analisis beban kerja pada operator air traffic control

59
Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control untuk Mengurangi Stress Kerja (Studi Kasus: Bandar Udara Ahmad Yani Semarang) Oleh: Urwatuz Zahara (2509100058) Dosen Pembimbing: Ir. Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc.

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Controluntuk Mengurangi Stress Kerja

(Studi Kasus: Bandar Udara Ahmad Yani Semarang)

Oleh: Urwatuz Zahara (2509100058)

Dosen Pembimbing:Ir. Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc.

Page 2: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Outline

Page 3: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Sekilas Air Traffic Control

Page 4: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Tugas Utama ATC

• Mencegah tabrakan antara pesawat udara yang satu dengan pesawat udara lainnya.

• Mencegah tabrakan di daerah pergerakan antara pesawat udara dengan rintangan di daerah tersebut.

• Memperlancar dan memelihara keteraturan lalu lintas penerbangan.• Memberikan saran dan informasi yang berguna bagi keselamatan dan

efisiensi penerbangan.• Memberitahu kepada organisasi terkait tentang adanya sebuah

pesawat udara yang memerlukan bantuan dan pertolongan serta membantu organisasi tertentu bila diperlukan.

Page 5: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Meningkatnyajumlah penerbangan tiap tahun di

Bandara Ahmad Yani

Traffic yang padat

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Datang (Arrival)

Berangkat (Departure)

Latar Belakang Permasalahan

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012

Page 6: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Jam istirahattidak dapat

dimanfaatkan

Lingkungan kerja yang tidak nyaman

Tuntutan pekerjaan yang

berat

Latar Belakang Permasalahan

Page 7: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Tidak adanya radar

Taxiway danrunway

hanya satu

Latar Belakang Permasalahan

Page 8: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Tidak adanyaradar

Taxiway danrunway

hanya satu

Meningkatnyajumlah penerbangan tiap tahun

Traffic yang padat

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Datang (Arrival)

Berangkat (Departure)

Jam istirahat tidakdapat

dimanfaatkan

Lingkungan kerja yang tidak nyaman

Tuntutan pekerjaan yang

berat

Terjadi near miss dua kali

pada 2012

Latar Belakang Permasalahan

Page 9: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Rumusan Masalah

Bagaimana merancang perbaikan kerja pada

operator ATC Bandara Ahmad Yani Semarang

ditinjau dari analisis risiko, keandalan operator

dan analisis beban kerja sehingga dapat

mengurangi stress kerja dari operator ATC.

Page 10: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Tujuan Penelitian

Mengukur dan menganalisa beban kerja mental pada air traffic controller Mengukur probabilitas

terjadinya human error pada air traffic controller.

Melakukan analisa risiko untuk mengetahui potensi bahaya kesehatan dan keselamatan kerja untuk mitigasi risiko bahaya yang mungkin terjadi

Menyusun rancangan perbaikan sistem kerja ATC

Page 11: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Manfaat PenelitianBagi perusahaan:

• mengetahui beban kerja yang dialami oleh air traffic controller sehingga dapatdijadikan acuan untuk mengurangi beban kerja yang dialami oleh operator.

• Mengetahui tingkat keandalan operator dalam bekerja.

• Memberikan rekomendasi perbaikan pada PT Angkasa Pura I BandaraAhmad Yani Semarang agar dapat mengurangi stress kerja yang dialamiair traffic controller dan mengurangi resiko bahaya yang mungkin terjadi.

Page 12: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Manfaat PenelitianBagi Penulis:

• Mengetahui aplikasi metode NASA-TLX dan HEART dalam dunia kerja.

• Mengetahui kondisi apa saja yang berisiko menimbulkan bahaya atau kecelakaan kerja dalam ruang lingkup Air Traffic Control

Page 13: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Ruang Lingkup Penelitian

Batasan

• Objek penelitian adalah Air Traffic Controller yang bertugas di Semarang Approach dan Yani Tower di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang.

