analisis kebijakan transportasi di kota ...digilib.unila.ac.id/58704/20/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDAR
LAMPUNG (Studi pada Transportasi Ojek Online dan Transportasi Publik)
(Jurnal)
Oleh:
WINDA DWIASTUTI HERMAN
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
ANALISIS KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDAR
LAMPUNG
(Studi Pada Transportasi Ojek Online dan Transportasi Publik)
Oleh
Winda Dwiastuti Herman
Kebijakan Transportasi ojek online di Kota Bandar Lampung menimbulkan
permasalahan terhadap pelayanan transportasi publik. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kebijakan transportasi ojek ojek online terhadap menurunnya
trayek dan armada Bus Rapid Trans. Metode yang digunakan ialah metode
penelitian Kualitatif dengan sistem wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung,
PT Bus Rapid Trans. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kebijakan ojek
online mengakibatkan buruknya kualitas pelayanan transportasi publik. Kualitas
pelayanan transportasi publik menjadi buruk dikarenakan berkurangnya armada
dan trayek bus rapid trans dari 95 armada pada tahun 2017 menjadi 25 armada
pada tahun 2018. Menurunnya jumlah armada dan Ttrayek Bus Rapid Trans
sebagai akibat dari berkurangnya jumlah perjalanan menggunakan transportasi
publik dari 12,23% menjadi 5,93%. Pemerintah tidak siap dengan adanya
kebijakan transportasiojek online. Masyarakat lebih memilih menggunakan
transportasi ojek online dibandingkan transportasi publik dikarenakan pemerintah
tidak memprioritaskan pembenahan pelayanan transportasi publik dalam hal
peremajaan armada dan pengaturan trayek yang jelas, tidak adanya aturan untuk
membatasi kuota driver ojek online.
Kata kunci: Kebijakan, Transportasi, Online
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF TRANSPORTATION POLICY IN BANDAR
LAMPUNG
(Study case on Ojek Online Transportation and Public Transportation)
By
Winda Dwiastuti Herman
The policy of ojek online transportation in Bandar Lampung was raised problems
to public transportation services. This study was aimed to analyze the ojek online
transportation policy to the quality of bus rapid trans transportation services. The
research method that used in this study was the qualitative research method by
using the system of interview, observation and study documentation. The
research location of this study was at Department of Transportation in Bandar
Lampung. The results of this study showed that the ojek online policy was lead to
decreased the quality of public transportation service. The policy of public
transportation was decreased due to the reduced fleet of routes of bus rapid trans
from 95 fleets on 2017 to 25 fleets on 2018. The decrease of the fleets and routes
of bus rapid trans as a factor of the reduced of the trip number that were using the
public transportation from 12,23% to 5,93%. The government is not ready with
the online motorcycle taxi transportation policy. People prefer to use online
motorcycle taxi transportation over public transportation because the government
does not prioritize improving public transportation services in terms of bus
rejuvenation and clear route arrangements, there are no rules to limit the quota of
online motorcycle taxi drivers.
Keyword: Online, Policy, Transportation
ANALISIS KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDAR
LAMPUNG
(Studi pada Transportasi Ojek Online dan Transportasi Publik)
Oleh
WINDA DWIASTUTI HERMAN
1626021014
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Tesis ANALISIS KEBIJAKAN TRANSPORTASI
DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Pada
Transportasi Ojek Online Dan Transportasi
Publik)
Nama Mahasiswa : WINDA DWIASTUTI HERMAN
Nomor Pokok Mahasiswa : 1626021014
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Program studi : Magister Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi : Manajemen Pemerintahan
MENYETUJUI
Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu
Dr. Pitojo Budiono, M.Si Intan Fitri Meutia, Ph.D
NIP. 19640508 199303 1 004 NIP. 19850620 200812 2 001
MENGETAHUI
Ketua Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D.
NIP. 19601010 198603 1 006
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua / Penguji : Dr. Pitojo Budiono, M. Si ..………………..
Penguji Utama : Dr. Syarief Makhya ..………………..
Sekretaris : Intan Fitri Meutia, Ph.D ..………………..
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dr. Syarief Makhya
NIP. 19590803 198603 1 003
3. Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung
Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D.
NIP. 19570101 198403 1 020
Tanggal Lulus Ujian Tesis :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1. Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
Akademik (Magister) baik di Universitas Lampung maupun di Perguruan
Tinggi lain.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing dan Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
segai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Universitas Lampung
Bandar Lampung, Agustus 2019
WINDA DWIASTUTI HERMAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Winda Dwiastuti Herman yang
dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 22 September 1994
dari pasangan Bapak Hermansah dan Ibu Tasnim Wati.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari tingkat Sekolah
Dasar yaitu SD Negeri 6 Kelapa Tujuh, Lampung Utara
pada tahun 2000 dan lulus di tahun 2006. Penulis
menempuh pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 7
Kotabumi pada tahun 2006 dan lulus di tahun 2009. Selanjutnya, jenjang
pendidikan penulis tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Kotabumi
dan lulus pada tahun 2012.
Penulis melanjutkan akademik pada tahun 2012 dengan tercatat sebagai
mahasiswi di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis tercatat sebagai
mahasiswa Program Pasca Sarjana di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung tahun 2016.
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur atas segala cinta dari Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan ridho sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini dipersembahkan untuk:
Ibunda dan Ayahanda tercinta
Hermansah dan Tasnim Wati
Kakak dan Adik terkasih
Intan Purnama Sari Herman, Trisila Handayani Herman dan Nur Wahyuni
Herman
Sahabat, Teman seperjuangan serta Adik-adik
Almamater yang penulis banggakan dan cintai
Universitas Lampung
MOTTO
“Setiap orang punya perjalanan hidup yang berbeda, apapun perjalanan itu selalu
yakini bahwa Allah tidak akan pernah menelantarkan hambanya sendirian”
(Winda Dwiastuti Herman)
“Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati; satuhati untuk menangis dan yang
satu lagi untuk bersabar”.
(Kahlil Gibran)
Innalamrakullahulillah
Sesungguhnya segala sesuatu urusan itu ada di tangan Allah
(Q.S Ali Imran:154)
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur atas keridhoan Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam
tidak lupa penulis sanjungkan pada Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan
yang baik dan pemimpin bagi kaumnya.
Tesis yang berjudul “Analisis Kebijakan Transportasi Ojek Online Di Kota
Bandar Lampung” merupakan syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar
Magister Ilmu Pemerintahan di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.
Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan sebagai
bentuk dari adanya keterbatasan kemampuan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan tesis
ini.Penulis berharap agar tesis ini mampu bermanfaat untuk kebutuhan akademik.
Tesis ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin. M.P. selaku Rektor Universitas
Lampung;
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A. Ph.D. selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung;
5. Bapak Dr. Pitojo Budiono, M.Si sebagai Pembimbing utama, terimakasih
atas bimbingan penuh kehangatan sehingga penulis memperoleh
pengetahuan yang luas dalam penyusunan tesis;
6. Ibu Intan Fitri Meutia, Ph.D sebagai pembimbing pembantu, terimakasih
telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, selalu motivasi dan berbagai
kemudahan dalam proses bimbingan;
7. Bapak Dr. Syarief Makhya sebagai Penguji, terimakasih telah
memberikan banyak arahan dan wawasan ilmu pengetahuan dalam setiap
proses perbaikan tesis ini;
8. Seluruh Dosen di Jurusan Magister Ilmu Pemerintahan yang telah
mendidik, memberikan ilmu;
9. Saudara Yeri dan Saudara Andi sebagai Staf di Magister Ilmu
Pemerintahan, terimakasih telah banyak membantu penulis;
10. Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung yang telah
memberikan izin penelitian, beserta segenap jajarannya yang telah banyak
membantu memberikan data selama pelaksanaan penelitian;
11. Informan penelitian di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dan PT
Bus Rapid Trans yang telah bersedia membantu proses penelitian;
12. Ibunda dan Ayahanda tercinta yaitu Ibu Tasnim Wati dan Bapak
Hermansah atas segala kasih sayang, dukungan, doa, dan materi yang
mungkin tidak mampu penulis menebus semua pengorbanan tulus.
