analisis kepatuhan masyarakat dalam membayar …repository.fisip-untirta.ac.id/870/1/analisis...
TRANSCRIPT
ANALISIS KEPATUHAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI
KELURAHAN KADOMAS KABUPATEN PANDEGLANG
TAHUN 2014 - 2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penilitian Pada Konsentrasi Manajemen
Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
MAYANGSARI
6661112293
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
“SUCCESS IS THE ABILITY TO GO FROM ONE
FAILURE TO ANOTHER WITH NO LOSS OF
ENTHUSIASM”
(Sir Winston Churchill, Great Britain Prime Minister on World War II)
“Kesuksesan adalah kemampuan untuk beranjak dari suatu kegagalan ke
kegagalan yang lain tanpa kehilangan keinginan untuk berhasil”
...Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku tercinta yang tidak pernah
lelah memberikan doa dan dukungan serta adikku dan tak lupa untuk teman-teman
yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan doanya...
ABSTRAK
Mayangsari, NIM 6661112293, Analisis Kepatuhan Masyarakat dalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Kelurahan
Kadomas Kabupaten Pandeglang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang
2016. Pembimbing I Rahmawati, S.Sos, M.Si, Pembimbing II Deden M Haris,
S.Sos, M.Si.s
Kata Kunci : Kepatuhan Wajib Pajak, PBB-P2
Fokus penelitian ini adalah Kepatuhan Masyarakat dalam Membayar Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
kepatuhan masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang, dan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan masyarakat dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif. Obyek penelitian adalah wajib
pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang. Sementara obyek sekunder adalah aparat dispenda, aparat
kelurahan, para Ketua RT, ketua RW dan wajib pajak. variabel dalam penelitian
kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan. Sedangkan indikator penelitian adalah Aspek yuridis, Aspek
psikologis, dan Aspek Sosiologis. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, studi kepustakaan, dan observasi. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif model
interaktif dari Miles dan Hubberman. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
kepatuhan masyarakat kelurahan kadomas dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) masih belum optimal. Hal ini
dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang akan pentingnya membayar PBB-P2 sebagai bentuk
kewajiban kepada Negara. Sedangkan saran yang dapat disampaikan untuk
penelitian tentang kepatuhan masyarakat membayar PBB-P2 di kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang yaitu agar lebih giatnya aparat keluarahan
ataupun dispenda dalam melakukan penagihan dan lebih giatnya memberikan
penyuluhan mengenai membayar PBB-P2 sebagai bentuk kewajiban wajib pajak.
ABSTRACT
Mayangsari, NIM 6661112293, Public Compliance Analysis In Paying Of The
Tax On Land And Building Rural And Urban In The Village Kadomas
Pandeglang District. Study Program of Public Administration, Faculty of Social
and Political, University of Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, 2016. Advisor I
Rahmawati, S.Sos, M.Si, Advisor II Deden M Haris, S.Sos, M.Si.s
Keywords: Taxpayer Compliance, Land And Building Tax In Rural And Urban
(PBB-P2)
The focus of this research is the public compliance in paying tax on land and
building Rural and Urban in the Village Kadomas Pandeglang District. The
purpose of this research is to know how much the public compliance in paying tax
on land and building Rural and Urban (PBB-P2) in the Village of Kadomas
Pandeglang District, and to know the factors affecting the public compliance in
paying tax on land and building Rural and Urban (PBB-P2). This research is
using qualitative approach. The object of research is the Taxpayer Land and
Building Rural and Urban in the Village of Kadomas Pandeglang District. While
the secondary object is Department Of Local Revenue (Dispenda) officials,
Village officials, the head of the neighborhood association, the head of the pillars
of the citizens and taxpayers. The variables in the research is the public
compliance in paying tax on land and building Rural and Urban. While indicators
of the research is the juridical aspect, psychological aspect, and Sociological
Aspects. Techniques of collecting data using interviews, literature studies, and
observations. Data analysis techniques used in this research was qualitative data
analysis interactive model by Miles and Hubbermanr. Result of the research can
be concluded that public compliance Kadomas Village on paying land and
building tax Rural and Urban (PBB-P2) is still not optimal. This is because the
lack of public awareness of Village Kadomas at Pandeglang District for the
importance of paying tax on land and building Rural and Urban (PBB-P2) as a
form of responsibility to the State. Meanwhile suggestion which can be submitted
to the research about the public compliance to paying tax land and building Rural
and Urban (PBB-P2) in the Village Kadomas Pandeglang District is to be more
active Village officials or Department Of Local Revenue (Dispenda) in collecting
the taxes and more active to provide counseling regarding paying tax on land and
building Rural and Urban (PBB-P2) as a form of taxpayer liabilities.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Alhamdulilah, Puji syukur yang tak terhingga selalu kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan cinta-Nya yang telah
diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga juga para
sahabat. Dan atas berkat, rahmat, karunia, serta ridha-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan penelitian skripsi ini.
Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis buat dan sampaikan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial pada
Program Studi Ilmu Administrasi Negara dengan “Analisis Kepatuhan
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang”.
Proses pengerjaan penelitian ini tentunya tidak lepas dari bantuan banyak
pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan
ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tuaku tercinta yang tek henti selalu memberikan do’a, kasih
sayang, serta dukungan dan motivasi dalam pengerjaan penelitian skripsi ini yang
tak pernah ada habisnya.
Pada kesempatan ini juga suatu kebanggan bagi penulis ucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya untuk berbagai pihak yang telah membantu
dan mendukung, peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
ix
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd, Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman, S Ikom., M.Ikom Selaku Wakil Dekan II
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si Sebagai Pembantu Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
6. Ibu Listiyaningsih, S.Sos., M.Si Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Bapak Riswandi, Ph.D Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
8. Ibu Arenawati, S.Sos., M.Si Dosen Pembimbing Akademik Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
x
9. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses
pembuatan Skripsi.
10. Bapak Deden M Haris, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses
pembuatan Skripsi.
11. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dosen Penguji seminar dan sidang
skripsi yang telah memberikan motivasi dan masukan yang sangat
bermanfaat.
12. Seluruh Dosen dan seluruh Staf Tata Usaha Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
13. Bapak Andry Effendy, ST selaku Kasi Penagihan & Keberatan PBB-P2
dan BPHTB di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang, terima
kasih atas bantuannya yang telah banyak memberikan informasi mengenai
permasalahan penelitian.
14. Bapak Tb. Saepul Bahri, selaku Lurah Kadomas di Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang, yang memberikan data dan informasi yang
dibutuhkan selama wawancara dalam mencari data yang dibutuhkan
peneliti.
15. Seluruh pegawai di Kantor Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
yang telah membantu dalam proses penelitian.
16. Seluruh warga Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang yang telah
membantu dalam memberikan informasi dalam proses pencarian data.
xi
17. Terima kasih kepada kedua orang tua ku yang dengan sabar menghadapi
ku, mendidik dan mendoakan yang terbaik bagi anakmu, atas
dukungannya baik moril maupun materi.
18. Terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan, teman-teman di kelas,
baik Reguler ataupun Non Reguler ANE angkatan 2011 yang telah
mengajarkan banyak hal dan saling berbagi cerita semasa kuliah.
19. Semua pihak yang ikut membantu dalam proses penyusunan skripsi yang
tidak dapat disebut satu-persatu.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini
masih terdapat kekurangan, baik materis maupun dalam bentuk penyajiannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif guna
membangun kemajuan yang lebih baik lagi terhadap penelitian skripsi ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Wassalam’mualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu.
Serang, Januari 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN SKIRPSI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang ........................................................................................... 1
I.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 14
I.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 15
I.4 Rumusan Masalah ................................................................................... 15
I.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 15
I.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 16
I.7 Sistematika Penulisan .............................................................................. 17
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI
DASAR
xiii
2.1 Deskripsi Teori ....................................................................................... 23
2.2 Pengertian Kepatuhan Pajak ................................................................... 23
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pajak .................. 27
2.2.2 Proses Kepatuhan Wajib Pajak ..................................................... 31
2.2.3 Ketidakpatuhan Pajak ................................................................... 32
2.2.4 Ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan .. 35
2.2.5 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak .................................................. 35
2.3 Konsep Pajak .......................................................................................... 37
2.3.1 Definisi Pajak ............................................................................... 38
2.3.2 Fungsi Pajak ................................................................................. 40
2.3.3 Syarat Pemungutan Pajak ............................................................. 42
2.3.4 Asas-Asas Pemungutan Pajak ...................................................... 43
2.3.5 Sistem Pemungutan Pajak ............................................................ 45
2.3.6 Pengelompokan Pajak................................................................... 47
2.3.7 Tata Cara Pemungutan Pajak ........................................................ 48
2.3.8 Hambatan Pemungutan Pajak ....................................................... 49
2.3.9 Hambatan dan Hapusnya Utang Pajak ......................................... 50
2.4 Pajak Daerah ........................................................................................... 50
2.4.1 Pajak Bumi dan Bangunan ........................................................... 53
2.4.2 Obyek Pajak Bumi dan Bangunan ................................................ 54
2.4.3 Pengecualian Obyek Pajak Bumi dan Bangunan ......................... 55
xiv
2.4.4 Subyek Pajak Bumi dan Bangunan .............................................. 55
2.4.5 Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ............................... 56
2.4.6 Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak .................................... 56
2.4.7 Dasar Pemghitungan PBB ............................................................ 56
2.4.8 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Bumi dan
Bangunan...................................................................................... 57
2.4.9 Sanksi Pajak Bumi dan Bangunan ................................................ 57
2.4.10 Penagihan Pajak Terhutang dengan Surat Paksa ........................ 59
2.4.11 Dasar Hukum .............................................................................. 60
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 60
2.3 Kerangka Berfikir ................................................................................... 62
2.4 Asumsi Dasar .......................................................................................... 66
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 67
3.2 Fokus Penelitian ..................................................................................... 68
3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................... 69
3.4 Fenomena yang diamati .......................................................................... 70
3.4.1 Definisi Konsep ............................................................................ 70
3.4.2 Definisi Operasional ..................................................................... 71
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 72
3.6 Informen Penelitian ................................................................................ 73
xv
3.7 Teknis Penolahan Data dan Analisis Data .............................................. 76
3.7.1 Teknik Pengolahan Data ............................................................... 76
3.7.2 Teknik Analisis Data .................................................................... 82
3.7.2.1 Sumber Data ..................................................................... 85
3.7.2.2 Uji Keabsahan Data.......................................................... 86
3.8 Jadwal Penelitian .................................................................................... 88
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .................................................................... 89
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang ................................... 89
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah .............................. 89
4.1.2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi DISPENDA ...... 89
4.1.2.2 Kedudukan ....................................................................... 90
4.1.2.3 Tugas Pokok ..................................................................... 90
4.1.2.4 Fungsi ............................................................................... 90
4.1.2.5 Rincian Tugas................................................................... 91
4.1.2.6 Struktur Organisasi........................................................... 94
4.1.2.7 Sumber Daya DISPENDA Kabupaten Pandeglang ......... 95
4.1.2.8 Kondisi Sarana dan Prasarana yang digunakan ............... 95
4.1.2.9 Target dan Realisasi Pendapatan ...................................... 97
4.1.2.10 Visi dan Misi .................................................................. 97
4.1.3 Gambaran Umum Kelurahan Kadomas ........................................ 98
xvi
4.1.3.1 Permasalahan dan Potensi Kelurahan Kadomas ............ 100
4.1.3.2 Tugas dan Fungsi Aparat Kelurahan Kadomas .............. 101
4.1.3.3 Kelompok Jabatan Fungsional ....................................... 102
4.1.3.4 Visi dan Misi Kelurahan Kadomas ................................ 104
4.2 Deskripsi Data ...................................................................................... 104
4.2.1 Data Informan Penelitian ........................................................... 106
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................... 108
4.3.1 Aspek Yuridis ............................................................................. 109
4.3.2 Aspek Psikologis ........................................................................ 117
4.3.3 Aspek Sosiologis ........................................................................ 124
4.4 Pembahasan .......................................................................................... 128
4.4.1 Aspek Yuridis ............................................................................. 129
4.4.2 Aspek Psikologis ........................................................................ 131
4.4.3 Aspek Sosiologis ........................................................................ 132
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 138
5.2 Saran ..................................................................................................... 138
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 142
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun
Anggaran 2015
Tabel 1.2 Rekapitulasi Laporan Realisasi PBB-P2 Per Kecamatan Tahun Pajak
2015 Per 31 Desember 2015
Tabel 1.3 Realisasi Penerimaan PBB-P2 Perkelurahan Kabupaten Pandeglang
Tahun Anggaran 2014-2015
Tabel 1.4 Evaluasi Penerimaan PBB-P2 Kelurahan Kadomas Kecamatan
Pandeglang Kabupaten Pandeglang Tahun Anggaran 2014-2015
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
Tabel 3.2 Informan Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Kadomas
Tabel 4.2 Jumlah Pegawai di Kantor Kelurahan Kadomas Tahun 2016
Tabel 4.3 Kodefikasi Informan Penelitian
Tabel 4.4 Ringkasan Pembahasan
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Berfikir
Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian Untuk Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Pandeglang.
2. Surat Izin Rekomendasi Penelitian Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Pandeglang.
3. Surat Izin Penelitian Untuk Kantor Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang.
4. Surat Pernyataan.
5. Member Check.
6. Dokumentasi.
7. Curriculum Vitae.
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945. Tujuan utamanya adalah untuk melaksanakan pembangunan nasional.
Maksudnya adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan
berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh pembayaran pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi
pembangunan yang diharapkan di dalamnya pemenuhannya diberikan secara
sukarela.
Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem
perpajakan Indonesia menganut sistem Self Asessment di mana dalam prosesnya
secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung,
membayar dan melapor kewajibannya. Kewajiban dan hak perpajakan menurut
Safri Nurmantu di atas dibagi ke dalam dua kepatuhan meliputi kepatuhan formal
dan kepatuhan material.
Kepatuhan formal dan material ini lebih jelasnya diidentifikasi kembali
dalam keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK/.04/2000. Menurut keputusan
Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000. Kepatuhan wajib pajak dapat
diidentifikasi dari :
2
“Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2
tahun terakhir, tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak, tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir,
dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal
terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada
pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang
paling banyak 5%. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun
terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian, atau pendapat dengan
pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal”.
Menurut Safri Nurmanto dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) mengatakan
bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya.
Era otonomi saat ini, menuntut daerahnya untuk berkreasi dalam mencari
sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah, dalam
rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikian
pemerintah daerah tidak hanya dituntut untuk mampu menyelenggarakan
pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat akan tetapi secara finansial
mampu untuk segala kebutuhannya. Penyelenggaraan otonomi daerah perlu
menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan
dan keadilan, dan akuntabilitas serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman
daerah. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mengatur
tentang pemerintah daerah yaitu undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang
pemerintah daerah.
3
Sejak di berlakukannya Undang-undang tersebut, maka pemerintah daerah
adalah penyelenggara urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah, menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam sistem dan prinsip negara kesatuan
republik indonesia. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem negara kesatuan republik
indonesia. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Daerah otonom diharuskan untuk semaksimal mungkin membiayai rumah
tangganya sendiri dari potensi-potensi ekonominya yang terangkum dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meliputi Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah.Dalam pembiayaan pembangunan suatu daerah,
pemerintahan daerah membutuhkan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan
daerah. Dengan adanya pemberian otonomi daerah kepada pemerintah daerah dan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan lebih banyak
kewenangan kepada daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahan dan untuk
4
mengatur sumber-sumber penerimaan daerah sebagai wujud pelaksanaan otonomi
daerah.
Pemerintah daerah harus mampu mengembangkan dan memaksimalkan
segala sumber daya yang tersedia, guna membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah. Ada banyak sumber pendapatan daerah, namun
dari berbagai alternatif penerimaan daerah, salah satu upaya yang dilakukan
pemerintahan daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah adalah dengan
memberlakukannya pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah merupakan
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Setiap daerah diberikan jenis sumber pendapatan
yang sama, akan tetapi tidak berarti setiap daerah memiliki jumlah pendapatan
yang sama dalam membiayai kewenangannya. Pendapatan daerah tergantung pada
kondisi yang dimiliki oleh setiap daerah, misalnya jumlah penduduk, luas
wilayah, kekayaan daerah, dan tingkat pertumbuhan ekonomi di setiap daerah.
Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan
retribusi daerah telah mengakibatkan pemungutan berbagai jenis pajak dan
retribusi daerah yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Pemungutan ini harus dapat di pahami oleh masyarakat sebagai sumber
penerimaan yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan undang-undang yang
mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah yaitu undang-undang No.28
5
Tahun 2009, undang-undang ini menjadi landasan hukum dalam pemungutan
pajak dan retribusi daerah yang kemudian memberikan kewenangan kepada
daerah untuk memungut atau tidak memungut suatu jenis pajak atau retribusi pada
daerahnya.
Setelah diundangkannya Undang-Undang tersebut, diputuskan bahwa
Pajak Bumi dan Bangunan diserahkan sepenuhnya kepada daerah menjadi salah
satu jenis Pajak Daerah. Undang- undang tersebut mulai berlaku secara efektif
pada tanggal 1 Januari 2010, sedangkan untuk peralihan PBB-P2 ke daerah diberi
tenggang waktu paling lama tanggal 1 Januari 2014. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 1 tahun 2011 tentang Pajak Daerah, bahwa
terdapat jenis-jenis Pajak Daerah di Kabupaten Pandeglang yaitu Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Parkir, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Mineral
Bukan Logam, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dan
BPHTB. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang
merupakan pajak atas bumi dan/atau bangunan kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) memiliki kontribusi yang
cukup signifikan terhadap perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Pandeglang.
Dengan adanya pelimpahan wewenang tersebut pemerintah daerah
berusaha membuat kebijakan-kebijakan untuk mencapai target yang ditetapkan
pemerintah pusat kepada masing-masing pemerintah daerah. Kebijakan yang
6
ditetapkan pemerintah daerah antara lain adalah menetapkan target-target yang
harus dicapai oleh daerah di tingkat bawahnya, sampai dengan tingkat kelurahan.
Dimana pemungutan di tingkat kelurahan merupakan ujung tombak dari kegiatan
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
secara keseluruhan, karena di tingkat kelurahan para petugas pemungut akan
berhadapan langsung dengan masyarakat wajib pajak dan untuk itulah perananan
kepala daerah sangat dituntut keaktifannya dalam hal pemungutan pajak ini. Bagi
seorang kepala daerah perlu menetapkan data base, di mana saat daerah masing-
masing berada kemudiam dilakukan evaluasi bersama apa terjadi kemajuan atau
tidak. Berkenaan dengan itu, perlu adanya suatu pengakuan dan keberanian untuk
mengakui adanya kemunduran atau kemajuan untuk segera melakukan
penyesuaian-penyesuaian yang lebih strategis, konstruktif, dan progresif.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebagai
salah satu komponen yang mendukung dan perimbangan mempunyai pengaruh
terhadap besarnya bagian dana perimbangan yang akan diterima oleh daerah
penghasilan. Oleh karena itu PBB-P2 perlu mendapat perhatian yang serius dan
pemerintah daerah dalam hal penangannya, sehingga nantinya akan dapat
memberikan sumbangan yang besar pada Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Mengingat pentingnya sumbangan yang diberikan oleh penerimaan PBB-P2 bagi
pembiayaan pembangunan, maka pemungutan PBB-P2 harus dilakukan secara
efektif, sehingga nantinya dapat memenuhi target pemungutan yang telah
ditetapkan. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
termasuk sumber keuangan negara dan pemungutannya sudah didasarkan pada
7
undang-undang, ini berarti bahwa pemungutan pajak sudah disepakati bersama
antara pemerintah dengan masyarakat. Pajak sebagai salah satu sumber
penerimaan dalam negeri merupakan sektor yang potensial, penerimaan dari
sektor pajak ini selanjutnya dimanfaatkan oleh pemerintahan untuk membangun
sarana dan prasarana kepentingan umum. Mengingat betapa pentingnya peran
masyarakat dalam peran sertanya menanggung pembiayaan negara, maka dituntut
adanya kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak, kondisi masyarakat yang
kurang atau bahkan tidak mengerti pajak, serta tingkat perkembangan intelektual
masyarakat, sehingga mereka tidak melaksanakan kewajibannya dalam membayar
pajak. Mengingat kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2 sangat penting
untuk meningkatkan penerimaan negara yang digunakan sebagaian besar untuk
daerah wajib pajak itu sendiri.
Perlawanan pajak yang diikuti anggapan yang salah oleh masyarakat
tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan akan sangat
merugikan bagi negara, oleh karena itu dalam rangka mengurangi atau bahkan
menghilangkan sama sekali hambatan-hambatan tersebut maka perlu diusahakan
suatu kondisi yang membuat masyarakat wajib pajak menjadi sadar, mau dan
mampu membayar pajak. Memberikan bimbingan dan penerangan kepada
masyarakat mengenai manfaat pajak merupakan langkah yang paling dalam
mensosialisasikan pajak tersebut.
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini pada hal-hal yang terkait dengan
kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2, maka peneliti mengambil
Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang sebagai lokasi penelitian. Kelurahan
8
Kadomas Kabupaten Pandeglang kurang berjalan dengan baik luput dari adanya
masalah dalam kurangnya pengetahuan masyarakat tentang PBB-P2, sehingga
adanya kecenderungan akan keengganan masyarakat di Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang dalam membayar pajak tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti harus melakukan penelitian ini
karena mengingat kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2 merupakan
faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu upaya adanya
pemeriksaan pajak agar masyarakat dapat mematuhi kewajibannya. Sebagian
besar masyarakat yang tidak memenuhi kewajibannya dalam membayar PBB-P2
otomatis merupakan hambatan dalam pemungutan pajak. hambatan dalam
pemungutan PBB-P2 ini bukanlah merupakan usaha nyata dari masyarakat,
namun karena kondisi masyarakat yang kurang sadar untuk membayar pajak atau
bahkan tidak tahu seluk beluk fungsi pembayaran itu sendiri.
Kelurahan Kadomas merupakan salah satu dari empat kelurahan yang
berada di wilayah Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang yang terdiri dari
Kelurahan pandeglang, kelurahan babakan dan kelurahan kabayan. Adapun
realisasi penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Pandeglang tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
9
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun
Anggaran 2015
No Jenis Pajak Daerah Target Realisasi Persentase
(%)
1 Pajak Hotel 2.297.500.000 2.783.304.809 121.1
2 Pajak Restoran 820.000.000 1.509.646.659 184.1
3 Pajak Hiburan 22.916.000 4.088.400 17.84
4 Pajak Reklame 760.000.000 854.461.417 112.4
5 Pajak Penerangan
Jalan 8.000.789.000 9.298.010.754 116.2
6 Pajak Parkir 50.750.000 56.045.437 110.4
7 Pajak Air Bawah
Tanh 146.000.000 70.316.617 48.16
8 Pajak Sarang Burung
Walet 95.900.000 - -
9 Pajak Mineral Bukan
Logam 35.000.000 48.309.350 138
10
Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan (PBB-
P2)
12.993.389.910 8.931.881.370 68.74
11
Pajak Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
3.600.000.000 5.440.778.407 151.1
Sumber : Data DISPENDA Pajak Daerah Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) menempati urutan ketiga terendah
dengan target pencapaian sebesar Rp. 12.933.389.910 dan realisasi penerimaan
PBB-P2 hanya sebesar Rp. 8.931.881.370 atau setara dengan 68,74%.nh
10
Tabel 1.2
Rekapitulasi Laporan Realisasi PBB-P2 Per Kecamatan Tahun Pajak 2015
Per 31 Desember 2015
No Kecamatan Target Realisasi %
1 Sumur 232.085.487 205.572.229 88,58
2 Cimangsu 289.650.428 289.777.327 100,04
3 Cibaliung 136.194.309 135.581.769 99,55
4 Cibitung 75.940.261 76.557.716 100,81
5 Cikeusik 337.503.672 340.338.148 100,84
6 Cigeulis 174.488.984 174.554.419 100,04
7 Panimbang 602.384.232 480.515.622 79,77
8 Sobang 207.117.370 179.142.321 86,49
9 Munjul 131.373.140 131.586.513 100,16
10 Angsana 122.513.595 123.687.137 100,96
11 Sidangresmi 113.320.102 107.127.363 94,54
12 Picung 187.027.357 168.624.337 90,16
13 Bojong 64.903.604 65.991.612 101,68
14 Saketi 198.814.139 184.878.796 92,99
15 Cisata 104.998.405 105.096.872 100,09
16 Pagelaran 286.110.168 227.474.560 79,51
17 Patia 67.652.192 67.652.192 100,00
18 Sukaresmi 229.570.637 207.695.267 90,47
19 Labuan 325.197.288 222.751.285 68,50
20 Carita 684.250.624 347.991.621 50,86
21 Jiput 201.257.761 197.096.739 97,93
22 Cikedal 176.476.651 176.736.779 100,15
23 Menes 186.355.406 161.074.977 86,43
24 Pulosari 104.558.569 98.790.199 94,48
25 Mandalawangi 240.054.418 240.301.142 100,10
26 Cimanuk 256.660.424 259.359.007 101,05
27 Cipeucang 150.997.218 150.997.218 100,00
28 Banjar 108.994.649 108.994.649 100,00
29 Kaduhejo 199.418.021 152.583.482 76,51
30 Mekarjaya 100.450.179 98.771.069 98,33
31 Pandeglang 475.940.299 192.286.072 40,40
32 Majasari 356.144.934 180.210.754 50,60
33 Cadasari 198.765.474 176.301.395 88,70
34 Karangtanjung 269.914.298 95.215.512 35,28
35 Koroncong 104.275.659 62.155.409 80,42
Total 7.701.359.954 6.193.771.470 80,42
Sumber : Data DISPENDA PBB-P2 Tahun 2015
11
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2)
di Kecamatan Pandeglang menempati urutan yang rendah dibandingkan
kecamatan-kecamatan yang lain dengan perolehan target sebesar Rp.
