analisis keuntungan usahatani jagung (zea mays ...repository.utu.ac.id/112/1/1_combine.pdfjagung...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG (Zea Mays.
L) BISI 1 DI GAMPONG SUAK PUNTONG KECAMATAN
KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA
Disusun Oleh:
RAHMAT KURNIAWAN
NIM: 07C10404093
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN SOSIAL EKONOMI
PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2014
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jagung (Zea mays. L) merupakan komoditas palawija utama di Indonesia
ditinjau dari aspek pengusahaan dan penggunaan hasilnya, yaitu sebagai bahan
baku pangan dan pakan (Sarasutha, 2002). Sekitar 18 juta penduduk Indonesia
menggunakan jagung sebagai bahan makanan pokok.
Peranan sektor pertanian tetap strategis, karena harus memenuhi kebutuhan
pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Swasembada pangan harus
dimantapkan dalam arti luas, tidak hanya terbatas pada swasembada beras, tetapi
juga mencakup pemenuhan kebutuhan rakyat secara total termasuk hasil-hasil
hortikultura, serta bahan-bahan makanan lainya yang merupakan sumber
karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin (Departemen Pertanian RI, 1994).
Pemerintah Republik Indonesia mencanangkan program swasembada
berkelanjutan untuk beras dan jagung serta mencapai swasembada jagung tahun
2014. Dalam perekonomian nasional jagung merupakan komoditas terpenting
kedua setelah padi. Produksi jagung meningkat dengan laju rata-rata 7,6% selama
kurun waktu 2004-2008, akan tetapi produksi jagung belum dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
Upaya swasembada jagung akan terus digulirkan, mengingat saat ini, jagung
merupakan bahan makanan penghasil karbohidrat kedua setelah padi. Selain
dikonsumsi lansung, jagung digunakan sebagai pakan ternak penghasil
-
46
susu,daging dan juga sebagai bahan baku industri. Oleh karena itu, jagung
merupakan komoditas mempunyai nilai strategis seperti halnya beras.
Meningkatnya permintaan jagung dari tahun ke tahun sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan industri pakan. Disamping itu, kelangkaan
bahan bakar minyak dari fosil mendorong berbagai negara mencari energi
alternatif dari bahan bakar nabati (biofuel), diantaranya jagung untuk dijadikan
sebagai subsitusi premium.
Hasil penelitian para peneliti menunjukan bahwa jagung kaya dengan
komposisi kimia, zat aktif sebagai bahan baku nutrisi, serat yang dibutuhkan
tubuh (dietary fiber), pro vitamin A (ß-karoten), gula reduksi/komposisi
karbohidrat, komposisi asam amino, rasio amilosa/amilopektin, mineral Fe dan
lainnya yang merupakan nilai unggul dibanding serealia lainnya.
Pasar jagung dunia yang besar tersebut merupakan peluang yang harus
dimanfaatkan. Indonesia berpeluang untuk mengisi pasar jagung tersebut melalui
peningkatan produksi jagung dalam negeri dengan cara meningkatkan
produktivitas persatuan luas tanam jagung nasional dan perluasan areal
penanaman jagung (Subandi, 2005).
a. Pembangunan pertanian, khususnya pada sub sektor tanaman pangan
merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional tahun 2005 – 2009.
Prioritas ini penting, mengingat saat ini dan di masa mendatang,
pembangunan sektor pertanian masih menduduki posisi yang amat
strategis karena dapat dianggap sebagai: Katalisator pembangunan, sektor
pertanian dapat digunakan untuk menutup kekurangan pertumbuhan
-
46
perekonomian agar tidak negatif, sebab sektor pertanian dapat lebih
bertahan dibanding dengan sektor lain.
b. Stabilisator harga dalam perekonomian, barang-barang hasil pertanian
terutama tanaman pangan merupakan kebutuhan pokok rakyat sehingga
dengan menjaga stabilitas harganya diharapkan harga barang lain akan
terkendali dengan baik.
c. Sumber devisa non migas, harga migas yang tidak stabil bahkan
cenderung menurun mengganggu sektor penerimaan neraca pembayaran
dan salah satu alternatif untuk meningkatkan sektor tersebut adalah dengan
cara menaikkan ekspor non migas terutama sektor pertanian maupun
industri, karena harga barang pertanian relatif stabil dibanding harga migas
(Sri Rejeki, 2006).
Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan melalui
peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman
dan halal di setiap daerah dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan.
Pembangunan sub-sektor tanaman pangan akan difokuskan pada akselerasi
peningkatan produktivitas di daerah yang tingkat produktivitasnya masih rendah
(di bawah rata-rata propinsi).
Adanya kesenjangan kebutuhan jagung yang fluktuatif tersebut memberikan
isyarat bahwa produksi jagung masih sangat terbuka lebar untuk ditingkatkan
produkrivitasnya. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan dan
bertambahnya jumlah penduduk. Maka permintaan terhadap bahan makanan
bergizi yang bersumber dari aneka makanan terus meningkat. Berkembangnya
-
46
industri pangan yang mengolah jagung ke berbagai bentuk produk olahan
menyebabkan permintaan akan jagung dalam negeri semakin meningkat.
Disisi lain produksi dan produktivitas jagung secara nasional relatif masih
rendah, yakni baru sekitar 2,8 ton/ha. Sementara telah tersedia teknologi produksi
jagung yang dapat memberikan hasil 4,8-8,5 ton/ha, tergantung pada kondisi
lahan dan tingkat penerapan teknologinya, maka peluang untuk meningkatkan
produktivitas jagung di tingkat petani masih terbuka lebar (Subandi, 2005).
Berdasarkan hal tersebut, maka mendorong penulis untuk melakukan
penelitian mengenai “Analisa Keuntungan Usahatani Jagung Bisi 1 di
Gampong Suak Puntong, Kecamatan, Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan
Raya”. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai rujukan
maupun informasi bagi pengembangan usahatani jagung dimasa yang akan
datang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah usahatani jagung Bisi 1 memberikan keuntungan rata-rata yang
signifikan di Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya?
2. Seberapa besar keuntungan usahatani jagung (Zea Mays. L) Bisi 1 di
Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya?
-
46
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui keuntungan rata-rata yang signifikan dari usahatani
jagung (Zea Mays. L) Bisi 1 di Gampong Suak Puntong Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
2. Mengetahui Seberapa besar keuntungan usahatani jagung Bisi 1 di
Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
1. Sumber informasi bagi petani jagung Bisi 1 guna meningkatkan produksi
dan keuntungan.
2. Bahan informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang
berkaitan dengan usahatani padi sawah.
3. Bahan referensi bagi peneliti berikutnya.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Usaha Tani
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-
bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa
usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.
Maxwell L. Brown, dalam Soekartawi (2002), menyebutkan petani yang
berusaha tani sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang
petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam
arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam mengkombinasikan masukan
untuk menciptakan keluaran adalah usaha tani yang dipandang sebagai suatu jenis
perusahaan.
Pengelolaan usaha tani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang
positif atau suatu keuntungan, usaha tani yang tidak efisien akan mendatangkan
suatu kerugian. Usaha tani yang efisien adalah usaha tani yang produktivitasnya
tinggi. Ini bisa dicapai kalau manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor
produksi dibedakan menjadi dua kelompok :
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat
kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
-
46
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya (Soekartawi,
2002).
2.2. Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (Daun maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung
(dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku
industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan
pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah
direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi
(Wikipedia.bahasa Indonesia)
Sebagai bahan pangan yang mengandung 70% pati, 10% protein, dan 5%
lemak, jagung mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi beragam
macam produk. Produk turunan potensial yang bisa dihasilkan dari komoditas
jagung disajikan pada Gambar 1.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanamanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gandumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Padihttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madurahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pakanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tongkol_jagunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Bulirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tepunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tepung_jagunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Pentosahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Furfural&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_genetikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Farmasi
-
46
Sebagian besar produksi jagung dimanfaatkan untuk bahan baku
pakan, terutama unggas. Dari total bahan baku yang dibutuhkan untuk pembuatan
pakan unggas, porsi jagung berkisar 50%. Berkembangnya usaha perunggasan
telah meningkatkan kebutuhan jagung untuk pakan, mencapai 57% dari produksi
nasional, sehingga impor jagung harus dilakukan. Secara nasional impor jagung
berkisar1-1,20 juta t/tahun. Pada tahun 2005, impor diperkiraka mencapai 1,80
juta ton untuk memenuhi kebutuhan industri pakan (Balai Penelitian Tanaman
Serealia, 2002).
