proposal matematika
Post on 27-Oct-2015
156 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB IPANDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan
dalam perwujudan diri seorang individu. Pendidikan mampu membentuk
manusia yang berbudaya, bermoral dan bertanggung jawab. Berbagai usaha
dilakukan pemerintah sebagai penyelenggara pelaksanaan sistem pendidikan
sekolah. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, khususnya untuk
memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju,
diperlukan penguasaan terhadap bidang IPS, karena mengingat pentingnya
IPS bagi ilmu-ilmu yang lain.
Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam
membentuk individu yang dapat berpikir kritis dan logis. Dimana siswa
memiliki kemampuan kerjasama yang efektif dan menciptakan keterampilan
khususnya pada mata pelajatan IPS. kenyataan yang ada pada umumnya siswa
kurang menyenangi terhadap pelajaran IPS karena dianggap kurang
menyenangkan dan membosankan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksukaan siswa tersebut, salah satunya dadalah faktor guru dalam
menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang kurang tepat sehingga
siswa lebih bersifat pasif dan guru tampak sangat mendominasi dalam proses
pembelajaran.
Pada umumnya dalam mengajar IPS guru kurang memperhatikan
kompetensi yang dimiliki oleh setiap siswa, oleh karena interaksi antara guru
1
dengan siswa hanya berlangsung satu arah. Guru nampaknya sangat
mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran. Dominasi
guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa bersifat
pasif, sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan.
Penggunaan model pembelajaran yang dirasa kurang tepat dalam pelaksanaan
pembelajaran IPS. Dalam hal ini, para guru dituntut lebih untuk memiliki
keterampilan dan dapat memilih pendekatan, model, atau metode
pembelajaran yang tepat diterapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Agar dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat beraktivitas dan berbuat
hendaknya siswa diberi kesempatan untuk dapat memperoleh pengetahuan
dengan jalan berinteraksi dengan lingkungannya. Siswa diberi kesempatan
untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru menanamkan perannya
sebagai fasilitator. Hal ini merupakan penekanan dalam pembelajaran
kooperatif. Menurut Slavin (Gerson, 2002:107) “Belajar kooperatif adalah
suatu model pembelejaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam
kelompok kecil saling membantu untuk mempelajari suatu materi.”
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model pembelajaran
salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divission (STAD). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
sehingga dapat dengan mudah mengkondisikan siswa pada pembelajaran
kooperatif, dapat memotivasi siswa untuk selalu belajar secara aktif,
2
membantu dalam menguasai materi pelajaran dan berdiskusi bersama dalam
menemukan dan menyelesaikan masalah.
Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian dengan judul, “Penerapan Pembelajaran Materi Pokok Lingkaran
Melalui Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar mata pelajaran IPS di SD Negeri
Kurjati Kabupaten Tasikmalaya.(PTK terhadap Siswa Kelas
............................. Tasikmalaya Tahun Ajaran 2006/2007).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah respon siswa kelas .......................SD Negeri Kurjati
Kabupaten Tasikmalaya terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPS?
b. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas ............... SD Negeri Kurjati
Kabupaten Tasikmalaya selama mengikuti mata pelajaran IPS dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD)?
c. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas ....................... SD Negeri Kurjati
Kabupaten Tasikmalaya?
3
C. Definisi Operasional
a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
(STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar dengan bantuan LKS secara kelompok, berdiskusi guna memahami
konsep-konsep. Semua anggota kelompok berbagi tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa secara individu diberi
suatu tes yang ikut berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok. Hasil
belajar kelompok tersebut dibandingkan dengan kelompok lainnya guna
memperoleh penghargaan.
b. Hasil Belajar Siswa merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah
proses pembelajaran selesai, untuk melihat sejauh mana materi yang
disampaikan guru dapat diterima oleh siswa. Hasil belajar siswa dilihat
dari hasil ulangan harian, tugas kelompok dan tugas individu.
4
c. Aktivitas Siswa adalah keaktifan siswa selama penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) berlangsung
pada materi pokok lingkaran dilihat dari indikator memperhatikan
penjelasan guru, mencatat materi pelajaran, berdiskusi atau bertanya antara
siswa dengan siswa, mengerjakan soal dalam LKS, keberanian
mengemukakan pendapat bertanya kepada guru. Aktivitas siswa diketahui
berdasarkan pengamatan dua orang observer selama pembelajaran
berlangsung.
d. Respon Siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah perilaku siswa yang lahir setelah mereka mengikuti
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Respon dilihat dari
hasil penyebaran angket yang dilaksanakan setelah seluruh pembelajaran
selesai. Respon siswa pada penelitian ini akan dibatasi pada indikator
sikap dan minat siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan
untuk:
a. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran materi pokok lingkaran
melalui pembelajaran model kooperatif tipe STAD.
b. Mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada materi pokok lingkaran.
5
c. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi pokok
lingkaran melalui pembelajaran model kooperatif tipe STAD.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian dengan pembelajaran koopertif tipe STAD
adalah memberi informasi bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan pembelajaran yang mengarah pada konsep belajar mandiri, serta
memberi masukan kepada guru untuk perbaikan proses pemeblajaran dan
dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika selanjutnya.
