hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala
TRANSCRIPT
1
Universitas Indonesia
Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Kinerja Guru
Vira Ariesta Putri*, Patricia
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan kinerja guru. Pengukuran kinerja mengunakan alat ukur yang diadaptasi dari dimensi Campbell (2012) yang dikembangkan oleh Ratdityas (2013) dan pengukuran kepemimpinan transformasional menggunakan alat ukur Multi Level Questionere Form 5x (MLQ 5x) yang dikembangkan oleh Bass dan Riggio (2005). Partisipan penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar di sekolah negeri di beberapa kota di Indonesia. Total partisipan dalam penelitian ini berjumlah 172 orang guru. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan kinerja guru.
The Relationship between Transformational Leadership of Principals and Teacher Performance
Abstract
This study was conducted to exmine the relationship between transformasional leadership of principals and teacher performance. The measurement of performance is using measurement tool adapted from the dimenstion of Campbell (2012) developed by Ratdytias (2013) and the measurement of tranformasional leadership is using Multi Level Questionere Form 5x (MLQ 5x) instrument developed by Bass and Riggio (2005). The total participants in this study were 172 teachers. The result of this study showed a significant relationship between transformasional leadership of principals toward teacher performance. Keywords: Teacher Performance, Transformational Leadership
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
2
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua
komponen mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak
berarti apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas,
semua komponen, terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru (Depdiknas,
2008). Dalam dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari
120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global
Monitoring Report 2012 (dalam Usaid, 2013). Hal ini menggambarkan bahwa kualitas
pendidikan Indonesia masih rendah, sehingga perlu adanya peningkatan kualitas guru serta
peningkatan kinerja guru dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, maka
seorang guru dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan dan kinerjanya sebagai tenaga
professional (Khodijah, 2013).
Menurut Campbell (2012) kinerja merupakan tingkah laku atau perilaku karyawan yang
berkaitan dengan pekerjaannya yang berkontribusi terhadap tujuan organisasi atau perusahaan
yang kemudian dapat diukur menurut tingkat kecakapan individu. Kinerja guru menggambarkan
bagaimana tingkah laku seorang guru yang berkaitan dengan pekerjaannya dan dapat
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, seperti menguasai materi,
mengajar peserta didik, menguasai pembelajaran, dan lainnya. Kemampuan-kemampuan seperti
ini dapat menggambarkan bagaimana guru dalam proses belajar-mengajar sehingga dapat
mengajar sesuai dengan kinerja yang dimilikinya.
Rogers (dalam Mahmudi, 2005) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja seorang karyawan, yaitu (a) individu/personal, yang meliputi
pengetahuan, keterampilan/skill, kepercayaan diri, kemampuan, motivasi dan komitmen yang
dimiliki oleh setiap individu; (b) kepemimpinan yang meliputi kualitas dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan oleh atasan kepada anggota; (c)
sistem, yang meliputi sistem kerja, fasilitas terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan
keeratan anggota tim; (d) kontekstual/situasional, yang meliputi tekanan dan perubahan
lingkungan internal dan ekternal.
Faktor kepemimpinan yang memiliki pengaruh besar terhadap kinerja guru. Dimana
kepemimpinan yang ditampilkan oleh seorang pemimpin dapat menciptakan integritas yang
serasi dan mendorong gairah kerja anggotanya untuk mencapai sasaran secara maksimal, begitu
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
3
Universitas Indonesia
juga sebaliknya (Northouse, 2001). Wexley dan Yukl (1992) menjelaskan pandangan seorang
karyawan terhadap pemimpinnya mungkin saja berkaitan dengan pekerjaan dan bahkan
karakteristik pribadi pimpinan tersebut. Pandangan atau persepsi karyawan terhadap tingkah laku
kepemimpinan mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugas (Wexley & Yukl, 1992).
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa kepemimpinan atasan memiliki pengaruh
terhadap kinerja karyawannya. Selain itu, Murray (2002) menjelaskan bahwa elemen
kepemimpinan merupakan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi kinerja karyawan..
Didalam dunia kepemimpinan, terdapat dua jenis gaya kepemiminan yang sering
digunakan, yaitu kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional yang pertama
kali diperkenalkan oleh Burns pada tahun 1978. Menurut Bass (1985) kepemimpinan
transformasional adalah kepemimpinan yang berusaha memperluas dan mengangkat kebutuhan-
kebutuhan bawahan, serta mendorong bawahan untuk melihat kinerja lebih dari yang diharapkan,
sedangkan kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin
memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang
melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai
klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.
