analisis akhir
DESCRIPTION
ANALISIS AKHIRTRANSCRIPT
![Page 1: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi
geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur
tiga dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah
tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya.
Reserves atau recoverable reserves adalah volume hidrokarbon yang secara
ekonomis dapat diambil reservoir dengan menggunaan teknologi yang tersedia,
resources itu sendiri adalah reserves ditambah semua cadangan reservoir yang
ada, termasuk cadangan minyak dan gas yang diketahui tidak dapat diproduksi
secara teknologi atau secara ekonomis.
Perhitungan cadangan hidrokarbon merupakan proses yang kompleks,
yang harus dilibatkan data-data geologi yang engineering. Metode geologi yang
banyak digunakan untuk menghitung cadangan adalah volumetric.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Untuk menerangkan kepada praktikan mengenai bagaimana
keterbentukan dari struktur lapisan dan mengetahui kemanakah arah dan berapa
besaran suatu lapisan, serta untuk mengetahui seberapa besar ketebalan dan
kedalaman dari suatu lapisan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Praktikan mengerti tentang aplikasi struktur geologi terhadap kondisi
lapangan.
2. Praktikan mampu untuk memecahkan masalah yang berkenaan dengan
geologi struktur
1
![Page 2: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
LANDASAN TEORI
Untuk lebih memahami pemahaman mengenai perhitungan cadangan,
ada beberapa defenisi yang harus dimengerti yaitu Original Oil In Place (OOIP)
dan Original Gas In Place (OGIP) merujuk pada volume total hidrokarbon yang
terkandung dalam reservoir utama untuk diproduksi. Reserves atau recoverable
reserves adalah volume hidrokarbon yang secara ekonomis dapat diambil
reservoir dengan menggunaan teknologi yang tersedia, resources itu sendiri
adalah reserves ditambah semua cadangan reservoir yang ada, termasuk
cadangan minyak dan gas yang diketahui tidak dapat diproduksi secara teknologi
atau secara ekonomis.
Perhitungan cadangan hidrokarbon merupakan proses yang kompleks,
yang harus dilibatkan data-data geologi yang engineering. Metode geologi yang
banyak digunakan untuk menghitung cadangan adalah volumetric.
Untuk melakukan perhitungan OOIP atau OGIP, diperlukan data-data
sebagai berikut:
1. Depth Structure Map
2. Batas-batas hidrokarbon (OWC, GOC, GWC, dan lain-lain).
3. Net Isopach Reservoir Map.
4. Data porositas
5. Data saturasi air (Sw).
Dari data-data tersebut dibuat Play map, peta yang menggambarkan
ketebalan reservoir yang mengandung hidrokarbon.
Dari Play Map dapat dihitung, bulk volume dari reservoir yang
mengandung hidrokarbon.
Perhitungan OOIP dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
OOIP = 7758 x Bv x Φ x (1 – Sw) / Boi
Untuk perhitungan OGIP dengan menggunakan rumus berikut :
OGIP = 43560 x Bv x Φ x (1 – Sw) / Bg
2
![Page 3: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/3.jpg)
Keterangan :
7758 dan 43560 = Faktor Konvers dari acre Ft
Bv = Bulk Volume
Φ = Porositas
Sw = Saturasi air
Boi = Formasi volume factor untuk minyak pada kondisi awal
Bg = Formasi volume factor untuk gas pada kondisi awal.
Setelah mempelajari metode – metode analisis geologi struktur di
laboratorium, kini saatnya untuk mempraktekkan metode – metode tersebut di
lapangan. Metode – metode tersebut umumnya digunakan dalam pemetaan dan
geologi aplikasi seperti pertambangan, perminyakan, geologi teknik dan lain-lain.
Dalam Kerja Lapangan, tidak semua metode analisis digunakan. Metode analisis
yang paling umum digunakan dalam Kerja Lapangan adalah ketebalan dan
kedalaman, proyeksi stereografis, analisis lipatan, dan peta dan profil geologi.