Semoga Ibunda dan Ayahanda selalu dalam perlindungan ALLAH SWT
serta cinta dan kasih-Nya;
13. Saudara kandung yaitu Intan Purnama Sari Herman, Trisila Handayani
Herman, Nur Wahyuni Herman, sebagai pelipur lara dan berbagi kasih
yang selalu memberikan kehangatan dalam keluarga. Semoga Allah SWT
selalu memberikan kekuatan bagi wanita-wanita tangguh kebanggaan
orang tua;
Bandar Lampung, 6 Agustus 2019
Winda Dwiastuti Herman
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Publik ........................................................................... 9
1. Konsep Kebijakan Publik .......................................................... 9
2. Analisis Kebijakan Publik. ........................................................ 14
B. Tinjauan tentang Undang-Undang N0 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ..................................... 19
1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ................................................ 19
2. Klasifikasi Transportasi Darat Menurut Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009.............................................................. 21
C. Konsep Transportasi Publik .......................................................... 24
1. Konsep Transportasi ................................................................. 24
2. Transportasi Publik ................................................................... 32
3. Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis
Jalan. ......................................................................................... 34
4. Transportasi Berbasis Online. ................................................... 37
D. Kerangka Pikir............................................................................... 40
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian............................................................................... 43
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 44
C. Informan ........................................................................................ 45
D. Jenis Data ...................................................................................... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 47
F. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 49
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 50
H. Teknik Keabsahan Data ................................................................ 52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GambaranUmum ........................................................................... 54
1. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ............................ 54
a. Sejarah Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ......... 54
b. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 55
c. Tujuan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ......... 55
d. Sasaran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ........ 56
e. Susunan Organisasid an Tata Kerja Dinas Perhubungan .. 57
2. Sejarah Singkat Bus Rapid Trans Bandar Lampung ............... 58
3. Perusahaan Transportasi Ojek Online ..................................... 60
a. Perusahaan Go-Jek ............................................................ 60
b. Perusahaan Grab ................................................................ 62
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 64
1. Analisis Kebijakan Transportasi Ojek Online terhadap
Kualitas Pelayanan Transportasi Publik .................................. 64
2. Analisis Kesiapan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar
Lampung terhadap Transportasi Ojek Online ......................... 74
C. Pembahasan ................................................................................... 76
1. Analisis Kebijakan Transportasi Ojek Online Terhadap
Kualitas Pelayanan Transportasi Publik................................. 76
2. Analisis Kesiapan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar
Lampung terhadap Transportasi Ojek Online ........................ 90
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan. .......................................................................................... 93
B. Saran ................................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Pengguna Transportasi Online pada Agustus 2017 ............... 2
Tabel 1.2 Informan Penelitian ........................................................................ 45
Tabel 1.3 Data Primer Penelitian .................................................................. 46
Tabel 1.4 Matriks Pembahasan Analisis Kebijakan Trsnportasi Ojek
Online terhadap Kualitas Pelayanan Transportasi Publik ............... 88
Tabel 1.5 Matriks Pembahasan Analisis Kesiapan Kebijakan Pemerintah
Kota Bandar Lampung terhadap Transportasi Ojek Online ............ 92
GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir................................................................................ 29
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Transportasi merupakan bagian penting dalam hidup masyarakat. Transportasi
berasal dari kata latin yaitu transportare yang artinya trans berarti seberang atau
sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Transportasi berarti
mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari suatu tempat
lainnya. Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi informasi memberikan
pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Hasil
kemajuan teknologi informasi yang berkontribusi besar terhadap perubahan ini
adalah internet. Internet adalah suatu jaringan yang dipasangkan dengan alat
komunikasi sehingga kita bisa berinteraksi dimana saja dan kapan saja.
Perkembangan internet di tengah-tengah pertumbuhan penduduk yang pesat,
internet sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kehadiran
jasa transportasi berbasis aplikasi online yang menggunakan internet sangat
berpengaruh terhadap masyarakat dalam segala aktifitas secara cepat dan efisien.
Salah satu bisnis yang sedang berkembang saat ini adalah bisnis jasa transportasi
dengan sepeda motor yang disebut ojek. Ojek pada zaman dahulu dikelola secara
konvensional dan kepemilikan tunggal. Saat ini muncul bisnis baru ojek online
2
yaitu suatu usaha komersial, yang menyediakan jasa transportasi umum dan
dikelola secara profesional.
Perusahaan transportasi online berupa ojek yang sedang meningkat pesat di
Indonesia yaitu Gojek, Grab. Transportasi online tersebut awalnya bertujuan
untuk mengurangi pengangguran di Indonesia dan menjadi solusi kemacetan di
Ibukota. Cara kerja Transportasi ojek online yaitu menggunakan aplikasi yang
terhubung dengan internet telah berhasil menarik perhatian publik terutama
dalam kemudahan akses dan efesiensi. Para pelanggan tidak perlu menunggu
dipinggir jalan atau mendatangi ke pangkalan ojek. Pemesanan melalui aplikasi
sesuai kebutuhan dan siap untuk melayani pelanggan yang berada dimana saja.
Berdasarkan data yang didapat menunjukkan bahwa pengguna jasa transportasi
online di Indonesia terus meningkat, berikut ini adalah data yang menunjuukan
bahwa perusahaan transportasi ojek online seperti Gojek, Grab motor memiliki
jumlah pengguna terbanyak pada tahun 2017:
Tabel 1.1 Data Pengguna Jasa Transportasi Ojek Online pada Tahun 2017
No Perusahaan
Transportasi Online
Pengguna
Laki-laki
Pengguna
Perempuan
Total
Pengguna
1. Gojek 3.403.000 5.468.000 8.871.000
2. Grab 4.259.000 4.341.000 8.600.000
Sumber: Survei Com Score, diakses pada 27 November 2017
3
Fenomena transportasi ojek online saat ini semakin digemari, Gojek dan Grab
menjadi sarana transportasi publik salah satunya beroperasi di Kota Bandar
Lampung. Keberadaan transportasi ojek online di Bandar Lampung menjadi
alternatif baru masyarakat untuk mendapatkkan pelayanan transportasi yang
efesien. Selain memberikan service jasa angkutan yang menjanjikan, keberadaan
transportasi ojek online dianggap mempermudah aktivitas masyarakat terutama
dalam situasi Kota Bandar Lampung yang rentan akan kemacetan.
Transportasi ojek online menjadi mata pencaharian baru masyarakat Kota Bandar
Lampung. Mengikuti perkembangaan saat ini, telah berkembang menjadi mata
pencaharian yang menjanjikan, dengan bergabung ke perusahaan transportasi
ojek online pengemudi Gojek, Grab akan memiliki penghasilan tambahan dan
tidak terikat waktu bekerja.
Muncul sejumlah permasalahan akibat keberadaan transportasi ojek online.
Berdasarkan penelitian terdahulu (Muharany, 2017) yang berjudul Pra
Transformasi Sistem Transportasi Publik: studi pada penyelenggaraan angkutan
sewa khusus berbasis aplikasi menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi saat
ini adalah tidak adanya regulasi yang mengatur operasi penyedia jasa transportasi
online ini.
Kecemburuan sosial para sopir ojek konvensional disebabkan karena ojek daring
tidak harus membayar pajak kendaraan umum, sehingga tarif yang dikenakan
kepada penumpang jauh lebih murah. Dalam hal ini, pemerintah yang
4
bertanggung jawab untuk menyediakan layanan transportasi publik perlu
melakukan tindakan terkait dengan perkembangan transportasi daring tersebut
seperti pembatasan jumlah armada, penyesuaian tarif, atau pembatasan wilayah
operasional.
Berdasarkan wawancara dengan NT sebagai Kasi Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa:
“Permasalahannya adalah motor bukan bagian dari transportasi publik
pemerintah. Legalitas yang mengatur keberadaan ojek online hingga
saat ini tidak ada. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas tidak memfasilitasi keberadaan motor sebagai transportasi
publik dan angkutan massa. Akibatnya adalah jaminan keselamatan
terhadap driver dan pengguna jasa terbilang rendah dan terlebih lagi
kendaraan beruapa motor rentan akan kecelakaan lalu lintas.” (pra riset
pada 7 Januari 2019 di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung)
Pemerintah perlu membuat kebijakan terkait tenaga kerja transportasi ojek
online. Perusahaan transportasi ojek online tidak sepenuhnya memenuhi dan
menjamin keselamatan driver atau pengemudi. Misalnya asuransi yang
diterapkan dalam sistem perusahaan hanya mengcover insiden saat pengemudi
membawa penumpang. Apabila terjadi insiden kehilangan nyawa, maka perlu
adanya investigasi untuk membiayai santunan. Selain itu, pengemudi atau
pekerja transportasi online kehilangan hak untuk menjadi peserta program BPJS
(sumber: Press Release Aktivis Pro Demokrasi, diakses pada 1 Februari 2018
pukul: 22.07 WIB).
5
Berdasarkan Penelitian terdahulu (Habibah, 2016) yang berjudul Aspek Hukum
yang Timbul dari Kegiatan Usaha Ojek Berbasis Aplikasi atau Online
menunjukkan bahwa keberadaan transportasi online sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan (demand) masyarakat akan angkutan dengan operasional pelayanan
ternyata belum memiliki payung hukum, oleh karena itu banyak pihak dalam
kaitannya dengan transaksi dan keberadaan transportasi ojek online ini belum
mendapat perlindungan hukum. Transportasi ojek online sendiri belum secara
eksplisit diatur dalam peraturan perundang-undangan, pijakan hukum terhadap
permasalahan yang timbul dilakukan melalui kontruksi hukum. Transportasi ojek
online belum masuk dalam salah satu jenis moda angkutan umum yang diakui
keberadaannya dalam klausul Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Angkutan Jalan.
Munculnya transportasi ojek online menimbulkan masalah yaitu masyarakat
beralih dari pengguna angkutan transportasi publik ke transportasi online yang
dipengaruhi oleh faktor keinginan masyarakat yang senantiasa menghendaki
kemudahan. Berdasarkan hasil data analisa Masyarakat Transportasi Indonesia
(MTI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Bandar Lampung menyatakan bahwa
distribusi perjalanan menggunakan angkutan publik di Kota Bandar Lampung
mengalami penurunan. Pada tahun 2015 ada 12,23% perjalanan menggunakan
angkutan publik, namun pada tahun 2017 lalu hanyaada 5,93% perjalanan yang
menggunakan angkutan publik. Terjadi penurunan pertahunnya yang mencapai
6
0,3% (http://lampung.tribunnews.com edisi 15 Oktober 2017 diakses 5 Januari
2019 pukul 13:22 WIB).
Berdasarkan wawancara dengan NT sebagai Kasi Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa:
“Keberadaan Transportasi Ojek Online sangat merugikan pemerintah.
Ojek online yang tidak ada legalitas ini memberikan dampak pada
menurunnya penggunaan jasa transportasi publik terutama BRT yang
telah disediakan pemerintah Kota Bandar Lampung. Hal ini
dikarenakan masyarakat lebih memilih penggunaan jasa berbasis
daring yang memiliki kemudahan akses pemesanan dan penjemputan,
serta efesien.”(pra riset pada 7 Januari 2019 di Dinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung)
Pada tahun 2017 total perjalanan masyarakat Kota Bandar Lampung yang
menggunakan Transportasi publik perharinya hanya sebanyak 87 ribu
penumpang dari total 1,4 jutaan penduduk, padahal jumlah tempat duduk untuk
penumpang yang tersedia berjumlah 145 ribu lebih. Penurunan trip distribution
pada transportasi umum ini disebabkan oleh penurunan pelayanan angkutan
umum dan Bus Rapid Trans dari sisi kuantitas dan kualitas.
