analisa risiko operasional pada departemen logistik …repository.ppns.ac.id/2190/1/1115040028 -...
TRANSCRIPT
-
i
TUGAS AKHIR (614415A)
ANALISA RISIKO OPERASIONAL PADA DEPARTEMEN
LOGISTIK DENGAN TEKNIK ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS DI PT. PETROKIMIA GRESIK
ERDHISA TYSANI NURLIANA
NRP.1115040028
DOSEN PEMBIMBING:
DEVINA PUSPITA SARI, ST., MT.
YESICA NOVRITA DEVI, S.ST., M.MT.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
-
i
-
i
HALAMAN JUDUL
TUGAS AKHIR (614415A)
ANALISA RISIKO OPERASIONAL PADA DEPARTEMEN
LOGISTIK DENGAN TEKNIK ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS DI PT. PETROKIMIA GRESIK
ERDHISA TYSANI NURLIANA
NRP.1115040028
DOSEN PEMBIMBING:
DEVINA PUSPITA SARI, ST., MT.
YESICA NOVRITA DEVI, S.ST., M.MT.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
-
ii
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
-
iv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
-
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
-
vi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisa Risiko
Operasional Pada Departemen Logistik Dengan Teknik Analytical Hierarchy
Process Di PT. Petrokimia Gresik”.
Selanjutnya tak lupa penulis ucapkan rasa terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik dalam pelaksanaan penelitian, fasilitas, dan juga
ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan Tugas Akhir
ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan
lancar.
2. Mama dan Panda yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan, rasa kasih
sayang, materi, petunjuk dan nasihat yang sangat berarti bagi penulis serta
selalu sabar mendengarkan keluh-kesah penulis.
3. Mas Eca dan Mba Chia yang selalu memberi dukungan dan memberikan
banyak saran dalam penulisan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc, MRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
5. Bapak Ruddianto, ST., MT., MRINA selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan
Kapal.
6. Ibu Yugowati Praharsi, S.Si., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Prodi D4 Manajemen
Bisnis dan koordinator Tugas Akhir yang telah mengatur berjalannya
keseluruhan proses Tugas akhir Progam Studi Manajemen Bisnis.
7. Ibu Devina Puspita Sari, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, perhatian serta pikiran untuk penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir.
8. Ibu Yesica Novrita Devi, S.ST., M.MT., selaku Dosen Pembimbing II yang
juga senantiasa meluangkan waktunya, , tenaga, perhatian serta pikiran kepada
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
-
viii
9. Seluruh staf dari Distribusi Wilayah I dan Distribusi Wilayah II PT.
Petrokimia Gresik, yang telah membantu dan memfasilitasi penulis dalam
melakukan penelitian.
10. Sobat-sobatku yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas
dukungan dari kalian untuk penulis.
11. Teman-teman Manajemen Bisnis 2015 serta adik-adik angkatan 2016 yang
sudah menemani penulis dan berbagi suka maupun duka dalam hal
perkuliahan selama 4 tahun.
12. Adis yang telah berjuang untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini dan tidak
menyerah meskipun banyak cobaan yang menghadang saat penelitian ini.
13. Dan terakhir terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
karena telah mendukung baik material maupun spiritual hingga
terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulisan tugas akhir ini tentunya masih belum sempurna sehingga diperlukan
kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
para pembacanya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Surabaya, 11 Juli 2019
Penulis
-
ix
ANALISA RISIKO OPERASIONAL PADA DEPARTEMEN
LOGISTIK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS DI PT. PETROKIMIA GRESIK
Erdhisa Tysani Nurliana
ABSTRAK
Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu
kejadian. Berdasarkan sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko salah
satunya adalah risiko operasional. Risiko operasional dapat timbul antara lain
karena tidak berfungsinya proses internal, kesalahan atau kecurangan manusia,
kegagalan sistem, faktor eksternal. Objek penelitian ini adalah Departemen
Logistik PT. Petrokima Gresik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode AHP (Analytical Hierarchi Process). Hasil dari penelitian ini:
1) Sub kriteria risiko server sistem SAP down merupakan risiko yang
memiliki dampak paling besar apabila terjadi; 2) Sub kriteria risiko stok di
administrasi tidak sesuai dengan stok fisik merupakan sub kriteria yang
probabilitasnya paling sering terjadi. Penggunaan teknik analisis lain sangat
dianjurkan bagi peneliti selanjutnya untuk mendapatkan nilai-nilai yang lebih
signifikan mengenai dampak-dampak risiko operasional yang terjadi pada
Departemen Logistik, sehingga dapat diketahui juga besar kerugian yang
ditimbulkan.
Kata kunci: Analytical Hierarchi Process (AHP), Analisa Risiko, Departemen
Logistik, PT. Petrokimia Gresik, Risiko Operasional
-
x
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
-
xi
OPERATIONAL RISK ANALYSIS IN THE LOGISTIC
DEPARTMENT WITH ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS METHOD IN PT. PETROKIMIA GRESIK
Erdhisa Tysani Nurliana
ABSTRACT
Risk is a combination of the possibility and severity of an event. Based on
the causes of risk, there are two types of risks, one of which is operational
risk. Operational risk can arise, among others, due to the non-functioning of
internal processes, human errors or fraud, system failures, processes and
external factors. The object of this research is the Logistics Department of PT.
Petrokima Gresik. The method used in this study is the AHP (Analytical
Hierarchy Process) method. The results of this study: 1) Sub server risk
criteria SAP system down is a risk that has the greatest impact if it occurs; 2)
Sub-criteria for stock risk in administration are not in accordance with
physical stock, which is a sub-criterion whose probability occurs most often.
The use of other analytical techniques is highly recommended for future
researchers to obtain more significant values regarding the impacts of
operational risks that occur in the Logistics Department, so that the losses can
also be known.
Keywords: Analytical Hierarchy Process (AHP), Logistics Department,
Operational Risk, PT. Petrokimia Gresik, Risk Analysis
-
xii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
1.5. Batasan Penelitian ................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 PT. Petrokimia Gresik ................................................................................... 5
2.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................ 5
2.1.2 Produk PT Petrokimia Gresik ................................................................ 8
2.1.3 Struktur Organisasi ................................................................................ 8
2.2 Risiko ............................................................................................................ 8
2.3 Risiko Operasional ...................................................................................... 11
2.3.1 Klasifikasi Risiko Operasional ............................................................. 11
2.4 Manajemen Risiko ...................................................................................... 13
2.4.1 Identifikasi Risiko ................................................................................ 15
2.4.2 Penanganan Risiko ............................................................................... 18
2.5 Logistik ....................................................................................................... 21
2.5.1 Jenis Kegiatan Logistik ........................................................................ 22
2.5.2 Fungsi Logistik .................................................................................... 24
-
xiv
2.6 Analytical Hierarchy Process (AHP) ........................................................... 24
2.6.1. Langkah-langkah AHP ........................................................................ 25
2.6.2 Dasar Pembuatan Kuisioner ................................................................. 26
2.5 Expert Choice .............................................................................................. 27
2.6 Rasio Profitabilitas ...................................................................................... 28
2.6.1 Pengertian Profitabilitas ....................................................................... 28
2.6.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas ............................................. 28
2.6.3 Jenis – jenis Rasio Profitabilitas ........................................................... 29
2.7 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 31
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 33
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 33
3.2 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 33
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 33
3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 35
3.5 Validasi Data ............................................................................................... 35
3.6 Tahapan Penelitian ...................................................................................... 36
3.7 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 39
3.7 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir ..................................................................... 40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 41
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................... 41
4.1.1 Distribusi Wilayah I.............................................................................. 41
4.1.2 Distribusi Wilayah II ............................................................................ 42
4.1.3 Proses internal Operasional Perusahaan ............................................... 42
4.1.4 Aktivitas Departemen Logistik ............................................................. 43
4.2. Karakteristik Expert ............................................................................... 45
4.3. Identifikasi Risiko ................................................................................. 46
4.4. Hasil Analisa Menggunakan Teknik Analytical Hierarchy Process
(AHP) 47
4.4.1 Analisa Kriteria Risiko Yang Memiliki Dampak Paling Tinggi .......... 47
4.4.2 Analisa Kriteria Risiko Yang Memiliki Probabilitas Paling Sering ..... 50
4.5. Sub Kriteria yang Memiliki Dampak Paling Besar ............................... 53
4.5.1 Kriteria Risiko Kegagalan Proses Internal ........................................... 53
-
xv
4.5.2 Kriteria Risiko Kegagalan Eksternal ............................................... 58
4.5.3 Kriteria Risiko Kegagalan Sistem ................................................... 62
4.5.4 Kriteria Risiko Kegagalan Manusia ................................................ 67
4.5.5 Analisis Penentuan Prioritas atas Keseluruhan Kriteria Risiko
Operasional Berdasarkan Dampak yang Paling Besar .................................. 71
4.6 Sub Kriteria yang Memiliki Probabilitas Paling Sering ........................ 72
4.6.1 Kriteria Risiko Kegagalan Proses Internal ........................................... 72
4.6.2 Kriteria Risiko Kegagalan Eksternal .................................................... 76
4.6.3 Kriteria Risiko Kegagalan Sistem ................................................... 80
4.6.4 Kriteria Risiko Kegagalan Manusia ................................................ 84
4.6.5 Analisis Penentuan Prioritas atas Keseluruhan Kriteria Risiko
Operasional Berdasarkan Probabilitas yang Paling Sering ........................... 88
4.7 Dampak Risiko Operasional Terhadap ROA Dan ROE ....................... 89
4.8 Strategi Penanganan terhadap Risiko Operasional di Departemen
Logistik ............................................................................................................. 93
