analisa kerusakan pipa boiler supercritical

8
24 JURNAL TEKNIK MESIN – ITI Vol. 4 No. 1, Februari 2020 ISSN: 2548-3854 Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical Mochamad Nanchy Chudhoifah 1,a) , Dwita Suastiyanti 2,b), Pathya Rupajati 3,c) 1 PT. Bhimasena Power Indonesia PLTU 2x1000 MW, Jl. Raya Bakalan-Ujungnegoro Km. 5, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Indonesia, 51261 2,3 Program Studi Teknik Mesin ITI , Jl. Raya Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan-Banten, Indonesia, 15320 a) [email protected], b) [email protected], c) [email protected]. Abstrak Boiler adalah alat yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap dengan cara dipanaskan menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama. Pada pembangkit listrik tenaga uap dengan menggunakan Boiler Supercritical berkapasitas 660 MW, temperatur uap 566 °C dan tekanan 240 bar memiliki pipa di area final superheater dengan jenis material SA213 – T91. Pada saat unit start up, pipa di area final superheater mengalami kebocoran sehingga pipa menjadi pecah. Pecahnya pipa menyerupai mulut ikan, hasil analisa penyebabnya kemungkinan karena Short Term Temperature. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penebab kerusakan pipa Boiler dengan beberapa metode penelitian. Melalui uji metalografi ditemukan adanya rongga-rongga dan retak pada struktur mikro, kemungkinan karena pengelupasan lapisan magnetik didalam pipa. Untuk itu pengoperasian Boiler harus memperhatikan kenaikan metal temperatur tidak boleh melebihi 2°C/menit agar tidak terjadi pengelupasan lapisan magnetik pada pipa Boiler. Kata kunci:SA213-T91, retak, superheater. Abstract Boilers are tools used to convert water into steam by heating using coal as the main fuel.In steam power plants using supercritical Boiler with a capacity of 660 MW, steam temperatures of 566 ° C and pressure of 240 bar have pipes in superheater final area with material type SA213 - T91. When start of the unit, the pipe in the Final superheater area has leaked so that the pipe was rupture.The rupture of a pipe like a fish's mouth, the results of the analysis cause may be due to Short Term Temperature. This research to determine cause of Boiler pipe damage with several research methods. Through metallographic tests it was found that there were cavities and creeps on the microstructure, possibly due to the peeling of the magnetic layer in the pipe.For this reason, the operation of the Boiler must pay attention to the increase in metal temperature should not exceed 2 ° C / minute so there is no exfoliation of the magnetic layer in the Boiler pipe. Keywords: SA213-T91, creep, superheater. I. PENDAHULUAN PLTU batubara dengan teknologi Boiler Supercritical yaitu dalam proses pembentukan uap didalam boiler tidak memerlukan steam drum, hal ini dikarenakan air didalam pipa Boiler setelah menyerap panas maka langsung berubah menjadi uap kering dengan temperatur superheat di atas saturasi. Pada kondisi ini boiler dalam keadaan once through (laluan sekali). Setiap Boiler Supercritical akan di operasikan, maka memerlukan tahap-tahap pembersihan di seluruh bagian pipa yang ada di condenser, condensate, low pressure heater, deaerator, feedwater, high pressure heater, dan boiler. Proses ini dinamakan clean up, tujuannya adalah untuk membersihkan seluruh pipa yang dialiri air dan uap dari kandungan besi yang berlebih. Oleh karena itu pada Boiler supercritical memerlukan perlakuan yang lebih dari pada Boiler Subcritical. Proses start up boiler memiliki batasan-batasan kenaikan metal temperatur pada saat pertama kali bahan bakar di masukkan. Hal ini bertujuan agar material tidak mengalami kerusakan. Beberapa jenis kerusakan yang terjadi pada pipa boiler, mulai dari economizer, wall tube, Superheater dan Reheater. Kerusakan tersebut diantaranya creep, fatique, erosion, cracking dan korosi di sisi pembakaran. Permasalahan ini terjadi di salah satu PLTU swasta dengan Boiler Supercritical dengan kapasitas 660MW, dimana pada saat unit start up dan sudah mencapai 50% kapasitas boiler telah terjadi kebocoran pada pipa boiler di area Final Superheater. Umur pakai boiler tergolong masih baru karena baru beroperasi kurang dari 1 tahun, untuk itu penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan visual pada pipa boiler di area Final Superheater, pengukuran ketebalan pipa, pengukuran diameter pipa sisi luar dan dilakukan pemeriksaan di laboratorium diantaranya pemeriksaan secara visual, pemeriksaan dengan menggunakan metalografi untuk mengetahui struktur mikro dan hardness test. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab utama kerusakan pada pipa boiler di area Final Superheater, dimana seharusnya pada kondisi boiler yang

