preskas tumor laring
Post on 27-Oct-2015
61 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
1. 1 IDENTITAS
Nama Pasien : Tn. Ngadiman
Umur : 61 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 10 Maret 2012
1. 2 INSTALASI GAWAT DARURAT
Anamnesa
Keluhan Utama
Keluar darah saat berdehem sejak 3 jam SMRS ± 1 sdm
Keluhan Tambahan
Suara serak, sesak dan dada terasa panas namun tidak menjalar
Riwayat Penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah saat berdehem 3 jam SMRS ± 1
sdm, sesak napas ( + ), Batuk ( - ), suara serak, terasa panas di dada kiri tidak
menjalar, demam ( - ), keringat malam ( - ), nafsu makan baik, berat badan
tidak turun, beberapa hari yang lalu berobat ke Sp. THT dikatakan ada
kelainan di pita suara, tidak merokok dan pekerjaan sebagai pemadam
kebakaran selama 38 tahun
Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat hipertensi ( + )
o Riwayat diabetes mellitus ( - )
o Riwayat asma ( - )
Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat hipertensi pada keluarga ( + )
o Riwayat diabetes mellitus ( - )
o Riwayat sakit jantung ( - )
o Riwayat asma ( - )
1
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Pernapasan : 16x/menit
Suhu : 36, 8° C
Nadi : 64x/menit
Tekanan Darah : 190/120 mmHg
Kepala : normosefali
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1 – T1
Leher : kelenjar getah bening submandibula kiri membesar
Dada : kesan barel chest
Jantung : bunyi jantung 1 dan 2 normal
Paru : simetris
Hepar dan lien : tidak teraba
Perut : agak buncit
Kemaluan : tidak diperiksa
Ekstremitas : akral hangat, edema ( - )
Terapi :
IVFD NaCl 0,9% 500ml
Vitamin K
Vitamin C
Konsul Poli THT dengan diagnosis :
Stridor dan dispneu
Disfoni
Hemoptisis ec iritasi saluran napas atas
Hipertensi Urgensi
1. 3 POLI THT
Anamnesa
Keluhan Utama
Keluar darah saat berdehem sejak 3 jam SMRS ± 1 sdm
2
Keluhan Tambahan
Suara serak sejak 2 tahun yang lalu, sesak napas ( + ) sejak 1 hari yang lalu
dan dada terasa panas namun tidak menjalar
Pemeriksaan Fisik
Telinga : MT intak kanan – kiri, refleks cahaya baik, serumen (- ),
liang telinga lapang, hiperemis ( - )
Hidung : konka inferior hipertrofi ( - ), sekret ( - ), septum deviasi
( - )
Tenggorokan : tonsil T1 – T1 tidak hiperemis, arkus faring simetris,
uvula ditengah
Laringoscopy direct : epiglotis tenang, aritenoid tenang, plika vokalis dan
plika ventrikularis sebelah kanan tertutup masa,
permukaan masa tidak rata, gerakan plika vokalis
terganggu, rima glotis sempit
1. 4 DIAGNOSIS
Tumor Laring
1. 5 RENCANA PENATALAKSANAAN
Rencana penatalaksanaan pasien :
Trakeostomi
Foto thoraks
CT scan Laring
Biopsi Laring
Bila tumor jinak :
o Ekstirpasi tumor dengan bedah mikro atau laser
Bila tumor ganas :
o Tentukan stadium
o Pembedahan (laringektomi)/radiasi/obat sitostika/kombinasi
o Rehabilitasi Suara
o Dukungan Psikis (bergabung dengan komunitas tuna laring)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 ANATOMI LARING
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV –
VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya
selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan.
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya
kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia
Laring atau disebut juga Adam’s apple atau jakun.
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di
sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan
laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan
ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.
Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot -
otot. Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :
Kelompok kartilago mayor, terdiri dari :
Kartilago Tiroidea, 1 buah
Kartilago Krikoidea, 1 buah
Kartilago Aritenoidea, 2 buah
Kartilago minor, terdiri dari :
Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah
Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah
Kartilago Epiglotis, 1 buah
4
Laring tampak SagitalLaring tampak Lateral
Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu
Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari :
Membran tirohioid
Ligamentum tirohioid
Ligamentum tiroepiglotis
Ligamentum hioepiglotis
Ligamentum krikotrakeal
Ligamentum intrinsik, terdiri dari :
Membran quadrangularis
Ligamentum vestibular
Konus elastikus
Ligamentum krikotiroid media
Ligamentum vokalis
Otot-otot ekstrinsik
Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok
otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan. Terbagi atas :
Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :
M. Stilohioideus - M. Milohioideus
5
M. Geniohioideus - M. Digastrikus
M. Genioglosus - M. Hioglosus
Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :
M. Omohioideus
M. Sternokleidomastoideus
M. Tirohioideus
Otot-otot intrinsik
Menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi menggerakkan
struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas.
Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang
serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses pembentukkan
suara, proses menelan dan berbafas. Bila m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot
ini akan bersatu di garis tengah sehingga menyebabkan adduksi pita suara.
6
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :
Otot-otot adduktor Berfungsi untuk menutup pita suara.
Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik
M. Krikotiroideus
M. Krikotiroideus lateral
Otot-otot abduktor berfungsi untuk membuka pita suara.
M. Krikoaritenoideus posterior
Otot-otot tensor
Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis
Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus
Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor
internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke
lateral mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.
7
Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut : 1. Supraglotis (vestibulum superior) yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring. 2. Glotis (pars media) yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni. 3. Infraglotis (pars inferior) yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.
Beberapa bagian penting dari dalam laring : Aditus Laringeus pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m. aritenoideus.
Rima glottis merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus vokalis dan basis kartilago aritenoidea.
Vallecula terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral.
Plika Ariepiglotika dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.
Incisura Interaritenoidea suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri.
Plika Ventrikularis (pita suara palsu) yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan kartilago aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.
Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus) yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati
Plika Vokalis (pita suara sejati)
Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh
ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per lima
belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut
intercartilagenous portion.
8
2. 2 SUMBATAN LARING
Sumbatan laring dapat disebabkan oleh :
Radang akut dan kronis, benda asing, trauma akibat kecelakaan, perkelahian,
percobaan bunuh diri dengan sejata tajam
Benda asing
Trauma akibat tindakan medis
Tumor laring (jinak maupun ganas)
Kelumpuhan nervus
Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium dengan tanda dan
gejala :
Stadium 1 cekungan tampak pada waktu inspirasi suprasternal, stridor pada
waktu inspirasi dan pasien masih tenang.
Stadium 2 cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,
ditambah lagi dengan timbulnya cekungan daerah epigastrium. Pasien sudah
mulai gelisah. Stridor terdengar pada waktu inspirasi.
Stadium 3 cekungan selain di daerah suprasternal dan epigastrium, juga terdapat
di infraklavikula dan sela – sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea. Stridor
terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi.
Stadium 4 cekungan – cekungan diatas bertambah jelas, pasien sangat gelisah,
tampak sangat ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus maka
pasien akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea.
Pasien lemah dan tertidur, dapat meninggal karena asfiksia.
2. 3 TUMOR LARING
9
2. 3. 1. Tumor Jinak Laring
Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5%
dari semua jenis tumor laring. Tumor jinak dapat berupa :
Papiloma laring (terbanyak frekuensinya)
Adenoma
Kondroma
Mioblastomo sel granuler
Hemangioma
Lipoma
Neurofibroma
Papiloma Laring
Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis :
Papiloma laring juvenil, ditemukan pada anak, berbentuk multipel dan
beregresi pada saat dewasa.
Pada orang dewasa berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi
dan merupakan prekanker.
Bentuk juvenil dapat tumbuh pada pita suarabagian anterior atau
bagian subglotis. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis atau aritenoid.
Secara makroskopis bentuknya seperti buah murbei, berwarna putih kelabu
atau kemerahan. Sangat rapuh dan bila dipotong, tidak menyebabkan
perdarahan. Sifat yang paling menonjol adalah sering tumbuh lagi setelah
diangkat, sehingga operasi pengngkatan harus dilakukan berulang – ulang.
Suara parau merupakan gejala utama dari papiloma, kadang batuk dan
apabila papiloma telah menutup rima glotis maka muncul sesak napas da
stridor.
Terapi untuk papiloma yaitu :
ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro atau juga dengan sinar laser
yang dilakukan berkali – kali akibat sering tumbuh lagi.
Terapi terhadap penyebabnya diberikan vaksin dari masa tumor, obat
anti virus, hormon, kalsium atau ID methionin (esential aminoacid),
namun terapi ini belum memuaskan, karena sampai sekarang
etiologinya belum diketahui secara pasti. Diduga penyebab munculnya
papiloma adalah virus, tetapi dengan pemeriksaan mikroskop elektron
inclusion body tidak ditemukan.
10
Tidak dianjurkan radioterapi karena dapat berubah ganas.
2. 3. 2. Tumor Ganas Laring
sebagai perbandingan, diluar negeri karsinoma laring menempati
tempat pertama dalam urutan keganasan dibidang THT. Sedangkan di RS
Cipto Mangunkusumo, karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah
karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.
Etiologi
Belum diketahui dengan pasti, menurut para ahli, perokok dan
peminum alkohol merupakan orang – orang dengan resiko tinggi terhadap
karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal
yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring ialah rokok, alkohol
dan terpapar sinar radioaktif. Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto
mangunkusumo menunjukan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada
orang yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma
laring naik sesuai dengan jumlah rokok yang dihisap. Yang terpenting
penanggulangan karsinoma laring ialah diagnosis dini dan
pengobatan/tindakan yang tepat dan kurativ, karena tumornya masih terisolasi,
dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama adalah mengangkat
laringyang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta
fungsi sfingter laring.
Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 % – 98 % dari semua tumor
ganas laring. Karsinoma sel skuamosa dibagi menjadi 3 tingkat diferensiasi :
Diferensiasi baik (grade 1)
Diferensiasi sedang (grade 2)
Diferensiasi buruk (grade 3)
Kebanyakan tumor ganas pita suara cenderung berdiferensiasi baik. Lesi yang
mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang
berdiferensiasi baik.
Klasifikasi letak tumor
11
Tumor supraglotis terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis
sampai batas atas glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.
Tumor glotis mengenai pita suara asli. Batas inferior glotis adalah 10
mm dibawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior
otot – otot intrinsik pita suara. Batas superior adalah ventrikel laring.
Oleh karena itu tumor glotis dapat mengenai satu atau kedua pita suara,
dapat meluas ke subglotis sejauh 10 mm, dan dapat mengenai
komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago
aritenoid.
Tumor subglotis tumbuh > 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli
sampai batas inferior krikoid.
Tumor ganas transglotis adalah tumor yang menyeberangi ventrikel
mengenai mengenai pita suara asli dan palsu, atau meluas ke subglotik
> 10 mm.
Gejala
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling
dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan terganggunya fungsi fonasi laring.
Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotis, besar pita suara,
ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara. Pada
tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsidisebabkan ketidakteraturan pita
suara, oklusi atau penyempitan celah glotis, terserangnya otot – otot vokalis,
sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang – kadang menyerang saraf.
Adanya tumor pita suara mengganggu gerakan maupun getaran kedua pita
suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasarmengganggu,
sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasanya. Kadang bisa afoni karena
nyeri, sumbatan jalan napas atau paralisis komplit.
Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli , serak merupakan gejala
dini dan menetap. Bila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring di bagian
bawah plika ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul
kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala
akhir atau tidak timbul sala sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak
kha dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di
12
tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya
eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam (hot potato voice).
Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan
jalan napas dandapat timbul tiap tumor laring.gejala ini disebabkan oleh
gangguan jalan napas oleh masa tumor, penumpukan kotoran atau sekret,
maupin oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik,
terdapat kedua gejala tersebut. Pada umumnya dispnea dan stridor tanda
prognosis kurang baik.
Nyeri tenggorok bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang
tajam.
Disfagia merupakan ciri tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring,
dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada
tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan
adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glitis, biasanya timbul
dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring.
hemoptisis sering terjadi pada tumor supraglotis dan glotis.
Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis batuk,
hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar
laring atau metastasis jauh. Pembesaran KGB leher dipertimbangkan sebagai
metastasis tumor ganas yang menunjukan tumor pada stadium lanjut. Nyeri
tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi
tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang selain pemeriksaan darah dan direct laringoscope
diperlukan juga pemeriksaan radiologi. Foto toraks diperlukan untuk menilai
keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT
scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring, misalnya
penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta
metastasis KBG leher.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dari
bahan biopsy laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran KGB di leher.
13
Dari hasil patologi anatomi paling banyak ditemukan adalah karsinoma sel
skuamosa.
2. 3. 3. Klasifikasi Tumor Ganas Laring (AJCC dan UICC 1988)
TUMOR PRIMER
SUPRAGLOTIS
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih
baik).
T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis
masih bisa bergerak (tidak terfiksir).
T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah
krikoid bagian belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan
arah ke rongga pre epiglotis.
T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan
lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.
GLOTIS
Tis Karsinoma insitu.
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau
posterior.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih
dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah
keluar dari laring.
SUBGLOTIS
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau
sudah terfiksir.
14
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar
laring atau kedua-duanya.
Penjalaran ke kelenjar limfa (N)
Nx Kelenjaar limfa tidak teraba
N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba
N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm
homolateral.
N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3 - 6
cm.
N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter labih dari3 cm tapi tiak lebih
dari 6 cm.
N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih daaari 6 cm.
N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
METASTASIS JAUH (M)
Mx Tidak terdapat/terdeteksi.
M0 Tidak ada metastasis jauh.
M1 Terdapat metastasis jauh.
STAGING (STADIUM)
ST1 T1 N0 M0
STII T2 N0 M0
STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
15
STIV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
2. 3. 4. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka ditentukan
tindakan yang akan diambil sebagai penenggulangannya. Ada 3 cara
penanggulangan yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat
sitostatiska ataupun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium
penyakit dan keadaan umum pasien.
Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan
radiasi, stadium 2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan
operasi dengan rekontruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk
radiasi. Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial,
tergantung lokasi dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher
radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher. Di bagian THT RSCM
tersering dilakukan laringektomi totalis, karena beberapa pertimbangan,
sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan, karena tehnik sulit umtuk
menentukan batas tumor.