2.3. Produksi
Produksi merupakan terjemahan dari kata production, yang merupakan
sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Secara umum, istilah
“produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang
mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda,
-
46
baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu
dilokasikan.
Dalam percakapan sehari-hari produksi diartikan tindakan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, dan lain-lainnya)
oleh perusahaan untuk memproduksi hasil berupa barang-barang dan jasa-jasa.
Dalam arti ekonomi, produksi adalah setiap usaha manusia untuk menciptakan
atau menambah guna suatu barang atau benda untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Misalnya: menanam padi, menggiling padi, mengangkut beras,
memperdagangkan, dari menjual makanan. Nah, kegiatan seperti itu disebut
kegiatan produksi (Ismawanto 2009).
Menurut Assauri (2006) mendefinisikan produksi sebagai berikut: Produksi
adalah merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) suatu barang dan jasa. Selain itu produksi dapat juga diartikan sebagai
kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai
kegunaan atau manfaat suatu barang. Selanjutnya menurut M.Fuad (2004)
produksi adalah kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan/input
menjadi keluaran/output.
Sedangkan menurut Miller dan Meiners (2000) produksi merupakan konsep
arus (flow concept), maksudnya adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur
sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya
sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya.
-
46
2.3.1 Faktor Produksi
Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga
kerja. Sebagian ahli berpendapat dan memasukan factor keempat, yaitu
manajemen atau pengelolaan (skill) kedalam faktor produksi. Dua pendapat ini
sebenarnya tidak perlu jadi masalah dan untuk lebih jelasnya kita bahas lebih
lanjut dalam bab berikutnya. Dua-duanya benar dan dapat dipakai, tergantung
sekarang yang mana yang akan kita pilih atau kita gunakan.
Menurut Sukirmo (2006) pengertian faktor produksi adalah benda-benda
yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan
untuk memproduksi barang dan jasa. Produksi pertanian yang optimal adalah
produksi yang mendatangkan produk yang menguntungkan ditinjau dari sudut
ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor input yang berpengaruh pada produksi jauh
lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh sehingga petani dapat
memperoleh keuntungan dari usaha taninya.
Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
a. Alam
Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk
dimanfaatkan dalam proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita
dan sejak dulu dimanfaatkan untuk produksi, maka SDA ini termasuk faktor
produksi yang meliputi tanah, air, iklim, udara, dan sebagainya.
b. Tenaga Kerja
Dalam ilmu ekonomi yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat
kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia
-
46
dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor bukan
termasuk faktor tenaga kerja, tetapi termasuk modal yang menggantikan
tenaga kerja (Daniel, 2002).
c. Modal
Modal/Kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya.
Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang
dimilki seseorang yaitu semua harta berupa uang, tanah, mobil, dan lain
sebagainya. Menurut Von Bohm Bawerk, yang dikutip Daniel (2002) arti
modal modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan
dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagian
kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian
lagi digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang
disebut modal masyarakat atau modal sosial.
d. Keahlian (Skill)
Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen atau
kemampuan petani menentukan manfaat pengunaan faktor produksi dalam
perubahan teknologi, sehinga usaha tani yang dikelolanya dapat
memberikan hasil (output) yang lebih baik. Oleh karena itu kapada para
petani harus diberikan penyuluhan dalam menggunakan dan memanfaatkan
faktor-faktor produksi pada saat muncul teknologi baru yang dapat
diterapkan dalam melakukan usaha tani, yang dapat menyebabkan biaya
produksi dapat ditekan dan dapat meningkatkan produksi.
-
46
2.3.2 Fungsi Produksi.
Di dalam ekonomi kita kenal apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu
fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan
faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi
produksi ini dituliskan sebagai berikut :
Y = f ( 1, 2…………………. )
Di mana Y = adalah hasil produksi fisik
1 …… = faktor-faktor produksi
Berdasarkan fungsi diatas, petani dapat melakukan tindakan yang
mampumeningkatkan produksi (Y) dengan cara berikut:
1. Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
2. Menambah beberapa jumlah input (lebih dari satu) yang digunakan.
Dalam produksi pertanian misalnya produksi jagung maka produksi fisik
dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal
dan tenaga kerja. Untukdapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan
menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-
faktot produksi itu salah sati faktor produksi kita anggap variable (berubah-ubah)
sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan.
Perkembangan atau pertambahan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak
lepas dari peranan faktor-faktor produksi atau input. Untuk menaikkan jumlah
output yang diproduksi dalam perekonomian dengan faktor-faktor produksi, para
ahli teori pertumbuhan neoklasik menggunakan konsep produksi (Dernberg,
1992) fungsi produksi tersebut menurut Dernberg adalah sebagai berikut :
-
46
a. Produksi mengikuti pendapatan pada skala yang konstan (Constant Return
to Scale), artinya apabila input digandakan maka output akan berlipat dua
kali.
b. Produksi marjinal, dari masing-masing input atau faktor produksi bersifat
positif tetapi menurun dengan ditambahkannya satu faktor produksi pada
faktor lainnya yang tetap atau dengan kata lain tunduk pada hukum hasil
yang menurun (The Law of Deminishing Return).
Menurut Soedarsono (1998), fungsi produksi adalah hubungan teknis yang
menghubungkan antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output).
Disebut faktor produksi karena bersifat mutlak, supaya produksi dapat dijalankan
untuk menghasilkan produk. Suatu fungsi produksi yang efisien secara teknis
dalam arti menggunakan kuantitas bahan mentah yang minimal, tenaga kerja
minimal, dan barang-barang modal lain yang minimal.
2.4. Konsep Biaya Produksi
Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik
faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Menurut Suparmoko
berpendapat bahwa biaya produksi adalah nilai dari semua masukan (input) yang
digunakan dalam proses produksi (Suparmoko 1998) .
Menurut Sofyan Assauri (1992), pengertian biaya adalah: pengorbanan atau
pengeluaran yang tidak dapat dihindarkan untuk menghasilkan/memproduksi
suatu barang atau memasarkannya. Biaya produksi yang dikeluarkan dapatlah
dibedakan menjadi dua jenis yaitu : biaya eksplisit adalah pengeluaran-
-
46
pengeluaran perusahaan atau perseorangan yang berusaha pembayaran dengan
uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang
dibutuhkan firma. biaya tersembunyi (imputed cost) adalah taksiran pengeluaran
keatas faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh firma itu sendiri.
Menurut T. Gilarso (1991) yang dimaksud dengan biaya implisit dan
eksplisit adalah: Biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut
diperhitungkan sebagai biaya produksi, meskipun tidak dibayar dalam bentuk
uang. Misalnya upah tenaga kerja sendiri.
Doll dan Orazem (1998) berpendapat bahwa biaya produksi adalah nilai dari
semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa
selama proses produksi berlangsung. Dalam analisis ekonomi, biaya
diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari
analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut:
1. Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah kerja untuk biaya
persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk
membeli pupuk, pestisida dan lain-lain.
2. Biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar
kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau
bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variable adalah biaya yang
besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya
pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya.
3. Biaya rata-rata marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total
dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah
-
46
biaya tambahan yang dikeluarkan petani/pengusaha untuk mendapatkan
tambahan satu-satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Doll dan
Orazem: 1998).
