergambar buah-buahan dan binatang. Jenis pantun terbagi menjadi
beberapa jenis pantun antara lain: pantun jenaka, pantun nasehat,
pantun agama, dan lain-lain.
2 Kegiatan Inti
Alami
a. Murid menerima penjelasan dari guru, murid diminta untuk mengamati
pantun rumpang yang bergambar tersebut.
b. Murid mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang bergambar tadi
dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan setiap
kelompok.
c. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mengawasi kelas secara
menyeluruh dengan berputar posisi mengelilingi setiap kelompok.
Namai
a. Murid menerima penjelasan dari guru bahwa apa yang telah dibaca
tadi merupakan “ PANTUN” dan termasuk jenis pantun apa.
b. Murid menyimpulkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah
disusun tadi.
Demonstrasikan
a. Murid mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas
dengan intonasi yang tepat secara bergantian setiap kelompok.
b. Murid yang lain menyimak
c. Murid yang telah terbentuk dalam kelompok tadi, menulis hasil
simakan yaitu berupa satu bait pantun, penjelasan isi pantun, dan ciri-
ciri pantun yang ditemukan berdasarkan pantun yang telah disimak.
d. Guru memberikan reward kepada kelompok yang berani tampil
sukarela dan kepada siswa yang aktif bertanya.
Ulangi
Murid sebagai perwakilan kelompok lain mengulangi untuk
mempresentasikan hasil simakan yaitu membaca pantun dengan intonasi
yang tepat, menjelaskan isi pantun, dan menyebutkan ciri-ciri pantun.
Rayakan
Ditandai dengan pemberian tepuk tangan kepada murid yang telah
mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan telah menyelesaikan
tugasnya.
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru melakukan refleksi
b. Siswa mengerjakan evaluasi
F. SUMBER BELAJAR
1. Buku teks
2. Buku referensi
G. PENILAIAN
1. Penilaian proses
Menilai keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
2. Penilaian hasil
Menilai hasil pekerjaan siswa baik secara kelompok dan individu dalam
menginterpretasikan materi simakan yang telah diperdengarkan.
Karanganyar, Januari 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah SD II Karanganyar Guru mata Pelajaran
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd Surono, S.Pd
NIP. 19500510 1974011006 NIP. 19630527 198405 1006
asino
Soal Penugasan Siklus II
1. Susunlah pantun yang telah disajikan pada setiap kelompok dengan benar!
Pantun rumpang
a. Buah mannga buah pepaya
Buah kelengkeng buah belimbing
Nasib sial menimpa saya
.....................................
b. Buah leci buah srikaya
Buah jambu buah durian
Kalau kita orang beragama
...............................
c. Buah melon buah mangga
Buah pisang buah rambutan
Lanjutkan perjuangan Indonesia
.........................................
d. Buah melon buah semangka
Buah jeruk buah rambutan
Gadis pintar nan mempesona
..........................................
e. Buah apel buah nanas
Buah delima buah pepaya
...................................
Satelit bumi apa namanya?
f. Buah belimbing buah salak
Buah pisang buah durian
......................................
Pasti kamu tak punya teman
g. Buah jambu buah ceri
Buah srikaya buah kelapa
................................................
Bintang di langit ada berapa?
h. Buah per buah strowberi
Buah pepaya buah anggur
Daripada menonton tivi
................................
2. Tuliskan hasil simakan kalian tentang pantun yang dipresentasikan teman
kamu!
3. Jelaskan isi pantun tersebut!
4. Sebutkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah kalian simak!
5. Presentasikan di depan kelas hasil pantun yang telah kalian susun!
Kunci Jawaban
1. Pantun rumpang
a. Berlari-lari dikejar anjing
b. Jangan lupa kepada Tuhan
c. Seperti perjuangan para pahlawan
d. Bolehkah saya berkenalan
e. Wahai temanku yang cerdas
f. Jika kamu orang galak
g. Jika kamu pintar sekali
h. Mending kita pergi tidur
2. Jawaban sesuai pantun yang dipresentasikan pada nomor 1.
3. Isi Pantun
a. Berupa pantun curahan hati, yaitu berisikan bahwa seseorang yang sedang
sial karena harus berlari-lari dikejar seekor anjing.
