potensi antioksidasi daun salam (eugenia polyantha wight ... · tidak ada perbedaan potensi ......
Post on 06-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
POTENSI ANTIOKSIDASI DAUN SALAM (Eugenia
polyantha Wight.) PADA LINGKUNGAN
AGROBIOFISIK YANG BERBEDA
RADEN ANISSA EKAWATI
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
ABSTRAK
RADEN ANISSA EKAWATI. Potensi Antioksidasi Daun Salam (Eugenia
polyantha Wight.) Pada Lingkungan Agrobiofisik yang Berbeda. Dibimbing oleh
SULISTIYANI dan EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH.
Pengaruh lingkungan agrobiofisik terhadap khasiat antioksidasi dari ekstrak
daun tanaman salam belum dilakukan. Dalam penelitian ini akan digunakan daun
salam dari berbagai daerah dengan lingkungan agrobiofisik yang berbeda, yaitu
Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
khasiat antioksidasi ekstrak daun salam pada lingkungan agrobiofisik yang
berbeda.
Daun salam diekstraksi dengan pelarut etanol 70% menggunakan metode
refluks. Potensi antioksidasi ekstrak daun salam ditentukan dengan metode asam
tiobarbiturat (TBA) menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 532
nm.
Rendemen ekstrak yang diperoleh dari salam kota Bogor, Sukabumi, dan
Cianjur masing-masing sebesar 18.45%, 11.55%, dan 8.06%. Hasil uji fitokimia
menunjukkan bahwa ekstrak daun salam mengandung saponin, alkaloid,
flavonoid, fenolik hidrokuinon, triterpenoid, dan tanin. Pada penentuan
konsentrasi optimum potensi antioksidasi diperoleh hasil bahwa ekstrak daun
salam konsentrasi 1000 ppm menunjukkan potensi antioksidasi terbesar yang
sebanding dengan vitamin E konsentrasi 200 ppm. Tidak ada perbedaan potensi
antioksidasi ekstrak daun salam yang berasal dari lingkungan agrobiofisik berbeda
antara lain kota Bogor, Sukabumi, dan Cianjur dalam menghambat oksidasi asam
linoleat yaitu masing-masing sebesar 67.14%, 66.59%, dan 68.44% (p>0.05).
ABSTRACT
RADEN ANISSA EKAWATI. The Antioxidative Potency of Bay Leaves
(Eugenia polyantha Wight.) on Different Agrobiophysic Environment. Under the
direction of SULISTIYANI and EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH.
The study of the impact of agrobiophysic environment on the antioxidative
potency of bay leaves extract has not been done. In this research, bay leaves were
taken from three places with different agrobiophysic environment: Bogor,
Sukabumi, and Cianjur. The objectives of this research is to determine
antioxidative potency of those extracts.
Bay leaves were extracted by ethanol solution of 70% using reflux method.
The antioxidative potency of bay leaves extract were determine by thiobarbituric
acid (TBA) method using spectrophotometer at 532 nm.
The yield percentages of the crude extracts from Bogor, Sukabumi, and
Cianjur were 18.45%, 11.55%, and 8.06% respectively. The result of the
phytochemical analysis indicates that the extracts contained saponin, alkaloid,
flavonoid, phenolic hydroquinone, triterpenoid, and tannin. On the determination
of the concentration of optimum antioxidative potency, it was found that 1000
ppm concentration showed the highest activity which was similar to vitamin E at
concentration of 200 ppm. There were no different in antioxidative potency of the
extracts from Bogor, Sukabumi, and Cianjur to inhibit the oxidation of linoleic
acids; the inhibition were as much as 67.14%, 66.59%, and 68.44% respectively
(p>0.05).
POTENSI ANTIOKSIDASI DAUN SALAM (Eugenia
polyantha Wight.) PADA LINGKUNGAN
AGROBIOFISIK YANG BERBEDA
RADEN ANISSA EKAWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
Judul Skripsi : Potensi Antioksidasi Daun Salam (Eugenia polyantha Wight.)
Pada Lingkungan Agrobiofisik yang Berbeda
Nama : Raden Anissa Ekawati
NRP : G44102043
Disetujui
Komisi Pembimbing
drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. Drs. Edy Djauhari P.K, M.Si.
Ketua Anggota
Diketahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP. 131 473 999
Tanggal lulus:
PRAKATA
Penulis panjatkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas
seluruh rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Program Studi Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli-November 2006
dengan judul Potensi Antioksidasi Daun Salam (Eugenia polyantha Wight.) Pada
Lingkungan Agrobiofisik yang Berbeda.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kapada semua pihak
yang telah membantu. Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing drh.
Sulistiyani, M.Sc., Ph.D dan Drs. Edy Djauhari Purwakusumah, M.Si atas
bimbingan dan dorongannya selama penelitian serta penulisan skripsi ini. Selain
itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan Yayu,
Alvi, Fitri, Aris, Liga, Chandra, Bina, Hilya, Laura, dan Peni atas bantuannya
selama penelitian. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Andrew Sakti atas
dukungan, pengertian dan kasih sayangnya serta kepada Innayah atas dukungan
dan bantuan morilnya. Ungkapan terima kasih sedalam-dalamnya juga penulis
sampaikan kepada papa, mama, Ikhsan, dan Bayu atas doa, kasih sayang, dan
dukungan morilnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Februari 2007
Raden Anissa Ekawati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 13 Juli 1984 dari ayah
bernama Raden Muhjidin Sumiratmadja dan ibu bernama Lina Nur’aeni. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis pernah bersekolah di SDN Ciluar V Bogor pada tahun 1990,
kemudian melanjutkan ke SLTPN 5 Bogor pada tahun 1996. Pada tahun 2002,
penulis lulus dari SMUN 2 Bogor dan pada tahun yang sama berhasil masuk
Institut Pertanian Bogor di Program Studi Biokimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
Selama kuliah penulis aktif di kelembagaan Ikatan Mahasiswa Kimia
(IMASIKA) periode 2003/2004. Pada tahun 2005, penulis pernah menjadi asisten
praktikum Biokimia Umum. Penulis pernah melakukan praktek lapang di Pusat
Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong
Bogor selama bulan Juli-Agustus 2005 dengan tema Isolasi dan Purifikasi Protein
Rekombinan J-SU Sistem pGEX.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Salam (Eugenia polyantha Wight.) ........................................................ 1
Pengaruh Agrobiofisik terhadap Bahan Aktif ........................................ 2
Radikal Bebas Penyebab Penyakit Degeneratif ..................................... 3
Tahapan Reaksi Peroksidasi Lipid ......................................................... 4
Peranan Antioksidan di Bidang Kesehatan ............................................ 5
Senyawa Antioksidan Alami .................................................................. 5
Teknik Penentuan Potensi Antioksidan ................................................. 6
Metode Diena terkonjugasi .................................................................... 6
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ....................................................................................... 7
Metode .................................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ekstraksi ........................................................................................ 9
Analisis Fitokimia Ekstrak Sampel ........................................................ 9
Sistem Oksidasi Asam Linoleat .............................................................. 10
Oksidasi Asam Linoleat Metode TBA ................................................... 10
Potensi Antioksidasi Ekstrak Daun Salam Bogor, Sukabumi, dan
Cianjur 200 ppm ..................................................................................... 10
Penentuan Konsentrasi Optimum Potensi Antioksidasi ......................... 11
Potensi Antioksidasi Ekstrak Daun Salam Bogor, Sukabumi, dan
Cianjur 1000 ppm ................................................................................... 12
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14
LAMPIRAN ..................................................................................................... 17
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Salam (Eugenia polyantha Wight.) ....................................................... 2
2 Reaksi pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) ......................... 4
3 Reaksi peroksidasi lipid ......................................................................... 4
4 Reaksi antara malondialdehida dan asam tiobarbiturat ......................... 4
5 Pembentukan diena terkonjugasi pada asam lemak linoleat ................. 7
6 Nilai absorbansi hidroperoksida maksimum terhadap waktu ............... 10
7 Konsentrasi MDA vitamin E ................................................................ 10
8 Konsentrasi MDA ekstrak salam ketiga kota 200 ppm ........................ 11
9 Konsentrasi MDA pada penentuan konsentrasi optimum I .................. 12
10 Konsentrasi MDA pada penentuan konsentrasi optimum II ................ 12
11 Uji potensi antioksidasi ........................................................................ 13
12 Konsentrasi MDA ekstrak salam ketiga kota 1000 ppm ..................... 13
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Reaksi pembentukan molekul H2O .................................................... 3
2 Hasil uji fitokimia ekstrak salam ........................................................ 10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tahap penelitian .................................................................................... 18
2 Analisis hidroperoksida metode diena terkonjugasi ............................. 19
3 Pembuatan kurva standar metode TBA ................................................ 20
4 Analisis potensi antioksidan metode TBA ............................................ 20
5 Data hasil ekstraksi metode refluks ....................................................... 21
6 Data penentuan waktu inkubasi metode diena terkonjugasi ................. 21
7 Data kurva standar metode TBA ........................................................... 22
8 Data potensi antioksidasi ekstrak daun salam ketiga kota 200 ppm ..... 22
9 Data hasil penentuan konsentrasi optimum metode TBA I ................... 23
10 Data hasil penentuan konsentrasi optimum metode TBA II .................. 24
11 Data potensi antioksidasi ekstrak daun salam ketiga kota 1000 ppm .... 25
12 Statistik potensi antioksidasi ekstrak salam ketiga kota 200 ppm ......... 26
13 Statistik penentuan konsentrasi optimum I ............................................ 26
14 Statistik penentuan konsentrasi optimum II .......................................... 27
15 Statistik potensi antioksidasi ekstrak salam ketiga kota 1000 ppm ...... 27
16 Hasil uji fitokimia ................................................................................. 28
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta berubahnya pola hidup
masyarakat yang lebih mengarah kepada
makanan siap saji yang berdampak pada
munculnya berbagai penyakit degeneratif.
Pola makan yang tidak tepat mengakibatkan
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh
sehingga muncul beragam penyakit seperti
kanker, diabetes melitus, aterosklerosis,
katarak, dan penyakit jantung koroner (Napoli
et al 2001). Namun, saat ini masyarakat mulai
sadar dan mengubah pola hidupnya untuk
kembali pada alam (back to nature), termasuk
dalam hal memelihara dan menjaga kesehatan.
Keberadaan radikal bebas yang bersifat
tidak stabil dan reaktif di dalam tubuh dapat
mengakibatkan kerusakan seluler, jaringan,
dan genetik (mutasi DNA). Radikal bebas
dapat dikurangi dengan mengkonsumsi
antioksidan dalam jumlah yang cukup. Secara
alami, tubuh mempunyai benteng yang dapat
mencegah serangan berbagai penyakit yang
disebut antioksidan. Antioksidan memiliki
fungsi untuk menghentikan atau memutuskan
reaksi berantai dari radikal bebas yang
terdapat dalam tubuh sehingga dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan
akibat radikal bebas (Hernani & Rahardjo
2005).
Tubuh manusia menghasilkan senyawa
antioksidan, tetapi tidak cukup kuat untuk
berkompetisi dengan radikal bebas yang
dihasilkan oleh tubuh sendiri setiap harinya
(Hernani & Rahardjo 2005). Kekurangan
antioksidan dalam tubuh dapat diatasi melalui
asupan dari luar yang banyak mengandung
antioksidan. Masyarakat tradisional umumnya
telah memanfaatkan beberapa tanaman obat
yang berpotensi sebagai antioksidan, salah
satunya salam (Eugenia polyantha Wight.).