Asumsi

• Tidak terjadi perubahan job description dan jumlah operator ATC selama dilakukan penelitian.

• Tidak terjadi perubahan SOP pada PT Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yani Semarang.

Page 14: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Tinjauan Pustaka

Risk AnalysisReview

Penelitian Terdahulu

Page 15: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Air Traffic ControlBandara Ahmad Yani

Semarang Approach (APP)Yani Tower (TWR)

Page 16: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Jam Kerja Operator ATC

2 jam sebagai

controller

istirahat selama 45

menit.

3 jam sebagai

assistant controller

istirahat selama 45

menit.

Shift 1 : 05.30-13.30

Shift 2 : 13.00-21.00

Assistant Controller

ControllerSupervisor

Page 17: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Air Traffic Control-Yani Tower (TWR)

Page 18: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Air Traffic Control-Approach Control Office (APP)

Page 19: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Penyebab Stress Kerja pada Operator ATC

Tuntutan Pekerjaan: Prosedur Operasi Kerja: Jumlah pesawat yang ditangani Tekanan waktu Lalu lintas udara saat paling tinggi Harus mengikuti aturan Lalu lintas asing Perasaan kehilangan kontrol Kejadian tak terduga Ketakutan atas konsekuensi error

Lingkungan Kerja Organisasi Kerja Pencahayaan, refleksi optik Ambiguitas peraturan

Noise atau gangguan Hubungan antara supervisor dengan rekan kerja

microclimate Kurangnya kontrol saat proses kerja Postur tubuh yang buruk Gaji Istirahat dan fasilitas kantin Opini publik

Alat Kerja Jam Kerja Keterbatasan dan keandalan peralatan Periode tugas tak terputus VDT, R/T dan kualitas telepon Shift dan jam kerja malam Tata letak peralatan

(Sumber: Costa, 1995)

Page 20: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Dampak Stress Kerja pada Operator ATC

(Sumber: Costa, 1995)

Page 21: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Analisa Tingkat Keandalan dengan Metode Heart (Studi Kasus di Stasiun

Kereta Api Poncol Semarang) (Situmeang, 2011)

Pengukuran Beban Kerja Karyawan dengan Menggunakan Kerangka NASA-

TLX di Departemen Organisasi dan Prosedur

PT Petrokimia(Erisianna, 2012)

Perbaikan Sistem Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas dan

Mengurangi Burnout pada Perawat UGD (Studi Kasus : UGD Rumah Sakit Haji

Surabaya)(Handini,2013)

Analisis Beban Kerja pada Operator Air

Traffic Control (ATC) untuk Mengurangi Stress Kerja (Studi

Kasus: Bandar Udara Ahmad Yani Semarang)

A Study of Job Stress and Turnover Tendency among Air Traffic Controllers: The

mediating Effects of Job Satisfaction

(Jou R.C., Kuo C.W., Tang M.L.,2013)

Page 22: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Pengukuran keandalan operator (HEART)

Pengukuran Beban Kerja (NASA TLX) dan Penetuan Jumlah Karyawan

Pengukuran Beban Kerja (NASA TLX) dan Keandalan Pekerja (HEART)

Analisis Beban Kerja pada Operator Air

Traffic Control (ATC) untuk Mengurangi Stress Kerja (Studi

Kasus: Bandar Udara Ahmad Yani Semarang)

Job Stress pada ATC

Page 23: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Pengukuran Beban Kerja (NASA TLX) dan Keandalan Pekerja (HEART)

Analisis Beban Kerja pada Operator Air

Traffic Control (ATC) untuk Mengurangi Stress Kerja (Studi

Kasus: Bandar Udara Ahmad Yani Semarang)

Job Stress pada ATC

Page 24: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Metodologi Penelitian

