praktik manajemen laba dengan …eprints.ums.ac.id/22000/19/10._naskah_publikasi.pdfberdasarkan...
Post on 03-Mar-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PRAKTIK MANAJEMEN LABA DENGAN PENDEKATAN LONG TERM DAN SHORT
TERM DISCRETIONARY ACCRUAL MODEL
(Studi Empiris Pada Indeks LQ - 45 Periode 2004 - 2010)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada
Program Studi Magister Manajemen
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Manajemen
Oleh :
LINA AYU SAFITRI
NIM : P 100 100 030
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
DIBIAYAI OLEH DP2M, DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTRIAN PENDIDIDKAN NASIONAL
SESUAI DENGAN PERJANJIAN PELAKSANAAN HIBAH PENELITIAN NOMOR : 007/O.06.2/PP/SP/2012 TERTANGGAL 24 FEBRUARI 2012
1
Praktik Manajemen Laba Dengan Pendekatan Long Term Dan Short Term Discretionary Accrual Model
(Studi Empiris Pada Indeks LQ - 45 Periode 2004 – 2010).
Lina Ayu Safitri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kecenderungan praktik manajemen laba dengan menggunakan model long term dan short term discretionary accrual model pada indeks LQ – 45 periode 2004 – 2010. Jumlah sampel penelitian sebanyak 165 yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, praktik manajemen laba dengan model long term discretionary accrual cenderung menggunakan pola menaikkan angka laba dengan cara mempengaruhi komponen – komponen aktiva tetap. Sedangkan model short term discretionary accrual cenderung menggunakan pola menurunkan angka laba dengan cara mempengaruhi komponen – komponen aktiva lancar. Perbedaan kedua model tersebut lebih diperkuat lagi dari hasil uji beda, dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model long term discretionary accrual dengan short term discretionary accrual dalam melakukan praktik manajemen laba.
Kata kunci : Praktik Manajemen Laba, Indeks LQ – 45, Long Term and Short
Term Discretionary Accrual Model.
ABSTRACT
This study aims at analyzing the trend of earnings management practices by using a model of long term and short term discretionary accrual models in LQ - 45 period 2004 to 2010. Amount of research as much as 165 samples taken using the purposive sampling technique. Based on the results of descriptive analysis, earnings management practices in long term discretionary accrual models tend to use a pattern of increasing earnings by influencing components of fixed assets. While the short term discretionary accrual models tend to use a pattern of lower profits by influencing components of current assets. The second difference is further strengthened models of different test results, where there are significant differences between long term use of discretionary accrual models with short term discretionary accruals in earnings management practice.
Keywords: Earnings Management Practice, LQ - 45, Long Term and Short
Term Discretionary Accrual Models.
2
PENDAHULUAN
Dalam laporan keuangan terkandung informasi mengenai laba yang
sangat penting bagi pihak intern dan ekstern perusahaan untuk menilai kinerja
manajemen. Laba yang disajikan dalam laporan keuangan adalah laba yang
dihasilkan melalui metode akrual. Laba akrual dianggap menjadi ukuran yang
lebih baik dibanding arus kas dari aktivitas operasi perusahaan karena metode
akrual mempertimbangkan masalah waktu (Dechow, 1994).
Praktik manajemen laba (earnings management) dilakukan, karena
adanya fleksibilitas dalam memilih kebijakan akuntansi untuk menngambarkan
kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Pihak manajemen melakukan
manipulasi terhadap laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan demi
kepentingan pribadi / perusahaan. Pendekatan discretionary accrual merupakan
campur tangan dari pihak manajemen dalam proses pelaporan keuangan. Banyak
para peneliti yang mengalami kesulitan dalam membedakan antara discretionary
accrual dan non discretionary accrual. Kesulitan ini disebabkan adanya
perubahan dalam suatu perusahaan , Achievement of Objectives System (AOS)
kinerja yang berubah dan adanya keputusan akuntansi yang diambil.
Whelan dan McNamara (2004) menawarkan model baru yang
merupakan pengembangan dari model lama, seperti model Jones (1991) dan
Dechow (1994). Bedanya dalam model yang ditawarkan ini discretionary
accruals dipisah menjadi dua model yaitu : long term discretionary accruals dan
short term discretionary accruals. Pembagian ini diharapkan dapat menjelaskan
3
peran model tersebut dalam manajemen laba. Bukti dari penelitian Whelan dan
McNamara (2004) menunjukkan bahwa, long term dan short term
discretionary accruals mempunyai efek yang berbeda terhadap relevansi
informasi laporan keuangan.
Efek tersebut tidak dapat diungkap dengan model lama, sehingga
menunjukkan kelemahan dari model lama yang hanya berorientasi pada short -
term focus. Baik Short term dan long term discretionary accrual memiliki
karakteristik yang berbeda. Short term discretionary accrual kecenderungan
praktik manajemen labanya dengan pola menurunkan / menaikkan angka laba
dengan mempengaruhi komponen – komponen aktiva lancar. Sedangkan model
long term discretionary accrual kecenderungan praktik manajemen laba
dilakukan dengan pola menurunkan / menaikkan angka laba yang dilakukan
dalam komponen – komponen aktiva tetap.