Dalam analisis geologi struktur, terdapat hal – hal yang perlu diperhatikan dalam
analisis, yaitu : Struktur yang mengenai batuan berumur paling muda akan
mempengaruhi batuan yang berumur lebih tua. Pemisahan struktur yang
terdapat pada batuan berumur paling muda dengan batuan berumur lebih tua.
Analisis dilakukan dari batuan yang berumur paling muda ke batuan yang
lebih muda. Untuk memperoleh hasil analisis yang tepat dan benar, analisis
geologi struktur dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu :
1) Pengambilan data struktur di lapangan
2) Analisis struktur
3) Integrasi hasil analisis
4) Pemodelan struktur
5) Aplikasi dari hasil analisis struktur
6) Pengambilan data struktur di lapangan
Dalam pengambilan data struktur di lapangan, hal yang pertama kali
harus dilakukan adalah pengeplotan lokasi pengambilan data. Hal ini penting
sekali untuk menentukan posisi pengambilan data pada peta yang nantinya
dapat membantu dalam analisis strukturnya. Pengambilan data pada tiap struktur
berbeda – beda tergantung dari hasil analisis yang diinginkan. Tetapi, umumnya,
data – data yang diambil adalah sebagai berikut :
3
![Page 4: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/4.jpg)
Data yang diambil adalah strike dan dip dari bidang kekar. Perlu
diperhatikan dalam pengambilan data kekar, harap dipisahkan bidang kekar yang
terdapat pada satuan batuan yang berbeda. Selain itu, dibedakan juga antara
kekar tarik dan kekar gerus agar data yang diambil tidak tercampur aduk. Untuk
kekar – kekar yang memiliki dip >= 80o, jumlah data yang harus diambil minimal
25 pasang kekar (50 kekar). Sedangkan untuk kekar – kekar yang memiliki dip
<= 80o, jumlah data yang diambil minimal 1 pasang kekar (2 kekar). Semakin
banyak data yang diambil, hasilnya semakin baik. Þ Sesar Data yang diambil
adalah strike dan dip dari bidang sesar, struktur penyerta (jika ada), besarnya
offset sesar, kinematika, dan litologi apa saja yang dipotong oleh sesar. Untuk
data ini, perlu dilakukan sketsa dari singkapan sesar agar data yang tidak
tercatat di lapangan dapat dilihat kembali pada sketsa. Þ Lipatan Adanya lipatan
di suatu daerah dapat diketahui dari strike dan dip perlapisan batuan dimana
arah dari dipnya berlawanan. Data yang diambil untuk analisis adalah strike dan
dip dari perlapisan batuan yang ada. 2) Analisis Struktur Untuk menganalisis
struktur – struktur diatas, dilakukan beberapa metode analisis, yaitu : Þ Diagram
Kontur Diagram kontur digunakan untuk menganalisa struktur kekar yang
memiliki dip yang besarnya kurang dari 80o. Cara dari metode ini sudah
diajarkan pada acara sebelumnya. Tetapi, untuk analisa yang datanya diambil
dari lapangan (faktual), ada hal penting yang perlu dilakukan, yaitu : a. Data
kekar dari satu satuan batuan dianalisa dalam satu diagram kontur. Jangan
dicampur aduk dengan data kekar dari satuan batuan yang lain. b. Sebelum
mengambil titik maksima tertinggi, terlebih dahulu dibandingkan antara diagram
kontur dari batuan berumur muda (diagram A) dengan diagram kontur dari
batuan berumur lebih tua satu tingkat (diagram B). Perhatikan kontur – kontur
yang terdapat pada kedua stereonet. Kemungkinan besar terdapat kontur pada
diagram B yang kurang lebih sama dengan kontur yang terdapat di diagram A.