Sedangkan menurut Abdul Halim (1988) biaya produksi yakni biaya-biaya
yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan
dipertemukan (dimatchkan) dengan penghasilan (revenue) di periode mana
produk itu di jual. Mulyadi (1995) menyebutkan biaya produksi merupakan biaya-
biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual. Selanjutnya Amin Widjaya (1993) juga mendefinisikan bahwa biaya
produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi suatu item,
yaitu jumlah dari bahan langsung, upah langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang berkenaan dengan penggunaan aset tetap,
seperti mesin. Biaya ini dalam bentuk depresiasi. Suatu ciri depresiasi adalah
bahwa depresiasi adalah biaya yang diperhitungkan, tetapi tidak dikeluarkan,
melainkan masuk dalam cadangan perusahaan atau perseorangan.
Biaya variabel merupakan pengeluaran bagi bahan mentah dan tanaga.
Berbeda dengan biaya tetap yang tidak dipengaruhi oleh volume produksi, biaya
variabel sejalan dengan volume produksi. Paul A. Samuelson dan William D
Nordhaus dalam buku Ekonomi Mikro (1996). menjelaskan: “Biaya tetap (fixed
cost) merupakan total Rupiah yang harus dikeluarkan perusahaan, walaupun tidak
berproduksi, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh setiap perubahan kuantitas output.
Biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang bervariasi sesuai dengan
-
46
perubahan tingkat output termasuk biaya bahan baku, gaji dan bahan bakar
termasuk pula semua biaya yang tidak tetap.”
Apabila kita menghasilkan atau memproduksi dan memasarkan sejumlah
barang atau jasa tertentu, maka kita mengeluarkan dan mengorbankan sejumlah
biaya yang disebut dengan biaya total (total cost). Jadi biaya total (total cost)
adalah sejumlah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi dan atau memasarkan
sejumlah barang atau jasa.
Menurut Richard G. Lipsey, Peter O. Seiner dan Douglas D. Purvis, dalam
buku Pengantar Ekonomi Mikro (1992) menyebutkan: Biaya total (total cost)
adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat keluaran tertentu. Pada dasarnya
biaya total dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap total (total fixed cost) dan
biaya variabel total (total variabel cost).
Biaya tetap total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya. Contohnya
membeli mesin, mendirikan bangunan pabrik merupakan faktor produksi yang
dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek. Biaya variabel total
adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi
yang dapat berubah jumlahnya.
Sedangkan menurut Budiono (1992) dalam bukunya Mikro Ekonomi
mengatakan bahwa : Total Fixed Cost (TFC) atau biaya tetap total adalah jumlah
biaya-biaya yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat
outputnya. Jumlahnya TFC adalah tetap untuk setiap tingkat output. (misalnya :
penyusutan, sewa gedung dan sebagainya).
-
46
Total Variabel Cost (TVC) atau biaya variabel total, adalah jumlah biaya-
biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksikan.
(misalnya : upah tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku, biaya angkut dan
sebagainya). Total Cost (TC) atau biaya total adalah penjumlahan kedua biaya
baik biaya tetap total maupun biaya variabel total.
Jumlah biaya tetap seluruhnya dan biaya variabel seluruhnya merupakan
biaya total produksi dalam notasi matematika dituliskan :
TC = TFC + TVC
dimana :
TC = Biaya total produksi
TFC = Biaya tetap total
TVC = Biaya variabel total
Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan pada berbagai tingkat
output yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk biaya tetap dalam
usahatani jagung adalah biaya pajak lahan tanah, peralatan dan biaya penyusutan.
Biaya variabel adalah biaya yang berubah ubah menurut tinggi rendahnya
tingkat output yang termasuk dalam penelitian ini adalah: biaya tenaga kerja,
pembelian pupuk MPK, pembelian pupuk Urea dan biaya pestisida.
2.5 Penerimaan Hasil Usaha
Besarnya penerimaan hasil usaha tergantung dari jumlah barang yang dapat
dihasilkan dan harga jual diperoleh. Tinggi rendahnya harga di pasaran tidaklah
selalu dapat dikuasai atau ditentukan oleh si pengusaha itu sendiri. Akan tetapi
biaya produksi (cost) sedikit banyak dapat diatur sendiri. Seluruh jumlah
-
46
pendapatan yang diterima oleh perusahaan dari menjual barang yang
diproduksikannya dinamakan hasil penjualan total (TR) yaitu dari perkalian total
revenue.”
Menurut Richard A. Bilas dalam Buku Ekonomi Mikro (1992) menjelaskan:
”Penerimaan produksi total adalah penerimaan penjualan total dikurangi dengan
biaya penjualan. Ini adalah penerimaan penjualan yang diberikan kepada bagian
produksi dari perusahaan.” Dengan demikian, angka penerimaan penjualan adalah
yang paling penting dalam masalah maksimalisasi keuntungan. Penerimaan
produksi total akan ditentukan oleh harga produk dan jumlah produk yang terjual.
Sedangkan menurut Sofyan Assauri (1992), mendifinisikan total revenue
sebagai berikut: Total revenue dalam hal ini adalah besarnya penerimaan total
yang diterima oleh perusahaan/produsen dari penjualan produk yang di
produksinya.” Tujuan Perusahaan dalam memproduksi barang adalah agar
memperoleh pendapatan dari penjualan output sebagai sumber penerimaan utama
atau revenue. Revenue yang berarti penerimaan adalah sebagai jumlah yang
diperoleh dari penjualan sejumlah output yang dihasilkan seorang produsen atau
perusahaan. Penerimaan atau revenue, adalah penghasilan dari penjualan barang-
barang atau barang-barang dagangan.
Penerimaan total atau Total Revenue pada umumnya dapat didefinisikan
sebagai penerimaan dari penjualan barang-barang yang diperoleh penjuali.
Penerimaan total adalah sama banyaknya dengan satuan barang yang terjual
dikalikan dengan harga penjualan tiap satuan atau dirumuskan sebagai berikut:
-
46
R = P. X
R = Penerimaan total
P = Harga tiap satuan barang
X = Banyaknya barang yang terjual
2.6. Keuntungan (Profit)
Sesuai dengan judul penelitian yaitu analisis keuntungan usahatani Jagung
di Gampeong Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya,
agar tidak terjadi kesalahan dalam persepsi terhadap variable-variabel yang
digunakan maka perlu diberi batasan-batasan sesuai dengan konsep atau teori
yang sudah ada.
Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan (penerimaan) kotor dan
pengeluaran total (biaya total). Beberapa ahli mendefinisikan keuntungan sebagai
berikut: Menurut Karta Sapoetra (1998) bahwa Keuntungan adalah penerimaan
bersih yang diterima pemilik usaha setelah semua biaya usaha dikeluarkan.
Selanjutnya tingkat keuntungan usahatani menurut Soekartawi (1995),
diukur dengan pendapatan bersih usahatani. Besarnya penerimaan di dapat dari
penjualan hasil produksi dan biaya yang di keluarkan untuk suatu proses produksi
menunjukan keuntungan petani.
Keuntungan petani yang besar ini di dapat pada tingkat produksi yang
memberikan selisih yang besar antara penerimaan dengan biaya produksi.
Menurut (Tohir, 1982) secara matematis keuntungan (profit) dapat di tulis sebagai
berikut:
-
46
Profit ( ) = TR –TC
Karena TR = f (Y) dan TC = (Y), maka = f (Y)
Keterangan :
Profit = Keuntungan yang diperoleh dari suatu satuan unit produksi.
TR = Total Revenue (total penerimaan produsen dari hasil
penjualan inputnya dikalikan dengan harga jual).
TC = Total Cost (total biaya yang merupakan penjumlahan dari
biaya tetap maupun tidak tetap).
Y = Jumlah Output (variable pilihan).
= Penghasilan bersih
Keuntungan yang diperoleh seorang petani dari usahanya dapat berubah
selisih lebih dalam perbandingan antara neraca pada permulaan usahanya dengan
neraca pada akhir usahanya (Adiwilaga, 1982).