475.940.299,- dan realisasi penerimaan Rp. 192.286.072 atau setara dengan 40,40
%.m
Tabel 1.3
Realisasi penerimaan PBB-P2 Perkelurahan Kabupaten Pandeglang Tahun
Anggaran 2014-2015
No Kelurahan 2014 % 2015 %
Target Realisasi Target Realisasi
1 Pandeglang 288.363.580 147.355.607 51,10 287.548.127 140.344.274 48,80
2 Kabayan 125.348.611 48.360.626 38,58 125.106.515 30.779.558 24,59
3 Kadomas 35.127.659 14.209.407 40,45 34.894.773 8.406.269 24,09
4 babakan 28.005.672 19.784.527 70,64 28.390.884 12.755.971 44,92
Total 476.845.522 229.710.167 48,17 475.940.299 192.286.072 40,40
Sumber : Data DISPENDA PBB-P2 Tahun 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terjadi pada tahun anggaran 2014
sampai dengan 2015 Kelurahan Kadomas terjadi penurunan penerimaan PBB-P2
terkecil dibandingkan dengan 3 (tiga) Kelurahan lain, yakni Kelurahan
Pandeglang, Kelurahan Kabayan dan Kelurahan Babakan, dengan realisasi
penerimaan sebesar Rp.14.209.407 (2014) atau setara dengan 40,45% dari target
Rp. 35.127.659. Sedangkan pada tahun anggaran 2015 Kelurahan Kadomas tidak
mencapai realisasi sebesar Rp. 8.406.269 atau setara dengan 24,09% dari target
sebesar Rp. 34.894.773.
Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa kepatuhan masyarakat dalam
membayar PBB-P2 pada tahun anggaran 2014 masih rendah, hal tersebut dapat
dilihat dari presentase sebanyak 40,45%. Sedangkan pada tahun anggaran 2015
12
Kelurahan Kadomas mengalami penurunan yang sangat tinggi dilihat dari presen
tase sebanyak 24,09% .
Berdasarkan wawancara dengan pihak-pihak terkait dan hasil observasi
lapangan, dijumpai berbagai masalah yang terjadi terkait dengan penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang diterima oleh
daerah, diantaranya :
Pertama, masih rendahnya kepatuhan masyarakat dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2), hal tersebut terlihat dari
jumlah realisasi pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan 2 tahun
terakhir yang terhitung dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 yang belum
mencapai target.
Tabel 1.4
Evaluasi Penerimaan PBB-P2 Kelurahan Kadomas Kecamatan Pandeglang
Kabupaten Pandeglang Tahun Anggaran 2014-2015
TAHUN SPPT TARGET SPPT REALISASI %
2014 2,398 Rp. 27.461.307 72 Rp. 524.117 45,1
2015 2,414 Rp. 27.848.697 42 Rp. 290.199 25,67
Sumber : Data Kelurahan Kadomas
Kurangnya kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2 dapat
disebabkan olah banyak faktor antara lain seperti kurang giatnya aparat dalam
melakukan penagihan dan sikap apatis dari masyarakat itu sendiri dalam
membayar pajak.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak H.
Saepul Bahri selaku Lurah di Kelurahan Kadomas Kecamatan Pandeglang
13
Kabupaten Pandeglang, beliau mengatakan bahwa kepatuhan masyarakat
sebenernya baik tetapi ada saja yang nakal kadang-kadang membayar pajak tidak
seberapa tetapi masyarakat acuh untuk membayar, masyarakat pun ada yang
peduli dan tidak peduli untuk membayar pajak, beliau juga mengatakan pihak
kelurahan sering mengadakan membinaan masyarakat dengan melalui RW dan
RT tetapi hasil tetap tidak maksimal. Namun kurangnya kepatuhan masyarakat
dalam membayar pajak bukan saja hanya disebabkan oleh kurang giatnya aparat
dalam melakukan penagihan, tetapi juga sikap apatis dari masyarakat.
Hal ini juga diperkuat dari wawancara yang peneliti lakukan dengan salah
satu wajib pajak yang bernama Bapak Yanto, beliau mengatakan bahwa memiliki
objek pajak yang bertipe semi permanen sudah 1 tahun ini tidak membayar pajak
bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan karena menurut bapak tersebut
sangat rugi untuk membayarnya. Namun sampai detik ini tidak ada aparat yang
melakukan penagihan pajak.
Selain itu kadang kala wajib pajak yang memiliki objek pajak berada di
luar kota, sehingga kepemilikan objek pajak tidak membayar pajak bumi dan
bangunan perdesaan dan perkotaan setiap tahun. Dan masyarakat yang
mempunyai objek pajak bertipe semi permanen pun tidak mau membayar pajak
karena menurut wajib pajak rugi untuk membayarnya berdasarkan wawancara
dengan Bapak H. Saepul Bahri selaku Lurah di Kelurahan Kadomas Kecamatan
Pandeglang Kabupaten Pandeglang.
14
Ketiga, tidak adanya sanksi hukum yang ditegakan bagi masyarakat yang
tidak membayar PBB-P2. Hal tersebut diperkuat dari wawancara yang peneliti
lakukan dengan Bapak H. Saepul Bahri selaku Lurah di Kelurahan Kadomas
Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang, beliau mengatakan tidak ada
sanksi hukum yang tegas untuk masyarakat yang tidak membayar PBB-P2 namun
apabila masyarakat tidak memenuhi kewajibannya dalam membayar hanya
dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% perbulan.
Berdasarkan realisasi pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan
perkotaan tterhitung sejak tahun 2014 sampai dengan 2015, Kabupaten
Pandeglang dalam Realisasinya belum mencapai target yang telah ditetapkan.
Dengan penerimaan terkecil didapatkan oleh Kelurahan Kadomas dengan jumlah
realisasi yang sangat kecil dibandingkan dengan kelurahan yang lainnya seperti
Kelurahan Pandeglang, Kelurahan Kabayan dan Kelurahan Babakan. Sehingga
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang seberapa tinggi tingkat
kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan
perkotaan di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dan hasil wawancara beserta
observasi awal maka peneliti mengidentifikasi masalah terkait dengan :
1. Masih rendahnya kepatuhan masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2).
15
2. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya membayar
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sehingga
kesadaran masyarakat masih rendah.
3. Tidak adanya sanksi hukum yang jelas bagi masyarakat yang tidak
membayar pajak.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti memberikan batasan masalah yaitu
pada Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah disampaikan sebelumnya
dan berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana karakteristik pembayaran pajak di Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang?
2. Bagaimana sosialisasi pembayaran pajak di Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang?
3. Apa sanksi hukum bagi masyarakat bagi masyarakat yang tidak bayar
pajak di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu
hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian, pada dasarnya
16
tujuan penelitian memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh
setelah selesai melakukan penelitian (Hasan, 2002:44).
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
Perkotaan (PBB-P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis terkait dengan kontribusi tertentu dalam penyelenggaraan
penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan dunia
akademis.
a. Memperbanyak ilmu pengetahuan dalam dunia akademis khususnya Ilmu
Administrasi Negara.
b. Mempertajam dan mengembangkan teori-teori yang ada dalam dunia
akademis khususnya teori mengenai Analisis Kepatuhan Masyarakat
Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-
P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang, serta mengembangkan
ilmu yang di dapat selama perkuliahan khususnya ManajemenPublik.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan dalam
penyelenggaraan penelitian terhadap obyek penelitian, yaitu:
17
a. Dapat memberikan pemahaman sekaligus informasi terkait dengan hal-hal
Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang. Sehingga penulis dapat mengetahui tingkat kepatuhan
masyarakat dalam membayar PBB-P2 yang dilaksanakan oleh masyarakat
setempat.
3. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi baik secara langsung
atau tidak bagi kepustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan
penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang
Analisis Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang
lingkup masalah yang akan diteliti dan alasan penelitian yang dilakukan
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah menyebutkan tentang permasalahan yang
muncul dan berkaitan dengan obyek penelitian. Identifikasi masalah ini
dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan tentang permasalahan
yang akan diteliti
18
1.3. Batasan Masalah
Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang
akan diajukan dalam rumusan masalah. Pembatasan masalah dapat
diajukan dalam bentuk pernyataan. Selain itu pembatasan masalah juga
disertai lokus dan tujuan adanya permasalhan tersebut
1.4. Rumusan Masalah
Perumusan masalah menjelaskan tentang pertanyaan dan
pernyataan yang akan dibahas dalam penelitian.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengungkap tentang sasaran yang ingin
dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, sesuai dengan perumusan
masalah yang telah ditetapkan
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini menjelaskan baik secara teoritis maupun
praktis tentang temuan penelitian. Sistematika penulisan menguraikan
tentang isi bab per bab secara singkat dan jelas dari keseluruhan penelitian
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI
DASAR
2.1. Deskripsi Teori
Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan
permasalahan penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi.
19
Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep maka peneliti akan
memiliki konsep penelitian yang jelas, dapat menyusun pertanyaan dengan
rinci untuk penyelidikan sehingga memperoleh temuan lapangan yang
menjadi jawaban atas masalah yang telah dirumuskan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai
sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian.
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai
kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca
mengapa peneliti mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam
hipotesis. Biasanya untuk memperjelas maksud peneliti, kerangka berpikir
dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikir
peneliti. Bagan tersebut disebut juga dengan nama paradigma atau model
penelitian.
2.4. Asumsi Dasar
Asumsi dasar merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
yang diteliti, dan akan diuji kebenarannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
20
Bagian ini menguraikan mengenai pendekatan penelitian yang
digunakan. Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan tertentu
antara lain dapat berbentuk: ex post facto, exsperiment, survey, descriptitive,
case study, action research, dan sebagainya.
3.2. Fokus Penelitian
Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian
penelitian yang akan dilakukan.
3.3. Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan. Menjelaskan
tempat penelitian, serta alasan memilihnya.
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan
jenis alat penggumpulan data yang digunakan dalam penelitian. Dalam
penelitian kualitatif, instrumennya adalah peneliti itu sendiri.
3.5. Informan Penelitian
Informan Penelitian dan key informant ataupun second informant,
menjelaskan tentang pihak-pihak mana saja yang dipilih secara langsung
untuk pengumpulan data-data penelitian.
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data menjelaskan tentang teknik analisa beserta
rasionalisasinya. Teknik analisis data harus disesuaikan dengan sifat data
21
yang diteliti. Analisis data dilakukan melalui pengkodean dan
pengkodingan data (berdasarkan kategori data), interpretasi data, penulisan
hasil laporan dan keabsahan data.
3.7. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data menjelaskan tentang derajat ketepatan antara
data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh
peneliti.
3.8.Jadwal Penelitian
Menjelaskan jadwal penelitian secara rinci beserta tahapan penelitian
yang akan dilakukan. Jadwal penelitian ditulis dalam bentuk tabel.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari
instansi tempat penelitian dilaksanakan serta hal-hal lain yang terkait
dengan objek penelitian.
4.2. Deskripsi Data
Menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dioleh dari data
mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan.
4.3. Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.
Pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan keterbatasan yang
22
mungkin terdapat dalam pelaksanaan penelitiannya. Keterbatasan tersebut
kemudian dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut
dalam bidang yang menjadi objek penelitiannya, demi pengembangan ilmu
pengetahuan.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat,
jelas dan mudah dipahami.
5.2. Saran-saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang
diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis
23
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori
Ulber (90:2012)teori adalah satu set atau seperangkat konstruk (variabel)
yang saling berhubungan,definisi, dan proposisi yang menyajikan suatu
pandangan sistematis tentang fenomena dengan memrinci hubungan-hubungan di
anntara variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu. Teori
bukan saja membantu menjawab pertanyaan apa karakteristk suatu fenomena
tertentu (penelitian deskriptif) melainkan juga menjawab pertanyaan menngapa
dan bagaimana hubungan antara suatu fenomena dan fenomena lain.
2.2 Pengertian Kepatuhan Perpajakan
Berdasarkan sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia yaitu Self
Assessment System, dalam hal ini wajib pajak diberikan kebebasan secara penuh
untuk menghitung, menyetor, serta melaporkan besarnya pajak yang terhutang
berdasarkan Undang-Undang perpajakan yang berlaku di Indonesia. Dalam hal ini
kepatuhan wajib pajak sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kesadaran
wajib pajak tentang pentingnya menerapkan perpajakannya sesuai dengan
Undang-Undang perpajakan yang berlaku di Indonesia. Berikut adalah beberapa
pengertian tentang kepatuhan wajib pajak ( Tax Compliance ) yang ada di
Indonesia :
24
1. Pengertian Kepatuhan Pajak / Tax Compliance :
Pengertian Kepatuhan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(2010:138) dalam Siti Kurnia Rahayu menyatakan bahwa :
Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam
perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan
merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan
perpajakan.
Pengertian Kepatuhan Pajak menurut Safri Nurmantu (2010:139) dalam
Siti Kurnia Rahayu menyatakan bahwa :
Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya.
Pengertian Pajak menurut Norman D, Nowak (2010:138) yang dikutip oleh
Moh. Zain (2004) dalam Siti Kurnia Rahayu menyatakan bahwa kepatuhan wajib
bajak memiliki beberapa pengertian yaitu :
Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,
tercermin dalam situasi dimana :
a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perudang-undangan perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan
wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak taat, tunduk, sadar, dan
patuh untuk memenuhi kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku di
Indonesia.
25
2. Pengertian Kepatuhan Material
Pengertian Kepatuhan Material menurut Sefri Nurmantu (2010:138) dalam
Siti Kurnia Rahayu menyatakan bahwa :
Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif
atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai
isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan material dapat juga
meliputi kepatuhan formal.
Pengertian kepatuhan material menurut Chaizi Nasucha (2006:111) dalam Siti
Kurnia Rahayu menyatakan bahwa :
Kepatuhan material wajib pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib
pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat
Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak
terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.
Berdasarkan kedua pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantife
atau pada hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakannya serta
kepatuhan dalam hal melakukan penghitungan dan pembayaran pajak yang
terutang sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku di Indonesia.
3. Macam – macam Kepatuhan
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138) dalam buku Perpajakan Indonesia
menyatakan bahwa ada dua macam kepatuhan, yaitu :
a. Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
perpajakan. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat
26
Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret.
Apabila wajib pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuab Pajak
Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret.
b. Kepatuhan Material
Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara
substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material
perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal. Wajib pajak
yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi
dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai
ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.
4. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Indikator kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan dasar pemikiran menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139) yang
menyatakan bahwa :
Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal, wajib pajak yang
memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi dengan
jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan
menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.
Kepatuhan pajak menurut International Tax Glossary (1992:296) dalam
Nasucha (2004:131), adalah tingkatan yang menunjukkan wajib pajak patuh atau
tidak patuh terhadap aturan perpajakan di negaranya. Sedangkan menurut Hom
(1993:13) dalam Nasucha (2004:131), kepatuhan dalam perpajakan dapat
diartikan sebagai tingkat sampai dimana wajib pajak mematuhi undang-undang
perpajakan.
27
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan perpajakan adalah
sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak taat, tunduk dan patuh melaksanakan
ketentuan perpajakan, memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan
hak perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Masalah
kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik bagi negara
maju maupun di negara berkembang. Karena jika wajib pajak tidak patuh maka
akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran,
pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak yang pada akhirnya tindakan
tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang.
Wajib pajak patuh, adalah wajib pajak yang sadar pajak, paham hak dan
kewajiban perpajakannya dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan
kewajiban perpajakan dengan benar dan paham akan hak kewajiban
perpajakannya tentunya akan mendapat kemudahan dan fasilitas yang lebih
dibandingkan dengan pemberian pelayanan pada wajib pajak yang belum atau
tidak patuh.
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pajak
Menurut Silviani (1992:274-275) dalam Nasucha (2004:132), untuk
meningkatkan kepatuhan sukarela diperlukan keadilan dan keterbukaan dalam
penerapan peraturan perpajakan, kesederhanaan peraturan, prosedur perpajakan,
dan pelayanan yang baik serta cepat terhadap wajib pajak. Kesadaran dan
kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak hanya tergantung kepada
28
masalah-masalah teknis saja yang menyangkut metode pemungutan, tarif pajak,
teknis pemeriksaan, penyelidikan, penerapan sanksi sebagai perwujudan
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan pelayanan
kepada wajib pajak selaku pihak pemberi dana bagi negara dalam hal membayar
pajak. Di samping itu juga tergantung kemauan wajib pajak juga, sampai sejauh
mana wajib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan (Rahayu, 2009:141).
Menurut Salamun AT (1990:191), ada 6 hal yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak , yaitu :
1) Tarif pajak, pelaksanaan yang rapi, konsisten, dan konsekuen.
2) Ada tidak sanksi pelanggaran.
3) Pelaksanaan sanksi secara konsisten, konsekuen tanpa pandang bulu.
4) Pembelajaraan dan penggunaan dana untuk kepentingan umum dan
kesejahteraan masyarakat, maksudnya hasil dari pajak tersebut terlihat
masyarakat dan wujud nyata.
5) Pelayanan birokrasi pemerintah yang baik dan bersih tanpa ada kesulitan
dan pungutan liar, korupsi.
Poin nomor 1-4 adalah kewenangan Direktorat Jendral Pajak.
Selain itu menurut Andreoni et al. (1998:818-856) dalam Nasucha
(2004:278), menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain : pelayanan publik, kebijakan dan keuangan publik, penawaran
tenaga kerja, jenis pekerjaan bentuk organisasi, moral wajib pajak, struktur
29
penghasilan pajak, tarif pajak, demografi, kondisi sosial masyarakat, penegakan
hukum, kompleksitas dan amnesti pajak.
Erard dan Feinstein (1994:70-89) dalam Nasucha (2004-140),
menggunakan teori psikologi yaitu rasa bersalah dan rasa malu dalam
hubungannya dengan kepatuhan pajak. Menurut mereka dalam melakukan
kewajiban perpajakannya, wajib pajak mengantisipasi rasa bersalah ketika
memikirkan penggelapan pajak dan lolos dari pengawasan dan perasaan malu
ketika memikirkan penggelapan pajak dan kemudian tertangkap. Kedua, adalah
persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka
tanggung. Dalam ilmu psikologi, sistem perpajakan yang tidak adil mendorong
wajib pajak untuk menggelapkan pajak. Ketiga, adalah pengaruh dari tingkat
kepuasan terhadap pelayanan pemerintah.
Selain itu menurut Filho (1985:10) yang dikutip Nasucha (2004:32),
menyebutkan secara psikologis terdapat rintangan terhadap seseorang akan
kewajiban perpajakannya yang tersirat dalam sikap, kecenderungan, kepercayaan,
dan nilai-nilai yang tampak pada perilakunya. Hal tersebut akan berkembang
dalam masa pembentukannya. Nilai-nilai, ide yang dimiliki individu dipengaruhi
oleh pandangan moral dan hal tersebut mempengaruhi perilaku individu dan
persepsinya. Asumsi psikologi mengenai kepatuhan terhadap perpajakan secara
sederhana diakibatkan oleh kebiasaan, kecenderungan untuk melakukan sesuatu
yang lebih mudah dan ketidakacuhan (Brooks, 2001:16 dalam Nasucha 2004:33).
30
Toshiyuki (2001: 6-18) dalam Nasucha (2004:34), membuat deskripsi
untuk mengukur kondisi kepatuhan wajib pajak berdasarkan pendekatan rasional
ekonomi, psikologi, dan sosiologi. Dimensi-dimensi kepatuhan termaksud adalah:
1. Kepatuhan wajib pajak yang mendasar.
2. Kondisi pelaporan pajak.
3. Kondisi pembayaran pajak.
4. Tanggapan para wajib pajak terhadap adanya pemeriksaan, serta
penagihan.
5. Kondisi pengelolaan keuangan.
6. Kondisi pekerja keuangan.
7. Kondisi organisasi non pemerintahan.
8. Pengertian rakyat selain wajib pajak mengenai perpajakan.
Menurut Nasucha dalam disertai penelitiannya, aspek-aspek tingkat
kepatuhan wajib pajak terdiri dari :
1. Aspek yuridis, yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari ketaatan
terhadap prosedur administrasi perpajakan yang ada. Aspek ini
meliputi laporan perkembangan penyampaian SPT, laporan
perkembangan penyampaian SPT secara persentase yang diisi
secara benar dan tidak benar, serta laporan perkembangan
penyampaian angsuran berdasarkan perkembangan SPT masa.
2. Aspek psikologis, yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari persepsi
wajib pajak dilihat dari persepsi wajib pajak terhadap penyuluhan,
pelayanan, dan pemeriksaan pajak.
3. Aspek sosiologis, yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari aspek
sosial perpajakan, antara lain kebijakan publik, kebijakan fiskal,
kebijakan perpajakan, dan administrasi perpajakan (Nasucha,
2004:148).
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yeng mempengaruhi kepatuhan pajak terdiri, prosedur perpajakan, persepsi wajib
pajak terhadap kebijakan dan pelayanan, dan sistem sosial dari perpajakan
tersebut. Percobaan yang dilakukan oleh Alm et al., (1992) dalam Nasucha
(2004:140), menunjukkan bahwa kepatuhan akan meningkat jika wajib pajak
merasa akan menerima manfaat dari pajak yang mereka bayarkan. Dikutip juga
31
penelitian Webley et al., (1991) dalam buku yang sama, menemukan hal serupa
bahwa wajib pajak yang tidak puas atas kinerja pemerintah cenderung melakukan
penghindaran pajak. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Clotfelter
(1983) dan Feinstein (1991), menyatakan bahwa penghindaran pajak rendah pada
kepala rumah tangga statusnya hidup bersama dan usianya lebih dari 65 tahun,
tetapi tinggi pada kepala rumah tangga yang statusnya kawin. Selain itu, tingkat
kepatuhan tiap bidang-bidang usaha berbeda-beda. Tingkat ketidakpatuhan
tertinggi ada pada perusahaan perseorangan yang bergerak pada penjualan, diikuti
usaha jasa transportasi, komunikasi, dan utilitas. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Baldry (1987) dan Friedland et al., (1978) menyimpulkan bahwa
laki-laki cenderung melakukan penghindaran pajak dibandingkan dengan wanita.
2.2.2 Proses Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Soekanto (1982) dalam buku Nasucha (2004:132), dari perspektif
hukum kepatuhan dapat mengandung empat proses utama berikut ini yaitu :
1. Indroctination, yaitu orang mematuhi hukum karena diindroktinasi untuk
berbuat seperti yang dikehendaki kaidah hukum. Umumnya terjadi melalui
proses sosialisasi sehingga orang mengetahui kaidah hukum tersebut.
2. Habituation, yaitu sikap lanjut dari proses sosialisasi dilakukan suatu sikap
dan perilaku yang terus-menerus dilakukan sehingga menjadi suatu
kebiasaan.
3. Utility, yaitu orang yang cenderung berbuat sesuatu karena merasakan atau
memperoleh manfaat dari sikap yang dilakukannya.
4. Group identification, yaitu kepatuhan hukum yang didasarkan pada
kebutuhan identifikasi dengan kelompok sosialnya.
Dalam Nasucha (2004:133), kepatuhan hukum sebagai derajat kualitatif dapat
dibedakan menjadi tiga proses sebagai berikut :
32
1. Compliance, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada harapan adanya
imbalan dan sebagai usaha menghindarkan diri dari hukuman.
Kepatuhan akan muncul jika terdapat pengawasan yang efektif dari
penegak hukum.
2. Indentification, yaitu inisiatif dan motivasi untuk mematuhi hukum
adalah keuntungan yang diperoleh dari hubungan baik, sehingga
kepatuhan bergantung pada baik buruknya hubungan tersebut.
3. Internalization, yaitu yang penting dalam sistem hal orang percaya
bahwa tujuan yang akan dicapai oleh hukum hendak memberikan
imbalan baginya.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib
pajak merupakan proses yang harus disosialisasikan dan diperlukan pengawasan
yang efektif sehingga menjadi suatu kebiasaan dan dapat dirasakan manfaat atau
keuntungannya dan memberikan imbalan.
Masalah kepatuhan sangat dipengaruhi oleh motif wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya. Masalah peningkatan kepatuhan merupakan
masalah yang rumit dan banyak menimbulkan perdebatan para ahli. Dua
pendekatan penting untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak menurut Hom
(1999:13) dalam Nasucha (2004:135), yaitu :
1. Pendekatan wortel dan tongkat.
Dapat didasarkan pada interpretasi rasional ekonomi. Wajib pajak
yang tidak patuh dapat dijelaskan dengan faktor tingkat tarif pajak,
probabilitas kemungkinan tertangkap menghindari pajak, denda
yang dikenakan, tingkat penolakan resiko.
2. Pendekatan warga yang bertanggung jawab.
Kebijakan kepatuhan yang berhasil harus memikirkan motivasi
yang lebih luas dari pada hadiah dan hukuman yang sederhana.
2.2.3Ketidakpatuhan Pajak
Dalam Nasucha (2004:132), ketidakpatuhan sebagai lawan kata kepatuhan
dapat didefinisikan secara sederhana sebagai ketidakmampuan wajib pajak untuk
33
bertindak sesuai dengan peraturan atau undang-undang dan administrasi yang
berlaku tanpa penerapan kegiatan penegakan undang-undang.
Zhang Xin dalam Chin dan Choi dalam Nasucha (2004:33) menyebutkan
bahwa ketidakpatuhan merupakan perilaku yang melanggar hukum. Oleh karena
itu kontrol merupakan titik pangkal untuk memahami permasalahan
ketidakpatuhan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ketidakpatuhan
adalah sikap yang tidak taat, tidak mematuhi, tidak berdisiplin, dan tidak menuruti
terhadap perintah dan peraturan atau ketentuan yang berlaku. Ketidakpatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat mempengaruhi
penerimaan pajak dan peningkatan penerimaan pajak. Untuk itu apabila terdapat
wajib PBB yang tidak memenuhi kewajibannya, maka selayaknya pejabat
administrasi dari suatu kantor pelayanan pajak untuk memberi sanksi sesuai
aturan yang ada.
Menurut Andreoni et al., (1998:818-822) dalam Nasucha (2004: 130-131),
menyatakan bahwa ketidakpatuhan wajib pajak merupakan persoalan yang sejak
dulu ada dari perpajakan itu sendiri. Mengkarakteristikan dan menerangkan pola-
pola dari ketidakpatuhan wajib pajak, kemudian menemukan cara-cara untuk
menguranginya merupakan langkah yang sangat penting.
