analisis kinerja keuangan daerah pemerintah …
TRANSCRIPT
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 52
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH
KABUPATEN SOPPENG
(Studi Kasus Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan Aset Daerah Kabupaten Soppeng)
Oleh :
MAHBUR
Email : [email protected]
Pembimbing I :
PALIPADAPALISURI
Email : [email protected]
Pembimbing II :
SERI SURIANI
Email : [email protected]
Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Bosowa Makassar
ABSTRACT
Mahbur, 2015. Thesis. Financial Performance Analysisof Regional Government Soppeng
(Case Study Department of Revenue, Financial Asset Managemen tDistrict Soppeng),
(led byPalipadaPalisuri, assupervisorI and SeriesSuriani, asmentorsII).
Regional autonomy(decentralization) is aregional authoritytoregulateandmanage the
interests oflocal peopleown initiative based onthe aspirations ofthe peopleand
thecorrespondinglegislationin force. One aspectofthe local governmentshouldbe
setcarefullyIsfinancial management. To analyzethe performanceof local governmentsin
managinglocal financecan be donewith thefinancial ratio analysis. Thefinancial ratiosused
include:the ratio ofthe independence, effectiveness ratio, the ratio of growthandefficiency
ratioof PAD.
The purpose ofthis studywas to determine thefinancial performance oflocal
governmentSoppengsignificant effect onthe efficiency ofthe use ofPAD. The population
inthis study, namely theBudget Realization ReportRegencySoppengwheresamples are
takenissixyears (2009 to 2014). The variablesexamined includedindependence ratio, the
ratio ofeffectiveness, andgrowthratiosas independent variables(independent) as well asthe
efficiency ofrevenueasthe dependent variable(dependent).
The analysis showed that the ratio of the independence, effectiveness ratio, and the ratio
of growth and efficiency ratio from year 2009-2014 proved that the regional financial
district government Soppeng occur fruktuasi (up / down) from year to year.
--------------------
Keywords:RatioofIndependence,EffectivenessRatio, Growth Ratioandthe ratio
efficiencyPAD
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 53
PENDAHULUAN
Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Pemda) dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antaraPemerintahPusat dan Daerah, menjadi titik awal dimulainya otonomi
daerah.Otonomi daerah (otoda) adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur danmengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiriberdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan.
Sedangkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan
pemerataan antardaerah secara proporsional, demokratis, adil, dantransparan
dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerahsejalan dengan
kewajiban dan pembagian kewenangan tersebut, termasukpengelolaan dan
pengawasan keuangannya.
Salah satu aspek dari Pemda yang harus diatur secara hati-hatiadalah
pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran Pendapatandan
Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencanakeuangan
tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah. (Nordiawan, dkk,
2007: 39)
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan oleh Pemda adalahuntuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan danuntuk
menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) Pemda atassumber yang
dipercayakan.Pemda sebagai pihak yang diserahi tugasuntuk menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan, dan pelayananmasyarakat wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban keuangandaerahnya untuk dinilai apakah ia berhasil
menjalankantugasya dengan baik atau tidak. Salah satu alat untuk menganalisis
kinerja Pemda dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan
analisisrasio keuangan terhadap APBD yang telah dilaksanakan.
Hasil analisis rasio keuangan digunakan sebagai tolak ukur dalam :
a. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan
otoda.
b. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 54
c. Mengukur sejauh mana aktivitas Pemda dalam membelanjakan pendapatan
daerahnya
d. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan
pendapatan daerah.
Melihat pertumbuhan dan perkembangan perolehan pendapatan dan
pengeluaran yang dilakukan selama periode wDi samping meningkatkan
kuantitaspengelolaan keuangan daerah, analisis rasio terhadap realisasi APBD
juga dapatdigunakan sebagai alat untuk menilai efektivitas otoda sebab kebijakan
ini yang memberikan keleluasaan bagi Pemda untuk mengelola keuangan
daerahnya seharusnya bisa meningkatkan kinerjakeuangan daerah yang
bersangkutan. Maraknya pembahasan mengenai keuangan daerah, terutama
hubungannya dengan otoda yang sementara berlangsung menjadikan hal ini
menarik untuk dibahas. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dan membuktikan kemampuan Pemda Soppeng dalam mengelola
keuangan daerahnyadan melihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan
mengangkat judul,“Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah
Kabupaten Soppeng ".
