analisa risiko operasional pada departemen logistik …repository.ppns.ac.id/2190/1/1115040028 -...

214
TUGAS AKHIR (614415A) ANALISA RISIKO OPERASIONAL PADA DEPARTEMEN LOGISTIK DENGAN TEKNIK ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. PETROKIMIA GRESIK ERDHISA TYSANI NURLIANA NRP.1115040028 DOSEN PEMBIMBING: DEVINA PUSPITA SARI, ST., MT. YESICA NOVRITA DEVI, S.ST., M.MT. PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    TUGAS AKHIR (614415A)

    ANALISA RISIKO OPERASIONAL PADA DEPARTEMEN

    LOGISTIK DENGAN TEKNIK ANALYTICAL HIERARCHY

    PROCESS DI PT. PETROKIMIA GRESIK

    ERDHISA TYSANI NURLIANA

    NRP.1115040028

    DOSEN PEMBIMBING:

    DEVINA PUSPITA SARI, ST., MT.

    YESICA NOVRITA DEVI, S.ST., M.MT.

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS

    JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    SURABAYA

    2019

  • i

  • i

    HALAMAN JUDUL

    TUGAS AKHIR (614415A)

    ANALISA RISIKO OPERASIONAL PADA DEPARTEMEN

    LOGISTIK DENGAN TEKNIK ANALYTICAL HIERARCHY

    PROCESS DI PT. PETROKIMIA GRESIK

    ERDHISA TYSANI NURLIANA

    NRP.1115040028

    DOSEN PEMBIMBING:

    DEVINA PUSPITA SARI, ST., MT.

    YESICA NOVRITA DEVI, S.ST., M.MT.

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS

    JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    SURABAYA

    2019

  • ii

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    iii

  • iv

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • v

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

  • vi

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya

    penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisa Risiko

    Operasional Pada Departemen Logistik Dengan Teknik Analytical Hierarchy

    Process Di PT. Petrokimia Gresik”.

    Selanjutnya tak lupa penulis ucapkan rasa terimakasih kepada semua

    pihak yang telah membantu baik dalam pelaksanaan penelitian, fasilitas, dan juga

    ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan Tugas Akhir

    ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

    1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan

    lancar.

    2. Mama dan Panda yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan, rasa kasih

    sayang, materi, petunjuk dan nasihat yang sangat berarti bagi penulis serta

    selalu sabar mendengarkan keluh-kesah penulis.

    3. Mas Eca dan Mba Chia yang selalu memberi dukungan dan memberikan

    banyak saran dalam penulisan Tugas Akhir ini.

    4. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc, MRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya.

    5. Bapak Ruddianto, ST., MT., MRINA selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan

    Kapal.

    6. Ibu Yugowati Praharsi, S.Si., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Prodi D4 Manajemen

    Bisnis dan koordinator Tugas Akhir yang telah mengatur berjalannya

    keseluruhan proses Tugas akhir Progam Studi Manajemen Bisnis.

    7. Ibu Devina Puspita Sari, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    meluangkan waktu, tenaga, perhatian serta pikiran untuk penulis dalam

    menyelesaikan Tugas Akhir.

    8. Ibu Yesica Novrita Devi, S.ST., M.MT., selaku Dosen Pembimbing II yang

    juga senantiasa meluangkan waktunya, , tenaga, perhatian serta pikiran kepada

    penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

  • viii

    9. Seluruh staf dari Distribusi Wilayah I dan Distribusi Wilayah II PT.

    Petrokimia Gresik, yang telah membantu dan memfasilitasi penulis dalam

    melakukan penelitian.

    10. Sobat-sobatku yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas

    dukungan dari kalian untuk penulis.

    11. Teman-teman Manajemen Bisnis 2015 serta adik-adik angkatan 2016 yang

    sudah menemani penulis dan berbagi suka maupun duka dalam hal

    perkuliahan selama 4 tahun.

    12. Adis yang telah berjuang untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini dan tidak

    menyerah meskipun banyak cobaan yang menghadang saat penelitian ini.

    13. Dan terakhir terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

    penyusunan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

    karena telah mendukung baik material maupun spiritual hingga

    terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.

    Penulisan tugas akhir ini tentunya masih belum sempurna sehingga diperlukan

    kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi

    para pembacanya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

    Surabaya, 11 Juli 2019

    Penulis

  • ix

    ANALISA RISIKO OPERASIONAL PADA DEPARTEMEN

    LOGISTIK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY

    PROCESS DI PT. PETROKIMIA GRESIK

    Erdhisa Tysani Nurliana

    ABSTRAK

    Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu

    kejadian. Berdasarkan sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko salah

    satunya adalah risiko operasional. Risiko operasional dapat timbul antara lain

    karena tidak berfungsinya proses internal, kesalahan atau kecurangan manusia,

    kegagalan sistem, faktor eksternal. Objek penelitian ini adalah Departemen

    Logistik PT. Petrokima Gresik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah metode AHP (Analytical Hierarchi Process). Hasil dari penelitian ini:

    1) Sub kriteria risiko server sistem SAP down merupakan risiko yang

    memiliki dampak paling besar apabila terjadi; 2) Sub kriteria risiko stok di

    administrasi tidak sesuai dengan stok fisik merupakan sub kriteria yang

    probabilitasnya paling sering terjadi. Penggunaan teknik analisis lain sangat

    dianjurkan bagi peneliti selanjutnya untuk mendapatkan nilai-nilai yang lebih

    signifikan mengenai dampak-dampak risiko operasional yang terjadi pada

    Departemen Logistik, sehingga dapat diketahui juga besar kerugian yang

    ditimbulkan.

    Kata kunci: Analytical Hierarchi Process (AHP), Analisa Risiko, Departemen

    Logistik, PT. Petrokimia Gresik, Risiko Operasional

  • x

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • xi

    OPERATIONAL RISK ANALYSIS IN THE LOGISTIC

    DEPARTMENT WITH ANALYTICAL HIERARCHY

    PROCESS METHOD IN PT. PETROKIMIA GRESIK

    Erdhisa Tysani Nurliana

    ABSTRACT

    Risk is a combination of the possibility and severity of an event. Based on

    the causes of risk, there are two types of risks, one of which is operational

    risk. Operational risk can arise, among others, due to the non-functioning of

    internal processes, human errors or fraud, system failures, processes and

    external factors. The object of this research is the Logistics Department of PT.

    Petrokima Gresik. The method used in this study is the AHP (Analytical

    Hierarchy Process) method. The results of this study: 1) Sub server risk

    criteria SAP system down is a risk that has the greatest impact if it occurs; 2)

    Sub-criteria for stock risk in administration are not in accordance with

    physical stock, which is a sub-criterion whose probability occurs most often.

    The use of other analytical techniques is highly recommended for future

    researchers to obtain more significant values regarding the impacts of

    operational risks that occur in the Logistics Department, so that the losses can

    also be known.

    Keywords: Analytical Hierarchy Process (AHP), Logistics Department,

    Operational Risk, PT. Petrokimia Gresik, Risk Analysis

  • xii

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................................... v

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

    ABSTRAK ............................................................................................................. ix

    ABSTRACT ........................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

    1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

    1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

    1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3

    1.5. Batasan Penelitian ................................................................................... 4

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

    2.1 PT. Petrokimia Gresik ................................................................................... 5

    2.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................ 5

    2.1.2 Produk PT Petrokimia Gresik ................................................................ 8

    2.1.3 Struktur Organisasi ................................................................................ 8

    2.2 Risiko ............................................................................................................ 8

    2.3 Risiko Operasional ...................................................................................... 11

    2.3.1 Klasifikasi Risiko Operasional ............................................................. 11

    2.4 Manajemen Risiko ...................................................................................... 13

    2.4.1 Identifikasi Risiko ................................................................................ 15

    2.4.2 Penanganan Risiko ............................................................................... 18

    2.5 Logistik ....................................................................................................... 21

    2.5.1 Jenis Kegiatan Logistik ........................................................................ 22

    2.5.2 Fungsi Logistik .................................................................................... 24

  • xiv

    2.6 Analytical Hierarchy Process (AHP) ........................................................... 24

    2.6.1. Langkah-langkah AHP ........................................................................ 25

    2.6.2 Dasar Pembuatan Kuisioner ................................................................. 26

    2.5 Expert Choice .............................................................................................. 27

    2.6 Rasio Profitabilitas ...................................................................................... 28

    2.6.1 Pengertian Profitabilitas ....................................................................... 28

    2.6.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas ............................................. 28

    2.6.3 Jenis – jenis Rasio Profitabilitas ........................................................... 29

    2.7 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 31

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 33

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 33

    3.2 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 33

    3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 33

    3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 35

    3.5 Validasi Data ............................................................................................... 35

    3.6 Tahapan Penelitian ...................................................................................... 36

    3.7 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 39

    3.7 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir ..................................................................... 40