(http://lampung.tribunnews.com edisi 15 Oktober 2017 diakses 5 Januari 2019
pukul 13:22 WIB).
Berdasarkan wawancara bersama Anton Saputra sebagai Kabag Operasional PT.
Bus Rapid Trans menyebutkan bahwa:
“Jumlah armada dan trayek BRT mengalami penurunan signifikan.
Pada tahun 2017 terdapat 3 trayek menjadi hanya satu trayek yaitu
Rajabasa-Panjang pada tahun 2018. Armada BRT juga menurun yaitu
7
pada tahun 2017 berjumlah 95 dan hanya tersisa 25 unit BRT pada
tahun 2018.”
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti analisis
kebijakan transportasi ojek online di Kota Bandar Lampung dengan
memfokuskan terhadap analisis kebijakan transportasi ojek online terhadap
kualitas pelayanan transportasi publik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana Analisis Kebijakan Transportasi Ojek online terhadap kualitas
pelayanan transportasi publik?
2. Bagaimana Analisis Kesiapan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung
terhadap Transportasi Ojek Online ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mennganalisis kebijakan Transportasi ojek online terhadap kualitas
pelayanan transportasi publik
2. Untuk menganalisis Kesiapan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung
terhadap Transportasi Ojek Online
8
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Praktis
Memiliki kegunaan sebagai bahan masukan bagi seluruh elemen masyarakat,
briokrat. Fenomena transportasi online merupakan permasalahan yang harus
diselesaikan melalui analisis kebijakan yang mendalam karena satu sisi
keberadaan transportasi ojek online mampu menekan pertumbuhan ekonomi
dan pada kondisi lain memunculkan permasalahan terhadap transportasi
umum.
2. Kegunaan Teoritis
a. Memiliki kegunaan sebagai perbendaharaan tambahan dalam hal
pemahaman tentangmengatasi permasalahan trasnportasi ojek online di
Kota Bandar Lampung.
b. Memiliki kegunaan sebagai tambahan pengetahuan tentang prioritas
keputusan pemerintah dalam menyikap permasalahan yang kompleks
seperti fenomena keberadaan transportasi ojek online.
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Publik
1. Konsep Kebijakan Publik
Menurut James A. Anderson dalam Subarsono (2005:2), kebijakan publik
merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat
pemerintah. Menurut David Easton dalam Subarsono (2005:2) mendefinisikan
kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.
Menurut Jurnal Ramdhani (Vol. XI, No. 1, 2017) kebijakan publik dapat
didefinsikan sebagai serangkaian kegiatan yang sadar, terarah, dan terukur
yang dilakukan oleh pemerintah yang melibatkan para pihak yang
berkepentingan dalam bidang-bidang tertentu yang mengarah pada tujuan
tertentu. Sehingga untuk efektivitas kebijakan publik diperlukan kegiatan
sosialisasi, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan.
Kebijakan publik perlu dituangkan pada peraturan-peraturan perundangan
yang bersifat memaksa. Dalam pandangan ini, dapat diasumsikan bahwa
kebijakan publik merupakan kebijakan yang dibuat pemerintah yang
berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, yang dapat diwujudkan berupa
peraturan-peraturan, perundang-undangan dan sebagainya. Kebijakan publik
10
mempunyai sifat mengikat dan harus dipatuhi oleh seluruh anggota
masyarakat tanpa terkecuali. Sebelum kebijakan publik tersebut diterbitkan
dan dilaksanakan, kebijakan tersebut harus ditetapkan dan disahkan oleh
badan atau lembaga yang berwenang.
Secara sederhana menurut Nugroho (2008: 69) kebijakan adalah keputusan
otoritas negara dalam mengatur kehidupan bersama. Artinya kebijakan
sebagai keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai
strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Suatu
kebijakan publik dalam arti positif setidak-tidaknya didasarkan pada peraturan
perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
Kebijakan dapat diartikan sebagai, tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan
pernyataan-pernyataan pemerintah mengenai masalah-masalah tertentu.
Langkah-langkah yang telah diambil atau gagal diambil untuk
diimplementasikan, dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka
mengenai apa yang telah terjadi atau tidak terjadi. Istilah lain menyatakan
bahwa, kebijakan diperlukan penggunaannya dengan tujuan, program,
keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan, dan
rancangan-rancangan besar.
Secara lebih singkat, Dye dalam Santoso (2009:27) merumuskan kebijakan
sebagai pilihan pemerintah untuk bertindak atau tidak bertindak. Sementara
Friedrich dalam Agustino (2008:7) mengungkapkan bahwa kebijakan publik
11
adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat
hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan kesempatan dimana
kebijakan tersebut disulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai
tujuan yang dimaksud.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan
publik merupakan serangkaian tindakan yang telah ditentukan oleh
pemerintah (instansi publik) dalam rangka merespon permasalahan yang
dihadapi masyarakat dan bertujuan untuk mengatur kepentingan seluruh
anggota masyarakat.
Kebijakan juga memuat semua tindakan pemerintah baik yang dilakukan
maupun tidak dilakukan oleh pemerintah yang dalam pelaksanaanya terdapat
unsur pemaksaan kepada pelaksana atau pengguna kebijakan agar dipatuhi.
Kebijakan publik tersebut dapat berupa peraturan perundang-undangan yang
dipergunakan untuk tujuan, sasaran dari program program dan tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah.
Kebijakan Publik memiliki tahapan dalam penyusunannya. Menurut Dunn
(2003:22), proses kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang
dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis,
aktivitas politis tersebut divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang
saling tergantung yang diatur menurut urutan waktu. Sementara Winarno
12
(2012:35-37) mengemukakan bahwa proses pembuatan kebijakan publik
merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun
variabel yang harus dikaji. Proses-proses penyusunan kebijakan publik
tersebut dibagi kedalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kebijakan publik
adalah sebagai berikut:
a. Tahap Penyusunan Agenda
Pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu
untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa
masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap
ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah
yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah
karena alasan- alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
b. Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian
dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal
dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives / policy
options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk
masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan
masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan
yang diambil untuk memecahkan masalah.
13
c. Tahap Adopsi Kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi
dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur
lembaga atau keputusan peradilan.
d. Tahap Implementasi Kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika
program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan
program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan
masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan
administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan
yang telah diambil dilaksana- kan oleh unit-unit administrasi yang
memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.
e. Tahap Evaluasi Kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,
untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu
memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk
meraih dampak yang diinginkan.
Pemaparan tentang tahap kebijakan diatas telah menjelaskan bahwa tahap
kebijakan tersebut merupakan suatu proses yang saling terkait yang
mempengaruhi satu sama lain. Tahap awal adalah penyusunan agenda, dalam
tahap tersebut dilakukannya identifikasi persoalan publik yang akan dibahas
14
dalam tahap berikutnya, yaitu formulasi. Setelah diformulasikan, pada tahap
adopsi akan dipilih alternatif yang baik untuk dijadikan solusi terhadap
pemecahan masalah publik.
2. Analisis Kebijakan Publik
Dror dalam Wahab (2012:40) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai:
”An approach and methodology for design and identification
ofpreceable alternatives in respect to complex policy issues” (suatu
pendekatan dan metodologi untuk mendesain dan menemukan
alternatif-alternatif yang dikehendaki berkenaan dengan sejumlah isu
yang kompleks).
Sedangkan Kent dalam Wahab (2012:41) mendefinisikan analisis kebijakan
sebagai:
“That kind of systematic, analytical, scholarly, creative study whose
primary motivation is to produce well-supported recommendation for
action dealing with concrete problems” (sejenis studi yang sistematis,
berdisiplin, analitis, cerdas, dan kreatif yang dilakukan dengan maksud
untuk menghasilkan rekomendasi yang andal berupa tindakan-
tindakan dalam memecah masalah yang kongkret).
Pengertian analisis kebijakan dikemukakan oleh Dunn (2000), menyatakan
bahwa secara umum analisis kebijakan dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas
intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis
menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan di dalam proses
kebijakan. Analisis kebijakan adalah awal, bukan akhir, dari upaya
meperbaiki proses pembuatan kebijakan.
Sebagaimana maksud dilaksanakannya analisis kebijakan publik, bahwa dapat
memberikan nasehat atau rekomendasi kebijakan pada penentu kebijakan
15
maka muara dari kegiatan analisis kebijakan adalah berupa rumusan
rekomendasi kebijakan yang diberikan kepada pembuat kebijakan. Dunn
(2000:21) berpendapat bahwa metodologi analisis kebijakan menggabungkan
lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia:
definisi, prediksi, preskripsi, deskripsi, dan evaluasi. Dalam analisis kebijakan
prosedur-prosedur tersebut memperoleh nama-nama khusus, yakni :
a. Perumusan masalah (definisi) menghasilkan informasi mengenai
kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan, menemukan
masalah-masalah tersembunyi serta mendiagnosa penyebabnya.
b. Peramalan (prediksi) menyediakan informasi mengenai konsekuensi di
masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan serta memprediksi
akibat yang akan ditimbulkan
c. Rekomendasi (preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau
kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan
masalah.
d. Pemantauan (deskripsi), menghasilkan informasi tentang implentasi
kebijakan, menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat-akibat yang
tidak diingikan dari kebijakan
e. Evaluasi, yang mempunyai nama sama dengan yang dipakai dalam
bahasa sehari-hari, menyediakan informasi mengenai nilai atau
kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah.