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

46 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical

24 JURNAL TEKNIK MESIN – ITI Vol. 4 No. 1, Februari 2020

ISSN: 2548-3854

Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical

Mochamad Nanchy Chudhoifah1,a), Dwita Suastiyanti2,b),Pathya Rupajati3,c)

1PT. Bhimasena Power Indonesia PLTU 2x1000 MW,

Jl. Raya Bakalan-Ujungnegoro Km. 5, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Indonesia, 51261

2,3Program Studi Teknik Mesin ITI ,

Jl. Raya Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan-Banten, Indonesia, 15320

a)[email protected],b)[email protected], c) [email protected].

Abstrak

Boiler adalah alat yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap dengan cara dipanaskan menggunakan

batubara sebagai bahan bakar utama. Pada pembangkit listrik tenaga uap dengan menggunakan Boiler Supercritical

berkapasitas 660 MW, temperatur uap 566 °C dan tekanan 240 bar memiliki pipa di area final superheater dengan jenis

material SA213 – T91. Pada saat unit start up, pipa di area final superheater mengalami kebocoran sehingga pipa menjadi

pecah. Pecahnya pipa menyerupai mulut ikan, hasil analisa penyebabnya kemungkinan karena Short Term Temperature.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penebab kerusakan pipa Boiler dengan beberapa metode penelitian. Melalui uji

metalografi ditemukan adanya rongga-rongga dan retak pada struktur mikro, kemungkinan karena pengelupasan lapisan

magnetik didalam pipa. Untuk itu pengoperasian Boiler harus memperhatikan kenaikan metal temperatur tidak boleh

melebihi 2°C/menit agar tidak terjadi pengelupasan lapisan magnetik pada pipa Boiler.

Kata kunci:SA213-T91, retak, superheater.

Abstract

Boilers are tools used to convert water into steam by heating using coal as the main fuel.In steam power plants

using supercritical Boiler with a capacity of 660 MW, steam temperatures of 566 ° C and pressure of 240 bar have pipes

in superheater final area with material type SA213 - T91. When start of the unit, the pipe in the Final superheater area has

leaked so that the pipe was rupture.The rupture of a pipe like a fish's mouth, the results of the analysis cause may be due

to Short Term Temperature. This research to determine cause of Boiler pipe damage with several research methods.

Through metallographic tests it was found that there were cavities and creeps on the microstructure, possibly due to the

peeling of the magnetic layer in the pipe.For this reason, the operation of the Boiler must pay attention to the increase in

metal temperature should not exceed 2 ° C / minute so there is no exfoliation of the magnetic layer in the Boiler pipe.

Keywords: SA213-T91, creep, superheater.

I. PENDAHULUAN

PLTU batubara dengan teknologi Boiler Supercritical

yaitu dalam proses pembentukan uap didalam boiler tidak

memerlukan steam drum, hal ini dikarenakan air didalam

pipa Boiler setelah menyerap panas maka langsung

berubah menjadi uap kering dengan temperatur superheat

di atas saturasi. Pada kondisi ini boiler dalam keadaan

once through (laluan sekali).

Setiap Boiler Supercritical akan di operasikan, maka

memerlukan tahap-tahap pembersihan di seluruh bagian

pipa yang ada di condenser, condensate, low pressure

heater, deaerator, feedwater, high pressure heater, dan

boiler. Proses ini dinamakan clean up, tujuannya adalah

untuk membersihkan seluruh pipa yang dialiri air dan uap

dari kandungan besi yang berlebih. Oleh karena itu pada

Boiler supercritical memerlukan perlakuan yang lebih dari

pada Boiler Subcritical.

Proses start up boiler memiliki batasan-batasan

kenaikan metal temperatur pada saat pertama kali bahan

bakar di masukkan. Hal ini bertujuan agar material tidak

mengalami kerusakan. Beberapa jenis kerusakan yang

terjadi pada pipa boiler, mulai dari economizer, wall tube,

Superheater dan Reheater. Kerusakan tersebut diantaranya

creep, fatique, erosion, cracking dan korosi di sisi

pembakaran.