Anderson (1979:114) dalam Nasucha (2004:259), ada lima faktor yang
menjadi penyebab ketidakpatuhan masyarakat terhadap suatu kebijakan, yaitu :
1. Ketidakpatuhan selektif terhadap hukum.
2. Keanggotaan seseorang dalam kelompok mempunyai gagasan
berbeda atau bertentangan dengan keinginan pemerintah.
34
3. Keinginan untuk mencari keuntungan.
4. Ketidakpatuhan atau ketidakjelasan hukuman yang saling
bertentangan sehingga menjadi ketidakpatuhan terhadap hukum
atau kebijakan pemerintah.
Menurut Salamun AT (1990:191), sebab-sebab ketidakpatuhan wajib
pajak dalam melaksanakan kewajibannya secara umum dibagi kedalam 2 bagian,
yaitu :
1. Berasal dari individu:
a. Kondisi ekonomi/rendahnya tingkat pendapatan.
b. Tingkat pendidikan yang rendah.
c. Kesadaran moral yang rendah.
2. Berasal dari luar individu:
a. Sistem pemungutan itu sendiri.
b. Lemahnya sanksi yang diterapkan.
Selain itu dalam Nasucha (2004:260), ada beberapa penyebab lain dari
ketidakpatuhan masyarakat dalam perpajakan yaitu berkaitan dengan tanggapan
masyarakat atas sistem perpajakan, dan pelayanan pajak yang berkaitan dengan
kerumitan sistem dan prosedur, sistem informasi perpajakan yang belum terpadu
secara fungsional dan mandiri secara operasional. Selain itu ada beberapa faktor
yang dapat dianalisis sebagai penyebab rendahnya kepatuhan pajak. Misalnya
kurang berperannya pelaksana kebijakan pajak, yaitu para petugas pajak dalam
implementasi kebijakan untuk mensosialisasikan kebijakan pajak kepada
masyarakat wajib pajak seperti melalui media masa selain respon dari wajib pajak
itu sendiri.
Dalam Nasucha (2004:281), menyebutkan bahwa respon masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: Pertama, respek anggota masyarakat
terhadap keputusan lembaga pemerintah. Kedua, kesadaran untuk menerima
35
kebijakan. Ketiga, keyakinan bahwa kebijakan dibuat secara sah oleh pejabat
melalui prosedur yang telah ditetapkan. Keempat, melaksanakan kebijakan
tersebut sesuai dengan kepentingan pribadi. Kelima, sanksi yang dikenakan
apabila tidak melaksanakan kebijakan tersebut. Keenam, penyesuaian waktu
khususnya bagi kebijakan yang mendapat penolakan dari masyarakat. Dari
keenam kebijakan, menerima atau menolak, mematuhi atau membangkang.
2.2.4 Ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan
Ketidakpatuhan wajib pajak dalam Undang-Undang PBB dapat dirinci
sebagai berikut :
a. Wajib pajak tidak menyampaikan SPOP walaupun sudah ditegur secara
tertulis (Pasal 9 Ayat (2) dan Pasal 10 Ayat (2) huruf a Undang-Undang
PBB).
b. Wajib pajak melaporkan data obyek pajak tidak benar (lebih kecil dari
hasil pemeriksaan Ditjen Pajak).(Pasal 10 Ayat (2) huruf b Undang-
Undang PBB).
c. Pajak terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau
kurang dibayar (Pasal 11 Ayat (3) Undang-Undang PBB).
Tolok ukur kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak tidak hanya dilihat
dari melaporkan tetapi dapat dilihat juga dari realisasi penerimaan pokok
ketetapan pada tahun berjalan yaitu dengan membandingkan antara realisasi
penerimaan pokok ketetapan dengan pokok ketetapan pada tahun tersebut.
2.1.5 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2007, wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungut
36
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Berikut adalah hak dan kewajibannya,
hak-hak wajib pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah
sebagai berikut:
1. Melaporkan beberapa masa pajak dalam 1 (satu) surat pemberitahuan
masa.
2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi wajib pajak dengan kriteria
tertentu.
3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan
pajak penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada
direktur jenderal pajak.
4. Membetulkan surat pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat direktur jenderal pajak
yang belum melakukan tindakan pemeriksaan.
5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
6. Mengajukan keberatan kepada direktur jenderal pajak atas suatu:
a. Surat ketetapan kurang bayar.
b. Surat ketetapan kurang bayar tambahan.
c. Surat ketetapan pajak nihil.
d. Surat ketetapan pajak lebih bayar, atau
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas surat
keputusan keberatan.
8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undang perpajakan.
Kewajiban wajib pajak
1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Wajib Pajak, apabila telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif.
2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktor Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan
tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha
kena pajak.
37
3. Mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam
bahasa indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan
mata uang rupiah, serta menandatangani dan menyampaikan ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan
atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
4. Menyampaikan surat pemberitahuan dalam bahasa indonesia dengan
menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada
adanya surat ketetapan pajak.
7. Menyelenggarakan pembukuan bagi wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak , dan
melakukan pencatatan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
8. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak,
atau objek yang terutang pajak.
9. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
10. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.
2.3 Konsep Pajak
Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian yang cuma-cuma)
namun sifatnya dapat dipaksakan yaang harus dilaksanakan oleh rakyat
(masyarakat) kepada penguasa, namun bentuknya berupa padi, ternak atau hasil
tanaman lainnya. Pemberian tersebut digunakan untuk keperluan atau kepentingan
raja atau penguasa setempat. Sedangkan imbalan atau prestasi yang dikembalikan
kepada rakyat tidak ada oleh karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan
sepihak seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang
lebih tinggi status sosialnya dibanding rakyat. Namun dalam perkembangannya,
sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi hanya untuk kepentingan
38
penguasa saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu sendiri.
Artinya pemberian yang dilakukan rakyat kepada penguasa digunakan untuk
kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan,
membangun saluran air serta kepentingan umum lainnya. Kemudian selanjutnya
dibuatkan suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap
ada namun unsur keadilan lebih diperhatikan (dalam Nurfadilah, 2013).
2.3.1 Definisi Pajak
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah mendefinisikan pajak sebagai kontribusi wajib kepada Daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
mendefinisikan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan Negara yang sangat
penting artinya bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional sebagai
pengamalan pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat, dan oleh karena itu perlu dikelola dengan meningkatkan
peran serta masyarakat sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Soemitro (dalam Mardiasmo 2013:1) menyatakan bahwa Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
39
Menurut Soemitro (dalam Mardiasmo, 2011:1) mengatakan bahwa pajak
adalah “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”.
Soemahamidjaja (dalam Darise, 2009:48) mengatakan bahwa Pajak adalah
iuran wajib, berupa uang atau barang, yang telah dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang
dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Sedangkan menurut
Adriani (dalam Bohari, 2012:23) menyatakan pengertian pajak bahwa Pajak
adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunannya untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada enam
unsur yang melekat dalam pengertian pajak, antara lain :
1. Iuran dari rakyat kepada Negara.
2. Berdasarkan undang-undang.
3. Sifatnya dapat dipaksakan.
4. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak.
5. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta).
6. Digunakan untuk membiayai rumah tang negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
40
2.3.2 Fungsi Pajak
Dalam pembuatan peraturan pajak daerah, harus didasarkan pada pemungutan
pajak secara umum yaitu demi meningkatkan kesejahteraan umum. Untuk
meningkatkan kesejahteraan umum tidak hanya memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke kas negara saja, tetapi juga harus mempunyai sifat mengatur untuk
meningkatkan kesejahteraan umum perlu ditingkatkan lagi serta pemungutannya
harus berdasar dan dilaksanakan menurut norma-norma yang berlaku. Pajak
dilihat dari fungsinya menurut Ilyas (2004:8) mempunyai dua fungsi yakni :
1. Fungsi Budgeter adalah fungsi yang letaknya di sektor publik yaitu fungsi
untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan
undang-undang berlaku pada waktunya akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan dan bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan
pemerintahan untuk investasi pemerintahan.
2. Fungsi Regulerend (mengatur) adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak
tersebut akan digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu letaknya diluar bidang keuangan. Fungsi regulerend ini umumnya
dapat dilihat di dalam sektor swasta.
3. Fungsi Demokrasi adalah suatu fungsi yang merupakan salah satu
penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan
pemerintahan dan pembangunan demi kemaslahatan manusia. Fungsi
demokrasi pada masa sekarang ini sering dikaitkan dengan hak seseorang
apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah. Apabila seseorang
telah melakukan kewajibannya membayar pajak kepada negara sesuai
ketentuan yang berlaku, maka ia mempunyai hak pula untuk mendapatkan
pelayanan yang baik, pembayar pajak bisa melakukan protes (complain)
terhadap pemerintahan dengan mengatakan bahwa ia telah membayar
pajak, mengapa tidak mendapat pelayanan yang semestinya.
4. Fungsi Distribusi ialah fungsi yang lebih menekankan pada unsur
pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat misalnya
dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar kepada
masyarakat yang mempunyai penghasilan banyak dan pajak yang lebih
kecil kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih sedikit
(kecil).
41
Fungsi pajak bagian C dan D di atas sering kali disebut sebagai fungsi
tambahan karena fungsi tersebut bukan merupakan tujuan utama dalam
pemungutan pajak. Akan tetapi dengan perkembangan masyarakat modern fungsi
ketiga dan keempat menjadi fungsi yang juga sangat penting, tidak dapat
dipisahkan, dalam rangka kemaslahatan manusia serta keseimbangan dalam
mewujudkan hak dan kewajiban masyarakat.
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan
dari sektor publik.
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Contohnya barang-barang mewah dikenakan pajak yang tinggi dalam
rangka mengurangi gaya hidup konsumtif, pajak yang tinggi dikenakan terhadap
minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras, serta pajak untuk
ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk indonesia di pasaran dunia.
42
2.3.3 Syarat Pemungutan Pajak
Mardiasmo (2013:2) memaparkan bahwa agar pemungutan pajak tidak
menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang
dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya,
yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada
Majelis Pertimbangan Pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
Di indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk masyarakat keadilan, baik bagi negara
maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakkannya. Syarat ini ttelah
dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.
Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk
menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-
undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945
yang berbunyi: “Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang”, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan UU tentang pajak, yaitu :
43
a. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU
tersebut harus dijamin kelancarannya.
b. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara
umum.
c. Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak.
Pemungutan pajak harus kerasahiaan bagi para wajib pajak mengganggu
kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa.
Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan
menghambatan lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat
kecil dan menengah. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan
pajak harus diperhitungkan, jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah
daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan
pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib
pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi
penghitungan maupun dari segi waktu. Bagaimana pajak dipungut akan sangat
menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan
memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai
sehingga akan memberikan dapat positif bari para wajib pajak untuk
meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem
pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.
2.3.4 Asas-asas Pemungutan Pajak
Asas merupakan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat, dasar atau
tumpuan untuk menjelaskan sesuatu permasalahan. Lazimnya suatu pemungutan
pajak itu harus dilandasi dengan asas-asas yang merupakan ukuran untuk
44
menentukan adil tidaknya suatu pemungutan pajak. Mardiasmo (2013:7)
mengemukakan bahwa ada tiga asas pemungutan pajak, yaitu:
1. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak menekankan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari
dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam
negeri.
2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber
diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
Terdapat perbedaan dari ketiga asas diatas, dimana pada asas domisili dan
asas kebangsaan yang dijadikan landasan kewenangan negara dalam pengenaan
pajak adalah status subjek yang akan dikenakan pajak, yaitu apakah yang
bersangkutan berstatus sebagai penduduk atau berdomisili (asas domisili) atau
berstatus sebagai warga negara (asas kebangsaan). Disini asal muasal penghasilan
yang menjadi objek pajak tidaklah begitu penting. Pajak akan dikenakan terhadap
penghasilan yang diperoleh dimana saja. Sementara itu, pada asas sumber yang
menjadi landasannya adalah status objeknya yaitu apakah objek yang akan
dikenakan pajak bersumber dari negara itu atau tidak, status dari orang atau badan
yang memperoleh penghasilan tidak begitu penting. Pada asas ini penghasilan
yang dapat dikenakan pajak hanya terbatas pada penghasilan yang diperoleh dari
sumber-sumber yang ada di negara yang bersangkutan.
Dari ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Undang-Undang nomor 7
tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun
1994, khususnya yang mengatur mengenai subjek pajak dan objek pajak. Dapat
45
disimpulkan bahwa indonesia menganut asas domisili dan asas sumber, sekaligus
dalam sistem perpajakannya. Indonesia juga menganut asas kebangsaan yang
parsial, yaitu khusus dalam ketentuan yang mengatur mengenai pengecualian
subjek pajak untuk orang pribadi.
2.3.5 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak merupakan kesatuan prosedur atau cara yang dapat
dilakukan dalam pemungutan suatu pajak. Pada umumnya sistem pemungutan
pajak dibagi atas empat menurut Mardiasmo (2011:7), yakni :
1. Official Assesment System
Official Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak yang
menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak dihitung
dan ditetapkan oleh aparat pajak atau fiskus. Dalam sistem ini utang pajak
timbul bila telah ada ketetapan pajak dari fiskus (sesuai dengan ajaran
formil tentang timbulnya utang pajak). Jadi dalam hal ini wajib pajak
bersifat pasif.
2. Semi Self Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada fiskus dan
wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang.
3. Self Assesment System
Self Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang
menghitung besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan leh
fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan, sehingga dengan sistem ini
wajib pajak harus aktif untuk menghitung, menyetor dan melaporkan
kepada kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus bertugas
memberikan penerangan dan pengawasan.
4. With Holding System
With Holding System yaitu sistem pemungutan pajak yang menyatakan
bahwa jumlah pajak yang terutang dihitung oleh pihak ketiga (yang bukan
wajib pajak dan juga bukan aparat pajak/fiskus).
Perbedaan keempat sistem ini terletak pada pemegang tanggung jawab
(siapa) yang menetapkan besarnya pajak yang seharusnya terutang. Jika dalam
sistem offical-assessment penetapan besarnya jumlah pajak wajib pajak menjadi
46
tanggung jawab Fiskus, sehingga segala resiko pajak yang akan timbul menjadi
tanggung jawab Fiskus, misalnya terlambat membayar atau melapor dikarenakan
keterlambatan Fiskus menetapkan besarnya jumlah pajak terutang wajib pajak
yang harus dibayar. Keterlambatan ini bisa saja dikarenakan terbatasnya petugas
pajak untuk menghitung jumlah pajak yang harus dibayar wajib pajak. Dalam
sistem semi Self Assessment System besarnya pajak terhutang ditentukan oleh
fiskus atau wajib pajak. Dalam sistem Self Assessment System, sistem pemungutan
pajak ini, besarnya pajak terhutang dihitung sendiri oleh wajib pajak, wajib pajak
bersifat aktif dengan melaporkan dan membayar sendiri pajak terhutang yang
seharusnya dibayar, dan pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan
pajak setiap saat kecuali oleh kasus-kasus tertentu saja seperti wajib pajak
terlambat melaporkan atau membayar pajak terhutang atau terdapat pajak yang
seharusnya dibayar tetapi tidak dibayar. Sedangkan dalam sistem With Holding
System besarnya pajak terhutang ditentukan oleh pihak ketiga, pihak ketiga disini
adalah pihak lain selain pemerintah dan wajib pajak.
Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk mengubah sistem
pemungutan pajaknya menjadi sistem Self Assessment System dimana penetapan
besarnya jumlah pajak yang seharusnya terutang menjadi tanggung jawab wajib
pajak itu sendiri, sehingga segala resiko pajak yang timbul menjadi tanggung
jawab wajib pajak itu sendiri pula. Di sini terlihat adanya pergeseran tanggung
jawab dari Fiskus kepada wajib pajak, yang tanpa disadari wajib pajak bahwa hal
ni akan menjadi beban berat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Fiskus dalam sistem self assessmenthanya bertugas mengawasi pelaksanaannya
47
saja yaitu dengan melakukan pemeriksaan atas kepatuhan wajib pajak terhadap
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Sistem self assessment
yang kini dianut indonesia memberikan kebebasan dan tanggung jawab yang
besar kepada wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.
2.3.6 Pengelompokan Pajak
Menurut Mardiasmo (2013:5) dalam hukum pajak terdapat berbagai
pembedaan jenis-jenis pajak yang terbagi dalam golongan-golongan besar.
Pembedaan dan pengelompokan ini mempunyai fungsi yang berlainan pula.
Berikut adalah penggolongan pajak:
1. Pengelompokan pajak menurut golongannya dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh : pajak penghasilan.
2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : pajak
pertambahan nilai.
2. Pengelompokan pajak menurut sifatnya dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib
pajak. Contoh : pajak penghasilan.
2) Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.
3. Pengelompokan pajak menurut lembaga pemungutannya dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang
mewah dan bea materi.
2) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Pajak
daerah terdiri atas :
a. Pajak provinsi, contoh pajak kendaraan bermotor dan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor.
48
b. Pajak kabupaten/kota, contoh : pajak hotel, pajak restoran,
dan pajak hiburan.
Berdasarkan pengelompokan pajak tersebut, pajak bumi dan bangunan
sektor perdesaan dan perkotaan termasuk pajak objektif, dikarenakan dalam
pengenaan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan, besarnya
pajak tidak dipengaruhi oleh keadaan wajib pajak.
2.3.7 Tata Cara Pemungutan Pajak
Tata cara pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
1. Stelsel Nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata
mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini
adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan kelemahannya
adalah pajak yang dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan rill
diketahui).
2. Stelsel Anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggaran yang diatur oleh undang-
undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah ditetapkan besarnya
pajak yang terutang untuk tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya
pajak yang terutang tuntuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini
adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu
pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar
tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
3. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar
dari pada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah.
Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.
Berdasarkan tata cara pemungutan pajak yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat dikatakan bahwa dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan
sektor perdesaan dan perkotaan, tata cara pemungutan yang digunakan adalah
49
stelsel nyata, dimana pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan nyata)
sehingga pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode.
2.3.8 Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan dalam pemungutan pajak dapat dikelompokan menjadi :
1. Perlawanan pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara
lain :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak
bentuknya antara lain:
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang (menggelapkan pajak).
Berdasarkan hambatan dalam pemungutan pajak tersebut, dapat dikatakan
bahwa peran serta masyarakat dalam membayar pajak sangatlah penting,
dikarenakan tanpa peran serta dari masyarakat maka tujuan dari pemungutan
pajak yakni penerimaan pajak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, tidak
akan tercapai. Sehingga tujuan dari pemerintah untuk melakukan pembangunan
yang adil dan merata, yang merupakan timbal balik dari hasil pemungutan pajak
pun tidak akan tercapai. Selain itu hambatan pemungutan pajak dengan
50
perlawanan aktif, salah satunya usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang, pemerintah sendiri telah memberikan solusi, yakni
dengan mengajukan keberatan atas pajak terhutang yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya.
2.3.9 Hambatan dan Hapusnya Utang Pajak
Menurut Mardiasmo (2013:8) menyebutkan bahwa terdapat dua ajaran yang
mengatur timbulnya utang pajak :
1. Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
fiskus. Ajaran itu diterapkan pada official assessment system.
2. Ajaran Material
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenal
pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self
assessment system.
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Daluwarsa
4. Pembebasan dan penghapusan
2.4 Pajak Daerah
Dalam undang-undnag Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah yang merupakan revisi dari undang-undang no. 34 tahun 2000,
menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undnag, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada pasal 2
51
undang-undang tersebut menetapkan jenis-jenis pajak daerah yang terdiri atas
daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota sebagai berikut :
1. Jenis pajak provinsi terdiri atas :
a. Pajak kendaraan bermotor
Merupakan pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor
b. Bea balik nama kendaraan bermotor
Pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi
karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke
dalam badan usaha.
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
Pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor
d. Pajak air permukaan
Pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Dimana
air permukaan adalah sumur air yang terdapat pada permukaan tanah,
tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat
e. Pajak rokok
Pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah
2. Jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas :
a. Pajak hotel
Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terakit lainnya
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggarahan, rumah penginapan dan
sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh).
b. Pajak restoran
Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung,
bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.
c. Pajak hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan
adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau
keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
d. Pajak reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame
adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak
ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.
e. Pajak penerangan jalan
52
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,
baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
f. Pajak mineral logam dan batuan
Pajak mineral logam dan batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam
di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
g. Pajak parkir
Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar
badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaaan
tempat penitipan kendaraan bermotor.
h. Pajak air tanah
Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan
air tanah
i. Pajak sarang burung walet
Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan
dan/atau pengusaha sarang burung walet.
j. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah pajak atas
bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh
orang pribadi atau badan.
Undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah adalah bagian dari
bentuk reformasi kebijakan undang-undang perpajakan yang telah melalui proses
pembahasan untuk mendapatkan berbagai masukan. Undang-undang ini
merupakan upaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak dan retribusi,
dengan memberikan daerah melalui perluasan objek pajak dan retribusi daerah.
Dalam UU ini disebutkan setidaknya lima jenis pajak provinsi dan sebelas pajak
kabupaten/kota. Perubahan pajak daerah dan retribusi daerah ini diharapkan tidak
hanya sekedar menambah kuantitas jenis pajak, akan tetapi harus dapat
53
memberikan banyak perubahan di sisi substansi, sehingga meningkatkan kualitas
pelayanan dari pajak. Sehingga imbal manfaat dapat dirasakan oleh masyarakat
sebagai subjek itu sendiri.
Berdasarkan undang-undang tersebut, menjelaskan bahwa jenis pajak
kabupaten/kota terdiri atas sebelas pajak daerah, dimana salah satunya adalah
pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yang memiliki potensi lebih
besar, dikarenakan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
mempunyai wajib pajak terbesar dibandingkan dengan pajak daerah lainnya.
Disamping itu merupakan satu-satunya pajak yang mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun.
Pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang sendiri, dalam hal ini telah
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak.
Salah satunya dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan
sektor perdesaan dan perkotaan, pemerintah Kabupaten Pandeglang telah
melakukan sebagai persiapan, mulai dari peralihan pajak bumi dan bangunan dari
sektor perdesaan dan perkotaan yang sebelumnya merupakan pajak pusat,
pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang telah mempersiapkan dan
mengesahkannya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Pasal 57 tentang PBB-
P2.
2.4.1 Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pajak bumi dan bangunan perdesaan
54
dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
2.4.2 Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Termasuk dalam pengertian
bangunan adalah :
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan
dengan kompleks bangunan tersebut.
b. Jalan tol
c. Kolam renang
d. Pagar mewah
e. Tempat olahraga
f. Galangan kapal, dermaga
g. Tanah mewah
h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;dan
i. Menara
Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Letak
b. Peruntukan
c. Pemanfaatan
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain
Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Bahan yang digunakan
b. Rekayasa
55
c. Letak
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain
2.4.3 Pengecualian Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan adalah objek pajak yang :
a. Digunakan oleh pemerintah dan daerah untuk kepentingan
penyelenggaraan pemerintahan
b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang
tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu
d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara
yang belum dibebani suatu hak
e. Digunakan oleh perwakilan diplomatic dan konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbul balik
f. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang
ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan
2.4.4 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Subjek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah orang
pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas bangunan. Sedangkan wajib pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
56
2.4.5 Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah nilai jual objek pajak
(NJOP). Besarnya NJOP ditetapkan setiap tiga tahun kecuali objek pajak tertentu
dapat ditetapkan setiap tahun sesaui dengan perkembangan wilayahnya.
Penetapan besarnya NJOP dilakukan oleh kepala daerah.
Dasar penghitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendahnya
20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP. Besarnya persentase ditetapkan
dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
2.4.6 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena
pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah kabupaten/kota setinggi-tingginya
Rp. 12.000.00,- dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu
kali dalam satu tahun pajak
b. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu objek pajak yang
nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan objek pajak lainnya.
2.4.7 Dasar Penghitungan PBB
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak
dengan nilai jual kena pajak (NJKP). Sedangkan tarif pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan paling tinggi 0,3% dan ditetapkan dengan peraturan
daerah.
Pajak bumi dan bangunan = Tarif pajak x NJKP
= 0,3 % x (Persentase NJKP x (NJOP-NJOPTKP)
57
2.1.4.8 Tempat Pembayaran PBB
Wajib pajak yang telah menerima surat pemberitahuan pajak terutang
(SPPT), surat ketetapan pajak (SKP), dan surat tagihan pajak (STP) dari kantor
pelayanan PBB atau disampaikan lewat pemerintahan daerah harus melunasinya
tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT.
2.4.8 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan
Tata cara pembayaran dan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan dalam
Mardiasmo (2006:308-309), yaitu :
1. Pajak yang terhutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat-
lambatnya enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.
2. Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus
dilunasi selambat-lambatnya satu bulan sejak tanggal diterimanya SKP
oleh wajib pajak.
3. Pajak terhutang pada saat jatuh tempo pembayarannya tidak dibayarkan
atau kurang bayar denda administrasi sebesar 2% setiap bulan untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan.
4. Denda administrasi ditambah hutang pajak dengan Surat Tagihan Pajak
(STP) harus dilunasi selambat-lambatnya satu bulan sejak diterimanya
STP.
5. Denda administrasi dan pokok pajak ditagih dengan menggunakan STP
dalam waktu satu bulan sejak diterimanya STP.
6. Pajak terhutang dapat dibayar ke Bank, Kantor Pos dan Giro dan tempat
lain yang ditunjuk Menteri Keuangan.
7. SPPT, surat ketetapan pajak, STP merupakan dasar penagihan pajak.
Jumlah pajak terhutang berdasarkan STP yang tidak dibayar pada
waktunya ditagih dengan surat paksa.
2.4.9 Sanksi Pajak Bumi dan Bangunan
Sanksi merupakan penegak hukum selain pengawasan, sanksi merupakan
bagian penting dalam setiap peraturan perundang-undangan. Sanksi biasanya
dicantumkan pada bagian akhir suatu perundang-undangan (incaun davenenum).
