translasi mata uang asing (makalah)
Post on 31-Jul-2015
2.002 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Syukur atas kehadirat Allah SWT senantiasa selalu memberikan taufiq dan hidayahnya
kepada kita semua seru sekalian alam baik kesehatan maupun kesempatan dalam memberikan
dorongan dan motivasi sehingga terselesainya tugas ini.
Selanjutnya kami selaku mahasiswa yang mengikuti Program Sarjana pada jurusan
Ekonomi bidang khusus Akuntansi diberikan tugas khusus untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah ”Akuntansi Internasional”, sebagai salah satu persyaratan untuk melengkapi tugas
yang dimaksudkan, maka kami menulis sebuah judul “Translasi Mata Uang Asing”.
Materi ini ditulis berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil perkuliahan serta
informasi dari referensi bacaan lainnya yang mendukung. Pada struktur pembahasan tulisan ini
berkemungkinan jauh dari sasaran dan kesempurnaan yang diharapkan , maka kami selaku
penulis mengharapkan respon yang positif agar tulisan ini akan lebih spesifik dan terstruktur.
Kiranya atas sumbangsih fikiran baik dari dosen pembimbing, maupun rekan-rekan
seprofesi diucapkan terima kasih.
Banda Aceh, 11 Juli 2012
Hormat Kami,
Penyusun
1
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................1
Daftar Isi .................................................................................................................................2
TRANSLASI MATA UANG ASING
Alasan-Alasan Untuk Melakukan Translasi.............................................................................3
Latar Belakang dan Terminologi..............................................................................................3
Pengaruh Alternatif Kurs Translasi Terhadap Laporan Keuangan..........................................4
Transaksi Mata Uang Asing.....................................................................................................6
Translasi Mata Uang Asing .....................................................................................................7
Perkembangan Akuntansi Translasi .......................................................................................13
Isi Standar No. 52 ...................................................................................................................14
Perdebatan ...............................................................................................................................16
Translasi Mata Uang Asing di Negara Lain ...........................................................................16
Daftar Pustaka ........................................................................................................................18
2
TRANSLASI MATA UANG ASING
A. ALASAN-ALASAN UNTUK MELAKUKAN TRANSLASI
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan
konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman
yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestik dan luar negeri. Untuk mencapai hal
ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang
asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang
informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi.
Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta
bahwa nilai relatif mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variabel, yang
digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan
perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan
satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang
sama dari satu periode ke periode lain sulit dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan
tersendiri bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil
operasi dan posisi keuangan. Para analis keuangan menemukan bahwa interpretasi informasi
tersebut cukup menantang dan kesulitan-kesulitan inik memengaruhi evaluasi kinerja
manajemen.
Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi
mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang
dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan luar negeri.
Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan
menghadapi risiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan
mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuran risiko ini akan berbeda-
beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.
B. LATAR BELAKANG DAN TERMINOLOGI
Translasi tidak sama dengan konversi, yang adalah pertukaran dari satu mata uang ke
mata uang lain secara fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti
halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai
ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait
yang terjadi seperti bila dilakukan konversi.
3
Saldo-saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang
domestik berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing: yaitu harga satu unit suatu mata uang
yang dinyatakan dalam mata uang lainnya. Mata uang negara-negara dagang utama dibeli
dan dijual dalam pasar global. Dengan dihubungkan lewat jaringan telekomunikasi yang
canggih, para pelaku pasar mencakup bank dan perantara mata uang lainnya, kalangan
usaha, para individu, dan pedagang profesional. Dengan menyediakan tempat bagi para
pembeli dan penjual mata uang, pasar mata uang asing memfasilitasi transfer pembayaran
internasional, memungkinkan terjadinya pembelian atau penjualan internasional secara
kredit, dan menyediakan alat bagi para individu atau kalangan usaha untuk melindungi diri
mereka dari risiko nilai mata uang yang tidak stabil.
Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap. Mata uang
yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya, yaitu dalam waktu
2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk perbedaan tingkat
inflasi antar negara, perbedaan suku bunga nasional dan ekspektasi terhadap arah nilai tukar
di masa mendatang. Kurs nilai tukar pasar spot dapat dinyatakan langsung atau tidak
langsung. Apabila dinyatakan langsung, kurs nilai tukar menunjukkan jumlah unit mata
uang domestik yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Sedangkan
kuotasi tidak langsung adalah kebalikan dari langsung: harga satu unit mata uang domestik
dalam mata uang asing.
Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu
mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di masa
depan. Kuotasi pada pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs spot.
Kuotasi spot dan forward untuk kebanyakan mata uang utama pada setiap hari kerja dapat
ditemukan pada halaman bisnis kebanyakan surat kabar utama.
Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot
atau pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering
memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga yang
lebih tinggi di suatu negara asing, sembari dalam kesempatan yang sama melindungi diri
terhadap pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.
C. PENGARUH ALTERNATIF KURS TRANSLASI TERHADAP LAPORAN
KEUANGAN
Ketiga nilai tukar ini dapat digunakan ketika melakukan translasi saldo dalam mata
uang asing menjadi mata uang domestik. Pertama, kurs kini (current) adalah kurs nilai tukar
4
pada saat tanggal laporan keuangan. Kedua, kurs historis (historical) adalah kurs nilai tukar
pada saat suatu aktiva dalam mata uang asing pertama kali terjadi. Terakhir, kurs rata-rata
(average) yaitu rata-rata sederhana atau tertimbang dari kurs nilai tukar kini atau kurs nilai
tukar historis.
Kurs nilai tukar historis umumnya mempertahankan biaya awal ekuivalen dengan
suatu pos dalam mata uang asing dalam laporan berdenominasi mata uang domestik.
Penggunaan kurs nilai tukar historis melindungi laporan keuangan dari keuntungan dan
kerugian translasi mata uang asing, yaitu dari kenaikan atau penurunan dalam ekuivalen
dolar saldo mata uang asing yang timbul dari fluktuasi kurs translasi antar periode
pelaporan. Penggunaan kurs kini menimbulkan terjadinya keuntungan atau kerugian
translasi.
Harus dibedakan antara keuntungan dan kerugian translasi (translation) dan
keuntungan dan kerugian transaksi (transaction), di mana keduanya merupakan
keuntungan dan kerugian akibat nilai tukar. Transaksi mata uang asing terjadi pada saat
suatu perusahaan membeli atau menjual barang, dengan pembayaran yang dibuat dalam
mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan mata uang asing.
Translasi diperlukan untuk mempertahankan catatan akuntansi dalam mata uang perusahaan
pelapor.
Dari dua jenis penyesuaian transaksi, yang pertama keuntungan dan kerugian atas
transaksi yang terselesaikan, timbul ketika nilai tukar yang digunakan untuk mencatat
transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai tukar yang digunakan pada saat penyelesaian.
Jenis kedua penyesuaian transaksi adalah keuntungan dan kerugian dari transaksi
yang belum terselesaikan timbul ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu transaksi
diselesaikan.
Pada saat mempertimbangkan keuntungan dan kerugian nilai tukar, penting untuk
membedakan antara keuntungan dan kerugian dari transaksi dan translasi. Suatu transaksi
yang direalisasi (atau sudah diselesaikan) menimbulkan keuntungan dan kerugian yang
nyata. Secara umum para akuntan menyetujui bahwa keuntungan dan kerugian seperti itu
harus tercermin secepatnya dalam laba. Sebaliknya, penyesuaian translasi (termasuk
keuntungan dan kerugian atas transaksi yang belum terselesaikan) bersifat belum direalisasi
atau masih di atas kertas.
5
D. TRANSAKSI MATA UANG ASING
Ciri utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah
penyelesaiannya dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang
asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran
yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau
meminjamkan dalam mata uang asing.
Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi
diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Mata uang fungsional sebuah perusahaan
diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama di mana perusahaan beroperasi
dan menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan luar negeri relatif berdiri
sendiri dan terintegrasi dalam negara asing (yaitu suatu anak perusahaan yang menghasilkan
produk untuk distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang
dalam mata uang lokal (negara tempat domisili). Dengan demikian, mata uang lokal (contoh
euro untuk anak perusahaan dari suatu perusahaan AS yang berada di Belgia) adalah mata
uang fungsionalnya. Jika suatu perusahaan asing mempertahankan akun-akunnya dalam
mata uang selain mata uang fungsionalnya (akun-akun anak perusahaan AS di India dengan
mata uang fungsional yang sebenarnya pound Inggris, dan bukan rupee India), mata uang
fungsionalnya adalah mata uang pihak ketiga (pounds). Jika sebuah perusahaan asing
hanyalah perluasan dari sebuah induk perusahaan AS (sebagai contoh operasi perakitan di
Meksiko yang menerima komponen dari induk perusahaan AS dan mengirimkan produk
terakit kembali ke AS), mata uang fungsionalnya adalah dolar AS.
a. Perspektif Transaksi Tunggal
Berdasarkan perspektif transaksi tunggal, penyesuaian nilai tukar (baik yang sudah
diselesaikan maupun yang belum selesai) diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap
akun-akun transaksi yang awal berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan
penyelesaiannya merupakan satu peristiwa tunggal.
b. Perspektif Dua Transaksi
Berdasarkan perspektif dua transaksi, penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai
peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut.
Dengan maksud mencapai keseragaman, FAS No. 52 mengharuskan penggunaan metode
dua transaksi untuk mencatat transaksi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian
dari transaksi yang sudah selesai dan belum diselesaikan dimasukkan dalam penentuan
laba. Pengecualian utama terhadap ketentuan ini terjadi apabila (1) penyesuaian nilai
6
tukar berkaitan dengan transaksi antar perusahaan jangka panjang tertentu dan (2)
transaksi tersebut dimaksudkan dan berfungsi efektif sebagai lindung nilai atas investasi
(yaitu lindung nilai terhadap posisi aktiva/kewajiban bersih operasi luar negeri) dan
komitmen mata uang asing.
E. TRANSLASI MATA UANG ASING
Perusahaan yang beroperasi secara internasional menggunakan berbagai metode untuk
menyatakan aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban yang dinyatakan dalam mata uang
asing menjadi dalam mata uang domestik. Metode translasi ini dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis: metode yang menggunakan kurs translasi tunggal untuk menyajikan
ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestik dan
metode yang menggunakan berbagai macam kurs.
Metode Kurs Tunggal
Metode kurs tunggal, yang sudah lama popular di Eropa, menerapkan satu kurs
nilai tukar, yaitu kurs terkini atau kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban
lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan
menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui.
Namun demikian, untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan
menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut.
Berdasarkan metode ini, laporan keuangan sebuah operasi asing (yang dipandang oleh
induk perusahaan sebagai perusahaan otonomi) memiliki domisili pelaporannya sendiri:
lingkungan mata uang lokal di mana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya.
Berdasarkan metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan
hubungan laporan keuangan perusahaan secara individu pada awalnya (seperti rasio
keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing
ditranslasikan dengan menggunakan satu kurs tunggal. Dengan kata lain, hasil
konsolidasi mencerminkan perspektif mata uang setiap perusahaan yang hasilnya akan
dikonsolidasikan, dan bukan perspektif mata uang tunggal induk perusahaan.
Metode Kurs Berganda
7
Metode kurs berganda menggabungkan kurs nilai tukar historis dan kurs nilai tukar
kini dalam proses translasi.
Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan metode kini-nonkini, aktiva lancar dan kewajiban lancar anak
perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk
perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancar
ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban
depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan sebesar kurs rata-rata yang berlaku dalam
setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan
periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan sebesar kurs
historis yang tercatat saat aktiva tersebut diperoleh.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis.
Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak
langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing
sama-sama menghadapi risiko nilai tukar.
Metode Moneter-Nonmoneter
Metode moneter-nonmoneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca
untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter
ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos nonmoneter (aktiva tetap, investasi
jangka panjang dan persediaan investor) ditranslasikan dengan menggunakan
prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-nonkini.
Tidak seperti halnya metode kini-nonkini, metode ini melihat bahwa aktiva
dan kewajiban menghadapi risiko mata uang asing. Karena pos-pos moneter akan
diselesaikan dengan menggunakan uang tunai, penggunaan kurs kini untuk
mentranslasikan pos-pos ini menghasilkan nilai ekuivalen dalam mata uang
domestik yang mencerminkan nilai realisasinya atau nilai penyelesaiannya. Akan
tercermin pula perubahan atas nilai ekuivalen dalam mata uang domestik utang
jangka panjang pada periode di mana utang tersebut terjadi, sehingga menghasilkan
indikator pengaruh nilai tukar valuta asing yang lebih tepat waktu.
Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa metode moneter-nonmoneter
bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang
tepat.
Metode Temporal
8
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan
proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak
mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya. Berdasarkan GAAP AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang
dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang
diperkirakan akan diterima atau akan dibayarkan pada saat jatuh temponya.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang dan utang
ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos nonmoneter ditranslasikan dengan
kurs yang mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya. Secara khusus, aktiva
yang dinilai dalam laporan mata uang asing sebesar biaya historis ditranslasikan
berdasarkan kurs historis. Hal ini dikarenakan biaya historis dalam mata uang asing
yang ditranslasikan dengan kurs nilai tukar historis menghasilkan biaya historis
dalam mata uang domestik. Hal yang sama juga berlaku untuk pos-pos nonmoneter
yang dicatat di luar negeri berdasarkan nilai kini ditranslasikan dengan
menggunakan kurs nilai tukar kini akan menghasilkan nilai kini dalam mata uang
domestik.
Apabila pos-pos nonmoneter di luar negeri dinilai dengan menggunakan
biaya historis, prosedur translasi yang digunakan dalam metode temporal secara
kasat mata sama dengan prosedur dalam metode moneter-nonmoneter. Dua metode
translasi ini hanya berbeda jika dasar penilaian aktiva lainnya yang digunakan,
seperti biaya penggantian, nilai pasar, atau arus kas terdiskonto.
Karena kemiripannya dengan metode moneter-nonmoneter, metode temporal
memiliki keuntungan dan kerugian yang sama. Karena secara sengaja mengabaikan
inflasi lokal.
Mana Yang Terbaik?
Disini ada tiga pertanyaan yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Apakah menggunakan lebih dari satu metode translasi diperbolehkan?
2. Jika iya, metode manakah yang dapat digunakan dan dalam kondisi apakah metode
tersebut harus diterapkan?
9
3. Apakah terdapat situasi dimana translasi sama sekali tidak boleh dilakukan?
Terkait dengan pertanyaan pertama, jelas bahwa dengan satu metode saja tidak
dapat memenuhi dengan sama translasi yang dilakukan berdasarkan kondisi yang
berbeda untuk tujuan yang berbeda pula.
Terkait dengan pertanyaan kedua, kami berpendapat bahwa terdapat tiga
pendekatan translasi yang berbeda yang dapat diterima, diantaranya: (1) metode historis,
(2) metode kini, dan (3) tidak dilakukan translasi sama sekali. Akun-akun keuangan
entitas asing dapat ditranslasikan menurut sudut pandang induk perusahaan atau sudut
pandang lokal. Menurut sudut pandang induk perusahaan, operasi luar negeri
merupakan perluasan dari operasi induk perusahaan dan dalam skala besar, merupakan
sumber arus kas mata uang domestik. Dengan demikian, objek translasi adalah untuk
mengubah unit pengukuran laporan keuangan anak perusahaan luar negeri ke dalam
mata uang domestik dan untuk membuat laporan keuangan anak perusahaan luar negeri
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum di negara asal induk
perusahaan. Kami berpendapat tujuan ini dapat dicapai terbaik melalui metode translasi
yang menggunakan kurs nilai tukar historis. Kami lebih menyukai prinsip temporal,
karena secara umum mempertahankan prinsip akuntansi yang digunakan untuk
mengukur aktiva dan kewajiban yang awalnya dinyatakan dalam unit mata uang asing.
Kurs Kini yang Tepat
Metode translasi kurs kini merupakan translasi (penyajian ulang) secara langsung
dari satu jenis mata uang ke dalam mata uang lainnya. Sejauh ini, istilah kurs nilai tukar
yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada historis atau kurs kini. Pilihan
kurs nilai tukar yang paling tepat tidak terlalu jelas karena setiap mata uang dalam suatu
waktu dipengaruhi oleh beberapa jenis kurs nilai tukar. Ada kurs beli dan kurs jual,
kurs spot dan forward, kurs resmi, dan kurs pasar bebas, dan terdapat perbedaan nilai
kurs yang terletak diantaranya.
