presus colles
Post on 16-Feb-2016
51 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
FRAKTUR RADIUS DISTAL SINISTRA
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono
Disusun oleh :
REZKA OCTAVIANO 1420221100
Pembimbing :
Letkol CKM dr.Basuki W, SpOT
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah
FAKULTAS KEDOKTERAN – UPN ”VETERAN” JAKARTA
Rumah Sakit Tentara Tk II. Dr. Soedjono Magelang
Periode 19 Oktober 2015 – 4 Januari 2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
FRAKTUR RADIUS DISTAL SINISTRA
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono
Telah disetujui dan disahkan oleh :
Dokter pembimbing,
Letkol CKM dr.Basuki W, SpOT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa. Sedangkan menurut Rahjin Anwar Kenneth Tuson dan Shah Alam Khan,
dalam buku Classfication and Diagnosis in Orthopedic Trauma menyebutkan fraktur adalah
rusaknya kontiunitas tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang diserap oleh tulang. Sedangkan pengertian fraktur dari fraktur patalogik, fraktur
adalah suatu patahan pada kontiunitas struktur tulang. Fraktur dapat terjadi akibat pristiwa
trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang atau kelemahan abnormal pada tulang.
Fraktur radius distal ataupun Fraktur Colles adalah salah satu dari macam fraktur yang
biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan
menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan
tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan
tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini
tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang
radius. Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa.
Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius
distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles. Ini adalah fraktur
yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan
permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki
riwayat jatuh pada tangan yang terentang.Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan
berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah
metafisis radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah
berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius
terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering
menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal
ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal. Momok
cedera tungkai atas adalah kekakuan, terutama bahu tetapi kadang-kadang siku atau tangan.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Umur : 21 tahun
Pekerjaan :
Alamat : JOGLON RT 007/ RW 003, SOROYUDAN TEGALREJO
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan :
Tanggal pemeriksaan : 06 DESEMBER 2015
2. PEMERIKSAAN
2.1 Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri pergelangan tangan kiri
Keluhan Tambahan :
Pasien post KLL sepeda motor di jogja sehari SMRS dan pasien tidak ingat
waktu kejadian. Terpasang spalk di tangan kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan nyeri di pergelangan tangan, pasien memiliki
riwayat jatuh karena kecelakaan lalu lintas motor vs motor 1 hari yang lalu.
Setelah terjatuh pasien merasakan nyeri yang hebat dan keluarga pasien juga
mengaku pergelangan tangan kiri pasien menjadi tidak lurus, bengkak, dan
bentuknya berbeda dengan tangan kanan, tetapi menurut pengakuan keluarga
pasien tidak tampak adanya luka terbuka maupun darah yang keluar. Pasien
menyangkal adanya demam, mual, muntah, pusing. Nafsu makan dan minum
baik, buang air kecil dan besar normal. Karena nyeri yang hebat pasien segera
dibawa ke IGD RST dr. Soedjono, Magelang.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat Trauma : Disangkal
Alergi : Disangkal
Operasi : Disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
Diabetes Melitus : Disangkal
Hipertensi : Disangkal
Jantung : Disangkal
Asma : Disangkal
Alergi : Disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi :
Keadaan sosio-ekonomi pasien sedang. Pasien dirawat di bangsal edelweis
dengan jaminan umum.
2.2 Pemeriksaan Fisik
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran/GCS : compos mentis / 15
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Vital Sign
o Tekanan darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 80 x/ menit
o Suhu : 36,5 C
o Pernafasan : 20 x/ menit
Kepala : CA -/- , SI -/-, refleks cahaya +/+
Thorax :
o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)
o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Akral sianosis (-/-) (-/-)
Oedem (-/+) (-/-)
Capillary Refill < 2” < 2”
Regio radius sinistra :
Look : spalk (+), deformitas SDE, oedem (+), false movement (+),
tidak tampak adanya darah ataupun luka terbuka
Feel : Oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+), akral hangat
Movement : ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan, jari-jari dapat
digerakkan, krepitasi (-)
2.3 Assessment
Closed Fracture os radius distal sinistra
2.4 Planning Diagnostik
Lab darah lengkap, CT/BT, GDS
Foto rontgen wrist sinistra AP/Lateral
2.5 Terapi
Konservatif
Inf. RL 18 tpm
Inj. Ketorolac 1 amp
3. RIWAYAT RAWAT INAP
06 desember 2015
o Keluhan: Nyeri dan bengkak pada pergelangan tangan kiri, pergerakkan terbatas, demam