Permasalahan ini terjadi di salah satu PLTU swasta

dengan Boiler Supercritical dengan kapasitas 660MW,

dimana pada saat unit start up dan sudah mencapai 50%

kapasitas boiler telah terjadi kebocoran pada pipa boiler di

area Final Superheater.

Umur pakai boiler tergolong masih baru karena baru

beroperasi kurang dari 1 tahun, untuk itu penelitian ini

dilakukan dengan cara pengamatan visual pada pipa boiler

di area Final Superheater, pengukuran ketebalan pipa,

pengukuran diameter pipa sisi luar dan dilakukan

pemeriksaan di laboratorium diantaranya pemeriksaan

secara visual, pemeriksaan dengan menggunakan

metalografi untuk mengetahui struktur mikro dan hardness

test.

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

penyebab utama kerusakan pada pipa boiler di area Final

Superheater, dimana seharusnya pada kondisi boiler yang

Page 2: Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical

25

umurnya masih baru (kurang dari 1 tahun) masih dalam

kondisi yang bagus, handal dan masih bisa digunakan

untuk waktu yang lama.

Sulistiyo E. dan Mahdy N.N. pada tahun 2016

melakukan penelitian dengan judul “Analisis pecahnya

material secondary superheater tube pada boiler unit 1

PLTU Tanjung Jati B kapasitas 660 MW”. Hasil

pemeriksaan struktur mikro Secondary Superheater tube

terlihat bahwa telah mengalami transformasi fasa material

(spheroidisasi) akibat overheating. Hasil pengujian

kekerasan, pucak tertinggi mencapai 225 HV pada daerah

uji no. 2 yaitu bagian tube yang mengalami kegagalan

walaupun kekerasannya masih di bawah standar kekerasan

material SA 213-T91. Hasil pengujian SEM dan EDX

menunjukkan bahwa kandungan unsur deposit yang

berada pada outer secondary superheater tube berupa

sulfur, sodium, potassium, dan magnesium. Unsur ini

kemungkinan terbentuk akibat udara yang mengandung

mineral masuk dalam system pembakaran Boiler yang

melebihi suhu ash fusion temperature [1].

Rahman M.M. dan Kadir A.K. pada tahun 2011

melakukan penelitian dengan judul Failure analysis of

high temperature superheater tube (hts) of a pulverized

coal-fired power station. Analisis kegagalan pipa

superheater temperatur tinggi dari pembangkit listrik

tenaga uap dilakukan melalui inspeksi visual, pengukuran

ketebalan, dan pemeriksaan metalurgi. Ditemukan bahwa

kegagalan pipa superheater disebabkan oleh pengelasan

logam yang berbeda di mana sifat termal dari logam induk

dan logam las berbeda [2].

Adrian J., Laif N., Noerochim L. Dan Kurniawan B.A.

pada tahun 2016 melakukan penelitian dengan judul

“Analisa kerusakan superheater tube boiler tipe ASTM

A213 grade T11 pada pembangkit listrik tenaga uap”.

Hasil analisis metalografi pada daerah yang tidak

mengalami kegagalan, fasa yang tampak merupakan ferrit

dengan diameter rata-rata butir sebesar 0,0213 mm dan

memiliki kekerasan sebesar 52 HRB, pada tepi pipa yang

pecah fasa yang tampak pada metalografi juga merupakan

ferrit dengan rata-rata diameter butir sebesar 0,02357 mm

dan memiliki kekerasan sebesar 49 HRB. Pada daerah

yang mengalami kerusakan didapatkan bahwa fasa yang

tampak merupakan ferit dengan rata-rata diameter sebesar

0,0308 mm dengan kekerasan sebesar 25,5 HRB. Pada

hasil SEM terlihat adanya crack dan berkas patahan berupa

granular [3].

Fahrizal pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan

judul “Analisa penyebab kegagalan pipa superheater

boiler”. Nilai kekerasan antara bagian permukaan pada

posisi didekat bagian yang gagal dengan di posisi yang

tebal, nilainya berbeda sangat signifikan. Perubahan nilai

kekerasan di bagian dekat yang gagal karena dibagian

permukaan terjadi super heat location diakibatkan adanya

internal scale atau deposit, akibat reaksi antara uap air

dengan pipa membentuk besi oksida. Model gagalnya pipa

Superheater tersebut adalah Creep akibat beroperasi pada

temperatur dan tekanan yang tinggi (overheating) dengan

waktu operasi yang lama dan dikuti pelunakan (anealing)

sehingga terjadi erosi oleh fluida dalam pipa yang

menyebabkan penipisan pada pipa hingga pipa tidak bisa

menahan beban kerja dan terjadi kegagalan (Failure).

