analisis keuntungan usahatani jagung (zea mays ...repository.utu.ac.id/112/1/1_combine.pdfjagung...

52
ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG (Zea Mays. L) BISI 1 DI GAMPONG SUAK PUNTONG KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA Disusun Oleh: RAHMAT KURNIAWAN NIM: 07C10404093 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2014

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG (Zea Mays.

    L) BISI 1 DI GAMPONG SUAK PUNTONG KECAMATAN

    KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA

    Disusun Oleh:

    RAHMAT KURNIAWAN

    NIM: 07C10404093

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN SOSIAL EKONOMI

    PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH ACEH BARAT

    2014

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Jagung (Zea mays. L) merupakan komoditas palawija utama di Indonesia

    ditinjau dari aspek pengusahaan dan penggunaan hasilnya, yaitu sebagai bahan

    baku pangan dan pakan (Sarasutha, 2002). Sekitar 18 juta penduduk Indonesia

    menggunakan jagung sebagai bahan makanan pokok.

    Peranan sektor pertanian tetap strategis, karena harus memenuhi kebutuhan

    pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Swasembada pangan harus

    dimantapkan dalam arti luas, tidak hanya terbatas pada swasembada beras, tetapi

    juga mencakup pemenuhan kebutuhan rakyat secara total termasuk hasil-hasil

    hortikultura, serta bahan-bahan makanan lainya yang merupakan sumber

    karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin (Departemen Pertanian RI, 1994).

    Pemerintah Republik Indonesia mencanangkan program swasembada

    berkelanjutan untuk beras dan jagung serta mencapai swasembada jagung tahun

    2014. Dalam perekonomian nasional jagung merupakan komoditas terpenting

    kedua setelah padi. Produksi jagung meningkat dengan laju rata-rata 7,6% selama

    kurun waktu 2004-2008, akan tetapi produksi jagung belum dapat memenuhi

    kebutuhan dalam negeri.

    Upaya swasembada jagung akan terus digulirkan, mengingat saat ini, jagung

    merupakan bahan makanan penghasil karbohidrat kedua setelah padi. Selain

    dikonsumsi lansung, jagung digunakan sebagai pakan ternak penghasil

  • 46

    susu,daging dan juga sebagai bahan baku industri. Oleh karena itu, jagung

    merupakan komoditas mempunyai nilai strategis seperti halnya beras.

    Meningkatnya permintaan jagung dari tahun ke tahun sejalan dengan

    meningkatnya jumlah penduduk dan industri pakan. Disamping itu, kelangkaan

    bahan bakar minyak dari fosil mendorong berbagai negara mencari energi

    alternatif dari bahan bakar nabati (biofuel), diantaranya jagung untuk dijadikan

    sebagai subsitusi premium.

    Hasil penelitian para peneliti menunjukan bahwa jagung kaya dengan

    komposisi kimia, zat aktif sebagai bahan baku nutrisi, serat yang dibutuhkan

    tubuh (dietary fiber), pro vitamin A (ß-karoten), gula reduksi/komposisi

    karbohidrat, komposisi asam amino, rasio amilosa/amilopektin, mineral Fe dan

    lainnya yang merupakan nilai unggul dibanding serealia lainnya.

    Pasar jagung dunia yang besar tersebut merupakan peluang yang harus

    dimanfaatkan. Indonesia berpeluang untuk mengisi pasar jagung tersebut melalui

    peningkatan produksi jagung dalam negeri dengan cara meningkatkan

    produktivitas persatuan luas tanam jagung nasional dan perluasan areal

    penanaman jagung (Subandi, 2005).

    a. Pembangunan pertanian, khususnya pada sub sektor tanaman pangan

    merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional tahun 2005 – 2009.

    Prioritas ini penting, mengingat saat ini dan di masa mendatang,

    pembangunan sektor pertanian masih menduduki posisi yang amat

    strategis karena dapat dianggap sebagai: Katalisator pembangunan, sektor

    pertanian dapat digunakan untuk menutup kekurangan pertumbuhan

  • 46

    perekonomian agar tidak negatif, sebab sektor pertanian dapat lebih

    bertahan dibanding dengan sektor lain.

    b. Stabilisator harga dalam perekonomian, barang-barang hasil pertanian

    terutama tanaman pangan merupakan kebutuhan pokok rakyat sehingga

    dengan menjaga stabilitas harganya diharapkan harga barang lain akan

    terkendali dengan baik.

    c. Sumber devisa non migas, harga migas yang tidak stabil bahkan

    cenderung menurun mengganggu sektor penerimaan neraca pembayaran

    dan salah satu alternatif untuk meningkatkan sektor tersebut adalah dengan

    cara menaikkan ekspor non migas terutama sektor pertanian maupun

    industri, karena harga barang pertanian relatif stabil dibanding harga migas

    (Sri Rejeki, 2006).

    Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan melalui

    peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman

    dan halal di setiap daerah dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan.

    Pembangunan sub-sektor tanaman pangan akan difokuskan pada akselerasi

    peningkatan produktivitas di daerah yang tingkat produktivitasnya masih rendah

    (di bawah rata-rata propinsi).

    Adanya kesenjangan kebutuhan jagung yang fluktuatif tersebut memberikan

    isyarat bahwa produksi jagung masih sangat terbuka lebar untuk ditingkatkan

    produkrivitasnya. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan dan

    bertambahnya jumlah penduduk. Maka permintaan terhadap bahan makanan

    bergizi yang bersumber dari aneka makanan terus meningkat. Berkembangnya

  • 46

    industri pangan yang mengolah jagung ke berbagai bentuk produk olahan

    menyebabkan permintaan akan jagung dalam negeri semakin meningkat.

    Disisi lain produksi dan produktivitas jagung secara nasional relatif masih

    rendah, yakni baru sekitar 2,8 ton/ha. Sementara telah tersedia teknologi produksi

    jagung yang dapat memberikan hasil 4,8-8,5 ton/ha, tergantung pada kondisi

    lahan dan tingkat penerapan teknologinya, maka peluang untuk meningkatkan

    produktivitas jagung di tingkat petani masih terbuka lebar (Subandi, 2005).

    Berdasarkan hal tersebut, maka mendorong penulis untuk melakukan

    penelitian mengenai “Analisa Keuntungan Usahatani Jagung Bisi 1 di

    Gampong Suak Puntong, Kecamatan, Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan

    Raya”. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai rujukan

    maupun informasi bagi pengembangan usahatani jagung dimasa yang akan

    datang.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dirumuskan

    masalah sebagai berikut :

    1. Apakah usahatani jagung Bisi 1 memberikan keuntungan rata-rata yang

    signifikan di Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir

    Kabupaten Nagan Raya?

    2. Seberapa besar keuntungan usahatani jagung (Zea Mays. L) Bisi 1 di

    Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan

    Raya?

  • 46

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

    adalah:

    1. Untuk mengetahui keuntungan rata-rata yang signifikan dari usahatani

    jagung (Zea Mays. L) Bisi 1 di Gampong Suak Puntong Kecamatan

    Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya

    2. Mengetahui Seberapa besar keuntungan usahatani jagung Bisi 1 di

    Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan

    Raya.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

    berikut:

    1. Sumber informasi bagi petani jagung Bisi 1 guna meningkatkan produksi

    dan keuntungan.

    2. Bahan informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang

    berkaitan dengan usahatani padi sawah.

    3. Bahan referensi bagi peneliti berikutnya.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Konsep Usaha Tani

    Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di

    tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,

    perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-

    bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa

    usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.

    Maxwell L. Brown, dalam Soekartawi (2002), menyebutkan petani yang

    berusaha tani sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang

    petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam

    arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam mengkombinasikan masukan

    untuk menciptakan keluaran adalah usaha tani yang dipandang sebagai suatu jenis

    perusahaan.

    Pengelolaan usaha tani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang

    positif atau suatu keuntungan, usaha tani yang tidak efisien akan mendatangkan

    suatu kerugian. Usaha tani yang efisien adalah usaha tani yang produktivitasnya

    tinggi. Ini bisa dicapai kalau manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor

    produksi dibedakan menjadi dua kelompok :

    a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat

    kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.

  • 46

    b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

    pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya (Soekartawi,

    2002).

    2.2. Tanaman Jagung

    Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

    terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di

    Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di

    Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura

    dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.

    Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan

    ternak (Daun maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung

    (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku

    industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan

    pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah

    direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi

    (Wikipedia.bahasa Indonesia)

    Sebagai bahan pangan yang mengandung 70% pati, 10% protein, dan 5%

    lemak, jagung mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi beragam

    macam produk. Produk turunan potensial yang bisa dihasilkan dari komoditas

    jagung disajikan pada Gambar 1.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Tanamanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gandumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Padihttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madurahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pakanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tongkol_jagunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Bulirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tepunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tepung_jagunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Pentosahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Furfural&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_genetikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Farmasi

  • 46

    Sebagian besar produksi jagung dimanfaatkan untuk bahan baku

    pakan, terutama unggas. Dari total bahan baku yang dibutuhkan untuk pembuatan

    pakan unggas, porsi jagung berkisar 50%. Berkembangnya usaha perunggasan

    telah meningkatkan kebutuhan jagung untuk pakan, mencapai 57% dari produksi

    nasional, sehingga impor jagung harus dilakukan. Secara nasional impor jagung

    berkisar1-1,20 juta t/tahun. Pada tahun 2005, impor diperkiraka mencapai 1,80

    juta ton untuk memenuhi kebutuhan industri pakan (Balai Penelitian Tanaman

    Serealia, 2002).

    2.3. Produksi

    Produksi merupakan terjemahan dari kata production, yang merupakan

    sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Secara umum, istilah

    “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang

    mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda,

  • 46

    baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu

    dilokasikan.

    Dalam percakapan sehari-hari produksi diartikan tindakan

    mengkombinasikan faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, dan lain-lainnya)

    oleh perusahaan untuk memproduksi hasil berupa barang-barang dan jasa-jasa.

    Dalam arti ekonomi, produksi adalah setiap usaha manusia untuk menciptakan

    atau menambah guna suatu barang atau benda untuk memenuhi kebutuhan

    manusia. Misalnya: menanam padi, menggiling padi, mengangkut beras,

    memperdagangkan, dari menjual makanan. Nah, kegiatan seperti itu disebut

    kegiatan produksi (Ismawanto 2009).

    Menurut Assauri (2006) mendefinisikan produksi sebagai berikut: Produksi

    adalah merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan

    (utility) suatu barang dan jasa. Selain itu produksi dapat juga diartikan sebagai

    kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai

    kegunaan atau manfaat suatu barang. Selanjutnya menurut M.Fuad (2004)

    produksi adalah kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan/input

    menjadi keluaran/output.

    Sedangkan menurut Miller dan Meiners (2000) produksi merupakan konsep

    arus (flow concept), maksudnya adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur

    sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya

    sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya.

  • 46

    2.3.1 Faktor Produksi

    Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga

    kerja. Sebagian ahli berpendapat dan memasukan factor keempat, yaitu

    manajemen atau pengelolaan (skill) kedalam faktor produksi. Dua pendapat ini

    sebenarnya tidak perlu jadi masalah dan untuk lebih jelasnya kita bahas lebih

    lanjut dalam bab berikutnya. Dua-duanya benar dan dapat dipakai, tergantung

    sekarang yang mana yang akan kita pilih atau kita gunakan.

    Menurut Sukirmo (2006) pengertian faktor produksi adalah benda-benda

    yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan

    untuk memproduksi barang dan jasa. Produksi pertanian yang optimal adalah

    produksi yang mendatangkan produk yang menguntungkan ditinjau dari sudut

    ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor input yang berpengaruh pada produksi jauh

    lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh sehingga petani dapat

    memperoleh keuntungan dari usaha taninya.

    Faktor-faktor yang dimaksud adalah :

    a. Alam

    Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk

    dimanfaatkan dalam proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita

    dan sejak dulu dimanfaatkan untuk produksi, maka SDA ini termasuk faktor

    produksi yang meliputi tanah, air, iklim, udara, dan sebagainya.

    b. Tenaga Kerja

    Dalam ilmu ekonomi yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat

    kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia

  • 46

    dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor bukan

    termasuk faktor tenaga kerja, tetapi termasuk modal yang menggantikan

    tenaga kerja (Daniel, 2002).

    c. Modal

    Modal/Kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya.

    Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang

    dimilki seseorang yaitu semua harta berupa uang, tanah, mobil, dan lain

    sebagainya. Menurut Von Bohm Bawerk, yang dikutip Daniel (2002) arti

    modal modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan

    dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagian

    kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian

    lagi digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang

    disebut modal masyarakat atau modal sosial.

    d. Keahlian (Skill)

    Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen atau

    kemampuan petani menentukan manfaat pengunaan faktor produksi dalam

    perubahan teknologi, sehinga usaha tani yang dikelolanya dapat

    memberikan hasil (output) yang lebih baik. Oleh karena itu kapada para

    petani harus diberikan penyuluhan dalam menggunakan dan memanfaatkan

    faktor-faktor produksi pada saat muncul teknologi baru yang dapat

    diterapkan dalam melakukan usaha tani, yang dapat menyebabkan biaya

    produksi dapat ditekan dan dapat meningkatkan produksi.

  • 46

    2.3.2 Fungsi Produksi.

    Di dalam ekonomi kita kenal apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu

    fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan

    faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi

    produksi ini dituliskan sebagai berikut :

    Y = f ( 1, 2…………………. )

    Di mana Y = adalah hasil produksi fisik

    1 …… = faktor-faktor produksi

    Berdasarkan fungsi diatas, petani dapat melakukan tindakan yang

    mampumeningkatkan produksi (Y) dengan cara berikut:

    1. Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.

    2. Menambah beberapa jumlah input (lebih dari satu) yang digunakan.

    Dalam produksi pertanian misalnya produksi jagung maka produksi fisik

    dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal

    dan tenaga kerja. Untukdapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan

    menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-

    faktot produksi itu salah sati faktor produksi kita anggap variable (berubah-ubah)

    sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan.

    Perkembangan atau pertambahan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak

    lepas dari peranan faktor-faktor produksi atau input. Untuk menaikkan jumlah

    output yang diproduksi dalam perekonomian dengan faktor-faktor produksi, para

    ahli teori pertumbuhan neoklasik menggunakan konsep produksi (Dernberg,

    1992) fungsi produksi tersebut menurut Dernberg adalah sebagai berikut :

  • 46

    a. Produksi mengikuti pendapatan pada skala yang konstan (Constant Return

    to Scale), artinya apabila input digandakan maka output akan berlipat dua

    kali.

    b. Produksi marjinal, dari masing-masing input atau faktor produksi bersifat

    positif tetapi menurun dengan ditambahkannya satu faktor produksi pada

    faktor lainnya yang tetap atau dengan kata lain tunduk pada hukum hasil

    yang menurun (The Law of Deminishing Return).

    Menurut Soedarsono (1998), fungsi produksi adalah hubungan teknis yang

    menghubungkan antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output).

    Disebut faktor produksi karena bersifat mutlak, supaya produksi dapat dijalankan

    untuk menghasilkan produk. Suatu fungsi produksi yang efisien secara teknis

    dalam arti menggunakan kuantitas bahan mentah yang minimal, tenaga kerja

    minimal, dan barang-barang modal lain yang minimal.

    2.4. Konsep Biaya Produksi

    Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik

    faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam

    proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Menurut Suparmoko

    berpendapat bahwa biaya produksi adalah nilai dari semua masukan (input) yang

    digunakan dalam proses produksi (Suparmoko 1998) .

    Menurut Sofyan Assauri (1992), pengertian biaya adalah: pengorbanan atau

    pengeluaran yang tidak dapat dihindarkan untuk menghasilkan/memproduksi

    suatu barang atau memasarkannya. Biaya produksi yang dikeluarkan dapatlah

    dibedakan menjadi dua jenis yaitu : biaya eksplisit adalah pengeluaran-

  • 46

    pengeluaran perusahaan atau perseorangan yang berusaha pembayaran dengan

    uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang

    dibutuhkan firma. biaya tersembunyi (imputed cost) adalah taksiran pengeluaran

    keatas faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh firma itu sendiri.

    Menurut T. Gilarso (1991) yang dimaksud dengan biaya implisit dan

    eksplisit adalah: Biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut

    diperhitungkan sebagai biaya produksi, meskipun tidak dibayar dalam bentuk

    uang. Misalnya upah tenaga kerja sendiri.

    Doll dan Orazem (1998) berpendapat bahwa biaya produksi adalah nilai dari

    semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa

    selama proses produksi berlangsung. Dalam analisis ekonomi, biaya

    diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari

    analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut:

    1. Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah kerja untuk biaya

    persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk

    membeli pupuk, pestisida dan lain-lain.

    2. Biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar

    kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau

    bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variable adalah biaya yang

    besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya

    pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya.