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 101
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 101
5.2 Saran .......................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105
Lampiran 1 Hasil Wawancara Identifikasi Risiko .............................................. 107
Lampiran 2 Hasil Kuisioner Pembobotan Risiko ............................................... 115
Lampiran 3 Laporan Keuangan 2015-2017 ........................................................ 174
Lampiran 4 Data Klaim Triwulan 4 Tahun 2017 ................................................ 182
-
xvi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian TerdahuluTabel .................................................................... 31
Tabel 3.1 Expert Penelitian ................................................................................... 34
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 40
Tabel 4.1 Susunan Organisasi Distribusi Wilayah I ............................................. 41
Tabel 4.2 Susunan Organisasi Distribusi Wilayah II ............................................ 42
Tabel 4.3 Aktivitas Logistik PT. Petrokimia Gresik ............................................. 45
Tabel 4.4 Daftar Expert Departemen Logistik PT. Petrokimia Gresik ................. 45
Tabel 4.5 Daftar Kriteria dan Sub Kriteria Risiko Operasional pada Departemen
Logistik ................................................................................................................. 46
Tabel 4.6 Hasil Analisis Penentuan Prioritas Risiko yang Memiliki Dampak
Tertinggi ................................................................................................................ 49
Tabel 4.7 Hasil Analisis Penentuan Prioritas Risiko yang Memiliki Dampak
Tertinggi ................................................................................................................ 52
Tabel 4.8 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Proses internal .......... 57
Tabel 4.9 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Eksternal .................. 62
Tabel 4.10 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Sistem..................... 66
Tabel 4.11 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Manusia .................. 70
Tabel 4.12 Penentuan Prioritas atas Keseluruhan Kriteria Risiko Operasional .... 72
Tabel 4.13 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Proses internal ........ 76
Tabel 4.14 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Eksternal ................ 80
Tabel 4.15 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Sistem..................... 83
Tabel 4.16 Rata-Rata Harmonik Kriteria Risiko Kegagalan Manusia .................. 88
Tabel 4.17 Penentuan Prioritas atas Keseluruhan Kriteria Risiko Operasional .... 88
Tabel 4.18 Laba Bersih Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam Rupiah).............. 89
Tabel 4.19 Total Aset Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam Rupiah) ................ 90
Tabel 4.20 Total Ekuitas Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam Rupiah)............ 91
Tabel 4.21 Return On Asset (ROA) Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam
Rupiah) .................................................................................................................. 91
Tabel 4.22 Return On Equity (ROE) Perusahaan Tahun 2015-2017 (Dalam
Rupiah) .................................................................................................................. 92
Tabel 4.23 Strategi Penanganan Risiko Kegagalan Proses Internal ..................... 94
Tabel 4.24 Strategi Penanganan Risiko Kegagalan Eksternal .............................. 96
Tabel 4.25 Strategi Penanganan Risiko Kegagalan Sistem .................................. 98
Tabel 4.26 Strategi Penanganan Risiko Kegagalan Manusia................................ 99
-
xviii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
-
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko ................................................................. 14
Gambar 2.2 Peta Risiko......................................................................................... 18
Gambar 2.3 Peta Risiko Preventif ......................................................................... 19
Gambar 2.4 Peta Risiko Mitigasi .......................................................................... 20
Gambar 2.5 Kegiatan Logistik .............................................................................. 22
Gambar 2.6 Tampilan Expert Choice.................................................................... 28
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 39
Gambar 4. 1 Alur Proses internal Produksi Pupuk PT. Petrokimia Gresik .......... 43
Gambar 4. 2 Diagram Alur Distribusi Pupuk Tahun 2001 – Sekarang ................ 43
Gambar 4. 3 Diagram Alur Pupuk Bersubsidi PT. Petrokimia Gresik ................. 44
Gambar 4. 4 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional
............................................................................................................................... 47
Gambar 4. 5 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional
............................................................................................................................... 48
Gambar 4. 6 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional
............................................................................................................................... 48
Gambar 4. 7 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional
............................................................................................................................... 49
Gambar 4. 8 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional
............................................................................................................................... 50
Gambar 4. 9 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Operasional
............................................................................................................................... 51
Gambar 4. 10 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko
Operasional ........................................................................................................... 51
Gambar 4. 11 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko
Operasional ........................................................................................................... 52
Gambar 4. 12 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Proses internal Expert 1 ........................................................................................ 55
Gambar 4. 13 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Proses internal Expert 2 ........................................................................................ 55
Gambar 4. 14 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Proses internal Expert 3 ........................................................................................ 56
Gambar 4. 15 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Proses internal Expert 4 ........................................................................................ 57
Gambar 4. 16 16 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko
Kegagalan Eksternal Expert 1 ............................................................................... 59
Gambar 4. 17 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 60
-
xx
Gambar 4. 18 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 61
Gambar 4. 19 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 61
Gambar 4. 20 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Sistem Expert 1 ...................................................................................................... 64
Gambar 4. 21 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 64
Gambar 4. 22 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 65
Gambar 4. 23 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 65
Gambar 4. 24 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 1 ................................................................................................. 68
Gambar 4. 25 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 68
Gambar 4. 26 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 69
Gambar 4. 27 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 70
Gambar 4. 28 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Proses Internal Expert 1 ......................................................................................... 73
Gambar 4. 29 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Proses Internal Expert 2 ......................................................................................... 74
Gambar 4. 30 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Proses Internal Expert 3 ......................................................................................... 74
Gambar 4. 31 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Proses internal Expert 4 ......................................................................................... 75
Gambar 4. 32 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 1 ................................................................................................. 77
Gambar 4. 33 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 78
Gambar 4. 34 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 78
Gambar 4. 35 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 4 ................................................................................................. 79
Gambar 4. 36 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Sistem Expert 1 ...................................................................................................... 81
Gambar 4. 37 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Sistem Expert 2 ...................................................................................................... 82
-
xxi
Gambar 4. 38 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Sistem Expert 3 ..................................................................................................... 82
Gambar 4. 39 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Sistem Expert 4 ..................................................................................................... 83
Gambar 4. 40 40 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko
Kegagalan Eksternal Expert 1 ............................................................................... 85
Gambar 4. 41 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 2 ................................................................................................. 85
Gambar 4. 42 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 86
Gambar 4. 43 Output Penggunaan Expert Choice pada Kriteria Risiko Kegagalan
Eksternal Expert 3 ................................................................................................. 87
Gambar 4. 44 Peta RisikoKegagalan Proses Internal............................................ 94
Gambar 4. 45 Peta Risiko Kegagalan Eksternal ................................................... 95
Gambar 4. 46 Peta Risiko Kegagalan Sistem........................................................ 97
Gambar 4. 47 Peta Risiko Kegagalan Manusia ..................................................... 98
-
xxii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT Petrokimia Gresik merupakan salah satu perusahaan manufaktur
berorientasi profit yang menjadi produsen pupuk terlengkap di Indonesia yang
memproduksi berbagai macam pupuk, dan bahan kimia untuk solusi
agroindustri. PT. Petrokimia Gresik memiliki beberapa bagian organisasi
dengan tanggung jawab masing-masing yaitu pemasaran, produksi, teknik dan
pengembangan, dan keuangan, sumber daya manusia dan umum. Pada
penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian pada Departemen Logistik.
