plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk filelaporan ini. tetapi dengan adanya bantuan...
Post on 29-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI KUERSETIN TOTAL
PADA TEH HIJAU DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Paulus Setya Dharma
NIM : 088114117
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI KUERSETIN TOTAL
PADA TEH HIJAU DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Paulus Setya Dharma
NIM : 088114117
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
pPersetujuan Pembimbing
OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI KUERSETIN TOTAL
PADA TEH HIJAU DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI
Skripsi yang diajukan oleh :
Paulus Setya Dharma
NIM : 088114117
telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
(Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt.) tanggal 4 Juli 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI KUERSETIN TOTAL
PADA TEH HIJAU DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI
Oleh :
Paulus Setya Dharma
NIM : 088114117
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal : ..........................................
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.
Panitia Penguji : Tanda tangan
1. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. .............................
2. Prof. Dr. CJ. Soegihardjo, Apt. .............................
3. Jeffry Julianus, M. Si. .............................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Karya ini kupersembahkan untuk..
Tuhan Yesus
serta orang-orang yang kukasihi,
Ibu, Bapak, & kakakku
Sahabat & Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan.
Yogyakarta,…………………………
Penulis
Paulus Setya Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Paulus Setya Dharma
NIM : 088114117
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
”OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI KUERSETIN TOTAL PADA
TEH HIJAU DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal :
Yang menyatakan,
(Paulus Setya Dharma)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan atas semua berkat dan penyertaan-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “OPTIMASI
PROSES EKSTRAKSI KUERSETIN TOTAL PADA TEH HIJAU
DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI” ini dengan baik. Laporan akhir
ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan utnuk memperoleh gelar
Sarjana Strata 1 Prog Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Penulis banyak mengalami kesulitan dan masalah dalam menyelesaikan
laporan ini. Tetapi dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan laporan akhir ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah
diberikan kepada:
1. Ipang Djunarko,M.Sc.,Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Prof.Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan selama rancangan, pengusulan skripsi,
saat dilakukan penelitian dan selama penulisan skripsi dengan kesabaran dan
penuh perhatian.
3. Prof. Dr.C.J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang menguji sekaligus
memberi arahan, kritik, dan saran yang membangun bagi penulis.
4. Jeffry Julianus, M.Si., selaku Dosen Penguji yang menguji sekaligus memberi
arahan, kritik, dan saran yang membangun bagi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. C.M Ratna Rini Nastiti, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
mendidik dan memberi nasihat positif.
6. Rini Dwiastuti, M.Si,, Apt., yang telah membantu kami dalam segala bentuk
dukungannya.
7. Segenap laboran Kimia Organik (Mas Parlan), Kimia Analisis Instrumental
(Mas Bimo), Kimia Analisis (Mas Kunto), Laboratorium Farmakognosi-
Fitokimia (Mas Wagiran) atas segala bantuan selama penulis melakukan
penelitian.
8. Mas Sanjaya yang telah memberi arahan yang membangun bagi penulis.
9. Alfonsus Heppy Rosario D., Adi Wirasaputra, Anastasia Filipa Veritas da
Silva, tim kuersetin yang kompak, saling mengisi kekurangan selama hampir
satu tahun. Tanpa kalian skripsi ini tidak akan selesai.
10. Teman-teman FST 2008, atas kerjasama, doa, semangat, kritik, saran,
kegilaan, canda tawa dan segala masukannya.
11. Semua pribadi yang tidak dapat disebut satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kesalahan
dan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 4 Juli 2011
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….……. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….…… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………….……. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ….. vi
KATA PENGANTAR ..…………………………………………..………. vii
DAFTAR ISI ………………………………………………..…………….. ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………..………….. xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………..…………….. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………..………….. xviii
INTISARI ………………………………………………..………………... xx
ABSTRACT …………………………………………………..……………. xxi
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………..………... 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………
B. Perumusan Masalah ……………………………………………………
C. Keaslian Penelitian …………………………………………………….
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………….
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………
1
7
7
10
11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
A. Teh Hijau …………………………………………………………….. 12
1. Teh hijau ………………………………………………………….
2. Tanaman teh ………………………………………………………
3. Kandungan senyawa alam tanaman teh hijau …………………..
12
12
13
B. Kuersetin ……………………………………………………………… 14
C. Ekstraksi ………………………………………………………………. 15
1. Penyarian dengan Soxhlet ……………………………………
2. Refluks-ekstraksi ………………………………………………….
16
18
D. Optimasi Ekstraksi ……………………………………………………. 19
E. Hidrolisis Asam ………………………………………………………. 19
F. Kromatografi Lapis Tipis……………………………………………… 20
G. Densitometri……………………………………………………………. 21
H. Uji T untuk 2 sampel …………………………………………………. 22
I. Landasan Teori ………………………………………………………... 23
J. Hipotesis ………………………………………………………………. 25
BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………. 26
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………………….. 26
B. Variabel Penelitian ……………………………………………………. 26
1. Variabel bebas ………………………………………………………….
2. Variabel tergantung ……………………………………………………
3. Variabel terkontrol …………………………………………………….
26
26
29
C. Definisi Operasional …………………………………………………... 29
D. Bahan Penelitian ………………………………………………………. 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
E. Alat Penelitian …………………………………………………………. 30
F. Tata Cara Penelitian …………………………………………………… 31
1. Pembuatan serbuk teh hijau ……………………………………………
2. Penentuan dan pengujian sistem KLT …………………………………
3. Uji ekstraksi secara umum ……………………………………………..
4. Optimasi ekstraksi ……………………………………………………..
5. Efisiensi metode ……………………………………………………….
6. Pemodelan penentuan recovery ……………………………………………
31
31
36
38
42
45
G. Rancangan Penelitian ……………………………………………….. 47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 48
A. Sistem Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri sebagai Metode
Pengukuran Kuersetin ………………………………………………….
48
1. Penentuan panjang gelombang pengukuran …………………………...
2. Penentuan fase gerak untuk sistem KLT ………………………………
3. Pengujian sistem KLT …………………………………………………
48
51
58
B. Proses Preparasi Sampel ……………………………………………… 62
1. Pengolahan produk teh hijau menjadi serbuk ………………………….
2. Proses hidrolisis ……………………………………………………….
3. Cleaning up sampel ……………………………………………………
4. Uji kestabilan kuersetin ………………………………………………..
62
62
64
67
C. Optimasi Ekstraksi ……………………………………………………. 72
1. Pengaruh suhu pada ekstraksi ………………………………………… 73
2. Kelarutan dari kuersetin ………………………………………. 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
3. Sistem pelarut pengekstrak (Extracting solvent mode of operation) :
statis atau dinamis. …………………………………………………….
4. Proses hidrolisis dalam ekstraksi (Hydrolisis Mode of Operation on
Extraction) : Bersama-sama dalam 1 proses (Simultaneously) atau
berkelanjutan (Subsequently) ………………………………………….
5. Penentuan metode ekstraksi : faktor yang berpengaruh pada sistem
pelarut dinamis dan hidrolisis secara simultan ………………………...
6. Efisiensi ekstraksi ……………………………………………………..
7. Pemodelan screening recovery ……………………………………….
78
79
80
82
89
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 89
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 89
B. Saran ………………………………………………………………….. 89
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 91
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 95
BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………. 171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel I. Daftar beberapa penelitian mengenai optimasi ekstraksi
yang berhubungan dengan ekstraksi secara konvensional
dan ekstraksi kuersetin ………………………………….
7
Tabel II. Perbedaan antara penyarian dengan Soxhlet biasa,
penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis, serta
refluks ....................................................................
29
Tabel III. Komposisi fase gerak yang akan dioptimasi (dalam
mililiter) ...........................................................................
32
Tabel IV. Hasil pembacaan absorbansi maksimum dan panjang
gelombang maksimum kuersetin ……………………….
50
Tabel V. Tabel nilai perbandingan As dan Rf bercak hasil elusi
larutan baku kuersetin dan Rs, dan Rf bercak kuersetin
pada larutan sampel dengan berbagai macam fase gerak
(A-K) ……………………………………………………
52
Tabel VI. Tabel nilai perbandingan As dan Rf bercak hasil elusi
larutan baku kuersetin dan Rs, dan Rf bercak kuersetin
pada larutan sampel dengan berbagai macam fase gerak
(A-E) ……………………………………………………
54
Tabel VII. Tabel nilai perbandingan As dan Rf bercak hasil elusi
larutan baku kuersetin dan Rs, dan Rf bercak kuersetin
pada larutan sampel dengan berbagai macam fase gerak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
(E,G, dan H) ……………………………………………. 56
Tabel VIII. Tabel nilai perbandingan As dan Rf bercak hasil elusi
larutan baku kuersetin dan Rs, dan Rf bercak kuersetin
pada larutan sampel dengan berbagai macam fase gerak
(E, I, J, dan K) ………………………………………….
57
Tabel IX. Tabel Rf bercak kuersetin pada larutan baku dan sampel
pada uji keterulangan faktor retardasi ..
58
Tabel X. Tabel nilai perhitungan resolusi bercak kuersetin larutan
sampel pada 3 macam jenis ekstraksi …………………..
59
Tabel XI. Hasil pengujian hidrolisis rutin ………………………. 64
Tabel XII. Puncak spektra dan nilai absorbansi kuersetin yang
direfluks dan kuersetin baku dalam metanol ……….
69
Tabel XIII. Nilai Rf kuersetin yang direfluks dibandingkan dengan
baku kuersetin …………………………………………
70
Tabel XIV. Tabel perbandingan konsentrasi kurva baku dengan
AUC …………………………………………………….
70
Tabel XV. Nilai perhitungan recovery dari kuersetin yang
ditambahkan dalam uji kestabilan kuesetin …………….
71
Tabel XVI. Pengaruh suhu pada proses penyarian dengan Soxhlet
biasa …………………………………………………….
73
Tabel XVII. Pengaruh komponen pelarut pada proses refluks ……… 77
Tabel XVIII. Pengaruh sistem pelarut pengekstrak (statis atau
dinamis) pada proses ekstraksi dengan asam …………..
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel XIX. Pengaruh proses hidrolisis dalam esktraksi pada
penyarian dengan Soxhlet…………………………….
79
Tabel XX. Pengaruh komposisi larutan penyari dan banyaknya
jumlah ekuilibrium dalam esktraksi penyarian dengan
Soxhlet sekaligus hidrolisis ……………………………
80
Tabel XXI. Pengaruh komposisi larutan penyari dalam esktraksi
pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis
selama 12 jam …………………………………………..
81
Tabel XXII. Perbandingan hasil penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada jumlah ekuilibrium 23 dan 20 ………..
83
Tabel XXIII. Perbandingan hasil penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada jumlah ekuilibrium 23 dan 18………..
84
Tabel XXIV. Perbandingan hasil penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada jumlah ekuilibrium 23 dan 16 …………
85
Tabel XXV. Perbandingan konsentrasi larutan baku yang ditotolkan
dengan AUC yang diukur oleh densitometri dalam
pemodelan recovery ……………………………………...….
87
Tabel XXVI. Hasil pemodelan recovery ………………………………… 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Skema refluks ………………………………………... 4
Gambar 2.. Modifikasi penggabungan sistem penyarian dengan
Soxhlet dan refluks …………………………………..
5
Gambar 3. Tanaman teh di daerah Kulon Progo …………………. 13
Gambar 4. Struktur flavonol ……………………………………… 14
Gambar 5. Struktur kuersetin …………………………………….. 15
Gambar 6. Diagram dari alat ekstraksi Soxhlet ………………... 17
Gambar 7. Skema refluks ………………………………………… 19
Gambar 8. Skema ketiga metode ekstraksi yang diteliti ................. 29
Gambar 9. Bagan penentuan efisiensi metode …………………… 44
Gambar 10. Skema rancangan penelitian ………………………… 47
Gambar 11. Kromofor pada kuersetin ………………………..……. 49
Gambar 12. Spektra absorbansi bercak kuersetin pada panjang
gelombang 200-400 nm ………………………………
50
Gambar 13. Struktur kuersetin …………………………………… 53
Gambar 14. Kromatogram KCKT kuersetin preparatif dalam
pengujian selektivitas metode KLT ………………….
60
Gambar 15. Kromatogram KCKT larutan baku 20 ppm dalam
pengujian selektivitas metode KLT …………………..
61
Gambar 16. Reaksi hidrolisis rutin pada suasana asam….………. 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 17. Mekanisme kuersetin dalam penangkapan radikal
bebas ………………………………………………….
66
Gambar 18. Reaksi pembentukan kuersetin-kuinon dari oksidasi
kuersetin ………………………………………………
66
Gambar 19. Reaksi penangkapan radikal bebas oleh BHT ………... 67
Gambar 20. Reaksi pembentukan dimer oleh radikal BHT ……….. 68
Gambar 21. Spektra kuersetin yang direfluks dan kuersetin baku
dalam metanol …...……………………………………
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran I. COA Kuersetin ……………………………………. 98
Lampiran II. Pembakuan HCl ………………………………….. 99
Lampiran III. Data Penentuan Panjang Gelombang ……………… 100
Lampiran IV. Perhitungan Asymetri Factor (As) dan Resolusi
(Rs) pada Tahap Penentuan Fase Gerak. …………..
101
Lampiran V. Data Uji Keterulangan Faktor Retardasi ………….. 121
Lampiran VI. Data Verifikasi Sistem KLT pada Metode Ekstraksi
yang Dipakai ……………………………………….
126
Lampiran VII. Data Verifikasi Hidrolisis …………………………. 129
Lampiran VIII. Data Kestabilan Kuersetin ………………………… 13`
Lampiran IX. Data Optimasi Komposisi pada Proses Refluks …... 131
Lampiran X. Data Optimasi Komposisi Metanol pada Proses
Sokhletasi Sekaligus Hidrolisis selama 24 Jam ……
139
Lampiran XI. Data Optimasi Komposisi Metanol dan Pengaruh
Sirkulasi pada Proses Sokhletasi sekaligus
Hidrolisis …………………………………………..
144
Lampiran XII. Data Optimasi Suhu pada Sokheltasi Biasa dan
Optimasi Metode …………………………………..
155
Lampiran XIII. Data Efisiensi Metode …………………………….. 161
Lampiran XIV. Data Pemodelan Recovery………………………….... 169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lampiran XV. Dokumentasi Penelitian …………………………… 173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
INTISARI
Kuersetin (3,5,7,3´,4´-pentahydroxy flavone) merupakan suatu senyawa
flavonoid flavonol. Senyawa ini telah diketahui mempunyai banyak fungsi
biologis untuk meningkatkan kesehatan manusia, antara lain sebagai antioksidan,
antiinflamasi, dan berpotensial sebagai antikanker. Salah satu tanaman yang
mengandung kuersetin adalah tanaman teh, dengan salah satu hasil olahannya
adalah teh hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan proses ekstraksi
kuersetin yang efisien dan kuantitatif, dengan variabel bebasnya temperatur
ekstraksi, komposisi dari metanol teknis:air dalam larutan penyari, metode
ekstraksi, jumlah sirkulasi pada poin efisiensi metode, serta komposisi fase gerak
dalam penentuan sistem KLT. Variabel tergantung yang diamati dalam penelitian
ini adalah besarnya Area Under Curve (AUC) Kromatogram bercak pada sampel
ekstrak serbuk daun teh hijau yang mempunyai faktor retardasi mirip dengan
kuersetin baku pada poin optimasi ekstraksi, nilai t hitung pada poin efisiensi
metode, serta resolusi dan faktor retardasi pada penentuan sistem KLT.
Hasil dari penelitian ini adalah fase gerak yang digunakan pada sistem
KLT-densitometri fase normal dengan fase diam silika G60 F254, yaitu campuran
toluena - etil asetat - asam format (14:5:1). Pembacaan dilakukan pada panjang
gelombang 377 nm. Proses ekstraksi yang efisien dan kuantitatif untuk
mendapatkan kuersetin total terbanyak dari teh hijau yang diukur melalui
pembandingan AUC dengan metode KLT densitometri adalah dengan proses
penyarian dengan alat soxhlet sekaligus hidrolisis asam dengan pelarut yang
mempunyai komposisi metanol:air (90:10) v/v yang mengandung 1,85 M asam
klorida dengan jumlah ekuilibrium yang terjadi adalah sebanyak 18 kali.
Kata kunci: kuersetin, optimasi ekstraksi, teh hijau, KLT-Densitometri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
ABSTRACT
Quercetin is a flavonol flavonoid compound. This compound is known to
posess several biological function to increase the human health, namely as
antioxidant, antiinflamation, and is potential in the treatment of cancer. Tea plant
is one example that contains quercetin, and green tea is one of the product made
from tea.
The purpose of this research is to determine an extraction process of
quercetin which is efficient and quantitative, with the free variables as following:
the temperature of extraction, composition of methanol:water in the extraction
solution, extraction method, the number of circulation in the efficiency point
method, and the composition of mobile phase in the determination of the TLC
system. The dependent variables that were analized in this research were the Area
Under Curve (AUC) of the sample chromatog that has a similar retardation factor
to the quercetin reference standard in the optimization point of extraction, the
value of T count in the efficiency point, and the resolution and retardation factor
in the determination of the TLC system.
The result of this research indicates that the mobile used in the normal
phase TLC-densitometry system, with silica gel G60 F254 as the stationary phase, is
a mixture of toluena: ethyl acetate: formic acid (14:5:1). Detection was done in
the wavelength of 377nm. The extraction process which was efficient and
quantitative to collect the highest amount of quercetin from green tea which was
measured by comparison of AUC with TLC-densitometry method was extraction
process by Soxhlet apparatus with acid hydrolysis with a solvent with a
composition of methanol:water v/v that consists of 1.85 M chloride acid with a
number of equilibrium 18 times.
Keyword : quercetin, optimatization of extraction, green tea, TLC-Densitometry
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuersetin merupakan salah satu bioflavonoid yang paling banyak
dikonsumsi oleh manusia karena manfaatnya di bidang kesehatan sangat besar
(Lamson dan Brignall, 2000). Kuersetin telah dibuktikan mampu untuk mengobati
kanker (Lamson dan Brignall, 2000), mengobati diabetes dan mengatasi
kegemukan (Aguirre, Arias, Macarulla, Gracia, dan Portillo, 2011), dimanfaatkan
sebagai antioksidan, berperan dalam mengatasi alergi dan asma, penyakit
kardiovaskular, hipertensi, infeksi, inflamasi, arthritis, serta digunakan untuk
gastroprotektif, antiviral, nutrisi (terutama untuk meningkatkan imunitas), serta
meningkatkan bioavailabilitas beberapa obat (Kelly, 2011). Selain itu, kuersetin
juga digunakan untuk antibakteri, pengobatan osteoporosis dan gangguan
penglihatan (Lakhanpal dan Rai, 2007). Kuersetin juga menunjukkan efek
anxiolytic dan antidepresan pada penelitian yang dilakukan (Kelly, 2011).
Kuersetin terdapat di alam dalam dua jenis, yaitu dan kuersetin
glikosida. Kuersetin glikosida mempunyai tambahan gugus gula yang biasanya
menggantikan salah satu gugus hidroksi pada kuersetin . Beberapa kuersetin
glikosida yang ditemukan di alam adalah rutin, kuersitrin, isokuersitrin,
hiperosida, dan troxerutin (Kelly, 2011). Secara umum kuersetin glikosida mampu
berperan sebagai antioksidan dan antiinflamasi (Bruneton, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kuersetin juga terdapat dalam teh, terutama bentuk nya, yaitu rutin
(Kelly, 2011). Teh merupakan salah satu jenis minuman yang paling banyak
dikonsumsi oleh orang Indonesia, bahkan hamper seluruh dunia. Banyak orang
Indonesia mengkonsumsi teh bahkan hampir setiap hari.
Potensi kuersetin di dalam dunia kesehatan sangat banyak. Untuk dapat
mengembangkan potensi kuersetin dari senyawa alam maka perlu dilakukan
ekstraksi. Dengan ekstraksi, maka kuersetin akan dapat diambil dari suatu bagian
tanaman, sehingga dapat diteliti kadarnya dalam suatu tanaman, diteliti, serta
dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Pengukuran kadar kuersetin pada suatu bagian
tanaman cukup penting dilakukan karena dapat digunakan untuk mengevaluasi
banyaknya kuersetin yang dikonsumsi oleh masyarakat. Terutama untuk
pengukuran kadar kuersetin dalam suatu bagian tanaman, maka proses ekstraksi
harus mampu efisien dan kuantitatif.
Dalam penelitian ini, ditekankan pengukuran terhadap kuersetin total
daripada kuersetin saja atau kuersetin glikosida saja. Kuersetin dan kuersetin
glikosida kebanyakan dikonsumsi secara per oral, baik yang terkandung dalam
makanan maupun sediaan kuersetin. Menurut Aguirre, dkk (2011) bioavailabilitas
kuersetin lebih baik daripada kuersetin glikosida karena kuersetin lebih bersifat
nonpolar sehingga dapat menembus membran dan diabsorpsi lebih baik daripada
kuersetin glikosida. Selain itu, jika kuersetin glikosida masuk ke dalam tubuh
secara per oral, maka gula yang terikat bersama kuersetin akan dapat dilepaskan
selama proses pengunyahan, digesti, dan absorpsi (Kelly, 2011). Proses ini
dipengaruhi oleh bakteri yang terdapat di dalam mulut dan saluran pencernaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
melalui hidrolisis enzimatik (Kelly, 2011). Oleh karena itu, secara in vivo,
kuersetin glikosida yang masuk ke dalam tubuh, sebagian besar akan diubah
menjadi kuersetin dan berefek pada tubuh sama dengan efek kuersetin. Oleh
karena itu, menjadi penting jika pengukuran dilakukan untuk mengukur kuersetin
total, yaitu gabungan antara kuersetin dan kuersetin glikosida yang dapat
dihidrolisis sehingga melepas gugus gula dan terurai menjadi kuersetin.
Ekstraksi kuersetin dapat dilakukan dengan berbagai macam metode.
Metode yang sudah banyak digunakan adalah maserasi dan penyarian dengan
Soxhlet. Maserasi adalah ekstraksi sebuah analit dengan menggojog sampel atau
dengan pengadukan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut cair (List dan
Schmidt,1989). Dalam aplikasinya, metode maserasi memiliki keterbatasan,
yaitu terjadinya kejenuhan pelarut dengan analit ataupun senyawa lain yang ikut
larut ke dalam pelarut tersebut. Untuk itu, maka penyarian dengan Soxhlet
merupakan metode ekstraksi yang lebih dapat menarik kuersetin, karena pelarut
yang digunakan selalu baru setiap kali sirkulasi.
Kuersetin glikosida mempunyai banyak macam. Supaya mudah diukur
kadar kuersetin glikosida total, maka diperlukan suatu proses hidrolisis. Dalam
penelitian ini hidrolisis dilakukan pada suasana asam, karena dalam asam
kuersetin akan berbentuk molekul sehingga lebih stabil. Salah satu metode
hidrolisis yang digunakan adalah menggunakan refluks. Dengan menggunakan
refluks, maka proses hidrolisis akan berjalan lebih baik karena adanya pemanasan
serta uap pelarut akan dikondensasikan sehingga jumlah pelarut akan terjaga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Banyak penelitian bahkan menggunakan refluks sebagai metode
ekstraksi. Hertog, Hollman, dan Venema (1992) telah menetapkan metode
ekstraksi dengan menggunakan refluks dan metode Hertog ini diacu dan
digunakan untuk menetapkan kadar flavonol oleh banyak peneliti. Dengan
menggunakan refluks, maka dapat terjadi ekstraksi dan hidrolisis dalam satu kali
tahapan. Bahkan Hadjmohammadi dan Sharifi (2009) telah mengoptimasi faktor-
faktor yang berperan dalam metode refluks ini.
