analisa proses interaksi
TRANSCRIPT
ANALISA PROSES INTERAKSI
A. Pengertian
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat
kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara
perawat dan klien.
B. Tujuan API
1. Meningkatkan kemampuan mendengar
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat (mahasiswa)
dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor / pembimbing untuk memberi
arahan
4. Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah
perkembangan dan perubahan pendekatan perawat
5. Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan
Analisa Proses Interaksi (API)
Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim
kesehatan
Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola perilaku
dan hubungan interpersonal perawat-klien.
Ada 3 macam catatan :
- Catatan perkembangan (proses keperawatan)
- Catatan hubungan perawat-klien
- Catatan resume
Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung individual
klien, kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan.
Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :
- Video tape; tape recording
- Catatan secara garis besar
- Catatan interaksi
Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk
memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.
Semua pasien dapat dilakukan API.
Komponen API :
1. Komunikasi verbal dan non-verbal perawat dan klien
2. Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat
dilakukan perawat
3. Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien
4. Analisa makna dan rasional dari komunikasi
5. Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai
dengan 4
6. Rencana lanjutan tindakan keperawatan
ANALISA PROSES INTERAKSI
Inisial klien : Nama mahasiswa:Status interaksi perawat-klien : Tanggal : Lingkungan : Jam :Deskripsi klien : Ruang :Tujuan (berorientasi pada klien) :
Komunikasi VerbalKomunikasi Non
VerbalAnalisa berpusat
pada perawatAnalisa berpusat
pada klienRasional
P ………………… P …………………K ………………..
P …………….
K …………………
………
K ………………….. K ………................P ……………….. P ……………..
K …………………
P ………………. P ………………..K ……………….
P …………
K ………………
………..
Dst …………….
Keterangan :
1. Inisial klien : tulis inisial bukan nama lengkap
2. Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase berhubungan
3. Lingkungan :
- Tempat interaksi
- Situasi tempat interaksi
- Posisi mahasiwa dan klien
4. Deskripsi klien : penampilan umum klien.
5. Tujuan :
- Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi selama 20-30 menit
- Tujuan ini berpusat pada klien
- Tujuan terkait dengan proses keperawatan klien
6. Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien
7. Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat bicara atau saat
mendengar
8. Analisa berpusat pada perawat :
Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen sebagai berikut :
a. Perasaan sendiri
Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan peningkatan
kemampuan untuk menjelaskan riwayat / latar belakang dan analisa, apa dan mengapa
perasaan itu muncul.
b. Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri
c. Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi yang digunakan
d. Tujuan interaksi
Perawat berperan sebagai apa ? dan pasien sebagai apa ?
Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi ?
Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi ?
Bagaimana proses ?
9. Analisa berpusat pada klien :
Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai berikut :
a. Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal klien
b. Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (latent)
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan
c. Perasaan klien
Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan diskusikan keadaan perasaan klien,
bagaimana perasaan klien dipengaruhi oleh perawat
d. Kebutuhan klien
Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari interkasi yang baru terjadi, interaksi
sebelumnya, riwayat klien dari teori.
10. Alasan teori (rasional)
Sintesa dan terapan teori pada proses interpersonal : berikan alasan teoritis intervensi
anda atau intervensi lain dan tunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan
tingkah laku klien dalam rangka teori psikodinamika, teori adaptasi, setiap teori-teori lain
yang dikenal.
Laporan pendahuluan Perilaku curiga
a. Latar Belakang Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat berinteraksi, klien kecemasannya meningkat dalam merespon stresor. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/bahaya dari luar. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Melati II RSJPJ sebagai lahan praktek, diperoleh data bahwa 75 % klien yang rawat
ulang. Masalah asuhan keperawatan yang ditemukan adalah menarik diri, curiga, halusinasi dan ketidakmampuan merawat diri. Dari masalah-masalah yang ditemukan, pembahasan mengenai asuhan keperawatan curiga belum banyak ditemukan. Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok tertarik untuk mempelajari lebih lanjut dan menyajikan dalam bentuk seminar dengan topik ”Asuhan Keperawatan Klien dengan Curiga”
b. Tujuan Penulisan. Tujuan kelompok mahasiswa merawat klien G, melakukan seminar dan menulis laporan studi kasus adalah :
Mengerti asuhan keperawatan klien curiga berdasarkan konsep dan teori yang benar.
Menerapkan asuhan keperawatan klien curiga Menyebarluaskan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada klien
.
c. Proses Penulisan. Asuhan keperawatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan peran serta langsung klien dalam kegiatan yang ada diruangan. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah keperawatan, setelah penemuan masalah dibuat perancanaan dan dilaksanakan serta dilakukan eveluasi kemudian diseminarkan.BAB IIITINJAUAN TEORITIS
A. Proses terjadinya masalah. Prilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Prilaku curiga merupakan prilaku proyeksi terhadap perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority. Ketika klien kecemasannya meningkat dalam merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/ bahaya dari luar. Klien akan mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan mekanisme pertahanan yang lain seperti reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan , afek tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan. Faktor predisposisi dari curiga adalah tidak terpenuhinya trust pada masa bayi . Tidak terpenuhinya karena lingkungan yang bermusuhan, orang tua yang otoriter, suasana yang kritis dalam keluarga, tuntutan lingkungan yang tinggi terhadap penampilan anak serta tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Dengan demikian anak akan
menggunakan mekanisme fantasi untuk meningkatkan harga dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas. Pada klien , dari data yang ditemukan faktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. Di dalan keluarga klien merupakan anak angkat dari keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan ayahnya, karena klien dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya ( 7 orang ) klien mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan mengamuk sehingga klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.