Tanaman salam biasa ditanam oleh petani
untuk kebutuhan sebagai bumbu masak
sehari-hari. Lingkungan agrobiofisik sekitar
tanaman salam sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi daun salam. Iklim,
ketersediaan unsur hara tanah, dan topografi
daerah tempat tumbuh tanaman salam sangat
menentukan kandungan bahan aktif daun
salam yang berpotensi sebagai antioksidan.
Dalam penelitian ini akan digunakan daun
salam dari berbagai daerah dengan lingkungan
agrobiofisik yang berbeda, yaitu Sukabumi,
Bogor, dan Cianjur.
Masalah dari penelitian ini adalah belum
adanya penelitian ilmiah secara in vitro yang
membuktikan adanya pengaruh lingkungan
agrobiofisik terhadap khasiat antioksidasi dari
ekstrak daun tanaman salam (Eugenia
polyantha Wight.) belum dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan khasiat antioksidasi ekstrak
daun salam (Eugenia polyantha Wight.) pada
lingkungan agrobiofisik yang berbeda dengan
mengukur konsentrasi malondialdehida
menggunakan metode asam tiobarbiturat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi ilmiah mengenai
khasiat antioksidasi tanaman salam (Eugenia
polyantha Wight.) secara in vitro sehingga
dapat dijadikan dasar pengembangan tanaman
salam (Eugenia polyantha Wight.) menjadi
fitofarmaka.
TINJAUAN PUSTAKA
Salam (Eugenia polyantha Wight.)
Menurut Tjitrosoepomo (2005), salam
yang merupakan salah satu jenis tanaman obat
yang tergolong dalam Ordo: Myrtales, Famili:
Myrtaceae, Genus: Eugenia, dan Spesies:
Eugenia polyantha Wight. Tanaman ini juga
memiliki nama latin lain yaitu Syzygium
polyanthum (Wight.) Walp. (Wijayakusuma et
al 1996). Salam memiliki beberapa nama lain
di Indonesia yaitu meselangan, ubar serai,
gowok, manting, dan kastolam.
Salam dapat tumbuh liar di hutan dan
pegunungan, atau ditanam di pekarangan
rumah. Tanaman ini dapat ditemukan dari
dataran rendah hingga daerah yang
ketinggiannya mencapai 1800 meter di atas
permukaan laut (Wijayakusuma et al. 1996)
bahkan hingga mencapai 2000 meter di atas
permukaan laut (PSB 2006). Salam dapat
dikembangbiakkan dengan cara stek batang,
cangkok, dan biji (Dalimartha 2000).
Dalimartha (2000) menjelaskan bahwa
salam merupakan pohon bertajuk rimbun
dengan tinggi mencapai 25 m, batang bulat
dengan permukaan licin, dan berakar
tunggang. Daun salam memiliki beberapa
karakteristik seperti tunggal, pertulangan
menyirip, letaknya berhadapan, berbentuk
lonjong sampai elips atau bundar telur
sungsang, dan berwarna hijau. Daun salam
memiliki tangkai yang panjangnya 0.5-1 cm,
panjang daun 5-15 cm dan lebar daun 3-8 cm
(Gambar 1). Bunga salam majemuk tersusun,
berwarna putih, dan harum. Buahnya
merupakan buah buni yang berbentuk bulat
dengan diameter 8-9 mm, memiliki rasa sepat,
dan berwarna hijau saat muda, setelah masak
warnanya berubah menjadi merah gelap.
Bijinya berwarna cokelat dan berbentuk bulat
dengan penampang sekitar 1 cm.
Pohon salam memiliki khasiat sebagai
tanaman obat terutama daunnya, meskipun
demikian kandungan senyawa kimia yang
berkhasiat obat terdapat diseluruh bagian
tanaman seperti kulit batang, akar dan buah.
Salam mengandung zat-zat kimia, seperti
minyak atsiri yang terdiri sitral dan eugenol,
tanin, dan flavonoida (Wijayakusumah et al.
1996). Selain untuk obat, pohon salam
digunakan pula sebagai bahan pewarna barang
anyaman terutama kulitnya, sedangkan
kayunya dapat digunakan sebagai bahan
bangunan (Heyne 1987).
Gambar 1 Salam (Eugenia polyantha Wight.).
Pengaruh Agrobiofisik terhadap Bahan
Aktif
Tanaman salam (Eugenia polyantha
Wight.) dapat tumbuh di daerah dataran
rendah hingga dataran tinggi dengan curah
hujan yang cukup basah. Suhu rata-rata
tahunan yang dibutuhkan tanaman salam
untuk tumbuh sekitar 18-30 ºC dan
ketersediaan air yang cukup tinggi yaitu bulan
basah > 6 bulan dan bulan kering < 6 bulan.
Tekstur tanah yang baik untuk pertumbuhan
salam adalah tekstur lempung pasir (Sandy
loam) hingga liat (Clay).
Produksi daun tanaman salam sangat
tergantung iklim dan sering tidaknya
dilakukan pemanenan. Semakin sering
pemanenan daun salam maka pertumbuhan
batang terhambat sehingga produksi daun
salam semakin menurun. Produksi daun salam
yang tinggi berada pada lingkungan dengan
suhu rata-rata 22–25 ºC, bulan basah sekitar
6–8 bulan, dan bulan kering sekitar 3–4 bulan
(PSB 2006). Sedangkan daerah topografinya
berada pada ketinggian 800–1000 meter diatas
permukaan laut, keberadaan lereng sekitar
15%, dan tekstur tanahnya lempung.
Produksi bahan aktif daun salam sangat
tergantung dengan ketersediaan unsur hara
tanah dan kondisi terain (lereng dan persentasi
batuan permukaan) lokasi tumbuh. Semakin
tinggi ketersediaan hara maka semakin tinggi
produksi bahan aktif daun salam. Untuk
kondisi terain, semakin rendah persentasi
lereng dan batuan permukaan maka semakin
tinggi produksi bahan aktif daun salam.
Persentasi kondisi terain yang ideal untuk
produksi bahan aktif daun salam sekitar <
20% untuk kondisi lereng dan < 7% untuk
kondisi batuan permukaan.
Dalam penelitian ini digunakan daun
salam berasal dari daerah Sukabumi, Bogor,
dan Cianjur. Daerah ini dikenal dengan daerah
yang dikelilingi oleh gunung di Jawa Barat
dan memiliki daerah yang berbukit serta
berlereng. Meskipun demikian daerah tersebut
berpotensi sebagai tempat tumbuh tanaman
salam.
Daerah Sukabumi memiliki tekstur
permukaan bergelombang berupa dataran
rendah di bagian selatan, sedangkan tekstur
permukaan yang berbukit-bukit di bagian
tengah dan utara. Sukabumi terletak pada
daerah ketinggian antara 0-2960 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan tanah
antara 15-34%. Jenis tanah yang dimiliki
daerah Sukabumi bermacam-macam, antara
lain aluvial, andosol, latosol, laterit, regosol,
mediteran, podsolik merah kuning, litosol,
renzina, dan brown forest soil. Sukabumi
memiliki iklim basah dengan curah hujan
antara 1378-3597 mm/tahun, suhu udara 18-
30 ºC, dan kelembaban 80-95%.
Daerah Bogor yang terkenal dengan
julukan kota hujan terletak pada daerah
ketinggian antara 500-700 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan tanah 15-
30%. Bogor memiliki berbagai macam jenis
tanah, yaitu latosol, litosol, aluvial, dan
podsolik merah kekuningan. Bogor termasuk
dalam iklim basah dengan curah hujan
tertinggi di Jawa Barat antara 2916-4500
mm/tahun, suhu udara 21.8-26 ºC, dan
kelembaban kurang lebih 70%.
Daerah Cianjur yang dijuluki sebagai kota
beras terletak pada ketinggian antara 0-2962
meter di atas permukaan laut. Cianjur
memiliki daerah yang sebagian besar berupa
pegunungan serta berbukit-bukit dan sebagian
kecil dataran rendah dengan kemiringan 0-
>40%. Cianjur memiliki berbagai macam
jenis tanah, yaitu aluvial, andosol, brown
forest soil, grumusol, latosol, litosol,
mediteran, organosol, podsolik, podsolik
merah kuning, regosol, renzina, dan tanah-
tanah berglei. Cianjur memiliki iklim basah
dengan curah hujan 107–2260 mm/tahun.
Radikal Bebas Penyebab Penyakit
Degeneratif
Radikal bebas didefinisikan sebagai suatu
senyawa kimia yang memiliki atom atau
molekul dengan satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan (Hernani & Rahardjo
2005). Adanya elektron yang berpasangan
membuat molekul menjadi tidak stabil dan
bersifat reaktif karena berusaha untuk
mendapatkan pasangan elektron (Muhilal
1991).
Radikal bebas memiliki peran dalam
berbagai terjadinya penyakit degeneratif. Hal
ini disebabkan sifat senyawa radikal bebas
yang sangat reaktif sehingga mampu bereaksi
dengan makromolekul protein seperti halnya
enzim, lipid, karbohidrat, atau DNA yang ada
dalam tubuh (Musthafa et al 2000). Radikal
bebas yang berlebihan dapat menimbulkan
kerusakan seluler, jaringan, dan genetika
(mutasi DNA). Kerusakan seluler dan jaringan
tersebut dapat menimbulkan peradangan
jaringan dan mendorong terjadinya keganasan
(Lautan 1997). Hal tersebut disebabkan
adanya efek mutagenik molekul radikal bebas
superoksida (O2-) yang terbentuk pada saat
peradangan. Reaksi antara radikal bebas
dengan molekul non radikal akan
menghasilkan suatu radikal bebas yang baru
dan selanjutnya menimbulkan reaksi berantai.
Menurut Sofia (2005), senyawa radikal
bebas terbentuk dari dua macam sumber yaitu
endogenus dan eksogenus. Pembentukan
radikal bebas secara endogenus dapat melalui
reaksi autoksidasi, oksidasi enzimatik,
fagositosis dalam respirasi, transpor elektron
di mitokondria, dan oksidasi ion-ion logam
transisi dalam tubuh. Sedangkan pembentukan
radikal bebas secara eksogenus akibat bahan
kimia yang bersifat karsinogenik, radiasi sinar
UV, sinar X, dan sinar gamma.
Radikal bebas yang terbentuk secara
endogenus dapat berasal dari metabolisme
normal tubuh. Salah satu contohnya proses
reduksi molekul oksigen dalam rangkaian
transport elektron pada rantai respirasi
mitokondria. Oksigen dimetabolisme menjadi
H2O dengan penambahan 4 elektron melalui
beberapa tahapan reaksi (Siregar 1992).
Reaksi molekul oksigen dengan elektron
pertama akan membentuk anion radikal
superoksida (O2-), kemudian anion radikal
superoksida direaksikan dengan elektron
kedua dan dua atom hidrogen menghasilkan
hidrogen peroksida (H2O2). Penambahan
elektron ketiga pada molekul hidrogen
peroksida akan memicu pembentukan radikal
hidroksil (OH•). Molekul H2O akan terbentuk
melalui reaksi radikal hidroksil dengan
elektron keempat dan sebuah atom hidrogen
(Tabel 1).
