seleksi dan karakterisasi bacillus sp. penghasil ...digilib.unila.ac.id/58000/3/skripsi tanpa bab...
Post on 21-Oct-2020
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
SELEKSI DAN KARAKTERISASI Bacillus sp. PENGHASIL
ANTIBAKTERI PENGHAMBAT Vibrio sp. DARI KAWASAN HUTAN
MANGROVE HANURA
(Skripsi)
Oleh
SUNDARI AYU OKTALIA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
http://www.kvisoft.com/pdf-merger/
-
Sundari Ayu Oktalia
iii
ABSTRAK
SELEKSI DAN KARAKTERISASI Bacillus sp. PENGHASIL ANTIBAKTERI
PENGHAMBAT Vibrio sp. DARI KAWASAN HUTAN MANGROVE
HANURA
Oleh
SUNDARI AYU OKTALIA
Ekosistem hutan mangrove merupakan tempat banyak ditemukannya Bacillus sp.
yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat Bacillus sp.yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio sp. Penelitian ini dilakukan dengan
menyeleksi 77 isolat Bacillus sp. dari kawasan hutan mangrove hanura. Selanjutnya
bakteri terseleksi dilakukan pengujian terhadap cekaman garam, cekaman pH, uji
patogenisitas, dan uji kepekaan terhadap antibiotik. Isolat terpilih diuji dengan kultur
bersama dengan bakteri Vibrio sp. selama 7 hari. Bacillus sp. dan Vibrio sp. dikultur
bersama kembali dengan penambahan Bakteri Fotosintetik Anoksigenik selama 4
hari.
-
Sundari Ayu Oktalia
iii
Hasil seleksi awal didapatkan 4 isolat yang dapat menghambat pertumbuhan
Vibrio sp. Hasil akhir menunjukan isolat Bacillus IL2K8 diketahui dapat
menghambat petumbuhan Vibrio sp., dapat tumbuh pada kadar garam 0 %, 3 %, 6 %
dan pH 7 serta 10. Isolat IL2K8 tidak bersifat patogen, resisten terhadap antibiotik
amplisin, striptomisin, asam nalidiksat dan kloramfenikol namun peka terhadap
antibiotik trimetoprim. Dalam kultur bersama pada media cair IL2K8 bersama
dengan Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA) dapat menghambat pertumbuhan
Vibrio sp.
_______
Kata kunci : Antibakteri, Bacillus sp., BFA, Mangrove, Vibrio sp.
-
SELEKSI DAN KARAKTERISASI Bacillus sp. PENGHASIL
ANTIBAKTERI PENGHAMBAT Vibrio sp. DARI KAWASAN HUTAN
MANGROVE HANURA
Oleh
SUNDARI AYU OKTALIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
-
Judul Skripsi : Seleksi dan Karakterisasi Bacillus sp. Penghasil
Antibakteri Penghambat Vibrio sp. dari Kawasan
Hutan Mangrove Hanura
Nama Mahasiswa : Sundari Ayu Oktalia
NPM : 1517021164
Jurusan / Program Studi : Biologi / S1 Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. Sumardi, M.Si. Ir. Salman Farisi, M. Si.
NIP. 196503251991031003 NIP. 196104181987031001
2. Ketua Jurusan Biologi
FMIPA Unila
Drs. M. Kanedi, M.Si.
NIP. 196101121991031002
-
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Sumardi, M.Si. .................................
Sekretaris : Ir. Salman Farisi, M.Si. .................................
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. C. N. Ekowati, M.Si. .................................
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
Drs. Suratman, M.Sc.
NIP. 196406041990031002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 3 Juli 2019
-
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Sundari Ayu Oktalia
NPM : 1517021164
Menyatakan dengan sebenar-benarnya dan sesungguh-sungguhnya, bahwa
skripsi saya yang berjudul:
“Seleksi dan Karakterisasi Bacillus sp. Penghasil Antibakteri
Penghambat Vibrio sp. dari Kawasan Hutan Mangrove Hanura”
Adalah benar karya saya sendiri yang saya susun dengan mengikuti norma
dan etika akademik yang berlaku. Selanjutnya, saya juga tidak keberatan
apabila sebagian atau seluruh data pada skripsi ini digunakan oleh dosen dan
/ atau program studi untuk kepentingan publikasi, sepanjang nama saya
disebutkan. Jika dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar sarjana
maupun tuntutan hukum.
Bandar Lampung, 24 Juli 2019
Yang menyatakan,
Sundari Ayu Oktalia
NPM. 1517021164
-
RIWAYAT HIDUP
Sundari Ayu Oktalia putri sulung dari tiga bersaudara
dari pasangan Bapak Suparno dan Ibu Welly Ahwiyah
yang dilahirkan di Desa Sukananti, Kecamatan Way
Tenong, Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 12
Oktober 1997.
Penulis mengawali pendidikan Sekolah Dasar di SD
Negeri 1 Sukananti pada tahun 2009. Pendidikan formal penulis dilanjutkan ke
jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Way Tenong dan
diselesaikan pada tahun 2012, penulis menyelesaikan pendidikan wajib belajar 12
tahun di SMAN 1 Way Tenong pada tahun 2015. Penulis selanjutnya menempuh
pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2015 di
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan, Mikrobiologi, Mikrobiologi Pangan
dan Industri serta Bioteknologi. Penulis juga aktif di Organisasi Himpunan
Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai anggota Bidang Ekspedisi pada tahun
2016-2017.
-
Pada tahun 2018 penulis pernah menjadi salah satu penerima Beasiswa
Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNILA.
Penulis pernah mengikuti Karya Wisata Ilmiah di Kecamatan Air Naningan
Kabupaten Tanggamus pada tahun 2016 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Setia Bumi, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang
Bawang Barat, pada Januari hingga Maret 2018. Penulis melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan di Laboratorium Mikrobiologi Pusat Penelitian Biomaterial LIPI
Cibinong pada bulan Juli hingga Agustus 2018 dan menyelesaikan laporan praktik
kerja lapangan dengan judul “Evaluasi Media Tumbuh Jamur Entomopatogen
Untuk Biopestisida”.
-
MOTTO
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al-Baqarah : 286)
“Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan”
(QS. Al Insyirah :5-6)
“The dawn right before the sun rises is the darkest”
(BTS)
“Of course it’s hard. It’s supposed to be hard. If it was easy, everyone would do it.
Hard is what makes it great”
(Anonim)
“Your life is not only about your dreams, but also about their dreams”
(Penulis)
-
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbila’lamin, atas segala nikmat yang telah Engkau berikan ya Allah
Allahumashalialasyayidina Muhammad, shalawat serta salam semoga tercurah kepada insan
paling mulia, suri tauladan kami Rasulullah SAW
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang tercinta
Papa dan Mama yang tiada hentinya menyebutkan namaku dalam tiap
doa’nya, yang selalu memberikan pelukan hangat penuh kasih serta beribu cinta
yang tiada hentinya
Almarhumah nenekku tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayangnya hingga akhir
Kedua adikku, yang selalu memberikan do’a, semangat, canda tawa dan kasih sayang
Untuk orang-orang luar biasa yang selalu mendukung, memberi banyak pengajaran
dan motivasi dalam tiap perjalananku
Dan Almamaterku tercinta,
Universitas Lampung
-
1
SANWACANA
Alhamdulillahirabbila’lamin, karena berkat rahmat dan karunia Allah SWT
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Seleksi dan Karakterisasi
Bacillus sp. Penghasil Antibakteri Penghambat Vibrio sp. dari Kawasan
Hutan Mangrove Hanura” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains di Universitas Lampung. Penelitian ini merupakan bagian dari
proyek penelitian Bapak Dr. Sumardi, M.Si. tahun 2018.
Penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, sebagai wujud rasa hormat penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Kedua orangtua, Bapak Suparno dan Ibu Welly Ahwiyah atas do’a,
dukungan, cinta dan kasih sayang serta segalanya;
2. Almarhumah nenekku tercinta yang telah membesarkan, mendidik,
memberikan do’a, dukungan, nasehat, cinta dan kasih sayang tak terhingga
sampai akhir;
3. Kedua adikku, Rahma Azizah dan M. Dimas Pranata yang selalu
menguatkan iman, membagikan canda tawa, kasih sayang, dukungan serta
motivasi;
-
xiii
4. Bapak Dr. Sumardi, M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan ilmu, bantuan, kritik dan saran, serta motivasi selama
perkuliahan, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi;
5. Bapak Ir. Salman Farisi, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua atas saran,
bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama
pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi;
6. Ibu Dra. C.N. Ekowati, M.Si. selaku dosen pembahas atas ilmu, kritik dan
saran yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi;
7. Bapak Prof. Sutyarso, M.Biomed. selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan pengarahan, bimbingan dan saran selama perkuliahan;
8. Bapak Drs. Suratman, M.Sc. selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung;
9. Bapak Drs. Kanedi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung;
10. Ibu Dra. Yulianty, M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Biologi FMIPA
Universitas Lampung;
11. Seluruh dosen, dan staff Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung
yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis;
12. Ibu Oni Mastuti S.Si. selaku Laboran Laboratorium Mikrobiologi terbaik
atas kerjasama, dukungan, do’a dan dan bantuan selama penelitian dan
penulisan skripsi ini;
13. Ibu Nunung Cahyawati A.Md. selaku Laboran Laboratorium
Biomolekuler atas bantuan, kerjasama dan dukungan selama penelitian
dan penulisan skripsi;
-
xiv
14. Mbah Kodim dan Mbah Wastam beserta keluarga yang senantiasa
memberikan do’a dan dukungan kepada penulis selama perkuliahan,
penelitian hingga penyusunan skripsi ini;
15. Tanteku Febri Nurrohmah atas segala bantuan, dukungan, do’a dan
motivasi selama perkuliahan, penelitian hingga penyusunan skripsi ini;
16. Seluruh keluarga atas dukungan, do’a, motivasi serta pembelajaran yang
telah diberikan khususnya pada saat penelitian dan penyusunan skripsi ini;
17. Mba Desfika Ardia Putri S. Pd., Yunita, Cahya Intan L., Dwi Eka R., Siti
Mardiana, M. Iqbal dan Edelyn Stephani S. selaku teman jatuh, bangun
dan berjalan bersama selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini;
18. Sahabat-sahabatku Siti Mardiana, Yunita, Inas Fadhilah, Tia Annisa,
Winda Yulia Ningtyas, Sri Rahmaning Tiyas, Noufallia Fikri Arra, Nada
Risa Zain dan Dewi Larasati yang selalu memberikan dukungan, bantuan,
semangat, canda tawa, rasa kekeluargaan serta pengalaman dan pengajaran
yang diperoleh bersama selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini;
19. Eriola Maulidya, teman seperARMY-anku, atas bantuan, dukungan,
gangguan dan godaan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini;
20. Mba Nandia, Mba Komang, Yuk Rida serta kakak tingkat Microholic ’14
atas arahan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan skripsi;
21. Micrew 2015 atas bantuan dan kebersamaannya selama ini;
22. Fathia Adni F., Resti Amanda P., Trisna Ramadanti, Resti Safitri dan
Nurul Aniqotun atas dukungan, semangat dan kebersamaan selama masa
sulit perkuliahan dan penyusunan skripsi;
-
xv
23. Sahabat-sahabat setiaku Riza Fitriani, Pitri Andriani, Siska Yulina,
Ramiah dan Desta Feranita atas do’a dan dukungan selama ini;
24. Teman-teman Neofelis (Nest of Excellent Biologist) 2015, seluruh kakak
dan adik tingkat Jurusan Biologi FMIPA Unila atas kebersamaannya yang
telah diberikan;
25. Team Hokage Desa Setia Bumi Uncu Rima Anggari, Kak Brygita, Ami
Amantha, Kak Manez, Taufik, Soparid serta Bapak Eko dan keluarga atas
kebersamaan, do’a dan dukungan selama KKN, penelitian dan penyusunan
skripsi ini;
26. Semua pihak dan instansi yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi.
Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan dan penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, Juli 2019
Sundari Ayu Oktalia
-
xvii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ............................................................................................. i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... x
MOTTO .............................................................................................................. xi
SANWACANA .................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xx
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 3
C. Manfaat ..................................................................................................... 3
D. Kerangka Pikir.......................................................................................... 3
E. Hipotesis ................................................................................................... 5
-
xvii
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6 A. Hutan Mangrove ....................................................................................... 6
1. Fungsi dan Manfaat Biologis dan Ekologis........................................ 7 2. Fungsi dan Manfaat Fisik ................................................................... 8 3. Fungsi dan Manfaat Ekonomi dan Produksi ...................................... 8
B. Bacillus sp. ............................................................................................... 9 C. Antibakteri ................................................................................................ 11 D. Probiotik ................................................................................................... 13 E. Vibrio sp. . ................................................................................................ 15 F. Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA) ................................................. 17
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 18 A. Waktu dan Tempat ............................................................................... 18 B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 18 C. Metode Penelitian ................................................................................. 19
a. Seleksi Isolat Bacillus sp. ................................................................ 20 1. Pembuatan Suspensi Isolat Bacillus sp. dan Vibrio sp. ............. 20 2. Seleksi Isolat Penghasil Senyawa Antibakteri .......................... 20
b. Karakterisasi Isolat Bacillus sp. ...................................................... 21 1. Uji Cekaman Terhadap Kadar Garam ....................................... 21 2. Uji Cekaman Terhadap pH ........................................................ 21 3. Uji Patogenisitas ........................................................................ 21 4. Uji Kepekaan Antibiotik............................................................ 22
c. Uji Kultur Bersama Isolat Bacillus sp. dan Vibrio sp. ................... 22 d. Uji Kultur Bersama Isolat Bacillus sp. dan Vibrio sp. dan BFA ... 23
D. Diagram Alir ........................................................................................ 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 26 A. Seleksi dan Karakterisasi Isolat Bacillus sp. Penghasil Antibakteri
Penghambat Vibrio sp. ........................................................................ 26
B. Uji Kultur Bersama Isolat Bacillus sp. dan Vibrio sp. ........................ 31 C. Uji Kultur Bersama Isolat Bacillus sp. dan Vibrio sp. dan BFA ......... 34
V. SIMPULAN .............................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 37
LAMPIRAN .............................................................................................. 43
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi Bacillus cereus. ................................................................................. 10
2. Grafik pertumbuhan isolat Bacillus sp. (garis terang) dan Vibrio sp. (garis samar)
setelah kultur bersama ............................................................................................ 33
3. Seleksi Isolat Bacillus sp. penghambat Vibrio sp .............................................. 44
4. Uji Cekaman Terhadap Kadar Garam ................................................................ 44
5. Uji Patogenisitas ................................................................................................ 44
6. Uji Kepekaan Antibiotik .................................................................................... 45
5. Bakteri Vibrio sp. Dalam Media TCBS Setelah Kultur Bersama Isolat Bacillus ................................................................................................... 45
8. Bakteri Vibrio sp. Dalam Media TCBS Setelah Kultur Bersama Isolat Bacillus sp.
dan BFA ............................................................................................................ 45
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Seleksi dan Karakterisasi Isolat Bacillus sp. ..................................................... 27
2. Pertumbuhan Vibrio sp. Setelah Kultur Bersama ............................................. 35
-
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi Lampung merupakan wilayah dengan ekosistem hutan mangrove dan
laut yang luas, salah satunya terletak di Desa Hanura Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran. Perairan pantai Desa Hanura sebagian besar
ditumbuhi hutan mangrove dan merupakan salah satu kawasan yang subur
karena mendapat masukan bahan organik dari berbagai sumber antara lain air
sungai yang membawa limbah pertanian, serasah daun mangrove pada dasar
hutan dan aktivitas budidaya ikan laut yang menghasilkan limbah organik
(Siegers, 2013). Budidaya ikan laut dan udang juga dapat berkembang di
Desa Hanura karena keadaan alamya yang berada disekitar pantai dan laut.
Namun, sering terjadi kendala dalam usaha budidaya dibidang tersebut
diantaranya adalah munculnya serangan penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen. Penggunaan antibiotik sering digunakan sebagai
solusi menanggulangi masalah tersebut, tetapi pemberian antibiotik sebagai
solusi ternyata memunculkan masalah baru yaitu terjadinya resistensi
antibiotik.
