skripsi wan
Post on 05-Jul-2015
252 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan
guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran
2005/2006 terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran. Permasalahan
tersebut antara lain adalah rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika. Ini dapat dilihat dari jarangnya siswa untuk bertanya dan mengeluarkan
ide ataupun pendapatnya pada saat pembelajaran berlangsung dan juga dalam
pengerjaan soal-soal latihan masih didominasi oleh guru. Hal ini dimungkinkan
berkaitan dengan metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran yaitu lebih
banyak menggunakan metode ekspositori. Pembelajaran yang lebih banyak
menggunakan metode tersebut dapat menyebabkan pembelajaran matematika tidak
menarik. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar siswa hanya menerima
apa yang diberikan dan melakukan apa yang diperintahkan oleh guru.
Permasalahan-permasalahan ini pada akhirnya akan bermuara pada rendahnya
prestasi belajar matematika siswa. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa
dapat dilihat pada tabel barikut :
Tabel 1 : Hasil ulangan harian kelas X semester I SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran 2005/2006
No Pokok BahasanKelas
X-1 X-2Rata-rata
Ketunta-san (%)
Rata-rata
Ketunta-san (%)
1234
Bentuk pangkat, akar dan logaritma.Persamaan dan fungsi kuadrat.Sistem persamaan linier dan kuadrat.Pertidaksaaman.
6,696,446,546,38
57,14 40,48 42,86 30,95
6,396,326,356,55
35,7135,71 40,48 42,86
Rata-rata kelas 6,50 42,86 6,38 38,69 Sumber: daftar nilai guru matematika.
1
Salah satu materi pokok yang diajarkan dalam pelajaran matematika kelas X
semester II SMA Al-Ma’rif Mataram adalah trigonometri. Trigonometri merupakan
salah satu pokok bahasan yang paling rendah penguasaannya dibandingkan dengan
pokok bahasan yang lain khususnya pada tahun pelajaran 2004/2005. Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 : hasil ulangan harian kelas X-2 SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran 2004/2005.
No Pokok BahasanKelas
X-1 X-2Rata-rata
Ketunta-san (%)
Rata-rata
Ketunta-san (%)
1234567
Bentuk pangkat, akar dan logaritma.Persamaan dan fungsi kuadrat.Sistem persamaan linier dan kuadrat.PertidaksaamanLogika matematikaTrigonometriRuang dimensi tiga
64,0662,4462,7564,8862,8462,1964,38
65,6350,0040,6353,1353,1340,6340,63
64,0362,7562,5064,9162,6362,0364,72
53,1346,8846,8843,7540,6337,5053,13
Rata-rata kelas 63,64 49,11 63,37 45,99Sumber: daftar nilai guru matematika
Rendahnya penguasaan matematika siswa diduga karena metode
pembelajarannya kurang membangkitkan minat dan motivasi siswa terhadap
pembelajaran matematika. Sebagian besar siswa masih menganggap matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit. Di samping itu, guru masih belum dapat
membangkitkan semangat dan motivasi siswa agar lebih aktif dan berminat dalam
belajar.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, seorang guru dituntut untuk
memilih metode yang dapat lebih mengaktifkan siswa dalam belajar. Demikian
penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran sehingga pencapaian tujuan
pembelajaran dapat ditingkatkan.
2
Penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran, kemampuan menerapkan materi
pada situasi yang berbeda dan keterampilan siswa dalam menggunakan materi untuk
memecahkan masalah yang timbul merupakan kompetensi yang sangat penting
untuk dimiliki siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, tidaklah cukup
jika siswa hanya mengikuti pembelajaran secara pasif. Melainkan harus aktif
melakukan kegiatan yang diperlukan untuk dapat memahami dan menguasai bahan
yang dipelajarinya. Siswa harus memperoleh latihan cara berfikir yang diperlukan
untuk mampu menerapkan teori yang telah diperoleh misalnya dengan
menyelesaikan soal-soal latihan atau latihan yang menyangkut segi praktek.
Banyak anggapan bahwa latihan dapat dilakukan siswa sendiri di rumah, akan
tetapi hasil pembelajaran membuktikan bahwa anggapan tersebut tidak selalu benar.
