analisa proses interaksi

35
ANALISA PROSES INTERAKSI A. Pengertian Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien. B. Tujuan API 1. Meningkatkan kemampuan mendengar 2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi 3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat (mahasiswa) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor / pembimbing untuk memberi arahan 4. Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan perawat 5. Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan Analisa Proses Interaksi (API) Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim kesehatan Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola perilaku dan hubungan interpersonal perawat-klien. Ada 3 macam catatan : - Catatan perkembangan (proses keperawatan) - Catatan hubungan perawat-klien - Catatan resume Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung individual klien, kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan. Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa : - Video tape; tape recording - Catatan secara garis besar - Catatan interaksi Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien. Semua pasien dapat dilakukan API. Komponen API : 1. Komunikasi verbal dan non-verbal perawat dan klien 2. Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat dilakukan perawat

Upload: kiwil-tok

Post on 02-Jan-2016

843 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

ANALISA PROSES INTERAKSI

A.  Pengertian

Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat

kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara

perawat dan klien.

B. Tujuan API

1. Meningkatkan kemampuan mendengar

2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi

3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat (mahasiswa)

dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor / pembimbing untuk memberi

arahan

4.  Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah

perkembangan dan perubahan pendekatan perawat

5. Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan

Analisa Proses Interaksi (API)

      Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim

kesehatan

      Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola perilaku

dan hubungan interpersonal perawat-klien.

   Ada 3 macam catatan :

-    Catatan perkembangan (proses keperawatan)

-    Catatan hubungan perawat-klien

-    Catatan resume

   Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung individual

klien, kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan.

   Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :

-    Video tape; tape recording

-    Catatan secara garis besar

-    Catatan interaksi

   Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk

memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.

      Semua pasien dapat dilakukan API.

Komponen API :

1. Komunikasi verbal dan non-verbal perawat dan klien

2. Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat

dilakukan perawat

3. Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien

4. Analisa makna dan rasional dari komunikasi

5. Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai

dengan 4

6. Rencana lanjutan tindakan keperawatan

ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien                                          :                                   Nama mahasiswa:Status interaksi perawat-klien                          :                                   Tanggal            :          Lingkungan                                          :                                   Jam                  :Deskripsi klien                                     :                                   Ruang              :Tujuan (berorientasi pada klien)          :

Komunikasi VerbalKomunikasi Non

VerbalAnalisa berpusat

pada perawatAnalisa berpusat

pada klienRasional

P ………………… P …………………K ………………..

P …………….

K …………………

………

K ………………….. K ………................P ……………….. P ……………..

K …………………

P ………………. P ………………..K ……………….

P …………

K ………………

………..

Dst …………….

Keterangan :

1.  Inisial klien : tulis inisial bukan nama lengkap

2.  Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase berhubungan

3.  Lingkungan :

- Tempat interaksi

- Situasi tempat interaksi

- Posisi mahasiwa dan klien

4.  Deskripsi klien : penampilan umum klien.

5.  Tujuan :

- Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi selama 20-30 menit

- Tujuan ini berpusat pada klien

- Tujuan terkait dengan proses keperawatan klien

6.  Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien

7.  Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat bicara atau saat

mendengar

8.  Analisa berpusat pada perawat :

Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen sebagai berikut :

a.    Perasaan sendiri

Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan peningkatan

kemampuan untuk menjelaskan riwayat / latar belakang dan analisa, apa dan mengapa

perasaan itu muncul.

b.    Tingkah laku non verbal

Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri

c.    Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung

Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi yang digunakan

d.    Tujuan interaksi

  Perawat berperan sebagai apa ? dan pasien sebagai apa ?

  Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi ?

  Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi ?

  Bagaimana proses ?

9.  Analisa berpusat pada klien :

Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai berikut :

a.    Tingkah laku non verbal

Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal klien

b.    Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (latent)

Cari / kenali, bedakan dan diskusikan

c.    Perasaan klien

Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan diskusikan keadaan perasaan klien,

bagaimana perasaan klien dipengaruhi oleh perawat

d.    Kebutuhan klien

Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari interkasi yang baru terjadi, interaksi

sebelumnya, riwayat klien dari teori.

10. Alasan teori (rasional)

Sintesa dan terapan teori pada proses interpersonal : berikan alasan teoritis intervensi

anda atau intervensi lain dan tunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan

tingkah laku klien dalam rangka teori psikodinamika, teori adaptasi, setiap teori-teori lain

yang dikenal.

Laporan pendahuluan Perilaku curiga

a. Latar Belakang            Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan  dengan orang lain dan lingkungan  yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat berinteraksi, klien kecemasannya meningkat dalam merespon stresor. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/bahaya dari luar.            Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Melati II RSJPJ sebagai lahan praktek, diperoleh data bahwa 75 % klien yang rawat

ulang. Masalah asuhan keperawatan yang ditemukan adalah menarik diri, curiga, halusinasi dan ketidakmampuan merawat diri. Dari masalah-masalah yang ditemukan,  pembahasan mengenai asuhan keperawatan curiga belum banyak ditemukan. Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok tertarik untuk mempelajari lebih lanjut dan menyajikan dalam bentuk seminar dengan topik  ”Asuhan Keperawatan Klien dengan Curiga”

b. Tujuan Penulisan.            Tujuan kelompok mahasiswa merawat klien G, melakukan seminar dan menulis laporan studi kasus adalah :

         Mengerti  asuhan keperawatan klien curiga berdasarkan konsep dan teori yang benar.