B. Masalah-masalah yang muncul pada klien curiga. Masalah yang biasanya timbul pada klien curiga karena adanya kecemasan yang timbul akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya diri terhadap lingkungan yang baru/asing (masalah ini tidak muncul pada klien G). Masalah lain yang juga sering muncul pada klien curiga yaitu marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari perasaan ditolak (masalah ini muncul pada klien ). Isolasi sosial merupakan masalah yang juga muncul pada diri klien. Klien menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan . Curiga merupakan afek dari mekanisme koping yang tidak efektif, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan, berprilaku destruktif dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidakl sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien. Masalah lain yang timbul adalah gangguan perawatan diri dan data yang diperoleh : klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotor dan panjang. (masalah ini ada pada diri klien) Pada klien muncul juga gangguan harga diri rendah, dimana klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya ditunjukkan dengan prilaku menarik diri atau menyerang orang lain.( masalah ini ada pada diri klien) Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu beracun atau petugas mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum. (masalah ini tidak ada pada diri klien)
BAB IVPELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN
Pelaksanaan proses keperawatan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi : Diagnosa Keperawatan, Tujuan jangka panjang, Intervensi, Evaluasi dan tindak lanjut. Adapun proses keperawatan secra lengkap ada pada lampiran.
Diagnosa keperawatan IPotensial melukai diri sendiri/ orang lain s/d ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.Tupan : Tidak melukai orang lain/ diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.Intervensi :
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien .2. Memelihara ketengann lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.3. Mempertahan kan sikap perwat secara konsisten.4. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien
marah.5. Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada
orang yang sedang marah.6. Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilekukan bila klien
marah.7. Mendiskusikan dengan klien cara mengungkapkan marah secara
konstruktif.8. Mendiskusikan dengan keluarga ( pada saat kunjungan rumah ) ttg
marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti.Evaluasi :
Klien mau menerima petugas (mahasiswa ), dan membalas salam. Berespon secara verbal. Membalas jabat tangan, mau diajak berbicara. Klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya. Klien dapat mengenal tanda-tanda marah. Klien megatakan kalau amuk itu tidak baik. Klien dapat memperagakan tehnik relaksasi.
Tindak lanjut : Melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan tehnik
relaksasi, tehnik asertif.Diagnosa keperawatan IIGangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga.Intervensi :
1. Membina hubungan saling percaya.2. Bersikap empati pada klien.3. Mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien .4. Mengadakan kontak sering dan singkat.5. Meningkat respom klien terhadap realita.6. Memberikan obat sesuai dengan program terapi dan mengawasi respon
klien.7. Mengikut sertakan klien dalam TAK sosialisasi untuk berinteraksi.
Evaluasi : Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga. Klien disiplin dalam meminum obat sesuai program terapi.
Tindak lanjut: Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi
kecurigaan.Diagnosa Keperawatan III
Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri.Tupan : Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.Intervensi :
1. Memperhatikan tentang kebersihan klien .2. Mendiskusikan dengan klien ttg gunanya kebersihan.3. Memberikan reinforsemen positif apa yang sudah dilakukan klien.4. Mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri.
Tindak lanjut : Perlu dilanjutkan dengan TAK tentang kegiatan sehari-hari. Berikan motivasi agar klien mau merawat diri.
BAB VPEMBAHASAN
Ibu D ( 20 tahun ), dari data yang diketahui mengalami masalah halusinasi fase III , dengan masalah lain yaitu menarik diri, penampilan diri tidak adequat, tidak mampu mengungkapkan marah secara konstruktif. Prioritas pemecahan masalah yang diatasi secara berurutan adalah; menarik diri, halusinasi dan penampilan diri tidak adequat.Menarik diri diutamakan karena setelah terciptanya hubungan saling percaya klien mau membuka diri pada perawat, selanjutnya barulah dapat diintervensi masalah selanjutnya secara bersama-sama. Dibawah ini akan dibahas satu persatu proses pemberian asuhan keperawatan berdasarkan masalah keperawatan klien ibu D.
1. Menarik diri. Pada awalnya klien menolak untuk berhubungan. Pada saat itu perawat menggunakan rencana tindakan yang telah dibuat seperti
melakukan teknik-teknik komunikasi terapeutik, bersikap menerima kondisi klien, dan lain-lain sesuai rencana tindakan.Dengan segala kesabaran akhirnya secara bertahap klien mau membuka diri. Klien bercerita tentang kondisinya, perasaannya, problema rumah tangganya, serta harapannya. Dengan pendekatan intensif klien lebih dapat mempercayai perawat. Dengan modal kepercayaan tersebut klien mudah untuk diarahkan. Klien belajar berhubungan dengan lingkungan sekitar seperti dengan klien yang lain, perawat yang lain. Klien juga dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok : sosialisasi dengan respon yang sangat baik klien memperkenalkan diri, menyebutkan alamat, hobi dan lain-lain. Belakangan ini diketahui klien telah mempunyai teman akrap ( klien lain ) dalam satu ruangan. Dengan demikian penyelesaian masalah sampai akhir mahasiswa praktek dapat dikatakan berhasil.