Kekerasan menurun secara signifikan di bagian pipa,

karena adanya pengaruh aging dan erosi akibat fluida

mengalir dengan temperatur tinggi dibuktikan dengan

pengurangan tebal pipa. Dari pengamatan struktur mikro

tampak adanya perubahan bentuk butir ferrit dan pearlite

menjadi pipih diposisi bagian dekat yang gagal, dibanding

dengan diposisi yang tebal, bentuk butir ferit dan perlit

bentuknya hampir bulat [4]

Sariyusda, Bustamisyam, dan Indra pada tahun 2012

melakukan penelitian dengan judul “Analisa kegagalan

tube superheater package boiler akibat overheating”.

Hasil analisis tegangan menunjukkan terjadi panas yang

berlebih (overheating) pada tube superheater. Hasil

analisis tegangan menunjukkan tegangan izin tube lebih

kecil dari tegangan yang terjadi, sehingga tube dikatakan

pecah/gagal. Hasil pengamatan visual tube superheater

memperlihatkan terjadi mengembung (bulging) dan mulut

ikan (fish mouth); Panjang 45 mm, lebar rata-rata 10,025

mm dan diameter 46,75 mm, pertambahan diameter 2,26

mm. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan material

terjadi deformasi pada daerah yang pecah, ini menandakan

bahwa kekuatan material menurun dengan kenaikan

kekerasan. Hasil pengujian komposisi kimia menunjukkan

kandungan unsur kimia yang diizinkan masih dalam batas

standar material SA-213. Hasil pengujian SEM

menunjukkan bahwa mikrostruktur terjadi dislokasi pada

batas butir dimana pecah secara intragranular dengan

perpatahan brittle [5].

Pada penelitian ini yaitu pada pipa Boiler Superheater

yang mengalami kerusakan pada saat unit start up, dimana

kerusakan-kerusakan diataranya karena perubahan

temperatur yang berlebih (overheating).

II. LANDASAN TEORI

A. Boiler Supercritical

Boiler Supercritical adalah boiler yang merubah air

menjadi uap (Once-through boiler). Air dipanaskan pada

tekanan konstan diatas tekanan kritis sehingga tidak ada

perbedaan antara gas dan cair, karena densitas massanya

sama. Pada Boiler Supercritical tidak ada tahapan air

berada dalam dua fasa yang membutuhkan separasi.

Sehingga boiler tidak dilengkapi dengan steam drum.

Boiler Supercritical menggunakan boiler sekali lalu yaitu

air umpan yang dipompa oleh boiler feed pump hingga air

dapat melalui tahapan pemanasan di boiler dan uap yang

dihasilkan langsung dikirim ke turbin uap tanpa adanya

resirkulasi. Berikut ini adalah diagram Ts supercritical

ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Temperatur Entropi PLTU

Supercritical.

Page 3: Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical

26 JURNAL TEKNIK MESIN – ITI Vol. 4 No. 1, Februari 2020

ISSN: 2548-3854

Uap yang dihasilkan melebihi tekanan dan temperatur

kritis, dimana pada diagram rankine disebut critical point

yaitu pada tekanan 221,2 bar dan temperatur 374,15 ℃.

Diagram temperatur-entropi (diagram Ts) menunjukkan

kondisi temperatur terhadap perubahan keadaan energi

yang melalui boiler dan turbin. Berikut ini adalah Siklus

Uap Boiler Supercritical ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Siklus Uap Boiler Supercritical

B. Pengoperasian Boiler

Pengoperasian boiler dilakukan setelah ada perbaikan di

jaringan 500 kV. Peralatan yang dioperasikan pertama

adalah Air & Gas System yaitu untuk membuang gas-gas

yang mudah terbakar didalam boiler, yaitu dengan

mengatur aliran udara dan kevacuman didalam boiler.

Kenaikan temperatur di Superheater rata-rata +1,16

ºC/min dan di Final Superheater metal rata-rata +1ºC/min.

Bahan bakar batu bara digunakan untuk menggantikan

Solar. Pergantian bahan bakar ini menyebabkan kenaikan

rata-rata temperatur di Final Superheater metal yaitu

+3,36 ºC/min (tertinggi 5 ºC/min). Grafik boiler start up

ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Main Steam Temperature pada Saat

Unit Start Up pada Tanggal 12 Juni 2017.

