proposal kholid
Post on 25-Jul-2015
85 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1. Judul
PENGARUH METODE STRATA (SIMULASI REKAAN ALAM)
TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DI SMP
NEGERI 2 GANGGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
2. Latar belakang
Pada hakekatnya bahasa mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai
alat komunikasi. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan tiap orang untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Dengan
adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada disekitar
manusia mendapat tanggapan dalam fikiran manusia, disusun dan
diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi. Oleh
karena itu, semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam
kegiatan akan luput tanpa bahasa.
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi yang sifatnya arbitrer
(Chaer, 1999 : 1) yang digunakan oleh suatu masyarakat dalam hal bekerja
sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri, sebagai sebuah sistem maka
bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah atau pola-pola tertentu, baik dalam
bidang tata budaya, bentuk kata, maupun tata kalimat.
Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi bahasa mempunyai beberapa
tataran, tataran itu adalah bunyi (huruf atau fonem), morfim, kata, frase,
klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Tataran tersebut digunakan sebagai
wahana komunikasi baik lisan ataupun tulisan, tidak terkecuali dalam Bahasa
Indonesia (Keraf dalam Basyri, 2004 : 2)
1
Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan
bermasyarakat yang berguna untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat,
pikiran dan perasaan baik yang dituangkan secara lisan maupun tulisan
sebagai informasi yang diproleh dari orang lain dapat dengan segera
diucapkan dan ditulis bila diperlukan. Kedua bahasa ini baik lisan maupun
tulisan memiliki korelasi yang tidak bisa dipisahkan, sebab bahasa tulis
merupakan pencerminan kembali dari bahasa lisan dan simbol-simbol tertulis.
Bahasa Indonesia sebagaimana diketahui memiliki dua macam
kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi, seperti yang
tercantum dalam pasal 36 bab XV UUD 1945. pertama, dalam kedudukannya
sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai
lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat yang
memungkinkan penyatuaan berbagai suku bangsa denga latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuaan kebangsaan
Indonesia, dan sebagai alat perhubungan antara daerah dan antara budaya
(Martha, 1983:20) kedua dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi
kenegaraan, bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, alat perhubungan
pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional serta kepentingan pemerintahan, dan sebagai alat
pengembangan budaya, ilmu pengetahuan dan tehnologi modern.
Sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia
telah menunjukan kemampuannya, ini terbukti dengan digunakannya bahasa
Indonesia sebagai bahasa pergaulan di sekolah, baik komunikasi antara peserta
didik, peserta didik dengan guru, guru dengan rekan-rekannya. Guru sebagai
2
seorang pendidik yang secara lansung terjun ke dunia sekolah mempunyai
beban dan tanggung jawab yang harus diemban guna tercapainya tujuan
pendidikan.
Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, seorang pengajar harus
benar-benar menyadari bahwa yang menjadi tugas utamanya adalah
membentuk pemakai bahasa (dalam hal ini peserta didik) agar memiliki
kemampuan berbahasa dengan baik, artinya pemakai bahasa harus trampil
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi baik lisan maupun
tulisan. Dalam kesempatan ini seorang pengajar selain memberikan teori harus
diimbangi prakteknya agar lebih muda dipahami oleh peserta didik.
Pembelajaran menulis merupakan salah satu aspek di antara empat aspek
keterampilan pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Aspek menulis
mendapatkan porsi yang sama atau seimbang dengan aspek lainnya. Bahkan
kemampuan bahasa tulis dirasakan sebagai suatu hal yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar bidang studi bahasa dan sastra indonesia, baik
pada tingkat sekolah dasar sampai dengan SMA, bahkan sampai perguruan
tinggi. Kondisi ini sangat wajar, karena kemampuan berbahasa Indonesia tulis
dapat dijadikan barometer dalam mengukur tingkat kemampuan peserta didik
dalam bidang studi lain.
Dalam aktivitas pembelajaran dalam kelas, kegiatan tulis menulis tak
pernah absen dari keberadaannya dalam bidang studi yang lain, lebih-lebih
bidang studi bahasa Indonesia. Salah satu materi evaluasi dalam keterampilan
menulis, peserta didik ditekankan pada tatacara menulis narasi berdasarkan
variasi objek lansung. Berangkat dari pengalaman di masa lalu, seorang guru
3
dalam memberikan materi atau tugas membuat narasi hanya berpatokan pada
satu model, di mana narasi itu materinya diambil pada saat suatu peristiwa itu
berlansung lama dan bahkan kejadian sudah sebagaian sudah tidak diingat
lagi. Tidak menutup kemungkinan tulisannya itupun dibuat menjadi khayalan
dan ini tidak sama sekali diinginkan karena sudah keluar dari teori yang
diajarkan.