Sanksi diperlukan sebagai instrumen untuk menjamin penegakan hukum
58
administrasi, karena sanksi mempunyai sifat memaksa. Sanksi bagi terhadap
wajib pajak dalam Mardiasmo (2006:320), terdiri dari sanksi administrasi dan
sanksi pidana, antara lain yaitu:
1. Sanksi administrasi adalah hukuman yang dijatuhkan oleh pejabat
administrasi terhadap wajib pajak yang melanggar ketentuan Undang-
Undang yang dikualifikasikan lebih ringan dari pada tindak pidana, yang
selalu berupa sejumlah uang, baik suatu jumlah tetap atau suatu perkalian
atau persentase dari jumlah pajak yang terutang. Dalam PBB sanksi
administrasi yaitu:
a. Denda administasi apabila Surat Pemberitahuan Obyek Pajak
(SPOP) tidak disampaikan dan setelah ditegur secara denda
administrasi 25% dihitung dari pokok pajak.
b. Denda administrasi apabila berdasarkan pemeriksaan atau
keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terhutang lebih besar
dari jumlah pajak yang dihutangkan berdasarkan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak yang disampaikan oleh wajib pajak.
c. Denda administrasi apabila pajak yang terutang pada saat jatuh
tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan
denda administrasi sebesar 2% sebulan, yang dihitung pada saat
jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu
paling lama 24 bulan.
2. Sanksi pidana adalah sanksi yang dijatuhkan oleh hakim pidana dalam
suatu putusan (vonis) dalam sidangnya kepada seseorang yang telah
melakukan perbuatan-perbuatan dibidang perpajakan yang memenuhi
rumusan Undang-undang yang oleh Undang-undang diancam dengan
sanksi pidana. Dalam PBB sanksi pidana yaitu:
a. Karena kealpaan tidak mengembalikan/menyampaikan SPOP
kepada Direktorat Jendaral Pajak, dan menyampaikan tapi tidak
benar. Dengan pidana kurungan selama-lamanya enam bulan atau
denda setinggi-tingginya dari jumlah pajak terhutang.
59
b. Karena kesengajaan tidak mengembalikan SPOP kepada Direktorat
Jenderal Pajak, menyampaikan tapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, memperlihatkan surat atau dokumen palsu, tidak
memperlihatkan dokumen lainnya, tidak menunjukkan data atau
tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan. Jika hal tersebut
disebabkan kesengajaan maka pidana selama-lamanya dua tahun
dan denda setinggi-tingginya lima kali pak terhutang.
2.4.10 Penagihan Pajak Terhutang dengan Surat Paksa
Tidak sedikit wajib pajak yang karena kesadaran untuk berpartisipasi
dalam pengisian kas negara sangat kurang, sehingga mereka mengabaikan atau
melalaikan kewajiban pajaknya itu secara terus-menerus. Untuk mengatasi
keadaan seperti ini maka perlu dilakukan penagihan pajak terhutang dengan surat
paksa.
Penagihan dengan surat paksa mempunyai dasar hukum yang kuat, dalam
G.Kartasapoetra, dkk (1989:138-139), antara lain yaitu:
a. Undang-Undang PBB No 12 Tahun 1985 pasal 12, 13, dan 23.
b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 pasal 49, 20, dan 18 ayat 2.
c. Surat keputusan Menteri Keuangan Nomor: 951/KMK.04/1983 Tentang:
kedudukan juru sita dan beban biaya penagihan pajak negara.
d. SK DIREKTUR JENDRAL PAJAK Nomor KEP-382/PJ.4/1985 Tentang:
jadwal waktu tindakan penagihan pajak.
Dari uraian tersebut maka jelas dapat diketahui bahwa penagihan dengan surat
paksa mempunyai dasar hukum yang kuat. Penagihan dengan surat paksa dapat
dilakukan karena sebelumnya telah ada ketentuan-ketentuan untuk itu yang
tercantum dalam Undang-Undang/Hukum yang dapat diterapkan bagi pengaturan
pelaksanaannya.
60
2.4.11 Dasar Hukum
Menurut Mardiasmo (2011) dasar hukum pajak bumi dan bangunan (PBB)
adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 12 Tahun 1994.
Asas pajak bumi dan bangunan :
1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan.
2. Adanya kepastian hukum.
3. Mudah dimengerti.
4. Menghindari pajak berganda.
2.2 Penelitian Terdahulu
No Item Peneliti Sulud
Kahono
Peneliti Puji
Astuti
Peneliti
1 Judul Pengaruh Sikap
Wajib Pajak
Terhadap
Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam
Pembayaran Pajak
Bumi dan
Bangunan (Studi
Empiris Di
Wilayah Kp.PBB
Semarang) (Jurnal)
Tingkat
Kepatuhan
Masyarakat
Dalam Membayar
Pajak Bumi dan
Bangunan (Studi
kasus di wilayah
kelurahan
cimuncang
kecematan serang
kota serang tahun
2011)
Analisis
Kepatuhan
Masyarakat
Dalam Membayar
Pajak Bumi dan
Bangunan
Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-
P2) di Kelurahan
Kadomas
Kabupaten
Pandeglang
2 Tahun 2003 2012 2016
3 Hasil
Penelitian
Berdasarkan dari
hasil analisis
regresi diperoleh
hasil bahwa ke
empat variabel
bebas baik secara
individual maupun
secara bersama-
sama berpengaruh
terhadap variabel
terkaitnya (tingkat
signifikansi
menggunakan p-
value sebesar 5%
Berdasarkan skor
prosentase hasil
penelitian bahwa
tingkat kepatuhan
masyarakat dalam
membayar pajak
bumi dan
bangunan (PBB)
di kelurahan
cimuncang
kecamatan serang
tahun 2011 adalah
sebesar 64,6
persen dan dapat
Dapat
disimpulkan
bahwa kepatuhan
masyarakat
Kelurahan
Kadomas dalam
membayar pajak
bumi dan
bangunan
perdesaan dan
perkotaan (PBB-
P2) masih belum
optimal. Hal ini
dikarenakan
61
atau p= 0,05).
Dilihat dari nilai
Adjusted R Square
diperoleh angka
sebesar 0,319. Hal
ini berarti bahwa
kemampuan
variabel bebas
dalam menjelaskan
variabel terikatnya
hanya sebesar
31,9%, sedangkan
sisanya 68,1%
(100-31,9)
dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain di
luar penelitian ini.
dikategorikan
cukup. Dilihat
dari aspek-aspek
tingkat kepatuhan
wajib pajak, yaitu
aspek yuridis,
aspek psikologis,
dan aspek
sosiologis
mendapat
penilaian cukup.
Adapun faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kepatuhan
masyarakat dalam
membayar PBB
adalah tidak
adanya sosialisai
formal yang
diadakan
kelurahan secara
kontinue, belum
adanya
pemutakhiran
data yang
dilakukan lebih
dari 10 tahun,
belum
dirasakannya
pelayanan umum
yang baik dan
pembangunan
infrastruktur
sarana dan
prasarana daerah,
rendahnya
kepercayaan
masyarakat
terhadap aparat
pajak atau
pemerintah dalam
penggunaan dana
pajak.
masih kurangnya
pemahaman dan
kesadaran
masyarakat
Kelurahan
Kadomas akan
pentingnya
membayar PBB-
P2 sebagai bentuk
kewajiban.
Masih banyak
permasalahan
yang ada di
Kelurahan
Kadomas soal
PBB-P2 adalah
masih rendahnya
realisasi
penerimaan PBB-
P2, adanya double
abstrak, dimana
obyek pajak yang
terkena pajak
berada di luar
daerah sehingga
aparat kesulitan
menagihnya
sedangkan
pemiliknya di luar
dan obyek pajak
tidak ada tetapi
SPPT mengenai
obyek tersebut
ada.
3 Persamaan Meneliti tentang
Kepatuhan
Meneliti tentang
kepatuhan wajib
Meneliti tentang
Kepatuhan
62
Masyarakat dalam
pembayaran PBB
pajak dalam
membayar PBB
Masyarakat
Dalam Membayar
PBB-P2 di
Kelurahan
Kadomas
Kabupaten
Pandeglang
4 Perbedaan Meneliti tentang
pengaruh sikap
wajib pajak
terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam
pembayaran PBB
(studi empiris di
wilayah KP.PBB
Semarang)
Meneliti tentang
kepatuhan
masyarakat dalam
membayar bumi
dan bangunan
(Studi kasus di
wilayah kelurahan
cimuncang
kecematan serang
kota serang tahun
2011)
Meneliti tentang
Kepatuhan
masyarakat dalam
membayar PBB-
P2 di kelurahan
kadomas
kabupaten
pandeglang
2.3 Kerangka Berfikir
Sugiyono (2005:66 ), menjelaskan kerangka berfikir adalah sintesa tentang
hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan.
Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan kearah keadaan yang lebih
baik. Pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia adalah mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur yang merata. Dalam membiayai pembangunan
salah watu upaya dari pemerintah adalah menyerap penerimaan dari sektor pajak.
Menurut Munawir (dalam Nurmayasari, 2010:23), pengelompokan pajak menurut
sifatnya terbagi menjadi dua jenis yaitu pajak subjektif dan objektif. Pajak
Subjektif adalah wajib pajak yang memperhatikan pribadi wajib pajak,
pemungutannya berpengaruh pada subjeknya, keadaan pribadi wajib pajak dapat
63
mempengaruhi besar kecilnya pajak yang harus dibayar. Misalnya, pajak
penghasilan. Sedangkan pajak objektif adalah pajak yang tidak memperhatikan
wajib pajak, tidak memandang siapa pemilik atau keadaan wajib pajak, yang
dikenakan atas objeknya. Salah satu contoh pajak objektif tersebut adalah pajak
bumi dan bangunan. Dengan penerimaan sektor pajak bumi dan bangunan yang
tinggi diharapkan memberikan kontribusi yang tinggi pula bagi pembangunan.
Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan peran serta masyarakat dengan cara
menghimpun dana melalui berbagai objek pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta perlunya peran serta pemerintah dalam
hal pemungutan pajak bumi dan bangunan.
Menurut undang-undang republik indonesia Nomor 28 Tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah pengertian dari pajak bumi dan
bangunan :
“Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah pajak atas
bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan
oleh orang spribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan”.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak bumi dan
bangunan adalah penerimaan negara yang berasal dari rakyat yang memiliki hak
atas kebendaan objek atau bumi, tanah dan atau bangunan.
Berdasarkan wawancara dengan pihak-pihak terkait dan observasi
lapangan terdapat atau di jumpai masalah yang terjadi seperti masih rendahnya
kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan
perkotaan (PBB-P2), kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan (PBB-P2) sehingga
64
kesadaraan masyarakat masih rendah, dan tidak adanya sanksi hukum yang jelas
bagi masyarakat yang tidak membayar pajak.
Untuk mengetahui seberapa tinggi kepatuhan masyarakat dalam
membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan (PBB-P2) di kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang peneliti melakukan penelitan dengan berdasarkan
teori aspek kepatuhan wajib pajak menurut Nasucha (2004:148). Untuk lebih
jelas, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kerangka berfikir, yang dapat
dilihat melalui gambar berikut :
65
Gambar 2.3
Alur Berfikir
Permasalahan
1. Masih rendahnya kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak bumi
dan bangunan perdesaan perkotaan (PBB-P2).
2. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan (PBB-P2)
sehingga kesadaran masyarakat masih rendah.
3. Tidak adanya sanksi hukum yang jelas bagi masyarakat yang tidak
membayar pajak.
(Peneliti, 2016)
Indikator Aspek Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak
1. Aspek yuridis
2. Aspek psikologis
3. Aspek sosiologis
(Nasucha 2004:148)
kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya untuk membayar
PBB-P2 di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
66
2.4 Asumsi Dasar
Pada penelitian kali ini, peneliti memfokuskan penelitiannya pada
Analisis Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang.Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, dengan data dan fakta yang
didapat, Tingkat Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang masih dikatakan masih rendah. Ini terjadi akibat kurangnya kepatuhan
masyarakat dalam membayar PBB-P2.
67
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan bagian penting dalam penyusunan
penelitian ini. Metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan. Umumnya tujuan penelitian adalah memecahkan masalah. Dan langkah-
langkah yang ditempuh dalam sebuah penelitian harus relevan dengan masalah
yang dirumuskan.
Guna menemukan hasil penelitian terkait dengan Analisis Kepatuhan
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan
(PBB-P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang diperlukan adanya
metode penelitian yang tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena dengan bentuk
penelitian ini memungkinkan Peneliti untuk dapat menggambarkan objek
penelitian secara holistik berdasarkan realitas sosial yang ada di lapangan.
Menurut Moleong (2007:6) Metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedangkan Bogdan dan
68
Taylor dalam Moleong (2007:4) menjelaskan bahwa “Metodologi penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati”.
Dalam penelitian kualitatif instrumentnya adalah orang atau human
instrument, yaitu Peneliti sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka Peneliti
harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya,
menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi
lebih jelas dan bermakna. Data yang dihasilkan berbentuk kata-kata, kalimat
untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan
mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan dapat
mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang terjadi sebenarnya di lapangan.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam mempertajam penelitian, Peneliti kualitatif menentapkan fokus.
Spradley dalam Sugiyono (2012:208) menyatakan bahwa “A focused refer to a
single cultural domain or a few related domains.” Maksudnya adalah bahwa
fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari
situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus lebih di dasarkan pada
tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).
Kebaruan Informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara lebih
luas dan mendalam tentang situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan untuk
69
menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan
menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus penelitian yang
diperoleh setelah peneliti melakukan penjelajahan umum. Dari penjelajahan
umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum yang menyeluruh yang
masih padda tahap permukaan terhadap situasi sosial. Untuk memahami secara
lebih luas dan lebih mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus penelitian.
Dengan memperhatikan indentifikasi masalah yang sudah dikemukakan
sebelumnya maka fokus penelitian ini adalah Analisis Kepatuhan Masyarakat
Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di
Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang.
3.3 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian merupakan obyek dan sumber data dari tempat yang
diteliti sehingga informasi yang diperoleh bisa memberikan data yang akurat dan
kebenarannya dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan
Kadomas Kabupaten Pandeglang.
Alasan Peneliti memilih lokasi penelitian di Kelurahan Kadomas adalah
karena pada tahun anggaran 2014 sampai dengan 2015 Kelurahan Kadomas
terjadi penurunan penerimaan PBB-P2 terkecil dibandingkan dengan 3 Kelurahan
yang lain, yakni Kelurahan Pandeglang, Kelurahan Kabayan dan Kelurahan
Babakan, dengan realisasi penerimaan sebesar Rp. 14.209.407 (2014) atau setara
dengan 40,45% dari target Rp. 35.127.659. sedangkan pada tahun anggaran 2015
70
Kelurahan Kadomas tidak mencapai realisasi sebesar Rp. 8.406.269 atau setara
dengan 24,09% dari target sebesar Rp. 34.894.773. Bahwa tingkat kepatuhan
masyarakat dalam membayar PBB-P2 pada tahun anggaran 2014 masih rendah
presentase sebanyak 40,45%. Sedangkan pada tahun anggaran 2015 Kelurahan
Kadomas mengalami penurunan yang sangat tinggi dilihat dari presentase
sebanyak 24,09%.
3.4 Fenomena yang diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi Konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep yang
jelas digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan
pembaca. Konsep-konsep yang digunakana dalam teori ini adalah :
1) Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak mengandung arti sebagai perbanding antara
hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan (input). Kepatuhan wajib pajak (Wahyu santoso, 2008) adalah
wajib pajak mempunyai kesedian untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu
diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun
ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak, dihadapkan pada
kondisi yang masih belum optimalnya system perpajakan dijalankan.
Dalam system self assessment yang berlaku saat ini posisi wajib pajak
sangat penting karena wajib pajak diwajibkan untuk melaksanakan
71
kewajiban pajaknya secara mandiri. Menurut Nasucha (2004:148)
menyatakan bahwa terdapat aspek-aspek tingkat kepatuhan wajib pajak
yang terdiri dari :
1. Aspek yuridis.
2. Aspek psikologis.
3. Aspek sosiologis.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam
rincian yang terukur atau disebut indikator penelitian. Biasanya menggunakan
matrik, indikator dan nomor pertanyaan sebagai lampiran. Melihat pennelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif, maka dalam penjelasan definisi
operasional akan dikemukakan fenomena-fenomena penelitian yang tentunya
dikaitkan dengan konsep teori yang digunakan menurut Nasucha (2004:148
menyatakan bahwa terdapat aspek-aspek tingkat kepatuhan wajib pajak, berikut
rincian dari dimensi dan indikator yang digunakan pada tabel 3.1 yaitu sebagai
berikut :
72
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Dimensi Indikator Pertanyaan
sAnalisis Kepatuhan
Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi
dan Bangunan
Perdesaan Perkotaan
(PBB-P2) di
Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang
Aspek Yuridis
Pengisian SPPT
Perhitungan pajak
Pembayaran pajak
Aspek Psikologis
Penyuluhan
Pelayanan
Pemeriksaan Pajak
Aspek Sosiologis
Kebijakan Publik
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Perpajakan
Administrasi Perpajakan
(Sumber: Peneliti, 2016)
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses
pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam
penelitian disebut juga instrumen penelitian atau dengan kata lain bahwa pada
dasarnya instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur
fenomena alam atau sosial yang diamati. Dalam penelitian Analisis Kepatuhan
Masyrakat Dalam Membayar PBB-P2 di Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang yang menjadi instrumen utamanya adalah Peneliti itu sendiri .
73
Sejalan dengan pendapat Moleong (2007:9), bahwa Peneliti sendiri atau
dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini
dilakukan karena hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau
objek lainnya, dan manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-
kenyataan di lapangan. Hanya manusia sebagai instrument pulalah yang dapat
menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi
hal yang demikian, tentunya dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya.
3.6 Informen Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang
diperlukan selama proses penelitian. Teknik yang digunakan untuk menentukan
informan dalam penelitian kualitatif ini yaitu dengan jalan peneliti memasuki
situasi sosial tertentu, melakukan observasi, dan wawancara kepada orang-orang
yang dipandang mengetahui tentang situasi sosial tertentu (dalam Prastowo,
2011:197). Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik Purposive, yaitu informan yang secara sengaja dipilih oleh
peneliti, karena dianggap memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat memperkaya data
penelitian Irawan(2006:17).
Menurut Patton dalam Denzin (2009:290), alasan logis di balik teknik
Purposive dalam penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa sampel yang
dipilih sebaiknya memiliki informasi yang kaya (rich information).
74
Bungin, Burhan dalam bukunya analisis data penelitian kualitatif (2007:53)
prosedur sampling yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana
menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang serat
informan sesuai dengan fokus penelitian. Menurut Denzim K (2009: 290), bahwa
penentuan key informandisebut pemilihan partisipasi pertama (the primary
selection), yaitu pemilihan secara langsung memberi peluang bagi peneliti untuk
menentukan sampel dari sekian informan yang ditemui.Sedangkan jika peneliti
tidak dapat menentukan partisipasi secara langsung, secara alternatif peneliti dapat
melakukan pemilihan informan kedua (secondary selection).
Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah key informan, yang
mana key informan merupakan narasumber yang utama. Dalam penelitian ini yang
menjadi key informan adalah:
Untuk lebih jelasnya, informan penelitian mengenai Tingkat Kepatuhan
Masyarakat Dalam Membayar PBB-P2 di Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang dapat di klasifikasikan pada tabel 3.1. berikut ini:
75
Tabel 3.1
InformanPenelitian
No Kode Informan Keterangan
1 I 1.1 Kepala Bidang Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan Perkotaan Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Pandeglang
Key Informan
2 I 2.1 Lurah di Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang
Key Informan
3 I2.2 Kolektor Pemungutan PBB-P2 di Desa
Kadomas Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang
Key Informan
4 I 2.3 Kolektor Pemungutan PBB-P2 di Desa
Pabuaran Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang
Key Informan
5 I2.4 Kolektor Pemungutan PBB-P2 di Desa jajawai
dan Cijeruk Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang
Key Informan
6 I 2.5 Kolektor Pemungutan PBB-P2 di Desa
Pakalongan dan Cicalung Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang
Key Informan
76
7 I 2.6 Kolektor Pemungutan PBB-P2 di Desa Luar
Desa Kelurahan Kadomas Kabupaten
Pandeglang
Key Informan
8 I 3.1 Masyarakat yang menerima SPPT Secondary
Informan
(Sumber : Data Diolah Peneliti, 2016)
3.7 Teknis Penolahan Data dan Analisis Data
3.7.1 TeknikPengolahan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitiannya. Dalam
penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam berbagai teknik pengumpulan data
yaitu, wawancara, observasi, dokumentasi, studi kepustakaan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa
teknik seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan, yang
mana teknik-teknik tersebut diharapkan dapat memperoleh data dan informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya.
1. TeknikPengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting,
berbagai sumber dan berbagai cara Sugiyono( 2012: 224). Teknik
pengumpulan data kali ini yang digunakan adalah wawancara tidak
terstruktur, di mana wawancara bebas. Di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Observasi yaitu pengumpulan
77
data dengan cara melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang
dilakukan sumber penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan observasi non partisipasi artinya hanya sebagai pengamat saja.
Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi dari
beberapa teknik yaitu:
1. Wawancara
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang
mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal.
Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari
informal ke formal. Walaupun semua percakapan mempunyai aturan
peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau partisipan lainnya, aturan
pada wawancara penelitian lebih ketat. Tidak seperti pada percakapan
biasa, wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi
dari satu sisi saja, oleh Karena itu, hubungan asimetris harus tampak.
Peneliti cenderung mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan,
persepsi dan pemikiran pertisipan. Uraian berikut ini akan
menggambarkan jenis wawancara, jenis pertanyaan, lama waktu
wawancara dan prosedur melakukan wawancara pada penelitian
kualitatif.
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
78
dengan pasti tentang informa siapa yang akan diperoleh. Oleh
karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya.
b. Wawancara Semi Terstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
c. Wawancara Tak Berstruktur
Wawancara jenis ini adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
79
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang
mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informasi. Aturan pada
wawancara penelitian lebih ketat. Pedoman wawancara dibuat oleh peneliti
berdasarkan tugas pokok dan fungsi setiap informan dalam penelitian.Oleh karena
itu, dalam pedoman wawancara mengajukan pertanyaan perlu dilandasi oleh
dimensi teori.
Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam. Untuk
itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data secara
terstruktur, akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk menggunakan
wawancara tidak terstruktur guna memperkaya data yang digunakan peneliti.
80
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
No Indikator Uraian Pertanyaan Kode
Informan
1 Aspek Yuridis 1. Apakah pengisian SPPT (Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang)
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan?
I1.1, I2.1
2. Apakah selalu melaporkan SPPT
(Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) yang telah diisi
dengan tepat waktu?
I2.1, I2.2, I2.3,
I2.4, I2.5, I2.6
3. Apakah selalu menghitung
obyek pajak yang terutang
dengan benar dan apa adanya?
I1.1, I2.1, I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,
I2.6
4. Apakah selalu membayar PBB-
P2 yang terutang dengan tepat
waktu?
I3.1n
2 Aspek
Psikologis
1. Apakah Dinas dan Aparatur
Desa pernah mengadakan
penyuluhan tentang PBB-P2?
I1.1, I2.1, I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,
I2.6, I3.1n
2. Apakah dalam penyuluhan
dijelaskan denda jika menunda
atau tidak membayar PBB-P2?
I3.1n
3. Bagaimana jika ada masyarakat
yang menunda atau tidak
membayar PBB-P2?
I1.1, I2.1, I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,
I2.6
4. Apakah petugas pajak bersikap
ramah dan sopan dalam
melayani setiap wajib pajak?
I3.1n
5. Apakah petugas pajak cepat
tanggap atas kesulitan yang
dialami wajib pajak?
I1.1, I2.1, I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,
I2.6, I3.1 n
3 Aspek
Sosiologis
1. Apakah kantor pajak sudah
memberikan penyuluhan terkait
adanya perubahan PBB-P2
menjadi Pajak Daerah?
I1.1, I2.1, I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,
I2.6, I3.1n
2. Apakah sudah mengetahui alur
pembayaran PBB-P2? I3.1n
3. Adakah permasalahan di
Kelurahan Kadomas mengenai
PBB-P2?
I1.1, I2.1, I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,
I2.6
(Sumber : Data Diolah Peneliti, 2016)
81
1. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditunjukan pasa subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dengan teknik
dokumentasi ini peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang
sebagai narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam
sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk
karya pikir (Satori, 2010:148).
Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam Alwasilah (2006:155)
mengartikan dokumen sebagai barang yang tertulis atau terfilmkan selain
record yang tidak disiapkan khusus untuk permintaan peneliti. Adapun
dokumen-dokumen yang digunakan berupa surat-surat keputusan, data
statistik, catatan-catatan, arsip-arsip, laporan, foto, dan dokumen-dokumen
lain.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan memperoleh
atau mengumpulkan data dari berbagai referensi yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan.
3. Observasi
Menurut Nasution dalam (sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar ilmu pengetahuan. Para ilmu hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
82
melalui observasi. Data dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat
yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan
elektron) maupun yang sangat jauh berbeda (benda ruang angkasa) dapat di
observasi dengan jelas.
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengematan di
manfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dilakukan oleh Guba dan Lincoln
dalam Maleong sebagai berikut:
“pertama, teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara
langsung. Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat
dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, pengamatan
memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan
dari data, Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti. Jalan
yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah
dengan memanfaatkan pengamatan. Kelima, teknik pengamatan
memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi yang rumit.
Situasi yang rumit mungkin terjadi ketika peneliti ingin
memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Keenam, dalam
kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
memungkinkan, pengamatan menjadi alat yang sangat
bermanfaat”.
3.7.2 Teknik Analisis Data
Dalam peneliti kualitatif kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiatan pra lapangan sampai dengan selesainya penelitian, analisis
data dilakukan secara terus menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat
jenuh.
Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif (1982) dalam Irawan
(2006:5.24) adalah:
83
“proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang peneliti dapatkan, yang
kesemuanya itu eneliti kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
peneliti (terhadap satu komponen) dan membantu peneliti untuk
mempresentasikan penemuan peneliti kepada orang lain”.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan
selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan
untuk diolah secara sistematis, dimulai dari wawancara, observasi, mengedit,
mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta
menyimpulkan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan
model analisis interaktif dari Miles & Huberman, seperti pada gambar dibawah
ini:
Gambar 3.1
Analisis Data Model Interaktif
(Sumber : Sugiyono,2012:88)
84
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian
dan melakukan pengumpulan data penelitian, ini merupakan tahap awal
yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh
informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi dilapangan.
2. Reduksi Data
Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian
laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian di
reduksi, dirangkum, dn kemudian dipilih hal yang pokok, difokuskan
untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui
proses penyuntingan, pemberia kode, dan pentabelan). Reduksi data
dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada
tahapan ini setelah data dipilih kemudia di sederhanakan, data yang tidak
diperlukan disortir agar diberi kemudahan dalam penampilan, penyajian,
serta untuk menarik kesimpulan sementara.
3. Penyajian Data
Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih
mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Hal ini merupakan
pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan
jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tesebut kemudian dipilih-pilih dan
disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan
kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan
85
yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh
pada waktu data direduksi.
4. Penarikan kesimpulan/Verifikasi
Langakah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan
mencatat keteraturan pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar
dan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan terus bertumbuh selama proses pengumpulan data masigh terus
berlangsung dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan
tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.7.2.1 Sumber Data
Data adalah bahan keterangan tentang semua objek peneliti yang diperoleh
dilokasi penelitian (Bungin, 2005:19). Jenis-jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai
data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan
86
data primer peneliti harus mengumpulkan secara langsung dari sumbernya
dan masih bersifat mentah. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi
terfokus (focus grup discuccion-FGD) data penyebaran kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik
(BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain. Data sekunder terbagi dua,
yaitu studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
3.7.2.2 Uji Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2012:267), keabsahan data atau validitas data adalah
derajat ketetapan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang
dapat dilaporkan oleh peneliti. Data dalam penelitian kualitatif, dapat dinyatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Adapun dalam menguji keabsahan data, peneliti menggunakan dua cara
yakni:
1. Triangulasi
Triangulasi merupakan proses check and recheck antara satu sumber data
dengan sumber data lainnya (Irawan, 2006:5.34). sedangkan menurut
Sugiyono (2011:273) triangulasi dalam pengujian kredebilitas diartikan
87
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu, seperti yang dijelaskan berikut:
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredebilitas data, dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredebilitas data, dilakukan dengan
cara mngecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
3) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu untuk menguji kredebilitas data, dilakukan melalui
pengecekan data dengan waktu atau situasi yang berbeda.
2. Teknik Member Check
Menurut Sugiyono (2012:276) Member Check adalah proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid, maka semakin
dipercaya.
3.8 Jadwal Penelitan
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ditunjukan pada tabel beri
89
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 6 Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten yang berada di ujung Barat Pulau Jawa. Secara geografis terletak
antara 6°21´-7°10´ Lintang Selatan dan 104°48´-106°11´ Bujur Timur, memiliki luas
wilayah 2.747 Km² (274.689,91 ha), atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten
dengan panjang pantai mencapai 307 Km. Secara administratif dibagi menjadi 322
Desa, 13 Kelurahan dan 35 Kecamatan, dengan batas-batas administrasi :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang.
b. Sebelag Barat berbatasan dengan Selat Sunda.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak.
Secara geologi, wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam zona Bogor
yang merupakan jalur perbukitan.
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang
4.1.2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi DISPENDA Kabupaten
Pandeglang
Sejalan dengan penataan Organisasi Perangkat Daerahyang mengacu pada
Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun2007 tentang organisasi perangkat kerja daerah,
90
KabupatenPandeglang Telah menerbitkan Peraturan Daerah KabupatenPandeglang
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang PembentukanOrganisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Pandeglang yangsekaligus merupakan pengganti Peraturan Daerah
KabupatenPandeglang Nomor 6 Tahun 2008 tentang PembentukanSusunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat DaerahKabupaten Pandeglang. Impact dari
terbitnya PeraturanDaerah Nomor 2 Tahun 2014 Tentang PembentukanOrganisasi
Perangkat Daerah tersebut adalah DinasPengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset
kabupatenpandeglang dipecah menjadi dinas pengelolaan keuangan danaset dan dinas
pendapatan daerah.
4.1.2.2 Kedudukan
Berdasarkan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 33 Tahun2014 Tentang
Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja DinasDaerah, Dinas Pendapatan Daerah adalah
unsur pelaksanaotonomi Daerah, dipimpin oleh kepala dinas, yangberkedudukan
dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupatimelalui Sekretaris Daerah.
4.1.2.3 Tugas Pokok
Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas melaksanakanurusan
Pemerintahan daerah dibidang Pendapatan Daerahberdasarkan asas Otonomi dan
tugas pembantuan.
4.1.2.4 Fungsi
Dalam Melaksanakan Tugas, Dinas Pendapatan Daerahmenyelenggarakan fungsi :
91
a. Penyusunan Perencanaan program kebijakan pembinaan,pengembangan dan
peningkatan dalam pelayanan umum dibidang pendapatan daerah.
b. Perumusan kebijakan teknis bidang pendapatan daerah.
c. Pembinaan, koordinasi, pengendalian dan fasilitasipelaksanaan kegiatan
bidang pendapatan daerah.
d. Pelaksanaan pembukuan dan pelaporan atas pemungutan dan penyetoran
pajak daerah dan pendapatan lainnya.
e. Pelaksanaan kegaiatan penatausahaan dinas.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai tugasdan fungsinya.
4.1.2.5 Rincian Tugas
1. Bidang Pendapatan Pajak Daerah
1) Bidang Pendapatan Pajak Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Bidang
yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas
Pendapatan Daerah.
2) Bidang Pendapatan Pajak Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan
perumusan kebijakan pendapatan dan pendaftaran wajib pajak daerah,
kegiatan pemeriksaan dan penetapan pajak daerah, kegiatan penerimaan
dan pembukuan pajak daerah.
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidang
Pendapatan Pajak Daerah menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan perencanaan program kebijakan teknis operasional
program dan pengkoordinasian kegiatan pemberian pelayanan
92
teknis di bidang pendapatan asli daerah dan pemberian pelayanan
teknis dengan menyelenggarakan kegiatan sesuai norma, standar
dan prosedur yang berlaku yang diarahkan oleh Kepala Dinas
Pendapatan Daerah sesuai kebijakan umum daerah.
b. Perumusan perencanaan program kebijakan teknis dan metode
penyelenggaraan dalam upaya pelayanan umum dan teknis di
bidang administrasi keuangan daerah dengan melaksanakan
kegiatan pelaksanaan pemberian petunjuk teknis sistem penagihan
dan pemungutan pajak daerah, melaksanakan pembenahan data
objek dan subjek pajak daerah, melaksanakan kegiatan penelitian,
menghimpun dan mencatat data objek dan subjek pajak,
melaksanakan penetapan nomor pokok wajib pajak daerah (
NPWP ), melaksanakan pembagian tugas kepada para kasi sesuai
dengan tupoksinya.
c. Pengoordinasian, sinkronisasi dan keharmonisan pelaksanaan
pedoman standarisasi dan prosedur manajemen pengelolaan
keuangan daerah baik unsur lingkup dinas maupun dengan
instansi terkait sesuai dengan norma, standar dan prosedur
pelayanan minimal yang diarahkan oleh Kepala Dinas Pendapatan
Daerah sesuai kebijakan umum daerah.
d. Pelaksanaan koordinasi, pengawasan dan pengendalian,
monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil kegiatan program
strategis keuangan daerah dan pelaksanaan tugas-tugas lain yang
93
dilimpahkan dan atau diperintahkan Kepala Dinas Pendapatan
Daerah sesuai ruang lingkup tupoksi, tanggungjawab dan
kewenangan.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Bidang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2)
Dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB)
1) Bidang Pendapatan PBB-P2 dan BPHTB dipimpin olehseorang
Kepala Bidang yang berada di bawah danbertanggung jawab kepada
Kepala Dinas PendapatanDaerah.
2) Bidang Pendapatan PBB-P2 dan BPHTB mempunyaitugas pokok
melaksanakan Perubahan Pelaksanaanteknis dan Pendataan Wajib
Pajak Bumi danBangunan (PBB) Perkotaan dan Perdesaan, dan
BeaPerolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,Bidang
Pendapatan PBB-P2 dan BPHTBmenyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknispendapatan
PBB-P2 dan BPHTB.
b. penyusunan bahan korrdinasi dan pembinaanteknis pendapatan
PBB- P2 dan BPHTB.
c. penyelenggaraan evaluasi dan pengendaliankegiatan
pendapatan PBB- P2 dan BPHTB.
d. penyelenggaraan kegiatan pendapatan PBB-P2 danBPHTB.
94
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasansesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.1.2.6 Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 33 Tahun2014 Tentang
Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja DinasDaerah, Dinas Pendapatan Daerah
Terdiri dari :
1) Kepala Dinas
2) Sekretariat Terdiri dari :
a. Subbagian Umum dan Kepegawaian.
b. Subbagian Keuangan.
c. Subbagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan
3) Unsur Pelaksana adalah bidang, terdiri dari
I. Bidang Pendapatan Pajak Daerah terdiri dari :
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran Pajak Daerah.
b. Seksi Pemeriksaan dan Penetapan Pajak Daerah.
c. Seksi Penagihan dan Keberatan Pajak Daerah.
II. Bidang PEndapatan Bukan Pajak Daerah dan piutangDaerah
terdiri dari :
a. Seksi hasil kekayaan daerah dan lain-lain PAD.
b. Seksi Badan Usaha Milik Daerah.
c. Seksi Piutang Daerah.
III. Bidang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan (PBB-
P2) terdiri dari :
95
a. Seksi pendataan dan pendaftaran PBB-P2 dan BPHTB.
b. Seksi Penilaian dan Penetapan PBB-P2 dan BPHTB.
c. Seksi Penagihan dan Keberatan PBB-P2 dan BPHTB.
IV. Bidang Program, Kebijakan dan Pelaporan PendapatanDaerah
terdiri dari :
a. Seksi Program dan Analisis Pendapatan Daerah.
b. Seksi Kebijakan dan PEmbinaan PEndapatan Daerah.
c. Seksi Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan
PendapatanDaerah.
4.1.2.7 Sumber Daya DISPENDA Kabupaten Pandeglang
Sampai dengan akhir Januari 2015, Pegawai Dispendaberjumlah 59 orang,
terdiri dari 36 orang PNS, 9 orang Stafnon PNS Tenaga Kerja Kontrak (TKK), dan 14
orang staf NonPNS/ Tenaga Kerja Sukarela (TKS).
4.1.2.8 Kondisi Sarana dan Prasarana Yang Digunakan
Selain faktor sumber daya manusia dan anggaran,salah satu faktor kunci lain
yang dibutuhkan untukmemperlancar pelaksanaan program dan kegiatan
SKPD,adalah adanya dukungan sarana dan prasarana yangmemadai dalam rangka
pelaksanaan kinerja. SebagaiSatuan Kerja Perangkat Daerah yang baru dibentuk
berdaarkan Peraturan Daerah Kab. Pandeglang Nomor 2Tahun 2014 tentang
Pembentukan Organisasi PerangkatDaerah Secara umum, Dinas Pendaptan Daerah
KabupatenPandeglang memiliki sarana dan prasarana yang cukupterbatas. Namun
keterbatasan tersebut bukanlah suatuhambatan dan alasan bagi Dinas Pendapatan
96
Daerah dalammelaksanakan Tugas dan Fungsinya, sarana dan prasaranakerja tersebut
terdiri dari gedung kantor, perlengkapankantor, dan kendaraan dinas.
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinyasehari-hari, Dinas Pendapatan
Daerah melakukan kegiatanoperasionalnya di Gedung kantor bekas kantor
DinasPerindustrian dan Perdagangan Pasar, yang bertempat di Jl.A. Yani Nomor 1
Pandeglang, yang bersebelahan denganKantor Bappeda dan Bersebrangan langsung
dengan KantorKodim 0601 Pandeglang penempatan gedung kantor DinasPendapatan
Daerah dilakukan sejak tanggal 5 Januari 2015sesaat setelah pelantikan Pejabat
Esselon II dan IIIdilingkungan Pemerintah Kab. Pandeglang tanggal 31Desember
2014.
Gedung kantor tersebut didukung oleh fasilitaspenunjang, seperti instalasi
listrik, telepon, internet (hasilfasilitasi dari Bagian Humas (sekarang Bagian TU
Pimpinan)dan air yang ketersediaannya belum cukup memadai, dandilengkapi dengan
sarana perlengkapan kantor.Perlengkapan kantor yang dimiliki oleh Dinas
PendapatanDaerah merupakan limpahan dari Dinas PengeolaanKeuangan,
Pendapatan dan Aset, seperti tertuang dalam Berita Acara Serah Terima Aset dan
SDM Kondisiperlengkapan kantor Dispenda secara umum adalah dalamkondisi baik
namun belum memadai dengan jumlah Pejabatdan Staf yang saat ini ada pada
Dispenda dalammelaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai denganketentuan
mengenai standarisasi sarana dan prasaranakerja di SKPD Pemerintah Daerah sesuai
dengan ketentuanmengenai standarisasi sarana dan prasarana kerja di
SKPDPemerintah Daerah.
97
4.1.2.9 Target dan Realisasi Pendapatan
Anggaran Pendapatan Daerah Kab. Pandeglang diperolehdari sumber-sumber
pendapatan yang terdiri dari :
a. Pendapatan aslis daerah yang meliputi Pajak Daerah,Retribusi Daerah, hasil
pengelolaan Kekayaan Daerah yangdipisahkan, dan lain-lain pendapatan
Daerah yang sah.
b. Dana Perimbangan yang meliputi Bagian bagi Hasil pajakdan Bukan pajak,
Dana Alokasi Umum, Dana AlokasiKhusus, dana Penyesuaian.
c. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah, yang sah, yangmeliputi pendapatan
hibah, dana darurat, dana bagi hasilpajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
lainnya, danapenyesuaian dan otonomi khusus, dan Bantuan keuangandari
Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya, danpenerimaan daerah lainnya yang
sah.
4.1.2.10 Visi dan Misi
a. Visi Dinas Pendapatan Daerah :
“Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Pendapatan Asli
DaerahUntuk Membiayai Penyelenggaraan Pemerintahan DanPembangunan
di Kabupaten Pandeglang”.
Pada Visi tersebut yang dimaksud optimalisasi penerimaanpendapatan
Asli Daerah, Dinas Pendapatan Daerah sebagaiSatuan Kerja Perangkat Daerah
yang membidangiPenerimaan dari sektor Pajak dan Retribusi Daerah
selakuPembina).
b. Misi Dinas Pendapatan Daerah :
98
1) Mewujudkan Kebijakan Teknis Bidang Pendapatan AsliDaerah.
2) Meningkatkan Kemampuan Sumber Daya AparaturPemerintah Dalam
Bidang Pendapatan Asli Daerah.
3) Optimalisasi potensi sumber Pendapatan Asli Daerah.
4) Memberdayakan Potensi Sumber-Sumber Pendapatan AsliDaerah.
5) Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat Wajib Pajak,Retribusi Dan
Wajib Pajak Lainnya.
4.1.3 Gambaran Umum Kelurahan Kadomas
Kelurahan Kadomas adalah salah satu dari 4 (empat) kelurahan di Kecamatan
Pandeglang.Nama Kelurahan Kadomas diambil dari salah satu kampung yang berada
di wilayah Kelurahan Kadomas Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang.
Secara geografis Kelurahan Kadomas terletak di bagian Utara Kecamatan
Pandeglang dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukaratu Kecamatan Majasari.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Babakan Kalang Anyar.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Karaton Kecamatan Pandeglang.
Luas wilayah Kelurahan Kadomas adalah 255.085 Ha terdiri dari :
a. Tanah perkarangan pemukiman rakyat lebih kurang = ---
b. Tanah perkebunan rakyat lebih kurang =15.60 Ha
c. Tanah persawahan rakyat lebih kurang =---
99
d. Tanah pertenakan rakyat lebih kurang =---
e. Tanah perikanan rakyat lebih kurang =---
f. Tanah perkuburan lebih kurang =---
g. Tanah kekayaan desa lebih kurang =---
h. Tanah yang dipergunakan jalan umum Provinsi, Kabupaten, Desa =82.130
Ha
i. Tanah kehutanan rakyat lebih kurang =112 Ha
Keadaan Topografis Kelurahan Kadomas Kecamatan Pandeglang dilihat secara
umum keadaannya merupakan daerah rendah.Kelurahan Kadomas mempunyai iklim
subtropis sehingga pengaruh langsung terhadap aktivitas pertanian dan pola tanam di
kelurahan ini.
Jumlah penduduk dan luas wilayah yang besar bisa menjadi modal dasar
pembangunan sekaligus bisa menjadi beban pembangunan. Jumlah jiwa penduduk
Kelurahan Kadomas adalah 5.496 jiwa terdiri dari laki-laki 2.854 jiwa dan perempuan
2.645 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.559 KK. Agar dapat menjadi
dasar pembangunan maka jumlah penduduk harus disertai kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang memadai.
Penangan penduduk sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu
menjadi pendorongan dalam pembangunan khususnya pembangunan kelurahan
Kadomas. Berkaitan dengan kependudukan , aspek yang penting antara lain
perkembangan jumlah penduduk, kepadatan dan persebebaran serta strukturnya.
100
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kelurahan Kadomas
Laki-Laki Perempuan Total
2.854 2.645 5.496
Persebaran penduduk di Kelurahan Kadomas tidak rata, secara absolute
jumlah penduduk pada tiap-tiap Rukun Tetangga (RT) terlihat tidak berimbang,
karena luas wilayah masing-masing Rukun Tetangga (RT) berbeda maka tingkat
kepadatan penduduknya pun tidak sama.
4.1.3.2 Permasalahan Dan Potensi Kelurahan Kadomas
a. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi di kadomas yaitu :
- Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup sehat
dalam keseharian terlihat dari rata-rata penduduk belum mempunyai
jamban, pembuangan sampah yang belum tertata dan kandang ayam dan
kambing yang deket rumah.
- Masih kurangnya pembinaan dan permodalan terhadap kelompok usaha
kecil.
101
b. Potensi
Kelurahan kadomas mempunyai potensi yang penghasilan emping
melinjo, opak, rangginang, keroket, pengrajin tas dan dompet. Para pengrajin
tersebut ada yang perorangan ada juga yang mempunyai kelompok.
4.1.3.2 Tugas dan Fungsi Aparat Kelurahan Kadomas
Dalam melaksanakan Tugas dan Fungsi Aparat Kelurahan Kadomas memiliki
rincian tugas sebagai berikut :
1. Lurah
2. Sekretaris
3. Kasi Pemerintahan
4. Kasi Kesos
5. Kasi Pembangunan
a. Tugas
Melaksanakan kewenangan Pemerintah yang dilimpahkan oleh Bupati
untuk menangani sebagai urusan Otonomi Daerah dan juga melaksanakan
tugas umum Pemerintahan.
b. Fungsi
a) Penyusunan Program dan kegiatan Kelurahan.
b) Pengordinasian penyelenggaraan pemerintah di wilayah Kelurahan.
c) Penyelenggaraan kegiatan pembinaan ideologi negara dan kesatuan
bangsa.
102
d) Pengordinasian kegiatan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat.
e) Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan terhadap kegiatan dibidang
ketentraman, ketertiban dan kebersihan.
f) Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan dibidang pendapatan daerah.
g) Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan dibidang kesejahteraan
sosial.
h) Pelaksanaan penata usahaan kelurahan.
i) Pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
4.1.3.3 Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian besar
tugas Kelurahan Kadomas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
a) Kelompok jabatan fungsional dimaksud, terdiri dari sejumlah tenaga dalam
jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai
dengan bidang keahliannya.
b) Setiap kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud, dipimpin oleh
seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Bupati.
c) Jumlah jabatan fungsional sebagaimana dimaksud ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja.
103
d) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud ditentukan, diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tabel 4.2
Jumlah Pegawai di Kantor Kelurahan Kadomas
Tahun 2016
No Kategori Jumlah
1 Lurah 1
2 Sekretaris 1
3 Kasi Kesos 1
4 Kasi Pemerintahan 1
5 Kasi Pembangunan 1
6 Pelaksana 2
7 Pelaksana/TKS 22
Jumlah 29
Kelurahan Kadomas terdiri dari 7 Desa, antara lain :
1. Desa Kadomas
2. Desa Pakalongan
3. Desa Jajawai
4. Desa Cicalung
5. Desa Pabuaran
6. Desa Cijeruk
7. Desa Luar Desa
Kelurahan Kadomas memiliki 28 RT, 8 RW dan 53 Kader.
104
4.1.3.4 Visi dan Misi Kelurahan Kadomas
VISI
“Mewujudkan Kelurahan Kadomas sebagai daerah home industri, pertanian
dan parawisata”
MISI
1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat.
2. Meningkatkan perekonomian masyarakat melalui home indsutri dan
pertanian.
4.2 Deskripsi Data
Data yang disajikan dibawah ini merupakan data yang sudah melalui proses
redukasi. Deskripsi data menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data
mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teori Kepatuhan Wajib Pajak menurut Nasucha.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata
dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan dan dokumentasi.
Berdasarkan teknik analisis dan kualitatif mengikuti konsep Milesdan
Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting,
diantaranya : redukasi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
verifikasi (conclusion drawing/verifying).
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah meredukasi data yaitu merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan
105
polanya. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan redukasi data, peneliti
memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu :
a. Kode Q₁,₂, dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan.
b. Kode I1.1menunjukkan informan dari Kepala Bidang Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan Perkotaan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Pandeglang.
c. Kode I2.1 – I2.6 menunjukkan informan dari Pemerintah Desa Kelurahan
Kadomas.
d. Kode I3.1 – I3.7 menunjukkan informan dari Masyarakat Kelurahan Kadomas.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data (data display). Dalam
penelitian kualitatif penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk uraian singkat
atau teks naratif, bagan, matrik, hubungan antara kategori, network, flowchart, dan
sejenisnya. Namun pada penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks
narasi.
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan (verfication) setelah data bersifat
jenuh, artinya telah ada pengulangan informasi, maka kesimpulan tersebut data
dijadikan jawaban atas masalah penelitian.Selanjutnya peneliti akan melakukan
Analisis Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang.
Dan analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teori yang
106
dianggap sesuai dengan permasalahan dan kerangka berfikir yang telah diuraikan
sebelumnya.
4.2.1 Data Informan Penelitian
Data informan penelitian menjelaskan deskripsi informan yang menjadi
sumber data utama dalam penelitian mengenai Kepatuhan Masyarakat dalam
Membayar PBB-P2 di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang. Deskripsi
informan penelitian meliputi nama informan dan pekerjaan atau jabatan dari informan
penelitian tersebut.Sesuai dengan pemelihan informan penelitian ini menggunakan
teknik purposive, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informan penelitian yang
tepat dan kredibel. Berikut ini daftar deskriptif informan yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
107
Tabel 4.3
Kodefikasi Informan Penelitian
No. Kode Nama Informan Keterangan Jenis
Kelamin
1 I1.1 Andry Effendy,ST Kasi Penagihan dan
Keberatan PBB-P2
dan BPHTB
Laki – Laki
2 I2.1 Tb. Saepul Bahri Lurah Kadomas Laki – Laki
3 I2.2 Moch. Nursan Kasi Pemerintahan
Kelurahan Kadomas
Laki – Laki
4 I2.3 Wisnu Supardan,
SHI.MM
Kasi Kesos
Kelurahan Kadomas
Laki – Laki
5 I2.4 Nur Rahmi Safitri,
S. Sos
Kasi Pembangunan
Kelurahan Kadomas
Laki – Laki
6 I2.5 Sudarwiningsih Bendahara
Kelurahan Kadomas
Perempuan
7 I3.1 Suparman RT 03 RW 07 di
Desa Kadomas
Laki – Laki
8 I3.2 Jumroni RT 02 RW 02 di
Desa Pakalongan
Laki – Laki
9 I3.3 Suparto RT 02 RW 05 di
Desa Pabuaran
Laki – Laki
108
10 I3.4 Arif Irawan Masyarakat Desa
Kadomas
Laki – Laki
11 I3.5 Engkom Komariah Masyarakat Desa
Kadomas
Perempuan
12 I3.6 Suzanna Dwi Masyarakat Desa
Kadomas
Perempuan
13 I3.7 Cicih Masyarakat Desa
Pabuaran
Perempuan
(Sumber: data diolah Peneliti, 2016)
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini merupakan suatu data dan fakta yang peneliti
dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunakan yaitu menggunakan teori menurut Nasucha (2004:148). Kepatuhan
perpajakan adalah sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak taat, tunduk dan patuh
melaksanakan ketentuan perpajakan, memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara.
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik bagi
negara maju maupun di negara berkembang. Karena jika wajib pajak tidak patuh
maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran,
pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak yang pada akhirnya tindakan tersebut
akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang.
109
Dalam penelitian kali ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dengan
didasari data yang peneliti peroleh melalui hasil observasi, wawancara, dokumentasi,
serta studi kepustakaan mengenai kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2 di
kelurahan kadomas kabupaten pandeglang yang meliputi komponen variabel menurut
Nasucha (2004:148) sebagai berikut :
4.3.1 Aspek Yuridis
Indikator aspek-aspek kepatuhan wajib pajak yang pertama adalah aspek
yuridis yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari ketaatan terhadap prosedur
administrasi perpajakan yang ada. Aspek ini meliputi laporan perkembangan
penyampaian SPT, laporan perkembangan penyampaian SPT secara presentase yang
diisi secara benar dan tidak benar, serta laporan perkembangan penyampaian
angsuran berdasarkan perkembangan SPT masa.
