plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain...
Post on 23-Mar-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN
HIDROKLORIDA DALAM OBAT TETES TELINGA COLME®
DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Prasilya
NIM : 088114032
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN
HIDROKLORIDA DALAM OBAT TETES TELINGA COLME®
DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI
Skripsi yang diajukan oleh:
Prasilya
NIM : 088114032
telah disetujui oleh:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Papa, Mama, kakak, dan adik-adik ku tersayang,
Sahabat-sahabat dan almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini,
maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Yogyakarta, 5 September 2011
Penulis
Prasilya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma:
Nama : Prasilya
Nomor mahasiswa : 088114032
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN
HIDROKLORIDA DALAM OBAT TETES TELINGA COLME®
DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI”
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikiann pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 5 September 2011
Yang menyatakan
(Prasilya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Penetapan
Kadar Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida Dalam Obat Tetes Telinga Colme®
Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis Densitometri”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi, penulis
mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma
2. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis,
memberi masukan, semangat, dan motivasi selama perkuliahan, penelitian
maupun penyusunan skripsi.
3. Christine Patramurti, M.Si.,Apt. yang ikut mengarahkan penulis, memberi
masukan, dan memberi dukungan selama penyusunan skripsi.
4. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati M.Si. selaku dosen penguji yang memberikan
arahan, masukan dan saran untuk skripsi ini.
5. dr. Fenty M. Kes., SpPK selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
mendukung dan memberikan saran selama penulis menyelesaikan masa studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Siswanto Tanuadmojo dan PT. Interbat yang telah memberikan baku dan sampel
untuk penelitian ini.
7. Rini Dwiastuti, M.Sc.,Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
9. Seluruh staf laboratorium di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta terutama Mas Otok, Mas Bimo, Pak Farlan dan Mas Kunto yang telah
membantu dan mendukung berlangsungnya skripsi ini.
10. Aphing, Edi, Ayus, Devi, Awang, dan Dea yang selalu memberikan kasih sayang,
semangat, dan doa.
11. Felicia dan Sasa selaku rekan kerja penulis yang selalu member dukungan dan
semangat selama penelitian dan penyusunan skripsi, melewati suka dan duka
bersama.
12. Wiwi, Tere, Sari, Susi, Susan, Nona, Novi, Citra, Cure, Amel, Ayesa, Dina
sebagai teman seperjuangan di Laboratorium Kimia Analisis Instrumental atas
semangat dan kebersamaannya.
13. Bravo, Rika, Elia, Lala, Siska, Yessi, Metri, atas dukungan, semangat dan doa
yang diberikan.
14. Teman-teman FST 2008 atas kebersamaan yang dilewati selama ini, dukungan,
semangat, kerja sama, canda tawa serta suka duka bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
15. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan,
kritik, dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .......................................... vi
PRAKATA ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
INTISARI .......................................................................................................... xix
ABSTRACT ......................................................................................................... xx
BAB I PENGANTAR .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1. Permasalahan............................................................................................ 3
2. Keaslian penelitian ................................................................................... 4
3. Manfaat penelitian .................................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
A. Kloramfenikol ................................................................................................ 6
B. Lidokain Hidroklorida .................................................................................... 7
C. Obat Tetes Telinga ......................................................................................... 8
D. Larutan ........................................................................................................... 9
E. Kromatografi Lapis Tipis ............................................................................. 10
1. Definisi dan instrumentasi ..................................................................... 10
2. Pemisahan dan resolusi .......................................................................... 13
3. Sistem KLT ............................................................................................ 15
4. Analisis kualitatif dan kuantitatif ........................................................... 18
F. Densitometri ................................................................................................. 19
G. Landasan Teori ............................................................................................. 20
H. Hipotesis ....................................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................... 23
B. Variabel Penelitian ....................................................................................... 23
1. Variabel bebas ........................................................................................ 23
2. Variabel tergantung ................................................................................ 23
3. Variabel pengacau terkendali ................................................................. 23
C. Definisi Operasional..................................................................................... 24
D. Bahan Penelitian........................................................................................... 24
E. Alat Penelitian .............................................................................................. 25
F. Tata Cara Penelitian ..................................................................................... 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Pemilihan dan pengambilan sampel ....................................................... 25
2. Pembuatan fase gerak ............................................................................. 25
3. Penetapan panjang gelombang pengamatan........................................... 26
4. Pembuatan larutan baku klormfenikol ................................................... 26
5. Pembuatan larutan baku lidokain HCl ................................................... 27
6. Pembuatan kurva baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida .......... 27
7. Preparasi sampel..................................................................................... 28
8. Penetapan kadar ..................................................................................... 28
G. Analisis Hasil ............................................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 30
A. Pemilihan Sampel ........................................................................................ 30
B. Fase Gerak .................................................................................................... 32
C. Larutan Baku ................................................................................................ 33
D. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan ............................................... 34
E. Analisis Kualitatif ........................................................................................ 37
F. Kurva Baku Kloramfenikol dan Lidokain HCl ............................................ 43
G. Penetapan Kadar Kloramfenikol dan Lidokain HCl Dalam Sampel ........... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 49
A. Kesimpulan .................................................................................................. 49
B. Saran ............................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50
LAMPIRAN ....................................................................................................... 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Persyaratan uji keseragaman volume ............................................... 10
Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut ............................................................ 17
Tabel III. Keseragaman volume sampel Colme® ............................................. 31
Tabel IV. Data nilai Rf baku kloramfenikol, baku lidokain HCl, dan sampel .. 42
Tabel V. Data persamaan kurva baku kloramfenikol ...................................... 44
Tabel VI. Data persamaan kurva baku lidokain HCl ........................................ 44
Tabel VII. Hasil penetapan kadar campuran kloramfenikol dan lidokain HCl
dalam sampel Colme®
...................................................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur kimia kloramfenikol ........................................................ 6
Gambar 2. Struktur kimia lidokain HCl .......................................................... 7
Gambar 3. Obat tetes telinga Colme®
............................................................. 9
Gambar 4. Ilustrasi perhitungan nilai Rf ........................................................ 14
Gambar 5. Ilustrasi resolusi pada KLT .......................................................... 15
Gambar 6. Struktur silika gel ........................................................................ 16
Gambar 7. Scanner KLT ................................................................................ 19
Gambar 8. Gugus kromofor dan gugus auksokrom kloramfenikol ............... 34
Gambar 9. Gugus kromofor dan gugus auksokrom lidokain HCl ................. 35
Gambar 10. Spektra kloramfenikol 300 ng dan lidokain HCl 3000 ng ........... 35
Gambar 11. Spektra kloramfenikol 600 ng dan lidokain HCl 6000 ng ........... 36
Gambar 12. Spektra kloramfenikol 900 ng dan lidokain HCl 9000 ng ........... 36
Gambar 13. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam ................................... 38
Gambar 14. Interaksi lidokain dengan fase diam ............................................. 39
Gambar 15. Interaksi kloramfenikol dengan fase gerak
heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20) ........................ 40
Gambar 16. Interaksi lidokain dengan fase gerak
heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20) ........................ 40
Gambar 17. Kromatogram pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl ......... 41
Gambar 18. Kurva baku kloramfenikol ......................................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 19. Kurva baku lidokain HCl ............................................................. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sertifikat analisis kloramfenikol ............................................... 54
Lampiran 2. Sertifikat analisis lidokain HCl ................................................. 55
Lampiran 3. Sistem KLT densitometri yang digunakan ................................ 56
Lampiran 4. Data penimbangan baku kloramfenikol dan lidokain HCl ........ 57
Lampiran 5. Spektra panjang gelombang pengamatan .................................. 58
Lampiran 6. Kromatogram blanko plat kosong dan fase gerak ..................... 59
Lampiran 7. Kromatogram baku kloramfenikol replikasi 2 .......................... 60
Lampiran 8. Kromatogram baku lidokain HCl replikasi 2 ............................ 62
Lampiran 9. Contoh perhitungan jumlah analit teoritis ................................. 64
Lampiran 10. Data persamaan kurva baku kloramfenikol dan lidokain HCl .. 65
Lampiran 11. Data pengukuran berat jenis sampel ......................................... 66
Lampiran 12. Data hasil uji keseragaman volume........................................... 67
Lampiran 13. Kromatogram campuran kloramfenikol dan lidokain HCl
dalam sampel Colme®
............................................................... 68
Lampiran 14. Data kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel
Colme® ...................................................................................... 75
Lampiran 15. Contoh perhitungan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl
dalam sampel Colme®
............................................................... 76
Lampiran 16. Perhitungan KV kloramfenikol dan lidokain HCl dalam
sampel Colme®
.......................................................................... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Lampiran 17. Perhitungan rentang kloramfenikol dan lidokain HCl .............. 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INTISARI
Otitis Media Supratif Kronik merupakan salah satu penyakit yang memiliki
prevalensi cukup tinggi di Indonesia. Colme®
merupakan salah satu obat tetes telinga
yang dapat digunakan untuk mengobati Otitis Media Supratif Kronik. Colme®
mengandung kloramfenikol dan lidokain HCl. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kesesuaian kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dengan yang tertera
pada etiket obat tetes telinga Colme® dalam rangka penjaminan mutu suatu produk
obat.
Penelitian ini bersifat non-eksperimental diskriptif karena tidak dilakukan
manipulasi dan perlakuan terhadap subjek uji. Penetapan kadar kloramfenikol dan
lidokain HCl dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri. Fase
gerak yang digunakan adalah heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20) dan
fase diam yang digunakan adalah lempeng silika gel 60 F254. Kelebihan metode
kromatografi lapis tipis-densitometri adalah dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif campuran dalam waktu yang besamaan.
Kadar kloramfenikol adalah 9,94-10,79% (b/v) dan kadar lidokain HCl adalah
3,68-3,84% (b/v). Kadar kloramfenikol sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket,
dan kadar lidokain HCl tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket.
Kata kunci: kloramfenikol, lidokain HCl, obat tetes telinga, KLT, densitometri,
penetapan kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
Chronic otitis media suprative is one of the disease that has highly prevalence
in Indonesia. Colme® is one of the ear drops that can be used to treat chronic otitis
media suprative. Colme® contained chloramphenicol and lidocaine HCl. The purpose
of this study was to determine the suitability levels of chloramphenicol and lidocaine
HCl obtained as stated on the label Colme®
ear drops in order to guarantee the quality
of a medicinal product.