Penelitian ini merupakan bagian penelitian hibah pasca tahun kedua
yang menindak lanjuti penelitan Fauziah (2011), yang masih memerlukan
pertimbangan model lain dalam mengetahui tindakan manajemen laba pada
perusahaan yang tergabung di indeks LQ – 45. Berdasarkan penjelasan diatas,
maka tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis praktik manajemen laba
pada perusahaan go public yang tergabung dalam indeks LQ - 45 dengan
pendekatan long term discretionary accrual model. (2) menganalisis praktik
manajemen laba pada perusahaan go public yang tergabung dalam indeks LQ -
45 dengan pendekatan short term discretionary accrual model dan (3)
4
menganalisis perbedaan praktik manajemen laba pada perusahaan go public
yang tergabung dalam indeks LQ - 45 dengan pendekatan long term dan short
term discretionary accrual model.
REVIEW LITERATUR
Penelitian terdahulu mengukur keberadaan manajemen laba dengan
menggunakan pendekatan aggregate accruals yang memisahkan total akrual
menjadi discretionary accrual dan non discretionary accrual. Kelebihan
pendekatan ini adalah dapat menggambarkan cara memperbesar dan
memperkecil angka laba. Penggunaan model aggregate accruals menuai banyak
kritik. Antara lain oleh : Gomez, et al. (2000) yang beranggapan bahwa model
aggregate accrual tidak mempertimbangkan adanya hubungan antara akrual dan
arus kas. Sehingga ada beberapa komponen non – discretionary accrual salah
diklasifikasikan menjadi discretionary accrual. Akibat dari kesalahan tersebut,
berdampak pada kesalahan dalam menspesifikasi model – model yang
digunakan.
Zayene et al (2010) dalam penelitiannya menguji nilai relevansi short
term discretionary accrual dan long term discretionary accrual di hadapan IOS
(Investment Opportunity Set) yang menunjukkan investasi perusahaan / opsi
pertumbuhan perusahaan. Hasil empiris menunjukkan bahwa short term
discretionary accrual dan long term discretionary accrual tidak memberikan
informasi yang sama ke pasar modal.
5
Fauziah (2011) dalam penelitiannya bertujuan mengidentifikasi pola
manajemen laba pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ - 45 di
BEI, dan besarnya manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Dari
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa trend earnings management
tidak memberikan pola yang sama dari tahun ke tahun. Namun secara
keseluruhan dari total rata-rata earnings management dihasilkan nilai positip.
Menurut Scott (2009:403) mendefinisikan earnings management
sebagai “the choice by a manager of accounting policies or actions affecting
earnings so as to achieve some specific reported earnings objective” yang berarti
adanya pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan
akuntansi yang dilakukan agar mempengaruhi laporan untuk mencapai beberapa
tujuan tertentu. Manajemen melakukan praktik manajemen laba dikarenakan
adanya beberapa hal antara lain untuk kepentingan pribadi agar mendapatkan
bonus sesuai yang di inginkan. Tindakan alternatif yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan pemilihan metode akuntansi dalam penyajian laporan
keuangan, seperti menaikkan atau menurunkan angka laba yang dihasilkan
perusahaan.
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Terdapat perbedaan antara praktik manajemen laba yang menggunakan
pendekatan long term discretionary accrual model dengan short term
discretionary accrual model.”
6
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menjelaskan kecenderungan praktik manajemen laba
dengan menggunakan model long term dan short term discretionary accrual.
Data yang digunakan adalah data panel (pooled data). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
termasuk dalam kriteria indeks LQ - 45 selama 7 tahun pengamatan, yaitu tahun
2004 – 2010. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative.
Kriteria yang ditetapkan untuk memilih sampel adalah: (1) Perusahaan go public
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk dalam kategori Indeks LQ – 45
selama periode 2004 - 2010 yang mempublikasikan laporan keua ngannya
secara berturut – turut, (2) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan
tahunan di BEI maupun di website perusahaannya untuk periode 31 Desember
2004 - 2010 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp), (3) Perusahaan manufaktur
(tidak termasuk industri perbankan, asuransi dan keuangan lainnya) dan (4)
Perusahaan menyediakan data yang terkait dengan penelitian secara lengkap.
Variabel dalam penelitian ini adalah : manajemen laba (earnings
management) yang diartikan sebagai tindakan manajer yang menyajikan laporan
dengan cara menaikan / menurunkan angka laba periode berjalan dari unit usaha
yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan / penurunan
keuntungan laba ekonomi unit tersebut dalam waktu lama. Terdapat dua model
7
yang digunakan dalam praktik manajemen laba yaitu model long term dan short
term discretionary accrual.
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah
mengembangkan model modified Jones dengan pendekatan short term dan long
term accrual model. Pemisahan discretionary accrual menjadi short term dan
long term discretionary accrual dilakukan oleh Whelan dan McNamara (2004)
berdasarkan model Jones (1991). Kothari et al (2005) menggunakan model yang
dirujuk dari Dechow et al (1995) untuk memisahkan akrual discretionary menjadi
short term dan long term akrual. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung besarnya total akrual
ACCi,t = EARNi,t – CFOi,t ......... (1)
2. Menghitung besarnya short term accrual
STACCi,t = ?ARi,t+?INVi,t+?OCAi,t-?APi,t -?TXPi,t -?OCLi,t .......(2)
3. Menghitung besarnya long term accrual
LTACCi,t = ACCi,t – STACCi,t………(3)
Setelah menghitung besarnya short term accrual dan long term
accrual langkah berikutnya menghitung short term discretionary accrual (STDAM)
dan long term discretionary accrual (LTDAM) yang mengacu pada model Kothari
et al (2005).