         Menerapkan asuhan keperawatan klien curiga         Menyebarluaskan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada klien

.

c. Proses Penulisan.            Asuhan keperawatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan peran serta langsung klien dalam kegiatan yang ada diruangan. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah keperawatan, setelah penemuan masalah dibuat perancanaan dan dilaksanakan serta dilakukan eveluasi kemudian diseminarkan.BAB IIITINJAUAN TEORITIS

A. Proses terjadinya masalah.            Prilaku curiga merupakan gangguan berhubungan  dengan orang lain dan lingkungan  yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Prilaku curiga merupakan prilaku proyeksi terhadap perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority. Ketika klien kecemasannya meningkat dalam merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/  bahaya dari luar. Klien akan mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan  menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan mekanisme pertahanan yang lain seperti reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan , afek tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan.            Faktor predisposisi dari curiga adalah tidak terpenuhinya trust pada masa bayi . Tidak terpenuhinya  karena lingkungan yang bermusuhan, orang tua yang otoriter, suasana yang kritis dalam keluarga, tuntutan lingkungan yang tinggi terhadap penampilan anak serta tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Dengan demikian anak akan

menggunakan mekanisme fantasi untuk meningkatkan harga dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas.            Pada klien , dari data yang ditemukan faktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. Di dalan keluarga klien merupakan anak angkat dari keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan ayahnya, karena klien dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya ( 7 orang ) klien mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan mengamuk sehingga klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.

B. Masalah-masalah yang muncul pada klien curiga.            Masalah yang biasanya timbul pada klien curiga karena adanya kecemasan yang timbul  akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya diri terhadap lingkungan yang baru/asing (masalah ini tidak muncul pada klien G). Masalah lain yang juga sering muncul pada klien curiga yaitu marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari perasaan ditolak (masalah ini muncul pada klien ).            Isolasi sosial merupakan masalah yang juga muncul pada diri klien. Klien menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan . Curiga merupakan afek dari mekanisme koping yang tidak efektif, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan, berprilaku destruktif dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidakl sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien.            Masalah lain yang timbul adalah gangguan perawatan diri dan data yang diperoleh : klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotor dan panjang. (masalah ini ada pada diri klien)            Pada klien muncul juga gangguan harga diri rendah, dimana klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya ditunjukkan dengan prilaku menarik diri atau menyerang orang lain.( masalah ini ada pada diri klien)            Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu beracun atau petugas mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum. (masalah ini tidak ada pada diri klien)

BAB IVPELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN

            Pelaksanaan proses keperawatan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi : Diagnosa Keperawatan, Tujuan jangka panjang, Intervensi, Evaluasi dan tindak lanjut. Adapun proses keperawatan secra lengkap ada pada lampiran.

Diagnosa keperawatan IPotensial melukai diri sendiri/ orang lain s/d ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.Tupan : Tidak melukai orang lain/ diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.Intervensi :

1.      Membina hubungan saling percaya dengan klien .2.      Memelihara ketengann lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.3.      Mempertahan kan sikap perwat secara konsisten.4.      Mendorong klien untuk mengungkapkan  hal-hal yang menyebabkan klien

marah.5.      Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada

orang yang sedang marah.6.      Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilekukan bila klien

marah.7.      Mendiskusikan dengan klien cara mengungkapkan marah secara

konstruktif.8.      Mendiskusikan dengan keluarga ( pada saat kunjungan rumah ) ttg

marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti.Evaluasi :

         Klien mau menerima petugas (mahasiswa ), dan membalas salam.         Berespon secara verbal.         Membalas jabat tangan, mau diajak berbicara.         Klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya.         Klien dapat mengenal tanda-tanda marah.         Klien megatakan kalau amuk itu tidak baik.         Klien dapat memperagakan tehnik relaksasi.

Tindak lanjut :         Melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan tehnik

relaksasi, tehnik asertif.Diagnosa keperawatan IIGangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga.Intervensi :

1.      Membina hubungan saling percaya.2.      Bersikap empati pada klien.3.      Mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien .4.      Mengadakan kontak sering dan singkat.5.      Meningkat respom klien terhadap realita.6.      Memberikan obat sesuai dengan program terapi dan mengawasi respon

klien.7.      Mengikut sertakan klien dalam TAK sosialisasi untuk berinteraksi.

Evaluasi :         Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga.         Klien disiplin  dalam meminum obat sesuai program terapi.

Tindak lanjut:         Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi

kecurigaan.Diagnosa Keperawatan III

Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri.Tupan : Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.Intervensi :

1.      Memperhatikan tentang kebersihan klien .2.      Mendiskusikan dengan klien ttg gunanya kebersihan.3.      Memberikan reinforsemen positif apa yang sudah dilakukan klien.4.      Mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri.

Tindak lanjut :         Perlu dilanjutkan dengan TAK tentang kegiatan sehari-hari.         Berikan motivasi agar klien mau merawat diri.

BAB VPEMBAHASAN

            Ibu   D ( 20 tahun ), dari data yang diketahui mengalami masalah halusinasi fase III , dengan masalah lain yaitu menarik diri, penampilan diri  tidak adequat, tidak mampu  mengungkapkan marah secara konstruktif.  Prioritas  pemecahan masalah yang diatasi secara berurutan adalah;  menarik diri, halusinasi dan penampilan diri tidak adequat.Menarik diri diutamakan  karena setelah  terciptanya hubungan saling percaya klien mau membuka diri pada perawat, selanjutnya barulah dapat diintervensi masalah selanjutnya secara bersama-sama.            Dibawah ini akan dibahas satu persatu proses pemberian asuhan keperawatan berdasarkan masalah keperawatan klien ibu D.