    3. Biaya rata-rata marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total

    dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah

  • 46

    biaya tambahan yang dikeluarkan petani/pengusaha untuk mendapatkan

    tambahan satu-satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Doll dan

    Orazem: 1998).

    Sedangkan menurut Abdul Halim (1988) biaya produksi yakni biaya-biaya

    yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan

    dipertemukan (dimatchkan) dengan penghasilan (revenue) di periode mana

    produk itu di jual. Mulyadi (1995) menyebutkan biaya produksi merupakan biaya-

    biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap

    untuk dijual. Selanjutnya Amin Widjaya (1993) juga mendefinisikan bahwa biaya

    produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi suatu item,

    yaitu jumlah dari bahan langsung, upah langsung dan biaya overhead pabrik.

    Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya

    variabel. Biaya tetap adalah biaya yang berkenaan dengan penggunaan aset tetap,

    seperti mesin. Biaya ini dalam bentuk depresiasi. Suatu ciri depresiasi adalah

    bahwa depresiasi adalah biaya yang diperhitungkan, tetapi tidak dikeluarkan,

    melainkan masuk dalam cadangan perusahaan atau perseorangan.

    Biaya variabel merupakan pengeluaran bagi bahan mentah dan tanaga.

    Berbeda dengan biaya tetap yang tidak dipengaruhi oleh volume produksi, biaya

    variabel sejalan dengan volume produksi. Paul A. Samuelson dan William D

    Nordhaus dalam buku Ekonomi Mikro (1996). menjelaskan: “Biaya tetap (fixed

    cost) merupakan total Rupiah yang harus dikeluarkan perusahaan, walaupun tidak

    berproduksi, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh setiap perubahan kuantitas output.

    Biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang bervariasi sesuai dengan

  • 46

    perubahan tingkat output termasuk biaya bahan baku, gaji dan bahan bakar

    termasuk pula semua biaya yang tidak tetap.”

    Apabila kita menghasilkan atau memproduksi dan memasarkan sejumlah

    barang atau jasa tertentu, maka kita mengeluarkan dan mengorbankan sejumlah

    biaya yang disebut dengan biaya total (total cost). Jadi biaya total (total cost)

    adalah sejumlah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi dan atau memasarkan

    sejumlah barang atau jasa.

    Menurut Richard G. Lipsey, Peter O. Seiner dan Douglas D. Purvis, dalam

    buku Pengantar Ekonomi Mikro (1992) menyebutkan: Biaya total (total cost)

    adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat keluaran tertentu. Pada dasarnya

    biaya total dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap total (total fixed cost) dan

    biaya variabel total (total variabel cost).

    Biaya tetap total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk

    memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya. Contohnya

    membeli mesin, mendirikan bangunan pabrik merupakan faktor produksi yang

    dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek. Biaya variabel total

    adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi

    yang dapat berubah jumlahnya.

    Sedangkan menurut Budiono (1992) dalam bukunya Mikro Ekonomi

    mengatakan bahwa : Total Fixed Cost (TFC) atau biaya tetap total adalah jumlah

    biaya-biaya yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat

    outputnya. Jumlahnya TFC adalah tetap untuk setiap tingkat output. (misalnya :

    penyusutan, sewa gedung dan sebagainya).

  • 46

    Total Variabel Cost (TVC) atau biaya variabel total, adalah jumlah biaya-

    biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksikan.

    (misalnya : upah tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku, biaya angkut dan

    sebagainya). Total Cost (TC) atau biaya total adalah penjumlahan kedua biaya

    baik biaya tetap total maupun biaya variabel total.

    Jumlah biaya tetap seluruhnya dan biaya variabel seluruhnya merupakan

    biaya total produksi dalam notasi matematika dituliskan :

    TC = TFC + TVC

    dimana :

    TC = Biaya total produksi

    TFC = Biaya tetap total

    TVC = Biaya variabel total

    Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan pada berbagai tingkat

    output yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk biaya tetap dalam

    usahatani jagung adalah biaya pajak lahan tanah, peralatan dan biaya penyusutan.

    Biaya variabel adalah biaya yang berubah ubah menurut tinggi rendahnya

    tingkat output yang termasuk dalam penelitian ini adalah: biaya tenaga kerja,

    pembelian pupuk MPK, pembelian pupuk Urea dan biaya pestisida.

    2.5 Penerimaan Hasil Usaha

    Besarnya penerimaan hasil usaha tergantung dari jumlah barang yang dapat

    dihasilkan dan harga jual diperoleh. Tinggi rendahnya harga di pasaran tidaklah

    selalu dapat dikuasai atau ditentukan oleh si pengusaha itu sendiri. Akan tetapi

    biaya produksi (cost) sedikit banyak dapat diatur sendiri. Seluruh jumlah

  • 46

    pendapatan yang diterima oleh perusahaan dari menjual barang yang

    diproduksikannya dinamakan hasil penjualan total (TR) yaitu dari perkalian total

    revenue.”

    Menurut Richard A. Bilas dalam Buku Ekonomi Mikro (1992) menjelaskan:

    ”Penerimaan produksi total adalah penerimaan penjualan total dikurangi dengan

    biaya penjualan. Ini adalah penerimaan penjualan yang diberikan kepada bagian

    produksi dari perusahaan.” Dengan demikian, angka penerimaan penjualan adalah

    yang paling penting dalam masalah maksimalisasi keuntungan. Penerimaan

    produksi total akan ditentukan oleh harga produk dan jumlah produk yang terjual.

    Sedangkan menurut Sofyan Assauri (1992), mendifinisikan total revenue

    sebagai berikut: Total revenue dalam hal ini adalah besarnya penerimaan total

    yang diterima oleh perusahaan/produsen dari penjualan produk yang di

    produksinya.” Tujuan Perusahaan dalam memproduksi barang adalah agar

    memperoleh pendapatan dari penjualan output sebagai sumber penerimaan utama

    atau revenue. Revenue yang berarti penerimaan adalah sebagai jumlah yang

    diperoleh dari penjualan sejumlah output yang dihasilkan seorang produsen atau

    perusahaan. Penerimaan atau revenue, adalah penghasilan dari penjualan barang-

    barang atau barang-barang dagangan.

    Penerimaan total atau Total Revenue pada umumnya dapat didefinisikan

    sebagai penerimaan dari penjualan barang-barang yang diperoleh penjuali.

    Penerimaan total adalah sama banyaknya dengan satuan barang yang terjual

    dikalikan dengan harga penjualan tiap satuan atau dirumuskan sebagai berikut:

  • 46

    R = P. X

    R = Penerimaan total

    P = Harga tiap satuan barang

    X = Banyaknya barang yang terjual

    2.6. Keuntungan (Profit)

    Sesuai dengan judul penelitian yaitu analisis keuntungan usahatani Jagung

    di Gampeong Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya,

    agar tidak terjadi kesalahan dalam persepsi terhadap variable-variabel yang

    digunakan maka perlu diberi batasan-batasan sesuai dengan konsep atau teori

    yang sudah ada.

    Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan (penerimaan) kotor dan

    pengeluaran total (biaya total). Beberapa ahli mendefinisikan keuntungan sebagai

    berikut: Menurut Karta Sapoetra (1998) bahwa Keuntungan adalah penerimaan

    bersih yang diterima pemilik usaha setelah semua biaya usaha dikeluarkan.

    Selanjutnya tingkat keuntungan usahatani menurut Soekartawi (1995),

    diukur dengan pendapatan bersih usahatani. Besarnya penerimaan di dapat dari

    penjualan hasil produksi dan biaya yang di keluarkan untuk suatu proses produksi

    menunjukan keuntungan petani.

    Keuntungan petani yang besar ini di dapat pada tingkat produksi yang

    memberikan selisih yang besar antara penerimaan dengan biaya produksi.

    Menurut (Tohir, 1982) secara matematis keuntungan (profit) dapat di tulis sebagai

    berikut:

  • 46

    Profit ( ) = TR –TC

    Karena TR = f (Y) dan TC = (Y), maka = f (Y)

    Keterangan :

    Profit = Keuntungan yang diperoleh dari suatu satuan unit produksi.

    TR = Total Revenue (total penerimaan produsen dari hasil

    penjualan inputnya dikalikan dengan harga jual).

    TC = Total Cost (total biaya yang merupakan penjumlahan dari

    biaya tetap maupun tidak tetap).

    Y = Jumlah Output (variable pilihan).

    = Penghasilan bersih

    Keuntungan yang diperoleh seorang petani dari usahanya dapat berubah

    selisih lebih dalam perbandingan antara neraca pada permulaan usahanya dengan

    neraca pada akhir usahanya (Adiwilaga, 1982).