Karena itu, sistem pengajaran harus mengatur latihan itu. Siswa perlu melakukan
latihan secara terbimbing agar kesalahan-kesalahan dapat ditunjukkan dan siswa
dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Latihan dalam kelas
dapat dilakukan dengan kulsponsi yang mana dalam pebelajarannya siswa diberikan
lathan-latihan. Dalam melakukan latihan, siswa diberikan bimbingan baik secara
individu maupun secara berkelompok.
Kulsponsi merupakan gabungan dari metode ceramah, responsi dan latihan
terbimbing. Pada pembelajaran kulsponsi, melalui penerapan metode ceramah,
siswa diberikan penjelasan oleh guru tentang materi/bahan yang akan dipelajari
melalui penuturan secara lisan dan dibantu dengan beberapa media pembelajaran.
Sedangkan melalui penerapan metode responsi dan latihan terbimbing, siswa
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dimana siswa belajar menggunakan secara
3
aktif bahan pelajaran yang diberikan dengan diarahkan kepada segi-segi
penerapannya oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran
matematika, dicoba penerapan pembelajaran kulsponsi pada pokok bahasan
trigonometri. Oleh karena itu peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan
kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Trigonometri Melalui Penerapan Pembelajaran Kulsponsi Pada
Siswa Kelas X-2 Semester II SMA Al-Ma’rif Mataram Tahun Pelajaran
2005/2006”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah dengan penerapan pembelajaran kulsponsi dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri pada siswa kelas X-2 semester
II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran 2005 /2006.
2. Apakah dengan penerapan pembelajaran kulsponsi dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri pada siswa kelas X-2 semester II
SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran 2005 /2006.
C. Batasan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya pada meningkat
atau tidaknya aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri
pada siswa kelas X-2 semester II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran
2005/2006.
4
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri
pada siswa kelas X-2 semester II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran
2005/2006.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri
pada siswa kelas X-2 semester II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran
2005/2006.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa, untuk memperbaiki kemampuan belajar mandiri siswa dan
memperbaiki kemampuan menerapkan konsep dan meningkatkan prestasi
belajar siswa.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran
dalam upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa
khususnya pada pokok bahasan trigonometri.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik dalam
rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.
4. Bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar dan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran
Winataputra (1997:2) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan
sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan
perilaku individu melalui proses yang diciptakan dalam rancangan proses
pembelajaran. Pembelajaran harus melahirkan proses belajar melalui berbagai
aktivitas yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.
Aqib (2003:41) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah upaya
mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar siswa.
Sedangkan menurut Sudjana (2000:6) pembelajaran adalah upaya pendidik
untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam pembelajaran
guru menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa
sehingga terjadi ineraksi antara murid dengan lingkungan, guru, alat pelajaran
dan sebagainya sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
upaya mengorganisasikan lingkungan atau menciptakan kondisi-kondisi
lingkungan sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya proses atau
kegiatan belajar siswa melalui berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan
pelajaran yang telah ditentukan.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan interaksi dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.
6
Metode pembelajaran berperan sebagai alat untuk menciptakan proses
pembelajaran. Melalui penerapan metode pembelajaran diharapkan tumbuh
berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru
sehingga terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru diharapkan
dapat berperan sebagi penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi idukatif ini akan
berjalan dengan baik jika siswa berpartisipasi aktif. Oleh karena itu, metode
pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan
belajar siswa (Sudjana, 1987:76)
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan
interaksi dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran sehingga
tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Adapun metode pembelajaran yang
dikenal antara lain: metode ceramah, demonstrasi, latihan, tanya jawab,
penemuan, permainan, dan pemberian tugas. Suatu metode pembelajaran
dikatakan baik jika metode pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan kegiatan
atau aktivitas belajar siswa.
3. Kulsponsi
Utomo dan Ruijter (1991:206) mengungkapkan bahwa kulsponsi adalah
suatu cara penyelenggaraan pembelajaran yang merupakan kombinasi antara
pembelajaran ceramah, responsi dan pembelajaran latihan terbimbing. Melalui
pembelajaran kulsponsi diharapkan kelemahan dari masing-masing metode yang
diterapkan dalam pembelajaran dapat diminimalkan.