1. Menarik diri. Pada awalnya klien menolak untuk berhubungan. Pada saat itu perawat menggunakan rencana tindakan  yang telah dibuat seperti

melakukan  teknik-teknik komunikasi terapeutik, bersikap menerima kondisi klien, dan lain-lain sesuai rencana  tindakan.Dengan segala kesabaran akhirnya secara bertahap klien mau membuka diri.  Klien bercerita tentang  kondisinya, perasaannya, problema rumah tangganya, serta harapannya. Dengan pendekatan intensif  klien lebih dapat mempercayai perawat. Dengan modal kepercayaan tersebut klien mudah untuk diarahkan.  Klien belajar berhubungan dengan lingkungan sekitar  seperti dengan klien yang lain, perawat yang lain. Klien juga dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok :  sosialisasi dengan respon yang sangat baik  klien memperkenalkan diri,  menyebutkan alamat, hobi dan lain-lain. Belakangan ini diketahui klien telah mempunyai teman akrap ( klien lain ) dalam satu ruangan. Dengan demikian penyelesaian masalah sampai akhir mahasiswa praktek dapat dikatakan berhasil.

2. Haluxsinasi.Halusinasi terkaji sejak  pertemuan awal, yang mana klien  sering bicara dan tertawa sendiri  dan tampak mendengarkan sesuatu ( memasang kupingnya )  dengan mata menatap pada satu arah.  Namun  saat dikaji lebih jauh dengan menanyakan apakah klien mendengar sesuatu, kilen mengatakan tidak, dan hal ini tidak dapat terkaji hingga akhir praktek. Dengan adanya  tingkah laku klien  saat berbicara dan tertawa sendiri telah menunjukkan adanya halusinasi dengar,  dibuatlah rencana tindakan yang kemudian  diimplementasikan  sebagai berikut : memutuskan halusinasi klien dengan  cara kontak sering tapi singkat, teknik distraksi, dan lain-lain sesuai dengan apa yang  direncanakan. Kondisi yang sering berubah-ubah   ( data tentang halusinasiny a )  membuat tindakanpun sering tak berurutan  namun disesuaikan dengan masalah klien. Sekitar  5 minggu dilakukan intervensi, klien tidak lagi menunjukkan  tingkah laku halusinasi yang sering, yang mana klien sudah dapat menceritakan tentang keluarganya, perasaannya dan lain-lain dengan tingkah laku yang  tenang. Hanya kadang-kadang tingkah laku itu muncul jika klien duduk menyendiri, dan saat ditanya   dengan siapa klien berbicara klien mengatakan tidak tahu. Namun perawat tidak berputus asa untuk terus coba menggali permasasalahannya ( halusinasinya ) dan sekaligus melakukan intervensi halusinasi secara berulang. Sejauh ini penyelesaian masalah boleh dikatakan mengalami kemajuan karena beberapa teknik distraksi halusinasi sudah dapat dilakukan klien yakni dengan mengadakan kontak dengan klien lain  di ruangan dan frekuensi bicara dan tertawa sendiri menurun. Dengan demikian dapat dikatakan permasalahan halusinasi telah terselesaikan walaupun belum tuntas dan perlu diwaspadai pula kemungkinan kambuh.

3. Penampilan diri kurang adequat.Dari pengamatan perawat, secara umum kegiatan  sehari-hari klien adalah  tidur, makan dan jalan-jalan di ruangan. Sehingga untuk kebersihan dirinya tidak diperhatikan. Dengan timbulnya masalah  kebersihan diri yang kurang adequat, perawat mulai mengitervensi klien. Dari evaluasi  didapatkan klien telah dapat mandi sendiri dengan kualitas mandi yang baik yakni mandi dengan menggunakan sabun dan mencuci rambut dengan sampo, dan dari

penampilan klien, klien tampak bersih dan rapih. Namun kegiatan  untuk kebersihan diri ini dilaksanakan tanpa jadwal yang telah dibuat bersama perawat, yang mana  waktu mandi klien semaunya. Dari evaluasi yang  didapatkan bahwa  penyelesaian masalah  dapat dikatakan masih  belum optimal.

4. Kurrang mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.Berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien cepat sekali tersinggung  dengan menunjukkan tinggkah laku menarik diri bila ada sesuatu tindakan  yang dilakukan oleh  sesama klien yang  tidak berkenan padanya.  Dengan adanya masalah ini perawat mulai menerapkan intervensi yakni  dengan  mengkaji faktor pencetus marah pada klien  dan mendiskusikan cara-cara  menyalurkan marah secara konstruktif. Dari hasil evaluasi, klien tampak kurang memberikan tanggapan  secara serius, hal ini dapat terlihat dari  ekspresi wajah  klien yang datar. Namun pada minggu keempat klien dapat diajak berdiskusi dalam hal  penyaluran marah secara konstruktif, dalam hal ini klien mulai menceriterakan pada perawat adanya perasaan tidak senang yang dibuat oleh klien lain .

Dari apa yang di bahas di atas, bahwa kemajuan  yang diperoleh  dari klien setelah dilakukan  tindakan keperawatan . walaupun  sejauh  ini hasil yang didapatkan belum optimal, namun  dari hasil yang diperoleh  dapat dikatakan  seperti  apa yang dikatakan dalam teori  dapat dibuktikan. Tidak optimalnya hasil, dapat ditinjau kembali dari berbagai segi  seperti waktu interaksi yang sempit  yakni  2 hari dalam seminggu ( kamis & jumat ) , itupun hanya beberapa jam dalam seharinya,  dapat mempengaruhi kontinuitas interaksi. Selain itu  ketidakseragaman  tindakan/ asuhan yang diberikan antar sesama perawat  atau tim medis  membuat ketajaman  terapi sulit  diberikan. Hal ini dapat terlihat dari timbul tenggelamnya halusinasi  klien. Fasilitas yang kurang baik, sarana maupun prasarana  untuk  mendukung tindakan keperawatan seperti pola aktivitas dan tata ruangan merupakan salah satu kendala penyelesaian masalah. Juga kurangnya support sistim lingkungan  terutama dari keluarga dapat menghambat pengoptimalan dari hasil.

BAB  VIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN.