Alasan dipilihnya obyek tersebut adalah berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan terdapat beberapa kejadian yang berpotensi menimbulkan kerugian
bagi perusahaan. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan identifikasi
terhadap kejadian-kejadian yang apabila terjadi memiliki kemungkinan
memberikan dampak negatif bagi perusahaan, atau biasa disebut sebagai
risiko.
Departemen logistik mengelola kegiatan inbound dan outbound. Dalam
kegiatan inbound, proses bisnis yang dilakukan dimulai dari pemesanan bahan
baku di supplier lalu dikirimkan ke PT Petrokimia Gresik dengan moda
transportasi laut maupun darat dan dibongkar di TUKS Petrokimia Gresik.
Sedangkan dalam proses outbound, setelah pabrik memproduksi pupuk inbag
maupun curah, akan didistribusikan ke distribution center tiap wilayah
maupun melalui gudang penyangga yang nantinya akan didistribusikan ke
kios hingga sampai ditangan konsumen.
Menurut Ramli (2010), risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan
dan keparahan dari suatu kejadian. Ada beberapa kategori risiko, salah satunya
risiko dari sudut pandang penyebab. Apabila dilihat dari sebab terjadinya
risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional.
Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan,
seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Sedangkan risiko
-
2
operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor
nonkeuangan. Risiko operasional dapat timbul antara lain karena adanya tidak
berfungsinya proses internal. Selain itu juga, risiko dapat timbul karena
adanya kesalahan atau kecurangan manusia, kegagalan sistem, proses dan
faktor eksternal.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa risiko menjadi
bagian yang tidak dapat terpisah dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh
manusia. Hal tersebut yang mendasari penulis untuk melakukan identifikasi
terhadap kejadian-kejadian apa saja yang berpotensi menimbulkan risiko yang
berdampak pada kerugian perusahaan. Setelah melakukan identifikasi
terhadap risiko-risiko yang ada pada Departemen Logistik di PT. Petrokima
Gresik, penulis bermaksud untuk melakukan pembobotan terhadap risiko-
risiko tersebut. Pembobotan dimaksudkan untuk menemukan risiko mana
yang memiliki dampak paling besar dan risiko mana yang memiliki
probabilitas paling tinggi yang berpotensi merugikan perusahaan. Teknik yang
digunakan dalam pembobotan ini adalah teknik Analytical Hierarcy Process
(AHP).
Salah satu dampak yang ditimbulkan karena risiko-risiko tersebut adalah
pada kondisi keuangan perusahaan. Berdasarkan dampak tersebut, penulis
akan menghitung seberapa besar dampak tersebut dengan rasio profitabilitas
yaitu dengan perhitungan ROA dan ROE. Melalui penelitian ini diharapkan
dapat memberikan salah satu solusi atau metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi risiko serta melakukan tindakan strategi penanganan risiko
dalam departemen logistik. Untuk itulah penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisa Risiko Operasional pada Departemen
Logistik dengan Teknik Analytical Hierarchy Process di PT. Petrokimia
Gresik”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang dan untuk
memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap permasalahan yang akan dibahas,
maka perumusan masalah ditetapkan sebagai berikut:
-
3
1. Bagaimana mengkategorikan risiko operasional yang terdapat pada
Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik?
2. Bagaimana menentukan prioritas risiko-risiko operasional pada
Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik dengan teknik AHP?
3. Bagaimana dampak dari risiko-risiko operasional terhadap Return On
Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) di PT. Petrokimia Gresik?
4. Bagaimana strategi penanganan terhadap risiko-risiko dalam
Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Mengkategorikan kejadian-kejadian yang merupakan risiko operasional
dalam Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik.
2. Menentukan prioritas risiko-risiko operasional pada Departemen Logistik
di PT. Petrokimia Gresik dengan menggunakan teknik AHP.
3. Melakukan analisa atas dampak dari risiko-risiko operasional terhadap
Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) di PT. Petrokimia
Gresik.
4. Melakukan tindakan penanganan terhadap risiko-risiko operasional dalam
Departemen Logistik di PT. Petrokimia Gresik
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi atau
pengetahuan yang mengkaji tentang risiko-risiko dalam proses logistik kepada
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya khususnya PT. Petrokimia
Gresik maupun masyarakat umum.
Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan rekomendasi bagi pihak
perusahaan sebagai salah satu solusi atau metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi risiko serta melakukan tindakan strategi penanganan risiko
dalam departemen logistik untuk menghadapi segala kemungkinan risiko terjadi
di waktu yang akan datang.
-
4
1.5. Batasan Penelitian
Agar pembahasan tidak terlalu meluas dan dapat memperoleh hasil sesuai
dengan tujuan penelitian, maka batasan yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Objek dari analisa ini yaitu Departemen Logistik PT. Petrokimia
Gresik
2. Teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Analytical
Hierarchy Process (AHP)
3. Analisa dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari PT.
Petrokimia Gresik baik melalui wawancara serta pengisian kuisoner
oleh para expert dari departemen-departemen yang terkait dalam
proses logistik, yaitu Departemen Distribusi Wilayah I dan Distribusi
Wilayah II.
4. Kriteria risiko merupakan kejadian-kejadian yang telah terjadi dan
berpotensi terjadi yang apabila hal tersebut terjadi akan menimbulkan
suatu kerugian bagi perusahaan.
-
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PT. Petrokimia Gresik
2.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. Petrokimia Gresik adalah suatu Badan Usaha Milik Negara di bawah
koordinasi Menteri Pendayagunaan BUMN yang berdiri pada tahun 1960
berdasarkan TAP MPRS No. II/ 1960 dan KEPRES No. 260/ 1960 dan
merupakan proyek prioritas dengan nama Projek Petrokimia Soerabaja.
PT. Petrokimia Gresik bergerak di bidang produksi pupuk, bahan-bahan
kimia dan jasa lainnya seperti jasa konstruksi dan engineering.
PT. Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk kedua di Indonesia
setelah PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dan juga merupakan pabrik
pupuk terlengkap. Pada tahun 1964 berdasarkan inpres RI No. I/ Instr/
1963 PT. Petrokimia Gresik dikerjakan oleh kontraktor Cosindit Sp. A dari
Italia, namun pada tahun 1968 proyek sempat terhenti karena terjadi
pergolakan politik dan keadaan ekonomi memburuk. Pada tanggal 10 Juli
1972 Projek Petrokimia Soerabaja diresmikan oleh Presiden Soeharto
sebagai usaha berbentuk perusahaan umum dengan nama Perum
Petrokimia Gresik. Pada tanggal 10 Juli 1975 berubah menjadi perseroan
dengan nama PT. Petrokimia Gresik (Persero). Pada tahun 1997
berdasarkan PP No. 28/ 1997 PT. Petrokimia Gresik telah berubah status
menjadi Holding Company bersama PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.
Pada awalnya perusahaan ini berada di bawah Direktorat Industri Kimia
Dasar, tetapi sejak tahun 1992 berada di bawah Departemen Perindustrian
dan pada tahun 1998 PT. Petrokimia Gresik di bawah naungan
Departemen Pendayagunaan BUMN. Pada masa perkembangan PT.
Petrokimia Gresik telah mengalami beberapa kali perluasan yang telah
dilakukan sebagai berikut:
-
6
1. Perluasan Pertama (29 Agustus 1979)
Pabrik pupuk TSP I yang dikerjakan oleh Spie Batignoless dari
Perancis dilengkapi dengan sarana pelabuhan, unit penjernihan air di
Gunung Sari dan Booster Pump di kandangan untuk meningkatkan
kapasitasnya menjadi 760 m3/jam.
2. Perluasan Kedua (30 Juli 1983)
Pabrik TPS II oleh Spie Batignoless yang disertai perluasan pelabuhan
dan unit penjernihan air babat dengan kapasitas 1500 m3/jam.
3. Perluasan Ketiga (10 Oktober 1984)
Pembangunan Pabrik Asam Phospat dan produk samping yang
meliputi Pabrik Asam Sulfat, Pabrik Asam Phospat (ZA II), Pabrik
Cement Reterder, Pabrik Aluminium Florida, Pabrik Aluminium
Sulfat dan Unit Utilitas yang dikerjakan oleh Hitachi Zosen.
4. Perluasan Keempat (2 Mei 1986)
Pabrik Pupuk ZA III yang ditangani oleh tenaga-tenaga PT.
Petrokimia Gresik mulai dari studi kelayakan sampai pengoperasian.
5. Perluasan Kelima (29 April 1994)
Pembangunan Pabrik Amoniak dengan teknologi Proses Kellog
Amerika dan Pabrik Ureaaru dengan teknologi ASEC -TEC Jepang.