Akibatnya peserta didik tidak mampu menulis sesuai dengan harapan
atau tujuan pembelajaran menulis. Kondisi tersebut tidak sejalan dengan apa
yang diharapkan, seperti terjadi di lapangan yaitu keterampilan menulis
peserta didik pada umumnya masih kurang. Pembelajran keterampilan
berbahasa baru dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran bahasa
Indonesia itu aspek yang harus lebih diutamakan yaitu aspek psikomatorik
daripada aspek kognitifnya.
Sesuai dengan judul yang penulis angkat, maka peserta didik dalam
menulis diberikan kebebasan untuk memilih tema yang akan ditentukan dalam
menulis narasi karena peserta didik itu dengan secara langsung melihat obyek
yang dijadikan sasaran dalam menulis, dan tentunya dalam hal ini kebebasan
yang terarahkan. Misalnya dengan melihat secara langsung fenomena-
fenomena yang ada di sekitar mereka.
Tulisan-tulisan tersebut kemudian mereka susun dalam beberapa narasi
yang tentunya bersumber pada fenomena-fenomena, fakta-fakta yang secara
langsung mereka lihat, dengar dan rasakan. Melihat permasalahan yang terjadi
di lapangan yakni di SMP Negeri 2 Gangga peserta didik kelas VIII yang
berkaitan dengan kemampuan menulis peserta didik khususnya menulis narasi
4
ini jauh dari yang diharapkan. Permasalahan ini merupakan suatu tantangan
bagi guru untuk melakukan perubahan-perubahan yang mampu meningkatkan
kemampuan peserta didik baik dari segi metode, tehnik, dan model
pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat
fenomena menulis ini dalam sebuah penelitian yang berjudul ”Pengaruh
metode strata (simulasi rekaan alam) terhadap kemampuan menulis
paragraf narasi di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2011/2012”
3. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut :
”Bagaimana Pengaruh metode strata (simulasi rekaan alam) terhadap
kemampuan menulis paragraf narasi di SMP Negeri 2 Gangga Tahun
Pelajaran 2011/2012 ?
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
metode strata (simulasi rekaan alam) terhadap motivasi belajar menulis narasi
di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini, peneliti lakukan agar dapat bermanfaat bagi penulis juga
bagi orang lain ataupun dunia akademik, adapun manfaat dari pada penelitian
ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
rmanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan, akademisi serta
mengembangkan konsep konsep pembelajaran Bahasa Indonesia.
5
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk
meneliti lebih lanjut tentang hal-hal yang belum terungkap dalam
penelitian ini.
2. Manfaat Praktis.
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input atau bahan
masukan bagi guru, dan peserta didik SMP Negeri 2 Gangga
Kabupaten Lombok Utara
b. Hasil peneltian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi pihak
lembaga pendidikan terutama SMP Negeri 2 Gangga dalam
meningkatkan minat belajar peserta didik terutama mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
5. Tinjauan Pustaka
Menurut Sugiyono (2003:39) variabel dapat didefinisikan sebagai
atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
untuk ditarik kesimpulannya, sedangkan Sumadi Suryabrata (2003:25)
mengatakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek
pengamatan penelitian. Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa variabel adalah objek yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dikaji,
diamati, dan diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang variabel atau obyek
dalam penelitian ini, perlu diadakan identifikasi variabel. Adapun variabel
dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Berkenaan dengan hal ini Suharsimi Arikunto (2002:97) mengemukakan
6
bahwa variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas
atau independent variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel
tidak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel (Y).
a. Variabel Bebas
Ubahan bebas atau variabel bebas adalah ciri-ciri tertentu yang
merupakan penyebab pada umumnya dalam urutan tata waktu terjadi lebih
dahulu. Berdasarkan pengertian ini, maka yang menjadi variabel bebas (X)
dalam penelitian ini adalah metode strata (simulasi rekaan alam)
b. Variabel Terikat
Ubahan terikat atau variabel terikat adalah ciri-ciri tertentu yang
merupakan akibat dan pada umumnya dalam urutan tata waktu terjadi
kemudian. Kalau dilihat pada urutan tata waktu terjadinya, maka dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya (Y) adalah kemampuan
menulis paragraph narasi
Variabel-variabel dalam penelitian ini diidentifikasi dan
diklarifikasikan, maka selanjutnya perlu pengertian dari masing-masing
variabel secara operasional, yang mencerminkan keterukuran variabel
tersebut. Ridwan (1994 : 43) menjelaskan bahwa suatu definisi
operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur
suatu variabel atau memanipulasinya, suatu definisi operasional
merupakan semacam buku pegangan yang berisi petunjuk bagi peneliti.