Penerimaan pada bidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam
bentuk uang sebelum dikurangi dengan biaya pengeluaran selama kegiatan usaha
(Mosher, 1987). Biaya Produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang
digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selam proses produksi
berlangsung. Pembagian biaya produksi berdasarkan sifatnya terdiri dari:
1. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah
barang yang diproduksi seperti alat pertanian dan tenaga kerja.
2. Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas
usahanya berubah.
Keuntungan ataupun pendapatan merupakan salah satu indikator
kemakmuran, baik suatu Negara yang diukur dari sudut pendapatan nasional
maupun pendapatan individu yang diukur dari pendapatan per kapita. Pendapatan
dapat diukur dengan menggunakan uang yang kita peroleh biasanya berasal dari
-
46
hasil penjualan, upah sebagai tenaga kerja, hasil penyewaan barang, hasil
pemberian jasa ataupun dari cara yang lainnya. Dari hasil pendapatan kita tersebut
akhirnya kita bisa gunakan untuk keperluan sehari-hari dengan
mengkonsumsinya, ataupun kita tabung sebagai persiapan terhadap keperluan kita
yang akan datang.
Menurut Kadariah dalam bukunya yang berjudul Analisis Pendapatan
Nasional (1991), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan
adalah Terdiri dari penghasilan berupa upah, gaji, bunga, deviden, keuntungan
dan merupakan suatu arus barang yang diukur dalam suatu jangka waktu
umpamanya seminggu, sebulan, setahun atau suatu jangka waktu yang lebih lama.
Jadi dapat diartikan bahwa pendapatan yang diperoleh, dari hasil
pengorbanan baik itu jasa maupun hasil penjualan tidak hanya bisa diukur dalam
jangka waktu tertentu, tapi bisa dalam seminggu, sebulan, setahun ataupun jangka
waktu lainnya. Sedangkan pendapatan menurut Ace Partadiredja (1990)
pendapatan adalah sesuatu yang diterima berupa upah dan gaji sebagai balas jasa
tenaga, sewa sebagai balas jasa tanah, bunga sebagai balas jasa modal dan
keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan (entrepreneur).
Dari kedua pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah
suatu hasil yang berupa barang atau uang yang diperoleh sebagai upah/gaji,
bunga, keuntungan yang diukur dalam jangka waktu tertentu misalnya seminggu,
sebulan, setahun atau dalam suatu jangka waktu yang pendek atau panjang.
Pendapatan ini diperoleh akibat penggunaan dari pada kekayaan atau jasa yang
dimiliki oleh sesorang atau badan usaha.
-
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat, Waktu, dan Ruang Lingkup Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Gampong Suak Puntong, Kecamatan
Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya, dan waktu penelitian dilakukan pada
tanggal 20 Maret 2014. Ruang lingkup penelitian ini hanya terfokus pada
keuntungan ataupun profit dari usahatani jagung Bisi 1 di Gampong Suak
Puntong.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti, yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah semua petani jagung yang bertani jagung Bisi
1 di Gampong Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir yang jumlahnya 25 orang.
3.2.2. Sampel
Pengambilan sampel yang digunakan adalah Sistem Acak Sederhana
(Simple Random Sampling). Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa setiap
responden mempunyai kesempatan yang sama dijadikan sampel, dengan tingkat
kepercayaan 90%. Sampel adalah objek yang diambil dengan cara mereduksi
objek penelitian yang dianggap representatif terhadap populasi. Penentuan
besarnya sampel digunakan rumus Slovin sebagai berikut (Arikunto, 2002) :
n 2
-
46
n 2
n
n
n atau dibulatkan menjadi 4
Dimana :
N = populasi
n = jumlah sampel
d = kesalahan baku
Dari hasil perhitungan di atas dapat di buat data berdasarkan Strata dan Luas
Lahan Pertanian yang dimiliki oleh petani di Gampong Suak Puntong. Kecamatan
Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya.
3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah merupakan data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani jagung yang
telah ditetapkan sebagai responden atau sampel dengan dibantu alat daftar
pertanyaan (kuesioner). Adapun jenis data yang dibutuhkan meliputi hasil
produksi jagung sebagai output serta data input yang merupakan pengeluaran
petani meliputi : upah tenaga kerja, harga benih, harga pupuk, harga pestisida,
harga peralatan, besarnya sewa lahan dan data umum lainnya.
-
46
Data sekunder meliputi data penunjang dari data primer, yang diambil
secara runtun waktu (time series), yang didapatkan melalui studi kepustakaan dari
berbagai sumber, jurnal-jurnal, buku-buku, hasil penelitian maupun publikasi
terbatas arsip-arsip data dari Lembaga/Instansi antara lain bersumber dari BPS
Kabupaten Nagan Raya, Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya, maupun Desa
di daerah penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data jumlah
penduduk, luas wilayah, data penggunaan lahan, dan data penunjang lainnya.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
berupa :
a. Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengn mengamati langsung
dilapangan. Teknik ini dilakukan melalui dua jalur yaitu observsi langsung
dan observasi tidak langsung. Observasi langsung adalah pengumpulan data
yang dilakukan secara langsung ditempat kejadian.Observasi tidak langsung
adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala
pada obyek penelitian yang pelaksanannya tidak secara langsung pada
obyeknya.
b. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan mengumpulkan
data melalui keterangan secara tertulis yang merupakan dokumen-dokumen
yang ada hubungannya dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
c. Wawancara langsung dengan pihak yang berkompeten.
-
46
d. Kuisioner yaitu suatu teknik atau alat pengumpulan data dengan jalan
mengajukan daftar pertanyaan mengenai masalah yang hendak diteliti
kepada responden untuk dijawab.
3.4. Model Analisis
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagaiberikut :
Analisis besarnya keuntungan usaha tani, menurut Tohir (1980) yakni :
= TR – TC
= P. Q – TFC –TVC
Dimana :
= Keuntungan Usahatani Jagung
TFC = Biaya Tetap
TVC = Biaya Variable
TR = Laba Kotor
P = Harga Jagung
Q = Produksi Jagung
Untuk mengetahui nilai rata-rata digunakan rumus (Sutrisno, 1988 : 190)
sesuai dengan penelitian :
TR1
Dimana :
1 = rata-rata pendapatan kotor
Menghitung besarnya biaya total menggunakan rumus (Sutrisno,1998)
sebagaiberikut :
-
46
TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = Biaya Total
TFC = Biaya Tetap
TVC = Biaya Variabel
Menghitung besarnya biaya rata-rata digunakan rumus (Sutrisno, 1998 : 189):
TC1 =
Dimana :
1 = Biaya Total Rata-Rata
Menghitung besarnya laba (pendapatan bersih) digunakan rumus :
= TR1 –TC1
Kemudian dihitung
rata-rata tersebut di uji dengan uji rata-rata dengan rumus (Boediono,
1992: 264) :
Dimana :
t = Hitung
1 = Rata-Rata Total Penerimaan Kotor Usahatani Jagung
2 = Rata-Rata Total Biaya Usahatani Jagung
s = Nilai Varians Variabel
n1 = Jumlah Sampel x1
-
46
n2 = Jumlah Sampel x2
Menguji signifikan atau tidak signifikan dibuatkan hipotesis sebagai berikut:
H0 = 1 - 2 ≤ 0
H0 artinya usahatani jagung tidak memberi keuntungan atau merugi.
H1 = 1 - 2 > 0
H1 artinya usahatani jagung menguntungkan.
Bila t hitung lebih besar dari t daftar pada tingkatan kepercayaan 90%
dengan derajat kebebasan (n-1) maka menerima H1 dan menolak H0, sebaliknya
bila t hitung lebih kecil dari t daftar pada tingkat kepercayaan 90% dengan derajat
kebebasan (n-1) maka menolak H1 dan menerima H0.
3.5. Definisi Operasional Variabel
Dalam memahami isi penelitian ini, maka akan dikemukakan definisi
operasional variable yang ada kaitannya dengan judul ini.
1. Produksi (Q) adalah jumlah produk yang dihasilkan petani jagung berupa
bulir jagung yang diukur dengan kilogram (Kg) untuk satu kali panen.