Masing-masing metode yang merupakan komponen dari kulsponsi
dikemukakan sebagai berikut:
7
a. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah metode di dalam pendidikan dan pembelajaran
dimana cara menyampaikan materi pengajaran kepada anak didik yang
dilaksanakan dengan lisan oleh guru. Hubungan antara guru dengan anak
didik banyak menggunakan bahasa lisan. Peranan guru dan murid berbeda
secara jelas yaitu guru terutama dalam menuturkan dan menerangkan secara
aktif sedangkan siswa mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta
membuat catatan tentang pokok persoalan yang diterangkan guru
(Ahmadi & Prasetya, 1997:53)
Metode ceramah adalah penjelasan guru secara lisan, dimana dalam
pelaksanaannya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk
memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya. Metode ini
digunakan bila pelajaran banyak mengandung hal-hal yang memerlukan
penjelasan dari guru. Guru lebih banyak berbicara sedangkan muridnya
mendengar dan atau mencatat hal-hal yang dianggap penting. Metode ini
hendaknya digunakan bersama-sama metode lain seperti tanya jawab dan
latihan (Aqib, 2002:98)
b. Metode Responsi
Metode responsi merujuk pada proses perubahan perilaku yang
dihasilkan oleh terciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dan
respon atau jawaban atas stimulus. Respon adalah perilaku yang lahir yang
merupakan hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran seseorang. Stimulus
dapat datang dari obyek lain, suasana atau aktivitas subyek lain misalnya
guru bertanya kepada siswa kemudian siswa menjawab atas pertanyaan itu,
8
dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya kemudian siswa
mengajukan pertanyaan jika terdapat hal-hal yang belum dipahami.
Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya
relasi antara stimulus dan respon yang baik. Untuk itu stimulus harus benar-
benar dapat memberi rangsangan misalnya pertanyaan singkat dan jelas
akan dapat mengundang respon yang lebih baik daripada pertanyaan
panjang yang berbelit yang mungkin menyesatkan, oleh karena itu guru
harus mampu memilih dan memberi rangsangan yang baik.
(Winataputra,1997:37)
Untuk melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode
responsi yang baik sekurang-kurangnya diperlukan:
1) Suasana yang memungkinkan munculnya reaksi individu terhadap
stimulus yang diberikan. Suasana yang memliki daya tarik atau daya
rangsang yang baik.
2) Individu yang memiliki kesiapan untuk memberikan reaksi terhadap
rangsangan. Reaksi yang diberikan seseorang tergantung antara lain pada
kesiapan, pengalaman dan kemampuan.
c. Metode Latihan Terbimbing
Seorang siswa perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam
sesuatu misalnya pemecahan soal-soal latihan. Oleh karena itu dalam
pembelajaran, perlu diadakan suatu latihan untuk menguasai keterampilan
tersebut. Maka salah satu metode yang dapat digunakan dalam memberikan
atau menyajikan materi pelajaran untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah
metode latihan terbimbing.
9
Latihan terbimbing adalah suatu cara mengajar dimana siswa
melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan di bawah bimbingan guru agar
siswa memiliki ketangkasan atau keteramapilan yang lebih tinggi dari apa
yang telah dipelajarinya. Latihan yang praktis, mudah untuk dilakukan serta
teratur pelaksanaannya dapat membina siswa dalam meningkatkan
penguasaaan keterampilan itu bahkan dapat menjadikan siswa memiliki
keterampilan yang sempurna. Hal ini dapat menunjang siswa untuk mampu
mencapai prestasi yang tinggi (Roestiyah, 2001:125)
4. Pelaksanaan Pembelajaran Kulsponsi
Pada pelaksanaan pembelajaran kulsponsi, siswa dibimbing oleh guru dalam
melakukukan latihan-latihan setelah diberikan beberapa penjelasan tentang
materi pelajaran yang dipelajari. Selama proses belajar mengajar berlangsung,
guru memberikan stimulus kepada siswa baik dengan menggalakkan siswa
untuk bertanya ataupun dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
sebagainya. Kemudian siswa menanggapi atau merespon stimulus yang
diberikan.