Sebuah kepemimpinan sangat dibutuhkan bagi kepala sekolah untuk dapat mempengaruhi
dan memotivasi guru-guru dan anggota sekolah lainnya untuk dapat mencapai tujuan, visi dan
misi yang telah dibuat. Kepemimpinan transformasional merupakan salah satu pilihan bagi
kepala sekolah untuk memimpin dan mengembangkan sekolah yang berkualitas, dengan
memiliki penekanan dalam hal visi dan misi yang jelas, penggunaaan komunikasi secara efektif,
pemberian rangsangan intelektual, serta perhatian pribadi terhadap permasalahan individu
anggota organisasinya (Danim & Suparno. 2009). Dengan penekanan seperti itu, diharapkan
kepala sekolah mampu meningkatkan kinerja staf pengajarnya dalam rangka mengembangkan
kualitas sekolah. Selain itu kepemimpinan transformasional yang diterapkan kepala sekolah dapat
berperan sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai keputusan antara atasan dan bawahan
sehingga pencapaian yang diinginkan dapat berjalan dengan lancar.
Danim dan Suparno (2009) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki
fokus transformasi pada guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran. Dengan pemimpin
yang mampu membangun perubahan dengan organisasi sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
4
Universitas Indonesia
yang ditetapkan dan mengajak seluruh anggota sekolah aktif dalam mencapai tujuan yang sama,
maka kepemimpinan transformasional sangat baik digunakan dalam kepemimpinan kepala
sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Danim dan Suparno (2009) menjelaskan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional mengkontribusi pada inisiatif-inisiatif restrukturisasi dan
memberikan perbaikan perolehan belajar pada siswa, serta membuktikan bahwa komitmen guru,
kepuasan guru dalam bekerja serta iklim sekolah memberi efek positif bagi restrukturisasi
organisasi sekolah dan memperoleh hasil belajar yang baik.
Dalam mengupayakan pendidikan yang lebih baik bagi Indonesia, maka perlu
diperhatikan bagaimana organisasi dalam sekolah tersebut. Kepala sekolah sebagai pemimpin
harus dapat meningkatkan kinerja para anggotanya sehingga proses belajar mengajar antara guru
dan siswa menjadi lebih baik dan pemahaman akan pelajaran dapat diterima siswa serta kualitas
dari peserta didik dan sekolah pun meningkat. Mengingat pentingnya dan dampaknya kualitas
sebuah sekolah, maka peneliti bermaksud untuk melihat hubungan antara kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dan kinerja guru. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
menggambarkan aspek-aspek apa saja yang dapat ditingkatkan oleh seorang kepala sekolah untuk
dapat meningkatkan kinerja guru sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas,
serta penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam melakukan pekerjaan
dengan gaya kepemimpinan transformasional yang dimiliki oleh kepala sekolah.
Tinjauan Teoritis
Kinerja
Istilah kinerja atau performance atau prestasi kerja atau produktivitas kerja sering digunakan
untuk menunjukkan kontribusi pegawai pada perusahaan. Menurut Campbell (2012) yang
mendefinisikan kinerja merupakan tingkah laku atau perilaku karyawan yang berkaitan dengan
pekerjaannya yang berkontribusi terhadap tujuan organisasi atau perusahaan yang kemudian
dapat diukur menurut tingkat kecakapan individu. Campbell (2012) juga menjelaskan bahwa
kinerja seseorang dapat terlihat dari Job specific task, Maintaining personal discipline,
Demonstrating effort, Facilitating peer and team performance member, Non-job specific task
proficiency, Communication task proficiency, Supervision/ leadership, dan Management /
administration.
Kepemimpinan Transformasional
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
5
Universitas Indonesia
Istilah Transformational berasal dari kata “to transform” yang memiliki arti merubah, yang
muncul pertama kali pada tahun 1978 dicetus oleh James McGregor Burns, seorang sosiolog
politik, dalam bukunya yang berjudul Leadership. Kemudian konsep dari kepemimpinan
tansformasional ini dikembangkan oleh Bass pada tahun 1985. Bass (1986, dalam Bass &Riggio,
2006) menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan
seorang pemimpin perlu memotivasi bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih
dari yang mereka harapkan. Menurut Bass & Riggio (2006) yang mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional merupakan tipe kepemimpinan yang mengubah nilai, keyakinan,
dan sikap dari anggotanya dan dapat menstimulasi dan menginspirasi anggotanya untuk
mendapatkan hasil yang sangat baik sekaligus meningkatkan kapasitas mereka.
Dinamika antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Kinerja Guru
Peran dan tugas seorang guru akan berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas. Dalam dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di
peringkat ke-64 dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO
Education For All Global Monitoring Report 2012 (dalam Usaid, 2013). Hal ini menggambarkan
bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah, sehingga perlu adanya peningkatan kualitas
guru serta peningkatan kinerja guru dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena
itu, maka seorang guru dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan dan kinerjanya sebagai
tenaga professional.