    Penerimaan pada bidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam

    bentuk uang sebelum dikurangi dengan biaya pengeluaran selama kegiatan usaha

    (Mosher, 1987). Biaya Produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang

    digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selam proses produksi

    berlangsung. Pembagian biaya produksi berdasarkan sifatnya terdiri dari:

    1. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah

    barang yang diproduksi seperti alat pertanian dan tenaga kerja.

    2. Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas

    usahanya berubah.

    Keuntungan ataupun pendapatan merupakan salah satu indikator

    kemakmuran, baik suatu Negara yang diukur dari sudut pendapatan nasional

    maupun pendapatan individu yang diukur dari pendapatan per kapita. Pendapatan

    dapat diukur dengan menggunakan uang yang kita peroleh biasanya berasal dari

  • 46

    hasil penjualan, upah sebagai tenaga kerja, hasil penyewaan barang, hasil

    pemberian jasa ataupun dari cara yang lainnya. Dari hasil pendapatan kita tersebut

    akhirnya kita bisa gunakan untuk keperluan sehari-hari dengan

    mengkonsumsinya, ataupun kita tabung sebagai persiapan terhadap keperluan kita

    yang akan datang.

    Menurut Kadariah dalam bukunya yang berjudul Analisis Pendapatan

    Nasional (1991), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan

    adalah Terdiri dari penghasilan berupa upah, gaji, bunga, deviden, keuntungan

    dan merupakan suatu arus barang yang diukur dalam suatu jangka waktu

    umpamanya seminggu, sebulan, setahun atau suatu jangka waktu yang lebih lama.

    Jadi dapat diartikan bahwa pendapatan yang diperoleh, dari hasil

    pengorbanan baik itu jasa maupun hasil penjualan tidak hanya bisa diukur dalam

    jangka waktu tertentu, tapi bisa dalam seminggu, sebulan, setahun ataupun jangka

    waktu lainnya. Sedangkan pendapatan menurut Ace Partadiredja (1990)

    pendapatan adalah sesuatu yang diterima berupa upah dan gaji sebagai balas jasa

    tenaga, sewa sebagai balas jasa tanah, bunga sebagai balas jasa modal dan

    keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan (entrepreneur).

    Dari kedua pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah

    suatu hasil yang berupa barang atau uang yang diperoleh sebagai upah/gaji,

    bunga, keuntungan yang diukur dalam jangka waktu tertentu misalnya seminggu,

    sebulan, setahun atau dalam suatu jangka waktu yang pendek atau panjang.

    Pendapatan ini diperoleh akibat penggunaan dari pada kekayaan atau jasa yang

    dimiliki oleh sesorang atau badan usaha.

  • 22

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Tempat, Waktu, dan Ruang Lingkup Penelitian

    Tempat penelitian ini dilakukan di Gampong Suak Puntong, Kecamatan

    Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya, dan waktu penelitian dilakukan pada

    tanggal 20 Maret 2014. Ruang lingkup penelitian ini hanya terfokus pada

    keuntungan ataupun profit dari usahatani jagung Bisi 1 di Gampong Suak

    Puntong.

    3.2. Populasi dan Sampel

    3.2.1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti, yang menjadi

    populasi dalam penelitian ini adalah semua petani jagung yang bertani jagung Bisi

    1 di Gampong Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir yang jumlahnya 25 orang.

    3.2.2. Sampel

    Pengambilan sampel yang digunakan adalah Sistem Acak Sederhana

    (Simple Random Sampling). Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa setiap

    responden mempunyai kesempatan yang sama dijadikan sampel, dengan tingkat

    kepercayaan 90%. Sampel adalah objek yang diambil dengan cara mereduksi

    objek penelitian yang dianggap representatif terhadap populasi. Penentuan

    besarnya sampel digunakan rumus Slovin sebagai berikut (Arikunto, 2002) :

    n 2

  • 46

    n 2

    n

    n

    n atau dibulatkan menjadi 4

    Dimana :

    N = populasi

    n = jumlah sampel

    d = kesalahan baku

    Dari hasil perhitungan di atas dapat di buat data berdasarkan Strata dan Luas

    Lahan Pertanian yang dimiliki oleh petani di Gampong Suak Puntong. Kecamatan

    Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya.

    3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

    3.3.1 Sumber Data

    Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah merupakan data primer dan

    data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani jagung yang

    telah ditetapkan sebagai responden atau sampel dengan dibantu alat daftar

    pertanyaan (kuesioner). Adapun jenis data yang dibutuhkan meliputi hasil

    produksi jagung sebagai output serta data input yang merupakan pengeluaran

    petani meliputi : upah tenaga kerja, harga benih, harga pupuk, harga pestisida,

    harga peralatan, besarnya sewa lahan dan data umum lainnya.

  • 46

    Data sekunder meliputi data penunjang dari data primer, yang diambil

    secara runtun waktu (time series), yang didapatkan melalui studi kepustakaan dari

    berbagai sumber, jurnal-jurnal, buku-buku, hasil penelitian maupun publikasi

    terbatas arsip-arsip data dari Lembaga/Instansi antara lain bersumber dari BPS

    Kabupaten Nagan Raya, Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya, maupun Desa

    di daerah penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data jumlah

    penduduk, luas wilayah, data penggunaan lahan, dan data penunjang lainnya.

    3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

    berupa :

    a. Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengn mengamati langsung

    dilapangan. Teknik ini dilakukan melalui dua jalur yaitu observsi langsung

    dan observasi tidak langsung. Observasi langsung adalah pengumpulan data

    yang dilakukan secara langsung ditempat kejadian.Observasi tidak langsung

    adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala

    pada obyek penelitian yang pelaksanannya tidak secara langsung pada

    obyeknya.

    b. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan mengumpulkan

    data melalui keterangan secara tertulis yang merupakan dokumen-dokumen

    yang ada hubungannya dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

    c. Wawancara langsung dengan pihak yang berkompeten.

  • 46

    d. Kuisioner yaitu suatu teknik atau alat pengumpulan data dengan jalan

    mengajukan daftar pertanyaan mengenai masalah yang hendak diteliti

    kepada responden untuk dijawab.

    3.4. Model Analisis

    Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    sebagaiberikut :

    Analisis besarnya keuntungan usaha tani, menurut Tohir (1980) yakni :

    = TR – TC

    = P. Q – TFC –TVC

    Dimana :

    = Keuntungan Usahatani Jagung

    TFC = Biaya Tetap

    TVC = Biaya Variable

    TR = Laba Kotor

    P = Harga Jagung

    Q = Produksi Jagung

    Untuk mengetahui nilai rata-rata digunakan rumus (Sutrisno, 1988 : 190)

    sesuai dengan penelitian :

    TR1

    Dimana :

    1 = rata-rata pendapatan kotor

    Menghitung besarnya biaya total menggunakan rumus (Sutrisno,1998)

    sebagaiberikut :

  • 46

    TC = TFC + TVC

    Dimana :

    TC = Biaya Total

    TFC = Biaya Tetap

    TVC = Biaya Variabel

    Menghitung besarnya biaya rata-rata digunakan rumus (Sutrisno, 1998 : 189):

    TC1 =

    Dimana :

    1 = Biaya Total Rata-Rata

    Menghitung besarnya laba (pendapatan bersih) digunakan rumus :

    = TR1 –TC1

    Kemudian dihitung

    rata-rata tersebut di uji dengan uji rata-rata dengan rumus (Boediono,

    1992: 264) :

    Dimana :

    t = Hitung

    1 = Rata-Rata Total Penerimaan Kotor Usahatani Jagung

    2 = Rata-Rata Total Biaya Usahatani Jagung

    s = Nilai Varians Variabel

    n1 = Jumlah Sampel x1

  • 46

    n2 = Jumlah Sampel x2

    Menguji signifikan atau tidak signifikan dibuatkan hipotesis sebagai berikut:

    H0 = 1 - 2 ≤ 0

    H0 artinya usahatani jagung tidak memberi keuntungan atau merugi.

    H1 = 1 - 2 > 0

    H1 artinya usahatani jagung menguntungkan.

    Bila t hitung lebih besar dari t daftar pada tingkatan kepercayaan 90%

    dengan derajat kebebasan (n-1) maka menerima H1 dan menolak H0, sebaliknya

    bila t hitung lebih kecil dari t daftar pada tingkat kepercayaan 90% dengan derajat

    kebebasan (n-1) maka menolak H1 dan menerima H0.

    3.5. Definisi Operasional Variabel

    Dalam memahami isi penelitian ini, maka akan dikemukakan definisi

    operasional variable yang ada kaitannya dengan judul ini.