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 41

    4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................... 41

    4.1.1 Distribusi Wilayah I.............................................................................. 41

    4.1.2 Distribusi Wilayah II ............................................................................ 42

    4.1.3 Proses internal Operasional Perusahaan ............................................... 42

    4.1.4 Aktivitas Departemen Logistik ............................................................. 43

    4.2. Karakteristik Expert ............................................................................... 45

    4.3. Identifikasi Risiko ................................................................................. 46

    4.4. Hasil Analisa Menggunakan Teknik Analytical Hierarchy Process

    (AHP) 47

    4.4.1 Analisa Kriteria Risiko Yang Memiliki Dampak Paling Tinggi .......... 47

    4.4.2 Analisa Kriteria Risiko Yang Memiliki Probabilitas Paling Sering ..... 50

    4.5. Sub Kriteria yang Memiliki Dampak Paling Besar ............................... 53

    4.5.1 Kriteria Risiko Kegagalan Proses Internal ........................................... 53

  • xv

    4.5.2 Kriteria Risiko Kegagalan Eksternal ............................................... 58

    4.5.3 Kriteria Risiko Kegagalan Sistem ................................................... 62

    4.5.4 Kriteria Risiko Kegagalan Manusia ................................................ 67

    4.5.5 Analisis Penentuan Prioritas atas Keseluruhan Kriteria Risiko

    Operasional Berdasarkan Dampak yang Paling Besar .................................. 71

    4.6 Sub Kriteria yang Memiliki Probabilitas Paling Sering ........................ 72

    4.6.1 Kriteria Risiko Kegagalan Proses Internal ........................................... 72

    4.6.2 Kriteria Risiko Kegagalan Eksternal .................................................... 76

    4.6.3 Kriteria Risiko Kegagalan Sistem ................................................... 80

    4.6.4 Kriteria Risiko Kegagalan Manusia ................................................ 84

    4.6.5 Analisis Penentuan Prioritas atas Keseluruhan Kriteria Risiko

    Operasional Berdasarkan Probabilitas yang Paling Sering ........................... 88

    4.7 Dampak Risiko Operasional Terhadap ROA Dan ROE ....................... 89

    4.8 Strategi Penanganan terhadap Risiko Operasional di Departemen

    Logistik ............................................................................................................. 93

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 101

    5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 101

    5.2 Saran .......................................................................................................... 103

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105

    Lampiran 1 Hasil Wawancara Identifikasi Risiko .............................................. 107

    Lampiran 2 Hasil Kuisioner Pembobotan Risiko ............................................... 115

    Lampiran 3 Laporan Keuangan 2015-2017 ........................................................ 174

    Lampiran 4 Data Klaim Triwulan 4 Tahun 2017 ................................................ 182

  • xvi

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Penelitian TerdahuluTabel .................................................................... 31

    Tabel 3.1 Expert Penelitian ................................................................................... 34

    Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 40

    Tabel 4.1 Susunan Organisasi Distribusi Wilayah I ............................................. 41

    Tabel 4.2 Susunan Organisasi Distribusi Wilayah II ............................................ 42

    Tabel 4.3 Aktivitas Logistik PT. Petrokimia Gresik ............................................. 45

    Tabel 4.4 Daftar Expert Departemen Logistik PT. Petrokimia Gresik ................. 45

    Tabel 4.5 Daftar Kriteria dan Sub Kriteria Risiko Operasional pada Departemen

    Logistik ................................................................................................................. 46

    Tabel 4.6 Hasil Analisis Penentuan Prioritas Risiko yang Memiliki Dampak

    Tertinggi ................................................................................................................ 49

    Tabel 4.7 Hasil Analisis Penentuan Prioritas Risiko yang Memiliki Dampak

    Tertinggi ................................................................................................................ 52

    Tabel 4.8 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Proses internal .......... 57

    Tabel 4.9 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Eksternal .................. 62

    Tabel 4.10 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Sistem..................... 66

    Tabel 4.11 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Manusia .................. 70

    Tabel 4.12 Penentuan Prioritas atas Keseluruhan Kriteria Risiko Operasional .... 72

    Tabel 4.13 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Proses internal ........ 76

    Tabel 4.14 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Eksternal ................ 80

    Tabel 4.15 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Sistem..................... 83

    Tabel 4.16 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Manusia .................. 88

    Tabel 4.17 Penentuan Prioritas atas Keseluruhan Kriteria Risiko Operasional .... 88

    Tabel 4.18 Laba Bersih Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam Rupiah).............. 89

    Tabel 4.19 Total Aset Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam Rupiah) ................ 90

    Tabel 4.20 Total Ekuitas Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam Rupiah)............ 91

    Tabel 4.21 Return On Asset (ROA) Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam

    Rupiah) .................................................................................................................. 91

    Tabel 4.22 Return On Equity (ROE) Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam

    Rupiah) .................................................................................................................. 92

    Tabel 4.23 Strategi Penanganan Risiko Kegagalan Proses Internal ..................... 94

    Tabel 4.24 Strategi Penanganan Risiko Kegagalan Eksternal .............................. 96

    Tabel 4.25 Strategi Penanganan Risiko Kegagalan Sistem .................................. 98

    Tabel 4.26 Strategi Penanganan Risiko Kegagalan Manusia................................ 99

  • xviii

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko ................................................................. 14

    Gambar 2.2 Peta Risiko......................................................................................... 18

    Gambar 2.3 Peta Risiko Preventif ......................................................................... 19

    Gambar 2.4 Peta Risiko Mitigasi .......................................................................... 20

    Gambar 2.5 Kegiatan Logistik .............................................................................. 22

    Gambar 2.6 Tampilan Expert Choice.................................................................... 28

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 39

    Gambar 4. 1 Alur Proses internal Produksi Pupuk PT. Petrokimia Gresik .......... 43

    Gambar 4. 2 Diagram Alur Distribusi Pupuk Tahun 2001 – Sekarang ................ 43

    Gambar 4. 3 Diagram Alur Pupuk Bersubsidi PT. Petrokimia Gresik ................. 44

    Gambar 4. 4 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional

    ............................................................................................................................... 47

    Gambar 4. 5 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional

    ............................................................................................................................... 48

    Gambar 4. 6 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional

    ............................................................................................................................... 48

    Gambar 4. 7 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional

    ............................................................................................................................... 49

    Gambar 4. 8 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional

    ............................................................................................................................... 50

    Gambar 4. 9 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional

    ............................................................................................................................... 51

    Gambar 4. 10 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko

    Operasional ........................................................................................................... 51

    Gambar 4. 11 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko

    Operasional ........................................................................................................... 52

    Gambar 4. 12 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Proses internal Expert 1 ........................................................................................ 55

    Gambar 4. 13 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Proses internal Expert 2 ........................................................................................ 55

    Gambar 4. 14 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Proses internal Expert 3 ........................................................................................ 56

    Gambar 4. 15 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Proses internal Expert 4 ........................................................................................ 57

    Gambar 4. 16 16 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko

    Kegagalan Eksternal Expert 1 ............................................................................... 59

    Gambar 4. 17 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 60

  • xx

    Gambar 4. 18 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 61

    Gambar 4. 19 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 61

    Gambar 4. 20 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Sistem Expert 1 ...................................................................................................... 64

    Gambar 4. 21 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 64

    Gambar 4. 22 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 65

    Gambar 4. 23 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 65

    Gambar 4. 24 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 1 ................................................................................................. 68

    Gambar 4. 25 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 68

    Gambar 4. 26 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 69

    Gambar 4. 27 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 70

    Gambar 4. 28 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Proses Internal Expert 1 ......................................................................................... 73

    Gambar 4. 29 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Proses Internal Expert 2 ......................................................................................... 74

    Gambar 4. 30 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Proses Internal Expert 3 ......................................................................................... 74

    Gambar 4. 31 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Proses internal Expert 4 ......................................................................................... 75

    Gambar 4. 32 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 1 ................................................................................................. 77

    Gambar 4. 33 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 78

    Gambar 4. 34 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 78

    Gambar 4. 35 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 79

    Gambar 4. 36 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Sistem Expert 1 ...................................................................................................... 81

    Gambar 4. 37 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Sistem Expert 2 ...................................................................................................... 82

  • xxi

    Gambar 4. 38 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Sistem Expert 3 ..................................................................................................... 82

    Gambar 4. 39 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Sistem Expert 4 ..................................................................................................... 83

    Gambar 4. 40 40 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko

    Kegagalan Eksternal Expert 1 ............................................................................... 85

    Gambar 4. 41 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 85

    Gambar 4. 42 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 86

    Gambar 4. 43 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan

    Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 87

    Gambar 4. 44 Peta RisikoKegagalan Proses Internal............................................ 94

    Gambar 4. 45 Peta Risiko Kegagalan Eksternal ................................................... 95

    Gambar 4. 46 Peta Risiko Kegagalan Sistem........................................................ 97

    Gambar 4. 47 Peta Risiko Kegagalan Manusia ..................................................... 98

  • xxii

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    PT Petrokimia Gresik merupakan salah satu perusahaan manufaktur

    berorientasi profit yang menjadi produsen pupuk terlengkap di Indonesia yang

    memproduksi berbagai macam pupuk, dan bahan kimia untuk solusi

    agroindustri. PT. Petrokimia Gresik memiliki beberapa bagian organisasi

    dengan tanggung jawab masing-masing yaitu pemasaran, produksi, teknik dan

    pengembangan, dan keuangan, sumber daya manusia dan umum. Pada

    penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian pada Departemen Logistik.