Radikal bebas juga dapat dihasilkan dari
berbagai proses kimia atau enzimatik dalam
metabolisme tubuh yang melibatkan senyawa
organik maupun inorganik seperti Fe. Radikal
hidroksil (OH•) dapat terbentuk melalui reaksi
nonenzimatik dari senyawa hidroperoksida
(H2O2) yang dikatalisis oleh ion Fe2+,
kemudian Fe2+ akan dioksidasi menjadi Fe
3+
sehingga reaksi ini dikenal sebagai reaksi
Fenton. Selain melalui reaksi Fenton, Radikal
hidroksil (OH•) juga dapat terbentuk melalui
reaksi Haber-Weiss dengan menggunakan
radikal superoksida (O2-) dan hidroperoksida
(H2O2) sebagai substrat yang dikatalisis oleh
besi, sesuai dengan reaksi sebagai berikut:
H2O2 + Fe2+ Fe
3++ OH
- + OH•
H2O2 + O2- O2 + OH
- + OH•
Reaksi ini terjadi secara berantai dan terus
menerus sampai ada molekul yang
memberikan elektron yang dibutuhkan radikal
bebas atau dapat berakhir bila dua buah gugus
radikal bebas saling berinteraksi membentuk
ikatan non radikal (Murray 2003).
Jenis radikal bebas yang berperan dalam
berbagai reaksi-reaksi destruktif pada tubuh
manusia adalah spesies oksigen reaktif.
Senyawa yang termasuk dalam spesies
oksigen reaktif yang dapat ditemukan dalam
tubuh yaitu peroksida lipid (LOOH),
Hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen
(IO2), ion hipoklorit (OCl-), radikal bebas
superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil
(OH+), radikal bebas alkoksi (RO•), dan
radikal peroksil (ROO•) (Lautan 1997).
Menurut peneliti lainnya ROS mempunyai
peranan penting dalam patofisiologi manusia
seperti kanker, kardiovaskuler, dan penyakit
neurodegeneratif seperti alzheimer dan
parkinson (Tuminah 2000).
Tabel 1 Reaksi pembentukan molekul H2O
Reaksi Hasil reaksi
O2 + e-
O2
-
O2 + e- + 2H
+
H2O2
H2O2 + e-
OH• + OH
-
OH+ + e- + H+ H2O
OH- + H
+
H2O
O2 + 4 e- + 4 H
+ 2H2O
Reactive Oxygen Species (ROS) terbentuk
dari reaksi pembentukan energi yang tidak
sempurna pada mitokondria. Molekul oksigen
dan glukosa yang masuk dalam mitokondria
diubah menjadi energi dan ROS. Reaktifitas
ROS dapat distabilkan oleh enzim superoksida
dismutase membentuk senyawa hidrogen
peroksida, kemudian senyawa tersebut
dinetralkan menjadi air dan oksigen oleh
enzim katalase. Namun, konsentrasi ROS
yang tinggi dalam tubuh akan menyerang sel
lain seperti sel syaraf motorik (Gambar 2).
Gambar 2 Reaksi pembentukan Reactive
Oxygen Species (ROS).
Tahapan Reaksi Peroksidasi Lipid
Peroksidasi lipid adalah reaksi yang terjadi
antara radikal bebas dengan asam lemak tak
jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid,
PUFA) pada membran sel yang sedikitnya
mengandung tiga ikatan rangkap. Radikal
bebas bersifat sangat reaktif jika bereaksi
dengan PUFA sehingga akan menghasilkan
radikal lipid bebas (R•). Apabila radikal lipid
bebas bereaksi dengan O2 akan terbentuk
radikal peroksi lipid (ROO•) yang dapat
menghasilkan endoperoksida lipid atau lipid
peroksida. Reaksi ini terjadi secara berantai
dan terus menerus karena menghasilkan
radikal lipid bebas (R•) lain yang
menyebabkan peroksidasi lebih lanjut
(Gambar 3). Peroksidasi lipid juga dikatalisis
secara in vivo oleh senyawa heme dan enzim
lipoksigenase yang ditemukan di dalam
trombosit serta leukosit (Murray 2003).
Reaksi peroksidasi lipid dimulai dengan
tahapan inisiasi yaitu pemisahan sebuah atom
hidrogen oleh radikal bebas dari suatu grup
metilena (-CH2-) PUFA. Reaksi ini
menghasilkan pembentukan suatu radikal
karbon (-•CH-) pada PUFA. Radikal karbon
distabilkan melalui suatu pengaturan ulang
ikatan rangkap yang menghasilkan
pembentukan diena terkonjugasi. Pada tahap
propagasi, radikal peroksida lipid dapat juga
menghilangkan sebuah atom hidrogen dari
molekul lipid lainnya yang berdekatan untuk
membentuk hidroperoksida lipid dan juga
membentuk radikal karbon lain sehingga
reaksi peroksidasi lipid akan terjadi secara
terus menerus. Tahap terminasi akan terjadi
bila ada reaksi antara radikal bebas sendiri
atau adanya senyawa antioksidan. Reaksi
peroksidasi secara enzimatik dan
nonenzimatik dikatalisis oleh ion logam
transisi seperti Fe2+ (Cornwell & Morisaki
1984).
Peroksidasi lipid menghasilkan produk
akhir malonaldehida (MDA). Konsentrasi
MDA dapat diukur dengan metode asam
tiobarbiturat (TBA) karena MDA akan
bereaksi dengan asam tiobarbiturat
membentuk produk berwarna merah yang
diukur pada panjang gelombang 532 nm
(Gambar 4). Kadar lipid peroksida dalam
tubuh manusia tidak boleh lebih dari 4
nmol/ml. Kelebihan lipid peroksida dalam
darah dan hati dapat mengakibatkan berbagai
macam penyakit seperti kanker, jantung
koroner, stroke, katarak, autoimun, dan
penuaan dini (Yagi 1994).
Gambar 3 Reaksi peroksidasi lipid.
Gambar 4 Reaksi antara malondialdehida
dan asam tiobarbiturat.
Peranan Antioksidan di Bidang Kesehatan
Kerusakan yang ditimbulkan oleh spesies
oksigen reaktif dapat diatasi oleh tubuh
sendiri melalui mekanisme pertahan preventif.
Sistem pertahanan tubuh ini dilakukan oleh
enzim-enzim pembersih (scavenger enzyme),
diantaranya superoksida dismutase (SOD),
katalase, dan glutation peroksidase (Tuminah
2000). Enzim SOD terdapat hampir semua
jaringan terutama pada kompartemen sitosol
dan mitokondria yang berfungsi mengubah
radikal superoksida (O2-•) menjadi H2O2 dan
O2 dengan reaksi sebagai berikut:
Superoksida dismutase
O2- + O2
- + 2 H
+ H2O2 +
O2
Katalase terdapat pada peroksisom dan sitosol
berfungsi untuk menetralkan H2O2 menjadi O2
dan H2O. Sedangkan glutation peroksidase
terdapat pada sitosol dan mitokondria akan
mengkatalisis reaksi antara glutation (GSH)
dan H2O2 menjadi GSSG dan H2O. Gugus tiol
(-SH) pada glutation peroksidase akan
bereaksi dengan radikal superoksida sehingga
dapat mencegah kerusakan komponen sel
lainnya (Siregar 1992). Namun, dalam kondisi
tertentu (sakit, stress, polusi, dan radiasi)
produksi radikal bebas dapat melebihi
kemampuan sistem pertahanan tubuh.
Keterbatasan mekanisme tubuh untuk
menetralkan reaksi oksidasi telah mendorong
penggunaan antioksidan dari luar tubuh.
Antioksidan merupakan senyawa penting
dalam menjaga kesehatan tubuh yang
berfungsi sebagai penangkap radikal bebas
dalam tubuh. Secara khusus, antioksidan
diartikan sebagai zat yang dapat menunda atau
mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal
bebas dalam oksidasi lipid walaupun dengan
konsentrasi lebih rendah dibandingkan
substrat yang dapat dioksidasi (Trilaksani
2003).
Menurut Murray (2003), antioksidan
berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi dua
macam, yaitu antioksidan pencegah dan
antioksidan pemutus rantai. Antioksidan
pencegah berfungsi mengurangi inisiasi rantai
oksidasi seperti katalase dan peroksidase yang
bereaksi dengan hidroperoksida lipid
(ROOH), transferin dan feritin yang
mencegah pembentukan Fe2+ bebas, serta
seruplasmin dan albumin yang mencegah
pembentukan Cu+ bebas. Antioksidan
pemutus rantai bekerja dengan mempengaruhi
tahap propagasi pada pembentukan radikal
bebas seperti vitamin E, fenol, dan amina
aromatik yang berfungsi menangkap radikal
peroksi (ROO•) dan radikal alkoksi (RO•).
Contoh lainnya antara lain vitamin A dan
vitamin C.
Berdasarkan mekanisme kerjanya,
senyawa antioksidan terbagi menjadi tiga
macam yaitu antioksidan primer yang bekerja
untuk mengurangi pembentukan radikal bebas
dengan memutuskan reaksi berantai dan
mengubahnya menjadi produk yang lebih
stabil. Senyawa yang termasuk antioksidan
primer diantaranya superoksida dismutase
(SOD), katalase, dan glutation peroksidase.
Antioksidan sekunder berperan mengikat
senyawa radikal bebas dan mencegah
amplifikasi radikal. Antioksidan sekunder
terdiri atas vitamin A, vitamin C, vitamin B,
vitamin E, β-karoten, dan senyawa-senyawa
fitokimia. Sedangkan antioksidan tersier
berperan sebagai mekanisme biomolekuler,
seperti enzim perbaikan DNA dan metionin
sulfoksida reduktase (Kartikawati 1999).
Senyawa Antioksidan Alami
Senyawa antioksidan dapat diperoleh
dalam berbagai tumbuh-tumbuhan. Beberapa
antioksidan alami dapat dihasilkan dari
rempah-rempah, tanaman herbal, sayuran dan
buah. Namun, herbal tanaman obat
mempunyai daya aktivitas antioksidan lebih
tinggi dibandingkan dengan buah dan sayuran
(Hernani & Rahardjo 2005). Telah banyak
penelitian yang menyatakan bahwa
perlawanan berbagai macam penyakit
degeneratif seperti kanker dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi sayuran dan buah yang
banyak mengandung senyawa antioksidan
untuk mengurangi reaksi berantai radikal
bebas. Senyawa kimia yang tergolong dalam
kelompok antioksidan yang ditemukan pada
tanaman, antara lain dari golongan polifenol,
flavonoid, vitamin C, vitamin E, dan
karotenoid.
Antioksidan dari golongan polifenol
sangat mudah larut dalam air dan lemak. Pada
umumnya senyawa antioksidan tersebut
digunakan untuk mencegah kerusakan akibat
reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik,
farmasi, dan plastik. Senyawa polifenol
memiliki fungsi sebagai penangkap dan
pengikat radikal bebas dari ion-ion logam
yang mengalami kerusakan.
Antioksidan golongan flavonoid
merupakan antioksidan yang berpotensial
untuk mencegah pembentukan radikal bebas.
Flavonoid diperkirakan hampir 90 persen
sebagai glikosida dan 10 persen sebagai
aglikon. Senyawa flavonoid dapat
dikelompokkan dalam dalam golongan flavon,
flavonol, flavanon, antosianidin, katekin, dan
isoflavon (Hernani & Rahardjo 2005).
Kuersetin (3,4-dihidroksiflavonol) adalah
senyawa flavonoid dari golongan flavonol
yang terdapat tanaman teh, tomat, apel, kakao,
anggur, dan bawang. Keberadaan kuersetin
juga telah dibuktikan secara ilmiah pada
tanaman salam (PSB 2005). Aktivitas
kuersetin dalam menghambat reaksi oksidasi
low-density lipoprotein (LDL) dapat
ditunjukkan secara in vitro (Sibuea 2004).