16
Keberhasilan analisis pembuatan kebijakan dapat dikembangkan melalui tiga
proses, yaitu:
a. Proses pengkajian kebijakan, menyajikan metodologi untuk analisis
kebijakan. Metodologi di sini adalah sistem standar, aturan, dan prosedur
untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.
b. Proses pembuatan kebijakan adalah serangkaian tahap yang saling
bergantung yang diatur menurut urutan waktu penyusunan agenda, formulasi
kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan,dan penilaiankebijakan.
c. Proses komunikasi kebijakan, merupakan upaya untuk meningkatkan
proses pembuatan kebijakan berikut hasilnya.
Selanjutnya Suharto (2010:102-118) terdapat enam tahapan dalam analisis
kebijakan antara lain :
1. Mendefinisikan masalah kebijakan.
Mendefinisikan masalah kebijakan pada intinya merujuk pada kegiatan
untuk mengeksplorasi berbagai isu-isu atau masalah sosial, dan kemudian
menetapkan suatu masalah sosial yang akan menjadi fokus analisis
kebijakan. Pemilihan masalah sosial didasari beberapa pertimbangan,
antara lain masalah tersebut bersifat aktual, penting dan mendesak, relevan
dengan kebutuhan, dan aspirasi publik, berdampak luas dan positif, dan
sesuai dengan visi dan agenda perubahan sosial.
17
2. Mengumpulkan bukti masalah.
Pernyataan masalah kebijakan harus didukung oleh bukti atau fakta yang
relevan, terbaru, akurat dan memadai. Pernyataan masalah tanpa bukti
tidak akan meyakinkan pihak-pihak yang akan menjadi target naskah
kebijakan kita. Bukti yang disertakan bisa berdasarkan hasil penelitian kita
(data primer), khususnya naskah kebijakan yang berbentuk policy study.
Data bisa pula berasal data sekunder, yakni hasil temuan orang lain yang
dipublikasikan di buku, koran, internet, dokumen pemerintah. Naskah
kebijakan yang berbentuk policy brief dan policy memo jarang
menyertakan bukti berdasarkan hasil penelitian primer.
3. Mengkaji penyebab masalah.
Para analisis dan pembuat kebijakan dapat mengidentifikasi penyebab atau
faktor yang memberi kontribusi terhadap masalah sosial. Mereka dapat
mengembangkan kebijakan publik untuk mengeliminasi atau mengurangi
penyebab atau faktor tersebut.
4. Mengevaluasi kebijakan yang ada.
Mengevaluasi kebijakan atau produk yang ada pada saat ini dapat
mengarah pada perbaikan-perbaikan, namun demikian evaluasi juga sering
menghasilkan keputusan-keputusan untuk mengganti secara total model
yang ada.
18
5. Mengembangkan alternatif atau opsi-opsi kebijakan.
Mengembangkan solusi kebijakan publik untuk mengatasi masalah sosial
juga perlu mempertimbangkan beberapa alternatif. Dua langkah utama
akan sangat bermanfaat bagi pengembangan alternatif kebijakan publik
adalah mengembangkan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah
sosial adalah mengeliminasi atau mengurangi sebab-sebab atau faktor-
faktor penyumbang terhadap masalah dan menelisik kebijakan yang ada
saat ini.
6. Menyeleksi alternatif terbaik.
Pada langkah ini telah terdapat alternatif kebijakan yang dianggap terbaik
dan merupakan penyeleksian awal dalam mengatasi masalah. Dua kriteria
yang dapat membantu menentukan alternatif yang paling baik adalah
fisibilitas dan efektivitas. Kebijakan yang terbaik harus memenuhi dua
kriteria tersebut (memiliki nilai tinggi), jika memungkinkan. Dan juga
pada tahapan ini dilakukan pemantauan terhadap dampak dan tujuan
keadaan yang hendak dicapai dari suatu kebijakan yang diusulkan.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa analisis kebijakan harus bersifat
empirik dalam arti penilaian yang dilakukan tidak boleh hanya bersifat
spekulatif hipotetif, melainkan mesti diuji atau dikeluarkan dengan data atau
setidaknya hasil penelitian yang pernah dilakukan. Selanjutnya, analisis itu
dilakukan terhadap alternatif yang tersedia, yang hasilnya nanti adalah
pemilihan terhadap alternatif yang paling tepat atau baik, maka peneliti harus
19
bersikap tidak memihak atau bias terhadap salah satu alternatif. Analisis
kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis kebijakan yang
efektif dalam mengatasi permasalahan ojek online di Kota Bandar Lampung.
B. Tinjauan tentang Undang-Undang No 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan
1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di
Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas
Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan,
orang, dan / atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan peraturan pemerintah sebagai
peraturan pelaksanaanya bertujuan untuk menertibkan seluruh pemakai jalan
termasuk juga para pengendara kendaraan bermotor. Menurut Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang dimaksud dengan kendaraan bermotor
adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada
kendaraan itu. Dalam Pasal 4 ayat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
bahwa pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan diarahkan untuk
meningkatkan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam
keseluruhan moda transportasi secara terpadu dengan memperhatikan seluruh
aspek kehidupan masyarakat untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan
dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efesien,
20
mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok
daratan.
Berdasarkan pasal 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan
bahwa untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas
serta kemudahan bagi pemakai jalan wajib di lengkapi dengan:
a. Rambu jalan
b. Marka jalan
c. Alat Pemberi isyarat lalu lintas
d. Alat pengendali dan alat pengamanan pemakai jalan
e. Alat pengawasan dan pengamanan jalan
f. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang
berada di jalan dan di luar jalan
Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 setiap kendaraan
bermotor yang dioperasikan di jalan harus sesuai dengan peruntukannya,
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan kelas jalan
yang dilalui. Dalam pasal 48 sampai pasal 56 disebutkan bahwa setiap
kendaraan bermotor yang dioperasikan harus diuji, yang mana pengujian
meliputi uji tipe dan atau uji berkala.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 antara lainnya menyebutkan:
a. Bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam
mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya
memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
21
b. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem
transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk
mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu
lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan
ekonomi dan pengembangan wilayah;
c. bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional
menuntut penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah,
serta akuntabilitas penyelenggaraan negara;
2. Klasifikasi Transportasi Darat Menurut Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009
Klasifikasi Transportasi Darat dan Sarana Prasarana Transportasi darat tidak
dapat terlepas terhadap kebutuhan manusia yang beraneka ragam, sehingga
transportasi darat tersebut terbagi dalam beberapa jenis. Kebutuhan akan
transportasi ini akan semakin meningkat apabila situasi ekonomi yang baik
yang di iringi kemajuan teknologi yang berkembang disuatu negara. Sebagai
contoh Indonesia yang merupakan negara berkembang mempunyai jenis
transportasi darat yang berbeda dengan negara-negara maju yang ada di dunia.
Mengingat juga situasi ekonomi Indonesia yang berbeda dengan negara-
negara lain. Adapun klasifikasi secara umum dari transportasi darat terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
22
a. Transportasi yang menggunakan jalan raya yang terbagi menjadi: Sepeda
Motor merupakan kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa
atap baik dengan atau tanpa kereta di samping;
b. Mobil Penumpang (biasa juga disebut dengan mobil pribadi atau
sejenisnya) merupakan kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-
banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk
pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;
c. Mobil Bus merupakan kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;
d. Mobil Barang merupakan kendaraan bermotor selain dari yang termasuk
dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus;
e. Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim
digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil,
rekreasi, ataupun sarana sarana diperkampungan baik di kota maupun di
desa. Diantaranya adalah sepeda, becak, bajaj, bemo dan delman.
Sebagai transportasi yang menggunakan jalan raya seperti yang telah
diklasifikasikan di atas secara khusus terdapat beberapa transportasi yang lain
yang dijelaskan di atas seperti delman, bajaj, dan bemo yang hanya terdapat di
daerah-daerah tertentu.
23
Menurut Nurbaiti (2009:198) Dalam penyelenggaraan transportasi darat perlu
adanya pengaturan mengenai prasarana dalam transportasi darat yang menjadi
pedoman standar penggunaan dan kualitas jalan meliputi:
a. Jalan
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Pasal 19 ayat (1) dan (2) (peraturan ini terdapat juga dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 Tentang Prasarana dan
angkutan Jalan) terdapat pengelompokan jalan sebagai prasarana yang
mendukung dalam lalu lintas jalan yaitu berdasarkan:
b. Stasiun / Terminal
Untuk kelancaran dalam melaksanakan pengangkutan khususnya
transportasi darat diperlukan adanya stasiun atau sering juga disebut
sebagai terminal, dimana stasiun berfungsi sebagai tempat berkumpul dan
tempat naik turunnya penumpang. Terminal merupakan prasarana yang
utama yang harus di penuhi dalam penyelenggaraan kegiatan transportasi
darat. Penempatan stasiun dan penyelenggaraan kegiatan terminal
disesuaikan dengan kebutuhan terminal yang menjadi rencana induk dalam
lalu lintas dan angkutan jalan.
c. Prasarana pendukung lainnya Prasarana ini termasuk didalamnya rambu
rambu lalu lintas yang memberi isyarat dalam berkendara di jalan agar
terdapat kehati-hatian. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993
Pasal 17, rambu-rambu Lalu Lintas Terbagi menjadi 4 gologan yaitu:
24
1) Rambu Peringatan, merupakan rambu yang menyatakan adanya
peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan;
2) Rambu larangan, rambu ini digunakan untuk menyatakan perintah
larangan tidak diizinkannya penggunaan jalan;
3) Rambu Perintah, rambu ini menjelaskan bahwa terdapat perintah yang
wajib dipatuhi pengguna jalan;
4) Rambu Petunjuk, rambu ini menjelaskan mengenai petunjuk pemakaian
jalan, situasi jalan, jurusan, tempat tertentu, dan pengaturan lainnya.