6
BAB II
LANDASAN TEORETIS
a. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kooperatif
Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif dikemukakan oleh
Karli, Hilda dan Margaretha Sri Y. (2002:70) mengemukakan, “Model
cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesamanya dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.” Selanjutnya
Slavin (Wardani, Sri, 2002:16) mengemukakan, “Belajar kooperatif adalah
suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok heterogen.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
cooperative learning merupakan pembelajaran yang mencakup kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4 dampai 6 orang yang bekerjasama
untuk menyelesaikan masalah serta ada interaksi antar anggotanya.
Menurut Ibrahim, Muslimin, et.al. (2000:6) pembelajaran kooperatif
memiliki ciri-ciri:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
1
3) Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Selanjutnya Karli, Hilda dan Margaretha Sri Y. (2001:71),
mengemukakan karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu:
1) Individual Accountability, yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab menyelesaikan permsalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
2) Social Skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok.
3) Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain, dan membentuk kesadaran sosial.
4) Positif Interdipendent, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantunga satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Eberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki konstribusi. Jadi sisa berkolaborasi bukan berkompetisi.
5) Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama. Dalam pembelajaran kooperatif untuk mendapatkan hasil yang lebih baik hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Untuk mencapai hal tersebut, maka guru harus mampu merancang program pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan siswa, sehingga mampu mengkondisikan siswa dalam kegiatan belajar yang aktif.
Karli, Hilda dan Margaretha Sri Y. (2002:72) mengemukakan langkah-
langkah guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
2) Dalam aplikasi pembelajarannya di kelas, guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil.
3) Dalam melakukan observasi kegiatan siswa, guru mengarahkan dan menimbang siswa baik secara individual, maupun kelompok
2
dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar.
4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil bekerjanya. Guru juga memberikan beberapa penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang harus dikembangkan dan dilatihkan kepada para siswa.
Dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif di
atas, maka tampak bahwa peran aktif sswa di kelas sangat menonjol
dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.
Karli, Hilda dan Margaretha Sri Y. (2002:73) berpendapat bahwa
manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan model pembelajaran
kooperatif pada proses belajar mengajar antara lain, yaitu:
1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana beajar mengajar yang bersikap terbuka dan demokratis.
2) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi yang telah dimiliki oleh siswa.
3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan masyarakat.
4) Siswa tidak hanya sebagai objek belajar melainkan juga sebagai subjek belajar karena siswa dapat menajdi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
5) Siswa dilatih untuk bekerjasama karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan
model pembelajaran kooperatif dapat menciptakan komunikasi dan
interaksi antara siswa dengan siswa dalam satu kelompoknya, maupun
antara siswa dengan siswa antara kelompok lain, sehingga dapat memacu
para siswa untuk dapat bekerja sama, saling membantu satu sama lain
3
dalam memberitahukan pengetahuan-pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya.
Peranan guru dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai
motivator dan fasilitator. Pada pembelajaran ini siswa ditempatkan pada
peran yang sama dalam mencapai tujuan belajar, penguasaan materi
pelajaran dan keberhasilan belajar, bukan ditentukan oleh guru. Tetapi
merupakan tanggungjawab bersama, sehingga akan tumbuh dan
berkembang rasa kebersamaan serta saling membutuhkan diantara siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling bekerjasama dalam penguasaan materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran
kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin, dan merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Struktur kelompok
dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu kelompok heterogen
dengan 4 sampai 5 orang anggota. Keuntungan pengelompokkan
heterogen menurut Lie, Anita (2004:43) antara lain:
1) Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung.
2) Kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antara ras, agama etnik dan gender.
3) Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang.
4
Sedangkan kelebihan kelompok beremapat menurut Lie, Anita
(2004:47) yaitu, “Mudah dipecahkan menjadi berpasangan, lebih banyak
ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan, guru mudah
memonitor.” Lie, Anita (2004:47) berpendapat kelebihan kelompok
berlima, “Jumlah ganjil memudahkan proses pengambilan suara, lebih
banyak ide yang muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan, guru
mudah memonitor kontribusi.”
Menurut Slavin (1995:71), “Ada lima tahap proses kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu, Penyajian materi, kegiatan
kelompok, tes individu, perhitungan skor perkembangan individu,
pemberian penghargaan kelompok.” Lebih jelas tahap-tahap pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
a. Tahap Penyajian Materi
Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan
tujuan pembelajaran khusus serta memotivasi rasa keingintahuan siswa
mengenai topik atau materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan
memberikan apersepsi yang bertujuan mengingatkan siswa terhadap
materi prasyarat yang telah dipelajari agar siswa dapat
menghubungkan materi yang akan diberikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki. Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan
secara klasikal ataupun secara diskusi. Mengenai lamanya presentasi
dan berapa kali harus dipresentasikan tergantung kepada kompleks
atau tidaknya materi yang akan dibahas.