Aktivitas antioksidan kuersetin dari anggur
merah sebanding dengan α-tokoferol dalam
menghambat peroksidasi lipid. Isoflavon
merupakan sejenis senyawa oestrogen yang
mempunyai aktivitas antioksidan yang cukup
tinggi karena telah terbukti bahwa senyawa ini
dapat mengurangi resiko terhadap penyakit
kanker, jantung koroner, dan osteoporosis.
Vitamin C adalah suatu senyawa asam L-
askorbat (2-ketoglukonolakton) yang memiliki
multifungsi. Vitamin C dapat berfungsi
sebagai antioksidan, proantioksidan, pengikat
logam, pereduksi, dan penangkap oksigen.
Vitamin E merupakan vitamin yang larut
dalam lemak dan memiliki kemampuan
sebagai antioksidan yang cukup kuat. Vitamin
E berfungsi untuk memproteksi sel-sel
membran serta LDL kolesterol dari reaksi
oksidasi (Tuminah 1999), membantu
memperlambat penuaan, dan melindungi
tubuh dari kerusakan sel yang dapat
menimbulkan penyakit kanker.
Karotenoid adalah molekul-molekul yang
dapat memberikan warna-warna terang pada
tanaman, buah-buahan, dan sayuran. Senyawa
yang tergolong karotenoid antara lain α-
karoten, β-karoten, likopen, lutein, zeaksantin,
dan β-kriptoksantin (Tuminah 1999). Senyawa
karotenoid dapat mengurangi resiko terkena
penyakit kanker. Zat antioksidan alami
lainnya adalah saponin dari turunan glikosida
yang berikatan dapat menurunkan kolesterol
dalam darah dan menghambat penyakit kanker
(Hernani & Rahardjo 2005).
Teknik Penentuan Potensi Antioksidan
Pengujian potensi antioksidan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
metode oksigen aktif (active oxygen methode,
AOM), metode asam tiobarbiturat (2-
thiobarbituric acid, TBA), metode tiosianat,
metode bilangan ansidin, dan metode Kreis
(Santoso 2002).
Metode oksigen aktif merupakan metode
untuk mengukur nilai peroksida yang
dihasilkan dari oksidasi asam lemak tak jenuh
dalam kondisi jenuh udara pada suhu 98ºC.
Metode TBA untuk mengukur produk
oksidasi asam linoleat (malondialdehida) yang
akan bereaksi dengan asam tiobarbiturat
menghasilkan produk berwarna merah yang
diukur pada λ 532 nm. Metode tiosianat untuk
mengukur peroksida yang akan membentuk
kompleks warna Fe[Fe(SCN)6]. Metode
bilangan ansidin untuk mengukur senyawa
aldehid hasil oksidasi yang bereaksi dengan p-
ansidin. Sedangkan metode Kreis untuk
mengukur hasil oksidasi lemak yang akan
bereaksi dengan fluoroglusinol.
Uji potensi antioksidan yang digunakan
adalah metode TBA. Alasan penggunaan
metode TBA dalam penelitian ini antara lain:
metode TBA merupakan cara analisis
antioksidan yang telah lama digunakan untuk
mengukur peroksidasi asam lemak pada
membran sel dan makanan, pereaksi TBA
memiliki sifat sensitif terhadap peroksida
lipid, serta reaksi yang ditimbulkan antara
malondialdehida dengan asam tiobarbiturat
menghasilkan produk yang sama dengan
reaksi yang ditimbulkan antara lipid peroksida
dengan asam tiobarbiturat (Yagi 1994).
Uji potensi antioksidan dilakukan setelah
pengukuran hidroperoksida yang merupakan
produk primer oksidasi asam linoleat dengan
metode tiosianat. Pengukuran hidroperoksida
bertujuan untuk menentukan waktu inkubasi
asam linoleat. Menurut Kikuzaki dan Nobuji
(1993), pengukuran potensi antioksidan
dengan metode TBA lebih baik dilakukan
setelah satu atau beberapa hari dari puncak
absorbansi asam linoleat. Hal ini dilakukan
karena hidroperoksida akan mengalami
dekomposisi membentuk malondialdehida.
Metode Diena Terkonjugasi
Metode diena terkonjugasi merupakan
metode yang digunakan untuk mengukur
serapan yang disebabkan oleh struktur diena
terkonjugasi yang terdapat di dalam sampel
lemak dan minyak (White 1995, dalam
Krisnayunita 2002). Asam yang mengandung
dua ikatan rangkap terkonjugasi
menunjukkan penyerapan pada panjang
gelombang 234 nm. Serapan yang terukur
adalah nilai penyerapan yang disebabkan oleh
strukur diena terkonjugasi yang terdapat di
dalam sampel lemak dan minyak.
Menurut Shahidi & Wanasundara (1997)
metode diena terkonjugasi dapat digunakan
sebagai indeks kestabilan lipid menggantikan
bilangan peroksida karena lebih cepat
daripada penentuan bilangan peroksida, jauh
lebih sederhana, tidak tergantung dari reaksi
kimia atau perubahan warna, dan
membutuhkan sampel dalam ukuran yang
lebih kecil (Tensiska 2001). Metode ini
prinsipnya adalah mengukur hidroperoksida
diena terkonjugasi yang terdapat dalam emulsi
(o/w) 10%. Hasil analisis diena terkonjugasi
dinyatakan dalam mmol hidroperoksida/kg
minyak.
Kebanyakan metode diena terkonjugasi
digunakan pada minyak yang benyak
mengandung asam linoleat atau asam lemak
tidak jenuh lainnya. Struktur 1,4-pentadiena di
dalam linoleat membuatnya menjadi sangat
mudah mengalami oksidasi. Bahkan 20 kali
lebih mudah teroksidasi daripada struktur
propena pada oleat (Fennema 1996, dalam
Krisnayunita 2002). Grup metil pada posisi 11
menjadi sangat reaktif karena diapit oleh dua
ikatan rangkap dua (Gambar 5).
Perpindahan posisi atom hidrogen
menghasilkan sebuah pentadienyl radical
intermediate, yang pada reaksi dengan
molekul oksigen menghasilkan campuran
yang seimbang dari 9- dan 13- diena
hidroperoksida terkonjugasi. Bukti-bukti yang
ada selama ini mengindikasikan bahwa 9- dan
13-cis, trans-hidroperoksida mengalami
interkonversi, dengan adanya isomerasi
geometris, membentuk trans, trans-isomer.
Walaupun demikian, masing-masing
hidroperoksida (9- dan 13-) ditemukan dalam
bentuk cis-trans maupun dalam bentuk trans-
trans.
-C = C -C -C = C -
-C = C -C -C = C - -C = C -C -C = C -
-C = C -C = C -C -
-C -C = C -C = C -
O 2O 2
-C = C -C = C -C --C = C -C -C = C -O
-C -C = C -C = C -O
R HR H
-C = C -C = C -C --C = C -C -C = C -OO
HH
-C -C = C -C = C -OOH
1 3 1 2 1 1 1 0 9
. .
.
.
1 1
O .
9
O .1 3
O .
1 1 9
1 3 +
O
O O
Gambar 5 Pembentukan diena terkonjugasi
pada asam lemak linoleat.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang akan digunakan yaitu
daun salam diperoleh dari Pusat Studi
Biofarmaka–Institut Pertanian Bogor,
akuades, etanol 70% (v/v), kloroform,
amoniak, H2SO4 pekat, pereaksi Dragendorf,
pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, metanol
30%, NaOH 10% (b/v), eter, pereaksi
Lieberman Burchard, etanol 75%,
tetrametoksipropana (TMP), TBA 1% (b/v)
dalam asam asetat 50%, asam trikloro asetat
(TCA) 20%, asam linoleat 50 mM dalam
etanol 99.8%, bufer fosfat 0.1 M pH 7, dan α-
tokoferol.
Peralatan yang diperlukan yaitu refluks,
rotary vapour evaporator, oven,
spektrofotometer UV, penangas air, dan
sentrifus.
Metode Penelitian
Tahapan penelitian yang telah dilakukan
antara lain ekstraksi senyawa aktif daun
salam, analisis fitokimia, analisis
hidroperoksida dari oksidasi asam linoleat
menggunakan metode diena terkonjugasi,
penentuan konsentrasi optimum potensi
antioksidan menggunakan metode TBA, dan
analisis konsentrasi MDA (Malondialdehida)
dengan metode TBA.
Ekstraksi Daun Salam Serbuk kering daun salam dari kota Bogor,
Cianjur, dan Sukabumi diekstrak dengan
pelarut organik etanol. Alkohol adalah pelarut
serba guna yang baik untuk ekstraksi
pendahuluan. Etanol 70% merupakan pelarut
yang sering digunakan untuk ekstraksi karena
mampu menghasilkan bahan aktif tanaman
yang optimal dan jumlah pengotor yang ikut
dalam larutan pengekstraksi sangat kecil
(Harbone 1987).
Serbuk kering daun salam diekstraksi
dengan metode refluks. Serbuk kering daun
salam sebanyak 20 gram diekstraksi dengan
200 mL pelarut etanol 70% selama 2 jam pada
suhu 70 ºC menggunakan refluks. Ekstrak
yang diperoleh kemudian disaring dengan
kertas saring. Ekstrak yang telah disaring
diuapkan dengan rotary vapour evaporator
pada suhu 50 ºC dan dioven pada suhu 40 ºC
maka diperoleh ekstrak kasar.
Analisis Fitokimia Sampel (Harbone 1987) Uji Alkaloid. 0.1 gram hasil ekstraksi
ditambahkan 3 mL kloroform dan 3 tetes
amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan
diasamkan dengan 10 tetes H2SO4 2 M. Fraksi
H2SO4 diambil, kemudian ditambahkan
pereaksi Dragendorf, Meyer, dan Wagner.
Keberadaan alkaloid ditandai dengan
terbentuknya endapan putih pada pereaksi
Meyer, endapan merah pada pereaksi
Dragendorf, dan endapan coklat pada pereaksi
Wagner. Sebagai pembanding digunakan daun
tapak dara.
Uji Saponin. 0.1 gram hasil ekstraksi
ditambahkan 2 mL air dan dipanaskan selama
lima menit. Larutan tersebut didinginkan
kemudian dikocok hingga timbul busa sampai
selang waktu 10 menit menunjukkan
keberadaan saponin. Sebagai pembanding
digunakan buah klerak.
Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik. 0.1
gram hasil ekstraksi ditambah 2 mL metanol
30% sampai terendam lalu dipanaskan.
Filtratnya ditambah 1 tetes NaOH 10% (b/v)
atau H2SO4 pekat. Terbentuknya warna merah
karena penambahan NaOH 10% (b/v)
menunjukkan keberadaan senyawa fenolik
hidrokuinon, sedangkan warna merah yang
terbentuk karena penambahan H2SO4 pekat
menunjukkan keberadaan senyawa flavonoid.
Sebagai pembanding digunakan buah pinang.
Uji Triterpenoid dan Steroid. 0.1 gram
hasil ekstraksi ditambah 2 mL etanol 30% lalu
dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan
lalu ditambahkan eter. Lapisan eter
ditambahakan pereaksi Lieberman Burchard
(3 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes
H2SO4 pekat). Warna merah atau ungu
menunjukkan kandungan triterpenoid,
sedangkan warna hijau menunjukkan
kandungan steroid. Sebagai pembanding
steroid digunakan som jawa.