C. Konsep Transportasi Publik
1. Konsep Transportasi
Menurut Salim (2016) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang
(muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam
transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan dan
secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke
tempat lain.
Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya
muatan yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut, dan
terdapatnya jalan yang dapat dilalui. Proses pemindahan dari gerakan tempat
asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan dimana
kegiatan diakhiri. Untuk itu dengan adanya pemindahan barang dan manusia
tersebut, maka transportasi merupakan salah satu sektor yang dapat
25
menunjang kegiatan ekonomi (thepromoting sector) dan pemberi jasa (the
servicing sector) bagi perkembangan ekonomi.
Transportasi memiliki fungsi untuk menunjang perkembangan perekonomian
dengan membuat keseimbangan antara penyedia dan permintaan transportasi.
Adapun manfaat transportasi yang meliputi kehidupan masyarakat, yaitu :
a. Manfaat Ekonomi Segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi,
distribusi, dan pertukaran kekayaan atau hasil produksi yang semuanya
bisa diperoleh dan berguna.
b. Manfaat Sosial Manusia pada umumnya bermasyarakat dan berusaha
hidup selaras atau dengan yang lain dengan menggunakan kemudahan
1) Perjalanan untuk rekreasi.
2) Perluasan jangkauan perjalanan sosial
3) Pemendekan jarak rumah dengan tempat kerja.
c. Manfaat Politis Pengangkutan menjadi syarat mutlak atau pokok dalam
segi politik yang meliputi:
1) Menciptakan persatuan dan keadilan,
2) Pelayanan kepada masyarakat dikembangkan dengan lebih merata
3) Keamanan negara terhadap serangan dari luar yang tidak di kehendaki
Dalam pendekatan transportasi, menurut Dagun (2006 : 159) aksesibiltas
merupakan sebuah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna
wilayah secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
26
menghubungkannya. Sehingga, aksesibilitas merupakan suatu ukuran
kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi berinteraksi satu sama
lain dan mudah atau “susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem
jaringan transportasi. Pernyataan “mudah” atau “susah” merupakan
pernyataan yang sifatnya sangat subyektif dan kualitatif, karena setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang mudah dan susah terhadap
aksesibilitas yang mereka rasakan.
Aksesibilitas dapat pula dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat
berdekatan dengan tempat lain, maka dapat dikatakan memiliki aksesibilitas
yang tinggi, demikian sebaliknya. Jadi suatu wilayah yang berbeda pasti
memiliki aksesibilitas yang berbeda, karena aktivitas wilayah tersebut
tersebar dalam sebuah ruang yang tidak merata.
Akan tetapi sebuah lahan yang diperuntukan untuk bandar udara memiliki
lokasi yang tidak sembarangan, sehingga lokasinya pun sangat jauh dari kota
karena harus memperhatikan segi keamanan, pengembangan wilayah, dan
lainnya. Aksesibilitas menuju bandara menjadi rendah karena lokasinya yang
sangat jauh dari pusat kota, namun dapat diatasi dengan menyediakan sistem
jaringan transportasi yang dapat dilalui dengan kecepatan tinggi. Artinya, saat
ini ukuran aksesibilitas yang diukur berdasarkan jarak sudah tidak lagi
digunakan, namun dapat diukur berdasarkan waktu tempuh. Hal ini
merupakan penjelasan peran prasarana transportasi.
27
Transportasi memiliki manfaat yang sangat besar dalam mengatasi
permasalahan suatu kota atau daerah. Beberapa manfaat yang dapat
disampaikan adalah Penghematan Biaya Operasi. Penghematan ini akan
sangat dirasakan bagi perusahaan yang menggunakan alat pengangkutan,
seperti bus dan truk. Penghematan timbul karena bertambah baiknya keadaan
sarana angkutan dan besarnya berbeda-beda sesuai dengan jenis kendaraanya
dan kondisi sarananya. Dalam hal angkutan jalan raya, penghematan tersebut
dihitung untuk tiap jenis kendaraan per km, maupun untuk jenis jalan tertentu
serta dengan tingkat kecepatan tertentu. Biaya-biaya yang dapat
diperhitungkan untuk operasi kendaraan adalah sebagai berikut:
a)Penggunaan bahan bakar, yang dipengaruhi oleh jenis kendaraan, kecepatan,
naik-turunya jalan, tikungan dan jenis permukaan jalan.
b) Penggunaan pelumas
c) Penggunaan ban
d) Pemeliharaan suku cadang;
e) Penyusutan dan bunga;
f) Waktu supir dan waktu penumpang
Penghematan Waktu Manfaat lainnya yang menjadi penting dengan adanya
proyek transportasi adalah penghematan waktu bagi penumpang dan barang.
Bagi penumpang, penghemata waktu dapat dikaitkan dengan banyaknya
pekerjaan lain yang dapat dilakukan oleh penumpang tersebut. Untuk
menghitungnya dapat dihitung dengan jumlah penumpang yang berpergian.
28
Pengurangan Kecelakaan untuk proyek-proyek tertentu, penguranga
kecelakaan merupakan suatu manfaat yang nyata dari keberadaan transportasi.
Seperti perbaikan- perbaikan sarana transportasi pelayaran, jalan kereta api
dan sebagainya telah dapat mengurangi kecelakaan. Namun di Indonesia,
masalah ini masih banyak belum mendapat perhatian, sehingga sulit
memperkirakan besarnya manfaat karena pengurangan biaya kecelakaan. Jika
kecelakaan meningkat dengan adanya peningkatan sarana dan pra sarana
transportasi,hal ini menjadi tambahan biaya atau bernilai manfaat negatif.
Manfaat Akibat Perkembangan Ekonomi Pada umumnya kegiatan transportasi
akan memberikan dampak terhadap kegiatan ekonomi suatu daerah. Besarnya
manfaat ini sangat bergantung pada elastisitas produksi terhadap biaya
angkutan. Tambahan output dari kegiatan produksi tersebut dengan adanya
jalan dikurangi dengan nilai sarana produksi merupakan benefit dari proyek
tersebut
Pentingnya peran sektor transportasi bagi kegiatan ekonomi mengharuskan
adanya sebuah sistem transportasi yang handal, efisien, dan efektif.
Transportasi yang efektif memiliki arti bahwa sistem transportasi yang
memenuhi kapasitas yang angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar moda
transportasi, tertib, teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan
biaya terjangkau secara ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti beban publik
sebagai pengguna jasa transportasi menjadi rendah dan memiliki utilitas yang
tinggi.
29
Menurut Sukarto (2006) penyelesaian masalah transportasi di perkotaan
merupakan interaksi antara transportasi, tata guna lahan (land use), populasi
penduduk dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah perkotaan. Sehingga
transportasi sangat berhubungan dengan adanya pembangkitan ekonomi di
suatu daerah perkotaan guna memacu perekonomian setempat, penciptaan
lapangan kerja, dan untuk mengerakan kembali suatu daerah.
Sebagai sarana transportasi publik, maka transportasi harus memenuhi kriteria
pelayanan publik. Menurut Dagun (2006) mengungkapkan bahwa transportasi
yang baik bagi pelayanan publik harus memenuhi tiga kriteria dasar, yaitu
kenyamanan, keamanan, dan kecepatan. Ketentuan pertama adalah
kenyamanan, yaitu aspek kenyamanan harus dapat dirasakan oleh penumpang
yang menggunakan jasa transportasi. Penumpang akan merasa nyaman di
dalam sarana transportasi bila pada sarana tersebut dilengkapi dengan
berbagai fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi penumpangnya.
Ketentuan kedua adalah keamanan, aspek rasa aman yang dirasakan oleh
penumpang selama mendapatkan pelayanan transportasi. Beberapa indikator
yang digunakan dalam mengukur rasa aman diantaranya adalah sistem
tertutup dimana sarana transportasi tidak mudah diakses oleh pihak lain yang
bukan penumpang. Ketentuan ketiga adalah kecepatan, yaitu ketentuan
terpenuhinya waktu sampai ke tempat tujuan dengan cepat dan atau tepat.
Ketentuan ini hanya dapat terpenuhi bila sarana transportasi didukung dengan
pra sarana yang khusus. Pada era globalisasi saat ini, muncul transportasi
30
berbasis online, transportasi berbasis daring (dalam jaringan) yang saat ini
diminati oleh publik dikarenakan kemudahan akses, efesien dan harga jasa
yang terjangkau (http://digilib.unila.ac.id/ diakses pada 17 Desember 2017).
Pelayanan yang diberikan oleh fasilitas transportasi diupayakan terlaksana
dengan sebaik-baiknya, dengan demikian pengembangan kegiatan pada sektor
lain akan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, sehingga produksi dan
produktivitasnya tercapai secara optimal. Pencapaian hasil dalam pelayanan
transportasi dan pengembangan kegiatan pada sektor lain harus dianalisis dan
dievaluasi kinerjanya atau karakteristik pelayanannya.
Karakteristik pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, meliputi :
a. Speed (lancar atau cepat).
b. Safety (selamat atau anam).
c. Capacity (memiliki kapasitas yang cukup tinggi).
d. Frequency (frekuensi atau beberapa kali pelayanan transportasi dilakukan
dalam jangka waktu tertentu, misalnya dalam tiap minggu, dan bulan).
e. Regularity (keteraturan dalam pelayanan transportasi).
f. Comprehensive (pelayanan transportasi dilaksanakan secara komprehensif
dari tempat asal sampai ke tempat tujuan).
g. Responsibility (tanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan
muatan).
h. Acceptable cost (biaya/tarif rendah) atau affordable price (harga
terjangkau barang dan penumpang).
31
i. Comfort atau convenience (nyaman).