Tahap Pendahuluan

Tahap Pengumpulan Data

Tahap Pengolahan Data

Tahap Analisis dan Pembahasan

Tahap Simpulan dan Saran

Page 25: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian

Studi Literatur Observasi Lapangan

Tahap Pendahuluan

Tahap Pengumpulan Data

Tahap Pengolahan Data

Tahap Analisis dan Pembahasan

Tahap Simpulan dan Saran

Metodologi Penelitian

Page 26: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Data Primer :• Kuisioner NASA-TLX• Kuisioner FMEA• Detak Jantung ATC,

Pengukuran Human Reliability Assessment

Data Sekunder:• Job Description ATC• Jumlah karyawan• Data accident dan

incident di Bandara Ahmad yani

Tahap Pendahuluan

Tahap Pengumpulan Data

Tahap Pengolahan Data

Tahap Analisis dan Pembahasan

Tahap Simpulan dan Saran

Metodologi Penelitian

Page 27: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Perhitungan Beban Kerja dengan NASA TLX

Perhitungan Keandalan operator ATC dengan

Metode HEART

Analisa Risiko

Tahap Pendahuluan

Tahap Pengumpulan Data

Tahap Pengolahan Data

Tahap Analisis dan Pembahasan

Tahap Simpulan dan Saran

Metodologi Penelitian

Page 28: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Analisis Kondisi Eksisting

Analisis Pengukuran Beban Kerja

Analisis Pengukuran Keandalan Pekerja

Analisis Peta Risiko

Analisis Rekomendasi Perbaikan

Tahap Pendahuluan

Tahap Pengumpulan Data

Tahap Pengolahan Data

Tahap Analisis dan Pembahasan

Tahap Simpulan dan Saran

Metodologi Penelitian

Page 29: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Penarikan Simpulan

Saran dan Rekomendasi

Tahap Pendahuluan

Tahap Pengumpulan Data

Tahap Pengolahan Data

Tahap Analisis dan Pembahasan

Tahap Simpulan dan Saran

Metodologi Penelitian

Page 30: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Teknik Pengambilan Data

Data Sekunder

Pengolahan DataExpert Peneliti

Page 31: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Pengolahan Data

Page 32: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Identifikasi Kondisi Bahaya

• Physical Hazard• Chemical Hazard• Mechanical Hazard• Electrical Hazard• Ergonomic Hazard• Behavioral Hazard• Environmental Hazard • Biological Hazard• Psychosocial Hazard

• Ergonomic Hazard• Behavioral Hazard• Environmental Hazard • Psychosocial Hazard

Page 33: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Iden

tifik

asi B

ahay

aProses Kerja Jenis Bahaya Potensi Bahaya Penyebab Bahaya

Bahaya tersandung saat menaiki tangga

Tangga pada akses utama menuju ruang kerja kurang lebar dan sempit

Melewatkan informasi penerbangan dari bagian BO

Peletakan layar monitor yang jauh dari pandangan

Bahaya ergonomi

Sakit pada bagian tubuh tertentu

Posisi kerja duduk yang cukup lama

Bahaya psikososial

Kurang fokus dalam bekerja

Jumlah sumber daya yang terbatas, sehingga dalam satu shift kerja seringkali hanya ada dua atau tiga operator ATC

Lama dalam memberikan instruksi pada pilot

Kurang cekatan dalam memberi pengarahan pada pilot

Memandu pilot melebihi batas aturan maksimal

Kecenderungan operator tidak melakukan pergantian tugas ketika jam panduannya telah berakhir

Aerodrome Control

Tower (Yani Tower)

Bahaya tingkah laku

Bahaya lingkungan

Page 34: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Iden

tifik

asiB

ahay

aProses Kerja Jenis Bahaya Potensi Bahaya Penyebab Bahaya

Konsentrasi operator terganggu ketika memandu pesawat

Lokasi kerja tidak berada dalam restricted area sehingga sering terdengar suara motor lalu lalang dan suara adzan karena lokasi yang dekat dengan masjid

