portofolio 2
Post on 16-Jan-2016
54 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BORANG LAPORAN KASUS MEDIKOLEGAL
Topik : Visum et Repertum Kasus Vulnus Excoriatum
Tanggal (kasus) : 28 Oktober 2014 Presenter : dr. Ahmad Syaukat
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Fitri Isneni
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Siti Aisyah
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang
□ Tujuan : Menentukan cara pembuatan Visum et Repertum yang tepat
Bahan
Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara
Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Data Pasien : Nama : Tn. YA, laki-laki , 24 thn No. Registrasi : 0070771
Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah Telp : (0733) 451902 Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
Diagnosis/Gambaran Klinis : Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang dengan keluhan
luka lecet di dahi, telinga kiri, bahu kiri, dan anggota gerak. Satu jam sebelum datang ke
rumah sakit, pasien berkelahi dengan teman sehingga menimbulkan luka di beberapa lokasi
di tubuh. Benturan di kepala tidak ada. Penurunan kesadaran disangkal. Mual muntah
disangkal. Pasien lalu datang ke kepolisian dan dibawa ke RSSA untuk dibuat permintaan
visum.
1. Riwayat Pengobatan : -
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Tidak diketahui
3. Riwayat Keluarga : Tidak diketahui
4. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah seorang pelajar
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : tidak ada yang berhubungan.
6. Riwayat sosial ekonomi : Keadaan sosial ekonomi cukup
7. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1
1. R. Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science), (Bandung: Tarsito, 1981) hal. 18
2. R. Soeparmono, Keterangan Ahli dan Visum Et Repertum dalam aspek hukum acara pidana, (bandung: mandar maju, 2002) hal. 98
3. Eddy Hiariej, teori hukum pembuktian, (jakarta :erlangga 2012) hal. 1074. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. 2010.
Hasil Pembelajaran :
1. Membuat Visum et Repertum yang tepat
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
• Subjektif :
Keluhan Utama: Luka lecet di dahi, telinga, bahu, lengan dan anggota gerak bawah
Satu jam sebelum datang ke rumah sakit, pasien berkelahi dengan teman sehingga
menimbulkan luka di beberapa lokasi di tubuh. Benturan di kepala tidak ada.
Penurunan kesadaran disangkal. Mual muntah disangkal. Pasien lalu datang ke
kepolisian dan dibawa ke RSSA untuk dibuat permintaan visum.
1. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, GCS: E4M6V5 (15)
Tekanan Darah : 120/70
Nadi : 72 x/menit
2
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Status Internus
Kepala : Normocepali
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Kulit : Pucat (-), Sianosis (-)
Thoraks
o Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru,
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki -/-, wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi : Iktus jantung tidak teraba
Perkusi : Batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas
kiri linea midklavikularis sinistra
Auskultasi : HR 80x/m, S1 & S2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat (-), Refilling capiller baik, edema pretibial (-/-).
Status Lokalis
Di dahi kanan, nampak luka lecet dengan ukuran 4x3 cm
Di telinga kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 1x1 cm
Di bahu kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 12mm x 14 mm
3
Di lengan bawah kiri bagian dalam Nampak luka lecet dengan ukuran 3 cm x
2 cm
Di pangkal jari kelingking kanan Nampak luka lecet dengan ukuran 1 x 2 cm
Di jempol kaki kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 7mm x 10 mm.
2. Assesment (penalaran klinis) :
Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang dengan keluhan luka lecet di dahi, telinga
kiri, bahu kiri, dan anggota gerak. Satu jam sebelum datang ke rumah sakit, pasien
berkelahi dengan teman sehingga menimbulkan luka di beberapa lokasi di tubuh.
Benturan di kepala tidak ada. Penurunan kesadaran disangkal. Mual muntah
disangkal. Pasien lalu datang ke kepolisian dan dibawa ke RSSA untuk dibuat
permintaan visum. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini
adalah multipel vulnus excoriatum. Kasus ini disertai dengan tindakan yang berkaitan
medikolegal berupa pembuatan Visum et Repertum. Pasien dibawa dengan surat
permintaan yang dibawa langsung oleh kepolisian yang menjadi syarat utama seorang
dokter untuk bisa membuat visum. Visum et Repertum ini dibuat sebagaimana yang
sesuai dengan kondisi pada tubuh pasien.