(-), mual (-), muntah (-), pusing (-), makan (+), minum (+), BAB dan BAK (+)
o KU : sakit sedang
o Kesadaran/GCS : compos mentis/15
o Tanda vital :
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Laju nafas : 20 x/menit
- Suhu : 36,5° C
o Status generalis : dbn
o Status lokalis :
Regio wrist sinistra :
Look : Deformitas (+), oedem (+), false movement (+), tidak tampak
adanya darah ataupun luka terbuka
Feel : Oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+), akral hangat
Movement : ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan, jari-jari dapat digerakkan,
krepitasi (-)
Gambar Rontgen Wrist Sinistra
• Nama Pemeriksaan : X Foto Wrist Sinistra AP-Lateral
• Interpretasi Ro : terdapat diskontinuitas tulang (fraktur) os radius distal komplit
dengan garis fraktur oblik aposisi dan alignment jelek
• A : Alignment dan Aposisi baik
• B : Bone (terdapat fraktur os radius distal distal komplit)
• C : Cartilago (cartilago intraartikuler baik)
• S : Soft tissue (tidak tampak adanya kerusakan soft tissue)
Closed Fracture os radius distal sinistra tipe colles
o Hasil Pemeriksaan Lab. Darah
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 6.8 4.8-10.0
LYM% 28.6 20.0-40.0
MID% 10.1 1.0-15.0
GRAN% 61.3 50.0-70.0
LYM# 1.9 0.6-4.1
MID# 0.7 0.1-1.0
GRAN# 4.1 2.0-7.0
RBC 3.50 3.50-50.0
HGB 10.2 11.0-15.0
HCT 29.6 36.0-40.0
MCV 84.6 80.0-99.0
MCH 29.1 26.0-32.0
MCHC 34.5 32.0-36.0
PLT 263.000/ul 150.000-450.000/ul
CT 4’
BT 2’
o Assessment:
Closed Fracture os radius distal sinistra tipe colles
o Planning:
Pro ORIF Fracture os radius distal sinistra tipe colles
7 desember 2015
Tindakan Operasi
Pemeriksaan Fisik pre operasi :
o KU : sakit sedang
o Kesadaran/GCS : compos mentis/15
o Tanda vital :
- Tekanan darah: 110/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Laju nafas : 20 x/menit
- Suhu : 36° C.
o Status generalis : dbn
o Status lokalis :
Regio radius sinistra :
Look : Deformitas (+), oedem (+), false movement (+),
tidak tampak adanya darah ataupun luka terbuka
Feel : Oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+), akral hangat
Movement : ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan, jari-jari dapat
digerakkan, krepitasi (-)
Laporan Operasi :
1. Pasien supine dengan General Anastesi (GA)
2. Memasang tourniquet pada pangkal lengan atas
3. Desinfeksi pada daerah operasi
4. Insisi adtopectoral lapis demi lapis sp tampak forsite
5. Dilakukan ORIF dan T plate korateral
5 kole isi 5 cortex secrew 3,5 + 1 caucelluos secrew 3,5
6. Rawat perdarahan
7. Penjahitan daerah insisi lapis demi lapis
8. Debridement nail digiti V manus
9. Disinfeksi luka jahitan dan ditutup dengan hypavix
10. Operasi selesai
Dokumentasi saat Operasi:
08 deseber 2015 (Post Operasi hari I):
Keluhan:
Nyeri pada luka jahitan di pergelangan tangan kiri dan nyeri saat digerakkan, demam (-),
mual (-), muntah (-), pusing (-), makan dan minum (+), BAB dan BAK (+)
Pemeriksaan:
KU : sakit sedang
Kesadaran/GCS : compos mentis/15
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Vital Sign
o Tekanan darah : 120/80
o Nadi : 80 x/ menit
o Suhu : 36 C
o Pernafasan : 21 x/ menit
Kepala : CA -/- , SI -/-, Pupil isokor diameter 3mm / 3mm
Thorax :
o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)
o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Akral sianosis (-/-) (-/-)
Oedem (-/+) (-/-)
Capillary Refill < 2” < 2”
Regio radius sinistra :
Look : luka jahitan tertutup kassa dan hypavix, oedem (+), perembesan
darah (-), nanah (-)
Feel : oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+), krepitasi (-), akral hangat
Movement : ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan, krepitasi (-), jari-jari nyeri
saat digerakkan
Assessment:
Post ORIF fracture os radius distal sinistra tipe colles
Planning :
- Diagnostik:
o Foto rontgen ulang wrist post ORIF AP/Lateral
- Terapi:
o Infus RL : D5 = 2 : 1 (20-30 tetes permenit)
o Inj Ketorolac 3 x 30 mg
o Inj broadced 2 x 1 g
- Monitoring
o Keadaan Umum
o Tanda Vital
o Gejala Klinis
- Edukasi
o Mobilisasi pakai armsling
o Diet tinggi protein, vitamin dan mineral
o Jaga kebersihan luka jahitan
o Minum obat teratur
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI OS RADIUS
Tulang radius ke arah distal membentuk permukaan yang lebar sampai persendian dengan
tulang carpalia. Dan peralihan antara dense cortex dan cancellous bone pada bagian distal
merupakan bagian yang sangat lemah dan mudah terjadi fraktur. Penting sekali diketahuii
kedudukan anatomis yang normal dari pergelangan tangan, terutama posisi dari ujung distal
radius.Perlu diperhatikan 3 ukuran yang utama :
1. Radial height yaitu jarak proccesus styloideus radii terhadap ulna. Diukur dari jarak
antara garishorizontal yang ditarik melalui ujung procesus styloideus radii dan melalui
ujung distal ulna. Ukuran normalnya kira-kira 1 cm.
2. Derajat “ulna tilt” atau “ulna deviation” dari permukaan sendi ujung distal radius pada
posisi anterior posterior. Normal, permukaan sendi ini letaknya miring menghadap ke
ulnar. Derajat miringnya diukur dari besarnya sudut antara garis horizontall yang
tegak lurus pada sumbu radius dan garis yang sesuai dengan permukaan sendi.