-
2
Menurut Samosir et al., (2017) penggunaan bakteri probiotik sebagai agen
biokontrol dapat menjadi solusi dari permasalahan penyakit terhadap budidaya
laut. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dalam jumlah yang
cukup memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh dan memiliki pengaruh
menguntungkan karena asosiasinya dengan inang (Wardika et al., 2014;
Anurogo, 2014). Bakteri probiotik mampu menghasilkan asam laktat,
hidrogen peroksida, dan bakteriosin yang dapat berfungsi sebagai antimikroba
dan antibiotik yang mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen (Samosir
et al., 2017).
Bakteri dari genus Bacillus, Bifidobacteri, Pseudomonas, Lactobacillus,
Micrococcus, Afifella dan Rhodobacter dapat dijadikan sebagai kandidat
probiotik dalam saluran pencernaan hewan terutama hewan akuatik (Feliatra
dan Suryadi,2004; Chumpol et al., 2017). Bakteri Bacillus dapat dijadikan
kandidat probiotik karena cakupan hidupnya yang luas, salah satunya dapat
ditemukan banyak pada ekosistem mangrove.
Bacillus sp. diketahui memiliki kemampuan menghasilkan antimikroba yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Sumardi et al., 2012).
Bacillus cereus dan Bacillus thuringiensis diketahui menghasilkan metabolit
sekunder Zwittermicin A yang memiliki sifat antibiotik sangat luas
diantaranya terhadap Oomycetes, protista alga, bakteri Gram negatif, dan
jamur patogen seperti Alternaria, Fusarium, Helminthosporium dan Ustilago
(Sansinenea dan Ortiz, 2013). Bacillus circulans diketahui memiliki aktivitas
antimikroba yang dapat melawan bakteri Gram positif, Gram negatif dan
jamur patogen tanaman (Abada et al., 2014). Selain itu diketahui bakteri
-
3
Bacillus sp. memiliki zat antimikroba yang dapat menekan pertumbuhan
bakteri Vibrio sp. pada pasca larva udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
yang terinfeksi Vibriosis (Permanti et al., 2018). Karena kemampuannya
dalam menghasikan antibiotik tersebut bakteri Bacillus dapat dimanfaatkan
sebagai kandidat probiotik penghasil antibakteri alami yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio sp. dan dapat menjadi salah satu
solusi bagi permasalahan dalam usaha budidaya perairan. Bakteri Vibrio spp.
merupakan salah satu bakteri yang sering menimbulkan masalah dalam
budidaya perairan.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri Bacillus sp. dari
kawasan hutan mangrove yang mampu menghasilkan antibakteri penghambat
Vibrio sp.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah mengenai
isolat Bacillus sp. yang dapat menghasilkan antibakteri penghambat
pertumbuhan Vibrio sp. yang diperoleh dari kawasan hutan mangrove.
D. Kerangka Pikir
Vibrio sp. merupakan mikroorganisme patogen yang sering merugikan karena
dapat meyebabkan penyakit Vibriosis pada hewan budidaya perairan.
Penanggulangan bakteri ini menggunakan antibiotik banyak digunakan
sehingga menyebabkan masalah baru yaitu munculnya resistensi hewan
-
4
budidaya sehingga diperlukan agen biokontrol yang dapat menanggulangi
masalah tersebut secara alami.
Bacillus merupakan salah satu kandidat probiotik yang potensial karena
memiliki berbagai karakteristik yang menunjang. Kemampuan fisiologis dari
bakteri Bacillus sp. salah satunya dapat menghasilkan antibiotik. Beberapa
jenis Bacillus diketahui dapat menghasilkan bakteriosin yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri lain. Bacillus merupakan salah satu genus
bakteri yang berlimpah di alam termasuk di daerah hutan mangrove. Bacillus
yang diisolasi dari mangrove diketahui dapat menghasilkan antibakteri yang
memiliki kegunaan sebagai respon pertahanan bakteri ketika harus
mendapatkan nutrisi di tengah kompetisi dengan mikroorganisme lain.
Pada budidaya dibidang perairan antara lain budidaya ikan dan udang,
baktreri Vibrio sp. merupakan penyebab penyakit Vibriosis yang sering
muncul dan menyebabkan kematian pada hewan budidaya. Antibiotik sering
digunakan sebagai tindak pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut.
Antibiotik yang sering digunakan adalah antibiotik dari golongan tetrasiklin
antara lain oksitetrasiklin. Oksitetrasiklin banyak digunakan dalam budidaya
perairan karena aktivitas spektrumnya yang luas. Antibiotik tersebut bersifat
bakteriostatik dengan cara menghambat sintesis protein bakteri. Bacillus sp.
diketahui dapat menghasilkan senyawa antibakteri bakteriosin golongan
peptida yaitu Zwittermicin A yang memiliki rumus molekul mirip dengan
golongan tetrasiklin dan bersifat bakteriostatik yaitu dapat menghambat
pertumbuhan bakteri lain. Oleh karena itu, bakteri Bacillus sp. dapat
-
5
dijadikan kandidat probiotik untuk menanggulangi penyakit Vibriosis pada
hewan budidaya perairan.
E. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu didapatkan isolat bakteri Bacillus
yang dapat menghasilkan senyawa antibakteri penghambat Vibrio sp.
-
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah hutan yang terutama tumbuh pada lumpur aluvial di
daerah pantai dan muara sungai, yang eksistensinya selalu dipengaruhi oleh
pasang-surut air dengan berbagai jenis mangrove yang biasa tumbuh antara
lain Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,
Excoecaria, Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa (Sorianegara, 1987).
Mangrove merupakan tumbuhan yang banyak dikenal dan sering dijumpai di
daerah pinggir pantai karena perannya sebagai pelindung fisik pantai untuk
mencegah adanya abrasi (Karuniastuti, 2013). Mangrove merupakan pohon
yang hidupnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut (intertidal trees),
tumbuhan ini dapat ditemukan di sepanjang pantai tropis di seluruh dunia.
Pohon mangrove memiliki adaptasi fisiologis secara khusus untuk
menyesuaikan diri dengan garam yang ada di dalam jaringannya. Mangrove
juga memiliki adaptasi melalui sistem perakaran untuk menyokong dirinya di
sedimen lumpur yang halus dan mentransportasikan oksigen dari atmosfer ke
akar. Sebagian besar mangrove memiliki benih terapung yang diproduksi
setiap tahun dalam jumlah besar dan terapung hingga berpindah ke tempat
baru untuk berkelompok (Kusmana, 2008).
-
7
Tumbuhan mangrove memiliki mekanisme anatomi dan fisiologi sehingga
mampu bertahan hidup dan beradaptasi pada lingkungan yang ekstrem
sepanjang pinggiran pantai seperti terpaan gelombang, pasang surut air dan
salinitas air yang tinggi (Adha, 2015).
Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat banyak
diantaranya:
1. Fungsi dan Manfaat Biologis dan Ekologis
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri dari lingkungan
biotik dan abiotik yang saling berinteraksi. Komponen biotik mangrove
terdiri dari vegetasi mangrove yang meliputi pepohonan, semak, dan
fauna. Sedangkan komponen abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan hutan mangrove adalah pasang surut air laut, lumpur
berpasir, terpaan ombak, pantai yang landai, salinitas laut, dan lain
sebagainya.
Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah tempat
memijah (spawning ground), berkembang biak (nursery ground), dan
mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang
bernilai ekonomis seperti ikan dan udang. Dapat juga sebagai habitat
berbagai satwa liar seperti reptilia, mamalia, dan lain-lain. Selain itu,
hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah. Ekosistem hutan
mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer
ekosistem mangrove sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun dimana angka
ini tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya. Oleh
-
8
sebab itu, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis
yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi,
bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang
lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak
biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain) (Kustanti, 2011).
2. Fungsi dan Manfaat Fisik
Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil,
melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta
berperan sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat
perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan
dan gelombang dan angin kencang, mencegah intrusi garam (salt
intrution) ke arah darat, serta mengolah limbah organik (Kusmana, 2008).