    1. Produksi (Q) adalah jumlah produk yang dihasilkan petani jagung berupa

    bulir jagung yang diukur dengan kilogram (Kg) untuk satu kali panen.

    2. Biaya (C) adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan petani secara riil

    dalam menghasilkan jagung yang diukur dengan Rupiah (Rp). Biaya usaha

    tani diklasifikasikan menjadi dua yaitu : Biaya tetap (fixed cost) dan biaya

    tidak tetap (Variable cost).

    3. Pendapatan bersih petani ( ) adalah jumlah uang yang diterima petani

    jagung dari hasil penjualan jagung setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan

    dalam setiap kegiatan produksi yang diukur dalam rupiah (Rp).

  • 46

    4. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan kotor dengan seluruh biaya

    produksi usahatani Jagung di Suak Puntong untuk sekali musim tanam.

    5. Nilai produksi adalah jumlah produksi jagung (kg) dikalikan dengan harga

    rata-rata yang diterima petani jagung.

  • 29

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    4.1. Keadaan Umum

    Dalam bab ini dibahas tentang gambaran umum objek penelitian yaitu

    keadaan umum Gampong Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten

    Nagan Raya. Sumber data diperoleh dari kantor Keuchik Gampong Suak Puntong.

    4.1.1. Letak dan batas wilayah Gampong Suak Puntong

    Gampong Suak Puntong terletak antara 03º40

    ' - 04º38' Lintang Utara dan

    96º11' - 96º48' Bujur Timur. Luas Gampong Suak Puntong adalah 24000 km2.

    Secara administratif, Gampong Suak Puntong sebelah utara berbatasan dengan

    Gampong Buloh, sebelah timur berbatasan dengan Gampong Kuala Baro/Gp

    Lhok, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, serta sebelah barat

    berbatasan dengan Gampong Peunaga Cut Ujong, Aceh Barat.

    4.1.2. Iklim dan Topografi

    Seperti kebanyakam daerah Indonesia lainnya, Gampong Suak Puntong

    memiliki iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti

    sepanjang tahun. Pada bulan Mei sampai dengan Agustus arus angin berasal dari

    Barat dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim

    kemarau. Sebaliknya pada bulan September sampai dengan November arus angin

    banyak mengandung uap air yang berasal dari Barat Laut, sehingga terjadi musim

    penghujan. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa

    peralihan (pancaroba) pada bulan April–Mei dan Oktober–November.

  • 46

    Curah hujan pada tahun 2013 di Kabupaten Nagan Raya telah terjadi

    sebanyak rata-rata tiap bulannya 7 sampai dengan 14 hari hujan dengan curah

    hujan antara 132,1 mm sampai dengan 442,6/bulan

    4.1.3. Luas dan pembagian wilayah.

    Luas wilayah Gampong Suak Puntong adalah 2.4 Km2, terdiri atas 4 Dusun,

    (lihat tabel 1).

    Tabel: 1 Jumlah dusun dalam Gampong Suak Puntong di kabupaten Nagan Raya

    Tahun 2013

    No Nama Dusun Luas Wilayah

    1 Dusun Geulambe 4.2 km2

    2 Dusun Tengah 4.8 km2

    3 Dusun Permai 7.8 km2

    4 Dusun Geulanggang Merak 7.2 km2

    Jumlah 24. km2

    4.1.4. Luas penggunaan lahan

    Sebagai daerah agraris yang sebagian besar penduduknya bergantung pada

    sektor pertanian, dan perkebunan hal ini ditunjukkan dengan masih luasnya lahan

    pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Gampong Suak Puntong lahan

    pertanian yang digunakan secara keseluruhan adalah 190 ha, yang terdiri dari

    pertanian karet, kacang tanah, semangka, sayur-sayuran, jagung, dan lain-lain,

    sedangkan untuk lahan pertanian padi/ sawah tidak tersedia disebabkan tidak

    adanya petani padi di daerah tersebut. Sedangkan luas penggunaan lahan lainnya

    digunakan sebagai pemukiman penduduk.

  • 46

    Tabel: 2 Luas lahan pertanian di Gampong suak Puntong, kabupaten Nagan Raya

    No Nama Dusun Sawah Bukan Sawah Total

    Dusun Geulambe - 50. ha 50. ha

    Dusun Tengah - 60. ha 60. ha

    Dusun Permai - 60. ha 60. ha

    Dusun Geulanggang Merak - 20. ha 20. ha

    Jumlah 190. ha 190. ha

    Sedangkan untuk luas lahan usahatani jagung per dusun di Gampong Suak

    Puntong dapat dilihat dalam tabel berikut:

    Tabel: 3 Luas lahan usahatani jagung per dusun di Gampong suak Puntong

    No Nama Dusun Luas Lahan Jagung

    1 Dusun Geulambe 5. ha

    2 Dusun Tengah 1. ha

    3 Dusun Permai 6. ha

    4 Dusun Geulanggang Merak -

    Jumlah 12

    4.2. Keadaan Penduduk

    4.2.1. Jumlah dan penyebaran penduduk

    Jumlah penduduk di Gampong Suak Puntong berdasarkan hasil Registrasi

    Penduduk pada tahun 2013 adalah sebanyak 878 orang terdiri atas 444 laki-laki

    dan 434 perempuan. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan dusun dapat dilihat

    dalam tabel berikut:

  • 46

    Tabel: 4 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Dusun

    No Nama Dusun Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)

    Dusun Geulambe 144 140

    Dusun Tengah 96 98

    Dusun Permai 120 117

    Dusun Geulanggang Merak 84 79

    Jumlah 444 434

    4.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Gampong

    Suak Puntong

    Sebagian besar wilayah di gampong Suak Puntong merupakan daerah

    pertanian, perhutani, kelautan dan usaha peternakan. Adapun rincian jumlah

    penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai

    berikut :

    Tabel 5: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

    No Keterangan Jumlah (Jiwa) Persentase%

    1 Petani 235 31,6

    2 Pedagang 95 12,8

    3 PNS/TNI/Polri 9 1,2

    4 Wiraswasta 130 17,5

    5 Peternak 10 1,3

    6 Nelayan 71 9,5

    7 Pekerja Industri 2 0,3

    8 Pekerja Lepas 192 25,8

    Jumlah 744 100%

    Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk

    Gampong Suak Puntong sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian

    sebagai petani yaitu dengan presentase terbanyak berjumlah 235 orang atau 31,6

  • 46

    %. Hal ini dikarenakan lahan pertanian dan perkebunan di gampong Suak Puntong

    masih cukup potensial untuk bidang tersebut.Sehingga untuk dapat meningkatkan

    produktivitas hasil pertanian dan perkebunan juga untuk mencukupi kebutuhan

    keluarga, maka diperlukan adanya peningkatan kegiatan di bidang pertanian dan

    perkebunan. Salah satunya yaitu kegiatan usahatani jagung yang memang telah

    berkembang di daerah tersebut, dengan luas lahan pertanian yang mendukung

    untuk kegiatan usahatani.

    4.2.3. Karakteristik Petani jagung di Gampong Suak Puntong

    Karakteristik petani jagung akan diuraikan berdasarkan umur petani,

    tingkat pendidikan, status dan luas lahan garapan, pengalaman berusahatani

    jagung, pekerjaan sampingan, kondisi tempat tinggal. Disajikan pada tabel 6

    sebagai berikut:

    Tabel 6: Karakteristik Responden Petani Jagung di Gampong Suak

    Puntong

    No

    Resp

    on

    den

    Um

    ur

    Pen

    did

    ika

    n

    Sta

    tus

    La

    ha

    n

    Lu

    as

    La

    ha

    n

    (ha

    )

    Pen

    gala

    ma

    n

    Ber

    tan

    i

    Pek

    erja

    an

    Sa

    mp

    ing

    an

    Tem

    pa

    t

    Tin

    gg

    al

    1 Idrus Sardi 43 SMA Pribadi 2 7 thn

    Jual

    Ikan

    Kelili

    ng

    Per

    man

    en

    2 Abdullah 42 SMP

    Pribadi 2 6 thn

    Jual

    Sayur

    Per

    man

    en

    3 Ramli 40 SMP

    Pribadi

    1 7 thn

    - Per

    man

    en

    4 Adli. B 58 SD

    Pribadi 1 7 thn

    - Per

    man

    en

  • 46

    Karakteristik petani secara umum sebagai berikut :

    1. Umur Petani

    Tenaga kerja produktif umumnya berada pada selang 25 hingga 58 tahun,

    sedangkan jika kurang atau lebih dari selang umur tersebut akan tergolong sebagai

    tenaga kerja kurang produktif tetapi masih termasuk dalam usia kerja.