This study is non experimental descriptive because it does not have any
manipulation and treatment of the test subjects. Assay of chloramphenicol and
lidocaine HCl performed by thin layer chromatography densitometry method. The
mobile phase used is hexan:toluene:diethylamine:methanol (15:79:6:20) and
stationary phase used is silica gel 60 F254. Advantage method thin-layer
chromatography densitometry is can be used as qualitative and quantitative analysis
of the mixture in concequtive time. Level of chloramphenicol is 9.94 to 10.79% (w/v) and the level of lidocaine
HCl is 3.68 to 3.84% (w/v). Level of chloramphenicol is suitable with level indicated
on the label, and the level of lidocaine HCl is not suitable with level indicated on the
label.
Key words: chloramphenicol, lidocaine HCl, ear drops, TLC, densitometry, the assay
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi Otitis Media Supratif Kronik (OMSK) memiliki prevalensi
yang cukup tinggi di Indonesia yaitu mencapai 3% (Anonimc, 2010). Colme
®
merupakan salah satu obat tetes telinga yang dapat digunakan untuk mengobati Otitis
Media Supratif Kronik. Colme®
mengandung kloramfenikol 10% dan lidokain HCl
4% dengan cairan pembawa propilenglikol. Menurut Farmakope Indonesia IV (1995),
obat tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam
telinga. Kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan menggunakan pembawa bukan air.
Dalam rangka penjaminan mutu dan kualitas suatu produk obat maka perlu
dilakukan penetapan kadar zat aktif dalam suatu produk obat. Pada penelitian ini akan
dilakukan penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl untuk membuktikan
kesesuaian kadar dengan yang tertera pada etiket obat tetes telinga Colme®.
Penjaminan mutu dan kualitas suatu obat berkaitan dengan keamanan obat tersebut
saat digunakan konsumen. Kloramfenikol dalam tetes telinga mengandung tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang
tertera pada etiket. Larutan oral-topikal lidokain hidroklorida mengandung lidokain
hidroklorida, C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kloramfenikol sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
propilenglikol, aseton, dan etil asetat (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, 1995). Kloramfenikol berbentuk jarum, serbuk kristal, atau memanjang,
berwarna putih, abu-abu atau kekuningan. Titik leleh kloramfenikol adalah 150,5°C-
151,5°C, dan bobot molekul 323,13g/mol. Kloramfenikol memiliki koefisien partisi
12; pH 4-7,5. Dalam air, kloramfenikol memiliki panjang gelombang maksimum
pada 278 nm ( =298) (Clarke,1986).
Lidokain HCl sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam
kloroform dan tidak larut dalam eter. Lidokain HCl berbentuk serbuk kristal, tidak
berbau, dan rasa sedikit pahit (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, 1995). Bobot molekul lidokain adalah 234,34g/mol dengan titik leleh 66°C
-69°C. Dalam larutan asam, lidokain HCl memiliki serapan maksimum 263 nm (
= 19) (Clarke,1986).
Penelitian ini merupakan suatu rangkaian penelitian yang diawali dengan
tahap optimasi yang telah dilakukan oleh Felicia dan validasi metode yang telah
dilakukan oleh Regina. Pada penelitian ini, peneliti mengambil bagian penetapan
kadar. Fase gerak yang diperoleh dari hasil optimasi adalah
heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20) dengan fase diam silika gel 60 F254.
Hasil validasi menunjukkan bahwa validitas yang baik untuk kloramfenikol dan
lidokain HCl adalah pada seri tengah yaitu 600 ng untuk kloramfenikol dan 6000 ng
untuk lidokain HCl.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dilakukan dengan metode
kromatografi lapis tipis densitometri. Metode KLT densitometri dipilih karena
dengan metode ini dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif untuk campuran
obat. KLT biasanya merupakan metode pilihan pertama dalam memisahkan suatu
campuran. Hal ini disebabkan karena KLT merupakan metode yang sederhana dan
cepat (Dean,1995). Kloramfenikol dan lidokain HCl dapat dipisahkan dengan KLT
karena kedua senyawa tersebut memiliki sifat kepolaran yang berbeda. Dari hasil
pemisahan dengan KLT dapat dilanjutkan analisis kuantitatif dengan densitometri
karena kloramfenikol dan lidokain HCl memiliki gugus kromofor dan gugus
auksokrom. Densitometri merupakan suatu analisis kuantitatif yang berdasarkan pada
interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak KLT.
Densitometri lebih banyak digunakan untuk megukur analit dengan kadar kecil yang
mana perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan kromatografi lapis tipis
(Rohman, 2009).
1. Permasalahan
a. Berapakah kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam obat tetes telinga
Colme®
yang ditetapkan dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri?
b. Apakah kadar kloramfenikol dan lidokain HCl yang ditetapkan dengan metode
kromatografi lapis tipis densitometri sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket
obat tetes telinga Colme®
?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Keaslian penelitian
Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl secara tunggal
menggunakan metode kromatografi lapis tipis sudah pernah dilakukan. Penelitian
mengenai penetapan kadar lidokain HCl dilakukan oleh Kiszka dan Madro (2011).
Fase gerak optimum yang digunakan adalah heksana:toluena:dietilamin (60:20:5),
dengan nilai Rf 0,48. Penelitian mengenai penetapan kadar kloramfenikol juga sudah
pernah dilakukan oleh Vovk dan Simonovska (2005). Fase gerak yang digunakan
pada penelitian tersebut adalah heksana:etil asetat (35:65), dan fase diam yang
digunakan adalah silika gel F254 dengan reflektansi absorbansi pada panjang
gelombang 280 nm. Pada penelitian ini akan dilakukan penetapan kadar campuran
kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel obat tetes telinga Colme® dengan
metode kromatografi lapis tipis densitometri dimana penelitian ini belum pernah
dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat metodologis. Dapat memberikan sumbangan ilmiah mengenai
metode kromatografi lapis tipis densitometri yang digunakan untuk pemisahan dan
penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl.
b. Manfaat praktis. Dapat memberikan informasi mengenai kadar
kloramfenikol dan lidokain HCl pada obat tetes telinga Colme®
yang ditetapkan
dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam obat tetes telinga
Colme® dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri.
2. Mengetahui kesesuaian kadar kloramfenikol dan lidokain HCl yang ditetapkan
dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri dengan kadar yang tertera
pada etiket obat tetes telinga Colme®.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kloramfenikol
Kloramfenikol dalam tetes telinga mengandung tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kloramfenikol berbentuk serbuk hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang, berwarna putih hingga putih kelabu, atau putih kekuningan.
Kloramfenikol stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam (Direktorat Jendral
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Kloramfenikol memiliki berat
molekul 323,1g/mol; memiliki titik lebur 150°C-153°C; kelarutan dalam air 1:400;
kelarutan dalam etanol 1:2,5; agak larut dalam eter; dan kloroform (Clarke, 1969).
Kloramfenikol memiliki koefisien partisi 12; pH 4-7,5. Kloramfenikol memiliki
panjang gelombang maksimum pada 278 nm ( =298) dalam pelarut air (Clarke,
1986).
[ Gambar 1. Struktur kimia kloramfenikol (Anonim
a, 2010)
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang semula berasal dari sejenis
Streptomyces, namun kemudian dibuat secara sintesis. Kloramfenikol dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
berkhasiat sebagai bakteriostatis dan bakterisid. Mekanisme kerjanya dengan
menghambat sintesis protein pada bakteri (Tjaya dan Rahardja, 2010).
Secara luas kloramfenikol di distribusikan ke jaringan tubuh dan
diekskresikan melalui empedu dan urin. Proporsi terbesar disekresikan melalui urin
selama 6 jam pertama setelah setelah dicerna, kurang lebih 10% disekresikan dalam
bentuk utuh dan 80% sebagai konjugat metabolit tidak aktif (Clarke, 1969).
B. Lidokain Hidroklorida
Larutan oral-topikal lidokain hidroklorida mengandung lidokain hidroklorida,
C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket. Lidokain HCl berbentuk serbuk hablur putih, tidak berbau,
dan rasa sedikit pahit (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
1995). Lidokain HCl memiliki titik leleh 76°C-79°C; kelarutan dalam air 1:0,7;
dalam etanol 1:1,5; dan dalam kloroform 1:40; tidak larut dalam eter; memiliki berat
molekul 288,8g/mol. Lidokain HCl memiliki serapan maksimum 263 nm ( = 19)
dalam larutan asam (Clarke, 1986).
Gambar 2. Struktur kimia lidokain HCl (Anonima, 2011)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Lidokain (otopain) adalah zat pemati rasa lokal yang pada kulit dan selaput
lendir mampu menghalangi rasa nyeri, perasaan terbakar, dan gatal. Terdapat dalam
tetes telinga 0,5%, tetapi tidak digunakan pada perforasi selaput gendang dan pada
radang telinga atau congek. Berhubung tidak mengakibatkan hipersensitasi, lidokain
banyak digunakan dalam banyak sediaan topikal (Tjayb dan Rahardja, 2010).
C. Obat Tetes Telinga
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), obat tetes telinga adalah obat tetes
yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam telinga. Guttae, obat tetes telinga
adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat
dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang
menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang
disebutkan dalam Farmakope Indonesia (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat
dan Makanan, 1979). Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan
cairan pembawa bukan air. Obat tetes telinga biasanya mengandung antibiotik seperti
kloramfenikol, gentamisin, atau ofloxacin dengan tambahan zat pemati rasa lokal
seperti lidokain dan benzokain (Anonimb, 2011).
Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok
agar obat mudah menempel pada dinding telinga, umumnya digunakan gliserol dan
propilenglikol. Dapat juga digunakan etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak
nabati. Keasaman-kebasaan kecuali dinyatakan lain, pH 5,0 sampai 6,0. Penyimpanan
kecuali dinyatakan lain, dalam wadah tertutup rapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tetesan (guttae) adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat atau
sediaan obat atau bahan obat dan sediaan obat terlarut, teremulsi, atau tersuspensi,
ditakar berdasar jumlah tetesan, digunakan untuk diminum dan diisikan ke dalam
wadah bertakaran ganda. Untuk tetesan tertentu yang digunakan di telinga,
dinamakan tetes telinga (otoguttae) (Voigt, 1994).
Gambar 3. Obat tetes telinga Colme (Anonimb, 2010)
Colme®
merupakan salah satu obat tetes telinga yang mengandung
kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4% dengan propilenglikol sebagai pembawa.