2. Biaya (C) adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan petani secara riil
dalam menghasilkan jagung yang diukur dengan Rupiah (Rp). Biaya usaha
tani diklasifikasikan menjadi dua yaitu : Biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (Variable cost).
3. Pendapatan bersih petani ( ) adalah jumlah uang yang diterima petani
jagung dari hasil penjualan jagung setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan
dalam setiap kegiatan produksi yang diukur dalam rupiah (Rp).
-
46
4. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan kotor dengan seluruh biaya
produksi usahatani Jagung di Suak Puntong untuk sekali musim tanam.
5. Nilai produksi adalah jumlah produksi jagung (kg) dikalikan dengan harga
rata-rata yang diterima petani jagung.
-
29
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Umum
Dalam bab ini dibahas tentang gambaran umum objek penelitian yaitu
keadaan umum Gampong Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten
Nagan Raya. Sumber data diperoleh dari kantor Keuchik Gampong Suak Puntong.
4.1.1. Letak dan batas wilayah Gampong Suak Puntong
Gampong Suak Puntong terletak antara 03º40
' - 04º38' Lintang Utara dan
96º11' - 96º48' Bujur Timur. Luas Gampong Suak Puntong adalah 24000 km2.
Secara administratif, Gampong Suak Puntong sebelah utara berbatasan dengan
Gampong Buloh, sebelah timur berbatasan dengan Gampong Kuala Baro/Gp
Lhok, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, serta sebelah barat
berbatasan dengan Gampong Peunaga Cut Ujong, Aceh Barat.
4.1.2. Iklim dan Topografi
Seperti kebanyakam daerah Indonesia lainnya, Gampong Suak Puntong
memiliki iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti
sepanjang tahun. Pada bulan Mei sampai dengan Agustus arus angin berasal dari
Barat dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim
kemarau. Sebaliknya pada bulan September sampai dengan November arus angin
banyak mengandung uap air yang berasal dari Barat Laut, sehingga terjadi musim
penghujan. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan (pancaroba) pada bulan April–Mei dan Oktober–November.
-
46
Curah hujan pada tahun 2013 di Kabupaten Nagan Raya telah terjadi
sebanyak rata-rata tiap bulannya 7 sampai dengan 14 hari hujan dengan curah
hujan antara 132,1 mm sampai dengan 442,6/bulan
4.1.3. Luas dan pembagian wilayah.
Luas wilayah Gampong Suak Puntong adalah 2.4 Km2, terdiri atas 4 Dusun,
(lihat tabel 1).
Tabel: 1 Jumlah dusun dalam Gampong Suak Puntong di kabupaten Nagan Raya
Tahun 2013
No Nama Dusun Luas Wilayah
1 Dusun Geulambe 4.2 km2
2 Dusun Tengah 4.8 km2
3 Dusun Permai 7.8 km2
4 Dusun Geulanggang Merak 7.2 km2
Jumlah 24. km2
4.1.4. Luas penggunaan lahan
Sebagai daerah agraris yang sebagian besar penduduknya bergantung pada
sektor pertanian, dan perkebunan hal ini ditunjukkan dengan masih luasnya lahan
pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Gampong Suak Puntong lahan
pertanian yang digunakan secara keseluruhan adalah 190 ha, yang terdiri dari
pertanian karet, kacang tanah, semangka, sayur-sayuran, jagung, dan lain-lain,
sedangkan untuk lahan pertanian padi/ sawah tidak tersedia disebabkan tidak
adanya petani padi di daerah tersebut. Sedangkan luas penggunaan lahan lainnya
digunakan sebagai pemukiman penduduk.
-
46
Tabel: 2 Luas lahan pertanian di Gampong suak Puntong, kabupaten Nagan Raya
No Nama Dusun Sawah Bukan Sawah Total
Dusun Geulambe - 50. ha 50. ha
Dusun Tengah - 60. ha 60. ha
Dusun Permai - 60. ha 60. ha
Dusun Geulanggang Merak - 20. ha 20. ha
Jumlah 190. ha 190. ha
Sedangkan untuk luas lahan usahatani jagung per dusun di Gampong Suak
Puntong dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel: 3 Luas lahan usahatani jagung per dusun di Gampong suak Puntong
No Nama Dusun Luas Lahan Jagung
1 Dusun Geulambe 5. ha
2 Dusun Tengah 1. ha
3 Dusun Permai 6. ha
4 Dusun Geulanggang Merak -
Jumlah 12
4.2. Keadaan Penduduk
4.2.1. Jumlah dan penyebaran penduduk
Jumlah penduduk di Gampong Suak Puntong berdasarkan hasil Registrasi
Penduduk pada tahun 2013 adalah sebanyak 878 orang terdiri atas 444 laki-laki
dan 434 perempuan. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan dusun dapat dilihat
dalam tabel berikut:
-
46
Tabel: 4 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Dusun
No Nama Dusun Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)
Dusun Geulambe 144 140
Dusun Tengah 96 98
Dusun Permai 120 117
Dusun Geulanggang Merak 84 79
Jumlah 444 434
4.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Gampong
Suak Puntong
Sebagian besar wilayah di gampong Suak Puntong merupakan daerah
pertanian, perhutani, kelautan dan usaha peternakan. Adapun rincian jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai
berikut :
Tabel 5: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Keterangan Jumlah (Jiwa) Persentase%
1 Petani 235 31,6
2 Pedagang 95 12,8
3 PNS/TNI/Polri 9 1,2
4 Wiraswasta 130 17,5
5 Peternak 10 1,3
6 Nelayan 71 9,5
7 Pekerja Industri 2 0,3
8 Pekerja Lepas 192 25,8
Jumlah 744 100%
Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk
Gampong Suak Puntong sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian
sebagai petani yaitu dengan presentase terbanyak berjumlah 235 orang atau 31,6
-
46
%. Hal ini dikarenakan lahan pertanian dan perkebunan di gampong Suak Puntong
masih cukup potensial untuk bidang tersebut.Sehingga untuk dapat meningkatkan
produktivitas hasil pertanian dan perkebunan juga untuk mencukupi kebutuhan
keluarga, maka diperlukan adanya peningkatan kegiatan di bidang pertanian dan
perkebunan. Salah satunya yaitu kegiatan usahatani jagung yang memang telah
berkembang di daerah tersebut, dengan luas lahan pertanian yang mendukung
untuk kegiatan usahatani.
4.2.3. Karakteristik Petani jagung di Gampong Suak Puntong
Karakteristik petani jagung akan diuraikan berdasarkan umur petani,
tingkat pendidikan, status dan luas lahan garapan, pengalaman berusahatani
jagung, pekerjaan sampingan, kondisi tempat tinggal. Disajikan pada tabel 6
sebagai berikut:
Tabel 6: Karakteristik Responden Petani Jagung di Gampong Suak
Puntong
No
Resp
on
den
Um
ur
Pen
did
ika
n
Sta
tus
La
ha
n
Lu
as
La
ha
n
(ha
)
Pen
gala
ma
n
Ber
tan
i
Pek
erja
an
Sa
mp
ing
an
Tem
pa
t
Tin
gg
al
1 Idrus Sardi 43 SMA Pribadi 2 7 thn
Jual
Ikan
Kelili
ng
Per
man
en
2 Abdullah 42 SMP
Pribadi 2 6 thn
Jual
Sayur
Per
man
en
3 Ramli 40 SMP
Pribadi
1 7 thn
- Per
man
en
4 Adli. B 58 SD
Pribadi 1 7 thn
- Per
man
en
-
46
Karakteristik petani secara umum sebagai berikut :
1. Umur Petani
Tenaga kerja produktif umumnya berada pada selang 25 hingga 58 tahun,
sedangkan jika kurang atau lebih dari selang umur tersebut akan tergolong sebagai
tenaga kerja kurang produktif tetapi masih termasuk dalam usia kerja.
2. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, petani jagung di gampong Suak Puntong
dari jumlah keseluruhan sebanyak 25 orang, lebih banyak terkonsentrasi pada
kelompok tamatan SMP yaitu sebanyak 13 orang (52%) dan kelompok yang
tamatan SMA yaitu sebanyak 8 orang (32%) Sedangkan tamatan SD sebanyak 4
orang atau (16%).