Hilangkan kontur yang sama tersebut pada diagram B dan tentukan titik maksima
yang memiliki nilai kontur yang paling tinggi. Lakukan langkah – langkah tersebut
pada setiap satuan batuan yang ada. c. Setelah titik maksima dari tiap – tiap
diagram kontur ditentukan, buatlah kedua bidang maksimanya dan plotkan kedua
bidang maksima tersebut pada peta sesuai dengan lokasi pengambilan datanya.
d. Setelah kedua bidang maksima ditentukan kemudian tentukan arah – arah
gayanya terutama arah gaya utamanya. Dari arah gaya utama yang diperoleh,
4
![Page 5: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/5.jpg)
maka diketahui bahwa daerah yang dipetakan mengalami monophase tektonik
apabila tidak terjadi perubahan arah gaya utama ataukah mengalami multiphase
tektonik apabila terjadi perubahan arah gaya utama selama pengendapan batuan
di daerah pemetaan. Þ Diagram Kipas Diagram kipas juga digunakan untuk
menganalisa struktur kekar tetapi struktur kekar yang dianalisa adalah kekar
yang memiliki dip >= 80o.
1) Analisis Sesar
Analisis sesar digunakan untuk menganalisa arah gaya utama pembentuk
sesar dan hasilnya dapat digunakan untuk membantu menentukan pola sesar
utamanya. Analisis sesar ini sudah diajarkan pada acara sebelumnya. Hasil
analisis ini dapat digunakan untuk memperkuat hasil dari analisis kekar baik
dengan diagram kontur atau diagram kipas.
2) Analisis Lipatan
Analisis lipatan digunakan untuk menganalisa bentuk lipatan, axial plane,
hinge line, dan unsur – unsur lipatan lainnya yang terdapat di daerah pemetaan.
Analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode
diagram β dan metode diagram kontur. Tetapi, dari kedua metode tersebut,
metode diagram kontur yang paling baik digunakan untuk menganalisa lipatan.
3) Integrasi Hasil Analisis
Setelah semua analisis dilakukan, kemudian hasil – hasil tersebut
diintegrasikan dan dianalisis sebagai satu kesatuan struktur yang berkembang di
daerah pemetaan. Langkah – langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Plotkan semua hasil analisis pada peta topografi/geologi sesuai dengan lokasi
pengambilan datanya. Untuk hasil analisis sesar, plotkan stereonet hasil analisis
atau gambarkan arah gaya utamanya. Sedangkan untuk hasil analisis lipatan,
plotkan posisi axial plane dengan dibantu beberapa sayatan yang melalui axial
plane tersebut. Perhatikan bagaimana kesesuaian antara hasil – hasil analisis
yang diperoleh dengan kelurusan – kelurusan morfologi yang ada pada peta
topografi dan penyebaran singkapan yang tampak pada peta geologi. Gunakan
hukum cross – cutting relationship untuk membedakan mana struktur yang lebih
muda dan yang lebih tua dengan tetap memperhatikan arah gaya utama yang
terjadi pada tiap satuan batuan. Jangan terlalu memaksakan pengambilan suatu
sesar atau lipatan apabila tidak ada data yang menjelaskan adanya sesar
tersebut. Sesar diperkirakan dapat dibuat apabila terdapat dua sesar yang
5
![Page 6: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/6.jpg)
tampaknya merupakan satu kesatuan tetapi diantara sesar tersebut tidak
terdapat data yang mendukung keberadaan sesar tersebut.
Struktur – struktur yang dihasilkan juga dibandingkan dengan struktur geologi
regional daerah pemetaan. Perhatikan struktur - struktur regional yang melalui
daerah pemetaan, apakah struktur tersebut sesuai dengan struktur yang
dihasilkan dari integrasi hasil analisis.
4) Pemodelan Struktur
Sebagai tambahan, semua hasil interpretasi struktur yang telah
digambarkan pada peta topografi/geologi dapat disesuaikan dengan model –
model struktur yang ada. Sebelum melakukan penyesuaian, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan model struktur, yaitu :
Struktur – struktur yang terdapat pada model merupakan struktur yang sangat
ideal. Sangat kecil kemungkinan semua struktur yang diperoleh di lapangan
sama persis dengan struktur yang ada pada model. Hal ini disebabkan karena
keheterogenitas batuan di lapangan yang dipotong oleh struktur – struktur
tersebut. Perhatikan kedudukan satu struktur terhadap struktur yang lainnya. Hal
ini penting karena setiap struktur yang terbentuk akan membuat kedudukan
tertentu terhadap gaya utama yang membentuknya.