Gambar 1. Skema refluks
Dua metode yang telah dipaparkan di atas, penyarian dengan Soxhlet dan
refluks sama-sama memiliki persamaan, yaitu sama-sama menggunakan
pemanasan dan terjadi kondensasi uap pelarut dalam proses ekstraksinya. Oleh
karena itu, muncul kemungkinan adanya modifikasi sederhana dengan
menggabungkan metode refluks sebagai proses ekstraksi sekaligus hidrolisis dan
proses penyarian dengan Soxhlet yang memiliki keunggulan pelarutnya selalu
baru pada setiap kali sirkulasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Gambar 2. Modifikasi penggabungan sistem penyarian dengan Soxhlet dan refluks.
Dengan memodifikasi penyarian dengan Soxhlet, maka proses penyarian
dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis asam dapat mengurangi tahapan dalam proses
persiapan sampel, di mana pada proses penyarian dengan Soxhlet biasa, maka
dilakukan ekstraksi dulu, kemudian baru dihidrolisis. Namun pada proses
penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis proses ekstraksi dan hidrolisis dapat
terjadi bersamaan sehingga proses ekstraksi lebih efisien. Keunggulan proses
penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis ini dibandingkan dengan refluks
adalah sifat pelarutnya yang selalu baru, sehingga proses ekstraksi menjadi lebih
kuantitatif. Gagasan utama dalam penelitian ini adalah untuk membandingkan
secara eksperimental dari ketiga metode ini, manakah yang dapat mengekstraksi
kuersetin lebih banyak.
Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian penetapan
kuersetin total dalam daun teh, yang nantinya akan diaplikasikan untuk mengukur
kadar kuersetin dalam daun teh hijau, teh hitam, dan daun segar teh. Proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
ekstraksi yang dipakai dalam rangkaian penelitian tersebut dioptimasikan dalam
penelitian ini. Oleh karena penelitian ini bersifat berkelanjutan, maka dibutuhkan
metode yang cepat dan sederhana untuk mengukur kadar kuersetin total dalam
daun teh. KLT-densitometri dipilih karena bersifat semi-kuantitatif untuk
mengukur kadar kuersetin dan bersifat cukup selektif, karena dapat terdapat
proses pemisahan dalam pengukurannya dan pembacaannya dilakukan pada
panjang gelombang tertentu. KLT-densitometri secara luas telah banyak
digunakan dalam pengukuran flavonoid. (D’Amelio,1999). Serta dengan
digunakannya KLT, maka proses pengukuran dapat dilakukan untuk banyak
sampel sekaligus. Oleh karena itu, KLT-densitometri digunakan sebagai metode
pengukuran dalam penelitian ini.
Telah disebutkan di atas bahwa penelitian ini merupakan bagian dari
rangkaian penelitian penetapan kadar kuersetin dalam daun teh. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini untuk mencari ekstraksi terbaik, pembandingan antar proses
ekstraksi tidak dilakukan sampai mengetahui kadar kuersetin per jenis perlakuan
ekstraksi, namun pengukuran hanya dilakukan menggunakan metode KLT-
densitometri dengan membandingkan Area Under Curve (AUC)-nya saja. AUC
bercak pada kromatogram KLT-densitomteri diasumsikan sebanding dengan
banyaknya kuersetin yang didapat.
Sistem KLT yang baik adalah yang mampu memisahkan analit dari
senyawa pengotor pengganggu yang lain. Dalam penelitian ini, juga akan
dilakukan optimasi fase gerak sehingga KLT yang digunakan bisa untuk
memisahkan kuersetin dari senyawa pengganggu lain dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana proses ekstraksi yang efisien dan kuantitatif dari ketiga
metode (penyarian dengan Soxhlet biasa, penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis asam, dan refluks) untuk mendapatkan kuersetin total
terbanyak dari teh hijau yang diukur melalui pembandingan AUC dengan
metode KLT densitometri?
2. Bagaimana kondisi (suhu dan pelarut) dari ekstraksi tersebut yang dapat
mengefisienkan proses ekstraksi tersebut?
3. Fase gerak apakah yang dapat digunakan untuk menghasilkan pemisahan
kuersetin dari senyawa pengotor dengan baik, sehingga sistem KLT yang
dipergunakan dapat untuk mengukur jumlah kuersetin yang terekstraksi
dengan metode yang digunakan?
C. Keaslian Penelitian
Berbagai penelitian terhadap kuersetin telah banyak dilakukan, mulai dari
proses ekstraksi, isolasi, aktivitas farmakologisnya. Berikut akan dipaparkan
beberapa penelitian terkait dengan optimasi ekstraksi yang melibatkan ekstraksi
secara konvensional dan berkaitan dengan ekstraksi kuersetin:
Tabel I. Daftar beberapa penelitian mengenai optimasi ekstraksi yang berhubungan dengan
ekstraksi secara konvensional dan ekstraksi kuersetin
Nama peneliti Tahun Senyawa analit Garis besar penelitian dan hasil ekstraksi
optimum yang diperoleh.
Nio, Thang,
Wu, dkk 2012
Flavonoid
Total
Ekstraksi yang dioptimasi adalah ekstraksi
refluks. Hasilnya adalah kondisi ekstraksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pada suhu 80OC, dengan pelarut etanol
80%, dengan perbandingan serbuk
padat:pelarut adalah 1:30, dengan 5 kali
ekstraksi dan lama ekstraksi 180 menit.
Trifunschi dan
Ardelean 2010
Flavonoid
(termasuk
kuersetin)
Ekstraksi untuk membandingkan pelarut
yang berbeda pada sistem penyarian dengan
Soxhlet selama 4 jam. Pelarut yang
dibandingkan adalah metanol, etanol,
DCM, tetraclormetana, benzena, dan
toluena. Hidrolisis dilakukan pada larutan
asam klorida 25% selama 30 menit.
Aseton memberikan hasil yang paling baik
untuk pelarut yang ditambahi dengan air.
Sementara untuk pelarut dengan kemurnian
tinggi, metanol memberikan hasil ekstrak
terbaik.
Jin, dkk 2011 Kuersetin
Membandingkan tiga metode, yaitu CSE
(Convensional Solvent Extraction), MAE
(Microwave Assisted Extraction), dan
UAE(Ultrasound Assisted Extraction)
untuk memperoleh kuersetin pada kulit
bawang terbanyak.
Hasilnya diperoleh ekstraksi maksimum
pada CSE dengan kondisi ekstraksi 59,2O
C, dengan pelarut etanol 59,3% selama 16,5
menit. Pada MAE dengan pelarut 69,7%
selama 117 detik. Pada UAE dengan
ekstraksi menggunaan 606,4 Watt dengan
pelarut 43,8 % etanol selama 21,7 menit.
Dan dari ketiga metode tersebut yang
terbaik adalah dengan MAE.
Sbuza, Botti,
Oliveira 2007
Flavonoid
Total
Membandingkan beberapa faktor yang
berperan dalam ekstraksi. Ekstraksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
optimum diperoleh dengan kondisi pelarut
etanol 83%, perbandingan serbuk tanaman
dengan pelarut (1:5), waktu ekstraksi 1 jam,
dan suhu ekstraksi 50OC.
Satishkumar,
dkk 2008
Flavonoid
(rutin dan
kuersetin)
Membandingkan faktor-faktor yang
berpengaruh dalam ekstraksi. Hasil yang
didapatkan, kondisi ekstraksi optimum
tercapai dengan temperatur 85OC, selama 2
jam dengan pelarut 75%, dengan
perbandingn metanol : serbuk padat = 1 :
0,5, dan ekstraksi dilakukan berulang
sebanyak 4 kali.
Sheng-tan, dkk 2011 Flavonoid
Total
Hasil yang diperoleh, yaitu ekstraki dengan
pelarut 70% etanol, dengan perbandingan
zat padat:pelarut = 1:28,51, dengan waktu
ekstraksi 39,95 menit.
Radojkovic,
dkk 2012 Flavonoid
Hasil yang diperoleh, yaitu kondisi
ekstraksi dengan pelarut 59,47 % etanol,
dengan suhu 59,92OC, dengan rasio
perbandingan zat padat:pelarut adalah 20,73
mililiter/g.
Hismath, Won
Aida dan Ho 2011
Kandungan
fenolik total
Pada maserasi digesti yang dilakukan, dari
3 jenis pelarut aseton, metanol, dan etanol,
terbukti aseton memberikan hasil ekstraksi
paling baik.
Ekstraksi yang paling optimum diperoleh
dengan pelarut aseton 48,49%, dengan
waktu ekstraksi 59,25 menit, dengan suhu
tinggi (40,88OC).
Uma dan Aida 2010 Kandungan
fenolik total
Pada maserasi digesti yang dilakukan,
kondisi ekstraksi maksimum diperoleh
dengan pelarut aseton 48,07% selama 73,78
menit ekstraksi pada suhu 39,57OC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Naeem, Ali,
dan Mahmood 2012
Kandungan
fenolik total
Pada ekstraksi penyarian dengan Soxhlet
yang dilakukan, ekstraksi terbaik
didapatkan dengan metanol 50% dengan
suhu 90OC selama 60 menit.
Penelitian pengukuran ekstraksi kuersetin total dalam teh hijau dengan
membandingkan kondisi dan metode refluks, soxhlet, dan ekstraksi alternatif
penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan metode KLT-densitometri
belum pernah dilakukan.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan terutama tentang metode ektraksi kuersetin dalam teh hijau,
faktor-faktor yang berperan di dalam proses ekstraksi, sistem serta teori
tentang kromatografi lapis tipis yang digunakan untuk pemisahan kuersetin
dari senyawa lainnya.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi proses
ekstraksi yang efisien dan kuantitatif untuk mengekstrak kuersetin dalam teh
hijau.
c. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang kemampuan kromatografi lapis tipis-densitometri sebagai metode
pengukuran banyaknya kuersetin yang terekstraksi. Penelitian ini diharapkan
juga dapat memberikan sumbangan terhadap langkah ekstraksi yang optimum
terutama untuk ekstraksi kuersetin total.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menyebutkan proses ekstraksi yang efisien dan kuantitatif dari ketiga
metode (penyarian dengan Soxhlet biasa, penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis asam, dan refluks) untuk mendapatkan kuersetin total
terbanyak dari teh hijau yang diukur melalui pembandingan AUC dengan
metode KLT densitometri.
2. Menyebutkan kondisi dari proses ekstraksi yang dapat mengefisienkan
proses ekstraksi tersebut.
3. Menyebutkan fase gerak yang dapat digunakan untuk menghasilkan
pemisahan kuersetin dari senyawa pengotor dengan baik, sehingga sistem
KLT yang dipergunakan dapat untuk mengukur jumlah kuersetin secara
kualitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teh Hijau
1. Teh hijau
Teh, sebuah produk yang berasal dari daun dan tangkai daun dari
tanaman Camellia sinensis, adalah minuman kedua terbanyak dikonsumsi di
seluruh dunia. Berdasarkan pada proses pengolahan teh, teh dibagi menjadi tiga
jenis utama, “teh tanpa difermentasi” yang juga disebut teh hijau (diproduksi
dengan melayukan dan mengeringkan daun segar untuk mengaktifkan polyphenol
oxidase, sehingga tidak ada oksidasi yang terjadi); “semi-fermentasi” oolong teh
(diproduksi ketika daun segar mengalami fermentasi parsial sebelum
dikeringkan), dan teh “fermentasi”, yaitu teh hitam dan teh merah (Pu-Erh) yang
fermentasinya dilakukan setelah pemanenan sebelum pelayuan dan pengeringan .
Fermentasi dari teh hitam diakibatkan oleh oksidasi yang dikatalisis oleh
polyphenol oxidase, sedangkan fermentasi teh Pu-Erh dilakukan dengan
menggunakan mikroorganisme (Cabrera, Artacho, dan Gime’nez , 2006).
2. Tanaman teh
Tanaman teh (Camelia sinensis O.K.) termasuk dalam Familia Theaceae
(van Steenis, 1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 3. Tanaman teh di daerah Kulon Progo
Pohon tanaman teh, karena pemangkasan kerapkali seperti perdu, tinggi
5-10 m. Ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tersebar, tunggal;
helaian daun eliptis memanjang, dengan pangkal runcing, bergerigi, seperti kulit
tipis, 6-18 kali 2-6 cm. Bunga di ketiak, berkelamin 2; bunga yang membuka
menunduk; garis tengah 3-4 cm, sangat harum, putih cerah. Daun kelopak tetap,
5-6, sangat tidak sama. Daun mahkota pada pangkalnya melekat ringan. Benang
sari berlingkaran banyak, yang terluar pada pangkalnya bersatu, melekat dengan
daun mahkota, yang terdalam lepas. Tangkai putik bercabang 3 (van Steenis,
1992).
3. Kandungan senyawa alam tanaman teh hijau
Tanaman Camellia sinensis mengandung alkaloid purina (termasuk di
dalamnya kafeina, teobromina, teofilina), triterpen saponin, katekin, flavonoid
(termasuk di dalamnya kuersetin, kaemferol, dan mirisetin), turunan asam kafeat,
ion anorganik, dan minyak atsiri (Gruendwald, 2007). Katekin yang terdapat
dalam teh hijau adalah katekin, epikatekin, galokatekin, epigalokatekin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
epikatekin galat, galokatekin galat, dan epigalokatekin galat (Dalluge dan Nelson,
2000).
Beberapa jenis kuersetin yang terkandung dalam tanaman teh adalah
sebagai berikut : kuersetin, kuersetin-fruktosil-glukosida, kuersetin-3-O-beta-D-
galaktosida, kuersetin-3-O-beta-D-galaktosida, kuersetin-3-O-beta-D-glukosida,
kuersetin-3-O-ramnodiglukosida, kuersetin-triglukosida, dan rutin (Duke, 2001).
Kuersetin glikosida yang paling banyak terdapat dalam teh adalah rutin (Kelly,
2011).
B. Kuersetin
Kuersetin termasuk salah satu senyawa bioflavonoid, di mana
digolongkan ke dalam subkelas flavonol. Flavonoid flavonol mempunyai ciri
khas, yaitu mempunyai gugus hidroksi pada atom C nomor 3,5,7, serta 4’ pada
kerangka dasar flavonoid 2-phenylchromane.
Gambar 4. Struktur flavonol
Kuersetin atau disebut dengan nama lain 2-(3,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7-
trihydroxy-4H-1-benzopyran-4-one; 3,3’,4’,5,7-pentahydroxyflavone; meletin;
sophoretin; cyanidenolon 1522. Kuersetin mempunyai rumus struktur C15H10O7
dan mempunyai bobot molekul 302,33 (Budavau, O’Neil , Smith, dan Heckelman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1989). Kuersetin merupakan bentuk dari quercitrin, rutin, hyperoside,
spiraeoside, troxerutin (Kelly, 2011).
Gambar 5. Struktur kuersetin
Kuersetin (aglikon) umumnya tersedia dalam kuersetin dihidrat, dan
menjadi berbentuk anhidrat pada 95O-97
OC. Satu g kuersetin terdisolusi dalam
290 ml alkohol murni atau 23 ml alkohol yang mendidih. Kuersetin (aglikon) larut
dalam asam asetat glasial, dalam larutan basa dengan warna kuning (Budavau,
O’Neil , Smith, dan Heckelman, 1989). Kuersetin tidak larut di air dingin, dan
sedikit larut di air panas. Kuersetin cukup larut dalam alkohol dan lipid (Kelly,
2011). Log P kuersetin menurut Rothwell (2003) adalah 1,82 ±0,32.
C. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Anonim, 1995).
Ekstraksi adalah pengambilan analit dari sebuah struktur yang
terorganisasi atau massa yang belum terorganisasi dengan cara penarikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
penghisapan, penyulingan, perlakuan dengan sebuah pelarut, atau dengan cara
kimia atau fisika yang lain. Dalam kefarmasian, ekstraksi secara khusus berarti
pengambilan senyawa- senyawa yang larut dari cairan (D’Amelio, 1999).
Ekstraksi ini biasa dikenal dengan “ekstraksi padat-cair”, di mana sebuah
substansi padat diekstraksi dengan medium cair (List dan Schmidt,1989). Proses
ini terjadi dalam tiga tahap, yaitu :
(a) Penetrasi pelarut ke dalam sel tanaman, serta terjadinya
pengembangan (pembengkakan) sel tanaman,
(b) disolusi dari substansi ekstraktif, dan
(c) difusi dari substansi ekstraktif keluar dari sel tanaman.
Dalam prosesnya tersebut, terjadi dua proses yang bersamaan. Pertama,
pada sel yang utuh, terjadi proses difusi serta dilanjutkan dengan disolusi
substansi ekstraktif pada pelarut. Kedua, pada sel yang pecah terjadi pembilasan
substansi tanaman dengan pelarut (List dan Schmidt,1989).
Untuk mengisolasi gula dan untuk analisis lebih lanjut dari suatu
ekstrak, uapkan larutan MeOH-air sampai volumnya tinggal setengah agar Me-
OH hilang. Kemudian lakukan ekstraksi beberapa kali dengan EtOAc ( dengan
mengocok kuat-kuat dalam tabung reaksi). akan berada dalam fraksi EtOAc dan
gula dalam fraksi air (Markham, 1988).
1. Penyarian dengan Soxhlet
Alat soxhlet adalah suatu alat terbuat dari gelas yang bekerja secara
kontinyu dalam menyari (Harborne, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 6. Diagram dari alat ekstraksi penyarian dengan Soxhlet (Mitra, 2003)
Sistem penyarian dengan Soxhlet mempunyai tiga komponen. Bagian
atas merupakan sebuah kondensator uap. Pada bagian tengah merupakan
wadah dari kantong Soxhlet dengan sebuah saluran penyedot (siphon device)
dan sebuah saluran uap pada bagian samping. Bagian tengah tersebut
terhubung dengan sebuah labu alas buat pada bagian bawahnya (Mitra, 2003).
Biasanya, 300 mililiter pelarut untuk 10 g sampel dimasukkan dalam
kantong. Beberapa butir batuh pendidih ditambahkan pada labu alas bulat, dan
kemudian labu dipanaskan. Dengan pemanasan tersebut, pelarut akan
menguap melalui saluran upa yang terletak di samping dan menuju atas
melewati kondenser. Ketika melewati kondensor, uap aka terkondensasi dan
menetes ke dalam wadah dari kantong soxhlet. Ketika pelarut yang
terakumulasi tersebut melampaui batas dari wadah, maka cairan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mengekstraksi sampel akan tersedot ke bagian labu alas bulat lagi (Mitra,
2003).
Perputaran ini terulang sampai beberapa kali selama waktu tertentu.
Karena analit sampel mempunyai titik didih lebih tinggi daripada titik didih
pelarut, maka analit akan terakumulasi dalam labu alas buat selama pelarut
tersirkulasi. Akibatnya, sampel selalu terekstraksi dengan pelarut yang selalu
“baru” pada tiap kali sirkulasinya (Mitra, 2003).
2. Refluks-ekstraksi
Ekstraksi dengan refluks dilakukan dengan menempatkan sampel yang
akan diekstraksi pada sebuah labu alas datar yang diisi dengan pelarut, di
mana labu tersebut dipasangkan pada kondensator refluks untuk
mengembunkan kembali uap dari pelarut kemudian memanaskan pelarut
sampai mendidih sampai waktu tertentu (Ball, 2012). Dengan pemanasan akan
diperoleh keuntungan antara lain:
(a) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas,
(b) daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan, dan
(c) koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan (Depkes RI, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 7. Skema Refluks
Keterangan nomor : (1) batang pengaduk, (2) labu alas bulat, (3) penyambung,
(4) kondensor Liebig, (5) arah aliran air masuk, (6) arah aliran air keluar (Ball, 2012)
D. Optimasi Ekstraksi
Semakin tinggi suhu pada waktu proses esktraksi, maka hasil ekstraksi
yang didapatkan akan relatif lebih besar (Satishkumar, 2008; Hismath, Aida, dan
Ho, 2011; Naeem, Ali, dan Mahmood, 2012). Semakin besar perbandingan pelarut
dengan jumlah zat pada yang diekstraksi, maka hasil ekstraksi juga lebih besar
(Nio, 2012; Satishkumar, 2008; Radojkovic, 2012).Waktu ekstraksi semakin lama
dan semakin besar julah ekstraksi maka hasil ekstraksi akan semakin besar
(Radojkovic, 2012).
E. Hidrolisis Asam
Waktu yang diperlukan untuk memutuskan suatu gula dari suatu
flavonoid O-glikosida dengan hidrolisis asam tidak ditentukan hanya oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kekuatan asam, tetapi juga oleh sifat gula (misalnya, glukoronida > glukosida =
galaktosida > ramnosida ) dan oleh tempat itu terikat pada inti flavonoid (
misalnya 7-O-glikosida > 4’-O-glikosida > 3-O-glikosida). Jadi, pada kondisi
hidrolisis baku, flavonol 3-O-glikosida dan 7-O-ramnosida terhidrolisis sempurna
dalam dua sampai enam menit, flavon ( atau flavonol) 7- dan 4’-O-glikosida dan
antosianidin 3-O-glikosida terhidrolisis dalam waktu 8-30 menit, flavonol 3,7 dan
4’-O-glukoronida terhidrolisis dalam waktu 60-250 menit, dan flavonoid C-
glikosida tetap tak terhidrolisis (Markham, 1988).
F. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah cara pemisahan zat khasiat dan zat lain yang ada
dalam sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, atau penukaran ion
pada zat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Kromatografi lapis
tipis (KLT) digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan
menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang dilapiskan rata pada
lempeng kaca (Depkes RI, 1979). Dari berbagai metode kromatografi yang ada,
KLT telah secara luas dipakai sebagai analisis obat dan kosmetik secara cepat dan
tepat. Alasan utama pemakaian KLT tersebut antara lain : (1) hasilnya dapat
diperoleh dalam waktu yang sangat singkat; (2) informasi semikuantitatif dari
komponen aktif yang utama juga dapat diperoleh; (3) KLT memberikan cetakan
kromatografi yang dapat didokumentasikan; dan (4) KLT relatif tidak mahal.
Prosedur dalam KLT hanya membutuhkan sedikit peralatan dan sensitifitasnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
cukup tinggi (D’Amelio, 1999). Beberapa keuntungan lain kromatografi planar
adalah sebagai berikut :
(a) Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan análisis,
(b) identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet,
(c) dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau
dengan cara elusi 2 dimensi,
(d) ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak (Gandjar, 2007).
G. Densitometri
Densitometri merupakan salah satu metode analisis KLT kuantitatif.
Metode ini dilakukan dengan cara mengukur kerapatan bercak senyawa uji yang
dipisahkan, dibandingkan dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi
bersama-sama. Syarat-syarat senyawa standar adalah murni, inert, dan stabil
(Hardjono, 1983).
Pengukuran bercak in situ dengan densitometer merupakan teknik yang
sering dipilih untuk KLT kuantitatif. Standar deviasi relatif dari densitometri
dapat dijaga di bawah 2%, yang membuat pengukuran ini menjadi terpercaya.