3. Status dan Luas Lahan Garapan.
Semua petani jagung di gampong suak puntong memiliki lahan garapan
sendiri, oleh karena itu petani menggarap lahan tanpa mengeluarkan biaya sewa
lahan. Sementara luas lahan garapan berpengaruh positif terhadap produktivitas
usahatani dimana usahatani dengan luas lahan yang lebih besar akan memiliki
produktivitas yang relatif lebih tinggi daripada usahatani dengan luas lahan yang
lebih kecil. Luaslahan garapan petani bervariasi mulai dari satu hektar hingga
yang memiliki luas lahan garapan lebih dari satu hektar.
4. Pengalaman Berusahatani Jagung
Rata-rata petani jagung di gampong Suak Puntong sudah memiliki
pengalaman bertani jagung sekitar 8 tahun. Sehingga mereka sudah sangat mahir
-
46
dan teliti dalam penggarapan hingga perawatan tanaman jagung. Oleh sebab itu
kualitas dan kuantitas jagung yang dihasilkan sudah sangat baik.
5. Pekerjaan Sampingan
Selain bertani jagung para petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
sebagian besar juga melakukan usaha sampingan untuk mengisi masa senggang
seperti menjual ikan keliling, menjual hasil panen tanaman tumpang sari seperti;
mentimun, sayur-sayuran, serta memancing dan menjala ikan di sungai.
6. Kondisi Tempat Tinggal
Rumah dikatakan layak sebagai tempat tinggal apabila rumah tersebut
mempunyai atap, dinding dan lantai. Salah satu indikasi rumah sehat lainnya
adalah kualitas rumah tinggal. Pada tahun 2004, setalah Tsunami hampir
keseluruhan rumah di gampong Suak Puntong bangunan rumahnya sudah
permanen dimana standar rumah sehat sudah memadai karena mendapatkan
bantuan rumah dari NGO Internasional maupun Lokal, meskipun terdapat
beberapa rumah yang semi permanen, hal itu juga merupakan rumah bantuan
NGO yang mencanangkan rumah semi permanen dalam programnya untuk
mengurangi resiko gempa, sedangkan yang tidak permanen sudah tidak ada lagi.
Sumber air minum tampaknya mengalami peningkatan hal ini terlihat dari
rumah tangga dengan sumber air minum dari sumur maupun sumur bor dengan
menggunakan pompa listrik.
-
36
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Bertitik tolak pada tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab
terdahulu maka kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data
primer sebagai bahan analisa dan pembahasan antara lain:
5.1.1 Hasil Produksi Jagung Bisi 1.
Produksi jagung adalah banyaknya jumlah jagung yang dihasilkan oleh
petani jagung yang kemudian langsung dijual pada pembeli, mereka biasanya
menjual ke pasar atau bisa juga pembeli yang langsung datang ketempat
penanaman jagung. Dari data yang diperoleh para petani jagung menjual dengan
harga Rp.3.000,- /kg. Data produksi jagung dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel:7 Produksi Jagung di gampong Suak Puntong Tahun 2013.
No Responden Lahan (ha) Jumlah Produksi
(ton)
Produktifitas
(ton/ha)
1 Idrus Sardi 2 16 8
2 Abdullah 2 15 7,5
3 Ramli 1 7 7
4 Adli. B 1 8 8
Sumber: Data Hasil Penelitian
Dari tabel diatas dapat dilihat hasil produksi petani jagung berdasarkan
luas lahan yang dimiliki responden memiliki perbedaan. Seperti Idrus Sardi yang
menghasilkan 16 ton jagung dalam sekali panen dengan luas lahan 2 hektar,
-
46
dimana hasil produksi perhektarnya adalah 8 ton dengan nilai jual Rp.
3000.000/ton atau pendapatan kotor yang diterima nya dalam satu hektar sebesar
Rp.24.000.000. sedangkan Abdullah yang memiliki luas lahan yang sama dengan
Idrus Sardi yaitu 2 hektar menghasilkan 15 ton dimana jumlah produksi yang
diperolehnya per hektar sebesar 7,5 ton. Pendapatan kotor yang diterima Abdullah
perhektarnya sekitar Rp. 22.500.000. Selanjutnya Ramli dan Adli. B yang sama-
sama memiliki luas lahan satu hektar menghasilkan 7 ton dan 8 ton/ hektar untuk
masing-masing petani, dengan memperoleh pedapatan kotor dari hasil penjualan
produksi masing-masing sebesar Rp. 21.000.000 dan 24. 000.000.
5.1.2 Biaya Produksi
Biaya produksi disini adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
petani Jagung dalam usahanya memproduksi jagung selama satu masa tanam.
Dalam penelitian ini biaya produksi yang dikeluarkan untuk usahatani jagung
dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya yang besar kecilnya tidak tergantung oleh besar kecilnya produksi
yang harus dikeluarkan. Biaya tersebut adalah biaya penyusutan peralatan yang
diperoleh dari penyusutan alat-alat yang digunakan dalam menanam jagung yaitu
cangkul, garu, sekop, parang, sprayer. Perhitungan biaya penyusutan ini
didasarkan pada harga peralatan tersebut dibagi dengan umur ekonomis dari
peralatan tersebut. Masa pakai untuk alat kerja tersebut adalah 2-3 tahun. Dari
hasil penelitian diketahui total biaya penyusutan peralatan ke 4 responden adalah
-
46
sebesar Rp. 961.667,- per tahun dengan rata-rata Rp.240.417 per responden.
Untuk lebih jelas Biaya tetap usahatani jagung disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 8: Biaya Tetap Usahatani Jagung Responden Idrus Sardi
No Uraian Satuan Volume
Estimasi
umur
ekonomis
(thn)
Harga
satuan
(Rp)
Biaya
Penyusutan
(Rp)
1 Cangkul Unit 3 3 Rp50.000 Rp50.000
2 Garu Unit 2 3 Rp30.000 Rp20.000
3 Sekop Unit 2 3 Rp50.000 Rp33.333
4 Parang Unit 2 3 Rp60.000 Rp40.000
5 Sprayer Unit 1 2 Rp250.000 Rp125.000
TOTAL Rp440.000 Rp268.333
Tabel 9: Biaya Tetap Usahatani Jagung Responden Abdullah
No Uraian Satuan Volume
Estimasi
umur
ekonomis
(thn)
Harga
satuan
(Rp)
Biaya
Penyusutan
(Rp)
2 Cangkul Unit 2 3 Rp50.000 Rp33.333
3 Garu Unit 2 3 Rp30.000 Rp20.000
4 Sekop Unit 1 3 Rp50.000 Rp16.667
5 Parang Unit 2 3 Rp60.000 Rp40.000
6 Sprayer Unit 1 2 Rp250.000 Rp125.000
TOTAL Rp440.000 Rp235.000
Tabel 10: Biaya Tetap Usahatani Jagung Responden Ramli
No Uraian Satuan Volume
Estimasi
umur
ekonomis
(thn)
Harga
satuan
(Rp)
Biaya
Penyusutan
(Rp)
1 Cangkul Unit 3 3 Rp50.000 Rp50.000
2 Garu Unit 2 3 Rp30.000 Rp20.000
3 Sekop Unit 3 3 Rp50.000 Rp50.000
4 Parang Unit 1 3 Rp60.000 Rp20.000
5 Sprayer Unit 1 3 Rp250.000 Rp83.333
TOTAL Rp440.000 Rp223.333
-
46
Tabel 11: Biaya Tetap Usahatani Jagung Responden Adli B
No Uraian Satuan Volume
Estimasi umur
ekonomis
(thn)
Harga satuan (Rp)
Biaya Penyusutan
(Rp)
2 Cangkul Unit 3 3 Rp50.000 Rp50.000
3 Garu Unit 2 3 Rp30.000 Rp20.000
4 Sekop Unit 3 2 Rp50.000 Rp75.000
5 Parang Unit 2 2 Rp60.000 Rp60.000
6 Sprayer Unit 2 3 Rp250.000 Rp166.667
TOTAL Rp440.000 Rp371.667
Tabel 12: Rekapan Biaya Tetap Usahatani Jagung responden Gampong
Suak Puntong
No Responden Biaya Tetap
(TFC)
1 2 3
1 Idrus Saldi Rp268.333
2 Abdullah Rp235.000
3 Ramli Rp223.333
4 Adli. B Rp371.000
Total Rp1.098.333
Rata-rata Rp274.583
b. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung dari besar
kecilnya produksi:
1. Pembelian Bibit: Pembelian bibit, dalam penelitian ini diketahui total
biaya pembelian bibit yang dikeluarkan oleh 4 responden adalah sebesar
Rp. 14.175.000,- per masa tanam (lihat tabel 3)
-
46
2. Biaya Pupuk: Biaya pupuk adalah biaya pembelian pupuk ke 4 responden
yaitu jenis Urea dan NPK adalah sebesar Rp.9.320.000 ,- (lihat tabel 3).