Angkutan manusia (penumpang) meliputi karakteristik yang pertama sampai
dengan kesembilan, sedangkan untuk angkutan barang meliputi karakteristik
yang pertama sampai dengan kedelapan. Dengan memiliki karakteristik di
atas diharapkan sektor transportasi akan memberikan pelayanan pengangkutan
(manusia dan barang) pada sektor-sektor lain yang membutuhkan secara
efektif dan efisien, dengan demikian kinerja kegiatan pada sektor-sektor lain
akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan pendapatan per kapita, yang
merupakan indikator kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat meningkat berarti standar hidup masyarakat
bertambah baik. Oleh karena itu, sasaran pembangunan transportasi harus
ditetapkan secara jelas dan terarah, strategi kebijakan pembangunan
transportasi harus dirumuskan secara reliable (terjamin dari segi konseptual),
acceptable (diterima oleh para pelaku pembangunan), dan bersifat
implementable (dapat dilaksanakan). Selanjutnya, program pembangunan
transportasi harus diupayakan secara tepat, dalam artian tepat jenisnya, tepat
lokasinya, dan tepat kapasitasnya, dan dalam pelaksanaannya harus
diupayakan tercapainya tepat sasaran, tepat mutu, dan tepat waktu
(http://eprints.uny.ac.id/ diakses pada 17 Desember 2017).
32
2. Transportasi Publik
Berdasarkan Pasal 139 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan Angkutan Umum adalah
perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Angkutan adalah kegiatan
pemindahan orang dan/barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan sarana (kendaraan) kendaraan yang harus diperhatikan adalah
keseimbangan antara kapasitas moda angkutan dengan jumlah barang maupun
orang yang memerlukan angkutan. Penyediaan jasa pegangkutan umum
dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 140 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan menyebutkan bahwa pelayanan angkutan orang dengan
kendaraan bermotor umum terdiri atas angkutan orang dengan Kendaraan
Bermotor Umum dalam trayek; dan angkutan orang dengan Kendaraan
Bermotor Umum tidak dalam trayek. Jenis pelayanan angkutan Jenis
pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf a terdiri atas:
a. Angkutan lintas batas negara;
b. Angkutan antarkota antarprovinsi;
c. Angkutan antarkota dalam provinsi;
33
d. Angkutan perkotaan; atau
e. Angkutan perdesaan.
Angkutan umum adalah pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat
ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan bermotor yang disediakan
untuk dipergunakan untuk umum dengan dipungut bayaran. Angkutan pada
dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu
tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang
menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari
tempat asalnya ke tempat tujuannya dengan menggunakan sarana angkutan
berupa kendaraan. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang
adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air, dan
angkutan udara.
Sedangkan untuk melaksanakan operasionalisasi angkutan umum pemerintah
berkordinasi dengan perusahaan angkutan umum. Terlebih dahulu, perlu
diketahui arti perusahaan angkutan umum sebagaimana disebut dalam Pasal 1
angka 21 UU LLAJ dan Pasal 1 angka 13 PP 74/2014: Perusahaan Angkutan
Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa Angkutan orang dan/atau
barang dengan Kendaraan Bermotor Umum. Syarat utama adalah berbadan
hukum. Sebagai perusahaan angkutan umum, maka Perusahaan Angkutan
Umum yang menyelenggarakan angkutan orang dan/atau barang wajib
memiliki:
1. izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;
34
2. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/ atau
3. izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.
3. Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan yang selanjutnya
disebut Standar Pelayanan Minimal adalah persyaratan penyelenggaraan
angkutan massal berbasis jalan mengenai jenis dan mutu pelayanan yang
berhak diperoleh setiap pengguna jasa angkutan massal berbasis jalan secara
minimal. Angkutan Massal Berbasis Jalan adalah suatu sistem angkutan
umum yang menggunakan mobil bus dengan lajur khusus yang terproteksi
sehingga memungkinkan peningkatan kapasitas angkut yang bersifat massal
yang dioperasikan di kawasan perkotaan. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah mengatur mengenai Standar
Pelayanan Angkutan Orang (Pasal 141 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009)
yang mewajibkan perusahaan angkutan umum untuk memenuhi standar
pelayanan minimal yang meliputi: keamanan, keselamatan, kenyamanan,
keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Standar Pelayanan Minimal.
Penyelenggaraan angkutan massal berbasis jalan dilakukan di kawasan
perkotaan meliputi kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, dan kawasan
perkotaan besar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan kawasan perkotaan berupa:
a. kota sebagai daerah otonom;
b. bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan;
35
c. kawasan yang berada dalam bagian dari dua atau lebih daerah yang
berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan; atau d. kawasan aglomerasi
perkotaan.
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang
terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki
hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem. Kawasan metropolitan
adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang
berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di
sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan
dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah
penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
Kawasan perkotaan besar adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah
kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional
yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi
dengan jumlah penduduk antara 500.000 (lima ratus ribu) sampai dengan
1.000.000 (satu juta) jiwa.
Kawasan aglomerasi perkotaan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas
sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti
36
dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang
terintegrasi dan membentuk sebuah sistem. Penyelenggaraan Angkutan
Massal Berbasis Jalan harus didukung dengan:
a. mobil bus yang berkapasitas angkut massal;
b. lajur khusus;
c. trayek angkutan umum lain yang tidak berhimpitan dengan trayek angkutan
massal;
d. angkutan pengumpan.
Penyelenggaraan Angkutan Massal Berbasis Jalan harus memenuhi Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan. Standar ini merupakan
acuan bagi penyelenggara angkutan massal berbasis jalan dalam memberikan
pelayanan kepada pengguna jasa yang meliputi:
a. jenis pelayanan, yang meliputi:
1) keamanan;
2) keselamatan;
3) kenyamanan;
4) keterjangkauan;
5) kesetaraan;
6) keteraturan.
b. mutu pelayanan, yang meliputi: indikator dan nilai, ukuran atau jumlah.
Lebih detail mengenai Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal
Berbasis Jalan diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. PM. 10
37
Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal
Berbasis Jalan. Penyelenggaraan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang
sudah ada wajib menyesuaikan Standar Pelayanan Minimal sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. PM. 10 Tahun 2012
tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan
paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini berlaku.
4. Transportasi Berbasis Online
Beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami transformasi dalam hal
transportasi. Perkembangan teknologi yang semakin modern telah merambah
dunia transportasi di Indonesia. Hal ini terlihat dari bermunculannya model
transportasi berbasis online pada kota-kota besar di Indonesia. Pada saat ini,
masyarakat Indonesia sangatlah kecewa pada masalah transportasi yang
sangat padat dan tidak karuan.
Tingginya tingkat kemacetan dan polusi udara menjadi alasan utama
masyarakat enggan keluar rumah atau kantor. Padahal di sisi lain, mereka
harus gesit untuk memenuhi kebutuhan, misalnya untuk makan, mengirim
barang, atau membeli barang tertentu. Akibatnya, masyarakat mencari cara
praktis untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan tanpa harus keluar rumah
atau kantor, salah satunya dengan menggunakan jasa transportasi online. Jasa
transportasi berbasis online ini disebut juga dengan aplikasi ride sharing yang
kemunculannya di Indonesia mulai marak pada tahun 2014.
38
Berdasarkan Jurnal (Andika Wijaya, 2016) yang berjudul Aspek Hukum Bisnis
Transportasi Jalan Online, hal. 27, menyatakan bahwa awal kemunculannya
dimulai oleh aplikasi Uber yang mengusung Uber Taxi sebagai bisnis layanan
transportasi berbasis aplikasi online. Kemudian diikuti dengan kemunculan
Gojek, GrabBike, Grab Taxi, dan aplikasi berbasis online lainnya. Terkait
fenomena aplikasi berbasis online, dapat ketahui sebelum kemunculan dan
maraknya aplikasi seperti Gojek, GrabBike, GrabTaxi, maupun aplikasi
lainnya, kita telah mengenal terlebih dahulu Uber.
Selain itu, saat ini teknologi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam
aspek global karena dunia semakin cepat berubah kearah modernisasi
berbagai aspek, oleh karena itu setiap negara harus mampu bersaing dengan
pemanfaatan teknologi serta mengaplikasikannya di dalam aktivitas.
Berkaitan dengan hal ini, jasa transportasi berbasis aplikasi online merupakan
tuntutan persaingan yang mengharuskan peran teknologi di dalam
mempermudah mobilitas masyarakat. Beberapa contoh perusahaan jasa
transportasi berbasis aplikasi online di Indonesia yaitu :
a.Go-Jek Pada prinsipnya, aplikasi Go-Jek bekerja dengan mempertemukan
permintaan angkutan ojek dari penumpang dengan jasa tukang ojek yang
beroperasi di sekitar wilayah penumpang tersebut. Cukup dengan mengunduh
aplikasinya dari Google Play Store, maka kita bisa memesan jasa layanan
tersebut. Tarif angkutannya disesuaikan dengan jarak tempuh yang akan
39
dicapai. Selain jasa angkutan penumpang, ada juga layanan antar barang
(kurir) dan belanja.
b. Grab bike sama halnya dengan Go Jek, hanya saja layanan Grab bike belum
memiliki layanan antar barang atau belanja. Saat ini, Grab bike telah
beroperasi di 3 kota di kawasan Asia Tenggara yang mengalami persoalan
kemacetan, seperti Ho Chi Min City dan Hanoi di Vietnam, serta di Jakarta.
40
D. Kerangka Pikir
Transportasi ojek online di Kota Bandar Lampung semakin diminati oleh publik
dengan banyaknya publik yang lebih memilih jasa Ojek online. Keberadaan
transportasi ojek online di Bandar Lampung menjadi alternatif baru masyarakat
untuk mendapatkkan pelayanan transportasi yang efesien. Selain memberikan
service jasa angkutan yang menjanjikan, keberadaan transportasi ojek online
dianggap mempermudah aktivitas masyarakat. Akan tetapi keberadaannya
memicu permasalahan terhadap transportasi publik terutama Bus Rapid Trans.