Plan :
DIAGNOSIS KERJA
Multiple Vulnus Ekskoriatum
TERAPI
Wound toilet
Asam mefenamat 3 x 500 mg/hari p.o
Ciprofloxacin 2 x 250 mg/hari p.o
PRO JUSTICIA
VISUM ET REPERTUM
No: / RSUD SA / VER / / 2014
Yang bertandatangan dibawah ini, dr. Meta, Dokter Umum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuk
4
Linggau, menerangkan bahwa berdasarkan permintaan tertulis dari surat saudara KA,
Pangkat AIPTU NRP. 65110779, Jabatan Kanit SPK SHIEF “A”, mengatasnamakan Kepala
Kepolisian Resor Lubuk Linggau, tanggal dua puluh delapan bulan Oktober tahun dua ribu
empat belas, Nomor Polisi: LP/B-1020/X/2014/SUMSEL/RES LUBUK LINGGAU, maka
dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh sembilan bulan Oktober tahun dua
ribu empat belas pukul delapan belas lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia Bagian Barat
bertempat di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuk Linggau, telah dilaksanakan pemeriksaan
terhadap korban dengan nomor registrasi 0070771 yang menurut surat tersebut adalah:
Nama : Tn. YA
Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat/ Tgl lahir : Lubuk Linggau, 24 tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl Marga Mulya belakang Asrama Haji No. 38 Lubuk Linggau
HASIL PEMERIKSAAN
Dari hasil pemeriksaan didapatkan :
Kepala :
Di dahi kanan, nampak luka lecet dengan ukuran 4x3 cm
Di telinga kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 1x1 cm
Leher : Tidak ada tanda-tanda kekerasan
Dada :
• Tampak luka sayat pada payudara sebelah kanan ukuran 3 x 2 x 2 cm
• Tampak luka sayat pada dada sebelah kanan ± 2 cm ke bawah dari luka sayat pertama dan ± 4 cm dari ketiak sebelah kanan ke kiri dengan ukuran 8 x 2 x 2 cm.
Perut : Tidak ada tanda-tanda kekerasan
Anggota gerak :
Di bahu kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 12mm x 14 mm
Di lengan bawah kiri bagian dalam Nampak luka lecet dengan ukuran 3 cm x
5
2 cm
Di pangkal jari kelingking kanan Nampak luka lecet dengan ukuran 1 x 2 cm
Di jempol kaki kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 7mm x 10 mm.
Lain-lain : Tidak ada tanda-tanda kekerasan
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan korban perempuan berusia dua puluh empat tahun ini ditemukan luka lecet
di dahi, telinga, dan anggota gerak yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka
tersebut telah mengakibatkan penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari
untuk sementara waktu. Demikianlah Visum Et Repertum ini saya buat dengan sejujur-
jujurnya dan menggunakan ilmu yang sebaik-baiknya mengingat sumpah jabatan sesuai
dengan KUHP.
Lubuk Linggau, 28 Oktober 2014
Dokter Pemeriksa
dr. Yuanita
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Pengertian arti harafiah dari Visum et Repertum yakni berasal dari kata “visual” yang
berarti melihat dan “repertum” yaitu melaporkan.Sehingga jika digabungkan dari arti harafiah
ini adalah apa yang dilihat dan diketemukan sehingga Visum et Repertum merupakan suatu
6
laporan tertulis dari dokter (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat
dan diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain,kemudian
dilakukan pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya. Dalam Stbl tahun 1937
No 350 dikatakan bahwa “visa et reperta para dokter yang dibuat baik atas sumpah dokter
yang diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajarannya di Indonesia.
1.2.Jenis dan Bentuk Visum et Repertum
Ada beberapa jenis visum et repertum, yaitu visum et repertum perlukaan (termasuk
keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah, dan visum et
repertum psikiatrik. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum mengenai
tubuh/raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan
jenis terakhir adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu
tindak pidana.
Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas
sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan,
dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan dan sedapat mungkin tanpa istilah asing,
bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia.
1. Visum et Repertum pada Kasus Perlukaan.
Terhadap setiap pasien yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan visum et repertum dari polisi, dokter harus membuat catatan medis atas semua
hasil pemeriksaan medisnya secara lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk
pembuatan visum et repertum. Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter
setelah melapor ke penyidik, sehingga membawa surat permintaan visum et repertum.
Sedangkan korban dengan luka sedang/berat akan datang ke dokter sebelum melapor ke
penyidik, sehingga surat permintaan datang terlambat. Keterlambatan dapat diperkecil
dengan komunikasi dan
kerjasama antara institusi kesehatan dengan penyidik.