Pada pelaksanaannya, kulsponsi terdiri dari lima tahap yaitu sebagai berikut :
a. Pendahuluan
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru pada tahap ini adalah:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sebagai hasil
pembelajaran yang dilakukan.
2) Menempatkan bahan pelajaran dalam kerangka yang lebih besar dengan
menekankan pada relevansi bahan/materi pelajaran pada studi yang
10
ditempuh hubungannya dengan pembelajaran yang telah lalu maupun
yang akan datang dan kegunaannya untuk keperluan praktek.
3) Memberikan apersepsi/pengetahuan pendahuluan, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan membahas soal-soal sebagai gambaran
tentang pengetahuan pendahuluan yang diberikan.
b. Pembahasan Teori
Pada tahap ini digunakan beberapa petunjuk sebagai berikut:
1) Menyampaikan bagian-bagian/pokok utama materi yang memerlukan
penjelasan tanpa mengabaikan kaitan/hubungan yang logis antar bagian-
bagian materi tersebut dan menjelaskan kaitan/hubungan tersebut.
2) Mengajukan pertanyan-pertanyaan kepada siswa guna mengaktifkan
siswa khususnya pertanyaan mengenai pengetahuan pendahuluan dengan
mengingat kaitannya dengan teori yang akan dibahas.
3) Menggunakan media pembelajaran sedemikian sehingga pembahasan
dapat dilakuakan dengan cepat dan mudah untuk memberikan gambaran
mengenai hubungan berbagai bahan yang diberikan.
4) Menggalakkan siswa untuk bertanya dan memberikan tanggapan.
c. Pembahasan contoh-contoh soal.
Pada tahap ini perlu diperhatikan bahwa :
1) Contoh soal yang dibahas adalah soal yang reprsentatif dan kaitan
relevansinya dapat dinyatakan dengan jelas.
2) Untuk mengetahui hal-hal yang dirasa sulit oleh siswa maka guru harus
mengajukan pertanyaan kepada siswa atau siswa diminta untuk maju ke
depan papan tulis.
11
d. Pembimbingan siswa dalam menyelesaikan tugas.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas tanpa
terlepas dari bimbingan guru.
2) Mengatur situasi pebelajaran sedemikian rupa sehingga:
a) Siswa mampu menyelesaikan sebagian besar soal-soal latihan yang
diberikan. Hal-hal yang dianggap sulit akan dibantu oleh guru.
b) Siswa dapat mengoreksi diri sendiri dalam menyelesaikan soal-soal
latihan dengan memberikan kunci jawaban dari soal-soal latihan.
c) Siswa dapat bekerja secara sistmatis.
e. Penutup
Dalam mengakhiri pembelajaran guru harus memberikan kata penutup. Kata
penutup tersebut terdiri dari ringkasan materi yang telah diberikan, tinjauan
kembali tujuan-tujuan pembelajaran, pandangan ke depan mengenai
pembelajaran yang akan datang dan suatu uraian mengenai tugas-tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa.
5. Aktivitas belajar
Dalam proses belajar mengajar, guru sangat berperan dalam aktivitas belajar
siswa. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam
interaksi belajar mengajar. Pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada
pendayagunaan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar dan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Montessori dalam Sardiman (2001:96)
menyatakan bahwa yang banyak melakukan aktivitas di dalam pembelajaran diri
anak adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan
12
merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. Sedangkan
Rousseau dalam Sardiman (2001:96) menjelaskan bahwa setiap orang yang
belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar mengajar
tidak mungkin terjadi.
Telah diketahui bahwa aktivitas belajar siswa berbeda-beda. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh penggunaan metode dan orientasi belajar. Perbedaan aktivitas
siswa itu melahirkan kadar aktivitas belajar yang bergerak dari aktivitas belajar
rendah sampai aktivitas belajar tinggi. Semakin tinggi aktivitas mental siswa,
akan semakin berbobot pula aktivitasnya dan semakin kompleks usaha guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Ini berarti perlu adanya
keseimbangan tugas atau aktivitas siswa belajar dengan aktivitas guru mengajar.
Dengan kata lain, dalam pembelajaran baik guru maupun siswa sama-sama aktif
melaksanakan peran masing-masing menuju tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran.