1.      Asuhan keperawatan ibu D ( 20 thn ) diberikan berdasarkan  proses keperawatan yang diawali dengan  pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi kemudian evaluasi.

2.      Dari pengkajian diketahui  klien mempunyai masalah antara lain : halusinasi, menarik diri, penampilan diri yang tidak adequat dan ketidakmampuan menyalurkan marah secara konstruktif.

3.      Setelah dibuat rencana tidakan yang kemudian diimplementasikan, dari evaluasi terhadap klien diketahui klien  mangalami kemajuan. Beberapa masalah dapat diselesaikan walaupun hasil yang didapat belum optimal., seperti : klien sudah dapat berinteraksi dengan klien lain dan perawat, halusinasi dapat terkontrol, penampilan diri cukup adequat dan dapat menyalurkan marah secara  konstruktif.

4.      Beberapa kendala yang  ditemui dan menghambat pengoptimalan tindakan keperawatan  yang diberikan antatara lain : waktu interaksi yang terbatas, kurangnya kontuinitas tindakan, ketidakseragaman tindakan yang diberikan antara sesama perawat maupun tim kesehatan  lainnya, fasilitas ( sarana dan prasarana ) yang kurang mendukung, serta kurangnya support sistem dari lingkungan terutama keluarganya.

B. SARAN.Penulisaaan makalah keperawaan ibu D, bukan merupakan akhir dari tugas keperawatan jiwa, melainkan langkah awal dalam peningkatan asuhan keperawatan, oleh karena itu disarankan :

1.      Pemberian asuhan keperawatan terhadap ibu D dapat dilanjutkan sesuai dengan apa yang tertera dalam rencana tindakan, atau modifikasi berdasarkan masalah klien.

2.      Perbanyak waktu interaksi  dengan klien dan isi hubungan dengan tindakan (komunikasi dan perilaku ) yang terapeutik.

3.      Lakukan tindakan keperawatan secara berkesinambungan, sambil senantiasa dievaluasi respon  yang didapat dari klien. Berikan tindakan sesuai dengan respon klien / masalah klien.

4.      Upayakan keseragaman persepsi dan tindakan dalam memberikan asuhan kepearawatan, baik antar sesama perawat  maupun dengan tim kesehatan lainnya.

5.      Memodifikasi fasilitas  untuk mendukung  tindakan keperawatan  yang diberikan misalnya, memfasilitasi mandi, mencuci baju sendiri dan mengeringkannya, melakukan terapi aktifitas kelompok, dan lain-lain.

6.      Memotivasi terus keluarga serta melibatkannya dalam asuhan keperawatan yang diberikan.

BAB  III  

Proses Terjadinya Masalah.Gangguan hubungan sosial merupakan gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, respon sosial yang maladaptitf yang mengganggu fungsi seseorang dalam melaksanakan hubungan sosial ( Rawlins’ l993 ). Gangguan hubungan sosial  meliputi : curiga, manipulasi , ketergantungan pada orang lain, gangguan komunikasi dan menarik diri. Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa maka didapatkan bahwa masalah keperawatan yang dijumpai pada klien Ibu D. adalah menarik diri. Menarik diri adalah suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung ( Dirjen

Keswa, l983 ). Seorang yang cenderung mengembangkan perilaku menarik diri menunjukkan perilaku seperti : menyendiri, menolak berbicara dengan orang lain, kurang berpartisipasi dalan aktifitas, perasaan malas, perasaan gagal karena tidak mampu melakukan sesuatu yang berarti, sulit membuat keputusan, pola tidur memanjang dan mengisolasi diri ( Dirjen Keswa, l983 ).Dari pengkajian terhadap Ibu D. perilaku menarik diri ditunjukkan dengan perilaku menyendiri, banyak tiduran di tempat tidur, melamun , kurang inisiatif dan kurang berpartisipasi dalam pembicaraan, menjawab pertanyaan perawat seperlunya saja dengan satu-dua patah kata, kurang berpartisipasi dalam kegiatan ruang perawatan dan kurangnya perhatian pada penampilan diri atau kebersihan dirinya.Cara berpikir klien menarik diri dapat tiba-tiba terhambat atau tidak mampu berpikir. Tidak adanya rangkaian cara berpikir ini menyebabkan timbulnya inkoherensi dalam proses berpikir .  Gangguan proses pikir ini dapat ditandai dengan adanya halusinasi dan waham (Dirjen Keswa,l983 ).  Halusinasi adalah persepsi terhadap stimulus ekstrenal tanpa adanya stimulus yang diberikan ( Rawlins , l993 ). Halusinasi dapat berupa  halusinasi dengar, lihat, penciuman, raba dan kecap.Dari hasil pengkajian pada Ibu D. didapatkan bahwa ibu D.mengalami halusinasi dengar yang ditunjukkan dengan bicara atau tertawa sendiri, tanpa adanya orang lain yang di ajak bicara,sambil memasang telinga dan memandang ke satu arah dengan tatapan tajam.Gangguan proses pikir lain adalah waham yaitu suatu pikiran yang salah karena bertentangan dengan kenyataan. Namun pada Ibu D. belum dijumpai tanda-tanda ini.

Umumnya  proses pikir klien menarik diri tidak adekuat, tidak sesuai dan apatis., kadang-kadang klien menunjukkan ketegangan yang berlebihan yang tiba-tiba. Pada saat kecemasan memuncak ( excited ) tingkah lakunya dapat eksploitatif yang secara tiba-tiba ia dapat menyerang lingkungan atau melukai dirinya.  Pada diri Ibu D. didapatkan perilaku amuk ini di rumah berdasarkan informasi keluarga yaitu saat ia sedang menonton televisi dengan adegan perkelahian atau kekerasan tiba-tiba klien mengamuk, memecahkan barang rumah tangga dan menyerang /memukuli ibunya. Dengan alasan inilah keluarga baru membawa klien untuk dirawat di rumah sakit jiwa. Tetapi selama di rumah sakit klien tidak menunjukkan perilaku ini. Walaupun demikian pada klien ini tetap mempunyai potensi untuk terjadinya amuk          .