    Alasan dipilihnya obyek tersebut adalah berdasarkan hasil observasi yang

    dilakukan terdapat beberapa kejadian yang berpotensi menimbulkan kerugian

    bagi perusahaan. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan identifikasi

    terhadap kejadian-kejadian yang apabila terjadi memiliki kemungkinan

    memberikan dampak negatif bagi perusahaan, atau biasa disebut sebagai

    risiko.

    Departemen logistik mengelola kegiatan inbound dan outbound. Dalam

    kegiatan inbound, proses bisnis yang dilakukan dimulai dari pemesanan bahan

    baku di supplier lalu dikirimkan ke PT Petrokimia Gresik dengan moda

    transportasi laut maupun darat dan dibongkar di TUKS Petrokimia Gresik.

    Sedangkan dalam proses outbound, setelah pabrik memproduksi pupuk inbag

    maupun curah, akan didistribusikan ke distribution center tiap wilayah

    maupun melalui gudang penyangga yang nantinya akan didistribusikan ke

    kios hingga sampai ditangan konsumen.

    Menurut Ramli (2010), risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan

    dan keparahan dari suatu kejadian. Ada beberapa kategori risiko, salah satunya

    risiko dari sudut pandang penyebab. Apabila dilihat dari sebab terjadinya

    risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional.

    Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan,

    seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Sedangkan risiko

  • 2

    operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor

    nonkeuangan. Risiko operasional dapat timbul antara lain karena adanya tidak

    berfungsinya proses internal. Selain itu juga, risiko dapat timbul karena

    adanya kesalahan atau kecurangan manusia, kegagalan sistem, proses dan

    faktor eksternal.

    Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa risiko menjadi

    bagian yang tidak dapat terpisah dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh

    manusia. Hal tersebut yang mendasari penulis untuk melakukan identifikasi

    terhadap kejadian-kejadian apa saja yang berpotensi menimbulkan risiko yang

    berdampak pada kerugian perusahaan. Setelah melakukan identifikasi

    terhadap risiko-risiko yang ada pada Departemen Logistik di PT. Petrokima

    Gresik, penulis bermaksud untuk melakukan pembobotan terhadap risiko-

    risiko tersebut. Pembobotan dimaksudkan untuk menemukan risiko mana

    yang memiliki dampak paling besar dan risiko mana yang memiliki

    probabilitas paling tinggi yang berpotensi merugikan perusahaan. Teknik yang

    digunakan dalam pembobotan ini adalah teknik Analytical Hierarcy Process

    (AHP).

    Salah satu dampak yang ditimbulkan karena risiko-risiko tersebut adalah

    pada kondisi keuangan perusahaan. Berdasarkan dampak tersebut, penulis

    akan menghitung seberapa besar dampak tersebut dengan rasio profitabilitas

    yaitu dengan perhitungan ROA dan ROE. Melalui penelitian ini diharapkan

    dapat memberikan salah satu solusi atau metode yang dapat digunakan untuk

    mengidentifikasi risiko serta melakukan tindakan strategi penanganan risiko

    dalam departemen logistik. Untuk itulah penulis bermaksud untuk melakukan

    penelitian dengan judul “Analisa Risiko Operasional pada Departemen

    Logistik dengan Teknik Analytical Hierarchy Process di PT. Petrokimia

    Gresik”

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang dan untuk

    memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap permasalahan yang akan dibahas,

    maka perumusan masalah ditetapkan sebagai berikut:

  • 3

    1. Bagaimana mengkategorikan risiko operasional yang terdapat pada

    Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik?

    2. Bagaimana menentukan prioritas risiko-risiko operasional pada

    Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik dengan teknik AHP?

    3. Bagaimana dampak dari risiko-risiko operasional terhadap Return On

    Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) di PT. Petrokimia Gresik?

    4. Bagaimana strategi penanganan terhadap risiko-risiko dalam

    Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah:

    1. Mengkategorikan kejadian-kejadian yang merupakan risiko operasional

    dalam Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik.

    2. Menentukan prioritas risiko-risiko operasional pada Departemen Logistik

    di PT. Petrokimia Gresik dengan menggunakan teknik AHP.

    3. Melakukan analisa atas dampak dari risiko-risiko operasional terhadap

    Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) di PT. Petrokimia

    Gresik.

    4. Melakukan tindakan penanganan terhadap risiko-risiko operasional dalam

    Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik

    1.4. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi atau

    pengetahuan yang mengkaji tentang risiko-risiko dalam proses logistik kepada

    perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya khususnya PT. Petrokimia

    Gresik maupun masyarakat umum.

    Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan rekomendasi bagi pihak

    perusahaan sebagai salah satu solusi atau metode yang dapat digunakan untuk

    mengidentifikasi risiko serta melakukan tindakan strategi penanganan risiko

    dalam departemen logistik untuk menghadapi segala kemungkinan risiko terjadi

    di waktu yang akan datang.

  • 4

    1.5. Batasan Penelitian

    Agar pembahasan tidak terlalu meluas dan dapat memperoleh hasil sesuai

    dengan tujuan penelitian, maka batasan yang diberikan adalah sebagai berikut:

    1. Objek dari analisa ini yaitu Departemen Logistik PT. Petrokimia

    Gresik

    2. Teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Analytical

    Hierarchy Process (AHP)

    3. Analisa dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari PT.

    Petrokimia Gresik baik melalui wawancara serta pengisian kuisoner

    oleh para expert dari departemen-departemen yang terkait dalam

    proses logistik, yaitu Departemen Distribusi Wilayah I dan Distribusi

    Wilayah II.

    4. Kriteria risiko merupakan kejadian-kejadian yang telah terjadi dan

    berpotensi terjadi yang apabila hal tersebut terjadi akan menimbulkan

    suatu kerugian bagi perusahaan.

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 PT. Petrokimia Gresik

    2.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

    PT. Petrokimia Gresik adalah suatu Badan Usaha Milik Negara di bawah

    koordinasi Menteri Pendayagunaan BUMN yang berdiri pada tahun 1960

    berdasarkan TAP MPRS No. II/ 1960 dan KEPRES No. 260/ 1960 dan

    merupakan proyek prioritas dengan nama Projek Petrokimia Soerabaja.

    PT. Petrokimia Gresik bergerak di bidang produksi pupuk, bahan-bahan

    kimia dan jasa lainnya seperti jasa konstruksi dan engineering.

    PT. Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk kedua di Indonesia

    setelah PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dan juga merupakan pabrik

    pupuk terlengkap. Pada tahun 1964 berdasarkan inpres RI No. I/ Instr/

    1963 PT. Petrokimia Gresik dikerjakan oleh kontraktor Cosindit Sp. A dari

    Italia, namun pada tahun 1968 proyek sempat terhenti karena terjadi

    pergolakan politik dan keadaan ekonomi memburuk. Pada tanggal 10 Juli

    1972 Projek Petrokimia Soerabaja diresmikan oleh Presiden Soeharto

    sebagai usaha berbentuk perusahaan umum dengan nama Perum

    Petrokimia Gresik. Pada tanggal 10 Juli 1975 berubah menjadi perseroan

    dengan nama PT. Petrokimia Gresik (Persero). Pada tahun 1997

    berdasarkan PP No. 28/ 1997 PT. Petrokimia Gresik telah berubah status

    menjadi Holding Company bersama PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.

    Pada awalnya perusahaan ini berada di bawah Direktorat Industri Kimia

    Dasar, tetapi sejak tahun 1992 berada di bawah Departemen Perindustrian

    dan pada tahun 1998 PT. Petrokimia Gresik di bawah naungan

    Departemen Pendayagunaan BUMN. Pada masa perkembangan PT.

    Petrokimia Gresik telah mengalami beberapa kali perluasan yang telah

    dilakukan sebagai berikut:

  • 6

    1. Perluasan Pertama (29 Agustus 1979)

    Pabrik pupuk TSP I yang dikerjakan oleh Spie Batignoless dari

    Perancis dilengkapi dengan sarana pelabuhan, unit penjernihan air di

    Gunung Sari dan Booster Pump di kandangan untuk meningkatkan

    kapasitasnya menjadi 760 m3/jam.

    2. Perluasan Kedua (30 Juli 1983)

    Pabrik TPS II oleh Spie Batignoless yang disertai perluasan pelabuhan

    dan unit penjernihan air babat dengan kapasitas 1500 m3/jam.

    3. Perluasan Ketiga (10 Oktober 1984)

    Pembangunan Pabrik Asam Phospat dan produk samping yang

    meliputi Pabrik Asam Sulfat, Pabrik Asam Phospat (ZA II), Pabrik

    Cement Reterder, Pabrik Aluminium Florida, Pabrik Aluminium

    Sulfat dan Unit Utilitas yang dikerjakan oleh Hitachi Zosen.

    4. Perluasan Keempat (2 Mei 1986)

    Pabrik Pupuk ZA III yang ditangani oleh tenaga-tenaga PT.

    Petrokimia Gresik mulai dari studi kelayakan sampai pengoperasian.

    5. Perluasan Kelima (29 April 1994)

    Pembangunan Pabrik Amoniak dengan teknologi Proses Kellog

    Amerika dan Pabrik Ureaaru dengan teknologi ASEC -TEC Jepang.