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, makamasalah
pokok dalam penelitian ini, antara lain:
“BagaimanakahkinerjakeuanganDaerahPemerintahKabupaten Soppeng?”.
TINJAUAN PUSTAKA
1. PengertianManajemenKeuangan
Upaya meninjau struktur keuangan suatu perusahaan dalam hubungan
dengan aktifitas adalah merupakan kebijaksanaan menejemen keuangan. Hal ini
disebabkan aktifitas muncul sebagai akibat dari kebijaksanaan manajemen dalam
hal memperoleh dana atau modal untuk membiayai kegiatan perusahaan untuk
mencapai tujuannya.
Bambang Riyanto, (1998:3) mengemukakan bahwa “Manajemen keuangan
meliputi semua aktivitas yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana
yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut
seefisien mungkin”.
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 55
Selanjutnya Van Horne,mendefinisikan manajemen keuanga yang yang di
kutip oleh Munawir (2010:5)Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang
berhubungan dengan perolehan laba, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan
beberapa tujuan menyeluruh.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kegiatan manajemen keuangan
adalah berkutat di sekitar Munawir, (2010:6 ) :
a. Bagaimana memperoleh dana untuk membiaya, usahanya.
b. Bagaimana mengelola dana tersebut sehingga tujuan perusahaan tercapai.
c. Bagaimana perusahaan pengelola aset yang dimiliki secara efisien dan efektif.
2. Pengertian Laporan Keuangan
Sejak awal perusahaan didirikan, para pimpinan perusahaan sudah
menetapkan maksud dan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan. Tujuan ini
disusun, baik bersifat jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Laporan
keuangan terdiri dari neraca, perhitungan laba dan laporan perubahan posisi
keuangan.
Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kinerja perusahaan dalam suatu periode, (Kasmir 2013:66). Oleh karena itu
sebelum kita menganalisis laporan keuangan, maka terlebih dahulu kita harus
memahami hal-hal yang berkaitan dengan laporan keuangan. Pemahaman tentang
laporan keuangan mulai dari pengertian, jenis, komponen yang terkandung, tujuan
maupun sifat laporan keuangan sangat penting sehingga dalam melakukan analisis
lebih mudah untuk menginterpretasikannya.
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.Inti dari
laporan keuangan adalah menggambarkan pos-pos keungan perusahaan yang
diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya kita mengenal beberapa macam
laporan keuangan seperti :
a. Neraca,
b. Laporan laba rugi,
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 56
c. Laporan perubhan modal,
d. Laporan catatan atas laporan keuangan,
e. Laporan arus kas.
3. Tujuan Laporan Keuangan
Sepertii diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah pasti
memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak
dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Di samping itu,
tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Berikut beberapa tujuan laporan keuangan Kasmir (2013:87) yaitu :
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e. Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva
dan modal perusahaan
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
g. Memberikan informasi tentang catatan atas laporan keuangan.
h. Informasi keuangan lainnya.
4. Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan keuangan
pokok adalah :
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah
pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 57
Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, aplikasi dan penggunaan sumber
daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan. Dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
5. Otonomi Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor 25
Tahun 1999, Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
masyarakat.
Dalam kerangka sistem penyelenggaraan pemerintah terlihat, bahwa sistem
pengelolaan keuangan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem
pemerintahan itu sendiri.Sebagaimana sistem keuangan negara dalam pasal 23
ayat (3) UUD 1945 aspek keuangan daerah juga merupakan subsistem yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, khususnya Pasal 78 s.d pasal 80.
Ditetapkan bahwa perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah diatur dengan
Undang-undang. Dengan pengaturan tersebut, diharapkan terdapat keseimbangan
yang lebih transparan dan akuntabel dalam pendistribusian kewenangan,
pembiayaan, danpenataan sistem pengelolaan keuangan yang lebih baik dalam
mewujudkan pelaksanaan otonomi daerahsecara optimal sesuai dinamika dan
tuntutan masyarakat yang berkembang.