Pemakaian sitostatiska belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian
sitostatiska tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk, disamping
harga obat yang relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh pasien. Para ahli
berpendapat, bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang paling baik
diantara tumor-tumor daerah traktus aerodigestivus, bila dikelola dengan tepat,
cepat dan radikal.
2. 3. 5. Rehabilitasi Suara
Laringektomi mengakibatkan cacat pada pasien. Dengan dilakukan
pengangkatan laring beserta pita suara yang ada didalamnya, sehingga pasien
menjadi afonia dan bernapas melalui stroma permanen di leher. Pasien dapat
mengatasi afoni dengan mengikuti rehabilitasi suara, dapat dengan
pertolongan alat bantu suara semacam vibrator yang ditempelkan di
submandibula, ataupun dengan suara yang dihasilkan dari esofagus
(esophageal speech) melalui proses belajar. Selain rehabilitasi suara, pasien
16
juga diarahkan bergabung dengan perkumpulan himpunan pasien – pasien
tuna – laring guna menyokong aspek psikis.
Laringektomi terbagi menjadi :
1. Laringektomi parsial (Laringektomi-Tirotomi)
Direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu
pita suara yang terkena
Mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi
Dalam operasi ini satu pita suara diangkat dan semua struktur
lainnya tetap utuh
Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau
Jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki
kesulitan menelan.
2. Laringektomi supraglotis (horisontal)
Untuk penatalaksanaan tumor supraglotis
Tulang hioid, glotis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara,
kartilago krikoid, dan trakea tetap utuh
Diseksi leher radikal pada tempat yang sakit, selang trakeostomi
dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glotis pulih (Selang
trakeostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma
dibiarkan menutup)
Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat
penyembuhan dan tidak ada lagi bahaya aspirasi
Pasca operasi pasien akan mengalami kesulitan menelan selama 2
minggu pertama
Keuntungan utama operasi ini adalah bahwa suara akan kembali
pulih dalam seperti biasa. Masalah utamanya adalah bahwa kanker
tersebut akan kambuh
3. Laringektomi hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi perluasan
tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis
Kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan
bagian pita suara (satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu)
dengan pertumbuhan tumor diangkat
17
Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat
Pasien beresiko mengalami aspirasi pascaoperasi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit
tenggorok) dan proyeksi, namun demikian jalan nafas dan fungsi
menelan tetap utuh
4. Laringektomi total
Dilakukan ketika kanker meluas diluar pita suara, lebih jauh ke
tulang hioid, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga cincin
trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan
Rasional tindakan ini adalah bahwa metastasis ke nodus limfe
servical sering terjadi
Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis
tengah atau kedua pita suara
Dengan atau tanpa diseksi leher, laringektomi total dibutuhkan
stoma trakeal permanen
Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran
pernafasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan
stingfer tidak ada lagi
Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan
normal
18
Trakeostomi adalah :
19
Suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
memintas jalan nafas bagian atas.
Prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea. (Smeltzer & Bare,
2002)
Insisi operasi dimana memasukkan selang ke dalam trakea agar klien
dapat bernafas dengan lebih mudah dan mengeluarkan sekretnya.
( Putriardhita, C, 2008)
Indikasi Trakeostomi :
Timbulnya dispneu dan stridor eskpirasi yang khas pada obstruksi
setinggi atau di bawah rima glotis terjadinya retraksi pada insisura
suprasternal dan supraklavikular.
Pasien tampak pucat atau sianotik
Disfagia
Pada anak-anak akan tampak gelisah
Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi :
Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis,
misalnya pada pasien dalam keadaan koma.
Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
Apabila terdapat benda asing di subglotis.
Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas (misal angina ludwig),
epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul
melalui mekanisme serupa
Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti
rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Hal ini sangat berguna pada
pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.
Indikasi lain yaitu:
Cedera parah pada wajah dan leher
Setelah pembedahan wajah dan leher
Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga
mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
Klasifikasi Trakeostomi :
20
Trakeostomi darurat dalam waktu yang segera dan persiapan sarana
sangat kurang
Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan
secara baik
Jenis Tindakan Trakeostomi :
Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang
operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang
4-5 cm.
Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat
darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan
dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka
penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan
trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
Komplikasi Trakeostomi :
Perdarahan
Pneumothoraks terutama pada anak-anak
Aspirasi
Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi
Paralisis saraf rekuren
2. 3. 6. Prognosis Tumor Laring
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada
karsinoma laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 –
70% dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional
akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Hermani Bambang, Abdurrachman Hartono. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher : Tumor Laring. Edisi 6. Cetakan I.
Jakarta : FK UI
2. Sofyan Ferryan. 2011. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Laring. FK USU
22
top related