    Konstruksinya ditangani oleh oleh PT. IntiKarya Persada Teknik

    (IKPT) Indonesia. Pembangunan dimulai awal tahun 1991 dan

    ditargetkan beroperasi pada bulan Agustus tahun 1993, namun

    mengalami keterlambatan sehingga baru beroperasi mulai tanggal 29

    April 1994.

    6. Perluasan Keenam (25 Agustus 2000)

    Pembangunan Pabrik Pupuk Phonska dengan menggunakan teknologi

    proses oleh INCRO Spanyol. Konstruksinya ditangani oleh PT.

    Rekayasa Industri mulai awal tahun 1999 dengan kapasitas

    produksi 300.000 ton/tahun dan ditargetkan pada bulan Agustus 2000.

    Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan, perusahaan memiliki

    departemen-departemen diantaranya adalah sebagai berikut:

  • 7

    a. Departemen Pemasaran

    b. Departemen Produksi

    c. Departemen Teknik dan Pengembangan

    d. Derpartemen Keuangan, Sumber Daya Manusia, dan Umum

    Dermaga TUKS PT. Petrokimia Gresik

    Dermaga khusus ini berfungsi sebagai penunjang kegiatan transportasi

    bahan baku dan hasil produksi. Dermaga ini dibangun menjorok ke laut

    sepanjang 1 km dengan bentuk T dengan ukuran panjang 800 m, lebar 36

    m, dan 25 m dengan kedalaman air laut 15 – 17 m.

    1. Kapasitas Dermaga

    Kapasitas bongkar muat 3.000.000 – 5.000.000 ton/tahun.

    Kapasitas sandar 6 kapal sekaligus, terdiri dari:

    - Tiga (3) kapal berbobot mati 40.000 – 60.000 DWT (sisi laut).

    - Tiga (3) kapal berbobot mati 10.000 DWT (sisi darat).

    2. Fasilitas Bongkar Muat

    Dua (2) crane bongkar curah dengan kapasitas masing-masing 350

    ton/jam.

    Satu (1) crane muat terpadu dengan kapasitas muat curah 120

    ton/jam dan dalam kantong kemasan @ 50 kg dengan kapasitas 120

    ton/jam.

    Continuous ship unloader untuk membongkar bahan curah dengan

    kapasitas 1000 ton/jam.

    Tiga (3) jalur ban bejalan yang terdiri dari:

    - Satu (1) buah ban berjalan yang berguna untuk mengangkut

    bahan baku dari kapal ke unit produksi.

    - Satu (1) buah ban berjalan yang berguna untuk mengangkut

    produksi berupa kantong dengan berat 50 kg.

    - Satu (1) buah ban berjalan yang berguna untuk mengangkut

    produksi yang berupa produk curah.

    - Fasilitas perpipaan untuk mengangkut bahan cair.

  • 8

    2.1.2 Produk PT Petrokimia Gresik

    PT. Petrokimia Gresik merupakan perusahaan nasional yang memiliki

    jenis produk yang beragam, baik produk Pupuk maupun produk Non-Pupuk.

    Produk Pupuk :

    1. Pupuk Nitrogen (Urea dan ZA)

    2. Pupuk Fosfat (SP-36); Pupuk Kalium (ZK dan KCl)

    3. Pupuk Majemuk (NPK / Phonska)

    4. Pupuk Organik (Petroganik)

    Produk Non-Pupuk :

    1. Amoniak (NH3); Asam Sulfat (H2SO4);

    2. Asam Fosfat (H3PO4); Asam Klorida (HCl);

    3. Karbondioksida (CO2); Kapur (CaCO3);

    4. Gypsum (CaSO4.2H2O); Aluminum Fluorida (AlF3)

    2.1.3 Struktur Organisasi

    PT. Petrokimia Gresik mempunyai struktur organisasi yang berguna untuk

    mengetahui pembagian tugas dari masing-masing departemen. Struktur

    organisasi di PT. Petrokimia Gresik merupakan susunan dan hubungan antara

    bagian-bagian dan posisi di PT. Petrokimia Gresik. Struktur organisasi tersebut

    menspesifikasikan pembagian kegiatan kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi

    atau kegiatan yang berbeda-beda itu dihubungkan. Bagan struktur organisasi

    dapat di lihat pada halaman lampiran.

    2.2 Risiko

    Risiko dapat didefinisikan sebagai kemungkinan kejadian yang apabila

    terjadi akan mengakibatkan kerugian (Kountur, 2008). Risiko merupakan sesuatu

    hal yang belum terjadi. Sesuatu tersebut dapat dikatakan sebagai risiko apabila

    memiliki unsur-unsur dari risiko, yaitu merupakan suatu kejadian, merupakan

    suatu kemungkinan dan jika terjadi akan menimbulkan kerugian. Menurut

    Wahyudi dkk (2013), risiko sering muncul karena adanya lebih dari satu pilihan,

    dimana dari beberapa pilihan tersebut semuanya mengandung ketidakpastian.

    Setiap pilihan yang diambil akan memiliki konsekuensi yang berbeda-beda yang

    akan berdampak pada pihak pengambil keputusan.

  • 9

    Risiko dapat digolongkan menjadi beberapa macam, diantaranya adalah

    berdasarkan penyebab timbulnya risiko, berdasarkan akibat yang ditumbulkan,

    berdasarkan kejadian yang terjadi dan berdasarkan aktivitas yang dilakukan

    (Kountur, 2008). Berdasarkan penyebab timbulnya risiko, risiko dibedakan

    menjadi dua macam yaitu risiko operasional dan risiko keuangan. Risiko

    operasional adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan,

    seperti manusia, alam dan teknologi. Sedangkan, risiko keuangan adalah risiko

    yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga dan

    mata uang asing.

    Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, risiko dibedakan menjadi dua

    macam, yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah suatu

    kejadian yang yang hanya mengakibatkan kerugian dan tidak memungkinkan

    adanya keuntungan. Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang tidak hanya

    mengakibatkan kerugian tetapi juga memungkinkan untuk terjadinya keuntungan.

    Risiko pada perusahaan dapat dikategorikan menjadi empat jenis,

    menurut Djohanputro (2006) yaitu:

    a. Risiko Keuangan, yaitu fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter

    perusahaan karena gejolak variabel makro.

    b. Risiko Operasional, yaitu potensi penyimpangan dari hasil yang

    diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, Teknologi, atau

    faktor lainnya. Resiko operasional merupakan risiko yang dapat berasal

    dari internal maupun ekstenal perusahaan dimana segala risiko yang

    terkait dengan fluktuasi hasil usaha perusahaan akibat pengaruh dari hal-

    hal yang terkait dengan kegagalan sistem atau pengawasan dan peristiwa

    yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.

    c. Risiko Strategis, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi korporat dan

    eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai

    dengan lingkungan eksternal dan internal usaha.

    d. Risiko Eksternalitas, yaitu potensi penyimpangan hasil pada eksposur

    korporat dan strategis dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha,

    karena pengaruh dari faktor eksternal.

  • 10

    Menurut Darmawan (2011), Selain terdapat risiko pada perusahaan

    didapatkan sumber risiko yang dikategorikan 2 kategori yaitu antara lain :

    a. Sumber Risiko Ekternal

    Risiko eksternal sering berada di luar kendali. Karena lebih banyak

    dipengaruhi oleh keadaan luar organisasi dan muncul di luar

    wilayah/ jangkauan kontrol organisasi. Namun sedapat mungkin

    masih bisa ditangani dengan mempertimbangkan untuk

    mendapatkan asuransi pada kejadian-kejadian yang tak diinginkan

    yang berasal dari lingkungan eksternal seperti banjir, angin ribut,

    gempa bumi, banjir, kebakaran dan lain-lain. Contoh lain dari

    sumber ekstenal termasuk tindakan pesaing. (misalnya, mereka baru

    saja memperkenalkan produk baru yang membuat salah satu lini

    produk hilang nilai jual), tren demografi (misalnya, umur penduduk

    mengurangi permintaan produk berorientasi untuk remaja), atau

    bencana alam (misalnya, kekeringan berkelanjutan menyebabkan

    penurunan dramatis dalam output produk pertanian).

    b. Sumber Risiko Internal

    Sumber risiko internal terletak lebih langsung dalam bidang kontrol

    sendiri karena terjadi dalam lingkungan tertentu pada organisasi.

    Contohnya, termasuk risiko ini yang terkait dengan menggunakan

    peralatan yang sudah aus, risiko yang ditimbulkan dengan

    menggunakan tenaga kerja yang tidak kompeten, dan risiko yang

    terkait dengan politik organisasi. Terutama yang berkaitan dengan

    pelaksanaan operasi, dapat ditekan dengan menetapkan sumber

    masalah. Peralatan yang aus/tua bisa diganti, karyawan dapat

    dilatih, dan pekerja yang kompeten dapat disewa. Bahkan dalam

    lingkungan organisasi yang ditetapkan, bagaimanapun, ada risiko

    internal yang sulit untuk ditangani secara langsung seperti politik

    kantor. Namun, ada langkah-langkah defensif yang dapat diambil

    untuk menangani hal itu secara tidak langsung. Seperti membina

    hubungan baik dengan dua pihak yang berselisih paham politik,

  • 11

    sehingga menghindari beberapa hal yang mungkin muncul ketika

    mereka bergabung satu sama lain.