Di dalam bagian pemberitaa biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu datang,
luka-luka atau cedera atau penyakit yang diketemukan pada pemeriksaan fisik berikut uraian
tentang letak, jenis dan sifat luka serta ukurannya, pemeriksaan khusus/penunjang, tindakan
7
medis yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit selama perawatan, dan keadaan akhir saat
perawatan selesai. Gejala yang dapat dibuktikan secara obyektif dapat dimasukkan,
sedangkan yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan tidak dimasukkan ke dalam visum et
repertum.
2. Visum et Repertum Korban Kejahatan Susila
Umumnya korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertumnya pada dokter
adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP (meliputi
perzinahan, perkosaan, persetubuhan dengan wanita yang tidak berdaya, persetubuhan
dengan wanita yang belum cukup umur, serta perbuatan cabul).
Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya
persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya kekerasan (termasuk keracunan), serta usia
korban. Selain itu juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan,
dan kelainan psikiatrik sebagai akibat dari tindakan pidana tersebut. Dokter tidak dibebani
pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah pemerkosaan adalah istilah hukum yang
harus dibuktikan di depan sidang pengadilan.
Dalam kesimpulan diharapkan tercantum perkiraan tentang usia korban, ada atau tidaknya
tanda persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan ada atau
tidaknya tanda kekerasan. Bila ditemukan adanya tanda-tanda ejakulasi atau adanya tanda-
tanda perlawanan berupa darah pada kuku korban, dokter berkewajiban mencari identitas
tersangka melalui pemeriksaan golongan darah serta DNA dari benda-benda bukti tersebut.
3. Visum et Repertum Jenazah
Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat
identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian
tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis jenis pemeriksaan
yang diminta, apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan
dalam/autopsi (pemeriksaan bedah jenazah).
Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi :
1. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan jaringan
jenazah secara teliti dan sistematik.
8
2. Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan membuka rongga
tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadangkala dilakukan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi, toksikologi, serologi, dan sebagainya.
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan
penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta saat kematian seperti tersebut di atas.
4. Visum et Repertum Psikiatrik
Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP yang
berbunyi ”Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit,
tidak dipidana”. Jadi selain orang yang menderita penyakit jiwa, orang yang retardasi mental
juga terkena pasal ini.
Visum ini diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan bagi
korban sebagaimana yang lainnya. Selain itu visum ini juga menguraikan tentang segi
kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia. Karena menyangkut masalah dapat
dipidana atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya, maka adalah lebih
baik bila pembuat visum ini hanya dokter spesialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa
atau rumah sakit umum.
Dalam Keadaan tertentu di mana kesaksian seseorang amat diperlukan sedangkan ia
diragukan kondisi kejiwaannya jika ia bersaksi di depan pengadilan maka kadangkala hakim
juga meminta evaluasi kejiwaan saksi tersebut dalam bentuk visum et repertum psikiatrik.
1.3. Fungsi dan tujuan Visum et Repertum
Maksud pembuatan VeR adalah sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang
sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan
berlangsung. Jadi VeR merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai
dengan KUHP pasal 184.
Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:
- Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Keterangan terdakwa
- Surat-surat
9
- Petunjuk
Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:
- Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim
- Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat
- Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat
kesimpulan VeR yang lebih baru
Bila VeR belum dapat menjernihkan persoalan di sidang pengadilan, hakim dapat
meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang memberi kemungkinan dilakukannya
pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan
dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan.
1.4. Bagian bagian dari Visum et Repertum
Sudut kanan atas:
- alamat tujuan SPVR(Rumah sakit atau dokter), dan tgl SPVR.
- Rumah sakit (Direktur) :
* Kepala bagian / SMF Bedah
* Kepala bagian / SMF Obgyn
* Kepala bagian / SMF Penyakit dalam
* Kepala bagian I.K.Forensik.
Sudut kiri atas:
- alamat peminta VetR,
- nomor surat, hal dan
- lampiran.
Bagian tengah :
- Disebutkan SPVR korban hidup / mati
- Identitas korban (nama, umur, kelamin,
kebangsaan, alamat, agama dan pekerjaan).
- Peristiwanya (modus operandi) antara lain
*Luka karena . . . . . . . . . . . . . . . .
*Keracunan (obat/racun . . . . . . . . . .).
*Kesusilaan (perkosaan/perzinahan/cabul).
*Mati karena (listrik, tenggelam, senjata
10
api/tajam/tumpul dsb).
1.PEMBUKAAN
Kata Projustitia dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum tidak
perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN.