Dalam hal meningkatkan kinerja seorang guru, kepemimpinan transformasional
merupakan salah satu pilihan bagi kepala sekolah untuk memimpin dan mengembangkan sekolah
yang berkualitas, dengan memiliki penekanan dalam hal visi dan misi yang jelas, penggunaaan
komunikasi secara efektif, pemberian rangsangan intelektual, serta perhatian pribadi terhadap
permasalahan individu anggota organisasinya (Danim & Suparno. 2009). Selain itu, seorang
pemimpin yang transformasional dapat meyakinkan bawahannya untuk memperjuangkan potensi
dengan tingkat yang lebih tinggi, seiring dengan standar moral dan etika yang lebih tinggi (Bass
& Avolio, 2003). Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh oleh Adhi, Hardienata, dan
Sunaryo (2013) yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi kepemimpinan
transformasional, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
6
Universitas Indonesia
Metode Penelitian
Partisipan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti dapat mengumpulkan responden sebanyak 172 responden
guru dari sekolah negeri, baik tingkat SD, SMP, SMA/SMK beberapa kota di Indonesia.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan data menggunakan kuesioner. Alat
ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah alat ukur yang dikembangkan dari 8
dimensi Campbell (2012) yang diadaptasi oleh Ratdityas (2013), dimana alat ukur ini terdiri dari
6 item dimensi Job specific task, 5 item dimensi Maintaining personal discipline, 8 item dimensi
Demonstrating effort, 10 item dimensi Facilitating peer and team performance member, 9 item
dimensi Non-job specific task proficiency, 9 item dimensi Communication task proficiency, 8
item dimensi Supervision/ leadership, dan 9 item dimensi Management /administration.
Uji coba alat ukur kinerja memperlihatkan koefisien reliabilitas keseluruhan sebesar α =
0,878, sehingga alat ukur ini merupakan alat ukur yang reliabel. Sedangkan jika dilihat dari
perdimensi, reliabilitas item-item dimensi Job specific task memiliki koefisien sebesar α = 0,38,
dimensi Maintaining personal discipline memiliki koefisien sebesar α = 0,737, dimensi
Demonstrating effort memiliki koefisien sebesar α = 0,157, dimensi Facilitating peer and team
performance member memiliki koefisien sebesar α = 0,619 , dimensi Non-job specific task
proficiency memiliki koefisien sebesar α = 0,762, dimensi Communication task proficiency
memiliki koefisien sebesar α = 0,738 , dimensi Supervision/ leadership memiliki koefisien
sebesar α = 0,462, dimensi Management /administration memiliki koefisien sebesar α = 0,642.
Hasil uji coba validitas Kinerja menunjukkan rentang indeks skor item-total correlation
berkisar -0,118 sampai 0,696. Terdapat 13 item yang menunjukkan skor dibawah 0,2 yaitu item
no 1, 4, 6, 11,12, 13, 19, 22, 28, 29, 50, 58 dan 59. Dari tiga belas item yang memiliki indeks
kurang dari 0,2, peneliti melakukan pembuangan 4 item yaitu item 11,12, 19 dan item 50,
pembuangan item ini dilakukan karena item-item tersebut dianggap memiliki validas yang buruk,
sedangkan item lainnya peneliti melakukan revisi ulang, karena peneliti menduga akibat bahasa
yang kurang sesuai, sehingga item tersebut peneliti revisi ulang.
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
7
Universitas Indonesia
Pada variabel kepemimpinan transformasional, penelitian ini menggunakan alat ukur
Multi Level Questionaire Form 5x (MLQ 5x) yang dikembangkan oleh Bass dan Riggio (2005).
MLQ terdiri dari 4 dimensi, yaitu. Menginspirasi dan Memotivasi (Inspirasional Motivation),
Pengaruh yang Ideal (Idealized Influence), Menstimulasi Pemikiran (Intelectual Stimulation),
Memperhatikan Perorangan (Individual Consideration).
Uji coba alat ukur MLQ 5x memperlihatkan koefisien reliabilitas keseluruhan sebesar α =
0,937, sehingga alat ukur ini merupakan alat ukur yang reliabel. Sedangkan jika dilihat dari
perdimensi, reliabilitas item-item dimensi Menginspirasi dan Memotivasi (Inspirasional
Motivation) memiliki koefisien sebesar α = 0,835, dimensi Pengaruh yang Ideal (Idealized
Influence) memiliki koefisien sebesar α = 0,818, dimensi Menstimulasi Pemikiran (Intelectual
Stimulation memiliki koefisien sebesar α = 0,556, dimensi Memperhatikan Perorangan
(Individual Consideration memiliki koefisien sebesar α = 0,847.