b. Berupa pantun agama, yaitu berisikan bahwa kita tidak boleh lupa
terhadap sang pencipta untuk selalu beribadah karena kita makhluk
beriman.
c. Berupa pantun perjuangan, yaitu berisikan semangat bagi kita generasi
muda untuk melanjutkan perjuangan bangsa seperti perjuangan para
pahlawan terdahulu.
d. Berupa pantun cinta, yaitu berisikan sebuak sapaan untuk perkenalan pada
seorang gadis yang cantik dan mempesona.
e. Berupa pantun teka-teki, Yaitu berisikan sebuah pertanyaan yang
ditujukan pada seseorang untuk mengetahui kepintarannya yaitu dengan
cara memberi pertanyaan satelit bumi apa namanya?.
f. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita tidak boleh mempunyai
sifat buruk, salah satunya galak agar kita mempunyai banyak teman.
g. Berupa pantun teka-teki, yaitu berisikan sebuah pertanyaan yang ditujukan
pada seseorang apabila orang tersebut pintar pasti bisa menghitung jumlah
bintang yang berada di langit.
h. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus bisa
memanfaatkan waktu sebaiknya, yaitu salah satunya daripada kita
menonton tivi lebih baik kita beristirahat dengan tidur.
4. Ciri-ciri Pantun
1. Pantun terdiri atas empat larik atau empat baris
2. Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b
3. Sampiran adalah dua baris pertama ( baris 1 & 2), kerap kali berkaitan
dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan
maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak.
4. Dua baris terakhir (baris 3 & 4) merupakan isi, yang merupakan tujuan
dari pantun tersebut.
5. Presentasi Pembacaan Pantun
a. Intonasi tepat sesuai nada pantun
b. Keberanian siswa
c. Kejelasan dalam mempresentasikan pantun
Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV
SD Negeri 02 Karanganyar.
a. Nilai proses
No.
No. Induk
Nama Siswa
Perilaku
I II
1. 2501 Muhammad Fahrul 4 4 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 4 3 3. 2483 Aprilia Latifah 3 4 4. 2506 Nila Lilis 4 4 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 5 5 6. 2504 Muhammad Zuhud 3 3 7. 2510 Novri Eka Nuryana 4 4 8. 2536 Alif Purnomo Aji 4 4 9. 2538 Arinda Ayu 5 4
10. 2539 Andini Apriani 4 5 11. 2540 Agus Tiawan 5 4 12. 2541 Ari Prasetyo 4 3 13. 2543 Adelia Setyaningrum 5 5 14. 2545 Bhisma Dhepo 3 3 15. 2546 Berlian Imani Putri 5 4 16. 2548 Dani Nur Saputra 4 3 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 5 5 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 4 5 19. 2552 Ferdyansyah Agung 4 4 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 5 5 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 5 4 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 5 4 23. 2557 Isnaini Kiki 4 4 24. 2560 Muhammad Aldi 3 3 25. 2561 Negi Meilana Putri 5 4 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 3 3 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 4 4 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 5 4 29. 2566 Niratih Sanjaya 4 4 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 3 4 31. 2568 Putri Anugrah 5 5 32. 2569 Rafiq Muhammad 4 3 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 3 4 34. 2573 Umi Khasanah 5 4 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 3 4 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 5 4 37. 2633 Amartia Farel 5 3 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 5 4 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 4 5 40. - Iftin Moga Risky Haznah 5 5
Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik 80 % 77,5 %
Keterangan:
Aspek Penilaian:
I : Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II : Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran:
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : sedang
4 : baik
5 : sangat baik
b. Nilai Hasil
No. Nama Aspek Skor Nilai