Bagian ini memuat antara lain :
- Identitas pemohon visum et repertum.
- Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum.
- Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya).
- Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan.
- Identitas korban.
- Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat, waktu
korban meninggal.
- Keterangan mengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter dan waktu
saat korban diterima dirumah sakit.
3. PEMBERITAAN.
- Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan
umum.
- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
- Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
- Hasil pemeriksaan tambahan.
Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awm.
-Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka,(luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan)
4. KESIMPULAN.
- Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil
pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
11
- Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan, pendengaran,
perasa, penciuman dan perabaan).
- Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP.
- Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada
waktu menerima jabatan”.
- Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.
1.5. Prosedur, permintaan, penerimaan dan penyerahan Visum et Repertum
Pihak yang berhak meminta Ver:
- Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara untuk
menjalankan undang-undang.
- Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
- Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.
- Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.
Syarat pembuat VeR:
- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
- Di wilayah sendiri
- Memiliki SIP
- Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk
membuat VeR korban hidup, yaitu: Harus tertulis, tidak boleh secara lisan; Langsung
menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarganya. Juga
tidak boleh melalui jasa pos.Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan
Dokter. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter. Ada identitas korban. Ada
identitas pemintanya. Mencantumkan tanggal permintaan. Korban diantar oleh polisi atau
jaksa.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk
membuat VeR jenazah, yaitu: Harus tertulis, tidak boleh secara lisan. Harus sedini mungkin.
Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar. Ada keterangan terjadinya
12
kejahatan. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki. Ada identitas
pemintanya. Mencantumkan tanggal permintaan. Korban diantar oleh polisi.
aat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam,
penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. Batas
waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila belum
selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.
Lampiran visum
- Fotografi forensic
- Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
- Penjelasan istilah kedokteran
- Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)
1.6. Perbedaan Visum et Repertum dengan catatan medis lainya.
Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta
tindakan pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan
oleh dokter atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari
pasien atau atas kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis
ini berkaitan dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam
pasal 322 KUHP.
Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120,
179 dan 133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan
meskipun Visum et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan
dari penyidik dan digunakan untuk kepentingan peradilan.
1.7. Ketentuan ketentuan hukum dalam Visum et Repertum
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
13
Selanjutnya,keberadaan Visum et Repertum tidak hanya diperuntukkan kepada seorang
korban (baik korban hidup maupun tidak hidup) semata, akan tetapi untuk kepentingan
penyidikan juga dapat dilakukan terhadap seorang tersangka sekalipun seperti VR Psikiatris.
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan dalam KUHAP yaitu :
Pasal 120 (1) KUHAP
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus.
Apabila pelaku perbuatan pidana tidak dapat bertanggung jawab, maka pelaku dapat dikenai
pidana. Sebagai perkecualian dapat dibaca dalam Pasal 44 KUHP sebagai berikut:
Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya,
disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya (gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu
karena penyakit (ziekelijke storing), tidak dipidana.
Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya disebabkan
karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, maka hakim dapat
memerintahkan supaya orang itu dimasukkan dalam Rumah Sakit Jiwa, paling lama satu tahun
sebagai waktu percobaan. Ketentuan tersebut dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah
Agung, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri.
Dalam menentukan adanya jiwa yang cacat dalam tumbuhnya dan jiwa yang
terganggu karena penyakit, sangat dibutuhkan kerjasama antar pihak yang terkait, yaitu ahli
dalam ilmu jiwa (dokter jiwa atau kesehatan jiwa), yang dalam persidangan nanti muncul
dalam bentuk Visum et Repertum Psychiatricum, digunakan untuk dapat mengungkapkan
keadaan pelaku perbuatan (tersangka) sebagai alat bukti surat yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu
sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP. Penyidik yang dimaksud di sini
adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara
RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan
dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh karena Visum et Repertum adalah keterangan ahli
mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai
negeri sipil tidak berwenang meminta Visum et Repertum , karena mereka hanya mempunyai
wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing
(Pasal 7(2) KUHAP). Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat
dikenakan sanki pidana :
Pasal 216 KUHP :
14
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar-
kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak
pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science), (Bandung:
Tarsito, 1981) hal. 18
2. R. Soeparmono, Keterangan Ahli dan Visum Et Repertum dalam aspek hukum acara
pidana, (bandung: mandar maju, 2002) hal. 98
3. Eddy Hiariej, teori hukum pembuktian, (jakarta :erlangga 2012) hal. 107
15
4. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. 2010.
16
top related