Operator merasa jenuh ketika bertugas

Kurangnya fasilitas dalam ruang kerja karena tidak adanya hiburan ketika istirahat

Bahaya ergonomi

sakit pada bagian tubuh tertentu

Posisi kerja duduk yang cukup lama

Bahaya psikososial

Kurang fokus dalam bekerja

Jumlah sumber daya yang terbatas, sehingga dalam satu shift kerja seringkali hanya ada dua atau tiga operator ATC

Lama dalam memberikan instruksi pada pilot

Kurang cekatan dalam memberi pengarahan pada pilot

Memandu pilot melebihi batas maksimal

Kecenderungan operator tidak melakukan pergantian tugas ketika jam panduannya telah berakhir

Bahaya tingkah laku

Bahaya lingkungan

Approach Control Office

(Semarang Approach)

Page 35: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Kategori Penilaian Severity of Harm

(Devi,2011)Fatal Dapat menyebabkan tabrakan antar pesawat

Major Breakdown of separation , menyebabkan hilangnya hari kerja dan dilakukan penanganan pasca kejadian

Moderate Breakdown of communication dan menghilangnya hari kerja

Minor Inconvenience

Fatal Dapat menyebabkan satu atau lebih kematian

MajorLuka atau kerusakan serius pada kesehatan, membutuhkan perhatian dan penanganan medis, tidak sampai menimbulkan kematian

Moderate Kerusakan reversible pada kesehatan, membtuhkan perawatan medis, menyebabkan hilangnya hari kerja

Minor Membutuhkan pertolongan pertama atau tidak menyebabkan hilangnya hari kerja

Page 36: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Kategori Penilaian Likelihood

Very Likely Terjadi pada kebanyakan situasi, ≥ 16 kali/bulan atau hampir tiap hari

Likely Seringkali terjadi pada saat tertentu, 5 ≤ X ≤ 5 kali/bulan

Unlikely Jarang terjadi, 2 ≤ X ≤ 4 kali / bulan

Highly Unlikely Sangat jarang terjadi, ≤ 1 kali/bulan

Page 37: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

RACBahaya tersandung saat menaiki tangga 5 Very low /

negligibleTidak perlu diperhatikan

Melewatkan informasi penerbangan dari bagian Briefing Office

3Medium / moderate danger

Sedang

Konsentrasi operator terganggu ketika memandu pesawat

2 High / serious danger Mengancam

Operator merasa jenuh ketika bertugas 3

Medium / moderate danger

Sedang

Bahaya Ergonomi

Sakit pada bagian tubuh tertentu 3

Medium / moderate danger

Sedang

Bahaya Psikososial

Kurang fokus dalam bekerja 3

Medium / moderate danger

Sedang

Lama dalam memberikan instruksi pada pilot 3

Medium / moderate danger

Sedang

Memandu pilot melebihi batas jam maksimal 2 High / serious

danger Mengancam

Bahaya Lingkungan

Bahaya Tingkah

Laku

Jenis Bahaya Kategori BahayaRi

sk M

appi

ng

Page 38: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Pengolahan Data

Page 39: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Task AnalysisProses Persiapan

1.11.21.3

1

Plan 0

Operator menyiapkan formulir, strip marking, dan menyalakan mesinMeneliti NOTAM yang berlaku yang berkaitan dengan semua fasilitas dan operasi Meneliti semua fasilitas yang terkait operasi pelayanan lalu lintas

Proses persiapan pelayanan lalu lintas penerbanganSebelum melakukan pelayanan penerbangan, pastikan semua fasilitas dan

operasi penerbangan dalam kondisi siap

Page 40: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Task AnalysisProses Bertugas

2.1 2.22.32.42.52.62.72.82.9

2

Plan 1

Melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terkait

Mencatat semua hal penting terkait dengan pelayanan lalu lintas udara

Memberi instruksi pada pilot untuk menyalakan mesin

Proses Bertugas

Sebelum melakukan pekerjaan pastikan semua unit yang terkait dalam operasi penerbangan dalam kondisi siap

