analisis industri pariwisata sebagai keunggulan … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (the...

20
Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisata sebagai Keunggulan Bersaing Indonesia 107 ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN BERSAING INDONESIA Dwi Indah Lestari Economic Faculty UNJANI email: [email protected] Patria Prasetio Adi Social Politic Faculty UNPAR email: [email protected] Abstract Since the unrenewable resources are diminishing, tourism become an alternatif for some countries, especially developing countries. Those developing countries hope that they can reach desirable economic growth through tourism; therefore this research is being conduct to gain a big picture of how tourism affects economic growth and human development in Southeast Asia. The method of this research is descriptive qualitatives. To get big picture in tourism sector, we analyze tourism sector in Southeast Asia and see the impact on Human Development Index (HDI) and after that we analyze the possibility of tourism sector in Indonesia to be one of Indonesia’s competitive advantage using Porter’s Five Forces Model. The result of this research shows that some of Southeast Asia countries rely on tourism sectors to boost their GDP, however, this increment was not followed by the increment in non-economic sector. Moreover, the result shows that Indonesia has not fully rely on tourism sector to boost its GDP, whereas Indonesia has possibility to use tourism as Indonesia’s competitive advantage. Keywords:competitive advantage, Porter’s Five Forces Model 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 lebih dari 1.13 milyar penduduk dunia berkunjung ke luar negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut maka semakin tinggi pula perputaran uang antar negara yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi suatu negara. Organisasi internasional seperti World Travel and Tourism Council (WTTC) telah menyatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kunci dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan peluang lapangan kerja terutama bagi negara berkembang (Costache, 2012) Dengan menipisnya persediaan sumber daya tak terbarukan, maka banyak negara khususnya negara berkembang, mencari alternatif pendapatan negara, termasuk di dalamnya negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Pariwisata dianggap merupakan salah satu alternatif bagi negara berkembang untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

Upload: phungdien

Post on 22-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

107

ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN BERSAINGINDONESIA

Dwi Indah LestariEconomic Faculty UNJANIemail: [email protected]

Patria Prasetio AdiSocial Politic Faculty UNPAR

email: [email protected]

AbstractSince the unrenewable resources are diminishing, tourism become an alternatif forsome countries, especially developing countries. Those developing countries hope thatthey can reach desirable economic growth through tourism; therefore this research isbeing conduct to gain a big picture of how tourism affects economic growth and humandevelopment in Southeast Asia.The method of this research is descriptive qualitatives. To get big picture in tourismsector, we analyze tourism sector in Southeast Asia and see the impact on HumanDevelopment Index (HDI) and after that we analyze the possibility of tourism sector inIndonesia to be one of Indonesia’s competitive advantage using Porter’s Five ForcesModel.The result of this research shows that some of Southeast Asia countries rely on tourismsectors to boost their GDP, however, this increment was not followed by the incrementin non-economic sector. Moreover, the result shows that Indonesia has not fully rely ontourism sector to boost its GDP, whereas Indonesia has possibility to use tourism asIndonesia’s competitive advantage.

Keywords:competitive advantage, Porter’s Five Forces Model

1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2014 lebih dari 1.13 milyar penduduk dunia berkunjung ke luarnegeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World TourismOrganization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut maka semakin tinggi pulaperputaran uang antar negara yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagisuatu negara. Organisasi internasional seperti World Travel and Tourism Council(WTTC) telah menyatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kunci dalammencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan peluang lapangan kerja terutamabagi negara berkembang (Costache, 2012)

Dengan menipisnya persediaan sumber daya tak terbarukan, maka banyaknegara khususnya negara berkembang, mencari alternatif pendapatan negara, termasukdi dalamnya negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).Pariwisata dianggap merupakan salah satu alternatif bagi negara berkembang untukmencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

Page 2: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

108

The United Nations World Tourism Organization (UNWTO) mengestimasikanjumlah orang yang berwisata ke mancanegara akan mencapai 1.8 miliar di tahun 2030(Tourism & Unwto, 2015). Figur di bawah ini mengindikasikan bahwa sampai saat ini,Eropa tetap menjadi tujuan utama pariwisata disusul oleh negara-negara di kawasanAsia Pasifik.

Gambar 1. Jumlah Kedatangan Wisatawan di Seluruh Dunia Tahun 1950-proyeksi 2030 Berdasarkan Data UNWTO (Tourism & Unwto, 2015)

Data dari UNWTO diatas, diperkuat dengan data yang dikeluarkan oleh TheWorld Economic Forum. Organisasi tersebut membuat peringkat dunia untukmenentukan negara dengan sektor pariwisata paling kompetitif melalui index yangdisebut sebagai The Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI). Index inimenunjukan mayoritas negara yang berada di peringkat 10 besar dunia berasal dariEropa. Spanyol menduduki peringkat pertama, disusul dengan Prancis dan Jerman yangberada di peringkat kedua dan ketiga (The World Economic Forum, 2015).

Walaupun menurut TTCI, negara-negara di Eropa relatif lebih kompetitifdibanding dengan negara lainnya, Lonely planet, salah satu media ternama di duniamengemukakan bahwa 7 dari 10 negara tujuan wisata terbaik terletak di luar benuaEropa. Sedangkan Trip Advisor, salah satu situs web wisata terbesar di duniamenyatakan 5 dari 10 negara tujuan utama pariwisata berasal dari benua selain Eropa(“Top 25 Destinations - world,” 2015). Sehingga dapat disimpulkan bahwa selainEropa, benua lainnya memiliki peluang yang tak kalah besar dalam mengembangkansektor pariwisatanya.

Bertambahnya jumlah wisatawan asing akan sejalan dengan jumlah pendapatanyang diterima oleh suatu negara, untuk membuktikannya maka perlu dilakukanpenelitian lebih lanjut mengenai kontribusi pariwisata terhadap GDP (Gross DomesticProduct) serta HDI (Human Development Index) dari suatu negara.

Penelitian ini akan memberikan gambaran seberapa besar kontribusi pariwisataterhadap suatu negara baik dari segi ekonomi maupun aspek non ekonomi lainnya, sertaseberapa kompetitif sektor pariwisata tersebut apabila dibandingkan dengan negara laindi seluruh dunia. Hasil dari penelitian tahap pertama ini akan digunakan sebagai datapendukung penelitian tahap 2 untuk memformulasikan sektor pariwisata sebagaikeunggulan bersaing (competitive advantage) di Indonesia.