Substansi-substansi dipisahkan dengan KLT dikuantifikasi dengan
pengukuran absorbansi secara in situ cahaya sinar tampak, UV, atau sinar
fluoresensi. Absorpsi sinar UV dihitung baik pada lapisan yang mempunyai
kandungan fosfor yang mampu mendukung pengukuran ataupun pada lapisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
yang fosfornya tidak mendukung. Hasilnya memperlihatkan daerah gelap dengan
latar belakang yang berfluoresen (pemadaman fluoresen). Hanya substansi yang
spektra absorpsinya melampaui spektrum dari fosfor yang akan terlihat dengan
metode ini. Walaupun banyak analisa densitometrik yang didasarkan pada
pemadaman fluoresen, banyak literatur yang menyatakan bahwa spesifisitas,
sensitivitas, akurasi, dan presisi cenderung lebih baik pada pengukuran absorbsi
UV secara langsung, karena salah satunya distribusi yang tidak homogen dari
fosfor pada permukaan lapisan (Sherma, 1996).
Teknik pengukuran dapat didasarkan atas pengukuran intensitas sinar
yang diserap (absorbansi), intensitas sinar yang dipantulkan (reflaktansi) atau
intensitas sinar yang difluorosensikan (Gandjar, 2007).
H. Uji T untuk 2 sampel
Uji T untuk dua sampel (two-sample t-test) digunakan untuk
membandingkan dua variabel bebas berdasarkan sampel statistik, apakah populasi
yang diamati sama atau berbeda. Pendekatan yang dilakukan untuk melakukan uji
T ini adalah 1) menetapkan taraf kepercayaan untuk perbedaan populasi atau 2)
membandingkan hasil tes dengan nilai kritisnya. Cara alternatif yang dipakai
untuk menguji hipotesis yang dibuat adalah dengan membuat perbadingan
statistik dan membandingkannya dengan nilai kritisnya pada tingkat kepercayaan
yang digunakan. Kita dapat menilai nilai t tersebut dengan :
t = perbedaan antara rata-rata sampel dibagi dengan distribusi rata-rata sampel (De
Muth, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
I. Landasan Teori
Daun teh mengandung banyak jenis kuersetin, antara lain kuersetin ,
kuersetin-fruktosil-glukosida, kuersetin-3-O-beta-D-galaktosida, kuersetin-3-O-
beta-D-galaktosida, kuersetin-3-O-beta-D-glukosida, kuersetin-3-O-
ramnodiglukosida, kuersetin-triglukosida, dan rutin. Kebanyakan kuersetin
glikosida mempunyai gugus gula yang dihubungkan dengan atom C-O, (paling
banyak terletak pada atom C nomor 3). Kuersetin glikosida yang terhubung pada
atom C-O dapat dihidrolisis pada suasana asam yang menghasilkan kuersetin dan
gula.
Dengan metode ekstraksi yang berbeda, maka jumlah kuersetin yang
didapatkan akan berbeda pula. Dengan meningkatnya suhu, maka akan
mempersulit proses ekstraksi karena adanya pengembangan amilum di dalam sel
tumbuhan. Namun, di sisi lain akan dapat meningkatkan proses difusi pelarut ke
dalam sel tumbuhan. Di samping itu, suhu juga berperan dalam proses disolusi
kuersetin pada pelarut yang masuk ke dalam sel.
Dengan meningkatnya metanol pada komposisi pelarut maka kelarutan
kuersetin akan meningkat. Dengan naiknya kadar air, maka kelarutan kuersetin
glikosida diperkirakan akan semakin naik sehingga kuersetin glikosida akan dapat
terekstraksi dengan lebih baik.
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru (dinamis) akan dapat dapat
menarik kuersetin lebih banyak karena pelarut tidak mengalami kejenuhan dalam
proses ekstraksi sehingga proses difusi bisa berjalan. Sehingga bila dibandingkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
proses ekstraksi dengan refluks akan memberikan hasil ekstraksi yang lebih
sedikit daripada ekstraksi dengan menggunakan penyarian dengan Soxhlet.
Proses penyarian dengan Soxhlet yang dilakukan bersamaan dengan
proses hidrolisis memberikan hasil yang lebih baik, karena kuersetin dalam proses
ekstraksi lebih susah rusak karena berada dalam suasana asam. Di samping itu,
karena mengurangi tahapan dalam preparasi sampel, maka proses ekstraksi yang
digabungkan ini akan lebih efisien dan kuantitatif.
KLT merupakan salah satu jenis metode kromatografi untuk senyawa
alam. Dengan menggabungkan metode KLT dengan pengukuran menggunakan
densitometri, diharapkan dapat mengukur banyaknya kuersetin yang terdapat
dalam daun teh secara semi-kuantitatif, sehingga dapat digunakan untuk mencari
proses ekstraksi yang efisien dengan hasil yang terbaik, sehingga dapat digunakan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini.
Kuersetin mempunyai nilai log Kow (nilai yang menggambarkan partisi
suatu senyawa pada air dan suatu sistem hidrofobik) adalah 1,82. Log Kow
toluena, etil asetat, asam format (menurut MSDS dari Merck) berturut turut adalah
2,65; 0,73; -0,54. Diperlukan fase gerak dengan nilai log Kow mendekati log Kow
kuersetin agar kuersetin dapat dipisahkan dengan baik dari pengotor yang terdapat
di matriks sampel. Pengukuran dengan KLT dengan fase gerak toluena - etil asetat
- asam format (11:8:1) (dimodifikasi dari metode Rakesh, 2009) yang mempunyai
nilai log Kow gabungan 1,81 diperkirakan akan dapat mengelusi dan memisahkan
kuersetin dari senyawa pengotor di matriks dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
J. Hipotesis
1. Proses ekstraksi yang efisien dan kualitatif untuk mendapatkan kuersetin total
terbanyak dari teh hijau yang diukur melalui pembandingan AUC dengan
metode KLT densitometri adalah dengan proses penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis asam.
2. Kondisi ekstraksi yang efisien dilakukan dengan komposisi metanol 70% dan
dengan jumlah ekuilibrium yang terjadi 10 kali.
3. Sistem KLT dengan fase gerak toluena - etil asetat - asam format (11:8:1)
dapat menghasilkan pemisahan yang baik pada pengukuran kuersetin yang
dilakukan pada penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis rancangan penelitian eksperimental ganda.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah temperatur ekstraksi,
komposisi dari metanol teknis:air dalam larutan penyari, metode ekstraksi, jumlah
sirkulasi ( jika metode yang dipilih adalah penyarian dengan Soxhlet) atau lama
(jika metode yang dipilih adalah refluks) pada proses ekstraksi, serta komposisi
penyusun fase gerak dalam KLT.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah :
a. Pada optimasi ekstraksi, maka variabel tergantungnya adalah besarnya Area
Under Curve (AUC) kromatogram bercak pada sampel ekstrak serbuk teh
hijau yang mempunyai faktor retardasi mirip dengan faktor retardasi kuersetin
baku.
b. Pada poin efisiensi metode, maka variabel tergantungnya adalah nilai t hitung.
c. Pada poin optimasi fase gerak, variabel tergantungnya adalah resolusi dan
nilai faktor retardasi dari kromatogram kuersetin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3. Variabel terkontrol
Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah :
a. Perbandingan antara jumlah serbuk teh hijau yang diekstraksi dengan volume
larutan penyari yang digunakan. Oleh karena itu, perbandingan jumlah serbuk
teh hijau (g) dengan volume larutan penyari yang digunakan (mililiter) pada
tahap penentuan ekstraksi maksimum disamakan, yaitu 1 : 30.
b. Besarnya konsentrasi asam yang digunakan. Pada penelitian ini, digunakan
konsentrasi asam sebesar 1,85 M mengacu pada penelitian Hadjmohammadi
(2009).
c. Kondisi KLT-densitometri. Dalam penelitian ini, setiap perlakuan yang
diperbandingkan, ditotolkan dalam satu plat silika gel 60 F254 yang sama.
C. Definisi Operasional
1. Dalam metode ini, yang bisa terukur sebagai kuersetin total adalah kuersetin
dan kuersetin glikon yang terikat pada gugusan O pada kuersetin, misalnya
rutin (kuersetin 3’O-rutinose), quercitrin (kuersetin 3’O-rhamnose),
hyperoside (kuersetin 3’O-galaktosa, dan isoquercitrin (kuersetin 3’O-
glukosa).
2. Larutan baku kuersetin adalah larutan yang dibuat dengan melarutkan
sejumlah tertentu standar kuersetin baku dalam metanol p.a. Larutan baku
kuersetin 1000 ppm adalah larutan yang dibuat dengan melarutkan 10 mg
standar kuersetin baku ke dalam 10 ml metanol p.a. Larutan baku 100, 200,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
500 ppm dibuat dengan mengencerkan berturut-turut 1 ml, 2ml, 5ml larutan
baku kuersetin 1000 ppm sampai 10 ml dengan menggunakan metanol p.a.
3. Bercak kuersetin pada sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
bercak pada sampel yang mempunyai faktor retardasi mirip dengan faktor
retardasi bercak elusi larutan baku kuersetin pada satu lempeng yang telah
dielusi.
4. AUC yang dimaksud pada penelitian ini adalah besarnya area kromatogram
pada suatu bercak yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang
tertentu. AUC kuersetin sampel menandakan besarnya area kromatogram
bercak yang mempunyai faktor retardasi mirip dengan faktor retardasi bercak
elusi larutan baku kuersetin.
5. Yang dimaksud dengan penyarian dengan Soxhlet biasa pada penelitian ini
adalah proses penyarian dengan Soxhlet yang menggunakan metanol teknis.
Proses hidrolisis juga dilakukan, namun dilakukan secara terpisah, yaitu
setelah proses ekstraksi, kemudian pelarut diganti dengan campuran antara
metanol teknis, air, dan asam klorida dengan perbandingan tertentu kemudian
direfluks.
6. Yang dimaksud dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis adalah
proses penyarian dengan Soxhlet yang larutan penyari langsung menggunakan
campuran antara metanol teknis, air, dan asam klorida dengan komposisi
tertentu. Pada bagian bawah rangkaian alat penyarian dengan Soxhlet ini, labu
alas bulat digantikan dengan Erlenmeyer. Tidak digunakan batu didih, namun
digunakan pengadukan dengan menggunakan magnetic stirrer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 8. Skema ketiga metode ekstraksi yang diteliti
A. Proses penyarian dengan Soxhlet biasa B. Proses penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis
D. Proses Refluks
Tabel II. Perbedaan antara penyarian dengan Soxhlet biasa, penyarian dengan
Soxhlet sekaligus hidrolisis, serta refluks
Penyarian
dengan Soxhlet
biasa
Penyarian
dengan Soxhlet
sekaligus
hidrolisis
Refluks
Prinsip
Penyarian dengan
pelarut yang selalu
baru.
Penyarian dengan
pelarut yang
selalu baru,
diikuti langsung
dengan proses
hidrolisis.
Biasanya refluks
digunakan untuk
pengoptimalan suatu
proses. Namun di
penelitian ini, digunakan
juga untuk ekstraksi, yaitu
perendaman bagian
tanaman pada larutan
penyari disertai dengan
pengadukan dan dilakukan
pada temperatur tinggi.
Perbandingan
massa serbuk
(g) dengan
volume penyari
(ml)
1:30 1:30 1:30
Proses
Hidrolisis
Dilakukan sesudah
tahap ekstraksi,
yaitu dengan
proses refluks.
Dilakukan
bersamaan dengan
tahap ekstraksi
Dilakukan bersamaan
dengan tahap ekstraksi
Komponen
larutan penyari Metanol teknis
Campuran antara
metanol teknis,
Campuran antara metanol
teknis, air, dan asam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
untuk proses
ekstraksi
air, dan asam
klorida
klorida
Pengadukan
Pada proses
penyarian dengan
Soxhlet tidak
dilakukan
pengadukan .
Dilakukan
pengadukan
dengan magnetic
stirrer dengan
kecepatan 250
rpm
Dilakukan pengadukan
dengan magnetic stirrer
dengan kecepatan 250 rpm
Agen
antioksidan BHT BHT BHT
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku kuersetin (
Pcode:100910390), baku rutin (Sigma Chem Co.), metanol p.a.(E, Merck), etil
asetat p.a.(E, Merck), toluena p.a.(E, Merck), asam format p.a.(E, Merck),
kloroform p.a.(E, Merck), aseton p.a.(E, Merck), lempeng KLT silika gel 60
F254.(E, Merck), akuades yang disaring yang diperoleh dari laboratorium Farmasi
USD, metanol teknis (PT.Brataco), BHT (PT.Brataco), n-heksana (PT.Brataco),
etil asetat (PT.Brataco), Asam klorida (C.V Dispolab), teh hijau dengan merk
”Sigma” yang diperoleh dari PT. Pagilaran.
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat soxhlet
100 ml dan refluks, waterbath (merk “Marius” dan “Hedolph), termometer,
kantong soxhlet, rotary evaporator, neraca analitik (OHAUS Carat Series PAJ
1003, max 60/120 g, min 0,001 g, d = 0,01/0,1 mg, e = 1 mg), densitometer
(CAMAG TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No. 160602), autosampler
(Linomat 5 No. 170610), perangkat lunak WinCats (V.1.4.4), bejana
kromatografi, Spektrofotometer UV-Vis (merek UV Mini-1240, Nomer serial :
A10934903995), seperangkat alat KCKT yang terdiri dari: pompa (merek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Shimadzu LC-10 AD No.C20293309457 J2), kolom C-18, sperangkat computer
(merek Dell Vostro 220, printer merek HP D2566), alat degassing ultrasonic
(Retsch tipe T640 No.935922013), hair dryer “Q2 External Beauty”, dan alat-alat
gelas yang biasa digunakan dalam laboratorium.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan serbuk teh hijau
Sebanyak tujuh bungkus kemasan teh hijau yang diambil dari PT
Pagilaran dengan nomor batch yang sama dicampur menjadi satu kemudian
dihomogenkan, setelah itu diserbukkan dan disaring. Hasil serbuk kemudian
disimpan dalam wadah yang kering, kemudian diberi silika gel.
2. Penentuan dan pengujian sistem KLT
a. Pembuatan sampel untuk penentuan sistem KLT. Ditimbang 30 g
serbuk teh hijau dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong soxhlet. Kemudian
kantong soxhlet dimasukkan dalam alat penyokhlet kemudian disari menggunakan
Soxhlet dan menggunakan larutan metanol teknis : air (60:40) sebanyak 200 ml
yang mengandung asam klorida 1,85 M dan BHT 0,2% b/v. Pada proses
penyarian dengan Soxhlet dilakukan juga pengadukan oleh stirer dengan
kecepatan 250 rpm. Proses penyarian dengan Soxhlet dilakukan pada suhu 90OC
sampai 20 kali sirkulasi. Hasil penyarian dengan Soxhlet kemudian didinginkan,
kemudian diuapkan metanolnya dan diganti pelarutnya dengan menggunakan air
serta ditambahkan air sampai 100 ml. Kemudian dipartisi dengan menggunakan
etil asetat 100 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase etil asetat, kemudian fase etil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
asetat ini dipekatkan hingga 50 ml. Dari 50 ml fraksi etil asetat ini kemudian
diambil 10 ml, kemudian diganti pelarutnya dengan menggunakan metanol p.a.,
dan diadd dengan metanol p.a. hingga 10 ml .
b. Penentuan panjang gelombang maksimum pada sistem KLT.
Dilakukan dengan menotolkan larutan baku kuersetin sebanyak 4 kali dan larutan
sampel sebanyak 4 kali pada lempeng silika G60. Kemudian dielusi menggunakan
toluena - etil asetat - asam format (14:5:1) sepanjang 18,5 cm. Kemudian hasil
pengembangan di-scan pada panjang gelombang 375 nm, kemudian masing-
masing bercak dicari panjang gelombang maksimumnya.
c. Penentuan fase gerak KLT. Penentuan fase gerak dilakukan dengan
menotolkan larutan sampel dan larutan baku kuersetin pada plat silika G60 F254
dan kemudian dikembangkan pada fase gerak sepanjang 15,5 cm dalam bejana
yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan fase gerak yang akan dioptimasi. Fase
gerak yang dioptimasi adalah sebagai berikut.
Tabel III. Komposisi fase gerak yang akan dioptimasi (dalam mililiter)
Komposisi Kloroform Toluen
a Etil asetat Aseton
Asam
format
A - 10 8 - 1
B - 11 8 - 1
C - 12 7 - 1
D - 13 6 - 1
E - 14 5 - 1
F - 14 5 - 0,5
G 6 8 4 - 1
H 6 8 6 - 1
I - 14 - 5 1
J - 15 - 5 1
K - 16 - 5 1
Hasil pengembangan kemudian di-scan dengan panjang gelombang yang telah
dioptimasi. Kromatogram kemudian dianalisis dengan membandingkan resolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
bercak pada sampel yang mempunyai faktor retardasi yang mirip dengan bercak
kuersetin baku.
d. Uji reprodusibilitas sistem KLT. Uji reprodusibilitas dilakukan dengan
menotolkan larutan sampel dan larutan baku kuersetin pada plat silika G60 dan
kemudian dikembangkan pada fase gerak sepanjang 15,5 cm dalam bejana yang
sebelumnya telah dijenuhkan dengan fase gerak yang dioptimasi.. Hasil
pengembangan kemudian di-scan dengan panjang gelombang yang telah
dioptimasi. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Kromatogram kemudian
dianalisis dengan cara membandingkan faktor retardasi kuersetin baku dan faktor
retardasi kuersetin sampel pada replikasi yang dilakukan.
e. Verifikasi Sistem KLT
i. Pembuatan sampel dengan metode yang berbeda untuk pengujian
sistem KLT
(1) Pembuatan sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis.
Ditimbang 8 g serbuk teh hijau dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong
soxhlet. Kemudian kantong soxhlet dimasukkan dalam alat penyokhlet kemudian
disari menggunakan Soxhlet dengan menggunakan larutan metanol teknis : air
(90:10) sebanyak 240 ml yang mengandung asam klorida 1,85 M dan BHT 0,1%
b/v. Proses penyarian dengan Soxhlet dilakukan pada suhu 90OC selama 12 jam.
Kemudian hasil penyarian dengan Soxhlet didiamkan sampai suhu kamar,
kemudian diadd dengan menggunakan larutan penyari sampai 250 ml. Dari
sampel tersebut diambil 25 ml kemudian dipartisi dengan menggunakan heksana
teknis 25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase air-metanol kemudian diganti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pelarutnya dengan air dan diadd dengan menggunakan air sampai 25 ml. Sampel
dalam air ini dipartisi menggunakan etil asetat 25 ml sebanyak 5 kali. Diambil
fase etil asetat, kemudian diganti pelarutnya dengan metanol p.a., disaring dengan
milipore, dan diadd dengan menggunakan metanol p.a. sampai 10ml.
(2) Pembuatan sampel penyarian dengan Soxhlet biasa. Ditimbang 8 g
serbuk teh hijau dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong soxhlet. Kantong
soxhlet dimasukkan dalam alat penyokhlet kemudian disari menggunakan Soxhlet
dengan menggunakan larutan metanol teknis sebanyak 240 ml yang mengandung
0,1% b/v BHT. Proses sokhetasi dilakukan pada suhu 70OC selama 12 jam.
Kemudian hasil penyarian dengan Soxhlet didiamkan sampai suhu kamar dan
diganti pelarutnya dengan metanol teknis : air (50:50) sebanyak 250 ml yang
mengandung asam klorida 1,85 M. Kemudian campuran tersebut direfluks pada
suhu 90OC selama 2 jam. Kemudian hasil refluks didiamkan dan diadd
menggunakan larutan metanol teknis : air (50:50) sampai 250 ml. Dari sampel
tersebut diambil 25 ml kemudian dipartisi dengan menggunakan heksana teknis
25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase air-metanol kemudian diganti pelarutnya
dengan air dan diadd dengan air sampai 25ml. Sampel dalam air ini dipartisi
menggunakan etil asetat 25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase etil asetat, kemudian
diganti pelarutnya dengan menggunakan metanol p.a., disaring dengan milipore,
dan diadd dengan menggunakan metanol p.a. sampai 10ml.
(3) Pembuatan sampel refluks. Ditimbang 8 g serbuk teh hijau dan
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan direfluks dengan menggunakan
larutan metanol teknis : air (90:10) yang mengandung asam klorida 1,85 M dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
0,1% b/v pada suhu 90OC selama 2 jam. Kemudian hasil refluks didiamkan
sampai suhu kamar, kemudian diadd sampai 250ml. Dari sampel tersebut diambil
25 ml kemudian dipartisi dengan menggunakan heksana teknis 25 ml sebanyak 5
kali. Diambil fase air-metanol kemudian diganti pelarutnya dengan air dan diadd
menggunakan air sampai 25 ml. Sampel dalam air ini dipartisi menggunakan etil
asetat 25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase etil asetat, kemudian diganti
pelarutnya, disaring dengan milipore, dan diadd dengan menggunakan metanol
p.a. sampai 10ml.
ii. Pengujian sistem kromatografi lapis tipis pada ketiga sampel. Ketiga
sampel dan baku 500 ppm ditotolkan pada plat silika G60 sebanyak 2 µl kemudian
dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada bejana yang sebelumnya sudah
dijenuhkan dengan fase gerak yang telah dioptimasi. Hasil pengembangan sampel
kemudian diukur serapan bercaknya dengan densitometer pada panjang
gelombang yang dioptimasi. Diukur resolusi kuersetin pada masing-masing
sampel dengan membandingkan bercak pada sampel dengan bercak pada larutan
kuersetin baku.
f. Pengujian selektifitas pemisahan pada KLT Pada plat ditotolkan sampel
penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis yang telah dibuat pada langkah (i)
di atas sepanjang plat 10cm x 20 cm. Ditotolkan juga baku 500 ppm sebagai
penanda. kemudian dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada bejana yang
sebelumnya sudah dijenuhkan dengan fase gerak yang telah dioptimasi. Kamudian
sampel pada Faktor retardasi yang ditunjukkan oleh baku dikerok sepanjang
bercak, dan dilarutkan dalam metanol p.a. Sampel hasil kerokan kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
disaring menggunakan glass wool. Hasil saringan kemudian dimilipore,
didegassing, kemudian diinjek ke KCKT fase terbalik dengan fase gerak C18 dan
fase gerak akuabides : metanol : asam fosfat (54:45:1), dengan pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang 370 nm dan dibandingkan kromatogramnya
dengan baku kuersetin 20 ppm.
3. Uji ekstraksi secara umum
a. Verifikasi Proses Hidrolisis. Ditimbang 90,242 mg rutin dan
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan direfluks dengan menggunakan
larutan metanol teknis : air (90:10) yang mengandung asam klorida 1,85 M dan
0,1% b/v pada suhu 90OC selama 2 jam. Kemudian hasil penyarian dengan
Soxhlet didiamkan sampai suhu kamar, kemudian diadd sampai 250ml. Dari
sampel tersebut diambil 25 ml kemudian diganti pelarutnya dengan metanol p.a. ,
disaring dengan milipore, dan diadd dengan menggunakan metanol p.a. sampai 10
ml.
Sampel rutin yang dihidrolis, larutan baku kuersetin 500 ppm, larutan
rutin 500 ppm ditotolkan pada plat silika G60 sebanyak 6 µl kemudian
dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada bejana yang sebelumnya sudah
dijenuhkan dengan fase gerak toluena - etil asetat - asam format (8:10:1).
