proposal riset
Post on 03-Jan-2016
58 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Biasanya mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan sering diikuti oleh
perasaaan stress. Stress seringkali timbul sehingga menyebabkan mahasiswa
tidak dapat mengikuti perkuliahan secara efektif. Menurut Dr. So Koo Meng,
MBBS, Mmed, FAMS, Adjunct Associate Professor National University of
Singapore. Gejala Stres timbul akibat dari ketidak harmonisan pemenuhan
keinginan dan kemampuan untuk menghadapinya. Stres adalah reaksi alami
tubuh untuk mempertahankan diri dari tekanan secara psikis. Tubuh manusia
dirancang khusus agar bisa merasakan dan merespon gangguan psikis ini.
Tujuannya agar manusia tetap waspada dan siap untuk menghindari bahaya.
Kondisi ini jika berlangsung lama akan menimbulkan perasaan cemas, takut
dan tegang.(http://www.mitsuilease.co.id)
Pada kenyataannya keadaan stress seperti ini sering dialami oleh
mahasiswa terutama yang mengikuti mata kuliah Ilmu Bedah. Keadaan ini bisa
disebabkan karena proses belajar mengajar yang kurang menarik atau bisa
dikatakan bobot mata kuliah Ilmu Bedah yang berat. Hal ini dikarenakan mata
kuliah ilmu bedah lebih menekankan pada pemahaman, tidak hanya sekedar
hafalan. Jelas sekali hal ini bisa menimbulkan stress bagi mahasiswa. Dan
akhirnya, stress yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan saat
mengikuti mata kuliah tersebut dan mungkin akan menghambat belajar
mahasiswa. Seperti Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan, Ingin mengerjakan
segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak
sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, kehilangan semangat.
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan,
membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan
merangsang proses penyembuhan.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-anaromaterapi.html)
Aromaterapi yang dipakai bisa berupa pengharum ruangan,
cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di atas tungku kecil,
atau bentuk-bentuk yang lainnya. Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-
hal menyenangkan agar membuat jiwa, tubuh dan pikiran merasa relaks dan
'bebas' Pada tahun 1928 penggunaan istilah aromaterapi dipopulerkan oleh
Rene Maurice Gattefosse di Perancis. Aromaterapi digunakan untuk rileksasi
dan pengobatan. Bahkan pada Perang Dunia II minyak esensial untuk
aromaterapi ini digunakan untuk pengobatan karena pada zaman itu sulit
memperoleh antibiotika Minyak tersebut mengandung bahan kimia asli dari
tumbuhan tersebut berupa zat antiseptik seperti fenol dan alkohol dan molekul-
molekul lain. Khasiatnya menyembuhkan berbagai penyakit serta menyebarkan
bau harum. (www.hanyawanita.com).
Bagaimana cara kerja aromaterapi itu? Ketika hidung menghirup wangi
minyak esensial yang telah terbukti mampu mempengaruhi emosi. Minyak
yang dihirup akan membuat vibrasi di hidung. Dari sini minyak yang
mempunyai manfaat tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik, tempat
pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada
.(www.hanyawanita.com).
Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat
Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak
manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk
membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita
dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak
yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran.
Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan
gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang
membantu kita untuk merasa rileks. Sementara dengan menghirup aroma
bunga melati maka akan meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak
yang meningkatkan ketangkasan dan kesiagaan.) Selain itu Lavender dipercaya
bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran. Sedangkan
wewangian Lemon digunakan untuk menenangkan suasana. Aromanya yang
menggemaskan dapat membuat anda makin percaya diri, merasa lebih santai,
dapat menenangkan syaraf, tetapi tetap membuat kita sadar.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html
Diharapkan setelah pemberian Aromaterapi dapat mengurangi tingkat
stres para mahasiswa saat mengikuti mata kuliah Ilmu Bedah. Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi atau
melakukan suatu penanganan atas tingkat stress yang tinggi dari para
mahasiswa itu. Peneliti mengemukakan suatu solusi yaitu dengan penggunaan
Aromaterapi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah ditarik sebuah
rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:
“Apakah ada pengaruh antara pemberian Aromaterapi beraroma Lavender dan
Lemon terhadap tingkat stres mahasiswa PSIK Unsyiah yang sedang
menganbil mata kuliah Ilmu Bedah.”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum :
Untuk melihat apakah ada pengaruh pemberian Aromaterapi beraroma
lavender dan lemon terhadap penurunan tingkat stres mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Unsyiah yang sedang mengikuti mata kuliah Ilmu Bedah
Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahu pengaruh Aroma Terapi terhadap tingkat stress
mahasiswa
b. Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinnya stres dalam mengikuti
pelajaran perkuliahan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
antara pemberian Aromaterapi terhadap tingkat stress mahasiswa.