Main Steam dimasukkan ke turbin setelah temperatur

435ºC dan tekanan 4,38MPa sampai unit sinkron dengan

jaringan Jawa Bali. Load didistribusikan ke jaringan 500

kV sampai pada 400 MW gross. Sesaat kemudian alarm

Final Superheater metal temperatur aktif dan terdeteksi

adanya Boiler tube leak diarea tersebut. Pemeriksaan

dilakukan di lokal dan dipastikan bahwa terjadi kebocoran

di Superheater Final. Maka saat itu juga unit shut down

secara bertahap dengan koordinasi dengan PLN.

C. Laju Korosi

Korosi adalah perusakan, penurunan mutu material

(logam) akibat dari reaksi dengan lingkungannya baik itu

secara kimia atau elektrokimia pada waktu pemakaiannya.

Logam yang di-heat treatment akan mengalami

perubahan struktur kristal atau perubahan fasa. Sebagai

contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800ºC

terhadap baja tahan karat akan menyebabkan terbentuknya

endapan krom karbida pada batas butir. Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja

tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment

menghasilkan tegangan sisa. Bila tegangan sisa tesebut

tidak dihilangkan, maka dapat memicu tejadinya korosi

retak tegang.

D. Kerusakan Pipa Boiler

Analisis kerusakan pada pipa boiler menyatakan

beberapa ciri-ciri yang dapat ditentukan bahwa terjadi

kerusakan pada material pipa boiler, analisis kerusakan ini

dilakukan di pembangkit listrik yang berada di Jepang

pada tahun 2004. Selanjutnya dikembangkan dan

menemukan beberapa kriteria kerusakan pada pipa Boiler.

Ciri-ciri kerusakan pipa Boiler berdasarkan bagian area

ditunjukkan pada Gambar 4:

Gambar 4. Lokasi Kerusakan yang Terjadi pada Boiler.

III. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN

A. Diagram alir Penelitian

Dalam melakukan penelitian, dibuatkan diagram alir

untuk mempermudah memahami alur penelitian dari awal

Page 4: Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical

27

sampai dengan akhir. Diagram alir penelitian ditunjukkan

pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian.

B. Langkah Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menerapkan tahapan-tahapan proses yang

harus dilakukan sebagai penunjang. Tahapan dalam

pelaksanaan penelitian ini meliputi persiapan alat kerja

dan persiapan bahan, pengujian yang dilakukan di dalam

boiler yaitu menentukan pipa-pipa yang telah rusak dan

mengalami sumbatan.

C. Spesifikasi Benda dan Alat Uji

Spesifikasi benda uji yang digunakan adalah Material

pipa Boiler dengan tipe SA213-T91. Komposisi kimia pipa

SA213-T91 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Spesifikasi Material SA213-T91

No Komposisi Kimia Keterangan

1 Carbon 0.07-0.14

2 Manganese 0.30-0.60

3 Phosphorus 0.020

4 Sulfur 0.010

5 Silicon 0.20-0.50

6 Nickel 0.40

7 Chromium 8.0-9.5

8 Molybdenum 0.85-1.05

9 Vanadium 0.18-0.25

10 Niobium 0.06-0.10

11 Nitrogen 0.030-0.070

12 Aluminum 0.02

13 Titanium 0.01

14 Zirconium 0.01

D. Periksaan Visual

Pemeriksaan didalam boiler secara visual dilakukan

untuk mengetahui kondisi pipa di dalam boiler yaitu

superheater yang mengalami kerusakan karena bocor.

Akibat kebocoran ini dapat mengakibatkan pipa-pipa yang

terkena semburan uap mengalami kerusakan.

E. Pengujian Kekerasan

Uji kekerasan in-situ dilakukan dengan menggunakan

alat uji kekerasan portabel Krautkramer MIC20 dengan

probe 10kgf pada pipa pecah dan pipa tertentu pada pipa

superheater.

Pengujian kekerasan dilakukan pada bagian metalografi

menggunakan Wolpert Wilson 452SVD Vickers hardness

tester dengan beban 10kgf. Hasil kekerasan rata-rata,

diambil dari 3 hingga 5 lekukan pada setiap bagian.

F. Pengujian Ultrasonic

Pada alat uji ketebalan yang menggunakan

menggunakan metode pendeteksi suara atau ultrasonik.

Gelombang ultrasonik yang dupancarkan rangkaian

transmitter menembus permukaan benda dan dipantulkan

kembali ke rangkaian receiver. Waktu tempuh menjalani

gelombang ini diukur dengan menggunakan upcounter

menggunakan metode time of flight.