Perhatikan juga dimana model – model struktur dapat digunakan. Jangan
terburu – buru menggunakan suatu model struktur hanya karena kesesuaiannya
dengan struktur – struktur yang terjadi di daerah pemetaan.
Struktur – struktur yang terdapat pada model merupakan struktur mayor yang
terbentuk pada daerah yang luas/regional sehingga tidak bisa langsung saja
dicocokkan dengan struktur –struktur yang diperoleh dari hasil interpretasi.
Terdapat beberapa model yang dikenal dalam geologi struktur/tektonika,
5) Aplikasi Struktur Geologi
Struktur geologi yang ada pada suatu daerah memiliki peranan penting
terhadap daerah tersebut. Diketahuinya suatu struktur pada suatu daerah
pemetaan, tidak hanya untuk mengetahui dari mana arah gaya yang
membentuknya
6
![Page 7: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/7.jpg)
2.1 Longsoran (Failure)
Longsoran berkaitan erat dengan adanya suatu discontinue (ketidak
selarasan) karena :
a. Hampir semua longsoran batuan terjadi
akibat adanya ketidakselarasan.
b. Diskontinuitas menjadi bidang dari lonsoran
dari batuan yang terdapat struktur diskontinuitas.
c. Tegangan geser dari batuan
menurut sepanjang bidang diskontinuitas.
d. Arah, jarak, serta sudut geser dari
diskontinuitas menentukan suatu kestabilan dan model lonsoran dari
lereng.
Diskontiniutas mempunyai banyak jenis baik dari asal terjadinya atau
terbentuknya tetapi tetap lonsor dengan 2 tipe dasar yaitu :
1. Diskontinuitas yang terdapat dalam set atau system (egjoin)
2. Diskontinuitas yang unik (eg Fault) dimana harus dipertimbangkan
secara individual.
Tipe utama dari diskontinuitas adalah :
- Faults
- Joints
- Rekahan (Fissures)
- Belahan (Clevages)
- Bidang Geser
- Tension Cracks
7
![Page 8: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/8.jpg)
Gambar 2.1Geometri
Definisi yang dipakai dalam istilah geometri :
- Dip adalah kecondongan maximum dari bidang struktur diskontinuitas
terhadap bidang struktur diskontinuitas terhadap bidang horizontal (0 –
900).
- Dip Direction adalah arah horizontal dari garis dip yang diukur searah jarum
jam dari utara (0 – 3600).
- Strike adalah arah dari lapisan yang tegak lurus dengan dip direction yang
terletak pada bidang horizontal.
- Plunge adalah dip dari garis seperti pada pertemuan dua bidang.
- Trend adalah arah dari proyeksi horizontal dari garis yang diukur searah
jarum jam dari utara.
Orientasi dari diskontinuitas relavativeterhadap muka slope biasanya
merupakan factor yang jelas dimana menunjukkan keefektifan sebagai bidang
lonsoran yang potensial. Diskontinuitas ditujukan sebagai bidang dan arah
digambarkan oleh dip dan dip direction.
Gambar 2.2Struktur Pada Batuan
2.2 Teknik Presentasi Data Secara Grafik
Salah satu aspek penting dalam rock slope analysis adalah pengumpulan
data secara sistematik dan presentasi data geologi dimana akan mudah
dievaluasikan dan digabungkan dalam bentuk analisis kestabilan. Dari
pengalaman para ahli proyeksi secara stereografi menyajikan suatu bentuk yang
nyata untuk mempersentasikan data-data geologi.
8
![Page 9: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/9.jpg)
Gambar 2.3Lipatan
Gambar 2.4Lapisan Batuan
Banyak enginer yang tidak memakai metoda ini karena tidak familiar
dengan metode ini, karena mengira tidak ada korelasi dengan analisis
konvensional kemudian seiring dengan perjalanan waktu presentasi dengan
proyeksi spesifik dipakai oleh para enginer yang meneliti kestabilan lereng.
Proyeksi secara spesifik digunakan untuk menentukan jenis atau tipe
lonsoran sebagai berikut :
Planar Failure
Wedge Failure
Toppling Failure
Circular Failure.