3. Biaya Herbisida dan Pestisida ke 4 responden adalah sebesar
Rp.816.000,-
4. Biaya tenaga kerja yang mencakup pengolahan lahan, penanaman,
pemupukan, penyemprotan pestisida, penyiangan, panen dan perontokan
adalah sebesar Rp. 12.650.000,- bagi ke 4 responden
5. Sedangkan untuk transport saat penjualan, ke 4 responden petani jagung
harus membayar sebesar Rp. 200/kg dengan total biaya sebesar
Rp.5.900.000,- (lihat tabel 3).
Tabel 13: Perincian biaya tidak tetap dari usahatani jagung di Gampong Suak
Puntong
Nama
Responden
Biaya Tidak Tetap
Total Biaya
Tidak Tetap Benih Pupuk
Herbisida
dan
pestisida
Biaya
transport Tenaga Kerja
Idrus Saldi Rp3.500.000 Rp2.330.000 Rp249.000 Rp1.600.000 Rp2.700.000 Rp10.379.000
Abdullah Rp3.500.000 Rp2.330.000 Rp189.000 Rp1.500.000 Rp3.650.000 Rp11.169.000
Ramli Rp3.150.000 Rp2.330.000 Rp219.000 Rp1.400.000 Rp2.750.000 Rp9.849.000
Adli. B Rp4.025.000 Rp2.330.000 Rp159.000 Rp1.400.000 Rp3.550.000 Rp11.464.000
Total Rp14.175.000 Rp9.320.000 Rp816.000 Rp5.900.000 Rp12.650.000 Rp42.861.000
Sumber data diolah dari data primer
Dari tabel diatas dapat kita lihat total biaya tidak tetap dari keseluruhan
responden adalah sebesar Rp. 42. 861.000,- dengan rata-rata Rp. 10.715.250,-
Dengan demikian total biaya produksi yang dikeluarkan dalam proses
produksi adalah sebesar Rp. 43.959.333,-. Total biaya produksi ini merupakan
-
46
penjumlahan total biaya tetap dan total biaya tidak tetap untuk perinciannya dapat
dilihat pada lampiran 5.
c. Penerimaan
Penerimaan (Total Revenue) adalah pendapatan dari usahatani jagung
selama satu masa tanam. Penerimaan dari penjualan hasil usahatani jagung yang
diterima oleh 4 responden petani jagung di gampong Suak Puntong adalah sebesar
Rp. 91.500.000,- untuk sekali panen/hektar (lihat lampiran 5)
d. Keuntungan
Keuntungan adalah pendapatan bersih dari usaha tani jagung selama satu
masa tanam setelah dikurangi total biaya dalam proses produksi. Dari hasil
perhitungan diketahui pendapatan bersih atau keuntungan yang diperoleh dari 4
responden petani jagung adalah sebesar Rp. 47.540.167,-. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran 5.
5.2 Analisis Dan Pembahasan
5.2.1 Analisis
Untuk dapat memecahkan permasalahan yang telah dikemukakan dan
sekaligus membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan di muka, maka
diperlukan analisa data yang diperoleh. Data yang akan dianalisis adalah sebagai
berikut:
1. Biaya Total (Total Cost) usahatani jagung di gampong Suak Puntong.
Dari hasil penelitian dapat diketahui biaya total dari usahatani jagung
yang ada di gampong suak Puntong dengan menghitung besarnya biaya yang
-
46
diperlukan mulai dari persiapan lahan hingga panen dalam sekali musim dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Untuk mengetahui besarnya biaya total (TC) tiap masing-masing
responden dapat dilihat pada lampiran 5. Sedangkan biaya total (TC1) yang
dikeluarkan oleh ke 4 responden adalah:
TC1 = TFC1 + TVC1
TC1 = Rp. 1.098.333 + Rp. 42.861.000
TC1 =Rp. 43.959.333
Sedangkan untuk menghitung besarnya biaya rata-rata (TC1) digunakan
rumus
TC1 = TC1 =
TC 1 = 10.989.833
Jadi dari hasil penjumlahan tersebut dapat di peroleh nilai rata-rata biaya
total usahatani jagung dari 4 responden di gampong Suak Puntong adalah sebesar
Rp.10.989.833,- /ha dalam sekali tanam.
2. Jumlah Penerimaan kotor (Total Revenue) dari usahatani jagung
Dari hasil penelitian dapat diketahui penerimaan total dari usahatani
jagung yang ada di gampong Suak Puntong adalah jumlah penerimaan dari hasil
penjualan bulir jagung. Penerimaan dari hasil penjualan usahatani jagung ke 4
responden adalah sebesar Rp. 91.500.000,- (lihat lampiran 6). Untuk rata-rata
penerimaan total dari 4 responden adalah:
-
46
TR1
TR1=
TR1 = 22.875.000
Jadi rata-rata jumlah penerimaan (TR) untuk satu kali masa tanam adalah
sebesar Rp. 22.875.000 per responden.
3. Penerimaan Bersih atau Keuntungan (Profit) dari usahatani jagung.
Untuk mengetahui penerimaan bersih atau keuntungan ( ) yang diperoleh
dari 4 responden usahatani jagung didesa Suak Puntong adalah dengan
menggunakan rumus:
= TR1 – TC1
= Rp. 91.500.000 – Rp. 43.959.333
= Rp. 47.540.667
Kemudian dihitung rata-rata dengan rumus sebagai berikut:
=
=
= 11.885.167
Jadi penerimaan bersih atau keuntungan dari 4 responden petani jagung
tersebut untuk satu kali masa tanam/ha adalah sebesar Rp. 47.540.667.- dengan
rata-rata keuntungan per masa tanam adalah sebesar Rp.11.885.167 (lihat
lampiran 5). Dari hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa keuntungan atau
penerimaan bersih responden petani jagung di gampong Suak Puntong lebih besar
-
46
dari biaya total yang dikeluarkan. Hal ini dikatakan menguntungkan secara
ekonomis.
Untuk membuktikan benar atau tidaknya pernyataan tersebut maka
digunakan uji hipotesis, yaitu uji t sebagai berikut:
Dimana :
t = Hitung
1 = Rata-Rata Total Penerimaan Kotor Usahatani Jagung
2 = Rata-Rata Total Biaya Usahatani Jagung
S = Nilai Varians Variabel
n1 = Jumlah Sampel x1
n2 = Jumlah Sampel x2
dengan varians variabelnya adalah
S = x (22.875.000 – 10.989.833)
S = x (11.885.167)
S = S = 3.961.722
Maka:
-
46
t =
t =
t =
t =
t =
maka t = 6,00000
Untuk nilai t tabel ( ; n - 1) = t ( 0,005 ; 4 - 1 ) Yaitu : ( 0,005 ; 3) = 5,84091 (dari t tabel)
Kriteria pengujian hipotesis :
Ho diterima bila t hitung t tabel
Ho ditolak dan menerima H1, bila t hitung t tabel
Dari jumlah di atas diketahui X1 X2 atau (22.875.000 10.989.833)
dan nilai hitung t hitung t tabel atau (6, 00000 5, 84091), sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1. Hal ini berarti bahwa hipotesis
-
46
yang mengatakan bahwa petani jagung Bisi 1 di gampong Suak Puntong
memperoleh keuntungan secara nyata dapat diterima.