4. Menghitung besarnya short term discretionary accrual
STDAMi,t = .…(4)
8
5. Menghitung besarnya long term discretionary accrual
LTDAMi,t = ……(5)
Keterangan :
ACCi,t = Total akrual perusahaan i pada tahun t
EARNi,t= Laba sebelum pos luar biasa perusahaan i pada tahun t
CFOi,t = Kas dari operasi perusahaan i pada tahun t
STACCi, = Short term Accruals perusahaan i pada tahun t
?ARi,t = Piutang Dagang tahun t dikurangi piutang tahun t-1 perusahaan i
? INVi,t = Persediaan tahun t dikurangi persediaan tahun t-1 perusahan i
?OCAi,t = Aktiva lancar lainya tahun t dikurangi aktiva lancar lainya tahun i
?APi,t = Hutang dagang tahun t dikurangi hutang usaha tahun t-1
perusahaan i
?TXPi,t = Hutang pajak tahun t dikurangi hutang pajak tahun t-1
perusahaan i
?OCLi,t = Hutang lancar lainya tahun t dikurangi hutang lancar lainya t-1
perusahaan i
LTACCi,t = Long-term accruals perusahaan i pada tahun t
STDAMi,t = Short term discretionary accrual
TAi,t-1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t-1
Log TAi,t- = Logaritma dari total aktiva perusahaan i pada tahun t-1
? REVi,t = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi tahun t-1
? RECi,t = Piutang usaha perusahaan i pada tahun t dikurangi tahun t-1
9
INCi,t = Laba bersih perusahaan i pada tahun t
LTDAMi,t = Long term discretionary accrual
PPEi,t = Nilai bruto aktiva tanah, bangunan dan peralatan perusahaan i
pada tahun t
INTi,t = Aktiva tidak berwujud perusahaan i pada tahun t
Uji beda dilakukan untuk mengetahui adakah perbedaan yang
signifikan antara penggunaan model short term discretionary accruals dengan
long term discretionary accruals karena tidak berdistribusi normal, maka uji beda
menggunakan analisis non parametrik (wilcoxon signed ranks test).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran pertahun
sebagai berikut :
1. Short Term Discretionary Accrual Model (STDAM)
Tabel 1 Hasil Perhitungan Short Term Discretionary Accrual Model (STDAM)
Indeks LQ – 45 Selama Tahun 2004 – 2010
Variabel N Minimum Maksimum Mean Standard Deviasi
STDAM 2004 24 -0,90146 -0,08505 -0,4125267 0,16370362 STDAM 2005 27 -0,60386 -0,11105 -0,3463341 0,11667995 STDAM 2006 26 -0,61370 -0,15620 -0,4146223 0,09033652 STDAM 2007 21 -0,56954 -0,02620 -0,3904917 0,15579720 STDAM 2008 20 -0,63638 -0,25874 -0,4000156 0,08242192 STDAM 2009 21 -0,56815 -0,26257 -0,4026187 0,06514619 STDAM 2010 26 -1,03322 -0,06115 -0,4110563 0,15861180
Jumlah 165 Sumber : data sekunder yang diolah
10
2. Long Term Discretionary Accrual Model (LTDAM)
Tabel 2 Hasil Perhitungan Long Term Discretionary Acrual Model (LTDAM)
Indeks LQ - 45 Selama Tahun 2004 - 2010
Variabel N Minimum Maksimum Mean Standard Deviasi
LTDAM 2004 24 -0,06703 1,82572 1,3516302 0,41404747 LTDAM 2005 27 0,75590 2,28827 1,3883278 0,32128122 LTDAM 2006 26 -4,53223 2,34166 1,2826390 1,23508011 LTDAM 2007 21 -0,90779 1,87071 0,5672086 0,79146249 LTDAM 2008 20 -0,88129 0,79050 -0,2392281 0,37654418 LTDAM 2009 21 -0,90410 0,34474 -0,2009027 0,30282057 LTDAM 2010 26 -1,10834 0,06319 -0,2612551 0,24554648
Jumlah 165 Sumber : data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif (tabel 1 dan tabel 2) di
atas, diperoleh gambaran besarnya nilai rata-rata untuk short term discretionary
accrual model menunjukkan hasil negatif. Sedangkan nilai rata-rata untuk model
long term discretionary accrual menujukkan hasil positif. Dari 7 tahun periode
pengamatan rata – rata praktik manajemen laba cenderung menggunakan pola
menaikkan angka laba dengan melakukan manajemen laba pada komponen long
term discretionary accrual model. Hal ini dikarenakan model long term
discretionary accrual cenderung beresiko tidak dapat kembali karena jangka
waktunya yang panjang, ketidakmampuan pasar dalam membedakan short dan
long term discretionary accrual dan audit sulit untuk mendeteksi.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan terdapat perbedaan yang
signifikan antara penggunaan short term discretionary accrual model dengan
long term discretionary accrual model dalam melakukan praktik manajemen
11
laba. Dimana penggunaan STDAM (Short Term Discretionary Accrual Model)
cenderung dengan pola menurunkan angka laba dengan mempengaruhi
komponen – komponen aktiva lancar. Artinya manajemen memilih kebijakan
atau metode menurunkan laba dengan memilih estimasi mengatur masa
manfaat dari aktiva lancar lainnya (tahun 2004 dan 2005); manajemen memilih
metode persediaan dengan mengganti metode pengakuan persediaan misalnya
dari metode FIFO menjadi LIFO (tahun 2006); manajemen memilih kebijakan
menurunkan piutang dengan memperbesar cadangan piutang tak tertagih (tahun
2007); manajemen memilih metode membesarkan / menaikkan prosentase biaya
kerugian piutang dan jumlah piutang tak tertagih (tahun 2008 dan 2010); dan
manajemen melakukan pergeseran periode biaya dan pendapatan dan mengakui
biaya periode yang akan datang menjadi biaya periode tahun berjalan atau
pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode yang akan datang
(tahun 2009).