Hasil pengembangan sampel kemudian diukur serapan bercaknya dengan
densitometer pada panjang gelombang yang telah dioptimasi dan dibandingkan
faktor retardasi bercaknya.
b. Uji kestabilan kuersetin. Ditimbang 50 mg kuersetin dan kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan direfluks dengan menggunakan larutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
metanol teknis : air (90:10) yang mengandung asam klorida 1,85 M dan 0,1% b/v
pada suhu 90OC selama 2 jam. Kemudian hasil refluks didiamkan sampai suhu
kamar, kemudian diadd sampai 250ml. Dari sampel tersebut diambil 25 ml
kemudian dipartisi dengan menggunakan heksana teknis 25 ml sebanyak 5 kali.
Diambil fase air-metanol kemudian diganti pelarutnya dengan air dan diadd
sampai 25 ml. Sampel dalam air ini dipartisi menggunakan etil asetat 25 ml
sebanyak 5 kali. Diambil fase etil asetat, kemudian diganti pelarutnya dengan
metanol p.a. , disaring dengan milipore, dan diadd dengan menggunakan metanol
p.a. sampai 10 ml. Direplikasi sampai terdapat 3 replikasi.
i. Pengujian secara spektrofotometri. Sampel dalam metanol p.a.
diencerkan hingga 500 kali dan disaring menggunakan milipore. Diukur profil
serapannya di daerah UV dan Vis, yaitu antara 200 – 400nm, serta diukur puncak
(panjang gelombang maksimum) serta absorbansi pada puncak spektrogram
tersebut. Sebagai perbandingan diukur pula larutan kuersetin baku 5 ppm yang
telah dimilipore. Dilihat spektrogramnya, absorbansi pada puncak spektrogram,
serta recovery dari tiap sampel terhadap baku kuersetin.
ii. Pengujian dengan kromatografi lapis tipis. Sampel dalam metanol p.a.
untuk tiap replikasi dan larutan baku 200,300,400,500 serta 600 ppm ditotolkan
pada plat silika G60 sebanyak 2 µl kemudian dikembangkan sepanjang 15,5 cm
pada bejana yang sebelumnya sudah dijenuhkan dengan fase gerak yang telah
dioptimasi. Hasil pengembangan sampel kemudian diukur serapan bercaknya
dengan densitometer pada panjang gelombang yang dioptimasi dan dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
faktor retardasi bercaknya, serta recovery tiap sampel nya dihitung berdasarkan
kurva baku yang dibuat dari AUC bercak larutan seri baku terhadap konsentrasi.
4. Optimasi Ekstraksi
a. Optimasi komposisi metanol teknis : air pada metode refluks Ditimbang 8
g serbuk teh hijau dan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan direfluks
dengan menggunakan larutan metanol teknis : air yang komposisinya dioptimasi
(40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, 90:10) yang mengandung asam klorida 1,85
M dan 0,1% b/v pada suhu 90OC selama 2 jam. Kemudian hasil refluks didiamkan
sampai suhu kamar, kemudian diadd sampai 250ml. Dari sampel tersebut diambil
25 ml kemudian dipartisi dengan menggunakan heksana teknis 25 ml sebanyak 5
kali. Diambil fase air-metanol kemudian diganti pelarutnya dengan air dan diadd
menggunakan air sampai 25 ml. Sampel dalam air ini dipartisi menggunakan etil
asetat 25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase etil asetat, kemudian diganti pelarutnya
dengan metanol p.a., disaring dengan milipore, dan diadd dengan menggunakan
metanol p.a. sampai 10ml. Direplikasi masing-masing 2 kali.
Masing-masing sampel dan larutan baku kuersetin 500 ppm dalam
metanol p.a ditotolkan pada plat silika G60 sebanyak 2 µl kemudian
dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada bejana yang sebelumnya sudah
dijenuhkan dengan fase gerak yang telah dioptimasi. Hasil pengembangan sampel
kemudian diukur serapan bercaknya dengan densitometer pada panjang
gelombang yang telah dioptimasi. Dibandingkan AUC bercak sampel pada faktor
retardasi yang sama dengan faktor retardasi bercak kuersetin baku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
b. Optimasi temperatur pada metode penyarian dengan Soxhlet biasa.
Ditimbang 8 g serbuk teh hijau dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong
soxhlet. Kantong soxhlet dimasukkan dalam alat penyokhlet kemudian disari
menggunakan Soxhlet dengan menggunakan larutan metanol teknis sebanyak 240
ml yang mengandung 0,1% b/v BHT pada suhu yang dioptimasi (70 dan 90OC)
selama 12 jam. Kemudian hasil penyarian dengan Soxhlet didiamkan sampai suhu
kamar dan diganti pelarutnya dengan metanol teknis : air (50:50) sebanyak 250 ml
yang mengandung asam klorida 1,85 M. Kemudian campuran tersebut direfluks
pada suhu 90OC selama 2 jam. Kemudian hasil refluks didiamkan dan diadd
menggunakan larutan metanol teknis : air (50:50) sampai 250 ml. Dari sampel
tersebut diambil 25 ml kemudian dipartisi dengan menggunakan heksana teknis
25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase air-metanol kemudian diganti pelarutnya
dengan air dan diadd dengan air sampai 25ml. Sampel dalam air ini dipartisi
menggunakan etil asetat 25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase etil asetat, kemudian
diganti pelarutnya dengan metanol p.a., disaring dengan milipore, dan diadd
dengan menggunakan metanol p.a. sampai 10ml. Direplikasi sebanyak tiga kali.
Masing-masing sampel dan larutan baku kuersetin 500 ppm dalam
metanol p.a ditotolkan pada plat silika G60 sebanyak 2 µl kemudian
dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada bejana yang sebelumnya sudah
dijenuhkan dengan fase gerak yang telah dioptimasi. Hasil pengembangan sampel
kemudian diukur serapan bercaknya dengan densitometer pada panjang
gelombang yang telah dioptimasi. Dibandingkan AUC bercak sampel pada faktor
retardasi yang sama dengan faktor retardasi bercak kuersetin baku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
c. Optimasi komposisi metanol teknis pada penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis.
i. Optimasi komposisi metanol teknis pada penyarian dengan
Soxhlet sekaligus hidrolisis selama 12 jam , ditimbang 8 g serbuk teh hijau dan
kemudian dimasukkan ke dalam kantong soxhlet. Kemudian kantong soxhlet
dimasukkan dalam alat penyokhlet kemudian disari menggunakan Soxhlet dengan
menggunakan larutan metanol teknis : air yang komposisinya diptimasi (70:30,
80:20, 90:10) sebanyak 240 ml yang mengandung asam klorida 1,85 M dan BHT
0,1% b/v pada suhu 90OC selama 12 jam. Kemudian hasil penyarian dengan
Soxhlet didiamkan sampai suhu kamar, kemudian diadd dengan menggunakan
larutan metanol teknis : air (90:10) sampai 250 ml. Dari sampel tersebut diambil
25 ml kemudian dipartisi dengan menggunakan heksana teknis 25 ml sebanyak 5
kali. Diambil fase air-metanol kemudian diganti pelarutnya dengan air dan diadd
dengan menggunakan air sampai 25 ml. Sampel dalam air ini dipartisi
menggunakan etil asetat 25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase etil asetat, kemudian
diganti pelarutnya dengan metanol p.a., disaring dengan milipore, dan diadd
dengan menggunakan metanol p.a. sampai 10ml. Direplikasi sebanyak tiga kali.
Masing-masing sampel dan larutan baku kuersetin 500 ppm dalam
metanol p.a ditotolkan pada plat silika G60 sebanyak 2 µl kemudian
dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada bejana yang sebelumnya sudah
dijenuhkan dengan fase gerak yang telah dioptimasi. Hasil pengembangan sampel
kemudian diukur serapan bercaknya dengan densitometer pada panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
gelombang yang telah dioptimasi. Dibandingkan AUC bercak sampel pada faktor
retardasi yang sama dengan faktor retardasi bercak kuersetin baku.
ii. Optimasi komposisi metanol teknis pada penyarian dengan
Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan jumlah ekuilibrium 5,10, dan 15 kali.
Ditimbang 8 g serbuk teh hijau dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong
soxhlet. Kemudian kantong soxhlet dimasukkan dalam alat penyokhlet kemudian
disari menggunakan Soxhlet dengan menggunakan larutan metanol teknis : air
yang komposisinya diptimasi (70:30, 80:20, 90:10) sebanyak 240 ml yang
mengandung asam klorida 1,85 M dan BHT 0,1% b/v pada suhu 90OC sampai
jumlah ekulibrium mencapai 5,10 dan 15 kali. Kemudian hasil penyarian dengan
Soxhlet didiamkan sampai suhu kamar, kemudian diadd dengan menggunakan
larutan metanol teknis : air (90:10) sampai 250 ml. Dari sampel tersebut diambil
25 ml kemudian dipartisi dengan menggunakan heksana teknis 25 ml sebanyak 5
kali. Diambil fase air-metanol kemudian diganti pelarutnya dengan air dan diadd
dengan menggunakan air sampai 25 ml. Sampel dalam air ini dipartisi
menggunakan etil asetat 25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase etil asetat, kemudian
diganti pelarutnya dengan metanol p.a., disaring dengan milipore, dan diadd
dengan menggunakan metanol p.a. sampai 10ml. Direplikasi sebanyak dua kali.
Masing-masing sampel dan larutan baku kuersetin 500 ppm dalam
metanol p.a ditotolkan pada plat silika G60 sebanyak 2 µl kemudian
dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada bejana yang sebelumnya sudah
dijenuhkan dengan fase gerak yang telah dioptimasi. Hasil pengembangan sampel
kemudian diukur serapan bercaknya dengan densitometer pada panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
gelombang yang telah dioptimasi. Dibandingkan AUC bercak sampel pada faktor
retardasi yang sama dengan faktor retardasi bercak kuersetin baku.
d. Optimasi Metode. Optimasi metode ini adalah untuk membandingkan
ekstrak dari metode refluks, penyarian dengan Soxhlet biasa, dan penyarian
dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis yang sudah dioptimasi. Dari ketiga metode
tersebut, masing-masing sampel tiap replikasi dan larutan baku kuersetin 500 ppm
dalam metanol p.a. ditotolkon pada plat silika G60 sebanyak 2 µl kemudian
dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada bejana yang sebelumnya sudah
dijenuhkan dengan fase gerak yang telah dioptimasi. Hasil pengembangan sampel
kemudian diukur serapan bercaknya dengan densitometer pada panjang
gelombang yang telah dioptimasi. Dibandingkan AUC bercak sampel pada faktor
retardasi yang sama dengan faktor retardasi bercak kuersetin baku.
5. Efisiensi metode .
Jika metode yang paling optimal adalah penyarian dengan Soxhlet biasa
ataupun penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis, maka tata cara penelitian
dilakukan dengan cara sebagai berikut : Dari sampel dengan metode terbaik,
jumlah sirkulasi selama 12 jam dihitung. Efisiensi dilakukan dengan cara
menurunkan jumlah sirkulasi (n) sedikit demi sedikit, kemudian ditotolkan beserta
larutan baku kuersetin 500 ppm ditotolkon pada plat silika G60 sebanyak 2 µl
kemudian dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada bejana yang sebelumnya sudah
dijenuhkan dengan fase gerak yang telah dioptimasi. Hasil pengembangan sampel
kemudian diukur serapan bercaknya dengan densitometer pada panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
gelombang yang telah dioptimasi. Dibandingkan AUC bercak sampel pada faktor
retardasi yang sama dengan faktor retardasi bercak kuersetin baku menggunakan
T-test. Apabila AUC sampel dengan jumlah sirkulasi selama 12 jam (n) berbeda
dengan AUC sampel dengan jumlah sirkulasi yang telah diturunkan (n-k1), maka
tidak dilakukan efisiensi lagi, dan ditetapkan bahwa metode dengan jumlah
sirkulasi sebanyak n kali adalah optimal. Apabila AUC sampel dengan jumlah
sirkulasi selama 12 jam (n) tidak berbeda secara signifikan secara T-test dengan
AUC sampel dengan julah sirkulasi yang telah diturunkan, maka dilakukan
penurunan jumlah sirkulasi lagi, sampai didapatkan AUC sampel yang diturunkan
sirkulasinya berbeda secara signifikan secara T-test dengan AUC kuersetin pada
bercak sampel yang diturunkan jumlah sirkulasinya. Dan jumlah sirkulasi yang
diturunkan dikatakan efisien AUC pada bercak kuersetin sama dengan jumlah
AUC sampel soxhlet yang disari menggunakan Soxhlet selama 12 jam, dan jika
diturunkan jumlah sirkulasinya lagi, AUC kuersetin pada bercak sampel yang
sirkulasinya diturunkan berbeda secara signifikan secara T-test dengan sampel
yang disari menggunakan Soxhlet selama 12 jam dengan sirkulasi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
AUC bercak soxhletasi selama12 jam
dengan sirkulasi tertenu (n) tidak
berbeda signifikan dengan kadar
kuersetin soxhletasi yang telah
diturunkan jumlah soxhletasinya (n-k1)
Soxhletasi selama 12 jam
Dianggap sebagai kadar kuersetin
maksimal yang bisa didapatkan
Dihitung jumlah sirkulasinya (n)
Diturunkan jumlah sirkulasinya (n-
k1)
Kadar kuersetin dibandingkan secara klt dengan cara membandingkan AUC. AUC kadar
sokhetasi selama 12 jam dibandingkan dengan soxhletasi yang diturukan jumlah
sirkulasinya dengan T-test.
AUC bercak soxhletasi selama12 jam
dengan sirkulasi tertentu(n) berbeda
dengan kadar kuersetin soxhletasi
yang telah diturunkan jumlah
soxhletasinya (n-k1)
Soxhletasi selama 12 jam
dengan jumlah sirkulasi
tertentu adalah optimal
Diturunkan jumlah sirkulasinya (n-k1-k2)
AUC bercak soxhletasi selama12 jam
dengan sirkulasi tertenu (n) tidak berbeda
signifikan dengan kadar kuersetin
soxhletasi yang telah diturunkan jumlah
soxhletasinya (n-k1)
Kadar kuersetin dibandingkan secara klt dengan cara membandingkan
AUC. AUC kadar sokhetasi selama 12 jam dibandingkan dengan
soxhletasi yang diturukan jumlah sirkulasinya dengan T-test.
AUC bercak soxhletasi selama12 jam
dengan sirkulasi tertentu(n) berbeda
dengan kadar kuersetin soxhletasi
yang telah diturunkan jumlah
soxhletasinya (n-k1)
Soxhletasi dengan jumlah
sirkulasi n-k1 adalah sikulasi
yang efisien .
Diturunkan jumlah sirkulasinya (n-k1-k2),
dan demikian seterusnya
Gambar 9. Bagan Penentuan Efisiensi Metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Analisis hasil dengan T-Test
Dihitung nilai t dari dua sampel yang diperbandingkan. Langkah pertama
adalah menyusun hipotesis.
H0 = jumlah kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi a tidak berbeda dengan sirkulasi b.
H1 = jumlah kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi a berbeda dengan sirkulasi b.
Untuk dapat menentukan keputusan, maka perlu dihitung nilai t. Nilai t
dapat diperoleh dari :
di mana S1 = standar deviasi sampel pada perlakuan 1, n = jumlah sampel.
Hasil t yang diperoleh dibandingkan dengan t tabel, di mana t4(0,05) =
2,776. Jika t>t4(0,05) atau t<- t4(0,05), maka keputusan statistikanya adalah tolak
H0.
6. Pemodelan penentuan recovery
Bekas serbuk teh hijau yang telah diekstraksi dikeringkan dalam oven
kemudian ditampung dalam suatu wadah. Kemudian serbuk teh yang telah kering
dimaserasi dengan menggunakan metanol teknis dengan perbandingan 25 g
serbuk : 200 ml metanol teknis. Maserasi dilakukan selama 24 jam, setelah itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
disaring, dan kemudian dikeringkan lagi dalam oven. Bekas serbuk daun tersebut
kemudian ditimbang sebanyak 8 g sebanyak 5 kali. Kemudian masing-masing
bekas serbuk daun tersebut ditambahkan 0, 20, 30, 40, 50 mg kuersetin baku.
Kemudian dicampur homogen dan diekstraksi dengan metode yang telah
dioptimasi. Kemudian hasil ekstrak didiamkan sampai suhu kamar, kemudian
diadd dengan menggunakan larutan penyari sampai 250 ml. Dari sampel tersebut
diambil 25 ml kemudian dipartisi dengan menggunakan heksana teknis 25 ml
sebanyak 5 kali. Diambil fase air-metanol kemudian diganti pelarutnya dengan air
dan diadd dengan menggunakan air sampai 25 ml. Sampel dalam air ini dipartisi
menggunakan etil asetat 25 ml sebanyak 5 kali. Diambil fase etil asetat, kemudian
diganti pelarutnya dengan metanol p.a., disaring dengan milipore, dan diadd
dengan menggunakan metanol p.a. sampai 10 ml.
Kelima sampel dan baku 200, 300, 400 serta 500 ppm ditotolkan pada
plat silika G60 sebanyak 6 µl kemudian dikembangkan sepanjang 15,5 cm pada
bejana yang sebelumnya sudah dijenuhkan dengan fase gerak yang telah
dioptimasi.
Hasil pengembangan sampel kemudian diukur serapan bercaknya dengan
densitometer pada panjang gelombang yang dioptimasi. Dari konsentrasi larutan
baku 200, 300, 400, serta 500 ppm dibandingkan dengan AUC bercak pada
kromatogram, dibuat kurva baku. Kemudian dihitung recovery sampel adisi 20,
30, 40, dan 50 mg berdasarkan kurva baku tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
G. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian untuk membuktikan hipotesis adalah digambarkan
dengan skema sebagai berikut.
Gambar 10. Skema rancangan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri sebagai Metode
Pengukuran Kuersetin
Untuk dapat menentukan proses ekstraksi yang maksimum, terlebih
dahulu diperlukan pengukuran yang dapat mengukur jumlah kuersetin dalam
suatu ekstrak. Karena penelitian ini merupakan satu rangkaian penelitian untuk
meneliti kadar kuersetin dalam daun teh segar, daun teh hijau, dan teh hitam,
maka dipilih metode pengukuran yang cepat dan sederhana. Dalam penelitian ini
digunakan KLT-densitometri sebagai metode pengukuran. Oleh karena itu,
langkah yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan sistem KLT
yang digunakan.
1. Penentuan panjang gelombang pengukuran
Penentuan panjang gelombang ini dilakukan dengan membaca panjang
gelombang maksimum bercak hasil elusi kuersetin baku 400 ng dan bercak
kuersetin pada sampel. Pada penentuan panjang gelombang ini sistem KLT yang
digunakan adalah sistem normal, dengan fase gerak toluena - etil asetat - asam
format (14:5:1). Pengembangan pada tahap ini dilakukan sampai 18,5 cm.
Pembacaan panjang gelombang maksimum ini dilakukan pada daerah
200-400 nm (UV). Menurut Gandjar dan Rohman (2007), syarat suatu senyawa
dapat diukur pada panjang gelombang tersebut adalah senyawa tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mempunyai kromofor dan auksokrom. Berikut ini merupakan kromofor dan
auksokrom yang terdapat pada struktur kuersetin :
Gambar 11.Kromofor pada kuersetin : a. sinamoil b. benzoil
(Garis biru menandakan kromofor, sedangkan atom atau gugus yang dilingkari dengan
lingkatan biru menandakan auksokrom)
Kuersetin mempunyai dua puncak spektra. Hal itu dikarenakan kuersetin
mempunyai dua kromofor yang berperan, yaitu sinamoil dan benzoil. Kromofor
sinamoil berperan dalam penyerapan sinar UV pada panjang gelombang sekitar
375nm, sedangkan benzoil berperan dalam penyerapan sinar UV pada panjang
gelombang sekitar 258nm.
Pembacaan bercak kuersetin oleh densitometer dilakukan dengan
melakukan pembacaan absorbansi dengan panjang gelombang teoritis 375 nm
(teoritis) untuk menentukan letak bercak kuersetin, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan pembacaan absorbansi maksimum dan panjang gelombang maksimum
pada rentang panjang gelombang 200-400 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Berikut adalah spektra absorbsi kedelapan sampel tersebut pada rentang
panjang gelombang 200 – 400 nm :
Gambar 12. Spektra absorbansi bercak kuersetin pada panjang gelombang 200-400 nm
Dari pembacaan absorbansi maksimum dan panjang gelombang
maksimum senyawa kuersetin pada percobaan yang diujikan didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel IV. Hasil pembacaan absorbansi maksimum dan panjang gelombang
maksimum kuersetin
No. Faktor
retardasi Bercak Absorbansi maksimum
1 0,18 kuersetin baku 1 307 AU @ 375 nm
2 0,17 kuersetin baku 2 299 AU @ 377 nm
3 0,17 kuersetin baku 3 301 AU @ 380 nm
4 0,17 kuersetin baku 4 300 AU @ 376 nm
5 0,17 kuersetin pada sampel 1 332 AU @ 378 nm
6 0,17 kuersetin pada sampel 2 329 AU @ 376 nm
7 0,17 kuersetin pada sampel 3 315 AU @ 379 nm
8 0,18 kuersetin pada sampel 4 308 AU @ 380 nm
Dalam penelitian ini dipilih panjang gelombang 377 nm karena
berdasarkan data percobaan yang dilakukan pada larutan baku kuersetin 400 ng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dan sampel panjang gelombang maksimal yang didapat berkisar antara 375-380
secara densitometri.
2. Penentuan fase gerak untuk sistem KLT
Kromatografi yang digunakan pada sistem KLT dalam penelitian ini
adalah kromatografi partisi dan absorbsi, dengan fase normal. Hal ini dikarenakan
air yang terdapat pada lempeng silika tidak dihilangkan. Pengembangan dilakukan
secara ascending sepanjang 15,5 cm dengan bejana yang sebelumnya telah
dijenuhkan dengan fase gerak yang diuji.
Penentuan fase gerak yang diuji didasarkan atas modifikasi temuan
Rakesh, Patil, Salunkhe, Dhabale, dan Burade (2009) dengan fase gerak toluena -
etil asetat - asam format (5:4:0,2). Modifikasi digunakan untuk memperoleh fase
gerak yang mempunyai nilai log P hampir sama dengan kuersetin 1,82. Fase gerak
toluena - etil asetat - asam format (11:8:1) mempunyai log P gabungan, yaitu 1,81.
Pada penentuan fase gerak ini, sesuai dengan rancangan percobaan,
larutan yang sampel yang digunakan tidak melalui proses partisi dengan heksana,
hanya melalui partisi air-etil asetat saja. Tujuannya adalah partisi air-etil asetat
merupakan langkah penting untuk mengganti pelarut ekstrak segar menjadi
ekstrak fraksi etil asetat dalam pelarut metanol, sedangkan partisi dengan heksana
ditujukan sebagai salah satu proses clean up, yaitu suatu prosedur untuk
membersihkan atau mengurangi jumlah senyawa lain di dalam ekstrak agar
nantinya dapat meminimalkan gangguan dalam pengukuran kadar kuersetin. Pada
tahap ini, tidak digunakan partisi heksana agar dapat didapatkan ekstrak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mempunyai pengotor masih banyak, sehingga fase gerak yang nantinya ditentukan
mempunyai robustness yang cukup baik, dan akhirnya pada pelaksanan penelitian
nantinya adanya pengaruh perbedaan jenis metode ekstraksi yang dilakukan ,
perbedaan faktor-faktor dalam ekstraksi, serta jika dilakukan perubahan prosedur
penyiapan sampel, maka fase gerak yang didapatkan ini masih dapat digunakan
dengan hasil yang baik.
