relevansi perencanaan pembelajaran pendidikan agama islam...
Post on 27-Oct-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
RELEVANSI PERENCANAAN PEMBELAJARANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DENGAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI MADRASAHIBTIDAIYAH (MI) NURUL HIDAYAH PALEMBANG
TesisDiajukan untuk melengkapi salah satu syarat Guna memperoleh gelar Magister
Pendidikan Islam (M.Pd.I) Dalam Program Studi Ilmu Pendidikan Islam KonsentrasiManajemen Pendidikan Islam
Oleh:
RUSMAWATINIM. 090103022
PROGRAM PASCASARJANAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH
PALEMBANG2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menjadi guru merupakan pilihan prestasi yang mulia. Karena itu merupakan kewajiban
guru juga kepala sekolah dan pengawas sekolah untuk menjaga kemuliaan profesinya
dengan cara melaksanakan pengabdiannya secara profesional.
Guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah mempunyai tugas utama
merancang, menyajikan, dan mengevaluasi bahan ajar yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekolahnya. Hal itu bertujuan agar peserta didik memperoleh hasil belajar
yang optimal. Oleh karena itu, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah harus
menguasai dan mengembangkan ketiga ranah profesi tersebut sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Zainal Elham (2007:5) menyebutkan apabila tujuan utama guru, kepala sekolah,
dan pengawas sekolah tersebut dilaksanakan secara profesional, Insya-Allah
pembelajaran dan pendidikan di sekolah akan menuai hasil yang maksimal, sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional (UU RI Nomor 20 Tahun 2003), dan kedudukan
guru sebagai tenaga profesional (UU RI Nomor 14 Tahun 2005).
Kebijakan Pembangunan Lima Tahun Ketujuh, khususnya tentang pendidikan,
dinyatakan Hadirja Paraba (1999:3-4) bahwa : ”Pembangunan pendidikan diarahkan
untuk meningkatkan kualitas peserta didik sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
pembangunan yang berwawasan budaya dan lingkungan melalui penataan dan
pengelolaan evaluasi serta pengawasan dan pengendaliannya pada semua jalur, jenis dan
jenjang pendidikan dengan meningkatkan kualitas seluruh komponen pendidikan,
terutama tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana...”.
2
Guru merupakan tokoh sentral dalam proses pendidikan merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru
harus memiliki kompetensi guna mendukung pelaksanaan tugas kependidikannya,
dalam hal ini diungkapkan Djaali (2007:1) bahwa ”guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan menengah”.
Madrasah sebagai salah satu entitas pendidikan di Indonesia, mau tak mau harus
mengikuti perkembangan pendidikan dewasa ini. Berbeda dari lembaga pendidikan
umum yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, keberadaan madrasah
secara struktural berada di bawah Kementerian Agama, meski madrasah memiliki
karakteristik dan struktur seperti sekolah umum. Keberadaan madrasah di bawah
Kementerian Agama cukup berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangannya.
Pengaruh itu akan tampak jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum di
lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
Madrasah pada dasarnya adalah suatu lembaga pendidikan yang memberikan
pendidikan ganda, karena lembaga pendidikan ini memberikan pendidikan agama dan
umum.
Sebagai lembaga pendidikan yang di dalamnya memasukkan unsur-unsur studi
pendidikan agama yang lebih luas dibanding dengan sekolah umum, maka perlu adanya
pembenahan yang lebih mantap, agar bidang studi agama tersebut dapat diserap oleh
anak didiknya dengan mudah, karena anak didik berpegang teguh pada ukuran, norma
atau nilai yang diyakini merupakan sesuatu yang baik.
Pendidik sebagai fasilitator harus berusaha menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran yang meningkatkan
3
kemampuan siswa untuk menyimak ataupun menyerap pelajaran sehingga menguasai
tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Sementara itu pengertian belajar di dalam Slameto (1991:2) adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungan.
Perilaku belajar siswa dapat dibentuk secara optimal melalui beberapa faktor,
dimana faktor-faktor tersebut bisa berupa lingkungan sekolah, masyarakat, motivasi dan
persiapan mengajar. Dari faktor-faktor tersebut menurut hemat penulis perencanaan
pengajaranlah yang secara efektif dapat membentuk perilaku belajar siswa.
Keberhasilan kegiatan belajar sangat ditentukan oleh adanya suatu perencanaan
pembelajaran. Dengan begitu pendidikan dalam proses belajar mengajar harus
mempunyai kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam
melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar pada khususnya. Mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak
didik dan bahan pengajaran yang menyebabkan terjadinya proses belajar. Aktivitas
pengajaran adalah suatu hal yang berkaitan erat dengan upaya mengubah,
mengembangkan dan mendewasakan anak didik. Dalam konsep tersebut tersirat bahwa
peran seorang pendidik adalah pemimpin belajar.
Dalam proses belajar mengajar menggambarkan adanya satu kesatuan yang tidak
terpisahkan antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar, antara kedua
kegiatan ini terjadi interaksi yang sangat menunjang.
Proses belajar mengajar menurut Usman Uzer (1992:1-3) bahwa dalam satu kali
proses mengajar, yang pertama kali dilakukan adalah merumuskan tujuan yang akan
dicapai, setelah itu langkah berikutnya adalah menentukan materi pelajaran yang sesuai
dengan materi pelajaran tersebut. Selanjutnya menentukan metode belajar yang akan
4
digunakan dan dijabarkan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang merupakan
wahana pengembangan materi pelajaran sehingga dapat diterima dan menjadi milik
siswa. Kemudian menentukan alat peraga pengajaran yang dapat digunakan untuk
memperjelas dan mempermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa serta dapat
menunjang tercapainya tujuan tersebut, langkah yang terakhir adalah menentukan alat
evaluasi yang dapat mengukur tercapai tidaknya tujuan yang hasilnya dapat dijadikan
sebagai umpan balik (feed back) guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya
maupun kuantitas belajar siswa.
Perencanaan pembelajaran merupakan tahapan penting yang harus dilakukan
guru sebelum mereka melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, ia harus
dikerjakan secara sungguh-sungguh dan bukan hanya untuk memenuhi syarat
administrasi akademik atau sekedar menyenangkan pengawas.
Mengingat perencanaan pembelajaran merupakan tahapan penting menuju
terlaksananya pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran, ia perlu dipersiapkan
dengan baik. Selain itu, sebagai bagian dari dokumen KTSP, Silabus dan RPP perlu
dipersiapkan secara cermat agar dapat dijadikan acuan pembelajaran dan bukan sekedar
“dokumen mati” kelengkapan KTSP di sekolah.
Para ahli pendidikan meyakini bahwa rendahnya produktivitas pendidikan di
Indonesia, ditandai dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
dihasilkan oleh pendidikan. Dalam permasalahan tersebut guru acap kali dituding
sebagai salah satu sumber utama, buruknya kinerja guru kerap dijadikan penyebab
utama rendahnya produktivitas pendidikan tersebut
Menurut Sukmadinata (1997:191) faktor dominan mempengaruhi mutu
pendidikan karena kurang profesionalnya guru yang berdampak pada kinerja guru.
Karena pendidikan pada dasarnya adalah berintikan interaksi antara pendidik dan
5
peserta didik, dan dalam interaksi tersebut pendidik (guru) memegang peranan kunci
bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan.
Sedangkan menurut Djati Sidi (2001:37) yang mengatakan bahwa berdasarkan
sejumlah penelitian pendidikan, diyakini guru sebagai salah satu faktor dominan yang
menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan proses transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki. Oleh sebab itu madrasah yang termasuk salah satu lembaga
pendidikan juga harus mampu memenuhi kebutuhan sumber daya manusia baik jumlah
maupun kualitas dengan meningkatkan sumber daya pendidikan untuk memasok
kebutuhan sumber daya manusia sesuai dengan permintaan dan meningkatkan proses
pendidikan setempat dengan mengembangkan unsur-unsur pokok dan penunjang yang
diperlukan. Menurut Azizy (2003:81) peningkatan kualitas pembelajaran perlu
menggunakan strategi-strategi yang dapat diterapkan pada masing-masing lembaga
dengan memperhatikan karakteristik lembaga. Dengan sumber daya manusia yang
berkualitas, diharapkan lembaga pendidikan akan menjadi lembaga yang mampu
menghadapi tantangan masa depan dengan efektif. Salah satu strategi peningkatan mutu
pendidikan ini adalah dengan penguatan pada lembaga-lembaga pendidikan yang hal ini
berupa fungsi perencanaan pembelajaran. Melalui ini diharapkan pengelolaan
pembelajaran akan menjadi lebih baik dan berkualitas karena pada tingkat tersebut
menunjukkan bahwa kesiapan guru dalam mengajar akan lebih baik terarah dan menjadi
pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Mulyana (2007:32) meyebutkan penyelenggaraan program sertifikasi guru layak
diapresiasi sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidik yang pada akhirnya akan
bermuara pada peningkatan mutu pendidikan. Melalui program sertifikasi ini,
tampaknya pemerintah akan melakukan perubahan sistem pengelolaan kualitas guru ke
6
arah yang lebih sistemik dari apa yang telah dilakukan sebelumnya. Di samping itu,
konsekuensi bagi guru yang berhasil mendapatkan sertifikat guru yang berupa kenaikan
tunjangan profesi guru sebesar satu kali gaji pokok dinilai akan berdampak signifikan
terhadap tingkat kesejahteraan guru negeri dan swasta di Indonesia.
Namun sangat disayangkan, program yang sangat bagus ini ternyata belum
berjalan maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Di dalam Kompas (13 November
2009) menyebutkan bahwa program sertifikasi yang sejatinya adalah untuk
meningkatkan kompetensi sekaligus kesejahteraan guru, ternyata tidak berjalan dengan
baik. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa motivasi para guru dalam mengikuti
program sertifikasi umumnya terkait dengan aspek finansial, yaitu segera mendapatkan
tunjangan profesi. Dalam konteks ini, tujuan utama sertifikasi untuk mewujudkan
kompetensi guru tampaknya masih disikapi sebatas wacana.
Realitas yang sama ditemukan dalam survei yang dilaksanakan oleh Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) dalam Jawa Pos (7 Oktober 2009) mengenai dampak
sertifikasi terhadap kinerja guru. Menurut survei itu, kinerja guru yang sudah lolos
sertifikasi belum memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan guru-guru
di berbagai jenjang pendidikan yang belum lolos sertifikasi, dengan harapan segera lolos
sertifikasi berikut memperoleh uang tunjangan profesi.
Memang harus diakui bahwa banyak kendala yang ditemukan dalam
menjalankan program sertifikasi guru ini. Salah satu kendala yang dinilai sangat penting
adalah terkait dengan manajemen penyelenggaraan sertifikasi itu sendiri.
Berdasarkan informasi dan pengamatan terbatas yang diperoleh dari para guru
peserta uji sertifikasi, ditemukan masih adanya kejanggalan menyangkut tingkat
keshahihan hubungan bukti fisik dengan realitas kesejarahan dan kinerja guru (Siahaan
& Martiningsih, 2008). Akibatnya, seorang guru yang belum layak mendapat sertifikasi
7
bisa dengan mudah mendapatkan sertifikat, dan sebaliknya seorang guru yang sudah
layak mendapat sertifikasi malah tidak lolos dan tidak berhasil pada uji sertikasi.