5.2.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 4 petani responden usahatani
jagung di gampong Suak Puntong diketahui penerimaan total yang diperoleh
untuk masa satu kali tanam pada 2013 adalah sebesar Rp.91.500.000 dengan rata-
rata per responden Rp.22.875.000 per masa tanam.
Besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan selama masa tanam
produksi adalah sebesar Rp.43.959.333 dengan rata-rata biaya total produksi per
responden adalah sebesar Rp.10.989.833 per masa tanam. Jadi besarnya
keuntungan yang diperoleh ke 4 responden adalah sebesar : Rp. 91.500.000 - Rp.
43.959.333 = Rp.47.540.667 untuk satu masa tanam. Dengan rata-rata keuntungan
sebesar Rp.11.885.167 per hekta dalam satu kali masa tanam. Dari hasil analisis
terhadap data yang diperoleh, diketahui bahwa X1 X2 atau Rp. 22.875.000
Rp. 10.989.833 dan t hitung t tabel atau sebesar 6, 00000 5, 84091.
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dimuka. Dengan demikian
petani jagung di Desa Palaran Samarinda memberikan keuntungan yang secara
statistik dinyatakan bermakna nyata (signifikan). Namun patani jagung di
gampong Suak Puntong masih mengalami berbagai kendala dalam melakukan
perkembangan pertaniannya. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah
kurangnya managemen dalam mengelola usaha pertaniannya tersebut dan sulitnya
untuk memperluas pemasaran, selain sistem pertanian yang masih menggunakan
metode tradisional.
-
46
Untuk mengantisipasi kendala-kendala tersebut diperlukan peranan atau
keikutsertaan dari pihak pemerintah atau instansi terkait yang langsung turun
tangan untuk memberikan pelatihan managemen bagi peningkatan usaha pertanian
yang ada di gampong Suak Puntong khususnya dan Kabupaten Nagan Raya pada
umumnya. Dengan cara memberikan penyuluhan kepada para petani tentang
perlunya suatu managemen dalam mengelola usaha pertanian, dan perlu kiranya
keterlibatan pihak swasta terutama dalam hal permodalan dan jaminan pemasaran
untuk mengembangkan usaha pertanian jagung di Kabupaten Nagan Raya
. Dengan adanya antisipasi terhadap berbagai kendala yang menghambat
perkembangan usaha pertanian tersebut maka diharapkan usaha-usaha pertanian
yang ada di Kabupaten Nagan Raya ini menjadi lebih baik dalam hal managemen
usahanya, keterampilan atau metode penanaman dan memiliki daerah pemasaran
yang lebih luas lagi.
-
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1. Penerimaan dan hasil penjualan 4 responden petani jagung Bisi 1 di
gampong Suak Puntong adalah sebesar Rp. 91.500.000 dengan rata-rata per
responden sebesar Rp.22.875.000 per hektar dalam sekali masa tanam.
2. Dalam satu masa tanam produksi jagung di gampong Suak Puntong
mengeluarkan biaya total produksi sebesar Rp.43.959.333 dengan rata-rata
per responden sebesar Rp.10.989.833 per hektar dalam sekali masa tanam.
3. Sedangkan keuntungan atau pendapatan bersih yang diperoleh petani jagung
di gampong Suak Puntong adalah sebesar Rp. 91.500.000 - Rp.43.959.333 =
Rp. 47.540.667 atau bila di rata-ratakan adalah sebesar Rp.11.885.167 per
hektar dalam sekali masa tanam.
4. Nilai rata-rata Total Revenue (x1) lebih besar dari nilai rata-rata Total Cost
produksi (x2) atau sebesar Rp. 22.875.000 > Rp. 10.989.833 dan t hitung > t
tabel atau sebesar 6.00000 > 5.84091, dengan demikian hipotesis diterima.
5. Usahatani jagung (Zea Mays.L) Bisi 1 di gampong Suak Puntong
memberikan keuntungan rata-rata yang signifikan bagi petani yang ada di
gampong Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisr, Kabupaten Nagan Raya
-
46
dan rata-rata kelayakan usahatani di daerah penelitian telah layak untuk
dikembangkan sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti memberikan
saran kepada masyarakat umumnya, petani jagung, pemerintah, dan mahasiswa-
mahasiswa pertanian sebagai berikut:
1. Melihat besarnya pendapatan bersih yang diterima para petani Jagung
sangat menguntungkan, nampaknya usaha jagung ini sangat baik untuk
dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Peran instansi yang terkait untuk memberikan pelatihan manajemen bagi
peningkatan usaha kecil dan menengah, dengan memberikan penyuluhan
kepada mereka tentang perlunya suatu manajemen dalam mengelola suatu
usaha kecil dan menengah.
3. Perlu kiranya keterlibatan pihak swasta terutama dalam hal permodalan
dan jaminan pemasaran untuk mengembangkan usaha jagung di
Kabupaten Nagan Raya.
4. Perlu jalinan dan pemeliharaan persatuan dalam satu lembaga yang kuat
diantara pengusaha dan eksportir agar dapat menembus pasar yang lebih
luas lagi.
-
48
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Arifin,B. 2000. Pembangunan Pertanian: Paradigma, Kinerja dan Opsi
Kebijakan. Jakarta: Pustaka Indef.
Assauri, Safyan,1992, Matematika Ekonomi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
A. Bilas, Richard, 1992, Ekonomi Mikro, Jakarta: Rineka Cipta.
Adiwilaga, A. 1982, Ilmu usaha tani. Bandung: Alumni.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2002. Inovasi Teknologi Jagung,
Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan Nasional. Maros: Balai
Penelitian Tanaman Serealia,
Boediono,1992. Ekonomi mikro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi,
Yogyakarta: BPFE.
Dernberg, Thomas F, 1992 Konsep Teori dan Kebijakan Makroekonomi, Terj,
Jakarta: Erlangga.
Departemen Pertanian RI, 1994. Repelita VI pertanian. Departemen pertanian RI:
Jakarta.
Daniel, M. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Gilarso, T, 1991, Dunia Ekonomi Kita, Harga dan Pasar, Yogyakarta: Kanisius.
Hadi, S, 1998 , Metode Statistika Dasar, Jakarta: Rineka Cipta.
Halim, A, 1988. Dasar-dasar Akuntansi Biaya, Edisi 3, Yogyakarta: BPFE.
http://www.wikipedia.org/wiki/Jagung
Ismawanto. 2009.Ekonomi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Kartasapoetra, A. G. 1998. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Jakarta: Bina
Aksara.
Kadariah, 1991, Analisis Pendapatan Nasional, Jakarta: Bina Aksara.
http://www.wikipedia.org/wiki/Jagung
-
49
Miller, R, 2000. Teori Mikro ekonomi Intermediate, Terj. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Mulyadi, 1998. Akuntansi Bicnia, Edisi 5, Yogyakarta: FE UGM.
Mosher, 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Jakarta: Yasaguna.
Nordhaus, D. Et.all,1996, Mikro Ekonomi, Jakarta: Erlangga.
Partadiredja, Ace, 1990, Pengantar Ekonomika, Yogyakarta: BPFE.
Rejeki, S. 2006. Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Lipsey, Richard G, 1993, Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Gebra Aksara
Pratama.
Sarasutha, 2002. Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra produksi.
Bogor: IGP.
Subandi, 1998. Jagung, Teknologi produksi dan pascapanen. Maros: Balai
Penelitian Tanaman Jagung Press.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia.
Soekartawi. 2000 Pembangunan Pertanian, Jakarta: Rajawali Press.
Soedarsono. 1998. Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: LP3ES.
Tohir, K.A, 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani Indonesia. Jakarta:
Bina Aksara.
123