Beberapa negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang
berbeda. Dalam situasi ini, harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada. Beberapa
alternatif yang disarankan adalah: (1) Kurs pembayaran dividen, (2) kurs pasar bebas
dan (3) kurs penalti atau preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkait dengan
10
kegiatan impor dan ekspor. Kurs pasar bebas lebih disukai, dengan satu pengecualian:
apabila terdapat nilai kontrol nilai tukar yang khusus (yaitu apabila beberapa jenis dana
yang secara pasti telah dialokasikan untuk transaksi tertentu dengan kurs nilai tukar
valuta asing khusus yang berlaku), dan kurs yang berlaku tersebut harus digunakan. Hal
ini normal dilakukan sepanjang sungguh-sungguh mencerminkan kenyataan ekonomi
yang tepat.
Keuntungan dan Kerugian Translasi
Secara internasional, perlakuan akuntansi atas penyesuaian-penyesuaian tersebut
juga berbeda seperti halnya prosedur translasi. Pendekatan-pendekatan atas penyesuaian
translasi berkisar dari penangguhan hingga tidak ada penangguhan, dengan pendekatan
hibrid yang terletak diantara keduanya.
Penangguhan
Dikeluarkannya penyesuaian translasi dari laba periode secara umumnya dianjurkan
karena penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian ulang. Perubahan nilai
ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak
direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan
dari entitas asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan jika memasukkan
penyesuaian seperti itu ke laba sekarang. Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian translasi
harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi
Beberapa pihak berpendapat bahwa penangguhan keuntungan atau kerugian
translasi menutupi prilaku perubahan kurs nilai tukar; yaitu perubahan kurs merupakan
fakta historis dan para pengguna laporan keuangan terlayani denagn baik jika pengaruh
fluktuasi kurs nilai tukar diperhitungkan pada periode saat terjadinya. Sesuai dengan
FAS No.8 (par. 199), “kurs nilai tukar berfluktuasi; akuntansi seharusnya tidak
memberikan kesan bahwa nilai tukar tetap stabil.”
Penangguhan dan Amortisasi
11
Beberapa pihak mendukung penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan
melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait.
Pendekatan ini dapat dikritik menurut dasar teori dan praktik. Sebagai contoh, teori
keuangan menyatakan bahwa keputusan anggaran modal atas investasi aktiva tetap
merupakan hal terpisah dari keputusan mengenai bagaimana mendanainya.
Menghubungkan kedua jenis keputusan tesebut lebih terlihat sebagai alat untuk
melakukan perataan laba. Menyesuaikan beban bunga dapat dicurigai pula. Biaya
peminjaman domestik tidak disesuaikan untuk mencerminkan perubahan dalam suku
bunga pasar atau nilai wajar utang.
Penangguhan Parsial
Pilihan ketiga dalam akuntansi untuk keuntungan atau kerugian translasi adalah
dengan mengakui kerugian dengan sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui
keuntungan hanya setelah direalisasikan. Meskipun terdengar konservatif, penangguhan
keuntungan translasi semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap
mengabaikan terjadinya perubahan kurs. Lagi pula, melakukan penangguhan keuntugan
translasi sementara mengakui kerugian translasi secara logika terlihat tidak konsisten.
Pendekatan ini juga tidak memiliki kriteria eksplisit untuk menentukan kapan suatu
keuntungan translasi direalisasi.
Tidak Ditangguhkan
Pilihan terakhir adalah untuk mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam
laporan laba rugi sesegera mungkin. Pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk
apapun bersifat palsu dan cenderung menyesatkan. Kriteria penangguhan sering dikritik
sebagai sesuatu yang tidak konsisten terhadap dirinya sendiri dan tidak mungkin dapat
dilakukan. Namun demikian, memasukkan keuntungan dari kerugian translasi dalam
laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat
menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai
tukar.