Adapun yang perlu dijelaskan dalam definisi operasional variabel dalam
penelitian ini adalah :
7
1) Metode strata (simulasi rekaan alam)
Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan kegiatan
membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun penampilan
secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara
laamgsung itu dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku membaca,
memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra, baik cerpen,
naskah drama, novel, maupun puisi. (Aminuddin, 1987:36)
Strategi strata merupakan strategi pembelajaran sastra yang
menekankan pada tiga langkah pokok, yaitu penjelajahan, interpretasi,
dan re-kreasi.
Pada tahap penjelahan, peserta didik melakukan penjelajahan
terhadap cipta sastra yang disukainya atau yang disarankan guru.
Penjelajahan dapat dilakukan dengan membaca karya sastra (cerpen).
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapat gambaran dan pemahaman
karya sastra tersebut.
Langkah interpretasi berarti penafsiran dari cipta sastra yang
dijelajahi. Penafsiran dapat dilakukan dengan menganalisis unsure-
unsur yang membangun cipta sastra tersebut.
Rekreasi berarti langkah pendalaman. Pada tahap ini peserta didik
diminta mengkreasikan kembali apa yang telah dipahaminya.
(Ahmadi, 1990: 92-93)
8
Metode strata (simulasi rekaan alam) adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik
pada saat berlasungnya pengajaran dengan melalui kisah, dongeng,
atau sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya peristiwa
secara panjang lebar.
Metode ini bertujuan untuk menangkap pesan, serta memahami
makna objek melalui cerita yang telah dialami oleh peserta didik
maupun tidak yang dituangkan dalam bahasa tulisan untuk mengetahui
peristiwa, memahami peristiwa, dan menganalisi fakta dalam peristiwa
yang terjadi.
2) Kemampuan Menulis Narasi
Kemampuan suatu kesanggupan untuk melakukan sesuatu.
Dalam hal ini dituntut kemampuan peserta didik dalam menulis
khususnya menulis narasi berdasarkan pengalaman melalui apa yang
dilihat, didengar, dan dirasakan sesuai dengan fakta yang ada
kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Tentunya tulisan ini dibuat
agar mampu menyampaikan pesan penulis kepada pembaca.
Data kemampuan menulis paragraph narasi peserta didik akan
diperoleh dari respon peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Gangga
tahun pembelajaran 2011/2012 melalui tes kemampuan menulis
paragraph narasi. Adapun data dalam mengenai variabel ini adalah
berskala interval.
9
6. Metode Penelitian
A. Metode strata (simulasi rekaan alam)
Dalam Kamus Lengkap bahasa Indonesia dijelaskan metode
adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan
khususnya hal ilmu pengetahuan (1998:406). Menurut Iskandar
wassid, metode adalah cara kerja yang bersistem alam untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena
tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan (2008 :
56). Nana Sudiana mengemukakan bahwa metode adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta
didik pada saat berlasungnya pengajaran (2000 : 76). Oleh karena itu
peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses
mengajar dan belajar.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan cerita
adalah kisah, dongeng, sebuah tutur yang melukiskan suatu proses
terjadinya peristiwa secara panjang lebar; karangan yang menyajikan
jalannya kejadian-kejadian; lakon yang diwujudkan dalam
pertunjukan (tentang drama, filem dan sebagainya) (1998 : 130).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan dalam
penelitian ini metode strata (simulasi rekaan alam) adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik
pada saat berlasungnya pengajaran dengan melalui kisah, dongeng,
atau sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya peristiwa
10
secara panjang lebar yang dituangkan dalam bahasa tulisan untuk
mengetahui peristiwa, memahami peristiwa, dan menganalisi fakta
dalam peristiwa yang terjadi.
B. Menulis Paragraf Narasi
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam
pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling
akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.
Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan
kemampuan yang tidak penting.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini,
Sumarno (2009:5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis
gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina
Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009:5) juga mengungkapkan
pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang
mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu
hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y.
Slamet (2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan
kompleks.
