sk 3 hematom limfadenopati
Post on 18-Feb-2016
277 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MM Limfadenopati
1. DefinisiLimfadenopati atau hiperplasia limfoid adalah pembesaran kelenjar limfe sebagai respons terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah infeksi suatu mikroorganisme. Limfadenopati regional merupakan indikasi adanya infeksi lokal. Sedangkan limfadenopati generalisata biasanya merupakan indikasi adanya infeksi sistemik seperti AIDS atau gangguan autoimun seperti artritis reumatoid atau lupus eritematosus sistemik. Biasanya limfadenopati dapat mengindikasikan adanya keganasan.
2. EtiologiBanyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut dapat diingat dengan singkatan MIAMI: malignancies (keganasan), infections (infeksi),autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-lain dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik). Etiologi limfadenopati terangkum pada tabel 1. Obat-obat yang dapat menyebabkan limfadenopati, antara lain, adalah: alopurinol, atenolol, kaptopril, karbamazepin, emas, hidralazin, penisilin, fenitoin, primidon, pirimetamin, kuinidin, trimetoprimsulfametoksazol, sulindak.Penyebab limfadenopati yang jarang dapat disingkat menjadi SHAK:• Sarkoidosis• Silikosis/beriliosis• Storage disease: penyakit Gaucher,penyakit Niemann Pick, penyakit Fabry,penyakit Tangier• Hipertiroidisme• Histiositosis X• Hipertrigliseridemia berat• Hiperplasia angiofolikular: penyakitCastelman• Limfadenopati angioimunoblastik• Penyakit Kawasaki• Limfadenitis Kikuchi• Penyakit Kimura
Tabel 1 Etiologi limfadenopatiPENYEBAB KARAKTERISTIK DIAGNOSTIK
• Keganasan - Limfoma
- Leukemia
- Neoplasma kulit - Sarkoma Kaposi - Metastasis
Demam, keringat malam, penurunan berat badan, asimptomatik
Memar, splenomegaly
Lesi kulit karakteristikLesi kulit karakteristikBervariasi tergantung tumor primer
Biopsi kelenjar
Pemeriksaan hematologi, aspirasi sumsum tulang
Biopsi lesiBiopsi lesiBiopsi
• Infeksi - Bruselosis
- Cat-scratch disease
- CMV
- HIV, infeksi primer
- Limfogranuloma venereum
- Mononukleosis
- Faringitis
- Rubela
- Tuberkulosis
- Tularemia
- Demam tifoid
Demam, menggigil, malaise
Demam, menggigil, atau asimptomatik.
Hepatitis, pneumonitis, asimptomatik,infl uenza-like illness
Nyeri, promiskuitas seksual
Demam, malaise, splenomegaly
Demam, eksudat orofaringeal
Ruam karakteristik, demam
Demam, keringat malam, hemoptisis, riwayat kontak
Demam, ulkus pada tempat gigitan
Demam, konstipasi, diare, sakit kepala, nyeri perut, rose spot
Ruam, ulkus tanpa nyeri
Kultur darah, serologi.
Diagnosis klinis, biopsi
Antibodi CMV, PCR
HIV RNA
Diagnosis klinis, titer MIF
Pemeriksaan hematologi, Monospot, serologi EBV
Kultur tenggorokan
Serologi
PPD, kultur sputum, foto toraks
Kultur darah, serologi
Kultur darah, kultur sumsum tulang
- Sifi lis
- Hepatitis virus
Demam, mual, muntah, diare, ikterus
Artritis, nefritis, anemia, ruam,penurunan berat badan
Rapid plasma regain
Serologi hepatitis, uji fungsi hati
• Autoimun
- Lupus eritematosus sistemik
- Artritis rheumatoid
- Dermatomiositis
- Sindrom Sjogren
Artitis simetris, kaku pada pagi hari, demam
Perubahan kulit, kelemahan otot proksimal
Keratokonjungtivitis, gangguan ginjal, vaskulitis
Demam, konjungtivitis, strawberry tongue
Klinis, ANA,ds DNA, LED, hematologi
Klinis, radiologi, faktor reumatoid, LED, hematologi
EMG, kreatin kinase serum, biopsi otot
Uji Schimmer, biopsi bibir, LED, Hematologi
• Lain-lain/kondisi tak-lazim- Penyakit Kawasaki
- Sarkoidosis
Perubahan kulit, dispnea, adenopati hilar
Demam, urtikaria, fatigue
Kriteria klinis
ACE serum, foto toraks, biopsi paru/kelenjar hilus
• Iatrogenik- Serum sickness- Obat
Limfadenopati asimptomatik Klinis, kadar komplemenPenghentian obat
Keterangan: ACE angiotensin-converting enzyme, ANA antinuclear antibody, CMV cytomegalovirus, dsDNA double-stranded DNA, EBV Ebstein-Barr virus, HIV human immunodefi ciency virus, MIF titer immunoglobulin M microimmunofl uorescence to lymphogranuloma venerum antigen, Monospot heterophile antibody agglutination testing, PPD purifi ed protein derivative
3. Manifestasi klinisGejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom. Pada limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita stadium I dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada 10% penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan kemungkinan adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal yang jarang, tetapi spesifi k untuk limfoma Hodgkin.
Tanda-tanda penyerta (sign):
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi epstein barr virus.
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada leukemia.
4. Patofisiologi/pathogenesisPenyebab yang paling sering limfadenopati adalah:
a. Infeksi Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.
Virus lainnya, yaitu Epstein Barr Virus (EBV), Cytomegalovirus (CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza like illness).
Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak. Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung immunoblas yang sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-
sel imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai sel folikel, immunoblas dan tingible body macrophage, tetapi banyak dijumpai sel-sel plasma.
Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy / PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri. PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali.
Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:- Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening- Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap
kelompok- Berlangsung lebih dari satu bulan- Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran sebesar kacang polong sampaisebesar buah anggur.
Infeksi bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau Staphylococcus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian.
Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut biasanya menyebabkan KGB berwarna merah, panas dan nyeri tekan. Biasanya penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah tepi.
Pada infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis, aspirat tampak karakteristik sel epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel epiteloid berupa sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk dengan kromatin halus.
b. Keganasan Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat
menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel
yang monoton dengan ukuran sel yang hampir sama. Biasanya tersebar dan tidak berkelompok.
Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma yang banyak dan pucat.
Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia lebih dari 50 tahun. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.
c. Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE).
d. Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).
e. Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.
Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB tersebut.
5. Klasifikasi-ADA DI JURNAL-
6. Diagnosis dan diagnosis banding
DiagnosisDiagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang apabila diperlukan.
a. Anamnesis Umur penderita dan lamanya limfadenopati
Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan meningkat seiring bertambahnya usia. Kelenjar getah bening teraba pada periode neonatal dan sebagian besar anak sehat mempunyai kelenjar getah bening servikal, inguinal, dan aksila yang teraba. Sebagian besar penyebab limfadenopati pada anak adalah infeksi atau penyebab yang bersifat jinak.
Berdasarkan sebuah laporan, dari 628 penderita yang menjalani biopsi karena limfadenopati, penyebab yang jinak dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada 79% penderita berusia kurang dari 30 tahun, 59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39% penderita di atas 50 tahun.
Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan limfadenopati mempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko
keganasan sebagai penyebab limfadenopati sebesar 0,4%.2 Limfadenopati yang berlangsung kurang dari 2 minggu atau lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran mempunyai kemungkinan sangat kecil bahwa etiologinya adalah keganasan.
LokasiLokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mycobacterium, Toksoplasma, Epstein Barr Virus atau Citomegalovirus.
Gejala penyertaGejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai limfadenopat
servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom. Pada limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita stadium I dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada10% penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan kemungkinan adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal yang jarang, tetapi spesifik untuk limfoma Hodgkin.
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarah kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.
Riwayat penyakitRiwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus, luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphylococcus, dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.
Riwayat pemakaian obatLimfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan
isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata).
Riwayat pekerjaanPaparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi
saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya
perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.
PajananAnamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab limfadenopati. Pajanan
binatang dan gigitan serangga, penggunaan obat, kontak penderita infeksi dan riwayat infeksi rekuren penting dalam evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan setelah bepergian dan riwayat vaksinasi penting diketahui karena dapat berkaitan dengan limfadenopati persisten, seperti tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus, leishmaniasis, tularemia, bruselosis, sampar, dan anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat berhubungan dengan metastasis karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat menimbulkan limfadenopati.
Riwayat kontak seksual penting dalam menentukan penyebab limfadenopati inguinal dan servikal yang ditransmisikan secara seksual. Penderita acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) mempunyai beberapa kemungkinan penyebab limfadenopati, risiko keganasan, seperti sarkoma Kaposi dan limfoma maligna non-Hodgkin meningkat pada kelompok ini. Riwayat keganasan pada keluarga, seperti kanker payudara atau familial dysplastic nevus syndrome dan melanoma, dapat membantu menduga penyebab limfadenopati.
b. Pemeriksaan Fisik Karakter dan ukuran kelenjar getah bening
Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Karakteristik dari kelenjar getah bening dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar getah bening harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.- Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.- Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.- Konsistensi: keras seperti batu mengarah kepada keganasan, padat seperti karet
mengarah kepada limfoma, lunak mengarahkan kepada proses infeksi, fluktuatif mengarah kepada terjadinya abses/pernanahan.
- Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan bila digerakkan, dapat terjadi akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.
Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai karakteristik terfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar karena ekspansi tumor yang cepat.
Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar
getah bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada 213 penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan ukuran kelenjar dibawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm.
Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa (tuberkulosis, catscratchdisease, atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma). Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan 1,5 cm merupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan penyakit granulomatosa
7. Tatalaksana dan pencegahan- Untuk penatalaksanaan dari limpadenopati etcausa limfoma ini adalah dengan
mengobati penyebab dari penyakit ini mucul.
- Tatalaksana limfadenopatinya KGB leher didasarkan kepada penyebabnya.Banyak
kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidakmembutuhkan
pengobatan apapun selain observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu
dapat menjadi indikasiuntuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama
bila terdapat tandadan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang
menetap ataubertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat
mengindikasikandiagnosis yang belum tepat. Antibiotik perlu diberikan apabila
terjadi limfadenitis supuratif yang biasadisebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan
Streptococcus pyogenes (group A).Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan
organisme ini akan memberikanrespon positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi
menuntut untuk dipertimbangkankembali diagnosis dan penanganannya. Pembedahan
mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasidengan menggunakan
USG diperlukan untuk menangani pasien ini.
- Tatalaksananya limfoma adalah radioterapi ditambah kemoterapi, tergantung dari
staging (clinical stage = CS) dan faktor resiko.Radioterapinya berupa Extended Field
Radiotherapy (EFRT), Involved Field Radiotherapy (IFRT) dan radioterapi (RT) pada
limfoma residual atau Bulky Disease.
- Faktor risiko untuk terapi menurut German Hodgkin’s Lymphoma Study Group
(GHSG) meliputi :
Massa mediastinal yang besar.
Ekstranodal.
Peningkatan laju endap darah, ≥ 50 untuk tanpa gejala atau ≥ 30 untuk gejala.
Tiga atau lebih region yang terkena.
- Dalam guideline yang dikeluarkan oleh National Comprehensive Cancer Network
(2004) kemoterapi yang direkomendasikan adalah ABVD dn Stanford V sebagai
kemoterapi yang dipilih.Terapi lain untuk penyakit ini yang masih diteliti adalah
Imunoterapi dengan antibody monoclonal anti CD 20, imunotoksin anti CD 25,
biospesifik monoclonal antibody CD 16/CD 30 biospesifik antibody dan radio
immunoconjugates.
8. Komplikasi Penyakit hogkins kulit.
Metastasis ke organ lain : sumsum tulang, sistem saraf pusat, traktus
gastrointestinal, dan otak.
9. Prognosis
Limfadenopati, dengan obat viral, bisa sembuh sendiri.
Que et vitam : que et bonam
Que et fungsional : que et bonam
Limfoma tergantung stage.
Mind Mapping.
Penegakan diagnosa :
- Riwayat penyakit (-) bormal.
- Pemeriksan fisik : benjolan colli sinistra
Pemeriksaan laboratorium :
- LED meningkat.
- Darah rutin normal.
Limfadenopati di colli sinistra
Ny.Webe mengeluh ada
benjolan di region colli
sinistra
Pemeriksaan penunjang
: biopsi eksisi.
top related