5
Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan
pada pengembangan materi pembelajaran yang sesuai dengan apa yang
akan dipelajari siswa dalam kelompok. Bahwa belajar adalah
memahami makna bukan hapalan memberikan umpan balik sesering
mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, memberikan penjelasan
terhadap jawaban pertanyaan yang benar atau salah, dan beralih
kepada materi yang selanjutnya setelah siswa memahami permasalahan
yang sedang dihadapi.
b. Tahap Kegiatan Kelompok
Dalam tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi
tugas dan saling membantu memberikan penyelesaian agar semua
anggota kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas dan satu
lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru
bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
c. Tahap Tes Individu
Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan belajar yang telah
dicapai siswa, diadakan tes secara individual mengenai materi yang
telah dibahas. Tes individual biasanya dilakukan setiap selesai
pembelajaran setiap kali pertemuan, agar siswa dapat menunjukan apa
yang telah dipelajari secara individu selama belajar dalam kelompok.
Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan serta
perhitungan perolehan kelompok.
6
d. Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal.
Berdasarkan skor ini siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan skor
perkembangan individu ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk
memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuan.
Pedoman memberikan skor perkembangan individu pada tabel di
bawah ini dikemukakan oleh Stahl (Wardani, Sri, 2002:14).
Tabel 2.1Skor Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor tesSkor
Perkembangan Individu
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 0
Antara 10 poin dibawah skor awal sampai skor awal
10
1 sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
40
Sumber: Stahl (Wardani, Sri, 2002:14)
e. Pemberian Penghargaan Kelompok
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai
jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan
berdasarkan perolehan skor rata-rata, yang dikategorikan menjadi
kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Slavin, R.E.
7
(1995:80) mengemukakan kriteria yang digunakan untuk menentukan
pemberian penghargaan terhadap kelompok yaitu:
8
Tabel 2.2Tingkat Penghargaan Kelompok
Nilai Rata-rata Kelompok Penghargaan
15 poin
20 poin
25 poin
Good Team
Great Team
Super Team
Sumber: Slavin, R.E. (1995:80)
Pemberian penghargaan kelompok dilakukan pada pertemuan
selanjutnya. Dengan adanya pemberian penghargaan terhadap
kelompok dapat memotivasi siswa untuk dapat belajar lebih giat lagi.
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
setiap siswa dapat terbiasa untuk bekerja sama dengan anggota
kelompoknya serta mereka saling membantu dan mempersiapkan diri
untuk mengerjakan tes individu. Tes individu yang diperoleh siawa
(nilai) disumbangkan untuk kelompoknya masing-masing dan diambil
dari rata-rata nilai dari semua anggota kelompok kemudian
diklasifikasikan dalam kategori penghargaan kelompok.
Hal ini dapat memotivasi siswa untuk selalu berusaha mendapatkan
nilai yang tinggi dan setiap kelompok selalu membantu semua anggota
kelompoknya dalam mempersiapkan tes individu sehingga
memperoleh hasil yang diharapkan.
3. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif
a. Teori Belajar Piaget
Piaget (Wardani, S, 2002:27) mengemukakan, “Pengetahuan
merupakan adaptasi pikiran terhadap realitas seperti organisme
9
beradaptasi dengan lingkungannya.” Berdasarkan pemikiran Piaget
tersebut, Suparno (Utari, Risma, 2006:22) mengemukakan, “Dalam
pembentukan pengetahuan siswa dituntun untuk bertindak aktif
terhadap lingkungannya, bergerak dalam ruang berinteraksi dengan
objek, mengamati dan meneliti serta berpikir berasimilasi dengan alam
agar terjadi perkembangan struktur dan pengetahuan.
b. Teori Vygotsky
Vygotsky (Suparno, Paul, 1997:45) menyatakan, “Pembentukan
dan pengembangan pengetahuan terjadi melalui interaksi sosial, ia juga
mengemukakan bahwa belajar merupakan pengetahuan suatu
pengertian, baik pengertian spontan maupun pengertian ilmiah.”
Pengertian spontan adalah pengertian yang didapat dalam pengalaman
siswa sehari-hari dan sifatnya tidak sistematis logis, sedangkan
pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas dan
sifatnya logis, kemudian sistemnya lebih luas. Implikasi dari teori
Vygotsky dalam pembelajaran adalah menghendaki setting kelas
berbentuk pembelajaran kooperatif, sehingga siswa saling berinteraksi
dan berkomunikasi serta saling memunculkan strategi dalam
pemecahan yang efektif.
c. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Ausubel (Ruseffendi, E.T., 1991:172), “Membedakan dua jenis
belajar yaitu, belajar menerima dan belajar menemukan.” Pada belajar
menerima bentuk akhir dari yang diajarkan itu diberikan, sedangkan
10
pada belajar menemukan, bentuk akhir itu harus dicari siswa. Selain
itu Ausubel juga mengemukakan belajar menghapal dan belajar
bermakna. Ausubel adalah pelopor belajar verbal yang bermakna yaitu
proses belajar yang jelas dan hasilnya berguna bagi siswa. Belajar
bermakna adalah proses belajar dimana pengetahuan baru yang
dipelajari dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya,
sedangkan belajar menghapal adalah belajar melalui menghapalkan
apa yang sudah diperolehnya.
4. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Sudjana, Nana (2005:61) menyatakan bahwa penilaian proses
belajar mengajar terutama dengan melihat sejauh mana keaktifan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat
dalam hal:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajar.2) Terlibat dalam pemecahan masalah.3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya.4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.7) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis.8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta
prilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai sehubungan hal tersebut sistem
pembelajaran menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas)
11
dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Manfaat aktivitas dalam pembelajaran dijelaskan oleh Hamalik, Oemar
(2003:91) yaitu:
1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.3) Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang
pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.4) Siswa belajar bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,
sehingga sangat bermanfaat dam rangka pelayanan perbedaan individual.