Sedangkan penggunaan LTDAM (Long Term Discretionary Accrual
Model) cenderung melakukan praktik manajemen laba dengan pola menaikkan
angka laba. Long term discretionary accrual model dilakukan dalam komponen –
komponen aktiva tetap. Yang dilakukan manajemen antara lain : dengan
memanipulasi besarnya laba bersih dan total aktiva yang dimiliki agar terlihat
lebih besar sehingga pihak manajemen mengharapkan kemudahan dalam
memperoleh kredit jangka panjang atau manajemen mengakui dan mencatat
pendapatan periode yang akan datang sebagai pendapatan periode berjalan
12
(tahun 2004 dan 2007); manajemen mengubah estimasi umur ekonomis aktiva
tetap dan aktiva tidak berwujud dan metode akuntansi yang digunakan untuk
mengubah metode depresiasi aktiva tetap contohnya dari metode saldo
menurun ke metode depresiasi garis lurus (tahun 2005, 2006, 2008, 2009 dan
2010).
Untuk menganalisis perbedaan praktik manajemen laba dengan
model short term discretionary accrual dan long term discretionary accrual di
indeks LQ – 45 menggunakan uji analisis “statistic non parametric” yang berupa
“wilcoxon signed ranks test”. Uji beda ini dilakukan untuk sampel berpasangan
dan data tidak berdistribusi normal. Dari hasil uji tersebut didapat hasil sebagai
berikut :
Tabel 3 Hasil Uji Beda dengan Wilcoxon Signed Ranks Test
Test Statisticsb LTDAM – STDAM
Z Asymp. Sig. ( 2-tailed)
-9,883a .000
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Singed Ranks Test
Dari hasil uji beda tersebut didapatkan hasil nilai Z hitung -9,883
dengan tingkat sig sebesar 0,000. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antara penggunaan model short term discretionary accrual dengan long term
discretionary accrual dalam praktik manajemen laba. Sehingga, hasil penelitian
ini mendukung penelitian Whelan dan McNamara (2004).
13
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil uji beda diperoleh nilai Z hitung sebesar -9,883 dengan
tingkat sig sebesar 0,000. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antara penggunaan model short term discretionary accrual dengan long
term discretionary accrual dalam praktik manajemen laba. Dengan
demikian hipotesis dalam penelitian ini terbukti kebenarannya.
2. Selama kurun waktu tujuh tahun periode pengamatan diperoleh hasil
perhitungan short term discretionary accrual model (STDAM) Indeks LQ –
45 selama tahun 2004 – 2010 menghasilkan nilai negatif untuk hasil
minimum, maksimum dan rata – ratanya. Berarti praktik manajemen laba
dengan model short term discretionary accrual cenderung dengan pola
menurunkan angka laba dengan mempengaruhi komponen – komponen
aktiva lancar.
3. Berdasarkan perhitungan long term discretionary acrual model (LTDAM)
Indeks LQ - 45 selama tahun 2004 – 2010 menghasilkan nilai minimum
negatif, nilai maksimum positif dan rata – rata positif. Meskipun dari model
long term discretionary ini terdapat beberapa perusahaan yang
menunjukkan hasil negatif untuk nilai minimum dan rata – ratanya, namun
secara garis besar model long term discretionary accrual menunjukkan pola
14
menaikkan angka laba yang dilakukan dalam komponen – komponen aktiva
tetap.
4. Peneliti hanya menggunakan model short term dan long term discretionary
accrual untuk mengidentifikasi adanya kecenderungan praktik manajemen
laba, sehingga belum dapat menggambarkan praktik manajemen laba
secara komprehensif. Oleh karena itu perlu pengembangan model
penelitian manajemen laba terhadap industri yang berbeda sehingga dapat
mengidentifikasi kecenderungan praktik manajemen laba secara akurat.
5. Data penelitian ini hanyalah data sekunder yang menggunakan metode
akuntansi untuk menganalisis dan mengidentifikasi kecenderungan
manajemen laba di perusahaan indeks LQ – 45.