Normal : 15 – 30 derajat, rata-rata 23derajat.
3. Derajat “volar tilt” (volar deviation) dari permukaan sendi radius pada posisi lateral.
Normal : permukaan sendi ini miring menghadap kebawah dan kedepan. Besarnya
diukur dengan sudut antara garis horizontal tegak lurus sumbu radius dan garis yang
sesuai dengan permukaan sendi. Normal : 1– 23 derajat, rata-rata 11 derajat. 2,3
Alat-alat gerak yang meliputi ialah :
1. Posterior : Berbentuk cembung dan terdapat sekumpulan tendon / otot extensor yang
mempunyai fungsi ekstensi.
2. Anterior : Berbentuk cekung dan terdapat sekumpulan tendon / otot fleksor yang
mempunyai fungsi fleksi lengan bawah dan tangan. Dan pada bagian dalam ada: m.
pronator quadratus yang berjalan menyilang dan berfungsi terutama untuk pronasi.
3. Lateral : Tampak m. supinator longus yang mempunyai insersi pada procesus.
styloideus radii yang mempunyai fungsi utama sebagai supinasi.2,3
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum dan navikulare
ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian distal sendi
radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligamentradio karpal
kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligament dan simpai yang
memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis, yang melekat dengan
semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna.
Ligamen kolateral ulna bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis
bersama ligament radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius
danulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro
cartilagecomplex). Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensinya pergelangan
tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90
derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radio lunatum dan sendi
lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal rotasi.
Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian palmar (ventral).
Fraktur yang melibatkan angulasi ventralumumnya berhasil baik dalam fungsi, tidak seperti
fraktur yang melibatkan angulasi dorsal sendi radiokarpal yang pemulihan fungsinya tidak
begitu baik bila reduksinya tidak sempurna. Sudut normal yang dibentuk tulang ulna terhadap
sendi radiokarpal, yaitu 15 - 30 derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting dalam perawatan
fraktur lengan bawah bagian distal, karena kegagalan atau reduksi inkomplit yang tidak
memperhitungkan angulasi akan menyebabkan hambatan pada gerakan tangan oleh ulna.
Anatomi dan Biomekanik Antebrakhii Distal :
1. Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya kira-kira
1,5 – 2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian tulang distal radius yang
relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan tulang spongiosa
dekat sendi.Dorsal radius bentuknya cembung dengan permukaan beralur-alur untuk
tempat lewatnya tendon ekstensor.Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot
pronator quadratus. Sisi lateral radius distal memanjang ke bawah membentuk
prosesus styloideus radius dengan posisi yang lebihrendah dari prosesus styloideus
ulna. Bagian ini merupakan tempat insersi ototbrakhioradialis.
2. Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi
radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas
permukaan sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen
antara lain :
a. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat)
b. Ligamentum Carpaeum dorsale
c. Ligamentum Carpal dorsale dan volare
d. Ligamentum Collateral
Anatomi Pergelangan Tangan Anterior :
1. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum flexorum
darimedial ke lateral.
a. Tendo musculus flexor carpi ulnaris
b. N. Ulnaris
c. A. Ulnaris
d. Ramus cutaneus palmaris nervi ulnaris
e. Tendo musculus palmaris longus
f. Ramus cutaneus nervi medianusb
2. Struktur ini berjalan dibawah retinaculum musculorum flexorum dari medial ke lateral
a. Tendo musculus flexor digitorum superficialis
b. N. Medianus
c. Tendo musculus flexor policis longus
d. Tendo musculus flexor carpi radialis posterior
3. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum extensorum dari
medial ke lateral
a. Ramus cutaneus dorsalis(posterior)nervi ulnaris
b. Vena basilica
c. Vena cepalica
d. Ramus superficialis nervi radialis
4. Struktur ini di bawah retinaculum musculorum extensorum dari medial ke lateral
a. Tendo musculus extensorum carpi ulnaris
b. Tendo musculus extensor digiti minimi
c. Tendo musculus extensor digitorum et indicis
d. Tendo musculus extensor policis longus
Persarafan
1. Lateral corda.
Lateral pectoral nerveb.
Musculocutaneous nervec.
Lateral root of median nerve
2. Medial corda.
Medial pectoral nerve.
Medial cutaneous nerve of armc.
and medial cutaneous nerve of forearmd.
Ulnar nervee.
Medial root of median nerve
3. Posterior corda.
Upper and lower subscapular nervesb.
Thoracodorsal nervec.
Axillary nerved.
Radial nerve
Jenis Pergerakan pada Pergelangan Tangan / Articulatio radiocarpalis :
1. Articulatio : antara ujung distal radius dan discus articulaticularis di sebelah atas
dengan os lunatum, os triquetrum, dan os scapoideum. Tipe : sendi episoidea sinovial.