Memberi instruksi pada pilot untuk memasuki taxiwayMemberi instruksi pada pilot untuk memasuki runwayMemberi instruksi pada pilot untuk holding posititionMemberi instruksi pada pilot untuk take offMemberi instruksi pada pilot untuk mencapai ketinggian tertentuMemberi panduan kepada pesawat dari bandara lain yang melewati Bandara

Page 41: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Task AnalysisProses Transfer Tugas

3.13.2

3

Plan 2

Operator membaca catatan operasi penerbangan pada shift sebelumnyaOperator mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan

Sebelum melanjutkan pekerjaan perhatikan catatan operasi penerbangan pada shift sebelumnya

Proses Transfer Tugas

Page 42: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Task AnalysisProses Selesai Tugas

4.14.2

4 Proses Selesai Tugas

Perhatikan unit lain yang terkait dengan layanan penerbanganPlan 3Operator merekap catatan operasi penerbanganOperator mematikan semua mesin

Page 43: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Possible Error

Tasks Stopping Rule Possible Error Akibat Awal Akibat LanjutOperator ATC menyiapkan formulir, strip marking, dan menyalakan mesin

Operator ATC salah menempatkan urutan strip marking

Operator ATC akan kesulitan ketika melayani penerbangan

Lambat dalam penanganan ketika terjadi gangguan

Meneliti NOTAM yang berlaku yang berkaitan dengan semua fasilitas dan operasi penerbangan

Operator ATC mengabaikan NOTAM yang berkaitan dengan operasi penerbangan

Kurangnya kesiapan dari operator ATC apabila terjadi suatu gangguan

Lambat dalam penanganan ketika terjadi gangguan

Meneliti semua fasilitas yang terkait operasi pelayanan lalu lintas

Operator ATC tidak meneliti fasilitas yang terkait dengan pelayanan lalu lintas udara

Mengganggu jalannya pemanduan pesawat apabila terjadi kerusakan pada fasilitas kerja ATC

Lambat dalam penanganan ketika terjadi gangguan dan mendapat banyak keluhan dari maskapai penerbangan

Proses persiapan pelayanan lalu

lintas penerbangan

Page 44: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Possible Error (2)Tasks Stopping Rule Possible Error Akibat Awal Akibat Lanjut

Melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terkait

Operator ATC tidak berkoordinasi dengan semua pihak

Operator ATC akan kesulitan ketika melayani penerbangan

Lambat dalam penanganan ketika terjadi gangguan

Mencatat semua hal penting terkait dengan pelayanan lalu lintas udara

Operator ATC tidak mencatat hal penting terkait dengan penerbangan

Kurang antisipasi ketika terjadi suatu masalah yang sama

Lambat dalam penanganan ketika terjadi gangguan

Memberi instruksi pada pilot untuk menyalakan mesin

Operator ATC terlambat/Terlalu cepat memberi instruksi menyalakan mesin pesawat pada pilot

Apabila terlambat akan menyebabkan delay dan apabila terlalu cepat menyebabkan borosnya bahan bakar (avtur) pesawat

Mendapat banyak keluhan dari maskapai penerbangan

Memberi instruksi pada pilot untuk memasuki taxiway

Operator ATC terlalu lama/cepat memberi instruksi pada pilot untuk memasuki taxiway

Apabila terlalu lama akan menyebabkan borosnya bahan bakar, namun apabila terlalu cepat dapat mengganggu jalannya pesawat lain untuk menuju apron

Tidak teraturnya jadwal penerbangan sehingga akan menimbulakan banyak keluhan dari maskapai penerbangan

Memberi instruksi pada pilot untuk memasuki runway

Operator ATC salah dalam menempatkan pesawat pada posisi runway

Menyebabkan borosnya bahan bakar pesawat dan mengganggu jadwal penerbangan untuk pesawat berikutnya