Indikator aspek yuridis terdari dari pendaftaran wajib pajak, pengisian SPPT,
Perhitungan pajak dan Pembayaran pajak. Mengenai laporan perkembangan
penyampaian SPT secara presentase yang diisi secara benar dan tidak benar, serta
laporan perkembangan penyampaian angsuran berdasarkan perkembangan SPT
terhadap wajib pajak. Peneliti memberikan pertanyaan yaitu :
110
1. Apakah Pengisian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan?
Kepada Bapak Andry Effendy, ST I1.1sebagai kasi penagihan dan keberatan
PBB-P2 dan BPHTB di dinas pendapatan daerah kabupaten pandeglang. Berikut
ketupian wawancara nya :
“Iya, kita mengisi SPPT sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
perundang-undangannya adalah Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang
Landasan Hukum Dalam Pemungutan Pajak Dan Retribusi Daerah.”
(Selasa, 1 November 2016 Pukul 10:00 WIB di dinas pendapatan daerah).
I2.1 Bapak Tb. Saepul Bahri sebagai lurah di kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang juga mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Pengisian SPPT pasti sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Tetapi
untuk pencapaian target pemungutan pajak bumi bangunan khususnya di
kadomas ini sebetulnya belum sesuai target,target yang ditetapkan pada
tahun 2015 adalah Rp 27.848.697 dan yang teralisasi hanya sekitar Rp
290.199 sekitaran 25,67% berdasarkan laporan yang kami dapatkan dari
Dinas Pendapatan Daerah.” (Rabu 26 Oktober 2016 Pukul 09:30WIB di
kantor Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang).
I2.2 Bapak Moch. Nursan sebagai Kasi Pemerintahan sekaligus sebagai
Kolektor Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Desa
Pakalongan dan Desa Cicalung Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang.
Mengemukakan hal yang serupa dengan, yakni :
“Iya sudah, berdasarkan peraturan yang berlaku yang kami dapatkan melalui
sosialisai sudah berdasarkan undang-undang yag berlaku yaitu undang
Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Landasan Hukum Dalam
Pemungutan Pajak Dan Retribusi Daerah” (Rabu, 26 Oktober 2016Pukul
11:00 WIB di Kantor Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang)
111
I2.3 Bapak Wisnu Supardan, SHI. MM sebagai Kasi Kesos sekaligus kolektor
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Desa kadomas,
jajawai dan cijeruk Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang mengemukakan hal
yang serupa dengan, yakni :
“Sesuai dengan perundang-undangan, kenapa karna itu udah masuk dari
pada tugas, wewenang, kelurahan untuk menagih pajak. karna dari bawah
tingkat kelurahan sampai kecamatan itu sudah diatur perundang-undangan”
(Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul 10:00 WIBdi Kantor Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh kasi penagihan dan keberatan
PBB-P2 dan BPHTB, lurah di kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, kasi
pemerintahan sekaligus sebagai kolektor pemungutan PBB-P2 di desa pakalongan
dan desa cicalung kelurahan kadomas kabupaten pandeglang dan kasi kesos sekaligus
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai dan cijeruk kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang yang bersedia di wawancarai oleh peneliti, dapat
peneliti simpulkan bahwa pengisian SPPT sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku adalah no 28 tahun 2009 tentang landasan hukum dalam
pemungutan pajak dan retribusi daerah. Tetapi untuk pencapaian target pemungutan
PBB-P2 khususnya di kelurahan kadomas belum sesuai target, target yang ditetapkan
pada tahun 2015 adalah Rp. 27.848.697 dan yang teralisasi hanya sekitar Rp. 290.199
sekitaran 25,67%.
2. Apakah selalu melaporkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang)
yang telah diisi dengan tepat waktu ?
112
Berikut hasil wawancara dengan I2.1 Bapak Tb. Saepul Bahri sebagai lurah di
kelurahan kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Ada kesulitan dalam pemungutan PBB karena kita berhadapan dengan
masyarakat sangat susah, oleh karena itu pelaporan SPPT selalu tidak sesuai
dengan tepat waktu” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul 09:00 WIB di kantor
kelurahan kadomas)
I2.3 Bapak Wisnu Supardan, SHI. MM sebagai kasi kesos sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai dan cijeruk di kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Tidak selalu tepat waktu, hanya kita punya jadwal tertentu sudah
ditargetkan oleh tingkat kantor pajak itu sudah targetkan setiap bulan juli
keluar diakhir sampai oktober , oktober itu harus selesai semuanya.
Masyarakat harus sudah setor sampai minimal 80% . kenapa harus begitu
kita sebagai koordinator di kasi saya membawahi teman-teman dari staf-staf
di bagi wilayah . saya koordinator kesos ini wilayahnya hanya kadomas 2
RW, kita pertama kasih undangan oleh beliau ke masyarakat yang
undangannya itu kita yang buat di kasih ke RT dikumpulkan oleh RT dikasih
jadwal , jadi jadwalnya undangan untuk memberitahukan bahwa untuk
pembayaran pbb itu sampai bulan oktober . oleh RT dikasih ke masyrakat
setempat untuk pembayaran langsung ke pak RT koordinator bayangan kita.
Nah nanti pak RT akan menyetorkan kepada kita ke kelurahan berapa dapat
nya selama sekian bulan karna target kita yang sudah diatur oleh undang-
undang dari bulan juli sampai dengan oktober walaupun kadang-kadang bisa
sampai desember yang penting tahun ini selesainya sampai dengan bulan
oktober , nah itu penyampaian targetnya itu yang lebih mudah untuk
undangan kenapa karna akan mengingatkan tetapi sppt kita tagih ke rumah-
rumah itu ada yang lupa, ada yang bilang nanti akhirnya kita pulang
kemaleman kinerja malam itu kan kita udah diluar waktu kita makannya kita
akalin bagaimana untuk memudahkan koordinator pbb ke masyarakat dengan
cara undangan, undangan dulu kita kasih undangan kepada RT lalu
disebarkan ke masyarakat bahwa sppt nya nilai nya sekian, wajib pajak
sekian, setelah beberapa minggu RT nanti setor ke kelurahn dari kelurahan ke
bank . sebab misalkan kita door to door masyarakat akan kaget terkadang
banyak alasan akhirnya. Sehingga waktu kita habis . kalau dengan undangan
udah komitmen. Itu sistem nya dan itu lebih efektif.” ( Rabu, 26 Oktober 2016
Pukul 10:00 WIB di kantor kelurahan kadomas)
113
I2.2 Bapak Moch. Nursan sebagai kasi pemerintahan sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa pakalongan dan cicalung di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang berbeda dengan Bapak Wisnu
Supardan, SHI. MM dan Bapak Tb. Saepul Bahri, yakni :
“Iya kami melaporkan SPPT setiap tahun nya dengan tepat waktu” (Rabu 26
Oktober 2016 Pukul 11:00 WIB di kantor kelurahan kadomas)
I2.4 Ibu Nur Rahmi Safitri, S. Sos sebagai kasi pembangunan sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa pabuaran kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang mengemukakan hal serupa dengan Bapak Moch. Nursan, yakni:
“Iya. Selalu tiap bulan” (Rabu, 04 Januari 2016 Pukul 09:00 WIB di kantor
kelurahan kadomas)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh lurah kadomas kelurahan
kadomas, kasi kesos sekaligus sebagai kolektor pemungutan PBB-P2 di desa
kadomas, jajawai dan cijeruk, kasi pemerintahan sekaligus sebagai kolektor
pemungutan PBB-P2 di desa pakalongan dan cicalung di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang dan kasi pembangunan sekaligus sebagai kolektor pemungutab
PBB-P2 di desa pabuaran kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, dapat peneliti
simpulkan bahwa tidak ada nya komunikasi hal ini dibuktikan dengan adanya
perbedaan jawaban yang disampaikan oleh aparatur desa tersebut.
3. Apakah selalu menghitung obyek pajak yang terutang dengan benar dan apa
adanya ?
114
Hasil wawancara dengan I1.1 Bapak Andry Effendy, ST sebagai kasi
penagihan dan keberatan PBB-P2 dan BPHTB mengemukakan sebagai berikut :
“Ya adapun perhitungan obyek pajak yang terutang dilakukan oleh dinas
dengan cara menghitung sesuai dengan kepemilikan yang sah. Dasar
perhitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan
setinggi-tingginya 100% dari NJOP. NJOP adalah Nilai Jual Obyek Pajak
besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 tahun kecuali obyek pajak tertentu dapat
ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya” (Selasa, 1
November 2016 Pukul 10:00 WIB di kantor dinas pendapatan daerah)
I2.1 Bapak Tb. Saepul Bahri sebagai lurah di kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang mengemukakan, yaitu :
“Tugas kami hanya memungut PBB ke masyarakat untuk perhitungan kami
tidak tahu menau yang merekapitulasi dan melaporkan ke dinas adalah
kecamatan” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul 09:30 WIB di kantor kelurahan
kadomas)
I2.2 Bapak Moch. Nursan sebagai kasi pemerintahan sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa pakalongan dan cicalung di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Udah, perhitungan sudah ditentukan oleh dispenda kami hanya bertugas
untuk memungut pbb kepada masyarakat.” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul
11:00 WIB di kantor kelurahan kadomas)
I2.3 Bapak Wisnu Supardan, SHI sebagai kasi kesos sekaligus sebagai kolektor
pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai, dan cijeruk di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Iya. NJOP nya berapa misalkan kali luas tanah mereka lalu di kali 5% untuk
pajak baru nanti keluar nilai nya itu yang wajib pajak oleh masyarakat karna
ada bumi, kalau bangunan lain lagi walaupun bersatu tapi terkadang ada
bangunan dan ada tidak karna memang waktu itu kantor pajak juga belum
merealisasikan walaupun sudah diverifikasi . kalau yang di verifikasi
sekarang sampai bangunan dan bumi ini belum keluar nanti keluarnya 2017.
115
Yang sekarang masih kebanyakan bumi tapi ada bangunan itu pun yang
bangunan masyarakat yang minta untuk keperluan ke bank baru kita buatkan
bangunan ke UPT mengajukan baru keluar NJOP bangunan karna besar .
rata-rata hampir 15.000 sampai dengan 80.000 paling terkecil tuh ada 5.000
objek tanah padahal bangunannya ada karna apa kita engga bisa meminta
oleh objek tanah dimasukan bangunannya itu bagaimana orang pbb, nanti
orang pbb datang ke kita itu namanya verifikasi. Tapi kadang-kadang
masyarakat tidak mau sebab nanti timbul muncul bangunan akan besar untuk
membayar pajak nya.” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul 10:00 WIB di kantor
kelurahan kadomas)
I2.4 Ibu Nur Rahmi Safitri sebagai kasi pembangunan sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa pabuaran kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Iya, sesuai dengan yang ada dilapangan”(Rabu, 04 Januari 2016 Pukul
09:00 WIB di kantor kelurahan kadomas)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikanoleh kasi penagihan dan keberatan
PBB-P2 dan BPHTB, lurah kelurahan kadomas, kasi pemerintahan sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa pakalongan dan cicalung di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang, kasi kesos sekaligus sebagai kolektor pemungutan PBB-P2 di
desa kadomas, jajawai, dan cijeruk di kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, dan
kasi pembangunan sekaligus sebagai kolektor pemungutan PBB-P2 di desa pabuaran
kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, dapat peneliti simpulkan bahwa
perhitungan obyek pajak yang terutang sudah benar dan apa adanya, sesuai dengan
kepemilikan yang sah. Dasar perhitungan pajak dari NJOP. NJOP adalah nilai jual
obyek pajak besarnya NJOP ditetapkan 3 tahun kecuali obyek pajak tertentu dapat
ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
116
4. Apakah selalu membayar PBB-P2 yang terutang dengan tepat waktu ?
Berdasarkan hasil wawancara dengan I3.1 Bapak Suparman sebagai Rt 03 Rw
07 di desa kadomas kelurahan kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan
sebagai berikut :
“Iya, tepat waktu kami RT selalu memberikan laporan masing-masing wajib
pajak yang membayar dengan tepat waktu berdasarkan batas waktu yang
diberikan Kelurahan” (Senin, 10 Januari 2016 Pukul 09:30 WIB di desa
kadomas)
I3.2 Bapak Jumroni sebagai Rt 02 Rw 02 di desa pakalongan kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan hal serupa, yakni :
“Iya, saya selalu membayar pajak bumi dan bangunan tepat waktu” (Senin,
10 Januari 2016 Pukul 10:00 WIB di desa pakalongan)
I3.3 Bapak Suparto sebagai Rt 02 Rw 05 di desa pabuaran kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Tepat waktu. Bila mana SPPT sudah diterima. Saya langsung
membayarnya” (Senin, 10 Januari 2016 Pukul 10:30 WIB di desa pabuaran)
I3.6 Ibu Suzanna Dwi sebagai masyarakat desa kadomas kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan hal berbeda, yaitu :
“Tidak tentu, karena tergantung petugas yang menagih kalau tidak ada yang
menagih tidak bayar” (Rabu, 04 Januari 2017 Pukul 11:30 WIB di desa
kadomas kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Suparman sebagai Rt
03 Rw 07 di desa kadomas kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, Bapak
Jumroni sebagai Rt 02 Rw 02 di desa pakalongan kelurahan kadomas kabupaten
117
pandeglang, Bapak Suparto sebagai Rt 02 Rw 05 di desa pabuaran kelurahan
kadomas kabuapten pandeglang dan Ibu Suzanna Dwi sebagai masyarakat desa
kadomas, dari pernyataan yang disampaikan dapat peneliti simpulkan bahwa ada nya
perbedaan yang disampaikan antara Rt atau Rw dengan masyarakat setempat hal ini
menandakan bahwa kurang nya kesadaran masyarakat untuk membayar PBB-P2 dan
kurangnya adanya sikap tegas dari kelurahan dalam penagihan PBB-P2.
4.3.2. Aspek Psikologis
Indiktor aspek-aspek kepatuhan wajib pajak yang kedua adalah aspek
psikologis yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari persepsi wajib pajak terhadap
penyuluhan, pelayanan, dan pemeriksaan pajak. Indikator aspek psikologis terdari
dari tiga sub indikator yaitu penyuluhan, pelayanan dan pemeriksaan. Terkait
pertanyaan tentang penyuluhan yang pernah dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar PBB-P2. Peneliti menanyakan pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apakah dinas dan aparatur desa pernah mengadakan penyuluhan tentang
PBB-P2 ?
Hasil wawancara dengan I1.1 Bapak Andry Effendy, ST sebagai kasi
penagihan dan keberatan PBB-P2 dan BPHTB mengemukakan sebagai berikut :
“Selama ini dipusat ditingkat kelurahan atau kecamatan saja. Belum terjun
langsung ke masyarakat. rencana nya bulan november, awalnya awal tahun
karna ada kesalahan sks kegiatan bupati jadi sosialisasinya menjadi bulan
November” (Selasa, 1 November 2016 Pukul 10:00 WIB di kantor dinas
pendapatan daerah kabupaten pandeglang)
118
I2.1 Bapak Tb. Saepul Bahri sebagai lurah di kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Kami sebelum sppt dibagikan kami selalu mengundang LP-LP, karna LP-LP
itu kemitraan kami dan di sosialisasikan ke masing-masing Rt Rw yang ada
keterkaitan dengan pembayaran pbb, 3 bulan sekali kami selalu mengadakan
pembinaan keterkaitan dengan program-program pemerintah dan terkaitan
pbb, setiap hari-hari besar kami selalu membicarakan masalah peningkatan
pembayaran PBB ke tiap-tiap masyarakat, karna PBB itu primadona maju
nya pembangunan itu karna kita dari pajak.” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul
09:30 WIB di kantor kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I2.3 Bapak Wisnu Supardan, SHI sebagai kasi kesos sekaligus sebagai kolektor
pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai, dan cijeruk di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Sudah pernah, itu pun kita yang meminta untuk bekerjasama supaya lebih
tau dan kita juga sudah pernah mengajukan ke kantor pajak untuk
mengadakan pembayaran pbb keliling, pembayaran pbb keliling dengan
menggunakan mobil jadi masyarakat yang ingin membayar pbb langsung ke
mobil keliling dari kantor pajak. biasa 3 bulan sekali bulan juli sampai
dengan bulan oktober dan alhamdulilah karna masyarakatnya belum
tergugah untuk membayar pajak sehingga pembayaran pbb keliling
menggunakan mobil tidak beroprasi lagi” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul
10:00 WIB di kantor kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I3.3 Bapak Suparto sebagai Rt 02 Rw 05 di desa pabuaran kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang, mengemukakan yang hal yang berbeda, yakni :
“Tidak ada, adapun dari kelurahan cuman menyerahkan SPPT saja” (Senin,
10 Januari 2016 Pukul 10:30 WIB di desa pabuaran kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh kasi penagihan dan keberatan
PBB-P2 dan BPHTB, lurah kelurahan kadomas, kasi kesos sekaligus sebagai kolektor
119
pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai dan cijeruk di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang, dan ketua Rt 02 Rw 05 di desa pabuaran kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang, dari pernyataan yang disampaikan dapat disimpulkan bahwa
tidak adanya penyuluhan ke masyarakat hanya penagihan SPPT pada masyarakat
desa.
2. Apakah dalam penyuluhan dijelaskan denda jika menunda atau tidak
membayar PBB-P2 ?
Hasil wawancara dengan I3.1 Bapak Suparman sebagai Rt 03 Rw 07 di desa
kadomas keluahan kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Dalam penyuluhan ga pernah dijelaskan ada denda bagi yang menunda
atau tidak membayar pbb-p2. Saya ga tau kalau ada denda buat masyarakat
yang menunda” (Senin, 10 Januari 2016 Pukul 10:30 WIB di desa kadomas
kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I3.2 Bapak Jumroni sebagai Rt 02 Rw 02 di desa pakalongan kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Ga pernah dijelasin soal denda buat warga yang menunda bayar pajak”
(Senin, 10 Januari 2016 Pukul 10:00 WIB di desa pakalongan kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang)
I3.4 Bapak Arif Irawan sebagai masyarakat di desa kadomas kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang berbeda yakni :
“Iya saya tau. Kalau mengenai denda tergantung objek pajak nya” (Senin, 10
Januari 2016 Pukul 09:00 WIB di desa kadomas kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang)
120
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh ketua Rt 03 Rw 07 di desa
kadomas kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, ketua Rt 02 Rw 02 di desa
pakalongan kelurahan kadomas kabupaten pandeglang dan masyarakat di desa
kadomas kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, dapat peneliti simpulkam
keseluruhan pernyataan bahwa tidak ada penyuluhan langsung dari desa atau
kecematan tetapi masyarakat hanya mengetahui dari SPPT. Karna di dalam SPPT
tersebut sudah dikalkulasikan dengan denda yang mesti dibayar.
3. Bagaimana jika ada masyarakat yang menunda atau tidak membayar PBB-
P2 ?
I1.1 Bapak Andry Effendy, ST sebagai kasi penagihan dan keberatan PBB-P2
dan BPHTB mengemukakan sebagai berikut :
“Kami bekerja sama dengan melakukan koordinasi dengan Kecamatan
melalui camat yang terkait untuk melakukan koordinasi pula kepada
Kelurahan dalam mengingatkan masyarakat yang menunda dan tidak
membayar PBB-P2 lalu masyarakat yang tidak patuh biasanya dikenakan
sanksi 2% tiap bulannya dan menjadi piutang wajib pajak tersebut jika tidak
dibayar” (Selasa, 1 November 2016 Pukul 10:00 WIB di kantor dinas
pendapatan daerah kabupaten pandeglang)
I2.1 Bapak Tb. Saepul Bahri sebagai lurah di kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Kami akan mengenakan sanksi kepada masyarakat yang menunda atau tidak
membayar yaitu mendapatkan double dalam membayar pajak di tahun
berikutnya” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul 09:30 WIB di kantor kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang)
I2.2 Bapak Moch. Nursan sebagai kasi pemerintahan sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa pakalongan dan cicalung di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
121
“Berusaha merayu masyarakat untuk membayar PBB, cuman pencarian
masyarakat tidak menentukan sehingga masyarakat tidak mau membayar
pajak” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul 11:00 WIB di kantor kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang)
I2.3 Bapak Wisnu Supardan, SHI sebagai kasi kesos sekaligus sebagai kolektor
pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai, dan cijeruk di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Dia akan double membayar pajak tahun depan , tapi kebanyakan kebiasaan
masyarakat tidak mau membayar pajak yang sebelumnya hanya membayar
pajak yang tahun berikutnya dan itu tetap tertunda , kita harus membayar dan
kita yang menanggulanginya . Nanti di potong BOP dari kantor pajaknya
kalau emang belum selesai” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul 10:00 WIB di
kantor kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
Berdasarkan pernyataan yang disampikan oleh kasi penagihan dan keberatan
PBB-P2 dan BPHTB, lurah kelurahan kadomas, kasi pemerintahan sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa pakalongan dan cicalung di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang, dan kasi kesos sekaligus sebagai kolektor pemungutan PBB-
P2 di desa kadomas, jajawai, dan cijeruk di kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang, dapat peneliti simpulkan dari keseluruhan pernyataan bahwa hanya
adanya sanksi administrasi berupa denda 2% yang dibayarkan di tahun berikutnya.
4. Apakah petugas pajak bersikap ramah dan sopan dalam melayani setiap
wajib pajak ?
Menurut I3.3 Bapak Suparman sebagai Rt 03 Rw 07 di desa kadomas
kelurahan kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
122
“Iya, sopan dan ramah . karena dengan petugas yang di kelurahannya sudah
kenal” (Senin, 10 Januari 2016 Pukul 09:30 WIB di desa kadomas kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang)
I3.2 Bapak Jumroni sebagai Rt 02 Rw 02 di desa pakalongan kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang serupa sebagai berikut :
“Iya, sopan dan ramah” (Senin, 10 Januari 2016 Pukul 10:00 WIB di desa
pakalongan kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I3.3 Bapak Suparto sebagai Rt 02 Rw 05 di desa pabuaran kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Sopan. Yah tergantung orang nya kalau kenal yah ramah dan sopan”
(Senin, 10 Januari 2016 Pukul 10:30 WIB di desa pabuaran kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh ketua Rt 03 Rw 07 di desa
kadomas kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, ketua Rt 02 Rw 03 di desa
pakalongan kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, dan ketua Rt 02 Rw 05 di
desa pabuaran kelurahan kadomas kabupaten pandeglang, dapat peneliti simpulkan
dari keseluruhan pernyataan bahwa petugas pajak sudah bersikap ramah dan sopan
dalam melayani wajib pajak. hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang peneliti
dapatkan.
5. Apakah petugas pajak cepat tanggap atas kesulitan yang dialami wajib pajak
?
Menurut I1.1 Bapak Andry Effendy, ST sebagai kasi penagihan dan keberatan
PBB-P2 dan BPHTB mengemukakan sebagai berikut :
123
“selama permohonan atau kendala dari masyarakat langsung kita selalu
menanggapi sesuai dengan apa yang menjadi kendala pemohon wajib pajak
tersebut, kami melakukan koordinasi pula dengan kecamatan dan kelurahan”
(Selasa, 1 November 2016 Pukul 10:00 WIB di kantor dinas pendapatan
daerah kabupaten pandeglang)
I2.1 Bapak Tb. Saepul Bahri sebagai lurah di kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Iya selama ini kita selalu membantu jika masyarakat ada yang kesulitan
dalam membayar SPPT” (Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul 09:30 WIB di kantor
kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I2.3 Bapak Wisnu Supardan, SHI. MM sebagai kasi kesos sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai dan cijeruk kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Iya. Selalu membantu sesuai permohonan” (Rabu, 28 Oktober 2016 Pukul
10:00 WIB di kantor kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I3.1 Bapak Suparman sebagai Rt 03 Rw 07 di desa kadomas kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Iya, cepat tanggap jika ada kesulitan yang dialami warganya” (Senin, 10
Januari 2016 Pukul 09:30 WIB di desa kadomas kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh kasi penagihan dan keberatan
PBB-P2 dan BPHTB, lurah kelurahan kadomas, kasi kesos sekaligus sebagai kolektor
pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai, dan cijeruk kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang, dan ketua Rt 03 Rw 07 di desa kadomas kelurahan kadomas
124
kabupaten pandeglang, dapat peneliti simpulkan dari pernyataan bahwa petugas pajak
selalu cepat tanggap terhadap kesulitan yang dialami wajib pajak.
4.3.3 Aspek Sosiologis
Indikator aspek-aspek tingkat kepatuhan wajib pajak yang ketiga adalah aspek
sosiologis yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari aspek sosial perpajakan. Indikator
aspek sosiologis terdiri dari empat sub indikator yaitu kebijakan publik, kebijakan
fiskal, kebijakan perpajakan, dan administrasi perpajakan. Peneliti menanyakan
sebagai berikut :
1. Apakah kantor pajak sudah memberikan penyuluhan terkait adanya
perubahan PBB-P2 menjadi pajak daerah ?
Hasil wawancara I1.1 Bapak Andry Effendy, ST sebagai kasi penagihan dan
keberatan PBB-P2 dan BPHTB mengemukakan sebagai berikut :
“Iya sudah. Melakukan penyuluhan terkait PBB menjadi pajak daerah ke
kecamatan-kecamatan melalui aparatur camat dan ke kelurahan atau desa
melalui aparatur desa. Seperti yang kami bilang penyuluhan yang kami
lakukan masih dipusat tingkat kelurahan dan kecematan” (Selasa, 1
November 2016 Pukul 10:00 WIB di kantor dinas pendapatan daerah
kabupaten pandeglang)
I2.1 Bapak Tb. Saepul Bahri sebagai lurah di kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Beberapa waktu lalu dari Dinas pernah melakukan penyuluhan tetapi hanya
di Kecamatan dan Kelurahan tidak langsung ke masyarakat kami. Dinas
memberikan sosialisasi terkait PBB yang diterima Daerah akan dikembalikan
lagi ke masyarakat untuk pembangunan daerah dsb” (Rabu, 26 Oktober 2016
Pukul 09:30 WIB di kantor kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
125
I2.3 Bapak Wisnu supardan, SHI. MM sebagai kasi kesos sekaligus sebagai
kolektor pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai dan cijeruk kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Udah, bahkan PBB diserahkan ke daerah dan aturan bahwa PBB itu akan
kembali ke masyarakat dengan melalui pembangunan” (Rabu, 26 Oktober
2016 Pukul 10:00 WIB di kantor kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I3.4 Bapak Arif Irawan sebagai masyarakat di desa kadomas kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang berbeda, yakni :
“Tidak ada penyuluhan tentang itu” (Senin, 10 Januari 2016 Pukul 09:00
WIB di desa kadomas kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh kasi penagihan dan keberatan
PBB-P2 dan BPHTB, lurah kelurahan kadomas, kasi kesos sekaligus sebagai kolektor
pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai, dan cijeruk kelurahan kadomas, dan
masyarakat desa kadomas, dapat peneliti simpulkan bahwa tidak ada nya penyuluhan
yang dilakukan baik dari dispenda maupun aparat desa setempat. Hal ini dibuktikan
dengan jawaban yang peneliti terima dari masyarakat bahwa tidak ada nya
penyuluhan terkait tentang adanya perubahan PBB-P2 menjadi pajak daerah.