Konstruksinya ditangani oleh oleh PT. IntiKarya Persada Teknik
(IKPT) Indonesia. Pembangunan dimulai awal tahun 1991 dan
ditargetkan beroperasi pada bulan Agustus tahun 1993, namun
mengalami keterlambatan sehingga baru beroperasi mulai tanggal 29
April 1994.
6. Perluasan Keenam (25 Agustus 2000)
Pembangunan Pabrik Pupuk Phonska dengan menggunakan teknologi
proses oleh INCRO Spanyol. Konstruksinya ditangani oleh PT.
Rekayasa Industri mulai awal tahun 1999 dengan kapasitas
produksi 300.000 ton/tahun dan ditargetkan pada bulan Agustus 2000.
Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan, perusahaan memiliki
departemen-departemen diantaranya adalah sebagai berikut:
-
7
a. Departemen Pemasaran
b. Departemen Produksi
c. Departemen Teknik dan Pengembangan
d. Derpartemen Keuangan, Sumber Daya Manusia, dan Umum
Dermaga TUKS PT. Petrokimia Gresik
Dermaga khusus ini berfungsi sebagai penunjang kegiatan transportasi
bahan baku dan hasil produksi. Dermaga ini dibangun menjorok ke laut
sepanjang 1 km dengan bentuk T dengan ukuran panjang 800 m, lebar 36
m, dan 25 m dengan kedalaman air laut 15 – 17 m.
1. Kapasitas Dermaga
Kapasitas bongkar muat 3.000.000 – 5.000.000 ton/tahun.
Kapasitas sandar 6 kapal sekaligus, terdiri dari:
- Tiga (3) kapal berbobot mati 40.000 – 60.000 DWT (sisi laut).
- Tiga (3) kapal berbobot mati 10.000 DWT (sisi darat).
2. Fasilitas Bongkar Muat
Dua (2) crane bongkar curah dengan kapasitas masing-masing 350
ton/jam.
Satu (1) crane muat terpadu dengan kapasitas muat curah 120
ton/jam dan dalam kantong kemasan @ 50 kg dengan kapasitas 120
ton/jam.
Continuous ship unloader untuk membongkar bahan curah dengan
kapasitas 1000 ton/jam.
Tiga (3) jalur ban bejalan yang terdiri dari:
- Satu (1) buah ban berjalan yang berguna untuk mengangkut
bahan baku dari kapal ke unit produksi.
- Satu (1) buah ban berjalan yang berguna untuk mengangkut
produksi berupa kantong dengan berat 50 kg.
- Satu (1) buah ban berjalan yang berguna untuk mengangkut
produksi yang berupa produk curah.
- Fasilitas perpipaan untuk mengangkut bahan cair.
-
8
2.1.2 Produk PT Petrokimia Gresik
PT. Petrokimia Gresik merupakan perusahaan nasional yang memiliki
jenis produk yang beragam, baik produk Pupuk maupun produk Non-Pupuk.
Produk Pupuk :
1. Pupuk Nitrogen (Urea dan ZA)
2. Pupuk Fosfat (SP-36); Pupuk Kalium (ZK dan KCl)
3. Pupuk Majemuk (NPK / Phonska)
4. Pupuk Organik (Petroganik)
Produk Non-Pupuk :
1. Amoniak (NH3); Asam Sulfat (H2SO4);
2. Asam Fosfat (H3PO4); Asam Klorida (HCl);
3. Karbondioksida (CO2); Kapur (CaCO3);
4. Gypsum (CaSO4.2H2O); Aluminum Fluorida (AlF3)
2.1.3 Struktur Organisasi
PT. Petrokimia Gresik mempunyai struktur organisasi yang berguna untuk
mengetahui pembagian tugas dari masing-masing departemen. Struktur
organisasi di PT. Petrokimia Gresik merupakan susunan dan hubungan antara
bagian-bagian dan posisi di PT. Petrokimia Gresik. Struktur organisasi tersebut
menspesifikasikan pembagian kegiatan kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi
atau kegiatan yang berbeda-beda itu dihubungkan. Bagan struktur organisasi
dapat di lihat pada halaman lampiran.
2.2 Risiko
Risiko dapat didefinisikan sebagai kemungkinan kejadian yang apabila
terjadi akan mengakibatkan kerugian (Kountur, 2008). Risiko merupakan sesuatu
hal yang belum terjadi. Sesuatu tersebut dapat dikatakan sebagai risiko apabila
memiliki unsur-unsur dari risiko, yaitu merupakan suatu kejadian, merupakan
suatu kemungkinan dan jika terjadi akan menimbulkan kerugian. Menurut
Wahyudi dkk (2013), risiko sering muncul karena adanya lebih dari satu pilihan,
dimana dari beberapa pilihan tersebut semuanya mengandung ketidakpastian.
Setiap pilihan yang diambil akan memiliki konsekuensi yang berbeda-beda yang
akan berdampak pada pihak pengambil keputusan.
-
9
Risiko dapat digolongkan menjadi beberapa macam, diantaranya adalah
berdasarkan penyebab timbulnya risiko, berdasarkan akibat yang ditumbulkan,
berdasarkan kejadian yang terjadi dan berdasarkan aktivitas yang dilakukan
(Kountur, 2008). Berdasarkan penyebab timbulnya risiko, risiko dibedakan
menjadi dua macam yaitu risiko operasional dan risiko keuangan. Risiko
operasional adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan,
seperti manusia, alam dan teknologi. Sedangkan, risiko keuangan adalah risiko
yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga dan
mata uang asing.
Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, risiko dibedakan menjadi dua
macam, yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah suatu
kejadian yang yang hanya mengakibatkan kerugian dan tidak memungkinkan
adanya keuntungan. Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang tidak hanya
mengakibatkan kerugian tetapi juga memungkinkan untuk terjadinya keuntungan.
Risiko pada perusahaan dapat dikategorikan menjadi empat jenis,
menurut Djohanputro (2006) yaitu:
a. Risiko Keuangan, yaitu fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter
perusahaan karena gejolak variabel makro.
b. Risiko Operasional, yaitu potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, Teknologi, atau
faktor lainnya. Resiko operasional merupakan risiko yang dapat berasal
dari internal maupun ekstenal perusahaan dimana segala risiko yang
terkait dengan fluktuasi hasil usaha perusahaan akibat pengaruh dari hal-
hal yang terkait dengan kegagalan sistem atau pengawasan dan peristiwa
yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.
c. Risiko Strategis, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi korporat dan
eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai
dengan lingkungan eksternal dan internal usaha.
d. Risiko Eksternalitas, yaitu potensi penyimpangan hasil pada eksposur
korporat dan strategis dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha,
karena pengaruh dari faktor eksternal.
-
10
Menurut Darmawan (2011), Selain terdapat risiko pada perusahaan
didapatkan sumber risiko yang dikategorikan 2 kategori yaitu antara lain :
a. Sumber Risiko Ekternal
Risiko eksternal sering berada di luar kendali. Karena lebih banyak
dipengaruhi oleh keadaan luar organisasi dan muncul di luar
wilayah/ jangkauan kontrol organisasi. Namun sedapat mungkin
masih bisa ditangani dengan mempertimbangkan untuk
mendapatkan asuransi pada kejadian-kejadian yang tak diinginkan
yang berasal dari lingkungan eksternal seperti banjir, angin ribut,
gempa bumi, banjir, kebakaran dan lain-lain. Contoh lain dari
sumber ekstenal termasuk tindakan pesaing. (misalnya, mereka baru
saja memperkenalkan produk baru yang membuat salah satu lini
produk hilang nilai jual), tren demografi (misalnya, umur penduduk
mengurangi permintaan produk berorientasi untuk remaja), atau
bencana alam (misalnya, kekeringan berkelanjutan menyebabkan
penurunan dramatis dalam output produk pertanian).
b. Sumber Risiko Internal
Sumber risiko internal terletak lebih langsung dalam bidang kontrol
sendiri karena terjadi dalam lingkungan tertentu pada organisasi.
Contohnya, termasuk risiko ini yang terkait dengan menggunakan
peralatan yang sudah aus, risiko yang ditimbulkan dengan
menggunakan tenaga kerja yang tidak kompeten, dan risiko yang
terkait dengan politik organisasi. Terutama yang berkaitan dengan
pelaksanaan operasi, dapat ditekan dengan menetapkan sumber
masalah. Peralatan yang aus/tua bisa diganti, karyawan dapat
dilatih, dan pekerja yang kompeten dapat disewa. Bahkan dalam
lingkungan organisasi yang ditetapkan, bagaimanapun, ada risiko
internal yang sulit untuk ditangani secara langsung seperti politik
kantor. Namun, ada langkah-langkah defensif yang dapat diambil
untuk menangani hal itu secara tidak langsung. Seperti membina
hubungan baik dengan dua pihak yang berselisih paham politik,
-
11
sehingga menghindari beberapa hal yang mungkin muncul ketika
mereka bergabung satu sama lain.