3. Fungsi dan Manfaat Ekonomi dan Produksi
Menurut Kustanti (2011), mangrove dapat menghasilkan 67 macam
produk yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya untuk bahan
bakar (kayu bakar, arang, alkohol); bahan bangunan (tiang-tiang, papan,
pagar); alat-alat penangkapan ikan (tiang sero, bubu, pelampung, tanin
untuk penyamak); tekstil dan kulit (rayon, bahan untuk pakaian, tanin
untuk menyamak kulit); makanan, minuman dan obat-obatan (gula,
alkohol, minyak sayur, cuka); peralatan rumah tangga (mebel, lem,
minyak untuk menata rambut); pertanian (pupuk hijau); chips untuk pabrik
kertas dan lain-lain.
-
9
B. Bacillus sp.
Bacillus adalah salah satu marga bakteri yang dapat dijumpai di tanah dan air
termasuk pada air laut (Pelczar et al.,2010). Bacillus sp. merupakan bakteri
berbentuk batang, tergolong bakteri yang bersifat Gram positif, motil,
menghasilkan spora yang biasanya tahan panas, bersifat aerob atau anaerob
fakultatif, positif menghasilkan enzimkatalase dan oksidasi bervariasi. Tiap
spesiesnya berbeda dalam penggunaan gula, sebagian melakukan fermentasi
dan sebagian tidak (Barrow, 1993). Genus Bacillus mempunyai sifat
fisiologis yang berbeda-beda tergantung jenisnya, kemampuan fisiologis dari
bakteri ini diantaranya dapat mengdegradasi senyawa organik antara lain
protein, pati, selulosa, hidrokarbon dan agar, mampu menghasilkan antibiotik,
berperan dalan proses nitrifikasi dan dentrifikasi; pengikat nitrogen, bersifat
kemolitotrof, aerob atau fakultatif anaerob, asidofilik, psikoprifilik, atau
thermofilik (Claus dan Barkeley, 1986). Hal ini juga didukung oleh penelitian
Hatmanti (2000) yang menyatakan bahwa Bacillus sp. bersifat aerob namun
beberapa juga dapat bersifat fakultatif anaerob dan sebagian besar
menghasilkan enzim katalase. Kemudian menurut de Vos et al., (2009)
Dinding sel Bacillus sp. tersusun atas peptidoglikan, asam teikoat, dan asam
teikuronat yang merupakan ciri bakteri Gram positif.
-
10
Menurut de Vos et al,. (2009) klasifikasi Bacillus sp. adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Bakteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Bangsa : Bacillales
Suku : Bacillaceae
Marga : Bacillus
Jenis : Bacillus spp.
Gambar 1. Morfologi Bacillus cereus (Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology)
Beberapa jenis Bacillus diketahui mampu menghasilkan antibakteri antara
lain Bacillus cereus dan Bacillus thuringiensis. Bacillus juga diketahui dapat
menghambat pertumbuhan dari bakteri Serratia marcescens (Supartono et al.,
2011). Bacillus cereus dan Bacillus thuringiensis diketahui menghasilkan
metabolit sekunder Zwittermicin A yang memiliki sifat antibiotik sangat luas
-
11
diantaranya terhadap Oomycetes, protista alga, bakteri Gram negatif, dan
jamur patogen seperti Alternaria, Fusarium, Helminthosporium dan Ustilago
(Sansinenea dan Ortiz, 2013). Dalam Abada et al., (2014), Bacillus circulans
diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang dapat melawan bakteri Gram
positif, Gram negatif dan jamur patogen tanaman. Selain itu, Rosenfeld dan
Zobell dalam Effendi (1998) menemukan bahwa bakteri dari genus Bacillus
ternyata merupakan penghuni laut yang dapat menghasilkan antibiotik.
Bacillus spp. asal laut telah diteliti oleh ahli-ahli peneliti kelautan dan terbukti
mempunyai beberapa kemampuan, diantaranya adalah mampu menghasilkan
zat antibiotik yang dapat melawan bakteri patogen Vibrio cholerae.
C. Antibakteri
Antibakteri merupakan salah satu jenis dari antibiotik. Antibiotik dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu antibakteri, antijamur,
antiamoeba, dan lain-lain. Antibiotik adalah metabolit yang dihasilkan oleh
suatu organisme, yang dalam jumlah sangat kecil dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan organisme lain (Madigan et al, 2006). Menurut
Wahjudi, Algadrie, dan Chrisnasari (2014), antibiotik adalah suatu metabolit
yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme lainnya. Bakteriosin
merupakan salah satu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
mempunyai aktivitas antibakteri. Bakteriosin merupakan komponen
ekstraseluler berupa peptida atau senyawa protein dengan bobot molekul
kecil yang aktivitasnya dipengaruhi oleh suhu dan pH. Bakteriosin diketahui
dapat menghambat E. coli pada kisaran ph 2 sampai 6 dan suhu 40o sampai
-
12
121oC (Sari et al., 2018; Jagaesswari, 2010).
Kadar antibiotik minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan
atau membunuh mikroba dikenal dengan istilah kadar hambat minimal
(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) (Amin, 2014).
Menurut Amin (2014), antibiotik memiliki cara kerja yang berbeda-beda
dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotik dibagi atas;
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
Antibiotik ini adalah antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan pada
bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif. Contohnya adalah penicilin,
cephalosporin, carbapenem, monobactam dan vancomycin.
2. Antibiotik yang bekerja dengan merusak membran sel mikroorganisme
Antibiotik golongan ini merusak permeabilitas membran sel sehingga
terjadi kebocoran bahan-bahan dari intrasel.
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan
mempengaruhi subunit ribosom 30S dan 50S.
Antibiotik ini menyebabkan terjadinya hambatan dalam sintesis protein
secara reversibel.
4. Antibiotik yang mengikat subunit ribosom 30S.
Antibiotik ini menghambat sintesis protein dan mengakibatkan kematian
sel. Contohnya adalah aminoglycoside yang bersifat bakterisidal.
5. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba
(bakterisidal).
-
13
6. Antibiotik yang menghambat enzim yang berperan dalam metabolisme
folat (bakteristatik).
Ada banyak jenis mikroorganisme baik bakteri dan fungi yang dapat
menghasilkan antibiotik. Namun, bakteri penghasil antibiotik yang terutama
adalah dari species Bacillus yang menghasilkan basitrasin, polimiksin, dan
sirkulin, selain itu juga dari spesies Pseudomonas (piosianin), serta
Chromobacterium (Basavaraj et al., 2010).
D. Probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme hidup bila diberikan di dalam jumlah yang
cukup memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh (Anurogo, 2014).
Menurut ILSI International Life Sciences Institute (ILSI) Europe Working
Group, probiotik adalah suplemen makanan dari mikroba hidup yang
memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan inang (host).
Bakteri kandidat probiotik umumnya menghasilkan substansi antimikroba
seperti asam laktat, asam asetat, hidrogren peroksida, diasetil, asam
piroglutamat, reuterin, dan bakteriosin (Anurogo, 2014).
Menurut Tomasik (2003), suatu mikroorganisme dapat digolongkan sebagai
probiotik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut ;
1. Dapat bertahan hidup melalui traktus gastrointestinal pada pH rendah dan
berhubungan dengan empedu.
2. Melekat ke sel-sel epitel usus.
3. Stabil terhadap mikroflora usus.
4. Tidak bersifat patogen.
-
14
5. Bertahan hidup di dalam bahan makanan dan berkemungkinan untuk
produksi pharmacopoeia lyophilized preparations.
6. Multiplikasi cepat, baik dengan kolonisasi temporer atau permanen dari
traktus gastrointestinal.
7. Memiliki specificity probiotik yang generik.
Menurut Malago et al., (2011) sifat-sifat dari bakteri probiotik antara lain :
1. Tidak kehilangan sifat aslinya selama masa penyimpanan
2. Secara normal berada pada saluran pencernaan manusia
3. Harus dapat bertahan hidup, dapat melawan pertahanan barrier lambung,
tahan terhadap kerja pencernaan dari getah lambung, enzim pencernaan
dan garam empedu dan berkoloni di usus.
4. Harus bisa melekat dan berkoloni dengan sel intestinal.
5. Harus menimbulkan fungsi metabolik pada level pencernaan, yang
bermanfaat bagi kesehatan inang dan antagonis mikrooganisme patogen
dengan memproduksi zat antimikrobial.