Uji Tanin. 0.1 gram hasil ekstraksi
ditambahkan 2 mL air kemudian dididihkan
selama beberapa menit. Larutan tersebut
disaring dan filtratnya ditambah FeCl3 1%
(b/v). Warna biru tua atau hitam kehijauan
menunjukkan keberadaan tanin. Sebagai
pembanding digunakan teh.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri atas lima kelompok
dengan ulangan masing-masing kelompok
sebanyak tiga kali, yaitu kelompok I sebagai
kontrol tanpa perlakuan ekstrak daun salam,
kelompok II sebagai kontrol pembanding
dengan, kelompok III sebagai sampel daun
salam kota Sukabumi, kelompok IV sebagai
sampel daun salam kota Bogor, kelompok V
sebagai sampel daun salam kota Cianjur.
Kelompok I merupakan kontrol tanpa
perlakuan ekstrak daun salam yang
menggunakan air bebas ion sebagai pengganti
larutan uji. Kelompok II merupakan kontrol
pembanding yang menggunakan vitamin E
sebagai pengganti larutan uji. Kelompok III,
IV, dan V merupakan sampel ekstrak etanol
70% daun salam dengan konsentrasi
berdasarkan hasil penentuan konsentrasi
optimum potensi antioksidan. Masing-masing
kelompok diinkubasi dengan lama inkubasi
berdasarkan hasil pengukuran hidroperoksida
dari asam linoleat. Pengukuran potensi
antioksidan ekstrak daun salam dilakukan
dengan metode TBA lebih baik dilakukan
setelah satu atau beberapa hari dari puncak
absorbansi asam linoleat.
Analisis Hidroperoksida dari Oksidasi
Asam Linoleat Metode Diena Terkonjugasi
(Esterbauer et al. 1989, diacu dalam Taher
2003) Analisis hidroperoksida dilakukan dengan
menggunakan 2 mL Bufer fosfat 0.1 M pH 7,
2 mL asam linoleat 50 mM dalam etanol
99.8%, dan 1 mL air bebas ion diletakkan ke
dalam botol gelap yang berulir, kemudian
campuran diinkubasi pada suhu 40 ºC. Lama
inkubasi ditentukan setelah tercapainya
absorbansi maksimum.
Campuran sampel tersebut diambil 50 µL
ke dalam 6 mL etanol 75%, kemudian
Absorbansi diena terkonjugasi sampel diukur
langsung menggunakan spektrofotometer
sinar UV pada panjang gelombang 234 nm.
Analisis hidroperoksida diukur setiap hari
sampai tercapai absorbansi maksimum.
Penentuan Konsentrasi Optimum Potensi
Antioksidan Metode TBA Penentuan konsentrasi optimum dari
ekstrak daun salam dilakukan dua tahap
dengan menggunakan berbagai seri
konsentrasi. Pada tahap pertama
menggunakan kisaran konsentrasi 50, 100,
200, 500, dan 1000 ppm. Untuk tahap kedua
menggunakan kisaran konsentrasi 500, 1000,
1500, dan 2000 ppm. Analisis konsentrasi ini
dilakukan dengan metode TBA. Campuran
sampel penemtuan konsentrasi optimum ini
terdiri atas 2 mL bufer fosfat 0.1 M pH 7, 2
mL asam linoleat 50 mM dalam etanol 99.8%,
dan 1 mL larutan uji dari masing-masing seri
konsentrasi.
Analisis Konsentrasi Malondialdehida
(MDA) dengan Metode TBA (Kikuzaki
1993)
Campuran sampel yang dibuat terdiri atas
2 mL bufer fosfat 0.1 M pH 7, 2 mL asam
linoleat 50 mM dalam etanol 99.8%, dan 1
mL larutan uji. Campuran kontrol tanpa
perlakuan dibuat sama seperti campuran
sampel tetapi 1 mL larutan uji diganti dengan
1 mL air bebas ion. Campuran pembanding
yang dibuat terdiri atas 2 mL bufer fosfat 0.1
M pH 7, 2 mL asam linoleat 50 mM dalam
etanol 99.8% yang mengandung α-tokoferol
(vitamin E 200 ppm), dan 1 mL air bebas ion.
Semua campuran tersebut diinkubasi
dalam penangas air yang bersuhu 40ºC dengan
lama inkubasi berdasarkan hasil pengukuran
hidroperoksida dari asam linoleat. Campuran
reaksi tersebut diuji potensi antioksidannya
setelah satu atau beberapa hari dari puncak
absorbansi asam linoleat. Masing-masing
campuran reaksi diambil 1 mL lalu
ditambahkan 2 mL TCA 20% dan 2 mL
larutan TBA 1% (b/v) dalam asam asetat 50%.
Kemudian campuran reaksi tersebut
ditempatkan pada penangas air yang bersuhu
100 ºC selama 10 menit. Setelah itu
didinginkan dan dilakukan sentrifugasi
dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit,
selanjutnya diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang
532 nm.
Sebagai kurva standar, larutan stok
pereaksi 1,1,3,3-tetrametoksipropana (TMP)
konsentrasi 6 M dibuat menjadi 1.5, 3, 6, 9,
12, 15, dan 18 µM. Masing-masing
konsentrasi dipipet sebanyak 1 mL lalu
ditambahkan 2 mL TCA 20% dan 2 mL TBA
1%(b/v) dalam asam asetat 50% (v/v).
Kemudian semua tabung diinkubasi pada suhu
100 ºC selama 10 menit dan didinginkan pada
suhu kamar. Setelah dingin dilakukan
sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm
selam 15 menit selanjutnya diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 532 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ekstraksi
Daun salam yang diekstraksi diperoleh
dalam bentuk simplisia berupa serbuk yang
berwarna coklat. Daun salam yang digunakan
berasal dari kota Bogor, Sukabumi, dan
Cianjur. Ekstraksi daun salam tersebut
dilakukan pengulangan sebanyak dua kali.
Daun salam yang berasal dari ketiga kota
tersebut diekstraksi sebanyak tiga kali selama
6 jam menggunakan pelarut etanol teknis 70%
dengan metode refluks. Penggunaan etanol
sebagai pelarut untuk ekstraksi bertujuan
untuk mengekstrak senyawa-senyawa bioaktif
yang bersifat polar dan semi-polar.
Ekstrak yang diperoleh berwarna coklat
tua dengan aroma khas salam. Rendemen
yang diperoleh dari salam kota Bogor,
Sukabumi, dan Cianjur berturut-turut sebesar
18.45%, 11.55%, dan 8.06%. Nilai rendemen
yang diperoleh ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan nilai rendemen ekstrak
daun dewa yaitu 25.71% (Eridani 2006).
Perbedaan ini dapat disebabkan hasil ekstrak
daun salam berupa serbuk sehingga bobot
yang diperoleh menjadi lebih ringan.
Berdasarkan hasil ekstraksi dapat
diketahui bahwa rendemen daun salam kota
Bogor lebih tinggi daripada salam kota
Sukabumi dan Cianjur. Hal ini dikarenakan
lingkungan agrobiofisik kota Bogor sesuai
dengan persyaratan tumbuh tanaman salam.
Persyaratan tersebut meliputi iklim dengan
bulan basah antara 6-8 bulan, ketinggian
tempat 0-2000 meter di atas ppermukaan laut,
tekstur tanah yang lempung, keadaan lereng
15%, dan ketersediaan hara tinggi. Keadaan
ini sesuai dengan laporan penelitian PSB
(2006) yang menyatakan lahan kota bogor
termasuk kategori sesuai untuk tanaman
salam, sedangkan kota Sukabumi dan Cianjur
termasuk dalam kategori agak sesuai untuk
tanaman salam. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Hanan (1999) yang menyatakan
bahwa aroma dari satu jenis tumbuhan yang
sama bisa berbeda karena dipengaruhi iklim,
keadaan tanah, sinar matahari dan cara
pengolahan.
Perbedaan rendemen ekstraksi dapat
menunjukkan kandungan senyawa-senyawa
metabolit sekunder daun salam ketiga kota
tersebut berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya bahwa daun
salam kota Sukabumi memiliki kandungan
kuersetin sebesar 0.3% dan kota Cianjur
sebesar 0.725% (PSB 2006).
Analisis Fitokimia Ekstrak Sampel
Hasil analisis fitokimia menunjukkan
bahwa ekstrak daun salam ketiga kota tersebut
mengandung alkaloid, saponin, flavonoid,
fenolik hidrokuinon, triterpenoid, dan tanin.
Namun ekstrak tersebut tidak mengandung
steroid. Kandungan senyawa yang paling
dominan dari ekstrak salam ketiga kota
tersebut ialah saponin dan tanin (Tabel 2).
Keberadaan tanin ditandai dengan
terbentuknya warna hitam kehijauan yang
pekat. Sedangkan keberadaan saponin dari
ekstrak salam ketiga kota berbeda dalam hal
kuantitatif, kandungan saponin ekstrak salam
kota bogor lebih banyak daripada kota
Sukabumi dan Cianjur. Hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya busa yang terbentuk saat
pengocokan.
Keberadaan senyawa flavonoid pada
ekstrak salam ketiga kota tersebut sesuai
dengan penelitian Sayekti et al. (1994) yang
menyatakan bahwa ekstrak daun salam diduga
mengandung saponin, triterpenoid, steroid,
flavonoid dan tanin. Ketidakberadaan steroid
pada ekstrak salam ketiga kota dapat
disebabkan jumlah bahan yang diuji terlalu
sedikit yaitu 0.1 gram sehingga senyawa
steroid tidak terdeteksi.
Perbedaan kandungan metabolit sekunder
pada jenis tanaman yang sama seringkali
terjadi dikarenakan adanya pengaruh
lingkungan sekitar. Kandungan metabolit
yang disekresikan oleh tanaman tergantung
pada variasi genetik individual dan kondisi
geografis tempat tumbuh (Kardono 2003).
Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak salam
Ekstrak salam
Uji Bogor Sukabumi Cianjur
Alkaloid + + +
Saponin ++ + +
Flavonoid + + +
Fenolik + + +
hidrokuinon
Triterpenoid + + +
Steroid - - -
Tanin +++ +++ +++
Sistem Oksidasi Asam Linoleat
Tujuan dari sistem oksidasi asam linoleat
ini adalah untuk menentukan waktu inkubasi
maksimum konsentrasi MDA dengan metode
diena terkonjugasi. Berdasarkan oksidasi asam
linoleat yang dilakukan selama 7 hari
diperoleh hasil bahwa pada hari ke-3
pembentukan hidroperoksida telah mencapai
maksimum (Gambar 6). Oleh karena itu
pengukuran konsentrasi malondialdehida
(MDA) dilakukan setelah hari ke-3 yaitu hari
ke-5, ketika hidroperoksida telah mengalami
dekomposisi membentuk MDA.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
0 2 4 6 8
ha r i k e -
Gambar 6 Nilai absorbansi hidroperoksida
maksimum terhadap waktu.
Oksidasi Asam Linoleat Metode TBA
Pengukuran hasil oksidasi asam linoleat
dilakukan setelah hari ke-3 yaitu pada hari ke-
5 ketika semua hidroperoksida telah
mengalami dekomposisi membentuk MDA.
Hasil oksidasi asam linoleat ini diukur dengan
menggunakan metode TBA yang membentuk
kompleks warna TBARS. Oksidasi asam
linoleat ini akan dihambat oleh senyawa
antioksidan yang telah teruji yaitu vitamin E.
Penambahan vitamin E sebesar 200 ppm
mampu menghambat proses oksidasi asam
linoleat sebesar 71.22% dengan menekan
pembentukan MDA hingga seperlimanya
(Gambar 7). Secara statistik konsentrasi MDA
pada asam linoleat dengan penambahan
vitamin E berbeda nyata terhadap asam
linoleat tanpa antioksidan dengan p=0.05. Hal
ini sesuai dengan pernyataan bahwa
penambahan vitamin E dalam makanan dapat
meningkatkan kandungan vitamin E dalam
LDL serta meningkatkan perlindungan
terhadap proses oksidasi (Karyadi 1997).
beberapa ahli kesehatan mengkhawatirkan
kadar vitamin E yang berlebih dalam tubuh
dapat menyebabkan darah sulit membeku
ketika terjadi luka, karena vitamin E berperan
sebagai antikoagulan (Tambunan 2005).