Pengukuran validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan internal
consistency sebagai indikator reliabilitas alat ukur yang berarti mengkorelasikan skor rata-rata
setiap item dengan skor total keseluruhan untuk mengetahui homogenitas item tersebut (Anastasi
& Urbina, 1997). Suatu item dikatakan valid mengkur konstruk jika memiliki indeks lebih dari
0,2. Hasil uji coba validitas MLQ 5x menunjukkan rentang indeks skor item-total correlation
berkisar 0,009 sampai 0,875. item yang memiliki item-total correlation dibawah 0,2 peneliti
melakukan revisi ulang, karena peneliti menduga akibat bahasa yang kurang sesuai, sehingga
item tersebut peneliti revisi ulang.
Teknik Analisis Statistik
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic deskriptif,
yang merupakan teknik ini digunakan untuk melihat gambaran umm dari variabel penelitian dan
karakteristikdari partisipan penelitian berdasarkan nilai rata-rata (mean), frekuensi, dan
presentase dari skor yang didapatkan, dan selanjutnya penelitian ini menggunakan pearson
correlation, yang digunakan untuk mengkorelasikan kedua variabel, peneliti menggunakan teknik
analisis pearson correlation (r). Menurut Gravetter dan Forzano (2009), pearson correlation
digunakan untuk melihat hubungan linear pada kedua variabel dan arahya. Dalam penelitian ini
total skor dari variabel kinerja dikorelasikan dengan total skor dari variabel kepemimpinan
transformasional.
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
8
Universitas Indonesia
Hasil Penelitian
Gambaran umum penelitian
Jumlah partisipan dalam penelitian sebanyak 172 orang. Berdasarkan jenis kelamin,
perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, yaitu dengan persentase 76,2 %, dan 23,8 %.
Berdasarkan usia partisipan penelitian ini paling banyak berada pada rentang usia 50 – 60 tahun
dengan persentase 28 %. Mayoritas dari responden dalam penelitian ini berstatus menikah dan
berjumlah 136 orang dengan presentase 79,1 % dan yang belum menikah berjumlah 36 dengan
persentase 20,9 %. Berdasarkan domisili, mayoritas berasal dari Padang berjumlah 120 orang
dengan persentase 69,8 % dan yang sedikit berasal dari Bandung dan Semarang dengan
persentase 0,6%. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas memiliki tingkat pendidikan S1
berjumlah 141 orang dengan persentase 84,3.
Berdasarkan lama kerja, mayoritas responden memiliki pengalaman kerja sebagai guru
>10 th berjumlah 110 orang dengan persentase 64 %. Berdasarkan tempat mengajar, terlihat
bahwa mayoritas partisipan berasal dari guru SD sebanyak 117 orang dengan presntase 68 % dan
yang paling sedikit partisipan berasal dari guru SMK sebanyak 10 orang dengan persentase 5,8
%. Selanjutnya, berdasarkan tingkat penghasilan, terlihat bahwa mayoritas partisipan sebanyak
81 orang (46,8 %) memiliki penghasilan yang berkisar Rp. >3.500.000.
Gambaran Kinerja dan Kepemimpinan Transformasioanl
Berdasarkan hasil pengolahan statistik didapatkan rata-rata skor kinerja sebesar 5,02. Skor
kinerja ditemukan memiliki nilai minimum 4,02 dan nilai maksimum sebesar 5,95. Adapun
standar deviasi yang didapatkan dari pengolahan statistik adalah sebesar 0,31. Standar deviasi ini
merupakan besar kisaran true score (nilai yang sebenarnya) dari perolehan skor total kinerja yang
didapatkan melalui perhitungan rata-rata skor keseluruhan partisipan ± standar deviasi.
Berdasarkan variabel kepemipinan transformasional, didapatkan rata-rata skor kepemimpinan
transformasional sebesar 4,09. Skor kepemimpinan transformasional memiliki nilai maksimum 6
dan nilai minimum 2,19. Adapun standar deviasi yang didapatkan dari pengolahan statistik
adalah sebesar 0,78.
Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dan Kinerja Guru
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
9
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dipaparkan pada tabel diatas, peneliti
menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru (r = 0,151, p = 0,048 pada L. o. S. 0,05).
Dengan demikian, hipotesis null (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima.
Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dan Dimensi Kinerja
Hasil penghitungan pertama koefisien korelasi yang terdapat pada dimensi Job specific
task didapatkan hasil r = - 0,172 dan p = 0,024 yang berarti signifikan pada L. o. S 0,05.
Hubungan yang signifikan ini membuat hipotesis null ditolak dan hipotesis alternative diterima
sehingga diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan
transformasional dan dimensi job specific task. Hasil dari ! ! = 0,029 sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa varians skor job specific task 2,9 % dapat dijelaskan dari skor
kepemimpinan transformasional. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi
kepemimpinan transformasional yang dimunculkan atasan, maka semakin tinggi job specific task
yang muncul pada bawahan dalam hal mengerjakan tugasnya.