Dimana Kita Berada
12
Tujuan translasi memiliki pengaruh yang penting terhadap sifat penyesuaian
translasi potensial apapun. Jika sudut pandang mata uang lokal digunakan (sudut
pandang perusahaan lokal), masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak
perlu dilakukan. Ingatlah bahwa sudut pandang perusahaan lokal mengharuskan metode
translasi kurs kini dengan maksud untuk mempertahankan hubugan yang ada dalam
laporan keuangan dalam mata uang asing. Menurut pendapat kami, memasukkan
keuntungan atau kerugian translasi dalam laba akan mendistorsikan hubungan keuangan
yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna informasi tersebut. Keuntungan atau
kerugian translasi harus diperlakukan dari sudut pandang mata uang lokal sebagai
penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
F. PERKEMBANGAN AKUNTANSI TRANSLASI
Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status akuntansi translasi
yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai insiatif pelaporan keuangan di AS
yang mewakili pengalaman di negara-negara lain.
Sebelum 1965
Praktik translasi kebanyakan perusahaan AS dipandu oleh Accounting Research Bulletin No
4 (ARB No.4), yang kemudian diterbitkan kembali sebagai Bab 12 dalam ARB No.43.
pernyataan ini mendorong penggunaan metode kini-nonkini.
1965-1975
Setiap perbedaan akuntansi yang disebabkan oleh penyajian ulang utang diperlakukan
sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang
dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle
Board Opinion No.6 dikeluarkan pada tahun 1965. Perubahan terhadap ARB No.43 ini
memberikan pilihan translasi yang lain bagi perusahaan.
1975-1981
Untuk mengakhiri keanekaragaman perlakuan yang diperbolehkan menurut standar translasi
sebelumnya, FASB mengeluarkan FAS No.8 yang dikontroversial pada tahun 1975.
Pernyataan ini secara signifikan mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan
asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi
13
temporal. Isi yang sama pentingnya juga adalah penangguhan keuntungan dan kerugian
translasi tidak diperbolehkan lagi. Keuntungan dan kerugian translasi dan transaksi mata
uang harus diakui dalam laba selama periode perubahan kurs nilai tukar.
1981-Hingga Kini
Pada bulan Mei 1978, FASB mengundang komentar publik terhadap 12 pernyataan pertama
yang dikeluarkannya. Kebanyakan dari 200 surat yang diterima menyinggung FAS No.8,
yang mendorong agar FAS No.8 tersebut diubah. Dan, setelah melalui banyak pertemuan
publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement of Financial Accounting Standards
No.52 pada tahun 1981.
G. ISI STANDAR NO. 52
Standar No. 52 mengakui bahwa sudut pandang induk perusahaan dan anak
perusahaan merupakan kerangka dasar pelaporan yang sah. Oleh karenanya, translasinya
dirancang untuk:
1. Mencerminkan, didalam laporan kaungan konsolidasi, hasil dan hubungan keuangan yang
diukur dalam mata uang primer (utama) yang digunakan oleh setiap entitas konsolidasi
melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan espektasi pengaruh ekonomi dari
perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas suatu perusahaan.
Translasi Apabila Mata Uang Lokal Merupakan Mata Uang Fungsional
Jika mata uang fungsional merupakan mata uang asing yang digunakan dalam catatan
entitas asing, laporan keuangannya ditranslasikan ke dalam dolar dengan menggunakan
metode kurs kini. Prosedur kurs kini yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Seluruh aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing ditranslasikan ke dalam dollar
dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal neraca; akun modal ditranslasikan
berdasarkan kurs historis.
2. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar pada tanggal
transaksi, meskipun kurs rata-rata tertimbang dapat digunakan untuk kepraktisan.
14
3. Keuntungan dan kerugian translasi tersebut dilaporkan sebagai komponen terpisah dalam
ekuitas pemegang saham konsolidasi.
Translasi Apabila Dollar AS Merupakan Mata Uang Fungsional
Seluruh keuntungan dan kerugian translasi yang berasal dari proses translasi
dimasukkan dalam laba periode berjalan. Secara khusus:
1. Aktiva dan kewajiban moneter dan aktiva nonmoneter yang dinilai berdasarkan harga
pasar terkini ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal laporan
keuangan; pos nonmoneter, lainnya dan akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs
historis.
2. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata nilai kurs tukar
selama periode berjalan, kecuali untuk pos-pos yang terkait dengan pos-pos nonmoneter.