2. Dapat memberikan alternatif cara dalam upaya untuk mengurangi tingkat
stress mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Ilmu Bedah melalui
penggunaan Aromaterapi.
3. Dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kenyamanan saat
mengikuti mata kuliah Ilmu Bedah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres
1. Pengertian dan Terjadinya Stres
Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat
adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batasan
kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut (Brehm & Kassin,
1996:527).
Patel (1996:3) stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh
yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia
menghadapi tantangan-tantangan (challenge) yang penting, ketika dihadapkan
pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan
yang tidak realistis dari lingkungannya. Disamping itu, keadaan stres akan
muncul apabila ada tuntutan yang luar biasa sehingga mengancam keselamatan
atau integritas seseorang. Menurut Patel (1996:3-5), stres tidak selalu bersifat
negatif. Pada dasarnya, stress merupakan respon-respon tertentu tubuh terhadap
adanya tuntutan-tuntutan dari luar. Dengan adanya berbagai tuntutan tersebut,
tubuh manusia berusaha mengatasi dengan menciptakan keseimbangan antara
tuntutan luar, kebutuhan dan nilai-nilai internal, kemampuan coping personal,
dan kemampuan lingkungan untuk memberikan dukungan. Hasil dari interaksi
tersebut akan menghasilkan persepsi terhadap stres. Ketika stress telah
dipersepsikan secara positif dapat memotivasi manusia untuk lebih percaya diri
dan lebih berprestasi.
Menurut Cranweld-Ward (1990, dalam Isniwarti, 1996:16) stres
merupakan reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi ketika seseorang
merasakan ketidak seimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan
kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut.
Sedangkan menurut Korchin (1976, dalam Isnawarti,1996:16) juga
menjelaskan bahwa stress tidak hanya berupa kondisi yang menekan baik dari
keadaan fisik atau psikis seseorang, maupun reaksi-reaksinya terhadap tekanan
itu, melainkan keterkaitan antara ketiga hal tersebut.
Weiten (1992, dalam Sukmawati, 1999:21) menjelaskan adanya empat
jenis stres, antara lain :
1. Frustasi
Kondisi dimana seseorang merasa jalan yang akan ditempuh untuk
meraih tujuan dihambat.
2. Konflik
Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling berbenturan,
dimana masing-masing perilaku tersebut butuh untuk diekspresikan atau
malah saling memberatkan.
3. Perubahan
Kondisi yang dijumpai ternyata merupakan kondisi yang tidak
semestinya serta membutuhkan adanya suatu penyesuaian.
4. Tekanan
Kondisi dimana terdapat suatu harapan atau tuntutan yang sangat besar
terhadap seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Patel (1996:5-6) menjelaskan adanya berbagai jenis reaksi stress yang
umumnya dialami manusia meliputi :
1. Too little stress
Dalam kondisi ini, seseorang belum mengalami tantangan yang berat
dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Seluruh kemampuan belum
sampai dimanfaatkan, serta kurangnya stimulasi mengakibatkan
munculnya kebosanan dan kurangnya makna dalam tujuan hidup
2. Optimum stress
Seseorang mengalami kehidupan yang seimbang pada situasi “atas”
maupun “bawah” akibat proses manajemen yang baik oleh dirinya.
Kepuasaa kerja dan perasaan mampu individu dalam meraih prestasi
menyebabkan seseorang mampu menjalani kehidupn dan pekerjaan
sehari-hari tanpa menghadapi masalah yang terlalu banyak atau rasa lelah
yang berlebihan.