16,068 ± 0,103
4,625 ± 0,511
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Asam linoleat tanpa
antioksidan
As. Linoleat + Vitamin E 200
ppmJenis perlakuan
[MDA] (µM)
Gambar 7 Konsentrasi MDA vitamin E.
Potensi Antioksidasi Ekstrak Daun Salam
Bogor, Sukabumi, dan Cianjur 200 ppm
Pengukuran potensi antioksidasi ekstrak
daun salam ketiga kota tersebut akan
dibandingkan dengan vitamin E pada
konsentrasi yang sama yaitu 200 ppm. Dalam
hal ini vitamin E digunakan sebagai
pembanding karena vitamin E dipercaya
sebagai sumber antioksidan yang mampu
menghambat peroksidasi lipid dari asam
lemak tak jenuh dalam membran dan
mempertahankan kesuburan (Sofia 2006).
∆=71.22%
Hasil inkubasi asam linoleat tanpa
penambahan ekstrak menghasilkan MDA
sebesar 13.18 µM. Asam linoleat dengan
penambahan vitamin E sebesar 200 ppm
menghasilkan MDA sebesar 3.83 µM. Asam
linoleat dengan penambahan ekstrak daun
salam Bogor, Sukabumi, dan Cianjur sebesar
200 ppm menghasilkan MDA yang tidak
berbeda secara signifikan (Gambar 8).
Konsentrasi MDA ekstrak daun salam ketiga
kota lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin
E.
Berdasarkan konsentrasi MDA yang
dihasilkan dari lima jenis perlakuan tersebut
maka dapat diketahui potensi antioksidasinya.
Potensi antioksidasi vitamin E dengan
konsentrasi 200 ppm mampu menghambat
proses oksidasi sebesar 70.92%. Ekstrak daun
salam Bogor, Sukabumi, dan Cianjur pada
konsentrasi 200 ppm tidak menunjukkan sifat
antioksidasi. Senyawa bahan alam lain seperti
ekstrak mahkota dewa konsentrasi 200 ppm
telah mampu menghambat proses oksidasi
asam linoleat sebesar 85.75% (Eridani 2006).
Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih
lanjut untuk mengetahui konsentrasi optimum
ekstrak daun salam sebagai antioksidan.
Gambar 8 Konsentrasi MDA ekstrak daun salam ketiga kota 200 ppm dan
∆ = daya hambat oksidasi asam linoleat.
Penentuan Konsentrasi Optimum Potensi
Antioksidasi
Konsentrasi MDA yang dihasilkan asam
linoleat tanpa antioksidan (kontrol negatif)
sebesar 13.32 µM. Berdasarkan konsentrasi
MDA yang dihasilkan, asam linoleat dengan
penambahan ekstrak salam 1000 ppm mampu
menghambat pembentukan MDA hingga
sepertiga dari konsentrasi MDA asam linoleat
tanpa antioksidan (Gambar 9). Pada
penambahan ekstrak salam konsentrasi 200
ppm tidak menunjukan potensi
antioksidasinya. Hal ini sesuai dengan uji
potensi antioksidasi ekstrak daun salam ketiga
kota konsentrasi 200 ppm.
Konsentrasi MDA yang dihasilkan pada
kisaran konsentrasi 50–1000 ppm dapat
menunjukkan potensi antioksidasinya. Daya
hambat oksidasi asam linoleat tertinggi
ditunjukkan pada konsentrasi 1000 ppm yaitu
sebesar 65.56%. Oleh karena itu untuk lebih
meyakinkan dilakukan penentuan konsentrasi
optimum potensi antioksidasi pada
konsentrasi diatas 1000 ppm yaitu kisaran
konsentrasi 500–2000 ppm.
Intensitas warna yang berbeda-beda dari
setiap sampel yang diukur dapat menunjukkan
konsentrasi MDA dan potensi antioksidasi.
Asam linoleat dengan penambahan vitamin E
memiliki konsentrasi MDA jauh lebih rendah
dibanding asam linoleat tanpa antioksidan dan
penambahan ekstrak daun salam. Ekstrak
daun salam 1000 ppm mampu menghambat
oksidasi asam linoleat paling tinggi dibanding
ekstrak daun salam 500, 1500, dan 2000 ppm
(Gambar 10).
Potensi antioksidasi ekstrak daun salam
terlihat pada semua seri konsentrasi dengan
mampu menghambat proses oksidasi asam
linoleat. Meskipun demikian kemampuan
menghambat pembentukan MDA yang
terbesar terlihat pada konsentrasi ekstrak 1000
13,205 ± 0,0213,234 ± 0,02513,219 ± 0,322
3,832 ± 0,02
13,177 ± 0,383
0
2
4
6
8
10
12
14
Asam linoleat
tanpa
antioksidan
As. Linoleat +
Vitamin E 200
ppm
As. Linoleat +
Ekstrak salam
Bogor 200
ppm
As. Linoleat +
Ekstrak salam
Sukabumi
200 ppm
As. Linoleat +
Ekstrak salam
Cianjur 200
ppm
Jenis perlakuan
[MDA] (µM)
∆=70.92% ∆= - 0.32% ∆= - 0.42% ∆= - 0.21%
ppm yaitu 68.00%. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian konsentrasi ekstrak daun
salam diatas 1000 ppm menurunkan potensi
antioksidasinya. Oleh karena itu untuk
membandingkan potensi antioksidasi daun
salam dari ketiga kota tersebut menggunakan
konsentrasi 1000 ppm.
13,319 ± 0,18112,421 ± 4,432
9,473 ± 3,082
13,917 ± 2,599
8,604 ± 0,645
4,587 ± 0,001
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Asam
linoleat
tanpa
antioksidan
As. Linoleat
+ Ekstrak 50
ppm
As. Linoleat
+ Ekstrak
100 ppm
As. Linoleat
+ Ekstrak
200 ppm
As. Linoleat
+ Ekstrak
500 ppm
As. Linoleat
+ Ekstrak
1000 ppm
Jenis perlakuan
[MDA] (µM)
Gambar 9 Konsentrasi MDA ekstrak salam pada penentuan konsentrasi optimum I
dan ∆ = daya hambat oksidasi asam linoleat.
Gambar 10 Konsentrasi MDA ekstrak salam pada penentuan konsentrasi optimum II
dan ∆ = daya hambat oksidasi asam linoleat.
Potensi Antioksidasi Ekstrak Daun Salam
Bogor, Sukabumi, dan Cianjur 1000 ppm
Potensi antioksidasi ekstrak daun salam
diukur dengan menggunakan metode TBA
yang akan menghasilkan kompleks MDA-
TBA berwarna merah muda. Potensi
antioksidasi dapat terlihat melalui intensitas
warna yang dihasilkan. Semakin pekat warna
yang dihasilkan menunjukkan semakin tinggi
kadar MDA maka semakin rendah potensi
antioksidasinya. Semakin pudar warna merah
muda yang dihasilkan menunjukkan semakin
rendah kadar MDA maka semakin tinggi
potensi antioksidasinya (Gambar 11).
Pada pengukuran potensi antioksidasi ini,
sampel percobaan dibagi menjadi empat
kelompok perlakuan. Asam linoleat yang
tidak diberi antioksidan diketahui memiliki
konsentrasi MDA sebesar 16.07 µM. Hal ini
menunjukkan tidak adanya penghambatan
proses oksidasi asam linoleat. Pemberian
ekstrak daun salam dari kota Bogor,
Sukabumi, dan Cianjur sebesar 1000 ppm
∆=28.88% ∆=6.74% ∆= - 4.49% ∆=35.40% ∆=65.56%
16,296 ± 0,061
4,373 ± 0,019
6,126 ± 0,605
5,214 ± 0,322
6,154 ± 0,363 6,226 ± 0,302
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Asam
linoleat
tanpa
antioksidan
As. Linoleat
+ Vitamin E
200 ppm
As. Linoleat
+ Ekstrak
500 ppm
As. Linoleat
+ Ekstrak
1000 ppm
As. Linoleat
+ Ekstrak
1500 ppm
As. Linoleat
+ Ekstrak
2000 ppm
Jenis perlakuan
[MDA] (µM)
∆=62.41% ∆=73.16% ∆=62.24% ∆=68% ∆=61.79%
menunjukkan konsentrasi MDA yang tidak
jauh berbeda (Gambar 12). Pada konsentrasi
1000 ppm ekstrak daun salam Cianjur
memiliki potensi antioksidasi paling tinggi
dari ekstrak daun salam kota Bogor dan
Cianjur yaitu sebesar 68.44%. Meskipun
demikian perbedaan potensi antioksidasi
ketiga macam ekstrak tersebut tidak terlalu
besar.
Gambar 11 Uji potensi antioksidasi (1) Kontrol negatif dengan air; (2) Kontrol positif dengan
vitamin E; (3) Ekstrak daun salam Bogor 1000 ppm; (4) Ekstrak daun salam Sukabumi
1000 ppm; (5) Ekstrak daun salam Cianjur 1000 ppm.)
Gambar 12 Potensi antioksidasi ekstrak daun salam ketiga kota 1000 ppm dan
∆ = daya hambat oksidasi asam linoleat.
Berdasarkan uji Duncan diketahui potensi
antioksidasi antara ekstrak daun salam kota
Bogor, Sukabumi, dan Cianjur tidak jauh
berbeda, sehingga secara statistik potensi
antioksidasi ekstrak salam ketiga kota tidak
berbeda nyata dengan p=0.05. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa ekstrak daun salam
yang berasal dari tiga daerah tersebut
memiliki potensi antioksidasi yang sama. Hal
ini dapat disebabkan lingkungan agrobiofisik
dari kota Bogor, Sukabumi, dan Cianjur tidak
terlalu jauh berbeda baik suhu, jenis tanah,
iklim, dan daerah topografinya. Sedangkan
potensi antioksidasi antara ekstrak daun salam
ketiga daerah lebih rendah dibanding dengan
vitamin E.
Penggunaan ekstrak daun salam sebagai
antioksidan mampu memberikan hasil yang
maksimum pada konsentrasi 1000 ppm.
Dibandingkan dengan vitamin E, penggunaan
ekstrak daun salam sebagai antioksidan lima
kali lebih besar dari vitamin E.
Potensi antioksidasi ekstrak daun salam
ketiga kota tersebut disebabkan oleh adanya
senyawa-senyawa fitokimia yang terkandung
dalam daun salam. Senyawa fitokimia yang
dimiliki ekstrak daun salam ketiga kota
tersebut sama yaitu mengandung alkaloid,
saponin, flavonoid, fenolik hidrokuinon,
triterpenoid dan tanin.