    2.3 Risiko Operasional

    Menurut Djohanputro (2006), Risiko operasional disebabkan oleh

    kegagalan atau tidak memadai proses internal, manusia dan sistem atau dari

    kejadian eksternal. Risiko ini akan memberikan dampak kepada seluruh bisnis.

    Risiko operasional dapat timbul antara lain karena adanya tidak berfungsinya

    proses internal. Selain itu juga, risiko dapat timbul karena adanya kesalahan

    atau kecurangan manusia, kegagalan sistem, proses dan faktor eksternal.

    2.3.1 Klasifikasi Risiko Operasional Menurut Darmawan (2011), Klasifikasi risiko operasional secara umum

    dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu sumber daya manusia (SDM), sistem,

    proses, dan faktor eksternal. Berikut rincian klasifikasi risiko operasional

    sebagai berikut :

    a. Risiko sumber daya manusia

    Risiko sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai risiko yang

    terkait dengan pekerja. Sumber daya manusia dalam hal ini karyawan

    merupakan aset yang paling berharga di perusahaan. Namun demikian

    karyawan yang sering kali menjadi penyebab kejadian risiko

    operasional. Bagian-bagian yang umumnya terkait dengan risiko

    sumber daya manusia adalah:

    1. Permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja. Hal tersebut berkaitan

    dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja

    dan lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja. Sasaran tempat

    kerja, mencakup proses produksi dan distribusi (barang dan jasa).

    Peranan keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dan

    orang lain yang berada di tempat kerja. Faktor penyebab kejadian

    kecelakan di industri antara lain :

    a. Kegagalan komponen, misalnya alat yang tidak memadai dan tidak

    mampu menahan tekanan, suhu atau bahan kimia.

  • 12

    b. Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan dalam

    pemantauan proses, kesalahan prosedur, terbentuknya produk

    samping.

    c. Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan

    kimia tanpa mengetahui jenis dan sifatnya, kurang terampil,dan salah

    komunikasi. Kemudian, faktor lain misalnya sarana yang kurang

    memadai, bencana alam, sabotase, dan kerusuhan massa.

    2. Pelatihan karyawan tidak memadai yaitu terdapat beberapa fenomena

    organisasional yang dapat dikategorikan sebagai gejala pemicu

    munculnya kebutuhan pelatihan dan pengembangan yaitu antara lain;

    tidak tercapainya standar pencapaian kerja, karyawan tidak mampu

    melaksanakan tugasnya, dan karyawan tidak produktif. Gelaja-gejala

    yang umum terjadi pada organisasi antara lain gejala yang ditimbulkan

    oleh kondisi tersebut, sehingga menimbulkan gejala utama dalam

    organisasi yang membutuhkan penanganan kerja yaitu : rendahnya

    produktivitas, tingginya kelalaian, tingginya perputaran, rendahnya

    moral pekerja.

    3. Aktivasi dimaksudkan untuk memanfaatkan dengan sebaik-

    baiknya sumber daya manusia yang ada. Saat ini masi banyak

    sumber daya manusia yang tidur, setengah bekerja atau tidak

    bekerja sama sekali tetapi masih tetap mendapat upah atau gaji.

    Peran serta manusia sebagai tenaga kerja merupakan unsur

    dominan dalam proses industri perlu mendapat perhatian khusus

    guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi

    masyarakat.

    b. Risiko Sistem

    Risiko teknologi adalah risiko yang terkait dengan penggunaan

    teknologi dan sistem. Saat ini perusahaan sangat bergantung pada sistem

    dan teknologi yang mendukung kegiatan proses produksi, penggunaan

    teknologi seperti ini banyak menimbulkan risiko operasional. Kejadian

    risiko teknologi disebabkan oleh :

  • 13

    1. Pengendalian perubahan data yang tidak memadai yaitu

    adanya sistem yang kurang dikendalikan. Kesalahan input

    data yaitu suatu data permintaan barang dari supplier tidak

    sesuai dengan data yang ada, karena ada keterbatasan

    material.

    2. Data yang tidak lengkap yaitu catatan material yang kurang

    perhitungan dengan barang yang ada. Kegagalan teknologi

    yang digunakan perusahaan adalah terjadinya kerusakan

    dalam sistem teknologi yang dapat menyebabkan gagalnya

    produk yang akan di produksi untuk menyuplai ke

    pemasok.

    c. Risiko Proses Internal

    Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil

    yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan

    dalam kombinasi sumber data (SDM, keahlian, metode peralatan teknologi

    dan material) dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan prosedur

    merupakan salah bentuk perwujudan risiko proses.

    d. Risiko Eksternalitas

    Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada

    eksposur korporat dan strategis dan bisa berdampak pada potensi

    penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal yang termasuk

    faktor eksternal antar alain, reputasi, lingkungan sosial dan hukum.

    2.4 Manajemen Risiko

    Manajemen risiko adalah suatu metode yang biasa digunakan oleh

    perusahaan untuk melakukan penanganan terhadap risiko-risiko yang akan

    dihadapi oleh perusahaan (Kountur, 2008). Risiko-risiko tersebut berasal dari

    kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna mencapai tujuan yang

    diinginkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Wahyudi dkk (2013),

    manajemen risiko adalah suatu proses yang dim ana terdapat beberapa

    tahapan yang saling berkaitan dan berulang yang bertujuan untuk saling

    melengkapi dan menyempurnakan.

  • 14

    Pada gambar 2.1, menurut Kountur (2008), proses manajemen risiko

    dimulai dengan proses identifikasi risiko. Risiko perlu diidentifikasi untuk

    mendapatkan suatu daftar risiko. Daftar risiko merupakan hasil dari identifikasi

    risiko. Setelah semua risiko tersebut teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat,

    proses selanjutnya adalah pengukuran risiko-risiko yang sudah ada pada daftar

    risiko.

    Gambar 2. 1 Proses Manajemen Risiko

    (Kountur, 2008)

    Pengukuran risiko adalah suatu proses untuk menghasilkan apa yang

    disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang

    menunjukkan tingkatan risiko, sehingga kita dapat mengetahui mana risiko yang

    lebih berisiko dibanding risiko lainnya. Sedangkan peta risiko adalah gambaran

    mengenai sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita dapat mengetahui dimana

    risiko berada dalam suatu peta dan dalam peta tersebut akan tampak status dari

    risiko tersebut. Salah satu indikator apakah suatu perusahaan telah melaksanakan

    manajemen risiko dengan benar dan profesional adalah jika setiap unit di dalam

    perusahaan memiliki peta risiko dan ada status risikonya.

    Menurut Hanafi (2009), dengan melakukan pengukuran risiko dapat

    dilihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Setelah itu dapat

    diketahui dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan dan melakukan

    prioritasi risiko.

  • 15

    Menurut Wahyudi dkk (2013), risiko-risiko tersebut harus diukur untuk

    mengetahui tingkat keparahan kerugian yang akan diakibatkan dan tingkat

    kemungkinan keterjadian risiko tersebut.

    Langkah selanjutnya setelah pengukuran risiko adalah penanganan risiko.

    Penanganan risiko bertujuan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan

    untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan (Kountur, 2008)

    Setelah penanganan risiko dilakukan, langkah selanjutnya adalah evaluasi.

    Evaluasi biasanya dilakukan oleh Enterprise Risk Management (ERM) dan

    internal audit. Internal auditor bertugas mengaudit perusahaan sekaligus

    mengaudit apakah usulan penanganan risiko yang yang diberikan oleh masing-

    masing manajer dilaksanakan atau tidak.

    Proses pengelolaan risiko di dalam perusahaan berlangsung secara terus

    menerus. Siklus dari proses ini minimal dilakukan setiap satu kali dalam setahun,

    tetapi bisa juga dilakukan setiap enam bulan atau tergantung kebijakan

    perusahaan. Proses manajemen risiko ini bersifat loops, yang berarti setelah satu

    proses selesai kembali lagi melakukan proses awal dan seterusnya.

    2.4.1 Identifikasi Risiko

    Proses identifikasi risiko merupakan sebuah proses untuk menentukan

    risiko apa saja yang dapat terjadi, mengapa risiko tersebut terjadi dan bagaimana

    risiko tersebut terjadi (Wahyudi, 2013). Identifikasi risiko merupakan proses yang

    penting dalam penanganan risiko, karena proses tersebut mempermudah

    penanganan risiko yang dihadapai oleh perusahaan (Kountur, 2008).

    Identifikasi risiko dilakukan pada setiap unit dalam perusahaan, mulai dari

    unit yang terkecil sampai dengan unit yang paling besar yaitu perusahaan. Tetapi,

    tidak semua risiko harus diidentifikasi. Hal tersebut akan menyebabkan pekerjaan

    membutuhkan waktu yang sangat lama dan juga biaya yang besar karena setiap

    aktivitas yang dilakukan oleh manusia akan selalu menimbulkan risiko (Kountur,

    2008).