3. Too much stress
Dalam kondisi ini, seseorang merasa telah melakukan pekerjaan yang
terlalu banyak setiap hari. Dia mengalami kelelahan fisik maupun
emosional, serta tidak mampu menyediakan waktu untuk beristirahat atau
bermain. Kondisi ini dialami secara terus-menerus tanpa memeperoleh
hasil yang diharapkan
4. Breakdown stress
Ketika pada tahap too much stress individu tetap meneruskan usahanya
pada kondisi yang statis, kondisi akan berkemban menjadi adanya
kecenderungan neurotis yang kronis atau munculnya rasa sakit
psikosomatis. Misalnya pada individu yang memiliki perilaku merokok
atau kecanduan minuman keras, konsumsi obat tidur, dan terjadinya
kecelakaan kerja. Ketika individu tetap meneruskan usahanya ketika
mengalami kelelahan, ia akan cenderung mengalami breakdown baik
secara fisik , maupun psikis.
Senada dengan Patel, Hans Selye (1975a, dalam Patel, 1996:6)
menerangkan adanya empat tahapan stres yang meliputi understress, eustress,
overstress, dan distress. Pada kondisi eustress hendaknya dapat disadari ketika
kondisi tubuh dan pikiran dalam keadaan yang seimbang, mersa enerjik, mudah
beradaptasi, dan dalam kondisi santai atau rileks. Ketika sudah melampaui
tahapan eustress, individu akan merasa lelah, cemas, agresif, serta defensif.
Walaupun ada berbagai pengertian, mekanisme, serta klasifikasi stress,
Lazzarus (1976, dalam Isniwarti, 1996:17) dan Patel (1996:13-14) menjelaskan
bahwa stres merupakan mekanisme yang bersifat individual. Stres bagi
seseorang belum tentu merupakan stres bagi yang lainnya, hal ini disebabkan
karena persepsi dan toleransi yang berbeda-beda pada setiap orang tentang hal-
hal yang menjadi hambatan atau tuntutan yang mungkin menimbulkan stres.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa stress
merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu yang disebabkan adanya
ketidakseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan yang
ada. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon
yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu
yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang
sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
2. Penyebab Stres atau Stresor
Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stresor dapat berasal dari berbagai
sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun social (Kisker, 1977 dalam
Isniwarti, 1996:18) dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam
kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya (Patel, 1996:15).
Secara garis besar, stresor bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Stresor mayor yang berupa major live events yang meliputi peristiwa
kemayian orang yang disayangi, masuk sekolah untuk pertama kali, dan
perpisahan; dan
2. Stresor minor yang biasanya berawal dari stimulus tentang masalah hidup
sehari-hari, misalnya ketidaksenangan emosional terhadap hal-hal tertentu
sehingga menyebabkan munculnya stres (Brantley,dkk., 1988, dalam
Isnawarti, 1996:18).
SE. Taylor (1991:197-198) merinci beberapa karakteristik kejadian
yang berpotensi untuk dinilai menciptakan, antara lain :
1. Kejadian negatif agaknya lebih banyak menimbulkan stress daripada
kejadian positif.
2. Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat stres
daripada kejadian yang terkontrol dan terprediksi.
3. Kejadian “ambigu” seringkali dipandang lebih mengakibatkan stress
daripada kejadian yang jelas.
4. Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas (overload) lebih mudah
mengalami stres daripada orang yang memiliki tugas lebih sedikit.
Ada beberapa sumber stres yang berasal dari lingkungan, diantaranya
adalah lingkungan fisik seperti polusi udara, kebisingan, kesesakan, dan
lingkungan kontak social yang bervariasi, serta kompetisi hidup yang tinggi
(Howart & Gillham, 1981; Atkinson, 1990; dalam Iswinarti, 1996:19). Seperti
yang dikutip oleh oleh Patel (1996:18-19) bahwa pada Holmes and Rahe
Schedule of Recent Life Events telah diteliti berbagai peristiwa kehidupan
yang membutuhkan penyesuaian sosial kembali dan memberinya rating
berdasarkan muatan nilai stresnya. Stresor yang berupa peristiwa-peristiwa
perubahan di sekolah (change in school) berada pada peringkat 33 yang dapat
menimbulkan stres.
Holmes dan Rahe (dalam Davidson & Neale), 1992) merumuskan
adanya sumber stres, yaitu :
1. Dalam diri individu hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Pendorong
dan penarik konflik menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan,
yaitu approach dan avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar
konflik (Weiten, 1992), yaitu :
a. Approach-approach Conflict
Muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-sama baik.
b. Avoidance-avoidance Conflict
Muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi
yang tidak menyenangkan
c. Approach-avoidance Conflict
Muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik
dalam satu tujuan atau situasi.
2. Dalam keluarga dari keluarga ini yang cenderung memungkinkan
munculnya stres adalah hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam
keluarga.