6. Prestasi Belajar
Setiap kegiatan atau usaha yang telah dilakukan perlu dilakukan penilaian.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan dari kegiatan tersebut telah
tercapai atau belum. Tingkat keberhasilan yang dicapai sebagai hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan baik secara individu maupun kelompok disebut
dengan prestasi. Prestasi juga diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atau dari
yang dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (Djamarah, 1994:19).
Sukardi (1983:17) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan.
Sedangkan menurut Djamarah (1994:24), belajar adalah suatu aktivitas yang
13
dilakukan secara sadar untuk mendapatkan kesan-kesan dari sejumlah bahan
yang telah dipelajari.
Kegiatan belajar menghasilkan perubahan pada siswa yang tampak pada
tingkah laku atau prestasi balajar siswa. Prestasi belajar siswa ditentukan oleh
kegiatan belajarnya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sardiman
(2001:94) bahwa segala pengetahuan harus diperoleh dari pengamatan,
pengalaman dan usaha dari individu itu sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa
prestasi belajar seseorang ditentukan oleh kegiatan belajarnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, sebagai
hasil dari aktivitas belajar.
B. Kerangka Berfikir
Kegiatan belajar yang menerima terjadi karena guru menggunakan pendekatan
pembelajaran yang bersifat ekspositori. Baik pada tahap perencanaan maupun pada
pelaksaaan pembelajaran. Dalam penerapannya, metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru adalah metode ekspositori, yang mana guru berperan lebih
aktif, lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan dengan siswa. Guru telah
mengelola dan mempersiapakan bahan ajar secara tuntas, kemudian
menyampaikannya kepada siswa. Sebaliknya, siswa berperan lebih pasif tanpa
banyak melakukan kegiatan pengolahan bahan pelajaran, karena hanya menerima
bahan ajar dari guru. Hal ini menyebabkan kurang bahkan tidak menariknya
pembelajaran matematika dan mengakibatkan kurangnya kemauan siswa untuk
mengetahui, menemukan, dan memecahkan masalah yang pada akhirnya akan
bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa.
14
Kulsponsi merupakan gabungan dari tiga metode yaitu metode ceramah,
responsi dan latihan terbimbing. Dengan pembelajaran kulsponsi diharapkan
kelemahan dari masing-masing metode pembelajaran dapat diminimalkan sehingga
dapat menjadi metode pembelajaran alternatif yang lebih efektif dalam
pembelajaran.
Berbeda halnya dengan ekspositori. Pada penerapan pembelajaran kulsponsi,
siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Karena, melalui penerapan metode
responsi siswa diberikan rangsangan sebagai stimulus untuk aktif berpartisipasi
dengan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat
atau ide, mendemonstrasikan/mempersentasikan hasil pikirannya di depan kelas
atau papan tulis atau memperlihatkan hasil karyanya sebagi respon atas stimulus
yang diberikan. Pada relasi stimulus dan respon tersebut, stimulus dapat datang dari
guru ataupun dari dari siswa dan siswa lain memberikan tanggapan sebagai respon
dari stimulus tesebut.
Dan melalui latihan terbimbing siswa dapat melatih diri secara aktif baik tekun,
rajin maupun giat dalam belajar. Pada latihan terbimbing, perhatian guru terarah
pada proses belajar atau proses penyelesaian masalah berupa soal-soal latihan
sehingga kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat dikoreksi dan dicegah untuk
selanjutnya. Dengan demikian dalam latihan terbimbing, dapat diambil manfaat
yang sebesar-besarnya dari proses pembelajaran dimana siswa dapat melatih diri
untuk aktif secara sistematis sehingga dapat menarik pelajaran dari pengalamannya
baik dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan maupun yang sudah benar.
15
Sedangkan metode ceramah adalah untuk menyampikan keterangan atau
informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan oleh
guru kepada siswa.