I II II IV V 1. Muhammad Fahrul 3 0 80 2. Nur Rahman Fauzi 3 2 93,3 3. Aprilia Latifah 3 1 60 4. Nila Lilis 3 2 93,3 5. Dimas Alvin Kurniawan 3 2 93,3 6. Muhammad Zuhud 3 3 93,3 7. Novri Eka Nuryana 3 2 93,3 8. Alif Purnomo Aji 3 1 80 9. Arinda Ayu 3 2 86,6 10. Andini Apriani 3 2 93,3 11. Agus Tiawan 3 0 80 12. Ari Prasetyo 3 3 80 13. Adelia Setyaningrum 3 3 60 14. Bhisma Dhepo 3 2 93,3 15. Berlian Imani Putri 3 3 93,3 16. Dani Nur Saputra 3 2 93,3 17. Endrianto Purwo Legowo 3 2 93,3 18. Ferdian Agung Baskoro 3 1 86,6 19. Ferdyansyah Agung 3 2 66,6 20. Hayati Nisa Aliminati 3 3 86,6 21. Hailda Erlindia Rinzi 3 2 60 22. Ihtiar Insan Permana 3 2 93,3 23. Isnaini Kiki 3 2 86,6 24. Muhammad Aldi 3 1 66,6 25. Negi Meilana Putri 3 3 93,3 26. Nur Rahmad Adi Permana 3 2 93,3 27. Nadifa Alifia Nisa 3 2 93,3 28. Nadia Sri Suryaningsih 3 0 60 29. Niratih Sanjaya 3 1 60 30. Oktavian Indra Pratama 2 1 86,6 31. Putri Anugrah 3 3 93,3 32. Rafiq Muhammad 3 2 93,3 33. Syaiful Adi Saputro 3 2 93,3 34. Umi Khasanah 3 2 60 35. Yayan Wisnu Murti 3 3 80 36. Yustitia Hening Lusia Andi 3 0 86,6 37. Amartia Farel 3 1 66,6 38. Paulus Deka Nur Prasetyo 3 0 66,6 39. Abdur Rahman Yahya 3 2 93,3 40. Iftin Moga Risky Haznah 3 3 93,3
Keterangan :
I. Ketepatan menirukan pantun
II. Ketepatan lafal dalam membacakan pantun
III.Ketepatan intonasi dalam membacakan pantun
IV.Ketepatan menyimak pantun
V. Kelengkapan penjelasan isi pantun
Keterangan:
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa.
Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 72,5 %.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
Persentase Instumen Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran Menyimak
Kondisi Siswa Indikator Persentase
1. Proses
a. Minatndan
Motivasi siswa
b. Keaktifan siswa
Siswa tampak senang dan
antusias dalam
pembelajaran menyimak
Siswa tampak aktif dalam
proses pembelajaran
menyimak
80 %
77,5 %
2.nKetuntasan hasil
belajar
Mencapai standar
ketuntasan belajar miimal
untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia, yaitu
68.
72,5 %
Foto Siklus II
Sebelumnya guru memeriksa kondisi kelas
dengan menutup jendela dan pintu kelas
Guru bertindak sebagai fasilitator dan mengawasi kelas secara menyeluruh
Murid mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas
dengan intonasi yang tepat secara bergantian setiap kelompok
Catatan Lapangan siklus III
Hari/tanggal : Rabu/27 Januari 2010
Waktu : 09.00-10.10 WIB
Jenis : Pelaksanaan siklus III
Tempat : Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya,
Karanganyar
Setting:
Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut
terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa.
Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depan
kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan
wakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat
gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal
pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan
bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang
kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas
V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruangan untuk diadakan rapat
wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena
sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung
pertemuan. Saat penelitian ini dilakukan, semua siswa masuk mengikuti pelajaran.
Pelaksanaan siklus III ini dilakukan saat mata pelajaran bahasa Indonesia yang
jatuh pada hari Rabu jam keempat dan kelima yaitu jam setelah istirahat pertama.
Pada hari tersebut, siswa-siswa sudah masuk kelas dan menyiapkan buku
pelajaran bahasa Indonesia meskipun jam itu merupakan jam setelah istirahat.
Hari pelaksanaan siklus II ternyata ada empat siswa yang absen. Peneliti langsung
menempatkan posisi seperti biasanya di bagian belakang agar tidak mengganggu
proses pembelajaran yang akan berlangsung. Guru langsung memulai KBM.