Colme tetes telinga memiliki indikasi pengobatan infeksi superficial pada telinga luar
oleh bakteri Gram-negatif dan bakteri Gram-positif yang peka terhadap
kloramfenikol. Colme® disimpan dalam kondisi tertutup, di bawah 25
oC, jangan
disimpan dalam lemari pembeku, terlindung dari cahaya matahari, hindari terjadinya
kontaminasi, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak (Anonimb, 2010).
D. Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya
memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau dicampur.
Farmakope menyatakan sediaan yang mungkin ada dalam bentuk larutan
antara lain obat tetes, sediaan injeksi dan infus, minyak-minyak obat, tetes mata,
pembilas mata, spiritus obat, ekstrak, tingtur, sirup, dan dispersi udara (Voigt, 1994).
Keseragaman volume, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume
yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam tabel di bawah ini:
Tabel I. Persyaratan uji keseragaman volume (Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan RI, 1979)
Volume tertera dalam penandaan Kelebihan volume yang dianjurkan
Untuk cairan encer Untuk cairan kental
0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml
1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml
2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml
5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml
10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml
20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml
30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml
50,0 ml atau lebih 2% 3%
E. Kromatografi Lapis Tipis
1. Definisi dan instrumentasi
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu
proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih,
salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan,
tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-
masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Direktorat
Jendral Badan Pengawasn Obat dan Makanan, 1995).
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada
pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi
dibedakan menjadi kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi
pasangan ion, kromatografi penukar ion, kromatografi eksklusi ukuran, dan
kromatografi afinitas (Gandjar dan Rohman, 2007).
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi diantara
dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase
gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya,
yang terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melalui media
pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase
diam dapat berfungsi sebagai penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang
diaktifkan, silika gel, resin penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut,
sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak ((Direktorat Jendral Badan
Pengawasn Obat dan Makanan, 1995).
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah
dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan.
Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat
dilaksanakan secara cepat (Rohman, 2009). Kromatografi lapis tipis (KLT)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
merupakan kromatografi planar yang digunakan secara luas untuk analisis kualitatif
dan dapat juga digunakan untuk analisis kuatitatif (Christian, 2004). KLT biasanya
merupakan metode pilihan pertama dalam memisahkan suatu campuran. Pada
kromatografi lapis tipis, fase diam berada pada pelat gelas, plastik atau logam dan
sampel akan ditotolkan di atas pelat fase diam. Sampel melewati pelat fase diam
bersama dengan fase gerak dengan daya kapilaritas. Volume sampel yang dapat
digunakan pada kromatografi lapis tipis adalah 1 sampai 5 µL (Dean, 1995).
Fase diam, fase gerak dan material lain yang dibutuhkan dalam persiapan
lapis tipis harus memenuhi persyaratan spesifik yang ditentukan mengenai
kemurnian, ukuran partikel dan sifat-sifat yang menentukan untuk adsorpsi, distribusi
cair-cair, dan proses lainnya. Keuntungan besar dari KLT adalah kecepatan analisis
sampel karena jarak elusi yang pendek (sekitar 10 sampai 15 cm) dan waktu elusi
yang singkat (Dean, 1995).
Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase
gerak sedikit mungkin (akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai
ketinggian lempeng yang telah ditentukan). Untuk melakukan penjenuhan fase gerak,
biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring. Jika fase gerak telah mencapai ujung
atas kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh. Selama proses
elusi, bejana kromatografi harus ditutup rapat, misalkan dengan lembar alumunium
dan sebagainya (Gandjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2. Pemisahan dan resolusi
Koefisien Rf merupakan kuantitas dasar yang digunakan untuk menunjukkan
posisi dari solut pada pengembangan kromatogram. Retardation factor (Rf)
merupakan perbandingan antara jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang
ditempuh fase gerak (Dean, 1995). Pemisahan kromatografi planar (kromatografi
lapis tipis dan kromatografi kertas) pada umumnya dihentikan sebelum semua fase
gerak melewati seluruh permukaan fase diam (Rohman, 2009).
Rf =
(1)
(Dean, 1995).
Nilai Rf antara 0 (solut berada pada batas awal pengembangan) dan 0,999
(solut bermigrasi ke atas bersama dengan fase gerak). Perhitungan nilai Rf dapat
dilakukan dengan simbol yang ditunjukkan pada gambar 4.
Rf =
(2)
dengan : z = jarak yang ditempuh analit
l = jarak yang ditempuh fase gerak (Kowalska, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 4. Ilustrasi perhitungan nilai Rf (Kowalska, 1996)
Tujuan utama dari kromatografi adalah dapat memisahkan campuran solut.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa dua spot akan saling
berdampingan dan bertumpang tindih baik pada derajat kecil maupun derajat besar.
Maka dari itu diperlukan suatu pengukuran pada pemisahan tersebut. Pemisahan
pengukuran tersebut dapat dihitung sebagai Rs, disebut resolusi. Pemisahan
didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling
berdekatan (Δz = z2-z1) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (w1+w2)/2 sebagaimana
diilustrasikan pada gambar berikut:
Rs =
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 5. Ilustrasi resolusi pada KLT: (a) kromatogram; (b) profil kromatografi masing-
masing bercak (Kowalska, 1996)
Jika R=1 maka pemisahan yang terjadi adalah 98%. Untuk pemisahan yang baik, nilai
R≥1,5 hal ini berarti pemisahan ≥99,7% (Sastrohamidjojo, 2002).
3. Sistem KLT
a. Fase diam. Fase diam yang paling umum digunakan adalah silika gel,
alumina, dan serbuk selulosa, tetapi material lain seperti Sephadex dan resin penukar
ion telah digunakan untuk tujuan khusus. Silika gel mengandung partikel-partikel
kecil dengan ukuran yang sangat seragam (6-10 µm) dengan permukaan yang halus
dan homogen (Dean, 1995). Silika gel bersifat asam, memiliki kapasitas yang tinggi
dan dapat digunakan untuk kromatografi adsorpsi maupun kromatografi partisi
(Pescok, 1976).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 6. Struktur Silika gel (Hauck and Mack, 1996)
Partikel-partikel silika gel terdiri dari gugus-gugus hidroksil pada permukaan,
gugus hidroksil tersebut akan berinteraksi hidrogen dengan molekul yang bersifat
polar. Kandungan air dalam silika gel dapat mecegah molekul polar lainnya untuk
mencapai permukaan dan berinteraksi hidrogen dengan gugus hidroksil, sehingga gel
harus diaktifkan dengan pemanasan untuk menghilangkan kandungan air. Pemanasan
dilakukan dengan meletakkan lempeng silika gel pada oven dengan suhu 110°C
selama beberapa jam (Christian, 2004).
Adsorpsi solut oleh fase diam atau oleh adsorben sangat tergantung pada
struktur kimia solut atau adanya gugus aktif tertentu yang berinteraksi dengan
adsorben, ukuran partikel adsorben, kelarutan solut dalam fase gerak. Semakin kecil
ukuran partikel adsorben, maka luas permukaannya semakin luas sehingga
interaksinya dengan solut juga semakin luas. Solut yang makin mudah larut dalam
fase gerak akan semakin mudah lepas dari fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007).
b. Fase gerak. Pelarut yang digunakan harus memiliki kemurnian yang
tinggi. Adanya sejumlah kecil air atau campuran lain yang tidak murni dapat
menghasilkan kromatogram yang tidak reprodusibel (Christian, 2004). Pemilihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pelarut yang digunakan untuk senyawa yang akan dianalisis dengan metode KLT,
harus dapat melarutkan analit dengan sempurna, mudah menguap, viskositas rendah,
serta dapat membasahi lapisan penyerap (Sherma, 1996).
Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut.
Fase gerak bergerak di dalam fase diam yaitu lapisan berpori karena ada gaya kapiler.
Apabila diperlukan sistem pelarut multi komponen, maka harus berupa suatu
campuran sederhana yang mungkin terdiri dari tiga komponen (Stahl, 1985).
Berikut ini merupakan tabel beberapa nilai indeks polaritas dari beberapa
pelarut yang sering digunakan:
Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut (Snyder and Kirkland, 1997)
Solvent Indeks
Polaritas
Nilai Eluotropik UV Cut off
(nm) Alumina C18 Silika
Heksan 0,1 0,01 - 0,00 195
Sikloheksan 0,2 0,04 - - 200
Toluen 2,4 0,29 - 0,22 284
Tetrahidrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212
Etil asetat 4,4 0,58 - 0,48 256
Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330
Metanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205
Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190
Dimetilformamida 6,4 - 7,6 - 268
Dimetilsulfoksida 7,2 0,62 - - 268
Air 10,2 - - - 190
Semakin besar nilai indeks polaritas yang dimiliki oleh pelarut maka semakin
bersifat polar pelarut yang digunakan (Snyder and Kirkland, 1997). Untuk memilih
fase gerak pada kromatografi lapis tipis adsorpsi berlaku aturan antara lain semua
bahan atau senyawa yang akan dipisahkan harus memiliki kelarutan yang cukup
terhadap fase gerak. Kemampuan adsorpsi juga harus cukup. Jika senyawa terikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terlalu kuat pada permukaan fase diam senyawa akan tetap di tempat (tidak terelusi).
Disisi lain, jika terikat lemah pada permukaan fase diam tidak akan terjadi pemisahan
dan semua campuran senyawa akan melewati fase diam bersama dengan fase gerak.
Fase diam dan fase gerak tidak boleh bereaksi satu sama lain. Misalnya asam organik
tidak digunakan sebagai fase gerak bila karbonat sebagai fase diam (Stahl, 1985).
4. Analisis kualitatif dan kuantitatif
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa baku.
Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Dua senyawa
dikatakan identik jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT
yang sama. Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh
hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil mungkin dan sesempit
mungkin. (Gandjar dan Rohman, 2007).
Ada 2 metode yang digunakan untuk analisis kuantitatif dengan KLT.
Pertama, bercak diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan ukuran luas
atau dengan teknik densitometri. Cara kedua adalah dengan mengerok bercak lalu
menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut dengan metode
analisis yang lain, misalkan dengan metode spektrofotometri (Munson, 1991).