Kata menulis berasal dari kata ”tulis” yang mendapat awalan
me-, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata tulis berarti
prihal menulis; mengarang dan sebagainya, tulis bertulis V; ada huruf
(angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan
11
pena(pensil, cat dan sebagainya) sedangkan kata menulis berarti 1.
membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil,
kapur,dan sebagainya) 2. melahirkan pikiran atau perasaan ( seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan misalnya masalah roman
(cerita); mengarang cerita, 3. menggambar ; melukis ; 4. membatik
(kata), ( Alwi, dkk, 2003 : 1219)
Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan,
perasaan dan informasi secara tertulis kepada pihak lain
(Akhadiah,1997 : 116). Menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang diperggunakan untuk berkomunikasi secara lansung.
Menulis juga salah satu kegiatan berbahasan yang aktif produktif di
samping kegiatan berbicara. Artinya penulis dan pembicara berperan
sebagai penyampai atau pengirim pesan pada pihak lain.
Di dalam komunikasi tertulis paling tidak terdapat empat unsur
yang terlibat yaitu penulis sebagai penyampaian pesan, pesan atau isi
tulisan, saluran atau medium tulisan, dan sebagai penerima pesan.
Keterampilan menulis tidak akan datang dengan sendirinya tanpa
dibarengai dengan latihan dan praktek secara teratur.
Menurut Alwi, dkk dalam KBBI ( Kamus Besar Bahasa
Indonesia) Narasi adalah 1. pengisahan suatu cerita atau kejadian; 2.
sastra cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa, kisah; 3.
tema suatu karya seni; menyajikan sebuah kejadian yang disusun
berdasarkan urutan waktu (Alwi, dkk, 2003 : 774). Untuk menyajikan
suatu analisis proses, dapat pula digunakan tehnik narasi.
12
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga nampak seolah-
olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu
unsur yang paling penting pada sebuah narasai adalah unsur perbuatan
atau tindakan tetapi kalau narasi hanya menyampaikan kepada
pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak bahwa narasi
akan sulit dibedakan dari deskripsi. Sebab itu, mesti ada unsur lain
yang harus diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Dengan demikian
pengertian narasi itu mencangkup dua unsur dasar, yaitu perbuatan
atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
Berdasarkan uraian di atas narasi dapat dibatasi sebagai suatu
bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang
dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam
suatu kesatuan waktu, atau dapat juga dirumuskan dengan kata lain.
Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah
tulisan yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan
dengan urutan awal, tengah, dan akhir (Keraf , 2000 : 133).
Narasi adalah cerita. Cerita ini didasarkan pada urutan-urutan
(suatu rangkainan) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian itu ada
tokoh (atau beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami atau
menghadapi suatu (atau serangkaian) konfluk atau tikaian. Narasi
dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika
tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronlogis,
13
ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi
(2003:31) sebagai berikut:
Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa
yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi
atau gabungan keduanya.
Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak
menarik.
Memiliki nilai estetika.
Menekankan susunan secara kronologis.
Menurut ( wijaya, 2001 : 181) narasi adalah menceritakan
suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca
seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. Narasi
merupakan satu bentuk pengembangan karangan atau tulisan yang
bersifat mensejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangan dari waktu
ke waktu.
Selanjutnya (Nurdin, 2002), narasi adalah bentuk wacana
yang berusaha menyajikan objek atau suatu hal sedemikian rupa
sehingga peristiwa itu seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca.
Narasi bertujuan menyajikan suatu peristiwa pada pembaca,
mengisahkan apa yang terjadi dan bagaimana kejadian itu berlansung,
sedangkan Akhadiah (1997 : 73) mengemukakan Narasi adalah bentuk
karangan atau wacana yang mengisahkan atau mencerita suatu
perisriwa atau kejadian dalan suatu rangkaian waktu. Dengan
14
mengisahkan peristiwa ini penulis berharap dapat membawa pembaca
kepada suatu suasana yang merangkaikan seperti menyaksikan atau
mengalami sendiri peristiwa itu. Selanjutnya ahli lain juga
menjelaskan narasi adalah paragraf yang menyajikan suatu cerita atau
peristiwa yang disusun berdasarkan urutan peristiwa tersebut dan
waktu peristiwa tersebut (Utomo : 2006).
a. Jenis-Jenis Narasi
Secara garis besar narasi dibagi menjadi dua jenis, yakni narasi
ekspositoris dan narasi sugestif. Di samping itu juga ada bentuk
khusus narasi seperti autobiografi, anekdot, insiden, sketsa,dan
profil. Berikut ini jenis-jenis narasi yang dimaksud, khususnya
narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
1. Narasi Ekspositoris
Menurut (Keraf, 2000:136) Narasi ekspositorik adalah
narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara
tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas
pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi
ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan
data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu
orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau
sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini
diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku
pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan
15
dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang
ada, tidak memasukan unsursugestif atau bersifat objektif.
Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris
mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian
perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun
kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi, untuk memperluas pengetahuan dan
pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara
tertulis atau secara lisan.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan
dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris yang
bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan proses
umum, yang dapat dilakukan oleh siapa saja, dan dapat pula
dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe
kejadian berulang-ulang, maka seseorang mendapat kemahiran
yang tinggi mengenai hal itu. Narasi yang bersifat khusus
adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang
khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah
peristiwa yang tak dapat diulang kembali, karena ia merupakan
pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja,
misalnya pengalaman seorang gadis yang pertama kali
menerima curahan kasih sayang dari seorang pria idamannya.
16
2. Narasi Sugestif.
Narasi sugestif juga pertama-tama bertalian dengan
tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu
kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu
berlansung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan atau
sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang,
tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu
sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna
peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu
melibatkan daya khayal (imajinasi).
Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang
disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal
para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa
yang diucapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah
sesuatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang
bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah
sesuatu yang tersirat. Makna yang baru akan muda dipahami
sesudah narasi itu selesai di baca, karena ia tersirat dalam
seluruh narasi itu.
Dengan demikian narasi tidak bercerita atau memberikan
komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan
suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disiapkan
pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi
peristiwa yang berada didepan matanya. Narasi menyediakan
17
kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan
para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan para
pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati
atau antipati mereka kepada kejadian itu sendiri. Inilah makna
yang dikatakan tadi, makna yang tersirat dalam seluruh
rangkaian kejadian itu.
Jadi narasi ekspositoris (non fiksi) adalah narasi yang
mengisahkan peristiwa faktual atau sesuatu yang ada dan
benar-benar terjadi, sedang narasi sugestif (fiksi) yaitu narasi
yang mengisahkan peristiwa imajinatif.
7. Kerangka Berfikir
Seperti yang telah dijelaskan pada konsep dasar bahwa Narasi adalah
salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian
peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan
akhir (Keraf , 2000 : 133). Narasi adalah bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatu objek atau suatu hal yang sedemikian rupa sehingga
peristiwa itu seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca. Narasi bertujuan
menyajikan suatu peristiwa kepada pembaca.
Pendapat inilah peneliti pilih sebagai konsep dalam penelitian ini.
Karena selama ini narasi disajikan dalam bentuk menulis, maka sekarang
peneliti mencoba untuk menyajikan dalam bentuk cerita artinya suatu
peristiwa atau kejadian itu secara langsung disaksikan, dilihat kemudian
dipaparkan sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya pada waktu itu juga tanpa
didahului oleh perantara dalam bentuk cerita.
18
8. Hepotesis
Untuk mengarahkan proses penelitian ini, maka hipotesis yang
diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : ada pengaruh yang signifikan
penggunaan metode strata (simulasi rekaan alam) terhadap peningkatan
kemampuan menulis narasi peserta didik kelas VIII semester genap tahun
pelajaran 2011/2012 pada SMP Negeri 2 Gangga”.
9. Metode Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis
penelitian yang didasarkan atas perhitungan prosentase, rata-rata, ci
kuadrat dan perhitungan statistik lainnya (Moleong, 2004:2). Selanjutnya
penelitian kuantitatif menekankan pengukuran dan analisis hubungan
kaosalitas antara variable bukan menekankan untuk melihat proses (Agus
Salim, 2001 : 11).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian kuantitatif merupakan teknik penelitian yang didasarkan atas
perhitungan prosentase rata-rata chi kuadrat dan perhitungan statistik
lainnya dengan menekankan analisis kaosalitas antara variable. Jadi
penelitian kuantitatif merupakan prosedur yang sudah baku (mengikut
aturan yang berlaku) untuk melakukan suatu pendekatan guna
mendapatkan jawaban pemecahan masalah secara tepat dan benar.
Dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif peneliti
dapat memusatkan perhatiannya pada masalah yang sedang dihadapi untuk
19
mendapatkan data yang sebenarnya. Adapun dalam penelitian ini peneliti
mengunakan pendekatan penelitian eksperimen. Di dalam penelitian
eksperimen terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sedapat mungkin sama
(homogen) atau mendekati sama karakteristiknya.