6. PengertianKinerja
Istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang), atau juga
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang ingin dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. (Mangkunegara 2007 : 67).
7. Pengukuran Kinerja
Dalam mengukurkeberhasilan atau kegagalan suatu organisasi,
seluruhaktivitas organisasi tersebut harus dapat dicatat dan diukur. Pengukuran ini
tidak hanya dilakukan pada masukan (input) program, tetapi juga pada keluaran
(output) dari program tersebut.
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 58
Ukuran kinerja dan indikator kinerja merupakan dua istilah yang berbeda.
Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sedangkan
indikator kinerja mengacu pada penilaian secara tidak langsung, yaitu hal-hal
yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.
8. Aspek Pengukuran Kinerja
Menurut T.R. Mitchell (1978:343) dalam Sedarmayanti (2001:51),
menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu:
a. Prom Quality of Work (Kualitas Kerja)
b. Promptness (Ketepatan Waktu)
c. Initiative (Inisiatif)
d. Capability (Kemampuan)
e. Communication (Komunikasi)
9. Tujuan Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan manajemen pencapaian kinerja.
Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan balik (feed
back) sehingga upayaperbaikan secara terus-menerus akan mencapai keberhasilan
di masa mendatang.
10. Definisi Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan dengan memperhatikan:
a. Indikator masukan (input), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkankeluaran(output).
b. Indikator keluaran (output), adalah segala sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau nonfisik.
c. Indikator hasil (outcome), adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran (output) kegiatan pada jangka menengah (efek
langsung).
d. Indikator rnanfaat (benefit), adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan
daripelaksanaankegiatan.
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 59
11. Penyusunan Indikator Kinerja
Dalam modul Lembaga Administrasi Negara(LAN) dan Badan Pengawasan
Keuangan Pemerintah(BPKP) (2000:10) dijelaskan bahwa sebelum menyusun dan
menetapkan indikator kinerja terlebih dahulu perlu diketahui syarat-syarat dalam
penyusunan indikator kinerja.
12. Analisis Rasio Keuangan
Analisis dari item-item laporan keuangan berperan penting dalam interpretasidata
keuangan dan operasi entitas. Karena itu, banyak analisis yang memanfaatkan
rasio keuangan untuk membantu melakukan kegiatan analisis daninterpretasi
laporan keuangan. Penggunaan laporan keuangan sebagai alat analisis dapat
membantu pihak pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan yang rasionaldan
sesuai dengan tujuan entitas karena analisis rasio dapat membantu dalam
mengindentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan entitas.
13. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
Martono dan Agus (2001:240) mengungkapkan bahwa analisis rasio
keuangan antara lain berguna dalam:
a. Pengambilan keputusan investasi.
b. Keputusanpemberian kredit.
c. Penilaianalirankas.
d. Penilaian sumber-sumber ekonomi.
e. Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana.
f. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-
sumberdana.
14. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Halim (2004:150) menyatakan, ada beberapa rasio yang
dapatdikembangkanberdasarkan datakeuangan yang bersumber dari APBD:
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap
sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian daerah, tingkat
ketergantungan terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat
dan provinsi) semakin rendah, dan sebaliknya.
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 60
Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah serta
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah :
a. Metode Analisis Deskripsi Kuantitatif
Metode ini menerapkan konsep perhitungan rasio keuangan, yaitu dengan
menghitung rasio keuangan dari pos-pos dalam Realisasi Anggaran yang
tertuang dalam Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun anggaran 2010-
2014.
b. RasioKemandirian
Adapunrumus yang digunakanyaitu :
c. RasioEfektifitas
Denganrumussebagiberikut :
d. RasioPertumbuhan
Adapunrumus yang digunakanyaitu :
𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑨𝒔𝒍𝒊 𝑫𝒂𝒆𝒓𝒂𝒉 (𝑷𝑨𝑫) =𝐏𝐀𝐃𝐭𝟏 – 𝐏𝐀𝐃𝐭𝟎
𝐏𝐀𝐃𝐭𝟎
e. RasioEfisiensi
Denganrumus yang digunakanyaitu :
𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐𝑬𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏𝒔𝒊 =𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈𝒅𝒊𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌𝑴𝒆𝒎𝒖𝒏𝒈𝒖𝒕𝑷𝑨𝑫
𝒓𝒆𝒂𝒍𝒊𝒔𝒂𝒔𝒊𝑷𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏𝑷𝑨𝑫.