2.3 Risiko Operasional
Menurut Djohanputro (2006), Risiko operasional disebabkan oleh
kegagalan atau tidak memadai proses internal, manusia dan sistem atau dari
kejadian eksternal. Risiko ini akan memberikan dampak kepada seluruh bisnis.
Risiko operasional dapat timbul antara lain karena adanya tidak berfungsinya
proses internal. Selain itu juga, risiko dapat timbul karena adanya kesalahan
atau kecurangan manusia, kegagalan sistem, proses dan faktor eksternal.
2.3.1 Klasifikasi Risiko Operasional Menurut Darmawan (2011), Klasifikasi risiko operasional secara umum
dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu sumber daya manusia (SDM), sistem,
proses, dan faktor eksternal. Berikut rincian klasifikasi risiko operasional
sebagai berikut :
a. Risiko sumber daya manusia
Risiko sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai risiko yang
terkait dengan pekerja. Sumber daya manusia dalam hal ini karyawan
merupakan aset yang paling berharga di perusahaan. Namun demikian
karyawan yang sering kali menjadi penyebab kejadian risiko
operasional. Bagian-bagian yang umumnya terkait dengan risiko
sumber daya manusia adalah:
1. Permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja. Hal tersebut berkaitan
dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja. Sasaran tempat
kerja, mencakup proses produksi dan distribusi (barang dan jasa).
Peranan keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dan
orang lain yang berada di tempat kerja. Faktor penyebab kejadian
kecelakan di industri antara lain :
a. Kegagalan komponen, misalnya alat yang tidak memadai dan tidak
mampu menahan tekanan, suhu atau bahan kimia.
-
12
b. Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan dalam
pemantauan proses, kesalahan prosedur, terbentuknya produk
samping.
c. Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan
kimia tanpa mengetahui jenis dan sifatnya, kurang terampil,dan salah
komunikasi. Kemudian, faktor lain misalnya sarana yang kurang
memadai, bencana alam, sabotase, dan kerusuhan massa.
2. Pelatihan karyawan tidak memadai yaitu terdapat beberapa fenomena
organisasional yang dapat dikategorikan sebagai gejala pemicu
munculnya kebutuhan pelatihan dan pengembangan yaitu antara lain;
tidak tercapainya standar pencapaian kerja, karyawan tidak mampu
melaksanakan tugasnya, dan karyawan tidak produktif. Gelaja-gejala
yang umum terjadi pada organisasi antara lain gejala yang ditimbulkan
oleh kondisi tersebut, sehingga menimbulkan gejala utama dalam
organisasi yang membutuhkan penanganan kerja yaitu : rendahnya
produktivitas, tingginya kelalaian, tingginya perputaran, rendahnya
moral pekerja.
3. Aktivasi dimaksudkan untuk memanfaatkan dengan sebaik-
baiknya sumber daya manusia yang ada. Saat ini masi banyak
sumber daya manusia yang tidur, setengah bekerja atau tidak
bekerja sama sekali tetapi masih tetap mendapat upah atau gaji.
Peran serta manusia sebagai tenaga kerja merupakan unsur
dominan dalam proses industri perlu mendapat perhatian khusus
guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi
masyarakat.
b. Risiko Sistem
Risiko teknologi adalah risiko yang terkait dengan penggunaan
teknologi dan sistem. Saat ini perusahaan sangat bergantung pada sistem
dan teknologi yang mendukung kegiatan proses produksi, penggunaan
teknologi seperti ini banyak menimbulkan risiko operasional. Kejadian
risiko teknologi disebabkan oleh :
-
13
1. Pengendalian perubahan data yang tidak memadai yaitu
adanya sistem yang kurang dikendalikan. Kesalahan input
data yaitu suatu data permintaan barang dari supplier tidak
sesuai dengan data yang ada, karena ada keterbatasan
material.
2. Data yang tidak lengkap yaitu catatan material yang kurang
perhitungan dengan barang yang ada. Kegagalan teknologi
yang digunakan perusahaan adalah terjadinya kerusakan
dalam sistem teknologi yang dapat menyebabkan gagalnya
produk yang akan di produksi untuk menyuplai ke
pemasok.
c. Risiko Proses Internal
Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil
yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan
dalam kombinasi sumber data (SDM, keahlian, metode peralatan teknologi
dan material) dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan prosedur
merupakan salah bentuk perwujudan risiko proses.
d. Risiko Eksternalitas
Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada
eksposur korporat dan strategis dan bisa berdampak pada potensi
penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal yang termasuk
faktor eksternal antar alain, reputasi, lingkungan sosial dan hukum.
2.4 Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu metode yang biasa digunakan oleh
perusahaan untuk melakukan penanganan terhadap risiko-risiko yang akan
dihadapi oleh perusahaan (Kountur, 2008). Risiko-risiko tersebut berasal dari
kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna mencapai tujuan yang
diinginkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Wahyudi dkk (2013),
manajemen risiko adalah suatu proses yang dim ana terdapat beberapa
tahapan yang saling berkaitan dan berulang yang bertujuan untuk saling
melengkapi dan menyempurnakan.
-
14
Pada gambar 2.1, menurut Kountur (2008), proses manajemen risiko
dimulai dengan proses identifikasi risiko. Risiko perlu diidentifikasi untuk
mendapatkan suatu daftar risiko. Daftar risiko merupakan hasil dari identifikasi
risiko. Setelah semua risiko tersebut teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat,
proses selanjutnya adalah pengukuran risiko-risiko yang sudah ada pada daftar
risiko.
Gambar 2. 1 Proses Manajemen Risiko
(Kountur, 2008)
Pengukuran risiko adalah suatu proses untuk menghasilkan apa yang
disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang
menunjukkan tingkatan risiko, sehingga kita dapat mengetahui mana risiko yang
lebih berisiko dibanding risiko lainnya. Sedangkan peta risiko adalah gambaran
mengenai sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita dapat mengetahui dimana
risiko berada dalam suatu peta dan dalam peta tersebut akan tampak status dari
risiko tersebut. Salah satu indikator apakah suatu perusahaan telah melaksanakan
manajemen risiko dengan benar dan profesional adalah jika setiap unit di dalam
perusahaan memiliki peta risiko dan ada status risikonya.
Menurut Hanafi (2009), dengan melakukan pengukuran risiko dapat
dilihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Setelah itu dapat
diketahui dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan dan melakukan
prioritasi risiko.
-
15
Menurut Wahyudi dkk (2013), risiko-risiko tersebut harus diukur untuk
mengetahui tingkat keparahan kerugian yang akan diakibatkan dan tingkat
kemungkinan keterjadian risiko tersebut.
Langkah selanjutnya setelah pengukuran risiko adalah penanganan risiko.
Penanganan risiko bertujuan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan
untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan (Kountur, 2008)
Setelah penanganan risiko dilakukan, langkah selanjutnya adalah evaluasi.
Evaluasi biasanya dilakukan oleh Enterprise Risk Management (ERM) dan
internal audit. Internal auditor bertugas mengaudit perusahaan sekaligus
mengaudit apakah usulan penanganan risiko yang yang diberikan oleh masing-
masing manajer dilaksanakan atau tidak.
Proses pengelolaan risiko di dalam perusahaan berlangsung secara terus
menerus. Siklus dari proses ini minimal dilakukan setiap satu kali dalam setahun,
tetapi bisa juga dilakukan setiap enam bulan atau tergantung kebijakan
perusahaan. Proses manajemen risiko ini bersifat loops, yang berarti setelah satu
proses selesai kembali lagi melakukan proses awal dan seterusnya.
2.4.1 Identifikasi Risiko
Proses identifikasi risiko merupakan sebuah proses untuk menentukan
risiko apa saja yang dapat terjadi, mengapa risiko tersebut terjadi dan bagaimana
risiko tersebut terjadi (Wahyudi, 2013). Identifikasi risiko merupakan proses yang
penting dalam penanganan risiko, karena proses tersebut mempermudah
penanganan risiko yang dihadapai oleh perusahaan (Kountur, 2008).