Kedua, peneliti mengkorelasikan skor total kepemimpinan transformasional dengan
Maintaining personal discipline. Hasil penghitungan koefisien korelasi yang didapat adalah r =
0,128 dan p = 0,095 yang tidak signifikan. Hubungan yang tidak signifikan ini membuat hipotesis
null diterima dan hipotesis alternative ditolak sehingga diinterpretasikan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan
Maintaining personal discipline. Hasil dari ! != 0,017, yang artinya variasi skor Maintaining
personal discipline 1,7 % dapat dijelaskan dari skor kepemimpinan transformasional.
Ketiga, peneliti mengkorelasikan skor total kepemimpinan transformasional dengan
Demonstrating effort. Hasil penghitungan koefisiesn korelasi yang didapat adalah r = 0,093 dan p
= 0,223 yang tidak signifikan. Hubungan yang tidak signifikan ini membuat hipotesis null
diterima dan hipotesis alternative ditolak sehingga diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan Demonstrating effort.
Hasil dari ! != 0,009 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa variasi skor Demonstrating effort
0,9 % dapat dijelaskan dari skor kepemimpinan transformasional.
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
10
Universitas Indonesia
Keempat, peneliti mengkorelasikan skor total kepemimpinan transformasional dengan
Facilitating peer and team performance member. Hasil penghitungan koefisiesn korelasi yang
didapat adalah r = 0,068 dan p = 0,376 yang tidak signifikan. Hubungan yang tidak signifikan ini
membuat hipotesis null diterima dan hipotesis alternative ditolak sehingga diinterpretasikan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah
dan Facilitating peer and team performance member. Hasil dari ! != 0,005, dapat
diinterpretasikan bahwa variasi skor Facilitating peer and team performance member 0,5 %
dapat dijelaskan dari skor kepemimpinan transformasional.
Kelima, peneliti mengkorelasikan skor total kepemimpinan transformasional dengan Non-
job specific task proviciency. Hasil penghitungan koefisiesn korelasi yang didapat adalah r =
0,063 dan p = 0,411 yang tidak signifikan. Hubungan yang tidak signifikan ini membuat hipotesis
null diterima dan hipotesis alternative ditolak sehingga diinterpretasikan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan Non-job
specific task proviciency. Hasil dari ! != 0,004 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa variasi
skor Non-job specific task proviciency 0,4 % dapat dijelaskan dari skor kepemimpinan
transformasional.
Keenam, peneliti mengkorelasikan skor total kepemimpinan transformasional dengan
Communication proficiency. Hasil penghitungan koefisiesn korelasi yang didapat adalah r =
0,152 dan p = 0,047 yang berarti signifikan pada L. o. S 0,05. Hubungan yang signifikan ini
membuat hipotesis null ditolak dan hipotesis alternative diterima sehingga diinterpretasikan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi
Communication proficiency. Hasil dari ! ! = 0,024 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa
varians skor Communication proficiency 2,4 % dapat dijelaskan dari skor kepemimpinan
transformasional. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemimpinan
transformasional yang dimunculkan atasan, maka semakin tinggi Communication proficiency
yang muncul pada bawahan dalam hal mengerjakan tugasnya.
Ketujuh, peneliti mengkorelasikan skor total kepemimpinan transformasional dengan
Supervision /leadership. Hasil penghitungan koefisiesn korelasi yang didapat adalah r = 0,072
dan p = 0,350 yang tidak signifikan. Hubungan yang tidak signifikan ini membuat hipotesis null
diterima dan hipotesis alternative ditolak sehingga diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
11
Universitas Indonesia
yang signifikan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan Supervision
/leadership. Hasil dari ! != 0,005 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa variasi skor
Supervision /leadership 0,5 % dapat dijelaskan dari skor kepemimpinan transformasional.
Terakhir, peneliti mengkorelasikan skor total kepemimpinan transformasional dengan
Management/ administration. Hasil penghitungan koefisiesn korelasi yang didapat adalah r =
0,200 dan p = 0,009 yang berarti signifikan pada L. o. S 0,05. Hubungan yang signifikan ini
membuat hipotesis null ditolak dan hipotesis alternative diterima sehingga diinterpretasikan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi
Management/ administration. Hasil dari ! ! = 0,04 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa
varians skor Management/ administration 4 % dapat dijelaskan dari skor kepemimpinan
transformasional. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemimpinan
transformasionalyang dimunculkan atasan, maka semakin tinggi Management/ administration
yang muncul pada bawahan dalam hal mengerjakan tugasnya.
