recycle -...
Post on 07-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar
Pada Pembuatan Beton Normal
1Hendy Febriyatno
1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Tekik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Gunadarma (hendyfebriyatno@yahoo.co.id)
ABSTRAK
Pengunaan material recycle untuk digunakan dalam campuran beton di Indonesia
masih belum umum namun sudah mulai banyak digunakan antara lain untuk
pengurukan, lapisan pondasi jalan dll. Hal ini mungkin disebabkan bahan baku
seperti semen dan agregat kasar maupun halus mudah didapat. padahal cepat atau
lambat material akan semakin habis sehingga menyebabkan material dari tahun ke
tahun akan semakin mahal. Terutama agregat kasar atau kerikil yang hampir 78 %
menjadi bahan pengisi utama campuran beton Melihat dari fenomena di atas maka
disini perlu untuk melakukan pemanfaatan kembali atau daur ulang material bekas
bongkaran bangunan atau puing-puing. Maka dari itu perlu dilakukan suatu
penelitian dari berbagai jenis material seperti ubin, genteng, dan batu alam yang
sudah digunakan sebagai pengganti agregat kasar. Tujuan dari penulisan ini
adalah untuk mengetahui karakteristik kualitas beton yang dibuat dengan
memanfaatkan bahan-bahan recycle agregat yaitu; pecahan ubin, pecahan
genteng, pecahan batu alam andesit sebagai agregat kasar kemudian juga untuk
memberikan pemahaman dan informasi kepada masyarakat mengenai
pemanfaatan limbah konstruksi yang ternyata bisa digunakan lagi sebagai
pengganti agregat kasar yang umum digunakan yaitu kerikil untuk pembuatan
beton normal. Beton campuran agregat kerikil dan pecahan batu alam andesit
mencapai kuat tekan karakteristik yang diisyaratkan yaitu 225 kg/ cm2. Beton
dengan campuran pecahan ubin dan pecahan genteng tidak mencapai kuat tekan
karakteristik yang telah di isyaratkan. Dari 2 (dua) perbandingan yang digunakan
yaitu perbandingan volume dan perbandingan mix design, ternyata kuat tekan
yang dihasilkan lebih besar perbandingan volume untuk pembuatan beton normal.
Kata Kunci : recycle, beton, pecahan, kuat tekan, agregat,
PENDAHULUAN Dalam perkembangan dunia yang semakin maju dan serba canggih, teknologi
beton mempunyai potensi yang luas dalam bidang konstruksi. Hal ini
menyebabkan beton banyak digunakan untuk konstruksi bangunan gedung,
jembatan, dermaga dan lain-lain. Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam
konstruksi tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan material beton,
sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk beton
secara besara-besaran yang menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang
tersedia untuk keperluan pembetonan. (Suharwanto, 2005)
Pengunaan material recycle untuk digunakan dalam campuran beton di Indonesia
masih belum umum namun sudah mulai banyak digunakan antara lain untuk
pengurukan, lapisan pondasi jalan dll. Hal ini mungkin disebabkan bahan baku
seperti semen dan agregat kasar maupun halus mudah didapat. padahal cepat atau
lambat material akan semakin habis sehingga menyebabkan material dari tahun ke
tahun akan semakin mahal. Terutama agregat kasar atau kerikil yang hampir 78 %
menjadi bahan pengisi utama campuran beton (Astanto, 2001).
Beton normal adalah beton yang mempunyai kuat tekan berkisar antara 200 – 500
kg/cm2, beton ini mempunyai porsi terbesar produksi beton di Indonesia dan
sering dijumpai misalkan, di pabrik beton precast dan balok-balok beton pratekan,
serta pembuatan gedung bertingkat (Hanafiah, 2003)
Fungsi penggunaan agregat dalam beton adalah;, menghasilkan kekuatan yang
besar pada beton, mengurangi susut pengerasan beton dan dengan gradasi yang
baik maka akan didapatkan beton yang baik. Agregat yang digunakan dalam beton
berfungsi sebagai bahan pengisi, namun karena prosentase agregat yang besar
dalam volume campuran, maka agregat memberikan kontribusi terhadap kekuatan
beton (Mulyono, 2003). Maka dari itu agregat kasar pada campuran beton
mempunyai peranan penting, walaupun hanya sebagai pengisi akan tetapi agregat
kasar sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/ beton. Sehingga pemilihan
agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/ beton (
Triwidati,2002).
Limbah secara umum didefenisikan sebagai substansi atau suatu objek dimana
pemilik punya keinginan untuk membuang. Sedangkan limbah konstruksi
didefenisikan sebagai material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari
proses konstruksi, perbaikan atau perubahan (Franklin,1998).
Data dari Bappeda DKI Jakarta pada tahun 2004, limbah padat yang dihasilkan
setiap hari mencapai 10.220 ton. Limbah tersebut berupa limbah padat yang
dihasilkan dari aktifitas industri, perumahan dan pertanian dimana didalamnya
termasuk limbah hasil dari pelaksanaan pembangunan konstruksi.
Melihat dari fenomena di atas maka disini perlu untuk melakukan pemanfaatan
kembali atau daur ulang material bekas bongkaran bangunan atau puing-puing.
Maka dari itu perlu dilakukan suatu penelitian dari berbagai jenis material seperti
ubin, genteng, dan batu alam andesit yang sudah digunakan, sebagai pengganti
agregat kasar kerikil. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kuat
tekan karakteristik beton yang dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan recycle
agregat yaitu; pecahan ubin, pecahan genteng, pecahan batu alam andesit sebagai
campuran agregat kasar.
TINJAUAN PUSTAKA
Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen
Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang
bersama-sama dengan batang baja, sehingga disebut beton bertulang (batang baja
berada di dalam beton). Pada saat ini sebagian besar bangunan dibuat dari beton
bertulang, disamping kayu dan baja.