PERSANTUNAN
Penulis mengucapkan terima kasih kepada DP2M Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional melalui LP2M Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan bantuan dana lewat
penelitian hibah pasca tahun kedua, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
tepat waktu.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dechow, 1994. “Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of Firm Performance”. The Role of Accounting Accrual. Journal of Accounting and Economics 17,p.3 - 42.
Dechow; Sloan; Sweeney, 1995. “Detecting Earnings Management”. The Accounting Review Vol. 70, No. 2 April 1995, pp. 193-225.
Fauziah, Emi, 2011. “Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar Di Index LQ45 Bursa Efek Indonesia”. Tesis. Universitas Muhammaadiyah Surakarta, tidak dipublikasikan.
Gomez, Xavier Garza,et al, 2000. “ Discretionary Accrual Models And The Accounting Process”. Kobe Economis And Business Review, 2000.
Jones, Jennifer J, 1991. “Earnings Management During Import Relief Investigations”. Journal Of Accounting Research, Vol 29, No.2 1991, p.193 – 228.
Kothari, SP; Andrew J. Leone; Charles E. Wasley, 2002. “Performance Matched Discretionary Accrual Measures”. http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 15 Juni 2012.
Kusuma, Hadri. 2004. “Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia”. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 8, No. 1, Mei 2006: 1-12
Scott, William R, 2009. “Financial Accounting Theory” Fifth Edition. Canada Prentice Hall.
Subekti, Imam, 2006. “Integrated Earning Management Value Relevance Of Earnings And Book Value Of Equity”. http://ssrn.com. Diakses tanggal 15 Juni 2012.
Subekti, Imam.et all. 2010. ”The Effect Of Integrated Earnings Management On The Value Relevance Of Earning And Book Value Of Equity”. http://ssrn.com. Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Whelan, Catherine, 2004. “The Impact Of Earnings Management On The Value – Relevance Of Earnings And Book Value : A Comparison Of Short Term And Long Term Discretionary Accrual”. http://ssrn.com. Diakses tanggal 3 April 2012.
16
Whelan, Catherine; Ray McNamara, 2004. “The Impact Of Earnings Mangement Of The Value – Relevance Of Financial Statement Information”. http://ssrn.com. Diakses tanggal 3 April 2012.
Zayene, Rim; Faouzi Jilani, 2010. “The Impact Of Investment Oppurtunities On The Value Relevance Of Short Term And Long Term Discretionary Accrual”. ISSN 1450 – 2887 Issue 59 Euro Journal Publishing.
17
18
LAMPIRAN 1 DATA PERUSAHAAN
NO TAHUN PERUSH ACC STACC STDAM LTACC LTDAM
1 2004 ANTM 394,364 (690,597) -0.90146 1,084,961 0.91999 2 2004 ASII 2,226,083 1,792,764 -0.37690 433,319 1.67789 3 2004 AUTO 100,205 210,162 -0.40622 (109,957) 1.66921 4 2004 BLTA (93,100) (266,198) -0.55446 173,098 1.46956 5 2004 BNBR (392,773) (126,916) -0.49035 (265,857) 1.52115 6 2004 BUMI 35,612 (747,558) -0.52435 783,170 1.26513 7 2004 EPMT 133,167 593,496 -0.08920 (460,329) 1.33306 8 2004 GGRM 955,527 1,313,574 -0.34848 (358,047) 1.82572 9 2004 HMSP (879,702) (620,919) -0.51007 (258,783) 1.38477
10 2004 INCO (1,126,300) 1,238,252 -0.31061 (2,364,552) 0.71360 11 2004 INTP (1,188,000) 138,203 -0.43259 (1,326,203) 1.44367 12 2004 ISAT (4,330,787) 238,754 -0.44412 (4,569,541) 1.74551 13 2004 JIHD 440,105 811,214 -0.23868 (371,109) 1.08653 14 2004 KLBF 289,727 294,800 -0.44524 (5,073) 1.46730 15 2004 LMAS (30,994) 31,851 -0.19356 (62,845) -0.06703 16 2004 MPPA (376,347) (38,022) -0.47378 (338,325) 1.55321 17 2004 RALS (69,549) 191,202 -0.40536 (260,751) 1.43380 18 2004 RMBA 126,000 139,660 -0.39925 (13,660) 1.62239 19 2004 SMCB (648,171) 121,037 -0.41287 (769,208) 1.28821 20 2004 SMGR (319,564) 90,560 -0.43247 (410,124) 1.64294 21 2004 