Berdasarkan hasil evaluasi tim assesor pada dokumen portofolio yang selama
ini berjalan, masih sangat banyak kelemahan yang ditemukan pada guru terutama karena
adanya komponen yang dikosongkan ketika mereka mengisi formulir portofolio
tersebut. Komponen-komponen yang paling banyak dikosongkan di antaranya adalah
komponen prestasi akademik, karya pengembangan profesi, dan keikutsertaan dalam
forum ilmiah (Sudrajat, 2008). Apabila ditelaah secara seksama, dapat diasumsikan
bahwa guru yang mengosongkan ketiga komponen tersebut adalah mereka yang kurang
inovatif dan kreatif dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik. Salah
satu faktor yang melatarbelakangi hal ini adalah ketidakmampuan mereka dalam
menguasai kiat-kiat memecahkan masalah secara ilmiah dan belum memiliki
kemampuan menulis karya ilmiah yang baik.
Melalui uraian yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun
program sertifikasi guru sangat baik dan ideal, namun belumlah cukup sebagai upaya
mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru. Kenyataan menunjukkan bahwa
meski dinyatakan lulus sertifikasi dan telah menerima tunjangan profesi, bukan berarti
guru telah memiliki kompetensi sebagaimana yang diharapkan. Dalam konteks itu,
masih diperlukan upaya-upaya sistematis, sinergis dan berkesinambungan untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru.
Menurut Hadirja Paraba (1999:107-108) bahwa berapapun besar dan tingginya
volume dan frekuensi pembinaan yang dilakukan oleh berbagai instansi yang
berwenang, pada akhirnya terpulang kepada guru yang bersangkutan. Artinya maukah
guru membina dan mengembangkan dirinya sendiri atau tidak. Kalau ada kemauan yang
keras maka sukses akan menanti. Sebaliknya, bila tidak, maka pembinaan yang
diberikan bagaikan menulis di air.
8
Dalam memilih serta merumuskan judul “ Relevansi Perencanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan Pelaksanaan Pembelajaran di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Nurul Hidayah Palembang” adalah berdasarkan pertimbangan dan
alasan sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran adalah salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
belajar mengajar.
2. Dengan adanya perencanaan pembelajaran yang baik dan matang, maka sudah
barang tentu perilaku belajar siswa akan berkembang dengan baik, artinya
apabila perencanaan dikemas dengan baik dan matang, maka siswa akan aktif.
3. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar tidak dapat diraih secara kebetulan
namun semuanya tidak lepas dari proses perencanaan.
Dari ketiga hal tersebut di atas, kemudian penulis tertarik untuk meneliti dan
membuktikan kebenarannya di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Palembang. Dalam
perkembangan sejarah madrasah menuju kondisi yang lebih baik atau berkualitas,
seperti dikatakan Nata (2001:185) bahwa madrasah perlu memiliki tiga kekuatan secara
seimbang, yaitu, Pertama, kekuatan dalam bidang sumber daya manusia (SDM) mulai
dari tenaga pendidiknya yang unggul, pengelolaannya yang profesional dan tenaga
peneliti serta pengembangannya yang andal. Kedua, kekuatan dalam bidang fungsi dan
kinerja yang didukung oleh peralatan teknologi canggih sehingga dapat mendukung
efisiensi dan ekselerasi. Ketiga, kekuatan dalam bidang dana bersumber dari kekuatan
madrasah itu sendiri.
Perencanaan adalah tindakan awal untuk melaksanakan pembelajaran. Melalui
perencanaan akan menentukan tujuan dan menetapkan metode yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Uno (1998:2), perencanaan pembelajaran pada
hakikatnya adalah perancangan upaya untuk membelajarkan pesera didik. Pembelajaran
memusatkan perhatian pada ”bagaimana membelajarkan peserta didik”, dan bukan pada
9
”apa yang dipelajari peserta didik”. Perencanaan pembelajaran secara umum diperlukan
agar perbaikan pembelajaran dapat dicapai.
Upaya perbaikan itu, menurut Uno (2006:2-6), dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut: Pertama, memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan
yang disiapkan melalui desain pembelajaran; Kedua, merancang kegiatan pembelajaran
memerlukan pendekatan sistem, perencanaan desain pembelajaran diarahkan kepada
bagaimana peserta didik belajar; Ketiga, desain pembelajaran diacukan kepada peserta
didik secara perorangan; Keempat, perencanaan pembelajaran dilakukan untuk
mencapai tujuan langsung dan tujuan pengiring dalam pembelajaran; Kelima, sasaran
akhir perencanaan pembelajaran adalah agar peserta didik dengan mudah untuk belajar;
Keenam, perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
dimana inti desain pembelajaran adalah metode pembelajaran yang optimal untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan dipandang penting dan dibutuhkan bagi suatu organisasi, termasuk
organisasi pembelajaran, antara lain karena hal-hal sebagai berikut :
1. Melalui perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan
pembelajaran.
2. Dengan perencanaan, dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam
masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraaan ini menyangkut potensi-potensi
dan prospek-prospek serta hambatan dan resiko yang akan ditemui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang
cara yang terbaik atau kesempatan memilih kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.
5. Dengan perencanaan akan ada suatu alat atau standar untuk mengadakan
pengawasan atau evaluasi kinerja (Udin dan Abin 2005, hal.33).
10
Sehubungan dengan relevansi perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah
Palembang, maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap guru
yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Palembang, karena di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Hidayah Palembang ini sebagian besar guru agamanya sudah
disertifikasi. Peneliti juga ingin mengetahui deskripsi perencanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang dibuat oleh guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Hidayah Palembang, kemudian perencanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang sudah dibuat oleh guru agama apakah relevan dengan pelaksanaan
pembelajaran, serta upaya apa saja yang dilakukan Madrasah Nurul Hidayah untuk
meningkatkan relevansi antara perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan
pembelajaran.
Perumusan dan Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok permasalahan dan yang akan
diteliti dalam rangka penyusunan proposal tesis ini adalah :
1. Bagaimana deskripsi perencanaan pembelajaran PAI yang dibuat oleh guru PAI
di MI Nurul Hidayah Palembang ?
2. Apakah perencanaan pembelajaran PAI yang sudah dibuat di MI Nurul Hidayah
relevan dengan pelaksanaan pembelajarannya ?
3. Apa saja upaya yang dilakukan di MI Nurul Hidayah untuk meningkatkan
relevansi antara perencanaan pembelajaran PAI dengan pelaksanaannya ?
Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan melebar sehingga tidak mencapai tujuan utamanya
serta menghindari kekeliruan dan kesalahan interpretasi, maka penelitian ini hanya
11
dibatasi pada Relevansi Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
pelaksanaan pembelajaran dimana penelitian difokuskan pada Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Hidayah Palembang. Untuk mewujudkan pembelajaran efektif seorang guru harus
membuat perencanaan pembelajaran dan menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran
dengan rencana yang sudah dirumuskan. Perencanaan pembelajaran yang harus
disiapkan itu adalah Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana deskripsi perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang dibuat oleh guru PAI di MI Nurul Hidayah Palembang.
2. Mengetahui perencanaan pembelajaran PAI yang sudah dibuat di MI Nurul
Hidayah relevan dengan pelaksanaan pembelajarannya.
3. Mengetahui upaya yang dilakukan di MI Nurul Hidayah untuk meningkatkan
relevansi antara perencanaan pembelajaran PAI dengan pelaksanaannya.
Kegunaan Penelitian
Dengan melihat tujuan tersebut di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, antara lain :
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat berguna bagi :
- Kepala Madrasah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Kepala
Madrasah untuk menyiapkan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran.
- Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi peningkatan mutu
layanan pendidikan guna meningkatkan kemampuan paedagogik.
- Bagi Kemenag
12
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi bidang
Mapenda Kantor Wilayah Kementerian Agama dalam rangka upaya
pembenahan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran terutama
bidang studi PAI.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat berguna bagi sumbangan pikiran kepada
pihak yang berkepentingan terutama para peminat dan peneliti ilmu-ilmu
pendidikan Islam. Hasil penelitian ini mungkin juga dapat memperkaya
khazanah perpustakaan Program Pascasarjana khususnya dan perpustakaan
IAIN Raden Fatah pada umumnya.
Tinjauan Pustaka
Pada saat dilakukan penelitian ini, penulis belum menemukan tulisan-tulisan yang
terkait dengan relevansi perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah. Tetapi ada beberapa tulisan yang
tentunya dapat dijadikan bahan acuan atau petunjuk dalam penelitian yang sedang
dilakukan. Berikut ini contoh penelitian terdahulu untuk dijadikan rujukan berkenaan
dengan penelitian yang sedang penulis lakukan, di antaranya :
Markumi, (Tesis Program Pascasarjana Universitas Tridinanti Palembang, 2007)
dalam tesisnya yang berjudul ”Studi Korelasi Latar Belakang Pendidikan Guru dengan
Kesesuaian antara Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran di MTsN 1 Palembang”.
Hasil penelitiannya adalah : 1. Guru MTs Negeri 1 Palembang 60% tidak membuat atau
menyusun perencanaan pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 10%
dari guru-guru yang membuat perencanaan pembelajaran membuat hanya untuk
memenuhi persyaratan untuk naik pangkat dan bukan untuk menjadi acuan dalam
melaksanakan pembelajaran. 2. Ada 27% guru yang pelaksanaan pembelajarannya
13
sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya. 3. Guru-guru yang dimaksud dalam
poin 2 adalah guru-guru dengan latar belakang pendidikan Strata1.
Kuwat Sumarno (Tesis Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang,
2008), dalam tesis yang berjudul ”Hubungan Perencanaan dan Pelaksanaan
Pembelajaran Dengan Hasil Belajar Santri Di Pondok Pesantren Salafiyah Sumatera
Selatan”. Hasil penelitiannya adalah : Jika dihubungkan dengan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran maka dapat dikemukakan bahwa Pondok Pesantren Salafiyah
yang melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang kurang baik
menghasilkan lulusan yang kurang baik. Sebaliknya Pondok Pesantren Salafiyah yang
melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang baik menghasilkan lulusan
yang baik pula. Kemudian ada hubungan yang signifikan antara perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran dengan kualitas lulusan. Artinya, Pondok Pesantren Salaiyah
yang memiliki peencanaan dan pelaksanaan yang baik maka hasil belajarnya pun akan
baik pula.
Maryam Yusniharti Asro (Tesis Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah
Palembang, 2010), dalam tesis yang berjudul ”Perencanaan Pembelajaran Pada
Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang”. Hasil penelitiannya adalah hal-hal yang
dipersiapkan guru dalam perencanaan pembelajaran di MAN 2 Palembang adalah:
program tahunan, RPP, rencana bahan ajar, alat evaluasi, dan silabus. Faktor-faktor
yang menjadi kendala guru dalam menerapkan fungsi perencanaan antara lain faktor
internal, yaitu guru masih belum sepenuhnya mampu mengelaborasi antara materi
dalam modul dengan realitas kekinian, sehingga pelaksanaan terkesan kaku,
perencanaan pemebalajaran dibuat asal-asalan dan bahkan meng-copy paste
perencanaan pada tahun sebelumnya. Faktor eksternal berkenaan dengan kendala ini
adalah jarangnya guru mengikuti pelatihan yang berkenaan dengan pembuatan
perencanaan pembelajaran.