Untuk menjamin kondisi yang digunakan dalam analisis kuantitatif stabil dan
reprodusibel, baik pada penyiapan sampel atau proses kromatografi, berikut beberapa
syarat yang harus dipenuhi dalam analisis kuantitatif:
a. Analit (solut) harus telah diketahui dan terpisah sempurna dari komponen-
komponen lain di dalam kromatogram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Baku dengan kemurnian yang tinggi dan telah diketahui harus tersedia
c. Prosedur kalibrasi yang sudah diketahui harus digunakan
Analisis kuantitatif dari suatu senyawa yang telah dipisahkan dengan KLT
biasanya dilakukan dengan densitometer langsung pada lempeng KLT (atau secara in
situ). Densitometer dapat bekerja secara serapan atau fluoresensi. Kebanyakan
densitometer mempunyai sumber cahaya, monokromator untuk memilih panjang
gelombang yang cocok, sistem untuk memfokuskan sinar pada lempeng, pengganda
foton, dan rekorder. Pada sistem serapan dapat dilakukan dengan model pantulan atau
transmisi. Pada cara pantulan, yang diukur adalah sinar yang dipantulkan, yang dapat
menggunakan sinar tampak maupun ultraviolet. Sementara itu, cara transmisi
dilakukan dengan menyinari bercak dari satu sisi dan mengukur sinar yang diteruskan
pada sisi lain. Pada kenyataannya, hanya sinar tampak yang dapat digunakan untuk
metode ini (Gandjar dan Rohman, 2007).
F. Densitometri
Gambar 7. Scanner KLT (Jaenchen, 1996)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Densitometri merupakan suatu analisis kuantitatif yang berdasarkan pada
interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak KLT.
Densitometri lebih banyak digunakan untuk megukur analit dengan kadar kecil yang
mana perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT (Rohman, 2009).
Pengukuran secara in situ suatu area dengan scanning densitometer adalah
teknik yang digunakan untuk kuantitatif KLT. Jumlah senyawa yang dipisahkan
dengan kromatografi lapis tipis dapat ditentukan kadarnya secara langsung pada
lempeng kromatografi dengan pengukuran serapan UV/Vis maupun fluoresensi
(Sherma, 1996).
Pada densitometri serapan, bercak pada lempeng kromatografi lapis tipis
dideteksi oleh sinar monokromatik dibentuk menjadi gambar celah dengan panjang
celah dipilih sesuai dengan diameter dari spot terbesar. Karena respon deteksi dari
reflektansi-absorbansi tidak linier dengan konsentrasi, maka standar kalibrasi
disertakan dalam setiap sampel. Batas deteksi minimum untuk pengukuran dengan
UV atau visible antara 100 pg sampai 100 ng setiap bercak (Dean, 1995).
G. Landasan Teori
Colme®
merupakan obat tetes telinga yang mengandung kloramfenikol 10%
dan lidokain HCl 4% dengan cairan pembawa propilenglikol. Dalam rangka
penjaminan mutu obat maka perlu dilakukan penetapan kadar untuk mengetahui
kesesuain kadar yang tertera pada etiket.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Kloramfenikol dalam tetes telinga mengandung tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kloramfenikol sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak larut dalam eter, dan
kloroform. Kloramfenikol Memiliki pH 4-7,5, dan panjang gelombang maksimum
pada 278 nm ( =298) dalam pelarut air. Kloramfenikol stabil dalam larutan
netral atau larutan agak asam.
Larutan oral-topikal lidokain hidroklorida mengandung lidokain hidroklorida,
C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket. Lidokain HCl larut dalam air, etanol dan koroform, tidak
larut dalam eter. Dalam larutan asam, lidokain HCl memiliki serapan maksimum 263
nm ( = 19).
Metode kromatografi lapis tipis densitometri dapat digunakan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif suatu campuran obat. Analisis kulitatif dilakukan dengan
kromatografi lapis tipis dimana terdapat perbedaan interaksi antara kloramfenikol dan
lidokain HCl dengan fase diam maupun fase gerak. Sistem kromatografi yang
digunakan adalah fase normal karena fase gerak yang digunakan bersifat lebih non
polar dari pada fase diamnya. Kloramfenikol dan lidokain HCl memiliki gugus
kromofor dan gugus auksokrom sehingga dapat dilakukan analisis kuantitatif dengan
densitometri dengan mengukur luas bercak dari hasil KLT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
H. Hipotesis
1. Kadar kloramfenikol dan lidokain HCl yang diperoleh dengan metode
kromatografi lapis tipis densitometri secara berturut-turut adalah 10% dan 4%.
2. Kadar kloramfenikol dan lidokain HCl yang ditetapkan dengan metode
kromatografi lapis tipis densitometri sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental diskriptif karena
tidak dilakukan manipulasi dan perlakuan terhadap subjek uji.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah tempat pengambilan sampel obat
tetes telinga Colme®.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung penelitian ini adalah kadar dan reprodusibilitas kadar
pada obat tetes telinga Colme®.
3. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah pelarut yang
digunakan. Untuk mengatasinya digunakan pelarut pro analysis yang memiliki
kemurnian yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
C. Definisi Operasional
1. Obat tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan ke
dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan menggunakan pembawa
bukan air.
2. Colme®
merupakan obat tetes telinga yang mengandung kloramfenikol 10%,
lidokain HCl 4% dengan cairan pembawa propilenglikol.
3. Kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam obat tetes telinga Colme®
dinyatakan dalam % b/v.
4. Kromatografi lapis tipis (KLT) yang digunakan yaitu fase normal dengan fase
diam silika gel 60 F254 dan fase gerak heksana:toluena:dietilamin:metanol
(15:79:6:20).
D. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan adalah baku kloramfenikol dari Chemo
Lugano Branch dengan nomor batch 80002250001 dan baku lidokain HCl dari
Megafine Pharma dengan nomor batch ALH/449/10, lempeng KLT silika gel 60 F254
(E. Merck), etanol p.a (E. Merck), toluena p.a (E. Merck), heksana p.a (E. Merck),
metanol p.a (E. Merck), dietilamin p.a (E. Merck), aquadest, obat tetes telinga
Colme® kemasan 8 mL produksi Interbat dengan nomor batch D 016102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat
densitometer (Camag TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No.160602)
autosampler (Linomat 5 No.170610), neraca analitik (OHAOUS Carat Series PAJ
1003, max 60/120 g, min 0,0001 g, d = 0,01/0,1 mg, e = 1 mg), neraca analitik
(Scaltec SBC 22 max 60/210 g; min 0,001 g; d=0,01/0,1mg; e=1mg), mikro pipet
Scorex, bejana kromatografi (Camag), alat-alat gelas (Pyrex), kertas saring.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pemilihan dan pengambilan sampel
Sampel yang dipilih adalah obat tetes telinga Colme® yang mencantumkan
kloramfenikol dan lidokain HCl pada kemasan dengan nomor batch yang sama.
Sebanyak 20 buah sampel Colme® dicampur hingga homogen kemudian ditetapkan
kadarnya dengan dilakukan 10 kali replikasi.
2. Pembuatan fase gerak
Fase gerak yang digunakan dibuat dalam perbandingan yaitu
heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20). Fase gerak dituang dalam bejana
kromatografi kemudian kertas saring dimasukkan dalam bejana yang berisi fase
gerak. Bejana ditutup rapat dan dibiarkan hingga seluruh kertas saring terbasahi oleh
fase gerak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Penetapan panjang gelombang pengamatan
Larutan baku kloramfenikol 300 ppm dan lidokain HCl 3000 ppm masing-
masing ditotolkan sebanyak 1, 2, dan 3 µL pada lempeng silika gel 60 F254 dengan
jarak antar totolan 1 cm. Kemudian dikembangkan di dalam bejana kromatografi
yang telah dijenuhi dengan fase gerak. Setelah mencapai jarak pengembangan 10 cm,
lempeng dikeluarkan dan dikeringkan. Penentuan panjang gelombang pengamatan
dilakukan dengan merekam pola spektra absorbsi masing-masing seri jumlah pada
daerah panjang gelombang 200-400 nm menggunakan densitometer. Overlapping
spektra kloramfenikol dan lidokain HCL diukur pada level rendah, sedang, dan
tinggi. Untuk kloramfenikol pada seri jumlah 300; 600; dan 900 ng. Untuk lidokain
HCl pada seri jumlah 3000; 6000; dan 9000 ng.
4. Pembuatan larutan baku kloramfenikol
a. Pembuatan larutan stok. Baku kloramfenikol lebih kurang 10,0 mg
ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, kemudian dilarutkan
dengan etanol sampai tanda batas sehingga diperoleh larutan stok kloramfenikol 1000
ppm.
b. Pembuatan seri jumlah baku. Larutan stok diambil sebanyak 1,5 mL
menggunakan mikro pipet, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL dan diencerkan
dengan etanol hingga batas. Larutan digojog hingga diperoleh konsentrasi larutan
baku kloramfenikol 300 ppm. Larutan baku kloramfenikol 300 ppm ditotolkan
sejumlah 1; 1,5; 2; 2,5; 3 µL pada lempeng silika gel 60 F254 sehingga diperoleh seri
jumlah 300; 450 ; 600; 750; dan 900 ng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
5. Pembuatan larutan baku lidokain HCl
a. Pembuatan larutan stok. Baku lidokain HCl lebih kurang 30,0 mg
ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, kemudian
dilarutkan dengan etanol sampai tanda batas sehingga diperoleh larutan stok
kloramfenikol 3000 ppm.
b. Pembuatan seri jumlah baku. Larutan stok lidokain HCl 3000 ppm
ditotolkan dengan volume 1; 1,5; 2; 2,5; 3 µL pada lempeng silika gel 60 F254
sehingga diperoleh seri jumlah 3000; 4500; 6000; 7500; dan 9000 ng.
6. Pembuatan kurva baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida
Larutan baku kloramfenikol dengan kadar 300 ppm ditotolkan pada lempeng
silika gel 60 F254 dengan jarak totolan 1 cm sejumlah 1; 1,5; 2; 2,5; 3 µL sehingga
diperoleh seri jumlah 300; 450; 600; 750; dan 900 ng, kemudian segera
dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase gerak.
Pengembangan dilakukan setinggi 10 cm. Lempeng silika gel 60 F254 segera
dikeluarkan dan dikeringkan setelah pengembangan selesai.
Larutan stok lidokain HCl dengan kadar 3000 ppm ditotolkan pada lempeng
silika gel 60 F254 dengan jarak totolan 1 cm sejumlah 1; 1,5; 2; 2,5; 3 µL sehingga
diperoleh seri jumlah 3000; 4500; 6000; 7500; dan 9000 ng, kemudian segera
dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase gerak.