G. Pengujian Metalografi

Berikut ini adalah penjelasan tahapan-tahapan yang

dilakukan untuk pengujian metalografi:

1. Pemotongan

2. Identifikasi

3. Mounting

4. Penggerindaan

5. Pemolesan

6. Etching, Pengetsaan

7. Cleaning, Pembersihan

8. Drying, Pengeringan

9. Pemeriksaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Visual (Site Inspection)

Lokasi pemeriksaan berada di Boiler area Final

Superheater. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk

mengidentifikasi pipa-pipa yang rusak dan untuk rencana

pergantian yang akan dilakukan. Pemetaan pipa Final

Superheater ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Identifikasi Pipa Boiler di Area Final

Superheater.

Page 5: Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical

28 JURNAL TEKNIK MESIN – ITI Vol. 4 No. 1, Februari 2020

ISSN: 2548-3854

B. Pemeriksaan Magnetik (Site Inspection)

Pemeriksaan atraksi magnetis dilakukan di lekukan

bagian bawah pipa Final Superheater dengan

menggunakan video probe. Magnet genggam digunakan

untuk mengidentifikasi tingkat magnetit di lubang pipa,

ditunjukan pada Gambar 7.

Gambar 7. Inspeksi dengan menggunakan probe video,

terlihat puing yang cukup besar menutupi

sebagian pipa MG17-T10.

C. Pengujian Kekerasan

Uji kekerasan in-situ dilakukan dengan menggunakan

alat uji kekerasan portabel Krautkramer MIC20 dengan

probe 10kgf pada pipa pecah dan pipa tertentu pada final

superheater akhir. Permukaan dipersiapkan menggunakan

beberapa tahap kertas abrasif hingga grit 400. Hasil

pengetesan ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Kekerasan pipa SA213-T91 Lokasi Nomor Pipa HV

MG2 T9 204

T10 210 T11 211

T12 212

MG10 T7 210 T8 225

T9 230

T10 219 T12 206

MG15 T10 210 T11 198

MG20 T7 206

T11 208

PMG10 T9 192

T10 185

T11 197 T12 194

PMG15 T9 205

T10 211 T11 200

T12 200

PMG16 T9 202 T10 191

T11 205

T12 198 PMG19 T9 194

T10 201

T11 180 T12 199

PMG20 T9 200

T10 209 T11 182

T12 206

Hasil kekerasan yang diperoleh dari pipa final

superheater menunjukkan berada dalam kisaran normal

untuk T91. Outlet final superheater pipa MG10T10,

MG19T10 dan MG20T11 di penthouse (T91)

menunjukkan sedikit berkurang kekerasan kurang dari

kisaran. Pipa-pipa ini harus dipantau dalam pemadaman

berikutnya.

Pengujian kekerasan di labolatorium dilakukan pada

bagian metalografi menggunakan Wolpert Wilson

452SVD Vickers hardness tester dengan beban 10kgf.

Hasil kekerasan rata-rata, yang diambil dari 3 hingga 5

lekukan pada setiap bagian ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji Kekerasan Sampel Laboratorium Nomor Pipa Lokasi HV

MG16T10-2 Midwall 286

MG16T10-3 Midwall 3 192

MG16T10-3 Midwall 12 191 MG16T10-4 Midwall 150

MG10T10-2 Midwall 209

MG10T10-3 Midwall 175 Ref T91 Midwall 225

Ref TP347 Midwall 157

D. Pemeriksaan Visual (Laboratorium)

Pipa SA213-T91 (MG16-T10) telah retak dan pipa

telah menekuk sekitar 60 derajat dari garis lurus. Pecahnya

pipa seperti mulut ikan lebar ditunjukkan oleh panah

merah. Pandangan umum dari potongan-potongan yang

direkonstruksi ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Pandangan potongan dari SA213-T91

MG16-T10.

Tampilan pipa SA213-T91 (MG10-T10) yang

mengalami kerusakan seperti mulut ikan ditunjukkan pada

Gambar 9.

Gambar 9. MG10-10 Pecah Seperti Mulut Ikan (Anak

Panah).

Page 6: Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical

29

E. Pipa Referensi SA213-T91 dan SA213-TP347H

Pandangan umum SA213-T91 referensi dan SA213-

TP347H sebagai pipa referensi ditunjukkan pada Gambar

10.