Berdasarkan data yang didapat, fase gerak modifikasi toluena - etil asetat
- asam format (11:8:1) belum menghasilkan resolusi yang baik. Nilai resolusinya
berturut-turut adalah 0,614 dan 0,955. Maka modifikasi fase gerak dilanjutkan
untuk memperbaiki resolusi.
Tabel V. Tabel nilai perbandingan As dan Rf bercak hasil elusi larutan baku kuersetin dan
Rs, dan Rf bercak kuersetin pada larutan sampel dengan berbagai macam fase gerak (A-K)
Kompo-
sisi
Klorof
orm
Tolu
-ena
Etil
asetat
Ase
-ton
Asam
format As Rs1 Rs2
Rf
baku
Rf
sampel
A - 10 8 - 1 2 0,689 0,988 0,39 0,38
B - 11 8 - 1 1,33 0,614 0,955 0,38 0,38
C - 12 7 - 1 1,6 1,014 1,183 0,34 0,33
D - 13 6 - 1 1,166 0,983 1,37 0,34 0,32
E - 14 5 - 1 1 1,44 1,67 0,23 0,22
F - 14 5 - 0,5 2,33 1,1 1,3 0,19 0,19
G 6 8 4 - 1 4,166 0,674 1,587 0,22 0,22
H 6 8 6 - 1 3,5 0,603 1,003 0,34 0,34
I - 14 - 5 1 1 1,433 1,459 0,26 0,26
J - 15 - 5 1 1 1,228 1,72 0,25 0,24
K - 16 - 5 1 1,6 0,809 1,935 0,24 0,24
Berdasarkan tabel IV, maka dapat dapat dipelajari beberapa hal : pada
fase gerak dengan komponen A – E, dapat dicermati bahwa peningkatan jumlah
toluena, atau penurunan prosentase etil asetat dalam fase gerak, akan
menyebabkan penurunan faktor retardasi kuersetin, peningkatan resolusi puncak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
densitogram kuersetin terhadap puncak di sekitarnya, serta cenderung untuk
mengurangi tailing sehingga menjadikan puncak semakin simetris.
Gambar 13. Struktur kuersetin
Kuersetin, yang mempunyai banyak gugus hidroksi, menjadikan senyawa
tersebut cenderung bersifat polar. Dengan sistem kromatografi normal, etil asetat
yang mempunyai gugus ester, cenderung dapat berinteraksi dengan kuersetin dan
dalam kromatografi partisi, menjadikan kelarutan kuersetin lebih tinggi seiring
dengan penambahan jumlah etil asetat dalam fase gerak yang diujikan, sehingga
faktor retardasi naik seiring dengan penambahan etil asetat. Hal sebaliknya
ditunjukkan oleh toluena, yang cenderung bersifat nonpolar. Semakin banyak
jumlah toluena yang ada dalam fase gerak, maka kelarutan kuersetin dalam fase
gerak akan semakin kecil yang akan berakibat faktor retardasinya akan semakin
kecil.
Berdasarkan tabel IV di atas, seiring dengan penambahan toluena dan
penurunan etil asetat dalam campuran fase gerak, maka resolusi puncak
densitogram kuersetin terhadap puncak di sekitarnya akan semakin besar. Untuk
mengamati pengaruh etil asetat dan toluena pada pemisahan kuersetin, maka perlu
diperhatikan lebar puncak densitogram dan selisih faktor retardasi puncak sekitar
kuersetin dengan kuersetin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel VI. Tabel nilai perbandingan As dan Rf bercak hasil elusi larutan baku kuersetin dan
Rs, dan Rf bercak kuersetin pada larutan sampel dengan berbagai macam fase gerak (A-E)
Kom-
po-
sisi
Tolu-
en
Etil
asetat
Asam
format
Lebar puncak densitogram (dalam
satuan rf)
Selisih Rf puncak
dengan Rf kuersetin
Kiri
puncak
kuersetin
Kuersetin
Kanan
puncak
kuersetin
Rf Kiri
puncak
kuersetin
Rf Kanan
puncak
kuersetin
A 10 8 1 0,07 0,05 0,05 0,04 0,05
B 11 8 1 0,11 0,06 0,05 0,05 0,05
C 12 7 1 0,06 0,04 0,04 0,05 0,05
D 13 6 1 0,06 0,04 0,05 0,05 0,06
E 14 5 1 0,05 0,03 0,04 0,06 0,06
Berdasarkan tabel VI, maka dapat dilihat bahwa : Pertama, seiring
dengan penambahan toluena dan penurunan etil asetat, maka puncak densitogram
akan cenderung semakin menyempit. Hal itu disebabkan karena kelarutan
kuersetin akan menurun dalam fase gerak jika toluena ditambah atau etil asetat
diturunkan. Hal ini berkaitan dengan difusi longitudinal dan aksial yang terjadi
pada saat pengembangan. Dengan difusi longitudianal dan aksial, maka semakin
besar kelarutan kuersetin maka dalam fase gerak maka akan semakin mudah bagi
kuersetin untuk menyebar. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil kelarutan
kuersetin dalam fase gerak, maka difusi kuersetin ke segala arah akan semakin
kecil, dan puncak densitogram akan semakin kecil.
Kedua, jarak puncak kuersetin ke puncak lainnya mengalami kenaikan
dengan bertambahnya toluena atau berkurangnya etil asetat. Dengan adanya
toluena, maka akan ada perbedaan kelarutan kuersetin dengan senyawa yang
menghasilkan bercak di sekitar puncak kuersetin sehingga jika dilakukan
kromatografi, akan menghasilkan pemisahan. Semakin besar toluena, semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
besar pula perbedaan kelarutan tersebut, yang berarti nilai pemisahan semakin
besar.
Berdasarkan tabel IV di atas, penambahan jumlah toluena dan penurunan
etil asetat dalam fase gerak jika asam format yang ditambahkan sama, juga akan
mengurangi tailing dan menjadikan puncak densitogram pada larutan baku
menjadi semakin simetris. Kemungkinan adanya tailing dapat dikarenakan terlalu
kuatnya interaksi antara kuersetin dan silika.
Hal yang dapat disimpulkan dari percobaan pengujian fase gerak dengan
komposisi A – E adalah pemisahan semakin bagus dengan penambahan
prosentase jumlah toluena pada jumlah asam format 1 ml, diiringi dengan
menurunnya faktor retardasi bercak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, dicoba
untuk memaksimalkan jumlah toluena dalam fase gerak tanpa melanggar
ketentuan bahwa nilai faktor retardasi harus lebih dari 0,2. Dan pada penelitian
ini, pada komposisi yang dicoba, fase gerak yang terbaik dari A-E adalah fase
gerak E yang berupa campuran toluena - etil asetat - asam format (14:5:1)
menghasilkan puncak densitogram yang simetris (As=1), serta resolusi paling
besar (Rs1=1,44 dan Rs2=1,67), dengan faktor retardasi pada baku dan sampel
berturut-turut 0,23 dan 0,22. Tidak dilakukan penambahan jumlah toluena atau
penurunan jumlah etil asetat lagi karena faktor retardasi yang sudah hampir
mendekati batas ketentuan.
Faktor retardasi yang mendekati batas tersebut dikhawatirkan berubah
oleh karena suatu faktor tertentu nantinya pada waktu percobaan. Hal yang ingin
dicegah adalah turunnya faktor retardasi sehingga akan melanggar batas ketentuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
faktor retardasi yang baik, yaitu minimal 0,2. Jika faktor retardasi di bawah 0,2
dikhawatirka pemisahan senyawa tersebut belum baik. Oleh karena itu dicoba
dilakukan usaha untuk menaikkan faktor retardasi antara lain dengan mengganti
toluena dengan campuran toluena:kloroform, serta mengganti etil asetat dengan
aseton.
Tabel VII. Tabel nilai perbandingan As dan Rf bercak hasil elusi larutan baku kuersetin dan
Rs, dan Rf bercak kuersetin pada larutan sampel dengan berbagai macam fase gerak
(E,G, dan H)
Kompo-
sisi Kloroform
Tolu-
en
Etil
asetat
Asam
format As Rs1 Rs2
Rf
baku
Rf
sampel
E - 14 5 1 1 1,44 1,67 0,23 0,22
G 6 8 4 1 4,166 0,674 1,587 0,22 0,22
H 6 8 6 1 3,5 0,603 1,003 0,34 0,34
Berdasarkan tabel VII di atas, terlihat bahwa penggantian toluena dengan
campuran toluena dan kloroform tidak terlalu menaikkan faktor retardasi bercak,
serta justru menyebabkan puncak densitogram tailing dan menyebabkan resolusi
pemisahan menjadi kurang baik. Perbedaan komposisi fase gerak G dan H terletak
pada jumlah etil asetat, di mana pada komposisi G, jumlah etil asetat yang
ditambahkan adalah 4 ml, sedangkan pada H 6 ml. Kenaikan etil asetat akan
menaikkan kelarutan kuersetin pada fase gerak. Hal itu menyebabkan interaksi air
pada silika pada kuersetin semakin lemah dibanding dengan fase gerak sehingga
mengurangi tailing, yang ditunjukkan dengan As yang menurun (As komposisi
G=4,155;As komposisi H=3,5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel VIII. Tabel nilai perbandingan As dan Rf bercak hasil elusi larutan baku kuersetin
dan Rs, dan Rf bercak kuersetin pada larutan sampel dengan berbagai macam fase gerak
(E, I, J, dan K)
Kompo-
sisi
Tolu-
en
Etil
asetat
Ase-
ton
Asam
format As Rs1 Rs2
Rf
baku
Rf
sampel
E 14 5 - 1 1 1,44 1,67 0,23 0,22
I 14 - 5 1 1 1,433 1,459 0,26 0,26
J 15 - 5 1 1 1,228 1,72 0,25 0,24
K 16 - 5 1 1,6 0,809 1,935 0,24 0,24
Berdasarkan tabel VIII, dapat dilihat bahwa faktor retardasi bercak
kuersetin lebih tinggi dengan penggantian etil asetat dengan aseton. Namun,
resolusi puncak densitoram di sebelah kanan kuersetin menjadi lebih buruk. Ini
mengindikasikan bahwa kuersetin lebih larut dalam aseton dibandingkan dengan
etil asetat, sehingga pada waktu elusi, kuersetin akan terbawa lebih jauh. Hal itu
juga dikarenakan eluent strength dari aseton pada silika (0,47-0,53) lebih besar
daripada etil asetat (0,38-0,48).
Pada larutan baku kuersetin, terlihat bahwa semakin banyak toluena yang
ditambahkan, namun aseton dan asam format yang ditambahkan tetap, hal yang
terjadi adalah puncak densitogram semakin tailing. Hal ini seperti telah dijelaskan
di atas, juga diakibatkan oleh kelarutan kuersetin dalam fase gerak yang
berkurang karena penambahan toluena, dan kelarutan kuersetin dalam air pada
permukaan silika lebih besar.
Resolusi pemisahan puncak-puncak kuersetin dari puncak di sekitarnya
menjadi berkurang ketika etil asetat diganti menjadi aseton. Dan karena faktor
retardasi masih dimungkinkan untuk diturunkan maka dilakukan peningkatan
toluena pada komposisi fase gerak, dan hasilnya adalah resolusi puncak
densitogram kuersetin dengan puncak di sebelah kiri (Rs1) mengalami penurunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
seiring peningkatan toluena, sedangkat resolusi puncak densitogram kuersetin
dengan puncak di sebelah kanannya (Rs2) mengalami kenaikan yang relatif besar.
Hal ini berkaitan dengan kelarutan serta interaksi senyawa dengan fase gerak.
Berdasarkan semua hal di atas, maka dipilih fase gerak E, yaitu fase
gerak yang berupa campuran toluena - etil asetat - asam format (14:5:1) karena
mempunyai puncak simetris dan nilai resolusi terbaik.
3. Pengujian sistem KLT
Telah dijelaskan pada latar belakang penelitian, bahwa pada penelitian
ini tidak dilakukan validasi metode. Namun tetap dilakukan beberapa pengujian
terkait dengan sistem KLT yang digunakan.
a. Uji keterulangan faktor retardasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode yang dipakai
(terutama fase gerak yang digunakan) dapat memberikan hasil yang
reprodusibel. Pada uji reprodusibilitas ini, parameter yang diamati adalah
faktor retardasi pada bercak hasil elusi. Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel IX. Tabel Rf bercak kuersetin pada larutan baku dan sampel pada uji keterulangan
Rf
Faktor retardasi
larutan baku
Faktor retardasi
sampel
Replikasi 1 0,22 0,21
Replikasi 2 0,22 0,22
Replikasi 3 0,22 0,22
Replikasi 4 0,22 0,22
Replikasi 5 0,23 0,22
CV 2,01% 2,05%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Berdasarkan dari CV, koefisien variasi dari kelima sampel
menunjukkan bahwa faktor retardasi kuersetin pada fase gerak yang
digunakan cukup reprodusibel.
b. Verifikasi Sistem KLT pada ketiga metode eksrtrak yang dipakai
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode yang dipakai dapat
digunakan untuk memisahkan kuersetin dari senyawa yang lain pada ketiga
metode metode ekstraksi yang dipakai, yaitu metode penyarian dengan
Soxhlet biasa, penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis, dan metode
refluks. Parameter yang diamati adalah resolusi pemisahan dari puncak
kuersetin sampel dengan puncak di sekitarnya pada densitog. Hasilnya adalah
sebagai berikut:
Tabel X. Tabel nilai perhitungan resolusi bercak kuersetin larutan sampel pada 3 macam
jenis ekstraksi
Sampel Rs1 Rs2
Penyarian dengan Soxhlet
biasa
1,876 2,534
Penyarian dengan Soxhlet
sekaligus refluks
1,897 1,371
Refluks 2,58 3,44
Dari pengujian sistem KLT terhadap ketiga metode ekstrak yang
dipakai, didapatkan bahwa sistem KLT yang dipakai memberikan pemisahan
yang cukup untuk tujuan analisis (Rs > 1)
c. Uji selektivitas pemisahan secara KCKT.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemurnian bercak yang dideteksi
secara HPLC. Dilakukan dengan cara KLT-preparatif, di mana bercak
kuersetin sampel (di mana faktor retardasi sama dengan faktor retardasi bercak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
larutan baku) dikerok, kemudian dilarutkan dengan metanol., kemudian
disaring dan diinjekkan pada KCKT fase terbalik yang telah dioptimasi oleh
Dwiyoga (2012) dengan fase diam C18 dan komposisi fase gerak akuabides -
metanol - asam fosfat 5% (54:45:1) dengan pengukuran dilakukan pada
panjang gelombang 370 nm.
Hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan larutan kuersetin
baku yang diinjekkan, maka kuersetin yang dikerok mempunyai pengotor
yang lebih banyak .Kuersetin yang dikerok dari hasil elusi KLT mempunyai
prosentase AUC relatif 69,4 %. Hal itu menunjukkan bahwa bercak kuersetin
yang dipisahkan oleh KLT sebenarnya masih belum benar-benar terpisah dari
senyawa lain.
Gambar 14. Kromatogram KCKT kuersetin preparatif dalam pengujian selektivitas metode
KLT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 15. Kromatogram KCKT larutan baku 20 ppm dalam pengujian selektivitas
metode KLT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
B. Proses Preparasi Sampel
Proses preparasi sampel merupakan proses yang sangat penting
diperhatikan dalam analisis. Berikut akan dipaparkan mengenai garis besar proses
preparasi sampel, namun khusus tentang ekstraksi akan diulas pada poin C.
1. Pengolahan produk teh hijau menjadi serbuk
Produk teh hijau yang diperoleh dari PT. Pagilaran diserbukkan. Tujuan
dari penyerbukan ini adalah :
a. Memperbesar luas permukaan bagian tanaman, sehingga pada waktu
diekstrak, pelarut akan lebih banyak berinteraksi dengan sel tanaman sehingga
ekstraksi akan lebih besar.
b. Memperbanyak jumlah sel yang pecah. Dengan banyaknya sel yang pecah,
akan lebih mudah diekstraksi daripada jumlah sel utuh.
Penyaringan digunakan untuk menyortir serbuk, di mana serbuk dengan
ukuran kecil yang diambil. Pencampuran setelah penyaringan bertujuan untuk
memperkecil variasi sampel.
2. Proses hidrolisis
Kuersetin terdapat dalam tanaman dalam bentuk aglikon dan kuersetin
glikosida (aglikon). Dalam kebanyakan penelitian, umumnya kuersetin dilaporkan
sebagai bentuk aglikon. Untuk memperoleh kuersetin aglikon, maka diperlukan
proses hidrolisis.
Proses hidrolisis yang dilakukan dalam penelian ini termasuk dalam salah
satu optimasi ekstraksi, di mana dibandingkan antara ekstraksi dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
bersamaan dengan proses ekstraksi (dengan menambah air dan asam pada pelarut,
serta menaikkan temperatur ekstraksi) dan ekstraksi yang dilakukan sebelum
hidrolisis (dilakukan secara bertahap).
Hidrolisis dilakukan pada suasana asam, sebab dengan suasana asam
akan dapat mempercepat terjadinya hidrolisis dan jika dilakukan pada suasana
basa, dikhawatiran dapat merusak kuersetin.
Rutin dihidrolisis menghasilkan kuersetin, glukosa, dan rhamnosa. Berikut
reaksi hidrolisis yang terjadi pada rutin :
Gambar 16. Reaksi hidrolisis rutin pada suasana asam
Untuk mengetahui apakah kondisi asam beserta suhu yang dikontrol
dalam proses hidrolisis sudah mampu menghidrolisis kuersetin glikosida maka
dilakukan percobaan sederhana untuk memverifikasi proses hidrolisis yang
dilakukan.
Verifikasi Hidrolisis
Pengujian ini dilakukan terutama untuk menilai suasana asam,
temperatur, dan jumlah air yang ada mampu menghidrolisis semua kuersetin
glikon menjadi . Caranya adalah dengan merefluks rutin pada kondisi asam
dengan larutan penyari yang berupa campuran metanol dan air selama 2 jam,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kemudian pelarutnya diganti dengan metanol. Hasil larutan dalam metanol
ditotolkan, dan dikembangkan dengan fase gerak yang toluena - etil asetat - asam
format (11:8:1).
Tabel XI. Hasil Pengujian Hidrolisis Rutin Bercak Rf AUC Recovery
Kuersetin 500 ppm 0,49 35271,7 -
Rutin 90,4 mg dihidrolisis (pada teori setelah
dipreparasi setara dengan kuersetin 500,8 ppm) 0,46 35482,0 100,4%
Rutin 530 pm 0 - -
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa rutin dapat
sepenuhnya terhidrolisis, terbukti dari recovery-nya yang tinggi. Menurut
Markham (1988), pada kondisi hidrolisis baku, flavonol 3-O-glikosida dan 7-O-
ramnosida terhidrolisis sempurna dalam dua sampai enam menit saja. Padahal
dalam peneltian yang dilakukan proses hidrolisis berjalan lebih dari 1 jam,
sehingga dapat disimpulkan kondisi hidrolisis yang dikontrol sudah dapat
menghidrolisis kuersetin glikon menjadi dengan baik.
3. Cleaning up sampel
Langkah yang dilakukan setelah proses ekstraksi dan hidrolisis adalah
mengurangi/menghilangkan pengotor yang ada dalam sampel yang bisa
mengganggu pengukuran jumlah kuersetin dalam sampel.
Dalam penelitian ini, dilakukan pembersihan terhadap senyawa yang
bersifat jauh lebih non polar daripada kuersetin dan senyawa yang jauh lebih polar
daripada kuersetin. Untuk itu, maka dilakukan partisi dengan menggunakan
heksana terlebih dahulu. Partisi dengan menggunakan heksana akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menghilangkan senyawa-senyawa nonpolar yang terdapat dalam sampel. Dipilih
heksana untuk membersihkan senyawa non-polar karena kuersetin sangat sukar
larut dalam heksana, sehingga recovery yang dihasilkan diharapkan akan lebih
baik.
Untuk menghilangkan senyawa yang jauh bersifat polar daripada
kuersetin maka dilakukan partisi air-etil asetat. Dipilih partisi antara air dan etil
asetat karena 2 cairan ini tidak saling campur dan kuersetin akan lebih tertarik
dalam fase etil asetat dibandingkan fase air. Adanya residu asam dalam air akan
semakin memperbaiki proses partisi, karena dengan adanya asam, maka kuersetin
akan terjaga dalam bentuk molekul sehingga lebih tertarik ke fase etil asetat. Jika
kuersetin menjadi bentuk ion, maka kuersetin akan lebih tertarik ke fase air dan
hal ini akan mengurangi recovery dari kuersetin.
Dalam partisi ini dihindarkan adanya metanol karena dalam jumlah yang
banyak dapat menyebabkan air dan etil asetat bercampur, sedangkan dalam
jumlah yang sedikit mampu menarik kuersetin ke dalam fase air. Oleh karena itu,
metanol perlu dihilangkan. Penghilangan metanol dilakukan dengan suhu yang
rendah, untuk menjaga kestabilan dari kuersetin. Penguapan metanol ini dilakukan
dengan rotaryevaporator, di mana prinsipnya adalah dengan tekanan udara yang
rendah, suatu senyawa akan diturunkan titik didihnya. Dengan menurunkan suhu
sewaktu penguapan pelarut, maka akan memperkecil kemungkinan kuersetin
teroksidasi selama preparasi sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 17. Mekanisme kuersetin dalam penangkapan radikal bebas
Gambar 18. Reaksi pembentukan kuersetin-kuinon dari oksidasi kuersetin (Brett dan Ghica,
2003)
Pengubahan pelarut etil asetat menjadi metanol bertujuan untuk
mengurangi kesalahan karena pelarut sewaktu dilakukannya pengukuran secara
KLT-densitometri. Dan dengan demikian, karena sampel diganti pelarutnya dari
125 ml etil asetat menjadi 10 ml metanol, maka sampel akan lebih pekat dan dapat
diukur secara KLT-densitometri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
4. Uji kestabilan kuersetin
Dalam penelitian ini, preparasi yang dilakukan cukup panjang dan
dilakukan pemanasan dalam ekstraksi serta pada preparasi sampel. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah metode refluks yang dilakukan dan proses
penyiapan sampel yang dilakukan dapat merusak kuersetin, serta untuk
mengetahui recovery dari kuersetin.
Pengujian ini juga berkaitan dengan antioksidan yang ditambahkan
selama proses ekstraksi berlangsung, di mana ditambahkan BHT sebesar 0,1% b/v
selama proses ekstraksi berlangsung.
Gambar 19. Reaksi penangkapan radikal bebas oleh BHT
BHT dapat menjadi agen anti radikal dengan cara meresonansikan
elektron radikal bebas. Sedangkan menurut Bondet, Williams, dan Berset (1997)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
tahap terminal dari reaksi radikal ini bisa terjadi dengan pembentukan dimer
antara dua radikal BHT.
BHT mempunyai dua gugus propanol yang terdapat di sebelah gugus
hidroksi, sehingga ketika BHT mempunyai elektron radikal maka akan susah
dilepaskan karena halangan steriknya besar.