Salah satu negara besar yang berada di Asia Tenggara adalah Indonesia. Luaswilayah Indonesia yang mencapai 1,811,570 km2, serta populasinya yang cukup besar

Page 3: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

109

menjadikan Indonesia masuk kedalam 50 besar negara terbaik di dunia versi U.S.News(U.S.News, 2016). Dalam penilaiannya US.News membuat 65 indikator yangdigunakan untuk menentukan peringkat negara terbaik di dunia. Ke-65 indikator inidibagi kedalam 9 sub bagian, yaitu: adventure, hak asasi manusia, kepedulianlingkungan dan sesama, kebebasan beragam, pengaruhbudaya, kewirausahaan, aksesterhadap budaya, sejarah termasuk kekayaan kulinernya, keunikan serta keunggulankompetitif, kesempatan untuk membuka lahan bisnis, kekuatan militer, ekonomi danpolitik serta kualitas hidup. Banyaknya indikator yang digunakan oleh U.S.Newsmencerminkan bahwa penentuan peringkat negara terbaik dinilai dari multiaspek dandilakukan secara komprehensif.

Salah satu cara untuk meningkatkan peringkat “best countries” adalah dengancara memajukan sektor ekonomi. Dimana salah satu indikator makroekonomi yangpopuler untuk digunakan adalah Gross Domestic Product (GDP). Untuk meningkatkanGDP dari suatu negara, diperlukan adanya dukungan dari seluruh industri karenakemampuan menghasilkan laba dari aktivitas operasional yang dijalankan masing-masing industri akan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan GDP.

Optimalisasi aktivitas bisnis dari sumber daya yang dimiliki oleh suatu negaraakan memungkinkan negara tersebut untuk menghasilkan pendapatan yang padaakhirnya dapat digunakan semaksimal mungkin dalam memajukan negara tersebut.Negara dengan potensi sumber daya yang besar, akan berpeluang lebih besar dalammenghasilkan banyak jenis produk dan jasa.

Pada tahun 2008 GDP di Indonesia mencapai 4,949 triliun dimana sektorpenyumbang GDP terbesar berasal dari industri perdagangan besar dan eceran (sebesarlebih dari 551 triliun) (BPS, 2015). Industri tersebut semakin besar sehingga di tahun2014 dan mampu menyumbang sebesar lebih dari 1,191 triliun terhadap GDP Indonesia.Data yang diperoleh dari WTTC menyebutkan bahwa total kontribusi sektor pariwisataterhadap GDP Indonesia di tahun 2014 adalah sebesar 9,3%. Mengingat kontribusisektor pariwisata yang cukup besar, maka sektor ini dapat dijadikan sebagai alternatifyang cukup baik, bukan hanya karena di tahun 2014 berkontribusi besar terhadap GDP,tetapi juga prospek perkembangan sektor ini cukup besar di masa yang akan datang.Untuk itu perlu dilakukan analisis apakah sektor pariwisata dapat dijadikan sebagaisalah satu keunggulan bersaing Indonesia, sehingga di masa yang akan datang,Indonesia dapat meningkatkan pendapatannya melalui sektor ini.

Menyadari akan potensi yang besar dari pariwisata, pemerintah Indonesiaberupaya untuk menciptakan kondisi yang mendukung pelaku kegiatan kebudayaan danpariwisata agar dapat berkembang secara optimal sehingga pariwisata dapat dijadikansebagai salah satu alternatif keunggulan bersaing Negara Indonesia. Adanya keunggulanbersaing akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan memulihkan citraIndonesia di dunia internasional sesuai dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2000tentang Program Perencanaan Nasional (Kementerian Sekretariat Negara RepublikIndonesia, 2010)

1.2 Identifikasi Masalah

Menurut Porter, untuk bisa memaksimalkan profit suatu perusahaan perlu untukmemilih strategi yang tepat agar bisa meraih keunggulan bersaing, karena dengankeunggulan bersaing suatu perusahaan dapat meraih profit di atas rata-rata keuntunganindustri. Penulis berasumsi bahwa teori yang serupa dapat diaplikasikan tidak hanya

Page 4: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

110

pada perusahaan tetapi juga pada suatu negara. Hal ini sejalan dengan penelitian yangdilakukan oleh Curta et.al pada tahun 2014 dimana menurut Curta, analisis keunggulanbersaing pada level wilayah negara merupakan suatu perspektif baru yang dapatdianalisis.

2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 GDP (Gross Domestic Product)

GDP atau Pendapatan Domestik Bruto merupakan penilaian moneter terhadapsuatu barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen terakhir serta diproduksi oleh suatuNegara dalam jangka waktu tertentu. Tidak semua aktivitas produksi masuk kedalamperhitungan GDP, karena aktivitas produksi yang berasal dari aktivitas pasar gelap sertapekerjaan sukarela (unpaid work) tidak dimasukan sebagai komponen dari GDP(Callen, 2012). Perhitungan GDP di Indonesia dilakukan oleh Biro Pusat Statistik atauBPS. Ada 3 pendekatan yang dapat dilakukan dalam perhitungan GDP, yaitu:1. Perhitungan melalui pendekatan produksi

Pendekatan ini menjumlahkan seluruh nilai tambah yang didapatkan oleh suatubarang maupun jasa dalam setiap tahapan produksi sampai barang dan jasa tersebutsampai ke tangan konsumen akhir. Nilai tambah disini didefinisikan sebagai totalpenjualan dikurangi nilai input intermediate dalam suatu proses produksi.

2. Perhitungan GDP dengan pendekatan pengeluaranMetode ini menambahkan nilai pembelian yang dikeluarkan oleh pengguna akhir

3. Perhitungan GDP dengan pendekatan pendapatanSedangkan perhitungan GDP dengan pendekatan pendapatan akan menambahkanseluruh pendapatan yang diperoleh dari kegiatan produksi.

2.2 HDI (Human Development Index)HDI merupakan salah satu cara untuk mengkuantifikasi pembangunan

berkelanjutan secara menyeluruh. Index yang dirancang oleh The United NationsDevelopment Programme (UNDP) ini, mengedepankan penilaian terhadap kapabilitaspenduduk dari suatu negara sebagai kriteria utama untuk menilai tingkat pembangunannegara. Penilaian tersebut tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi(UnitedNations Development Program, 2010b).

Ada tiga dimensi yang dijadikan tolak ukur dalam penilaian HDI, yaitu dimensipengetahuan masyarakat, tingkat harapan hidup dan standar penghidupan yang layak.Berdasarkan index ini, negara di seluruh dunia dikategorikan menjadi 4 macamkategori, yaitu: very high human development (sangat tinggi), high human development(tinggi), medium human development (menengah), dan low human development(rendah) (United Nations Development Program, 2010b).

2.3 Keunggulan BersaingKeunggulan bersaing terwujud karena adanya kompetensi inti yang dimiliki.

Dengan kata lain, sebuah organisasi maupun negara yang ingin terus membangun ataumengupayakan untuk memiliki keunggulan bersaing, harus terlebih dahulu menemukankompetensi inti yang dimilikinya.