Munculnya perilaku menarik diri tidak lepas dari adanya faktor       predisposisi yakni masa tumbuh kembang teruama pada usia bayi ( 0-1 tahun ) masa pembentukan trust dan mistrust.  Namun pada diri ibu D. masa ini dilalui dengan baik , ia medapat perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Konflik yang terjadi pada Ibu D mulai tampak setelah ayahnya meninggal, yakni pada usia klien 9 tahun di tambah adanya suasana komunikasi dalam keluarga yang kurang terbuka. Pada usia puber ( usia 16 tahun ) klien menikah dengan laki-laki yang sebenarnya tidak dicintainya. Faktor psikologis lain adalah

kebiasaan klien menutup diri, jarang mengungkapkan perasaan pada orang lain baik pada ibu maupun pada kakaknya.

Faktor pencetus munculnya perilaku menarik diri pada Ibu D. disebabkan oleh adanya stress yang berat di mana klien mengalami kegagalan dalam berumah tangga . Ia sering dimarahi dan dipukuli suaminya oleh karena alasan ringan seperti tidak dapat memasak enak atau terlambat pulang dari pasar. Setelah klien mengalami gangguan jiwa suaminya kemudian menceraikannnya.

Dalam upaya mengoptimalkan keefektifan proses terapi yang diberikan faktor keluarga sangat menentukan. Kurangnya support system keluarga, ketidaksiapan keluarga  seperti ketidakmampuan keluarga merawat klien menarik diri serta lingkungan sosial yang tidak mendukung dapat meningkatkan kondisi menarik diri dan meningkatkan resiko kambuh bila klien sudah memungkinkan untuk dipulangkan. Dengan demikian keterlibatan dan keikutsertaan keluarga  diperlukan sejak awal masuk rumah sakit. Pada klien Ibu D, didapatkan adanya support system tetapi kurang adekuat yakni keluarga menjenguk klien tiap 10 hari sekali , namun keluarga tidak memahami penyebab gangguan jiwa klien dan tidak mampu merawatnya. Untuk itu selama perencanaan dan intervensi keperawatan klien keluarga telah dilibatkan . Namun lingkungan sosialnya belum dapat dikaji lebih lanjut sehingga klien masih tetap mempunyai potensi kambuh. Untuk intervensi ini perawat belum bisa melakukannya mengingat waktu yang tersedia

API analisis proses interaksi

AN ALISA     PROSES     INTERAKSI

Nama                     : Tn. K                                                                                                                                                    Hari/Tanggal        : Senin, 21 April 2010Usia                        : 21 Tahun                                                                                                                                            Waktu                    : 11.20 – 11.30 wita.Interaksi                                : Ke I (Fase Perkenalan)                                                                                                                     Tujuan                   : Setelah intervensi keperawatanLingkungan          : Tenang, posisi duduk berdampingan di kursi/meja makan pasien                                                                            K dan P dapat membina  hubungan                                   Ruang Perawatan Srikaya                                                                                                                                                 saling percaya.Deskripsi                : Penampilan klien terlihat cukup rapi, rambut bersih disisir dan wajah bersih,                                  sudah mandi.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus

pada KlienAnalisa Berfokus

pada PerawatRasional

P:   Selamat siang Pak !

K: Selamat siang !

P:    Saya perawat ………., Saya mahasiswa S1 Keperawatan …….  yang sementara praktek di sini selama 2 minggu. Kalau bapak siapa namanya ? 

K:   Nama Saya Kaharuddin

P:    Oh... namanya Kaharuddin, biasanya dipanggil apa?

K:   Nama saya Kaharuddin, tapi saya biasanya Kahar.

P: Tersenyum, berdiri sejenak disamping K.

K: Menatap ke arah P sambil tersenyum.

P: Tetap tersenyumK: Tersenyum.

P: Sambil duduk disamping Klien dan setelah itu, mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan K.

K: Mau bersalaman tersenyum dan menatap ke arah P.

P: Sikap terbuka, tetap tersenyum.

K : memperhatikan  P namun kelihatan masih ragu

Merasa terkejut disapa oleh P

Duduk agak ragu dan mencoba  tidur lagi kemudian bangkit lagi

Klien duduk berhadapan kelihatan ragu dan curiga sambil menoleh kearah klien

Merasa ragu apakah K mau menerima kehadiran P.

Merasa senang karena K mau menjawab salam.

Berharap dapat melanjutkan pembicaraan

Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disampaikan oleh P dan K mau menyebut namanya.

Pada awal interaksi harus didahului atau dimulai dengan membina hubungan saling percaya.

Perkenalan diharapkan dapat meningkatkan hubungan saling percaya.

Untuk menimbulkan kepercayaan bagi klien

Mengulangi apa yang diucapkan untuk memvalidasi atau menegaskan kembali.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus

pada KlienAnalisa Berfokus

pada PerawatRasional

P:   Kahar, kalau tidak keberatan bisakah kita cerita-cerita sebentar sekitar 10 menit.

K:   Ia Pak Mantri

P:  Maunya Kahar kita ceritanya dimana ?

K:  Di meja makan saja pak Mantri.

P:     Jadi hari ini kita akan membicarakan apa yang dirasakan oleh Kahar.

P:   Kahar, saya praktek di sini setiap hari selama 2 minggu dari jam 08.00 – 14.00. Saya akan bersama-sama dengan Kahar. Nanti kita akan sama-sama membahas masalah yang Kahar rasakan. Mudah-mudahan saya dapat membantu mengatasi masalahnya, Untuk itu saya sangat berharap Kahar mau menceritakan masalah dan apa yang dirasakan atau dipikirkan sekarang ini, biar saya tahu. Saya akan menjaga kerahasiaannya. Apakah Kahar setuju ?