Beton mempunyai kelebihan daripada bahan yang lain, antara lain karena
harganya relatif lebih murah daripada baja, tidak memerlukan biaya perawatan
seperti baja (baja harus selalu dicat pada setiap jangka waktu tertentu untuk
mencegah karat), dan tahan lama karena tidak busuk atau berkarat. Akan tetapi,
beton yang tampaknya mudah dibuat bila tidak dikerjakan atau direncanakan
dengan teliti akan menghasilkan bahan yang kurang baik, atau kurang kuat. Oleh
karena itu cara-cara membuat beton harus dipelajari dengan baik (Astanto, 2001).
Dalam keadaan yang mengeras, beton memiliki kekuatan tinggi. Dalam keadaan
segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan untuk
membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif . Beton juga
akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan dengan
cara khusus, misalnya diekspose agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk
yang bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada
permukaan betonnya). Selain tahan terhadap serangan api, beton juga tahan
terhadap serangan korosi (Mulyono, 2003).
Beton mempunyai beberapa kelebihan, antara lain yaitu (Mulyono,2003) :
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
b. Mampu memikul beban yang berat.
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
d. Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton adalah relatif tinggi.
e. Biaya pemeliharaan yang kecil.
Selain kelebihan, beton juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain yaitu
(Mulyono, 2003) :
a. Bentuk yang telah dibuat sulit untuk dirubah.
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi. c. Kekuatan tarik beton relatif rendah.
d. Daya pantul suara yang besar.
Material Penyusun Beton
Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 78 %
volume mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan pengisi akan tetapi
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya sehingga
pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan
mortar/beton. Seperti dengan alternatif pemanfaatan pecahan beton yang terbakar
sebagai agregat kasar, karena kondisi pada saat ini agregat mulai berkurang dan
harganya melambung tinggi. Hal semacam ini banyak dialami oleh beberapa
daerah yang kesulitan mendapatkan material untuk bangunan, karena beberapa
ada daerah sumber material yang terpaksa ditutup (Astanto, 2001).
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan lain-
lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat
mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik
penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu
musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan (Murdock
dkk., 1991).
Semen Portland Semen portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa
bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker ( bahan ini
tertuma terdiri dari silika-silika kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips
sebagai bahan tambahan (Samekto dan Candra, 2001).
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri
dari kalsiumsilikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk
kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan
utamanya (Mulyono, 2003).
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-8 1
atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB. 1989:3.2-8)
Sifat Sifat Semen Portland Menurut (Samekto dan Candra, 2001) semen portland memiliki beberapa sifat
yang diantaranya dijelaskan sebagai berikut:
1. Kehalusan Butir Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa sehingga kurang
lebih 80 % dari butirannya dapat menembus ayakan 44 mikron. Makin halus
butiran semen, makin cepat pula persenyawaannya. Makin halus butiran
semen, maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat semen akan
semakin menjadi besar. Makin besar luas permukaan butir ini , makin banyak
pula air yang dibutuhkan bagi persenyawaannya. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk menentukan kehalusan butir semen. Cara yang paling
sederhana dan mudah dilakukan ialah dengan mengayaknya.
2. Kekekalan Bentuk Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur semen yang
telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu bentuk tertentu bentuk
itu tidak berubah. Buka benda dari adukan semen yang telah mengeras.
Apabila benda menunjukkan adanya cacat (retak, melengkung, membesar atau
menyusut), berarti semen itu tidak baik atau tidak memiliki sifat tetap bentuk.
3. Kekuatan Semen Kekuatan mekanis dari semen yang mengeras merupakan sifat yang perlu
diketahui di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan gambaran
mengenai daya rekatnya sebagai bahan perekat/pengikat. Pada umumnya,
pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur,
kuat tarik atau kuat tekan (desak) dari campuran semen dengan pasir.
Klasifikasi Semen Portland Sesuai dengan tujuan pemakaiannya semen Portland dibagi menjadi 5 (lima) tipe,
yaitu :
Tipe I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus.
Tipe II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Tipe III : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan
awal yang tinggi.
Tipe IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan panas hidrasi rendah.
Tipe V : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
Air
Air diperlukan pada pembuatan beton beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak,
gula atau bahan kimia lainnya , bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan (Mulyono, 2003).
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen air, maka bukan
perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru
perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut sebagai Faktor Air Semen
(water cement ratio). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya
gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi kekutan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu,
kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90 % jika
dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (PB
1989:9).
Menurut (Pramono dan Suryadi, 1998), dalam pemakaian air untuk beton itu
sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15
gram
c. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter
Kandungan zat-zat tersebut apabila terlalu banyak dapat berpengaruh jelek
terhadap beton, antara lain:
a. Mempengaruhi proses reaksi kimia dari semennya
b. Mempengaruhi lekatan antara pasta semen dan butiran batuan
c. Mengurangi kekuatan atau keawetan beton
d. Dapat juga membuat beton mengembang, sehingga terjadi retak-retak
Secara umum air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur beton ialah air yang
bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari 90%
kekuatan beton yang memakai air suling.
Fungsi agregat terhadap beton Dalam beton agregat (agregat kasar dan agregat halus) mengisi sebagian besar
volume beton yaitu berkisar antara 60% sampai 80% sehingga sifat-sifat dan mutu
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat dan mutu beton (Samekto dan Candra,
2001). Adapun fungsi penggunaan agregat dalam beton adalah untuk :
a. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton.
b. Dengan gradasi yang baik maka akan didapatkan beton yang padat.
c. Mengontrol workability atau sifat dapat dikerjakan aduk beton. Dengan
gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang mudah
dikerjakan atau memiliki workability yang baik.