Diskusi
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru. Hasil yang didapatkan dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru. Peneliti menolak hipotesis null dan
menerima hipotesis alternative, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
kepemimpinan transformasional yang dimunculkan kepala sekolah, maka semakin tinggi pula
tingkat kinerja guru. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang juga
meneliti terkait kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Adhi, Hardienata, dan Sunaryo (2013) tentang pengaruh budaya organisasi,
kepemimpinan transformasional, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Penelitian ini diambil
dari 205 responden guru sekolah menengah pertama di kabupaten Bogor dan didapatkan hasil
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi, kepemimpinan
transformasional, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.
Selain melihat hubungan antara kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru,
peneliti juga melakukan analisis mengenai kepemimpinan transformasional kepala sekolah
terhadap dimensi-dimensi kinerja. Pada dimensi pertama Job specific task. Hasil yang didapatkan
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
12
Universitas Indonesia
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan dimensi Job specific task. Peneliti menolak
hipotesis null dan menerima hipotesis alternative, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi tingkat kepemimpinan transformasional yang dimunculkan kepala sekolah, maka semakin
tinggi pula tingkat kinerja guru. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Marthis dan Jackson
(2011) yang menjelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu dalam hal
mengerjakan suatu pekerjaan, individu dapat mengerjakannya sesuai dengan bakat dan keahlian
yang mereka miliki sehingga dapat memberikan hasil yangk baik dalam hal bekerja.
Dimensi kedua Maintaining personal discipline. Hasil yang didapatkan dalam penelitian
ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasioal
kepala sekolah dan dimensi Maintaining personal discipline. Hal ini membuat hipotesis null
diterima dan hipotesis alternative ditolak. Tidak terdapat hubungan antara kepemimpinan
transformasional dan dimensi Maintaining personal discipline ini disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah kurang tepatnya item dalam alat ukur kinerja, pertanyaan yang muncul
menggambarkan bagaimana seorang pegawai dalam hal disiplin waktu, dan peraturan-peraturan
umum seperti penggunaan seragam yang biasa dimiliki oleh seluruh perusahaan atau organisasi.
Hal ini mengakibatkan kurang jelasnya peran Maintaining personal discipline yang dapat
menggambarkan kepemimpinan transformasional.
Dimensi ketiga Demonstrating effort. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transfomasional dan dimensi
Demonstrating effort. Hal ini membuat hipotesis null diterima dan hipotesis alternative ditolak.
Tidak terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi Demonstrating
effort ini dikarenakan kurang tepatnya item pertanyaan yang menggambarkan Demonstrating
effort dalam alat ukur kinerja ini.
Dimensi keempat Facilitating peer and team performance member. Hasil yang
didapatkan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan dimensi Facilitating peer and team
performance member. Hal ini membuat hipotesis null diterima dan hipotesis alternative ditolak.
Tidak terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi Facilitating peer
and team performance member ini dikarenakan dalam lingkungan guru tidak terlalu banyak
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
13
Universitas Indonesia
terjadi kerja sama diantara anggotanya. Guru lebih banyak fokus pada tugas masing-masing
seperti mengajar para peserta didik. Sehingga, perlu dikaji lagi pertanyaan-pertanyaan yang lebih
spesifik dalam lingkup kerja sama seperti pembuatan kurikulum, silabus dan lainnya.
Dimensi kelima Non-job specific task proviciency. Hasil yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan
transformasional dan dimensi Non-job specific task proviciency. Hal ini membuat hipotesis null
diterima dan hipotesis alternative ditolak. Tidak terdapat hubungan antara kepemimpinan
transformasional dan dimensi Non-job specific task proviciency ini dikarenakan kurang
spesifiknya penjelasan mengenai tugas apa yang dapat kinerjakan selain tugas pokok yang akan
dilakukan oleh para guru.
Dimensi keenam Communication proficiency. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional
kepala sekolah dan dimensi Communication proficiency. Hal ini membuat hipotesis null ditolak
dan hipotesis alternative diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penjelasan faktor kinerja
yang dipaparkan oleh Marthis dan Jackson (2011) yang menjelaskan bahwa hubungan yang baik
antara karyawan dengan organisasi, baik dengan atasan, rekan kerja dan lingkungan kerja, baik
dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan yang akan mempengaruhi kinerja karyawan.