Identifikasi risiko dilakukan pada setiap unit dalam perusahaan, mulai dari
unit yang terkecil sampai dengan unit yang paling besar yaitu perusahaan. Tetapi,
tidak semua risiko harus diidentifikasi. Hal tersebut akan menyebabkan pekerjaan
membutuhkan waktu yang sangat lama dan juga biaya yang besar karena setiap
aktivitas yang dilakukan oleh manusia akan selalu menimbulkan risiko (Kountur,
2008).
Menurut seorang ahli ekonomi bernama Vilfredo Pareto (1848-1923)
menyatakan bahwa, “pada umumnya 80% kekayaan suatu negara dikuasai oleh
hanya 20% penduduk. Hal itu menyebabkan hukum Pareto juga dikenal dengan
-
16
hukum 80:20 atau 20:80. Hasil dari pengamatan Vilfredo Pareto ini bukan hanya
pada perekonomian suatu negara tetapi hampir pada semua aspek kehidupan
termasuk risiko.
Penerapan hukum Pareto dalam bidang risiko adalah bahwa 80% kerugian
perusahaan hanya disebabkan oleh 20% risiko yang krusial. Jika kita dapat
menangani 20% risiko yang krusial itu saja, berarti kita sudah bisa menghindari
80% kerugian. Tetapi, jika kita salah menangani risiko dimana risiko yang
ditangani justru merupakan risiko yang tidak penting, bukan tidak mungkin kita
menangani 80% risiko yang sebenarnya hanya menghindari 20% risiko saja.
Kountur (2008) menyatakan bahwa dalam melakukan proses identifikasi
risiko terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah ini
merupakan suatu proses yang disebut dengan proses identifikasi risiko. Langkah-
langkah dalam proses identifikasi risiko adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Unit Risiko
Proses manajamnen risiko dimulai dengan menentukan unit di dalam
suatu organisasi dimana risiko akan diidentifikasi yang disebut dengan
unit risiko. Semua risiko yang ada pada unit tersebut merupakan
tanggung jawab dari pimpinan unit risiko tersebut.
2. Memahami Proses Bisnis
Proses bisnis merupakan gambaran alur dari aktivitas yang terjadi di
dalam suatu unit bisnis dalam menghasilkan produk atau jasa. Dengan
memahami proses bisnis, kita dapat mengetahui aktivitas-aktivitas
yang ada pada suatu unit. Proses bisnis terdiri dari dua aktivitas yaitu
aktivitas-aktivitas utama dan aktivitas-aktivitas pendukung.
3. Menetukan Aktivitas Krusial
Setelah memahami proses bisnis dari suatu unit risiko, langkah
selanjutnya adalah menentukan aktivitas yang krusial dari aktivitas
utama dan aktivitas pendukung. Suatu aktivitas dikatakan krusial
apabila unit risiko tidak dapat menghasilkan produk atau jasa karena
aktivitas yang bersangkutan terganggu atau tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Hal itu sebabnya aktivitas tersebut dikatakan krusial karena
sangat menentukan keberhasilan produk atau jasa yang dihasilkan.
-
17
Sebaliknya, jika aktivitas tersebut tidak berjalan dengan semestinya,
tetapi tidak berpengaruh pada produk atau jasa maka hal itu disebut
aktivitas yang tidak krusial.
4. Menentukan Barang dan Orang
Setiap aktivitas akan melibatkan barang dan orang, atau bisa saja
hanya melibatkan orang. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan
oleh orang. Sedangkan barang adalah semua peralatan dan
perlengkapan yang digunakan untuk aktivitas selain manusia. Dalam
langkah ini perlu diidentifikasi barang-barang apa saja yang ada dalam
aktivitas krusial dan siapa saja orang yang terlibat dalam aktivitas
krusial tersebut.
5. Menentukan Bentuk Kerugian
Terdapat bebebrapa bentuk kerugian yang dapat terjadi pada orang
atau barang. Pada tahapan ini perlu ditentukan kerugian apa yang dapat
terjadi pada barang dan orang yang berada pada aktivitas krusial.
6. Menentukan Penyebab Kerugian
Risiko jika dikategorikan menurut penyebabnya dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko
keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan harga,
perubahan nilai tukar, dan perubahan tingkat bunga. Sedangkan risiko
operasional adalah risiko yang disebabkan oleh manusia, teknologi,
dan alam. Sangat penting untuk mengetahui penyebab risiko, karena
dapat berguna untuk menentukan cara penanganan risiko yang baik.
7. Membuat Daftar Risiko
Daftar risiko berisi dua hal penting yaitu pernyataan risiko dan
penyebab risiko. Risiko harus dinyatakan dengan benar, jangan sampai
yang dinyatakan adalah masalah bukan risiko. Selain itu, dalam daftar
risiko perlu dicantumkan penyebab-penyebab risiko jika diketahui
penyebabnya.
-
18
2.4.2 Penanganan Risiko
Penanganan risiko yang baik akan dapat meminimalkan kerugian yang
akan diderita perusahaan. Dengan meminimalkan kerugian, berarti perusahaan
akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk dapat semaksimal
mungkin meningkatkan keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan.
Penanganan risiko akan tidak berarti apabila proses penanganan risiko yang
dilakukan tidak dapat memaksimalkan profit yang di dapat perusahaan (Kountur,
2008).
Sebelum melakukan penanganan risiko, langkah yang terlebih dulu harus
dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi
risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal dan sumbu horizontal.
Sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, sedangkan sumbu horizontal
menggambarkan dampak. Berdasarkan peta risiko tersebut kemudian dapat
diketahui strategi apa yang sesuai untuk menangani risiko-risiko tersebut.
Gambar 2. 2 Peta Risiko
(Kountur,2008)
Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisi yang
berasal dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak risiko. Pengukuran
-
19
probabilitas dan dampak risiko merupakan pengukuran yang kuantitatif dan
membutuhkan data historis. Berdasarkan peta risiko yang telah dibuat dapat
diketahui strategi penanganan yang sesuai untuk risiko-risiko tersebut. Terdapat
dua strategi penanganan risiko yaitu preventif dan mitigasi.
Pada umumnya risiko yang probabilitasnya terjadi 20% atau lebih
dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan dibawah 20% dianggap
kemungkinan kecil.
2.3.2.1 Preventif
Gambar 2. 3 Peta Risiko Preventif
(Kountur,2008)
Gambar 2.3 menjelaskan tentang peta risiko dalam penanganan preventif.
Preventif merupakan strategi penanganan risiko yang dilakukan dengan
menghindari terjadinya risiko (Kountur, 2008). Sebelum risiko terjadi harus ada
cara-cara preventif yang dilakukan agar risiko tidak terjadi. Preventif dilakukan
apabila kemungkinan terjadinya risiko besar.
Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Membuat/ Memperbaiki Sistem dan Prosedur
Risiko-risiko ini dapat diminimalisir dengan membuat (jika belum ada )
atau memperbaiki (jika sudah ada) sistem dan prosedur. Jika sistem dan
-
20
prosedur sudah berjalan dengan baik, hal tersebut dapat memperkecil
risiko-risiko yang disebabkan oleh manusia dan teknologi.
b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia
Hal tersebut dapat diperkecil dengan memperbaiki atau mengembangkan
sumber daya manusia yang ada. Pengembangan sumber daya manusia
dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan, baik pelatihan on the job
maupun pelatihan eksternal. Dengan mengembangkan sumber daya
manusia diharapkan dapat memperkecil kemungkinan risiko yang
disebabkan karena kurang kompetennya sumber daya manusia.
c. Memasang atau Memperbaiki Fasilitas Fisik
Beberapa risiko dapat diperkecil kemungkinan terjadinya dengan cara
memasang atau memperbaiki fasilitas fisik di sekitar kegiatan yang kita
lakukan. Dengan melakukan hal tersebut, kita diharapkan dapat
meminimalkan kerugian yang diakibatkan risiko yang terjadi.
2.3.2.2 Mitigasi
Gambar 2. 4 Peta Risiko Mitigasi
(Kountur,2008)
Gambar 2.4 menjelaskan tentang peta risiko dalam penanganan preventif.
Mitigasi adalah salah satu strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk
-
21
meminimalkan dampak yang ditimbulkan dari risiko (Kountur, 2008). Mitigasi
risiko berfungsi untuk menetralisasi, meminimalkan dan memungkinkan untuk
menghilangkan dampak negatif dari kejadian yang termasuk berisiko (Wahyudi,
2013).