2. Haluxsinasi.Halusinasi terkaji sejak pertemuan awal, yang mana klien sering bicara dan tertawa sendiri dan tampak mendengarkan sesuatu ( memasang kupingnya ) dengan mata menatap pada satu arah. Namun saat dikaji lebih jauh dengan menanyakan apakah klien mendengar sesuatu, kilen mengatakan tidak, dan hal ini tidak dapat terkaji hingga akhir praktek. Dengan adanya tingkah laku klien saat berbicara dan tertawa sendiri telah menunjukkan adanya halusinasi dengar, dibuatlah rencana tindakan yang kemudian diimplementasikan sebagai berikut : memutuskan halusinasi klien dengan cara kontak sering tapi singkat, teknik distraksi, dan lain-lain sesuai dengan apa yang direncanakan. Kondisi yang sering berubah-ubah ( data tentang halusinasiny a ) membuat tindakanpun sering tak berurutan namun disesuaikan dengan masalah klien. Sekitar 5 minggu dilakukan intervensi, klien tidak lagi menunjukkan tingkah laku halusinasi yang sering, yang mana klien sudah dapat menceritakan tentang keluarganya, perasaannya dan lain-lain dengan tingkah laku yang tenang. Hanya kadang-kadang tingkah laku itu muncul jika klien duduk menyendiri, dan saat ditanya dengan siapa klien berbicara klien mengatakan tidak tahu. Namun perawat tidak berputus asa untuk terus coba menggali permasasalahannya ( halusinasinya ) dan sekaligus melakukan intervensi halusinasi secara berulang. Sejauh ini penyelesaian masalah boleh dikatakan mengalami kemajuan karena beberapa teknik distraksi halusinasi sudah dapat dilakukan klien yakni dengan mengadakan kontak dengan klien lain di ruangan dan frekuensi bicara dan tertawa sendiri menurun. Dengan demikian dapat dikatakan permasalahan halusinasi telah terselesaikan walaupun belum tuntas dan perlu diwaspadai pula kemungkinan kambuh.
3. Penampilan diri kurang adequat.Dari pengamatan perawat, secara umum kegiatan sehari-hari klien adalah tidur, makan dan jalan-jalan di ruangan. Sehingga untuk kebersihan dirinya tidak diperhatikan. Dengan timbulnya masalah kebersihan diri yang kurang adequat, perawat mulai mengitervensi klien. Dari evaluasi didapatkan klien telah dapat mandi sendiri dengan kualitas mandi yang baik yakni mandi dengan menggunakan sabun dan mencuci rambut dengan sampo, dan dari
penampilan klien, klien tampak bersih dan rapih. Namun kegiatan untuk kebersihan diri ini dilaksanakan tanpa jadwal yang telah dibuat bersama perawat, yang mana waktu mandi klien semaunya. Dari evaluasi yang didapatkan bahwa penyelesaian masalah dapat dikatakan masih belum optimal.
4. Kurrang mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.Berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien cepat sekali tersinggung dengan menunjukkan tinggkah laku menarik diri bila ada sesuatu tindakan yang dilakukan oleh sesama klien yang tidak berkenan padanya. Dengan adanya masalah ini perawat mulai menerapkan intervensi yakni dengan mengkaji faktor pencetus marah pada klien dan mendiskusikan cara-cara menyalurkan marah secara konstruktif. Dari hasil evaluasi, klien tampak kurang memberikan tanggapan secara serius, hal ini dapat terlihat dari ekspresi wajah klien yang datar. Namun pada minggu keempat klien dapat diajak berdiskusi dalam hal penyaluran marah secara konstruktif, dalam hal ini klien mulai menceriterakan pada perawat adanya perasaan tidak senang yang dibuat oleh klien lain .
Dari apa yang di bahas di atas, bahwa kemajuan yang diperoleh dari klien setelah dilakukan tindakan keperawatan . walaupun sejauh ini hasil yang didapatkan belum optimal, namun dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan seperti apa yang dikatakan dalam teori dapat dibuktikan. Tidak optimalnya hasil, dapat ditinjau kembali dari berbagai segi seperti waktu interaksi yang sempit yakni 2 hari dalam seminggu ( kamis & jumat ) , itupun hanya beberapa jam dalam seharinya, dapat mempengaruhi kontinuitas interaksi. Selain itu ketidakseragaman tindakan/ asuhan yang diberikan antar sesama perawat atau tim medis membuat ketajaman terapi sulit diberikan. Hal ini dapat terlihat dari timbul tenggelamnya halusinasi klien. Fasilitas yang kurang baik, sarana maupun prasarana untuk mendukung tindakan keperawatan seperti pola aktivitas dan tata ruangan merupakan salah satu kendala penyelesaian masalah. Juga kurangnya support sistim lingkungan terutama dari keluarga dapat menghambat pengoptimalan dari hasil.
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN.
1. Asuhan keperawatan ibu D ( 20 thn ) diberikan berdasarkan proses keperawatan yang diawali dengan pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi kemudian evaluasi.
2. Dari pengkajian diketahui klien mempunyai masalah antara lain : halusinasi, menarik diri, penampilan diri yang tidak adequat dan ketidakmampuan menyalurkan marah secara konstruktif.
3. Setelah dibuat rencana tidakan yang kemudian diimplementasikan, dari evaluasi terhadap klien diketahui klien mangalami kemajuan. Beberapa masalah dapat diselesaikan walaupun hasil yang didapat belum optimal., seperti : klien sudah dapat berinteraksi dengan klien lain dan perawat, halusinasi dapat terkontrol, penampilan diri cukup adequat dan dapat menyalurkan marah secara konstruktif.