Pada kelompok eksperimen diberikan pengaruh atau treatmen
tertentu sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan (Riyanto, 2001 : 36).
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh dua vareabel yang saling
berkorelasi.
10. Populasi dan Penelitian
a) Populasi
Dalam buku Metodologi Penelitian dijelaskan bahwa “Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2003 : 90).
Sedangkan Suharsimi Arikunto mengemukakan “Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian” (2002 : 108).
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah individu-individu yang dikenai penelitian. Berdasarkan
pendapat ahli yang disebutkan di atas, maka yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah peserta didik SMP Negeri 2 Gangga
Kecamatan Gangga Tahun Ajaran 2011/2012.
20
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan populasi dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 01 : Keadaan populasi peserta didik SMP Negeri 2 Gangga Kecamatan Gangga
Tahun pembelajaran 2011/2012.
Kelas Jumlah Peserta didik
VIII A 40
VIII B 40
Jumlah 80
b) Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek yang dikenai penelitian biasanya
dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi.
Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli mengemukakan bahwa
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 1998 : 117). Ahli lain juga berpendapat bahwa “Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut” (Sugiyono, 2003:91).
Sedangkan IB. Netra mengemukakan bahwa “Metode sampling
adalah suatu cara pengambilan subyek penelitian, dimana subyek yang
akan diteliti itu terdiri dari jumlah individu sebagai wakil atau diwakili
oleh sejumlah yang lebih kecil. Jumlah yang lebih kecil itu disebut
sampel. Dari ketiga pendapat itu dapat di simpulkan bahwa sampel
adalah sejumlah individu yang merupakan bagian dari populasi
Dalam penelitian ini akan diambil sampel peserta didik kelas
VIII Semester ganjil SMP Negeri 2 Gangga Kabupaten Lombok Utara
tahun pembelajaran 2011/2012. Teknik penentuan sampel dalam
21
penelitian ini menggunakan kelas Experimen yaitu kelas II/a
sedangkan kelas kontrolnya menggunakan kelas II/b.
Subjek atau sampel penelitian ini sudah jelas yaitu peserta didik
kelas VIII (dua) semester ganjil tahun pembelajaran 2011/2012 SMP
Negeri 2 Gangga. Dimana peserta didik kelas VIIIA peneliti jadikan
kelompok I yaitu sebagai kelas eksperimen dan kelas IIB peneliti
jadikan kelompok II sebagai kelas kontrol atau pembanding. Untuk
lebih jelasnya mengenai sampel penelitian ini peneliti menyajikannya
pada tabel dibawah ini :
Tabel 02 : Keadaan sampel peserta didik SMP Negeri 2 Gangga Tahun pembelajaran 2011/2012.
Kelas Kelompok/Sampel
Keterangan Perlakuan
VIIIA I /40 Dengan menggunakan pendekatan variasi objek langsung
VIIIB II / 40Tidak menggunakan pendekatan variasi objek langsung
Jumlah 80
11. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk
penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Karena pada
prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur
yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya disebut instrumen penelitian.
Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang dilakukan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2006 :
148).
22
Menurut Suharsimi instrumen adalah alat pada waktu peneliti
menggunakan sesuatu metode (1998 : 137). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa tes. Margono mengemukakan tes adalah seperangkat
rangsangan (stimuli) yang diberikan pada seseorang dengan maksud untuk
mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka
(1978 : 170). Sedangkan Suharsimi menjelaskan tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelengensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (1998 : 139). Tes adalah alat pengukuran berupa
pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk
mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu (Thoha, 2003 : 43).
Jadi tes adalah merupakan suatu cara untuk mendapatkan data yang
berbentuk tugas berupa perintah atau pertanyaan-pertanyaan yang dapat
diberikan kepada sekelompok anak dan jawaban dari anak tersebut merupakan
nilai tes yang digunakan biasanya berupa tes essay dalam bentuk uraian
terbatas dan pedoman observasi untuk pengamatan pembelajaran.