K:   Ia pak Mantri

P:   Kahar, bagaimana perasaannya hari ini,       apakah semalam tidurnya nyenyak atau tidak ?

K:   Merasa baik-baik saja.

P:  Bisakah Kahar cerita, mulanya kenapa sampai kahar dibawah ke rumah sakit ?

P: Tetap tersenyum, memperhatikan K, dengan sikap terbuka.

K: Menatap ke arah P .

P: Tetap tersenyum, dan tetap mempertahankan kontak mata.

K: Ekspresi tersenyum pada perawat, kadang menundukkan kepala.

P: Menggunakan nada suara sedang tapi jelas.

Klien mau menuruti apa yang diminta perawat.

Mau mendengar dengan serius dan memperhatikan.

Mengerti apa yang dimaksud oleh perawat.

Tidak merasa

Berpikir apakah K mau melanjutkan interaksi, berfikir untuk interaksi selanjutnya.

Berharap K mulai mau berinteraksi dengan Perawat.

Berharap K mau terbuka dan menceritakan masalahnya.

Berharap K mau

Informing : memberikan informasi tentang waktu dan tujuan P mengadakan interkasi dengan K.

Kontrak diperlukan untuk interaksi selanjutnya.

Kalimat terbuka memberi kesempatan pada K untuk mengungkapkan perasaannya.

K:  Saya memukul orang. keberatan dengan permintaan P

menjawab pertanyaan P.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus

pada KlienAnalisa Berfokus

pada PerawatRasional

P: Baiklah mungkin Kahar mau istirahat dan makan, pertemuan kita cukup dulu. Nanti besok kita lanjutkan pembicaraan kita sekitar jam 10.00 pagi, tentang mengapa sampai Kahar memukul orang ? Bagaimana apakah Kahar setuju ?

K : Ia Pak Mantri

P:   Bagus sekali, sudah mau berceritera dengan Pak mantri, Selamat siang ..!

K: Terima kasih Pak Mantri. Selamat siang ..!

P: Tetap mempertahankan kontak mata dan tersenyum.

K: Nampak tersenyum dan menatap ke arah P

P:  Berdiri di samping K sambil mengulur tangan dan salaman dengan K sebagai tanda perpisahan.

K: Membalas jabat tangan.

Tampak  K tidak keberatan dengan kontrak watu yang ditawarkan.

Merasa senang karena K setuju untuk  kontrak petemuan berikutnya..

Tidak memaksakan diri untuk bertanya tentang masalah K dan mengalihkan pembicaraan.

Merasa yakin bahwa mengakhiri pembicaraan adalah tepat agar klien bisa istirahat.

Pertantaan terbuka memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Menunjukkan perhatian adalah awal yang baik untuk membina hubunga n saling percaya,

Kontrak penting untuk melakukan interaksi selanjutnya.

ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama                     : Nn.”HN”                                                                                                                                             Hari/Tanggal        : 27 mei 2003.Usia                        : 28 Th                                                                                                                                                   Waktu                    : 09.00 -09.15 witaInteraksi                                : Ke III (Fase Kerja)                                                                                                                            Tujuan                   : Setelah Intervensi KeperawatanLingkungan          : Posisi berdiri berdampingan di samping                                                                                                                         K dapat mengenal halusinasinya.                                      tempat tidur.Deskripsi                : Penampilan K nampak tidak rapi, rabut tidak disisir, menggunakan celana jeans,                                  memakai baju kaos dan memakai sandal.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus

pada KlienAnalisa Berfokus

pada PerawatRasional

P:   Selamat pagi “Hn” P: Menghampiri K, tersenyum, duduk berdampingan K

Mungkin bertanya dalam hati, maksud kedatanagn

Penuh percaya diri dan senang bertemu dengan K.

Salam merupakan langkah awal untuk membina interaksi.

K: Selamat pagi Pak

P:    Apakah “Hn” masih ingat janji kita waktu pertemuan kemarin ?

K

P:    Bagaimana perasaannya hari ini bu, apa semalam tidurnya enak, apa sudah makan ? Masih ingat nama saya tidak ? .......Nama saya Mathius.

K: Ehm .......,   Mathius   

P: Bagus ...!, Betul sekali.

K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum.

P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.

K: Menunduk dan menatap ke arah P.

K: Kontak mata kurang.

P: Tenang, rileks, mempertahankan kontak mata.

K: Melamun dan menunduk.

perawat.

K berfikir bahwa ia tidak mengalami perubahan.

Berusaha mengetahui keadaan hari ini , dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi saat ini.

Bersikap persuasif agar klien dapat bekerja sama menjalankan kontrak sebelumnya

Pertanyaan terbuka memberi kesempatan K untuk menentukan arah permbicaraan.

Informing, menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.

Komunikasi VerbalKomunikasi Non Verbal

Analisa Berfokus pada Klien

Analisa Berfokus pada Perawat

Rasional

P: Bagaimana dengan suara-suara yang sering Ibu dengar ? Apakah ibu masih mendengarnya ?

K: Ya.

P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.

K : Tersenyum dan memandang ke arah P.

Membayangkan ketika suara-suara

Bersikap persuasif agar klien dapat bekerja sama menjalankan kontrak sebelumnya.

Inorming menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.

P: Kapan biasanya suara-suara itu muncul.

K : saat lagi sendiri.

P: Apa yang dibilang ?

K: Menyuruh pulang.

P: Pak mantri percaya apa yang didengar oleh Hn, tapi pak mantri sendiri tidak dengar. Adajuga teman lain di sini yang sama seperti ibu, juga sering mendengar suara-suara.