SMRA 67,127 23,932 -0.47051 43,195 1.43851 22 2004 TLKM (7,966,480) (1,183,825) -0.42911 (6,782,655) 1.58887 23 2004 TSPC (95,957) (59,651) -0.52596 (36,306) 1.58913 24 2004 UNTR (929,897) 2,237,839 -0.08505 (3,167,736) 0.82600 25 2005 AALI 393,242 907,801 -0.14365 (514,559) 1.40669 26 2005 ADHI 24,354 350,978 -0.25242 (326,624) 0.82585 27 2005 ANTM 51,284 534,269 -0.35902 (482,985) 1.55538 28 2005 ASII 2,922,509 6,598,371 -0.27092 (3,675,862) 1.60866 29 2005 BNBR (701,681) 1,220,599 -0.21573 (1,922,280) 0.81845 30 2005 BRPT 538,992 162,522 -0.36421 376,470 1.46048 31 2005 BUMI (387,605) 2,746,273 -0.26382 (3,133,878) 0.75590 32 2005 ENRG 89,197 899,193 -0.11105 (809,996) 1.19493 33 2005 GGRM 306,763 1,680,173 -0.33159 (1,373,410) 1.59390 34 2005 INCO (113,470) 1,381,495 -0.33399 (1,494,965) 1.18609 35 2005 INDF (563,681) 834,284 -0.37954 (1,397,965) 1.72940 36 2005 INKP (1,565,998) 1,784,698 -0.37005 (3,350,696) 1.64116 37 2005 INTP (501,750) 937,060 -0.32673 (1,438,810) 1.14762 38 2005 ISAT (3,761,695) (102,544) -0.41365 (3,659,151) 1.45561 39 2005 JIHD (155,206,674) 76,725,582 -0.29055 (231,932,256) 1.45843 40 2005 KIJA (61,988) 339,114 -0.31137 (401,102) 1.33401 41 2005 KLBF 217,020 584,190 -0.28490 (367,170) 1.16412 42 2005 LSIP 60,128 173,374 -0.35364 (113,246) 1.21284 43 2005 MEDC (1,092,763) (2,329,962) -0.60386 1,237,199 1.29933 44 2005 PGAS (719,779) (619,608) -0.48599 (100,171) 1.65087 45 2005 PTBA 127,997 252,326 -0.37425 (124,329) 1.36669
19
46 2005 RALS 234,385 (194,040) -0.58135 428,425 1.78569 47 2005 SMCB (547,645) (30,069) -0.44828 (517,576) 1.28119 48 2005 TLKM (10,045,143) (3,152,790) -0.43901 (6,892,353) 1.24103 49 2005 UNSP (51,922) 139,662 -0.38693 (191,584) 1.50913 50 2005 UNTR 14,041 206,443 -0.46932 (192,402) 1.51313 51 2005 UNVR 239,738 1,132,787 -0.18518 (893,049) 2.28827 52 2006 AALI (215,191) (81,225) -0.50554 (133,966) 1.46521 53 2006 ADHI 258,710 841,813 -0.15620 (583,103) 1.43454 54 2006 ANTM (27,982,437) 311,995 -0.40329 (28,294,432) -4.53223 55 2006 ASII (5,524,915) (6,161,974) -0.48178 637,059 1.69841 56 2006 BLTA 596,933 192,647 -0.39165 404,286 1.32307 57 2006 MPPA (347,384) (251,631) -0.54618 (95,753) 1.40054 58 2006 BUMI 3,559,555 1,180,767 -0.32882 2,378,788 1.62622 59 2006 ENRG 405,500 334,107 -0.37861 71,393 1.75423 60 2006 GGRM (897,796) 99,009 -0.41983 (996,805) 1.76678 61 2006 RALS (241,895) 260,392 -0.36966 (502,287) 1.40502 62 2006 INCO 796,120 450,880 -0.31466 345,240 0.26113 63 2006 INDF 14,572,743 (1,078,714) -0.46477 15,651,457 2.34166 64 2006 INKP (6,041,393) (2,482,556) -0.44875 (3,558,837) 1.55212 65 2006 INTP (492,472) 60,111 -0.43455 (552,583) 1.50934 66 2006 ISAT (3,338,669) (37,907) -0.38643 (3,300,762) 1.38968 67 2006 KIJA (320,625) 50,065 -0.44799 (370,690) 1.43346 68 2006 KLBF (1,542,048) 338,153 -0.34195 (1,880,201) 1.18965 69 2006 LSIP 9,875 (101,254) -0.50199 111,129 1.55122 70 2006 MEDC (213,209) (670,982) -0.47729 457,773 1.83189 71 2006 PTBA 127,687 243,806 -0.35509 (116,119) 1.68976 72 2006 SMCB (276,877) (298,691) -0.46619 21,814 1.28320 73 2006 SMRA (5,622) 184,913 -0.38844 (190,535) 1.83168 74 2006 TLKM (13,063,080) (6,617,196) -0.41077 (6,445,884) 1.53156 75 2006 UNSP (17,466) 233,938 -0.29249 (251,404) 1.33758 76 2006 UNTR (869,130) (643,728) -0.45356 (225,402) 1.63701 77 2006 UNVR (72,863) (539,141) -0.61370 466,278 1.63586 78 2007 AALI 317,862 (276,400) -0.53430 594,262 0.95193 79 2007 ANTM 3,579,342 37,026 -0.41436 3,542,316 0.78285 80 2007 ASII (2,779,343) 336,028 -0.39030 (3,115,371) 1.26743 81 2007 BLTA 378,984 (3,016,571) -0.55733 3,395,555 1.87071 82 2007 BNBR (137,963) 2,078,383 -0.18218 (2,216,346) 0.96797 83 2007 TRUB 125,084 818,375 -0.02620 (693,291) 0.72367 84 2007 BUMI 8,709,784 829,302 -0.34942 