6. Tidak menimbulkan reaksi berbahaya atau patogen.
7. Resistensi terhadap antibiotik.
8. Harus dapat dikelola dalam dosis yang cukup.
Bakteri probiotik memiliki mekanisme melindungi dan memperbaiki kondisi
kesehatan yaitu dengan menghambat pertumbuhan bakteri patogen melalui
beberapa cara antara lain:
1. Memproduksi substansi-substansi penghambat. Probiotik mampu
memproduksi zat-zat penghambat pertumbuhan bakteri Gram positif
-
15
maupun negatif. Zat-zat ini termasuk asam organik, hidrogen peroksida
(H2O2), bakteriosin yang mampu menghambat tidak hanya bakteri hidup
tetapi juga dapat memproduksi toksin.
2. Menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa usus dengan
cara kompetisi untuk mengadakan perekatan dengan enterosit (sel epitel
mukosa), karena apabila enterosit sudah dipenuhi oleh probiotik maka
tidak dapat lagi mengadakan perlekatan dengan bakteri lain.
3. Kompetisi nutrisi. Probiotik akan berkompetisi dengan bakteri patogen
untuk memperebutkan nutrisi pada saluran cerna.
4. Memperbaiki respon imun melalui peningkatan ekspresi dari limfosit B
dan sekresi imunoglobulin A baik secara lokal maupun sistemik. Ketika
probiotik berkontak dengan usus yang berasosiasi dengan jaringan
limfoid maka dapat merangsang peningkatan sistem imun dengan
menstimusi respon IgA dan merangsang aktivitas fagositosis
(Simadibrata, 2011).
Kurniasih et al.(2013) menyatakan Bacillus cereus merupakan kandidat
bakteri yang berpeluang untuk dijadikan probiotik dengan kemampuan
menghasilkan L-lactat, acetat, format, succinat, ethanol, dan carbon dioxida
dari sumber karbon sukrosa dan glukosa melalui respirasi anaerobik.
E. Vibrio sp.
Vibrio merupakan bakteri Gram negatif yang bersifat fakultatif anaerob, yaitu
jenis bakteri yang dapat bertahan hidup baik dengan atau tanpa oksigen.
Bakteri Vibrio banyak ditemukan pada daerah sungai pasang surut dan teluk,
-
16
oleh karena itu bakteri Vibrio banyak ditemukan di air laut (Schoendstadt,
2013).
Klasifikasi Vibrio sp. menurut Schoendstadt (2013) adalah;
Kerajaan : Eubacteria
Divisi : Bacteri
Kelas : Schiomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Vibrionaceae
Marga : Vibrio sp.
Menurut Public Health of England (2015), bakteri spesies Vibrio memiliki
bentuk lurus atau melengkung dan membentuk spora batang, memiliki lebar
0.5-0.8 µm dengan panjang berkisar 1.4-2.6 µm. Bakteri Vibrio dapat
tumbuh pada kisaran pH yang cukup tinggi yaitu 4-9, namun tumbuh optimal
pada kisaran pH 6.5-8.5. Bakteri Vibrio tumbuh baik pada kisaran suhu 20-
300 C. Vibrio dapat ditumbuhkan dalam media selektif seperti media agar
darah dan TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose). Vibrio yang
ditumbuhkan pada media TCBS akan memunculkan warna koloni berwarna
kuning atau hijau. Sedangkan pada media agar darah, koloni Vibrio
menghasilkan koloni berwarna keabu-abuan dan berbentuk melingkar,
dengan diameter 2-3 mm. Spesies Vibrio menunjukkan sifat positif untuk uji
oxidase dan katalase serta bersifat fermentatif. Semua jenis anggota Vibrio
adalah motil (bergerak) dan mempunyai kutub flagella dengan sarung
pelindung (Bauman dan Schubert, 2009).
-
17
F. Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA)
Bakteri fotosintetik anoksigenik (BFA) merupakan bakteri yang dapat
melakukan proses fotosintesis tanpa menghasilkan oksigen. BFA dapat
hidup secara aerobik, anaerobik maupun secara fermentasi (Brock dan
Madigan, 1991). Selain itu juga mampu menggunakan cahaya spektrum
merah sampai infra merah, tahan terhadap herbisida tertentu dan mampu
memanfaatkan H2S (Habte dan Alexander, 1980). Bakteri fotosintetik
anoksigenik mampu hidup dalam kondisi gelap (sampai kedalaman 8 cm di
dalam tanah) sehingga memiliki lingkungan hidup yang lebih luas
(Kobayashi et al., 1967). BFA berbentuk batang, bulat, oval dan vibrio.
Beberapa genus bersifat motil karena memiliki alat gerak berupa flagella
(Widodo, 2010; Imhoff, 1955). Menurut Kobayashi et al., (1967) bakteri
fotosintetik dapat hidup dengan baik pada daerah tropis dengan suhu
minimum yang tinggi dan intensitas cahaya matahari yang cukup.
Bakteri Fotosintetik Anoksigenik terbagi dalam dua kelompok yaitu bakteri
ungu (purple bacteria) dan bakteri hijau (green bacteria). Beberapa genus
bakteri yang diketahui termasuk ke dalam famili bakteri fotosintetik yaitu
Rhodobacter, Rhodovulum, Rhodopseudomonas, Rhodoblastus,
Hodomicrobium, Rhodospirillum dan Rhodospira (Madigan dan Jung, 2009).
Dalam Chumpol et al. (2017), bakteri ungu nonsulfur diketahui dapat
menjadi agen probiotik yang dapat mempertahankan kualitas air dan
melindungi udang putih (Litopenaeus vannamei) dari serangan penyakit yang
disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus SR2.
-
18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2018- Maret 2019
di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : hot plate magnetic
stirer, laminar air flowcabinet, autoclave, neraca analitik, inkubator, colony
counter, oven, jarum ose, erlenmeyer, vortex mixer, water bath, shaker,
mikropipet, mikro tip, pipet tetes, drigalski,object glass, cawan petri, gelas
ukur, tabung reaksi, tabung Durham, alumunium foil, batang pengaduk,
bunsen, beaker glass, pinset, cutter, spatula, gunting bedah, gunting,
mikroskop, ice box, sarung tangan, masker, plastik tahan panas, plastik steril,
termometer, karet gelang, kapas, jangka sorong, kertas saring, kain kasa, dan
pH meter.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pepton, ekstrak
khamir,gliserol, agar,air laut, garam fisiologis 0,98%, garam dapur0%:3%
dan 6%,NaOH 1 M, HCl 1 M, kristal violet,akuades, disk antibiotik
trimetoprim, streptomisin, ampisilin, kloramfenikol, asam nalidiksat,
-
19
pelarut etil asetat, media Sea Water Complete dan Thiosulfate Citrate Bile
Salts Sucrose.
C. Metode Penelitian
Isolat Bacillus diperoleh dari koleksi Laboratorium Mikrobiologi Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Lampung yang diisolasi dari kawasan Hutan
Mangrove Hanura. Kemampuan isolat Bacillus dalam menghambat Vibrio sp.
ditentukan melalui uji antagonis antara isolat Bacillus dengan bakteri Vibrio
sp. pada media SWC padat. Bakteri Vibrio dikultur dengan metode pour
plate, kemudian isolat Bacillus dititik di atas permukaan media SWC yang
telah diinokulasi bakteri Vibrio. Sifat antagonis isolat Bacillus dan Vibrio
ditunjukkan dengan adanya zona jernih disekitar koloni Bacillus. Isolat
Bacillus yang menunjukkan sifat antagonis selanjutnya dikarakterisasi
meliputi uji kepekaan terhadap kadar garam dan pH, uji patogenisitas, dan uji
kepekaan antibiotik. Ketahanan isolat terhadap cekaman kadar garam
ditetapkan berdasarkan kemampuan isolat hidup pada media padat dengan
variasi kadar garam 0 %, 3 % dan 6 %, ketahanan isolat terhadap cekaman
garam ditentukan dengan pertumbuhan koloni. Selanjutnya ketahanan isolat
terhadap cekaman pH ditetapkan berdasarkan kemampuan isolat hidup pada
media padat dengan variasi pH 4, 7 dan 10, ketahanan isolat terhadap cekaman
pH ditentukan dengan pertumbuhan koloni. Patogenisitas isolat Bacillus
diketahui melalui uji hemolisis pada media SWC agar darah. Sifat hemolisis
diketahui dari zona jernih yang terbentuk akibat sel darah yang mengalami
lisis. Uji kepekaan antibiotik ditentukan melalui metode Kirby Bauer
terhadap 5 antibiotik yaitu kloramfenikol, ampisilin, streptomisin, trimetoprim
-
20
dan asam nalidiksat. Kepekaan isolat ditentukan berdasarkan zona jernih yang
terbentuk disekitar disk antibiotik. Selanjutnya dilakukan pengujian tambahan
untuk mengetahui kemampuan isolat Bacillus dan Vibrio sp. dalam kultur
bersama pada media SWC cair. Isolat Bacillus dan Vibrio sp. diinokulasi pada
media SWC cair dengan kepadatan yang sama, kemampuan pertumbuhan
isolat dilihat dari jumlah kepadatan akhir isolat Bacillus dan Vibrio sp.