Deskripsi:
Guru memulai KBM dengan memberikan apersepsi pantun yang telah
diberikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya dan langkah selanjutnya guru
memutar lagu yang berbeda dengan pelaksanaan siklus-siklus sebelumnya. Lagu
yang diputar adalah lagu dari Cinta yang berjudul Ulat Kepompong dan lagu dari
Elo dan kawan-kawan yang berjudul Buka Semangat Baru, siswa-siswa langsung
bersorak sorai melihat pemutaran lagu tersebut, mereka langung bersama-sama
secara serentak menyanyikan lirik lagu tersebut sambik bertepuk tangan, namun
ada beberpa anak yang kurang hafal dengan lagu tersebut.
Pembangunan motivasi lewat lagu tersebut dilanjutkan kembali dengn
permainan quantum learning berupa pengisian pantun rumpang bergambar. Kali
ini siswa nampak begitu beda, mereka tampak lebih fresh dari pelaksanan siklus
II, karena mereka melihat gambar yang berbeda yaitu gambar transportasi.
Mereka saling bertanya dengan gambar yang berbeda itu, namun mereka senang
dengan pembaruan itu. Peneliti dan guru pun tersenyum menyaksikan
kegembiraan siswa.
Setelah penyusunan pantun selesai, seperti pada siklus sebelumnya setiap
kelompok ditugasi untuk mempresentasikan hasil penyusunan pantun tersebut dan
menugasi kelompok lain untuk menyimak dan mencatat hasil simakan dan
menjelaskan serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang telah disimak. Hasil simakan
dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan pantun secara tepat
kemudian kelompok lain mengulang untuk mempresentasikan hasil simakan
masing-masing di depan kelas. Siswa memberi tepuk tangan pada siswa yang
telah mempresentasikan hasil simakan. Setelah tugas kelompok selesai, guru
melanjutkan materi dengan melakukan evaluasi terakhir berupa pemberian tugas
individu. Setelah tugas dikumpulkan, guru dan siswa melakukan refleksi dan
menutup pembelajaran bahasa Indonesia. Setelah itu, peneliti membagikan angket
pasca tindakan untuk diisi oleh siswa. Terakhir guru memberikan waktu pada
peneliti untuk berucap pamit dan terimakasih pada siswa.
Refleksi:
Kegitan belajar mengajar pada siklus III berjalan sukses. Siswa
menunjukkan kesenangan dan keaktifan mereka terhadap materi pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan quantum learning. Hal ini dapat dilihat daari
antusias siswa menyanyikan lagu sebagai motivasi pembelajaran dan keaktifan
mereka dalam menjawab tugas kelompok berupa pantun rumpang bergambar dan
keberanian mereka saat berebut siapa yang maju terlebih dahulu untuk
mempresentasikan hasil kelompok. Selain itu, banyaknya siswa yang berani
bertanya pada guru perihal keraguan mereka dalam menjawab tugas dan
ketidakmengertian terhadap materi.
Berdasarkan hasil tes terdapat 29 siswa atau 72,5 % siswa yang
mendapatkan ketuntasan belajar, sedangkan 10 siswa atau 25 % siswa belum
mencapai nilai ketuntasan belajar. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
proses pembelajaran menyimak dengan penggunaan pendekatan quantum learning
di kelas IV SD Negeri 02 karanganyar mencapai keberhasilan hingga siklus III
berakhir.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Siklus 3) Sekolah : SD NEGERI 2 KARANGANYAR
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : IV/II
Standar Kompetensi : Mendengarkan pembacaan pantun
Kompetensi Dasar : Menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal dan
intonasi yang tepat.
Hari/tanggal : Rabu/27 Januari 2010
Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit
A. INDIKATOR
1. Menirukan pembacaan pantun
2. Membaca pantun dengan lafal yang tepat
3. Membaca pantun dengan intonasi yang tepat
4. Menyusun hasil simakan
5. Menjelaskan isi pantun
B. MATERI PEMBELAJARAN
Teks/bacaan sebagai contoh pantun
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Quantum Learning
D. MEDIA PEMBELAJARAN
1. VCD Berisi Rekaman Pembacaan Pantun
2. Media Gambar
E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
Tumbuhkan
a. Sebelumnya guru memeriksa kondisi kelas dengan menutup jendela
dan pintu kelas.
b. Dilakukan guru dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak
kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat
belajarnya. (ulat kepompong dan Buka Semangat baru).
c. Murid dibagi menjadi delapan kelompok.
d. Setiap kelompok mendapat soal yang berupa pantun rumpang yang
bergambar alat-alat transportasi. Jenis pantun terbagi menjadi beberapa
jenis pantun antara lain: pantun jenaka, pantun nasehat, pantun agama,
dan lain-lain.
