perikes (typus perilaku kesehatan) lengkap
Post on 24-Jul-2015
158 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PERILAKU KESEHATAN
PROPOSAL PENELITIAN
PERILAKU KESEHATAN PADA PENJAMAH MAKANAN
DI KOMPLEKS PASAR WAGE, PURWOKERTO
Oleh :
1. Indra Wiyan Saga G1B008108
2. Chichilia Clarasati G1B008109
3. Arino Nur Widiyanto G1B008122
4. Bela Oktariana P. G1B010017
5. Yulia Wulandarie G1B010024
6. Fitrianis Kharisma G1B010026
7. Desy Sosanti Renata G1B010060
8. Irene Ingret Y. S. G1B010067
9. Gandis Lutvia H G1B010068
10. Era Yulina S. G1B010072
11. Dian Ratna Rahayu G1B010085
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rendahnya kualitas makanan terutama keamanan saat ini menjadi pusat perhatian,
karena dampaknya yang negatif. Ratusan juta manusia telah terkena penyakit bahkan sampai
mengakibatkan kematian karena makanan dan terjadi baik di negara maju maupun negara-
negara yang sedang berkembang. Pangan merupakan sumber energi dan berbagai zat gizi
untuk mendukung hidup manusia. Tetapi pangan dapat juga menjadi unsur pengganggu
kesehatan manusia, yang berupa unsur yang secara alamiah telah menjadi bagian dari pangan,
maupun masuk ke dalam pangan dengan cara tertentu. Secara umum bahaya yang timbul dari
pangan sering disebut sebagai keracunan pangan. Timbulnya bahaya dapat melalui unsur
mikroorganisme, kimia, atau alami. Sumber kontaminasi makanan yang paling utama berasal
dari peralatan, penjamah makanan, sampah, mikroorganisme, serangga, tikus, dan faktor
lingkungan seperti udara dan air. Dari seluruh sumber kontaminan tersebut penjamah
makanan adalah paling besar pengaruh kontaminasinya. Kesehatan dan kebersihan
pengolahan makanan mempunyai pengaruh besar pada mutu produk yang dihasilkannya,
sehingga perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh (Andry Hartono, 2005).
Penjamah makanan yang menangani bahan makanan sering menyebabkan
kontaminasi mikrobiologis. Mikroorganisme yang hidup di dalam maupun pada tubuh
manusia dapat menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui makanan, terdapat pada kulit,
hidung, dan mulut atau dalam saluran pencernaan, rambut, kuku, dan tangan. Data
Epidemiologis menunjukkan bahwa 5% dari letusan penyakit yang dilaporkan di Inggris dan
Wales, 10% di New South Wales, dan 20% di Amerika disebabkan karena bahan pangan
yang terkontaminasi langsung oleh pekerja yang menangani makanan. Dalam proses
pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah
makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan
melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan
tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan
melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadaan sehat dan
terampil (Arisman, 2009).
Diketahui pada tahun 2008 Badan POM telah mencatat 197 kasus keracunan pangan
di seluruh Indonesia dengan 9022 penderita, yang meliputi 8943 orang sakit /dirawat dan 79
yang meninggal dunia. Ditinjau dari kejadian KLB keracunan pangan disimpulkan bahwa 85
(43,15%) kasus belum diketahui penyebabnya, 54 (27,41%) kasus karena mikrobiologi, 37
(18,78%) kasus karena bahan kimia dan 21 (10,66%) kasus tidak ada sampel. Profil proporsi
angka kesakitan dan angka kematian pada kasus KLB keracunan pangan tahun 2008 dapat
disimpulkan bahwa jumlah kasus tertinggi dilaporkan terjadi di Jawa Barat sebanyak 3166
(35,40%), Jawa Tengah 1240 (13,87%) dan Kalimantan Tengah sebanyak 860 (9,62%).
Dilihat dari jumlah kematian Jambi merupakan daerah dengan jumlah kematian tertinggi
yaitu sebanyak 26 orang (32,91%) disususl berturut-turut Papua sebanyak 18 orang (22,78%),
Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan dengan jumlah kematian sebanyak 7 orang (8,86%).