K : Ia pak

P: Apa yang dirasakan ibu bila mendengar suara-suara itu ?

K :

P:    Baik bu, bolehkan kita cerita-cerita lagi sebentar jam 13.30 di sini untuk membicarakan masalah yang Hn rasakan.

K: Ia pak,boleh

P:    Terima kasih bu telah cerita-cerita dengan saya. Selamat siang Hn.

P: Menatap ke arah K

k: Menatap ke arah P

P : Bicara santai tapi jelas.

K : Tampak berpikir sambil menunduk.

P: Kontak mata tetap, nada bersahabat tidak menuduh atau menghakimi.

K : Tersenyum

P:Nada suara bicara santai dan bersahabat, tetap tersenyum dan mempertahankan kontak mata.

K: Tersenyum dan menunduk.

itu muncul

Mengingat-nginat apa yang dilakukan jika mendengar suara-suara.

Memberikan penguatan dengan harapan K terus mau cerita.

Memberikan dorongan dan penguatan terhadap pernyataan klien.

Mengidentifikasi kegiatan atau hal-hal yang dilakukan K ketika terjadi halusinasi.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus

pada KlienAnalisa Berfokus

pada PerawatRasional

K: Iya Pak, sekarang sih, sua

K: Ka G…………………

P:   Ka G, saya disini selama 6 hari mulai hari senin sampai sabtu dari jam 8.00 samapi jam 13.00. Saya perawat akan bersama-sama Ka G, tujuannya adalah kita akan sama-sama membahas masalah yang Ka G rasakan, mudah-mudahan saya dapat membantu memecahkan masalahn7ya, Untuk itu saya berharap Ka G mau menceritakan apa yang ada dalam fikiran dan perasaan Ka G biar saya lebih tahu, Saya akan menjaga kerahasiaannya. Apa Ka G setuju ?

K: Tidak ada jawaban.

P: Ka G, bagaimana perasaan Ka G hari ini?

   Menunduk, Tidak mau menatap P

K: Tetap menundukP: Sikap terbuka, tetap

tersenyum.

P: Tetap tersenyum, memperhatikan K, dengan sikap terbuka.

K: pandangan tetap menunduk, ekspresi wajah datar.

P: Tetap tersenyum, tetap mempertahankan kontak mata.

K: Ekspresi wajah nampak datar.P: Menggunakan nada suara

sedang tapi jelas

K mulai menjawab.

Mulai berfikir – fikir tentang tujuan perawat mendekatinya

Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disampaikan oleh P

Berpikir apakah K mau melanjutkan interaksi, berfikir untuk interaksi selanjutnya.

Berharap K mulai mau berinteraksi d

Informing : memberikan informasi tentang waktu dan tujuan perawat mengadakan interkasi dengan K.

Kalimat terbuka memberi kesempatan pada K untuk mengungkapkan …..

ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama                : Tn.”DM”                                                                                              Hari/Tanggal      : Jumat, 6 Juni 2003”Usia                  : 34 Th                                                                                                  Waktu               : 10.00– 10.15 witaInteraksi            : Ke III (Fase Kerja)                                                                                Tujuan               : Setelah Intervensi KeperawatanLingkungan       : Posisi  Duduk berdampingan di samping                                                                        K dapat mengenal tentang pentingnya                          tempat tidur.                                                                                                                     kebersihan diri.Deskripsi          : Penampilan K nampak tidak rapi, rabut tidak disisir, menggunakan celana pendek, memakai baju kaos.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa

Berfokus pada Klien

Analisa Berfokus pada Perawat

Rasional

P:   Selamat pagi Mas

K: Selamat Pak

P:    Bagaimana perasaannya hari ini ? Masih ingat nama saya tidak ?

K:

P: Menghampiri K, tersenyum, berdiri di sampng tempat tidur K

K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum, kemudian pandangan ke tempat lain.

P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.

K: Menunduk dan meludah.

Mungkin bertanya dalam hati, maksud kedatanagn perawat.

K berfikir bahwa ia tidak mengalami

Merasa ragu, apakah pasien mau menerima kehadiran P.

Perasaan masih ragu apakah K dapat menerima kehadiran P.

Salam merupakan langkah awal untuk membina interaksi.

Pertanyaan terbuka memberi kesempatan K untuk menentukan arah permbicaraan.

P:    Boleh saya duduk di sini dan cerita-cerita dengan ibu ± 10 menit

K : Tidak apa-apa

P:    Masih ingat sama saya Mas “DM”

K:P:    Masa lupa, kemarin kan kita sudah kenalan

dan janji mau ketemu, nama saya Mathius.K:P: Bagaimana tidurnya semalam ?K: Tidur  !

P: Tetap tersenyum dan mempertahankan kontak mata.

K: Kontak mata kurang, terus meludah.

P: Tenang, rileks, mempertahankan kontak mata.

K: Melamun dan menunduk.

perubahan.Berusaha mengetahui keadaan hari ini , dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi saat ini.

Informing, menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus

pada KlienAnalisa Berfokus

pada PerawatRasional

P: Bagaimana Mas “DM” perasaannya pagi ini, kelihatannya ibu nampak lesuh, Apa ibu sudah mandi ?

K: Belum....., nanti h saja.

P: Bagusnya Mas “DM” mandi supaya badannya terasa segar.

K : Ia nanti......!

P: Baik Mas “DM”, terima kasih sudah mau cerita

P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.

K : Memandang ke arah P kemudian pandangan ke tempat lain.

P: Menatap ke arah K

K: Menunduk dan meludah.

P : Bicara santai tapi jelas.

Bersikap persuasif agar klien dapat bekerja sama menjalankan kontrak sebelumnya.

Memberikan penguatan dengan harapan K terus mau cerita.

Informing menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.