Wheelen dan Hunger (2008) menyatakan bahwa kompetensi inti merupakankumpulan kompetensi yang dimiliki bagian-bagian dalam organisasi yang terintegrasisehingga membentuk keunggulan bersaing. Lahirnya kompetensi inti dapatdigambarkan dalam gambar di bawah ini:

Page 5: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

111

Gambar 4. Kompetensi IntiSumber : telah diolah kembali dari Wheelen dan Hunger, (2008)

Sumber daya negara yang dimanfaatkan secara optimal akan menghasilkankapabilitas spesifik dalam rutinitas proses bisnis. Ketika kapabilitas-kapabilitas tersebutdikombinasikan pemanfaatannya maka kombinasi tersebut akan menghasilkankompetensi inti, akan tetapi kompetensi inti tersebut belum dapat benar-benar disebutsebagai keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing akan dihasilkan ketika kompetensi-kompetensi tersebut terintegrasi yang pada akhirnya dapat digunakan sebagaikeunggulan bersaing suatu negara.

Penentuan kompetensi inti tidak terlepas dari analisis internal. Proses daripenentuan kompetensi inti yang mengandalkan analisis internal adalah pada saatpenentuan kapabilitas. Dengan menggunakan analisis internal, sebuah negara dapatmengidentifikasi kapabilitas-kapabilitas yang dimilikinya, khususnya untuk menentukanindustri tertentu yang menjadi kompetensi inti dari negara tersebut. Dari figur 2.1, dapatterlihat bahwa kompetensi inti merupakan rangkaian proses, di mana kapabilitasmerupakan salah satu bagian dalam proses tersebut. Karena proses identifikasikapabilitas mengandalkan analisis internal, maka kompetensi inti akan dapat ditentukansetelah analisis internal dilakukan dengan baik. Pada akhirnya, kompetensi inti akanmembantu dalam menentukan strategi-strategi untuk dapat meraih peluang danmengatasi hambatan yang ada.

2.4 Lingkungan Jauh dan Lingkungan Industri2.4.1 Lingkungan Jauh

Husein Umar (2001) menerangkan bahwa lingkungan eksternal dibagi ke dalamdua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, sedangkan lingkunganinternal merupakan aspek-aspek yang berada dalam objek yang sedang mengupayakankeunggulan bersaing.

Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di luar danterlepas dari objek tersebut. Faktor-faktor utama yang biasa diperhatikan adalah faktorpolitik, ekonomi, sosial dan teknologi, yang sering disingkat (PEST). Lingkungan jauhini memberikan kesempatan besar untuk maju, sekaligus dapat menjadi hambatan danancaman untuk maju. Penjelasan tiap faktor adalah sebagai berikut :

a. Faktor PolitikArah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi parapelaku usaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagidunia usaha, begitu pula sebaliknya. Beberapa hal utama yang perlu diperhatikandari faktor politik agar bisnis dapat berkembang dengan baik adalah undang-undangtentang lingkungan dan perubahan, peraturan tentang perdagangan luar negeri,stabilitas pemerintah, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistemperpajakan.

b. Faktor EkonomiKondisi ekonomi suatu daerah atau Negara dapat mempengaruhi iklim berbisnisindustri-industri di sebuah negara. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk

Sumberdaya

Kapabilitas Kompetensi KompetensiInti

Page 6: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

112

pula iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakathendaknya bersama-sama mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi ekonomidaerahnya menjadi lebih baik lagi agar pelaku usaha dapat bergerak maju dalamusahanya, sehingga meningkatkan produktifitas dari perekonomian negara.Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatudaerah atau Negara adalah siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga,investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas, dan tenaga kerja

c. Faktor SosialKondisi sosial masyarakat yang senantiasa berubah dapat diantisipasi oleh parapelaku usaha. Kondisi sosial ini meliputi sikap, gaya hidup adat-istiadat, dankebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagaiperkembangan kondisi kultural, ekologis, demografis, serta keagamaan.

d. Faktor TeknologiDewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik dibidang bisnis maupun di bidang pendukung kegiatan bisnis. Pada dasarnya,teknologi tidak hanya meliputi penemuan-penemuan baru, tetapi juga cara-carapelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Setiapkegiatan usaha diharuskan mengadaptasi teknologi baru yang mungkin diterapkanpada produk atau jasa yang dihasilkan atau pada cara pengoperasiannya, agar bisaterus bertahan.

2.4.2 Lingkungan IndustriAspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan di mana

industri para pelaku usaha berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhikondisi persaingan, seperti ancaman-ancaman dan kekuatan-kekuatan yang dimilikiindustri termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis. Modelyang paling popular digunakan dalam melakukan analisis lingkungan industri adalahModel Competitive Strategy dari Michael Porter terdapat pada Figur 2.2.

Ancaman masuknyapendatang baru

Kondisi bisnis saat ini(Persaingan sesamaperusahaan dalam

industri)

Kekuatan tawar-menawar pemasok

Ancaman dari produkpengganti

Kekuatan tawar-menawar pembeli

Gambar 5. Porter’s Five Forces ModelSumber : telah diolah kembali dari Hill dan Jones, (2007)

a. Ancaman masuk pendatang baruMasuknya para pelaku usaha yang sebagai pendatang baru akan menimbulkansejumlah implikasi bagi para pelaku usaha yang sudah ada, misalnya penambahan

Page 7: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

113

kapasitas, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksiyang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi para pelaku usahayang telah ada.

b. Persaingan sesama perusahaan dalam industriMenurut Porter, tingkat persaingan itu dipengaruhi beberapa faktor seperti jumlahkompetitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yangbesar, kapasitas dan hambatan keluar.

c. Ancaman dari produk penggantiPara pelaku usaha yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing puladengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang substitusidapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk substitusidikatakan kuat apabila produk substitusi tersebut mempunyai harga yang lebihmurah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.

d. Kekuatan tawar-menawar pembeliPara pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu mempengaruhi parapelaku usaha untuk menurunkan harga produk, meningkatkan mutu dan pelayanan,serta mengadu usahanya dengan kompetitornya.

e. Kekuatan tawar-menawar pemasokPemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikkan hargaatau pengurangan kualitas produk atau layanan.

Analisis lingkungan jauh dan lingkungan industri ini merupakan tahap yangdilakukan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi para pelakuusaha pada lingkungan industrinya.

3. METODE PENGUMPULAN DATA3.1 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Datatersebut didapatkan dari penelitian sebelumnya serta laporan-laporan yang dibuat olehbeberapa badan yang kredibel seperti UNWTO, The World Economic Forum, PATA,WTTC, UNDP dan World Bank. Fokus dari penelitian ini adalah dampak pariwisataterhadap pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan perkembangan masyarakat di negaraASEAN. Studi literatur dilakukan untuk mengungkapkan permasalahan yang akandibahas, yaitu mengidentifikasi sektor-sektor industri yang menjadi tumpuan ekonomiIndonesia dan melakukan analisa industri mengenai sektor pariwisata sebagai sasaranindustri andalan di Indonesia.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Dampak Pariwisata terhadap Pertumbuhan EkonomiBerdasarkan data yang diperoleh dari PATA (Pasific Asia Travel Association),

sekitar 105 juta wisatawan datang ke Asia Tenggara di tahun 2014 dengan tingkatpertumbuhan 7.5%. PATA memperkirakan tingkat pertumbuhan wisatawan yangberkunjung ke Asia pasifik akan mencapai lebih dari 17% di tahun 2018.