Semakin banyak bahan batuan yang digunakan dalam beton, maka semakin hemat
penggunaan semen Portland sehingga semakin murah harganya. Tentu saja dalam
penggunaan agregat tersebut ada batasnya, sebab pasta semen diperlukan untuk
pelekatan butir-butir dalam pengisian rongga-rongga halus dalam beton. Karena
bahan batuan tidak susut, maka susut pengerasan hanya disebabkan oleh adanya
pengerasan pasta semen. Semakin banyak agregat, semakin berkurang susut
pengerasan betonnya. Gradasi yang baik pada agregat dapat menghasilkan beton
yang padat sehingga volume rongga berkurang dan penggunaan semen Portland
berkurang pula. Susunan beton yang padat dapat menghasilkan beton dengan
kekuatan yang besar. Workability adukan beton plastis dapat diusahakan dengan
menggunakan gradasi agregat yang baik. Tetapi gradasi untuk mobilitas yang baik
memerlukan butir-butir berlapis pasta semen untuk dapat memudahkan gerak
adukan betonnya, sehingga butir-butir tidak dapat saling bersinggungan.
Pengaruh agregat kasar terhadap kualitas beton Selain kekuatan pasta semen, hal ini yang perlu menjadi perhatian adalah agregat.
Seperti yang telah dijelaskan, proporsi campuran agregat dalam beton 70-80 %,
sehingga pengaruh agregat akan menjadi besar, baik dari sisi ekonomi maupun
dari sisi tekniknya. Semakin baik mutu agregat yang digunakan, secara linier dan
tidak langsung akan menyebabkan mutu beton menjadi baik, begitu juga
sebaliknya.
Agregat yang digunakan dalam beton berfungsi sebagai bahan pengisi, namun
karena prosentase agregat yang besar dalam volume campuran, maka agregat
memberikan kontribusi terhadap kekuatan beton (Mulyono, 2003). Faktor-faktor
yang mempengaruhi kekuatan beton terhadap agregat adalah sebagai berikut
(Mulyono, 2003):
a. Perbandingan agregat dan semen campuran
b. Kekuatan agregat c. Bentuk dan ukuran d. Tekstur permukaan e. Gradasi
f. Reaksi kimia g. Ketahanan terhadap panas
Pemanfaatan Limbah Konstruksi Sebagai Agregat
Limbah logam berat berbahaya dalam banyak hal tidak dapat dimusnahkan dan
dimanfaatkan kembali, oleh karenanya pengurugan ke dalam landfill dibutuhkan.
Proses solidifikasi/stabilisasi (S/S) biasanya digunakan untuk merubah limbah cair
atau padat yang berpotensi berbahaya menjadi berkurang sifat bahayanya sebelum
diurug dalam sebuah landfill. Terbatasnya lahan untuk penimbunan, limbah
tersebut dapat menimbulkan masalah pencemaran. Kendala yang membatasi
penimbunan limbah, disertai dengan desakan untuk konservasi sumber daya alam,
menimbulkan upaya untuk mengkonversi limbah menjadi bahan yang bermanfaat.
Makalah ini menyajikan ringkasan sebuah penelitian yang dilaksanakan dalam
area pemanfaatan limbah dari sebuah industri baja untuk menggantikan sebagian
segmen Portland atau agregat dalam campuran beton. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa limbah Lumpur dapat menggantikan agregat halus sampai
50% berat, dan limbah debu dapat menggantikan semen Portland sampai 15%
berat. Terjadi penurunan kuat tekan bila proporsi yang digantikan berada di atas
nilai tersebut. Campuran beton meminimalkan pelindian logam berat dari limbah
yang diindikasikan dengan nilai TCLP dan uji durabilitas yang rendah
dibandingkan batasan standar. Penggunaan semen memainkan peran penting
dalam pengendalian pelindian jangka panjang dari struktur monolitik yang
terbentuk ( Damanhuri,2001)
Penggunaan sekam padi untuk pembuatan batu cetak dan papan semen, dengan
menggunakan bahan perekat yang terdiri dari campuran tras, kapur, dengan atau
tanpa semen Portland. Puslitbang Permukiman telah membuat rumah contoh pada
tahun1967( Amir,2002 )
Penggunaan ampas tebu, sisa-sisa industri kayu, ataupun kayu-kayu dari jenis “
lesser known species”, untuk diolah menjadi papan partikel, dengan menggunakan
bahan perekat seperti urea-formaldehid atau tanin formaldehid. ( Amir,2002).
Paving block pada saat ini sudah banyak dipergunakan sebagai bahan pelapis
permukaan jalan. Untuk memanfaatkan limbah genteng keramik dari pabrik
pembuatan genteng, sisa pembangunan suatu rumah, serta bongkaran rumah maka
digunakan agregat pecahan genteng keranik sebagai pengganti agregat penyusun
paving block. Penelitian ini bertujuan mengetahui kuat tekan paving block dan
membandingkan kekuatannya dengan paving block pasir alam yang ada
dipasaran.
Perencanaan campuran paving block dilakukan dengan sistem perbandingan
volume. Perbandingan volume yang dilakukan adalah 1:6, 1:5, 1:4 serta
menggunakan agregat kasar pecahan genteng keramik 1:2:3. setelah dianalisis,
kuat tekan paving block yang menggunakan pecahan genteng keramik lebih baik
daripada paving block yang menggunakan agregat pasir alam (Handiyanto, 2004).
Tidak setiap daerah memiliki macam agregat yang sama baiknya dari segi
kekuatan, jenis dan ukurannya. Pecahan genteng menjadi bahan alternatif sebagai
agregat kasar untuk beton. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kuat tekan beton
dengan pecahan genteng sebagai agregat kasar dan mencari faktor air semen
optimum.