Gambar 10. Pandangan Pipa yang rusak dan Pipa

Referensi

F. Pemeriksaan Serbuk Oksidasi.

Dengan menggunakan magnet kedua sampel

dipisahkan menjadi bagian-bagian magnetik dan non-

magnetik. MG15T15 memiliki 0,19 gram bahan non-

magnetik, sementara MG16T28 ditemukan semua magnet

tanpa bahan non-magnetik. Puing-puing magnetik dan

non-magnetik dari MG15T15 ditunjukkan pada Gambar

11, 12 dan 13.

Gambar 11. Puing-Puing Magnet Dari MG15-T15,

Puing-Puing Terdiri Dari Serpih Terutama

Gelap/Abu-Abu Dari Berbagai Ukuran

Hingga 2mm

Gambar 12. Puing-Puing Non-Magnetik Dari MG15-15

Penampilan Granular Dan Berwarna Merah

Gambar 13. Puing-Puing Magnet Dari MG16T28.

Puing-Puing Terdiri Dari Serpih Terutama

Gelap / Abu-Abu Dari Berbagai Ukuran

Hingga 2mm.

Analisis sampel puing-puing menunjukkan hematite

ditemukan di dalam lapisan magnetit dan terlihat dari

pemeriksaan metalografi dari sampel pipa. Sejumlah (~

1%) dari puing-puing non-magnetik ditemukan dalam

sampel MG15T15. Puing-puing non-magnetik pada

dasarnya dari abu batubara. Sejumlah kecil nikel terdeteksi

dalam serpihan sampel puing-puing dari MG16T28, yang

menunjukkan bahwa beberapa puing-puing mungkin

berasal dari pipa TP347H baik sebagai oksida atau partikel

kecil dari logam. Berdasarkan evaluasi secara keseluruhan,

mayoritas puing-puing kemungkinan berasal dari bahan

T91.

G. Pengujian Metalografi MG16-T10

Sebuah mikrograf dari tepi fraktur pada posisi

MG16T10-2 ditunjukkan pada Gambar 14, 15 dan 16.

Gambar 14. Mikrograf dari Celah di MG16T10-2 Retak

Lain Diamati Berdekatan Dengan Ujung

Patahan Tebal.

Gambar 15. Pembesaran Celah Gambar 14 Retak

Transgranular, Indikasi Kegagalan

Daktilitas Rendah Mengandung Banyak

Void Merayap dan Deformasi Butir.

Page 7: Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical

30 JURNAL TEKNIK MESIN – ITI Vol. 4 No. 1, Februari 2020

ISSN: 2548-3854

Gambar 16 Perbesaran Gambar 15 Mikrostruktur Dari

Tepi Retak Menunjukkan Bukti Struktur

Berubah Dan Terdapat Void Merayap.

H. Pengujian Metalografi MG10-T10

Logam dasar memiliki struktur austenitik dan bukti

presipitasi karbida di sepanjang batas butir. Contoh

kondisi permukaan lubang ditunjukkan pada Gambar 17

dan 18.

Gambar 17. Mikro Struktur Di Bagian MG10T10–2.

Logam Dasar Mengungkapkan Martensit

Tempered Halus Terdegradasi Termal.

Gambar 18. Mikrograf Perbesaran Yang Lebih Tinggi

Pada Gambar 17, Struktur Mikro

Menunjukkan Martensit Temper Yang

Terdegradasi Secara Termal. Struktur Berisi

Rongga Creep Yang Terisolasi.

I. .Referensi SA213-T91 dan SA213-TP347H

Bahan umum yang jauh dari fraktur menunjukkan

bukti struktur tempered martensite halus terdegradasi

dengan void creep terisolasi. Contohnya ditunjukkan pada

Gambar 19.

Gambar 19. Logam Dasar Referensi T91. Logam Dasar

Memiliki Struktur Martensit Tempered

Halus.

Gambar 20. Perbesaran Yang Lebih Tinggi Dari Gambar

19, Logam Dasar Memiliki Struktur

Martensit Tempered Halus.

Gambar 21. Logam Dasar Dari Referensi TP347H.

Logam Dasar Memiliki Struktur Austenitik

Dengan Kembar Anil Dan Sedikit

Presipitasi Karbida.

J. Pembahasan

Koefisien ekspansi termal (CTE) dari paduan T91

secara signifikan lebih rendah dari Fe-Cr spinel dan

magnetit. Perbedaan dalam CTE mungkin telah

menyumbang akumulasi strain, retak dan pengelupasan

magnetit selama siklus termal boiler. Bukti dari berbagai

retakan memanjang pada lapisan magnetite dalam sampel

Page 8: Analisa Kerusakan Pipa Boiler Supercritical

31

pipa juga konsisten dengan efek dari siklus termal. Hal ini

dianggap jika pengelupasan magnetit hanya terjadi pasca

kegagalan, karena pendinginan cepat dari kegagalan.