Page 8: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

114

Gambar 6. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara di Asia Tenggara 2012-proyeksi 2018 menurut PATA (Key Findings (preliminary): Asia Pacific Visitor

Forecasts 2014-2018 Report, 2014)Tingginya tingkat pertumbuhan wisatawan yang datang ke Asia Tenggara

sejalan dengan meningkatnya GDP negara-negara di Asia Tenggara. GDP merupakansalah satu indikator makroenomi yang memungkinkan analisis komparasi secarakualitatif. Gambar 7 memperlihatkan data GDP dari negara-negara Asia Tenggaraselama 10 tahun terakhir. Berdasarkan data pada gambar 7, secara keseluruhan GDPnegara-negara di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan. Kenaikan GDP tersebutdisebabkan oleh banyak faktor dan keunggulan yang berbeda dari setiap negara.Sehingga diperlukan data spesifik untuk menentukan seberapa besar kontribusipariwisata terhadap GDP untuk masing-masing negara.

Gambar 7. GDP Negara Asia Tenggara 2005-2015Grafik diolah berdasarkan data Worldbank (The World Bank, 2015)

Gambar 8 di bawah ini memuat informasi seberapa besar pengaruh pariwisataterhadap GDP. Kamboja, Thailand dan Vietnam merupakan 3 negara yang memilikikontribusi pariwisata terbesar terhadap GDP. Sektor pariwisata Kamboja menyumbangsebesar 29.9%, disusul dengan Thailand yang menyumbang sebesar 20.8% dan Vietnam

Page 9: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

115

dengan 13.9%. Jumlah ini relatif tinggi apabila dibandingkan dengan 3 negara palingkompetitif dalam pariwisata versi The World Economic Forum, yaitu Spanyol (16%),Prancis (9.1%) dan Jerman (8.9%)(The World Economic Forum, 2015; World Traveland Tourism Council & Impact, 2016a, 2016b, 2016c). Sehingga dapat disimpulkanbahwa Kamboja dan Thailand merupakan negara yang mempergunakan pariwisatasebagai salah satu sumber utama penghasilan negara.

Di sisi lain, sektor pariwisata di Myanmar hanya mampu berkontribusi kurangdari 5% dari total GDP negara Myanmar di tahun 2014. Apabila dirata-ratakan,kontribusi pariwisata bagi GDP di negara Asia Tenggara adalah sebesar 13.03%. Hal inimengindikasikan bahwa potensi sektor pariwisata masih cukup luas untuk berkontribusiterhadap pertumbuhan GDP. Selain data tahun 2014, WTTC juga membuat prediksikontribusi pariwisata terhadap GDP untuk tahun 2025. WTTC memperkirakan bahwasektor pariwisata di Kamboja dan Thailand berpotensi untuk menyumbang lebih dari25% dari total GDP di masing-masing negara.

Gambar 8. Total Kontribusi Pariwisata Terhadap GDP Tahun 2015Grafik diolah berdasarkan data dari WTTC

Salah satu masalah utama negara-negara di Asia Tenggara adalah kurangnyalapangan kerja bagi warganya. Ditambah lagi negara anggota ASEAN sepakatmemberlakukan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) sejak akhir tahun 2015. MEAmemungkinkan para tenaga kerja ahli yang kompeten untuk bekerja di negara kawasanasia tenggara lainnya, sehingga persaingan pencari kerja semakin ketat. Kompetitorbukan hanya datang dari SDM di dalam negeri tetapi juga dari negara tetangga di AsiaTenggara. MEA diberlakukan sebagai wujud kesepakatan negara-negara Asia Tenggarauntuk mendukung kesatuan ekonomi Asia Tenggara dan menjadi pasar regional bagikurang lebih lima ratus juta penduduknya (IAI, 2015)

Sehubungan dengan meningkatnya persaingan kerja, pariwisata merupakansalah satu industri yang berkontribusi terhadap tumbuhnya lapangan kerja. Totalkontribusi lapangan kerja terdiri atas pekerjaan dari sektor travel agensi, penerbangan,transportasi, pelayanan hotel, rumah makan serta rantai pemasok (WTTC, 2015c). Datapada gambar 9 memperlihatkan kontribusi pariwisata terhadap bertambahnya lapangankerja di negara Asia Tenggara.

Page 10: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

116

Gambar 9.Total Kontribusi Pariwisata Terhadap Lapangan Kerja Tahun 2015Grafik diolah berdasarkan data dari WTTC

Grafik diatas memperlihatkan sektor pariwisata di Kamboja berkontribusi lebihdari 25% dalam menyediakan lapangan pekerjaan di dalam negeri, Thailand sebesar15%, sedangkan Laos menyumbang sebesar 12.2% dari total lapangan pekerjaan diLaos. Apabila dihubungkan dengan kontribusi pariwisata terhadap GDP, sektorpariwisata di Kamboja dan Thailand tidak hanya berkontribusi besar terhadap GDP dinegaranya tetapi juga memberikan peluang lapangan kerja yang besar dibandingkandengan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Kontribusi pariwisata lain yang dapat dianalisa adalah kontribusinya terhadapinvestasi dalam suatu negara. Sesuai dengan data yang ada pada figur 4.5, Singapuramerupakan negara yang memiliki presentasi kontribusi sektor pariwisata terbesar daritotal investasi dalam negeri, yaitu sebesar 20%. Meskipun peran sektor pariwisataSingapura terhadap GDP hanya 10% sedangkan kontribusinya terhadap timbulnyalapangan pekerjaan di Singapura hanya mencapai 8.5%, jumlah ini terbilang kecil biladibandingkan dengan Kamboja.

Dibandingkan dengan negara tetangganya, Singapura memenuhi kriteria untuktidak dikategorikan sebagai negara berkembang sehingga pada tanggal 1 Januari tahun1995, the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)memutuskan untuk tidak mengklasifikasikan Singapura dan Brunei Darussalam sebagainegara berkembang. OECD memberikan klasifikasi kedua negara tersebut sebagai‘more advanced developing country’ atau setingkat lebih tinggi dari negaraberkembang. Sedangkan hampir seluruh negara di Asia Tenggara masih tergolongsebagai negara berkembang.

Di posisi kedua, sektor pariwisata Kamboja menyumbang sebesar 15% dari totalinvestasi yang ada di Kamboja. Oleh karena itu, Kamboja merupakan satu-satunyanegara di Asia Tenggara dimana sektor pariwisatanya dapat diandalkan dalammeningkatkan GDP, membuka lapangan kerja serta memicu investasi di dalam negeri.