4. Beberapa kendala yang ditemui dan menghambat pengoptimalan tindakan keperawatan yang diberikan antatara lain : waktu interaksi yang terbatas, kurangnya kontuinitas tindakan, ketidakseragaman tindakan yang diberikan antara sesama perawat maupun tim kesehatan lainnya, fasilitas ( sarana dan prasarana ) yang kurang mendukung, serta kurangnya support sistem dari lingkungan terutama keluarganya.
B. SARAN.Penulisaaan makalah keperawaan ibu D, bukan merupakan akhir dari tugas keperawatan jiwa, melainkan langkah awal dalam peningkatan asuhan keperawatan, oleh karena itu disarankan :
1. Pemberian asuhan keperawatan terhadap ibu D dapat dilanjutkan sesuai dengan apa yang tertera dalam rencana tindakan, atau modifikasi berdasarkan masalah klien.
2. Perbanyak waktu interaksi dengan klien dan isi hubungan dengan tindakan (komunikasi dan perilaku ) yang terapeutik.
3. Lakukan tindakan keperawatan secara berkesinambungan, sambil senantiasa dievaluasi respon yang didapat dari klien. Berikan tindakan sesuai dengan respon klien / masalah klien.
4. Upayakan keseragaman persepsi dan tindakan dalam memberikan asuhan kepearawatan, baik antar sesama perawat maupun dengan tim kesehatan lainnya.
5. Memodifikasi fasilitas untuk mendukung tindakan keperawatan yang diberikan misalnya, memfasilitasi mandi, mencuci baju sendiri dan mengeringkannya, melakukan terapi aktifitas kelompok, dan lain-lain.
6. Memotivasi terus keluarga serta melibatkannya dalam asuhan keperawatan yang diberikan.
BAB III
Proses Terjadinya Masalah.Gangguan hubungan sosial merupakan gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, respon sosial yang maladaptitf yang mengganggu fungsi seseorang dalam melaksanakan hubungan sosial ( Rawlins’ l993 ). Gangguan hubungan sosial meliputi : curiga, manipulasi , ketergantungan pada orang lain, gangguan komunikasi dan menarik diri. Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa maka didapatkan bahwa masalah keperawatan yang dijumpai pada klien Ibu D. adalah menarik diri. Menarik diri adalah suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung ( Dirjen
Keswa, l983 ). Seorang yang cenderung mengembangkan perilaku menarik diri menunjukkan perilaku seperti : menyendiri, menolak berbicara dengan orang lain, kurang berpartisipasi dalan aktifitas, perasaan malas, perasaan gagal karena tidak mampu melakukan sesuatu yang berarti, sulit membuat keputusan, pola tidur memanjang dan mengisolasi diri ( Dirjen Keswa, l983 ).Dari pengkajian terhadap Ibu D. perilaku menarik diri ditunjukkan dengan perilaku menyendiri, banyak tiduran di tempat tidur, melamun , kurang inisiatif dan kurang berpartisipasi dalam pembicaraan, menjawab pertanyaan perawat seperlunya saja dengan satu-dua patah kata, kurang berpartisipasi dalam kegiatan ruang perawatan dan kurangnya perhatian pada penampilan diri atau kebersihan dirinya.Cara berpikir klien menarik diri dapat tiba-tiba terhambat atau tidak mampu berpikir. Tidak adanya rangkaian cara berpikir ini menyebabkan timbulnya inkoherensi dalam proses berpikir . Gangguan proses pikir ini dapat ditandai dengan adanya halusinasi dan waham (Dirjen Keswa,l983 ). Halusinasi adalah persepsi terhadap stimulus ekstrenal tanpa adanya stimulus yang diberikan ( Rawlins , l993 ). Halusinasi dapat berupa halusinasi dengar, lihat, penciuman, raba dan kecap.Dari hasil pengkajian pada Ibu D. didapatkan bahwa ibu D.mengalami halusinasi dengar yang ditunjukkan dengan bicara atau tertawa sendiri, tanpa adanya orang lain yang di ajak bicara,sambil memasang telinga dan memandang ke satu arah dengan tatapan tajam.Gangguan proses pikir lain adalah waham yaitu suatu pikiran yang salah karena bertentangan dengan kenyataan. Namun pada Ibu D. belum dijumpai tanda-tanda ini.
Umumnya proses pikir klien menarik diri tidak adekuat, tidak sesuai dan apatis., kadang-kadang klien menunjukkan ketegangan yang berlebihan yang tiba-tiba. Pada saat kecemasan memuncak ( excited ) tingkah lakunya dapat eksploitatif yang secara tiba-tiba ia dapat menyerang lingkungan atau melukai dirinya. Pada diri Ibu D. didapatkan perilaku amuk ini di rumah berdasarkan informasi keluarga yaitu saat ia sedang menonton televisi dengan adegan perkelahian atau kekerasan tiba-tiba klien mengamuk, memecahkan barang rumah tangga dan menyerang /memukuli ibunya. Dengan alasan inilah keluarga baru membawa klien untuk dirawat di rumah sakit jiwa. Tetapi selama di rumah sakit klien tidak menunjukkan perilaku ini. Walaupun demikian pada klien ini tetap mempunyai potensi untuk terjadinya amuk .