Persarafan : N. Interossea anterior dan ramus profundus nervi radialis
a. Flexio, dilakukan oleh M. Flexor carpi radialis, M. Flexor carpu ulnaris,
M.Palmaris longus, dan dibantu otot lain
b. Extentio, dilakuakn oleh M. Carpi radialis longus, M. Extensor capi radialis
brevis,M. Extensor carpi ulnaris
c. Abductio, M. Flexor carpi radialisb
2. Articulatio radioulnaris distalisAryticulatio : antara caput ulan dan incisura ulanris
radii. Tipe : sendi pivot sinovila. Persarafan : nervus interosseus anterior dan ranmus
profundus nervi radialis
a. Pronatio, dilakukan oleh M. Pronator teres dan M. Pronator quadratus
b. Supinatio, dilakukan oleh M. biceps brachii damn M. Supinator 12
Berdasarkan anatomi dan hubungan dengan posisi tangan pada saat jatuh, bagian yang
mungkin mengalami kerusakan adalah radius distal, ulna distal, ossa carpal serta jaringan
yang ada disekitar tulang yang mengalami fraktur. Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan
berusaha untuk menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Lalu dengan terjadinya
benturan yang kuat, gaya akan diteruskan kedaerah metafisis radius distal dan mungkin akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal dimana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan
persendian pergelangan tangan. Sehingga tulang yang kemungkinan mengalami fratur pada
posisi tersebut adalah radiusdistal dan os scaphoideum.13
Dengan posisi tangan pada saat jatuh, maka gaya yang kuat akan berlawanan arah ke
daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa yang
mungkin mengalami fraktur adalah distal radius sebab dilihat dari struktur jaringannya saja
tulang daerah tersebut memang rawan patah.1,2,3
Gerakan Pada Pergelangan Tangan
Sendi radioulnar distal adalah sendi antara “cavum sigmoid radius” (yang terletak
pada bahagian dalam radius) dengan ulna. Pada permukaan sendi ini terdapat
“fibrocartilagotriangular” dengan basis melekat pada permukaaan inferior radius dan
puncaknya pada prosesus styloideus ulna. Sendi ini membantu gerakan pronasi dan supinasi
lengan bawah, di mana dalam keadaan normal gerakan ini membutuhkan kedudukan sumbu
sendi radioulnar proksimal dan distal dalam keadaan “coaxial‟. Adapun nilai maksimal rata-
rata lingkup sendi dari pronasi dan supinasi sebagai berikut :
1. pronasi = 80 – 90 derajat
2. supinasi = 80 – 90 derajat
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkup sendi
ini,siku harus dalam posisi fleksi 90 derajat sehingga mencegah gerakan rotasi pada humerus
(Kaner,1980; Kapanji, 1983). Sendi Radio Carpalia merupakan suatu persendian yang
kompleks, dibentuk oleh radius distal dan tulang carpalia (os navikulare dan lunatum) yang
terdiri dari “inner dan outer facet‟. Dengan adanya sendi ini tangan dapat digerakkan ke arah
volar, dorsal, radial dan ulnar secara sirkumdiksi. Sedangkan gerakan rotasi tidak mungkin
karena bentuk permukaan sendi ellips. Rata-rata gerakan maksimal pada pergelangan tangan
adalah sebagai berikut :
1. fleksi dorsal = 50 – 80
2. fleksi volar/palmar = 60 – 85
3. deviasi radial = 15 – 29
4. deviasi ulnar = 30 – 46
Menurut American Acadeny of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkupsendi ini
dilakukan dengan memakai goniometer, dalam posisi pronasi secara normal sendi radio
carpalia ini mempunyai sudut 1– 23 derajat ke arah palmar polar, jadi fraktur yang
mengarahpada volar akan mempunyai prognosa baik.2
B. FRAKTUR COLLES
2.1 DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Cedera yang digambarkan oleh
Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur melintang metafisis pada radius tepat di atas
pergelangan tangan, dengan pergeseran fragmen distal ke arah posterior / dorsal.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada wanita, dan
jarang ditemui sebelum umur 50 tahun. Secara umum insidennya kira-kira 8 – 15% dari
seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang
dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah
merupakan fraktur distal radius. Umur di atas 50 tahun pria dan wanita 1:5. Sebelum umur 50
tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama, di mana fraktur Colles lebih kurang
60% dari seluruh fraktur radius. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata
pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 tahun – 59 tahun.
2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Usia lanjut
Post menopause
Massa otot rendah
Osteoporosis
Kurang gizi
Olahraga seperti sepakbola dll
Aktivitas seperti skating, skateboarding atau bike riding
Kekerasan
ACR (albumin-creatinin ratio) yang tinggi efek ini kemungkinan disebabkan oleh
gangguan sekresi 1,25-dihidroksivitamin D menyebabkan malabsoprsi kalsium. 1,2,3
2.4 KLASIFIKASI
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal.
Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan
sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe berikut :
1. tipe 1 : Fraktur distal radius dengan garis fraktur extra articular.
2. Tipe 2 : Tipe 1 + Fraktur prosesus styloid radius.
3. Tipe 3 : Tipe 1 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.
4. Tipe 4 : Tipe 3 + Fraktur prosesus styloid radius.
5. Tipe 5 : Fraktur distal radius dengan garis melewati sendi radio ulnar distal.
6. Tipe 6 : Tipe 5 + Fraktur prosesus styloid radius.
7. Tipe 7 : Tipe 5 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.
8. Tipe 8 : Tipe 7 + Fraktur prosesus styloid radius.
1.5 PATOGENESIS
Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles dapat timbul setelah penderita
terjatuh dengan tangan posisi meyangga badan. Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka
dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang
terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat terjatuh sebahagian energi
yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian baru diteruskan ke
distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara
batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.