Fokus penelitian ini adalah kinerja keuangan daerahpemerintah Kabupaten
soppengdengan jenis dan sumber data, primer dan sekunder. Teknik pengumpulan
Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pusat dan Pinjaman
Rasio Kemandirian =
Rasio Efektifitas =
Realisasi Penerimaan PAD
Target Penerimaan PAD
Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pusat dan Pinjaman
Rasio Kemandirian =
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 61
data menggunakan teknik pengamatan lapangan dan wawancara, serta dokumen
dinas pendapatan daerah Kabupaten Soppeng.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk lebih mengetahui tentang kinerja keuangan pemerintah daerah
Kabupaten Soppeng berdasarkan analisis rasio kemandirian, rasio efektivitas dan
rasio pertumbuhan maka digunakan laporan keuangan daerah berupa laporan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Realisasi Kabupaten Soppeng dan
data-data yang mendukung kurun waktu enam (6) tahun terakhir, dari 2009 s/d
2014.
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
TABEL 1
PERHITUNGAN RASIO KEMANDIRIAN
KABUPATEN SOPPENG
T.A 2009 S/D 2014 b.
Tahun Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pendapatan Transfer
Dana Perimbangan
Lain-Lain
Pendapatan
yang Sah
RKKD
2009 15.879.402.285,47 414.327.271.541,00 51,633,764,936.00 3,56%
2010 16.531.437.645,61 397.522.593.650,00 90.618.295.232,14 3,39%
2011 21,551,766,287.81 448,094,072,116.00 129,677,629,811.68 3,73%
2012 25,894,588,261.47 513,337,274,389.00 96,847,470,625.06 4,24%
2013 40,096,283,908.94 598,157,576,584.00 123,445,805,895.31 5,55%
2014 60,544,221,463.67 635,227,489,289.00 150,463,112,048.87 7,70%
Sumber : HasilAnalisis
Pada tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa rasio kemandirian keuangan daerah
Pemerintah Kabupaten Soppeng dalam enam tahun terakhir (2009-2014)
mengalami peningkatan dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan rasio
kemandirian keuangan daerah (RKKD) mengalami lima kali kenaikan berturut-
turut dari tahun 2010 s/d 2014dilihat dari presentase pertumbuhan RKKD yaitu
pada tahun 2010-2011 sebesar 0,34% (3,73% -3,39%), 2011-2012 sebesar 0,51%
(4,24%-3,73%), 2012-2013 sebesar 1,31% (5,55%-4,24%), dan tahun 2013-
2014sebesar 2,15% (7,70-5,55%) hal ini disebabkan ketergantungan daerah
terhadap bantuan pihak ekstern semakin tinggi.Karena Pembkab Soppeng belum
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 62
mampu mandiri secara otonom hal ini di sebabkan karena banyaknya bantuan dari
pusat, Selebihnya mengalami penurunan yaitu tahun 2009-2010 sebesar 0,17%
(3,39-3,56%). Ini berarti kemampuan pemerintah daerah dalam mencukupi
kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan masyarakat sosial masih rendah, dengan kata lain bahwa kinerja
keuangan pemerintah daerah tidak baik.