Munculnya perilaku menarik diri tidak lepas dari adanya faktor predisposisi yakni masa tumbuh kembang teruama pada usia bayi ( 0-1 tahun ) masa pembentukan trust dan mistrust. Namun pada diri ibu D. masa ini dilalui dengan baik , ia medapat perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Konflik yang terjadi pada Ibu D mulai tampak setelah ayahnya meninggal, yakni pada usia klien 9 tahun di tambah adanya suasana komunikasi dalam keluarga yang kurang terbuka. Pada usia puber ( usia 16 tahun ) klien menikah dengan laki-laki yang sebenarnya tidak dicintainya. Faktor psikologis lain adalah
kebiasaan klien menutup diri, jarang mengungkapkan perasaan pada orang lain baik pada ibu maupun pada kakaknya.
Faktor pencetus munculnya perilaku menarik diri pada Ibu D. disebabkan oleh adanya stress yang berat di mana klien mengalami kegagalan dalam berumah tangga . Ia sering dimarahi dan dipukuli suaminya oleh karena alasan ringan seperti tidak dapat memasak enak atau terlambat pulang dari pasar. Setelah klien mengalami gangguan jiwa suaminya kemudian menceraikannnya.
Dalam upaya mengoptimalkan keefektifan proses terapi yang diberikan faktor keluarga sangat menentukan. Kurangnya support system keluarga, ketidaksiapan keluarga seperti ketidakmampuan keluarga merawat klien menarik diri serta lingkungan sosial yang tidak mendukung dapat meningkatkan kondisi menarik diri dan meningkatkan resiko kambuh bila klien sudah memungkinkan untuk dipulangkan. Dengan demikian keterlibatan dan keikutsertaan keluarga diperlukan sejak awal masuk rumah sakit. Pada klien Ibu D, didapatkan adanya support system tetapi kurang adekuat yakni keluarga menjenguk klien tiap 10 hari sekali , namun keluarga tidak memahami penyebab gangguan jiwa klien dan tidak mampu merawatnya. Untuk itu selama perencanaan dan intervensi keperawatan klien keluarga telah dilibatkan . Namun lingkungan sosialnya belum dapat dikaji lebih lanjut sehingga klien masih tetap mempunyai potensi kambuh. Untuk intervensi ini perawat belum bisa melakukannya mengingat waktu yang tersedia
API analisis proses interaksi
AN ALISA PROSES INTERAKSI
Nama : Tn. K Hari/Tanggal : Senin, 21 April 2010Usia : 21 Tahun Waktu : 11.20 – 11.30 wita.Interaksi : Ke I (Fase Perkenalan) Tujuan : Setelah intervensi keperawatanLingkungan : Tenang, posisi duduk berdampingan di kursi/meja makan pasien K dan P dapat membina hubungan Ruang Perawatan Srikaya saling percaya.Deskripsi : Penampilan klien terlihat cukup rapi, rambut bersih disisir dan wajah bersih, sudah mandi.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus
pada KlienAnalisa Berfokus
pada PerawatRasional
P: Selamat siang Pak !
K: Selamat siang !
P: Saya perawat ………., Saya mahasiswa S1 Keperawatan ……. yang sementara praktek di sini selama 2 minggu. Kalau bapak siapa namanya ?
K: Nama Saya Kaharuddin
P: Oh... namanya Kaharuddin, biasanya dipanggil apa?
K: Nama saya Kaharuddin, tapi saya biasanya Kahar.
P: Tersenyum, berdiri sejenak disamping K.
K: Menatap ke arah P sambil tersenyum.
P: Tetap tersenyumK: Tersenyum.
P: Sambil duduk disamping Klien dan setelah itu, mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan K.
K: Mau bersalaman tersenyum dan menatap ke arah P.
P: Sikap terbuka, tetap tersenyum.
K : memperhatikan P namun kelihatan masih ragu
Merasa terkejut disapa oleh P
Duduk agak ragu dan mencoba tidur lagi kemudian bangkit lagi
Klien duduk berhadapan kelihatan ragu dan curiga sambil menoleh kearah klien
Merasa ragu apakah K mau menerima kehadiran P.
Merasa senang karena K mau menjawab salam.
Berharap dapat melanjutkan pembicaraan
Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disampaikan oleh P dan K mau menyebut namanya.
Pada awal interaksi harus didahului atau dimulai dengan membina hubungan saling percaya.
Perkenalan diharapkan dapat meningkatkan hubungan saling percaya.
Untuk menimbulkan kepercayaan bagi klien
Mengulangi apa yang diucapkan untuk memvalidasi atau menegaskan kembali.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus
pada KlienAnalisa Berfokus
pada PerawatRasional
P: Kahar, kalau tidak keberatan bisakah kita cerita-cerita sebentar sekitar 10 menit.
K: Ia Pak Mantri
P: Maunya Kahar kita ceritanya dimana ?
K: Di meja makan saja pak Mantri.
P: Jadi hari ini kita akan membicarakan apa yang dirasakan oleh Kahar.
P: Kahar, saya praktek di sini setiap hari selama 2 minggu dari jam 08.00 – 14.00. Saya akan bersama-sama dengan Kahar. Nanti kita akan sama-sama membahas masalah yang Kahar rasakan. Mudah-mudahan saya dapat membantu mengatasi masalahnya, Untuk itu saya sangat berharap Kahar mau menceritakan masalah dan apa yang dirasakan atau dipikirkan sekarang ini, biar saya tahu. Saya akan menjaga kerahasiaannya. Apakah Kahar setuju ?