Benturan mengenai di sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan
berekstensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal
remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal.
Khusus pada fraktur Colles biasanya fragmen distal bergeser ke dorsal, tertarik ke
proksimal dengan angulasi ke arah radial serta supinasi. Adanya fraktur prosesus styloidulna
mungkin akibat adanya tarikan triangular fibrokartilago atau ligamen ulnar collateral
Berdasarkan percobaan cadaver didapatkan bahwa fraktur distal radius dapat terjadi,
jika pergelangan tangan berada dalam posisi dorsofleksi 40 – 90 derajat dengan beban gaya
tarikan sebesar 195 kg pada wanita dan 282 kg pada pria. Pada bagian dorsal radius
frakturnya sering komunited, dengan periosteum masih utuh, sehingga jarang disertai trauma
tendon ekstensor. Sebaliknya pada bagian volar umumnya fraktur tidak komunited, disertai
oleh robekan periosteum, dan dapat disertai dengan trauma tendon fleksor dan jaringan lunak
lainnya seperti n. medianus dan n. ulnaris. Fraktur pada radius distal ini dapat disertai dengan
kerusakan sendi radio carpalia dan radioulna distal berupa luksasi atau subluksasi. Pada sendi
radio ulna distal umumnya disertai dengan robekan dari triangular fibrokartilago.3,4,5
Mekanisme terjadinya fraktur :
Biasanya disebabkan karena trauma langsung, atau sebagai akibat jatuh dimana sisi
dorsal lengan bawah menyangga berat badan.
Secara ilmu gaya dapat diterangkan sebagai berikut : Trauma langsung dimana
lengan bawah dalam posisi supinasi penuh yang terkunci dan berat badan waktu jatuh
memutar pronasi pada bagian proximal dengan tangan relatif terfixir pada tanah.
Putaran tersebut merupakan kombinasi tekanan yang kuat dan berat, akan
memberikan mekanisme yang ideal dari penyebab fraktur Smith.
Trauma lain diduga disebabkan karena tekanan yang mendadak pada dorsum manus,
dimana posisi tangan sedang mengepal. Ini biasanya didapatkan pada penderita yang
mengendarai sepeda yang mengalamii trauma langsung pada dorsum manus.1,2,3
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi
diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung
pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin
hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.1
Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan
didaerah yang terkena. Pada saat terjadi fraktur, terjadi kerusakan korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut yaitu terjadi perdarahan,
kerusakan tulang dan jaringan sekitar. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal
medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi
fraktur. Lalu terjadilah respon inflammasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik dengan ditandai
vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu upaya
tubuh untuk melakukan proses penyembuhan dalam memperbaiki cidera, dimana tahap
tersebut menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom menyebabkan dilatasi
kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, lalu menstimulasi histamin pada otot
yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf
nyeri, sehingga terjadilah nyeri tekan. 1,2,3,4,5,6
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosa awal dilakkan dengan anamnesa pasien : kronologis kejadian yang terjadi
pada pasien, tempat jatuh, penyebab jatuh, posisi jatuh, yang dirasakan pasien setelah jatuh.
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara
klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa
dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang.
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur
kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Pada gambaran radiologis dapat
diklasifikasikan stabil dan instabil. 1,2
Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan
Instabil bila patahnya kominutif dan “crushing” dari tulang cancellous.
Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh.
Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa dan prosesus stiloideus
ulnar sering putus. Fragmen radius :
(1) Bergeser dan miring ke belakang
(2) Bergeser dan miring ke radial
(3) Terimpaksi
Kadang-kadang fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat.
Proyeksi AP dan lateral biasanya sudah cukup untuk memperlihatkan fragmen fraktur.
Dalam evaluasi fraktur, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
1. Adakah fraktur ini juga menyebabkan fraktur pada prosesus styloideus ulna atau pada
collum ulna ?
2. Apakah melibatkan sendi radioulnar ?
3. Apakah melibatkan sendi radiokarpal ?
Proyeksi lateral perlu dievaluasi untuk konfirmasi adanya subluksasi
radioulnardistal. Selain itu, evaluasi sudut radiokarpal dan sudut radioulnar juga
diperlukan untuk memastikan perbaikan fungsi telah lengkap. 1,2,3,5
Fraktur yang mencapai ke persendian, disebut fraktur intra-artikular
sedangkan fraktur yang tidak mencapai persendian disebut fraktur eksta-artikular.
Dinner fork deformity (dimana bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal
dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya
dalam posisi pronasi) merupakan temuan klinis klasik dan radiologi pada fraktur
colles. Dislokasi dan angulasi dorsal dari fragmen distal radius mengakibatkan suatu
bentuk garis pada proyeksi lateral yang menyerupai kurva garpu makan malam.1,2,3,5,7
Diagnosa banding
1. Fraktur pergelangan tangan : fraktur Smith, fraktur Geleazzi
2. Dislokasi sendi Wrist
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur Anterior Posterior & Lateral: menentukan
lokasi, luasnya, ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis,
kaput radius, dan pertengahan radius.