Page 11: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

117

Gambar 10.Total Kontribusi Pariwisata Terhadap Investasi di Dalam Negeri 2015Grafik diolah berdasarkan data dari WTTC

Sama halnya dengan yang terjadi di Singapura, porsi kontribusi sektorpariwisata di Brunei Darussalam berkontribusi sekitar 12% dari total investasi didalam negeri, walaupun kontribusinya terhadap GDP hanya 7% dan kontribusinyadalam menciptakan lapangan pekerjaan hanya sebesar 8%. Untuk itu, perlu dilakukanpenelitian lebih lanjut, agar bisa menyimpulkan bahwa sektor pariwisata negaradengan status ‘more advanced developing country’ akan lebih berkontribusi padatumbuhnya investasi dalam negeri dibanding kontribusinya terhadap GDP danterciptanya lapangan pekerjaan.

4.2 Human Development Index (HDI) – Dalam Kaitannya dengan SektorPariwisata

Kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP perlu diimbangi denganmeningkatnya kapabilitas masyarakat. Singapura dan Brunei Darussalam yangtergolong ‘more advanced developing country’ memiliki HDI yang jauh lebih tinggidibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia Tenggara (UNDP, 2015).

Di kamboja, walaupun sektor pariwisata berkontribusi besar bagi pertumbuhanGDP, Kamboja memiliki HDI yang relatif rendah dibandingkan dengan negara lain diAsia Tenggara. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pada saat ini sektor pariwisatadi negara Asia Tenggara belum berkontribusi secara positif terhadap tumbuhnya HDI.Kesimpulan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bulin (2013) di negara-negara pesisir laut hitam dan Costache(2012) di negara berkembang.

4.3 Daya Saing Pariwisata di Asia TenggaraDengan semakin tingginya persaingan antar negara untuk meningkatkan sektor

pariwisata, maka masing-masing negara perlu untuk mengukur seberapa kompetitifsektor pariwisata negaranya apabila dibandingkan dengan negara lain. Untukmengetahuinya, masing-masing negara dapat memanfaatkan The Travel and TourismCompetitiveness Index (TTCI) yang dirancang oleh The World Economic Forum.

Terdapat empat kategori umum dan sub kategori umum sebanyak 14 pilar, yangdigunakan untuk memformulasikan TTCI, yaitu; pengkondisian lingkungan (terdiri atas

Page 12: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

118

5 pilar), kebijakan pemerintah dalam sektor pariwisata (4 pilar), infrastruktur (3 pilar)serta sumber daya alam dan budaya (2 pilar).

Gambar 11. 14 Pilar Pembentuk TTCI (The World Economic Forum, 2015)

Untuk menambahkan tingkat akurasi, ke 14 pilar tersebut dibagi ke beberapasub-indikator yang lalu digunakan sebagai dasar perhitungan TTCI.

Berdasarkan TTCI, dapat disimpulkan bahwa posisi bersaing negara-negara diAsia Tenggara bervariasi dari peringkat 11 di dunia sampai peringkat 134 di dunia.Sektor pariwisata di Kamboja yang memberikan kontribusi sangat besar bagi GDP(29.9% di tahun 2015), ternyata kurang mampu bersaing dengan negara lain dan hanyamampu berada pada peringkat 105 di dunia. Dengan memanfaatkan TTCI, Kambojadapat terus memperbaiki aspek-aspek penunjang pariwisata agar semakin unggul yangpada akhirnya dapat memaksimalkan pendapatan dari sektor pariwisata.

4.4 Analisis Sektor Industri Unggulan di IndonesiaMeningkatnya PDB Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2014 didukung

oleh kontribusi dari sektor perdagangan besar dan eceran yang secara konsistenmenyumbang pendapatan terbesar terhadap GDP di Indonesia. Berdasarkan grafik padafigur 4.7, sektor ini menyumbang sebesar 11.8% dari total GDP di tahun 2014, disusuldengan sektor industri makanan, minuman dan tembakau yang menyumbang sebanyak7.7%.

Page 13: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

119

Gambar 12.10 Industri Penyumbang GDP terbesar tahun 2014(BPS, 2015)

Kekurangan data BPS di atas adalah data tersebut tidak memuat informasimengenai kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP. Padahal berdasarkan informasiyang didapatkan dari WTTC, sektor pariwisata di Indonesia berkontribusi sebesar 9,3%dari total GDP di Indonesia. Jumlah ini 1.6% lebih besar dibandingkan dengankontribusi dari sektor makanan, minuman dan tembakau. WTTC mengestimasikanbahwa di tahun 2025, sektor pariwisata akan mampu menyumbang sebesar 9.9% daritotal GDP (WTTC, 2015e).

Upaya menjadikan pariwisata sebagai keunggulan bersaing Indonesia semakinmenjanjikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.Pada tahun 2014, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesiamencapai 9,4 juta orang. Jumlah ini meningkat sebesar 87% dibandingkan denganjumlah wisatawan di tahun 2000. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi sektorpariwisata cukup besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

Selain kontribusinya yang cukup tinggi terhadap total GDP, pertumbuhanpenerimaan devisa pariwisata menempati posisi tertinggi, yaitu 13%. Ditambah lagi,pariwisata menjadi penyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan, dan merupakan penciptalapangan pekerjaan termurah yaitu sebesar US$ 5,000/satu pekerjaan, dibandingkanrata-rata industri lainnya sebesar US$100,000/satu pekerjaan(“Pariwisata IndonesiaDalam Jejaring Internasional,” 2016). Namun demikian, untuk meningkatkan pariwisatadi Indonesia, dibutuhkan perbaikan infrastruktur sampai ke pelosok negeri. Di beberapaobjek pariwisata, akses untuk mendatanginya masih sulit karena minimnya transportasi.Bandara-bandara kecil belum banyak terdapat di beberapa lokasi objek wisata tersebut,ditambah dengan minimnya akomodasi yang layak, merupakan hambatan yang adadalam memaksimalkan sektor ini. Oleh karena itu, untuk menjadikan pariwisata sebagaiindustri masa depan yang menopang ekonomi Indonesia, pembangunan infrastrukturuntuk mempermudah akses, mutlak perlu dilakukan. Hal ini akan memicu masuknyainvestasi dari dalam dan luar negeri, sehingga akan membantu percepatan pembangunandi Indonesia secara merata(“Pariwisata, Mengejar Devisa Nomor Satu,” 2016)

4.5 Analisis Sektor Industri Pariwisata di Indonesia dengan Menggunakan FiveForces Model

Dengan menggunakan analisis Five Forces model untuk industri pariwisata,maka identifikasi terhadap keunggulan bersaing dari industri pariwisata dapat

Page 14: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

120

dilakukan. Analisis ini juga memungkinkan Indonesia untuk dapat menentukan segmenmarket, strategi serta prioritas perbaikan yang diperlukan guna meningkatkankeunggulan bersaing Indonesia untuk mencapai tingkat pertumbuhan GDP yangdiinginkan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Codruta dan Maniu menggunakanperspektif baru mengenai industi pariwisata dengan menggunakan analisis Five Forcesyang dikemukakan oleh Porter (Curta, High, Blaga, & Engineering, 2014). Atas dasarpenelitian tersebut maka model competitive strategy digunakan untuk melakukanobservasi terhadap industri pariwisata di Indonesia.a. Ancaman masuk pendatang baru

Industri pariwisata mulai dilirik oleh negara-negara berkembang karenadianggap sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan Gross Domestic Product(GDP). Berdasarkan CNN, Mongolia, Papua New Guinea dan Iran merupakan tujuanwisata baru bagi banyak wisatawan (Shah, 2015).