b.Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)
TABEL 2
PERHITUNGAN RASIO EFEKTIFITAS
PENDAPATAN ASLI DAERAH
T.A 2009-2014
Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Pada tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa rasio efektifitas
PemerintahKabupatenSoppeng dalam enam tahun terakhir (2009-2014)
mengalami kenaikan sebanyak tiga kalidilihatdarinilaipersentaserasioefektifitas,
yaitu pada tahun 2010-2011 sebesar 31,40% (112,34–80,94%), 2012-2013 sebesar
8,84% (116,69-107,85%)dan 2013-2014 sebesar 3,44% (120,13%-116,69%).dapat
diketahui bahwa rasio efektivitas menunjukkan bahwa dalam merealisasikan PAD
yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan sudah efektif
yang artinya kinerja keuangan pemerintah daerah adalah baik. Selebihnya
mengalami penurunan pada tahun 2009-2010 sebesar 6,87% (80,94%-87,81%),
2011-2012 sebesar 4,49% (107,85-112,34%)halinidisebabkankarena target
penerimaan PAD lebihtinggidibandingkandenganrealisasipenerimaan PAD.
Tahun Target Penerimaan Realisasi Penerimaan Rasio
PAD PAD Efektifitas
2009 18.083.539.916,00 16,104,247,623.05 87,81%
2010 20.423.100.023,06 16.531.437.645,61 80,94%
2011 19,183,910,487.00 21,551,766,287.81 112,34%
2012 24,010,110,952.00 25,894,588,261.47 107,85%
2013 34,359,972,000.00 40,096,283,908.94 116,69%
2014 50,400,012,080.00 60,544,221,463.67 120,13%
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 63
c. Rasio Pertumbuhan
TABEL 3
PERHITUNGAN RASIO PERTUMBUHAN
APBD KABUPATEN SOPPENG
T.A 2009-2014
Tahun PADt0 PADt1 Rasio
Pertumbuhan
2009-2010 16,104,247,623.05 16,531,437,645.61 2,65%
2010-2011 16,531,437,645.61 21,551,766,287.81 30,37%
2011-2012 21,551,766,287.81 25,894,588,261.47 20,15%
2012-2013 25,894,588,261.47 40,096,283,908.94 54,84%
2013-2014 40,096,283,908.94 60,544,221,463.67 50,99% Sumber : Data Sekunder hasilolahan
Dari tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa rasio pertumbuhan pemerintah
Kabupaten Soppeng dalam enam (6) tahun terakhir. Adapun rasio pertumbuhan
yang mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2009-2010 sebesar 2,65% naik
menjadi 30,37% tahun 2010-2011, kemudian menurun menjadi 20,15% pada
tahun 2011-2012,tahun 2012-2013 naik menjadi 54,84% dari 20,15 pada tahun
2011-2012, tahun 2013-2014 menurun dari 54,84% 2012-2013 manjadi
50,99%.ini berarti kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode ini
berarti bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tidak baik. Hal ini
disebabkan karena pemerintah kabupaten soppeng tidak dapat mempertahankan
PAD nya dari periode ke periode makatabel diatas mengalami fluktuatif.
d. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
TABEL 4
PERHITUNGAN RASIO EFISIENSI
PENDAPATAN ASLI DAERAHT (PAD)
T.A 2009-2014
Tahun Realisasi Penerimaan Biaya Pemungutan Rasio
PAD PAD Efisiensi
2009 16,104,247,623.05 241,776,290.00 1,50%
2010 16.531.437.645,61 247,021,054.00 1,49%
2011 21,551,766,287.81 262,604,132.00 1,21% 2012 25,894,588,261.47 264,576,578.00 1,02% 2013 40,096,283,908.94 260,312,500.00 0,64%
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 64
2014 60,544,221,463.67 262,101,000.00 0,43% Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Dari tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa rasio efisiensi PAD Pemerintah
Kabupaten Soppeng dalam enam tahun terakhir (2009-2014). Cenderung
mengalami penurunan lima kali yaitu pada tahun 2009-2010 sebesar 0,1%
(1,49%-1,50%), 2010-2011 sebesar 0,21% (1,21%-1,42%), 2011-2012 sebesar
0,19% (1,02%-1,21%), 2012-2013 sebesar 0,38% dan 2013-2014 sebesar 0,21 %
(0,43-0,64%). Kinerja keuangan pemerintah kabupaten soppeng tidak efisien
dalam mengelola PAD nya karna hasil analisis rasio di mengalami fluktuasi.