Perencanaan campuran beton menggunakan SK SNI T-15-1990-03. Benda uji
yang digunakan dalam penelitian ini adalah silinder beton dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm dengan mutu kuat tekan 200 kg/cm2. nilai faktor air semen
divariasi 0,5; 0,6 dan 0,7. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7, 14 dan 28
hari. Benda uji yang dibuat 54 buah, yakni 27 buah untuk beton agregat kasar
pecahan genteng dan 27 buah untuk beton agregat kasar batu pecah biasa sebagai
perbandingan pada masing-masing pengujian hari dan faktor air semen.
Hasil penelitian ini memperlihatkan penggunaan pecahan genteng sebagai
pengganti agregat kasar dengan faktor air semen 0,5 pada umur 28 hari kuat tekan
sebesar 192,84 kg/cm2 mendekati kuat tekan rencana beton. Nilai optimum faktor
air semen pada penelitian ini adalah 0,5 tetapi kuat tekan masih mempunyai
kecenderungan untuk meningkat jika nilai faktor air semen lebih kecil (Sutanto,
2001)
METODE PENELITIAN Tahap Persiapan:
1. Identifikasi Masalah Menentukan topik yang menarik untuk dibahas yaitu tentang pemanfaatan
limbah bahan padat sebagai agregat kasar pada pembuatan beton normal.
2. Landasan Teori Pengumpulan literatur/ tinjauan serta jurnal-jurnal/ artikel dari internet yang
berkaitan dengan recycle agregat untuk dipakai sebagai bahan acuan.
3. Penentuan Agregat
Memilih jenis agregat yang diteliti, dilihat dari segi kemudahan pencarian
bahan material yaitu; puing-puing ubin, genteng dan batu alam andesit
kemudian dipecahkan untuk memenuhi syarat ukuran butiran agregat yaitu
maks. 40 mm.
Tahap Laboratorium:
1. Pengujian sample agregat dan pengujian di laboratorium
Pada tahap melakukan pengujian semua agregat yang akan digunakan dalam
campuran beton mengacu pada pedoman modul percobaan Teknologi Bahan
Konstruksi. karena tidak setiap agregat dapat langsung digunakan, perlu
adanya kontrol terhadap kualitas dan berbagai prilaku agar diperoleh beton
dengan mutu baik
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diambil dari pengujian beton baik pada saat proses
pengadukan/pengecoran maupun setelah beton mengeras yaitu:
Tahap Analisis 1. Analisa Kuat Tekan Beton
Analisa yang dilakukan dengan membandingkan hasil data kuat tekan beton
masing-masing jenis campuran melalui grafik sehingga kita dapat mengetahui
peningkatan yang dihasilkan pada tiap-tiap umur rencana. Dari analisa ini kita
dapat mengetahui karakteristik kualitas beton masing-masing jenis agregat
yang dipengaruhi oleh sifat dari bahan campuran agregat tersebut
2. Analisa Hubungan Penyusutan, Air Content dan Slump Test dengan Beton
yang dihasilkan
Analisa ini dilakukan dengan membandingkan nilai masing-masing data yang
didapat dengan umur rencana melalui grafik, untuk analisa Slump hanya
membandingkan nilai Slump yang didapat dengan workability. Dari analisa
ini kita dapat mengetahui pengaruh nilai masing-masing percobaan terhadap
kualitas beton yang dihasilkan. 3. Evaluasi Karakteristik Bahan
Evaluasi dilakukan terhadap bahan/material penyusun beton yaitu semen,
agregat kasar (ubin, genteng, batu alam dan kerikil), agregat halus (pasir)
dan air. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
bahan-bahan yang digunakan untuk pembentuk beton dalam penelitian ini
mempunyai nilai-nilai yang sesuai dengan standar persyaratan yang sudah
ditentukan. Syarat susunan besar butir untuk agregat halus atau pasir menurut Peraturan
Beton Bertulang Indonesia (PBI) 197 1-NI-2 adalah jika agregat halus diayak dengan
ayakan standar ISO, bagian yang tertinggal di atas ayakan 4 mm tidak kurang dari 2 persen
berat, 1 mm tidak kurang dari 10 persen berat, 0,25 mm antara 80 persen dan 95 persen,
serta memiliki kandungan lumpur < 5 %.
Sedangkan syarat-syarat susunan besar butir untuk agregat kasar atau kerikil menurut PBI
197 1-NI-2 adalah jika agregat kasar diayak dengan ayakan standar ISO, bagian yang
tertinggal di atas ayakan adalah 31,5 mm harus 0% berat, 4 mm harus berkisar antara 90%
dan 98% berat, serta memiliki kandungan lumpur < 1 % dan kandungan klorida-nya < 0,15
% (Samekto dan Candra, 2001).
Untuk semen persyaratan yang ditentukan menurut SNI adalah semen yang
diayak tertahan saringan No. 100 sama dengan 0.0% dan tertahan saringan
No. 200 maks 22%. Sedangkan persyaratan yang ditentukan oleh SNI-03-
xxxx-2002 untuk air adalah pH air antara 4,5 sampai 8,5, untuk kadar bahan
padat dalam air maks. 2000 ppm, kadar tersuspensi dalam air maks. 2000
ppm, kadar organik maks. 2000 ppm (Mindness and Young, 1981).
4. Analisa Keruntuhan
Analisa dilakukan dengan melihat secara visual jenis keruntuhan yang terjadi
pada saat pengujian kuat tekan. Dari analisa ini kita dapat mengetahui jenis
keruntuhan dan kualitas bahan campuran.