Mendapat banyak keluhan dari maskapai penerbangan

Proses Bertugas

Page 45: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Possible Error (3)

Tasks Stopping Rule Possible Error Akibat Awal Akibat Lanjut

Memberi instruksi pada pilot untuk holding positition

Operator ATC terlalu lama/cepat memberi instruksi pada pilot untuk holding positition

Menyebabkan borosnya bahan bakar pesawat

Mendapat banyak keluhan dari maskapai penerbangan

Memberi instruksi pada pilot untuk take off

Operator ATC terlalu lama/cepat memberi instruksi pada pilot untuk take off

Apabila terlalu lama akan menyebabkan borosnya bahan bakar, namun apabila terlalu cepat dapat mengganggu pesawat lain yang akan mendarat

Menyebabkan tabrakan antar pesawat

Memberi instruksi pada pilot untuk mencapai ketinggian tertentu

Operator ATC salah dalam memberi instruksi ketinggian pesawat

Jarak separasi antar pesawat di udara kurang dari 1000 ft

Menyebabkan tabrakan antar pesawat

Memberi panduan kepada pesawat dari bandara lain yang melewati Bandara Ahmad Yani

Operator ATC salah dalam memberi panduan

Penerbangan akan mengalami ketidaknyamanan

Menyebabkan tabrakan antar pesawat

Proses Bertugas

Page 46: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Possible Error (4)

Tasks Stopping Rule Possible Error Akibat Awal Akibat Lanjut

Operator ATC membaca catatan operasi penerbangan pada shift sebelumnya

Operator ATC tidak membaca catatan pada shift sebelumnya

Kurangnya kesiapan dari operator ATC apabila terjadi suatu gangguan

Penerbangan akan mengalami ketidaknyamanan dan adanya keluhan dari maskapai penerbangan

Operator ATC mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan

Operator ATC tidak mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan

Operator ATC akan kesulitan ketika melayani penerbangan

Lambat dalam penanganan ketika terjadi gangguan dan mendapat banyak keluhan dari maskapai penerbangan

Proses Transfer Tugas

Page 47: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Possible Error (5)

Tasks Stopping Rule Possible Error Akibat Awal Akibat Lanjut

Operator ATC merekap catatan operasi penerbangan

Operator ATC tidak merekap catatan operasi penerbangan

Tidak adanya rekam penerbangan untuk memberi rating pada operator dan laporan penerbangan pada maskapai penerbangan

Pemberian rating pada operator ATC menjadi tidak valid

Operator ATC mematikan semua mesin

Operator ATC tidak mematikan semua mesin

Menyebabkan borosnya konsumsi listrik Mesin akan cepat rusak

Proses Selesai Tugas

Page 48: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Generic Task

Deskripsi Aksi Operator

Nominal Human Unreliability

Error Producing Conditions Total HEART effect

Assessed Proportion

Assessed Effect

2. Kurangnya waktu yang tersedia untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan

11 0,1 2

0,18

0,09

HEP Operator ATC salah menempatkan urutan strip marking

Probability of Failure

D. Pekerjaan sederhana yang jelas dilakukan dengan cepat atau dengan memberikan sedikit

perhatianOperator ATC mengisi dan mengurutkan strip

marking sesuai dengan urutan pemanduan, berdasarkan data dari Briefing Office

Penilaian HEP

Assessed Effect = ((Total Heart Effect-1) x Assesed proportion)+1

Probability of failure = Nominal Human Unreliability x Assessed Effect(i)

Page 49: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

= 9,9965,E-01 x 1,0000,E+00 x 8,9964,E-01 x 1,0000,E+00

= 0,8993

No Kegagalan Tugas HEP1 HEP Operator ATC salah menempatkan urutan strip marking 0,1800