7,880,482 1.52473 85 2007 CPRO (785,284) 2,975,388 -0.04474 (3,760,672) 1.10169 86 2007 INCO (2,487,260) (2,412,019) -0.52837 (75,241) 0.46141 87 2007 INDF (731,918) (1,334,046) -0.51875 602,128 1.19009 88 2007 INKP (3,137,030) 1,160,511 -0.36331 (4,297,541) 1.08936 89 2007 ISAT (4,276,717) (454,908) -0.41806 (3,821,809) 1.23054 90 2007 LSIP (99,962) 156,267 -0.41859 (256,229) 1.37097 91 2007 MEDC (1,952,844) 99,743 -0.42105 (2,052,587) -0.13977 92 2007 PGAS (699,342) (181,070) -0.42609 (518,272) -0.18002 93 2007 PTBA (700,658) (455,888) -0.56954 (244,770) -0.20864
20
94 2007 SMCB (319,978) (121,117) -0.45118 (198,861) -0.31071 95 2007 SULI (209,229) 93,174 -0.44137 (302,403) -0.63209 96 2007 TLKM (12,236,561) (905,849) -0.38687 (11,330,712) -0.17419 97 2007 BMTR 1,349,248 1,875,665 -0.20527 (526,417) -0.90779 98 2007 UNTR (602,822) (2,082,450) -0.55306 1,479,628 -0.06874 99 2008 AALI 543,590 861,578 -0.30868 (317,988) -0.50051
100 2008 ANTM (1,690,878) 1,067,324 -0.39174 (2,758,202) 0.49474 101 2008 BUMI (3,138,292,270) 1,877,781,301 -0.25874 (5,016,073,571) -0.24836 102 2008 CPIN 12,154 258,780 -0.50039 (246,626) -0.19102 103 2008 CPRO (368,156) 1,219,387 -0.32676 (1,587,543) -0.09052 104 2008 INCO 696,350 1,023,700 -0.39542 (327,350) 0.79050 105 2008 PTBA 98,134 775,398 -0.27291 (677,264) -0.88129 106 2008 TBLA (396,682,226) 14,721,133 -0.40894 (411,403,359) -0.29633 107 2008 BLTA (1,376,382) 1,179,407 -0.36323 (2,555,789) -0.46186 108 2008 CTRA 28,616 44,942 -0.43007 (16,326) -0.06557 109 2008 ISAT (4,607,980) 434,829 -0.38971 (5,042,809) -0.40347 110 2008 KIJA (71,020) 62,655 -0.44716 (133,675) -0.54359 111 2008 PGAS (2,973,715) 1,616,713 -0.35835 (4,590,428) -0.41152 112 2008 UNTR (1,568,460) 1,091,162 -0.40046 (2,659,622) -0.69355 113 2008 UNSP (106,533) (654,582) -0.63638 548,049 0.10431 114 2008 INDF (886,536) 1,331,142 -0.39917 (2,217,678) -0.15994 115 2008 MEDC (842,020) (907,496) -0.44081 65,476 -0.32287 116 2008 ASII 713,000 2,014,000 -0.39234 (1,301,000) -0.23888 117 2008 TLKM (13,696,827) (6,495,797) -0.47093 (7,201,030) -0.36765 118 2008 TRUB (396,682,226) 16,739,951 -0.40812 (413,422,177) -0.29717 119 2009 SGRO (134,451) 236,827 -0.35703 (371,278) -0.08164 120 2009 ISAT (2,552,964) 10,032 -0.39186 (2,562,996) -0.34554 121 2009 MEDC (535,800) (1,011,908) -0.46511 476,108 0.34474 122 2009 LPKR 272,320 882,839 -0.35433 (610,519) -0.08767 123 2009 PGAS (3,305,819) (1,490,216) -0.41985 (1,815,603) -0.75550 124 2009 AALI (255,246) 27,681 -0.45554 (282,927) 0.23629 125 2009 ANTM (319,149) 9,075 -0.43336 (328,224) 0.03222 126 2009 ASII 1,109,000 2,151,000 -0.35259 (1,042,000) -0.13604 127 2009 BLTA 1,832,760 (625,200) -0.42385 2,457,960 -0.20453 128 2009 BRPT (236,610) 686,609 -0.29880 (923,219) -0.90410 129 2009 ELSA 181,104 (304,784) -0.56815 485,888 -0.26618 130 2009 INCO 302,510 468,200 -0.37627 (165,690) -0.07202 131 2009 INDF 542,274 1,223,988 -0.35654 (681,714) -0.16914 132 2009 INKP (2,677,949) (3,689,157) -0.45493 1,011,208 0.01079 133 2009 INTP (435,836) 319,228 -0.38390 (755,064) -0.32703 134 2009 ITMG 1,107,920 463,960 -0.38446 643,960 -0.32705 135 2009 KLBF (313,916) 80,986 -0.44228 (394,902) -0.29633 136 2009 SMGR (893,743) 58,661 -0.43110 (952,404) -0.49324 137 2009 BUMI 376,183 6,905,076 -0.26257 (6,528,893) 0.09103 138 2009 TLKM (13,739,362) (484,080) -0.38695 (13,255,282) -0.51333 139 2009 INDY 608,344 (126,651) -0.45552 734,995 0.04532 140 2010 AALI (843,005) (327,771) -0.49402 (515,234) -0.30053 141 2010 ANTM (329,650) (836,557) -0.48352 506,907 -0.37164
21
Sumber : data sekunder yang diolah