Kemampuan Isolat Bacillus diuji kembali dengan kultur bersama dengan
Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA) dan Vibrio sp. dalam media SWC
cair dengan kepadatan yang berbeda. Pertumbuhan isolat Bacillus, BFA dan
Vibrio sp. dilihat dari jumlah kepadatan akhir bakteri.
a. Seleksi Isolat Bakteri Bacillus sp.
1. Pembuatan Suspensi Isolat Bacillus sp. dan Vibrio sp.
Satu ose isolat dari setiap isolat Bacillus dimasukkan ke dalam aquades
steril sebanyak 10 ml di dalam tabung reaksi lalu diinkubasi pada shaker
selama 4 hari. Bakteri uji Vibrio sp. juga dibuat suspensi sebanyak 10 ml
di dalam tabung reaksi lalu diinkubasi pada shaker selama 1 hari.
2. Seleksi Isolat Penghasil Senyawa Antibakteri
Suspensi Vibrio sp. dimasukkan ke dalam cawan petri dengan metode
pour plate. Kemudian disiapkan kertas cakram steril lalu dicelupkan ke
dalam suspensi isolat bakteri Bacillus sp., kertas cakram lalu diletakkan
di atas media berisi Vibrio sp. Selanjutnya biakan diinkubasi pada suhu
ruang selama 3 hari. Daerah terang atau zona jernih yang terbentuk
menandakan bahwa isolat mampu menghambat pertumbuhan bakteri
-
21
Vibrio sp. Zona bening diukur menggunakan jangka sorong dan
selanjutnya isolat yang menunjukkan daerah terang atau bening dipilih
untuk dilakukan karakterisasi (Sari et al., 2015).
b. Karakterisasi Isolat Bacillus sp.
1. Uji Cekaman Terhadap Kadar Garam
Isolat Bacillus diambil menggunakan jarum ose steril kemudian
diinokulasi ke dalam media SWC Agar yang dimodifikasi dengan garam
konsentrasi 0 %; 3 %; dan 6 %. Kultur kemudian diinkubasi selama 24
jam pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter
koloni yang tumbuh (Triyanto, 2009).
2. Uji Cekaman Terhadap pH
Isolat Bacillus diambil menggunakan jarum ose steril kemudian
diinokulasi ke dalam media SWC Agar yang dimodifikasi dengan pH 4,
7, dan 10. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter koloni yang tumbuh
(Triyanto, 2009). Isolat yang menunjukan pertumbuhan yang baik dipilih
untuk dilakukan uji selanjutnya.
3. Uji Patogenisitas
Patogenisitas ditentukan melalui uji hemolitik pada medium agar darah.
Isolat Bacillus diambil menggunakan jarum ose steril kemudian
diinokulasi ke dalam media SWC Agar Darah. Kultur kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan
-
22
dengan melihat zona yang terbentuk disekitar koloni atau perubahan
warna media (Hamtini, 2014). Uji hemolitik positif menunjukkan
karakter patogen pada isolat.Isolat yang tidak menunjukan sifat patogen
dipilih untuk dilakukan uji selanjutnya.
4. Uji Kepekaan Antibiotik
Isolat diuji kepekaannya terhadap 5 jenis antibiotik antara lain
kloramfenikol 30 µg, ampisilin 10 µg, streptomisin 10 µg, trimetoprim 5
µg, dan asam nalidiksat 30 µg dengan menggunakan metode Kirby-
Bauer. Bakteri uji diinokulasi secara swab pada media SWC Agar dalam
cawan petri. Kemudian disk dari 5 jenis antibiotik diletakkan pada cawan
kultur menggunakan pinset steril dan diinkubasi pada suhu ruang selama
24 jam. Pengamatan dengan melihat zona jernih yang terbentuk disekitar
disk antibiotik (Hamtini, 2014 ; Puspitasari, 2017).
c. Uji Kultur Bersama Isolat Bacillus sp. dan Vibrio sp.
Kultur bersama isolat Bacillus dengan Vibrio sp. dilakukan untuk
mengetahui kemampuan isolat dalam menghambat pertumbuhan Vibrio
sp. di dalam media cair. Metode kultur bersama yang dilakukan
merupakan modofikasi dari metode Vaseeharan dan Ramasamy (2003).
Suspensi cair Isolat Bacillus sp. dan Vibrio sp. dengan kepadatan 103 sel
/ml dimasukkan kedalam 50 ml media SWC cair. Sebagai kontrol isolat
Bacillus sp.dan Vibrio sp. ditumbuhkan masing-masing pada media SWC
cair. Selanjutnya diinkubasi pada orbital shaker dengan kecepatan 100
RPM pada suhu ruang selama 7 hari. Setiap hari kultur diambil untuk
-
23
dihitung kepadatan jumlah Vibrio kontrol dan perlakuan yang tumbuh.
Kultur dibuat pengenceran hingga seri 10-3 kemudian 1 ml dari setiap seri
pengenceran diinokulasikan secara pour plate ke dalam media TCBS.
Setelah inkubasi selama 24 jam kepadatan Vibrio sp. dihitung secara
langsung. Kontrol Bacillus dihitung dengan membuat seri pengenceran
sampai dengan 10-6, lalu diambil 1 ml dari pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-
6 lalu diinokulasikan secara pour plate ke dalam media SWC agar dan
diinkubasi selama 24 jam. Pengamatan dilakukan dengan melihat
pertumbuhan koloni bakteri dengan menghitung jumlah koloni
menggunakan colony counter. Hasil yang didapat memperlihatkan pada
hari keberapa bakteri Vibrio sp. mengalami penurunan pertumbuhan.
d. Uji Kultur Bersama Isolat Bacillus sp., Vibrio sp. dan BFA
Selanjutnya dilakukan pengujian ulang kultur bersama dengan kepadatan
isolat Bacillus dan Vibrio yang berbeda serta penambahan isolat BFA.
Suspensi isolat Bacillus dan BFA dengan kepadatan 105 sel/ml dan Vibrio
sp. sebanyak 103 sel/ml dimasukkan ke dalam 16 ml media SWC cair lalu
diinkubasi secara anaerob, pemberian cahaya lampu dan pada suhu ruang
selama 4 hari. Kontrol isolat Bacillus, Vibrio sp. dan BFA ditumbuhkan
secara terpisah dengan kepadatan yang sama dengan perlakuan.
Selanjutnya kultur perlakuan dan kontrol Vibrio diambil dan dibuat
pengenceran sampai dengan 10-2 kemudian diambil 1 ml dari setiap
pengenceran untuk diinokulasikan secara pour plate ke dalam media
TCBS. Kontrol dibuat seri pengenceran hingga 10-7 lalu diambil 1 ml
dari pengenceran 10-5, 10-6, dan 10-7 lalu diinokulasikan secara pour plate
-
24
ke dalam media SWC agar. Setelah inkubasi selama 24 jam kepadatan
koloni Vibrio sp. perlakuan dan kontrol dihitung secara langsung dengan
menggunakan colony counter . Semua perlakuan dibuat dalam tiga
ulangan.
-
25
D. Diagram Alir
Seleksi Isolat Bakteri Bacillus sp.
Pembuatan Suspensi Isolat Bacillus sp. dan
Vibrio sp.
Seleksi Isolat Penghasil Senyawa Antibakteri
Karakterisasi Isolat Bacillus sp.
Uji Cekaman
Kadar Garam
Uji Patogenisitas
Uji Kepekaan Antibiotik
pH
Uji Kultur Bersama Isolat Bacillus sp. dan
Vibrio sp.
Uji Kultur Bersama Isolat Bacillus sp., BFA
dan Vibrio sp.