Sementara beberapa magnetit pengelupasan kulit bisa

terjadi selama shutdown pasca kegagalan, sebagian besar

pengelupasan magnetit akan terjadi sebelum kegagalan

yang dibuktikan dengan membersihkan pipa internal.

Sebanyak 133 pipa yang dibersihkan mewakili > 10%

dari total pipa dari sirkuit final superheater. Selain itu,

bukti dari berbagai retakan memanjang pada lapisan skala

luar diamati. Dengan asumsi bahwa 30% dari lapisan luar

(magnetit) dari pipa T91 telah terkelupas (~ 20-30 µm

tebal), dan dengan asumsi bahwa pengelupasan kulit yang

telah terjadi sepanjang 5 m dari pipa T91 dengan diameter

internal 31mm, maka berat dari magnetite dikelupas akan

menjadi sekitar 60 gram dalam satu rangkaian, dengan

asumsi 5gr kepadatan/ cm3 magnetite. Ini akan cukup

untuk menutupi lubang pipa lebih dari jarak 160mm.

Luasnya cakupan akan lebih dalam kenyataannya karena

kepadatan serpih magnetit yang dapat menyebabkan

penyumbatan akan jauh lebih rendah dari yang

diasumsikan 5gr/ cm3.

V. KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisa maka kerusakan pada pipa

boiler Final Superheater dapat disimpulkan sebagai

berikut ini:

1. Kerusakan pada pipa Final superheater karena short

term overheating, dimana kemungkinan besar

disebabkan pipa pengalami penyumbatan parsial oleh

Pengelupasan lapisan magnetic (exfoliated

magnetite). Penyumbatan parsial membatasi aliran

uap pendingin di dalam pipa yang menyerap panas

dari temperature pipa yang tinggi.

2. Data metalurgi menunjukkan bahwa pipa SA213-T91

telah beroperasi pada suhu tertinggi, oleh karena itu

kemungkinan yang pertama mengalami kerusakan.

3. Distribusi skala magnetite dalam pipa menunjukkan

bahwa sumber bahan yang terkelupas di dalam pipa

SA213-T91 vertikal kemungkinan disebabkan oleh

siklus boiler dan kecepatan kenaikan temperatur yang

tinggi selama siklus shutdown/start-up adalah faktor

yang berkontribusi dalam pengelupasan oksida.

4. Dari hal di atas, keputusan untuk mengganti pipa

SA213-T91 yang rusak dengan SA213-TP347H

dianggap tepat, meskipun ada beberapa pipa di

superheater yang telah terlalu panas dan telah

menghabiskan sebagian besar life time creep.

REFERENSI [1] Adrian, J., Laif, N., Noerochim, L., & Kurniawan, B.A.,

Analisa kerusakan superheater tube boiler tipe ASTM

A213 grade T11 pada pembangkit listrik tenaga uap.

Jurnal Teknik ITS, 5,2016, 148-152.

[2] Fahrizal, Analisa penyebab kegagalan pipa superheater

boiler. Jurnal Aptek, 5, 2013, 71-77.

[3] Sariyusda, Bustamisyam, & Indra. Analisa kegagalan

superheater package boiler tube akibat overheating.

Jurnal MEKINTEK, 3, 2012, 173-181.

[4] Rahman, M.M., & Kadir, A.K., Failure analysis of high

temperature superheater tube (HTS) of a pulverized coal-

fired power station. Journal of ISC, 2011, 517-522.

[5] Sulistiyo, E., &Mahdy, N., Analisis Pecahnya Material

secondary superheater tube pada Boiler Unit 1 PLTU

Tanjungjati Berkapasitas 660 MW. Jurnal Power Plant,

4, 2016, 122-210.

[6] ASME, Ferrous Material Specification Section II. New

York: ASME Press, 2015.

[7] EPRI, Boiler Tube Failure Theory and Practice. Pleasant

Hill: EPRI distribution center, 1996.

[8] Harbin Electric International, Operation Regulation of

Boiler, 2017.

[9] Mars, G. and Fontana, Corrosion Engineering. New York:

McGraw Hill, 1987.

[10] Cahyadi, Pltu batubara supercritical yang efisien.

Tangerang Selatan: Badan Pengkajian dan

PenerapanTeknologi (BPPT) 2015.