9
![Page 10: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/10.jpg)
Gambar 2.5Gambar Peta Geologi
Secara umum yang membedakan antara plane failure dengan wedge
failure adalah :
2.2.1 Planar Failure
Persyaratan umum untuk terjadinya longsoran bidang untuk bidang lonsor
yang tunggal adalah :
1. Bidang yang akan mengalami lonsoran mempunyai arah yang
parallel dengan muka slope (± 200).
2. Dip dari bidang lonsor harus lebih kecil dari slope angle.
3. Dip dari bidang lonsor harus lebih besar dari friction angle dari
bidang.
4. Permukaan yang terbatas yang mencegah kekurangan tegangan
lateral untuk memcegah terjadinya longsoran, harus terdapat dalam masa
batuan untuk terjadinya pergerakan.
2.2.2 Wedge Failure
Persyaratan umum untuk wedge Failure adalah :
1. Lonsoran baji terjadi bila 2 atau lebih set dari diskontinuitas
berpotongan satu sama lain.
2. Garis dari perpotongan mempunyai arah yang sama dengan arah
penggalian (± 200).
3. Dip dari perp[otongan garis harus lebih besar dari friction angle.
10
![Page 11: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/11.jpg)
Gambar 2.6Suatu Struktur Batuan Planar Failure
2.3 Analisis Kekar
Penganalisisan data kekar sangat penting dilakukan dalam hubungannya
dengan menentukan sumbu lipatan dan gaya gaya yang bekerja pada batuan
daerah tersebut. Hubungan antara kekar, sesar ,lipatan dikemukakan oleh
moody dan Hill (1956).
Dalam menganalisis kekar dapat dikerjakan dengan menggunakan tiga
metode, yaitu:
a. Histogram
b. Diagram kipas
c. Stereografis
Dalam analisis kekar dengan histogram dan diagram kipas yang
dianalisis hanyalah jurus dan kekar dengan mengabaikan besar dan analisis
arah kemiringan ,.Gaya yang bekerja dianggap lateral, karena arah kemiringan
kekar diabaikan, maka dalam perhitungan kekar yang mempunyai arah N180 ºE
dihitung sama dengan N65 ºW . Jadi semua pengukuran dihitung ke dalam
interval N 0 ºE- N 90 ºE Dan N 0 ºw – N 90 ºW. Untuk analisis statistik , data
yang diperkenankan umumnya 50 data , tetapi 30 data masih diperkenankan.
Dalam analisis ini kekar gerus dan kekar tarik dipisahkan , karena gaya yang
bekerja untuk kedua jenis kekar tersebut berbeda. Buat tabulasi data dari hasil
pengukuran kekar berdasarkan jurus kekar ke dalam tabel , kemudian buat
interval misalnya 5 derajat.
11
![Page 12: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/12.jpg)
Gambar 2.7Penganalisaan Kekar dengan Diagram Rosset
Hitung frekuensi dan prosentase masing-masing interval. Prosentase
dihitung masing-masing interval terhadap pengukuran. Membuat histogram yaitu
dengan cara buat sumbu datar untuk jurus kekar dan sumbu tegak lurus sebagai
prosentase sumbu datar terdiri dari interval N 0 ºE- N 90 ºE Dan N 0 ºw – N 90
ºW. Buat skala sesuai interval. Buat balok masing-masing interval sesuai dengan
besar prosentase msing-masing interval.
Gambar 2.8Penganalisaan Kekar Dengan Diagram Kipas
12
![Page 13: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/13.jpg)
Membuat diagram kipas buat setengah lingkaran bagian atas dengan jari-
jari menunjukan besar prosentase terbesar dari interval yang ada, misal 24%.
Busur dibagi menurut interval (jika interval 5 derajat maka dibagi menjadi 18
segmen). Plot jurus kekar sesuai interval. Buat busur lingkaran dengan jari-jari
sama dengan prosentase masing-masing interval mulai dari batas bawah interval
, hingga atas interval . Misal N 0°E – N 5° W prosentase 20%, maka buat busur
lingkaran dari sumbu dekat (N 0°E) hingga sama N 5°W dengan jari-jari skala
20%. Arah gaya membentuk kekar membagi dua sudut lancip yang dibentuk oleh
kedua kekar.