Seperti yang telah diketahui bahwa
senyawa-senyawa fitokimia tersebut memiliki
16,068 ± 0,103
5,28 ± 0,414 5,369 ± 0,096 5,071 ± 0,242
024681012141618
Asam linoleat
tanpa antioksidan
As. Linoleat +
Ekstrak salam
Bogor 1000 ppm
As. Linoleat +
Ekstrak salam
Sukabumi 1000
ppm
As. Linoleat +
Ekstrak salam
Cianjur 1000 ppm
Jenis perlakuan
[MDA] (µM)
∆=68.44% ∆=67.14% ∆=66.59%
potensi antioksidasi. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Arini et al (2003)
menyatakan semakin tinggi kadar flavonoid
maka semakin tinggi pula potensi
antioksidasinya. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa alkaloid bersifat sebagai
antioksidan dan mampu menekan kejadian
kanker. Tanaman cincau yang mengandung
alkaliod, polifenol, dan flavonoid mampu
menghambat peroksidasi lipid secara
nonenzimatik (Chalid 2003). Flavonoid yang
terkandung pada herba benalu mangga
menghambat pertumbuhan kanker pada
mencit yang diinduksi benzopirena
(Sukardiman et al 1999).
Senyawa saponin dalam tumbuhan telah
banyak dimanfaatkan untuk pengobatan,
terutama saponin dari turunan glikosida dapat
menurunkan kolesterol dan menghambat
penyakit kanker (Hernani & Rahardjo 2005).
Hal ini terbukti dari saponin yang terkandung
pada tanaman ciplukan berkhasiat sebagai
antitumor dan mampu menghambat
pertumbuhan kanker usus besar (Mangan
2003). Selain itu saponin yang terkandung
pada akar kuning dan temulawak mampu
menghambat peningkatan konsentrasi lipid
peroksida (Adji 2004).
Tanin merupakan merupakan golongan
senyawa polifenol yang banyak terkandung
dalam teh. Tanin yang terkandung dalam teh
hijau berperan sebagai pelindung terhadap
serangan kanker dan dapat meningkatkan
kerja insulin dalam tubuh (Kumalaningsih
2006).
Berdasarkan hasil uji fitokimia dan potensi
antiokidasi ekstrak daun salam ketiga kota
tersebut, ada tidaknya kandungan senyawa
fitokimia pada ekstrak berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya potensi antioksidasi. Hal ini
dikarenakan adanya kemungkinan senyawa
fitokimia tersebut bekerja secara sinergis
dalam menghambat proses oksidasi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak daun salam (Eugenia polyantha
Wight.) yang berasal dari lingkungan
agrobiofisik berbeda yaitu kota Bogor,
Sukabumi, dan Cianjur berpotensi sebagai
antioksidan optimum secara in vitro pada
konsentrasi 1000 ppm. Potensi antioksidasi
ekstrak daun salam kota Bogor, Sukabumi,
dan Cianjur berturut-turut sebesar 67.14%,
66.59%, dan 68.44%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui
potensi antioksidasi ekstrak daun salam
cianjur lebih tinggi dari dua kota lainnya.
Meskipun demikian dapat disimpulkan bahwa
potensi antioksidasi ekstrak daun salam ketiga
kota tersebut tidak berbeda nyata. Oleh karena
itu ekstrak daun salam tidak terlalu berpotensi
sebagai antioksidan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang potensi antioksidasi pada daerah yang
memliki lingkungan agrobiofisik lebih
ekstrim. Serta perlu juga dilakukan penelitian
lanjutan untuk pemurnian ekstrak kasar,
sehingga dapat diketahui secara pasti senyawa
bioaktif yang berperan sebagai antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Adji P. 2004. Daya antiooksidasi saponin akar
kuning (Archangelisia flava (L) Merr)
sebagai mekanisme hepatoproteksi
pada tikus yang diberi parasetamol
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Arini S, Nurmawan D, Alfiani F, Hertiani T.
2003. Daya antioksidan dan kadar
flavonoid hasil ekstraksi etanol-air
daging buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Sceheff.) Boerl.). Buletin
Penalaran Mahasiswa UGM 10:2-6.
Chalid SY. 2003. Pengaruh ekstrak daun
cincau hijau Cyclea barbataI L. Miers
dan Premna oblongifolia Merr
terhadap aktivitas enzim antioksidan
dan pertumbuhan tumor kelenjar susu
mencit C3H [tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Cornwell DG, Morisaki N. 1984. Free
Radicals in Biology. Louisiana:
Academic Pr.
Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia. Jilid 2. Jakarta: Trubus
Agriwidya.
Hanan A.1999. Etnobotani salam di daerah
Cirebon: pemanfaatan sebagai bahan
penyedap alami. Warta tumbuhan Obat
Indonesia 5: 7-8.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia:
Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Ed ke-2. Penerjemah
Padmawinata K. Bandung: ITB.
Terjemahan dari Phytochemical
Methode.
Hernani, Rahardjo M. 2005. Tanaman
Berkhasiat Antioksidan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia. Jilid III. Jakarta: Koperasi
Karyawan Departemen Kehutanan.
Kardono LBS. 2003. Kajian kandungan kimia
mahkota dewa (Phaleria marcocarpa).
Di dalam: Prosiding Pameran Produk
Obat Tradisional dan Seminar Sehari
Mahkota Dewa. Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Farmasi
dan Obat Tradisional Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
Departemen Kesehatan.
Kartikawati D. 1999. Studi efek protektif
vitamin C dan E terhadap respon imun
dan enzim antioksidan pada mencit
yang dipapar paraquat [tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Karyadi E. 1997. Antioksidan, resep sehat &
panjang umur. http://
www.indomedia.com/intisari/1997/juni
/antioks.htm - 16k -[1 April 2006].
Kikuzaki H, Nobuji N. 1993. Antioxidant
effect of some ginger constituents.
Journal of food science 58(6): 1407-
1410.
Krisnayunita P. 2002. Formulasi, karakterisasi
kimia dan uji aktivitas antioksidan
produk minuman fungsional tradisional
campuran sari asam jawa (Tamarindus
indica L.) dan sari temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
[skripsi]. Bogor Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kumalaningsih S. 2006. Antioksidan Alami.
Surabaya: Trubus Agrisarana.
Lautan J. 1997. Radikal bebas pada eritrosit
dan lekosit. Cermin Dunia Kedokteran
116: 49-52.
Mangan. 2003. Cara Bijak Menaklukkan
Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. Penerjemah Padmawinata
K. Bandung: ITB. Terjemahan dari
Technicues of Flavonoid Identification.
Muhilal. 1991. Teori radikal bebas dalam gizi
dan kedokteran. Cermin Dunia
Kedokteran 73: 9-11.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwel
VW. 2003. Biokimia Harper. Ed 25.
Penerjemah Andry Hartono. Jakarta:
EGC. Terjemahan dari: Harper’s
Biochemistry.
Musthafa Z, Lawrence GS, Seweang A. 2000.
Radikal bebas sebagai prediktor
aterosklerosis pada tikus wistar
diabetes melitus. Cermin Dunia
Kedokteran 127: 30-31.
Napoli C, Lerman LO. 2001. Involvement of
oxidation-sensitive mechanism in the
cardiovascular effects of
hypercholesterolemia. Mayo Clin Proc
76: 619-631.
[PSB] Pusat Studi Biofarmaka. 2006. Laporan
Akhir Pemetaan Tanaman Obat di
Sentra Produksi. Bogor: PSB.
Santoso A. 2001. Isolasi senyawa bioaktif
yang berpotensi antioksidan dari daun
benalu teh Scurrula atropurpurea
(BL.) danser [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Satria E. 2005. Uji potensi antioksidan dari
daging buah tua mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Sceheff.)
Boerl.) sebagai antikanker [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Sauriasari R. 2006. Mengenal dan menangkal
radikal bebas. http://
www.beritaiptek.com/ zberita - berita
iptek 2006-01-22 Mengenal dan
Menangkal Radikal Bebas.shtml - 28k
–[8 Februari 2006].
Sayekti S, Ahmad M, Supriyatna. 1994.
Aktivitas hipoglikemik daun salam dan
herba bulu lutung. Cermin Dunia
Kedokteran 95: 48-54.
Sayogya AP. 2002. Efek senyawa antioksidan
Biological Response Modifier
(BRMTM) terhadap kadar lipid
peroksida hati tikus [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Sibuea P. 2005. Kuersetin senjata pemusnah
radikal bebas. http://
www.kompas.co.id/kompas cetak/
0402/10/ilpeng/840926.htm - 42k [14
Maret 2006].
Siregar P. 1992. Metabolit oksigen radikal
bebas dan kerusakan jaringan. Cermin
Dunia Kedokteran 80: 112-115.
Sofia D. 2006. Antioksidan dan radikal bebas.
http://www.chem-is-try.org/?sect=
artikel & ext=81 - 27k-html [6 Februari
2006].
Sukardiman, IGP Santa, Rahmadany. 1999.
Efek antikanker isolat Flavonoid dari
herba benalu mangga (Dendrophtoe
petandra). Cermin Dunia Kedokteran
122: 5-8.
Taher A. 2003. Peran fitoestrogen kedelai
sebagai antioksidan dalam
penanggulangan aterosklerosis [tesis].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Tensiska. 2001. Aktivitas antioksidan ekstrak
buah andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC) dalam beberapa
sistem pangan dan kestabilan
aktivitasnya terhadap kondisi suhu dan
pH [tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tjitrosoepomo G. 2005. Taksonomi
Tumbuhan Obat-Obatan. Yogyakarta:
UGM Pr.
Tombilangi AK. 2004. Khasiat ekstrak daun
jati belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk.) terhadap kadar lipid peroksida
darah kelinci yang hiperlipidemia
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pangetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Trilaksani W. 2003. Antioksidan: jenis,
sumber, mekanisme kerja, dan peran
terhadap kesehatan [disertasi]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Tuminah S. 2000. Radikal bebas dan
antioksidan kaitannya dengan nutrisi
dan penyakit kronis. Cermin Dunia
Kedokteran 128: 49-51.
Tuminah S. 1999. Pencegahan kanker dengan
antioksidan. Cermin Dunia Kedokteran
122: 21-23.
Wijayakusuma H, Dalimartha S, Wirian AS.
1996. Tanaman Berkhasiat Obat di
Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Pustaka
Kartini.
Yagi K. 1994. Lipid peroxides in hepatic,
gastrointestinal, and pancreatic disease.