DATA HASIL PENELITIAN Setelah melakukan perhitungan mix design, lalu dilakukan pencampuran bahan-
bahan penyusun beton dengan menggunakan concrete mixer, kemudian sebelum
beton mengeras dan dimasukkan kedalam cetakan juga dilakukan pengujian.
Pengujian yang dilakukan diantaranya air content test, slump test dan setelah
pembuatan benda uji dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengujian pada benda uji yang telah dibuat. Dalam hal ini pengujian yang
dilakukan adalah mencari nilai kuat tekannya dengan cara memberikan
tekanan (stress) pada beton keras sesuai dengan umur rencana yang telah
ditentukan kemudian dilakukan juga pengukuran terhadap penyusutan yang
terjadi akibat pembebanan pada permukaan benda uji beton.
Data Slump Test dan Air Content Test Dalam penelitian ini dilakukan pula pengujian nilai slump test dan air content test,
pengujian nilai slump test dimaksudkan untuk mengetahui nilai kekentalan adukan
yang akan berpengaruh pada kemudahan dalam pengerjaan (workability) dan
pengujian air content test dimaksudkan untuk mengetahui nilai persentase
kandungan udara yang terdapat dalam beton segar. Adapun hasil dari kedua
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Nilai Slump Test dan Air Content Test
Jenis Agregat Mix Design Volume
Slump Test Air Content Test Slump Test Air Content Test
Pecahan Ubin 35 mm 2,3 % 45 mm 2,0 %
Pecahan Genteng 45 mm 2,0 % 55 mm 1,9 % Pecahan Batu
Andesit
Alam 40 mm 1,6 % 40 mm 1,4 %
Pecahan Kerikil 40 mm 1,7 % 40 mm 1,7 % Sumber: Hasil pengujian
Data Kuat Tekan Beton Kubus Dalam penelitian ini digunakan benda uji berbentuk kubus 15x15x15 cm dengan
umur rencana 7, 14, dan 28 hari, setelah itu dicari berat kering dan nilai kuat
tekan dari masing-masing kubus beton. Hasil penelitian kuat tekan kubus beton
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2 Data Kuat Tekan Campuran Volume
Benda
Uji
Berat beton (Gram) Beban (KN) Kuat Tekan (Kg/cm2)
7 hari 14 hari 21 hari 7 hari 14 hari 21 hari 7 hari 14 hari 21 hari
Pecahan
Ubin
7043 7129 7340 250 310 330 111,11 137,78 146,67
7105 7264 7260 270 320 335 120 142,22 148,89
7118 7052 7334 275 270* 320 122,22 120* 142,22
Pecahan
Genteng
6793 6856 6985 290 350 300* 128,89 155,56 133,33*
6687 6859 6940 285 345 360 126,67 153,33 160
6890 6825 6840 275 375 385 122,22 166,67 171,11
Pecahan
Batu
alam
7493 7973 8029 415 495 510 184,44 220 226,67
7853 8018 7901 330* 510 530 146,67* 226,67 235,56
7952 7866 7978 435 480 505 193,33 213,33 224,44
Pecahan
Kerikil
7662 7596 7770 370 505 495 164,44 224,44 220
7729 7859 7718 380 480 490 168,88 213,33 217,78
7615 7729 7790 370 475 505 164,44 211,11 224,44
Sumber: Hasil pengujian
Ket * : Dianggap sebagai invalid data
Tabel 3 Data Kuat Tekan Campuran Mix Design
Benda
Uji
Berat beton (Gram) Beban (KN) Kuat Tekan (Kg/cm2)
7 hari 14 hari 28 hari 7 hari 14 hari 28 hari 7 hari 14 hari 28 hari
Pecahan
Ubin
7341 7383 7522 190 245 215* 84,44 108,89 95,56*
7410 7569 7496 182 400* 255 80,89 177,78* 113,33
7325 7432 7515 192 240 260 85,33 106,67 115,56
Pecahan
Genteng
6953 6920 7155 210 325 350 93,33 144,44 155,56
6821 6895 7098 250 250 320 111,11 111,11 142,22
6750 6983 6976 260 290 270 115,56 128,89 120,00
Pecahan
Batu
alam
8152 8074 8337 340 355 340* 151,11 157,78 151,11*
7875 8121 7981 373 265* 440 165,78 117,78* 195,56
7967 7836 8240 365 360 415 144,44 160,00 184,44
Sumber: Hasil pengujian
Ket * : Dianggap sebagai invalid data
Tabel 4 Kuat Tekan Rata-Rata Campuran Volume
Umur
Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar (kg/cm2)
Pecahan
Ubin
Pecahan Genteng Pecahan Batu alam andesit Kerikil
7 117,78 125,93 188,89 165,92
14 140 158,52 220 216,29
21 145,93 165,56 228,89 220,74 Sumber: Perhitungan
Tabel 5 Kuat Tekan Rata-Rata Campuran Mix Design
Umur Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar (kg/cm
2)
Pecahan Ubin Pecahan Genteng Pecahan Batu alam andesit Kerikil
7 83,55 106,67 153,78 165,92
14 107,78 128,15 158,89 216,29
28 114,45 139,26 190,00 232,44* Sumber: Perhitungan
Ket* : hasil konversi pada umur 21 hari.
Tabel 6 Konversi Kuat Tekan Rata-Rata ke Umur 28 hari
Umur Pecahan Ubin Pecahan Genteng Pecahan Batu Alam Kerikil
M V M V M V M/V
7→ 28 128,50 181,15 164,06 193,68 236,53 290,51 255,18
14→ 28 122,44 159,04 145,58 180,08 180,50 249,92 245,71
21→ 28 - 153,66 - 174,33 - 241,02 232,44 Sumber: Perhitungan
Ket* : untuk perbandingan mix design tidak dikonversi, karena sudah ada hasil
pengujian pada umur 28 hari.