K: Ia pak Mantri
P: Kahar, bagaimana perasaannya hari ini, apakah semalam tidurnya nyenyak atau tidak ?
K: Merasa baik-baik saja.
P: Bisakah Kahar cerita, mulanya kenapa sampai kahar dibawah ke rumah sakit ?
P: Tetap tersenyum, memperhatikan K, dengan sikap terbuka.
K: Menatap ke arah P .
P: Tetap tersenyum, dan tetap mempertahankan kontak mata.
K: Ekspresi tersenyum pada perawat, kadang menundukkan kepala.
P: Menggunakan nada suara sedang tapi jelas.
Klien mau menuruti apa yang diminta perawat.
Mau mendengar dengan serius dan memperhatikan.
Mengerti apa yang dimaksud oleh perawat.
Tidak merasa
Berpikir apakah K mau melanjutkan interaksi, berfikir untuk interaksi selanjutnya.
Berharap K mulai mau berinteraksi dengan Perawat.
Berharap K mau terbuka dan menceritakan masalahnya.
Berharap K mau
Informing : memberikan informasi tentang waktu dan tujuan P mengadakan interkasi dengan K.
Kontrak diperlukan untuk interaksi selanjutnya.
Kalimat terbuka memberi kesempatan pada K untuk mengungkapkan perasaannya.
K: Saya memukul orang. keberatan dengan permintaan P
menjawab pertanyaan P.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus
pada KlienAnalisa Berfokus
pada PerawatRasional
P: Baiklah mungkin Kahar mau istirahat dan makan, pertemuan kita cukup dulu. Nanti besok kita lanjutkan pembicaraan kita sekitar jam 10.00 pagi, tentang mengapa sampai Kahar memukul orang ? Bagaimana apakah Kahar setuju ?
K : Ia Pak Mantri
P: Bagus sekali, sudah mau berceritera dengan Pak mantri, Selamat siang ..!
K: Terima kasih Pak Mantri. Selamat siang ..!
P: Tetap mempertahankan kontak mata dan tersenyum.
K: Nampak tersenyum dan menatap ke arah P
P: Berdiri di samping K sambil mengulur tangan dan salaman dengan K sebagai tanda perpisahan.
K: Membalas jabat tangan.
Tampak K tidak keberatan dengan kontrak watu yang ditawarkan.
Merasa senang karena K setuju untuk kontrak petemuan berikutnya..
Tidak memaksakan diri untuk bertanya tentang masalah K dan mengalihkan pembicaraan.
Merasa yakin bahwa mengakhiri pembicaraan adalah tepat agar klien bisa istirahat.
Pertantaan terbuka memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Menunjukkan perhatian adalah awal yang baik untuk membina hubunga n saling percaya,
Kontrak penting untuk melakukan interaksi selanjutnya.
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama : Nn.”HN” Hari/Tanggal : 27 mei 2003.Usia : 28 Th Waktu : 09.00 -09.15 witaInteraksi : Ke III (Fase Kerja) Tujuan : Setelah Intervensi KeperawatanLingkungan : Posisi berdiri berdampingan di samping K dapat mengenal halusinasinya. tempat tidur.Deskripsi : Penampilan K nampak tidak rapi, rabut tidak disisir, menggunakan celana jeans, memakai baju kaos dan memakai sandal.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus
pada KlienAnalisa Berfokus
pada PerawatRasional
P: Selamat pagi “Hn” P: Menghampiri K, tersenyum, duduk berdampingan K
Mungkin bertanya dalam hati, maksud kedatanagn
Penuh percaya diri dan senang bertemu dengan K.
Salam merupakan langkah awal untuk membina interaksi.
K: Selamat pagi Pak
P: Apakah “Hn” masih ingat janji kita waktu pertemuan kemarin ?
K
P: Bagaimana perasaannya hari ini bu, apa semalam tidurnya enak, apa sudah makan ? Masih ingat nama saya tidak ? .......Nama saya Mathius.
K: Ehm ......., Mathius
P: Bagus ...!, Betul sekali.
K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum.
P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.
K: Menunduk dan menatap ke arah P.
K: Kontak mata kurang.
P: Tenang, rileks, mempertahankan kontak mata.
K: Melamun dan menunduk.
perawat.
K berfikir bahwa ia tidak mengalami perubahan.
Berusaha mengetahui keadaan hari ini , dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi saat ini.
Bersikap persuasif agar klien dapat bekerja sama menjalankan kontrak sebelumnya
Pertanyaan terbuka memberi kesempatan K untuk menentukan arah permbicaraan.
Informing, menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.
Komunikasi VerbalKomunikasi Non Verbal
Analisa Berfokus pada Klien
Analisa Berfokus pada Perawat
Rasional
P: Bagaimana dengan suara-suara yang sering Ibu dengar ? Apakah ibu masih mendengarnya ?
K: Ya.
P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.
K : Tersenyum dan memandang ke arah P.
Membayangkan ketika suara-suara
Bersikap persuasif agar klien dapat bekerja sama menjalankan kontrak sebelumnya.
Inorming menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.
P: Kapan biasanya suara-suara itu muncul.
K : saat lagi sendiri.
P: Apa yang dibilang ?
K: Menyuruh pulang.
P: Pak mantri percaya apa yang didengar oleh Hn, tapi pak mantri sendiri tidak dengar. Adajuga teman lain di sini yang sama seperti ibu, juga sering mendengar suara-suara.
K : Ia pak
P: Apa yang dirasakan ibu bila mendengar suara-suara itu ?