    Menurut seorang ahli ekonomi bernama Vilfredo Pareto (1848-1923)

    menyatakan bahwa, “pada umumnya 80% kekayaan suatu negara dikuasai oleh

    hanya 20% penduduk. Hal itu menyebabkan hukum Pareto juga dikenal dengan

  • 16

    hukum 80:20 atau 20:80. Hasil dari pengamatan Vilfredo Pareto ini bukan hanya

    pada perekonomian suatu negara tetapi hampir pada semua aspek kehidupan

    termasuk risiko.

    Penerapan hukum Pareto dalam bidang risiko adalah bahwa 80% kerugian

    perusahaan hanya disebabkan oleh 20% risiko yang krusial. Jika kita dapat

    menangani 20% risiko yang krusial itu saja, berarti kita sudah bisa menghindari

    80% kerugian. Tetapi, jika kita salah menangani risiko dimana risiko yang

    ditangani justru merupakan risiko yang tidak penting, bukan tidak mungkin kita

    menangani 80% risiko yang sebenarnya hanya menghindari 20% risiko saja.

    Kountur (2008) menyatakan bahwa dalam melakukan proses identifikasi

    risiko terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah ini

    merupakan suatu proses yang disebut dengan proses identifikasi risiko. Langkah-

    langkah dalam proses identifikasi risiko adalah sebagai berikut:

    1. Menentukan Unit Risiko

    Proses manajamnen risiko dimulai dengan menentukan unit di dalam

    suatu organisasi dimana risiko akan diidentifikasi yang disebut dengan

    unit risiko. Semua risiko yang ada pada unit tersebut merupakan

    tanggung jawab dari pimpinan unit risiko tersebut.

    2. Memahami Proses Bisnis

    Proses bisnis merupakan gambaran alur dari aktivitas yang terjadi di

    dalam suatu unit bisnis dalam menghasilkan produk atau jasa. Dengan

    memahami proses bisnis, kita dapat mengetahui aktivitas-aktivitas

    yang ada pada suatu unit. Proses bisnis terdiri dari dua aktivitas yaitu

    aktivitas-aktivitas utama dan aktivitas-aktivitas pendukung.

    3. Menetukan Aktivitas Krusial

    Setelah memahami proses bisnis dari suatu unit risiko, langkah

    selanjutnya adalah menentukan aktivitas yang krusial dari aktivitas

    utama dan aktivitas pendukung. Suatu aktivitas dikatakan krusial

    apabila unit risiko tidak dapat menghasilkan produk atau jasa karena

    aktivitas yang bersangkutan terganggu atau tidak berjalan sebagaimana

    mestinya. Hal itu sebabnya aktivitas tersebut dikatakan krusial karena

    sangat menentukan keberhasilan produk atau jasa yang dihasilkan.

  • 17

    Sebaliknya, jika aktivitas tersebut tidak berjalan dengan semestinya,

    tetapi tidak berpengaruh pada produk atau jasa maka hal itu disebut

    aktivitas yang tidak krusial.

    4. Menentukan Barang dan Orang

    Setiap aktivitas akan melibatkan barang dan orang, atau bisa saja

    hanya melibatkan orang. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan

    oleh orang. Sedangkan barang adalah semua peralatan dan

    perlengkapan yang digunakan untuk aktivitas selain manusia. Dalam

    langkah ini perlu diidentifikasi barang-barang apa saja yang ada dalam

    aktivitas krusial dan siapa saja orang yang terlibat dalam aktivitas

    krusial tersebut.

    5. Menentukan Bentuk Kerugian

    Terdapat bebebrapa bentuk kerugian yang dapat terjadi pada orang

    atau barang. Pada tahapan ini perlu ditentukan kerugian apa yang dapat

    terjadi pada barang dan orang yang berada pada aktivitas krusial.

    6. Menentukan Penyebab Kerugian

    Risiko jika dikategorikan menurut penyebabnya dapat dikategorikan

    menjadi dua yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko

    keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan harga,

    perubahan nilai tukar, dan perubahan tingkat bunga. Sedangkan risiko

    operasional adalah risiko yang disebabkan oleh manusia, teknologi,

    dan alam. Sangat penting untuk mengetahui penyebab risiko, karena

    dapat berguna untuk menentukan cara penanganan risiko yang baik.

    7. Membuat Daftar Risiko

    Daftar risiko berisi dua hal penting yaitu pernyataan risiko dan

    penyebab risiko. Risiko harus dinyatakan dengan benar, jangan sampai

    yang dinyatakan adalah masalah bukan risiko. Selain itu, dalam daftar

    risiko perlu dicantumkan penyebab-penyebab risiko jika diketahui

    penyebabnya.

  • 18

    2.4.2 Penanganan Risiko

    Penanganan risiko yang baik akan dapat meminimalkan kerugian yang

    akan diderita perusahaan. Dengan meminimalkan kerugian, berarti perusahaan

    akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

    Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk dapat semaksimal

    mungkin meningkatkan keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan.

    Penanganan risiko akan tidak berarti apabila proses penanganan risiko yang

    dilakukan tidak dapat memaksimalkan profit yang di dapat perusahaan (Kountur,

    2008).

    Sebelum melakukan penanganan risiko, langkah yang terlebih dulu harus

    dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi

    risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal dan sumbu horizontal.

    Sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, sedangkan sumbu horizontal

    menggambarkan dampak. Berdasarkan peta risiko tersebut kemudian dapat

    diketahui strategi apa yang sesuai untuk menangani risiko-risiko tersebut.

    Gambar 2. 2 Peta Risiko

    (Kountur,2008)

    Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisi yang

    berasal dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak risiko. Pengukuran

  • 19

    probabilitas dan dampak risiko merupakan pengukuran yang kuantitatif dan

    membutuhkan data historis. Berdasarkan peta risiko yang telah dibuat dapat

    diketahui strategi penanganan yang sesuai untuk risiko-risiko tersebut. Terdapat

    dua strategi penanganan risiko yaitu preventif dan mitigasi.

    Pada umumnya risiko yang probabilitasnya terjadi 20% atau lebih

    dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan dibawah 20% dianggap

    kemungkinan kecil.

    2.3.2.1 Preventif

    Gambar 2. 3 Peta Risiko Preventif

    (Kountur,2008)

    Gambar 2.3 menjelaskan tentang peta risiko dalam penanganan preventif.

    Preventif merupakan strategi penanganan risiko yang dilakukan dengan

    menghindari terjadinya risiko (Kountur, 2008). Sebelum risiko terjadi harus ada

    cara-cara preventif yang dilakukan agar risiko tidak terjadi. Preventif dilakukan

    apabila kemungkinan terjadinya risiko besar.

    Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah

    sebagai berikut:

    a. Membuat/ Memperbaiki Sistem dan Prosedur

    Risiko-risiko ini dapat diminimalisir dengan membuat (jika belum ada )

    atau memperbaiki (jika sudah ada) sistem dan prosedur. Jika sistem dan

  • 20

    prosedur sudah berjalan dengan baik, hal tersebut dapat memperkecil

    risiko-risiko yang disebabkan oleh manusia dan teknologi.

    b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia

    Hal tersebut dapat diperkecil dengan memperbaiki atau mengembangkan

    sumber daya manusia yang ada. Pengembangan sumber daya manusia

    dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan, baik pelatihan on the job

    maupun pelatihan eksternal. Dengan mengembangkan sumber daya

    manusia diharapkan dapat memperkecil kemungkinan risiko yang

    disebabkan karena kurang kompetennya sumber daya manusia.

    c. Memasang atau Memperbaiki Fasilitas Fisik

    Beberapa risiko dapat diperkecil kemungkinan terjadinya dengan cara

    memasang atau memperbaiki fasilitas fisik di sekitar kegiatan yang kita

    lakukan. Dengan melakukan hal tersebut, kita diharapkan dapat

    meminimalkan kerugian yang diakibatkan risiko yang terjadi.

    2.3.2.2 Mitigasi

    Gambar 2. 4 Peta Risiko Mitigasi

    (Kountur,2008)

    Gambar 2.4 menjelaskan tentang peta risiko dalam penanganan preventif.

    Mitigasi adalah salah satu strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk

  • 21

    meminimalkan dampak yang ditimbulkan dari risiko (Kountur, 2008). Mitigasi

    risiko berfungsi untuk menetralisasi, meminimalkan dan memungkinkan untuk

    menghilangkan dampak negatif dari kejadian yang termasuk berisiko (Wahyudi,

    2013).

    Menurut Kountur (2008), terdapat beberapa cara mitigasi yang dapat

    dilakukan, yaitu:

    a. Diversifikasi

    Diversifikasi adalah cara menempatkan aset pada beberapa tempat

    sehingga jika salah tempat mengalami risiko yang mengakibatkan

    kerugian, tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.

    b. Penggabungan

    Penggabungan terkadang dapat memperkecil dampak risiko. Seperti

    misalkan risiko kalah bersaing dapat diminimalkan dengan

    penggabungan. Penggabungan pada perusahaan dapat dilakujan

    dengan cara merger atau akuisisi.

    c. Pengalihan Risiko

    Pengalihan risiko adalah cara mengurangi dampak risiko dengan

    mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, sehingga jika terjadi

    kerugian pihak lainlah yang menanggung kerugiannya. Beberapa cara

    untuk mengalihkan risiko adalah dengan cara asuransi, hedging,

    leasing dan outsourcing.