Komunikasi yang terjalin dengan lingkungan sekitar juga memudahkan hubungan kerja serta
dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dimensi ketujuh Supervision /leadership. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini
adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional dan
dimensi Supervision /leadership. Hal ini membuat hipotesis null diterima dan hipotesis
alternative ditolak. Tidak terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi
Supervision /leadership ini dikarenakan kurang tepatnya item-item pertanyaan yang mengukur
dimensi Supervision /leadership pada alat ukur penelitian ini. Pertanyaan yang ada
menggambarkan bagaimana atasan dalam memimpin yang memiliki fokus pencapain tujuan
organisasi, sedangkan kepemimpinan transformasional menggambarkan bagaimana atasan dalam
memimpin dengan menginspirasi yang memotivasi para bawahnya. Davis dan Newstorm (1997)
menjelaskan kepemimpinan merupakan proses yang mendorong dan membantu orang lain untuk
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
14
Universitas Indonesia
bekerja dengan antusias mencapi tujuan, proses yang terjadi dalam kelompok tersebut sehingga
dapat meningkatkan kinerja untuk mencapai tujuan secara afektif.
Dimensi kedelapan Management/ administration. Hasil yang didapatkan dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dan dimensi Management/ administration. Hal ini membuat
hipotesis null ditolak dan hipotesis alternative diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendapat Rogers (dalam Mahmudi, 2005) tentang faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu
sistem, yang meliputi sistem kerja, fasilitas terhadap sesema anggota tim, kekompakan dan
keeratan anggota tim.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, tujuan untuk mengetahui hubungan kepemimpinan
transformasional dan kinerja guru terpenuhi. Hasil analis data menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru. Selain
itu. Berdasarkan hasil dan analisis terhadap dimensi kinerja, peneliti menemukan beberapa hasil,
pertama dimensi job specific task, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kepemimpinan transformasional terhadap dimensi job specific task. Kedua, tidak terdapat
hubungan yang signifikan antra kepemimpinan transformasional terhadap dimensi Maintaining
personal discipline. Ketiga, tidak terdapat hubungan yang signifikan antra kepemimpinan
transformasional terhadap dimensi Demonstrating effort. Keempat, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antra kepemimpinan transformasional terhadap dimensi Facilitating peer and team
performance. Kelima, tidak terdapat hubungan yang signifikan antra kepemimpinan
transformasional terhadap dimensi Non-job specific task proviciency. Keenam, terdapat hubungan
yang signifikan antara kepemimpinan transformasional terhadap dimensi Communication
proficiency, ketujuh tidak terdapat hubungan yang signifikan antra kepemimpinan
transformasional terhadap dimensi Supervision / leadership.dan yang terakhir, terdapat hubungan
yang signifikan antara kepemimpinan transformasional terhadap dimensi Management/
administration
Saran
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
15
Universitas Indonesia
Pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penelitian tentang perbandingan kinerja guru
yang mengajar di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah dan sekolah
menengah kejuruan, dengan jumlah sampel yang merata, sehingga penelitian tersebut dapat
memperlihatkan kinerja guru manakah yang tinggi dan rendah. Selanjutnya pada penelitian
selanjutnya, agar perlu mencari variabel lain yang berhubungan dengan kepemimpinan
transformasional, mengingat penelitian terkait kepemimpinan transformasional di dunia
pendidikan masih terbatas. dan perlu memperhatikan subjek yang akan diukur dalam alat ukur
yang akan digunakan, seperti penggunaan kata “atasan” dapat diganti dengan “kepala sekolah”
sesuai dengan apa yang akan diukur.
Kepustakaan
Adhi, S. Hardienata, S. & Sunaryo, W. (2013). The Effect of Organizational culture,
Transformastional Leadership and Work Motivation Toward Teacher Performance. Indian
Journal of Positive Psychology, 2013, Vol. 4, No. 4, 537-539.
Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological testing. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Asmani, J.M. (2009). 7 kompetensi guru menyenangkan dan professional. Jogjakarta: Power
Books.
Basri, H. (2014). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung : Pustaka Setia.
Bass, B. M. (1985). Leadership and Performance Beyond Expectation. New York: Free Press.
Bass, B. M. & Avolio, B. (2003). Multifactor Leadership uestionnaire Feedback Report. New
York : Mind Garden Inc.
Bass, B. M. & Riggio, R.E. (2006). Transformational Leadership (2nd ed). New Jersey: Lawrence
Erlbaum Asociates, Inc.
Campbell, J.P. (2012). Behavior, performance, and effectiveness in the 21st century. In S.
Kozloski (Ed.) The Oxfort Handbook of Organizational Psychology (159-195) New York:
Oxford.
Cascio, W., F. (2005). Managing Human Resources, Productivity, Quality of Work, Life, Profit.
(7th ed). Mc-Graw Hill.
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
16
Universitas Indonesia
Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Danim, S. (2003). Kepemimpinan Transformasional Dalam Komunitas Organisasi
Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Danim, S. (2010). Karya Tulis Inovatif : Sebuah Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Rosda
Danim, S., & Suparno. (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan. Jakarta : Rineka Cipta.