Masuknya negara lain sebagai pendatang baru di industri pariwisata akanmenimbulkan sejumlah implikasi bagi industri pariwisata di Indonesia diantaranyasumber daya serta pasar pariwisata yang terbatas akan meningkatkan kompetisi diindustri pariwisata. Kondisi ini akan menguntungkan konsumen, karena konsumen diseluruh dunia mendapatkan banyak alternatif wisata mulai dari negara tujuan, variasikebudayaan, pilihan hotel sampai dengan alternatif transportasi yang datang dari seluruhdunia.

Namun demikian, meskipun tingkat pertumbuhan pendatang baru yang masukke dalam industri tergolong tinggi, mayoritas negara pendatang baru tersebut tidakmemiliki inisiatif untuk mengembangkan (mendiversifikasi) usahanya serta kurangmemanfaatkan manajemen strategi dalam menjalankan usahanya.

Hasilobservasi sektor pariwisata di Indonesia dalam menghadapi pendatang barumenunjukkan beberapa poin penting, yaitu: Untuk memasuki industri pariwisata, dibutuhkan pemasaran yang baik dan efektif

sehingga masing-masing negara dapat menarik wisatawan untuk datang kenegaranya. Kebanyakan wisatawan akan merujuk pada rekomendasi dari kerabatdan keluarga, serta media yang sudah dikenal namanya seperti Lonely Planet.Tanpa adanya pemasaran yang baik maka akan sulit bagi suatu negara untukmenarik wisatawan datang sehingga tidak mampu menciptakan efek domino yangdihasilkan dari rekomendasi kepada orang lain.Pemerintah berusaha untuk mempromosikan keindahan Indonesia lewat berbagaimacam media dengan slogan Wonderful Indonesia. Lewat situshttp://www.indonesia.travel, Indonesia optimis bahwa pemasaran yang dilakukanmampu membuat Indonesia bertahan dari ancaman pendatang baru.

Pendatang baru akan terkendala dalam memastikan kecukupan jaringan distribusiuntuk menciptakan kecukupan supply pendukung industri pariwisata.

Kebijakan suatu negara dalam menetapkan kelonggaran ijin masuk ke negaranya,kebijakan terkait jalur transportasi, pembangunan infrastruktur, serta harga tiketmasuk ke objek wisata akan berpengaruh kepada tinggi atau rendahnya ancamandari pendatang baru terhadap industri pariwisata di Indonesia.Dalam era kepemimpian presiden Jokowi, pembangunan infrastruktur dijadikansebagai prioritas utama. Hal ini mendukung sektor pariwisata di Indonesia untukdapat bersaing dengan kompetitornya. Selain itu, Presiden Jokowi jugamenetapkan bahwa pariwisata menjadi sektor prioritas pembangunan, bersama

Page 15: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

121

dengan sektor prioritas lain, seperti pangan, energi dan maritime (“Butuh SinergiPemerintah, BUMN dan Industri Pariwisata,” 2016).

b. Persaingan sesama perusahaan dalam industriMenurut Porter, tingkat persaingan akan dipengaruhi beberapa faktor seperti

jumlah kompetitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yangbesar, kapasitas dan hambatan keluar. Secara garis besar, kondisi sektor pariwisataIndonesia dalam menghadapi persaingan negara lain adalah sebagai berikut: Industri pariwisata menawarkan jenis jasa ataupun produk yang tidak terlalu

bervariasi. Sebagai contoh, setiap sektor yang bergerak di bidang pariwisata padaumumnya menawarkan jasa penginapan, penyewaan kendaraan, tiket transportasiumum. Sehingga tanpa competitiveadvantage, industri pariwisata di Indonesiaakan sulit untuk bersaing dengan industri pariwisata di negara lain.

Wisatawan yang berasal dari belahan dunia lain, biasanya akan mengunjungi lebihdari satu negara ketika mereka berwisata. Dikarenakan perusahaan-perusahaandalam industri pariwisata di Indonesia kebanyakan berskala kecil, maka layananjasa maupun produk yang diberikan masih berskala nasional. Hal inimenyebabkan industri pariwisata di Indonesia kehilangan potensi pendapatanketika mereka tidak dapat menyediakan jasa maupun produk di luar Indonesia.Untuk mengatasinya Indonesia dapat mempermudah akses pengusaha-pengusahakecil yang bergerak di bidang pariwisata untuk bisa beraliansi dengan perusahaandi luar negeri.

Meskipun Indonesia merupakan negara dengan GDP tertinggi di Asia Tenggara ditahun 2015, kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP Indonesia terbilang belummaksimal bila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Berdasarkanpenelitian tahap I, diketahui pada tahun 2015 secara rata-rata, kontribusipariwisata negara-negara Asia Tenggara terhadap GDP adalah sekitar 13.03%.sedangkan kontribusi pariwisata Indonesia terhadap GDP adalah sekitar 10%. Halini mengindikasikan bahwa industri pariwisata di Indonesia belum optimal dalammenyokong GDP di Indonesia.

c. Ancaman dari produk penggantiProduk maupun jasa subtitusi dari pariwisata bentuknya sangat bervariasi dan

tidak dapat dihubungkan secara langsung sebagai pengganti pariwisata. Akan tetapimeskipun karakteristiknya berbeda, barang substitusi tersebut dapat memberikan fungsiatau jasa yang sama.

Kegiatan berbelanja di pertokoan terkemuka, salon perawatan kecantikan sertaindustri hiburan seperti clubbing dianggap dapat dijadikan produk atau jasa penggantipariwisata. Keterbatasan anggaran serta waktu yang terbatas seringkali membuatkonsumen untuk memilih barang dan jasa subtitusi dibandingkan pariwisata. Akantetapi bagi sebagian besar konsumen kegiatan berbelanja dan clubbing tersebut tidakbisa dijadikan sebagai subtitusi pariwisata. Mereka lebih memilih untuk menyesuaikantujuan wisata dengan anggaran yang mereka punya. Sehingga dapat disimpulkan bahwaancaman subtitusi untuk pariwisata tidaklah besar.

d. Kekuatan tawar-menawar pembeliDengan kekuatan yang mereka miliki, para wisatawan mampu mempengaruhi

perusahaan untuk menurunkan harga produk ataupun jasanya serta meningkatkan mutudan pelayanannya. Berbagai aplikasi yang memudahkan wisatawan dalam mewujudkanrencana berwisata, membuat wisatawan memiliki banyak pilihan dalam memilih tujuanwisata serta menentukan anggaran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Hal ini

Page 16: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

122

menjadikan wisatawan memiliki daya tawar yang relatif lebih kuat dibandingkandengan penyedia layanan jasa dan produk di sektor pariwisata.