M : Mix Design V : Volume
Tabel 7 Faktor Pengali Nilai Konversi ke 28 Hari
Umur Beton 7 hari 14 hari 21 hari
Ke Umur 28 Hari 1,538 1,136 1,053 Sumber: PBI 71
Data Penyusutan
Dalam penelitian ini dilakukan juga pengukuran tinggi penurunan benda uji
kubus beton setelah melalui pengujian kuat tekan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong, hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
penyusutan yang terjadi pada beton keras. Adapun hasil pengujian tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 8 Data Penyusutan Campuran Volume
Benda Uji Penyusutan (mm)
7 hari 14 hari 21 hari
Pecahan Ubin
0,9 1,1 1,7
1,1 1,4 1,5
0,8 1,4 1,4
Pecahan Genteng
0,5 1,2 1,3
1,7 1,5 1,4
1 0,9 1,5
Pecahan Batu
Alam Andesit
0,5 1,1 1,1
0,5 0,7 1
0,6 1 1,5
Kerikil
0,9 1 1,2
0,7 0,9 1,4
1 0,8 1,3 Sumber: Hasil pengujian
Tabel 9 Data Penyusutan Campuran Mix Design
Benda Uji Penyusutan (mm)
7 hari 14 hari 28 hari
Pecahan Ubin
1,1 1,8 1,7
1,9 1,8 1,5
1,4 1,3 2
Pecahan Genteng
0,5 1,5 2
0,5 1,5 1,5
1,5 1,7 1,3
Pecahan Batu Alam
Andesit
0,9 1,3 1,2
0,6 1,1 1,5
1,1 1,5 1,7 Sumber: Hasil pengujian
Grafik 1 Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar Perbandingan
Mix Design
Tabel 10 Data Penyusutan Rata-rata Campuran Volume
Benda Uji Penyusutan Rata-Rata (mm)
7 Hari 14 Hari 21 Hari
Pecahan Ubin 0,93 1,3 1,53
Pecahan Genteng 1,07 1,2 1,4
Pecahan Batu alam andesit 0,53 0,93 1,2
Kerikil 0,87 0,9 1,3 Sumber: Perhitungan
Tabel 11 Data Penyusutan Rata-rata Campuran Mix Design
Benda Uji Penyusutan Rata-Rata (mm)
7 Hari 14 Hari 28 Hari
Pecahan Ubin 1,47 1,63 1,8
Pecahan Genteng 0,83 1,57 1,6
Pecahan Batu alam andesit 0,87 1,3 1,47
Sumber: Perhitungan
PEMBAHASAN Analisa Kuat Tekan Setelah melakukan pengujian beton masing-masing jenis agregat dan
mendapatkan hasil kuat tekan, maka kita dapat melakukan analisa.Dapat kita lihat
kuat tekan yang terjadi pada masing-masing jenis agregat kasar pada baik
perbandingan volume maupun perbandingan mix design terjadi peningkatan untuk
semua jenis agregat. Terlihat beton campuran kerikil memiliki kuat tekan paling
besar untuk perbandingan mix design, namun untuk perbandingan volume beton
batu alam andesit yang memiliki kuat tekan paling besar. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
250
225
200
175
150
125
100
25
75
50
0
0 7 1 4 28 Umur ( ha r i )
0
Pe ca ha n Ubi n Pe ca ha n G e nt e ng
P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t Ke r ik i l
106,67
153,78
165,92
83,55
158,89
128,15
216,29
107,78
232,44
139,26
114,45
190
Grafik 2 Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar Perbandingan
Volume
Konversi Kuat Tekan Rata-rata Beton Perbandingan Volume ke Umur 28
Hari
Untuk mendapatkan kuat tekan rencana pada umur 28 hari maka dilakukan
konversi kuat tekan rata-rata ke umur 28 hari. Fenomena yang terjadi adalah
semakin menurunnya nilai kuat tekan konversi yang dihasilkan. Hal ini
menunjukan bahwa peningkatan kuat tekan cukup besar pada umur 7 hari, namun
semakin lama semakin melambat atau menurun sampai pada umur 28 hari. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 3 Kuat Tekan Rata-Rata Beton Perbandingan Volume Konversi ke
28 hari Tiap Jenis Agregat Kasar
Pengaruh Jenis Agregat Kasar Untuk Masing-Masing Umur Rencana
terhadap Kuat Tekan Beton
Pengaruh kuat tekan dari masing-masing jenis agregat kasar untuk masing-masing
umur rencana dapat dilihat pada grafik 1, 2 dan 3 Bisa kita lihat pada agregat
250
225
200
175
150
125
100
25
75
50
0
0 7 1 4 21 U m u r ( h a r i )
00
P e c a h a n U b i n P e c a h a n G e n t e n g
P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t K e r i k i l
125,93
188,89
165,92
117,78
220
158,52
216,29
140
228,89
220,74
165,56
145,93
300
275
250
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
0 7 U m u r ( h a r i ) 21 14
290,51
249,92
255,18
193,68
245,71 241,
2 3 2 , 4
180,08 1 7 4 , 3
181,15
159,04 153,
0
4
02
66
P e c a h a n U b i n P e c a h a n G e n t e n g
P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t K e r i k i l
pecahan ubin kuat tekan yang didapat relatif kecil dibanding dengan agregat
lainnya. Kuat tekan yang relatif kecil dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain
tekstur permukaan yang licin dapat mempengaruhi daya ikat dengan pasta semen
sehingga dapat mengurangi kuat tekan beton, karena faktor kekasaran permukaan
agregat dapat menambah kekuatan tarik maupun kekuatan lentur beton. Hal ini
disebabkan karena adanya tambahan gesekan antara pasta semen dan permukaan
butir-butir agregat. Kemudian bentuknya yang pipih juga ikut mempengaruhi
gradasi sehingga mempengaruhi kepadatan beton.