K :
P: Baik bu, bolehkan kita cerita-cerita lagi sebentar jam 13.30 di sini untuk membicarakan masalah yang Hn rasakan.
K: Ia pak,boleh
P: Terima kasih bu telah cerita-cerita dengan saya. Selamat siang Hn.
P: Menatap ke arah K
k: Menatap ke arah P
P : Bicara santai tapi jelas.
K : Tampak berpikir sambil menunduk.
P: Kontak mata tetap, nada bersahabat tidak menuduh atau menghakimi.
K : Tersenyum
P:Nada suara bicara santai dan bersahabat, tetap tersenyum dan mempertahankan kontak mata.
K: Tersenyum dan menunduk.
itu muncul
Mengingat-nginat apa yang dilakukan jika mendengar suara-suara.
Memberikan penguatan dengan harapan K terus mau cerita.
Memberikan dorongan dan penguatan terhadap pernyataan klien.
Mengidentifikasi kegiatan atau hal-hal yang dilakukan K ketika terjadi halusinasi.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus
pada KlienAnalisa Berfokus
pada PerawatRasional
K: Iya Pak, sekarang sih, sua
K: Ka G…………………
P: Ka G, saya disini selama 6 hari mulai hari senin sampai sabtu dari jam 8.00 samapi jam 13.00. Saya perawat akan bersama-sama Ka G, tujuannya adalah kita akan sama-sama membahas masalah yang Ka G rasakan, mudah-mudahan saya dapat membantu memecahkan masalahn7ya, Untuk itu saya berharap Ka G mau menceritakan apa yang ada dalam fikiran dan perasaan Ka G biar saya lebih tahu, Saya akan menjaga kerahasiaannya. Apa Ka G setuju ?
K: Tidak ada jawaban.
P: Ka G, bagaimana perasaan Ka G hari ini?
Menunduk, Tidak mau menatap P
K: Tetap menundukP: Sikap terbuka, tetap
tersenyum.
P: Tetap tersenyum, memperhatikan K, dengan sikap terbuka.
K: pandangan tetap menunduk, ekspresi wajah datar.
P: Tetap tersenyum, tetap mempertahankan kontak mata.
K: Ekspresi wajah nampak datar.P: Menggunakan nada suara
sedang tapi jelas
K mulai menjawab.
Mulai berfikir – fikir tentang tujuan perawat mendekatinya
Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disampaikan oleh P
Berpikir apakah K mau melanjutkan interaksi, berfikir untuk interaksi selanjutnya.
Berharap K mulai mau berinteraksi d
Informing : memberikan informasi tentang waktu dan tujuan perawat mengadakan interkasi dengan K.
Kalimat terbuka memberi kesempatan pada K untuk mengungkapkan …..
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama : Tn.”DM” Hari/Tanggal : Jumat, 6 Juni 2003”Usia : 34 Th Waktu : 10.00– 10.15 witaInteraksi : Ke III (Fase Kerja) Tujuan : Setelah Intervensi KeperawatanLingkungan : Posisi Duduk berdampingan di samping K dapat mengenal tentang pentingnya tempat tidur. kebersihan diri.Deskripsi : Penampilan K nampak tidak rapi, rabut tidak disisir, menggunakan celana pendek, memakai baju kaos.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa
Berfokus pada Klien
Analisa Berfokus pada Perawat
Rasional
P: Selamat pagi Mas
K: Selamat Pak
P: Bagaimana perasaannya hari ini ? Masih ingat nama saya tidak ?
K:
P: Menghampiri K, tersenyum, berdiri di sampng tempat tidur K
K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum, kemudian pandangan ke tempat lain.
P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.
K: Menunduk dan meludah.
Mungkin bertanya dalam hati, maksud kedatanagn perawat.
K berfikir bahwa ia tidak mengalami
Merasa ragu, apakah pasien mau menerima kehadiran P.
Perasaan masih ragu apakah K dapat menerima kehadiran P.
Salam merupakan langkah awal untuk membina interaksi.
Pertanyaan terbuka memberi kesempatan K untuk menentukan arah permbicaraan.
P: Boleh saya duduk di sini dan cerita-cerita dengan ibu ± 10 menit
K : Tidak apa-apa
P: Masih ingat sama saya Mas “DM”
K:P: Masa lupa, kemarin kan kita sudah kenalan
dan janji mau ketemu, nama saya Mathius.K:P: Bagaimana tidurnya semalam ?K: Tidur !
P: Tetap tersenyum dan mempertahankan kontak mata.
K: Kontak mata kurang, terus meludah.
P: Tenang, rileks, mempertahankan kontak mata.
K: Melamun dan menunduk.
perubahan.Berusaha mengetahui keadaan hari ini , dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi saat ini.
Informing, menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus
pada KlienAnalisa Berfokus
pada PerawatRasional
P: Bagaimana Mas “DM” perasaannya pagi ini, kelihatannya ibu nampak lesuh, Apa ibu sudah mandi ?
K: Belum....., nanti h saja.
P: Bagusnya Mas “DM” mandi supaya badannya terasa segar.
K : Ia nanti......!
P: Baik Mas “DM”, terima kasih sudah mau cerita
P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.
K : Memandang ke arah P kemudian pandangan ke tempat lain.
P: Menatap ke arah K
K: Menunduk dan meludah.
P : Bicara santai tapi jelas.
Bersikap persuasif agar klien dapat bekerja sama menjalankan kontrak sebelumnya.