3. Dalam komunitas dan masyarakat kontak dengan orang di luar keluarga
menyediakan banyak sumber stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah
dan persaingan.
Dari berbagai penjelasan di atas, maka stresor atau hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya stres dapat berupa faktor-faktor fisiologis, psikologis,
dan lingkungan di sekitar individu (baik fisik maupun sosial). Namun, Stresor
tersebut dapat menimbulkan stres ataupun tidak tergantung bagaimana individu
menyikapi stresor itu.
3. Konsekuensi dan Respon Stres
Stres, pada penjelasan awal telah disimpulkan akan menghasilkan
reaksi fisiologis, reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Seperti juga yang
dijelaskan oleh Coleman (1991, dalam Iswinarti, 1996:20), bahwa contoh
reaksi fisiologis sebagai tanda peringatan awal yang penting adalah nyeri dada,
diare, sakit perut, sakit kepala atau pusing-pusing, mual, insomnia, kelelahan,
dan jantung berdebar-debar. Selanjutnya, reaksi psikologis dari stres bisa
dilihat dari tanda-tanda seperti tidak mau santai pada saat yang tepat, merasa
tegang, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, cepat marah atau mudah
tersinggung, ingatan melemah, tidak mampu konsentrasi, daya kemauan
berkurang, emosi tidak terkendali, tidak sanggup melaksanakan tugas yang
sudah dimulai, impulsive, dan reaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele.
Atkinson (1990, dalam Iswinarti, 1996:22) mengistilahkan reaksi stres sebagai
gaya stres yang sebetulnya merupakan reaksi psikologis stres. Ada beberapa
gaya stress yang ditunjukkan pada individu yang mengalami stres, misalnya
ingin mengerjakan segalanya dengan cepat sehingga menjadi bingung dan
frustrasi, kecemasan, ketidak berdayaan atau keputusasaan, depresi dan
kehilangan semangat.
4. Pengertian dan Mekanisme Coping stress
Coping adalah segala usaha untuk mengurangi stres, yang merupakan
proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai
sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang (Lazarus & Folkman,
1984). Definisi lain menyatakan coping sebagai proses dimana individu
melakukan usaha untuk mengatur (management) situasi yang dipersepsikan
adanya kesenjangan antara usaha (demands) dan kemampuan (resources) yang
dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stres (dalam Sarafino, 1998:133).
Usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada
solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres. Individu melakukan
proses coping terhadap stres melalui proses transaksi dengan lingkungan,
secara perilaku dan kognitif (Sarafino, 1998:133).
Peristiwa stresful merupakan kejadian yang berpotensi memicu stres
pada individu. Sedangkan penilaian dan interpretasi terhadap stresor melalui
primary dan secondary appraisal merupakan proses penentuan makna dari
suatu kejadian dan penaksiran terhadap kemampuan dan potensi coping
individu (SE. Taylor, 1991:232)
5. Fungsi coping stress
Proses coping terhadap stres memiliki 2 fungsi utama yang terlihat dari
bagaimana gaya menghadapi stres, yaitu :
a. Emotion-focusedcoping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon
emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara
behavioral maupun kognitif. Lazarus dan Folkman (1984b) mengemukakan
bahwa individu cenderung menggunakan emotional-focused coping ketika
individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada tidak dapat diubah atau
diatasi.
b. Problem-focusedcoping
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau
memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus &
Folkman (1984b) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan
Problem-focused coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang
ada dapat diubah (Sarafino, 1998:133-135)
Greenberg (2002:293) mengutip bahwa ketika Problem-focused coping
telah dilakukan dan mengakibatkan kelelahan karena tugas yang diselesaikan
terlalu berat, manusia bisa saja melakukan Emotion-focused coping untuk
membuat perasaan dirinya menjadi lebih baik ketika mengerjakan tugas-tugas
dan kembali melakukan Problem-focused coping yang telah dilakukan. Jadi
kedua tipe coping tersebut dapat saling mendukung antara satu dengan yang
lainnya.