5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mupakat.
6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan hubungan antara guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
7) Pembelajaran dan belajar ilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
Berkembang tidaknya aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
juga dipengaruhi oleh respon siwa terhadap proses pembelajaran.
5. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divission (STAD)
Interaksi dalam proses pembnelajaran, khususnya dalam pembelajaran
matematika sangatlah diperlukan baik interaksi antara guru dengan siswa
maupun antara siswa dengan siswa. Respon akan ditunjukkan pula oleh
siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Proses
pembelajaran dikatakan telah berhasil apabila terlihat perubahan khas yang
12
menjadi karakteristik prilaku belajar yaitu perubahan aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Agar perubahan itu terjadi secara maksimal dengan mengembangkan
potensi diri para siswa, guru harus bisa memotivasi siswa sehingga
menimbulkan aktivitas belajar. Hal ini penting sebagai strategi
pembelajaran untuk mendapatkan respon yang baik dari siswa. Karena
respon penting sebagai bahan acuan dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang diharapkan bisa menjadi inovasi baru dalam
pembelajaran.
Lores (Utari, Risma, 2006:20) mengemukakan perwujudan perubahan
prilaku (respon) dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan pendidikan
yaitu:
a. Kognitif, yang berupa pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan
pemecahan masalah.
b. Afektif, berupa sikap, minat dan apresiasi.
c. Tujuan-tujuan/pola-pola bertindak, seperti keterampilan psikomotorik,
kompetensi dalam menyelenggarakan pertemuan, kebiasaan yang
berupa hidup sehat, keamanan dan lain sebagainya.
Respon afektif yang akan dikemukakan berupa sikap dan minat.
Berikut adalah penjelasan tentang respon afektif yaitu:
a. Sikap
Sikap positif terhadap pembelajaran merupakan respon awal dalam
memberdayakan potensi siswa dalam pembelajaran, sehingga proses
13
pembelajaran itu akan berjalan lebih efektif. Syah (Rismawan, A,
2005:22) mengemukakan bahwa sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon (respon tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap
obyek orang, barang, dasn sebagainya, baik bicara positif maupun
negatif. Indikator untuk sikap yaitu keterbukaan, ketekunan belajar,
kerajinan, kerjasama, tanggungjawab dan kepedulian.
b. Minat
Sebagian siswa berpendapat bahwa pelajaran matematika itu sulit,
dan dalam pembelajarannya suka membosankan, oleh karena itu guru
harus bisa membangkitkan minat belajar siswa. Agar prestasi belajar
siswa meningkat. Depdiknas (2003:23) mengemukakan bahwa minat
merupakan salah satu kunci utama untuk memperlancar dan
menggairahkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Indikator untuk
minat yaitu kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, tepat waktu
mengumpulkan tugas dan catatan di buku rapi.
6. Deskripsi Materi Pelajaran IPS
7. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Mata
Pelajaran IPS
a. Tahap Penyajian Materi
Dalam apersepsi guru memberikan pertanyaan kepada siswa
tentang unsur-unsur lingkaran yang sudah dipelajari, kemudian siswa
14
diarahkan untuk menghitung keliling dan lingkaran melalui penjelasan
konsep mengenai rumus keliling dan luas lingkaran. Kemudian siswa
diarahkan untuk dapat mengambil kesimpulan sehingga dapat
mengetahui dan memahami rumus keliling dan luas lingkaran.
b. Tahap Kegiatan Kelompok
Siswa bergabung dalam kelompoknya masing-masing untuk
mendiskusikan bahan ajar yang telah diberikan oleh guru dan
mengerjakan LKS, soal-soal dalam LKS dapat diselesaikan dengan
memperhatikan konsep dan rumus keliling dan luas lingkaran
meskipun ukuran jari-jarinya berubah.
c. Tahap Tes Individual
Setelah kegiatan kelompok siswa diberi tes yang dikerjakan secara
individu. Soal tes terdiri dari menghitung keliling dan luas lingkaran.
d. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Tahap ini dilakukan guru di luar jam pelajaran.
e. Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Pemberian penghargaan kelompok diberikan pada pertemuan
selanjutnya.
8. Hasil Belajar Siswa
Sudjana, Nana (2005:49) menyatakan, “Tujuan pendidikan yang ingin
dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif
(penguasaan intelektual, bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan
nilai), serta bidang psikomotor (kemampuan bertindak/berperilaku).”
15
Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
serta dipandang sebagai hasil belajar siswa di sekolah dari proses
pembelajaran.
Hal yang sama diungkap pula oleh Depdiknas (2004:1) yang
menyatakan, “Hasil belajar siswa adalah merupakan pencapaian hasil
belajar siswa dalam bentuk yang mencakup ranah kognitif, psikomotor dan
afektif. Nilai hasil belajar adalah reta-rata dari nilai ulangan harian/nilai
ulangan umum tertulis, penampilan, perbuatan, produk, tugas, dan
portofolio.” Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2002:20) menyatakan,
“Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi berkat evaluasi guru. Hasil belajar ini merefleksikan
keluasan, kedalaman dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta
dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hasil belajar merupakan hasil
yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai untuk melihat
sampai sejauh mana materi yang disampaikan guru dapat diterima oleh
siswa. Hasil belajar siswa biasanya ditunjukkan oleh hasil tes yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka berdasarkan kriteria penilaian.