1. Pada diagram kipas arah gaya pembentuk kekar adalah besarnya sudut
(jenis kekar) yang terbaca pada busur lingkungan , yang diperoleh
dengan membeagi dua dari dua maksima (interval dengan prosentase
terbesar) yang berjarak kurang dari 90 derajat.
2. Pada Histogram, arah gaya sama dengan sudut yang terbaca pada
sumbu datar yang merupakan titik tengah antara dua maksima yang
berjarak kurang dari 90 derajat.
Gambar 2.9Diagram Histogram
3. Bila ingin mencari arah sumbu lipatan , tambahkan 90 derajat dari arah
gaya , searah atau berlawanan jarum jam
13
![Page 14: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/14.jpg)
2.4 Hubungan Analisis Kekar Terhadap Sesar dan Lipatan
Berdasarkan definisi dari struktur geologi kekar, sesar, dan lipatan telah
menunjukkan bahwa adanya keterkaitan satu dengan yang lain. Misalnya sesar,
sesar ialah kekar yang mengalami pergeseran pada bidangnya, dan biasanya
sesar terbentuk pada daerah lipatan (sinklin maupun antiklin).
Hubungan dari ketiga struktur geologi ini dapat dijelaskan melalui three
stages of deformation yang merupakan sifat deformasi suatu benda terhadap
gaya berdasarkan tingkat elastisitas benda tersebut. Ketiga tingkatan tersebut
adalah :
1. Elastic
Benda dikatakan elastic jika suatu benda dikenai gaya, maka akan
mengalami deformasi, tetapi jika gaya dilepas (hilang), maka benda tersebut
akan kembali lagi pada bentuk dan ukuran semula. batas dimana suatu benda
masih dapat kembali seperti semula jika gaya dilepas, disebut elastic limit. Maka
jika besar gaya yang bekerja melebihi elastic limit, benda tersebut tidak akan
kembali pada bentuk semula, jika gaya hilang.
2. Plastic
Benda dikatakan plastic jika gaya yang bekerja mencapai elastic limit.
Benda yang terkena gaya hanya sebagian yang dapat kembali pada bentuk
semula, jika gaya dihilangkan.
3. Brittle and Ductile
Benda dikatakan brittle, jika benda sudah pecah sebelum gaya yang
bekerja mencapai titik plastis. Benda dikatakan ductile, jika benda pecah/hancur
setelah gaya melewati titik elastic. Berdasarkan penjelasan mengenai tingkat
deformasi tersebut dapat diketahui bahwa kekar merupakan awal atau pemicu
adanya sesar dan lipatan. Hal ini dikarenakan kekar menjadi zona lemah suatu
batuan yang apabila mendapat gaya yang lebih besar akan memicu terjadinya
struktur geologi sesar dan lipatan. Sedangkan sesar naik umumnya terbentuk
pada daerah lipatan berupa sinklin dan sesar turun terbentuk pada daerah
lipatan yang berupa antiklin. Hal ini dikarenakan ketika gaya tekan pada daerah
lipatan hilang, maka batuan yang terlipat akan kembali berusaha kebentuk
semula, tetapi karena adanya kekar maka terbentuklah sesar karena pergerakan
yang terjadi pada bidang kekar.
14
![Page 15: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/15.jpg)
2.5 Manfaat dan analisis Struktur kekar
Analisis kekar pada suatu daerah, sangat bermanfaat dalam berbagai
bidang, beberapa diantaranya :
Explorasi
Dalam beberapa hal, analisis kekar dapat bermanfaat pula dalam
pengidentifikasian suatu reservoir. Pada hal ini, yang lebih berpengaruh adalah
system kekarnya, dimana system kekar tersebut bisa mempengaruhi proses-
proses mineralisasi yang terjadi, yang merupakan saluran dan tempat
berkumpulnya mineral-mineral berharga (seperti misalnya endapan hydrothermal
: Au, Cu, Pb, Zn, dll).