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap, Ht mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau
menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur / organ jauh pada trauma multiple)
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal 1,2,3
Scan tulang / MRI, tomogram, memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jaringan lunak. 2,3,4
2.9 PENATALAKSANAAN
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab
gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan
dibalut kuat dalam posisinya.
Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan
erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi
pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen); fragmen distal kemudian didorong
ketempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi
pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi.
Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang
slab gips dorsal, membentang dari tepat dibawah siku sampai leher metakarpal dan
2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan
pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat
pada tiap arah.2,3,5
Lengan tetap dtingggikan selama 1-2 hari lagi, latihan bahu dan jari segera
dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau
nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang
sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun
manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur menyatu dalam 6
minggu dan sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi, slab dapat dilepas
dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara. 1,4,5,6
Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips;
untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang
mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar
metakarpal kedua dan sepertiga. Suatu alat misalnya fiksator Pennig mempunyai
kelebihan dalam hal pergelangan tangan dapat digerakkan lebih awal. Apapun
metode fiksasi yang digunakan, hal yang penting adalah pasien harus dilatih
menggunakan sendi-sendi yang bebas secara teratur.2,3
Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan
komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan
tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai
kasus darurat dan diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal
prinsipyang perlu diketahui, sebagai berikut :
o Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan
dorsalsehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen
o Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1- 23 derajat disebelah
palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak
o Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 - 30 derajat. Sudut ini dapat dengan
mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai terjadi
proses penyembuhan kecuali difiksasi.
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka
beberapa hal berikut dapat dilakukan :
1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional
2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger
traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban
seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau sampai
fragmen disimpaksi.
3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan
menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal
menggunakan jari-jarilainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka
beban dapat diturunkan.
4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi
terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat
deviasi ulna.
5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan
pemasangan anteroposterior long arms splint
6. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa
telah tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf
medianusnya
7. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam
untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya
dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan
dua minggu pascatrauma. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6
minggu, sedangkan untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12
minggu. 1,2
Indikasi Operasi
1. Kominusi dorsal > 50% dari dorsal ke palmar distance
2. Kominusi metafiseal Palmar
3. Initial dorsal tilt > 20°
4. Pergeseran initial (fragment translation) > 1 cm
5. Pemendekan Initial > 5 mm
6. Disrupsi Intra-artikuler
7. Disertai Fraktur ulna
8. Osteoporosis massif
PENATALAKSANAAN DAN REHABILITASI
Manajemen pada trauma tulang dan sendi 4 R:
1. Recognized : look, feel, move, X- ray
2. Reposition : Menyesuaikan fragment distal terhadap proximal hingga posisi acceptable
3. Retain : Imobilisasi atau fiksasi luar , fiksasi dalam
4. Rehabilitation : Mengembalikan fungsi secepat mungkin dan menghindari kecacatan.
Pertolongan Pertama
1. Rest, daerah yang mengalami fraktur harus diposisikan dalam keadaan istirahat.
Beribantalan dan letakan pada palmar lalu balutkan secara sirkumferensial dan
biarkan ujung jari terbuka, tambahkan papan penahan di bawah pergelangan untuk
mencegah pergerakan.
2. Elevate, tinggikan bagian yang patah, terutama pada 72 jam pertama untuk
mereduksi pembengkakan
3. ICE, beri es intuk mereduksi pembengkakan dan rasa sakit
4. Segera bawa ke bagian gawat darurat
5. Jangan menggerakkan tangan
Reposisi
Dilakukan apabila terjadi pergeseran yang bermakna. Dilakukan reposisi manipulatif
setelah dilakukan anestesi umum. Dilakukan dengan menekan fragmen bawah yang bergeser
dengan ibu jari operator, pada saat yang sama dilakukan rotasi pada karpus keposisi. Lalu
dipasang gips 6 minggu, lakukan x- ray setelah 2 minggu untuk memeriksa formasi tulang.
Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi yaitu :
Mempertahankan fungsi otot dan sendi
Mencegah atrophi otot, adhesi, & stiffness
Mencegah komplikasi
Cara rehabilitasi :
1. Latihan dini seperti dengan melakukan kontraksi dan disertai gerakan pada daerah
yang terkena fraktur
2. Penggunaan secara aktif menggunakan anggota yang fraktur untuk aktivitas senormal
mungkin, segera setelah nyeri hilang.
Tujuan latihan yaitu :
a. Memperbaiki gerakan sendi (ROM)
b. Strengthening pada otot
Fisioterapi
Agar fungsi tangan kembali normal diharapkan bekerja biasa setelah 3-4 bulan fraktur.
2.10 KOMPLIKASI
Penting karena komplikasi ini akan mempengaruhi hasil akhir fungsi yang tidak memuaskan.