7. Metode-metode Coping Stres
Individu memerlukan kemampuan tertentu (skill) dan strategi untuk
mengatasi masalah dan mengatur respon emosional terhadap kondisi yang
mengakibatkan stres. Lazarus & Folman (1986, 1988) mengidentifikasikan
berbagai jenis strategi coping, baik secara problem-focused maupun emotion-
focused, antara lain :
(1) Planful problem solving
(2) Confrontive coping
(3) Seeking social support
(4) Distancing
(5) Escape-avoidance
(6) Self-control
(7) Accepting responsibility
(8) Positive reappraisal (Sarafino, 1998:135)
B. Aromaterapi & Relaksasi
1. Pengertian & fungsi Aromaterapi
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan,
membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan
merangsang proses penyembuhan.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html)
Aromaterapi yang dipakai bisa berupa pengharum ruangan, dupa
(incense stick), cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di
atas tungku kecil, atau bentuk-bentuk yang lainnya. Aromaterapi selalu
dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar membuat jiwa,tubuh dan
pikiran merasa relaks dan 'bebas' Pada tahun 1928 penggunaan istilah
aromaterapi dipopulerkan oleh Rene Maurice Gattefosse di Perancis.
Aromaterapi digunakan untuk rileksasi dan pengobatan. Bahkan pada Perang
Dunia II minyak esensial untuk aromaterapi ini digunakan untuk pengobatan
karena pada zaman itu sulit memperoleh antibiotika Minyak tersebut
mengandung bahan kimia asli dari tumbuhan tersebut berupa zat antiseptik
seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain. Khasiatnya
menyembuhkan berbagai penyakit serta menyebarkan bau harum.
(www.hanyawanita.com).
Bagaimana cara kerja aromaterapi itu? Ketika hidung menghirup wangi
minyak esensial yang telah terbukti mampu mempengaruhi emosi. Minyak
yang dihirup akan membuat vibrasi di hidung. Dari sini minyak yang
mempunyai manfaat tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik, tempat
pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada.
(www.hanyawanita.com).
Akan meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak yang
meningkatkan Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat
Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak
manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk
membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita
dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak
yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran.
Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan
gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang
membantu kita untuk merasa rileks. Sementara dengan menghirup aroma
bunga melati maka ketangkasan dan kesiagaan.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html)
2. Macam-macam wewangian aromaterapi dan kegunaan
Tabel wewangian
No Jenis wewangian Kegunaan
1) Apple Cinnamon Wangi apple cinnamon dipercaya dapat
membangkitkan kenangan hangat bersama orang tua serta
mengingatkan orang akan suasana rumah yang nyaman.
2) Lemon wewangian yang digunakan untuk menenangkan suasana.
Aromanya yang menggemaskan dapat membuat anda makin
percaya diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan syaraf, tetapi
tetap membuat kita sadar.
3) Lavender jika anda penderita insomnia atau ingin mendapatkan
relaksasi dapat menggunkan aromatherapy jenis ini. Lavender
dipercaya bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan
pikiran.
4) Cendana/ Sandalwood aroma yang dilahirkannya dapat membantu
menciptakan dan menuangkan ide kreatif. Selain dapat mengurangi
depresi, harum cendana dipercaya dapat mengatasi masalah sulit
tidur serta masalah lain yang berhubungan dengan stres. Selain itu,
aromanya sangat bermanfaat digunakan saat meditasi.
3. Relaksasi
Pengertian Relaksasi
Relaksasi adalah suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental
manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi,
seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan
tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan
posisi tubuh yang nyaman (Suryani, 2000:76).
C. Mahasiswa yang Mengikuti Mata Kuliah Ilmu Bedah
1. Mata kuliah Ilmu Bedah
Ilmu Bedah adalah salah satu mata kuliah yang ada di semester V. Ilmu
Bedah adalah satu mata kuliah Klinis. Dengan arti yang lain ilmu bedah adalah
sutu mata pelajaran yang memang memerlukan tingkan penghafalan yang
tinggi dan suatu tindakan yang tepat bila terjadi kasus.
Ilmu bedah di dalam sistem pembelajarannya menggukan bahasa-
bahasa medis yang mempunyai arti suatu tindakan atau mendiagnosa suatu
penyakit. Setiap mahasiswa harus memenuhi nilai diatas D. untuk adapat lulus
dalam mata pelajaran ini.