2. Kegiatan Inti
Alami
a. Murid menerima penjelasan dari guru, murid diminta untuk mengamati
pantun rumpang yang bergambar tersebut.
b. Murid mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang bergambar tadi
dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan setiap
kelompok.
c. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mengawasi kelas secara
menyeluruh dengan berputar posisi mengelilingi setiap kelompok.
Namai
a. Murid menerima penjelasan dari guru bahwa apa yang telah dibaca
tadi merupakan “ PANTUN” dan termasuk jenis pantun apa.
b. Murid menyimpulkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah
disusun tadi.
Demonstrasikan
a. Murid mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas
dengan intonasi yang tepat secara bergantian setiap kelompok.
b. Murid yang lain menyimak
c. Murid yang telah terbentuk dalam kelompok tadi, menulis hasil
simakan yaitu berupa satu bait pantun, penjelasan isi pantun, dan ciri-
ciri pantun yang ditemukan berdasarkan pantun yang telah disimak.
d. Guru memberika reward kepada kelompok yang berani tampil
sukarela dan kepada siswa yang aktif bertanya.
Ulangi
Murid sebagai perwakilan kelompok lain mengulangi untuk
mempresentasikan hasil simakan yaitu membaca pantun dengan intonasi
yang tepat, menjelaskan isi pantun, dan menyebutkan ciri-ciri pantun.
Rayakan
Ditandai dengan pemberian tepuk tangan kepada murid yang telah
mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan telah menyelesaikan
tugasnya.
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru melakukan refleksi
b. Siswa mengerjakan evaluasi
F. SUMBER BELAJAR
1. Buku teks
2. Buku referensi
G. PENILAIANG. PENILAIAN
1. Penilaian proses
Menilai keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
2. Penilaian hasil
Menilai hasil pekerjaan siswa baik secara kelompok dan individu dalam
menginterpretasikan materi simakan yang telah diperdengarkan.
Karanganyar, Januari 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah SD II Karanganyar Guru mata Pelajaran
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd Surono, S.Pd
NIP. 19500510 1974011006 NIP. 19630527 198405 1006
Soal Penugasan Siklus III
1. Susunlah pantun yang telah disajikan pada setiap kelompok dengan benar!
Pantun rumpang
a. Daripada naik kapal
Mending kita naik pesawat
Daripada kita nakal
.....................................
b. Hujan-hujan naik motor
Tiba-tiba kejatuhan buah kelapa
...............................
Ingatlah untuk mencuci segera
c. Ke terminal menunggu bus
Ke stasiun menunggu kereta
.........................................
Bekal makan masih ada
d. Pergi sekolah naik sepeda
Sambil makan buah jambu
..........................................
Untuk memperbanyak ilmu
e. Buah naga di dalam pesawat
Buah jambu di dalam kereta
...................................
Rajinlah kamu bangun pagi
f. Ada sepeda ada motor
Ada mobil ada perahu
Jika lantai kelas kotor
......................................
g. Ada bus ada helikopter
Ada mobil ada vespa
................................................
Dengan cara rajin membaca
h. Ada jet ada sepeda
Ada truk ada kapal
................................
Jangan jadi anak nakal
2. Tuliskan hasil simakan kalian tentang pantun yang dipresentasikan teman
kamu!