Tes tersebut disusun dengan tujuan agar peserta didik mampu
membedakan penggunaan menulis narasi dengan variasi objek lansung. Tes
kemampuan menulis narasi dalam bentuk mengarang minimal empat paragraf
dengan tema yang bervariasi. Adapun aspek-aspek yang dinilai adalah :
1. Ketepatan diksi.
2. Kesesuaian tanda baca.
3. Ketepatan penanda kohesi dan koherensi.
4. Kejelasan gagasan utama dan gagasan penjelas.
5. Kelengkapan paragraf.
23
a. Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan alat ukur dengan apa yang hendak
diukur (Sutrisno Hadi, 1991 : 31). Untuk mengetahui validitas butir
kuisioner digunakan kolerasi product moment dengan rumus angka kasar,
yaitu sebagai berikut :
r xy =N ∑ XY − (∑ X ) (∑Y )
√{N ∑ X2 − (∑ X )2}{N ∑ Y 2 − (∑Y )2}
Keterangan :
r xy = Koofesien Korelasi (antara variabel x dan variabel y)
∑ xy = Jumlah Perkalian antara x dengan y
x2= Kuadrat dari x
y2= Kuadrat dari y
N = Jumlah Peserta Tes
x = Kriteria
y = Yang dicari nilainya (Suharsimi, 1998 : 162).
Apabila rhitung dinyatakan lebih besar (>) atau sama dengan rtabel
maka butir tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya apabila rhitung lebih
kecil (<) dari rtabel , maka butir kuesioner tersebut dinyatakan tidak valid.
Dengan taraf signifikan yang diambil peneliti yaitu 5%.
b. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi (2002) Reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
24
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Artinya kapanpun suatu kuesioner itu digunakan akan memberikan
hasil yang sama. Untuk menghitung reliabilitas kuesioner digunakan
rumus Alpha, yaitu sebagai berikut :
rn = ( k
k−1 )(1− Σ SiSt )
Keterangan:
Rn : Nilai reliabilitas angket
Σ Si : Jumlah Varians skor tiap-tiap item
St : Varians total
k : Jumlah item (Suharsimi, 2002)
Untuk membuktikan Reliabel atau tidak Reliabelnya kuesioner
maka nilai rhitung harus lebih besar (>) atau sama dengan rtabel maka butir
tersebut dapat dinyatakan Reliabel, dan begitu juga sebaliknya apabila
rhitung lebih kecil (<) dari rtabel maka butir tersebut dinyatakan tidak
Reliabel. Dengan taraf signifikan yang diambil peneliti yaitu 5%.
Adapun rumus mencari varians total dan varians skor untuk tiap-
tiap butir kuesioner adalah:
Si=
Σx12 (Σx1
2 )NN
Keterangan:
Si : Variands skor tiap-tiap item x1
( Σx 12) : Jumlah item x1 dikuadratkan
Σx 12: Jumlah kuadrat item
N : Jumlah responden ( Sutrisno Hadi, 2004 )
25
12. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis narasi peserta
didik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan penulisan
paragraf. Untuk mendapatkan data kemampuan menulis narasi peserta didik,
maka alat pengumpul data yang digunakan yaitu yaitu :
1. Menggunakan Tes
Data yang diungkap dalam penelitian dapat menjadi tiga jenis
yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau
tidaknya serta besarnya kemampuan obyek yang kita teliti dalam
kemampuan menulis narasi terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada pokok bahasan penulisan paragrap dengan menggunakan tes sebagai
alat ukurnya. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tes yang dibuat
oleh guru.
2. Pedoman Obsevasi
Di samping menggunakan tes sebagai instrumen pengumpulan
data, maka pada penelitian ini peneliti juga menggunakan pedoman
observasi untuk mengetahui pengamatan pembelajaran, identitas serta
kesulitan anak.
13. Tehnik Analisis Data
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai data dari masing-
masing variabel serta untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu
dilakukan analisis data. Pada bagian ini akan dibahas berturut-turut mengenai :
26
(1). Teknik Deskripsi Data, (2). Teknik Uji Persyaratan Analisis, dan (3).
Teknik Uji Hipotesis.
a. Teknik Deskripsi Data
Data yang diperoleh dideskripsikan dengan menggunakan statistik
deskriptif, statistik deskriftif ini meliputi penentuan skor maksimal ideal
(Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Untuk menentukan harga Mi dan SDi
adalah dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Mi =
12 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal).
SDi =
16 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)
(Dantes, 1983 : 78).