Dalam penelitian ini hasil belajar siswa dilihat dari hasil ulangan harian,
tugas kelompok dan tugas individu.
b. Penelitian yang Relevan
16
Penelitian yang dilaksanakan oleh Yanuar,Yana (2003) mengenai, Analisis
Hasil Belajar Matematika yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada Pokok Bahasan
Matriks di Kelas 1 SMUN 5 Tasikmalaya. Hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa hasil belajar matemtika yang pembelajarannya menggunakan model
belajar kooperatif tipe STAD baik.
Selanjutnya penelitian yang dilaksanakan oleh Dalia, Dede (2005)
mengenai, Analisis Hasil Belajar Matematika yang Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cisayong. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika yang pembelajarannya
menggunakan model belajar kooperatif tipe STAD baik.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan oleh Rismawan, Aris (2005)
mengenai, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Segiempat Menggunakan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Division (STAD) terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa dalam
pembelajaran segiempat dengan menggunakan metode Kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Anggapan Dasar
Arikunto, Suharsimi (2002:22) berpendapat, “Anggapan dasar adalah
sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai
hal-hal yang dipakai untuk dapat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan
17
penelitiannya”. Berdasarkan landasan teoretis, peneliti mengemukakan
anggapan dasar sebagai berikut:
1. Pembelajaran pada materi pokok lingkaran diberikan di kelas VIII SMP
Negeri 12 Tasikmalaya sesuai dengan kurikulum 2004.
2. Guru (peneliti) mempunyai kemampuan merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran matematika pada materi pokok lingkaran dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divission
(STAD).
3. Siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya mampu mengikuti
pembelajaran materi pokok lingkaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divission
(STAD).
d. Hipotesis Tindakan dan Pertanyaan Penelitian
1. Hipotesis Tindakan
Sudarsono, F. X (Kasihani, E. S. Kasbolah, 1998:65) berpendapat,
“Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan tentang suatu hal yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan.” Maka berdasarkan rumusan
masalah, anggapan dasar dan kajian teori yang telah dikemukakan di atas,
peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
pada pembelajaran materi pokok lingkaran dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII-G SMP Negeri 12 Tasikmalaya.
2. Pertanyaan Penelitian
18
Berdasarkan masalah pada penelitian ini, maka pertanyaan penelitian
yang peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas VIII-G SMP Negeri 12
Tasikmalaya selama mengikuti pembelajaran materi pokok lingkaran
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD)?.
b. Bagaimanakah respon siswa kelas VIII-G SMP Negeri 12 Tasikmalaya
terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) pada materi pokok lingkaran?.
19
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Bentuk penelitian tindakan yang dipilih adalah
tindakan kelas kolaboratif partisipatoris. Penelitian Tindakan Kelas ini
bertujuan untuk mengkaji dan merefleksikan secara kolaboratif suatu
pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) dalam upaya meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran IPS. Partisipatoris dimaksudkan berkembangnya diskusi telaah balik
berkelanjutan antara guru dan peneliti untuk mengobservasi sekaligus
merefleksibalikan praktek tersebut.
B. Variabel Penelitian
Sudjana, Nana (2005:23) berpendapat “Variabel secara sederhana dapat
diartikan sebagai ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat diukur
secara kuantitatif ataupun kualitatif.” Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
dua, yaitu :
1. Variabel bebas : Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD).
2. Variabel terikat :Hasil belajar siswa.
C. Teknik Pengumpulan Data
1
Agar dalam penelitian ini diperoleh data yang diharapkan, maka haruslah
menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan Ulangan Harian
Ulangan harian dilaksanakan setelah seluruh proses pembelajaran
selesai untuk setiap siklus. Pelaksanaan ulangan harian ini bertujuan untuk
mengungkap penguasaan pemahaman, sampai evaluasi, atau untuk
mengungkap penguasaan pemakaian alat atau suatu prosedur.
2. Memberikan Tugas
a. Tugas Kelompok
Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan kerja
kelompok. Tugas kelompok diberikan selama penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) berlangsung.
b. Tugas Individu
Tugas individu diberikan di setiap akhir pertemuan yang berupa
soal latihan untuk dikerjakan di rumah mengenai materi yang telah
diberikan pada pertemuan saat itu.
3. Melaksanakan Observasi
Dalam penelitian ini observasi dilaksanakan dengan menggunakan
lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
pada mata pelajaran IPS pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi
2
dilakukan oleh 2 orang observer yang merupakan guru IPS di SD Negeri
Kurjati Kabupaten Tasikmalaya.
4. Menyebarkan Angket
Penyebaran angket siswa dilaksanakan untuk memperoleh data
tentang respon siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD). Penyebaran angket dilaksanakan satu kali setelah seluruh proses
pembelajaran selesai.
Tabel 3.1Kisi-kisi Ulangan Harian
Masalah Penelitian
IndikatorJumlah
Soal
Penerapan Pembelajaran
STAD
Menghitung keliling dan luas bidang lingkaran.Menghitung besarnya perubahan jika ukuran jari-jarinya berubah.Menghitung panjang busur, luas juring dan luas tembereng.Mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama.Menentukan besar sudut-sudut keliling jika menghadap diameter dan busur yang sama.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Soal Ulangan Harian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa ulangan harian.