    2.5 Logistik

    Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar pada

    kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik atau manajemen distribusi

    penting dalam rantai pasokan, tujuan dari sistem logistik sebagai fungsi logistik

    utama dan kebutuhan untuk manajemen rantai pasokan terpadu (Supply Chain

    Management) (Kotler, 2006).

    Menurut Kerin, Hartley, dan Rudelius (2009) logistik melibatkan kegiatan-

    kegiatan yang fokus untuk mendapatkan jumlah yang tepat dari produk yang tepat

    (of the right products) ke tempat yang tepat (to the right place) pada waktu yang

    tepat (at the right time) pada biaya terendah (at the lowest possible cost).

  • 22

    Pengertian distribusi menurut Stanton, et. al (1994) adalah pengembangan

    pengaturan yang diperlukan untuk mentransfer kepemilikan produk dan

    mengangkut produk dari mana produk tersebut dihasilkan ke tempat produk

    tersebut akhirnya dikonsumsi.

    Distribusi fisik atau disebut juga logistik pemasaran meliputi perencanaan,

    pelaksanaan, dan mengendalikan aliran fisik barang, jasa, dan informasi terkait

    dari titik konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pada keuntungan.

    Singkatnya, suatu proses mendapatkan barang yang tepat (at the right item),

    dalam jumlah yang tepat (in the right quantity), pada waktu yang tepat (at the

    right time), pada tempat yang tepat (at the right place), untuk harga yang tepat (for

    the right price) (Kotler, 2006).

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa logistik/distribusi

    fisik merupakan serangkaian organisasi yang saling terkait dan terlibat dalam

    proses penyampaian atau penyaluran barang dan jasa dari “point of origin” ke

    “point of consumption” guna memenuhi kebutuhan pelanggan secara

    menguntungkan.

    2.5.1 Jenis Kegiatan Logistik

    Gambar 2. 5 Kegiatan Logistik

    (Havaldar et. al, 2007)

    Kegiatan manajemen logistik mengatur hemat biaya bahan baku, dalam

    proses inventory, barang jadi, dan informasi terkait dari titik asal (point of origin)

  • 23

    ke titik konsumsi (point of consumption) untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

    (Kerin et. al, 2009).

    Logistik pemasaran tidak hanya outbound logistic (memindahkan produk

    dari pabrik ke reseller dan akhirnya ke pelanggan), tetapi juga inbound logistic

    (memindahkan produk dan bahan baku dari pemasok ke pabrik) dan reverse

    logistic (memindahkan produk rusak, tidak diinginkan, atau kelebihan yang

    dikembalikan oleh konsumen atau reseller) (Kotler, 2006).

    Pada gambar 2.5 menurut Havaldar et. al (2007) Kegiatan distribusi

    fisik/logistik dibagi menjadi dua yaitu, inbound logistik dan outbound logistik.

    1. Inbound logistik meliputi: menerima, menyimpan dan mengeluarkan input

    dan merawat:

    a. Penanganan material (Material Handling).

    b. Pengendalian persediaan (Inventory Control).

    c. Inspeksi kualitas inbound bersama dengan kualitas fungsi kontrol.

    d. Penjadwalan produksi untuk mengelola "issues"/ masalah.

    e. Mengembalikan bahan yang tidak dapat diterima kepada pemasok.

    Inbound logistik merupakan kegiatan langsung antarmuka dengan

    pemasok perusahaan, vendor dan penyedia layanan lainnya.

    2. Outbound logistik termasuk: mengumpulkan, menyimpan, mengirim dan

    distribusi fisik barang jadi kepada pembeli / distribusi saluran / konsumen,

    dan termasuk:

    a. Pemrosesan order dari semua pesanan yang diterima melalui sistem

    penjualan.

    b. Penanganan material barang jadi.

    c. Pergudangan, baik di pabrik dan di lapangan.

    d. Pengiriman dan penjadwalan kendaraan operasi.

    e. Pengiriman dokumen-dokumen yang terkait.

    Outbound logistik merupakan kegiatan langsung antarmuka dengan

    pelanggan perusahaan.

  • 24

    2.5.2 Fungsi Logistik

    Menurut Prihantono (2012), fungsi-fungsi manajemen logistik merupakan

    serangkaian suatu proses yang terdiri dari, (1) fungsi perencanaan dan penentuan

    kebutuhan, (2) fungsi penganggaran, (3) fungsi pengadaan, (4) fungsi

    penyimpanan dan penyaluran, (5) fungsi pemeliharaan, (6) fungsi penghapusan,

    (7) fungsi pengendalian.

    2.6 Analytical Hierarchy Process (AHP)

    AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan

    oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan

    masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki.

    Menurut Saaty (2008), hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari

    sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana

    level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan

    seterusnya ke bawah hingga level terakhir.

    Dalam penggunaan AHP, terdapat tiga prinsip utama yang harus

    diperhatikan yaitu:

    1. Prinsip penyusunan hierarki

    Penyusunan hierarki merupakan langkah untuk mendefinisikan

    masalah yang kompleks ke dalam bagian, sub bagian yang membentuk

    tingkatan sehingga lebih jelas. Hierarki keputusan diambil berdasarkan

    pandangan dari pihak yang memiliki keahlian dan pengetahuan sesuai

    dengan bidangnya.

    2. Prinsip menentukan prioritas

    AHP melakukan analisis prioritas elemen dengan membandingkan

    secara berpasangan antar dua elemen pada semua elemen yang ada.

    Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar atau pihak-

    pihak terkait yang berkompeten terhadap pengambilan keputusan baik

    secara langsung maupun tidak langsung.

    3. Prinsip konsistensi logis

    Dalam mempergunakan prinsip ini, AHP memasukkan baik aspek

    kualitatif maupun kuantitatif dari pikiran manusia. Aspek kuantitatif untuk

  • 25

    mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat,

    sedangkan aspek kualitatif untuk mendefinisikan persoalan dan

    hierarkinya.

    2.6.1. Langkah-langkah AHP

    Langkah-langkah dalam metode AHP yaitu (Suryadi, 2000):

    1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

    Dalam tahap ini dilakukan penentuan masalah yang akan

    dipecahkan secara jelas, detail, dan mudah dipahami. Dari

    permasalahan yang ada ditentukan solusi yang tepat untuk mengatasi

    masalah tersebut.

    2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.

    Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan

    disusun level hierarki yang ada dibawahnya yaitu kriteria-kriteria yang

    cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang diberikan

    dan menentukan alternatif tersebut. Hierarki dilanjutkan dengan sub

    kriteria.

    3.Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

    kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau

    kriteria yang setingkat diatasnya.

    Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan

    kuat untuk kerangka konsistensi, mendapat informasi lain yang mungkin

    dibutuhkan dari semua perbandingan yang mungkin dan mampu

    menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan

    pertimbangan.

    4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah

    penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah

    banyaknya elemen yang dibandingkan.

    Hasil perbandingan berpasangan dari masing-masing elemen berupa

    angka 1 hingga 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat suatu

    elemen.

    5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.

    Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

  • 26

    6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 utuk seluruh tingkat hierarki.

    7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.

    Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai setiap kolom

    dari matriks, membagi setiap nilai kolom dengan total kolom yang

    bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks dan

    menjumlahkan nilai-nilai dari tiap baris dan membaginya dengan

    jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.

    8. Memeriksa konsistensi hierarki.

    Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat

    indeks konsistensi.

    2.6.2 Dasar Pembuatan Kuisioner

    Pembuatan kuesioner AHP didasarkan prinsip dalam memecahkan

    persoalan dengan menggunakan analisa logis. Tahap pertama studi literatur yang

    akan menjadi dasar logis pembuatan pohon hirarki pada kuesioner AHP. Tahap

    kedua adalah berdiskusi dengan akademisi untuk memperkuat faktor-faktor yang

    akan diujikan. Tahap ketiga adalah diskusi dengan para praktisi dari perusahaan

    yang terkait untuk melihat secara kenyataan dilapangan. Tahap keempat adalah

    dua prinsip logis antara akademisi dan praktisi akan disatukan dalam satu pohon

    hirarki yang mendapat validasi dari praktisi. Pohon hirarki tersebut yang akan

    digunakan dasar pembuatan kuesioner AHP. Setiap pada pohon hirarki akan

    terdapat faktor dan sub faktor. Faktor dan sub faktor akan dibandingkan satu sama

    lain, sebagai contoh faktor sebelah kiri atau faktor A dibandingkan dengan faktor

    sebelah kanan atau faktor B. Membandingkan antar faktor dan sub faktor adalah

    memdapatkan prioritas pada faktor perbandingan. Prioritas faktor maupun sub

    faktor yang terpilih akan diberi penilaian dengan pilihan skala skor sebagai

    berikut (Falatehan, 2016):

    a. Sedikit lebih penting (dengan nilai kepentingan 3)

    b. Secara signifikan lebih penting (dengan nilai kepentingan 5)

    c. Jauh lebih penting (dengan nilai kepentingan 7)

    d. Secara absolut lebih penting (dengan nilai kepentingan 9)

  • 27

    2.5 Expert Choice

    Pada semua perhitungan AHP diatas akan dilakukan dengan menggunakan

    aplikasi Expert Choice. Aplikasi Expert Choice adalah alat bantu yang digunakan

    untuk perhitungan pengambilan keputusan dengan menggunakan metode AHP.