Di dalam Amstrong D, editor. Free
Radicals in Diagnostic Medicine. New
York: Plenum Pr. hlm 165-169.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tahap penelitian
Daun Salam Daun Salam Daun Salam
kota Sukabumi kota Bogor kota Cianjur
Ekstraksi dengan etanol 70%
Selama 2 jam, 70ºC
Saring
Filtrat
Rotavapour 50ºC
Oven 40ºC
Ekstrak kasar
Analisis hidroperoksida Uji Fitokimia
(metode diena terkonjugasi) (Harborne 1987)
Penentuan konsentrasi optimum
Uji potensi antioksidan
(metode TBA)
Lampiran 2 Analisis hidroperoksida metode diena terkonjugasi
2 ml bufer 2 ml asam linoleat 50 mM 1 ml air
fosfat 0.1 M pH 7 dalam etanol 99.8% bebas ion
Botol gelap
Inkubasi 40ºC hingga
tercapai absorbansi maksimum
Diambil 50 µL larutan
Ditambah 6 ml etanol 75%,
Diukur absorbansi pada λ 234 nm
Lampiran 3 Pembuatan kurva standar metode TBA
Tetrametoksipropana 6 M
Pengenceran
1.5 µM, 3.0 µM, 6.0 µM, 9.0 µM, 12 µM, 15 µM, dan 18 µM
tiap larutan ditambah 2 ml TCA 20%
dan 2 ml TBA 1%(b/v) dalam asam
asetat 50% (v/v)
Enam tabung reaksi
Inkubasi pada suhu 100ºC,
selama 10 menit
Didinginkan pada suhu kamar
Sentrifus pada kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit
Supernatan diukur pada λ 532 nm
Lampiran 4 Analisis potensi antioksidasi metode TBA
Campuran kontrol Campuran Campuran
Tanpa perlakuan pembanding sampel
Inkubasi pada 40ºC dengan lama
berdasarkan hasil analisis
hidroperoksida
Diambil 1 ml masing-masing larutan
Tiap larutan ditambah 2 ml TCA
20% dan 2 ml TBA 1%(b/v) dalam
asam asetat 50% (v/v)
Selanjutnya sama dengan kurva standar
Lampiran 5 Data hasil ekstraksi daun salam m
etode refluks
Sampel
Bobot sampel (g)
Bobot ekstrak (g)
Rendemen (%) Rata-rata rendemen (%)
Salam
Bogor-1
20,03
4,08
20,37
Salam
Bogor-2
20,09
3,32
16,53
18,45
Salam
Sukabumi-1
20,06
2,55
12,71
Salam
Sukabumi-2
20,03
2,08
10,38
11,55
Salam
Cianjur-1
20,03
1,19
5,94
Salam
Cianjur-2
20,05
2,04
10,18
8,06
Lampiran 6 Data penentuan waktu inkubasi metode diena terkonjugasi λ 243 nm
Hari ke-
Absorbansi
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
0
0,742
0,731
0,737
1
1,137
1,107
1,122
2
1,189
1,120
1,155
3
1,205
1,127
1,166
4
1,158
1,109
1,134
5
1,069
1,085
1,077
6
0,968
1,035
1,002
7
0,831
0,991
0,911
Lampiran 7 Data kurva standar m
etode TBA λ 532 nm
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
05
10
15
20
Konsentrasi TMP (µM)
Absorbansi
Lampiran 8 Data potensi antioksidasi ekstrak daun salam ketiga kota 200 ppm m
etode TBA λ 532 nm
Konsentrasi
A hari ke-0 A hari ke-5 [MDA] hari ke-0 [MDA] hari ke-5
[MDA]
Rata-rata Daya hambat
(M)
(M)
(M)
[MDA] (M)
oksidasi (%)
Asam linoleat-1
0,475
0,947
13,610
27,057
13,447
Asam linoleat-2
0,485
0,938
13,895
26,801
12,906
13,177
0,00
Vitam
in E 200 ppm-1
0,500
0,635
14,322
18,168
3,846
Vitam
in E 200 ppm-2
0,496
0,630
14,208
18,026
3,818
3,832
70,92
Ekstrak salam
Bogor 200 ppm-1
0,477
0,949
13,667
26,858
13,447
Ekstrak salam
Bogor 200 ppm-2
0,497
0,953
14,237
27,228
12,991
13,219
-0,32
Ekstrak salam
Sukabumi 200 ppm-1
0,492
0,955
14,094
27,285
13,191
Ekstrak salam
Sukabumi 200 ppm-2
0,505
0,971
14,464
27,741
13,227
13,234
-0,43
Ekstrak salam
Cianjur 200 ppm-1
0,496
0,960
14,208
27,427
13,219
Ekstrak salam
Cianjur 200 ppm-2
0,499
0,962
14,293
27,484
13,191
13,205
-0,21
Konsentrasi TMP
Absorban
(µM)
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
1,5
0,042
0,051
0,047
3,0
0,106
0,100
0,103
6,0
0,205
0,205
0,205
9,0
0,320
0,313
0,317
12,0
0,418
0,420
0,419
15,0
0,527
0,517
0,522
18,0
0,626
0,631
0,629
Y = 0,0351X - 0,0027
R² = 0,9999
Lampiran 9 Data hasil penentuan konsentrasi optimum I m
etode TBA λ 532 nm
Konsentrasi
A hari ke-0 A hari ke-5
[MDA] hari ke-0
[MDA] hari ke-5 Selisih [MDA]
Rata-rata selisih Daya Hambat
(µM)
(µM)
(µM)
[MDA] (µM)
(%)
Asam linoleat-1
0,360
0,823
10,333
23,524
13,191
Asam linoleat-2
0,400
0,872
11,473
24,920
13,447
13,319
0,00
Ekstrak 50 ppm-1
0,363
0,689
10,419
19,706
9,287
Ekstrak 50 ppm-2
0,459
1,005
13,154
28,709
15,555
12,421
6,74
Ekstrak 100 ppm-1
0,373
0,629
10,704
17,997
7,293
Ekstrak 100 ppm-2
0,475
0,884
13,610
25,262
11,652
9,473
28,88
Ekstrak 200 ppm-1
0,381
0,805
10,932
23,011
12,079
Ekstrak 200 ppm-2
0,462
1,015
13,239
28,994
15,755
13,917
-4,49
Ekstrak 500 ppm-1
0,416
0,702
11,929
20,077
8,148
Ekstrak 500 ppm-2
0,442
0,760
12,669
21,729
9,060
8,604
35,40
Ekstrak 1000 ppm-1
0,538
0,699
15,405
19,991
4,586
Ekstrak 1000 ppm-2
0,462
0,623
13,239
17,826
4,587
4,587
65,56
Lampiran 10 Data hasil penentuan konsentrasi optimum II metode TBA λ 532 nm
Konsentrasi
A hari ke-0
A hari ke-5
[MDA] hari ke-0
[MDA] hari ke-5 Selisih [MDA] Rata-rata selisih
Daya hambat
(µM)
(µM)
(µM)
[MDA] (µM)
(%)
Asam linoleat-1
0,407
0,980
11,672
27,997
16,325
Asam linoleat-2
0,410
0,983
11,758
27,997
16,239
16,296
0,00
Vitam
in E-1
0,403
0,556
11,558
15,917
4,359
Vitam
in E-2
0,404
0,558
11,587
15,974
4,387
4,373
73,16
Ekstrak 500 ppm-1
0,542
0,742
15,518
21,216
5,698
Ekstrak 500 ppm-2
0,517
0,747
14,806
21,359
6,553
6,126
62,41
Ekstrak 1000 ppm-1
0,421
0,596
12,071
17,057
4,986
Ekstrak 1000 ppm-2
0,425
0,616
12,185
17,627
5,442
5,214
68,00
Ekstrak 1500 ppm-1
0,420
0,627
12,043
17,940
5,897
Ekstrak 1500 ppm-2
0,424
0,649
12,157
18,567
6,410
6,154
62,24
Ekstrak 2000 ppm-1
0,436
0,647
12,498
18,510
6,012
Ekstrak 2000 ppm-2
0,435
0,661
12,470
18,909
6,439
6,226
61,79
Lampiran 11 Data potensi antioksidasi ekstrak daun salam
ketiga kota 1000 ppm m
etode TBA λ 532 nm
Konsentrasi
A hari ke-0 A hari ke-5 [MDA] hari ke-0 [MDA] hari ke- 5 selisih [MDA]
Rata-rata selisih Daya hambat
(µM)
(µM)
(µM)
[MDA] (µM)
(%)
Asam linoleat-1
0,428
0,988
12,271
28,225
15,954
Asam linoleat-2
0,425
0,990
12,185
28,282
16,097
Asam linoleat-3
0,427
0,994
12,242
28,396
16,154
16,068
0,00
Vitam
in E-1
0,416
0,569
11,929
16,288
4,359
Vitam
in E-2
0,421
0,572
12,071
16,373
4,302
Vitam
in E-3
0,415
0,598
11,900
17,114
5,214
4,625
71,22
Ekstrak salam
Bogor-1
0,424
0,595
12,157
17,028
4,871
Ekstrak salam
Bogor-2
0,421
0,621
12,071
17,769
5,698
Ekstrak salam
Bogor-3
0,426
0,611
12,214
17,484
5,270
5,280
67,14
Ekstrak salam
Sukabumi-1
0,430
0,608
12,328
17,608
5,280
Ekstrak salam
Sukabumi-2
0,429
0,617
12,299
17,655
5,356
Ekstrak salam
Sukabumi-3
0,428
0,620
12,271
17,741
5,470
5,369
66,59
Ekstrak salam
Cianjur-1
0,430
0,599
12,328
17,143
4,815
Ekstrak salam
Cianjur-2
0,424
0,610
12,157
17,456
5,299
Ekstrak salam
Cianjur-3
0,436
0,615
12,499
17,598
5,071
5,071
68,44
Lampiran 12 Analisis statistik potensi antioksidan ekstrak daun salam ketiga kota
200 ppm
Analisis statistik dengan ANOVA
Jumlah Derajat Kuadrat
Sumber Keragaman kuadrat bebas tengah F hitung Signifikan
Perlakuan 137,647 4 34,412 161,212 0,000
Galat percobaan 1,067 5 0,213
Galat total 195,474 9
Analisis statistik dengan uji Duncan
Sampel Ulangan F = 0,05
(N) 1 2
Vitamin E 2 3,832
Asam linoleat 2 12,754
Ekstrak salam Cianjur 200 ppm 2 13,205
Ekstrak salam Sukabumi 200 ppm 2 13,209
Ekstrak salam Bogor 200 ppm 2 13,219
Sig. 1,000 0,372
Lampiran 13 Analisis statistik penentuan konsentrasi optimum I
Analisis statistik dengan ANOVA
Jumlah Derajat Kuadrat
Sumber Keragaman kuadrat bebas tengah F hitung Signifikan
Perlakuan 125,703 5 25,141 4,152 0,056
Galat percobaan 36,328 6 6,055
Galat total 162,03 11
Analisis statistik dengan uji Duncan
Sampel Ulangan F = 0,05
(N) 1 2
Ekstrak salam 1000 ppm 2 4,587
Ekstrak salam 500 ppm 2 8,604 8,604
Ekstrak salam 100 ppm 2 9,475 9,475
Ekstrak salam 50 ppm 2 12,421
Asam linoleat 2 13,319
Ekstrak salam 200 ppm 2 13,917
Sig. 0,103 0,088
Lampiran 14 analisis statistik penentuan konsentrasi optimum II
Analisis statistik dengan ANOVA
Jumlah Derajat Kuadrat
Sumber Keragaman kuadrat bebas tengah F hitung Signifikan
Perlakuan 194,777 5 38,955 335,669 0,000
Galat percobaan 0,697 6 0,116
Galat total 195,474 11
Analisis statistik dengan uji Duncan
Sampel Ulangan F = 0,05
(N) 1 2 3 4
Vitamin E 2 4,3730
Ekstrak salam 1000 ppm 2 5,2140
Ekstrak salam 500 ppm 2 6,1255
Ekstrak salam 1500 ppm 2 6,1535
Ekstrak salam 2000 ppm 2 6,2255
Kontrol negatif 2 16,2820
Sig. 1,000 1,000 0,785 1,000
Lampiran 15 Analisis statistik potensi antioksidan ekstrak daun salam ketiga kota
1000 ppm
Analisis statistik dengan ANOVA
Jumlah Derajat Kuadrat
Sumber keragaman kuadrat bebas tengah F hitung Signifikan
Perlakuan 290,578 4 72,645 711,578 0,000
Galat percobaan 1,021 10 0,102
Galat total 291,599 14
Analisis statistik dengan uji Duncan
Sampel Ulangan F=0,05
(N) 1 2 3
Vitamin E 3 4,6250
Ekstrak salam Cianjur 1000 ppm 3 5,0617 5,0617
Ekstrak salam Bogor 1000 ppm 3 5,2797
Ekstrak salam Sukabumi 1000 ppm 3 5,3687
Asam linoleat 3 16,0683
Sig. 0,125 0,288 1,000
Lampiran 16 Hasil uji fitokim
ia
uji alkaloid
uji saponin
uji tanin
uji flavonoid
uji fenolik hidrokuinon
uji triterpenoid dan steroid
top related