Lebih dari 90% terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan makanan (foodborne
diseases) disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu meliputi penyakit tipus, disentri
bakteri/amuba, diare, botulism, dan intoksikasi bakteri lainnya, serta hepatitis A dan
trichinellosis. Akhir-akhir ini di Indonesia banyak terjadi kasus keracunan atau penyakit yang
diakibatkan mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh mikroba patogen seperti kasus
salmonelosis atau makanan kedaluwarsa. Kasus keracunan makanan selama tahun
2003−2005 yang diberitakan oleh berbagai media massa, dapat memberikan gambaran
tentang kondisi keamanan pangan di Indonesia. Dari 18 kasus keracunan makanan yang
terjadi pada tahun 2003, 83,30% disebabkan oleh bakteri patogen, dan pada tahun 2004 dan
2005 masing-masing 60% dari 41 kasus dan 72,20% dari 53 kasus ( BPOM, 2003).
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami sebagai peneliti ingin mengetahui
karakteristik penjamah makanan tenda di Pasar Wage.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dikemukakan permasalahan yaitu
bagaimana gambaran perilaku kesehatan penjamah makanan di kompleks Pasar Wage
Purwokerto.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui perilaku kesehatan yang ada pada penjamah makanan di wilayah Pasar
Wage.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tentang pengetahuan para penjamah makanan mengenai
perilaku kesehatan dalam menjamah makanan.
b. Mendeskripsikan tentang sikap para penjamah makanan dalam kaitannya
dengan perilaku kesehatan dalam menjamah makanan.
C. Manfaat
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penjamah Makanan
Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu
kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses
tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak,
memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan
berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam
mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat
bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak dapat melangsungkan
hidupnya. Adapun pengertian makanan menurut WHO (World Health Organization) yaitu
semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansi-substansi
yang dipergunakan untuk pengobatan (Putraprabu, 2008).
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan
peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan
penyajian. Peran penjamah makanan sangat penting dan merupakan salah satu faktor dalam
penyediaan makanan/minuman yang memenuhi syarat kesehatan. Personal higiene dan
perilaku sehat penjamahmakanan harus diperhatikan. Seorang penjamah makanan harus
beranggapan bahwa sanitasi makanan harus merupakan pandangan hidupnya serta
menyadari akan pentingnya sanitasi makanan, higiene perorangan dan mempunyai
kebiasaan bekerja, minat maupun perilaku sehat (WHO dan Depkes RI,2004).
2. Perilaku Kesehatan
2.a Pengertian Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perilaku adalah tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Alwi, 2002).
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa perilaku merupakan
hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Menurut Sarwono
(1993) perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Perilaku dengan kata lain merupakan reaksi seorang individu terhadap stimulus
yag berasal dari luar maupun dalam dirinya. Respon tersebut dapat berupa respon pasif (tanpa
tindakan) seperti berpikir, berpendapat dan bersikap, maupun respon aktif (melakukan
tindakan).
Azwar (1995) mengemukakan salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang
menarik adalah sifat diferensialnya, yaitu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respon
yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat menimbulkan respon yang sama.
2.b Pengertian Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit.
Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit
• Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya
makan makanan bergizi, dan olahraga.
• Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria,
pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit
kepada orang lain.
• Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati
penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas
kesehatan tradisional.
• Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit
misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon
terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obat.
c. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi,
sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di
dalamnya., pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh
kita.
d. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap
lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku
ini seluas lingkup kesehatan lingkungan.itu sendiri. ( Ali Rahim, et al,2009 )
Machfoedz (2008) menyatakan bahwa timbulnya perilaku dilatarbelakangi oleh
banyak faktor. Maslow dalam Machfoedz memberikan beberapa faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya perilaku pada sesorang atau yang sering dikenal dengan teori
timbulnya perilaku adalah :
a). Kebutuhan pokok, merupakan kebutuhan dasar hidupmmanusia, yakni makan,
minum, tidur, istirahat dan kebutuhan seksual.
b). Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), yakni merasa jauh dari ancaman dan
bahaya, termasuk bahaya ekonomi dan social.
c). Kebutuhan cinta dan Aksih sayang dalam kehidupan sosial (social needs atau the
belonging and love).
d). Kebutuhan untuk dihargai dan dihormati (the esteem needs)
e). Kebutuhan akan penampilan (self actualization needs).