3. Keuntungan dan kerugian translasi tercermin dalam laba periode berjalan.
Translasi Apabila Mata Uang Asing Merupakan Mata Uang Fungsional
Suatu entitas asing dapat menggunakan sebuah mata uang asing dalam catatan
akuntansinya, apabila mata uang konvensionalnya adalah mata uang asing lainnya. Dalam
situasi ini, laporan keuangan pertama-tama disajikan ulang dari mata uang lokal kedalam
mata uang fungsionalnya (metode temporal) dan kemudian ditranslasikan ke dalam dollar
AS dengan menggunakan metode kurs kini.
Sekali mata uang fungsional untuk sebuah entitas asing telah ditetapkan , FAS No. 52
mengharuskan mata uang tersebut digunakan secara konsisten, kecuali jika terjadi perubahan
dalam keadaan ekonomi yang secara jelas mengindikasikan bahwa mata uang fungsional
telah berubah.
H. PERDEBATAN
a. Sudut Pandang Pelaporan
15
Ketika menggunakan istilah mata uang fungsional, FAS No. 52 mengakomodasi baik
sudut pandang pelaporan lokal maupun induk perusahaan dalam laporan keuangan
konsolidasi. Juga disebutkan bahwa FAS No. 52 tidak konsisten dengan teori
konsolidasi, yang bermaksud untuk menunjukkan laporan induk perusahaan dan anak-
anak perusahaannya seakan-akan kelompok usaha tersebut beroperasi sebagai satu
perusahaan tunggal. Namun, anak perusahaan dengan mata uang fungsional adalah mata
uang lokal relatif independen dari induk perusahaan.
b. Apa Yang Terjadi Dengan Biaya Historis ?
Dalam melakukan translasi suatu saldo yang diukur berdasarkan biaya historis dengan
kurs nilai tukar kini akan menghasilkan jumlah dolar AS yang bukan biaya historis pos
tersebut ataupun ekuivalen nilai terkininya. Jumlah yang ditranslasikan tersebut
bertentangan dengan deskripsi teori. Biaya historis merupakan dasar GAAP AS dan
kebanyakan aktiva luar negeri dari kebanyakan perusahaan multinasional memiliki
pengukuran biaya historis.
c. Konsep Laba
Berdasarkan FAS No. 52, penyesuaian yang timbul dari translasi laporan keuangan
dalam mata uang asing dan dari translasi beberapa transaksi langsung di laporkan dalam
ekuitas pemegang saham, sehingga tidak melalui laporan laba rugi. Tujuan perlakuan ini
kelihatannya adalah agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan angka laba yang
lebih akurat dan tidak terlalu membingungkan.
I. TRANSLASI MATA UANG ASING DI NEGARA LAIN
a. Perbedaan utama antara standar di kanada (CICA 1650) dan FAS No. 52 menyangkut
utang jangka panjang dalam mata uang asing.
b. Perbedaan utama antara standar di Inggris dan di AS berkaitan dengan anak perusahaan
yang berdiri sendiri di negara-negara yang mengalami hiperinflasi.
c. Australia dan Selandia Baru menerbitkan standar pada tahun 1988. Bila dibandingkan
dengan FAS No. 52, standar Australia mengharuskan penilaian kembali aktiva tidak
lancar nonmoneter untuk anak perusahaan di negara-negara berinflasi tinggi sebelum
dilakukan translasi.
d. Jepang juga telah mengubah standarnya dengan mengharuskan metode kurs kini di
segala keadaan, dengan penyesuaian translasi yang disajikan pada neraca dalam ekuitas
pemegang saham.
16
e. Kebanyakan negara-negara UE kontinental, termasuk Perancis dan Jerman, tidak
memiliki standar. Akibatnya, praktik tergantung pada perusahaan masing-masing.
Daftar Pustaka
17
Aiken, M. dan D. Ardern, “Choice of Translation Methods in Financial Disclosure: A Test
of Compliance With Environmental Hypotheses,” British Accounting Review, 35
(2003): 327-348.
Bartov, Eli, “Foreign Currency Exposure of Multinational Firms: Accounting Measures and
Market Valuation,” Contemporary Accounting Research (Winter 1997): 623-652.
18
top related