2. Mahasiswa yang mengikuti matakuliah Ilmu Bedah
Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini adalah mahasiswa angkatan
2005-2007. Dari keseluruhan mahasiswa di kelas ini ada yang mengulang dan
ada yang baru mengambil mata kuliah ini.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bahwa ilmu badah adalah
mata kuliah yang sangat penting, mengingat hal tersebut adalah mata kuliah
klinis. Sehingga dapat dikatakan mata kuliah ini mempunyai bobot yang
lumayan berat karena selain materinya yang berat, mahasiswa juga dituntut
untuk memperoleh nilai yang sesuai standar. Hal ini dikarenakan mata kuliah
ilmu bedah lebih menekankan pada pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan,
serta mungkin cara mengajar yang kurang menarik. Hal inilah yang lalu
menimbulkan stres pada para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini. Stres
yang ditimbulkan seperti Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan, ingin
mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu
berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai,
kehilangan semangat. Stres yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan
saat mengikuti mata kuliah ilmu bedah dan mungkin akan menghambat belajar
mahasiswa. Sehingga banyak mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Unsyiah yang tidak lulus dalam mata kuliah ini.
D. Hubungan antara Stres dan Aromaterapi
Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bahwa ilmu bedah adalah
mata kuliah yang sangat penting. mengingat hal tersebut adalah mata kuliah
klinis. Sehingga dapat dikatakan mata kuliah ini mempunyai bobot yang
lumayan berat karena selain materinya yang berat, mahasiswa juga dituntut
untuk memperoleh nilai yang sesuai standar. Hal ini dikarenakan mata kuliah
ilmu bedah lebih menekankan pada pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan,
serta mungkin cara mengajar yang kurang menarik. Pada akhirnya hal ini dapat
menimbulkan stres. Stres, pada penjelasan awal telah disimpulkan akan
menghasilkan reaksi fisiologis, reaksi psikologis dan perubahan perilaku.
Seperti juga yang dijelaskan oleh Coleman (1991, dalam Iswinarti, 1996:20),
bahwa contoh reaksi fisiologis sebagai tanda peringatan awal yang penting
adalah nyeri dada, diare, sakit perut, sakit kepala atau pusing-pusing, mual,
insomnia, kelelahan, dan jantung berdebar-debar. Selanjutnya, reaksi
psikologis dari stres bisa dilihat dari tanda-tanda seperti tidak mau santai pada
saat yang tepat, merasa tegang, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain,
cepat marah atau mudah tersinggung, ingatan melemah, tidak mampu
konsentrasi, daya kemauan berkurang, emosi tidak terkendali, tidak sanggup
melaksanakan tugas yang sudah dimulai, impulsife dan reaksi berlebihan
terhadap hal-hal sepele.
Munculnya reaksi-reaksi diatas sebagai respon dari stres akan
menghambat proses belajar mahasiswa sehingga memungkinkan banyaknya
mahasiswa yang tidak lulus dalam mata kuliah ini.
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan,
membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan
merangsang proses penyembuhan.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html).
Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar
membuat jiwa, tubuh dan pikiran merasa relaks. Oleh karena itu, peneliti
berusaha mengurangi tingkat stres yang terjadi pada mahasiswa saat mengikuti
mata kuliah statistik dengan menggunakan aromaterapi.
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Kerja
Kerangka konsep ini dikembangkan berdasarkan korelasi atau
hubungan antara pemberian aroma terapi yang mampu mempengaruhi tingkat
stress mahasiswa. Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil
atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan,
membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan
merangsang proses penyembuhan. Aroma terapi yang digunakan biasanya
seperti pengharum ruangan, dupa (incense stick), cologne/parfum, minyak
esensial yang dibakar bersama air di atas tungku kecil, atau bentuk-bentuk
yang lainnya.
Dalam penelitian ini yang ingin diketahui adalah bagaimana aroma
terapi tersebut mempengaruhi tingkat stress mahasiswa tersebut, apakah efek
yang ditimbulkan semakin meningkatkan atau menurunkan tingkat stress
mahasiswa tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka konsep
di bawah ini :
INPUT PROSES OUTPUT
Aroma terapi Tingkat stressmahasiswa
Menurun
Meningkat
B. Definisi Operasional
Perlakuan aromaterapi : suatu teknik yang menggunakan aroma
tumbuhan yang dapat berupa minyak esensial tumbuhan baik dari akar, daun
dan bunga. Pada eksperimen ini digunakan pengharum ruangan. Adapun aroma
yang digunakan dalam eksperimen ini adalah aroma lemon dan lavender.