Pada penerapan pembelajaran kulsponsi, siswa dituntut untuk berpartisipasi
aktif. Partisipasi siswa dapat berupa menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan,
mengemukakan pendapat atau ide, mendemonstrasikan/mempersentasikan hasil
pikirannya, atau dengan memperlihatkan hasil karyanya. Selain itu, dalam
pembelajaran kulsponsi siswa dapat melatih diri secara aktif baik tekun, rajin
maupun giat dalam belajar. Melalui kegiatan siswa ini diharapkan penanaman
konsep pada diri siswa akan menjadi lebih mudah dan pemahaman pada suatu
konsep khususnya konsep trigonometri dapat ditingkatkan. Dan pada akhirnya juga
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dengan demikian, pembelajaran kulsponsi pada penerapannya dapat
meningkatkan ativitas belajar siswa dan pemahaman pada suatu konsep khususnya
trigonometri sehingga hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin juga
salah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan
pembelajaran kulsponsi pada pokok bahasan trigonometri maka aktivitas dan
prestasi belajar siswa kelas X-2 semester II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun
pelajaran 2005/2006 akan meningkat.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
menekankan pada kegiatan atau tindakan yang mengujicobakan suatu ide ke dalam
praktek atau situasi nyata dalam skala yang mikro, yang diharapkan kegiatan
tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri dengan menerapkan pembelajaran
kulsponsi.
B. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan bertempat di SMA Al-Ma’rif Mataram. Dan
yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa X-2 semester II tahun pelajaran
2005/2006. Dengan banyak siswa 39 orang yang terdiri dari 29 orang laki-laki dan
10 orang perempuan.
C. Faktor Yang Diselidiki
Untuk mampu menjawab permasalahan tersebut di atas ada beberapa faktor
yang akan diselidiki antara lain faktor siswa, faktor guru, dan faktor proses belajar
mengajar.
1. Faktor siswa yang diselidiki yaitu peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil
belajar matematika siswa pada pokok bahasan trigonometri melalui penerapan
pembelajaran kulsponsi.
2. Faktor guru yang diselidiki adalah kegiatan guru selama pembelajaran melalui
penerapan pembelajaran kulsponsi.
17
3. Faktor proses belajar mengajar yang diselidiki adalah pelaksanaan pembelajaran
di dalam kelas apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang dibuat.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk pokok bahasan trigonometri
dengan alokasi waktu sembilan pertemuan (21 jam pelajaran). Materi pokok
bahasan trigonometri meliputi 4 sub pokok bahasan dengan alokasi waktu
(pertemuan) sebagai berikut:
Tabel 3: pembagian waktu untuk tiap-tiap sub pokok bahasan pada pokok bahasan trigonometri.
No Sub Pokok Bahasan Banyak Pertemuan1234
Sudut dan satuannyaPerbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku.Grafik fungsi trigonometri dan identitas trigonometri.Rumus-rumus trigonometri pada segitiga.
1233
Jumlah 9Dengan demikian, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus.
Materi yang akan dibahas untuk masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
Siklus I : sudut dan satuannya, dan perbandingan trigonometri pada segitiga
siku-siku.
Siklus II : grafik fungsi trigonometri dan identitas trigonometri
Siklus III : rumus-rumus trigonometri pada segitiga.
Dari masing-masing siklus tersebut, dilakukan tahapan-tahapan sebagi berikut :
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam tahapan perencanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Menyiapkan skenario pembelajaran.
b. Menyiapkan LKS.
c. Menyiapkan lembar observasi.
d. Menyiapkan soal tes hasil belajar.
18
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan ini yaitu melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai dengan rencana yang telah dituangkan
dalam skenario pembelajaran.
3. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan secara kontinyu setiap kali berlangsungnya
pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa dan kegiatan
guru dalam proses belajar mengajar.
4. Tahap Evaluasi.
Evaluasi hasil belajar dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Evaluasi
dilakukan dengan memberi tes dalam bentuk essay.
5. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Pada tahap ini, peneliti bersama guru
mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan tiap
siklusnya. Sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil observasi dan evaluasi.
Hasil ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan
perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian data-data penelitian diambil dengan menggunakan dua
instrumen penelitian yaitu :
1. Lembar observasi.
Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses
belajar mengajar digunakan beberapa indikator melalui lembar observasi.
19
2. Tes hasil belajar.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan instrumen berupa tes. Jenis
soal tes yang digunakan adalah dalam bentuk essay, ini dibuat guna mengetahui
sejauh mana tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah
diberikan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan memberikan tes kemampuan
siswa. Sedangkan data aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses
belajar mengajar dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi.