    Program aplikasi (software) Expert Choice dapat menggabungkan hasil

    perbandingan dengan jumlah lebih dari partisipan yaitu dengan menggabungkan

    fitur average untuk merata-rata hasil penilaian berpasangan individu menjadi

    sebuah nilai. Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai rata-rata tersebut

    yaitu dengan metode perhitungan rata-rata geometrik.

    Langkah terakhir yang dilakukan dalam pengoperasian software ini adalah

    melakukan analisa sensitifitas yang tersedia dalam ikon Sensitivity Analysis. Ikon

    yang tersedia ini digunakan untuk mengecek sejauh mana pengaruh perubahan

    nilai kepentingan suatu kriteria terhadap peringkat alternati-alternatif yang

    tersedia. Dalam analisa sensitifitas tersedia grafik yang menggambarkan

    sensitifitas alternatif dengan memperhatikan kriteria di bawah goal atau tujuan

    hirarki, yaitu Performance Sensitivity ( grafik batang arah horizontal ), Gradient

    Sensitivity (untuk mengecek sensitifitas), Two Dimensional Performance Plot

    Sensitivity (menunjukkan performa alternatif dengan pertimbangan dua kriteria )

    dan Differences Sensitivity. Pada akhirnya dengan Expert Choice memudahkan

    pengambilan keputusan karena dilengkapi dengan icon yang memudahkan

    melakukan eksekusi keputusan secara cepat dengan nilai kepraktisan yang tinggi.

    Aplikasi Expert Choice sangat bagus digunakan untuk menganalisa

    permasalahan dalam pengambilan keputusan dengan alternatif yang banyak dan

    hirarki yang besar atau hirarki yang mempunyai banyak level, karena tidak perlu

    menghitung bobot secara manual, hingga tingkat kesalahan dalam perhitungan

    bobotnya sangat kecil, namun tergantung ketelitian kita dalam menginputkan data

    dari preferensi responden.

  • 28

    Gambar 2. 6 Tampilan Expert Choice

    2.6 Rasio Profitabilitas

    2.6.1 Pengertian Profitabilitas

    Profitabilitas merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja

    manajemen, tingkat profitabilitas akan menggambarkan posisi laba perusahaan.

    Para investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan

    dalam menghasilkan dan meningkatkan laba, hal ini merupakan daya tarik bagi

    investor dalam melakukan jual beli saham, oleh karena itu manajemen harus

    mampu memenuhi target yang telah ditetapkan.

    Menurut Kasmir (2008), “Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

    menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Rasio ini juga

    memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

    ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

    Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu

    perusahaan.

    2.6.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

    Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau

    manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak – pihak

    yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan

    Menurut Kasmir (2008), menerangkan bahwa tujuan dan manfaat

    penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar

    perusahaan yakni :

  • 29

    1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

    dalam satu periode tertentu

    2. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

    sekarang

    3. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu

    4. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

    sendiri

    5. untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

    digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri

    6. untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

    digunakan baik modal sendiri

    Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

    perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama

    laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk

    beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi

    keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau

    kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga dapat

    diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan tersebut.

    semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil yang akan

    dicapai, sehingga posisi dan kondisi tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui

    secara sempurna.

    2.6.3 Jenis – jenis Rasio Profitabilitas

    Secara umum ada empat jenis analisis utama yang digunakan untuk menilai

    tingkat profitabilitas yakni terdiri dari:

    1. Net Profit Margin (NPM)

    2. Gross Profit Margin (GPM)

    3. Return On Assets (ROA)

    4. Return On Equity (ROE)

    Namun dari ke empat rasio profitabilitas tersebut, analisis rasio profitabilitas

    dalam penelitian ini diwakili oleh rasio profitabilitas yang menunjukkan kaitannya

    dengan investasi. “ada dua rasio profitabilitas yang berkaitan dengan investasi yakni

    Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE)”, Horne (2005). Oleh karena

  • 30

    itu penelitian ini membatasi hanya menggunakan rasio Return On Assets (ROA) dan

    Return On Equity (ROE).

    1. Return On Assets (ROA)

    Return On Assets (ROA) merupakan penilaian profitabilitas atas total assets,

    dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan rata-rata total aktiva. Return

    On Assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva baik

    dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman, investor akan melihat seberapa

    efektif suatu perusahaan dalam mengelola assets. Semakin tinggi tingkat Return On

    Assets (ROA) maka akan memberikan efek terhadap volume penjualan saham,

    artinya tinggi rendahnya Return On Assets (ROA) akan mempengaruhi minat investor

    dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi volume penjualan saham

    perusahaan begitu pula sebaliknya.

    Secara matematis Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut

    (Horne,2005):

    (2.1)

    2. Return On Equity (ROE)

    Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

    laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan daya untuk

    menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham.

    Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin

    kuat, demikian pula sebaliknya. Return On Equity (ROE) yang tinggi akan dapat

    mendorong penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen

    biaya yang efektif. Hal ini akan mempengaruhi minat para investor untuk melakukan

    transaksi jual beli saham, sehingga akan meningkatkan volume penjualan saham

    perusahaan tersebut. Dengan kata lain tingkat Return On Equity (ROE) akan

    memberikan pengaruh terhadap volume penjualan saham perusahaan

    Formula yang digunakan untuk menghitung Return On Equity ( ROE ) yakni

    sebagai berikut (Horne,2005).

    (2.2)

  • 31

    Return On Equity (ROE) menunjukan sebesapa banyak keuntungan yang

    dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para

    pemegang saham. Return On Equity (ROE) dengan rasio 100% dapat diartikan bahwa

    setiap 1 rupiah dari ekuitas pemegang saham dapat menghasilkan 1 rupiah dari laba

    bersih. Return On Equity (ROE) dapat juga dijadikan suatu acuan untuk menilai

    tingkat tingkat efektifitas manajemen dalam menggunakan pembiayaan ekuitas untuk

    mendanai operasional dan melakukan ekspansi untuk pengembangan perusahaan.

    2.7 Penelitian Terdahulu

    Tabel 2. 1 Penelitian TerdahuluTabel

    No.

    Judul Penelitian,

    (Nama Peneliti,

    tahun)

    Persamaan

    Perbedaan

    Terdahulu Sekarang

    1. Penilaian Faktor

    Risiko

    Collaborative

    Supply Chain

    Menggunakan

    Metode

    Analytical

    Hierarchy Process

    (AHP) Dan

    Delphi Di PT.

    Krakatau Steel

    (Persero) Tbk.

    (Darmawan dkk,

    2016)

    Menggunakan

    metode AHP

    a. Obyek yang

    diteliti yaitu

    risiko

    collaborative

    supply chain

    b. Hasil dari

    penelitian yaitu

    mengetahui

    tingkat prioritas

    risiko dan

    strategi

    penanganan

    a. Obyek yang diteliti

    yaitu risiko operasional

    di Departemen Logistik

    b. Menghitung dampak

    kepada perusahaan

    dengan menghitung

    rasio profitabilitas

    (ROA&ROE)

    c. Hasil penelitian ini

    diharapkan dapat

    mengetahui prioritas

    risiko beserta

    dampaknya terhadap

    profit perusahaan serta

    memberikan saran

    penanganan risiko

    2. Analisis Risiko

    Operasional Pada

    Departemen

    Logistik Dengan

    Menggunakan

    Metode FMEA

    (Rosih dkk, 2016)

    Obyek penelitian

    merupakan risiko

    operasional pada

    departemen

    logistik.

    Digunakan

    sebagai acuan

    penentuan kriteria

    a. menggunakan

    metode FMEA

    dan FTA

    b. Hasil dari

    penelitian ini

    yaitu diketahui

    tingkat prioritas

    risiko,

    penyebab dan

    strategi

    penanganannya

    a. Menggunakan metode

    Analytical Hierarchy

    Process (AHP)

    b. Hasil penelitin ini

    diharapkan dapat

    mengetahui prioritas

    risiko beserta

    dampaknya terhadap

    profit perusahaan serta

    memberikan saran

    penanganan risiko

  • 32

    No.

    Judul Penelitian,

    (Nama Peneliti,

    tahun)

    Persamaan

    Perbedaan

    Terdahulu Sekarang

    3. Analisis Risiko

    Operasional PT.

    “XYZ”

    (Devy & Fanany,

    2017)

    Menggunakan

    metode AHP

    a. Menggunakan

    RPN dalam

    menghitung risk

    event

    b. Hasil dari

    penelitian ini

    memberikan

    usulan mitigasi

    a. Menghitung dengan

    teknik AHP untuk

    pembobotan risikonya

    b. Hasil dari penelitian

    memberikan strategi

    penanganan mitigasi

    maupun preventif

    4. Prioritizing the

    Risk in Customs

    Supply Chain

    Using AHP-

    Based Approach:

    Application to the

    Moroccan

    Customs

    (Hammadi dkk,

    2016)

    Menggunakan

    metode AHP

    a. Obyek yang

    diteliti yaitu

    supply chain

    di bea cukai

    Maroko

    b. Hasil

    penelitian