14
Mawardi (Tesis Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 2010),
dalam tesis yang berjudul ”Implementasi Fungsi Perencanaan Pembelajaran Pada Mata
pelajaran Agama Di Madrasah Tsanawiyah Negeri I Palembang). Hasil penelitiannya
adalah : Dalam penerapan fungsi perencanaan pembelajaran di MTsN I Palembang,
terdapat faktor-faktor pendukung dan penghambat, atau kendala. Faktor pendukung
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, antara lain: tersedianya
informasi dan dokumentasi perkembangan murid, adanya media pembelajaran
khususnya media visual dan media internet yang dapat diakses oleh siswa, serta
kebijakan dari kepala sekolah dalam memberikan evaluasi dan juga reward serta
punisment terhadap perencanaan pembelajaran dan penerapannya. Faktor eksternal
adalah kebijakan keikutsertaan guru dalam pelatihan (workshop) yang berkenaan
dengan perencanaan pembelajaran.
Taufiqurrahman (Tesis Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang,
2003) yang berjudul ”Kontribusi Kurikulum dan Strategi Pembelajaran Guru PAI
Terhadap Sikap Keagamaan Siswa di SMU Plus Negeri 17 Palembang”, Hasil
penelitiannya adalah kurikulum PAI dan strategi pembelajaran guru PAI mempunyai
kontribusi yang signifikan terhadap perubahan sikap keagamaan siswa, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Implikasi dari hasil penelitiannya adalah upaya
pengembangan dan pengayaan kurikulum serta meningkatkan strategi pembelajaran
guru PAI di sekolah.
Sudirman (1999) alumni Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
tesisnya yang berjudul ” Pelaksanaan Kegiatan Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran
PAI di SMU Negeri 1 Bandung”, lebih memfokuskan pada pelaksanaan kurikulum
SMU 1994. Diantara tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah pelaksanaan
materi pendidikan agama Islam ini telah sesuai dengan kurikulum pendidikan agama
15
tahun 1994. Sedangkan hasil penelitian ini ditemukan adanya ketercapaian materi
pendidikan agama Islam sesuai target ditinjau dari segi waktu dan bobot materi.
Kerangka Teori
Dalam kerangka teori penulis akan kemukakan teori-teori yang dijadikan sebagai dasar
untuk menganalisis perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
pelaksanaan di MI Nurul Hidayah Palembang.
Sekolah atau madrasah yang merupakan suatu organisasi memiliki seorang yang
memimpin yang disebut Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah. Sebagai suatu
organisasi maka sangat penting akan adanya manajemen yang dikelola dengan baik.
Begitu juga dengan seorang guru harus dapat mengelola manajemen pembelajaran
dengan sebaik mungkin.
Winardi (2010:4) dalam buku Asas-asas manajemen mengungkapkan pendapat
Robert L. Trewathn dan M. Gene Newport dalam buku mereka yang berjudul
”Management” menyatakan bahwa: manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, menggerakkan serta mengawasi aktivitas-aktivitas sesuatu organisasi
dalam rangka upaya mencapai suatu koordinasi sumber-sumber daya manusia dan
sumber-sumber daya alam dalam hal pencapaian sasaran secara afektif serta efisien”.
Menurut G.R. Terry yang dikutip Winardi (2010:4) bahwa proses manajemen
terdiri dari apa yang disingkat P.O.A.C. Yaitu planning (perencanaan); organizing
(pengorganisasian); actuating (menggerakkan); controlling (pengawasan)
Sedangkan menurut Henri Fayol (bapak konsepsi proses) yang dikutip
Suryosubroto (2004:9) memasukkan fungsi-fungsi berikut kedalam aktifitas
manajemen: to plan (merencanakan); to organize (menggorganisasikan); to command
(menggerakkan); to coordinate (Mengkoordinasikan); to control (mengendalikan).
16
Winardi (2010:4) mengungkapkan juga pendapat Luther Gulick pada tahun
1930, muncul dengan singkatan POSDCORB, yang merupakan singkatan dari kata-kata
berikut : Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting,
Budgeting.
Aktifitas-aktifitas dalam proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan
dan pengawasan dinamakan fungsi-fungsi manajemen.
Manajemen bukanlah tanggungjawab beberapa anggota, karena itu merupakan
pekerjaan semua individu yang pekerjaan mereka bersangkut paut dengan tindakan
mencapai sasaran-sasaran melalui pengkoordinasian sumber-sumber daya yang tersedia.
Penerapan fungsi-fungsi manajemen perlu dipertimbangkan dalam kerangka
organisasi tertentu, begitu juga sebagai seorang guru. Disebabkan karena kita hidup
dalam dunia di mana terjadi perubahan secara terus menerus, maka para manajer harus
menghadapi segala macam jenis ketidakpastian sewaktu mereka berupaya mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Begitu juga guru harus mempertimbangkan semua kegiatan
yang akan dilakukan dalam proses belajar mengajar, sehingga proses pembelajaran
dapat terlaksana sesuai dengan yang kita inginkan dan berhasil dengan baik. Jika kita
dapat menyususun manajemen secara baik maka akibatnya perencanaan –
pengorganisasian – menggerakkan dan pengawasan yang sudah kita buat dan diterapkan
secara tepat sesuai dengan situasi yang berlaku.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 20, “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar.
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng (1993, hal.1) adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat
17
kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini
didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan
inti dari perencanaan pembelajaran.
Istilah pembelajaran ini menurut Degeng (1993, hal.2) memiliki hakikat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah
satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar
yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu,
pembelajaran memusatkan perhatian pada ”bagaimana membelajarkan siswa”, dan
bukan pada ”apa yang dipelajari siswa”.
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut. Seperti telah dijelaskan pada pendahuluan bahwa
Perencanaan Pembelajaran merupakan tahapan penting yang harus dilakukan guru
sebelum mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Untuk mewujudkan pembelajaran efektif seorang guru harus membuat
perencanaan pembelajaran dan menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan
rencana yang sudah dirumuskan
Pelaksanaan diartikan sebagai melaksanakan, dan pelaksanaan erat kaitannya
dengan pengorganisasian yang kita kenal dalam administrasi pendidikan yaitu aktifitas
menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga
terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
pengorganisasian tersebut terdapat adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung
jawab secara terperinci menurut bidang-bidang dan bagian-bagian sehingga tercipta
hubungan kerjasama yang harmonis menuju tujuan.
18
Sehingga dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam tesis ini adalah
pelaksanaan beberapa rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang disusun
oleh MI Nurul Hidayah Palembang.
Dari uraian diatas dapatlah kita katakan persiapan seorang guru sebelum
mengajar adalah sangat penting. Sebuah kata bijak menyatakan bahwa persiapan
mengajar merupakan sebagian dari sukses seorang guru. Kegagalan dalam perencanaaan
sama saja dengan merencanakan kegagalan. Kata bijak yang dikutip di atas menyiratkan
betapa pentingnya melakukan persiapan pembelajaran melalui pengembangan perangkat
pembelajaran. (file:///G:/pengembangan-perangkat-pembelajaran.html)
Perencanaan pembelajaran yang baik sebaiknya dapat disesuaikan dengan
pelaksanaan pembelajaran, dalam arti bahwa pelaksanaan pembelajaran itu disesuaikan
dengan perencanaan yang sudah dibuat.
Definisi Istilah dan Konsep
Dari judul yang penulis paparkan memiliki beberapa istilah penting yang bersifat
konseptual dan memungkinkan memiliki pengertian yang luas. Oleh karena itu, untuk
memperoleh gambaran yang lebih spesifik dan menghindari multi interpretasi, maka
perlu ditegaskan beberapa penggunaan istilah dalam judul penelitian ini. Sesuai dengan
fokus penelitian ini, ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan, yaitu: Relevansi,
Perencanaan Pembelajaran PAI dan Pelaksanaan Pembelajaran PAI.
Pertama, relevansi berasal dari bahasa Inggris yang ditransfer kedalam bahasa
Indonesia yang artinya hubungan, kaitan: setiap mata pelajaran harus ada kaitannya
dengan keseluruhan tujuan pendidikan (KBBI 191, hal.830). Definisi selanjutnya
dikemukakan oleh Ivor K. Davis (1976, hal.17), adalah: ”relevant if they can
19
demonstrated to be related to the real world, and to problems facing people”. Sejalan
dengan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka relevansi yang dimaksud dalam
penelitian ini akan melihat hubungan, kesesuaian ataupun sangkut paut antara
perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru pendidikan agama Islam dengan
pelaksanaan pembelajaran PAI didalam proses belajar mengajar.
Kedua, perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah :
Suatu proses dan upaya untuk menyiapkan serta merumuskan suatu keputusan yang
akan dilaksanakan guna menanamkan sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan ketrampilan
dasar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan/atau latihan
kepada seseorang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai
keberhasilan atau paling tidak mendekati keberhasilan seorang guru dituntut untuk
mempersiapkan perencanaan yang matang. Perencanaan pembelajaran tersebut
mencakup tiga hal yakni :
- Silabus (garis besar) yaitu suatu ringkasan yang ditulis dan berisikan standar
kompetensi dan kompetensi dasar dari semua mata pelajaran yang ditampilkan di dalam
kurikulum.
- Pedoman kerja yaitu merupakan daftar indikator yang digambarkan dari
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang luas di dalam silabus.
- Perencanaan pembelajaran merupakan pedoman yang digunakan oleh guru
dalam mengimplementasikan penyajian bahan pelajaran
Ketiga, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), pelaksanaan
diartikan sebagai melaksanakan. Pelaksanaan pembelajaran PAI disini dapat diartikan
bahwa pelaksanaan beberapa rencana pembelajaran PAI yang disusun oleh MI Nurul
Hidayah Palembang dalam bentuk proses pembelajaran di kelas oleh guru PAI. Proses
ini terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
20
Dalam Kurikulum PAI (2004, hal.2) Pendidikan Agama Islam dan termasuk
dalam konteks tulisan ini adalah pendidikan agama Islam sebagai salah satu mata
pelajaran di lembaga pendidikan umum, khususnya Madrasah Nurul Hidayah.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan”.
Pengertian di atas berlaku untuk umum bagi setiap jenjang pendidikan sekolah
umum, mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Yang
membedakannya adalah tujuan setiap jenjang pendidikan sekolah itu. Dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni
suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
Dengan memahami uraian di atas, maka relevansi perencanaan pembelajaran
PAI dengan pelaksanaan pembelajaran PAI sebagai manifestasi dari upaya untuk
mewujudkan kurikulum yang masih bersifat dokumen menjadi aktual dalam bentuk
serangkaian pembelajaran di sekolah.
Metodologi Penelitian
Pada prinsipnya metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh berdasarkan
kajian ilmiah untuk mendapatkan data dan tujuan tertentu. Tentunya kajian ilmiah ini
didasarkan pada metode keilmuan yang berupa usaha untuk menemukan penelitian.
Melalui cara ilmiah inilah, diharapkan data yang diperoleh adalah data yang objektif,
valid dan realibel. Menurut Sugiyono (2007, hal.1), objektif bermakna semua orang
akan memberikan penafsiran yang sama; valid artinya adalah ketepatan antara data yang
terkumpul oleh peneliti dengan data yang terjadi pada objek yang sesungguhnya;
21
sedangkan realibel adalah adanya ketetapan konsisten data yang didapat dari waktu ke
waktu.