2 HEP Operator ATC mengabaikan NOTAM yang berkaitan dengan operasi penerbangan 0,0204

3 HEP Operator ATC tidak meneliti fasilitas yang terkait dengan pelayanan lalu lintas udara 0,0954

4 HEP Operator ATC tidak berkoordinasi dengan semua pihak 0,0008

5 HEP Operator ATC tidak mencatat hal penting terkait dengan penerbangan 0,0012

6 HEP Operator ATC terlambat/Terlalu cepat memberi instruksi menyalakan mesin pesawat pada pilot 0,1909

7 HEP Operator ATC terlalu lama/cepat memberi instruksi pada pilot untuk memasuki taxiway 0,3519

8 HEP Operator ATC salah dalam menempatkan pesawat pada posisi runway 0,2916

9 HEP Operator ATC terlalu lama/cepat memberi instruksi pada pilot untuk holding positition 0,5568

10 HEP Operator ATC terlalu lama/cepat memberi instruksi pada pilot untuk take off 0,5184

11 HEP Operator ATC salah dalam memberi instruksi 0,3568

12 HEP Operator ATC salah dalam memberi panduan kepada pesawat yang melintasi Bandara Ahmad Yani 0,3568

13 HEP Operator ATC tidak membaca catatan pada shift sebelumnya 0,316814 HEP Operator ATC tidak mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan 0,316815 HEP Operator ATC tidak merekap catatan operasi penerbangan 0,001416 HEP Operator ATC tidak mematikan semua mesin 0,0004

Page 50: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Hasil Perhitungan Metode HEART

Berdasarkan hasil Perhitungan didapatkan hasil bahwa :

Sehingga dapat dikatakan operator dalam kondisi handal ketika memandu pesawat

100,8

= 0,8993

Page 51: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Hasil Pengolahan NASA TLX

Rating Weight Product Rating Weight ProductKebutuhan Fisik 40 0 0 80 0 0Kebutuhan Mental 60 5 300 100 2 200Kebutuhan Waktu 30 4 120 80 1 80Performansi 99 2 198 90 5 450Tingkat Stress 60 1 60 60 4 240Usaha 90 3 270 95 3 285

948 125515 15

63,2 83,6667

DeskriptorOperator ATC 1 Operator ATC 2

Total Bobot Total BobotWWL WWL

Rata-rata WWL Rata-rata WWL

Tingkat Kebutuhan Rata-rata Total Product PresentaseKebutuhan Fisik 46 695 4%Kebutuhan Mental 270 4052 23%Kebutuhan Waktu 188 2813 16%Performansi 264 3966 23%Tingkat Stress 173 2595 15%Usaha 226 3388 19%

Page 52: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Hasil Pengolahan NASA TLX

Page 53: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Simpulan

• Dari hasil pengolahan kuisioner pengukuran beban kerja dengan metode Nasa TLX didapatkan nilai rata-rata WWL (Weighted workload) sebesar 77,8 sehingga masuk dalam kategori agak tinggi.

• Dari hasil pengukuran dengan metode Heart diketahui bahwa tugas yang memiliki tingkat error paling besar ada pada pemberian instruksi untuk holding position yakni sebesar 0,55 dan operator memberi instruksi pada pilot untuk take off sebanyak 0,51. Sedangkan nilai keandalan dari operator sebesar 0,89 dari batas minimun yang ditetapkan perusahaan sebesar 0,8. Sehingga operator ATC cukup handal dalam melakukan pekerjaannya

Page 54: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

• Perbaikan yang dilakukan dari analisis risiko yaitu memindahkan lokasi kerja APP ke tempat yang jauh dari jangkauan masyarakat umum dan perbaikan tingkah laku, dimana ada kecenderungan dari operator untuk memandu pesawat lebih dari batas maksimum pemanduan pesawat.