    2. Tingkat Pendidikan

    Berdasarkan tingkat pendidikan, petani jagung di gampong Suak Puntong

    dari jumlah keseluruhan sebanyak 25 orang, lebih banyak terkonsentrasi pada

    kelompok tamatan SMP yaitu sebanyak 13 orang (52%) dan kelompok yang

    tamatan SMA yaitu sebanyak 8 orang (32%) Sedangkan tamatan SD sebanyak 4

    orang atau (16%).

    3. Status dan Luas Lahan Garapan.

    Semua petani jagung di gampong suak puntong memiliki lahan garapan

    sendiri, oleh karena itu petani menggarap lahan tanpa mengeluarkan biaya sewa

    lahan. Sementara luas lahan garapan berpengaruh positif terhadap produktivitas

    usahatani dimana usahatani dengan luas lahan yang lebih besar akan memiliki

    produktivitas yang relatif lebih tinggi daripada usahatani dengan luas lahan yang

    lebih kecil. Luaslahan garapan petani bervariasi mulai dari satu hektar hingga

    yang memiliki luas lahan garapan lebih dari satu hektar.

    4. Pengalaman Berusahatani Jagung

    Rata-rata petani jagung di gampong Suak Puntong sudah memiliki

    pengalaman bertani jagung sekitar 8 tahun. Sehingga mereka sudah sangat mahir

  • 46

    dan teliti dalam penggarapan hingga perawatan tanaman jagung. Oleh sebab itu

    kualitas dan kuantitas jagung yang dihasilkan sudah sangat baik.

    5. Pekerjaan Sampingan

    Selain bertani jagung para petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

    sebagian besar juga melakukan usaha sampingan untuk mengisi masa senggang

    seperti menjual ikan keliling, menjual hasil panen tanaman tumpang sari seperti;

    mentimun, sayur-sayuran, serta memancing dan menjala ikan di sungai.

    6. Kondisi Tempat Tinggal

    Rumah dikatakan layak sebagai tempat tinggal apabila rumah tersebut

    mempunyai atap, dinding dan lantai. Salah satu indikasi rumah sehat lainnya

    adalah kualitas rumah tinggal. Pada tahun 2004, setalah Tsunami hampir

    keseluruhan rumah di gampong Suak Puntong bangunan rumahnya sudah

    permanen dimana standar rumah sehat sudah memadai karena mendapatkan

    bantuan rumah dari NGO Internasional maupun Lokal, meskipun terdapat

    beberapa rumah yang semi permanen, hal itu juga merupakan rumah bantuan

    NGO yang mencanangkan rumah semi permanen dalam programnya untuk

    mengurangi resiko gempa, sedangkan yang tidak permanen sudah tidak ada lagi.

    Sumber air minum tampaknya mengalami peningkatan hal ini terlihat dari

    rumah tangga dengan sumber air minum dari sumur maupun sumur bor dengan

    menggunakan pompa listrik.

  • 36

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian

    Bertitik tolak pada tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab

    terdahulu maka kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data

    primer sebagai bahan analisa dan pembahasan antara lain:

    5.1.1 Hasil Produksi Jagung Bisi 1.

    Produksi jagung adalah banyaknya jumlah jagung yang dihasilkan oleh

    petani jagung yang kemudian langsung dijual pada pembeli, mereka biasanya

    menjual ke pasar atau bisa juga pembeli yang langsung datang ketempat

    penanaman jagung. Dari data yang diperoleh para petani jagung menjual dengan

    harga Rp.3.000,- /kg. Data produksi jagung dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel:7 Produksi Jagung di gampong Suak Puntong Tahun 2013.

    No Responden Lahan (ha) Jumlah Produksi

    (ton)

    Produktifitas

    (ton/ha)

    1 Idrus Sardi 2 16 8

    2 Abdullah 2 15 7,5

    3 Ramli 1 7 7

    4 Adli. B 1 8 8

    Sumber: Data Hasil Penelitian

    Dari tabel diatas dapat dilihat hasil produksi petani jagung berdasarkan

    luas lahan yang dimiliki responden memiliki perbedaan. Seperti Idrus Sardi yang

    menghasilkan 16 ton jagung dalam sekali panen dengan luas lahan 2 hektar,

  • 46

    dimana hasil produksi perhektarnya adalah 8 ton dengan nilai jual Rp.

    3000.000/ton atau pendapatan kotor yang diterima nya dalam satu hektar sebesar

    Rp.24.000.000. sedangkan Abdullah yang memiliki luas lahan yang sama dengan

    Idrus Sardi yaitu 2 hektar menghasilkan 15 ton dimana jumlah produksi yang

    diperolehnya per hektar sebesar 7,5 ton. Pendapatan kotor yang diterima Abdullah

    perhektarnya sekitar Rp. 22.500.000. Selanjutnya Ramli dan Adli. B yang sama-

    sama memiliki luas lahan satu hektar menghasilkan 7 ton dan 8 ton/ hektar untuk

    masing-masing petani, dengan memperoleh pedapatan kotor dari hasil penjualan

    produksi masing-masing sebesar Rp. 21.000.000 dan 24. 000.000.

    5.1.2 Biaya Produksi

    Biaya produksi disini adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh

    petani Jagung dalam usahanya memproduksi jagung selama satu masa tanam.

    Dalam penelitian ini biaya produksi yang dikeluarkan untuk usahatani jagung

    dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

    a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

    Biaya yang besar kecilnya tidak tergantung oleh besar kecilnya produksi

    yang harus dikeluarkan. Biaya tersebut adalah biaya penyusutan peralatan yang

    diperoleh dari penyusutan alat-alat yang digunakan dalam menanam jagung yaitu

    cangkul, garu, sekop, parang, sprayer. Perhitungan biaya penyusutan ini

    didasarkan pada harga peralatan tersebut dibagi dengan umur ekonomis dari

    peralatan tersebut. Masa pakai untuk alat kerja tersebut adalah 2-3 tahun. Dari

    hasil penelitian diketahui total biaya penyusutan peralatan ke 4 responden adalah

  • 46

    sebesar Rp. 961.667,- per tahun dengan rata-rata Rp.240.417 per responden.

    Untuk lebih jelas Biaya tetap usahatani jagung disajikan pada tabel berikut ini:

    Tabel 8: Biaya Tetap Usahatani Jagung Responden Idrus Sardi

    No Uraian Satuan Volume

    Estimasi

    umur

    ekonomis

    (thn)

    Harga

    satuan

    (Rp)

    Biaya

    Penyusutan

    (Rp)

    1 Cangkul Unit 3 3 Rp50.000 Rp50.000

    2 Garu Unit 2 3 Rp30.000 Rp20.000

    3 Sekop Unit 2 3 Rp50.000 Rp33.333

    4 Parang Unit 2 3 Rp60.000 Rp40.000

    5 Sprayer Unit 1 2 Rp250.000 Rp125.000

    TOTAL Rp440.000 Rp268.333

    Tabel 9: Biaya Tetap Usahatani Jagung Responden Abdullah

    No Uraian Satuan Volume

    Estimasi

    umur

    ekonomis

    (thn)

    Harga

    satuan

    (Rp)

    Biaya

    Penyusutan

    (Rp)

    2 Cangkul Unit 2 3 Rp50.000 Rp33.333

    3 Garu Unit 2 3 Rp30.000 Rp20.000

    4 Sekop Unit 1 3 Rp50.000 Rp16.667

    5 Parang Unit 2 3 Rp60.000 Rp40.000

    6 Sprayer Unit 1 2 Rp250.000 Rp125.000

    TOTAL Rp440.000 Rp235.000

    Tabel 10: Biaya Tetap Usahatani Jagung Responden Ramli

    No Uraian Satuan Volume

    Estimasi

    umur

    ekonomis

    (thn)

    Harga

    satuan

    (Rp)

    Biaya

    Penyusutan

    (Rp)

    1 Cangkul Unit 3 3 Rp50.000 Rp50.000

    2 Garu Unit 2 3 Rp30.000 Rp20.000

    3 Sekop Unit 3 3 Rp50.000 Rp50.000

    4 Parang Unit 1 3 Rp60.000 Rp20.000

    5 Sprayer Unit 1 3 Rp250.000 Rp83.333

    TOTAL Rp440.000 Rp223.333

  • 46

    Tabel 11: Biaya Tetap Usahatani Jagung Responden Adli B

    No Uraian Satuan Volume

    Estimasi umur

    ekonomis

    (thn)

    Harga satuan (Rp)

    Biaya Penyusutan

    (Rp)