142 2010 ASII 14,097,000 9,217,000 -0.30262 4,880,000 -0.18160 143 2010 BRPT (1,511,917) (1,211,054) -0.52365 (300,863) -0.09121 144 2010 BUMI 2,322,656 (1,846,718) -0.41571 4,169,374 -0.04946 145 2010 DEWA (247,994) 936,847 -0.25106 (1,184,841) -0.38183 146 2010 ELSA 29,974 195,797 -0.44618 (165,823) 0.06319 147 2010 CTRA (220,051) (171,087) -0.45585 (48,964) -0.10826 148 2010 INCO (595,010) (1,097,170) -0.46545 502,160 -0.60933 149 2010 INTP (151,411) 783,098 -0.36130 (934,509) -0.40411 150 2010 ITMG (1,791,210) 637,890 -0.41186 (2,429,100) -0.03951 151 2010 KLBF 89,891 259,695 -0.40947 (169,804) -0.25504 152 2010 LPKR 1,284,517 2,035,077 -0.25954 (750,560) -0.12301 153 2010 LSIP 373,643 141,533 -0.41739 232,110 -0.23854 154 2010 SMGR 306,359 171,212 -0.40282 135,147 -0.29206 155 2010 TLKM (11,888,451) 7,944,336 -0.29638 (19,832,787) -0.55883 156 2010 UNSP (234,269) (3,009,196) -1.03322 2,774,927 -1.10834 157 2010 ADRO (382,315) 1,492,238 -0.35252 (1,874,553) 0.00793 158 2010 GGRM (726,316) 2,961,039 -0.34435 (3,687,355) -0.01802 159 2010 BTEL (816,369) 391,555 -0.39485 (1,207,924) -0.36508 160 2010 ELTY 2,387,341 4,215,342 -0.06115 (1,828,001) -0.33112 161 2010 INDF (3,957,092) (225,056) -0.39898 (3,732,036) -0.21900 162 2010 INDY 322,900 (171,560) -0.45453 494,460 -0.02461 163 2010 ISAT (6,191,710) 124,589 -0.39307 (6,316,299) -0.38608 164 2010 MEDC (44,500) (722,680) -0.45348 678,180 -0.09047 165 2010 PGAS (3,305,819) 162,574 -0.40450 (3,468,393) -0.31606
22
LAMPIRAN 2
HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF
TAHUN 2004
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
STDAM 24 -.90146 -.08505 -9.90064 -.4125267 .16370362 LTDAM 24 -.06703 1.82572 32.43912 1.3516302 .41404747 Valid N (listwise) 24 Sumber : data sekunder yang diolah
TAHUN 2005
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
STDAM 27 -.60386 -.11105 -9.35102 -.3463341 .11667995 LTDAM 27 .75590 2.28827 37.48485 1.3883278 .32128122 Valid N (listwise) 27 Sumber : data sekunder yang diolah
TAHUN 2006
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
STDAM 26 -.61370 -.15620 -10.78018 -.4146223 .09033652 LTDAM 26 -4.53223 2.34166 33.34861 1.2826390 1.23508011 Valid N (listwise) 26 Sumber : data sekunder yang diolah
23
TAHUN 2007
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
STDAM 21 -.56954 -.02620 -8.20033 -.3904917 .15579720 LTDAM 21 -.90779 1.87071 11.91138 .5672086 .79146249 Valid N (listwise) 21 Sumber : data sekunder yang diolah
TAHUN 2008
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
STDAM 20 -.63638 -.25874 -8.00031 -.4000156 .08242192 LTDAM 20 -.88129 .79050 -4.78456 -.2392281 .37654418 Valid N (listwise) 20 Sumber : data sekunder yang diolah
TAHUN 2009
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
STDAM 21 -.56815 -.26257 -8.45499 -.4026187 .06514619 LTDAM 21 -.90410 .34474 -4.21896 -.2009027 .30282057 Valid N (listwise) 21 Sumber : data sekunder yang diolah
24
TAHUN 2010
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
STDAM 26 -1.03322 -.06115 -10.68746 -.4110563 .15861180 LTDAM 26 -1.10834 .06319 -6.79263 -.2612551 .24554648 Valid N (listwise) 26 Sumber : data sekunder yang diolah
LAMPIRAN 3
HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
STDAM LTDAM
N 165 165
Normal Parametersa,,b Mean -.3962117 .6023504
Std. Deviation .12573327 .96475641
Most Extreme Differences
Absolute .116 .158 Positive .116 .142
Negative -.100 -.158 Kolmogorov-Smirnov Z 1.487 2.026 Asymp. Sig. (2-tailed) .024 .001 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : data sekunder yang diolah
25
LAMPIRAN 4
HASIL UJI BEDA
Hasil Uji Beda dengan Wilcoxon Signed Ranks Test
N Mean Rank Sum of Ranks
LTDAM - STDAM
Negative Ranks 20a 38.65 773.00
Positive Ranks 145b 89.12 12922.00
Ties 0c
Total 165
Test Statisticsb
LTDAM - STDAM
Z -9.883a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Sumber : data sekunder yang diolah
top related