Gambar 20. Reaksi pembentukan dimer oleh radikal BHT (Bondet et al., 1997)
Tata cara dari pengujian kestabilan kuersetin ini adalah dengan merefluks
kuersetin pada larutan penyari campuran air dan metanol dalam suasana asam
yang mengandung BHT sebesar 0,1 % b/v pada suhu 90OC selama 12 jam,
kemudian dilakukan preparasi sampel, dan diuji kestabilan kuersetin secara
spektrofotometri, KLT, serta KCKT.
a. Pengujian secara spektrofotometri
Spektra suatu senyawa menggambarkan hasil serapan suatu senyawa
terhadap sinar UV dengan energi tententu. Hal ini tergantung dari struktur dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
senyawa yang diukur, yang mempunyai kromofor dan auksokrom. Jika suatu
senyawa terdegradasi, maka struktur dari senyawa tersebut akan berubah. Hal ini
kemungkinan besar akan dapat merubah kromofor ataupun auksokrom yang ada
dalam suatu senyawa, sehingga profil spektranya akan berubah, sehingga puncak
spektranya pun akan berubah.
Gambar 21. Spektra kuersetin yang direfluks dan kuersetin baku dalam metanol
Tabel XII. Puncak spektra dan nilai absorbansi kuersetin yang direfluks dan kuersetin baku
dalam metanol
Puncak
spektra (nm) Absorbansi
Kuersetin direfluks rep I 370,0 0,340
254,5 0,345
Kuersetin direfluks rep II 370,5 0,328
255,5 0,326
Kuersetin direfluks rep III 370,5 0,329
254,5 0,325
Baku 5 ppm 369,5 0,382
255,0 0,362
Dilihat dari spektra yang diperoleh, dapat dilihat bahwa spektra kuersetin
yang telah direfluks tidak mengalami perubahan yang drastis. Kemudian dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dari puncak spektra, panjang gelombang kuersetin mengalami pergeseran puncak
ke kanan sebesar 0,5 nm dan 1 nm. Pergeseran di bawah 2 nm tersebut dapat
dikarenakan faktor variasi pengukuran oleh spektrofotometer.
Dari pengujian secara spektrofotometri, diperoleh hasil bahwa kuersetin
cukup stabil pada proses ekstraksi yang digunakan serta pada preparasi sampel
yang dilakukan.
b. Pengujian secara KLT-densitometri
Suatu senyawa yang terdegradasi juga akan mengalami perubahan
struktur. Hal ini dapat mengubah kepolaran dari suatu senyawa. Selain itu dengan
rusaknya suatu senyawa, juga akan mengurangi jumlah senyawa tersebut dan
meningkatnya senyawa pengotor. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kuersetin rusak atau tidak dilihat dari kepolarannya, serta mengetahui
recovery dari kuersetin setelah mengalami ekstraksi dan preparasi sampel.
Tabel XIII. Nilai Rf kuersetin yang direfluks dibandingkan dengan baku kuersetin
Baku
300
ppm
Baku
400
ppm
Baku
500
ppm
Baku
600
ppm
Kuersetin
direfluks
rep 1
Kuersetin
direfluks
rep 2
Kuersetin
direfluks
rep 3
Faktor
retardasi 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19
Berikut ini akan dipaparkan hasil KLT-Densitometri untuk melihat
recovery dari kuersetin yang direfluks :
Tabel XIV. Tabel perbandingan konsentrasi kurva baku dengan AUC
Konsentrasi kurva baku (ppm) AUC
300 5617,3
400 8578
500 10415
600 12988,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Dari perbandingan konsentrasi larutan baku, dibandingkan AUC ,
diperoleh persamaan regresi y = 23,949x - 1377,6, sehingga dapat diperoleh
recovery kuersetin.
Tabel XV. Nilai perhitungan recovery dari kuersetin yang ditambahkan dalam uji
kestabilan kuesetin
AUC
Konsentrasi sampel terukur
dibandingkan dengan kurva
baku (ppm)
Kadar
teoritis
(ppm)
Recovery
Kuersetin
direfluks rep I 9043,6
435,141 489,000 88,99%
Kuersetin
direfluks rep II 8539,8
414,105 501,000 82,66%
Kuersetin
direfluks rep
III
9269,9 444,590 497,000 89,45%
Dari hasil KLT-densitometri yang didapat, dapat dilihat bahwa kuersetin
cukup stabil. Hal itu terlihat dari faktor retardasinya yang sama, yaitu 0,19. Ini
menandakan bahwa kuersetin yang direfluks selama 12 jam dan mengalami
perlakuan sampel tidak berbeda kepolarannya dengan kuersetin baku yang
diujikan.
Recovery menandakan perolehan kembali kuersetin setelah mengalami
refluks dan preparasi sampel. Pada pengujian ini rata-reta recovery yang
didapatkan adalah 87,03%, artinya sebesar 87,03% kuersetin yang ditambahkan
tidak hilang atau mengalami kerusakan serta dapat terukur oleh detektor. Recovery
yang berkurang ini bisa dikarenakan proses preparasi sampel yang kurang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
C. Optimasi Ekstraksi
Menurut List dan Schmidt (1989) ekstraksi merepresentasikan
pemisahan dari “padat ke padat”, yang berarti suatu komponen padat harus
dipisahkan dari sebuah substansi padat. Ekstraksi ini biasa dikenal dengan
“ekstraksi padat-cair”, di mana dalam penelitian ini kuersetin yang terdapat pada
sel tanaman akan diekstraksi menggunakan pelarut.
Proses ekstraksi daun teh akan terjadi dalam 3 tahap, yaitu :
(1) Penetrasi pelarut ke dalam sel tanaman teh, serta terjadinya pengembangan
(pembengkakan) sel tanaman. Pembengkakan ini akibat dari pelarut
memasuki bagian tanaman,
(2) disolusi dari substansi ekstraktif, dalam hal ini kuersetin baik maupun
glikon, dan
(3) difusi dari kuersetin keluar dari sel tanaman daun teh.
Dalam proses tersebut, terjadi dua proses yang bersamaan. Pertama, pada
sel yang utuh, terjadi proses difusi serta dilanjutkan dengan disolusi kuersetin
pada pelarut. Kedua, pada sel yang pecah terjadi pembilasan kuersetin dengan
pelarut .
Dengan demikian kuersetin akan keluar bersama-sama dengan pelarut
dan bersama substansi (senyawa) lain yang juga larut dalam pelarut yang
digunakan. Seluruh proses ekstraksi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor.
Dalam penelitian ini, akan dipelajari beberapa faktor yang berperan penting dalam
proses ekstraksi, dan juga akan dipaparkan bagaimana pengaruh yang diakibatkan
apabila dalam proses ekstraksi dilakukan proses hidrolisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
1. Pengaruh suhu pada ekstraksi
Proses penyarian dengan Soxhlet merupakan proses penyarian dengan
sistem pelarut yang selalu berganti. Dengan sistem ini, diharapkan semua
kuersetin dapat terekstraksi ke dalam pelarut. Untuk dapat mengakomodasi
terjadinya kebaruan pelarut, diperlukan pemanasan pada bagian bawah soxhlet
sehingga memungkinkan pelarut yang ada untuk menguap dan kemudian
didinginkan kembali sehingga dapat berwujud cair kembali, menetes, dan dapat
digunakan untuk mengekstraksi serbuk kembali.
Berikut ini adalah perbandingan ekstraksi secara penyarian dengan
Soxhlet pada suhu 70°C dan 90°C selama 12 jam dengan pelarut adalah metanol, dan
setelah proses ekstraksi dilanjutkan dengan proses hidrolisis.
Tabel XVI. Pengaruh suhu pada proses penyarian dengan Soxhlet biasa
Suhu Rep
Berat
serbuk
(g)
N
ekuilibrium AUC
AUC
terkoreksi
Rata-
rata SD
RSD
(%)
90°C
1 7,998 35 1563,5 1563,891
2263,49 611,89 27,03 2 7,992 35 2696,2 2698,899
3 7,995 35 2526,1 2527,68
70°C
1 7,989 5 1005 1006,384
1011,71 91,37 9,03 2 7,994 5 1104,8 1105,629
3 7,992 5 922,2 923,1231
Pada hasil percobaan yang didapatkan, dengan membandingkan ekstraksi
secara penyarian dengan Soxhlet pada suhu 70OC dan 90
OC, maka dapat dilihat
bahwa dengan menaikkan suhu pada proses ekstraksi, maka hasil akhirnya adalah
kuersetin lebih banyak terekstraksi dengan proses penyarian dengan Soxhlet pada
suhu 90°C. Pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan suhu yang
berpengaruh pada proses ekstraksi akan dipaparkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
a. Energi Interaksi (Energy of interaction)
Energi interaksi menggambarkan energi yang diperlukan oleh suatu
pelarut untuk dapat berinteraksi dengan substansi ekstraktif. Energi ini diperlukan
khususnya untuk melarutkan senyawa ekstraktif. Dengan melarut pada pelarut,
maka suatu senyawa akan berada pada keadaan yang lebih stabil daripada keadaan
awalnya. Untuk dapat melarut,maka suatu senyawa harus melewati fase transisi,
di mana keadaan ini dicapai jika energi yang diberikan cukup.
Proses ekstraksi yang digunakan adalah padat cair, di mana pelarut yang
digunakan harus dapat masuk ke dalam sel, melarutkan senyawa ekstraktif, dan
kemudian membawanya keluar. Semakin panas pelarut, maka energi bebas untuk
melarutkan senyawa semakin banyak, sehingga kesetimbangan akan lebih cepat
terjadi.
b. Jumlah ekuilibrium yang terjadi
Semakin tinggi pemanasan yang diberikan, maka semakin banyak energi
yang dapat digunakan metanol untuk menguap dan kemudian memperbarui
pelarut ekstraksi. Titik didih metanol adalah 64-65°C. Dari percobaan dapat
dicermati bahwa jumlah ekuilbrium yang terjadi pada ekstraksi dengan suhu 70OC
adalah 5 kali ekuilibrium sedangkan pada suhu 90OC adalah sebanyak 35 kali
ekuilibrium. Hal itu jelas akan mempengaruhi banyaknya kuersetin yang
terekstraksi.Penjelasan mengenai ekuilibrium akan dijelaskan lebih lanjut pada
poin jenis sistem pelarut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
c. Pengaruh suhu pada sel tanaman
Pada ekstraksi sel tanaman utuh, proses yang sangat berperan adalah
proses difusi. Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2006), pada membran sel
tumbuhan terdapat pori-pori, yaitu lubang-lubang yang sangat kecil dengan
diameter kira-kira 7 Angstrom Proses difusi pada ekstraksi melalui pori-pori pada
membran, di mana dengan kenaikan suhu, pori-pori ini akan melebar, sehingga
tentu saja pelarut yang lebih encer (karena suhu lebih tinggi) akan dapat lebih
mudah masuk secara difusi daripada keadaan dingin.
Di sisi yang lain, pada tanaman yang banyak mengandung amilum, maka
proses ekstraksi akan terhambat. Pada kenaikan suhu, amilum yang ada juga ikut
mengembang sehingga dapat menutupi jalur pelarut untuk dapat masuk-keluar
dari bagian tanaman. Hal ini juga berpengaruh pada banyaknya kuersetin yang
ikut terekstraksi.
2. Kelarutan dari kuersetin
Banyak hal yang berperan dalam kelarutan suatu senyawa pada suatu
pelarut. Hubungan antara struktur senyawa dengan struktur pelarut, yang berimbas
pada interaksi ion, ion-dipol, serta interaksi van der Waals yang terjadi juga ikut
menentukan kelarutan senyawa.
Kepolaran suatu pelarut juga ikut menentukan kelarutan dari suatu
senyawa. Suatu pelarut yang polar akan dapat lebih mudah melarutkan senyawa
yang polar dibandingkan dengan pelarut yang nonpolar. Suatu senyawa polar yang
mempunyai keadaan transisi yang bersifat lebih polar daripada senyawa aslinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
maka pelarut yang bersifat polar akan lebih menstabilkan keadaan transisi ini,
sehingga senyawa tersebut lebih mudah melarut.
Menurut List dan Schmidt (1989) dalam faktor pemilihan pelarut,
komposisi pelarut (jika pelarut merupakan pelarut campuran), serta perbandingan
antara serbuk dengan pelarut akan mempengaruhi hasil ekstrak yang didapatkan
Dalam penelitian ini dipilih metanol serta air sebagai pelarut, dengan alas
an sebagai berikut.
(1) metanol mampu melarutkan kuersetin, baik kuersetin maupun kuersetin
glikosida,
(2) metanol dapat bercampur dan larut di air dengan berbagai perbandingan,
(3) metanol tersedia cukup banyak dan secara ekonomi lebih murah,
(4) metanol tidak bersifat azeotropik jika dicampur dengan air,
(5) metanol mempunyai titik didih cukup rendah sehingga bisa dipakai pada
proses penyarian dengan Soxhlet dan mempermudah preparasi sampel
terutama penguapan pelarut,
(6) air dapat menghidrolisis kuersetin glikosida menjadi aglikon, dan
(7) air juga telah digunakan banyak orang sebagai pelarut.
Berikut ini adalah hasil perbandingan ekstraksi kuersetin dengan
mengubah-ubah komponen pelarut, yaitu campuran antara metanol dan air pada
proses refluks yang dilakukan dalam kondisi asam selama 2 jam pada suhu 90OC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel XVII. Pengaruh komponen pelarut pada proses refluks
Komponen
pelarut
(metanol:air)
Replikasi
Berat
serbuk
(g)
AUC AUC
/terkoreksi
Rata-
rata SD
RSD
(%)
(40:60) 1 7,982 - -
- 2 7,99 - -
(50:50) 1 7,988 460,8 461,492
489,55 39,68 8,11 2 7,989 516,9 517,612
(60:40) 1 7,986 976,1 977,811
988,13 14,59 1,48 2 7,982 996,2 998,447
(70:30) 1 7,987 1158,2 1160,085
1128,58 44,56 3,95 2 7,982 1094,6 1097,068
(80:20) 1 7,977 1730,6 1735,590
1742,31 9,50 0,55 2 7,988 1746,4 1749,024
(90:10) 1 7,982 1752,8 1756,753
1906,17 211,32 11,09 2 7,986 2052 2055,597
Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa dengan kenaikan jumlah metanol
pada komposisi, maka kuersetin akan lebih banyak terekstraksi. Hal ini
menandakan bahwa metanol lebih banyak berperan dalam proses ekstraksi
kuersetin.
Untuk mengetahui peran air, pada tahap sebelumnya, telah diuji bahwa
komposisi metanol:air (90:10) v/v dengan konsentrasi H+ 1,85 M telah mampu
menghidrolisis rutin dengan cukup baik. Hal ini berarti walaupun kandungan air
sedikit, namun sudah cukup menghidrolisis kuersetin glikon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
3. Sistem pelarut pengekstrak (Extracting solvent mode of operation) : statis
atau dinamis
Prinsip dari ekstraksi yang dipelajari dalam penelitian ini adalah
ekuilibrium antara konsentrasi senyawa ekstraktif di dalam residu sel tanaman dan
konsentrasi senyawa ekstraktif di luar sel. Menurut List dan Schmidt (1989)
ekuilibrium dapat dikatakan terjadi jika gradien konsentrasi senyawa ekstraktif di
dalam residu sel tanaman dan konsentrasi senyawa ekstraktif adalah nol.
Tabel XVIII. Pengaruh sistem pelarut pengekstrak (statis atau dinamis) pada proses
ekstraksi dengan asam
Sistem
pelarut Rep
Berat
serbuk
(g)
AUC AUC
terkoreksi
Rata-
rata SD
RSD
(%)
Statis
(refluks)
1 7,989 1108 1109,526
909,79 288,93 31,76 2 7,992 1040,3 1041,341
3 7,989 577,7 578,4954
Dinamis
(23
sirkulasi)
1 7,988 2555,8 2559,639
2325,16 255,86 11,00 2 7,999 2052 2052,257
3 7,994 2361,8 2363,573
Ekulibrium ini diperantarai dengan proses pembilasan pada sel tanaman
yang pecah, serta proses difusi pada sel yang utuh. Pada keadaan non-ekuilbrium,
adanya gradien konsentrasi dapat membantu terjadinya difusi. Semakin tingginya
gradien konsentrasi, maka proses difusi akan semakin banyak terjadi. Pada proses
penyarian dengan Soxhlet, gradien ini selalu diperbesar dengan pergantian pelarut,
sehingga konsentrasi yang terdapat pada residu sel tanaman akan selalu berkurang
dan diharapkan sampai senyawa yang dikehendaki telah habis terekstraksi.
Dari data yang didapatkan, dapat dilihat bahwa kuersetin jauh lebih
banyak terekstraksi pada keadaan sistem pelarut yang dinamis. Hal itu
membuktikan bahwa dengan adanya sistem pelarut yang selalu berganti, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
ekuilibrium akan semakin banyak terjadi, sehingga kuersetin akan lebih banyak
terekstraksi.
4. Proses hidrolisis dalam ekstraksi (Hydrolisis Mode of Operation on
Extraction) : bersama-sama dalam 1 proses (Simultaneously) atau
berkelanjutan (Subsequently)
Pengujian ini dilakukan berkaitan dengan teknis ekstraksi, di mana
peneliti membandingkan proses hidrolisis dalam ekstraksi, yaitu bersamaan
dengan proses ekstraksi atau dilakukan setelah proses ekstraksi.
Tabel XIX. Pengaruh proses hidrolisis dalam esktraksi pada penyarian dengan Soxhlet
Hidrolisis Rep
Berat
serbuk
(g)
N
ekuilibrium AUC
AUC
terkoreksi
Rata-
rata SD
RSD
(%)
Secara bersamaan
dengan ekstraksi
(simultaneously)
1 7,988 23 2555,8 2559,639
2325,16 255,86 11,00 2 7,999 23 2052 2052,257
3 7,994 23 2361,8 2363,573
Dilakukan setelah
ekstraksi
(Subsequently)
1 7,998 35 1563,5 1563,891
2263,49 611,89 27,03 2 7,992 35 2696,2 2698,899
3 7,995 35 2526,1 2527,68
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa walaupun
sirkulasinya lebih rendah namun ekstraksi penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis cenderung lebih banyak memperoleh kuersetin daripada proses
penyarian dengan Soxhlet biasa.
Hal itu kemungkinan besar dikarenakan proses penyarian dengan Soxhlet
biasa kemudian dilanjutkan dengan proses hidrolisis, sampel mengalami proses
preparasi lebih panjang, sehingga kemungkinan hilangnya kuersetin lebih banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
5. Penentuan metode ekstraksi : faktor yang berpengaruh pada sistem
pelarut dinamis dan hidrolisis secara simultan.
Telah dijabarkan di atas, bahwa sistem pelarut yang dinamis dapat
memberikan hasil ekstraksi lebih banyak daripada statis serta sistem hidrolisis
secara simultan juga memberikan hasil ekstraksi lebih banyak daripada hidrolisis
yang dilakukan setelah proses ekstraksi.
Dalam proses ekstraksi ini, diperkirakan ada dua faktor yang berperan
dalam menentukan banyaknya kuersetin, yaitu komposisi larutan penyari serta
banyaknya sirkulasi yang berpengaruh pada jumlah ekuilibrium yang terjadi.
Tabel XX. Pengaruh komposisi larutan penyari dan banyaknya jumlah ekuilibrium dalam
esktraksi penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis
Komposisi Metanol:Air (v/v)
70:30 80:20 90:10
Rep 1 Rep 2 Rep 1 Rep 2 Rep 1 Rep 2
5x
eku
ilib
riu
m Berat Serbuk(g) 7,987 7,992 7,991 7,994 7,987 7,996
AUC 12423 10876,1 11163,2 12876,2 11312,7 13423,5
AUC terkoreksi 12443,220 10886,987 11175,773 12885,864 11331,113 13430,215
Rata-rata 11665,104 12030,819 12380,664
10
x
eku
ilib
riu
m Berat serbuk(g) 7,988 7,998 7,997 8,000 7,991 7,994
AUC 10275,7 12021 10547,5 12519 11191,6 13164,4
AUC terkoreksi 10291,137 12024,006 10551,457 12519 11204,205 13174,281
Rata-rata 11157,571 11535,228 12189,243
15
x
eku
ilib
riu
m Berat serbuk(g) 7,991 7,992 7,984 7,991 7,999 7,997
AUC 10076,5 11943 10691,6 13120,2 11797,5 13584
AUC terkoreksi 10087,849 11954,955 10713,026 13134,977 11798,978 13589,095
Rata-rata 11021,402 11924,001 12694,035
Dari data yang diperoleh, dapat diamati bahwa pada semua level
ekuilibrium, komposisi metanol 90:10 v/v selalu dapat menarik kuersetin lebih
banyak daripada komposisi metanol yang lain. Sedangkan anehnya, semakin
penambahan jumlah ekuilibrium, belum tentu akan menaikkan jumlah kuersetin
yang terekstrak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Hal ini menandakan bahwa faktor komposisi pelarut lebih dominan
berperan dalam penarikan kuersetin pada metode penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis ini daripada banyaknya sirkulasi.Secara khusus, juga
dilakukan penelitian membandingkan antara komposisi metanol:air pada
komposisi penyari terhadap kecepatan sirkulasi penyarian dengan Soxhlet yang
dilakukan selama 12 jam dan AUC yang dihasilkan.
Tabel XXI. Pengaruh komposisi larutan penyari dalam esktraksi pada penyarian dengan
Soxhlet sekaligus hidrolisis selama 12 jam
Pelarut
(metanol:air)
(v/v)
Rep
Berat
serbuk
(g)
N
ekuilibrium AUC
AUC
terkoreksi
Rata-
rata SD
RSD
(%)
(70:30)
1 7,99 15 387,2 387,6846
455,73 137,32 30,13 2 7,991 15 365,3 365,7114
3 7,982 15 612,4 613,781
(80:20)
1 7,99 20 1386,9 1388,636
1085,05 375,40 34,60 2 7,998 20 1200,9 1201,2
3 8,012 20 666,3 665,302
(90:10)
1 7,988 23 1282,1 1284,026
1372,45 202,29 14,74 2 7,999 23 1603,7 1603,9
3 7,994 23 1228,5 1229,422
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kenaikan jumlah
metanol juga akan meningkatkan kecepatan sirkulasi pelarut, sehingga pada waktu
12 jam proses ekstraksi dengan komposisi metanol:air (90:10) v/v dapat diperoleh
ekstraksi dengan 23 ekuilibrium. Hal ini, seperti telah dijelaskan di atas, juga
sebanding dengan kuersetin yang dihasilkan, di mana semakin banyak ekuilibrium
yang terjadi, maka semakin banyak kuersetin yang diekstraksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
6. Efisiensi ekstraksi
Dalam aplikasinya, dibutuhkan metode ekstraksi yang dapat menarik
senyawa yang diinginkan, serta juga efisien. Efisien yang ditekankan di sini
adalah efisien kerja dan efisien waktu. Karena dengan prosedur ekstraksi yang
efisien, maka suatu metode analisis akan lebih cepat dan lebih aplikatif terutama
jika jumlah sampelnya banyak.