Metode yang digunakan untuk pemberian aroma dalam eksperimen ini adalah
dengan cara menghirup aroma tersebut secara tidak langsung melalui ruangan
yang telah diberi aromaterapi berupa pengharum ruangan sebelum kelas
dimulai.
1. Stres dalam eksperimen ini dapat ditunjukkan dari perilaku-perilaku yang
akan ditunjukkan sebagai berikut ini :
2. Pusing-pusing/sakit kepala
3. Kelelahan
4. Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat
5. Ingatan melemah
6. Tidak mampu berkonsentrasi
7. Tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai
8. Kehilangan semangat
Variabel adalah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai atau
seringkali diartikan dengan simbol atau lambang yang memiliki bilangan atau
nilai. Untuk dapat meneliti suatu konsep secara empiris, konsep tersebut
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.Disain Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Penelitian ini menggunakan Treatment by Subject Design.
Treatment by subject design adalah satu kelompok yg sama diberikan treatment
yg berbeda kemudian diukur hasilnya. Dalam penelitian ini kelompok
penelitian hanya satu kelompok yang bisa diambil secara random atau tidak
random. Pada kelompok tersebut diberikan perlakuan berulang-ulang. Dalam
eksperimen ini satu kelompok subyek tersebut akan dikenai dua kali pemberian
treatment yaitu pemberian aromaterapi dengan wewangian Lavender dan
pemberian aromaterapi dengan wewangian Lemon. Penelitian melibatkan
adanya pretest dan posttest.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam eksperimen ini menggunakan
mahasiswa Progaram Studi Ilmu Keperawatan Unsyiah angkatan 2007.
2. Sampling
Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik purposive sampling dikenakan pada sampel yang karakteristiknya
sudah ditentukan dan diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat
populasinya. Subyek dalam eksperimen ini adalah mahasiswa PSIK yang
mengikuti matakuliah Ilmu Bedah dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti
yaitu laki-laki dan perempuan yang baru mengambil mata kuliah Ilmu Bedah
angakatan 2007. Subyek diberi pretest sebanyak satu kali dan posttest dua kali.
Alat ukur yang digunakan untuk pretest dan posttest menggunakan kuisioner.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
1.Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Kampus Program Studi Ilmu
Keperawatan Unsyiah
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 29 Desember sampai 16
januari 2010
D. Alat Pengumpulan Data
Penelitian eksperimen pada dasarnya adalah ingin mengetahui
hubungan kausal antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat(Y). Untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh tersebut, peneliti harus melakukan
pengukuran terhadap variabel terikatnya. Beberapa eksperimen menggunakan
instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat untuk pemberian
perlakuan terhadap subjek eksperimennya. Instrumen dalam penelitian ini
adalah :Kuisioner, Aromaterapi beraroma bunga lavender berbentuk
pengharum ruangan. Aromaterapi beraroma bunga lemon berbentuk
pengharum ruangan
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik angket.
Pengumpulan data bertuuan untuk menilai pengaruh aroma terapi terhadap
tingkat stress mahasiswa yang mengambil mata kuliah ilmu bedah di PSIK
Unsyiah angkatan 2007.
Pengumpulan Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini akan
dihitung korelasinya menggunakan teknik statistik Uji T (T Test) lebih spesifik
lagi yaitu Paired-Samples T Test.
Keterangan :
t = Nilai t hitung
D = Rata-rata selisih pengukuran 1 & 2
SD = Standar deviasi selisih pengukuran 1 & 2
N = Jumlah sample
Uji asumsi yang dilakukan sebelum analisa data dilakukan adalah uji
linearitas hubungan dan uji normalitas sebaran. Asumsi utama teknik
komparasi paired t-test adalah berdasarkan tidak adanya kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen, tetapi dengan melakukan pre-test dan post-test pada
satu kelompok yang sama.
Keseluruhan proses analisis data ini menggunakan cara perhitungan
manual. Dengan melihat tabel t-test dengan taraf signifikan 5 % uji dua fihak
(two tail test
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH AROMA TERAPI TERHADAP TINGKAT STRESS MAHASISWA YANG SEDANG MENGIKUTI MATA
KULIAH ILMU BEDAH DI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN BANDA ACEH
TAHUN 2009
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Final Ujian Mata Kulih Riset Keperawatan
OLEH
HELDIZAL0707101060032
UNIVERSITAS SYIAH KUALA FAKULTAS KEDOKTERANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
BANDA ACEH2009
top related