Niat seseorang akan sangat menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi atau
tidak. Teori ini sering dikenal dengan teori aksi beralasan (theory of reasoned action)
Fishbein dan Ajzen. Teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku secara tidak
langsung mengikuti niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat-niat seseorang juga
dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku tersebut penting atau tidak. Teori ini juga
menegaskan sikap normatif yang mungkin dimiliki orang-orang. Mereka berpikir tentang apa
yang akan dilakukan oleh orang lain terutama oleh orang-orang yang berpengaruh dalam
kelompok (Groeft et al, 1996).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Green (Notoatmodjo, 2003) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes). Perilaku
itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :
a). Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagaimana.
b). Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau, sarana-sarana
kesehatan, missal puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan
sebagainya.
c). Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku kesehatan. Model perilaku tersebut yaitu : B = F (PF, EF,
RF).
Keterangan :
B = Behavior
PF = Predisposing factors
EF = enabling factors
RF = Reinforcing factors
F = Fungsi
Gambar 1.1 Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan
oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang-orang dan masyarakat yang
bersangkutan. Ketersediaan fasilitas juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku.
Perilaku yang tampak pada kegiatan organisme dipengaruhi oleh faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor gen (keturunan) dan
lingkungan merupakan faktor penentu perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.
Faktor keturunan merupakan modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup untuk masa
yang akan dating, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau merupakan bahan untuk
perkembangan perilaku tersebut. Mekanisme pertemuan kedua faktor dalam rangka
terbentuknya perilaku disebut dengan proses belajar atau learning proses (Notoatmodjo, 1997
Factor predisposisi
Factor pendorong
Non perilaku
Pendidikan kesehatan
Factor pendukung prilaku
Masalah kesehatan
Kualitas hidup
B. KERANGKA TEORI
BAB IIIFaktor Predisposisi- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan atau keyakinan
Faktor Enabling- Tempat
menjamah makanan
- Banyaknya pengunjung
- Gaya hidup
Faktor Reinforcing - Pendapatan
atau penghasilan
- Pengawasan oleh pihak berwenang
Perilaku penjamah makanan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
B. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi dari
responden adalah berbentuk angket atau kuesioner. Jenis kuesioner ini adalah kuesioner
tertutup dengan skala Likert. Kuesioner dengan skala Linkert adalah instrumen yang
umumnya digunakan untuk meminta responden agar memberikan respon terhadap beberapa
statement dengan menunjukkan apakah dia sangan setuju, setuju, tidak menentukan, tidak
setuju, atau sangat tidak setuju terhadap tiap – tiap statement (Sumanto, 1995).
Kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih jawaban pada kolom yang sudah disediakan dengan memberikan
tanda cross (X) (Arikunto, 1998).
Alasan penggunaan metode kuesioner tertutup karena jenis kuesioner tersebut
memerikan kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban, lebih praktis dan
sistematis, serta keterbatasan biaya dan waktu penelitian.
C. Lokasi
Penelitian dilakukan di sepanjang jalan Pasar Wage Purwokerto, dimana sepanjang
jalan tersebut terdapat banyak pedagang makanan kaki lima khususnya pada malam hari
D. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah semua penjual makanan kaki lima di sepanjang
jalan Pasar Wage Purwokerto khususnya pada malam hari. Untuk pemilihan sampelnya
dilakukan secara random, dengan jumlah sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu, yaitu
sebanyak 15 orang penjamah makanan.
E. Analisis Data
Daftar Pustaka
Andry Hartono, 2005, Penyakit Bawaan Makanan, Jakarta: EGC
Arisman, 2009, Keracunan Makanan, Jakarta : EGC.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Azwar, S (2003). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi II.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2003, Higiene dan Sanitasi Pengolahan Pangan,
Jakarta: BPOM.
Departemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi
Pengusaha Makanan dan Minuman, Jakarta:Yayasan Pelayanan Sanitasi Lingkungan
NAsional(PESAN).
Notoatmodjo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Sarwono, S. 1993. Sosiologi Kesehatan. Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Supardi dan Sukamto, 1999, Mikrobiologi dan Keamanan Pangan, Bandung: Alumni.
Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Aplikasi Metode Kuantitatif
dan Satistika dalam Penelitia. Yogyakarta : Andi Offset
top related