Metode penelitian mencakup penjelasan tentang sifat dan pendekatan penelitian,
jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data.
Sifat dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini ditinjau dari sifatnya merupakan penelitian kasus (case study), yaitu
penelitian yang dilakukan dengan mempelajari secara khusus kasus tertentu pada
lembaga pendidikan tertentu untuk memperoleh kesimpulan dan representasi terhadap
relevansi perencanaan pembelajaran PAI dengan pelaksanaan pembelajaran di
madrasah. Karena dalam pelaksanaannya masih menghadapi hambatan baik dari guru
PAI, sarana dan prasarana sekolah, kurikulum yang digunakan, keadaan peserta didik,
biaya operasional, dan situasi lingkungan sekolah.
Ditinjau dari segi sumber datanya, maka penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research). Sebab data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari
lapangan khususnya di MI Nurul Hidayah Palembang yang dijadikan objek penelitian.
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu menggali dan mencari
tahu tentang relevansi perencanaan pembelajaran PAI dari hasil observasi, wawancara
dan dokumentasi. Menurut Emzir (2008, hal. 28-29) sebagai penelitian kualitatif, maka
penelitian ini bermaksud memaparkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dalam
bentuk informasi verbal atau memaparkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Sasaran penelitian ini adalah terfokus pada relevansi perencanaan pembelajaran
PAI dengan pelaksanaan pembelajaran di MI Nurul Hidayah dengan meng-croscek-nya
untuk menemukan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru PAI, yaitu diawali dengan
menyiapkan perangkat pembelajaran sampai pelaksanaannya melalui proses
pembelajaran di dalam kelas. Deskripsi perencanaan pembelajaran PAI yang dibuat oleh
22
guru PAI, perencanaan yang dibuat relevan dengan pelaksanaan pembelajaran, upaya
yang dilakukan di MI Nurul Hidayah untuk meningkatkan relevansi antara perencanaan
pembelajaran PAI dengan pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan selama 1 (satu)
semester (Januari sampai dengan Juni 2012) di sekolah.
Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini terdiri atas data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah
relevansi perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru PAI. Sedangkan data kuantitatif berupa jumlah guru (umum dan agama
Islam), jumlah siswa, sarana dan prasarana, serta data lainnya.
Sumber data yang digunakan adalah data primer (pokok) dan data sekunder
(pendukung). Data primer adalah semua data yang menjadi hasil garapan peneliti yang
dimulai sejak awal. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah jadi atau data yang
garapan awalnya telah dilakukan oleh pihak lain.
Data primer ditujukan kepada kepala madrasah, wakil kepala madrasah, dan
guru agama Islam serta informan lainnya yang dianggap perlu. Sedangkan data sekunder
berkenaan dengan profil madrasah dan data yang digali melalui dokumentasi madrasah.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, maka penulis akan menggunakan tiga
teknik pengumpulan data, yaitu :
a. Metode Observasi
Metode observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara
mendalam dan terlibat terhadap objek yang diteliti. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data tentang kondisi obyektif madrasah yang terkait dengan letak, situasi
dan kondisi madrasah, proses pembelajaran yang berlangsung di madrasah,
23
dan kompetensi mengajar guru PAI melalui pengamatan unjuk kerja (check list)
yang terkait dengan perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran.
Observasi ini ditujukan kepada Kepala MI Nurul Hidayah, Guru PAI dan siswa
pada saat pelaksanaan pembelajaran. Adapun bentuk observasi adalah observasi
terstruktur dan alat pengumpul data berupa angket.
b. Metode Interview/ Wawancara
Nasution (1992:44) mengemukakan bahwa wawancara dalam penelitian kualitatif
adalah sebagai berikut :
Wawancara yang dilakukan sering bersifat terbuka dan berstruktur. Ia tidakmenggunakan test standar atau instrument lain yang telah diuji validitasnya. Iamengobservasi apa adanya dalam kenyataan. Ia mengajukan pertanyaan dalamnwawancara menurut perkembangan wawancara itu secara wajar berdasarkanucapan dan buah pikiran yang dicetuskan orang yang diwawancarai itu.
Oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian kualitatif, wawancara yang
digunakan tidak berstruktur dan lebih informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang
pandangan, sikap dan keyakinan objek subjek atau tentang keterangan lainnya dapat
diajukan secara bebas kepada subjek. Semewntara itu, beberapa cara pencatatan
menurut Riyanto (1996:68) sebagai berikut :
(1)Pencatatan secara langsung, yakni melakukan wawancara dan sambilmencatat; (2) pencatatan dari ingatan, yakni pencatatan dilakukan tidak padawaktu wawancara, tetapi setelah wawancara yang mengandalkan daya ingataninterview; (3) Pencatatan dengan alat recording, yakni pencatatan dengan alatrekaman, seperti tape recorder dan lain-lainnya; (4) Pencatatan dengan angka(file rating), yakni mencatat angka hasil wawancara dengan angka-angka,misalnya setuju angka 3, kurang setuju angka 2, tidak setuju angka 1, dansebagainya; dan (5) Pencatatan dengan memberikan kode, biasanya denganhuruf A, B, C, D dan seterusnya. Misalnya responden yang mengerti tentangyang ditanyakan diberi kode A. (Riyanto;1996).
Cara-cara pencatatan data diatas dapat dipilih sesuai dengan kemampuan
peneliti. Apabila dihubungkan dengan rumusan masalah penelitian, data yang dapat
diperoleh melalui wawancara adalah merupakan penjabaran dari fokus penelitian
sebagaimana dijelaskan diatas. Untuk memperoleh data tersebut, maka yang dijadikan
24
responden untuk diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah dan guru-
guru yang mengajar di MI Nurul Hidayah Palembang. Wawancara yang ditujukan
kepada :
1. Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Hidayah Palembang, data-data yang
diharapkan adalah :
a. Jumlah guru dan jumlah guru PAI serta siswa yang ada di MI Nurul Hidayah
Palembang.
b. Deskripsi perencanaan pembelajaran PAI yang di buat oleh guru PAI
c. Relevansi perencanaan pembelajaran PAI dengan pelaksanaan pembelajaran.
d. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan relevansi antara perencanaan
pembelajaran PAI dengan pelaksanaannya.
2. Guru-guru yang mengajar di MI Nurul Hidayah Palembang, data yang diharapkan
adalah :
a. Kegiatan yang menunjang dalam membuat perencanaan pembelajaran.
b. Persiapan yang dilakukan dalam membuat perencanaan pembelajaran.
c. Apa sajakah yang mesti dipersiapkan sebelum proses pembelajaran.
d. Deskripsi perencanaan pembelajaran PAI yang dibuat oleh guru PAI
e. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan relevansi antara perencanaan
pembelajaran PAI dengan pelaksanaannya.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Metode
dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap mengenai profil
madrasah, jumlah tenaga pengajar, siswa, sarana dan prasarana madrasah, serta
perangkat pembelajaran yang berupa program tahunan, program semester, rincian
alokasi waktu, silabus, dan RPP serta data-data lainnya.
25
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam mengolah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dan dari berbagai
sumber yang relevan, peneliti melakukan beberapa macam kegiatan di antaranya
menghimpun, menyeleksi dan melakukan pengelompokkan semua data yang peneliti
peroleh dari berbagai sumber yang diperlukan tempat pencarian data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik data
interaktif. Teknik ini menurut Huberman dan Miles (1992, hal.16-19) adalah teknik data
yang dilakukan melalui tiga tahap kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu (1)
reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) interpretasi data atau penarikan kesimpulan.
Setelah data terkumpul dari berbagai sumber yang diperoleh melalui metode-metode
yang digunakan, kemudian dilakukan klasifikasi data dengan mengelompokkan data-
data sesuai dengan jenisnya, baik data primer maupun sekunder. Penulis menggunakan
pendekatan analisis deskriftif. Data yang ada diolah dan dianalisis secara sistematis
menggunakan teknik kritik sumber untuk menetapkan keotentikan data yang dipakai
dalam penelitian.
Setelah data dianalisis kemudian dilakukan interpretasi data dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Tahapan berikutnya adalah penulis
melakukan penulisan, pengeditan, pengklasifikasian, dan penyajian data terhadap
informasi yang diperoleh sehingga data yang disajikan benar-benar dapat dipercaya.
Sistematika Penulisan
Rencana penyusunan bab dalam penulisan tesis ini adalah disajikan dalam lima bab,
yang terdiri dari :
Bab satu merupakan pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
26
kerangka teori, definisi operasional, metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab dua landasan teori, menjelaskan tentang konsep dasar pembelajaran PAI,
teori pembelajaran PAI, teori perencanaan pembelajaran PAI, teori pelaksanaan
pembelajaran serta relevansi perencanaan pembelajaran PAI dengan pelaksanaan
pembelajaran PAI.
Bab tiga memuat profil Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Palembang,
meliputi sejarah berdiri sekolah, visi, misi, dan tujuan sekolah, kepemimpinan Kepala
madrasah, peran serta Kepala Madrasah, dan peran serta guru Pendidikan Agama Islam.
Bab empat hasil penelitian dan pembahasan, berisi paparan tentang relevansi
perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, faktor-faktor yang menjadi
penunjang dan penghambat guru dalam membuat perencanaan pembelajaran. Juga
analisa tentang data yang di dapat dari hasil penelitian sehubungan dengan
permasalahan tersebut.
Bab lima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian,
implikasi dan saran. Pada bagian akhir dicantumkan referensi sebagai rujukan penulisan,
dan lampiran-lampiran.
27
BAB 2
KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PELAKSANAANPEMBELAJARAN DAN RELEVANSINYA PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Konsep Dasar Pembelajaran PAI
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan definisi yang telah mengalami tranformasi atau perubahan atas
pandangan dan paradigma dalam aktifitas kegiatan belajar mengajar. Dalam paradigma
mengajar, keberhasilan peserta didik bergantung pada kemampuan dan kehadiran
pengajar. Tenaga pengajar menjadi tokoh sentral dan berperan sangat dominan dalam
proses belajar yang ada, sedangkan dalam pembelajaran, peserta didiklah yang menjadi
fokus perhatian, sedangkan pengajar hanyalah salah satu faktor eksternal pembelajaran.
Pembelajaran merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan
mengenai pendidikan karena hubungan erat antara keduanya.
Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara peserta didik dengan
guru, peserta didik dengan lingkungan sekolah dan peserta didik, guru dengan
lingkungan sekolah. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
didik atau murid. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik.
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun
teori, belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Akan tetapi sering
terjadi dalam suatu peristiwa mengajar dan belajar, antara guru dan siswa tidak
28
berhubungan. Guru asyik menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, sementara itu di
bangku siswa juga asyik dengan kegiatannya sendiri, melamun, ngobrol atau bahkan
mengantuk. Bagi guru yang penting adalah materi pelajaran sudah tersampaikan, tidak
peduli materi itu di pahami atau tidak. Apakah dalam peristiwa belajar dan mengajar
seperti ini telah terjadi proses pembelajaran ? ya, tentu tidak. Dalam peristiwa seperti ini
tidak terjadi proses pembelajaran, karena dua komponen penting dalam sistem
pembelajaran tidak terjadi kerjasama.
Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah
laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan
Sedangkan pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan.
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa, oleh karena itu dalam
belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar,
tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, oleh karena itu pembelajaran
memusatkan pada “bagaimana pembelajaran siswa” dan bukan pada “apa yang
dipelajari siswa”.
Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati dan Mujiono adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
29
Menurut Mulkan (1993:113) pembelajaran sebagai suatu aktifitas guna
menciptakan kreatifitas siswa. Dari pendapat ini dapat dikemukakan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang diusahakan dengan tujuan agar orang
(misalnya guru, siswa) dapat melakukan aktifitas belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran diartikan sebagai
suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan
mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreatifitas siswa.
Menurut Syaiful Sagala (2010:63) pembelajaran sebagai proses belajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
pelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi
pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang
matang oleh guru.
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu :
1) Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal bukan
hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki
aktivitas siswa dalam proses berfikir.
2) Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus
menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir
siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Dengan demikian pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh
guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang
30
baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan
evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
Proses pembelajaran atau pengajaran kelas (classroom teaching) menurut
Dunkin dan Biddle berada pada empat variabel interaksi yaitu (1) variabel pertanda
berupa pendidik; (2) variabel konteks berupa peserta didik (siswa), sekolah dan
masyarakat; (3) variabel proses berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4)
variabel produk berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai
dua kompetensi utama yaitu : (1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau
penguasaan materi pelajaran dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran. Artinya jika
guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran sesuai
kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami
karakteristik peserta didik.
Segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan, tujuan
pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran. Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali
diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu
perilaku (behavioral science) dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Kemudian dikutip oleh Robbert Mager yang menulis buku yang berjudul Preparing
instructional objective pada tahun 1962. Selanjutnya diterapkan secara meluas pada
tahun 1970 diseluruh lembaga pendidikan termasuk di Indonesia. Penuangan tujuan
pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan
belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil yang maksimal.
Hamzah B. Uno (2006:35) menyatakan bahwa banyak pengertian yang diberikan
para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran, yang satu sama lain memiliki
31
kesamaan disamping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandang garapannya. Robert F.
Mager memberikan pengertian tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi
tertentu. Sedangkan Edwar L. Dejnozka dan David E. Kapel memandang bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku
atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil
belajar yang diharapkan. Sedangkan menurut Fred Percival dan Henry Ellington yakni
tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan
atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ketiganya mempunyai pendapat
yang sama karena unsur-unsur yang dipakai untuk merumuskan definisi dan cara
perumusannya sama.
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam dilihat dari konsep dan karakteristiknya harus dibedakan
dengan Pendidikan Islam menurut pendekatan filsafat pendidikan menempatkan
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, dan memiliki potensi fitrah yang paling
esensial yaitu kecenderungan mengabdi kepada penciptanya, melalui pendekatan ini
maka Pendidikan Islam bertujuan untuk merealisasikan hakikat penciptaannya yaitu
menjadi pengabdi hamba Allah (Muhaimin, 2010:6). Sebaliknya pendidikan Agama
Islam yang diterapkan dalam satuan pendidikan, baik lembaga pendidikan keagamaan
maupun lembaga pendidikan non-keagamaan (sekolah-sekolah umum) dalam
realisasinya hanya dititik beratkan pada upaya memberikan materi ajaran agama Islam
secara bertahap dan berjenjang.
32
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan (Departemen Agama, 2004:2). Pendidikan
Agama Islam dapat dimaknai dalam dua pengertian yaitu :
1). Sebagai sebuah proses penanaman ajaran agama Islam,
2). Sebagai bahan kajian yang menjadi materi dari proses penanaman/pendidikan itu
sendiri.
Pendidikan Agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga pengamalan serta pengaplikasiannya
dalam kehidupan dan sekaligus menjadi pegangan hidup.
Departemen Agama (2004:4) menyebutkan Pendidikan Agama Islam pada
sekolah umum atau MI bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan pendidikan Agama Islam ini
mendukung dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana
diamanatkan oleh pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan,
membimbing dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Undang-
Undang yang berlaku.
Depdiknas, dalam konteks tujuan pendidikan Agam Islam di sekolah umum
maupun di MI merumuskan sebagai berikut :
1. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
33
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT.
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu
manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil,
etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan
sosial.
Pendidikan Agama Islam, baik sebagai proses penanaman keimanan dan
seterusnya maupun sebagai materi (bahan ajar) memiliki fungsi yang jelas. Fungsi
pendidikan agama Islam dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan
Fungsi PAI sebagai pengembangan adalah meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT. Yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
b. Penyaluran
Fungsi PAI sebagai penyaluran adalah untuk menyalurkan anak anak yang
memiliki bakat khusus di bidang agama
c. Perbaikan
Fungsi sebagai perbaikan adalah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari
hari.
d. Pencegahan
Fungsi PAI sebagai pencegahan adalah untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
34
e. Penyesuaian
Fungsi PAI sebagai penyesuaian adalah untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
f. Sumber nilai
Fungsi PAI sebagai sumber nilai adalah memberikan pedoman hidup untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari berbagai uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAI
adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar
yang bertujuan untuk menanamkan nilai keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2/1989 pasal 39 ayat 2
ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat: (a). Pendidikan Pancasila (b). Pendidikan agama (c). Pendidikan
kewarganegaraan. Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi pendidikan
agama, baik agama Islam maupun agama lainnya merupakan komponen dasar/wajib
dalam kurikulum pendidikan nasional. Dari pengertian tersebut dapat ditentukan
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI yaitu:
1). PAI sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan
yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
2). Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan.
3). Guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan secara
sendiri terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan.
4). Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama islam dari peserta didik
35
Dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) ada 6 pendekatan
yang dapat digunakan yaitu :
a). Pendekatan rasional, yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang lebih
menekankan kepada aspek penalaran
b). Pendekatan emosional yaitu upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik
dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa
c). Pendekatan pengalaman, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dalam menghadapi
tugas dan masalah dalam kehidupan
d). Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bersikap dan berprilaku sesuai dengan ajaran Islam
e). Pendekatan fungsional yaitu menyajikan materi pokok dari segi manfaatnya bagi
peserta didik dalam kehidupan sehari hari
f). Pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figur guru (pendidik), petugas sekolah,
orang tua serta anggota masyarakat sebagai cermin bagi peserta didik
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam
melaksanakan kegiatan, karena disusun perencanaan terdapat pedoman yang jelas dan
terarah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Begitupun didalam proses
pembelajaran. Perencanaan merupakan langkah yang sangat penting dalam mencapai
tujuan pendidikan.
Dilihat dari terminologinya, perencanaan berasal dari kata rencana yaitu
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang
36
akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian
menetapkan langkah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri dari dua kata,
yakni kata perencanaan dan kata pembelajaran. Untuk memahami konsep dasar
perencanaan pembelajaran, marilah kita lihat dua hal diatas.
Pertama, arti perencanaan, Wina Sanjaya dalam buku Perencanaan dan Desain
Sistem Pembelajaran (2008:23) menyebutkan bahwa perencanaan berasal dari kata
rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan
yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian
menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ketika kita merencanakan, maka pola fikir kita diarahkan bagaimana agar tujuan itu
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Ely (1979) yang dikutip oleh Wina
Sanjaya dalam buku Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (2008:24),
mengatakan bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah suatu proses dan cara berfikir
yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Pendapat diatas
menggambarkan, bahwa suatu perencanaan diawali dengan adanya target atau Ely
mengistilahkan dengan kata ”hasil” yang harus dicapai, selanjutnya berdasarkan
penetapan target tersebut dipikirkan bagaimana cara mencapainya. Sejalan dengan
pendapat di atas menurut Kaufman (1972) yang juga dikutip oleh Wina Sanjaya dalam
buku yang sama (2008:24) memandang bahwa perencanaan itu adalah sebagai suatu
proses untuk menetapkan ”kemana harus pergi” dan bagaimana untuk sampai ke
”tempat” itu dengan cara yang paling efektif dan efisien. Menetapkan ”kemana harus
pergi” mengandung pengertian sama dengan merumuskan tujuan dan sasaran yang akan
dituju; sedangkan merumuskan ”bagaimana agar sampai ketempat itu” berarti menyusun
langkah-langkah yang dianggap efektif dalam rangka pencapaian tujuan.
37
Sebuah rencana adalah sebuah dokumen dari hasil kegiatan. Sejalan dengan pendapat di
atas juga, Terry (1993) juga mengungkapkan bahwa perencanaan itu pada dasarnya
adalah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Dari pendapat di atas, maka setiap perencanaan minimal harus memiliki empat
unsur sebagai berikut :
1. Adanya tujuan yang harus dicapai
2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan
3. Sumber daya yang dapat mendukung
4. Implementasi setiap keputusan
Tujuan merupakan arah yang harus dicapai. Agar perencanaan dapat disusun dan
ditentukan dengan baik, maka tujuan itu perlu dirumuskan dalam bentuk sasaran yang
jelas dan terukur. Dengan adanya sasaran yang jelas, maka ada target yang harus
dicapai. Target itulah selanjutnya menjadi fokus dalam menentukan langkah-langkah
selanjutnya.
Strategi berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan oleh
seorang perencana, misalnya keputusan tentang waktu pelaksanaan dan jumlah waktu
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas dan wewenang setiap orang
yang terlibat, penetapan kriteria keberhasilan, dan lain sebagainya.
Penetapan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, di dalamnya
meliputi penetapan sarana dan prasarana yanng diperlukan, anggaran biaya dan sumber
daya lainnya, misalnya pemanfaatan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan.
Implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya.
Implementasi merupakan unsur penting dalam proses perencanaan. Untuk menilai
38
efektifitas suatu perencanaan dapat dilihat dari implementasinya. Apalah artinya sebuah
keputusan yang tekad diambil, tanpa diimplementasikan dalam kegiatan nyata.
Dari unsuir-unsur perencanaan yang telah dikemukakan dimuka, maka suatu
perencanaan bukan harapan yang ada dalam angan-angan yang bersifat khayalan dan
tersimpan dalam benak seseorang, akan tetapi harapan dan angan-angan serta
bagaimana langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapainya dideskripsikan
secara jelas dalam suatu dokumen tertulis, sehingga dokumen itu dapat dijadikan
pedoman oleh setiap orang yang memerlukannya.
Perencanaan di dalam Willian G. Cunningham (1982:4) mengemukakan bahwa
perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan
asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan
memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku
dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.
Perencanaan di sini menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu
dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Apa wujud
yang akan datang itu dan bagaimana usaha untuk mencapainya merupakan perencanaan.
Sementara itu dalam Arthur W. Steller (1983:68) mengemukakan bahwa definisi
perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan
bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan
tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Bagaimana seharusnya adalah mengacu
pada masa yang akan datang. Perencanaan di sini menekankan kepada usaha mengisi
kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan
dengan apa yang dicita-citakan, ialah menghilangkan jarak antara keadaan sekarang
dengan keadaan mendatang yang diinginkan.
Sementara itu definisi tentang perencanaan dirumuskan sangat pendek dalam
Stephen P. Robbins (1982:128) bahwa perencanaan adalah suatu cara untuk
39
mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Dalam definisi ini ada asumsi bahwa
perubahan selalu terjadi. Perubahan lingkungan ini selalu diantisipasi, dan hasil
antisipasi ini dipakai agar perubahan itu berimbang. Artinya perubahan yang terjadi di
luar organisasi pengajaran tidak jauh berbeda dengan perubahan yang terjadi pada
organisasi itu, dengan harapan agar organisasi tidak mengalami kegoncangan. Jadi,
makna perencanaan disini adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan dengan
perubahan lingkungannya.