• Perbaikan yang dilakukan berkaitan dengan fasilitas kerja, adanya penambahan fasilitas hiburan di dekat ruang kerja ATC. Selain itu sebaiknya operator ATC diberi pelatihan yang berkaitan dengan keamanan penerbangan sehingga timbul rasa tanggung jawab untuk menaati peraturan yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Simpulan

Page 55: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Saran

• Perlu dilakukan penentuan jumlah operator optimal dalam satu shift kerja dengan mempertimbangkan tingkat kepadatan lalu lintas udara pada jam-jam tertentu.

• Adanya penentuan jumlah lini kerja untuk perkembangan Bandara Ahmad Yani.

Page 56: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Referensi

Arsi, R.M. (2012). Analisis Beban Kerja untuk Menentukan Jumlah Optimal Karyawan dan Pemetaan Kompetensi Karyawan Berdasar pada Job Description (Studi Kasus: Jurusan Teknik Industri, ITS , Surabaya),Tugas Akhir Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Badan Pusat Statistik (2012), Data Penerbangan di Bandara Ahmad Yani Semarang, BPS Provinsi Jawa Tengah, Semarang

Airways New Zealand, What is ATC?, Dipetik dari: http://www.airways.co.nz/careers/what_is_atc.asp.

Chandler, F. (2004). Using Root Cause Analysis to Understand Failures and Accident. Washington DC.

Costa, G. (1995). Occupational stress and stress prevention in air traffic control, International Labour Office, University of Verona, Geneva

Devi, L.M. (2011). Evaluasi Faktor Lingkungan Fisik dan K3 dengan Ergonomic Assessment pada Pembuatan Waterwall Panel (Studi Kasus: PT Alstom Power ESI). Tugas Akhir Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Erisianna, A. (2012). Pengukuran Beban Kerja Karyawan dengan Menggunakan Kerangka NASA-TLX di Departemen Organisasi dan Prosedur PT Petrokimia. Tugas Akhir Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Page 57: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Referensi

Handini, E. (2013). Perbaikan Sistem Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas dan Mengurangi Burnout pada Perawat UGD (Studi Kasus : UGD Rumah Sakit Haji Surabaya). Tugas Akhir Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Jou R.C., Kuo C.W., Tang M.L., (2013) .” A study of job stress and turnover tendency among air traffic controllers: The mediating effects of job satisfaction”

Kirwan, B, (1994). A Guide to Practical Human Reliability Assessment. Taylor & Francis.

Manampiring, H, (2011). Ngobrol dengan Air Traffic Control, dipetik dari http://manampiring17.wordpress.com/2011/08/16/ngobrol-dengan-air-traffic-controller/

Materi Workshop, (2013). Workload Analysis (Analisa Beban Kerja) FTE Methode, dipetik dari http://materiworkshop.wordpress.com/2013/03/12/workload-analysis-analisa-beban-kerja-fte-methode/

Simanjuntak, R.A.,(2010). “Analisis Beban Kerja Mental dengan Metoda NASA TASK LOAD INDEX”,Situmeang, C.A., (2011). Analisa Tingkat Keandalan Dengan Metode Heart (Studi Kasus di Stasiun Kereta Api Poncol Semarang). Tugas Akhir Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang

Page 58: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control

Referensi

Susetyo, J., Simanjuntak,R.A., Wibisono, R.C.,(2012). “Pengaruh Beban Kerja Mental dengan Menggunakan Metode Nasatask Load Iindex (TLX) terhadap Stres Kerja”, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ,Yogyakarta

Widyanti, A., Johnson, A., & Waard, D. d. (2010). “Pengukuran Beban Kerja Mental dalam Searching Task dengan Metode Rating Scale Mental Effort (RSME)”.

Wignjosoebroto, S., & Zaini, P. (1999). “Studi Aplikasi Ergonomi Kognitif untuk Beban Kerja Mental Pilot dalam Pelaksanaan Prosedur Pengendalian Pesawat dengan Metode “SWAT””.

Page 59: Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control