    2 Cangkul Unit 3 3 Rp50.000 Rp50.000

    3 Garu Unit 2 3 Rp30.000 Rp20.000

    4 Sekop Unit 3 2 Rp50.000 Rp75.000

    5 Parang Unit 2 2 Rp60.000 Rp60.000

    6 Sprayer Unit 2 3 Rp250.000 Rp166.667

    TOTAL Rp440.000 Rp371.667

    Tabel 12: Rekapan Biaya Tetap Usahatani Jagung responden Gampong

    Suak Puntong

    No Responden Biaya Tetap

    (TFC)

    1 2 3

    1 Idrus Saldi Rp268.333

    2 Abdullah Rp235.000

    3 Ramli Rp223.333

    4 Adli. B Rp371.000

    Total Rp1.098.333

    Rata-rata Rp274.583

    b. Biaya Tidak Tetap

    Biaya tidak tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung dari besar

    kecilnya produksi:

    1. Pembelian Bibit: Pembelian bibit, dalam penelitian ini diketahui total

    biaya pembelian bibit yang dikeluarkan oleh 4 responden adalah sebesar

    Rp. 14.175.000,- per masa tanam (lihat tabel 3)

  • 46

    2. Biaya Pupuk: Biaya pupuk adalah biaya pembelian pupuk ke 4 responden

    yaitu jenis Urea dan NPK adalah sebesar Rp.9.320.000 ,- (lihat tabel 3).

    3. Biaya Herbisida dan Pestisida ke 4 responden adalah sebesar

    Rp.816.000,-

    4. Biaya tenaga kerja yang mencakup pengolahan lahan, penanaman,

    pemupukan, penyemprotan pestisida, penyiangan, panen dan perontokan

    adalah sebesar Rp. 12.650.000,- bagi ke 4 responden

    5. Sedangkan untuk transport saat penjualan, ke 4 responden petani jagung

    harus membayar sebesar Rp. 200/kg dengan total biaya sebesar

    Rp.5.900.000,- (lihat tabel 3).

    Tabel 13: Perincian biaya tidak tetap dari usahatani jagung di Gampong Suak

    Puntong

    Nama

    Responden

    Biaya Tidak Tetap

    Total Biaya

    Tidak Tetap Benih Pupuk

    Herbisida

    dan

    pestisida

    Biaya

    transport Tenaga Kerja

    Idrus Saldi Rp3.500.000 Rp2.330.000 Rp249.000 Rp1.600.000 Rp2.700.000 Rp10.379.000

    Abdullah Rp3.500.000 Rp2.330.000 Rp189.000 Rp1.500.000 Rp3.650.000 Rp11.169.000

    Ramli Rp3.150.000 Rp2.330.000 Rp219.000 Rp1.400.000 Rp2.750.000 Rp9.849.000

    Adli. B Rp4.025.000 Rp2.330.000 Rp159.000 Rp1.400.000 Rp3.550.000 Rp11.464.000

    Total Rp14.175.000 Rp9.320.000 Rp816.000 Rp5.900.000 Rp12.650.000 Rp42.861.000

    Sumber data diolah dari data primer

    Dari tabel diatas dapat kita lihat total biaya tidak tetap dari keseluruhan

    responden adalah sebesar Rp. 42. 861.000,- dengan rata-rata Rp. 10.715.250,-

    Dengan demikian total biaya produksi yang dikeluarkan dalam proses

    produksi adalah sebesar Rp. 43.959.333,-. Total biaya produksi ini merupakan

  • 46

    penjumlahan total biaya tetap dan total biaya tidak tetap untuk perinciannya dapat

    dilihat pada lampiran 5.

    c. Penerimaan

    Penerimaan (Total Revenue) adalah pendapatan dari usahatani jagung

    selama satu masa tanam. Penerimaan dari penjualan hasil usahatani jagung yang

    diterima oleh 4 responden petani jagung di gampong Suak Puntong adalah sebesar

    Rp. 91.500.000,- untuk sekali panen/hektar (lihat lampiran 5)

    d. Keuntungan

    Keuntungan adalah pendapatan bersih dari usaha tani jagung selama satu

    masa tanam setelah dikurangi total biaya dalam proses produksi. Dari hasil

    perhitungan diketahui pendapatan bersih atau keuntungan yang diperoleh dari 4

    responden petani jagung adalah sebesar Rp. 47.540.167,-. Untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat pada lampiran 5.

    5.2 Analisis Dan Pembahasan

    5.2.1 Analisis

    Untuk dapat memecahkan permasalahan yang telah dikemukakan dan

    sekaligus membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan di muka, maka

    diperlukan analisa data yang diperoleh. Data yang akan dianalisis adalah sebagai

    berikut:

    1. Biaya Total (Total Cost) usahatani jagung di gampong Suak Puntong.

    Dari hasil penelitian dapat diketahui biaya total dari usahatani jagung

    yang ada di gampong suak Puntong dengan menghitung besarnya biaya yang

  • 46

    diperlukan mulai dari persiapan lahan hingga panen dalam sekali musim dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut:

    TC = TFC + TVC

    Untuk mengetahui besarnya biaya total (TC) tiap masing-masing

    responden dapat dilihat pada lampiran 5. Sedangkan biaya total (TC1) yang

    dikeluarkan oleh ke 4 responden adalah:

    TC1 = TFC1 + TVC1

    TC1 = Rp. 1.098.333 + Rp. 42.861.000

    TC1 =Rp. 43.959.333

    Sedangkan untuk menghitung besarnya biaya rata-rata (TC1) digunakan

    rumus

    TC1 = TC1 =

    TC 1 = 10.989.833

    Jadi dari hasil penjumlahan tersebut dapat di peroleh nilai rata-rata biaya

    total usahatani jagung dari 4 responden di gampong Suak Puntong adalah sebesar

    Rp.10.989.833,- /ha dalam sekali tanam.

    2. Jumlah Penerimaan kotor (Total Revenue) dari usahatani jagung

    Dari hasil penelitian dapat diketahui penerimaan total dari usahatani

    jagung yang ada di gampong Suak Puntong adalah jumlah penerimaan dari hasil

    penjualan bulir jagung. Penerimaan dari hasil penjualan usahatani jagung ke 4

    responden adalah sebesar Rp. 91.500.000,- (lihat lampiran 6). Untuk rata-rata

    penerimaan total dari 4 responden adalah:

  • 46

    TR1

    TR1=

    TR1 = 22.875.000

    Jadi rata-rata jumlah penerimaan (TR) untuk satu kali masa tanam adalah

    sebesar Rp. 22.875.000 per responden.

    3. Penerimaan Bersih atau Keuntungan (Profit) dari usahatani jagung.

    Untuk mengetahui penerimaan bersih atau keuntungan ( ) yang diperoleh

    dari 4 responden usahatani jagung didesa Suak Puntong adalah dengan

    menggunakan rumus:

    = TR1 – TC1

    = Rp. 91.500.000 – Rp. 43.959.333

    = Rp. 47.540.667

    Kemudian dihitung rata-rata dengan rumus sebagai berikut:

    =

    =

    = 11.885.167

    Jadi penerimaan bersih atau keuntungan dari 4 responden petani jagung

    tersebut untuk satu kali masa tanam/ha adalah sebesar Rp. 47.540.667.- dengan

    rata-rata keuntungan per masa tanam adalah sebesar Rp.11.885.167 (lihat

    lampiran 5). Dari hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa keuntungan atau

    penerimaan bersih responden petani jagung di gampong Suak Puntong lebih besar

  • 46

    dari biaya total yang dikeluarkan. Hal ini dikatakan menguntungkan secara

    ekonomis.

    Untuk membuktikan benar atau tidaknya pernyataan tersebut maka

    digunakan uji hipotesis, yaitu uji t sebagai berikut:

    Dimana :

    t = Hitung

    1 = Rata-Rata Total Penerimaan Kotor Usahatani Jagung

    2 = Rata-Rata Total Biaya Usahatani Jagung

    S = Nilai Varians Variabel

    n1 = Jumlah Sampel x1

    n2 = Jumlah Sampel x2

    dengan varians variabelnya adalah

    S = x (22.875.000 – 10.989.833)

    S = x (11.885.167)

    S = S = 3.961.722

    Maka:

  • 46

    t =

    t =

    t =

    t =

    t =

    maka t = 6,00000

    Untuk nilai t tabel ( ; n - 1) = t ( 0,005 ; 4 - 1 ) Yaitu : ( 0,005 ; 3) = 5,84091 (dari t tabel)

    Kriteria pengujian hipotesis :

    Ho diterima bila t hitung t tabel

    Ho ditolak dan menerima H1, bila t hitung t tabel

    Dari jumlah di atas diketahui X1 X2 atau (22.875.000 10.989.833)

    dan nilai hitung t hitung t tabel atau (6, 00000 5, 84091), sehingga dapat

    disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1. Hal ini berarti bahwa hipotesis

  • 46

    yang mengatakan bahwa petani jagung Bisi 1 di gampong Suak Puntong

    memperoleh keuntungan secara nyata dapat diterima.