Perencanaan merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam
melaksanakan kegiatan, karena dengan disusun perencanaan terdapat pedoman yang
jelas dan terarah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam buku Soebijanto Wirojoedo (1985:7) menurut Parkinson, yang diambil
dari buku The Oxford Dictionary, yang dimaksud dengan Planing atau Perencanaan
adalah “Todevise or design ; to arrange before hand.” Pengertian ini sederhana tapi
jelas. Perencanaan adalah suatu proses rumusan suatu yang akan dicapai dapat berupa
pola, rumusan dan cara mengatur dan sebagainya, secara essensinya. Namun yang jelas
biasanya perencanaan itu adalah suatu konsep yang bersifat rumusan yang lengkap
terhadap sesuatu yang akan dicapai. Teori ini juga diperkuat oleh Dror. Dia menjelaskan
bahwa perencanaan adalah: Suatu inti dari bermacam rumusan secara formal dan terang,
dari bermacam-macam masalah, dalam arti kesatuan beberapa unit dari fungsi
perencanaan dan untuk suatu cara atau suatu proses yang satu dengan yang lain saling
ketergantungan satu komponen dengan komponen yang lain adanya, dan sebagai proses
yang bersifat analisis dan tersebar.
Dari definisi di atas memperlihatkan rumusan dan tekanan yang berbeda. Yang
satu mencari wujud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya, yang lain
menghilangkan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan masa mendatang,
dan yang satu lagi mengubah keadaan agar sejalan dengan keadaan lingkungan yang
40
juga berubah-ubah. Meskipun demikian pada hakikatnya semua bermakna sama, yaitu
sama-sama ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang.
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dibuat rumusan baru tentang apa itu
perencanaan. Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan
dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dalam Wina Sanjaya (2008:23-26) perencanaan merupakan hasil proses berfikir
yang mendalam, hasil dari proses pengkajian dan mungkin penyeleksian dari berbagai
alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektifitas dan efisien. Perencanaan adalah
awal dari semua proses suatu pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional. Dengan
demikian, maka seorang perencana harus dapat mengvisualisasikan arah dan tujuan
yang harus dicapai serta bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut melalui
pemanfaatan berbagai potensi yang ada agar proses pencapaian tujuan itu efektif dan
efisien.
Sedangkan dalam Syaiful Sagala (2010:141) mengemukakan bahwa
perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu
yang diharapkan dapat menunjang kegiatan kegiatan dan upaya upaya akan
dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.
Dalam hal ini dapat ditegaskan bahwa perencanaan merupakan sebagai proses
penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Proses perencanaan dilaksanakan secara
kolaboratif atau kerjasama artinya dengan mengikut sertakan personal sekolah dalam
semua tahap perencanaan.
Kedua, arti pembelajaran. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran itu? Dalam
Wina Sanjaya (2008:26) pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara
41
guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi
yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan
dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa
seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan
belajar tertentu. Sebagai suatu proses kerjasama, pembelajaran tidak hanya
menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa
secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Dengan demikian, kesadaran dan keterfahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus
dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar,
sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.
Sering terjadi, dalam suatu peristiwa mengajar dan belajar, antara guru dan siswa
tidak berhubungan. Guru asyik menjelaskan materi pelajaran di depan kelas; sementara
itu di bangku siswa juga asyik dengan kegiatannya sendiri, melamun, mengobrol atau
bahkan mengantuk. Siswa tidak peduli apa yang dikatakan guru; dan guru juga tidak
ambil pusing dengan apa yang dikerjkakan siswa. Bagi guru yang demikian, yang
penting adalah materi pelajaran sudah tersampaikan, tidak peduli materi itu dipahami
atau tidak. Apakah dalam peristiwa belajar dan mengajar semacam ini telah terjadi
proses pembelajaran? Ya, tentu tidak. Dalam peristiwa semacam ini tidak terjadi proses
pembelajaran, karena dua komponen penting dalam sistem pembelajaran tidak terjadi
kerjasama. Dalam suatu peristiwa mengajar dan belajar dikatakan terjadi pembelajaran,
manakala guru dan siswa secara sadar bersama-sama mengarah pada tujuan yang sama.
Oleh karena itu, baik guru maupun siswa dalam suatu proses pembelajaran selamanya
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk keberhasilan belajar.
Pembelajaran adalah terjemahan dari ’instruction”, yang banyak dipakai dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran
42
Psikologi Kognitif-Holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.
Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan
dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media
seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya
sehingga semua itu mendorong terjadinya peranan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam
belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992), yang menyatakan
bahwa ”instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is
fasilitated”. Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau ”teaching” merupakan
bagian dari pembelajaran (intruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada
bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dari fasilitas yang tersedia
untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Lebih lengkap
Gagne (1992) menyatakan :
”Why do we speak of intruction rather than teaching? It is because we wish todescribe all of the events that may have a direct effect on the learning of ahuman being, not just those set in motion by individual who is a teacher.Instruction may include event that are generated by a pag of print, by a picture,by a televition program, or by combination of physical objects, among otherthings, of course, a teacher may an essential role in the arrangement of any ofthese event (Wina Sanjaya, 2008:27-28).
WJS.Purwodarminto (1989:14) pembelajaran memiliki arti proses, cara,
menjadikan orang atau makluk hidup belajar. Dengan kata lain pembelajaran merupakan
salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi guru dan setiap guru
harus menguasai serta terampil melaksanakan pembelajaran (Slameto:30). Kemampuan
mengajar serta kompetensi keilmuan seorang guru sangatlah mendukung dalam
menjalankan tugas, terutama dalam mencapai tujuan pendidikan secara luas.
Dari pengertian-pengertian perencanaan dan mengajar di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah : Suatu proses dan upaya untuk
menyiapkan serta merumuskan suatu keputusan yang akan dilaksanakan guna
43
menanamkan sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan ketrampilan dasar kepada seseorang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai keberhasilan pengajaran atau
paling tidak mendekati keberhasilan dalam mengajar seorang guru dituntut untuk
mempersiapkan perencanaan yang matang.
Kegiatan belajar dari peserta didik dapat terjadi dengan direncanakan (by
designed) dan dapat pula terjadi tanpa direncanakan. Muhaimin (2001:184) mengutip
bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk
membantu peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan maksud dan
tujuan penciptaannya. Dalam konteks proses belajar di sekolah, pembelajaran tidak
dapat terjadi dengan sendirinya, sebab peserta didik harus belajar berinteraksi dengan
lingkungannya seperti yang terjadi dalam proses belajar di masyarakat (social learning).
Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan (goal based).
Oleh karena itu, segala kegiatan interaksi, metode, dan kondisi pembelajaran harus
direncanakan dengan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.
Dalam konteks pembelajaran perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan
atau metode pengajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan datang untuk mencapai
tujuan yang ditentukan.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran
adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan
tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkain kegiatan yang
harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan
segala potensi dan sumber belajar yang ada.
Perencanaan pembelajaran merupakan awal dari semua proses yang rasional,
sebagai proses penetapan penyusunan berbagai keputusan penyelenggaraan
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai
44
tujuan pembelajaran dan pemanfaatan sumber sumber daya pendidikan yang tersedia
secara terpadu.
Suatu proses pembelajaran akan dikatakan berhasil apabila diawali dengan
perencanaan yang sangat matang, maka setelah keberhasilan sudah tercapai,
setengahnya lagi terletak pada pelaksanaannya, tentang bentuk-bentuk pelaksanaan
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Menurut PP RI No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28,
seorang pendidik harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Secara subtantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah
dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta
menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
45
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
Keempat rumpun kompetensi tersebut mencerminkan standar kompetensi
pendidik/guru yang masih bersifat umum dan perlu dikemas dengan menempatkan
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang beriman dan bertaqwa,
dan sebagai warga negara Indonesia yang memiliki kesadaran akan pentingnya
memperkuat identitas dan semangat kebangsaan, sikap demokratis dan tanggung jawab.
Perencanaan pembelajaran diharapkan dapat menjadi bekal para guru tentang
berbagai aspek yang terkait kurikulum dan pembelajaran.
Pentingnya Perencanaan Pembelajaran
Seorang arsitek yang profesional sebelum ia membangun sebuah gedung terlebih dahulu
ia akan merancang bentuk gedung yang sesuai dengan struktur dan kondisi tanah,
selanjutnya ia akan menentukan berbagai bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya
yang dibutuhkan termasuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan.
Mengapa seorang arsitek perlu melakukan semua itu? Itulah pentingnya perencanaan.
Melalui perencanaan yang matang ia dapat menentukan estimasi waktu yang dibutuhkan
untuk membangun gedung sesuai dengan harapan, bahkan ia pun dapat memprediksi
kekuatan gedung terseebut. Coba anda bayangkan bagaimana seandainya seoarang
arsitek dalam membangun gedung tanpa perencanaan yang matang.
Demikian seorang pekerja profesional lainnya. Sebelum ia melakukan pekerjaan
sesuai keahliannya, ia akan melakukan perencanaaan terlebih dahulu. Seorang
pengacara profesional, sebelum ia menangani kasus hukumnya, terlebih dahulu ia akan
46
mempelajari pasal-pasal yang terkait dengan kasus hukumnya. Seorang pelatih sepak
bola, sebelum timnya melakukan pertandingan terlebih dahulu ia akan merancang
terlebih dahulu, bagaimana agar timnya memenangkan pertandingan dengan mengkaji
kekuatan tim lawannya. Inilah hakikat perencanaan. Perencanaan disusun untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Bagi orang yang sudah profesional, merencanakan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab profesinya merupakan tahapan yang tidak boleh ditinggalkan. Menurut
Deshimer (1990) ada dua alasan perlunya perencanaan : Pertama, hakikat manusia yang
memiliki kemampuan dan pilihan untuk berkreasi sesuai dengan pandangannya.
Seorang profesional dapat menentukan waktu dan cara bertindak yang dianggap sesuai;
Kedua, setiap manusia hidup dalam kelompok yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya sehingga selamanya membutuhkan koordinasi dalam melaksanakan
berbagai aktifitas. Dengan demikian, suatu pekerjaan akan berhasil manakala semua
yang terlibat dapat bekerja sesuai dengan perannya masing-masing. Dua hal itulah
selanjutnya dibutuhkan perencanaan yang matang untuk mengerjakan sesuatu.
Nah, sekarang bagaimana dengan pembelajaran. Apakah seorang guru perlu
melakukan perencanaan? Kalau kita percaya guru sebagai pekerjaan profesional, tentu
saja setiap guru yang akan melaksanakan pekerjaannya perlu melakukan perencanaan.
Mengapa perencanaan pembelajaran dibutuhkan? Hal ini disebabkan beberapa hal,
yaitu:
Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apapun
proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk
mencapai tujuan. Guru yang hanya melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan ceramah, tentu saja ceramahnya guru diarahkan untuk mencapai tujuan;
demikian juga guru yang melakukan proses pembelajaran dengan menganalisis kasus,
maka proses analisis kasus itu adalah proses yang bertujuan. Dengan demikian semakin
47
kompleks tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks pula proses pembelajaran
yang berarti akan semakin kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.
Kedua, pembelajaran adalah proses kerjasama. Proses pembelajaran minimal
akan melibatkan guru dan siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa keterlibatan
siswa. Dalam suatu proses pembelajaran guru tanpa siswa tidak akan memiliki makna.