Pengembangan dilakukan setinggi 10 cm. Lempeng silika gel 60 F254 segera
dikeluarkan dan dikeringkan setelah pengembangan selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Bercak seri kloramfenikol dan lidokain HCl diukur AUC-nya dengan
densitometri pada panjang gelombang pengamatan yang telah diperoleh. Puncak
kromatogram dan nilai AUC yang muncul diamati. Dengan metode regresi linear,
nilai seri jumlah (ng) diplotkan terhadap nilai AUC masing-masing seri larutan baku
sehingga diperoleh persamaan y = bx + a dimana y merupakan nilai respon (AUC), x
merupakan konsentrasi senyawa baku, a adalah intersept, dan b adalah slope.
Pembuatan kurva baku direplikasi sebanyak 3 kali dan dipilih persamaan kurva baku
kloramfenikol dan lidokain HCl paling baik berdasarkan nilai koefisien korelasi (r).
7. Preparasi sampel
Dua puluh sampel obat tetes telinga Colme® dengan nomor batch yang sama
dikeluarkan isinya dan dicampur hingga homogen. Sebanyak 0,75 mL sampel diambil
dengan mikro pipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL, kemudian diencerkan
dengan etanol hingga batas dan gojog hingga homogen (Larutan A). Sebanyak 0,2
mL larutan A diambil dengan mikro pipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL,
kemudian diencerkan dengan etanol hingga tanda dan gojog sampai homogen
(Larutan B). Larutan A dan larutan B siap ditotol.
8. Penetapan kadar
Sebanyak 1 µL larutan sampel (larutan A) dan (larutan B) ditotolkan pada
lempeng silika gel 60 F254, kemudian dikembangkan dalam bejana kromatografi yang
telah dijenuhkan dengan fase gerak heksana:toluene:dietilamin:metanol (15:79:6:20).
Pengembangan dilakukan setinggi 10 cm, lempeng silika kemudian dikeluarkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dikeringkan, dan scanning pada panjang gelombang pengamatan dengan
densitometri.
G. Analisis Hasil
Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan nilai Rf sampel dengan
nilai Rf baku. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah penetapan kadar
kloramfenikol dan lidokain HCl berdasarkan data AUC dari masing-masing baku
sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = bx + a yang merupakan hubungan
antara kadar dengan luas area yang dihasilkan. Data AUC sampel kemudian
dimasukkan dalam persamaan regresi masing-masing baku sebagai y sehingga
diperoleh kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam % b/v.
Parameter yang digunakan untuk melihat reprodusibilitas kadar dalam obat
tetes telinga Colme® adalah nilai KV. Nilai KV dapat dihitung dengan cara :
KV =
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode kromatografi lapis tipis densitometri dapat digunakan untuk
menetapkan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam obat tetes telinga Colme®
yang diawali dengan tahap optimasi dan validasi. Pada tahap optimasi diperoleh
komposisi fase gerak yang optimal untuk pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl
yaitu heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20). Fase gerak tersebut dapat
menghasilkan pemisahan baku campuran yang baik dengan nilai Rf kloramfenikol 2,4
dan nilai Rf lidokain HCl 4,7.
Pada tahap validasi metode diperoleh hasil bahwa kloramfenikol memiliki
rentang validitas yang memenuhi persyaratan presisi, akurasi, dan linearitas pada seri
jumlah 300-600 ng. Untuk lidokain HCl memiliki presisi yang baik pada seri jumlah
3000-6000 ng dan akurasi yang baik pada seri jumlah 6000 ng.
A. Pemilihan Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sediaan obat tetes telinga
Colme®
yang memiliki nomor registrasi dan nomor batch yang sama serta
mencantumkan komposisi zat aktif kloramfenikol dan lidokain HCl. Sampel
diperoleh dari PT. Interbat sebanyak 30 buah dengan nomor batch D016102. Sampel
tersebut kemudian dipilih sebanyak 20 buah secara acak untuk ditetapkan kadarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dengan dilakukan replikasi sebanyak 10 kali. Pada etiket kemasan tertera kandungan
kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4% dengan volume 8 mL per kemasan. Untuk
tahap awal identifikasi sebelum dilakukan penetapan kadar, dilakukan uji
keseragaman volume sampel.
Kloramfenikol dan lidokain HCl yang akan dianalisis dalam sampel Colme®
berada dalam cairan pembawa propilenglikol sehingga termasuk dalam kategori
cairan kental. Persyaratan kelebihan volume yang dianjurkan untuk volume 8 mL
yang tertera dalam penandaan pada kategori cairan kental adalah 0,8 mL (Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Berikut ini adalah tabel hasil
pengujian keseragaman volume sampel Colme®
:
Tabel III. Keseragaman volume sampel Colme®
No. Volume terukur
(mL)
Volume dalam
etiket (mL)
Selisih
1 8,08 8,00 0,08
2 8,18 8,00 0,18
3 8,00 8,00 0,00
4 8,14 8,00 0,14
5 8,21 8,00 0,21
6 8,18 8,00 0,18
7 8,19 8,00 0,19
8 8,08 8,00 0,08
9 8,20 8,00 0,20
10 8,11 8,00 0,11
11 8,25 8,00 0,25
12 8,09 8,00 0,09
13 8,06 8,00 0,06
14 8,27 8,00 0,27
15 8,25 8,00 0,25
16 8,22 8,00 0,22
17 8,15 8,00 0,15
18 8,16 8,00 0,16
19 8,11 8,00 0,11
20 8,13 8,00 0,13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Volume sampel hasil pengujian diperoleh dari konversi berat sampel dalam
kemasan yang dilakukan dengan menghitung berat jenis sampel menggunakan
piknometer. Berat jenis sampel yang diperoleh adalah 1,0746 g/mL.
Uji keseragaman volume dilakukan pada 20 buah sampel. Dari tabel III, dapat
dilihat bahwa semua sampel memenuhi persyaratan keseragaman volume karena
tidak ada satupun dari sampel yang volumenya melebihi persyaratan yang ditentukan
yaitu 0,8 mL.
B. Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini adalah fase gerak yang
diperoleh dari hasil optimasi yaitu heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20).
Fase gerak yang digunakan memiliki nilai indeks polaritas 2,53. Fase gerak tersebut
dapat menghasilkan pemisahan yang optimal untuk kloramfenikol dan lidokain HCl.
Fase gerak yang digunakan bersifat non polar, sedangkan fase diam yang digunakan
pada penelitian ini adalah silika gel 60 F254 yang bersifat polar, maka sistem
kromatografi yang digunakan adalah kromatografi fase normal.
Adanya heksana dan toluena yang bersifat non polar berfungsi untuk menahan
elusi kloramfenikol agar dapat terpisah dengan lidokain. Dietilamin dengan pKb 2,9
memberikan suasana basa. Suasana basa diperlukan untuk menjaga lidokain HCl
yang merupakan garam tetap berada dalam bentuk basanya. Metanol yang digunakan
berfungsi untuk meningkatkan elusi lidokain karena lidokain larut dalam metanol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
C. Larutan Baku
Larutan baku dibuat dengan seri jumlah tertentu. Pelarut yang digunakan
adalah etanol karena kedua senyawa larut dalam etanol. Selain itu, etanol memenuhi
syarat pelarut yang digunakan untuk kromatografi lapis tipis yaitu murni dan mudah
menguap.
Perbandingan larutan baku antara kloramfenikol dan lidokain HCl adalah 1:10
yang diperoleh dari hasil optimasi dan validasi metode. Perbandingan tersebut tidak
sesuai dengan perbandingan yang tertera pada sampel yaitu 5:2. Perbandingan yang
tertera pada sampel tidak dapat digunakan pada penelitian ini karena serapan lidokain
HCl yang sangat kecil. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai untuk lidokain HCl
adalah 19. Agar dapat terdeteksi maka lidokain HCl harus dalam kadar yang besar.
Kloramfenikol memiliki nilai = 298 yang berarti bahwa kloramfenikol memiliki
serapan yang lebih besar dari pada lidokain HCl, sehingga dalam jumlah yang kecil
kloramfenikol dapat terdeteksi.
Larutan baku kedua senyawa masing-masing dibuat dalam 5 seri jumlah.
Untuk kloramfenikol dibuat dalam seri jumlah 300; 450; 600; 750; dan 900 ng. Untuk
lidokain HCl dibuat dalam seri jumlah 3000; 4500; 6000; 7500; dan 9000 ng.
Digunakan seri jumlah bertujuan untuk meminimalkan kesalahan pengenceran yang
sering terjadi pada penggunaan seri konsentrasi. Selain itu, preparasi yang dilakukan
menjadi lebih singkat sehingga dapat mempercepat waktu analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
D. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan
Penetapan λ pengamatan bertujuan untuk mengetahui λ yang memberikan
serapan optimal untuk kloramfenikol dan lidokain HCl. Penetapan λ pengamatan
dilakukan dengan mengamati λ overlapping antara kloramfenikol dan lidokain HCl.
Pengukuran λ kloramfenikol dan lidokain HCl dilakukan pada perbandingan 1:10
dengan tiga seri jumlah. Tiga seri jumlah yang digunakan merupakan level rendah,
sedang, dan tinggi yang dapat mewakili seri jumlah pada kurva baku yang digunakan.
Seri jumlah untuk kloramfenikol adalah 300; 600; dan 900 ng. Seri jumlah untuk
lidokain HCl adalah 3000; 6000; dan 9000 ng. Pembacaan serapan dilakukan pada
rentang λ 200-400 nm karena panjang gelombang kloramfenikol dan lidokain HCl
berada pada rentang tersebut.
Pengukuran λ dilakukan dengan menggunakan densitometri yang memiliki
detektor lampu D2 yang dapat menghasilkan sinar UV. Suatu senyawa dapat diukur
serapannya pada daerah UV apabila senyawa tersebut memiliki gugus kromofor dan
auksokrom. Berikut ini adalah gambar gugus kromofor dan auksokrom kloramfenikol
dan lidokain HCl :
Gambar 8. Gugus kromofor dan gugus auksokrom kloramfenikol
auksokrom kromofor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Gambar 9. Gugus kromofor dan gugus auksokrom lidokain HCl
Berikut ini adalah hasil spektra panjang gelombang kloramfenikol dan
lidokain HCl pada seri rendah, sedang dan tinggi:
Gambar 10. Spektra kloramfenikol 300 ng dan lidokain HCl 3000 ng
Kloramfenikol
Lidokain
HCl
auksokrom kromofor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 11. Spektra kloramfenikol 600 ng lidokain HCl 6000 ng
Gambar 12. Spektra kloramfenikol 900 ng dan lidokain HCl 9000 ng
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, panjang gelombang
maksimum untuk kloramfenikol adalah 281 nm dan panjang gelombang maksimum
untuk lidokain HCl adalah 263 nm. Secara teoritis kloramfenikol memiliki panjang
gelombang maksimum pada 278 nm ( =298) dalam pelarut air, sedangkan
Kloramfenikol
Lidokain
HCl
Kloramfenikol
Lidokain
HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
lidokain HCl memiliki serapan maksimum 263 nm ( = 19) dalam larutan asam
(Clark, 1986). Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi pergeseran 3 nm pada λ
kloramfenikol dari hasil teoritis. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
instrument yang digunakan. Untuk lidokain HCl hasil yang diperoleh sesuai dengan
teoritis.
Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat bahwa untuk seri rendah, sedang dan
tinggi memiliki titik potong pada panjang gelombang 242 nm. Panjang gelombang
pengamatan yang digunakan pada penelitian ini adalah λ perpotongan antara
kloramfenikol dan lidokain HCl yaitu 242 nm. Panjang gelombang tersebut dipilih
agar kloramfenikol dan lidokain HCl dapat memberikan serapan optimal. Lidokain
HCl memiliki serapan yang kecil sehingga penentuan panjang gelombang
pengamatan mengarah pada serapan dari lidokain HCl.
E. Analisis Kualitatif
Kloramfenikol dan lidokain HCl dapat dipisahkan dengan sistem kromatografi
lapis tipis fase normal dimana fase gerak yang digunakan bersifat lebih non polar dari
pada fase diam yang digunakan. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 F254.
Prinsip dari pemisahan dengan kromatografi lapis tipis adalah adanya perbedaan
interaksi antara analit dengan fase gerak dan analit dengan fase diam. Analit yang
bersifat lebih non polar akan terelusi terlebih dahulu sedangkan analit yang bersifat
lebih polar akan tertahan pada fase diam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pemisahan kloramfenikol dan lidokain pada KLT dapat terjadi karena
terdapat perbedaan interaksi antara kedua senyawa dengan fase gerak maupun fase
diam. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam lebih dominan dari pada interaksi
lidokain dengan fase diam. Hal ini menyebabkan kloramfenikol akan tertahan lebih
lama pada fase diam, sedangkan lidokain akan terelusi lebih dulu. Dari interaksi
tersebut dapat dikatakan bahwa kloramfenikol bersifat lebih polar dari pada lidokain.
Interaksi yang terjadi antara kloramfenikol dan lidokain HCl dengan fase diam adalah
interaksi hidogen. Berikut ini adalah gambar interaksi kloramfenikol dan lidokain
dengan fase diam:
C CH2C O
H
N
H
O
H
C
O
HC
Cl
ClN
O Si O Si O Si O Si O Si O
O O O O O
HH
H H H
H
Si O
O
H
Si
O
O
H
O
Si
O
H
H
Gambar 13. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam
Interaksi hidrogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
N CH2C N
C2H5
C2H5
Si O Si O Si
O OO
H H H
O
CH3
CH3
H
Gambar 14. Interaksi lidokain dengan fase diam
- - - - - -interaksi hidrogen
Pada gambar 15 dan 16 dapat dilihat bahwa interaksi yang terjadi antara
kloramfenikol dengan fase gerak lebih dominan dari pada interaksi lidokain dengan
fase gerak. Namun kloramfenikol akan lebih tertahan pada fase diam karena interaksi
kloramfenikol dengan fase diam lebih kuat, sedangkan lidokain yang interaksinya
lebih lemah pada fase diam akan terelusi lebih dahulu. Interaksi yang terjadi antara
kloramfenikol dengan fase gerak adalah interaksi Van Der Waals dan interaksi
hidogen. Interaksi yang terjadi antara lidokain dengan fase gerak adalah interaksi Van
Der Waals, interaksi hidrogen, dan interaksi dipole-dipole. Berikut ini adalah
interaksi kloramfenikol dan lidokain dengan fase gerak :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
NHC
O
O
O
H
CH
N C CH
Cl
H
CH3
O
Cl
CH2
O
H3C O H
C2H5NC2H5
H
CH3 H3C O H
C2H5NC2H5
H
H
H3CCH3OH
C2H5 N C2H5H
H3CCH3OH
C2H5 N C2H5
H
Gambar 15. Interaksi kloramfenikol dengan fase gerak heksana:toluene:dietilamin:metanol
(15:79:6:20)
Interaki Van Der Waals Interaksi hidrogen
Gambar 16. Interaksi lidokain dengan fase gerak heksana:toluene:dietilamin:metanol
(15:79:6:20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan Rf baku dengan Rf
sampel. Berikut ini adalah kromatogram baku dan sampel:
A
B
C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
D Gambar 17. Kromatogram pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl
A. Baku kloramfenikol seri tengah 600 ng
B. Baku lidokain HCl seri tengah 6000 ng
C. Sampel Colme® (larutan A)
D. Sampel Colme® (larutan B)
Dari kromatogram dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai Rf antara
kloramfenikol dan lidokain. Perbedaan nilai Rf dikarenakan adanya perbedaaan
interaksi antara kedua senyawa dengan fase diam dan fase gerak. Perbedaan nilai Rf
tersebut menunjukkan terjadinya pemisahan antara kloramfenikol dan lidokain.
Pemisahan yang optimal dapat diketahui dari nilai resolusi (resolusi yang baik adalah
lebih dari 1,5 dimana pemisahannya ≥99,7%) (Sastrohamidjojo, 2002). Resolusi
sampel yang diperoleh adalah 2,83. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi
pemisahan yang baik antara kloramfenikol dan lidokain.
Berikut ini adalah tabel perbandingan nilai Rf baku kloramfenikol, baku
lidokain HCl, dan nilai Rf kedua senyawa dalam sampel :
Tabel IV. Data nilai Rf baku kloramfenikol, baku lidokain HCl dan sampel
Senyawa Rf baku Rf sampel (lar A) Rf sampel (lar B)
Kloramfenikol 0,25 0,14 0,23
Lidokain HCl 0,47 0,48 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai Rf baku kloramfenikol adalah 0,25.
Nilai Rf kloramfenikol dalam sampel (larutan A) adalah 0,14. Perbedaan nilai Rf
tersebut dikarenakan jumlah kloramfenikol yang ditotolkan pada sampel (larutan A)
terlalu besar sehingga peak kloramfenikol tailing. Nilai Rf kloramfenikol dalam
sampel (larutan B) adalah 0,23. Data AUC kloramfenikol pada larutan B yang akan
digunakan untuk analisis kuantitatif selanjutnya. Nilai Rf pada sampel larutan B
berbeda dengan nilai Rf pada baku dikarenakan adanya propilenglikol sebagai cairan
pembawa pada sampel sehingga memperlambat elusi kloramfenikol. Untuk lidokain,
nilai Rf baku adalah 0,47 dan nilai Rf sampel (larutan A) adalah 0,48. Data AUC
lidokain pada sampel larutan A yang akan digunakan untuk analisis kuantitatif
selanjutnya. Untuk sampel (larutan B) tidak terdeteksi adanya peak lidokain karena
jumlah lidokain yang ditotolkan terlalu kecil. Dari data yang diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa sampel Colme® mengandung kloramfenikol dan lidokain HCl.
F. Kurva Baku Kloramfenikol dan Lidokain HCl
Pada pembuatan kurva baku dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Persamaan
kurva baku menyatakan hubungan linear antara konsentrasi analit dengan AUC (Area
Under Curve) atau respon yang dihasilkan. Persamaan kurva baku yang diperoleh
kemudian digunakan untuk menetapkan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam
sampel. Parameter yang digunakan untuk menentukan linearitas adalah koefisien
korelasi (r), yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi dan AUC. Persyaratan
data linearitas yang bisa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r)>0,999
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(Mulja dan Hanwar, 2003). Data persamaan kurva baku kloramfenikol dan lidokain
HCl yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel V. Data persamaan kuva baku kloramfenikol
Baku Kloramfenikol
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Jumlah (ng) AUC Jumlah (ng) AUC AUC
Modifikasi
Jumlah (ng) AUC
297,30
445,95
594,60
743,25
891,90
1731,8
2210,3
2671,1
3132,9
3682,5
297,30
445,95
594,60
743,25
891,90
1535,4
2142,4
2724,3
3296,2
3856,6
383,8
535,6
681,1
824,1
964,2
297,30
445,95
594,60
743,25
891,90
1347,9
1967,0
2400,7
2981,6
3604,2
A
B
r
756,12
3,2452
0,9994
A
B
r
392,5
3,8992
0,9998
98,04
0,9749
0,9998
A
B
R
249,4
3,7183
0,9984
Persamaan kurva baku kloramfenikol yang digunakan untuk penetapan kadar
adalah replikasi 2, yaitu y = 3,8992 x + 392,5. Pada tabel V dapat dilihat bahwa
untuk kurva baku replikasi 2 memiliki nilai koefisien korelasi paling tinggi yaitu
0,9998. Kurva baku tersebut memenuhi persyaratan linearitas yang baik dengan nilai
r > 0,999.
Tabel VI. Data persamaan kurva baku lidokain HCl
Baku Lidokain HCl
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Jumlah (ng) AUC Jumlah (ng) AUC Jumlah (ng) AUC
2956,16
4434,24
5912,32
7390,40
8868,48
3371,9
4682,4
5988,9
7082,4
8348,5
2976
4464
5952
7440
8928
4021,1
5419,9
6840,6
8064,5
9529,2
2956,16
4434,24
5912,32
7390,40
8868,48
3468,7
5242,5
6512,9
7985,9
9291,6
A
B
r
953,54
0,8358
0,9995
A
B
r
1310,74
0,9181
0,9997
A
B
R
744,64
0,9735
0,9984
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Persamaan kurva baku lidokain HCl yang digunakan untuk penetapan kadar
adalah replikasi 2, yaitu y = 0,9181 x + 1310,74. Pada tabel VI dapat dilihat bahwa
untuk kurva baku replikasi 2 memiliki nilai koefisien korelasi paling tinggi yaitu
0,9997. Kurva baku tersebut memenuhi persyaratan linearitas yang baik dengan nilai
r > 0,999.
Gambar 18. Kurva baku kloramfenikol
Gambar 19. Kurva baku lidokain HCl
y = 0.975x + 98.04
0
200
400
600
800
1000
1200
0 200 400 600 800 1000
AU
C
Jumlah Kloramfenikol (ng)
y = 0.9181x + 1310.7
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
AU
C
Jumlah Lidokain HCl (ng)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Berdasarkan gambar 18 dan 19 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
respon AUC seiring dengan meningkatnya konsentrasi analit baik untuk
kloramfenikol maupun lidokain HCl sehingga menghasilkan linearitas yang baik.