Soal-soal untuk setiap siklus terdiri dari 3 soal dengan Skor Maksimal
3
Ideal (SMI) 100. Tes yang diberikan berbentuk soal uraian, diberikan satu
kali untuk setiap siklus. Sebelum soal diberikan kepada subjek penelitian
terlebih dahulu diujicobakan kepada tiga orang siswa di luar subjek
penelitian.
2. Soal Tugas Kelompok
Tugas kelompok diberikan kepada siswa dalam bentuk Lembar
Kerja Siswa (LKS). Setiap siswa mengerjakan LKS dalam kelompok. LKS
digunakan sebagai latihan siswa dan diberikan saat pembelajaran materi
IPS. Penilaian untuk LKS menggunakan skala 100.
3. Soal Tugas Individu
Tugas individu diberikan di setiap akhir pertemuan yang berupa soal
latihan untuk dikerjakan di rumah mengenai materi yang telah diberikan
pada pertemuan saat itu. Bentuk soal berupa uraian. Tugas individu ini
akan dinilai berdasarkan skor yang ditentukan peneliti dengan
mempertimbangkan bobot dan tingkat kesulitan soal dengan Skor
Maksimal idel (SMI) 100.
4. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas
siswa selama selama berlangsungnya proses pembelajaran model
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Untuk
mengukur hasil observasi digunakan lembar observasi yang memuat tujuh
indikator yang harus diamati oleh 2 orang observer.
4
Tabel 3.2Kisi-kisi Lembar Observasi
Masalah Penelitian
Aktivitas SiswaIndikator Jumlah
Item
Penerapan Model
Kooperatif Tipe STAD
Aktivitas mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru.
1
Aktivitas berdiskusi. 5Aktivitas kemampuan siswa 3Aktivitas yang tidak relevan. 1
5. Angket
Angket yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan
yang disampaikan kepada responden secara tertulis. Angket siswa yang
diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa dalam penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran materi
pokok lingkaran, sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan.
Angket yang digunakan adalah angket tertutup, artinya alternatif
jawabannya sudah disediakan dan responden tinggal memilih salah satu
alternatif jawaban sesuai dengan pendapatnya. Angket terdiri dari 18
pertanyaan berupa pertanyaan positif dan pertanyaan negatif dan dipilihan
jawaban dalam angket ada empat yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS), dengan skor yang diberikan
pada tiap-tiap kategori menurut Suherman dan Sukjaya (1990:236), yaitu :
Pertanyaan Positif : SS = 5, S = 4, TS = 2, STS = 1
Pertanyaan Negatif : SS = 1, S = 2, TS = 4, STS = 5
Tabel 3.3Kisi-kisi Angket
5
Masalah Penelitian
IndikatorItem Angket
Positif NegatifPenggunaan
Model Kooperatif Tipe STAD
Respon terhadap Pembelajaran
Respon terhadap diskusi kelompok
1,2,6,8,9
3,5,7,11,13
10,14,15
4,16,12,17,18
E. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas
..........SD Negeri Kurjati Kabupaten Tasikmalaya dengan banyaknya siswa
............ orang terdiri dari ............. orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa
perempuan.
F. Desain Penelitian
Menurut Arikunto, Suharsimi (1996:44) “Desain penelitian adalah rencana
atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang
akan dilaksanakan.” Berdasarkan pendapat di atas dan mengingat bahwa
penelitian yang akan berlangsung adalah penelitian tindakan kelas, yang
menurut Kasihani, E. S. Kasbolah (1998:27) berpendapat, “Guru
melaksanakan PTK untuk memperbaiki belajar mengajar, jadi bukan untuk
mengganggu kelancaran pembelajaran di kelas.” Maka desain penelitian yang
diambil berdasarkan adaptasi dari Hopkins (Tim Pelatih Proyek PGSM,
1999:7).
Plan
Action/Observation
Reflective
RevisedPlan
Action/Observation
Reflective
RevisedPlan
Action/Observation
Reflective
Plan
Action/Observation
Reflective
RevisedPlan
Action/Observation
Reflective
RevisedPlan
Action/Observation
Reflective
6
Gambar 1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas di Adaptasi dari Hopkins dalam Depdikbud
Berdasarkan spiral penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari
Hopkins, maka penelitian yang berlangsung untuk setiap siklusnya meliputi
empat tahapan sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1. Perencanaan (Planning)
Dalam perencanaan (planning) terdapat beberapa kegiatan yang akan
dilakukan adalah:
a. Diskusi dengan guru.
b. Membuat lembar observasi dan angket melihat situasi belajar mengajar
berlangsung.
c. Menyusun skenario pembelajaran.
d. Menyiapkan alat dan teknis analisis data.
2. Tindakan (Action)
Dalam pelaksanaan tindakan (action) adalah melaksanakan apa yang
telah dibuat dalam perencanaan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan
tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Pengamatan (Observation)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengamatan (observation) adalah
guru bersama peneliti mengobservasi tindakan yang dilakukan dengan
teknik observasi dan cacatan lapangan.