Memberikan dorongan dan penguatan terhadap pernyataan klien.

dengan saya. Boleh saya kembali sebentar siang untuk cerita-cerita lagi ?

K: Terima - kasih

K : Tampak berpikir sambil menunduk.

P: Kontak mata tetap, nada bersahabat tidak menuduh atau menghakimi.

K : Tersenyum dan menunduk.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus

pada KlienAnalisa Berfokus

pada PerawatRasional

K: Iya Pa Mantri, sekarang sih, sua    Menunduk, Tidak mau menatap P

K: Ka G…………………

P:   Ka G, saya disini selama 6 hari mulai hari senin sampai sabtu dari jam 8.00 samapi jam 13.00. Saya perawat akan bersama-sama Ka G, tujuannya adalah kita akan sama-sama membahas masalah yang Ka G rasakan, mudah-mudahan saya dapat membantu memecahkan masalahn7ya, Untuk itu saya berharap Ka G mau menceritakan apa yang ada dalam fikiran dan perasaan Ka G biar saya lebih tahu, Saya akan menjaga kerahasiaannya. Apa Ka G setuju ?

K: Tidak ada jawaban.

P: Ka G, bagaimana perasaan Ka G hari ini?

K: Tetap menundukP: Sikap terbuka, tetap

tersenyum.

P: Tetap tersenyum, memperhatikan K, dengan sikap terbuka.

K: pandangan tetap menunduk, ekspresi wajah datar.

P: Tetap tersenyum, tetap mempertahankan kontak mata.

K: Ekspresi wajah nampak datar.P: Menggunakan nada suara

sedang tapi jelas

K mulai menjawab.

Mulai berfikir – fikir tentang tujuan perawat mendekatinya

Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disampaikan oleh P

Berpikir apakah K mau melanjutkan interaksi, berfikir untuk interaksi selanjutnya.

Berharap K mulai mau berinteraksi d

Informing : memberikan informasi tentang waktu dan tujuan perawat mengadakan interkasi dengan K.

Kalimat terbuka memberi kesempatan pada K untuk mengungkapkan …..

ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama                : Tn “DM”                                                                                                          Hari/Tanggal      : Jum’at, 13 Juni 2003Usia                  : 34 Th                                                                                                              Waktu               : 13.00 – 13.10 witaInteraksi            : Fase Terminasi                                                                                                Tujuan               : Setelah Intervensi KeperawatanLingkungan       : Posisi Duduk berdampingan di samping                                                                                    K dapat menerima perpisahan                          tempat tidur.                                                                                                                             secara wajar.Deskripsi          : Penampilan K nampak rapi, rabut disisir, menggunakan celana jeans,                          memakai baju kaos dan memakai sendal.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa

Berfokus pada Klien

Analisa Berfokus pada Perawat

Rasional

P:    Selamat siang Mas “DM”

K:    Selamat siang.

P:   Bagaimana perasaannya hari ini bu ? Apakah   sudah makan bu ?

K:   Sudah.

P:  Boleh saya duduk di sini dan cerita-cerita dengan ibu ± 10 menit

K :   Duduk  paK.

P: Menghampiri K, tersenyum, berdiri di samping tempat tidur K

K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum.

P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.

K: Menganggukkan kepala.

P: Tetap tersenyum dan mempertahankan kontak mata.

K: Menatap ke arah P sambil tersenyum.

Merasa ragu, apakah K mau menerima perpisahan ini.

Perasaan masih ragu apakah K dapat menerima perpisahan.

Merasa lega

Pada akhir interaksi harus dilakukan terminasi.

Perawat dengan Klien, menerima perpisahan dengan wajar.

P:   Oh iya Mas “DM”, apakah  ibu masih ingat tujuan kita bertemu, dimana waktu itu kita sama-sama cerita untuk membantu masalah yang ibu rasakan, Bagaimana menurut ibu apa merasa ada baikan/enak ? Saya melihat Mas “DM” sekarang, sudah banyak berubah karena sudah mau cerita dengan orang lain dan sekarang sudah nampak  segar dan rapih.

K: Ia pak

P: Tenang, rileks, mempertahankan kontak mata.

K: Menatap P dan tersenyum

Memikirkan topik apa lagi yang harus ditanyakan ke P

Merasakan adanya perubahan dalam dirinya.

karena K mau merespon stimulus yang disampaikan P.

Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa

Berfokus pada Klien

Analisa Berfokus pada Perawat

Rasional

P:    Oh ya, agar perasaan mau mengamuk dan marah – marah Mas “DM” dapat melakukan  misalnya jangan suka melamun, cari kesibukan di rumah, dll.

K:    Ia pak, nanti ku coba.

P:    Bagus bu, selain itu yang perlu ibu lakukan di rumah adalah ibu harus cerita-cerita dengan orang di rumah, dan jangan lupa minum obat secara teratur dan ingat kembali kontrol ke dokter di Polik.

K:   Ia pak.

P:    Nah, kalau begitu pertemuan ini, kita cukupkan sampai di sini dulu, mudah-mudahan semua

P: Tersenyum, dan mempertahankan kontak mata.

K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum.

P: Berbicara dengan suara lembut tapi jelas dan mempertahankan kontak mata.

K: Wajah nampak ceria.

P: Tetap tersenyum dan mempertahankan kontak

Berusaha untuk melaksanakan apa yang dianjurkan P

Merasa bahwa ada yang akan membantu.

Senang karena K dapat menangkap apa yang disampaikan oleh P.

Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disanmpaikan P.

Saran : memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.

Reinforcement meningkatkan harga diri klien.

yang sudah kita bicarakan dapat bermanfaat bagi ibu. Selamat siang bu.

K: Terima kasih pak, selamat siang.

mata.

K: Menatap ke arah P dan tersenyum.

Informing memberikan informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.

Melakukan terminasi akhir interaksi.