Ojek online mengakibatkan menurunnya penggunaan jasa masyarakat terhadap
transportasi Bus Rapid Trans yang merupakan kebijakan transportasi resmi
pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara bersama Thanu sebagai Kasi Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
menyatakan bahwa beralihnya minat masyarakat menggunakan ojek online
membuat penggunaan jasa angkutan umum menurun. Akibatnya adalah terjadi
penurunan jumlah armada dan trayek perjalanan angkutan.
Permasalahan selanjutnya adalah permasalahan hukum. Ojek online sampai saat
ini tidak memiliki payung hukum oleh pemerintah. Legalitas yang mengatur
keberadaan ojek online hingga saat ini tidak ada. Undang-Undang Nomor 22
tahun 2009 tentang lalu lintas tidak memfasilitasi keberadaan motor sebagai
transportasi umum dan angkutan massa. Akibatnya adalah jaminan keselamatan
terhadap driver dan pengguna jasa terbilang rendah dan terlebih lagi kendaraan
beruapa motor rentan akan kecelakaan lalu lintas.
41
Terkait dengan permasalahan tersebut, peneliti menggunakan teori analisis
kebijakan William Dunn (2000) menitikberatkan pada prosedur: Perumusan
masalah (definisi) menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang
menimbulkan masalah kebijakan, Peramalan (prediksi) menyediakan informasi
mengenai konsekuensi di masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan,
Rekomendasi (preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan
relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah,
Pemantauan (deskripsi) menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang
dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan, Evaluasi, yang berisi
infromasi untuk menilai kebijakan.
42
Berikut ini adalah alur pikir peneliti yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1. Kerangka Pikir Analisis Kebijakan Transportasi di Kota
Bandar Lampung.
1.Masalah ojek online
menurunkan minat publik
terhadap transportasi publik
(BRT)
2.Masalah menurunnya
kualitas pelayanan transportasi
publik
Analisis kebijakan Menurut Willian Dunn (2000):
1. Definisi 4. Deskripsi
2. Prediksi 5. Evaluasi
3. Preskripsi
Analisis kebijakan transportasi
ojek online terhadap
menurunnya kualitas
pelayanan transportasi publik
BRT
Analisis Kesiapan
Kebijakan Pemerintah Kota
Bandar Lampung terhadap
Transportasi Ojek Online
1. Analisis kebijakan ojek online terhadap
kualitas pelayanan transportasi publik
2. Analisis Kesiapan Kebijakan Pemerintah
Kota Bandar Lampung terhadap Transportasi
Ojek Online
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan tipe penelitian kualitatif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang mendeskripsikan fenomena secara
terperinci. Alasan memilih pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu:
pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah
data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Alasan yang kedua,
pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji
dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan
dari latar belakang alamiah.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, artinya penelitian
difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan kemudian dipahami secara
mendalam. Metode ini dilakukan secara intensif, terperinci terhadap suatu
organisasi atau fenomena tertentu.
44
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menganalisis kebijakan ojek online terhadap kualitas
pelayanan transportasi BRT dan Menganalisis Kesiapan Kebijakan Pemerintah
Kota Bandar Lampung terhadap Transportasi Ojek Online. Peneliti menggunakan
teori analisis kebijakan William Dunn (2000) dengan menitikberatkan pada lima
prosedur dalam menganalisis permasalahan tersebut yaitu:
a. Perumusan masalah (definisi) menghasilkan informasi mengenai kondisi-
kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan, menemukan masalah-
masalah tersembunyi serta mendiagnosa penyebabnya.
b. Peramalan (prediksi) menyediakan informasi mengenai konsekuensi di
masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan serta memprediksi
akibat yang akan ditimbulkan
c. Rekomendasi (preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau
kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan
masalah.
d. Pemantauan (deskripsi), menghasilkan informasi tentang implentasi
kebijakan, menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat-akibat yang tidak
diingikan dari kebijakan
e. Evaluasi, yang mempunyai nama sama dengan yang dipakai dalam bahasa
sehari-hari, menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari
konsekuensi pemecahan masalah.
45
C. Informan
Informan merupakan orang yang memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Informan ditentukan melalui sebuah teknik penentuan yang
dipilih berdasarkan pertimbangan tingkat kepentingan dan status. Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan informan. Menurut
Sugiyono (2012:85), purvosive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Alasan pemilihan sampel dengan menggunkan purposive
sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria sesuai dengan yang
telah peneliti tentukan. Oleh karena itu, sampel yang dipilih sengaja ditentukan
berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti untuk
mendapatkan sampel yang representatif.
Tabel 1.2 Informan Penelitian
No Kelompok Kriteria Nama
1. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Nirma Thano, S.Si.T, MM
Irman Saputra, S.Si.T, MT
2. BRT Anton Saputra
Sumber: diolah oleh peneliti, 2019
D. Jenis Data
Penelitian ini memerlukan sumber data yang sesuai dengan penelitian. Sumber
data merupakan natural setting dalam memberikan data dan informasi yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti menentukan sumber data yang terdiri
dari orang dan benda. Orang dalam hal ini sebagai informan sedangkan benda
46
merupakan sumber data dalam bentuk dokumen seperti artikel, koran dan lain-
lain.
Menurut Sugiyono (2012:225) sumber data dikelompokkan menjadi dua, yakni
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah
sumber data yang langsung berasal dari informan dengan tujuan memberikan
data yang akurat kepada peneliti. Sumber data sekunder adalah data yang
diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Berikut ini adalah data primer
penelitian:
1.3 Data Primer Penelitian
No Nama informan Pekerjaan/ Jabatan
1. Nirma Thano, S.Si.T, MM Seksi Manajemen dan Rekayasa Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung
2. Irman Saputra, S.Si.T, MT Seksi Angkutan Orang Dinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung
3. Anton Saputra Kabag Operasional PT. BRT
Data sekunder pada penelitian ini adalah dokumen berupa Undang-undang,
pemberitaan media online antara lain: gojekid.blogspot.com, grab.com,
telkomuniversity.ac.id, tribunlampung.co.id, kelilinglampung.net, jawapos.com,
lampung.tribunnews.com.
47
E. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti telah menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan
dokumentasi, sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik wawancara yaitu teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan
sistem Tanya-jawab antara peneliti dengan informan yang dianggap layak
atau relevan dalam penelitian ini. Maksud dari mengadakan wawancara
anatara lain: mengkonstruksikan orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan dan lain-lain. Wawancara dalam penelitian ini
dilakukan untuk memporelah data dari informan terkait dengan fokus
penelitian, sehingga sasaran yang akan diwawancarai adalah pihak-pihak
yang terkait dengan permasalahan yang dijadikan sumber data.
Proses wawancara dilakukan dengan wawancara secara terstruktur, yaitu
peneliti memberikan batasan pertanyaan terhadap informan dengan
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis, sehingga proses
wawancara tidak menyimpang dari fokus penelitian. Peneliti menggunakan
wawancara semi terstruktur, artinya proses wawancara lebih terbuka dengan
meminta pendapat atau gagasan narasumber terkait permasalahan sehingga
peneliti dapat menemukan data yang lebih mendalam dengan mencatat dan
mendengarkan keterangan dari informan.
48
2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif
yang sudah lama digunakan. Studi dokumentasi yaitu dokumen sebagai
sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan
meramalkan. Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan sumber-
sumber data tertulis sebagai penguat data yang diperoleh dari informan.
Teknik pengumpulan data dengan studi dokumentsi, peneliti mengumpulkan
data melalui dokumen, sebagai pelengkap data tertulis yang diperoleh
melalui wawancara.
Sumber data tertulis pada penelitian ini yaitu Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan,. Sumber data tertulis
lainnya yaitu Skripsi (Muharany, 2017) yang berjudul Pra Transformasi
Sistem Transportasi Publik: studi pada penyelenggaraan angkutan sewa
khusus berbasis aplikasi, Jurnal (Habibah, 2016) yang berjudul Aspek
Hukum yang Timbul dari Kegiatan Usaha Ojek Berbasis Aplikasi atau
Online.
3. Observasi yaitu suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung
dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti.
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan
mengenai objek penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.
49
F. Teknik Pengolahan Data
Peneliti telah memperoleh sejumlah data dari lapangan, sehingga peneliti dituntut
untuk melakukan pengolahan data yang telah terkumpul tersebut. Adapun
kegiatan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Editing data
Editing data merupakan sebuah proses yang bertujuan agar data yang
dikumpulkan dapat memberikan kejelasan, mudah dibaca, konsisten dan
lengkap. Dalam tahap ini, data yang dianggap tidak bernilai ataupun tidak
relevan harus disingkirkan. Hasil wawancara bersama informan di Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung, PT Bus Rapt Trans yang tidak relevan
dengan data yang dinginkan peneliti harus dibuang.
Peneliti melakukan kegiatan memilih hasil wawancara yang relevan, data
yang relevan dengan fokus penelitian akan dilakukan pengolahan kata dalam
bentuk bahasa yang lebih baik sesuai dengan kaidah sebenarnya. data yang
telah diolah menjadi rangkaian bahasa kemudian dikorelasikan dengan data
yang lain sehingga memiliki keterkaitan informasi. Proses selanjutnya adalah
peneliti memeriksa kembali semua data untuk meminimalisir data yang tidak
sesuai.