Davis, K & Newstrom, J. W. (1997). Organixational Behavior : Human Behavior at Work. (10th
Ed). New York : McGraw Hill
Depdiknas, 2004. Program Pembangunan Nasional Tahun 2004-2005; Pembangunan Pendidikan
www.depdiknas.go.id.
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tingkat Kependidikan . (2009) Pedoman
Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta : Depdiknas.
Eyal, O. & Roth, G. (2010). Principals Leadership and Teachers motivation : Self –determination
Theory Analysis. Journal of Educational Administration, 49(3), 256-275.
Gibson, J.L. (1997). Organization, behavior, struxture and process. Organisasi, perilaku,
struktur dan proses (terjemahan). Jakarta: Penerbit Bina rupa Aksara.
Gravetter, F. & Forzano, L. (2012). Research Methods for the Behavioral Sciences. Belmont,
CA: Wadsworth Cenage Learning.
Gravetter, F. & Wallnau, L.B. (2009). Statistics for the Behavioral Sciences. Belmont, CA:
Wadsworth Cenage Learning.
Herold, D.M., Fedor, D.B., Caldwell, S.D., Liu, Y. (2008). The effect of transformasional and
change leadership on employess’ commitment to a chage : A multivel study. Journal of
Applied Psychology, 93(2), 346-357.
Jex, S. M. & Britt, T. W. (2008). Organizational Psychology: A Scientist-Practitioner Approach
2nd Ed. New Jersey: John Wiley & Sons, In.
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
17
Universitas Indonesia
Kerlinger, F,N., Lee, H.B. (2000). Foundation of Behavioral Research (4!! Edition). U.S.A :
Wadsworth Thomson Learning.
Khodijah, N. (2013). Kinerja Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam Pasca
Sertifikasi di Sumatera Selatan. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th. XXXII, No. 1.
Kumar, R. (2005). Research Methodology: A Step by Step Guide for Beginners. London: SAGE
Publications.
Lim, B. C., & Ployhart, R. E. (2004). Transformasional Leadership; Relations to The Five-Factor
Model and Team Performance in Typical and Maximum Contenxt. Journal of Applied
Psychology, 2004, Vol. 89, No. 4, 610-621.
Mahmudi,. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.
Mangkunegara, A. P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : PT Remaja Rosda
Karya.
Marthis, R., L. & Jackson, J., H. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama :
Jakarta: Salemba Empat.
Marthis, R., L. & Jackson, J., H. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba
Empat.
Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, H., E. (2013). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Munandar, A.S. (1995). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Musarofah. (2008). Kinerja Guru di MTs Al-Wathoniyah I Cilungup Dureb Sawit, Jakarta Timur.
Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Northouse, P.G. (2001). Leadership Theory & Practices. (2nd Ed). California :Sage Publication.
Northouse, P.G. (2003). Leadership : Theory and Practice, Third Edition, New Delhi : Response
Book.
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
18
Universitas Indonesia
Ownes, G., R. (1991). Organizational Behavior in E ducation. Manchester : Ally and Bacon.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Guru.
Ratdityas, R., K. (2013). Pengaruh Koeresifitas Kelompok (Group Cohesiveness) dan Motivasi
Terhadap Kinerja (Job Performance) (Studi pada Biro Kepegawaian Kementrian A). Tesis.
Depok : Universitas Indonesia.
Rivai, V., & Basri, A.F.M. (2003). Performance Apprasial. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Robbins, S., P. (1998). Organizational Behaviour, 9th ed. Upper Saddle River New Jersey :
Pretince Hall International.
Robbins, S., P. (2001). Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, terjemahan. Jakarta : PT
Prenhallindo.
Schaubroeck, J., Lam, S. K.,& Cha, S. E. (2007). Embracing Transformational Leadership:
Team Values and the Impact of Leader Behavior on Team Performance. Journal of Applied
Pschology, 2007, vol. 92, No. 4, 1020-1030.
Sanghi, S. (2007). The Handbook of Competency Mapping. California : Sage Publication, Inc.
Simanjuntak, P. J. (2005). Manajemen Evaluasi Kinerja. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Supardi., Darwyansyah., Sutomo., Supryadi. (2009). Profesi Keguruan Berkompetensi dan
Bersertifikat. Jakarta : Diadit Media.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Usaid. (2013). Kilas Balik Pendidikan Indonesia. Diunggah dari http://www.prestasi-
iief.org/index.php/id/feature/68-kilas-balik-dunia-pendidikan-di-indonesia
Wahjosumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wahyuningsih, S. R. (2011). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru
SD Negeri di Lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Sukagumiwang Kabupaten
Indramayu. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016
19
Universitas Indonesia
Wexley & Yukl (1992). Organizational Behavior and Personnel Psychology. Illinois :
Homewood.
Hubungan antara ..., Vira Ariesta Putri, FPsi, 2016