3. Jelaskan isi pantun tersebut!
4. Sebutkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah kalian simak!
5. Presentasikan di depan kelas hasil pantun yang telah kalian susun!
Kunci Jawaban
1. Pantun rumpang
a. Mending kita rajin sholat
b. Bila baju kamu kotor
c. Meski uang saku habis
d. Marilah kita rajin membaca
e. Kalau kamu tidak ingin terlambat
f. Segeralah untuk menyapu
g. Jadilah anak yang pinter
h. Kalau kamu ingin masuk surga
2. Jawaban sesuai pantun yang dipresentasikan pada nomor 1.
3. Isi Pantun
a. Berupa pantun agama, yaitu berisikan bahwa kita tidak boleh menjadi anak
nakal, kita seharusnya menjadi anak sholeh dengan rajin sholat
b. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan nasihat agar kita tidak malas untuk
mencuci apabila baju kita kotor.
c. Berupa pantun curahan hati, yaitu berisikan curahan hati seseorang bahwa
meskipun uang saku dia telah habis, dia masih punya bekal makanan.
d. Berupa pantun nasihat. Yaitu berisikan kita harus rajin membaca agar kita
bertambah wawasan dan ilmu.
e. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan agar kita disiplin dalam mengatur
waktu agar kita tidak terlambat sekolah yaitu dengan rajin untuk bangun
pagi.
f. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus segera
membersihkan kelas apabila kelas tersebut kotor.
g. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita diharuskan banyak
membaca agar kita menjadi anak yang pintar.
h. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus menjadi anak baik
dengan tidak berlaku nakal pada seseorang agar kita bisa masuk surga.
4. Ciri-ciri Pantun
a. Pantun terdiri atas empat larik atau empat baris
b. Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b
c. Sampiran adalah dua baris pertama ( baris 1 & 2), kerap kali berkaitan
dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan
maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak.
d. Dua baris terakhir (baris 3 & 4) merupakan isi, yang merupakan tujuan
dari pantun tersebut.
5. Presentasi Pembacaan Pantun
a. Intonasi tepat sesuai nada pantun
b. Keberanian siswa
c. Kejelasan dalam mempresentasikan pantun
Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV
SD Negeri 02 Karanganyar.
a. Nilai Proses
No.
No. Induk
Nama Siswa
Perilaku
I II
1. 2501 Muhammad Fahrul 4 3 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 4 3 3. 2483 Aprilia Latifah 4 4 4. 2506 Nila Lilis 5 5 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 5 5 6. 2504 Muhammad Zuhud - - 7. 2510 Novri Eka Nuryana 4 4 8. 2536 Alif Purnomo Aji 4 4 9. 2538 Arinda Ayu 5 4
10. 2539 Andini Apriani 4 5 11. 2540 Agus Tiawan 5 5 12. 2541 Ari Prasetyo 4 4 13. 2543 Adelia Setyaningrum 5 5 14. 2545 Bhisma Dhepo 4 4 15. 2546 Berlian Imani Putri - - 16. 2548 Dani Nur Saputra 4 3 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 5 5 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro - - 19. 2552 Ferdyansyah Agung 4 4 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 5 5 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 5 5 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 5 4 23. 2557 Isnaini Kiki 4 4 24. 2560 Muhammad Aldi 4 3 25. 2561 Negi Meilana Putri 5 4 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 4 3 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 4 4 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 5 4 29. 2566 Niratih Sanjaya 5 5 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 3 4 31. 2568 Putri Anugrah 5 5 32. 2569 Rafiq Muhammad 4 4 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 3 4 34. 2573 Umi Khasanah - - 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 3 4 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 5 5 37. 2633 Amartia Farel 5 3 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 3 3 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 4 5 40. - Iftin Moga Risky Haznah 5 5
Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik 88,9 % 80,6 %