Dari hasil tersebut dapat ditunjukkan pada bahwa Pemerintah Kabupaten
Soppeng dilihat selama enam tahun tersebut belum mampu mengelola aset secara
efisien dilihat dari berfluktuasinya (naik/turun). Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan diatas, maka secara umum dapat diketahui bahwa hasil analisis rasio
kemandirian, rasioefiktivitas, rasio pertumbuhan dan rasioefisiensi dalam menilai
kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Soppeng hasilnya turun naik dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2014.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya,
makapeneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagaiberikut :
1. Kinerja keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng dalam enam tahun
terakhir tidak baik, Hal ini dapat dilihat melalui perhitungan rasio
kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio pertumbuhan dari tahun 2009-
2014.Berdasarkan rasio keuangan anggaran pendapatan dan belanja daerah
maka kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tidak baik jika dilihat dari
rasio kemandirian keuangan daerah karena ketergantungan daerah terhadap
bantuan pihak ekstern semakin tinggi . oleh karna itu Pemb kab Soppeng
belum mampu mandiri secara otonom hal ini di sebabkan karena banyaknya
bantuan dari pusat. Dilihat dari rasioefektivitas dapat diketahui bahwa rasio
efektivitas menunjukkan bahwa dalam merealisasikan PAD yang
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan sudah efektif.
Sedangkan dilihat dari rasio pertumbuhan pemerintah kabupaten soppeng
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 65
daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah
dicapai dari periode ke periode. Ini berarti bahwa kinerja keuangan pemerintah
daerah adalah tidak baik. Hal ini disebabkan karena pemerintah kabupaten
soppeng tidak dapat mempertahankan PAD nya dari periode ke periode maka
tabel diatas mengalami fluktuatif.
2. Efisiensi PAD Pemerintah Kabupaten Soppeng dalam enam tahun terakhir
terbukti tidakefisien. Hal ini dapat dilihat melalui perhitungan rasio efisiensi
PAD dari tahun 2009-2014.Kinerja keuangan pemerintah kabupaten soppeng
tidak efisien dalam mengelola PAD nya karna hasil analisis rasio mengalami
fluktuasi. Dengan demikian, maka hipotesis yang penulis kemukaka
nsebelumnya yaitu: ”Diduga bahwa kinerja keuangan Daerah Kabupaten
Soppeng mengalami peningkatan”.ditolak.
Vol 2, No. 004 (2016) Mahbur 66
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Prastowo. 2014, Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi
Ketiga, UPP STIM YPKN, Jakarta.
Harmono. 2014, Manajemen Keuangan “Berbasis Balanced Scorecad
Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis”, Bumi Aksara, Jakarta.
Irham Fahmi. 2014, Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab,
Alfabeta. Bandung.
_________, 2013.Manajemen Kinerja “Teori dan Aplikasi”, Alfabeta, Bandung.
__________, 2014, Analisis Kinerja Keuangan “Panduan bagi Akademisi,
Manajer, dan Investor”, Alfabeta, Bandung.
__________, 2014, Analisis Laporan Keuangan, Alfabeta, Bandung.
Kaloh, 2010. Kepemimpinan Kepala Daerah “Pola Kegiatan, Kekuasaan, dan
Perilaku Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah”, Sinar
Grafika, Jakarta.
Kasmir. 2013, Pengantar Manajemen Keuangan, Kencana, Jakarta.
Kolah, 2010, KepemimpinanKepala Daerah, Pola Kegiatan, dan Perilaku
Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Senar Grafika,
Jakarta.
Mahbur, 2015, Analisis Kinerja Keuangan Daerahpemerintah Kabupaten
Soppeng(Studikasusdinaspendapatan, PengelolaanKeuanganAset
Daerah KabupatenSoppeng)
Mahmudi, 2010. Manajemen Keuangan Daerah, Erlangga, Jakarta.
Mulyadi. 2009, Akuntansi Biaya, Edisi Ke-Enam, UPP STIM YKPN,
Yogjakarta.
S. Munawir, 2014. PengantarManajemenKeuangan, SalembaEmpat, Jakarta.
Sofyan Syafri. 2011, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Widjaja, 2014. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta.