skripsi hubungan fungsi kepemimpinan dengan motivasi.doc
Post on 25-Oct-2015
648 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Nasional merupakan usaha meningkatkan kualitas manusia,
dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan
kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya
mengacu kepada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk
mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju,
dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Tujuan pembangunan nasional itu sendiri
adalah sebagai usaha meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia, dan
pelaksanaannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga
merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Maksudnya adalah setiap warga
negara Indonesia harus ikut serta dan berperan dalam melaksanakan pembangunan
sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-masing, (Diknas, 2000).
Di era reformasi ini, bangsa Indonesia sedang berada dalam proses belajar
bagaimana hidup di alam demokrasi. Masyarakat pada umumnya, dan organisasi-
organisasi kemasyarakatan khususnya. Memerlukan pemimpin-pemimpin yang
menghayati peran dan fungsinya, bila masyarakat dan organisasi dipimpin oleh
pemimpin yang demokratis, maka ada harapan bahwa bangsa Indonesia akan berhasil
menjalani proses demokratisasi dan kemudian mencapai kehidupan yang adil
makmur (Susilo Supardo, 2005).
1
1
Pembangunan kesehatan yang telah dilakukan selama ini telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara bermakna, walaupun masih sering
dijumpai berbagai masalah dan hambatan. Arah pembangunan kesehatan dewasa ini
menuntut reformasi total kebijakan pembangunan dalam segala bidang. Reformasi di
bidang kesehatan pada skala nasional dimulai dengan dicanangkannya Rencana
Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat 2010. Sedangkan di Propinsi
Bengkulu dimulai dengan dicanangkannya Visi Bengkulu Sehat 2010. Kesehatan
merupakan hak asasi setiap manusia, oleh karena itu kesehatan merupakan investasi,
yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan pendapatan perkapita (Depkes RI,
1999).
Seseorang yang menduduki posisi pimpinan didalam suatu organisasi
mengemban tugas untuk melaksanakan tugas pimpinan. Dengan kata lain pemimpin
adalah orangnya dan kepemimpinan adalah kegiatannya. Kepemimpinan merupakan
inti dari organisasi, manajemen dan administrasi kerena kepemimpinan terutama
mempunyai fungsi sebagai penggerak atau dinamisator dan koordinator dari sumber
daya manusia, sumber daya alam dan semua dana serta saran yang disiapkan oleh
manusia yang berorganisasi (Azrul Azwar, 1996).
Mutu kepemimpinan dalam organisasi dilihat dari kemampuan-kemampuan
untuk memahami faktor-faktor yang merupakan kekuatan dan kelemahan organisasi,
hubungan yang baik antara pimpinan dan bawahan yang merupakan kekuatan
organisasi dan yang merupakan kelemahan organisasi misalnya cara kerja yang
kurang efektif, komunikasi yang kurang baik. Seorang pemimpin harus peka dan
2
bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi. Setiap pemimpin pada level
manapun dituntut untuk mempunyai keterampilan (ilmu dan seni) dalam
mengarahkan dan menggerakkan bawahannya seefektif mungkin agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik yang ditandai dengan semakin meningkatnya
motivasi kerja, disiplin, prestasi kerja dan pencapaian sasaran serta pelaksanaan tugas
(Kartini Kartono, 1996).
Apabila pimpinan gagal dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintahan
maupun swasta maka tujuan organisasi tidak dapat dicapai. Timbulnya kegagalan
pimpinan didalam organisasi kebanyakan dikarenakan pimpinan tersebut kurang
mampun menerapkan teori kepemimpinannya, sehingga mengakibatkan
ketidakseimbangan dan tidak adanya keharmonisan dalam mananggapi kebijakan
pimpinan, yang akhirnya menimbulkan rasa enggan untuk bertanggung jawab sebagai
bawahan.
Motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam suatu organisasi,
karena semua organisasi tidak dapat berjalan jika anggota-anggota yang ada
didalamnya tidak berhasrat menyumbangkan upaya yang optimal dalam mengemban
tugas yang dibebankan kepadanya. Selain itu motivasi merupakan bagian
fundamental dari kegiatan manajemen. Pemberian motivasi dikatakan penting, karena
pimpinan itu tidak sama dengan karyawan. Seorang pimpinan tidak dapat melakukan
pekerjaan sendirian, keberhasilannya amat ditentukan oleh orang lain (bawahan).
Untuk melaksanakan tugas sebagai pimpinan ia harus membagi-bagi tugas dan
pekerjaan tersebut kepada seluruh karyawan yang ada dalam unit kerja itu sendiri.
3
Untuk itu yang perlu dilakukan oleh pimpinan agar semangat kerja tetap terpelihara
adalah memberikan motivasi yang tepat kepada para karyawannya, sehingga pada
mereka timbul keinginan untuk berbuat dan bekerja dengan baik sesuai dengan
tuntunan dan keinginan suatu instansi. Dengan pemberian motivasi yang tepat ini
diharapkan mereka akan terdorong untuk bekerja lebih baik (Gouzali Saydam, 1996).
Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma
tahun 2005 dengan jumlah tenaga 31 orang yang dinilai menurut tingkat pendidikan
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Pegawai Menurut Tingkat PendidikanDi Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
No. Pendidikan Frekuensi Persentase %1. S1 2 6,5%2. D3 3 9,6%3. D1 kebidanan 10 32,3%4. SPK 11 35,5%5. SMA 2 6,5%6. SMP 3 9,6%Jumlah 31 100,0%
Sumber : Laporan tahunan Puskesmas Rimbo Kedui tahun 2005
Pada tahap awal Puskesmas Rimbo Kedui didirikan pada tahun 1992 dengan
jumlah karyawan lima orang, satu dokter dan empat orang pekarya. Pada tahap
selanjutnya ketika fungsi Puskesmas berkembang dan apalagi ilmu pengetahuan
kesehatan. Berdasarkan survei awal peneliti dilapangan didapat permasalahan yaitu
Puskesmas Rimbo Kedui berdiri pada tahun 1992, sudah mengalami pergantian
pimpinan sebanyak 5 kali. Sejalan dengan kepemimpinannya, saat ini Puskesmas
4
Rimbo Kedui mengalami kemunduran dalam hal kepemimpinan. Dari hasil data
tersebut di atas masih tingginya pegawai yang berpendidikan SPK yang berjumlah
11 orang atau 35,5% dan D 1 Kebidanan berjumlah 10 orang atau 32,3%. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa permasalahan antara lain : Tugas pokok dan fungsi
kepemimpinan belum berjalan sepenuhnya, pimpinan jarang memperhatikan tugas-
tugas pegawai, tidak adanya kerja sama pimpinan dengan bawahan, pimpinan kurang
berpengalaman/masih terlalu muda, sebagai pimpinan tidak membagi tugas secara
adil kepada bawahan, serta masih rendahnya motivasi pegawai terhadap peningkatan
mutu pelayanan yang dinilai dari tingkat kehadiran dan keberadaan pegawai, datang
dan pulang tidak tepat waktu sehingga pekerja atau tugas yang diberikan tidak dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas disimpulkan bahwa fungsi
pimpinan belum terlaksana sepenuhnya, maka dengan itu saya akan melakukan
penelitian dengan judul skripsi adalah “Hubungan fungsi kepemimpinan dengan
motivasi kerja karyawan pada puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma
tahun 2005 tahun 2005”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah ada hubungan yang
signifikan antara fungsi kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan pada
puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005 ?.
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan fungsi
kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan pada puskesmas Rimbo Kedui
Kabupaten Seluma tahun 2005.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran fungsi kepemimpinan pada puskesmas Rimbo
Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005.
2. Untuk mengetahui gambaran motivasi kerja karyawan pada puskesmas
Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005.
3. Untuk mengetahui hubungan fungsi kepemimpinan dengan motivasi kerja
karyawan pada puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Pimpinan Puskesmas Rimbo Kedui
Merupakan sebagai bahan masukan kepada pimpinan dalam menciptakan dan
meningkatkan motivasi kerja karyawan
1.4.2. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman belajar dalam meningkatkan kemampuan berpikir di
bidang penelitian khususnya mengenai fungsi kepemimpinan, sehingga dapat
diterapkan di instansi tempat bekerja nanti mengenai pemecahan masalahnya.
6
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur atau perbandingan bila
ingin malakukan penelitian lanjutan tentang hubungan fungsi pimpinan yang lain
serta rekan-rekan yang melakukan pengembangan penelitian berikutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemimpin dan Kepemimpinan
2.1.1. Pemimpin
2.1.1.1. Pengertian Pemimpin
Dalam setiap kelompok atau organisasi kehidupan masyarakat selalu dijumpai
seorang atau beberapa orang yang memimpin organisasi tersebut. Setiap kelompok
selalu hidup bersama dan bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan yang
mereka inginkan. Tujuan akan dicapai jika setiap kelompok kegiatan tersebut
disertakan dengan adanya pembagian tugas, cara kerja dan hubungan antara anggota
kelompok yang mendukung keberhasilan pencapaian tujuan kelompok atau suatu
oragnisasi perlu dikendalikan oleh seorang yang disebut pemimpin.
Secara etimologis pemimpin dan kepemimpinan itu berasal dari kata pimpin
(to lead), setelah mendapat konjugasi, berubah menjadi “pemimpin” (leader) dan
“kepemimpinan” (leadership). Kata “pimpin” sering diartikan atau dikaitkan
pengertiannya dengan mempelopori, berjalan dimuka, menuntun, membimbing,
mendorong, mengambil langkah/prakarsa pertama, berbuat lebih dahulu, memberi
contoh, menggerakkan orang lain melalui pengaruh dan lain-lain (Kartini Kartono
1998).
Pemimpin dalam suatu organisasi merupakan satu faktor penentu dalam
sukses tidaknya dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta.
8
8
Seorang pemimpin yang berkualitas harus mampu mengidentifikasi perubahan yang
tiba-tiba dapat mengoreksi kelemahan-kelemahan serta sanggup membawa oragnisasi
pada peran dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Jadi pemimpin adalah
seorang yang mempunyai kemampuan atau kelebihan sehingga dapat mempengaruhi
serta menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan.
Berikut ini beberapa definisi pimimpin menurut beberapa ahli adalah :
1). Menurut Malayu S.P Hasibuan (1999)
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian
pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi.
2). Menurut B.H. Raven (1976) dalam Susilo Supardo (2005)
Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi di kelompok,
mempengaruhi orang-orang dalam kelompok itu sesuai dengan ekspektasi
peran dari posisi tersebut dan mengkoordinasi serta mengarahkan kelompok
untuk mempertahankan diri serta mencapai tujuannya.
3). Menurut Moekijat dalam K. Permadi (1996)
Pemimpin adalah seorang yang membimbing dan mengarahkan/menjuruskan
orang-orang lain untuk mengikuti jejaknya dan berhasil menimbulkan
perasaan ikut serta, perasaan ikut bertanggung jawab kepada orang-orang
bawahannya, terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan dibawahan
pimpinannya.
9
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis berkesimpulan bahwa yang
disebut pemimpin adalah “seorang yang ditunjuk secara formal ataupun informal
yang dengan kemampuan, kecakapan dan mendapat pengakuan dari masyarakat atau
organisasi untuk menjalankan kepemimpinan yang dimilikinya dan dapat
mempengaruhi/mengarahkan bawahannya untuk berbuat sesuai dengan kehendaknya
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
2.1.1.2. Sifat-sifat Seorang Pemimpin
Menurut Susilo Supardo (2005), bahwa pemimpin perlu memiliki ciri/sifat
fokus pada hasil akhir suatu program ; menepati janji dan menepati komitmen;
menghargai orang lain dalam arti bahwa orang yang berkepentingan harus tahu hasil
akhir pelaksanaan program penggunaan anggaran dan sebagainya. Dalam hal
akuntabilitas, pimpinan dituntut untuk memiliki keterampilan dapat dilihat
di bawah ini :
1. Lebih fokus pada hasil dari pada cara untuk mencapai hasil
2. Mempraktikkan pengambilan keputusan yang efektif
3. Menentukan ekspektasi yang tinggi untuk semua anggota/karyawan
4. Mempraktikkan keterampilan solusi konflik.
5. Medesain indikator kinerja yang akurat untuk membuat semua akuntabel
6. Mengidentifikasi mana yang perlu disupervisi dengan ketat dan mana yang
tidak
7. Menumbuhkan penyelesaian yang bersifat “win/win”
10
8. Menunjukkan apresiasi, menghargai, dan mengenali semua orang dalam
organisasi.
Menurut George. R. Terry dalam Kartini Kartono (1998), upaya untuk menilai
sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan
mencatat sifat-sifat dan kualitas pimpinan, adapun sifat-sifatnya sebagai berikut :
1. Kekuatan
2. Stabilitas emosi
3. Pengetahuan tentang relasi insani
4. Kejujuran
5. Objektif
6. Dorongan pribadi
7. Keterampilan berkomunikasi
8. Kemampuan mengajar
9. Keterampilan sosial
10. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial
Dari beberapa sifat kepemimpinan tersebut disimpulkan bahwa kepemimpinan
harus mempunyai keterampilan, mampu mengambil keputusan serta kecerdasan yang
lebih dari bawahannya demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
11
2.1.2. Kepemimpinan
2.1.2.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan secara umum dapat diartikan proses kegiatan seseorang dalam
memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi pikiran, perasaan atau
tingkah laku orang lain. Faktor penting dalam kepemimpinan yakni dalam
mempengaruhi atau menganalisa pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain,
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi yang dapat terlepas dari
posisi orang di dalam struktur organisasi formal. Kepemimpinan biasanya tidak dapat
dilepaskan dari kekuasaan, kemampuan sebab kepemimpinan adanya persamaan
dengan kemampuan (A.W. Widjaja, 1998).
Menurut Ibnu Syamsi (1994), Kepemimpinan adalah suatu seni tentang cara
untuk mempengaruhi orang lain kemudian mengarahkan keinginan, kemampuan dan
kegiatan mereka untuk mencapai tujuan si pemimpin. Sedangkan Noor Fuad (2000),
mendefinisikan kepemimpinan adalah proses atau kegiatan untuk mempengaruhi
aktivitas seseorang atau sekelompok orang dalam upaya mencapai suatu sasaran yang
telah ditetapkan. Selanjutnya menurut Susilo Supardo (2005), pengertian
Kepemimpinan adalah tindakan-tindakan oleh seorang atau beberapa orang yang
mempengaruhi kelakuan seseorang atau lebih dalam seting kelompok, tindakan-
tindakan oleh pemimpin dan/kelompok dilakukan dengan suatu maksud. Tindakan
tersebut dimaksud untuk mempengaruhi perilaku orang-orang lain.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses di mana seorang pemimpin dengan segala
12
kemampuan dan kecakapannya untuk mempengaruhi orang lain agar mau
mengerahkan semua potensi yang ada untuk menuruti keinginan pemimpin guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2.2. Tipe-tipe Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari-hari kita akan menyaksikan bermacam-macam watak
manusia yang mempunyai tipe yang berlainan. Sejalan dengan itu didalam organisasi
kita pun melihat adanya bermacam-macam tipe kepemimpinan yang masing-masing
mempunyai sifat dan watak yang berbeda pula.
Dalam hubungan ini dapat dikatakan beberapa tipe kepemimpinan sesuai
dalam suatu organisasi (Kartini Kartono, 1998) adalah :
1. Tipe kepemimpinan yang Otokratis
Tipe ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang harus selalu
dipatuhi oleh bawahan.
2. Tipe kepemimpinan yang Meliteristis
Yang dimaksud dengan tipe ini adalah :
a. Dalam pemimpin dan mengarahkan bawahan lebih sering digunakan
sistem perintah
b. Dalam menggerakan bawahan selalu tergantung dengan pangkat dan
jabatan
c. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dari bawahan
13
3. Tipe kepemimpinan yang Paternalistis
a. Menganggap bawahan tidak dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberikan kesempatan pada bawahannya untuk memberikan
kesempatan untuk mengambil keputusan
4. Tipe kepemimpinan yang Demokratis
Untuk menjadi pemimpin yang demokratis bukanlah suatu hal yang mudah
untuk dicapai. Namun pemimpin demikianlah yang ideal karena :
a. Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik dari pendapat
bawahan
b. Selalu berusaha mengsinkronisasikan kepentingan tujuan oraganisasi
dengan kepentingan dan tujuan pribadi pada bawahannya
c. Senang menerima pendapat dari bawahannya
d. Selalu mengutamakan kerjasama dalam usaha mencapai tujuan
sehubungan dengan hal di atas Napitupulu mengatakan bahwa ada 2 pola
pengaruh kepemimpinan dalam suatu organisasi yaitu :
1). Sistem pengaruh langsung yaitu dengan tatap muka, pemimpin
langsung mempengaruhi seseorang atau kelompok.
2). Pengaruh tidak langsung yaitu pemimpin secara tidak langsung
mempengaruhi seseorang atau kelompok akan tetapi melalui
penciptaan lingkungan kelompok yang terkontrol dimana sesorang
yang dialaminya yang diharapkan mempengaruhinya.
14
5. Tipe kepemimpinan yang Kharismatis
Tipe ini memiliki daya tarik yang amat besar dan pada umumnya mempunyai
pengikut yang jumlahnya sangat besar meskipun pengikut itu sering pula
tidak mendapat penjelasan mengapa mereka mengikutinya.
2.1.2.3. Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin
dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis,
sebab musabab timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, tugas
pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1998).
Teori kepemimpinan yang dikemukakan W.J. Reddin dikutip dalam
A.W. Widjaja (1998), menggolongkan teori kepemimpinan atas tiga komponen
penting, yaitu :
1. Orientasi Tugas
Tipe seorang pemimpin dapat dilihat dari kualitas keinginannya untuk
menyelesaikan suatu tugas. Tipe menunjukkan bahwa seorang pemimpin
memiliki keinginan (kemauan) kuat untuk menyelesaikan tugas yang
dihadapinya ada pula kurang untuk menyelesaikan tugasnya.
2. Orientasi Hubungan Kerja
Tipe seorang pemimpin dilihat dari kualitas perhatiannya terhadap hubungan
dengan orang lain, baik hubungan vertikal maupun hubungan horizontal yaitu
15
hubungan antara atasan dan hubungan dengan bawahannya serta hubungan
sesama (sejawat).
3. Orientasi Keefektifan (efektifitas)
Tipe seorang pemimpin adalah kemampuannya untuk memperoleh
produktivitas yang tinggi.
Sedangkan menurut Adam I. Indrawijaya (1999), kepemimpinan pada
dasarnya terdapat 2 (dua) teori kepemimpinan yaitu :
1. Teori sifat kepemimpinan (Traits theory)
Teori ini bertitik tolak dari suatu asumsi bahwa keberhasilan seseorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat seseorang. Sifat tersebut dapat yang
berupa sifat fisik dan dapat pula bersifat psikologis. Bahwa sifat-sifat
seseorang merupakan salah satu unsur yang menyebabkan keberhasilan
kepemimpinannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Davis menunjukkan
bahwa ada 4 (empat) sifat yang dapat menyebabkan keberhasilan
kepemimpinan seseorang yaitu :
a. Intelegensia. Para pemimpin pada umumnya relatif cerdas dari rata-rata
pengikutnya.
b. Kematangan dan keluasan pandangan sosial. Secara emosional para
pemimpin pada umumnya selalu matang, sehingga mampu
mengendalikan keadaan kritis.
16
c. Menpunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari dalam.
Mereka selalu mempunyai dorongan yang besar untuk dapat
menyelesaikan sesuatu
d. Mempunyai kemampuan mengadakan hubungan antar manusia.
2. Teori situasional (situational theory)
Teori ini berpendapat bahwa situasional yang menyebabkan keberhasilan
kepemimpinan seseorang, bukan sifat-sifatnya. Menurut teori ini
keepemimpinan seseorang ditentukan oleh banyak faktor seperti persyaratan
tugas pekerjaan, kebutuhan dan sikap pengikutnya dan lingkungan dimana
semua itu berada.
Berdasarkan teori-teori kepemimpinan di atas disimpulkan bahwa teori
kepemimpinan adalah teori yang mempelajari sebab-sebab timbulnya atau munculnya
kepemimpinan ditengah-tengah masyarakat baik masyarakat berbentuk unit kerja
maupun yang nonunit kerja, dengan mempelajari teori kepemimpinan itu kita akan
dapat memahami bahwa munculnya kepemimpinan tidaklah hanya melalui satu pintu
saja, tetapi berasal dari berbagai macam cara dan situasi.
2.1.2.4. Syarat-syarat Kepemimpinan
Menurut Kartini Kartono (1998), Konsep mengenai persyaratan
kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting yaitu :
1. Kekuasaan
Kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
17
pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat
sesuatu.
2. Kewibawaan
Kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “mbawani”
atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin,
dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
3. Kemampuan
Segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/keterampilan teknis
maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.
Adapun kelebihan yang dimiliki pemimpin antara lain :
a. Kapasitas : kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau
verbal fasility, keaslian, kemampuan menilai.
b. Prestasi : gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam oleh
raga dan atletik dan lain-lain.
c. Tanggung jawab : mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri,
agresif, dan punya hasrat untuk unggul.
d. Fartisipasi : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul,
kooperatif, atau suka bekerjasama, mudah menyesuaikan diri, punya
rasa umor.
e. Status : meliputi kedudukan sosial ekonomi yang cukup tinggi,
populer, tenar.
18
2.1.2.5. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan
Menurut Sondang P. Siagian (1999), fungsi-fungsi kepemimpinan adalah
sebagai berikut :
1. Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian
tujuan
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di
luar organisasi/instansi.
3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif.
4. Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan kedalam, terutama dalam
menangani situasi konflik.
5. Pemimpin selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.
Sedangkan menurut Kartini Kartono (1998), fungsi-fungsi dari pimpinan
adalah : “memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi dan
membangunkan motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan
organisasi yang baik, memberikan supervisi/pengawasan yang efisien dan membawa
para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu
dan perencanaan”. Di bawah ini akan dikemukakan fungsi kepemimpinan dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban seorang pemimpin yang dianggap penting dalam
penulisannya (Gouzali Saydam, 1996):
1. Fungsi Pengambilan Keputusan
Salah satu fungsi kepemimpin adalah pengambilan keputusan dalam
menjalankan tugas atau dalam memecahkan masalah dalam organisasi, oleh
19
karena itu seorang pemimpin yang dapat mengambil keputusan dengan
tepat akan mengatasi masalah yang timbul dalam organisasi, dan sekaligus
akan menumbuhkan kewibawaan dan kepercayaan para bawahan terhadap
keberadaan pemimpin itu sendiri.
2. Fungsi Sebagai Pengawas
Fungsi Pengawasan dan Controlling merupakan pungsi yang terakhir dari
proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan yang erat dengan ketiga
fungsi lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengawasan dan pengendalian standar keberhasilan (target, prosedur kerja)
selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang
mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan
agar penyimpangannya dapat di deteksi
3. Fungsi Actuating (penggerak)
Actuating adalah suatu usaha yang dilakukan pimpinan untuk
menggerakkan, mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada bawahan
untuk melaksanakan pekerjaan. Fungsi manajemen ini merupakan fungsi
penggerak kegiatan yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi
perencanaan. Oleh karena itu fungsi manajemen ini lebih menekan tentang
bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan yang disepakati. Adapun tujuan fungsi
actuating ini adalah sebagai berikut :
20
a. Menciptakan kerjasama yang efiesien
b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dinamis yang dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf.
4. Fungsi sebagai Motivator
Sebagaimana yang dikemukakan di muka bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menggerakkan dan meengarahkan orang-orang dengan
tujuan yang dikehendaki pimpinan
Selain pendapat di atas tentang fungsi kepemimpinan adalah seperti yang
diungkapkan oleh Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari (1993), di bawah ini,
menurut mereka fungsi kepemimpinan itu memiliki 2 dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada
aktivitas orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (Support) atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi, yang dijabarkan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan-
kebijakan pemimpin.
21
2.2 Motivasi Kerja
2.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin Movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada
sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama
secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan
dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai
hasil yang optimal. Motivasi ini semakin penting karena pimpinan membagikan
pekerjaannya kepada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi
kepada tujuan yang diinginkan (Melayu S.P. Hasibuan, 1999). Adapun yang
dimaksud motivasi itu sendiri adalah :
1. Menurut Muchdarsah Sinungun, (1997)
Keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi,
mendorong kegiatan atau gerakan dan mengarahkan atau menyalurkan
perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau
mengurangi ketidakseimbangan.
2. Menurut B. Siswanto Sastrohadiwiryo,(2002)
a. Setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat mempengaruhi
kemauan individu, sehingga individu tersebut didorong untuk
berperilaku dan bertindak.
22
b. Pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku individu.
c. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku
seseorang.
d. Proses dalam yang menentukan gerakan atau tingkah laku individu
kepada tujuan
3. Menurut Winardi (2001) adalah :
Suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia yang dapat
dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh kekuatan luar yang pada
intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan non moneter yang dapat
mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal ini
tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi oleh orang yang
bersangkutan.
4. Motivasi Kerja menurut Mangkunegara (2000), adalah suatu kondisi yang
berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku
yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Dari beberapa pendapat di atas, maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan
motivasi adalah sesuatu yang dapat mendorong berubahnya perilaku seseorang untuk
bersemangat dalam bekerja yang dihadapi oleh seseorang tergantung pada situasi dan
kondisi lingkungan kerja.
2.2.2 Teori-Teori Motivasi
Menurut Landy dan Becker dalam Nursalam (2002), mengelompokkan
banyak pendekatan modern pada teori dan praktik menjadi 4 (empat) kategori yaitu :
23
1. Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan memfokuskan pada yang dibutuhkan orang untuk hidup
berkecukupan. Dalam praktiknya, teori kebutuhan berhubungan dengan
bagian pekerja yang sedang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.
2. Teori keadilan
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam
motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dalam
penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi kalau mereka
mengalami kepuasan dan mereka terima dari upaya dalam proporsi dan
dengan usaha yang mereka pergunakan.
3. Teori harapan
Menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif tingkah
laku, berdasarkan harapannya apakah ada keuntungan yang diperoleh dari
tiap tingkah laku.
4. Teori penguat.
Teori penguatan yang dikaitkan dengan ahli psikologi B.f Skinner
dengan teman-temannya, menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah
laku dimasa lampau yang mempengaruhi tindakan pada masa depan
dalam proses belajar siklis, proses ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
Rangsangan Respon Konsekuensi Respon masa depan.
Teori penguat menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman
rangsangan respon konsekuensi. Menurut teori penguat, seseorang
24
termotivasi kalau dia memberikan respon pada rangsangan dalam pola
tingkah laku konsisten sepanjang waktu.
Sedangkan menurut Melayu S.P. Hasibuan (1999), teori-teori Motivasi
diklasifikasikan/dikelompokkan atas :
1. Teori Kepuasan (Content Theory)
Teori kepuasan ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan
dan kepuasan inidividu yang menyebabkannya bertindak serta berperilaku
dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor
dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan
menghentikan perilakunya.
2. Teori Motivasi Proses (Proses Theory)
Teori motivasi proses ini pada dasarnya berusaha menjawab pertanyaan
bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara dan menghentikan
perilaku individu, agar setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan
pimpinan. Bila diperhatikan secara mendalam, teori ini merupakan proses
sebab dan akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan
diperolehnya.
3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan
pemberian kompensasi. Misalnya promosi tergantung dari prestasi yang
selalu dapat dipertahankan.
25
2.2.3 Prinsip-prinsip dalam Motivasi Kerja.
Menurut Mangkunegara (2000), Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi
kerja pegawai yaitu :
1. Prinsip Partisipatif
2. Prinsip Komunikasi
3. Prinsip Mengakui andil bawahan
4. Prinsip pendelegasian wewanang
5. Prinsip Memberi perhatian
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Gouzali Saydam (1996), faktor-faktor motivasi dapat dipengaruhi
oleh faktor ekstern dan faktor intern yang mencakup anatara lain :
a. Faktor Ekstern yang dapat mempengaruhi motivasi tersebut adalah :
- Lingkungan kerja yang menyenangkan
- Kompensasi yang memadai
- Supervisi yang baik
- Adanya penghargaan dan prestasi
- Status dan tanggung jawab
- Peraturan yang berklaku
b. Faktor Intern yang dapat mempengaruhi motivasi tersebut adalah :
- Kematangan pribadi
- Tingkat pendidikan
26
- Keinginan dan harapan pribadi
- Kebutuhan
- Kelelahan dan kebosanan
- Kepuasan kerja.
Menurut Pamudji. S (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
seseorang namun secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Kebutuhan-kebutuhan pribadi
2. Tujuan-tujuan dan persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan
3. Cara dengan apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan tersebut akan
direalisasikan
4. Fungsi kepemimpinan
Salah satu teori kepemimpinan berasumsi bahwa “Human being is by nature
a motivated organism” (manusia karena sifatnya adalah organisme yang
termotivasi). Atas dasar itu pulalah maka dalam rangka menggerakkan orang-
orang, pemimpin wajib termotivasi (memberikan dorongan-dorongan). Tinggi
rendahnya motivasi seseorang karyawan dalam bekerja dipengaruhi oleh
kemampuan pimpinan dalam memberikan dorongan-dorongan/motivasi-
motivasi tersebut.
2.2.5 Model-Model Motivasi
Menurut Melayu S.P. Hasibuan (1999), Model motivasi berkembang dari
teori klasik (tradisional) menjadi teori modern, sesuai dengan perkembangan
27
peradaban dan ilmu pengetahuan. Perbandingan antara dasar kefalsafahan teori klasik
(tradisional). Adapun model-model motivasi itu ada tiga yaitu :
1. Model Tradisional
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah
bekerjanya meningkat ialah dilakukan dengan sistem insentif.
2. Model Hubungan Manusia
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairah
bekerjanya meningkat ialah dilakukan dengan mengakui kebutuhan sosial
mereka dan membuat mereka meras berguna dan penting.
3. Model Sumber Daya Manusia
Model ini mengatakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan
hanya uang/barang atau keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan akan
pencapaian dan pekerjaan yang berarti.
2.3 Hubungan Fungsi Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja
Menurut House dalam Susilo Supardo (2005), mengemukan hubungan fungsi
pimpinan dengan motivasi kerja karyawan mengenai efektifitas seorang pimpinan
diantaranya pengambilan keputusan didasarkan atas kemampuannya didalam
menimbulkan kepuasan dan motivasi para anggota kelompok, dengan menggunakan
rancangan insentif untuk ganjaran dan hukuman bagi mereka yang berhasil atau gagal
dalam mencapai tujuan kelompok. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang
28
pemimpin diwajibkan untuk menggunakan fungsi kepemimpinannya yang berbeda
sesuai dengan tuntutan situasi.
Seorang pimpinan tidak dapat melakukan pekerjaan sendirian,
keberhasilannya amat ditentukan oleh orang lain (bawahan). Untuk melaksanakan
tugas sebagai pimpinan ia harus membagi-bagi tugas dan pekerjaan tersebut kepada
seluruh karyawan yang ada dalam unit kerja itu sendiri. Untuk itu yang perlu
dilakukan oleh pimpinan agar semangat kerja tetap terpelihara adalah memberikan
motivasi yang tepat kepada para karyawannya, sehingga pada mereka timbul
keinginan untuk berbuat dan bekerja dengan baik sesuai dengan tuntunan dan
keinginan suatu instansi. Dengan pemberian motivasi yang tepat ini diharapkan
mereka akan terdorong untuk bekerja lebih baik (Gouzali Saydam, 1996).
2.4 Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan. Yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
untuk masyarakat yang tinggal di wilayah tertentu, (Muninjaya, 2001).
29
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Depkes RI,
2003).
1. Wilayah Puskesmas.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan, faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis
dan infra struktur lainnya, merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja Puskesmas. Sasaran penduduk yang dilayani
oleh puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan Puskesmas perlu ditunjang
dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan
jenis kelamin dan golongan umur.
2.4.1 Fungsi Puskesmas
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
30
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan mayarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan.
3. Pusat Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit serta
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
dan pencegahan penyakit.
b. Pelayanan kesehatan mayarakat
Pelayanan Kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
31
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
2.4.2 Tata Kerja, Organisasi dan Tugas Pokok Puskesmas
2.4.2.1 Tata Kerja
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas maupun
dengan satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib mematuhi dan
mengikuti petunjuk-petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan tekhnis pelaksanaan
yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasi semua
unsur dalam lingkungan Puskesmas, memberikan bimbingan serta petunjuk bagi
pelaksana tugas masing-masing. Setiap unsur di Puskesmas wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk dari dan bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.
2.4.2.2 Organisasi
Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari :
1. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas
2. Unsur pembantu Pimpinan : Urusan Tata Usaha
3. Unsur Pelaksana :
a. Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional.
32
b. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah
masing-masing.
c. Unit-unit terdiri dari : unit I, II, III, IV, V, VI, VII.
Kepala Puskesmas mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan
mengkoordinasi kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural
dan fungsional.
Unit I, Melaksanakan kegiatan kesejahteraan Ibu dan Anak, Keluarga
berencana dan Perbaikan Gizi.
Unit II, Melaksanakan kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit,
Khususnya Imunisasi, Kesehatan Lingkungan dan Laboratorium.
Unit III, Melaksanakan kegiatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Tenaga Kerja
dan Manula.
Unit IV, Melaksanakan kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat,
Kesehatan Sekolah dan Olah Raga, Kesehatan Jiwa, Kesehatan
Mata dan Kesehatan Khusus lainnya.
Unit V, Melaksanakan kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Upaya
Kesehatan Masyarakat dan Penyuluhan Kesehatan masyarakat.
Unit VI, Melaksanakan kegiatan Pengobatan Rawat Jalan dan Rawat inap.
Unit VII, Melaksanakan Kefarmasian.
33
2.4.2.3 Tugas Pokok
Pedoman ini perlu disesuaikan dengan keadaan lingkungan, jumlah dan jenis
tenaga serta fasilitas yang ada di masing-masing Puskesmas yang umumnya berbeda-
beda, tetapi secara garis besarnya pola tenaga yang ada adalah :
1. Pimpinan Puskesmas
a. Tugas Pokok, Menjalankan tugas memimpin staf Puskesmas.
b. Fungsi, Sebagai seorang menejer.
c. Kegiatan Pokok, Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
2. Dokter
a. Tugas Pokok, Menjalankan program pengobatan di Puskesmas.
b. Fungsi, Memberikan pengobatan kepada masyarakat.
c. Kegiatan Pokok, Melakukan pemeriksaan dan pengobatan, dalam
rangka rujukan menerima konsuktasi, Mengkoordinir kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat, Mengkoordinir pembinaan peran
serta masyarakat melalui pendekatan PKMD dan Menerima
konsultasi dari semua kegiatan Puskesmas.
3. Perawat Senior
a. Tugas Pokok, Melaksanakan pelayanan pengobatan rawat jalan.
b. Fungsi, Membantu Kepala Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan
di Puskesmas.
c. Kegiatan Pokok, Memeriksa dan mengobati penderita penyakit
menular secara pasif.
34
d. Kegiatan lain, Memberikan pengobatan darurat pada penderita rawat
jalan gigi kemudian dirujuk, Mengadakan surveilance penyakit
menular, Melakukan Imunisasi pada bayi dan anak sekolah.
4. Bidan Puskesmas
a. Tugas Pokok, Melaksanakan pelayanan KIA dan KB.
b. Fungsi, Membantu kepala Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan di Puskesmas.
c. Kegiatan Pokok, Melaksanakan pemeriksaan berkala kepada Ibu
hamil, Ibu menyusui, bayi dan anak-anak. Menyampaikan cara
pemberian makanan tambahan bagi yang membutuhkan dan
penyuluhan kesehatan tentang KIA, KB dan Gizi. Melakukan
Imunisasi pada Ibu hamil dan bayi. Melatih dukun bayi.
d. Kegiatan lain, Memberikan pengobatan ringan pada Ibu, bayi dan
anak yang berkunjung ke bagian KIA di Puskesmas. Diagnosa dini
penyakit gigi dan mulut serta pengobatan sementara. Membantu
surveilance penyakit menular. Kunjungan ke rumah-rumah penderita
yang dipandang perlu untuk mendapatkan perawatan kesehatan
keluarga. Pengamatan perkembangan bayi dan anak. Membantu
dokter melaksanakan fungsi manajemen Puskesmas. Ikut serta dalam
pengembangan PKMD dan kerja sama lintas sektoral. Ikut serta dalam
pelayanan Puskesmas Keliling. Melakukan rujukan kapan perlu.
Membuat pencatatan dan pelaporan.
35
5. Dokter Gigi
a. Tugas Pokok, Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan
Puskesmas.
b. Fungsi, Mengawasi pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi di
Puskesmas.
c. Kegiatan Pokok, Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
secara teratur. Supervisi dan bimbingan tekhnis pada perawat gigi di
Puskesmas.
d. Kegiatan lain, Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada individu
dan masyarakat. Membantu pembinaan kerja sama lintas sektoral
dalam pengembangan peran serta masyarakat melalui pendekatan
PKMD.
6. Tata Usaha
a. Tugas pokok, Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan
Puskesmas.
b. Fungsi, Membantu dokter dalam melaksanakan ketatausahaan
Puskesmas.
c. Kegiatan Pokok, Mengumpulkan laporan berkala setiap petugas untuk
disusun menjadi laporan Puskesmas sesuai dengan format yang telah
ditentukan. Membuat surat menyurat dan menyimpan arsip/surat
masuk.
36
d. Kegiatan lain, Tata Usaha Rumah Tangga Puskesmas. Tata Usaha
Kepegawaian Puskesmas. Tata Usaha Keuangan Puskesmas.
Menerima pembayaran uang karcis diloket.
Mempersiapkan/menyediakan kartu penderita. Pengetikan laporan
maupun surat menyurat.
2.5 Kerangka Konsep
2.6 Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Cara UkurAlat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
IndependenFungsi
Kepemimpinan- Pengambilan keputusan
- Pengawasan pegawai
- Actuating- Motivator
Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam memenuhi fungsi sebagai pimpinan dalam upaya memberi petunjuk, pengarahan, pembinaan atau mempengaruhi bawahannya untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan organisasi
Menyebarkan angket pada responden
Kuesioner Baik :Jika skor 16-27
Sedang :Jika skor 11-15
Kurang : Jika skor 6-10
Ordinal
37
Motivasi Kerja Karyawan
Fungsi Kepemimpinan
Variabel independent Variabel dependent
Variabel Definisi operasional Cara UkurAlat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Dependen
Motivasi Kerja Karyawan
Upaya untuk menimbulkan rangsangan dorongan atau pun pembangkit tenaga pada seseorang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menyebarkan angket pada responden
Kuesioner Baik :Jika skor 16-27
Sedang :Jika skor 11-15
Kurang : Jika skor 6-10
Ordinal
2.7 Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara fungsi kepemimpinan dengan
motivasi kerja karyawan pada puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten
Seluma tahun 2005.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara fungsi kepemimpinan
dengan motivasi kerja karyawan pada puskesmas Rimbo Kedui
Kabupaten Seluma tahun 2005.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah survey, dengan pendekatan Cross Sectional
yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen (bebas)
dengan variabel dependen (terikat).
3.2. Tempat dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada bulan Januari 2006 di Puskesmas Rimbo
Kedui Kabupaten Seluma, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah seluruh
karyawan Puskesmas Rimbo Kedui.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh karyawan yang bekerja di Puskesmas
Rimbo Kedui.
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh karyawan Puskesmas Rimbo Kedui
sebanyak 30 orang dan 1 orang pemimpin Puskesmas. Metode pengambilan sampel
dilakukan secara total sampling. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1998)
yang mengatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
39
39
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Metode wawancara
Yakni dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap lokasi dan objek
penelitian. Dengan memberikan kuesioner kepada responden yang menjadi
objek penelitian mengenai Pungsi kepemimpinan. Dan penilaian motivasi
kerja karyawan dinilai oleh pimpinan.
2. Studi Dokumentasi
Yaitu dengan mengambil data-data dari dokumen dan arsip-arsip yang ada
hubungannya dengan penelitian.
3.5. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis :
1. Data primer
Merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung dari objek
penelitian dengan menggunakan kuesioner dan observasi yang disebarkan
kepada 30 orang karyawan dan 1 orang pimpinan Puskesmas Rimbo Kedui
Kabupaten Seluma tahun 2005 selaku responden dalam penelitian ini.
40
2. Data sekunder
Data yang dikumpulkan dari laporan dan dokumentasi puskesmas Rimbo
Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005 mengenai wilayah kerja dan data
jumlah pegawai.
3.6. Pengolahan Dan Analisa Data
3.6.1. Pengolahan Data
Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan komputer melalui
beberapa tahap antara lain :
1. Editing yaitu untuk melihat apakah isi jawaban/data yang akan diolah
tersebut sudah relevan dengan tujuan penelitian.
2. Coding yaitu memberikan kode pada setiap jawaban.
3. Entry yaitu memasukkan data yang sudah dilakukan editing dan coding
tersebut kedalam komputer dan menggunakan perangkat lunak komputer.
4. Cleaning yaitu untuk memastikan apakah semua data sudah siap dianalisis.
3.6.2. Analisa Data
3.6.2.1. Univariat
Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan maksud untuk
menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti baik
variabel independent maupun variabel dependent. Dengan menggunakan Rumus
perhitungan persentase (%), (Arikunto, 1998)
41
FP = x 100%
N
Keterangan :
P = Jumlah persentase yang dicari
F = Jumlah frekuensi dari masing-masing variabel
N = Jumlah subjek penelitian (jumlah responden)
3.6.2.2. Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu
variabel independent dan variabel dependent menggunakan uji statistik adalah uji
Exact Fisher.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2006.
pada kegiatan pengumpulan data tersebut menggunakan instrumen berupa kuesioner.
Objek penelitian adalah seluruh karyawan Puskesmas Rimbo Kedui dengan jumlah
31 orang sudah termasuk pimpinan. Hasil penelitian ini disusun berdasarkan
distribusi, data penelitian dalam bentuk tabel pada variabel independent yaitu fungsi
kepemimpinan dan variabel dependent yaitu motivasi kerja karyawan. Selanjutnya
dilakukan tabulasi silang untuk mencari hubungan antara variabel independent
dengan variabel dependent.
4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Rimbo Kedui
Puskesmas Rimbo Kedui dibangun pada tahun 1992 dengan dana impres dan
merupakan puskesmas pengembangan dari Tais. Puskesmas Rimbo Kedui mulai di
operasikan pada tanggal 10 Mei 1992. Lokasi penelitian ini adalah wilayah
Puskesmas Rimbo Kedui yang mempunyai 13 desa terdiri dari Desa Rimbo Kedui,
Sido Mulyo, Padang Rambun, Tanjung Seluai, Pasar Seluma, Sukarami, Tanjungan,
Tanjung Seru, Sengkuang, Tangga Batu, Padang Genting, Seluma Kiri, Tenangan.
Dengan luas wilayah kerja 166,09 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Napal.
43
43
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kunduran.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Talang Prapat.
4.1.1.1 Tenaga dan Fasilitas Kesehatan
Tenaga dan fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005 adalah dapat dilihat pada tabel-tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Jumlah Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma Tahun 2005
No. Tanaga Kesehatan Jumlah
1. Dokter Umum 2 orang2. Perawat 7 orang3. Perawat gigi 1 orang4. Bidan puskesmas 2 orang5. Perawat Puskesmas Pembantu 3 orang6. Bidan puskesmas pembantu 1 orang7. Tanaga administrasi 2 orang8. Bidan Desa 7 orang9. Tenaga sukarela 2 orang10. Sanitarian 1 orang11. Pekarya 3 orang
Jumlah 31 orang
Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa Jumlah tenaga kesehatan di Wilayah
Kerja Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma Tahun 2005 terdapat 31 orang
yang terdiri dari dokter umum, perawat, perawat gigi, bidan, tenaga administrasi,
sanitarian.
44
Tabel 4.2
Distribusi Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma Tahun 2005
No. Fasilitas Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 unit2. Perumahan Dokter 1 unit3. Perumahan Paramedis 2 unit4. Puskesmas Pembantu 4 unit
Jumlah 8 unit
Dari Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa fasilitas kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma Tahun 2005 terdapat 1 unit Puskesmas
Induk, 1 unit perumahan dokter, 2 unit perumahan paramedis, dan 4 unit Puskesmas
pembantu.
4.1.1.2 Pendidikan Pegawai Puskesmas Rimbo Kedui
Seluruh pegawai Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
yang berjumlah sebanyak 31 orang mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Di Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma Tahun 2005
No. Pendidikan Frekuensi Persentase %1. S1 2 6,5%2. D3 3 9,6%3. D1 kebidanan 10 32,3%4. SPK 11 35,5%5. SMA 2 6,5%6. SMP 3 9,6%Jumlah 31 100,0%
45
Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa pendidikan karyawan Puskesmas Rimbo
Kedui Kabupaten Seluma Tahun 2005 terdiri dari 2 orang S1, 3 orang D3, 10 orang
D1 kebidanan, 11 orang SPK, 2 orang SMA, dan 3 orang SMP.
4.1.1.3 Masa Kerja Pegawai Puskesmas Rimbo Kedui
Seluruh pegawai Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
yang berjumlah sebanyak 31 orang mempunyai masa kerja yang berbeda. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pegawai Menurut Masa Kerja Di Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma Tahun 2005
No. Masa Kerja Frekuensi Persentase %1. < 5 tahun 11 35,5%2. 5 – 10 Tahun 6 19,3%3. > 10 tahun 14 45,2%Jumlah 31 100,0%
Dari Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa masa kerja karyawan Puskesmas Rimbo
Kedui Kabupaten Seluma Tahun 2005 terdiri dari < 5 tahun sebanyak 11 orang atau
35,5%, 5 – 10 tahun sebanyak 6 orang atau 19,3%, > 10 Tahun sebanyak 14 orang
atau 45,2%.
4.1.2 Analisa Univariat
4.1.2.1 Fungsi Kepemimpinan
Hasil dari 31 responden di Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun
2005 yang dijadikan sampel berdasarkan hasil kuesioner tentang Fungsi
46
Kepemimpinan ternyata terdapat 3 tingkatan fungsi Kepemimpinan yaitu : kurang,
sedang dan baik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi Fungsi Kepemimpinan pada Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
No Fungsi Kepemimpinan FrekuensiPersentase
(%)1 Kurang - -
2 Sedang 3 9,7
3 Baik 28 90,3
Jumlah 31 100,0
Gambar 4.1
Distribusi frekuensi tentang Fungsi Kepemimpinan pada Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
Tabel 4.5 dan Gambar 4.1 di atas data menurut Fungsi Kepeminpinan
di puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005 menunjukkan bahwa 3
47
orang responden atau 9,7% mengatakan fungsi kepemimpinan sedang dan 28 orang
responden atau 90,3% yang mengatakan fungsi kepemimpinan baik.
4.1.2.2 Motivasi Kerja Karyawan
Hasil dari 31 responden di Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun
2005 yang dijadikan sampel berdasarkan hasil kuesioner tentang Motivasi kerja
karyawan ternyata terdapat 3 (tiga) tingkatan Motivasi kerja karyawan yaitu :
kurang, sedang dan baik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi tentang Motivasi Kerja Karyawan pada Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
No Motivasi Kerja Karyawan Frekuensi Persentase (%)1 Kurang --- ---
2 Sedang 8 25,8
3 Baik 23 74,2
Jumlah 31 100,0
Gambar 4.2
Distribusi frekuensi Motivasi Kerja Karyawan pada Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
Motivasi Kerja
0
10
20
30
Sedang Baik
Motivasi Kerja
Freq
uenc
y
48
Tabel 4.6 dan Gambar 4.2 di atas data menurut Motivasi kerja karyawan
di puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005 menunjukkan bahwa 23
orang responden atau 74,2% mengatakan Motivasi kerja karyawan baik dan 8 orang
responden atau 25,8% yang mengatakan Motivasi kerja karyawan sedang.
4.1.3 Analisa Bivariat
4.1.3.1 Hubungan Fungsi Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja
Karyawan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan tabulasi silang
antara variabel dependent dengan variabel independent didapat hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Tabulasi Silang Fungsi Kepemimpinan dengan Motivasi kerja Karyawan pada Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
Motivasi KerjaTotal
Sedang BaikFungsi Kepemimpinan Sedang Count
Expected Count % Within Fungsi Kepemimpinan
3.8
100.0 %
02.2
.0 %
33.0
100.0 %Baik Count
Expected Count % Within Fungsi Kepemimpinan
57.2
17.9 %
2320.8
82.1 %
2828.0
100.0 %Total Count
Expected Count % Within Fungsi Kepemimpinan
88.0
25.8 %
2323.0
74.2 %
3131.0
100.0 %
Tabel 4.7 di atas menunjukkan tabulasi silang antara fungsi kepemimpinan
dengan motivasi kerja karyawan pada Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma
49
tahun 2005. Ternyata dari 3 responden yang menyatakan fungsi kepemimpinan
sedang semua motivasi kerjanya sedang, dan dari 28 orang responden yang
mengatakan fungsi kepemimpinan baik terdapat 23 orang responden motivasi
kerjanya baik dan 5 orang responden motivasi kerjanya sedang. Karena ada dua sel
frekuensi ekspektasinya < 5 maka diguanakan Uji Exact Fisher
Tabel 4.8
Chi-Square Test
Value DfAsymp.Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher’s Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
9.549b
5.7419.127
9.24131
111
1
.002
.017
.003
.002
.012 .012
a. Computed only for a 2x2 tableb. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .77.
Hasil uji Exact Fisher didapat nilai exact sig. (2-sided) = 0,012 < 0,05 berarti
signifikan. Jadi Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan ada hubungan yang
signifikan antara fungsi kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan Puskesmas
Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005.
Tabel 4.9
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.Nominal by Nominal Contingency CoefficientN of Valid Cases
.485 31
.002
a. Not assuming the null hypothesis.b. Using the asymptotic standart error assuming the null hypothesis.
50
Hasil uji contingency coefficient didapat nilai = 0,485 dengan approx sig =
0,002 < 0,05 berarti signifikan, karena nilai contingency coefficient = 0,485 < 0,5
terletak dalam interval 0,40-0,60 maka kategori hubungan sedang (Sugiono, 2001).
4.2. Pembahasan
4.2.1. Fungsi Kepemimpinan
Menurut Susilo Supardo (2005), pengertian Kepemimpinan adalah tindakan-
tindakan oleh seorang atau beberapa orang yang mempengaruhi kelakuan seseorang
atau lebih dalam seting kelompok, tindakan-tindakan oleh pemimpin dan/kelompok
dilakukan dengan suatu maksud. Tindakan tersebut dimaksud untuk mempengaruhi
perilaku orang-orang lain.
Hasil analisis Tabel 4.5 dan Gambar 4.1 di atas data menurut fungsi
kepemimpinan di puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
menunjukkan bahwa 3 orang responden atau 9,7% mengatakan fungsi kepemimpinan
sedang dan 28 orang responden atau 90,3% yang mengatakan fungsi kepemimpinan
baik.
Dari 28 orang responden atau 90,3% mengatakan bahwa fungsi pimpinan baik
hal ini didapat sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan menggunakan
kuesioner saat penelitian yang dilakukan di puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten
Seluma tahun 2005. Fungsi pimpinan ini berisikan tentang pengambilan keputusan,
pengawasan pegawai, actuating, motivator. Sedangkan seorang pemimpin dapat
mempengaruhi bawahannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sesuai
51
dengan pernyataan Noor Fuad (2000), kepemimpinan merupakan proses atau
kegiatan untuk mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang dalam
upaya mencapai suatu sasaran yang telah ditetapkan.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Menurut Sondang P. Siagian (1999),
fungsi-fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut : Pimpinan selaku penentu arah
yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan, wakil dan juru bicara organisasi
dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi/instansi, pimpinan selaku
komunikator yang efektif, mediator yang andal, khususnya dalam hubungan kedalam,
terutama dalam menangani situasi konflik, pemimpin selaku integrator yang efektif,
rasional, objektif dan netral.
Berdasarkan uraian di atas, pimpinan puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten
Seluma tahun 2005 perlu untuk dapat menerapkan fungsi kepemimpinan
(pengambilan keputusan, pengawasan pegawai, actuating, motivator) yang lebih
optimal lagi dalam mempengaruhi, menggerakkan dan mengerahkan pegawai dalam
bekerja dan menjalankan tugas serta dapat membenahi motivasi kerja pegawai
sehingga akan terjadi suatu perubahan kearah yang lebih baik melalui kemampuan,
kecakapan dan wewenangnya sebagai seorang pemimpin.
4.2.2. Motivasi Kerja Karyawan
Tabel 4.6 dan Gambar 4.2 di atas data menurut Motivasi kerja karyawan
di puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005 menunjukkan bahwa
52
23 orang responden atau 74,2% mengatakan Motivasi kerja karyawan baik dan
8 orang responden atau 25,8% yang mengatakan Motivasi kerja karyawan sedang.
Dari hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan pengertian menurut
Mangkunegara (2000), adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk
membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja serta pendapat Melayu S.P. Hasibuan (1999), Motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar
mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang
telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias
mencapai hasil yang optimal.
Motivasi ini semakin penting karena pimpinan membagikan pekerjaannya
kepada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan
yang diinginkan. Hal ini dikarenakan fungsi pimpinan di Puskesmas Rimbo Kedui
Kabupaten Seluma tahun 2005 belum begitu berjalan dalam hal pembagian tugas
kepada bawahannya serta belum begitu jelas uraian tugas yang akan dilakukan oleh
bawahan/ karyawan.
4.2.3. Hubungan Fungsi Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan
Tabel 4.7 di atas menunjukkan tabulasi silang antara fungsi kepemimpinan
dengan motivasi kerja karyawan pada Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma
tahun 2005. Ternyata dari 3 responden yang menyatakan fungsi kepemimpinan
53
sedang semua motivasi kerjanya sedang, dan dari 28 orang responden yang
mengatakan fungsi kepemimpinan baik terdapat 23 orang responden motivasi
kerjanya baik dan 5 orang responden motivasi kerjanya sedang.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa 28 orang responden/karywan yang
mengatakan fungsi kepemimpinan baik dan terdapat 23 responden yang motivasi
kerjanya baik serta 5 responden yang motivasi kerjanya sedang. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor lain selain motivasi kerja, misalnya bisa dipengaruhi oleh
masa kerja, pendidikan dari karyawan, serta tidak sesuai dengan pendapat Sondang P.
Siagian (1999), fungsi-fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut : Pimpinan
selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan, wakil dan
juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi/instansi,
pimpinan selaku komunikator yang efektif, mediator yang andal, khususnya dalam
hubungan kedalam, terutama dalam menangani situasi konflik, pemimpin selaku
integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.
Berdasarkan hasil uji Exact Fisher didapat nilai exact sig. (2-sided) = 0,012
< 0,05 berarti signifikan. Jadi Ho ditolak dan Ha diterima, kesimpulan ada hubungan
yang signifikan antara fungsi kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan
Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005. Dengan uji contingency
coefficient didapat nilai = 0,485 dengan approx sig = 0,002 < 0,05 berarti signifikan,
karena nilai contingency coefficient = 0,485 < 0,5 terletak dalam interval 0,40-0,60
maka kategori hubungan sedang. Hal ini sesuai pendapat House dalam Susilo
Supardo (2005), mengemukan hubungan fungsi pimpinan dengan motivasi kerja
54
karyawan mengenai efektifitas seorang pimpinan diantaranya pengambilan keputusan
didasarkan atas kemampuannya didalam menimbulkan kepuasan dan motivasi para
anggota kelompok, dengan menggunakan rancangan insentif untuk ganjaran dan
hukuman bagi mereka yang berhasil atau gagal dalam mencapai tujuan kelompok.
Untuk mencapai tujuan tersebut seorang pemimpin diwajibkan untuk menggunakan
fungsi kepemimpinannya yang berbeda sesuai dengan tuntutan situasi. Serta sesuai
juga pendapat (Gouzali Saydam, 1996), mengenai Seorang pimpinan tidak dapat
melakukan pekerjaan sendirian, keberhasilannya amat ditentukan oleh orang lain
(bawahan). Untuk melaksanakan tugas sebagai pimpinan ia harus membagi-bagi
tugas dan pekerjaan tersebut kepada seluruh karyawan yang ada dalam unit kerja itu
sendiri. Untuk itu yang perlu dilakukan oleh pimpinan agar semangat kerja tetap
terpelihara adalah memberikan motivasi yang tepat kepada para karyawannya,
sehingga pada mereka timbul keinginan untuk berbuat dan bekerja dengan baik sesuai
dengan tuntunan dan keinginan suatu instansi. Dengan pemberian motivasi yang tepat
ini diharapkan mereka akan terdorong untuk bekerja lebih baik.
Dengan demikian disimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan dalam penelitian
berhubungan signifikan dengan motivasi kerja karyawan Puskesmas Rimbo Kedui
Kabupaten Seluma tahun 2005.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam BAB IV maka dapat
disimpulkan dari 31 orang responden mengenai fungsi kepemimpinan dengan
motivasi kerja karyawan pada Puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun
2005 sebagai berikut :
5.1.1 Hasil dari Tabel 4.5 dan Gambar 4.1 di atas data menurut Fungsi
Kepeminpinan di puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
menunjukkan bahwa 3 orang responden atau 9,7% mengatakan fungsi
kepemimpinan sedang dan 28 orang responden atau 90,3% yang mengatakan
fungsi kepemimpinan baik.
5.1.2 Hasil dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.2 di atas data menurut Motivasi kerja
karyawan di puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2005
menunjukkan bahwa 23 orang responden atau 74,2% mengatakan Motivasi
kerja karyawan baik dan 8 orang responden atau 25,8% yang mengatakan
Motivasi kerja karyawan sedang.
5.1.3 Dari hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara fungsi
kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan pada puskesmas Rimbo
Kedui kabupaten dengan uji Exact Fisher didapat nilai exact sig. (2-sided) =
0,012 < 0,05 berarti signifikan, hal ini didukung oleh hasil analisis yang
56
56
menunjukkan hubungan sedang dengan nilai contingency coefficient = 0,485
< 0,5
5.2. Saran
5.2.1 Kiranya hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk lebih meningkatkan
fungsi kepemimpinan yang ada sehingga mampu meningkatkan Motivasi
kerja karyawan dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan kesahatan di
puskesmas Rimbo Kedui Kabupaten seluma.
5.2.2 Diharapkan kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian berikutnya
mengenai fungsi kepemimpinan selain pendapat yang dikemukakan oleh
Kartini Kartono (1998) sekarang ini.
57
top related