G. Teknik Analisis Data
1. Data Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas siswa di analisis dengan cara berikut :
a. Menentukan skor rata-rata akivitas belajar siswa dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
=
Keterangan:
M = mean (skor rata-rata aktivitas belajar siswa)
∑T = total skor aktivitas belajar seluruh siswa
n = banyak siswa
20
b. Data tentang aktivitas belajar siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Indikator tentang aktivitas belajar siswa yang diamati adalah sebanyak 5
indikator. Setiap indikator memiliki 3 deskriptor. Skor 1 diberikan jika
deskriptor nampak dan skor 0 diberikan jika deskriptor tidak nampak. Maka,
skor rata-rata minimal dan maksimal aktivitas belajar siswa masing-masing
adalah 0 dan 15.
c. Analisis data aktivitas belajar siswa menggunakan Mi (mean ideal ) dan SDi
(standar deviasi ideal).
Mi = ½ x skor rata-rata maksimal
= ½ x 15
= 7,5
SDi = x Mi
= x 7,5
= 2,5
Berdasarkan skor standar maka kriteria untuk menentukan aktivitas siswa
dijabarkan pada tabel berikut ini (Nurkancana, 1983: 101)
Tabel 4 : Kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa berdasarkan skor standarInterval Interval Skor Kategori
Mi+1,5 SDI Mi+3 SDIMi+0,5 SDI <Mi+1,5 SDIMi-0,5 SDI <Mi+0,5 SDIMi-1,5 SDI <Mi- 0,5 SDIMi- 3 SDI <Mi- 1,5 SDI
11,25 15,008,75 <11,256,25 <8,753,75 < 6,250,00 < 3,75
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Sangat kurang aktif
21
Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila terdapat peningkatan skor
rata-rata dari skor rata-rata sebelumnya.
22
2. Data Aktivitas Guru
Setiap indikator perilaku guru pada penilaiannya mengikuti aturan berkut :
BS (Baik Sekali) : jika semua deskriptor yang nampak
B (Baik) : jika ada 2 deskriptor yang nampak
C (Cukup) : jika ada 1 deskriptor yang nampak
K (Kurang) : jika tidak ada deskriptor yang nampak.
3. Data Prestasi Belajar Siswa
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil tes belajar dianalisis secara
deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata hasil tes. Analisis untuk
mengetahui hasil tes belajar, dirumuskan sebagai berikut:
=
Keterangan:
= mean (nilai rata-rata hasil tes)
x = nilai yang diproleh masing-masing siswa
n = banyak siswa
Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila terdapat peningkatan secara
signifikan nilai rata-rata dari nilai rata-rata sebelumnya. Terjadi atau tidaknya
peningkatan secara signifikan nilai rata-rata siswa dapat dianalisis dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
dengan
23
Keterangan:
= nilai rata-rata siswa pada siklus sebelumnya
= nilai rata-rata siswa pada siklus sesudahnya.
n0 = banyak siswa yang mengikuti tes hasil belajar siklus sebelumnya
n1 = banyak siswa yang mengikuti tes hasil belajar siklus sesudahnya.
s0 = standar deviasi nilai tes hasil belajar siklus sesudahnya
s1 = standar deviasi nilai tes hasil belajar siklus sesudahnya
Kriteria:
H0 : nilai rata-rata siswa pada siklus sesudahnya sama dengan nilai rata-rata
siswa pada siklus sebelumnya.
H1 : nilai rata-rata siswa pada siklus sesudahnya lebih besar dari nilai rata-rata
siswa pada siklus sebelumnya.
H0 ditolak jika t t1- dengan t1- didapat dari distribusi t dengan dk
= (n1 + n0 -2), peluang (1- ) dan = 0,05. H0 diterima dalam hal lainnya
(Sudjana,1996:227).
H. Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan dari setiap siklus penelitian adalah
pencapaian aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Aktivitas belajar siswa meningkat apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari
skor sebelumnya dan minimal berkategori cukup aktif.
2. Prestasi belajar siswa meningkat apabila terjadi peningkatan nilai rata-rata
secara signifikan dari nilai rata-rata sebelumnya dan minimal bernilai 65,00.
24
top related