    5.2.2 Pembahasan

    Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 4 petani responden usahatani

    jagung di gampong Suak Puntong diketahui penerimaan total yang diperoleh

    untuk masa satu kali tanam pada 2013 adalah sebesar Rp.91.500.000 dengan rata-

    rata per responden Rp.22.875.000 per masa tanam.

    Besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan selama masa tanam

    produksi adalah sebesar Rp.43.959.333 dengan rata-rata biaya total produksi per

    responden adalah sebesar Rp.10.989.833 per masa tanam. Jadi besarnya

    keuntungan yang diperoleh ke 4 responden adalah sebesar : Rp. 91.500.000 - Rp.

    43.959.333 = Rp.47.540.667 untuk satu masa tanam. Dengan rata-rata keuntungan

    sebesar Rp.11.885.167 per hekta dalam satu kali masa tanam. Dari hasil analisis

    terhadap data yang diperoleh, diketahui bahwa X1 X2 atau Rp. 22.875.000

    Rp. 10.989.833 dan t hitung t tabel atau sebesar 6, 00000 5, 84091.

    Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dimuka. Dengan demikian

    petani jagung di Desa Palaran Samarinda memberikan keuntungan yang secara

    statistik dinyatakan bermakna nyata (signifikan). Namun patani jagung di

    gampong Suak Puntong masih mengalami berbagai kendala dalam melakukan

    perkembangan pertaniannya. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah

    kurangnya managemen dalam mengelola usaha pertaniannya tersebut dan sulitnya

    untuk memperluas pemasaran, selain sistem pertanian yang masih menggunakan

    metode tradisional.

  • 46

    Untuk mengantisipasi kendala-kendala tersebut diperlukan peranan atau

    keikutsertaan dari pihak pemerintah atau instansi terkait yang langsung turun

    tangan untuk memberikan pelatihan managemen bagi peningkatan usaha pertanian

    yang ada di gampong Suak Puntong khususnya dan Kabupaten Nagan Raya pada

    umumnya. Dengan cara memberikan penyuluhan kepada para petani tentang

    perlunya suatu managemen dalam mengelola usaha pertanian, dan perlu kiranya

    keterlibatan pihak swasta terutama dalam hal permodalan dan jaminan pemasaran

    untuk mengembangkan usaha pertanian jagung di Kabupaten Nagan Raya

    . Dengan adanya antisipasi terhadap berbagai kendala yang menghambat

    perkembangan usaha pertanian tersebut maka diharapkan usaha-usaha pertanian

    yang ada di Kabupaten Nagan Raya ini menjadi lebih baik dalam hal managemen

    usahanya, keterampilan atau metode penanaman dan memiliki daerah pemasaran

    yang lebih luas lagi.

  • 48

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan dapat di

    simpulkan sebagai berikut :

    1. Penerimaan dan hasil penjualan 4 responden petani jagung Bisi 1 di

    gampong Suak Puntong adalah sebesar Rp. 91.500.000 dengan rata-rata per

    responden sebesar Rp.22.875.000 per hektar dalam sekali masa tanam.

    2. Dalam satu masa tanam produksi jagung di gampong Suak Puntong

    mengeluarkan biaya total produksi sebesar Rp.43.959.333 dengan rata-rata

    per responden sebesar Rp.10.989.833 per hektar dalam sekali masa tanam.

    3. Sedangkan keuntungan atau pendapatan bersih yang diperoleh petani jagung

    di gampong Suak Puntong adalah sebesar Rp. 91.500.000 - Rp.43.959.333 =

    Rp. 47.540.667 atau bila di rata-ratakan adalah sebesar Rp.11.885.167 per

    hektar dalam sekali masa tanam.

    4. Nilai rata-rata Total Revenue (x1) lebih besar dari nilai rata-rata Total Cost

    produksi (x2) atau sebesar Rp. 22.875.000 > Rp. 10.989.833 dan t hitung > t

    tabel atau sebesar 6.00000 > 5.84091, dengan demikian hipotesis diterima.

    5. Usahatani jagung (Zea Mays.L) Bisi 1 di gampong Suak Puntong

    memberikan keuntungan rata-rata yang signifikan bagi petani yang ada di

    gampong Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisr, Kabupaten Nagan Raya

  • 46

    dan rata-rata kelayakan usahatani di daerah penelitian telah layak untuk

    dikembangkan sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan.

    6.2 Saran

    Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti memberikan

    saran kepada masyarakat umumnya, petani jagung, pemerintah, dan mahasiswa-

    mahasiswa pertanian sebagai berikut:

    1. Melihat besarnya pendapatan bersih yang diterima para petani Jagung

    sangat menguntungkan, nampaknya usaha jagung ini sangat baik untuk

    dipertahankan dan ditingkatkan.

    2. Peran instansi yang terkait untuk memberikan pelatihan manajemen bagi

    peningkatan usaha kecil dan menengah, dengan memberikan penyuluhan

    kepada mereka tentang perlunya suatu manajemen dalam mengelola suatu

    usaha kecil dan menengah.

    3. Perlu kiranya keterlibatan pihak swasta terutama dalam hal permodalan

    dan jaminan pemasaran untuk mengembangkan usaha jagung di

    Kabupaten Nagan Raya.

    4. Perlu jalinan dan pemeliharaan persatuan dalam satu lembaga yang kuat

    diantara pengusaha dan eksportir agar dapat menembus pasar yang lebih

    luas lagi.

  • 48

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto,S. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Asdi Mahasatya.

    Arifin,B. 2000. Pembangunan Pertanian: Paradigma, Kinerja dan Opsi

    Kebijakan. Jakarta: Pustaka Indef.

    Assauri, Safyan,1992, Matematika Ekonomi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

    A. Bilas, Richard, 1992, Ekonomi Mikro, Jakarta: Rineka Cipta.

    Adiwilaga, A. 1982, Ilmu usaha tani. Bandung: Alumni.

    Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2002. Inovasi Teknologi Jagung,

    Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan Nasional. Maros: Balai

    Penelitian Tanaman Serealia,

    Boediono,1992. Ekonomi mikro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi,

    Yogyakarta: BPFE.

    Dernberg, Thomas F, 1992 Konsep Teori dan Kebijakan Makroekonomi, Terj,

    Jakarta: Erlangga.

    Departemen Pertanian RI, 1994. Repelita VI pertanian. Departemen pertanian RI:

    Jakarta.

    Daniel, M. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

    Gilarso, T, 1991, Dunia Ekonomi Kita, Harga dan Pasar, Yogyakarta: Kanisius.

    Hadi, S, 1998 , Metode Statistika Dasar, Jakarta: Rineka Cipta.

    Halim, A, 1988. Dasar-dasar Akuntansi Biaya, Edisi 3, Yogyakarta: BPFE.

    http://www.wikipedia.org/wiki/Jagung

    Ismawanto. 2009.Ekonomi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

    Nasional.

    Kartasapoetra, A. G. 1998. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Jakarta: Bina

    Aksara.

    Kadariah, 1991, Analisis Pendapatan Nasional, Jakarta: Bina Aksara.

    http://www.wikipedia.org/wiki/Jagung

  • 49

    Miller, R, 2000. Teori Mikro ekonomi Intermediate, Terj. Jakarta: Raja Grafindo

    Persada.

    Mulyadi, 1998. Akuntansi Bicnia, Edisi 5, Yogyakarta: FE UGM.

    Mosher, 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Jakarta: Yasaguna.

    Nordhaus, D. Et.all,1996, Mikro Ekonomi, Jakarta: Erlangga.

    Partadiredja, Ace, 1990, Pengantar Ekonomika, Yogyakarta: BPFE.

    Rejeki, S. 2006. Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia

    Indonesia.

    Lipsey, Richard G, 1993, Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Gebra Aksara

    Pratama.

    Sarasutha, 2002. Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra produksi.

    Bogor: IGP.

    Subandi, 1998. Jagung, Teknologi produksi dan pascapanen. Maros: Balai

    Penelitian Tanaman Jagung Press.

    Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia.

    Soekartawi. 2000 Pembangunan Pertanian, Jakarta: Rajawali Press.

    Soedarsono. 1998. Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: LP3ES.

    Tohir, K.A, 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani Indonesia. Jakarta:

    Bina Aksara.

    123