Umumnya akan selalu ada komplikasi. Menurut Cooney, hanya ada 2,9% kasus yang tidak
mengalami disabiliti dan gangguan fungsi. Adapun komplikasi yang mungkin terjadi :
A. DINI
1. Kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus
2. Kerusakan tendon
3. Edema paska reposisi
4. Redislokasi
B. LANJUT
1. Arthrosis dan nyeri kronis
2. Shoulder Hand Syndrome
3. Defek kosmetik (penonjolan styloideus radius)
4. Ruptur tendon
5. Malunion / Non union
6. Stiff hand (perlengketan antar tendon)
7. Volksman Ischemic Contracture
8. Kompressif Neuropathy
9. Redislokasi
10. Stiff Hands
11. Gangguan gerakan dan fungsi
12. Kontraktur Dupuytrens
2.11 PROGNOSIS
Bila fraktur colles menurut klasifikasi Frykman, nomor yang lebih besar
menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.
BAB IV
PEMBAHASAN
III.1. MEKANISME TERJADINYA TRAUMA
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi didapatkan bahwa
pasien Tn. W mengalami fraktur komplit radius distal sinistra tipe colles. Mekanisme
terjadinya fraktur pada pasien tersebut adalah sebagai berikut :
Pasien jatuh dengan posisi bertumpu pada tangan kiri yang ekstensi dalam keadaan
menyangga badan
↓
Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke
dalam (endorotasi)
↓
Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi)
↓
Energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan,
kemudian baru diteruskan ke distal radius
↓
Menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan
tulang spongiosa, fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal
↓
Tulang yang fraktur menimbulkan terputusnya pembuluh darah
diantara kedua fragmen tulang
↓
Ekstravasasi darah yang yang diliputi oleh periosteum
↓
Hematoma dan inflamasi
↓
Periosteum yang teregang menyebabkan n.periostral teregang
↓
Nyeri pada daerah fraktur
III.2. PRINSIP MANAGEMENT FRAKTUR
Ada lima tujuan pengobatan fraktur :
Menghilangkan nyeri
Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari fragmen fraktur
Mengharapkan dan mengusahakan union
Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan fungsi otot dan
sendi, mencegah atrofi otot, adhesi dan kekakuan sendi, mencegah terjadinya komplikasi
seperti dekubitus, trombosis vena, infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal
Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir pengobatan fraktur
Enam prinsip umum pengobatan fraktur
Jangan membuat keadaan lebih jelek
Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat
Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus
Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami
Bersifat realistik dan dan praktis dalam memilih jenis pengobatan
Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual
MANAGEMENT TERAPI YANG DIBERIKAN PADA PASIEN
III.3. MEDIKAMETOSA
a. Dibekasin
Antibiotik golongan aminoglikoside yang mekanisme kerjanya terikat pada ribosom
30S dan menghambat sintesis protein. Aminoglikosida adalah golongan antibiotika
bakterisidal yang dikenal toksik terhadap saraf otak VIII komponen vestibular maupun
akustik (ototoksik) dan terhadap ginjal (nefrotoksik).
Indikai i nfeksi kulit, jaringan lunak, saluran pernafasan, saluran kemih & kelamin,
dan infeksi setelah operasi, otitis media dan septikemia. Efek terapeutik melawan infeksi
yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., E. coli, K-pneumoniae &
Staphilococcus yang telah memperoleh resistensi terhadap banyak obat.
b. Ketorolac
Obat ini merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas
antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis
prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak
mempunyai efek terhadap reseptor opiat.
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut
sedangsampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima
hari.Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti
keanalgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari.
III.4. OPERATIF
Reduksi Terbuka Fiksasi Interna
Penatalaksanaan fraktur dapat dibagi menjadi teknik operatif dan nonoperatif. Teknik
nonoperatif terdiri dari reduksi tertutup bila perlu dilanjutkan dengan periode imobilisasi
dengan pembalut/ membebat. Reduksi tertutup diperlukan apabila fraktur terangulasi secara
signifikan.Bila fraktur tidak dapat direduksi, intervensi surgical mungkin diperlukan.
Indikasi intervensi surgical termasuk antara lain :
Penatalaksanaan tertutup gagal.
Fraktur tidak stabil yang tidak dapat dipertahankan pada posisi tereduksi.
Fraktur dislokasi intra-artikuler (>2mm)
Pasien dengan fraktur yang telah diketahui sembuh dengan buruk bila
dilakukanpenanganan tertutup (fraktur collum femoris)
Fraktur avulsi besar yang mengganggu fungsi otot-tendo, atau ligament dari sendi
yangterkena (Fraktur patella)
Fraktur patologis yang akan datang
Fraktur traumatic multiple dengan fraktur yang terlibat : pelvis, dfemur, atau vertebra.
Fraktur terbuka tidak stabil, atau terkomplikasi.
Non-unionataumal-unionyang telah gagal merespon penanganan nonoperatif
Kontraindikasi untuk rekonstruksi surgical adalah antara lain:
Infeksi aktif (lokal ataupun sistemik) atau osteomyelitis
Jaringan lunak yang membahayakan fraktur atau pendekatan bedah karena
buruknyakualitas jaringan lunak yang disebabkan cedera jaringan lunak atau terbakar,
bekas lukabedah sebelumnya,atau infeksi aktif
Kondisi medis yang mengkontraindikasikan pembedahan atau anestesi (infark myokard)
Kasus-kasus dimana amputasi akan memberikan hasil yang lebih baik untuk pasien.
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif, prinsip pengobatan
fraktur ada empat (4R), yaitu:
Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur
Mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan
radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:
o Lokalisasi fraktur
o Bentuk fraktur
o Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan.
o Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.