Para wisatawan selaku konsumen atau pembeli dari industri pariwisata, terbagimenjadi dua kelompok, yakni wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.Berdasarkan berdasarkan data BPS, kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 9,4juta orang di tahun 2014(BPS, 2015). Jumlah tersebut tergolong cukup tinggi, akantetapi jumlah ini masih sangat sedikit apabila dibandingkan dengan negara-negaratetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Di Indonesia, 39% wisatawanmancanegara berasal dari luar negara ASEAN. Proporsi dimana jumlah wisatawan yangberasal dari luar negara ASEAN lebih banyak dibandingkan dengan wisatawanmancanegara yang berasal dari negara ASEAN terjadi juga di Singapura dan Thailand.Tidak seperti ketiga negara tersebut, 74% wisatawan yang datang ke Malaysia berasaldari negara ASEAN.

Dari data tersebut, Indonesia dapat belajar dari Malaysia mengenai segmentedmarket. Seperti halnya Malaysia, Indonesia dapat memanfaatkan keunggulan bersaingyang dimilikinya dan berfokus kepada segmen tertentu. Langkah pertama yang perludilakukan adalah Indonesia perlu memilih segmen pasar mana yang dipilih, sehinggapada saat Indonesia melakukan branding, promosi serta peningkatan pelayanan danmutu, Indonesia dapat melakukannya sesuai dengan selera pasar yang dipilih. Denganmemberikan sesuatu yang diinginkan oleh wisatawan dari segmen pasar tertentu, makaIndonesia dapat mengimbangi kekuatan tawar mereka.

Di Indonesia jumlah pertumbuhan wisatawan nusantara dan mancanegarasemakin bertambah dari tahun ke tahun sehingga mampu menarik kekuatan tawarmenawar pembeli ke tingkat menengah. Sampai saat ini Bali merupakan daerah tujuanwisata utama bagi para wisatawan mancanegara. Namun Pemerintah telahmempersiapkan sepuluh destinasi unggulan lain yang diharapkan bisa menjadi BaliBaru. Untuk bisa bertahan dari kuatnya daya tawar dari pembeli, pemerintah Indonesiamempercepat perbaikan infrastruktur serta mempermudah akses untuk mendatangilokasi-lokasi wisata baik bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Selain itu untuk mendorong majunya sektor pariwisata di Indonesia Presidenmenetapkan Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2016, yang menyatakan bahwa Indonesiamenambah fasilitas bebas Visa Kunjungan bagi wisatawan mancanegara kepada 169negara, pemerintah wilayah administratif khusus suatu negara dan entitas tertentu(“Perpres 21,” 2016)

e. Kekuatan tawar-menawar pemasokPemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikkan

harga atau pengurangan kualitas produk atau jasa.Industri pariwisata pada umumnyamerupakan industri jasa maka pemasok bagi industri pariwisata dapat diartikan sebagaiindustri pendukung. Adapun pelaku di industri pendukung ini seperti hotel, travelagent, transportasi, infrastruktur sangat dibutuhkan untuk bisa memaksimalkanpelayanan kepada konsumen. Sebagai contoh: akses yang mudah dan nyaman bagiwisatawan untuk bisa sampai di lokasi tempat wisata ditentukan oleh optimalisasi dariindustri pendukung ini.

Industri pendukung di atas tidak hanya dibutuhkan bagi industri pariwisata tetapijuga bagi industri lain. Hal ini menyebabkan industri pendukung tersebut memilkikekuatan tawar menawar yang tinggi, dikarenakan keberadaan mereka tidak hanyasemata-mata berperan sebagai pemasok bagi industri pariwisata. Hal ini menyebabkan

Page 17: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

123

industri pariwisata lebih lemah posisi tawar menawarnya dibandingkan dengan industripendukung, selaku pemasoknya.

Dengan munculnya berbagai macam perusahaan yang mengambil konsep“sharing economy” sedikit banyak membantu sektor pariwisata untuk bisa terusberkembang. Air Bnb, Gojek dan Uber merupakan contoh dari sektor pendukung yangakan membantu wisatawan untuk mendapatkan akomodasi dan transportasi. Sebagaicontoh: pada tanggal 9 Maret 2016 gerhana matahari terjadi dan Belitung merupakansalah satu lokasi dimana wisatawan dapat melihat fenomena gerhana matahari total.Permintaan akomodasi dan tiket pesawat menuju Belitung meningkat secara tajam.Akan tetapi peningkatan permintaan akomodasi tersebut tidak disertai denganmeningkatnya jumlah penginapan di Belitung. Berkat adanya konsep sharing economy,warga Belitung dapat menyewakan rumahnya kepada wisatawan agar wisatawantersebut dapat tetap menikmati gerhana matahari total.

5. KESIMPULANBerdasarkan analisa yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pariwisata berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dan sosial akan tetapi,pemanfaatan sektor pariwisata di Asia Tenggara belum dilaksanakan secaramaksimal sehingga negara-negara tersebut berupaya secara optimal untukmemajukan sektor pariwisata dengan harapan sektor ini dapat menaikkan tarafhidup, ekonomi dan kapabilitas masyarakatnya.

2. Hingga saat ini sektor pariwisata di negara Asia Tenggara belum berkontribusisecara positif terhadap tumbuhnya HDI. Kesimpulan ini sesuai dengan penelitianyang dilakukan oleh Bulin (2013) di negara-negara pesisir laut hitam danCostache (2012) di negara berkembang.

3. Hasil analisa sektor pariwisata di Indonesia yang menggunakan five forces Portermodel menunjukan:a.Ancaman pendatang baru tergolong rendahb. Persaingan sesama perusahaan dalam industri tergolong tinggic.Ancaman dari produk subtitusi tergolong rendatd. Kekuatan tawar menawar pembeli dinyatakan tinggie.Industri pendukung memiliki daya tawar yang kuat

4. Sektor industri pariwisata di Indonesia diperkirakan dapat berkembang secarapesat karena diikuti dengan jumlah turis yang terus bertambah. Selain kontribusisektor pariwisata terhadap GDP yang cukup besar, pariwisata juga diprediksi akanmeningkat secara pesat. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh M 2 Presswire,pariwisata domestik diperkirakan berkembang sebesar 2.8% lebih tinggidibandingkan dengan prediksi yang dibuat di tahun 2012. Pertumbuhan inidikarenakan naiknya disposable income dan insentif dari pemerintah dalammeningkatkan infrastruktur di Indonesia (M2, 2012). Atas dasar itu, maka sektorindustri dapat dijadikan sebagai competitive advantage Indonesia dan dijadikansebagai salah satu alternatif dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional danmeningkatkan GDP.