Memberikan penguatan dengan harapan K terus mau cerita.
Informing menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.
Memberikan dorongan dan penguatan terhadap pernyataan klien.
dengan saya. Boleh saya kembali sebentar siang untuk cerita-cerita lagi ?
K: Terima - kasih
K : Tampak berpikir sambil menunduk.
P: Kontak mata tetap, nada bersahabat tidak menuduh atau menghakimi.
K : Tersenyum dan menunduk.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus
pada KlienAnalisa Berfokus
pada PerawatRasional
K: Iya Pa Mantri, sekarang sih, sua Menunduk, Tidak mau menatap P
K: Ka G…………………
P: Ka G, saya disini selama 6 hari mulai hari senin sampai sabtu dari jam 8.00 samapi jam 13.00. Saya perawat akan bersama-sama Ka G, tujuannya adalah kita akan sama-sama membahas masalah yang Ka G rasakan, mudah-mudahan saya dapat membantu memecahkan masalahn7ya, Untuk itu saya berharap Ka G mau menceritakan apa yang ada dalam fikiran dan perasaan Ka G biar saya lebih tahu, Saya akan menjaga kerahasiaannya. Apa Ka G setuju ?
K: Tidak ada jawaban.
P: Ka G, bagaimana perasaan Ka G hari ini?
K: Tetap menundukP: Sikap terbuka, tetap
tersenyum.
P: Tetap tersenyum, memperhatikan K, dengan sikap terbuka.
K: pandangan tetap menunduk, ekspresi wajah datar.
P: Tetap tersenyum, tetap mempertahankan kontak mata.
K: Ekspresi wajah nampak datar.P: Menggunakan nada suara
sedang tapi jelas
K mulai menjawab.
Mulai berfikir – fikir tentang tujuan perawat mendekatinya
Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disampaikan oleh P
Berpikir apakah K mau melanjutkan interaksi, berfikir untuk interaksi selanjutnya.
Berharap K mulai mau berinteraksi d
Informing : memberikan informasi tentang waktu dan tujuan perawat mengadakan interkasi dengan K.
Kalimat terbuka memberi kesempatan pada K untuk mengungkapkan …..
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama : Tn “DM” Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Juni 2003Usia : 34 Th Waktu : 13.00 – 13.10 witaInteraksi : Fase Terminasi Tujuan : Setelah Intervensi KeperawatanLingkungan : Posisi Duduk berdampingan di samping K dapat menerima perpisahan tempat tidur. secara wajar.Deskripsi : Penampilan K nampak rapi, rabut disisir, menggunakan celana jeans, memakai baju kaos dan memakai sendal.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa
Berfokus pada Klien
Analisa Berfokus pada Perawat
Rasional
P: Selamat siang Mas “DM”
K: Selamat siang.
P: Bagaimana perasaannya hari ini bu ? Apakah sudah makan bu ?
K: Sudah.
P: Boleh saya duduk di sini dan cerita-cerita dengan ibu ± 10 menit
K : Duduk paK.
P: Menghampiri K, tersenyum, berdiri di samping tempat tidur K
K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum.
P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.
K: Menganggukkan kepala.
P: Tetap tersenyum dan mempertahankan kontak mata.
K: Menatap ke arah P sambil tersenyum.
Merasa ragu, apakah K mau menerima perpisahan ini.
Perasaan masih ragu apakah K dapat menerima perpisahan.
Merasa lega
Pada akhir interaksi harus dilakukan terminasi.
Perawat dengan Klien, menerima perpisahan dengan wajar.
P: Oh iya Mas “DM”, apakah ibu masih ingat tujuan kita bertemu, dimana waktu itu kita sama-sama cerita untuk membantu masalah yang ibu rasakan, Bagaimana menurut ibu apa merasa ada baikan/enak ? Saya melihat Mas “DM” sekarang, sudah banyak berubah karena sudah mau cerita dengan orang lain dan sekarang sudah nampak segar dan rapih.
K: Ia pak
P: Tenang, rileks, mempertahankan kontak mata.
K: Menatap P dan tersenyum
Memikirkan topik apa lagi yang harus ditanyakan ke P
Merasakan adanya perubahan dalam dirinya.
karena K mau merespon stimulus yang disampaikan P.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa
Berfokus pada Klien
Analisa Berfokus pada Perawat
Rasional
P: Oh ya, agar perasaan mau mengamuk dan marah – marah Mas “DM” dapat melakukan misalnya jangan suka melamun, cari kesibukan di rumah, dll.
K: Ia pak, nanti ku coba.
P: Bagus bu, selain itu yang perlu ibu lakukan di rumah adalah ibu harus cerita-cerita dengan orang di rumah, dan jangan lupa minum obat secara teratur dan ingat kembali kontrol ke dokter di Polik.
K: Ia pak.
P: Nah, kalau begitu pertemuan ini, kita cukupkan sampai di sini dulu, mudah-mudahan semua
P: Tersenyum, dan mempertahankan kontak mata.
K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum.
P: Berbicara dengan suara lembut tapi jelas dan mempertahankan kontak mata.
K: Wajah nampak ceria.
P: Tetap tersenyum dan mempertahankan kontak
Berusaha untuk melaksanakan apa yang dianjurkan P
Merasa bahwa ada yang akan membantu.
Senang karena K dapat menangkap apa yang disampaikan oleh P.
Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disanmpaikan P.
Saran : memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.
Reinforcement meningkatkan harga diri klien.