Kerangka berpikir yang digunakan peneliti untuk mengefisienkan metode
ekstraksi (dalam hal ini dipilih penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis)
adalah dengan mencari ekstraksi penyarian dengan Soxhlet dengan jumlah
penyarian dengan Soxhlet paling banyak yang bisa didapatkan oleh peneliti
dengan berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, dilakukan penyarian dengan
Soxhlet dengan asam (penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis) selama
mungkin dan didapatkan hasil bahwa pada penyarian dengan Soxhlet dengan
asam yang dilakukan selama 12 jam terjadi 23 kali ekuilibrium. Hasil ini
kemudian diasumsikan oleh peneliti sebagai ekstraksi maksimal yang bisa
didapatkan. Dari 23 kali sirkulasi (ekuilibrium) tersebut, peneliti melakukan
penurunan jumlah sirkulasi sedikit demi sedikit, dan dilihat apakah dengan
penurunan jumlah sirkulasi tersebut kuersetin yang didapatkan masih sama (tidak
berbeda signifikan) dengan ekstraksi “maksimum”. Jika masih sama, maka
dilakukan penurunan lagi, sampai terjadi perbedaan yang signifikan antara jumlah
kuersetin yang terukur dengan densitometer pada ekstraksi “maksimum” dengan
ekstraksi yang telah diturunkan jumlah sirkulasinya. Ekstraksi dianggap efisien
jika pada sirkulasi tertentu jumlah kuersetin yang terukur tidak berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dengan jumlah kuersetin pada ekstraksi “maksimum”, namun jika diturunkan
jumlah sirkulasinya lagi maka jumlah kuersetin yang terukur akan berbeda secara
signifikan.
Metode statistika yang dipakai adalah T-Test, karena uji tersebut dapat
untuk mengukur keberadaan 2 variabel tergantung yang bersifat contionous.
Berikut hasil dari efisiensi sirkulasi (ekuilibrium) pada metode ekstraksi penyarian
dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis.
a. Uji antara AUC kuersetin sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi 23 dengan sirkulasi 20.
H0 = jumlah kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi 23 tidak berbeda dengan sirkulasi 20.
H1 = jumlah kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi 23 berbeda dengan sirkulasi 20.
Keputusan : dengan α = 0,05, tolak H0 jika t>t4(0,05) atau t<- t4(0,05)
Tabel XXII. Perbandingan hasil penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis pada jumlah
ekuilibrium 23 dan 20
N
ekuilibrium Replikasi
Berat
serbuk
(g)
AUC AUC
terkoreksi
Rata-
rata
23
1 7,988 3793,1 3798,798
3602,34 2 7,999 3278,3 3278,710
3 7,994 3726,7 3729,497
20
1 7,979 3680,5 3690,187
3488,06 2 7,984 3618,2 3625,451
3 7,989 3144,2 3148,529
Sedangkan t merupakan perbedaan antara rata-rata dibagi dengan distribusi antar
rata-rata..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
di mana S1 = standar deviasi sampel pada perlakuan 1, n = jumlah sampel
Hasil : t = 0,484 < t4(0,05), di mana t4(0,05) = 2,776 maka H0 tidak dapat
ditolak, yang berkesimpulan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah
kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis pada
sirkulasi 23 dibandingkan dengan sirkulasi 20.
Karena tidak ada perbedaan yang signifikan, maka penelitian dilanjutkan
dengan menurunkan jumlah sirkulasi lagi.
b. Uji antara AUC kuersetin sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi 23 dengan sirkulasi 18
H0 = jumlah kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi 23 tidak berbeda dengan sirkulasi 18.
H1 = jumlah kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi 23 berbeda dengan sirkulasi 18.
Keputusan : dengan α = 0,05, tolak H0 jika t>t4(0,05) atau t<- t4(0,05)
Tabel XXIII. Perbandingan hasil penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis pada jumlah
ekuilibrium 23 dan 18
N
ekuilibrium Replikasi
Berat
serbuk
(g)
AUC AUC
terkoreksi
Rata-
rata
23
1 7,988 3793,1 3798,798
3602,34 2 7,999 3278,3 3278,710
3 7,994 3726,7 3729,497
18
1 7,983 2987 2993,361
3123,58 2 8,003 3210,1 3208,897
3 7,993 3165,7 3168,472
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Hasil : t = 2,721 < t4(0,05), di mana t4(0,05) = 2,776 maka H0 tidak dapat
ditolak, yang berkesimpulan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah
kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis pada
sirkulasi 23 dibandingkan dengan sirkulasi 18.
Karena tidak ada perbedaan yang signifikan, maka penelitian dilanjutkan
dengan menurunkan jumlah sirkulasi lagi.
c. Uji antara AUC kuersetin sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi 23 dengan sirkulasi 16
H0 = jumlah kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi 23 tidak berbeda dengan sirkulasi 20.
H1 = jumlah kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis pada sirkulasi 23 berbeda dengan sirkulasi 20.
Keputusan : dengan α = 0,05, tolak H0 jika t>t4(0,05) atau t<- t4(0,05).
Tabel XXIV. Perbandingan hasil penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis pada jumlah
ekuilibrium 23 dan 16
N
ekuilibrium Replikasi
Berat
serbuk
(g)
AUC AUC
terkoreksi
Rata-
rata
23
1 7,988 3793,1 3798,798
3602,34 2 7,999 3278,3 3278,710
3 7,994 3726,7 3729,497
16
1 7,978 3003,9 3012,184
2998,65 2 8,003 2866,4 2865,326
3 7,994 3116,1 3118,439
Hasil : t = 3,376 > t4(0,05), di mana t4(0,05) = 2,776 maka H0 dapat
ditolak, yang berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kuersetin yang terekstrak pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis pada
sirkulasi 23 dibandingkan dengan sirkulasi 16.
Ekstraksi dianggap efisien jika pada sirkulasi tertentu jumlah kuersetin
yang terukur tidak berbeda signifikan dengan jumlah kuersetin pada ekstraksi
“maksimum”, namun jika diturunkan jumlah sirkulasinya lagi maka jumlah
kuersetin yang terukur akan berbeda secara signifikan. Maka dengan demikian,
ekstraksi yang efisien adalah ekstraksi penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis dengan banyak sirkulasi 18.
7. Pemodelan screening recovery
Sebelum hasil dari proses ekstraksi ini dapat diaplikasikan, maka
dilakukan sebuah pengujian untuk mengetahui seberapa besar kuersetin dapat
terekstraksi. Untuk dapat menguji recovery yang sebenarnya, dibutuhkan metode
yang lebih kuantitatif serta telah divalidasi. Karena dalam penelitian ini metode
yang dipakai tidak divalidasi dan metode ini tidak ditujukan untuk menghitung
kadar, maka dilakukan sebuah pemodelan untuk menggambarkan seberapa besar
kuersetin dapat terekstrak pada metode ekstraksi yang dipakai.
Pemodelan ini merupakan pengukuran kadar kuersetin adisi yang
terekstrak. Dalam langkah kerjanya, kuersetin (20, 30, 40, dan 50 mg)
ditambahkan pada matriks yang mirip dengan matriks sampel yang tidak
mengandung kuersetin. Matriks tersebut adalah bekas serbuk ekstraksi yang telah
mengalami penyarian dengan Soxhlet lebih dari 18 kali, kemudian dimaserasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
menggunakan metanol selama 24 jam. Matriks tersebut dipilih karena dinilai
paling mirip dengan matriks sampel yang sebenarnya.
Setelah dilakukan ekstraksi, preparasi, dan pengukuran dengan KLT-
densitometri, hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel XXV. Perbandingan konsentrasi larutan baku yang ditotolkan dengan AUC yang
diukur oleh densitometri dalam pemodelan recovery
Konsentrasi larutan
baku yang
ditotolkan (ug/mL)
AUC
199,2 7055,4
298,8 13227,6
398,4 18268,8
498 23157,6
Dari larutan baku diperoleh kurva baku y = 53,562x - 3244,4, dengan
r=0,9983. Kemudian dari persamaan kurva baku tersebut dapat dicari recovery
untuk 4 perlakuan adisi yang ditambahkan.
Tabel XXVI. Hasil pemodelan recovery
Berat kuersetin
yang
ditambahkan
(g)
Konsentrasi
kuersetin
adisi
teoritis
(ppm)
AUC
kromatogram
Kadar yang
terukur
berdasarkan
perhitungan
dengan kurva
baku (ppm)
Recovery
(konsentrasi
terukur
dibandingkan
dengan konsentrasi
teoritis)
0,0198 198 5994,1 172,4824 87%
0,0299 299 13995,5 321,8681 108%
0,0399 399 18018,7 396,9811 99%
0,0494 494 19674 427,8854 87%
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa recovery yang
didapatkan cukup tinggi, di atas 80 %. Hal itu membuktikan bahwa metode
ekstrak yang dipakai terbukti cukup baik untuk mengekstrak kuersetin di luar sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
sebanyak 20 mg – 50 mg kuersetin per 8 g serbuk daun teh. Sedangkan untuk
penentuan recovery kuersetin di dalam sel perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Proses ekstraksi yang efisien dan kuantitatif untuk mendapatkan kuersetin
total terbanyak dari teh hijau yang diukur melalui pembandingan AUC dengan
metode KLT densitometri adalah penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis.
2. Ekstraksi yang efisien diperoleh dengan pelarut metanol teknis:air (90:10)
dengan jumlah ekuilibrium 18 kali.
3. Fase gerak yang dapat digunakan untuk menghasilkan pemisahan kuersetin
dari senyawa pengotor dengan baik adalah campuran toluena – etil asetat –
asam format (14:5:1) v/v.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar pada poin
efisiensi metode. Dalam penelitian ini, terdapat kekurangan dalam hal jumlah
replikasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini, jumlah replikasi yang
digunakan sebenarnya tidak memenuhi jumlah sampel yang diperlukan dalam
T-Test. Dalam uji T tersebut, seharusnya sampel yang diperlukan dalam 1
kali pengujian untuk masing-masing variabel bebas adalah 16 sampel.
Namun, karena keterbatasan peneliti, maka hanya dilakukan 3 kali replikasi.
Karena jumlah replikasi sangat sedikit, tidak dapat dilakukan uji normalitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Maka dalam penelitian ini diasumsikan semua nilai sampel pada masing-
masing perlakuan terdistribusi normal, sehingga uji T dapat dilakukan.
2. Perlu dilakukan validasi metode penetapan kadar kuersetin dalam daun teh
hijau (Camellia sinensis) dengan metode KLT-densitometri.
3. Perlu dilakukan penetapan kadar kuersetin dalam daun teh (Camellia
sinensis) secara kuantitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
DAFTAR PUSTAKA
Aguirre, L., Arias, N., Macarulla, T., Gracia, A., dan Portillo, M.P., 2011,
Beneficial Effects of Quercetin on Obesity and Diabetes, Open
Nutraceuticals J., 4, 189-198.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi 4, halaman 1036 dan 1061,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Bondet, V., Williams, W.B., Berset, C., 1997, Kinetics and Mechanisms of
Antioxidant Activity using DPPH. Free Radical Method, Lebensm.-Wiss.
u.-Technol., vol 30, 609-615.
Brett, A.M.O, dan Ghica, M.E., 2003, Electrochemical Oxidation of Quercetin,
Electroanalysis, vol. 15, No.22, hal.1750.
Bruneton, J., 1999, Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants, edisi 2,
halaman 310-340, Lavoisier, Paris.
Budavau, S., O’Neil M., Smith, A., dan Heckelman, P.Z., 1989, The Merck Index,
edisi 11, 1278, Merck & Co., Inc.,Rahway, R.J., U.S.A.
Cabrera, C., Artacho, R., dan Gime’nez, R., 2006, Beneficial Effects of Green
Tea, J. Am. Coll. Nutr., Vol. 25, No. 2, hal.79–99.
De Muth, 1999, Basic Statistics and Pharmaceutical Statistical Applications,
Marcel Dekker, Inc., New York.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, hal. 9, 782, 784.
Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, hal. 25-26.
Ball, D.J., Stults C.L.M., dan Nagao, L.M., 2012, Leachables and Extractables
Handbook:Safety Evaluation, Qualification, and Best Practices Applied to
Inhalation Drug Products, hal.366-368, John Wiley and sons.
Duke, J.A., 2001, Handbook of Phytochemical Constituent of Gras Herbs and
other Economic Plants, halaman 119-125, CRC Press : Boca Raton.
Dalluge, J. J., dan Nelson, B. C., 2000, Determination of Tea Catechins, J.
Chromatogr., vol 881, hal. 411-424.
Dwiyoga, A. R. H., 2012, Optimasi dan Validasi Determinasi Kuersetin
menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase
Terbalik dalam Daun Teh Hijau (Camellia sinensis O.K.), Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
D’Amelio, F.S., 1999, Botanicals, A Phytocosmetic Desk Reference, halaman 9
dan 26, CRC Press: Boca Raton.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, halaman 353-354,
Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Gruendwald, J., Brendler, T., dan Jaenicke C., 2007, PDR for Herbal Medicines,
edisi keempat, halaman 414-419, Thomson Healthcare Inc: Englewood.
Hadjmohammadi, M., dan Sharifi, V.,2009, Investigation of Optimum Extraction
Conditions for Determination of Quercetin and Kaempferol in Coriander (
Coriundrum sativum L.), J. Food Drug Anal., Vol. 17, No. 4, , halaman
293-299.
Hardjono, S., 1983, Kromatografi, Laboratorium Analisa Kimia Fisika Pusat,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal. 32-34, 45.
Harborne, J.B., 1987, Phitochemical methods, diterjemahkan oleh Padmawinata,
Kosasih dan Soediro, Iwang, Penerbit ITB, Bandung, hal. 19-21.
Hismath, I., Wan Aida, W.M., dan Ho, C.W., 2011, Optimization of Extraction
Conditions for Phenolic Compounds from Neem (Azadirachta indica)
leaves, Inter. Food Res. J., vol 18(3), hal 931-939.
Jin, E.Y., Lim S., Kim S., Park, Y.S., Jang, J.K., Chung, M.S., Park., H., Shim,
K.S., Choi, Y.J., 2011, Optimization of Various Extraction Methods for
Quercetin from Onion Skin Using Response Surface Methocology,
Biomed Environ Sci, Vol 20(6), hal. 1727-1733.
Joshi, U.J., Gadge, A.S., D’Mello, P., Sinha,R., Srivastava, S., dan Govil, G.,
2011, Anti-inflammatory, antioxidant and anticancer activity of Quercetin
and its analogues, Intl. J. Biomed. Pharma. Sci., Vol. 2(4) Oct - Dec 2011,
hal 1756,
Kelly, G.S., 2011, Quercetin, Alternat. Med. Rev. , Vol, 16, No.2, hal 172-184.
Lakhanpal, P., Rai, D.K, 2007, Quercetin : A Versatile Flavonoid, IJMU, Vol. 2
No. 2, Jul-Dec 2007, hal 22-37
Lamson, D.W., dan Brignall, M.S., 2000, Antioxidants and Cancer III, Quercetin,
Alternat. Med. Rev., vol.5 No.3, hal. 196-206.
List, P.H., dan Schmidt, P.C., 1989, Phytopharmaceutical Technology, 99-105,
CRC Press, Boca Raton.
Markham, K.R.,1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, halaman 54-55, Penerbit
ITB, Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Mason, R.L., Gunst, R.F., dan Hess, J.L., 2003, Statistical Design and Analysis of
Experiments : With Applications to Engineering and Science, edisi kedua,
halaman 582-585, John Wiley & Sons.
Mitra, S., 2003, Sample Preparation Techniques in Analytical Chemistry, hal 37-
57, 142, New Jersey, USA
Naeem, S., Ali, M., Mahmood, A., 2012, Optimization of Extraction Conditions
for the Extraction of Phenolic Compounds from Maringa oleifera leaves,
Pak. J. Pharm. Sci., Vol. 25 No.3, hal 535-541.
Nio, K., Thang, Z., WU, X., Xu, X., Liang, Y., Li, H., Rao, L., 2012,
Optimization of Total Flavonoids Extraction from Mulbery Leaf using an
Ethanol-Based Solvent System, J. Med. Plants Res, vol 6 (12), hal 2373-
2380.
Poedjiadi A., Supriyanti, F.M.T., 2006, Dasar-dasar Biokimia, 193-198, UI Press,
Jakarta.
Radojkovic, M., Zekovic, Z., Jokic, S., Vidovic, S., Lepojevic, Z., Milosevic, S.,
2012, Optimization of Solid-Liquid Extraction of Antioxidants from Black
Mulberry Leavs by Response Surface Methodology, Food Technol.
Biotechnol.,vol 50(2), hal 167-176.
Rakesh,S.U., Patil, P.R., Salunkhe, V.R.,Dhabale, P.N.,dan Burade, K.B.,2009,
HPTLC Method for Quantitative Determination of Quercetin in
Hydroalcoholic Extract of Dried Flower of Nymphaea stellata willd.,
IJCRGG, Vol.1, No.4, pp 931-936, Oct-Dec 2009, 931-936
Rothwell, J.A., Day, A.J., Morgan, M.R.A, 2005, Experimental Determination of
Octanol-Water Parititon Coefficients of Quercetin and Related
Compounds, J. Agric. Food Chem., Juni 1:53 (11), hal. 4355-4360.
Satishkumar, T., dkk, 2008, Optimization of Flavonoid Extraction from the
Leaves of Tabernae montana heyneana Wall. Using L16 Orthogonal
Design, Nature and Science, vol 6(3), hal 10-21.
Sheng-tan, Z., Guo-hua, C., Jing-ming, L., Tie-Shan, W., Ni, Z., Zhao-yu, W.,
2011, Optimization of Jatropa curcas for Total Flavonoids by Response
Surface Methodology and Antibacterial Activity, J. Med. Plant Res,
Vol.5(14), hal. 3239-3334.
Sherma, J. dan Fried, B., 1996, Handbook of Thin-Layer Chromatography, edisi
kedua, hal 36, Marcel Dekker, Inc: New York.
Souza, C.R.F., Botti R.F., Oliveira, 2007, Optimization of the Extraction of
Flavonoid Compounds from Herbal Material using Experimental Design
and Multi-Response Analysis, Lat. Am. J. Pharm, 26(5):682-690.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Trifunschi, S., dan Ardelean, D., 2010, Studies on The Optimal Extraction of
Flavonoid from the Fruit of Juniperus cirginiana L,,Prot. Nat. Sci., hal
127-133
Uma, C.W., dan Aida, W.M.W., 2010, Optimizaton of Extraction Parameters of
Total Phenolic Compounds from Henna (Lawsonia inermis) Leaves, Saint
Malaysiana, vol. 39(1), hal. 119-128.
van Steenis, C.G.G.J., 1992, Flora untuk Sekolah di Indonesia, edisi keenam,
halaman 294, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
LAMPIRAN
Lampiran I. COA Kuersetin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran II. Pembakuan HCl
1. Reaksi : Na2CO3 + HCl → NaHCO3 + NaCl
2. HCl diencerkan 100 kali.
3. Data Penimbangan Na2CO3
Rep I (g) Rep II (g) Rep III (g)
Berat kertas 0,4278 0,4125 0,4029
Berat kertas + zat 0,6944 0,6785 0,6688
Berat kertas + sisa 0,4278 0,4125 0,4030
Berat zat 0,2666 0,2660 0,2658
4. Data titran :
Volume titran rep 1 = 22,3 ml
Volume titran rep 2 = 22,2 ml
Volume titran rep 3 = 22,0 ml
5. Perhitungan M HCl
Rep I
Mol Na2CO3 = 0,2666 g/105,99 = 2,5153 mml
M HCl = 2,5153 mmol/ 22,3 ml x 100 = 11,28 M
Rep 2
Mol Na2CO3 = 0,2660 g/105,99 = 2,5096 mml
M HCl = 2,5096 mmol/ 22,3 ml x 100 = 11,30 M
Rep 3
Mol Na2CO3 = 0,2658 g/105,99 = 2,5077 mml
M HCl = 2,5077 mmol/ 22,3 ml x 100 = 11,39 M
6. Rata-rata = 11,32 M
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran III. Data Penentuan Panjang Gelombang
1. Penimbangan serbuk daun yang digunakan untuk proses penyarian dengan
Soxhlet pembuatan sampel (gram).
Berat gelas 63,261
Berat gelas+zat 93,261
Berat sisa 63,292
Berat zat 29,969
2. Penimbangan BHT yang digunakan untuk proses penyarian dengan Soxhlet
pembuatan sampel (mg).
Berat kertas 203,5
Berat kertas +zat 603,5
Berat sisa 203,9
Berat zat 399,6
3. Tabel panjang gelombang maksimum pada larutan baku dan sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran IV. Perhitungan Asymetri Factor (As) dan Resolusi (Rs) pada
Tahap Penentuan Fase Gerak.
1. Fase gerak kloroforom - toluena - etil asetat - asam format (6:4:8:0,85)
As = 0,95cm/0,4cm = 2,375
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Rs1 = 2 x 0,04 x 17,2 cm/(1,3+1)cm = 0,598
Rs2 = 2 x 0,05 x 17,2 cm/(1+1)cm = 0,86
2. Fase gerak kloroform : toluena - etil asetat - asam format (6:8:4:1)
As = 1,25cm/0,3cm = 4,166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Rs1 = 2 x 0,05 x 17,2cm/(1,4+1,15)cm = 0,674
Rs2 = 2 x 0,09 x 17,2cm/(1,15+0,8)cm = 1,587
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
3. Fase gerak kloroform - toluena - etil asetat asam format (6:8:6:1)
As = 1,4cm/0,4cm = 3,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Rs1 = 2 x 0,05 x `17,2cm/(1,5+1,35)cm = 0,603
Rs2 = 2 x 0,07 x 17,2cm/(1,35+,0,5)cm = 1,003
4. Fase gerak toluena - aseton - asam format (14:5:1)
As = 0,25cm/0,25cm = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Rs1 = 2 x 0,05 x 17,2cm/(0,65+0,55)cm = 1,433
Rs2 = 2 x 0,07 x 17,2cm/(0,55+1,1)cm = `1,459
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
5. Fase gerak toluena – aseton - asam format (15:5:1)
As = 0,25cm/0,25cm= 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Rs1 = 2 x 0,05 x 17,2cm/(0,75+0,65)cm = 1,228
Rs2 = 2 x 0,07 x 17,2cm/(0,65+0,75)cm = 1,72
6. Fase gerak toluena – aseton - asam format (16:5:1)
As = 0,4cm / 0,25cm =1,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Rs1 = 2 x 0,04 x 17,2cm/(1+0,7)cm = 0,809
Rs2 = 2 x 0,09 x 17,2cm/(0,7+0,9)cm = 1,935
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
7. Fase gerak toluena - etil asetat - asam format (5:15:2)
As = 0,7cm/0,45cm = 1,555
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Rs1 = 2 x 0,04 x 17,2cm/(1,4+1,8)cm = 0,43
Rs2 = 2 x 0,04 x 17,2cm/(1,8+2)cm = 0,362
8. Fase gerak toluena - etil asetat - asam format (10:8:1)
As = 0,6cm/0,3cm = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Rs1 = 2 x 0,04 x 16,8cm/(1,15+0,8)cm = 0,689
Rs2 = 2 x 0,05 x16,8cm/(0,8+0,9)cm = 0,988
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
9. Fase gerak toluena - etil asetat - asam format (11:8:1)
As = 0,4cm/0,3cm = 1,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Rs1 = 2 x 0,05 x 17,2cm/(1,85+0,95)cm =0,614
Rs2 = 2 x 0,05 x 17,2cm/(0,95+0,85)cm =0,955
10. Fase gerak toluena - etil asetat - asam format (12:7:1)
As = 0,4cm/0,25cm = 1,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Rs1 = 2 x 0,05 x 17,75cm/(1+0,75)cm = 1,014
Rs2 = 2 x 0,05 x 17,75cm/(0,75+0,75)cm = 1,183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
11. Fase gerak toluena - etil asetat - asam format (13:6:1)
As = 0,35cm/0,3cm = 1,166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Rs1 = 2 x 0,05 x 17,7cm/(1,05+0,75)cm = 0,983
Rs2 = 2 x 0,06 x 17,7cm/(0,75+0,8)cm = 1,37
12. Fase gerak toluena - etil asetat - asam format (14:5:0,5)
As = 0,7cm/0,3cm = 2,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Rs1 = 2 x 0,04 x 17,2cm/(0,7+0,55)cm = 1,1008
Rs2 = 2 x 0,05 x 17,2cm/(0,55+0,75)cm = 1,323
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
13. Fase gerak toluena - etil asetat - asam format (14:5:1)
As = 0,25cm/0,25cm = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Rs1 = 2 x 0,06 x 17,4cm/(0,85+0,6)cm = 1,44
Rs2 = 2 x 0,06 x 17,4cm/(0,6+0,65)cm = 1,67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran V. DataUji Keterulangan Faktor Retardasi
Replikasi I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Replikasi 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Replikasi 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran VI. Data Verifikasi Sistem KLT pada Metode Ekstraksi yang
dipakai
1. Penimbangan serbuk daun teh dan BHT yang digunakan masing-masing pada
perlakuan.