Gambar 2.10Kekar
Proyek pembangunan
Setiap waktu, manusia selalu melekukan pembangunan, yang pastinya
akan memakanlebih banyak lahan lagi. Disinilah analisis kekar juga berperan
penting, dimana kita akan melihat bagaimana struktur geologi daerah tersebut.
Misal daerah tersebut berkekar banyak, berarti bisa dikategorikan dalam daerah
yang rawan, kareana adanya kekar-kekar (retakan-retakan_ tersebut, yang
menyebabkan struktur tersebut labil, dan mudah bergeser apabila ada gaya yang
bekerja, missal damal pembuatan jalan raya di daerah pegunungan, maka
apabila daerah yang akan dibangun ditemui banyak kekar, maka sangat
15
![Page 16: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/16.jpg)
berbahaya karena guncangan-guncangan yang diberikan dari kendaraan yang
lewat akan mempengaruhi pergeseran kekar-kekar tersebut.
Analisis geologi suatu daerah
Dari analisis kekar tersebut, kita dapat menganilisis juga bagaimana
geologi daerah tersebut. Salah satunya, dari analisis kekar, bisa diketahui gaya-
gaya yang bekerja pada saat pembentukan kekar tersebut, dan itu berarti dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan untuk bisa mngidentifikasi proses-proses
geologi yang dahulu pernah terjadi, entah itu secara local maupun regional, dan
ini bisa membantu dalam membuat genesa suatu daerah. Dari analisis ini, juga
bisa diselidiki lebih lanjut, untuk perkiraan adanya lipatan yang terbentuk, karena
biasanya kekar terbentuk dari suati proses pelipatan suatu bahan, yang dimana
bahan tersebut tidak mampu lagi menahan gaya, maka terbentuklah kekar, dan
juga dapat menjadi bahan acuan adanya zona sesar yang sudah terjadi setelah
kekar ini (,eskipun kadang tidak selalu).
2.6 Klasifikasi Genetis
a. Kekar Gerus
Gambar 2.11Kekar Gerus
b. Kekar Tarik
c. Kekar Kolom
16
![Page 17: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/17.jpg)
Gambar 2.12Kekar Kolom
2.7 Analisis Sesar
Sesar adalah satuan rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang
berhadapan, dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Ukuran sesar
dapat berkisar beberapa centimeter sampai mencapai ratusan kilometer. Jurus
dan kemiringan sesar diukur sama seperti pengukuran pada perlapisan batuan
sedimen.
Gambar 2.13Sesar
17
![Page 18: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/18.jpg)
Secara umum sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis antara lain :
a. Sesar normal / turun ; sesar dimana gerak relatif bongkah atap
sesar turun terhadap alas sesar.
b. Sesar naik ; gerak relatif bongkah atap sesar naik terhadap
alas sesar.
c. Sesar mendatar pada bagian-bagian yang tersesarkan.
Gambar 2.14Sesar Pada Suatu Lapisan Batuan
Gambar 2.15Sesar yang terbentuk dilihat dari tekanan
Ada beberapa pendekatan secara geometri untuk mengklasifikasikan
sesar. Sebagai contoh, ada klasifikasi yang berdasarkan hubungan antara sesar
18
![Page 19: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/19.jpg)
dengan struktur lain (longitudinal, tranverse atau sesar bidang perlapisan) dan
berdasarkan pola kumpulan sesar (radial, parallel dan sesar echelon).
Aspek terpenting dari geometri sesar adalah pergeseran. Slip merupakan
pengukuran dari pergeseran ini, tetapi hal ini jarang dapat ditentukan secara
pasti. Separation, maupun komponen-komponen biasanya dapat diukur,
sehingga separation tersebut menjadi bukti keberadaan sesar. Bagaimanapun
ada perbedaan yang jelas diantara slip dan separation, karena separation dapat
berupa hasil dari berbagai kemungkinan orientasi slip. Klasifikasi sesar yang
paling umum dan sering digunakan yaitu sesar naik, sesar turun / sesar normal
dan sesar mendatar.
19
![Page 20: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/20.jpg)
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1 Tugas
1. Membuat penampang dari peta top dan bottom hasil praktikum
sebelumnya dan menghitung throw, heave dan head masing-masing
penampang tersebut diambil dari data titik bor.