Keterangan:
Aspek Penilaian:
I : Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II : Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran:
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : sedang
4 : baik
5 : sangat baik
b. Nilai Hasil
No. Nama Aspek Skor Nilai
I II II IV V 1. Muhammad Fahrul 3 1 93,3 2. Nur Rahman Fauzi 3 1 66,6 3. Aprilia Latifah 3 0 66,6 4. Nila Lilis 3 2 80 5. Dimas Alvin Kurniawan 3 3 93,3 6. Muhammad Zuhud - - - 7. Novri Eka Nuryana 3 2 93,3 8. Alif Purnomo Aji 3 2 86,6 9. Arinda Ayu 3 3 66,6 10. Andini Apriani 3 2 80 11. Agus Tiawan 3 2 93,3 12. Ari Prasetyo 3 2 93,3 13. Adelia Setyaningrum 3 2 80 14. Bhisma Dhepo 3 2 93,3 15. Berlian Imani Putri - - - 16. Dani Nur Saputra 3 2 93,3 17. Endrianto Purwo Legowo 3 3 93,3 18. Ferdian Agung Baskoro - - - 19. Ferdyansyah Agung 3 2 86,6 20. Hayati Nisa Aliminati 3 2 66,6 21. Hailda Erlindia Rinzi 3 1 66,6 22. Ihtiar Insan Permana 2 2 93,3 23. Isnaini Kiki 3 2 66,6 24. Muhammad Aldi 3 2 93,3 25. Negi Meilana Putri 3 2 86,6 26. Nur Rahmad Adi Permana 3 0 66,6 27. Nadifa Alifia Nisa 3 2 86,6 28. Nadia Sri Suryaningsih 2 1 93,3 29. Niratih Sanjaya 3 3 80 30. Oktavian Indra Pratama 3 2 93,3 31. Putri Anugrah 3 3 93,3 32. Rafiq Muhammad 3 2 93,3 33. Syaiful Adi Saputro 3 2 86,6 34. Umi Khasanah 3 2 80 35. Yayan Wisnu Murti - - - 36. Yustitia Hening Lusia Andi 3 2 86,6 37. Amartia Farel 3 2 93,3 38. Paulus Deka Nur Prasetyo 2 1 93,3 39. Abdur Rahman Yahya 2 1 93,3 40. Iftin Moga Risky Haznah 3 3 93,3
Keterangan :
I. Ketepatan menirukan pantun
II. Ketepatan lafal dalam membacakan pantun
III.Ketepatan intonasi dalam membacakan pantun
IV.Ketepatan menyimak pantun
V. Kelengkapan penjelasan isi pantun
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa.
Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 80,6 %.
Hasil Wawancara Hari/tanggal : 27 Januari 2010
Informan : (Bisma) Siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar
Tempat : Ruang kelas SD Negeri 02 Karanganyar
P : Bagaimana tanggapan kamu tentang pembelajaran menyimak dengan
pendekatan quantum learning?
B : Senang Mbak, lebih nyaman dan menarik
P : Kamu suka tidak dengan pembelajaran tadi?
B : Suka Mbak!
P : Alasan kamu?
B : Pembelajarannya tidak membosankan karena ada permainan dan adanya
lagu dan musik yang menghibur
P : Menurut kamu jika pembelajaran seperti tadi, materi yang disampaikan
akan mudah diterima tidak?
B : Mudah, Mbak! Karena kita bekerja sendiri untuk menemukan sesuatu
yang baru.
P : Kamu mengerti akan pembelajaran menyimak tadi?
B : Iya, Mbak! Saya masih ingat akan inti materi tadi.
P : Kalau begitu, terimakasih Ya?
B :Iya, Mbak!
Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus III
Persentase Instumen Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran Menyimak
Kondisi Siswa Indikator Persentase
1. Proses
a. Minat dan
Motivasi siswa
b. Keaktifan siswa
Siswa tampak senang dan
antusias dalam
pembelajaran menyimak
Siswa tampak aktif dalam
proses pembelajaran
menyimak
88,9 %
80,6 %
2. Ketuntasan hasil
belajar
Mencapai standar
ketuntasan belajar miimal
untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia, yaitu
68.
80,6 %
Nama : ……………………. No Absen :…………………….
Angket Siklus 3 No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah kamu tertarik dengan pembelajaran keterampilan
menyimak menggunakan pendekatan quantum learning
(lagu dan gambar)?
2. Apakah kamu merasa dengan pendekatan quantum
learning lebih baik daripada pembelajaran biasanya?
3. Apakah kamu lebih fokus dan mudah paham dengan
pendekatan quantum learning?
4. Setujukah kamu bila pendekatan quantum learning
dipakai dalam pembelajaran menyimak?
5. Menurut pendapat kamu, bisakah pendekatan quantum
learning digunakan dalam pembelajaran lain selain
menyimak?
Foto Siklus III
Siswa berani maju
Siswa merasa tertarik untuk mengikuti materi
Guru telah berhasil membangkitkan minat dan motivasi
top related