Reduction atau Reposisi : reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima atau
mengembalikan fragmen ke posisi anatomi
Posisi yang baik adalah :
Alignment yang sempurna
Aposisi yang sempurna
Retention / Retain
– imobilisasi fraktur
Rehabilitation
– mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.
Alignment fragmen lebih penting daripada aposisi, asalkan diperoleh alignment yang
normal, tumpang-tindihnya permukaan fraktur mungkin dapat diterima. Sedangkan adanya
rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokalisasi fraktur. Reposisi yang dilakukan tidak harus
mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula (kecuali rotasi) karena tulang mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodelling).
Pengecualian pada fraktur yang melibatkan permukaan sendi. Pada fraktur intra-artikuler
diperlukan reduksi anatomis sesempurna mungkin dan sedapat mungkin mengembalikan
fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta osteoartritis.
Pembengkakan bagian lunak selama 12 jam pertama akan mempersukar reduksi
sehingga tidak boleh ada keterlambatan dalam menangani fraktur .
Beberapa situasi yang tidak memerlukan reduksi :
Bila pergeseran tidak banyak atau tidak ada
Bila pergeseran tidak berarti (misal : fraktur klavikula)
Bila reduksi tampaknya tak akan berhasil (misal : fraktur kompresi vertebra)
Reduksi Tertutup
Bagian distal tungkai ditarik ke garis tulang
Sementara fragmen-fragmen terlepas, fragmen itu direposisi (dengan membalikkan arah
kekuatan asal kalau itu dapat diperkirakan)
Penjajaran disesuaikan ke setiap bidang
Paling efektif bila periosteum dan otot pada satu sisi fraktur tetap utuh karena pengikatan
jaringan lunak mencegah over-reduksi dan menstabilkan fraktur setelah direduksi
Fraktur tertentu (misal batang femur) sulit direduksi dengan manipulasi karenatarikan otot
yang sangat kuat dan membutuhkan traksi yang lama
Indikasi : semua fraktur dengan pergeseran minimal, sebagian besar pada frakturanak-anak
dan pada fraktur yang stabil setelah reduksi
Reduksi terbuka
Yaitu reduksi bedah pada fraktur dengan penglihatan langsung
Indikasi
Bila reduksi tertutup gagal
Bila terdapat fragmen artikular besar yang perlu ditempatkan secara tepat
Langkah pertama untuk fiksasi internal
Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan
Mobilisasi dini
Fraktur multiple
Fraktur patologis
Fraktur intraartikuler
Terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen
Diperlukan fiksasi rigid
Eksisi fragmen yang kecil
Fraktur avulsi
Fiksasi internal
Fragmen tulang dapat diikat dengan sekrup, pen atau paku pengikat, plat logam yang diikat
dengan sekrup, paku intramedular yang panjang (dengan atau tanpa sekrup pengunci),
circumferential bands, atau kombinasi dari metode ini.
Indikasi utama :
Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi
Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung mengalamipergeseran kembali
setelah reduksi; juga fraktur yang cenderung ditarikterpisah oleh kerja otot
Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan-lahan
Fraktur patologik, dimana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan
Fraktur multipel, bila fiksasi dini mengurangi risiko komplikasi umum dankegagalan
organ pada berbagai sistem
Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya
Kelebihan
Reduksi yang tepat dan menahan fraktur secara aman
Stabilitas yang segera sehingga pasien dapat meninggalkan rumah sakit segera setelah
luka sembuh
Gerakan lebih awal sehingga kekakuan dan edema dapat dihilangkan
Komplikasi akibat teknik yang buruk, perlengkapan atau keadaan operasi yang buruk
Infeksi
Non union
Kegagalan implan
Fraktur ulang
Latihan
Tujuannya untuk mengurangi edema, mempertahankan gerakan sendi dan profilaksis
kekakuan sendi, memulihkan tenaga otot dan memandu pasien kembali ke aktivitas normal.
Latihan gerak aktif dan pasif, terutama di persendian anggota gerak yang patah (isometrik :
latihan aktif statik), dan semua sendi yang tidak imobilisasi (isotonik : latihan aktif dinamik)
mulai dilakukan secara teratur pada hari pertama.
Latihan aktif
Membantu memompa keluar cairan edema, merangsang sirkulasi, mencegah perlekatan
jaringan lunak dan membantu penyembuhan fraktur
Gerakan pasif
Bila ada kelumpuhan atau orangnya pingsan
Aktivitas fungsional
Terapi okupasi juga diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
1. 1.Sjamsuhidayat.R. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. Jakarta. EGC : 2004.
2. Apley Alan Graham ,Solomon.Louis. Apley's System of Orthopaedics and Fractures.
Butterworth-Heinemann.
3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Malang : Yarsif Watampone :
2003.
4. Nelson. David L .Distal Fractures of the Radius. Access from
www.emedicine.com.On 13 Oktober 2013
5. Dios.RR. Distal Radial Fracture Imaging.. Access from
www.emedicine.com.On 13 Oktober 2013
6. Mansjoer, A,. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media
Aesculapius.Jakarta : 2000
7. Hoynak. Bryan.C. Wrist Fracture in Emergency Medicine. Access from
www.emedicine.com.On 13 Oktober 2013
top related