Bukankah segala upaya guru diarahkan untuk membelajarkan siswa? Apalah artinya
guru sebagai pengelola pembelajaran tanpa siswa yang dikelola? Demikian juga halnya,
siswa tanpa guru dalam proses pembelajaran tidak mungkin berjalan efektif, apalagi
untuk siswa yang masih memerlukan bimbingan sepenuhnya pada guru, misalnya siswa
pada tingkat pendidikan dasar, maka pesan guru sangat diperlukan. Dengan demikian,
dalam proses pembelajaran guru dan siswa perlu bekerjasama secara harmonis. Disini
pentingnya perencanaan pembelajaran. Guru perlu merencanakan apa yang harus
dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, disamping
guru juga harus merencanakan apa yang sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai
pengelola pembelajaran.
Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan
hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetap suatu proses pembentukan
perilaku siswa. Siswa adalah organisma yang unik, yang sedang berkembang. Siswa
bukan benda mati yang dapat diatur begitu saja. Mereka memiliki minat dan bakat yang
berbeda; mereka juga memiliki gaya belajar yang berbeda. Itulah sebabnya proses
pembelajaran adalah proses yang kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai
kemungkinana yang akan terjadi. Kemungkinan-kemungkinan itulah yang selanjutnya
memerlukan perencanaan yang matang dari setiap guru.
Keempat, Proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai
sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar.
Salah satu kelemahan guru dewasa ini dalam pengelolaan pembelajaran adalah
48
kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana yang tersedia. Dibandingkan dengan
profesi lain, guru termasuk profesi yang sangat lambat dalam memanfaatkan berbagai
sarana dan prasarana khususnya dalam memanfaatkan berbagai hasil-hasil teknologi.
Dewasa ini, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, begitu pesatnya kemajuan dan
perkembangan hasil-hasil teknologi. Banyak sekali jenis-jenis hasil teknologi yang
dapat digunakan oleh guru untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Untuk
menyampaikan materi pelajaran misalnya, guru dapat memanfaatkan OHP atau LCD,
dengan bantuan program komputer. Untuk memberikan sumber belajar yang lebih
beragam dan mutakhir, guru dapat memanfaatkan internet dan lain sebagainya. Proses
pembelajaran akan efektif manakala guru memanfaatkan sarana dan prasarana secara
tepat. Untuk itu perlu perencanaan yanng matang bagaimana memanfaatkannya untuk
keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Memperhatikan beberapa hal di atas, maka perencanaan pembelajaran
merupakan proses yang kompleks dan tidak sederhana. Proses perencanaan memerlukan
pemikiran yang matang, sehingga akan berfungsi sebagai pedoman dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Prinsip Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran pada prinsipnya meliputi :
a). Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara
melakukannya dalam implementasi pembelajaran
b). Membatasi sasaran atas dasar dari tujuan instruksional khusus dan juga menetapkan
pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan
target pembelajaran
c). Mengembangkan alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran
d). Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang penting untuk mendukung
49
kegiatan pembelajaran
e). Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana dan keputusan yang berkaitan
dengan pembelajaran kepada pihak pihak yang berkepentingan.
Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan
pembelajaran, perencanaan pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai pelengkap
administrasi, namun disusun sebagai bagian integral dari proses pekerjaan profesional,
sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan suatu
keharusan karena di dorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Perencanaan pembelajaran dibutuhkan karena beberapa hal yaitu :
1). Pembelajaran adalah proses yang bertujuan
2). Pembelajaran adalah proses kerja sama
3). Proses pembelajaran adalah proses yang kompleks
4). Proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana
dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber
belajar.
Perencanaan pembelajaran yang dikutip oleh Zainal Ilham (2007:53)
menyebuitkan perencanaan pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi
hal-hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang antara lain meliputi ; pemilihan metode, media dan alat
evaluasi unsur unsur tersebut tentunya harus mengacu pada silabus yang ada. Sehingga
dalam perencanaan pembelajaran memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir
2. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai
50
3. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Suparno (2002) mengemukakan sebelum guru mengajar (tahap persiapan).
Seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan
alat-alat peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan
untuk memancing siswa aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan
dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan siswa, kesemuanya ini akan terurai
pelaksanaannya dalam perangkat pembelajaran (file:///G:/ pengembang-perangkat-
pembelajaran html)
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
1. Silabus
Silabus yang dikutip dalam Rusman (2010:4) sebagai acuan pengembangan
rencana pelaksanaan pembelajaran memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran,
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Kelulusan, serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan
oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau
beberapa sekolah, kelompok musyawarah guru mata pelajaran atau pusat kegiatan guru
dan dinas pendidikan. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Depag, 2009:8).
51
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada pengembangan silabus yang
dikutip Yudhi Munadi (2008:199) yakni :
a. Ilmiah yakni keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan di dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan, yakni cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian
materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional dan spritual peserta didik.
c. Sistematis, yakni komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsistensi, artinya adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian.
e. Memadai, maksudnya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.
f. Aktual dan kontekstual yaitu cakupan indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan
ilmu, tekhnologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang
terjadi.
g. Fleksibel maksudnya keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah
dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh, maksudnya komponen mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotorik).
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
52
Salah satu bentuk perencanaan pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran diwujudkan dalam bentuk RP
(Rencana Pembelajaran). Rencana pembelajaran adalah rencana atau program yang
disusun oleh guru untuk satu atau dua pertemuan untuk mencapai target satu kompetensi
dasar.
Isdisusilo (2012:24) menyebutkan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik dalam upaya mencapai KD. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru sebelum mengajar tidak sebaliknya
(mengajar dulu baru dibuat perencanaan). Pada umumnya guru membuat perencanaan
pembelajaran untuk satu kali pertemuan. Sesungguhnya perencanaan pembelajaran
dapat dibuat untuk beberapa kali pertemuan misalnya empat atau lima kali pertemuan
sekaligus, sehingga guru tidak direpotkan lagi membuat perencanaan setiap kali
mengajar.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
53
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Ada beberapa komponen rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu: (Isdisusilo:24-26)
a. Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program
studi, mata pelajaran atau tema pelajaran serta jumlah pertemuan.
b.Standar Kompetensi (SK)
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada satuan mata pelajaran.
c. Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.
d.Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
e. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f. Materi Ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam
bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
g.Alokasi Waktu
54
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi
dasar dan beban belajar
h.Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peseta didik, serta karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
i. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran terdiri dari : a). Pendahuluan, merupakan kegiatan awal
dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. b). Kegiatan Inti, yang merupakan proses pembelajaran
untuk mencapai kompetensi dasar. c). Penutup, merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
bentuk rangkuman atau kesimpulan.
j. Penilaian Hasil Belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian
k. Sumber Belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi.
55
Prinsip Penyusunan Rencana Pembelajaran
Ada beberapa prinsip dalam penyusunan rencana pembelajaran yaitu :
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan memperhatikan perbedaan
jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan
belajar, latar belakang budaya, norma, nilai dan lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspiratif, kemandirian dan
semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman bersagam bacaan dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan memperhatikan keterkaitan
dan keterpaduan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,
dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
56
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Secara spesipik pelaksanaan
pembelajaran ini merupakan aktivitas belajar di tempat pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan seorang guru secara umum meliputi tiga kegiatan pokok,
yaitu: (1) Kegiatan Pendahuluan (Awal); (2) Kegiatan Inti; (3) Kegiatan Penutup.
(Winataputra, 2003)
Berdasarkan Permendiknas No. 41/2007 yang dikutip Isdisusilo (2012:31)
tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan (Awal)
Keberhasilan proses pembelajaran di antaranya sangat dipengaruhi oleh kegiatan
pendahuluan pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan pembelajaran atau pra-
instruksional fungsinya adalah untuk ,menciptakan awal pembelajaran yang efektif agar
siswa siap secara penuh dalam mengikuti kegiatan inti pembelajaran. (Ismail Sukardi,
2011:12)
Pada tahap kegiatan pendahuluan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran
diantaranya guru diharapkan: (Isdisusilo, 2012:31-32)
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran,
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari,
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai,
d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
57
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran menurut Ismail Sukardi (2011:13) memegang peranan
penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Oleh karena itu, kegiatan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan kompleks dalam
proses belajar mengajar yang mengutamakan pada proses pembentukan pengalaman
belajar siswa.
Dalam kegiatan inti, pelaksanaan pembelajaran yang dirancang dimaksudkan
untuk menggali potensi dan pengalaman belajar siswa agar mampu memenuhi
pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan, dan dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Materi
pembelajaran yang disampaikan haruslah yang dapat memberikan kecakapan untuk
memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan yang dipelajarinya. (Isdisusilo, 2012:32)
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. (Isdisusilo, 2012:31-32)
a. Eksplorasi
Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau
melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu. Eksplorasi merupakan proses
kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa
menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka
menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang
mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar
58
bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari
informasi melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Disamping
itu siswa menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah.
Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam
bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat mengembangkan pengalaman belajar,
meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab
fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh
manfaat tertentu sebagai produk belajar.
Menurut Sukiman yang dikutip Isdisusilo (2012:32-33) menyatakan bahwa
terdapat beberapa ciri-ciri pembelajaran yang berbasis eksplorasi, yaitu:
1). Melibatkan peserta didik mencari informasi (topik tertentu),
2). Menggunakan beragam pendekatan, media dan sumber belajar,
3). Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya,
4). Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran,
5). Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau
lapangan.
b. Elaborasi
Pada kegiatan elaborasi guru harus memperhatikan hal-hal berikut dalam Isdisusilo
(2012: 32-33)
a). Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
b). Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi dan lain lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
59
c). Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut.
d). Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif.
e). Memfasilitasi peserta didik dalam berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
f). Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.
g). Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok.
h). Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan.
i). Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru harus memperhatikan hal-hal berikut :
(Isdisusilo, 2012:34-35)
a). Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
b). Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber
c). Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan
d). Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar
▪ Berfungsi sebagai nara sumber dan fasilitator dalam menjawab
60
Pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar
▪ Membantu menyelesaikan masalah
▪Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi
▪ Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
▪Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan Penutup atau kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus direncankan
secara sistematis, efektif, efisien, dan fleksibel. Kegiatan akhir dan tindak lanjut
pembelajaran harus merupakan rangkaian kegiatan pedahuluan dan kegiatan inti
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan
tindak lanjut pembelajaran yang diungkapkan Ismail Sukardi (2011:14) adalah :
a. Melaksanakan penilaian akhir
b. Mengkaji hasil penilaian akhir
c. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut, alternatif kegiatan di antaranya :
▪ memberikan tugas atau latihan-latihan
▪ menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa
▪ menugaskan membaca materi pelajaran tertentu
▪ memberikan motivasi/bimbingan belajar
d. Mengemukakan topik bahasan yang akan datang
e. Menutup pelajaran
Sedangkan dalam kegiatan penutup dalam Isdisusilo (2012:35-36) guru harus
memperhatikan hal- hal berikut :
a). Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
61
rangkuman atau kesimpulan pelajaran
b). Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
c). Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
d). Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik
e). Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
Relevansi Perencanaan Pembelajaran Dengan Pelaksanaan Pembelajaran
Relevansi berasal dari bahasa Inggris yang ditransfer ke dalam bahasa Indonesia yang
artinya hubungan, kaitan, setiap pelajaran harus berkaiatan dengan keseluruhan tujuan
pendidikan yang dikutip Depdikbud (1991:830)
Sedangkan pengertian relevansi yang dikemukakan oleh Ivor.K. Daris (1976:17)
adalah “relevant if they can demonstrated to be related to the real word and to
problems facing people”. Sejalan dengan definisi yang dikemukakan di atas, maka
relevansi yang dimaksud dalam penelitian ini akan melihat keterkaitan, keserasian
ataupun sangkut paut antara perencanaan pembelajaran guru dengan pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam.