Page 18: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

124

DAFTAR PUSTAKA

Association of South East Asian Nations. (2015). Tourist Arrival in ASEAN.BPS. (2015). data BPS PDB.Butuh Sinergi Pemerintah, BUMN dan Industri Pariwisata. (2016). BUMN Track No

105, 44–45.Callen, T. (2012). Gross Domestic Product: An Economy’s All. Retrieved January 24,

2017, from http://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/basics/gdp.htmCostache, S. (2012). Tourism, Friend or Foe To the Economic Sustainability of

Developing Countries? Romanian Economic and Business Review, 7(2), 60–76.Retrieved fromhttp://www.gtbib.net/sod/usuario_acceso.php?centro=$UALG&centro=$UALG&genre=article&title=Romanian+Economic+and+Business+Review&issn=18422497&isbn&atitle=TOURISM,+FRIEND+OR+FOE+TO+THE+ECONOMIC+SUSTAINABILITY+OF+DEVELOPING+COUNTRIES?&aulast=Cos

Curta, N. C., High, T., Blaga, L., & Engineering, F. (2014). A new perspective abouttourism industry, 60–68.

IAI. (2015). Profesi Akuntan pada Era Masyarakat Ekonomi Asean.Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. (2010). No Title. Retrieved

January 1, 2016, from http://www.indonesia.go.id/in/potensi-daerah/pariwisataKey Findings (preliminary): Asia Pacific Visitor Forecasts 2014-2018 Report. (2014).Pariwisata, Mengejar Devisa Nomor Satu. (2016). BUMN Track no.105, 28–33.Pariwisata Indonesia Dalam Jejaring Internasional. (2016). BUMN Track no.105, 65–

69.Perpres 21. (2016).Sea, B., & Countries, C. (2013). METALURGIA INTERNATIONAL vol . XVIII

Special Issue no . 8 ( 2013 ) 31 SOCIO ECONOMIC DEVELOPMENT ANDTOURISM COMPETITIVENESS – THE CASE OF, XVIII(8), 31–35.

Shah, A. (2015). Where to go in 2016: Top 16 up-and-coming destinations. Retrievedfrom http://edition.cnn.com/2015/12/22/travel/emerging-destinations-2016/

The World Bank. (2015). Current GDP in The World. Retrieved January 1, 2016, fromhttp://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD

The World Economic Forum. (2015). The Travel & Tourism Competitiveness Report2015. Retrieved from http://reports.weforum.org/travel-and-tourism-competitiveness-report-2015/economy-rankings/

U.S.News. (2016). Best Countries.United Nations Development Program. (2010a). Human Development Report 2010.

Summary. The Real Wealth of Nations: Pathways to Human Development. HumanDevelopment. Retrieved from http://hdr.undp.org/en/media/HDR10 ENsummary_without table.pdf

United Nations Development Program. (2010b). Human Development Report 2010 TheReal Wealth of Nations : Pathways to Human Development. Human Development(Vol. 21). https://doi.org/10.2307/2137795

United Nations Development Program. (2015). Human Development Report 2015.Work for Human Development. Retrieved fromhttp://hdr.undp.org/sites/all/themes/hdr_theme/country-notes/MEX.pdf

World Travel and Tourism Council. (2016a). Travel & Tourism Economic Impact 2016:Brunei. Retrieved from www.wttc.org

Page 19: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Analisis Kondisi Sektor Pariwisata di Asia Tenggara dan Formulasi Industri Pariwisatasebagai Keunggulan Bersaing Indonesia

125

World Travel and Tourism Council. (2016b). Travel & Tourism Economic Impact 2016:Cambodia. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council. (2016c). Travel & Tourism Economic Impact 2016:Indonesia. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council. (2016d). Travel & Tourism Economic Impact 2016:Laos. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council. (2016e). Travel & Tourism Economic Impact 2016:Malaysia. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council. (2016f). Travel & Tourism Economic Impact 2016:Myanmar. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council. (2016g). Travel & Tourism Economic Impact 2016:Singapore. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council. (2016h). Travel & Tourism Economic Impact 2016:Thailand. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council. (2016i). Travel & Tourism Economic Impact 2016:Vietnam. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council, & Impact, E. (2016a). Travel & Tourism EconomicImpact 2016: France. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council, & Impact, E. (2016b). Travel & Tourism EconomicImpact 2016: Germany. Retrieved from www.wttc.org

World Travel and Tourism Council, & Impact, E. (2016c). Travel & Tourism EconomicImpact 2016: Spain. Retrieved from www.wttc.org

WTTC. (2015a). The economic impact of travel & tourism 2015, Thailand. Wtcc.Retrieved from https://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impactresearch/countries 2015/thailand2015.pdf

WTTC. (2015b). Travel & Tourism; Economic Impact, Cambodia. Retrieved fromhttps://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impact research/countries2015/cambodia2015.pdf

WTTC. (2015c). Travel & Tourism Economic Impact 2015_Asia Pasific. Retrievedfrom https://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impactresearch/countries 2015/asiapasific2015.pdf

WTTC. (2015d). Travel & Tourism Economic Impact 2015_Brunei. Retrieved fromhttps://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impact research/countries2015/vietnam2015.pdf

WTTC. (2015e). Travel & Tourism Economic Impact 2015_Indonesia. Retrieved fromhttps://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impact research/countries2015/indonesia2015.pdf

WTTC. (2015f). Travel & Tourism Economic Impact 2015_Laos. Retrieved fromhttps://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impact research/countries2015/laos2015.pdf

WTTC. (2015g). Travel & Tourism Economic Impact 2015_Myanmar. Retrieved fromhttps://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impact research/countries2015/myanmar2015.pdf

WTTC. (2015h). Travel & Tourism Economic Impact 2015_Phillippines. Retrievedfrom https://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impactresearch/countries 2015/phillippines2015.pdf

WTTC. (2015i). Travel & Tourism Economic Impact 2015_Singapore. Retrieved fromhttps://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impact research/countries

Page 20: ANALISIS INDUSTRI PARIWISATA SEBAGAI KEUNGGULAN … · negeri untuk tujuan wisata dan bisnis (The United Nations World Tourism Organization, 2015). Dengan tingginya jumlah tersebut

Portofolio Volume 12 Nomor 2 November 2015, 107 – 126 ISSN : 1829 - 7188

126

2015/singapore2015.pdfWTTC. (2015j). Travel & Tourism Economic Impact 2015_Vietnam. Retrieved from

https://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impact research/countries2015/vietnam2015.pdf

WTTC. (2015k). Travel & Tourism Economic Impact 2015 Malaysia. World Travel andTourism Council. Retrieved from https://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic impact research/countries 2015/malaysia2015.pdf

Wheelen, T.L., & David H. (2007). Strategic Management and Business Policy. NewJersey: Prentice Hall

BIODATA PENULIS:

Dwi Indah Lestari, SE., M.Com., Ak., CA adalah dosen tetap Jurusan Akuntansi pada

Fakultas Ekonomi Unjani.

Patria Prasetio Adi adalah dosen tetap Fakultas Sosial Politik Universitas Parahyangan.