Menurut Kountur (2008), terdapat beberapa cara mitigasi yang dapat
dilakukan, yaitu:
a. Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan aset pada beberapa tempat
sehingga jika salah tempat mengalami risiko yang mengakibatkan
kerugian, tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.
b. Penggabungan
Penggabungan terkadang dapat memperkecil dampak risiko. Seperti
misalkan risiko kalah bersaing dapat diminimalkan dengan
penggabungan. Penggabungan pada perusahaan dapat dilakujan
dengan cara merger atau akuisisi.
c. Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko adalah cara mengurangi dampak risiko dengan
mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, sehingga jika terjadi
kerugian pihak lainlah yang menanggung kerugiannya. Beberapa cara
untuk mengalihkan risiko adalah dengan cara asuransi, hedging,
leasing dan outsourcing.
2.5 Logistik
Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar pada
kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik atau manajemen distribusi
penting dalam rantai pasokan, tujuan dari sistem logistik sebagai fungsi logistik
utama dan kebutuhan untuk manajemen rantai pasokan terpadu (Supply Chain
Management) (Kotler, 2006).
Menurut Kerin, Hartley, dan Rudelius (2009) logistik melibatkan kegiatan-
kegiatan yang fokus untuk mendapatkan jumlah yang tepat dari produk yang tepat
(of the right products) ke tempat yang tepat (to the right place) pada waktu yang
tepat (at the right time) pada biaya terendah (at the lowest possible cost).
-
22
Pengertian distribusi menurut Stanton, et. al (1994) adalah pengembangan
pengaturan yang diperlukan untuk mentransfer kepemilikan produk dan
mengangkut produk dari mana produk tersebut dihasilkan ke tempat produk
tersebut akhirnya dikonsumsi.
Distribusi fisik atau disebut juga logistik pemasaran meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan mengendalikan aliran fisik barang, jasa, dan informasi terkait
dari titik konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pada keuntungan.
Singkatnya, suatu proses mendapatkan barang yang tepat (at the right item),
dalam jumlah yang tepat (in the right quantity), pada waktu yang tepat (at the
right time), pada tempat yang tepat (at the right place), untuk harga yang tepat (for
the right price) (Kotler, 2006).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa logistik/distribusi
fisik merupakan serangkaian organisasi yang saling terkait dan terlibat dalam
proses penyampaian atau penyaluran barang dan jasa dari “point of origin” ke
“point of consumption” guna memenuhi kebutuhan pelanggan secara
menguntungkan.
2.5.1 Jenis Kegiatan Logistik
Gambar 2. 5 Kegiatan Logistik
(Havaldar et. al, 2007)
Kegiatan manajemen logistik mengatur hemat biaya bahan baku, dalam
proses inventory, barang jadi, dan informasi terkait dari titik asal (point of origin)
-
23
ke titik konsumsi (point of consumption) untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
(Kerin et. al, 2009).
Logistik pemasaran tidak hanya outbound logistic (memindahkan produk
dari pabrik ke reseller dan akhirnya ke pelanggan), tetapi juga inbound logistic
(memindahkan produk dan bahan baku dari pemasok ke pabrik) dan reverse
logistic (memindahkan produk rusak, tidak diinginkan, atau kelebihan yang
dikembalikan oleh konsumen atau reseller) (Kotler, 2006).
Pada gambar 2.5 menurut Havaldar et. al (2007) Kegiatan distribusi
fisik/logistik dibagi menjadi dua yaitu, inbound logistik dan outbound logistik.
1. Inbound logistik meliputi: menerima, menyimpan dan mengeluarkan input
dan merawat:
a. Penanganan material (Material Handling).
b. Pengendalian persediaan (Inventory Control).
c. Inspeksi kualitas inbound bersama dengan kualitas fungsi kontrol.
d. Penjadwalan produksi untuk mengelola "issues"/ masalah.
e. Mengembalikan bahan yang tidak dapat diterima kepada pemasok.
Inbound logistik merupakan kegiatan langsung antarmuka dengan
pemasok perusahaan, vendor dan penyedia layanan lainnya.
2. Outbound logistik termasuk: mengumpulkan, menyimpan, mengirim dan
distribusi fisik barang jadi kepada pembeli / distribusi saluran / konsumen,
dan termasuk:
a. Pemrosesan order dari semua pesanan yang diterima melalui sistem
penjualan.
b. Penanganan material barang jadi.
c. Pergudangan, baik di pabrik dan di lapangan.
d. Pengiriman dan penjadwalan kendaraan operasi.
e. Pengiriman dokumen-dokumen yang terkait.
Outbound logistik merupakan kegiatan langsung antarmuka dengan
pelanggan perusahaan.
-
24
2.5.2 Fungsi Logistik
Menurut Prihantono (2012), fungsi-fungsi manajemen logistik merupakan
serangkaian suatu proses yang terdiri dari, (1) fungsi perencanaan dan penentuan
kebutuhan, (2) fungsi penganggaran, (3) fungsi pengadaan, (4) fungsi
penyimpanan dan penyaluran, (5) fungsi pemeliharaan, (6) fungsi penghapusan,
(7) fungsi pengendalian.
2.6 Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan
oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan
masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki.
Menurut Saaty (2008), hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari
sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana
level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir.
Dalam penggunaan AHP, terdapat tiga prinsip utama yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Prinsip penyusunan hierarki
Penyusunan hierarki merupakan langkah untuk mendefinisikan
masalah yang kompleks ke dalam bagian, sub bagian yang membentuk
tingkatan sehingga lebih jelas. Hierarki keputusan diambil berdasarkan
pandangan dari pihak yang memiliki keahlian dan pengetahuan sesuai
dengan bidangnya.
2. Prinsip menentukan prioritas
AHP melakukan analisis prioritas elemen dengan membandingkan
secara berpasangan antar dua elemen pada semua elemen yang ada.
Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar atau pihak-
pihak terkait yang berkompeten terhadap pengambilan keputusan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
3. Prinsip konsistensi logis
Dalam mempergunakan prinsip ini, AHP memasukkan baik aspek
kualitatif maupun kuantitatif dari pikiran manusia. Aspek kuantitatif untuk
-
25
mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat,
sedangkan aspek kualitatif untuk mendefinisikan persoalan dan
hierarkinya.
2.6.1. Langkah-langkah AHP
Langkah-langkah dalam metode AHP yaitu (Suryadi, 2000):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini dilakukan penentuan masalah yang akan
dipecahkan secara jelas, detail, dan mudah dipahami. Dari
permasalahan yang ada ditentukan solusi yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan
disusun level hierarki yang ada dibawahnya yaitu kriteria-kriteria yang
cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang diberikan
dan menentukan alternatif tersebut. Hierarki dilanjutkan dengan sub
kriteria.
3.Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat diatasnya.
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan
kuat untuk kerangka konsistensi, mendapat informasi lain yang mungkin
dibutuhkan dari semua perbandingan yang mungkin dan mampu
menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan
pertimbangan.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah
penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah
banyaknya elemen yang dibandingkan.
Hasil perbandingan berpasangan dari masing-masing elemen berupa
angka 1 hingga 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat suatu
elemen.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
-
26
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 utuk seluruh tingkat hierarki.
7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.
Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai setiap kolom
dari matriks, membagi setiap nilai kolom dengan total kolom yang
bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks dan
menjumlahkan nilai-nilai dari tiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hierarki.
Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat
indeks konsistensi.
2.6.2 Dasar Pembuatan Kuisioner
Pembuatan kuesioner AHP didasarkan prinsip dalam memecahkan
persoalan dengan menggunakan analisa logis. Tahap pertama studi literatur yang
akan menjadi dasar logis pembuatan pohon hirarki pada kuesioner AHP. Tahap
kedua adalah berdiskusi dengan akademisi untuk memperkuat faktor-faktor yang
akan diujikan. Tahap ketiga adalah diskusi dengan para praktisi dari perusahaan
yang terkait untuk melihat secara kenyataan dilapangan. Tahap keempat adalah
dua prinsip logis antara akademisi dan praktisi akan disatukan dalam satu pohon
hirarki yang mendapat validasi dari praktisi. Pohon hirarki tersebut yang akan
digunakan dasar pembuatan kuesioner AHP. Setiap pada pohon hirarki akan
terdapat faktor dan sub faktor. Faktor dan sub faktor akan dibandingkan satu sama
lain, sebagai contoh faktor sebelah kiri atau faktor A dibandingkan dengan faktor
sebelah kanan atau faktor B. Membandingkan antar faktor dan sub faktor adalah
memdapatkan prioritas pada faktor perbandingan. Prioritas faktor maupun sub
faktor yang terpilih akan diberi penilaian dengan pilihan skala skor sebagai
berikut (Falatehan, 2016):
a. Sedikit lebih penting (dengan nilai kepentingan 3)
b. Secara signifikan lebih penting (dengan nilai kepentingan 5)
c. Jauh lebih penting (dengan nilai kepentingan 7)
d. Secara absolut lebih penting (dengan nilai kepentingan 9)
-
27
2.5 Expert Choice
Pada semua perhitungan AHP diatas akan dilakukan dengan menggunakan
aplikasi Expert Choice. Aplikasi Expert Choice adalah alat bantu yang digunakan
untuk perhitungan pengambilan keputusan dengan menggunakan metode AHP.