2. Menganalisa peta tentang struktur
3.2 Pembahasan
1. Penampang A I - B I
20
![Page 21: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/21.jpg)
Perhitungan volume metode Penampang
Luas penampang A-A’ = 2680,750563 m2
Luas penampang B-B’ = 2535,808275 m2
Luas penampang C-C’ = 2675,673 m2
R(A-B) = 5,2 cm X 2702,7
= 14054,04 cm
= 140,5404 m
R(A-B) = 5 cm X 2702,7
= 13513,5 cm
= 135,135 m
V (A-B) =
=
=
= 309.729.914,77 m3
V (B-C) =
=
=313.946.410,7 m3
Volume total = V (A-B) + V (B-C)
= 309.729.914,77 m3 + 313.946.410,7 m3
= 623.676.325,4 m3
21
![Page 22: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/22.jpg)
Luas penampang A-A’ = 2680,04625 m2
Luas penampang B-B’ = 2535,1515 m2
Luas penampang C-C’ = 2675,98 m2
R(A-B) = 4,9 cm X 2702 cm
= 13239,8 cm
= 132,398 cm
R(A-B) = 5,9 cm X 2702 cm
= 15941,8 cm
= 159,418 cm
V (A-B) =
22
![Page 23: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/23.jpg)
=
=
=291.634.042,4 m3
V (B-C) =
=
=
= 370.168.842,4 m3
Volume total = V (A-B) + V (B-C)
= 291.634.042,4 m3 + 370.168.842,4 m3
= 661.802.884,7 m3
23
![Page 24: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/24.jpg)
Luas penampang A-B’ = 2680,74 m2
Luas penampang A’-B” = 2535,81 m2
Luas penampang A”-B” = 2675,67 m2
R(A-A’) = 5,1 cm X 2702,7
= 13.783,77 cm
= 137,8377 m
R(A-A”) = 5,3 cm X 2702,7
= 14.325,31 cm
= 143,2531 m
V (A-A’) =
=
=
= 303.773.003,7 m3
V (A’-A”) =
=
=
= 332.992.520,5 m3
Volume total = V (A-A’) + V (A’-A”)
= 303.773.003,7 m3+ 332,992,520,5 m3
= 636.765.524,2 m3
24
![Page 25: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/25.jpg)
BAB IVANALISA
Dari hasil pengerjaan peta top, bottom, dan isopac didapat dianalisa
bahwa pada pengerjaan ini sangatlah sulit untuk menentukan apakah di daerah
tersebut ada sesar ( naik atau turun ). Karena kita harus punya data secara
regional sebagai gambaran acuan apa saja gaya yang telah terjadi didaerah
tersebut sebagai alasan untuk menentukan gaya-gaya geologinya.
Untuk arah sebaran batuan itu sendiri dilihat dari kontur toponya.
Sehingga kita bisa mengetahui arah sebaran dari batuan tersebut.
25
![Page 26: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/26.jpg)
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengerjaan tugas saya dapat menarik kesimpulan bahwa untuk
menentukan adanya struktur atau tidaknya pada peta tersebut kita harus memiliki
alasan yang kuat atau adanya data-data dari lapangan yang menunjang untuk
memastikannya. Misalnya dari peta top dan bottom untuk menentukan struktur
kita harus membuat penampangnya sehingga dari gambar kita bisa mengetahui
kondisi batuan dilapangan dan apakah adanya struktur pada batuan dibawahnya,
Untuk peta sebaran itu sendiri relatif ke selatan dan dip kebarat.
26
![Page 27: ANALISIS AKHIR](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062300/55cf924c550346f57b9545a3/html5/thumbnails/27.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
http://fisikaunlam.blogspot.com/2011/04/geologi-struktur-analisa-
dinamika.html
http://zulhikmal.blogspot.com/2009/11/analisis-struktur-geologi-
daerahngawi.html
http://petrogeo.blogspot.com/2008/12/analisis-geologi-struktur.html
http://ptbudie.wordpress.com/2009/01/03/pegunungan-kendeng/
http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/14/struktur-majalengka-yang-
diduga-kawah -meteor/
27