G. Penetapan Kadar Kloramfenikol dan Lidokain HCl Dalam Sampel
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kadar kloramfenikol dan
lidokain HCl dalam sampel. Pada penelitian ini digunakan 20 buah sampel dengan
nomor batch yang sama dan dilakukan replikasi sebanyak 10 kali. Pada etiket sampel
Colme®
, perbandingan kloramfenikol dan lidokain HCl adalah 5:2. Perbandingan
tersebut tidak digunakan pada penelitian ini karena respon lidokain HCl terlalu kecil
sehingga tidak dapat terdeteksi. Maka pada penelitian ini digunakan perbandingan
untuk kloramfenikol : lidokain HCl yaitu 1:10.
Pada penelitian ini dilakukan 2 tahap preparasi sampel. Tahap pertama
diperoleh larutan A dengan konsentrasi kloramfenikol 15000 ppm dan lidokain HCl
6000 ppm. Tahap kedua diperoleh larutan B dengan konsentrasi kloramfenikol 600
ppm dan lidokain HCl 160 ppm. Dari preparasi pertama (larutan A) akan diperoleh
data AUC lidokain HCl dan dari preparasi kedua (larutan B) akan diperoleh data
AUC kloramfenikol yang digunakan untuk menghitung kadar masing-masing
senyawa. Dilakukan 2 tahap preparasi bertujuan agar kloramfenikol dan lidokain HCl
dapat terdeteksi pada konsentrasi yang ditentukan sesuai dengan perbandingan.
Konsentrasi sampel diarahkan pada seri tengah yang memiliki validitas yang baik
yaitu 600 ng untuk kloramfenikol dan 6000 ng untuk lidokain HCl.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel VII. Hasil penetapan kadar campuran kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel
Colme®
No. Kloramfenikol Lidokain HCl
AUC Kadar (% b/v) AUC Kadar (% b/v)
1. 2795,9 10,27 6417,5 3,71
2. 2904,6 10,74 6421,6 3,71
3. 2864,4 10,57 6391,4 3,69
4. 2826,8 10,41 6482,4 3,76
5. 2754,8 10,10 6531,8 3,79
6. 2917,6 10,79 6596,4 3,84
7. 2718,5 9,940 6536,4 3,79
8. 2717,8 9,940 6512,2 3,78
9. 2840,0 10,46 6539,5 3,80
10. 2751,9 10,08 6375,1 3,68
10,33 3,75
SD ± 0,31 SD ± 0,05
KV 3,00 % KV 1,33 %
Dalam etiket yang tertera pada kemasan menunjukkan kandungan
kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4%. Rentang kadar yang diperbolehkan untuk
kloramfenikol dalam tetes telinga adalah 90-130%, maka rentang kadar
kloramfenikol yang diperbolehkan untuk kloramfenikol dalam sampel Colme® adalah
9-13%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, rentang kadar kloramfenikol adalah 9,940-
10,79% (b/v). Dari 10 replikasi sampel, tidak ada satupun sampel yang berada di luar
rentang yang dipersyaratkan.
Rentang yang diperbolehkan untuk lidokain HCl dalam larutan oral topikal
adalah 95-105%, sehingga rentang kadar lidokain HCl yang diperbolehkan dalam
sampel Colme®
adalah 3,8-4,2%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rentang
kadar lidokain HCl 3,68-3,84% (b/v). Kadar lidokain HCl yang diperoleh lebih kecil
dari pada kadar yang dipersyaratkan. Dari 10 replikasi sampel yang ditetapkan
kadarnya, hanya 2 sampel yang masuk dalam rentang yang dipersyaratkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kloramfenikol masuk dalam
rentang persyaratan 90-130% dari rentang yang tertera pada etiket. Lidokain HCl
tidak masuk dalam rentang persyaratan 95-105% dari yang tertera dalam etiket, hal
tersebut dapat dikarenakan proporsi lidokain HCl yang terlalu kecil dalam campuran
sehingga kurang homogen saat dicampur.
Nilai KV yang diperoleh untuk kloramfenikol adalah 3,00% dan untuk
lidokain HCl adalah 1,33%. Nilai KV tersebut memenuhi persyaratan yang
ditentukan yaitu 16% untuk kloramfenikol dan 5% untuk lidokain HCl. Dari nilai KV
tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar kloramfenikol dan lidokain HCl memiliki
reprodusibilitas yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kadar kloramfenikol adalah 9,940-10,79% (b/v) dan kadar lidokain HCl adalah
3,68-3,84% (b/v).
2. Kadar kloramfenikol sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket, sedangkan
kadar lidokain HCl yang diperoleh lebih kecil dari pada kadar yang tertera pada
etiket.
B. SARAN
Perlu dilakukan penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl pada sampel
obat tetes telinga Colme®
dengan sampling yang lebih luas menggunakan metode
kromatografi lapis tipis densitometri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2010, Chloramphenicol, http://www.lookfordiagnosis.com/meshinfo.
php?term=Chloramph%C3%A9nicol&lang=4, diakses tanggal 1 Mei 2011.
Anonimb, 2010, Colme Tetes Telinga, http://www.dechacare.com/COLME-Tetes-
Telinga- P602.html , diakses tanggal 11 Agustus 2011.
Anonimc, 2010, Gangguan Pendengaran Masih Terabaikan, http:
//www1.kompas.com/read/xml/2010/01/11/07584914/gangguan.penderan.mas
ih.terabaikan, diakses tanggal 30 Maret 2011.
Anonima, 2011, Lidocaine Hidrochloride Solition, http://dailymed.nlm.nih.gov/
dailymed/drugInfo.cfm?id=9555, diakses tanggal 1 Mei 2011.
Anonimb, 2011, Obat Telinga, http://medicastore.com/apotik_online/obat_telinga
.htm, diakses tanggal 26 April, 2011.
Christian, G. D., 2004, Analytical Chemistry, 6th
ed, John Willey Sons, USA, pp. 627,
629.
Clarke, E.G.C., 1969, Isolation and Identification of Drug in Pharmaceuticals Body
Fluid and Post-Material, The Pharmaceutical Press, London, pp. 246, 329.
Clarke, E.G.C., 1986, Isolation and Identification of Drug in Pharmaceuticals Body
Fluid and Post-Material, The Pharmaceutical Press, London, pp. 160, 705.
Dean, J., 1995, Analytical Chemistry Handbook, Mc Graw-Hill Companies Inc.,
USA, pp. 5.93, 5.106.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979, Farmakope Indonesia,
edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 9,10,19.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia,
edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 15,16, 189,
497.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A., Kimia Farmasi Analisis, 2007, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 323-324, 353-354, 359-360.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Hauck, H. E., and Mack, M., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography :
Sorbents and Precoated Layer in Thin Layer Chromatography, 2nd
ed, Marcel
Dekker, USA, pp. 102.
Jaenchen, D. E., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography : Planar
Chromatography (Instrumental Thin-Layer Chromatography), 2nd
ed, Marcel
Dekker, USA, pp. 142.
Kiszka, M., Madro, R., 2011, The Usefulness of Thin-Layer Chromatography Method
in the Identification of Cocaine and its Metabolite Benzoylecgonine in
Autopsy Material, http://www.forensicscience.pl/component/option,com_
jbook/task,view/Itemid,9/catid,36/id,236/lang,en/, diakses tanggal 22 Agustus
2011.
Kowalska, T., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography : Theory and
Mechanism of Thin-Layer Chromatography, 2nd
ed, Marcel Dekker, USA, pp.
55-57.
Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-prinsip Cara Berlaboratorium yang Baik
(Good Laboratory Practice), Majalah Farmasi Airlangga, Vol III no 2, hal.
73.
Munson, J.W., 1991, Pharmaceutical Analysis Methods, diterjemahkan oleh Harjana,
Parawa.B., Universitas Airlangga Press Surabaya, hal. 128.
Pescok, R. L., Shields, L. D., and Cains, T., 1976, Modern Methods of Chemical
Analysis, 2nd
ed, John Willey Sons, Inc, Canada, pp. 81.
Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal.
53.
Sastrohamidjojo, H., 2002, Kromatografi, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hal 68.
Sherma, J., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography: Basic Thechniques,
Material, and Apparatus, 2nd
ed, Marcel Dekker, USA, pp. 37.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Glajch, j.L., 1997, Practical HPLC Method
Development, 2nd
ed., Wiley & Sons, Inc., New York, pp. 208-209, 252.
Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy, diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata, Iwang Soediro, ITB Press, Bandung, hal.7-12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tjay a, T.H., dan Rahardja, K., 2010, Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya, PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-
Gramedia, Jakarta, hal. 82,388.
Tjay b
, T.H., dan Rahardja, K., 2010, Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan Sehari-
hari, PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia, Jakarta, hal.
135.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, hal. 936, 939.
Vovk, I., Simonovska, B., 2005, Development and Validation of a Thin layer
Chromathographic Method for Determination of Chloramphenicol residues
on pharmaceutical equipment surfaces,http://www.ncbi.
