untuk konsul
Post on 17-Sep-2015
225 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Data utama untuk bahan diskusi:1. Diagnosis/Gambaran Klinis :Keadaan Umum : Lemah Pasien datang di bawa oleh seorang Ibu dengan keluhan demam 4 hari. Demam yang dirasakan terus menerus dan tidak turun dengan obat penurun panas. Bercak kemerahan di lengan kanan (+),Batuk (-), Pilek (-), Mual (-), Muntah 2x (+), Mencret (-). BAK normal, BAB dua hari (-). Nafsu makan dan minum berkurang.2. Riwayat Pengobatan:
Paracetamol syr3. Riwayat penyakit dahulu :Tidak ada (-)4. Riwayat keluarga:
Tidak ada (-)5. Riwayat pekerjaan : -
6. Lain lain : -
7. Pemeriksaan Fisik
I. STATUS PRESENT1. Keadaan Umum: Lemah
2. Kesadaran: Compos mentis
3. Tekanan Darah: TDP4. Nadi: Reguler, 100 x/menit5. Frekuensi Nafas: 24 x/menit
6. Temperatur: 37,8o C (suhu axila)7. LK
: 50,5 cm8. TB
: 120 cm9. BB
: 17 kg10. Status Gizi: Baik.II. STATUS PRESENT
11. Keadaan Umum: Lemah
12. Kesadaran: Compos mentis
13. Tekanan Darah: Tidah dilakukan pemeriksaan14. Nadi: 56 x/menit, reguler, lemah
15. Frekuensi Nafas: 24 x/menit
16. Temperatur: 37,5o C
17. Berat Badan : 17 kg
III. STATUS GENERAL
A. Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Kembali cepat
Ikterus
: (-)
Bercak kemerahan: (+) pada lengan kanan
Sianosis
: (-)
Oedema
: (-)B. Kepala
Rambut
: Berwarna hitam, sukar dicabut
Mata: Cekung (+), refleks cahaya (+/+), konjungtiva hiperemis (+/+), sklera ikterik (-/-).
Telinga
: Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Hidung
: Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)
C. Mulut
Bibir
: Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi geligi
: Karies (-)
Lidah
: Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa
: Basah (+)
Tenggorokan
: Tonsil dalam batas normal
Faring
: Hiperemis (-)
D. Leher
Leher
: simetris,bercak kemerahan (-)
Kel. Getah Bening: simetris, Pembesaran KGB (-)
Peningkatan TVJ : R-2 cmH2OE. Axilla
: Pembesaran KGB (-)F. Thorax
1. Thoraks depanInspeksi
Bentuk dan Gerak: Normochest, pergerakan simetris, bercak kemerahan (-)
Retraksi
: (-)
Palpasi
Stem premitusParu kananParu kiri
Lap. Paru atasNormalNormal
Lap. Paru tengahNormalNormal
Lap.Paru bawahNormalNormal
Perkusi
Paru kananParu kiri
Lap. Paru atasSonorSonor
Lap. Paru tengahSonorSonor
Lap.Paru bawahSonorSonor
Auskultasi
Suara pokokParu kananParu kiri
Lap. Paru atasVesikulerVesikuler
Lap.Paru tengahVesikulerVesikuler
Lap.Paru bawahVesikulerVesikuler
Suara tambahanParu kananParu kiri
Lap. Paru atasRh(-) , Wh(-)Rh(-) , Wh(-)
Lap. Paru tengahRh(-) , Wh(-)Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawahRh(-) , Wh(-)Rh(-), Wh(-)
2. Thoraks Belakang
Inspeksi
Bentuk dan Gerak: Normochest, pergerakan simetris, bercak kemerahan (-)
Retraksi
: interkostal (-)PalpasiStem premitusParu kananParu kiri
Lap. Paru atasNormalNormal
Lap. Paru tengahNormalNormal
Lap.Paru bawahNormalNormal
Perkusi
Paru kananParu kiri
Lap. Paru atasSonorSonor
Lap. ParutengahSonorSonor
Lap.Paru bawahSonorSonor
Auskultasi
Suara pokokParu kananParu kiri
Lap. Paru atasVesikulerVesikuler
Lap.Paru tengahVesikulerVesikuler
Lap.Paru bawahVesikuler Vesikuler
Suara tambahanParu kananParu kiri
Lap. Paru atasRh(-) , Wh(-)Rh(-),Wh(-)
Lap. Paru tengahRh(-) , Wh(-)Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawahRh(-) , Wh(-)Rh(-), Wh(-)
G. Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat Palpasi: Ictus cordis teraba ICS V 2 cm lateral lnea midclavicula sinistra
Perkusi:Batas atas: ICS III sinistraBatas kanan: Linea parasternalis kanan
Batas Kiri: ICS V 2 cm lateral lnea midclavicula sinistra
Auskultasi
: HR : 56 x/menit, reguler, bising (-). BJ I : terdengar tunggal. BJ II : terdengar tunggalH. Abdomen
Inspeksi
: Simetris, distensi (-), bercak kemerahan (-) Palpasi
: Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (-),
Lien tidak teraba, hepar teraba 2 cm dibawah arcus costae Perkusi
: Tympani (+), Shifting Dullness (-)
Auskultasi
: peristaltik usus (normal)
I. Genetalia
: Fimosis (-)J. Anus
: Hemoroid (-)K. Ekstremitas
EkstremitasSuperiorInferior
KananKiriKananKiri
Sianotik----
Edema----
Ikterik----
GerakanAktifAktifAktifAktif