-
22
V. SIMPULAN
Isolat Bacillus sp. IL2K8 adalah isolat yang diseleksi dari 77 isolat yang didapat
dari kawasan hutan mangrove Hanura yang dapat menghambat pertumbuhan
Vibrio sp. setelah diuji dengan metode Kirby Bauer. Isolat IL2K8 dapat tumbuh
dengan kadar garam 0 %,3 %, 6 % dan nilai pH 7 serta 10. IL2K8 tidak memiliki
sifat patogen. Resisten terhadap antibiotik amplisin, striptomisin, asam nalidiksat
dan kloramfenikol, namun peka terhadap antibiotik trimetoprim. Dalam kultur
bersama pada media cair isolat Bacillus IL2K8 bersama dengan bakteri
fotosintetik anoksigenik dapat menghambat pertumbuhan Vibrio sp.
-
37
DAFTAR PUSTAKA
Abada, Emad A., El-Hendawy, H. Hoda, M. E. Osma, M. A. Hafez. 2014.
Antimicrobial activity of Bacillus circulans isolated from rhizosphere of
Medicago sativa. Life Science Journal, 11(a8): 711–719.
Adha, M. 2015. Analisis Kemelimpahan Kepting Bakau (Scylla spp.) di Kawasan
Mangrove Dukuh Senik, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.
Anurogo, D. 2014. Probiotik: Problematika dan Progresivitasnya. Medical
Review. 27(3):46-57.
Amin, Lukman Z. 2014. Pemilihan Antibiotik yang Rasional. Scientific Journal of
Pharmaceutical Development and Medical Application, 27(3): 40–45.
Barrow, G.I. 1993. Cowan and Steel’s Manual for the Identification of Medical
Bacteria, 3rd edn. Cambridge University Press. Cambridge
Basavaraj, K. H., M.A. Navya, R. Rashmi. 2010. Quality of life in HIV/AIDS.
Journal departement of dermatology, venereology and leprosy, JSS medical
college, JSS University. Mysore, Karnataka. India.
Bauer, A.W, W.M. Kirby, J.C. Sherris, M . Turck. 1966. Antibiotics Susceptibility
Testing By A Standardized Single Disc Method. American Journal of Clinical
Pathology;45: 493-496.
Bauman, P. dan L.R.H.W. Schubert. 2009. Family II Vibrionacea Veron 1965, PP.
515-550. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology Vol. 1. The
Williams and Wilkins co., Baltimore.
Behera, B.C., S.K. Singdevsachan, R.R. Mishra, B.K. Sethi, S.K. Dutta, H.N. Thatoi.
2016. Phosphate Solubilising Bacteria From Mangrove Soils Of Mahanadi River
Delta, Odisha, India. World Journal Of Agricultural Research 4(1): 18-23.
-
38
Bindoff, N.L., J. Willebrand, V. Artale, A. Cazenave, J. Gregory, S. Gulev, K.
Hanawa, C. Le Quéré, S. Levitus, Y. Nojiri, C.K Shum, L.D. Talley, A.
Unukrishnan. 2007. Observations: Oceanic Climate Change and Sea Level. In:
Solomo. Cambridge: Cambridge University Press.
Brock, T.D. dan M.T. Madigan. 1991. Biology of Microorganism. Prentice Hall. New
Jersey.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky,
R.B. Jackson. 2012. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta. 441 hlm.
Chumpol S, D . Kantachote, T. Nitoda dan H. Kanzaki. 2017. The Roles Of Probiotic
Purple Nonsulfur Bacteria To Control Water Quality And Prevent Acut
Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) For Enhacement Growth With
Higher Survival In White Shrimp (Litopenaeus vannamei) During Cultivation.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0044848616312935. Diakses
11 Mei 2019.
Claus, D. dan R.C.W. Berkeley. 1986. Genus Bacillus, In : Bergeys Manual of
Systematic Bacteriology. Vol 2 (SNEATH, P.H.A., ed.) Baltimore : 1105 - 1139.
De Vos, P., G. M. Garrity, D. Jones, N. R. Krieg, W. Ludwig, F. A. Rainey, Karl-
Heinz Schleifer, William B. Whitman. 2009. Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology 2nd Edition Volume Three : The Firmicutes. Bergey’s Manual
Trust. New York. Effendi, Irwan. 1998. Prospek Bioteknologi Bakteri Laut. Dalam :Strategi
Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional dalam meningkatkan Devisa
Negara (FELIATRA, ed.) Universitas Riau Press, Riau, Indonesia : 225 pp.
Feliatra, E. dan E. Suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari
Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi Pakan Ikan.
Jurnal Natur Indonesia 6 (2): 75-80.
Forbes, B.A. dan D.R. Schaberg. 1983. Transfer of Resistance Plasmids from
Staphylococcus epidermidis to Staphylococcus auereus: Evidence for
Conjugative Exchange of Resistance. Journal of Bacteriology, 153(2):627-634.
Habte, M. dan M. Alexander. 1980. Nitrogen Fixation by Photosynthetic Bacteria in
Lowland Rice Culture. Appl. Environ. Microbiol 39: 342-347.
Hamtini. 2014. Isolation and Selection of Bacillus sp. from Catfish ( Clarias sp.) as
well Its potential as a Probiotic. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hatmanti, A. 2000. Pengenalan Bacillus spp. Oseana, XXV(1), 31–41.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0044848616312935
-
39
Howieson, J.G. dan Dilworth, M.J. 2016. ‘Working with rhizobium’ Australian
Centre for International Agricultural Research (ACIAR).
Imhoff, J. F. 1995. Taxonomy and Physiology of Phototrophic Purple Bacteria and
Green Sulfur Bacteria. In: Blankenship, R.E., M. T. Madigan, C. E. Bauer (ed.).
Anoxygenic Photosynthetic Bacteria. Kluwer Academia Publishers.Netherlands.
International Life Sciences Institute (ILSI) Europe Working Group. http://ilsi.eu.
Diakses pada 5 November 2018.
Islamiah, Dwi N., Rahmawati dan R. Linda. 2017. Jenis-Jenis Bakteri Rhizosfer
Kawasan Tanah Mangrove Avicennia Kelurahan Terusan, Kecamatan
Mempawah Hilir, Kalimantan Barat. Protobiont, 6(3) : 165–172. Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
Jagadesswari, S. dan Vidya, P. 2010. Isolation and Characterization of Bacteriosin
Producing Lactobacillus sp. from Traditional Ferminted Food. Electronic
Journal of Enviromental Agricultural and Food Chemistry 9(3): 575-581.
Karthikeyan, K., dan Sahayarayan, J. 2017. Antibacterial Activity of a Novel Bacillus
cereus Isolated from Mangrove Ecosystem. International Journal of Current
Microbiology and Applied Sciences. ISSN: 2319-7706. 6(8): 3302-3306.
Karuniastuti. 2013. Peranan Hutan Mangrove bagi Lingkungan Hidup.Forum
Manajemen 6(1): 1-10.
Kobayashi, M., E. Takahashi dan K. Kawaguchi. 1967. Distribution of Nitrogen
Fixing Microorganism in Paddy Soil of Southeast Asia. Soil Sci. 104: 113-118.
Kurniasih, T., Widanarni, Mulyasari, I. Melati, Z. I. Azwar, dan A. M. Lusiastuti.
2013. Isolasi, Seleksi, Dan Identifikasi Bakteri Dari Saluran Pencernaan Ikan
Lele Sebagai Kandidat Probiotik. J. Ris. Akuakultur. 8 (2): 277-286.
Kusmana, C. 2008. Metode Survey Vegetasi. IPB Press. Bogor.
Kustanti, A. 2011. Manajemen Hutan Mangrove. IPB Press. Bogor.
Le Marechal, C., Seyffert, N., Jardin, J., Hernandez,D., Jan, G., Rault, L., Azevedo
V., Francois, P., Schrenzel, J., van de Guchte, M., Even, S., Berkova, N., Thiery,
R., Fitzgerald, J.R., Vautor, E., Le Loir, Y. 2011. Molecular Basis of Virulence
in Staphylococcus aureus mastitis. PloS One. 6 : e27354.
Lestari, W.L., Agung B., Artini P. 2016. Bakteri Heterotrof Aerobik Asal Saluran
Pencernaan Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) dan Potensinya sebagai
Probiotik. Bioteknologi 13 (1): 9-17. doi: 10.13057/biotek/c130102.
http://ilsi.eu/
-
40
Madigan, M.T., J.M. Martinko, J. Parker. 2000. Brock Biology of Microorganism.
New Jersey : Prentice-hall. Inc.
Madigan, M.T., J.M. Martikno, J. Parker. 2006. Brock Biology of Microorganism.
Internasional Edition, 11th. Prentice Hall Pearson Education Inc. United States of
America.
Madigan, M. T., dan D. O. Jung. 2009. An Overview of Purple Bacteria: Systematics,
Physiology, and Habitats. In: Hunter, C. N., F. Daldal, M. C. Thurnauer, dan J.
T. Beatty (ed): The purple Phototropic Bacteria. Springer Science dan Business
Media B.V. Carbondale.
Malago, J.J., J.G.L. Koninkx dan R. Marinsek. 2011. Probiotic Bacteria and Enteric
Infection. Cyoptoprotection of Probiotic Bacteria. Springer Dordrecht
Heidelberg London. New York.
Marihati., Nani, H., Muriyati., nilawati., Syarifudin, E., dan Danny, W, H.. 2014.
Penggunaan Bakteri Halofilik Sebagai Biokatalisator Untuk Meningkatkan
Kualitas Dan Produktifitas Garam Nacl Di Meja Kristalisasi. Jurnal Riset
Industri. 8 (3) Hal. 191 – 196.
Moat, A. G., J. W. Foster, dan M.P.Spector. 2002. Microbial Physiologi fourth
edition. New York : Wiley-Liss, Inc.
Noaman, N. H., A. Fattah, M. Khaleafa dan S. H Zaky. 2014. Factors Affecting
Antimicrobial Activity of Synechococcus leopoliensis. Microbiological
Research, 159 (4) : 395-402.
Pelczar, M.J., E.C.S. Chan dan N.R. Krieg. 2010. Microbiology. Tata McGraw Hill,
New Delhi.
Permanti, Y.F., P.G.S. Julyantoro dan M.A. Pratiwi. 2018. Pengaruh Penambahan
Bacillus sp. Terhadap Kelulushidupan Pasca Larva udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) yang Terinfeksi Vibriosis. Current Trends in aquatic
Science I(I), 89-95.
Puspitasari, Putra dan Handayani. 2017. Senyawa Antibiotik dari Bacillus sp 1 (HA1)
yang Bersimbiosis pada Spon Laut Haliclona fascigera. Jurnal Sains Farmasi
dan Klinis.134-140.
Respati, N.Y., E. Yulianti dan A. Rakhmawati. 2017. Optimasi Suhu Dan pH Media
Pertumbuhan Bakteri Pelarut Fosfat Dari Isolat Bakteri Termofilik. Jurnal Prodi
Biologi. Vol 6 (7).
-
41
Sansinenea, E. dan Ortiz, A. 2013. ‘An Antibiotic from Bacillus thuringiensis against
Gram-Negative Bacteria’, Biochemistry & Pharmacology: Open Access, 2(2),
pp. 1–2. doi: 10.4172/2167-0501.1000e142.
Samosir, M. F., D. Suryanto, dan Desrita. 2017. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Potensial Probiotik Pada Saluran Pencernaan Ikan Mas (Cyprinus Carpio).
Jurnal Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan. 15 (1).
Sari, R., P. Apridamayanti, M. Octaviani. Optimasi Aktivitas Bakteriosin yang
Dihasilkan oleh Bakteri Lactobacillus Plantarum dari Minuman Che Hun Tiau.
Pharmaceutical Sciences and Research. 5(1), 1-6.
Sari, Ranap J., Feliatra dan Yoswaty, D. 2015. The Antagonists Test of Probiotic
Bacteria Isolated from Black Tiger Shrimp (Penaeus monodon fabricus) Against
Pathogens Pseudomonas sp, Aeromonas hidrophyla, Vibrio alginolyticus. Jurnal
Online Mahasiswa, 2(1).
Schoendstadt, A. 2013. Vibrio. http://bacteria.emedtv.com/Vibrio/Vibrio/html.
Diakses pada 7 November 2018.
Siegers, W. H. 2013. Kondisi Ekologi Makrobentos pada Ekosistem Mangrove dan
Laut Desa hanura, Kecamatan Padang Cermin, Propinsi Lampung. Tesis. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Simadibrata, Marcelius. 2011. Probiotik dan Peranannya dalam Dunia Medis. Divisi
Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. RS Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 65-66.
Sudigdoadi, Sunarjati. 2015. Mekanisme Timbulnya Resistensi antibiotik Pada Infeksi
Bakteri. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran. Universitas Padjajaran. Bandung.
Sumardi, C.N. Ekowati, K. Handayani, Nurhayati. 2012. Isolasi dan Karakterisasi
Bacillus sp. Penghasil Antimikroba dari Saluran Pencernaan Ayam Kampung (
Gallus domesticus). Prosiding SNSMAIP III-2012. ISBN No. 978-602-98559-1-
3.
Suriani, Sanita., Soemarno, dan Soeharjono. 2013. Pengaruh Suhu dan Ph terhadap
Laju pertumbuhan Lima Isolat Bakteri Anggota Genus Pseudomonas yang
diisolasi dari Ekosistem Sungai Tercemar Deterjen di sekitar Kampus
Universitas Brawijaya. J-PAL, Vol. 3, No.2 .
Supartono, N. Wijayati, L. Herlina, dan E. Ratnaningsih. 2011. ‘Produksi Antibiotika
Oleh Bacillus subtilis M10 Dalam Media Urea-Sorbitol’, Reaktor, 13(3), pp.
185–193.
http://bacteria.emedtv.com/Vibrio/Vibrio/html
-
42
Tomasik, P.J., dan Tomasik, P. 2003. Probiotics and Prebiotics. Cereal Chem.
80(2):113-117.
Triyanto, A. Isnansetyo, I. D. Prijambada, J. Widada, dan A. Tarmiawati. 2009.
Isolasi, Karakterisasi Dan Uji Infeksi Bakteri Proteolitik Dari Lumpur Kawasan
Hutan Bakau. Jurnal Perikanan. XI (1): 13-18.
Vaseeharan, B. dan Ramasamy, P. 2003. Control Of Pathogenic Vibrio Spp . By
Bacillus Subtilis BT23 , A Possible Probiotic Treatment For Black Tiger Shrimp
Penaeus Monodon. The Society of Applied Microbiolog 83–87.
Vinoj, G., B. Vaseeharan, dan C. Ravi. 2013. Inhibitory effects of Bacillus
licheniformis ( DAB1 ) and Pseudomonas aeruginosa ( DAP1 ) against Vibrio.
Aquacult int (2013) 2: 1121–1135.
Wahjudi, M., L. L. Algadrie dan R. Chrisnasari. 2014. Isolasi Bakteri dari Tanah
Gunung Kapur dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Isolat Terhadap Bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Jurnal iImiah Sains Dan
Teknologi, 7(2), 7–17.
Wardika, A. S., Suminto dan A. Sudaryono. 2014. Pengaruh Bakteri Probiotik Pada
Pakan Dengan Dosis Berbeda Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan,
Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus). Journal of
Aquaculture Management and Technology. 3(4) : 9-17.
Widiyanto, T., A. Suwantol, H. Adidjuwana, R. Kaswadji. 1998. Kemampuan Bakteri
Fotosintetik Anoksigenik Dalam Menurunkan Konsentrasi H2S dan
Menghambat Pertumbuhan Vibrio harveyi. Jurnal Bioteknologi Pertanian. Vol
3, No 1, pp. 17-22.
Widodo, L. U. 2010. Bakteri Fotosintetik Anoksgeni Peranannya dalam
Mendegradasi Limbah. Biodiversitas dan Bioteknologi Sumberdaya Akuatik.
ISBN 978-979-16109-4-0.
Wintersdorff CJHv, J. Penders, J.Mv. Niekerk, N.D. Mills, S. Majumder, L.Bv.
Alphen, P.H.M. Savelkoul, P.F.G. Wolffs. 2016. Dissemination of
Antimicrobial Resistance in Microbial Ecosystems through Horizontal Gene
Transfer. Frontiers in Microbiology, 7:173.
top related