Berdasarkan harga Mi dan SDi maka dibuat tabel konversi untuk
pengkategorian masing-masing variabel sebagai berikut :
Mi + SDi sampai Mi + 3 SDi = tinggi
Mi – 1 SDi sampai < Mi + 1 Sdi = sedang
Mi – 3 3 SDi sampai < Mi -1 SDi = rendah
(Wayan Nurkencana dan PPN. Sumartana, 1986 : 90).
b. Teknik Uji Persyaratan Analisis
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis statistik parametrik. Teknik ini dipilih didasarkan atas tujuan
tersebut, maka teknik yang paling tepat digunakan adalah teknik analisis
pragmentaris korelasi sederhana. Sesuai dengan teknik analisis yang
dipilih tentu saja diimbangi dengan persyaratan analisis yang harus
27
dipenuhi. Maka persyaratan analisis yang paling penting untuk dipenuhi
adalah persyaratan linieritas di samping uji normalitas data.
c. Teknik Uji Hipotesa
Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap
berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah
berikutnya adalah merumuskan hipotesa. Hipotesa dapat diartikan sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Hipotesa merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari
suatu penelitian (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2002 : 16).
Atas dasar pendapat di atas, hipotesa yang diajukan masih perlu diuji
kebenarannya. Hipotesa yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk
alternativ yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor. Sesuai
dengan teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka
hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho).
(Ha). Ada pengaruh yang positif dan signifikan tehadap pengaruh
pendekatan variasi objek lansung terhadap kemampuan menulis
narasi peserta didik kelas VIII semester ganjil tahun
pembelajaran 2011/2012 SMP Negeri 2 Gangga.
(Ho). Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
pendekatan variasi objek langsung terhadap kemampuan
menulis narasi peserta didik kelas VIII semester ganjil tahun
pembelajaran 2011/2012 SMP Negeri 2 Gangga.
28
Untuk keperluan pengujian hipotesa digunakan teknik uji-t (t-tes).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan
signifikan tentang pendekatan variasi objek langsung terhadap
kemampuan menulis narasi.
t =
M X − MY
√( Σ x2 + Σ y2
N X + N Y−2 ) ( 1N X
+ 1NY )
Dengan keterangan
M = Nilai rata-rata hasil per kelompok
N = Banyak subyek
X = Deviasi setiap nilai x2 dan x1
Y = Deviasi setiap nilai dari mean Y1
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 281).
1. Tolak Ho, apabila t hitung > t table pada taraf uji 95 % dan derajat
kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t hitung < t table
maka Ho diterima pada taraf uji yang sama.
2. Ho di tolak artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dan
menerima Ho artinya ada perbedaan yang signifikan
Ho di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan dan menerima Ho
artinya tida terdapat perbedaan yang signifikan
14. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dilakuakannya penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Gangga
Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara.
29
Waktu Penelitian, Penelitian ini direncanakan kurang lebih 3 (tiga
bulan) terhitung mulai ditandatanganinya kontrak bimbingan skripsi dengan
perincian sebagai berikut :
1) Mempersiapkan Penelitian
Membuat draf wawancara, mencari narasumber mengurus izin penelitian,
konsultasi dan sebagainya selama dua minggu.
2) Pengumpulan Data
Penentuan informan, wawancara, mencari dokumen-dokumen selama
dua minggu.
3) Pengolahan Data Dan Analisisnya
Pengumpulan dan pengklasifikasian data yang jelas diperoleh serta
menganalisis dan menginterpretasikan data dilakukan selama empat
minggu.
4) Penulisan Laporan Hasil Penelitian Dan Finalisis
Rekonstruksi dan hasil penelitian dengan bentuk komputer dan alat Bantu
lainnya yang relevan, ini dilakukan kurang lebih selama empat minggu.
15. Rincian Anggaran
NO
KEGIATAN Biaya
1 Persiapan Rp. 200.0002 Penyusunan Proposal Rp. 500.0003 Konsultasi Proposal Rp. 500.0004 Perizinan Rp. 100.0005 Penyusunan Skripsi Rp. 600.0006 Konsultasi Skripsi Rp. 600.0007 Seminar Rp. 100.000
30
Jumlah Rp. 2.600.000
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1997. Menulis I Modul 1-6. Jakarta : Depdikbud.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahas Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 1997. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Reneke Cipta.
___________. 2001. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta : Nusa Indah.
Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Reneke Cipta.
Martha, Nengah 1983. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Singaraja : FKIP UNUD.
Parera, Jos Daniel. 2000. Keberbahasaan dan Kepenulisan Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC.
Suriamiharjo, Agus, dkk. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta : Depdikbud.
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional
Thoha, M, Chatib. 2003. Tehnik Evaluasi pendidikan. Jakarta : Raja Grapindo Persada.
Utomo, Widodo. 2006. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
31
Wibowo, Wahyu. 2005. Enam langkah jitu Agar Tulisan Anda makin Hidup dan Enak Dibaca. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wijaya, Marlina, dkk. 2002. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia
32
top related