4. Refleksi (Reflection)
7
Tahap refleksi (reflection) merupakan tahap akhir dari siklus penelitian
tindakan kelas. Pada tahap refleksi peneliti bersama observer (guru)
mendiskusikan hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan serta
permasalahan yang timbul di kelas penelitian. Refleksi dapat ditentukan
setelah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi, dan biasanya
muncul masalah atau pemikiran baru, sehingga merasa perlu
melaksanakan perencanaan ulang, tindakan ulang serta pengamatan ulang
dan diikuti dengan refleksi ulang yang akan dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Pelaksanaan pembeljaran matematika pada materi pokok lingkaran di
kelas VIII-G SMP Negeri 12 Tasikmalaya, adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I akan dibahas dua indikator yaitu:
indikator menghitung keliling dan luas bidang lingkaran, dan indikator
menghitung besarnya perubahan luas lingkaran jika ukuran jari-jari
berubah. Waktu yang diperlukan adalah 5 45 menit, dengan alokasi
waktu 4 45 menit untuk pembelajaran dan 1 45 menit untuk ulangan
harian.
a. Perencanaan tindakan
sikluis I
b. Pelaksanaan
pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD
c. Observasi pada siklus I
8
d. Refleksi siklus I untuk
merencanakan tindakan yang harus dilakukan pada siklus II
2. Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II akan dibahas satu indikator yaitu,
indikator menghitung panjang busur, luas juring dan luas tembereng.
Waktu yang diperlukan adalah 5 45 menit, dengan alokasi waktu 4 45
menit untuk pembelajaran dan 1 45 menit untuk ulangan harian.
a. Perencanaan tindakan siklus II
b. Pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD
c. Observasi pada proses pembelajaran
d. Refleksi siklus II untuk merencanakan tindakan yang dilakukan pada
siklus III
3. Siklus III
Pelaksanaan tindakan pada siklus III akan dibahas dua indikator yaitu,
indikator mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling, serta
indikator menentukan besar sudut-sudut keliling jika menghadap diameter
dan busur yang sama. Waktu yang diperlukan adalah 5 45 menit,
dengan alokasi waktu 4 45 menit untuk pembelajaran dan 1 45 menit
untuk ulangan harian.
a. Perencanaan tindakan siklus III
b. Pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD
c. Observasi pada proses pembelajaran
d. Refleksi siklus III.
9
4. Evaluasi hasil tindakan.
Pada evaluasi hasil tindakan ini, peneliti dapat menentukan tingkat
keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan.
5. Analisis hasil tindakan
Analisis keseluruhan tindakan dimulai dari siklus I, siklus II, dan
siklus III. Hasil dari analisis tadi digabungkan dengan hasil yang diamati
oleh observer.
G. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Ketiga tahap tersebut
lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Mendapatkan surat keputusan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Siliwangi mengenai bimbingan skripsi.
b. Melakukan konsultasi dengan Pembimbing I dan Pembimbing II untuk
mengajukan judul penelitian agar disetujui.
c. Menyusun proposal penelitian, kemudian dikonsultasikan kepada
Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diseminarkan.
d. Mengajukan permohonan pelaksanaan seminar proposal kepada
Dewan Bimbingan Skripsi.
e. Melaksanakan seminar proposal penelitian.
f. Melakukan perbaikan proposal berdasarkan hasil seminar serta
petunjuk dan arahan dari Pembimbing I dan Pembimbing II.
10
g. Mendapatkan surat izin untuk melaksanakan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Melakukan :
a. Konsultasi dengan Kepala SMP Negeri 12 Tasikmalaya.
b. Konsultasi dengan guru tentang subjek penelitian yaitu kelas yang
akan digunakan penelitian.
c. Membuat kelompok-kelompok kecil pada kelas sampel.
d. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.
e. Memberikan tes tertulis pada subjek penelitian.
f. Pengumpulan data.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
a. Mengolah data yang terkumpul.
b. Menganalisis data tentang situasi belajar mengajar pada saat
dilaksanakan tindakan, yang diambil dengan menggunakan lembar
observasi.
c. Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh.
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari
rata-rata nilai ulangan harian, nilai tugas kelompok dan nilai tugas individu
pada materi pokok lingkaran yang pembelajarannya menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Data yang telah terkumpul belum menunjukkan hasil yang mengandung arti,
karena masih berupa data mentah, untuk mengetahui hasil yang diperoleh,
11
maka dilakukan langkah berikutnya adalah menganalisis data, seperti yang
dijelaskan berikut ini:
1. Analisis Ulangan Harian
Memberi skor tiap butir soal terhadap hasil uangan harian dengan
rumus menurut Depdiknas (Widaningsih, Dedeh, 2005:41)
SBS =
Keterangan:
SBS = skor butir soal
a = skor mentah yang diperoleh
b = skor mentah maksimum butir soal
c = bobot butir soal
Skor Total Siswa (STS) untuk memperoleh tes yang bersangkutan
diperoleh dengan menjumlahkan skor butir soal (SBS).
2. Analisis Tugas Kelompok dan Tugas Individu
Setiap tugas-tugas kelompok dan tugas-tugas individu diberi
penskoran dan pembobotan dengan mempertimbangakan faktor-faktor
yang berkaitan dengan materi, kedalaman materi dan tingkat kesukaran.