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwasannya dalam proses pembelajaran
terdapat keterkaitan antara perencanaan pembelajaran terhadap pelaksanaan
pembelajaran. Karena hakekat dari pembelajaran itu merupakan proses interaksi antara
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu seorang guru hendaknya
melakukan suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan.
62
Keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran sangatlah diharapkan, untuk
memenuhi tujuan tersebut diperlukan suatu persiapan yang matang salah satunya dengan
mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan Silabus.
Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan
pembelajaran, untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja,
direncanakan, dengan bimbingan guru, dan bantuan pendidik lainnya. Apa yang hendak
dicapai dan dikuasai oleh siswa dituangkan dalam tujuan belajar, dipersiapkan bahan
apa yang harus dipelajari, dipersiapkan juga metode pembelajaran yaitu yang sesuai
bagaimana cara siswa mempelajarinya, dan melakukan evaluasi untuk mengetahui
kemajuan belajar siswa. Persiapan ini telah direncanakan secara seksama oleh guru
mengacu pada kurikulum mata pelajaran. Penjelasan ini memberikan gambaran bahwa
kegiatan belajar yang dilaksanakan secara sengaja dipersiapkan dalam bentuk
perencanaan pengajaran, persiapan pengajaran ini sebagai integral dari proses
pembelajaran di sekolah.
Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam memandu guru
untuk melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan
belajar para siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal
sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Antara perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan hendaknya harus
terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanaan yang dibuat, sehingga dengan
perencanaan yang baik diharapkan dapat membantu proses dari pelaksanaan
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dengan baik akan
memudahkan dalam proses pelaksanaan belajar mengajar sehingga kegiatan yang kita
63
laksanakan sesuai dengan rencana yang kita buat. Dengan awal perencanaan yang baik
kemudian kita laksanakan dengan baik pula maka hasilnyapun akan sesuai dengan
rencana yang kita harapkan.
104
BAB 5
PENUTUP
Simpulan
Relevansi perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dengan
pelaksanaan pembelajaran di MI Nurul Hidayah Palembang yang telah diperoleh
kemudian diolah secara sistematis menggunakan teknik analisis kualitatif, sebagai
berikut:
Pertama, deskripsi perencanaan pembelajaran PAI yang dibuat oleh guru PAI di
MI Nurul Hidayah adalah mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP
dan juga perangkat pembelajaran lainnya. Perencanaan pembelajaran dibuat sebelum
awal tahun pelajaran secara perorangan dan dibuat secara bersama-sama. Dilihat dari
perangkat pembelajaran yang dibuat, pemahaman guru PAI tentang pembuatan
perencanaan pembelajaran sudah baik, keempat guru PAI yang diteliti telah memiliki
perangkat pembelajaran. Secara konseptual guru agama Islam telah mampu
merumuskan tujuan pembelajaran dan mengurutkan materi dengan baik, dan menurut
penulis guru PAI sudah baik dalam mempersiapkan perencanaan pembelajaran.
Kedua, perencanaan pembelajaran PAI yang sudah dibuat di MI Nurul Hidayah
bisa dikatakan sudah relevan dengan pelaksanaan pembelajarannya, karena guru sudah
berusaha merelevankan antara perencanaan yang dibuat dengan pelaksanaannya,
walaupun terkendala faktor sarana dan prasarana, waktu dan jumlah siswa. Namun
masih ada 2 orang guru yang menurut penulis tidak melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan RPP yang dibuat namun berdasarkan hanya dengan buku pegangan,
105
sementara RPP hanya menjadi dokumen saja, walaupun pada akhirnya proses
pembelajaran bisa dikatakan berhasil juga.
Ketiga, upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk meningkatkan relevansi
antara perencanaan pembelajaran PAI dengan pelaksanaan adalah hendaknya
perencanaan yang dibuat disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga apa yang
direncanakan sesuai dengan pelaksanaan, jangan membuat perencanaan yang sebaik
mungkin tanpa mempertimbangkan kondisi sekolah dan siswa yang ada. Sehinga yang
dibuat tidak dapat kita laksanakan. Dan sebaiknya kita juga terus berusaha
mengoptimalkan media dan sarana yang ada. Melakukan pembinaan kepada guru
umpama meningkatkan pengetahuan guru PAI melalui kegiatan KKG, workshop,
pelatihan dan seminar. Kemudian melengkapi sarana dan prasarana sekolah yang
mendukung proses belajar mengajar secara bertahap.
Arah Untuk Penelitian Lebih Lanjut
Penelitian ini sebagaimana telah dijelaskan pada bab pendahuluan merupakan studi
kasus (case study) pada salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta di lingkungan
Kecamatan Gandus Palembang. Oleh karena itu, temuan penelitian ini hanya berlaku
secara khusus pada setting penelitian dan tidak dapat digeneralisasikan pada sekolah
atau madrasah yang setingkat di Palembang atau pada daerah lainnya.
Kesamaan-kesamaan yang mungkin ditemukan dari penelitian ini hanyalah suatu
kebetulan saja pada tempat penelitian yang aslinya. Hal ini tentu saja masih sangat perlu
di kaji lebih lanjut terhadap hasil temuan penelitian yang telah diperoleh untuk semakin
memantapkan deskripsi perencanaan pembelajaran PAI yang dibuat oleh guru PAI,
perencanaan pembelajaran PAI yang sudah dibuat relevan dengan pelaksanaan
pembelajarannya, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan relevansi antara
106
perencanaan pembelajaran PAI dengan pelaksanaannya. Oleh karena itu, penelitian
lebih lanjut sangat penting dilakukan untuk membuktikan korelasi hasil penemuan yang
dilakukan oleh peneliti di sekolah swasta tentang relevansi perencanaan pembelajaran
PAI dengan pelaksanaan pembelajaran PAI dalam ruang lingkup (scope) yang lebih
luas.
Rekomendasi
Berdasarkan simpulan dan temuan penelitian yang telah dipaparkan, maka pada bagian
akhir dari tulisan ini dapat dikemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Dalam mengemban tugas sebagai seorang pendidik yang akan mencerdaskan
generasi bangsa, guru PAI harus selalu meningkatkan kompetensinya dalam
segala hal, seperti mengikuti kegiatan KKG PAI, pelatihan, seminar, atau
workshop yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
2. Sebelum mengajar guru PAI hendaknya menyiapkan perangkat pembelajaran
yang baik dan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
3. Kepada guru PAI hendaknya mengembangkan materi pelajaran PAI yang ada
dalam silabus dan RPP menggunakan metode dan media yang bervariasi serta
menilai kemampuan siswa. Selain itu, meskipun sarana dan prasarana penunjang
pendidikan belum semua terpenuhi berdasarkan KTSP tidak menjadi suatu
hambatan dalam melaksanakan pembelajaran PAI di sekolah.
4. Diharapkan kepada pihak yayasan MI Nurul Hidayah agar dapat mengatasi
faktor penghambat menjadi faktor pendukung sehingga tidak menjadi hambatan
bagi MI Nurul Hidayah dalam mengimplementasikan KTSP khususnya pada
mata pelajaran PAI di sekolah.
107
5. Diharapkan kepada pemerintah yang berkompeten untuk dapat menambah
fasilitas penunjang pembelajaran, seperti buku paket PAI dan buku-buku lainnya
yang relevan.
108
REFERENSI
Annur, Saipul 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif. IAIN Raden Fatah Press, Palembang
Arifin, H.M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta
Arthur W. Steller, Curriculum Planing, Fenwick W. English, (editor), Fundamental Curriculum Decisions, ASCD, Virginia, 1983, hlm. 68.
Budiningsih, C.Asri.2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:LP3ES.
Depdiknas. 2008a. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Departemen Agama RI 2001. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta
Dep. P & K, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Devis, Ivor K 1973 Objectives in Curriculum Design. McGraw-Hill Book Company(UK) Limited. Maidenhead-Berkshire-England
Dimyati dan Mujiono 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta
Djaali, 2007,UU Guru Standard an Sertifikasi Pendidik, (Makalah Seminar Pendidikan Sertifikasi guru 15Februari 2007 di Palembang)
Djamarah, Syaiful Bahri, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Usaha Nasional,Surabaya
Djauzak Ahmad 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar, Jakarta
Emzir 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif & Kualitatif. Raja Grafindo Persada, Jakarta
file:///G:/pengembangan-perangkat-pembelajaran.html
file:///G:/Perangkat%20Pembelajaran%20%C2%AB%20anrusmath%20blogger.htm (diakses 29 September 2008)
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/22/lesson-study-dasar-pemikiran-penyusunan-perangkat-pembelajaran/
Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Friska Agung Insani
Hadi, Amirul dan Haryono 1998, Metodologi Penelitian, CV. Pustaka Setia, Bandung
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2005
109
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2006.
Handoko, T.Hani 1994. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia.Yogyakarta : BPFE
I Nyoman Sudana Degeng, Buku Pegangan Teknologi Pendidikan, Pusat AntarUniversitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional UniversitasTerbuka, Depdikbud RI, Dirjen Dikti, Jakarta. 1993
Ihsan, Fuad 1995. Dasar-Dasar Kependidikan. Rienika Cipta, Jakarta.
Isdisusilo, 2012. Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana PelaksanaanPembelajaran, Kata Pena.
Muhaimin, et. Al., 2001. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya MengefektifkanPendidikan Agama di Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, 2008. Pengembangan ModelKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah & Madrasah. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Purwanto, M. Ngalim 1994. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, tp. Bandung
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi 1991. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.
Sagala, Syaiful 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Alfabeta, bandung
Sidi, Indra Djati 2001, Menuju Masyarakat Sekolah, Jakarta: Loos
Siswanto, Bedjo 1990. Manajemen Modern Konsep dan Aplikasi. Sinar Dunia, Bandung
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor – faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta
Soebijanto Wirojoedo 1985, Teori Perencanaan Pendidikan, Liberty, Yogyakarta
Stephen P. Robbins, The Administrative Process, Second Edition, Prantice-Hall of IndiaPrivate Limited, New Delhi, 1982
Sukmadinata, 1997, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, Badung: CV. Ilmu
Sumber: John Milthon Gregory. Tujuh Hukum Mengajar Juni 6, 2009 — Wahidin Syah,Darwyn 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Gaung Persada Pres, Jakarta.
110
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. AsaMandiri, Jakarta
Usman, Uzer, 1995, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Willian G. Cunningham, 1982. Systematic Planing for Educational Change, FirstEdition, Mayfield Publishing Company, California.
Winardi, 2010. Asas-asas Manajemen, CV. Mandar Maju, Bandung
WJS Purwodarminto, 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bali Pustaka, Jakarta
Zainal Aqib, Elham Rohmanto, 2007. Membangun Profesionalisme Guru danPengawas Sekolah, Yrama Widya, Bandung
top related