2. Apakah sudah mengetahui alur pembayaran PBB-P2 ?
Menurut I3.1 Bapak Suparman sebagai Rt 03 Rw 07 di desa kadomas
keluarahan kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Iya, dari Kelurahan ke RT dari RT Terus ke masyarakat . di kolektif di rt jika
sudah terkumpul semua, langsung disetorkan ke kelurahan” (Senin, 10
Januari 2016 Pukul 09:30 WIB di desa kadomas kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang)
126
I3.2 Bapak Jumroni sebagai Rt 02 Rw 02 di desa pakalongan kelurahan
kadomas kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Soal pembayaran dilakukan dengan cara kolektif di RT” (Senin, 10 Januari
2016 Pukul 10:00 WIB di desa pakalongan kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang)
I3.3 Bapak Suparto sebagai Rt 02 Rw 05 di desa pabuaran kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Pembayaran di kolektif di RT. Kalau masyarakat belum ada yang bayar
sesuai jangka waktu yang ditentukan, saya yang mesti keliling mengambil
SPPT yang harus dibayar. Nanti dari kelurahan datang lagi dalam jangka 1
bulan untuk mengambil SPPT dan uang nya yang sudah terkumpul. Kalau ga
saya yang nganterikan ke kelurahan” (Senin, 10 Januari 2016 Pukul 10:30
WIB di desa pabuaran kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I3.4 Bapak Arif Irawan sebagai masyarakat desa kadomas kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Kalau soal pembayaran itu di kolektif oleh RT” (Senin, 10 Januari 2016
Pukul 09:00 WIB di desa kadomas kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh ketua Rt 03 Rw 07 di desa
kadomas kelurahan kadomas, ketua Rt 02 Rw 02 di desa pakalongan kelurahan
kadomas, ketua Rt 02 Rw 05 di desa pabuaran kelurahan kadomas, dan masyarakat di
desa kadomas, dapat peneliti simpulkan bahwa alur pembayaran PBB-P2 dilakukan
secara kolektif yang dikumpulkan di ketua Rt atau Rw. Dalam jangka 1 bulan dari
pihak kelurahan datang untuk mengambil SPPT yang sudah terkumpul.
127
3. Adakah permasalahan di kelurahan kadomas mengenai PBB-P2 ?
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 Bapak Andry Effendy, ST sebagai
kasi penagihan dan keberatan PBB-P2 dan BPHTB mengemukakan sebagai berikut :
“Ada beberapa permasalahan diantaranya : adanya double abstrak,
kesadaran wajib pajak masih kurang, objek pajak tidak ada sppt ada, wajib
pajak yang berada di luar daerah sehingga kami kesulitan untuk menagihnya
dan keberatan dan ketetapan pajak” (Selasa, 1 November 2016 Pukul 10:00
WIB di kantor dinas pendapatan daerah kabupaten pandeglang)
I2.1 Bapak Tb. Saepul Bahri sebagai lurah di kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang mengemukakan hal yang serupa, yakni :
“Ada kami memilki beberapa permasalahan diantaranya yaitu, adanya
double abstrak, tidak sesuai dengan luasnya, tidak ada kepemilikan dan
kepemilikannya diluar daerah” (Rabu, 26 oktober 2016 Pukul 09:30 WIB di
kantor kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I2.2 Bapak Moch. Nursan sebagai kasi pemerintahan sekaligus kolektor
pemungutan PBB-P2 di desa pakalongan dan cicalung di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Permasalahannya yah mata pencarian masyarakat tidak menentu sehingga
masyarakat susah untuk membayar pajak” (Rabu, 26 oktober 2016 Pukul
11:00 WIB di kantor kelurahan kadomas kabupaten pandeglang)
I2.3 Bapak Wisnu Supardan, SHI. MM sebagai kasi kesos sekaligus kolektor
pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai dan cijeruk kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang mengemukakan sebagai berikut :
“Permasalahan dari pajak ini terutama dari sosialisasinya yang kurang,
terus peran kantor pajak pun dalam mengisi untuk memberi penyuluhan ke
masyrakat itu pun sedikit hanya berapa persen sehingga dari tingkat
kelurahan pun hanya bisa menyampaikan saja bahwa ini wajib pajak” (Rabu,
26 oktober 2016 Pukul 10:00 WIB di kantor kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang)
128
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh kasi penagihan dan keberatan
PBB-P2 dan BPHTB, lurah kelurahan kadomas, kasi pemerintahan sekaligus kolektor
pemungutan PBB-P2 di desa pakalongan dan cicalung di kelurahan kadomas, dan
kasi kesos sekaligus kolektor pemungutan PBB-P2 di desa kadomas, jajawai dan
cijeruk kelurahan kadomas, dapat peneliti simpulkan bahwa masih banyaknya
permasalahan yang terdapat di kelurahan kadomas yaitu adanya double abstrak, tidak
sesuai dengan luasnya, mata pencaharian masyarakat yang tidak menentu sehingga
masyarakat susah untuk membayar pajak. Sosialisasi dari kantor pajak pun sangat
kurang untuk memberikan penyuluhan terkait kewajiban wajib pajak untuk
membayar PBB-P2.
4.4 Pembahasan
Pembahasan yakni mencakup lebih lanjut dari hasil analisis data yang
ditujukan untuk memaparkan lebih jauh lagi terkait masing-masing indikator
kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data hasil penelitian,
penelitian menggunakan teori Nasucha (2004:148). Kepatuhan wajib pajak mengacu
kepada kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2 mengacu
kepada, aspek yuridis, aspek psikologis dan aspek sosiologis. Berikut adalah
pembahasan dari masing-masing indikator kepatuhan wajib pajak dalam penelitian
kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2 di kelurahan kadomas kabupaten
pandegalng.
129
4.4.1 Aspek Yuridis
Aspek yuridis adalah kepatuhan wajib pajak dilihat dari ketaatan terhadap
prosedur administrasi perpajakan yang ada. Aspek ini meliputi laporan perkembangan
penyampaian SPT, laporan perkembangan penyampaian SPT secara presentase yang
diisi secara benar dan tidak benar, serta laporan perkembangan penyampaian
angsuran berdasarkan perkembangan SPT masa.
Mengenai laporan perkembangan laporan perkembangan penyampaian SPPT
secara presentase yang diisi secara benar dan tidak benar, serta laporan
perkembangan penyampaian angsuran berdasarkan perkembangan SPPT terhadap
wajib pajak, pengisian SPPT sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu undang-undang no 28 tahun 2009 tentang landasan
hukum dalam pemungutan pajak dan retribusi daerah. Laporan SPPT yang telah diisi
tepat waktu kepada wajib pajak maka pembayaran SPPT pun akan sesuai dengan
waktu yang ditentukan oleh prosedur yang berlaku, pembayaran SPPT yang dibayar
tepat waktu akan berpengaruh terhadap jumlah target yang ditentukan oleh dinas
pendapatan daerah kabupaten pandeglang.
Perhitungan obyek pajak di kelurahan kadomas kabupaten pandeglang sudah
sesuai kepemilikan yang sah. Dasar perhitungan pajak adalah ditetapkan serendah-
rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP. NJOP adalah nilai jual
obyek pajak besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 tahun kecuali obyek pajak tertentu
dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.Berikut ini
jumlah target dan realisasi di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang 2014 –
2015 .
130
Tabel 1.4
Evaluasi Penerimaan PBB-P2 Kelurahan Kadomas Kecamatan Pandeglang
Kabupaten Pandeglang Tahun Anggaran 2014-2015
TAHUN SPPT TARGET SPPT REALISASI %
2014 2,398 Rp. 27.461.307 72 Rp. 524.117 45,1
2015 2,414 Rp. 27.848.697 42 Rp. 290.199 25,67
Sumber : Data Kelurahan Kadomas
Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat selisih penerimaan PBB-P2 sangat
besar di Kelurahan Kadomas. Terlihat dari potensi yang besar sementara realisasinya
tahun 2014 – 2015 sangat kecil/rendah. Realisasi PBB-P2 tahun 2014 45,1%
sedangkan pada tahun 2015 sangat menurun mencapai 25,67%.
Masyarakat mengetahui dan sadar batas jatuh tempo PBB-P2 serta denda
ketika telat membayar PBB-P2 namun mayoritas wajib pajak tidak selalu membayar
pajak sebelum jatuh tempo karena pendapatan masyarakat tidak menentu sebagai
wiraswasta atau pedagang dan sebagai petani yang sering habis terpakai untuk
keperluan sehari-hari. Rendahnya kesadaran masyarakat juga dapat dilihat dari sikap
wajib pajak yang tidak merasa malu ketika telat membayar pajak, bahkan tidak
sedikit wajib pajak yang tidak membayar denda PBB-P2.
Kurangnya kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2 dapat disebabkan
oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar PBB-P2 dan masih
kurang giatnya aparat dalam melakukan penagihan ke wajib pajak.
131
4.4.2 Aspek Psikologis
Aspek psikologis adalah kepatuhan wajib pajak dilihat dari persepsi wajib
pajak terhadap penyuluhan, pelayanan, dan pemeriksaan pajak. Mengenai penyuluhan
di kelurahan kadomas kabupaten pandeglang sebagian besar wajib pajak menjawab
tidak pernah ada penyuluhan soal PBB-P2 adapun hanya penagihan SPPT dari
kelurahan setempat. Hal ini jelas berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat
tentang PBB-P2. Penyuluhan juga harus dilakukan kepada perangkat desa karena
pemungutan PBB-P2 lebih banyak dilakukan oleh perangkat desa. Penyuluhan ini
tentu saja berpengaruh terhadap pemahaman aparat desa (perangkat desa sampai ke
level ketua RW atau RT) tentang PBB-P2 dalam pemahaman masyarakat tentang
kewajiban membayar PBB-P2.
Penyuluhan yang pernah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam membayar PBB-P2 di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang.
Bahwa penyuluhan ataupun sosialisai mengenai pembayaran PBB-P2 ataupun denda
jika tidak membayar PBB-P2 belum begitu baik dan belum begitu merata sehingga
wajib pajak masih belum ada yang mengetahui terhadap denda jika menunda ataupun
tidak membayar pajak. Sosialisasi pemerintah dinilai kurang baik dan kurang efektif
oleh masyarakat, tidak ada sosialisasi formal secara kontinue yang dilakukan
kelurahan, selain itu penegakkan hukum dan peraturan bagi yang melanggar
peraturan pajak juga dinilai belum cukup baik.
132
Jika ada masyarakat yang tidak membayar atau menunda pajak dikenakan
sanksi 2% tiap bulannya dan menjadi piutang wajib pajak tersebut jika tidak dibayar.
Kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2 dilihat dari aspek psikologis dapat
diketahui bahwa sosialisasi dan penyuluhan tentang PBB-P2 kepada masyarakat
belum dilakukan baik oleh perangkat desa maupun dari pihak dinas pendapatan
Kabupaten Pandeglang.
4.4.3 Aspek Sosiologis
Aspek sosiologis adalah kepatuhan wajib pajak dilihat dari aspek sosial
perpajakan, antara lain kebijakan publik, kebijakan fiskal, kebijakan perpajakan, dan
administrasi perpajakan.Beberapa permasalahan yang ada di Kelurahan Kadomas soal
PBB-P2 adalah masih rendahnya realisasi penerimaan PBB-P2, adanya double
abstrak dan dimana obyek pajak yang terkena pajak berada di luar daerah sehingga
aparat kesulitan menagihnya sedangkan pemiliknya di luar.
Peralihan PBB menjadi pajak daerah sudah dilaksanakan semenjak per 1
januari 2014. Bagi daerah sendiri, khususnya Kelurahan Kadomas pendaerah PBB-P2
sangat didukung karena akan ada peningkatan pendapatan bagi daerah dari PBB,
yang selama ini bagi hasil dengan pemerintah pusat. Oleh karena itu upaya-upaya
telah dipersiapkan oleh DISPENDA Kabupaten Pandeglang untuk melaksanakan
pemungutan PBB sebagai salah satu pajak daerah. Hanya saja harus ada perubahan
mekanisme pemungutan PBB agar penerimaan PBB mencapai sesuai dengan target
dan mencapai pembangunan yang baik. Tetapi untuk penyuluhan terkait adanya
133
perubahan PBB menjadi pajak daerah kepada masyarakat belum terlaksana sehingga
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang terkait adanya perubahan
PBB menjadi pajak daerah.
Sementara ini mekanisme pembayaran PBB-P2 di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang bersifat di jemput. Alur pembayaran PBB-P2 dilakukan secara
kolektif yang dikumpulkan di ketua Rt atau Rw. Dalam jangka 1 bulan dari pihak
kelurahan datang untuk mengambil SPPT yang sudah terkumpul, dari kelurahan
langsung disetorkan ke bank BJB. Setelah disetorkan ke bank lalu dilaporkan ke
dispenda.
Terdapat beberapa hal yang dinilai kurang baik mengenai pelayanan umum
yang diberikan pemerintah, penggunaan dana pajak untuk pembangunan infrastruktur
sarana dann prasarana, serta pembangunan daerah yang dinilai belum dapat dirasakan
masyarakat terhadap penggunaan dana pajak yang mereka bayarkan. Namun prosedur
dalam melakukan pembayaran PBB-P2 dinilai baik oleh masyarakat karena mudah,
murah dan tidak berbelit-belit.
134
Tabel 4.4
Ringkasan Pembahasan
Indikator Kepatuhan
Wajib Pajak
Hasil Penelitian
Aspek Yuridis 1. Pengisian SPPT sudah sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku yaitu
undang-undang no 28 tahun 2009 tentang
landasan hukum dalam pemungutan pajak dan
retribusi daerah.
2. Melaporkan SPPT yang telah diisi belum
tepat waktu karena masih ada kesulitan dalam
pemungutan PBB-P2, berhadapan dengan
masyarakat sangat susah oleh karena itu
pelaporan SPPT selalu tidak sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
3. Menghitung obyek pajak sudah sesuai dengan
kepemilikan yang sah oleh dinas pendapatan
daerah kabupaten pandeglang. Adapun dasar
perhitungan pajak yaitu menghitung nilai
objek pajak (NJOP), besarnya NJOP
ditetapkan setiap 3 tahun kecuali obyek pajak
tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai
dengan perkembangan wilayahnya.
4. Rendahnya kesadaran masyarakat juga dapat
dilihat dari sikap wajib pajak yang tidak
merasa malu ketika telat membayar pajak,
bahkan tidak sedikit wajib pajak yang tidak
membayar denda PBB-P2. Kurangnya
kepatuhan masyarakat dalam membayar
PBB-P2 dapat disebabkan oleh masih
rendahnya kesadaran masyarakat dalam
membayar PBB-P2 dan masih kurang giatnya
aparat dalam melakukan penagihan ke wajib
pajak.
Aspek Psikologis 1. Mengenai penyuluhan di kelurahan kadomas
kabupaten pandeglang sebagian besar wajib
pajak menjawab tidak pernah ada penyuluhan
soal PBB-P2 adapun hanya penagihan SPPT
135
dari kelurahan setempat. Hal ini jelas
berpengaruh terhadap pengetahuan
masyarakat tentang PBB-P2. Penyuluhan juga
harus dilakukan kepada perangkat desa
karena pemungutan PBB-P2 lebih banyak
dilakukan oleh perangkat desa. Penyuluhan
ini tentu saja berpengaruh terhadap
pemahaman aparat desa (perangkat desa
sampai ke level ketua RW atau RT) tentang
PBB-P2 dalam pemahaman masyarakat
tentang kewajiban membayar PBB-P2.
2. tidak ada penyuluhan langsung mengenai
denda jika menunda atau tidak membayar
PBB-P2 dari desa atau kecematan tetapi
masyarakat hanya mengetahui dari SPPT.
Karna di dalam SPPT tersebut sudah
dikalkulasikan dengan denda yang mesti
dibayar
3. Jika ada masyarakat yang menunda atau tidak
membayar pajak hanya dikenakan sanksi 2%
tiap bulannya dan menjadi piutang wajib
pajak tersebut jika tidak dibayar.
4. Mengenai pelayanan yang diberikan aparat
pemerintah ataupun desa sudah melayani
dengan sopan dan ramah. Adapun ada
kesulitan aparat pemerintah dan desa cepat
tanggap menganggapi nya sesuai dengan apa
yang menjadi kendala pemohon wajib pajak.
Aspek Sosiologis 1. Peralihan PBB menjadi pajak daerah sudah
dilaksanakan semenjak per 1 januari 2014.
Bagi daerah sendiri, khususnya Kelurahan
Kadomas pendaerah PBB-P2 sangat didukung
karena akan ada peningkatan pendapatan bagi
daerah dari PBB, yang selama ini bagi hasil
dengan pemerintah pusat. Oleh karena itu
upaya-upaya telah dipersiapkan oleh
DISPENDA Kabupaten Pandeglang untuk
melaksanakan pemungutan PBB sebagai
salah satu pajak daerah. Hanya saja harus ada
136
perubahan mekanisme pemungutan PBB agar
penerimaan PBB mencapai sesuai dengan
target dan mencapai pembangunan yang baik.
Tetapi untuk penyuluhan terkait adanya
perubahan PBB menjadi pajak daerah kepada
masyarakat belum terlaksana sehingga masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui
tentang terkait adanya perubahan PBB
menjadi pajak daerah.
2. Sementara ini mekanisme pembayaran PBB-
P2 di kelurahan kadomas kabupaten
pandeglang bersifat di jemput. Alur
pembayaran PBB-P2 dilakukan secara
kolektif yang dikumpulkan di ketua Rt atau
Rw. Dalam jangka 1 bulan dari pihak
kelurahan datang untuk mengambil SPPT
yang sudah terkumpul, dari kelurahan
langsung disetorkan ke bank BJB. Setelah
disetorkan ke bank lalu dilaporkan ke
dispenda.
3. Beberapa permasalahan yang ada di
Kelurahan Kadomas soal PBB-P2 adalah
masih rendahnya realisasi penerimaan PBB-
P2, adanya double abstrak dan dimana obyek
pajak yang terkena pajak berada di luar
daerah sehingga aparat kesulitan menagihnya
sedangkan pemiliknya di luar.
138
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini berjudul tentang kepatuhan masyarakat dalam
membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-
P2) di Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang Tahun 2015,
peneliti menggunakan teori aspek-aspek kepatuhan wajib pajak yang
dikemukakan oleh Nasucha diantaranya adalah apsek yuridis, aspek
psikologis, dan aspek sosiologis. Maka peneliti membuat kesimpulan
yaitu :
1. Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan masyarakat Kelurahan
Kadomas dalam membayar pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) masih belum optimal. Hal
ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat
Kelurahan Kadomas akan penting nyamembayar PBB-P2
sebagai bentuk kewajiban.
2. Bahw apenyuluhan yang pernah dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar PBB-P2 di Kelurahan
Kadomas Kabupaten Pandeglang. Penyuluhan ataupun
sosialisasi mengenai pembayaran PBB-P2 ataupun denda jika
tidak membayar PBB-P2 belum begitu baik dan belum begitu
merata sehingga wajib pajak masih belum ada yang mengetahui
terhadap denda jika menunda ataupun tidak membayar pajak.
139
Sosialisasi pemerintah dinilai kurang baik dan kurang efektif
oleh masyarakat, tidak ada sosialisasi formal secara kontinue
yang dilakukan kelurahan, selain itu penegakkan hokum dan
peraturan bagi yang melanggar peraturan pajak juga dinilai
belum cukup baik.
3. Masih banyak permasalahan yang ada di Kelurahan Kadomas
soal PBB-P2 adalah masih rendah nya realisasi penerimaan
PBB-P2, adanya double abstrak, dimana obyek pajak yang
terkena pajak berada di luar daerah sehingga aparat kesulitan
menagihnya sedangkan pemiliknya di luar dan obyek pajak
tidak ada tetapi SPPT mengenai obyek tersebut ada.
4. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) adalah tidak adanya
sosialisasi formal yang diadakan Kelurahan secara kontinue,
belum tegasnya penegakkan hokum dan peraturan bagi yang
melanggar peraturan pajak, belum dirasakannya pelayanan
umum yang baik dan pembangunan infrastruktur sarana
prasarana daerah, rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
aparat pajak atau pemerintah dalam penggunaan dana pajak.
140
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk penelitian tentang kepatuhan
masyarakat dalam membayar PBB-P2 di Kelurahan Kadomas
Kabupaten Pandeglang. Peneliti memberikan saran untuk
meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB-P2
dimasa yang akan dating yaitu sebagai berikut :
1. Untuk pihak kelurahan dapat menyampaikan SPPT sedini
mungkin, agar wajib pajak dapat menyediakan dana dengan
gencar melakukan himbauan seperti spanduk, RT atau Rw
setempat, untuk wajib pajak yang tidak patuh untuk
membayar PBB-P2, dilakukan upaya aktif persuasive
melalui surat tagihan pajak, surat teguran, seperti penagihan
dengan surat paksa yang juga tidak melunasi hutangnya.
Pihak kelurahan dapat mengadakan sosialisasi continue
menjelang turunnya SPPT setiap 1 tahun sekali atau lebih
tergantung kebutuhan atau permintaan dan dapat
bekerjasama dengan RT atau RW agar terciptanya
kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak,
dengan begitu maka akan meningkatkan kepatuhan
masyarakat dalam membayar pajak serta meningkatkan
realisasi penerimaan PBB-P2.
2. Untuk pihak kantor pajak kabupaten pandeglang agar dapat
meningkatkan penegakkan hokum dan melaksanakan
141
displin terhadap wajib pajak yang melanggar peraturan
pajak, melaksanakan pemeriksaan dan pemungutan pajak
dengan sikap tegas terhadap wajib pajak yang melanggar
peraturan. Segera dilakukan pemutakhiran data untuk
memperbaiki kesalahan identitas pada wajib pajak dan
obyek pajak.
3. Untuk pemerintah daerah kabupaten pandeglang agar dapat
meningkatkan kinerja terutama dalam pelayanan umum
serta pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana di
daerah, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari
pembayaran pajak yang mereka bayarkan untuk
pembangunan daerah.
4. Untuk pemerintah daerah kabupaten pandeglang daerah
kabupaten pandeglang agar perolehan pendapatan PBB-P2
dapat lebih meningkat, kepala daerah dapat memberikan
reward kepada kepala wilayah camat atau lurah atas
kinerjanya yang berhasil dalam mencapai target yang
paling tinggi untuk perolehan pendapatan PBB-P2 di
wilayahnya.
142
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, J. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Bungin Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan. Jakarta: Kencana
Pasolong Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alphabeta
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi
. 2013. Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi
Nasucha Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik, Jakarta: Grasindo
Rahayu Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep & Aspek Formal,
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Bandung:
Alphabeta
. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Bandung:
Alphabeta
Sumber Lain :
Dokumen:
Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Pandeglang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah
143
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Website:
Media Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK/.04/2000 tentang Kepatuhan
Wajib Pajak
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2000/544~KMK.04~2000Kep.htm .
03 Februari 2016
Fanie Oktaliana, Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan
Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota. Diakses
melalui situs www.repository.usu.ac.id pada bulan Maret 2016
Puji Astuti, Tingkat Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Cimuncang Kecamatan Serang
Kota Serang Tahun 2011), diakses melalui situs www.repository.fisip-untirta.ac.id
, Januari 2017
http://www.bambanghariyanto.com/2012/06/pengertian-kepatuhan-wajib-
pajak.html?m:1 pada tanggal 04 April 2016
LAMPIRAN – LAMPIRAN
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2016
Waktu : 10:00 WIB
Tempat : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang
Nama Informan : Andry Effendy, ST
Jabatan : Kasi Penagihan dan Keberatan PBB-P2 dan BPHTB
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Pengisian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan ?
A1 Iya, kita mengisi SPPT sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku perundang-undangannya adalah Undang-Undang No 28
Tahun 2009 Tentang Landasan Hukum Dalam Pemungutan Pajak
Dan Retribusi Daerah.
Q2 Apakah Selalu Menghitung Obyek Pajak yang Terutang
Dengan Benar dan Apa Adanya?
A2 Ya adapun perhitungan obyek pajak yang terutang dilakukan oleh
dinas dengan cara menghitung sesuai dengan kepemilikan yang
sah. Dasar perhitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-
rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP. NJOP
adalah Nilai Jual Obyek Pajak besarnya NJOP ditetapkan setiap 3
tahun kecuali obyek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun
sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
Aspek Psikologis
Q3 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A3 Selama ini dipusat ditingkat kelurahan atau kecamatan saja.
Belum terjun langsung ke masyarakat. rencana nya bulan
november, awalnya awal tahun karna ada kesalahan sks kegiatan
bupati jadi sosialisasinya menjadi bulan november
Q4 Bagaimana Jika Ada Masyarakat yang Menunda atau Tidak
Membayar PBB-P2 ?
A4 Kami bekerja sama dengan melakukan koordinasi dengan
Kecamatan melalui camat yang terkait untuk melakukan
koordinasi pula kepada Keluarahan dalam mengingatkan
masyarakat yang menunda dan tidak membayar PBB-P2 lalu
masyarakat yang tidak patuh biasanya dikenakan sanksi 2% tiap
bulannya dan menjadi piutang wajib pajak tersebut jika tidak
dibayar .
Q5 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A5 selama permohonan atau kendala dari masyarakat langsung kita
selalu menanggapi sesuai dengan apa yang menjadi kendala
pemohon wajib pajak tersebut, kami melakukan koordinasi pula
dengan kecamatan dan kelurahan.