Serbuk daun teh (g) BHT (mg)
Penyaria
n dengan
Soxhlet
biasa
Penyarian
dengan
Soxhlet
sekaligus
hidrolisis
Refluks
Penyaria
n dengan
Soxhlet
biasa
Penyarian
dengan
Soxhlet
sekaligus
hidrolisis
Refluks
Berat
wadah 63,231 63,235 63,236 205,6 203,2 210,1
Berat
wadah+zat 71,231 71,247 71,237 445,7 444,0 450,2
Berat sisa 63,242 63,259 63,248 205,6 204,2 210,0
Berat zat 7,989 7,988 7,989 240,1 239,8 240,2
2. Densitogram hasil pengembangan sampel yang ditotolakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Penghitungan ulang untuk sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis
jika jika pengaruh baseline dihilangkan :
Rs2 = 1,9624
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran VII . Data Verifikasi Hidrolisis
1. Data penimbangan bahan untuk verifikasi hidrolisis (gram).
Penimbangan
rutin untuk
dihidrolisis
Penimbangan
kuersetin
untuk larutan
baku
Penimbangan
rutin untuk
larutan baku
BHT
Berat kertas 0,2004 0,2230 0,2120 0,2020
Berat kertas+zat 0,2908 0,2330 0,2226 0,4413
Berat sisa 0,2004 0,2230 0,2120 0,2025
Berat zat 0,0904 0,0100 0,0106 0,2388
2. Densitogram hasil pengembangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran VIII. Data Kestabilan Kuersetin
1. Penimbangan kuersetin untuk diuji kestabilannya (gram).
Berat kertas 0,2052 0,2061 0,2041
Berat kertas+zat 0,2554 0,2564 0,2539
Berat sisa 0,2065 0,2063 0,2042
Berat zat 0,0489 0,0501 0,0497
2. Penimbangan kuersetin untuk larutan baku kuersetin (gram).
Berat kertas 0,2227
Berat kertas+zat 0,2529
Berat sisa 0,2279
Berat zat 0,0250
3. Tabel data hasil pembacaan yang dilakukan secara densitometri kuersetin yang
telah direfluks dan larutan baku kuersetin.
Track 1 : larutan baku kuersetin 100 ppm.
Track 2 : larutan baku kuersetin 200 ppm.
Track 3 : larutan baku kuerseitn 300 ppm.
Track 4 : larutan baku kuersetin 400 ppm.
Track 5 : larutan baku kuersetin 500 ppm.
Track 6 : larutan kuersetin yang direfluks replikasi 1.
Track 7 : larutan kuersetin yang direfluks replikasi 2.
Track 8 : larutan kuersetin yang direfluks replikasi 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran IX. Data Optimasi Komposisi pada Proses Refluks
1. Penimbangan serbuk daun teh untuk ekstraksi-refluks komposisi metanol
teknis:air (40:60) (g).
Replikasi 1 2
Berat gelas 62,503 61,619
Berat gelas+zat 70,505 69,624
Berat gelas + sisa 62,51 61,634
Berat zat 7,995 7,99
2. Penimbangan serbuk daun teh untuk ekstraksi-refluks komposisi metanol
teknis:air (50:50) (g).
Replikasi 1 2
Berat gelas 62,509 61,62
Berat gelas+zat 70,510 69,622
Berat gelas + sisa 62,522 61,633
Berat zat 7,988 7,989
3. Penimbangan serbuk daun teh untuk ekstraksi-refluks komposisi metanol
teknis:air (60:40) (g).
Replikasi 1 2
Berat gelas 62,510 62,551
Berat gelas+zat 70,519 70,552
Berat gelas + sisa 62,533 62,570
Berat zat 7,986 7,982
4. Penimbangan serbuk daun teh untuk ekstraksi-refluks komposisi metanol
teknis:air (70:30) (g).
Replikasi 1 2
Berat gelas 62,523 61,623
Berat gelas+zat 70,524 69,626
Berat gelas + sisa 62,537 61,644
Berat zat 7,987 7,982
5. Penimbangan serbuk daun teh untuk ekstraksi-refluks komposisi metanol
teknis:air (80:20) (g).
Replikasi 1 2
Berat gelas 62,534 61,667
Berat gelas+zat 70,534 69,669
Berat gelas + sisa 62,557 61,681
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Berat zat 7,977 7,988
6. Penimbangan serbuk daun teh untuk ekstraksi-refluks komposisi metanol
teknis:air (90:10) (g).
Replikasi 1 2
Berat gelas 62,541 61,633
Berat gelas+zat 70,544 69,638
Berat gelas + sisa 62,562 61,652
Berat zat 7,982 7,986
7. Penimbangan BHT untuk optimasi komposisi metanol pada ekstraksi-refluks
replikasi I (mg) :
Komposisi
metanol:air (v/v) 40:50 50:50 60:40 70:30 80:20 90:10
Berat kertas 207,4 199,8 203,6 206,1 209,3 210,1
Berat kertas +zat 448,1 440,0 443,6 446,1 449,4 450,2
Berat sisa 207,5 200,3 203,6 206,2 209,7 210,0
Berat zat 240,6 239,7 240,0 239,9 239,7 240,2
8. Penimbangan BHT untuk optimasi komposisi metanol pada ekstraksi-refluks
replikasi II (mg) :
Komposisi
metanol:air (v/v) 40:50 50:50 60:40 70:30 80:20 90:10
Berat kertas 204,2 207,4 212,5 230,5 199,7 207,5
Berat kertas +zat 444,2 447,5 452,6 470,5 439,8 447,8
Berat sisa 204,3 207,5 212,9 230,6 199,9 207,5
Berat zat 239,9 240,0 239,7 239,9 239,9 240,3
Data Kromatogram
1. Baku kuersetin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
2. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (40:60) replikasi 1
3. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (40:60) replikasi 1
4. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (50:50) replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
5. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (50:50) replikasi 2
6. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (60:40) replikasi 1
7. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (60:40) replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
8. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (70:30) replikasi 1
9. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (70:30) replikasi 2
10. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (80:20) replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
11. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (80:20) replikasi 2
12. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (90:10) replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
13. Sampel metode refluks dengan metanol teknis:air (90:10) replikasi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Lampiran X. Data Optimasi Komposisi Metanol pada Proses Penyarian
dengan Soxhlet Sekaligus Hidrolisis selama 24 Jam
1. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis dengan komposisi larutan penyari yaitu metanol teknis :
air (70:30) (g).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 62,501 61,619 63,244
Berat gelas+zat 70,516 69,620 71,252
Berat gelas + sisa 62,526 61,629 63,27
Berat zat 7,990 7,991 7,982
2. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis dengan komposisi larutan penyari yaitu metanol teknis :
air (80:20) (g).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 46,743 61,618 63,243
Berat gelas+zat 54,749 69,625 71,273
Berat gelas + sisa 46,759 61,627 63,261
Berat zat 7,990 7,998 8,012
3. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis dengan komposisi larutan penyari yaitu metanol teknis :
air (90:10) (g).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 63,235 62,589 62,590
Berat gelas+zat 71,247 70,600 70,592
Berat gelas + sisa 63,259 62,601 62,598
Berat zat 7,988 7,999 7,994
4. Penimbangan BHT pada larutan penyari replikasi I (mg).
Komposisi
metanol:air (v/v) 70:30 80:20 90:10
Berat kertas 203,8 230,3 203,2
Berat kertas +zat 444,5 443,5 444,0
Berat sisa 203,8 203,3 204,2
Berat zat 240,7 240,2 239,8
5. Penimbangan BHT pada larutan penyari replikasi II (mg).
Komposisi
metanol:air (v/v) 70:30 80:20 90:10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Berat kertas 211,1 210,5 204,8
Berat kertas +zat 452,0 444,2 445,5
Berat sisa 216,8 205,9 207,6
Berat zat 235,2 238,3 237,9
6. Penimbangan BHT pada larutan penyari replikasi III (mg).
Komposisi
metanol:air (v/v) 70:30 80:20 90:10
Berat kertas 199,6 198,3 198,2
Berat kertas +zat 439,8 438,3 439,7
Berat sisa 199,6 198,9 198,2
Berat zat 240,2 239,4 241,5
Data Kromatogram
1. Kuersetin baku
2. Sampel direfluks dengan metanol teknis:air (70:30) selama 12 jam replikasi 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
3. Sampel direfluks dengan metanol teknis:air (70:30) selama 12 jam replikasi 2.
4. Sampel direfluks dengan metanol teknis:air (70:30) selama 12 jam replikasi 3.
5. Sampel direfluks dengan metanol teknis:air (80:20) selama 12 jam replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
6. Sampel direfluks dengan metanol teknis:air (80:20) selama 12 jam replikasi 2.
7. Sampel direfluks dengan metanol teknis:air (80:20) selama 12 jam replikasi 3.
8. Sampel direfluks dengan metanol teknis:air (90:10) selama 12 jam replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
9. Sampel direfluks dengan metanol teknis:air (90:10) selama 12 jam replikasi 2.
10. Sampel direfluks dengan metanol teknis:air (90:10) selama 12 jam replikasi 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Lampiran XI. Data Optimasi Komposisi Metanol dan Pengaruh Sirkulasi
pada Proses Penyarian dengan Soxhlet sekaligus Hidrolisis
1. Data penimbangan serbuk daun teh pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis dengan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 5 kali (g).
Replikasi I Replikasi II
Komposisi metanol
teknis:air (v/v) 70:30 80:20 90:10 70:30 80:20 90:10
Berat Gelas 64,159 62,459 63,233 61,088 58,671 61,633
Berat Gelas+zat 72,162 70,461 71,237 69,089 66,674 69,638
Berat sisa 64,175 62,474 63,246 61,097 58,68 61,642
Berat zat 7,987 7,987 7,991 7,992 7,994 7,996
2. Data penimbangan serbuk daun teh pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis dengan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali (g).
Replikasi I Replikasi II
Komposisi metanol
teknis:air (v/v) 70:30 80:20 90:10 70:30 80:20 90:10
Berat Gelas 61,631 63,232 61,091 61,089 58,678 61,637
Berat Gelas+zat 69,634 71,242 69,096 69,096 66,683 69,637
Berat sisa 61,646 63,244 61,099 61,096 58,692 61,643
Berat zat 7,988 7,998 7,997 8,000 7,991 7,994
3. Data penimbangan serbuk daun teh pada penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis dengan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 15 kali (g).
Replikasi I Replikasi II
Komposisi metanol
teknis:air (v/v) 70:30 80:20 90:10 70:30 80:20 90:10
Berat Gelas 58,688 62,49 63,252 64,166 62,464 63,24
Berat Gelas+zat 66,687 70,501 71,257 72,17 70,468 71,246
Berat sisa 58,696 62,502 63,26 64,179 62,476 63,262
Berat zat 7,991 7,999 7,997 7,991 7,992 7,984
4. Data penimbangan BHT pada larutan penyari penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis pada replikasi I (mg).
Sirkulasi 5 10 15
Komposisi
metanol:air (v/v) 70:30 80:20 90:10 70:30 80:20 90:10 70:30 80:20 90:10
Berat kertas 200,0 210,6 207,7 215,2 211,3 212,1 214,2 205,6 213,2
Berat kertas +zat 441,6 449,2 449,2 467,4 451,9 452,5 455,5 446,2 454,4
Berat sisa 200,0 210,6 207,7 215,2 211,3 212,1 214,2 205,6 213,2
Berat zat 241,6 238,6 241,5 252,2 240,6 240,4 241,3 240,6 241,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
5. Data penimbangan BHT pada larutan penyari penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis pada replikasi II (mg).
Sirkulasi 5 10 15
Komposisi
metanol:air (v/v) 70:30 80:20 90:10 70:30 80:20 90:10 70:30 80:20 90:10
Berat kertas 209,0 208,4 208,7 211,1 209,5 206,3 210,5 213,1 206,0
Berat kertas +zat 440,3 448,8 454,3 453,2 444,7 449,4 450,6 452,8 448,4
Berat sisa 209,0 208,4 208,7 211,1 209,5 206,3 210,5 213,1 206,0
Berat zat 231,3 240,4 245,6 242,1 235,2 243,1 240,1 239,7 242,4
Data Kromatogram
1. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (70:30) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 5 kali
replikasi 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
2. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (80:20) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 5 kali
replikasi 1.
3. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (90:10) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 5 kali
replikasi 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
4. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (70:30) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 1.
5. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (80:20) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
6. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (90:10) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 1.
7. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (70:30) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
8. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (80:20) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 1
9.
10. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (90:10) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
11. Kuersetin baku.
12. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (70:30) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 5 kali
replikasi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
13. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (80:20) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 5 kali
replikasi 2.
14. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (90:10) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 5 kali
replikasi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
15. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (70:30) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 2.
16. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (80:20) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
17. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (90:10) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 2.
18. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (70:30) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
19. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (80:20) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 2.
20. Sampel dengan penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan pelarut
metanol teknis:air (90:10) dan jumlah ekuilibrium yang dilakukan 10 kali
replikasi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Lampiran XII. Data Optimasi Suhu pada Sokheltasi Biasa dan Optimasi
Metode
1. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet biasa
dengan suhu 70OC (gram).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 63,236 62,691 62,593
Berat gelas+zat 71,237 70,693 70,593
Berat gelas + sisa 63,239 62,701 62,598
Berat zat 7,998 7,992 7,995
2. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet biasa
dengan suhu 90OC (gram).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 63,231 63,488 63,591
Berat gelas+zat 71,231 71,490 71,592
Berat gelas + sisa 63,242 63,496 63,600
Berat zat 7,989 7,994 7,992
3. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis (gram).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 63,235 62,589 62,590
Berat gelas+zat 71,247 70,600 70,592
Berat gelas + sisa 63,259 62,601 62,598
Berat zat 7,988 7,999 7,994
4. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses refluks (gram).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 63,236 62,590 62,591
Berat gelas+zat 71,237 70,590 70,591
Berat gelas + sisa 63,248 62,598 62,602
Berat zat 7,989 7,992 7,989
5. Penimbangan BHT untuk proses penyarian dengan Soxhlet biasa dengan suhu
70OC (mg).
Replikasi 1 2 3
Berat kertas 203,5 207,3 205
Berat kertas +zat 443,6 447,8 445,4
Berat sisa 203,6 207,4 205,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Berat zat 240 240,4 239,6
6. Penimbangan BHT untuk proses penyarian dengan Soxhlet biasa dengan suhu
90OC (mg).
Replikasi 1 2 3
Berat kertas 205,6 206,3 204,5
Berat kertas +zat 445,7 446,4 444,7
Berat sisa 205,6 206,3 204,6
Berat zat 240,1 240,1 240,1
7. Penimbangan BHT untuk proses penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis (mg).
Replikasi 1 2 3
Berat kertas 203,2 204,8 198,2
Berat kertas +zat 444,0 445,5 439,7
Berat sisa 204,2 207,6 198,2
Berat zat 239,8 237,9 241,5
8. Penimbangan BHT untuk proses refluks (mg).
Replikasi 1 2 3
Berat kertas 210,1 207,5 205,0
Berat kertas +zat 450,2 447,8 445,2
Berat sisa 210,0 207,5 205,1
Berat zat 240,2 240,3 240,1
Data Kromatogram
1. Kuersetin baku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
2. Sampel penyarian dengan Soxhlet biasa dengan suhu 70O
replikasi 1.
3. Sampel penyarian dengan Soxhlet biasa dengan suhu 70
O replikasi 2.
4. Sampel penyarian dengan Soxhlet biasa dengan suhu 70
O replikasi 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
5. Sampel penyarian dengan Soxhlet biasa dengan suhu 90O
replikasi 1.
6. Sampel penyarian dengan Soxhlet biasa dengan suhu 90
O replikasi 2.
7. Sampel penyarian dengan Soxhlet biasa dengan suhu 90
O replikasi 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
8. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis replikasi 1.
9. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis replikasi 2.
10. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis replikasi 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
11. Sampel refluks replikasi 1.
12. Sampel refluks replikasi 2.
13. Sampel refluks replikasi 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Lampiran XIII. Data Efisiensi Metode
1. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis dengan 23 ekuilibrium (gram).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 63,235 62,589 62,590
Berat gelas+zat 71,247 70,600 70,592
Berat gelas + sisa 63,259 62,601 62,598
Berat zat 7,988 7,999 7,994
2. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis dengan 20 ekuilibrium (gram).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 61,614 62,494 65,243
Berat gelas+zat 69,617 70,496 73,245
Berat gelas + sisa 61,638 62,512 65,256
Berat zat 7,979 7,984 7,989
3. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis dengan 18 ekuilibrium (gram).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 62,787 63,121 63,224
Berat gelas+zat 70,788 71,133 71,229
Berat gelas + sisa 62,805 63,130 63,236
Berat zat 7,983 8,003 7,993
4. Penimbangan serbuk daun teh untuk proses penyarian dengan Soxhlet
sekaligus hidrolisis dengan 16 ekuilibrium (gram).
Replikasi 1 2 3
Berat gelas 63,838 62,878 62,655
Berat gelas+zat 71,84 70,878 70,657
Berat gelas + sisa 63,862 62,875 62,663
Berat zat 7,978 8,003 7,994
5. Penimbangan BHT untuk proses penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis dengan 23 ekuilibrium (mg).
Replikasi 1 2 3
Berat kertas 198,8 203,6 206,4
Berat kertas +zat 240,0 443,6 445,6
Berat sisa 198,9 203,7 206,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Berat zat 41,1 239,9 238,9
6. Penimbangan BHT untuk proses penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis dengan 20 ekuilibrium (mg).
Replikasi 1 2 3
Berat kertas 199,4 198,4 205,3
Berat kertas +zat 439,0 439,5 445,3
Berat sisa 200,0 198,5 205,4
Berat zat 239,0 241,0 239,9
7. Penimbangan BHT untuk proses penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis dengan 18 ekuilibrium (mg).
Replikasi 1 2 3
Berat kertas 205,3 207,6 197,4
Berat kertas +zat 445,3 447,6 437,5
Berat sisa 205,6 207,7 197,4
Berat zat 239,7 239,9 240,1
8. Penimbangan BHT untuk proses penyarian dengan Soxhlet sekaligus
hidrolisis dengan 16 ekuilibrium (mg).
Replikasi 1 2 3
Berat kertas 208,5 203,3 201,0
Berat kertas +zat 448,4 443,3 441,0
Berat sisa 208,7 203,3 201,4
Berat zat 239,7 240,0 239,6
Data Kromatogram
1. Kuersetin baku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
2. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 23 ekuilibrium
replikasi 1.
3. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 23 ekuilibrium
replikasi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
4. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 23 ekuilibrium
replikasi 3.
5. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 20 ekuilibrium
replikasi 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
6. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 20 ekuilibrium
replikasi 2.
7. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 20 ekuilibrium
replikasi 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
8. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 18 ekuilibrium
replikasi 1.
9. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 18 ekuilibrium
replikasi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
10. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 18 ekuilibrium
replikasi 3.
11. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 16 ekuilibrium
replikasi 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
12. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 16 ekuilibrium
replikasi 2.
13. Sampel penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis dengan 16 ekuilibrium
replikasi 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Lampiran XIV. Data pemodelan recovery
1. Penimbangan kuersetin untuk larutan baku (gram).
Berat kertas 0,2227
Berat kertas + zat 0,2479
Berat sisa 0,2230
Berat zat 0,0249
2. Penimbangan kuersetin yang ditambahkan ke dalam matriks (gram).
Adisi 20 Adisi 30 Adisi 40 Adisi 50
Berat kertas 0,1987 0,2119 0,2113 0,1997
Berat kertas + zat 0,2187 0,2420 0,2513 0,2497
Berat sisa 0,1989 0,2121 0,2114 0,2003
Berat zat 0,0198 0,0299 0,0399 0,0494
3. Penimbangan serbuk daun “bekas” sebagai matriks pada penentuan recovery
(gram).
Blangko Adisi 20 mg Adisi 30 mg Adisi 40 mg Adisi 50 mg
Berat gelas 62,754 63,226 63,125 63,755 62,733
Berat gelas + zat 70,772 71,236 71,125 71,756 70,735
Berat sisa 62,783 63,253 63,15 63,767 62,762
Berat zat 7,989 7,983 7,975 7,989 7,973
4. Penimbangan BHT yang ditambahkan (mg).
Blangko Adisi 20 mg Adisi 30 mg Adisi 40 mg Adisi 50 mg
Berat kertas 207,4 202,8 202,4 205,0 210,6
Berat kertas +zat 448,4 442,8 442,2 447,1 451,7
Berat sisa 207,4 203,0 202,4 205,0 210,6
Berat zat 241,0 239,8 239,8 242,1 241,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Data Kromatogram
1. Baku kuersetin 500 ppm.
2. Baku kuersetin 400 ppm.
3. Baku kuersetin 300 ppm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
4. Baku kuersetin 200 ppm.
5. Koreksi adisi.
6. Sampel adisi 20 mg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
7. Sampel adisi 30 mg.
8. Sampel adisi 40 mg.
9. Sampel adisi 50 mg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian
1. Foto ekstraksi penyarian dengan Soxhlet sekaligus hidrolisis.
2. Foto contoh hasil pengembangan sampel pada sistem KLT yang dipergunakan
di bawah sinar UV 254. Keterangan : bercak tengah merupakan bercak larutan
kuersetin baku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Optimasi Proses Ekstraksi
Kuersetin Total pada Teh Hijau dengan Metode KLT-
Densitometri” memiliki nama lengkap Paulus Setya
Dharma. Penulis lahir di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta pada hari Selasa Kliwon tanggal 6 Februari
1990 sebagai anak kedua dari pasangan Maternus Samino
dan Rosalia Lamiyem. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah
TK Kanisius Kalasan (1995-1996), SD Kanisius Kalasan (1996-2002), SMP N 8
Yogyakarta (2002-2005), SMA Kolese De Britto (2005-2008), kemudian tahun
2008 penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi
antara lain panitia Pharmacy Performance & Event Cup 2008 (Sie. Keamanan),
Tiga Hari Temu Akrab Farmasi 2009 (Humas), Pharmacy Performance & Event
Cup 2010 (Ketua Eksternal), panitia Pelantikan Apoteker Angkatan XXI. Penulis
juga mengikuti kegiatan jurnalistik yaitu sebagai Advertising dalam Redaksi
Buletin Pharmaholic. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen dalam praktikum
Farmasi Fisika dan Toksikologi Dasar pada tahun 2011-2012. Penulis
mendapatkan penghargaan dalam bidang akademik ilmiah dalam rangka peserta
PKM pada tahun 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related