Pada agregat pecahan genteng terlihat kuat tekan yang dihasilkan lebih besar
daripada agregat pecahan ubin namun lebih kecil dari agregat batu alam dan
kerikil. Kita lihat disini tekstur pecahan genteng lebih baik dari pada ubin
walaupun ada sisi yang halus dengan gradasi sudah baik dengan bentuk butiran
yang bervariasi, walaupun begitu kita lihat bahan dasar genteng adalah tanah
sehingga jelas dapat mengurangi kuat tekan beton.
Pada agregat pecahan batu alam andesit terlihat kuat tekan yang dihasilkan
ternyata dapat melebihi kerikil untuk perbandingan volume besar. Hal ini
disebabkan dari beberapa faktor antara lain dari tekstur permukaan yang kasar,
kemudian pada saat penimbanganan kubus beton lebih berat daripada kubus beton
dengan campuran agregat lainnya, terlihat bahwa beton dengan agregat pecahan
batu alam andesit lebih padat daripada yang lainnya karena susunan beton yang
padat dapat menghasilkan beton dengan kekuatan yang besar.
Secara umum dapat dilihat dari 2 perbandingan yang digunakan menghasilkan
kuat tekan yang bervariatif kemudian adanya perbedaan hasil kuat tekan pada
masing-masing umur dari masing-masing jenis agregat kasar, hal ini
membuktikan bahwa setiap agregat kasar mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda yang pastinya akan berpengaruh terhadap kualitas, workability, keawetan
dan yang terpenting adalah daya dukung atau kuat tekan dari beton yang
dihasilkan.
Hubungan Penyusutan Dengan Nilai Air Content Test.
Beton campuran pecahan ubin ternyata mempunyai penyusutan paling
besar diantara yang lainnya begitu juga dengan nilai air content. Fenomena ini
menunjukan semakin meningkatnya nilai air content maka penyusutan yang
terjadi semakin besar dan juga semakin besar kandungan udara dalam beton akan
menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini:
Grafik 4 Hubungan Penyusutan dengan Nilai Air Content Test Campuran
beton perbandingan Mix design
Grafik 5 Hubungan Penyusutan dengan Nilai Air Content Test Campuran
beton perbandingan Volume
Hubungan Berat Beton Dengan Umur rencana
Untuk hubungan berat beton dan umur rencana dapat dilihat bahwa berat
beton semakin meningkat seiring dengan peningkatan umur beton.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
1,8
1,63 1,6
1,47
1,57 1,47
0,8
1,3
7
0,83
`
0 7 14 28
Umur (ha r i )
P e c a h a n U b i n ( 2 , 3 % ) P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t ( 1 , 6 % )
P e c a h a n G e n t e n g ( 2 , 0 % )
2
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0,8
0,6
0,4
0,2
1,8
1,6
1,4
1,2
2
1
0 0
P e c a h a n U b i n ( 2 , 0 % ) P e c a h a n G e n t e n g ( 1 , 9 % ) P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t ( 1 , 4 % ) K e r i k i l ( 1 , 7 % )
0 7 14 21 U m u r ( h a r i )
0 , 9 3
1,07
0 , 8 7
0 , 5 3
`
1,3
1,2
0,9
0 , 9 3
1,53
1 ,4
1,2
1,3
Grafik 6 Hubungan Berat beton dengan Kuat Tekan Campuran Mix Design
Grafik 7 Hubungan Berat beton dengan Kuat Tekan Campuran Volume
Evaluasi Bahan Penyusun Beton
Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian adalah puing-puing sisa
bongkaran bangunan atau yang biasa disebut dengan limbah konstruksi. Limbah
konstruksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubin, genteng dan batu
alam andesit kemudian digunakan kerikil sebagai perbandingan. ubin, genteng
dan batu alam ande sit pertama-tama dipecahkan untuk dapat digunakan sebagai
campuran beton dengan syarat ukuran maksimum 40 mm. Untuk kadar lumpur
pecahan ubin sebesar 0 %, pecahan genteng sebesar 0,49 %, pecahan batu alam
8250
8000
7750
7500
7250
7000
6750
6500
6250
6000
7998 8010,33 7969
7461,33 75
7178 6932,67 7076
6841,33
0 7 14 21
Umur (hari)
Kuat Tekan Pecahan Ubin Genteng batu alam
,33
11
,33
8250
8000
7750
7500
7250
7000
6750
6500
6250
6000
Kuat Tekan Pecahan Ubin Genteng batu alam Kerikil
0 7 14 21
Umur (hari)
7766
6790
71 78
7 668,67
6846,67
71 48,33
7952,33
7728
6921,67
7969,33
7759,33
7311,33
andesit sebesar 0 %, kerikil 0,59 %, dari semua agregat sudah memenuhi syarat
kadar lumpur maksimum 1 % (data terlampir). Untuk keausan/pelapukan agregat
akibat pengaruh cuaca dan iklim dengan percobaan Soundness Test pecahan ubin
sebesar 0,12 %, pecahan genteng sebesar 0,19 %, pecahan batu alam andesit
sebesar 0,67 %, kerikil 1,11 %, masing- masing agregat telah memenuhi syarat
bagian yang hancur atau hilang maksimum 12 % (data terlampir). Untuk Abration
Test bagian yang hancur masing-masing pecahan ubin sebesar 26,9 %, pecahan
genteng 35,76 %, pecahan batu alam andesit 22,92 % dan kerikil 20,1 % sudah
memenuhi syarat mutu kekuatan agregat untuk beton K 225 maksimal 40 % (data
terlampir).
Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan dalam penelitian mempunyai bentuk butiran yang
berwarna agak kuning ini berasal dari daerah Cilengsi, Jawa Barat yang pada
umumnya banyak di jual di toko bahan bangunan. Untuk kadar lumpur sebesar
3,54 % telah memenuhi syarat maksimum 5% (data terlampir).
Semen
Evaluasi untuk penelitian semen yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai
berikut :
- Tertahan saringan No. 100 : 0,0 %
- Tertahan saringan No. 200 : 9,54 %
- Jenis semen : Portland Cement tipe I Tiga Roda
Sedangkan persyaratan yang ditentukan menurut SNI adalah :
- Tertahan saringan No. 100 : 0.0%
- Tertahan saringan No. 200 : Maks 22% Dari evaluasi hasil yang telah diperoleh dari penelitian semen ini, semen
dinyatakan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan dapat digunakan
sebagai bahan penyusun beton.
Air Evaluasi hasil penelitian air yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai
berikut :
- pH air : 8
- Kadar bahan padat dalam air : 1000 ppm
- Kadar tersuspensi dalam air : 100 ppm
- Kadar organik : 1500 ppm
Sedangkan persyaratan yang ditentukan oleh SNI adalah :
- pH air : 4,5 – 8,5
- Kadar bahan padat dalam air : Maks. 2000 ppm
- Kadar tersuspensi dalam air : Maks. 2000 ppm - Kadar organik : Maks. 2000 ppm Dari evaluasi hasil yang telah diperoleh dari penelitian air ini, air dinyatakan
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan dapat digunakan sebagai bahan
penyusun beton.
Analisa Keruntuhan Jenis retakan atau runtuhan yang terjadi sama untuk semua jenis agregat pada saat
pengujian kuat tekan beton dengan mesin hidrolik. Jenis runtuhan yang terjadi
memanjang arah horizontal dari atas kebawah atau sebaliknya. Runtuhan yang
terjadi hanya menghancurkan pasta semen sebagai pengikat namun tidak
menghancurkan agregat kasar sebagai 70 % lebih pengisi campuran beton. Hal ini
menunjukan bahwa pecahan ubin, genteng dan batu alam andesit serta kerikil
adalah bahan material yang kuat, karena kekerasan atau kekuatan butir-butir
agregat tergantung dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antara butir
satu dengan lainnya (Mulyono, 2003).
Gambar 1 Keruntuhan tekan kubus beton Gambar 2 Runtuhan kubus beton Sumber: (Tumilaar, 1999)
Gambar 3 Runtuhan kubus beton Gambar 4 Runtuhan kubus beton Kerikil
Gambar 5 Runtuhan kubus beton Batu alam
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Beton campuran agregat kerikil dan pecahan batu alam andesit mencapai kuat
tekan karakteristik yang diisyaratkan yaitu 225 kg! cm2. Beton dengan
campuran pecahan ubin dan pecahan genteng tidak mencapai kuat tekan
karakteristik yang telah di isyaratkan. Untuk kontribusi ke masyarakat
pecahan ubin dan genteng dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi bawah
atau base course untuk pembangunan jalan lingkungan.
2. Dari 2 (dua) perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan volume dan
perbandingan mix design, ternyata kuat tekan yang dihasilkan lebih besar
perbandingan volume untuk pembuatan beton normal.
3. Hubungan air content dan penyusutan Nilai yang didapat rata-rata tidak terlalu
besar karena semakin meningkatnya nilai air content maka penyusutan yang
terjadi semakin besar dan juga semakin besar kandungan udara dalam beton
akan menciptakan pori-pori atau rongga udara yang besar pula sehingga
menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang.
4. Untuk hubungan berat beton terhadap umur, semakin lama umur beton maka
berat beton semakin meningkat pula hal ini dipengaruhi oleh perawatan beton
setelah dicetak. Semakin lama beton tersebut direndam dalam air maka
semakin optimal penyerapan air oleh semen selama proses hidrasi!pengerasan
berlangsung.
5. Dari analisa keruntuhan ke-4 jenis campuran beton sudah menunjukan
keruntuhan tekan kubus yang baik dan tidak menghancurkan agregat namun
hanya menghancurkan pasta sebagai bahan pengikat, maka jenis agregat
cukup aman untuk digunakan sebagai campuran beton.
Saran 1. Untuk mendapatkan hasil kuat tekan yang lebih besar lagi, pada penelitian
selanjutnya diharapkan menggunakan pasir yang lebih halus lagi kemudian
pecahan agregat diperhalus! diperkecil lagi untuk mendapatkan gradasi butiran
yang lebih baik lagi.
2. Dalam proses pemadatan agar diperhatikan lagi agar nilai air content yang
didapat semakin kecil sehingga mengurangi rongga udara pada beton yang
dapat menambah kekuatan beton.
DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum., Tata Cara Pembuatan Beton Normal, SK SNI
T-15-1990-03
2. Departemen Pekerjaan Umum., Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji Beton di Laboratorium, SK SNI M-62- 1990-03
3. Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, N.I – 2
- 1971
4. Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi., Diktat Praktikum Beton Teknik
Sipil, Universitas Gunadarma 2003
5. Dipohusodo, Istimawan., Struktur Beton Bertulang, SK SNI T-15-1991-03
Departemen Pekerjaan Umum RI
6. Pramono, Didiek; Suryadi HS., Bahan Konstruksi Teknik, Penerbit Universitas
Gunadarma, Jakarta, 1998
7. Tumilaar, Steffie, Pengendalian Mutu Pelaksanaan Beton Struktrur, Diklat
pelatihan PT. Total Bangun Persada, 1999
8. Mulyono, Tri, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003
9. Rahmadiyanto, Candra; Samekto, Wuryati., Teknologi Beton, Penerbit
Kanisius, Jakarta, 2001
top related