Aspek Sosiologis
Q6 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A6 Iya sudah. Melakukan penyuluhan terkait PBB menjadi pajak
daerah ke kecamatan-kecamatan melalui aparatur camat dan ke
kelurahan atau desa melalui aparatur desa. Seperti yang kami
bilang penyuluhan yang kami lakukan masih dipusat tingkat
kelurahan dan kecematan.
Q7 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai
PBB-P2 ?
A7 Ada beberapa permasalahan diantaranya : adanya double
abstrak, kesadaran wajib pajak masih kurang, objek pajak tidak
ada sppt ada, wajib pajak yang berada di luar daerah sehingga
kami kesulitan untuk menagihnya dan keberatan dan ketetapan
pajak.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Oktober 2016
Waktu : 09:30 WIB
Tempat : Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
Nama Informan : TB. Saepul Bahri
Jabatan : Lurah Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Pengisian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan ?
A1 Pengisian SPPT pasti sesuai dengan undag-undag yang berlaku.
Tetapi untuk pencapaian target pemungutan pajak bumi
bangunan khususnya di kadomas ini sebetulnya belum sesuai
target,target yang ditetapkan pada tahun 2015 adalah Rp
27.848.697 dan yang teralisasi hanya sekitar Rp 290.199
sekitaran 25,67% berdasarkan laporan yang kami dapatkan dari
Dinas Pendapatan Daerah.
Q2 Apakah Selalu Melaporkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang) yang Telah Diisi Dengan Tepat Waktu ?
A2 Ada kesulitan dalam pemungutan PBB karena kita berhadapan
dengan masyarakat sangat susah, oleh karena itu pelaporan SPPT
selalu tidak sesuai dengan tepat waktu.
Q3 Apakah Selalu Menghitung Obyek Pajak yang Terutang
Dengan Benar dan Apa Adanya?
A3 Tugas kami hanya memungut PBB ke masyarakat untuk
perhitungan kami tidak tahu menau yang merekapitulasi dan
melaporkan ke dinas adalah kecamatan.
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Kami sebelum sppt dibagikan kami selalu mengundang LP-LP,
karna LP-LP itu kemitraan kami dan di sosialisasikan ke masing-
masing Rt Rw yang ada keterkaitan dengan pembayaran pbb, 3
bulan sekali kami selalu mengadakan pembinaan keterkaitan
dengan program-program pemerintah dan terkaitan pbb, setiap
hari-hari besar kami selalu membicarakan masalah peningkatan
pembayaran PBB ke tiap-tiap masyarakat, karna PBB itu
primadona maju nya pembangunan itu karna kita dari pajak.
Q5 Bagaimana Jika Ada Masyarakat yang Menunda atau Tidak
Membayar PBB-P2 ?
A5 Kami akan mengenakan sanksi kepada masyarakat yang menunda
atau tidak membayar yaitu mendapatkan double dalam membayar
pajak di tahun berikutnya
Q6 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A6 Iya selama ini kita selalu membantu jika masyarakat ada yang
kesulitan dalam membayar SPPT.
Aspek Sosiologis
Q7 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A7 Beberapa waktu lalu dari Dinas pernah melakukan penyuluhan
tetapi hanya di Kecamatan dan Kelurahan tidak langsung ke
masyarakat kami. Dinas memberikan sosialisasi terkait PBB yang
diterima Daerah akan dikembalikan lagi ke masyarakat untuk
pembangunan daerah dsb.
Q8 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai
PBB-P2 ?
A8 Ada kami memilki beberapa permasalahan diantaranya yaitu,
adanya double abstrak, tidak sesuai dengan luasnya, tidak ada
kepemilikan dan kepemilikannya diluar daerah.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Oktober 2016
Waktu : 10:00 WIB
Tempat : Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
Nama Informan : Wisnu Supardan, SHI
Jabatan : Kasi Kesos Kelurahan Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Pengisian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan ?
A1 Sesuai dengan perundang-undangan, kenapa karna itu udah
masuk dari pada tugas, wewenang, kelurahan untuk menagih
pajak. karna dari bawah tingkat kelurahan sampai kecamatan itu
sudah diatur perundang-undangan.
Q2 Apakah Selalu Melaporkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang) yang Telah Diisi Dengan Tepat Waktu ?
A2 Tidak selalu tepat waktu, hanya kita punya jadwal tertentu sudah
ditargetkan oleh tingkat kantor pajak itu sudah targetkan setiap
bulan juli keluar diakhir sampai oktober , oktober itu harus selesai
semuanya. Masyarakat harus sudah setor sampai minimal 80% .
kenapa harus begitu kita sebagai koordinator di kasi saya
membawahi teman-teman dari staf-staf di bagi wilayah . saya
koordinator kesos ini wilayahnya hanya kadomas 2 RW, kita
pertama kasih undangan oleh beliau ke masyarakat yang
undangannya itu kita yang buat di kasih ke RT dikumpulkan oleh
RT dikasih jadwal , jadi jadwalnya undangan untuk
memberitahukan bahwa untuk pembayaran pbb itu sampai bulan
oktober . oleh RT dikasih ke masyrakat setempat untuk
pembayaran langsung ke pak RT koordinator bayangan kita. Nah
nanti pak RT akan menyetorkan kepada kita ke kelurahan berapa
dapat nya selama sekian bulan karna target kita yang sudah
diatur oleh undang-undang dari bulan juli sampai dengan oktober
walaupun kadang-kadang bisa sampai desember yang penting
tahun ini selesainya sampai dengan bulan oktober , nah itu
penyampaian targetnya itu yang lebih mudah untuk undangan
kenapa karna akan mengingatkan tetapi sppt kita tagih ke rumah-
rumah itu ada yang lupa, ada yang bilang nanti akhirnya kita
pulang kemaleman kinerja malam itu kan kita udah diluar waktu
kita makannya kita akalin bagaimana untuk memudahkan
koordinator pbb ke masyarakat dengan cara undangan, undangan
dulu kita kasih undangan kepada RT lalu disebarkan ke
masyarakat bahwa sppt nya nilai nya sekian, wajib pajak sekian,
setelah beberapa minggu RT nanti setor ke kelurahn dari
kelurahan ke bank . sebab misalkan kita door to door masyarakat
akan kaget terkadang banyak alasan akhirnya. Sehingga waktu
kita habis . kalau dengan undangan udah komitmen. Itu sistem nya
dan itu lebih efektif.
Q3 Apakah Selalu Menghitung Obyek Pajak yang Terutang
Dengan Benar dan Apa Adanya?
A3 Iya. NJOP nya berapa misalkan kali luas tanah mereka lalu di kali
5% untuk pajak baru nanti keluar nilai nya itu yang wajib pajak
oleh masyarakat karna ada bumi, kalau bangunan lain lagi
walaupun bersatu tapi terkadang ada bangunan dan ada tidak
karna memang waktu itu kantor pajak juga belum merealisasikan
walaupun sudah diverifikasi . kalau yang di verifikasi sekarang
sampai bangunan dan bumi ini belum keluar nanti keluarnya
2017. Yang sekarang masih kebanyakan bumi tapi ada bangunan
itu pun yang bangunan masyarakat yang minta untuk keperluan ke
bank baru kita buatkan bangunan ke UPT mengajukan baru
keluar NJOP bangunan karna besar . rata-rata hampir 15.000
sampai dengan 80.000 paling terkecil tuh ada 5.000 objek tanah
padahal bangunannya ada karna apa kita engga bisa meminta
oleh objek tanah dimasukan bangunannya itu bagaimana orang
pbb, nanti orang pbb datang ke kita itu namanya verifikasi. Tapi
kadang-kadang masyarakat tidak mau sebab nanti timbul muncul
bangunan akan besar untuk membayar pajak nya.
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Sudah pernah, itu pun kita yang meminta untuk bekerjasama
supaya lebih tau dan kita juga sudah pernah mengajukan ke
kantor pajak untuk mengadakan pembayaran pbb keliling,
pembayaran pbb keliling dengan menggunakan mobil jadi
masyarakat yang ingin membayar pbb langsung ke mobil keliling
dari kantor pajak. biasa 3 bulan sekali bulan juli sampai dengan
bulan oktober dan alhamdulilah karna masyarakatnya belum
tergugah untuk membayar pajak sehingga pembayaran pbb
keliling menggunakan mobil tidak beroprasi lagi.
Q5 Bagaimana Jika Ada Masyarakat yang Menunda atau Tidak
Membayar PBB-P2 ?
A5 Dia akan double membayar pajak tahun depan , tapi kebanyakan
kebiasaan masyarakat tidak mau membayar pajak yang
sebelumnya hanya membayar pajak yang tahun berikutnya dan itu
tetap tertunda , kita harus membayar dan kita yang
menanggulanginya . Nanti di potong BOP dari kantor pajaknya
kalau emang belum selesai.
Q6 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A6 Iya. Selalu membantu sesuai permohonan
Aspek Sosiologis
Q7 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A7 Udah, bahkan PBB diserahkan ke daerah dan aturan bahwa PBB
itu akan kembali ke masyarakat dengan melalui pembangunan
Q8 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai
PBB-P2 ?
A8 Permasalahan dari pajak ini terutama dari sosialisasinya yang
kurang, terus peran kantor pajak pun dalam mengisi untuk
memberi penyuluhan ke masyrakat itu pun sedikit hanya berapa
persen sehingga dari tingkat kelurahan pun hanya bisa
menyampaikan saja bahwa ini wajib pajak.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Oktober 2016
Waktu : 11:00 WIB
Tempat : Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
Nama Informan : Moch. Nursan
Jabatan : Kasi Pemerintahan Kelurahan Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Pengisian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan ?
A1 Iya sudah, berdasarkan peraturan yang berlaku yang kami
dapatkan melalui sosialisai sudah berdasarkan undang-undang
yag berlaku yaitu undang Undang-Undang No 28 Tahun 2009
Tentang Landasan Hukum Dalam Pemungutan Pajak Dan
Retribusi Daerah.
Q2 Apakah Selalu Melaporkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang) yang Telah Diisi Dengan Tepat Waktu ?
A2 Iya kami melaporkan SPPT setiap tahun nya dengan tepat waktu
Q3 Apakah Selalu Menghitung Obyek Pajak yang Terutang
Dengan Benar dan Apa Adanya?
A3 Udah, perhitungan sudah ditentukan oleh dispenda kami hanya
bertugas untuk memungut pbb kepada masyarakat.
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Pernah Dinas melakukan penyuluhan sebulan sekali penyuluhan
dilakukan kepada organisasi di desa melalui aparatur desa.
Q5 Bagaimana Jika Ada Masyarakat yang Menunda atau Tidak
Membayar PBB-P2 ?
A5 Berusaha merayu masyarakat untuk membayar PBB, cuman
pencarian masyarakat
Tidak menentukan sehingga masyarakat tidak mau membayar
pajak
Q6 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A6 Iya kami aparatur desa yang bertugas untuk melayani masyarakat
selalu membantu.
Aspek Sosiologis
Q7 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A7 Iya sudah melalukan penyuluhan kepada desa melalui aparatur
desa, bukan di desa saja tetapi yang saya ketahui di kecamatan
juga sudah.
Q8 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai
PBB-P2 ?
A8 Permasalahannya yah mata pencarian masyarakat tidak menentu
sehingga masyarakat susah untuk membayar pajak.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Rabu, 04 Januari 2016
Waktu : 09:00 WIB
Tempat : Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
Nama Informan : Nur Rahmi Safitri, S. Sos, MM
Jabatan : Kasi Pembangunan Kelurahan Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Pengisian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan ?
A1 Iya, sudah sesuai dengan ketentuan
Q2 Apakah Selalu Melaporkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang) yang Telah Diisi Dengan Tepat Waktu ?
A2 Iya. Selalu tiap bulan
Q3 Apakah Selalu Menghitung Obyek Pajak yang Terutang
Dengan Benar dan Apa Adanya?
A3 Iya, sesuai dengan yang ada dilapangan
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Suka , 3 bulan sekali
Q5 Bagaimana Jika Ada Masyarakat yang Menunda atau Tidak
Membayar PBB-P2 ?
A5 Diatasi sama lurah tapi terkadang ditalangi dulu
Q6 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A6 Iya. Kasih solusi
Aspek Sosiologis
Q7 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A7 Iya kalau soal itu ada dari kantor dispenda
Q8 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai
PBB-P2 ?
A8 Banyak telat bayar dan juga susah ditagihnya. Kadang kalau kita
yang menagih wajib pajaknya selalu tidak ada di rumah
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Rabu, 04 Januari 2016
Waktu : 09:30 WIB
Tempat : Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
Nama Informan : Sudarwiningsih
Jabatan : Bendahara Kelurahan Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Pengisian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan ?
A1 Iya, sesuai
Q2 Apakah Selalu Melaporkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang) yang Telah Diisi Dengan Tepat Waktu ?
A2 Iya, seminggu sekali
Q3 Apakah Selalu Menghitung Obyek Pajak yang Terutang
Dengan Benar dan Apa Adanya?
A3 Iya, sesuai dengan yang ada dilapangan
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Iya sering, sebulan ada 2 kali
Q5 Bagaimana Jika Ada Masyarakat yang Menunda atau Tidak
Membayar PBB-P2 ?
A5 Misalnya 1 tahun ini engga bayar nanti ke tahun depannya itu di
denda kena tagihannya lagi, cuman tidak di denda ada peraturan
2% itu ditagih lagi tahun depannya
Q6 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A6 Kesulitan sih tidak ada cuman kesadaran masyarakatnya saja
yang belum ada
Aspek Sosiologis
Q7 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A7 Iya kalau soal itu ada dari kantor dispenda
Q8 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai
PBB-P2 ?
A8 Biasanya kadang-kadang double abstra, objek pajak sudah pindah
tangan ke orang lain dan kesadaran masyarakatnya belum ada
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Senin, 10 Januari 2016
Waktu : 09:30 WIB
Tempat : Desa Kadomas
Nama Informan : Suparman
Jabatan : Rt 03 Rw 07 Kadomas Pandeglang
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah selalu Melaporkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang) yang Telah Diisi Dengan Tepat Waktu ?
A1 Kami selalu melaporkan SPT dengan tepat waktu kepada
kelurahan, tapi biasanya dari kelurahan yang telat memberikan
pemberitahuan kepada kami.
Q2 Apakah Selalu Membayar PBB-P2 yang Terhutang dengan
Tepat Waktu ?
A2 Iya, tepat waktu kami RT selalu memberikan laporan masing-
masing wajib pajak yang membayar dengan tepat waktu
berdasarkan batas waktu yang diberikan Kelurahan.
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Pernah mengadakan penyuluhan tentang PBB tapi tidak rutin.
Q5 Apakah dalam Penyuluhan Dijelaskan Denda Jika Menunda
atau Tidak Membayar PBB-P2 ?
A5 Dalam penyuluhan ga pernah dijelaskan ada denda bagi yang
menunda atau tidak membayar pbb-p2. Saya ga tau kalau ada
denda buat masyarakat yang menunda.
Q6 Apakah Petugas Pajak Bersikap Ramah dan Sopan Dalam
Melayani Setiap Wajib Pajak ?
A6 Iya, sopan dan ramah . karena dengan petugas yang di
kelurahannya sudah kenal
Q7 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A7 Iya, cepat tanggap jika ada kesulitan yang dialami warganya
Aspek Sosiologis
Q8 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A8 Iya ada tetapi penyuluhan dilakukan kepada aparatur kelurahan
saja.
Q9 Apakah Sudah Mengetahui Alur Pembayaran PBB-P2 ?
A9 Iya, dari Kelurahan ke RT dari RT Terus ke masyarakat . di
kolektif di rt jika sudah terkumpul semua, langsung disetorkan ke
kelurahan.
Q10 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai PBB-
P2 ?
A10 Tidak ada permasalahan untuk di RT kami
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Senin, 10 Januari 2016
Waktu : 10:00 WIB
Tempat : Desa Pakalongsan
Nama Informan : Jumroni
Jabatan : Rt 02 Rw 02 Kelurahan Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah selalu Melaporkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang) yang Telah Diisi Dengan Tepat Waktu ?
A1 Kadang-kadang tepat waktu. Tergantung dari kelurahannya
Q2 Apakah Selalu Membayar PBB-P2 yang Terhutang dengan
Tepat Waktu ?
A2 Iya, saya selalu membayar pajak bumi dan bangunan tepat waktu.
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Ada penyuluhan, 4 bulan sekali
Q5 Apakah dalam Penyuluhan Dijelaskan Denda Jika Menunda
atau Tidak Membayar PBB-P2 ?
A5 Ga pernah dijelasin soal denda buat warga yang menunda bayar
pajak
Q6 Apakah Petugas Pajak Bersikap Ramah dan Sopan Dalam
Melayani Setiap Wajib Pajak ?
A6 Iya, sopan dan ramah
Q7 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A7 Iya, selalu membantu jika ada kesulitan dalam membayar pajak
Aspek Sosiologis
Q8 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A8 Iya ada, dari kelurahan
Q9 Apakah Sudah Mengetahui Alur Pembayaran PBB-P2 ?
A9 Soal pembayaran dilakukan dengan cara kolektif di RT.
Q10 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai PBB-
P2 ?
A10 Permasalahan mengenai PBB tidak ada
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Senin, 10 Januari 2016
Waktu : 10:30 WIB
Tempat : Desa Pabuaran
Nama Informan : Suparto
Jabatan : Rt 02 Rw 05 Kelurahan Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah selalu Melaporkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang) yang Telah Diisi Dengan Tepat Waktu ?
A1 Iya, melaporkan setiap bulan ke tiga
Q2 Apakah Selalu Membayar PBB-P2 yang Terhutang dengan
Tepat Waktu ?
A2 Tepat waktu. Bila mana SPPT sudah diterima. Saya langsung
membayarnya.
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Tidak ada, adapun dari kelurahan cuman menyerahkan SPPT saja
Q5 Apakah dalam Penyuluhan Dijelaskan Denda Jika Menunda
atau Tidak Membayar PBB-P2 ?
A5 Ada. Denda nya 5%
Q6 Apakah Petugas Pajak Bersikap Ramah dan Sopan Dalam
Melayani Setiap Wajib Pajak ?
A6 Sopan. Yah tergantung orang nya kalau kenal yah ramah dan
sopan.
Q7 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A7 Iya. Cepat tanggap jika ada kesulitan
Aspek Sosiologis
Q8 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A8 Kurang tau. Setau saya tidak ada
Q9 Apakah Sudah Mengetahui Alur Pembayaran PBB-P2 ?
A9 Pembayaran di kolektif di RT. Kalau masyarakat belum ada yang
bayar sesuai jangka waktu yang ditentukan, saya yang mesti
keliling mengambil SPPT yang harus dibayar. Nanti dari
kelurahan datang lagi dalam jangka 1 bulan untuk mengambil
SPPT dan uang nya yang sudah terkumpul. Kalau ga saya yang
nganterikan ke kelurahan.
Q10 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai PBB-
P2 ?
A10 Tidak ada permasalahan menurut saya.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Senin, 10 Januari 2016
Waktu : 09:00 WIB
Tempat : Desa Kadomas
Nama Informan : Arif Irawan
Jabatan : Masyarakat Desa Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Selalu Membayar PBB-P2 yang Terutang dengan
Tepat Waktu ?
A1 Iya. Saya selalu membayar PBB-P2 tepat waktu
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Iya ada. Kalau dari Kelurahan ada tetapi cuman tentang NJOP
tapi kalau dari DISPENDA tidak ada
Q5 Apakah dalam Penyuluhan Dijelaskan Denda Jika Menunda
atau Tidak Membayar PBB-P2 ?
A5 Iya saya tau. Kalau mengenai denda tergantung objek pajak nya
Q6 Apakah Petugas Pajak Bersikap Ramah dan Sopan Dalam
Melayani Setiap Wajib Pajak ?
A6 Tergantung orang nya
Q7 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A7 Untuk sistem iya cepat tanggap dan tergantung orang nya kalau
kenal deket pasti cepat tanggap
Aspek Sosiologis
Q8 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A8 Tidak ada penyuluhan tentang itu
Q9 Apakah Sudah Mengetahui Alur Pembayaran PBB-P2 ?
A9 Kalau soal pembayaran itu di kolektif oleh RT
Q10 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai PBB-
P2 ?
A10 Tidak ada. Lancar-lancar saja mengenai PBB-P2
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Rabu, 04 Januari 2017
Waktu : 11:00 WIB
Tempat : Desa Kadomas
Nama Informan : Engkom Komariah
Jabatan : Masyarakat Desa Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Selalu Membayar PBB-P2 yang Terutang dengan
Tepat Waktu ?
A1 Iya. Tepat waktu
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Tidak pernah mendengar atau mengetahui tentang adanya
penyuluhan PBB-P2
Q5 Apakah dalam Penyuluhan Dijelaskan Denda Jika Menunda
atau Tidak Membayar PBB-P2 ?
A5 Saya ga tau kalo ada denda. Soalnya kalau pas ditagih sama pa
RT ada uang saya langsung bayar
Q6 Apakah Petugas Pajak Bersikap Ramah dan Sopan Dalam
Melayani Setiap Wajib Pajak ?
A6 Iya. Sopan dan ramah. Apalagi kalau petugas nya ada yang kenal
dekat
Q7 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A7 Iya cepat tanggap
Aspek Sosiologis
Q8 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A8 Saya tidak tau soal PBB menjadi Pajak Daerah
Q9 Apakah Sudah Mengetahui Alur Pembayaran PBB-P2 ?
A9 Iya sudah tau. Terkadang pembayaran di kolektif di RT yah
terkadang saya membayar Pajak di BANK BJB
Q10 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai PBB-
P2 ?
A10 Tidak ada masalah kalau soal PBB-P2
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Rabu, 04 Januari 2017
Waktu : 11:30 WIB
Tempat : Desa Kadomas
Nama Informan : Suzanna Dwi
Jabatan : Masyarakat Desa Kadomas
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Selalu Membayar PBB-P2 yang Terutang dengan
Tepat Waktu ?
A1 Tidak tentu, karena tergantung petugas yang menagih kalau tidak
ada yang menagih tidak bayar
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Suka ada, dari kecamatan ataupun kelurahan
Q5 Apakah dalam Penyuluhan Dijelaskan Denda Jika Menunda
atau Tidak Membayar PBB-P2 ?
A5 Saya ga pernah tau kalo ada dendanya. Pokoknya kalo ada
petugas yang menagih pbb-p2 saya bayar tapi kalau ga ada
petugas yang menagih saya ga bayar. Kadang kalo ga diingatin
saya lupa.
Q6 Apakah Petugas Pajak Bersikap Ramah dan Sopan Dalam
Melayani Setiap Wajib Pajak ?
A6 Iya. Sopan dan ramah
Q7 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A7 Iya cepat tanggap
Aspek Sosiologis
Q8 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A8 Iya ada
Q9 Apakah Sudah Mengetahui Alur Pembayaran PBB-P2 ?
A9 Iya sudah tau, di kolektif oleh RT
Q10 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai PBB-
P2 ?
A10 Tidak ada
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Senin, 10 Januari 2017
Waktu : 11:00 WIB
Tempat : Desa Pabuaran
Nama Informan : Cicih
Jabatan : Masyarakat Desa Pabuaran
Kode Hasil Wawancara
Aspek Yuridis
Q1 Apakah Selalu Membayar PBB-P2 yang Terutang dengan
Tepat Waktu ?
A1 Tergantung dari RT nya.kalau RT nya kasih tepat waktu saya pun
membayar dengan tepat waktu
Aspek Psikologis
Q4 Apakah Dinas dan Aparatur Desa Pernah Mengadakan
Penyuluhan Tentang PBB-P2?
A4 Engga ada soal penyuluhan
Q5 Apakah dalam Penyuluhan Dijelaskan Denda Jika Menunda
atau Tidak Membayar PBB-P2 ?
A5 Engga ada, soalnya kalau di desa pabuaran masyarakat disini
selalu tepat waktu
Q6 Apakah Petugas Pajak Bersikap Ramah dan Sopan Dalam
Melayani Setiap Wajib Pajak ?
A6 Iya. Sopan dan ramah
Q7 Apakah Petugas Pajak Cepat Tanggap atas Kesulitan yang
Dialami Wajib Pajak ?
A7 Terkadang cepat tanggap
Aspek Sosiologis
Q8 Apakah Kantor Pajak Sudah Memberikan Penyuluhan
Terkait Adanya Perubahan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah ?
A8 Saya tidak tau
Q9 Apakah Sudah Mengetahui Alur Pembayaran PBB-P2 ?
A9 Pembayaran di kolektif oleh RT
Q10 Adakah Permasalahan di Kelurahan Kadomas Mengenai PBB-
P2 ?
A10 Tidak ada permasalahan. Soalnya kan selalu tepat waktu
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Bapak Wisnu Supardan, SHI. MM sebagai Kasi Kesos Kelurahan
Kadomas Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Bapak Arif Irawan sebagai Masyarakat Desa Kadomas Kelurahan
Kadomas Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Bapak Suparman sebagai Ketua RT 03 RW 07 di Desa Kadomas
Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Bapak Jumroni sebagai Ketua RT 02 RW 02 di Desa Pakalongan
Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Bapak Suparto sebagai Ketua RT 02 RW 05 di Desa Pabuaran
Kelurahan Kadomas Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Ibu Cicih sebagai Masyarakat Desa Pabuaran Kelurahan
Kadomas Kabupaten Pandeglang
CURRICULUM VITAE
Nama : Mayangsari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tinggal Lahir : Serang, 02 Februari 1993
Kewarganegaraan : WNI
Tinggi, Berat Badan : 145 cm, 45 kg
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat Lengkap : Jln. Stadion sukarela rt 04 rw 11 kadupandak,
pandeglang
No. HP : 0895-0456-9435
Email :[email protected]
Latar Belakang Pendidikan :
1. Tk Muhamadiyah Pandeglang 1998-1999
2. SD Negeri 7 Pandeglang 1999-2005
3. SMP Negeri 1 Pandeglang 2005-2008
4. SMK Negeri 5 Kota Serang 2008-2011
5. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2011-2017
(FISIP- Ilmu Administrasi Negara)