2. Interpretasi
Interpretasi data digunakan untuk mencari makna dan hasil penelitian
dengan jalan tidak hanya menjelaskan atau menganalisis data yang
diperoleh, tetapi data diinterprestasikan untuk kemudian mendapatkan
50
kesimpulan sebagai hasil penelitian. Peneliti memberikan penjabaran dari
berbagai data yang telah melewati proses editing sesuai dengan fokus
penelitian. Pelaksanaan interpretasi dilakukan dengan memberikan
penjelasan berupa kalimat bersifat narasi dan deskriptif. Data yang telah
memiliki makna akan dilakukan kegiatan analisis data berdasarkan hasil
wawancara dan studi dokumentasi.
G. Teknik Analisis Data
Data harus bermakna jika ditafsirkan atau dianalisis pada konsteksnya, oleh
karena itu data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi perlu dianalisis secara akurat dan seksama. Moleong (2001:190)
mengatakan bahwa abstraksi merupakan usaha untuk membuat rangkuman yang
inti, proses dan pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, dirangkum dan difokuskan pada hal-hal yang
penting.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga alur
kegiatan, yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data dilakukan dengan memfokuskan hasil penelitian pada hal
yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk
mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil
51
catatan lapangan dengan cara merangkum dan mengklasifikasikan sesuai
masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti.
2. Display data
Display data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan
gambaran penelitian secara menyeluruh. Penyajian data yang disusun secara
singkat, jelas, terperinci, dan menyeluruh akan lebih memudahkan dalam
memahami gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara
keseluruhan maupun secara parsial. Hasil reduksi data disusun dan disajikan
dalam bentuk teks narasi-deskriptif.
Peneliti melakukan pengumpulan data yang telah melalui reduksi untuk
menggambar kejadian yang terjadi pada saat dilapangan. Catatan-catatan
penting di lapangan, kemudian disajikan dalam bentuk teks deskriptif untuk
mempermudah pembaca memahami secara praktis. Kegiatan lanjutan
peneliti pada display data ialah data yang didapat disajikan dalam bentuk
table dengan tujuan untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam
bentuk yang padu.
3. Verifikasi data
Verifikasi Merupakan tahap terakhir dalam menganalisis data. Data diuji
keabsahannya melalui validitas internal yaitu aspek kebenaran, validitas
eksternal yaitu penerapan, reliabilitas yaitu konsistensi dan obyektifitas.
Data yang sudah teruji kemudian dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulan
52
merupakan tahap mencari arti, makna dan menjelaskan yang disusun secara
singkat agar mudah dipahami sesuai tujuan penelitian.
Kegiatan peneliti dalam verifikasi data adalah melakukan penggunaan
penulisan yang tepat dan padu sesuai data yang telah mengalami proses
display data. Peneliti melakukan peninjaun terhadap catatan-catatan
lapangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang ada dianalisis
dengan menggunakan pendekatan teori untuk menjawab tujuan penelitian.
Proses reduksi data dan display data telah dilakukan, Peneliti menarik
kesimpulan bahwa kebijakan ojek online belum mampu memaksimalkan
kualitas pelayanan transportasi, hal ini disebabkan karena menurunnya
armada dan trayek BRT.
H. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah cara menyelaraskan antara data yang dilaporkan
peneliti dengan data yang terjadi pada obyek penelitian. Teknik keabsahan data
dilakukan untuk mendapatkan data yang valid. Penelitian ini menggunakan
teknik keabsahan data dengan cara uji kredibilitas melalui proses Triangulasi.
Teknik triangulasi merupakan proses membandingkan dan mengecek tingkat
kepercayaan informasi melalui proses wawancara dan studi dokumentasi. Hasil
wawancara dan studi dokumentasi dikumpulkan berdasarkan derajat kesamaan
informasi, sehingga data yang diperoleh memiliki keselarasan dan kepercayaan
yang sesuai.
53
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah
teknik menguji data dan informasi dengan cara mencari data yang sama dengan
informan satu dan lainnya. Data dari informan telah dikompilasikan dengan hasil
dokumentasi yang memiliki kesamaan informasi. Teknik triangulasi sumber
bertujuan untuk memperoleh data yang sama dan memiliki tingkat validitas yang
tinggi
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kebijakan Transportasi ojek online mengakibatkan buruknya kualitas
pelayanan transportasi publik. Kualitas pelayanan transportasi publik menjadi
buruk dikarenakan berkurangnya armada dan trayek bus rapid trans. Bus
rapid trans semakin menyusut sebagai akibat dari masyarakat yang lebih
memilih menggunakan transportasi ojek online. Sedangkan, ojek online yang
sudah beroperasional tidak memiliki aturan hukum yang jelas. Tidak adanya
legalitas yang mengatur operasional ojek online, mengakibatkan tidak adanya
jaminan keselamatan terhadap penumpang maupun driver ojek online dari
pemerintah.
2. Pemerintah tidak siap dengan adanya kebijakan transportasi ojek online di
Kota Bandar Lampung yang mengakibatkan Bus Rapid Trans sulit
beroperasional. Berkurangnya armada dan trayek BRT mengakibatkan
masyarakat sulit untuk memperoleh akses layanan transportasi umum secara
maksimal.
94
B. Saran
Saran pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Perlu adanya aturan pembatasan jumlah driver ojek online dan peremajaan
armada untuk memaksimalkan kembali operasional Bus Rapit Trans.
2. Perlu adanya jaminan keselamatan jiwa terhadap driver dan penumpang ojek
online.
3. Perlu adanya aturan jaringan trayek yang jelas untuk Bus Rapid Trans, Bus
Bersubsidi dalam program Feeder untuk memaksimalkan operasional Bus
Rapid Trans.
4. Perlu adanya kebijakan pemerintah menaikkan pajak kendaraan bermotor
untuk menekan daya beli masyarakat agar memilih menggunakan transportasi
publik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agustino, Leo, 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Booth, D. (ed.) (1995) Rethinking Social Development: Theory, Research and
Practice. Centre for Developing Area Studies, University of Hull..
Dagun, 2006. Busway: Terobosan Penanganan Transportasi di Jakarta. Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
Dunn, William N, (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Islamy, 2000. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Bumi Aksara,
Jakarta.
Moleong, J. Lexy. 2001. Metodelogi Peneleitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nugroho, Riant, 2008. Public Policy: Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan,
Manajemen Kebijakan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Nurbaiti, 2009. Hukum Pengankutan Darat. Jakarta. Universitas Trisakti
Ramdlon, Naning, 1990. Menggairahkan kesadaran Hukum Masyarakat Dan
Disiplin Penegak Hukum Dalam Lalu Lintas. Bina ilmu. Surabaya.
Salim, Abbas.(2016). Manajemen Transportasi. PT Raja Grafindo Persada :
Jakarta.
Santoso, Pandji, 2009. Administrasi Publik-Teori dan Aplikasi Good Governance.
Bandung.
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik (konsep. Teori dan aplikasi). Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Sukarto, Haryono, 2006. Transportasi Perkotaan dan Lingkungan. Bandung.
Wahab, 2008.Analisis Kebijaksanaa: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta.
Tesis/Skripsi dan Jurnal
Bintari, 2016. Formulasi Kebijakan Pemerintah Tentang Pembentukan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) Mass Rapid
Transit (MRT) Jakarta Di Provinsi Dki Jakarta. Cosmogov Jurnal Ilmu
Pemerintahan, Vol. II, No. 2.
Habibah, 2016. Aspek Hukum yang Timbul dari Kegiatan Usaha Ojek Berbasis
Aplikasi atau Online. Tesis. Fakultas Hukum Universitas Pasundan
Hardi, 2018. Perlindungan Hukum terhadap Penumpang Jasa angkutan Ojek
online di Bandar Lampung. Pactum Law Journal, Vol 2, No. 1
Muharany, 2017. Pra Transformasi Sistem Transportasi Publik: Studi pada
Penyelenggaraan angkutan Sewa Khusus Berbasis aplikasi. Skripsi.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
Ramdhani, 2017. Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik. Jurnal Ilmiah
Bidang Administrasi Negara, Vol. XI, No. 1.
Dokumen
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
Badan Pusat Statistika Provinsi Lampung.
Survei Com Score, diakses pada 27 November 2017
Press Release Aktivis Pro Demokrasi, diaksespada 1 Februari 2018 pada pukul
22:07 WIB
http://digilib.unila.ac.id/diakses pada 17 Desember 2017
http://eprints.uny.ac.id/diakses pada 17 Desember 2017
http://lampung.tribunnews.com edisi 15 Oktober 2017 diakses 5 Januari 2019
pukul 13:22 WIB.
http://lampung.tribunnews.com edisi 15 Oktober 2017 diakses 5 Januari 2019
pukul 13:22 WIB.
https://lampung.tribunnews.com/2018/09/01/ini-penyebab-angkutan-massal-brt-
menghilang-dari-jalan-protokol-bandar-lampung diakses pada 5 Mei
2019.
https://kelilinglampung.net/2019/03/bus-trans-bandar-lampung/ diakses pada 5
Mei 2019.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3376921/ini-alasan-masyarakat-lebih-pilih-
ojek-dan-taksi-online, diaskses pada 6 Mei 2019.
https://oto.detik.com/motor/d-3969797/ojek-online-juga-bahaya-kalau-dilegalkan-
jadi-angkutan-umum, diakses pada 7 Mei 2019.
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/12777373-pengaruh
kualitas-pelayanan-terhadap-kepuasan-pelanggan, diakses pada tanggal
25 Mei 2019.
https://www.grab.com, diakses pada tanggal 25 Mei 2019.
http://gojekid.blogspot.com/2016/09/profil-perusahaan-gojek, diakses pada
tanggal 25 Mei 2019.
https://money.kompas.com/read/2015/07/01/223800926/GoJek.Startup.Lokal.den
gan.Pertumbuhan.Nomor.Satu, diakses pada tanggal 25 Mei 2019.