nlm.nih.gov/pubmed/16386009, diakses tanggal 8 Mei 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 1. Sertifikat analisis kloramfenikol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 2. Sertifikat analisis lidokain HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 3. Sistem KLT densitometri yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 4. Data penimbangan baku kloramfenikol dan lidokain HCl
1. Baku kloramfenikol
Kloramfenikol (g) Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Berat kertas 0,24247 0,24955 0,25342
Berat kertas + zat 0,25246 0,25956 0,26343
Berat kertas + zat 0,25240 0,25950 0,26340
Berat kertas + sisa 0,24240 0,24950 0,25340
Berat zat 0,0100 g 0,0100 g 0,0100 g
2. Baku lidokain HCl
Lidokain HCl (g) Rep 1 Rep 2 Rep 3
Berat kertas 0,24881 0,12844 0,12367
Berat kertas + zat 0,26381 0,14346 0,13861
Berat kertas + zat 0,26380 0,14340 0,13860
Berat kertas + sisa 0,24890 0,12840 0,12370
Berat zat 0,0149 g 0,0150 g 0,0149 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 5. Spektra panjang gelombang pengamatan
1. Seri rendah
2. Seri sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3. Seri tinggi
Lampiran 6. Komatogram blanko plat kosong dan fase gerak
1. Blanko plat kosong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. Fase gerak
Lampiran 7. Kromatogram baku kloramfenikol replikasi 2
1. 1 µL (297,30 ng)
2. 1,5 µL (445,95 ng)
3. 2 µL (594,60 ng)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
4. 2,5 µL (743,25 ng)
5. 3 µL (891,90 ng)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 8. Kromatogram baku lidokain HCl replikasi 2
1. 1 µL (2976 ng)
2. 1,5 µL (4464 ng)
3. 2 µL (5952 ng)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4. 2,5 µL (7440 ng)
5. 3 µL (8928 ng)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 9. Contoh perhitungan jumlah analit teoritis
1. Kloramfenikol
Contoh perhitungan jumlah analit teoritis (rep 2)
Penimbangan baku kloramfenikol = 0,01000 g
Kadar kloramfenikol 99,1%
Kloramfenikol =
= 0,00991 g
Konsentrasi stok kloramfenikol =
Konsentrasi baku kloramfenikol
V1 x C1 = V2 x C2
1,5 mL x 991 ppm = 5 mL x C2
C2 = 297,3 ppm 297,3 ng / µL
Jumlah analit dalam 1 µL = 1 x 297,3 ng = 297,30 ng
Jumlah analit dalam 1,5 µL = 1,5 x 297,3 ng = 445,95 ng
Jumlah analit dalam 2 µL = 2 x 297,3 ng = 594,60 ng
Jumlah analit dalam 2,5 µL = 2,5 x 297,3 ng = 743,25 ng
Jumlah analit dalam 3 µL = 3 x 297,3 ng = 891,90 ng
2. Lidokain HCl
Contoh perhitungan jumlah teoritis lidokain HCl
Penimbangan baku lidokain HCl = 0,01500 g
Kadar lidokain HCl 99,2%
Lidokain HCl =
= 0,01488 g
Konsentrasi baku lidokain =
= 2976 ng/µL
Jumlah analit dalam 1 µL = 1 x 2976 ng = 2976 ng
Jumlah analit dalam 1,5 µL = 1,5 x 2976 ng = 4464 ng
Jumlah analit dalam 2 µL = 2 x 2976 ng = 5952 ng
Jumlah analit dalam 2,5 µL = 2,5 x 2976 ng = 7440 ng
Jumlah analit dalam 3 µL = 2 x 2976 ng = 8928 ng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 10. Data persamaan kurva baku kloramfenikol dan lidokain HCl
1. Baku kloramfenikol
Baku Kloramfenikol
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Jumlah (ng) AUC Jumlah (ng) AUC Jumlah (ng) AUC
297,30
445,95
594,60
743,25
891,90
1731,8
2210,3
2671,1
3132,9
3682,5
297,30
445,95
594,60
743,25
891,90
1535,4
2142,4
2724,3
3296,2
3856,6
297,30
445,95
594,60
743,25
891,90
1347,9
1967,0
2400,7
2981,6
3604,2
A
B
r
756,12
3,2452
0,9994
A
B
r
392,5
3,8992
0,9998
A
B
R
249,4
3,7183
0,9984
2. Baku lidokain HCl
Baku Lidokain HCl
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Jumlah (ng) AUC Jumlah (ng) AUC Jumlah (ng) AUC
2956,16
4434,24
5912,32
7390,40
8868,48
3371,9
4682,4
5988,9
7082,4
8348,5
2976
4464
5952
7440
8928
4021,1
5419,9
6840,6
8064,5
9529,2
2956,16
4434,24
5912,32
7390,40
8868,48
3468,7
5242,5
6512,9
7985,9
9291,6
A
B
r
953,54
0,8358
0,9995
A
B
r
1310,74
0,9181
0,9997
A
B
r
744,64
0,9735
0,9984
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 11. Data pengukuran berat jenis sampel
1. berat jenis air
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Berat pikno+air (g) 34,0129 33,8141 34,0367
Berat pikno kosong (g) 23,9780 23,8124 23,9725
Berat air (g) 10,0349 10,0017 10,0642
Volume (mL) =
air = 0,997 g/mL 10,0651 10,0318 10,0945
2. berat jenis sampel
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Berat pikno+sampel (g) 34,7919 34,5989 34,8163
Berat pikno kosong (g) 23,9780 23,8124 23,9725
Berat sampel (g) 10,8139 10,7865 10,8438
Kerapatan sampel (g/mL) =
1,0744 1,0752 1,0742
Rata-rata berat jenis sampel (g/mL) 1,0746
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 12. Data hasil uji keseragaman volume
No. Berat kemasan +
sampel
Berat kemasan
(g)
Berat sampel
(g)
Volume sampel
(mL)
1 13,9341 5,2478 8,6863 8,0833
2 14,0788 5,2925 8,7863 8,1763
3 13,7802 5,1769 8,6033 8,0060
4 13,9830 5,2325 8,7505 8,1430
5 14,1003 5,2709 8,8294 8,2165
6 14,0707 5,2805 8,7902 8,1800
7 13,9764 5,1711 8,8053 8,1940
8 13,9157 5,2313 8,6844 8,0815
9 14,0798 5,2645 8,8153 8,2033
10 13,9937 5,2734 8,7203 8,1149
11 14,0668 5,2032 8,8636 8,2483
12 13,9409 5,2455 8,6954 8,0918
13 13,9974 5,3354 8,6620 8,0607
14 14,1181 5,2260 8,8921 8,2748
15 14,1211 5,2556 8,8655 8,2500
16 14,1043 5,2709 8,8334 8,2202
17 14,0214 5,2633 8,7581 8,1501
18 14,0306 5,2616 8,7690 8,1602
19 14,0537 5,3325 8,7212 8,1158
20 14,0801 5,3345 8,7456 8,1385
Contoh perhitungan volume sampel
Berat kemasan+isi – berat kemasan = berat isi
= volume sampel
1. 13,9341-5,2478 = 8,686
= 8,0833
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 13. Kromatogram campuran kloramfenikol dan lidokain HCl dalam
sampel Colme®
1. Replikasi 1 kloramfenikol
2. Replikasi 1 lidokain HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3. Replikasi 2 kloramfenikol
4. Replikasi 2 lidokain HCl
5. Replikasi 3 kloramfenikol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
6. Replikasi 3 lidokain HCl
7. Replikasi 4 kloramfenikol
8. Replikasi 4 lidokain HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
9. Replikasi 5 kloramfenikol
10. Replikasi 5 lidokain HCl
11. Replikasi 6 kloramfenikol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
12. Replikasi 6 lidokain HCl
13. Replikasi 7 kloramfenikol
14. Replikasi 7 lidokain HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
15. Replikasi 8 kloramfenikol
16. Replikasi 8 lidokain HCl
17. Replikasi 9 kloramfenikol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
18. Replikasi 9 lidokain HCl
19. Replikasi 10 kloramfenikol
20. Replikasi 10 lidokain HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 14. Data kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel
Colme®
No. Kloramfenikol Lidokain HCl
AUC Kadar (%) AUC Kadar (%)
1. 2795,9 10,27 6417,5 3,71
2. 2904,6 10,74 6421,6 3,71
3. 2864,4 10,57 6391,4 3,69
4. 2826,8 10,41 6482,4 3,76
5. 2754,8 10,10 6531,8 3,79
6. 2917,6 10,79 6596,4 3,84
7. 2718,5 9,940 6536,4 3,79
8. 2717,8 9,940 6512,2 3,78
9. 2840,0 10,46 6539,5 3,80
10. 2751,9 10,08 6375,1 3,68
10,33 3,75
SD ± 0,31 SD ± 0,05
KV 3,00 % KV 1,33 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 15. Contoh perhitungan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam
sampel Colme®
1. Kloramfenikol
Persamaan kurva baku : y = 3,8992x + 392,5
AUC kloramfenikol = 2795,9
2795,9 = 3,8992x + 392,5
X = 616,38 ng/µL x faktor pengenceran
= 616,38 x 5/0,75 x 5/0,2
= 102730 ng/ µL
= 10,27%
2. Lidokain HCl
Persamaan Kurva Baku : y = 0,9181 x + 1310,74
AUC lidokain HCl = 6417,5
6417,5 = 0,9181 x + 1310,74
X = 5562,31 x faktor pengenceran
= 5562,31 x 5/0,75
= 37082,06 ng/ µL
= 3,71 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 16. Perhitungan KV kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel
Colme®
KV =
x 100%
1. Kloramfenikol
KV =
x 100% = 3,00%
2. Lidokain HCl
KV =
x 100% =1,33%
Lampiran 17. Perhitungan rentang kloramfenikol dan lidokain HCl
1. Kloramfenikol
Dalam etiket = 10%
Rentang kadar yang diperbolehkan 90-130%
90/100 x 10% = 9%
130/100 x 10% = 13%
Kadar yang diperoleh = 10,33%
Rentang kadar yang diperoleh 9,940-10,79%
SD = 0,31
Kadar ± SD = 10,02% - 10,64%
2. Lidokain HCl
Dalam etiket = 4%
Rentang kadar yang diperbolehkan 95-105%
95/100 x 4% = 3,80%
105/100 x 4% = 4,20%
Kadar yang diperoleh = 3,75%
Rentang kadar yang diperoleh 3,68-3,84%
SD = 0,05
Kadar ± SD = 3,70% - 3,80%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul Penetapan Kadar
Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida Dalam Obat
Tetes Telinga Colme®
Dengan Metode Kromatografi
Lapis Tipis Densitometri memiliki nama lengkap
Prasilya. Penulis dilahirkan di Ketapang pada tanggal 18
Februari 1990 sebagai anak ketiga dari enam bersaudara,
dari pasangan Sumitro dan Julita. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh oleh penulis yaitu TK Kartika Ketapang
(1994-1995), SD PL St. Yosef Ketapang (1996-2002),
SLTP PL St. Albertus Ketapang (2002-2005), SMA Stella
Duce 1 Yogyakarta (2005-2008), dan melanjutkan kuliah
di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 2008. Selama kuliah, penulis aktif
dalam berbagai kegiatan seperti sie konsumsi Seminar HIV/AIDS (2009), sie dana
dan usaha Phamacy Performance (2009), sie dana dan usaha Bakti Sosial JMKI
(2010). Penulis juga pernah mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa bidang
Kewirausahaan dengan judul “Pemanfaatan Ampas Seduhan Kopi dan Serbuk Lidah
Buaya Sebagai Lulur Mandi” dan meraih Juara II kategori Poster dalam PIMNAS
XXIV di Makassar pada tahun 2011. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten
dosen praktikum Kimia Organik (2010) dan asisten dosen praktikum Spektroskopi
(2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related