Program aplikasi (software) Expert Choice dapat menggabungkan hasil
perbandingan dengan jumlah lebih dari partisipan yaitu dengan menggabungkan
fitur average untuk merata-rata hasil penilaian berpasangan individu menjadi
sebuah nilai. Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai rata-rata tersebut
yaitu dengan metode perhitungan rata-rata geometrik.
Langkah terakhir yang dilakukan dalam pengoperasian software ini adalah
melakukan analisa sensitifitas yang tersedia dalam ikon Sensitivity Analysis. Ikon
yang tersedia ini digunakan untuk mengecek sejauh mana pengaruh perubahan
nilai kepentingan suatu kriteria terhadap peringkat alternati-alternatif yang
tersedia. Dalam analisa sensitifitas tersedia grafik yang menggambarkan
sensitifitas alternatif dengan memperhatikan kriteria di bawah goal atau tujuan
hirarki, yaitu Performance Sensitivity ( grafik batang arah horizontal ), Gradient
Sensitivity (untuk mengecek sensitifitas), Two Dimensional Performance Plot
Sensitivity (menunjukkan performa alternatif dengan pertimbangan dua kriteria )
dan Differences Sensitivity. Pada akhirnya dengan Expert Choice memudahkan
pengambilan keputusan karena dilengkapi dengan icon yang memudahkan
melakukan eksekusi keputusan secara cepat dengan nilai kepraktisan yang tinggi.
Aplikasi Expert Choice sangat bagus digunakan untuk menganalisa
permasalahan dalam pengambilan keputusan dengan alternatif yang banyak dan
hirarki yang besar atau hirarki yang mempunyai banyak level, karena tidak perlu
menghitung bobot secara manual, hingga tingkat kesalahan dalam perhitungan
bobotnya sangat kecil, namun tergantung ketelitian kita dalam menginputkan data
dari preferensi responden.
-
28
Gambar 2. 6 Tampilan Expert Choice
2.6 Rasio Profitabilitas
2.6.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja
manajemen, tingkat profitabilitas akan menggambarkan posisi laba perusahaan.
Para investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan dan meningkatkan laba, hal ini merupakan daya tarik bagi
investor dalam melakukan jual beli saham, oleh karena itu manajemen harus
mampu memenuhi target yang telah ditetapkan.
Menurut Kasmir (2008), “Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu
perusahaan.
2.6.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau
manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak – pihak
yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan
Menurut Kasmir (2008), menerangkan bahwa tujuan dan manfaat
penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar
perusahaan yakni :
-
29
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu
2. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang
3. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
4. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri
5. untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri
6. untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk
beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi
keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau
kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga dapat
diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan tersebut.
semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil yang akan
dicapai, sehingga posisi dan kondisi tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui
secara sempurna.
2.6.3 Jenis – jenis Rasio Profitabilitas
Secara umum ada empat jenis analisis utama yang digunakan untuk menilai
tingkat profitabilitas yakni terdiri dari:
1. Net Profit Margin (NPM)
2. Gross Profit Margin (GPM)
3. Return On Assets (ROA)
4. Return On Equity (ROE)
Namun dari ke empat rasio profitabilitas tersebut, analisis rasio profitabilitas
dalam penelitian ini diwakili oleh rasio profitabilitas yang menunjukkan kaitannya
dengan investasi. “ada dua rasio profitabilitas yang berkaitan dengan investasi yakni
Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE)”, Horne (2005). Oleh karena
-
30
itu penelitian ini membatasi hanya menggunakan rasio Return On Assets (ROA) dan
Return On Equity (ROE).
1. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan penilaian profitabilitas atas total assets,
dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan rata-rata total aktiva. Return
On Assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva baik
dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman, investor akan melihat seberapa
efektif suatu perusahaan dalam mengelola assets. Semakin tinggi tingkat Return On
Assets (ROA) maka akan memberikan efek terhadap volume penjualan saham,
artinya tinggi rendahnya Return On Assets (ROA) akan mempengaruhi minat investor
dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi volume penjualan saham
perusahaan begitu pula sebaliknya.
Secara matematis Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut
(Horne,2005):
(2.1)
2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan daya untuk
menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin
kuat, demikian pula sebaliknya. Return On Equity (ROE) yang tinggi akan dapat
mendorong penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen
biaya yang efektif. Hal ini akan mempengaruhi minat para investor untuk melakukan
transaksi jual beli saham, sehingga akan meningkatkan volume penjualan saham
perusahaan tersebut. Dengan kata lain tingkat Return On Equity (ROE) akan
memberikan pengaruh terhadap volume penjualan saham perusahaan
Formula yang digunakan untuk menghitung Return On Equity ( ROE ) yakni
sebagai berikut (Horne,2005).
(2.2)
-
31
Return On Equity (ROE) menunjukan sebesapa banyak keuntungan yang
dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para
pemegang saham. Return On Equity (ROE) dengan rasio 100% dapat diartikan bahwa
setiap 1 rupiah dari ekuitas pemegang saham dapat menghasilkan 1 rupiah dari laba
bersih. Return On Equity (ROE) dapat juga dijadikan suatu acuan untuk menilai
tingkat tingkat efektifitas manajemen dalam menggunakan pembiayaan ekuitas untuk
mendanai operasional dan melakukan ekspansi untuk pengembangan perusahaan.
2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 1 Penelitian TerdahuluTabel
No.
Judul Penelitian,
(Nama Peneliti,
tahun)
Persamaan
Perbedaan
Terdahulu Sekarang
1. Penilaian Faktor
Risiko
Collaborative
Supply Chain
Menggunakan
Metode
Analytical
Hierarchy Process
(AHP) Dan
Delphi Di PT.
Krakatau Steel
(Persero) Tbk.
(Darmawan dkk,
2016)
Menggunakan
metode AHP
a. Obyek yang
diteliti yaitu
risiko
collaborative
supply chain
b. Hasil dari
penelitian yaitu
mengetahui
tingkat prioritas
risiko dan
strategi
penanganan
a. Obyek yang diteliti
yaitu risiko operasional
di Departemen Logistik
b. Menghitung dampak
kepada perusahaan
dengan menghitung
rasio profitabilitas
(ROA&ROE)
c. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat
mengetahui prioritas
risiko beserta
dampaknya terhadap
profit perusahaan serta
memberikan saran
penanganan risiko
2. Analisis Risiko
Operasional Pada
Departemen
Logistik Dengan
Menggunakan
Metode FMEA
(Rosih dkk, 2016)
Obyek penelitian
merupakan risiko
operasional pada
departemen
logistik.
Digunakan
sebagai acuan
penentuan kriteria
a. menggunakan
metode FMEA
dan FTA
b. Hasil dari
penelitian ini
yaitu diketahui
tingkat prioritas
risiko,
penyebab dan
strategi
penanganannya
a. Menggunakan metode
Analytical Hierarchy
Process (AHP)
b. Hasil penelitin ini
diharapkan dapat
mengetahui prioritas
risiko beserta
dampaknya terhadap
profit perusahaan serta
memberikan saran
penanganan risiko
-
32
No.
Judul Penelitian,
(Nama Peneliti,
tahun)
Persamaan
Perbedaan
Terdahulu Sekarang
3. Analisis Risiko
Operasional PT.
“XYZ”
(Devy & Fanany,
2017)
Menggunakan
metode AHP
a. Menggunakan
RPN dalam
menghitung risk
event
b. Hasil dari
penelitian ini
memberikan
usulan mitigasi
a. Menghitung dengan
teknik AHP untuk
pembobotan risikonya
b. Hasil dari penelitian
memberikan strategi
penanganan mitigasi
maupun preventif
4. Prioritizing the
Risk in Customs
Supply Chain
Using AHP-
Based Approach:
Application to the
Moroccan
Customs
(Hammadi dkk,
2016)
Menggunakan
metode AHP
a. Obyek yang
diteliti yaitu
supply chain
di bea cukai
Maroko
b. Hasil
penelitian