Tonus ototNormotonusNormotonusNormotonusNormotonus
SensibilitasNNNN
Atrofi otot----
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (17 Desember 2014)
Jenis pemeriksaanHasil PemeriksaanNilai Rujukan
Haemoglobin14,5 gr/dl12,0 18,0 gr/dl
Leukosit7,1 103 /ul4,0 11,0 103/ul
Trombosit59 L 103 / ul150 450 103/ul
Hematokrit47,0 %33,0 54,0 %
Eritrosit6,40 106 / ul3,50 6,50 106 / ul
Malaria/DDR(-)
NS1(-)
Widal Tes :
S. Thypi 0
S. Para Thypi A
S. Para Thypi B
S. Para Thypi C
S. Thypi H
S. Para Thypi A
S. Para Thypi B
S. Para Thypi CNegatif (-)
Negatif (-)
Negatif (-)
1/320
Negatif (-)
Negatif (-)
Negatif (-)
Negatif (-)
V. DIAGNOSA SEMENTARA
Hiperpireksia et causa dd 1. DBD 2. DemamThypoid
3. Malaria
VI. DIAGNOSA KERJA DBD Derajat IIVII. PLANNING
1. Penatalaksanaan sesuai gejala2. Konsul ke dokter spesialis AnakVIII. PENATALAKSANAAN
UMUM
- Bed rest
- Makan makanan lunak yang tidak merangsang lambung serta banyak minum KHUSUS
Intruksi dokter spesialis anak IVFD RL 30 gtt / i ( makro )
Inj. Ceftriaxone 600 gr/12 Jam Inj. Ranitidin 1/2 ampul / 12 jam
Paracetamol Syrup 4-6 x 1 cth
Domperidone Syrup 3x1 cthIX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam Quo ad functionam
: dubia ad bonamDaftar Pustaka:
1. Hadinegoro S.R.H, Soegijanto S, dkk. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.. Edisi 3. Jakarta. 2004.2. Suhendro dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, Juni 2006. Hal. 1731-5.
3. Sungkar S. Demam Berdarah Dengue. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ikatan Dokter Indonesia. Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta, Agustus 2002.
4. Asih Y. S.Kp. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian. World Health Organization. Edisi 2. Jakarta. 1998.Hasil pembelajaran:
1. Pengertian tentang penyakit DBD
2. Penyebab dari penyakit DBD
3. Mendiagnosis Penyakit DBD
4. Penatalaksanaan dari penyakit DBD
Rangkuman1. Subjektif:Pasien datang di bawa oleh seorang Ibu dengan keluhan demam 4 hari. Demam yang dirasakan terus menerus dan tidak turun dengan obat penurun panas. Bercak kemerahan di lengan kanan (+),Batuk (-), Pilek (-), Mual (-), Muntah 2x (+), Mencret (-). BAK normal, BAB dua hari (-). Nafsu makan dan minum berkurang.2. Objektif:
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sangat mendukung diagnosis DBD. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan: Gejala klinis (demam terus-menerus selama 4 hari). Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum lemah, suhu tubuh 37,8 o C, terdapat petekie pada extremitas atas pasien. Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium darah rutin terdapat trombositopenia.
3. Asesment (penalaran klinis):DefinisiDemam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.Epidemiologi
Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, (3) Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan (4) Peningkatan sarana transportasi.Patogenesis
Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian.[2]Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom Syok Dengue) masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan SSD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.KlasifikasiDerajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:
Derajat IDemam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet.
Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
DerajatIII:Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
Derajat IV:Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.Manifestasi KlinikDemam Dengue (DD)Manifestasi KlinisDemam Berdarah Dengue (DBD)
++Nyeri Kepala +
+++Muntah++
+Mual+
+Nyeri Otot+
++Diare+
+Batuk+
+Pilek+
+Kejang+
0Kesadaran Menurun++
0Obstipasi+
+Uji Tourniquet Positif++
++++Petekie +++
0Perdarahan saluran cerna +
++Hepatomegali +++
+Nyeri perut +++
++Trombositopenia ++++
0Syok +++
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi: Demam atau riwayat demam akut, antara 2 7 hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
Hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.
Pemeriksaan PenunjangTrombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit
top related