Soal diberi bobot yang berbeda sesuai dengan kedalaman materi dan
tingkat kesukaran soal. Skor yang diberikan untuk tugas individu dan
tugas kelompok menggunakan skala 100.
3. Analisi Hasil Belajar
Maksud dari penilaian akhir ini adalah nilai akhir yang merupakan
gabungan dari nilai tes tertulis, nilai tugas individu, dan nilai tugas
12
kelompok. Berdasarkan dari sekolah, dalam penelitian ini bobot ulangan
harian (tes tertulis) adalah 2, bobot tugas kelompok adalah 1, dan bobot
tugas individu adalah 1 sehingga peneliti menggunakan rumus untuk nilai
hasil belajar sebagai berikut:
Nilai Akhir =
Keterangan :
a = nilai tes tertulis
b = nilai tugas kelompok
c = nilai tugas individu
4. Analisis Observasi
Untuk mengetahui aktivitas siswa selama penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
pada pembelajaran materi pokok lingkaran digunakan lembar observasi
yang diisi oleh observer. Caranya adalah dengan menjumlahkan aktivitas
yang muncul dan untuk setiap aktivitas yang muncul tersebut
dipresentasikan dengan menggunakan rumus:
P =
Keterangan:
P = Persentase Aktivitas Siswa
5. Angket
Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran, dilihat dari
hasil penyebaran angket. Menurut Suherman, Erman dan Yaya Sukjaya
(1990:237) pembobotan untuk pernyataan favorable Sangat Setuju (SS) di
13
beri skor 5, Setuju (S) di beri skor 4, Netral (N) di beri skor 3, Tidak
Setuju (TS) di beri skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) di beri skor 1.
Pembobotan untuk pernyataan unfavorable Sangat Setuju (SS) di beri skor
1, Setuju (S) di beri skor 2, Netral (N) di beri skor 3, Tidak Setuju (TS) di
beri skor 4, dan Sangat Tidak Setuju (STS) di beri skor 5.
Setelah angket terkumpul dan diolah dengan menggunakan cara seperti
di atas responden digolongkan ke dalam memiliki sikap positif atau
bersikap positif jika > 3 dan responden memiliki sikap negatif atau
bersikap negatif jika < 3. Untuk ilustrasinya perhatikan tabel di bawah
ini:
Tabel 3.4Analisi Respon Siswa Item Positif
Alternatif JawabanPernyataan Positif
f.xRata-rata
( )Frekuensi (f) Skor (x)Sangat SetujuSetujuNetralTidak SetujuSangat Tidak Setuju
54321
=
Jumlah
Tabel 3.5Analisi Respon Siswa Item Negatif
Alternatif JawabanPernyataan Negatif
f.xRata-rata
( )Frekuensi (f) Skor (x)Sangat SetujuSetujuNetralTidak SetujuSangat Tidak Setuju
12345
=
Jumlah
14
I. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dimulai pada awal semester genap, yaitu
sekitar .............. sampai dengan ................., dengan rencana kegiatan
seperti disajiakan pada tabel berikut:
Tabel 3.6Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
No Jenis KegiatanBulan
Nov‘06
Des‘06
Jan‘07
Feb‘07
Mar‘07
Apr‘07
1 Mendapatkan SK Bimbingan Skripsi
2 Mengajukan masalah/ judul
3 Menyusun Proposal penelitian
4 Seminar proposal
5 Persiapan penelitian
6 Tindakan Siklus I
7 Tindakan Siklus II
8 Tindakan Siklus III
9 Pengolahan Data
10 Penyelesaian skripsi
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMPN 12 Tasikmalaya yang
beralamat di Jln. Perintis Kemerdekaan No. 285 Tasikmalaya. SMPN 12
Tasikmalaya didirikan pada bulan juni tahun 1965 di atas tanah seluas
4.525 m2, sedangkan luas bangunan adalah 1.243 m2. Dari pertama kali
15
didirikan sampai sekarang SMP Negeri 12 Tasikmalaya telah mengalami
10 kali pergantian kepala sekolah dan pada saat ini dipimpin oleh bapak
Drs. Zaenal Mutaqin, M. Pd. Jumlah tenaga pengajar di SMP Negeri 12
Tasikmalaya sebanyak 61 orang dengan staf tata usaha (TU) sebanyak 12
orang dan dibantu oleh 2 orang pesuruh. Jumlah siswa SMP Negeri 12
Tasikmalaya 2006/2007 sebanyak 1.057 orang siswa. Terdiri dari 383
orang siswa kelas VII, terdiri dari 358 orang siswa kelas VIII dan 316
orang siswa kelas III.
Fasilitas yang dimiliki oleh SMP Negeri 12 Tasikmalaya sampai saat
ini adalah 24 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 2 ruang guru, 1 ruang
tata usaha, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang
laboratorium komputer yang di dalamnya terdiri dari 14 unit komputer, 1
ruang BP, 1 ruang koperasi, 1 ruan UKS, 1 rumag penjaga, 1 ruang
gudang dan 5 WC. Sebagai sarana peribadatan disediakan mushola dan
untuk sarana olah raga disediakan 2 lapangan bulu tangkis dan 1 lapangan
basket yang juga berfungsi sebagai lapangan upacara.
16
top related